modul integrasi nasional 2 2014 (1)

90
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA BUKU BIDANG STUDI/MATERI POKOK KEWASPADAAN NASIONAL BUKU PANDUAN MODUL 4 S.D. 7 NASKAH LEMBAGA SUB B.S INTEGRASI NASIONAL LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL RI PROGRAM PENDIDIKAN REGULER ANGKATAN (PPRA) LII TAHUN 2014

Transcript of modul integrasi nasional 2 2014 (1)

Page 1: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BUKU BIDANG STUDI/MATERI POKOK

KEWASPADAAN NASIONAL

BUKU PANDUAN MODUL 4 S.D. 7

NASKAH LEMBAGA

SUB B.S INTEGRASI NASIONAL

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL RI

PROGRAM PENDIDIKAN REGULER ANGKATAN (PPRA) LII TAHUN 2014

Page 2: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BUKU PANDUAN

BIDANG STUDI/MATERI POKOK KEWASPADAAN NASIONAL

SUB B.S INTEGRASI NASIONAL

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL RI PROGRAM PENDIDIKAN REGULER ANGKATAN (PPRA) LII

TAHUN 2014

Page 3: modul integrasi nasional  2  2014 (1)
Page 4: modul integrasi nasional  2  2014 (1)
Page 5: modul integrasi nasional  2  2014 (1)
Page 6: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

DAFTAR ISI

PANDUAN UMUM MATA KULIAH ”INTEGRASI NASIONAL”

1. Tinjauan Mata Kuliah

a. Relevansi

b. Diskripsi Mata Kuliah

c. Standar Kompetensi

d. Kompetensi Dasar

2. Struktur Materi

3. Rencana Penyelesaian Bahan Ajaran dan Tugas

4. Petunjuk Belajar

PANDUAN KHUSUS MATA KULIAH “INTEGRASI NASIONAL”

Modul 4 : KONSEP BANGSA DAN WUJUD INTEGRASI NASIONAL

1. Deskripsi

2. Relevansi

3. Kegiatan Belajar:

a) Kegiatan Belajar 4

b) Uraian Singkat

Page 7: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Modul 5: TINJAUAN SINGKAT SEJARAH INTEGRASI NASIONAL

1. Deskripsi

2. Relevansi

3. Kegiatan Belajar:

a) Kegiatan Belajar 5

b) Uraian Singkat

Modul 6: PERANAN NASIONALISME DALAM PROSES INTEGRASI NASIONAL

1. Deskripsi

2. Relevansi

3. Kegiatan Belajar:

a) Kegiatan Belajar 6

b) Uraian Singkat

Modul 7: LINGKUNGAN STRATEGIS DAN PRIORITAS KEBIJAKAN SERTA STRATEGI PEMBINAAN INTEGRASI NASIONAL

1. Deskripsi

2. Relevansi

3. Kegiatan Belajar:

a) Kegiatan Belajar 7

b) Uraian Singkat

Page 8: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

PANDUAN UMUM MATA KULIAH

“INTEGRASI NASIONAL”

1. Tinjauan Mata Kuliah.

a. Relevansi.

Salah satu dari sub bidang studi atau materi pokok Kewaspadaan Nasional

adalah Integrasi Nasional. Integrasi Nasional dalam pendidikan di Lemhannas RI

merupakan salah satu mata kuliah yang harus dimengerti dan dipahami oleh peserta

Pendidikan Lemhannas RI, baik untuk pendidikan singkat maupun reguler.

Dalam sejarah Indonesia, ketika Soekarno-Hatta memproklamasikan

kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, sesungguhnya Indonesia

yang dicita-citakan belum terwujud atau terintegrasi secara utuh. Proklamasi

baru merupakan langkah awal menjadi Indonesia meskipun perjalanan menuju

tujuan itu sudah dirintis sejak pergerakan Boedi Oetomo tahun 1908.

Oleh karena itu, Integrasi Nasional harus dicermati secara kritis,

konteksional dan proporsional karena hal-hal sebagai berikut :

1) Bangsa Indonesia terdiri atas banyak suku bangsa, etnis, ras, dan

agama (Suku, Agama, Ras dan Golongan).

2) Wilayah Indonesia merupakan kepulauan yang luas terdiri lebih kurang

17.508 (Pusurta ABRI 1987) pulau-pulau besar dan kecil dengan

infrastruktur, perhubungan dan telekomunikasi yang belum memadai.

3) Pemahaman masyarakat/rakyat tentang ke Indonesiaan dan

terbentuknya bangsa Indonesia relatif kurang.

4) Kedudukan dan posisi strategis Indonesia dapat dimanfaatkan oleh

kepentingan-kepentingan asing yang dapat merugikan bangsa dan negara.

Page 9: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Integrasi nasional merupakan kebutuhan mutlak bangsa Indonesia,

karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dan tidak akan

menghilangkan kemajemukannya. Hal penting yang harus diupayakan bersama

dengan rasa tanggung jawab yang sebesar-besarnya, adalah bagaimana

mengupayakan kemajemukan itu menjadi suatu kekuatan yang menyegarkan bagi

bangsa Indonesia dan bukan menjadi unsur-unsur yang mencerai-beraikan

Indonesia.

Perlu disadari bahwa integrasi nasional merupakan masalah yang strategis

dan kompleks. Konsepsi integrasi nasional sangat terkait dengan konsepsi negara

nasional dan nation. Negara nasional adalah suatu negara yang didasarkan pada

ideologi nasionalisme, yang menghendaki adanya suatu wilayah nasional sebagai

tanah air dan didukung oleh bangsa (nation) yang utuh. Sedangkan bangsa

(nation) adalah suatu entitas politik yang terdiri atas warga negara suatu negara

nasional, yang walaupun berbeda-beda latar belakang ras, etnik, agama dan

golongan satu sama lain, tetapi mempunyai kehendak yang kuat untuk bersatu di

bawah payung negara nasional.

Oleh karena itu, suatu negara nasional, bangsa, serta integrasi nasional

bertumpu pada suatu tali halus batiniah yang mengikat seluruh unsur negara, yaitu

adanya kehendak yang kuat untuk bersatu. Berbagai suku, agama, ras, dan

golongan yang sudah ada sebelum adanya bangsa dan negara nasional, harus sudah

merasakan adanya kehendak yang kuat untuk bersatu yang timbul dari kontrak dan

komunikasi yang lama.

Secara kronologis, bangsa (nation) harus ada terlebih dahulu sebelum adanya

negara bangsa (the nation state). Hal itu berarti bahwa status kewarganegaraan

secara yuridis formal saja tidak dengan sendirinya menjadikan sekelompok orang

yang menjadi bagian dari suatu bangsa (nation) karena harus melalui proses

membatinkan negara ke dalam jiwa. Oleh karena itu, negara Indonesia yang di

Page 10: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 yang terdiri atas multietnik sebagai

suatu negara nasional dan suatu bangsa pendukung, mau tidak mau harus berlaku

transfer of loyality dari berbagai kelompok etnik tersebut kepada negara nasional

dan nation yang baru.

Proses transformasi yang dinamakan nation building tersebut merupakan

proses yang kompleks, dinamis, dan berjangka waktu yang lama. Dikatakan

demikian Karena kesetiaan pranasional tidak mungkin berubah secara sekejap.

Memang, semangat nasionalisme lebih mudah ditanamkan kepada generasi muda

daripada kepada generasi yang lebih tua dalam tatanan pranasional.

Proses menyatukan berbagai etnik untuk menjadi warga baru, yaitu warga

negara Republik Indonesia, tidak selalu mulus. Problem yang melekat adalah

problem pembentukan bangsa (nation) baru itu sendiri yang lebih dikenal sebagai

nation building and character building atau problem/masalah integrasi nasional yang

perlu pembinaan secara terus menerus.

Konsepsi bangsa (nation) atau bangsa Indonesia melekat pada asas

persatuan dan kesatuan bangsa, artinya walaupun terdiri atas berbagai suku,

agama, adat istiadat, asal-usul/keturunan, golongan dan lain-lain, semua itu terikat

di dalam satu keindonesiaan. Dengan demikian sangat tepat dan memadai

semboyan ”Bhinneka Tunggal Ika” untuk melambangkan sifat kebangsaan

Indonesia.

Konsepsi bangsa (nation) seperti itulah yang sesungguhnya dipersembahkan

oleh para pendiri bangsa (founding fathers dan founding mothers) kepada Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Page 11: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

b. DESKRIPSI MATA KULIAH.

Mata kuliah Integrasi Nasional dibagi ke dalam 4 (empat) modul. Tiap-tiap

modul berisi pemahaman singkat, relevansi, dan uraian materi yang harus dipahami.

Keempat modul tersebut masing-masing membahas materi sebagai berikut :

1) KONSEPSI BANGSA (NATION) DAN WUJUD INTEGRASI NASIONAL.

Dalam materi ini dijelaskan :

a) Konsepsi Negara Bangsa (Nation State) dan

b) Wujud Integrasi Nasional.

2) TINJAUAN SINGKAT SEJARAH INTEGRASI NASIONAL. Dalam materi ini

dijelaskan :

a) Perjalanan Sejarah Integrasi Bangsa Indonesia dan

b) Tantangan Integrasi Nasional.

3) PERANAN NASIONALISME DALAM PROSES INTEGRASI NASIONAL.

Dalam materi ini dijelaskan :

a) Nasionalisme dan Ancaman Disintegrasi dan

b) Etno Nasionalisme dan bentuk Nasionalisme lainnya.

4) LINGKUNGAN STRATEGIS DAN PRIORITAS KEBIJAKAN SERTA

STRATEGI PEMBINAAN INTEGRASI NASIONAL. Dalam materi ini dijelaskan :

a) Pengaruh Lingkungan Strategis, Peluang, dan Kendala serta

b) Prioritas Kebijakan dan Strategi Pembinaan Integrasi Nasional.

Page 12: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

c. STANDAR KOMPETENSI

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta PPSA/PPRA mengerti

dan memahami Integrasi Nasional untuk kepentingan perwujudan persatuan dan

kesatuan bangsa dalam wadah NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

d. KOMPETENSI DASAR

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta PPSA/PPRA, tidak hanya

mengerti dan memahami Integrasi Nasional, tetapi dapat juga secara rinci

menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan sebagai berikut :

1) Konsep Bangsa (Nation) dan Wujud Integrasi Nasional dikaitkan

dengan kondisi yang berlaku saat ini dan ke depan.

2) Tinjauan singkat Sejarah Integrasi Nasional serta perkembangannya ke

depan sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis untuk kepentingan

kelangsungan kehidupan nasional dalam rangka pembangunan nasional.

3) Peranan Nasionalisme dalam Proses Integrasi Nasional dihadapkan

pada perkembangan lingkungan strategis untuk kepentingan nasional

Indonesia. Dalam hal ini peserta diharapkan mampu untuk memetakan

berbagai ancaman yang perlu diwaspadai yang akan mengancam

nasionalisme Indonesia dan kelangsungan kehidupan nasional NKRI

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

4) Lingkungan strategis dan prioritas kebijakan serta strategi pembinaan

integrasi nasional dihadapkan pada ancaman disintegrasi sosial dan nasional,

serta prioritas kebijakan. Strategi pembinaan yang harus dilakukan

sehubungan dengan perkembangan lingkungan strategis yang diwarnai oleh

Page 13: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

globalisasi dengan berbagai dampaknya tidak hanya menguntungkan

dalam menunjang integrasi nasional, tetapi sekaligus menjadi ancaman

disintegrasi nasional.

2. STRUKTUR MATERI.

a. Pokok-pokok Bahasan; Konsep Bangsa (Nation) dan Wujud Integrasi

Nasional dengan sub pokok bahasan meliputi :

1) Konsepsi Bangsa (Nation) dan

2) Wujud Integrasi Nasional.

b. Pokok-pokok Bahasan; Tinjauan Singkat Sejarah Integrasi Nasional dengan

sub pokok bahasan meliputi :

1) Perjalanan Sejarah Integrasi Bangsa Indonesia dan

2) Tantangan Integrasi Nasional.

c. Pokok-Pokok Bahasan; Peranan Nasionalisme dalam Proses Integrasi Nasional

dengan sub pokok bahasan meliputi :

1) Nasionalisme dan Ancaman Disintegrasi dan

2) Etno Nasionalisme dan Bentuk Nasionalisme lainnya

d. Pokok-Pokok Bahasan; Lingkungan Strategis dan Prioritas Kebijakan serta

Strategi Pembinaan Integrasi Nasional dengan sub pokok bahasan meliputi :

1) Pengaruh Lingkungan Strategis, Peluang dan Kendala dan

2) Prioritas Kebijakan dan Strategi Pembinaan Integrasi Nasional.

3. RENCANA PENYELESAIAN BAHAN AJARAN DAN TUGAS.

Seluruh kegiatan belajar bidang studi/materi pokok Kewaspadaan Nasional terdiri

atas materi pokok 1 (Kewaspadaan Nasional Pasca orde Baru, 3 modul, yaitu modul 1 s.d.

Page 14: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

3). materi pokok 2 (Integrasi Nasional, 4 modul, yaitu modul 4 s.d. 7), dan materi

pokok 3 (Manajemen Konflik, 3 modul, yaitu modul 8 s.d. 10). Modul tersebut

diselesaikan dalam 10 minggu. Materi pokok 2, Integrasi Nasional diselesaikan dalam

waktu sebagai berikut :

a. minggu IV : Modul 4,

b. minggu V : Modul 5,

c. minggu VI : Modul 6, dan

d. minggu VII : Modul 7.

4. PETUNJUK BELAJAR.

Untuk mempelajari mata kuliah Integrasi Nasional, peserta PPRA/PPSA

diharuskan membaca dan menguasai isi buku (naskah Lembaga) Integrasi Nasional Pokja

Kewaspadaan Nasional Lemhannas RI. Disamping itu, buku-buku lain yang berkaitan

dengan Integrasi Nasional, seperti Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional sangat

dianjurkan untuk dibaca agar menambah kejelasan dan pemahaman, karena materi

Integrasi Nasional, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional, saling kait mengkait

antara yang satu dengan yang lainnya.

Kepada peserta PPRA/PPSA diharapkan mampu membuat rangkuman tiap-tiap

modul dan mengkaitkannya antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga peserta

PPRA/PPSA akan lebih memahami mata kuliah Integrasi Nasional secara utuh. Akan sangat

bermanfaat dan memiliki wawasan yang lebih luas, apabila peserta PPRA/PPSA mengikuti

setiap perkembangan situasi lingkungan strategis, lalu mengkaitkannya dengan teori-teori

yang dibahas dalam mata kuliah ini.

Page 15: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

PANDUAN KHUSUS MATA KULIAH ”INTEGRASI NASIONAL”

MODUL 4

KONSEP BANGSA (NATION) DAN WUJUD

INTEGRASI NASIONAL

1. DESKRIPSI.

Konsep bangsa (nation) dan wujud Integrasi Nasional dalam ilmu pengetahuan

tentang Integrasi Nasional adalah pengetahuan yang berkaitan dengan kebangsaan

(nation) dan negara kebangsaan (nation state) yang keberadaan dan manfaatnya sangat

diperlukan dalam kehidupan nasional, seperti NKRI.

2. RELEVANSI.

Setelah mempelajari materi ini, diharapkan peserta PPRA/PPSA akan memperoleh

pemahaman pengetahuan tentang konsep kebangsaan dan konsep negara kebangsaan

yang sangat diperlukan bagi setiap lulusan PPRA/PPSA Lemhannas RI, pendidikan pimpinan

tingkat nasional. Dengan mengerti dan memahami konsep bangsa (nation), konsep negara

kebangsaan serta wujud dari Integrasi Nasional, lulusan PPRA/PPSA diharapkan mampu

menjadi pimpinan nasional yang berkualitas negarawan. Pemimpin negarawan adalah

pemimpin yang berpikir, bersikap, dan bertindak sebagai negarawan. Berpikir negarawan

adalah berpikir menggunakan paradigma nasional. Bersikap negarawan adalah bersikap

selalu mawas ke dalam dan keluar (inward dan outward looking). Bertindak negarawan

adalah bertindak yang konseptual. Oleh karena itu, pengetahuan tentang konsep nation

dan wujud integrasi nasional sangat diperlukan bagi peserta PPRA/PPSA Lemhannas RI.

Page 16: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

3. KEGIATAN BELAJAR.

a. Kegiatan Belajar 4 dengan Pokok Bahasan

1) Konsepsi Bangsa (Nation)

2) Wujud Integrasi Nasional.

b. Uraian singkat pokok bahasan tentang Konsepsi Bangsa dan Wujud Integrasi

Nasional, baca dan pelajari naskah lembaga tentang Integrasi Nasional pada bab II.

Page 17: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

MODUL 5

TINJAUAN SINGKAT SEJARAH INTEGRASI NASIONAL

1. DESKRIPSI.

Tinjauan singkat sejarah Integrasi Nasional adalah bagian dari pengetahuan tentang

Integrasi Nasional. Keberadaan dan manfaat pengetahuan ini sangat diperlukan bagi

peserta PPRA/PPSA Lemhannas RI. Lemhannas RI sebagai LPNK (Lembaga Pemerintah

Non Kementerian) melaksanakan tugas pendidikan pimpinan tingkat nasional, memandang

perlu memberikan pengetahuan tersebut untuk membekali pimpinan tingkat nasional dalam

keterlibatannya pada kehidupan nasional dalam negara kebangsan NKRI.

2. RELEVANSI.

Setelah mempelajari materi ini, diharapkan peserta PPRA/PPSA akan memperoleh

pemahaman pengetahuan tentang sejarah integrasi nasional secara singkat yang sangat

diperlukan oleh setiap peserta. Dengan bekal pengetahuan tersebut diharapkan peserta

semakin yakin bahwa integrasi nasional belum final dan masih akan terus berproses.

Dalam proses menuju Integrasi Nasional yang di harapkan tersebut, di yakini bahwa

berbagai kendala akan terus ditemukan. Sejarah menunjukkan bahwa sampai dengan saat

ini pun kendala yang menghadang proses menuju integrasi nasional masih terus

ditemukan, terlebih lagi pada era Reformasi atau era demokratisasi, yaitu era yang

memberi peluang kebebasan berekspresi bagi setiap anak bangsa dalam iklim demokrasi,

yang potensial mengundang disintegrasi bangsa.

Page 18: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

3. KEGIATAN BELAJAR.

a. Kegiatan Belajar 5 dengan pokok bahasan

1) Perjalanan Sejarah Integrasi Bangsa Indonesia dan

2) Tantangan Integrasi Nasional

b. Uraian Singkat pokok bahasan tentang Perjalanan Sejarah Integrasi Bangsa

Indonesia dan Tantangan Integrasi Nasional, baca dan pelajari naskah lembaga

tentang Integrasi Nasional pada bab III.

Page 19: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

MODUL 6

PERANAN NASIONALISME DALAM PROSES

INTEGRASI NASIONAL

1. DESKRIPSI.

Peranan nasionalisme dalam proses Integrasi Nasional adalah bagian dari

pengetahuan Integrasi Nasional yang keberadaan dan manfaatnya sangat diperlukan oleh

peserta PPRA/PPSA Lemhannas RI. Nasionalisme adalah paham kebangsaan yang menjadi

syarat mutlak terjadinya integrasi nasional. Berbagai permasalahan yang terjadi

menyangkut integrasi nasional, berakar masalah pada kualitas dari nasionalisme itu sendiri.

Semakin kuat dan kokoh kualitas nasionalisme suatu bangsa, semakin kuat dan kokoh juga

integrasi nasional suatu bangsa, demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu, peranan

nasionalisme dalam proses integrasi nasional sangat signifikan.

