MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi...

63
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR-DASAR PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN BUKU INFORMASI MENJELASKAN BEBERAPA PROSES DAN INTERAKSI PENTING PADA EKOSISTEM LAUT KKP.02.001.01 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PUSAT PELATIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Jl.Medan Merdeka Timur No. 16 Gedung Mina Bahari III Lt. 8 Jakarta Pusat

Transcript of MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi...

Page 1: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR-DASAR PENGELOLAAN KAWASAN

KONSERVASI PERAIRAN

BUKU INFORMASI

MENJELASKAN BEBERAPA PROSES DAN INTERAKSI PENTING PADA EKOSISTEM LAUT

KKP.02.001.01

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PUSAT PELATIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Jl.Medan Merdeka Timur No. 16 Gedung Mina Bahari III Lt. 8 Jakarta Pusat

Page 2: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis
Page 3: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: i dari 63

KATA PENGANTAR

Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang ada di dalam berbagai jenis perairan yang luasnya hampir mencapai 75% dari luas wilayah Indonesia. Indonesia adalah negara peringkat kedua yang memiliki terumbu karang terluas di dunia setelah Australia. Wilayah Indonesia juga merupakan pusat keanekaragaman hayati yag sangat tinggi pada segitiga terumbu karang dunia yang terkenal dengan sebutan “the Coral Triangle”. Sekarang kawasan ini memiliki tantangan berupa degradasi ekosistem laut sehingga konservasi akan berperan penting dalam mengimbangi dampak dari eksploitasi berupa kelangkaan sumber daya ikan dan degradasi ekosistem laut yang timbul karena berbagai kegiatan manusia.

Kementerian Kelautan dan Perikanan mencanangkan Indonesia sebagai penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar pada tahun 2015. Pencanangan ini tentunya bermakna bahwa poduksi perikanan tangkap perlu ditingkatkan. Jika tidak diimbangi oleh semangat untuk mewujudkan keberlanjutan, maka upaya pencanangan tersebut akan menimbulkan krisis perikanan. Oleh sebab itu, perlu komitmen bersama untuk melakukan pelestarian sumber daya ikan dan konservasi lingkungan perairan dalam rangka menjaga keutuhan ekosistem yang sehat.

Kawasan konservasi perairan (KKP) adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Dari pengertian tersebut jelas adanya sinergi dan harmoni di antara konservasi dan pengelolaan sumber daya ikan. Oleh karena itu, salah satu cara yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mewujudkan pengelolaan dan konservasi sumber daya ikan adalah dengan memprakarsai dan memfasilitasi gagasan pembentukan kawasan konservasi perairan (KKP) di berbagai tempat. Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menentukan sasaran kawasan konservasi perairan seluas 10 juta hektar pada tahun 2010 dan 20 juta hektar pada tahun 2020.

Keberhasilan pengelola KKP sangat ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten di berbagai bidang dan disiplin ilmu terkait. Untuk itu diperlukan serangkaian program pelatihan yang diselenggarakan oleh para pelatih yang mengajar dengan modul pelatihan berbasis kompetensi dalam proses pembelajaran yang efektif.

Dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia tersebut, 32 orang pelatih (berasal dari lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP), Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulai Kecil (Ditjen KP3K), Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP), kalangan perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat) mengikuti kegiatan Training of Trainers untuk Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Tingkat Dasar atau Training of Trainer in Marine Protected Areas 101 di Balai Diklat Perikanan Aertembaga dan Balai Diklat Perikanan Tegal pada bulan Juli – Agustus 2010. Sebagian dari pelatih tersebut selanjutnya telah melatih para calon pengelola kawasan konservasi perairan di Balai Diklat Perikanan Banyuwangi dan Balai Diklat Perikanan Belawan masing-masing berturut-turut pada bulan November 2010 dan Februari 2011. Seluruh rangkaian pelatihan tersebut diselenggarakan oleh National Oceanographic and Atmsopheric Administration (NOAA) dan USAID-Coral Triangle Support Partnerships (USAID-CTSP) yang bekerjasama dengan Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan (Dit KKJI – KP3K) dan Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan (Puslat – BPSDM KP). USAID-CTSP adalah sebuah kegiatan USAID yang pelaksanaannya melibatkan sebuah konsorsium yang terdiri dari tiga lembaga swadaya masyarakat internasional, yaitu Conservation International, The Nature Conservancy, dan World Wildlife Fund.

Page 4: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: ii dari 63

Guna menunjang keberhasilan pelatihan–pelatihan di bidang konsevasi perairan selanjutnya, maka dilakukan adaptasi terhadap bahan pelatihan yang dipakai dalam ToT MPA-101 menjadi Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi di bidang Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan. Adaptasi bahan pelatihan ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.21/MEN/X/2007 tentang Tata Cara Penetapan Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang telah diadopsi oleh Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan cq.Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan. Modul yang disajikan dalam dokumen ini berjudul: ”Modul Pelatihan Berbasis Kompetesi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan” untuk unit kompetensi: ”Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting Pada Ekosistem Laut”.

Semoga modul pelatihan ini bermanfaat bagi para pelatih, peserta pelatihan, dan para pengelola kawasan konservasi perairan serta para pembaca pada umumnya.

Jakarta, November 2011

Kepala Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan

Drs. Mulyoto, MM.

NIP 19580314 198103 1 002

Page 5: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: iii dari 63

UCAPAN TERIMA KASIH

Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, baik perorangan maupun institusi, yang memungkinkan tersusunnya draft kurikulum ini. Mereka di antaranya adalah:

(1) Pimpinan USAID- Indonesia yang memberikan arahan implementasi kegiatan Coral Triangle Support Partnerships (USAID-CTSP) dalam mendukung program pengembangan kapasitas sumber daya manusia untuk pengelolaan kawasan konservasi peraiaran di Indonesia.

(2) Ms Anne Walton dari dari International MPA Capacity Building Program, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang pertama menyusun dan selalu mengembangkan modul pelatihan ini, menerapkannya dalam berbagai kegiatan pelatihan dan berkenan berbagi ilmu serta pengalamannya yang luar biasa kepada kami di Indonesia.

(3) Tim Pengembangan Pengelolaan Kawasan Konservasi Kepala Burung yang terdiri dari Conservation International Indonesia, the Nature Conservancy, dan World Wild Fund, sebagai pihak pertama bersama NOAA yang melaksanakan kegiatan pelatihan MPA 101 di kawasan Kepala Burung dan Indonesia dan berkenan untuk berbagi pengalaman untuk dijadikan model pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia .

(4) Mr Jason Phillibotte, MSc (NOAA), Bapak Asril Djunaidi, MSc (CI Indonesia), Ibu Meity Mongdong, IK (CI Indonesia), Bapak Arisetiarso Soemodinoto, PhD (TNC) sebagai pelatih dalam penyelenggaraan rangkaian Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Tingkat Dasar di Aertembaga (Sulawesi Utara), Tegal (Jawa Tengah), Banyuwangi (Jawa Timur) dan Belawan (Sumatera Utara).

(5) Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Dit KKJI – Ditjen KP3K).

(6) Kepala Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan – Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (Puslat - BPSDM-KP).

(7) Para Widyaiswara di lingkungan Puslat Kelautan dan Perikanan – BPSDM KP

(8) Para pelatih lulusan ToT MPA101 di Balai Diklat Perikanan Aertembaga dan Tegal.

(9) Para nara sumber dan panitia pelatihan ToT MPA101 dan Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Tingkat Dasar di Balai Diklat Perikanan Banyuwangi, Belawan dan Tegal, di antaranya adalah Ms Tamra Faris (ToT MPA101 di Aertembaga dan Tegal) dan Mr Edward Lindelof (Pelatihan MPA101 di Banyuwangi).

(10) Para peserta pelatihan ToT MPA101 di Aertembaga dan Tegal dan Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Tingkat Dasar di Banyuwangi dan Belawan.

(11) Para mantan anggota Tim 11 yang dibentuk pada tahun 2009 oleh Direktur KKJI - Ditjen KP3K.

Jakarta, 15 Agustus 2011

Ketuda Tim Adaptasi Materi Pelatihan

Dr. M. Fedi A. Sondita

Page 6: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: iv dari 63

TIM ADAPTASI MATERI PELATIHAN

Seperti dijelaskan dalam Kata Pengantar di muka, naskah materi pelatihan ini berasal dari manual yang disusun oleh Tim NOAA yang dipimpin oleh Ms Anne Walton dan Tim Conservation International Indonesia untuk kegiatan pengembangan pengelolaan kawasan konservasi perairan di daerah Kepala Burung (Bird’s Heas Seascape – BHS). Manual tersebut kemudian dipakai sebagai materi pelatihan dalam dua kegiatan Pelatihan untuk Pelatih (Training for Trainers, ToT MPA101) pada tahun 2010. Setelah beberapa kali diterapkan dalam pelatihan di Banyuwangi, Belawan, Tegal dan Bitung, materi pelatihan ini kemudian diadaptasikan ke dalam format yang dikenali oleh para Widyaiswara di lingkungan BPSDM Kelautan dan Perikanan. Proses adaptasi ini difasilitasi oleh Conservation International Indonesia dengan pendanaan Program USAID-CTSP Indonesia sebagai tanggapan terhadap kebutuhan kurikulum untuk pelatihan konservasi perairan yang dikoordinasikan oleh Pusat Pelatihan BPSDM-KP.

Tim adaptasi materi pelatihan ToT MPA101 menjadi dokumen silabus kurikulum dan modul pelatihan berbasis kompetensi ”Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan”

No. Nama Institusi

1 Dr. M. Fedi A. Sondita Conservation International Indonesia / Institut Pertanian Bogor

2 Untung Widodo, M.Ed Tim 11 /Dit KKJI – Puslat BPSDM KP/ Widyaiswara Utama

3 Dr. Tiene Gunawan Conservation International Indonesia

4 Pusat Pelatihan BPSDM KP

5 Pusat Pelatihan BPSDM KP

Page 7: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: v dari 63

DAFTAR ISI

BAB I STANDAR KOMPETENSI KHUSUS (SKK) DAN SILABUS PELATIHAN

MENJELASKAN BEBERAPA PROSES DAN INTERAKSI PENTING PADA EKOSISTEM LAUT............................................................................................................1

A Standar Kompetensi Kerja Khusus (SKK)..........................................................................1

Batasan Variabel .........................................................................................................2

Panduan Penilaian.......................................................................................................4

Kaitan dengan unit kompetensi lain ...........................................................................6

Kompetensi kunci........................................................................................................6

B Unit Kompetensi Prasyarat ..............................................................................................6

C Silabus Pelatihan Berbasis Kompetensi ...........................................................................7

BAB II MATERI UNIT KOMPETENSI MENJELASKAN BEBERAPA PROSES DAN

INTERAKSI PENTING PADA EKOSISTEM LAUT ..............................................................14

A Latar Belakang................................................................................................................14

B Tujuan.............................................................................................................................14

C Ruang Lingkup ................................................................................................................14

D Peristilahan ....................................................................................................................14

E Diagram Alir Pencapaian Kompetensi ............................................................................16

MATERI UNIT KOMPETENSI ...............................................................................................17

1 Elemen Kompetensi: Menjelaskan proses dan interaksi biologi di dalam ekosistem laut ..............................................................................................................17

1.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan pengertian ekosistem.......................................17

1.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan pengelola ekosistem .................................................................................................18

1.3 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan proses respirasi dan proses lainnya .................18

2 Elemen Kompetensi: Menjelaskan proses dan pengaruh faktor oseanografis .................................................................................................................20

2.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan fenomena pasang surut dan arus pasang surut ..........................................................................................................................20

2.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan fenomena arus air ............................................21

2.3 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan fenomena gelombang laut ...............................23

3 Elemen Kompetensi: Mengidentifikasi jenis-jenis habitat perairan dan menjelaskan pedoman umum pengelolaannya...........................................................23

3.1 Aspek Pengetahuan: Menyebutkan jenis-jenis habitat perairan dan ciri-cirinya serta menjelaskan pedoman umum pengelolaannya..................................23

3.1.1 Terumbu Karang .............................................................................................23

3.1.2 Padang Lamun ................................................................................................24

3.1.3 Hutan Mangrove.............................................................................................24

3.1.4 Muara dan Laguna ..........................................................................................26

3.2 Aspek Keterampilan: Mengidentifikasi dan membuat daftar jenis - jenis ekosistem kunci di suatu kawasan dan menggambarkan lokasi atau luasannya dalam sebuah peta ...................................................................................................26

Page 8: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: vi dari 63

3.3 Aspek Sikap: Mengidentifikasi dan mendaftarkan jenis -jenis ekosistem

dengan tepat.............................................................................................................27

4 Elemen Kompetensi: Menjelaskan interaksi antar trofik ...........................................27

4.1 Aspek Pengetahuan: Menyebutkan kelompok biota laut berdasarkan jenis -jenis trofik dalam ekosistem .....................................................................................27

4.1.1 Produsen primer .............................................................................................28

4.1.2 Pemakan tumbuhan atau konsumen tingkat pertama ..................................28

4.1.3 Ikan dan avertebrata laut ...............................................................................29

4.1.4 Komunitas bentik............................................................................................30

4.1.5 Komunitas demersal .......................................................................................31

4.1.6 Komunitas pelagis...........................................................................................31

4.1.7 Burung air, mamalia laut, dan penyu .............................................................32

4.2 Aspek Keterampilan: Menyusun sejarah yang dialami ekosistem dan

mempertimbangkan sejarah tersebut untuk membangun kawasan konservasi perairan.....................................................................................................................32

4.3 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan jejaring makanan dan stabilitas ekosistem

laut ............................................................................................................................33

4.3.1 Transfer energi melalui jejaring makanan......................................................33

4.3.2 Keanekaragaman hayati .................................................................................35

4.4 Aspek Keterampilan: Membuat gambar tentang transfer energi melalui

jejaring makanan ......................................................................................................35

5 Elemen Kompetensi: Menjelaskan perubahan musiman dan perubahan

jangka panjang yang terjadi pada ekosistem laut .......................................................36

5.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan perubahan musiman dan jangka panjang

pada ekosistem laut..................................................................................................36

5.1.1 Upwelling di Samudra Hindia dan kawasan Indonesia ..................................36

5.1.2 Perubahan iklim ..............................................................................................37

5.1.3 El Nino dan Osilasi Selatan (ENSO) ................................................................39

5.1.4 Berkurangnya stok ikan ..................................................................................40

5.1.5 Eutrofikasi .......................................................................................................40

5.1.6 Pencemaran limbah beracun .........................................................................40

5.1.7 Spesies eksotik dan invasif .............................................................................41

5.1.8 Biostatus belum ditentukan ...........................................................................42

5.1.9 Ledakan populasi alga beracun ......................................................................43

5.2 Aspek Keterampilan: Mengidentifikasi faktor-faktor yang mengancam ekosistem di dalam kawasan konservasi perairan ...................................................44

6 Elemen Kompetensi: Menjelaskan keterkaitan di antara beberapa ekosistem laut dan antara ekosistem laut dan ekosistem daratan .............................45

6.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan keterkaitan antar ekosistem laut .....................45

6.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan keterkaitan antara ekosistem laut dan darat..........................................................................................................................46

6.3 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan pengelolaan berbasis ekosistem ......................46

6.4 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan konsep kesehatan dan keutuhan ekosistem ..................................................................................................................49

Page 9: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: vii dari 63

6.5 Aspek Sikap: Menyetujui bahwa sumber daya alam sebaiknya dikelola

dengan pendekatan berbasis ekosistem karena terdapat sejumlah proses dan interaksi yang kuat di antara komponen pembangunan ekosistem ........................51

BAB III SUMBER-SUMBER LAIN YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI ................................................................................................................52

A SUMBER KEPUSTAKAAN ................................................................................................52

B MATERI PELATIH ............................................................................................................53

C MEDIA VISUAL ................................................................................................................53

D DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN.....................................................................53

1 Daftar peralatan/mesin.........................................................................................53

2 Daftar bahan .........................................................................................................53

Page 10: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 1 dari 63

BAB I STANDAR KOMPETENSI KHUSUS (SKK) DAN SILABUS PELATIHAN

MENJELASKAN BEBERAPA PROSES DAN INTERAKSI PENTING PADA EKOSISTEM LAUT

A Standar Kompetensi Kerja Khusus (SKK)

KODE UNIT : KKP.02.001.01

JUDUL UNIT : Menjelaskan beberapa proses dan interaksi penting yang terjadi di dalam ekosistem laut.

DESKRIPSI UNIT : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk membangun pengelolaan yang efektif pada suatu kawasan konservasi perairan dengan cara memberikan pemahaman tentang proses dan interaksi yang terjadi di dalam ekosistem laut. Pembahasan mencakup proses dan interaksi biologi di dalam ekosistem laut, proses dan pengaruh faktor oseanografis, jenis-jenis habitat perairan dan menjelaskan pedoman umum pengelolaannya, interaksi antar trofi, perubahan musiman dan perubahan jangka panjang yang terjadi pada ekosistem laut, dan keterkaitan di antara beberapa ekosistem laut dan antara ekosistem laut dan ekosistem daratan.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

(1) Menjelaskan proses biologis di dalam ekosistem laut

(1) Pengertian ekosistem dijelaskan (2) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengelola

ekosistem dijelaskan (3) Proses respirasi dan proses lainnya dijelaskan

(2) Menjelaskan proses dan pengaruh faktor oseanografis

(4) Proses dan pengaruh oseanografis dijelaskan

(3) Mengidentifikasi jenis-jenis

habitat perairan dan menjelaskan pedoman umum pengelolaannya

(5) Jenis-jenis habitat dan panduan pengelolaannya dijelaskan

(6) Daftar dan gambar lokasi atau luasan beberapa ekosistem kunci ditunjukkan dalam sebuah peta

(4) Menjelaskan interaksi antar trofik (7) Jenis-jenis trofik diidentifikasi dan interaksi di antaranya dijelaskan

(8) Sejarah yang dialami ekosistem diceritakan dan sejarah

tersebut dipertimbangkan untuk membangun kawasan konservasi perairan

(9) Jejaring makanan dijelaskan (10) Konsep stabilitas ekosistem laut dijelaskan

(11) Gambar jejaring makanan ditunjukkan (12) Pentingnya kelestarian ekosistem dalam menunjang kehidupan

manusia diungkapkan.

Page 11: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 2 dari 63

Batasan Variabel

1 Unit kompetensi ini berlaku untuk mengenal beberapa proses dan interaksi penting yang terjadi di dalam ekosistem laut. Parameter unit kompetensi tersebut di antaranya adalah:

(1) Memahami definisi ekosistem laut, serta memahami proses dan interaksi yang terjadi di dalamnya.

(2) Mengetahui beberapa jenis habitat laut yang ada di kawasan konservasi perairan.

(3) Mengetahui interaksi antar trofik, konsekuensi dari ketidak-seimbangan ekosistem menurut konsep kestabilan jejaring makanan.

(4) Memahami perubahan-perubahan yang terjadi di alam dan konsekuensinya terhadap ekosistem laut.

(5) Memahami pengaruh berbagai faktor terhadap keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi perairan.

2 Perlengkapan yang dibutuhkan agar modul ini dapat dipelajari secara efektif mencakup:

(1) Sebuah ruang pelatihan yang dapat mengakomodasi 35 orang, dan ruang gerak yang luas untuk simulasi dengan perlengkapan berupa:

(2) 5 buah meja berbentuk lingkaran untuk peserta yang masing-masing dapat mengakomodasi hingga 6 orang

(3) 1 buah meja berbentuk lingkaran untuk tim pelatih, hingga 6 orang

(4) 2 papan tulis besar

(5) 5 buah flipchart dan standar.

(6) 1 buah dispenser air minum

(7) 1 buah komputer

(8) 1 buah printer

(9) 1 buah rak buku untuk menyimpan bahan-bahan referensi, peta dan lain-lain.

(10) 1 buah proyektor LCD

(11) 1 buah layar

(12) 5 buah papan tulis besar untuk memajang hasil pekerjaan peserta

(13) 1 set sound system

(5) Menjelaskan perubahan musiman dan perubahan jangka panjang yang terjadi pada

ekosistem laut

(13) Perubahan musiman dan jangka panjang pada ekosistem laut dijelaskan

(14) Faktor-faktor yang mengancam ekosistem di suatu KKP

diungkapkan

(6) Menjelaskan keterkaitan di antara beberapa ekosistem laut

(15) Konektivitas antar ekosistem laut dijelaskan

(7) Menjelaskan keterkaitan di antara ekosistem laut dan darat

(16) Konektivitas antara sistem laut dan darat dijelaskan

(8) Menjelaskan pengelolaan berbasis ekosistem

(17) Konsep pengelolaan berbasis ekosistem dijelaskan

Page 12: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 3 dari 63

(14) 1 paket bahan-bahan habis dan alat tulis untuk 5 kelompok.

