Modul kepenulisan (aang)

41
Modul Pelatihan Menulis Kritis Penyusun : Aang Kusmawan, Fauzi Ridwan, Restu Nurwahyudin Unit Kegiatan Studi Kemasyarakatan Universitas Pendidikan Indonesia (UKSK-UPI) 2012

Transcript of Modul kepenulisan (aang)

Page 1: Modul kepenulisan (aang)

Modul Pelatihan Menulis

Kritis

Penyusun :

Aang Kusmawan, Fauzi Ridwan,

Restu Nurwahyudin

Unit Kegiatan Studi Kemasyarakatan

Universitas Pendidikan Indonesia

(UKSK-UPI)

2012

Page 2: Modul kepenulisan (aang)

Kata Pengantar

Dalam konteks gerakan sosial, suatu pemikiran visioner akan menjadi tidak

berguna bila tidak tersampaikan pada seluruh elemen masyarakat.

Penyampaian yang salah pun, kerap berdampak pada reorientasi tujuan dari

gerakan sosial itu sendiri. Menulis dapat menjadi solusi dari problem yang

kerap muncul dalam gerakan sosial.

Menulis sejatinya bukan sekadar merangkai kata-kata dalam bentuk tulisan.

Lebih dari itu, menulis merupakan media pembebasan dan pencerdasan bagi

seluruh elemen gerakan sosial. Menulis dapat dilakukan oleh siapapun.

Tidak ada batasan siapa saja yang ingin melakukannya. Seorang buruh dapat

memanfaatkan tulisan untuk menyampaikan kegelisahannya terkait upah

murah. Seorang petani dapat menyalurkan keresahannya terkait penjarahan

tanah melalui tulisan. Begitu pula dengan pemuda-mahasiswa, dapat

menyalurkan ide-ide solutif bagi rakyat lewat bentuk tulisan.

Unit Kegiatan Studi Kemasyarakatan (UKSK) Universitas Pendidikan

Indonesia menyadari betul tentang pentingnya menulis khususnya bagi para

aktivis sosial. Berbagai karya tulisan dan kegiatan pelatihan menulis telah

kami lakukan untuk merealisasikan kesejahteraan dalam kehidupan rakyat.

Atas segala berkah ilmu dan hidayah Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami

dapat menyelesaikan modul pelatihan menulis ini.

Terima kasih kami ucapkan kepada Aang Kusmawan, Fauzi Ridwan, dan

berbagai pihak yang turut membantu proses perampungan modul ini.

Harapan besar dari kami adalah terciptanya sarana perjuangan melalui

tulisan dalam gerakan sosial. Lebih luasnya, modul ini dapat menciptakan

gelombang perjuangan masyarakat menuju kesejahteraan dan keadilan.

Kami ucapkan selamat menjelajahi ilmu dalam modul ini kepada para

fasilitator. Semoga hasil yang didapat setelah memahami modul ini, dapat

membantu proses transformasi ilmu terkait berbagai praktik kepenulisan.

Meskipun begitu, kami sadari tidak ada kesempurnaan di dunia ini. Oleh

karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan

Bandung, 26 Agustus 2012

Restu Nur Wahyudin

Ketua Unit Kegiatan Studi Kemasyarakatan

Page 3: Modul kepenulisan (aang)

Latar Belakang Menulis bagi aktivis sosial dan mahasiswa, apakah itu penting? Jawaban

dari pertanyaan tersebut sangat mungkin beragam. Akan ada yang

mengatakan bahwa menulis itu tidak penting, dan akan ada yang

mengatakan bahwa menulis itu penting.

Namun demikian, mari kita anggap saja bahwa menulis itu merupakan

hal penting. Lalu apa yang menyebabkan hal itu penting? Menilik pada

realita yang berkembang, setidaknya ada dua fakta mendasar yang

menyebabkan menulis itu menjadi penting. Pertama, mengacu pada

sedikitnya jumlah aktivis yang punya kemampuan menulis. Kedua,

mengacu pada tuntutan pengembangan kapasitas dari aktivis sosial dan

mahasiswa itu sendiri.

Sedikitnya jumlah aktivis sosial atau mahasiswa yang punya kemampuan

menulis jelas merupakan sebuah kelemahan mendasar. Dalam konteks

gerakan sosial, kelemahan ini akan menyebabkan pengembangan

wacana akan berjalan dengan begitu lambat. Bayangkan, jika semua

aktivis, atau katakanlah setengah dari populasi aktivis sosial atau

mahasiswa mempunyai kemampuan menulis, maka perkembangan

wacana akan semakin gencar. Pertukaran pengetahuan akan semakin

cepat, dan pada akhirnya tentu saja akan memajukan gerakan sosial itu

sendiri.

Di sisi yang lain, harus kita pahami bahwa kemampuan menulis adalah

salah satu bentuk kemampuan tertinggi dari kemajuan sebuah

peradaban. Dengan menulis, seorang manusia telah mampu mencapai

titik tertinggi dari sebuah peradaban. Tentu saja, untuk mencapai titik

tertinggi peradaban tersebut bukanlah hal gampang. Diperlukan sebuah

usaha untuk mencapai titik tersebut.

Oleh karena itu, dalam konteks demikian kebutuhan peningkatan

kapasitas bagi aktivis sosial dan mahasiswa merupakan hal pokok yang

harus dilakukan, jika tidak ingin ditinggalkan begitu saja oleh kemajuan

zaman.

Page 4: Modul kepenulisan (aang)

Mengapa Pelatihan

ini Penting Namun demikian, menjadi seorang yang sanggup menulis bukanlah

pekerjaan gampang seperti membalikan telapak tangan. Secara

mendalam, kesanggupan untuk menulis adalah kesanggupan yang lahir

dari serangkaian latihan dan pengalaman yang berkesinambungan.

Kesanggupan menulis akan tercapai tatkala seorang aktivis sosial dan

mahasiswa telah belajar serta menulis dalam waktu yang tidak

ditentukan. Dengan demikian, kesanggupan menulis itu sendiri

sebenarnya adalah kesanggupan terus belajar menulis untuk mencapai

titik perkembangan tertinggi dari kemampuan menulis itu sendiri.

Dalam konteks demikian, pelatihan menulis merupakan hal penting yang

harus dialami oleh aktivis sosial dan mahasiswa. Pelatihan menulis ini

menjadi salah satu bekal penting bagi aktivis sosial atau mahasiswa

untuk dapat mengembangkan kapasitas dirinya secara maksimal dalam

merespon kemajuan budaya yang sedemikian pesat.

