Modul Pemantauan Anggaran

43
a Memantau Anggaran dan Belanja Daerah Buku Panduan untuk Komunitas

Transcript of Modul Pemantauan Anggaran

a

Memantau Anggaran dan Belanja Daerah

Buku Panduan untuk Komunitas

Memantau Anggaran dan Belanja Daerah

Buku Panduan untuk Komunitas

ii

Memantau Anggaran dan Belanja DaerahBuku Panduan untuk Komunitas

ISBN : .....KDT : .....

PenulisYenny Sucipto Sekretaris Jenderal, Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA)Yenti NurhidayatPeneliti,Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA)

EditorMaryati AbdullahKoordinator Nasional, Publish What You Pay IndonesiaJensi Sartin MScManajer Pengembangan Program, Publish What You Pay IndonesiaMeliana Lumbantoruan, M.A.Manajer Riset dan Pengetahuan, Publish What You Pay Indonesia

Hak cipta dilindungiEdisi Pertama, 2015

Panduan ini diterbitkan oleh Yayasan Transparasi Sumberdaya Ekstraktif-Publish What You Pay (PWYP) Indonesia, dengan dukungan dari Southeast Asia Technology and Transparency Initiative (SEATTI)/Hivos. Isi panduan ini adalah tanggung jawab PWYP Indonesia dan tidak serta-merta mencerminkan pandangan SEATTI/Hivos.

Publish What You Pay IndonesiaJl. Tebet Utara 2C No.22B, Jakarta Selatan 12810, IndonesiaTelp/Fax :+62-21-8355560 | E: [email protected] Twitter @PWYP_indonesia

iii

Daftar Isi

Bagian I. Memahami Anggaran Daerah ...................................................................... 3Ruang Lingkup Anggaran ...................................................................................................................3Fungsi Anggaran ......................................................................................................................................5Prinsip Penyelenggaraan Anggaran ..............................................................................................6

Bagian II. Konsep, Regulasi dan Alur Perencanaan dan Penganggaran Daerah (PPD) ............................................................................................................................... 7

Konsep Perencanaan Penganggaran Daerah ...........................................................................7Regulasi Perencanaan Penganggaran Daerah .........................................................................8Alur Perencanaan dan Penganggaran Daerah .........................................................................9

Bagian III. Struktur dan Komponen APBD ...............................................................12Pendapatan Daerah .............................................................................................................................. 13Dana Transfer Daerah ........................................................................................................................ 16Belanja Daerah ........................................................................................................................................ 16Pembiayaan daerah .............................................................................................................................. 18

Bagian IV : Metode Pemantauan (Strategi Advokasi) .............................................19Advokasi ..................................................................................................................................................... 19Advokasi Anggaran ............................................................................................................................. 20Faktor Penghambat dan Pendukung Advokasi Anggaran .............................................. 21Strategi Advokasi Anggaran ............................................................................................................22

Daftar Pustaka .............................................................................................................................................25Biodata Penulis ............................................................................................................................................26Tentang Koalisi Publish What You Pay (PWYP) Indonesia ...................................................26

iv

Daftar Gambar

Gambar 1. Ruang lingkup Anggaran .............................................................................................4

Gambar 2. Fungsi Anggaran Daerah ...............................................................................................5

Gambar 3. Prinsip Penyelenggaran Anggaran ..........................................................................6

Gambar 4. Alur Perencanaan Program dan Penganggaran ...............................................7

Gambar 5. Proses Penganggaran dan peraturannya..............................................................9

Gambar 6. Siklus dan kalender perencanaan dan penganggaran tahun ...................11

Gambar 7. Komponen Pendapatan Daerah .............................................................................. 15

Gambar 8: Postur Transfer Daerah TA 2014 dan 2015 ........................................................... 18

Gambar 9. Klasifikasi Belanja Daerah.......................................................................................... 19

Gambar 10. Komposisi Belanja Daerah ........................................................................................ 20

Gambar 11. Komposisi Pembiayaan Daerah ............................................................................... 21

Gambar 12. Wilayah Kerja Advokasi ...............................................................................................22

Gambar 13. Ruang partisipasi masyarakat dalam advokasi anggaran daerah .......23

Gambar 14. Faktor pendukung dan penghambat advokasi ................................................24

Gambar 15. Tahapan strategis advokasi .......................................................................................25

v

Kata Pengantar

Dalam rangka mendorong penguatan kapasitas komunitas khususnya di daerah kaya sekitar tambang, Publish What You Pay (PWYP) Indonesia menerbitkan buku panduan yang dapat digunakan untuk pemantauan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Oleh karena keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan penganggaran merupakan hal yang penting, maka PWYP Indonesia berharap kiranya buku panduan ini dapat digunakan oleh komunitas masyarakat untuk terlibat aktif dalam memantau proses perencanaan dan penganggaran daerah.

Penerbitan buku panduan ini hadir dari dukungan program Southeast Asia Technology and Transparency Initiative (SEATTI)/Hivos yang bertujuan mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam proses kebijakan dan mendorong keterbukaan dan adanya data terbuka dalam aspek kebijakan. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pemantauan penganggaran daerah.

Secara umum buku panduan ini berisikan pemahaman, konsep, regulasi, komponen dan struktur penganggaran daerah. Dibagian akhir dari buku panduan ini juga dipaparkan tentang metode-metode yang dapat digunakan oleh komunitas masyarakat dalam melakukan advokasi dan pemantauan penganggaran di daerah.

Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk segenap pihak yang sudah mendukung penerbitan buku ini. Secara khusus kami mengucapkan terima kasih untuk Seknas FITRA yang sudah berkontribusi dalam penulisan buku ini, dan Seluruh rekan Sekretariat Nasional PWYP Indonesia (Jensi, Meli, Ary, Abud, Kiki, Dewi, Asri, Dilah, Sri, Ibeth dan Wiko) atas dukungan dalam pembuatan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi banyak umat.

