Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
date post
07-Jul-2018Category
Documents
view
387download
34
Embed Size (px)
Transcript of Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
1/25
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
2/25
Modul Workshop
bagaimana mendefin dapat digunakan:
i. Blok. Bila blo dibatasi jalan, dan berapa p bawah ini.
ii. Sub Blok. Bila jalan lingkung dipisahkan ole
Penggabungan dua atmemperhatikan pola Blok “kecil” yang da memiliki homogenita tidak homogen sebai akan menjadi sub blo
G
iii. Superblok. Bi oleh jalan kol
1-2
isikannya. Berikut diterangkan beberapa
didefinisikan sebagai bagian kawasan maka semua bagian kawasan yang dibatasi
un ukuran luasnya akan menjadi blok se
Gambar 1. 1Ilustrasi Blok
blok didefinisikan sebagai bagian kawasan n, maka blok 3, 4, 5 dan 6 yang merupaka
h gangakan menadi satu kesatuan blok sepe
au beberapa blok “kecil” menjadi satu bl enggunaan lahan yang ada pada masing-m at digabung menjadi satu kesatuan blok penggunaan lahan. Blok “kecil” yang pe
nya tidak digabungkan karena pada ahirn tersendiri.
mbar 1. 2Ilustrasi Blok dan Sub Blok
la blok didefinisikan sebagai bagian kaw ktor sekunder, maka akan lahir super blok
variasi blokyang
erencanaan yang oleh jalan apapun erti gambar 1 di
yang dibatasi oleh blok “kecil” yang
rti pada gambar 2.
k sebaiknya harusasing blok “kecil”. baru adalah yang ggunaan lahannya a blok “kecil” ini
san yang dibatasi ang berisikan blok
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
3/25
Modul Workshop
dan sub blo keterkaitan f superblok sif penyamaan f redevelopmen
b. Zona dan Sub Zona Zona adalah perunt perumahan, zona per
setiap blok fisik tida satu zona atau sub-z lebih zona atau sub z menjadi sub blok fisik Contoh pendetailan s menjadi Perumahan Perumahan Kepadata Kepadatan Sangat R ditetapkan lebih rinci
A.2 Kedudukan RDTR dan P
Kedudukan RDTR adalah seb Kabupaten/Kota dan perat pemanfaatan ruang. Sesuai 2010 tentang Penyelenggar menetapkan bagian dari wila wilayah yang akan disusun strategis kabupaten/kota.
1-3
. Penetapan superblok sebaiknya haru ngsi antar blok di dalam setiap sup tnya futuristik sehingga harus diiringi
ungsi antar blok, revitalisasi lingkun .
Gambar 1. 3Ilustrasi Super Blok
kan ruang pada blok kawasan. Contoh agangan dan jasa serta zona industri.Peru
harus selalu homogen, melainkan bisa t na peruntukan. Jika pada suatu blok fisik na peruntukan ruang, maka blok fisik ter mengikuti zona atau sub zona peruntukann
buah zona menjadi sub zona adalah Zona Kepadatan Sangat Tinggi, Perumahan
n Sedang, Perumahan Kepadatan Renda ndah.Apabila diperlukan,peruntukan ruan lagi menjadi sub-sub zona.
raturan Zonasi dalam Rencana Tata Ruan
agai rencana rinci dari Rencana Tata Rua uran zonasi sebagai salah satu peran ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah aan Penataan Ruang, setiap RTRW kab yah kabupaten/kota yang perlu disusun RD
RDTRtersebut merupakan kawasan perkot
s memperhatikan r blok.Penetapan dengan program
an atau bahkan
zona adalah zona ntukan ruang pada
erdapat lebih dari terdapat dua atau sebut dapat dibagi ya. Perumahan dirinci epadatan Tinggi,
dan Perumahan g sub zona dapat
g Wilayah (RTRW) kat pengendalian Nomor 15 Tahun
paten/kota harus R-nya.Bagian dari
aan atau kawasan
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
4/25
Modul Workshop
Gambar 1. 4Hubung
Rencana Tata Ruang dan pembangunan. Keduanya b dimana rencana pembangu dengan kebijakan dan strate ruang berfungsi sebagai berp ruang supaya dapat dimanf
perencanaan tersebut ditunj
Gambar 1. 5Kedudukan RDTR
UU 26/2007 tentang Penataa terdiri dari pengaturan, pe produk dari kegiatan peren
1-4
n Antara Produk Rencana dan Wilayah Perenc
encana Pembangunan merupakan dua p erpadu memberikan pelita bagi pemba an berperan sebagai penentu visi pem
gi untuk mewujudkan visi tersebut, sedan ran sebagai penerjemah visi rencana pem atkan secara optimal. Kedudukan RDTR
kkan oleh gambar 5.
alam Rencana Tata Ruang danSistem Perenca Nasional
n Ruang menjelaskan bahwa penyelenggara mbinaan, pelaksanaan dan pengawasan. anaan tata ruang, tepatnya sebagai hasi
anaannya
ilar penentu arah gunan Indonesia,
bangunan disertai gkan rencana tata angunan ke dalam dalam dua sistem
naan Pembangunan
an penataan ruang RDTR merupakan
l dari penyusunan
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
5/25
Modul Workshop
rencana rinci tata ruang. Ke diagram di bawah ini.
