Modul Kepkeluarga 2015

61
PENDAHULUAN 1. Deskripsi Singkat Modul keperawatan keluarga dengan capaian pembelajaran “konsep keluarga”membahas teori-teori tentang keluarga seperti pengertian, type, ciri, struktur keluarga, tugas dan tahap perkembangan keluarga. Teori yang dipelajari ini akan menjadikan mahasiswa mampu memahami konsep-konsep asuhan keperawatan keluarga dalam berbagai lingkup masalah keperawatan . 2. Relevansi Modul ini, memuat capaian pembelajaran sehingga mahasiswa dapat memahami konsep dasar keperawatan keluarga secara teori (T) dan dapat mengaplikasikannya secara klinik (K) pada saat melaksanakan pengalaman belajar secara objektif di lahan praktek dalam berbagai lingkup masalah keperawatan keluarga seperti keperawatan medikan bedah, anak, maternitas, jiwa dan lain sebagainya dalam keperawatan komunitas. 3. Tujuan Setelah membaca dan mempelajari modul tentang konsep keluarga, mahasiswa akan mampu memahami konsep dasar keluarga yang menjadi dasar dalam mempelajari asuhan keperawatan keluarga dalam berbagai lingkup masalah keperawatan. 4. Petujuk Belajar. Pada modul ini, mahasiswa akan mempelajari konsep Persfektif Keperawatan dengan cara : 1. Mempelajari Deskrifsi mata kuliah yang tertuang dalam R.P.S 2. Mempelajari tujuan mata kuliah yang tertuang dalam S.A.P Bahan ajar konsep keluarga #1# untuk diploma III Keperawatan Tanjungkarang

description

Keperawatan

Transcript of Modul Kepkeluarga 2015

PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkat Modul keperawatan keluarga dengan capaian pembelajaran konsep keluargamembahas teori-teori tentang keluarga seperti pengertian, type, ciri, struktur keluarga, tugas dan tahap perkembangan keluarga. Teori yang dipelajari ini akan menjadikan mahasiswa mampu memahami konsep-konsep asuhan keperawatan keluarga dalam berbagai lingkup masalah keperawatan .

2. RelevansiModul ini, memuat capaian pembelajaran sehingga mahasiswa dapat memahami konsep dasar keperawatan keluarga secara teori (T) dan dapat mengaplikasikannya secara klinik (K) pada saat melaksanakan pengalaman belajar secara objektif di lahan praktek dalam berbagai lingkup masalah keperawatan keluarga seperti keperawatan medikan bedah, anak, maternitas, jiwa dan lain sebagainya dalam keperawatan komunitas.

3. Tujuan Setelah membaca dan mempelajari modul tentang konsep keluarga, mahasiswa akan mampu memahami konsep dasar keluarga yang menjadi dasar dalam mempelajari asuhan keperawatan keluarga dalam berbagai lingkup masalah keperawatan.

4. Petujuk Belajar.Pada modul ini, mahasiswa akan mempelajari konsep Persfektif Keperawatan dengan cara :

1. Mempelajari Deskrifsi mata kuliah yang tertuang dalam R.P.S

2. Mempelajari tujuan mata kuliah yang tertuang dalam S.A.P

3. Mempelajari materi yang ada dalam modul dan materi yang diberikan oleh dosen pada saat PBM.

4. Menambah wawasan dengan belajar mandiri tentang konsep keluarga di perpustakaan kampus.5. Mempelajari soal latihan untuk menganalisis materi pada modul. KONSEP KELUARGA

1. PendahuluanSalah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit dapat menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan oleh keluarga. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga menjadi sangat berhubungan atau signifikan.

Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan yang kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat.Dalam pemberian pelayanan kesehatan perawat harus memperhatikan nilai-nilai dan budaya keluarga sehingga dapat menerima.

1. Tujuan (KD)

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa akan mampu menguasai konsep dasar keluarga untuk dapat melakukan pengkajian keperawatan pada keluarga yang merupakan tahap pertama (satu) dari proses keperawatan., kemudian akan mampu menetapkan diagnosis keperawatan, membuat rencana tindakan, melakukan implementasi pelaksanaan tindakan dan mengevaluasi tujuan.

2. Kegiatan PembelajaranIndikator Pembelajaran1. Mahasiswa akan mampu melakukan pengkajian keluarga :

2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami pengertian keluarga.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami ciri keluarga.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami type keluarga.

5. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami peran keluarga.

6. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami fungsi keluarga.

7. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami struktur keluarga.

8. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tugas dan perkembangan keluarga.

URAIAN MATERI PEMBELAJARANA. PERSPEKTIF DAN FALSAFAH KEPERAWATAN KELUARGA1. DefinisiKeperawatan adalah suatu bentuk pelayanan dibidang kesehatan yang didasari ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat sejak lahir sampai meninggal.

Perawatan kesehatan keluarga (family Health Nursing) adalah perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan kepada keluarga sebagai unit kesatuan dengan sehat sebagai tujuan dan melalui perawatan sebagai sasarannya. (Salvino, 2005)

2. Perspektif dan Falsafah Keperawatan KeluargaBanyak perspektif teoritis pada keluarga yang tersedia untuk membimbing masyarakat praktik keperawatan keluarga dan komunitas. Tidak mengejutkan, model keperawatan bagi keluarga mencerminkan dua pemikiran dalam komunitas /keperawatan ( kesehatan) masyarakat hari ini. Beberapa pandangan mendukung bahwa keluarga adalah unit perawatan, dan masyarakat adalah konteks, sedangkanyang lain fokus pada komunitas sebagai klien dan melihat keluarga sebagai subunit.Zerwekh (1991) Model Keluarga sebagai pemberi perawatan merupakan Perawatan Kesehatan yang menguraikan kerangka kerja yang mendukung untuk menyediakanperawatan keluarga dalam sebuah masyarakat. Sedangkan Model kesehatan masyarakat sebagai fungsi yaitu memberikan panduan dalam penyediaan perawatan bagi keluarga dan pandangan keluarga sebagai klien dalam masyarakat dan keluarga sebagai bagian dari masyarakat klien.Paradigma keperawatan Keluarga meliputi :a) Manusia1)Manusia sebagai bio,psiko,sosio,spiritual dan kultur mempunyai sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi bila gagal terjadi ketidakseimbangan maka muncul masalah kesehatan.2)Komponen biologi manusia mencakup keadaan jasmani, terpadu dalam system organ yang mempunyai fungsi masing masing yang mengalami proses tumbuh kembang.3) Komponen social manusia berhubungan alam lingkungan sekitar, berhubungan dengan masyarakat yang mempunyai system dan nilai-nilai tertentu yang dapat mempengaruhi tingkah laku.4) Komponen psikologis manusia mempunyai unsur kepribadian5) Komponen spiritual manusia memiliki keyakinan terhadap kepercayan Tuhan YME6) Komponen kultur manusia meliputi adat istiadat dari setiap daerah.b) Keluarga sebagai klienKeluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara trus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain, baik secara perorangan maupun secara bersama sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.Ada beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu focus pelayanan keperawatan yaitu :1)Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga menyangkut kehidupan masyarakat.2)Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki atau mengabaikan masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri.3)Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan penyakit pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh keluarga tersebut.4)Dalam merawat pasien sebagai individu, keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam perawatannya.5) keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai usaha usaha kesehatan masyarakat.c. Masyarakat sebagai klienMasyarakat adalah suatu pranata yang terbentuk karena interaksi anatara anusia dan budaya dalam lingkungannya, bersifat dinamis dan terdiri dari individu, keluarga,kelompo dan komunitas yang mempunyai tujuan dan norma sebagai system niai. Konsep Holism Manusia adalah Suatu bentuk pendekatan yang digunakan perawat untuk memecahan masalah masalah kesehatan dengan cara memerhatikan dan mempertimbangkan unsur unsur biologis, psikologis, dan sosiald. LingkunganLingkungan terdiri dari lingkungan eksternal dan internal, lingkungan internal (dalam) terdiri dari :1)Lingkungan fisik (physical enviroment). Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara.2)Lingkungan psikologi (psychologi enviroment). Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fsiik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien.3)Lingkungan sosial (social environment). Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakitSedangkan Lingkungan Eksternal (Luar) meliputi kultur, adat, struktur masyarakat, status sosial, udara, suara, pendidikan, pekerjaan dan sosial ekonomi budaya.Perspektif ilmu keperawatan anak dalam konteks keluarga (contoh)1.Filosofi Keperawatan AnakFilosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada keluarga (family centered care), pencegahan terhadap trauma (atraumatic care) dan manjemen kasus.

