Pancasila Sebagai Sistem Filsafat (Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Sistem Filsafat)
Modul Kuliah 4 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Bangsa Indonesia
-
Upload
jimdabrond -
Category
Documents
-
view
308 -
download
4
description
Transcript of Modul Kuliah 4 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Bangsa Indonesia
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
BANGSA INDONESIA
A. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan, yang
bagian-bagiannya atau unsur-unsurnya saling berkaitan, saling
berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu
dan merupakan keseluruhan yang utuh.
Pancasila adalah sebuah system karena pancasila
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
Esensi seluruh sila-silanya juga merupakan suatu kasatuan.
Pancasila berasal dari kepribadian Bangsa Indonesia dan unsur-
unsurnya telah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak dahulu.
Secara garis besar Pancasila adalah suatu realita yang
keberadan dan kebenaraannya tidak dapat diragukan. Nilai-nilai
Pancasila seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan harus menjadi pedoman dan tolak
ukur bagi seluruh kegiatan kemasyarakatan dan kenegaraan
Bangsa Indonesia.
B. Pengertian Filsafat
Filsafat dalam Bahasa Inggris yaitu philosophy, adapun
istilah filsafat berasal dari Bahasa Yunani yaitu philosophia,
yang terdiri atas dua kata yaitu philos (cinta)
atau philia(persahabatan, tertarik kepada) dan sophos
(hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan,
1
intelegensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta
kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya
disebut filosof yang dalam bahasa Arab disebutfailasuf
Menurut Roeslan Abdoelgani (1962), menyatakan bahwa
pancasila adalah filsafat Negara yang lahir
sebagai collection ideologies dari keseluruhan bangsa
Indonesia. Filsafat Pancasial pada hakikatnya merupakan
suatu realiteit atau noodzakelijkheid bagi keutuhan persatuan
Bangsa Indonesia.
Filsafat Negara kita adalah Pancasila, yang diakui dan
diterima oleh Bangsa Indonesia sebagai pandangan hidup.
Dengan demikian, Pancasila harus dijadikan pedoman dalam
kelakuan dan pergaulan sehari-hari. Sebagai pandangan hidup
bangsa, maka sewajarnyalah asas-asas pancasila disampaikan
kepada generasi baru melaluai pengajaran dan pendidikan.
Pancasila menunjukan terjadinya proses ilmu pengetahuan.
Validitas, dan hakikat ilmu pengetahuan (teori ilmu
pengetahuan).
C. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya
merupakan sistem filsafat. Sistem yang dimaksud dalam hal ini
adalah satu-kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,
saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu, lazimnya
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Satu kesatuan bagian-bagian.
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
2
3. Saling berhubungan, saling ketergantungan.
4. Kesemua dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan
bersama (tujuan sistem).
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan
Voich, 1974:122)
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada
hakikatnya merupakan suatu kesatuan organik. Sila-sila dalam
pancasila saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling
mengkualifikasi. Sila yang satu senantiasa dikualifikasikan oleh
sila-sila lainnya. Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya
merupakan suatu sistem, dalam pengertian bahwa bagian-
bagian (sila-silanya) saling berhubungan secara erat sehingga
membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila sebagai
suatu sistem juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang
terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia
dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan
dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan masyarakat
bangsa dan negara.
Kenyataan Pancasila yang demikian ini disebut kenyataan
yang obyektif, yaitu bahwa kenyataan itu ada pada Pancasila
sendiri terlepas dari sesuatu yang lain atau terlepas dari
pengetahuan orang. Sehingga Pancasila sebagai suatu sistem
filsafat bersifat khas dan berbeda dengan sistem-sistem filsafat
yang lain misalnya: liberalisme, materialisme, komunisme, dan
aliran filsafat yang lain.
D. Pendekatan-Pendekatan yang Digunakan
3
Pendekatan yang digunakan oleh pancasila dengan filsafat
pada prinsipnya sama yaitu menggunakan pendekatan induktif
dan deduktif, yaitu:
1. Pendekatan induktif pancasila, ialah karena pancasila lahir,
tumbuh, dan berkembang dari persada nusantara kita
sendiri, yang berupa adat istiadat, tadisi, budaya, pustaka
dan keagamaan bangsa kita sendiri, maka kemudian
berkembang menjadi adat nasional atau budaya nasional.
2. Pendekatan dedutif pancasila, yaitu pancasila sebagai
pemersatu seluruh kehidupan Bangsa Indonesia yang
beraneka ragam corak budayanya.
DAFTAR PUSTAKA
Amsal Bakhtiar. 2004. Filsafat Ilmu. PT. RajaGrafindo Persada.
Jakarta.
Elly M.Setiadi. 2005. Pendidikan pancasila, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Tim Dosen Pancasila Unhas, 2003. Pendidikan Pancasila
Perguruan Tinggi. Dicetak oleh Offset Setting Perkasa 70 Qs.
Makassar.
4
Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu
kesatuan yang saling berhubungan untuk satu tujuan
tertentu,dan saling berkualifikasi yang tidak terpisahkan satu
dengan yang lainnya. Jadi Pancasila pada dasarnya satu
bagian/unit-unit yang saling berkaitan satu sama lain,dan
memiliki fungsi serta tugas masing-masing.
Definisi Sistem :
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan, yang bagian
dan unsurnya saling berkaitan (singkron), saling berhubungan
(konektivitas), dan saling bekerjasama satu sama lain untuk
satu tujuan tertentu dan merupakan keseluruhan yang utuh
Definisi Filsafat :
Filsafat dalam Bahasa Inggris yaitu Philosophy, adapun istilah
filsafat berasal dari Bahasa Yunani yaitu Philosophia, yang
terdiri atas dua kata yaitu Philos (cinta) atau Philia
(persahabatan, tertarik kepada) dan Sophos (hikmah,
kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, intelegensi). Jadi
secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau
kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut filosof yang
5
dalam bahasa Arab disebut Failasuf. Dalam artian lain Filsafat
adalah pemikiran fundamental dan monumental manusia untuk
mencari kebenaran hakiki (hikmat, kebijaksanaan); karenanya
kebenaran ini diakui sebagai nilai kebenaran terbaik, yang
dijadikan pandangan hidup (filsafat hidup, Weltanschauung).
Berbagai tokoh filosof dari berbagai bangsa menemukan dan
merumuskan sistem filsafat sebagai ajaran terbaik mereka;
yang dapat berbeda antar ajaran filosof. Karena itulah
berkembang berbagai aliran filsafat: materialisme, idealisme,
spiritualisme; realisme, dan berbagai aliran modern:
rasionalisme, humanisme, individualisme, liberalisme-
kapitalisme; marxisme-komunisme; sosialisme dll.
Faktor timbulnya keinginan manusia untuk berfilsafat
adalah :
Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya
kata heran merupakan asal dari filsafat. Rasa heran itu
akan mendorong untuk menyelidiki dan mempelajari.
Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran
manusia yang akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini
sangat berguna untuk menemukan titik pangkal yang
kemudian tidak disangsikan lagi.
Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat
jika ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah
terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya.
Kemudian muncul kesadaran akan keterbatasan
bahwa diluar yang terbatas pasti ada sesuatu yang tdak
terbatas.
6
Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat
dalam arti Produk dan filsafat dalam arti Proses. Selain itu, ada
pengertian lain, yaitu filsafat sebagai pandangan hidup.
Disamping itu, dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan
filsafat dalam arti praktis.
Filsafat dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian.
1. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep,
pemikiran-pemikiran dari para filsuf pada zaman dahulu
yang lazimnya merupakan suatu aliran atau sistem filsafat
tertentu, misalnya rasionalisme, materialisme,
pragmatisme dan lain sebagainya.
2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh
manusia sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Jadi
manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari
persoalan yang bersumber pada akal manusia.
Filsafat Sebagai Suatu Proses :
1. Yaitu bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses
pemecahan suatu permaslahan dengan menggunakan
suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan
objeknya.
Definisi Pancasila:
Pancasila adalah lima sila yang merupakan satu kesatuan
rangkaian nilai-nilai luhur yang bersumber dari nilai-nilai
budaya masyarakat Indonesia yang sangat majemuk dan
beragam dalam artian BHINEKA TUNGGAL IKA. Esensi 7
seluruh sila-silanya merupakan suatu kasatuan. Pancasila
berasal dari kepribadian Bangsa Indonesia dan unsur-unsurnya
telah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak dahulu. Objek materi
filsafat adalah mempelajari segala hakikat sesuatu baik materal
konkrit (manusia,binatang,alam dll) dan abstak (nilai,ide,moral
dan pandangan hidup). Pancasila mempunyai beberapa tujuan
sebagai berikut:
Pancasila sebagai Dasar Negara. Pancasila sebagai
Dasar Negara atau sering juga disebut sebagai Dasar
Falsafah Negara ataupun sebagai ideologi Negara, hal ini
mengandung pengertian bahwa Pancasila sebagai dasar
mengatur penyelenggaraan pemerintahan. Kedudukan
Pancasila sebagai Dasar Negara mempunyai fungsi dan
kedudukan sebagai kaidah Negara yang fundamental atau
mendasar, sehingga sifatnya tetap, kuat dan tidak dapat
dirubah oleh siapapun, termasuk oleh MPR/DPR hasil
pemilihan umum.
Pancasila sebagai Sumber Hukum Dasar Nasional.
Dalam ilmu hukum istilah sumber hukum berarti sumber
nilai-nilai yang menjadi penyebab timbulnya aturan
hukum. Jadi dapat diartikan Pancasila sebagai Sumber
hukum dasar nasional, yaitu segala aturan hukum yang
berlaku di negara kita tidak boleh bertentangan dan harus
bersumber pada Pancasila.
Pancasila sebagai Pandangan hidup Bangsa
Indonesia. Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa
atau Way of Life mengandung makna bahwa semua
aktifitas kehidupan bangsa Indonesia sehari-hari harus
8
sesuai dengan sila-sila daipada Pancasila, karena Pancasila
juga merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki dan
bersumber dari kehidupan bangsa Indonesia sendiri. Nilai-
nilai yang dimiliki dan bersumber dari kehidupan bangsa
Indonesia sendiri.
Pancasila sebagai Jiwa dan Kepribadian Bangsa
Indonesia. Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan
adanya Bangsa Indonesia. Jadi Pancasila lahir dari jiwa
kepribadian bangsa Indonesia yang terkristalisasi nilai-nilai
yang dimilikinya.
Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa
Indonesia. Pada saat bangsa Indonesia bangkit untuk
hidup sendiri sebagai bangsa yang merdeka, bangsa
Indonesia telah sepakat untuk menjadikan Pancasila
sebagai Dasar Negara. Kesepakatan itu terwujud pada
tanggal 18 Agustus 1945 dengan disahkannya Pancasila
sebagai Dasar Negara oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) yang mewakili seluruh bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai Ideologi Negara. Pancasila sebagai
Ideologi Negara merupakan tujuan bersama Bangsa
Indonesia yang diimplementasikan dalam Pembangunan
Nasional yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur
yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila
dalam wadah Negara Kesatuan RI yang merdeka,
berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam
suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib
dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang
merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
9
Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa. Bangsa
Indonesia yang pluralis dan wilayah Nusantara yang terdiri
dari berbagai pulau-pulau, maka sangat tepat apabila
Pancasila dijadikan Pemersatu Bangsa, hal ini dikarenakan
Pancasila mempunyai nilai-nilai umum dan universal
sehingga memungkinkan dapat mengakomodir semua
perikehidupan yang berbhineka dan dapat diterima oleh
semua pihak.
Intisari Pancasila Sebagai Sistem Filsafat:
Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada paragraf pertama,
makna dasar Pancasila Sebagai Sistem Filsafat adalah dasar
mutlak dalam berpikir dan berkarya sesuai dengan pedoman
diatas, tentunya dengan saling mengaitkan antara sila yang
satu dengan lainnya. Misal : Ketika kita mengkaji sila kelima
yang intinya tentang kedilan. Maka harus dikaitkan dengan nilai
sila-sila yang lain artinya :
Keadilan yang ber keTuhanan (sila 1)
Keadilan yang berPrikemanusian (sila 2)
Keadilan yang berKesatuan/Nasionalisme,Kekeluargaan
(sila 3)
Keadilan yang Demokratis
Dan kesemua sila-sila tersebut saling mencakup,bukan hanya di
nilai satu persatu. Semua unsur (5 sila) tersebut memiliki
fungsi/makna dan tugas masing-masing memiliki tujuan
tertentu.
Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
10
Indonesia:
Merupakan kenyataan objektif yang hidup dan berkembang
dalam masyarakat. Pancasila memberi petunjuk mencapai
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa
membedakan suku atau ras.
Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan
negara:
Yang dimaksud adalah bahwa semua aturan kehidupan hukum
kegiatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
berpedoman pada pancasila. Karena pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum bangsa dan negara republik
indonesia.
Orang yang berfikir kefilsafatan ialah orang yang tidak
meremehkan terhadap orang yang lebih rendah derajatnya dan
tidak menyepelekan masalah yang kecil, dan selalu berfikiran
positif, kritis, dan berdifat arif bijaksana, universal dan selalu
optimis.
CONTOH.
Seorang ilmuan tidak puas mengenal ilmu hanya dari segi/sudut
pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dari
konstelasi lainnya.
Sumber pengetahuan pancasila pada dasarnya adalah
bangsa indonesia itu sendiri yang memiliki nilai adat
istiadat serta kebudayaan dan nilai religius.
11
Tentang kebenaran pengetahuan pancasila berdasarkan
tingkatnya, maka pancasila mengakui kebenaran yang
bersumber pada akal manusia. Potensi yang terdapat
dalam diri manusia untuk mendapatkan kebenaran dalam
kaitannya dengan pengetahuan positif. Pancasia juga
mengakui kebenaran pengetahuan manusia yang
bersumber pada intuisi/perasaan.
Manusia pada hakikatnya kedudukan kodratnya adalah sebagai
makhluk tuhan yang maha esa, maka sesuai dengan sila
pertama pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang
bersifat mutlak sebagai tingkatan kebenaran yang tertinggi.
Selain itu dalam sila ke 3, ke 2, ke 4, dan ke 5, maka
epistimologis ( hakikat dan sistem pengetahuan ) pancasila juga
mengakui kebenaran konsensus terutama dalam kaitannya
dengan hakikat sifat kodrat manusia makhluk individu dan
sosial.
Dasar Axiologis ( Hakikat, Nilai, Kriteria ) Sila Sila
Pancasila
Bidang axiologis adalah cabang filsafat yang menyelidiki makna
nilai, sumber nilai, jenis & tingkatan nilai serta hakikat nilai
seperti nilai alamiah & jasmaniah, tanah subur, udara bersih, air
bersih, cahaya dan panas cahaya matahari
Menurut tinggi rendahnya, nilai dapat digolongkan
menjadi 4 tingkatan sebagai berikut :
12
1. Nilai kebenaran, yaitu nilai bersumber pada akal, rasio,
budi atau cipta manusia
2. Nilai keindahan/nilai estetis yaitu yang bersumber pada
perasaan manusia
3. Nilai kebaikan/nilai moral, yaitu nilai yang bersumber pada
unsur kehendak manusia
4. Nilai religius yang merupakan nilai keharmonian tertinggi
dan bersifat mutlak.
Nilai ini berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan
manusia dan bersumber pada wahyu yang berasal dari tuhan
yang maha esa. Sistem Filsafat Pancasila mengandung citra
tertinggi terbukti dengan berbedanya sistem filsafat pancasila
dengan sistem filsafat lainnya, Berikut adalah ciri khas
berbedanya sistem filsafat pancasila dengan sistem filsafat
lainnya:
1. Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan system yang
bulat dan utuh (sebagai satu totalitas). Dengan pengertian
lain, apabila tidak bulat dan tidak utuh atau satu sila
dengan sila yang lainnya terpisah-pisah,maka ia bukan
pancasila.
2. Prinsip – prinsip filsafat pancasila
3. Susunan pancasila dengan suatu system yang bulat dan
utuh :
Sila 1, meliputi,mendasari,menjiwa:sila 2,3,4 dan 5
Sila 2,diliputi,didasari,dan dijiwai sila 1,serta mendasari
dan menjiwai sila 3,4,dan 5
13
Sila 3,meliputi,mendasari,dan menjiwai sila 1,2 serta
mendasari jiwa ;sila 4 dan 5
Sila 4, meliputi,didasari,dan di jiwai sila 1,2,dan 3,serta
mendasari dan menjiwai sila 5
Sila 5,meliputi didasari,dan dijiwai sila 1,2,3 dan 4
Pancasila sebagai suatu substansi. Artinya unsur
asli/permanen/primer pancasila sebagai suatu yang ada
mandiri,yaitu unsure-unsurnya berasal dari dirinya sendiri
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat memiliki beberapa
nilai yaitu Nilai Obyektif dan Subyektif.
Nilai-nilai Sistem Filsafat Pancasila adalah senagai berikut :
1. Rumusan dari sila-sila pancasila menunjukkan adanya
sifat-sifat yang umum, universal dan abstrak. Karena pada
hakikatnya pancasila adalah nilai.
2. Inti nilai-nilai Pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang.
Artinya keberlakuannya sejak jaman dahulu, masa kini dan
juga untuk masa yang akan dating, untuk bangsa
Indonesia boleh jadi untuk Negara lain yang secara
eksplisit tampak dalm adat istiadat, kebudayaan, tata
hidup kenegaraaan dan tata hidup beragama.
3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang
fundamental, sehingga merupakan suatu sumber hokum
positif di Indonesia. Oleh karena itu hierarki suatu tertib
hokum di Indonesia berkedudukan sebagai tertib hukum
tertinggi. Maka secara objektif tidak dapat diubah secara
hokum, sehingga melekat pada kelangsungan hidup
14
Negara. Sebagai konsekwensinya jikalau nilai-nilai yang
terkandung dalam pembukaa UUD 45 itu diubah maka
sama halnya dengan membubarkan Negara proklamasi 17
Agustus 1945.
Sedangkan Nilai-nilai Sistem Filsafat Pancasila adalah senagai
berikut :
1. Nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia itu
sendiri. Nilai-nilai yang terdapat dalam pancasila
merupakan hasil dari pemikiran, panilaian, dan refleksi
filosofis dari bangsa Indonesia sendiri. Deologi pancasila
berbeda denagn ideology-ideologi lain karena isi pancasila
diambil dari nilai budaya bangsa dan religi yang telah
melekat erat, sehingga jiwa pancasila adalah jiwa bangsa
Indonesia sendiri, sedangkan ideology lain seperti liberalis,
sosialis, komunis, dan lain sebagainya merupakan hasil
dari pemikiran filsafat orang.
2. Nilai Pancasila merupakan filsafat bangsa
Indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia menjadi pedoman bangsa untuk mengatur
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara sekaligus
menjadi cermin jati diri bangsa yang diyakini sebagai
sumber nilai atas kebenaran, keadilan, kebaikan, dan
kebijaksanaan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
3. Pancasila merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan
hati nurani bangsa Indonesia, karena bersumber dari
kepribadian bangsa. Sehingga dalam perjalanannya akan
selaras dengan nilai-nilai pancasila.
15
Dalam kehidupan bernegara, nilai dasar Pancasila harus
tampak dalam produk peraturan perundangan yang berlaku,
dengan kata lain, peraturan perundangan harus dijiwai oleh
nilai-nilai Pancasila, sehingga tidak boleh bertentangan denagn
nilai-nilai Pancasila.
DEMOKRASI INDONESIA
Semua negara mengakui bahwa demokrasi sebagai alat ukur
dan keabsahan politik. Kehendak rakyat adalah kehendak
utama kewenangan pemerintah menjadi basis tegaknya sistem
politik demokrasi. Demokrasi meletakkan masyarakat pada
posisi penting, hal ini di karenakan masih memegang teguh
rakyat selaku pemegang kedaulatan. Negara yang tidak
memegang demokrasi disebut negara otoriter. Ini menunjukkan
bahwa demokrasi itu begitu penting dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Pengertian Demokrasi
Secara etimologi, demokrasi berasal dari bahasa yunani, yaitu
demos = rakyat, dan cratos / cratein = pemerintahan atau
kekuasaan. Yang i ntinya adalah pemerintahan rakyat atau
kekuasaan rakyat.
16
Pelaksanaan demokrasi ini ada 2 yaitu :
Demokrasi langsung dan demokrasi tidak langsung.
Demokrasi langsung adalah demokrasi yang seluruh
rakyatnya di ikut sertakan dalam permusyawaratan untuk
menentukan kebijakan dan mengambil keputusan
Demokrasi tidak langsung adalah demokrasi yang
dilaksanakan melalui sistem perwakilan ke dewan
perwakilan rakyat ( DPR ) dan mejlis permusyawaratan
rakyat ( MPR ).
Demokrasi Sebagai Sikap Hidup
demokrasi ini dipahami sebagai sikap hidup dan pandangan
hidup yang demokratis dengan didasarkan nilai-nilai demokrasi
dan membentu budaya/kultur demokrasi baik dari warga
negara maupun dari pejabat negara/pemerintah. Demokrasi
merupakan penerapan kaidah-kaidah prinsip demokrasi pada
kekuatan sistem politik kenegaraan.
Demokrasi Di Indonesia
Bangsa indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang
demokrasi meskipun bukan tingkat kenegaraan tetapi masih
dalam tingkat desa dan disebut demokrasi desa. Pendekatan
kontekstual demokrasi di indonesia adalah demokras pancasila
karena pancasila merupakan ideologi negara, pandangan hidup
bangsa indonesia, dan sebagai identitas nasional indonesia.
17
Pancasila ideologi nasional karena sebagai cita-cita masyarakat
dan sebagai pedoman membuat keputusan politik. Keterkaitan
demokrasi pancasila dengan civil society atau mayarakat
madani indonesia secara kualitatif di tandai oleh keimanan dan
ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa.
Sistem Politik Demokrasi
Landasan sistem politik demokrasi di indonesia adalah sistem
politik demokrasi didasarkan pada nila, prinsip, prosedur dan
kelambangan yang demokratis. Sistem ini mampu menjamin
hak kebebasan warganegara, membatasi kekuasaan
pemerintah dan memberikan keadilan. Indonesia sejak awal
berdiri sudah menjadikan demokrasi sebagai pilihan sistem
politik. Negara indonesia sebagai negara demokrasi terdapat
pada,
Pancasila ( sila ke 4 ).
Uud 1945 pasal 1 ( ayat 2 ) sebelum di amandemen dan
sesudah di amandemen.
Apapun perubahannya ini membuktikan sejak berdirinya negara
indonesia telah menganut demokrasi.
18
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Rabu, 14 Januari 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat
secara langsung maupun tidak langsung mengakibatkan
perubahan besar pada berbagai bangsa di dunia. Gelombang
besar kekuatan internasional dan transnasional melalui
globalisasi telah mengancam bahkan menguasai eksistensi
negara-negara kebangsaan, termasuk Indonesia.Akibat yang
langsung terlihat adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam
19
kehidupan kebangsaan, karena adanya perbenturan
kepentingan antara nasionalisme dan internasionalisme.
Permasalahan kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia
menjadi semakin kompleks dan rumit manakala ancaman
internasional yang terjadi di satu sisi, pada sisi yang lain
muncul masalah internal yaitu maraknya tuntutan rakyat, yang
secara obyektif mengalami suatu kehidupan yang jauh dari
kesejahteraan dan keadilan sosial.
Prinsip-prinsip dasar yang telah ditemukan oleh peletak
dasar (the founding fathers) negara Indonesia yang kemudian
diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat bernegara
itulah Pancasila. Dengan pemahaman demikan maka Pancasila
sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia saat ini mengalami
ancaman dari munculnya nilai-nilai baru dari luar dan
pergeseran nilai-nilai yang terjadi.
Secara ilmiah harus disadari bahwa suatu masyarakat,
suatu bangsa, senantiasa memiliki suatu pandangan hidup atau
filsafat hidup masing-masing , yang berbeda dengan bangsa
lain di dunia dan hal inilah yang disebut sebagai local genius
(kecerdasan/kreatifitas lokal) dan sekaligus sebagai local
wisdom (kearifan lokal) bangsa. Dengan demikian bangsa
Indonesia tidak mungkin memiliki kesamaan pandangan hidup
dan filsafat hidup dengan bangsa lain.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya
merupakan sistem filsafat. Pemahaman demikian memerlukan
pengkajian lebih lanjut menyangkut aspek ontologi,
epistimologi, dan aksiologi dari kelima sila Pancasila.
20
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah filsafat berasala dari bahasa
yunani “philein” yang artinya “cinta” dan “Sophos” yang artinya
“hikmah atau kebijaksanaan” atau “wisdom”.Jadi secara harfiah
istilah filsafat mengandung makna cinta kebijaksanaan dan hal
ini sesuai dengan sajarah timbulnya ilmu pengetahuan yang
sebelumnya dibawah naungan filsafat.
Pengertian filsafat dalam hubungannya dengan lingkup
bahsannya maka mencakup banyak bidang bahasan antara lain
tentanng manusia, alam, pengetahuan, etika, logika dsb.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka muncul
filsafat yang berkaitan dengan bidang-bidang ilmu tertentu,
antara lain filsafat politik, sosial, hukum, bahasa, ilmu
pengetahuan, agama dll.
Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah sbb :
1. Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang
bereksitensi dibalik fisis, yang meliputi bidang-bidang, ontology,
kosmologi dan antropologi.
2. Epistemology, yang berkaitan dengan persoalan hakikat
pengetahuan.
3. Metodologi, yang berkaitan dengan persoalan hakikat
metode dalam ilmu pengetahuan.
21
4. Logika, yang berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir,
yaitu rumus-rumus dan dalil-dalil berfikir yang benar.
5. Etika, yang berkaitan dengan moralitas, tingkah laku
manusia.
6. Estetika, yang berkaitan dengan persoalan hakikat
keindahan.
Filsafat secara umum dapat diberi pengertian sebagai ilmu
pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk
memperoleh kebenaran hakiki, karena filsafat telah mengalami
perkembangan yang cukup lama tentu dipengaruhi oleh
berbagai faktor, misalnya ruang, waktu, keadaan dan orangnya.