3 Tugas pekerjaan untuk menjelaskan beberapa proses dan interaksi penting yang terjadi di dalam ekosistem laut adalah:

(1) Menjelaskan definisi ekosistem laut, serta memahami proses dan interaksi yang terjadi di dalamnya.

(2) Menjelaskan beberapa jenis habitat laut yang ada di kawasan konservasi perairan.

(3) Menjelaskan interaksi antar trofik, konsekuensi dari ketidak-seimbangan ekosistem menurut konsep kestabilan jejaring makanan.

(4) Menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi di alam dan konsekuensinya terhadap ekosistem laut.

(5) Menjelaskan pengaruh berbagai faktor terhadap keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi perairan.

4 Peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan ekosistem laut dan interaksinya adalah:

(1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

(2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang

(3) Undang-Undang nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

(4) Undang-Undang No 31 2004 Tentang Perikanan yang telah diubah menjadi UU No 45 Tahun 2009

(5) Peraturan Pemerintah RI Nomor 18 tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam

(6) Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut

(7) Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom

(8) Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 2007 Tentang Konsrvasi Sumberdaya ikan

(9) Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 tentang Sistem Pelatihan Nasional

(10) PERMEN KP .17/MEN/2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(11) PERMEN KP No 16 Tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(12) PERMEN KP No 17/2008 Tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(13) PERMEN NAKERTRANS Nomor PER.21/MEN/X/2007.Tentang Tata Cara Penetapan Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

(14) PERMEN KP.Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Kawasan Konservasi Perairan (laut) dan Perikanan Berkelanjutan

(15) PER.20/MEN/2008 Tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan Perairan di Sekitarnya

Page 13: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 4 dari 63

Panduan Penilaian

1 Penjelasan penilaian

Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya yang mungkin diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini :

KKP. 01.002.01 Pengenalan Kawasan Konservasi Perairan

2 Kondisi penilaian

Kondisi penilaian yang merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi yang terkait adalah:

(1) Menjelaskan definisi ekosistem laut, serta memahami proses dan interaksi yang terjadi di dalamnya.

(2) Menjelaskan beberapa jenis habitat laut yang ada di kawasan konservasi perairan: mengidentifikasi, mendaftar dan menggambar lokasi atau luasan ekosistem dalam sebuah peta (Latihan 2.1).

(3) Menjelaskan interaksi antar trofik, konsekuensi dari ketidak-seimbangan ekosistem menurut konsep kestabilan jejaring makanan: Menggambar transfer energi melalui jejaring makanan (Latihan 2.3)

(4) Menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi di alam dan konsekuensinya terhadap ekosistem laut: Menyusun sejarah suatu sumber daya atau ekosistem (Latihan 2.2a)

(5) Menjelaskan pengaruh berbagai faktor terhadap keberhasilan pe ngelolaan kawasan konservasi perairan: Mengidentifikasi faktor-faktor yang mengancam ekosistem di dalam kawasan konservasi perairan (Latihan 2.4)

Penilaian dapat dilakukan dengan cara lisan, tertulis, ketika praktek, baik secara perorangan maupun kelompok ketika review atau evaluasi dilakukan.

3 Pengetahuan yang dibutuhkan

Pengetahuan yang dibutuhkan untuk unit kompetensi ini adalah sebagai berikut:

(1) Pengertian ekosistem

(2) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengelola ekosistem

(3) Proses respirasi dan proses lainnya

(4) Pasang surut

(5) Arus laut

(6) Gelombang

(1) Terumbu karang

(2) Padang lamun

(3) Hutan mangrove

Page 14: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 5 dari 63

(4) Muara dan laguna

(5) Jenis-jenis trofik dalam ekosistem laut

(6) Rantai makanan antar jenis trofik dalam ekosistem laut

(7) Siklus hidup biota laut

(8) Jejaring makanan dan stabilitas ekosistem laut

(9) Keanekaragaman hayati dan stabilitas ekosistem laut

(10) Upwelling di Samudera Hindia dan kawasan Indonesia

(11) Perubahan iklim

(12) ENSO

(13) Berkurangnya stok perikanan

(14) Eutrofikasi

(15) Pencemaran limbah beracun

(16) Jenis biota eksotik invasif

(17) Ledakan populasi alga beracun

(18) Konektivitas ekologi

(19) Konektivitas sosial dan ekonomi

(20) Konektivitas pengelolaan

(21) Interaksi darat-laut

(22) Pengelolaan berbasis ekosistem

(23) Kesehatan dan keutuhan ekosistem

4 Keterampilan yang dibutuhkan

Keterampilan yang dibutuhkan untuk unit kompetensi ini adalah sebagai berikut:

(1) Mengidentifikasi, mendaftar dan menggambar lokasi atau luasan ekosistem dalam sebuah peta

(2) Menyusun sejarah suatu sumber daya atau ekosistem

(3) Manfaat sejarah untuk membangun kawasan konservasi perairan

(4) Menggambar transfer energi melalui jejaring makanan

(5) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mengancam ekosistem di dalam kawasan konservasi

5 Aspek kritis

Aspek kritis untuk mengidentifikasi sikap peserta yang perlu diperhatikan dalam kompetensi ini, adalah:

(1) Menyadari bahwa setiap jenis hewan atau habitat mempunyai peran penting terhadap kehidupan di laut sehingga keberadaannya harus dipertahankan karena pada akhirnya dapat mengancam kepentingan manusia.

Page 15: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 6 dari 63

(2) Menyadari bahwa berbagai faktor dapat mempengaruhi keberhasilan penge lolaan kawasan konservasi perairan.

(3) Menyadari bahwa konservasi sebenarnya merupakan upaya agar lingkungan dan sumber daya alam dapat dimanfaatkan umat manusia secara berkelanjutan, tidak bertentangan dengan kegiatan masyarkat pesisir atau nelaya.

Kaitan dengan unit kompetensi lain

Unit kompetensi lain terkait adalah:

1) KKP.01.001.01 Menerapkan Pembelajaran Partisipatip Interaktif

2) KKP.01 002.01 Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kompetensi kunci

B Unit Kompetensi Prasyarat

(tidak ada)

No Kompetensi kunci dalam unit ini Tingkat

1. Mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasikan informasi 2

2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 2

3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 2

4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2

5. Menggunakan gagasan secara taktis 2

6. Memecahkan masalah 2

7. Menggunakan teknologi 2

Page 16: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KKL.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informai Versi: Agustus 2011 Halaman: 7 dari 63

C Silabus Pelatihan Berbasis Kompetensi

Judul Unit Kompetensi : Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Kode Unit Kompetensi : KKP.02.001.01

Deskripsi Unit Kompetensi : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk membangun pengelolaan yang efektif pada suatu kawasan konservasi perairan dengan cara memberikan pemahaman tentang proses dan interaksi yang terjadi di dalam ekosistem laut. Pembahasan mencakup proses dan interaksi biologi di dalam ekosistem laut, proses dan pengaruh faktor oseanografis, jenis-jenis habitat perairan dan menjelaskan pedoman umum pengelolaannya, interaksi antar trofi, perubahan musiman dan perubahan jangka panjang yang terjadi pada ekosistem laut, dan keterkaitan di antara beberapa ekosistem laut dan antara ekosistem laut dan ekosistem daratan.

Prakiraan Waktu Pelatihan : 8,0 JP @ 45 menit

Tabel Silabus Unit Kompetensi :

Elemen Kompetensi

Kriteria Unjuk Kerja

Indikator Unjuk Kinerja

Materi Pelatihan Jumlah

Jam Pelatihan Lama

Pelatihan @ 45 menit Pengetahuan Keterampilan Sikap Teori Praktek

Menjelaskan proses dan interaksi biologi di dalam ekosistem laut (1)

Menjelaskan pengertian ekosistem (1.1)

Dapat menejalaskan pengertian ekosistem

Pengertian ekosistem (1.1.1)

- - 0,25 - 0,25

Menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan pengelola ekosistem (1.2)

Dapat menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan pengelola ekosistem

Beberapa hal yang harus diperhatikan pengelola ekosistem (1.2.1)

- - 0,25 - 0,25

Page 17: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KKL.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informai Versi: Agustus 2011 Halaman: 8 dari 63

Menjelaskan proses respirasi dan proses lainnya (1.3)

Dapat menjelaskan proses respirasi dan proses lainnya

proses respirasi dan proses lainnya (1.3.1) HO 2.1 : Pengembangan model ekosistem laut di BHS

- - 0,50 - 0,50

Menjelaskan proses dan pengaruh faktor oseanografis (2)

Menjelaskan fenomena pasang surut dan arus pasang surut (2.1)

Dapat menjelaskan fenomena pasang surut dan arus pasang surut

Fenomena pasang surut dan arus pasang surut (2.1.1)

- - 0,25 - 0,25

Menjelaskan fenomena arus air (2.2)

Dapat menjelaskan fenomena arus air

Fenomena arus air (2.2.1)

- - 0,25 - 0,25

Menjelaskan fenomena gelombang laut (2.3)

Dapat menjelaskan fenomena gelombang laut

Fenomena gelombang laut

(2.3.1)

- - 0,25 - 0,25

Mengidentifikasi jenis-jenis habitat perairan dan menjelaskan pedoman umum pengelolaannya (3)

Menyebutkan jenis-jenis habitat perairan dan ciri-cirinya serta menjelaskan pedoman umum pengelolaannya (3.1)

Dapat menyebutkan jenis-jenis habitat perairan dan ciri-cirinya serta menjelaskan pedoman umum pengelolaannya

Terumbu karang (3.1.1) Padang Lamun (3.1.1) Hutan Mangrove (3.1.3) Muara dan Laguna (3.1.4)

- - 0,50 - 0,50

Page 18: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KKL.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informai Versi: Agustus 2011 Halaman: 9 dari 63

Mengidentifikasi dan membuat daftar jenis- jenis ekosistem kunci di suatu kawasan dan menggambarkan lokasi atau luasannya dalam sebuah peta (3.2)

Mampu mengidentifikasi dan membuat daftar jenis- jenis ekosistem kunci di suatu kawasan dan menggambarkan lokasi atau luasannya dalam sebuah peta (3.2)

Latihan 2.1: Berapa banyak ekosistem yang dapat ditemukan di KKP Anda?

- 0,25 0,50 0,75

Mengidentifikasi dan mendaftarkan jenis-jenis ekosistem dengan tepat (3.3)

Mampu mengidentifikasi dan mendaftarkan jenis-jenis ekosistem dengan tepat

- Mengidentifikasi dan mendaftarkan jenis-jenis ekosistem dengan tepat

0,25 - 0,25

Menjelaskan interaksi antar trofik (4)

Menyebutkan kelompok biota laut berdasarkan jenis-jenis trofik dalam ekosistem (4.1)

Dapat menyebutkan kelompok biota laut berdasarkan jenis-jenis trofik dalam ekosistem

Produsen primer (4.1.1) Pemakan tumbuhan atau konsumen tingkat pertama (4.1.2) Ikan dan avertebrata laut (4.1.3) Komunitas bentik (4.1.4)

- - 0,50 - 0,50

Page 19: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KKL.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informai Versi: Agustus 2011 Halaman: 10 dari 63

Komunitas demersal (4.1.5) Komunitas pelagis (4.1.6) Burung air, mamalia laut, dan penyu (4.1.7) HO 2.2 : Penandaan satelit penyu sisik dan penyu hijau

Menyusun sejarah yang dialami ekosistem dan mempertimbangkan sejarah tersebut untuk membangun kawasan konservasi perairan (4.2)

Mampu menyusun sejarah yang dialami ekosistem dan mempertimbangkan sejarah tersebut untuk membangun kawasan konservasi perairan

Latihan 2.2: Bercerita tentang masa lalu dan mengaitkannya dengan masa depan

- 0,25 0,50 0,75

Menjelaskan jejaring makanan dan stabilitas ekosistem laut (4.3)

Dapat menjelaskan jejaring makanan dan stabilitas ekosistem laut

Transfer energi melalui jejaring makanan (4.3.1) Keanekaragaman hayati (4.3.2)

- - 0,25 - 0,25

Membuat gambar tentang transfer energi melalui jejaring makanan (4.4)

Mampu membuat gambar tentang transfer energi melalui jejaring makanan

Latihan 2.3: Siapa makan siapa – memahami jejaring makanan di laut

- 0,25 0,50 0,75

Page 20: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KKL.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informai Versi: Agustus 2011 Halaman: 11 dari 63

Menjelaskan perubahan musiman dan perubahan jangka panjang yang terjadi pada ekosistem laut (5)

Menjelaskan perubahan musiman dan jangka panjang pada ekosistem laut (5.1)

Dapat menjelaskan perubahan musiman dan jangka panjang pada ekosistem laut

Upwelling di Samudra Hindia dan kawasan Indonesia (5.1.1) HO : Pengamatan suhu permukaan air laut di HBS Perubahan iklim (5.1.2) El Nino dan Osilasi Selatan (ENSO) (5.1.3) Berkurangnya stok ikan (5.1.4) Eutrofikas (5.1.5)i Pencemaran limbah beracun (5.1.6) HO 2.3 : Studi kasus : Tambang di Papua New Guinea

- - 0,50 0,50

Page 21: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KKL.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informai Versi: Agustus 2011 Halaman: 12 dari 63

Spesies eksotik dan invasive (5.1.7) Biostatus belum ditentukan (5.1.8) Ledakan populasi alga beracun (5.1.9)

Mengidentifikasi faktor-faktor yang mengancam ekosistem di dalam kawasan konservasi perairan (5.2)

Mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang mengancam ekosistem di dalam kawasan konservasi perairan

Latihan 2.4: Kerusakan lingkungan di KKP anda

- 0,50 0,50 1,00

Menjelaskan keterkaitan di antara beberapa ekosistem laut dan antara ekosistem laut dan ekosistem daratan (6)

Menjelaskan keterkaitan antar ekosistem laut (6.1)

Dapat menjelaskan keterkaitan antar ekosistem laut

HO 2.4 : Konektivitas genetik di BHS HO 2.5 : Penyebaran larva menghubungkan populasi ikan dalam jejaring KKP di Papua New Guinea

Page 22: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KKL.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informai Versi: Agustus 2011 Halaman: 13 dari 63

Menjelaskan keterkaitan antara ekosistem laut dan darat (6.2)

Dapat menjelaskan keterkaitan antara ekosistem laut dan darat

HO 2.6 : Interaksi darat-laut

- - 0,25 - 0,25

Menjelaskan pengelolaan berbasis ekosistem (6.3)

Dapat menjelaskan pengelolaan berbasis ekosistem

Pengelolaan berbasis ekosistem (6.3.1)

- - 0,25 - 0,25

Menjelaskan konsep kesehatan dan keutuhan ekosistem (6.4)

Dapat menjelaskan konsep kesehatan dan keutuhan ekosistem

Konsep kesehatan dan keutuhan ekosistem (6.4.1)

- - 0,25 - 0,25

Menyetujui bahwa sumber daya alam sebaiknya dikelola dengan pendekatan berbasis ekosistem karena terdapat sejumlah proses dan interaksi yang kuat di antara komponen pembangunan ekosistem (6.5)

Menyetujui bahwa sumber daya alam sebaiknya dikelola dengan pendekatan berbasis ekosistem karena terdapat sejumlah proses dan interaksi yang kuat di antara komponen pembangunan ekosistem

- Menyetujui bahwa sumber daya alam sebaiknya dikelola dengan pendekatan berbasis ekosistem karena terdapat sejumlah proses dan interaksi yang kuat di antara komponen pembangunan ekosistem

0,25 - 0,25

Jumlah 6,00 2,00 8,00

Page 23: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 14 dari 63

BAB II MATERI UNIT KOMPETENSI MENJELASKAN BEBERAPA PROSES DAN INTERAKSI PENTING PADA EKOSISTEM LAUT

A Latar Belakang

Untuk menghasilkan keputusan pengelolaan yang efektif, pengelola kawasan konservasi perairan harus memiliki pemahaman dasar tentang ekosistem laut dan interaksi di dalamnya. Hal te rsebut diakibatkan pengelolaan kawasan konservasi perairan (KKP) harus terfokus untuk mengelola pola pemanfaatan dan tingkah laku manusia serta dampaknya terhadap ekosistem laut, sehingga para pengelola perlu mengerti bagaimana ekosistem berfungsi, bagaimana pola pemanfaatan berdampak pada ekosistem, dan bagaimana menanggapi dampak tersebut.

Modul ini didesain untuk membantu anda dalam mengkaji pemahaman dan mendapatkan pengetahuan tambahan tentang aspek ekologis, fisik, biologis, dan interaksi kimiawi antara berbagai ekosistem laut dan untuk memahami bagaimana cara mengatasinya.

B Tujuan

Pembelajaran ini memiliki tiga tujuan, yaitu agar peserta:

1) Memahami ekosistem laut dan interaksi di dalamnya.

2) Mempelajari penyebab rentannya ekosistem terhadap kegiatan manusia yang memanfaatkannya.

3) Memahami beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengelolaan dan memberikan tanggapan yang sesuai.

C Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembahasan modul terdiri dari 7 topik, yaitu:

1) Proses dan interaksi di dalam ekosistem laut.

2) Proses dan pengaruh faktor oseanografis.

3) Jenis-jenis habitat perairan dan menjelaskan pedoman umum pengelolaannya.

4) Interaksi antar trofik.

5) Perubahan musiman dan perubahan jangka panjang yang terjadi pada ekosistem laut.

6) Keterkaitan di antara beberapa ekosistem laut.

7) Keterkaitan di antara ekosistem laut dan darat.

D Peristilahan

1) Konservasi sumberdaya ikan: Upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan termasuk ekosistem, jenis dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan tetap meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumberdaya ikan.

Page 24: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 15 dari 63

2) Kawasan Konservasi Perairan KKP: Kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.

3) Pasang surut: Pergerakan air yang teratur dan dapat diramalkan yang diakibatkan oleh fenomena astronomi – pergerakan bumi, bulan, dan matahari serta tarik menarik gravitasi di antara benda-benda langit tersebut.

4) Arus pasang surut: Pergerakan air secara vertikal yang terjadi akibat naik turunnya permukaan air laut.

5) Pembilasan arus pasang surut menunjukkan jumlah volume air yang berpindah dari suatu badan air dalam satu siklus pasang surut.

6) Ekosistem: Tatanan unsur yang terdiri dari kesatuan tanaman,binatang termasuk ikan dan manusia, dan mikro-organisme dengan lingkungnnya yang,merupakan satuan utuh menyeluruh dan saling mepengaruhi dalam membentuk keseimbangan stabilitas dan produktivitas.

7) Konservasi ekosistem adalah upaya melindungi melestarikan dan memanfaatkan fungsi ekosistem sebagai habitat penyangga kehidupan sumberdaya ikan pada waktu sekarang dan yang akan datang

8) Zonasi kawasan konservasi adalah meupakan suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan ekosistem.

9) Terumbu karang terdiri atas polip-polip karang dan organisme –organisme kecil lain yang hidup dalam koloni yang merupakan suatu ekosistem yang hidup di dasar perairan dan bentukan batu batuan kapur

10) Padang lamun merupakan koloni tumbuhan berbunga yang tumbuh di perairan laut dangkal berpasir dan masih dapat ditembus oleh cahaya matahari ke dasar laut hingga memungkinkan tumbuhan melakukan fotosintesa.

11) Mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang khas tumbuh dan berkembang di daerah pasang surut pantai berlumpur, berpasir atau muara sungai seperti pohon api -api (Avicennia spp,), padada (Soneratia), tanjang ( Bruguiera) nyirih (Xylocarpus), tengar dan (Ceriops).

Page 25: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 16 dari 63

E Diagram Alir Pencapaian Kompetensi

Gambar 1. Diagram alir pembahasan elemen-elemen kompetensi untuk mencapai kompetensi ”Menjelaskan beberapa proses dan interaksi penting pada ekosistem laut”

Page 26: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 17 dari 63

MATERI UNIT KOMPETENSI

1 Elemen Kompetensi: Menjelaskan proses dan interaksi biologi di dalam ekosistem laut

1.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan pengertian ekosistem

1.1.1 Pengertian ekosistem

Sebuah ekosistem adalah unit ekologi yang terdiri atas komunitas biotik (makhluk hidup) dan lingkungan abiotik (benda mati) saling terkait dan berinteraksi, sehingga membentuk keseimbangan yang dibutuhkan oleh kehidupan.

