Modul K3

64
Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) BAB I PENDAHULUAN Pengertian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah secara filosofis suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur. Secara keilmuan adalah merupakan ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Atau : Keselamatan dan Kesehatan secara praktisnya adalah upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempa kerja, serta melakukan pekerjaan di tempat kerja maupun sumber dan proses produksi dapat secara aman dan efisien dalam pemakaiannya. Masalah tersebut di atas akan sangat mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang merupakan salah satu bagian dari perlindungan tenaga kerja perlu dikembangkan dan ditingkatkan, mengingat Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan agar : 1

Transcript of Modul K3

Page 1: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

BAB I

PENDAHULUAN

Pengertian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah secara filosofis suatu pemikiran

dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah

tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju

masyarakat adil dan makmur. Secara keilmuan adalah merupakan ilmu pengetahuan dan

penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat

kerja.

Atau :

Keselamatan dan Kesehatan secara praktisnya adalah upaya perlindungan agar tenaga kerja

selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempa kerja, serta

melakukan pekerjaan di tempat kerja maupun sumber dan proses produksi dapat secara aman

dan efisien dalam pemakaiannya.

Masalah tersebut di atas akan sangat mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah

maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran

lingkungan. Oleh karena itu Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang merupakan salah satu

bagian dari perlindungan tenaga kerja perlu dikembangkan dan ditingkatkan, mengingat

Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan agar :

Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja mendapat

perlindungan atas keselamatannya.

Setiap sumber produksi dapat dipakai, dipergunakan secara aman dan efisien.

Proses produksi berjalan lancar.

A. Keselamatan kerja

Sejarah Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja

Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dalam perindustrian mula-mula terjadi secara

besar besaran kira-kira 150 tahun yang lalu, ketika kemajuan kemajuan pesat teknologi mulai

diterapkan untuk produksi secara besar-besaran dengan mesin, sedangkan pabrik merupakan

1

Page 2: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

satu kesatuan proses kerja. Keadaan sebagai hasil revolusi industri disatu pihak merupakan

kemajuan di pihak lain bertentangan dengan perikemanusiaan dan memerlukan perhatian dan

perbaikan.

Revolusi industri mula mula di Inggris, disana gerakan kemanusiaan pertama

ditujukan bagi pengurangan jam kerja, perlindungan kesehatan anak, yang terutama menderita

akibat kondisi pekerjaan. Baru kemudian diambil tindakan untuk pencegahaannya.

Pada abad ke 18 sebagai penemuan teknologi baru, perindustrian tekstil dari rumahan

berubah menjadi industri pabrik, tenaga kerja banyak di butuhkan sehingga dikerahkan anak

anak menjadi tenaga kerja dengan alasan upah yang relatif murah.

Kemudian dialihkan kepada masalah keselamatan. Meningkatnya tenaga, kecepatan

dan makin banyaknya pemakaian mesin menyebabkan tambah berbahanya pekerjaan pabrik.

Pada tahan 1844 di Manchester terdapat banyak orang-orang cacat, penduduknya mirip

serdadu pulang perang. Pemilik pabrik sama sekali tidak bertanggung jawab atas kecelakaan

dan cacat yang terjadi. Tetapi pada tahun yang sama yaitu 1844 disahkanlah Undang Undang

Pabrik (Factory Act), ini adalah gerakan keadilan yang merupakan kerja sama diantara

mereka yang berhati kemanusiaan, pengawas, negarawan, anggota perlemen, wartawan dan

lain sebagainya.

Di Amerika Serikat undang-undang keselamatan kerja mulai ada pada tahun 1877, sedangkan

di Indonesia mulai ada pada tahun 1969 dan 1970

Keselamatan kerja sebenarnya sudah diupayakan oleh manusia sudah sejak lama.

Dalam melaksanakan pekerjaan, secara tidak sengaja dalam keadaan sadar atau tidak sadar,

manusia pernah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan cidera bahkan mungkin sampai

merenggut nyawa. Dari kenyataan tersebut, manusia berusaha untuk tidak mengalami

kecelakaan atau kejadian serupa tidak akan terulang lagi. Tentunya cara-cara yang diterapkan

pada jaman dahulu, berbeda dengan yang diterapkan sekarang. Yang jelas upaya yang

dilakukan adalah dengan memperbaiki peralatan kerja dan cara (sistem) kerjanya.

HW. Heinrich dalam bukunya yang terkenal ”Industri Accident Prevention ”(1931),

dianggap sebagai suatu titik awal, yang bersejarah bagi semua gerakan keselamatan kerja

yang terorganisir secara terarah. Pada hakekatnya, prinsip-prinsip yang dikemukakan Heinrich

di tahun 1931 adalah merupakan unsur dasar bagi program keselamatan kerja yang berlaku

saat ini.

2

Page 3: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Beberapa cara pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Mempersiapkan pekerja untuk dapat bekerja dengan aman dengan cara :

a. Memberikan penjelasan dan contoh bagaimana melaksanakan suatu pekerjaan.

b. Memberikan penjelasan dan contoh bagaimana suatu pekerjaan harus dikerjakan

dengan aman.

c. Menjelaskan peralatan kerja dan alat-alat keselamatan kerja yang dipakai,

termasuk cara penggunaannya.

d. Menjelaskan tentang tempat dan jenis pekerjaan yang mempunyai tingkat bahaya

tinggi dan menjelaskan upaya penanganan serta pencegahannya agar tidak timbul

kecelakaan.

e. Memberikan buku pedoman keselamatan kerja.

f. Memasang poster, slogan, spanduk dll di tempat tertentu dan di tempat kerja.

g. Memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatan kerja.

h. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan dan melakukan koreksi serta bimbingan

terhadap kesalahan dalam bekerja, sehingga pekerja dapat melaksanakan pekerjaan

dengan baik.

i. Peraturan perundang undangan (ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi

kerja, perencanaan, pemeriksaan kesehatan pekerja)

j. Standarisasi (Ketentuan memenuhi syarat standarisasi keselamatan kerja pada

tempat kerja, misalnya peralatan industri, kebersihan lingkungan dan perlengkapan

diri.

k. Pengawasan (Pengawasan tentang peraturan keselamatan kerja yang telah

diwajibkan)

l. Penelitian Statistik (penyelidikan mengenai kecelakaan yang sering terjadi dan

penyebab kecelakaan)

m. Penelitian Psikologis (Penyelidikan pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya

kecelakaan.

n. Pelatihan bagi tenaga kerja untuk menggunakan peralatan Keselamatan kerja

2. Menyiapkan prasarana dan sarana kerja yang memadai :

a. Tempat kerja yang memadai dan memenuhi ketentuan keselamatan

kerja.

3

Page 4: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

b. Penempatan mesin dengan jarak tertentu sehingga para pekerja dapat

bergerak leluasa dan keselamatan kerja terjamin.

c. Menyiapkan alat-alat yang cukup dan dalam kondisi baik.

d. Mesin-mesin harus terlindungi dengan baik sehingga tidak

membahayakan pekerja.

e. Ruangan untuk berjalan bagi pekerja harus cukup lebar.

f. Alat-alat kerja harus disimpan di tempat yang aman dan harus

terpelihara dengan baik.

a. Pengertian Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,

bahan dan proses pengolaannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara

melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi,

baik barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat

risiko bahayanya adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang lebih maju dan

mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja

adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya, dan juga masyarakat pada

umumnya.

Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut :

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk

kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi di Indonesia, keselamatan kerja dinilai seperti

berikut :

1. Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan

kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu

gerbang bagi keamanan tenaga kerja.

2. Analisa kecelakaan secara nasional berdasarkan angka-angka yang masuk atas dasar

wajib lapor kecelakaan dan data kompensasinya dewasa ini seolah-olah relatif rendah

dibandingkan banyaknya jam kerja tenaga kerja

4

Page 5: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

3. Potensi-potensi bahaya yang mengancam keselamatan pada berbagai sektor kegiatan

ekonomi jelas dapat diobservasikan, misalnya sektor industri disertai bahaya-bahaya

potensial seperti keracunan-keracunan bahan kimia, kecelakaan-kecelakaan oleh

karena mesin, kebakaran, ledakan-ledakan, dan lain-lain

4. Menurut observasi, angka frekwensi untuk kecelakaan-kecelakaan ringan yang tidak

menyebabkan hilangnya hari kerja tetapi hanya jam kerja masih terlalu tinggi. 5.

Analisa kecelakaan memperlihatkan bahwa untuk setiap kecelakaan ada faktor

penyebabnya. Sebab-sebab tersebut bersumber kepada alat-alat mekanik dan

lingkungan serta kepada manusianya sendiri. Sebanyak 85 % dari sebab-sebab

kecelakaan adalah faktor manusia.

b. Keselamatan Kerja dan Perlindungan Tenaga Kerja

Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan

keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan

martabat manusia dan moral agama. Jelas bahwa keselamatan kerja adalah satu segi penting

dari perlindungan tenaga kerja. Dalam hubungan ini, bahaya yang dapat timbul dari mesin,

pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan, cara

melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental dari pada pekerjaannya, harus sejauh

mungkin diberantas dan atau dikendalikan.

c. Keselamatan Kerja dan Peningkatan Produksi dan Produktivitas

Keselamatan kerja erat bersangkutan dengan peningkatan produksi dan produktivitas.

Produktivitas adalah perbandingan di antara hasil kerja (out put) dan upaya yang

dipergunakan (in put ).

Keselamatan kerja dapat membantu peningkatan produksi dan produktivitas atas dasar :

1. Dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang menjadi

sebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi atau ditekan sekecil-kecilnya,

sehingga pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari.

2. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan penggunaan

peralatan kerja dan mesin yang produktif dan efisien dan bertalian dengan tingkat

produksi dan produktivitas yang tinggi.

5

Page 6: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

3. Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan partisipasi pengusaha

dan buruh akan membawa i klim keamanan dan ketenagaan kerja, sehingga sangat

membantu bagi hubungan buruh dan pengusaha yang merupakan landasan kuat bagi

terciptanya kelancaran produksi.

Organisasi ini dapat berbentuk struktural seperti Safety Departemen (Departemen K3),

fungsional seperti Safety Committee (Panitia Pembina K3). Agar organisasi K3 ini berjalan

dengan baik maka harus didukung oleh adanya :

1. Seorang pimpinan (Safety Director)

2. Seorang atau lebih teknisi (Safety Engineer)

3. Adanya dukungan manajemen

4. Prosedur yang sistimatis, kreativitas dan pemeliharaan motivasi dan moral pekerja.

Pernyataan di atas sesuai menurut International Labour Office (ILO) tentang angkah-langkah

yang dapat ditempuh untuk menanggulangi kecelakaan kerja.

d. Jenis keselamatan kerja

1. Keselamatan kerja dalam industri (Industrial Safety)

2. Keselamatan kerja di pertambangan (Mining Safety)

3. Keselamatan kerja dalam bangunan (Building & Construction Safety)

4. Keselamatan kerja lalu lintas (Traffic Safety)

5. Keselamatan kerja penerbangan (Fligt Safety)

6. Keselamatan kerja kereta api (Railway Safety)

7. Keselamatan kerja di rumah (Home Safety)

8. Keselamatan kerja di kantor (Office Safety)

e. Sasaran Keselamatan Kerja

1. Unsur manusia :

a. Merupakan upaya preventif agar tidak terjadi kecelakaan atau paling tidak

untuk menekan timbulnya kecelakaan menjadi seminimal mungkin (mengurangi

terjadinya kecelakaan).

b. Mencegah atau paling tidak mengurangi timbulnya cidera, penyakit, cacat

bahkan kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja.

6

Page 7: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

c. Menyediakan tempat kerja dan fasilitas kerja yang aman, nyaman dan terjamin

sehingga etos kerja tinggi, produktifitas kerja meningkat.

d. Penerapan metode kerja dan metode keselamatan kerja yang baik sehingga

para pekerja dapat bekerja secara efektif dan efisien.

e. Untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja.

2. Unsur pekerjaan :

a. Mengamankan tempat kerja, peralatan kerja, material (bahan-bahan), konstruksi,

instalasi pekerjaan dan berbagai sumber daya lainnya.

b. Meningkatkan produktifitas pekerjaan dan menjamin kelangsungan produksinya.

c. Terwujudnya tempat kerja yang aman, nyaman dan terjamin kelangsungannya.

d. Terwujudnya pelaksanaan pekerjaan yang tepat waktu dengan hasil yang baik dan

memuaskan.

3. Unsur perusahaan :

a. Menekan beaya operasional pekerjaan sehingga keuntungan

menjadi lebih besar, perusahaan bisa lebih berkembang dan kesejahteraan karyawan

dapat ditingkatkan.

b. Mewujudkan kepuasan pelanggan (pemberi kerja) sehingga

kesempatan perusahaan untuk mencari dan mendapatkan pekerjaan lebih banyak.

c. Terwujudnya perusahaan yang sehat.

f. Pentingnya sistem manajemen keselamatan kerja diperusahaan

Telah dibahas diatas bahwa manajemen keselamatan kerja dapat membantu mengendalikan

bahaya-bahaya yang timbul akibat penggunaan bahan dan mekanisasi dalam aktifitas

perusahaan.

Adapun 3 (tiga) alasan yang paling mendasar mengapa perusahaan memerlukan manajemen

keselamatan kerja, diantaranya :

1. Alasan Hukum (Legal Complience)

Pemerintah Republik Indonesia mengatur masalah keselamatan kerja diperusahaan

tertuang pada UU No. 1 Tahun 1970. Undang – Undang ini merupakan dasar pengelolaan

keselamatan kerja. Disamping itu, juga tertuang dalam Keputusan Menteri Pertambangan

7

Page 8: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

No.555k/26/M.PE/1995. Keputusan ini lebih jauh mengatur keselamatan kerja di

tambang. Kedua peraturan diatas, disamping peraturan lainnya, menuntut para pemimpin

perusahaan memenuhi peraturan tersebut.

2. Alasan Ekonomi (Business Reason)

Semua perusahaan bisnis adalah profit yang menjadi target utama. Mengendalikan bahaya

berarti mengurangi resiko kecelakaan, dan ini berarti membantu menaikkan profit

perusahaan.

3. Alasan Moral (Moral Complience)

Dalam Undang – Undang Dasar Tahun 1945 ( UUD 1945 ), dikatakan bahwa “ Tiap – tiap

warga negara berhak mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan.” Hal ini berarti lingkungan kerja yang nyaman, bersih, sehat dan hygiene

adalah tuntutan yang tidak dapat ditawar lagi dalam meningkatkan suasana pekerjaan yang

layak bagi karyawan.

Gambar 1

Akibat Tidak Mengikuti Kaidah atau Aturan Keselamatan Kerja

8

Page 9: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Gambar 2

Pakaian standard dalam melakukan pengelasan listrik

Gambar 3

Karyawan Sebuah Perusahaan yang menggunakan Pakaian Lengkap Standart Keselamatan

Kerja

a) Klasifikasi kecelakaan akibat kerja sesuai dengan Organisasi perburuhan internasional.

i. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan

- Terjatuh

- Tertimpa benda jatuh

- Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali

benda jatuh

- Terjepit oleh benda

- Pengaruh suhu tinggi

- Terkena arus listrik

9

Page 10: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

- Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau

radiasi.

ii. Klasifikasi menurut penyebab kecelakaan

- Mesin

Pembangkit tenaga

Mesin penyalur

Mesin mesin pertanian

Mesin mesin pertambangan

- Alat angkut dan alat angkat

Mesin angkat dan peralatannya

Alat angkutan diatas rel

Alat angkut lain yang beroda

- Peralatan lain

Bejana

Dapur pembakar dan pemanas

Instalasi pendingin

Instalasi listrik (Motor listrik, tetapi di

kecualikan alat-alat listrik.

iii. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan

- Patah tulang

- Dislokasi/keseleo

- Regang otot

- Amputasi

- Luka-luka lain

- Luka bakar

iv. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka tubuh

- Kepada

- Badan

- Anggota atas

- Anggota bawah

10

Page 11: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

b) Penyebab penyebab kecelakaan

Penyebab terjadinya kecelakan di tinjau dari faktornya internal dan faktor eksternal, serta dari

sisi keadaan kerja, di tinjau dari faktor internal :

1. Faktor internal atau faktor yang berasal dari pekerja sendiri (individual) yang meliputi :

a. Kecenderungan seseorang untuk mendapatkan kecelakaan,

apabila sedang melaksanakan pekerjaan tertentu.

b. Kemampuan dan kecakapan seseorang yang terbatas dan tidak

berimbang dengan pekerjaan yang ditangani.

c. Sikap dan perilaku yang tidak baik dalam melaksanakan

pekerjaan misalnya merokok di tempat yang membahayakan, bekerja sambil bercanda,

tidak mematuhi peraturan,keselamatan kerja dsb.

2. Faktor eksternal atau faktor dari luar (lingkungan sekitar) yang disebabkan oleh :

a. Pendelegasian dan pembagian tugas kepada para pekerja yang tidak proporsional dan

kurang jelas.

b. Jenis pekerjaan yang ditangani mempunyai resiko kecelakaan cukup tinggi (rentan).

c. Prasarana dan sarana kerja yang tidak memadai.

d. Upah dan kesejahteraan karyawan yang rendah.

e. Timbulnya gejolak sosial, ekonomi dan politik yang mengakibatkan munculnya

keresahan pada para pekerja.

f. Lingkungan dan peralatan kerja yang tidak memenuhi standar keselamatan kerja,

misalnya lantai berair dan licin, ruangan kerja berdebu, ruangan kerja bersuhu tinggi,

mesin-mesin yang tidak dilindungi, kondisi hujan, peralatan kerja rusak.

Ditinjau dari keadaannya :

1. Keadaan-keadaan yang berbahaya meliputi :

a. Peralatan kerja yang rusak dan tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

b. Mesin-mesin yang tidak terlindungi dengan baik.

c. Tempat kerja yang membahayakan (berdebu, licin, becek, berminyak, panas,

berbau menyengat, terlalu dingin dsb).

d. Konstruksi atau instalasi pekerjaan yang tidak memenuhi syarat.

11

Page 12: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2. Perbuatan-perbuatan yang berbahaya, yaitu sebab kecelakaan yang di timbulkan oleh

tingkah laku manusia, misalnya :

a. Bekerja sembarangan tanpa mengindahkan ketentuan dan peraturan keselamatan kerja.

b. Bekerja tanpa menggunakan baju atau menggunakan baju yang kedodoran.

c. Bekerja sambil bersendau gurau, merokok dll.

d. Membuka dengan sengaja perlengkapan pelindung mesin dan instalasi pekerjaan yang

membahayakan.

Jika terjadi kecelakaan harus di selidiki dan di analisa :

1. Menentukan siapa yang bertanggung jawab atas

terjadinya kecelakaan

2. Mencegah terulangnya peristiwa yang serupa.

Contohnya :

Seorang teknisi listrik menaiki tangga untuk mengganti bola lampu, dan terjatuh akibat baut

pengikat tangga tidak ada sebelah.

