MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi...

85
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN PUSAT PELATIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Gedung Mina Bahari III Lt. 8 Jakarta Pusat MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR-DASAR PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN BUKU INFORMASI Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan Untuk Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01

Transcript of MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi...

Page 1: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN

PUSAT PELATIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Gedung Mina Bahari III Lt. 8 Jakarta Pusat

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

DASAR-DASAR PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

BUKU INFORMASI

Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan

Untuk Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01

Page 2: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi
Page 3: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

KATA PENGANTAR

Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang ada di dalam berbagai jenis perairan yang luasnya hampir mencapai 75% dari luas wilayah Indonesia. Indonesia adalah negara peringkat kedua yang memiliki terumbu karang terluas di dunia setelah Australia. Wilayah Indonesia juga merupakan pusat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi pada segitiga terumbu karang dunia yang terkenal dengan sebutan “the Coral Triangle”. Sekarang kawasan ini memiliki tantangan berupa degradasi ekosistem laut sehingga konservasi akan berperan penting dalam mengimbangi dampak dari eksploitasi berupa kelangkaan sumber daya ikan dan degradasi ekosistem laut yang timbul karena berbagai kegiatan manusia.

Pencanangan Indonesia sebagai penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar pada tahun 2015 memberikan makna bahwa poduksi perikanan, baik dari kegiatan penangkapan ikan maupun budidaya ikan, perlu ditingkatkan. Jika tidak diimbangi oleh semangat untuk menjamin keberlanjutan, cita-cita tersebut akan menyebabkan perikanan Indonesia mengalami krisis, di antaranya adalah berkurangnya atau hilangnya sumber daya ikan dan terhentinya kegiatan perikanan. Oleh sebab itu, perlu komitmen bersama untuk melakukan pelestarian sumber daya ikan dan konservasi lingkungan perairan dalam rangka menjaga keutuhan ekosistem perairan yang sehat.

Kawasan konservasi perairan (KKP) adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Dari pengertian tersebut jelas adanya sinergi dan harmoni di antara konservasi dan pengelolaan sumber daya ikan. Oleh karena itu, salah satu cara yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mewujudkan pengelolaan dan konservasi sumber daya ikan adalah memprakarsai dan memfasilitasi gagasan pembentukan kawasan konservasi perairan (KKP) di berbagai tempat. Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan sasaran kawasan konservasi perairan seluas 10 juta hektar pada tahun 2010 dan 20 juta hektar pada tahun 2020.

Keberhasilan pengelola KKP sangat ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten di berbagai bidang dan disiplin ilmu terkait. Untuk itu diperlukan serangkaian program pelatihan yang diselenggarakan oleh para pelatih yang mengajar dengan modul pelatihan berbasis kompetensi dalam proses pembelajaran yang efektif.

Dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia tersebut, 32 orang pelatih (berasal dari lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP), Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Ditjen KP3K), Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP), kalangan perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat) mengikuti kegiatan Training of Trainers untuk Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Tingkat Dasar atau Training of Trainer in Marine Protected Areas 101 di Balai Diklat Perikanan Aertembaga dan Balai Diklat Perikanan Tegal pada bulan Juli – Agustus 2010. Sebagian dari pelatih tersebut selanjutnya telah melatih para calon pengelola kawasan konservasi perairan di Balai Diklat Perikanan Banyuwangi dan Balai Diklat Perikanan Belawan masing-masing berturut-turut pada bulan November 2010 dan Februari 2011. Seluruh rangkaian pelatihan tersebut diselenggarakan ole h National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan USAID-Coral Triangle Support Partnerships (USAID-CTSP) yang bekerjasama dengan Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan (Dit KKJI – KP3K) dan Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan (Puslat – BPSDM KP). USAID-CTSP adalah sebuah kegiatan USAID yang pelaksanaannya melibatkan sebuah konsorsium yang terdiri dari tiga lembaga swadaya masyarakat internasional, yaitu Conservation International, The Nature Conservancy, dan World Wildlife Fund.

Page 4: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: iv dari 83

Guna menunjang keberhasilan pelatihan–pelatihan di bidang konservasi perairan selanjutnya, maka dilakukan adaptasi terhadap bahan pelatihan yang dipakai dalam ToT MPA-101 menjadi Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi di bidang Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan. Adaptasi bahan pelatihan ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.21/MEN/X/2007 tentang Tata Cara Penetapan Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang telah diadopsi oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan cq. Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan. Dokumen ini memuat sebuah modul untuk pelatihan berbasis kompetesi yang berjudul "Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan”, khusus untuk unit kompetensi ” Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan”. Modul-modul untuk unit kompetensi lain disajikan dalam dokumen-dokumen terpisah.

Semoga modul pelatihan ini bermanfaat bagi para pelatih, peserta pelatihan, dan para pengelola kawasan konservasi perairan serta para pembaca pada umumnya.

Jakarta, November 2011

Kepala Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan

Drs. Mulyoto, MM.

NIP 19580314 198103 1 002

Page 5: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: v dari 83

UCAPAN TERIMA KASIH

Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, baik perorangan maupun institusi, yang memungkinkan tersusunnya draft kurikulum ini. Mereka di antaranya adalah:

(1) Pimpinan USAID- Indonesia yang memberikan arahan implementasi kegiatan Coral Triangle Support Partnerships (USAID-CTSP) dalam mendukung program pengembangan kapasitas sumber daya manusia untuk pengelolaan kawasan konservasi peraiaran di Indonesia.

(2) Ms Anne Walton dari dari International MPA Capacity Building Program, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang pertama menyusun dan selalu mengembangkan modul pelatihan ini, menerapkannya dalam berbagai kegiatan pelatihan dan berkenan berbagi ilmu serta pengalamannya yang luar biasa kepada kami di Indonesi a.

(3) Tim Pengembangan Pengelolaan Kawasan Konservasi Kepala Burung yang terdiri dari Conservation International Indonesia, The Nature Conservancy, dan World Wildlife Fund, sebagai pihak pertama bersama NOAA yang melaksanakan kegiatan pelatihan MPA 101 di kawasan bentang laut Kepala Burung (Bird’s Head Seascape) dan berkenan berbagi pengalaman dalam membangun model pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia.

(4) Mr Jason Phillibotte, MSc (NOAA), Bapak Asril Djunaidi, MSc (CI Indonesia), Bapak Arisetiarso Soemodinoto, PhD (TNC) sebagai pelatih dalam penyelenggaraan rangkaian Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Tingkat Dasar di Aertembaga (Sulawesi Utara), Tegal (Jawa Tengah), Banyuwangi (Jawa Timur) dan Belawan (Sumatera Utara).

(5) Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Dit KKJI – Ditjen KP3K).

(6) Kepala Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan – Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (Puslat - BPSDM-KP).

(7) Para Widyaiswara di lingkungan Puslat Kelautan dan Perikanan – BPSDM KP

(8) Para pelatih lulusan ToT MPA101 di Balai Diklat Perikanan Aertembaga dan Tegal.

(9) Para nara sumber dan panitia pelatihan ToT MPA101 dan Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Tingkat Dasar di Balai Diklat Perikanan Banyuwangi, Belawan dan Tegal, di antaranya adalah Ms Tamra Faris (ToT MPA101 di Aertembaga dan Tegal) dan Mr Edward Lindelof (Pelatihan MPA101 di Banyuwangi).

(10) Para peserta pelatihan ToT MPA101 di Aertembaga dan Tegal dan Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Tingkat Dasar di Banyuwangi , Belawan dan Aertembaga.

(11) Para mantan anggota Tim 11 yang dibentuk pada tahun 2009 oleh Direktur KKJI - Ditjen KP3K.

Jakarta, 15 Agustus 2011

Tim Adaptasi Materi Pelatihan

Untung Widodo, MEd

Page 6: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: vi dari 83

TIM ADAPTASI MATERI PELATIHAN

Seperti dijelaskan dalam Kata Pengantar di muka, naskah materi pelatihan ini berasal dari manual yang disusun oleh Tim NOAA yang dipimpin oleh Ms Anne Walton dan Tim Conservation International Indonesia untuk kegiatan pengembangan pengelolaan kawasan konservasi perairan di daerah Kepala Burung (Bird’s Heas Seascape – BHS). Manual tersebut kemudian dipakai sebagai materi pelatihan dalam dua kegiatan Pelatihan untuk Pelatih (Training for Trainers, ToT MPA101) pada tahun 2010. Setelah beberapa kali diterapkan dalam pelatihan di Banyuwangi, Belawan, Tegal dan Bitung, materi pelatihan ini kemudian diadaptasikan ke dalam format yang dikenali oleh para Widyaiswara di lingkungan BPSDM Kelautan dan Perikanan. Proses adaptasi ini difasilitasi oleh Conservation International Indonesia dengan pendanaan Program USAID-CTSP Indonesia sebagai tanggapan terhadap kebutuhan kurikulum untuk pelatihan konservasi perairan yang dikoordinasikan oleh Pusat Pelatihan BPSDM-KP.

Tim adaptasi materi pelatihan ToT MPA101 menjadi dokumen silabus kurikulum dan modul pelatihan berbasis kompetensi ”Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan”

No. Nama Institusi

1 Dr M. Fedi A. Sondita Conservation International Indonesia / Institut Pertanian Bogor

2 Untung Widodo, MEd Tim 11 /Dit KKJI – Puslat BPSDM KP/ Widyaiswara Utama

3 Dr Tiene Gunawan Conservation International Indonesia

4 Pusat Pelatihan BPSDM KP

5 Pusat Pelatihan BPSDM KP

Page 7: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: vii dari 83

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................iii

UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................................................... v

BAB I STANDAR KOMPETENSI KERJA KHUSUS (SKK) DAN SILABUS PELATIHAN MENJELASKAN PROGRAM PERIKANAN UNTUK PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN .................................................................................................1

A Standar Kompetensi Khusus ............................................................................................1

Batasan Variabel .........................................................................................................1

Panduan Penilaian.......................................................................................................2

Aspek kritis ..................................................................................................................5

Unit kompetensi yang terkait .....................................................................................5

Kompetensi kunci........................................................................................................5

B Unit kompetensi prasyarat ..............................................................................................5

C Silabus Pelatihan Berbasis Kompetensi ...........................................................................7

BAB II MATERI UNIT KOMPETENSI MENJELASKAN PROGRAM PERIKANAN

UNTUK PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN.......................................17

A Latar Belakang...............................................................................................................17

B Tujuan Pembelajaran .....................................................................................................17

C Ruang Lingkup ................................................................................................................18

D Peristilahan ....................................................................................................................18

E Diagram Alir Pencapaian Kompetensi ............................................................................19

MATERI UNIT KOMPETENSI ...............................................................................................20

1 Elemen Kompetensi: Menjelaskan perikanan tangkap di masa lalu ..........................20

1.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan perikanan tangkap tradisional .........................20

1.1.1 Kearifan lokal perikanan tangkap ...................................................................20

1.1.2 Beberapa contoh kearifan lokal .....................................................................21

1.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan mengapa beberapa masyarakat

mengembangkan kearifan lokal yang efektif ...........................................................24

1.3 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan contoh praktek pengelolaan perikanan yang masih diterapkan masyarakat secara tradisional ............................................25

1.4 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan peningkatan kegiatan penangkapan ikan dan pengendaliannya ...............................................................................................26

1.4.1 Perkembangan upaya penangkapan ikan dunia ............................................26

1.4.2 Kemajuan teknologi penangkapan ikan .........................................................26

1.4.3 Hancurnya perlindungan alami oleh teknologi ..............................................27

2 Elemen Kompetensi: Menjelaskan krisis yang dialami perikanan dunia ....................27

2.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan kecenderungan produksi perikanan global......28

2.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan apakah lautan sudah mengalami

overfishing?...............................................................................................................30

Page 8: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: viii dari 83

2.3 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan bahaya dari kegiatan penangkapan ikan di

ambang batas-batasnya............................................................................................32

2.3.1 Bahaya dari kegiatan penangkapan ikan di ambang batas -batasnya.......................32

2.4 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan bahwa ketiadaan data tidak berarti stok ikan dalam keadaan sehat ........................................................................................32

2.4.1 Ketiadaan data tidak berarti stok ikan dalam keadaan sehat ........................32

3 Elemen Kompetensi: Menjelaskan dampak penangkapan ikan .................................33

3.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan jenis-jenis overfishing.......................................33

3.1.1 Overfishing secara Biologi ..............................................................................33

3.1.2 Ovefishing secara ekonomi ............................................................................33

3.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan dampak overfishing terhadap populasi ikan target .................................................................................................................34

3.2.1 Penurunan rata-rata ukuran dan jumlah ikan ................................................34

3.2.2 Perubahan struktur umur/jenis kelamin ........................................................34

3.2.3 Pengurangan potensi reproduksi ...................................................................35

3.3 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan perubahan ekosistem yang tidak terduga

akibat overfishing .....................................................................................................38

3.3.1 Pengambilan pemangsa tertinggi (top predator) ...........................................40

3.3.2 Berkurangnya rantai makanan akibat penangkapan ikan..............................40

3.3.3 Penangkapan spesies mangsa ........................................................................40

3.3.4 Eutrofikasi .......................................................................................................41

3.4 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan bahwa dampak overfishing terhadap

ekosistem adalah sangat rumit.................................................................................41

3.5 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan fenomena pergeseran nilai dasar

(baseline): Seperti apa kondisi stok ikan yang sehat di masa lalu? ..........................43

3.6 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan produksi dan upaya penangkapan ikan:

Apakah lebih banyak kapal akan menangkap lebih banyak ikan? ...........................45

3.6.1 Mengungkapkan konfirmasi setuju tentang pentingnya pengendalian

terhadap kegiatan penangkapan ikan untuk mencegah terjadinya dampak buruk yang tidak diinginkan ...........................................................................46

3.7 Aspek Sikap: Memberikan konfirmasi setuju tentang pentingnya pengendalian terhadap kegiatan penangkapan ikan untuk mencegah

terjadinya dampak buruk yang tidak diinginkan ......................................................47

3.7.1 Pengendalian Terhadap Kegiatan Penangkapan Ikan ....................................47

3.8 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan jenis-jenis metode dan jenis alat

penangkapan ikan serta potensi dampak yang ditimbulkan....................................48

3.8.1 Jenis metode penangkapan ikan dan potensi kerusakan yang dimilikinya ...48

3.9 Aspek Pengetahuan : Melakukan penilaian seberapa besar masalah hasil tangkapan sampingan terjadi di KKP ......................................................................50

3.9.1 Hasil tangkapan sampingan (bycatch)............................................................50

3.10 Aspek Keterampilan: Mampu melakukan penilaian seberapa besar masalah

hasil tangkapan sampingan terjadi di kawasan konservasi perairan .......................52

3.11 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan strategi untuk mengurangi dampak

penangkapan ikan terhadap habitat dan bycatch ....................................................53

Page 9: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: ix dari 83

3.11.1 Mengganti metode atau alat yang merusak dengan jenis metode dan alat

yang kurang merusak .....................................................................................53

3.11.2 Mendorong nelayan untuk mengubah praktek penangkapan ikan...............53

3.11.3 Mendorong inovasi dalam teknologi dan alat penangkap ikan .....................53

3.11.4 Pengaturan penggunaan alat penangkapan ikan berdasarkan daerah atau

musim .............................................................................................................54

3.11.5 Mendukung penelitian di masa depan...........................................................54

3.12 Aspek Pengetahuan : Merancang Jenis Alat Penangkapan Ikan Yang Lebih Baik............................................................................................................................57

3.13 Aspek Keterampilan: Merancang jenis alat penangkapan ikan yang lebih baik ......57

4 Elemen Kompetensi: Menjelaskan strategi pengelolaan perikanan ..........................57

4.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan tiga tujuan dasar pengelolaan perikanan ........58

4.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan konsep manajemen perikanan berbasis ekosistem ..................................................................................................................59

4.3 Aspek Keterampilan: Mampu membuat diagram yang menunjukkan konsekuensi dari penangkapan ikan terhadap beberapa spesies yang

menyebabkan berubahnya keseimbangan ekosistem. ............................................60

4.4 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan isu prioritas yang perlu ditangani oleh

pengelolaan perikanan .............................................................................................62

4.4.1 Isu perikanan ikan karang hidup yang tidak diatur ........................................62

4.4.2 Isu kelebihan kapasitas penangkapan ikan ....................................................63

4.4.3 Isu illegal, unreported and unregulated fishing - IUU Fishing........................64

4.4.4 Tinjauan tentang strategi dan perangkat praktis pengelolaan perikanan .....64

4.5 Aspek Keterampilan: Mampu mengidentifikasi permasalahan utama

perikanan yang terjadi di dalam kawasan koservasi perairan .................................65

4.6 Aspek Keterampilan: Mampu memilih perangkat manajemen untuk

menangani masalah perikanan di dalam kawasan konservasi perairan ..................66

4.7 Aspek Pengetahuan: Pertimbangan khusus untuk pengelolaan perikanan di

beberapa jenis habitat ..............................................................................................66

4.7.1 Perikanan di estuaria dan laguna ...................................................................66

4.7.2 Perikanan di kawasan mangrove....................................................................67

4.7.3 Perikanan di kawasan terumbu karang ..........................................................67

4.8 Aspek Pengetahuan: Pengelolaan zona perikanan..................................................68

5 Elemen Kompetensi: Marikultur yang bertanggungjawab ..........................................69

5.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan peran marikultur di dalam kawasan

konservasi perairan...................................................................................................69

5.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan masalah-masalah yang ditimbulkan

marikultur .................................................................................................................70

BAB III SUMBER - SUMBER LAIN YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI ................................................................................................................72

A Sumber Kepustakaan .....................................................................................................72

1 Daftar Pustaka .......................................................................................................72

B Materi Pelatih ................................................................................................................73

Page 10: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: x dari 83

C Media Visual...................................................................................................................73

D Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan ...............................................................................74

1 Daftar peralatan/mesin.........................................................................................74

2 Daftar bahan .........................................................................................................74

Page 11: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 0 dari 83

Page 12: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 1 dari 83

BAB I STANDAR KOMPETENSI KERJA KHUSUS (SKK) DAN SILABUS PELATIHAN MENJELASKAN

PROGRAM PERIKANAN UNTUK PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

A Standar Kompetensi Khusus

Kode Unit : KKP.KP.03.001.01

Judul Unit : Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Deskripsi Unit : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk membangun pengelolaan yang efektif pada suatu kawasan konservasi perairan melalui program perikanan yang berkelanjutan. Pembahasan mencakup kondisi perikanan tangkap di masa lalu, krisis yang dialami perikanan dunia sekarang, dampak penangkapan ikan, strategi pengelolaan perikanan dan kegiatan marikultur yang bertanggungjawab.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

(1) Menjelaskan perikanan tradisional

(1) Perikanan tradisional dijelaskan

(2) Perkembangan penangkapan ikan dan pengendaliannya dijelaskan

(2) Mengidentifikasi krisis perikanan

(3) Krisis perikanan dijelaskan

(4) Overfishing di identifikasi

(5) Pergeseran nilai dasar dijelaskan

(3) Menggidentifikasi Strategi Manajemen Perikanan

(6) Strategi manajemen perikanan dijelaskan

(7) Strategi manajemen perikanan diidentifikasi

(8) Strategi mengurangi dampak perikanan tangkap

(4) Menjelaskan marikultur yang bertanggung jawab

(9) Marikultur yang bertanggung jawab dijelaskan.

(10)Masalah-masalah marikultur yang

(11)bertanggung jawab diidentifikasi

Batasan Variabel

Unit ini berlaku untuk mengenal perikanan pada kawasan konservasi perairan. Parameter komponen tersebut meliputi:

(1) Memahami bahaya krisis perikanan

(2) Memahami strategi manajemen perikanan

(3) Mengidentifikasi masalah-masalah marikultur yang bertanggung jawab

(4) Melakukan kunjungan ke lokasi KKL

Page 13: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 2 dari 83

Perlengkapan untuk mengenal pendidikan pada kawasan konservasi perairan mencakup:

(1) 1 (satu) buah papan whiteboard dan white board marker serta penghapus

(2) 4 ( empat ) buah papan peta singkap dan bahan ajar

(3) 1 (satu) set multi media ( laptop, infocus, dan layar serta soft copy power point/bahan tayang)

(4) 1 ( satu) paket peralatan /bahan tulis menulis untuk tugas –tugas kelompok

(5) 1 (unit) kamera

(6) 1 (satu) unit video recorder

(7) Sarana transportasi ke lokasi KKL (Bis dan Perahu)

Tugas pekerjaan untuk mengelola perikanan pada kawasan konservasi perairan meliputi:

1. Menjelaskan perikanan tradisional

2. Mengidentifikasi krisis perikanan

3. Menggidentifikasi Strategi Manajemen Perikanan

Peraturan yang berkaitan dengan perikanan dan kawasan konservasi laut adalah:

(1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

(2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang

(3) UU No 31 2004 tentang Perikanan yang telah diubah menjadi UU No 45 Tahun 2009

(4) PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom

(5) PP Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konsrvasi Sumberdaya Ikan

(6) PP Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Nasional

(7) PERMEN KP No 17/MEN/2008 Tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(8) PERMEN KP No 02/MEN/2009 Tentang Tata cara penetapan Kawasan Konservasi Perairan

(9) PERMEN NAKERTRANS Nomor :PER.21/MEN/X/2007.Tentang Tata Cara Penetapan Standard kompetensi Kerja Nasional Indonesia

Panduan Penilaian

Penjelasan penilaian

Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya yang mungkin diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini adalah sebagai berikut:

Page 14: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 3 dari 83

(1) KKP.KP.01.002.01 Menjelaskan prinsip-prinsip dasar pengelolaan kawasan konservasi perairan

(2) KKP.KP.02.001.01 Menjelaskan beberapa proses dan interaksi penting yang terjadi di dalam ekosistem laut

(3) KKP.KP.02.002.01 Menjelaskan program pendidikan untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan

(4) KKP.KP.02.002.02 Menjelaskan program penegakan hukum untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan

Kondisi penilaian

Kondisi penilaian yang merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas

tercapainya kompetensi ini yang terkait dengan

(1) Mengidentifikasi overfishing

(2) Menjelaskan mata rantai makanan pada ecosistem lauit.

(3) Mengidentifikasi Strategi Manajemen Perikanan

(4) Mengidentifikasi masalah-masalah marikultur yang bertanggung jawab

(5) Penilaian dapat dilakukan dengan cara lisan, tertulis, praktek/demonstrasi di tempat kerja/tempat uji kompetensi.

Pengetahuan yang dibutuhkan

Pengetahuan yang dibutuhkan untuk unit kompetensi ini adalah sebagai berikut:

(1) Beberapa budaya mengembangkan pengendalian penangkapan ikan yang efektif

(2) Masyarakat sumberdaya alam

(3) Perkembangan usaha

(4) Kemajuan teknologi penangkapan Ikan

(5) Kehancuran perlindunghan alami oleh Teknologi

(6) Kecenderungan Produksi Perikanan Global

(7) Overfishing

(8) Perkiraan status perikanan dunia

(9) Bahaya dari penangkapan ikan di garis batasnya

(10) Ketiadaan data tidak berarti stok ikan dalam keadaan sehat

(11) Jenis-jenis overfishing

(12) Dampak overfishing terhadap populasiikan target

(13) Penurunan rata-rata ukuran dan jumlah ikan.

(14) Perubahan struktur umur/jenis kelamin

(15) Ekosistem perairan

Page 15: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 4 dari 83

(16) Pengurangan potensi reproduksi target

(17) Perubahan ekosistem yang sulit diduga

(18) Kondisi stok yang sehat pada masa lalu

(19) Produksi dan upaya penangkapan ikan

(20) Metode dan jenis alat penangkap ikan

(21) Jenis metode penangkapan ikan dan potensi merusak

(22) Bycatch (hasil tangkapan sampingan)

(23) Hasil tangkapan sampingan burung perairan

(24) Hasil tangkapan sampingan mamalia perairan

(25) Hasil tangkapan akibat ghost fishing

(26) Merubah strategi pengelolaan

(27) Embargo oleh satu negara tidak mempengaruhi pasar global

(28) Tekanan Internasional mengijinkan perdagangan bebas

(29) Tiga tujuan dasar manajemen perikanan

(30) Managemen perikanan berbasis ekosistem

(31) Tiga tujuan dasar manajemen perikanan

(32) Managemen perikanan berbasis ekosistem

(33) Mengidentifikasi isu prioritas manajemen perikanan

(34) IUU Fishing

(35) Tinjauan tentang strategi manajemen dan perangkat

(36) Pertimbangan khusus untuk manajemen beberapa habitat

(37) Manajemen zonasi

(38) Penilaian

(39) Kegaitan marikultur di kawasan konservasi perairan

(40) Kerusakan dan konversi habitat alami disertai dengan hilangnya kegiatan perikanan asli

(41) Polusi dan sedimentasi dari pakan, limbah, antibiotik dan bahan kimia lainnya

(42) Introduksi spesies eksotik dan penyakit

Keterampilan yang dibutuhkan

Keterampilan yang dibutuhkan untuk unit kompetensi ini adalah sebagai berikut:

(1) Mengidentifikasi terjadinya overfishing

(2) Mampu mengidentifikasi pergeseran penyebab menurunnya nilai dasar

(3) Mampu mengidentifikasi strategi manajemen perikanan

(4) Mampu mengidentifikasi masalah-masalah mengelola marikultur yang bertangung jawab

Page 16: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 5 dari 83

Aspek kritis

Aspek kritis untuk menemukenali sikap kerja yang perlu diperhatikan dalam kompetensi ini, adalah:

(1) Mengidentifikasi overfishing

(2) Mengidentifikasi strategi manajemen perikanan

(3) Mengidentifikasi dampak marikultur

Unit kompetensi yang terkait

(1) KKP.KP.01.002.01 Menjelaskan prinsip-prinsip dasar pengelolaan kawasan konservasi perairan

(2) KKP.KP.02.001.01 Menjelaskan beberapa proses dan interaksi penting yang terjadi di dalam ekosistem laut

(3) KKP.KP.02.002.01 Menjelaskan program pendidikan untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan

(4) KKP.KP.02.002.02 Menjelaskan program penegakan hukum untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan

(5) KKP.KP.03.002.01 Menjelaskan program pariwisata berkelanjutan untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan

Kompetensi kunci

No. Kompetensi kunci dalam unit ini Tingkat

1. Mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasikan informasi 2

2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 2

3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 2

4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2

5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 2

6. Memecahkan masalah 2

7. Menggunakan teknologi 2

B Unit kompetensi prasyarat

Sebelum mengikuti pelatihan unit kompetensi memberi pakan ini, peserta harus sudah kompeten untuk unit kompetensi sebagai berikut:

(1) KKP.KP.01.002.01 Menjelaskan prinsip-prinsip dasar pengelolaan kawasan konservasi perairan

Page 17: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 6 dari 83

(2) KKP.KP.02.001.01 Menjelaskan beberapa proses dan interaksi penting yang terjadi di dalam ekosistem laut

(3) KKP.KP.02.002.01 Menjelaskan program pendidikan untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan

(4) KKP.KP.02.002.02 Menjelaskan program penegakan hukum untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan

Page 18: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 7 dari 92

C Silabus Pelatihan Berbasis Kompetensi

Judul Unit Kompetensi : Menjelaskan program perikanan berkelanjutan untuk pengelolaan kkp Kode Unit Kompetensi : KKP.KP.03.001.01 Deskripsi Unit Kompetensi : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk

membangun pengelolaan yang efektif pada suatu kawasan konservasi perairan melalui program perikanan yang berkelanjutan. Pembahasan mencakup kondisi perikanan tangkap di masa lalu, krisis yang dialami peri kanan dunia sekarang, dampak penangkapan ikan, strategi pengelolaan perikanan dan kegiatan marikultur yang bertanggungjawab.