Jakarta, Juni 2015

Maryati AbdullahKoordinator Nasional Publish What You Pay Indonesia

vi

Memantau Anggaran dan Belanja Daerah

Buku Panduan untuk Komunitas

1

Bagian I.

Memahami Anggaran Daerah

Pokok BahasanPada materi ini masyarakat akan diajak untuk memahami ruang lingkup, fungsi

dan prinsip-prinsip penyelenggaraan anggaran. Penyampaian materi pada sesi ini memberi pemahaman tentang pokok bahasa tersebut agar mampu memahami anggaran dalam konteks keuangan daerah dan kewajiban pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Ruang Lingkup AnggaranAnggaran atau sering juga disebut budget adalah suatu rencana yang disusun

secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan, yang dinyatakan dalam unit satuan moneter dan berlaku dalam jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. Anggaran juga dapat digunakan sebagai alat untuk merencanakan dan mengendalikan keuangan dan penyusunannya dilakukan secara periodik.

Anggaran daerah dapat dipahami dan dikaji dari 2 sisi:

1. Makro

Secara makro, keuangan daerah dapat dipahami

sebagai rencana kerja pemerintah daerah yang

diwujudkan dalam bentuk uang selama periode waktu

tertentu (1 tahun anggaran).

2. Mikro

Anggaran daerah pada dasarnya merupakan salah

satu instrumen kebijakan yang dapat dipakai sebagai

alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan

kesejahteraan masyarakat di daerah.

2

Ruang lingkup dari anggaran meliputi aspek kewajiban, penerimaan, pengeluaran, pengelolaan kekayaan, dan pemungutan pajak daerah.

Gambar 1. Ruang lingkup Anggaran

Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang. Keuangan daerah juga temasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Pengelolaan keuangan daerah merupakan seluruh kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggung jawaban dan pengawasan keuangan daerah.

Fungsi AnggaranAnggaran merupakan cerminan dari tanggung jawab dan kewenangan negara

Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian dan penyusunan keuangan negara selayaknya mencerminkan tanggung jawab dan kewenangan negara dan daerah dalam melaksanakan fungsi-fungsi yang diamanatkan oleh undang-undang dan ditujukan untuk kepentingan masyarakat. Berikut beberapa fungsi anggaran daerah:

Hak memungut pajak dan retribusi daerah

serta melakukan pinjaman

Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintah daerah dan /

atau kepentingan umum

Kewajiban untuk menyelenggarakan urusan

pemerintah daerah dan membayar tagihan pihak

ketiga

Ruang Lingkup Anggaran

Kekayaan yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain baaik

berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan

uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan

daerah

Pengeluaran daerah

Penerimaan daerah

3

Gambar 2. Fungsi Anggaran Daerah

Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri

Prinsip Penyelenggaraan AnggaranUntuk mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan

negara maka, penyelenggaraan anggaran harus diselenggarakan secara profesional, terbuka dan bertanggung jawab dengan berpegang pada prinsip transparan, partisipatif, disiplin, berkeadilan, efisien dan efektif, serta rasional dan terukur.

Fungsi otorisasi: anggaran daerah menjadi dasar untuk merealisasi pendapatan dan belanja daerah pada tahun bersangkutan. Tanpa dianggarkan, maka sebuah kegiatan tidak memiliki kekuatan untuk dilaksanakan

Fungsi perencanaan: anggaran merupakan pedoman bagi pemerintah daerah untuk menyelenggarakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan

Fungsi pengawasan: anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pemerintah daerah

Fungsi alokasi: anggaran harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran dan pemborosan sumberdaya serta untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian daerah

Fungsi distribusi: kebijakan-kebijakan penganggaran daerah harus memiliki rasa keadilan dan kepatutan

Fungsi stabilitasi: anggaran daerah merupakan alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah

Fung

si A

ngg

aran

Dae

rah

4

Gambar 3. Prinsip Penyelenggaran Anggaran

Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri

Pertanyaan Kunci: 1. Apa yang dimaksud dengan anggaran?2. Sebutkan komponen-komponen ruang lingkup

anggaran!3. Sebutkan enam fungsi APBD!4. Sebutkan 6 prinsip penyelenggaraan anggaran!

Penyelenggaraan keuangan daerah harus dilakukan secara transparan. Pemerintah wajib membuka dan memberikan informasi terkait pengelolaan keuangan daerah baik perencanaan, pelaksanaan ataupun evaluasi.

Penyelenggaraan anggaran publik harus dilakukan secara rasional, dengan mempertimbangkan berbagai kondisi dan latar belakang serta dapat memperkirakan pencapaian yang tepat dan terukur.

Penyelenggaraan anggaran publik harus dilakukan secara efisien dan efektif dengan berorientasi pada pemberian manfaat kepada masyarakat secara maksimal

Penyelenggaraan anggaran publik harus dilakukan secara berkeadilan, memahami dan memberikan pelayanan kepada masyarakat tanpa diskriminasi apapun.

Penyelenggaraan anggaran publik harus dilakukan dengan disiplin, Kejelasan dalam klasifikasi anggaran dan konsisten antara perencanaan dengan implementasi.

Penyelanggaraan keuangan daerah harus melibatkan masyarakat untuk memastikan dan menjamin kesesuaian antara kebutuhan dan ketersediaan anggaran.

Rasional dan terukur

Efisien dan Efektif

Berkeadilan

Disiplin

Partisipatif

Transparansi

5

Bagian II.

Konsep, Regulasi dan Alur Perencanaan dan Penganggaran

Daerah (PPD)

Pokok BahasanDi dalam sesi ini masyarakat akan diajak untuk memahami konsep, regulasi, alur

dan tahapan Perencanaan Penganggaran Daerah (PPD). Masyarakat diharapkan mampu melihat peluang-peluang yang dapat digunakan untuk mempengaruhi proses (advokasi) PPD mulai dari tahap perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pelaporan hingga pertanggungjawaban.

