Modul kepenulisan (aang)
-
Upload
dianhasanudin -
Category
Documents
-
view
610 -
download
1
Transcript of Modul kepenulisan (aang)
Modul Pelatihan Menulis
Kritis
Penyusun :
Aang Kusmawan, Fauzi Ridwan,
Restu Nurwahyudin
Unit Kegiatan Studi Kemasyarakatan
Universitas Pendidikan Indonesia
(UKSK-UPI)
2012
Kata Pengantar
Dalam konteks gerakan sosial, suatu pemikiran visioner akan menjadi tidak
berguna bila tidak tersampaikan pada seluruh elemen masyarakat.
Penyampaian yang salah pun, kerap berdampak pada reorientasi tujuan dari
gerakan sosial itu sendiri. Menulis dapat menjadi solusi dari problem yang
kerap muncul dalam gerakan sosial.
Menulis sejatinya bukan sekadar merangkai kata-kata dalam bentuk tulisan.
Lebih dari itu, menulis merupakan media pembebasan dan pencerdasan bagi
seluruh elemen gerakan sosial. Menulis dapat dilakukan oleh siapapun.
Tidak ada batasan siapa saja yang ingin melakukannya. Seorang buruh dapat
memanfaatkan tulisan untuk menyampaikan kegelisahannya terkait upah
murah. Seorang petani dapat menyalurkan keresahannya terkait penjarahan
tanah melalui tulisan. Begitu pula dengan pemuda-mahasiswa, dapat
menyalurkan ide-ide solutif bagi rakyat lewat bentuk tulisan.
Unit Kegiatan Studi Kemasyarakatan (UKSK) Universitas Pendidikan
Indonesia menyadari betul tentang pentingnya menulis khususnya bagi para
aktivis sosial. Berbagai karya tulisan dan kegiatan pelatihan menulis telah
kami lakukan untuk merealisasikan kesejahteraan dalam kehidupan rakyat.
Atas segala berkah ilmu dan hidayah Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami
dapat menyelesaikan modul pelatihan menulis ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada Aang Kusmawan, Fauzi Ridwan, dan
berbagai pihak yang turut membantu proses perampungan modul ini.
Harapan besar dari kami adalah terciptanya sarana perjuangan melalui
tulisan dalam gerakan sosial. Lebih luasnya, modul ini dapat menciptakan
gelombang perjuangan masyarakat menuju kesejahteraan dan keadilan.
Kami ucapkan selamat menjelajahi ilmu dalam modul ini kepada para
fasilitator. Semoga hasil yang didapat setelah memahami modul ini, dapat
membantu proses transformasi ilmu terkait berbagai praktik kepenulisan.
Meskipun begitu, kami sadari tidak ada kesempurnaan di dunia ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan
Bandung, 26 Agustus 2012
Restu Nur Wahyudin
Ketua Unit Kegiatan Studi Kemasyarakatan
Latar Belakang Menulis bagi aktivis sosial dan mahasiswa, apakah itu penting? Jawaban
dari pertanyaan tersebut sangat mungkin beragam. Akan ada yang
mengatakan bahwa menulis itu tidak penting, dan akan ada yang
mengatakan bahwa menulis itu penting.
Namun demikian, mari kita anggap saja bahwa menulis itu merupakan
hal penting. Lalu apa yang menyebabkan hal itu penting? Menilik pada
realita yang berkembang, setidaknya ada dua fakta mendasar yang
menyebabkan menulis itu menjadi penting. Pertama, mengacu pada
sedikitnya jumlah aktivis yang punya kemampuan menulis. Kedua,
mengacu pada tuntutan pengembangan kapasitas dari aktivis sosial dan
mahasiswa itu sendiri.
Sedikitnya jumlah aktivis sosial atau mahasiswa yang punya kemampuan
menulis jelas merupakan sebuah kelemahan mendasar. Dalam konteks
gerakan sosial, kelemahan ini akan menyebabkan pengembangan
wacana akan berjalan dengan begitu lambat. Bayangkan, jika semua
aktivis, atau katakanlah setengah dari populasi aktivis sosial atau
mahasiswa mempunyai kemampuan menulis, maka perkembangan
wacana akan semakin gencar. Pertukaran pengetahuan akan semakin
cepat, dan pada akhirnya tentu saja akan memajukan gerakan sosial itu
sendiri.
Di sisi yang lain, harus kita pahami bahwa kemampuan menulis adalah
salah satu bentuk kemampuan tertinggi dari kemajuan sebuah
peradaban. Dengan menulis, seorang manusia telah mampu mencapai
titik tertinggi dari sebuah peradaban. Tentu saja, untuk mencapai titik
tertinggi peradaban tersebut bukanlah hal gampang. Diperlukan sebuah
usaha untuk mencapai titik tersebut.
Oleh karena itu, dalam konteks demikian kebutuhan peningkatan
kapasitas bagi aktivis sosial dan mahasiswa merupakan hal pokok yang
harus dilakukan, jika tidak ingin ditinggalkan begitu saja oleh kemajuan
zaman.
Mengapa Pelatihan
ini Penting Namun demikian, menjadi seorang yang sanggup menulis bukanlah
pekerjaan gampang seperti membalikan telapak tangan. Secara
mendalam, kesanggupan untuk menulis adalah kesanggupan yang lahir
dari serangkaian latihan dan pengalaman yang berkesinambungan.
Kesanggupan menulis akan tercapai tatkala seorang aktivis sosial dan
mahasiswa telah belajar serta menulis dalam waktu yang tidak
ditentukan. Dengan demikian, kesanggupan menulis itu sendiri
sebenarnya adalah kesanggupan terus belajar menulis untuk mencapai
titik perkembangan tertinggi dari kemampuan menulis itu sendiri.
Dalam konteks demikian, pelatihan menulis merupakan hal penting yang
harus dialami oleh aktivis sosial dan mahasiswa. Pelatihan menulis ini
menjadi salah satu bekal penting bagi aktivis sosial atau mahasiswa
untuk dapat mengembangkan kapasitas dirinya secara maksimal dalam
merespon kemajuan budaya yang sedemikian pesat.