a.Perawatan Berfokus Pada KeluargaKeluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak bagian dari keluarga. Dalam Pemberian Askep diperlukan keterlibatan keluarga karena anak selalu membutuhkan orang tua di Rumah Sakit seperti aktivitas bermain atau program perawatan lainnya. Pentingnya keterlibatan keluarga ini dapat mempengaruhi proses kesembuhan anak. Program terapi yang telah direncanakan untuk anak bisa saja tidak terlaksana jika perawat selalu membatasi keluarga dalam memberikan dukungan terhadap anak yang dirawat, hal ini hanya akan meningkatkan stress dan ketidaknyamanan pada anak. Perawat dengan menfasilitasi keluarga dapat membantu proses penyembuhan anak yang sakit selama dirawat. Kebutuhan keamanan dan kenyamanan bagi orang tua pada anaknya selama perawatan merupakan bagian yang penting dalam mengurangi dampak psikologis anak sehingga rencana keperawatan dengan berprinsip pada aspek kesejahteraan anak akan tercapai.

b.Atrumatic CareAtrumatic care adalah perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga. Atraumatik care sebagai bentuk perawatan terapeutik dapat diberikan kepada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan., seperti memperhatikan dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan atau aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma untuk mencapai perawatan tersebut beberapa prinsip yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain:

1) Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga

Dampak perpisahan dari keluarga akan menyebabkan kecemasan pada anak sehingga menghambat proses penyembuhan dan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

2)Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak.

Kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak dapat meningkatkan kemandirian anak dan anak akan bersikap waspada dalam segala hal.

3)Mencegah atau mengurangi cedera (injuri) dan nyeri (dampak psikologis)

Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai tenik misalnya distraksi, relaksasi dan imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

4)Tidak melakukan kekerasan pada anak

Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti dalam kehidupan anak, yang dapat menghambat proses kematangan dan tumbuh kembang anak.

5)Modifikasi lingkungan

Melalui modifikasi lingkungan yang bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkembang dan merasa nyaman dilingkungan.

c.Sehat dan SakitRentang sehat sakit adalah suatu kondisi anak berada dalam status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit kronis dan meninggal. Rentang ini suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap waktu, selama dalam batas rentang tersebut anak membutuhkan bantuan perawat baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti apabila anak berada pada rentang sehat maka upaya perawat untuk meningkatkan derjat kesehatan sampai mencapai taraf sejahtera baik fisik, sosial maupun spritual.

d. Konsep keperawatan primer

Pengertian Model Asuhan Keperawatan Profesional Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996). Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998; 143) yaitu:

1) Sesuai dengan visi dan misi institusi 2) Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan. 3) Efisien dan efektif penggunaan biaya. 4) Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat. 5) Kepuasan kinerja perawat. 6) Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP) Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002). 2. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002). 3. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer Menurut Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse) Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat. 4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep berikut: a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik kepemimpinan. b. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin. c. Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim. d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu (Nursalam, 2002): Kelebihan : a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh. b. Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan. c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Kelemahan Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

PERAN PERAWAT DALAM KEPERAWATAN ANAK (ILUSTRASI)a. Pemberi perawatan

Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks. Contoh peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran ketika perawat memenuhi kebutuhan dasar seperti memberi makan, membantu pasien melakukan ambulasi dini.

Faktor-faktor yang mempengatuhi kesehatan pada anak

Berbagai faktor yang mempengaruhi status kesehatan anak adalah

1. Faktor kesehatan

Faktor kesehatan ini adalah merupakan faktor utama yang dapat menentukan status kesehatan anak secara umum. Faktor ini ditentukan oleh status kesehatan anak itu sendiri, status gizi dan kondisi sanitasi.

Status gizi anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antroppometri ( Suharjo, 1996).

Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :

1. Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).

1. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengan melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).

2. Tinggi Badan

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).

3. Faktor kebudayaan

Pengaruh budaya sangat menentukan status kesehatan anak, dimana keterkaitan secara langsung antara budaya dengan pengetahuan. Budaya dimasyarakat dapat menimbulkan penurunan kesehatan dimasyarakat yang dianggap baik oleh masyarakat, padahal budaya tersebut justu menurunkan kesehatan anak, sebagai contoh, anak yang badannya panas akan dibawa kedukun, dengan keyakinan terjadinya kesurupan atau kemasukkan barang gaib, anak pascaoperasi dilarang makan daging ayam, kerena daging ayam dianggap dapt menambah nyeri yang ada pada luka operasi ( nyeri atau ada anggapan lain bahwa luka tersebut sulit sembuhnya ), kebiasaan memberikan pisang pada bayi abru lahir dengan anggapan bahwa anak akan cepat besar dan berkembang, atau anak tidak boleh makan daging dan telur karena dapat menimbulakan penyakit cacingan. Berbagai contoh budaya yang ada dimasyarakat tersebut sangat besar mempengaruhi derajat kesehatan anak, mengingat anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang tentunya membutuhkan perbaikan gizi atau nutrisi yang cukup.

