Modul Farmakologi Untuk Praktikan
-
Upload
mohammed-ramzy-ghifari -
Category
Documents
-
view
258 -
download
1
Transcript of Modul Farmakologi Untuk Praktikan
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
1/26
2015
Author : Asisten Farmakologi 2010
Editor : Asisten Farmakologi 2012
Laboratorium Farmakologi FK Universitas
Jenderal Soedirman
MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
BLOK NEFROURINARIA
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
2/26
Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman
1
DIURETIK
I. Definisi
Diuretik adalah obat yang bekerja pada ginjal dengan menambah kecepatan
pembentukan urin. Diuretika meningkatkan ekskresi air dan natrium klorida.
II. Fisiologi ginjal
Fungsi Ginjal :
mengekskresi produk hasil metabolisme seperti urea, asam urat, dan
kreatinin
mengatur homeostasis
mengatur regulasi elektrolit dan volum ekstraseluler
mengatur keseimbangan asam basa
meregulasi kadar garam dan cairan tubuh
Ginjal merupakan organ terpenting dalam pengaturan homeostasis, yaitu
keseimbangan dinamis antara cairan intrasel dan ekstrasel, serta pemeliharaan
volume total dan susunan cairan ekstrasel. Homeostasis sangat dipengaruhi oleh
jumlah ion Na+, yang sebagian besar terdapat di luar sel, di cairan intrasel, dan
di plasma darah. Kadar Na+ di cairan ekstrasel diregulasi oleh sekresi ADH di
neurohipofisis. Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah kedalam
glumeruli, yang terletak di bagian korteks ginjal. Dinding glumeruli inilah yang
berkerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air, garam, dan
glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung banyak air serta
elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap glomerulus seperti
corong (kapsul bowman) dan disalurkan ke pipa kecil. Tubuli ini terdiri dari
bagian proksimal dan distal, yang dihubungi oleh sebuah lengkungan (Henle’s
loop). Air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan
garam-garam, antara lain ion Na+, ditarik kembali secara aktif di ginjal. Zat-zat
tersebut dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli.
Sisanya yang tidak berguna seperti perombakan metabolism protein untuk
sebagian besar tidak diserap kembali. Filtrate dari semua tubuli ditampung
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
3/26
Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman
2
disuatu saluran pengumpul (ductuscolligens), dimana air di serap kembali.
Filtrate akhir disalurkan kekandung kemih dan ditimbun sebagai urine.
III.
Klasifikasi diuretik
1. Diuretik kuat
2. Thiazid
3. Diuretik hemat kalium
4. Diuretik osmotik
5. Inhibitor karbonik anhidrase
6. Antagonis ADH
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
4/26
Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman
3
A. Loop Diuretic (Diuretik Kuat/High-ceiling diuretics)
1. Farmakodinamik
Loop dieuretik terutama bekerja dengan menghambat
reabsorbsi elektrolit Na+/K+/2Cl- di ansa henle ascenden bagian
epitel tebal; tempat kerjanya di permukaan sel epitel bagian luminal
(yang menghadap ke lumen tubuli). Pada pemberian IV obat ini
cenderung menigkatkan aliran darah ginjal tanpa disertai
peningkatan filtrasi glomerulus. Dengan berkurangnya cairan ekstra
sel akibat dieresis, maka aliran darah ginjal menurun dan hal ini akan
mengakibatkan meningkatnya reabsorpsi cairan dan elektrolit di
tubuli proksimal. Hal terakhir ini merupakan suatu mekanisme
kompensasi yang membatasi jumlah zat terlarut yang mencapai
bagian epitel tebal Henle ascendens sehingga mengurangi diuresis.