Konsep Perencanaan Penganggaran DaerahPPD merupakan sebuah siklus tahunan untuk merencanakan dan menyusun

anggaran baik di tingkat pusat maupun daerah. Secara teknis perencanaan anggaran ini berlangsung dalam dua aras besar yaitu aras spatial dan aras sektoral. Aras spatial adalah proses perencanaan yang dilakukan secara bertahap dan berbasis kewilayahan dimulai dari desa/kelurahan hingga tingkat kabupaten/kota. Sedangkan aras sektoral adalah proses perencanaan yang dilakukan oleh instansi pemerintahan.

6

Gambar 4. Alur Perencanaan Program dan Penganggaran

Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri

Secara umum, PPD dapat dibedakan menjadi dua;1. Perencanaan dalam menentukan Arah dan Kebijakan Umum Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) atau biasa disebut Perencanaan Kebijakan (Policy Planning) Anggaran Daerah. Dalam prakteknya, Policy planning disusun dan disepakati secara bersama-sama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Pemerintah Daerah (Pemda). Perencanaan kebijakan harus memuat kejelasan tujuan dan sasaran yang akan dicapai sebagai acuan bagi proses pertanggungjawaban kinerja keuangan daerah pada akhir tahun anggaran.

2. Perencanaan rangkaian strategis, prioritas, program dan kegiatan yang diperlukan dalam mencapai arah dan kebijakan umum APBD atau disebut juga sebagai perencanaan operasional (Operational Planning) Anggaran Daerah. Operational Planning ini dibebankan kepada Pemda.

Perencanaan dan penganggaran yang berbasis partisipasi masyarakat berperan penting dalam mendorong terselenggaranya forum yang menyerap aspirasi masyarakat. Partispasi masyarakat dalam forum tersebut dapat membantu proses penentuan skala prioritas perencanaan program pembangunan dan pendokumentasian dan pengawalan usulan masyarakat dalam pembuatan rancangan APBD.

PedomanPedoman

Pedoman

Pedoman PedomanPedoman

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Pedoman

diacu

diacu

dijabarkan

dijabarkan

diperhatikan

RENSTRA KL

RPJM NASIONAL

RPJM DAERAH

RPJP NASIONAL

RPJP DAERAH

RENSTRA SKPD

PENJABARAN APBD

RENJA SKPD

RKA-SKPD

RINCIAN APBN

APBN

APBD

RAPBN

RAPBDKUA

PPAS

RKP

RKPD

RENJA KL

RKA-KL

PERENCANAAN PROGRAM

Alur Perencanaan Program & Penganggaran

PENGANGGARAN

Pem

erintah P

usatP

emerintah

Daerah

7

Regulasi Perencanaan Penganggaran DaerahLandasan hukum Perencanaan dan Penganggaran di Indonesia diatur dalam

beberapa regulasi pokok antara lain:• UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara• UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional• UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah• UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah• PP No 58 tahun 2005 tentang Pedoman Keuangan Daerah• Permendagri No 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah• Permendagri 27 tahun 2014 tentang Pemerintah daerah

Regulasi-regulasi tersebut tidak hanya mengatur kewenangan pusat dan daerah dalam pelaksanaan perencanaan dan penganggaran, tetapi juga mengatur alur, mekanisme serta dokumen yang dibutuhkan dalam setiap tahapan proses perencanaan penganggaran.

Namun, dalam beberapa kajian yang dilakukan oleh kelompok masyarakat maupun akademisi masih ditemukan adanya ketidaksinkronan dan inkonsistensi antar regulasi-regulasi terkait sehingga menghambat tercapainya kesejahteraan masyarakat.

Gambar 5. Proses Penganggaran dan peraturannya

Sumber: Seknas FITRA

• UU 17 tahun 2003• UU 32 tahun 2004• UU 1 2004• UU 15 tahun 2004• PP 58 tahun 2005• Permendagri 13

tahun 2006

• UU 17 tahun 2003• UU 1 tahun 2004• UU 32 tahun 2004• PP 58 tahun 2005• Permendagri 13

tahun 2006

• PP 58 tahun 2005• PP 24 tahun 2004• PP 37 tahun 2005• PP 37 tahun 2006• Permendagri 13

tahun 2006• Permendagri 26

tahun 2006

• UU 25 tahun 2004• UU 10 tahun 2004• UU 17 tahun 2003• UU 32 tahun 2004• UU 33 tahun 2004

Proses Penganggaran dan Aturan Per-UU-nya

Perencanaan

Pembahasan/Penetapan APBD

PelaksanaanEfektifitas dan efisiensi

Penatausahan dan akuntansi

Prioritas usulan dan anggaran

Laporan BPKP/bawasda dan BPK

Monev

8

Alur Perencanaan dan Penganggaran DaerahMerujuk pada penjelasan sebelumnya bahwa proses PPD dilaksanakan pada

dua aras yaitu: spatial dan sektoral. Pada aras spatial, proses PPD dimulai dari level terendah yaitu desa/kelurahan hingga berakhir pada level kapupaten/kota. Sementara itu, pada saat yang bersamaan proses PPD juga berlangsung pada aras sektoral yang dilakukan oleh instansi-instansi pemerintahan. Keseluruhan proses PPD di kedua aras ini dimulai dengan tahapan perencanaan pada bulan Januari melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Desa/Kelurahan hingga tahapan Penetapan APBD pada akhir Desember.

Dengan mengenali siklus dan jadwal penyelenggaraan dari setiap proses PPD, akan memberi ruang yang semakin besar bagi kelompok masyarakat untuk dapat berpatisipasi secara aktif untuk menentukan arah dan kebijakan anggaran yang akan ditetapkan.