4. Faktor keluarga

Faktor keluarga biasanya menentukan keberhasilan perbaikkan status kesehatan anak. Pengaruh keluarga pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak sangat besar melalui pola hubungan anak dan keluarga serta nilai-nialinya yang ditamankan. Apakan anak dijadikan sebagai pekerja atau anak diperkaukan sebagaiman semestinya dan dipenuhi kebutuhannya, baik silih asah, asuh, dan asihnya. Peningkatan status kesehatn anak juga terkait langsung dengan peran dan fungsi keluarga terhadap anakanya, seperti membesarkan anak, memberikan anak, menyediakan makanan, melindungi kesehatn, memberikan perlindungan, secara psikolog, menanamkan nilai budaya yang baikk, mempersiapkan pendidikan anak, dan lain-lainya ( Berman, 2000 ).

b.Sebagai Advocat keluarga

Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk memebantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan daninfo rmasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Peran perawat sebagai advocate keluarga dapt ditunjukkan dengan memberikan penjelasan tentang prosedur operasi yang akan di lakukan sebelum pasien melakukan operasi.

c.Pendidik

Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Memberi penyuluhan kesehatan tentang penanganan diare merupakan salah satu contoh peran perawat sebagai pendidik ( health educator )

d.Konseling

Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan dasar dalam perencanaan tindakan keperawatan. Konseling diberikan kepada individu, keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi).e.KolaborasiDalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain berupaya mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan keahlian dan ketrampilan dari berbagai professional pemberi palayanan kesehatan. Sebagai contoh, perawat berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat pada anak dengan nefrotik syndrome. Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk menentukan dosis yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada anak yang menderita infeksi

f.Peneliti

Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap rangsangan dari lingkunganya. Kegiatan ini dapat diperoleh diperoleh melalui penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah melakukan evalusai, mengukur kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang telah diberikan. Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengerakan orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan memanfaatkan media massa atau media informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelitian dalam rangka mengembagkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek profesi keperawatan

KEPERAWATAN KELUARGA 1. Pengertian Keluargaa. Burges (1963)Burges memberikan pandangan tentang definisi keluarga yang berorientasi kepada tradisi, yaitu (Setiawati,2008 : 13) :1) Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan Perkawinan, darah, dan ikatan adopsi.2) Anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.3) Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalm peran-peran sosial keluarga seperti halnya peran sebagai suami istri, ayah dan ibu, peran sebagai anak laki-laki anak perempuan.4) Keluarga bersama-sama menggunakan kultur yang sama yaitu : kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.b. Sub Dit Kes. Mas Dep. Kes RI (1983)Keluarga merupakan satu kelompok atau sekumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan unit masyarakat yang terkecil dan biasanya tidak selalu ada hubungan darah, ikatan Perkawinan, atau ikatan lain. Mereka hidup bersama dalam satu rumah, dibawah asuhan seorang kepala keluarga dan makan dari satu periuk (Setiawati, 2008 : 13).c. Whall (1986)Keluarga sebagai kelompok yang terdiri atas dua atau lebih individu yang dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin saja memiliki atau tidak memiliki hubungan darah atau hukum yang mencirikan orang tersebut ke dalam satu keluarga (Setiawati, 2008 : 13).d. Dep. Kes RI (1988)Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiawati, 2008 : 13).e. Silvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1989)Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan Perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (Setiawati, 2008 : 14)f. Friedman (1988)Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam Perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah (Setiawati, 2008 : 14).g. Stuart (ICN, 2001)Lima hal penting yang ada pada definisi keluarga (Setiawati, 2008 : 14) :1) Keluarga adalah suatu sistem atau unit.2) Komitmen dan keterikatan antar anggota keluarga yang meliputi kewajiban di masa yang akan datang.3) Fungsi keluarga dalam pemberian perawatan meliputi perlindungan, pemberian nutrisi, dan sosialisasi untuk seluruh anggota keluarga.4) Anggota-anggota keluarga mungkin memiliki hubungan dan tinggal bersama atau mungkin juga tidak ada hubungan dan tinggal terpisah.5) Keluarga mungkin memiliki anak atau mungkin juga tidak.2. Struktur Keluarga.Menurut Friedman struktur keluarga terdiri atas:a) Pola dan proses komunikasi Pola interaksi keluarga yang berfungsi:1) Bersifat terbuka dan jujur2) Selalu menyelesaikan konflik keluarga3) Berpikiran positif4) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendirib) Struktur peranPeran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi social yang diberikan.c) Struktur kekuatanKekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah positif.Ada beberapa macam tipe struktur kekuatan:1) Legitimate power, hak untuk mengatur seperti orang tua kepada anak.2) Referent power, seseorang yang ditiru3) Reward power, pendapat ahli 4) Coercive power, dipaksakan sesuai keinginan5) Affective power, dipaksakan sesuai keinginan6) Informational power, pengaruh melalui persuasif d)Nilai nilai keluarga.Nilai merupakan suatu system, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan system nilai dalam keluarga.Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.3. Bentuk-bentuk keluargaTipe/Bentuk KeluargaKeluarga merupakan salah satu bagian dari bidang garap dunia keperawatan, oleh karena itu supaya perawat bisa memberikan asuhan keperawatan dengan tepat, perawat harus memahami tipe keluarga yang ada..a) Tradisional 1) The Nuclear family (keluarga inti) : Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak2) The dyad family : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.3) Keluarga usila : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan diri.4) The childless family : Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.5) The extended family : Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan6) The single parent family : Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan)7) Commuter family : Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pad saat weekend8) Multigenerational family : Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.9) Kin-network family : Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama (contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon,dll)10) Blended family : Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.11) The single adult living alone/single adult family : Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian atau ditinggal mati)b) Non-Tradisional1) The unmarried teenage mother : Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah2) The stepparent family : Keluarga dengan orang tua tiri3) Commune family : Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.4) The nonmarital heterosexsual cohabiting family : Keluarga yan ghidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan5) Gay and lesbian families : Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana marital pathners6) Cohabitating couple : Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan karena beberapa alasan tertentu7) Group-marriage family : Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang saling merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan anak.8) Group network family : Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya9) Foster family : Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.10) Homeless family : Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.11) Gang : Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.4. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Fridmman (1986)a. Fungsi afektifBerhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilanm elaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam memenuhi fungsi afektif adalah:

1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan asih sayang dang dukungan dari anggota yang lain maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat yang pada akhiranya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diluar keluarga atau masyarakat. 2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan tercapai.

3) Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tuan harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif tersebut

Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.

Funggsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.

b. Fungsi sosialisasiSosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial (Friedman, 1986)

Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.

Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan keluarga.

c. Fungsi reproduksiKeluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.d. Fungsi ekonomi Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota seperti memenuhi kebutuhan makanan, pakaian, dan tempat tinggal.e. Fungsi perawatan kesehatanKeluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan ,yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.Fungsi keluarga nenurut Allender(1998)a) .Affection1) Menciptakan suasana persaudaraan atau menjaga perasaan2) Mengembangkan kehidupan sexual dan kebutuhan sexual.b) Security and acceptance1) Mempertahankan kebutuhan fisik2) Menerima individu sebagai anggota keluargac) Identity and satisfaction1) Mempertahankan motivasi2) Mengembangkan peran dan self image3) Mengidentifikasi tingkat social dan kepuasan aktifitasd) Affiliation and companionship1) Mengembangkan pola komunikasi2) Mempertahankan hubungan yang harmonise) Socialization1) Mengenal kultur (nilai dan prilaku)2) Aturan atau pedoman hubungan internal dan eksternal3) Melepas anggotaf) Controls 1) Mempertahankan control social2) Adanya pembagian kerja3) Penempatan dan menggunakan sumber daya yang ada 5. Peran Keluargaa.Peran- peran formal Peran- peran formal bersifat eksplisit yaitu setiap kandungan struktur peran kelurga.Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :1) Peranan Ayah:Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.(4)2) Peranan Ibu:Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagaipencari nafkah tambahan dalam keluarganya.(4)3) Peran Anak:Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual(4)b. Peran- peran informalPeran- peran informal bersifat implisit biasanya tidak tampak ke permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan emosional individu dan atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga.misalnya: pendorong, penguat, pendamai, pengharmonis.

5. Prinsip Keperawatan KeluargaAda beberapa prinsip utama yang harus dipegang oleh perawat keluarga yaitu:a.Keluarga dijadikan sebagai unit dalam pelayanan kesehatan. Dalam konteks ini keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai fokus utama pengkajian keperawatan. Keluarga dipandang sebagai system yang berinteraksi, dimana fokusnya adalah dinamika dan hubungan internal keluarga, struktur dan fungsi keluarga serta saling ketergantungan subsistem keluarga dengan kesehatan dan keluarga dengan lingkungan luarnya.b.Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga sehat adalah sebagai tujuan utamanya dengan cara meningkatkan status kesehatan keluarga agar keluarga dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahtraan keluarga.c.Asuhan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga.d.Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, perawat harus melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.e.Diusahakan mengutamakan kegiatan lebih bersifat promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.Ada 3 tingkatan pencegahan terhadap kesehatan keluarga yaitu:1)Pencegahan primer, yang meliputi peningkatan kesehatan dan tindakan preventif khusus yang dirancang untuk mencegah orang bebas dari penyakit dan cedera.2)Pencegahan sekunder, yang terdiri dari deteksi dini, diagnosis dan pengobatan3)Pencegahan tersier, yang mencakup tahap penyembuhan dan rehabilitasi, dirancang untuk meminimalkan tingkat fungsinya6. Alasan Keluarga sebagai Sasaran a) Dalam memberikan asuhan keperawatan agar memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin.b) Sasaran asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.c) Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan keperawatan adalah dengan pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan.d) Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan adalah penyulahan kesehatan dan asuhan keperawatan kesehatan dasar/perawatan dirumah.e) Diutamakan terhadap keluarga yang resiko tinggi, karena keluarga dengan resiko tinggi berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi yang disebabkan karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan mengatasi berbagai masalah yang mereka hadapi.f) Partisipasi keluarga aktif dilakukan. Dasar pemikiran yang diterapkan adalah bahwa keluarga memiliki hak dan tanggung jawab untuk membuat keputusan-keputusan menyangkut kesehatan mereka sendiri, partisipasi aktif dari keluarga adalah suatu pendekatan esensial yang dimaksudkan dalam strategi intervensi keperawatan keluarga keperawatan keluarga. Keterlibatan keluarga dalam implementasi biasanya dimaksudkan untuk melibatkan keluarga dalam memecahkan masalah mutual, juga mendiskusikan serta memutuskan pendekatan-pendekatan yang paling tepat atau paling mungkin untuk digunakan agar mencapai tujuan yang telah disetujui bersama.C. Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga

Tahap I : Keluarga PemulaPerkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim. Tahap perkawinan atau pasangan menikah saat ini berlangsung lebih lmbat. Misalnya, menurut data sensus Amerika Serikat tahun 1985, 75 persen pria dan 57 persen wanita Amerika Serikat masih belum menikah pada usia 21 tahun, ini merupakan suatu pergeseran yang berarti dari 55 persen dan 36 persen masing-masing dalam tahun 1970.Tahap Pertama Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan Dua Orang Tua, dan Tugas-Tugas Perkembangan yang bersamaan.Tahap Siklus Kehidupan KeluargaTugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga Pemula

1.Membangun perkawinan yang saling memuaskan.2.Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.3.Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua)

b. Tahap II : Keluarga yang Sedang Mengasuh AnakTahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama sehingga bayi berusia 30 bulan. Biasanya orangtua tergetar hatinya dengan kelahiran pertama anak mereka, tapi agak takut juga. Kekuatiran terhadap bayi biasanya berkurang setelah beberapa hari, karena ibu dan bayi tersebut mulai saling mengenal. Akan tetapi kegembiraan yang tidak dibuat-buat ini berakhir ketika seorang ibu baru tiba di rumah dengan bayinya setelah tinggai di rumah sakit untuk beberapa waktu. Ibu dan ayah tiba-tiba berselisih dengan semua peran-peran mengasyikkan yang telah dipercayakan kepada mereka. Peran tersebut pada mulanya sulit karena perasaan ketidakadekuatan menjadi orangtua baru ; kurangnya bantuan dari keluarga dan teman-teman, dan para profesional perawatan kesehatan yang bersifat membantu dan sering terbangun tengah malam oleh bayi yang berlangsung 3 hingga 4 minggu. Ibu juga letih secara psikologis dan fisiologis. Ia sering merasakan beban tugas sebagai ibu rumah tangga dan barangkali juga bekerja, selain merawat bayi. Khususnya terasa sulit jika ibu menderita sakit atau mengalami persalinan dan pelahiran yang lama dan sulit atau seksio besar.Kedatangan bayi dalam rumah tangga menciptakan perubahan-perubahan bagi setiap anggota keluarga dan setiap kumpulan hubungan. Orang asing telah masuk ke dalam kelompok ikatan keluarga yang erat, dan tiba-tiba keseimbangan keluarga berubah setiap anggota keluarga memangku peran yang baru dan memulai hubungan yang baru. Selain seorang bayi yang baru saja dilahirkan, seorang ibu, seorang ayah, kakek nenekpun lahir. Istri sekarang harus berhubungan dengan suami sebagai pasangan hidup dan juga sebagai ayah dan sebaliknya. Dan dalam keluarga yang memiliki anak sebelumnya, pengaruh kehadiran seorang bayi sangat berarti bagi saudaranya sama seperti pada pasangan yang menikah. Mengatakan pada seorang anak untuk menyesuaikan diri dengan seorang adik laki-laki atau perempuan yang baru mungkin sama dengan suami mengatakan pada istrinya bahwa ia membawa ke rumah seorang nyonya yang ia cintai dan ia terima sama derajatnya (William dan Leanman, 1973). Ini merupakan suatu perkembangan kritis bagi semua yang terlibat.Oleh sebab itu, meskipun kedudukan sebagai orangtua menggambarkan tujuan yang teramat penting bagi semua pasangan, kebanyakan pasangan menemukannya sebagai perubahan hidup yang sangat sulit. Penyesuaian diri terhadap perkawinan biasanya tidak sesulit penyesuaian terhadap menjadi orangtua. Meskipun bagi kebanyakan orang tua merupakan pengalaman penuh arti dan menyenangkan, kedatangan bayi membutuhkan perubahan peran yang mendadak. Dua faktor penting yang menambah kesukaran dalam menerima peran orangtua adalah bahwa kebanyakan orang sekarang tidak disiapkan untuk menjadi orang tua dan banyak sekali mitos berbahaya yang tidak realistis meromantiskan pengasuhan anak didalam masyarakat kami (Fulcomer, 1977). Menjadi orangtua merupakan satu-satunya peran utama yang sedikit dipersiapkan dan kesulitan dalam transisi peran mempengaruhi hubungan perkawinan dan hubungan orangtua dan bayi secara merugikan.Perubahan-perubahan sosial yang dramatis dalam masyarakat Amerika juga memiliki pengaruh yang kuat pada orangtua baru. Banyaknya wanita yang bekerja di luar rumah dan memiliki karier, naiknya angka perceraian dan masalah perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi dan aborsi yang sudah lazim, dan semakin meningkatnya biaya perawatan dan memiliki anak merupakan faktor-faktor yang menyulitkan tahap siklus awal kehidupan pengasuh anak (Bradt, 1988 ; Miller dan Myers-Walls, 1983).Tahap Kedua Siklus Kehidupan Keluarga Inti yang sedang mengasuh anak dan Tugas-Tugas Perkembangan yang Bersamaan.Tahap Siklus Kehidupan KeluargaTugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga sedang mengasuh anak1. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga).2.Rekonsiliasi tugas - tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga.3.Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.4.Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran orangtua dan kakek dan nenek.