2. Farmakokinetik
a. Absorbsi
Loop diu retic mudah diserap melelui saluran cerna, dengan
derajat yang berbeda-beda. Bioavalabilitas furosemid 65%,
sedangkan bumetenid hampir 100%.
b. Distribusi
Obat golongan ini terikat pada protein plasma secara ekstensif,
sehingga tidak difiltrasi glomerulus tetapi cepat sekali disekresi
melalui system transport asam organic di tubulus proksimal.
c. Metabolisme
Obat terakumulasi di cairan tubuli dan mungkin sekali di tempat
kerja didaerah yang lebih distal lagi.d. Eksresi
Kira-kira 2/3 dari asam etakrinat yang diberikan IV diekskresi
melalui ginjal dalam bentuk utuh dan dalam konjugasi dengan
senyawa sulfhidil terutama sistein dan N-asetil sistein.
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
5/26
Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman
4
3. Indikasi atau Penggunaan klinik
a. Gagal jantung
b. Edema refrakter
c.Asites dan edema akibat gagal ginjal
d.Gagal ginjal akut
e.Menurunkan kadar kalsium plasma
4. Cara pemberian dan dosis
Sebaiknya diberikan secara oral, kecuali bila diperlukan
untuk dieresis segera, maka dapat diberikan IM atau IV. Bila ada
nefrosis atau gagal ginjal kronik maka diperlukan dosis furosemid
jauh lebih besar daripada dosis biasa. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya protein dalam cairan tubuli yang akan mengikat
furosemid sehingga menghambat dieresis. Selain itu pada pasien
dengan uremia, sekresi furosemid melalui tubuli menurun.
5. Efek samping
a. Gangguan cairan elektrolit
Sebagian efek berkaitan dengan gangguan keseimbangan
elektrolit dan cairan antara lain: hipotensi, hiponatremia,
hipokalemia, hipokloremia, hipokalsemia, dan hipomagnesia
b. Ototoksisitas
Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara
maupun menetap, dan ini merupakan efek samping serius.
Ketulian sementara juga dapat terjadi pada furosemid dan jarang
pada butenamid.
c.
Efek metabolikHiperuresemia, hiperglikemia, penigkatan kolesterol LDL dan
trigliserida serta penurunan HDL.
d. Reaksi alergi
Berkaitan dengan struktur model yang menyerupai sulfonamide,
sehingga dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat alergi
sulfonamide.
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
6/26
Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman
5
e. Nefritis intersisialis alergik
Furosemid dapt menyebabkan nefritis intersisialis alergik yang
menyebabkan gagal ginjal reversible.
6.
Kontraindikasi
Gagal ginjal yang disertai anuria, Hati-hati pada pasien yang
dicurigai hipokalemia, gout, hiperkalsemia, pengguna
digitalis dan sirosis hepatik Tidak dianjurkan pada wanita
hamil.
Nama Ketersediaan
oral
Waktu paruh
(jam)
Rute eliminasi Dosis (1-2
kali/hari)
Furosemid ~60% ~1,5 ~65%R,
~35% M
20-80 mg
Bumetamid ~80% ~0,8 ~62% R,
~38% M
0,5-2 mg
Asam etakrinat ~100% ~1 ~67% R,
~33%M
50-200 mg
Torsemid ~80% ~3,5 ~20% R,
~80% M
2,5-20 mg
Singkatan: R, ekskresi obat utuh di ginjal; M, metabolisme; B,
eksresi obat utuh ke empedu; U, jalur eliminasi belum diketahui
B. Thiazid atau Benzotiazid
Penelitian menunjukkan bahwa tiazid berefek langsung
terhadap transport Na+ dan Cl- di tubuli ginjal, lepas dari efek
penghambatannnya terhadap enzim karbonik anhidrase.
1. Farmakodinamik
Diuretic tiazid bekerja dengan menghambat simporter
Na+ dan Cl- di hulu tubulus distal. System transport ini dalam
keadaan normal berfungsi membawa Na+ dan Cl- dari lumen ke
dalam sel epitel tubulus. Na+ selanjutya dipompakan ke luar
tubulus dan ditukar dengan K+ , sedangkan Cl- dikeluarkan
melalui kanal klorida.