Namun harus disadari secara betul, bahwa pelatihan menulis ini

bukanlah proses sekali langsung jadi. Pelatihan menulis, adalah salah

satu bagian penting dari proses pembelajaran bagi aktivis sosial dan

mahasiswa itu sendiri. Diibaratkan dengan keharusan menempuh

perjalanan 1000 kilometer, maka pelatihan menulis ini layak untuk di

posisikan sebagai langkah pertama menuju 1000 kilometer tersebut.

Berdasarkan itu, pelatihan menulis ini mempunyai kepentingan praktis,

yaitu :

1. Memberikan manfaat kepada semua aktivis sosial dan aktivis

mahasiswa yang mempunyai keinginan untuk belajar menulis.

2. Dapat digunakan oleh individu atau kelompok-kelompok aktivis sosial

dan mahasiswa untuk meningkatkan kapasitas menulis.

Page 5: Modul kepenulisan (aang)

Untuk Siapa Modul

ini

Secara umum, modul ini ditujukan kepada semua masyarakat luas yang

tertarik dan ingin melatih dirinya agar mampu menulis. Sedangkan

secara khusus modul ini ditujukan untuk aktivis sosial dan mahasiswa

yang ingin meningkatkan kapasitas dirinya dalam kepenulisan. Selain

itu, modul ini juga diharapkan dapat menjadi rujukan penting bagi

aktivis sosial, mahasiswa dan masyarakat secara umum dalam

mengembangkan kemampuan dirinya dalam menulis.

Apa Saja Pokok

Bahasan Dalam

Modul ini Sesuai dengan latar belakang dan kebutuhan diatas, maka pokok

bahasan dalam modul ini adalah sebagai berikut :

1. Modul 1

Bagian pertama dari modul ini merupakan bagian mendasar yang

cukup penting untuk dijadikan sebagai dasar pemahaman pada

modul-modul berikutnya.

Pada modul (1) ini akan dibahas mengenai logika berpikir dalam

kepenulisan. Bagaiamana bentu-bentuk pemikiran serta alur

berpikir dalam kepenulisan menjadi bahasan dalam modul ini.

2. Modul 2

Bagian kedua modul ini membahas tentang pemetaan berpikir

dalam menulis, atau lajim disebut Mind Mapping. Dalam modul

ini, peserta akan diajak untuk melatih mensistematisir ide yang

diotaknya dipindahkan kedalam bentuk peta pemikiran diatas

kertas.

Page 6: Modul kepenulisan (aang)

3. Modul 3

Bagian ketiga modul ini membahas tentang judul dan subjudul

dalam tulisan. Dalam modul ini, peserta akan diajak untuk

memahami konsep judul secara mendalam serta praktik dalam

membuat judul dan subjudul.

4. Modul 4

Bagian keempat modul ini membahas tentang kalimat dan

paragraf dalam sebuah tulisan. Dalam modul ini peserta akan

diajak untuk memahami konsep secara mendalam serta praktik

dalam membuat kalimat serta paragraf efektif.

5. Modul 5

Bagian kelima modul ini membahas tentang pengeditan tulisan

secara mandiri. Dalam modul ini, peserta akan diajak untuk

memahami konsep pengeditan secara mandiri serta praktek

pengeditan tulisan sendiri.

Metodologi yang

Digunakan Dalam

Modul Bertolak dari pemahaman bahwa kemampuan menulis bukanlah

kemampuan konseptual belaka, maka dalam modul ini peserta tidak

hanya akan dijejali dengan berbagai materi kepenulisan, akan tetapi

juga akan diberikan serangkaian praktik pada setiap pokok bahasan.

Pengalaman menjadi titik penting dalam pelatihan yang akan

diselenggarakan.

Mengacu pada pendapat Roem Toepatimasang (2008:13) maka modul

ini disusun dengan metode pengalaman terstruktur. Secara lebih

mendalam, Roem mengatakan bahwa implikasi metode pengalaman

terstruktur ini dalam sebuah pelatihan terdiri dari beberapa bagian,

yaitu sebagai berikut :

Page 7: Modul kepenulisan (aang)

(1) Mengalami

Pengalaman adalah guru yang utama bagi siapapun. Dengan pengalaman

setiap orang akan merasakan betul bagaimana suatu dilakukan. Belajar

dengan didasari dan diawali oleh pengalaman, akan lebih bagus daripada

belajar dengan diawali oleh teori atau pemahaman yang sifatnya teoritik.

Dalam pelatihan ini, baik peserta ataupun fasilitator akan terlebih dahulu

bercerita mengenai pengalaman mereka masing-masing. Penyampaian

pengalaman tersebut dapat berupa paparan atau berupa media lain yang

dianggap dan diyakini relevan, dan tentu saja mudah dipahami.

(2) Mengungkapkan

Dalam bagian kedua ini, peserta akan memaparkan pengalaman tersebut

secara detail. Unsur-unsur 5W+1H menjadi unsur penting dalam bagian

kedua ini. Namun perlu digarisbawahi bahwa pada bagian dua ini hanya

mengungkapkan saja. Tidak ada penafsiran atas pengalaman yang

dilakukan.

Akan lebih efektif jika proses pengungkapan ini dilaksanakan dengan

mengacu kepada dua hal, yaitu sebagai berikut :

Usahakan gaya pemaparan dilakukan dengan gaya deskriptif, dan sedetail

mungkin. Biarkan paparan dilaksanakan sampai selesai tanpa ada tanya

jawab dari peserta. Kecuali dari fasilitator untuk menggali secara lebih

dalam dan mengklarifikasi.

Selain itu, akan lebih bagus jika proses pengungkapan ini tidak

dilaksanakan dalam kelompok kecil, namun dalam kelompok besar atau

kelompok besar. Hal ini dilakukan agar peserta lain dapat menyimak

dengan baik.

(3) Membahas/ Mengkaji

Baru pada tahap ini, analisis dilakukan. Analisis yang dilakukan tentu

saja harus sesuai dengan kerangka analisis yang terlebih dahulu dibuat.

Pada tahap ini, membahas relasi antara satu sama lain, sebab akibat,

dampak menjadi hal mendasar yang harus dilakukan. Perlu digaris

bawahi bahwa pengkajian seyogianya diarahkan pada penemuan inti

permasalahan yang terjadi dari pengalaman yang telah dipaparkan

sebelumnya.