Namun harus disadari secara betul, bahwa pelatihan menulis ini
bukanlah proses sekali langsung jadi. Pelatihan menulis, adalah salah
satu bagian penting dari proses pembelajaran bagi aktivis sosial dan
mahasiswa itu sendiri. Diibaratkan dengan keharusan menempuh
perjalanan 1000 kilometer, maka pelatihan menulis ini layak untuk di
posisikan sebagai langkah pertama menuju 1000 kilometer tersebut.
Berdasarkan itu, pelatihan menulis ini mempunyai kepentingan praktis,
yaitu :
1. Memberikan manfaat kepada semua aktivis sosial dan aktivis
mahasiswa yang mempunyai keinginan untuk belajar menulis.
2. Dapat digunakan oleh individu atau kelompok-kelompok aktivis sosial
dan mahasiswa untuk meningkatkan kapasitas menulis.
Untuk Siapa Modul
ini
Secara umum, modul ini ditujukan kepada semua masyarakat luas yang
tertarik dan ingin melatih dirinya agar mampu menulis. Sedangkan
secara khusus modul ini ditujukan untuk aktivis sosial dan mahasiswa
yang ingin meningkatkan kapasitas dirinya dalam kepenulisan. Selain
itu, modul ini juga diharapkan dapat menjadi rujukan penting bagi
aktivis sosial, mahasiswa dan masyarakat secara umum dalam
mengembangkan kemampuan dirinya dalam menulis.
Apa Saja Pokok
Bahasan Dalam
Modul ini Sesuai dengan latar belakang dan kebutuhan diatas, maka pokok
bahasan dalam modul ini adalah sebagai berikut :
1. Modul 1
Bagian pertama dari modul ini merupakan bagian mendasar yang
cukup penting untuk dijadikan sebagai dasar pemahaman pada
modul-modul berikutnya.
Pada modul (1) ini akan dibahas mengenai logika berpikir dalam
kepenulisan. Bagaiamana bentu-bentuk pemikiran serta alur
berpikir dalam kepenulisan menjadi bahasan dalam modul ini.
2. Modul 2
Bagian kedua modul ini membahas tentang pemetaan berpikir
dalam menulis, atau lajim disebut Mind Mapping. Dalam modul
ini, peserta akan diajak untuk melatih mensistematisir ide yang
diotaknya dipindahkan kedalam bentuk peta pemikiran diatas
kertas.
3. Modul 3
Bagian ketiga modul ini membahas tentang judul dan subjudul
dalam tulisan. Dalam modul ini, peserta akan diajak untuk
memahami konsep judul secara mendalam serta praktik dalam
membuat judul dan subjudul.
4. Modul 4
Bagian keempat modul ini membahas tentang kalimat dan
paragraf dalam sebuah tulisan. Dalam modul ini peserta akan
diajak untuk memahami konsep secara mendalam serta praktik
dalam membuat kalimat serta paragraf efektif.
5. Modul 5
Bagian kelima modul ini membahas tentang pengeditan tulisan
secara mandiri. Dalam modul ini, peserta akan diajak untuk
memahami konsep pengeditan secara mandiri serta praktek
pengeditan tulisan sendiri.
Metodologi yang
Digunakan Dalam
Modul Bertolak dari pemahaman bahwa kemampuan menulis bukanlah
kemampuan konseptual belaka, maka dalam modul ini peserta tidak
hanya akan dijejali dengan berbagai materi kepenulisan, akan tetapi
juga akan diberikan serangkaian praktik pada setiap pokok bahasan.
Pengalaman menjadi titik penting dalam pelatihan yang akan
diselenggarakan.
Mengacu pada pendapat Roem Toepatimasang (2008:13) maka modul
ini disusun dengan metode pengalaman terstruktur. Secara lebih
mendalam, Roem mengatakan bahwa implikasi metode pengalaman
terstruktur ini dalam sebuah pelatihan terdiri dari beberapa bagian,
yaitu sebagai berikut :
(1) Mengalami
Pengalaman adalah guru yang utama bagi siapapun. Dengan pengalaman
setiap orang akan merasakan betul bagaimana suatu dilakukan. Belajar
dengan didasari dan diawali oleh pengalaman, akan lebih bagus daripada
belajar dengan diawali oleh teori atau pemahaman yang sifatnya teoritik.
Dalam pelatihan ini, baik peserta ataupun fasilitator akan terlebih dahulu
bercerita mengenai pengalaman mereka masing-masing. Penyampaian
pengalaman tersebut dapat berupa paparan atau berupa media lain yang
dianggap dan diyakini relevan, dan tentu saja mudah dipahami.
(2) Mengungkapkan
Dalam bagian kedua ini, peserta akan memaparkan pengalaman tersebut
secara detail. Unsur-unsur 5W+1H menjadi unsur penting dalam bagian
kedua ini. Namun perlu digarisbawahi bahwa pada bagian dua ini hanya
mengungkapkan saja. Tidak ada penafsiran atas pengalaman yang
dilakukan.
Akan lebih efektif jika proses pengungkapan ini dilaksanakan dengan
mengacu kepada dua hal, yaitu sebagai berikut :
Usahakan gaya pemaparan dilakukan dengan gaya deskriptif, dan sedetail
mungkin. Biarkan paparan dilaksanakan sampai selesai tanpa ada tanya
jawab dari peserta. Kecuali dari fasilitator untuk menggali secara lebih
dalam dan mengklarifikasi.
Selain itu, akan lebih bagus jika proses pengungkapan ini tidak
dilaksanakan dalam kelompok kecil, namun dalam kelompok besar atau
kelompok besar. Hal ini dilakukan agar peserta lain dapat menyimak
dengan baik.
(3) Membahas/ Mengkaji
Baru pada tahap ini, analisis dilakukan. Analisis yang dilakukan tentu
saja harus sesuai dengan kerangka analisis yang terlebih dahulu dibuat.
Pada tahap ini, membahas relasi antara satu sama lain, sebab akibat,
dampak menjadi hal mendasar yang harus dilakukan. Perlu digaris
bawahi bahwa pengkajian seyogianya diarahkan pada penemuan inti
permasalahan yang terjadi dari pengalaman yang telah dipaparkan
sebelumnya.
