Modul Kuliah Lap PGT

44
MATERI I: PETA DASAR MATERI II: ADMINISTRASI DAN TEMPAT PENTING, PETA PENGGUNAAN TANAH MATERI III: PETA KEMAMPUAN TANAH Ig. INDRADI MODUL KULIAH PRAKTIK PENATAGUNAAN TANAH C 14326 / 2 SKS

description

Modul

Transcript of Modul Kuliah Lap PGT

ACARA

MATERI I: PETA DASAR MATERI II: ADMINISTRASI DAN TEMPAT PENTING, PETA PENGGUNAAN TANAHMATERI III: PETA KEMAMPUAN TANAH

Ig. INDRADIBADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL

PROGRAM DIPLOMA IV PERTANAHAN

2014

MATERI IPEMBUATAN PETA DASAR SEBAGAI PETA KERJA DALAM SURVEY PENATAGUNAAN TANAH

======================================================A. Tujuan Instruksional Khusus Melatih mahasiswa agar mampu memahami dan membuat serta menggunakan peta dasar atau peta kerja untuk kegiatan survey penatagunaan tanah dan pembuatan peta-peta tematik (lainnya).

B. Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami fungsi dari peta dasar dan mampu membuat serta menggunakan peta dasar sebagai peta kerja untuk kegiatan surveypenatagunaan tanah dan pembuatan peta tematik lainnya.C. Dasar TeoriPeta dasar adalah peta yang digunakan sebagai dasar pembuatan peta lain-nya. Untuk pembuatan peta tematik, peta dasar adalah peta yang berisi semua data topografi, dan dari peta tersebut semua data tematis akan digambarkan. Pada hakekatnya peta dasar yang digunakan adalah peta topografi yang resmi dari suatu negara. Pada umumnya peta dasar tersebut dibuat berdasarkan survai lapangan atau cara lain dengan mendelineasi dari foto udara, selanjutnya data yang diperoleh tersebut dapat digunakan untuk berbagai keperluan.

Mutu peta dasar ini jelas merupakan hal yang cukup penting juga, jadi peta yang dipilih tersebut haruslah mempunyai ketelitian yang cukup baik, karena hal ini sangat menentukan ketelitian peta tematik yang direncanakan untuk dibuat itu. Kemudian perlu juga diperhatikan mengenai detail-detail yang ada pada peta dasar tersebut, kadang detailnya terlalu ruwet sehingga sebaiknya perlu dilakukan gene-ralisasi terlebih dahulu. Sebaliknya apabila detailnya terlalu sedikit, maka mungkin saja harus diambil atau dicari peta lain yang lebih komplit sebagai peta dasar.

Peta dasar adalah juga merupakan peta yang berisi unsur-unsur dasar yang telah diketahui letaknya di lapangan secara pasti, sehingga dapat digunakan untuk pembuatan peta-peta yang lain seperti; peta penggunaan tanah, peta administrasi, peta kemampuan tanah. Unsur-unsur dasar tersebut antara lain meliputi:

unsur hidrografi seperti: sungai, garis pantai, danau dan atau tata air

unsur fisiografi seperti : titik ketinggian, puncak bukit atau gunung, tugu trianggulasi atau titik dasar teknik (TDT) dan garis ketinggian

unsur perhubungan seperti: jaringan jalan, rel kereta api

unsur geografi seperti: gratikul, nomor lembar peta, nama wilayah serta tempat penting lainnya.

Peta dasar yang dapat digunakan sebagai peta kerja dalam pemetaan penggunaan tanah perdesaan, pemetaan penggunaan tanah perkotaan dan pemetaan kemampuan tanah yang dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional antara lain adalah peta rupa bumi atau peta lainnya yang mempunyai sistem proyeksi nasional Universal Transverse Mercator (UTM), dan atau peta yang dapat dikonversi ke proyeksi UTM.

Mengacu pada pengertian tersebut maka peta dasar yang dapat digunakan sebagai peta kerja yang merupakan bahan dalam pemetaan penggunaan tanah dan pemetaan kemampuan tanah dapat dibuat dari berbagai sumber data antara lain yaitu:

Peta Rupa Bumi hasil penafsiran foto udara dan citra satelit serta bentuk lainnya;

Peta Topografi yang dibuat oleh Jawatan Topografi TNI Angkatan Darat (JANTOP) atau Badan Informasi Geospasial (BIG);

Peta Topografi hasil pengukuran yang dibuat unruk pembuatan peta dasar, yang pada umumnya dibuat dengan skala besar

Peta lainnya yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi.

Peta dasar yang digunakan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indoensia (BPN RI) sedikitnya berupa peta jaringan jalan, sungai dan saluran pengairan yang besar dan letaknya pasti, dan akan lebih baik bila dapat pula dimasukkan ke dalam peta dasar tersebut garis ketinggian. Peta dasar bisa berupa peta topografi atau peta sket maupun peta dari hasil pengukuran Badan Pertanahan Nasional atau instansi lain yang berkompeten dalam pembuatan peta.

D. Bahan dan Alat

1. Bahan :

Peta Topografi, Peta Rupa Bumi, atau peta lain yang dapat digunakan untuk membuat peta dasar/kerja2. Alat : Komputer (Desktop atau Laptop)

Perangkat Lunak Pengolah Data Grafis

E. Cara kerja

1. Siapkan peta yang akan digunakan untuk membuat peta dasar (peta topografi atau peta persil tanah),

2. Buat garis tepi peta untuk bagian wilayah yang dibuat peta dasar;

3. Salin unsur-unsur hidrografi antara lain, sungai, danau, garis pantai, dan tata air seperti saluran pengairan dengan mendigit dari peta sumbernya;

4. Salinlah unsur jaringan jalan yang ada, jalan aspal dengan mendigit;

5. Salinlah unsur-unsur fisiografi antara lain, titik ketinggian, puncak gunung dengan cara plotting ke dalam komputer;

6. Lengkapi pula dengan garis grid atau gratikul.

7. Salin batas administrasi wilayah, batas persil bila ada dan buat nama wilayah yang ada.

8. Lengkapi peta dasar tersebut dengan unsur-unsur peta lainnya seperti; judul peta keterangan atau legenda dan informasi tepi yang lainnya.