Ekosistem lebih dari sekedar bagian-bagian tersendiri yang berkumpul di suatu tempat. Bagian-bagian tersebut saling berinteraksi secara dinamis, yang meliputi interaksi antar jenis dan individu dalam sebuah ekosistem, dan interaksi antara individu dalam populasi yang mengakibatkan perubahan fisik dan kimiawi dari lingkungan yang ditinggali. Sehatnya fungsi interaksi tersebut sangat penting agar selalu tersedia jasa lingkungan dari ekosistem untuk umat manusia dan perekonomian (Constanza 2006). Sayangnya, interaksi tersebut terlalu banyak dan terlalu rumit untuk diukur dan dimengerti secara keseluruhan, untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam pertimbangan pengelolaan. Akan tetapi, berbagai tipe interaksi dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis proses dalam ekosistem. Memahami proses tersebut menjadi dasar dalam mengelola aktivitas manusia dalam ekosistem sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan struktur dan fungsi ekosistem (Pikitch et al. 2004).

Manusia adalah bagian dari ekosistem. Kesehatan dan kesejahteraan populasi manusia sangat tergantung pada jasa yang diberikan oleh ekosistem yang sehat dan berfungsi dengan baik. Jasa lingkungan begitu penting bagi kehidupan sehingga ia sering diremehkan dan terlalu besar sehingga sulit membayangkan bahwa kegiatan manusia dapat menghancurkannya. Modul ini menjelaskan komponen dan proses dasar dari ekosistem laut yang utuh dan sehat.

Seperti di darat, kehidupan di laut dimulai dari proses dasar fotosintesis, yang membutuhkan sinar matahari dan unsur hara dasar seperti karbon, nitrogen, fosfor, dan elemen dan unsur kimia lainnya. Alga menghasilkan karbon organik, asam amenito, dan bahan dasar kehidupan lainnya (yang merupakan sumber bahan kimia bagi seluruh ekosistem) dengan laju yang dapat diukur secara langsung, atau dibuat model dari informasi tentang konsentrasi unsur hara di lautan, panjang waktu siang dan penetrasi cahaya, serta suhu air.

Dalam ekosistem laut, energi dapat memasuki tingkat trofik yang lebih tinggi melalui berbagai jalan. Salah satu jalan adalah melalui detritus (zat organik sisa makhluk hidup) di dasar laut dan ammonia yang dihasilkan oleh organisme hidup, disebut regenerasi energi atau regenerasi bahan organik. Bahan organik di dasar laut dapat berasal dari sisa-sisa tumbuhan dan hewan air yang membusuk dan mengendap di dasar laut, atau dari limpasan dari darat ke kawasan pesisir. Banyak pula jenis hewan bentik (bentos) yang tergantung pada detritus sebagai sumber utama makanannya, dan beberapa jenis bakteri menggunakan amonia secara langsung sehingga membentuk jalan kedua bagi karbon organik, energi dan unsur hara untuk diteruskan ke ekosistem (Del Giorgio dan Williams 2005).

Pada beberapa dekade terakhir, sebuah proses inti baru yang unik dalam melakukan produksi primer pada ekosistem laut ditemukan. Dalam beberapa tempat di samudra, seperti ventilasi hidrotermal di punggung gunung dasar laut yang masih aktif secara tektonik, menyebarkan air yang panas dan kaya unsur kimia dari kerak bumi. Pada kawasan tersebut, ditemukan beberapa ekosistem yang unik.

Page 27: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 18 dari 63

Sistem tersebut tergantung pada proses termo-kimia, bukan pada fotosintesis sebagai sumber energi dan unsur haranya.

1.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan pengelola ekosistem

1.2.1 Beberapa hal yang harus diperhatikan pengelola ekosistem

Pengelola dan pembuat kebijakan harus memperhatikan ekosistem-ekositem yang tergantung pada fotosintesis dan pembentukan detritus sebagai proses utama yang menjadi sumber energi ekosistem.

Pertama, pengelola dan pengambil kebijakan harus cukup mampu mendeteksi perubahan besar yang terjadi pada kandungan unsur hara di ekosistem karena perubahan besar akan berdampak pada produktivitas seluruh ekosistem. Perubahan kandungan unsur hara tersebut ada yang memiliki pola musiman setiap tahunnya atau pada skala waktu lainnya. Aktivitas manusia di darat (misalnya, limpasan dari pertanian) dan laut (misalnya keramba untuk budidaya) dapat mengubah kandungan unsur hara di suatu tempat, dan sering kali melebihi tingkat kandungan alamiahnya (Lohrer et al. 2004). Karena laju fotosintesis sangat tergantung dari intensitas cahaya dan suhu pada beberapa keadaan, perubahan pada kecerahan atau suhu akibat aktivitas manusia juga dapat berdampak pada laju fotosintesis.

Fotosintesis oleh tumbuhan di laut (contoh fitoplankton, makroalga, dan lamun) menghasilkan oksigen terlarut di laut, seperti layaknya tumbuhan di darat. Sementara itu kebanyakan bakteri membutuhkan oksigen untuk proses pembusukan bahan organik di dasar laut, sehingga proses tersebut akan memanfaatkan oksigen yang tersedia namun tidak disediakan oleh bakteri. Akibatnya, secara umum keseimbangan energi akan berpengaruh terhadap komponen-komponen biota yang membutuhkan oksigen dan energi yang dihasilkan dari proses-proses tersebut (Del Giorgio dan Williams 2005).

Kedua, pengelola dan pembuat kebijakan harus berupaya keras untuk menyesuaikan laju dan pola pemanfaatan dari komponen-komponen ekosistem yang dapat menyebabkan perubahan produktivitas.

Ketiga, pengelola harus menyadari aktivitas di darat dan laut yang dapat memasukkan bahan kimia baru atau mengubah tingkat unsur hara dan sedimen alami dan berusaha agar tingkat perubahan tersebut masih dalam batasan konsentrasi secara historis, baik untuk unsur kimia maupun sedimen, dan bereaksi terhadap perubahan dengan benar ketika perubahan besar terdeteksi. Hal tersebut diasumsikan bahwa: 1) tingkat konsentrasi secara historis diketahui dan dipahami, dan 2) adaptasi belum dilakukan hingga tingkat konsentrasi tersebut. Jika adaptasi telah terjadi, maka mengembalikan tingkat konsentrasi pada kondisi sebelumnya dapat membuat sistem tidak berfungsi, dan pada akhirnya berdampak pada interaksi ekosistem.

1.3 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan proses respirasi dan proses lainnya

1.3.1 Proses respirasi dan proses lainnya

Respirasi adalah proses yang digunakan oleh ahli energi untuk menghitung energi yang digunakan organisme tertentu untuk hidup, bukan konsumen lainnya. Selisi h energi yang diambil dengan merumput atau konsumsi dan energi yang hilang melalui respirasi menghasilkan pertumbuhan, dimana dalam model energi pertumbuhan bisa dalam bentuk penambahan populasi atau ukuran

Page 28: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 19 dari 63

individual. Jika ketersediaan makanan rendah maka konsumen akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan respirasi yang menjadi kebutuhan dasar, maka sistem tersebut dibatasi oleh makanan atau dikendalikan dari “bawah ke atas”. Jika kerapatan konsumen sangat rendah sehingga mereka tidak dapat memakan biomassa sumber makanannya secepat produksinya, maka dinamika sistem tersebut dianggap dikendalikan dari “atas ke bawah” (Hunt dan McKinnell 2006).

Proses-proses ekologis tersebut dapat memiliki berbagai dampak bagi pengelola dan pembuat kebijakan. Pengelolaan dan kebijakan harus responsif terhadap variasi alami dalam skala ruang dan waktu, baik harian maupun puluhan tahun, pada perubahan kelimpahan relatif konsumen dan makanannya. Pengelolaan dan kebijakan harus menjamin aktivitas manusia tidak terlalu mempengaruhi rasio konsumen dan ketersediaan makanan. Perubahan sistem dari sistem yang dikendalikan dari atas ke bawah menuju sistem yang dikendalikan dari bawah ke atas akan sulit dikembalikan lagi (FAO 2003). Pengelola dan pembuat kebijakan perlu mempertimbangkan komposisi komunitas biologis yang dikelola. Seluruh kegiatan manusia yang meningkatkan laju kematian dalam ekosistem, seperti pengambilan, biasanya menghasilkan tingginya proporsi organisme berukuran kecil dan sulit menjadi dewasa. Meningkatnya proporsi organisme kecil di laut dapat berarti energi produksi akan semakin banyak terbuang melalui respirasi, dan semakin sedikit yang tersedia bagi organisme lain di ekosistem dan manusia yang tergantung pada ekosistem laut.

Proses fisik dan oseanografis lainnya, seperti transportasi, penyimpanan, konsentrasi, dan persebaran juga harus dipertimbangkan secara seimbang untuk memahami dinamika ekosistem.

Para pakar ekosistem dapat terfokus pada alur unsur hara dan energi, kemudian menjelaskannya dan membuat model dinamika ekosistem menggunakan termenitologi dan persamaan fisika dan kimia. Selain itu, mereka juga dapat terfokus pada individu dan populasi, kemudian menjelaskannya dan membuat model dinamika ekosistem menggunakan termenitologi dan persamaan prose s fisiologis, sejarah kehidupan tumbuhan dan hewan, serta tingkah laku; kedua cara menggambarkan kondisi ekosistem secara keseluruhan tersebut sama-sama benar.

Kedua cara menggambarkan dinamika ekosistem tersebut – baik berdasarkan aliran unsur hara dan energi atau berdasarkan proses fisiologis dan tingkah laku organisme – akan mencermenitkan sebagian besar hal yang perlu dikelola. Jika aktivitas manusia yang dikelola diduga dapat berdampak besar pada tingkat unsur hara, kejernihan, atau percampuran fisik atau turbulensi (misalnya limpasan dari darat, jembatan, dan pelabuhan) maka sebuah pendekatan yang terfokus pada energetika sistem dapat menyelesaikan masalah tersebut secara langsung. Ketika aktivitas yang dikelola berdampak langsung pada populasi (misalnya penangkapan yang meningkatkan tingkat kematian atau aktivitas yang mencegah kemudahan akses untuk menjangkau tempat yang penting dalam daur hidup organisme) maka pendekatan berbasis populasi dan komunitas akan lebih berguna. Begitu pula jika klien pengelolaan atau kebijakan sangat tertarik pada keanekaragaman hayati atau populasi tertentu, pendekatan yang terfokus pada populasi dan komunitas sering dapat memfasilitasi dialog.

Sejarah proses daur hidup organisme juga merupakan salah satu aspek dinamika ekosistem yang penting. Hal tersebut dapat mewakili proses sebagai berikut:

1) pertumbuhan somatik: peningkatan ukuran tubuh,

2) respirasi: energi yang dibutuhkan untuk hidup dan bergerak,

3) pendewasaan: paling tidak mencapai kematangan seksual, dan terkadang melingkupi beberapa fase dalam daur hidup,

4) reproduksi: menghasilkan telur atau anak,

Page 29: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 20 dari 63

5) rekrutmen: masuknya individu baru ke dalam populasi

6) kematian alami: kematian yang bukan disebabkan oleh manusia, atau, ketika laju pemangsaan diperkirakan langsung, kematian selain yang akibat dimakan atau dibunuh manusia.

Selain itu, pada konteks multispesies, proses tambahan menjadi penting, seperti kompetisi (yang berdampak pada kehadiran jenis lain terhadap sumber daya yang tersedia bagi suatu jenis), dan seleksi habitat (kemampuan individu atau populasi untuk memilih tempat di mana tersedia cukup sumber daya untuk mendukung daur hidupnya).

Individu tersebut dan pendekatan berbasis populasi terlihat lebih menarik bagi sebagian besar pengelola dan pembuat kebijakan, karena pendekatan tersebut dapat mewakili bagian dari ekosistem yang sedang digunakan (misalnya, pembangunan pesisir yang berdampak pada kualitas habitat ikan). Akan tetapi, semakin detil model ekosistem yang akan dibuat untuk mendukung pengelolaan atau kebijakan maka semakin banyak variabel yang harus diketahui dari sistem yang akan dibuat modelnya.

Hubungan antara informasi yang dibutuhkan untuk pengelolaan, tingkat kerumitan yang dibutuhkan untuk mewakili ekosistem (sebagai model konseptual atau komputer), dan informasi yang dibutuhkan dari sistem tersebut, memiliki dampak yang besar untuk pemantauan.

Handout 2.1: Pengembangan Model Ekosistem Laut di BHS

2 Elemen Kompetensi: Menjelaskan proses dan pengaruh faktor oseanografis

Ketika energi tersedia untuk digunakan organisme, pendekatan energi terfokus pada proses lain yang menjelaskan bagaimana energi digunakan. Salah satu proses kunci disebut transportasi. Laut sangat dinamis, dan alga dan bakteri yang bertanggung jawab pada fotosintesis dan regenerasi terlalu kecil hingga angin dan turbulensi akibat badai, pasang-surut, serta arus dapat memindahkan mereka jauh dari tempat asalnya. Proses fisik yang sama tersebut dapat bertanggung jawab terhadap proses konsentrasi atau persebaran dan penyimpanan hasil produksi. Proses fisik dalam laut tersebut memiliki dampak besar terhadap tempat-tempat dengan kerapatan hewan yang tinggi ataupun rendah serta daerah dengan keanekaragaman hayati yang kaya atau terbatas (Bakun 1996). Lingkungan yang dinamis ini memiliki jumlah proses alami, biologis, kimia, dan fisika, yang tak terhitung dan hanya beberapa yang akan dibahas di sini.

2.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan fenomena pasang surut dan arus pasang surut

2.1.1. Fenomena pasang surut dan arus pasang surut

Pasang surut adalah pergerakan air yang teratur dan dapat diramalkan yang diakibatkan oleh fenomena astronomi – pergerakan bumi, bulan, dan matahari serta tarik menarik gravitasi di antara benda-benda langit tersebut. Pasang surut disebabkan oleh sistem gravitasi bumi -bulan-matahari, dan pergerakan ketiga benda langit tersebut dalam sistem. Ketika permukaan laut pasang dan surut

Page 30: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 21 dari 63

maka panjang garis pantai yang kering bervariasi dalam satu hari. Pasang surut menyebabkan tumbuhan dan hewan yang hidup di garis pantai terkadang tenggelam terkadang kering. Kebanyakan nelayan sangat terbiasa dengan perubahan pasang surut dan pola arus, begitu pula seharusnya seorang manager KKP.

Arus pasang surut adalah pergerakan air secara horizontal yang terjadi akibat naik turunnya permukaan air laut. Misalnya, air yang mengalir ke dalam pelabuhan ketika pasang naik adalah air pasang dan arus pasang. Air yang mengalir keluar dari pelabuhan ketika surut disebut air surut dan arus surut. Setiap terjadi perubahan arah, terdapat sebuah periode tanpa arus (air tenang). Bentuk dari dasar laut, garis pantai, ombak, angin, dan arus lain (misalnya arus sungai) dapat berdampak pada arus pasang surut, oleh sebab itu, pada beberapa daerah terjadi pasang surut tanpa arus.

Kekuatan arus pasang surut sangat tergantung pada volume air yang mengalir melalui jalan masuk ke pelabuhan, teluk, atau terumbu; serta ukuran jalan masuk. Secara umum arus paling kuat di kawasan pesisir adalah arus pasang surut.

Pembilasan arus pasang surut menunjukkan jumlah volume air yang berpindah dari suatu badan air dalam satu siklus pasang surut.

Pembilasan arus pasang surut berdampak pada kegiatan manusia di sepanjang pesisir, seperti memancing. Saat surut terendah, banyak penduduk pesisir memanen organisme yang hidup di kawasan dangkal. Saat pasang tinggi di beberapa area, mereka dapat mengumpulkan anak ikan untuk budi daya di tambak dan kapal-kapal datang ke pantai untuk mengeluarkan kargo. Selain itu, efisiensi beberapa jenis alat tangkap dan tambak diperhitungkan berdasarkan pola pasang surut, dan tergantung pada pasang surut untuk sirkulasi dan pembilasan air.

Pemikiran saat ini adalah peristiwa pembalikan massa air, dan laju pembilasan serta pergantian air terutama di pematang tambak, dapat menjadi salah satu faktor penentu yang terkait kelentingan terumbu karang terhadap peningkatan suhu permukaan laut yang menjadi penyebab pemutihan karang.

2.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan fenomena arus air

2.2.1 Fenomena arus air

Arus adalah pergerakan air skala besar yang terjadi akibat pengaruh angin dan perbedaan suhu di dalam laut. Arus dibagi menjadi beberapa bagian yaitu arus permukaan (hingga kedalaman 400m) dan arus dasar, arus lintasan, serta arus geostrofi. Arus geostrofi terjadi akibat keseimbangan antara efek gravitasi dan efek Coriolis (gaya yang terjadi akibat rotasi Bumi). Efek gravitasi dikendalikan oleh kemiringan permukaan air laut dan kepadatan air dikendalikan oleh perubahan horizontal pada suhu dan salinitas. Arus geostrofi menggerakkan air secara horizontal dan karena suhu serta salinitas ikut terkait, sirkulasi geostrofi adalah salah satu tipe sirkulasi termohalin. Sirkulasi termohalin adalah termenitologi yang sedikit luas karena meliputi pergerakan massa air secara horizontal dan vertikal. Sirkulasi termohalin mengendalikan distribusi vertikal suhu dan salinitas di laut, dan merupakan penyebab pergerakan air vertikal yang keluar dari massa air laut dalam.

Secara umum, arus sepanjang garis pantai mengalir sesuai dengan gradasi kedalaman di garis pantai. Angin bertiup melewati permukaan laut dan menyebabkan arus pada 2-3 meter kolom air yang paling atas. Kebanyakan makanan yang hanyut dan larva terdapat dalam lapisantersebut, oleh sebab itu, angin yang mengendalikan arah arus memiliki peran penting dalam persebaran. Angin muson juga dapat berdampak besar terhadap arus.

Page 31: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 22 dari 63

Arus permukaan laut mengalir berdasarkan pola yang tidak teratur, tetapi tidak semua seperti itu. Beberapa jenis arus mengalir hingga kedalaman dengan permukaan sempit. Arus jenis lain hanya mengalir dangkal dengan permukaan yang lebar. Arus seringkali terpengaruh oleh bentuk dasar laut. Arus permukaan membawa panas dari satu tempat ke tempat lain sehingga mempengaruhi iklim. Matahari memanaskan air pada khatulistiwa lebih banyak dibandingkan daerah kutub. Panas bergerak di arus permukaan menuju daerah dengan lintang yang lebih tinggi. Sebuah arus yang membawa suhu hangat ke kawasan dengan lintang tinggi akan membuat iklim kawasan tersebut tidak terlalu dingin. Arus laut permukaan membentuk pola lingkaran besar yang disebut sabuk, dan di seluruh dasaran laut, dan pusaran arus melingkar berukuran kecil, yang merupakan arus yang terlepas dari arus utama. Pusaran arus kecil dan dangkal dapat muncul di seluruh kawasan terumbu karang. Pusaran arus membawa panas, unsur hara, dan larva. Model fisik dan oseanografi berbagai kawasan laut telah dikembangkan, mulai dari skala pesisir lokal hingga skala paparan samudra. Dimana terdapat cukup informasi untuk memahami fisika kelautan (yaitu, pergerakan air yang dijelaskan berdasarkan pergerakan, suhu, salinitas, dan lain-lain) dapat dikembangkan model yang seringkali cukup efektif dalam menjelaskan pergerakan, konsentrasi, dan penyebaran bahan organik dasar di ekosistem (misalnya, lokasi yang dapat dicapai populasi biologis dari te mpat asalnya).

Gambar 2.1. Sirkuasi air laut di kawasan Indonesia dan sekitarnya

Pengelola dan pembuat kebijakan jarang berusaha untuk mengelola proses transportasi dan konsentrasi di laut, terutama pada skala di atas beberapa ratus meter. Akan tetapi, informasi tentang proses-proses tersebut sangat penting bagi pengelolaan spasial kegiatan manusia di laut secara efektif. Informasi tersebut menjadi sebuah dasar untuk mengetahui di mana keuntungan tertinggi bagi keanekaragaman hayati dapat dicapai dengan luas yang telah ditentukan, dan untuk mengetahui di mana memfokuskan kegiatan manusia untuk mendapatkan keuntungan berkelanjutan terbesar dengan biaya, upaya, dan (dengan perencanaan yang baik) “jejak kaki” yang terkecil pada ekosistem. Informasi dasar tersebut juga penting untuk memperkirakan dampak yang akan timbul akibat perubahan iklim pada ekosistem dan kegiatan ekonomi.