Analisa kecelakaannya adalah :

1. Terdapat tangga diruang kerja dengan baut pengikat

tangga tidak ada

2. Seseorang tenaga kerja mengambil baut pengikat tangga

untuk keperluan tertentu.

3. Ketika keperluan itu sudah siap seseorang tersebut tidak

memasang kembali baut tangga tersebut, sehingga jika di gunakan dapat menimbulkan

kecelakaan kerja.

g. Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Mencegah dan mengurangi kecelakaan

Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau

kejadian lain yang berbahaya

Memberi pertolongan pada kecelakaan

Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja

12

Page 13: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun

psikis, keracunan, infeksi dan penularan

Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai

Menyelenggarakan udara yang cukup, suhu dan kelembaban udara yang baik

Memelihara kebersihan dan kerapian tempat kerja

Memperoleh keserasian antara tenaga kerja dan alat kerja

Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, hewan, tanaman dan barang

Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan

Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan

penyimpanan barang

Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

Menyesuaikan dan mempergunakan pengamanan pada pekerjaan yang berbahaya

Test Formatif 1:

1. Jelaskan pengertian Keselamatan dan kesehatan kerja (k3) !

2. Jelaskan pengertian Keselamatan dan kesehatan kerja (k3) !

3. Jelaskan tujuan Keselamatan dan kesehatan kerja !

4. Jelaskan secara singkat sejarah pencegahan kecelakaan akibat kerja !

5. Jelaskan usaha-usaha apa yang perlu di lakukan untuk tindakan pencegahan

terjadinya kecelakaan kerja ?

13

Page 14: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

6. Jika terjadi kecelakaan harus di selidiki dan di analisa, Mengapa ?

7. Apa sajakah sasaran dari keselamatan kerja yang kamu ketahui ?

8. Adapun 3 (tiga) alasan yang paling mendasar mengapa perusahaan

memerlukan manajemen keselamatan kerja, sebutkan dan jelaskan !

9. Ada berapa klasifikasi penyebab Kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi

perburuhan internasional (ILO) ? Berikan masing masing contohnya !

10. Jelaskan penyebab terjadinya kecelakan di tinjau dari faktornya internal dan

faktor eksternal !

B. Kesehatan Kerja

a. Pengertian Kesehatan Kerja

Kesehatan Kerja adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang dengan

mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kwalitatif dan kwantitatif

dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan

untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut serta bila perlu pencegahan, agar

pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja serta

dimungkinkan mengecap derajat kesehatan setinggi-tingginya.

Fungsi higiene perusahaan dan kesehatan kerja adalah dua hal :

Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi- tingginya,

baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-pekerja bebas, dengan

demikian dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja.

14

Page 15: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada meningginya

effisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi.

Oleh karena fungsi tersebut selalu sesuai dengan maksud dan tujuan pembangunan di dalam

suatu negara, maka Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja selalu harus diikutsertakan

dalam pembangunan tersebut.

Tujuan utama dari Higien Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah menciptakan tenaga kerja

yang sehat dan produktif. Tujuan demikian mungkin dicapai, oleh karena terdapatnya

korelasi diantara derajat kesehatan yang tinggi dengan produktivitas keja

atau perusahaan, yang didasarkan kenyataan-kenyataan sebagai berikut :

1. Untuk efisiensi kerja yang optimal dan sebaik-baiknya, pekerja harus dilakukan

dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.

Lingkungan dan cara dimaksud meliputi di antaranya tekanan panas, penerangan di

tempat kerja, debu di udara ruang kerja, sikap badan, penserasian manusia dan mesin,

pengekonomian. Cara dan lingkungan tersebut perlu disesuaikan juga dengan tingkat

kesehatan dan keadaan gizi tenaga kerja yang bersangkutan.

2). Biaya dari kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja, serta penyakit umum yang

meningkat jumlahnya oleh karena pengaruh yang memburukkan keadaan oleh bahaya-

bahaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan adalah sangat mahal dibandingkan dengan

biaya untuk pencegahannya. Biaya-biaya kuratif yang mahal seperti itu meliputi

pengobatan, perawatan di rumah sakit, rehabilitasi, absenteisme, kerusakan mesin,

peralatan dan bahan oleh karena kecelakaan, terganggunya pekerjaan, dan cacat yang

menetap.

b. Kondisi-kondisi Kesehatan Yang Menyebabkan Rendahnya Produktivitas Kerja

Berdasarkan hasil survey dan pengamatan Lembaga Nasional Higiene Perusahaan dan

Kesehatan Kerja Departemen Tenaga Kerja tentang kesehatan yang berhubungan dengan

produktifitas kerja diperoleh gambaran terlihat adanya kondisi-kondisi kesehatan yang

ditinjau dari sudut produktivitas tenaga kerja sangat tidak menguntungkan. Adapun kondisi-

kondisi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Penyakit Umum

15

Page 16: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Baik pada sektor pertanian, maupun sektor pertambangan, industri, dan lain-lainnya, penyakit

yang paling banyak terdapat adalah penyakit infeksi, penyakit endemik dan penyakit parasit.

2. Penyakit Akibat Kerja

Penyakit seperti pneumoconioses, dermatoses akibat kerja, keracunan-keracunan bahan

kimia, gangguan-gangguan mental psikologi akibat kerja, dan lain-lain benar-benar terdapat

pada tenaga kerja.

3. Kondisi Gizi

Keadaan gizi pada buruh-buruh menurut pengamatan yang pernah dijalankan sering tidak

menguntungkan ditinjau dari sudut produktivitas kerja. Adapun keadaan gizi kurang baik

dikarenakan baik dikarenakan penyakit-penyakit endemis dan parasitis, kurangnya pengertian

tentang gizi, kemampuan pengupahan yang rendah, dan beban kerja yang terlalu besar.

4. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja sering kurang membantu untuk produktivitas optimal tenaga kerja.

Keadaan suhu, kelembaban, dan gerak udara memberikan suhu efektif diluar kenikmatan

kerja.

5. Perencanaan

Perencanaan atau pemikiran tentang penserasian manusia dan mesin serta perbaikan cara kerja

sesuai dengan modernisasi yang berprinsip sedikit-dikitnya energi tetapi setinggi-tingginya

output kerja pada umumnya belum diketahui. Untuk mengatasi pengaruh buruk, dari kondisi-

kondisi kesehatan kepada pembangunan tanah air, khususnya meliputi sektor tenaga kerja

produktif, maka perlu dibina keahlian higiene perusahaan dan kesehatan kerja sebagai inti

keahlian. Dan perlu dibina keahlian tenaga kesehatan pada tingkat perusahaan dan perlu

ditingkatkan pengerahan tenaga-tenaga kesehatan kedalam sektor produksi

c. Sanitasi Peralatan dan Proses Pengolahan

16

Page 17: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

1. Lokasi pabrik hendaknya tidak terletak pada arah angin dari sumber pencemaran

debu, asap, bau dan pencemaran lainnya, jarak antara sumber pencemaran dengan

pabrik tidak boleh kurang dari 100 meter.

2. Bangunan pabrik harus terpisah dari pemukiman dan terbuat dari bahan yang kokoh.

3. Pekarangan di sekeliling lokasi pabrik atau unit pengolahan hendaknya selalu

dipelihara kebersihannya. Kebersihan yang terjaga dengan baik akan mengurangi

potensi bahaya dan masalah yang mengancam kelancaran proses produksi.

4. Lantai, gang, tangga dan jalan keluar / masuk ruang pengolahan harus bersih, bebas

sampah, tidak licin dan tidak berminyak, bebas oli, dan tidak ada air yang

menggenang.

5. Kondisi lantai secara umum harus bersih, kedap air, tidak licin, rata sehingga mudah

dibersihkan dan tidak ada genangan air.

6. Dinding tembok, jendela, langit-langit, kerangka bangunan, perpipaan, lampu- lampu

dan benda lain yang berada di sekitar ruang pengolahan harus dalam kondisi bersih.

7. Kondisi umum bangunan harus memperhatikan aspek pencahayaan dan ventilasi

yang baik. Ventilasi harus tersedia dengan cukup dan berfungsi dengan baik.

Pencahayaan atau penerangan hendaknya tersebar secara merata dan cukup di semua

ruangan, namun hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga tidak menyilaukan.

8. Kamar mandi dan WC, tempat cuci kaki dan tangan juga h arus selalu dijaga

kebersihannya. Pada fasilitas ini perlu tersedia air yang cukup, tissue / pengering,

sabun, dan tempat sampah. WC dan kamar mandi hendaknya terletak jauh dari ruang

pengolahan.

d. Penanganan dan Penyimpanan Bahan Baku

1. Alat –alat yang digunakan untuk penanganan dan penyimpanan bahan baku baik alat

yang utama atau alat pembantu lainnya harus selalu dalam keadaan baik, utuh dan

bersih.

2. Ruang penyimpanan harus selalu bersih, bebas dari binatang pengganggu.

3. Jika bahan baku disimpan dalam kotak-kotak ataupun kemasan lainnya, maka untuk

penyimpanannya perlu disusun dengan baik dan teratur, misalnya dengan

menggunakan rak-rak atau pallet. Pengaturan ini bertujuan untuk mempermudah pada

waktu pemeriksaan dan pemeliharaan kebersihan.

17

Page 18: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

4. Tumpahan bahan baku pada lantai hendaknya segera dibersihkan, jangan dibiarkan

tercecer karena dapat mengundang binatang atau pun serangga yang tidak diinginkan.

e. Peralatan dan Fasilitas Pengolahan

1. Semua peralatan yang digunakan untuk penanganan dan pengolahan harus selalu

diperhatikan kebersihannya, dan juga alat tersebut harus terbuat dari bahan yang tidak

mudah rusak.

