MODUL PENGELOLAAN MAIN KEAKSARAAN.docx
-
Upload
annur-t-wamayataqillah -
Category
Documents
-
view
272 -
download
13
Transcript of MODUL PENGELOLAAN MAIN KEAKSARAAN.docx
PENGELOLAAN MAIN KEAKSARAAN
KATA PENGANTAR
Anak usia dini adalah masa emas seorang
manusia. Pada masa itu terjadi lonjakan yang luar biasa
pada perkembangan otak anak, yang tidak terjadi pada
periode berikutnya.
Untuk mengoptimalkan potensi perkembangan itu,
setiap anak membutuhkan asupan gizi, perlindungan
kesehatan, pengasuhan, dan rangsangan pendidikan
yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Para ahli telah meneliti bahwa sekitar 50%
perkembangan otak anak terjadi pada usia 0 – 4 tahun.
Dengan demikian momen otak anak yang sangat penting
ini, harus diperhatikan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya
untuk menjadikan anak lebih berkualitas. Tentunya
dengan memberikan rangsangan pendidikan yang tepat,
sejak anak dalam kandungan.
Seiring dengan bertambahnya usia anak tentunya
membutuhkan rangsangan yang lebih lengkap sehingga
memerlukan tambahan pendidikan layanan Pendidikan
1
baik dirumah maupun di luar rumah. Rangsangan
pendidikan di luar rumah sudah dapat dimulai setelah
anak berusia 3 bulan.
Salah satu bentuk layanan pendidikan anak usia
dini ini adalah layanan pendidikan anak usia dini bentuk
Taman Penitipan Anak. Dalam pelayanan Taman
Penitipan Anak (TPA) salah satu bentuk pembelajarannya
adalah MAIN KEAKSARAAN. Untuk mempermudah para
Pendidik memahami dan melaksanakan pembelajaran
tersebut, penting sekali disusun modul main keaksaraan.
PENDAHULUAN
Anak usia dini tidak mengatur pikiran dan
pengetahuan mereka dalam bentuk mata pelajaran seperti
membaca, berhitung, dan menulis. Karena pada usia dini,
otak kanan telah berfungsi terlebih dahulu sampai 80%
(Tony Buzan), sehingga cara memberikan main
keaksaraan tentunya dengan optimalisasi fungsi otak
kanan; bermain, menyanyi, eksplorasi, dan bercerita.
Kegiatan membaca, menulis, berhitung, itu ada
sepanjang hari dan ada di dalam pengalaman main yang
2
disediakan melalui hubungan terus menerus dengan
buku, bahasa, pengalaman motorik kasar dan halus.
Untuk itulah Pendidik perlu membaca buku,
dongeng, menyanyi, dan bicara dengan anak sepanjang
hari, menempatkan buku dan bahan menulis di semua
sentra kegiatan belajar.
POKOK BAHASAN
1. AWAL MUNCULNYA KEAKSARAAN
Anak akan benar-benar tertarik huruf dan angka
saat mereka sudah pada tahap perkembangan usia empat
tahun. Hal ini didasari pada kuatnya enam tulang
pergelangan tangan yang diperlukan untuk menulis pada
buku tulis, yang pada masa ini, belum sepenuhnya
berkembang sampai usia tujuh tahun. Untuk itulah
diperlukan konsep main keaksaraan yang dapat
memenuhi kebutuhan anak tersebut, namun tetap sesuai
dengan karakteristik perkembangan anak usia dini.
Komponen keaksaraan mencakup juga pemahaman
bahwa setiap kata yang diucapkan dapat ditulis dan
dibaca. Menulis mengikuti aturan (kiri ke kanan, atas ke
bawah, huruf besar & kecil)
3
TUJUAN POKOK BAHASAN :
Tujuan Umum :
Memahami awal munculnya keaksaraan pada anak
usia dini, dan menyiapkan main keaksaraan yang
berkualitas.
Tujuan Khusus
1. Pendidik dapat membuat perencanaan kegiatan
awal munculnya keaksaraan
2. Pendidik dapat melaksanakan kegiatan main
keaksaraan
3. Pendidik dapat membuat evaluasi kegiatan main
keaksaraan
A. KONSEP
Pengertian keaksaraan sering dikaitkan dengan
kegiatan yang berhubungan dengan baca-tulis-hitung.
Hasil penelitian menyebutkan, untuk membangun
kemampuan keaksaraan pada anak usia dini yang berarti
membangun kemampuan anak untuk mengenal huruf-
huruf dan kata, sebenarnya dapat dilakukan jauh sebelum
4
anak mulai tertarik dengan huruf dan kata, yaitu sejak
anak lahir.
Pada bayi yang baru lahir, kemampuan inderanya
masih belum berkembang dengan baik kecuali indera
pendengarannya. Melalui rangsangan yang setiap saat
diterima anak dari lingkungannya, membuat anak belajar
membedakan suara-suara yang didengarnya,
membedakan wajah orang atau benda yang dilihatnya,
membedakan benda-benda yang disentuhnya,
membedakan bau benda-benda yang diciumnya, dan
membedakan rasa benda-benda yang masuk ke
mulutnya. Kemampuan anak untuk bisa membeda-
bedakan ini, merupakan awal munculnya kemampuan
untuk bisa mengklasifikasi/mengelompokan, yang menjadi
dasar untuk membangun kemampuan anak untuk dapat
membaca dan menulis. Bila kita amati, huruf –huruf yang
terdiri dari A, B, C, ...Z, (Alfabet) juga mempunyai bentuk-
bentuk yang berbeda. Sebuah kata yang terdiri dari
beberapa huruf akan bisa dibaca oleh anak apabila ia
mempunyai pengetahuan membedakan dan
mengelompokan hurruf-huruf, seperti membedakan dan
mengelompokan mana yang merupakan huruf ”B” dan
5
”C”, mengelompokan misalnya huruf ”B” dengan ”A” dan
”C” dengan ”A” dalam kata ”Baca.”
