Modul Filsafat Ilmu-libre

download Modul Filsafat Ilmu-libre

of 69

Transcript of Modul Filsafat Ilmu-libre

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    1/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    0

    MODUL KULIAH

    FILSAFAT ILMU

    Oleh:

    ADE HIDAYAT, S.Fil., M.Pd.

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS MATHLAUL ANWAR BANTEN

    2014

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    2/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    1

    SILABUS PERKULIAHAN

    FILSAFAT ILMU

    A. Deskripsi Mata Kuliah

    Dalam mata kuliah ini akan dikaji konsep dasar tentang filsafat ilmu,

    kedudukan, fokus, cakupan, tujuan dan fungsinya. Berikutnya dibahas pula tentang

    karakteristik filsafat, ilmu dan pendidikan serta jalinan fungsional antara ilmu,

    filsafat dan agama. Selanjutnya dibahas mengenal sistematika, permasalahan,

    keragaman pendekatan dan paradigma (pola pikir) dalam pengkajian dan

    pengembangan ilmu dan dimensi ontologis, epistemologis dan aksiologis.

    Kemudian dikaji mengenai makna, implikasi dan implementasi filsafat ilmusebagai landasan dalam rangka pengembangan keilmuan dan kependidikan dengan

    penggunaan alternatif metodologi penelitian, baik pendekatan kualitatif, kuantitatif,

    maupun perpaduan keduanya.

    B. Tujuan Mata Kuliah

    Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan peserta pendidikan memiliki

    kemampuan: 1) Memahami konsep dasar filsafat ilmu, kedudukan, fokus, cakupan,

    tujuan dan fungsinya untuk dapat dijadikan landasan pemikiran, perencanaan dan

    pengembangan ilmu dan pendidikan secara akademik dan profesional; 2) Mampu

    memahami filsafat ilmu untuk mengembangkan diri sebagai ilmuwan maupunsebagai pendidik dengan penggunaan alternatif metodologi penelitian, baik

    pendekatan kualitatif, kuantitatif, maupun perpaduan keduanya dalam konsentrasi

    bidang studi yang menjadi minat utamanya; 3) Mampu menerapkan filsafat ilmu

    sebagai dasar pemikiran, perencanaan dan pengembangan khususnya landasan

    keilmuan dan landasan pendidikan yang dijiwai nilai-nilai ajaran agama dan nilai-

    nilai luhur budaya masyarakat Indonesia yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa

    dan negara serta umat manusia dalam pemahaman dan perkembangan lingkungan

    dinamika global.

    C. Pokok-pokok PerkuliahanI. PENGERTIAN FILSAFAT

    1. Arti istilah dan rumusan filsafat

    2. Objek studi dan metode filsafat

    3. Bidang kajian filsafat: Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi

    4. Klasifikasi filsafat

    5. Cabang-cabang filsafat

    6. Jalinan ilmu, filsafat dan agama.

    II. PENGERTIAN FILSAFAT ILMU

    1. Definisi filsafat ilmu

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    3/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    2

    2. Cakupan dan permasalahan filsafat ilmu

    3. Berbagai pendekatan filsafat ilmu

    4. Sejarah dan Perkembangan filsafat ilmu

    5. Fungsi dan arah filsafat ilmu

    III. SUBSTANSI FILSAFAT ILMU

    1. Kenyataan atau fakta

    2. Kebenaran

    3. Konfirmasi

    4. Logika Inferensi

    5. Telaah konstruksi teori

    IV. DIMENSI KAJIAN FILSAFAT ILMU

    1. Dimensi Ontologis

    2. Dimensi Epistemologis

    3. Dimensi Aksiologis

    V. PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN TEORI

    1. Pengembangan teori dan alternatif metodologinya.

    2. Etika dalam Pengembangan Ilmu dan Teknologi

    3. Jalinan fungsional Agama, Filsafat dan Ilmu.

    4. Implikasi dan Implementasi Filsafat Ilmu dalam pengembanganKeilmuan dan Kependidikan.

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    4/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    3

    BAB I

    PENGERTIAN FILSAFAT

    A. Arti Istilah dan Rumusan Filsafat

    Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal

    dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau

    philein (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia atau shopos (hikmah,

    kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, atau pengalaman praktis inteligensi).

    Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Plato

    menyebut Socrates sebagai philosophos (filosof) dalam pengertian pencinta

    kebijaksanaan. Kata falsafah merupakan arabisasi yang berarti pencarian yangdilakukan oleh para filosof. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat

    menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan

    dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya.

    Manusia filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan akal

    sebagaimana ia juga memiliki jiwa yang independen dan bersifat spiritual.

    Sebelum Socrates ada satu kelompok yang menyebut diri mereka sophist

    (kaum sofis) yang berarti cendekiawan. Mereka menjadikan persepsi manusia

    sebagai ukuran realitas dan menggunakan hujah-hujah yang keliru dalam

    kesimpulan mereka. Sehingga kata sofis mengalami reduksi makna yaitu berpikir

    yang menyesatkan. Socrates karena kerendahan hati dan menghindarkan diri dari

    pengidentifikasian dengan kaum sofis, melarang dirinya disebut dengan seorangsofis (cendekiawan). Oleh karena itu istilah filosof tidak pakai orang sebelum

    Socrates (Muthahhari, 2002).

    Pada mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan yang dimiliki

    manusia. Mereka membagi filsafat kepada dua bagian yakni, filsafat teoretis dan

    filsafat praktis. Filsafat teoretis mencakup: (1) ilmu pengetahuan alam, seperti:

    fisika, biologi, ilmu pertambangan, dan astronomi; (2) ilmu eksakta dan

    matematika; (3) ilmu tentang ketuhanan dan metafisika. Filsafat praktis mencakup:

    (1) norma-norma (akhlak); (2) urusan rumah tangga; (3) sosial dan politik.

    Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu

    secara sistematis, radikal, dan kritis. Berarti filsafat merupakan sebuah prosesbukan sebuah produk. Maka proses yang dilakukan adalah berpikir kritis yaitu

    usaha secara aktif, sistematis, dan mengikuti pronsip-prinsip logika untuk mengerti

    dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu

    diterima atau ditolak. Dengan demikian filsafat akan terus berubah hingga satu titik

    tertentu (Takwin, 2001).

    Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah masalah falsafi pula.

    Menurut para ahli logika ketika seseorang menanyakan pengertian

    (definisi/hakikat) sesuatu, sesungguhnya ia sedang bertanya tentang macam-macam

    perkara. Tetapi paling tidak bisa dikatakan bahwa falsafah itu kira-kira

    merupakan studi yang didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimendan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis,

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    5/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    4

    mencari solusi untuk ini, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuksolusi tertentu dan akhirnya dari proses-proses sebelumnya ini dimasukkan ke

    dalam sebuah dialektika. Dialektika ini secara singkat bisa dikatakan merupakansebuah bentuk daripada dialog.

    Adapun beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof

    adalah:

    1) Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap

    tentang seluruh realitas.

    2) Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar secara nyata.

    3) Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan sumber daya,

    hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya.

    4) Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataanyang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.

    5) Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu seseorang melihat apa yang

    dikatakannya dan untuk menyatakan apa yang dilihatnya.

    Plato (427348 SM) menyatakan filsafat ialah pengetahuan yang bersifat

    untuk mencapai kebenaran yang asli. Sedangkan Aristoteles (382322 SM)

    mendefinisikan filsafat ialah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang

    terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,

    politik, dan estetika. Sedangkan filosof lainnya Cicero (106043 SM) menyatakan

    filsafat ialah ibu dari semua ilmu pengetahuan lainnya. Filsafat ialah ilmu

    pengetahuan terluhur dan keinginan untuk mendapatkannya.

    Menurut Descartes (15961650), filsafat ialah kumpulan segala pengetahuan

    di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya. Sedangkan

    Immanuel Kant (17241804) berpendapat filsafat ialah ilmu pengetahuan yang

    menjadi pokok dan pangkal segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya empat

    persoalan:

    1. Apakah yang dapat kita ketahui? Jawabannya termasuk dalam bidang

    metafisika.

    2. Apakah yang seharusnya kita kerjakan? Jawabannya termasuk dalam bidang

    etika.

    3. Sampai di manakah harapan kita? Jawabannya termasuk pada bidang agama.4. Apakah yang dinamakan manusia itu? Jawabannya termasuk pada bidang

    antropologi.

    Setidaknya ada tiga karakteristik berpikir filsafat yakni:

    1) Sifat menyeluruh: seseorang ilmuwan tidak akan pernah puas jika hanya

    mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin tahu hakikat

    ilmu dari sudut pandang lain, kaitannya dengan moralitas, serta ingin yakin

    apakah ilmu ini akan membawa kebahagiaan dirinya. Hal ini akan membuat

    ilmuwan tidak merasa sombong dan paling hebat. Di atas langit masih ada

    langit. contoh: Socrates menyatakan dia tidak tahu apa-apa.

    2) Sifat mendasar: yaitu sifat yang tidak saja begitu percaya bahwa ilmu itu benar.

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    6/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    5

    Mengapa ilmu itu benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteriatersebut dilakukan? Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu

    apa? Seperti sebuah pertanyaan yang melingkar yang harus dimulai denganmenentukan titik yang benar.

    3) Spekulatif: dalam menyusun lingkaran dan menentukan titik awal sebuah

    lingkaran yang sekaligus menjadi titik akhirnya dibutuhkan sifat spekulatif baik

    sisi proses, analisis maupun pembuktiannya. Sehingga dapat dipisahkan mana

    yang logis atau tidak.

    Sir Isacc Newton, seorang ilmuwan terkenal dianggap memiliki ketiga

    karakteristik di atas. Ada banyak penyempurnaan penemuan-penemuan ilmuwan

    sebelumnya yang dilakukannya. Dalam pencariannya akan ilmu, Newton tidak

    hanya percaya pada kebenaran yang sudah ada (ilmu pada saat itu). Ia menggugat

    (meneliti ulang) hasil penelitian terdahulu seperti logika aristotelian tentang gerakdan kosmologi, atau logika cartesian tentang materi gerak, cahaya, dan struktur

    kosmos. Saya tidak mendefinisikan ruang, tempat, waktu dan gerak sebagaimanayang diketahui banyak orang ujar Newton. Bagi Newton tak ada keparipurnaan,

    yang ada hanya pencarian yang dinamis, selalu mungkin berubah dan tak pernah

    selesai. kutekuni sebuah subjek secara terus menerus dan kutunggu sampai cahaya

    fajar pertama datang perlahan, sedikit demi sedikit sampai betul-betul terang.

    B. Objek Studi dan Metode Filsafat

    1. Objek Studi Filsafat

    Menurut Susanto (2011), isi Filsafat ditentukan oleh objek yang dipikirkan.Objek sendiri adalah sesuatu yang menjadi bahan dari kajian dari suatu

    penelaahan/penelitian tentang pengetahuan.Objek yang diselidiki oleh filosof

    meliputi objek material dan objek formal.

    Objek material dari filsafat adalah suatu kajian penelaahan atau pembentukan

    pengetahuan itu,yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin ada,mencakup segala

    hal,baik hal-hal yang kongkret/nyata maupun hal-hal yang abstrak atau tak tampak.

    Mengenai objek material filsafat ini banyak kesamaan dengan objek material sains.

    Hanya terdapat dua perbedaan, yaitu pertama sains menyelidiki objek material yang

    empiris, sementara filsafat ilmu menyelidiki bagian objek yang abstrak. Kedua, ada

    objek material filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh sains, seperti Tuhan,hari kiamat, yaitu objek material yang selamanya tidak empiris.