(4) Menyimpulkan/ Merangkum

Setelah ketiga kegiatan tersebut dilakukan, kegiatan terakhir adalah

melakukan penarikan kesimpulan atau merangkum. Dalam kegiatan ini

peserta akan menarik kesimpulan dari setiap pengalaman yang ada.

Page 8: Modul kepenulisan (aang)

Kesimpulan tersebut bisa berupa faktor penyebab, akibat atau hal-hal apa

saja yang berkaitan dengan permasalahan inti paparan. Satu catatan

penting, bahwa kesimpulan atau rangkuman tersebut tidak harus selalu

sama antara peserta yang lain. Perbedaan kesimpulan menjadi hal

menarik.

Perlu digarisbawahi, penarikan kesimpulan ini harus benar-benar

objektif dilakukan oleh peserta, karena kesimpulan atau rangkuman

tersebut akan menjadi dasar kegiatan selanjutnya.

Bagaimana

Menggunakan Modul

Ini Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa modul ini disusun dengan

pendekatan pengalaman berstruktur, maka sebenarnya hal tersebut

diposisikan sebagai panduan dasar dalam penggunaan modul ini. Dengan

demikian, secara sederhana dalam pelaksanaannya, di setiap sesi

penyampaian modul akan selalu terdiri dari penyampaian, analisis, serta

terakhir adalah penarikan kesimpulan atau rangkuman.

Selain itu, mengacu pada pendapat Roem Toepatimasang (2008: 17)

bahwasanya sistem pelaksanaan pelatihan yang dilakukan dengan

menerapkan pengalaman terstruktur adalah sistem pelatihan dengan

pendekatan induktif. Berdasarkan hal tersebut, maka peranan fasilitator

menjadi cukup penting.

Namun demikian, cukup penting di sini bukan berarti fasilitator harus

mendominasi dengan memposisikan sebagai orang yang paling tahu,

namun lebih memosisikan menggali, memberikan umpan balik,

memotivasi dan menghubungkan pengalaman yang satu dengan yang

lain.

Jika memang dianggap perlu mendatangkan narasumber, maka hal

tersebut dapat dilakukan, dengan catatan bahwa fasilitator dapat

menjadikan sesi tersebut menjadi sangat dialogis. Tingkat dialog yang

mendalam dan kritis antara peserta dan narasumber sangat ditentukan

oleh kemampuan fasilitator.

Berapa hal kecil tapi cukup membantu yang dapat dilakukan oleh

fasilitator dan peserta adalah sebagai berikut.

Page 9: Modul kepenulisan (aang)

Untuk peserta, hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Sebelum mengikuti setiap sesi, ada baiknya untuk membaca setiap

materi, termasuk di dalamnya langkah-langkah kegiatan, media

pelatihan dan bahan bacaan di dalam modul dengan seksama.

2. Jika ada yang kurang dipahami, sebaiknya peserta memberikan

tanda pada materi yang tidak dimengerti untuk kemudian

ditanyakan ketika sesi pelatihan berlangsung.

Sedangkan untuk fasilitator, adalah sebagai berikut :

1. Sebelum pelatihan dimulai, sebaiknya fasilitator memeriksa setiap

elemen-elemen pelatihan, dari mulia fasilitas pembelajaran seperti

LCD, komputer, media pembelajaran serta aliran listrik.

2. Untuk lebih mempermudah proses fasilitasi, sebaiknya fasilitator

tidak bekerja sendirian, namun mengajak salah satu fasilitator

yang lain untuk membantu proses pelatihan.

3. Perlu digaris bawahi, bahwa modul ini bukan merupakan sumber

tunggal utama pelatihan, oleh karena itu jika kemudian

menemukan sumber lain yang dianggap lebih bagus dan relevan

untuk digunakan, maka hal itu sangat dianjurkan.

4. Perlu diingat bahwa kadang kala ruang-ruang formal pelatihan

tentu saja tidak cukup untuk proses pembelajaran, oleh karena itu

ruang-ruang informal di luar pelatihan, seperti sesi coffee break

atau sesi nyantai lainnya sebaiknya juga digunakan untuk

memeriksa ulang sejauh mana materi diserap oleh peserta dan

menampung masukan penting lainnya.

Demikian petunjuk praktis penggunaan modul ini. Perlu diingat

bahwa modul ini bukanlah Al-Quran yang tidak bisa direvisi atau

diperbaharui. Modul ini sengaja disetting untuk terus bisa

diperbaharui secara dinamis. Oleh karena itu, masukan pada setiap

unit modul ini menjadi sangat penting.

Page 10: Modul kepenulisan (aang)

Modul 1 Metode Berpikir Dalam Menulis

Page 11: Modul kepenulisan (aang)

Tujuan Setelah mempelejari modul ini, peserta diharapkan : Mampu memahami defenisi berpikir deduktif

dan induktif mampu membedakan metode deduktif dan

induktif. mampu membuat kalimat, paragraf dengan

metode induktif dan deduktif.

Pokok Bahasan

Defenisi berpikir deduktif dan induktif serta contohnya

Perbedaan metode induktif dan deduktif Langkah-langkah dalam membuat tulisan

dengan metode deduktif dan induktif

Metode dan Media

Metode dalam modul satu ini adalah : Telaah kasus Simulasi

Sedangkan media dalam modul satu ini adalah : Kliping artikel/opini di koran. Artikel yang belum di muat di media cetak

atau elektronik.

Bahan dan Peralatan

Kliping tulisan dengan bentuk Induktif serta deduktif.

Bahan bacaan tentang metode berpikir deduktif, induktif serta unsur-unsur pentingnya.

Meta plan, lakban kertas, spidol, papan tempel, LCD, laptop.

Waktu 60 Menit

Proses Fasilitator memberikan penjelasan singkat mengenai lingkup materi serta tujuan pokok bahasan pada sesi 1 (5 menit).

Fasilitator bertanya kepada peserta tentang pengalaman mereka dalam proses berpikir sehari-hari, terutama ketika menganalisis sesuatu dan mengambil kesimpulan (10 menit).

Fasilitator membagikan kliping koran yang berisi tulisan tentang paragraf deduktif dan induktif (5 menit).

Peserta membaca kliping koran tersebut dengan seksama. (10 Menit).

Setelah selesai membaca, minta peserta untuk menjelaskan pendapat tentang : 1. Dimanakah letak kesimpulan tulisan

tersebut? 2. Apakah kesimpulan yang ditarik dari

tulisan tersebut sudah pas, atau harus seperti apa? (15 menit)

Page 12: Modul kepenulisan (aang)

Fasilitator memandu peserta untuk menarik kesimpulan dari materi deduktif dan induktif (10 Menit).