2. RELEVANSI.

Setelah mempelajari materi ini, diharapkan peserta PPRA/PPSA akan memperoleh

pemahaman pengetahuan tentang Peranan Nasionalisme dalam Proses Integrasi Nasional.

Hal ini diperlukan bagi Pimpinan Tingkat Nasional, yaitu pimpinan yang selalu berpikir,

bersikap, dan bertindak untuk kepentingan membangun dan memelihara persatuan dan

kesatuan Bangsa.

3. KEGIATAN BELAJAR

a. Kegiatan Belajar 6 dengan pokok bahasan

1) Nasionalisme dan Ancaman Disintegrasi

2) Etno Nasionalisme dan Bentuk Nasionalisme lainnya

b. Uraian Singkat pokok bahasan tentang Nasionalisme dan Ancaman

Disintegrasi serta Etno Nasionalisme dan Bentuk Nasionalisme lainnya, baca dan

pelajari naskah lembaga tentang Integrasi Nasional pada bab IV.

Page 20: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

MODUL 7

LINGKUNGAN STRATEGIS DAN PRIORITAS KEBIJAKAN DAN

STRATEGI PEMBINAAN INTEGRASI NASIONAL

1. DESKRIPSI

Lingkungan Strategis dan Prioritas Kebijakan dan Strategi Pembinaan Integrasi

Nasional adalah bagian dari pengetahuan Integrasi Nasional, yang keberadaan dan

manfaatnya sangat diperlukan oleh peserta PPRA/PPSA Lemhannas RI. Lingkungan

strategis dengan berbagai fenomena dinamikanya membawa berbagai bentuk ancaman

bagi integrasi nasional, disamping mengandung muatan positif yang mampu memperkokoh

integrasi nasional. Agar dapat memanfaatkan muatan positif dan meminimalkan dampak

ancamannya, diperlukan kebijakan dan strategi pembinaan integrasi nasional.

2. RELEVANSI

Setelah mempelajari materi ini, diharapkan peserta PPRA/PPSA memperoleh

pemahaman pengetahuan tentang Lingkungan Strategis dan Prioritas Kebijakan serta

Strategi Pembinaan Integrasi Nasional. Hal ini diperlukan bagi pimpinan tingkat nasional,

terlebih lagi dalam iklim mengedepannya demokratisasi. Pimpinan tingkat nasional adalah

pimpinan yang dituntut untuk selalu peduli dengan lingkungan strategisnya agar dapat

menghasilkan berbagai keputusan kebijakan dan strategi yang tepat dan akurat sesuai

dengan perkembangan situasi.

3. KEGIATAN BELAJAR

a. Kegiatan Belajar 7 dengan Pokok Bahasan

1) Pengaruh Lingkungan Strategis, Peluang dan Kendala

2) Prioritas Kebijakan dan Strategi Pembinaan Integrasi Nasional.

b. Uraian singkat pokok bahasan tentang Pengaruh Lingkungan Strategis,

Peluang, dan Kendala serta Prioritas Kebijakan dan Strategi Pembinaan Integrasi

Nasional, baca dan pelajari naskah lembaga tentang Integrasi Nasional pada bab V.

Page 21: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

MODUL 4 s.d 7 BIDANG STUDI/MATERI POKOK

KEWASPADAAN NASIONAL

SUB B.S INTEGRASI NASIONAL

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL RI PROGRAM PENDIDIKAN REGULER ANGKATAN (PPRA) LII

TAHUN 2014

Page 22: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

DAFTAR ISI

1. Pendahuluan

2. Standar Kompetensi

3. Kompetensi Dasar

MODUL - 4

4. Pokok Bahasan Konsep Bangsa (Nation) dan Wujud Integrasi Nasional.

a. Konsepsi Bangsa (Nation)

b. Wujud Integrasi Nasional

5. Latihan/Penugasan/Soal Uraian

6. Petunjuk /Kunci Jawaban

MODUL - 5

7. Pokok Bahasan Tinjauan Singkat Sejarah Integrasi Nasional.

a. Perjalanan Sejarah Integrasi Bangsa Indonesia

b. Tantangan Integrasi Nasional

8. Latihan/Penugasan/Soal Uraian

9. Petunjuk/Kunci Jawaban

MODUL - 6

10. Pokok Bahasan Peranan Nasionalisme dalam Proses Integrasi

a. Nasionalisme dan Ancaman Disintegrasi

b. Etno Nasionalisme dan Bentuk Nasionalisme lainnya

11. Latihan/Penugasan/Soal Uraian

12. Petunjuk/Kunci Jawaban

Page 23: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

MODUL - 7

13. Pokok Bahasan Lingkungan Strategis dan Prioritas Kebijakan serta Strategi

Pembinaan Integrasi Nasional

a. Pengaruh Lingkungan Strategis, Peluang, dan Kendala

b. Prioritas Kebijakan dan Strategi Pembinaan Integrasi Nasional.

14. Latihan/Penugasan/Soal Uraian

15. Petunjuk/Kunci Jawaban

DAFTAR BACAAN :

16. Bacaan Wajib Utama

17. Bacaan Wajib Pendukung

18. Bacaan Dianjurkan

Page 24: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

PENDAHULUAN

1. Umum.

Integrasi nasional adalah proses dinamis yang menyatukan rakyat, wilayah, serta

pemerintah sebagai komponen fungsional komunitas politik nasional sehingga cukup andal

untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Namun, proses integrasi nasional tersebut

memakan waktu yang lama dan memerlukan pembinaan secara terus menerus.

Konsepsi bangsa (nation) bangsa Indonesia melekat pada asas bahwa sekalipun

bangsa tersebut terdiri atas bermacam-macam kemajemukan, baik suku bangsa, agama,

adat istiadat, asal-usul/keturunan maupun golongan, dan lain-lain, semuanya terikat di

dalam satu ke Indonesiaan.

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika memang sangat tepat untuk melambangkan sifat

kebangsaan Indonesia. Dalam bangsa yang pluralistik itu perlu dikembangkan dan

disebarluaskan unsur-unsur yang bersifat integratif (menyatukan), sedangkan unsur yang

bersifat disintegratif haruslah dihilangkan atau setidak-tidaknya dijauhkan.

Ketika Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17

Agustus 1945, sesungguhnya Indonesia yang dicita-citakan belum terwujud atau

terintegrasi secara utuh. Proklamasi baru merupakan langkah awal menjadi Indonesia

meskipun perjalanan menuju tujuan itu sudah dirintis sejak pergerakan Boedi Oetomo

tahun 1908.

Oleh karena itu, Integrasi Nasional harus dicermati secara kritis, konteksional, dan

proporsional karena hal-hal sebagai berikut :

a. Bangsa Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa, ras, agama,

dan golongan.

b. Wilayah Indonesia merupakan kepulauan yang luas terdiri lebih kurang

17.508 (Hidros) pulau-pulau besar dan kecil dengan infrastruktur, perhubungan dan

telekomunikasi yang belum memadai.

c. Pemahaman masyarakat/rakyat tentang ke Indonesiaan dan terbentuknya

bangsa Indonesia relatif kurang.

d. Kedudukan dan posisi strategis Indonesia dapat dimanfaatkan oleh

kepentingan-kepentingan asing yang dapat merugikan bangsa dan negara.

Page 25: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Integrasi nasional merupakan kebutuhan mutlak bangsa Indonesia, karena

bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dan tidak akan menghilangkan

kemajemukannya. Hal penting yang harus diupayakan bersama dengan rasa tanggung

jawab yang sebesar-besarnya, adalah bagaimana mengupayakan kemajemukan itu menjadi

suatu kekuatan yang menyegarkan bagi bangsa Indonesia dan bukan menjadi unsur-unsur

yang mencerai-beraikan Indonesia.

Perlu disadari bahwa integrasi nasional merupakan masalah yang strategis dan

kompleks. Konsepsi integrasi nasional sangat terkait dengan konsepsi negara nasional dan

nation. Negara nasional adalah suatu negara yang didasarkan pada ideologi nasionalisme,

yang menghendaki adanya suatu wilayah nasional sebagai tanah air dan didukung oleh

bangsa (nation) yang utuh. Sedangkan bangsa (nation) adalah suatu entitas politik yang

terdiri atas warga negara suatu negara nasional, yang walaupun berbeda-beda latar

belakang ras, etnik, agama dan golongan satu sama lain, tetapi mempunyai kehendak yang

kuat untuk bersatu di bawah payung negara nasional.

Oleh karena itu, suatu negara nasional, bangsa, serta integrasi nasional bertumpu

pada suatu tali halus batiniah yang mengikat seluruh unsur negara, yaitu adanya kehendak

yang kuat untuk bersatu. Berbagai suku, agama, ras, dan golongan yang sudah ada

sebelum adanya bangsa dan negara nasional, harus sudah merasakan adanya kehendak

yang kuat untuk bersatu yang timbul dari kontrak dan komunikasi yang lama.

Secara kronologis, bangsa (nation) harus ada terlebih dahulu sebelum adanya

negara bangsa (the nation state). Hal itu berarti bahwa status kewarganegaraan secara

yuridis formal saja tidak dengan sendirinya menjadikan sekelompok orang yang menjadi

bagian dari suatu bangsa (nation) karena harus melalui proses membatinkan negara ke

dalam jiwa. Oleh karena itu, negara Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17

Agustus 1945 yang terdiri atas multietnik sebagai suatu negara nasional dan suatu

bangsa pendukung, mau tidak mau harus memberlakukan transfer of loyality dari berbagai

kelompok etnik tersebut kepada negara nasional atau nation yang baru.

Proses transformasi yang dinamakan nation building tersebut merupakan proses

yang kompleks, dinamis, dan berjangka waktu yang lama. Dikatakan demikian Karena

kesetiaan pra nasional tidak mungkin berubah secara sekejap dan memang, semangat

Page 26: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

nasionalisme lebih mudah ditanamkan kepada generasi muda dari generasi yang lebih

tua dalam tatanan pra nasional.

Proses menyatukan berbagai etnik untuk menjadi anggota warga baru, yaitu warga

negara Republik Indonesia, tidak selalu mulus. Problem yang melekat adalah problem

pembentukan bangsa (nation) baru itu sendiri yang lebih dikenal sebagai nation building

and character building atau problem/masalah integrasi nasional yang perlu pembinaan

secara terus menerus.

Konsepsi bangsa (nation) atau bangsa Indonesia melekat pada asas persatuan dan

kesatuan bangsa, artinya walaupun terdiri atas berbagai suku, agama, adat istiadat, asal-

usul/keturunan, golongan dan lain-lain, semua itu terikat didalam satu keindonesiaan.

Dengan demikian sangat tepat dan memadai semboyan ”Bhinneka Tunggal Ika” untuk

melambangkan sifat kebangsaan Indonesia.

Konsepsi bangsa (nation) seperti itulah yang sesungguhnya dipersembahkan oleh

para pendiri bangsa (founding fathers dan founding mothers) kepada Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

2. STANDAR KOMPETENSI

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta PPSA/PPRA mengerti dan

memahami Integrasi Nasional untuk kepentingan perwujudan persatuan dan kesatuan

bangsa dalam Wadah NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

3. KOMPETENSI DASAR

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta PPSA/PPRA, tidak hanya

mengerti dan memahami Integrasi Nasional, tetapi dapat juga secara rinci menjelaskan

hal-hal yang berhubungan dengan sebagai berikut :

a. Konsep Bangsa (Nation) dan Wujud Integrasi Nasional dikaitkan dengan

kondisi yang berlaku saat ini dan ke depan.

b. Tinjauan singkat Sejarah Integrasi Nasional serta perkembangannya ke depan

sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis untuk kepentingan kelangsungan

kehidupan nasional dalam rangka pembangunan nasional.

c. Peranan Nasionalisme dalam Proses Integrasi Nasional dihadapkan pada

perkembangan lingkungan strategis untuk kepentingan nasional Indonesia. Dalam

hal ini peserta diharapkan mampu untuk memetakan berbagai ancaman yang perlu

Page 27: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

diwaspadai yang akan mengancam nasionalisme Indonesia dan kelangsungan

kehidupan nasional NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

d. Lingkungan strategis dan prioritas kebijakan serta strategi pembinaan

integrasi nasional dihadapkan pada ancaman disintegrasi sosial dan nasional, serta

prioritas kebijakan. Strategi pembinaan yang harus dilakukan sehubungan dengan

perkembangan lingkungan strategis yang diwarnai oleh globalisasi dengan berbagai

dampaknya tidak hanya menguntungkan dalam menunjang integrasi nasional, tetapi

sekaligus menjadi ancaman disintegrasi nasional.

Page 28: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

MODUL 4

4. POKOK BAHASAN : KONSEPSI BANGSA (NATION) DAN WUJUD INTEGRASI

NASIONAL.

a Konsepsi Bangsa (Nation).

Sesungguhnya Indonesia merupakan suatu keajaiban politik dalam dunia

modern karena :

1) Masyarakatnya sangat majemuk.

2) Mempunyai jumlah penduduk yang nomor 4 (empat) di dunia, memiliki

lebih kurang 1.072 etnik, dan memiliki lebih kurang 17.508 (Pusurta ABRI

1987) pulau besar dan kecil.

3) Penduduknya berbicara dalam ratusan dialek.

4) Terdapat 6 besar agama dunia.

5) Memilih bentuk negara kesatuan dengan sistem pemerintahan

presidensial.

Konsepsi “bangsa” (nation) dan konsepsi “negara bangsa” (nation state)

merupakan suatu produk sejarah modern. Para pemimpin/pendiri gerakan

kebangsaan Indonesia (founding fathers dan founding mothers) menggunakan

konsepsi bangsa (nation) dari Ernest Renan, Otto Bauer, dan Hogopian sebagai

dasar perjuangan mereka.

1) Esensi teori Ernest Renan tentang bangsa adalah sebagai berikut :

a) Suatu bangsa adalah Jiwa dan suatu asas kehormatan

b) Satu bangsa adalah satu solidaritas yang besar

(une nation est un grand solidarite)

c) Satu bangsa tidak memerlukan :

(1) Persatuan Bahasa

(2) Persatuan Agama

(3) Persatuan Turunan

d) Suatu keinginan untuk hidup bersama baik dimasa sekarang

dan dimasa yang akan datang (le de’sir d’^etre ensemble)

2) Esensi teori Otto Bauer tentang bangsa adalah sebagai berikut :

Page 29: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Bangsa adalah satu persamaan, suatu persatuan karakter dan

watak, yang tumbuh dan lahir karena persatuan pengalaman (eine nation

ist lene aus schicksal gemeinschaft erwachsene charackter gemeinschaft).

3) Esensi teori Hogopian tentang bangsa adalah sebagai berikut :

Bangsa (nation) :“A group of people who identify each other. The

resultant we feeling separates them from others, who may or may not have a

we feeling of their own“.

Apabila definisi tentang bangsa dari Ernest Renan diteliti ternyata sejalan

dengan teori Otto Bauer dan Hogopian, yaitu suatu bangsa tidak perlu harus ada

persamaan dalam :

1) bahasa

2) agama

3) keturunan

4) warna kulit

5) budaya, dan sebagainya

Kemudian, Soekarno melengkapinya lagi dengan catatan bahwa bangsa

adalah segerombolan manusia yang keras. Ia punya kehendak untuk hidup bersama

(dari Ernest Renan), ia punya karakter persatuan (dari Otto Bauer dan

Hogopian), tetapi yang berdiam di atas satu wIlayah geopolitik yang nyata sebagai

satu persatuan. Menurut Bung Karno, geopolitik ialah hubungan antara letak tanah

dan air dengan rasa dan kehidupan politiknya.

Dari pendapat para ahli tersebut, para founding fathers/founding mathers

membuat rumusan konsepsi bangsa (Nation) sebagai berikut : Bangsa (Nation)

adalah suatu entitas politik yang terdiri atas warga negara, yang walaupun berbeda

latar belakang ras, etnik, agama, budaya, golongan satu sama lain, tetapi punya

kehendak yang kuat untuk bersatu dibawah payung negara nasional dan didalam

suatu wilayah yang jelas batas-batasnya.

Integrasi nasional tidak mungkin terwujud sendiri, tetapi hanya akan

terwujud atau diwujudkan melalui upaya berlanjut, yaitu integrasi setiap komponen

negara dan integrasi antar komponen negara.

Page 30: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Bangsa tumbuh dan dibentuk secara sadar dan bertahap sebagai

komunitas politik modern yang memayungi berbagai komunitas primordial,

dengan tujuan sebagai sarana dan wahana kolektif untuk mewujudkan masa depan

bersama baik dalam bidang kesejahteraan maupun bidang keamanan. Selain itu,

pengalaman sejarah yang sama sebagai collective memory memperkuat kebangsaan

tersebut.

Bangsa adalah landasan sosiopsikologi, landasan sosiokultural serta landasan

sosiopolitik yang diperlukan untuk terbentuknya negara nasional. Sebaliknya,

negara nasional merupakan subjek utama hukum internasional yang ideal bagi

eksistensi bangsa. Satu bangsa akan sengsara tanpa negara dan satu negara akan

labil tanpa dukungan bangsa.

b. Wujud Integrasi Nasional.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Edisi ke III, cetakan ke 2, Balai

Pustaka, Jakarta, Tahun 2002), Integrasi adalah sifat atau keadaan yang

menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang

memancarkan kewibawaan, kejujuran. Sedangkan pengertian universal

(http://en.wikipedia.org/wiki/integration), menguraikan bahwa integrasi ”is process

of combining or accumulating”. Pada masa lalu, Integrasi Nasional ditafsirkan

sebagai kombinasi dan akumulasi unsur terkait yang melebur, menjadi Kesatuan

Nasional yang digambarkan menyatu seperti ”sambal”. Namun, di era Reformasi dan

desentralisasi, penafsiran integrasi nasional lebih menghargai nilai-nilai kearifan lokal

dan nilai ke khasan daerah dalam bingkai NKRI dengan sesanti “Bhinneka

Tunggal Ika” yang dilandasi falsafah Pancasila. Hal tersebut digambarkan seperti

batang lidi; bila satu batang mudah dipatahkan namun bila berhimpun dalam satu

ikatan yang kokoh kuat akan sulit dipatahkan.

Indikasi telah tertanamnya integrasi nasional dapat dilihat dari adanya hal-hal

sebagai berikut :

1) Terwujudnya rasa aman dan kondisi minimal keamanan serta

kesejahteraan bagi seluruh rakyat sebagai tujuan pembentukan negara dan

pemerintahan.

Page 31: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

2) Berfungsinya secara terpadu institusi-institusi kemasyarakatan,

kebangsaan dan kenegaraan.

3) Terpeliharanya komunikasi dan solidaritas kebangsaan diantara

berbagai golongan yang ada dalam masyarakat.

4) Kemampuan bangsa memanfaatkan peluang dalam menanggulangi

ancaman dari lingkungan yang serba berubah, demi menjamin kelangsungan

hidup dan perjuangannya.

Apabila dikaji secara seksama, sesungguhnya integrasi nasional terdiri dari :

1) integrasi intern komponen negara dan

2) integrasi antar komponen negara.

Secara rinci dapat dijelaskan bahwa Integrasi Intern Komponen Negara terdiri

dari integrasi intern rakyat, integrasi intern pemerintah, dan integrasi intern wilayah.

1) Integrasi Intern Rakyat, antara lain adalah :

a) Solidaritas sosial

b) Pembauran

c) Mobilitas horizontal dan vertikal

d) Kerukuan intern dan antarumat beragama

e) Hubungan intern dan antaretnik

f) Hubungan industrial (pekerja dan majikan)

g) Liputan pers dan komunikasi massa lainnya.