    Jadi, dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa objek filsafat meliputi

    beberapa hal, atau dengan kata lain objek filsafat ini tak terbatas. Begitu luasnya

    kajian atau objek filsafat ini menyangkut hal-hal yang fisik atau nampak maupun

    psikis atau yang tidak nampak. Ini meliputi alam semesta, semua keberadaan,

    masalah hidup dan masalah manusia. Sedangkan hal-hal yang psikis (non fisik)

    adalah masalah Tuhan, kepercayaan, norma-norma, nilai, keyakinan, dsb.

    Sedangkan objek formal, yaitu sifat penelitian, penyelidikan yang

    mendalam.Kata mendalam berarti ingin tahu tentang objek yang tidak empiris.

    Menurut Lasiyo dan Yuwono (1985: 6), objek formal adalah sudut pandang yangmenyeluruh secara umum sehingga dapat mencapai hakikat dari objek materialnya.

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    7/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    6

    Jadi objek formal filsafat ini membahas objek materialnya sampai ke hakikat/esensi

    dari yang dibahasnya.

    Dewasa ini, corak dan ragam ilmu pengetahuan sangatlah banyak. Corak danragam yang berbeda-beda ini timbul karena adanya perbedaan cara pandang dalam

    memahami objek ilmu pengetahuan. objek ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang

    merupakan bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan. Inti pembahasan

    atau pokok persoalan dan sasaran material dalam ilmu pengetahuan sering disebut

    sebagai objek material ilmu pengetahuan. Sedangkan cara pandang atau

    pendekatan-pendekatan terhadap objek material ilmu pengetahuan biasa disebut

    sebagai objek formal. Dari berbeda-bedanya objek ilmu pengetahuan ini, timbullah

    ragam dan corak ilmu pengetahuan. Dengan mengetahui objek material dan objek

    formal ilmu pengetahuan kita dapat mengetahui bidang keilmuan apakah yang

    dimungkinkan dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan

    permasalahan yang kita miliki.

    2. Metode Filsafat

    Metode berasal dari kata Yunani Methodos, sumbangan kata depan meta

    (menuju, melalui, mengikuti, sesudah), dan kata benda hodos (jalan, perjalanan,

    cara, arah). Kata Methodos sendiri berarti penelitian, jalan ilmiah, hipotesa ilmiah.

    Sehingga dapat disebutkan bahwa metode adalah cara bertindak menurut sistem

    aturan tertentu. Maksud metode adalah agar kegiatan praktis terlaksana secara

    rasional dan terarah, agar mencapai hasil optimal (Bakker, 1986).

    Metode dan filsafat mempunyai hubungan erat, karena secara tidak langsung

    filsafat membutuhkan metode untuk mempermudah dalam berfilsafat. Untukmempelajari filsafat ada tiga macam metode: (1) metode sistematis, (2) metode

    historis, dan (3) metode kritis.

    Menggunakan metode sistematis, berarti seseorang menghadapi dan

    mempelajari karya filsafat. Misalnya mula-mula ia menghadapi teori pengetahuan

    yang terdiri atas beberapa cabang filsafat, setelah itu ia mempelajari teori hakikat

    yang merupakan cabang lain. Kemudian ia mempelajari teori nilai atau filsafat

    tatkala membahas setiap cabang atau cabang itu, aliran-aliran akan terbahas.

    Dengan belajar filsafat melalui metode ini perhatiannya terpusat pada isi filsafat,

    bukan pada tokoh atau pun periode.

    Adapun metode historis digunakan apabila seseorang mempelajari filsafat

    dengan cara mengikuti sejarah, terutama sejarah pemikiran. Metode ini dapat

    dilakukan dengan membicarakan tokoh demi tokoh menurut kedudukannya dalam

    sejarah, misalnya dimulai dari membicarakan filsafat Thales, membicarakan

    riwayat hidupnya, pokok ajarannya, lantas dalam teori pengetahuan, teori hakikat,

    maupun dalam teori nilai. Lantas setelah mengetahui Thales dari mulai

    pemikiranya, dilanjutkan lagi misalnya Heraklitus, Pramendes, Sokrates,

    Demokritus, Plato, dan tokoh-tokoh lainnya (Suryabrata, 1987).

    Metode kritis digunakan oleh orang yang mempelajari filsafat tingkat

    intensif. Pengguna metode ini haruslah sedikit-banyak telah memiliki pengetahuan

    filsafat, langkah pertama dengan memahami isi ajaran, kemudian mengajukan

    kritiknya. Kritik itu dapat menggunakan pendapatnya sendiri atau pun

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    8/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    7

    menggunakan filsafat/pemikiran lain (Tafsir, 1990).

    C. Bidang Kajian Filsafat: Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi

    Louis O. Katsoff dalam bukunya Elements of Philosophy menyatakan

    bahwa kegiatan filsafat merupakan perenungan, yaitu suatu jenis pemikiran yang

    meliputi kegiatan meragukan segala sesuatu, mengajukan pertanyaan,

    menghubungkan gagasan yang satu dengan gagasan yang lainnya,

    menanyakan mengapa mencari jawaban yang lebih baik ketimbang jawaban

    pada pandangan mata. Filsafat sebagai perenungan mengusahakan kejelasan,

    keutuhan, dan keadaan memadainya pengetahuan agar dapat diperoleh pemahaman.

    Tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin,

    mengajukan kritik dan menilai pengetahuan. Berdasarkan tujuan tersebut, terdapat

    tiga bidang kajian filsafat yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga bidangfilsafat ini merupakan pilar utama bangunan filsafat.

    Ontologi adalah cabang filsafat mengenai sifat (wujud) atau lebih sempit

    lagi sifat fenomena yang ingin kita ketahui. Dalam ilmu pengetahuan sosial

    ontologi terutama berkaitan dengan sifat interaksi sosial. Menurut Stephen Little

    John (1996), ontologi adalah mengerjakan terjadinya pengetahuan dari sebuah

    gagasan kita tentang realitas. Bagi ilmu sosial ontologi memiliki keluasan eksistensi

    kemanusiaan.

    Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode,

    dan batasan pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan kriteria bagi penilaian

    terhadap kebenaran dan kepalsuan. Epistemologi pada dasarnya adalah carabagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh dalam prosesnya

    menggunakan metode ilmiah. Metode adalah tata cara dari suatu kegiatan

    berdasarkan perencanaan yang matang dan mapan, sekaligus sistematis dan logis.

    Aksiologis adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai seperti etika,

    estetika. Little John menyebutkan bahwa aksiologis, merupakan bidang kajian

    filosofis yang membahas value (nilai-nilai).

    D. Klasifikasi Filsafat

    Di seluruh dunia, banyak orang yang menanyakan pertanyaan yang sama dan

    membangun tradisi filsafat, menanggapi dan meneruskan banyak karya-karya

    sesama mereka. Oleh karena itu filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah

    geografis dan budaya. Pada dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi: Filsafat

    Barat, Filsafat Timur, dan Filsafat Islam.

    1. Filsafat Barat

    Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di

    universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini

    berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Menurut Takwin (2001) dalam

    pemikiran barat konvensional pemikiran yang sistematis, radikal, dan kritis

    seringkali merujuk pengertian yang ketat dan harus mengandung kebenaran logis.

    Misalnya aliran empirisme, positivisme, dan filsafat analitik memberikan kriteria

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    9/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    8

    bahwa pemikiran dianggap filosofis jika mengadung kebenaran korespondensi dankoherensi. Korespondensi yakni sebuah pengetahuan dinilai benar jika pernyataan

    itu sesuai dengan kenyataan empiris. Contoh: jika pernyataan Saat ini hujanturun, adalah benar jika indra kita menangkap hujan turun, jika kenyataannya tidak

    maka pernyataannya dianggap salah. Koherensi berarti sebuah pernyataan dinilai

    benar jika pernyataan itu mengandung koherensi logis (dapat diuji dengan logika

    barat).

    Dalam filsafat barat secara sistematis terbagi menjadi tiga bagian besar yakni:

    (a) bagian filsafat yang mengkaji tentang ada atau being (ontologi), (b) bidang

    filsafat yang mengkaji pengetahuan (epistemologi dalam arti luas), (c) bidang

    filsafat yang mengkaji nilai-nilai menentukan apa yang seharusnya dilakukan

    manusia (aksiologi).

    Beberapa tokoh dalam filsafat barat yaitu:1) Wittgenstein mempunyai aliran analitik (filsafat analitik) yang dikembangkan

    di negara-negara yang berbahasa Inggris, tetapi juga diteruskan di Polandia.Filsafat analitik menolak setiap bentuk filsafat yang berbau metafisik.

    Filsafat analitik menyerupai ilmu-ilmu alam yang empiris, sehingga kriteria

    yang berlaku dalam ilmu eksata juga harus dapat diterapkan pada filsafat. Yang

    menjadi obyek penelitian filsafat analitik sebetulnya bukan barang-barang,

    peristiwa-peristiwa, melainkan pernyataan, aksioma, prinsip. Filsafat analitik

    menggali dasar-dasar teori ilmu yang berlaku bagi setiap ilmu tersendiri. Yang

    menjadi pokok perhatian filsafat analitik ialah analisa logika bahasa sehari-hari,

    maupun dalam mengembangkan sistem bahasa buatan.

    2) Imanuel Kant mempunyai aliran atau filsafat kritik yang tidak mau melewati

    batas kemungkinan pemikiran manusiawi. Rasionalisme dan empirisme ingin

    disintesakannya. Untuk itu ia membedakan akal, budi, rasio, dan pengalaman

    inderawi. Pengetahuan merupakan hasil kerja sama antara pengalaman inderawi

    yang aposteriori dan keaktifan akal, faktor priori. Struktur pengetahuan harus

    kita teliti. Kant terkenal karena tiga tulisan: (1) Kritik atas rasio murni, apa yang

    saya dapat ketahui. Ding an sich, hakikat kenyataan yang dapat diketahui.

    Manusia hanya dapat mengetahui gejala-gejala yang kemudian oleh akal terus

    ditampung oleh dua wadah pokok, yakni ruang dan waktu. Kemudian diperinci

    lagi misalnya menurut kategori sebab dan akibat, dst. Seluruh pengetahuan kita

    berkiblat pada Tuhan, jiwa, dan dunia. (2) Kritik atas rasio praktis, apa yangharus saya buat. Kelakuan manusia ditentukan oleh kategori imperatif,keharusan mutlak: kau harus begini dan begitu. Ini mengandaikan tiga postulat:

    kebebasan, jiwa yang tak dapat mati, adanya Tuhan. (3) Kritik atas daya

    pertimbangan. Di sini Kant membicarakan peranan perasaan dan fantasi,

    jembatan antara yang umum dan khusus.

    3) Rene Descartes. Berpendapat bahwa kebenaran terletak pada diri subyek.

    Mencari titik pangkal pasti dalam pikiran dan pengetahuan manusia, khusus

    dalam ilmu alam. Metode untuk memperoleh kepastian ialah menyangsikan

    segala sesuatu. Hanya satu kenyataan tak dapat disangsikan, yakni aku berpikir,

    maka aku ada (cogito ergo sum). Dalam mencari proses kebenaran hendaknya

    kita pergunakan ide-ide yang jelas dan tajam. Setiap orang, sejak ia dIlahirkan,

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    10/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    9

    dilengkapi dengan ide-ide tertentu, khusus mengenai adanya Tuhan dan dalil-dalil matematika. Pandangannya tentang alam bersifat mekanistik dan

    kuantitatif. Kenyataan dibaginya menjadi dua yaitu: res extensa dan rescogitans.