2. Setelah penggunaan alat selesai atau pekerjaan telah selesai semua peralatan tersebut

dibersihkan dan ruangan yang digunakan harus dibersihkan juga dengan bahan

saniter.

3. Saniter adalah senyawa kimia yang dapat membantu membunuh bakteri dan mikroba

4. Ketel, wadah pencampuran, tong-tong, drum-drum dan peralatan lain yang

mempunyai mulut besar dan terbuka harus dilindungi dari kemungkinan kontaminasi

5. Semua platform harus dikonstruksi dengan baik sehingga tidak menjadi sumber

kontaminasi bagi proses atau produk di bagian bawahnya.

6. Air yang digunakan dalam pencucian alat hendaknya air yang bersih yang memenuhi

persyaratan sanitasi, sehingga mencegah kontaminasi. Air bersih mempunyai ciri-ciri

antara lain tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau

f. Fasilitas Penggudangan

1. Ruangan, dinding, bangunan dan pekarangan bangunan harus selalu bersih, bebas

sampah dan kotoran.

2. Barang barang yang disimpan dalam gudang harus diatur dan disusun secara baik dan

teratur, dengan menyisakan jarak yang cukup, baik jarak antar tumpukan maupun

dengan dinding tembok

3. Barang yang telah rusak atau bahan baku yang telah busuk, hendaknya diambil dan

dipisahkan dari barang-barang yang masih baik.

18

Page 19: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

g. Pembuangan limbah

Dengan semakin besarnya skala usaha, maka semakin banyak pula limbah yang dihasilkan.

Maka dari itu perlu dilakukan penanganan terhadap limbah yang dihasilkan tersebut, seperti :

a. Saluran pembuangan limbah cair harus dikonstruksi dengan baik sehingga proses

pembuangan limbah cair tidak terhambat.

b. Tempat penampungan hendaknya dibuat, jangan langsung dibuang ketempat

umum karena akan mengganggu dan mencemari lingkungan umum.

c. Jika produksi sampah / limbah cair ternyata cukup tinggi, atau telah

mengakibatkan ganggguan pencemaran adalah indikasi awal bahwa masalah

pencemaran itu lingkungan telah terjadi, maka disarankan untuk berkonsultasi

dengan badan pengelolaan limbah.

d. Pemanfaatan limbah adalah sebagai tambahan makanan / minuman untuk ternak

e. Untuk sampah yang kering dan padat perlu disediakan tempat pembuangan

sampah padat yang cukup,baik kebersihannya maupun ukurannya sesuai dengan

jumlah sampah diproduksi.

Jenis jenis penyakit yang umum di jumpai di perusahaan yang menyebabkan rendahnya

produktivitas kerja:

Penyakit umum seperti infeksi, jamur dan lain lain,

Infeksi saluran pernafasan, sakit mata, keracunan bahan kimia, sakit perut, pusing

Kondisi gizi yang buruk disebabkan rendahnya tingkat kesejahteraan pekerja.

Kondisi lingkungan kerja yang tidak higiens. Misalnya lembab gelap dan lain lain

C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia

Perundang-undangan Ketenagakerjaan dan Keselamatan Kerja Indonesia

1. Undang-Undang No. 14 tahun 1969. Tentang Ketentuan Pokok Mengenai

Ketenagakerjaan.

2. Undang-Undang No. 1. tahun 1970. Tentang Keselamatan Kerja

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per. 04/Men/1980 tentang

syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

19

Page 20: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Peralatan dan fasilitas yang diperlukan selain perlengkapan pakaian helmet pada

Keselamatan dan Kesehatan Kerja ada hal hal yang perlu di perhatikan, antara lain :

Pelaksanaan kegiatan ini memerlukan perlengkapan/peralatan yang memadai,

seperti :

Peralatan/fasilitas pemadam kebakaran, obat – obatan dan PPPK.

Tanda /label menyangkut bahan berbahaya seperti mudah terbakar, beracun, mudah

meledak, dll.

Panduan jika terjadi kecelakaan, kebakaran, dsb.

D. Analisa Kecelakaan

Pada tahap analisis adalah proses bagaimana fakta atau masalah yang ditemukan dapat

dipecahkan. Pada tahap analisis pada umumnya harus dapat dikenali berbagai hal antara lain:

Sebab utama masalah tersebut

Tingkat kekerapannya

Lokasi

Kaitannya dengan manusia maupun kondisi

Pemilihan/Penetapan alternatif/Pemecahan

Dari berbagai alternatif pemecahan perlu diadakan seleksi untuk ditetapkan satu pemecahan

yang benar-benar efektif dan efisien serta dapat dipertanggung jawabkan

Apabila sudah dapat ditetapkan alternatif pemecahan maka harus diikuti dengan tindakan atau

pelaksanaan dari keputusan penetapan tersebut.

Dalam proses pelaksanaan diperlukan adanya kegiatan pengawasan agar tidak terjadi

penyimpangan.

Tujuan Kecelakaan di selidiki dan di analisa :

1. Menentukan siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan

2. Mencegah terulangnya peristiwa yang serupa.

3. Menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi

4. Menetukan sebab yang sebenarnya

5. Mengukur resiko

6. Mengembangkan tindakan kontrol

20

Page 21: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

7. Menentukan kecendurungan (trend)

8. Menunjukkan peran serta semua karyawan.

Contohnya :

Seorang teknisi listrik menaiki tangga untuk mengganti bola lampu, dan terjatuh akibat baut

pengikat tangga tidak ada sebelah.

Analisa kecelakaannya adalah :

1. Terdapat tangga diruang kerja dengan baut pengikat tangga tidak ada

2. Seseorang tenaga kerja mengambil baut pengikat tangga untuk keperluan tertentu.

3. Ketika keperluan itu sudah siap seseorang tersebut tidak memasang kembali baut

tangga tersebut, sehingga jika di gunakan dapat menimbulkan kecelakaan kerja.

Di Indonesia setiap keajdian kecelakaan kerja wajib dilaporkan kepada Departemen

Tenaga Kerja selambat-lambatnya (dua) kali 2 jam setelah kecelakaan tersebut terjadi. Ada

dua undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Undang-undang

No.3 Tahun 1992 tentang Jamsostek

Kecelakaan kerja yang wajib dilaporkan adalah kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja

maupun kecelakaan dalam perjalanan yang terkait dengan hubungan kerja.

Tujuan dari kewajiban melaporkan kecelakaan kerja ialah:

Agar pekerjaan yang bersangkutan mendapatkan haknya dalam bentuk jaminan dan

tunjangan.

Agar dapat dilakukan penyidikan dan penelitian serta analisis untuk mencegah

terulangnya kecelakaan serupa.

Test Formatif 2:

1. Jelaskan Pengertian Kesehatan kerja !

2. Kondisi-kondisi kesehatan yang menyebabkan rendahnya produktivitas kerja,

sebutkan kondisi kondisi apa sajakah itu ! (Minimal 3 Kondisi)

3. Sebutkan Jenis jenis penyakit yang umum di jumpai di perusahaan yang

menyebabkan rendahnya produktivitas kerja !

21

Page 22: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

4. Keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia di atur melalui undang-undang

dan keputusan Menteri Tenaga Kerja, Sebutkan !

5. Sebutkan tahap analisis kecelakaan yang harus dapat dikenali sebelum di

adakan tindakan pencegahan !

6. Sebutkanlah isi obat-obatan dalam kotak PPPK (P3K) yang ada di sekolahmu,

dan jelaskan fungsinya masing-masing !

BAB II

DASAR – DASAR KESELAMATAN LISTRIK

A. Dasar Hukum

Dasar hukum mengenai persyaratan keselamatan listrik tertuang pada Permen Tenaga Kerja

No.Per.04/MEN/1988. Prinsip – prinsip keselamatan pemasangan listrik antara lain :

a. Harus sesuai dengan gambar rencana yang telah disyahkan.

22

Page 23: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

b. Mengindahkan syarat – syarat yang telah ditetapkan (Peraturan Umum Instalasi

Listrik = PUIL)

c. Harus menggunakan tenaga terlatih.

d. Bertanggung-jawab dan menjaga keselamatan dan kesehatan tenaga kerjanya.

e. Orang yang diserahi tanggung-jawab atas pelaksanaan pekerjaan pemasangan

instalasi listrik harus ahli dibidang listrik, memahami peraturan listrik dan memiliki

sertifikat dari instansi yang berwenang.

B. Alat-alat perlindungan diri dalam melaksanakan pekerjaan kelistrikan :

1. Pakaian kerja, merupakan perlengkapan utama yang berfungsi untuk melindungi

diri. Harus dipilih yang memenuhi syarat (tidak terlalu longgar atau ketat) dan harus

dapat menyerap keringat.

2. Sabuk pengaman, berfungsi sebagai pengaman bagi pekerja pada saat memanjat dan

melaksanakan pekerjaan di ketinggian, misalnya : pekerjaan tower listrik, serandang

gardu induk, pemasangan lampu di gedung-gedung yang tinggi dll.

3. Topi/helm, berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan dan kejatuhan benda

(material) maupun peralatan kerja.

4. Sepatu kerja berfungsi untuk melindungi kaki dari benda-benda tajam. Pada

umumnya terbuat dari karet, kulit atau bahan lain yang bersifat isolator (penyekat).

5. Alat penutup telinga berfungsi untuk melindugi telinga dari kebisingan atau

kemasukan debu.

6. Sarung tangan berfungsi melindungi tangan dari benda tajam, panas atau terlalu

dingin.