Secara umum, siklus anggaran (APBN dan APBD) terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetapan anggaran dan pertanggungjawaban anggaran. Sikulus anggaran di Indonesia dilakukan selama 2,5 tahun dengan rincian: 1 tahun proses penyusunan, 1 tahun proses pelaksanaan dan 5 (lima) bulan proses pertanggungjawaban/audit.

Tahap Penyusunan AnggaranDalam tahap ini pemerintah melakukan review terhadap pelaksanaan anggaran

tahun sebelumnya, rencana pembangunan, dan memperhatikan masukan dari masyarakat.

Tahap Pembahasan AnggaranPada tahap ini eksekutif menyusun draft usulan anggaran dibahas bersama

DPRD melalui konsultasi publik, pembahasan internal, meminta pendapat ahli.

Tahap Pelaksanaan AnggaranPada tahapan ini, draft usulan yang sudah disetujui noleh DPRD dilaksanakan

oleh pemerintah dan sekaligus melakukan monitoring pelaksaan anggaran.

Tahap Pengawasan/AuditPengawasan pelaksanaa anggaran dilakukan oleh berbagai pihak, baik dari

internal pemerintah (Inspektorat, Badan Pemeriksa Keuangan Pemerintah/BPKP dan Badan Pemeriksa Keuangan/BPK) maupun eksternal yaitu masyarakat.

9

Kelender Perencanaan & Penganggaran Tahunan

Siklus Perencanaan & Penganggaran Tahunan

RPJMD

Renstra SKPD

Rancangan Renja SKPD

Forum SKPD

Renja SKPD

RKA- SKPD

Pokok-pokok PikiranDPRD

KUA & PPAS

Rancangan RKP

Rancangan RKPD Prov

MUSRENBANGNAS

MUSRENBANGPROV

MUSRENBANGKecamatan

MUSRENBANGDesa/Kel

MUSRENBANG RKPD/MUSRENBANGDA

Rancangan AwalRKPD•Prioritaspemb.•PaguIndika-

tif berdasar fungsi SKPD, sumber dana & Wilayah Kerja

Rancangan RKPD

Rancangan Akhir RKPD

Penetapan RKPD

RAPBD

Mei

Apr

Apr

Apr

Mar

Feb

Feb

Mei

Mei

Okt

Jun

Agt

Jan

Pembahasan & Kesepakatan KUA antara KDH dengan DPRD (Juni)

Pembahasan & Kesepakatan PPAS antara KDH dengan DPRD (Juni)

Penyusunan RKA-SKPD & RAPBD (Juli-September)

Pembahasan dan Persetujuan Rancangan APBD dengan DPRD (Oktober-November)

Evaluasi Rancangan Perda APBD(Desember)

Penetapan Perda APBD(Desember)

Penyusunan DPA SKPD(Desember)Pelaksanaan APBD

Januari tahun berikutnya

Penetapan RKPD(Mei)

Musrenbang Kab/Kota(Maret)

Forum SKPDPenyusunan Kerja SKPD Kab/Kota (Maret)

Musrenbang Kecamatan(Februari)

Musrenbang Desa(Januari)

1

2

3

4

56 7

8

9

10

11

1213

Gambar 6. Siklus dan kalender perencanaan dan penganggaran tahun

Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri

10

Studi KasusPerencanaan dan Penganggaran di DKI Jakarta

Pada awal tahun 2015, Indonesia dikagetkan dengan berita kisruhnya proses

penetapanAPBDPropinsiDKI Jakarta. Ada dua versi RancanganAPBDDKI yang

dikirimkan kepada Kemendagri untuk disahkan. Kemudian diketahui bahwa, kisruh

ini bermula ketika Gubernur DKI saat itu mengetahui adanya dana-dana “siluman”

yang muncul tanpa melalui proses dan tahapan perencanaan dan penganggaran yang

seharusnya sesuai ketentuan undang-undang.

Usulan program dan kegiatan seharusnya muncul di dalam proses perencanaan,

mulai dari musrenbang tingkat kelurahan hingga penetapan KUA PPAS. KUA PPAS

merupakan rancangan program dan kegiatan prioritas beserta patokan maksimal

anggaran yang akan digunakan oleh SKPD dalam penyusunan RKA SKPD sebelum

disahkan oleh DPRD.

Dalam kasus RAPBD DKI, program dan kegiatan siluman muncul pada saat

pembahasan RAPBD di DPRD dimana seharusnya sidang dioptimalkan untuk melihat

apakah program dan kegiatan tersebut sudah sesuai dengan prioritas yang dibutuhkan

daerah. Tidak boleh lagi ada usulan program dan kegiatan baru pada tahap ini.

Kisruh ini kemudian memperlihatkan betapa selama ini proses perencanaan dan

penganggaran masih sangat tertutup. Partisipasi masyarakat di dalam proses ini

cenderung masih sangat minim. Banyak usulan-usulan program dan kegiatan yang

sangat dibutuhkan masyarakat tiba-tiba menghilang di tengah perjalanan dan digantikan

oleh program dan kegiatan yang menguntungkan pihak-pihak tertentu saja. **

Pertanyaan Kunci: 1. Sebutkan tahapan PPD!2. Sebutkan 4 (empat) tahapan siklus APBD!3. Ceritakan siklus perencanaan dan penganggaran

daerah!

11

Bagian III.

Struktur dan Komponen APBD

Pokok Bahasan Dalam sesi ini, masyarakat diajak untuk mengenal dan memahami struktur

dan komponen APBD dan melihat peranan masyarakat sebagai stakeholder pembangunan yang memiliki kepentingan didalamnya. Penyampaian materi pada sesi ini akan merekonstruksi pemahaman dan memperkuat keterampilan masyarakat untuk berpartisipasi dalam keseluruhan siklus perencanaan dan penganggaran daerah mulai dari tahap penyusunan, pelaksanaan hingga tahap pertanggungjawaban anggaran.