Anak-anak yang banyak kaya pengalaman
klasifikasi bentuk, warna dan ukuran, maka kemampuan
berpikir akan semakin matang dan pengetahuan
klasifikasi juga semakin luas. Pemahaman akan klasifikasi
atau pengelompokan dapat dimengerti secara luas,
misalnya untuk ”Binatang” , dapat mengelompokan
boneka binatang harimau, buaya, singa, dan ular sebagai
kelompok binatang buas. Sedangkan untuk boneka
binatang kucing, anjing, dan ayam sebagai hewan
peliharaan. Disamping itu, dalam pengelompokan dapat
menggunakan benda-benda yang tidak sejenis, seperti
benda-benda yang berhuruf awal k kita bisa kelompokkan
kuda-kuda, kupu-kupu, kacang, kancing.
Pengalaman keaksaraan yang disediakan untuk
anak juga harus melalui kegiatan bermain yang
menyenangkan dan memberi kesempatan pada anak
untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
keaksaraannya melalui hubungan terus menerus dengan
buku, bahasa, pengalaman motorik kasar, dan motorik
halus. Saat anak mulai dapat menjumput benda-benda
6
yang dilihatnya, maka orang tua perlu menyediakan
mainan atau benda-benda yang aman untuk dijumput
anak, misalnya pada anak usia 1 tahun bisa disediakan
sepotong kue di piring kecil untuk dijumput anak
menggunakan ujung ibu jari dan telunjuk, dan pada anak
usia yang lebih besar, misalnya usia 3 tahun bisa
disediakan biji-bijian atau buah-buahan terbuat dari kayu
dengan wadah dan penjepit. Pengalaman ini dapat
melatih otot-otot ibu jari dan telunjuk anak, disamping juga
melatih koordinasi mata dan tangan serta gerakan kasar
yang sangat berguna pada saat anak memegang pensil.
Pengalaman main tersebut perlu diberikan secara
berulang-ulang agar anak dapat terus mengolah dan
menganalisa pengalaman mainnya, sehingga mampu
membangun pengertian terhadap hasil mainnya sendiri.
Orang tua atau Pendidik diharapkan juga memiliki
kesempatan untuk membacakan cerita kepada anak.
Buku-buku yang disediakan adalah yang bisa diperkirakan
anak, yaitu buku-buku yang apabila seorang anak sedang
membuka buku misalnya halaman 2, maka anak tersebut
sudah dapat memperkirakan gambar atau isi cerita di
halaman berikutnya.
7
Pada umumnya anak baru benar-benar tertarik
pada huruf-huruf dan kata ketika ia berada pada tahap
perkembangan usia 4 tahun. Menurut hasil penelitian,
kata pertama yang diperkenalkan pada anak adalah kata
yang merupakan bagian dari dirinya, misalnya namanya
sendiri, nama boneka kesayangannya, dsb. Untuk itu
Pendidik bisa menyediakan kertas, krayon, pensil dan
bolpoin di semua sentra agar minat anak untuk mengenal
huruf dan kata ini bisa disalurkan. Dari semua sentra,
maka sentra persiapan merupakan sentra yang paling
banyak menyediakan kegiatan main yang
mengembangkan kemampuan kognisi (daya pikir) dan
motorik halus anak, yang menjadi dasar bagi anak untuk
dapat membaca dan menulis. Sentra persiapan sering
disebut sebagai sentra ”kerja”, karena di sentra ini anak-
anak diharapkan untuk bisa ”kerja”, yaitu lebih tekun dan
konsentrasi dalam menyelesaikan kegiatan mainnya. Oleh
karena itu alat dan bahan main bisa ditata berdekatan
sebab anak tidak terlalu banyak melakukan gerakan
kasar karena lebih banyak berkonsentrasi dalam
menyelesaikan tugasnya.
8
B. PENGETAHUAN YANG DIBANGUN DALAM MAIN
KEAKSARAAN
Anak usia dini (0-8 tahun) mempunyai cara belajar
yang berbeda dengan manusia dewasa. Bermain menjepit
buah-buahan dan meletakan pada suatu wadah, akan
mengembangkan kemampuan matematika anak.
Demikian juga ketika berperan menjadi seorang ibu yang
sedang menggendong boneka bayi, anak
mengembangkan kemampuan sosial-emosinya. Untuk
itu, pembelajaran keaksaraan untuk anak usia dini perlu
dilakukan dengan penataan lingkungan main yang tepat,
yang memungkinkan anak untuk bisa mempraktekan
keterampilan baca-tulis huruf dan kata dalam pengalaman
hidup yang sebenarnya, disertai dengan pemberian
konsep-konsep dasar yang jelas, sehingga kemampuan
dasar yang diharapkan bisa dimiliki anak dapat tercapai.