Itulah sebabnya maka timbul berbagai pendapatmengenai
pengertian filsafat yang mempunyai kekhususannya masing-
masing, antara lain :
Berfilsafat Rationalisme mengagungkan akal
Berfilsafat Materialisme mengagungkan materi
Berfilsafat Individualisme mengagungkan individualitas
Berfilsafat Hedonisme mengagungkan kesenangan
a. Filsafat Pancasila
Menurut Ruslan Abdulgani, bahwa Pancasila merupakan
filsafat negara yang lahir sebagai collectieve Ideologie (cita-cita
bersama) dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai
filsafat, karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa
yang mendalam yang dilakukan oleh the founding father kita,
kemudian dituangkan dalam suatu “sistem” yang tepat.
Sedangkan menurut Notonagoro, Filsafat Pancasila memberi
22
pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakekat dari
Pancasila.
b. Karakteristik Sistem Filsafat Pancasila
Sebagai filsafat, Pancasila memiliki karakteristik sistem filsafat
tersendiri yang berbeda dengan filsafat lainnya, yaitu antara
lain :
Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang
bulat dan utuh (sebagai suatu totalitas). Dengan pengertian
lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila
lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan Pancasila.
Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur
asli/permanen/primer Pancasilasebagai suatu yang ada
mandiri, yang unsur-unsurnya berasal dari dirinya sendiri.
Pancasila sebagai suatu realita, artinya ada dalam diri
manusia Indonesia dan masyarakatnya, sebagai suatu
kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh, hidup dan
berkembang dalam kehidupan sehari-hari.
c. Prinsip-prinsip Filsafat Pancasila
Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan
dengan materi/bahan, dalam hal ini Pancasila digali dari
nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa Indonesia
sendiri.
b. Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan
dengan bentuknya, Pancasila yang ada dalam pembukaan
UUD ’45 memenuhi syarat formal (kebenaran formal).
23
c. Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI
dalam menyusun dan merumuskan Pancasila menjadi dasar
negara Indonesia merdeka.
d. Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya,
tujuan diusulkannya Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia merdeka.
B. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai
Suatu Sistem.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya
merupakan suatu sisem filsafat. Pengertian system adalah
suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk suatu tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. System
lazimnya memiliki ciri-ciri sbb :
1. Suatu kesatuan bagian-bagian
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
3. Saling berhubungan dan salaing ketergantungan
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan
tertentu
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks
Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila
pancasila setiap sila pada hakikatnya merupakan suatu asas
sendiri. Fungsi sendiri-sendiri namun secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
24
1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang bersifat Organis.
2. Susunan Pancasila yang bersifat Hierarkhis dan berbentuk
Piramidal.
3. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang
saling mengisi dan saling mengkualifikasi.
4. Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai suatu system filsafat.
1.) Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat
Organis
Setiap sila merupakan unsur ( bagian yang yang mutlak )
dari pancasila, maka pancasila merupakan suatu kesatuan yang
majemuk tunggal. Dalam artian setiap unsur memiliki arti
masing-masing namun saling berhubungan.
2.) Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan
Berbentuk Piramidal
Susunan Pancasila adalah hierarkhis dan berbentuk
piramidal, pengertian metematis piramidal digunakan untuk
menggambarkan hubungan hierarki sila-sila Pancasila dalam
urutan-urutan luas (kuantitas) dan juga dalam hal ini sifatnya
(kualitas). Diantara lima sila ada hubungan yang mengikat yang
satu dengan yang lainnya sehingga Pancasila merupapkan
suatu keseluruhan yang bulat.
3.) Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila
yang saling Mengisi dan saling Mengkulifikasi
25
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam setiap sila terkandung
nilai keempat sila lainnya atau dengan lain perkataan dalam
setiap sila senantiasa dikulifikasi oleh keempat sila lainnya.
C. Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai suatu Sistem
Filsafat
Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem
filsafat memiliki, dasar ontologis, dasar epistemologis dan dasar
aksiologis.
1. Dasar Antropologis sila-sila Pancasila
Pancasila yang terdiri atas lima sila setiap sila bukanlah
merupakan asas yang berdiri sendiri-seindiri, melaikan memiliki
satu kesatuan dasar ontologis. Subjek pendukung sila-sila
Pancasila adalah manusia itu sendiri. Pancasila bahwa hakikat
dasar “Antropologis” sila-sila Pancasila adalah manusia.
2. Dasar Epistemologis Sila-Sila Pancaila
Dasar Epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat
dipisahkan dengan dasar Ontologisnya. Terdapat tiga persoalan
yang mendasar dalam Epistemologi yaitu, pertama tentang
sumber pengetahuan manusi, kedua tentang teori kebenaran
pengetahuan manusia, ketiga tentang watak pengetahuan
manusia. Sebagai suatu paham Epistemologi maka Pancasila
mendasarkan pada pandangannya bahwa ilmu pengetahuan
pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakan pada
kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religius 26
dalam upaya untuk mandapatkan suatu tingkatan pengetahuan
yang mutlak dalam hidup manusia.
3. Dasar Aksiologis Sila-Sila Pancasila
Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu
kesatuan dasar aksiologinya sehingga nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan. Terdapat berbagai macam teori tentang nilai dan hal
ini sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandangnya
masing-masing dalam menentukan tetang menentukan tentang
pengertian nilai dan hierarkhinya. Pada hakikatnya sagala
sesuatu itu bernilai, hanya nilai apa saja yang ada serta
bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia.
D. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi
Bangsa dan Negara Republik Indonesia
1. Dasar Filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai
silsafat hidup Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan
suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis, findamental dan
menyeluruh. Dasar pemikiran filosofis itu terkandung dalam
setiap sila Pancasila, selain itu secara kasualitas bahwa nilai-
nilai Pancasila bersifat objektif dan subjektif. Artinya essensi
nilai-nilai Pancasila bersifat universal.
2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Nilai Fundamental
Negara
Pancasila merupakan dasar yang fundamental bagi negara
Indonesia terutama dalam pelaksanaan dan penyelengaraan
27
negara. Selain itu bahwa nilai-nilai Pancasila juga merupakan
suatu landasan moral etik dalam kehidupan kenegaraan. Hal
tersebut juga meliputi moralitas para penyelengara negara dan
seluruh warga negara. Oleh karena itu bagi Bangsa Indonesia
dalam era reformasi ini seharusnya bersifat rendah hati untuk
mawas diri, agar kesengsaran rakyat tidak semakin bertambah.
E. Inti Isi Sila Pancasila
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila ini mengandung nilai bahwa negara yang didirikan
adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.Oleh Karena itu, segala hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara
harus dijiwai dengan nilai-nilai Ketuhanan yang Maha Esa.
2. Sila Kemanusian Yang Adil Dan Beradab
Sila ini mengandung nilai-nilai bahwa Negara harus
menjungjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai
mahkluk yang beradab. Oleh karena itu kehidupan kenegaraan
harus mewujudkan tercapainya tujuan keinginan harkat dan
martabat manusia. Nilai kemanusian yang beradab adalah
perwujudan nilai kemanusian sebagai mahkluk yang berbudaya,
bermoral dan beragama.
3. Sila persatuan Indonesia
Dalam sila Persatuan Indonesia ini terkandung nilai bahwa
negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia
monodualis yaitu sebagai mahkluk individu dan mahkluk sosial.
Oleh karena itu perbedaan merupakan bawaan kodrat manusia
28
dan juga merupakan ciri khas elemen-elemen yang membentuk
negara.
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Kebijaksanaan
Dalam Permuyawaratan/Perwakilan
Nilai yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat
negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia
sebagai mahkluk individu dan mahkluk sosial. Hakikat rakyat
adalah merupakan sekelompok manusia sebagai
mahkluk Tuhan yang Maha Esa yang berastu dan bertujuan
mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu
wilayah negara. Oleh karena itu rakyat merupakan asal mula
kekuasan negara,sehingga nilai demokrasi yang secara mutlak
harus dilaksanakan dalam hidup negara. Untuk mewujudkan
dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan sosial demi
tercapainya tujuan bersama.
5. Sila Keadilan Sosila Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Makna ini mengandung nilai keadilan yang harus terwujud
dalam kehidupan bersama ( Kehidupan Sosial ).
Konsekuensinya yang harus terwujud dalam kehidupan
bersama adalah meliputi :
a. Keadilan Distributif yaitu suatu hubungan antara negara
terhadap warganya.
b. Keadilan Legal ( Keadilan Bertaat ) yaitu suatu hubungan
keadilan antara warga negara terhadap Negara.
c. Keadilan Komutatif yaitu ssuatu hubungan keadilan antara
warga satu dengan warga yang lainnya secara timbal balik.
29
BAB III
KESIMPULAN
Setelah memperhatikan isi dalam pembahasan di atas, maka
dapat penulis tarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran yang
sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap,
dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-
norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling
bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa
Indonesia.
2. Fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara
Indonesia yaitu :
a. Filasafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia
b. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
c. Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa
Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
30
Prof.DR.Kaelan. M.S, 2010, Pendidikan Pancasila, Paradigma,
Yogyakarta.
Rabu, 29 Oktober 2014
Unsur-Unsur Pancasila Sebagai Sistem Filsafat &
Perbandingan Sistem Filsafat Lain Di Dunia
1. Unsur Ketuhanan
Secara ontologik ada manusia sebagai yang diciptakan
menunjukkan adanya pencipta yaitu Tuhan. Manusia adalah
makhluk Tuhan yang paling sempurna, mempunyai sifat
sebagai individu sebagai makhluk sosial. Karena Tuhan adalah
sempurna maka manusia tidak sempurna. Namun diantara
makhluk, manusia adalah yang paling sempurna.
pengalaman sejarah sebelum datangnya agama Hindu,
Budha, Islam dan Kristen. Bangsa Indonesia telah mempunyai 31
kepercayaan. Karena keadaan alam sedemikian rupa maka
bangsa Indonesia berusaha mempertahankan dan
mengembangkan hidupnya untuk bisa mengatasi tantangan
alam tersebut. Salah satu jawaban yang diberikan berupa
pandangan hidup atau kepercayaan bahwa alam ini ada yang
menciptakan. Karena pengalaman hidup mereka sehari-hari
dan karena kemampuan yang mereka miliki, maka bentuk
kepercayaan yang menguasai alam, adanya kekuatan gaib
yang terdapat pada alam ini dan lain sebagainya. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia pada waktu itupun
sudah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Setelah agama
Hindu dan Budha datang di Indonesia, bangsa Indonesia banyak
memeluk agama-agama tersebut. Demikian pula agama islam
yang telah dipeluk oleh sebagian besar bangsa Indonesia
dengan penuh keyakinan. Pada masa itu pengaruh agama
dalam kehidupan sehari-hari terbukti adanya pengaruh agama
dalam kehidupan sehari-hari terbukti adanya peninggalan,
tulisan dan adat istiadat.
2. Unsur Kemanusiaan
Sebagai bangsa yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa dengan
sendirinya bangsa kita mempunyai rasa kemanusiaan yang
luhur. Pada hakekatnya kemanusiaan adalah bawaan kodrat
manusia. Perikemanusiaan adalah nilai khusus yang bersumber
pada nilai kemanusiaan. Perikemanusiaan adalah yang
bersumber pada kemanusiaan, jiwa yang membedakan
manusia dengan makhluk lain. Berdasarkan pengertian tersebut
sebenarnya semua bangsa mesti mempunyai kemanusiaan,
begitu pula bangsa Indonesia bahkan kemanusiaannya adalah
32
adil dan beradab. Adil berarti memberikan kepada orang lain
apa yang menjadi haknya dan tahu apa haknya sendiri.
Beradab artinya mempunyai adab, mempunyai sopan santun,
mempunyai susila, artinya ada kesediaan menghormati bangsa
lain, menghormati pandangan pendirian dan sikap Bangsa lain.
Sejak dahulu bangsa Indonesia selalu menerima bangsa lain
dengan ramah tamah, karena suatu bangsa tidak akan hidup
sendirian terlepas dari bangsa lain.
3. Unsur Persatuan
Bangsa Indonesia dengan ciri-cirinya rukun, bersatu dan
kekeluargaan, bertindak bukan semata-mata atas perhitungan
untung rugi dan pamrih serta kepentingan pribadi. Oleh karena
itu unsur persatuan sudah terdapat didalam kehidupan
masyarakat Indonesia bahkan sudah dilaksanakan oleh mereka.
4. Unsur Kerakyatan
Istilah kerakyatan berarti bahwa yang berdaulat atau yang
berkuasa adalah rakyat. Dalam bahasa lain Kerakyatan disebut
Demokrasi berasal dari kata Yunani Demos yang berarti Rakyat
Kratos yang berarti Berdaulat. Demokrasi bukan hal yang baru
bagi bangsa Indonesia. Meskipun sebelum tanggal 17 Agustus
1945 di Indonesia belum pernah ada pemerintahan yang
bersifat Demokratik seperti sekarang ini namun sebenarnya
unsur-unsurnya sudah ada, yang selama itu tidak pernah
dimanfaatkan secara Nasional formal.
5. Unsur Keadilan
Istilah adil yaitu menunjukkan bahwa orang harus memberi
kepada orang lain apa yang menjadi haknya dan tahu mana
33
haknya sendiri serta tahu apa kewajibannya kepada orang lain
dan dirinya. Sosial berarti tidak mementingkan diri sendiri saja,
tetapi mengutamakan kepentingan umum, tidak individualistik
dan egoistik, tetapi berbuat untuk kepentingan bersama.
Sebenarnya istilah gotong royong yang berarti bekerja sama
dan membagi hasil karya bersama tepat sekali untuk
menerangkan apa arti Keadilan Sosial.
Istilah sistem sering digunakan dalam menyebutkan
sesuatu, misalnya sistem pemerintahan , sistem pendidikan dan
lain sebagainya. Namun dalam hal ini pengertian system
dikaitkan dengan sistem pancasila.Sebelum membahas
pancasila sebagai suatu system ada baiknya kita pahami
pengertian sistem terlebih dahulu. Sistem adalah bekerjanya
masing-masing unsure atau elemen yang berbeda dalam suatu
kelompok dimana yang satu dan yang lainya saling terkait dan
saling bergantungan untuk mencapai tujuan tertentu demi
mencapai kesuksesan bersama. Misal sepeda merupakan
sebuah sistem yang didalamnya terdapat nsure-unsur yang
satu dan yang lain saling terkait, Unsur tersebut velg. Ban luar,
ban dalam, pentil, rantai, stang dan bagian yang lainya. Masing
–masing unsure tersebut saling terkait sehingga sepeda
tersebut dapat digunakan sebagai alat transportasi untuk
mengantarkan manusia dari suatu tempat ketempat yang lain.
Jika salh satu nsure tidak ada, misalnya pentil yang berpungsi
sebagai utuk menahan udara yang berda di dalam ban maka
banya akan kempes, sistem sepeda tadi bisa berjalan akan
tetapi perjalananya tidak normal seperti biasanya. Nah dari situ
terlihat betapa pentingnya setiap nsure yang memiliki pungsi
dan tugas masing-masing.34
Pancasila sebagai suatu sistem memiliki unsur-unsur yang
berbeda, hal ini dapat kita lihat dalam sila-sila pancasila yang
memiliki ragam makna yang berbeda, namun system dalam
pancasila mempunyai suatu kesatuan yang utuh dan bulat. Sila-
sila dalam pancasila saling berhubungan satu dengan yang lain
untuk mencapai tujuan tertentu. Diantaranya pancasila sebagai
dasar Negara mempunyai fungsi sepagai pedoman di dalam
berbangsa dan bernegara juga sebagai moral bangsa Indonesia
dalam membentuk suatu Negara.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas pancasila sebagai suatu
sistem yang dimana sila-silanya mencakup seluruh aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sudah diatur
sedemikian rupa sehingga membentuk suatu susunan yang
teratur dan tidak bisa dibolak balik. Dalam sila pancasila
memiliki suatu makna yang beruntun. Artinya, sila pertama
lebih luas makanya sehinga menjiwai sila-sila dibawahnya.
Itulah makna pancasila sebagai suatu system.
PERBANDINGAN SISTEM FILSAFAT LAIN DI DUNIA
Sistem adalah suatu kesatuan prosedur atau komponen
yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, bekerja sama
sesuai dengan aturan yang diterapkan, sehingga membentuk
suatu tujuan yang sama.Filsafat adalah pandangan hidup
seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep
dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.
Sistem Filsafat adalah kumpulan atau kesatuan
pemikiran/ajaran yang saling berhubungan dan mampu
menjangkau seluruh realitas yang ada, mencakup pemikiran 35
teoritis tentang realitas adanya tuhan, alam, dan manusia,
untuk mencapai tujuan tertentu.
- Perbandingan Filsafat Pancasila Dengan Sistem Filsafat
Lainnya Di Dunia Secara filosofis, Pancasila sebagai suatu
kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis, dasar
epistemologis dan dasar aksiologis sendiri yang berbeda
dengan sistem filsafat yang lainnya misalnya materialisme,
liberalisme, pragmatisme, komunisme, idealisme dan lain-lain
paham filsafat di dunia.
1. Dasar Antologis Sila-sila Pancasila
Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia
yang memiliki hakikat mutlak,
oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar
antropologis. Subjek pokok pendukung sila-sila Pancasila adalah
manusia.
2. Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila
Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu sistem
pengetahuan. Kalau manusia merupakan basis ontologi
Pancasila maka dengan demikian mempunyai implikasi
terhadap bangunan epistemologis dari Pancasila. Terdapat tiga
persoalan yang mendasar dalam epistemologis, yaitu : pertama
tentang sumber pengetahuan manusia, kedua tentang teori
kebenaran pengetahuan manusia, ketiga tentang watak
pengetahuan manusia.
Pancasila mendasarkan pada pandangannya bahwa ilmu
pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus
diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta
36
moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu
tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia.
3. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila
Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai
macam apa saja yang ada serta bagaimana hubungan nilai
tersebut dengan manusia. Menurut Notonegoro, nilai-nilai
tersebut dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
a. Nilai Material : segala sesuatu yang berguna bagi jasmani
manusia.
b. Nilai Vital : segala sesuatu yang berguna bagi manusia
untuk mengadakan suatu aktivitas atau kegiatan.
c. Nilai Kerohanian : segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia yang dapat dibedakan atas empat tingkatan
sebagai berikut :
– Nilai kebenaran : nilai yang bersumber pada akal, rasio,
budi atau cipta manusia.
– Nilai keindahan/estetis : nilai yang bersumber pada
perasaan manusia.
– Nilai kebaikan/moral : nilai yang bersumber pada unsur
kehendak (will, wollen, karsa) manusia
– Nilai religius : nilai kerohanian tertinggi dan bersifat
mutlak yang berhubungan dengan kepercayaan dan
keyakinan manusia serta bersumber pada wahyu Tuhan
Yang Maha Esa.
Pengetahuan Sistem Filsafat Perbandingan dengan Sistem
Filsafat lainnya37
Secara ilmiah harus disadari bahwa suatu masyarakat suatu
bangsa, senantiasa memeliki suatu pandangan hidup atau
filsaat hidup masing-masing, yang berbeda dengan bangsa lain
didunia. Inilah yang disebut sebagai local genius (kecerdasan /
kreatifitas local ) dan sekaligus sebagai local wisdom (kearifan
local) bangsa. Dengan demikian, bangsa Indonesia tidak
mungkin memiliki kesamaan pandangan hidup dan filsafat
hidup dengan bangsa lain. Ketika para pendiri Negara Indonesia
menyiapkan berdirinya Negara Indonesi merdeka, mereka sadar
sepenuhnya untuk menjawab suatu pertanyaan yang
fundamental “ di atas dasar apakah Negara Indonesia merdeka
ini didirikan?” jawaban atas pertanyaan mendasar ini akan
selalu menjadi dasar dan tolak ukur utama bangsa ini meng-
Indonesia. Dengan kata lain, jati diri bangsa selalu bertolak ukur
pada nilai-nilai pancasila sebagai filsafat bangsa. Pancasila
yang terdiri atas lima sila pada hakekatnya merupakan system
filsafat.
1. Filsafat: Secara etimologis cinta akan kebijaksanaan, tapi
dapat pula diartikan sebagai keinginan yang sungguh-
sungguh untuk mencari kebenaran yang sejati.
2. Filsafat Pancasila: Kebenaran dari sila-sila Pancasila
sebagai dasar negara atau dapat pula diartikan bahwa
Pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang utuh dan
logis.
Menurut Ruslan Abdul Gani, bahwa pancasila merupakan
filsafat Negara yang lahir collective ideologie (cita-cita
bersama). Dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai
filsafat, karena pancasila merupakan hasil perenungan jiwa
38
yang mendalam yang dilakukan olehthe founding father bangsa
Indonesia, kemudian dituangkan dalam suatu “system” yang
tepat. Adapun menurut Notonagoro, filsafat pancasila memberi
pengetahuan dan pengertian ilmiah, yaitu tentang hakikat
pancasila.
Filsafat Pancasila merupakan refleksi kritis dan rasional tentang
Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan bahwa budaya
bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertian secara mandasar dan menyeluruh. Adapun
perbandingan Filsafat Pancasila dengan Filsafat lainnya yaitu
sebagai berikut:
1. Filsafat Komunisme
Filsafat ini tidak mementingkan adanya hal-hal ketuhanan.
Semua hal diatur oeh satu kelompok yang paling berkuasa.
Dalam filsafat ini, semua kebebasan dihapuskan. Semua hal
diatur oleh penguasa tunggal sehingga sumber dari segala
sumber hukum yang berlaku tidak berasal dari suara rakyat,
namun dari penguasa tunggal yang ada dimana filsafat komunis
itu berada.
2. Filsafat Liberalisme
Dalam hal ini, semua hal tidak memiliki batasan, sehingga
memungkinkan adanya benturan-benturan dalam masyarakat.
Tidak ada yang mengatur tentang penanggulangan benturan-
benturan tersebut,. masyarakat hanya akan menegur bila
merasa teranggu oleh orang lain, namun apabila tidak merasa
terganggumaka mereka cenderung untuk bersikap masa bodoh.
3. Filsafat Individualisme
39
Filsafat ini lebih cenderung lebih kekehidupan masing-masing
orang dimana antara orang yang saru dengan orang yang lain
tidak mempunya ikatan sosial atau dengan kata lain, mereka
berdiri masing-masing. Tidak terdapat kebersamaan, persatuan
atau tujuan bersama.
Minggu, 18 Januari 2015makalah PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pancasila yang dibina oleh Bapak Drs. Salamun HS, M. Pd
Disusun oleh:
HUSRIN
SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM SUFYAN TSAURI
(STAIS) MAJENANG
Jln. K.H Sufyan Tsauri Majenang 53257 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena
atas limpahan Karunia, Rahmat, dan Hidayah-Nya yang berupa
kesehatan, sehingga makalah yang berjudul ‘PANCASILA SEBAGAI
SISTEM FILSAFAT ‘ dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
40
Makalah ini disusun sebagai tugas individu mata kuliah
Filsafat Pancasila. Saya berusaha menyusun makalah ini
dengan segala kemampuan, namun saya menyadari bahwa
makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi
penulisan maupun segi penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun akan saya terima dengan
senang hati demi perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bisa memberikan informasi mengenai
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat dan bermanfaat bagi para
pembacanya. Atas perhatian dan kesempatan yang diberikan
untuk membuat makalah ini saya ucapkan terima kasih..
Majenang, 23 September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan Penulisan 2
1.4. Manfaat 2
BAB II PEMBAHASAN 3
41
2.1 Pengertian Filsafat dan Dasar Filsafat Pancasila 3
2.2 Arti Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia 6
2.3 Kedudukan dan pandangan integralistik Pancasila sebagai
sistem .filsafat 7
2.4 Dasar sehingga Pancasila di jadikan Sebagai Sistem Filsafat
bangsa Indonesia 9
BAB III PENUTUP 10
Kesimpulan 10
Saran 10
Daftar Pustaka
11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
42
Setiap negara atau bangsa di dunia ini mempunyai sistem
nilai (filsafat) tertentu yang menjadi pegangan bagi anggota
masyarakat dalam menjalankan kehidupan dan
pemerintahannya. Filsafat negara merupakan pandangan hidup
bangsa yang diyakini kebenarannnya dan diaplikasikan dalam
kehidupan masyarakat yang mendiami negara tersebut.
Pandangan hidup bangsa merupakan nilai-nilai yang dimiliki
oleh setiap bangsa. Nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi
segala aspek suatu bangsa. Nilai adalah suatu konsepsi yang
secara eksplisit maupun implisit menjadi milik atau ciri khas
seseorang atau masyarakat. Pada konsep tersembunyi bahwa
pilihan nilai merupakan suatu ukuran atau standar yang
memiliki kelestarian yang secara umum digunakan untuk
mengorganisasikan sistem tingkah laku suatu masyarakat
(Prayitno, 1989:1).
Sistem nilai ( filsafat) yang dianut suatu bangsa
merupakan filsafat masyarakat budaya bangsa. Bagi suatu
bangsa, filsafat merupakan sumber dari segala sumber hukum
yang berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa, dan negara.
Oleh karena itu, filsafat berfungsi dalam menentukan
pandangan hidup suatu masyarakat dalam menghadapi suatu
masalah, hakikat dan sifat hidup, hakikat kerja, hakikat
kedudukan manusia, etika dan tata krama pergaulan dalam
ruang dan waktu, serta hakikat hubungan manusia dengan
manusia lainnya (Prayitno, 1989:2).
Indonesia adalah salah satu negara yang juga memiliki
filsafat seperti bangsa-bangsa lain. Filsafat ini tak lain adalah
43
yang kita kenal dengan nama Pancasila yang terdiri dari lima
sila. Pancasila merupakan filsafat hidup bangsa Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang nantinya akan dibahas dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.2.1 Pengertian filsafat dan dasar filsafat pancasila,
1.2.2 Arti Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia,
1.2.3 Kedudukan dan pandangan integralistik Pancasila
sebagai sistem filsafat ,
1.2.4 Dasar sehingga Pancasila di jadikan Sebagai Sistem
Filsafat bangsa Indonesia .
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui arti Pancasila dalam
kedudukannya sebagai filsafat bangsa Indonesia.
2. Untuk mengetahui kedudukan dan pandangan
integralistik Pancasila sebagai sistem filsafat.
3. Untuk mengetahui dasar sehingga Pancasila di jadikan
Sebagai Sistem Filsafat bangsa Indonesia.
4. Bagi dosen, sebagai tolak ukur atau penilaian terhadap
mahasiswa dalam memahami Pancasila sebagai sistem
filsafat.