Efek farmakodinamik tiazid yang utama adalah
meningkatkan sekresi natrium, klorida dan sejumlah air. Efek
natrieresis dan klouresis ini disebabkan oleh penghambatan
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
7/26
Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman
6
mekanisme reabsorpsi elektrolit ada hulu tubuli distal (early
distal tubule).
2. Farmakokinetik
a.
Absorpsi
Absorpsi tiazid melalui saluran cerna baik. Umumnya efek
obat tampak setelah 1 jam.
b. Distribusi
Klortiazid didistribusikan ke seluruh ruang intrasel dan dapat
melewati sawar uri, tetapi obat ini hanya ditimbun dalam
jaringan ginjal saja.
c.
Metabolisme dan Ekskresi
Dengan suatu proses aktif, tiazid diekskresi oleh sel tubuli
proksimal ke dalam cairan tubuli. Jadi klirens ginjal obat ini besar
sekali, biasanya dalam 3-6 jam sudah diekskresi dari tubuh.
3. Indikasi
a. Hipertensi.
b. Gagal jantung.
c.
Hiperkalsiuria.
4. Efek samping
a. Gangguan elektrolit.
Hipokalemia, hipovolumia, hipokloremia,
hipomagnesia.
b. Gejala insufisiensi ginjal dapat diperberat oleh tiazid langsung
mengurangi aliran darah ginjal, suatu reaksi idiosinkrasi yang
jarang sekali timbul sperti hepatitis kloestatik.c. Hiperkalsemia.
Merupakan efek samping yang menguntungkan terutama untuk
orang tua dengan resiko osteoporosis karena dapat mengurangi
risiko fraktur.
d. Hiperuresemia.
e. Penurunan toleransi glukosa dan efektivitas obat
hipoglikemik oral.
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
8/26
Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman
7
Hal ini terjadi karena kurangnya sekresi insulin terhadap
peniggian kadar glukosa plasma, meningkatnya glikogenolisis
dan berkurangnya glikogenesis.
5.
Kontraindikasi
Hati-hati pada pasien yang dicurigai hipokalemia, gout,
hiperkalsemia, pengguna digitalis dan sirosis hepatik
Nama Ketersediaanoral
Waktu paruh(jam)
Ruteeliminasi
Dosis
Bendroflumetiazid ~100% 3-3,9 ~30%R,
~70% M
2,5-0 mg
tunggal
Klorotiazid 9-56% ~1,5 R 0,5-1 g
Dibagi 2dosis
Hidroklorotiazid ~70% ~2,5 R 25-100mgtunggal
Hidroflumetiazid ~50% ~17 40%-80% R,20%-60% M
25-100mgDibagi 2dosis
Politiazid ~100% ~25 ~25% R,~75% U
1-4 mgTunggal
Klortalidon (mirip
tiazid)
~65% ~47 ~65%R,
~10%B,~25% U
50-100
mgtunggal
Singkatan: R, ekskresi obat utuh di ginjal; M, metabolisme; B,
ekskresi obat utuh ke empedu; U, jalur eliminasi belum diketahui
C. Diuretik Hemat kalium
Yang tergolong dalam kelompok ini ialah antagonis aldosteron,
triamteren dan amilorid. Efek diuretiknya tidak sekuat golongan
diuretik kuat.
1. Antagonis aldosteron
Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling
kuat. Peranan utama aldosteron ialah memperbesar reabsorbsi
natrium dan klorida di tubuli distal serta memperbesar ekskresi
kalium. Saat ini dikenal dua macam antagonis aldosteron, yaitu
spironolakton dan eplerenon.
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
9/26
Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman
8
a. Spironolakton
dikenal dengan nama dagang Aldactone, Carpiaton,
Letonal, Spirola, Spiralacton serta Aldazid yang
merupakan kombinasi spironolakton dengan thiabutazid.
i. Farmakodinamik
Spironolakton menghambat pengaruh aldosteron
secara kompetitif pada reseptor aldosteron intraseluler
di duktus koligentes. Hal ini menyebabkan penurunan
reabsorpsi natrium dan air, sehingga sekresi kalium juga
berkurang.
ii.