Termoklin Pasifik Utara Termoklin Pasifik Selatan

Air Permukaan Laut Jawa

Page 32: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 23 dari 63

2.3 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan fenomena gelombang laut

2.3.1. Fenomena gelombang laut

Ombak terbentuk dari angin yang bertiup di atas permukaan laut. Ombak sangat mempengaruhi penyebaran tumbuhan dan hewan di terumbu dan habitat pesisir lainnya. Ombak dapat mematahkan karang dan membawa patahan karang hingga melewati terumbu tertinggi.Ombak dan arus dapat mengubah profil pantai. Saat musim arus dan ombak tenang, pasir terkumpul, sedangkan saat musim arus dan ombak kuat, pantai terpotong oleh erosi. Pembangunan dermaga, pemecah ombak, tembok laut, dan pemenitdahan vegetasi pesisir akan mengubah akresi/erosi oleh ombak dan arus, dan biasanya mengakibatkan peningkatan erosi.

3 Elemen Kompetensi: Mengidentifikasi jenis-jenis habitat perairan dan menjelaskan pedoman umum pengelolaannya

3.1 Aspek Pengetahuan: Menyebutkan jenis-jenis habitat perairan dan ciri-cirinya serta menjelaskan pedoman umum pengelolaannya

Indonesia memiliki beberapa habitat yang rentan, yang meliputi terumbu karang, padang lamun, hutan mangrove, muara sungai, dan laguna. Habitat-habitat tersebut akan mendapatkan keuntungan dari diketahuinya strategi pengelolaan efektif yang dapat menjamin habitat terlindungi. Modul ini menjelaskan beberapa habitat laut kunci yang terdapat di Indonesia. Walaupun tidak didiskusikan secara detil, masih banyak tipe habitat laut lainnya yang dapat dilihat dengan jelas di berbagai lokasi lain di dunia, seperti habitat laut dalam, habitat pantai berbatu, rawa payau, dan habitat bersedimen halus.

3.1.1 Terumbu Karang

Terumbu karang adalah habitat yang sangat efisien dalam menangkap unsur hara dan sinar matahari. Terumbu karang memproduksi hasil tangkapan ikan terbanyak dibanding habitat apapun di dunia, per unit area. Terumbu karang di kawasan Segitiga Karang dan Kepulauan Pasifik dapat menghasilkan hingga 25 t/km2/tahun ikan. Sebagai contoh, terumbu di Fiji menghasilkan antara 6 hingga 10 t/km2/tahun ikan. Terumbu juga sangat sensitif dan rentan terhadap kerusakan fisik, seperti kerusakan akibat alat tangkap, kapal wisata, dan pukat. Terumbu sering berasosiasi dengan habitat lainnya, terutama padang lamun dan hutan mangrove yang menyediakan daerah asuhan dan pakan bagi beragam makhluk.

Terumbu karang mendukung kehidupan beragam jenis ekonomis penting, seperti 1.000 jenis ikan; kima dan kerang-kerangan lainnya; udang karang, kepiting, dan udang; berbagai jenis organisme kecil seperti teripang, bulu babi, spons, rumput laut, dan siput; serta beragam hewan besar seperti ikan kue, penyu, pari manta, dan duyung yang makan di kawasan terumbu. Berdasarkan profil negara dari EarthTrends (2003), Indonesia memiliki 77 marga karang keras, yaitu karang batu yang membangun terumbu karang.

Ekosistem terumbu karang juga menyediakan makanan bagi jenis-jenis yang tidak tinggal di terumbu karang, tetapi mencari makan dan berburu organisme terumbu karang. Terumbu berperan penting dalam mempertahankan kualitas air setempat dan oleh sebab itu, memiliki pengaruh positif terhadap habitat pesisir lainnya. Selain itu, tergantung dengan kedekatannya dengan kawasan pesisir, mereka berfungsi untuk memperlemah ombak yang datang sehingga memenitimalkan erosi dan bahaya pesisir lainnya di belakang terumbu.

Page 33: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 24 dari 63

Sebaliknya, terumbu sangat terpengaruh oleh proses biologi dan fisika yang terdapat di dalam dan di atasnya. Terumbu karang dan organismenya sangat sensitif terhadap limpasan air tawar yang akan mengurangi salinitas; sedimen yang terbawa air akan mengganggu proses penyaringan oleh hewan penyaring; perubahan suhu secara ekstrim di luar batas toleransi karang; polutan (misalnya, biosida dari pertanian) yang dapat memasuki perairan; kerusakan fisik, seperti kerusakan akibat badai tropis dan jangkar kapal; dan tingginya masukan unsur hara, yang dapat memicu pertumbuhan berlebihan dari kompetitornya seperti alga yang akan menutupi dan membunuh karang.

Panduan umum pengelolaan terumbu karang meliputi:

1) Seluruh aktivitas yang merusak secara fisik harus dimenitimalkan. Aktivitas tersebut meliputi beberapa jenis aktivitas periakan (jaring seret, pukat, bubu, berjalan di karang, dan lain-lain), berkapal dan membuang jangkar, rekreasi dan penyelam SCUBA, pengerukan, konstruksi, dan lain-lain.

2) Penggunaan alat tangkap yang dapat menangkap ikan yang belum dewasa harus dimenitimalkan karena terumbu karang merupakan kawasan bertelur bagi beragam jenis.

3) Wisata di terumbu karang dapat dijadikan mata pencaharian alternatif, tetapi harus diatur agar terumbu tidak mengalami kerusakan.

3.1.2 Padang Lamun

Komunitas di padang lamun memiliki peran penting dalam perairan pesisir. Padang lamun menstabilkan substrat, menyediakan perlindungan khusus bagi banyak ikan muda, menyediakan makanan bagi pemakan tumbuhan, seperti ikan kakatua dan keong, dan menghasilkan partikel yang terdiri dari material tumbuhan untuk dimakan oleh beragam organisme kecil di rantai makanan. Padang lamun sangat sensitif terhadap pukat dasar yang mengeruk padang lamun dan mengaduk sedimen. Padang lamun juga sensitif terhadap limpasan air panas dan akan mati, yang berakibat menghilangnya hewan laut yang berasosiasi dengan lamun. Padang lamun adalah sumber daya dan habitat penting bagi hewan-hewan yang terancam punah seperti penyu hijau dan duyung. Menurut profil negara dari EarthTrend (2003), Indonesia memiliki 12 jenis lamun.

Panduan umum pengelolaan ekosistem padang lamun meliputi:

1) Meminimalkan penggunaan lahan yang dapat menyebabkan sedimentasi polusi atau urbanisasi;

2) Pertahankan salinitas alami dengan mempertahankan masukan air tawar dan laut ke area tersebut (misalnya, tidak membuat bendungan di sungai);

3) Pengaturan jenis-jenis biota dan luasan budidaya dan kawasan rumput laut;

4) Pengaturan jenis alat tangkap dan usaha perikanan di dalam kawasan.

3.1.3 Hutan Mangrove

Berdasarkan profil negara dari EarthTrends (2003), Indonesia memiliki 45 jenis mangrove dalam 23.901 km2 hutan mangrove, dimana 33% diantaranya dilindungi.

Hutan mangrove sangat produktif. Hutan mangrove memiliki beragam hubungan dengan ekosistem-ekosistem besar tempat dia berada, dengan kemunculannya yang unik di antara darat dan laut. Peran mereka yang paling jelas adalah produksi serasah dedaunan dan materi detritus yang akan dibawa pada proses pembilasan, ke lingkungan laut dangkal, menyediakan sumber makanan bergizi bagi beragam hewan laut. Mangrove yang hidup di garis pantai juga diketahui dapat menjadi

Page 34: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 25 dari 63

pelindung terhadap gelombang tinggi akibat badai yang akan merusak dataran rendah, atau mereka membantu menyetabilkan garis pantai yang rentan erosi. Peran nyata lainnya adalah kemampuan mangrove menjaga kualitas air: mangrove memiliki kemampuan untuk mengekstrak unsur hara dari air yang mengalir, oleh sebab itu, membantu memenitimalkan kelebihan unsur hara di laut dangkal.

Mangrove lebih tahan terhadap berbagai gangguan dan tekanan lingkungan. Tetapi, mereka sensitif terhadap pengendapan atau sedimentasi berlebih, berhentinya pembilasan, pembendungan air, dan tumpahan minyak, yang mengurangi asupan oksigen dari respirasi sehingga menyebabkan kematian mangrove. Sercara umum, kegiatan manusia, termasuk perubahan iklim merupakan ancaman terbesar terhadap mangrove. Konversi lahan mangrove menjadi kawasan pemukiman, komersil, industri, dan pertanian telah menyebabkan hilangnya habitat mangrove berikut fungsinya, yang kemudian berakibat pada hilangnya sumber makanan penting bagi beragam jenis hewan laut dan manusia dalam berbagai ekosistem pesisir.

Hutan mangrove sebelumnya dianggap sebagai kawasan buangan dan sering ditebang habis dan dikonversi menjadi kurang produktif. Akan tetapi, satu hektar hutan mangrove yang sehat dapat menyediakan banyak sumber daya secara langsung (misalnya, kayu, ikan, kepiting), dan diketahui bahwa mangrove mendukung beragam jejaring makanan bahkan yang di luar habitat mangrove. Satu hektar (2,47 acre) hutan mangrove dapat mendukung sekitar satu ton (~907 kg) ikan per tahun. Perikanan yang terkait erat dengan ekosistem mangrove meliputi udang yang bergantung pada mangrove sebagai daerah asuhan dan mencari makan; kepiting yang memakan sisa-sisa mangrove; moluska yang menyaring makanan dari mangrove; dan beragam jenis ikan yang memakan hewan-hewan kecil tersebut. Ikan-ikan tersebut kemudian menjadi makanan bagi ikan yang lebih besar di muara sungai dan laut lepas terdekat. Sebagian jenis ikan terumbu dan pesisir menggunakan hutan mangrove sebagai daerah asuhan. Yang terakhir, hutan mangrove yang mengelilingi kawasan budi daya laut dapat menyaring beragam limbah budi daya.

Panduan pengelolaan ekosistem mangrove meliputi:

1) Pengetatan penggunaan lahan yang mengakibatkan hilangnya vegetasi alami, penimbunan tanah, sedimentasi, polusi, atau memicu urbanisasi;

2) Pemeliharaan salinitas alami dengan mempertahankan masukan air tawar dan laut ke area tersebut (misalnya, tidak membuat bendungan di sungai);

3) Pengaturan jenis-jenis biota dan luasan budidaya dan kawasan rumput laut;

4) Pengaturan jenis alat tangkap dan usaha perikanan di dalam kawasan.

5) Penerapan analisis dampak lingkungan untuk pembangunan dekat kawasan;

6) Pencegahan hilangnya atau kerusakan area mangrove dan menitimalkan penebangan pohon mangrove, atau gangguan terhadap vegetasi mangrove;

7) Penghijauan kembali hutan mangrove, terutama dekat kawasan budi daya.

Page 35: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 26 dari 63

3.1.4 Muara dan Laguna

Muara dan laguna adalah badan air yang semi tertutup dan dangkal dengan salinitas yang bervariasi serta seringkali dengan dasaran lumpur. Muara dan laguna sangat produktif dan dapat mendukung beragam tipe perikanan khusus, yang meliputi ikan-ikan yang bertelur atau tumbuh di laguna dan kawasan mangrove; kepiting dan moluska yang hidup di dasaran lembut; serta jenis-jenis yang tahan terhadap perubahan salinitas seperti bandeng, nila, dan udang.

Panduan umum pengelolaan ekosistem muara dan laguna meliputi:

1) Pengetatan penggunaan lahan yang mengakibatkan hilangnya vegetasi alami, penimbunan tanah, sedimentasi, polusi, atau memicu urbanisasi;

2) Pemeliharaan salinitas alami dengan mempertahankan masukan air tawar dan laut ke area tersebut (misalnya, tidak membuat bendungan di sungai);

3) Pengaturan jenis-jenis biota dan luasan budidaya dan kawasan rumput laut;

4) Pengaturan jenis alat tangkap dan usaha perikanan di dalam kawasan.

5) Penerapan analisis dampak lingkungan untuk pembangunan dekat kawasan;

3.2 Aspek Keterampilan: Mengidentifikasi dan membuat daftar jenis- jenis ekosistem kunci di suatu kawasan dan menggambarkan lokasi atau luasannya dalam sebuah peta

Tipe ekosistem terdiri dari terumbu karang, padang lamun, hutan mangrove dan muara dan laguna yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda serta memerlukan pengelolaan yang berbeda pula. Pengelola perlu memiliki keterampilan mengindentifikasi jenis-jenis ekosistem dan membuat daftarnya serta memetakan lokasi atau luasan masing-masing dalam sebuah peta.

Latihan 2.1: Berapa banyak ekosistem yang dapat ditemukan di KKP Anda?

Tujuan: Untuk memberikan pemahaman akan pentingnya masing-masing habitat di dalam KKP yang berinteraksi untuk membuat ekosistem berfungsi.

Waktu: 30 menit

Petunjuk: Setiap kelompok memilih sebuah kawasan di dalam sebuah KKP sebagai daerah kerjanya.

Pada lembaran kertas flipchart, buatlah sektsa tentang batas-batas KKP tersebut

Pada lembaran tersebut, buatlah gambar-gambar fitur alamiah penting yang menjadi penanda KKP dan cantumkan semua jenis habitat yang diketahui.

Dengan menggunakan informasi di atas, buatlah daftar berbagai jenis ekosistem yang ada di dalam KKP. Lokasi ekosistem tersebut sering kali saling bertumpang-tindih dengan ekosistem lainnya. Gunakan ciri-ciri khas dari setiap ekosistem untuk menentukan lokasi atau luasan setiap ekosistem.

Laporkan pekerjaan anda di depan kelas dan buatlah sebuah daftar ekosistem kunci yang terdapat di kawasan KKP anda.

Page 36: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 27 dari 63

3.3 Aspek Sikap : Mengidentifikasi dan mendaftarkan jenis-jenis ekosistem dengan tepat

Setelah mendapat tambahan atau penyegaran pengetahuan dan latihan dalam materi ini, peserta kemudian sadar bahwa lokasi dan luasan berbagai jenis ekosistem perlu diketahui, didaftarkan dan dipetakan dengan tepat. Informasi tersebut merupakan dasar untuk membuat keputusan dan merancang pekerjaan sehingga pengelolaan dapat berjalan dengan efektif.

4 Elemen Kompetensi: Menjelaskan interaksi antar trofik

4.1 Aspek Pengetahuan: Menyebutkan kelompok biota laut berdasarkan jenis-jenis trofik dalam ekosistem

Tidak ada jenis yang hidup terisolasi. Terdapat banyak jenis yang membutuhkan beberapa habitat berbeda untuk menyelesaikan daur hidupnya (Gambar 2.2).

Gambar 2.2. Ilustrasi pemanfaatan lebih dari satu jenis habitat oleh satu spesies ikan selama daur hidupnya, mulai dari telur hingga dewasa dan memijah.

Sebagai tambahan, jenis ikan yang berbeda akan saling mempengaruhi. Akhirnya, sema jenis akan terhubung dalam jejaring makanan yang besar dan rumit. “Produsen tingkat pertama” – organisme yang menggunakan matahari untuk memproduksi makanan (misalnya, fitoplankton, pohon mangrove, dan lamun) – dimakan oleh “”konsumen” seperti zooplankton, avertebrata, ikan, reptil, burung, dan mamalia. Konsumen akan saling memangsa, dengan pemangsa besar seperti hiu, burung laut, singa laut, dan berbagai ikan pemangsa berada di puncak jejaring makanan. Akhirnya, “pengurai” memakan materi organik yang mati atau membusuk, seperti sisa tumbuhan dan hewan, serta detritus lainnya, dan mengembalikan unsur hara ke bentuk zat organik ke dalam rantai makanan (Gambar 2.3).

Hal yang terpenting diingat adalah beragam jenis dan habitat saling mempengaruhi

satu sama lain.

Page 37: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 28 dari 63

Pemindahan atau pengurangan salah satu habitat akan berdampak pada jenis-jenis di habitat lain. Pemenitdahan satu jenis juga akan berdampak pada jenis lain, terutama jenis yang memangsa, atau dimangsa oleh jenis tersebut. Dalam beberapa kasus, hal tersebut dapat menyebabkan dampak besar: tingginya penangkapan terhadap satu jenis dapat menyebabkan ledakan populasi atau kehancuran populasi dari jenis-jenis lain. Pengelola perikanan oleh sebab itu harus mengetahui jejaring habitat dan jenis yang saling berinteraksi di suatu daerah.

Komponen biologis ekosistem meliputi produsen tingkat pertama, pemakan tumbuhan, dan satu hingga tiga atau empat tingkat pemangsa.

4.1.1 Produsen primer

Produsen primer dapat berupa alga yang hidup di dalam kolom air atau tumbuhan laut yang menempel pada dasar laut. Sebagai dasar jejaring makanan dan fondasi bagi produktivitas semua hewan dalam sistem, produsen primer adalah proses ekosistem yang sangat penting, dan konservasi serta perlindungan terhadapnya merupakan pertimbangan penting dalam pengelolaan (Cushing 1995). Konsentrasi unsur hara adalah pengendali utama produksi primer, yang berati pendekatan pengelolaan ekosistem perlu membatasi kegiatan manusia agar tidak mengubah tingkat unsur hara di zona produktif. Perubahan tersebut dapat terjadi akibat limpasan atau polusi dari darat, bisa pula dari pembuangan limbah di laut. Produksi primer juga membutuhkan cahaya, sehingga pe ngendapan lumpur yang dapat mengurangi kecerahan air juga penting untuk dipertimbangkan. Ketika tumbuhan laut (dapat berupa makroalga atau lamun) adalah bagian penting dari ekosistem laut, sehingga pendekatan ekosistem juga perlu membatasi kegiatan manusia sehingga tidak menyebabkan gangguan yang tidak lestari terhadap tumbuhan yang menempel pada dasar laut (berikut juga tumbuhan yang mengapung di air seperti fitoplankton). Perlindungan tersebut sangat penting karena tumbuhan dapat menjadi makanan bagi pemakan tumbuhan sekaligus menyediakan perlindungan bagi ikan dan avertebrata, terutama larva dan juvenil ikan.

4.1.2 Pemakan tumbuhan atau konsumen tingkat pertama

Pemakan tumbuhan dalam ekosistem meliputi zooplankton, avertebrata dan ikan. Sebagian besar fitoplankton dimakan oleh zooplankton kecil, selain itu, makroalga dapat dimakan oleh zooplankton, beragam jenis avertebrata, dan bahkan beberapa jenis ikan. Dalam beberapa ekosistem pesisir dimakannya makroalga oleh avertebrata dan ikan merupakan komponen penting dari dinamika interaksi ekosistem. Lebih jauh ke laut lepas, zooplankton merupakan komponen ekosistem kunci pada konsumen tingkat kedua. Zooplankton jarang digunakan secara langsung oleh manusia, oleh sebab itu mereka jarang menjadi pertimbangan langsung dalam kebijakan dan pengelolaan. (Catatan: penangkapan krill semakin menjadi masalah, terutama sebagai sumber makanan untuk budi daya di laut lepas. Sebuah larangan terhadap pengambilan krill di Zona Ekonomi Ekslusif di pantai barat AS diterapkan pada Juli 2009). Akan tetapi, sebagai jalur kunci pemenitdahan produksi di rantai makanan menuju ikan dan avertebrata besar lainnya, kelimpahan dan komposisi jenis zooplankton sangat penting.

Perubahan dalam kelimpahan dan komposisi jenis zooplankton dapat terjadi secara musiman hingga tahunan di dalam ekosistem yang mengalami tekanan fisik akibat kondisi fisik laut seperti arus dan suhu. Selain itu, dampak perubahan iklim terhadap tingkat trofi k tersebut dapat menyebabkan perubahan hingga ke percabangan jejaring makanan.