(4) Menyimpulkan/ Merangkum
Setelah ketiga kegiatan tersebut dilakukan, kegiatan terakhir adalah
melakukan penarikan kesimpulan atau merangkum. Dalam kegiatan ini
peserta akan menarik kesimpulan dari setiap pengalaman yang ada.
Kesimpulan tersebut bisa berupa faktor penyebab, akibat atau hal-hal apa
saja yang berkaitan dengan permasalahan inti paparan. Satu catatan
penting, bahwa kesimpulan atau rangkuman tersebut tidak harus selalu
sama antara peserta yang lain. Perbedaan kesimpulan menjadi hal
menarik.
Perlu digarisbawahi, penarikan kesimpulan ini harus benar-benar
objektif dilakukan oleh peserta, karena kesimpulan atau rangkuman
tersebut akan menjadi dasar kegiatan selanjutnya.
Bagaimana
Menggunakan Modul
Ini Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa modul ini disusun dengan
pendekatan pengalaman berstruktur, maka sebenarnya hal tersebut
diposisikan sebagai panduan dasar dalam penggunaan modul ini. Dengan
demikian, secara sederhana dalam pelaksanaannya, di setiap sesi
penyampaian modul akan selalu terdiri dari penyampaian, analisis, serta
terakhir adalah penarikan kesimpulan atau rangkuman.
Selain itu, mengacu pada pendapat Roem Toepatimasang (2008: 17)
bahwasanya sistem pelaksanaan pelatihan yang dilakukan dengan
menerapkan pengalaman terstruktur adalah sistem pelatihan dengan
pendekatan induktif. Berdasarkan hal tersebut, maka peranan fasilitator
menjadi cukup penting.
Namun demikian, cukup penting di sini bukan berarti fasilitator harus
mendominasi dengan memposisikan sebagai orang yang paling tahu,
namun lebih memosisikan menggali, memberikan umpan balik,
memotivasi dan menghubungkan pengalaman yang satu dengan yang
lain.
Jika memang dianggap perlu mendatangkan narasumber, maka hal
tersebut dapat dilakukan, dengan catatan bahwa fasilitator dapat
menjadikan sesi tersebut menjadi sangat dialogis. Tingkat dialog yang
mendalam dan kritis antara peserta dan narasumber sangat ditentukan
oleh kemampuan fasilitator.
Berapa hal kecil tapi cukup membantu yang dapat dilakukan oleh
fasilitator dan peserta adalah sebagai berikut.
Untuk peserta, hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Sebelum mengikuti setiap sesi, ada baiknya untuk membaca setiap
materi, termasuk di dalamnya langkah-langkah kegiatan, media
pelatihan dan bahan bacaan di dalam modul dengan seksama.
2. Jika ada yang kurang dipahami, sebaiknya peserta memberikan
tanda pada materi yang tidak dimengerti untuk kemudian
ditanyakan ketika sesi pelatihan berlangsung.
Sedangkan untuk fasilitator, adalah sebagai berikut :
1. Sebelum pelatihan dimulai, sebaiknya fasilitator memeriksa setiap
elemen-elemen pelatihan, dari mulia fasilitas pembelajaran seperti
LCD, komputer, media pembelajaran serta aliran listrik.
2. Untuk lebih mempermudah proses fasilitasi, sebaiknya fasilitator
tidak bekerja sendirian, namun mengajak salah satu fasilitator
yang lain untuk membantu proses pelatihan.
3. Perlu digaris bawahi, bahwa modul ini bukan merupakan sumber
tunggal utama pelatihan, oleh karena itu jika kemudian
menemukan sumber lain yang dianggap lebih bagus dan relevan
untuk digunakan, maka hal itu sangat dianjurkan.
4. Perlu diingat bahwa kadang kala ruang-ruang formal pelatihan
tentu saja tidak cukup untuk proses pembelajaran, oleh karena itu
ruang-ruang informal di luar pelatihan, seperti sesi coffee break
atau sesi nyantai lainnya sebaiknya juga digunakan untuk
memeriksa ulang sejauh mana materi diserap oleh peserta dan
menampung masukan penting lainnya.
Demikian petunjuk praktis penggunaan modul ini. Perlu diingat
bahwa modul ini bukanlah Al-Quran yang tidak bisa direvisi atau
diperbaharui. Modul ini sengaja disetting untuk terus bisa
diperbaharui secara dinamis. Oleh karena itu, masukan pada setiap
unit modul ini menjadi sangat penting.
Modul 1 Metode Berpikir Dalam Menulis
Tujuan Setelah mempelejari modul ini, peserta diharapkan : Mampu memahami defenisi berpikir deduktif
dan induktif mampu membedakan metode deduktif dan
induktif. mampu membuat kalimat, paragraf dengan
metode induktif dan deduktif.
Pokok Bahasan
Defenisi berpikir deduktif dan induktif serta contohnya
Perbedaan metode induktif dan deduktif Langkah-langkah dalam membuat tulisan
dengan metode deduktif dan induktif
Metode dan Media
Metode dalam modul satu ini adalah : Telaah kasus Simulasi
Sedangkan media dalam modul satu ini adalah : Kliping artikel/opini di koran. Artikel yang belum di muat di media cetak
atau elektronik.
Bahan dan Peralatan
Kliping tulisan dengan bentuk Induktif serta deduktif.
Bahan bacaan tentang metode berpikir deduktif, induktif serta unsur-unsur pentingnya.
Meta plan, lakban kertas, spidol, papan tempel, LCD, laptop.
Waktu 60 Menit
Proses Fasilitator memberikan penjelasan singkat mengenai lingkup materi serta tujuan pokok bahasan pada sesi 1 (5 menit).
Fasilitator bertanya kepada peserta tentang pengalaman mereka dalam proses berpikir sehari-hari, terutama ketika menganalisis sesuatu dan mengambil kesimpulan (10 menit).
Fasilitator membagikan kliping koran yang berisi tulisan tentang paragraf deduktif dan induktif (5 menit).
Peserta membaca kliping koran tersebut dengan seksama. (10 Menit).
Setelah selesai membaca, minta peserta untuk menjelaskan pendapat tentang : 1. Dimanakah letak kesimpulan tulisan
tersebut? 2. Apakah kesimpulan yang ditarik dari
tulisan tersebut sudah pas, atau harus seperti apa? (15 menit)
Fasilitator memandu peserta untuk menarik kesimpulan dari materi deduktif dan induktif (10 Menit).