Farmakokinetik
Absorbsi: pada pemberian oral, 70% diserap di
saluran cerna
Distribusi : Ikatan dengan protein cukup tinggi
Metabolisme : mengalami metabolisme sirkulasi dihati.
enterohepatik Metabolit dan first pass utamanya,
kanrenon, memperlihatkan aktivitas antagonis aldosteron
dan turut berperan dalam aktivitas biologik spironolakton.
Kanrenon mengalami interkonversi enzimatik menjadi
kanrenoat yang tidak aktif. Spironolakton menginduksi
CP450 hati.
ekskresi: melalui urin dan cairan empedu.
iii. Indikasi
Digunakan secara luas untuk pengbatan hipertensi
dan edema yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai
bersama diuretik lain dengan maksud mengurangi sekresi
kalium, di samping memperbesar diuresis. Pada gagal
jantung kronik spironolakton digunakan untuk mencegah
remodeling (pembentukan jaringan fibrosis di miokard).
Spironolakton merupakan obat pilihan untuk hipertensi
hiperaldosteronisme primer dan sangat bermanfaat pada
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
10/26
Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman
9
kondisi-kondisi yang disertai hiperaldosteronisme sekunder
seperti asites pada sirosis hepatik dan sindrom nefrotik.
iv. Kontraindikasi
Insufisiensi ginjal akut, anuria, hiperkalemia, kehamilan.
v. Efek samping
Efek toksik yang utama dari spironolakton adalah
hiperkalemia yang sering terjadi bila obat ini diberikan
bersama-sama dengan asupan kalium yang berlebihan.
Tetapi efek toksik ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa
diberikan bersama dengan tiazid pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal yang berat.
vi. Sediaan Tersedia
Sediaan ada dalam bentuk tablet 25mg, 50mg, dan
100mg. Sediaan kombinasi tetap antara spironolakton 25mg
dan hidrochlorothiazid 25mg, serta antara spironolakton
25mg dan tiabutazid 2,5mg (Aldazide tab 100mg)
vii. Dosis
Pada dewasa diberikan 25-200 mg/hari, tetapi dosis
efektif sehari rata-rata 100mg dalam dosis tunggal atau
terbagi. Perhatian Pemakaian bersama dengan suplemen
kalium, ibu menyusui, kerusakan fungsi ginjal.
b. Epleron
i. Farmakodinamik
Epleron memiliki cara kerja yang sama dengan
spironolakton. Namun dibandingkan dengan spironolakton,eplerenon memiliki afinitas yang lebih lemah terhadap reseptor
meniralokortikoid, androgen, dan progesteron. Obat ini dipasarkan
khusus untuk mengurangi resiko kardiovaskular pada pasien
infark miokard.
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
11/26
Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman
10
ii. Farmakokinetik
Absorbsi : diabsorbsi di saluran cerna dan mencapai
konsentrasi puncak 1,5 jam setelam pemberian oral.
Bioavailabilitas absolut sekitar 69%.
Distribusi: terikat dengan protein plasma sekitar 50%.
Metabolisme: mengalami metabolisme dihati, yang dimediasi
oleh enzim CYP3A4
Ekskresi : di ekskresi melalui urin (67%) dan feses (32%).
Waktu paruh 4-6 jam.
iii. Indikasi
Eplerenon digunakan sebagai antihipertensi dan sebagai
terapi tambahan pada gagal jantung. Eplerenone khusus
diindikasikan untuk mengurangi risiko kematian
kardiovaskular pada pasien dengan gagal jantung dan disfungsi
ventrikel kiri dalam waktu 3-14 hari dari serangan infark miokard
akut.
iv. Kontraindikasi
Dikontraindikasikan pada pasien dengan hiperkalemia, gagal
ginjal berat (creatinin klirens < 30 ml/menit), atau kerusakan
hati yang berat (skor ChildPugh C), pengobatan bersamaan
dengan diuretik hemat kalium ketoconazole, itraconazole atau
lainnya (kontraindikasi relatif)
v.Efek samping
Efek samping penggunaan eplerenone meliputi:. hiperkalemia,
hipotensi, pusing, perubahan fungsi ginjal, dan peningkatan
kadar kreatinin
vii. Sediaan Tablet
salut film 25 mg dan 50 mg, namun belum beredar di Indonesia
viii. Dosis Eplerenon
diberikan dalam dosis50-100mg/hari.