7. Kacamata berfungsi untuk melindungi mata dari cahaya yang tajam, debu, udara

yang berpolusi dan kotoran lain yang dapat menyebabkan ganguan dan kerusakan

pada mata.

8. Masker hidung berfungsi untuk melindungi saluran pernafasan dari gangguan polusi

udara.

9. Alat Bantu pernafasan (Breathing Apparatus) berfungsi untuk memberikan

pertolongan orang yang terjebak pada ruangan berasap karena kebakaran dan

dikenakan sebagai perlengkapan kerja pada pekerjaan yang mengandung listrik dan

pada pekerjaan tangki minyak.

23

Page 24: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

10. Penutup dada untuk las listrik berfungsi untuk melindungi dada dari radiasi panas

pada saat melaksanakan pekerjaan las listrik.

11. Jas hujan berfungsi untuk melindungi pekerja saat melaksanakan pekerjaan dalam

keadaan hujan.

C. Ketentuan mengenai persyaratan keselamatan kerja bidang ketenagalistrikan

Instalasi listrik yang telah selesai dipasang harus diperiksa dan diuji sebelum dialiri

listrik oleh pegawai pengawas spesialis lstrik.

Instalasi listrik yang telah dialiri listrik, instalatir masih terikat tanggung-jawab satu

tahun atas kecelakaan termasuk kebakaran akibat kesalahan pemasangan instalasi.

Harus ada pemeriksaan yang rutin terhadap isolator. Isolator yang retak, terutama

untuk tegangan menengah dan / atau tegangan tinggi yang dapat mengakibatkan

gangguan pada pengusahaan atau dapat menimbulkan kecelakaan.

Seluruh instalasi listrik, tidak hanya bagian yang mudah terkena gangguan saja,

tetapi juga pengaman, pelindung dan perlengkapannya harus terpelihara dengan

baik.

Jangan membiarkan instalasi yang aus, penuaan atau mengalami kerusakan. Segera

dilakukan penggantian.

Isolator saklar minyak, transformator dan sebagainya pada waktunya harus

dibebaskan dari air, debu dan arang dan zat asam, antara lain dengan cara

penyaringan.

Perlengkapan seperti relai lebih cepat terganggu kerusakannya. Oleh sebab itu harus

sering dilakukan pengujian terhadapnya.

Dalam melakukan pemeliharaan, dilarang menggunakan perkakas kerja dan bahan

yang magnetic dekat dengan medan magnet perlengkapan listrik.

Pelindung dan pengaman, yang selama pemeliharaan dibuka / dilepas, harus

dipasang kembali pada tempatnya.

Dilarang menyimpan bahan yang mudah terbakar di daerah yang dapat

membahayakan instalasi listrik.

Diruang dengan bahaya ledakan tidak diijinkan mengadakan perbaikan dan

perluasan instalasi pada keadaan bertegangan ; dan dalam keadaan aman,

perlengkapan listrik harus terpelihara dengan baik.

24

Page 25: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Test Formatif 3:

1. Dasar hukum mengenai persyaratan keselamatan listrik tertuang

pada Permen Tenaga Kerja adalah :

e. No.Per.04/MEN/1988

f. No.Per.04/MEN/1998

g. No.Per.04/MEN/2008

25

Page 26: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

h. No.Per.04/MEN/1978

2. Berikut ini adalah Prinsip – prinsip keselamatan pemasangan

listrik, Kecuali :

a. Harus sesuai dengan gambar rencana yang telah disyahkan.

b. Mengindahkan syarat – syarat yang telah ditetapkan (PUIL)

c. Tidak menggunakan tenaga terlatih.

d. Bertanggung-jawab dan menjaga keselamatan dan kesehatan tenaga

kerjanya.

3. Peraturan Umum Instalasi Listrik dalam kelistrikan sering disingkat

dengan :

a. PUIL

b. PLIU

c. PIUL

d. PULI

4. Sebutkan dan jelaskan Alat-alat perlindungan diri dalam

melaksanakan pekerjaan kelistrikan, (Minimal 3)

5. Jelaskan ketentuan mengenai persyaratan keselamatan kerja bidang

ketenagalistrikan ! (Minimal 2)

BAB III

ETOS KERJA, ETIKA KERJA DAN TEKNIK KOMUNIKASI

Tenaga teknisi lapangan merupakan ujung tombak perusahaan yang secara langsung

melaksanakan pekerjaan di lapangan dan bertindak mewakili perusahaan menghadapi

pelanggan. Dengan demikian “performance” perusahaan juga ditentukan oleh “performance”

tenaga teknisi lapangan dalam menghadapi dan memberikan layanan kepada pelanggan.

26

Page 27: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Dalam menghadapi dan melayani pelanggan, ada tiga unsur penting yang harus

diperhatikan dan dilaksanakan oleh teknisi lapangan, yaitu : etos kerja, etika kerja dan teknik

komunikasi. Tiga unsur tersebut sangat menentukan dalam menunjang keberhasilan kerja,

disamping faktor teknis yang merupakan faktor utama. Etos kerja, etika kerja dan teknik

komunikasi merupakan bagian dari proses interaksi antara teknisi lapangan dengan pelanggan.

Jadi pada saat terjadi proses interaksi tersebut atau pada saat melaksanakan pekerjaan, jika

teknisi lapangan telah menerapkan etos kerja yang tinggi, etika kerja dan komunikasi yang

baik, maka pasti akan terwujud pelayanan yang baik dan memuaskan kepada pelanggan

Karena tidak berkaitan dengan masalah teknis pekerjaan, pada umumnya hal ini

kurang mendapatkan perhatian dari para teknisi lapangan, juga para pemimpin perusahaan.

Pimpinan perusahaan tidak pernah memberikan pengarahan kepada para karyawannya tentang

cara-cara memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan. Apabila kita telaah kembali

kondisi diatas secara sepintas, rasanya tidak akan menimbulkan dampak negatip bagi

perusahaan. Tetapi kalau kita telaah secara mendalam, maka sangat berpengaruh terhadap

penilaian pelanggan terhadap perusahaan. Pekerjaan yang telah diselesaikan dengan baik

tanpa dibarengi sikap dan perilaku para teknisi lapangan yang baik pada saat melaksanakan

pekerjaan, akan menyebabkan pelanggan menjadi kesal dan enggan berhubungan dengan

perusahaan yang bersangkutan atau paling tidak, akan memberikan referensi kepada calon

pelanggan yang lain, agar tidak berhubungan (memberikan pekerjaan) kepada perusahaan

tersebut. Secara umum keberhasilan kita dalam melaksanakan dan mengelola pekerjaan

ditentukan oleh 5 aspek, yaitu : Man, Money, Material, Machine dan Methode.

Kelima aspek tersebut harus dilaksanakan selaras, satu dengan yang lainnya saling

menunjang. Meskipun kemampuan perusahaan di bidang keuangan (money) mencukupi,

ketersediaan bahan bahan (material) dan perlatan kerja (machine) cukup lengkap, tanpa

dibarengi kemampuan sumber daya manusia (man) yang handal dan profesional serta

pengelolaan (methode) yang baik, maka mustahil pekerjaan bisa berhasil. Pada pembahasan

ini, pokok permasalahannya akan difokuskan pada dua aspek, yaitu : Man dan Methode, yang

didalamnya tercakup tiga aspek meliputi : Etos kerja, Etika Kerja dan Teknik komunikasi.

A. ETOS KERJA

Banyak diantara kita sering mendengar istilah “Etos Kerja”, tetapi banyak pula diantara kita

belum mengetahui secara benar arti dari istilah tersebut. Dikaitkan dengan aktifitas kita dalam

27

Page 28: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

menangani pekerjaan, etos kerja merupakan modal awal dalam melaksanakan pekerjaan,

karena didalamnya terkandung “niat” dan “semangat” yang akan memacu diri kita untuk

melaksanakan pekerjaan. Secara etimologis yang dimaksud etos adalah : pandangan hidup

yang khas dari suatu golongan sosial. Sedangkan yang dimaksud etos kerja adalah semangat

kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau kelompok.

Contoh :

Si Budi memiliki etos kerja tinggi.

Bangsa Jepang terkenal memiliki etos kerja yang tinggi.

Sejak awal kita akan melaksanakan pekerjaan, harus dimulai dengan niat selanjutnya

dibarengi dengan semangat. Tanpa ada niat, maka pekerjaan tidak terwujud. Ada niat tanpa

dibarengi dengan semangat, hasil yang dicapai pasti kurang memuaskan. Sebaliknya jika

kedua hal tersebut kita laksanakan dengan sebaik-baiknya, maka hasil pekerjaan kita tentu

akan lebih baik. Untuk mewujudkan adanya etos kerja yang tinggi, harus ada dorongan atau

motivasi pada diri kita sendiri, dengan kata lain kita harus mampu mendorong diri kita sendiri

tanpa perlu perangsang dari luar. Dalam suatu kelompok kerja, kita juga harus dapat

memotivasi orang lain dan mau menerima dorongan dari orang lain.

Etos kerja sangat berpengaruh terhadap produktifitas kerja seseorang. Dalam pekerjaan

konstruksi ketenagalistrikan yang melibatkan banyak unsur dan merupakan bentuk kerja

kelompok, etos kerja yang tinggi akan menunjang keberhasilan kerja kelompok tersebut. Jadi

jika dalam suatu perusahaan para karyawannya terkondisi dengan budaya kerja yang memiliki

etos kerja tinggi, maka hasil yang dicapai akan memuaskan.