Fasilitator memandu peserta untuk mensimulasikan praktek penulisan metode induktif dan deduktif (10 Menit).

Fasilitator menutup sesia satu.

Page 13: Modul kepenulisan (aang)

Lembar Bantu Belajar

Carilah perbedaan di antara dua tulisan berikut :

(1)

Di dalam memutuskan suatu kebijakan, presiden sebagai kepala negara dan

sebagai kepala pemerintahan sangat membutuhkan pertimbangan dan

nasehat dari seseorang atau sekelompok orang. Tujuannya ialah agar

kebijakan yang diputuskannya sesuai dengan prinsip hukum, demokrasi,

pemerintahan yang baik untuk mencapai tujuan negara. Para pendiri bangsa

ini menyadari akan kebutuhan presiden mengenai hal itu. Oleh karena itu,

Undang-undang Dasar kita mengamanatkan untuk membentuk suatu dewan

yang bertugas untuk itu. Yang penting adalah kebutuhan presiden akan

pertimbangan dan nasehat dari pihak lain dapat terpenuhi sehingga ia tidak

menyalahi peraturan yang ada.

(2)

Interface berisi kumpulan nama metode tanpa implementasi. Interface ini

menandai kelas mempunyai sekumpulan perilaku. Interface digunakan

untuk mendefinisikan fungsionalitas yang digunakan beberapa kelas tapi

tidak menyatakan cara fungsionalitas akan didefinisikan kelas-kelas ini.

Dengan menempatkan metode-metode di interface maka kita dapat

memberikan perilaku yang common dan menyerahkan implementasi spesifik

ke kelas-kelas itu. Hal ini, membuat interface merupakan pilihan yang lebih

baik berkaitan dengan penanganan modularisasi.

Sumber : http://rizarulham.wordpress.com

Page 14: Modul kepenulisan (aang)

Bahan Bacaan

PENALARAN INDUKTIF Penalaran induktif bertumpu pada kenyataan-kenyataan yang masuk akal atau empiris dan pengalaman dilapangan. Jadi,penalaran induktif adalah suatu penalaran yang sifatnya bertolak dari pernyataan-pernyataan yang sifatnya umum sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang bersifat umum. Dengan kata lain,kesimpulan tersebut tidak lebih dari khusus atas suatu pernyataan. Dibawah ini ada beberapa penalaran induktif antara lain :

1. Generalisasi Adalah suatu penalaran yang menggunakan sifat tertentu dalam membuat suatu pernyataan yang sifatnya tertentu sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang bersifat umum. Contoh : Jika ada kendaraan, motor akan digunakan Jika ada kendaraan,mobil akan digunakan Jika ada kendaraan, sepeda akan digunakan Jadi, jika ada kendaraan alat transportasi akan digunakan - Data tersebut harus memadai (makin banyak) datanya - Data tersebut dapat mewakili secara keseluruhan - Terkecuali dapat diperhitungkan karena datanya mempunyai sifat khusus 2. Analogi Adalah suatu proses penalaran yang cara penarikannya dapat membandingkan dua hal yang sifatnya sama. Contoh : Chyntia adalah bintang iklan Chyntia memiliki paras cantik Zahwa adalah bintang iklan Zahwa memiliki paras cantik Oleh sebab itu, zahwa memiliki paras cantik 3. Hubungan kausal Adalah suatu penalaran yang disebabkan dari gejala yang saling berkaitan satu sama lain.

Di bawah ini terdapat tiga hubungan antar masalah, yaitu sebagai berikut :

Sebab-akibat

Sebab-akibat mempunyai pola A yang menyebabkan B. kedua hubungan ini juga dapat berpola A yang menyebabkan B,C,D dan seterusnya. Jadi,

Page 15: Modul kepenulisan (aang)

peristiwa tersebut mempunyai efek dari satu kejadian yang dianggap sebagai penyebab yang kadang lebih dari satu. sebagai contoh : Hujan tahun ini sudah mengguyur desa kami. Air sungai pun ikut berangsur naik. jalan dan halaman rumah kami pun sudah dibajiri dengan air hujan. Akhirnya, banjir pun telah melanda desa kami. Akibat-sebab Akibat-sebab sering kita jumpai pada peristiwa seseorang yang alergi. Alergi merupakan akibat dan makanan merupakan sebab, sehingga mirip dengan entimen. Jadi penalaran akibat-sebab seperti ini dan kejadian peristiwa tersebut dapat dijadikan sebagai simpulan. Akibat-akibat Adalah penalaran yang dapat menyiratkan suatu penyebabnya. Suatu peristiwa “akibat” dapat langsung disimpulkan sebagai suatu “akibat” yang lainnya. Sebagai contoh sebagai berikut : Ibu mendapatkan adi sedang bermain diluar rumah, sehingga ibu beranggapan bahwa adi baik-baik saja. Sumber : http://debyvirdy.wordpress.com/2012/03/16/penalaran-

induktif-2/

PENALARAN DEDUKTIF Pengertian paragraf deduktif Paragraf deduktif adalah paragraf yang ide pokok atau kalimat utamanya terletak di awal paragraf dan selanjutnya diikuti oleh kalimat kalimat penjelas untuk mendukung kalimat utama. Ciri-ciri paragraf deduktif 1. kalimat utama berada di awal paragraf. 2. kalimat disusun dari pernyataan umum yang kemudian disusul dengan penjelasan. Penalaran deduktif yang kadang disebut logika deduktif, penalaran ini membangun atau mengevaluasi argumen secara deduktif. Di mana, argumen ini dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif, dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Pembuktian melalui deduksi adalah sebuah jalan pemikiran yang menggunakan argumen-argumen deduktif untuk beralih dari premis-premis

Page 16: Modul kepenulisan (aang)

kepada kesimpulan-kesimpulan yang mestinya benar apabila premis-premisnya benar. Contoh klasik dari penalaran deduktif, yang diberikan oleh Aristoteles, ialah

Semua manusia fana (pasti akan mati). (premis mayor) Sokrates adalah manusia. (premis minor) Sokrates pasti (akan) mati. (kesimpulan)

Untuk pembahasan deduktif secara terinci seperti yang dipahami dalam filsafat, lihat Logika. Untuk pembahasan teknis tentang deduksi seperti yang dipahami dalam matematika, lihat logika matematika. Penalaran deduktif seringkali dikontraskan dengan penalaran induktif, yang menggunakan sejumlah besar contoh partikulir lalu mengambil kesimpulan umum.