Fasilitator memandu peserta untuk mensimulasikan praktek penulisan metode induktif dan deduktif (10 Menit).
Fasilitator menutup sesia satu.
Lembar Bantu Belajar
Carilah perbedaan di antara dua tulisan berikut :
(1)
Di dalam memutuskan suatu kebijakan, presiden sebagai kepala negara dan
sebagai kepala pemerintahan sangat membutuhkan pertimbangan dan
nasehat dari seseorang atau sekelompok orang. Tujuannya ialah agar
kebijakan yang diputuskannya sesuai dengan prinsip hukum, demokrasi,
pemerintahan yang baik untuk mencapai tujuan negara. Para pendiri bangsa
ini menyadari akan kebutuhan presiden mengenai hal itu. Oleh karena itu,
Undang-undang Dasar kita mengamanatkan untuk membentuk suatu dewan
yang bertugas untuk itu. Yang penting adalah kebutuhan presiden akan
pertimbangan dan nasehat dari pihak lain dapat terpenuhi sehingga ia tidak
menyalahi peraturan yang ada.
(2)
Interface berisi kumpulan nama metode tanpa implementasi. Interface ini
menandai kelas mempunyai sekumpulan perilaku. Interface digunakan
untuk mendefinisikan fungsionalitas yang digunakan beberapa kelas tapi
tidak menyatakan cara fungsionalitas akan didefinisikan kelas-kelas ini.
Dengan menempatkan metode-metode di interface maka kita dapat
memberikan perilaku yang common dan menyerahkan implementasi spesifik
ke kelas-kelas itu. Hal ini, membuat interface merupakan pilihan yang lebih
baik berkaitan dengan penanganan modularisasi.
Sumber : http://rizarulham.wordpress.com
Bahan Bacaan
PENALARAN INDUKTIF Penalaran induktif bertumpu pada kenyataan-kenyataan yang masuk akal atau empiris dan pengalaman dilapangan. Jadi,penalaran induktif adalah suatu penalaran yang sifatnya bertolak dari pernyataan-pernyataan yang sifatnya umum sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang bersifat umum. Dengan kata lain,kesimpulan tersebut tidak lebih dari khusus atas suatu pernyataan. Dibawah ini ada beberapa penalaran induktif antara lain :
1. Generalisasi Adalah suatu penalaran yang menggunakan sifat tertentu dalam membuat suatu pernyataan yang sifatnya tertentu sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang bersifat umum. Contoh : Jika ada kendaraan, motor akan digunakan Jika ada kendaraan,mobil akan digunakan Jika ada kendaraan, sepeda akan digunakan Jadi, jika ada kendaraan alat transportasi akan digunakan - Data tersebut harus memadai (makin banyak) datanya - Data tersebut dapat mewakili secara keseluruhan - Terkecuali dapat diperhitungkan karena datanya mempunyai sifat khusus 2. Analogi Adalah suatu proses penalaran yang cara penarikannya dapat membandingkan dua hal yang sifatnya sama. Contoh : Chyntia adalah bintang iklan Chyntia memiliki paras cantik Zahwa adalah bintang iklan Zahwa memiliki paras cantik Oleh sebab itu, zahwa memiliki paras cantik 3. Hubungan kausal Adalah suatu penalaran yang disebabkan dari gejala yang saling berkaitan satu sama lain.
Di bawah ini terdapat tiga hubungan antar masalah, yaitu sebagai berikut :
Sebab-akibat
Sebab-akibat mempunyai pola A yang menyebabkan B. kedua hubungan ini juga dapat berpola A yang menyebabkan B,C,D dan seterusnya. Jadi,
peristiwa tersebut mempunyai efek dari satu kejadian yang dianggap sebagai penyebab yang kadang lebih dari satu. sebagai contoh : Hujan tahun ini sudah mengguyur desa kami. Air sungai pun ikut berangsur naik. jalan dan halaman rumah kami pun sudah dibajiri dengan air hujan. Akhirnya, banjir pun telah melanda desa kami. Akibat-sebab Akibat-sebab sering kita jumpai pada peristiwa seseorang yang alergi. Alergi merupakan akibat dan makanan merupakan sebab, sehingga mirip dengan entimen. Jadi penalaran akibat-sebab seperti ini dan kejadian peristiwa tersebut dapat dijadikan sebagai simpulan. Akibat-akibat Adalah penalaran yang dapat menyiratkan suatu penyebabnya. Suatu peristiwa “akibat” dapat langsung disimpulkan sebagai suatu “akibat” yang lainnya. Sebagai contoh sebagai berikut : Ibu mendapatkan adi sedang bermain diluar rumah, sehingga ibu beranggapan bahwa adi baik-baik saja. Sumber : http://debyvirdy.wordpress.com/2012/03/16/penalaran-
induktif-2/
PENALARAN DEDUKTIF Pengertian paragraf deduktif Paragraf deduktif adalah paragraf yang ide pokok atau kalimat utamanya terletak di awal paragraf dan selanjutnya diikuti oleh kalimat kalimat penjelas untuk mendukung kalimat utama. Ciri-ciri paragraf deduktif 1. kalimat utama berada di awal paragraf. 2. kalimat disusun dari pernyataan umum yang kemudian disusul dengan penjelasan. Penalaran deduktif yang kadang disebut logika deduktif, penalaran ini membangun atau mengevaluasi argumen secara deduktif. Di mana, argumen ini dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif, dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Pembuktian melalui deduksi adalah sebuah jalan pemikiran yang menggunakan argumen-argumen deduktif untuk beralih dari premis-premis
kepada kesimpulan-kesimpulan yang mestinya benar apabila premis-premisnya benar. Contoh klasik dari penalaran deduktif, yang diberikan oleh Aristoteles, ialah
Semua manusia fana (pasti akan mati). (premis mayor) Sokrates adalah manusia. (premis minor) Sokrates pasti (akan) mati. (kesimpulan)
Untuk pembahasan deduktif secara terinci seperti yang dipahami dalam filsafat, lihat Logika. Untuk pembahasan teknis tentang deduksi seperti yang dipahami dalam matematika, lihat logika matematika. Penalaran deduktif seringkali dikontraskan dengan penalaran induktif, yang menggunakan sejumlah besar contoh partikulir lalu mengambil kesimpulan umum.