2) Integrasi Intern Pemerintah, antara lain adalah :

a) Keterbukaan rekrutmen elite

b) Sirkulasi elite

c) Komunikasi politik antara legislatif, eksekutif, dan yudikatif

d) Tour of duty and tour of area

e) Etika profesional birokrasi

3) Integrasi Intern Wilayah, antara lain adalah :

a) Dukungan jaringan infrastruktur

b) Transportasi darat laut dan udara

c) Sarana komunikasi dan telekomunikasi

Page 32: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Sedangkan Integrasi Antar Komponen Negara terdiri dari integrasi antara

rakyat dan pemerintah, integrasi antara rakyat dan wilayah, dan integrasi antara

pemerintah dan wilayah ;

1) Integrasi antara rakyat dan pemerintah, antara lain adalah :

a) Masalah demokrasi

b) Kepemimpinan

c) Sistem politik

d) Legitimasi dan pertanggungjawaban pemerintah

e) Pembangunan hukum

f) Sistem pemilu

g) Otonomi dan desentralisasi

h) Jaminan HAM

i) Ketentuan tentang proses pergantian pemerintahan secara

damai.

2) Integrasi antara rakyat dan wilayah, antara lain, adalah :

a) Hak tradisional rakyat atas tanah rakyat ;

b) Tata ruang ;

c) Transmigrasi ;

d) Hak pribadi dan komunal tanah untuk kepentingan umum ;

e) Masalah lingkungan hidup ;

3) Integrasi antara pemerintah dan wilayah, antara lain adalah :

a) Perbatasan negara

b) Kerja sama dengan negara-negara tetangga

c) Penguasaan sumber daya nasional

d) Pembangunan pertahanan dan keamanan

e) Penegakan kedaulatan di darat, laut dan udara

f) Ruang angkasa

g) Pemeliharaan lingkungan

Catatan :

Page 33: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Menurut konvensi Montevideo (1933), tiga komponen negara nasional

adalah wilayah yang jelas batas-batasnya, rakyat yang tetap, dan pemerintah

yang mampu menunaikan tugas-tugas internasionalnya.

Sesungguhnya integrasi bangsa menuntut hal sebagai berikut :

1) Perlakuan persamaan hak bagi semua dan setiap warga negara

diseluruh kepulauan nusantara. Itu berarti bahwa integrasi bangsa hanya

akan terlaksana dengan baik selama ada jaminan bahwa hak-hak dasar serta

martabat warga negara dihormati dan tidak diingkari, diperkosa, ataupun

dilecehkan. Artinya tanpa jaminan itu integrasi menjadi lemah.

2) Jaminan keadilan bagi semua dan setiap warga negara dan berlaku

secara vertikal dan horizontal. Adanya fairness dapat menjadi kunci utama

dalam usaha merealisasikan keadilan dalam kehidupan sosial, baik dalam

bentuk keadilan komunitatif, maupun distributif.

3) Masyarakat perlu mendukung proses penyelenggaraan negara.

Prinsip demokrasi yang dirumuskan sebagai kedaulatan dari rakyat, oleh

rakyat dan untuk rakyat perlu dihidupkan kembali secara nyata dengan

harapan munculnya komitmen sosial setiap warga dalam karya bersama demi

terwujudnya cita-cita.

4) Sikap keterbukaan yang membuka perspektif luas serta mampu

membuka jalan untuk berkesempatan belajar lebih banyak dan

mengembangkan potensi dan kekuatan bangsa. Sikap keterbukaan akan

makin bermakna terutama bagi masyarakat yang pluralistis, khususnya dalam

rangka menumbuhkan saling pengertian, saling menghormati, dialog dan

kerja sama.

Dukungan masyarakat terhadap integrasi nasional akan menguat apabila

integrasi nasional tersebut bukan saja memberikan harapan hidup yang lebih baik di

masa depan, melainkan juga secara nyata telah memperbaiki taraf hidup

masyarakat sehari-hari, betapa pun kecilnya. Penolakan terhadap integrasi nasional

akan semakin keras jika kehidupan berbangsa dan bernegara bukan saja tidak

memperbaiki taraf hidup rakyat, tetapi justru menyengsarakan dan menghina

identitas sosiokultural, adat, serta kehidupannya.

Page 34: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Oleh sebab itu, integrasi nasional perlu ditangani secara profesional oleh

kualitas sinergi kenegarawanan para elite nasional (pusat dan daerah) yang

berperan dalam;

1) Kepemimpinan nasional

2) Kepemimpinan daerah

3) Kepemimpinan masyarakat

4) Kepemimpinan pers dan media massa lainnya

5) Kepemimpinan partai politik

6) Kepemimpinan lembaga perwakilan

7) Kepemimpinan aparat penegak hukum (polisi, jaksa, pengacara,

hakim)

8) Kepemimpinan angkatan perang

9) Kepemimpinan pengusaha

10) Kepemimpinan diplomat

11) Kepemimpinan dunia akademis

12) Kepemimpinan mahasiswa dan kader pemuda

13) Kepemimpinan seminar nasional

Harus diakui bahwa integrasi nasional secara utuh/bulat masih jauh dari

jangkauan ideal maka secara berkala harus ada upaya untuk menelurusi dan

mengkaji secara kritis kualitas integrasi tersebut, baik dari normatif, koersif maupun

fungsional.

Pendekatan integrasi normatif adalah upaya integratif oleh pemerintah yang

kurang menghargai proses budaya, yang alamiah, tetapi lebih bersifat memaksa.

Integrasi koersif menggunakan cara kekerasan, cara ideologis, serta tekanan-

tekanan fisik dan budaya dalam menyatukan bangsa.

sedangkan pendekatan integrasi fungsional adalah pemanfaatan saling

ketergantungan fungsional antar daerah dan antar golongan yang ada dalam

negara.

Secara singkat, dapat disimpulkan bahwa prasyarat bagi terwujudnya

integrasi bangsa, antara lain adalah sebagai berikut :

Page 35: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

1) Adanya pemahaman, dan kesadaran, dan tekad bersatu sebagai

bangsa Indonesia dalam wadah NKRI dari Sabang sampai Merauke

berlandaskan Pancasila.

2) Adanya pemahaman, kesadaran, dan kesepakatan tentang cita-cita

dan tujuan nasional yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

3) Terwujudnya kesejahteraan dan keamanan yang berkeadilan di

seluruh wilayah tanah air. Tanpa kesejahteraan yang berkeadilan, sulit

diciptakan kondisi keamanan dan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya,

tanpa kondisi keamanan yang kondusif, pembangunan untuk mewujudkan

kesejahteraan sukar dilaksanakan.

Kehidupan nasional amatlah dinamis karena didorong oleh faktor dari dalam

dan luar negeri. Faktor dari dalam negeri antara lain, pengaruh distribusi dan

mobilitas penduduk, alokasi sumber daya alam wilayah, dan sirkulasi elite.

Contoh faktor luar negeri ialah kehidupan nasional dipengaruhi oleh latar

belakang hubungan sejarah serta kepentingan nasional bangsa-bangsa lain baik di

bidang politik, ekonomi, budaya, dan militer. Tantangan terbesar negara nasional

adalah bagaimana mencapai efek sinerji yang positif dari seluruh potensi dan

sumber daya yang dimiliki, bukan saja agar tetap dapat berlangsung hidup,

melainkan agar dapat mencapai sasaran-sasaran nasional secara demokratis, adil,

terencana, dan penuh keadilan.

5. LATIHAN/PENUGASAN/SOAL URAIAN ;

a. Apakah yang Anda ketahui tentang konsepsi nation nya Ernest Renan, Otto

Bouer, Hogopian dan Bung Karno ?.

b. Apakah indikasi adanya integrasi nasional ?

c. Jelaskan secara rinci integrasi Inter dan antar komponen negara ?.

d. Apakah yang Anda ketahui tentang integrasi secara normatif, secara kohersif,

dan secara fungsional ?.

6. PETUNJUK/KUNCI JAWABAN

Agar dapat menjawab latihan/penugasan di atas, Anda diharapkan menguasai pokok

bahasan Konsepsi Nation dan Wujud Integrasi Nasional. Berupayalah untuk menuangkan

segala pemahaman yang telah dibaca sebelumnya dalam bentuk essay dengan redaksional

Page 36: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

sendiri sebelum mengutip mentah-mentah. Akan lebih sempurna jawaban yang Anda

buat dengan menambahkan berbagai contoh yang anda peroleh dari referensi atau

bacaan lain. Dalam essay atau jawaban ini Anda diberi kesempatan untuk mengemukakan

pendapat-pendapat yang tentunya argumentatif dan didukung oleh referensi dan nalar

logis.

Page 37: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Modul 5

7. POKOK BAHASAN : TINJAUAN SINGKAT SEJARAH INTEGRASI NASIONAL.

a. Perjalanan Sejarah Integrasi Bangsa Indonesia.

Zaman penjajahan Belanda ditandai dengan keberhasilan pemerintah

penjajah mempersatukan kepulauan nusantara secara administratif, yaitu Hindia

Belanda. Namun, secara politik Belanda melaksanakan politik penjajahan yang

bersifat disintegratif yang dikenal dengan politik devide et impera. Untuk

mendukung politik penjajahannya, Belanda berhasil pula menumbuhkan fanatisme

kesukuan di tengah-tengah masyarakat, sambil memasang isolasi (baik fisik maupun

psikososial) diantara kelompok-kelompok masyarakat.

Politik disintegratif tersebut berhasil dimanfaatkan oleh Belanda untuk

mencapai tujuan ekonomi perdagangan kolonialis, yang telah mendatangkan

kemelaratan dan kemiskinan bagi masyarakat pribumi. Kondisi geografi Indonesia

yang menyebar sangat sesuai dengan politik penjajahan Belanda tersebut. Pulau-

pulau yang dipisahkan oleh laut sangat memungkinkan Belanda untuk membina

masyarakat di tiap pulau secara sendiri-sendiri sesuai dengan pola yang disiapkan.

Politik ekonomi penjajahan Belanda yang bersifat kapitalis telah

mendatangkan kemelaratan dan kemiskinan bagi masyarakat pribumi Indonesia.

Proses pemiskinan masyarakat pribumi berlangsung secara eskalatif dan berlanjut

sampai datangnya batas waktu kesabaran dan daya tahan masyarakat mencapai titik

terendah, yaitu titik kritis dan sensitif yang merangsang timbulnya kesadaran bangsa

Indonesia untuk bangkit mengusir penjajah. Meskipun komunikasi antar

pulau/daerah waktu itu sangat sulit, namun perlawanan terhadap penjajah Belanda

terjadi di mana-mana secara hampir simultan. Hal itu dapat terjadi karena dampak

negatif penjajahan yang dirasakan oleh masyarakat berlangsung pada waktu yang

hampir bersamaan.

Page 38: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Berbagai perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat sejak akhir abad ke-

19 sampai medio abad ke-20 merupakan bukti yang tak terbantahkan. Sebagai

contoh perlawanan yang dipimpin oleh Diponegoro di Jawa Tengah, Imam Bonjol di

Sumatera Barat, Teuku Umar di Aceh, Sisingamangaraja di Tapanuli, Sultan

Hasanuddin di Sulawesi Selatan, dan Kapitan Pattimura di Ambon.

Lahirnya kelompok masyarakat baru yang lebih terdidik dan terpelajar sejak

akhir abad ke - 19 atau awal abad ke - 20 merupakan konsekuensi dari Gerakan

Humanis di Eropa terhadap pemerintah penjajah Belanda dan pemerintah penjajah

Eropa lainnya. Gerakan Humanis itu kemudian melakukan tekanan dan desakan

kepada seluruh pemerintah penjajah agar memperhatikan dan memperbaiki kondisi

humanis dari bangsa jajahannya, terutama yang menyangkut kesejahteraan dan

kercerdasan. Desakan tersebut memaksa pemerintah Belanda untuk mendirikan

berbagai lembaga pendidikan. Dengan berdirinya lembaga-lembaga pendidikan

yang berjenjang dan berlanjut, saat memasuki abad ke-20 muncullah kelompok baru

di dalam masyarakat Indonesia, yaitu kelompok yang lebih terdidik dan terpelajar.

Kemudian dalam menyikapi kondisi rakyat yang berada dalam keadaan/proses

pemiskinan, berdirilah di Jakarta suatu perhimpunan pelajar bernama “Boedi

Oetomo”, yang kemudian diikuti oleh kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Boedi

Oetomo selanjutnya diikuti oleh berdirinya kelompok-kelompok lain seperti : Yong

Java, lalu disusul dengan berdirinya Yong Sumatera, Yong Ambon, Yong Sunda,

Yong Batak, Yong Celebes dan berbagai organisasi kedaerahan lainnya. Bahkan

kecenderungan semacam itu terjadi pula di bidang keagamaan seperti

Muhammadiyah, Syarikat Islam, PERTI, PSII, Pemuda Islam, Pemuda Kristen Jawa,

serta anak organisasi lainnya di bidang pendidikan, sosial, kepemudaan, maupun

kewanitaan.

Dengan berdirinya berbagai organisasi perhimpunan pemuda, dan pelajar,

baik yang bersifat kedaerahan maupun keagamaan, akhirnya timbul pengakuan

umum bahwa “Boedi Oetomo”, ternyata merupakan pemacu bangkitnya kesadaran

baru di seluruh kalangan pemuda pelajar pada waktu itu dan sesudahnya.

Pengakuan tersebut menetapkan tanggal 20 Mei 1908 sebagai Hari Kebangkitan

Nasional. Ketika memasuki tahun 1920-an, timbullah kesadaran baru di kalangan

Page 39: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

perhimpunan pelajar bahwa untuk mencapai suatu tujuan yang mulia diperlukan

kekompakan dan persatuan di antara mereka. Realisasi kesadaran itu tampak di

bidang organisasi, yaitu adanya usaha-usaha untuk melakukan federasi dan integrasi

dalam gerakan kepemudaan. Hal itu terjadi pada medio tahun 1926 di Jakarta

dengan adanya pertemuan para pengurus perhimpunan yang ada, dengan

membentuk Panitia Bersama untuk pertemuan akbar pemuda pelajar Indonesia.

Pertemuan itu disebut Kongres Pemuda Indonesia ke I, sebagai langkah integratif

awal untuk memecahkan permasalahan nasional yang ada. Langkah tersebut diikuti

pula oleh kegiatan Himpunan Indonesia di Negeri Belanda yang mengikuti Kongres

anti imperialis di Brussel, Belgia, pada tahun 1927.

Berbagai langkah integratif yang dilakukan oleh Panitia Bersama itu,

bersepakat untuk menyelenggarakan Kongres Pemuda Pelajar pada bulan Oktober

1928. Peristiwa tersebut kemudian dikenal sebagai Kongres Pemuda Indonesia ke II

yang puncaknya dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1928 dan menelurkan

deklarasi bersama yang dikenal dengan “Sumpah Pemuda”. Tiga butir

pengakuan/tekad bersama, dalam Sumpah Pemuda adalah sebagai berikut ;

1) Kami Putra-Putri Indonesia mengaku bertanah tumpah darah yang

SATU, yaitu TANAH Indonesia.

2) Kami Putra-Putri Indonesia mengaku berbangsa yang SATU yaitu

BANGSA Indonesia.

3) Kami Putra-Putri Indonesia menjunjung BAHASA PERSATUAN, yaitu

BAHASA Indonesia.

Dengan demikian, Sumpah Pemuda yang berjiwakan “persatuan” merupakan

tonggak sejarah integrasi nasional yang sangat penting, mengandung harapan,

tekad, serta semangat untuk mewujudkan persatuan dalam wadah Indonesia

merdeka.

Sumpah Pemuda mengandung semangat politik integratif nasional untuk

menghadapi kebijaksanaan politik disintegratif penjajahan Belanda. Sumpah

Pemuda 1928 merupakan hasil jerih payah para pemuda pelajar Indonesia sendiri

dan bebas dari pengaruh atau dukungan apapun dari Pemerintan Belanda. Dengan

demikian Sumpah Pemuda telah melahirkan gerakan sosial dan politik baru menuju

Page 40: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Indonesia merdeka. Peluang emas untuk Indonesia merdeka menemukan

momen yang tepat pada saat berakhirnya kekuasaan Jepang di Indonesia sejak

13 Agustus 1945 sebagai akibat kekalahan Jepang menghadapi kekuatan Sekutu

dalam Perang Dunia ke II. Kevakuman kekuasaan yang terjadi pada medio Agustus

1945 telah dimanfaatkan oleh para pemuda Indonesia yang juga para aktivis

Kongres Pemuda 1928 untuk mendesak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945

merupakan tonggak integrasi berikutnya karena Proklamasi itu dilakukan dengan

semangat integrasi yang kompak dan utuh guna mewujudkan harapan dan tekad

yang terkandung dalam Sumpah Pemuda 1928. Semangat integrasi itu juga

berhasil melahirkan kesepakatan bahwa “Pancasila” sebagai ideologi negara dan

falsafah bangsa Indonesia melalui diskusi/dialog dalam sidang-sidang Badan

Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, yang kemudian dituangkan di

dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Perang Kemerdekaan 1945-1949 merupakan batu ujian bagi negara

Proklamasi dan semangat integrasi yang mendukungnya dalam menghadapi

berbagai ancaman yang datang dari luar, khususnya pihak Sekutu, Belanda, dan

komunis yang semuanya berskala internasional. Keberhasilan bangsa Indonesia

mengatasi ancaman-ancaman tersebut tidak dapat dilepaskan dari tingginya

semangat integrasi bangsa pada waktu itu.

Sistem Demokrasi Liberal yang dilaksanakan dalam tahun 1950-1959

merupakan kelanjutan dari pengakuan internasional melalui Konferensi Meja Bundar

(KMB, 1949) terhadap kekuasaan penuh (de jure) Republik Indonesia atas bekas

wilayah Hindia Belanda. Sistem Demokrasi Liberal itu justru telah melahirkan

berbagai gejala disintegrasi di berbagai bidang anatara lain : kesukuan, keagamaan,

pemerintahan, hubungan pusat-daerah, hubungan pemerintah-Angkatan Perang dan

bidang konstitusi, Sistem Demokrasi Liberal telah meracuni semangat integrasi yang

dijiwai Pancasila. Bahkan, sistem itu telah melahirkan beberapa pemberontakan

dalam negeri. Jalan keluar dari gejala disintegrasi itu adalah kembali ke jalan

Pancasila melalui Dekrit 5 Juli 1959, yaitu “Kembali ke UUD 1945”.

Page 41: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Sistem Demokrasi Terpimpin yang muncul sebagai pelaksanaan dan

kelanjutan dari Dekrit 5 Juli 1959, memperkenalkan suatu sistem demokrasi

yang seharusnya dipimpin oleh Pancasila. Demokrasi Terpimpin dimaksudkan untuk

mempersatukan kekuatan yang terpecah-pecah yang terjadi selama periode Sistem

Demokrasi Liberal 1950 - 1959. Konsep persatuan yang dipilih adalah konsep Bung

Karno 1926, yaitu Nasima/Nasisos (Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme/

Sosialisme) yang kemudian menjadi Nasakom (nasionalisme, agama dan

komunisme).