Faktor eksternal yang dapat membangkitkan etos kerja adalah :

1. Pekerjaan yang akan ditangani, memberikan gambaran prospek yang baik dan jelas

2. Suasana kerja yang menyenangkan, kerjasama antara individu maupun kelompok

kerja terencana dengan rapi dan berjalan dengan baik

3. Tersedianya peralatan dan material kerja yang mencukupi

4. Adanya pengakuan dan perlakuan yang proporsional terhadap prestasi kerja

karyawan

5. Jika timbul masalah pekerjaan, cara mengatasinya dilaksanakan dengan sebaik-

baiknya

Sebaliknya faktor eksternal yang menyebabkan etos kerja seseorang menurun adalah :

28

Page 29: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

1. Prospek pekerjaan yang kurang jelas dan tidak memberikan harapan untuk

berkembang

2. Suasana kerja yang tidak menyenangkan dan membosankan karena hubungan antara

individu maupun kelompok yang tidak harmonis

3. Banyaknya hambatan dalam melaksanakan pekerjaan yang disebabkan oleh :

a. Peralatan kerja yang kurang lengkap

b. Material kurang lengkap atau sering datang terlambat

c. Perencanaan yang kurang baik, sehingga terjadi bongkar pasang

pekerjaan

d. Koordinasi kerja yang kurang baik

4. Adanya pengakuan dan perlakuan yang tidak proporsional dan tidak adil kepada

karyawan, misal :

a. Karyawan yang berbuat kesalahan / melanggar disiplin kerja, tidak

diberi peringatan

b. Kompensasi fasilitas yang diberikan kepada karyawan tidak

didasarkan pada prestasi kerja

5. Dalam menyelesaikan masalah yang timbul, tidak dilaksanakan secara baik dan tidak

obyektif

B. ETIKA KERJA

Dalam kehidupan kita sehari-hari, hampir semua diantara kita sering mendengar dan

mengetahui istilah etika. Tetapi tanpa disadari atau mungkin dengan sadar banyak diantara

kita yang tidak memenuhi etika atau menyimpang dan melanggar etika misalnya : etika dalam

bekerja, etika pergaulan, etika bermasyarakat dan pelanggaran/penyimpangan etika dalam

berhubungan dengan pelanggan. Pelanggaran dan penyimpangan terhadap etika terjadi antara

lain disebabkan oleh ketidakmengertian kita terhadap makna yang sebenarnya dari istilah

etika tersebut. Apabila hal ini kita biarkan dan tidak segera kita upayakan untuk

memperbaikinya, maka akan berakibat fatal pada perusahaan untuk mendapatkan pekerjaan

selanjutnya. Penyimpangan etika yang dilakukan oleh teknisi lapangan akan menyebabkan

pelanggan memberikan penilaian negatif pada perusahaan, yang selanjutnya akan

menceritakan kepada orang lain agar tidak memakai jasa perusahaan tersebut untuk

melaksanakan pekerjaannya.

29

Page 30: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Yang dimaksud etika ialah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak

dan kewajiban moral. Arti lainnya dari istilah etika ialah kumpulan azas atau nilai yang

berkenaan dengan ahklak atau nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan

atau masyarakat.

Dari istilah dasar etika tersebut, selanjutnya berkembang menjadi :

1. Etiket ialah norma atau ketentuan dan tatacara dalam memelihara hubungan baik

antara sesama manusia dalam suatu kelompok masyarakat

2. Etis ialah segala tingkah laku, ucapan, tutur kata dan perbuatan yang sesuai dengan

azas atau perilaku yang disepakati secara umum oleh masyarakat, sehingga tidak

menyimpang dari etika

3. Kode etik ialah norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu dan

digunakan sebagai ukuran tingkah laku kelompok tersebut.

Dalam bekerja, etika kerja yang harus dipatuhi dan dilaksanakan karyawan adalah :

1. Etika dasar, misalnya etika dalam menghormati dan menghargai orang lain, etika

dalam berpakaian. Biasanya hal ini tidak tercantum dalam tata tertib secara tertulis,

tetapi harus dipatuhi oleh tiap individu.

2. Etika kerja secara umum, misalnya memiliki etos kerja tinggi, disiplin dalam bekerja,

jujur pada diri sendiri dan pada orang lain, bertutur kata dan bertingkah laku sopan,

mematuhi perintah pimpinan, mempunyai rasa memiliki (self belonging) terhadap

pekerjaan dan perusahaan, serta mematuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku.

3. Hal-hal yang berkaitan dengan peraturan dan tata tertib perusahaan, juga peraturan dan

tata tertib yang ditentukan khusus untuk pekerjaan tersebut

C. TEKNIK KOMUNIKASI

Sebagai mahkluk sosial, manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

lingkungan.

Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan pihak lain dan dalam memenuhi kebutuhan

30

Page 31: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

hidupnya, manusia harus berinteraksi dengan pihak lain, baik interaksi dengan sesama

manusia, interaksi dengan Sang Pencipta, interaksi dengan alam, interaksi dengan mahkluk

hidup lainnya dsb.

Dengan adanya interaksi, bearti terjadi proses komunikasi, baik komunikasi searah

maupun komunikasi dua arah. Hal ini juga terjadi pada saat kita sedang melaksanakan suatu

pekerjaan dan dalam kegiatan apapun. Jadi sebagian waktu kita (+70 %), kita gunakan untuk

melakukan komunikasi. Secara harfiah, komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan

atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksudkan dapat dipahami.

Arti lain dari komunikasi adalah hubungan atau kontak.

Ada dua tujuan, mengapa masalah komunikasi perlu dibahas dan disampaikan kepada para

teknisi lapangan, yaitu :

1. Untuk memenuhi tuntutan pelanggan yang terus meningkat, sehingga diharapkan

pelanggan akan merasa puas dengan pelayanan yang kita berikan.

2. Untuk memenuhi tujuan perusahaan di tengah-tengah kompetisi mendapatkan

pekerjaan yang semakin berat.

Apabila komunikasi yang tidak baik terus berlangsung di suatu perusahaan, maka akan

menyebabkan perusahaan sulit mendapat pekerjaan. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap

seluruh karyawan yang ada di perusahaan tersebut, terutama pengaruh pada kesejahteraan dan

kualitas hidup karyawan.

Dalam berkomunikasi juga terkandung unsur etika komunikasi, dapat dilakukan

dengan berbagai cara dan perlu teknik-teknik tertentu.

Beberapa cara berkomunikasi yang lazim kita laksanakan adalah :

1. Berbicara (komunikasi oral) face to face, yaitu komunikasi yang dilakukan secara

langsung bertatap muka antara dua orang atau lebih.

2. Tertulis dan surat menyurat (verbalistik), yaitu komunikasi dengan cara tertulis yang

dilakukan tanpa melalui tatap muka atau dengan bertatap muka.

3. Telekomunikasi, yaitu komunikasi jarak jauh (tanpa melalui tatap muka) dengan

menggunakan media peralatan kawat (telegrap, telepon, faksimile, radio, televisi).

Dengan demikian dapat dilakukan secara oral maupun secara tertulis.

31

Page 32: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

4. Media, yaitu komunikasi yang dilaksanakan dengan menggunakan media tertentu,

misalnya media cetak (koran, brosur, pamplet, leaflet, majalah, selebaran dll) dan

media elektronik.

Test Formatif 4:

32

Page 33: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

1. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan Etos Kerja ?

2. Faktor eksternal apa sajakah yang bisa membuat etos kerja naik ? (Minimal 3)

3. Faktor eksternal apa sajakah yang bisa membuat etos kerja turun? (Minimal 3)

4. Apakah yang dimaksud dengan Etika?

5. Sebutkan hal-hal yang mempengaruhi etika kerja secara umum.

6. Seorang teknisi lapangan harus memiliki teknik komunikasi dalam

melaksanakan pekerjaannya, jelaskan !

7. Komunikasi yang lazim kita lakukan ada beberapa cara, sebutkan !

8. Jelaskanlah cara berkomunikasi dengan menggunakan media !

Karang Baru, 27 September 2010Mengetahui,Kepala SMKN 2 Karang Baru Guru Mata Pelajaran

Drs. Badrun, M.Pd Mbergehkin, STNIP. 1962 0214 198603 1 009 NIP. 19770528 20 10031002

DAFTAR PUSTAKA

1. Drs. Heru Subagyo, Keselamatan Kerja, APEI-JATIM 2000

33

Page 34: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2. Dr. Suma`mur P.K, MSc CV Hasimassagung Jakarta 1987

3. Internet

Kunci Jawaban Test Formatif 1 :

34

Page 35: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

1. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan

dan proses pengolaannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan

pekerjaan.

2. Pengertian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah secara filosofis suatu pemikiran

dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah tenaga

kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju

masyarakat adil dan makmur. Secara keilmuan adalah merupakan ilmu pengetahuan dan

penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat

kerja.

Atau :

Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara praktisnya adalah upaya perlindungan agar tenaga

kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempa kerja, serta

melakukan pekerjaan di tempat kerja maupun sumber dan proses produksi dapat secara aman

dan efisien dalam pemakaiannya.

3. Tujuan Keselamatan dan kesehatan kerja :

Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja mendapat perlindungan

atas keselamatannya.

Setiap sumber produksi dapat dipakai, dipergunakan secara aman dan efisien.

Proses produksi berjalan lancar.

4. Sejarah pencegahan kecelakaan akibat kerja :

Pada abad ke 18 sebagai penemuan teknologi baru, perindustrian tekstil dari rumahan berubah

menjadi industri pabrik, tenaga kerja banyak di butuhkan sehingga dikerahkan anak anak

menjadi tenaga kerja dengan alasan upah yang relatif murah.