44
5. Bagi penulis, sebagai sarana untuk memperoleh
keterampilan dalam melakukan penulisan dan pengetahuan
tentang pancasila sebagai sistem filsafat.
1.4 Manfaat
Setelah menentukan latar belakang, rumusan masalah dan
tujuan dari makalah ini, maka saya menemukan beberapa
manfaat khususnya bagi saya pribadi dimana dapat menambah
pengetahuan saya akan makna filsafat dan dasar filsafat
pancasila serta kedudukan pancasila sebagai sistem filsafat
bangsa. Dengan demikian, saya lebih mengetahui lagi
akan peranan pancasila dalam kedudukannya sebagai filsafat
bangsa sehingga tidaklah salah jika pancasila dijadikan
fundamental bangsa Indonesia.
45
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat Dan Dasar Filsafat Pancasila
Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu
philosophia. Kata itu terdiri dari kata philo, philos, philein yang
mempunyai arti cinta / pecinta / mencintai dan sophia yang
berarti kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran. Jadi
secara harfiah istilah filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan
atau kebenaran yang hakiki.
Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu
filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk. Selain
itu, ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat
sebagai pandangan hidup. Disamping itu, dikenal pula filsafat
dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis. Pancasila
dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat
sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu
berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai
pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan
perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa
Indonesia dimanapun mereka berada.
Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut
diperhatikan, yaitu filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai
suatu pandangan, keduanya sangat berguna untuk memahami
Pancasila. Di sisi lain, kesatuan sila-sila Pancasila pada
46
hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat
formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis,
dasar epistemologi dan dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila.
Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang
Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa
dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertian
secara mendasar dan menyeluruh. Pembahasan filsafat dapat
dilakukan secara deduktif (dengan mencari hakikat Pancasila
serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis
menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif dan secara
induktif (dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya
masyarakat, merefleksikannya dan menarik arti dan makna
yang hakiki dari gejala-gejala itu). Dengan demikian, filsafat
Pancasila akan mengungkapkan konsep-konsep kebenaran
yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan
bagi manusia pada umumnya
Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai
dengan konteksnya, misalnya Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat negara Republik
Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia.
Seluruh kedudukan dan fungsi Pancasila itu bukanlah berdiri
secara sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokan maka
akan kembali pada dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu
sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup bangsa
Indonesia.
Ada beberapa dasar yang menjadikan pancasila sebagai
filsafat bangsa Indonesia yaitu :
47
1. Landasan Ontologis Pancasila
Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang
menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau
eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika. Jadi
ontologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki makna yang
ada (eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan
hakikat ada, termasuk ada alam, manusia, metafisika dan
kesemestaan atau kosmologi. Dasar ontologi Pancasila adalah
manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh
karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis. Subyek
pendukungnya adalah manusia, yakni : yang berketuhanan,
yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan
dan yang berkeadilan pada hakikatnya adalah manusia. Hal
yang sama juga berlaku dalam konteks negara Indonesia,
Pancasila adalah filsafat negara dan pendukung pokok negara
adalah rakyat (manusia).
2. Landasan Epistemologis Pancasila
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki
asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.
Pengetahuan manusia sebagai hasil pengalaman dan
pemikiran, membentuk budaya. Bagaimana manusia
mengetahui bahwa ia tahu atau mengetahui bahwa sesuatu itu
pengetahuan menjadi penyelidikan epistemologi. Dengan kata
lain, adalah bidang/cabang yang menyelidiki makna dan nilai
ilmu pengetahuan, sumbernya, syarat-syarat dan proses
terjadinya ilmu, termasuk semantik, logika, matematika dan
teori ilmu.
48
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada
hakikatnya adalah suatu sistem pengetahuan. Dalam kehidupan
sehari-hari Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi bangsa
Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia,
masyarakat, bangsa, dan negara tentang makna hidup serta
sebagai dasar bagi manusia Indonesia untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan. Pancasila
dalam pengertian seperti itu telah menjadi suatu sistem cita-
cita atau keyakinan-keyakinan (belief system) sehingga telah
menjelma menjadi ideologi yang mengandung tiga unsur yaitu :
a. Logos (rasionalitas atau penalaran)
b. Pathos (penghayatan)
c. Ethos (kesusilaan).
3. Landasan Aksiologis Pancasila
Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan
atau ilmu/teori. Menurut Brameld, aksiologi adalah cabang
filsafat yang menyelidiki
a. Tingkah laku moral, yang berwujud etika,
b. Ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan
keindahan,
c. Sosio politik yang berwujud ideologi.
Kehidupan manusia sebagai mahluk subyek
budaya, pencipta dan penegak nilai, berarti manusia secara
sadar mencari memilih dan melaksanakan (menikmati) nilai.
Jadi nilai merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Dengan
49
demikian, aksiologi adalah cabang fisafat yang menyelidiki
makna nilai, sumber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai dan hakikat
nilai, termasuk estetika, etika, ketuhanan dan agama.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikemukakan pula
bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya yang bersifat
material saja tetapi juga sesuatu yang bersifat
nonmaterial/rokhaniah. Nilai-nilai material relatif mudah diukur
yaitu dengan menggunakan indra maupun alat pengukur
lainnya, sedangkan nilai rokhaniah alat ukurnya adalah hati
nurani manusia yang dibantu indra manusia yaitu cipta, rasa,
karsa serta keyakinan manusia.
2.2 Arti Pancasila Sebagai Filsafat
Bangsa Indonesia sudah ada sejak zaman Sriwijaya dan
zaman Majapahit dalam satu kesatuan. Namun, dengan
datangnya bangsa barat persatuan dan kesatuan itu dipecah
oleh mereka dalam rangka menguasai daerah Indonesia yang
kaya raya ini. Arti Pancasila sebagai dasar filsafat negara
adalah sama dan mutlak bagi seluruh tumpah darah Indonesia.
Tidak ada tempat bagi warga negara Indonesia yang pro dan
kontra, karena Pancasila sudah ditetapkan sebagai filsafat
bangsa Indonesia.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai fungsi filsafat
Pancasila perlu dikaji tantang ilmu-ilmu yang erat kaitannya
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Fungsi filsafat
secara umum, sebagai berikut :
50
1. Memberi jawaban atas pernyataan yang bersifat
fundamental atau mendasar dalam kehidupan bernegara.
Segala aspek yang erat kaitannya dengan kehidupan
masyarakat bangsa tersebut dan yang berkaitan dengan
kelangsungan hidup dari negara bersangkutan. Oleh karena
itu, fungsi Pancasila sebagai filsafat dalam kehidupan
bernegara, haruslah memberikan jawaban yang mendasar
tentang hakikat kehidupan bernegara. Hal yang fundamental
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, susunan politik
atau sistem politik dari negara, bentuk negara, susunan
perekonomian dan dasar-dasar pengembangan ilmu
pengetahuan. Dalam hal ini Pancasila yang dikaji dari sudut
fungsinya telah mampu memberikan jawabannya.
2. Filsafat Pancasila mampu memberikan dan mencari
kebenaran yang substansi tentang hakikat negara, ide
negara, dan tujuan negara. Dasar Negara kita ada lima dasar
dimana setap silanya berkaitan dengan sila yang lain dan
merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak terbagi dan tidak
terpisahkan. Saling memberikan arah dan sebagai dasar
kepada sila yang lainnya. Tujuan negara akan selalu kita
temukan dalam setiap konstitusi negara bersangkutan.
Karenanya tidak selalu sama dan bahkan ada
kecenderungan perbedaan yang jauh sekali antara tujuan
disatu negara dengan negara lain. Bagi Indonesia secara
fundamental tujuan itu ialah Pancasila dan sekaligus menjadi
dasar berdirinya negara ini.
3. Pancasila sebagi filsafat bangsa harus mampu menjadi
perangkat dan pemersatu dari berbagai ilmu yang
51
dikembangkan di Indonesia. Fungsi filsafat akan terlihaat
jelas, kalau di negara itu sudah berjalan keteraturan
kehidupan bernegara.
2.3 Kedudukan Dan Pandangan Integralistik Pancasila
Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Dalam sistem
itu masing-masing silanya saling kait mengkait merupakan satu
kesatuan yang menyeluruh. Di dalam Pancasila tercakup filsafat
hidup dan cita-cita luhur bangsa Indonesia tentang hubunagan
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama
manusia, hubungan manusia dengan lingkungannya. Menurut
Driyakarya, Pancasila memperoleh dasarnya pada eksistensi
manusia sebagai manusia, lepas dari keadaan hidupnya yang
tertentu. Pancasila merupakan filsafat tentang kodrat manusia.
Dalam pancasila tersimpul hal-hal yang asasi tentang manusia.
Oleh karena itu, pokok-pokok Pancasila bersifat universal.
Berdasarkan hal tersebut, dapat diperoleh unsur inti yang tetap
dari Pancasila, yang tidak mengalami perubahan dalam dunia
yang selalu berubah ini. Sifatnya yang abstrak, umum dan
universal ini mengemukakan Pancasila dalam isi dan artinya
sama dan mutlak bagi seluruh bangsa, diseluruh tumpah darah
dan sepanjang waktu sebagai cita-cita bangsa dalam Negara
Republik Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.
Secara lebih lanjut dapat dikemukakan pula bahwa dasar
filsafat bangsa Indonesia bersifat majemuk tunggal
(monopluralis), yang merupakan persatuan dan kesatuan dari
sila-silanya. Akan tetapi bukan manusia yang menjadi dasar
52
persatuan dan kesatuan dari sila-sila Pancasila itu, melainkan
dasar persatuan dan kesatuan itu terletak pada hakikat
manusia. Secara hakiki, susunan kodrat manusia terdiri atas
jiwa dan badan, sifat kodratnya adalah sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial, dan kedudukan kodratnya adalah
sebagai makhluk Tuhan dan makhluk yang berdiri sendiri
(otonom). Aspek-aspek hakikat kodrat manusia itu dalam
realitasnya saling berhubungan erat, saling brkaitan, yang satu
tidak dapat dipisahkan dari yang lain. Jadi bersifat monopluralis,
dan hakiikat manusia yang monopluralis itulah yang menjadi
dasar persatuan dan kesatuan sila-sila Pancasila yang
merupakan dasar filsafat Negara Indonesia.
Pancasila yang bulat dan utuh yang bersifat majemuk
tunggal itu menjadi dasar hidup bersama bangsa Indonesia
yang bersifat majemuk tunggal pula. Dalam kenyataannya,
bangsa Indonesia itu terdiri dari berbagai suku bangsa, adat
istiadat, kebudayaan dan agama yang berbeda. Dan diantara
perbedaan yang ada sebenarnya juga terdapat kesamaan.
Secara hakiki, bangsa Indonesia yang memiliki perbedaan-
perbedaan itu juga memiliki kesamaan,.bangsa Indonesia
berasal dari keturunan nenek moyang yang sama, jadi dapat
dikatakan memiliki kesatuan darah. Dapat diungkapkan pula
bahwa bangsa Indonesia yang memiliki perbedaan itu juga
mempunyai kesamaan sejarah dan nasib kehidupan. Secara
bersama bangsa Indonesia pernah dijajah, berjuang melawan
penjajahan, merdeka dari penjajahan. Dan yang lebih penting
lagi adalah bahwa setelah merdek, bangsa Indonesia
mempunyai kesamaan tekad yaitu mengurus kepentingannya
sendiri dalam bentuk Negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, 53
adil dan makmur. Kesadaran akan perbedaan dan kesamaan
inilah yang menumbuhkan niat, kehendak (karsa dan Wollen)
untuk selalu menuju kepada persatuan dan kesatuan bangsa
atau yang lebih dikenal dengan wawasan “ bhineka tunggal ika
“.
Pernyataan lebih lanjut adalah bagaimana bangsa
Indonesia melaksanakan kehidupan bersama berlandaskan
kepada dasar filsafat Pancasila sebagai asas persatuan dan
kesatuan sebagai perwujudan hakikat kodrat manusia. Pada
saat mendirikan Negara Indonesia, para pendiri sepakat untuk
mendirikan Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan
sifat dan corak masyarakat Indonesia,yaitu Negara yang
berdasar atas aliran pikiran Negara (staatsidee) negara yang
integralistik, negara yang bersatu dengan seluruh rakyatnya,
yang mengatasi seluruh golongan dalam bidang apapun.
Jadi negara sebagai susunan dari seluruh masyarakat
dimana segala golongan, segala bagian dan seluruh
anggotanya berhubungan erat satu dengan lainnya dan
merupakan persatuan dan kesatuan yang organis. Kepentingan
individu dan kepentingan bersama harus diserasikan dan
diseimbangkan antara satu dengan lainnya. Hidup kenegaraan
diatur dalam prinsip solidaritas, menuntut bahwa kebersamaan
dan individu tidak dapat dipertentangkan satu dengan lainnya.
Negara harus dipandang sebagai institusi seluruh rakyat yang
memberi tempat bagi semua golongan dan lapisan masyarakat
dalam bidang apapun. Sebaliknya negara juga bertanggung
jawab atas kemerdekaan dan kesejahteraan semua warga
negara. Tujuan Negara adalah kesejahteraan umum. Oleh
54
karena itu negara tidak mempersatukan diri dengan golongan
terbesar, juga tidak mempersatukan diri dengan golongan yang
paling kuat, melainkan Negara mengusahakan tujuannya
dengan memperhatikan semuua golongan dan semua
perseorangan. Negara mempersatukan diri dengan seluruh
lapisan masyarakat.
2.4 Dasar Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Negara kita Indonesia dalam pengelolaan atau pengaturan
kehidupan bernegaranya dilandasi oleh filsafat atau ideologi
pancasila. Fundamen negara ini harus tetap kuat dan kokoh
serta tidak mungkin diubah. Mengubah fundamen, dasar, atau
ideologi berarti mengubah eksistensi dan sifat negara.
Keutuhan negara dan bangsa bertolak dari sudut kuat atau
lemahnya bangsa itu berpegang kepada dasar negaranya.
Alasan pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. Secara prktis-fungsional, dalam tata-budaya masyarakat
Indonesia pra-kemerdekaan nilai Pancasila diakui sebagai
filsafat hidup atau pandangan hidup yang dipraktekkan.
2. Secara formal-konstitusional, bangsa Indonesia
mengakui Pancasila dalah dasar negara (filsafat negara) RI.
3. Secara psikologis dan kultural, bangsa dan budaya
Indonesia sederajat dengan bangsa dan budaya manapun.
Karenanya, wajar bangsa Indonesia sebagaimana bangsa-
bangsa lain (Cina, India, Arab, Eropa) mewarisi sistem
55
filsafat dalam budayanya. Jadi, Pancasila adalah filsafat
yang diwarisi dalam budaya Indonesia.
4. Secara potensial, filsafat Pancasila akan berkembang
bersama dinamika budaya; filsafat Pancasila akan
berkembang secara konsepsional, kaya konsepsional dan
kepustakaan secara kuantitas dan kualitas. Filsafat
Pancasila merupakan bagian dari khasanah dan filsafat
yang ada dalam kepustakaan dan peradaban modern.
56
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
filsafat adalah cinta akankebijakan. Sedangkan Pancasila
sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian
yang saling berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang
satu dengan sila yang lain untuk tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang
mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang
mendasar.
3.2 Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan
saran kepada pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui
sejauh mana kita mempelajari tentang filsafat, filsafat
pancasila, dan pancasila sebagai sistem filsafat. Semoga
dengan makalah ini para pembaca dapat menambah cakrawala
ilmu pengetahuan.
57
Jumat, 16 Agustus 2013
Makalah Pendidikan Pancasila
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Disusun oleh :
Jalaluddin ( 201231052 )
Kelas: 2.2 Agroteknologi
JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KALTARA TANJUNG SELOR 2013
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
MOTTO : “ Belajar memahami arti penting pancasila sebagai
Filsafat akan membuat kita mengerti lebih jauh apa arti yang
terkandung dalam pancasila itu sendiri. “
Persembahan : 1. Untuk Pak Zubair yang telah
memberikan tugas ini
2. Untuk Rekan-rekan kami yang telah
membantu kami
58
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat
secara langsung ataupun tidak langsung mengakibatkan
perubahan besar pada berbagai bangsa di dunia.Gelombang
besar kekuatan internasional dan transnasional melalui
globalisasi telah mengancam, bahkan mengasai eksistensi
Negara-negara kebangsaan, termasuk Indonesia. Akibat yang
langsung terlihat adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam
kehidupan kebangsaan karena adanya perbenturan
kepentingan antara nasionalisme dan internasionalisme.
Permasalahan kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia
menjadi semakin kompleks dan rumit manakala ancaman
internasional yang terjadi di satu sisi, pada sisi yang lain
muncul masalah internal, yaitu maraknya tunttan rakyat, yang
secara objektif mengalami suatu kehidupan yang jauh dari
kesejahteraan dan keadilan sosial. Paradoks antara kekuasaan
global dengan kekuasaan nasional ditambah komplik internal
seperti gambaran di atas, mengakibatkan suatu tarik menarik
kepentingan yang secara langsung mengancam jati diri bangsa.
Nilai-nilai baru yang masuk, baik secara sujektif maupun
objektif, serta terjadinya pergeseran nilai di tengah masyarakat
yang pada akhirnya mengancam-prinsip-prinsip hidup
berbangsa masyarakat Indonesia. Prinsip dasar yang telah
ditemukan oleh peletak dasar (The founding fathers) Negara
59
Indonesia yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip
dasar filsafat bernegara, itulah pancasila. Dengan pemahaman
demikian, maka pancasila sebagai filsafat hidup bangsa
Indonesia saat ini mengalami ancaman dengan munculnya nilai
nilai baru dari nuar dan pergeseran nilai-nilai yang terjadi
Secara ilmiah harus disadari bahwa suatu masyarakat suatu
bangsa, senantiasan memeliki suatu pandangan hidup atau
filsaat hidup masing-masing, yang berbeda dengan bangsa lain
didunia. Inilah yang disebut sebagai local genius
(kecerdasan/kreatifitas lokal) dan sekaligus sebagai local
wisdom (kearifan local) bangsa. Dengan demikian, bangsa
Indonesia tidak mungkin memiliki kesamaan pandangan hidup
dan filsafat hidup dengan bangsa lain.
Ketika para pendiri Negara Indonesia menyiapkan berdirinya
Negara Indonesi merdeka, mereka sadar sepenuhnya untuk
menjawab suatu pertanyaan yang fundamental “di atas dasar
apakah Negara Indonesia merdeka ini didirikan?” jawaban atas
pertanyaan mendasar ini akan selalu menjadi dasar dan tolak
ukur utama bangsa ini meng-Indonesia. Dengan kata lain, jati
diri bangsa selalu bertolak ukur pada nilai-nilai pancasila
sebagai filsafat bangsa. Pancasila yang terdiri atas lima sila
pada hakikatnya merupakan sistim filsafat. Pemahaman
demikian memerlukan pengkajian lebih lanjut menyangkut
aspek ontology, epistemology, dan aksiologi dari kelima sila
pancasila.
1.2 Tujuan
60
Adapun Tujuan Umum dan Khusus dari pembuatan makalah ini
yaitu:
1. Agar kami mendapatkan nilai dari tugas Dosen mata kuliah
2. mengetahui aspek dari isi pencasila sebagai filsafat
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
a. Guna menambah wawasan para mahasiswa mengenai
materi yang dibahas dalam makalah ini.
b. Mengembangkan agar kami bisa mengetahui tujuan
khusus pancasila
c. Meningkatkan keterampilan para mahasiswa dalam
membuat makalah dengan benar
61
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Filsafat
Secara etimologi, filsafat adalah istilah atau kata yang
berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Kata itu terdiri
dari dua kata yaitu philo, philos, philein, yang mempunyai arti
cinta/ pecinta/ mencintai dan sophia yang berarti kebijakan,
kearifan, hikmah, hakikat kebenaran. Jadi secara harafiah istilah
filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang
hakiki. Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya
(merenung) terhadap sesuatu secara metodik, sistematik,
menyeluruh dan universal untuk mencari hakikat sesuatu.
Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang paling umum yang
mengandung usaha mencari kebijaksanaandan cinta akan
kebijakan. Kata filsafat untuk pertama kali digunakan oleh
Phythagoras (582 – 496 SM). Dia adalah seorang ahli pikir dan
pelopor matematika yang menganggap bahwa intisari dan
hakikat dari semesta ini adalah bilangan. Namun demikian,
banyaknya pengertian filsafat sebagaimana yang diketahui
sekarang ini adalah sebanyak tafsiran para filsuf itu sendiri. Ada
tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu :
1. Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata
heran merupakan asal dari filsafat. Rasa heran itu akan
mendorong untuk menyelidiki.
2. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran
manusia yang akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini
62
sangat berguna untuk menemukan titik pangkal yang
kemudian tidak disangsikan lagi.
3. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika
ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah
terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya.
Kemudian muncul kesadaran akan keterbatasan bahwa
diluar yang terbatas pasti ada sesuatu yang tdak terbatas.
Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu
filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk. Selain
itu, ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat
sebagai pandangan hidup. Disamping itu, dikenal pula filsafat
dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.
Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk,
filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti
praktis. Hal itu berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan
sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan
perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa
Indonesia dimanapun mereka berada.
Pancasila adalah dasar Filsafat Negara Republik Indonesia
yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945 dan tercantum dalam UUD 1945, dundangkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama
dengan UUD 1945.
Nilai-nilai yang tertuang dalam rumusan sila-sila Pancasila
adalah landasan filosofis yang dianggap, dipercaya dan diyakini
sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang
paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan 63
paling sesuai sebagai dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Bentuk Filsafat Pancasila sendiri digolongkan sebagai
berikut :
1. Bersifat religius yang berarti dalam hal kebijaksanaan
dan kebenaran mengenal adanya kebenaran mutlak yang
berasal dari Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran religius) dan
sekaligus mengakui keterbatasan kemampuan manusia.
2. Memiliki arti praktis yang berarti dalam proses
pemahamannya tidak sekedar mencari kebenaran dan
kebijaksanaan, serta hasrat ingin tahu, tapi hasil pemikiran
yang berwujud filsafat pancasila tersebut dipergunakan
sebagai pedoman hidup sehari-hari (way of life /
weltanschaung) agar mencapai kebahagiaan lahir dan bathin
(Pancasilais).
2.1.1. Obyek Filsafat
Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni
(tidak terikat langsung dengan suatu obyek), yang mendalam
dan daya pikir subyek manusia dalam memahami segala
sesuatu untuk mencari kebenaran. Berpikir aktif dalam mencari
kebenaran adalah potensi dan fungsi kepribadian manusia.
Ajaran filsafat merupakan hasil pemikiran yang sedalam-
dalamnya tentang kesemestaan, secara mendasar
(fundamental dan hakiki). Filsafat sebagai hasil pemikiran
pemikir (filsuf) merupakan suatu ajaran atau sistem nilai, baik
berwujud pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai
64
ideologi yang dianut suatu masyarakat atau bangsa dan
negara. Filsafat demikian, telah tumbuh dan berkembang
menjadi suatu tata nilai yang melembaga sebagai suatu paham
(isme) seperti kapitalisme, komunisme, fasisme dan sebagainya
yang cukup mempengaruhi kehidupan bangsa dan negara
modern. Filsafat sebagai kegiatan olah pikir manusia menyelidik
obyek yang tidak terbatas yang ditinjau dari dari sudut isi atau
substansinya dapat dibedakan menjadi :
a. obyek material filsafat : yaitu obyek pembahasan filsafat
yang mencakup segala sesuatu baik yang bersifat material
kongkrit seperti manusia, alam, benda, binatang dan lain-
lain, maupun sesuatu yang bersifat abstrak spiritual seperti
nilai-nilai, ide-ide, ideologi, moral, pandangan hidup dan lain
sebagainya.
b. obyek formal filsafat : cara memandang seorang peneliti
terhadap objek
material tersebut.
Suatu obyek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai
sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu, terdapat
berbagai macam sudut pandang filsafat yang merupakan
cabang-cabang filsafat. Adapun cabang-cabang filsafat yang
pokok adalah :
a. Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang
bereksistensi di balik fisis yang meliputi bidang : ontologi
(membicarakan teori sifat dasar dan ragam (kenyataan),
kosmologi (membicarakan tentang teori umum mengenai
proses kenyataan, dan antropologi.
65
b. Epistemologi, adalah pikiran-pikiran dengan hakikat
pengetahuan atau kebenaran.
c. Metodologi, adalah ilmu yang membicarakan cara/jalan untuk
memperoleh pengetahuan.
d. Logika, ádalah membicarakan tentang aturan-aturan berpikir
agar dapat mengambil kesimpulan yang benar.
e. Etika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tingkah
laku manusia tentang baik-buruk
f. Estetika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan
hakikat keindahan kejelekan.
2.1.2. Aliran-Aliran Filsafat
Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga
sekarang adalah sebagai berikut :
a. Aliran Materialisme, aliran ini mengajarkan bahwa hakikat
realitas kesemestaan, termasuk mahluk hidup dan manusia
ialah materi. Semua realitas itu ditentukan oleh materi
(misalnya benda ekonomi, makanan) dan terikat pada
hukum alam, yaitu hukum sebab-akibat (hukum kausalitas)
yang bersifat objektif.
b. Aliran Idealisme/Spiritualisme, aliran ini mengajarkan bahwa
ide dan spirit manusia yang menentukan hidup dan
pengertian manusia. Subjek manusia sadar atas realitas
dirinya dan kesemestaan karena ada akal budi dan
kesadaran rohani manusia yang tidak sadar atau mati sama
66
sekali tidak menyadari dirinya apalagi realitas kesemestaan.
Jadi hakikat diri dan kenyataan kesemestaan ialah akal budi
(ide dan spirit)
c. Aliran Realisme, aliran ini menggambarkan bahwa kedua
aliran diatas adalah bertentangan, tidak sesuai dengan
kenyataan (tidak realistis). Sesungguhnya, realitas
kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah benda (materi)
semata-mata. Kehidupan seperti tampak pada tumbuh-
tumbuhan, hewan, dan manusia mereka hidup berkembang
biak, kemudian tua dan akhirnya mati. Pastilah realitas
demikian lebih daripada sekadar materi. Oleh karenanya,
realitas adalah panduan benda (materi dan jasmaniah)
dengan yang non materi (spiritual, jiwa, dan rohaniah).