Prakiraan Waktu Pelatihan : 8 JP @ 45 menit Tabel Unit Kompetensi :

Elemen Kompetensi

Kriteria Unjuk Kerja

Indikator Unjuk Kinerja

Materi Pelatihan Jumlah

Jam Pelatihan Lama

Pelatihan @ 45 menit Pengetahuan Keterampilan Sikap Teori Praktek

Menjelaskan perikanan tangkap di masa lalu (1)

Perikanan tangkap tradisional dijelaskan (1.1)

Dapat menjelaskan perikanan tangkap tradisional

Kearifan lokal perikanan tangkap (1.1.1) Beberapa contoh kearifan lokal (1.1.2)

- - 0,20 0,20

Mengapa beberapa masyarakat mengembangkan kearifan lokal yang efektif dijelaskan (1.2)

Dapat menjelaskan mengapa beberapa masyarakat mengembangkan kearifan lokal yang efektif

Masyarakat sumberdaya alam (1.2.1)

0,20 0,20

Page 19: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 8 dari 92

Contoh praktek pengelolaan perikanan yang masih diterapkan masyarakat secara tradisional dijelakan (1.3)

Dapat menjelaskan contoh praktek pengelolaan perikanan yang masih diterapkan masyarakat secara tradisional

(Latihan 5.1) Kearifan lokal di Indonesia

0,20 0,20 0,40

peningkatan kegiatan penangkapan ikan dan pengendaliannya dijelaskan (1.4)

Dapat menjelaskan peningkatan upaya penangkapan ikan dan pengendaliannya secara komprehensif

Perkembangan upaya penangkapan Ikan dunia (1.4.1) Kemajuan teknologi penangkapan ikan (1.4.2) Hancurnya perlindungan alami oleh teknologi ((1.4.3)

0,20 0,20

Menjelaskan krisis yang dialami perikanan dunia (2)

Kecenderungan produksi perikanan global dijelaskan (2.1)

Dapat menjelaskan kecenderungan produksi perikanan global

(H.O.5.1) Glossarium Kecenderungan produksi perikanan global (2.1.1)

0,20 0,20

Menjelaskan apakah lautan sudah mengalami overfishing (2.2)

Dapat menjelaskan apakah lautan sudah mengalami overfishing

Apakah lautan sudah mengalami overfishing (2.2.1)

0,20 0,20

Page 20: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 9 dari 92

Menjelaskan bahaya dari kegiatan penangkapan ikan di ambang batas-batasnya dijelaskan (2.3)

Dapat menjelaskan bahaya dari kegiatan penangkapan ikan di ambang batas-batasnya

Bahaya dari kegiatan penangkapan ikan di ambang batas-batasnya Bahaya dari kegiatan penangkapan ikan di ambang batas-batasnya (2.3.1)

0,20 0,20

Menjelaskan bahwa ketiadaan data tidak berarti stok ikan dalam keadaan sehat (2.4)

Dapat menjelaskan bahwa ketiadaan data tidak berarti stok ikan dalam keadaan sehat

Ketiadaan data tidak berarti stok ikan dalam keadaan sehat (2.4.1)

0,20 0,20

Menjelaskan dampak penangkapan ikan (3)

Jenis-jenis overfishing dijelaskan (3.1)

Dapat menjelaskan jenis-jenis overfishing

Overfishing secara Biologi (3.1.1) Overfishing secara Ekonomi (3.1.2)

0,20 0,20

Dampak overfishing terhadap populasi ikan target dijelaskan (3.2)

Menjelaskan dampak overfishing terhadap populasi ikan target

Penurunan rata-rata ukuran dan jumlah ikan (3.2.1) Perubahan struktur umur/jenis kelamin (3.2.2) Pengurangan potensi reproduksi (3.2.3)

0,20 0,20

Page 21: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 10 dari 92

Perubahan ekosistem yang ulit diduga akibat overfishing dijelaskan (3.3)

Dapat menjelaskan perubahan ekosistem yang diduga akibat overfishing

Pengambilan pemangsa tertinggi (top predator) (3.2.1) Berkurangnya rantai makanan akibat penangkapan ikan (3.3.2) Penangkapan spesies mangsa (3.3.3) Eutrofikasi (3.3.4)

0,20 0,20

Dampak overfishing terhadap ekosistem adalah sangat rumit dijelaskan (3.4)

Menjelaskan bahwa dampak overfishing terhadap ekosistem adalah sangat rumit

Ekosistem sangat komplek (3.4.1) (Video 5.1) Pergeseran nilai dasar (Shifting baseline)

(Diskusi 5.1) Overfishing di daerah Anda

0,20 0,20 0,40

Fenomena pergeseran nilai dasar (baseline): Seperti apa kondisi stok ikan yang sehat di masa lalu dijelaskan (3.5)

Mampu menjelaskan fenomena pergeseran nilai dasar (baseline): Seperti apa kondisi stok ikan yang sehat di masa lalu?

(Latihan 5.2) Pergeseran nilai dasar – dimana kita mengatur jarum jam?

0,20 0,20 0,40

Page 22: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 11 dari 92

produksi dan upaya menangkapan ikan: Apakah lebih banyak kapal akan menangkap lebih banyak ikan dijelaskan (3.6)

Dapat menjelaskan produksi dan upaya penangkapan ikan: Apakah lebih banyak kapal akan menangkap lebih banyak ikan

Mengungkapkan konfirmasi setuju tentang pentingnya pengendalian terhadap kegiatan penangkapan ikan untuk mencegah terjadinya dampak buruk yang tidak diinginkan (3.6.1) (HO 5.2) Permainan tragedi bersama

(Latihan 5.3) Permainan "Tragedi Bersama"

0,20 0,20 0,40

Memberikan konfirmasi setuju tentang pentingnya pengendalian terhadap kegiatan penangkapan ikan untuk mencegah terjadinya dampak buruk yang tidak diinginkan dengan benar (3.7)

Harus mampu memberikan konfirmasi setuju tentang pentingnya pengendalian terhadap kegiatan penangkapan ikan untuk mencegah terjadinya dampak buruk yang tidak diinginkan dengan benar

Pengendalian Terhadap Kegiatan Penangkapan Ikan (3.7.1)

mampu memberikan konfirmasi setuju tentang pentingnya pengendalian terhadap kegiatan penangkapan ikan untuk mencegah terjadinya dampak buruk yang tidak diinginkan dengan benar

Page 23: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 12 dari 92

Jenis-jenis metode dan jenis alat penangkapan ikan serta potensi dampak yang ditimbulkan dijelaskan (3.8)

Menjelaskan jenis-jenis metode dan jenis alat penangkapan ikan serta potensi dampak yang ditimbulkan

Jenis metode penangkapan ikan dan potensi kerusakan yang dimilikinya (3.8.1) (HO 5.3) Ilustrasi beberapa metode penangkapan ikan

0,20 0,20

Penilaian seberapa besar masalah hasil tangkapan sampingan terjadi di KKP dijelaskan (3.9)

Dapat menjelaskan penilaian seberapa besar masalah hasil tangkapan sampingan terjadi di KKP

Hasil tangkapan sampingan (bycatch) (3.9.1) (Video 5.2) Don’t net what you don’t need

0,20 0,20

Seberapa besar masalah hasil tangkapan sampingan terjadi di kawasan konservasi perairan dinilai (3.10)

Mampu menilai seberapa besar masalah hasil tangkapan sampingan terjadi di kawasan konservasi perairan

(Latihan 5.4) Hasil tangkapan sampingan di sekitar kawasan konservasi perairan anda

0,20 0,20 0,40

Strategi untuk mengurangi dampak penangkapan ikan terhadap habitat

Menjelaskan strategi untuk mengurangi dampak penangkapan ikan

Mengubah Strategi Penangkapan ikan (3.11.1) Mendorong nelayan

0,20 0,20

Page 24: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 13 dari 92

dan bycatch dijelaskan (3.11)

terhadap habitat dan bycatch

untuk mengubah praktek penangkapan ikan( 3.11.2) Mendorong inovasi dalam teknologi dan alat penangkap ikan (3.11.3) Pengaturan penggunaan alat penangkapan ikan berdasarkan daerah atau musim (3.11.4) Mendukung penelitian di masa depan (3.11.5)

Merancang alat penangkapan ikan yang lebih baik dijelaskan (3.12)

Dapat menjelasakan merancang alat penangkapan ikan yang lebih baik Merancang alat penangkapan ikan yang lebih baik

(Diskusi 5.2) Metode penangkapan ikan di kawasan konservasi perairan

0,20 0,20 0,40

Alat penangkapan ikan yang lebih baik dirancang (3.12)

Mampu merancang alat penangkapan ikan yang lebih baik

(Latihan 5.5) Merancang jenis alat penangkapan ikan yang lebih baik

0,20 0,20 0,40

Menjelaskan strategi

Tiga tujuan dasar pengelolaan

Dapat menjelaskan Tiga

Tiga tujuan dasar pengelolaan perikanan

0,20 0,20

Page 25: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 14 dari 92

pengelolaan perikanan (4)

perikanan dijelaskan (4.1)

tujuan dasar pengelolaan perikanan

(4.1.1)

Konsep manajemen perikanan berbasis ekosistem (4.2)

Dapat menjelaskan konsep manajemen perikanan berbasis ekosistem

Konsep manajemen perikanan berbasis ekosistem (4.2.1)

0,20 0,20

Diagram yang menunjukkan konsekuensi dari penangkapan ikan terhadap beberapa spesies yang menyebabkan berubahnya keseimbangan ekosistem dibuat (4.3)

Mampu membuat diagram yang menunjukkan konsekuensi dari penangkapan ikan terhadap beberapa spesies yang menyebabkan berubahnya keseimbangan ekosistem

(Latihan 5.6) Memahami pengelolaan perikanan dari sudut pandang ekosistem

0,20 0,20 0,40

Isu prioritas yang perlu ditangani oleh pengelolaan perikanan dijelaskan (4.4)

Dapat menjelasakan isu prioritas yang perlu ditangani oleh pengelolaan perikanan

Isu perikanan ikan karang hidup yang tidak diatur (4.4.1) (HO 5.4) Perikanan ikan karang hidup tidak diatur

0,20 0,20

Page 26: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 15 dari 92

(HO 5.5) Kapasitas penangkapan ikan dan IUU di Indonesia Isu kelebihan kapasitas penangkapan ikan (4.4.2) Isu illegal, unreported and unregulated fishing - IUU Fishing (4.4.3) Tinjauan tentang strategi dan perangkat praktis pengelolaan perikanan (4.4.4)

Permasalahan utama perikanan yang terjadi di dalam kawasan koservasi perairan diidentifikasi (4.5)

Mampu mengidentifikasi permasalahan utama perikanan yang terjadi di dalam kawasan koservasi perairan

(HO 5.6) Strategi manajemen perikanan untuk masalah tertentu (HO 5.7) Menggunakan alat-alat pengelolaan (untuk latihan)

(Latihan 5.7) Apa permasalahan utama di KKP anda?

0,20 0,20 0,40

Perangkat manajemen untuk menangani masalah perikanan di dalam kawasan konservasi perairan dipilih (4.6)

Mampu memilih perangkat manajemen untuk menangani masalah perikanan di dalam kawasan konservasi perairan

(Latihan 5.8) Menjalankan perangkat manajemen pada KKP anda

0,20 0,20 0,40

Page 27: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011

Halaman: 16 dari 92

Pertimbangan khusus untuk pengelolaan perikanan di beberapa jenis habitat dijelaskan (4.7)

Dapat menjelaskan Pertimbangan khusus untuk pengelolaan perikanan di beberapa jenis habitat

Perikanan di estuaria dan laguna (4.7.1) Perikanan di kawasan mangrove (4.7.2) Perikanan di kawasan mangrove (4.7.3)

0,20 0,20

Pengelolaan zona perikanan dijelaskan (4.8)

Dapat menjelaskan Pengelolaan zona perikanan

(HO 5.8) Mengukur ikan (HO 5.9) Beberapa tanda overfishing

0,20 0,20

Menjelaskan marikultur yang bertanggungjawab (5)

Marikultur di dalam kawasan konservasi perairan dijelaskan (5.1)

Dapat menjelaskan marikultur di dalam kawasan konservasi perairan

(HO 5.10) Dampak negatif dan keuntungan marikultur

0,20 0,20

Masalah-masalah yang ditimbulkan marikultur dijelaskan (5.2)

Mampu menjelaskan masalah-masalah yang ditimbulkan marikultur

(Video 5.3) Farming the Seas or A Fisher’s Journey (opsi)

(Diskusi 5.4) Marikultur di kawasan konservasi perairan

0,20 0,20 0,40

JUMLAH 5,80 2,20 8,00

Page 28: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 17 dari 83

BAB II MATERI UNIT KOMPETENSI MENJELASKAN PROGRAM PERIKANAN UNTUK PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

A Latar Belakang

Kegiatan perikanan dalam Kawasan Konservasi Perairan, pada dasarnya masih tetap dapat dilakukan pada zona berkelanjutan. Dalam membuat keputusan, seorang pengelola KKP yang sebaiknya mengetahui dasar-dasar manajemen perikanan, bagaimana stok ikan masih dapat menunjang terhadap kegiatan penangkapan ikan menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga tidak memberikan dampak yang ditimbulkan terhadap kerusakan ekosistem di KKP.

Mengingatlautmerupakan jenis sumberdaya yang dapat dijangkau oleh banyak pihak (akses terbuka) kegiatan penangkapan ikan sangat mudah mengalami "Tragedy of the Commons", yaitu fenomena terjadinya eksploitasi yang berlebihan pada sumberdaya yang dianggap milik bersama. Stok ikan hanya akan lestari pada tingkat eksploitasi tertentu sebelum populasi ikan mulai menurun akibat overfishing. Di Indonesia, sebagian besar stok ikan saat ini sudah berada dalam status overfishing. Hal ini berarti bahwa sebagian besar nelayan hanya dapat menangkap ikan dengan jumlah yang relatif sedikit, meskipun upaya penangkapan ikan telah ditingkatkan dan teknologi penangkapan ikan telah diperbaiki. Situasi ini dapat menjerumuskan nelayan, bahkan seluruh masyarakat pesisir, ke dalam jurang kemiskinan yang dewasa ini telah menjadi isu nasional bahwa nelayan dan banyak masyarakat yang hidupnya mengandalkanlauttergolong masyarakat yang miskin.

Jika upaya penangkapan ikan dapat dikurangi, stok ikan akan dapat pulih setelah mengalami overfishing; pemulihan ini bahkan dapat terjadi hanya dalam beberapa tahun di daerah tropis.

Cara untuk mengurangi overfishing di antaranya adalah pembatasan penggunaan metode atau alat penangkapan ikan tertentu, penerapan zonasi, dan pengaturan perijinan. Namun untuk cara ini akan efektif dan sukses jika nelayan mendukung pengurangan penangkapan ikan berlebih, dan sebaiknya mereka diberi keterampilan lain untuk mata pencaharian lain pada saat stok ikan dalam proses pemulihan.

Modul ini dirancang untuk membantu anda memberikan pemahaman terkini dan mendapatkan tambahan pengetahuan tentang faktor ekologis dan biologis yang mempengaruhi jumlah populasi ikan, produksi atau hasil tangkapan, dan dampak dari metode penangkapan yang berbeda serta teknik perikanan budidayalaut(marikultur) untuk mendapatkan stok ikan.

B Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan :

(1) Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah populasi ikan dan hasil tangkapan atau produksi ikan.

(2) Mempelajari mengapa stok ikan sangat rentan atau mudah dipengaruhi oleh kegiatan penangkapan ikan yang berlebihan.

(3) Mempertimbangkan sejumlah dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan berbagai metode penangkapan ikan, alat tangkap dan marikultur terhadap stok ikan; dan

(4) Memahami penerapan metode penangkapan di kawasan konservasi perairan di Indonesia

(5) Memahami marikultur berkelanjutan yang tidak merusak lingkungan perairan

Page 29: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 18 dari 83

C Ruang Lingkup

(1) Asal usul penangkapan ikan

(2) Krisis Perikanan

(3) Strategi Manajemen Perikanan

(4) Marikultur yang Bertanggungjawab

D Peristilahan

(1) Konservasi Sumberdaya Ikan: Upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetic untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas , nilai dan keanekaragaman sumberdaya ikan.

(2) Kawasan Konservasi Perairan: Kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.

(3) Konservasi Ekosistem: Upaya melindungi , mlestarikan dan memanfaatkan fungsi ekosistem sebagai habitat penyangga kehidupan sumberdaya ikan pada waktu sekarang dan yang akan datang.

(4) Ekosistem: Tatanan unsur sumber daya ikan dan lingkungannya, yang merupakan kesatuan utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas sumber daya ikan.

(5) Zonasi Kawasan Konservasi: Suatu bentuk rekayasa tehnik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsionalsesuai dengan potensi sumberdaya dan dayadukung serta proses-proses ekologis yangberlangsung sebagai satu kesatuan ekosistem.

(6) Padang Lamun: Koloni tumbuhan berbunga yang tumbuh diperairan perairan dangkal berpasir dan masih dapat ditembus cahaya matahari sampai kedasar Perairan, sehinga pemungkinkan tumbuhan tersebut berfotosintesa.

(7) Terumbu Karang: Terdiri atas polip-polip karang dan organisme-organisme kecil lain yang hidup dalam koloni, yang merupakan satu ekosistem yang hidup di dasar perairan dan berupa bentukan batu-batuan kapur (CaCO3)

(8) Mangrove: Komunitas vegetasi pantai tropis yang khas tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur, berpasir, atau muara sungai seperti pohon api-api (Avicennia spp) pedada (Sonneratia), tanjang (Bruguire), nyiri (Xylocarpus), tengar (Ceriops) dan buta-buta (Exeoecaria)

(9) Kearifan Lokal: Norma, tata nilai dan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat tertentu yang berkaitan dnegan nilai-nilai pelestarian lingkungan hidup.

(10) Habitat: Merupakan lingkungan dimana ikan hidup , ternmsuk segala sesuatu disekitarnya dan memberikan dampak bagi kehidupan ikan, seperti kualitas air, dasar perairan, tanaman (vegetasi) dan asosiasi spesies ikan (termasuk ketersediaan makanan)

Page 30: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 19 dari 83

(11) Pariwisata berkelanjutan: Pariwisata yang dikelola dengan meminimumkan biaya dan memaksimumkan manfaat pariwisata bagi lingkungan dan masyarakat lokal dan dapat dilakukan secara berkesinambungan tanpa merusak sumberdaya yang menjadi daya dukung pariwisata.

(12) Perikanan yang berkelanjutan: Kegiatan perikanan yang memberikan perhatian utama keberlanjutan dengan mengurangi penangkapan ikan yang berlebihan,memberikan kesempatan pemulihan sumberdaya ikan.

(13) Ekolabel: logo atau frase terdaftar-merek dagang yang label produk yang dilakukan secara aman terhadap lingkungan

(14) Overfishing: Adalah penurunan produksi perikanan tangkap yang disebabkan oleh terlalu banyaknya upaya penangkapan ikan

E Diagram Alir Pencapaian Kompetensi

Gambar 5.1. Diagram alir pembahasan elemen-elemen kompetensi untuk mencapai unit kompetensi ”Menjelaskan program perikanan berkelanjutan untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan”

Page 31: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 20 dari 83

MATERI UNIT KOMPETENSI

1 Elemen Kompetensi: Menjelaskan perikanan tangkap di masa lalu

1.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan perikanan tangkap tradisional

Kegiatan penangkapan ikan adalah salah satu warisan leluhur dan cara tradisional yang bertahan hingga kini. Setiap manusia yang hidup berdampingan dengan perairan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menangkap ikan dan memanfaatkan sumberdaya alam lainnya yang ada di laut. Lingkungan laut menyediakan berbagai jenis kekayaan alam untuk kita, tidak hanya bahan pangan tetapi juga berbagai bahan-bahan lainnya seperti sandang, serat dan bahan bangunan, dan bahkan obat-obatan. Lingkungan laut juga banyak digunakan sebagai tempat bersantai dan rekreasi, seperti berenang, snorkeling, menyelam, olah raga air, perahu layar, rekreasi pancing dan panorama alam bebas.

Dampak perikanan tradisional sangat bervariasi dari waktu ke waktu. Pada masa lampau, dampak perikanan tradisional masih sangat rendah karena populasi manusia masih sedikit dan teknologi penangkapan ikan masih sederhana. Namun secara mengejutkan tampak jelas bahwa meskipun populasi manusia sedikit, penangkapan ikan secara berlebihan ternyata telah terjadi sepanjang sejarah manusia. Sejumlah budaya prasejarah memiliki dampak terhadap stok perikanan, sebagaimana ditunjukkan dari kelimpahan dan ukuran ikan yang terekam di situs arkeologi. Sebagai contoh, tulang-tulang ikan yang ditemukan di Kepulauan Karibia mengindikasikan penurunan ukuran ikan dan tingkat trofik level ikan sejak sekitar 1900 hingga 600 tahun yang lalu (dibahas dalam Birkeland and Friedlander 2002). Di beberapa lokasi, penangkapan ikan yang berlebih telah terjadi sebelum orang Eropa tiba, walaupun hanya dari kegiatan perikanan lokal yang menggunakan alat tangkap tradisional.

Nelayan skala kecil merupakan faktor utama dalam dunia perikanan saat ini. Diperkirakan sebanyak 90% dari seluruh nelayan di dunia adalah nelayan skala kecil yang bekerja dengan kapal kecil dengan daerah operasi yang dekat dengan pantai (Dyer and McGoodwin 1994). Nelayan-nelayan ini selalu mempunyai pemahaman tertentu tentang ekosistem laut yang mereka manfaatkan dan selalu juga mempunyai ide tentang bagaimana sebaiknya perikanan mereka dikelola (Dyer and McGoodwin 1994). Pengelola KKP perlu memahami dan menghargai pengetahuan dan kearifan nelayan setempat.

1.1.1 Kearifan lokal perikanan tangkap

Terjadinya penangkapan ikan berlebih atau overfishing sebenarnya dapat dicegah. Beberapa masyarakat budaya memiliki cara untuk mengelola perikanan untuk menghindari terjadinya overfishing. Sebagai contoh, banyak masyarakat perikanan tradisional di Kepulauan Pasifik mengelola penangkapan ikan mereka lebih baik dibandingkan dengan di Karibia. Beberapa masyarakat Pulau Pasifik mempunyai tradisi penangkapan ikan yang berkelanjutan selama 3500 tahun tanpa gejala dampak buruk terhadap komunitas ikan (Dalzell and Adams 1997; Dalzell 1998). Orang Palau dan Yapese, sebagai contoh, mempunyai aturan tradisional yang ketat untuk menjaga sumberdaya perikanan mereka.

Overfishing tidak akan terjadi jika pengendalian berjalan secara efektif

Page 32: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 21 dari 83

1.1.2 Beberapa contoh kearifan lokal

Kasus 1: Kearifan Lokal Masyarakat Hawai'i

Di Kepulauan Hawaii, dimana masyarakat menerapkan kearifan lokal, jumlah ikan yang ditangkap sama banyaknya dengan jumlah ikan dari kawasan yang dilindungi secara penuh. Hasil tangkapan mencapai dua kali lebih besar dibandingkan dengan hasil tangkapan yang sebagian dilindungi oleh Peraturan Pemerintah dan lebih besar dari kawasan yang tidak dilingungi sama sekali. Mengapa praktek yang diterapkan masyarakat tradisional tampak lebih efektif?

Seperti yang dijelaskan Birkeland and Friedlander (2001), kearifan lokal masyarakat Hawaii dalam pengaturan penangkapan ikan tidak berdasarkan kuota, tetapi lebih didasarkan pada penutupan waktu dan tempat penangkapan ikan sehingga tidak menggangu pemijahan ikan. Oleh karena itu, kawasan tempat ikan melakukan reproduksi atau tempat pemijahan (spawning ground) sangat dilindungi. Selanjutnya dalam perlindungan area pemijahan, beberapa spesies langka tertentu juga dilindungi oleh aturan khusus. Sebelum tahun 1800s, sebagian besar populasi Hawaii tidak diperbolehkan memakan ulua (giant trevally), kumu (ikan lele), dan honu (penyu hijau). Sebagai tambahan, ikan mo’i (Pacific threadfin) diperlakukan khusus sebagai ikan bagi para kepala kampung. Spesies tersebut merupakan jenis yang rentan terhadap overfishing. Moi merupakan ikan yang sangat digemari namun jumlahnya menjadi sangat berkurang dan bahkan sudah dalam kondisi overfishing. Sekarang ini, mo’i banyak dihasilkan dari kegiatan perikanan budidaya atau akuakultur.

Penduduk Hawaii juga menjaga ketat peraturan dan tata nilai sosial yang berhubungan dengan kegiatan penangkapan ikan. Nelayan muda diminta untuk memperhatikan bagaimana nelayan tua bekerja (menangkap ikan) dan menangani ikan. Nelayan muda tidak diperbolehkan menangkap ikan hingga mereka menyelesaikan beberapa tahun ’magang’ atau berlatih pada nelayan tua, mempelajari sejarah, tingkah laku dan ekologi dari ikan. Perlu diketahui bahwa tata nilai budaya yang berlaku di kalangan masyarakat lokal biasanya lebih efektif dibandingkan dengan peraturan yang dibuat Pemerintah.

Budaya penduduk Hawaii secara umum menjunjung tinggi warisan, hak, dan manajemen yang bertanggungjawab terhadap sumberdaya. Hal ini mungkin berkaitan dengan fakta bahwa budaya Hawaii (Polynesia) yang berkembang di pulau-pulau kecil dimana dampak overfishing terhadap sumberdaya yang umumnya terbatas akan sangat jelas terlihat atau dirasakan setiap orang. Memang tidak semua budaya pulau berkembang menjadi manajemen yang efektif, namun budaya pulau tersebut pada akhirnya menjadi efektif karena praktek-praktek yang berkelanjutan.

Pada beberapa tahun ini, kearifan lokal tersebut menghilang. Banyak nelayan muda sekarang mengaku memiliki hak untuk menangkap ikan sebanyak yang mereka inginkan di mana saja. Hal ini merupakan konsekuensi dari pengaruh budaya modern Amerika di Kepulauan Hawaii. Budaya Amerika menyatu dengan bentang alam daratan (lansekap) yang sangat luas dengan sumberdayanya dan terlihat tidak terbatas. Budaya Amerika ini berkembang dan menjadi tidak cocok dengan pengelolaan untuk sumberdaya yang jumlahnya terbatas. Budaya Amerika menganut pendekatan “winner-take-all”, tanpa memikirkan apa yang terbaik bagi masyarakat atau generasi selanjutnya.

Kasus 2: Kearifan Lokal Mayarakat Buen Hombre, Republik Dominika

Buen Hombre adalah sebuah desa kecil yang terletak di pantai utara Republik Dominika. Desa ini berada di antara kawasan mangrove yang belum terjamah, dan ekosistem terumbu karang yang beraneka ragam dan sangat vital di daerah Karibia, meskipun sudah dimanfaatkan secara intensif oleh nelayan desa lebih dari 100 tahun. Beberapa daerah ekosistem terumbu karang di daerah

Page 33: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 22 dari 83

Karibia sudah hancur akibat overfishing. Mengapa daerah Buen Hombre berbeda dari desa-desa lainnya?

Ada tiga alasan untuk menjelaskannya: Buen Hombre merupakan desa yang terisolasi, mempunyai mekanisme sosial yang sangat kuat dalam mengendalikan jumlah populasi desa dan nelayan memiliki etika konservasi laut yang kuat.