Sebelum Nasakom dilaksanakan sebagai konsepsi persatuan, ternyata PKI

juga berkepentingan untuk menjadikan Nasakom sebagai strategi politik komunis

sendiri. Kenyataan memang menunjukkan bahwa memasuki tahun 1965, PKI

berhasil menjadikan dirinya sebagai satu-satunya kekuatan politik yang kuat dan

utuh di Indonesia. Rencana lama PKI untuk mencetuskan revolusi komunis di

Indonesia diwujudkan melalui Pemberontakan G.30.S/PKI pada tanggal 30

September 1965 yang jika berhasil, tentu mengakibatkan disintgerasi total Indonesia

di bawah kekuasaan Komunis. Periode Demokrasi Terpimpin telah di warnai oleh

berlangsungnya pertarungan antara kekuatan yang pro Pancasila dan kekuatan pro

komunis. Namun, kegagalan pemberontakan G.30.S/PKI pada tanggal 30

September 1965 telah mengantarkan kemenangan bagi kekuatan Pancasila.

Kemenangan bagi pendukung Pancasila melahirkan Orde Baru, yaitu pemikiran dan

kelompok yang tetap membela Pancasila dan bertekad melaksanakan Pancasila

secara murni dan konsekuen. Lahirnya Orde Baru diharapkan garis politik nasional

kembali ke jalan Pancasila sebagai faktor utama integrasi nasional. Pimpinan

nasional selama Orde Baru secara terus menerus menyerukan perlunya pembinaan

integrasi nasional. Namun, bukan semangat integrasi nasional yang terwujud dalam

praksis, tetapi “kekuasaan” untuk melayani kepentingan penguasa beserta kroni-

kroninya sebagai faktor yang dominan (monopoli, KKN, feodalisme, birokrasi, dan

represi). Timbullah masalah, antara lain kecemburuan, ketidakpuasan, ketidakadilan,

konflik sosial, gagasan separatisme di berbagai lapisan masyarakat dan di daerah-

daerah. Maka, bangkitlah era reformasi yang penuh efhoria demokrasi, tetapi belum

mampu mengatasi hal-hal tersebut khususnya menyangkut kepastian hukum

Page 42: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

walaupun pelaksanaan otonomi daerah sudah berjalan. Terpuruknya semangat

integrasi nasional tetap merupakan agenda prioritas tingkat nasional dan daerah

untuk perlu dibina dan ditingkatkan lagi.

Transformasi penafsiran integrasi nasional, digambarkan seperti ”lidi” bila

berdiri sendiri mudah dipatahkan, namun bila dalam ikatan yang kuat, sulit untuk

dipatahkan. Demikian pula bangsa Indonesia yang bersatu dalam ikatan NKRI, yang

dilandasi falsafah bangsa Pancasila belum menghargai nilai-nilai kearifan lokal yang

harmonis dengan nilai-nilai Nasional dan Universal.

b. Tantangan Integrasi Nasional.

Tantangan integrasi nasional meliputi antara lain :

1) Ketidakadilan

2) Penegakan hukum

3) Eksploitasi

4) Aspirasi masyarakat yang tidak tersalur

5) Kesenjangan sosial

6) KKN

7) Diskriminasi

8) Kemiskinan

9) Keterasingan

8. LATIHAN/PENUGASAN 2/SOAL URAIAN ;

a. Bagaimana Belanda/Penjajah menerapkan politik disintegrasinya (devide at

impera) ?.

b. Bagaimana dapat lahir kelompok semacam Boedi Oetomo – sebagai pemacu

persatuan Indonesia sampai dengan Soempah Pemoeda dan Kemerdekaan

Indonesia 17 Agustus 1945 ?.

c. Bagaimana Demokrasi Liberal yang belangsung selama 1950 - 1959 justru

telah meracuni persatuan Indonesia begitu juga demokrasi terpimpinnya Bung

Karno ?.

d. Mengapa sejak lahirnya era reformasi semangat disintegrasi justru sangat

mengedepan ?.

e. Apakah tantangan Integrasi Nasional ?.

Page 43: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

9. PETUNJUK/KUNCI JAWABAN

Agar dapat menjawab latihan/penugasan di atas, Anda diharapkan menguasai

pokok bahasan Tinjauan Singkat Sejarah Integrasi Nasional. Berupayalah untuk

menuangkan segala pemahaman yang telah dibaca sebelumnya dalam bentuk esai dengan

redaksional sendiri sebelum mengutip mentah-mentah. Akan lebih sempurna jawaban yang

Anda buat dengan menambahkan berbagai contoh yang anda peroleh dari referensi atau

bacaan lain. Dalam esai atau jawaban ini Anda diberi kesempatan untuk mengemukakan

pendapat-pendapat yang tentunya argumentatif dan didukung oleh referensi dan nalar

logis.

Page 44: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

MODUL 6

10. POKOK BAHASAN : PERANAN NASIONALISME DALAM PROSES INTEGRASI

a. Nasionalisme dan Ancaman Disintegrasi.

Sebelum membahas tentang nasionalisme lebih jauh, ada baiknya apabila

disampaikan beberapa pendapat para pakar bahwa nasionalisme adalah :

1) Sebuah gerakan ideologis untuk memperoleh dan memelihara

kemerdekaan dan pemerintahan sendiri dan kemerdekaan atas nama

segolongan orang yang secara sungguh ingin membentuk ”bangsa” secara

aktual (Anthony D Smith).

2) Sebuah kekuatan penyatu atau homogenizing force (Ernest Gellner).

3) Sebuah artefak atau an imangined political community (Benedict

Anderson).

4) Sebuah alam pikiran atau a state of mind (Hans Kohn).

Secara umum disampaikan bahwa proses integrasi nasional perlu didukung

oleh ideologi nasionalisme. Oleh karena itu, dalam suatu bangsa yang

masyarakatnya secara sosiokultural majemuk (seperti Indonesia), ideologi

nasionalisme perlu memberikan jawaban ideologis serta arahan terhadap strategi

yang akan dianut dalam integrasi nasional.

Nasionalisme merupakan suatu ideologi yang memiliki kekuatan pengaruh

untuk menggerakkan. Hal itu merupakan perasaan menjadi bagian dari sesuatu dan

berfungsi membangun perasaan bagi satu komunitas nasional.

Jika mengkaji topik nasionalisme, amatlah kompleks dan tentu dapat didekati

dari berbagai aspek, sudut pandang, referensi serta tingkat kepakaran masing-

masing. Pada berbagai kesempatan ada saja orang bertanya atau

mempermasalahkan : “Bagaimanakah nasib nasionalisme Indonesia (yang lahir dari

konteks kolonialisme dan imperialisme) dalam menghadapi prospek era kesejagatan

(globalisasi) dewasa ini? Apakah kadar nasionalisme kita akan terus meluntur dan

kemudian lenyap sebagai suatu eksistensi” ?.

Page 45: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Nasionalisme terdiri atas kata-kata “nation” dan “isme”. Secara umum

“nation” berarti suatu masyarakat manusia yang memiliki wilayah, bahasa,

kebudayaan dan masa lalu yang sama serta mempunyai cita-cita yang sama pula

sedangkan “isme” berarti ”faham”.

Bagi Indonesia, nasionalisme adalah (counter) ideologi terhadap kolonialisme,

konservatisme serta statusquoisme kolonalisme. Maka tidaklah heran apabila pada

awalnya nasionalisme Indonesia sering bersifat radikalistik bahkan revolusioner.

Oleh karena itu, “nasionalisme Indonesia” sulit dipahami tanpa pendalaman dan

pembekalan pengetahuan tentang latar belakang sejarah kolonialisme di bumi

Nusantara.

Sesungguhnya embrio nasionalisme telah tumbuh sejak kelahiran Boedi

Oetomo pada tahun 1908, sedangkan Soempah Pemoeda pada 28 Oktober 1928

merupakan prinsip-prinsip dasar dari nasionalisme. Kemudian cita-cita nasionalisme

tersebut semakin terkristalisasi dalam cita-cita tunggal yang lebih kongkret, yaitu

menuju Indonesia merdeka.

Puncak dari proses kristalisasi itu adalah Proklamasi Kemerdekaan 17

Agustus 1945, yang esensinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Secara defacto dan dejure telah lahir satu negara baru, Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

2) Telah lahir pula satu bangsa baru bangsa Indonesia.

3) Lahir juga ideologi negara Pancasila dan konstitusi UUD 1945.

4) Kalau demikian, apa sesungguhnya inti pengertian tentang

nasionalisme menurut persepsi Indonesia seperti yang digariskan oleh

founding fathers kita ?

5) Nasionalisme adalah suatu faham, suatu ideologi, suatu isme yang

berisi kesadaran bahwa tiap-tiap anggota bangsa merupakan bagian dari

suatu bangsa yang besar, yang berkewajiban mencintai dan membela

negaranya.

6) Setiap anggota bangsa perlu menyadari bahwa ia harus memiliki rasa

tanggungjawab sebagai bagian dari satu bangsa yang merdeka dan

berdaulat. Iapun harus menyadari bahwa bangsa yang merdeka memiliki

Page 46: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

harga diri, martabat, kedudukan dan tanggungjawab terhadap masa

depan bangsanya.

7) Setiap saat semua warga negara harus siap membela kepentingan

bangsa dan negaranya, serta siap pula berkorban demi kelangsungan hidup,

keutuhan dan kebesaran perjuangan bangsanya.

8) Nasionalisme adalah jiwa dan semangat, untuk mendahulukan

kepentingan rakyat Indonesia agar tidak terjajah secara politik, ekonomi,

budaya bahkan militer. Jadi, sebenarnya cikal bakal nasionalisme atau

katakanlah jiwa yang terdalam dari nasionalisme adalah pembebasan dan

pemerdekaan dari suatu penindasan.

Namun, realitas sejarah mencatat, nasionalisme Indonesia selalu mengalami

pasang surut serta tiada henti menghadapi berbagai tantangan dan ancaman

(bahkan interpretasi), baik pada era Soekarno, era Soeharto, Habibie, Gus Dur

maupun di era Megawati.

Contoh :

Pada era Orde Lama pemerintahan Presiden Soekarno (Bung Karno)

nasionalisme di jadikan sebagai ideologi bangsa untuk proyek Nation Building dan

Charackter Building. Pada era Orde Baru pemerintahan Presiden Soeharto, menurut

banyak pengamat nasionalisme sekadar dijadikan peralatan politik untuk merawat,

memperbaiki, memaksimalkan penampilan mesin politik Orba.

Jika menghadapi dinamika kesejagatan (globalisasi) dewasa ini tentu ulasan

tentang nasionalisme tidak terlepas dari pendekatan struktur dan dinamika global,

eksistensi bangsa, dan situasi khusus yang berkembang di Indonesia.

Gagasan Giddens, misalnya, menepis pesimisme atau impian berakhirnya era

nasionalisme. Ada juga yang menggambarkan negara bangsa dan nasionalisme

Indonesia dewasa ini terjepit di antara dua kekuatan besar, yaitu globalisasi dan

etnik nasionalisme. Sementara itu, pendapat lain menyatakan bahwa telah terjadi

pergeseran pengertian tentang nasionalisme, yaitu munculnya nasionalisme kapital

yang berorientasi kepada pasar. Padahal pasar global dikuasai oleh negara-negara

industri besar.

Page 47: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Timbul pertanyaan, yaitu apakah makna nasionalisme harus takluk kepada

kekuatan pasar bebas dunia ?. Oleh karena itu, harus selalu waspada karena

globalisasi dengan pasar bebasnya sebenarnya adalah bentuk neokapitalisme

transnasional atau imperialisme komtemprorer dan tirani globalisasi yang selalu

berusaha mengintervensi kebijakan dan kedaulatan nasional.

Akan tetapi, apa pun dahsyatnya gelombang globalisasi yang menerpa

Indonesia, ternyata kita tetap teguh karena memiliki salah satu kekuatan nasional

yaitu landasan sejarah bangsa. Dari proses “perjuangan sejarah” bangsa yang

panjang, telah terbentuk kesadaran ikatan geopolitis yang satu, ingatan kolektif

tentang peristiwa-peristiwa simbolik utama, perasaan kesamaan nasib, identitas

bangsa yang telah menumbuhkan kesatuan perasaan subyektif dan penilaian.

Nasionalisme kita telah membuktikan validitasnya dan akan tetap eksis sekalipun

dalam bentuk ekspresi dan identitas yang disesuaikan dengan perubahan lingkungan

strategis. Inilah merupakan kelemahan utama dari kebudayaan global menghadapi

kohesi integrasi nasional kita. Dengan demikian, betapa pun upaya-upaya penetrasi

global ke dalam aspek kehidupan negara dan bangsa, nasionalisme yang telah

dirintis oleh founding fathers dan founding mathers serta inteligensia kita akan

tetap bisa bertahan. Selain itu, kekuatan unifikasi global juga terbatas, tetapi

dengan catatan bahwa sejarah etnisitas Indonesia menuntut adanya kewajiban

menumbuhkan kesamaan serta keadilan dalam kehidupan keluarga besar bangsa

Nusantara ini. Karena apabila kewajiban ini terabaikan, gairah otonomi daerah

misalnya, seringkali tidak dapat dibedakan dengan gairah etnisistas berupa

kebangkitan politik etnis yang mengarah kepada pemerintahan lokal yang berwatak

etnis. Hal itu tentu akan menggoyahkan integrasi nasional.

b. Etno Nasionalism dan Bentuk nasionalisme lainnya.

Gejala etnonasionalisme adalah etnis di tingkat lokal yang cenderung

menyadari keberadaannya sebagai “yang harus berkuasa di daerahnya sendiri”,

sehingga orang dari etnis lain dianggap sebagai pihak yang harus disubordinasi

secara politis dan ekonomis. Kondisi seperti ini sangat merugikan eksistensi negara

bangsa, karena akan dapat meringkihkan kondisi integrasi nasional.

Page 48: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Distorsi dan krisis lain terhadap nasionalisme terefleksi juga dalam

berbagai konflik sosial dan ancaman separatisme. Sesungguhnya, Sumpah

Pemuda dan Proklamasi 17 Agustus 1945 mengandung missi agar kepemimpinan

bangsa mampu mengimplementasikan “semangat nasionalisme/semangat

kebangsaan” ke dalam praksis penyelenggaraan negara sebagaimana telah

dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945. Apabila lalai mengimplementasikan

semangat nasionalisme ke dalam “praksis” kehidupan politik, ekonomi, sosial,

budaya, hukum, dan keamanan, maka penyelenggaraan negara akan menjadi

lumpuh dan solidaritas bangsa menjadi rapuh.

Ketidakberhasilan menanamkan rasa nasionalisme ke dalam praksis

penyelenggaraan negara pasti akan membuka peluang munculnya kecemburuan,

ketidakpuasan, konflik sosial, politik identitas, KKN, gagasan separatisme, dan

sebagainya.

Jadi, dapat dipastikan bahwa suara-suara dan gagasan-gagasan separatisme

daerah, sesungguhnya mengandung makna dan jeritan daerah yang mendambakan

keadilan dalam praksis kehidupan bernegara yang perlu disikapi secara kritis,

dipahami serta diperbaiki.

Selain itu, menurut sejumlah pakar pada akhir abad ke-20 dunia ditandai

dengan bangkitnya nasionalisme baru yang cenderung primitif, internal agresif, tidak

toleran bahkan chauvinistic karena berdasarkan pada etnisitas dan nasionalisme

yang sempit.

Kemunculan nasionalisme yang chauvinistic dan fasis ini merupakan

perpaduan dari sentimen etnisitas, serta sentimen agama. Sebagai contoh, kasus

kebiadaban nasionalisme sempit etnis Serbia terhadap etnis Bosnia. Lalu bagaimana

sikap Indonesia ?, Indonesia menentang kebiadaban nasionalisme sempit tersebut

diatas.

Semangat nasionalisme harus dikembalikan kepada yang memilikinya, yaitu

masyarakat Indonesia, khususnya kepemimpinan nasionalnya agar segera

mewujudkan good governance dan clean government demi mempercepat

terealisasinya civil society yang mengimplementasikan semangat nasionalisme dalam

praksis kenegaraan.

Page 49: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Pembangunan, kehidupan politik, dan demokrasi tidak lagi didasarkan

pada fanatisme, tetapi perlu dibangun berdasarkan rasionalitas pemikiran yang

objektif, kritis serta konseptual, yang dikembangkan dengan budaya dialog, dan

dialog antar budaya sesama anak bangsa untuk menyongsong kehidupan masa

depan yang lebih beradab, lebih sejahtera dan aman serta tentram dalam bingkai

NKRI dari Sabang sampai Merauke berdasarkan Pancasila.

Hendaknya kita kembali kepada nasionalisme Pancasila, nasionalisme

patriotisme yang positif monoteistis-religius, humanis, demokrasi kerakyatan,

berkeadilan bagi semua etnik bangsa tidak picik dan fanatik, tetapi berwawasan

global serta mengerti akan tantangan zaman era globalisasi. Dari penjelasan singkat

di atas dapat disimpulkan bahwa peranan nasionalisme sangat penting dalam proses

integrasi nasional.

11. LATIHAN/ PENUGASAN 3/ SOAL URAIAN ;

a. Apakah yang anda ketahui tentang Nasionalisme Indonesia dan ancaman

disintegrasi ?.

b. Apakah yang Anda ketahui tentang etnonasionalisme dan bentuk

nasionalisme lainnya ?.

12. PETUNJUK/KUNCI JAWABAN

Agar dapat menjawab latihan/penugasan di atas, anda diharapkan menguasai pokok

bahasan Peranan Nasionalisme dalam Proses Integrasi. Berupayalah untuk menuangkan

segala pemahaman yang telah dibaca sebelumnya dalam bentuk esai dengan redaksional

sendiri sebelum mengutip mentah-mentah. Akan lebih sempurna jawaban yang Anda buat

dengan menambahkan berbagai contoh yang anda peroleh dari referensi atau bacaan lain.

Dalam esai atau jawaban ini anda diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat-

pendapat yang tentunya argumentatif dan didukung oleh referensi dan nalar logis.

Page 50: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

MODUL 7

13. POKOK BAHASAN : LINGKUNGAN STRATEGIS DAN PRIORITAS KEBIJAKAN

SERTA STRATEGI PEMBINAAN INTEGRASI NASIONAL.

a. Pengaruh Lingkungan Strategis, Peluang dan Kendalanya.

Sesungguhnya pembinaan integrasi nasional bangsa Indonesia sudah

dilakukan sejak awal pembentukan NKRI dengan menyepakati Pancasila sebagai

ideologi bangsa. Kemudian Presiden RI I (pertama) Bung Karno mencanangkan

Pancasila sebagai dasar dalam pelaksanaan “Character and Nation Building” dalam

rangka pembinaan integrasi bangsa, karena Bung Karno sangat memahami dan

menyadari heterogenitas negara dan bangsa Indonesia.

Di samping faktor-faktor alamiah seperti diuraikan di atas, pembinaan

integrasi bangsa juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan strategis,

baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Proses integrasi nasional bangsa

Indonesia sejak awal kemerdekaan sampai saat ini masih mengalami pasang surut.

Potensi ancaman terbesar terhadap bangsa (nation) sebagai suatu komunitas

politik modern adalah apabila terjadi disintegrasi nasional oleh melemahnya ikatan

kejiwaan bangsa (collective memory) dan terjadinya pembusukan politik di kalangan

elite dalam wujud tidak berfungsinya lembaga-lembaga negara dan menurunnya

legitimasi elite bangsa.

Apabila aspirasi dan kepentingan serta rasa keadilan massa/rakyat dilanggar

secara sewenang-wenang oleh kaum elite, maka hal itu merupakan motif terkuat

munculnya perlawanan massa/rakyat terhadap elite. Hal itu merupakan “kerawanan”

bagi proses pemantapan integrasi nasional bangsa Indonesia.