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
12/26
Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman
11
2.Triamteren dan Amilorid
a. Triamteren
i. Farmakodinamik
Meningkatkan ekskresi natrium dan klorida sedangkan
ekskresi kalium berkurang den eksresi bikarbonat tidak
mengalami perubahan. Efek hambatan reabsorbsi
natrium dan klorida oleh triamteren agaknya suatu efek
langsung, tidak melalui penghambatan aldosteron karena
obat ini memperlihatkan efek obat yang sama baik pada
keadaan normal, maupun setelah adrenalektomi.
Triamteren menurunkan ekskresi kalium dengan
menghambat sekresi kalium di sel tubuli distal.
Berkurangnya reabsorbsi natrium di tempat tersebut
mengakibatkan turunnya perbedaan potensial listrik
transtubular, sedangkan hal ini diperlukan untuk
berlangsungnya proses sekresi kalium oleh sel tubuli
distal.
ii. Farmakokinetik
Absorbsi : triamterene dengan cepat diserap di saluran
cerna dan mencapai onset of action 2-4jam setelah
pemberian oral. Pada keadaan normal, kadar puncak rata-
rata serum 30 ng/mL pada 3 jam. Rata-rata persentase obat
yang terkumpul dalam urin (0 sampai 48 jam) adalah 21%.
Distribusi : lebih dari 50% dari pemberian oral ditemukan
di urin Metabolisme: triamterene terutama dimetabolisme menjadi
konjugasi sulfat-hydroxytriamterene. Ekskresi: diekskresi
melalui urin.
Masa Kerja: Kebanyakan pasien akan merespon Dyrenium
(triamterene) selama hari pertama pengobatan. Maksimum
efek terapi, kadang-kadang, tidak dapat dilihat selama
beberapa hari. Durasi diuresis tergantung pada beberapa
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
13/26
Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman
12
faktor, terutama fungsi ginjal, tetapi umumnya menurun
sekitar 7-9 jam setelah pemberian.
iii. Indikasi
Triamteren ditujukan sebagai pengobatan terhadap edema
yang berkaitan dengan gagal jantung kongestif, sirosis hati dan
sindrom nefrotik; juga di steroid-induced edema, edema
idiopatik dan edema akibat hyperaldosteronism sekunder.
iv. Kontraindikasi
Obat ini dikontraindikasikan pada pasien yang mengalami
anuria, penyakit ginjal yang berat atau progresif, penyakit
hati yang berat, hipersensitivitas terhadap obat tersebut.
Triamterene tidak boleh digunakan pada pasien hiperkalemi,
seperti yang kadang-kadang terlihat pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal atau azotemia. Tidak boleh diberikan
kepada pasien yang menerima agen potassium-sparing lain
seperti spironolakton, amilorid hidroklorida atau formula lain
yang mengandung triamterene.
v. Efek samping
Hiperkalemia, reaksi hipersensitifitas, azotemia,
peningkatan BUN dan kreatinin, batu ginjal, gagal ginjal
akut, gangguan saluran cerna, pusing, kelemahan, sakit
kepala.
vi. Dosis
Dosis awal 100mg, 2 kali/hari setelah makan. Maksimal
300mg/hari.vii.Sediaan
Dyrenium kapsul 50 mg dan 100 mg, Maxzide (Triamteren-
hidroklorotiazid) 25 mg dan 50 mg, dan Dyazide (Triamteren-
hidroklorotiazid) kapsul 25mg. Namun obat-obat ini belum
beredar di Indonesia.