Dalam tahun-tahun terakhir, bukti-bukti menunjukkan bahwa terdapat jalur kedua bagi produksi primer di ekosistem, mulai dari fitoplankton hingga organisme mikroskopik yang mana produksinya tertahan hingga ia menjadi detritus di dasar laut. Jalur tersebut sangat penting karena energi yang

Page 38: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 29 dari 63

terdapat di dalamnya lebih sedikit tersedia bagi ikan dan avertebrata yang memakan zooplankton (Cushing 1995). Ilmuwan masih belum mengerti penyebab produksi berubah arah dari jalur zooplankton ke ikan dan avertebrata, ke jalur “siklus mikroba”, akan tetapi, ketika hal tersebut terjadi ia dapat menghasilkan penurunan drastis jumlah ikan dan avertebrata yang dapat dipanen. Hal tersebut mengilustrasikan mengapa pendekatan ekosistem harus mendukung kelentingan komposisi jenis dalam suatu komunitas, mengurangi dampak ketika terjadi perubahan komposisi dan aliran energi pada ekosistem.

Gambar 2.3. Konsep aliran energi dan materi di antara komponen pembangun ekosistem. Setiap komponen memerlukan energi untuk respirasi, energi yang tersisa kemudian dimanfaatkan oleh komponen lainnya. Semua mahluk hidup akan mati dan diuraikan oleh biota pengurai.

4.1.3 Ikan dan avertebrata laut

Keanekaragaman ikan dan avertebrata besar di laut sangat tinggi, dan jenis-jenis baru terus ditemukan di kawasan yang kurang dipelajari. Sebagai panduan umum, sistem yang sangat produktif memiliki biomassa ikan dan avertebrata yang lebih besar, selain jumlah jenis yang tinggi (http://www.coml.org/). Dalam ekosistem dengan ciri osenografi fisik yang stabil, komposisi jenisnya juga akan cenderung stabil dari waktu ke waktu, yang juga termasuk kelimpahan relatif dari berbagai jenis. Dalam ekosistem dengan proses fisika yang sangat dinamis, baik secara musiman atau tahunan, komposisi jenis dan kelimpahan relatif ikan dan avertebrata akan berfluktuasi dengan tajam (Snelgrove dan Smith 2002).

Page 39: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 30 dari 63

Ahli ekologi sering membedakan komponen bentik, demersal, dan pelagis dari komunitas ikan dan avertebrata. Pemisahan tersebut hanya untuk mempermudah pengelompokan informasi dan penelitian; akan tetapi, ia juga dapat merefleksikan hubungan ekologis yang seringkali sangat erat di antara jenis-jenis dari komponen yang sama, walapun selalu saling terhubung. Pemisahan tersebut sering berguna bagi pengelola dan pembuat kebijakan dan juga ahli ekologi karena banyak kegiatan manusia yang dikelola memiliki dampak, atau mendapatkan keuntungan langsung dari salah satu komponen. Oleh sebab itu, pemisahan komunitas biologi menjadi komponen komunitas bentik (dasar laut), demersal (dekat dasar laut), dan pelagis (dalam kolom air) dapat berguna bagi perencanaan dan komunikasi.

4.1.4 Komunitas bentik

Ketika substrat dasar laut cenderung lembut, seperti pasir dan lumpur, sebuah komunitas avertebrata dan ikan yang mengubur diri akan menghasilkan biomassa yang tinggi. “Infauna” yang mengubur diri tersebut sebagian besar berupa avertebrata besar, seperti beragam jenis cacing dan kerang. Baik substrat dasar laut yang keras maupun lembut tidak hanya mendukung komunitas bentik yang menempel di dasar laut, tetapi juga komunitas di kolom air. Komunitas yang muncul dapat meliputi beragam tipe avertebrata, baik sesil, seperti karang, spons, pena laut, kerang, dan lain-lain, dan jenis-jenis yang dapat bergerak seperti kepiting, moluska, dan lain-lain. Beberapa jenis ikan juga dapat menjadi bagian bentik yang mengubur diri atau di atas dasaran. Banyak jenis ikan dan avertebrata yang bernilai ekonomi penting dan berperan dalam perikanan subsisten, seperti kerang, kepiting, gurita, dan lain-lain. Komunitas bentik pada substrat lembut dan keras dapat stabil dari waktu ke waktu, atau berkurang secara teratur atau bahkan terjadi kehilangan besar-besaran akibat ombak, badai, dan lain-lain. Ekosistem yang dicirikan dari gangguan alami yang teratur terhadap komunitas bentik seringkali berisi jenis-jenis yang selalu siap mengkolonisasi area; sedangkan area dengan gangguan alami yang jarang biasanya lebih banyak memiliki jenis-jenis yang mampu menyebar dan laju penambahan populasi yang rendah ketika diintroduksi ke daerah baru.

Komunitas bentik meliputi detritus alami ekosistem. Semua yang mati dan tenggelam dari kolom air tanpa dimakan akan berakhir di dasar laut, sehingga komunitas bentik yang penting untuk mendaur ulang energi dan unsur hara di dalam ekosistem laut (Del Giorgio dan Williams 2005). Banyak tipe kegiatan manusia berhubungan dan merubah dasar laut secara langsung, dan akan berdampak langsung pada komunitas. Dalam beberapa kasus, dampak terhadap dasar laut sangat penting bagi aktivitas manusia, seperti ketika mengambil kerang yang mengubur diri. Dalam kasus lain, dampak bersifat tak disengaja, tetapi tetap berdampak serius, seperti ketika komunitas bentik ditutupi oleh sedimen atau sampah akibat dari pembangunan pesisir. Oleh sebab i tu, dampak terhadap komunitas bentik perlu mempertimbangkan beragam aktivitas manusia, tidak cuma beberapa akivitas yang memanfaatkan komunitas bentik secara langsung. Seberapa parah dampaknya, dan seberapa lama dibutuhkan waktu bagi komunitas untuk pulih tergantung pada bentuk dampak dan pola gangguan alami yang terjadi pada komunitas bentik. Pengelolaan dan kebijakan yang baik perlu memperhitungkan pola gangguan alami dan sejarah pemanfaatan oleh manusia di suatu area. Jika kawasan tersebut terlindungi dari gangguan alami oleh kedalaman atau pelindung alami, dan belum pernah dimanfaatkan secara intensif di masa lalu, bahkan sedikit gangguan akan mengakibatkan dampak ekologis yang besar yang membutuhkan waktu hingga tahunan untuk pulih. Dalam hal implikasi terhadap pengelolaan, gangguan serius terhadap komunitas bentik dampaknya biasanya tersebar ke berbagai fungsi ekosistem.

Page 40: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 31 dari 63

4.1.5 Komunitas demersal

Banyak jenis ikan dan beberapa jenis avertebrata menjadi komponen komunitas demersal, dan hidup dekat dengan dasar laut. Pada garis lintang yang tinggi dan ekosistem dengan produktivitas rendah kemungkinan terdapat jumlah jenis yang sedikit dalam komunitas tersebut, tetapi kemungkinan terdapat banyak jenis demersal di daerah berproduktivitas tinggi, jika lingkungan f isika dan kimianya cenderung stabil, atau jika dasar laut dan komunitas bentik memiliki struktur tiga dimensi. Dalam ekosistem yang produktivitasnya musiman, banyak jenis-jenis penting dari komunitas bentik yang bermigrasi, terkadang hingga jauh. Selain itu, komunitas demersal dengan beragam jenis kemungkinan berisi jenis-jenis dengan sejarah siklus hidup yang berbeda-beda. Beberapa jenis memiliki umur yang pendek dengan sebagian besar populasi menghasilkan anakan setiap tahun yang kemudian dewasa hanya dalam beberapa tahun bahkan ada yang beberapa bulan. Jenis-jenis lain dapat berumur panjang dengan laju rekrutmen tahunan yang rendah dan membutuhkan dua atau tiga dekade untuk dewasa. Jenis-jenis demersal dapat memiliki laju rekrutmen yang teratur, tetapi tingkat rekrutmen dapat bervariasi dari tahun ke tahun, terutama dalam ekosistem dengan kondisi lingkungan yang sangat bervariasi dari waktu ke waktu. Individu dari jenis-jenis demersal seperti kerapu dan hake memproduksi telur hingga jutaan dalam setahun, tetapi jenis lain, seperti ikan gitar dan ikan pari, biasanya hanya memproduksi beberapa telur. Pada banyak jenis-jenis demersal fase larva dan juwana ikan dan avertebrata tersebut dapat membutuhkan beberapa habitat dan makanan yang berbeda dengan fase dewasa, dan beragam fase hidup terkadang ditemukan di tempat yang betul-betul berbeda.

4.1.6 Komunitas pelagis

Jenis-jenis ikan di komunitas pelagis sering terdiri dari kawanan ikan yang rapat, dan seringkali bermigrasi pada musim tertentu serta selalu bergerak untuk periode yang singkat. Kelimpahan ikan di komunitas pelagis dapat saja tinggi, tetapi kelimpahan dan produktivitas dapat bervariasi antar tahun di berbagai ekosistem, bahkan hingga dekade, dalam periode yang panjang. Terdapat pula avertebrata pelagis, seperti beberapa jenis cumi-cumi yang menunjukkan adaptasi yang serupa.

Jenis-jenis pelagis kecil seperti sarden, teri, cumi-cumi, dan ikan kembung dapat menjadi sumber makanan yang penting bagi pemangsa lain, sedangkan jenis-jenis pelagis seperti tuna dan ikan layar dapat menjadi pemangsa domenitan. Karena pola kawanan dan migrasinya, dan kecenderungan untuk mencapai kelimpahan tinggi, peran dari jenis-jenis pelagis di dalam dinamika ekosistem lokal bisa jadi penting, walaupun sulit untuk diperkirakan. Selai n itu, karena sifat migrasinya, berarti pendekatan ekosistem terhadap aktivitas pengelolaan untuk jenis-jenis tersebut biasanya harus meliputi kawasan yang luas, atau menjadi usaha bersama dari berbagai yurisdiksi. Terdapat pula beberapa jenis hiu pelagis besar, berikut dengan hiu demersal, ikan gitar, dan ikan pari, memiliki siklus hidup yang membuatnya hanya dapat dimanfaatkan dengan laju yang rendah agar pemanfaatan dapat berkelanjutan (Musick 1999).

Peran penting dari beragam jenis tersebut dalam jejaring makanan juga berarti kegagalan pengelolaan akan berakibat serius, tersebar luas dengan dampak yang lama bagi beragam bagian ekosistem lainnya dan penggunaan oleh manusia. Posisi dari jenis-jenis pelagis besar dan migran sebagai pemangsa puncak dalam ekosistem berarti mereka mengakumulasi zat kimia beracun hingga ke tingkat tinggi jika mangsa mereka terpapar polutan. Zat kimia tersebut dapat mengancam kesehatan manusia yang memakan ikan, dan memberikan tantangan bagi pengelola dan pembuat kebijakan, walaupun lokasi sumber polusi sangat jauh.

Page 41: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 32 dari 63

4.1.7 Burung air, mamalia laut, dan penyu

Seluruh ekosistem laut mendukung populasi burung laut, penyu, dan mamalia. Banyak, tetapi tidak semua jenis tersebut, yang menjadi pemangsa puncak yang memakan ikan atau avertebrata besar, tetapi beberapa paus yang terbesar hanya memakan zooplankton kecil. Walaupun banyak jenis bermigrasi pada jangka waktu musiman, biologi pemijahan mereka sering terkait dengan lokasi yang sangat spesisfik pada sebagian waktu dalam setahun. Oleh sebab itu, keberadaan mangsa secara lokal pada daerah pemijahan utama atau daerah mencari makan juga sama pentingnya dengan keberadaan mangsa secara keseluruhan. Jenis-jenis tersebut memiliki produktivitas yang sangat rendah dan lama mencapai kedewasaan, dengan beberapa jenis hanya menghasilkan seekor anakan per tahun, dan beberapa jenis bahkan tidak menghasilkan anak setiap tahun.

Dalam hal pengelolaan dan kebijakan jenis-jenis tersebut terkadang digunakan sebagai makanan, tetapi hampir tidak ada yang dipasarkan secara komersil selama beberapa dekade. Akan tetapi, populasi dari banyak jenis menurun drastis akibat penangkapan berlebih atau karena habitat alami atau rute migrasinya telah berubah akibat kegiatan manusia, yang juga meliputi pelepasan pemangsa eksotis ke tempat-tempat berbiak. Pengelola dan pembuat kebijakan sering perlu memberikan prioritas yang tinggi untuk melindungi jenis-jenis tersebut dari gangguan, seperti menjadi tangkapan sampingan perikanan atau gangguan terhadap lokasi berbiaknya. Bahkan jenis-jenis burung laut, mamalia laut, ikan, dan avertebrata yang melimpah bergantung pada pengelolaan agar tersedia cukup makanan bagi kebutuhannya, dan sering kali dalam skala spasial lokal. Semua jenis tersebut harus menghirup udara, sehingga sering ditemukan di permukaan laut. Hal tersebut membuat mereka rentan terkena tumpahan menityak, yang harus dipertimbangkan dalam mengatur lalu lintas laut. Banyak pula jenis-jenis yang melakukan migrasi ke tempat yang jauh. Di selatan China, terdapat sebuah KKP koridor yang ditetapkan khusus untuk melindungi migrasi penyu, lumba-lumba, dan mimi. Otoritas pengelolaan menganggap hal tersebut merupakan pendekatan “ekosistem” dengan tujuan melindungi siklus hidup geografis bagi beberapa jenis migran.

Hand-out 2.2: Penandaan satelit penyu sisik dan penyu hijau

4.2 Aspek Keterampilan: Menyusun sejarah yang dialami ekosistem dan mempertimbangkan sejarah tersebut untuk membangun kawasan konservasi perairan

Latihan 2.2: Bercerita tentang masa lalu dan mengaitkannya dengan masa depan

Tujuan: Untuk menyediakan dasar sejarah perubahan yang terjadi pada umur setiap orang. Masa lalu adalah pintu masuk menuju masa depan.

Waktu: 1 jam 30 menit

Petunjuk:

Bekerjalah secara individu, ikuti garis waktu, buat catatan apa yang Anda alami dalam setiap periode waktu:

Sebagai perorangan, ceritakan hubungan anda dengan jenis sumber daya laut tertentu sehingga anda hari ini hadir sebagai peserta kegiatan ini.

(1) Buatlah daftar tentang apa saja yang terjadi di masyarakat pada setiap titik waktu sesuai ingatan anda.

Page 42: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 33 dari 63

(2) Buatlah daftar tentang apa yang terjadi secara global atau nasional dalam tiap titik dari garis waktu sesuai ingatan anda.

(3) Pindahkan ketiga jenis catatan anda ke garis waktu pada poster yang dipasang di dinding.

Bekerjalah dengan garis waktu tersebut:

(1) Gunakan garis waktu INDIVIDUAL dan ceritakan perubahan apa saja yang terjadi pada ekosistem laut. Apa saja yang harus diperhatikan dalam cerita tersebut dalam membangun KKP yang berkelanjutan?

(2) Gunakan garis waktu MASYARAKAT dan ceritakanlah tentang masa lalu masyarakat anda. Apa saja yang harus diperhatikan dalam cerita tersebut dalam membangun KKP yang berkelanjutan?

(3) Gunakan garis waktu GLOBAL dan ceritakanlah tentang masa lalu dunia dan negara. Apa saja yang harus diperhatikan dalam cerita tersebut dalam membangun KKP yang berkelanjutan?

Setiap kelompok diharuskan bercerita kepada kelompok lain.

4.3 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan jejaring makanan dan stabilitas ekosistem laut

4.3.1 Transfer energi melalui jejaring makanan

Jejaring makanan telah dibuat untuk menjelaskan transfer energi makanan dari tumbuhan sebagai sumber, melalui herbivora, ke karnivora, dan pemangsa tingkat tinggi di ekosistem laut 1. Jejaring tersebut menjelaskan bahwa panjang rantai yang membentuk jejaring makanan biasanya pendek (hanya 3-4 mata rantai), dan sedikit sekali jenis-jenis yang memangsa di lebih dari satu tingkat trofik (Gambar 2.4). Jejaring tersebut juga menjelaskan ekosistem dengan rantai makanan yang panjang tidak sestabil ekosistem dengan rantai makanan yang pendek.

Sebuah rantai makanan menjelaskan satu jalur yang mungkin bagi transfer energi dari tumbuhan ke herbivora, kemudian ke karnivora, dan pemangsa puncak. Kumpulan rantai makanan dalam ekosistem akan membentuk jarring makanan, yang oleh para ahli biologi digambar dalam bentuk satu seri jenis-jenis yang saling terkait dan dihubungkan oleh garis yang menunjukkan ada tidaknya interaksi (contohnya gambar di atas). Hal tersebut merupakan gambaran sederhana dari siapa yang memakan siapa. Jenis-jenis dapat diidentifikasi secara individu atau dikelompokkan menjadi beberapa kategori (misalnya, ikan dasaran atau avertebrata bentik) berdasarkan kesamaan karakteristik siklus hidup atau kesamaan lainnya.

Sebuah gambaran yang lebih detil dari jejaring makanan (jejaring alur energi makanan) lebih menjelaskan tingkat trofik dari tiap jenis dan kekuatan relatif interaksi berdasarkan jumlah energi yang mengalir dari produsen hingga konsumen. Jejaring alur energi makanan membawa lebih banyak informasi tentang ekosistem dibanding jejaring makanan biasa. Akan tetapi, keduanya masih belum bisa menjelaskan interaksi mana yang sangat penting untuk mempertahankan ekosistem dalam kondisi normal. Jejaring makanan fungsional sedikit berbeda dari dua gambaran jejaring makanan sebelumnya, karena menjelaskan hubungan yang paling penting bagi struktur komunitas. Akan tetapi, hubungan fungsional belum banyak diketahui untuk dapat digambarkan dalam jejaring makanan sederhana.

1 Diadaptasi dari A.W. Trites. ftp://ftp.fao.org/fi/document/reykjavik/pdf/08Trites.pdf

Page 43: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 34 dari 63

Gambar 2.4 . Contoh jejaring makanan yang dibangun oleh berbagai jenis biota pada ekosistem laut (dikutip dari http://www.gould.edu.au/foodwebs/marineC.htmI)

Hiu macan

Lumba-lumba

Gurita

Kakap

Teri Glodok

Kutu air Bawal Bulu babi

Kepiting

Euphausidae

Dinoflagellata

Diatomae Alga berkapur

Oseng

Ikan belanak

Page 44: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 35 dari 63

4.3.2 Keanekaragaman hayati

Ekosistem laut tropis memiliki keanekaragaman hayati yang kaya dan produktivitas

untuk mendukung satu miliar orang di Asia setiap tahun.

(Kaufman & Dayton, 1997. Diacu dari WWF. August 2003.)

Ilmuwan telah mempelajari penyebab dan dampak dari keanekaragaman hayati selama beberapa dekade. Beberapa generalisasi yang penting adalah sebagai berikut:

Produktivitas – semua hal adalah sebanding, sistem yang lebih produktif cenderung lebih beraneka ragam.

Kerumitan struktural – semua hal adalah sebanding, sistem (habitat) yang memiliki kerumitan dasar laut yang tinggi dan/atau tumbuhan dan hewan laut yang menyediakan struktur tiga dimensi yang lebih beragam dibanding sistem dengan kerumitan struktural rendah.

Gangguan – semua hal adalah sebanding, sistem dengan laju gangguan yang cukup rendah akan lebih beragam dibanding sistem yang jarang terganggu atau yang terlalu seri ng terganggu. Harus diperhatikan bahwa “gangguan” dapat terjadi akibat kegiatan manusia atau alami, seperti seringnya dasar laut dangkal terkena badai dan gelombang yang keras. Secara praktis, tidak terdapat panduan operasional yang menjelaskan gangguan “sedang” atau “sering”. Perbandingan kedua hal tersebut sangat relatif.

Komposisi jenis dan keanekaragaman ekosistem dapat beradaptasi dengan tingkat gangguan mulai dari rendah hingga tinggi. Perubahan tersebut tetap membentuk “ekosistem”, tetapi karakteris tik siklus hidup jenis-jenis di kawasan jarang terganggu akan sangat berbeda dengan kawasan dengan gangguan alami tinggi. Yang pertama akan lama pulih akibat gangguan besar sedangkan yang terakhir dapat pulih dengan cepat.