Dalam membangun, membina, dan memantapkan proses integrasi nasional,

media massa memiliki peran yang sangat besar sebagai jembatan yang memperkecil

perbedaan-perbedaan yang muncul di kalangan masyarakat dalam hubungannya

dengan para pengambil keputusan. Oleh karena itu, dalam proses membangun

integrasi nasional bangsa Indonesia, diharapkan media massa mampu bertindak

sebagai kontrol sosial. Kontrol sosial yang di maksud adalah sebagai pengamat

lingkungan terhadap jalannya interaksi sosial, baik antara sesama masyarakat,

Page 51: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

maupun atas jalannya suatu pemerintahan. Media massa diharapkan tidak

menempatkan dirinya pada salah satu pihak, tetapi harus Independen dan

seimbang dalam menyampaikan pemberitaan, sehingga akan sangat membantu

dalam proses demokratisasi.

Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam konteks fungsi sosial, media massa

memiliki kemampuan untuk memperluas wawasan khalayaknya. Oleh karenanya, di

sini fungsi mendidiknya lebih menonjol, namun apabila media massa berlebihan

dalam menyampaikan informasinya, maka dampaknya bisa menjadi berbalik. Salah

satu fungsi mendidik yang dominan adalah mampu berfungsi mengutamakan mana

yang penting dan mana yang tidak, oleh karena itu, kemampuan media massa

sebagai jembatan integrasi bangsa sangatlah besar. Dalam kampanye-kampanye

politik, media massa paling sering digunakan sebagai alat pemersatu. Demikian juga

media massa mampu digunakan untuk menaikkan atau membangkitkan aspirasi

masyarakat untuk lebih mengutamakan semangat persatuan dari pada perpecahan.

Kemampuan media massa untuk membangkitkan semangat persatuan pada

umumnya lebih banyak dijumpai di negara-negara berkembang dari pada di negara-

negara yang sudah maju. Hal itu disebabkan oleh masalah yang dihadapi sebagian

besar negara-negara tersebut adalah melaksanakan pembangunan ekonomi, karena

pembangunan ekonomi berkaitan erat dengan pembangunan politik dimana kedua-

duanya saling menunjang.

Pada kenyataannya dalam konteks integrasi bangsa, media massa lebih

banyak dimanfaatkan oleh kekuatan politik tertentu dengan penguasaan media yang

bersangkutan. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa kesadaran pihak media

massa sendiri sebagai jembatan integrasi bangsa harus sudah memiliki niat baik

untuk membantu tanpa keterpaksaan. Faktor itu akan sangat menentukan karena

pada umumnya apa yang disampaikan oleh media massa akan dipercaya oleh

khalayak dan bahkan apa yang menjadi agenda media massa juga akan menjadi

agenda publiknya.

Apabila di dalam masyarakat muncul saling-silang pendapat, media massa

akan mampu menampungnya sebagai sarana pengungkapan aspirasi sosial

masyarakat sebagai bagian dari proses demokratisasi. Bahkan, dalam hal-hal

Page 52: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

tertentu media massa mampu memberi masukan dalam proses komunikasi

interpersonal.

Konflik sosial yang memancing disintegrasi bangsa, dapat diselesaikan melalui

media massa. Namun sebaliknya, media massa dapat juga digunakan oleh

kekuatan-kekuatan tertentu untuk merusak integrasi bangsa.

Seringnya munculnya masalah-masalah konflik di media massa, dapat

disebabkan karena analisis cara penyampaian yang berbeda antara yang satu

dengan yang lainnya, baik mengenai objek berita, maupun sudut pandang kritisnya

tentang peristiwa yang ditampilkan. Apabila sudut pandang dan analisisnya sangat

berbeda, maka akan mampu mengundang konflik, dan konflik yang berlebihan di

media massa berpotensi merusak integrasi bangsa. Oleh karena itu, peran media

massa sebagai sarana efektif untuk membentuk opini integrasi bangsa secara

demokratis, transparan, bertanggung jawab, dan berlanjut harus dipelihara.

Dalam rangka pembinaan integrasi nasional bangsa Indonesia masa kini dan

masa yang akan datang, perlu diidentifikasi faktor-faktor berpengaruh dalam negeri

dan luar negeri berupa kendala dan peluangnya.

1) Kendala.

Dalam era reformasi saat ini, muncul kembali ideologi non-Pancasila,

antara lain, ideologi agama, ideologi liberalis, kapitalis, dan individualis.1

Salah satu tujuan reformasi nasional adalah demokratisasi, namun yang

terjadi adalah kebebasan untuk mencapai kepentingan pribadi, kelompok

organisasi, dan daerahnya sendiri dengan segala cara, yang diwarnai oleh

primordialisme dan feodalisme dengan mengabaikan kepentingan nasional.

Perkembangan perekonomian Indonesia sampai dengan saat ini belum pulih

betul, sehingga banyak perusahaan yang menutup usahanya atau

memindahkan perusahaannya ke luar negeri. Banyak konglomerat Indonesia

yang bermasalah, melarikan modalnya ke luar negeri, sedangkan investor

1 Wacana untuk mencari ideology alternatif sebenarnya sudah muncul dalam polemik masyarakat, dalam

menyikapi berakhirnya perang dingin. Maksum (Ed), 1994, Mencari Ideologi Alternatif, Polemik Agama

Pasca Ideologi Menjelang Abad ke-21

Page 53: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

baru masih menunggu situasi politik dan keamanan yang stabil. Utang

atau bantuan luar negeri masih merupakan keperluan dan sekaligus

beban bagi generasi yang akan datang. Akibat jumlah pengganguran dan

penduduk miskin meningkat, terjadilah kesenjangan sosial ekonomi yang

semakin melebar, sehingga mengundang peningkatan tindakan kriminalitas.

Rasa kebangsaan dan persatuan bangsa semakin merosot, kelompok-

kelompok primordial tumbuh dengan subur dan KKN terus merajalela.

Konflik atau bentrokan antar kelompok masih terjadi di beberapa

daerah. Separatisme dan konflik bersenjata masih berlangsung di Irian Jaya

dan penegakan hukum masih lemah sehingga belum memberikan dampak

yang positif. Kemampuan operasional TNI memerlukan dukungan alat

peralatan yang memadai, dan dukungan logistik, serta masih dibayang-

bayangi trauma pelanggaran hak asasi manusia.

2) Peluang.

Pancasila masih ditetapkan oleh MPR No.18 Tahun 1988 tentang

penghapusan P4 sebagai dasar negara dan ideologi nasional, yang berarti

merupakan perintah kepada para penyelenggara negara untuk mengamalkan

Pancasila dalam mengatur kehidupan nasional guna mewujudkan cita-cita dan

tujuan nasional.2 Dengan demikian masih terbuka peluang untuk

memantapkan integrasi nasional bangsa Indonesia, hal ini ditandai dengan

beberapa indikasi sebagai berikut :

a) Potensi kekayaan alam Indonesia yang masih cukup besar dan

beraneka ragamnya wilayah kepulauan yang luas serta posisi geografis

yang strategis merupakan modal dasar pembangunan nasional.

2 Dalam rangka memperingati Hari lahir Pancasila, Presiden SBY kembali mengingatkan tentang Pancasila

sebagai Dasar Negara. Lihat Yudhoyono.Susilo Bambang,DR.H, 2006 Menata Kembali Kerangka Kehidupan

Bernegara Berdasarkan Pancasila, Pidato Presiden Republik Indonesia Dalam Rangka Memperingati Hari

Lahir Pancasila, Jakarta Convention Center, 1 Juni 2006

Page 54: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

b) Potensi kekayaan alam Indonesia masih cukup besar dan

beraneka ragam, wilayah kepulauan yang luas serta posisi

geografis yang strategis merupakan modal dasar pembangunan

nasional.

c) Potensi sumber daya manusia Indonesia dalam sistem ekonomi

kerakyatan dengan memanfaatkan peluang perdagangan bebas

diharapkan berpeluang untuk meningkatkan kesejahteraan yang

merata.

d) Sistem pendidikan nasional yang telah ada merupakan peluang

untuk memantapkan kembali kesadaran berbangsa Indonesia dalam

wadah NKRI. 3

e) “Character and Nation Building” yang telah dirintis oleh Bung

Karno merupakan peluang untuk digalakkan kembali.

f) TNI dengan Sapta Marga dan Sumpah Prajuritnya, Polri dengan

Tri Bratanya, PNS dengan Panca Prasetyanya, tetap memiliki tekad dan

semangat juang untuk menciptakan keamanan dan menegakkan

kedaulatan NKRI. Warga bangsa yang memilki jiwa patriot dan

kesetiaan terhadap NKRI yang berdasarkan Pancasila merupakan

potensi untuk dibina menjadi kekuatan dalam mengatasi gerakan dan

pemberontakan bersenjata kaum separatis.

g) Bahasa nasional bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan

dan kesatuan bangsa harus selalu mendapat perhatian dan perlakuan

yang semestinya. Bahasa daerah dan bahasa asing tidak boleh menjadi

faktor penggangu integrasi nasional

h) Budaya Indonesia melalui Pengembangan budaya nasional di

samping budaya daerah, akan menanamkan dan mengembangkan

rasa kesatuan dan kebersamaan sebagai bangsa sekalipun majemuk,

tetap terikat dalam kesatuan ke indonesiaan.

b. Prioritas Kebijakan dan Strategi Pembinaan Integrasi Nasional.

3 UU SisDikNas No 2 Tahun 2003 masih menyimpan kelemahan, karena dalam UU ini belum dicantumkan

tentang Pendidikan Pancasila.

Page 55: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Mengapa integrasi Bangsa Indonesia perlu secara terus menerus dipupuk

dan dibina dari generasi ke generasi ?. Jawabannya adalah karena adanya

faktor-faktor dominan yang secara alamiah melekat pada bangsa Indonesia seperti

yang sudah dijelaskan pada awal tulisan ini.

Karena sangat kompleksnya masalah integrasi nasional, maka perlu dipilih

prioritas yang tepat untuk menentukan kebijakan dan strategi pembinaannya, yang

akan dicapai dengan sasaran jangka pendek dan jangka panjang ;

1) Jangka Pendek :

a) Tegaknya kedaulatan NKRI di Irian Jaya.

b) Terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat.

c) Tegaknya hukum dan pemberantasan KKN.

d) Meningkatnya kesejahteraan rakyat yang makin merata.

e) Mulai tertatanya kehidupan politik yang demokratis dan

keterbukaan berlandaskan Pancasila.

f) Pemanfaatan peranan pers ditingkat nasional dan daerah untuk

menghindari disintegrasi nasional.

2) Jangka Panjang :

a) Mantapnya integrasi bangsa melalui sistem pendidikan nasional

dalam arti luas.

b) Mantapnya kesejahteraan rakyat melalui ekonomi kerakyatan.

c) Tertatanya kehidupan politik yang demokratis berlandaskan

Pancasila.

d) Terpeliharanya penegakan hukum dan disiplin nasional.

e) Terpeliharnya keamanan dan ketertiban masyarakat.

f) Terpeliharanya kedaulatan NKRI di seluruh wilayah Nusantara.

g) Pembinaan dan penggunaan bahasa nasional Indonesia yang

baik di setiap strata nasional.

h) Pelurusan sejarah nasional yang benar.

i) Tertatanya budaya, basis sosial, struktur, sistem rekrutmen dan

rotasi para elite, proses pengambilan keputusan, pola komunikasi

politik serta distribusi pendapatan dari aktor-aktor politik.

Page 56: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

j) Kebijakan dan sistem pencegahan kejahatan dan penegakan

hukum.

k) Tertatanya kehidupan harmonis dan adil diantara komunitas

primordial-etnis, masyarakat adat dan kelompok minoritas.

l) Terciptanya media massa yang demokratis, transparan, kritis

serta mendukung integrasi nasional secara berlanjut.

m) Untuk melaksanakan kebijaksanaan tersebut perlu didukung

kepemimpinan nasional serta para elite nasional yang memiliki integritas

moral yang tinggi serta dapat diandalkan, kualitas SDM dengan jiwa

nasionalisme/patriotisme, juga berfungsinya institusi kelembagaan

pemerintahan dan kemasyarakatan secara sinergik guna mengelola dan

memanfaatkan potensi kekayaan alam yang luas secara berkeadilan.

14. LATIHAN/PENUGASAN 4/SOAL URAIAN ;

a. Apakah pengaruh lingkungan strategis bagi upaya pembinaan Integrasi

nasional, baik peluang dan kendalanya ?.

b. Apakah prioritas kebijakan dan strategi pembinaan integrasi nasional ?.

15. PETUNJUK/KUNCI JAWABAN

Agar dapat menjawab latihan/penugasan di atas, Anda diharapkan menguasai pokok

bahasan diatas menyangkut Peranan Nasionalisme dalam Proses Integrasi. Berupayalah

untuk menuangkan segala pemahaman yang telah dibaca sebelumnya dalam bentuk esai

dengan redaksional sendiri sebelum mengutip mentah-mentah. Akan lebih sempurna

jawaban yang Anda buat dengan menambahkan berbagai contoh yang Anda peroleh dari

referensi atau bacaan lain. Dalam esai atau jawaban ini Anda diberi kesempatan untuk

mengemukakan pendapat-pendapat yang tentunya argumentatif dan didukung oleh

referensi maupun nalar logis.

DAFTAR BACAAN

16. BACAAN WAJIB UTAMA

- Integrasi Nasional, Naskah Lembaga, LEMHANNAS RI, 2006-10-22

Page 57: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

17. BACAAN WAJIB PENDUKUNG ;

a. GHALIA INDONESIA , Teori, Masalah dan Strategi.

b. SELO SOEMARDJAN, Menuju Tata Indonesia Baru.

c. DR. TAUFIK ABDULLAH, Nasionalisme.

d. DR. SOERJANTO POESPOWARDOJO, Integrasi.

e. MAYJEN TNI (PURN) BUDISANTOSO.S, SE, Integrasi Bangsa.

f. BRIGJEN TNI (PURN) DR. SAAFRUDDIN BAHAR, Integrasi Nasional.

g. BRIGJEN TNI (PURN) ALEX DINUTH, Mewaspadai Disintegrasi Nasional.

18. BACAAN DIANJURKAN ;

A. YUDHOYONO SUSILO BAMBANG, DR. H, 2006, Menata Kembali Kerangka

Kehidupan Bernegara Berdasarkan Pancasila, Pidato Presiden Republik Indonesia

Dalam Rangka Memperingati Hari Lahir Pancasila, JAKARTA CONVENTION CENTER,

1 JUNI 2006

B. MAKSUM (ED), 1994, Mencari Ideologi Alternatif, Polemik Agama Pasca

Ideologi Menjelang Abad ke - 21

C. Ketahanan Nasional, LEMHANNAS RI.

D. Wawasan Nusantara, LEMHANNAS RI.

Page 58: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

NASKAH LEMBAGA BIDANG STUDI/MATERI POKOK

KEWASPADAAN NASIONAL

SUB. B.S

INTEGRASI NASIONAL

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL RI PROGRAM PENDIDIKAN REGULER ANGKATAN (PPRA) LII

TAHUN 2014

Page 59: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

KATA PENGANTAR

Integrasi nasional adalah proses dinamis yang menyatukan rakyat, wilayah serta

pemerintah sebagai komponen-komponen fungsional dari komunitas politik nasional

sedemikian rupa sehingga cukup andal untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional.

Namun proses integrasi nasional tersebut memakan waktu yang lama serta perlu dibina

secara terus menerus.

Konsepsi nation atau bangsa Indonesia melekat pada asas bahwa sekalipun bangsa

Indonesia terdiri dari bermacam-macam kemajemukan, baik suku bangsa, agama, adat

istiadat, asal-usul/keturunan maupun golongan dan lain-lain, tetapi semuanya terikat

didalam satu ke Indonesiaan.

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika memang sangat tepat untuk melambangkan sifat

kebangsaan Indonesia. Dalam bangsa yang pluralistik ini perlu dikembangkan dan

disebarluaskan unsur-unsur yang bersifat integratif (menyatukan). Sedangkan unsur-unsur

yang bersifat disintegratif haruslah dihilangkan atau setidak-tidaknya dijauhkan.

Tulisan atau Naskah Lembaga tentang integrasi nasional ini merupakan pancingan

awal atau acuan bagi pembaca untuk lebih mendalaminya dalam diskusi-diskusi

pendalaman tentang integrasi nasional, dalam berbagai forum termasuk pada kursus atau

pendidikan di Lemhannas.

Khususnya tentang masalah etnik dalam proses integrasi nasional, walaupun tidak

dibahas secara mendalam dalam naskah ini tentu tidak membatasi para pembaca untuk

mendiskusikannya kembali dalam forum-forum tertentu lainnya, agar diperoleh

pemahaman yang lebih komprehensif. Hal tersebut menyangkut berbagai kasus konflik

etnik di daerah-daerah yang mengarah kepada disintegrasi nasional. Selain itu adanya

gejala dominasi “etnis daerah” di daerah-daerah otonomi perlu mendapat perhatian kita.

Bagi Peserta PPSA/PPRA, Naskah ini sangat berguna untuk pembelajaran program

off campus, sebelum lebih banyak mendiskusikannya pada program in campus.

Jakarta, Januari 2014.

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL RI

KELOMPOK KERJA

BS. KEWASPADAAN NASIONAL

Page 60: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB - I PENDAHULUAN

BAB - II KONSEP NASION DAN WUJUD INTEGRASI NASIONAL

BAB - III TINJAUAN SINGKAT SEJARAH INTEGRASI NASIONAL

BAB - IV PERANAN NASIONALISME DALAM PROSES INTEGRASI

NASIONAL

BAB - V LINGKUNGAN STRATEGIS PRIORITAS KEBIJAKAN DAN

STRATEGI PEMBINAAN INTEGRASI NASIONAL

DAFTAR PUSTAKA iii

Page 61: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum

Ketika Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17

Agustus 1945, sesungguhnya Indonesia yang dicita-citakan belum terwujud atau

terintegrasi secara utuh. Proklamasi baru merupakan langkah awal menjadi Indonesia

meskipun perjalanan menuju tujuan itu sudah dirintis sejak pergerakan Boedi Oetomo

tahun 1908.

Oleh karena itu, Integrasi Nasional harus dicermati secara kritis, konteksional, dan

proporsional karena hal-hal sebagai berikut ;

a. Bangsa Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa, ras, agama,

dan golongan.

b. Wilayah Indonesia merupakan kepulauan yang luas terdiri lebih kurang

17.508 (Pusurta ABRI 1987) pulau-pulau besar dan kecil dengan infrastruktur,

perhubungan dan telekomunikasi yang belum memadai.

c. Pemahaman masyarakat/rakyat tentang ke Indonesiaan dan terbentuknya

bangsa Indonesia relatif kurang.

d. Kedudukan dan posisi strategis Indonesia dapat dimanfaatkan oleh

kepentingan-kepentingan asing yang dapat merugikan bangsa dan negara.

Integrasi nasional merupakan kebutuhan mutlak bangsa Indonesia, karena bangsa

Indonesia adalah bangsa yang majemuk dan tidak akan menghilangkan kemajemukannya.

Hal penting yang harus diupayakan bersama dengan rasa tanggung jawab yang sebesar-

besarnya, adalah bagaimana mengupayakan kemajemukan itu menjadi suatu kekuatan

yang menyegarkan bagi bangsa Indonesia dan bukan menjadi unsur-unsur yang mencerai-

beraikan Indonesia.