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
14/26
Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman
13
b. Amilorid
i. Farmakodinamik
Amilorid bekerja dengan langsung memblokir saluran
natrium epitel (ENaC) sehingga menghambat reabsorpsi
natrium di akhir tubulus distal, tubulus conectivus, dan
ductus colecticus pada ginjal (mekanisme ini adalah sama
untuk triamterene).Hal ini mendorong hilangnya natrium
dan air dari tubuh, tetapi tanpa menghabiskan kalium.
ii. Farmakokinetik
Absorbsi : diabsorbsi di saluran cerna, dengan onset
kerja dalam waktu 2 jam setelah dosis oral. Kadar plasma
puncak diperoleh dalam 3 sampai 4 jam dan waktu paruh
bervariasi 6-9 jam. Efek dari kenaikan elektrolit dengan
dosis tunggal amiloride HCl sampai kira-kira 15 mg.
Distribusi: didistribusi ke hati dan ginjal.
Metabolisme: tidak mengalami metabolisme dihati
Ekskresi: diekskresi melalui ginjal dalam bentuk yang
tidak berubah, 50% dari dosis 20mg diekskresikan dalam
urin dan 40% pada feses dalam waktu 72 jam
iii. Indikasi
Diindikasikan sebagai pengobatan tambahan bersama
diuretik thiazide atau agen kaliuretic-diuretik lain pada
gagal jantung kongestif atau hipertensi.
iv. Kontraindikasi
Dikontraindikasikan pada keadaan hiperkalemia, pasien
yang mendapat terapi antikaliuretik ataupun supllemen
potasium, gangguan fungsi ginjal dan hipersensitifitas.
v. Efek samping
Amilorid biasanya ditoleransi dengan baik dan, kecuali
untuk hiperkalemia, mual/anoreksia, nyeri perut, perut
kembung, dan ruam kulit ringan telah dilaporkan dan
mungkin berhubungan dengan amiloride.
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
15/26
Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman
14
Nama Ketersediaan
oral
Waktu
paruh
(jam)
Rute
eliminasi
Dosis
Amilorid ~15-25% ~21 R 5-10mg
Triamteren ~50% ~4,2 M 37,5-75
mg
spironolakton ~70% ~2,5 R 25-100
mg
Singkatan: R, ekskresi obat utuh di ginjal; M, metabolisme; B,
ekskresi obat utuh ke empedu; U, jalur eliminasi belum diketahui
D. Diuretik osmotik
Diuretik osmotik bekerja dengan memanfaatkan prinsip
perbedaan tekanan osmotik antara cairan lumen dan plasma
darah.
a. Manitol
1) Farmakodinamik
Manitol difiltrasi secara bebas di glomerolus ke dalam
lumen saluran kemih. Manitol kemudian akan meningkatkan
tekanan osmotik cairan lumen sehingga akan menarik air
dari plasma darah ke dalam lumen saluran kemih. Manitol
memberikan efek osmotik di sepanjang nefron tetapi
terutama pada tubulus kontortus proksimal dan duktus
kolektivus.
2) Farmakokinetik
Absorbsi : manitol harus diberikan secara IV, jika diberikan
secara oral dapat menyebabkan diare osmotik. Onset kerja 30-
60 menit.
Distribusi : distribusi di seluruh cairan tubuh tetapi tidak
menembus sawar darah otak.
Metabolisme: manitol tidak dimetabolisme. Durasi kerja 6-8
jam.
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
16/26
Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman
15
Ekskresi: 80% diekskresikan melalui ginjal dan 20% sisanya
dimetabolisme di hati dan diekskresikan melalui empedu.
Waktu paruh ¼ jam dan 1,7 jam pada gagal ginjal
3)
Indikasi
Sering digunakan untuk mengurangi tekanan
intrakranial dan intraokuler dan gagal ginjal akut.