Nelayan di Buen Hombre lebih suka melaut berkelompok, tidak sendirian. Mereka biasanya melaut setiap hari dalam sebuah tim kerabat nelayan yang membolehkan peralatan milik pribadinya dipakai bersama (yaitu alat tangkap, kapal, dan motor) karena peralatan tersebut jarang dimiliki oleh setiap nelayan. Para nelayan juga mendirikan sebuah asosiasi sukarela nelayan. Nelayan muda harus magang beberapa tahun sebelum menjadi nelayan mandiri yang sesungguhnya. Mereka mengenal empat tingkatan nelayan: pemagang, pelaut aktif, pengrajin, dan penasehat (mantan nelayan senior yang memberikan nasehat kepada nelayan muda). Ketika seorang nelayan bergabung menjadi anggota asosiasi sukarela, dia harus menjalankan kewajiban sosial dan tanggung jawab untuk mendidik anggota baru, menjaga peralatan penangkapan ikan, mengawasi keselamatan dan kesejahteraan nelayan lain ketika sedang melaut, menggalang persatuan, dan menjaga perilaku nelayan menurut adat-istiadat yang berlaku pada masyarakat (Stoffle et al. dalam Chapter 5 of Dyer and McGoodwin 1994).

Beberapa contoh praktek berkelanjutan yang diadopsi oleh Himpunan Nelayan Buen Hombre:

(1) Ikan kecil tidak ditangkap. Nelayan Buen Hombre sangat paham bahwa ikan kecil seharusnya tidak ditangkap agar dapat tumbuh dan berkembang. Hal ini diajarkan nelayan tua kepada nelayan muda.

(2) Hasil tangkapan yang beragam. Tidak ada nelayan yang hanya menangkap satu jenis ikan. Hasil tangkapan harian bermacam-macam, seperti ikan kakak tua, kerapu, kepiting, lobster, dan jenis lainnya.

(3) Daerah operasi yang beragam. Nelayan beroperasi di lokasi yang lebih luas sesuai dengan perubahan kondisi cuaca dan bahan bakar yang tersedia. Sebaran ini menyebabkan berkurangnya tekanan penangkapan ikan di daerah tertentu.

(4) Nelayan tidak mematahkan terumbu karang. (5) Nelayan tidak boleh menggunakan compressor. (6) Nelayan tidak boleh mengoperasikan chinchorro, sejenis jaring panjang yang diseret. (7) Tidak diperbolehkan memotong atau menebang mangrove. (8) Nelayan mengutamakan pendidikan anak-anaknya. (9) Nelayan tidak boleh menangkap ikan yang sedang bertelur. (10) Nelayan memiliki rasa kepemilikan dan tanggung jawab terhadap sumberdaya perairan.

Mereka melawan tindakan merugikan yang dilakukan oleh pihak-pihak luar. (11) Nelayan memandang pegawai pemerintah sebagai salah satu sumberdaya yang

membantu. Ketika ditanya apa yang mereka lakukan jika terjadi overfishing, jawaban mereka adalah ”Kami mencoba dan berbicara dengan pihak pemerintahan”.

(12) Sebagian besar nelayan memiliki mata pencaharian bertani, mereka memanfaatkan dua jenis sumberdaya yang menguntungkan (ikan laut dan sawah). Pertanian memberikan alternatif penghasilan ketika ikan berkurang, memberikan waktu kepada ikan untuk memulihkan diri secara alami.

Nelayan Buen Hombre tidak kebal menghadapi tekanan dari daerah luar. Dalam wawancara, nelayan setempat hampir semuanya setuju bahwa dua hal utama yang mengancam sumber daya ikan adalah: (1) "chinchorros" (sejenis jaring tarik atau pukat) yang dioperasikan nelayan dari kampung lainnya, khususnya dari Monte Cristi, dan (2) alat kompresor yang dipakai nelayan untuk dapat

Page 34: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 23 dari 83

bertahan bekerja di bawah air dalam waktu lebih lama. Nelayan Buen Hombre dan Monte Cristi mempunyai sejumlah konflik yang berpotensi untuk saling bersinggungan: nelayan Buen Hombre mengancam akan memotong jaring nelayan Monte Cristi, sedangkan nelayan Monte Cristi menjawab jika mereka tidak menggunakan jaring maka mereka akan kelaparan. Respons nelayan Buen Hombre terhadap pernyataan tersebut adalah bahwa nelayan Monte Cristi harus menerima konsekuensi dari kegiatan overfishing di daerah perairannya. Nelayan Monte Cristi tetap berusaha untuk memasang jaring di daerah terumbu.

Pada suatu malam, sekelompok nelayan Buen Hombre keluar dengan kapal dan membawa pisau (untuk memotong jaring) untuk memantau perairan mereka. Nelayan Monte Cristi pada akhirnya juga menyerah. Aspek kritis/positif dari konfrontasi ini adalah klaim dari nelayan Buen Hombre didukung oleh data satelit dan pandangan mereka juga didukung oleh Pemerintah. Contoh ini merupakan ilustrasi yang sangat baik tentang keefektifan nelayan lokal dalam mempertahankan wilayah dan sumber daya ikan karena mereka tahu itu merupakan kepentingan bersama.

Kasus 3: Kearifan Lokal Nelayan Kerang di Louisiana, Amerika Serikat

Pemanenan kerang di laut di bagian selatan negara bagian Louisiana telah terjadi sejak tahun 1840-an, ketika nelayan kerang dari Eropa Timur pertama kali mendarat. Mereka berhasil mengembangkan pemanenan produktif dan berkelanjutan dari kerang Louisiana. Selama bertahun-tahun, mereka mengembangkan perkemahan tradisional yang merupakan kelompok-kelompok yang terdiri dari keluarga-keluarga masyarakat multi-generasi pemanen kerang. Perkemahan tersebut tertutup bagi masyarakat luar. Pada akhirnya, kegiatan yang berbasis tradisi keluarga ini dimasukan kevdalam hukum negara. Pada saat ini, nelayan kerang harus menyewa lokasi-lokasi dimana kerang terkonsentrasi dengan melimpah (oyster beds ground), membayar ijin kerja untuk menggarap oyster beds yang telah dimanfaatkan keluarga pemanen dari generasi ke generasi. Nelayan penyewa oyster beds ground tersebut mempunyai rasa memiliki dan mencurahkan banyak waktu dan sumberdaya untuk mengelola tempat tersebut. Mereka juga mendapat manfaat dari jaringan kerjasama yang luas diantara keluarga nelayan tradisional kerang. Perikanan kerang Louisiana memiliki produktivitas tertinggi di seluruh Teluk Meksiko (Bab 3 dari Dyer and McGoodwin 1994).

Sebaliknya, negara bagian tetangga (Mississippi) tidak ada sistem tradisi keluarga pemanen kerang dan sistem penyewaan tempat kerang jangka panjang. Nelayan kerang Mississippi terdiri dari banyak kelompok pendatang dan masyarakat setempat yang tidak punya komitmen jangka panjang terhadap perikanan kerang. Sebagai hasilnya, perikanan kerang Mississippi mengalami overfishing sehingga kurang produktif. Produksi kerang Mississippi sangat bervariasi sedangkan produksi kerang Louisiana lebih stabil. Kestabilan ini pada akhirnya menyebabkan nelayan Lousiana memiliki komitmen jangka panjang dan cara yang berkelanjutan untuk mendukung kehidupan mereka.

Kasus 4: Kearifan Lokal Masyarakat Pulau Kakarotan, Sulawesi Utara, Indonesia

Pulau Kakarotan, di bagian paling utara Kepulauan Sangihe-Talaud, adalah kawasan terumbu karang dengan jumlah penduduk sekitar 800 orang. Sistem buka tutup terumbu karang secara berkala, disebut mane’e, diterapkan setiap tahun. Satu dari sembilan area terumbu ditutup dalam jangka waktu tertentu, dan kemudian dibuka untuk dipanen ikannya untuk sebuah upacara tradisional. Praktek mane´e dimulai dengan sebuah pelarangan di sebuah area untuk semua aktivitas penangkapan. Pelarangan umumnya berlasung selama enam bulan, meskipun ini dapat bervariasi. Pemilihan lokasi dan waktu pelarangan diputuskan dalam sebuah pertemuan di antara pemuka adat masyarakat. Lokasi penutupan dilakukan slih berganti diantara lokasi dari tahun ke tahun. Pada

Page 35: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 24 dari 83

tahun belakangan ini, salah satu lokasi terbesar mane’e (~ 50 ha) telah ditutup beberapa kali. Batasan dari area terbesar ini berkisar dari garis pantai sampai ke dasar lereng terumbu. Selama surut terendah dari bulan tertentu, masyarakat secara berkelompok memanen area tertutup tersebut untuk meyediakan ikan untuk makan malam besar.

Faktor sosial yang kaku seringkali dipengaruhi oleh tempat dan waktu ketika suatu larangan yang bersifat tabu diterapkan. Pesta perayaan tahunan di desa umumnya ditentukan oleh lama waktu suatu lokasi ditutup dan faktor sosial lainnya, seperti penyesuaian dengan kehadiran pejabat pemerintah, yang kemudian menentukan juga lokasi mana yang dipilih akan ditutup. Selain ikan, kondisi lingkungan juga dipengaruhi oleh larangan Kakarotan, yaitu ketika pemuka adat memutuskan untuk tetap menutup lokasi sepanjang tahun 1998-1999 sehubungan dengan peristiwa pemutihan karang (coral bleaching) akibat El Niño. Ada sanksi yang akan diberikan kepada pelanggar: sebuah peringatan diberikan pada pel anggaran pertama dan sanksi keras pada pelanggaran kedua. Kebanyakan area mane’e dapat dilihat sangat jelas oleh masyarakat dan nelayan melaut dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas10-20 kano. Oleh karena itu sangat sulit bagi setiap individu untuk melanggar peraturan yang ada karena dengan cara demikian masyarakat memiliki peluang yang tinggi untuk mendeteksi dan melaporkan setiap kejadian pelanggaran.

Hingga kini, biomassa dan rata-rata ukuran ikan lebih besar di lokasi yang secara periodik ditutup dibandingkan dengan lokasi yang terbuka sepanjang tahun (Cinner et al., 2005). Kearifan lokal ini berhasil karena pemuka desa mempunyai kewenangan dan otonomi dalam mengembangkan dan mengadaptasi aturan untuk mengubah lokasi dan jangka waktu penutupan untuk merefleksikan kondisi sosial ekologi. Pertimbangan dimana, kapan dan berapa lam jangka waktu penutupan diterapkan, pembuat keputusan menggunakan pemahaman sistem sosial ekologi untuk menginterpretasikan tingkat indikator sosial dan ekologi, biasanya merujuk pada pengetahuan ekologi tradisional.

1.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan mengapa beberapa masyarakat mengembangkan kearifan lokal yang efektif

1.2.1 Masyarakat Sumberdaya Alam

Apakah masyarakat nelayan tradisional selalu mengembangkan pengendalian yang efektif? Tidak selalu. Untuk setiap tradisi yang mengelola untuk menjaga perikanannya, kita dapat menyimpulkan bahwa overfishing telah terjadi. Seringkali, budaya pulau atau budaya yang terisolasi memperlihatkan kecenderungan untuk mengembangkan pengendalian tradisional yang efektif karena mereka mempunyai sumberdaya alam yang sangat terbatas. Mereka mempelajari cara-cara memanfaatkan sumberdaya tersebut secara bijaksana. Masyarakat pulau yang tidak memanfaatkan sumberdaya secara berkelanjutan, seperti Pulau Paskah atau Pulau Easter di Samudera Pasifik, yang pada akhirnya punah. Kelihatannya masyarakat dengan tradisi yang berkembang di benua yang luas, seperti Amerika Serikat, harus belajar kepada masyarakat pulau yang menerapkan pendekatan konservasi.

Faktor lain muncul seperti konservasi di lokasi tertentu di mana nelayan dapat mengambil seluruh sumberdaya yang ada di lingkungan. Sebagai contoh, di timur Kanada, beberapa nelayan ikan salmon hanya melihat salmon selama beberapa minggu dalam setahun, yaitu ketika salmon melakukan migrasi melintasi perkampungan nelayan. Sementara itu, nelayan salmon di lokasi-lokasi lainnya melihat ikan salmon pada berbagai tahap daur hidupnya, misalnya ketika salmon akan

Page 36: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 25 dari 83

memijah di hulu sungai dan ketika salmon bergerak ke hilir keluar kembali ke laut, dan akan kembali lagi ketika melakukan migrasi berikutnya. Wawancara dengan kedua jenis nelayan tersebut menunjukkan bahwa kelompok nelayan pertama tidak percaya bahwa stok salmon menurun. Mengapa demikian? Mereka tidak mendalami hubungan antara ukuran salmon dan kondisi sungai yang digunakan salmon untuk memijah, dan mereka tidak mempercayai alasan staf pemerintah yang menyatakan bahwa penangkapan salmon harus dibatasi. Tetapi kelompok nelayan kedua mepunyai lebih banyak gambaran tentang daur hidup salmon, dan mereka menyadari adanya penurunan stok salmon (Felt 1994, Bab 10 pada Dyer dan McGoodwin 1994).

Hal serupa terjadi pada penangkap lobster Maine. Nelayan ini terkenal dengan komitmen mereka untuk meninggalkan lobster yang berukuran kecil dan juga telurnya. Komitmen ini terbentuk karena nelayan lobster Maine telah berulang kali melihat dampak lokal dari overfishing. Lobster umumnya hidup menetap di tempat tertentu, sehingga banyak nelayan berpengalaman dapat dengan mudah memastikan bahwa sudah tidak ada lagi lobster yang tertinggal. Dengan pengalaman pribadi ini, mereka menjadi yakin bahwa populasi lobster berada dalam ancaman overfishing, dan pengendalian terhadap penangkapan lobster akan sangat membantu keberlanjutan bisnis mereka (Palmer 1994, Bab 9 pada Dyer dan McGoodwin 1994).

Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa ketika nelayan dapat melihat langsung bahwa jenis ikan tertentu benar-benar terancam punah, mereka akan lebih mudah memahai bahwa pembatasan atau pengendalian penangkapan akan cepat memberikan manfaat positif terhadap hasil tangkapan di kemudian hari.

Sebuah masyarakat lokal yang sangat bergantung pada sumberdaya alam tertentu cenderung mengembangkan kepedulian yang tinggi terhadap kesehatan sumberdaya dan tingkat produktivitasnya. Masyarakat seperti itu dapat disebut masyarakat sumberdaya alam (natural resource community, NRC). NRC biasanya menggunakan sumberdaya alam dalam sebuah antisipasi daur tahunan secara berkala, persiapan, panen dan pemanfaatan. Orang-orang yang ada dalam NRC seringkali bekerjasama secara intensif selama fase tersibuk, dan mempunyai nilai sosial yang kuat dan ikatan generasi yang menjembatani ilmu pengetahuan dan tradisi ke generasi selanjutnya. Mereka seringkali mengembangkan kelompok masyarakat yang secara sosial tertutup bagi penduduk luar. Ikatan yang kuat tersebut mendorong pendekatan berbasis masyarakat menggunakan sumberdaya, dan peka terhadap pentingnya menjaga sumberdaya untuk generasi selanjutnya.

1.3 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan contoh praktek pengelolaan perikanan yang masih diterapkan masyarakat secara tradisional

Latihan 5.1: Kearifan lokal di Indonesia

Tujuan: ”Mengidentifikasi rezim manajemen perikanan tradisional yang masih ada atau dibangkitkan kembali sebagai upaya menghadapi tekanan penangkapan ikan yang berlebihan.”

Petunjuk:

(1) Gunakan waktu 10 menit untuk menulis contoh-contoh yang anda ketahui di daerah anda dimana masyarakat nelayan mengembangkan kearifan lokal jangka panjang terhadap sumberdaya perikanan; atau telah mengubah perilaku mereka atau manajemen dalam menanggapi overfishing.

(2) Gunakan waktu 30 menit untuk mendiskusikan pengalaman anda bersama peserta lainnya di kelas.

(3) Waktu: 40 menit

Page 37: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 26 dari 83

1.4 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan peningkatan kegiatan penangkapan ikan dan pengendaliannya

1.4.1 Perkembangan upaya penangkapan ikan dunia

Seiring dengan meningkatnya populasi manusia secara global di sepanjang abad terakhir ini, jumlah nelayan juga bertambah. Hanya dalam 20 tahun, sejak tahun 1970 sampai 1990, kapasitas penangkapan dunia meningkat secara dramatis, yaitu 4,6% per tahun (WWF/IUCN 1998). Tahun demi tahun, kapasitas ini telah bertambah menjadi angka yang fenomenal (155%) hanya dalam dua dekade. Sebagai catatan, kebanyakan dari pertumbuhan kapasitas ini dibiayai oleh subsidi pemerintah yang mendorong investasi dalam penangkapan jauh di atas tingkat keberlanjutan. Sebagai contoh, nilai produksi tahunan dunia diperkirakan antara US$ 70-100 juta, namun untuk memperoleh nilai tersebut kalangan pemerintah diperkirakan telah mengeluarkan dana subsidi sebesar US$22 juta (WWF/IUCN 1998).

Saat ini, kemampuan armada penangkapan ikan global diperkirakan 2,5 X lebih besar dari kemampuan lautan menyediakan ikan secara berkelanjutan (Porter, 1998). Hal ini berarti manusia telah menangkap ikan jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ikan yang dapat digantikan. Sementara sebagian besar armada penangkapan dunia masih tetap terkonsentrasi di Asia, pertumbuhan perikanan global menjelang tahun 2000 tampaknya telah terhenti. Indikasi terhentinya pertumbuhan ini dapat dilihat dari semakin menurunnya ukuran kapal milik negara-negara penangkap ikan utama. Baru-baru ini, total perdagangan ikan dan produk perikanan dunia juga telah berhenti di satu titik (stagnan) setelah peningkatan produksi dalam satu dekade sebelumnya (FAO, 2004). Perubahan dalam upaya penangkapan ikan merupakan indikasi telah terjadinya overfishing dan dampak berupa penurunan produksi sudah banyak dirasakan oleh masyarakat nelayan di seluruh dunia.

1.4.2 Kemajuan teknologi penangkapan ikan

Selain peningkatan jumlah kapal dan nelayan, ada perkembangan yang berkaitan dengan kecanggihan teknologi dan alat-alat penangkap ikan. Hal ini diperkirakan bahwa "kemampuan teknis" atau kemampuan untuk menangkap ikan dari armada penangkapan ikan di dunia telah meningkat sebanyak empat kali lipat dalam periode 30 tahun, mulai dari 1965 hingga 1995. Kemajuan teknologi tersebut di antaranya adalah peralatan elektronik (sonar) untuk mendeteksi kawanan ikan, pesawat pengintai, dan citra satelit. Teknologi penangkapan juga meningkat, dengan jaring yang umumnya lebih panjang dan lebih dalam daripada sebelumnya. Trawl dasar ( bottom-trawlers) sekarang memiliki kemampuan untuk menyapu dasar laut yang jauh lebih luas dari yang mereka lakukan beberapa dekade yang lalu. Ketersediaan bahan jaring yang lebih murah, ukuran mata jaring yang lebih kecil dan kreatif (namun sering merusak) serta teknologi -teknologi baru (misalnya, ledakan bom, racun) juga telah meningkatkan tekanan pada habitat dan daerah penangkapan ikan. Penggunaan teknologi berintensitas tinggi tersebut biasanya merupakan cara terakhir bagi nelayan yang terpaksa atau ”dipaksa” menggunakan "teknologi merusak" sebagai upaya terakhir mendapatkan ikan di lokasi-lokasi yang sedang mengalami overfishing.

Kasus 5: Jaring insang monofilament

Salah satu contoh perubahan teknologi penangkapan ikan adalah pembuatan jaring insang monofilament yang murah dan efisien, yang sekarang dapat diproduksi dengan murah. Akibatnya, nelayan dapat memasang jaring insang yang sangat panjang di daerah-daerah baru dan di daerah perairan yang lebih dalam dari biasanya, dan mereka tidak terlalu khawatir oleh jaring insangnya

Page 38: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 27 dari 83

hilang. Beberapa pis jaring insang dapat dihubungkan berurutan sehingga membentuk dinding jaring yang panjang. Jaring ini sering tersangkut pada karang dan dapat merusak habitat, dan kemudia juga menangkap binatang non-target, seperti penyu dan anjing laut. Akhirnya, nelayan dapat meninggalkan jaring begitu saja dan atau menganggapnya hilang. Jaring tersebut akan tetap mampu menangkap ikan selama bertahun-tahun, melayang di perairan dan dapat membunuh semua yang berjalan menuju jaring ini. Fenomena ini dikenal sebagai ”ghost fishing”.

1.4.3 Hancurnya perlindungan alami oleh teknologi

Kemajuan dalam teknologi menyebabkan penangkapan ikan dapat dilakukan dengan lebih mudah untuk menangkap ikan yang ikan yang tidak selalu dilindungi. Perbaikan teknologi dapat memberi akses kepada nelayan untuk melakukan penangkapan ikan pada waktu dan tempat di mana sebelumnya mereka tidak dapat melakukannya. Misalnya, ketika dulu nelayan masih menggunakan peralatan tradisional, ikan dapat meloloskan diri dengan cepat atau berenang ke air yang lebih dalam. Lebih lanjut, sebagian besar ikan itu dapat tidur dengan aman pada malam hari di kedalaman.

Kasus 6: Penangkapan ikan dengan SCUBA di Samoa Amerika

Pada tahun 1994, nelayan komersial di Samoa Amerika mulai menggunakan SCUBA, lampu bawah air, dan perahu tenaga tinggi untuk menangkap ikan karang. Setelah SCUBA tiba, produksi ikan meningkat hingga 15 kali lipat. Ikan kakak tua merupakan jenis ikan tangkapan tertinggi, sebanyak 20% dari seluruh populasi parrotfish ditangkap sekaligus dalam satu tahun. Nelayan lokal melihat perubahan tersebut dengan jelas. Sebelum tahun 1994, nelayan subsisten mampu menangkap ikan cukup untuk makan sekeluarga mereka hanya dengan menangkap ikan selama setengah jam. Namun pada tahun 2000, nelayan lokal tidak lagi dapat menangkap ikan besar atau ikan pilihan kesukaannya. Nelayan komersial, pada gilirannya, menyatakan bahwa SCUBA diperlukan untuk menangkap ikan besar yang biasa disajikan dalam acara pernikahan dan acara-acara khusus lainnya. Nelayan lokal menyatakan bahwa jika SCUBA itu dilarang maka ikan besar akan banyak lagi dan nelayan komersial dapat menangkapnya hanya dengan free diving.

Pemerintah Samoa Amerika akhirnya pada bulan Maret 2001 melarang penggunaan SCUBA untuk menangkap ikan. Nelayan komersial membawa alat tangkap SCUBA ke negara lain di Samoa, dimana kisah ini akan terulang lagi: nelayan tradisional menolak nelayan SCUBA dan pemerintah daerah sedang mempertimbangkan sebuah larangan.

Kasus 7: Nelayan SCUBA di Guam

Sebagian besar terumbu karang dulunya merupakan perlindungan alamiah, sebelum teknologi modern membuat habitat ini menjadi lebih mudah diakses manusia. Hingga akhir tahun 1970-an, Guam pernah mencatat ukuran ikan kakak tua yang spektakuler, dengan panjang individu hingga 153 cm (5 ft) dan 75 kg (165 lb). Ikan kakak tua tidur berkelompok di malam hari di atas pasir, namun tidak dapat diakses penyelam bebas. Ketika SCUBA, lampu bawah air, stik yang menyala dan kapal berkekuatan tinggi mencapai Guam, jumlah nelayan yang relatif kecil yang mampu mengambil kelompok ikan kakak tua. Ikan Napoleon Guam juga telah hampir punah. Terakhir kelompok besar ikan bumpheads terlihat pada tahun 1970-an. (WWF/IUCN 1998).

2 Elemen Kompetensi: Menjelaskan krisis yang dialami perikanan dunia

Laut menyediakan kita sumber makanan yang tak terhingga jumlahnya. Armada perikanan komersial saat ini rata-rata memproduksi hasil laut sebanyak 85 juta ton per tahun. Angka ini sangat besar jika

Page 39: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 28 dari 83

dibandingkan dengan jumlah seluruh tangkapan liar sumber pangan dunia. Hasil laut ini cukup untuk menyediakan 16,6 kg ikan per tahun untuk setiap orang, termasuk perempuan dan anak-anak di planet ini. Secara keseluruhan di dunia, makanan laut menyediakan hampir 20% dari total protein hewani dunia. Makanan laut adalah sangat penting di beberapa daerah, seperti Asia Tenggara dan Pasifik Selatan, dengan kontribusi hingga 90% dari protein bagi penduduk setempat. Sedikitnya 950 juta orang bergantung pada laut sebagai sumber makanan utama. Namun, banyak juga masyarakat yang hidup di daerah pesisir sangat miskin dan tidak memiliki sumber makanan lainnya.

Armada perikanan dunia pada tahun 2004 terdiri atas sekitar 4 juta perahu dan kapal, di mana 1,3 juta adalah perahu berdek (kapal) dan sisanya perahu tidak berdek. Dua pertiga dari perahu tidak berdek adalah perahu tanpa motor, digerakkan oleh dayung atau layar. Fakta ini merupakan peringatan besar dari armada perahu kecil milik nelayan lokal tetap mendominasi armada penangkapan ikan secara global.

Hand-out 5.1: Glosarium

2.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan kecenderungan produksi perikanan global

2.1.1 Kecenderungan produksi perikanan global

Penangkapan ikan saat ini didominasi oleh armada penangkapan komersial yang berasal dari hanya enam negara, yaitu: Cina, Peru, Amerika Serikat (AS), Chili, Indonesia dan Jepang. Negara Cina menempati posisi produsen tertinggi sementara Peru berada di urutan kedua karena banyak menghasilkan anchovy. Keenam negara tersebut memiliki kemampuan untuk terus-menerus beroperasi di laut terbuka dan laut dalam. Hampir setengah dari tangkapan global diekspor ke negara-negara lain. Volume perdagangan ikan global sekarang melebihi perdagangan gabungan kopi, teh, kakao dan gula (WWF/IUCN 1998).

Siapakah konsumer ikan-ikan yang diperdagangkan secara internasional tersebut? Ikan-ikan diekspor terutama ke negara-negara industri yang mengkonsumsi sekitar 85% dari jumlah ikan yang diperdagangkan secara internasional. Kurang dari 25% penduduk dunia mengkonsumsi 30% produksi ikan dunia. Sebagian besar ikan ini berasal dari negara-negara berkembang. Negara-negara berkembang memasok lebih dari 70% dari tuna dalam kalengan dunia dan 77% dari udang dunia (WWF / IUCN 1998).

Meskipun armada perikanan global mampu beroperasi di perairan lepas pantai, namun sebagian besar masih beroperasi di perairan dekat pantai; 80-90% produksi global diperoleh dari perairan hingga sejauh 320 km (~ 200 mil) dari pantai. Sebagai contoh, lebih dari separuh produksi ikan di Samudera Pasifik diperoleh dari kegiatan penangkapan ikan di sepanjang pantai Chili dan Peru. Dua lokasi ini tergolong sangat subur karena adanya upwelling. Di daerah tropis, sebagian besar nelayan beroperasi hingga sejauh 25 km (15,5 mil) dari pantai (WWF/IUCN 1998). Secara keseluruhan, sekitar 50% dari total penangkapan ikan global ditangkap oleh nelayan skala kecil dan menengah di daerah pesisir (WWF/IUCN 1998).

Page 40: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 29 dari 83

Gambar 5.1 Produksi perikanan tangkap (di laut dan darat) dari sepuluh negara produsen utama pada tahun 2004 (FAO, 2006)

Gambar 5.2 Produksi sepuluh jenis ikan utama dari penangkapan ikan di laut pada tahun 2004 (FAO, 2006)

Page 41: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 30 dari 83

Gambar 5.3 Produksi perikanan tangkap di sepuluh daerah utama penangkapan ikan pada tahun 2004 (FAO, 2006)

2.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan apakah lautan sudah mengalami overfishing?