Perlu disadari bahwa integrasi nasional merupakan masalah yang strategis dan

kompleks. Konsepsi integrasi nasional sangat terkait dengan konsepsi negara nasional dan

nation. Negara nasional adalah suatu negara yang didasarkan pada ideologi nasionalisme,

Page 62: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

yang menghendaki adanya suatu wilayah nasional sebagai tanah air dan didukung oleh

bangsa (nation) yang utuh. Sedangkan bangsa (nation) adalah suatu entitas politik

yang terdiri atas warga negara suatu negara nasional, yang walaupun berbeda-beda latar

belakang ras, etnik, agama dan golongan satu sama lain, tetapi mempunyai kehendak yang

kuat untuk bersatu di bawah payung negara nasional.

Oleh karena itu, suatu negara nasional, bangsa, serta integrasi nasional bertumpu

pada suatu tali halus batiniah yang mengikat seluruh unsur negara, yaitu adanya kehendak

yang kuat untuk bersatu. Berbagai suku, agama, ras, dan golongan yang sudah ada

sebelum adanya bangsa dan negara nasional, harus sudah merasakan adanya kehendak

yang kuat untuk bersatu yang timbul dari kontrak dan komunikasi yang lama.

Secara kronologis, bangsa (nation) harus ada terlebih dahulu sebelum adanya

negara bangsa (the nation state). Hal itu berarti bahwa status kewarganegaraan secara

yuridis formal saja tidak dengan sendirinya menjadikan sekelompok orang yang menjadi

bagian dari suatu bangsa (nation) karena harus melalui proses membatinkan negara ke

dalam jiwa. Oleh karena itu, negara Indonesia yang di proklamasikan pada tanggal 17

Agustus 1945 yang terdiri atas multietnik sebagai suatu negara nasional dan suatu

bangsa pendukung, mau tidak mau harus memberlakukan transfer of loyality dari berbagai

kelompok etnik tersebut kepada negara nasional atau nation yang baru.

Proses transformasi yang dinamakan nation building tersebut merupakan proses

yang kompleks, dinamis, dan berjangka waktu yang lama. Dikatakan demikian Karena

kesetiaan pra nasional tidak mungkin berubah secara sekejap dan memang, semangat

nasionalisme lebih mudah ditanamkan kepada generasi muda dari pada kepada generasi

yang lebih tua dalam tatanan pra nasional.

Proses menyatukan berbagai etnik untuk menjadi anggota warga baru, yaitu warga

negara Republik Indonesia, tidak selalu mulus. Problem yang melekat adalah problem

pembentukan bangsa (nation) baru itu sendiri yang lebih dikenal sebagai nation building

and character building atau problem/masalah integrasi nasional yang perlu pembinaan

secara terus menerus.

Konsepsi bangsa (nation) atau bangsa Indonesia melekat pada asas persatuan dan

kesatuan bangsa, artinya walaupun terdiri atas berbagai suku, agama, adat istiadat, asal-

usul/keturunan, golongan dan lain-lain, semua itu terikat di dalam satu ke Indonesiaan.

Page 63: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Dengan demikian sangat tepat dan memadai semboyan ”Bhinneka Tunggal Ika” untuk

melambangkan sifat kebangsaan Indonesia.

Konsepsi bangsa (nation) seperti itulah yang sesungguhnya dipersembahkan oleh

para pendiri bangsa (founding fathers dan founding mothers) kepada Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Page 64: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

BAB II

KONSEPSI BANGSA (NATION) DAN

WUJUD INTEGRASI NASIONAL

2. Konsepsi Bangsa (Nation).

Sesungguhnya Indonesia merupakan suatu keajaiban politik dalam dunia modern

karena :

a. Masyarakatnya sangat majemuk.

b. Mempunyai jumlah penduduk yang nomor 4 (empat) di dunia, memiliki lebih

kurang 1.072 etnik, dan memiliki lebih kurang 17.508 pulau besar dan kecil.

c. Penduduknya berbicara dalam ratusan dialek.

d. Terdapat 6 besar agama dunia.

e. Memilih bentuk negara kesatuan dengan sistem pemerintahan presidensial.

Konsepsi “bangsa” (nation) dan konsepsi “negara bangsa” (nation state) merupakan

suatu produk sejarah modern. Para pemimpin/pendiri gerakan kebangsaan Indonesia

(founding fathers dan founding mothers) menggunakan konsepsi bangsa (nation) dari

Ernest Renan, Otto Bauer, dan Hogopian sebagai dasar perjuangan mereka.

a. Esensi teori Ernest Renan tentang bangsa adalah sebagai berikut :

1) Satu bangsa adalah suatu jiwa dan suatu asas kerohanian

2) Satu bangsa adalah satu solidaritas yang besar

(une nation est un grand solidarite)

3) Satu bangsa tidak memerlukan :

a) Persatuan Bahasa

b) Persatuan Agama

c) Persatuan Turunan

4) Suatu keinginan untuk hidup bersama baik dimasa sekarang dan

dimasa yang akan datang (le de’sir d’^etre ensemble)

Page 65: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

b. Esensi teori Otto Bauer tentang bangsa adalah sebagai berikut :

Bangsa adalah satu persamaan, suatu persatuan karakter dan watak,

yang tumbuh dan lahir karena persatuan pengalaman (eine nation ist lene aus

schicksal gemeinschaft erwachsene charackter gemeinschaft).

c. Esensi teori Hogopian tentang bangsa adalah sebagai berikut :

Bangsa (nation) :“A group of people who identify each other. The resultant

we feeling separates them from others, who may or may not have a we feeling of

their own“.

Apabila definisi tentang bangsa dari Ernest Renan diteliti ternyata sejalan dengan

teori Otto Bauer dan Hogopian, yaitu suatu bangsa tidak perlu harus ada persamaan

dalam :

a. bahasa

b. agama

c. keturunan

d. warna kulit

e. budaya, dan sebagainya

Kemudian, Soekarno melengkapinya lagi dengan catatan bahwa bangsa adalah

segerombolan manusia yang keras. Ia punya kehendak untuk hidup bersama (dari Ernest

Renan), ia punya karakter persatuan (dari Otto Bauer dan Hogopian), tetapi yang

berdiam di atas satu wIlayah geopolitik yang nyata sebagai satu persatuan. Menurut Bung

Karno, geopolitik ialah hubungan antara letak tanah dan air dengan rasa dan kehidupan

politiknya.

Dari pendapat para ahli/pakar tersebut, para founding fathers/founding mathers

membuat rumusan konsepsi bangsa (Nation) sebagai berikut : Bangsa (Nation) adalah

suatu entitas politik yang terdiri atas warga negara, yang walaupun berbeda latar belakang

ras, etnik, agama, budaya, golongan satu sama lain, tetapi punya kehendak yang kuat

untuk bersatu dibawah payung negara nasional dan di dalam suatu wilayah yang jelas

batas-batasnya.

Integrasi nasional tidak mungkin terwujud sendiri, tetapi hanya akan terwujud atau

diwujudkan melalui upaya berlanjut, yaitu integrasi setiap komponen negara dan integrasi

antar komponen negara.

Page 66: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Bangsa tumbuh dan dibentuk secara sadar dan bertahap sebagai komunitas

politik modern yang memayungi berbagai komunitas primordial, dengan tujuan sebagai

sarana dan wahana kolektif untuk mewujudkan masa depan bersama baik dalam bidang

kesejahteraan maupun bidang keamanan. Selain itu, pengalaman sejarah yang sama

sebagai collective memory memperkuat kebangsaan tersebut.

Bangsa adalah landasan sosiopsikologi, landasan sosiokultural serta landasan

sosiopolitik yang diperlukan untuk terbentuknya negara nasional. Sebaliknya, negara

nasional merupakan subjek utama hukum internasional yang ideal bagi eksistensi bangsa.

Satu bangsa akan sengsara tanpa negara dan satu negara akan labil tanpa dukungan

bangsa.

3. Wujud Integrasi Nasional

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Edisi ke III, cetakan ke 2, Balai Pustaka,

Jakarta, Tahun 2002), Integrasi adalah sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan

yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan,

kejujuran. Sedangkan pengertian universal (http://en.wikipedia.org/wiki/integration),

menguraikan bahwa integrasi ”is process of combining or accumulating”. Pada masa lalu,

Integrasi Nasional ditafsirkan sebagai kombinasi dan akumulasi unsur terkait yang melebur,

menjadi Kesatuan Nasional yang digambarkan menyatu seperti ”sambal”. Namun, di era

Reformasi dan desentralisasi, penafsiran integrasi nasional lebih menghargai nilai-nilai

kearifan lokal dan nilai kekhasan daerah dalam bingkai NKRI dengan sesanti “Bhinneka

Tunggal Ika“ yang dilandasi falsafah Pancasila. Hal tersebut digambarkan seperti batang

lidi; bila satu batang mudah dipatahkan namun bila berhimpun dalam satu ikatan yang

kokoh kuat akan sulit dipatahkan.

Indikasi telah tertanamnya integrasi nasional dapat dilihat dari adanya hal-hal

sebagai berikut :

a. Terwujudnya rasa aman dan kondisi minimal keamanan serta kesejahteraan

bagi seluruh rakyat sebagai tujuan pembentukan negara dan pemerintahan.

b. Berfungsinya secara terpadu institusi-institusi kemasyarakatan, kebangsaan

dan kenegaraan.

Page 67: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

c. Terpeliharanya komunikasi dan solidaritas kebangsaan diantara berbagai

golongan yang ada dalam masyarakat.

d. Kemampuan bangsa memanfaatkan peluang dalam menanggulangi ancaman

dari lingkungan yang serba berubah, demi menjamin kelangsungan hidup dan

perjuangannya.

Apabila dikaji secara saksama, maka sesungguhnya integrasi nasional adalah terdiri

atas :

a. integrasi intern komponen negara dan

b. integrasi antar komponen negara.

Secara rinci dapat dijelaskan bahwa Integrasi Intern Komponen Negara terdiri dari

integrasi intern rakyat, integrasi intern pemerintah, dan integrasi intern wilayah.

a. Integrasi Intern Rakyat, antara lain adalah :

1) Solidaritas sosial

2) Pembauran

3) Mobilitas horizontal dan vertikal

4) Kerukuan intern dan antarumat beragama

5) Hubungan intern dan antaretnik

6) Hubungan industrial (pekerja dan majikan)

7) Liputan pers dan komunikasi massa lainnya.

b. Integrasi Intern Pemerintah, antara lain adalah :

1) Keterbukaan rekrutmen elite

2) Sirkulasi elite

3) Komunikasi politik antara legislatif, eksekutif, dan yudikatif

4) Tour of duty and tour of area

5) Etika profesional birokrasi

c. Integrasi Intern Wilayah, antara lain adalah :

1) Dukungan jaringan infrastruktur

2) Transportasi darat laut dan udara

3) Sarana komunikasi dan telekomunikasi

Page 68: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Sedangkan Integrasi Antar Komponen Negara terdiri dari integrasi antar rakyat

dan pemerintah, integrasi antar rakyat dan wilayah, dan integrasi antar pemerintah dan

wilayah :

a. Integrasi antar rakyat dan pemerintah, antara lain adalah :

1) Masalah demokrasi

2) Kepemimpinan

3) Sistem politik

4) Legitimasi dan pertanggungjawaban pemerintah

5) Pembangunan hukum

6) Sistem pemilu

7) Otonomi dan desentralisasi

8) Jaminan HAM

9) Ketentuan tentang proses pergantian pemerintahan secara damai.

b. Integrasi antar rakyat dan wilayah, antara lain, adalah :

1) Hak tradisional rakyat atas tanah rakyat

2) Tata ruang

3) Transmigrasi

4) Hak pribadi dan komunal tanah untuk kepentingan umum ;

5) Masalah lingkungan hidup ;

c. Integrasi antar pemerintah dan wilayah, antara lain adalah :

1) Perbatasan negara

2) Kerja sama dengan negara-negara tetangga

3) Penguasaan sumber daya nasional

4) Pembangunan pertahanan dan keamanan

5) Penegakan kedaulatan di darat, laut dan udara

6) Ruang angkasa

7) Pemeliharaan lingkungan

Page 69: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Catatan :

Menurut konvensi Montevideo (1933), tiga komponen negara nasional adalah

wilayah yang jelas batas-batasnya, rakyat yang tetap, dan pemerintah yang mampu

menunaikan tugas-tugas internasionalnya.

Sesungguhnya integrasi bangsa menuntut hal sebagai berikut :

a. Perlakuan persamaan hak bagi semua dan setiap warga negara di seluruh

kepulauan nusantara. Itu berarti bahwa integrasi bangsa hanya akan terlaksana

dengan baik selama ada jaminan bahwa hak-hak dasar serta martabat warga negara

dihormati dan tidak diingkari, diperkosa, ataupun dilecehkan. Artinya tanpa

jaminan itu integrasi menjadi lemah.

b. Jaminan keadilan bagi semua dan setiap warga negara dan berlaku secara

vertikal dan horizontal. Adanya fairness dapat menjadi kunci utama dalam usaha

merealisasikan keadilan dalam kehidupan sosial, baik dalam bentuk keadilan

komunitatif, maupun distributif.

c. Masyarakat perlu mendukung proses penyelenggaraan negara. Prinsip

demokrasi yang dirumuskan sebagai kedaulatan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk

rakyat perlu dihidupkan kembali secara nyata dengan harapan munculnya komitmen

sosial setiap warga dalam karya bersama demi terwujudnya cita-cita.

d. Sikap keterbukaan yang membuka perspektif luas serta mampu membuka

jalan untuk berkesempatan belajar lebih banyak dan mengembangkan potensi dan

kekuatan bangsa. Sikap keterbukaan akan makin bermakna terutama bagi

masyarakat yang pluralistis, khususnya dalam rangka menumbuhkan saling

pengertian, saling menghormati, dialog dan kerja sama.

Dukungan masyarakat terhadap integrasi nasional akan menguat apabila integrasi

nasional tersebut bukan saja memberikan harapan hidup yang lebih baik dimasa depan,

melainkan juga secara nyata telah memperbaiki taraf hidup masyarakat sehari-hari,

betapa pun kecilnya. Penolakan terhadap integrasi nasional akan semakin keras jika

kehidupan berbangsa dan bernegara bukan saja tidak memperbaiki taraf hidup rakyat,

tetapi justru menyengsarakan dan menghina identitas sosiokultural, adat, serta

kehidupannya.

Page 70: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Oleh sebab itu, integrasi nasional perlu ditangani secara profesional oleh kualitas

sinergi kenegarawanan para elite nasional (pusat dan daerah) yang berperan dalam :

a. Kepemimpinan nasional

b. Kepemimpinan daerah

c. Kepemimpinan masyarakat

d. Kepemimpinan pers dan media massa lainnya

e. Kepemimpinan partai politik

f. Kepemimpinan lembaga perwakilan

g. Kepemimpinan aparat penegak hukum (polisi, jaksa, pengacara, hakim)

h. Kepemimpinan angkatan perang

i. Kepemimpinan pengusaha

j. Kepemimpinan diplomat

k. Kepemimpinan dunia akademis

l. Kepemimpinan mahasiswa dan kader pemuda

n. Kepemimpinan seminar nasional

Harus diakui bahwa integrasi nasional secara utuh/bulat masih jauh dari jangkauan

ideal maka secara berkala harus ada upaya untuk menelurusi dan mengkaji secara kritis

kualitas integrasi tersebut, baik dari normatif, koersif maupun fungsional.

Pendekatan integrasi normatif adalah upaya integratif oleh pemerintah yang kurang

menghargai proses budaya, yang alamiah, tetapi lebih bersifat memaksa.

Integrasi koersif menggunakan cara kekerasan, cara ideologis, serta tekanan-

tekanan fisik dan budaya dalam menyatukan bangsa.

sedangkan pendekatan integrasi fungsional adalah pemanfaatan saling

ketergantungan fungsional antar daerah dan antar golongan yang ada dalam negara.

Secara singkat, dapat disimpulkan bahwa prasyarat bagi terwujudnya integrasi

bangsa, antara lain adalah sebagai berikut :

a. Adanya pemahaman, dan kesadaran, dan tekad bersatu sebagai bangsa

Indonesia dalam wadah NKRI dari Sabang sampai Merauke berlandaskan Pancasila.

b. Adanya pemahaman, kesadaran, dan kesepakatan tentang cita-cita dan

tujuan nasional yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

Page 71: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

c. Terwujudnya kesejahteraan dan keamanan yang berkeadilan di seluruh

wilayah tanah air. Tanpa kesejahteraan yang berkeadilan, sulit diciptakan kondisi

keamanan dan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya, tanpa kondisi keamanan

yang kondusif, pembangunan untuk mewujudkan kesejahteraan sukar dilaksanakan.

Kehidupan nasional amatlah dinamis karena didorong oleh faktor dari dalam dan luar

negeri. Faktor dari dalam negeri antara lain, pengaruh distribusi dan mobilitas penduduk,

alokasi sumber daya alam wilayah, dan sirkulasi elite.

Contoh faktor luar negeri ialah : kehidupan nasional dipengaruhi oleh latar belakang

hubungan sejarah serta kepentingan nasional bangsa-bangsa lain baik di bidang politik,

ekonomi, budaya, dan militer. Tantangan terbesar negara nasional adalah bagaimana

mencapai efek sinergi yang positif dari seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki,

bukan saja agar tetap dapat berlangsung hidup, melainkan agar dapat mencapai sasaran-

sasaran nasional secara demokratis, adil, terencana, dan penuh keadilan.

Page 72: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

BAB – III

TINJAUAN SINGKAT SEJARAH INTEGRASI NASIONAL

4. Perjalanan Sejarah Integrasi Bangsa Indonesia.

Zaman penjajahan Belanda ditandai dengan keberhasilan pemerintah penjajah

mempersatukan kepulauan nusantara secara administratif, yaitu Hindia Belanda. Namun,

secara politik Belanda melaksanakan politik penjajahan yang bersifat disintegratif yang

dikenal dengan politik devide et impera. Untuk mendukung politik penjajahannya, Belanda

berhasil pula menumbuhkan fanatisme kesukuan di tengah-tengah masyarakat, sambil

memasang isolasi (baik fisik maupun psikososial) diantara kelompok-kelompok masyarakat.

Politik disintegratif tersebut telah berhasil dimanfaatkan oleh Belanda untuk

mencapai tujuan ekonomi perdagangan kolonialis, yang telah mendatangkan kemelaratan

dan kemiskinan bagi masyarakat pribumi. Kondisi geografi Indonesia yang menyebar

sangat sesuai dengan politik penjajahan Belanda tersebut. Pulau-pulau yang dipisahkan

oleh laut sangat memungkinkan Belanda untuk membina masyarakat di setiap pulau secara

sendiri-sendiri sesuai dengan pola yang disiapkan.

Politik ekonomi penjajahan Belanda yang bersifat kapitalis telah mendatangkan

kemelaratan dan kemiskinan bagi masyarakat pribumi Indonesia. Proses pemiskinan

masyarakat pribumi berlangsung secara eskalatif dan berlanjut sampai datangnya batas

waktu kesabaran dan daya tahan masyarakat mencapai titik terendah, yaitu titik kritis dan

sensitif yang merangsang timbulnya kesadaran bangsa Indonesia untuk bangkit mengusir

penjajah. Meskipun komunikasi antar pulau/daerah waktu itu sangat sulit, namun

perlawanan terhadap penjajah Belanda terjadi dimana-mana secara hampir simultan. Hal

ini dapat terjadi karena dampak negatif penjajahan yang dirasakan oleh masyarakat

berlangsung pada waktu yang hampir bersamaan.