Dalam lingkungan yang mendukung anak untuk
main keaksaraan, maka anak bisa belajar banyak hal,
yaitu :
9
I. Bahasa
Konsep pembelajaran keaksaraan semestinya mencakup
empat kemampuan yaitu mendengar, berbicara,
membaca dan menulis yang bertujuan agar :
1. Anak bertambah kosa-kata baru dan dapat
menggunakan dalam percakapan
Pendidik dapat menyediakan kesempatan antara lain:
a. mengajak anak bicara satu persatu
b. memberikan kesempatan kepada anak untuk
berbicara tentang apa yang dikerjakannya
c. mengenalkan kosa kata baru pada anak. Misalnya
saat membacakan cerita, mendongeng, field-trip
(jalan-jalan) dengan menggunakan berbagai cara,
misalnya dengan menjelaskan, menunjukan melalui
gambar-gambar, menggunakan ekspresi wajah,
bahasa tubuh atau tekanan suara.
2. Anak dapat mendengar dan membedakan bunyi
Pendidik bekerja sama dengan orang tua dalam hal ini
dapat :
a. mengajak anak bernyanyi sambil mengenalkan
huruf dan angka (menunjukan huruf-huruf dan
10
menyediakan kartu huruf untuk digunakan anak
dalam bermain)
b. Mengajak anak berbicara dengan lafal yang jelas.
c. Menyuarakan nada-nada atau ritme/irama.
d. mengajak anak melakukan permainan yang
menggunakan bahasa. (menyediakan puzzle
huruf (alfabet), huruf-huruf bermagnet, kertas dan
pensil dalam kegiatan main di sentra)
e. membacakan buku cerita yang didalamnya
mengandung kata-kata yang dapat disuarakan
dikaitakan dengan pengenalan konsep huruf dan
angka (membantu anak menceritakan kembali
dan menuliskan kata-kata yang diinginkan)
1. Anak memahami kata/kalimat dan mengikuti alur cerita
dari buku yang dibacakan atau dari suatu percakapan
Pendidik dalam hal ini dapat :
a. Setelah membacakan buku cerita, Pendidik atau
Pendidik mengajukan pertanyaan yang bersifat
terbuka (maksudnya pertanyaan yang jawabannya
bukan “ya” atau “tidak”), misalnya: ”Menurut kamu,
bagaimana kisah selanjutnya ?” atau ”Bagaimana
kalau hal itu terjadi padamu ?”
11
b. Memberi dorongan kepada anak untuk mengingat
kembali kejadian-kejadian dalam suatu cerita,
misalnya :”Kamu masih ingat apa yang terjadi
ketika srigala mengetuk pintu rumah nenek si
kerudung merah?”
2. Anak dapat belajar cara menggunakan buku atau
media baca lainnya (seperti rambu-rambu, menu,
majalah, koran, dll)
Pendidik dalam hal ini dapat :
a. memberi gagasan pada anak tentang cara merawat
buku dengan baik
b. membantu anak menemukan buku-buku dan
majalah yang berkaitan dengan tema hari itu
c. melengkapi pusat kegiatan anak dengan majalah,
tanda-tanda, poster, buku telepon, menu, dan
koran, dll
d. mendiskusikan dengan anak tentang penulis buku
dan penyusun gambar buku cerita yang sedang
dibacakan ke anak
12
3. Anak senang membaca, mendengarkan dan menulis
- Membaca :
a. Anak dapat menggunakan ”phonic” (bunyi
huruf)
b. Anak dapat menggunakan kata bermakna
c. Anak mampu mengucapkan kata bermakna
dengan mengucapkan bunyi setiap huruf
- Menulis :
Anak mampu menguan benarngkapkan gagasan
dalam bentuk coretan
Pendidik dalam hal ini dapat :
a. membuat perpustakaan yang menarik (dapat
melibatkan orang tua) sehingga mampu
memunculkan :
- anak senang membaca
- anak mampu memilih dan meletakkan
buku
- anak mampu membuat buku sederhana
b. Membacakan buku cerita kepada anak dan
memotivasi anak untuk mau bercerita
tentang isi buku.
13
c. Menempatkan buku-buku cerita yang
mudah dijangkau semua anak.
d. Mengajak anak untuk membuat buku cerita
sederhana, untuk menambah koleksi.
e. Melibatkan orang tua untuk membuat buku
dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas.
f. melengkapi sentra/Taman Penitipan Anak
dengan alat-alat yang mendukung
kemampuan baca tulis anak.
g. Pendidik mengenalkan posisi.
h. Pendidik mengenalkan bentuk, warna.
i. Pendidik mengenalkan bentuk huruf
j. Pendidik melengkapi alat yang mendukung
kemampuan menulis
14
II. Matematika
Matematika sebetulnya ada di mana-mana,
dekat kehidupan sehari-hari kita. Ketika seorang anak
memasukkan telur ke dalam lemari es, mengambil
baju dari lemari pakaian, memasangkan baju dan
celana, memakai sepatu, pergi ke suatu tempat, dan
lain - lain sebetulnya anak sudah belajar matematika.
Kesukaan terhadap matematika harus
dimunculkan sejak usia dini. Pembelajaran
matematika sambil bermain akan memberikan
kenikmatan bagi anak usia dini dalam mengenal
matematika. Pembelajaran yang sederhana,
menggunakan benda yang konkret dan sesuai dengan
usia anak dapat menstimulasi anak dalam
bermatematika.
Mengajarkan matematika kepada anak usia dini
sangat dimungkinkan bila pendidik memiliki konsep
dasar yang jelas dalam memahami dan
mengimplementasikannya secara bertahap dengan
pendekatan kebiasaaan yang biasa dilakukan anak
dalam kehidupan kesehariannya. Pembelajaran
matematika harus dijadikan sesuatu yang
15
menyenangan. Menjadikan matematika sebagai
bagian dari kehidupan merupakan langkah yang tepat.
Dengan mencintai matematika dapat membuat daya
analisa anak kelak menjadi tajam.