    2. Filsafat Timur

    Filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia,

    khususnya di India, Tiongkok, nusantara, dan daerah-daerah lain yang pernah

    dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas filsafat timur ialah dekatnya hubungan

    filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk

    filsafat barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat an sich

    masih lebih menonjol daripada agama. Nama-nama beberapa filosof: Lao Tse,

    Kong Hu Cu, Zhuang Zi, dan lain-lain.

    Pemikiran filsafat timur sering dianggap sebagai pemikiran yang tidakrasional, tidak sistematis, dan tidak kritis. Hal ini disebabkan pemikiran timur lebih

    dianggap agama dibanding filsafat. Pemikiran timur tidak menampilkan sistematika

    seperti dalam filsafat barat. Misalnya dalam pemikiran Cina, sistematikanya

    berdasarkan pada konstrusksi kronologis mulai dari penciptaan alam hingga

    meninggalnya manusia dijalin secara runut (Takwin, 2001).

    Belakangan ini, beberapa intelektual barat telah beralih ke filsafat timur,

    misalnya Fritjop Capra, seorang ahli fisika yang mendalami taoisme, untuk

    membangun kembali bangunan ilmu pengetahuan yang sudah terlanjur dirongrong

    oleh relativisme dan skeptisisme (Bagir, 2005). Skeptisisme terhadap metafisika

    dan filsafat dipelopori oleh Rene Descartes dan William Ockham.3. Filsafat Islam

    Filsafat Islam ini sebenarnya mengambil tempat yang istimewa. Sebab dilihat

    dari sejarah, para filosof dari tradisi ini sebenarnya bisa dikatakan juga merupakan

    ahli waris tradisi Filsafat Barat (Yunani). Terdapat dua pendapat mengenai

    sumbangan peradaban Islam terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan, yang terus

    berkembang hingga saat ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa orang Eropa

    belajar filsafat dari filosof Yunani seperti Aristoteles, melalui kitab-kitab yang

    disalin oleh St. Agustine (354430 M), yang kemudian diteruskan oleh Anicius

    Manlius Boethius (480524 M) dan John Scotus. Pendapat kedua menyatakan

    bahwa orang Eropa belajar filsafat orang-orang Yunani dari buku-buku filsafat

    Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh filosof Islam seperti

    Al-Kindi dan Al-Farabi.

    Terhadap pendapat pertama Hoesin (1961) dengan tegas menolaknya, karena

    menurutnya salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge, Categories, dan

    Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi

    mati terhadap Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang

    oleh negara. Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan

    Boethius menjadi sumber perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropa,

    maka John Salisbury, seorang guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan

    menyalin kembali buku Organon karangan Aristoteles dari terjemahan-terjemahan

    berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh filosof Islam (Haerudin, 2003).

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    11/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    10

    Majid Fakhri (2006) cenderung menganggap filsafat Islam sebagai matarantai yang menghubungkan Yunani dengan Eropa modern. Kecenderungan ini

    disebut europosentris yang berpendapat filsafat Islam telah berakhir sejak kematianIbn Rusyd. Pendapat ini ditentang oleh Henry Corbin dan Louis Massignon yang

    menilai adanya eksistensi filsafat Islam. Dalam filsafat Islam ada empat aliran

    yakni:

    1) Peripatetik (memutar atau berkeliling) merujuk kebiasaan Aristoteles yang

    selalu berjalan-jalan mengelilingi muridnya ketika mengajarkan filsafat. Ciri

    khas aliran ini secara metodologis atau epistimologis adalah menggunakan

    logika formal yang berdasarkan penalaran akal (silogisme), serta penekanan

    yang kuat pada daya-daya rasio. Tokoh-tokohnya yang terkenal yakni: Al Kindi

    (w. 866), Al Farabi (w. 950), Ibnu Sina (w. 1037), Ibn Rusyd (w. 1196), dan

    Nashir al Din Thusi (w.1274).

    2) Aliran Iluminasionis (Israqi). Didirikan oleh pemikir Iran, Suhrawardi Al

    Maqtul (w. 1191). Aliran ini memberikan tempat yang penting bagi metode

    intuitif (irfani). Menurutnya dunia ini terdiri dari cahaya dan kegelapan.

    Baginya Tuhan adalah cahaya sebagai satu-satunya realitas sejati (nur al

    anwar), cahaya di atas cahaya.

    3) Aliran Irfani (Tasawuf). Tasawuf bertumpu pada pengalaman mistis yang

    bersifat supra-rasional. Jika pengenalan rasional bertumpu pada akal maka

    pengenalan sufistik bertumpu pada hati. Tokoh yang terkenal adalah Jalaluddin

    Rumi dan Ibn Arabi.

    4) Aliran Hikmah Mutaaliyyah (Teosofi Transeden). Diwakili oleh seorangfilosof syiah yakni Muhammad Ibn Ibrahim Yahya Qawami yang dikenal

    dengan nama Shadr al Din al Syirazi, Atau yang dikenal dengan Mulla Shadra

    yaitu seorang filosof yang berhasil mensintesiskan ketiga aliran di atas.

    Dalam Islam ilmu merupakan hal yang sangat dianjurkan. Dalam Al Quran

    kata al-ilm dan kata-kata jadiannya digunakan lebih 780 kali. Hadis juga

    menyatakan mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Dalam pandangan Allamah

    Faydh Kasyani dalam bukunya Al Wafi: ilmu yang diwajibkan kepada setiap

    muslim adalah ilmu yang mengangkat posisi manusia pada hari akhirat, dan

    mengantarkannya pada pengetahuan tentang dirinya, penciptanya, para nabinya,

    utusan Allah, pemimpin Islam, sifat Tuhan, hari akhirat, dan hal-hal yang

    mendekatkan diri kepada Allah.

    Dalam pandangan keilmuan Islam, fenomena alam tidaklah berdiri tanpa

    relasi dan relevansinya dengan kuasa Ilahi. Mempelajari alam berarti akan

    mempelajari dan mengenal dari dekat cara kerja Tuhan. Dengan demikian

    penelitian alam semesta (jejak-jejak Ilahi) akan mendorong manusia untuk

    mengenal Tuhan dan menambah keyakinan terhadapnya. Fenomena alam bukanlah

    realitas-realitas independen melainkan tanda-tanda Allah SWT. Fenomena alam

    adalah ayat-ayat yang bersifat qauniyyah, sedangkan kitab suci ayat-ayat yang

    besifat qauliyah. Oleh karena itu ilmu-ilmu agama dan umum menempati posisi

    yang mulia sebagai obyek ilmu.

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    12/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    11

    E. Cabang-cabang Filsafat

    Filsafat itu selalu bersifat "filsafat tentang" sesuatu yang tertentu karena

    filsafat bertanya tentang seluruh kenyataan. Contohnya filsafat tentang manusia,filsafat alam, filsafat kebudayaan, filsafat seni, filsafat agama, filsafat bahasa,

    filsafat sejarah, filsafat hukum, filsafat pengetahuan dan seterusnya. Seluruh jenis

    filsafat tersebut dapat dikembalikan lagi kepada empat bidang induk, seperti dalam

    skema ini.

    Tabel 1.1. Skema Kajian Filsafat

    Epistemologi : pengetahuan tentang pengetahuan

    Logika : menyelidiki aturan-aturan yang harus diperhatikan

    supaya berpikir sehat

    Kritik ilmu-ilmu : menyelidiki titik pangkal, metode dan objek dari ilmu-

    ilmu

    Ontologi : pengetahuan tentang semua pengada sejauh mereka

    ada

    Teologi metafisik : (disebut juga teodise atau filsafat ketuhanan) berbicara

    tentang pertanyaan apakah Tuhan ada dan nama-nama

    tentang Ilahi

    Antropologi : berbicara tentang manusiaKosmologi : (disebut juga filsafat alam) berbicara tentang alam,

    kosmos

    Etika : (disebut juga filsafat moral) berbicara tentang tindakan

    manusia

    Estetika : (disebut juga filsafat seni) menyelidiki mengapa

    sesuatu dialami sebagai indah

    Sejarah filsafat : mengajarkan apa jawaban pemikir-pemikir sepanjang

    zaman

    Tidak semua ahli filsafat setuju dengan pembagian seperti yang diuraikan di

    atas. Ada filsuf yang menyangkal kemungkinan ontologi atau seluruh metafisika.

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    13/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    12

    Namun pembagian ini adalah skema yang paling klasik dan paling umum diterima.

    F. Jalinan Ilmu, Filsafat dan Agama

    Sebelum membahas bagaimana jalinan antara ilmu, filsafat dan agama,

    alangkah baiknya apabila kita mencoba kembali mengungkap definisi dari ilmu,

    filsafat dan agama tersebut walaupun sebenarnya sulit sekali mengungkap sebuah

    definisi karena biasanya dipengaruhi oleh perbedaan sudut pandang orang yang

    akan membuat definisi tersebut. Demikian yang diungkapkan Juhaya (2005) ketika

    akan memberikan definisi-definisi tentang ilmu, filsafat dan agama.

    Dalam bukunya yang berjudul Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Juhaya

    membuat definisi tentang ilmu, filsafat dan agama. Menurutnya yang dimaksud

    dengan ilmu adalah sesuatu yang melekat pada manusia di mana ia dapat

    mengetahui sesuatu yang asalnya tidak ia ketahui. Jadi secara umum sebenarnya

    ilmu itu berarti tahu/pengetahuan. Seseorang yang banyak ilmunya bisa dikatakan

    sebagai seorang ilmuwan, ulama, ahli pengetahuan dan sebagainya. Pada dasarnya

    ilmu/pengetahuan mempunyai tiga kriteria, yaitu: (a) adanya suatu sistem gagasan

    dalam pikiran; (b) persesuaian antara gagasan itu dengan benda-benda sebenarnya;

    dan (c) adanya keyakinan tentang persesuaian itu.

    Filsafat mempunyai arti yang diambil dari kata philosophia, kata majemuk

    yang terdiri dari kata Philos yang artinya cinta atau suka dan shopia artinya

    bijaksana. Dengan demikian kata filsafat memberikan pengertian cinta

    kebijaksanaan. Orangnya disebut philosopher atau failasuf. Secara terminologis,

    filsafat mempunyai arti yang bermacam-macam diantaranya yang diungkapkan Al-Farabi (wafat 950 M) seorang filsuf Muslim mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu

    pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat sebenarnya.

    Agama memiliki arti yang berasal dari bahasa sansakerta yaitu a-gama,

    a=tidak; gama=kacau; agama berarti tidak kacau. Dalam arti luas agama

    mempunyai makna bahwa manusia yang beragama atau menjalankan aturan agama

    maka hidupnya tidak akan kacau balau.

    Lalu bagaimana sebetulnya jalinan antara ilmu, filsafat dan agama? Marilah

    kita kaji dimana titik temu antara ilmu dengan filsafat dan titik temu antara agama

    dan filsafat. Ada beberapa hal dimana filsafat dan ilmu pengetahuan dapat saling

    bertemu. Dalam beberapa abad terakhir, filsafat telah mengembangkan kerja samayang baik dengan ilmu pengetahuan. Filsafat dan ilmu pengetahuan kedua-duanya

    menggunakan metode pemikiran reflektif dalam usaha untuk menghadapi fakta-fakta dunia dan kehidupan. Keduanya menunjukkan sikap kritik, dengan pikiran

    terbuka dan kemauan yang tidak memihak, untuk mengetahui hakikat kebenaran.