Walaupun penelitian ilmiah telah dilakukan selama beberapa dekade, perdebatan masih sering muncul akibat keterkaitan antara keanekaragaman dan stabilitas sebuah komunitas. Model dan penelitian di lapangan telah menunjukkan bahwa komunitas yang sangat beragam lebih stabil dibanding komunitas yang seragam karena semakin tinggi keanekaragaman maka hubungan antar jenis menjadi lebih banyak, dan banyaknya jumlah hubungan akan menjadi penyangga sistem secara keseluruhan dengan menahan gangguan. Akan tetapi, penelitian yang sama juga dapat diartikan bahwa semakin beragam komunitas, justru lebih tidak stabil, hal tersebut diakibatkan perubahan akibat faktor eksternal (aktivitas manusia atau perubahan lingkungan) dapat mengubah sesuatu dalam komunitas, dan jika komunitas awalnya lebih beranekaragam dibanding komunitas setelah terganggu, maka kemungkinan komunitas kembali ke keadaan semula sangat kecil.

Debat tersebut kurang bermanfaat bagi pengelola dan pengambil kebijakan. Baik ekosistem yang beranekaragam atau sederhana akan berubah dari waktu ke waktu. Jika pengelola dan pengambil kebijakan ditugaskan untuk membiarkan penggunaan ekosistem laut sambil mencegah terjadinya perubahan justru akan menyebabkan mereka gagal menjalankan kedua tugas tersebut .

4.4 Aspek Keterampilan: Membuat gambar tentang transfer energi melalui jejaring makanan

Latihan 2.3: Siapa makan siapa – memahami jejaring makanan di laut

Tujuan: Untuk memahami bagaimana aliran energi dalam jejaring makanan di laut mempengaruhi penyebaran kelimpahan dan kekayaan jenis dalam ekosistem

Page 45: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 36 dari 63

Waktu: 30 menit

Petunjuk:

(1) Bekerjalah dalam kelompok dan pilihlah salah satu ekosistem yang telah diidentifikasi.

(2) Gambarlah sebuah jejaring makanan dari pemangsa utama yang memakan ikan di dalam ekosistem tersebut dengan menggunakan berbagai komponen biologis dari ekosistem, seperti produsen tingkat pertama, pemakan tumbuhan, dan satu hingga tiga atau empat tingkat pemangsa. Perlu diingat, bahwa gambaran ini merupakan penyederhanaan dari kerumitan interaksi ekosistem. Gunakan kertas plano dan bahan-bahan lainnya untuk mengilustrasikan beragam komponen ekosistem. (15 menit)

(3) Apakah interaksi-interaksi tersebut akan berubah jika ada kegiatan manusia atau kejadian alam? Diskusikan dengan kelompok dan ceritakanlah pengetahuan Anda. (15 menit)

5 Elemen Kompetensi: Menjelaskan perubahan musiman dan perubahan jangka panjang yang terjadi pada ekosistem laut

5.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan perubahan musiman dan jangka panjang pada ekosistem laut

Siklus musiman terjadi di semua ekosistem laut, walaupun pada beberapa ekosistem siklus tersebut terlihat lebih jelas dibanding pada ekosistem yang lain, seperti pada perairan subtropis dan perairan tropis. Pada perairan subtropis siklus musiman bagi plankton sangat bergantung pada cahaya, kedalaman pengadukan vertikal, ketersediaan unsur hara, dan tekanan pemangsaan – proses-proses tersebut mengendalikan struktur komunitas plankton dari waktu ke waktu. Dalam pesisir perairan tropis, di mana unsur hara cenderung lebih stabil dan rendah, terdapat sedikit fluktuasi pada populasi fitoplankton dengan sedikit pola musiman zooplankton yang memuncak pada akhir musim panas. Kawasan laut lepas tropis, kawasan pelagis terstratifikasi dengan kolom air paling atas merupakan zona fotik yang miskin unsur hara.

5.1.1 Upwelling di Samudra Hindia dan kawasan Indonesia

Terdapat beberapa pembalikan massa air terkait dengan angin muson barat daya, yang bertiup dari April hingga September. Pembalikan massa air terjadi pada Arus Somalia, di barat daya Arabia, dan pesisir Malabar, India. Pembalikan massa air tersebut merupakan pembalikan massa air geostrofi yang diakibatkan oleh kemiringan dan struktur suhu ketika arus bergerak ke timur menjauhi Tanduk Afrika (Warren, Stommel dan Swallow, 1966; Swallow dan Bruce, 1966). Kaitannya denga angin muson barat daya hanya karena arus tersebut muncul saat angin tersebut bertiup. Arus tersebut menjadi batas paling barat dan berasosiasi dengan tekanan angin di seluruh laut maupun secara lokal. Pembalikan massa air terbatas pada area antara Tanjung Guardafui, ujung selatan Pula Socotra, 9.5°N, 54.5°E (dalam lintang yang sama dengan Ras Mabber), dan sebuah titik di pesisir Somalia yang berpindah berdasarkan musim. Kemungkinan efek biologis dari pembalikan massa air hanyut ke arah laut dalam arus yang cepat (Ryther et al., 1966).

Pada saat angin muson barat daya bertiup, sebuah arus dari selatan muncul, dengan kemiringan termoklin di sepanjang pesisir Malabar, India. Pembalikan massa air yang terjadi berada sangat dangkal, kemungkinan sumbernya hanya 20 m (Darbyshire, 1967), Tetapi, permukaan air menjadi lebih dingin 6°C. Pada bulan Juli hingga Oktober, air dengan salinitas rendah menyebar dari sungai dan merupakan puncak periode produksi alga (Subramanyan dan Sarma, 1965). Pada bulan

Page 46: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 37 dari 63

September dan Oktober, pasca periode muson, terjadilah pembalikan massa air yang benar-benar diakibatkan oleh angin antara Alleppey dan Guilon, pesisir Cochin, dan sebuah arus balik akan berkembang antara 75-100 m (Rama Sastry dan Myrland, 1959). Situasi di lepas pantai Malabar sangat rumit dan kemungkinan produksinya cukup tinggi, dengan indikasi munculnya deposit fosfat di lepas pantai (Tooms, 1967; lihat Gambar 19). Jelas sekali menunjukkan pembalikan massa air memanjang dari Trivandrum hingga jauh ke Utara sampai Panjim, tetapi karena dasarnya dangkal, lokasi asal pembalikan massa air tidak dapat diperkirakan dengan metode yang digunakan di lokasi lain. Sangat mungkin terjadi bahwa deposit fosfat menunjukkan kawasan pembalikan massa air seperti yang ditunjukkan metode lain saat ini.

Banse (1968) telah mengamati sistem pembalikan massa air sepanjang pesisir dan menjelaskan bahwa kekurangan oksigen dapat terjadi di bawah termoklin pada saat terjadi pembalikan massa air; dan memang tangkapan ikan demersal telah berkurang di zona dengan kadar oksigen rendah (<2 ml/l).

Pada Teluk Bengal, pembalikan massa air telah terdeteksi terjadi di pantai Walthair pada bulan Februari dan Maret (LaFond, 1954); dan kemungkinan pembalikan massa air memanjang hingga pesisir Pulau Sangor pada bulan Juni. Ganaparti dan Murthy (1954) telah menjelaskan sirkulasi pada masa tersebut di Teluk Bengal. Di bawah angin muson barat daya, pembalikan massa air kemungkinan terjadi di sepanjang pesisir Orissa, yang pararel dengan arah angin. Hasil dari LaFond (1957) telah menunjukkan adanya pembalikan massa air pesisir yang panjang. Luas kawasan pesisir tersebut telah diperkirakan berdasarkan panjang garis pantai dan jarak sejauh 200 km ke laut lepas.

Wyrtki (1964)memperkirakan bahwa pembalikan massa air dapat ditemukan di Laut Banda, Laut Flores, dan timur Laut Arafura, saat angin muson tenggara bertiup (dari Cushing 1969).

Pembalikan massa air di Indonesia telah diidentifikasi terjadi pada beberapa kawasan. Pembalikan massa air yang terjadi antara Jawa dan Australia dideteksi dari distribusi suhu permukaan laut dalam (Wyrtki 1964). Pembalikan massa air yang terjadi Teluk Thailand dan perairan Vietnam diketahui melalui ekspedisi Naga (Wyrtki 1964). Pembalikan massa air yang terjadi di Laut Flores, Banda, dan Arafura diperhitungkan berdasarkan luas laut, karena tidak adanya observasi suhu permukaan laut yang menunjukkan pembalikan massa air, maka kemungkinan terjadi perkiraan berlebih. Wyrtki melandaskan keputusannya pada beberapa lokasi yang dapat digunakan sebagai acuan perkiraan.

Hand-out 2.3: Pengamatan suhu permukaan air laut di BHS

Ekosistem laut juga terpapar pada perubahan skala besar dan bertahun-tahun – dari pengaruh alam dan manusia. Beberapa perubahan skala besar dan bertahun-tahun yang dapat terjadi adalah seperti di bawah ini.

5.1.2 Perubahan iklim

Perubahan iklim, bersama dengan peningkatan suhu, karbon dioksida, radiasi UV telah dan akan terus berdampak pada ekosistem laut. Berikut ini adalah diagram yang menjelaskan faktor-faktor perubahan iklim yang mempengaruhi sistem di laut.

Page 47: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 38 dari 63

Gambar 2.4 Faktor-faktor perubahan iklim yang mempengaruhi ekosistem pesisir.

Suhu laut meningkat dan telah menyebabkan pemutihan karang akibat hilangnya simbion alga (zooxanthellae), dan kematian terumbu karang besar besaran (lihat materi 2.3). Suhu yang tinggi juga menyebabkan karang lebih rentan terhadap radiasi ultra violet (UV). Penyebaran dan kelimpahan jenis akan berubah sebagai tanggapan terhadap perubahan suhu.

Meningkatnya karbon dioksida di atmosfer juga dapat mempengaruhi fotosintesis, pernafasan, dan pertumbuhan tanaman. Perpindahan dan penyimpanan karbon dioksida di lautan akan menyebabkan perubahan pH yang membuat laut menjadi lebih asam. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi organisme dengan kerangka kapur, seperti beberapa jenis produsen tingkat pertama, seperti coccolithophora, serta organisme seperti karang, kepiting, kerang, dan ikan.

Peningkatan permukaan laut akibat perubahan iklim akan menyebabkan hilangnya lingkungan pesisir, intrusi air laut, kehilangan tanah untuk hunian dan pertanian, serta rawa payau dan hutan mangrove kemungkinan tidak dapat melakukan akresi secepat naiknya permukaan laut, belum lagi dampak terhadap komunitas pesisir.

Beberapa negara Pasifik Barat, seperti Indonesia, adalah bagian dari komite WESTPAC dari UNESCO. WESTPAC memiliki program untuk mengevaluasi dampak perubahan iklim pada terumbu karang bernama “Coral Reefs under Climate & Anthropogenic Perturbations (WESTPAC-CorReCAP”. Untuk mendapatkan informasi program tersebut Anda dapat mengunjungi http://www.unescobkk.org/special-programmes/westpac/projects/ocean-sciences/coral-reefs-under-climate-&-anthropogenic-perturbations-westpac-correcap/ program WESTPAC terkait perubahan iklim juga dapat dilihat di sana.

Selain itu, Badan Oseanografi dan Atmosfer Amerika Serikat (NOAA) telah menanamkan investasi dalam bentuk observasi iklim lautan dengan DKP dan BPPT, yang memasang dan memantau empat mooring iklim di barat daya Sumatra.

Page 48: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 39 dari 63

Upaya konservasi untuk meningkatkan ketahanan (kemampuan bertahan dari perubahan) dan kelentingan (kemampuan untuk pulih dari perubahan) terhadap perubahan iklim sebai knya mengurangi tekanan antropogenik pada sistem sehingga ia dapat membentuk pertahanan diri. Pendekatan tersebut meliputi pengelolaan kegiatan yang memperparah dampak kerubahan iklim, seperti pembangunan pesisir, wisata, polusi dari satu titik atau lainnya, perikanan berlebih, dan jenis-jenis invasif.

Salah satu pendekatan untuk membangun ketahanan dan kelentingan terhadap ekosistem adalah dengan mendesain strategi konservasi yang menjawab seluruh tekanan pada sistem. Tiga pendekatan telah diajukan: 1) menyediakan tempat yang cukup bagi perubahan, 2) mengurangi tekanan yang bukan disebabkan oleh iklim, dan 3) mengidentifikasi populasi yang tahan dan lenting untuk dilindungi (WWF Agustus 2003, hal.165).

5.1.3 El Nino dan Osilasi Selatan (ENSO)

Siklus 4-7 tahun perubahan pusat tekanan di Samudra Hindia, dan Pasifik khatulistiwa dan subtropis, disebut Osilasi Selatan (OS), yang mengakibatkan perubahan pada angin, curah hujan, arus, dan permukaan laut di sebagian besar Samudra Pasifik. Pada Pasifik Timur, OS menyebabkan angin skala besar yang membawa air hangat, dengan salinitas dan unsur hara rendah ke pesisir yang mengatasi permasalahan pembalikan massa air lokal, dan peningkatan permukaan laut. OS bersama dengan El Niño menghasilkan peristiwa El Nino and Southern Oscillation (ENSO). ENSO dapat bervariasi tergantung intensitasnya, tetapi peristiwa dengan intensitas yang tinggi terjadi di lepas pantai Peru dan Ekuador pada tahun 1972-73 yang menyebabkan pengurangan drastis tangkapan teri, yang berdampak pada pasukan protein dunia dan menyebabkan efek domenito pada ekosistem. Hal yang sama juga terjadi pada peristiwa ENSO di 1982-83 yang mengganggu kondisi pembalikan massa air alami, membatasi pertumbuhan fitoplankton yang kemudian mempengaruhi zooplankton, dan menyebabkan penangkapan sarden di Amerika utara melorot, dan pemangsa sarden di air dingin

Page 49: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 40 dari 63

berkurang drastis, selain itu, tertangkap pula jenis-jenis dari air hangat yang tidak biasa seperti tuna. Dampak dari ENSO mulai dari meningkatnya badai, ombak, salinitas menurun, dan suhu menghangat terasa mulai dari Chili hingga Kalifornia, dan pemutihan karang dari Ekuador ke Kosta Rika. Penurunan drastis tangkapan teri terjadi lagi di Ekuador dan Peru, dan meningkatnya permukaan laut hingga 2m di kawasan mongrove dan menyebabkan penimbunan lumpur dan garam mengakibatkan kematian mangrove. Tidak semua efek ENSO diketahui, tetapi terdapat beberapa laporan yang meliputi meningkatnya badai pasir dan kebakaran semak di Afrika dan Australia saat ENSO, dan meningkatnya kekeringan dan banjir di beberapa tempat di Amerika Selatan.

5.1.4 Berkurangnya stok ikan

Kita akan lebih banyak membahas permasalahan tersebut dalam modul perikanan berkelanjutan, tetapi tangkapan komersial dunia telah melewati batas tangkapan berkelanjutan, dan dampak tertinggi terjadi di habitat pesisir dan paparan benua. Hilangnya biomassa konsumen dalam skala besar dari bagian atas rantai makanan akan mengakibatkan perubahan jangka panjang skala besar pada ekosistem.

5.1.5 Eutrofikasi

Eutrofikasi adalah sebuah proses yang menyebabkan perairan pesisir menerima unsur hara berlebih sehingga menyebabkan ledakan pertumbuhan tumbuhan (biasanya alga). Hal tersebut menyebabkan ledakan alga yang mengurangi oksigen terlarut saat sisa-sisa tanaman membusuk dan dimakan bakteri. Rendahnya kadar oksigen dapat menyebabkan organisme lain mati. Air buangan dan pupuk merupakan pemasok nitrogen paling tinggi di perairan pesisir. Penyimpanan dari atmosfir juga terjadi, dan merupakan pemasok nitrogen utama pada laut lepas.

Pasokan unsur hara dari berbagai sumber terus meningkat di seluruh dunia. Perubahan unsur hara menyebabkan perubahan penyebaran dan kelimpahan jenis. Terdapat variasi tahunan dan musiman pada peningkatan pasokan unsur hara.

Eutrofikasi dapat merusak ekosistem padang lamun, melalui tumbuhnya epifit pada daun lamun dan meningkatnya fitoplankton yang mengakibatkan terhalangnya sinar matahari, dan pada akhirnya mengurangi biomassa lamun. Karena padang lamun mendukung beragam jenis dan merupakan daerah asuhan bagi beberapa jenis perairan dalam, kerusakan padang lamun juga akan menyebabkan hilangnya hewan.

Makroalga yang cepat tumbuh, hidup dengan baik ketika unsur hara meningkat; tetapi, jika laju pasokan unsur hara terus meningkat, cahaya akan menjadi faktor pembatas bagi fitoplankton dan alga lain, dan akhirnya makroalga akan mati. Perubahan komposisi tumbuhan juga merubah populasi herbivora dan karnivora. Pada terumbu karang, karang dapat tergantikan oleh makroalga jika terjadi eutrofikasi. Dalam kasus terumbu karang, unsur hara yang penting adalah fosfat dan nitrogen. Meningkatnya unsur hara juga berdampak tidak langsung pada meledaknya populasi jenis lain, termasuk jenis yang mengganggu.

5.1.6 Pencemaran limbah beracun

Zat pencemar antropogenik (kimia) biasanya terbawa ke laut melalui aliran air tawar ke lingkungan pesisir dan oleh sebab itu, menjadi masalah bagi lingkungan sekitar pesisir. Sebagian besar dampak dari racun zat kima biasanya bersifat lokal, dan dampaknya juga dapat hanya mengenai jenis tertentu. Racun zat kimia memiliki masa degradasi yang bervariasi.

Page 50: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 41 dari 63

Mungkin, hal yang harus diperhatikan adalah zat kimia organik yang tahan lama (Persistent Organic Pollutants – POPs). POPs adalah bahan kimia yang terdapat pada lingkungan, diakumulasi melalui rantai makanan, dan beresiko mengakibatkan gangguan kesehatan manusia dan lingkungan. POPs terbukti dapat terbawa hingga jarak jauh dan dapat mencapai kawasan-kawasan yang tidak pernah menggunakan atau memproduksinya, sehingga menjadi ancaman bagi lingkungan di seluruh dunia. POPs meliputi zat kimia seperti polychlorinated biphenyls (PCB).

Sejak 2008 hingga 2010 Badan PBB untuk Lingkungan (United Nations Environment Programme - UNEP) menjadi sponsor proyek yang sedang dilaksanakan di tujuh negara Kepulauan Pasifik Selatan, seperti Fiji, Kiribati, Niue, Samoa, Palau, Kepulauan Solomon, dan Tuvalu. Koordinasi regional dilakukan oleh University of South Pacific, Institute of Applied Science.

Polybromenitated Diphenyl Ether (PBDE), zat kimia yang sering digunakan sebagai penahan api sejak tahun 1970an adalah zat kimia beracun. PBDE digunakan dalam beragam produk, meliputi material bangunan, elektronika, alat-alat rumah tangga, kendaraan bermotor, plastik busa polyurthane, dan tekstil. Penelitian menunjukkan bahwa paparan PBDE dapat mengganggu kesehatan hewan, termasuk manusia. Penelitian toksikologi menunjukkan bahwa hati, kelenjar tiroid, dan perkembangan saraf tingkah laku dapat terhambat akibat paparan PBDE. PBDE juga diketahui dapat diturunkan dari ibu ke anaknya melalui air susu ibu.

PBDE dan PCB memiliki sifat kimia yang mirip,dan para ilmuwan dan pengelola menduga dampaknya terhadap kesehatan manusia juga dapat diperbandingkan. Produksi PBDE telah dilarang di beberapa negara Eropa dan Asia. Di Amerika Serikat, produksi bahan-bahan campuran PBDE telah dihentikan secara suka rela.

Hidrokarbon minyak, dari tumpahan minyak skala besar maupun skala kecil tetapi sering, harus menjadi perhatian. Menityak dan gemuk adalah kelompok pencemar yang paling perlu diperhatikan di lingkungan laut, dan telah diidentifikasi sebagai parameter utama untuk pengembangan kriteria kualitas air ASEAN oleh Kelompok Kerja ASEAN Marine Environmental Quality Criteria. Prioritas ditentukan berdasarkan kemungkinan jumlah dan konsentrasi hidrokarbon, berikut dampaknya terhadap ekosistem laut dan kesehatan manusia. Tumpahan menityak dan gemuk serta penyebarannya di lingkungan laut cenderung membentuk sekelompok komponen dibanding satu jenis zat kimia.

Hal lain yang perlu diperhatikan di Indonesia, adalah potensi pencemaran dari kegiatan penambangan yang meliputi logam berat dan zat tambahan, seperti sianida. Saat ini Conservation International sedang menyelidiki potensi dampak tambang nikel terbuka yang terjadi di pesisir Utara Waigeo dan Teluk Mayalibit. Bukti kerusakan habitat dan gangguan terhadap populasi laut tampak nyata terjadi akibat tambang tembaga Ok Tedi.