Page 17: Modul kepenulisan (aang)

Modul 2 Mind Mapping Dalam Penulisan

Page 18: Modul kepenulisan (aang)

Tujuan Setelah mempelejari modul ini, peserta diharapkan : Memahami pentingnya Mind Mapping dalam

penulisan Memahami langkah-langkah dalam

melakukan Mind Mapping Mampu mensimulasikan mind mapping

dalam penulisan

Pokok Bahasan

Defenisi dan tujuan Mind Mapping Langkah-langkah dalam melakukan Mind

Mapping Praktek Mind Mapping

Metode dan Media

Metode dalam modul dua ini adalah : Ceramah Simulasi

Sedangkan media dalam modul dua ini adalah : Lembar analisis kasus

Bahan dan Peralatan

Bahan bacaan tentang Mind Mapping serta unsur-unsur pentingnya.

Meta plan, lakban kertas, spidol, papan tempel, LCD, laptop.

Waktu 60 Menit

Proses Fasilitator menjelaskan tentang maksud dan tujuan pembelajaran pada modul dua ini (5 menit)

Fasilitator bertanya mengenai pengalaman para peserta tentang langkah-langkah dalam menganalisis sebuah masalah (15 Menit) Pertanyaan yang dapat diajukan, adalah sebagai berikut :

1. Darimana langkah analisis dilakukan, lalu berakhir dimana?

2. Bagaimana tekhni pengambilan akar masalah, penyimpulan serta solusi atas masalah tersebut?

Fasilitator menjelaskan tentang kelebihan dan kekurangan metode mind mapping. (10 Menit)

Fasilitator memandu sesi tanya jawab dengan peserta (10 Menit)

Fasilitator memandu peserta untuk mensimulasikan praktek Mind Mapping (15 Menit)

Fasilitator menutup sesi dua (5 Menit)

Page 19: Modul kepenulisan (aang)

Lembar Bantu Belajar

Sumber : warungsambas.co.cc

Page 20: Modul kepenulisan (aang)

Bahan Bacaan

(1) (2)

(3) (4)

(5)

Page 21: Modul kepenulisan (aang)

(6)

(7)

Page 22: Modul kepenulisan (aang)

Modul 3 Menulis Judul dan Subjudul

Page 23: Modul kepenulisan (aang)

Tujuan Setelah mempelejari modul ini, peserta diharapkan : Mampu memahami kriteria judul dan

subjudul yang baik Mampu menulis judul dan subjudul yang

baik

Pokok Bahasan

Kriteria judul dan subjudul yang baik Kiat-kiat menulis judul dan subjudul yang

baik

Metode dan Media

Metode dalam modul satu ini adalah : Telaah kasus Simulasi

Sedangkan media dalam modul satu ini adalah : Kliping artikel/opini di koran. Artikel yang belum dimuat di media cetak

atau elektronik.

Bahan dan Peralatan

Kliping opini media massa Bahan bacaan tentang menulis judul dan

subjudul yang baik Meta plan, lakban kertas, spidol, papan

tempel, LCD, laptop.

Waktu 60 Menit

Proses Fasilitator memberikan penjelasan singkat mengenai lingkup materi serta tujuan pokok bahasan pada sesi 1 (5 menit)

Fasilitator bertanya kepada peserta seperti apakah judul tulisan yang baik? (10 menit)

Fasilitator membagikan beberapa opini media massa kepada peserta(5 menit)

Peserta membaca kliping koran tersebut dengan seksama. (10 Menit).

Setelah selesai membaca, minta peserta untuk menjelaskan pendapat tentang :

1. Judul manakah yang lebih menarik dan mudah dibaca?

2. Apa saja yang membuat judul dan subjudul tersebut menarik? (15 menit)

Fasilitator memandu peserta untuk menarik kesimpulan dari materi judul dan subjudul (10 Menit).

Fasilitator memandu peserta untuk mensimulasikan praktik penulisan judul dan subjudul (10 Menit).

Fasilitator menutup sesi tiga.

Page 24: Modul kepenulisan (aang)

Lembar Bantu Belajar

Untuk lebih meningkatkan kemampuan, kerjakan soal pada tabel

berikut.

Judul Subjudul 1 Subjudul 2 Penyakit Pendidikan Indonesia

Biaya Mahal ....

Harapan Pers Indonesia

Profesionalitas Wartawan

....

Problem Utama Perkotaan

....

Polusi Udara

....

Kaderisasi Buruk Pengurus Indisipliner

.... Kemudahan Akses Penjualan

Impotensi

Penyebab Tingginya Pelecehan Seksual

.... ....

Page 25: Modul kepenulisan (aang)

Bahan Bacaan

Apa itu Judul dan SubJudul?

Secara sederhana, judul adalah kata-kata yang menggambarkan secara

ringkas mengenai isi tulisan. Dengan adanya judul, pembaca dapat

terbantu dalam memahami tulisan yang kita buat. Sebaliknya jika

tulisan kita tidak mempunyai judul, maka besar kemungkinan pembaca

kita akan malas untuk membaca tulisan kita.

Dalam sebuah tulisan opini atau artikel, biasanya judul dibangun oleh

beberapa subjudul. Dalam konteks tersebut, subjudul adalah kata-kata

yang menggambarkan mengenai kata-kata dalam judul yang kita buat.

Anggapan dasar dari subjudul ini adalah kata-kata dalam subjudul

dapat membantu pembaca memahami judul yang dibuat. Harapanya

ketika pembaca membaca subjudul yang dibuat sedikitnya mampu

memahami judul yang dibuat.

Beberapa tips membuat judul

Jumlah kata dalam judul tidak lebih dari lima kata

Judul opini/artikel cenderung singkat dan padat agar lebih

memudahkan pembaca untuk memahami langsung isi bacaan.

Contoh: Menolak Pendidikan Karakter, Tentang Janji Pemimpin

(Kita), Menulis dan keniscayaan Mahasiswa.

Gunakan kalimat aktif

Kalimat aktif pada judul bertujuan agar terkesan hidup.

Pilihlah kata yang mudah dipahami

Hindari kata ilmiah dan hanya diketahui oleh sejumlah golongan

pembaca saja.

Pilihlah kata yang menarik dan provokatif

Kata yang provokatif dapat mengandung rasa keingintahuan

pembaca.

Hindari penggunaan angka

Penggunaan angka pada judul dapat berdampak mengurangi

keingintahuan dan cenderung membosankan.