9. Apabila peta dasar ini akan digunakan sebagai peta kerja untuk pemetaan penggunaan tanah atau kemampuan tanah, maka akan lebih baik bila di dalam muka peta dilengkapi dengan garis ketinggian serta garis bantu yang berupa garis grid dengan ukuran 1 cm x 1 cm

F. Pelaporan

1. Peta dasar yang sudah lengkap dengan unsur-unsur peta lainnya, seperti judul, nama lokasi, skala peta, petunjuk letak peta, orientasi peta, legenda dan sebagainya.

2. Uraian tekstual tentang pelaksanaan pembuatan peta dasar atau peta kerja beserta dengan pembahasannya.G. Pendalaman Materi1. Apa yang dimaksud dengan peta dasar?2. Peta Dasar dapat dibuat dari sumber apa saja?

3. Unsur-unsur apakah yang harus ada dalam peta dasar?

4. Dapatkah peta dasar dibuat dari sumber peta yang skalanya lebih kecil? MATERI II

PEMETAAN ADMINISTRASI DAN TEMPAT PENTING======================================================A. Tujuan Instruksional Khusus: Melatih mahasiswa agar mampu memahami dan membuat serta menggunakan Peta Administrasi dan Tempat Penting

B. Kompetensi Dasar:

Mahasiswa mampu memahami dan membuat serta menggunakan Peta Administrasi dan Tempat Penting.

C. Dasar Teori

Peta Administrasi dan Tempat Penting adalah peta yang menggambarkan batas-batas administrasi, letak sarana pelayanan umum dan pelayanan sosial. Bahan atau input data yang digunakan untuk pembuatan Peta Administrasi dan Tempat Penting berupa Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dari BIG dan atau peta dasar lainnya, serta data tempat tempat penting dari berbagai sumber. Peta Administrasi dan Tempat Penting harus memuat unsur unsur dasar seperti: Jalan, Rel Kereta Api, Sungai, Saluran Irigasi, Batas Administrasi. Untuk Danau, Sungai, Waduk, Rawa. Plotting informasi tempat tempat penting dapat dilakukan dengan survei langsung, tetapi dapat juga dengan data yang berasal dari data sekunder berbagai instansi. Selanjutnya jenis tempat tempat penting yang ada diplotkan pada peta kerja dan setiap jenis tempat tempat penting dibedakan atas warna atau bentuk simbol.D. Bahan dan Alat

1. Bahan :

Peta Topografi, Peta Rupa Bumi, atau peta lain yang dapat digunakan untuk membuat peta dasar/kerja

Foto udara atau citra satelit2. Alat : Komputer (Desktop atau Laptop)

Perangkat Lunak Pengolah Data Grafis

E. Cara kerja

1. Siapkan peta dasar yang akan digunakan untuk membuat peta administrasi dan tempat penting;

2. Buat garis tepi peta untuk bagian wilayah yang dibuat petanya;

3. Salin unsur-unsur hidrografi antara lain, sungai, danau, garis pantai, dan tata air seperti saluran pengairan dengan mendigit dari peta sumbernya;

4. Salinlah unsur jaringan jalan yang ada, jalan aspal dengan mendigit;

5. Salinlah unsur-unsur fisiografi antara lain, titik ketinggian, puncak gunung dengan cara plotting ke dalam komputer;

6. Lengkapi pula dengan garis grid atau gratikul;

7. Salin batas administrasi wilayah dan tempat-tempat penting;

8. Lengkapi peta administrasi dan tempat penting tersebut dengan unsur-unsur peta lainnya seperti: judul peta, keterangan atau legenda dan informasi tepi yang lainnya.

F. Pelaporan

1. Peta Administrasi Dan Tempat Penting yang sudah lengkap dengan unsur-unsur peta lainnya, seperti judul, nama lokasi, skala peta, petunjuk letak peta, orientasi peta, legenda dan sebagainya.

2. Uraian tekstual tentang pelaksanaan pembuatan peta administrasi dan tempat penting lengkap dengan pembahasannya.G. Pendalaman Materi1. Apa yang dimaksud dengan peta administrasi dan tempat penting?2. Peta administrasi dan tempat penting dapat dibuat dari sumber apa saja?

3. Unsur-unsur apakah yang harus ada dalam peta administrasi dan tempat penting?

4. Dapatkah peta administrasi dan tempat penting digunakan untuk pembuatan peta selanjutnya? ACARA IIIPEMETAAN PENGGUNAAN TANAH PERDESAAN

======================================================A. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)Melatih mahasiswa membuat Peta Penggunaan Tanah Perdesaan berdasarkan data hasil inventarisasi yang dilakukan di lapangan dan dituangkan dalam bentuk peta dengan menggunakan kaidah-kaidah pemetaan yang benar.B. Kompetensi Dasar:

Mahasiswa mampu memahami fungsi dan gunanya peta penggunaan tanah serta mampu membuat dan menggunakan peta penggunaan tanah perdesaan.C. Dasar Teori:Penggunaan tanah perdesaan adalah wujud kegiatan menggunakan tanah yang menitik beratkan di bidang pertanian dalam arti luas. Salah satu ciri dari penggunaan tanah perdesaan yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat perdesaan dalam memanfaatkan tanah banyak memerlukan tempat serta dengan penerapan teknologi yang masih sederhana. Variasi dan kombinasi penggunaan tanah yang terdapat pada suatu wilayah berkaitan erat dengan tingkat dan pola kehidupan masyarakat yang berdiam di wilayah tersebut, sehingga ada pendapat yang menyatakan bahwa bentuk penggunaan tanah yang terdapat di suatu wilayah itu akan mencerminkan tingkat dan pola kehidupan penduduknya. Apabila kita ingin memperoleh suatu gambaran yang baik tentang penggunaan tanah, maka data dalam bentuk daftar saja belum cukup, tetapi masih diperlukan letak dari tiap jenis penggunaan tanah tersebut, sehingga akan dapat terlihat hubungan antara satu jenis penggunaan tanah dengan penggunaan tanah lainnya. Hal seperti ini hanya bisa dipenuhi apabila data tersebut disajikan dalam bentuk peta penggunaan tanah. Dalam usaha untuk memperoleh gambaran yang baik dan benar maka perlu dilaksanakan inventarisasi penggunaan tanah dengan melakukan pemetaan penggunaan tanah. Pembuatan peta penggunaan tanah, merupakan langkah akhir dari serang-kaian urutan kegiatan pekerjaan yang telah dilakukan. Pada proses pembuatan peta penggunaan tanah perlu diperhatikan kaidah-kaidah kartografi yang diikuti sesuai dengan skala peta yang akan dibuat atau dihasilkan. Pemetaan penggunaan tanah perdesaan dilakukan dengan cara lapang dan pengumpulan data dari instansi-instansi, dengan menggunakan peta dasar yang ada. Hasil pekerjaan berupa peta atau data lain sehubungan dengan pengusahaan dan penguasaan tanah. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data penggunaan/pengu- sahaan dan penguasaan tanah. Dalam hubungannya dengan skala peta dapat dilihat dari tingkat kerincian data yang dikumpulkan yaitu, bahwa semakin detail pemeta-an penggunaan tanah yang dilakukan akan semakin banyak data yang harus dikum-pulkan. Berdasarkan tingkat kerincian datanya, peta penggunaan tanah dapat dikelompokkan menurut skala petanya menjadi:

a. Peta ikhtisar, dengan skala peta : 1 : 200.000 atau 1 : 250.000

b. Peta operasional, dengan skala : 1 : 100.000 atau 1 : 50.000

c. Peta detail, dengan skala : 1 : 25.000 atau 1 : 12.500

d. Peta sangat detail, dengan skala : 1 : 5.000 atau yang lebih besar.D. Bahan dan Alat

1. Bahan

Peta dasar lokasi yang akan dilakukan pemetaan penggunaan tanah

Peta topografi atau foto udara/citra satelit lokasi yang akan dipetakan2. Alat

Komputer (Deskto atau Laptop)

Perangkat Lunak Pengolah Data Grafis

E. Cara Kerja

1. Pemetaan Penggunaan Tanah

Pemetaan penggunaan tanah dilakukan dengan menarik garis-garis batas penggunaan tanah pada peta kerja yang digunakan. Klasifikasi jenis penggunaan tanah sesuai dengan klasifikasi yang termuat dalam NSPK. Luas minimal yang harus dipetakan adalah cm x cm di peta atau sama dengan 25 m x 25 m di lapang. Khusus untuk kampung digunakan tingkat ketelitian 2 mm x 2 mm di peta. 2. Pemetaan Kualitas Jalan Dan Saluran

Pemetaan kualitas jalan dibedakan atas : jalan beraspal, jalan berbatu dan jalan tanah yang dapat dilalui oleh kendaraan roda empat dan jalan tanah yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda empat (jalan setapak). Jalan setapak hanya perlu dipetakan jika jalan itu merupakan satu-satunya penghubung keluar dari suatu wilayah permukiman (kampung, sawah, tegalan, kebun). Kualitas saluran pengairan meliputi kualitas jaringan irigasi dan atau jaringan drainase yang diketemukan di daerah kerja. Petakan pula pintu air pembagi, serta letak sumber air/mata air. Pemetaan kualitas jalan dan saluran pengairan dilaksanakan bersamaan dengan pemetaan penggunaan tanah. Hasil pemetaan digambarkan pada peta kerja ke satu (menjadi satu dengan peta kerja untuk pemetaan penggunaan tanah), dengan menggunakan spidol warnaF. Pelaporan

1. Peta penggunaan tanah perdesaan berupa softcopy dan hardcopy

2. Laporan tekstual tentang pelaksanaan kuliah lapangan.

G. Pendalaman Materia. Sebutkan berbagai jenis penggunaan tanah perdesaa!b. Jelaskan cara membuat peta penggunaan tanah perdesaan!

c. Selain penggunaan tanahnya, unsur-unsur apa lagi yang harus dimasukkan ke dalam peta?

d. Apa manfaat peta penggunaan tanah perdesaan?ACARA IV

PEMETAAN PENGGUNAAN TANAH PERKOTAAN======================================================A. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)Melatih praktikan membuat Peta Penggunaan Tanah Perkotaan berdasarkan data hasil inventarisasi yang dilakukan di lapangan dan dituangkan dalam bentuk peta dengan menggunakan kaidah-kaidah pemetaan yang benar.B. Kompetensi Dasar:

Mahasiswa mampu memahami fungsi dan gunanya peta penggunaan tanah serta mampu membuat dan menggunakan peta penggunaan tanah perkotaan.C. Dasar Teori

Penggunaan tanah perkotaan sifatnya adalah non pertanian yang kegiatannya tidak memerlukan areal yang luas. Pengertian tanah non pertanian adalah tanah-tanah yang diatasnya terdapat kegiatan manusia dengan melakukan pembangunan fisik sehingga mengakibatkan terdapatnya bangunan-bangunan yang dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan kehidupan manusia. Tanah non pertanian dapat diartikan pula sebagai tanah-tanah yang digunakan oleh manusia dalam rang-ka memenuhi kebutuhan hidupnya untuk usaha bukan pertanian dalam arti sempit. Dibandingkan dengan wilayah perdesaan, kota meliputi daerah yang luas-nya relatip kecil, akan tetapi daerah perkotaan merupakan inti dari kehidupan sosi-al, ekonomi maupun budaya bagi daerah sekitarnya. Sehubungan dengan penting-nya kedudukan daerah perkotaan bagi daerah sekitarnya, maka data unsur-unsurnya harus dapat disajikan dengan lebih terperinci. Unsur-unsur yang dipetakan selain dari jenis-jenis penggunaan tanahnya yang telah dibuat klasifikasinya, juga diperlu-kan data mengenai unsur-unsur lainnya yang merupakan persyaratan-persyaratan bagi kelancaran kehidupan masyarakat. Jenis-jenis penggunaan tanah perkotaan adalah sebagai berikut:

1. Tanah Perumahan adalah areal tanah yang digunakan untuk kelompok rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

2. Tanah perusahaan adalah areal tanah yang digunakan untuk suatu badan hukum dan atau badan usaha milik pemerintah maupun swasta untuk kegiatan ekonomi yang bersifat komersial bagi pelayanan perekonomian dan atau tempat transaksi barang dan jasa.