Kemudian dialihkan kepada masalah keselamatan. Meningkatnya tenaga, kecepatan dan makin

banyaknya pemakaian mesin menyebabkan tambah berbahayanya pekerjaan pabrik. Pada

tahan 1844 di Manchester terdapat banyak orang-orang cacat, penduduknya mirip serdadu

pulang perang. Pemilik pabrik sama sekali tidak bertanggung jawab atas kecelakaan dan cacat

yang terjadi. Tetapi pada tahun yang sama yaitu 1844 disahkanlah Undang Undang Pabrik

(Factory Act), ini adalah gerakan keadilan yang merupakan kerja sama diantara mereka yang

berhati kemanusiaan, pengawas, negarawan, anggota perlemen, wartawan dan lain sebagainya.

5. Usaha-usaha yang perlu di lakukan untuk tindakan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja

adalah :

1. Mempersiapkan pekerja untuk dapat bekerja dengan aman dengan cara :

a. Memberikan penjelasan dan contoh bagaimana melaksanakan suatu pekerjaan.

b. Memberikan penjelasan dan contoh bagaimana suatu pekerjaan harus dikerjakan

dengan aman.

c. Menjelaskan peralatan kerja dan alat-alat keselamatan kerja yang dipakai, termasuk

cara penggunaannya.

35

Page 36: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

d. Menjelaskan tentang tempat dan jenis pekerjaan yang mempunyai tingkat bahaya

tinggi dan menjelaskan upaya penanganan serta pencegahannya agar tidak timbul

kecelakaan.

e. Memberikan buku pedoman keselamatan kerja.

f. Memasang poster, slogan, spanduk dll di tempat tertentu dan di tempat kerja.

g. Memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatan kerja.

h. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan dan melakukan koreksi serta bimbingan

terhadap kesalahan dalam bekerja, sehingga pekerja dapat melaksanakan pekerjaan

dengan baik.

i. Peraturan perundang undangan (ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja,

perencanaan, pemeriksaan kesehatan pekerja)

j. Standarisasi (Ketentuan memenuhi syarat standarisasi keselamatan kerja pada

tempat kerja, misalnya peralatan industri, kebersihan lingkungan dan perlengkapan

diri.

k. Pengawasan (Pengawasan tentang peraturan keselamatan kerja yang telah

diwajibkan)

l. Penelitian Statistik (penyelidikan mengenai kecelakaan yang sering terjadi dan

penyebab kecelakaan)

m. Penelitian Psikologis (Penyelidikan pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya

kecelakaan.

n. Pelatihan bagi tenaga kerja untuk menggunakan peralatan Keselamatan kerja

2. Menyiapkan prasarana dan sarana kerja yang memadai :

a. Tempat kerja yang memadai dan memenuhi ketentuan keselamatan kerja.

b. Penempatan mesin dengan jarak tertentu sehingga para pekerja dapat bergerak

leluasa dan keselamatan kerja terjamin.

c. Menyiapkan alat-alat yang cukup dan dalam kondisi baik.

d. Mesin-mesin harus terlindungi dengan baik sehingga tidak membahayakan pekerja.

e. Ruangan untuk berjalan bagi pekerja harus cukup lebar.

f. Alat-alat kerja harus disimpan di tempat yang aman dan harus terpelihara dengan

baik.

6. Jika terjadi kecelakaan harus di selidiki dan di analisa karena berfungsi untuk :

Menentukan siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan

Mencegah terulangnya peristiwa yang serupa.

7. Sasaran dari keselamatan kerja :

1. Unsur manusia :

36

Page 37: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

a. Merupakan upaya preventif agar tidak terjadi kecelakaan atau

paling tidak untuk menekan timbulnya kecelakaan menjadi seminimal mungkin

(mengurangi terjadinya kecelakaan).

b. Mencegah atau paling tidak mengurangi timbulnya cidera, penyakit,

cacat bahkan kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja.

c. Menyediakan tempat kerja dan fasilitas kerja yang aman, nyaman

dan terjamin sehingga etos kerja tinggi, produktifitas kerja meningkat.

d. Penerapan metode kerja dan metode keselamatan kerja yang baik

sehingga para pekerja dapat bekerja secara efektif dan efisien.

e. Untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja.

2. Unsur pekerjaan :

a. Mengamankan tempat kerja, peralatan kerja, material (bahan-bahan), konstruksi,

instalasi pekerjaan dan berbagai sumber daya lainnya.

b. Meningkatkan produktifitas pekerjaan dan menjamin kelangsungan produksinya.

c. Terwujudnya tempat kerja yang aman, nyaman dan terjamin kelangsungannya.

d. Terwujudnya pelaksanaan pekerjaan yang tepat waktu dengan hasil yang baik dan

memuaskan.

3. Unsur perusahaan :

a. Menekan beaya operasional pekerjaan sehingga keuntungan menjadi lebih besar,

perusahaan bisa lebih berkembang dan kesejahteraan karyawan dapat ditingkatkan.

b. Mewujudkan kepuasan pelanggan (pemberi kerja) sehingga kesempatan perusahaan

untuk mencari dan mendapatkan pekerjaan lebih banyak.

c. Terwujudnya perusahaan yang sehat.

8. 3 (tiga) alasan yang paling mendasar mengapa perusahaan memerlukan manajemen

keselamatan kerja :

1. Alasan Hukum (Legal Complience)

Pemerintah Republik Indonesia mengatur masalah keselamatan kerja diperusahaan

tertuang pada UU No. 1 Tahun 1970. Undang – Undang ini merupakan dasar pengelolaan

keselamatan kerja. Disamping itu, juga tertuang dalam Keputusan Menteri Pertambangan

No.555k/26/M.PE/1995. Keputusan ini lebih jauh mengatur keselamatan kerja di tambang.

Kedua peraturan diatas, disamping peraturan lainnya, menuntut para pemimpin

perusahaan memenuhi peraturan tersebut.

2. Alasan Ekonomi (Business Reason)

Semua perusahaan bisnis adalah profit yang menjadi target utama. Mengendalikan bahaya

berarti mengurangi resiko kecelakaan, dan ini berarti membantu menaikkan profit

perusahaan.

3. Alasan Moral (Moral Complience)

37

Page 38: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Dalam Undang – Undang Dasar Tahun 1945 ( UUD 1945 ), dikatakan bahwa “ Tiap – tiap

warga negara berhak mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan.” Hal ini berarti lingkungan kerja yang nyaman, bersih, sehat dan hygiene

adalah tuntutan yang tidak dapat ditawar lagi dalam meningkatkan suasana pekerjaan yang

layak bagi karyawan.

9. Klasifikasi penyebab Kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi perburuhan internasional

(ILO) :

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan

- Terjatuh

- Tertimpa benda jatuh

- Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh

- Terjepit oleh benda

- Pengaruh suhu tinggi

- Terkena arus listrik

- Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi.

2. Klasifikasi menurut penyebab kecelakaan

- Mesin

Pembangkit tenaga

Mesin penyalur

Mesin mesin pertanian

Mesin mesin pertambangan

- Alat angkut dan alat angkat

Mesin angkat dan peralatannya

Alat angkutan diatas rel

Alat angkut lain yang beroda

- Peralatan lain

Bejana

Dapur pembakar dan pemanas

Instalasi pendingin

Instalasi listrik (Motor listrik, tetapi di kecualikan alat-alat listrik.

3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan

- Patah tulang

- Dislokasi/keseleo

- Regang otot

- Amputasi

- Luka-luka lain

- Luka bakar

4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka tubuh

- Kepada

38

Page 39: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

- Badan

- Anggota atas

- Anggota bawah

10. Penyebab terjadinya kecelakan di tinjau dari faktornya internal dan faktor eksternal :

1. Faktor internal atau faktor yang berasal dari pekerja sendiri (individual) yang meliputi :

a. Kecenderungan seseorang untuk mendapatkan kecelakaan, apabila sedang

melaksanakan pekerjaan tertentu.

b. Kemampuan dan kecakapan seseorang yang terbatas dan tidak berimbang dengan

pekerjaan yang ditangani.

c. Sikap dan perilaku yang tidak baik dalam melaksanakan pekerjaan misalnya

merokok di tempat yang membahayakan, bekerja sambil bercanda, tidak mematuhi

peraturan,keselamatan kerja dsb.

2. Faktor eksternal atau faktor dari luar (lingkungan sekitar) yang disebabkan oleh :

a. Pendelegasian dan pembagian tugas kepada para pekerja yang tidak proporsional

dan kurang jelas.

b. Jenis pekerjaan yang ditangani mempunyai resiko kecelakaan cukup tinggi (rentan).

c. Prasarana dan sarana kerja yang tidak memadai.

d. Upah dan kesejahteraan karyawan yang rendah.

e. Timbulnya gejolak sosial, ekonomi dan politik yang mengakibatkan munculnya

keresahan pada para pekerja.

f. Lingkungan dan peralatan kerja yang tidak memenuhi standar keselamatan kerja,

misalnya lantai berair dan licin, ruangan kerja berdebu, ruangan kerja bersuhu

tinggi, mesin-mesin yang tidak dilindungi, kondisi hujan, peralatan kerja rusak.

Kunci Jawaban Test Formatif 2 :

1. Pengertian Kesehatan kerja :

Spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada

faktor-faktor penyebab penyakit kwalitatif dan kwantitatif dalam lingkungan kerja hasilnya

dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan, agar pekerja dan masyarakat

sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja serta dimungkinkan mengecap

derajat kesehatan setinggi-tingginya.

2. Kondisi-kondisi kesehatan yang menyebabkan rendahnya produktivitas kerja:

1. Penyakit Umum

Baik pada sektor pertanian, maupun sektor pertambangan, industri, dan lain-lainnya, penyakit

yang paling banyak terdapat adalah penyakit infeksi, penyakit endemik dan penyakit parasit.