Berbagai perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat sejak akhir abad ke-19 sampai

medio abad ke-20 merupakan bukti yang tak terbantahkan. Sebagai contoh perlawanan

yang dipimpin oleh Diponegoro di Jawa Tengah, Imam Bonjol di Sumatera Barat, Teuku

Umar di Aceh, Sisingamangaraja di Tapanuli, Sultan Hasanuddin di Sulawesi Selatan, dan

Kapitan Pattimura di Ambon.

Page 73: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Lahirnya kelompok masyarakat baru yang lebih terdidik dan terpelajar sejak akhir

abad ke -19 atau awal abad ke - 20 merupakan konsekuensi dari Gerakan Humanis di

Eropa terhadap pemerintah penjajah Belanda dan pemerintah penjajah Eropa lainnya.

Gerakan Humanis itu kemudian melakukan tekanan dan desakan kepada seluruh

pemerintah penjajah agar memperhatikan dan memperbaiki kondisi humanis dari bangsa

jajahannya, terutama yang menyangkut kesejahteraan dan kercerdasan. Desakan tersebut

memaksa pemerintah Belanda untuk mendirikan berbagai lembaga pendidikan. Dengan

berdirinya lembaga-lembaga pendidikan yang berjenjang dan berlanjut, saat memasuki

abad ke-20 muncullah kelompok baru di dalam masyarakat Indonesia, yaitu kelompok yang

lebih terdidik dan terpelajar. Kemudian dalam menyikapi kondisi rakyat yang berada

dalam keadaan/proses pemiskinan, berdirilah di Jakarta suatu perhimpunan pelajar

bernama “Boedi Oetomo”, yang kemudian diikuti oleh kelompok-kelompok masyarakat

lainnya. Boedi Oetomo selanjutnya diikuti oleh berdirinya kelompok-kelompok lain seperti :

Yong Java, lalu disusul dengan berdirinya Yong Sumatera, Yong Ambon, Yong Sunda, Yong

Batak, Yong Celebes dan berbagai organisasi kedaerahan lainnya. Bahkan kecenderungan

semacam itu terjadi pula di bidang keagamaan seperti Muhammdiyah, Syarikat Islam,

PERTI, PSII, Pemuda Islam, Pemuda Kristen Jawa, serta anak organisasi lainnya di bidang

pendidikan, sosial, kepemudaan, maupun kewanitaan.

Dengan berdirinya berbagai organisasi perhimpunan pemuda, dan pelajar, baik yang

bersifat kedaerahan maupun keagamaan, akhirnya timbul pengakuan umum bahwa “Boedi

Oetomo”, ternyata merupakan pemacu bangkitnya kesadaran baru diseluruh kalangan

pemuda pelajar pada waktu itu dan sesudahnya. Pengakuan tersebut menetapkan tanggal

20 Mei 1908 sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Ketika memasuki tahun 1920-an,

timbullah kesadaran baru di kalangan perhimpunan pelajar bahwa untuk mencapai suatu

tujuan yang mulia diperlukan kekompakan dan persatuan di antara mereka. Realisasi

kesadaran itu tampak dibidang organisasi, yaitu adanya usaha-usaha untuk melakukan

federasi dan integrasi dalam gerakan kepemudaan. Hal itu terjadi pada medio tahun 1926

di Jakarta dengan adanya pertemuan para pengurus perhimpunan yang ada, dengan

membentuk Panitia Bersama untuk pertemuan akbar pemuda pelajar Indonesia. Pertemuan

itu disebut Kongres Pemuda Indonesia ke I, sebagai langkah integratif awal untuk

memecahkan permasalahan nasional yang ada. Langkah tersebut diikuti pula oleh kegiatan

Page 74: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Himpunan Indonesia di Negeri Belanda yang mengikuti Kongres anti imperialis di

Brussel, Belgia, pada tahun 1927.

Berbagai langkah integratif yang dilakukan oleh Panitia Bersama itu, bersepakat

untuk menyelenggarakan Kongres Pemuda Pelajar pada bulan Oktober 1928. Peristiwa

tersebut kemudian dikenal sebagai Kongres Pemuda Indonesia ke II yang puncaknya

dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1928 dan menelurkan deklarasi bersama yang

dikenal dengan “Sumpah Pemuda”. Tiga butir pengakuan/tekad bersama, dalam Sumpah

Pemuda adalah sebagai berikut :

a. Kami Putra-Putri Indonesia mengaku bertanah tumpah darah yang SATU,

yaitu TANAH Indonesia.

b. Kami Putra-Putri Indonesia mengaku berbangsa yang SATU yaitu BANGSA

Indonesia.

c. Kami Putra-Putri Indonesia menjunjung BAHASA PERSATUAN, yaitu BAHASA

Indonesia.

Dengan demikian, Sumpah Pemuda yang berjiwakan “persatuan” merupakan

tonggak sejarah integrasi nasional yang sangat penting, mengandung harapan, tekad,

serta semangat untuk mewujudkan persatuan dalam wadah Indonesia merdeka.

Sumpah Pemuda mengandung semangat politik integratif nasional untuk

menghadapi kebijaksanaan politik disintegratif penjajahan Belanda. Sumpah Pemuda 1928

merupakan hasil jerih payah para pemuda pelajar Indonesia sendiri dan bebas dari

pengaruh atau dukungan apapun dari Pemerintan Belanda. Dengan demikian Sumpah

Pemuda telah melahirkan gerakan sosial dan politik baru menuju Indonesia merdeka.

Peluang emas untuk Indonesia merdeka menemukan momen yang tepat pada saat

berakhirnya kekuasaan Jepang di Indonesia sejak 13 Agustus 1945 sebagai akibat

kekalahan Jepang menghadapi kekuatan Sekutu dalam Perang Dunia ke II. Kevakuman

kekuasaan yang terjadi pada medio Agustus 1945 telah dimanfaatkan oleh para pemuda

Indonesia yang juga para aktivis Kongres Pemuda 1928 untuk mendesak Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan

tonggak integrasi berikutnya karena Proklamasi itu dilakukan dengan semangat integrasi

yang kompak dan utuh guna mewujudkan harapan dan tekad yang terkandung dalam

Page 75: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Sumpah Pemuda 1928. Semangat integrasi itu juga berhasil melahirkan kesepakatan

bahwa “Pancasila” sebagai ideologi negara dan falsafah bangsa Indonesia melalui

diskusi/dialog dalam sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan

Indonesia, yang kemudian dituangkan di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Perang Kemerdekaan 1945-1949 merupakan batu ujian bagi negara Proklamasi dan

semangat integrasi yang mendukungnya dalam menghadapi berbagai ancaman yang

datang dari luar, khususnya pihak Sekutu, Belanda, dan komunis yang semuanya berskala

internasional. Keberhasilan bangsa Indonesia mengatasi ancaman-ancaman tersebut tidak

dapat dilepaskan dari tingginya semangat integrasi bangsa pada waktu itu.

Sistem Demokrasi Liberal yang dilaksanakan dalam tahun 1950-1959 merupakan

kelanjutan dari pengakuan internasional melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tahun

1949 terhadap kekuasaan penuh (de jure) Republik Indonesia atas bekas wilayah Hindia

Belanda. Sistem Demokrasi Liberal itu justru telah melahirkan berbagai gejala disintegrasi

di berbagai bidang anatara lain : kesukuan, keagamaan, pemerintahan, hubungan pusat-

daerah, hubungan pemerintah-Angkatan Perang dan bidang konstitusi, Sistem Demokrasi

Liberal telah meracuni semangat integrasi yang dijiwai Pancasila. Bahkan, sistem itu telah

melahirkan beberapa pemberontakan dalam negeri. Jalan keluar dari gejala disintegrasi itu

adalah kembali ke jalan Pancasila melalui Dekrit 5 Juli 1959, yaitu “Kembali ke UUD 1945”.

Sistem Demokrasi Terpimpin yang muncul sebagai pelaksanaan dan kelanjutan dari

Dekrit 5 Juli 1959, memperkenalkan suatu sistem demokrasi yang seharusnya dipimpin

oleh Pancasila. Demokrasi Terpimpin dimaksudkan untuk mempersatukan kekuatan yang

terpecah-pecah yang terjadi selama periode Sistem Demokrasi Liberal 1950 - 1959.

Konsep persatuan yang dipilih adalah konsep Bung Karno 1926, yaitu Nasima/Nasisos

(Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme/ Sosialisme) yang kemudian menjadi Nasakom

(nasionalisme, agama dan komunisme).

Sebelum Nasakom dilaksanakan sebagai konsepsi persatuan, ternyata PKI juga

berkepentingan untuk menjadikan Nasakom sebagai strategi politik komunis sendiri.

Kenyataan memang menunjukkan bahwa memasuki tahun 1965, PKI berhasil menjadikan

dirinya sebagai satu-satunya kekuatan politik yang kuat dan utuh di Indonesia. Rencana

lama PKI untuk mencetuskan revolusi komunis di Indonesia diwujudkan melalui

Pemberontakan G.30.S/PKI pada tanggal 30 September 1965 yang jika berhasil, tentu

Page 76: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

mengakibatkan disintgerasi total Indonesia di bawah kekuasaan Komunis. Periode

Demokrasi Terpimpin telah di warnai oleh berlangsungnya pertarungan antara kekuatan

yang pro Pancasila dan kekuatan pro komunis. Namun, kegagalan pemberontakan

G.30.S/PKI pada tanggal 30 September 1965 telah mengantarkan kemenangan bagi

kekuatan Pancasila. Kemenangan bagi pendukung Pancasila melahirkan Orde Baru, yaitu

pemikiran dan kelompok yang tetap membela Pancasila dan bertekad melaksanakan

Pancasila secara murni dan konsekuen. Lahirnya Orde Baru diharapkan garis politik

nasional kembali ke jalan Pancasila sebagai faktor utama integrasi nasional. Pimpinan

nasional selama Orde Baru secara terus menerus menyerukan perlunya pembinaan

integrasi nasional. Namun, bukan semangat integrasi nasional yang terwujud dalam

praksis, tetapi “kekuasaan” untuk melayani kepentingan penguasa beserta kroni-kroninya

sebagai faktor yang dominan (monopoli, KKN, feodalisme, birokrasi, dan represi).

Timbullah masalah, antara lain kecemburuan, ketidakpuasan, ketidakadilan, konflik sosial,

gagasan separatisme di berbagai lapisan masyarakat dan di daerah-daerah. Maka,

bangkitlah era reformasi yang penuh efhoria demokrasi, tetapi belum mampu mengatasi

hal-hal tersebut khususnya menyangkut kepastian hukum walaupun pelaksanaan otonomi

daerah sudah berjalan. Terpuruknya semangat integrasi nasional tetap merupakan agenda

prioritas tingkat nasional dan daerah untuk perlu dibina dan ditingkatkan lagi.

Transformasi penafsiran integrasi nasional, digambarkan seperti ”lidi” bila berdiri

sendiri mudah dipatahkan, namun bila dalam ikatan yang kuat, sulit untuk dipatahkan.

Demikian pula bangsa Indonesia yang bersatu dalam ikatan NKRI, yang dilandasi falsafah

bangsa Pancasila belum menghargai nilai-nilai kearifan lokal yang harmonis dengan nilai-

nilai Nasional dan Universal.

5. Tantangan Integrasi Nasional.

Tantangan integrasi nasional meliputi antara lain :

a. Ketidakadilan

b. Penegakan hukum

c. Eksploitasi

d. Aspirasi masyarakat yang tidak tersalur

e. Kesenjangan sosial

f. KKN

Page 77: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

g. Diskriminasi

h. Kemiskinan

i. Keterasingan

Page 78: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

BAB IV

PERANAN NASIONALISME DALAM PROSES

INTEGRASI NASIONAL

6. Nasionalisme dan Ancaman Disintegrasi.

Sebelum membahas tentang nasionalisme lebih jauh, ada baiknya apabila

disampaikan beberapa pendapat para pakar bahwa nasionalisme adalah :

a. Sebuah gerakan ideologis untuk memperoleh dan memelihara kemerdekaan

dan pemerintahan sendiri dan kemerdekaan atas nama segolongan orang yang

secara sungguh ingin membentuk ”bangsa” secara aktual (Anthony D Smith)

b. Sebuah kekuatan penyatu atau homogenizing force (Ernest Gellner)

c. Sebuah artefak atau an imangined political community (Benedict Anderson)

d. Sebuah alam pikiran atau a state of mind (Hans Kohn)

Secara umum disampaikan bahwa proses integrasi nasional perlu didukung oleh

ideologi nasionalisme. Oleh karena itu, dalam suatu bangsa yang masyarakatnya secara

sosiokultural majemuk (seperti Indonesia), ideologi nasionalisme perlu memberikan

jawaban ideologis serta arahan terhadap strategi yang akan dianut dalam integrasi

nasional.

Nasionalisme merupakan suatu ideologi yang memiliki kekuatan pengaruh untuk

menggerakkan. Hal itu merupakan perasaan menjadi bagian dari sesuatu dan berfungsi

membangun perasaan bagi satu komunitas nasional. Jika mengkaji topik nasionalisme,

amatlah kompleks dan tentu dapat didekati dari berbagai aspek, sudut pandang, referensi

serta tingkat kepakaran masing-masing. Pada berbagai kesempatan ada saja orang

bertanya atau mempermasalahkan : “Bagaimanakah nasib nasionalisme Indonesia (yang

lahir dari konteks kolonialisme dan imperialisme) dalam menghadapi prospek era

kesejagatan (globalisasi) dewasa ini? Apakah kadar nasionalisme kita akan terus meluntur

dan kemudian lenyap sebagai suatu eksistensi” ?.

Nasionalisme terdiri atas kata-kata “nation” dan “isme”. Secara umum “nation”

berarti suatu masyarakat manusia yang memiliki wilayah, bahasa, kebudayaan dan masa

Page 79: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

lalu yang sama serta mempunyai cita-cita yang sama pula sedangkan “isme” berarti

”faham”.

Bagi Indonesia, nasionalisme adalah (counter) ideologi terhadap kolonialisme,

konservatisme serta statusquoisme kolonalisme. Maka tidaklah heran apabila pada awalnya

nasionalisme Indonesia sering bersifat radikalistik bahkan revolusioner. Oleh karena itu,

“nasionalisme Indonesia” sulit dipahami tanpa pendalaman dan pembekalan pengetahuan

tentang latar belakang sejarah kolonialisme di bumi Nusantara.

Sesungguhnya embrio nasionalisme telah tumbuh sejak kelahiran Boedi Oetomo

pada tahun 1908, sedangkan Soempah Pemoeda pada 28 Oktober 1928 merupakan

prinsip-prinsip dasar dari nasionalisme. Kemudian cita-cita nasionalisme tersebut semakin

terkristalisasi dalam cita-cita tunggal yang lebih kongkret, yaitu menuju Indonesia

merdeka.

Puncak dari proses kristalisasi itu adalah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus

1945, yang esensinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Secara defacto dan dejure telah lahir satu negara baru, Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI).

b. Telah lahir pula satu bangsa baru bangsa Indonesia.

c. Lahir juga ideologi negara Pancasila dan konstitusi UUD 1945.

d. Kalau demikian, apa sesungguhnya inti pengertian tentang nasionalisme

menurut persepsi Indonesia seperti yang digariskan oleh founding fathers kita ?

e. Nasionalisme adalah suatu faham, suatu ideologi, suatu isme yang berisi

kesadaran bahwa tiap-tiap anggota bangsa merupakan bagian dari suatu bangsa

yang besar, yang berkewajiban mencintai dan membela negaranya.

f. Setiap anggota bangsa perlu menyadari bahwa ia harus memiliki rasa

tanggungjawab sebagai bagian dari satu bangsa yang merdeka dan berdaulat.

Iapun harus menyadari bahwa bangsa yang merdeka memiliki harga diri, martabat,

kedudukan dan tanggungjawab terhadap masa depan bangsanya.

g. Setiap saat semua warga negara harus siap membela kepentingan bangsa

dan negaranya, serta siap pula berkorban demi kelangsungan hidup, keutuhan dan

kebesaran perjuangan bangsanya.

Page 80: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

h. Nasionalisme adalah jiwa dan semangat, untuk mendahulukan

kepentingan rakyat Indonesia agar tidak terjajah secara politik, ekonomi, budaya

bahkan militer. Jadi, sebenarnya cikal bakal nasionalisme atau katakanlah jiwa yang

terdalam dari nasionalisme adalah pembebasan dan pemerdekaan dari suatu

penindasan.

Namun, realitas sejarah mencatat, nasionalisme Indonesia selalu mengalami pasang

surut serta tiada henti menghadapi berbagai tantangan dan ancaman (bahkan interpretasi),

baik pada era Soekarno, era Soeharto, Habibie, Gus Dur maupun di era Megawati.

Contoh : Pada era Orde Lama pemerintahan Presiden Soekarno (Bung Karno)

nasionalisme dijadikan sebagai ideologi bangsa untuk proyek Nation Building dan

Charackter Building.

Pada era Orde Baru pemerintahan Presiden Soeharto, menurut banyak pengamat

nasionalisme sekadar dijadikan peralatan politik untuk merawat, memperbaiki,

memaksimalkan penampilan mesin politik Orba.

Jika menghadapi dinamika kesejagatan (globalisasi) dewasa ini tentu ulasan tentang

nasionalisme tidak terlepas dari pendekatan struktur dan dinamika global, eksistensi

bangsa, dan situasi khusus yang berkembang di Indonesia.

Gagasan Giddens, misalnya, menepis pesimisme atau impian berakhirnya era

nasionalisme. Ada juga yang menggambarkan negara bangsa dan nasionalisme Indonesia

dewasa ini terjepit di antara dua kekuatan besar, yaitu globalisasi dan etnik nasionalisme.

Sementara itu, pendapat lain menyatakan bahwa telah terjadi pergeseran pengertian

tentang nasionalisme, yaitu munculnya nasionalisme kapital yang berorientasi kepada

pasar. Padahal pasar global dikuasai oleh negara-negara industri besar.

Timbul pertanyaan, yaitu apakah makna nasionalisme harus takluk kepada kekuatan

pasar bebas dunia ?. Oleh karena itu, harus selalu waspada karena globalisasi dengan

pasar bebasnya sebenarnya adalah bentuk neokapitalisme transnasional atau imperialisme

komtemprorer dan tirani globalisasi yang selalu berusaha mengintervensi kebijakan dan

kedaulatan nasional.

Akan tetapi, apa pun dahsyatnya gelombang globalisasi yang menerpa Indonesia,

ternyata kita tetap teguh karena memiliki salah satu kekuatan nasional yaitu landasan

sejarah bangsa. Dari proses “perjuangan sejarah” bangsa yang panjang, telah terbentuk

Page 81: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

kesadaran ikatan geopolitis yang satu, ingatan kolektif tentang peristiwa-peristiwa

simbolik utama, perasaan kesamaan nasib, identitas bangsa yang telah menumbuhkan

kesatuan perasaan subyektif dan penilaian. Nasionalisme kita telah membuktikan

validitasnya dan akan tetap eksis sekalipun dalam bentuk ekspresi dan identitas yang

disesuaikan dengan perubahan lingkungan strategis. Inilah merupakan kelemahan utama

dari kebudayaan global menghadapi kohesi integrasi nasional kita. Dengan demikian,

betapa pun upaya-upaya penetrasi global kedalam aspek kehidupan negara dan

bangsa, nasionalisme yang telah dirintis oleh founding fathers dan founding mathers

serta inteligensia kita akan tetap bisa bertahan. Selain itu, kekuatan unifikasi global juga

terbatas, tetapi dengan catatan bahwa sejarah etnisitas Indonesia menuntut adanya

kewajiban menumbuhkan kesamaan serta keadilan dalam kehidupan keluarga besar

bangsa Nusantara ini. Karena apabila kewajiban ini terabaikan, gairah otonomi daerah

misalnya, seringkali tidak dapat dibedakan dengan gairah etnisistas berupa kebangkitan

politik etnis yang mengarah kepada pemerintahan lokal yang berwatak etnis. Hal itu tentu

akan menggoyahkan integrasi nasional.