Beberapa tips membuat subjudul

Memiliki koherensi dengan judul utama Usahakan maksud subjudul berhubungan dengan judul utama.

Jumlah kata dalam subjudul tidak melebihi judul Ketimpangan akan terjadi bila jumlah kata subjudul melebihi jumlah kata subjudul.

Jumlah kata subjudul tidak lebih dari tiga Gunakan kalimat aktif

Kalimat aktif pada judul bertujuan agar terkesan hidup .

Page 26: Modul kepenulisan (aang)

Pilihlah kata yang mudah dipahami

Hindari kata ilmiah dan hanya diketahui oleh sejumlah golongan

pembaca saja.

Pilihlah kata yang menarik dan provokatif

Kata yang provokatif dapat mengandung rasa keingintahuan

pembaca.

Hindari penggunaan angka

Penggunaan angka pada subjudul dapat berdampak mengurangi

keingintahuan dan cenderung membosankan.

Page 27: Modul kepenulisan (aang)

Modul 4 Menulis Kalimat dan Paragraf Efektif

Page 28: Modul kepenulisan (aang)

Tujuan Setelah mempelejari modul ini, peserta diharapkan : Mampu memahami definisi paragraf dan

kalimat efektif Mampu mengetahui kriteria efektifitas

paragraf dan kalimat Mampu mengembangkan kalimat dan

paragraf efektif.

Pokok Bahasan

Definisi paragraf dan kalimat efektif Kiat-kiat menulis paragraf dan kalimat efektif Langkah-langkah mengembangkan paragraf

efektif

Metode dan Media

Metode dalam modul satu ini adalah : Telaah kasus Simulasi

Sedangkan media dalam modul satu ini adalah : Kliping artikel/opini di koran. Artikel yang belum dimuat di media cetak

atau elektronik.

Bahan dan Peralatan

Kliping paragraf efektif dan tidak efektif yang terdapat pada opini.

Bahan bacaan tentang menulis paragraf dan kalimat efektif.

Meta plan, lakban kertas, spidol, papan tempel, LCD, laptop.

Waktu 60 Menit

Proses Fasilitator memberikan penjelasan singkat mengenai lingkup materi serta tujuan pokok bahasan pada sesi 1 (5 menit).

Fasilitator bertanya kepada peserta seperti apakah paragraf dan kalimat yang menarik dan mudah untuk dibaca? (10 menit).

Fasilitator membagikan kliping koran yang berisi tulisan tentang dua paragraf efektif dan tidak efektif (5 menit).

Peserta membaca kliping koran tersebut dengan seksama. (10 Menit).

Setelah selesai membaca, minta peserta untuk menjelaskan pendapat tentang :

1. Di manakah letak perbedaan kedua tulisan tersebut?

2. Tulisan manakah yang lebih menarik dan mudah dibaca?

3. Apa saja yang membuat paragraf dan kalimat menarik dan mudah dibaca?

(15 menit)

Page 29: Modul kepenulisan (aang)

Fasilitator memandu peserta untuk menarik kesimpulan dari materi paragraf dan kalimat efektif (10 Menit).

Fasilitator memandu peserta untuk mensimulasikan praktik penulisan paragraf dan kalimat efektif (10 Menit).

Fasilitator menutup sesi empat.

Page 30: Modul kepenulisan (aang)

Lembar Bantu Belajar

Lembar Bantu Belajar 1

Carilah perbedaan di antara dua paragraf berikut :

Paragraf 1 Baik buruknya kesejahteraan rakyat, tergambar dari kinerja pemimpinnya. Ketika seorang pemimpin tak mampu mengemban amanat, dampaknya terjadi kesenjangan sosial. Lain hal jika seorang pemimpin yang mampu bekerja sesuai amanat, Ia pasti disegani dan bersinergi dengan rakyat. Paragraf 2 Baik maupun buruknya kesejahteraan terhadap rakyat dapat tergambar dari kinerja pemimpinnya. Ketika seorang pemimpin tidak mampu mengemban amanat maka dampaknya akan terjadi kesenjangan terhadap sosial. Lain hal jika seorang pemimpin yang mampu bekerja sesuai amanat maka Ia pasti akan disegani dan bersinergi dengan rakyat. Perbedaan

......................................................................................................... ..........

.......

..........................................................................................................................

................................................................................................................. ..

.......

..........................................................................................................................

Lembar Bantu Belajar 2

Carilah perbedaan di antara dua paragraf berikut :

Paragraf 1 Salah satu jalan pembuktian intelektualitas mahasiswa adalah menyampaikan keilmuan melalui tulisan. Dengan menulis, mahasiswa dapat menuangkan gagasan solutif terkait berbagai masalah yang terjadi dalam konteks sosial di sekitarnya. Baik dalam bentuk tulisan fiksi maupun nonfiksi. Sejarah pun mencatat, Soe Hoek Gie, M. Hatta, dan Taufik Ismail adalah beberapa tokoh besar di Indonesia yang memiliki keterampilan menulis kala menjadi mahasiswa.

Page 31: Modul kepenulisan (aang)

Paragraf 2 Salah satu jalan pembuktian intelektualitas dari seorang mahasiswa adalah menyampaikan keilmuan melalui tulisan. Dengan menulis, seorang mahasiswa dapat menuangkan gagasan yang solutif terkait berbagai masalah yang terjadi dalam konteks sosial di lingkungan sekitarnya, hal tersebut mencakup baik dalam bentuk tulisan yang memiliki jenis fiksi maupun tulisan yang memiliki jenis nonfiksi. Sejarah pun mencatat, Soe Hoek Gie dan M. Hatta serta Taufik Ismail adalah beberapa tokoh besar di Indonesia yang memiliki keterampilan menulis ketika menjadi mahasiswa. Perbedaan ...................................................................................................................

.......

..........................................................................................................................

...................................................................................................................

.......

..........................................................................................................................

Lembar Bantu Belajar 3

Untuk lebih memperdalam kemampuan, kerjakanlah soal berikut ini!

No Kalimat Efektif/Tidak Efektif

Perbaikan

1 Pada Hari ini merupakan momen penting karier sepakbolanya.

..........

........................

........................

........................

2 Dokter tengah berupaya untuk menyadarkan masyarakat akan bahaya Diare yang semakin tahun semakin meningkat bahayanya.

..........

........................ ........................ ........................

3 Dua potensi penting terjaganya kualitas sekolah ini adalah

..........

........................ ........................

Page 32: Modul kepenulisan (aang)

peningkatan kapabilitas dan peningkatan kapasitas tenaga pendidik.