2.2.1 Apakah lautan sudah mengalami overfishing

Bumi dengan lautan yang luas ini dahulu dianggap memiliki sumberdaya alam yang tidak ada batasnya; laut dianggap mampu menyediakan ikan tanpa batas atau karena tidak akan habis ditangkap manusia. Sayangnya, seiring dengan meningkatnya populasi manusia dan meningkatnya kegiatan perikanan secara drastis, sekarang jelas bahwa sumber daya ikan tersebut terbatas dan tidak ”gratis”, ada beban yang harus ditanggung masyarakat (biaya sosial) dan beban yang berdampak pada ekosistem laut dan pesisir. Pemanfaatan sumber daya laut yang tidak bijaksana akan semakin meningkatkan biaya yang harus ditanggung. Kita sedang belajar, namun lingkungan laut dapat hancur akibat dari dampak yang setara dengan dampak dari kerusakan di lingkungan daratan. Perbedaan di antara kedua jenis habitat ini adalah laut merupakan lingkungan fluida (perairan) sehingga dampaknya dapat lebih luas dari seperti yang terjadi di daratan.

Kerusakan yang ditimbulkan oleh ulah manusia terhadap ekosistem laut dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (1) kerusakan habitat pesisir akibat pembangunan pesisir, polusi, atau gangguan fisik akibat pengoperasian alat penangkap ikan yang tidak ramah lingkungan, seperti pukat harimau ( bottom trawls), dan (2) overfishing. Kegiatan-kegiatan ini merupakan contoh dampak pada komponen fisik dan biologis dari suatu ekosistem. Selain itu, ada juga kegiatan yang berdampak pada kimia lautan dari sumber polusi, dan dari perubahan iklim dalam bentuk acidification, meningkatnya suhu, perubahan curah hujan dan meningkatnya permukaan laut.

Page 42: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 31 dari 83

Tahun

Gambar 5.4 Kecenderungan produksi dari kegiatan penangkapan ikan global (FAO 2006)

Produksi perikanan global dari kegiatan penangkapan ikan meningkat secara terus-menerus sejak 100 tahun yang lalu, tetapi mulai stabil dalam 10-15 tahun terakhir. Trend mendatar produksi dapat dianggap sebagai suatu kestabilan namun menyembunyikan tiga trend penting.

Pertama, nelayan tetap mengganti jenis ikan sasaran (target species). Ketika satu jenis ikan sudah sulit diperoleh (karena sudah habis ditangkap), nelayan mengarahkan sasarannya terhadap jenis ikan lain yang sebelumnya dianggap tidak bernilai komersial (sasaran baru). Selanjutnya, jenis ikan sasaran baru inipun mengalami lebih tangkap. Jenis-jenis ikan sasaran baru ini pada umumnya berukuran kecil dan berada pada trophic level yang lebih rendah.

Kedua, nelayan mendapat kemudahan dengan menggunakan teknologi untuk menemukan ikan yang berkembang dalam dua dekade terakhir. Beberapa jenis perikanan dapat berlangsung terus secara stabil hingga tiba-tiba ambruk karena ikan yang menjadi sasaran utama tidak tersisa lagi. Apa yang menyebabkan sebuah perikanan tiba-tiba ambruk? Ketika produksi tampak stabil, kapal penangkap ikan semakin efektif dan efisien dalam memburu ikan yang semakin sedikit tersisa, sampai pada akhirnya stok ikan yang terakhir tidak tersisa lagi. Ini merupakan alasan utama penyebab keruntuhan mendadak perikanan cod di Atlantik Utara. Sebenarnya keruntuhan tersebut tidak mendadak; populasi ikan cod yang mungkin telah menurun selama bertahun-tahun, namun hal ini tidak terlihat karena tersembunyi oleh produksi ikan yang diperoleh dengan teknologi yang lebih baik.

Ketiga, laporan hasil tangkapan dapat saja tidak cukup akurat (hal ini terutama statistik perikanan dari Cina). Analisis ulang terhadap data hasil tangkapan global menunjukkan bahwa produksi global sebenarnya telah jatuh sejak tahun 1990 - sebuah pertanda buruk yang mengkhawatirkan.

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2004 memperkirakan bahwa 50% stok ikan sudah dimanfaatkan sesuai dengan kapasitasnya. Hal ini berarti peningkatan upaya penangkapan ikan akan menyebabkan populasi ikan mengalami gangguan. Sementara itu, 25% stok ikan lainnya diyakini sudah mengalami kondisi overfishing, menuju keruntuhan komersial atau sedang mengalami pemulihan dari kondisi overfishing. Banyak di

Page 43: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 32 dari 83

antara stok yang mengalami lebih tangkap ini adalah jenis ikan komersial yang paling bernilai, khususnya jenis ikan pelagis. Sisanya (hanya 25%) mempunyai kapasitas cukup untuk mendukung peningkatan upaya penangkapan ikan.

FAO merangkum situasi ini sebagai: "potensi maksimum hasil tangkapan di lautan dunia mungkin telah tercapai" (FAO 2007). Dengan kata lain, satu spesies (manusia) telah benar-benar mengelola potensi perikanan dari hampir semua ikan di laut. Hal ini sangat mengesankan, tetapi sebenarnya merupakan keberhasilan yang mengerikan.

Analisis terbaru tentang stok ikan dunia telah diterbitkan dalam jurnal Science tahun 2006 (Worm et al., 2006). Analisis ini menyimpulkan bahwa sepertiga dari semua stok ikan di seluruh dunia telah runtuh (collapsed); keruntuhan ini didefinisikan sebagai tingkat produksi yang lebih rendah dari 10% produksi maksimum yang pernah tercatat.

2.3 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan bahaya dari kegiatan penangkapan ikan di ambang batas-batasnya

2.3.1 Bahaya dari kegiatan penangkapan ikan di ambang batas-batasnya

50% stok ikan yang berada pada kapasitas penangkapan ikan merupakan suatu permasalahan. Pengalaman menunjukkan bahwa perikanan tangkap dengan target hasil tangkapan lestari (MSY) memiliki risiko buruk karena sangat peka terhadap sedikit saja fluktuasi tingkat reproduksi ikan atau survival, atau bahkan peningkatan upaya penangkapan ikan yang sedikitpun dapat menghancurkan populasi ikan. Pengalaman menunjukkan bahwa jika jumlah ikan yang ditangkap melebihi kapasitas yang dapat diberikan oleh alam maka umumnya akan berubah ke status overfishing.

2.4 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan bahwa ketiadaan data tidak berarti stok ikan dalam keadaan sehat

2.4.1 Ketiadaan data tidak berarti stok ikan dalam keadaan sehat

Perikanan AS merupakan sebuah contoh menarik dari tidak adanya data. Perikanan Amerika Serikat mencakup perairan yang sangat luas, yaitu kawasan Pasifik, Atlantik dan pantai Karibia, baik perikanan tropis, perikanan sub-tropik, dan perikanan Artik. AS tergolong sebagai negara maju yang melakukan investasi besar dalam penelitian perikanan, sehingga seseorang mungkin berpikir bahwa perikanan AS telah dikelola dengan cukup baik. Namun kenyataannya banyak perikanan AS tidak dalam keadaan stabil. Dari 304 stok ikan yang dikelola dan telah dinilai, sepertiganya telah masuk dalam kategori overfishing. Seperti stok ikan tersebut adalah jenis ikan komersial yang sangat bernilai, yaitu jenis red drum, red grouper dan red snapper di Teluk Meksiko, dan white hake dan summer flounder di di timur laut Amerika Serikat.

Selain stok itu, masih ada 650 stok ikan yang statusnya tidak diketahui atau tidak terdefinisikan! Jika kita tidak memiliki data yang cukup maka kita semata-mata tidak tahu apakah stok ikan tersebut berada dalam masalah atau tidak. Selain itu, penting untuk mempertimbangkan kendala pendanaan; dana penelitian cenderung dialokasikan untuk stok ikan yang memiliki nilai komersial signifikan.

Contoh ini menggambarkan bagaimana kondisi overfishing yang menjebak dapat terjadi di negara yang telah menerapkan pengelolaan perikanan dengan cukup baik, serta kesulitan memperoleh data yang baik untuk dapat mengelola perikanan dengan tepat.

Page 44: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 33 dari 83

Seperti telah kita bahas di atas, overfishing (penangkapan berlebih) adalah penurunan populasi ikan ke tingkat yang rendah akibat kegiatan penangkapan ikan; titik rendah tersebut dapat menyebabkan stok ikan kehilangan daya pulih sebagai stok yang produktif. Overfishing terjadi ketika upaya penangkapan ikan secara terus menerus dilakukan untuk menangkap ikan jauh lebih banyak dari potensi produksi lestari maksimum (MSY).

3 Elemen Kompetensi: Menjelaskan dampak penangkapan ikan

3.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan jenis-jenis overfishing

3.1.1 Overfishing secara Biologi

Overfishing dapat dijelaskan dalam dua titik pandang, yaitu biologi dan ekonomi. Overfishing biologis merupakan penurunanan produksi yang disebabkan oleh terlalu banyaknya upaya penangkapan ikan. Overfishing biologis dapat dibagi menjadi beberapa bentuk yang biasanya terjadi secara bersamaan, yaitu:

(1) Growth overfishing (penangkapan berlebih karena pertumbuhan) terjadi jika nelayan menangkap terlalu banyak ikan yang berukuran kecil, yaitu ikan-ikan muda yang perlu waktu untuk tumbuh menjadi lebih besar.

(2) Recruitment overfishing (penangkapan berlebih karena rekrutmen) terjadi jika nelayan menangkap terlalu banyak ikan yang dewasa, lebih cepat dari populasi yang dapat memijah. Stok ikan didominasi oleh ikan juvenil (remaja) yang belum dapat memijah, sedikit jumlah ikan betina yang berukuran besar/dewasa yang menghasilkan telur. Sedikit anak ikan dihasilkan

(3) Environmental overfishing (penangkapan berlebih karena lingkungan) terjadi ketika hampir populasi semua stok ikan menurun pada saat yang sama. Di lingkungan yang sehat, jika sebuah stok ikan menurun, stok ikan lainnya akan meningkat. Tetapi jika seluruh lingkungan perairan berada dalam kondisi overfishing, maka semua stok ikan akan menurun pada waktu yang bersamaan sehingga nelayan tidak punya pi lihan lain untuk jenis ikan sasaran.

(4) Ecosystem overfishing (penangkapan berlebih karena ekosistem) terjadi ketika hilangnya satu jenis ikan dari lingkungan menyebabkan perubahan ekosistem yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya. Populasi ikan pemangsa atau jenis yang dimangsa akan meningkat drastis atau menurun dengan dampak pada jenis ikan-ikan lainnya.

3.1.2 Ovefishing secara ekonomi

Semua bentuk overfishing biologis biasanya menyebabkan terjadinya overfishing ekonomi atau Malthusian overfishing. Dalam kondisi ini tejadi penurunan pendapatan nelayan ke titik di mana kegiatan penangkapan ikan tidak lagi memiliki nilai investasi waktu atau uang. Upaya penangkapan yang lebih besar dan peralatan yang lebih mahal diperlukan untuk menangkap ikan dalam jumlah kecil dan berkualitas buruk. Perusahaan penangkapan ikan berskala besar akan menemukan bahwa biaya untuk pengadaan peralatan akan melebihi nilai penjualan hasil tangkapan.

Nelayan lokal dapat dengan mudah melihat penurunan hasil tangkapan dan kemudian memutuskan untuk menggunakan alat tangkap yang merusak. Biasanya, nelayan sadar bahwa overfishing adalah sebuah masalah buruk namun mereka melihat tidak ada pilihan lain kecuali tetap melanjutkan kegiatan penangkapan ikan karena kebutuhan mendesak untuk memberi makan keluarganya setiap hari. Akhirnya, ikan menjadi sulit diperoleh sehingga nelayan tidak dapat lagi membuat kehidupan yang baik. Selanjutnya mereka sering dihadapkan pada masalah kemiskinan dan kelaparan.

Page 45: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 34 dari 83

Ciri yang pasti pada overfishing ekonomi yang umum terjadi saat ini adalah ketika total nilai ekonomi dari semua alat-alat penangkap ikan dan peralatan lainnya melebihi nilai maksimum hasil tangkapan pada perikanan yang berkelanjutanan. Misalnya, armada perikanan di dunia kini memiliki gabungan bernilai sekitar US $ 319 miliar, tetapi nilai gabungan dari produksi ikan US $ 70 miliar per tahun. Ini berarti bahwa armada penangkapan ikan tersebut harus menangkap selama 5 tahun hanya untuk kembali modal. Mengingat banyak dari alat tangkap yang harus diganti sewaktu-waktu, maka kerugian akan terus terjadi. Saat ini, subsidi sebesar US $ 124 miliar diberikan Pemerintah diberikan kepada perusahaan komersial di negara-negara berkembang untuk memperoleh ikan bernilai US$ 70 miliar (Green et al. 2003).

3.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan dampak overfishing terhadap populasi ikan target

Overfishing memiliki beberapa dampak pada populasi target termasuk pengurangan rata-rata ukuran dan jumlah ikan, perubahan pada rasio jenis kelamin di dalam populasi, pengurangan kemampuan reproduksi populasi dan peningkatan kerentanan di berbagai tahap kehidupan. Masing-masing, serta lainnya berdampak pada target populasi yang dibahas di bawah ini.

3.2.1 Penurunan rata-rata ukuran dan jumlah ikan

Hal yang paling jelas dan mendalam dari dampak dari overfishing adalah pengurangan jumlah populasi ikan dan penurunan rata-rata ukuran individu ikan. Penurunan rata-rata ukuran dapat cukup mengejutkan:

Gambar 5.5. Penurunan ukuran rata-rata ikan sebagai indikasi terjadinya overfishing (Green et al. 2003)

Seringkali hal ini merupakan tanda terjadinya overfishing, setiap nelayan biasanya mengenali bahwa ikan menjadi lebih kecil dari biasanya, jarang dan kualkitasnya menurun.

3.2.2 Perubahan struktur umur/jenis kelamin

Karena sebagian besar ikan target adalah ikan besar, dan karena ikan besar adalah ikan yang sudah tua, populasi yang mengalami overfishing mulai memiliki perubahan dalam struktur umur / jenis

Page 46: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 35 dari 83

kelamin, dengan lebih banyak ikan muda dari yang biasa. Seringkali proporsi abnormal dalam populasi adalah juvenile:

Gambar 5.6 Perubahan komposisi ikan berdasarkan tingkat kedewasaan pada stok ikan yang mengalami overfishing (Green et al., 2003)

Kasus 8: Gag (Mycteroperca microlepis)

Gag adalah ikan jenis kerapu yang ditemukan di Teluk Meksiko, biasanya gerombolan ikan betina dipimpin oleh satu ikan jantan besar. Ikan betina mulai bereproduksi pada umur 3 atau 4 tahun. Jantan tidak bereproduksi sampai mereka berumur sekitar 8 tahun. Gags dapat hidup hingga 30-35 tahun, sehingga mereka dapat bereproduksi sampai tiga dekade. Selama tahun reproduksinya, biasanya akan dua kali lebih panjang tubuhnya. Tetapi saat ini, sebagian besar gags yang tertangkap berusia antara 2 dan 5 tahun. Pada usia ini, ikan betina hanya dapat bereproduksi sebanyak satu atau dua kali, dan jantan sama sekali tidak bereproduksi. Akibatnya di dalam populasi gag hari ini hampir tidak ada pasangan reproduksi dewasa. Sangat langka untuk mendapatkan gag yang usianya lebih tua dari 12 tahun.

Setiap perubahan dalam struktur umur dan jenis kelamin biasanya langsung mengarah ke perubahan tingkat reproduksi populasi, dibahas di bagian selanjutnya.

3.2.3 Pengurangan potensi reproduksi

Pengurangan potensi reproduksi dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu: (1) Kehilangan betina berukuran besar yang menghasilkan banyak telur, (2) Penangkapan satu jenis kelamin dari spesies jenis hermaprodit, (3) Kerentanan gerombolan ikan yang memijah, dan (4) depensasi atau penurunan per-kapita tingkat laju reproduksi, dan (5) Evolusi ikan bertubuh kecil.

Kehilangan betina berukuran besar yang menghasilkan banyak telur

Overfishing dapat menyebabkan penurunan secara drastis jumlah telur yang menentukan generasi berikutnya. Penurunan drastis ini terjadi karena ikan betina besar biasanya dapat menghasilkan telur lebih banyak dari ikan betina kecil. Hubungan antara panjang ikan dengan jumlah telur yang dihasilkan selama setahun (fekunditas) adalah eksponensial.

Page 47: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 36 dari 83

Ikan kwe atau jack betina (Caranx) yang panjangnya 33 cm (13 inci), misalnya, dapat memproduksi telur sebanyak 50.000 butir dalam satu tahun. Berapa banyak telur yang dapat dihasilkan oleh spesies ini yang panjangnya 63,5 cm (25 inci) hasilkan? Kita mungkin menduga ikan kedua akan memproduksi telur sebanyak sekitar dua kali dari jumlah telur dyang dihasilkan oleh ikan betina pertama karena ikan kedua panjangnya dua kali ikan pertama. Tetapi uniknya, ikan kedua sebenarnya menghasilkan 86 kali lebih banyak telur – jadi ada 4,3 juta telur! Contoh ini bukanlah hal yang tidak biasa. Pada sebagian besar spesies ikan, individu ikan betina tua yang besar merupakan anggota populasi yang paling penting dalam reproduksi dari seluruh populasi, dan penangkapan ikan betina ini akan memberi dampak yang sangat besar terhadap tingkat reproduksi populasi.

Gambar 5.7 Perkembangan fekunditas seiring dengan bertambahnya umur ikan (Green et al. 2003)

Selain itu, betina besar menghasilkan telur yang unggul, yaitu telur yang lebih besar dan lebih banyak mengandung kuning telur, sehingga embrio ikan mempunyai kesempatan hidup yang lebih baik. Perbedaan kualitas telur tidak tercermin dalam model matematis output reproduksi, yang menganggap bahwa semua telur yang sama (Dayton et al., 2002). Stok yang overfishing biasanya hanya menyisakan sedikit betina kecil, yang menghasilkan sedikit telur dan berkualitas buruk.

Penangkapan satu jenis kelamin dari spesies jenis hermaprodit

Seperti yang kita lihat dalam kasus yang kerapu gag, overfishing dapat menjadi masalah unik jika jenis kelamin berubah seiring dengan pertumbuhan ikan. Hal ini dapat terjadi pada ikan hermaprodit yang mengubah jenis kelamin pada saat mencapai ukuran tubuh tertentu. Pada spesies kerapu gag, kegiatan penangkapan ikan yang selektif terhadap ikan-ikan berukuran besar saja akan menghilangkan satu jenis kelamin. Hermaphroditism sangat umum terjadi pada ikan. Ikan kerapu gag ternyata adalah jenis ikan protogini (betina-pertama), yaitu mengawali hidupnya sebagai ikan betina dan kemudian berubah menjadi ikan jantan pada saat menjadi tua atau besar. Oleh karena itu, biasanya jika ikan jantan besar mati maka ikan betina terbesar akan berubah menjadi ikan jantan dan mengambil posisi sebagai pejantan dari ikan-ikan betina yang ada. Lebih dari 20 tahun, komposisi jenis kelamin (sex ratio) dalam populasi gag berubah dari 5 betina untuk setiap jantan

Page 48: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 37 dari 83

menjadi 30 betina untuk setiap jantan (Dayton et al., 2002) karena banyak ikan besar (yang berkelamin jantan) ditangkap nelayan.

Situasi yang lebih parah terjadi pada ikan protandri (jantan-pertama) yang dapat kehilangan hampir semua betina akibat overfishing. Penangkapan ikan terhadap kelompok ikan betina akan berdampak besar terhadap potensi reproduksi stok ikan. Misalnya, ikan moi Hawaii adalah jenis ikan protandri, yaitu ikan yang mengawali kehidupannya sebagai individu jantan dan kemudian berubah menjadi individu betina ketika mereka lebih tua dan lebih besar. Akibat nelayan-nelayan secara selektif menangkap ikan-ikan yang berukuran besar adalah populasi ikan ini kehilangan hampir semua ikan betina dan hanya menyisakan sedikit ikan jantan dan juvenil. Saat ini, di Hawaii moi berada dalam status overfishing yang serius. Ikan-ikan yang tersisa jauh lebih kecil dari daripada 30 tahun yang lalu. Kebanyakan individu ikan sekarang, baik jantan dewasa ataupun juvenil, sangat sedi kit yang dapat bertahan hidup cukup lama untuk menjadi betina dan menghasilkan telur (Birkeland dan Friedlander 2001).

Kerentanan gerombolan ikan yang memijah

Jenis ikan yang membentuk gerombolan besar ketika memijah (spawning aggregation) merupakan sasaran penangkapan yang mudah untuk nelayan. Sayang sekali, penangkapan berlebih ( overfishing) terhadap gerombolan ikan yang memijah (spawning aggregation) akan menghabiskan seluruh seluruh gerombolan tersebut. Sekali ditangkap, gerombolan ikan tersebut tidak akan mungkin kembali lagi, walaupun tekanan penangkapan ikan sudah dikurangi. Hal ini mungkin karena ikan-ikan tua yang mengetahui lokasi pemijahan lama sudah tidak ada lagi. Pada beberapa kasus, jika gerombolan ikan tersebut tidak dijumpai lagi, kemungkinan disebabkan populasi terakhir tidak cukup untuk memicu perilaku reproduksi kolektif karena jumlahnya kurang dari tingkat kritis di mana ikan dapat melakukan spawning aggregation.

Misalnya, gerombolan pemijahan dari kerapu Nassau (Epinephelus striatus) dan kerapu Goliath (Epinephelus itajara) cepat menghilang dari Teluk Meksiko, Karibia, dan Atlantik Selatan. Penangkapan ikan terhadap jenis ini sepenuhnya ditutup pada tahun 1990, namun tidak ada ditemukan adanya gerombolan yang kembali. Demikian pula, agregasi dari ikan pelagis baja kepala (Pseudoentaceros wheeleri) di Hawaii, dan abalone putih di utara California, telah hilang dan belum kembali (Dayton et al., 2002).

Depensasi: Penurunan per-kapita tingkat laju reproduksi

Hilangnya gerombolan ikan yang memijah adalah salah satu contoh depensation, yaitu penurunan tingkat reproduksi per kapita. Pada beberapa spesies, populasi yang berkembang biak harus berada di dalam populasi dengan kepadatan. Di bawah kepadatan populasi tersebut, perkembang biakan akan melambat secara drastis atau tidak terjadi sama sekali, walaupun banyak individu dapat tetap melakukannya.

Di lingkungan laut, fenomena ini mungkin terjadi pada spesies yang menetap, yaitu jenis yang memerlukan individu padat agar pembuahan dapat terjadi (misalnya, abalone, scallops, kerang, dan bulu babi); spesies yang membentuk agregasi sosial yang besar untuk memijah, dan dengan beberapa spesies ikan kurang mobile. Untuk ikan yang menetap, reproduksi mungkin berhenti sama sekali jika populasi di bawah kepadatan kritis tertentu. Depensation biasanya tidak menjadi masalah untuk spesies yang selalu melakukan migrasi, seperti ikan-ikan pelagis. Ikan ini dapat dan akan melakukan perjalanan untuk menemukan pasangannya (Dayton et al., 2002).

Evolusi ikan bertubuh kecil

Page 49: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 38 dari 83

Salah satu dampak yang paling berbahaya dan bersifat jangka panjang dari overfishing berkaitan dengan seleksi alam yang menyebabkan komunitas ikan akan didominasi oleh ikan-ikan yang bertubuh kecil. Tingkat pertumbuhan bervariasi di antara jenis ikan yang berbeda. Variasi ini ditentukan oleh sifat genetik masing-masing spesies, misalnya ukuran ikan ketika mulai dapat melakukan reproduksi dan ukuran maksimum yang dapat dicapai ikan. Jika overfishing terjadi bertahun-tahun pada kelompok ikan yang bertubuh besar, maka kelompok ikan bertubuh besar ini akan hilang melalui proses penangkapan ikan yang selektif. Selanjutnya, secara bertahap gen ikan bertubuh besar akan lenyap dari populasi ikan tersebut dan yang tersisa di populasi hanya ikan-ikan berukuran pendek serta tidak cepat tumbuh. Populasi ikan ini dapat dikatakan mengalami evolusi dari spesies berukuran besar menjadi spesies ikan berukuran kecil.

Ketika tekanan penangkapan meningkat, ikan-ikan bertubuh besar yang hampir selalu dirugikan karena ikan-ikan ini memiliki peluang lebih banyak untuk tertangkap dan lebih diminati nelayan dibandingkan dengan ikan-ikan yang lebih kecil. Sepanjang hal ini benar, teori evolusi memperkirakan bahwa gen yang berhubungan dengan ukuran tubuh besar akhirnya akan hilang dari populasi.

Dapatkah proses evolusi ini dibalik? Sekali gen untuk ukuran tubuh besar ini telah dihapus dari populasi, akankah mereka kembali muncul jika tekanan penangkapan berkurang? Kita tidak tahu. Evolusi tidak selalu kembali sendiri, bahkan sekalipun bila diberikan kesempatan. Dalam beberapa kasus, gen tertentu mungkin hilang secara permanen, dan kita mungkin harus menunggu banyak generasi untuk munculnya kembali mutasi baru yang dapat menyebabkan tubuh ukuran besar. Dalam kasus lain, gen mungkin masih ada, namun pada frekuensi sangat rendah di populasi. Bagaimana kita bisa mendorong gen ini untuk meningkatkan frekuensi tinggi lagi?

Cara terbaik untuk membalikkan proses evolusi ini adalah dengan sengaja meloloskan ikan-ikan besar sehingga populasi tersebut memiliki peluang yang lebih baik untuk mewariskan sifat genetikanya dibandingkan dengan ikan-ikan yang berukuran kecil. Jika hal ini akan dilakukan maka harus dipastikan bahwa nelayan akan mengembalikan individu-individu ikan yang berukuran luar biasa besar – yaitu sengaja membiarkan ikan-ikan besar itu sebagai biang induk. Selain dengan cara mengurangi penangkapan yang selektif terhadap ikan-ikan bertubuh kecil, pengembalian ikan besar juga dapat meningkatkan tingkat reproduksi populasi secara keseluruhan, karena seperti yang telah kita bahas sebelumnya, ikan betina yang besar cenderung memproduksi lebih banyak telur.

3.3 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan perubahan ekosistem yang tidak terduga akibat overfishing

Sejauh ini kita telah membicarakan dampak yang akan terjadi pada spesies target yang seolah-olah dalam keadaan terisolasi. Kenyataannya, spesies target tersebut tidak dalam keadaan terisolasi. Plankton, invertebrata, tumbuhan laut, ikan herbivor (pemakan tumbuh-tumbuhan), ikan buas (predator), dan habitatnya saling berhubungan dan mempengaruhi dalam hubungan ekologis yang rumit. Jika satu spesies ditangkap maka predator dan spesies kompetitor akan terpengaruh. Predator akan beralih memakan spesies lainnya untuk dimangsa jika populasi mangsa pertama mulai berkurang. Perubahan jenis mangsa ini selanjutnya akan menyebabkan populasi mangsa kedua juga akan menurun. Jika ikan predator dapat menemukan mangsanya, maka ikan predator akan kelaparan dan populasinya menurun. Suatu saat, karena predator berkurang maka populasi ikan-ikan yang biasa menjadi mangsanya dapat meningkat.

Dampak penangkapan ikan terhadap ekosistem sulit diperkirakan. Perubahan dapat merambat melalui beberapa spesies yang berhubungan, seperti efek domino. Kadang-kadang populasi spesies tertentu meningkat tajam dalam jumlah tanpa terduga (seperti cumi, bulu babi, dll.) sedangkan

Page 50: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 39 dari 83

populasi spesies lain yang diduga stabil dapat menjadi tiba-tiba lenyap. Dalam beberapa kasus, overfishing telah menyebabkan perubahan drastis dalam struktur ekosistem.