Mengatasi sindrom dialisis disequilibrium. Mengurangi
edema serebral sebelum dan setelah operasi otak . Memicu
diuresis pada pencegahan dan terapi fase oliguri gagal ginjal akut.
4) Kontraindikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien perdarahan intrakranial
aktif. Hipersensitivitas, gangguan elektrolit, dehidrasi berat,
dan anuria.
5) Efek samping
Hipovolemia, hipernatremia (nyeri kepala, mual, muntah),
dan dapat menyebabkan edema pulmoner karena cepat
memasuki kompartemen ekstraselular dan menarik air keluar sel.
Penglihatan kabur, diare.
6) Peringatan
Pasien dengan gagal jantung atau kongesti pulmoner dapat
mengakibatkan edema pulmoner.
7) Dosis dan sediaan
Untuk meningkatkan volum urin 50-200 g/24 jam IV atau 12,5-
25 gram tiap 1-2 jam. Untuk penurunan tekanan intraokuler dan
intrakranial 1,5-2 g/kgBB IV. Sediaan injeksi (Osmitrol) 5, 10,15, 20, 25%. (3; 4)
b. Urea
1) Farmakodinamik
Urea diekskresikan seluruhnya oleh glomerolus dan
meningkatkan osmolaritas cairan ultrafiltrat sehingga
menarik air ke lumen saluran kencing
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
17/26
Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman
16
2) Farmakokinetik
Absorbsi: tidak ada sediaan oral. Diberikan melalui
injeksi intravena. Onset kerja 30-45 menit.
Distribusi : tidak terikat protein plasma.
Metabolisme : tidak dimetabolisme, durasi kerja 5-6 jam.
Ekskresi: diekskresikan seluruhnya melalui ginjal.
3) Indikasi
Mengatasi sindrom dialisis disequilibrium. Mengurangi
edema serebral sebelum dan setelah operasi otak .
Menurunkan tekanan intraokuler pada glaukoma.
4)
Kontraindikasi
Penderita gangguan hati karena akan meningkatkan kadar
amonia darah. Tidak boleh diberikan pada pasien perdarahan
intrakranial aktif.
5) Peringatan
Kehamilan kategori C. Gangguan ginjal dan gangguan elektrolit
diberikan dengan hati-hati.
6)
Efek samping
Trombosis dan nyeri jika terjadi ekstravasasi. Hipovolemia,
hipernatremia (nyeri kepala, mual, muntah),
7) Dosis dan sediaan
Sampai dengan 120 g/hari IV. Sediaan injeksi (Ureaphil)
c. Gliserin
1) Farmakodinamik
Gliserin meningkatkan osmolaritas cairan lumen saluran
kemih sehingga menarik air ke dalam lumen dan
meningkatkan jumlah urin.
2) Farmakokinetik
Absorbsi: diabsorpsi di usus.
Distribusi :tidak berikatan dengan protein plasma
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
18/26
Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman
17
Metabolisme : dimetabolisme di hati oleh enzim gliserol
kinase dan diubah menjadi glukosa, dimetabolisme di sel
lemak untuk sintesis triasilgliserol dan fosfolipid.
Ekskresi : bentuk utuh diekskresikan melalui ginjal.
3) Indikasi
Menurunkan tekanan intraokuler pada glaukoma dan sebelum
atau setelah operasi mata.
4) Peringatan
Gangguan ginjal dan gangguan elektrolit diberikan dengan hati-
hati.
5) Efek samping
Hiperglikemia. Hipovolemia, hipernatremia (nyeri kepala,
mual, muntah),
6) Dosis dan sediaan 1-2 g/kgBB peroral.
Sediaan oral (Osmoglyn)
d. Isosorbid
1) Farmakodinamik
Isosorbid meningkatkan osmolaritas cairan lumen saluran
kemih sehingga menarik air ke dalam lumen dan
meningkatkan jumlah urin
2) Farmakokinetik
Absorbsi : diabsorpsi di usus.
Distribusi : tidak berikatan dengan protein plasma.
Metabolsime: tidak dimetabolisme.