Modul 2 Mind Mapping Dalam Penulisan
Tujuan Setelah mempelejari modul ini, peserta diharapkan : Memahami pentingnya Mind Mapping dalam
penulisan Memahami langkah-langkah dalam
melakukan Mind Mapping Mampu mensimulasikan mind mapping
dalam penulisan
Pokok Bahasan
Defenisi dan tujuan Mind Mapping Langkah-langkah dalam melakukan Mind
Mapping Praktek Mind Mapping
Metode dan Media
Metode dalam modul dua ini adalah : Ceramah Simulasi
Sedangkan media dalam modul dua ini adalah : Lembar analisis kasus
Bahan dan Peralatan
Bahan bacaan tentang Mind Mapping serta unsur-unsur pentingnya.
Meta plan, lakban kertas, spidol, papan tempel, LCD, laptop.
Waktu 60 Menit
Proses Fasilitator menjelaskan tentang maksud dan tujuan pembelajaran pada modul dua ini (5 menit)
Fasilitator bertanya mengenai pengalaman para peserta tentang langkah-langkah dalam menganalisis sebuah masalah (15 Menit) Pertanyaan yang dapat diajukan, adalah sebagai berikut :
1. Darimana langkah analisis dilakukan, lalu berakhir dimana?
2. Bagaimana tekhni pengambilan akar masalah, penyimpulan serta solusi atas masalah tersebut?
Fasilitator menjelaskan tentang kelebihan dan kekurangan metode mind mapping. (10 Menit)
Fasilitator memandu sesi tanya jawab dengan peserta (10 Menit)
Fasilitator memandu peserta untuk mensimulasikan praktek Mind Mapping (15 Menit)
Fasilitator menutup sesi dua (5 Menit)
Lembar Bantu Belajar
Sumber : warungsambas.co.cc
Bahan Bacaan
(1) (2)
(3) (4)
(5)
(6)
(7)
Modul 3 Menulis Judul dan Subjudul
Tujuan Setelah mempelejari modul ini, peserta diharapkan : Mampu memahami kriteria judul dan
subjudul yang baik Mampu menulis judul dan subjudul yang
baik
Pokok Bahasan
Kriteria judul dan subjudul yang baik Kiat-kiat menulis judul dan subjudul yang
baik
Metode dan Media
Metode dalam modul satu ini adalah : Telaah kasus Simulasi
Sedangkan media dalam modul satu ini adalah : Kliping artikel/opini di koran. Artikel yang belum dimuat di media cetak
atau elektronik.
Bahan dan Peralatan
Kliping opini media massa Bahan bacaan tentang menulis judul dan
subjudul yang baik Meta plan, lakban kertas, spidol, papan
tempel, LCD, laptop.
Waktu 60 Menit
Proses Fasilitator memberikan penjelasan singkat mengenai lingkup materi serta tujuan pokok bahasan pada sesi 1 (5 menit)
Fasilitator bertanya kepada peserta seperti apakah judul tulisan yang baik? (10 menit)
Fasilitator membagikan beberapa opini media massa kepada peserta(5 menit)
Peserta membaca kliping koran tersebut dengan seksama. (10 Menit).
Setelah selesai membaca, minta peserta untuk menjelaskan pendapat tentang :
1. Judul manakah yang lebih menarik dan mudah dibaca?
2. Apa saja yang membuat judul dan subjudul tersebut menarik? (15 menit)
Fasilitator memandu peserta untuk menarik kesimpulan dari materi judul dan subjudul (10 Menit).
Fasilitator memandu peserta untuk mensimulasikan praktik penulisan judul dan subjudul (10 Menit).
Fasilitator menutup sesi tiga.
Lembar Bantu Belajar
Untuk lebih meningkatkan kemampuan, kerjakan soal pada tabel
berikut.
Judul Subjudul 1 Subjudul 2 Penyakit Pendidikan Indonesia
Biaya Mahal ....
Harapan Pers Indonesia
Profesionalitas Wartawan
....
Problem Utama Perkotaan
....
Polusi Udara
....
Kaderisasi Buruk Pengurus Indisipliner
.... Kemudahan Akses Penjualan
Impotensi
Penyebab Tingginya Pelecehan Seksual
.... ....
Bahan Bacaan
Apa itu Judul dan SubJudul?
Secara sederhana, judul adalah kata-kata yang menggambarkan secara
ringkas mengenai isi tulisan. Dengan adanya judul, pembaca dapat
terbantu dalam memahami tulisan yang kita buat. Sebaliknya jika
tulisan kita tidak mempunyai judul, maka besar kemungkinan pembaca
kita akan malas untuk membaca tulisan kita.
Dalam sebuah tulisan opini atau artikel, biasanya judul dibangun oleh
beberapa subjudul. Dalam konteks tersebut, subjudul adalah kata-kata
yang menggambarkan mengenai kata-kata dalam judul yang kita buat.
Anggapan dasar dari subjudul ini adalah kata-kata dalam subjudul
dapat membantu pembaca memahami judul yang dibuat. Harapanya
ketika pembaca membaca subjudul yang dibuat sedikitnya mampu
memahami judul yang dibuat.
Beberapa tips membuat judul
Jumlah kata dalam judul tidak lebih dari lima kata
Judul opini/artikel cenderung singkat dan padat agar lebih
memudahkan pembaca untuk memahami langsung isi bacaan.
Contoh: Menolak Pendidikan Karakter, Tentang Janji Pemimpin
(Kita), Menulis dan keniscayaan Mahasiswa.
Gunakan kalimat aktif
Kalimat aktif pada judul bertujuan agar terkesan hidup.
Pilihlah kata yang mudah dipahami
Hindari kata ilmiah dan hanya diketahui oleh sejumlah golongan
pembaca saja.
Pilihlah kata yang menarik dan provokatif
Kata yang provokatif dapat mengandung rasa keingintahuan
pembaca.
Hindari penggunaan angka
Penggunaan angka pada judul dapat berdampak mengurangi
keingintahuan dan cenderung membosankan.