Khusus pada manusia tampak dalam gejala daya pikir, cipta,
dan budi. Jadi menurut aliran ini, realitas merupakan sintesis
antara jasmaniah-rohaniah, materi dan nonmateri.
2.2. Pancasila sebagai sestem filsafat
2.2.1. Pancasila Sebagai Jati diri Bangsa Indonesia
Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai
dengan konteksnya, misalnya Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat negara Republik
Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia.
Seluruh kedudukan dan fungsi Pancasila itu bukanlah berdiri
secara sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokan maka
akan kembali pada dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu
sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value 67
system) yang merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur
kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar
dari unsur-unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara
keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan bangsa
Indonesia.
Hal itu bisa dilihat dari proses terjadinya Pancasila yaitu
melalui suatu proses yang disebut kausa materialisme karena
nilai-nilai dalam Pancasila sudah ada dan hidup sejak jaman
dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan
yang diyakini kebenarannya itu menimbulkan tekad bagi
bangsa Indonesia untuk mewujudkan dalam sikap dan tingkah
laku serta perbuatannya. Di sisi lain, pandangan itu menjadi
motor penggerak bagi tindakan dan perbuatan dalam mencapai
tujuannya. Dari pandangan inilah maka dapat diketahui cita-cita
yang ingin dicapai bangsa, gagasan kejiwaan apa saja yang
akan coba diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Satu pertanyaan yang sangat
fundamental disadari sepenuhnya oleh para pendiri negara
Republik Indonesia adalah :”di atas dasar apakah Negara
Indonesia didirikan” ketika mereka bersidang untuk pertama
kali di lembaga BPUPKI. Mereka menyadari bahwa makna hidup
bagi bangsa Indonesia harus ditemukan dalam budaya dan
peradaban bangsa Indonesia sendiri yang merupakan
perwujudan dan pengejawantahan nilai-nilai yang dimiliki,
diyakini dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat sepanjang
masa dalam sejarah perkembangan dan pertumbuhan bangsa
sejak lahirnya.
68
Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan
gagasan-gagasan
dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik.
Mereka menciptakan tata nilai yang mendukung tata kehidupan
sosial dan tata kehidupan kerohanian bangsa yang memberi
corak, watak dan ciri masyarakat dan bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan masyarakat dan bangsa lainnya.
Kenyataan yang demikian itu merupakan suatu kenyataan
objektif yang merupakan jatidiri bangsa Indonesia.
Jadi nilai-nilai Pancasila itu diungkapkan dan dirumuskan
dari sumber nilai utama yaitu :
a. nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak, dan
abadi dari Tuhan Yang Maha Esa yang tercermin dalam inti
kesamaan ajaranajaran agama dalam kitab suci
b. nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan
intisari dari nilai-nilai yang luhur budaya masyarkat (inti
kesatuan adat-istiadat yang baik) yang tersebar di seluruh
nusantara.
2.2.2. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu
Sistem
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya
merupakan suatu sistem filsafat. Pengertian sistem adalah
suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh. Lazimnya sistem
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. suatu kesatuan bagian-bagian
69
b. bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
c. saling berhubungan dan saling ketergantungan
d. kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan
bersama (tujuan sistem)
e. terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu
asas sendirisendiri, fungsi sendiri-sendiri namun demikian
secara keseluruhan adalah suatu kesatuan yang sistematis
dengan tujuan (bersama) suatu masyarakat yang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila.
2.2.3. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat
Organis
Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan peradaban, dalam arti, setiap sila merupakan unsur
(bagian yang mutlak) dari kesatuan Pancasila. Oleh karena itu,
Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal,
dengan akibat setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri
terlepas dari sila-sila lainnya. Di samping itu, di antara sila satu
dan lainnya tidak saling bertentangan. Kesatuan si;a-sila yang
bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara filisofis
bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia sebagai
pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat
manusia ”monopluralis” yang memiliki unsur-unsur susunan
kodrat jasmani-rohani, sifat kodrat individu-mahluk sosial, dan
kedudukan kodrat sebagai pribadi berdiri sendiri-mahluk Tuhan
70
Yang Maha Esa. Unsur-unsur itu merupakan suatu kesatuan
yang bersifat organis harmonis.
2.2.4. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarkhis Dan Berbentuk
Piramida
Hirarkhis dan piramidal mempunyai pengertian yang
sangat matematis yang digunakan untuk menggambarkan
hubungan sila-sila Pancasila dalam hal urut-urutan luas
(kuantiítas) dan juga dalam hal isi sifatnya. Susunan sila-sila
Pancasila menunjukkan suatu rangkaian tingkatan luas dan isi
sifatnya dari silasila sebelumnya atau diatasnya.
Dengan demikian, dasar susunan sila-sila Pancasila
mempunyai ikatan yang kuat pada setiap silanya sehingga
secara keseluruhan Pancasila merupakan suatu keseluruhan
yang bulat. Oleh karena itu, sila pertama yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa menjadi basis dari sila-sila Pancasila berikutnya.
Secara ontologis hakikat Pancasila mendasarkan setiap
silanya pada landasan, yaitu : Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat,
dan Adil. Oleh karena itu, hakikat itu harus selalu berkaitan
dengan sifat dan hakikat negara Indonesia. Dengan demikian
maka, sila pertama adalah sifat dan keadaaan negara harus
sesuai dengan hakikat Tuhan; sila kedua sifat dan keadaan
negara harus sesuai dengan hakikat manusia; sila ketiga sifat
dan keadaan negara harus satu; sila keempat adalah sifat dan
keadaan negara harus sesuai dengan hakikat rakyat; dan sila
kelima adalah sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan
hakikat adil. Contoh rumusan Pancasila yang bersifat hirarkis
dan berbentuk pyramidal adalah : sila pertama, Ketuhanan
Yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai sila-sila
71
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan-perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
2.2.5. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang
Saling Mengisi Dan Saling Mengkualifikasi
Kesatuan sila-sila Pancasila yang majemuk tunggal,
hirarkhis pyramidal juga memiliki sifat saling mengisi dan salng
mengkualifikasi. Hal itu dimaksudkan bahwa setiap sila
terkandung nilai keempat sila lainnya, dengan kata lain, dalam
setiap sila Pancasila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila
lainnya. Contoh rumusan kesatuan sila-sila Pancasila yang
mengisi dan saling mengkualifikasi adalah sebagai berikut : sila
Ketuhanan Yang Maha Esa adalah berkemanusiaan yang adil
dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
2.2.6. Pancasila Sebagai Ilmu
Filsafat seabagai induk ilmu pengetahuan. Pengetahuan
dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian pancasila sebagai
system filsafat. Pancasila sebagai system filsafat adalah
pengungkapan. Filsafat sebagai ilmu atau metode dan filsafat
sebagai pandangan hidup hakikat pancasila sebagai suatu
system pengetahuan. Pancasila sebagai system filsafat pada
syarat-syarat filsafat sebagai ilmu adalah pengetahuan hidup
“atau filsafat Negara republic Indonesia yang berdasarkan uud-
45 dan pancasila.
72
Filsafat ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara
substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas
dari peranan filsafat, sebaiknya perkembangan ilmu
memperkuat keberadaan filsafat. Kelahiran filsafat di Yunani
menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunani dari pandangan
mitologi akhirnya lenyap dan pada gilirannya rasiolah yang
dominan.
Perubahan dari pola pikir mite-mite kerasio membawa
implikasi yang tidak kecil. Alam dengan segala gejalanya, yang
selama itu ditakuti kemudian didekati dan bahkan bisa dikuasai.
Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum
alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang
terjadi, baik alam semesta maupun pada manusia sendiri.
Filsafat mengambil peran penting karena dalam filsafat kita
bias menjumpai pandangan-pandangan tentang apa saja
(kompleksitas, mendiskusikan dan menguji kesahihan dan
akuntabilitas pemikiran serta gagasan-gagasan yang bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan intelektual (Bagir,
2005). Menurut kamus Webster New World Dictionary, kata
science berasal dari kata latin, scire yang artinya mengetahui.
Secara bahasa science berarti “keadaan atau fakta mengetahui
dan sering diambil dalam arti pengetahuan (knowledge) yang
dikontraskan melalui intuisi atau kepercayaan. Namun kata ini
mengalami perkembangan dan perubahan makna sehingga
berarti pengetahuan yang sistematis yang berasal dari 11
observasi, kajian, dan percobaan-percobaan yang dilakukan
untuk menetukan sifat dasar atau prinsip apa yang dikaji.
Sedangkan dalam bahasa Arab, ilmu (ilm) berasal dari kata
73
alima yang artinya mengetahui. Jadi ilmu secara harfiah tidak
terlalu berbeda dengan science yang berasal dari kata scire.
Namun ilmu memiliki ruang lingkup yang berbeda dengan
science (sains).
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau
sering juga disebut epistimologi. Epistimologi berasal dari
bahasa Yunani yakni episcmc yang berarti knowledge,
pengetahuan dan logos yang berarti teori. Istilah ini pertama
kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat dua
cabang filsafat yakni epistemology dan ontology, ontology
2.2.7. Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa dan Negara
Indonesia
Keberadaan Pancasila telah terbukti mampu
mempersatukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
dari perpecahan. Dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika,
Pancasila menjadi nilai rujukan kebersamaan atas beragam
budaya dan etnis dari Sabang sampai Merauke. Dari kenyataan
inilah maka fungsi dan peranan Pancasila meliputi:
a. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia
b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
c. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
d. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia
e. Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia
f. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan
bangsa Indonesia
74
g. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia
h. Pancasila sebagai moral pembangunan
i. Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila
Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Indonesia adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki bangsa
itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad
pada bangsa itu untuk mewujudkannya menjadi negara yang
sejahtera (Wellfare State).
2.3. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut
diperhatikan, yaitu filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai
suatu pandangan, keduanya sangat berguna untuk memahami
Pancasila. Di sisi lain, kesatuan sila-sila Pancasila pada
hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat
formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis,
dasar epistemologi dan dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila.
Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang
Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa
dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertian
secara mendasar dan menyeluruh. Pembahasan filsafat dapat
dilakukan secara deduktif (dengan mencari hakikat Pancasila
serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis
menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif dan secara
induktif (dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya
masyarakat, merefleksikannya dan menarik arti dan makna
75
yang hakiki dari gejala-gejala itu). Dengan demikian, filsafat
Pancasila akan mengungkapkan konsep-konsep kebenaran
yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan
bagi manusia pada umumnya.
1. Aspek Ontologis
Ontologi menurut Runes, adalah teori tentang adanya
keberadaan atau eksistensi. Sementara Aristoteles,
menyebutnya sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu
dan disamakan artinya dengan metafisika. Jadi ontologi adalah
bidang filsafat yang menyelidiki makna yang ada (eksistensi
dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan hakikat ada,
termasuk ada alam, manusia, metafisika dan kesemestaan atau
kosmologi. Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang
memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh karenanya disebut
juga sebagai dasar antropologis. Subyek pendukungnya adalah
manusia, yakni : yang berketuhanan, yang berkemanusiaan,
yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan yang berkeadilan
pada hakikatnya adalah manusia. Hal yang sama juga berlaku
dalam konteks negara Indonesia, Pancasila adalah filsafat
negara dan pendukung pokok negaraadalah rakyat (manusia).
2. Aspek Epistemologi
Epistemologi adalah bidang/cabang filsafat yang menyelidiki
asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.
Pengetahuan manusia sebagai hasil pengalaman dan
pemikiran, membentuk budaya. Bagaimana manusia
mengetahui bahwa ia tahu atau mengetahui bahwa sesuatu itu
pengetahuan menjadi penyelidikan epistemologi. Dengan kata
76
lain, adalah bidang/cabang yang menyelidiki makna dan nilai
ilmu pengetahuan, sumbernya, syarat-syarat dan proses
terjadinya ilmu, termasuk semantik, logika, matematika dan
teori ilmu.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya
adalah suatu sistem pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari
Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia
dalam memandang realitas alam semesta, manusia,
masyarakat, bangsa, dan negara tentang makna hidup serta
sebagai dasar bagi manusia Indonesia untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan. Pancasila
dalam pengertian seperti itu telah menjadi suatu sistem cita-
cita atau keyakinan-keyakinan (belief system) sehingga telah
menjelma menjadi ideologi (mengandung tiga unsur yaitu :
1. logos (rasionalitas atau penalaran)
2. pathos (penghayatan), dan
3. ethos (kesusilaan).
3. Aspek Aksiologi
Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau
ilmu/teori. Menurut Brameld, aksiologi adalah cabang filsafat
yang menyelidiki :
a. tingkah laku moral, yang berwujud etika,
b. ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan
keindahan,
c. sosio politik yang berwujud ideologi.
77
Kehidupan manusia sebagai mahluk subyek budaya,
pencipta dan penegak nilai, berarti manusia secara sadar
mencari memilih dan melaksanakan (menikmati) nilai. Jadi nilai
merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Dengan demikian,
aksiologi adalah cabang fisafat yang menyelidiki makna nilai,
sumber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai dan hakikat nilai,
termasuk estetika, etika, ketuhanan dan agama. Berdasarkan
uraian tersebut maka dapat dikemukakan pula bahwa yang
mengandung nilai itu bukan hanya yang bersifat material saja
tetapi juga sesuatu yang bersifat nonmaterial/rokhaniah. Nilai-
nilai material relatif mudah diukur yaitu dengan menggunakan
indra maupun alat pengukur lainnya, sedangkan nilai rokhaniah
alat ukurnya adalah hati nurani manusia yang dibantu indra
manusia yaitu cipta, rasa, karsa serta keyakinan manusia.
2.4. Nilai-Nilai Pancasila Menjadi Dasar Dan Arah Keseimbangan
Antara Hak Dan Kewajiban
Pandangan mengenai hubungan antara manusia dan
masyarakat merupakan falsafah kehidupan masyarakat yang
memberi corak dan warna bagi kehidupan masyarakat.
Pancasila memandang bahwa kebahagiaan manusia akan
tercapai jika ditumbuh-kembangkan hubungan yang serasi
antara manusia dengan masyarakat serta hubungan manusia
dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Apabila memahami nilai-nilai dari sila-sila Pancasila akan
terkandung beberapa hubungan manusia yang melahirkan
keseimbangan antara hak dan kewajiban antar hubungan
tersebut, yaitu sebagai berikut :
78
1. Hubungan Vertikal
Adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa
sebagai penjelmaan dari nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dalam hubungannya dengan itu, manusia memiliki kewajiban-
kewajiban untuk melaksanakan perintah-Nya dan
menjauhkan/menghentikan larangan-Nya, sedangkan hak-hak
yang diterima manusia adalah rahmat yang tidak terhingga
yang diberikan dan pembalasan amal perbuatan di akhirat
nanti.
2. Hubungan Horisontal
Adalah hubungan manusia dengan sesamanya baik dalam
fungsinya sebagai warga masyarakat, warga bangsa maupun
warga negara. Hubungan itumelahirkan hak dan kewajiban
yang seimbang.
3. Hubungan Alamiah
Adalah hubungan manusia dengan alam sekitar yang
meliputi hewan,tumbuh-tumbuhan dan alam dengan segala
kekayaannya. Seluruh alam dengansegala isinya adalah untuk
kebutuhan manusia. Manusia berkewajiban untuk melestarikan
karena alam mengalami penyusutan sedangkan manusia terus
bertambah. Oleh karena itu, memelihara kelestrian alam
merupakan kewajiban manusia, sedangkan hak yang diterima
manusia dari alam sudah tidak terhingga banyaknya.
Kesimpulan yang bisa diperoleh dari filsafat Pancasila adalah
Pancasila memberikan jawaban yang mendasar dan
menyeluruh atas masalah-masalah asasi filsafat tentang negara
Indonesia.
79
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Setelah membaca seluruh isi daripada makalah ini, maka
kami mengambil beberapa kesimpulan dari atas adalah filsafat
adalah ilmu yang paling umum yang mengandung usaha
mencari kebijaksanaandan cinta akan kebijakan. Pancasila
dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat
sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu
berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai
pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan
perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa
Indonesia dimanapun mereka berada.
3.2. Saran
Berdasarkan uraian di atas menurut saya Warganegara
Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan
tinggal di negara Indonesia Oleh karena itu sebaiknya warga
negara Indonesia harus lebih meyakini atau mempercayai,
menghormati, menghargai menjaga, memahami dan
melaksanakan segala hal yang telah dilakukan oleh para
pahlawan khususnya dalam pemahaman bahwa falsafah
Pancasila adalah sebagai dasar falsafat negara Indonesia.
Sehingga kekacauan yang sekarang terjadi ini dapat diatasi dan
80
lebih memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
Indonesia ini.
DAFTAR PUSTAKA
- ttp://kumpulanilmu2.blogspot.com/2013/01/contoh-
makalah-filsafat-pancasila 3875.html Diakses pada tanggal
02 juni 2013
- http://bazrinakperblogku.blogspot.com/2012/12/makalah-
pancasila-sebagai-
Sistem-filsafat.html Diakses pada tanggal 02 juni 2013
- http://kutukuliah.blogspot.com/2012/07/pancasila-sebagai-
sistem- filsafat.html Diakses pada tanggal 02 juni 2013
- http://cara2rico.wordpress.com/2013/03/10/makalah-
kewarganegaraan-pancasila- sebagai-sistem- filsafat/
Diakses pada tanggal 02 juni 2013
81
makalah tentang
” PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT “
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
” PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT “
Dalam pembuatan makalah ini mulai dari perancangan,
pencarian bahan, sampai penulisan, penulis mendapat bantuan,
saran, petunjuk, dan bimbingan dari banyak pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih dan kepada teman-teman yang ikut
berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
perbaikan di masa yang akan datang, dan penulis juga
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Binjai , April 2014
Penulis
82
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................... ii
BAB IPENDAHULUAN....................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................1
C. Tujuan......................................................................................2
D. Manfaat....................................................................................2
E. Kerangka berfikir.....................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................3
A. Pengertian filasat......................................................................3
B. PPancasila Sebagai suatu system filsafat...............................4
BAB III PENUTUP ..........................................................................8
A. Kesimpulan ..............................................................................8
B. Saran.......................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................9
83
BAB I
A. Latar Belakang
Pancasila yang terdiri atas lima sila, pada hakekatnya
merupakan sistem filsafat. Yang dimaksud dengan sistem
adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,
saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Pancasila sebagai system filsafat adalah merupakan
kenyataan pancasila sebagai kenyataan yang obyektif, yaitu
bahwa kenyataan itu ada pada pancasila sendiri terlepas dari
sesuatu yang lain atau terlepas dari pengetahuan orang.
Kenyataan obyekrif yang ada dan terletak pada pancasila,
sehingga pancasila sebagai suatu system filsafat bersifat khas
dan berbeda dalam system-sistem filsafat yang lain. Hal ini
secara ilmiah disebut sebagai filsafat secara obyektif. Dan
untuk mendapatkan makna yang lebih mendalam dan
mendasar, kita perlu mengkaji nilai-nilai pancasila dari kajian
filsafat secara menyeluruh,
B. Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar
dalam penulisan ini penulis memperoleh hasil yang diinginkan,
maka penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah.
Rumusan masalah itu adalah:
1. Apakah pengertian Filsafat dan Filsafat Pancasila?
84
2. Apa yang dimaksud Pancasila sebagai suatu sistem
filsafat ?
3. Apakah fungsi utama filsfat Pancasila bagi bangsa dan
negara Indonesia?
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila.
2. Untuk menambah pengetahuan tentang Pancasila dari
aspek filsafat.
3. Untuk mengetahui pengertian filsafat dan filsafat
Pancasila.
4. Untuk mengetahui fungsi utama filsafat Pancasila bagi
bangsa dan negara Indonesia.
D. Manfaat
Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang
Pancasila dari aspek filsafat.
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian filsafat dan
filsafat pancasila.
3. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi utama filsafat
Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia.
E. Kerangka Berfikir
85
Dilihat dari sejarah bahwa Pancasila sebagai dasar negara
republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, penulis
menggunakan kerangka berfikir melalui pendekatan filsafat
Pancasila dan sejarahnya.
Di bentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia Bung
Karno diangkat jadi ketua PPKI dan Bung Hatta menjadi wakil
ketua. Cepat dan tindaknya kemerdekaan Indonesia sangat
tergantung pada bangsa Indonesia sendiri setelah bekerja keras
tanpa mengenal lelah dan dukungan seluruh rakyat Indonesia
khususnya pemuda – pemuda kita, pada tanggal 17 Agustus
1945 jam 10.00 di dalam rapat terbuka gedung pegangsaan 56
Jakarta, kemerdekaan indonesia di proklamasikan oleh Bung
Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Dari segi etimologi istilah “filsafat” dalam bahasa
Indonesia mempunyai padanan “falsafah” dalam kata Arab.
Sedangkan menurut kata inggris “philosophy”, kata latin
“philosophia”, kata belanda “philosophie”, yang kesemuanya
itu diterjemahan dalam kata Indonesia “Filsafat”. “Philosophia”
ini adalah kata benda yang merupakan hasil dari kegiata
“philosophien” sebagai kata kerjanya. Sedangkan kegiatan ini
dilakukan oleh philosophos atau filsuf sebagai subjek yang
86
berfilsafat. Menurut Dr. Harun Nasution, istilah “falsafah”
berasal dari bahasa yunani “philein” dan kata ini mengandung
arti “cinta” dan “sophos” dalam arti hikmah (wisdom)
(Nasution, 1973).
Istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani, bagsa
Yunani-lah yang mula-mula berfilsafat seperti lazimnya
dipahami oleh orang sampai sekarang. Kata ini bersifat
majemuk, berasal dari kata “philos” yag berarti “sahabat” dan
kata “Sophia” yang berarti “pengetahuan” yang bijaksana
(wished) dalam bahasa Belanda, atau wisdom kata inggris, dan
hikmat menurut kata Arab. Maka philosophia menurut arti
katanya berarti cinta pada pengetahuan yang bijaksana, oleh
karena itu mengusahakannya. (Sidi Gazalba, 1977). Jadi
terdapat sedikit perbedaan arti, disatu pihak menyatakan
bahwa filsafat merupakan bentuk majemuk dari “philein” dan
“sophos”, (Dr.Harun Nasution,1973) di lain pihak filsafat
dinyatakan dalam bentuk majemuk dari “philos” dan “Sophia”
(Sidi Gazalba, 1977) namun secara sistematis memiliki makna
yang sama.
Dengan demikian “filsafat” yang dimaksudkan sebagai
kata majemuk dari philein dan sophos mengandung arti
menintai hal-hal yang sifatnya bijaksana, sedangkan filsafat
yang merupakan bentuk majemuk dari philos dan Sophia
berkonotasi teman dari kebijaksanaan.
Jadi istilah filsafat merupakan suatu istilah yang pada
mulanya secara umum dipergunakan untuk menyebutkan
usaha kearah keutamaan mental (the persuit of mental
exellance) (Ali mudhofir, 1980).
87
B. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat
Pancasila yang terdiri atas lima sila, pada hakekatnya
merupakan sistem filsafat. Yang dimaksud dengan sistem
adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,
saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakekatnya bukanlah
hanya merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja,
namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar
epistimologis, serta dasar aksiologis dari sila Pancasila.
a. Dasar Ontologis
Dasar Ontologis Pancasila pada hakekatnya adalah
manusia yang memiliki hakekat mutlak. Subyek pendukung
pokok-pokok Pancasila adalah manusia, hal ini dijelaskan
sebagai berikut :
“Bahwa yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan,
yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
permusyawaratan/perwakilan, serta yang berkeadilan social
adamah manusia (Notonegoro, 1975:23). Demikian juga jikalau
kita pahami dari segi filsafat Negara, adapun pendukung pokok
Negara adalah rakyat, dan unsure rakyat adalah manusia itu
sendiri, sehingga tepatlah jikalau dalam filsafat Pancasila
bahwa hakekat dasar ontopologis sila-sila pancasila adalah
manusia.
88
Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila pancasila
secara ontologism memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri
atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani, sifat
kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk
social, serta kedudukan kodrat manusia sebagai pribadi berdiri
sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh
karena itu kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi
berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan inilah maka secara
hirarkis sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan
menjiwai keempat sila-sila pancasila lainnya (notonegoro, 1975-
53).
b. Dasar Epistemologis
Dasar epistimologis Pancasila sebagai suatu system
filsafat pada hakekatnya juga merupakan suatu system
pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari pancasila
merupakan pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam
memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat,
bangsa dan Negara tentang makna hidup serta sebagai dasar
bagi manusia dalam menyelesaikan masalah yang terjadi dalam
hidup dan kehidupan. Pancasila dalam pengertian yang
demikian ini telah menjadi suatu system cita-cita atau
keyakinan-keyakinan yang telah menyengkut praksis, karena
dijadikan landasan bagi cara hidup manusia atau suatu
kelompok masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan
masyarakat. Hal ini berarti filsafat telah menjelma menjadi
ideology (Abdul Gani, 1998). Sebagai suatu ideology maka
panasila memiliki 3 unsur pokok agar dapat menarik loyalitas
dari para pendukungnya yaitu :
89
1. Logos, yaitu rasionalitas atau penalarannya
2. Pathos, yaitu penghayatannya
3. Ethos, yaitu kesusilaannya (Wibisono, 1996:3)
Sebagai suatu system filsafat atau ideology maka
pancasila harus memiliki unsur rasional terutama dalam
kedudukannya sebagai suatu system pengetahuan.
c. Dasar Aksiologis
Sila-sila pancasila sebagai suatu system filsafat juga
memiliki satu kesatuan dasar aksiologisnya, sehingga nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila pada hakekatnya juga
merupakan satu kesatuan. Pada hakekatnya segala sesuatu itu
bernilai, hanya nilai macam apa saja yang ada serta bagaimana
hubungan nilai tersebut dengan manusia.
Nilai-nilai pancasila termasuk nilai kerohanian, tetapi
nilai-nilai kerohanian yang mengakui nilai material dan vital.
Dengan demikian nilai-nilai pancasila tergolong nilai
kerohanian, yang juga mengandung nilai-nilai lain secara
lengkap dan harmonis, yaitu nilai material, nilai vital, nilai
kebenaran, nilai keindahan, atau estetis, nilai kebaikan atau
nilai moral ataupun nilai kesucian yang secara keseluruhan
bersifat sistematik hierarkhis, dimana sila pertama sebagai
basisnya sampai sila kelima sebagai tujuannya (Darmo diharjo).
3. Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa dan
Negara Indonesia
90
a. Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Negara
Republik Indonesia.
Pancasila dirumuskan oleh The Founding Fathers dan
lahir dari ways of life bangsa Indonesia, melalui penelitian dan
penyelidikan kesepakatan yang ada pada siding BPUPKI.
Dalam pidatonya Bung Karno 1 juni 1945 mengatakan,
bahwa mengenai pentingnya satu weltanschauung (alat
pemersatu bangsa) lebih kurang beliau mengatakan :” we want
to estabilished a state not for a single individual or for onr
group even not for aristocration, but we want to estabilished a
state one for all and all for all”. Demikian pula dengan berbagai
masukan dari para The foundings Fathers kita yang lain seperti
Mr. Mohammad Yamin, Ki Hadi Bagoes Koesoemo, Mr.
Soepomo, dan lain-lain juga menghendaki adanya satu
Philloosophy Groundslag / filsafat dasar sebuah Negara, hingga
diberikanlah nama mengenai philosophy Grounslag / filsafat
dasar Bangga dan Negara Indonesia adalah PANCASILA.
b. Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Bangsa Indonesia.
Prinsip-prinsip dasar kehidupan bangsa Indonesia
ditemukan oleh para peletak dasar Negara tersebut yang
diangkat dari dasar filsafathidup bangsa Indonesia, yang
kemudian diabstraksikan menjadi prinsip dasar filsafat Negara,
yaitu pancasila. Hal inilah sebagai suatu alasan ilmiah rasional
dalam ilmu filsafat bahwa salah satu lingkup pengertian filsafat
adalah fungsinya sebagai suatu pandangan hidup suatu
masyarakat atau bangsa tertentu (Harold Titus, 1984). 91
Berdasarkan suatu kenyataan sejarah tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa filsafat pancasila sebagai suatu
pandangan hidup bangsa Indonesia, merupakan suatu
kenyataan obyektif yang hidup dan berkembang dalam suatu
masyarakat Indonesia.
c. Filsafat Pancasila Sebagai Sumber dari hukum
dasar Indonesia.
Sebagaimana terkandung dalam pembukaan UUD 1945
alenia IV, susunan tersebut menunjuk bahwa pancasila
merupakan dasar, kerangka dan pedoman bagi Negara dan
tertib hokum Indonesia, yang pada hakekatnya tersimpul salam
asas kerohanian Pancasila. Dengan demikian konsekuensinya
pancasila asas yang mutlak bagi adanya tertib hokum Indonesia
yang pada akhirnya perlu direalisasikan dalam setiap aspek
penyelenggaraan Negara.
Dalam pengertian inilah maka pancasila berkedudukan
sebagai sumber dari hokum dasar Indonesia, atau dengan kata
lain perkataan sebagai sumber tertib hukum Indonesia yang
tercantum dalam ketentuan tertib hukum tertinggi. Yaitu
pembukaan UUD 1945.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada
hakikatnya adalah sebagaimana nilai-nilainya yang bersifat
fundamental menjadi suatu sumber dari segala sumber hukum
dalam negara Indonesia, menjadi wadah yang fleksibel bagi
faham-faham positif untuk berkembang dan menjadi dasar
ketentuan yang menolak faham-faham yang bertentangan
92
seperti Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak beragama,
Kolonialisme, Diktatorisme, Kapitalis, dan lain-lain.
Istilah filsafat dipergunakan dalam berbagai konteks tapi
kita harus tahu dulu apa itu filsafat dan fungsi filsafat serta
kegunaan filsafat dengan uraian yang singkat ini saya
mengharapkan agar timbul kesan pada diri kita bahwa filsafat
adalah suatu yang tidak sukar dan dapat di pelajari oleh semua
orang di samping itu saya menghrapkan agar kita tak
beranggapan filsafat sebagai suatu hasil potensi belaka dan
tidak berpijak realita dengan cara ini saya mengharapkan dapat
menggunakan sebagai modal untuk mempelajari pancasila dari
sudut pandang filsafat.
Dan kita mengenal filsafat pancasila dari sejarah
pelaksanaannya diantara bangsa – bangsa barat tersebut
bangsa belandalah yang akhirnya dapat memegang peran
sebagai penjajah yang benar – benar yang menghancurkan
rakyat Indonesia mengingat keadaan perjuangan bangsa
Indonesia kita harus mengetahui perjuangan sebelum tahun
1900.
Sebenarnya sejak waktu itu pula mempertahankan
kemerdekaan dengan cara bermacam – macam perlawanan
rakyat Indonesia untuk menentang kolonialisme, belanda telah
berjalan dengan hebat. Akan tetapi masih berjalan sendiri –
sendiri dan belum ada kerja sama melalui organisasi yang
teratur .Dan kita harus mengetahui unsur – unsur Pancasila
yang menjiwai perlawanan terhadap kolonialisme jika
perjuangan bangsa Indonesia mengetahui dan teliti dengan
seksama maka unsur – unsur pancasila merupakan semangat
93
dan jiwa perjuangan tersebut kita harus menganalisa dalam
pembahasan seperti:
1. Apa unsur – unsur keTuhanan dalam penjajahan belanda.
2. Unsur kemanusiaan dalam penjajahan belanda yang
menghancurkan rakyat indonesia dengan tidak ada
perikemanusiaan, suatu siksaaan yang di derita rakyat
Indonesia.
3. Unsur persatuan terhadap penjajahan belanda yang
memecah belah persatuan.
4. Unsur kerakyatan terhadap penjajahan belanda tentang
kebebasan untuk mendapatkan pendidikan dan seolah olah
rakyat kecil tidak ada artinya.
5. Unsur yang terakhir yaitu keadilan tentang penjajahan
belanda tidak ada keadilan untuk mendapatkan kebutuhan
kebebasan hak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah memperhatikan isi dalam pembahasan di atas,
maka dapat penulis tarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran yang
sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap,
dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-94
norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling
bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa
Indonesia.
2. Fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara
Indonesia yaitu:
a) Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
b) Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
c) Pancasila sebagai sumber hukum dasar bangsa
Indonesia
B. Saran
Warganegara Indonesia merupakan sekumpulan orang
yang hidup dan tinggal di negara Indonesia Oleh karena itu
sebaiknya warga negara Indonesia harus lebih meyakini atau
mempercayai, menghormati, menghargai menjaga, memahami
dan melaksanakan segala hal yang telah dilakukan oleh para
pahlawan khususnya dalam pemahaman bahwa falsafah
Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara Indonesia.
Sehingga kekacauan yang sekarang terjadi ini dapat diatasi dan
lebih memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
Indonesia ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Sumedang: STKIP
Sebelas April Press.
95
Hamid Darmadi, (2010), Pendidikan Pancasila, Konsep Dasar
dan Implementasi, Alfabeta; Bandung. 144-163
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSFAT
Makalah Ini Ditujukan
Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah
Kewarganegaraan
Drs. M. Rozikin, M.Si
Oleh :
NAMA : DODY PUTRA WIJAYA
NIM : 125030100111173
JURUSAN : ADMINISTRASI PUBLIK
KELAS : H
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
96
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagai sistem filsafat di indonesia, tentu saja
Pancasila memegang peranan yang sangat penting bagi
paradigma dan arah hidup bangsa indonesia baik sebagai
pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai
alat pemersatu dalam kehidupan berbangsa, serta sebagai
pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-
hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus
1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan
Pancasila yang benar berdasarkan ketentuan adalah Satu,
Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan
beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Lima, Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila sebagai filsafat negara Indonesia yang harus
diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar
97
menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan nilai nilai
yang terkandung di dalam nya, bukan hanya sebagai nilai
tertulis atau nilai simbolik semata, melainkan di jadikan sebagai
acuan untuk menjalankan proses kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh
perumus Pancasila itu ialah, Mr. Mohammad Yamin, Prof. Mr.
Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa
Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan
kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara
intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa
yang menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi.
Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang
harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar
menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa
yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan
proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara
Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap
meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa
adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa dan negara Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang nantinya akan dibahas dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.2.1 Pengertian Filsafat,
1.2.2 Manfaat Mempelajari Filsafat,
1.2.3 Pengertian Filsafat Pancasila,
98
1.2.4 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian tentang Filsafat.
2. Mengetahui manfaat dalam mempelajari Filsafat.
3. Mengetahui pengertian tentang Filsafat Pancasila.
4. Mengetahui Pancasila sebagai sitem Filsafat.
5. Bagi dosen, sebagai tolak ukur atau penilaian terhadap
mahasiswa dalam memahami Pancasila sebagai sistem
filsafat.
6. Bagi penulis, sebagai sarana yang bermanfaat untuk
memperoleh keterampilan dalam melakukan penulisan dan
perbendaharaan pengetahuan tentang pancasila sebagai
sistem filsafat.
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN FILSAFAT
Pengertian Filsafat menurut para ahli adalah sebagai berikut :
Pengertian filsafat menurut Pudjo Sumedi AS.,
Drs.,M.Ed. dan Mustakim, S.Pd.,MM,
Istilah dari filsafat berasal bahasa Yunani : ”philosophia”.
Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam
berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan
bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam
99
bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan
“falsafah” dalam bahasa Arab.
Pengertian filsafat menurut Plato
Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai
pengetahuan kebenaran yang asli.
Pengertian filsafat menurut Aristoteles
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran
yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Pengertian filsafat menurut Al Farabi
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud
bagaimana hakikat yang sebenarnya.
Pengertian filsafat menurut Cicero
Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “(the mother of all
the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni
kehidupan)
Pengertian filsafat menurut Johann Gotlich Fickte (1762-
1814)
Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni
ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan
sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan
seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari
seluruh kenyataan.
Pengertian filsafat menurut Paul Nartorp (1854–1924)
100
Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak
menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan
menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya.
Pengertian filsafat menurut Imanuel Kant (1724–1804)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan
pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup
empat persoalan.
Apakah yang dapat kita kerjakan? (jawabannya metafisika)
Apakah yang seharusnya kita kerjakan? (jawabannya Etika)
Sampai dimanakah harapan kita? (jawabannya Agama)
Apakah yang dinamakan manusia? (jawabannya Antropologi)
Pengertian filsafat menurut Notonegoro
Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari
sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang
disebut hakekat.
Pengertian filsafat menurut Driyakarya
Filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya
tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang
kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang
penghabisan”
Pengertian filsafat menurut Sidi Gazalba
Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran
untuk kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan,
dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.
Pengertian filsafat menurut Harold H. Titus (1979)
101
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara
tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran
terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi;
Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu
pandangan keseluruhan;
Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan
tentang arti kata dan pengertian (konsep);
Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian
manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
Pengertian filsafat menurut Hasbullah Bakry
Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala
sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam
semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya
setelah mencapai pengetahuan itu.
Pengertian filsafat menurut Prof. Dr.Mumahamd Yamin
Filsafat ialah pemusatan pikiran, sehingga manusia
menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu
dialamiya kesungguhan.
Pengertian filsafat menurut Prof.Dr.Ismaun, M.Pd.
Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia
dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh, yakni
secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan
102
radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki
(pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
Pengertian filsafat menurut Bertrand Russel
Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah
antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi, filsafat berisikan
pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang
pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak
bisa dipastikan; namun, seperti sains, filsafat lebih menarik
perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun
otoritas wahyu.
III PEMBAHASAN
3.1 PENGERTIAN FILSAFAT
Oleh founding-fathers, Pancasila digali dari nilai-nilai sosio-
budaya bangsa Indonesia dan diperkaya oleh nilai-nilai dan
masukan pengalaman bangsa-bangsa lain. Pancasila
adalah weltanschauung (way of life) bangsa Indonesia. Uniknya,
nilai-nilai Pancasila yang bertumbuh kembang sebagai
kepribadian bangsa itu merupakan filsafat sosial yang wajar
(natural social philosophy). Nilai-nilai itu bukan hasil pemikiran
tunggal atau suatu ajaran dari siapa pun.
Lazim dipahami setelah menjadi konsensus nasional dan
ditetapkan sebagai dasar negara (filsafat negara) Republik
Indonesia, Pancasila adalah pedoman sekaligus cita-cita
bersama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Secara formal, yuridis-konstitusional, kedudukan
dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara bersifat imperatif.
103
Namun, kita juga menyadari bahwa pengamalannya dalam
keseharian hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
masih akan selalu menghadapi berbagai ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan. Demikian pula tentang pelestarian
dan pewarisannya kepada generasi penerus.
Dalam era kesemrawutan global sekarang, ideologi asing
mudah dalam aneka bentuknya dan menjadi pesaing
Pancasila. Hedonisme (aliran yang mengutamakan kenikmatan
hidup) dan berbagai isme penyerta, misalnya, semakin terasa
menjadi pesaing yang membahayakan potensialitas Pancasila
sebagai kepribadian bangsa. Nilai intrinsik Pancasila pun masih
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor kondisional. Padahal,
gugatan terhadap Pancasila sebagai dasar negara dengan
sendirinya akan menjadi gugatan terhadap esensi dan
eksistensi kita sebagai manusia dan warga bangsa dan negara
Indonesia.
Untuk menghadapi kedua ekstrim (memandang nilai-nilai
Pancasila terlalu sulit dilaksanakan oleh segenap bangsa
Indonesia di satu pihak dan di pihak lain memandang nilai-nilai
Pancasila kurang efektif untuk memperjuangkan pencapaian
masyarakat adil dan makmur yang diidamkan seluruh bangsa
Indonesia) diperlukan usaha bersama yang tak kenal lelah guna
menghayati Pancasila sebagai warisan budaya bangsa yang
bernilai luhur, suatu sistem filsafat yang tidak bertentangan
dengan nilai-nilai agama, bersifat normatif dan ideal, sehingga
pengamalannya merupakan tuntutan batin dan nalar setiap
manusia Indonesia.
104
Tapi, benarkah Pancasila adalah suatu sistem filsafat?
Berikut akan diuraikan secara singkat aspek ontologis,
epistemologis dan aksiologis Pancasila (disariolahulang
dari Pancasila sebagai Sistem Filsafat oleh M. Noor Syam dalam
“Dialog Manusia, Falsafah, Budaya dan Pembangunan” – YP2LM
Malang:1980
Aspek Ontologis
Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang
menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau
eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika. Masalah
ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu? Apakah
realitas yang tampak ini merupakan suatu realitas sebagai
wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suatu rahasia di balik
realitas itu, sebagaimana yang tampak pada makhluk hidup?
dan seterusnya. Bidang ontologi menyelidiki tentang makna
yang ada (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam
semesta (kosmologi), metafisika. Secara ontologis, penyelidikan
Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila
yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas
yang berdiri sendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasar
ontologis.
Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah
manusia. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang berketuhan
Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab,
yang bersatu, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan serta yang
berkeadilan sosial, yang pada hakikatnya adalah manusia.
105
Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila
Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu
terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani.
Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila pertama
mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya (Notonagoro,
1975: 53).
Ontologi ialah penyelidikan hakikat ada (esensi) dan
keberadaan (eksistensi) segala sesuatu: alam semesta, fisik,
psikis, spiritual, metafisik, termasuk kehidupan sesudah mati,
dan Tuhan. Ontologi Pancasila mengandung azas dan nilai
antara lain:
Tuhan yang mahaesa adalah sumber eksistensi
kesemestaan. Ontologi ketuhanan bersifat religius,
supranatural, transendental dan suprarasional;
Ada – kesemestaan, alam semesta (makrokosmos) sebagai
ada tak terbatas, dengan wujud dan hukum alam, sumber
daya alam yang merupakan prwahana dan sumber
kehidupan semua makhluk: bumi, matahari, zat asam, air,
tanah subur, pertambangan, dan sebagainya;
Eksistensi subyek/ pribadi manusia: individual, suku,
nasional, umat manusia (universal). Manusia adalah
subyek unik dan mandiri baik personal maupun nasional,
merdeka dan berdaulat. Subyek pribadi mengemban
identitas unik: menghayati hak dan kewajiban dalam
kebersamaan dan kesemestaan (sosial-horisontal dengan
alam dan sesama manusia), sekaligus secara sosial-
106
vertikal universal dengan Tuhan. Pribadi manusia bersifat
utuh dan unik dengan potensi jasmani-rohani, karya dan
kebajikan sebagai pengemban amanat keagamaan;
Eksistensi tata budaya, sebagai perwujudan martabat dan
kepribadian manusia yang unggul. Baik kebudayaan
nasional maupun universal adalah perwujudan martabat
dan kepribadian manusia: sistem nilai, sistem
kelembagaan hidup seperti keluarga, masyarakat,
organisasi, negara. Eksistensi kultural dan peradaban
perwujudan teleologis manusia: hidup dengan motivasi
dan cita-cita sehingga kreatif, produktif, etis, berkebajikan;
Eksistensi bangsa-negara yang berwujud sistem nasional,
sistem kenegaraan yang merdeka dan berdaulat, yang
menampilkan martabat, kepribadian dan kewibawaan
nasional. Sistem kenegaraan yang merdeka dan berdaulat
merupakan puncak prestasi perjuangan bangsa, pusat
kesetiaan, dan kebanggaan nasional.
Secara garis besar, interelasi eksistensi manusia sebagai
pribadi dan warganegara, yang menghayati kedudukan dan
fungsinya, hak dan kewajibannya untuk berbakti dan mengabdi
dapat digambarkan sebagai berikut:
T Eksistensi Tuhan yang mahaesa sebagai sumber semua
eksistensi, sumber motivasi dan cita-cita kebajikan,
puncak proses teleologis eksistensi kesemestaan. Subyek
manusia – sadar atau tidak – menuju dan kembali kepada-
Nya.
AS Eksistensi Alam Semesta, sebagai prawahana
kehidupan manusia dan makhluk semesta.
107
SM Eksistensi Subyek Manusia yang unik, mandiri,
merdeka, berdaulat, dengan potensi martabat dan
kepribadian yang mengemban amanat ketuhanan/
keagamaan, sosial, nasional dan kemanusiaan.
SB Eksistensi Sosio-Budaya sebagai kreasi, karya dan
wahana kehidupan manusia.
SK Eksistensi Sistem Kenegaraan sebagai perwujudan
puncak prestasi bangsa-bangsa; perwujudan identitas
nasional, kemerdekaan, kedaulatan dan kewibawaan
nasional.
P Pribadi manusia, sebagai eksistensi tunggal, utuh dan
unik, berada dalam antarhubungan fungsional dengan
semua eksistensi horisontal. Artinya, pribadi berada di
dalam, dipengaruhi dan untuk semua eksistensi horisontal
itu. Secara khusus dengan Tuhan yang mahaesa, pribadi
manusia menghayati hubungannya dengan Tuhan secara
secara vertikal sebagai sumber motivasi dan harapan,
rohani, religius.
Pengertian menurut arti katanya, kata filsafat dalam
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani “Philosophia”
terdiri dari kata Phile artinya Cinta dan Sophia artinya
Kebijaksanaan. Filsafat berarti Cinta Kebijaksanaan, cinta
artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang
sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya Kebenaran sejati atau
kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau
keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.
Pengertian Filsafat Menurut Tokoh-Tokoh Filsafat
Socrates (469-399 s.M.)
108
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang
bersifat reflektif atau berupa perenungan terhadap azas-azas
dari kehidupan yang adil dan bahagia. Berdasarkan pemikiran
tersebut dapat dikembangkan bahwa manusia akan
menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka mampu
dan mau melakukan peninjauan diri atau refleksi diri sehingga
muncul koreksi terhadap diri secara obyektif.
Plato (472-347 s. M.)
Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan
bahwa para filsuf adalah pencinta pandangan tentang
kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan menangkap
pengetahuan mengenai ide yang abadi dan tak berubah.
Dalam konsepsi Plato, filsafat merupakan pencarian yang
bersifat spekulatif atau terhadap pandangan tentang seluruh
kebenaran. Filsafat Plato ini kemudan digolongkan sebagai
filsafat spekulatif.
Ada dua cakupan dari pengertian filsafat, yaitu:
Filsafat sebagai Produk mencakup:
Filsafat sebagai jenis Pengetahuan, ilmu, konsep-konsep,
pemikiran-pemikiran (rasionalisme, materialisme, pragmatisme)
1. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh
manusia sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Manusia
mencari suatu kebenaran yang timbul dari suatu persoalan
yang bersumber pada akal manusia.
2. Filsafat sebagai suatu Proses mencakup:
Filsafat sebagai suatu proses, dalam hal ini filsafat diartikan
dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat dalam proses
109
pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu
cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objeknya.
Filsafat secara umum dapat diberi pengertian
sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala
sesuatu untuk memperoleh kebenaran hakiki, karena filsafat
telah mengalami perkembangan yang cukup lama tentu
dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya ruang, waktu,
keadaan dan orangnya. Itulah sebabnya maka timbul berbagai
pendapat mengenai pengertian filsafat yang mempunyai
kekhususannya masing-masing, antara lain:
Berfilsafat Rationalisme mengagungkan akal
Berfilsafat Materialisme mengagungkan materi
Berfilsafat Individualisme mengagungkan individualitas
Berfilsafat Hedonisme mengagungkan kesenangan
2.2 MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT
Ilmu harus didasari oleh asumsi filsafat agar keberadaan
ilmu itu tidak rancu. Karena ilmu tanpa didasari oleh filsafat
akan mengalami kehancuran dan menyalahi aturan-aturan.
sebab filsafat di sini berfungsi sebagai penyelaras dan
membuat manusia cinta terhadap kebijaksanaan dan dalam
mengiplikasinya akan dibarengi dengan prilaku yang baik dan
membuahkan hasil yang sangat bermakna. Filsafat juga
berperan sebagai induk dari segala ilmu dan prinsip – prinsip
dasar ilmu itu diambil dari filsafat (ilmu lahir dari filsafat), dan
untuk mengkaji ilmu diperlukan filsafat, karena asumsi filsafat
lebih berpikir secara mendalam untuk mencapai kebenaran,
kebaikan dan menjawab setiap persoalan yang ada, sehingga 110
ilmu yang ada kini bisa kita rasakan manfaatnya karena telah
melewati pengkajian yang mendalamdan dapat dibuktikan
kebenarannya.
Orang berfilsafat sama halnya dengan berfikir yakni
menafsirkan sesuatu hal yang sedang dihadapi atau yang akan
dihadapi tetapi perbedaanya kalau berfikir hanya menafsirkan
sesuatu hal tersebut denga biasa dalam arti kurang
mengandung makna dan belum tentu kebenaranya juga tanpa
dibarengi pengetahuan kebijaksaaan dan hikmah.
a. Berpikir biasa adalah bagaimana manusia berfikir untuk
memenuhi segala kebutuhan hidupnya artinya berfikir untuk
kepentingan pribadinya.
b. Berpikir Ilmiah adalah berfikir secara logis yaitu secara nyata
dan apa yang kita pikirkan bias dipertanggung jawabkan
c. Berfikir Filsafat adalah berfikir untuk terus menerus maju
dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya ahli,
tidak menyerah pada kemalasan, terus menerus
mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan
kebenaran.
Sebaliknya berfilsafat berarti berpikir itu memang benar
adanya karena, berfilsafat akan selalu berusaha untuk berpikir
guna mencapai kebaikan dan mencari kebenaran dari berbagai
teori atau ilmu-ilmu, maka dengan berfilsafat itu berarti
penyelidikan tentang apanya, bagaimananya dan untuk apa,
berpikir dengan mengacu pada kaidah-kaidah tertentu secara
disiplin dan mendalam. Orang yang berfilsafat akan
menggunakan pemikiran yang bermakna seperti:
111
a. Berfikir radikal, yaitu berfikir sampai keakar-akarnya dan
tidak tanggung tanggung tidak ada sesuatu yang terlarang
untuk dipikirkan
b. Sistematik yaitu berfikir logis yang bergerak selangkah demi
selangkah dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
c. Universal,yaitu berfikir secara menyeluruh tidak terbatas
pada bagian2 tertentu tetapi mencakup keseluruhan aspek
yang kongkrit dan abstrak.
2.2 PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan,
nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi
pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat Pancasila dapat
didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional
tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya
bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila
dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil
permenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh the faounding father kita, yang
dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani). Filsafat
Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu
tentang hakikat dari Pancasila (Notonagoro).
2.3 PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Pengertian “Sistem”
“Sistem” memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Suatu kesatuan bagian-bagian/unsur/elemen/komponen,
112
2) Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri,
3) Saling berhubungan dan saling ketergantungan,
4) Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan
tertentu (tujuan sistem),
5) Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore &
Voich, 1974).
Pancasila sebagai suatu “SISTEM”:
- Pancasila merupakan kesatuan bagian-bagian (yaitu sila-
sila pancasila),
- Tiap sila pancasila mempunyai fungsi sendiri-sendiri,
- Tiap sila pancasila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak
saling bertentangan,
- Keseluruhan sila pancasila merupakan suatu kesatuan
yang sistematis (majemuk tunggal).
Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain:
1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang
bulat dan utuh. Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan
utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah maka
itu bukan Pancasila.
2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan
utuh itu dapat digambarkan sebagai berikut:
Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;
Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan
menjiwai sila 3, 4 dan 5;
Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan
menjiwai sila 4, 5;
113
Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari
dan menjiwai sila 5;
Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.
Inti sila-sila Pancasila meliputi:
Tuhan, yaitu sebagai kausa prima.
Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial.
Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri.
Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja
sama dan gotong Royong.
Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan
orang lain yang menjadi haknya.
Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti
mengungkapkan konsep-konsep kebenaran Pancasila yang
bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga
bagi manusia pada umumnya. Wawasan filsafat meliputi bidang
atau aspek penyelidikan Ontologis, Epistemologis, dan
Aksiologis. Ketiga bidang tersebut dapat dianggap mencakup
kesemestaan.
Landasan Ontologis Pancasila
Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang
menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau
eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika. Masalah
ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu? Apakah
realitas yang tampak ini merupakan suatu realitas sebagai
wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suatu rahasia di balik
realitas itu, sebagaimana yang tampak pada makhluk hidup?
dan seterusnya. Bidang ontologi menyelidiki tentang makna
yang ada (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam
114
semesta (kosmologi), metafisika. Secara ontologis, penyelidikan
Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila
yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas
yang berdiri sendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasar
ontologis.
Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah
manusia. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang berketuhan
Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab,
yang bersatu, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan serta yang
berkeadilan sosial, yang pada hakikatnya adalah manusia.
Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila
Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu
terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani.
Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila pertama
mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya (Notonagoro,
1975: 53).
Landasan Epistemologis Pancasila
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki
asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.
Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat
terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan.
Epistemologi adalah ilmu tentang teori terjadinya ilmu atau
science of science. Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga
persoalan yang mendasar dalam epistemologi, yaitu:
115
1. Tentang sumber pengetahuan manusia;
2. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;
3. Tentang watak pengetahuan manusia.
Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai
filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat
Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Pancasila sebagai
sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem
pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi suatu belief
system, sistem cita-cita, menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu
Pancasila harus memiliki unsur rasionalitas terutama dalam
kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.
Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak
dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya, sehingga dasar
epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep
dasarnya tentang hakikat manusia. Pancasila sebagai suatu
obyek pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah sumber
pengetahuan dan susunan pengetahuan Pancasila.
-Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana
telah dipahami bersama adalah nilai-nilai yang ada pada
bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai tersebut merupakan kausa
materialis Pancasila.
-Tentang susunan Pancasila sebagai suatu sistem
pengetahuan, maka Pancasila memiliki susunan yang bersifat
formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila maupun
isi arti dari sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-sila
Pancasila adalah bersifat hirarkis dan berbentuk piramidal.
116
Sifat hirarkis dan bentuk piramidal itu nampak
dalam susunan Pancasila, dimana sila pertama Pancasila
mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya, sila kedua
didasari sila pertama dan mendasari serta menjiwai sila ketiga,
keempat dan kelima, sila ketiga didasari dan dijiwai sila
pertama dan kedua, serta mendasari dan menjiwai sila
keempat dan kelima, sila keempat didasari dan dijiwai sila
pertama, kedua dan ketiga, serta mendasari dan menjiwai sila
kelima, sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua,
ketiga dan keempat. Dengan demikian susunan Pancasila
memiliki sistem logis baik yang menyangkut kualitas maupun
kuantitasnya.
Susunan isi arti Pancasila meliputi tiga hal, yaitu:
1. Isi arti Pancasila yang Umum Universal, yaitu hakikat sila-sila
Pancasila yang merupakan intisari Pancasila sehingga
merupakan pangkal tolak dalam pelaksanaan dalam bidang
kenegaraan dan tertib hukum Indonesia serta dalam realisasi
praksis dalam berbagai bidang kehidupan yang konkrit.
2. Isi arti Pancasila yang Umum Kolektif, yaitu isi arti Pancasila
sebagai pedoman kolektif negara dan bangsa Indonesia
terutama dalam tertib hukum Indonesia.
3. Isi arti Pancasila yang bersifat Khusus dan Konkrit, yaitu isi
arti Pancasila dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang
kehidupan sehingga memiliki sifat khusus konkrit serta
dinamis (Notonagoro, 1975: 36-40)
Menurut Pancasila, hakikat manusia adalah
monopluralis, yaitu hakikat manusia yang memiliki unsur pokok
susunan kodrat yang terdiri atas raga dan jiwa. Hakikat raga 117
manusia memiliki unsur fisis anorganis, vegetatif, dan animal.
Hakikat jiwa memiliki unsur akal, rasa, kehendak yang
merupakan potensi sebagai sumber daya cipta manusia yang
melahirkan pengetahuan yang benar, berdasarkan pemikiran
memoris, reseptif, kritis dan kreatif.
Selain itu, potensi atau daya tersebut mampu
meresapkan pengetahuan dan menstranformasikan
pengetahuan dalam demontrasi, imajinasi, asosiasi, analogi,
refleksi, intuisi, inspirasi dan ilham. Dasar-dasar rasional logis
Pancasila menyangkut kualitas maupun kuantitasnya, juga
menyangkut isi arti Pancasila tersebut.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberi landasan
kebenaran pengetahuan manusia yang bersumber pada intuisi.
Manusia pada hakikat kedudukan dan kodratnya adalah sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, maka sesuai dengan sila
pertama Pancasila, epistemologi Pancasila juga mengakui
kebenaran wahyu yang bersifat mutlak. Hal ini sebagai tingkat
kebenaran yang tinggi. Dengan demikian kebenaran dan
pengetahuan manusia merupakan suatu sintesa yang harmonis
antara potensi-potensi kejiwaan manusia yaitu akal, rasa dan
kehendak manusia untuk mendapatkan kebenaran yang tinggi.
Selanjutnya dalam sila ketiga, keempat, dan kelima,
maka epistemologi Pancasila mengakui kebenaran konsensus
terutama dalam kaitannya dengan hakikat sifat kodrat manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai suatu
paham epistemologi, maka Pancasila mendasarkan pada
pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak
bebas karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat
118
manusia serta moralitas religius dalam upaya untuk
mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam
hidup manusia.
Landasan Aksiologis Pancasila
Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita
membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Istilah aksiologi
berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat, dan
logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori.
Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan,
disukai atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat
nilai, kriteria nilai, dan kedudukan metafisika suatu nilai. Nilai
(value dalam bahasa Inggris) berasal dari kata Latin valere
yang artinya kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk
pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat diartikan
sebagai “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness).
Nilai itu sesuatu yang berguna, nilai juga mengandung harapan
akan sesuatu yang diinginkan, nilai adalah suatu kemampuan
yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan
manusia (dictionary of sosiology a related science), nilai itu
suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu obyek. Ada
berbagai macam teori tentang nilai yaitu:
Max Scheler mengemukakan bahwa nilai ada tingkatannya
dan dapat dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu:
1) Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat nilai
yang mengenakkan dan nilai yang tidak mengenakkan,
yang menyebabkan orang senang atau menderita.
119
2) Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-
nilai yang penting dalam kehidupan seperti
kesejahteraan, keadilan, dan kesegaran.
3) Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-
nilai kejiwaan (geistige werte) yang sama sekali tidak
tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan.
Nilai-nilai semacam ini misalnya, keindahan, kebenaran,
dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.
4) Nilai-nilai kerohanian: dalam tingkat ini terdapat
moralitas nilai yang suci dan tidak suci. Nilai semacam
ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi (Driyarkara,
1978).
Walter G. Everet menggolongkan nilai-nilai manusia ke
dalam delapan kelompok yaitu:
1) Nilai-nilai ekonomis: ditunjukkan oleh harga pasar
dan meliputi semua benda yang dapat dibeli.
2) Nilai-nilai kejasmanian: membantu pada kesehatan,
efisiensi dan keindahan dari kehidupan badan.
3) Nilai-nilai hiburan: nilai-nilai permainan dan waktu
senggang yang dapat menyumbangkan pada
pengayaan kehidupan.
4) Nilai-nilai sosial: bermula dari berbagai bentuk
perserikatan manusia.
5) Nilai-nilai watak: keseluruhan dari keutuhan
kepribadian dan sosial yang diinginkan.
6) Nilai-nilai estetis: nilai-nilai keindahan dalam alam dan
karya seni.120
7) Nilai-nilai intelektual: nilai-nilai pengetahuan dan
pengajaran kebenaran.
8) Nilai-nilai keagamaan.
Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam yaitu:
1) Nilai material, yaitu sesuatu yang berguna bagi
manusia.
2) Nilai vital, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia
untuk dapat melaksanakana kegiatan atau aktivitas.
3) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna
bagi rohani yang dapat dibedakan menjadi empat
macam:
a. Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (rasio,
budi, cipta) manusia.
b. Nilai keindahan atau nilai estetis, yang bersumber
pada unsur perasaan manusia.
c. Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber
pada unsur kehendak manusia.
d. Nilai religius, yang merupakan nilai kerohanian
tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber
kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.
Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga
tingkatan nilai, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai
praktis.
121
1. Nilai dasar adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil
yang bersifat mutlak, sebagai sesuatu yang benar atau tidak
perlu dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari Pancasila
adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan,
nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
2. Nilai instrumental adalah nilai yang berbentuk norma sosial
dan norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi
dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara.
3. Nilai praktis adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan
dalam kenyataan. Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai
dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam
masyarakat.
Nilai-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau
nilai moral merupakan nilai dasar yang mendasari nilai
intrumental dan selanjutnya mendasari semua aktivitas
kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan
pendukung nilai-nilai Pancasila (subscriber of value Pancasila),
yaitu bangsa yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang
berpersatuan, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial.
Pengakuan, penerimaan dan penghargaan atas nilai-nilai
Pancasila itu nampak dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan
bangsa Indonesia sehingga mencerminkan sifat khas sebagai
Manusia Indonesia.
III.PENUTUP
122
3.1 KESIMPULAN
Objek materi filsafat adalah mempelajari segala hakikat
sesuatu baik materal konkrit (manusia,binatang,alam dll) dan
abstak (nilai,ide,moral dan pandangan hidup)
Pancasila adalah lima sila yang merupakan satu kesatuan
rangkaian nilai-nilai luhur yang bersumber dari nilai-nilai
budaya masyarakat Indonesia yang sangat majemuk dan
beragam dalam artian Bhineka Tunggal Eka. Pancasila sebagai
sistem filsafat adalah suatu kesatuan yang saling berhubungan
untuk satu tujuan tertentu,dan saling berkualifikasi yang tidak
terpisahkan satu dengan yang lainnya.
Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia yang merupakan kenyataan objektif yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat. Pancasila memberi petunjuk
mencapai kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa
membedakan suku atau ras. Jadi Pancasila pada dasarnya satu
bagian/unit-unit yang saling berkaitan satu sama
lain,dan memiliki fungsi serta tugas masing-masing.
3.2 Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran
kepada pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui sejauh
mana kita mempelajari tentang filsafat, filsafat pancasila, dan
pancasila sebagai sistem filsafat. Semoga dengan makalah ini
para pembaca dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
123
Notonagoro. 1975. Pancasila Dasar Filsafat Negara RI I.II.III
K.Wantjik, Saleh. 1978. Kitab Kumpulan Peraturan Perundang
RI, Jakarta: PT. Gramedia.
Kartohadiprojo, Soediman. 1970. Beberapa Pikiran Sekitar
Pancasila, Bandung. Alumni.
Darmodiharjo, Darji. 1978. Pokok-pokok Filsafat Hukum, Jakarta:
PT. Gramedia.
Driyarkara, SJN., 1978, Percikan Filsafat, Jakarta: PT.
Pembangunan.
Frondizi, Risieri. 1963. What Is Value?. New York: Open Court
Publising Company.
Kaelan. 2002. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Kaelan. 2002. Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa.
Yogyakarta: Paradigma.
Kodhi, S.A., dan Soejadi, R. 1994. Filsafat, Ideologi,dan
Wawasan Bangsa Indonesia.
Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya.
Nasution, Harun. 1970. Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang
137.
Notonagoro. 1974. Pancasila Dasar Filsafat Negara. Jakarta:
Cetakan Ke-4, Pantjuran Tudjuh.
Poespowardoyo, Soenaryo. 1989. Filsafat Pancasila. Jakarta:
Gramedia
Sumargono, Suyono, Tanpa Tahun. Ideologi Pancasila sebagai
penjelmaan Filsafat
124
MAKALAH PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA
DAN NEGARA
PANCASILA SEBAGAI IDIOLOGI BANGSA DAN NEGARA
dibina olehBapak Drs.M.Rozikin,M.SiNAMA : DODY PUTRANIM : 125030100JURUSAN : ADMINISTRASI PUBLIKKELAS :
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai negara yang mempunyai dasar
Negara yaitu pancasila yang memiliki sebuah arti penting
memiliki ideologi. Setiap bangsa dan negara ingin berdiri
kokoh, tidak mudah terombang-ambing oleh kerasnya
persoalan hidup berbangsa dan bernegara.Tidak terkecuali
negara Indonesia. Negara yang ingin berdiri kokoh dan
kuat, perlu memiliki ideologi negara yang kokoh dan
kuat pula. Tanpa itu, maka bangsa dan negara akan rapuh.
Di era yang serba modern ini, makna pancasila sebagai
ideologi bangsa dan negara Indonesia sedikit dilupakan
oleh sebagian rakyat Indonesia dan digantikan oleh
125
perkembangan tekhnologi yang sangat canggih. Padahal
sejarah perumusan Pancasila melalui proses yang sangat
panjang dan rumit. Pancasila merupakan kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan, karena dalam masing-masing sila
tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa
Indonesia, pancasila merupakan pandangan hidup bangsa
dan negara Indonesia. Mempelajari Pancasila lebih dalam
menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang
memiliki jati diri dan harus diwijudkan dalam pergaulan
hidup sehari-hari untuk menunjukkan identitas bangsa
yang lebih bermatabat dan berbudaya tinggi. Untuk itulah
diharapkan dapat menjelaskan Pancasila sebagai ideologi
negara, menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi
negara dan karakteristik Pancasila sebagai ideologi
negara.
Pengetahuan ideologi mempunyai arti tentang gagasan-
gagasan. Ideologi secara fungsional merupakan
seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau
tentang masyarakat dan negara yang dianggap baik.
Ciri-ciri ideologi pancasila merupakan ideologi yang
membedakan dengan ideologi yang lainnya. Ciri-ciri
tersebut yang pertama adalah Tuhan Yang Maha Esa yang
berarti pengakuan bangsa Indonesia terhadap Tuhan
sebagai pencipta dunia dengan segala isinya.Kedua adalah
penghargaan kepada sesama umat manusia, suku bangsa
dan bahasanya sesuai dengan Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, Ketiga adalah bangsa Indonesia menjunjung
tinggi persatuan bangsa, keempat adalah bahwa
kehidupan kita dalam kemasyarakatan dan bernegara 126
berdasarkan atas sistem demokrasi. Makalah ini juga
dapat dijadikan bekal keterampilan agar dapat
menganalisis dan bersikap kristis terhadap para petinggi
negara yang menyimpang dari Ideologi bangsa dan negara
Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa arti Pancasila sebagai Ideologi bangasa dan
Negara Indonesia?
1.2.2 Bagaimana Perjalanan Pancasila Sebagai Ideologi
dari Masa ke Masa?
1.2.3 Apa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
Indonesia?
1.2.4 Apa fungsi Pancasila sebagai Ideologi bangsa dan
Negara Indonesia?
II.KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pegertian Ideologi
Pengertian Ideologi menurut beberapa ahli adalah debagai
berikut,
Pengertian Ideologi - Ideologi berasal dari kata yunani
yaitu iden yang berarti melihat, atau idea yang berarti raut
muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi
yang berarti ajaran. Dengan demikian ideologi adalah
127
ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau
science des ideas (AL-Marsudi, 2001:57).
Puspowardoyo (1992) menyebutkan bahwa ideologi
dapat dirumuskan sebagai komplek pengetahuan dan nilai
secara keseluruhan menjadi landasan seseorang atau
masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi
seisinya serta menentukan sikap dasar untuk
mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya
seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan
tidak benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Menurut pendapat Harol H. Titus. Definisi dari
ideologi adalah: Aterm used for any group of ideas
concerning various political and aconomic issues and
social philosophies often applied to a systematic scheme
of ideas held by groups or classes, artinya suatu istilah
yang digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai
bebagai macam masalah politik ekonomi filsafat sosial
yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang
sistematis tentang suatu cita-cita yang dijalankan oleh
kelompok atau lapisan masyarakat.
Pengertian Ideologi menurut Ibnu Sina adalah Mabda’
secara etimologis adalah mashdar mimi dari kata
bada’ayabdau bad’an wa mabda’an yang berarti
permulaan. Secara terminologis berarti pemikiran
mendasar yang dibangun diatas pemikiran-pemikiran
(cabang )[dalam Al-Mausu’ah al-Falsafiyah, entry al-
Mabda’]. Al-Mabda’(ideologi) : pemikiran mendasar (fikrah
raisiyah) dan patokan asasi (al-qaidah al-asasiyah) tingkah
128
laku. Dari segi logika al-mabda’ adalah pemahaman
mendasar dan asas setiap peraturan. Secara garis besar
dapat disimpulkan bahwa Ideologi(mabda’) adalah
pemikiran yang mencakup konsepsi mendasar tentang
kehidupan dan memiliki metode untuk merasionalisasikan
pemikiran tersebut berupa fakta, metode menjaga
pemikiran tersebut agar tidak menjadi absurd dari
pemikiran-pemikiran yang lain dan metode untuk
menyebarkannya.
Sehingga dalam Konteks definisi ideologi inilah tanpa
memandang sumber dari konsepsi Ideologi, maka Islam
adalah agama yang mempunyai kualifikasi sebagai
Ideologi dengan padanan dari arti kata Mabda’ dalam
konteks bahasa arab.
Apabila kita telusuri seluruh dunia ini, maka yang kita
dapati hanya ada tiga ideologi (mabda’). Yaitu Kapitalisme,
Sosialisme termasuk Komunisme, dan Islam. Untuk saat ini
dua mabda pertama, masing-masing diemban oleh satu
atau beberapa negara. Sedangkan mabda yang ketiga
yaitu Islam, saat ini tidak diemban oleh satu negarapun,
melainkan diemban oleh individu-individu dalam
masyarakat. Sekalipun demikian, mabda ini tetap ada di
seluruh penjuru dunia.
Sumber konsepsi ideologi kapitalisme dan Sosialisme
berasal dari buatan akal manusia, sedangkan Islam
berasal dari wahyu Allah SWT (hukum syara’).
Ibnu Sina mengemukakan masalah tentang ideologi dalam
Kitab-nya "Najat", dia berkata:"Nabi dan penjelas hukum
129
Tuhan serta ideologi jauh lebih dibutuhkan bagi
kesinambungan ras manusia, dan bagi pencapaian
manusia akan kesempurnaan eksistensi manusiawinya,
ketimbang tumbuhnya alis mata, lekuk tapak kakinya,
atau hal-hal lain seperti itu, yang paling banter bermanfaat
bagi kesinambungan ras manusia, namun tidak perlu
sekali." Al - Marsudi
Ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan
buah pikiran atau science des ideas
Puspowardoyo
Menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan
sebagai komplek pengetahuan dan nilai secara
keseluruhan menjadi landasan seseorang atau masyarakat
untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta
menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan
pemahaman yang dihayatinya seseorang dapat
menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar, serta
apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Harol H. Titus
Ideologi adalah suatu istilah yang digunakan untuk
sekelompok cita-cita mengenai bebagai macam masalah
politik ekonomi filsafat sosial yang sering dilaksanakan
bagi suatu rencana yang sistematis tentang suatu cita-cita
yang dijalankan oleh kelompok atau lapisan masyarakat.
Ali Syariati
130
Mendefenisikan ideologi sebagai “keyakinan-keyakinan
dan gagasan-gagasan yang ditaati oleh suatu kelompok,
suatu klas sosial, suatu bangsa atau satu ras tertentu
Destutt de Tracy
Mengartikan ideology sebagai “Science of ideas”,
dimana didalamnya ideologi dijabarkan sebagai jumlah
program yang diharapkan membawa perubahan
institusional dalam suatu masyarakat.
Kirdi Dipoyudo
Ideologi sebagai suatu kesatuan gagasan-gagasan
dasar yang sistematis dan menyeluruh tentang manusia
dan kehidupanya baik individual maupun sosial, termasuk
kehidupan Negara.
Sastra Pratedja
Ideologi sebagai suatu kompleks gagasan atau
pemikiran yang beerorientasi pada tindakan yang
diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur.
C.C. Rodee
Ideologi adalah kumpulan gagasan yang secara logis
berkaitan dan mengidentifikasikan nilai-nilai yang
memberi keabsahan bagi institusi politik dan pelakunya.
Ideologi dapat di gunakan untuk membenarkan status quo
atau membenarkan usaha untuk mengubahnya (dengan
atau tanpa dengan kekerasan).
Gunawan Setiardjo
131
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan atau
aqidah 'aqliyyah (akidah yang sampai melalui proses
berpikir) yang melahirkan aturan-aturan dalam kehidupan.
Thomas H
Ideologi adalah suatu cara untuk melindungi
kekuasaan pemerintah agar dapat bertahan dan mengatur
rakyatnya.
Muhammad Ismail
Ideologi (Mabda’) adalah Al-Fikru al-asasi al-ladzi
hubna Qablahu Fikrun Akhar, pemikiran mendasar yang
sama sekali tidak dibangun (disandarkan) di atas
pemikiran pemikiran yang lain.
Dr. Hafidh Shaleh
Ideologi adalah sebuah pemikiran yang mempunyai ide
berupa konsepsi rasional (aqidah aqliyah), yang meliputi
akidah dan solusi atas seluruh problem kehidupan
manusia. Pemikiran tersebut harus mempunyai metode,
yang meliputi metode untuk mengaktualisasikan ide dan
solusi tersebut, metode mempertahankannya, serta
metode menyebarkannya ke seluruh dunia.
Taqiyuddin An - Nabhani
Ideology adalah suatu aqidah aqliyah yang melahirkan
peraturan, yang dimaksud aqidah adalah pemikiran yang
menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan hidup,
serta tentang apa yang ada sebelum dan setelah
kehidupan, di samping hubungannya dengan Zat yang ada
sebelum dan sesudah alam kehidupan di dunia ini. Atau
132
Mabda’ adalah suatu ide dasar yang menyeluruh
mengenai alam semesta, manusia, dan hidup. Mencakup
dua bagian yaitu, fikrah dan thariqah.
Karl Marx
Mengartikan Ideologi sebagai pandangan hidup yang
dikembangkan berdasarkan kepenti-ngan golongan atau
kelas sosial tertentu dalam bidang politik atau sosial
ekonomi.
Notonegoro
Mengemukakan bahwa Ideologi negara dalam arti
cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi dasar bagi
suatu sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa
yang bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas
kerokhanian yang antara lain memiliki ciri:
1) Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup
kebangsaan dan kenegaraan;
2) Mewujudkan suatu asas kerokhanian, pandangan dunia,
pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara,
dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi
berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan
kesediaan berkorban.
Kamus Bahasa Indonesia ,319
Ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yang
dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah
dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Atau cara berfikir
seseorang atau suatu gagasan.
Destutt de Tray ( 1801-orang yang pertama
133
mengemukakan ideologi) Ideologi adalah ilmu yang
tentang gagasan yang menunjukan jalan yang benar
menuju masa depan.
Moerdiono
Ideology adalah kompleks pengetahuan dan nilai, yang
secara keseluruhan menjadi landasan bagi seorang
( masyarakat ) untuk memahami jagad raya dan bumi
seisinya serta menentukan sikap dasar untuk
mengelolanya.
Alfian
Ideology , Alfian mendefinisikan ideologi sebagai
akumulasi nilai-nilai yang dianggap baik dan benar tentang
tujuan yang ingin dicapai masyarakat, sekaligus menjadi
pedoman dan cita-cita pengatur perilaku masyarakat
dalam berbagai kehidupan. Karenanya, ideologi berfungsi
menjadi tujuan dan cita-cita bersama masyarakat, serta
menjadi pedoman dan alat ukur perilaku dalam
hubungannya dengan kebijakan negara serta sebagai
pemersatu masyarakat karena menjadi prosedur
penyelesaian konflik yang muncul dalam masyarakat
tersebut. (Alfian, Idiologi, Idealisme dan Integrasi Nasional,
Prisma,1976).
Destutt de Tray
Ideology adalah untuk menujuk suatu ilmu, yaitu analsisis
ilmiah dari pikiran manusia.134
Napoleon
Ideology adalah kumpulan ide ( pendapat ) yang abstrak
( tidak realities).
Karl Mark
Ideology adalah dalam arti khusus, yaitu ideology
digolongkan bersama dengan agama, filsafat, dan moral.
Laboratorium IKIP Malang
Ideology adalah seperangkat ide, nilai, dan cita-cita
beserta pedoman dan metode melaksanakan atau
mewujudkan.
Pengertian ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai
kumpulan gagasan, idea, keyakinan, kepercayaan, yang
menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut:
a. Bidang Politik (termasuk Pertahanan dan Keamanan)
b. Bidang Sosial
c. Bidang Kebudayaan
d. Bidang Keagamaan
2.2 Pengertian Pancasila sebagai Ideologi bangsa
dan Negara
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia
yang tak lain adalah ideologi terbuka. Pancasila sebagai
ideologi terbuka artinya nilai-nilai dasar Pancasila bersifat
tetap, namun dapat dijabarkan menjadi nilai instrumental
yang berubah dan berkembang secara dinamis dan kreatif
135
sesuai dengan kebutuhan perkembangan masyarakat
Indonesia .
Tatanan nilai mempunyai tiga tingkatan fleksibelitas
ideology pancasila mengandung nilai-nilai sebagai
berikut :
a. Nilai Dasar
b. Nilai Instrumental
c. Nilai Praktis
Menurut Alfian, kekutan suatu ideology tergantung pada
3 dimensi yang terkandung di dalamnya yaitu sebagai
berikut :
a. Dimensi Realitas
b. Dimensi idealis
c. Dimensi fleksibel
III. PEMBAHASAN
3.1 Arti pancasila sebagai Ideologi bangasa dan
Negara Indonesia
Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Pengertian Ideologi - Ideologi berasal dari kata yunani
yaitu iden yang berarti melihat, atau idea yang berarti raut
muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi
yang berarti ajaran. Dengan demikian ideologi adalah
ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau
science des ideas (AL-Marsudi, 2001:57).
136
Puspowardoyo (1992 menyebutkan bahwa ideologi dapat
dirumuskan sebagai komplek pengetahuan dan nilai
secara keseluruhan menjadi landasan seseorang atau
masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi
seisinya serta menentukan sikap dasar untuk
mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya
seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan
tidak benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Menurut pendapat Harol H. Titus. Definisi dari ideologi
adalah: Aterm used for any group of ideas concerning
various political and aconomic issues and social
philosophies often applied to a systematic scheme of ideas
held by groups or classes, artinya suatu istilah yang
digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai bebagai
macam masalah politik ekonomi filsafat sosial yang sering
dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang
suatu cita-cita yang dijalankan oleh kelompok atau lapisan
masyarakat.
Bila kita terapkan rumusan ini pada Pancasila dengan
definisi-definisi filsafat dapat kita simpulkan, maka
Pancasila itu ialah usaha pemikiran
manusia Indonesia untuk mencari kebenaran, kemudian
sampai mendekati atau menanggap sebagai suatu
kesanggupan yang digenggamnya seirama dengan ruang
dan waktu.