c. Tahap III : Keluarga dengan Anak Usia PrasekolahTahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga mungkin terdiri dari tiga hingga lima orang, dengan posisi suami-ayah, istri-ibu, anak laki-laki-saudara, anak perempuan-saudari. Keluarga lebih menjadi majemuk dan berbeda (Duvall dan Miller, 1985).Kehidupan keluarga selama tahap ini penting dan menuntut bagi orangtua. Kedua orangtua banyak menggunakan waktu mereka, karena kemungkinan besar ibu bekerja, baik bekerja paruh waktu atau bekerja penuh. Namun, menyadari bahwa orangtua adalah arsitek keluarga, merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga (Satir, 1983), adalah penting bagi mereka untuk memperkokoh kemitraan mereka secara singkat, agar perkawinan mereka tetap hidup dan lestari.Anak-anak usia prasekolah harus banyak belajar pada tahap ini, khususnya dalam hal kemadirian. Mereka harus mencapai otonomi yang cukup dan mampu memenuhi kebutuhan sendiri agar dapat menangani diri mereka sendiri tanpa campur tangan orangtua mereka dimana saja. Pengalaman di kelompok bermain, taman kanak-kanak, Project Head Start, pusat perawatan sehari, atau program-program sama lainnya merupakan cara yang baik untuk membantu perkembangan semacam ini. Program-program prasekolah yang terstruktur sangat bermanfaat dalam membantu orangtua dengan anak usia prasekolah yang berasal dari dalam kota dan berpendapatan rendah. Peningkatan yang tajam dalam IQ dan keterampilan sosial telah dilaporkan terjadi setelah anak menyelesaikan sekolah taman kanak-kanak selama 2 tahun (Kraft et al, 1968).Banyak sekali keluarga dengan orangtua tunggal berada dalam tahap siklus kehidupan ini. Dalam tahun 1984, 50 persen keluarga kulit hitam dan 15 persen keluarga kulit putih di Amerika Serikat dipimpin oleh satu orangtua, dan 88 persen dari keluarga ini dikepalai oleh ibu (Nortan and Glick, 1986). Di kalangan keluarga dengan orangtua tunggal, ketegangan yang timbul dari peran mengasuh anak untuk anak usia prasekolah, ditambah lagi dengan peran-peran lain adalah besar. Pusat-pusat perawatan sehari bagi bayi dan anak usia prasekolah dengan kualitas yang layak dan baik sulit ditemukan jika ditempatkan dikebanyakan kominitas. Ibu-ibu yang bekerja dan ibu-ibu yang masih remaja secara khusus memerlukan fasilitas-fasilitas dan program-program perawatan anak yang lebih baik (Adams dan Adams, 1990).Tahap III Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan anak usia pra sekolah dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan.Tahap Siklus Kehidupan KeluargaTugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga dengan anak usia Prasekolah.1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi, keamanan.2. Mensosialisasikan anak.3. Mengintegrasi anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain.4. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan di luar keluarga (keluarga besar dan komunitas).

d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Usia SekolahTahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota maksimum, dan hubungan keluarga di akhir tahap ini (Duvall, 1977). Lagi-lagi tahun-tahun pada masa ini merupakan tahun-tahun yang sibuk. Kini, anak-anak mempunyai keinginan dan kegiatan-kegiatan masing-masing, disamping kegiatan-kegiatan wajib dari sekolah dan dalam hidup, serta kegiatan-kegiatan orangtua sendiri. Setiap orang menjalani tugas-tugas perkembangannya sendiri-sendiri, sama seperti keluarga berupaya memenuhi tugas-tugas perkembangannya sendiri (Tabel 7). Menurut Erikson (1950), orangtua berjuang dengan tuntutan ganda yaitu berupaya mencari kepuasan dalam mengasuh generasi berikutnya (tugas perkembangan generasivitas) dan memperhatikan perkembangan mereka sendiri ; sementara anak-anak usia sekolah bekerja untuk mengembangkan sense of industry kapasitas untuk menikmati pekerjaan dan mencoba mengurangi atau menangkis perasaan rendah diri.Tahap IV Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan anak usia sekolah, dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan.Tahap Siklus Kehidupan KeluargaTugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga dengan anak usia sekolah1.Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.3.Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga

e. Tahap V : Keluarga dengan Anak RemajaKetika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga 19 atau 20 tahun. Anak-anak lain dalam rumah biasanya masih dalam usia sekolah. Tujuan keluarga yang terlalu enteng pada tahap ini yang melonggarkan ikatan keluarga memungkinkan tanggungjawab dan kebebasan yang lebih besar bagi remaja dalam persiapan menjadi dewasa muda (Duvall, 1977).Preto (1988) dalam membahas tentang transformasi sistem keluarga dalam masa remaja, menguraikan metamorfosis keluarga yang terjadi. Metamorfosis ini meliputi pergeseran yang luar biasa pada pola-pola hubungan antar generasi, dan sementara pergeseran ini pada awalnya ditandai dengan kematangan fisik remaja, pergeseran ini seringkali sejalan dan bertepatan dengan perubahan pada orangtua karena mereka memasuki pertengahan hidup dan dengan transformasi utama yang dihadapi oleh kakek nenek dalam usian tua Tahap kehidupan keluarga ini mungkin yang paling sulit, atau sudah tentu yang paling banyak diperbincangkan dan ditulis (Kidwell et al, 1983). Keluarga Amerika dipengaruhi oleh tugas-tugas perkembangan remaja dan orangtua dan menciptakan konflik dan kekacauan yang luar biasa yang tidak bisa dihindarkan. Tugas perkembangan remaja menghendaki pergerakan dari ketergantungan dan kendali orangtua dan orang dewasa lainnya, melalui periode aktifitas dan pengaruh kelompok teman sebaya yang kokoh hingga saat menerima peran-peran orang dewasa (Adams, 1971).Tantangan utama dalam bekerja dengan keluarga dengan anak remaja bergerak sekitar perubahan perkembangan yang dialami oleh remaja dalam batasan perubahan kognitif, pembentukan identitas, dan pertumbuhan biologis (Kidwell et al, 1983), serta konflik-konflik dan krisis yang berdasarkan perkembangan. Adams (1971) menguraikan tiga aspek proses perkembangan remaja yang menyita banyak perhatian, yakni emansipasi (otonomi yang meningkat), budaya orang muda (perkembangan hubungan teman sebaya), kesenjangan antar generasi (perbedaan nilai-nilai dan norma-norma antara orangtua dan remaja).Tahap Siklus V Kehidupan Keluarga Inti dengan anak remaja danTugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang BersamaanTahap Siklus Kehidupan Keluarga

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga dengan anak remaja1. Menyeimbangkan kebebasan dan tanggungjawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.2. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.3.Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak.

f. Tahap VI : Keluarga yang Melepaskan Anak Usia Dewasa MudaPermulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orangtua dengan rumah kosong, ketika anak-anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa banyak anak yang melum menikah yang masih tinggal di rumah setelah tamat dari SMA dan perguruan tinggi. Meskipun tahap ini biasanya 6 atau 7 tahun, dalam tahun-tahun belakangan ini, tahap ini berlangsung lebih lama dalam keluarga dengan dua orangtua, mengingat anak-anak yang lebih tua baru meninggalkan orangtua setelah selesai sekolah dan mulai bekerja. Motifnya adalah seringkali ekonomi-tingginya biaya hidup bila hidup sendiri. Akan tetapi, trend yang meluas dikalangan dewasa muda, yang umumnya menunda perkawinan, hidup terpisah dan mandiri dalam tatanan hidup mereka sendiri. Dari sebuah survey besar yang dilakukan terhadap orang Kanada ditemukan bahwa anak-anak yang berkembangan dalam keluarga dengan orangtua tiri dan keluarga dengan orangtua tunggal meninggalkan rumah lebih dini dari pada mereka yang dibesarkan dalam keluarga dengan dua orangtua. Perbedaan ini tidak dipandang karena dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, melainkan karena perbedaan orangtua dan lingkungan keluarga (Mitchel et al, 1989).Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak-anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri. Orangtua, karena mereka membiarkan anak mereka pergi, melepaskan 20 tahun peran sebagai orangtua dan kembali pada pasangan perkawinan mereka yang asli. Tugas-tugas perkembangan menjadi penting karena keluarga tersebut berubah dari sebuah rumah tangga dengan anak-anak ke sebuah rumah tangga yang hanya terdiri dari sepasang suami dan isteri. Tujuan utama keluarga adalah reorganisasi keluarga menjadi sebuah unit yang tetap berjalan sementara melepaskan anak-anak yang dewasa kedalam kehidupan mereka sendiri (Duvall, 1977). Selama tahap ini pasangan tersebut mengambil peran sebagai kakek nenek-perubahan lainnya dalam peran maupun dalam citra diri mereka.Usia pertengahan awal, yang merupakan usia rata-rata di mana para orangtua melepaskan anak mereka yang tertua ditandai sebagai masa kehidupan yang terperangkap ; terperangkap antara tuntutan-tuntutan kaum muda dan harapan-harapan dari mereka yang lebih tua dan terperangkap antara dunia kerja dan tuntutan yang bersaing dan keterlibatan keluarga, dimana seringkali tampaknya tidak mungkin memenuhi tuntutan-tuntutan dari kedua bidang tersebut. Akan tetapi studi-studi membuktikan bahwa mereka yang berusia pertengahan mungkin merasa tertekan atau terjepit diantara kutub orangtua dan muda, paling tidak bagi individu-individu golongan kelas menengah dan kelas atas, mereka senantiasa dapat mengapresiasikan bagaimana mereka dan prestasi mereka : Mereka senantiasa mengetahui bahwa mereka adalah para pembuatan keputusan negara ; mereka yang menggambarkan kualitas umum kehidupan dalam masyarakat ini. Masyarakat tergantung kepada kepemimpinan dan produktifitas dari orang yang berasal dari golongan usia pertengahan (Kerchoff, 1976). Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga. Sebagaimana keluarga membantu anak tertua dalam melepaskan diri, orangtua juga membantu anak mereka yang lebih kecil agar mandiri. Dan ketiga anak laki-laki atau perempuan yang dilepas menikah, tugas keluarga adalah memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga yang baru lewat perkawinan dan menerima nilai-nilai dan gaya hidup dari pasangan itu sendiri Tahap VI Siklus Kehidupan Keluarga Inti yang melepaskan anak usia dewasa muda dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang BersamaanTahap Siklus Kehidupan KeluargaTugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga melepas anak dewasa muda1. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan.3. Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri.