Beberapa tips membuat subjudul
Memiliki koherensi dengan judul utama Usahakan maksud subjudul berhubungan dengan judul utama.
Jumlah kata dalam subjudul tidak melebihi judul Ketimpangan akan terjadi bila jumlah kata subjudul melebihi jumlah kata subjudul.
Jumlah kata subjudul tidak lebih dari tiga Gunakan kalimat aktif
Kalimat aktif pada judul bertujuan agar terkesan hidup .
Pilihlah kata yang mudah dipahami
Hindari kata ilmiah dan hanya diketahui oleh sejumlah golongan
pembaca saja.
Pilihlah kata yang menarik dan provokatif
Kata yang provokatif dapat mengandung rasa keingintahuan
pembaca.
Hindari penggunaan angka
Penggunaan angka pada subjudul dapat berdampak mengurangi
keingintahuan dan cenderung membosankan.
Modul 4 Menulis Kalimat dan Paragraf Efektif
Tujuan Setelah mempelejari modul ini, peserta diharapkan : Mampu memahami definisi paragraf dan
kalimat efektif Mampu mengetahui kriteria efektifitas
paragraf dan kalimat Mampu mengembangkan kalimat dan
paragraf efektif.
Pokok Bahasan
Definisi paragraf dan kalimat efektif Kiat-kiat menulis paragraf dan kalimat efektif Langkah-langkah mengembangkan paragraf
efektif
Metode dan Media
Metode dalam modul satu ini adalah : Telaah kasus Simulasi
Sedangkan media dalam modul satu ini adalah : Kliping artikel/opini di koran. Artikel yang belum dimuat di media cetak
atau elektronik.
Bahan dan Peralatan
Kliping paragraf efektif dan tidak efektif yang terdapat pada opini.
Bahan bacaan tentang menulis paragraf dan kalimat efektif.
Meta plan, lakban kertas, spidol, papan tempel, LCD, laptop.
Waktu 60 Menit
Proses Fasilitator memberikan penjelasan singkat mengenai lingkup materi serta tujuan pokok bahasan pada sesi 1 (5 menit).
Fasilitator bertanya kepada peserta seperti apakah paragraf dan kalimat yang menarik dan mudah untuk dibaca? (10 menit).
Fasilitator membagikan kliping koran yang berisi tulisan tentang dua paragraf efektif dan tidak efektif (5 menit).
Peserta membaca kliping koran tersebut dengan seksama. (10 Menit).
Setelah selesai membaca, minta peserta untuk menjelaskan pendapat tentang :
1. Di manakah letak perbedaan kedua tulisan tersebut?
2. Tulisan manakah yang lebih menarik dan mudah dibaca?
3. Apa saja yang membuat paragraf dan kalimat menarik dan mudah dibaca?
(15 menit)
Fasilitator memandu peserta untuk menarik kesimpulan dari materi paragraf dan kalimat efektif (10 Menit).
Fasilitator memandu peserta untuk mensimulasikan praktik penulisan paragraf dan kalimat efektif (10 Menit).
Fasilitator menutup sesi empat.
Lembar Bantu Belajar
Lembar Bantu Belajar 1
Carilah perbedaan di antara dua paragraf berikut :
Paragraf 1 Baik buruknya kesejahteraan rakyat, tergambar dari kinerja pemimpinnya. Ketika seorang pemimpin tak mampu mengemban amanat, dampaknya terjadi kesenjangan sosial. Lain hal jika seorang pemimpin yang mampu bekerja sesuai amanat, Ia pasti disegani dan bersinergi dengan rakyat. Paragraf 2 Baik maupun buruknya kesejahteraan terhadap rakyat dapat tergambar dari kinerja pemimpinnya. Ketika seorang pemimpin tidak mampu mengemban amanat maka dampaknya akan terjadi kesenjangan terhadap sosial. Lain hal jika seorang pemimpin yang mampu bekerja sesuai amanat maka Ia pasti akan disegani dan bersinergi dengan rakyat. Perbedaan
......................................................................................................... ..........
.......
..........................................................................................................................
................................................................................................................. ..
.......
..........................................................................................................................
Lembar Bantu Belajar 2
Carilah perbedaan di antara dua paragraf berikut :
Paragraf 1 Salah satu jalan pembuktian intelektualitas mahasiswa adalah menyampaikan keilmuan melalui tulisan. Dengan menulis, mahasiswa dapat menuangkan gagasan solutif terkait berbagai masalah yang terjadi dalam konteks sosial di sekitarnya. Baik dalam bentuk tulisan fiksi maupun nonfiksi. Sejarah pun mencatat, Soe Hoek Gie, M. Hatta, dan Taufik Ismail adalah beberapa tokoh besar di Indonesia yang memiliki keterampilan menulis kala menjadi mahasiswa.
Paragraf 2 Salah satu jalan pembuktian intelektualitas dari seorang mahasiswa adalah menyampaikan keilmuan melalui tulisan. Dengan menulis, seorang mahasiswa dapat menuangkan gagasan yang solutif terkait berbagai masalah yang terjadi dalam konteks sosial di lingkungan sekitarnya, hal tersebut mencakup baik dalam bentuk tulisan yang memiliki jenis fiksi maupun tulisan yang memiliki jenis nonfiksi. Sejarah pun mencatat, Soe Hoek Gie dan M. Hatta serta Taufik Ismail adalah beberapa tokoh besar di Indonesia yang memiliki keterampilan menulis ketika menjadi mahasiswa. Perbedaan ...................................................................................................................
.......
..........................................................................................................................
...................................................................................................................
.......
..........................................................................................................................
Lembar Bantu Belajar 3
Untuk lebih memperdalam kemampuan, kerjakanlah soal berikut ini!
No Kalimat Efektif/Tidak Efektif
Perbaikan
1 Pada Hari ini merupakan momen penting karier sepakbolanya.
..........
........................
........................
........................
2 Dokter tengah berupaya untuk menyadarkan masyarakat akan bahaya Diare yang semakin tahun semakin meningkat bahayanya.
..........
........................ ........................ ........................
3 Dua potensi penting terjaganya kualitas sekolah ini adalah
..........
........................ ........................
peningkatan kapabilitas dan peningkatan kapasitas tenaga pendidik.
........................