Konsep-konsep matematika yang perlu
dikenalkan pada anak usia dini adalah :
a. Mencocokkan / Memasangkan (Matching)
1). Mencocokkan/ memasangkan diartikan sebagai
seperangkat benda-benda yang memiliki
konsep yang menyatu.
2). Kegiatan yang dapat dilakukan oleh pendidik/
Pendidik antara lain:
(1) Memasangkan perangkat yang sama
16
(2) Memasangkan perangkat yang sejenis.Anak diberi bahan-bahan yang memiliki beberapa bentuk & warna. Anak diminta untuk mengambil warna merah & biru dalam jumlah yang sama
(3) Memasangkan benda-benda yang cocok. Anak diminta untuk mencocokkan antara gambar binatang dengan gambar makanannya
(4) Mencocokkan bagian ke keseluruhan
17
(5). Memasangkan gambar yang sama
(6). Memasangkan polaSusunan pola yang di sebelah kiri merupakan contoh pola. Kantong di bawahnya adalah tempat penyimpanan lembar-lembar pola. Di sebelah kanan berupa kotak-kotak (4x4), yang bisa ditempelkan pola-pola yang cocok dengan pola-pola di sebelah kiri.
18
(7). Memasangkan benda setengahcontoh : Menggunakan 2 batang stik es krim dan digambar menyatu.
(8). Memasangkan “jumlah”
b. Perbandingan dan Serasi /Urutan
1). Perbandingan adalah kegiatan
membedakan dan menyamakan satu
obyek dengan obyek lain.
19
2). Seriasi/urutan : ketika 2 benda atau 2
kelompok benda dibandingkan.
Ada 4 tipe seriasi/urutan, yaitu :
(1) Urutan melalui ukuran, bunyi, posisi,
dsb.
(2) Bilangan ordinal seperti ke-1, ke-2, ke-3,
dsb.
(3) Meletakkan sejumlah benda mulai dari
yang paling sedikit jumlahnya sampai
yang paling banyak.
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh pendidik/
Pendidik:
a). Mulailah dengan membandingkan 2
benda yang berbeda. Diskusikan dengan
anak tentang perbedaannya.
b). Untuk anak yang lebih tua usianya,
dorong mereka untuk membandingkan
persamaannya juga.
c). Pendidik/ Pendidik perlu memberikan
kosa kata dari ciri-ciri yang dimiliki benda
itu.
20
d). Untuk urutan atau seriasi, mulailah
dengan urutan ukuran, kemudian tinggi,
volume, berat, dst.
e). Contoh kegiatan mengurutkan
berdasarkan ukuran dari yang paling
besar ke yang paling kecil, adalah
sebagai berikut :
(1) Siapkan 2 simpai/ tampah.
(2) Tempatkan semua benda dalam 1
simpai/ tampah dan bertanyalah
kepada anak, ”Ambil benda yang
paling besar”
KONSEP LABELUkuran Besar x kecilPanjang Panjang x pendekTinggi Tinggi x rendahJumlah Lebih banyak x lebih
sedikitKetebalan Tebal x tipisKecepatan Cepat x lambatTemperatur Panas x dinginLuas Lebar x sempit
21
(3) Bimbing anak untuk meletakkan
benda terbesar ke dalam simpai
lainnya.
(4) Bertanyalah kembali kepada anak,
“Ambil benda yang terbesar dan
letakkan di simpai lainnya!”
(5) Bimbing anak untuk meletakkan
benda terbesar selanjutnya ke dalam
simpai lainnya.
(6) Ulangi pertanyaan itu sampai semua
benda diletakkan di simpai lainnya
dari yang paling besar sampai paling
kecil.
f). Biarkanlah anak-anak mendapatkan konsep
urutan lebih dulu sebelum mengenalkan
kata seperti besar, lebih besar, dan paling
besar
Contoh kegiatan membandingkan
(1) Urutan
22
(2) Serupa tapi tak sama
23
c. Klasifikasi (Mengelompokkan)
1).Mengelompokkan adalah kegiatan meletakkan
benda-benda ke dalam sebuah kelompok
dengan cara memilah benda-benda yang
memiliki satu atau lebih ciri yang sama atau
menyerupai.
2).Memilah adalah kegiatan yang dilakukan anak
pada saat melakukan pengelompokkan.
3) Benda-benda bisa dipilah atau dikelompokkan
berdasarkan pada ciri-ciri berikut :
a). Warna
b). Bentuk
c). Ukuran (besar/kecil, tebal/tipis, dsb)
d). Bahan (kayu, plastic, kertas, dsb)
e). Tekstur (halus/kasar, dsb)
f). Pola (bergaris, bulat-bulat, dsb)
g). Fungsi (alat tulis, pertukangan, dsb)
h). Asosiasi (memasangkan tongkat/lilin,
susu/gelas, dsb)
i). Kelompok kelas (binatang berkaki empat,
binatang berkaki dua, binatang buas,
24
binatang piliharaan, binatang air, buah-
buahan, dsb)
j). Ciri umum ( misalnya: memiliki pegangan,
memiliki lubang, memiliki rambut keriting,
dsb).
Contoh pengelompokan berdasarkan warna.
25
d. Konsep Bilangan
Pengenalan konsep bilangan bertujuan agar
anak memahami konsep bilangan/angka dan
hubungan antara bilangan. Hal tersebut dapat
terlihat saat anak melakukan kegiatan, antara
lain:
Ketika anak bermain pasir, anak bisa
mencatat secara lisan atau tertulis bahwa
diperlukan 5 sekop pasir untuk mengisi
satu wadah pasir.