Hasil pemikiran manusia yang sungguh-sungguh secara
sistematis radikal itu kemuduian dituangkan dalam suatu
rumusan rangkaian kalimat yang mengandung suatu
137
pemikiran yang bermakna bulat dan utuh untuk dijadikan
dasar, asas, pedoman atau norma hidup dan kehidupan
bersama dalam rangka perumusan satu negara Indonesia
merdeka, yang diberi nama Pancasila.
Kemudian isi rumusan filsafat yang dinami Pancasila
itu kemudian diberi status atau kedudukan yang tegas dan
jelas serta sistematis dan memenuhi persyaratan sebagai
suatu sistem filsafat. Termaktub dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat maka filsafat
Pancasila itu berfungsi sebagai Dasar Negara Republik
Indonesia yang diterima dan didukung oleh seluruh bangsa
atau warga Negara Indonesia.
Demikian isi rumusan sila-sila dari Pancasila sebagai satu
rangkaian kesatuan yang bulat dan utuh merupakan dasar
hukum, dasar moral, kaidah fundamental bagi peri
kehidupan bernegara dan masyarakat Indonesia dari pusat
sampai ke daerah-daerah.
Sebagai ideologi suatu bangsa yang menjadi
pandangan dan pegangan hidup masyarakatnya, Pancasila
haruslah bersifat universal mencakup segala macam nilai-
nilai sosial dan budaya Indonesia serta menjadi orientasi
dalam hidup oleh seluruh masyarakatnya. Sebagai ideologi
bangsa, maka keberadaannya selalu diimplementasikan
ke dalam perilaku kehidupan dalam rangka berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat. Kalau dikaji dari butir-butir
kelima sila dalam ideologi Pancasila tersebut, sebenarnya
sudah mencakup gambaran pembentukan karakter
manusia Indonesia yang ideal, sebagai mana yang
138
diharapkan para penggali dari pancasila itu sendiri.
Gambaran pembentukan manusia Indonesia seutuhnya itu,
dapat diilustrasikan Pada sila pertama tersirat bagaimana
manusia Indonesia berhubungan dengan Tuhannya atau
kepercayaannya. Pada sila kedua tergambar bagaimana
manusia Indonesia harus bersikap hidup dengan orang lain
sebagaimana layaknya manusia yang punya pikiran dan
ahklak hingga dia bisa bersikap sebagai mahkluk yang
tertinggi dibandingkan dengan mahkluk lainnya yaitu
binatang. Sila ketiga menerangkan bagaiama manusia
Indonesia menciptakan suatu pandangan betapa
pentingnya arti persatuan dan kesatuan bangsa dari pada
bercerai berai seperti pada pepatah bersatu kita teguh dan
bercerai kita runtuh. Sila keempat telah menegaskan
bagaimana manusia Indonesia mengimplementasikan cara
bersikap dan berpendapat serta memutuskan sesuatu
menyangkut kepentingan umum secara bijak demi
kelangsungan kehidupan berdemokrasi yang terlindungi
antara menyuarakan hak dan kewajibannya berimbang
dalam mengimplementasikannya.
Pada sila kelima dijabarkan bagaimana manusia
Indonesia mewujudkan suatu keadilan dan kemakmuran
bagi seluruh masyarakat Indonesia itu sendiri. Dari
penjabaran kelima sila tersebut di atas, maka sudah
sepantasnya bahwa Pancasila beserta kelima silanya itu
layak dijadikan sebagai pandangan dan pegangan hidup
serta dijadikan sebagai pembimbing dalam menciptakan
kerangka berpikir untuk menjalankan roda demokratisasi
dan diimplementasikan dalam segala macam praktik 139
kehidupan menyangkut berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat di dalam Negara kesatuan Republik
Indonesia tercinta ini. maka mengamalkan dan
mengamankan Pancasila sebagai dasar Negara
mempunyai sifat imperatif dan memaksa, artinya setiap
warga Negara Indonesia harus tunduk dan taat
kepadanya. Siapa saja yang melangggar Pancasila sebagai
dasar Negara, harus ditindak menurut hukum yakni hukum
yang berlaku di Indonesia. Dengan kata lain pengamalan
Pancasila sebagai dasar Negara disertai sanksi-sanksi
hukum. Sedangkan pengamalan Pancasila sebagai
weltanschuung, yaitu pelaksanaan Pancasila dalam hidup
sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum tetapi
mempunyai sifat mengikat, artinya setiap manusia
Indonesia terikat dengan cita-cita yang terkandung di
dalamnya untuk mewujudkan dalam hidup dan
kehidupanya, sepanjang tidak melanggar peraturan
perundang-undangan yang barlaku di Indonesia.
Jadi, jelaslah bagi kita bahwa mengamalkan dan
mengamankan Pancasila sebagai dasar Negara Republik
Indonesia mempunyai sifat imperatif memaksa.
Sedangkan pengamalan atau pelaksanaan Pancasila
sebagai pandangan hidup dalam hidup sehari-hari tidak
disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai sifat
mengikat.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara dihubungkan
fungsinya sebagai dasar Negara, yang merupakan
landasan idiil bangsa Indonesia dan Negara Republik
140
Indonesia dapatlah disebut pula sebagai ideologi nasional
atau ideologi Negara.
3.2 Perjalanan Pancasila Sebagai Ideologi dari Masa
ke Masa
Berawal dari sidang pleno BPUPKI pertama yang
diadakan pada tanggal 28 Mei 1945 hingga 1 Juni 1945.
Ketika itu, dr. Radjiman Widyodiningrat dalam pidato
pembukaannya selaku ketua BPUPKI mengajukan
pertanyaan kepada seluruh anggota sidang mengenai
dasar negara apa yang akan dibentuk untuk Indonesia.
Pertanyaan ini menjadi persoalan paling dominan
sepanjang 29 Mei-1 Juni 1945 dan memunculkan sejumlah
pembicara yang mengajukan gagasan mereka mengenai
dasar filosofis Indonesia.
Pada tanggal 1 Juni 1945, secara eksplisit Ir.
Soekarno mengemukakan gagasannya mengenai dasar
negara Indonesia dalam pidatonya yang berjudul “Lahirnya
Pancasila”. Menurut Drs. Mohammad Hatta, pidato
tersebut bersifat kompromis dan dapat meneduhkan
pertentangan tajam antara pendapat yang
mempertahankan Negara Islam dan mereka yang
menghendaki dasar negara sekuler. Perdebatan tersebut
pada akhirnya dimenangkan kelompok yang menginginkan
Islam sebagai dasar negara, terbukti dengan
dikeluarkannya Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945.
Namun, dalam perkembangan selanjutnya, ternyata
beberapa rumusan Piagam Jakarta diganti dan
141
menimbulkan kekecewaan umat Islam terhadap
pemerintahan Soekarno dan Mohammad Hatta dan terus
berkembang hingga masa pemerintahan Soeharto,
sampai-sampai Carol Gluck mengatakan bahwa Indonesia
adalah negara yang terlalu banyak meributkan masalah
ideologi dibandingkan negara-negara lain. Melihat pada
perkembangan perumusan Pancasia sejak 1 Juni sampai
18 Agustus 1945, dapat diketahui bahwa Pancasila
mengalami perkembangan fungsi. Pada tanggal 1 dan 22
Juni, Pancasila yang dirumuskan Panitia Sembilan dan
disepakati oleh Sidang Pleno BPUPKI merupakan modus
kompromi antara kelompok yang memperjuangkan dasar
negara nasionalisme dan kelompok yang memperjuangkan
dasar negara Islam. Akan tetapi, pada tanggal 18 Agustus
1945 Pancasila yang dirumuskan kembali oleh PPKI
berkembang menjadi kompromi antara kaum nasionalis,
Islam dan Kristen-Katolik dalam hidup bernegara.
Pada era Orde Lama, dinamika perdebatan ideologi
paling sering dibicarakan oleh kebanyakan orang. Tampak
ketika akhir tahun 1950-an, Pancasila sudah bukan lagi
merupakan kompromi atau titik temu bagi semua ideologi.
Dikarenakan Pancasila telah dimanfaatkan sebagai senjata
ideologis untuk melegitimasi tuntutan Islam bagi
pengakuan negara atas Islam yang kemudian pada
rentang tahun 1948-1962 terjadi pemberontakan Darul
Islam terhadap pemerintah pusat. Setelah pemberontakan
berhasil ditumpas, atas desakan AH Nasution, selaku
Pangkostrad dan kepala staf AD, pada 5 Juli 1959 Ir.
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden untuk kembali 142
pada UUD 1945 sebagai satu-satunya konstitusi legal
Republik Indonesia dan pemerintahannya dinamai dengan
Demokrasi Terpimpin.
Pada masa Demokrasi Terpimpin pun ternyata tidak
semulus yang diharapkan. Periode labil ini justru telah
membubarkan partai Islam terbesar, Masyumi, karena
dianggap ikut andil dalam pemberontakan regional
berideologi Islam. Bahkan, Soekarno membatasi
kekuasaan partai politik yang ada serta mengusulkan agar
rakyat menolak partai-partai politik karena mereka
menentang konsep musyawarah dan mufakat yang
terkandung dalam Pancasila. Soekarno juga menganjurkan
sebuah konsep yang dikenal dengan NASAKOM yang
berarti persatuan antara nasionalisme, agama dan
komunisme. Kepentingan politis dan ideologis yang saling
bertentangan menimbulkan struktur politik yang sangat
labil sampai pada akhirnya melahirkan peristiwa G 30S/PKI
yang berakhir pada runtuhnya kekuasaan Orde Lama.
Selanjutnya pada masa Orde Baru, Soeharto
berusaha meyakinkan bahwa rezim baru adalah pewaris
sah dan konstitusional dari presiden pertama. Soeharto
mengambil Pancasila sebagai dasar negara dan ini
merupakan cara yang paling tepat untuk melegitimasi
kekuasaannya. Berbagai bentuk perdebatan ternyata tidak
semakin membuat stabilitas negara berjalan dengan baik,
tetapi justru struktur politik labil yang semakin
mengedepan dikarenakan Soeharto seringkali mengulang
pernyataan tegas bahwa perjuangan Orde Baru hanyalah
143
untuk melaksanakan Pancasila secara murni dan
konsekuen, yang berarti bahwa tidak boleh ada yang
menafsirkan resmi tentang Pancasila kecuali dari
pemerintah yang berkuasa.
Pada masa reformasi (setelah rezim Soeharto
runtuh), seolah menandai adanya jaman baru bagi
perkembangan perpolitikan nasional sebagai anti-tesis dari
Orde Baru yang dianggap menindas dengan konfrimitas
ideologinya. Pada era ini timbul keingingan untuk
membentuk masyarakat sipil yang demokratis dan
berkeadilan sosial tanpa kooptasi penuh dari negara.
Lepas kendalinya masyarakat seolah menjadi fenomena
awal dari tragedi besar dan konflik berkepanjangan.
Tampaknya era ini mengulang problem perdebatan
ideologi yang terjadi pada masa Orde Lama, Orde Baru,
yang berakhir dengan instabilitas politik dan
perekonomian secara mendasar. Berbagai bentuk
interpretasi monolitik selama ini cenderung mengaburkan
dan menguburkan makna substansial Pancasila dan
berakibat pada Pancasila yang menjadi sebuah mitos,
selalu dipahami secara politis-ideologis untuk kepentingan
kekuasaan serta nilai-nilai dasar Pancasila menjadi nilai
yang distopia, bukan sekedar utopia
3.3 Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
Nilai nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya
merupakan nilai nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, keadilan. Ini merupakan nilai dasar bagi
144
kehidupan kewarganegaraan, kebangsaan, dan
kemasyarakatan. Nilai-nilai pancasila tergolong nilai
kerohanian yang di dalamnya terkandung nilai-nilai lainnya
secara lengkap dan harmonis, baik nilai material, vital,
kebenaran, atau kenyataan. Estetis, estis maupun religius.
Nilai-nilai-nilai Pancasila bersibat obyektif dan subyektif,
artinya hakikat nilai-nilai pancasila bersifat universal atau
berlaku dimanapun, sehingga dapat diterapkan di negara
lain.
Nilai –nilai pancasila bersifat objektif, maksutnya :
1. Rumusan dari pancasila itu sendiri memiliki makna
yang terdalam menunjukkan adanya sifat umum
universal dan abstrak
2. Inti dari nilai pancasila akan tetap ada sepanjang
masa dalam kehidupan bangsa Indonesia
3. Pancasila dalam pembukaan UUD 1945 merupakan
sumber dari segala sumber hukum di Indonesia
Sedangkan nilai-nilai pancasila bersifat subjektif bahwa
keberadaan nilai-nilai pancasila itu terlekat pada bangsa
Indonesia sendiri karena,
1. Nilai- nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia
2. Nilai-nilai pancasila merupakan pandangan hidup
bangsa Indonesia
Nilai-nilai pancasila terkandung nilai kerohanian yang
sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia.
3.4 Fungsi Pancasila sebagai Ideologi bangsa dan
Negara Indonesia145
Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai
dasar Negara kesatuan republik Indonesia Pancasila
berkedudukan juga sebagai ideologi nasional Indonesia
yang dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan
bernegara.
Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila
sebagai ikatan budaya (cultural bond) yang berkembangan
secara alami dalam kehidupan masyarakat Indonesia
bukan secara paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang
sudah mendarah daging dalam kehidupanehari-hari
bangsa Indonesia. Sebuah ideologi dapat bertahan atau
pudar dalam menghadapi perubahan masyarakat
tergantung daya tahan dari ideologi itu.
Alfianmengatakan bahwa kekuatan ideologi tergantung
pada kualitas tiga dimensi yang dimiliki oleh ideologi itu,
yaitu dimensi realita, idealisme, dan fleksibelitas.
Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi
tersebut:
1. Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada
ideologi itu yang mencerminkan realita atau kenyataan
yang hidup dalam masyarakat dimana ideologi itu lahir
atau muncul untuk pertama kalinya paling tidak nilai
dasar ideologi itu mencerminkan
realita masyarakat pada awal kelahirannya.
2. Dimensi Iidalisme, adalah kadar atau kualitas ideologi
yang terkandung dalam nilai dasar itu mampu
memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau
golongan masyarakat tentang masa depan yang lebih
146
baik melalui pengalaman dalam praktik kehidupan
bersama sehari-hari.
3. Dimensi Fleksibelitas atau dimensi pengembangan,
yaitu kemampuan ideologi dalam mempengaruhi dan
sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan
masyarakatnya. Mempengaruhi artinya ikut wewarnai
proses perkembangan zaman tanpa menghilangkan jati
diri ideologi itu sendiri yang tercermin dalam nilai
dasarnya. Mempengaruhi berarti pendukung ideologi itu
berhasil menemukan tafsiran –tafsiran terhadap nilai
dasar dari ideologi itu yang sesuai dengan realita -realita
baru yang muncul di hadapan mereka sesuai
perkembangan zaman.
Menurut Dr.Alfian Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini
sehingga pancasila dapat dikatakan sebagai ideologi
terbuka. Fungsi Pancasila sebagai ideologi Negara, yaitu :
1. Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa
Indonesia adalah bangsa yang majemuk.
2. Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan
menggerakkan serta membimbing bangsa Indonesia
dalam melaksanakan pembangunan.
3. Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa
dan sebagai dorongan dalam pembentukan karakter
bangsa berdasarkan Pancasila.
4. Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik
mengenai kedaan bangsa dan Negara.
Pancasila jika akan dihidupkan secara serius, maka
setidaknya dapat menjadi etos yang mendorong dari
147
belakang atau menarik dari depan akan perlunya
aktualisasi maksimal setiap elemen bangsa. Hal tersebut
bisas saja terwujud karena Pancasila itu sendiri memuat
lima prinsip dasar di dalamnya, yaitu: Kesatuan/Persatuan,
kebebasan, persamaan, kepribadian dan prestasi. Kelima
prinsip inilah yang merupakan dasar paling sesuai bagi
pembangunan sebuah masyarakat, bangsa dan personal-
personal di dalamnya.
Menata sebuah negara itu membutuhkan suatu
konsensus bersama sebagai alat lalu lintas kehidupan
berbangsa dan bernegara. Tanpa konsensus tersebut,
masyarakat akan memberlakukan hidup bebas tanpa
menghiraukan aturan main yang telah disepakati. Ketika
Pancasila telah disepakati bersama sebagai sebuah
konsensus, maka Pancasila berperan sebagai payung
hukum dan tata nilai prinsipil dalam penyelenggaraan
kehidupan bernegara.
Dan sebagai ideologi yang dikenal oleh masyarakat
internasional, Pancasila juga mengalami tantangan-
tantangan dari pihak luar/asing. Hal ini akan menentukan
apakah Pancasila mampu bertahan sebagai ideologi atau
berakhir seperti dalam perkiraan David P. Apter dalam
pemikirannya “The End of Idiology”. Pancasila merupakan
hasil galian dari nilai-nilai sejarah bangsa Indonesia sendiri
dan berwujud lima butir mutiara kehidupan berbangsa dan
bernegara, yaitu religius monotheis, humanis universal,
nasionalis patriotis yang berkesatuan dalam
keberagaman,demokrasi dalam musyawarah mufakat dan
148
yang berkeadilan sosial. Dengan demikian Pancasila
bukanlah imitasi dari ideologi negara lain, tetapi
mencerminkan nilai amanat penderitaan rakyat dan
kejayaan leluhur bangsa. Keampuhan Pancasila sebagai
ideologi tergantung pada kesadaran, pemahaman dan
pengamalan para pendukungnya. Pancasila selayaknya
tetap bertahan sebagai ideologi terbuka yang tidak
bersifat doktriner ketat. Nilai dasarnya tetap
dipertahankan, namun nilai praktisnya harus bersifat
fleksibel. Ketahanan ideologi Pancasila harus menjadi
bagian misi bangsa Indonesia dengan keterbukaannya
tersebut.
Pada akhirnya, semoga seluruh bangsa dan negara
Indonesia serta Pancasila sebagai ideologinya akan tetap
bertahan dan tidak goyah meskipun dihantam badai
globalisasi dan modernisme. Sebagai generasi penerus,
marilah kita menjaga Indonesia dan Pancasila agar saling
berdampingan dan tetap utuh hingga anak cucu kita
nantinya sebagai penerus kelangsungan negara ini.
Nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan
suatu cerminan dari kehidupan masyarakat Indonesia
(nenek moyang kita) dan secara tetap telah menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan bangsa
Indonesia. Untuk itu kita sebagai generasi penerus bangsa
harus mampu menjaga nilai – nilai tersebut. Untuk dapat
hal tersebut maka perlu adanya berbagai upaya yang
didukung oleh seluruh masyarakat Indonesia. Upaya–
upaya tersebut antara lain :
149
1. Melalui dunia pendidikan, dengan menambahkan mata
pelajaran khusus pancasila pada setiap satuan
pendidikan bahkan sampai ke perguruan tinggi.
2. Lebih memasyarakatkan pancasila.
3. Menerapkan nilai – nilai tersebut dalam kehidupan
sehari – hari.
4. Memberikan sanksi kepada pihak – pihak yang
melakukan pelanggaran terhadap pancasila.
5. Menolak dengan tegas faham – faham yang
bertentangan dengan pancasila.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai Ideologi bangsa dan negara Indonesia
itu sangat penting.Karena Ideologi merupakan alat yang
paling ampuh untuk menciptakan negara Indonesia yang
kokoh, bermartabat dan berbudaya tinggi.
Tanpa Ideologi bangsa akan rapuh dan hilang jati
dirinya. Pancasila sebagai sumber nilai menunjukkan
identitas bangsa Indonesia yang memiliki nilai-nilai
kemanusiaan yang luhur, hal ini menandakan bahwa
denganPancasila bangsa Indonesia menolak segala
bentuk penindasan, penjajahan darisatu bangsa
terhadap bangsa yang lain. Ideologi bangsa Indonesia itu
adalah Pancasila.
150
Indonesia mempunyai Ideologi Pancasila diharapkan
mampu untuk membawa bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang lebih bagus dari sekarang. Ideologi juga
diharapkan mampu untuk membangkitkan kesadaran
bangsa. Setiap pengambilan keputusan harus berdasarkan
ideologi negara Indonesia yaitu Pancasila. Supaya dalam
pengambilan keputusan keputusan tidak keluar dari aturan
dan kaidah negara Indonesia.
Tidak hanya negara yang menganut ideologi
Pancasila, tetapi juga masyarakat Indonesia, masyarakat
Indonesia dalam bertingkah laku juga harus berpedoman
teguh pada ideologi Pancasila supaya cita-cita yang
diharapkan oleh masyarakat tersebut dapat terwujud
dengan benar
4.2 Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan supaya makalah
ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah
pengetahuan tentang Pancasila sebagai ideology bangsa
dan Negara.
151
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSFAT
Makalah Ini DitujukanUntuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah KewarganegaraanDrs. M. Rozikin, M.SiOleh :NAMA : DODY PUTRA WIJAYANIM : 125030100111173JURUSAN : ADMINISTRASI PUBLIKKELAS : H
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2012
152
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagai sistem filsafat di indonesia, tentu saja
Pancasila memegang peranan yang sangat penting bagi
paradigma dan arah hidup bangsa indonesia baik sebagai
pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga
sebagai alat pemersatu dalam kehidupan berbangsa, serta
sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia
Indonesia sehari-hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945,
ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan
UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar
berdasarkan ketentuan adalah Satu, Ketuhanan Yang
Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga,
Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Lima, Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila sebagai filsafat negara Indonesia yang
harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar
menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan
nilai nilai yang terkandung di dalam nya, bukan hanya
sebagai nilai tertulis atau nilai simbolik semata, melainkan
di jadikan sebagai acuan untuk menjalankan proses
kehidupan berbangsa dan bernegara.
153
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara
tokoh perumus Pancasila itu ialah, Mr. Mohammad Yamin,
Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dapat dikemukakan
mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan
dari guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama
ialah karena secara intrinsik dalam Pancasila itu
mengandung toleransi, dan siapa yang menantang
Pancasila berarti dia menentang toleransi.
Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia
yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia
agar menghormati, menghargai, menjaga dan
menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para
pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah
berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini.
Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap meyakini
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya
keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa dan negara Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang nantinya akan dibahas dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.2.1 Pengertian Filsafat,
1.2.2 Manfaat Mempelajari Filsafat,
1.2.3 Pengertian Filsafat Pancasila,
1.2.4 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
1.3 Tujuan154
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian tentang Filsafat.
2. Mengetahui manfaat dalam mempelajari Filsafat.
3. Mengetahui pengertian tentang Filsafat Pancasila.
4. Mengetahui Pancasila sebagai sitem Filsafat.
5. Bagi dosen, sebagai tolak ukur atau penilaian terhadap
mahasiswa dalam memahami Pancasila sebagai sistem
filsafat.
6. Bagi penulis, sebagai sarana yang bermanfaat untuk
memperoleh keterampilan dalam melakukan penulisan
dan perbendaharaan pengetahuan tentang pancasila
sebagai sistem filsafat.
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN FILSAFAT
Pengertian Filsafat menurut para ahli adalah sebagai
berikut :
Pengertian filsafat menurut Pudjo Sumedi AS.,
Drs.,M.Ed. dan Mustakim, S.Pd.,MM,
Istilah dari filsafat berasal bahasa Yunani : ”philosophia”.
Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam
berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam
kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis;
“philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam
bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
Pengertian filsafat menurut Plato155
Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai
pengetahuan kebenaran yang asli.
Pengertian filsafat menurut Aristoteles
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi
kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan
estetika.
Pengertian filsafat menurut Al Farabi
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud
bagaimana hakikat yang sebenarnya.
Pengertian filsafat menurut Cicero
Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “(the mother
of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars
vitae (seni kehidupan)
Pengertian filsafat menurut Johann Gotlich Fickte
(1762-1814)
Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu ,
yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu
membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan.
Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis
ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
Pengertian filsafat menurut Paul Nartorp (1854–
1924)
Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak
menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan
156
menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul
sekaliannya.
Pengertian filsafat menurut Imanuel Kant (1724–
1804)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok
dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya
tercakup empat persoalan.
Apakah yang dapat kita kerjakan? (jawabannya
metafisika)
Apakah yang seharusnya kita kerjakan? (jawabannya
Etika)
Sampai dimanakah harapan kita? (jawabannya Agama)
Apakah yang dinamakan manusia? (jawabannya
Antropologi)
Pengertian filsafat menurut Notonegoro
Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya
dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah ,
yang disebut hakekat.
Pengertian filsafat menurut Driyakarya
Filsafat sebagai perenungan yang sedalam-
dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat,
perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya
sampai “mengapa yang penghabisan”
Pengertian filsafat menurut Sidi Gazalba
Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari
kebenaran untuk kebenaran , tentang segala sesuatu yang
157
di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan
universal.
Pengertian filsafat menurut Harold H. Titus (1979)
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima
secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau
pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung
tinggi;
Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu
pandangan keseluruhan;
Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan
tentang arti kata dan pengertian (konsep);
Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat
perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh
para ahli filsafat.
Pengertian filsafat menurut Hasbullah Bakry
Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala
sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam
semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu
sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Pengertian filsafat menurut Prof. Dr.Mumahamd
Yamin
Filsafat ialah pemusatan pikiran, sehingga
manusia menemui kepribadiannya seraya didalam
kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
158
Pengertian filsafat menurut Prof.Dr.Ismaun, M.Pd.
Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan
manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-
sungguh, yakni secara kritis sistematis, fundamentalis,
universal, integral dan radikal untuk mencapai dan
menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan
kearifan atau kebenaran yang sejati.
Pengertian filsafat menurut Bertrand Russel
Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-
tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi,
filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-
masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai
sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan; namun, seperti sains,
filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada
otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
III PEMBAHASAN
3.1PENGERTIAN FILSAFAT
Oleh founding-fathers, Pancasila digali dari nilai-nilai
sosio-budaya bangsa Indonesia dan diperkaya oleh nilai-
nilai dan masukan pengalaman bangsa-bangsa lain.
Pancasila adalah weltanschauung (way of life) bangsa
Indonesia. Uniknya, nilai-nilai Pancasila yang bertumbuh
kembang sebagai kepribadian bangsa itu merupakan
filsafat sosial yang wajar (natural social philosophy). Nilai-
nilai itu bukan hasil pemikiran tunggal atau suatu ajaran
dari siapa pun.