7. Etno Nasionalism dan Bentuk nasionalisme lainnya.

Gejala etnonasionalisme adalah etnis ditingkat lokal yang cenderung menyadari

keberadaannya sebagai “yang harus berkuasa di daerahnya sendiri”, sehingga orang dari

etnis lain dianggap sebagai pihak yang harus disubordinasi secara politis dan ekonomis.

Kondisi seperti ini sangat merugikan eksistensi negara bangsa, karena akan dapat

meringkihkan kondisi integrasi nasional.

Distorsi dan krisis lain terhadap nasionalisme terefleksi juga dalam berbagai konflik

sosial dan ancaman separatisme. Sesungguhnya, Sumpah Pemuda dan Proklamasi 17

Agustus 1945 mengandung missi agar kepemimpinan bangsa mampu

mengimplementasikan “semangat nasionalisme/semangat kebangsaan” ke dalam praksis

penyelenggaraan negara sebagaimana telah dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945.

Apabila lalai mengimplementasikan semangat nasionalisme ke dalam “praksis” kehidupan

politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan keamanan, maka penyelenggaraan negara

akan menjadi lumpuh dan solidaritas bangsa menjadi rapuh.

Page 82: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Ketidakberhasilan menanamkan rasa nasionalisme kedalam praksis

penyelenggaraan negara pasti akan membuka peluang munculnya kecemburuan,

ketidakpuasan, konflik sosial, politik identitas, KKN, gagasan separatisme, dan sebagainya.

Jadi, dapat dipastikan bahwa suara-suara dan gagasan-gagasan separatisme daerah,

sesungguhnya mengandung makna dan jeritan daerah yang mendambakan keadilan dalam

praksis kehidupan bernegara yang perlu disikapi secara kritis, dipahami serta diperbaiki.

Selain itu, menurut sejumlah pakar pada akhir abad ke-20 dunia ditandai dengan

bangkitnya nasionalisme baru yang cenderung primitif, internal agresif, tidak toleran

bahkan chauvinistic karena berdasarkan pada etnisitas dan nasionalisme yang sempit.

Kemunculan nasionalisme yang chauvinistic dan fasis ini merupakan perpaduan dari

sentimen etnisitas, serta sentimen agama. Sebagai contoh, kasus kebiadaban nasionalisme

sempit etnis Serbia terhadap etnis Bosnia. Lalu bagaimana sikap Indonesia ?, Indonesia

menentang kebiadaban nasionalisme sempit tersebut diatas.

Semangat nasionalisme harus dikembalikan kepada yang memilikinya, yaitu

masyarakat Indonesia, khususnya kepemimpinan nasionalnya agar segera mewujudkan

good governance dan clean government demi mempercepat terealisasinya civil society

yang mengimplementasikan semangat nasionalisme dalam praksis kenegaraan.

Pembangunan, kehidupan politik, dan demokrasi tidak lagi didasarkan pada fanatisme,

tetapi perlu dibangun berdasarkan rasionalitas pemikiran yang objektif, kritis serta

konseptual, yang dikembangkan dengan budaya dialog, dan dialog antar budaya sesama

anak bangsa untuk menyongsong kehidupan masa depan yang lebih beradab, lebih

sejahtera dan aman serta tentram dalam bingkai NKRI dari Sabang sampai Merauke

berdasarkan Pancasila.

Hendaknya kita kembali kepada nasionalisme Pancasila, nasionalisme patriotisme

yang positif monoteistis-religius, humanis, demokrasi kerakyatan, berkeadilan bagi

semua etnik bangsa tidak picik dan fanatik, tetapi berwawasan global serta mengerti akan

tantangan zaman era globalisasi. Dari penjelasan singkat di atas dapat disimpulkan bahwa

peranan nasionalisme sangat penting dalam proses integrasi nasional.

Page 83: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

BAB V

LINGKUNGAN STRATEGIS DAN PRIORITAS KEBIJAKAN

SERTA STRATEGI PEMBINAAN INTEGRASI NASIONAL

8. Pengaruh Lingkungan Strategis, Peluang dan Kendalanya

Sesungguhnya pembinaan integrasi nasional bangsa Indonesia sudah dilakukan

sejak awal pembentukan NKRI, yaitu dengan menyepakati Pancasila sebagai Ideologi

bangsa. Kemudian Presiden RI I (pertama) Bung Karno mencanangkan Pancasila sebagai

dasar dalam pelaksanaan “Character and Nation Building” dalam rangka pembinaan

integrasi bangsa, karena Bung Karno sangat memahami dan menyadari heterogenitas

negara dan bangsa Indonesia.

Di samping faktor-faktor alamiah seperti diuraikan di atas, pembinaan integrasi

bangsa juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan strategis, baik dari dalam

negeri maupun dari luar negeri. Proses integrasi nasional bangsa Indonesia sejak awal

kemerdekaan sampai saat ini masih mengalami pasang surut.

Potensi ancaman terbesar terhadap bangsa (nation) sebagai suatu komunitas politik

modern adalah apabila terjadi disintegrasi nasional oleh melemahnya ikatan kejiwaan

bangsa (collective memory) dan terjadinya pembusukan politik dikalangan elite dalam

wujud tidak berfungsinya lembaga-lembaga negara dan menurunnya legitimasi elite

bangsa.

Apabila aspirasi dan kepentingan serta rasa keadilan massa/rakyat dilanggar secara

sewenang-wenang oleh kaum elite, maka hal itu merupakan motif terkuat munculnya

perlawanan massa/rakyat terhadap elite. Hal itu merupakan “kerawanan” bagi proses

pemantapan integrasi nasional bangsa Indonesia.

Dalam membangun, membina, dan memantapkan proses integrasi nasional, media

massa memiliki peran yang sangat besar sebagai jembatan yang memperkecil perbedaan-

perbedaan yang muncul dikalangan masyarakat dalam hubungannya dengan para

pengambil keputusan. Oleh karena itu, dalam proses membangun integrasi nasional

bangsa Indonesia, diharapkan media massa mampu bertindak sebagai kontrol sosial.

Page 84: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Kontrol sosial yang dimaksud adalah sebagai pengamat lingkungan terhadap jalannya

interaksi sosial, baik antara sesama masyarakat, maupun atas jalannya suatu

pemerintahan. Media massa diharapkan tidak menempatkan dirinya pada salah satu pihak,

tetapi harus Independen dan seimbang dalam menyampaikan pemberitaan, sehingga akan

sangat membantu dalam proses demokratisasi.

Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam konteks fungsi sosial, media massa

memiliki kemampuan untuk memperluas wawasan khalayaknya. Oleh karenanya, disini

fungsi mendidiknya lebih menonjol, namun apabila media massa berlebihan dalam

menyampaikan informasinya, maka dampaknya bisa menjadi berbalik. Salah satu fungsi

mendidik yang dominan adalah mampu berfungsi mengutamakan mana yang penting dan

mana yang tidak, oleh karena itu, kemampuan media massa sebagai jembatan integrasi

bangsa sangatlah besar. Dalam kampanye-kampanye politik, media massa paling sering

digunakan sebagai alat pemersatu. Demikian juga media massa mampu digunakan untuk

menaikkan atau membangkitkan aspirasi masyarakat untuk lebih mengutamakan semangat

persatuan dari pada perpecahan. Kemampuan media massa untuk membangkitkan

semangat persatuan pada umumnya lebih banyak dijumpai di negara-negara berkembang

dari pada di negara-negara yang sudah maju. Hal itu disebabkan oleh masalah yang

dihadapi sebagian besar negara-negara tersebut adalah melaksanakan pembangunan

ekonomi, karena pembangunan ekonomi berkaitan erat dengan pembangunan politik

dimana kedua-duanya saling menunjang.

Pada kenyataannya dalam konteks integrasi bangsa, media massa lebih banyak

dimanfaatkan oleh kekuatan politik tertentu dengan penguasaan media yang bersangkutan.

Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa kesadaran pihak media massa sendiri sebagai

jembatan integrasi bangsa harus sudah memiliki niat baik untuk membantu tanpa

keterpaksaan. Faktor itu akan sangat menentukan karena pada umumnya apa yang

disampaikan oleh media massa akan dipercaya oleh khalayak dan bahkan apa yang

menjadi agenda media massa juga akan menjadi agenda publiknya.

Apabila di dalam masyarakat muncul saling-silang pendapat, media massa akan

mampu menampungnya sebagai sarana pengungkapan aspirasi sosial masyarakat sebagai

bagian dari proses demokratisasi. Bahkan, dalam hal-hal tertentu media massa mampu

memberi masukan dalam proses komunikasi interpersonal.

Page 85: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Konflik sosial yang memancing disintegrasi bangsa, dapat diselesaikan melalui

media massa. Namun sebaliknya, media massa dapat juga digunakan oleh kekuatan-

kekuatan tertentu untuk merusak integrasi bangsa.

Seringnya muncul masalah-masalah konflik di media massa, dapat disebabkan

karena analisis cara penyampaian yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya,

baik mengenai objek berita, maupun sudut pandang kritisnya tentang peristiwa yang

ditampilkan. Apabila sudut pandang dan analisisnya sangat berbeda, maka akan mampu

mengundang konflik, dan konflik yang berlebihan di media massa berpotensi merusak

integrasi bangsa. Oleh karena itu, peran media massa sebagai sarana efektif untuk

membentuk opini integrasi bangsa secara demokratis, transparan, bertanggung jawab, dan

berlanjut harus dipelihara.

Dalam rangka pembinaan integrasi nasional bangsa Indonesia masa kini dan masa

yang akan datang, perlu diidentifikasi faktor-faktor berpengaruh dalam negeri dan luar

negeri berupa kendala dan peluangnya.

a. Kendala.

Dalam era reformasi saat ini, muncul kembali ideologi non-Pancasila, antara

lain, ideologi agama, ideologi liberalis, kapitalis, dan individualis.4 Salah satu tujuan

reformasi nasional adalah demokratisasi, namun yang terjadi adalah kebebasan

untuk mencapai kepentingan pribadi, kelompok organisasi, dan daerahnya sendiri

dengan segala cara, yang diwarnai oleh primordialisme dan feodalisme dengan

mengabaikan kepentingan nasional. Perkembangan perekonomian Indonesia sampai

dengan saat ini belum pulih betul, sehingga banyak perusahaan yang menutup

usahanya atau memindahkan perusahaannya ke luar negeri. Banyak konglomerat

Indonesia yang bermasalah, melarikan modalnya ke luar negeri, sedangkan investor

baru masih menunggu situasi politik dan keamanan yang stabil. Utang atau bantuan

luar negeri masih merupakan keperluan dan sekaligus beban bagi generasi yang

akan datang. Akibat jumlah pengganguran dan penduduk miskin meningkat,

4 Wacana untuk mencari ideology alternatif sebenarnya sudah muncul dalam polemik masyarakat, dalam

menyikapi berakhirnya perang dingin. Maksum (Ed), 1994, Mencari Ideologi Alternatif, Polemik Agama

Pasca Ideologi Menjelang Abad ke-21

Page 86: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

terjadilah kesenjangan sosial ekonomi yang semakin melebar, sehingga

mengundang peningkatan tindakan kriminalitas. Rasa kebangsaan dan

persatuan bangsa semakin merosot, kelompok-kelompok primordial tumbuh dengan

subur dan KKN terus merajalela.

Konflik atau bentrokan antar kelompok masih terjadi di beberapa daerah.

Separatisme dan konflik bersenjata masih berlangsung di Irian Jaya dan

penegakan hukum masih lemah sehingga belum memberikan dampak yang positif.

Kemampuan operasional TNI memerlukan dukungan alat peralatan yang memadai,

dan dukungan logistik, serta masih dibayang-bayangi trauma pelanggaran hak asasi

manusia.

b. Peluang.

Pancasila masih ditetapkan oleh MPR sebagai dasar negara dan ideologi

nasional, yang berarti merupakan perintah kepada para penyelenggara negara untuk

mengamalkan Pancasila dalam mengatur kehidupan nasional guna mewujudkan cita-

cita dan tujuan nasional.5 Dengan demikian masih terbuka peluang untuk

memantapkan integrasi nasional bangsa Indonesia, hal ini ditandai dengan beberapa

indikasi sebagai berikut :

1) Adanya parpol dan organisasi kemasyarakatan serta perseorangan

yang memiliki platform Pancasila, hal ini dapat merupakan peluang

memantapkan pengamalan Pancasila dalam mewujudkan sistem politik yang

demokratis tanpa mengabaikan kepentingan nasional.

2) Potensi kekayaan alam Indonesia yang masih cukup besar dan

beraneka ragamnya wilayah kepulauan yang luas serta posisi geografis yang

strategis merupakan modal dasar pembangunan nasional.

5 Dalam rangka memperingati Hari lahir Pancasila, Presiden SBY kembali mengingatkan tentang Pancasila

sebagai Dasar Negara. Lihat Yudhoyono.Susilo Bambang,DR.H, 2006 Menata Kembali Kerangka Kehidupan

Bernegara Berdasarkan Pancasila, Pidato Presiden Republik Indonesia Dalam Rangka Memperingati Hari

Lahir Pancasila, Jakarta Convention Center, 1 Juni 2006

Page 87: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

3) Potensi sumber daya manusia Indonesia dalam sistem ekonomi

kerakyatan dengan memanfaatkan peluang perdagangan bebas

diharapkan berpeluang untuk meningkatkan kesejahteraan yang merata.

4) Sistem pendidikan nasional yang telah ada merupakan peluang untuk

memantapkan kembali kesadaran berbangsa Indonesia dalam wadah NKRI.6

5) “Character and Nation Building” yang telah dirintis oleh Bung Karno

merupakan peluang untuk digalakkan kembali.

6) TNI dengan Sapta Marga dan Sumpah Prajuritnya, Polri dengan Tri

Bratanya, PNS dengan Panca Prasetyanya, tetap memiliki tekad dan

semangat juang untuk menciptakan keamanan dan menegakkan kedaulatan

NKRI. Warga bangsa yang memilki jiwa patriot dan kesetiaan terhadap NKRI

yang berdasarkan Pancasila merupakan potensi untuk dibina menjadi

kekuatan dalam mengatasi gerakan dan pemberontakan bersenjata kaum

separatis.

7) Bahasa nasional bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan

kesatuan bangsa harus selalu mendapat perhatian dan perlakuan yang

semestinya. Bahasa daerah dan bahasa asing tidak boleh menjadi faktor

penggangu integrasi nasional

8) Budaya Indonesia melalui Pengembangan budaya nasional di samping

budaya daerah, akan menanamkan dan mengembangkan rasa kesatuan dan

kebersamaan sebagai bangsa sekalipun majemuk, tetap terikat dalam

kesatuan ke indonesiaan.

9. Prioritas Kebijakan dan Strategi Pembinaan Integrasi Nasional.

Mengapa integrasi Bangsa Indonesia perlu secara terus menerus dipupuk dan dibina

dari generasi ke generasi ?. Jawabannya adalah karena adanya faktor-faktor dominan yang

secara alamiah melekat pada bangsa Indonesia seperti yang sudah dijelaskan pada awal

tulisan ini.

6 UU SisDikNas No 2 Tahun 2003 masih menyimpan kelemahan, karena dalam UU ini belum dicantumkan

tentang Pendidikan Pancasila.

Page 88: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Karena sangat kompleksnya masalah integrasi nasional, maka perlu dipilih

prioritas yang tepat untuk menentukan kebijakan dan strategi pembinaannya, yang

akan dicapai dengan sasaran jangka pendek dan jangka panjang ;

a. Jangka Pendek :

1) Tegaknya kedaulatan NKRI di Irian Jaya.

2) Terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat.

3) Tegaknya hukum dan pemberantasan KKN.

4) Meningkatnya kesejahteraan rakyat yang makin merata.

5) Mulai tertatanya kehidupan politik yang demokratis dan keterbukaan

berlandaskan Pancasila.

6) Pemanfaatan peranan pers ditingkat nasional dan daerah untuk

menghindari disintegrasi nasional.

b. Jangka Panjang :

1) Mantapnya integrasi bangsa melalui sistem pendidikan nasional dalam

arti luas

2) Mantapnya kesejahteraan rakyat melalui ekonomi kerakyatan.

3) Tertatanya kehidupan politik yang demokratis berlandaskan Pancasila.

4) Terpeliharanya penegakan hukum dan disiplin nasional, meliputi :

5) Terpeliharnya keamanan dan ketertiban masyarakat

6) Terpeliharanya kedaulatan NKRI di seluruh wilayah Nusantara

7) Pembinaan dan penggunaan bahasa nasional Indonesia yang baik di

setiap strata nasional

8) Pelurusan sejarah nasional yang benar

9) Tertatanya budaya, basis sosial, struktur, sistem rekrutmen dan rotasi

para elite, proses pengambilan keputusan, pola komunikasi politik serta

distribusi pendapatan dari aktor-aktor politik

10) Kebijakan dan sistem pencegahan kejahatan dan penegakan hukum

11) Tertatanya kehidupan harmonis dan adil diantara komunitas

primordial-etnis, masyarakat adat dan kelompok minoritas

12) Terciptanya media massa yang demokratis, transparan, kritis serta

mendukung integrasi nasional secara berlanjut.

Page 89: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

Untuk melaksanakan kebijaksanaan tersebut perlu didukung

kepemimpinan nasional serta para elite nasional yang memiliki integritas moral

yang tinggi serta dapat diandalkan, kualitas SDM dengan jiwa

nasionalisme/patriotisme, juga berfungsinya institusi kelembagaan pemerintahan

dan kemasyarakatan secara sinergik guna mengelola dan memanfaatkan potensi

kekayaan alam yang luas secara berkeadilan.

Page 90: modul integrasi nasional  2  2014 (1)

DAFTAR PUSTAKA

1. INTEGRASI NASIONAL, LEMHANNAS RI,1997

2. TEORI, MASALAH & STRATEGI, GHALIA INDONESIA

3. EDISI KHUSUS PERSEPSI LEMHANNAS, JUNI 1992

4. MENUJU TATA INDONESIA BARU, SELO SOEMARDJAN

5. NASIONALISME, DR. TAUFIK ABDULLAH

6. INTEGRASI, DR. SOERJANTO POESPOWARDOJO

7. INTEGRASI BANGSA, MAYJEN TNI (PURN) BUDISANTOSO.S, SE

8. INTEGRASI NASIONAL, BRIGJEN TNI (PURN) DR. SAAFRUDDIN BAHAR.

9. MEWASPADAI DISINTEGRASI NASIONAL, BRIGJEN TNI (PURN) ALEX DINUTH

10. YUDHOYONO.SUSILO BAMBANG,DR.H, 2006 MENATA KEMBALI KERANGKA

KEHIDUPAN BERNEGARA BERDASARKAN PANCASILA, PIDATO PRESIDEN REPUBLIK

INDONESIA DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI LAHIR PANCASILA, JAKARTA

CONVENTION CENTER, 1 JUNI 2006

11. MAKSUM (ED), 1994, MENCARI IDEOLOGI ALTERNATIF, POLEMIK AGAMA PASCA

IDEOLOGI MENJELANG ABAD 21