Handout 2.4: Studi kasus – Tambang di Papua New Guinea

5.1.7 Spesies eksotik dan invasif

Jenis eksotik, juga dikenal denga nama jenis asing, non alami, dan jika merugikan, ia disebut jenis invasif, dapat masuk ke dalam sistem melalui berbagai penyebab, seperti pertukaran air balas, pengotoran badan kapal, praktik akuakultur dan marikultur. Indonesia merupakan jalan masuk antara dua samudra (Samudra Pasifik dan Hindia) dan dua benua (Asia – Australia), sehingga lalu lintas perairan menjadi ramai dan berpotensi memasukkan jenis-jenis non alami melalui rute tersebut. Menyebarnya organisme eksotis dapat berdampak pada dinamika ekosistem dengan memodifikasi keanekaragaman hayati sistem, terutama ekosistem kepulauan. Jenis alami terkadang

Page 51: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 42 dari 63

tidak dapat menyaingi jenis eksotis, dan terkadang ia juga membawa penyakit dan ditularkan ke jenis alami.

Beberapa jenis eksotis telah didokumentasikan di Indonesia dalam Global Invasive Species Database yang dikelola oleh IUCN (http://www.issg.org/database/), yang meliputi jenis-jenis yang memiliki potensi invasif. Beberapa jenis telah diintroduksi dengan untuk marikultur. Beberapa jenis introduksi tersebut adalah sejenis alga merah (Kappaphycus spp.) dan jenis ikan nila (Oreochromis). Berikut adalah penjelasan ketiga spesies tersebut.

Kappaphycus spp. adalah alga merah yang diintroduksi di berbagai tempat di bumi sebagai bahan pembentuk agar-agar kappa karagenan. Bahan ini digunakan dalam industri permen karet dan sebagai pelembut dalam bebergai produk seperti es krim, pasta gigi, jeli, obat-

obatan, dan cat. Jenis alga ini dapat dengan mudah tumbuh dari potongan atau fragmen berukuran 0,5 cm sehingga menjadi jenis alga yang sulit dikendalikan.

Ikan nila (Oreochromis spp.) adalah nama umum untuk tiga marga ikan dari suku Cichlidae, yaitu Oreochromis, Sarotherodon & Tilapia. Ketiga jenis ikan tersebut meliputi 70 spesies ikan dan delapan di antaranya merupakan ikan yang dibudidayakan. Ikan-ikan sebagian besar berasal dari Afrika; ikan-ikan ini mengeram anak-anaknya dalam mulut. Budidaya nila di keramba dapat menurunkan kualitas air sehingga dapat mempengaruhi kawasan-kawasan yang memiliki nilai ekologi penting. Lolosnya sejumlah ikan ini tidak dapat dihindari sehingga muncul nila di alam telah menyebabkan beragam masalah serius lainnya, seperti menurunnya ikan alami lain yang dibudidaya, terutama Cichlidae, dan perubahan komunitas bentik alami. Nila mozambik (Oreochromis mossambicus) telah menyebar di seluruh dunia melalui introduksi akuakultur. Populasi ikan nila ini di alam berasal dari ikan yang meloloskan diri dari tambak ikan. Jneis ikan ini merupakan omnivora yang dapat makan berbagai jenis makanan mulai dari alga hingga serangga.

5.1.8 Biostatus belum ditentukan

(1). Acanthaster planci (bintang laut)

Kebun karang dari Mikronesia dan Polinesia menyediakan sumber daya laut bagi komunitas

lokal dan lingkungan bagi jenis lama seperti ikan laut. Dalam terumbu karang yang terkena pemutihan karang, wisata berlebih, atau gangguan alami seperti badai dan El Niño, efek dari

bintang laut pemangsa karang (Acanthaster planci) berdampak pada komunitas karang alami yang

telah dalam kondisi buruk. Acanthaster planci mengancam terumbu karang yang rapuh

tersebut, dan kerusakan pada kebun karang akibat bintang laut telah banyak ditemui di beberapa ekosistem terumbu karang. Nama lokal: bintang laut pemakan karang, bintang

laut berduri, bulu seribu, crown of thorns starfish.

(2). Acanthophora spicifera (alga)

Acanthophora spicifera adalah alga merah yang ditemukan di laut tropis dan subtropis di seluruh dunia. Morfologinya yang seperti plastik membuatnya dapat beradaptasi pada berbagai kondisi lingkungan, dan oleh sebab itu, ia dapat menginvasi beragam habitat. Ia adalah jenis asing invasif di Hawaii. Ia juga salah satu alga asing yang paling sukses hidup di kawasan tersebut, dimana ia mengubah komunitas alami dan bersaing dengan alga asli kawasan tersebut.

Page 52: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 43 dari 63

(3). Gracilaria salicornia (alga)

Introduksi alga asing di lingkungan laut dapat menjadi ancaman bagi kesehatan dan stabilitas ekosistem pesisir. Gracilaria salicornia mengancam terumbu karang dan komunitas

bentik alami di Hawaii dan berbagai tempat lain. Ia dapat mengurangi keanekaragaman jenis dan mengubah struktur komunitas laut.

(4). Tubastraea coccinea (karang)

Tubastraea coccinea (karang mangkok oranye) telah diintroduksi ke seluruh benua kecuali

Antartika dan diduga menjadi kompetitor ruang dan membahayakan komunitas avertebrata bentik. Pengurangan spons dan karang asli daerah tersebut juga berdampak lanjutan besar

bagi seluruh ekosistem.

(5). Varanus indicus (reptil)

Varanus indicus (biawak mangrove) adalah reptil darat yang hidup di pohon dan telah diintroduksi di beberapa lokasi untuk mendapatkan daging, kulit, atau sebagai agen pengontrol biologis. Ia telah membuat permasalahan di beberapa pulau dengan memangsa ayam dan telur penyu. Bufo marinus (kodok laut) pernah diintroduksi untuk menjaga populasi biawak mangrove di beberapa lokasi, tetapi berakibat buruk. Kedua jenis tersebut telah menjadi hama serius di beberapa tempat, dengan potensi pengontrolan yang kecil

.

(6). Watersipora subtorquata (bryozoa)

Waterspora subtorquata (d’Orbigny, 1852) adalah bryozoa mengerak. Ia tahan terhadap zat anti pengotor berbasis tembaga dan terkenal telah mengotori lambung kapal dan

membantu pengotoran dan penyebaran jenis-jenis invasif lainnya Watersipora subtorquata dianggap kosmopolitan dan sangat invasif di pelabuhan di perairan subtropis. Upaya

pencegahan adalah satu-satunya cara pengendalian yang diketahui.

5.1.9 Ledakan populasi alga beracun

Ledakan populasi alga beracun (harmful algal bloom - HAB) telah diketahui menyebabkan kematian ikan dan kerang, mengancam kesehatan manusia, dan kerusakan ekosistem di seluruh dunia. Penyebab HAB belum dipahami dengan baik, begitu pula dengan meningkatnya frekuensi kemunculan; tetapi, yang terakhir kemungkinan disebabkan oleh aktivitas manusia. Semakin sering dan meningkatnya pengaruh aktivitas manusia terhadap ekosistem pesisir, berikut dampak lingkungan dan ekonomi dari HAB, telah menjadi tantangan pengelolaan pesisir pada beberapa tahun belakangan. Hubungan antara HAB dan peningkatan pengayaan unsur hara di berbagai lingkungan pesisir di negara-negara Pasifik Barat menjadi perhatian penting. Meningkatnya masukan unsur hara ke pesisir dan lingkungan tertutup adalah hasil dari pertanian, akuakultur, industri, dan limbah cair.

Page 53: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 44 dari 63

Indonesia merupakan anggota program WESTPAC UNESCO dalam memantau HAB. Dalam negara-negara Pasifik Barat, HAB telah meningkat baik dalam hal frekuensi, variasi tipe, distribusi, dan tingkat keparahan. Beberapa jenis yang telah diamati meliputi:

(1) Ciguatera di Filipina

(2) Racun cyanobacteria (polycavernoside A) di Filipina

(3) Phaeocystis di China dan Vietnam

(4) Heterocapsa di Jepang dan Hong Kong (China)

(5) Cochlodinium di Jepang, Korea, China, Malaysia dan Indonesia

Negara-negara dalam kawasan tersebut mengalami masalah HAB di daerah dengan kondisi lingkungan dan mekanisme yang sama (misalnya, eutrofikasi, pembalikan massa air, pemindahan organisme, dan sebagainya).

WESTPAC bertujuan untuk memahami sifat kimia, dinamika populasi, dan dampak lingkungan dari alga beracun serta dan bahan bioaktif yang ada pada alga tesebut. Untuk mencegah penyakit akibat HAB, WESTPAC menyediakan pengetahuan ilmiah untuk membentuk sistem pengelolaan yang dapat diandalkan, murah, dan mudah yang meliputi pemantauan dan riset. Program WESTPAC saat ini akan dilanjutkan hingga 2010. Dan garis besar dari program dapat dilihat di http://www.unescobkk.org/special-programmes/westpac/projects/ocean-sciences/harmful-algal-bloom-hab/.

5.2 Aspek Keterampilan: Mengidentifikasi faktor-faktor yang mengancam ekosistem di dalam kawasan konservasi perairan

Latihan 2.4: Kerusakan lingkungan di KKP anda

Tujuan: memahami dampak yang terjadi pada KKP daerah Anda.

Waktu: 1 jam

Petunjuk:

Bekerjalah di dalam untuk menjabarkan kerusakan lingkungan utama di KKP Anda. Apakah Anda mengalami masalah dengan eutrofikasi, sampah, kerusakan dasar laut dan terumbu, erosi atau beragam tipe kerusakan lingkungan lainnya? Apakah kerusakan tersebut berdampak pada perikanan dan apa dampaknya? Apakah kerusakan tersebut mempengaruhi sumber daya atau habitat lain (seperti padang lamun) yang diperlukan perikanan dan ikan? Apakah sumber dari kerusakan lingkungan diketahui? Apa yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut? Dan apa lagi yang bisa di coba? Tulislah jawaban Anda dalam sebuah kertas plano (20 menit).

Setiap tim harus mempresentasikan temuannya pada seluruh kelompok. Tulislah pada kertas lain temuan-temuan apa saja yang umum terjadi (10 menit)

Buatlah daftar kegiatan pengelolaan spesisifk yang akan Anda ambil untuk menanggulangi sumber dampak tersebut. Apakah reaksi pengelolaan dapat digunakan pada seluruh bentang laut? Yang mana yang Anda rekomendasikan? (30 menit)

Page 54: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 45 dari 63

6 Elemen Kompetensi: Menjelaskan keterkaitan di antara beberapa ekosistem laut dan antara ekosistem laut dan ekosistem daratan

6.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan keterkaitan antar ekosistem laut

Apa yang kita ketahui tentang konektivitas? Terdapat banyak literatur yang membahas konektivitas antar populasi di laut; tetapi, sebagian besar informasi bersifat tidak langsung dan terkadang saling bertentangan. Berdasarkan tarikan plankton, ekstrapolasi oseanografis, dan genetika, terdapat bukti bahwa persebaran organisme laut sangat tinggi. Beberapa jenis avertebrata dan ikan memiliki bentuk larva dengan masa planktonik yang panjang sehingga mampu menyebar secara regional. Larva jenis-jenis pesisir telah ditemukan melalui tarikan plankton di laut lepas, tepi pesisir, dan zona pembalikan massa air – mekanisme yang meningkatkan persebaran.

Bukti-bukti persebaran jarak jauh populasi biota laut ditemukan di pulau-pulau terisolasi, yang cenderung didominasi oleh jenis-jenis dengan fase planktonik yang panjang. Data genetik juga menjelaskan bahwa persebaran jarak jauh sangat mungkin, dengan sedikit perubahan struktur pada jarak jauh. Ada beberapa contoh baik dari proyek sejenis ini yang sedang dilakukan di BHS dan PNG.

Hand-out 2.5: Konektivitas genetik di BHS

Hand-out 2.6: Penyebaran larva menghubungkan populasi ikan dalam jejaring KKP di Papua New Guinea

Biota laut dengan fase planktonik menyebar lebih luas dibandingkan dengan biota laut yang bersifat demersal atau yang memiliki larva yang segera tumbuh berkembang. Sebagai contoh, kepiting hijau (Carcinus meniteas) yang diintroduksi ke teluk San Fransisco dengan cepat ke utara hingga pesisir Amerika Utara. Kepiting ini termasuk jenis spesies invasive.

Selain itu, simulasi tentang partikel pasif dan model oseanografis menunjukkan sangat mungkin terjadi settlement larva hingga puluhan kilometer di sepanjang garis pantai. Simulasi persebaran larva di terumbu karang telah menunjukkan bahwa kemungkinan penyimpanan lokal pada terumbu tempat berbiak 10 kali lebih banyak dibandingkan dengan terumbu yang lebih ke hilir kecuali jarak antar terumbu karang hampir sama dengan diameter terumbu (Black 1993). Penelitian lapangan juga telah dilakukan untuk kerang mata tujuh, kerang, dan limpet yang menunjukkan pergerakan lambat. Perilaku larva, dan kemampuan berenang, mengatur kedalaman, dan lain-lain mempengaruhi persebarannya. Dua penelitian ikan karang menunjukkan penyimpanan lokal sangat umum Swearer et al. (1999) mempelajari larva ikan bayeman di Kepulauan Virgin Amerika Serikat dengan menggunakan otolit dan mendapatkan 50% bahan kimia otolit menujukkan terjadinya penyimpanan di sekitar pesisir. Jones et al. (1999) menandai 10 juta larva ikan betok laut di dekat Pulau Lizard, Great Barrier Reef dan menemukan 33-66% larva tersimpan dalam pulau tersebut pada masa planktonik.

Pandangan ekologi dan genetika dari populasi laut sering berbeda-beda. Doherty et al. (1995) menunjukkan bahwa populasi larva dengan fase planktonik panjang cenderung membawa sedikit perbedaan genetik dalam skala spasial yang luas, sehingga dijadikan penanda persebaran tinggi, tetapi, pandangan genetika lebih terpatok pada skala waktu evolusi. Selain itu, terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan tingginya diferensiasi genetik organisme laut dengan potensi

Page 55: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 46 dari 63

persebaran tinggi. Misalnya, populasi dari avertebrata dan ikan laut dipisahkan oleh kepulauan di Indonesia sering menunjukkan frekuensi tinggi perbedaan gen, walaupun arus kuat terjadi (Barber et al. 2000). Duda dan Palumbi (1999) mengilustrasikan bahwa udang macan, bintang laut, ketam kelapa, dan beberapa jenis ikan terumbu memiliki banyak perbedaan genetik antara Samudra Hindia dan Pasifik

Ketidakpastian konektivitas mengakibatkan pengelolaan dan kebijakan KKP dan jaringan KKP menjadi menantang. Laju persebaran larva perlu diketahui untuk organisme dalam KKP agar kita memahami dampak KKP dan jaringan KKP. KKP harus didesain untuk mengakomodasi jenis dengan kemampuan persebaran tinggi, dan diharapkan, jenis dengan kemampuan persebaran rendah juga akan mendapatkan keuntungan. Akan tetapi, hal tersebut bisa jadi tidak realistis karena rata-rata persebaran mencapai 20-50 km per generasi (Palumbi 2001), luasan yang terlalu besar untuk dikelola secara politik.

6.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan keterkaitan antara ekosistem laut dan darat

Terdapat beberapa hubungan antara lingkungan terestrial, perairan tawar, dan laut dalam hal jenis, ancaman, dan strategi untuk mengelolanya. Banyak jenis yang membutuhkan ekosistem darat dan perairan untuk beragam aspek siklus hidupnya. Misalnya, mereka dapat makan di lingkungan laut dan berbiak di darat (misalnya, burung laut, anjing laut, singa laut, dan penyu). Hutan mangrove tumbuh di atas batas antara darat dan laut.

Walaupun begitu, ilmu pengetahuan, konservasi, pengelolaan, dan perencanaan seringkali dibatasi hanya untuk darat, sungai, dan laut. Masalah yang timbul akibat pembagian tersebut adalah tata kelola yang terfragmentasi atau sektoral. Integrasi lingkungan darat, perairan tawar, dan laut meningkatkan:

Akurasi Ekologis — dengan memerhitungkan proses, perubahan, dan hubungan atara darat dan laut. Hal tersebut meliputi mengelola siklus hidup jenis yang membutuhkan konektivitas dan jalan langsung antar lingkungan.

Efisiensi Spasial atau Ekonomi — mendesain rencana konservasi dan pengelolaan terintegrasi dapat menghemat uang dan menunjukkan kerjasama antar yurisdiksi.

Pemanfaatan manusia adalah bagian dari ekosistem darat dan laut, dan banyak aktivitas yang dilakukan di darat berdampak langsung pada lingkungan laut atau perairan tawar. Diagram yang ditunjukkan sebelumnya menjelaskan aktivitas manusia di darat yang berdampak pada lingkungan laut. Hal tersebut meliputi penggundulan hutan, limpasan pertani an, aliran limbah, limbah dan tailing dari pertambangan, berdampak terhadap populasi dan pembangunan pesisir.

Handout 2.7: Interaksi darat-laut

6.3 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan pengelolaan berbasis ekosistem

6.3.1 Pengelolaan berbasis ekosistem

Pengelolaan berbasis ekosistem (EBM) telah menjadi paradigma kebijakan kelautan dan sekarang sudah diterima secara luas sebagai hal penting untuk mewujudkan pengelolaan dan konservasi sumberdaya yang efektif. EBM menganggap manusia sebagai bagian dari ekosistem dan menilai

Page 56: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 47 dari 63

manfaat-kerugian jasa yang disediakan ekosistem atau lingkungan untuk kehidupan manusia dan tujuan konservasi sumberdaya. Pendekatan ekosistem ini membimbing pengelola dan pembuat kebijakan pada sejumlah pilihan yang menguntungkan sementara banyak perubahan yang terjadi tak dapat dihindari ketika menyebar dalam jjejaring makanan di dalam ekosistem dan tidak memulihkan komponen-komponen ekosistem yang telah dimanfaatkan langsung (FAO 2003, Belfiori et al. 2006). Oleh sebab itu, EBM memperhitungkan dampak kumulatif dari berbagai kegiatan pemanfaatan. Penerapan EBM memerlukan upaya terpadu dalam pengumpulan dan interpretasi data tentang setiap jenis kegiatan pemanfaatan sektor kelautan. EBM juga membutuhkan pengelolaan adaptif, yaitu kemampuan untuk mengembangkan dan memasukkan temuan baru untuk mengubah atau mengadaptasi strategi pengelolaan yang sedang diterapkan.

Sejumlah pertanyaan dapat digunakan oleh pengelola dan pengambil kebijakan sebagai dasar dalam diskusi beserta tenaga ahli atau tradisional tentang ekosistem.

Apakah ada pengendali fisik atau kimia yang diketahui berubah drastis secara musiman atau tahunan, apa saja yang mempengaruhi produktivitas dan komposisis jenis dalam ekosistem? Beberapa contohnya adalah adanya kawasan pembalikan massa air yang kuat, kawasan yang didominasi oleh pasang surut kuat, atau kawasan dimana El Niño dapat menyebabkan perubahan suhu drastis. Dalam kasus-kasus tersebut, produktivitas primer dan sensitivitas suhu untuk pertumbuhan dan pendewasaan merupakan fungsi ekosistem yang penting.

Apakah struktur kerumitan dasar laut dan komunitas bentik penting bagi seleksi habitat dan perlindungan dari pemangsaan bagi ikan dan avertebrata? Beberapa contohnya adalah tepi lereng terumbu, gunung bawah air, atau terumbu karang. Dalam kasus seleksi habitat, pemangsaan, dan rekrutmen jenis-jenis yang hidup berasosiasi maka struktur habitat merupakan fungsi ekosistem yang penting.

Apakah sistem memiliki ciri-ciri unsur hara berlebih dan/atau kadar oksigen rendah? Beberapa contohnya adalah kawasan yang sering mengalami eutrofikasi. Jika ada, produktivitas dan respirasi merupakan fungsi dalam ekosistem yang penting.

Apakah terdapat jenis-jenis mangsa tertentu yang, ketika melimpah, menjadi sumber makanan utama bagi berbagai pemangsa dalam ekosistem. Beberapa contohnya adalah capelin pada sistem Boreal di utara, atau kopepoda atau euphausiidae dalam sistem di lintang menengah. Jika ada, pemangsaan merupakan fungsi dalam ekosistem yang penting dan harus diatur dari “bawah ke atas”, terutama jika rekrutmen dari mangsa sangat dipengaruhi oleh suhu air, salinitas, dan lain-lain.