3. Tanah Industri/Pergudangan adalah areal tanah yang digunakan untuk suatu kegiatan ekonomi berupa proses pengolahan bahan-bahan baku menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau barang setengah jadi menjadi barang jadi dan atau real tanah yang digunakan untuk penyimpanan barang.

4. Tanah Jasa dalah areal tanah yang digunakan untuk suatu kegiatan pelayanan sosial dan budaya masyarakat kota, yang dilaksanakan oleh badan dan atau organisasi kemasyarakatan, pemerintah maupun swasta yang menitik beratkan kegiatan bertujuan untuk pelayanan non komersial.

Dalam melakukan kegiatannya masyarakat di daerah perkotaan dilengkapi dengan berbagai macam prasarana. Prasarana berfungsi memperlancar perkembangan kehidupan masyarakat, yang berupa prasarana sosial dan prasarana ekonomi. Menurut bentuknya prasarana dapat dibedakan menjadi dua yaitu; prasarana yang berbentuk ruang dan prasarana yang berbentuk jaringan. Prasarana berbentuk ruang dapat berupa ruang tertutup seperti prasarana kesehatan, pendidikan, kebudayaan, serta berupa ruang terbuka seperti lapangan olah raga, kolam renang dan sebagainya. Prasarana yang berbentuk jaringan seperti sistem pengangkutan (transportasi), utilitas umum seperti Air Minum, Listrik, Telepon, Jaringan Irigasi, dsb. Terdapat 12 jenis kegiatan pemetaan penggunaan tanah perkotaan, yaitu:1. Pemetaan Penggunaan Tanah

2. Pemetaan Status Tanah

3. Pemetaan Harga Tanah

4. Pemetaan Kualitas Bangunan

5. Pemetaan Kerapatan Bangunan

6. Pemetaan Umur dan Tingkat Bangunan7. Pemetaan Administrasi

8. Pemetaan Jaringan Jalan

9. Pemetaan Saluran Pembuangan dan Kebersihan Kota

10. Pemetaan Fasilitas Listrik

11. Pemetaan Fasilitas Telepon

12. Pemetaan Fasilitas Air Minum

Selain data fisik hasil pemetaan, perlu dikumpulkan pula data keadaan sosial ekonomi daerah perkotaan yang dipetakan sebagai penunjang dalam membuat gambaran kondisi daerah perkotaan yang bersangkutan. Data sosial ekonomi yang diambil adalah pada tingkat desa/kalurahan yang wilayahnya tercakup dalam daerah pemetaan, atau pada wilayah administrasi yang dapat mewakili keadaan daerah pemetaan. Data sosial ekonomi yang dikumpulkan hendaknya data terbaru. Berbagai data sosial ekonomi tersebut adalah sebagai berikut.

No.SektorJenis Data

1.Kependudukana. jumlah penduduk 5 tahun terakhir

b. Jumlah penduduk menurut struktur umur dan jenis kelamin

c. Jumlah penduduk menurut struktur mata pencaharian

d. Jumlah penduduk menurut struktur pendidikan

2.Perdagangana. Jumlah dan jenis fasilitas pertokoan

b. Jumlah dan jenis fasilitas pasar

c. Jumlah dan jenis fasilitas perdagangan (kios )

3.IndustriJumlah dan jenis kegiatan industri

4.Jasa Pelayanan UmumJumlah dan jenis kegiatan jasa: Bank, Koperasi, Gudang, Kantor Pos dll.)

5.Sarana PendidikanJumlah , jenis dan kapasitas sarana pendidikan (TK, SD., SLTP, SLTA, PT, dll.)

6.Sarana KesehatanJumlah , jenis dan kapasitas sarana kesehatan (Puskesmas, BKIA, Poliklinik, Tempat Praktek Dokter, Bidan dll.)

7.RekreasiJumlah dan jenis sarana rekreasi (bioskop, taman, lapangan olahraga dll.)

8.PeribadatanJumlah dan jenis sarana peribadatan

9.Bangunana. Jumlah bangunan menurut kualifukasi kondisi

b. Jumlah bangunanmenurut kulaifikasi tingkat bangunannya

.

10.Transportasia. Panjang jalan menurut lebarnya, kondisi dan statusnya

b. Jumlah dan kondisi jembatan

c. Jumlah, jenis dan kapasitas fasilitas terminal

d. Jumlah dan kapasitas tempat parkir umum

e. Jumlah dan jenis sarana angkutan umum

11.Fasilitas Kotaa. Jumlah jenis dan kapasitas (KVA) gardu listrik

b. Panjang, jenis dan kondisi saluran pembuangan

c. Jumlah, dan kapasitas bangunan pengolah air minum dll.

Bahan dan Alat

1. Bahan

- Peta dasar lokasi yang akan dilakukan pemetaan penggunaan tanah

Peta topografi atau foto udara lokasi yang akan dipetakan2. Alat

Komputer dengan software data grafisD. Cara Kerja

1. Pemetaan Penggunaan Tanah

Pemetaan penggunaan tanah dilakukan dengan menarik garis-garis batas penggunaan tanah pada peta kerja yang digunakan. Klasifikasi jenis penggunaan tanah sesuai dengan kalsifikasi yang ditentukan untuk peta yang akan dibuat. Luas minimal yang harus dipetakan adalah cm x cm di peta. Khusus untuk kampung digunakan tingkat ketelitian 2 mm x 2 mm di peta. 2. Pemetaan Jaringan Jalan dan Tempat Penting