    Mereka berkepentingan untuk mendapatkan pengetahuan yang teratur.

    Ilmu membekali filsafat dengan bahan-bahan yang deskriptif dan faktual

    yang sangat penting untuk membangun filsafat, ilmu pengetahuan juga melakukan

    pengecekan terhadap filsafat, dengan menghilangakan ide-ide yang tidak sesuai

    dengan pengetahuan ilmiah. Sementara filsafat mengambil pengetahuan yang

    terpotong-potong dari berbagai ilmu, kemudian mengaturnya dalam pandangan

    hidup yang lebih sempurna dan terpadu. Sebagai contoh tentang konsep evolusi

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    14/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    13

    mendorong kita untuk meninjau kembali pemikiran kita hampir dalam segala

    bidang.

    Kesimpulannya kontribusi lebih jauh yang diberikan filsafat terhadap ilmupengetahuan adalah kritik tentang asumsi, postulat ilmu dan analisa kritik tentang

    istilah-istilah yang dipakai. Ilmu dan filsafat kedua-duanya memberikan

    penjelasan-penjelasan dan arti-arti dari objeknya masing-masing. Banyak filsuf

    yang mendapat pendidikan tentang metode ilmiah dan mereka saling memupuk

    perhatian dalam beberapa disiplin ilmu.

    Dalam perjalanannya, filsafat dengan ilmu juga terkadang memiliki

    pertentangan pada kecondongan atau titik penekanan, bukan pada penekanan yang

    mutlak. Penekanan itu dapat dilihat dari perbedaan-perbedaan berikut ini, yaitu:

    Ilmu-ilmu tertentu menyelidiki bidang-bidang yang terbatas, sedangkan

    filsafat mencoba melayani seluruh manusia dan lebih bersifat inklusif tidakekslusif;

    Ilmu lebih analitik dan lebih deskriptif, sedangkan filsafat lebih sintetik dan

    sinoptik;

    Ilmu menganalisis seluruh unsur yang menjadi bagian-bagiannya;

    sedangkan filsafat berusaha untuk mengembangkan benda-benda dalam

    sintesa yang interpretatif;

    Jika ilmu berusaha untuk menghilangkan faktor-faktor pribadi, sedangkanfilsafat lebih mementingkan personalitas, nilai-nilai dan juga bidang

    pengalaman;

    Ilmu lebih menekankan kebenaran yang bersifat logis dan objektif,

    sedangkan filsafat bersifat radikal dan subjektif;

    Adapun titik temu antara agama dan filsafat adalah baik agama maupun

    filsafat pada dasarnya mempunyai kesamaan, keduanya memiliki tujuan yang sama,

    yakni mencapai kebenaran yang sejati. Agama yang dimaksud di sini adalah agama

    Samawi, yaitu agama yang diwahyukan tuhan kepada nabi dan rasul-Nya.

    Dibalik persamaan itu terdapat pula perbedaan antara keduanya. Dalam

    agama ada hal-hal yang penting, misalnya Tuhan, kebijakan, baik dan buruk, surga

    dan neraka, dan lain-lain. Hal-hal tersebut diselidiki pula oleh filsafat. Oleh karena

    hal-hal tersebut ada-atau paling tidak-mungkin ada, karena objek penyelidikanfilsafat adalah segala yang ada dan yang mungkin ada.

    Alasan filsafat untuk menerima kebenaran bukanlah kepercayaan, melainkan

    penyelidikan sendiri, hasil pikiran belaka. Filsafat tidak mengingkari atau

    mengurangi wahyu, tetapi ia tidak mendasarkan penyelidikannya atas wahyu.

    Lapangan filsafat dan agama dalam beberapa hal mungkin sama, akan tetapi

    dasarnya amat berlainan. Tegasnya akan kita lihat perbedaan-perbedaan antara

    agama dan filsafat sebagai berikut:

    Filsafat berdasarkan pikiran belaka, sedangkan agama berdasarkan wahyu

    Ilahi, oleh karena itu agama sering juga disebut kepercayaan alasannya

    karena yang diwahyukan oleh Tuhan haruslah dipercayai;

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    15/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    14

    Dalam filsafat untuk mendapatkan kebenaran hakiki, manusia harus

    mencarinya sendiri dengan mempergunakan alat yang dimilikinya berupa

    segala potensi lahir dan batin, sedangkan dalam agama untuk mendapatkankebenaran hakiki itu manusia tidak hanya mencarinya sendiri, melainkan

    harus menerima (baca: iman atau percaya) hal-hal yang diwahyukan Tuhan.

    Agama beralatkan kepercayaan, sedangkan filsafat berdasarkan penelitian.

    Demikianlah antara ilmu, filsafat dan agama sebenarnya mempunyai jalinan

    dan saling berhubungan satu sama lain yang memiliki kesamaan yaitu mencari

    hakikat kebenaran, meski ada beberapa perbedaan terutama yang berkaitan dengan

    objek forma, sumber, cara pandang, hasil serta alat ukurnya.

    Titik temu dari ketiga disiplin itu adalah bahwa ilmu menggunakan

    pengamatan, eksperimen dan pengalaman inderawi kemudian filsafat berusaha

    menghubungkan penemuan-penemuan ilmu dengan maksud menemukan hakikatkebenaran dan agama menentukan arah dalam mendapatkan kebenaran yang hakiki

    itu berlandaskan pada keyakinan dan keimanan.

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    16/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    15

    BAB II

    PENGERTIAN FILSAFAT ILMU

    A. Definisi Filsafat Ilmu

    Filsafat mengambil peran penting karena dalam filsafat kita bisamenjumpai

    pandangan-pandangan tentang apa saja (kompleksitas, mendiskusikan dan menguji

    kesahihan dan akuntabilitas pemikiran serta gagasan-gagasan yang bisa

    dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan intelektual (Bagir, 2005).

    Menurut kamus Webster New World Dictionary, kata ilmu atau science

    berasal dari kata latin, scire yang artinya mengetahui. Secara bahasa science berarti

    keadaan atau fakta mengetahui dan sering diambil dalam arti pengetahuan(knowledge) yang dikontraskan melalui intuisi atau kepercayaan. Namun kata ini

    mengalami perkembangan dan perubahan makna sehingga berarti pengetahuan

    sistematis yang berasal dari observasi, kajian, dan percobaan-percobaan untuk

    menentukan sifat dasar atau prinsip apa yang dikaji. Sedangkan dalam bahasa Arab,

    ilmu berasal dari kata ilm, alima yang artinya mengetahui.

    Jadi ilmu secara harfiah tidak terlalu berbeda dengan science yang berasal

    dari kata scire. Namun ilmu memiliki ruang lingkup yang berbeda dengan science

    (sains). Sains hanya dibatasi pada bidang-bidang empirismepositiviesme

    sedangkan ilmu melampuinya dengan nonempirisme seperti matematika dan

    metafisika (Kartanegara, 2003).

    Berbicara mengenai ilmu (sains) maka tidak akan terlepas dari filsafat. Tugas

    filsafat pengetahuan adalah menunjukkan bagaimana pengetahuan tentang sesuatu

    sebagaimana adanya. Will Duran dalam bukunya The story of Philosophy

    mengibaratkan bahwa filsafat seperti pasukan marinir yang merebut pantai untuk

    pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri dianalagikan sebagai pengetahuan

    termasuk di dalamnya ilmu. Sehingga dapat dikatakan filsafat membantu dan

    memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan.

    Semua ilmu, baik ilmu alam maupun sosial bertolak dari pengembangannya

    sebagai filsafat. Nama asal fisika adalah filsafat alam (natural philosophy) dan

    nama asal ekonomi adalah filsafat moral (moral philosophy). Issac Newton (1642-

    1627) pencetus banyak hukum fisika dikatakan sebagai Philosophiae Naturalis

    Principia Mathematica (1686) dan Adam Smith (1723-1790) bapak ilmu ekonomi

    penulis The Wealth Of Nation (1776) disebut sebagai Professor of Moral

    Philosophy di Universitas Glasgow.

    Agus Comte dalam Scientific Metaphysic, Philosophy, Religion and Science,

    1963 membagi tiga tingkat perkembangan ilmu pengetahuan yaitu: religius,

    metafisik dan positif. Dalam tahap awal asas religilah yang dijadikan postulat

    ilmiah sehingga ilmu merupakan deduksi atau penjabaran religi. Tahap berikutnya

    orang mulai berspekulasi tentang metafisika dan keberadaan wujud yang menjadi

    obyek penelaahan yang terbebas dari dogma religi dan mengembangkan sistem

    pengetahuan di atas dasar postulat metafisik. Tahap terakhir adalah tahap

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    17/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    16

    pengetahuan ilmiah (ilmu) di mana asas-asas yang digunakan diuji secara positifdalam proses verifikasi yang obyektif. Tahap terakhir Inilah karakteristik sains yang

    paling mendasar selain matematika.Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga disebut

    epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc yang berarti

    knowledge, pengetahuan dan logos yang berarti teori. Istilah ini pertama kali

    dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat dua cabang filsafat yakni

    epistemology dan ontology (on=being, wujud, apa + logos = teori ), ontology ( teori

    tentang apa).

    Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar yang

    menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Ini

    berarti bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak-ilmiah. Adapun yang

    tergolong ilmiah ialah yang disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu saja,yaitu akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasi

    sedemikian rupa; sehingga memenuhi asas pengaturan secara prosedural,

    metologis, teknis, dan normatif akademis. Dengan demikian teruji kebenaran

    ilmiahnya sehingga memenuhi kesahihan atau validitas ilmu, atau secara ilmiah

    dapat dipertanggungjawabkan.

    Sedang pengetahuan tak-ilmiah adalah yang masih tergolong pra-ilmiah.

    Dalam hal ini berupa pengetahuan hasil serapan inderawi yang secara sadar

    diperoleh, baik yang telah lama maupun baru didapat. Di samping itu termasuk

    yang diperoleh secara pasif atau di luar kesadaran seperti ilham, intuisi, wangsit,

    atau wahyu (oleh nabi).

    Tabel 2.1. Ragam Pengetahuan Manusia

    Pengetahuan Objek Paradigma Metode Kriteria

    Sains Empiris Sains Metode

    ilmiah

    Rasional empiris

    Filsafat Abstrak

    rasional

    Rasional Metode

    rasional

    Rasional

    Mistis Abstraksuprarasional Mistis Latihanpercaya Rasa, iman, logis,kadang empiris

    Sumber: Tafsir (2006). Filsafat Ilmu

    Dengan lain perkataan, pengetahuan ilmiah diperoleh secara sadar, aktif,

    sistematis, jelas prosesnya secara prosedural, metodis dan teknis, tidak bersifat

    acak, kemudian diakhiri dengan verifikasi atau diuji kebenaran (validitas)

    ilmiahnya. Sedangkan pengetahuan yang pra-ilmiah, walaupun sesungguhnya

    diperoleh secara sadar dan aktif, namun bersifat acak, yaitu tanpa metode, apalagi

    yang berupa intuisi, sehingga tidak dimasukkan dalam ilmu. Dengan demikian,

    pengetahuan pra-ilmiah karena tidak diperoleh secara sistematis-metodologis ada

    yang cenderung menyebutnya sebagai pengetahuan naluriah.

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    18/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    17

    B. Obyek Material dan Obyek Formal Filsafat Ilmu

    Ilmu filsafat memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek materia l

    adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan. Objek

    material adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau

    objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu adalah

    pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan ilmiah (scientific knowledge)

    pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu,

    sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum (Adib, 2010:

    53).

    Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang

    sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang

    bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, makadihasilkanlah sistem filsafat ilmu.

    Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya.

    Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin

    dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi (merupakan hal yang ada dalam

    setiap pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi, sehingga yang tersirat

    dapat diungkapkan menjadi tersurat.

    Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. Segala manusia ingin mengetahui,

    itu kalimat pertama Aristoteles dalam Metaphysica. Obyek materialnya adalah

    gejala manusia tahu. Tugas filsafat ini adalah menyoroti gejala itu berdasarkan

    sebab-musabab pertamanya. Filsafat menggali kebenaran (versus kepalsuan),kepastian (versus keraguan), obyektivitas (versus subyektivitas),

    abstraksi, intuisi, dari mana asal pengetahuan dan ke mana arah pengetahuan.

    Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi obyek material juga, dan

    kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan menurut sebab-musabab pertama)

    menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan. Kekhususan gejala ilmu pengetahuan

    terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan teliti. Kekhususan itu terletak dalam

    cara kerja atau metode yang terdapat dalam ilmu-ilmu pengetahuan.

    Jadi, dapat dikatakan bahwa objek formal adalah sudut pandang dari mana

    sang subjek menelaah objek materialnya. Yang menyangkut asal usul, struktur,

    metode, dan validitas ilmu. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi)

    ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap

    problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan,

    bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi

    manusia.

    C. Cakupan dan Permasalahan Filsafat Ilmu

    Apakah batas yang merupakan lingkup penjelajahan ilmu? Di manakah ilmu

    berhenti dan menyerahkan pengkajian selanjutnya kepada pengetahuan lain?

    Apakah yang menjadi karakteristik obyek ontologi ilmu yang membedakan ilmu

    dari pengetahuan-pengetahuan lainnya? Jawab dari semua pertanyaan itu adalahsangat sederhana: ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    19/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    18

    berhenti pada batas pengalaman manusia. Jadi ilmu tidak mempelajari masalahsurga dan neraka dan juga tidak mempelajari sebab musabab kejadian terjadinya

    manusia, sebab kejadian itu berada di luar jangkauan pengalaman manusia.Mengapa ilmu hanya membatasi daripada hal-hal yang berbeda dalam

    pengalaman kita? Jawabnya terletak pada fungsi ilmu itu sendiri dalam kehidupan

    manusia; yakni sebagai alat pembantu manusia dalam menanggulangi masalah yang

    dihadapi sehari-hari. Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada batas

    pengalaman manusia juga disebabkan metode yang dipergunakan dalam menyusun

    yang telah teruji kebenarannya secara empiris. Sekiranya ilmu memasukkan daerah

    di luar batas pengalaman empirisnya, bagaimanakah kita melakukan suatu

    kontradiksi yang menghilangkan kesahihan metode ilmiah?

    Kalau begitu maka sempit sekali batas jelajah ilmu, kata seorang, cuma

    sepotong dari sekian permasalahan kehidupan. Memang demikian, jawab filsufilmu, bahkan dalam batas pengalaman manusia pun, ilmu hanya berwenang dalam

    menentukan benar atau salahnya suatu pernyataan. Tentang baik dan buruk, semua

    berpaling kepada sumber-sumber moral; tentang indah dan jelek semua berpaling

    kepada pengkajian estetik.

    Ruang penjelajahan keilmuan kemudian kita kapling-kapling dalam

    berbagai displin keilmuan. Kapling ini makin lama makin sempit sesuai dengan

    perkembangan kuatitatif displin keilmuan. Kalau pada fase permualaan hanya

    terdapat ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial maka sekarang ini terdapat lebih dari

    650 cabang keilmuan.

    1. Ruang Lingkup Filsafat IlmuFilsafat Ilmu sampai tahun sembilan puluhan telah berkembang begitu pesat

    sehingga menjadi suatu bidang pengetahuan yang amat luas dan begitu mendalam.

    Lingkupan filsafat ilmu berkembang begitu pesat sehingga menjadi suatu bidang

    pengetahuan yang amat luas dan mendalam. Lingkupan filsafat ilmu sebagaimana

    telah dibahas oleh para pakar filsafat kontemporer, dapat dikemukakan secara

    ringkas seperti di bawah ini.

    Menurut Peter Angeles (1981: 250), filsafat ilmu mempunyai empat

    bidang konsentrasi utama: (1) Telaah mengenai berbagai konsep, praanggapan,

    dan metode Ilmu, berikut analisis, perluasan dan penyusunannya untuk

    memperoleh pengetahuan yang lebih ajeg dan cermat; (2) Telaah dan

    pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut struktur

    perlambangnya; (3) Telaah mengenai kaitan diantara berbagai ilmu; (4) Telaah

    mengenai akibat-akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan

    pencerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan logika dan

    matematika dengan realitas, entitas teoritis, sumber dan keabsahan pengetahuan,

    serta sifat dasar kemanusiaan.

    A. Cornelius Benjamin (Runes, ed., 1975: 284-285) membagi pokok soal

    filsafat ilmu dalam tiga bidang: (1) Telaah mengenai metode ilmu, lambing

    ilmiah, dan struktur logis dari sistem perlambang ilmiah. Telaah ini banyak

    menyangkut logika dan teori pengetahuan, dan teori umum tentang tanda; (2)

    Penjelasan mengenai konsep dasar, praanggapan, dan pangkal pendirian ilmu,

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    20/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    19

    berikut landasan-landasan dasar empiris, rasional, atau pragmatis yang menjaditempat tumpuannya. Segi ini dalam banyak hal berkaitan dengan metafisika,

    karena mencakup telaah terhadap berbagai keyakinan mengenai duniakenyataan, keseberagaman alam, dan rasionalitas dari proses ilmiah; (3) Aneka

    telaah mengenai saling kait diantara berbagai ilmu dan implikasinya bagi suatu

    teori alam semesta seperti misalnya idealisme, materialisme, monisme dan

    pluralisme.

    Arthur Danto (1967: 296-297) menyatakan, lingkupan filsafat ilmu

    cukup luas mencakup pada kutub yang satu, yaitu,persoalan-persoalan konsep

    yang demikian erat bertalian dengan ilmu itu sendiri, sehingga pemecahannya

    dapat seketika dipandang sebagai suatu sumbangan kepada ilmu daripada

    kepada filsafat, dan pada kutub yang lain persoalan-persoalan begitu umum

    dengan suatu pertalian filasafati sehingga pemecahannya akan sebanyak

    merupakan suatu sumbangan kepada metafisika atau epistimologi seperti

    kepada filsafat ilmu yang sesungguhnya. Begitu pula, rentangan masalah-

    masalah yang diselidiki oleh filsuf-filsuf ilmu dapat demikian sempit sehingga

    menyangkut keterangan tentang sesuatu konsep tunggal yang dianggap penting

    dalam suatu cabang ilmu tunggal, dan begitu umum sehingga bersangkutan

    dengan ciri-ciri struktural yang tetap bagi semua cabang ilmu yang

    diperlakukan sebagai suatu himpunan.

    Edward Madden (19968: 31) berpendapat bahwa apapun lingkup filsafat

    umum, tiga bidang tentu merupakan bahan perbincangannya yaitu: (1)

    Probabilitas; (2) Induksi; (3) Hipotesis.

    Ernest Nagel (1974: 14) menyimpulkan bahwa filsafat ilmu mencakup

    tiga bidang luas: (1) Pola logis yang ditunjukkan oleh penjelasan dalam ilmu.

    (2) Pembentukan konsep ilmiah. (3) Pembuktian keabsahan kesimpulan ilmiah.

    Menurut P. H. Nidditch (1971: 2) lingkupan filsafat ilmu luas dan

    beraneka ragam. Isinya dapat digambarkan dengan mendaftar serangkaian

    pembagian dwi bidang yang saling melengkapi: (1) Logika ilmu yang

    berlawanan dengan epistimologi Ilmu. (2) Filsafat ilmu-ilmu kealaman yang

    berlawanan dengan filsafat ilmu-ilmu kemanusiaan. (3) Filsafat ilmu yang

    berlawanan dengan telaah masalah-masalah filsafati dari suatu ilmu khusus. (4)

    Filsafat ilmu yang berlawanan dengan sejarah ilmu. Selain itu, telaah mengenai

    hubungan ilmu dengan agama juga termasuk filsafat ilmu.Israel Scheffler (1969: 3) berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari

    pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan

    oleh ilmu. Lingkupannya mencakup tiga bidang: (1) Menelaah hubungan-

    hubungan antara faktor-faktor kemasyarakatan dan ide-ide ilmiah. (2) Berusaha

    melukiskan asal mula dan struktur alam semesta menurut teori-teori yang

    terbaik dan penemuan-penemuan dalam kosmologi. (3) Menyelidiki metode

    umum, bentuk logis, cara penyimpulan, dan konsep dasar dari ilmu-ilmu.

    J.J.C. Smart (1968: 5) menganggap filsafat ilmu mempunyai dua

    komponen utama: (1) Bahan analitis dan metodologis tentang ilmu. (2)

    Penggunaan ilmu untuk membantu pemecahan problem-problem filsafati.

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    21/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    20

    Menurut Marx Wartofsky (1963: vii), rentangan luas dari soal-soalinterdispliner dalam filsafat ilmu meliputi: (1) Perenungan mengenai konsep

    dasar, struktur formal, dan metodologi Ilmu; (2) Persoalan-persoalan ontologidan epistemologi yang khas bersifat filasafati dengan pembahasan yang

    memadukan peralatan analitis dari logika modern dan model konseptual dari

    penyelidikan ilmiah.

    Akhirnya untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai ruang

    lingkup dan topik persoalan dari filsafat ilmu dewasa ini, berikut dikutipkan

    rincian lengkap yang dikemukakan dalam Encyclopedia Britannica, 15 th

    Edition (1982: 728-729).

    1) Sifat dasar dan lingkupan filsafat ilmu dan hubungannya dengan cabang-

    cabang ilmu lain; aneka ragam soal dan metoda-metoda hampiran terhadap

    filsafat ilmu.2) Perkembangan Historis dari filsafat Ilmu

    i. Masa-masa purba dan abad pertengahan: pandangan-pandangan yang

    silih ganti berbeda dari aliran-aliran kaum Stoic dan Epicorus serta

    penganut-penganut Plato dan Aristoteles.

    ii. Abad XVII: perbincangan mengenai metodologi ilmiah; hampiran

    induktif dari Bacon dan hampiran deduktif dari Descartes.

    iii. Abad XVIII: Kaum empiris, rasionalis, dan tafsiran penganut Kant

    mengenai fisika Newton.

    iv. Sejak awal abad XIX samapai Perang Dunia I: pengaruh dari keyakinan

    Kant dalam rasionalitas khas perpaduan klasik antara Euclid dan Newton

    v. Perbincangan abad XX: tanggapan terhadap relativitas, mekanika

    kuantum, dan perubahan-perubahan mendalam lainnya dalam ilmu-ilmu

    kealaman; Positivisme Logis lawan Neo-Kantianisme

    3) Unsur-Unsur Usaha Ilmiah

    i. Unsur-unsur empiris, konseptual, dan formal serta tafsiran teoritisnya;

    aneka ragam pandangan mengenai pentingnya secara relatif dari

    pengamatan, teori dan perumusan matematis.

    ii. Prosedur empiris dari ilmu

    (a) Pengukuran; teori dan problem filasafati mengenai penentuanhubungan-hubungan kuantitatif

    (b) Perancangan percobaan: penerapan logika induktif dan asas-asas

    teoritis lainnya pada prosedur praktis.

    iii. Penggolongan: problem taksonomi

    (a) Struktur formal ilmu: problem menyusun suatu analisis formal secara

    murni dari penyimpulan ilmiah; perbedaan antara dalil ilmiah dan

    generalisasi empiris.