4 Upaya untuk membangun organisasi-organisasi politik yang berbasis politik sektoral akan tidak cukup berhasil untuk mendapatkan posisi tawar yang berbasis politik sektoral
..........
........................ ........................ ........................
5 Untuk mencapai hasil maksimal, butuh pengorbanan yang tidak sedikit.
..........
........................
........................
........................
Bahan Bacaan
Kalimat Efektif
Salah satu ciri penting dari tulisan media massa adalah keefektifan
bahasa yang digunakan. Hal ini bertujuan agar isi tulisan dapat dengan
mudah dipahami oleh publik. Faktor dominan yang berhubungan
seberapa besar bahasa tulisan tersebut efektif, terletak pada kreatifitas
penulis menyajikan bentuk kata dan kalimat.
Sebagaimana yang diungkapkan Goenawan Mohamad (1991:83) bahasa
jurnalistik harus mengandung unsur hemat dan jelas. Keefektifan
bahasa pada sasaran kata terlihat dalam hal-hal berikut.
1. Penghematan kata yang tidak mengubah arti.
Contoh: akan tetapi, apabila, sehingga, meskipun, dihemat menjadi
agar, tapi, bila, hingga, meski.
2. Penghematan daripada menjadi dari, di luar kalimat yang
menunjukkan perbandingan.
3. Penghematan huruf pada ejaan yang salah.
Contoh: sjah, kuwitansi, akhli menjadi sah, kuitansi, ahli.
4. Penghematan beberapa kata yang memiliki sinonim yang sama.
Contoh: kemudian, makin, terkejut, sangat, demikian, sekarang
menjadi lalu, kian, kaget, amat, begitu, kini.
Penghematan kata yang dilakukan penulis, sangat berdampak pada
keefektifan kalimat tulisan. Penulisan kalimat diarahkan agar padat dan
jelas. Beberapa catatan penting yang dapat dilakukan agar
mengefektifkan kalimat dalam tulisan artikel/opini adalah sebagai
berikut.
1. Pemakaian kata adalah, apa, di mana, yang tidak perlu di awal
kalimat.
2. Pemakaian kata tanya di tengah kalimat.
3. Pemakaian dari yang merupakan terjemahan of dari bahasa Inggris.
4. Pemakaian untuk sebagai terjemahan to dari bahasa Inggris.
5. Pemakaian adalah sebagai terjemahan is dari bahasa Inggris.
6. Pemakaian akan, telah, sedang, sebagai penunjuk waktu.
7. Pemakaian bahwa sebagai bentuk tidak langsung.
8. Pemakaian yang sebagai kata sambung.
9. Penggunaan imbuhan.
Sementara itu, menurut Ernest Hamingway yang ditulis ulang Rosihan
Anwar (1991:12-15), ketentuan lain yang harus diperhatikan dalam
bahasa jurnalistik adalah.
1. Gunakan kalimat-kalimat pendek
2. Gunakan bahasa biasa yang mudah dipahami orang
3. Gunakan bahasa sederhana dan jenis pengutaraannya
4. Gunakan bahasa tanpa kalimat majemuk
5. Gunakan bahasa yang padat dan kuat
Pengembangan Paragraf
Paragraf merupakan bagian dalam karangan yang terdiri dari
sekumpulan kalimat. Dalam sebuah paragraf, terdapat gagasan utama
yang lebih luas dari kalimat lainnya. Gagasan utama tersebut,
cenderung mewakili makna secara keseluruhan paragraf. Terdapat
beberapa pola pengembangan menulis gagasan utama dalam suatu
paragraf.
1. Paragraf Deduktif
Jenis pola pengembangan paragraf ini, gagasan utamanya terletak di
awal kalimat. Maka, makna yang tersirat pada kalimatnya pun
berawal dari yang bersifat umum lalu diikuti kalimat yang maknanya
lebih khusus.
2. Paragraf Induktif
Jenis pola pengembangan paragraf ini, gagasan utamanya terletak di
akhir kalimat. Maka, makna yang tersirat pada kalimatnya pun
berawal dari yang bersifat khusus lalu diikuti kalimat yang maknanya
lebih umum.
Terdapat cara mengaplikasikan pola paragraf tersebut dalam bentuk
kerangka paragraf. Adapun contohnya sebagai berikut.
1. Kerangka paragraf deduktif
Gagasan utama: Pendidikan tinggi saat ini tidak dapat diakses oleh
seluruh warga Indonesia.
Gagasan pendukung:
-Jumlah mahasiswa di Indonesia saat ini sedikit
-Angka Partisipasi Kasar (APK) masyarakat yang mini
2. Kerangka paragraf induktif
Gagasan pendukung:
-Salah satu tujuan Negara Indonesia yakni “mencerdaskan kehidupan
bangsa”.
-Pasal 31 UUD 1945, tertera jika setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan.
Gagasan utama: Negara menjamin hak-hak dasar setiap warga
negaranya untuk mendapatkan pendidikan
Sekadar catatan, anda dapat menambah kata penghubung agar setiap
kalimatnya koheren. Adapun beberapa kata penghubung tersebut
antara lain.
Menyatakan hubungan kesetaraan
Kata penghubung: dan, lagi, lagi pula, serta, lalu, sambil.
Menyatakan hubungan perlawanan
Kata penghubung: tetapi, akan tetapi, melainkan, namun,
sedangkan, padahal.
Menyatakan hubungan waktu
Kata penghubung: apabila, ketika, bilamana, sebelum, sejak,
sesudah.
Menyatakan hubungan tujuan
Kata penghubung: supaya, agar, untuk, demi.
Menyatakan hubungan sebab
Kata penghubung: sebab, karena, sebab itu, karena itu.
Menyatakan hubungan akibat
Kata penghubung: sehingga, sampai, maka.
Menyatakan hubungan penguatan
Kata penghubung: bahkan, apalagi.
Menyatakan hubungan rincian
Kata penghubung: yakni, adalah, yaitu, ialah.
Menyatakan hubungan penanda pengutamaan
Kata penghubung: yang penting, yang pokok, paling utama,
terutama.
Setelah gagasan utama dan gagasan pendukung dapat dipetakan
dalam bentuk kerangka paragraf, kini tinggal menuliskannya ke dalam
bentuk paragraf.