Ketika anak main balok, anak dapat
memperkirakan bahwa diperlukan 10
balok untuk membuat sebuah pagar,
kemudian menghitungnya untuk
mengetahui apakah perkiraannya benar.
Ketika anak bermain peran makro, anak
dapat menghitung jumlah anak yang ada,
misalnya 5 anak, kemudian menata meja
dengan 5 piring, 5 serbet, 5 sendok dan 5
garpu.
26
e. Pola
Pengenalan konsep pola bertujuan agar anak
dapat mengenal dan menganalisa pola-pola
sederhana, mencatat, dan membuat perkiraan
dalam menyusun pola-pola lain. Konsep-
konsep tersebut bisa diterapkan saat anak
melakukan kegiatan, antara lain:
* meronce, anak menyusun roncean dengan
susunan silinder merah, hitam, merah,
hitam, merah, hitam
* bernyanyi, anak membuat pola ritme
seperti tepuk tangan 2 kali, tepuk kaki 1
kali, tepuk tangan 2 kali, tepuk kaki 1 kaki,
tepuk tangan 2
* bermain lego, anak memasang lego
dengan susunan lego warna putih,biru,
hijau, putih, biru dan hijau.
f. Geometri dan konsep ruang.
Anak-anak dikenalkan bentuk-bentuk geometri
dengan tujuan agar anak dapat:
27
1. Mengenal bentuk-bentuk geometris
sederhana seperti segitiga, lingkaran,
empat persegi panjang dan bujur sangkar.
2. Mengenal ciri-ciri dari bentuk-bentuk
geometri, misal sebuah persegi memiliki 4
sisi yang panjangnya sama.
3. Menerapkan pengetahuan sebab-akibat
ketika bekerja dengan bentuk-bentuk
geometri tadi. Sebagai contoh: Anak
mengatakan, ”Ini pasti bentuk segitiga
karena sisinya ada tiga”. Pendidik dalam
hal ini dapat memperkuat pemahaman
anak dengan menjelaskan bentuk-bentuk
yang dibuat anak.
4. Anak memperoleh pengetahuan tentang
konsep ruang ketika ia sadar tentang
dirinya berkaitan dengan dunia
disekitarnya. Pendidik dalam hal ini dapat
menyediakan kegiatan main yang
mendukung anak anak untuk belajar
tentang :
28
- lokasi dan posisi, misalnya: di atas, di
bawah, di dalam, di luar, di samping,
di depan, di belakang, diantara .
- Arah gerakan, misalnya : kebelakang,
ke depan, ke kiri, ke kanan, sekeliling,
melalui, menyilang, ke atas, dan ke
bawah
- Jarak, misalnya : dekat, jauh.
Selain itu, anak juga perlu diberi
pengalaman dalam kegiatan main ‘mereka-
reka’ macam-macam benda dan bentuk
sehingga anak akan belajar membuat
perkiraan, misal: Anak akan berpikir, ”Apa
yang terjadi kalau saya balikan segitiga
ini”.
Konsep bentuk geometri dan ruang bisa
diterapkan saat anak melakukan kegiatan,
misalnya :
Ketika anak di sentra persiapan, anak
membuat bentuk-bentuk segitiga,
29
persegi atau lingkaran, menggunakan
papan Geo dan karet.
Ketika anak sedang main peran mikro,
anak mengatakan ”letakkan kudamu di
dalam pagar, kuda saya akan saya
letakkan di luar pagar”
Ketika anak mencatat bahwa
gelembung busa sabun bentuknya
seperti lingkaran
Ketika anak membangun sebuah taman
hayalan menggunakan kotak kardus-
kardus kosong, botol-botol plastik
bekas.
Ketika anak disediakan kertas, krayon,
dan pola-pola bentuk, anak dapat
menggambar atau menjiplak pola-pola
tersebut.
g. Pengukuran
Konsep pengukuran diajarkan pada anak
dengan tujuan agar anak bisa :
30
1. mengamati benda-benda dan peristiwa
dengan penuh rasa ingin tahu
2. melakukan kegiatan pengukuran secara
luwes
3. mengelompokan dan membandingkan
benda-benda.
4. menyusun benda-benda berdasarkan
urutan, misal: besar-sedang-kecil,
panjang-sedang-pendek, dll
5. menunjukan kesadaran akan konsep dan
urutan waktu
6. menggunakan angka dan menghitung
Konsep-konsep yang perlu diajarkan pada
anak yaitu:
- panjang - lebih panjang - cepat
- lebih cepat
- pendek - lebih pendek - lambat
- lebih lambat
- berat - lebih berat - sebelum
- sesudah
31
- berikutnya - kemarin - ringan
- lebih ringan
- hari ini - besok
Pendidik dalam hal ini bisa menyediakan kegiatan,
antara lain :
1) Mengajak anak-anak untuk mengukur benda-
benda disekitar seperti kursi, meja, rak buku, dll
menggunakan alat ukur seperti tali, balok,
sendok, buku, potongan kayu, dll. Misalnya
Pendidik dapat mengatakan ”Lihat, Meja ini
panjangnya sama dengan 5 balok”
2) Mengajak anak menghitung waktu yang
diperlukan menggunakan jam dinding, untuk
melakukan kegiatan, misalnya waktu untuk
membuat kue, dan waktu untuk beres-beres.
3) Mengajukan pertanyaan yang bersifat terbuka
kepada anak, seperti : ”Kira-kira berapa gelas
air yang diperlukan untuk mengisi teko ini
sampai penuh ?”