Gambar 5.8. Dengan semakin meningkatnya penangkapan terhadap ikan-ikan yang menempati torphic level tinggi, nelayan terpaksa menangkap ikan-ikan yang menempati posisi trofik level yang lebih rendah.

Perlu kita ingat bahwa perubahan-perubahan dalam ekosistem ini sulit diperkirakan dan kadang tidak dapat diubah kembali menjadi seperti kondisi awal. Ekosistem kadang dapat berubah sebab yang jelas. Mari kita lihat beberapa kasus yang menunjukkan perubahan struktur dan fungsi ekosistem dalam sejarah perikanan.

Kasus 9: Contoh klasik hutan kelp

Ini adalah kasus pertama (kebetulan) yang merupakan bukti dari konsep perubahan ekosistem akibat hilangnya satu jenis spesies. Penangkapan anjing laut yang berlebihan di tahun 1800-an hampir menghilangkan hutan kelp di hampir seluruh pantai barat Amerika Serikat dan Kanada. Hutan kelp adalah ekosistem laut yang produktif yang dibangun oleh ganggang raksasa yang berperan sebagai "hutan". Ekosistem ini dihuni oleh berbagai jenis ikan, invertebrata, dan mamalia laut, termasuk anjing laut (sea otter). Hutan kelp merupakan ekosistem asli dan asal muasal bagi habitat-habitat bersubstrat keras di pantai kawasan subtropis .

Apa yang terjadi? Anjing laut adalah pemakan bulu babi, dan bulu babi adalah pemakan kelp - khususnya kelp muda. Setelah populasi anjing laut berkurang, populasi bulu babi meningkat drastis,

Page 51: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 40 dari 83

kadang membentuk hamparan seperti karpet yang menutupi dasar laut. Populasi bulu babi sebanyak itu menyebabkan tidak ada lagi kelp muda yang dapat tumbuh.

Kisah anjing laut dari hutan kelp Pasifik ini telah dikenal dengan baik. Namun yang kurang terkenal adalah hutan kelp Atlantik yang juga mengalami nasib yang sama, yaitu adanya ledakan populasi bulu babi. Di kawasan Atlantik, populasi ikan-ikan pemakan bulu babi, yaitu semacam ikan pecak, wolffish, dan cod, diduga sudah berada dalam kondisi overfishing. Baru-baru ini, bulu babi juga telah dalam kondisi overfishing, dan dalam beberapa kasus populasinya juga menurun. Walaupun populasi bulu babi sudah menurun, hutan kelp masih belum kembali juga. Yang ada adalah komunitas bentik yang sederhana, di antaranya adalah spesies asing yang bernilai ekonomis rendah. Kisah Atlantik ini menunjukkan bahwa walaupun masalah utamanya telah dipecahkan (yaitu meledaknya populasi bulu babi), ekosistem yang asli belum tentu kembali (dari Dayton et al., 2002).

3.3.1 Pengambilan pemangsa tertinggi (top predator)

Overfishing memiliki cenderung terjadi pada ikan-ikan yang berstatus pemangsa tertinggi (top predator). Lingkungan laut yang sehat dan belum pernah mengalami penangkapan ikan dihuni oleh ikan-ikan besar/top predator dalam jumlah yang banyak. Jumlah top predator di lingkungan laut cenderung lebih banyak dibandingkan dengan top predator di lingkungan darat. Namun, ikan-ikan besar tersebut adalah sasaran utama para nelayan hampir di semua tempat.

Secara historis, jenis ikan yang paling digemari nelayan dan dikonsumsi adalah top predator. Namun, para nelayan telah menangkap sebagian besar ikan-ikan top predator ini, seperti tuna dan billfish. Hal ini memaksa nelayan beralih ke jenis ikan lain yang lebih kecil yang akhirnya mempengaruhi rantai makanan. Lingkaran ini terus berlanjut sampai akhirnya nelayan menghilangkan sebagian besar ikan yang menenmpati trophic level di bagian paling atas. Di Filipina, misalnya, cucut atau hiu telah hampir hilang dari perairan dekat pantai karena overfishing pada ikan-ikan bagian atas jejaring makanan.

3.3.2 Berkurangnya rantai makanan akibat penangkapan ikan

Runtuhnya stok ikan predator secara mendasar telah mengubah berbagai ekosistem laut. Banyak ilmuwan khawatir jika kita terus menangkap ikan-ikan sehingga rantai makanan semakin pendek maka akan sedikit ikan yang tersisa (trophic level yang lebih rendah) dan berbagai jenis invertebrata seperti ubur-ubur, udang dan zooplankton. Dengan kata lain, akhirnya manusia akan menjadi satu-satunya predator di laut.

3.3.3 Penangkapan spesies mangsa

Spesies mangsa adalah ikan-ikan berukuran kecil yang menempati trophi level rendah. Jenis ikan ini adalah makanan dari ikan-ikan predator. Penangkapan ikan mangsa ini juga dapat mengganggu fungsi ekosistem. Spesies yang akan terkena dampak pertama adalah ikan predator, berupa penurunan populasi. Dampak sekunder dapat terjadi pada spesies mangsa lainnya dimana predator yang tersisa dipaksa untuk memangsa ikan-ikan yang kurang disukai, serta pada algae dan plankton yang biasanya merupakan makanan bagi ikan kecil.

Kasus 10: Menhaden

Menhaden adalah jenis ikan yang berukuran relatif kecil, menempati trophic level yang rendah dan banyak ditangkap di perairan barat Atlantik. Produksi ikan ini sangat berfluktuasi, diduga sebagai akibat dari kehilangan habitat, peningkatan pemangsaan, dan kegiatan penangkapan yang intensif. Pada awalnya, menhaden adalah jenis mangsa yang penting bagi berjenis-jenis ikan predator, seperti

Page 52: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 41 dari 83

ikan kembung, ikan kod, tuna, dan bass. Hancurnya populasi Menhaden tampak mempengaruhi populasi ikan bass sebagaimana terlihat dari kondisi tubuh ikan belang bass yang semakin kecil ketika populasi menhaden menurun. Pada gilirannya, kemudian populasi ikan belang bass hancur di Chesapeake Bay di tahun 1980-an.

Kasus 11: Singa Laut Steller

Singa laut Steller dari Pasifik Utara dianggap sebagai spesies terancam. Jumlah mereka menurun drastis dari 300,000 di tahun 1960 menjadi kurang dari 66,000 individu hari ini. Tiga perempat dari populasi dunia mamalia laut ini hidup di perairan Alaska di mana mangsa yang mereka sukai (yaitu ikan Pollock) sudah berada dalam kondisi sangat overfishing. Mamalia laut ini terpaksa harus memangsa makanan lain kurang bergizi. Kini, singa laut Steller menghadapi kesulitan untuk memperoleh makanan yang cukup untuk mempertahankan hidupnya.

3.3.4 Eutrofikasi

Penangkapan ikan kecil dalam jumlah besar, terutama dari kelompok yang menempati posisi trophic level bawah juga dapat menyebabkan eutrofikasi. Eutrofikasi adalah gejala yang terjadi akibat meningkatnya kesuburan perairan sehingga terjadi peningkatan populasi alga, jenis makanan bagi ikan kecil dan invertebrata, yang mengurangi oksigen hampir dari sebagian besar wilayah perairan.

Setelah penangkapan ikan kecil dalam jumlah banyak, populasi algae mulai meningkat. Pada saat tertentu alga akan sangat melimpah hingga air tampak berwarna hijau. Tingginya populasi alga ini menyebabkan ganggang laut dan karang mati karena sinar matahari terhalang. Dalam kasus yang paling parah, alga yang melimpah ini malah menyebabkan kematian setiap biota hidup di bagian laut mati. Algae yang mati akan diuraikan oleh bakteri yang mengkonsumsi banyak oksigen sehingga kadar oksigen di perairan tersebut menurun drastis. Pada saat inilah terjadi kematian massal.

Eutrofikasi juga bisa terjadi karena polusi yang disebabkan masuknya pupuk dari aliran sungai yang melewati kawasan pertanian atau sisa-sisa kotoran peternakan. Kelebihan unsur hara di perairan akan memacu pertumbuhan algae secara berlebihan. Unsur hara yang tinggi ini dapat menyebabkan hilangnya ikan kecil atau invertebrata.

Kasus 12: Eutrofikasi di Chesapeake

Teluk Chesapeake adalah muara yang luas dari timur Amerika Serikat. Teluk ini telah menderita eutrofikasi dan secara bertahap merusak ekosistem lamun. Degradasi ekosistem ini sebagian besar disebabkan oleh penangkapan yang berlebih terhadao dua biota yang mengendalikan populasi alga, yaitu menhaden (ikan kecil) dan tiram. Populasi tiram di daerah terumbu Chesapeake menyaring semua air dari seluruh teluk setiap tiga bulan sekali. Populasi tiram tersebut dieksploitasi secara intensif dengan mesin penuai (harvesting machine) sehingga sebagian besar tiram terumbu telah hilang. Populasi tiram yang tersisa memerlukan paling sedikit enam bulan untuk menyaring air dari seluruh teluk. Wabah eutrofikasi terjadi sebagai akibat dari masukan pupuk yang meningkat melalui aliran sungai dan hilangnya dua biota pengendali alga di Cheapeake.

Populasi tiram di Chesapeake menurun karena kehilangan habitat yang cocok sebagai akibat teknik pemanenan tiram telah merusak substrat tempat hidup dan masuknya pathogens (Dayton et al., 2002).

3.4 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan bahwa dampak overfishing terhadap ekosistem adalah sangat rumit

3.4.1 Ekosistem sangat komplek

Page 53: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 42 dari 83

Dari kasus-kasus ini, kita melihat ada kerumitan atau kompleksitas dimana banyak faktor-faktor ini berinteraksi. Misalnya, dari studi kasus di Atlantik kita pelajari bagaimana overfishing terhadap anjing laut telah mempengaruhi hutan kelp dan ekosistem Teluk Chesapeake. Setelah top predator mengalami overfishing, populasi bulu babi meningkat drastis, dan sebagai akibatnya adalah degradasi hutan kelp. Beberapa populasi ikan top predator mengalami tekanan tambahan akibat oleh hilangnya menhaden yang merupakan jenis ikan mangsa utamanya. Menhaden, pada gilirannya, adalah makanan untuk ikan bass belang di Chesapeake, yang juga ditangkap terlalu berlebihan, selanjutnya populasi ikan bass belang juga menurun. Chesapeake juga menderita degradasi akibat hilangnya habitat tiram yang berperan dalam menjaga kualitas air. Hilangnya tiram ini menyebabkan eutrofikasi yang diikuti dengan meningkatnya populasi alga. Populasi alga ini menyebabkan berkurangnya penetrasi sinar matahari untuk ekosistem lamun, yang biasanya digunakan sebagai area pemijahan dan pemeliharaan dari banyak spesies - termasuk menhaden dan ikan bass belang!

Pesan:

Ekosistem itu sangat kompleks. Ketika beberapa jenis ditangkap secara berlebihan, kita tidak dapat memperkirakan bagaimana ekosistem akan berubah.

(Green et al. 2003)

Gambar 5.9. Skema perbandingan komposisi ikan pada saat ekosistem berfungsi sempurna dan saar ekosistem mengalami kerusakan.

Diskusi 5.1: Overfishing di daerah anda

Petunjuk: Pertimbangkan apa yang anda telah pelajari tentang overfishing, kemudian

apakah perikanan di di daerah anda telah mengalami overfishing. Diskusikan beberapa pertanyaan di bawah ini bersama kelompok anda.

Page 54: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 43 dari 83

(1) Stok ikan apa saja yang sudah mengalamai overfishing di daerah anda?

(2) Jenis overfishing apa yang telah terjadi?

(3) Apa yang telah dilakukan untuk menanggulangi overfishing tersebut?

(4) Apa dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh overfishing tersebut?

(5) Apa dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh overfishing tersebut?

Waktu: 45 menit

Video 5.1: Pergeseran nilai dasar (Shifting baseline) (20 menit)

3.5 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan fenomena pergeseran nilai dasar (baseline): Seperti apa kondisi stok ikan yang sehat di masa lalu?

"Pergeseran nilai dasar" adalah istilah yang dibuat oleh Daniel Pauly, seorang ahli biologi perikanan. Pauly telah mendengar bahwa salah seorang teman kakeknya merasa kecewa dengan tidak adanya ikan bluefin tuna yang masuk lagi ke dalam jaring ikan kembung yang dipasang di antara Laut Baltik dan Laut Utara. Sekarang, tidak ada lagi bluefin tuna melewati perairan tersebut. Para peneliti modern kurang menyadari bahwa bluefin tuna pernah melimpah di masa lalu. Pauly menyadari data perikanan tidak cukup untuk memberikan gambaran tentang kesehatan perikanan. Sebagian besar nelayan muda sekarang tidak pernah menyaksikan kelimpahan ikan sebenarnya dari perikanan yang sehat. Jadi, apa yang kita pikir dan kita lihat sekarang mungkin dianggap sebagai kejadian "biasa", walaupun sebenarnya telah terjadi overfishing.

Kasus 13: Kerapu Teluk

Kerapu teluk adalah jenis ikan yang tinggal di dasar perairan Teluk California. Memiliki jangkauan geografis kecil, bertelur dalam agregasi pemijahan, dan mungkin hermaphroditic. Hal ini relatif lambat berkembang, mungkin pendewasaan nya sekitar 6 atau 7 tahun dan berpotensi hidup selama beberapa dekade, dan dapat mencapai 2 meter atau lebih panjang.

Pengumpulan data secara sistematis dari kerapu di wilayah ini dimulai pada 1986, dan data menunjukkan bahwa tangkapan telah meningkat sejak itu. Banyak nelayan melaporkan bahwa mereka berhasil menangkap 1-2 ekor per hari, dimana sebelumnya mereka tidak pernah mendapatkannya. Kadang-kadang beberapa kerapu terlihat 1-3 ekor daerah terumbu karang. Berdasarkan informasi ini, ada anggapan bahwa perikanan kerapu ini dalam keadaan sehat dan "normal", sehingga muncul rekomendasi untuk meningkatkan hasil tangkapan.

Namun, dari wawancara tentang sejarah perikanan (Saenz-Arroyo et al., 2005), nelayan melaporkan bahwa jumlah dan ukuran individu ikan yang tertangkap mengalami penurunan di tahun 1960-an dan 1970-an. Nelayan kemudian diminta untuk menjelaskan kapan hasil tangkapan terbanyak dan pada tahun berapa hal itu terjadi. Banyak nelayan menyebutkan hanya sekali terjadi, yaitu ketika mereka dapat menangkap hingga dua puluh lima ekor kerapu dalam beberapa jam sehingga mereka pulang karena kapal sudah penuh. Seorang tetua melaporkan bahwa ia sering sekali melihat gerombolan 500 ekor kerapu, kadang-kadang membentuk lingkaran yang tidak bisa dilihat lagi pada hari ini (mungkin sedang memijah). Beberapa orang tua lain melaporkan bahwa ada yang menggunakan peledak di seamount dan mengumpulkan sekitar 1000 ekor kerapu dalam sehari.

Page 55: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 44 dari 83

Jumlah tangkapan sebanyak itu dalam satu hari jauh lebih banyak dari total tangkapan dari beberapa tahun terakhir.

Setelah tahun 1970, hasil tangkapan terbanyak tidak lebih dari 8 ekor kerapu per hari. Hari ini banyak nelayan melaporkan bahwa "tangkapan terbaik" adalah 1 ekor kerapu teluk, dan hampir setengah dari nelayan muda tidak pernah menangkap kerapu sama sekali. Gerombolan kerapu hampir tidak ditemukan lagi, dan agregasi pemijahan tampaknya telah hilang sepenuhnya.

Banyak laporan dan catatan lama yang dibuat ilmuwan dan staf pemerintah mendukung kebenaran pernyataan nelayan tersebut. Deskripsi Naturalists dari tahun 1932 menjelaskan kerapu teluk “ dalam jumlah yang tidak dapat dibayangkan”. Arsip tua menjelaskan dari 1960 menunjukkan bahwa kerapu teluk sekali mencapai 45% dari semua jenis ikan yang ditangkap di negara bagian California. Tetapi hari ini, kerapu teluk hanya menyumbang kurang dari 1% dari total tangkapan ikan.

Nelayan 74 tahun diwawancara tentang kerapu teluk menyatakan: "Pada tahun 1958-1959 kami biasanya menangkap enam atau tujuh ikan besar hanya dalam satu

jam. Pada waktu itu terdapat banyak ikan dibandingkan dengan yang bisa kita lihat sekarang”

Latihan 5.2: Pergeseran nilai dasar – dimana kita mengatur jarum jam?

Tujuan: memahami makna dari pengetahuan tradisional dalam membangun “seperti apa dahulu”, sehingga kita memiliki nilai dasar yang dapat dibandingkan untuk mengukur besarnya perubahan yang terjadi hingga sekarang.

(1) Diskusikan dengan tim, informasi serupa tentang “seperti apa dahulu” di kawasan konservasi anda. Sebisa mungkin dalami informasi tersebut sejauh mungkin ke tahun-tahun yang lalu. Gunakan diagram untuk merekam informasi ini.

(2) Identifikasi sumber dari informasi ini.

(3) Evaluasi kebenaran informasi.

(4) Sampaikan informasi tersebut kepada kelompok yang lain.

Waktu: 45 menit

Dapatkah cerita nelayan tua itu dipercaya?

Cerita nelayan tua dan laporan naturalis biasanya kurang diperhatikan oleh para ilmuwan perikanan modern, karena informasi ini digolongkan sebagai jenis informasi anekdot. Nelayan dan naturalis tidak mengumpulkan data mereka secara sistematis, namun mereka hanya mengingat memori dari pengalaman mereka, dan tentu saja kenangan manusia dapat keliru. Dapatkah kita mempercayai cerita lama?

Dalam kasus di mana cerita nelayan dapat diperiksa silang terhadap data perikanan yang dikumpulkan secara sistematis, cerita nelayan terlihat cukup baik. Nelayan bekerja keras, dan mereka cenderung memiliki persepsi fanatis apakah mereka bekerja keras adalah membayar sesuatu. Mereka seringkali memiliki kenangan akurat tentang hasil tangkapan per unit upaya, jumlah hasil tangkapan, dan ukuran ikan terbesar. Nelayan sering juga mempunyai informasi dasar tentang tingkah laku ikan, pemijahan, lokasi dimana ikan pernah ditemukan.

Page 56: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 45 dari 83

Bukti-bukti anekdot dapat sangat berharga ketika pengumpulan data yang sistematis tidak berhasil memperoleh data masa lalu. Dalam hal ini, bukti anekdot sejarah jelas menunjukkan bahwa kerapu teluk telah mengalami degradasi yang tidak diketahui ilmuwan perikanan modern sampai pada saat nelayan tua tersebut diwawancarai.

3.6 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan produksi dan upaya penangkapan ikan: Apakah lebih banyak kapal akan menangkap lebih banyak ikan?

Sekarang mari kita kembali kepada dasar ilmu perikanan: biologi dan ekologi ikan, metode apa yang digunakan untuk menangkap ikan, dan mengapa mereka memilih metode tersebut. Pertama, mari kita tinjau bagaimana respons stok ikan terhadap penangkapan ikan. Dasar-dasarnya sederhana: kematian ikan akibat penangkapan ikan atau penyebab lainnya akan mengurangi stok ikan, namun pengurangan ini dapat diimbangi oleh reproduksi dan rekrutmen (yaitu masuknya ikan muda di daerah tertentu, atau pertumbuhan ikan muda menjadi ikan berukuran yang dapat ditangkap).

Sebuah stok ikan dapat mentoleransi tingkat kematian tertentu, jika kematian diimbangi oleh reproduksi dan rekrutmen. Pada tingkat kematian yang tinggi, stok ikan tidak dapat melakukan reproduksi dengan cepat untuk menggantikan ikan yang mati, sehingga stok ikan akan me nurun.

Jumlah ikan yang tertangkap (atau produksi perikanan tangkap – fish catch) berubah menurut upaya penangkapan ikan (fishing effort) seperti ini:

Gambar 5.10. Hubungan antara upaya penangkapan ikan (fishing effort dan produksi atau hasil tangkapan.

Produksi ikan ditampilkan pada sumbu tegak (sumbu y) dan diukur dalam satuan berat, seperti kilogram atau ton. Upaya penangkapan ikan pada sumbu datar (sumbe x), dapat diukur dengan berbagai cara, seperti jumlah kapal, ukuran dari kapal (tonase), juml ah nelayan, waktu untuk memancing, atau jarak perjalanan, atau kombinasi dari ukuran-ukuran tersebut.

Ketika jumlah populasi ikan ‘sedang’, produksi ikan terbanyak dapat diperoleh tanpa memberikan dampak negatif pada populasi ikan. Tingkat produksi ini disebut maximum sustainable yield atau dikenal dengan istilah MSY. Pada jumlah populasi ikan ‘rendah’, penambahan upaya penangkapan ikan akan menghasilkan lebih banyak ikan. Misalnya, semakin banyak kapal ikan yang beroperasi semakin banyak ikan yang diperoleh. Peningkatan produksi seiring dengan penambahan upaya

Page 57: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 46 dari 83

penangkapan ikan ini akan berlanjut hingga satu titik tertentu, yaitu MSY (titik A). Setelah titik tersebut, penambahan kapal ikan akan menyebabkan penurunan produksi perikanan. Hal ini disebabkan jumlah ikan yang diambil lebih banyak dari jumlah ikan yang direproduksi oleh ikan yang tersisa. Kondisi ini disebut overfishing. Pada titik B, proses overfishing semakin cepat karena peningkatan upaya penangkapan yang kecil menyebabkan penurunan hasil tangkapan yang besar. Saat ini, banyak perikanan di seluruh dunia saat ini berada pada kondisi di titik B atau di sebelah kanannya.

3.6.1 Mengungkapkan konfirmasi setuju tentang pentingnya pengendalian terhadap kegiatan penangkapan ikan untuk mencegah terjadinya dampak buruk yang tidak diinginkan

Dalam kehidupan nyata, hubungan antara tangkapan ikan dan upaya penangkapan ini tidak dapat diprediksi. Ukuran populasi ikan berfluktuasi sebagai akibat pengaruh berbagai faktor atau tekanan, seperti penyakit, predator, dan ketersediaan makanan. Jika perekrutan dan pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti polusi atau perusakan habitat, maka stok ikan menjadi berkurang. Peningkatan upaya penangkapan ikan yang sedikit akan memberikan dampak yang besar. Sumber-sumber pencemaran termasuk aliran sungai dari industri, pertanian dan limbah domestik dari daratan, dan pembuangan limbah oleh kapal-kapal yang di laut. Perusakan habitat di darat, seperti penggundulan hutan, dapat mengakibatkan peningkatan pengasaman dari zona pantai. Habitat bawah air juga dapat langsung rusak oleh praktek penangkapan ikan yang merusak. Perubahan iklim juga merupakan faktor tekanan yang lain.

Sejarah menunjukkan bahwa jika perikanan tidak diatur, overfishing hampir pasti terjadi. Stok ikan dan hasil tangkapan mengalami penurunan, walaupun dengan upaya dan metode penangkapan ikan lebih agresif. Pola ini terjadi di mana-mana di seluruh dunia. Menariknya, respons nelayan tidak seperti yang sering terjadi di darat. Di suatu peternakan, misalnya, petani tidak memotong hewan ternak lebih dari kemampuan ternak mengganti kehilangan ternak yang dipotong tersebut. Hal seperti ini jarang atau belum dilakukan nelayan. Mengapa nelayan melakukan kesalahan?

. Aspek Keterampilan Permainan Tragedi Bersama Latihan 5.3: Permainan "Tragedi Bersama"

Tujuan: untuk memahami bahwa nelayan (dan lain-lain) secara alamiah cenderung untuk

mengambil ikan sebanyak mungkin dalam jangka waktu pendek, namun jika dilakukan secara selektif maka lebih banyak ikan akan diperoleh dalam jangka

panjang.

Dengan tim anda ekosistem berdasarkan instruksi fasilitator. Setelah berakhir, tim mana yang mendapat banyak ikan.

Skenario:

(1) Akses terbuka (tak terbatas)

(2) Perikanan berkelanjutan

(3) Pembatasan alat tangkap

(4) Musim penangkapan

Waktu: 30 menit

Page 58: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 47 dari 83

Hand-out 5.2: Permainan tragedi bersama

3.7 Aspek Sikap: Memberikan konfirmasi setuju tentang pentingnya pengendalian terhadap kegiatan penangkapan ikan untuk mencegah terjadinya dampak buruk yang tidak diinginkan

Sebagai permainan, "Tragedy of the Commons" menggambarkan situasi jika semua orang mempunyai akses tak terbatas ke sumber daya yang umum maka tidak ada insentif bagi setiap orang untuk melestarikan sumberdaya tersebut. Jika satu nelayan mencoba untuk tidak menangkap ikan terlalu banyak, ia sendirian tidak akan mendapat manfaat karena nelayan-nelayan lain akan menangkap ikan yang tersisa. Ini mengarah ke situasi di mana setiap nelayan akan berusaha menangkap ikan sebanyak mungkin dalam satu kesempatan setiap saat. Jika populasi penduduk nelayan besar, ini pasti mengarah ke overfishing. Overfishing tidak baik bagi siapapun - itu buruk bagi ikan, buruk bagi lingkungan, dan buruk bagi masyarakat nelayan. Ketika stok ikan ditangkap berlebih, nelayan harus bekerja lebih keras, lebih berbahaya dan menggunakan alat tangkap yang semakin merusak, hanya untuk menangkap ikan kecil dalam jumlah yang kecil. Akhirnya ikan yang hampir punah, dan masyarakat didorong ke dalam kemiskinan dan kelaparan.

Pesan: ”Untuk menghindari tragedi ini, upaya penangkapan harus dikendalikan

3.7.1 Pengendalian Terhadap Kegiatan Penangkapan Ikan

Mengendalikan upaya penangkapan ikan adalah tujuan langsung dari sebagian besar manajemen perikanan. Bila ada populasi dimana penduduk nelayannya besar, upaya penangkapan ikan h arus dibatasi (oleh pemerintah, oleh masyarakat setempat, atau keduanya bekerja bersama-sama) untuk menghindari overfishing. Sejumlah contoh kreatif dalam mengendalikan upaya penangkapan ikan yang telah diuji di seluruh Asia Pasifik. Kita akan membahas beberapa dalam modul ini. Idealnya, kita ingin menjaga populasi ikan di tingkat di mana jumlah ikan dapat ditangkap per tahun tanpa menurunkan populasi ikan. Ketika populasi ikan berada pada tingkat yang sehat, cukup banyak ikan dapat ditangkap per tahun tanpa mempengaruhi populasi. Namun, penangkapan ikan di MSY tidak membolehkan adanya kesalahan karena peristiwa alam, tekanan pemangsa, stok pangan, dan lain-lain dapat menyebabkan populasi ikan berubah menjadi lebih sedikit, dan jika industri perikanan terus di tingkat MSY maka populasi ikan dapat menurun. Dengan demikian, biasanya penangkapan ikan hanya aman untuk stok ikan jika dilakukan di bawah MSY, yaitu untuk menyediakan ruang bagi stok ikan memulihkan diri ketika harus menghadapi peristiwa alam yang tidak terduga. Penangkapan ikan di bawah MSY sebenarnya lebih menguntungkan seluruh armada penangkapan ikan.

Secara umum, sebagian besar stok ikan memerlukan sekitar sepertiga hingga dua per tiga stok yang harus disisakan setiap tahun untuk memijah, reproduksi dan menghasilkan juvenil ikan yang cukup untuk tahun berikutnya. Selain itu, seluruh ekosistem harus berfungsi sehat, makanan cukup tersedia untuk ikan, tekanan pemangsa dalam jumlah normal, dan mudah-mudahan tidak ada penyakit atau faktor-faktor lainnya.