Tahap VII : Orangtua Usia Pertengahan Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan bagi orangtua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-18 tahun kemudian. Biasanya pasangan suami istri dalam usia pertengahannya merupakan sebuah keluarga inti meskipun masih berinteraksi dengan orangtua mereka yang lanjut usia dan anggota keluarga lain dari keluarga asal mereka dan juga anggota keluarga dari hasil perkawinan keturunannya. Pasangan postparental (pasangan yang anak-anaknya telah meninggalkan rumah) biasanya tidak terisolasi lagi saat ini ; semakin banyak pasangan usia pertengahan hidup hingga menghabiskan sebagian masa hidupnya dalam fase postparental, dengan hubungan ikatan keluarga hingga empat generasi, yang merupakan hal yang biasa (Troll, 1971).Tahun pertengahan meliputi perubahan-perubahan pada penyesuaian perkawinan (seringkali lebih baik), pada distribusi kekuasaan antara suami dan isteri (lebih merata), dan pada peran (diferensiasi peran perkawinan meningkat) (Leslie dan Korman, 1989). Bagi banyak keluarga yang kepuasan maupun status ekonominya meningkat (Rollins dan Feldman, 1970), tahun-tahun ini dipandang sebagai usia kehidupan yang paling baik. Misalnya, Olson, McCubbin, dkk (1983) dalam sebuah survey besar, bersifat nasional dan representatif terhadap keluarga utuh kelas menengah yang didominasi oleh kulit putih ditemukan bahwa kepuasan perkawinan dan keluarga, serta kualitas hidup bertambah dan memuncak selama fase postparental. Keluarga-keluarga usia pertengahan umumnya secara ekonomi lebih baik daripada tahap-tahap siklus kehidupan lain (McCollough dan Rutenbergm 1988). Partisipasi kekuatan buruh yang meningkat oleh wanita dan berpendapatan yang lebih tinggi dari pada periode sebelumnya oleh pria bertanggungjawab untuk keamanan ekonomi yang dialami oleh kebanyakan keluarga usia pertengahan. Kegiatan-kegiatan waktu luang dan persahabatan yang dinikmati satu sama lain disebut faktor utama yang menimbulkan kebahagiaan. Kepuasan seksual juga memiliki korelasi yang positif dengan komunikasi yang lebih baik dan kepuasan perkawinan (Levin dan Levin, 1975), meskipun para suami dengan usia pertengahan mungkin mengalami penurunan kemampuan seksual. Komunikasi suami istri yang intim sangat penting untuk mempertahankan pengertian dan keinginan satu sama lain dalam tahun-tahun ini.Akan tetapi bagi sejumlah pasangan, tahun-tahun ini umumnya sulit dan berat, karena masalah-masalah penuaan, hilangnya anak, dan adanya suatu perasaan dalam diri mereka bahwa mereka gagal menjadi membesarkan anak dan usaha kerja. Selanjutnya, tidak jelas apa yang terjadi dengan kepuasan perkawinan dan keluarga melewati siklus kehidupan berkeluarga. Beberapa studi tentang kepuasan perkawinan memperlihatkan bahwa kepuasan perkawinan menurun tajam setelah perkawinan berlangsung dan terus menurun hingga tahun pertengahan (Leslie dan Korman).Tahap VII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan orang tua usia pertengahan dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang BersamaanTahap Siklus Kehidupan KeluargaTugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Orangtua usia pertengahan1. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.2. Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orangtua lansia dan anak-anak.3. Memperkokoh hubungan perkawinan.

Tahap VIII : Keluarga dalam Masa Pensiun dan LansiaTahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal (Duvall dan Miller, 1985). Jumlah lansia-berusia 65 tahun atau lebih di negara kami meningkat dengan pesat dalam dua dekade terakhir ini, dua kali lipat dari sisa populasi. Pada tahun 1970, terdapat 19,9 juta orang berusia 65 tahun, jumlah ini merupakan 9,8 persen dari seluruh populasi. Menjelang tahun 1990, menurut angka-angka sensus, populasi lansia berkembangan hingga angka 31,7 juta (12,7 persen dari total populasi). Menjelang tahun 2020, 17,2 persen penduduk negara ini berusia 65 tahun atau lebih . Informasi tentang usia populasi menyatakan penduduk yang lebih tua populasi 85 tahun ke atas secara khusus tumbuh dengan cepat. Populasi berumur di atas 85 tahun tumbuh hingga 2,2 juta jiwa pada tahun 1980. Diproyeksikan pada tahun 2020 populasi ini akan berjumlah hingga 7,1 juta jiwa (2,7 persen dari seluruh populasi). Akibat dari semakin majunya pencegahan penyakit dan perawatan kesehatan, lebih banyak orang yang diharapkan dapat bertahan hidup hingga 10 dekade. Karena bertambahnya populasi lansia, maka semakin mungkin orang-orang yang lebih tua akan memiliki minimal 1 orangtua yang masih hidup (Biro Sensus Amerika, 1984)Tahap VIII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan keluarga dalam masa pensiun dan lansia, dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang BersamaanTahap Siklus Kehidupan KeluargaTugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga Lansia1.Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.2. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.3.Mempertahankan hubungan perkawinan.4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.5. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.6.Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi hidup).

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Friedman, 1998)