1. Paragraf deduktif
Pendidikan tinggi di era kekinian, masih belum dapat diakses oleh
warga negara Indonesia secara keseluruhan. Sekedar gambaran,
jumlah mahasiswa Indonesia saat ini baru mencapai 4,2 juta orang.
Bila dihitung terhadap populasi penduduk berusia 19-24 tahun, maka
Angka Partisipasi Kasarnya (APK) baru mencapai 18,4 persen.
2. Paragraf Induktif
Pada pembukaan UUD 1945 alinea ke empat, salah satu tujuan Negara
Indonesia yakni “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Sementara pada
pasal 31 UUD 1945, tertera jika setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan. Sangat jelas, negara Indonesia menjamin hak-hak dasar
setiap warga negaranya untuk mendapatkan pendidikan
Sumber:
Muhamad, Gunawan. (1991). “Bahasa Jurnalistik Indonesia” dalam
Pengetahuan Dasar Jurnalistik (Wibisono, ed.) Jakarta: Media Sejahtera.
Anshori, Dadang. 2005. Bahasa Koran Sebagai Bahan Pembelajaran
Bahasa.
Tersedia:http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPBS/JUR._PEND.
_BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/197204031999031-DADANG/ [1
Agustus 2012]
Modul 5 Self Editing
Tujuan Setelah mempelejari modul ini, peserta diharapkan :
Mampu mengetahui cara menyunting tulisan. Mampu mempraktikkan penyuntingan
tulisan
Pokok
Bahasan
P0kok bahasan dalam modul ini terdiri dari :
Definisi penyuntingan
Langkah-langkah penyuntingan
Metode
dan
Media
Metode dalam modul lima ini adalah :
Simulasi Sedangkan media dalam modul satu ini adalah:
Artikel yang belum dimuat di media cetak atau elektronik.
Bahan
dan
Peralatan
Bahan bacaan tentang penyjntingan tulisan. Meta plan, lakban kertas, spidol, papan tempel, LCD, laptop.
Waktu 60 Menit
Proses Fasilitator memberikan penjelasan singkat
mengenai lingkup materi serta tujuan pokok
bahasan(5 menit)
Fasilitator bertanya kepada peserta seperti
apakah artikel yang menarik di baca, setelah
memahami kiat menulis di modul
sebelumnya? (10 menit)
Fasilitator menjelaskan cara-cara
menyunting tulisan (10 menit)
Fasilitator membagi peserta menjadi
beberapa kelompok kecil, kemudian
diarahkan untuk duduk melingkar (5 menit)
Setiap peserta melakukan proses
penyuntingan artikel karya peserta lain
secara bergiliran. (15 Menit)
Fasilitator memandu peserta untuk
mendeskripsikan hal-hal yang perlu
disunting dari setiap tulisan (10 Menit)
1. Fasilitator menutup sesi empat (5 Menit)
Lembar Bantu Belajar
Agar semakin meningkatkan pemahaman kita mengenai
penyuntingan tulisan, kerjakanlah perintah berikut ini.
Buatlah sebuah artikel dengan memerhatikan kriteria pada
bahasan modul sebelumnya.
Bentuk sebuah kelompok kecil dengan posisi duduk melingkar.
Tukarkan hasil artikel yang telah anda kerjakan pada teman
sebelah anda.
Tandai kesalahan-kesalahan tulisan teman anda.
Paparkan kesalahan-kesalahan tersebut kepada teman anda.
Bagian Penyuntingan Deskripsi
Judul dan Sub Judul
...
Paragraf dan kalimat
...
Isi tulisan
...
Bahan Bacaan
Penyuntingan Tulisan (Editing)
Proses penyuntingan biasanya dilakukan di akhir kegiatan kita menulis.
Penyuntingan dilakukan dengan tujuan agar pemikiran kita benar-benar
tersampaikan secara utuh melalui tulisan. Penyuntingan pun dilakukan
untuk dapat memperbaiki persoalan teknis tulisan semisal kalimat yang
tidak baku dan kesalahan EYD.
Bagaimanapun, seorang penulis sama halnya dengan manusia lainnya yang
tidak bisa lepas dari kesalahan. Maka, dalam hal ini proses penyuntingan
tulisan merupakan proses untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi.
Setidaknya terdapat dua prinsip penting yang harus dimiliki penulis ketika
menyunting tulisan. Pertama, penyunting harus konsisten. Tidak sedikit
penulis yang justru merusak arah tulisan ketika proses penyuntingan.
Penambahan beberapa kalimat dan bahasan tentang suatu hal kerap menjadi
bumerang bagi penulis. Maka, konsistensi harus dilakukan agar tulisan
tersebut tidak melebar dan keluar dari maksud dan tujuan penulis.
Kedua, penyunting harus objektif. Penyuntingan sangat berguna untuk
menguji seberapa tersampaikan suatu tulisan di mata pembaca. Penulis
diharapkan memosisikan diri sebagai pembaca ketika menyuting pembaca.
Bila penilaian lebih mengutamakan pada ego penulis, bisa jadi pesan tulisan
tersebut tidak akan diterima oleh pembaca.
Langkah menyunting tulisan
Persoalan yang kerap muncul dalam proses penyuntingan adalah dari mana
awal kita menyunting tulisan tersebut? Berdasar dari persoalan demikian,
terdapat beberapa langkah praktis menyunting tulisan. Adapun langkah
tersebut adalah sebagai berikut.
Bacalah secara saksama hasil tulisan sampai selesai.
Perhatikan kesesuaian judul dan sub judul. Apakah judul
tersebut mengandung keingintahuan pembaca?
Setelah itu, perhatikan paragraf awal tulisan, apakah paragraf
awal yang anda buat sudah menarik?
Amati focus paragraf serta fokus kalimat dalam paragraf.
Apakah sudah sesuai dengan kerangka tulisan?
Selanjutnya, tandai dengan stabilo setiap kesalahan judul,
kalimat, atau kata yang belum sesuai dengan maksud penulis.
Segera perbaiki kesalahan-kesalahan yang telah ditandai
tersebut dengan berdasar pada pesan yang akan disampaikan
penulis lewat tulisan.
Mintalah saran terdekat kepada teman terdekat untuk menilai
tulisan yang telah disunting.