Lebar jalan yang dinilai dari fungsinya dalam kegiatan pergerakan lalu lintas kota, yang dibedakan atas : 1 jalur (jika dilalui kendaraan roda 4 tidak dapat bersimpangan); 2 jalur dan jalan lebih 2 jalur; Gang adalah jalan yang tidak dapat dilalui kendaraan roda 4, digunakan untuk lalu lintas umum. Sarana lain yang dipetakan adalah tempat penting seperti: letak pelabuhan, bandar udara, stasiun bus, kereta api, tempat parker, rumah sakit, puskesmas, apotik, sekolahan, praktek dokter, kantor pemerintah, dll.3. Pemetaan Fasilitas Listrik, Telepon, Air Minum

a. Pemetaan pola jaringan listrik dengan klasifikasi yang disesuaikan dengan penggolongan PLN, Misalnya Jaringan Induk, Jaringan Cabang dan Jaringan Distribusi.

b. Plotkan lokasi gardu-gardu listrik menurut klasifikasi dari PLN yaitu, gardu induk, gardu cabang, dan gardu pembantu

c. Petakan jaringan telepon, menurut klasifikasi dari PT. Telkom

d. Plotkan lokasi telepon umum, dan tempat-tempat pelayanan telepon umum (Wartel, Kiostel)

e. Plotkan daerah yang mendapatkan fasilitas telepon

f. Petakan jaringan saluran air minum, menurut klasifikasi dari PDAMg. Petakan kualitas pelayanan fasilitas air minum dari PDAM, untuk daerah yang mendapat fasilitas air minum baik apabila mengalir lancar lebih dari 6 jam/hari; sedang daerah yang jelek apabila mengalir kurang dari 6 jam/hari

h. Petakan daerah yang menggunakan air sumur, bukan dari air leideng (PDAM), yaitu; air sumur, air pompa; air sungai, mata air; penampung air hujan.E. Pelaporan

1. Peta penggunaan tanah perkotaan berupa softcopy dan hardcopy2. Laporan tekstual tentang pelaksanaan kuliah lapangan.F. Pendalaman Materia. Sebutkan berbagai jenis penggunaan tanah perkotaan!b. Jelaskan cara membuat peta penggunaan tanah perkotaan!

c. Selain penggunaan tanahnya, unsur-unsur apa lagi yang harus dimasukkan ke dalam peta?

d. Apa manfaat peta penggunaan tanah perkotaan?ACARA VPEMBUATAN PETA LERENG BERDASARKAN PETA KONTUR

======================================================A. Tujuanan Instruksional Khusus (TIK) 1. Melatih praktikan membuat peta lereng berdasarkan peta kontur dengan mengukur jarak antara dua buah kontur yang berdekatan.2. Melatih praktikan membuat pembagian klas-klas lereng.B. Kompetensi Dasar:

Mahasiswa mampu memahami fungsi dan gunanya peta lereng dan mampu melaksanakan pembuatan peta lereng.

C. Dasar Teori

Lereng diartikan sebagai sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang horizontal yang dinyatakan dengan satuan persen (%) atau derajat ((). Lereng merupakan salah satu unsur pengamatan yang sangat penting dalam ke-giatan penilaian unsur kemampuan tanah dan kesesuaian tanah yang pada gilirannya juga bagi keperluan perencanaan pembangunan. Dalam konteks lereng, sudut yang dibentuk antara permukaan tanah dengan bidang horizontal merupakan nilai inversi tangensial yang dinyatakan dalam satuan derajad dari nilai perbandingan antara bidang di muka sudut ( vertikal = b) dengan bidang datar (horizontal = a) yang saling tegak lurus pada suatu segitiga. Jika tinggi b = 100 meter dan panjang a = 100 meter, maka nilai tangensial yang terbentuk adalah 100m/100m = 1, dan nilai ini equivalen dengan inversi nilai tangensial 1 yaitu sudut sebesar 45 (. Hal ini dapat diterangkan dengan gambar sebagai berikut.

Penilaian lereng dengan persen didasarkan atas terjadinya beda tinggi pada suatu titik dengan titik yang lain pada suatu jarak mendatar tertentu. Atas dasar pengertian tersebut di atas, maka di dalam praktek penilaian kemampuan tanah dan keseuaian tanah pada suatu wilayah yang menggunakan klas lereng dalam satuan persen , maka besarnya kelerengan yang perlu perhatian dalam pengusahaan tanah adalah untuk lereng/kemiringan lebih besar dari 40 %, yang nilai ini ekuivalen dengan sudut sebesar 21( 48 5,07. Besarnya lereng 40 % merupakan batas dimana tanah tersebut boleh tidaknya diusahakan, karena wilayah yang berlereng lebih 40 % merupakan wilayah yang sudah dianggap terjal, sehingga air permukaan akan mengalir lebih cepat, untuk itu agar supaya tidak menimbulkan kerusakan tanah (erosi, longsor, banjir) perlu ditanami dengan tanaman keras atau dihutankan, tidak boleh diusahakan dengan tanaman semusim.

Lereng dapat disajikan dalam satuan persen (%) atau derajat (() tergantung pada kepentingannya. Sebagai contoh, nilai lereng arah patahan tubuh bumi (geologi dan geomorfologi) dan tegak bendungan (konstruksi) umumnya dinyatakan dengan derajat. Dengan satuan ini dapat disajikan hasil pengamatan kelerengan medan sampai arah tegak lurus bidang datar (vertical). Sedangkan dalam praktek penilaian kelas kemampuan tanah dan kesesuaian tanah, lereng umumnya dinyatakan dalam satuan persen (%), dimana lereng 100 % sama dengan 45(. Hal ini sebenarnya didasarkan pada pertimbangan kelayakan teknis konservasi (lingkungan) dalam perencanaan penggunaan tanah. Kerena suatu daerah semakin besar lerengnya berarti air permukaan cepat mengalir yang dapat menimbulkan terkikisnya permukaan tanah yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir atau tanah longsor. Tataran atau tingkatan klas lereng berbeda untuk skala peta yang berbeda. Sebagai contoh dikenal dua golongan tataran kelas lereng, yakni kelas lereng dengan lima tataran disajikan untuk peta dengan skala kecil atau sama dengan 1 : 50.000. Kelas lereng dengan tujuh tataran (tingkatan) yang disajikan untuk peta dengan skala peta lebih besar atau sama dengan 1 : 25.000. Kedua contoh golongan tataran klas lereng tersebut dapat dilihat dalam NSPK..