    (b) Perubahan konseptual dan perkembangan ilmu: problem kesejarahan

    mengenai organisasi teoritis dari ilmu yang berubah.

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    22/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    21

    4) Gerakan-gerakan pemikiran ilmiah: prosedur dasar dari perkembangan

    intelektual dari ilmu

    i. Penemuan ilmiah; kedudukan terujung dari formalisme yang menekankanunsur-unsur rasional dari penemuan ilmiah, dan dari irrasionalisme yang

    menekankan peranan ilham, perkiraan, dan kebetulan

    ii. Pembuktian keabsahan dan pembenaran dari konsep dan teori baru:

    pandangan bahwa peramalan merupakan ujian yang menentukan dari

    keabsahan ilmiah; pandangan bahwa pertautan, keajegan, dan

    keseluruhan merupakan persyaratan penting dari suatu teori ilmiah

    iii. Penyatuan teori-teori dan konsep-konsep dari ilmu-ilmu yang terpisah:

    usaha menyusun suatu sistem aksiomatis bagi semua ilmu kealaman;

    problem penyederhanaan untuk mencapai suatu landasan konseptual

    yang ajeg bagi dua atau lebih ilmu

    5) Kedudukan filsafat dari teori ilmiah

    i. Kedudukan proposisi ilmiah dan konsep dari entitas: pandangan-

    pandangan aneka ragam mengenai kedudukan epistemologi dari proporsi

    ilmiah dan mengenai kedudukan dari konsep ilmiah

    ii. Hubungan antara analisis filsafat dan praktek ilmiah: penerapan dari

    ajaran-ajaran filasafati dan hampiran-hampiran yang berlainan pada ilmu-

    ilmu yang berbeda

    6) Pentingnya pengetahuan ilmiah bagi bidang-bidang lain dari pengalaman

    dan soal manusia: kepentingan sosial dari ilmu dan sikap ilmiah;

    keterbatasan usaha manusia

    7) Hubungan antara ilmu dan pengetahuan humaniora: persoalan tentang

    perbedaan antara metodologi ilmiah dan metodologi humaniora.

    Berdasarkan perkembangan filsafat ilmu sampai dewasa ini, ahli filsafat

    sejarah John Loose (2001: 1-3) menyimpulkan bahwa filsafat ilmu dapat

    digolongkan menjadi empat konsepsi: (1) Filsafat ilmu yang berusaha

    menyusun pandangan-pandangan dunia yang sesuai atau berdasarkan teori-teori

    ilmiah yang penting; (2) Filsafat ilmu yang berusaha memaparkan praanggapan

    dan kecendrungan para ilmuwan (misalnya praanggapan bahwa alam semesta

    mempunyai keteraturan); (3) Filsafat Ilmu sebagai suatu cabang pengetahuan

    yang menganalisis dan menerangkan konsep dan teori dari ilmu; (4) Filsafat

    ilmu sebagai pengetahuan kritis derajat kedua yang menelaah ilmu sebagai

    sasarannya.

    Dalam tingkat konsepsi Losee pengetahuan manusia mengenal tiga tingkatan:

    Tingkat 0 : Fakta-fakta

    Tingkat 1 : Penjelasan mengenai fakta-fakta dan ini dijelaskan oleh ilmu

    Tingkat 2 : Analisis mengenai prosedur dan logika dari penjelasan ilmiah. Ini

    merupakan bidang filsafat ilmu. Filsafat ilmu sebagai pemikiran tingkat 2

    melakukan analisis-analisis terhadap ilmu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

    berikut:

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    23/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    22

    1) Ciri-ciri apakah yang membedakan penyelidikan ilmiah dari ragam-ragam

    penyelidikan lainnya?

    2) Prosedur apakah yang harus ditempuh para ilmuwan dalam menyelidiki alam?

    3) Persyaratan apakah yang harus dipenuhi agar suatu penjelasan ilmiah betul?

    4) Apakah kedudukan kognitif dari dalil dan asas ilmu?

    Selain pembagian filsafat ilmu menurut Losee dalam empat konsepsi tersebut

    di atas, beberapa filsuf mempunyai konsepsi dikotomi yang membedakan filsafat

    ilmu dalam dua bagian. Dua pembagian paling umum dikemukakan oleh antara lain

    Arthur Pap (1967: vii). Menurutnya untuk menghindarkan kekacauan, filsafat ilmu

    perlu dibedakan menjadi: (1) Filsafat ilmu-seumumnya. Filsafat ilmu ini menelaah

    konsep-konsep dan metode-metode yang terdapat dalam semua ilmu, misalnya

    pengertian penjelasan, generalisasi induktif, dan kebenaran; (2) Filsafat ilmu-ilmu

    khusus, seperti misalnya filsafat fisika atau filsafat psikologi. Masing-masing

    filsafat ilmu khusus itu menangani konsep-konsep yang khusus berlaku dalam

    lingkupannya masing-masing seperti misalnya unsur-unsur waktu dan gaya dalam

    fisika, realitas obyektif dalam mekanika kuantum, variabel sela dalam psikologi,

    dan penjelasan teologis dalam biologi.

    Mirip dengan dikotomi dari Pap itu ialah dwi pembagian Michael Scriven

    (1968: 84) dalam substantive philosophy of science dan structural philosophy of

    science. Filsafat ilmu substansif berkaitan dengan isi masing-masing ilmu khusus,

    sedang filsafat ilmu struktural menyangkut topik-topik seperti penyimpulan ilmiah,

    penggolongan, penjelasan, peramalan, pengukuran, probabilitas, dan determinisme.

    2. Problem-Problem Dalam Filsafat Ilmu

    Filsafat sebagai suatu ilmu khusus merupakan salah satu cabang dari ruang

    lingkup filsafat ilmu seumumnya. Pada kelanjutannya filsafat ilmu merupakan

    suatu bagian dari filsafat. Dengan demikian, pembahasan mengenai lingkupan

    filsafat sesuatu ilmu khusus tidak terlepas dari kaitan dengan persoalan-persoalan

    dan filsafat ilmu dan problem-problem filsafat pada umumnya. Clarence Irving

    Lewis (1956) juga mengemukakan adanya dua gugus persoalan yakni, problem-

    problem reflektif dalam suatu ilmu khusus yang dapat dikatakan membentuk

    filsafat dari ilmu tersebut dan problem-problem mengenai asas permulaan dan

    ukuran-ukuran yang berlaku umum bagi semua ilmu maupun aktivitas kehidupan

    seumumnya.Problem menurut definisi A. Cornelius Benjamin ialah sesuatu situasi

    praktis atau teoritis yang untuk itu tidak ada jawaban lazim atau otomatis yang

    memadai, dan yang oleh sebab itu memerlukan proses-proses refleksi. (Runes, ed.,

    1975: 55).

    Banyak sekali pendapat para ahli filsafat ilmu mengenai kelompok atau

    perincian problem apa saja yang diperbincangkan dalam filsafat ilmu. Untuk

    medapat gambaran yang lebih jelas perlulah kiranya dikutipkan pendapat-pendapat

    berikut:

    A. Cornelius Benjamin (1977: 542-547) menggolong-golongkan segenap

    persoalan filsafat ilmu dalam tiga bidang: (1) Bidang pertama meliputi semua

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    24/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    23

    persoalan yang bertalian secara langsung atau tidak langsung dengan suatupertimbangan mengenai metode ilmu; (2) Persoalan-persoalan dalam bidang

    kesdua dalam filsafat ilmu agak kurang terumuskan baik dari problem-problemtentang metode. Dalam suatu makna, banyak darinya merupakan pula

    persoalan-persoalan metode. Tetapi, penunjukannya secara langsung lebih

    kepada pokok soal daripada kepada prosedur sehingga persoalan-persoalan itu

    menyangkut apa yang umumnya disebut pertimbangan-pertimbangan metafisis

    dalam suatu cara bidang terdahulu tidak menyangkutnya. Ini bertalian dengan

    analisis terhadap konsep-konsep dasar dan praanggapan-praanggapan dari

    ilmu-ilmu; (3) Bidang ketiga dari filsafat ilmu, terdiri dari aneka ragam

    kelompok persoalan yang tidak mudah terpengaruh oleh suatu penggolongan

    sistematis. Kesemua itu dapat secara kasar dilukiskan sebagaimana bersangkut

    paut dengan implikasi-implikasi yang dipunyai ilmu dalam isi maupun

    metodenya bagi aspek-aspek lain dari kehidupan kita.

    Michael Berry (Bullock & Stallybrass, 1977: 559-560) mengemukakan

    dua problem yang berikut: (1) Bagaimana kuantitas dari rumusan dalam teori-

    teori ilmiah? (misalnya suatu ciri dalam genetika atau momentum dalam

    mekanika Newton) berkaitan dengan peristiwa-peristiwa dalam dunia alamiah

    di luar pikiran kita; (2) Bagaimana dapat dikatakan bahwa teori atau dalil ilmiah

    adalah benar berdasarkan induksi dari sejumlah persoalan yang terbatas?

    Menurut B. Van Fraassen dan H. Margenau (1968: 25-27) problem-

    problem utama dalam filsafat ilmu setelah tahun-tahun enam puluhan ialah: (1)

    Metodologi (Hal-hal yang menonjol yang banyak diperbincangkan adalah

    mengenai sifat dasar dari penjelasan ilmiah, dan teori pengukuran). (2)Landasan ilmu-ilmu (ilmu-ilmu empiris hendaknya melakukan penelitian

    mengenai landasannya dan mencapai sukses seperti halnya landasan

    matematik). (3) Ontologi (Persoalan utama yang diperbincangkan ialah

    menyangkut konsep-konsep substansi, proses, waktu, ruang, kausalitas,

    hubungan budi dan materi, serta status dari entitas-entitas teoritis).

    David Hull (1974) seorang ahli filsafat dan biologi ini mengemukakan

    persoalan yang berikut:

    Persoalan menyampingkan yang meliputi jilid-jilid belakangan ini (seri

    Foundations of Philosophy) ialah apakah pembagian tradisional dari ilmu-ilmu

    empiris dalam cabang-cabang pengetahuan yang terpisah seperti geologi,astronomi dan sosiologi mencerminkan semata-mata perbedaan dalam pokoksoal ataukah hasil dari perbedaan pokok dalam metodologi. Secara singkat,

    adakah suatu filsafat ilmu tunggal yang berlaku merata pada semua bidang ilmu

    kealaman, atau adakah beberapa filsafat ilmu yang masing-masing cocok dalam

    ruang lingkupnya sendiri? (Hull, 1974: 1-2)

    Victor Lenzen (1965: 94) mengajukan dua problem: (1) Struktur Ilmu,

    yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah; (2) Pentingnya ilmu bagi praktek

    dan pengetahuan tentang realitas.

    J. J. C. Smart (1968: 4-5) mengumpamakan kalau seorang awam bukan

    filsuf membuka-buka beberapa nomor dari majalah Amerika serikat berjudul

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    25/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    24

    Philosophy of Science dan majalah Inggris The British Journal of thePhilosophy of science, maka akan dijumpainya dua jenis persoalan: (1)

    Pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu, misalnya pola-pola perbincangan ilmiah,langkah-langkah pengujian teori ilmiah, sifat dasar dari dalil dan teori dan cara -

    cara merumuskan konsep ilmiah; (2) Perbincangan filsafati yang

    mempergunakan ilmu, misalnya bahwa hasil-hasil penyelidikan ilmiah akan

    menolong para filsuf menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang manusia dan

    alam semesta.