a. Mengenal masalah

b. Membuat keputusan tindakan yang tepat

c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit

d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

e. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakatE. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga.1. Faktor fisikRoss, Mirowsaky, dan Goldstein (1990) memberikan gambaran bahwa ada hubungan positif antara perkawinan dengan kesehatan fisik. Contoh dari hubungan tersebut antara lain : seorang suami sebelum menikah terlihat kurus maka beberapa bulan kemudian setelah menikah akan terlihat lebih gemuk, beberapa alasan dikemukakan bahwa dengan menikah suami ada yang memperhatikan dan pola makan lebih teratur begitu sebaliknya dengan istri (Setiawati, 2008 : 21)2. Faktor psikisTerbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang besar, perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling memberikan penguatan atau dukungan. Suami akan merasa tentram dan terarah setelah beristri, begitupun sebaliknya (Setiawati, 2008 : 22).Berdasarkan riset ternyata tingkat kecemaasan istri lebih tinggi dibanding dengan suami, hal ini dimungkinkan karena bertambahnya beban yang dialami istri setelah bersuami.3. Faktor sosialStatus sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi kesehatan sebuah keluarga. Dalam sebuah keluarga ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima semakin baik taraf kehidupannya. Tingginya pendapatan yang diterima akan berdampak pada pemahaman tentang pentingnya kesehatan, jenis pelayanan kesehatan yang dipilih, dan bagaimana berespon terhadap masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga (Setiawati, 2008 : 22).Status sosial ekonomi yang rendah memaksa keluarga untuk memarginalkan fungsi kesehatan keluarganya, dengan alasan keluarganya akan mendahulukan kebutuhan dasarnya.4. Faktor budayaFaktor budaya terdiri dari (Setiawati, 2008 : 22-23) :a. Keyakinan dan praktek kesehatanb. Nilai-nilai keluargac. Peran dan pola komunikasi keluargad. Koping keluargaF. Interaksi Keluarga Dalam Rentang Rentang Sehat-Sakit.Interaksi antara sehat/sakit dan keluargaStatus sehat/sakit pada anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Menurut Gilliss dkk. (1989) keluarga cenderung menjadi reaktor terhadap masalah kesehatan dan menjadi faktor dalam menentukan masalah kesehatan anggota keluarga.Menurut Suchulan (1965) dan Doberty dan Canphell (1988) yang disederhanakan oleh Marilyn M. Friedman, ada 6 tahap interaksi antara sehat/sakit dan keluarga :1. Tahap pencegahan sakit dan penurunan resikoKeluarga dapat memainkan peran vital dalam upaya peningkatan kesehatan dan penurunan resiko, misalnya mengubah gaya hidup dari kurang sehat ke arah lebih sehat (berhenti merokok, latihan yang teratur, mengatur pola makan yang sehat), perawatan pra dan pasca-partum, iunisasi, dan lain-lain.2. Tahap gejala penyakit yang dialami oleh keluargaSetelah gejala diketahui, diinterpretasikan keparahannya, penyebabnya, dan urgensinya, beberapa masalah dapat ditentukan. Dalam berbagai studi Litman (1974) disimpulkan bahwa keputusan tentang kesehatan keluarga dan tindakan penanggulanangannya banyak ditentukan oleh ibu, yaitu 67%, sedangkan ayah hanya 15,7%. Tidak sedikit masalah kesehatan yang ditemukan pada keluarga yang kacau/tertekan.3. Tahap mencari perawatanApabila keluarga telah menyatakan anggota keluarganya sakit dan membutuhkan pertolongan, setiap orang mulai mencari informasi tentang penyembuhan, kesehatan, dan validasi profesional lainnya. Setelah informasi terkumpul keluarga melakukan perundingan untuk mencari penyembuhan/perawatan di klinik, rumah sakit, di rumah, dan lain-lain.4. Tahap kontak keluarga dengan institusi kesehatanSetelah ada keputusan untuk mencari perawatan, dilakukan kontak dengan institusi kesehatan baik profesional atau nonprofesional sesuai dengan tingkat kemampuan, misalnya kontak langsung dengan peskesmas, rumah sakit, praktik dokter swasta, paranormal/dukun, dan lain-lain.5. Tahap respons sakit terhadap keluarga dan pasienSetelah pasien menerima perawatan kesehatan dari praktisi, sudah tentu ia menyerahkan beberapa hak istimewanya dan keputusannya kepada orang lain dan menerima peran baru sebagai pasien ia harus mengikuti aturan atau nasehat dari tenaga profesional yang merawatnya dengan harapan agar cepat sembuh. Oleh karena itu terjadi respons dari pihak keluarga dan pasien terhadap perubahan tersebut6. Tahap adaptasi terhadap penyakit dan pemulihanAdanya suatu penyakit yang serius dan kronis pada diri seorang anggota keluarga biasanya memiliki pengaruh yang mendalam pada sistem keluarga, khususnya pada sektor perannya dan pelaksana fungsi keluarga. Untuk mengatsi hal tersebut, pasien/ keluarga harus mengadakan penyesuaian atau adaptasi. Besarnya daya adaptasi yang di perlukan dipengaruhi oleh keseriusan penyakitnya dan sentralitas pasien dalam unit keluarga (Sursman & Salter 1963). Apabila keadaan serius (sangat tidak mampu/semakin buruk) atau pasien tersebut orang penting dalam keluarga, pengaruh kondisinya pada keluarga semakin besar. (ALi Zaidin, 2009)G. Keluarga Sebagai SistemKeluarga sebagai suatu sistem adalah Klg sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individu yang mempunyai hub yang erat satu dng yang lain saling ketergantungan dan diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan keluarga yang sejahtera

Keluarga Sebagai Unit Pelayanan Yang di Rawat.Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan (Rust B Freeman, 1981)

1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lambaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.

2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengambil atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya

3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya

4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambilan keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya

5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagi upaya kesehatan masyarakat

Keluarga Sebagai Pasien

Dalam melihat keluarga sebagai pasien ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan oleh perawat, diantara, diantarany adalah :

1. Setiap keluarga mempunyai cara yang unik dalam menghadapi masalah kesehatan para anggotanya.

2. Memperhatikan perbedaan dari tiap-tiap keluarga, dari berbagai segi :

a. Pola komunikasi

b. Pengambilan keputusan

c. Sikap dan nalai-nilai dalam keluarga

d. Kebudayaan

e. Gaya hidup

3.Keluarga daerah perkotaan akan berbeda dengan keluarga daerah perdesaan

4.Kemadairian dari tiap-tiap keluarga

Siklus Penyakit dan Kemiskinan dalam Keluarga

Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga, lebih ditekankan kepada keluarga-keluarga dengan keadaan social perekonomian yang rendah. Keadaan social ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan berkaitan erat dengan beebagai masalah kesehatan yang meraka hadapi disebabkan karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam menagatasi masalah yang meraka hadapi.

H. Kriteria Kesejahteraan Keluarga di IndonesiaKriteria dan tahapan kesejahteraan keluarga di Indonesia adalah sebagai berikut (Setiawati, 2008 : 26-27) :1. Keluarga prasejahtera Keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran, agama, sandang, pangan, dan kesehatan. Keluarga prasejahtera belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera harapan.2. Keluarga sejahtera tahap I.Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologis seperti kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.3. Keluarga sejahtera tahap IIKeluarga-keluarga yang disamping dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapatmemenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan pengembangan seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.4. Keluarga sejahtera tahap IIIKeluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan, namun belum dapat memberikan sumbangan yang maksimal terhadap masyarakat, seperti secara teratur memberikan sumbangan dalam bentuk materi dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta peran serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olah raga dan pendidikan.5. Keluarga sejahtera tahap IVKeluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun pengembangan serta telah dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.DAFTAR PUSTAKAAnonim.2010. Konsep Keluarga diakses melalui http://www.scribd.com/doc/4857129/KONSEP-KELUARGA#fullscreen:on pada tanggal 9 November 2010Akhmadi.2009. Konsep Keluarga diakses melalui http://www.rajawana.com/artikel/pendidikan-umum/391-konsep-keluarga.html pada tanggal 9 November 2010Bailon, Salvacion G & Araceli S.M (1978), Family Nursing The Proses, Up Collenge of Nursing Diliman Quezon PhilippinessFriedman, Marilyn M. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik edisi 3. Jakarta : EGCHarmon, FM & Lynda SH (1978) The Nursing Managers Survival Guide Practical Answers to Everyday Problem, Mosby Year Book Inc. Philadelphia.

Logan, B.B. & Dawkins, C.E. (2000), Family Centered Nursing in The Community, California: Addison - Wesley Pub.Mubarak, Igbal, Wahid, dkk (2005), Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Teori dan Aplikasi Dalam Praktek, Sagung Seto, Jakarta Merilyn M.Friedman (2202) :Keperawatan keluarga teori dan praktik (terjemahan), ECG, Jakarta

Nasrul Effendi (1998), Ilmu Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta

Says. 2010. Konsep Keluarga diakses melalui http://blog.ilmukeperawatan.com/konsep-keluarga.html pada tanggal 9 November 2010.Stanhope, and Lancaster, J. (2000) : Community Health Nursing: Process and Practice for Promoting,. St. Louis Mosby YearsSam, Arianto.2008. Pengertian Keluarga diakses melalui http://sobatbaru.blogspot.com/2008/12/pengertian-keluarga.html pada tanggai 9 November 2010.Bahan ajar konsep keluarga #39# untuk diploma III Keperawatan Tanjungkarang