4) Menggunakan kosa-kata seperti: sebelum,
sesudah, hari ini, besok, kemarin, dalam
kalimat, misalnya ”Besok adalah hari ulang
32
tahunku”, Hari ini hari Kamis, besok hari .......,
kemarin hari........
h. Konsep Penjumlahan Dan Pengurangan
Pada umumnya anak menyenangi konsep
penjumlahan dan pengurangan, terutama ketika
berusia 6 tahun
Jenis -jenis penjumlahan dan pengurangan
1. Menggabungkan unsur-unsur dijumlahkan
jadi satu
2. Memisahkan unsur-unsur dihilangkan
3. Part-part whole – hubungan antara set dan
subset
4. Membandingkan antara 2 set yang terpisah
33
PERAN PENDIDIK DALAM MENGELOLA
KEGIATAN MAIN KEAKSARAAN
Tujuan Pokok Bahasan :
Pendidik mampu mengelola kegiatan main keaksaraan
yang menarik bagi anak usia dini yang disuh di TPA.
Tujuan Khusus :
1. Pendidik memahami pentingnya pijakan
pengalaman keaksaraan
2. Pendidik dapat melaksanakan kegiatan
pembelajaran
Uraian Materi :
A. Dukungan Lingkungan Keaksaraan
Pengelolaan awal lingkungan keaksaraan,
merencanakan pengalaman untuk intensitas dan
densitas
34
Menata tempat untuk dua anak atau lebih agar mereka
dapat bekerja dan saling belajar satu sama lain
dengan teman sebayanya
Hindari penataan tempat kerja yang diarahkan oleh
guru sehingga membuat guru tidak bebas melakukan
percakapan dengan anak satu per satu
Pilih bahan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan
Menyediakan berbagai bahan yang mendukung
keterampilan keaksaraan
Menyediakan berbagai kegiatan yang memungkinkan
anak untuk melatih perkembangan motorik halus
Menyediakan berbagai bahan dan tempat untuk
menulis
Menyediakan berbagai macam bahan bacaan yang
dapat membantu anak dalam menulis: kamus, daftar
kata, resep, kartu kata dari kosa kata mereka sendiri
Buku, buku, buku!!
35
Pastikan ada cukup tempat untuk anak dapat memilih
(dua setengah - tiga tempat untuk setiap anak di
sentra)
Dukungan Lingkungan Keaksaraan
Keberhasila
n pelaksanaan
kegiatan munculnya
keaksaaran sangat
tergantung pada
kemampuan
Pendidik dalam
memberi dukungan
pada anak.
Dukungan berguna untuk perkembangan munculnya
keaksaraan pada diri anak.
Bentuk-bentuk dukungan dapat berupa
pertanyaan, komentar, memberi gagasan melalui cerita,
gambar, buku, benda-benda langsung, cara main dengan
alat atau bahan, arahan.
36
Peran Pendidik dalam memberikan pijakan dapat
dikelompokan menjadi 4 bagian, yaitu: menata lingkungan
main, memberikan pijakan sebelum main, memberikan
pijakan pengalaman main setiap anak, dan memberikan
pijakan sesudah main.
Penataan lingkungan main meliputi :
- Penataan alat dan bahan main
Pe
Pendidik menyiapkan tempat dan alat yang akan
digunakan anak.
37
Penataan tempat dan alat main harus sesuai dengan
jumlah anak untuk menghindari terjadinya suasana
bermain yang tidak nyaman. Penataan main dapat
dilakukan di luar maupun dalam ruangan, disesuaikan
dengan kondisi tiap daerah.
Pendidik bisa menyediakan bahan-bahan dan alat,
seperti: huruf-huruf dari busa dan wadah air warna;
pensil, spidol, krayon dan kertas; balok warna, balok
unit, lego; buku; puzzle; penjepit besar dan buah-buahan
dari kayu; peralatan elektronik rusak; cat dan kuas;
papan paku dan karet gelang; kantong kata; penjepit
pakaian; cap dan kertas; papan jahit; gunting dan kertas,
dll.
Alat-alat dan bahan main dikelompokan
berdasarkan warna, bentuk, ukuran atau dasar
pengelompokan lainnya, dan ditempatkan dalam wadah-
wadah plastik polos serta diberi nama atau gambar
sebagai simbol dari alat dan bahan main tadi.
Tujuannya memudahkan anak untuk mengambil dan
meletakan kembali alat dan bahan main ketempatnya,
dan sekaligus merupakan suatu cara bagi anak untuk
38
mengingat nama atau gambar alat main pada wadah
dan bentuk dari alat dan bahan main tersebut.
Khus
us untuk
alat-alat
main yang
tidak
menggun
akan
wadah
seperti
balok unit, bisa ditempatkan langsung pada raknya.
-Penempatan rak-rak
mainan
Wadah-wadah yang
berisi alat dan bahan
main disusun pada rak-
rak yang mudah
dijangkau anak. Rak-rak
diletakan menempel
39
pada dinding atau dapat juga ditempatkan sebagai
pembatas antar ruangan.
Rak-rak tempat mainan juga bisa diberi roda agar dapat
dipindah-pindahkan, misalnya ketika Pendidik ingin
mengganti tempat kegiatan main anak yang semula di
dalam ruangan menjadi di luar ruangan.
- Penggunaan warna cat
Dinding ruang bermain anak sebaiknya diberi warna
terang tetapi tidak yang menyilaukan atau yang
menyerap panas. Warna-warna tersebut, misalnya putih
atau krem, atau biru muda terang. Dinding tidak perlu
dilukis dengan gambar-gambar, seperti gambar Donald
bebek, pemandangan, dll, yang dapat mengganggu
konsentrasi anak ketika sedang bermain. Demikian
pula halnya dengan warna rak-rak mainan, sebaiknya
tidak menggunakan warna-warna yang bisa
mengalihkan perhatian anak dari kegiatan bermainnya.