    Joseph Sneed (Butts & Hintikka, eds., 1977: 245) menyatakan bahwa

    pembedaan dalam jenis problem-problem filsafat ilmu khusus (misalnya

    variabel tersembunyi, determinisme dalam mekanika quantum) dan jenis

    problem-problem filsafat ilmu seumumnya (misalnya ciri-ciri teori ilmiah)

    yang telah umum diterima adalah menyesatkan. Hal itu dinyatakannya

    demikian, Saya menyarankan bahwa dualitas diantara problem-problem

    filsafat ilmu ini adalah menyesatkan. Saya berpendapat bahwa problem-

    problem filasafati tentang sifat dasar ilmu seumumnya tidaklah, dalam suatu

    cara yang mendasar, berbeda dengan problem-problem filasafati yang bertalian

    semata-mata dengan ilmu-ilmu khusus. Secara khusus tidaklah ada makna

    khusus bahwa filsafat ilmu seumumnya merupakan sustu usaha normatif,

    sedangkan filsafat ilmu-ilmu khusus tidak.

    Menurut Frederick Supple (1974: 3), problem yang paling pokok atau

    penting dalam filsafat ilmu adalah sifat dasar atau struktur teori ilmiah.

    Alasannya ialah kerena teori merupakan roda dari pengetahuan ilmiah dan

    terlibat dalam hampir semua segi usaha ilmiah. Tanpa teori tidak akan adaproblem-problem mengenai entitas teoritis, istilah teoritis, pembuktian

    kebenaran, dan kepentingan kognitif. Tanpa teori yang perlu diuji atau

    diterapkan, rancangan percobaan tidak ada artinya. Oleh karena itu hanyalah

    agak sedikit melebih-lebihkan bilamana dinyatakan bahwa filsafat ilmu adalah

    suatu analisis mengenai teori dan peranannya dalam usaha ilmiah.

    D.W. Theobald (1968: 5-6) menyatakan bahwa filsafat ilmu terdapat dua

    kategori problem yaitu: (1) Problem-problem Metodologis yang menyangkut

    struktur pernyataan ilmiah dan hubungan-hubungan diantara mereka. Misalnya

    analisis probabilitas, peranan kesederhanaan dalam ilmu, realitas dari entitas

    teoritis, dalil ilmiah, sifat dasar penjelasan, dan hubungan antara penjelasan danperamalan.

    2) Problem-problem tentang ilmu yang menyelidiki arti dan implikasi dari

    konsep-konsep yang dipakai para ilmuwan. Misalnya kausalitas, waktu,

    ruang, dan alam semesta.

    Pakar filsafat sejarah W. H. Walsh (1960: 9) menyatakan bahwa filsafat

    ilmu mencakup problem yang timbul dari metode dan praanggapan dari ilmu

    serta sifat dasar dan persyaratan dari pengetahuan ilmiah.

    Walter Weimer (1979: 2-3) mengemukakan empat problem filsafat ilmu

    sebagai berikut:

    1) Pencarian terhadap suatu teori penyimpulan rasional (ini berkisar pada

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    26/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    25

    penyimpulan induktif, sifat dasarnya dan pembenarannya).

    2) Teori dan ukuran bagi pertumbuhan atau kemajuan ilmiah (Ini berkisar pada

    pertumbuhan pengetahuan ilmiah, pencarian dan penjelasannya. Misalnyadalam menilai bahwa teori Einstein lebih unggul daripada teori sebelumnya,

    apakah ukurannya?)

    3) Pencarian terhadap suatu teori tindakan Pragmatis (dalam menentukan salah

    satu teori di antara teori-teori yang salah, bagaimanakah caranya untuk

    mengetahui secara pasti teori yang paling terkecil kesalahannya?)

    4) Problem mengenai kejujuran intelektual (Ini menyangkut usaha

    mencocokkan prilaku senyatanya, dari para ilmuwan dengan teori yang

    mereka anut setia).

    Philip Wiener (Bronstein, 1957: 226) menyatakan bahwa para pakar

    filsafat ilmu dewasa ini membahas problem-problem yang menyangkut: (1)

    Struktur logis atau ciri-ciri metodologis umum dari ilmu-ilmu; (2) Saling

    hubungan antara ilmu-ilmu; (3) Hubungan ilmu-ilmu yang sedang tumbuh

    dengan tahapan-tahapan lainnya dari peradaban, yaitu kesusilaan, politik, seni

    dan agama.

    Problem-problem filsafat secara umum berkisar pada enam hal pokok,

    yaitu pengetahuan, keberadaan, metode, penyimpulan, moralitas, dan

    keindahan. Berdasarkan keenam sasaran itu, bidang filsafat dapat secara

    sistematis dibagi dalam enam cabang pokok, yaitu epistemologi

    (teoripengetahuan), metafisika (teori mengenai apa yang ada), metodologi

    (studi tentang metode), logika (teori penyimpulan), etika (ajaran moralitas) danestetika (teori keindahan).

    Oleh karena filsafat ilmu merupakan suatu bagian dari filsafat

    keseluruhan, maka problem-problem dalam filsafat ilmu secara sistematis juga

    dapat digolongkan menjadi enam kelompok sesuai dengan cabang-cabang

    pokok filsafat itu. Dengan demikian, seluruh problem dalam filsafat ilmu dapat

    ditertibkan menjadi:

    1) Problem-problem epistemologis tentang ilmu

    2) Problem-problem metafisis tentang ilmu

    3) Problem-problem metodologis tentang ilmu

    4) Problem-problem logis tentang ilmu

    5) Problem-problem etis tentang ilmu

    6) Problem-problem estetis tentang ilmu

    Menurut R. Harre (Edwards, ed., 1967: 289), problem-problem

    epitemologis, metafisis, dan logis yang bertalian dengan ilmu-ilmu mulai

    memperoleh perhatian para filsuf dan ilmuwan pada awal abad ke-19.

    Problem-problem secara metodologis telah secara tegas disebutkan oleh

    D. W. Theobald dimuka sebagai salah satu kategori problem dalam filsafat ilmu.

    Problem-problem etis yang menyangkut ilmu juga telah disebutkan dimuka

    oleh Walter Weimer (menyangkut kejujuran intelektual para ilmuwan dan oleh

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    27/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    26

    Philip Weiner (menyangkut hubungan ilmu dengan kesusilaan sebagai suatusegi perdaban manusia). Problem-problem estetis yang menyangkut ilmu pada

    dasawarsa terakhir ini dimulai menjadi topik perbincangan oleh sebagian filsufdan ilmuwan. Dalam tahun 1980 diadakan sebuah konferensi para ahli yang

    membahas dimensi estetis dari ilmu.

    Berdasarkan pemaparan-pemaparan ahli di atas, maka problem filsafat ilmu

    dibicarakan sejajar dengan diskusi yang berkaitan dengan landasan pengembangan

    ilmu pengetahuan, yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis. Secara

    ringkas, permasalahan atau problema filsafat ilmu mencakup: Per tama,

    problem ontologi ilmu; perkembangan dan kebenaran ilmu sesungguhnya

    bertumpu pada landasan ontologis (apa yang terjadi = eksistensi suatu

    entitas). Kedua, problem epistemologi; adalah bahasan tentang asal muasal,

    sifat alami, batasan (konsep), asumsi, landasan berfikir, validitas, reliabilitas

    sampai soal kebenaran (bagaimana ilmu diturunkan = metoda untuk

    menghasilkan kebenaran). Ketiga, Problem aksiologi; implikasi etis, aspek

    estetis, pemaparan serta penafsiran mengenai peranan (manfaat) ilmu dalam

    peradaban manusia. Ketiganya digunakan sebagai landasan penelaahan ilmu.

    D. Berbagai Pendekatan Filsafat Ilmu

    Untuk mengenalkan berbagai wawasan ada dua alternatif yang dapat

    diketengahkan, yaitu: memperkenalkan aliran-aliran dominan dalarn filsafat ilmu

    atau memperkenalkan berbagai pendekatan yang menonjol dalam pengembangan

    ilmu. Berpegang pada aliran-aliran, dikhawatirkan fungsi telaah berubah menjadiharus menjelaskan tuntas tentang sesuatu aliran. Agar studi filsafat ilmu tidak

    menjadi historis melainkan sistematis sekaligus fungsional, maka ditempuh dengan

    memperkenalkan berbagai pendekatan yang lazim digunakan dalam pengembangan

    ilmu. Secara garis besar ada empat pendekatan dalam filsafat ilmu, yaitu: (1)

    Rasionalisme, (2) Empirisme dan Positivisme, (3) Rasionalisme Kritis, dan (4)

    Kontruktivisme.

    Pertama, pandangan aliran rasionalisme menekankan bahwa ilmu

    pengetahuan sering dipertautkan dengan akal. Dalam arti sempit, rasionalisme

    berarti anggapan mengenai teori pengetahuan yang menekankan akal dan atau ratio,

    untuk membentuk pengetahuan. Ini berarti bahwa sumbangan akal lebih besar dari

    pada sumbangan sumbangan indera. Mengenai ilmu diketengahkan olehrasionalisme bahwa mustahillah membentuk ilmu hanya berdasarkan fakta, data

    empiris, atau pengamatan.

    Kedua, pandangan aliran empirisme dan positivisme. Pandangan aliran

    empirisme memberi kelonggaran pada peranan data kenyataan untuk

    mengembangkan bahkan mengubah struktur ilmu pengetahuan. Maka empirisme

    dalam filsafat ilmu dapat lebih mengindahkan keharusan selalu mengubah dan

    mencocokan sistem ilmu dengan data empiris. Dalam membangun teori, empirisme

    memiliki siklus yang selalu dimulai dari observasi, kemudian melahirkan hukum

    empiris, selanjutnya dibangun teori. Aliran empirisme berpendapat bahwa induksi

    sangat penting, karena jalan pikirannya berangkat dari yang diketahui menuju ke

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    28/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    27

    yang tidak diketahui. Karena ilmu pengetahuan selalu ada unsur rasionalismenya,aliran empirisme mengalami kesulitan dalam kaidah-kaidah logika dan matematika.

    Disinilah aliran positivisme muncul untuk mengatasi masalah tersebut. Dataobservasi yang diperoleh dapat digunakan untuk menghitung, atau melakukan

    penjabaran logis dan deduksi, sebagaimana yang terjadi pada aliran rasionalisme.

    Dengan demikian, empirisme dan positivisme memberikan kelonggaran lebih besar

    kepada masukan dari empiris dalam membangun ilmu pengetahuan.

    Ketiga, pandangan aliran rasionalisme kritis. Seperti penjelasan di atas, aliran

    rasionalisme dan empirisme termasuk positivisme merupakan dua aliran yang

    bertentangan. Rasionalisme kritis berupaya menghubungkan unsur rasional dan

    empiris dalam pengetahuan ilmiah. Dengan demikian ilmu pengetahuan yang

    dibangun dari proses induktif, harus selalu terbuka terhadap kritik. Ilmu

    pengetahuan tersebut terbuka upaya penyangkalan atau pembuktian salah

    (falsifikasi) yang secara terus menerus sehingga dapat lebih dikokohkan

    (corroborated).

    Di samping itu, titik suatu ilmu terletak pada melihat situasi permasalahan.

    Lewat proses trial and error dan error eliminitian, ilmu yang dikembangkan atas

    permasalahan tadi, dapat mendekatan kebenaran.