Page 59: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 48 dari 83

3.8 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan jenis-jenis metode dan jenis alat penangkapan ikan serta potensi dampak yang ditimbulkan

Kita telah membahas bagaimana stok ikan memberikan reaksi atau respons terhadap upaya penangkapan ikan. Upaya penangkapan ikan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai macam cara atau metode penangkapan ikan dan alat-alat penangkap ikan. Nelayan adalah orang-orang kreatif dan selalu terus mencari metode dan alat tangkap baru yang semakin efektif dan efisien. Berbagai jenis metode dan alat tangkap tersebut dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, seperti hook-line yang (biasanya) berdampak relatif, perangkap yang juga (biasanya) relatif ringan, tombak ikan yang sasarannya adalah individu tertentu dari spesies ikan, berbagai j enis jenis jaring, pengambilan ikan dengan berjalan kaki di daerah pasang-surut; dan metode yang dengan bahan peledak yang dapat membunuh semua ikan di daerah tertentu, dan racun yang cenderung sangat merusak lingkungan

3.8.1 Jenis metode penangkapan ikan dan potensi kerusakan yang dimilikinya

Semua metode penangkapan ikan memiliki dampak tidak hanya terhadap stok ikan target, tetapi juga terhadap spesies lain dan lingkungan sekitarnya. Kekhawatiran terhadap kegiatan penangkapan ikan antara lain disebabkan suatu metode atau alat penangkapan ikan memiliki potensi untuk: 1) memusnahkan habitat, seperti kerusakan terumbu karang atau dasar perairan bervegetasi, 2) menangkap jenis ikan yang bukan menjadi target penangkapan ikan (bycatch), dan 3) menangkap ikan-ikan muda yang belum pernah atau belum siap memijah. Tabel 5.1 Beberapa jenis metode penangkapan ikan dan potensi dampak kerusakan yang dapat ditimbulkannya

No. Jenis kegiatan penangkapan ikan

Potensi kerusakan yang ditimbulkan

1 Penangkapan ikan dengan bahan peledak

Menyebabkan kerusakan karang secara cepat. Menghancurkan ikan bertulang belakang. Membunuh semua biota di daerah tersebut, termasuk ikan muda, banyak spesies ikan, karang dan invertebrata. Mengurangi pariwisata. Memerlukan beberapa dekade untuk pemulihan.

2 Penangkapan ikan dengan bahan beracun

(untuk mengangkap ikan hidup)

Biasa digunakan untuk pengambilan ikan hidup di terumbu karang untuk koleksi, makanan atau akuarium. Sayangnya, membunuh polip karang (organisme yang yang membangun terumbu karang) dan invertebrata. Tidak aman bagi para penyelam. Mengurangi pariwisata.

3 Penangkapan ikan dengan listrik

Berpeluang membunuh ikan muda dan ikan non-target.

4 Penangkapan ikan dengan bahan bermata-jaring kecil

Berpeluang menangkap ikan kecil; karena menangkap banyak ikan muda dan banyak ikan non-target

5 Trawl Dasar Merusak dan mengganggu dasar perairan dan merusak habitat ikan; berpeluang menangkap ikan non-target

6 Pukat cincin Berpeluang menangkap ikan non-target

Page 60: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 49 dari 83

7 Muro-ami Hentakan gala dan benda-benda dapat menyebabkan rusaknya terumbu karang. Menangkap banyak ikan non-target. Menangkap ikan secara berlebih di daerah terumbu karang. Tidak aman bagi penyelam.

8 Menangkap ikan dengan panah atau tombak, dilengkapi kompresor atau SCUBA

Menangkap sisa ikan besar yang sudah jarang di terumbu karang dan memusnahkan jenis ikan tertentu. Menciptakan komunitas ikan terumbu dengan ikan-ikan yang berukuran kecil dan tidak diminati. Tidak aman bagi penyelam.

9 Mengumpulkan ikan dengan cara membongkar terumbu karang

Munculnya ancaman yang melibatkan pengambilan secara bebas semua organisme dari terumbu. Nelayan menggunakan logam dan pergi ke terumbu karang untuk mencabut abalone, kerang, dan invertebrata lainnya. Praktek ini ternyata meninggalkan hampir 100% potongan karang mati (dari MacKinnon 1998)

Hand-out 5.3: Ilustrasi beberapa metode penangkapan ikan

Beberapa jenis metode penangkapan ikan di atas terdapat juga di di kawasan Pasifik dan di Bentang Laut Kepala Burung. Penggunaan bahan peledak, tombak ikan, dan penangkapan ikan dengan racun, baik secara tradisional maupun modern, terjadi hampir terjadi di seluruh wilayah ini.

Tabel 5.2. Beberapa contoh alat penangkap ikan tradisional dan jenis ikan yang ditangkap serta dampak negatif, tingkat selektivitras dan daya ekstraksi terhadap sumber daya ikan

Page 61: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 50 dari 83

Selain sebagai tempat untuk menangkap ikan-ikan konsumsi, kawasan terumbu karang juga sering menjadi tempat pengambilan ikan hidup yang biasanya ditangkap dengan cara pembiusan dengan sianida. Ikan hias (ornamental fish) tersebut kemudian dijual nelayan kepada pengumpul ikan akuarium. Beberapa jenis ikan karang konsumsi juga ada yang ditangkap hidup. Diperkirakan 20-24 juta ekor ikan, 11-12 juta potong karang, dan 9-10 juta invertebrata lainnya diperdagangkan setiap tahun.

Penangkapan ikan hidup secara intensif dapat menyebabkan overfishing bahkan menyebabkan beberapa spesies terancam punah. Metode yang merusak, seperti penggunaan racun atau sianida, sering membahayakan penyelam. Namun, jika metode yang digunakan adalah aman dan kegiatan penangkapan ikan dapat diatur secara efektif serta spesies yang terancam dapat dilindungi dengan baik, maka penangkapan ikan hidup dapat menjadi mata pencaharian alternatif bagi masyarakat setempat.

3.9 Aspek Pengetahuan : Melakukan penilaian seberapa besar masalah hasil tangkapan sampingan terjadi di KKP

3.9.1 Hasil tangkapan sampingan (bycatch)

Sejauh ini kita telah membicarakan jenis overfishing yang disebabkan oleh kegiatan penangkapan ikan yang diarahkan untuk menangkap ikan target. Overfishing juga dapat terjadi secara tidak sengaja, yaitu karena tertangkapnya jenis-jenis ikan yang bukan menjadi sasaran penangkapan ikan. Jenis ikan ini disebut hasil tangkapan sampingan atau bycatch.

Hasil tangkapan sampingan adalah ikan yang tidak diinginkan namun tertangkap karena alat penangkap ikan kurang selektif. Hasil tangkapan sampingan termasuk ikan yang terlalu kecil atau berkualitas rendah, serta tangkapan non-target.

Ketika penangkapan ikan dilakukan secara intensif, hasil tangkapan sampingan (bycatch) sendiri dapat menyebabkan overfishing pada jenis ikan non-target. Hasil tangkapan sampingan dapat diperoleh baik dari kegiatan penangkapan ikan mapupun dari alat-alat penangkap ikan yang hilang di laut atau ditinggalkan nelayan. Spesies laut yang memiliki jenis mangsa yang sama dengan spesies target penangkapan ikan memiliki risiko terancam populasinya. Demikian juga dengan spesies laut yang mencari makanan atau daur hidupnya di daerah penangkapan ikan. Spesies laut te rsebut di antaranya adalah penyu, burung laut, mamalia laut, hiu, pari manta, dll. Jumlah hasil tangkapan sampingan global diperkirakan mencapai 27 juta ton ikan per tahun sepanjang 1980-an dan awal 1990-an, atau hampir 25% dari seluruh hasil tangkapan dunia! Adanya hasil tangkapan sampingan menyebabkan dampak penangkapan ikan menjadi semakin luas dibandingkan dari dampaknya terhadap spesies target. Kemungkinan besar tidak ada ekosistem laut yang tidak terpengaruh oleh penangkapan ikan.

Hasil tangkapan sampingan cenderung menyebabkan kerusakan yang lebih parah pada populasi spesies yang memiliki tingkat reproduksi rendah,dan yang memiliki kemampuan terbatas untuk menyebar diarea penangkapan. Contoh jenis spesies dari kategori pertama (tingkat rendah reproduksi) termasuk burung laut, mamalia laut, penyu, hiu dan pari. Contoh spesies dari kategori kedua (penyebaran terbatas) adalah invertebrate yang dapat tertangkap melalui jaring pukat dasar, seperti spons, bryozoans dan karang. Untuk spesies yang telah memiliki populasi kecil atau terbatas

Page 62: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 51 dari 83

rentang geografis, hilangnya hanya beberapa koloni di sebuah daerah kecil dapat memiliki dampak yang sangat efektif.

Hasil tangkapan sampingan dapat memiliki efek yang parah pada spesies lain juga. Misalnya, pukat udang di Teluk Meksiko menangkap dan membuang 10-20 juta ikan kakap merah muda setiap tahun, nilai ini lebih dari 70% dari setiap tahun (Dayton et al., 2002). Ini adalah masalah penting untuk perikanan ikan kakap merah yang sudah berada dalam kondisi overfishing, dan merupakan ikan komersial paling berharga kedua di Teluk Meksiko (udang dan ikan kakap merah) terhadap satu sama lain (Dayton et al., 2002).

Hasil tangkapan sampingan burung laut

Burung laut memangsa jenis ikan yang juga menjadi target penangkapan ikan. Burung laut juga tertarik untuk memakan umpan yang dipasang nelayan. Masalah terbesar dari tertangkapnya burung laut terjadi pada armada rawai tuna (tuna longline), yang tidak sengaja membunuh ribuan burung albatross, petrel dan shearwater per tahun.

Misalnya, armada longline Patagonian yang menangkap toothfish membunuh sekitar 265,000 ekor burung laut antara 1996 dan 1999. Kematian ini menyebabkan tidak berkembang biaknya populasi burung ini. Di utara pulau Hawai, total populasi albatros sekitar 120,000 burung. Kematian akibat kegiatan penangkapan ikan sekitar 1.600-2.000 ekor per tahun. Selain rawai, jaring insang juga menangkap beberapa jenis burung laut, terutama burung yang menyelam dan shearwater auks.

Hasil tangkapan sampingan mamalia laut

Hasil tangkapan sampingan dari jaring insang hanyut adalah sebuah masalah besar bagi banyak populasi mamalia laut. Misalnya, jaring insang yang digunakan untuk menangkap swordfish rata-rata menangkap satu ekor mamalia laut melalui per malam. Lumba-lumba kecil yang ada di teluk California sangat rentan terhadap perikanan jaring insang. Dari 44 spesies mamalia laut yang dianggap berisiko musnah, sepertiganya menderita kematian yang melebihi tingkat berkelanjutan.

Hasil tangkapan sampingan penyu

Tertangkapnya penyu oleh armada penangkapan ikan merupakan satu-satunya faktor penghambat pemulihan populasi penyu laut di seluruh dunia. Faktor lain hanya bersifat mengawali penurunan populasi penyu laut (seperti kerusakan pantai atau pengambilan telur penyu), selanjutnya adalah persoalan penyu sebagai bycatch.

Di antara berbagai jenis alat penangkapan ikan, trawl adalah sumber terbesar hasil tangkapan penyu sebagai bycatch. Sampai tahun 1990-an, jumlah penyu yang mati sebagian besar disebabkan oleh karena hewan ini tertangkap oleh pukat udang (Dayton et al., 2002). Jumlah penyu sebagai bycatch dapat diturunkan dengan penggunaan atau pemasangan alat pelolosan penyu ( turtle excluder device, TED) pada trawl. Alat tambahanTED ini diwajibkan untuk dipasang pada semua trawl yang digunakan untuk menangkap udang (shrip trawl) dan ikan sebelah musim panas ( summer flounder trawl). Namun, kematian penyu yang signifikan masih saja terjadi. Hal ini mungkin dapat diatasi dengan perbaikan desain TED. TED yang ada sekarang ini dapat meloloskan penyu kecil jenis Kemp's Ridley yang sekarang ini tampaknya sedang mengalami pemulihan. Namun tidak demikian dengan penyu yang jauh lebih besar (seperti loggerehead) karena dia tidak dapat meloloskan diri melalui TED (Dayton et al., 2002).

Perikanan rawai tuna (longline) dan jaring insang juga dapat menangkap beberapa ekor penyu, khususnya penyu belimbing ( leatherback sea turtles), seperti di Samudera Pasifik (Dayton et al., 2002).

Hasil tangkapan akibat ghost fishing

Page 63: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 52 dari 83

Alat penangkap ikan yang hilang atau ditinggalkan masih dapat berfungsi secara efektif dan terus menerus menangkap ikan-ikan yang menghampirinya. Fenomena yang tidak sengaja ini disebut ghost fishing. Berbagai jenis alat tangkap yang hanyut di dekat permukaan air cenderung terkonsentrasi atau menumpuk di kawasan tertentu karena arus air laut dan eddy. Perairan di sebelah utara Hawai merupakan pusat akumulasi alat tangkap yang hilang dimana selama dua tahun telah terbunuh 25 ekor anjing laut Hawaii yang berstatus terancam punah.

Alat tangkap yang hilang di dasar perairan juga dapat terus membunuh binatang. Di Georges Bank, peneliti Kanada menemukan 341 jaring hanya dengan 252 penarikan jangkar di sepanjang dasar perairan. Sebagian besar jaring tersebut telah berada di bawah air selama lebih dari satu tahun. Cukup banyak di antaranta yang masih aktif menangkap ikan dan kepiting. Jaring ini telah menangkap sebanyak 3.047 dan 4.813 kg ikan dasar dengan nilai masing-masing 6.717 dan £ 10.611) serta 1.460 dan 2.593 kg kepiting. Sebagian besar individu hewan ini masih hidup, sebuah petunjuk bahwa ikan dan kepiting tersebut baru saja tertangkap. Selanjutnya, dapat diduga berapa banyak ikan tertangkap sejak alat-alat tangkap tersebut hilang atau ditinggalkan nelayan.

Dalam sebuah penelitian di New England, sebuah survei pada dasar laut seluas 0,4 km2 menemukan sembilan potong jaring insang yang terus menangkap ikan dan kepiting selama lebih dari tiga tahun.

Video 5.2: Don’t net what you don’t need! (10 min)

3.10 Aspek Keterampilan: Mampu melakukan penilaian seberapa besar masalah hasil tangkapan sampingan terjadi di kawasan konservasi perairan

Latihan 5.4: Hasil tangkapan sampingan di sekitar kawasan konservasi perairan anda

Tujuan: Untuk memahami sejauh mana permasalahan hasil tangkapan sampingan ada di dalam Kawasan Konservasi Laut yang anda ketahui. Informasi ini merupakan

bahan untuk perencanaan perikanan berkelanjutan.

(1) Buatlan sebuah daftar tentang jenis-jenis perikanan yang ada di kawasan konservasi laut yang anda ketahui. Bersama tim anda, diskusikan jenis alat tangkap yang dipercaya menghasilkan hasil tangkapan sampingan (bycatch) tertinggi dan hitunglah proporsi area dari kawasan konservasi yang dipengaruhi oleh kegiatan perikanan tangkap. Apa saja yang menjadi hasil tangkapan sampingan? (15 menit)

(2) Lakukan identifikasi apakah anda memiliki informasi yang cukup untuk menyimpulkan bahwa bycatch benar-benar terjadi atau tidak terjadi sama sekali.

(3) Apa yang anda anggap sebagai permasalahan terpenting tentang hasil tangkapan sampingan di kawasan anda tersebut? (15 menit)

(4) Laporkan hasil disuksi anda kepada kelompok lain (20 menit)

Waktu: 50 menit

Page 64: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 53 dari 83

Bahan-bahan dari WWF tentang tangkapan sampingan: http://www.panda.org/about_wwf/what_we_do/marine/problems/bycatch/index.cfm

3.11 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan strategi untuk mengurangi dampak penangkapan ikan terhadap habitat dan bycatch

Manajer KKP dapat membantu mengurangi dampak penangkapan ikan terhadap habitat dan bycatch. Morgan and Chuenpagdee (2003) menyiapkan lima pilihan kebijakan berikut:

3.11.1 Mengganti metode atau alat yang merusak dengan jenis metode dan alat yang kurang merusak

Strategi untuk melakukan hal ini mencakup larangan tegas terhadap penggunaan alat tangkap perusak, memberikan bantuan finansial bagi nelayan untuk membeli alat tangkap baru atau memodifikasi alat tangkap yang sudah ada, mengatur quota produksi ikan dan seterusnya.

3.11.2 Mendorong nelayan untuk mengubah praktek penangkapan ikan

Spesifikasi alat tangkap, kapan dan dimana alat tangkap tersebut dioperasikan, serta berapa lama alat tangkap dipasang di dalam air akan mempengaruhi besar dampak bycatch dan dampak terhadap habitat ikan.

Salah satu contoh terbaik dari pengalihan alat tangkap adalah metode "back-down" yang sekarang diimplementasikan pada perikanan purse seine tuna yellowfin di Tropical Pasifik Timur. Nelayan menggunakan purse seine yang dapat meloloskan lumba-lumba yang terlanjur tertangkap bersama tuna. Teknik baru ini telah membantu nelayan mengurangi kematian lumba-lumba yang tertangkap secara tidak disengaja. Nelayan dapat menggunakan pengalamannya untuk mengetahui jenis-jenis ikan yang berbeda, menentukan waktu dan tempat yang terbaik dimana hasil tangkapan sampingan akan sedikit, atau tidak melakukan trawling di lokasi-lokasi yang rawan.

3.11.3 Mendorong inovasi dalam teknologi dan alat penangkap ikan

Alat tangkap kadang diubah nelayan untuk memperbaiki selektivitas dan mengurangi kerusakan habitat. Perubahan tersebut misalnya dalam hal bentuk mata jaring, ukuran mata jaring, mekanisme pelolosan ikan yang tidak diharapkan, pengusiran ikan yang tidak diharapkan, ataupun berbagai cara pengoperasian alat tangkap.

Contohnya termasuk pemasangan TED pada trawl dasar (bottom trawl), pengusir burung pada rawai tuna (longline), dan metode "back-down" pada purse seine. Penempatan footrope dari trawl dasar pada posisi yang lebih tinggi dapat mengurangi jumlah bycatch yang berasal dari permukaan dasar laut, seperti diterapkan pada armada trawl yang menangkap whiting di NE Amerika Serikat. Penggunaan circle-hook dan hook-and-line untuk menggantikan J-hook dapat mengurangi penderitaan penyu yang tertangkap oleh pancing-pancing rawai tuna karena juga dapat meningkatkan lolosnya penyu dari pancing. Pelolosan ikan besar ( large fish excluder) dapat mengurangi bycatch ikan bukan target.

Kadang nelayan itu sendiri yang melakukan inovasi terhadap alat penangkapan ikan. Nelayan adalah orang yang kreatif, dan mereka tahu persis tentang lingkungan laut dan tingkah laku ikan

Page 65: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 54 dari 83

target dan bukan target. Dalam beberapa kasus, nelayan memiliki insentif untuk mengurangi bycatch, sehubungan dengan penggunaan spesies bycatch sebagai umpan yang akan digunakan untuk menangkap lebih banyak ikan target. Dalam kasus lain, manajer KKP, pegawai perikanan, dan berbagai instansi pemerintah lainnya dapat mempercepat proses perbaikan dengan cara memberikan insentif keuangan guna memperbaiki spesifikasi alat tangkap, mengurangi kehilangan alat tangkap dan ghost fishing, serta mempromosikan program daur ulang alat tangkap lama yang tidak efisien.

3.11.4 Pengaturan penggunaan alat penangkapan ikan berdasarkan daerah atau musim

Cara yang paling efektif untuk mengurangi bycath adalah menutup sebagian atau seluruh daerah penangkapan ikan untuk jenis alat tangkap tertentu. Dalam konteks KKP, cara ini sering dilakukan namun dengan masih membolehkan penggunaan alat tangkap tradisional yang relatif ramah terhadap lingkungan. Penggunaan trawl di KKP selalu harus dibatasi atau bahkan dilarang sepenuhnya. Pada skala yang lebih luas, penggunaan alat tangkap yang merusak dapat dibatasi atau dilarang sama sekali di seluruh kawasan. Larangan penggunaan alat tangkap juga dapat dilakukan untuk sementara waktu (temporary) agar stok ikan dapat pulih kembali. Larangan ini juga dapat bersifat musiman untuk mengurangi dampak ekologi dari kegiatan penangkapan ikan. Efektivitas larangan penggunaan alat tangkap ini tentu saja sangat tergantung pada keinginan nelayan dan kesiapan mereka untuk mematuhi peraturan yang berlaku.

3.11.5 Mendukung penelitian di masa depan

Kita umumnya tidak tahu dengan persis apa saja dampak yang akan ditimbulkan oleh kegiatan penangkapan ikan, yaitu berapa bycatch yang dihasilkan oleh sejenis alat tangkap tertentu di suatu kawasan perairan. Untuk menjawab pertanyaan ini diperlukan serangkaian penelitian, termasuk penelitian tentang perilaku dan tanggapan nelayan terhadap permasalahan bycatch. Kelima kebijakan di atas akan berhasil jika nelayan setuju untuk melakukannya. Mengingat penggunaan alat penangkapan ikan di laut biasanya sangat sulit untuk dipantau, maka program observer menjadi sangat penting. Pentingnya program observer ini sama dengan pentingnya program pemberian insentif atau penghargaan kepada nelayan yang telah melakukan inovasi atau perbaikan alat penangkapan ikan yang mendukung konservasi sumber daya ikan.

Kasus 14: Penelitian menemukan pola perkembangan perikanan udang

Udang di pantai California ditangkap oleh dua jenis alat tangkap, yaitu trawl dan perangkap. Pada tahun 2002, sebuah penelitian menyimpulkan bahwa dampak lingkungan dari kedua jenis alat tangkap ini ternyata berbeda, terutama terhadap populasi rockfish, jenis bycatch yang sudah mengalami overfishing. Trawl menangkap 8,8 ekor bycatch (rockfish dan biota lainnya) untuk setiap 1 ekor udang, sedangkan perangkap menangkap 1 ekor bycatch untuk setiap 1 ekor udang. Trawl sangat sering menangkap rockfish (2,1 rockfish untuk setiap ekor udang) sedangkan perangkap sangat sulit menangkap rockfish (0,04 rockfish untuk setiap ekor udang). Berdasarkan data ini, negara bagian California kemudian melarang penggunaan trawl untuk menangkap udang di tahun 2003. Kisah memberikan sebuah contoh tentang pentingnya sebuah penelitian yang menyimpulkan adanya perbedaan dampak yang ditimbulkan oleh dua jenis alat tangkap yang berbeda.

Page 66: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 55 dari 83

Kasus 15: Inovasi pada rawai tuna (tuna longline)

Perikanan longline dinilai sangat buruk karena bycatch burung laut. Burung laut menyambar umpan-umpan yang masih tergantung ada di atas permukaan laut namun bukan hanya umpan saja yang ditelan tetapi juga pancing. Akibatnya adalah burung laut tersebut ikut tenggelam bersama umpan dan pancing yang masuk ke dalam air. Kematian burung dalam perikanan longline adalah masalah lama yang dialami burung albatros, jenis burung laut yang terancam punah. Beruntung, dalam kasus ini, bycatch ini juga merugikan nelayan karena burung mencuri umpan sehingga stok ikan target dapat terhindar dari status overfishing.

Upaya awal untuk memecahkan masalah ini di antaranya adalah membatasi penggunaan longline di siang hari atau membolehkan longline dioperasikan pada malam hari. Keputusan seperti ini tidak popular bagi kalangan nelayan karena semakin membatasi waktu mereka menangkap ikan. Selanjutnya nelayan Jepang datang dengan solusi yang inovatif, yaitu menggunakan dua set longline, ditutup dengan untaian pita berwarna terang yang membentang di belakang perahu. Burung-burung laut tersebut kemudian menjadi ketakutan dan pergi. Teknik mengusir atau menakut-nakuti burung ini menjadi semakin populer. Teknik ini dapat mengurangi kematian burung laut sebanyak 92% di Alaska dan meningkatkan hasil tangkapan nelayan. Dalam suatu studi di Norwegia, hasil tangkapan meningkat hingga 32%. Selain itu, teknik menakuti burung juga relatif murah (US $ 260 per pasang). Untuk mendorong nelayan mengadopsi teknik ini, Pemerintah AS memberikannya secara gratis kepada nelayan Alaska pada tahun 2000 dan 2001 dengan total biaya sebesar US$ 850,000 (Morgan dan Chuenpagdee 2003).

Kasus 16: Hasil tangkapan sampingan lumba-lumba pada perikanan tuna dengan pukat cincin

Lumba-lumba sering tertangkap oleh purse seine tuna di bagian timur kawasan Tropical Pasifik. Tertangkapnya lumba-lumba ini berkaitan dengan fakta bahwa lumba-lumba dan tuna adalah dua predator yang berburu mangsa yang sama (yaitu gerombolan ikan-ikan kecil). Kedua jenis biota laut ini sering ditemukan berburu bersama, lumba-lumba berenang di dekat permukaan sedangkan tuna berenang di lapisan yang lebih bawah.

Seiring dengan berjalannya waktu, nelayan telah mempelajari tingkah laku ikan tuna. Jika nelayan melemparkan umpan di sekitar gerombolan lumba-lumba maka gerombolan tuna akan muncul mendekati permukaan laut untuk mengejar umpan yang dilemparkan nelayan. Pada saat itulah, nelayan kemudian melingkarkan purse seine untuk mengurung gerombolan tuna. Lumba-lumba yang berada dekat gerombolan tuna juga akhirnya tertangkap.

Sering tertangkapnya lumba-lumba oleh kapal-kapal purse seine perrtama kali disadari publik AS dan Eropa pada akhir tahun 1980-an, terutama karena rekaman video yang dibuat Greenpeace dipublikasikan tahun1988. Video tersebut menampilkan gerombolan lumba-lumba yang tewas didalam jaring. Setelah tayangan tersebut, konsumen bereaksi cepat karena lumba-lumba merupakan ikon hewan laut yang karismatik, cerdas dan sosial.

Pada tahun 1990 pemasar utama tuna, seperti Starkist, mulai memasang label "dolphin-safe" pada kemasan tuna kaleng. Eko-label ini adalah sistem sukarela pertama yang tidak mengikat secara hukum. Pada tahun 1992, Undang-Undang Konservasi International Dolphin menyatakan bahwa perdagangan tuna di Amerika Serikat hanya untuk tuna yang ditangkap dengan metode "dolphin-safe". Metode ini didefinisikan sebagai metode penangkapan ikan yang tidak menyebabkan lumba-lumba tertangkap. AS sempat melakukan embargo terhadap tuna impor yang ditangkap dengan metode yang dapat membunuh lumba-lumba. Pada tahun yang sama, Undang-undang Perlindungan

Page 67: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 56 dari 83

Konsumen Lumba Lumba AS menjelaskan kriteria penggunaan label dolphin-safe, yaitu hanya terbatas untuk produk tuna yang diperoleh dari kegiatan yang tidak menangkap bycatch lumba lumba sama sekali:

"Tidak ada tuna yang ditangkap selama trip (operasi penangkapan ikan)

ketika tuna tersebut ditangkap dengan purse seine yang sengaja dipasang atau untuk mengurung dolphin, dan tidak ada dolphin yang

celaka selama penangkapan tuna dilakukan" Embargo oleh satu negara tidak mempengaruhi pasar global

Sehubungan dengan adanya embargo AS yang luar biasa ketat terhadap kuota nol tangkapan sampingan lumba-lumba, banyak kapal-kapal penangkap tuna meninggalkan wilayah hukum AS dan mulai beroperasi di bawah bendera negara-negara lain, seperti Meksiko, Venezuela, dan beberapa negara Amerika Tengah lainnya. Mereka memang tidak dapat memasarkan tuna hasil tangkapannya ke AS, namun sebagian besar pasar domestik dan pasar global lainnya masih menerima tuna-tuna tersebut. Dengan demikian, embargo AS hanya berdampak kecil terhadap pengurangan bycatch lumba lumba dari seluruh perikanan tuna dunia.