........................

4 Upaya untuk membangun organisasi-organisasi politik yang berbasis politik sektoral akan tidak cukup berhasil untuk mendapatkan posisi tawar yang berbasis politik sektoral

..........

........................ ........................ ........................

5 Untuk mencapai hasil maksimal, butuh pengorbanan yang tidak sedikit.

..........

........................

........................

........................

Page 33: Modul kepenulisan (aang)

Bahan Bacaan

Kalimat Efektif

Salah satu ciri penting dari tulisan media massa adalah keefektifan

bahasa yang digunakan. Hal ini bertujuan agar isi tulisan dapat dengan

mudah dipahami oleh publik. Faktor dominan yang berhubungan

seberapa besar bahasa tulisan tersebut efektif, terletak pada kreatifitas

penulis menyajikan bentuk kata dan kalimat.

Sebagaimana yang diungkapkan Goenawan Mohamad (1991:83) bahasa

jurnalistik harus mengandung unsur hemat dan jelas. Keefektifan

bahasa pada sasaran kata terlihat dalam hal-hal berikut.

1. Penghematan kata yang tidak mengubah arti.

Contoh: akan tetapi, apabila, sehingga, meskipun, dihemat menjadi

agar, tapi, bila, hingga, meski.

2. Penghematan daripada menjadi dari, di luar kalimat yang

menunjukkan perbandingan.

3. Penghematan huruf pada ejaan yang salah.

Contoh: sjah, kuwitansi, akhli menjadi sah, kuitansi, ahli.

4. Penghematan beberapa kata yang memiliki sinonim yang sama.

Contoh: kemudian, makin, terkejut, sangat, demikian, sekarang

menjadi lalu, kian, kaget, amat, begitu, kini.

Penghematan kata yang dilakukan penulis, sangat berdampak pada

keefektifan kalimat tulisan. Penulisan kalimat diarahkan agar padat dan

jelas. Beberapa catatan penting yang dapat dilakukan agar

mengefektifkan kalimat dalam tulisan artikel/opini adalah sebagai

berikut.

1. Pemakaian kata adalah, apa, di mana, yang tidak perlu di awal

kalimat.

2. Pemakaian kata tanya di tengah kalimat.

3. Pemakaian dari yang merupakan terjemahan of dari bahasa Inggris.

4. Pemakaian untuk sebagai terjemahan to dari bahasa Inggris.

5. Pemakaian adalah sebagai terjemahan is dari bahasa Inggris.

6. Pemakaian akan, telah, sedang, sebagai penunjuk waktu.

7. Pemakaian bahwa sebagai bentuk tidak langsung.

8. Pemakaian yang sebagai kata sambung.

9. Penggunaan imbuhan.

Sementara itu, menurut Ernest Hamingway yang ditulis ulang Rosihan

Anwar (1991:12-15), ketentuan lain yang harus diperhatikan dalam

bahasa jurnalistik adalah.

1. Gunakan kalimat-kalimat pendek

Page 34: Modul kepenulisan (aang)

2. Gunakan bahasa biasa yang mudah dipahami orang

3. Gunakan bahasa sederhana dan jenis pengutaraannya

4. Gunakan bahasa tanpa kalimat majemuk

5. Gunakan bahasa yang padat dan kuat

Pengembangan Paragraf

Paragraf merupakan bagian dalam karangan yang terdiri dari

sekumpulan kalimat. Dalam sebuah paragraf, terdapat gagasan utama

yang lebih luas dari kalimat lainnya. Gagasan utama tersebut,

cenderung mewakili makna secara keseluruhan paragraf. Terdapat

beberapa pola pengembangan menulis gagasan utama dalam suatu

paragraf.

1. Paragraf Deduktif

Jenis pola pengembangan paragraf ini, gagasan utamanya terletak di

awal kalimat. Maka, makna yang tersirat pada kalimatnya pun

berawal dari yang bersifat umum lalu diikuti kalimat yang maknanya

lebih khusus.

2. Paragraf Induktif

Jenis pola pengembangan paragraf ini, gagasan utamanya terletak di

akhir kalimat. Maka, makna yang tersirat pada kalimatnya pun

berawal dari yang bersifat khusus lalu diikuti kalimat yang maknanya

lebih umum.

Terdapat cara mengaplikasikan pola paragraf tersebut dalam bentuk

kerangka paragraf. Adapun contohnya sebagai berikut.

1. Kerangka paragraf deduktif

Gagasan utama: Pendidikan tinggi saat ini tidak dapat diakses oleh

seluruh warga Indonesia.

Gagasan pendukung:

-Jumlah mahasiswa di Indonesia saat ini sedikit

-Angka Partisipasi Kasar (APK) masyarakat yang mini

2. Kerangka paragraf induktif

Gagasan pendukung:

-Salah satu tujuan Negara Indonesia yakni “mencerdaskan kehidupan

bangsa”.

-Pasal 31 UUD 1945, tertera jika setiap warga negara berhak mendapat

pendidikan.

Gagasan utama: Negara menjamin hak-hak dasar setiap warga

negaranya untuk mendapatkan pendidikan

Sekadar catatan, anda dapat menambah kata penghubung agar setiap

kalimatnya koheren. Adapun beberapa kata penghubung tersebut

antara lain.

Page 35: Modul kepenulisan (aang)

Menyatakan hubungan kesetaraan

Kata penghubung: dan, lagi, lagi pula, serta, lalu, sambil.

Menyatakan hubungan perlawanan

Kata penghubung: tetapi, akan tetapi, melainkan, namun,

sedangkan, padahal.

Menyatakan hubungan waktu

Kata penghubung: apabila, ketika, bilamana, sebelum, sejak,

sesudah.

Menyatakan hubungan tujuan

Kata penghubung: supaya, agar, untuk, demi.

Menyatakan hubungan sebab

Kata penghubung: sebab, karena, sebab itu, karena itu.

Menyatakan hubungan akibat

Kata penghubung: sehingga, sampai, maka.

Menyatakan hubungan penguatan

Kata penghubung: bahkan, apalagi.

Menyatakan hubungan rincian

Kata penghubung: yakni, adalah, yaitu, ialah.

Menyatakan hubungan penanda pengutamaan

Kata penghubung: yang penting, yang pokok, paling utama,

terutama.

Setelah gagasan utama dan gagasan pendukung dapat dipetakan

dalam bentuk kerangka paragraf, kini tinggal menuliskannya ke dalam

bentuk paragraf.