40
- Penataan kesempatan main anak
Setiap anak
mempunyai 3
kesempatan main,
artinya setiap anak
bisa berpindah dari
satu mainan
kemainan lainnya
sebanyak 3 kali. Bila
jumlah anak ada 20
maka jumlah
kesempatan main
yang disiapkan
Pendidik adalah 60.
Dari 1 jenis bahan main, misalnya biji-bijian, maka bisa
disiapkan untuk beberapa kegiatan main seperti
menuang-isi biji-bijian kedalam wadah, menjepit biji-bijian
dengan pinset, supit, atau penjepit pakaian, atau
meletakan biji-bijian ke kartu yang memuat pola bilangan.
Dalam 1 kegiatan main, misalnya menuang – isi
bijian-bijian, maka Pendidik dapat menata untuk 2, 3
atau 4 kesempatan main, tergantung pada rencana
41
pembelajaran yang Pendidik susun. Namun, sebaiknya
dalam menata kesempatan main anak, Pendidik juga
memperhatikan kebutuhan perkembangan sosial anak.
Jadi, untuk anak-anak usia 0-2 tahun, dimana mereka
masih bermain sendiri-sendiri atau berdampingan, maka
alat dan bahan main ditata untuk main sendiri dan main
berdampingan. Sedangkan, untuk anak-anak berusia 2-
6 tahun, dimana mereka sudah dapat main
berdampingan, main bersama atau main bekerjasama,
maka alat dan bahan main ditata untuk main
berdampingan, bersama, atau main bekerjasama.
- Sikap dan perilaku orang-orang di sekitar anak.
Orang-orang dewasa perlu menjaga perilaku dan sikap
ketika mereka berada disekitar anak, karena anak akan
meniru atau mencontoh apa saja yang dilihatnya. Dalam
usianya yang masih muda, anak-anak usia dini belum
mampu menyaring secara baik ucapan, sikap atau
tindakan dari orang –orang dewasa yang mereka lihat
dan mereka dengar.
42
Untuk itu, anak-
anak
memerlukan
model atau
contoh yang
positif dari
orang-orang
dewasa
disekitarnya.
Oleh karenanya, antara satu Pendidik dengan Pendidik
lainnya harus memiliki satu persamaan baik dalam
ucapan, sikap maupun tindakan ketika berhadapan
ataupun ketika menghadapi suatu persoalan dengan
anak.
Misalnya antara Pendidik-Pendidik dan anak-anak sudah
memiliki peraturan tentang meletakan sepatu pada
tempatnya, dan ketika ada anak yang meletakan sepatu
tidak pada tempatnya, maka Pendidik A, B, atau C
memilki ucapan dan tindakan yang senada ketika
menghadapi anak yang tidak meletakan sepatu pada
tempatnya.
43
B. Memberi Dukungan sebelum main
Peran Pendidik
yang kedua
adalah
memberikan
pijakan sebelum
main.
Pemberian pijakan ini dilakukan Pendidik saat anak-
anak duduk di karpet atau di tikar membentuk
lingkaran. Pada saat lingkaran tersebut, Pendidik
menjelaskan tema dan sub tema hari itu. Pendidik
juga membacakan cerita dengan buku, poster atau
media lain kepada anak-anak yang tujuannya untuk
memperjelas sub tema.
Pendidik kemudian dapat mengenalkan huruf-huruf
tertentu melalui nama-nama anak atau benda yang
mempunyai huruf awal yang sama.dengan huruf
tersebut. Selain itu, Pendidik juga mengenalkan alat-alat
dan bahan main yang sudah disiapkan kepada anak dan
jumlah kesempatannya, serta memberikan gagasan
tentang cara penggunaan alat dan bahan main tersebut.
44
Disamping itu, Pendidik juga mendiskusikan
dengan anak tentang aturan-aturan yang harus dipatuhi
anak selama dan sesudah main. Setelah itu, Pendidik
memberikan arahan tentang langkah-langkah yang
harus dilakukan anak ketika akan main, yaitu: ”pilih satu
mainan, selesaikan kegiatan mainnya, tunjukan ke
Pendidik apa yang sudah dilakukan, rapikan mainannya,
setelah itu silahkan pilih mainan lainnya.” Selanjutnya,
Pendidik bisa menyuruh anak untuk memilih mainan
dengan menyebutkan ”transisi”, yang berupa perintah
sederhana yang perlu didengarkan dan dilaksanakan
anak sebelum masuk ke sentra. Misalnya, ”Anak
perempuan yang berbaju biru silahkan ambil mainan
duluan.” Tujuan ”transisi” ini agar anak belajar untuk
konsentrasi mendengarkan dan memahami perintah
sederhana. Pemberian perintah ini sifatnya bertahap,
mulai dari satu perintah, dua perintah, sampai tiga
perintah sederhana, sesuai dengan tahap
perkembangan anak. Anak-anak kemudian satu per satu
masuk ke sentra untuk bermain.
Pemberian dukungan sebelum main yang dilakukan
Pendidik dengan cara duduk membentuk lingkaran
45
bersama anak, umumnya dilakukan pada anak usia 3 ke
atas. Pada anak kelompok usia 0-2 tahun cara ini belum
dilakukan. Di usia tersebut, Pendidik memberikan
dukungan langsung pada saat anak main. Namun bila
anak sudah berusia 2 ½ tahun, kegiatan ini bisa mulai
bertahap dikenalkan pada anak.