Tekanan Internasional mengijinkan Perdagangan Bebas

Pada tahun 1997, embargo AS pada tuna non-dolphin-safe telah dihentian karena tekanan dari World Trade Organization atas dasar bahwa eko-label yang didorong secara unilateral oleh sebuah negara konsumen menghasilkan embargo tidak adil yang membatasi perdagangan bebas yang dilakukan oleh negara-negara produser.

AIDCP: Kumpulan perjanjian oleh semua Negara-negara Pasifik timur penangkap Tuna

Pada tahun 1999, sebuah perjanjian baru telah dirancang untuk memasukkan semua negara ikan-ikan tuna besar di Timur Tropical Pasifik sebagai pengusung isu lumba-lumba-tuna. Perjanjian ini adalah Perjanjian Internasional Program Konservasi Dolphin (AIDCP) yang resmi berlaku pada tahun 1999. Perjanjian yang bersifat mengikat secara hukum ini bertujuan untuk mengurangi bycatch lumba lumba dengan cara-cara berikut: Menetapkan kuota tahunan untuk dolphin tangkapan sampingan

(1) Mencari cara alternatif penangkapan tuna yang tidak berasosiasi dengan lumba-lumba

(2) Memastikan kelestarian jangka panjang stok tuna dan sumber daya kelautan di bagian timur Tropical Pasifik

Meskipun perjanjian AIDCP ini ditentang oleh beberapa kelompok konservasi (terutama Greenpeace) atas dasar bahwa kuota lumba lumba yang lebih besar dari nol seharusnya tidak boleh diterima, para pengamat menyatakan bahwa AIDCP menjanjikan dampak yang jauh lebih besar dalam mengurangi bycatch dolphin dibandingkan dengan embargo yang pernah diterapkan oleh Amerika Serikat.

Dua cara pandang yang berbeda di AS: hasil tangkapan sampingan yang berkelanjutan atau tangkapan sampingan Nol?

Sejumlah organisasi konservasi dan konsumen di Amerika Serikat terus memberikan tekanan pada perikanan tuna untuk memperketat batas bycatch lumba lumba. Embargo AS terhadap tangkapan sampingan lumba lumba telah diangkat. Saat ini, setiap negara yang memiliki armada penangkap

Page 68: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 57 dari 83

ikan tuna harus mengajukan permohonan ke Amerika Serikat dan menunjukkan kelestarian tuna dan kebijakan bycatch sebelum memasarkan produknya di Amerika Serikat. Artinya, untuk ke pasar tuna Amerika Serikat, bycatch lumba lumba tidak lagi harus nol, tetapi setidaknya harus berkelanjutan. Ini berarti bycatch lumba lumba telah berkurang paling sedikit 99%.

Setelah diijinkan untuk dipasarkan di Amerika Serikat, tuna dapat dijual ke berbagai pasar (restoran, perusahan pengolah makanan siap santap atau siap saji , dll). Tapi tuna tersebut mungkin sudah tidak lagi memenuhi syarat label "dolphin safe". Saat ini, label dolphin-safe masih diatur oleh Undang-undang Perlindungan Konsumen Dolphin 1992, dan masih menyatakan bahwa bycatch lumba lumba adalah nol. Sekarang ini sudah sangat dipercaya bahwa label dolphin-safe dapat mengurangi bycatch lumba-lumba namun hal ini membuat negara-negara yang sudah secara substansial mengurangi bycatch tidak memperoleh banyak manfaat ekonomi dari upaya yang dilakukannya. Definisi dari label tersebut saat ini (per 2007) menjadi bahan perdebatan hukum di pengadilan Amerika Serikat.

3.12 Aspek Pengetahuan : Merancang Jenis Alat Penangkapan Ikan Yang Lebih Baik

Disku:si 5.2: Metode penangkapan ikan di kawasan konservasi perairan

Apa saja metode dan alat penangkapan ikan yang boleh diterapkan di KKP anda? Seberapa besar daya rusak dari metode dan alat penangkapan ikan tersebut? Alat apa yang seharusnya dilarang di KKP anda? Alat apa yang seharusnya dilarang di KKP anda?

Waktu: 30 menit

3.13 Aspek Keterampilan: Merancang jenis alat penangkapan ikan yang lebih baik

Latihan 5.5: Merancang jenis alat penangkapan ikan yang lebih baik

Tujuan: untuk memahami bahwa dengan pemikiran yang inovatif sejenis alat tangkap yang berdampak besar dapat diubah menjadi alat tangkap yang berdampak

rendah.

Petunjuk:

(1) Dengan tim anda, pilih jenis alat penangkapan ikan yang ada, kenali komponen-komponennya yang dapat menyebabkan dampak. (10 min)

(2) Buatlah gambar dari alat penangkapan ikan tadi dan buatlah modifikasinya agar dampaknya menjadi rendah (20 min)

(3) Tampilkan hasil modifikasi yang anda buat ke seluruh kelompok. (20 min)

Waktu: 50 menit

Aspek Sikap : Merancang jenis alat penangkapan ikan yang lebih baik dengan tepat

4 Elemen Kompetensi: Menjelaskan strategi pengelolaan perikanan

Kami telah meninjau beberapa prinsip-prinsip dasar ilmu perikanan: pentingnya upaya penangkapan, kerentanan perikanan terhadap overfishing, hubungan antar berbagai jenis ikan, dan beberapa jenis metode penangkapan ikan yang digunakan di Indonesia. Dengan pengetahuan tersebut, tindakan tepat apa yang harus dilakukan oleh seorang manajer KKP jika overfishing secara jelas terjadi di dalam KKP?

Page 69: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 58 dari 83

Berbagai cara atau pendekatan dan solusi telah dibahas dalam pelatihan sejauh ini. Bagian ini bertujuan untuk membahas pengelolaan perikanan berbasis ekosistem dan meninjau sejumlah strategi dan penerapannya secara khusus dalam bidang tertentu.

4.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan tiga tujuan dasar pengelolaan perikanan

4.1.1. Tiga tujuan dasar pengelolaan perikanan

Manajemen perikanan mempunyai tiga tujuan utama, yaitu produktivitas (banyak ikan), keadilan (semua nelayan dapat membuat hidup yang layak), dan keutuhan lingkungan hidup. Untuk mencapai ketiga tujuan tersebut, kita perlu menguasai pengetahuan tentang hubungan stok ikan, upaya penangkapan ikan, metode penangkapan ikan serta hubungan antar berbagai jenis spesies dan habitat.

Gambar 5.11 Skema tingkatan tujuan pengelolaan perikanan

Contoh dari tujuan tentang produktivitas dan efisiensi:

(1) Produksi ikan dan penghasilan yang stabil

(2) Hasil per kapal yang stabil

(3) Devisa yang stabil

(4) Suplai ikan yang stabil

(5) Usaha menguntungkan

Contoh dari tujuan tentang keadilan di antara masyarakat:

(1) Akses yang sama untuk mendapatkan faktor produksi

(2) Harga ikan yang wajar

(3) Penghasilan nelayan yang wajar

Page 70: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 59 dari 83

(4) Lapangan pekerjaan yang stabil

(5) Akses terhadap ikan

Contoh dari tujuan menjaga keutuhan lingkungan:

(1) Kualitas air yang terjaga

(2) Dampak minimum terhadap habitat penting

(3) Berkurangnya ancaman terhadap keanekaragaman hayati

(4) Penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan

(5) Habitat dan ekosistem yang sehat

4.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan konsep manajemen perikanan berbasis ekosistem

4.2.1 Konsep manajemen perikanan berbasis ekosistem

Manajemen perikanan berbasis ekosistem (MPBE) menjadi penting untuk melengkapi pendekatan pengelolaan perikanan yang ada selama ini. Saat ini sudah umum dipahami bahwa manajemen berbasis satu spesies yang secara tradisi diterapkan dalam pengelolaan perikanan ternyata masih belum lengkap. Manajemen perikanan berbasis ekosistem bertujuan untuk mendukung kesehatan ekosistem laut dan kegiatan perikanan yang berlangsung di dalamnya.

MPBE ini merupakan suatu pembaharuan konsep pengelolaan perikanan. Kebaruan ini pada dasarnya membalik urutan prioritas manajemen yang biasanya dimulai dengan memperhatikan hanya spesies target menjadi dimulai dengan memperhatikan ekosistem secara keseluruhan. Ketika para manajer perikanan memahami kerumitan ekologi dan sosial ekonomi lingkungan ikan dan perikanan yang ada, mereka mungkin dapat mengantisipasi dampak manajemen perikanan yang akan terjadi pada ekosistem dan efek dari perubahan ekosistem terhadap perikanan (Pikitch et al., 2004).

Pendekatan komprehensif dalam pengelolaan perikanan berbasis ekosistem akan membutuhkan manajer yang dapat mempertimbangkan semua interaksi yang ada, yaitu di antara ikan target dan predator dengan stok ikan, kompetitor, dan spesies mangsa, pengaruh cuaca dan iklim pada aspek biologi dan ekologi perikanan, interaksi kompleks antara ikan dan habitat, dan efek dari penangkapan ikan terhadap stok dan habitat ikan. Namun pendekatan ini tidak perlu menjadi rumit. Pada tahap awal mungkin hanya memerlukan manajer yang mampu memperkirakan bagaimana penangkapan satu spesies ikan akan berdampak kepada spesies lain di dalam ekosistem. Keputusan manajemen yang dibuat pada tingkat pemahaman ini dapat mencegah terjadinya perubahan permanen yang disebabkan oleh kegiatan penangkapan ikan.

Page 71: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 60 dari 83

(Green et al. 2003)

Gambar 5.9. Perbandingan komposisi pembangun ekosistem di antara ekosistem yang masih ”normal” dan ekosistem yang sudah mengalami overfishing.

4.3 Aspek Keterampilan: Mampu membuat diagram yang menunjukkan konsekuensi dari penangkapan ikan terhadap beberapa spesies yang menyebabkan berubahnya keseimbangan ekosistem.

Latihan 5.6: Memahami pengelolaan perikanan dari sudut pandang ekosistem

Tujuan: untuk memahami interaksi antar spesies dan antara spesies dengan habitat, untuk menggambarkan fungsi ekosistem.

Petunjuk:

(1) Untuk setiap spesies target, bekerjalah dengan tim anda untuk menggambarkan jejaring makanan (food web) dari predator utama dan mangsa ikan di Indonesia, seperti model pada gambar di atas. (Ini adalah sebuah penyederhanaan dari berbagai interaksi yang rumit di dalam sebuah ekosistem. Anda boleh saja membuat jejaring makanan yang beda untuk setiap KKP) Apakah jenis makanan yang disukai oleh predator utama? Apakah jenis ikan kecil yang utama? Biota penyaring utama? Bagaimana overfishing dapat mengubah jejaring makanan ini? Gunakan materi yang disediakan dan silahkan berkreasi. (30 min)

(2) Apakah anda tahu beberapa ekosistem di Indonesia yang hancur atau berubah secara radikal sebagai akibat kegiatan penangkapan ikan? Dapatkah anda menjelaskan jika masih ada ekosistem yang tidak berubah secara drastis walaupun sudah mengalami overfishing?

Page 72: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 61 dari 83

Diskusikanlah jawaban anda dengan kelompok anda dan beritahukanlah pengetahuan anda tersebut. (15 min)

Catatan: gunakan kertas dan spidol untuk menggambarkan komponen ekosistem.

Total waktu: 45 menit

Pengelolaan perikanan berbasis ekosistem tidak mengharuskan kita mengetahui berbagai hal tentang semua komponen yang membentuk suatu ekosistem. Meskipun adanya perspektif ekosistem yang lengkap sangat diinginkan, namun ekosistem sangat rumit dan tidak terduga.

Penerapan konsep pengelolaan perikanan berbasis ekosistem sebaiknya dilaksanakan berdasarkan pengetahuan kita tentang ekosistem yang dimaksud. Berikut ini adalah daftar beberapa hal yang menjadi alasan penerapan pengelolaan berbasis ekosistem1:

(1) Setiap ekosistem laut menaungi berbagai jenis spesies dimana masing-masing memiliki kebutuhan habitat, strategi hidup, dan nilai yang berbeda bagi manusia.

(2) Interaksi intensif terjadi di dalam ekosistem dan dampak yang kuat terhadap salah satu kelompok spesies biasanya akan merambat melalui ekosistem. Hal ini menyebabkan dampak pada spesies-spesies lainnya.

(3) Setiap ekosistem mengalami berbagai konflik pemanfaatan, mulai dari kegiatan rekreasi hingga polusi dan pengambilan bahan mineral dan kekayaan hayati.

(4) Berbagai ancaman terhadap lingkungan laut berasal dari dampak alamiah dan manusia terhadap habitat dan populasi.

(5) Beberapa jenis ancaman laut, seperti efek pengerukan dasar laut, bersifat lokal, tetapi beberapa jenis ancaman lainnya terjadi di tempat yang sangat jauh dari sumber masalah, seperti unsur hara dari aliran sungai dan overfishing pada ikan pelagis.

(6) Setiap ajakan untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan pengelolaan stok perikanan akan mencakup perlindungan habitat untuk ikan dewasa, juvenil, atau pemijah.

(7) Variabilitas iklim, baik secara alamiah ataupun diperkuat dengan perubahan global, dapat merusak fungsi ekologi di beberapa tempat dan waktu sehingga perlindungan habitat harus dilipat-gandakan untuk berjaga-jaga jika terjadi bencana.

(8) Tidak ada satupun perangkat manajemen, termasuk perlindungan kawasan, dengan sendirinya dapat mengatasi berbagai hal yang mengancam lautan.

Cagar alam laut (marine reserve) adalah salah satu alat manajemen yang paling canggih yang dapat menggabungkan semua jenis spesies dalam satu ekosistem tertentu. Koordinasi kuat diperlukan untuk menghadapi ancaman terhadap lautan. Agar dapat menanggapi ancaman ini, diperlukan pemikiran multi dimensi. Saat ini, manajemen perikanan memiliki beberapa alat untuk melindungi ekosistem laut tanpa memasukkan cagar alam laut. Sementara perangkat manajemen berbasis ekosistem masih sedang dicari, KKP adalah alat managemen yang paling berharga untuk memperbaiki kesehatan ekosistem.

1 dikutip dari Pew Ocean Commission 2003, halaman 32

Page 73: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 62 dari 83

4.4 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan isu prioritas yang perlu ditangani oleh pengelolaan perikanan

Tahap pertama dalam mengembangkan tujuan dan strategi yang efektif untuk pengelolaan perikanan atau ekosistem harus dimulai dengan mengidentifikasi masalah-masalah yang berdampak pada perikanan. Setelah itu, membuat urutan prioritas masalah sehingga tingkat aksi manajemen dilakukan sesuai dengan pentingnya masalah. Langkah ini ditujukan untuk mengidentifikasi potensi konsekuensi, baik positif dan negatif, bahwa perikanan yang ada dan potensi alat manajemen alat mungkin untuk ekosistem dan para pemangku kepentingan.

Adopsi pendekatan ekosistem berbasis manajemen secara signifikan membantu kita mengidentifikasi lebih banyak masalah yang relevan karena tidak hanya spesies target yang kita perhatikan tetapi juga dampak perikanan terhadap spesies bycatch dan habitat ikan, serta dampak langsung dari penangkapan ikan terhadap ekosistem secara lebih luas. Oleh karena itu, permasalahan perikanan ini harus mencakup tinjauan terhadap aspek-aspek ekologi dan sosial-ekonomi perikanan, serta hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan manajemen saat ini atau masa depan, yaitu kemampuan untuk mencapai tujuan pengelolaan. Dampak perikanan yang dipertimbangkan tidak hanya pemanfaatan spesies target secara berkelanjutan bagi manusia tetapi dampak dan manfaat perikanan bagi ekosistem secara keseluruhan. Misalnya efek langsung perikanan terhadap spesies bycatch dan habitat, serta efek tidak langsung dari perikanan terhadap struktur ekosistem dan proses-proses yang terjadi di salamnya, misalnya perubahan keseimbangan antara predator dan mangsa atau kompetisi di antara berbagai spesies. Berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan manajemen saat ini atau masa depan juga harus dikaji.

Analisis terhadap masalah-masalah umum harus dimulai dan diarahkan oleh tujuan kebijakan tingkat tinggi, yaitu tujuan nasional atau regional. Tujuan kebijakan ini dapat diketahui dari peraturan perundang-undangan, seperti undang-undang perikanan dan lingkungan hidup.

Pengelola perikanan di Indonesia dan negara-negara Coral Triangle lainnya telah mengidentifikasi beberapa masalah penting yang mengancam perikanan. Hal ini akan dijelaskan di bagian berikut ini.

4.4.1 Isu perikanan ikan karang hidup yang tidak diatur2

(1) Ikan karang hidup merupakan komoditas perdagangan yang penting di Asia dan Pasifik. Ikan

karang hidup ini mencakup empat kategori produk perdagangan, yaitu: Ikan yang ditangkap, dikapalkan dan dibawa hidup untuk konsumsi.

(2) Ikan hias yang ditangkap untuk industri akuarium.

(3) Karang yang dijual untuk industri hobi (meskipun karang bukan ikan, tetapi sering dimasukan dalam kalkulasi perdagangan ikan hidup).

(4) Batuan hidup, substrat keras dengan alga yang berwarna-warni atau karang.

Sebuah penilaian global terkini terhadap 200 perikanan di seluruh dunia menyimpulkan bahwa perikanan karang di Pasifik Barat dan Asia Tenggara tergolong sebagai jenis perikanan yang paling terancam. Hal ini disebabkan tingginya permintaan ikan karang dan penggunaan s ianida untuk menangkap ikan ini. Di Amerika Serikat, diperkirakan 50-60% ikan akuarium yang diimport dari Filipina dan 90% dari Indonesia ditangkap dengan menggunakan sianida.

Amerika Serikat merupakan importir terumbu karang untuk jenis makanan, perhiasan dan akuarium. AS adalah pengguna 60% kebutuhan dunia untuk produk karang hias hidup, 70% -90% dari karang

2 diambil dari SeaWed http://www.seaweb.org/programs/asiapacific/documents/LiveReef.pdf

Page 74: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 63 dari 83

hidup, dan 95% dari batuan hidup (dengan batu karang dengan algae tumbuh di atasnya). Perdagangan komoditas ini diperkirakan akan meningkat sebesar 10%-20% per tahun. Spesies yang diekspor dari negara-negara Pasifik untuk akuarium laut mencakup lebih dari 150 jenis ikan karang, seperti ikan kepe-kepe, ikan anemone, angelfish, dan wrasse dan lebih dari 60 jenis karang hidup.

Perdagangan ikan karang hidup untuk konsumsi (khususnya jenis ikan kerapu) terutama ditujukan untuk pasar di Hong Kong dan Cina Selatan. Asia Tenggara dan Australia adalah pemasok utama dari komoditas ini, namun nelayan harus semakin jauh dan semakin lama menangkap ikan, seperti terjadi pada nelayan di bagian barat Pasifik termasuk Papua Nugini dan Kepulauan Solomon. Menurut laporan TRAFFIC Asia Timur dan WWF Hong Kong, total nilai tahunan ikan karang hidup yang diimpor Hong Kong untuk konsumsi diperkirakan lebih dari US$ 400 juta.

Perdagangan ikan untuk konsumsi dan ikan hias ini dapat berdampak negatif terhadap lingkungan sebagai akibat dari praktek-praktek yang merusak. Sebagai contoh, sianida adalah bahan kimia yang umum digunakan untuk membuat ikan pingsan. Walaupun tidak membunuh ikan, tapi sianida dapat membunuh organisme dan terumbu karang yang ada di sekitarnya. Ikan kerapu jenong dan wrasse sangat mudah mengalami overfishing karena pertumbuhan ikan-ikan ini lambat dan perlu waktu lama untuk mencapai tingkat dewasa ketika dapat memijah. Karena overfishing, humphead wrasse sekarang masuk dalam daftar Appendix II CITES (Convention on International Trade in Endangered Species). Perdagangan ikan ini, baik ekspor maupun impor, harus diatur secara ketat.

Karena industri perdagangan ikan ini bernilai tinggi, ada keinginan yang kuat untuk mengidentifikasi praktek-praktek perikanan yang berkelanjutan. The Marine Aquarium Council (MAC) berperan untuk membantu para penggemar atau pemilik hobi ikan hias untuk memperoleh produk yang bersertifikat ramah lingkungan dan berkelanjutan. Selain itu, International Marinelife Alliance (IMA), The Nature Conservancy (TNC), dan MAC bekerja sama dengan Kamar Dagang Makanan Laut Hongkong untuk mengembangkan standar yang berlaku untuk perdagangan ikan karang hidup konsumsi. Kamar Dagang tersebut mewakili 90 persen dari pembeli ikan karang hidup konsumsi di Hong Kong dan akan dapat mempengaruhi praktek penangkapan ikan menjadi lebih baik.

Hand-out 5.4: Perikanan ikan karang hidup tidak diatur

Hand-out 5.5: Kapasitas penangkapan ikan dan IUU di Indonesia

4.4.2 Isu kelebihan kapasitas penangkapan ikan3

Salah satu ancaman penting terhadap perikanan di Asia Tenggara adalah kapal ikan sudah terlalu banyak sementara jumlah ikan yang tersedia sudah sedikit. Sebagai akibatnya, banyak konflik yang timbul di antara para pelaku bisnis perikanan. Meskipun sumber daya ikan cukup untuk menyediakan kesempatan kerja dan pangan bagi banyak orang namun upaya penangkapan ikan yang berlebihan telah menyebab persaingan di antara para pelaku untuk menangkap ikan yang semakin hari semakin sedikit jumlahnya. Pertumbuhan penduduk yang cepat sering mendorong nelayan untuk menggunakan teknologi yang lebih efektif, tetapi merusak.

3 Dikutip dari Word Fish Center http://www.rsis-ntsasia.org/resources/publications/policy-briefs/inaugural-meeting/worldfish.pdf

Page 75: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 64 dari 83

Kapasitas penangkapan ikan yang berlebihan ini adalah sebuah situasi di mana kemampuan armada untuk menangkap sudah melebihi target produksi yang seharusnya boleh diambil. Kapasitas penangkapan yang berlebih ini telah terjadi di Bangladesh, India dan Sri Lanka. Untuk perikanan di laut Jawa, Indonesia, besarnya kelebihan ini diperkirakan sebanyak 428 unit kapal trawl yang berukuran 25 GT pukat. Untuk perikanan Vietnam, peningkatan total daya mesin sebesar tiga kali lipat dalam periode 1987-1999 hanya menghasilan peningkatan produksi ikan sebesar 1,81 kali. Status sumber daya ikan yang mengkhawatirkan di negara-negara tersebut memerlukan tindakan segera yaitu mengelola kelebihan kapasitas penangkapan ikan. Pada tahun 1995, kapasitas penangkapan ikan negara-negara Asia Timur diperkirakan mencapai 78% dari kapasitas global, yaitu berupa 980,000 unit kapal perikanan (PEMSEA 2003).

Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia telah menanggapi masalah ini dan telah mendorong pembentukan beberapa forum regional untuk melakukan langkah-langkah yang terbaik guna mengurangi kelebihan kapasitas penangkapan ikan, memerangi penangkapan ikan ilegal dan mempromosikan praktek-praktek penangkapan ikan yang bertanggung jawab.

4.4.3 Isu illegal, unreported and unregulated fishing - IUU Fishing4

Penerapan manajemen perikanan yang efektif untuk konservasi dan pembangunan berkelanjutan memerlukan berbagai jenis informasi dalam jumlah besar tentang produksi atau hasil tangkapan dari kegiatan penangkapan ikan, dan data biologi, ekologi, oseanografi, ekonomi dan sosial budaya. Informasi yang tidak lengkap pada perikanan yang dikelola merupakan kompromi dalam pengelolaan perikanan. Tidak adanya informasi pada perikanan yang tidak dikelola akan membatasi kemampuan para manajer untuk menyusun pengelolaan di masa yang akan datang. IUU fishing menyebabkan kekurangan informasi sehingga informasi yang berasal dari pelaku non-IUU fishing menjadi kurang berguna.

Ada bukti yang semakin jelas tentang keengganan pelaku perikanan untuk menyampaikan informasi yang sebenarnya. Pada skala nasional, kadang ada kepuasan dalam menghadapi ketidak-jelasan asal muasal data, seperti dapat dibuktikan dari metode 'standar' yang diterapkan beberapa negara dalam memperkirakan besarnya kesalahan informasi (analisis statistik, laporan para pengamat lapangan dan dugaan terbaik). Pada skala internasional, terutama ketika ada perjanjian akses bilateral atau regional, jumlah laporan yang salah ketika ada kewajiban membuat laporan sulit untuk dinilai, namun kesalahan laporan diperkirakan dapat mencapai 75%. Untuk kegiatan di laut lepas, dengan menggunakan teknologi yang memungkinkan nelayan mencapai perairan yang lebih dalam atau stok ikan yang kurang diperhatikan, semua kegiatan ini kemungkinan besar tidak dilaporkan.

Penjelasan tentang penangkapan ikan karang hidup yang tak diatur, kapasitas lebih penangkapan (terlalu banyak kapal dan nelayan), dan IUU fishing hanyalah sebagian dari sekian banyak permasalahan di kawasan Coral Triangle. Ada hal lain lagi yang anda pikirkan?

4.4.4 Tinjauan tentang strategi dan perangkat praktis pengelolaan perikanan

Ada beberapa cara dan strategi manajemen yang dapat dipertimbangkan untuk diterapkan dalam pengelolaan perikanan. Beberapa di antaranya yang akan dijelaskan pada bagian berikut ini adalah penutupan kawasan, penutupan musim, perijinan dan sertifikasi, kuota atau jumlah tangkapan yang diperbolehkan, dan pembatasan metode penangkapan ikan.

Penutupan kawasan – Sebagian atau seluruh kawasan dapat dinyatakan tertutup untuk kegiatan penangkapan ikan. Penutupan kawasan ini dilakukan melalui penataan ruang (zonasi). Tujuan dari

4 Dikutip dari FAO, 2000 http://www.fao.org/docrep/005/y3274e/y3274e0e.htm

Page 76: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 65 dari 83

penutupan kawasan ini adalah membatasi atau mengurangi intensitas penangkapan ikan. Pada kawasan tersebut, kegiatan perikanan dilakukan dengan teknologi (metode dan alat penangkapan ikan) yang ramah lingkungan. Di dalam sebuah kawasan konservasi laut biasanya terdapat kawasan tertutup yang disebut daerah perlindungan laut atau no-take-zone area. Stok ikan mendapat perlindungan antara lain karena daur hidupnya menjadi lebih terjamin, yaitu i kan dapat melewati masa juvenil, dewasa kemudian melakukan reproduksi. Habitat ikan menjadi terlindung karena tidak ada kegiatan fisik yang terjadi di dalamnya. Secara keseluruhan, pada kawasan tertutup, upaya penangkan ikan dapat diturunkan.

Penutupan musim – Serupa dengan penutupan kawasan, penutupan musim membatasi waktu kegiatan penangkapan ikan hingga jangka waktu tertentu. Penutupan waktu ini dapat mengurangi upaya penangkapan ikan. Perlindungan ini dapat diarahkan untuk memberi kesempatan pada ikan atau biota lainnya untuk melakukan kegiatan biologis dan ekologi sehingga daur hidupnya dapat berjalan dengan lengkap. Misalnya adalah larangan penangkapan pada bulan-bulan ketika ikan banyak yang memijah atau larangan pada bulan-bulan ketika kebanyakan ikan masih muda. Maksud dari penutupan musim ini dapat juga agar stok ikan mendapat kesempatan untuk memulihkan diri.