1. Paragraf deduktif

Pendidikan tinggi di era kekinian, masih belum dapat diakses oleh

warga negara Indonesia secara keseluruhan. Sekedar gambaran,

jumlah mahasiswa Indonesia saat ini baru mencapai 4,2 juta orang.

Bila dihitung terhadap populasi penduduk berusia 19-24 tahun, maka

Angka Partisipasi Kasarnya (APK) baru mencapai 18,4 persen.

2. Paragraf Induktif

Pada pembukaan UUD 1945 alinea ke empat, salah satu tujuan Negara

Indonesia yakni “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Sementara pada

pasal 31 UUD 1945, tertera jika setiap warga negara berhak mendapat

pendidikan. Sangat jelas, negara Indonesia menjamin hak-hak dasar

setiap warga negaranya untuk mendapatkan pendidikan

Sumber:

Muhamad, Gunawan. (1991). “Bahasa Jurnalistik Indonesia” dalam

Pengetahuan Dasar Jurnalistik (Wibisono, ed.) Jakarta: Media Sejahtera.

Anshori, Dadang. 2005. Bahasa Koran Sebagai Bahan Pembelajaran

Bahasa.

Page 36: Modul kepenulisan (aang)

Tersedia:http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPBS/JUR._PEND.

_BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/197204031999031-DADANG/ [1

Agustus 2012]

Page 37: Modul kepenulisan (aang)

Modul 5 Self Editing

Page 38: Modul kepenulisan (aang)

Tujuan Setelah mempelejari modul ini, peserta diharapkan :

Mampu mengetahui cara menyunting tulisan. Mampu mempraktikkan penyuntingan

tulisan

Pokok

Bahasan

P0kok bahasan dalam modul ini terdiri dari :

Definisi penyuntingan

Langkah-langkah penyuntingan

Metode

dan

Media

Metode dalam modul lima ini adalah :

Simulasi Sedangkan media dalam modul satu ini adalah:

Artikel yang belum dimuat di media cetak atau elektronik.

Bahan

dan

Peralatan

Bahan bacaan tentang penyjntingan tulisan. Meta plan, lakban kertas, spidol, papan tempel, LCD, laptop.

Waktu 60 Menit

Proses Fasilitator memberikan penjelasan singkat

mengenai lingkup materi serta tujuan pokok

bahasan(5 menit)

Fasilitator bertanya kepada peserta seperti

apakah artikel yang menarik di baca, setelah

memahami kiat menulis di modul

sebelumnya? (10 menit)

Fasilitator menjelaskan cara-cara

menyunting tulisan (10 menit)

Fasilitator membagi peserta menjadi

beberapa kelompok kecil, kemudian

diarahkan untuk duduk melingkar (5 menit)

Setiap peserta melakukan proses

penyuntingan artikel karya peserta lain

secara bergiliran. (15 Menit)

Fasilitator memandu peserta untuk

mendeskripsikan hal-hal yang perlu

disunting dari setiap tulisan (10 Menit)

1. Fasilitator menutup sesi empat (5 Menit)

Page 39: Modul kepenulisan (aang)

Lembar Bantu Belajar

Agar semakin meningkatkan pemahaman kita mengenai

penyuntingan tulisan, kerjakanlah perintah berikut ini.

Buatlah sebuah artikel dengan memerhatikan kriteria pada

bahasan modul sebelumnya.

Bentuk sebuah kelompok kecil dengan posisi duduk melingkar.

Tukarkan hasil artikel yang telah anda kerjakan pada teman

sebelah anda.

Tandai kesalahan-kesalahan tulisan teman anda.

Paparkan kesalahan-kesalahan tersebut kepada teman anda.

Bagian Penyuntingan Deskripsi

Judul dan Sub Judul

...

Paragraf dan kalimat

...

Isi tulisan

...

Page 40: Modul kepenulisan (aang)

Bahan Bacaan

Penyuntingan Tulisan (Editing)

Proses penyuntingan biasanya dilakukan di akhir kegiatan kita menulis.

Penyuntingan dilakukan dengan tujuan agar pemikiran kita benar-benar

tersampaikan secara utuh melalui tulisan. Penyuntingan pun dilakukan

untuk dapat memperbaiki persoalan teknis tulisan semisal kalimat yang

tidak baku dan kesalahan EYD.

Bagaimanapun, seorang penulis sama halnya dengan manusia lainnya yang

tidak bisa lepas dari kesalahan. Maka, dalam hal ini proses penyuntingan

tulisan merupakan proses untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi.

Setidaknya terdapat dua prinsip penting yang harus dimiliki penulis ketika

menyunting tulisan. Pertama, penyunting harus konsisten. Tidak sedikit

penulis yang justru merusak arah tulisan ketika proses penyuntingan.

Penambahan beberapa kalimat dan bahasan tentang suatu hal kerap menjadi

bumerang bagi penulis. Maka, konsistensi harus dilakukan agar tulisan

tersebut tidak melebar dan keluar dari maksud dan tujuan penulis.

Kedua, penyunting harus objektif. Penyuntingan sangat berguna untuk

menguji seberapa tersampaikan suatu tulisan di mata pembaca. Penulis

diharapkan memosisikan diri sebagai pembaca ketika menyuting pembaca.

Bila penilaian lebih mengutamakan pada ego penulis, bisa jadi pesan tulisan

tersebut tidak akan diterima oleh pembaca.

Langkah menyunting tulisan

Persoalan yang kerap muncul dalam proses penyuntingan adalah dari mana

awal kita menyunting tulisan tersebut? Berdasar dari persoalan demikian,

terdapat beberapa langkah praktis menyunting tulisan. Adapun langkah

tersebut adalah sebagai berikut.

Bacalah secara saksama hasil tulisan sampai selesai.

Perhatikan kesesuaian judul dan sub judul. Apakah judul

tersebut mengandung keingintahuan pembaca?

Setelah itu, perhatikan paragraf awal tulisan, apakah paragraf

awal yang anda buat sudah menarik?

Amati focus paragraf serta fokus kalimat dalam paragraf.

Apakah sudah sesuai dengan kerangka tulisan?

Selanjutnya, tandai dengan stabilo setiap kesalahan judul,

kalimat, atau kata yang belum sesuai dengan maksud penulis.

Segera perbaiki kesalahan-kesalahan yang telah ditandai

tersebut dengan berdasar pada pesan yang akan disampaikan

penulis lewat tulisan.

Page 41: Modul kepenulisan (aang)

Mintalah saran terdekat kepada teman terdekat untuk menilai

tulisan yang telah disunting.