    Keempat, pandangan aliran konstruktivisme yang menekankan pada sifat

    kontekstual ilmu pengetahuan, yaitu pentingnya seluruh konteks demi terjadinya

    suatu sistem ilmiah. Konteks dan ilmu dapat saling mempengaruhi. Apabila ilmu

    bertentangan dengan konteks atu pengalaman, maka tidak berarti bahwa ilmu

    tersebut runtuh. Dalam hal terjadi pertentangan dan ketidaksesuasian tersebut,

    diperlukan terjemahan untuk memperbaharui sistem ilmu tadi.

    E. Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu

    Filsafat ilmu sebagai bagian integral dari filsafat secara keseluruhan

    perkembangannya tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan filsafat itu

    sendiri secara keseluruhan. Menurut Lincoln Cuba, sebagai yang dikutip oleh Ali

    Abdul Azim (1989: iv), bahwa kita mengenal tiga babakan perkembangan

    paradigma dalam filsafat ilmu di Barat yaitu era prapositivisme, era positivisme dan

    era pasca modernisme. Era prapositivisme adalah era paling panjang dalam sejarah

    filsafat ilmu yang mencapai rentang waktu lebih dari dua ribu tahun.

    Dalam uraian ini, penulis cenderung mengklasifikasi perkembangan filsafat

    ilmu berdasarkan ciri khas yang mewarnai pada tiap fase perkembangan. Darisejarah panjang filsafat, khususnya filsafat ilmu, penulis membagi tahapan

    perkembangannya ke dalam empat fase sebagai berikut: (1) Filsafat Ilmu zaman

    kuno, yang dimulai sejak munculnya filsafat sampai dengan munculnya renaisans;

    (2) Filsafat Ilmu sejak munculnya rennaisance sampai memasuki era positivisme;

    (3) Filsafat Ilmu zaman Modern, sejak era Positivisme sampai akhir abad

    kesembilan belas; dan (4) Filsafat Ilmu era kontemporer yang merupakan

    perkembangan mutakhir Filsafat Ilmu sejak awal abad keduapuluh sampai

    sekarang.

    Perkembangan Filsafat ilmu pada keempat fase tersebut diuraikan dengan

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    29/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    28

    mengedepankan aspek-aspek yang mewarnai perkembangan filsafat ilmu dimasanya sekaligus yang menjadi babak baru dan ciri khas fase tersebut yang

    membedakannya dari fase-fase sebelum dan atau sesudahnya. Di samping itudiungkap juga tentang peran filosof di dunia Islam, Cina, India, dan Jepang,

    walaupun bukan dalam suatu fase tersendiri.

    1. Filsafat Ilmu Zaman Kuno

    Filsafat yang dipandang sebagai induk ilmu pengetahuan telah dikenal

    manusia pada masa Yunani Kuno. Di Miletos suatu tempat perantauan Yunani yang

    menjadi tempat asal mula munculnya filsafat, ditandai dengan munculnya pemikir-

    pemikir (baca: filosof) besar seperti Thales, Anaximandros dan Anaximenes

    (Kattsof, 1989: 1). Pemikiran filsafat yang memiliki ciri-ciri dan metode tersendiri

    ini berkembang terus pada masa selanjutnya.

    Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarahperadaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir

    mitosentris (pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk

    menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi). Gempa bumi

    tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang

    menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena

    alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam

    yang terjadi secara kausalitas.

    Filosof alam pertama yang mengkaji tentang asal usul alam adalah Thales

    (624-546 SM) mempertanyakan Apa sebenarnya asal usul alam semesta ini?

    Ia mengatakan asal alam adalah air karena air unsur penting bagi setiapmakhluk hidup, air dapat berubah menjadi benda gas, seperti uap dan benda

    dapat, seperti es, dan bumi ini juga berada di atas air.

    Sedangkan Heraklitos mempunyai kesimpulan bahwa yang mendasar

    dalam alam semesta ini adalah bukan bahannya, melainkan aktor dan

    penyebabnya, yaitu api. Api adalah unsur yang paling asasi dalam alam karena

    api dapat mengeraskan adonan roti dan di sisi lain dapat melunakkan es.

    Artinya, api adalah aktor pengubah dalam alam ini, sehingga api pantas

    dianggap sebagai simbol perubahan itu sendiri.

    Pythagoras (580-500 SM) berpendapat bahwa bilangan adalah unsur

    utama dari alam dan sekaligus menjadi ukuran. Unsur bilangan merupakan juga

    unsur yang terdapat dalam segala sesuatu. Unsur-unsur bilangan itu adalah

    genap dan ganjil, terbatas dan tidak terbatas. Menurut Abu Al Hasan Al Amiri,

    seorang filosof muslim Pythagoras belajar geometri dan matematika dari orang-

    orang mesir (Rowston, dalam Kartanegara, 2003).

    Filosof alam ternyata tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan,

    sehingga timbullah kaum sofis. Kaum sofis ini memulai kajian tentang

    manusia dan menyatakan bahwa ini memulai kajian tentang manusia dan

    menyatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran. Tokoh utamanya adalah

    Protagoras (481-411 SM). Ia menyatakan bahwa manusia adalah ukuran

    kebenaran.

    Ilmu juga mendapat ruang yang sangat kondusif dalam pemikiran kaum

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    30/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    29

    sofis karena mereka memberi ruang untuk berspekulasi dan sekaligus

    merelatifkan teori ilmu, sehingga muncul sintesa baru.

    Socrates, Plato, dan Aristoteles menolak relativisme kaum sofis. Menurutmereka, ada kebenaran obyektif yang bergantung kepada manusia. Periode

    setelah Socrates disebut dengan zaman keemasan filsafat Yunani karena pada

    zaman ini kajian-kajian yang muncul adalah perpaduan antara filsafat alam dan

    filsafat tentang manusia. Tokoh yang sangat menonjol adalah Plato (429-347

    SM), yang sekaligus murid Socrates. Menurutnya, kebenaran umum itu ada

    bukan dibuat-buat bahkan sudah ada di alam idea.

    Pada zaman Yunani Kuno, filsafat dan ilmu merupakan suatu hal yang tidak

    terpisahkan. Keduanya termasuk dalam pengertian episteme yang sepadan dengan

    kata philosophia. Pemikiran tentang episteme ini oleh Aristoteles diartikan sebagai

    an organized body of rational konwledge with its proper object. Jadi filsafat danilmu tergolong sebagai pengetahuan yang rasional. Dalam pemikiran Aritoteles

    selanjutnya pengetahuan rasional itu dapat dibedakan menjadi tiga bagian yang

    disebutnya dengan praktike (pengetahuan praktis), poietike (pengetahuan

    produktif), dan theoretike (pengetahuan teoritis). (Gie, 1997: 1-2).

    Pemikiran dan pandangan Aritoteles seperti tersebut di atas memberikan

    gambaran kepada kita bahwa nampaknya ilmu pengetahuan pada masa itu harus

    didasarkan pada pengertian dan akibatnya hanya dapat dilaksanakan bagi aspek-

    aspek realitas yang terjangkau pikiran. Lalu masuk akal saja kalau orang

    berpendapat bahwa kegiatan ilmiah tidak lain daripada menyusun dan mengaitkan

    pengertian-pengertian itu secara logis, yang akhirnya menimbulkan kesana bahwa

    setiap ilmu pengetahuan mengikuti metode yang hampir sama yaitu mencari

    pengertian tentang prima principia, lalu mengadakan deduksi-deduksi logis

    (Melsen, 1992: 14).

    Pemikirannya hal tersebut oleh generasi-generasi selanjutnya memandang

    bahwa Aristoteleslah sebagai peletak dasar filsafat ilmu. Selama ribuan tahun

    sampai dengan akhir abad pertengahan filsafat logika Aristoteles diterima di Eropa

    sebagai otoritas yang besar. Para pemikir waktu itu mengaggap bahwa pemikiran

    deduktif (logika formal atau silogistik) dan wahyu sebagai sumber pengetahuan

    (Titus, et al., 1984: 257).

    Aristoteles adalah peletak dasar doktrin silogisme yang sangat berpengaruh

    terhadap perkembangan pemimiran di Eropa sampai dengan munculnya erarenaisans. Silogisme adalah argumentasi dan cara penalaran yang terdiri dari tiga

    buah pernyataan, yaitu sebagai premis mayor, premis minor dan konklusi (Russel,

    1961: 206).

    2. Filsafat Ilmu Era Renaisans

    Memasuki masa renaisans, otoritas Aritoteles tersisihkan oleh metode dan

    pandangan baru terhadap alam yang biasa disebut Copernican Revolution yang

    dipelopori oleh sekelompok sanitis antara lain Copernicus (1473-1543), Galileo

    Galilei (1564-1542) dan Issac Newton (1642-1727) yang mengadakan pengamatan

    ilmiah serta metode-metode eksperimen atas dasar yang kukuh (Russel, 1961: 206).

    Selanjutnya pada Abad XVII, pembicaraan tentang filsafat ilmu, ditandai

  • 5/21/2018 Modul Filsafat Ilmu-libre

    31/69

    ______________ Modul Filsafat Ilmu ______________

    30

    dengan munculnya Roger Bacon (1561-1626). Bacon lahir di ambang masuknya

    zaman modern yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan.

    Bacon menanggapi Aristoteles bahwa ilmu sempurna tidak boleh mencariuntung namun harus bersifat kontemplatif. Menurutnya Ilmu harus mencari untung

    artinya dipakai untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi, dan bahwa dalam

    rangka itulah ilmu-ilmu berkembang dan menjadi nyata dalam kehidupan manusia.

    Pengetahuan manusia hanya berarti jika nampak dalam kekuasaan mansia; human

    knowledge adalah human power (Verhaak & Imam, 1991: 139).

    Perkembangan ilmu pengetahuan modern yang berdasar pada metode

    eksperimental dana matematis memasuki abad XVI mengakibatkan pandangan

    Aritotelian yang menguasai seluruh abad pertengahan akhirnya ditinggalkan secara

    defenitif. Roger Bacon adalah peletak dasar filosofis untuk perkembangan ilmu

    pengetahuan. Bacon mengarang Novum Organon (metode baru) dengan maksudmenggantikan teori Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan teori baru.

    Karyanya tersebut sangat mempengaruhi filsafat di Inggris pada masa sesudahnya

    (Bertens, 1988: 44-45). Novum Organon atau New Instrumen berisi suatu

    pengukuihan penerimaan teori empiris tentang penyelidikan dan tidak perlu

    bertumpu sepenuhnya kepada logika deduktifnya Aritoteles sebab dia pandang

    absurd (Hart, 1993: 393).

    Kehadiran Bacon memberi corak baru bagi perkembangan Filsafat Ilmu,

    khususnya tentang metode ilmiah. Hal ini sebagai yang dikemukakan oleh A. B.

    Shah (1986) dalam Scientific Method,bahwa: Pengertian yang paling baik tentang

    metode ilmiah dapat dilukiskan yang paling baik menurut induksi Bacon.

    Hart mengaggap Bacon sebagai filosof pertama yang bahwa ilmu

    pengetahuan dan filsafat dapat mengubah dunia dan dengan sangat efektif

    menganjurkan penyelidikan ilmiah (Hart, 1993: 394). Beliaulah peletak dasar-dasar

    metode induksi modern dan menjadi pelopor usaha untuk mensistimatisir secara

    logis prosedur ilmiah. Seluruh asas filsafatnya bersifat praktis yaitu menjadikan

    untuk manusia menguasai kekuasaan alam melalui penemauan