Perijinan dan sertifikasi - Perijinan dan retribusi dapat digunakan untuk membatasi jumlah nelayan. Nelayan yang mendapat ijin memiliki jaminan diperbolehkan menangkap ikan. Pendapatan dari penjualan dokumen sertifikat ijin atau retribusi dapat juga digunakan untuk membiayai implementasi manajemen perikanan. Pendapatan tersebut dapat juga dibagikan kepada masyarakat setempat.

Jumlah hasil tangkapan yang diperbolehkan, kuota dan batasan ukuran – Jumlah produksi ikan atau hasil tangkapan yang diperoleh pelu dibatasi untuk mencegah terjadinya overfishing. Batas maksimum produksi ini biasa disebut kuota. Penentuan batas-batas ini memerlukan penelitian. Salah satu hasil penelitian ini adalah maximum sustainable yield (MSY).

Pembatasan metode penangkapan ikan – Tidak semua jenis metode penangkapan ikan sesuai atau dapat dioperasikan di kawasan konservasi laut. Pembatasan jenis metode penangkapan ikan ini dimaksudkan untuk mengurangi tekanan eksploitasi terhadap kelompok umur ikan tertentu, terutama juvenil dan ikan-ikan tertentu lainnya.

4.5 Aspek Keterampilan: Mampu mengidentifikasi permasalahan utama perikanan yang terjadi di dalam kawasan koservasi perairan

Latihan 5.7: Apa permasalahan utama di KKP anda?

Tujuan: Mengidentifikasi kunci isu manajemen yang mempengaruhi setiap perikanan.

Petunjuk:

(1) Setiap tim memilih perikanan yang akan dianalisis. Dengan menggunakan flip chart, buatlah daftar permasalahan atau isu ekologi dan sosial-ekonomi yang berkaitan dengan penangkapan ikan.

(2) Tentukan tiga permasalahan atau isu utama pada perikanan yang anda pilih. Diskusikan strategi pengelolaan untuk setiap isu utama tersebut.

(3) Laporkan hasil diskusi kelompok anda di depan kelas. Bandingkan hasil anda terhadap hasil kelompok lain

Total waktu: 45 menit

Page 77: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 66 dari 83

Handout 5.6: Strategi manajemen perikanan untuk masalah tertentu

Handout 5.7: Menggunakan alat-alat pengelolaan (untuk latihan)

4.6 Aspek Keterampilan: Mampu memilih perangkat manajemen untuk menangani masalah perikanan di dalam kawasan konservasi perairan

Latihan 5.8: Menjalankan perangkat manajemen pada KKP anda

Tujuan: Mempelajari bagaimana menjalankan pendekatan manajemen yang paling efektif

pada setiap dampak khusus dari aktivitas penangkapan di KKP anda.

(1) Dengan tim anda, pilih isu khusus perikanan yang anggota kelompok anda sedang menghadapi atau dengan KKP anda. Isu bisa berkaitan dengan overfishing, metode atau alat penangkapan, konflik pengguna, akses KKP, atau masalah konservasi lainnya.

(2) Pada “Menjalankan Alat-alat Manajemen”, tuliskan deskripsi singkat tentang masalahnya, dan kemudian pertimbangkan setiap lima kategori utama diatas.

(3) Jawablah pertanyaan berikut: Sudahkah metode tersebut dicoba? Jika sudah, apa hasilnya?Jika belum, haruskah dicoba? Diskusikan dengan tim anda metode yang mana yang menyelesaikan masalah dengan baik.

(4) Sampaikanlah alat-alat manajemen yang anda usulkan kepada keseluruhan kelompok.

Waktu: 40 menit

4.7 Aspek Pengetahuan: Pertimbangan khusus untuk pengelolaan perikanan di beberapa jenis habitat

Perikanan di Bentang Laut Kepala Burung memiliki beberapa habitat penting dan rentan terhadap gangguan. Habitat-habitat tersebut di antaranya adalah estuaria, laguna, ekosistem padang lamun, terumbu karang dan mangrove. Habitat tersebut dapat memperoleh manfaat dari strategi manajemen yang diterapkan:

4.7.1 Perikanan di estuaria dan laguna

Estuaria dan lagunan umumnya adalah perairan dangkal yang semi tertutup dengan salinitas yang bervariasi dengan dasar berupa lumpur. Habitat ini sangat produktif dan penting untuk kehidupan berbagai biota laut. Ikan bertelur atau mengasuh anak-anaknya di laguna dan mangrove, krustasea dan moluska yang hidup di dasar perairan, dan beberapa spesies yang toleran terhadap perubahan-perubahan salinitas, seperti bandeng, mujair dan udang. Beberapa petunjuk untuk pelaksanaan manajemen estuaria dan laguna di antaranya adalah:

(1) Meminimalkan penggunaan lahan yang menyebabkan hilangnya vegetasi, pembukaan lahan, sedimentasi, polusi, dan pembukaan lahan untuk pemukiman atau urbanisasi.

(2) Menjaga salintas alamiah dengan cara tidak mengubah masukan air tawar dan air laut (misalnya, tidak membendung sungai).

Page 78: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 67 dari 83

(3) Mengatur jenis dan luasan budidaya di sekitar estuaria dan laguna.

(4) Mengatur jenis alat penangkapan ikan dan jumlah upaya penangkapan ikan di suatu area.

(5) Setiap pembangunan konstruksi di sekitar estuaria dan laguna harus melalui analisis dampak lingkungan.

4.7.2 Perikanan di kawasan mangrove

Hutan mangrove adalah ekosistem yang sangat produktif. Hutan ini sebelumnya dianggap sebagai tempat pembuangan limbah dan sering dibuka (ditebang) untuk dijadikan lahan untuk keperluan lain yang kurang produktif. Satu hektar hutan mangrove yang sehat dapat menyediakan banyak sumber daya langsung, yaitu berupa kayu, ikan, dan udang. Sekarang diketahui bahwa hutan mangrove mendukung banyak jaring makanan (foodweb) dari habitat lainnya. Satu hektar hutan mangrove mendukung sekitar satu ton ikan per tahun. Sumber daya ikan yang berkaitan erat dengan ekosistem mangrove adalah: udang yang tergantung pada hutan mangrove yang digunakannya sebagai tempat mencari makan dan tempat pengasuhan, kepiting bakau yang makan detritus (sisa-sisa tumbuhan) yang banyak tersedia di mangrove, moluska yang cara makannya menyaring unsur hara dari lingkungan mangrove, dan banyak spesies ikan yang memanfaatkan biota-biota laut tersebut. Ikan-ikan ini pada gilirannya akan menjadi makanan bagi ikan-ikan lebih besar yang hidup di sekitar estuaria dan perairan terbuka. Berbagai jenis ikan karang dan ikan pantai memanfaatkan hutan mangrove sebagai tempat pengasuhan. Akhirnya, hutan bakau yang banyak mengelilingi kolam-kolam budidaya dapat menyaring limbah dari kegiatan budidaya itu sendiri. Pedoman pengelolaan hutan mangrove di antaranya meliputi:

(1) Semua pedoman yang didaftar untuk pengelolaan estuaria dan laguna.

(2) Mencegah pengambilan atau perusakan kawasan mangrove dan mengurangi penebangan kayu atau mengganggu vegetasi mangrove.

(3) Menanam kembali hutan mangrove, khususnya yang di sekitar lokasi perikanan budidaya.

4.7.3 Perikanan di kawasan terumbu karang

Terumbu karang adalah jenis ekosistem yang sangat efisien dalam memanfaatkan unsur hara dan menangkap sinar matahari. Produksi ikan dari ekosistem tergolong sangat tinggi dibandingkan dengan ekosistem lain jika dihitung sebagai produksi per satuan luas. Terumbu karang di kawasan CTI dan Pasifik dapat menghasilkan ikan hingga sebanyak 25 ton/km2/tahun. Sebagai contoh, Fiji memproduksi ikan karang sebanyak 6-10 ton/km2/tahun dan Samoa (Amerika dan Barat) memproduksi ikan karang sebanyak 7-17 ton/km2/tahun. Terumbu karang juga sangat rumit dan sangat peka terhadap kerusakan fisik, seperti akibat dari penggunaan alat-alat penangkapan ikan, kapal-kapal wisata, dan trawl. Terumbu karang ini kadang berasosiasi dengan habitat pesisir lainnya, seperti padang lamun dan hutan bakau tempat dimana anak-anak ikan karang mencari makan (feeding ground )dan bermain (nursery ground). Terumbu karang mendukung lebih dari 1000 jenis ikan komersial, kima raksasa dan kerang-kerangan lainnya, lobsters, kepiting dan udang, berbagai jenis biota kecil, termasuk teripang, bulu babi, spons, alga, siput dan kerang, dan biota-biota yang berukuran besar seperti ikan kembung, penyu, pari manta dan dugong yang mencari makan di kawasan terumbu karang. Pedoman pengelolaan terumbu karang di antaranya meliputi:

(1) Semua aktivitas yang menimbulkan kerusakan fisik harus dikurangi. Termasuk di antaranya kegiatan penangkapan ikan dengan muro-ami, trawl, perangkap, pengumpul biota laut, dan sebagainya, kegiatan penggunaan kapal dan penjangkaran, wisata bahari, dan penyelaman SCUBA, pengerukan dasar laut, pembuatan konstruksi dan sebagainya.

Page 79: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 68 dari 83

(2) Pengurangan penggunaan alat penangkapan ikan yang menyebabkan tertangkapnya ikan-ikan kecil karena terumbu karang merupakan tempat pemijahan berbagai jenis ikan.

(3) Kegiatan pariwisata terumbu karang dijadikan cara alternatif untuk mendapatkan penghasilan namun harus diatur secara tegas untuk mencegah terjadinya kerusakan terumbu karang.

4.8 Aspek Pengetahuan: Pengelolaan zona perikanan

KKP adalah sebuah bentuk manajemen atau pengelolaan ruang (zonasi). Manajemen zonasi ini membagi sebuah kawasan menjadi beberapa daerah menurut bentuk-bentuk pemanfaatannya. Sebuah kawasan dapat ditetapkan tertutup seluruhnya bagi beberapa jenis kegiatan penangkapan ikan. Manajemen zonasi dapat efektif untuk melindungi habitat tertentu, seperti terumbu karang, daerah pemijahan dan permainan untuk beberapa jenis ikan tertentu yang menggunakan beberapa kawasan selama siklus hidupnya.

Kita telah membahas berbagai strategi manajemen yang mungkin diterapkan di KKP dan bagaimana kita menjalankannya di lingkungan laut tropis. Berikut adalah dua pertanyaan penting:

(1) Bagaimana anda mengetahui bahwa strategi yang diterapkan telah bekerja dengan baik?

(2) Bagaimana anda mengetahui bahwa sebuah strategi lain atau yang baru dibutuhkan?

Jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut di atas dapat diperoleh dari kegiatan penilaian (assessment) terhadap situasi lokal, upaya penangkapan ikan, kesehatan habitat, status kesejahteraan masyarakat nelayan, apakah telah terjadi overfishing atau belum, dan seterusnya. Beberapa habitat secara jelas memerlukan perlindungan khusus. Ingat bahwa sebagian besar terumbu karang telah rusak oleh kegiatan pengeboman. Manajer KKP memerlukan informasi tentang berapa banyak habitat yang sudah hancur dan berapa sisanya yang masih utuh atau belum rusak terlalu parah. Informasi selain itu adalah karakteristik biologi dan ekologi ikan-ikan besar, terutama tentang tempat mereka memijah (spawning ground) dan daerah pengasuhannya (nursery ground). Dalam hal metode dan alat penangkapan ikan, manajer KKP perlu mencermati penggunaan jenis alat penangkapan ikan yang terkini digunakan nelayan. Nelayan adalah orang yang kreatif dan secara konitnyu berupaya mencari cara-cara terbaik, Para manajer KKP perlu selalu mengetahui perkembangan atau perubahan-perubahan yang terjadi pada metode dan alat penangkapan ikan.

Untuk menilai overfishing, manajer KKP memerlukan data tentang produksi ikan dari kegiatan penangkapan ikan dan jumlah upaya penangkapan. Di banyak negara, biasanya dana tidak cukup tersedia untuk memantau kondisi perikanan. Manajer KKP mungkin terpaksa harus mengandalkan informasi yang diterima dari wawancara dengan masyarakat nelayan setempat dan hasil pengamatan pengamatan terhadap armada penangkapan ikan. Informasi lain yang sangat berharga dapat diperoleh dari program pengukuran ikan. Data ukuran ikan sangat bermanfaat untuk mengetahui dan menilai upaya penangkapan, selanjutnya untuk menilai overfishing. Pengumpulan data ini adalah suatu kegiatan penelitian yang dapat melibatkan masyarakat nelayan jika ada insentif keuangan kepada mereka yang berperan serta. Kegiatan ini juga baik untuk memperkenalkan pengelolaan KKP kepada para nelayan sekaligus tahap awal dalam rangka membangun kepercayaan mereka terhadap pengelolaan KKP.

Page 80: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 69 dari 83

Hand-out 5.8: Mengukur ikan

Diskusi 5.3: Apa saja tanda-tanda dari telah terjadinya overfishing?

Petunjuk: Diskusikan bersama kelompok anda cara-cara yang dapat dipakai untuk mengetahui bahwa stok ikan sedang mengalami overfishing.

(1) Informasi apa yang dibutuhkan untuk mengetahui bahwa telah terjadi overfishing? Di lokasi anda, apakah informasi ini tersedia dan anda dapat memperolehnya?

(2) TIndakan manajemen apa yang dapat diambil dalam rangka menyikapi overfishing?

(Pertama, lihat perubahan-perubahan yang terjadi pada populasi ikan sepanjang waktu, Setelah itu, cermati upaya penangkapan ikan sepanjang waktu. Kemudian perhatikan jenis metode dan jenis alat penangkapan ikan yang digunakan nelayan dan cara-cara lain yang digunakan nelayan. Selanjutnya lakukan pengamatan terhadap kualitas air, kerusakan habitat dan mata pencaharian alternatif nelayan)

Waktu: 60 menit

Hand-out 5.9: Beberapa tanda overfishing

5 Elemen Kompetensi: Marikultur yang bertanggungjawab

5.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan peran marikultur di dalam kawasan konservasi perairan

Budidaya perikanan adalah kegiatan memperbanyak tumbuhan dan binatang air yang bertujuan untuk menghasilkan produk komersial. Kegiatan itu dapat menggunakan air tawar, payau, atau air laut. Budidaya perikanan yang dilakukan dengan menggunakan air laut disebut marikultur. Di Indonesia, industri marikultur sedang berkembang pesat sehingga Indonesia adalah termasuk 10 negara terbesar pemasok ikan dari hasil budaya perikanan, namun, marikultur baru saja berkembang secara intensif dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Jenis ikan yang paling dominan dihasilkan oleh marikultur adalah kerapu tikus (Cromileptes altivelis) dan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), serta rumput laut (Eucheuma spp. dan Gracilaria spp.). Pada tahun 1978, luas tambak air payau meningkat tajam seiring dengan keberhasilan teknik eyestalk ablation dan perkembangan tempat pembibitan udang (hatchery). Di Provinsi Sumatera Selatan dan Lampung, kawasan pertambakan air payau dibangun dan diperluas oleh perusahaan swasta dengan sistim perikanan inti rakyat. Udang penaeid dan bandeng (Chanos chanos) merupakan komoditas utama perikanan budidaya (FAO 2006-2009).

Kegiatan marikultur adalah jenis mata pencaharian yang penting dan menghasilkan bahan pangan yang sangat berguna untuk perbaikan gizi masyarakat setempat. Namun marikultur juga dapat menimbulkan masalah. Marikultur akan berjalan dengan baik jika berada di lokasi yang tepat untuk jenis ikan tertentu yang dibudidayakan, pembangunannya tidak perlu memusnahkan habitat asli, dan dikelola secara bertanggung jawab sehingga menyebarkan limbah, polusi dan penyakit yang dapat membahayakan lingkungan di sekitarnya.

Handout 5.10: Dampak negatif dan keuntungan marikultur

Page 81: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 70 dari 83

5.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan masalah-masalah yang ditimbulkan marikultur

Di samping berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan marikultur, masalah besar juga dapat ditimbulkan, seperti hilangnya mata pencaharian yang bersumber dari kegiatan penangkapan ikan. Oleh karena itu perkembangan marikultur perlu diawasi dengan ketat, khususnya agar menggunakan teknologi yang ramah lingkungan. Beberapa masalah umum yang dihadapi marikultur dijelaskan secara singkat di bagian berikut (dimodifikasi dari PH-6, 2001).

Kerusakan dan konversi habitat alami disertai dengan hilangnya kegiatan perikanan asli

Hutan bakau yang dtebang atau dibuka untuk pertambakan udang dapat menyebabkan hilangnya daerah penangkapan ikan yang produktif. Untuk kegiatan budidaya seperti ini, pertanyaan yang dapat diajukan di antaranya adalah:

(1) Berapa banyak habitat yang dibuka untuk industri marikultur?

(2) Sumber mata pencaharian apa saja yang dipengaruhi oleh kegiatan budidaya ini?

(3) Bagaimana suatu habitat asli dapat mendukung kegiatan penangkapan ikan?

(4) Berapa keuntungan dan kerugian yang diperoleh dari kegiatan marikultur akan dihitung jika dibandingkan dengan kegiatan penangkapan ikan yang berlangsung sebelumnya?

Polusi dan sedimentasi dari pakan, limbah, antibiotik dan bahan kimia lainnya

Polusi dan sedimentasi adalah permasalahan utama yang ditimbulkan berbagai bentuk marikultur. Untuk kegiatan budidaya seperti ini, pertanyaan yang dapat diajukan di antaranya adalah:

(1) Berapa banyak karamba yang ada di suatu lokasi? Apakah terlalu banyak atau padat?

(2) Apakah jumlah ikan yang dibudidayakan masih dalam batas yang normal?

(3) Berapa jumlah pakan yang sebenarnya habis dimakan ikan?

(4) Berapa jumlah pakan yang akhirnya menjadi limbah karena tidak dimakan ikan?

(5) Apakah ada cara lain agar jumlah pakan yang menjadi limbah dapat dikurangi? Misalnya dengan mengatur jadwal pemberian pakan.

(6) Apakah antibiotik, pestisida dan bahan kimia lainnya digunakan secara rutin atau digunakan hanya pada saat diperlukan?

(7) Apakah ada karamba yang ditinggalkan begitu saja karena pendangkalan?

Introduksi spesies eksotik dan penyakit

Budidaya biota spesies asing, yaitu spesies yang bukan asli lokasi budidaya, memiliki potensi menjadi spesies yang menyaingi dan mengganti spesies lokal serta membawa penyakit baru. Pertanyaan yang dapat diajukan di antaranya adalah:

(1) Apakah spesies yang dibudidayakan tegolong sebagai spesies lokal atau bukani ? Bagaimanakah spesies itu akan dapat mempengaruhi keadaan lingkungan setempat?

(2) Apakah spesies yang dibudidayakan merupakan hasil modifikasi genetikai?

(3) Adalah program yang dirancang untuk mengendalikan introduksi spesies eksotik?

(4) Jenis penyakit apa saja yang mungkin akan terjadi atau yang sudah terjadi?

Page 82: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 71 dari 83

Diskusi 5.4: Marikultur di kawasan konservasi perairan

Pertanyaan:

Apakah kegiatan marikultur di Bentang Laut Kepala Burung mempunyai dampak buruk terhadap habitat-habitat yang dilindungi?

Praktek apa yang anda sarankan untuk mengurangi dampak negatif marikultur terhadap kualitas air?

Jika anda mengijinkan kegiatan marikultur di dalam KKP, spesies apa yang akan paling sedikit merusak lingkungan?

Waktu: 30 menit

Video 5.3: Farming the Seas or A Fisher’s Journey (opsi)

Page 83: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 72 dari 83

BAB III SUMBER - SUMBER LAIN YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI

A Sumber Kepustakaan

Modul ini merupakan adaptasi dari modul TOT MPA -101 yang diselenggarakan oleh NOAA , CI, CTSP dan TNC berkoordinasi dengan Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan -Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan sesuai format Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

1 Daftar Pustaka

Adams, T.; P. Dalzell; and R. Farman. 1996. Status of Pacific Island Coral Reef Fisheries, Paper presented at 8th International Coral Reef Symposium, Panama. http://www.spc.int/Coastfish/Reports/ICFMAP/statreef.htm.

Bell, F.W. 1997. Economic Valuation of Saltwater Marsh Supporting Marine Recreational Fishing in the Southeastern United States. Ecological Economics 21(1): 243-254.

Birkeland, C., and A. M. Friedlander. 2001. The Importance of Refuges for Reef Fish Replenishment in Hawai'i. Hawaii Audubon Society and Pacific Fisheries Coalition, Honolulu, Hawaii. 19p.

Carson R.T., R.C. Mitchell, M. Haneman, R. J. Kopp, S. Presser and P.A. Rudd. 1995. Contingent Valuation and Lost Passive Use: Damages from the Exxon Valdez. Discussion paper 95-02, University of California, Department of Economics, San Diego, California. Cinner, J., M. J. Marnane, T. R. McClanahan, and G. R. Almany 2005. Periodic closures as adaptive coral reef management in the Indo-Pacific. Ecology and Society 11(1): 31. [online] Accessed 07/20/2009 URL: http://www.ecologyandsociety.org/vol11/iss1/art31/

Dalzell, P. 1998. The Role of Archaeological and Cultural-Historical Records in Long-Range Coastal Fisheries Resources Management Strategies and Policies in the Pacific Islands. Ocean and Coastal Management 40 (2). p. 237-252(16). Elsevier.

Dalzell, P. and T.J.H Adams. 1997. Sustainability and Management of Reef Fish Fisheries in the Pacific Islands. Proc. Eighth Int. Coral Reef Symp.

Dayton, P. K., S. Thrush, and F. C. Coleman. 2002. Ecological Effects of Overfishing in Marine Ecosystems of the United States. PEW Oceans Commission.

Department of Environment and Natural Resources, Bureau of Fisheries and Aquatic Resources of the Department of Agriculture, and Department of the Interior and Lokal Government. 2001. Philippine Coastal Management Guidebook No. 6 Managing Municipal Fisheries. Coastal Resource Management Project of the Department of Environment and Natural Resources, Cebu City, Philippines. (PH-6, 2001) www.oneocean.org.

Dyer, C. L. and J. R. McGoodwin. 1994. Folk Management in the World's Fisheries: Lessons for Modern Fisheries Management. University Press of Colorado, Denver, Colorado.

FAO 2004. The State of World Fisheries and Aquaculture (SOFIA). Accessed July 22, 2009. http://www.fao.org/docrep/007/y5600e/y5600e04.htm#P3_111

FAO 2006. State of World Aquaculture. Fisheries Technical Paper 500. Rome. Accessed 06/29/2009. ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/009/a0874e/a0874e00.pdf

Hardin, G. 1968. The Tragedy of the Commons. Science Vol. 162, No. 3859 (December 13) pp. 1243-1248.

Page 84: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 73 dari 83

IUCN. 2004. Managing Marine Protected Areas: A TOOLKIT for the Western Indian Ocean, IUCN Eastern African Regional Programme, Nairobi, Kenya. p. 172. www.wiomsa.org.

MacKinnon, N. Destructive Fishing Practices in the Asia-Pacific Region, ICRI Panel 1: Destructive Fishing Practices, http://www.icriforum.org/docs/14235P1.pdf.

Iverson, E. S. 1996. Living Marine Resources: Their Utilization And Management. Chapman and Hall, New York.

Ministry of Fisheries and The World Bank. 2005. Vietnam Fisheries and Aquaculture Sector Study. Final Report. Accessed on 07/01/2009. http://siteresources.worldbank.org/INTVIETNAM/Resources/vn_fisheries-report-final.pdf

NOAA. 2004. Large Marine Ecosystem 36: South China Sea. Accessed on 2/11/08. http://na.nefsc.noaa.gov/lme/text/lme36.htm.

Palumbi, S.R. 2002. Marine Reserves, A Tool for Ecosystem Management and Conservation. Pew Oceans Commission Report.

Pew Oceans Commission (2003) America’s Living Oceans: Charting a Course for Sea Change, Philadelphia, PA: Pew Charitable Trust, May.

Pikitch, E.K., C. Santora, E.A. Babacock, A. Bakun, R. Bonfil,D.O. Conover, P. Dayton, P. Doukakis, D. Fluharty, B. Heneman, E.D. Houde, J. Link, P.A. Livingston, M. Managel, M.K. McAllister, J. Pope, K. J. Sainsbury. 2004 Ecosystem Based Fishery Management. Science 305: 5682 pp. 346-347.

Sea Around Us Project. 2008. Access on 2/11/08. http://www.seaaroundus.org/TrophicLevel/LMETaxon.aspx?lme=36&fao=0&Name=South%20China%20Sea&typeOut=4

Worm, B. E.B. Bargier, N. Beaumont, J.E. Duffy, C. Folke, B.S. Halpern, J.B.C. Jackson, H.K. Lotze, F. Micheli, S.R. Palumib, E.Sala, D.A. Selkoe, J.J. Stachowica, R. Watson. 2006. Impacts of biodiversity loss on ocean ecosystem services. Science, 314: 787

WWF/ IUCN. 1998. Creating a Sea Change - The WWF/IUCN Marine Policy. The World Wildlife Fund for Nature and the World Conservation Union. Accessed 06/30/2009. http://www.iucn.org/about/work/programmes/marine/marine_resources/?1605/Creating-a-Sea-Change-The-WWF-IUCN-Marine-Policy

B Materi Pelatih

Materi yang disiapkan pelatih, berupa materi presentasi power point, slide, lembar/buku diktat yang diperlukan dalam proses pelatihan.

C Media Visual

Materi modul dalam bentuk tayangan film/film multimedia tentang proses produksi, dalam VCD atau media lain, dengan menyebutkan judul, penerbit dan tahun penerbitan.

Page 85: MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR DASAR ...puslat.kkp.go.id/puslatweb/materi/pdf/Materi Diklat/Modul Dasar... · KATA PENGANTAR . Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul

KKP.KP.03.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan KKP Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 74 dari 83

D Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan

1 Daftar peralatan/mesin

(1) Sebuah ruang pelatihan yang dapat mengakomodasi 35 orang, dan ruang gerak yang luas untuk simulasi dan dinamika kelompok.

(2) Peralatan/mesin berupa: a. 5 buah meja yang masing-masing dapat mengakomodasi hingga 6 orang peserta.

Bentuk meja ideal adalah lingkaran b. 1 buah meja untuk tim pelatih, hingga 6 orang c. 2 papan tulis besar d. 5 buah flipchart dan standar e. 1 buah penajam pensil (pencil sharpener) f. 2 buah dispenser air minum g. 1 buah komputer h. 1 buah printer i. 1 buah rak buku untuk menyimpan bahan-bahan referensi, peta dan lain-lain. j. 1 buah proyektor LCD k. 1 buah layar l. 5 buah papan tulis besar untuk memajang hasil pekerjaan peserta m. 1 set sound system (minimum 3 mikrofon, pengeras suara, amplifier)

2 Daftar bahan

1) Modul pelatihan

2) Buku-buku referensi

3) Bahan-bahan untuk hadiah atau reward

4) Peta atau gambar kawasan konservasi perairan

5) Kertas koran polos untuk flipchart

6) Lakbang kertas untuk menempelkan karya-karya peserta

7) Kertas adhesive aneka warna dan aneka ukuran

8) Taplak meja

9) Kelengkapan peserta (kaos seragam, topi, peta, buku, modul, buku tulis, spidol

aneka warna per kelompok, pensil, pulpen, penggaris, penghapus, 2 buah gunting per

kelompok, USB flashdisk atau CD ROM untuk menyimpan materi pelatihan, karya

peserta dan foto dokumentasi)