159
Lazim dipahami setelah menjadi konsensus nasional
dan ditetapkan sebagai dasar negara (filsafat negara)
Republik Indonesia, Pancasila adalah pedoman sekaligus
cita-cita bersama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Secara formal, yuridis-
konstitusional, kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai
dasar negara bersifat imperatif. Namun, kita juga
menyadari bahwa pengamalannya dalam keseharian hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara masih akan
selalu menghadapi berbagai ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan. Demikian pula tentang
pelestarian dan pewarisannya kepada generasi penerus.
Dalam era kesemrawutan global sekarang, ideologi
asing mudah dalam aneka bentuknya dan menjadi pesaing
Pancasila. Hedonisme (aliran yang mengutamakan
kenikmatan hidup) dan berbagai isme penyerta, misalnya,
semakin terasa menjadi pesaing yang membahayakan
potensialitas Pancasila sebagai kepribadian bangsa. Nilai
intrinsik Pancasila pun masih sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor kondisional. Padahal, gugatan terhadap
Pancasila sebagai dasar negara dengan sendirinya akan
menjadi gugatan terhadap esensi dan eksistensi kita
sebagai manusia dan warga bangsa dan negara Indonesia.
Untuk menghadapi kedua ekstrim (memandang nilai-
nilai Pancasila terlalu sulit dilaksanakan oleh segenap
bangsa Indonesia di satu pihak dan di pihak lain
memandang nilai-nilai Pancasila kurang efektif untuk
memperjuangkan pencapaian masyarakat adil dan
160
makmur yang diidamkan seluruh bangsa Indonesia)
diperlukan usaha bersama yang tak kenal lelah guna
menghayati Pancasila sebagai warisan budaya bangsa
yang bernilai luhur, suatu sistem filsafat yang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai agama, bersifat normatif
dan ideal, sehingga pengamalannya merupakan tuntutan
batin dan nalar setiap manusia Indonesia.
Tapi, benarkah Pancasila adalah suatu sistem filsafat?
Berikut akan diuraikan secara singkat aspek ontologis,
epistemologis dan aksiologis Pancasila (disariolahulang
dari Pancasila sebagai Sistem Filsafat oleh M. Noor
Syam dalam “Dialog Manusia, Falsafah, Budaya dan
Pembangunan” – YP2LM Malang:1980
Aspek Ontologis
Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang
menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan
atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika.
Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu?
Apakah realitas yang tampak ini merupakan suatu realitas
sebagai wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suatu rahasia
di balik realitas itu, sebagaimana yang tampak pada
makhluk hidup? dan seterusnya. Bidang ontologi
menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan
keberadaan) manusia, benda, alam semesta (kosmologi),
metafisika. Secara ontologis, penyelidikan Pancasila
sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila
yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan
161
asas yang berdiri sendiri, malainkan memiliki satu
kesatuan dasar ontologis.
Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila
adalah manusia. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang
berketuhan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang
adil dan beradab, yang bersatu, yang berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan
sosial, yang pada hakikatnya adalah manusia. Sedangkan
manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila
secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri
atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani.
Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila pertama
mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya
(Notonagoro, 1975: 53).
Ontologi ialah penyelidikan hakikat ada (esensi) dan
keberadaan (eksistensi) segala sesuatu: alam semesta,
fisik, psikis, spiritual, metafisik, termasuk kehidupan
sesudah mati, dan Tuhan. Ontologi Pancasila mengandung
azas dan nilai antara lain:
Tuhan yang mahaesa adalah sumber eksistensi
kesemestaan. Ontologi ketuhanan bersifat religius,
supranatural, transendental dan suprarasional;
Ada – kesemestaan, alam semesta (makrokosmos)
sebagai ada tak terbatas, dengan wujud dan hukum
alam, sumber daya alam yang merupakan prwahana
162
dan sumber kehidupan semua makhluk: bumi,
matahari, zat asam, air, tanah subur, pertambangan,
dan sebagainya;
Eksistensi subyek/ pribadi manusia: individual, suku,
nasional, umat manusia (universal). Manusia adalah
subyek unik dan mandiri baik personal maupun
nasional, merdeka dan berdaulat. Subyek pribadi
mengemban identitas unik: menghayati hak dan
kewajiban dalam kebersamaan dan kesemestaan
(sosial-horisontal dengan alam dan sesama manusia),
sekaligus secara sosial-vertikal universal dengan
Tuhan. Pribadi manusia bersifat utuh dan unik dengan
potensi jasmani-rohani, karya dan kebajikan sebagai
pengemban amanat keagamaan;
Eksistensi tata budaya, sebagai perwujudan martabat
dan kepribadian manusia yang unggul. Baik
kebudayaan nasional maupun universal adalah
perwujudan martabat dan kepribadian manusia:
sistem nilai, sistem kelembagaan hidup seperti
keluarga, masyarakat, organisasi, negara. Eksistensi
kultural dan peradaban perwujudan teleologis
manusia: hidup dengan motivasi dan cita-cita sehingga
kreatif, produktif, etis, berkebajikan;
Eksistensi bangsa-negara yang berwujud sistem
nasional, sistem kenegaraan yang merdeka dan
berdaulat, yang menampilkan martabat, kepribadian
dan kewibawaan nasional. Sistem kenegaraan yang
merdeka dan berdaulat merupakan puncak prestasi
163
perjuangan bangsa, pusat kesetiaan, dan kebanggaan
nasional.
Secara garis besar, interelasi eksistensi manusia
sebagai pribadi dan warganegara, yang menghayati
kedudukan dan fungsinya, hak dan kewajibannya untuk
berbakti dan mengabdi dapat digambarkan sebagai
berikut:
T Eksistensi Tuhan yang mahaesa sebagai sumber
semua eksistensi, sumber motivasi dan cita-cita
kebajikan, puncak proses teleologis eksistensi
kesemestaan. Subyek manusia – sadar atau tidak –
menuju dan kembali kepada-Nya.
AS Eksistensi Alam Semesta, sebagai prawahana
kehidupan manusia dan makhluk semesta.
SM Eksistensi Subyek Manusia yang unik, mandiri,
merdeka, berdaulat, dengan potensi martabat dan
kepribadian yang mengemban amanat ketuhanan/
keagamaan, sosial, nasional dan kemanusiaan.
SB Eksistensi Sosio-Budaya sebagai kreasi, karya dan
wahana kehidupan manusia.
SK Eksistensi Sistem Kenegaraan sebagai perwujudan
puncak prestasi bangsa-bangsa; perwujudan identitas
nasional, kemerdekaan, kedaulatan dan kewibawaan
nasional.
P Pribadi manusia, sebagai eksistensi tunggal, utuh
dan unik, berada dalam antarhubungan fungsional
dengan semua eksistensi horisontal. Artinya, pribadi
berada di dalam, dipengaruhi dan untuk semua
164
eksistensi horisontal itu. Secara khusus dengan Tuhan
yang mahaesa, pribadi manusia menghayati
hubungannya dengan Tuhan secara secara vertikal
sebagai sumber motivasi dan harapan, rohani, religius.
Pengertian menurut arti katanya, kata filsafat
dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani
“Philosophia” terdiri dari kata Phile artinya Cinta dan
Sophia artinya Kebijaksanaan. Filsafat berarti Cinta
Kebijaksanaan, cinta artinya hasrat yang besar atau yang
berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh.
Kebijaksanaan artinya Kebenaran sejati atau kebenaran
yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan
yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.
Pengertian Filsafat Menurut Tokoh-Tokoh Filsafat
Socrates (469-399 s.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang
bersifat reflektif atau berupa perenungan terhadap azas-
azas dari kehidupan yang adil dan bahagia. Berdasarkan
pemikiran tersebut dapat dikembangkan bahwa manusia
akan menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka
mampu dan mau melakukan peninjauan diri atau refleksi
diri sehingga muncul koreksi terhadap diri secara obyektif.
Plato (472-347 s. M.)
Dalam karya tulisnya “Republik” Plato
menegaskan bahwa para filsuf adalah pencinta pandangan
tentang kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan
menangkap pengetahuan mengenai ide yang abadi dan
165
tak berubah. Dalam konsepsi Plato, filsafat merupakan
pencarian yang bersifat spekulatif atau terhadap
pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini
kemudan digolongkan sebagai filsafat spekulatif.
Ada dua cakupan dari pengertian filsafat, yaitu:
Filsafat sebagai Produk mencakup:
Filsafat sebagai jenis Pengetahuan, ilmu, konsep-
konsep, pemikiran-pemikiran (rasionalisme, materialisme,
pragmatisme)
1. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi
oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat.
Manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari suatu
persoalan yang bersumber pada akal manusia.
2. Filsafat sebagai suatu Proses mencakup:
Filsafat sebagai suatu proses, dalam hal ini filsafat
diartikan dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat dalam
proses pemecahan suatu permasalahan dengan
menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang
sesuai dengan objeknya.
Filsafat secara umum dapat diberi pengertian
sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala
sesuatu untuk memperoleh kebenaran hakiki, karena
filsafat telah mengalami perkembangan yang cukup lama
tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya ruang,
waktu, keadaan dan orangnya. Itulah sebabnya maka
timbul berbagai pendapat mengenai pengertian filsafat
166
yang mempunyai kekhususannya masing-masing, antara
lain:
Berfilsafat Rationalisme mengagungkan akal
Berfilsafat Materialisme mengagungkan materi
Berfilsafat Individualisme mengagungkan individualitas
Berfilsafat Hedonisme mengagungkan kesenangan
2.2 MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT
Ilmu harus didasari oleh asumsi filsafat agar
keberadaan ilmu itu tidak rancu. Karena ilmu tanpa
didasari oleh filsafat akan mengalami kehancuran dan
menyalahi aturan-aturan. sebab filsafat di sini berfungsi
sebagai penyelaras dan membuat manusia cinta terhadap
kebijaksanaan dan dalam mengiplikasinya akan dibarengi
dengan prilaku yang baik dan membuahkan hasil yang
sangat bermakna. Filsafat juga berperan sebagai induk
dari segala ilmu dan prinsip – prinsip dasar ilmu itu diambil
dari filsafat (ilmu lahir dari filsafat), dan untuk mengkaji
ilmu diperlukan filsafat, karena asumsi filsafat lebih
berpikir secara mendalam untuk mencapai kebenaran,
kebaikan dan menjawab setiap persoalan yang ada,
sehingga ilmu yang ada kini bisa kita rasakan manfaatnya
karena telah melewati pengkajian yang mendalamdan
dapat dibuktikan kebenarannya.
Orang berfilsafat sama halnya dengan berfikir yakni
menafsirkan sesuatu hal yang sedang dihadapi atau yang
akan dihadapi tetapi perbedaanya kalau berfikir hanya
menafsirkan sesuatu hal tersebut denga biasa dalam arti 167
kurang mengandung makna dan belum tentu kebenaranya
juga tanpa dibarengi pengetahuan kebijaksaaan dan
hikmah.
a. Berpikir biasa adalah bagaimana manusia berfikir
untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya artinya
berfikir untuk kepentingan pribadinya.
b. Berpikir Ilmiah adalah berfikir secara logis yaitu secara
nyata dan apa yang kita pikirkan bias dipertanggung
jawabkan
c. Berfikir Filsafat adalah berfikir untuk terus menerus
maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa
dirinya ahli, tidak menyerah pada kemalasan, terus
menerus mengembangkan penalarannya untuk
mendapatkan kebenaran.
Sebaliknya berfilsafat berarti berpikir itu memang
benar adanya karena, berfilsafat akan selalu berusaha
untuk berpikir guna mencapai kebaikan dan mencari
kebenaran dari berbagai teori atau ilmu-ilmu, maka
dengan berfilsafat itu berarti penyelidikan tentang apanya,
bagaimananya dan untuk apa, berpikir dengan mengacu
pada kaidah-kaidah tertentu secara disiplin dan
mendalam. Orang yang berfilsafat akan menggunakan
pemikiran yang bermakna seperti:
a. Berfikir radikal, yaitu berfikir sampai keakar-akarnya
dan tidak tanggung tanggung tidak ada sesuatu yang
terlarang untuk dipikirkan
168
b. Sistematik yaitu berfikir logis yang bergerak selangkah
demi selangkah dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab.
c. Universal,yaitu berfikir secara menyeluruh tidak
terbatas pada bagian2 tertentu tetapi mencakup
keseluruhan aspek yang kongkrit dan abstrak.
2.2 PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA
Pancasila sebagai filsafat mengandung
pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi
substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat
Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai
refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar
negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan
untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang
mendasar dan menyeluruh. Pancasila dikatakan sebagai
filsafat, karena Pancasila merupakan hasil permenungan
jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh the faounding father kita,
yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani).
Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian
ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasila (Notonagoro).
2.3 PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Pengertian “Sistem”
“Sistem” memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Suatu kesatuan
bagian-bagian/unsur/elemen/komponen,
169
2) Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-
sendiri,
3) Saling berhubungan dan saling ketergantungan,
4) Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan
tertentu (tujuan sistem),
5) Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore
& Voich, 1974).
Pancasila sebagai suatu “SISTEM”:
- Pancasila merupakan kesatuan bagian-bagian (yaitu sila-
sila pancasila),
- Tiap sila pancasila mempunyai fungsi sendiri-sendiri,
- Tiap sila pancasila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak
saling bertentangan,
- Keseluruhan sila pancasila merupakan suatu kesatuan
yang sistematis (majemuk tunggal).
Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain:
1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem
yang bulat dan utuh. Dengan kata lain, apabila tidak bulat
dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah
maka itu bukan Pancasila.
2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan
utuh itu dapat digambarkan sebagai berikut:
Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan
5;
Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari
dan menjiwai sila 3, 4 dan 5;
170
Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari
dan menjiwai sila 4, 5;
Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari
dan menjiwai sila 5;
Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.
Inti sila-sila Pancasila meliputi:
Tuhan, yaitu sebagai kausa prima.
Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial.
Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri.
Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama
dan gotong
Royong.
Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan
orang lain yang menjadi haknya.
Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti
mengungkapkan konsep-konsep kebenaran Pancasila yang
bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan
juga bagi manusia pada umumnya. Wawasan filsafat
meliputi bidang atau aspek penyelidikan Ontologis,
Epistemologis, dan Aksiologis. Ketiga bidang tersebut
dapat dianggap mencakup kesemestaan.
Landasan Ontologis Pancasila
Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang
menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan
atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika.
Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu?
171
Apakah realitas yang tampak ini merupakan suatu realitas
sebagai wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suatu rahasia
di balik realitas itu, sebagaimana yang tampak pada
makhluk hidup? dan seterusnya. Bidang ontologi
menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan
keberadaan) manusia, benda, alam semesta (kosmologi),
metafisika. Secara ontologis, penyelidikan Pancasila
sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila
yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan
asas yang berdiri sendiri, malainkan memiliki satu
kesatuan dasar ontologis.
Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila
adalah manusia. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang
berketuhan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang
adil dan beradab, yang bersatu, yang berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan
sosial, yang pada hakikatnya adalah manusia. Sedangkan
manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila
secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri
atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani.
Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila pertama
mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya
(Notonagoro, 1975: 53).
Landasan Epistemologis Pancasila
172
Epistemologi adalah cabang filsafat yang
menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan validitas
ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber
pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan,
batas dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi
adalah ilmu tentang teori terjadinya ilmu atau science of
science. Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan
yang mendasar dalam epistemologi, yaitu:
1. Tentang sumber pengetahuan manusia;
2. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;
3. Tentang watak pengetahuan manusia.
Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai
filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat
Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Pancasila
sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan
sistem pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi
suatu belief system, sistem cita-cita, menjadi suatu
ideologi. Oleh karena itu Pancasila harus memiliki unsur
rasionalitas terutama dalam kedudukannya sebagai sistem
pengetahuan.
Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak
dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya, sehingga
dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat
dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia.
Pancasila sebagai suatu obyek pengetahuan pada
hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan dan
susunan pengetahuan Pancasila.
173
-Tentang sumber pengetahuan Pancasila,
sebagaimana telah dipahami bersama adalah nilai-nilai
yang ada pada bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai
tersebut merupakan kausa materialis Pancasila.
-Tentang susunan Pancasila sebagai suatu sistem
pengetahuan, maka Pancasila memiliki susunan yang
bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila
Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu.
Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat
hirarkis dan berbentuk piramidal.
Sifat hirarkis dan bentuk piramidal itu nampak
dalam susunan Pancasila, dimana sila pertama Pancasila
mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya, sila kedua
didasari sila pertama dan mendasari serta menjiwai sila
ketiga, keempat dan kelima, sila ketiga didasari dan dijiwai
sila pertama dan kedua, serta mendasari dan menjiwai sila
keempat dan kelima, sila keempat didasari dan dijiwai sila
pertama, kedua dan ketiga, serta mendasari dan menjiwai
sila kelima, sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama,
kedua, ketiga dan keempat. Dengan demikian susunan
Pancasila memiliki sistem logis baik yang menyangkut
kualitas maupun kuantitasnya.
Susunan isi arti Pancasila meliputi tiga hal, yaitu:
1.Isi arti Pancasila yang Umum Universal, yaitu hakikat
sila-sila Pancasila yang merupakan intisari Pancasila
sehingga merupakan pangkal tolak dalam pelaksanaan
dalam bidang kenegaraan dan tertib hukum Indonesia
174
serta dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang
kehidupan yang konkrit.
2.Isi arti Pancasila yang Umum Kolektif, yaitu isi arti
Pancasila sebagai pedoman kolektif negara dan bangsa
Indonesia terutama dalam tertib hukum Indonesia.
3.Isi arti Pancasila yang bersifat Khusus dan Konkrit, yaitu
isi arti Pancasila dalam realisasi praksis dalam berbagai
bidang kehidupan sehingga memiliki sifat khusus konkrit
serta dinamis (Notonagoro, 1975: 36-40)
Menurut Pancasila, hakikat manusia adalah
monopluralis, yaitu hakikat manusia yang memiliki unsur
pokok susunan kodrat yang terdiri atas raga dan jiwa.
Hakikat raga manusia memiliki unsur fisis anorganis,
vegetatif, dan animal. Hakikat jiwa memiliki unsur akal,
rasa, kehendak yang merupakan potensi sebagai sumber
daya cipta manusia yang melahirkan pengetahuan yang
benar, berdasarkan pemikiran memoris, reseptif, kritis dan
kreatif.
Selain itu, potensi atau daya tersebut mampu
meresapkan pengetahuan dan menstranformasikan
pengetahuan dalam demontrasi, imajinasi, asosiasi,
analogi, refleksi, intuisi, inspirasi dan ilham. Dasar-dasar
rasional logis Pancasila menyangkut kualitas maupun
kuantitasnya, juga menyangkut isi arti Pancasila tersebut.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberi landasan
kebenaran pengetahuan manusia yang bersumber pada
intuisi. Manusia pada hakikat kedudukan dan kodratnya
adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, maka 175
sesuai dengan sila pertama Pancasila, epistemologi
Pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang bersifat
mutlak. Hal ini sebagai tingkat kebenaran yang tinggi.
Dengan demikian kebenaran dan pengetahuan manusia
merupakan suatu sintesa yang harmonis antara potensi-
potensi kejiwaan manusia yaitu akal, rasa dan kehendak
manusia untuk mendapatkan kebenaran yang tinggi.
Selanjutnya dalam sila ketiga, keempat, dan
kelima, maka epistemologi Pancasila mengakui kebenaran
konsensus terutama dalam kaitannya dengan hakikat sifat
kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial. Sebagai suatu paham epistemologi, maka Pancasila
mendasarkan pada pandangannya bahwa ilmu
pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas karena harus
diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta
moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu
tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia.
Landasan Aksiologis Pancasila
Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita
membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Istilah aksiologi
berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat,
dan logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori.
Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan,
disukai atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah
hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan metafisika suatu
nilai. Nilai (value dalam bahasa Inggris) berasal dari kata
Latin valere yang artinya kuat, baik, berharga. Dalam 176
kajian filsafat merujuk pada sesuatu yang sifatnya abstrak
yang dapat diartikan sebagai “keberhargaan” (worth) atau
“kebaikan” (goodness). Nilai itu sesuatu yang berguna,
nilai juga mengandung harapan akan sesuatu yang
diinginkan, nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai
yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia
(dictionary of sosiology a related science), nilai itu suatu
sifat atau kualitas yang melekat pada suatu obyek. Ada
berbagai macam teori tentang nilai yaitu:
Max Scheler mengemukakan bahwa nilai ada
tingkatannya dan dapat dikelompokkan menjadi empat
tingkatan, yaitu:
1) Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat nilai
yang mengenakkan dan nilai yang tidak
mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau
menderita.
2) Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-
nilai yang penting dalam kehidupan seperti
kesejahteraan, keadilan, dan kesegaran.
3) Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-
nilai kejiwaan (geistige werte) yang sama sekali tidak
tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan.
Nilai-nilai semacam ini misalnya, keindahan,
kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai
dalam filsafat.
4) Nilai-nilai kerohanian: dalam tingkat ini terdapat
moralitas nilai yang suci dan tidak suci. Nilai semacam
177
ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi (Driyarkara,
1978).
Walter G. Everet menggolongkan nilai-nilai
manusia ke dalam delapan kelompok yaitu:
1) Nilai-nilai ekonomis: ditunjukkan oleh harga pasar
dan meliputi semua benda yang dapat dibeli.
2) Nilai-nilai kejasmanian: membantu pada
kesehatan, efisiensi dan keindahan dari kehidupan
badan.
3) Nilai-nilai hiburan: nilai-nilai permainan dan waktu
senggang yang dapat menyumbangkan pada
pengayaan kehidupan.
4) Nilai-nilai sosial: bermula dari berbagai bentuk
perserikatan manusia.
5) Nilai-nilai watak: keseluruhan dari keutuhan
kepribadian dan sosial yang diinginkan.
6) Nilai-nilai estetis: nilai-nilai keindahan dalam alam
dan karya seni.
7) Nilai-nilai intelektual: nilai-nilai pengetahuan dan
pengajaran kebenaran.
8) Nilai-nilai keagamaan.
Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam yaitu:
1) Nilai material, yaitu sesuatu yang berguna bagi
manusia.178
2) Nilai vital, yaitu sesuatu yang berguna bagi
manusia untuk dapat melaksanakana kegiatan atau
aktivitas.
3) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang
berguna bagi rohani yang dapat dibedakan menjadi
empat macam:
a. Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal
(rasio, budi, cipta) manusia.
b. Nilai keindahan atau nilai estetis, yang
bersumber pada unsur perasaan manusia.
c. Nilai kebaikan atau nilai moral, yang
bersumber pada unsur kehendak manusia.
d. Nilai religius, yang merupakan nilai
kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilai religius
ini bersumber kepada kepercayaan atau
keyakinan manusia.
Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga
tingkatan nilai, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan
nilai praktis.
1. Nilai dasar adalah asas-asas yang kita terima sebagai
dalil yang bersifat mutlak, sebagai sesuatu yang benar
atau tidak perlu dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari
Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan,
nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
2. Nilai instrumental adalah nilai yang berbentuk norma
sosial dan norma hukum yang selanjutnya akan 179
terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme
lembaga-lembaga negara.
3. Nilai praktis adalah nilai yang sesungguhnya kita
laksanakan dalam kenyataan. Nilai ini merupakan batu
ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu
benar-benar hidup dalam masyarakat.
Nilai-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau
nilai moral merupakan nilai dasar yang mendasari nilai
intrumental dan selanjutnya mendasari semua aktivitas
kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan
pendukung nilai-nilai Pancasila (subscriber of value
Pancasila), yaitu bangsa yang berketuhanan, yang berke-
manusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan
berkeadilan sosial. Pengakuan, penerimaan dan
penghargaan atas nilai-nilai Pancasila itu nampak dalam
sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia
sehingga mencerminkan sifat khas sebagai Manusia
Indonesia.
III.PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Objek materi filsafat adalah mempelajari segala hakikat
sesuatu baik materal konkrit (manusia,binatang,alam dll)
dan abstak (nilai,ide,moral dan pandangan hidup)
180
Pancasila adalah lima sila yang merupakan satu
kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur yang bersumber dari
nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia yang sangat
majemuk dan beragam dalam artian Bhineka Tunggal Eka.
Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan
yang saling berhubungan untuk satu tujuan tertentu,dan
saling berkualifikasi yang tidak terpisahkan satu dengan
yang lainnya.
Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia yang merupakan kenyataan objektif yang hidup
dan berkembang dalam masyarakat. Pancasila memberi
petunjuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia tanpa membedakan suku atau ras. Jadi
Pancasila pada dasarnya satu bagian/unit-unit yang saling
berkaitan satu sama lain,dan memiliki fungsi serta tugas
masing-masing.
3.2 Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan
saran kepada pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui
sejauh mana kita mempelajari tentang filsafat, filsafat
pancasila, dan pancasila sebagai sistem filsafat. Semoga
dengan makalah ini para pembaca dapat menambah
cakrawala ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Notonagoro. 1975. Pancasila Dasar Filsafat Negara RI I.II.III
181
K.Wantjik, Saleh. 1978. Kitab Kumpulan Peraturan
Perundang RI, Jakarta: PT. Gramedia.
Kartohadiprojo, Soediman. 1970. Beberapa Pikiran Sekitar
Pancasila, Bandung. Alumni.
Darmodiharjo, Darji. 1978. Pokok-pokok Filsafat Hukum,
Jakarta: PT. Gramedia.
Driyarkara, SJN., 1978, Percikan Filsafat, Jakarta: PT.
Pembangunan.
Frondizi, Risieri. 1963. What Is Value?. New York: Open
Court Publising Company.
Kaelan. 2002. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta:
Paradigma.
Kaelan. 2002. Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa.
Yogyakarta: Paradigma.
Kodhi, S.A., dan Soejadi, R. 1994. Filsafat, Ideologi,dan
Wawasan Bangsa Indonesia.
Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya.
Nasution, Harun. 1970. Filsafat Agama. Jakarta: Bulan
Bintang 137.
Notonagoro. 1974. Pancasila Dasar Filsafat Negara.
Jakarta: Cetakan Ke-4, Pantjuran Tudjuh.
Poespowardoyo, Soenaryo. 1989. Filsafat Pancasila.
Jakarta: Gramedia
Sumargono, Suyono, Tanpa Tahun. Ideologi Pancasila
sebagai penjelmaan Filsafat
182