C. Memberi dukungan pengalaman main setiap
anak
Pemberia
n dukungan ini
dilakukan
Pendidik pada
setiap anak
ketika ia
sedang
bermain di
sentra.
Pendidik mengamati apa yang dilakukan masing-
masing anak dan berpindah ketempat lain dimana ada
anak yang membutuhkan pijakan yang berupa arahan
46
atau bimbingan, misalnya dengan memberikan
gagasan pada kegiatan anak.
Pada kelompok anak usia 0-2 tahun, dimana orang
tua atau pengasuh biasanya mendampingi anak, maka
peran Pendidik adalah memberikan contoh-contoh
pijakan ketika menghadapi anak kepada orang tua atau
pengasuh anak. Misalnya bagaimana memberikan
komentar positif ketika anak menggigit temannya,
mengambil mainan teman, atau bagaimana
membimbing anak yang baru belajar berjalan, dsb.
Pada kelompok anak usia 2-6 tahun, Pendidik
mencatat kegiatan main yang dipilih anak dan
bagaimana cara bermain dengan alat dan bahan
tersebut. Pencatatan tersebut menjadi dasar bagi
Pendidik dalam mengetahui tahap perkembangan anak.
Jika pertama kali anak memilih kegiatan main yang
mengarah pada membaca dan menulis, maka hal itu
menunjukan bahwa anak sudah mulai tertarik dan
mampu bekerja dengan huruf dan angka.
Beberapa contoh dukungan yang bisa dilakukan
Pendidik ketika mendampingi anak main:
47
- Anak memperlihatkan kepada Pendidik hasil
roncean dari manik-manik yang mempunyai warna
sama. Pendidik dapat berkata, ”Wah, kamu
membuat semua manik-manik merah pada
ronceanmu. Maukah kamu mencoba membuat
roncean dari manik-manik yang bentuknya sama
semua ?”
- Anak mengelompokan buah-buahan kecil dari kayu
berdasarkan warna, yang diletakan pada masing-
masing wadah. Pendidik bisa berkata, ”Kamu telah
mengelompokan buah-buahan berdasarkan warna.
Warna mana yang paling banyak buah-buahannya.
Ada berapa ?. Warna mana yang paling sedikit
buah-buahannya ? Ada berapa ?”
- Anak membuat bentuk persegi panjang dari karet
gelang pada papan paku. Pendidik bisa berkata,
”Kamu sudah membuat persegi panjang. Bisakah
kamu membuat bentuk segitiga ?”
48
D. Memberi dukungan sesudah main
Pemberian
dukungan
sesudah main
dilakukan
Pendidik
setelah anak-
anak selesai
bermain di
sentra.
Anak-anak duduk bersama Pendidik membentuk
lingkaran. Pendidik kemudian memberi pijakan, yaitu:
- meminta setiap anak, satu per satu untuk
menceritakan pengalaman mainnya selama di
sentra.
Tujuannya adalah agar anak belajar mengingat
kembali apa-apa yang sudah dikerjakannya, dan
anak belajar untuk dapat bercerita secara runtut.
- mengajak anak untuk bersama-sama
membereskan mainannya dan meletakan
ketempatnya semula.
49
Ringkasan Materi
1. Peran Pendidik
dalam memberikan
dukungan dapat
dikelompokan
menjadi 4 bagian,
yaitu: menata
lingkungan main,
memberikan pijakan
sebelum main, memberikan pijakan pengalaman
main setiap anak, dan memberikan pijakan
sesudah main.
2. Sebelum anak-anak mulai bermain, Pendidik perlu
menata lingkungan main anak, baik lingkungan di
dalam ruangan maupun lingkungan di luar ruangan
/di halaman.
3. Penataan lingkungan main meliputi: penataan alat
dan bahan main, penempatan rak-rak mainan,
penggunaan warna cat, penataan kesempatan
main anak, sikap dan dan perilaku orang-orang di
sekitar anak.
50
4. Dukungan sebelum main dilakukan Pendidik saat
anak-anak duduk di karpet atau di tikar
membentuk lingkaran.
5. Pemberian dukungan sebelum main yang
dilakukan Pendidik dengan cara duduk
membentuk lingkaran bersama anak, umumnya
dilakukan pada anak usia 3 ke atas. 6.
Pemberian pijakan pada anak
kelompok usia 0-2 tahun dilakukan langsung pada
saat anak main. Ketika anak sudah berusia 2 ½
tahun, pemberian dukungan dengan cara duduk
membentuk lingkaran bisa mulai bertahap
dikenalkan pada anak.
6. Dukungan pengalaman main setiap anak
dilakukan Pendidik ketika anak sedang bermain di
sentra.
7. Pemberian dukungan sesudah main dilakukan
Pendidik setelah anak-anak selesai bermain di
sentra.
51
Evaluasi
1. Apa peran Pendidik dalam mengelola kegiatan main
anak ?
2. Apa saja yang harus diperhatikan Pendidik pada saat
menata lingkungan main?
3. Apa saja yang dibicarakan Pendidik kepada anak
saat dukungan sebelum main ?
4. Bagaimana cara Pendidik memberikan dukungan
pengalaman main setiap anak ?
5. Apa saja yang dilakukan ketika memberikan
dukungan sesudah main ?
52
MODUL PENGELOLAAN
MAIN KEAKSARAAN
DIREKTORAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
DIREKTORAT JENREAL PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALTH. 2009
53