D. Bahan dan Alat

1. Bahan : Peta topografi atau peta kontur digital

Komputer (Desktop atau Laptop) 2. Alat :

Komputer (Desktop atau Laptop)

Perangkat Lunak Data GrafisE. Cara Kerja

1. Gambar peta dasar secara lengkap pada daerah yang bersangkutan yang telah dilengkapi dengan garis tepi peta (salin kenampakan sungai dan jalan);

2. Siapkan peta topografi atau peta kontur yang akan digunakan sebagai dasar pembuatan peta lereng.

3. Lakukan deliniasi batas kemiringan/lereng dengan salah satu cara seperti di atas yaitu mengukur jarak antara (klas jarak) seperti cara pertama (Tabel 3), atau cara kedua dengan menggunakan alat ukur (alat bantu segitiga lancip) yang telah dilengkapi dengan kelas lereng, atau dengan cara menghitung jumlah transis yang ada pada garis potong sepanjang 25 mm (Tabel 4).

4. Buatlah notasi pada masing-masing klas lereng sesuai hasil pengukuran dari langkah ke 4. Misalnya : lereng A = 0-2%; B = 2-5%; C = 5-8% dst.

5. Overlay-kan peta dasar yang telah disiapkan pada langkah ke 2, di atas konsep peta lereng.

6. Salinlah garis batas lereng dari konsep peta lereng (langkah 4) ke peta dasar yang berada di atasnya dengan menggunakan komputer7. Beri warna masing-masing kelas lereng dengan simbol-simbol yang digunakan sesuai dengan kelasnya menggunakan petunjuk penggambaran (NSPK)

8. Lengkapi peta yang sudah jadi tersebut dengan unsur-unsur peta yang diperlukan (misalnya; judul peta, skala peta, legenda dan lain sebagainya)

9. Hitunglah luas dari masing-masing kelas lereng dengan menggunakan alat pengukur luas pada peta 10. Lakukan pembahasan tentang hasil kuliah lapangan pada acara ini.

F. Hasil dan Pelaporan

1. Laporan hasil berupa peta lereng yang telah dilengkapi dengan perincian kelas lereng atau simbol-simbol yang sesuai dengan bentuk simbol yang sudah ditentukan (NSPK), yang telah dilengkapi dengan elemen-elemen/unsur-unsur peta lainnya, seperti judul peta, skala peta, nama lokasi, keterangan atau legenda, nomor lembar peta serta petunjuk letak peta (bila ada), serta informasi tepi peta lainnya yang diperlukan.

2. Sebagai catatan; ukuran peta atau format peta menyesuaikan dengan peta yang dibuat atau yang sudah ditentukan, namun demikian ukuran maksimal tetap tergantung pada kertas gambar yang tersedia.

3. Laporan pelaksanaan kuliah lapangan serta pembahasannya yang diserti pula hasil perhitungan luas dari masing-masing kelas lerengnya.G. Pendalaman Materi

1. Apakah yang dimaksud dengan lereng?

2. Apakah ada perbedaan dalam penggunaan ukuran lereng dengan satuan derajat dan persen?3. Adakah hubungan antara klas lereng dengan kerapatan kontur?

4. Bagaimanakah menentukan klas interval kontur ?ACARA VIPEMETAAN KEMAMPUAN TANAH

======================================================A. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)Melatih praktikan membuat peta kemampuan tanah berdasarkan penyebaran data hasil pengamatan dan atau survei lapangan mengenai unsur-unsur Kemampuan Tanah yang berupa Lereng, Kedalaman Efektif Tanah, Terkstur Tanah, Drainase, dan ada tidaknya Erosi serta Faktor Pembatas Tanah.B. Kompetensi Dasar:

Mahasiswa mampu memahami fungsi dan gunanya peta kemampuan tanah dan mampu melaksanakan pengumpulan data unsur kemampuan tanah untuk pembuatan peta kemampuan tanah.

C. Dasar TeoriKemampuan tanah merupakan sifat dakhil (inherent) tanah yang menyatakan kesanggupannya untuk memberikan hasil penggunaan pertanian pada tingkat produksi tertentu. Kemampuan tanah juga dianggap sebagai klasifikasi tanah dalam hubungannya dengan resiko kerusakan akibat penggunaan tertentu.

Evaluasi kemampuan tanah pada hakekatnya merupakan proses pendugaan potensi sumberdaya tanah untuk berbagai penggunaan. Berhasilnya suatu peningkatan produksi pertanian tergantung pada perencanaan penggunaan tanah yang sesuai dengan kemampuan tanahnya.

Klasifikasi kemampuan tanah adalah penilaian terhadap unsur-unsur kemampuan tanah secara sistematik dan pengelompokannya kedalam beberapa kategori bewrdasarkan sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara lestari. Adapun unsur-unsur kemampuan tanah adalah sebagai berikut:

1. Lereng atau Kemiringan TanahLereng ialah sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang horizontal, yang dinyatakan dalam satuan persen (%) atau derajat ((). Lereng dapat dibuat dengan mengukur jarak transis pada peta kontur/topografi. Pembagian kelas-kelasnya dapat dilihat pada NSPK.2. Kedalaman Efektif Tanah

Kedalaman efektif tanah adalah tebalnya lapisan tanah dari permukaan tanah sampai bahan induk atau sampai suatu lapisan dimana perakaran tanaman dapat atau mungkin menembusnya. Batas kedalaman efektif tanah dapat berupa; batuan induk, lapisan pasir yang tebal dan lapisan cat clay. Adapun cara pengamatan kedalaman efektif tanah di lapangan dengan melakukan boring secara tegak lurus dengan permukaan tanah. Perlu diamati pula dalam setiap klas kedalaman efektip tanah mengenai ada tidaknya faktor pembatas kedalaman efektip tanah. Klasifikasi kedalaman efektif tanah dapat dilihat dalam NSPK.3. Tekstur Tanah,