Pendapatan DaerahPendapatan daerah merupakan seluruh penerimaan kas daerah dalam periode

tahun anggaran tertentu yang menjadi hak daerah. Dalam UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah disebutkan bahwa pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui menambah kekayaan bersih daerah pada periode tahun yang bersangkutan.

Pendapatan Daerah berasal dari :1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu pendapatan yang diperoleh daerah

yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Dana Bagi Hasil (DBH) yaitu dana-dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka desentralisasi

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah yaitu pendapatan daerah dari sumber lain, misalnya sumbangan pihak ketiga kepada daerah yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

12

PENDAPATAN DAERAH

Pendapatan Asli Daerah

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Hasil Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Lain-Lain PAD yang Sah

Dana Perimbangan

Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah

Hibah

Dana Darurat

Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan Pemda Lainnya

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

Bantuan Keuangan dari Propinsi dan Pemda Lainnya

Gambar 7. Komponen Pendapatan Daerah

Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Peraturan Menteri Keuangan (PMK)

No Jenis DBH

KOMPOSISI/PEMBAGIANMenurut UU 33 Tahun 2004

PusatDaerah

Jumlah Propinsi Kab/Kota

1 PAJAK

  a. PBB 10% 90% 16,2% 64,8%

  b. BPHTBP 20% 80% 16% 64%

  c. PPh Pasal 25, Pasal 29 dan PPh 21

80% 20% 40% 60%

2 SDA (Non Pajak)        

  a. Kehutanan :        

  1.IHPH 20% 80% 16% 64% utk kab/kota penghasil

Pendapatan Asli Daerah merupakan kegiatan ekonomi yang berasal dari daerah itu sendiri. PAD merupakan

cerminan kemandirian daerah.

Dana Perimbangan• Dana Bagi Hasil (DBH Pajak & Non

Pajak)-->berdasarkan persentase (%)

• Dana Alokasi Umum (DAU) pemerataan kemampuan keuangan daerah berdasarkan Alokasi Dasar dan Celah Fiskal (Kebutuhan Fiskal - kapasitas Fiskal)a. Kebutuhan fiskal=kebutuhan

daerah untuk membiayai pegawai dan infrastruktur dasar

b. Kapasitas Fiskal = DBH + PAD• Dana Alokasi Khusus (DAK)

pada daerah tertentu, kegiatan khusus prioritas nasional Dana pendamping APBD sebesar 10%

13

  2. PSDH 20% 80% 16% 32% utk kab/kota penghasil

  3. Dana Reboisasi 60% 40% - 40% utk kab/kota penghasil

  b. Pertambangan Umum 20% 80% - 80%

  1. Iurantetap(land-rent)

16% 64% utk kab/kota penghasil

  2. Iuraneksplorasidan eksploitasi (royalti)

16% 32% utk kab/kota penghasil

  c. Perikanan 20% 80% - 80%

  d. Minyak Bumi 84,5% 15,5% 3% propinsi yg bersangkutan

6% kab/kota penghasil

  0,5% 0,5% 0,1% prop yg bersangkutan

- 0,2% kab/kota penghasil ‘- sisanya 0,2% dibagi merata utk seluruh kab/kota dalam prop. yg bersangkutan

  e. Gas Bumi 69,5% 30,5% 6% utk prop. Yg bersangkutan

12% utk kab/kota penghasil

  0,5% 0,5% 0,1% prop yg bersangkutan

- 0,2% kab/kota penghasil ‘- sisanya 0,2% dibagi merata untuk seluruh kab/kota dlm prop.yg bersangkutan

  f. Panas Bumi (komponen PNBP)

20% 80% 16% utk prop. Yg bersangkutan

32% utk kab/kota penghasil

Dana Transfer DaerahTransfer ke daerah adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan

Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang terdiri dari Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian.

Transfer kedaerah ditetapkan dalam APBN, Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang selanjutnya dituangkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) selaku Kuasa Penggun Anggaran atas nama Menteri Keuangan selaku Pengguna Anggaran untuk tiap jenis transfer ke daerah dengan

14

dilampiri rincian alokasi per daerah.Berikut rincian jenis-jenis transfer dana ke daerah:a. Transfer Dana Perimbangan, meliputi:

1. Transfer Dana Bagi Hasil Pajak;2. Transfer Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam;3. Transfer Dana Alokasi Umum; dan4. Transfer Dana Khusus.

b. Transfer Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian, meliputi:1. Transfer Dana Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat;2. Transfer Dana Otonomi Khusus Nanggroe Aceh Darussalam; dan3. Transfer Dana Penyesuaian.

Pasca dikeluarkannya UU No.6 Tahun 2014 yang memberikan transfer selain ke daerah (provinsi dan kabupaten) namun juga untuk desa. Maka postur transfer dana transfer ke daerah juga berubah. Berikut gambar perbedaan postur transfer dana daerah untuk tahun anggaran 2014 (sebelum diberlakukannya UU. No.6 Tahun 2014) dan tahun anggaran 2015 (setelah diberlakukannya UU No.6 Tahun 2014) sebagai berikut:

Gambar 8: Postur Transfer Daerah TA 2014 dan 2015

Sumber: Presentasi DJPK Kemenkeu RI di Bintuni tahun 2015

15

Klasifikasi belanja menurut fungsi terdiri dari :1) klasifikasi belanja berdasarkan urusan pemerintahan

untuk tujuan pengelolaan pemerintahan daerah2) klasifikasi belanja berdasarkan fungsi pengelolaan

keuangan negara.

Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan merupakan penjabaran dari kebijakan umum anggaran sesuai dengan misi dan agenda prioritas dari masing-masing organisasi

Klasifikasi belanja berdasarkan organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi pemerintah daerah

Program/Kegiatan

Organisasi

Fungsi

Belanja DaerahBerdasarkan UU No.17 Tahun 2003, Belanja Daerah didefinisikan sebagai

kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih daerah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 yang kemudian dijabarkan dalam Permendagri 13 Tahun 2006, belanja diklasifikasikan berdasarkan jenis belanja yaitu: belanja tidak langsung dan belanja langsung. Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang penganggarannya tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang penganggarannya terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

Belanja Daerah diklasifikasikan sebagai berikut:

Gambar 9. Klasifikasi Belanja Daerah

Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri

16

• Belanja Langsung --> belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan

• Belanja Tidak Langsung --> belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan

BELANJA DAERAH

Belanja Tidak Langsung

Belanja Pegawai

Belanja Bunga

Belanja Subsidi

Belanja Hibah

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Bagi Hasil Kepada Prop/Kab/Kota dan Pemdes

Belanja Bantuan Keuangan

Belanja Tidak Terduga

Belanja Langsung

Belanja Pegawai

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Modal

Gambar 10. Komposisi Belanja Daerah

Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri

Pembiayaan daerahPembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan Pemerintah Daerah yang

digunakan untuk menutup selisih antara pendapatan dengan belanja daerah. Dalam UU dijelaskan bahwa pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali baik padatahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya.

17

PEMBIAYAAN DAERAH

Penerimaan Pembiayaan

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya(SILPA)

Pencairan Dana Cadangan

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Penerimaan Pinjaman Daerah

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

Penerimaan Piutang Daerah

Jumlah Penerimaan Pembiayaan

Pengeluaran Pembiayaan

Pembentukan Dana Cadangan

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

Pembayaran Pokok Utang

Pemberian Pinjaman Daerah

Jumlah Pengeluaran Pembiayaan

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (SILPA)

Gambar 11. Komposisi Pembiayaan Daerah

Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri

Pertanyaan Kunci: 1. Apa yang dimaksud dengan Pendapatan daerah,

belanja daerah dan Pembiayaan Daerah?2. Sebutkan komponen Pendapatan Asli Daerah/PAD!3. Sebutkan komponen belanja daerah!4. Sebutkan komponen pembiayaan daerah!

18

Bagian IV.

Metode Pemantauan (Strategi Advokasi)

Pokok BahasanDalam sesi ini masyarakat diajak untuk memahami metode pemantauan dan

strategi advokasi yang dapat digunakan dalam mempengaruhi dan mengawal proses perencanaan dan penganggaran sesuai dengan siklus PPD. Pada sesi ini masyarakat juga akan diberi pemahaman tentang gerakan advokasi dalam melihat peluang-peluang yang dapat digunakan untuk mempengaruhi proses advokasi PPD mulai dari tahap perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pelaporan hingga pertanggungjawaban.

AdvokasiAdvokasi merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk mempengaruhi

keputusan dan kebijakan publik yang ditujukan untuk membantu kelompok masyarakat yang dirugikan, dan termarjinal. Advokasi biasanya dilakukan secara terorganisir, terencana dan sistematis sehingga perubahan yang diinginkan dapat tercapai. Pelibatan masyarakat dalam proses advokasi merupakan salah satu syarat yang penting.

Secara umum, advokasi memiliki 3 (tiga) wilayah kerja. Masing-masing wilayah kerja advokasi akan berdampak terhadap strategi dan kegiatan yang dilakukan.

19

Gambar 12. Wilayah Kerja Advokasi

Sumber: Seknas FITRA

Advokasi AnggaranProses Perencanaan dan Penganggaran merupakan salah satu fokus utama dalam

penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Oleh karena itu, diperlukan partisispasi masyarakat dalam membantu terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik.

Partisipasi masyarakat menjadi komponen yang penting dalam proses perencanaan dan penganggaran karena menentukan ketepatan sasaran perencanaan dan penggunaan anggaran. Terdapat beberapa titik ruang partisipasi yang dapat digunakan masyarakat yaitu:

Gambar 13. Ruang partisipasi masyarakat dalam advokasi anggaran daerah

Sumber: Seknas FITRA

merupakan wilayah yang terkait dengan peraturan hukum dan perundang-undangan. Contoh kegiatan yang dilakukan dalam wilayah ini antara lain: menyusun naskah akademis, legal drafting, counter legal drafting dan judicial review

merupakan wilayah para penyusun dan pengambil kebijakan. Kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di wilayah ini antara lain: lobbying, diskusi, audiensi dll

merupakan wilayah penyadaran masyarakat. Kegiatan yang dilakukan di wilayah ini antara lain: pendidikan dan pelatihan, pengembangan opini publik melalui media dan kampanye, demontrasi dan mobilisasi massa.

Legislasi dan

Litigasi

Politik dan

Birokarasi

Sosialisasi dan

Mobilisasi

Musrenbang desa/Kelurahan hingga

musrenbang kecamatan

Penyusunan RKPD hingga KUA PPAS

Forum SKPD

Penyusunan RKA SKPD hingga

Penetapan APBD

Pelaksanaan APBD

20

Faktor Penghambat dan Pendukung Advokasi AnggaranDalam melakukan advokasi anggaran, terdapat faktor-faktor yang mendukung

dan yang menghambat advokasi. Berikut komponen-konponen yang termasuk dalam kedua faktor tersebut:

Gambar 14. Faktor pendukung dan penghambat advokasi

Sumber: Seknas FITRA

Strategi Advokasi AnggaranDalam proses penyusunan advokasi anggaran maka penggunaan strategi yang

dilakukan dengan teroganisir, terstruktur, dan sistematis dengan memperhatikan beberapa langkah berikut ini:

Faktor Pendukung

Faktor Penghambat

Inisiatifpolitisdariaktor-aktor kunci di daerah

Kemauan untuk bersinergi dan

berjaringan yang lemahKelembagaan dan ketersediaan akses

informasi publik baik terpusat pada satu SKPD ataupun masing-masing-

masing SKPD

Legal basis daerah yang tidak jelas

Kepemimpinan daerah yang masih menutup

diri

Adanya regulasi yang menjamin partisipasi

publik dan keterbukaan informasi publik

Birokrasi yang membatasi akses masyarakat atas

dokumen publik

21

Gambar 15. Tahapan strategis advokasi

Sumber: Seknas FITRA

Tahap 1: Identifikasi dan Analisis IsuAnalisis isu merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan advokasi yang

sangat penting. Pentingnya identifikasi dan analisis isu untuk mendapatkan informasi yang akurat dan pemahaman yang mendalam dan menyeluruh terhadap isu yang akan diadvokasi.