Gambar 1. 6Kedudukan Ren
A.3 Kriteria Penyusunan RD
RDTR Kabupaten/Kota disusu
1. RTRW Kabupa pemanfaatan 1:5000
2. RTRW Kabupa perlu disusun
3. RTRW Kabupa belum dilengk
Pada kondisi yang sesuai den berikut Peraturan Zonasinya dengan kriteria 3, maka p kriteria penyusunan RDTR da
1-5
udukan RDTR dalam sistem penataan ruan
ana Rinci dan Peraturan Zonasi dalam Sistem
R Kabupaten/Kota dan Peraturan Zonasi
n apabila memenuhi salah satu dari tiga kri
ten/Kota belum dapat dijadikan acuan d ruang karena tingkat ketelitian petanya
en/Kota sudah mengamanatkan bagian da DTR-nya en/Kota disusun pada tingkat ketelitian pi dengan Peraturan Zonasi
gan kriteria 1 dan 2, maka pemerintah har sesuai amanat Permen PU 20/2011. Pada merintah cukup menyusun Peraturan Zo PZ ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
g ditunjukkan oleh
Penataan Ruang
eria berikut:
alam pelaksanaan belum mencapai
i wilayahnya yang
eta 1:5000 tetapi
us menyusun RDTR ondisi yang sesuai asi saja. Ilustrasi
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
6/25
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
7/25
Modul Workshop
1-7
Gambar 1. 10Contoh RDTR Kawasan Perkotaan
d. Kawasan strategis yang memiliki ciri kawasan perkotaan . Lingkup wilayah perencanaan ini merupakan gabungan antara lingkup wilayah perencanaan kedua (kawasan fungsional) dan lingkup wilayah perencanaan ketiga (kawasan perkotaan). Contoh wilayah perencanaan tipe ini adalah kawasan strategis yang dilihat dari sudut kepentingan ekonomi (kawasan pusat perdagangan dan jasa).
Gambar 1. 11Contoh RDTR Kawasan Strategis Perkotaan
e. Bagian wilayah yang berupa kawasan pedesaan dan direncanakan menjadi kawasan perkotaan . Lingkup wilayah perencanaan dapat berupa kawasan pedesaan yang akan didorong pembangunannya menjadi pusat kegiatan baru. Contoh wilayah jenis ini adalah kawasan pusat permukiman baru.
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
8/25
Modul Workshop
1-8
Gambar 1. 12Contoh RDTR Kawasan Pedesaan yang Direncanakan sebagai Kawasan Perkotaan
Wilayah perencanaan RDTR tersebut disebut sebagai Bagian Wilayah Perencanaan (BWP)
dalam materi teknis rencana. Setiap BWP terdiri atas Sub BWP yang ditetapkan denganmempertimbangkan:
• Morfologi BWP; • Keserasian dan keterpaduan fungsi BWP; dan • Jangkauan dan batasan pelayanan untuk keseluruhan BWP dengan
memperhatikan rencana struktur ruang dalam RTRW
A.5 Masa Berlaku RDTR
RDTR berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun. Peninjauan kembali RDTR dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun jika:
o Terjadi perubahan RTRW kabupaten/kota yang mempengaruhi BWP RDTR o Terjadi dinamika internal kabupaten/kota yang mempengaruhi pemanfaatan
ruang secara mendasar antara lain berkaitan dengan bencana alam skala besar, perkembangan ekonomi yang signifikan, dan perubahan batas wilayah daerah
B. Muatan RDTR
Penyusunan RDTR saat ini berpedoman pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2011. Dalam pedoman tersebut disebutkan bahwa muatan RDTR terdiri atas:
a. Tujuan penataan BWP; b. Rencana pola ruang; c. Rencana jaringan prasarana; d. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya; e. Ketentuan pemanfaatan ruang; dan f. Peraturan zonasi
Modul ini akan membahas 5 muatan pertama, yaitu tujuan penataan BWP, rencana pola ruang, rencana jaringan prasarana, penetapan sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
9/25
Modul Workshop
1-9
dan ketentuan pemanfaatan ruang. Pembahasan mengenai muatan peraturan zonasi disajikan dalam modul terpisah.
B.1 Tujuan Penataan Bagian Wilayah Perkotaan (BWP)
Tujuan penaatan BWP berfungsi sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Pola Ruang, Rencana Jaringan Prasarana, Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya, ketentuan pemanfaatan ruang dan peraturan zonasi sekaligus menjaga konsistensi dan keserasian dengan RTRW. Perumusan Tujuan Penataan BWP, didasarkan kepada beberapa pertimbangan, yaitu:
Arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW Isu strategis BWP yang antara lain dapat berupa potensi, permasalahan maupun
urgensi penanganan lainnya Karakteristikspesifik BWP
Tujuan penataan BWP dirumuskan dengan mempertimbangkan: Keseimbangan dan keserasian antar bagian dari wilayah kabupaten/kota; Fungsi dan peran BWP; Potensi investasi; Kondisi sosial dan lingkungan BWP; Peran masyarakat dalam pembangunan; dan P