Apakah ada jenis-jenis pemangsa tertentu yang, ketika melimpah, menghilangkan banyak mangsa. Contohnya adalah pengurangan mangsa di sekitar lokasi bertelur burung laut kolonial. Jika ada, pemangsaan merupakan fungsi dalam ekosistem yang penting dan harus diatur dari “atas ke bawah”, terutama jika pemangsa puncak berumur panjang dibanding mangsanya.

Dua pertanyaan terakhir membawa dua pertimbangan penting terkait fungsi dan hubungan penting jejaring makanan. Pertama, bahkan dalam ekosistem dengan kekayaan jenis yang tidak terlalu tinggi, terdapat jumlah hubungan yang besar antar jenis mangsa dan jenis lain yang dapat memangsanya. Oleh sebab itu, jejaring makanan ekosistem laut yang telah dipelajari dengan baik selalu berisi hubungan yang sangat terkait sehingga tidak bisa langsung dilakukan pengukuran (Yodzis 1996). Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa kerumitan hubungan penting untuk mempertahankan fungsi ekosistem tingkat tinggi dan penting, seperti kelentingan ekosistem terhadap tekanan dan kemampuan mempertahankan diri dari gangguan (Brookes et al. 2005). Ada bagian kecil dari hubungan tersebut yang sering mendominasi aliran biomassa dan energi di seluruh ekosistem dan mengatur dinamika ekosistem. Walaupun begitu hubungan kuat tersebut tidak mudah diidentifikasi

Page 57: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 48 dari 63

tanpa informasi yang banyak, tetapi membuatnya penting untuk dipertimbangkan dalam pengelolaan dan kebijakan (Berlow et al. 1999, 2004).

Kedua, bahkan ketika tidak ada pemangsa tunggal yang dapat mengatur struktur dan fungsi ekosistem dari atas ke bawah, sangat mungkin tekanan pemangsaaan dari atas ke bawah merupakan sebuah fungsi penting dalam ekosistem. Keadaan tersebut dapat muncul karena pemangsaan di laut seringkali berbasis ukuran dan jenis. Sebagai contoh, dalam sebuah kawasan diet dari dua jenis demersal – mungkin dua jenis ikan sebelah – dengan panjang yang sama akan lebih mirip dibanding diet ikan berukuran 10 cm dan 70 cm dalam jenis yang sama. Panduan pengelolaan dan kebijakan yang baik sering berpindah-pindah dari pendekatan berbasis ukuran ke pendekatan berbasis jenis (Bianchi et al. 2000, Pope et al. 2006).

Sistem kemungkinan tidak dapat menyerap tekanan tambahan terhadap fungsi penting tersebut, tanpa akibat yang serius dan sulit dikembalikan. Kedua, tidaklah bijak untuk menganggap kondisi saat ini sebagai kondisi awal yang digunakan untuk menilai efektivitas pengelolaan dan aksi kebijakan. Jika fungsi penting tersebut telah tertekan cukup tinggi, ia kemungkinan tidak dapat berfungsi dengan baik dalam kondisi saat ini (Jackson et al. 2001). Kemungkinan kondisi struktur dan fungsi ekosistem sedang dalam masa transisi dalam beradaptasi terhadap tekanan yang baru terjadi, dan tidak ada upaya pengelolaan yang dapat mempertahankannya dalam kondisi sementara (misalnya mengubah dasar pertimbangan yang akan didiskusikan lebih lanjut dalam modul perikanan). Sayangnya, hanya pada kawasan yang telah diketahui dengan baik kita mungkin untuk merekonstruksi apa yang tidak terlalu tertekan, dan kemungkinan lebih berkelanjutan, kondisi ekosistem dapat diketahui secara historis, dan jarang sekali perkiraan dibuat tentang fungsi dan struktur sistem ketika perubahan sementara terjadi di setiap hubungan. Kondisi ekosistem tersebut membuat pengelolaan yang bijak sangat menantang.

Dukungan berbasis populasi dan masyarakat bagi kebijakan dan pengelolaan dapat diambil dari pengetahuan tradisional dan masyarakat, karena penduduk pesisir memiliki pengalaman lebih banyak tentang sistem laut dan status populasi dan komunitas organisme (Berkes et al. 2000, Grey 2005). Pengetahuan tersebut bisa menjadi sangat penting karena, seperti ditunjukkan di atas, sering kali data tidak cukup tersedia untuk menentukan bagaimana hubungan harus direpresentasikan, terutama di masa lalu. Pertanyaan pengelolaan dan kebijakan dapat meliputi bagaimana ekosistem akan bereaksi terhadap kondisi yang berbeda dengan ketika data dikumpulkan. Dalam kasus tersebut pengalaman membantu menyediakan wawasan proses yang berguna dan bagaimana ekosistem akan bereaksi terhadap pilihan pengelolaan atau kebijakan yang sedang dipertimbangkan

Zonasi spasial, termasuk KKP, adalah salah satu alat bagi pengelolaan berbasis ekosistem. Akankah KKP bekerja bagi ekosistem yang diisi jenis-jenis terancam? Sangat penting untuk mempertimbangkan tujuan dari sebuah kawasan konservasi dalam konteks ekosistem .

Sebagai salah satu alat untuk pengelolaan berbasis ekosistem, desain dan pengelolaan KKP harus menggunakan pendekatan berdasarkan informasi tentang ekosistem laut yang telah diketahui. Berikut ini daftar beberapa karakteristik:

Setiap ekosistem laut menjadi rumah beragam jenis yang memiliki beragam kebutuhan habitat, strategi kehidupan, dan nilai bagi manusia.

Interaksi dalam ekosistem sangat intensif dan dampak yang kuat pada satu bagian biasanya akan berpengaruh juga ke ekosistem, yang mengakibatkan perubahan pada jenis lain.

Setiap ekosistem mengalami beragam penggunaan yang saling bertentangan, mulai dari rekreasi hingga polusi hingga pengambilan mineral dan kekayaan biologis.

Page 58: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 49 dari 63

Berbagai ancaman terhadap laut bersumber dari dampak alami dan antropogenik pada habitat dan populasi.

Beberapa ancaman di laut, seperti akibat pengerukan, bersifat lokal, tetapi beberapa ancaman, seperti limpasan unsur hara dan pemanfaatan berlebih ikan pelagis, dapat terjadi jauh dari sumber masalahnya.

Setiap kegiatan perlindungan keanekaragaman hayati dan pengelolaan stok ikan yang lebih baik meliputi perlindungan terhadap habitat organisme dewasa, juwana, atau pemijah.

Variabilitas iklim – baik secara alami atau akibat perubahan global – dapat mengganggu fungsi ekosistem pada beberapa tempat dan waktu, oleh sebab itu, habitat yang dilindungi harus diperbesar sebagai jaminan terhadap bencana.

Tidak ada alat pengelolaan – bahkan mempertahankan habitat – yang mampu menjawab semua masalah laut sekaligus” (Pew Ocean Commission 2003, hal 32).

KKP, cagar, dan bentuk zonasi yang lain adalah salah satu alat pengelolaan yang paling bisa memasukkan pertimbangan seluruh jenis dalam ekosistem tertentu. Sebuah usaha yang kuat dan terkoordinasi dibutuhkan untuk menghilangkan ancaman bagi laut di dunia. Untuk menjawab ancaman tersebut dibutuhkan pola pikir multi dimensional.

Salah satu metode kuantitatif untuk melakukan EBM telah diusulkan oleh Levin et al. (2009), yang disebut Integrated Ecosistem Assessment (IEA). IEA meliputi lima langkah yaitu (dari Levin et al. 2009):

1 Peninjauan – membantu mengidentifikasi tujuan pengelolaan dan ancaman kunci berdasarkan sebagian pengendali dan tekanan utama. Pelibatan pihak terkait sangat penting pada tahap pertama. Bentuk tata kelola dapat mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan jika skala tata kelola dan ekosistem tidak cocok.

2 Penyusunan indikator – Indikator yang dipergunakan sebagai perwakilan ekosistem harus dipilih yang dapat meliputi proses ekosistem, kelompok biologis, dan tipe indikator yang luas. Indikator harus sensitif dan responsif pada variabel yang akan diukur. Indikator juga harus bisa diukur secara langsung, dapat dimengerti oleh pihak terkait, dan murah untuk diukur (Rice dan Rochet 2005).

3 Analisis Risiko – Langkah tersebut digunakan untuk menentukan kemungkinan sebuah indikator mencapai kondisi yang tidak diinginkan. Ketidakpastian harus dijelaskan. Faktor-faktor resiko dianalisis tentang kemungkinannya mengakibatkan bahaya atau dampak dan kemampuan indikator untuk pulih. Teknik analisis resiko telah lama tersedia dan telah banyak diterima.

4 Evaluasi Strategi Pengelolaan - dalam tahap ini, berbagai strategi pengelolaan dievaluasi pengaruhnya terhadap indikator. Strategi evaluasi pengelolaan (Management Strategy Evaluation – MSE) sering membutuhkan pemodelan untuk mengevaluasi berbagai strategi dan telah digunakan untuk perikanan.

5 Pemantauan dan Evaluasi - tahap akhir berupa pemantauan dan evaluasi sangat penting untuk memahami apakah strategi sudah efektif dan sangat penting bagi proses perencanaan apapun.

6.4 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan konsep kesehatan dan keutuhan ekosistem

6.4.1 Konsep kesehatan dan keutuhan ekosistem

Ekosistem adalah sistem penunjang kehidupan dan penting bagi kehidupan dan kesejahteraan umat manusia. Kesehatan ekosistem tidak hanya penting bagi lingkungan, tetapi juga penting bagi adanya dan pengembangan masyarakat manusia yang sering melihat diri sendiri terpisah dari lingkungan.

Page 59: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 50 dari 63

Selain itu, sebagai komponen dalam ekosistem, manusia dan interaksinya memiliki dampak yang jelas pada struktur dan fungsi ekosistem. Di seluruh dunia, ekosistem terus terkena dampak kegiatan manusia, yang pada akhirnya, berdampak besar pada hunian, kesehatan, dan pengembangan sosial -ekonomi. Kesehatan ekosistem telah lama menjadi perhatian perlindungan alam dan telah menjadi konsep penting terkait ekosistem. Secara ekologi “kesehatan” didefinisikan dalam bentuk “aktivitas”, “organisasi”, dan kelentingan.

Komponen kesehatan ekosistem tersebut terdapat dalam konsep “keberlanjutan”, yang berarti sistem tersebut aktif, mempertahankan strukturnya, dan lenting terhadap tekanan dari waktu ke waktu.

Sebaliknya, sebuah ekosistem yang tidak sehat adalah ekosistem yang tidak berkelanjutan akan hilang keberadaannya. Banyak panduan dan upaya telah disarankan untuk menduga tingkat kesehatan ekosistem. Selain itu, harus diperhatikan bahwa terminologi kesehatan ekosistem juga sering digunakan dalam konteks yang lebih luas, misalnya konsep ekologi, sosial, ekonomi, dan politik. Sebuah ekosistem yang sehat oleh sebab itu dapat dijabarkan sebagai salah satu tempat dengan lingkungan yang kita bisa hidup; nilai ekonomi yang pantas, berkelanjutan, dan cukup sejahtera; dan komunitas yang dapat ditinggali serta ramah. Kesimpulannya konsep kesehatan ekosistem tidak hanya meliputi konsep ekologis, tetapi juga meliputi pertimbangan sosial, ekonomi, dan politik. Kesehatan ekosistem tidak hanya penting bagi lingkungan, tetapi juga penting bagi keberadaan dan perkembangan masyarakat manusia.

Kesehatan ekosistem memfokuskan perhatian pada beragamnya kemampuan alami yang melekat pada ekosistem dan batas terhadap keberagaman tersebut. Dalam kesehatan manusia tidak ada tinggi atau berat yang dianggap “normal”. Tetapi, terdapat hubungan antara tinggi dan berat badan yang dianggap “normal” dan pada setinggi apapun orang, ada berat badan yang dianggap tidak sehat – baik terlalu rendah atau terlalu tinggi. Selain itu, bagi setiap orang memiliki ciri berat tertentu, tetapi terdapat siklus berat yang berubah setidaknya sedikit berat harian, bulanan, maupun musiman.

Hal tersebut merupakan analogi yang berguna untuk diterapkan dalam konsep “kesehatan ekosistem”. Pertama, kesehatan ekosistem merefleksikan beberapa status keseluruhan dari sistem, bukan sebagian kecil darinya. Tidak ada produktivitas yang “benar” secara global bagi sebuah ekosistem, atau keanekaragaman hayati, dan lain-lain. Walaupun begitu fitur struktural dan fungsional dari sistem saling terkait dan dengan sedikit informasi tentangnya, informasi yang lain dapat diperkirakan. Di balik karakteristik variasi alami sebuah sistem, terdapat kondisi yang dikendalikan oleh tekanan alami maupun antropogenik, sehingga dianggap tidak “sehat”. Mempertahankan kesehatan memerlukan pemeriksaan rutin (pendugaan), “gaya hidup” (pemanfaatan berkelanjutan) sehat, dan kemauan untuk mengambil tindakan ketika sistem bergerak ke arah yang tidak sehat, tidak menunggu pasien (ekosistem) berada dalam kondisi kritis sebelum mengambil tindakan pencegahan.

Pemeriksaan rutin direkomendasikan dengan memperkirakan beberapa indikator kesehatan. Indikator kesehatan tersebut harus mudah dan murah untuk diukur. Indikator tersebut dibandingkan dengan standar sebagai evaluasi umum apakah tiap indikator masih dalam variasi alami dari populasi. Dan sangatlah penting proses pendugaan indikator dapat menjawab apakah dan dimanakah tindakan lanjutan yang diperlukan (Burger dan Goochfeld 2001, Rice 2003). Jika tindakan lanjutan terlihat diperlukan berdasarkan evaluasi umum, kegiatan tersebut mampu menjawab resiko yang akan muncul.

Integritas ekosistem adalah salah satu konsep abstrak dan umum, tetapi, merupakan salah satu pendekatan berbasis ekosistem yang penting dalam pengelolaan (Dayton 2003). Ketika konsep

Page 60: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 51 dari 63

kesehatan ekosistem pada kondisi agregat komponen dan proses, integritas ekosistem meliputi fitur dari ekosistem tersebut ketika masih sehat. Ketika ekosistem sehat, mereka akan menunjukkan kelentingan terhadap gangguan (Gundersen dan Pritchard 2002, Hughes et al. 2005).

Pengelola KKP harus memiliki pemahanan jelas tentang ekosistem laut dan interaksi di dalamnya. Hal tersebut merupakan hal utama dalam kegiatan pengelolaan, dan untuk mengetahui kedua tujuan perlindungan keanekaragaman hayati dan pemanfaatan berkelanjutan oleh masyarakat lokal, pengelola harus menindaklanjuti penggunaan oleh manusia dan tingkah laku yang berdampak pada ekosistem laut.

6.5 Aspek Sikap: Menyetujui bahwa sumber daya alam sebaiknya dikelola dengan pendekatan berbasis ekosistem karena terdapat sejumlah proses dan interaksi yang kuat di antara komponen pembangunan ekosistem

Page 61: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 52 dari 63

BAB III SUMBER-SUMBER LAIN YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI

A SUMBER KEPUSTAKAAN

Modul ini merupakan adaptasi dari modul TOT MPA 101 yang diselenggarakan oleh NOAA , CI, CTSP dan TNC berkoordinasi dengan Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan - Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan sesuai format pelatihan berbasis kompetensi

Bertness, M.D., S.D. Gaines & M.K. Hay, Eds. 2001. Marine Community Ecology. Sinauer Associates, Inc. Sunderland, MA. In particular, chapter 19 by S.R. Palumbi.

USAID. 1999. Primer on Coastal Resource Management. CRMP Document no. 06-CRM/1999 Working Document. 122 pages.

Cushing, D. H. 1969. Upweling & Fish Production.. FAO Technical Paper No.84.

The Nature Conservancy website on ecosistem-based Management toolkit

Valiela, I. 1995. Marine Ecological Processes. Springer-Verlag, New York, Inc., NY

Beberapa acuan tambahan meliputi:

Bakun, A. 1996. Patterns in the Ocean: Ocean Processes & Marine Population Dynamics. California Sea Grant College Sistem, Centro de Investigaciones Biológicas del Noroeste, La Paz, México. MX. 1996. 323 pp

Costanza, R. 2006. Nature: ecosistems without commodifying them. Nature. 443, 749

Del Giorgio, P.A. & P.J. leB. Williams, Eds. 2005. Respiration in Aquatic Ecosistems. Oxford University Press. 326 pp.

EarthTrends country profiles 2003. http://earthtrends.wri.org

FAO 2003. Technical Guidelines for Responsible Fisheries No 4, Suppl. 2.

Hedges, J.I., R.G. Keil & R. Benner. 1997 What happens to terrestrial organic matter in the ocean? Organic Geochemistry 27 (5-6): 195-212

Hunt, G.L. & S. McKinnell 2006. Interplay between top-down, bottom-up, & wasp-waist control in marine ecosistems. Progress In Oceanography 68 (2-4): 115-124

Koen-Alonso, M. & P. .Yodzis 2005. Multispecies modeling of some components of the northern & central Patagonia, Argentina. Canadian Journal of Fisheries & Aquatic Sciences. 62(7): 1490-1512(23)

Lohrer, A.M., S. F. Thrush, J. E. Hewitt, K. Berkenbusch, M. Ahrens & V. J. Cummenitgs. 2004. Terrestrially derived sediment: response of marine macrobenthic communities to thin terrigenous deposits. Marine Ecology Progress Series Vol. 273: 121–138, 2004

Pikitch, E.K., C. Santora, E. A. Babcock, A. Bakun, R. Bonfil, D. O. Conover, P. Dayton, P. Doukakis, D. Fluharty, B. Heneman, E. D. Houde, J. Link, P. A. Livingston, M. Mangel, M. K. McAllister, J. Pope, K. J. Sainsbury 2004. Ecosistem-Based Fishery Management. Science Vol. 305. no. 5682, pp. 346 – 347

Page 62: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 53 dari 63

B MATERI PELATIH

Materi yang disiapkan pelatih, yaitu berupa materi presentasi Power Point, lembar kerja, buku diktat yang diperlukan dalam proses pelatihan.

C MEDIA VISUAL

Materi modul dalam bentuk tayangan film, film multimedia tentang pengelolaan dan proses produksi, dalam bentuk VCD atau media lain, dengan menyebutkan judul, penerbit dan tahun penerbitan.

D DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN

1 Daftar peralatan/mesin

(1) Sebuah ruang pelatihan yang dapat mengakomodasi 35 orang, dan ruang gerak yang luas untuk simulasi dan dinamika kelompok.

(2) Peralatan/mesin berupa: a. 5 buah meja yang masing-masing dapat mengakomodasi hingga 6 orang peserta.

Bentuk meja ideal adalah lingkaran b. 1 buah meja untuk tim pelatih, hingga 6 orang c. 2 papan tulis besar d. 5 buah flipchart dan standar e. 1 buah penajam pensil (pencil sharpener) f. 2 buah dispenser air minum g. 1 buah komputer h. 1 buah printer i. 1 buah rak buku untuk menyimpan bahan-bahan referensi, peta dan lain-lain. j. 1 buah proyektor LCD k. 1 buah layar l. 5 buah papan tulis besar untuk memajang hasil pekerjaan peserta m. 1 set sound system (minimum 3 mikrofon, pengeras suara, amplifier) n. 1 set alat tulis kantor

2 Daftar bahan

1) Modul pelatihan

2) Buku-buku referensi

3) Bahan-bahan untuk hadiah atau reward

4) Peta atau gambar kawasan konservasi perairan

5) Kertas koran polos untuk flipchart

6) Lakbang kertas untuk menempelkan karya-karya peserta

7) Kertas adhesive aneka warna dan aneka ukuran

8) Taplak meja

Page 63: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR … Diklat/Modul Dasar... · Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... C Silabus Pelatihan Berbasis

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul: KKP.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 54 dari 63

9) Kelengkapan peserta (kaos seragam, topi, peta, buku, modul, buku tulis, spidol aneka warna per kelompok, pensil, pulpen, penggaris, penghapus, 2 buah gunting per kelompok, USB flashdisk atau CD ROM untuk menyimpan materi pelatihan, karya peserta dan foto dokumentasi)