Tahap 2: Merumuskan Tujuan AdvokasiHasil analisis isu berkontribusi terhadap penentuan tujuan advokasi. Tujuan yang

dirumuskan harus memenuhi kriteria SMART (Specific, Measureable, Achievable, Relevant, Time-bound).

Tahap 3: Identifikasi dan Analisis Aktor/StakeholdersDalam tahapan ini dilakukan analisis berdasarkan isu dan tujuan advokasi yang

sudah ditetapkan. Daftar actor/stakeholders disusun lalu dikategorisasi berdasarkan tingkat relevansinya terhadap isu dan tujuan advokasi.

evaluasi dan monitoring

pelaksanaan rencana

posisi lembaga/kelompok

analisis situasi/masalah

riset kebijakan memetakan kekuasaan

menentukan target advokasi

menentukan dan mengemas isu

advokasi

22

Tahap 4: Memilih Taktik/Cara advokasiSetelah pemetaan dilakukan maka tahap selanjutnya adalah melakukan

pemilihan terhadap cara advokasi yang akan digunakan, dapat juga menggunakan berbagai macam media.

Tahap 5: Membuat Rencana Kerja AdvokasiDalam tahapan ini dilakukan penyusunan rencana kerja advokasi. Rencana kerja

meliputi kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan advokasi yang dilengkapi dengan kerangka waktu, sumberdaya yang dibutuhkan dan pihak-pihak yang bertanggungjawab terhadap kegiatan tersebut.

Tahap 6: Monitoring dan EvaluasiSetiap kegiatan yang direcanakan dan hasil yang dicapai harus dimonitoring dan

dievaluasi sesuai dengan tujuan advokasi.

Studi Kasus:Advokasi Anggaran Kesehatan di Polewali Mandar *

Kabupaten Polewali Mandar (Polman) merupakan salah satu kabupaten yang berada

di wilayah Sulawesi Barat. Polman terbagi atas 16 kecamatan dengan 455.572 jiwa.

Dari segi infrastruktur terjadi kesenjangan yang sangat tinggi antara daerah perkotaan

dengan perdesaan. Infrastruktur yang relatif baik hanya terdapat di 2 kecamatan

di wilayah perkotaan saja yaitu Kecamatan Polewali dan Kecamatan Wonomulyo.

Sementara kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah perdesaan minim fasilitas

publik baik sarana maupun prasarana. Mereka juga kesulitan akan akses terhadap

listrik, pendidikan, kesehatan bahkan sarana kebersihan (MCK).

Berdasarkan data UNDP pada tahun 1999, Angka Harapan Hidup di Polman

termasuk rendah bila dibandingkan dengan daerah lain. Sementara itu, alokasi

anggaran kesehatan hanya sebesar 5,4% dari total APBD dengan rincian 15,2% untuk

belanja aparatur dan 84,8% untuk belanja publik. Namun setelah dianalisa lebih dalam

ternyata 84,8% belanja publik ini lebih banyak digunakan untuk belanja pegawai yaitu

sebesar 76,8%. Sehingga dengan demikian, alokasi anggaran yang riil digunakan untuk

kepentingan masyarakat hanya sebesar 15,2%.

Alokasi anggaran kesehatan yang sangat minim ini berbanding terbalik dengan

penerimaan yang diterima dari sektor kesehatan. Pada tahun 2005, penerimaan dari

retribusi kesehatan mencapai sebesar 1,3 Milyar atau 50% dari total penerimaan

retribusi daerah. Dan itu sama artinya bahwa pembangunan di Polman dibiayai oleh

orang sakit.

AdvokasianggarankesehatandiPolmandimulaipadatahun2005olehYASMIB.

Setelah melakukan analisis terhadap APBD dan menemukan fakta-fakta kesenjangan

23

danketidakadilandalamalokasianggaran,YASMIBmulaimelakukanpengorganisiran

terhadap kelompok-kelompok masyarakat terutama perempuan.

Kenapa perempuan?

Dalam banyak kasus, buruknya pelayanan kesehatan sangat terkait dengan

kepentingan perempuan. Perempuan yang paling mendapatkan dampak ketika ada

anggota keluarga yang sakit dan perempuan pula yang paling sering menjadi korban

akibat buruknya pelayanan kesehatan misalnya ketika melahirkan.

Setelah memetakan siapa yang menerima dampak paling buruk akibat kebijakan

ini, YASMIB kemudian mulai melakukan pendampingan dan penyadaran melalui

pendidikan (transformasi informasi). Langkah-langkah pendampingan diperlukan

untuk membangun kedaulatan rakyat atas anggaran yang terindikasi dari tumbuhnya

pertisipasi dan kontrol masyarakat terhadap jalannya pembangunan.

Intervensi terhadapkebijakandilakukandengancaramengontroldanmengkritisi

secara langsung setiap kebijakan dan anggaran pemerintah terutama yang terkait

dengansektorkesehatan.Intervensidiawalidenganmelakukanassessment (penilaian)

terhadap kemiskinan dan ketimpangan gender yang terjadi di dalam masyarakat.

Kemudian dilakukan analisis berbagai dokumen kebijakan dan anggaran. Hasilnya

kemudian digunakan untuk membangun opini publik melalui media massa dan

membangun komunikasi politik dengan kuasa anggaran (eksekutif dan legislatif).