2. Penyakit Akibat Kerja

39

Page 40: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Penyakit seperti pneumoconioses, dermatoses akibat kerja, keracunan-keracunan bahan

kimia, gangguan-gangguan mental psikologi akibat kerja, dan lain-lain benar-benar terdapat

pada tenaga kerja.

3. Kondisi Gizi

Keadaan gizi pada buruh-buruh menurut pengamatan yang pernah dijalankan sering tidak

menguntungkan ditinjau dari sudut produktivitas kerja. Adapun keadaan gizi kurang baik

dikarenakan baik dikarenakan penyakit-penyakit endemis dan parasitis, kurangnya pengertian

tentang gizi, kemampuan pengupahan yang rendah, dan beban kerja yang terlalu besar.

4. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja sering kurang membantu untuk produktivitas optimal tenaga kerja. Keadaan

suhu, kelembaban, dan gerak udara memberikan suhu efektif diluar kenikmatan kerja.

5. Perencanaan

Perencanaan atau pemikiran tentang penserasian manusia dan mesin serta perbaikan cara kerja

sesuai dengan modernisasi yang berprinsip sedikit-dikitnya energi tetapi setinggi-tingginya

output kerja pada umumnya belum diketahui. Untuk mengatasi pengaruh buruk, dari kondisi-

kondisi kesehatan kepada pembangunan tanah air, khususnya meliputi sektor tenaga kerja

produktif, maka perlu dibina keahlian higiene perusahaan dan kesehatan kerja sebagai inti

keahlian. Dan perlu dibina keahlian tenaga kesehatan pada tingkat perusahaan dan perlu

ditingkatkan pengerahan tenaga-tenaga kesehatan kedalam sektor produksi

3. Sebutkan Jenis jenis penyakit yang umum di jumpai di perusahaan yang menyebabkan

rendahnya produktivitas kerja :

Penyakit umum seperti infeksi, jamur dan lain lain,

Infeksi saluran pernafasan, sakit mata, keracunan bahan kimia, sakit perut, pusing.

Kondisi gizi yang buruk disebabkan rendahnya tingkat kesejahteraan pekerja.

Kondisi lingkungan kerja yang tidak higiens. Misalnya lembab gelap dan lain lain

4. Keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia di atur melalui undang-undang dan keputusan

Menteri Tenaga Kerja :

Undang-Undang No. 14 tahun 1969. Tentang Ketentuan Pokok Mengenai

Ketenagakerjaan.

Undang-Undang No. 1. tahun 1970. Tentang Keselamatan Kerja

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per. 04/Men/1980 tentang syarat-

syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

5. Isi obat-obatan dalam kotak PPPK (P3K) yang ada di sekolah, dan jelaskan fungsinya :

Betadhine fungsinya obat luka

Perban fungsinya membalut luka

Kapas fungsinya membersihkan dan melap luka

Alkohol fungsinya menyeterilkan luka dari kuman

Test Formatif 3 :

40

Page 41: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

1. Dasar hukum mengenai persyaratan keselamatan listrik tertuang pada Permen Tenaga Kerja

adalah :

a. No.Per.04/MEN/1988

2. Berikut ini adalah Prinsip – prinsip keselamatan pemasangan listrik, Kecuali :

c. Tidak menggunakan tenaga terlatih.

3. Peraturan Umum Instalasi Listrik dalam kelistrikan sering disingkat dengan :

a. PUIL

4. Alat-alat perlindungan diri dalam melaksanakan pekerjaan

kelistrikan,

Pakaian kerja, merupakan perlengkapan utama yang

berfungsi untuk melindungi diri. Harus dipilih yang memenuhi syarat (tidak terlalu

longgar atau ketat) dan harus dapat menyerap keringat.

Sabuk pengaman, berfungsi sebagai pengaman bagi

pekerja pada saat memanjat dan melaksanakan pekerjaan di ketinggian, misalnya :

pekerjaan tower listrik, serandang gardu induk, pemasangan lampu di gedung-gedung

yang tinggi dll.

Topi/helm, berfungsi untuk melindungi kepala dari

benturan dan kejatuhan benda (material) maupun peralatan kerja.

Sepatu kerja berfungsi untuk melindungi kaki dari

benda-benda tajam. Pada umumnya terbuat dari karet, kulit atau bahan lain yang bersifat

isolator (penyekat).

Alat penutup telinga berfungsi untuk melindugi telinga

dari kebisingan atau kemasukan debu.

Sarung tangan berfungsi melindungi tangan dari benda

tajam, panas atau terlalu dingin.

Kacamata berfungsi untuk melindungi mata dari cahaya

yang tajam, debu, udara yang berpolusi dan kotoran lain yang dapat menyebabkan

ganguan dan kerusakan pada mata.

5. Ketentuan mengenai persyaratan keselamatan kerja bidang

ketenagalistrikan :

Instalasi listrik yang telah selesai dipasang harus diperiksa dan diuji sebelum dialiri

listrik oleh pegawai pengawas spesialis lstrik.

Instalasi listrik yang telah dialiri listrik, instalatir masih terikat tanggung-jawab satu

tahun atas kecelakaan termasuk kebakaran akibat kesalahan pemasangan instalasi.

Harus ada pemeriksaan yang rutin terhadap isolator. Isolator yang retak, terutama untuk

tegangan menengah dan / atau tegangan tinggi yang dapat mengakibatkan gangguan

pada pengusahaan atau dapat menimbulkan kecelakaan.

41

Page 42: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Seluruh instalasi listrik, tidak hanya bagian yang mudah terkena gangguan saja, tetapi

juga pengaman, pelindung dan perlengkapannya harus terpelihara dengan baik.

Jangan membiarkan instalasi yang aus, penuaan atau mengalami kerusakan. Segera

dilakukan penggantian.

Isolator saklar minyak, transformator dan sebagainya pada waktunya harus dibebaskan

dari air, debu dan arang dan zat asam, antara lain dengan cara penyaringan.

Perlengkapan seperti relai lebih cepat terganggu kerusakannya. Oleh sebab itu harus

sering dilakukan pengujian terhadapnya.

Dalam melakukan pemeliharaan, dilarang menggunakan perkakas kerja dan bahan yang

magnetic dekat dengan medan magnet perlengkapan listrik.

Pelindung dan pengaman, yang selama pemeliharaan dibuka / dilepas, harus dipasang

kembali pada tempatnya.

Dilarang menyimpan bahan yang mudah terbakar di daerah yang dapat membahayakan

instalasi listrik.

Test Formatif 4:

1. Yang dimaksud dengan Etos Kerja :

Pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Sedangkan yang dimaksud etos kerja

adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau kelompok.

2. Faktor eksternal apa sajakah yang bisa membuat etos kerja naik

Pekerjaan yang akan ditangani, memberikan gambaran prospek yang baik dan jelas

Suasana kerja yang menyenangkan, kerjasama antara individu maupun kelompok kerja

terencana dengan rapi dan berjalan dengan baik

Tersedianya peralatan dan material kerja yang mencukupi

Adanya pengakuan dan perlakuan yang proporsional terhadap prestasi kerja karyawan

Jika timbul masalah pekerjaan, cara mengatasinya dilaksanakan dengan sebaik-baiknya

3. Faktor eksternal apa sajakah yang bisa membuat etos kerja turun

Prospek pekerjaan yang kurang jelas dan tidak memberikan harapan untuk berkembang

Suasana kerja yang tidak menyenangkan dan membosankan karena hubungan antara

individu maupun kelompok yang tidak harmonis

Banyaknya hambatan dalam melaksanakan pekerjaan yang disebabkan oleh :

Peralatan kerja yang kurang lengkap

Material kurang lengkap atau sering datang terlambat

42

Page 43: Modul K3

Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Perencanaan yang kurang baik, sehingga terjadi bongkar pasang pekerjaan

Koordinasi kerja yang kurang baik

4. Yang dimaksud dengan Etika :

Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. Arti

lainnya dari istilah etika ialah kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan ahklak atau

nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

5. Hal-hal yang mempengaruhi etika kerja secara umum.

Etos kerja tinggi, disiplin dalam bekerja, jujur pada diri sendiri dan pada orang lain, bertutur

kata dan bertingkah laku sopan, mematuhi perintah pimpinan, mempunyai rasa memiliki

(self belonging) terhadap pekerjaan dan perusahaan, serta mematuhi peraturan dan tata tertib

yang berlaku.

6. Komunikasi yang lazim kita lakukan ada beberapa :

Berbicara (komunikasi oral) face to face, yaitu komunikasi yang dilakukan secara

langsung bertatap muka antara dua orang atau lebih.

Tertulis dan surat menyurat (verbalistik), yaitu komunikasi dengan cara tertulis yang

dilakukan tanpa melalui tatap muka atau dengan bertatap muka.

Telekomunikasi, yaitu komunikasi jarak jauh (tanpa melalui tatap muka) dengan

menggunakan media peralatan kawat (telegrap, telepon, faksimile, radio, televisi).

Dengan demikian dapat dilakukan secara oral maupun secara tertulis.

Media, yaitu komunikasi yang dilaksanakan dengan menggunakan media tertentu,

misalnya media cetak (koran, brosur, pamplet, leaflet, majalah, selebaran dll) dan media

elektronik.

7. Cara berkomunikasi dengan menggunakan media

yaitu komunikasi yang dilaksanakan dengan menggunakan media tertentu, misalnya media

cetak (koran, brosur, pamplet, leaflet, majalah, selebaran dll) dan media elektronik.

43