Tekstur tanah adalah keadaan kasar halusnya tanah yang ditentukan berdasarkan perbandingan atara fraksi-fraksi penyusun tanah yaitu pasir, debu dan liat. Berdasarkan kandungan masing-masing fraksi tersebut dapat dibuat klasifikasi tekstur tanah. Pengamatan tekstur tanah dapat dilakukan secara langsung di lapangan atau dapat pula dilakukan analisis fraksi di laboratorium. Pengamatan tekstur di lapang diharuskan kelembaban tanah pada kondisi kapasitas lapang, artinya pengamatan di lapang tidak boleh dilakukan apabila tanah dalam keadaan terlalu kering atau terlalu basah, karena kalau terlalu basah akan menimbulkan rasa yang lebih licin, sedangkan pengamatan dalam kondisi kering akan lebih menonjolkan rasa kasar. Pembagian kelas-kelas tekstur tanah dapat dilihat pada NSPK.4. Drainase Drainase adalah suatu kondisi yang menunjukkan lamanya dan seringnya tanah jenuh air atau menunjukkan kecepatan meresapnya air di permukaan tanah. Drainase tanah dibedakan atas drainase permukaan dan drainase penampang. Dalam hal ini yang akan disampaikan adalah mengenai rincian pembagian kelas drainase permukaan (lihat NSPK). 5. ErosiErosi adalah peristiwa pengikisan permukaan tanah oleh sesuatu kekuatan aksi sehingga mengakibatkan butiran-butiran tanah terangkut kelain tempat. Penyebabnya dapat air atau angin. Pengamatan ada tidaknya erosi hanya dilakukan di daerah yang berlereng lebih dari 3 %. Perinciannya dapat dilihat di NSPK.4. Faktor Pembatas

Faktor pembatas : adalah suatu kondisi permukaan tanah sampai pada batas kedalaman efektif tanah yang menyebabkan terjadinya hambatan atau kendala dalam pengusahaan tanah untuk pertanian, yang di-karenakan adanya unsur yang membatasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Faktor pembatas tersebut antara lain adalah; gambut, batu-batuan dan kegaraman. Secara detil tercantum dalam NSPK. Areal yang mempunyai gabungan atau kombinasi unsur-unsur kemampuan tanah yang sama merupakan kelas kemampuan tanah yang sama, sehingga untuk membedakan jenis kemampuan tanah dalam suatu wilayah dalah dengan membuat delineasi terhadap areal yang mempunyai salah satu unsur kemampuan tanah yang berbeda dengan areal lainnya. Batas areal kemampuan tanah yang sama digambarkan dengan garis putus-putus, sedang batas kemiringan tanah digambarkan dengan garis penuh. Perlu diketahui bahwa tidak selalu batas kemampuan tanah itu berimpit dengan batas kemiringan tanah, tetapi tergantung kepada sebaran dari unsur-unsurnya. Selain peta kemiringan tanah sebenarnya dapat pula disajikan peta untuk masing-masing unsur kemampuan tanah, misalnya peta kedalaman efektif tanah, pata drainase tanah, peta sebaran tekstur tanah serta peta kondisi erosi di suatu wilayah.

C. Bahan dan Alat1. Bahan :

- Peta topografi dan atau peta kontur skala 1 : 5.000

- Data hasil pengamatan unsur kemampuan tanah yang berupa daftar boring 2. Alat :

- Komputer (Desktop atau Laptop)- Perangkat Lunak Pengolah Data GrafisD. Cara Kerja

Langkah kegiatan yang dilaksanakan dalam membuat peta kemampuan tanah dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Siapkan peta topografi (petankontur) untuk daerah yang akan dibuat peta kemampuan tanahnya;

2. Buatlah peta dasar dari peta topografi daerah yang bersangkutan; salinlah jaringan jalan, sungai dan lengkapilah dengan garis tepi petanya pada kertas kalkir.

3. Buatlah/salinlah peta kemiringan/lereng dari peta topografi (peta kontur) yang telah dibuat sebelumnya.

4. Buatlah garis grid (garis horizontal dan garis vertikal) pada kertas konsep tersebut dengan jarak antar garis 1 cm, sehingga terbentuk grid dengan ukuran 1cm x 1 cm atau berdasarkan peta kontur yang ada.

5. Garis vertikal dianggap sebagai jarak antar jalur pengamatan dalam pengumpulan data lapang unsur-unsur kemampuan tanah. Jarak antar jalur dibuat 100 m di lapangan atau 2 cm di peta, sehingga tiap-tiap jalur yang digunakan adalah berselang satu garis horizontal. Untuk memudahkan maka dapat diberi nomor urut dari bawah dengan angka romawi ( I, II, III ....dst.). Jalur I dimulai dari garis horizontal ke 1 dari bawah ( 1 cm dari garis tepi peta) kemudian berselang satu garis atau garis ke 3 sebagai jalur II dan seterusnya.

6. Garis horizontal merupakan arah titik-titik pengamatan, yang diberi kode dengan angka arab ( 1, 2, 3 .... dst.) dimulai dari garis paling kiri (barat) yang dibuat 1 cm dari garis tepi kiri dengan selang satu garis vertikal sehingga jarak antar garis vertikal yang digunakan adalah 2 cm dan berakhir pada garis paling kanan (timur) yang berada pada 1 cm dari garis tepi kanan. Perpotongan antara garis vertikal dengan garis horizontal yang sudah diberi kode angka merupakan titik pengamatan unsur-unsur kemampuan tanah di setiap jalur pengamatan yang berjarak 2 cm dan mempunyai kode angka romawi dan angka arab. Misalnya pada jalur I adalah dimulai dari I.1, I.2, ..... dst.