Selain itu juga dibarengi dengan memantau dan mengawal setiap proses dan

tahapan perencanaan dan penganggaran; mulai dari perencanaan, penetapan, hingga

pelaksanaan anggaran.

SeiringdengangerakanadvokasianggaranyangdilakukanYASMIB,pada tahun

2006 mulai terlihat beberapa perbaikan dimana anggaran kesehatan Polman mengalami

peningkatan sebesar 9% dari tahun sebelumnya. Kemudian juga bermunculan berbagai

perogram dan kegiatan yang lebih berpihak pada kepentingan rakayat miskin seperti

program pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin.**

*disarikan dari buku Belajar dari Tanah Mandar; Mengawali Gerakan Gender Budget

di Polewali Mandar, ditulis oleh: Yenny Sucipto, Sunarti Sain dan Rosniaty.

Pertanyaan Kunci: 1. Sebutkan 3 (tiga) wilayah kerja advokasi!2. Sebutkan tahapan strategi advokasi anggaran!3. Sebutkan faktor-faktor pendukung dan penghambat

advokasi anggaran!4. Pada tahapan apa sajakah terdapat peluang

partisipasi masyarakat dalam PPD?

24

Lam

pira

n 1 –

Con

toh

Pri

orit

as P

latf

orm

dan

Ang

gara

n Se

men

tara

(Sum

ber:

htt

p://

bapp

eda.

banj

arm

asin

kota

.go.

id)

25

LAMPIRAN

Lampiran 2 – Contoh Rencana Kerja dan Anggaran SKPD

Sumber: http://kalbarprov.go.id

26

LAMPIRAN

Lampiran 3 – Contoh Ringkasan APBD

Sumber: http://kalbarprov.go.id

27

Lampiran 4 – Contoh Dokumen Pelaksanaan Anggaran

Sumber: http://kalbarprov.go.id

28

Lampiran 5 – Contoh Laporan Realisasi Anggaran

Sumber: http://kalbarprov.go.id

29

LAMPIRAN

Lampiran 6 - Rekapitulasi Belanja Pemerintah Daerah

Sumber: Dikutip dari data Seknas FITRA

30

Daftar Pustaka

Yenny Sucipto, dkk (2014). Modul Magang; Perencanaan dan Penganggaran responsif Gender. Jakarta: Forum Indonesia untuk Transparansi

Anggaran (FITRA).

Fridollin Berek, dkk (2006).Kumpulan Modul Pendidikan Politik Anggaran Bagi Warga. Bandung; Bandung Institute for Governance Studies(BIGS),

Yenny Sucipto, dkk. (2008). Belajar Dari Tanah Mandar; Makassar: Yayasan Swadaya Mitra Bangsa (YASMIB) dan Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA).

31

Biodata Penulis

Yenny Sucipto. Lulusan S1 Universitas Brawijaya Malang, dan tercatat sebagai mahasiswa pasca sarjana Ilmu Ekonomi IPB dan pasca sarjana Kajian Gender dan Transformasi Sosial UI. Sejak Tahun 2013 dipercaya sebagai Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA). Aktif sebagai aktivis lembaga swadaya masyarakat dan peneliti APBN/D sudah sejak tahun 2002, hingga dipercaya menjadi kontributor untuk isu anggaran sektoral di beberapa publikasi lembaga, dan beberapa tulisan opininya juga pernah dipublikasikan di media, seperti Kompas maupun Jurnal Nasional. Yenny juga menulis beberapa publikasi, di antaranya “Gerakan Advokasi Pro Poor Budget” (2007); “Belajar Dari Tanah Mandar” (2008); “Inovasi Partisipasi” (2009); “Beban Keuangan Negara Terhadap Pemekaran Daerah” (2010); “Kebijakan Anggaran HIV dan Aids” (2011); Pak Bujet: Melek Anggaran” (2012); dan “Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah” (2013)”, “APBN Konstitusi Tahun Anggaran 2014” (2013), “APBN 2014: Anggaran Kesejahteraan Sosial” (2014). Dapat dihubungi melalui email: [email protected]

Yenti Nurhidayat. Sejak kuliahdi Universitas 17 Agustus Jakarta pada tahun 1993 aktif mengeluti dunia advokasi dan kampanye dengan merancang berbagai kegiatan kesenian yang ditujukan untuk membangun kesadaran publik terhadap isu-isu kemanusiaan. Pernah bekerja sebagai campaign officer Komnas Perempuan pada tahun 2002-2004. Mulai terlibat dalam riset dan kajian sejak tahun 2007 dan awal 2015 mulai bergabung dengan Seknas FITRA sebagai staff riset.

Selain sebagai peneliti, Yenti juga aktif mendalami dunia teater dan penulisan. Karya-karyanya diterbitkan di beberapa media massa. Yenti dapat dihubungi melalui [email protected].

32

Tentang Koalisi Publish What You Pay (PWYP) Indonesia

Publish What You Pay (PWYP) Indonesia merupakan koalisi 38 organisasi masyarakat sipil untuk transparansi dan akuntabilitas tata kelola sumber daya ekstraktif migas, pertambangan, kehutanan dan sumber daya alam

lainnya. PWYP Indonesia terafiliasi dalam kampanye global Publish What You Pay. Berdiri sejak tahun 2007, dan terdaftar sebagai badan hukum Indonesia

sejak tahun 2012 dengan nama Yayasan Transparansi Sumberdaya Ekstraktif. Aktivitas PWYP Indonesia berada di sepanjang rantai nilai sumberdaya

ekstraktif yang berfokus pada transparansi dan akuntabilitas fase sebelum kontrak (publish why you pay) danpendapatan negara (publish what you pay); fase pemanfaatan pendapatan ekstraktif untuk kesejahteraan dan

pembangunan berkelanjutan (publish what you earn and how you spend).

33

34

35