7. Siapkan data hasil pengamatan unsur-unsur kemampuan tanah yang seperti pada tabel daftar hasil pengamatan terlampir. Kemudian pindahkan atau plotkan data hasil pengamatan unsur kemampuan tanah tersebut kedalam peta lereng (hasil langkah 3)

8. Sesuai dengan nomor kode titik pengamatan/boring dengan menggunakan notasi unsur-unsur kemampuan tanahnya (data pengamatan tiap titik terlampir). Misalnya : Kedalaman efektif tanah > 90 cm = A; Tekstur tanah sedang = 3; Drainase baik = b; Tidak ada erosi = T , sehingga notasi pada titik pengamatan tersebut adalah A3bT, demikian seterusnya

9. Setelah semua data hasil pengamatan/boring diplotkan pada peta lereng sesuai dengan letak nomor kode titik pengamatan dengan menggunakan notasi unsur-unsur kemampuan tanah, kemudian lakukan delineasi untuk membuat batas kemampuan tanah dari titik pengamatan yang mempunyai kode notasi yang sama. Batas kemampuan tanah digambarkan dengan garis putus-putus menggunakan rapido ukuran 0,2 mm.

10. Salinlah garis batas lereng serta garis batas kemampuan tanah dari konsep tersebut kedalam peta dasar yang telah disiapkan.

11. Arsirlah masing-masing kelas lereng sesuai dengan simbol yang telah ditentukan, dan untuk masing-masing kemampuan tanah diberi notasi sesuai dengan ketentuan. Perhatikan didalam meletakkan notasi kemampuan tanah hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga rapi dan jelas serta dapat mewakili area kemampuan tanahnya. Lengkapi peta kemampuan tanah tersebut dengan unsur-unsur peta yang diperlukan sehingga menjadi suatu peta yang baik.E. Pelaporan 1. Laporan berupa Peta Kemampuan tanah yang telah dilengkapi dengan arsiran kelas lereng dan notasi unsure-unsur kemampuan tanah sesuai ketentuan. Peta tersebut juga sudah dilengkapi dengan unsur-unsur peta (elemen peta) yang lainnya yang diperlukan.

2. Peta konsep dan daftar hasil pengamatan unsur kemampuan tanah disertakan sebagai lampiran.

3. Laporan tekstual mengenai pelaksanaan praktikum lengkap dengan pembahasan tentang hasil praktikum.

4. Masing-masing mahasiswa membuat laporan sendiri?

F. Pendalaman Materi

1. Apakah yang dimaksud dengan kemampuan tanah?

2. Bagaimana cara menentukan kelas kemampuan tanah suatu wilayah?

3. Apakah yang dimaksud dengan kedalaman efektif tanah?

4. Apakah ada hubungan antara kedalaman efektif tanah dengan kesuburan tanah? 5. Apakah ada korelasi antara unsur kemampuan tanah yang satu dengan yang lain? 6. Apakah yang dimaksud dengan faktor pembatas kemampuan tanah?

7. Sebutkan dan jelaskan hubungan antara jenis-jenis tutupan tanaman (cover crop) dengan unsur kemampuan tanah yang ada korelasinya?

8. Jelaskan apa artinya dengan notasi kemapuan tanah : A2dE dengan faktor pembatas Bt? ACARA VIIRESPONSI KULIAH LAPANGAN======================================================A. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) :

Peserta kuliah lapangan dapat memahami dan mampu membuat serta menggunakan peta-peta P4T dan peta-peta tematik lainnyaB. Dasar Teori

Peta-peta P4T adalah peta-peta yang menggambarkan kondisi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah di suatu wilayah. Peta-peta ini bermanfaat sebagai bahan ketika menyusun perencanaan pembangunan terlebih pembangunan di bidang pertanahan. Peta P4T diupayakan agar selalu menggunakan data terkini, sehingga pembangunan pertanahan yang akan dilakukan bisa didasari pada kondisi pertanahan terbaru. C. Bahan dan Alat

1. Bahan :

Peta Dasar/Peta Kerja

Peta P4T

Foto udara/citra satelit2. Alat : Komputer (Desktop atau Laptop)

Perangkat Lunak Pengolah Data Grafis

D. Cara kerja

Semua jenis Peta-Peta Tematik P4T dan peta lain hasil kuliah lapangan Acara I s/d VII dicermati. Menggunakan contoh peta-peta tersebut, peserta kuliah lapangan harus bisa membuatnya secara digitalE. Pelaporan

1. Peta P4T dan peta tematik lain yang sudah lengkap dengan unsur-unsur peta lainnya, seperti judul, nama lokasi, skala peta, petunjuk letak peta, orientasi peta, legenda dan sebagainya.

2. Uraian tekstual tentang pelaksanaan pembuatan Peta P4T dan peta lain lengkap dengan pembahasannya.

F. Pendalaman Materi

Apa yang dimaksud dengan:1. Peta Dasar atau Peta Kerja?

2. Peta Administrasi dan Tempat Penting?

3. Peta Penggunaan Tanah Perdesaan?

4. Peta Penggunaan Tanah Perkotaan?

5. Peta Lereng?

6. Peta Kemampuan Tanah?

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Tata Guna Tanah, Dit.Jend.Agraria, DDN. 1983. Tata Cara Kerja 1 (edisi ke empat), Jakarta.

Direktorat Pemetaan Tematik, Deputi Bidang Survei, Pengukuran, dan Pemetaan. 2012. Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) Survei dan Pemetaan Tematik Pertanahan, Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Jakarta.Jaan Kraak, Menno & Ferjan Ormeling. 2013. Kartografi:Visualisasi Data Geospasial, Edisi Kedua, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.Prihandito, Aryono. 1991. Kartografi, PT. Mitra Gama Widya, Yogyakarta

Sandy, I Made.1982. Penggunaan Tanah di Indonesia, Publikasi Nomor 75, Cetakan Kedua, Direktorat Tata Guna Tanah, Direktorat Jenderal Agraria, Departemen Dalam Negeri, Jakarta.Sudihardjo, Basuki. 1977. Prinsip Dasar Pembuatan Peta Tematik, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Ormeling, Ferjan. 2013. Kartografi Tematik:Aspek Sosial & Ekonomi, Penerbit Ombak, Yogyakarta.

Tg

c

b

Tg

a Tg 45 = 1

a

MODUL KULIAH

PRAKTIK PENATAGUNAAN TANAH

C 14326 / 2 SKS

PAGE 29