Ekskresi : diekskresikan seluruhnya melalui ginjal. Waktu paruh
obat 5-9,5 jam.
3) Indikasi
Menurunkan tekanan intraokuler pada glaukoma dan
sebelum atau setelah operasi mata.
4) Peringatan
Gangguan ginjal dan gangguan elektrolit diberikan dengan
hati-hati.
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
19/26
Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman
18
5) Efek samping
Hipovolemia, hipernatremia (nyeri kepala, mual, muntah)
6)
Interaksi obat
Peningkatan efek hipotensi jika diberikan bersama obat
antihipertensi atau nitrat.
7)
Dosis dan sediaan
1-3 mg/kgBB peroral. Sediaan oral (Ismotic)
Nama Ketersediaan
oral
Waktu
paruh
(jam)
Rute
eliminasi
Dosis
Gliserin Aktif secaraoral
0,5-0,75 ~80% M,~20% U
isosorbid Aktif secara
oral
5-9,5 R
Manitol Dapat
diabaikan
0,5-1,7 ~80% R,
20% M+B
12,5-25g
iv
Urea Dapat
diabaikan
R
Singkatan: R, ekskresi obat utuh di ginjal; M, metabolisme; B,
ekskresi obat utuh ke empedu; U, jalur eliminasi belum diketahui
E. Pengahambat karbonik anhidrase
Karbonik anhidrase adalah enzim yang terdapat antara lain
dalam sel korteks renalis, pankreas, mukosa lambung, mata,
eritrosit dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam plasma. Enzim ini
Dalam tubuh, H2CO3 berada dalam keseimbangan dengan ion H+
dan HCO3- yang sangat penting dalam sistem buffer darah. Ion ini
juga penting pada proses reabsorbsi ion tetap (fixed ion) dalam
tubuli ginjal, sekresi asam lambung dan beberapa proses lain
dalam tubuh.
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
20/26
Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman
19
1. Asetazolamid
a. Farmakodinamik
Efek farmakodinamik yang utama dari asetazolamid
adalah penghambatan karbonik anhidrase secara
nonkompetitif. Akibatnya terjadi perubahan sistemik dan
perubahan terbatas pada organ tempat enzim tersebut
berada.
b. Farmakokinetik
Absorbsi : asetazolamid mudah diserap melalui saluran cerna,
kadar maksimal dalam darah dicapai dalam 2 jam dan.
Distribusi : asetazolamid terikat kuat pada karbonik anhidrase,
sehingga terakumulasi dalam sel yang banyak mengandung
enzim ini, terutama sel eritrosit dan korteks ginjal. Obat
penghambat karbonik anhidrase tidak dapat masuk ke dalam
eritrosit, jadi efeknya hanya terbatas pada ginjal saja.
Distribusi penghambat karbonik anhidrase dalam tubuh
ditentukan oleh ada tidaknya enzim karbonik anhidrsi dalam
sel yang bersangkutan dan dapat tidaknya obat itu masuk ke
dalam sel
Metabolisme : asetazolamid tidak dimetabolisme
Ekskresi : ekskresi melalui ginjal sudah sempurna dalam
24 jam. Obat ini mengalami proses ekskresi aktif melalui
tubuli dan sebagian direabsorbsi secara pasif. Waktu paruh 3-
9 jam
c.
Indikasi
Penggunaan asetazolamid yang utama ialah untuk
menurunkan tekanan intraokular pada penyakit glaukoma,
mengatasi paralisis periodik bahkan yang disertai
hipokalemia. mengurangi gejala acute mountain sickness,
sebagai diuretik, penghambat karbonik anhidrase bermanfaat
untuk mengatasi alkalosis metabolik terutama yang disebabkan
oleh ekskresi H+ berlebihan karena pemberian diuretik.
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
21/26
Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman
20
d. Kontraindikasi
Dikontraindikasikan pada pasein dengan sickle cell anemia,
alergi terhadap obat sulfa, penyakit hati dan ginjal,
Addison‟s disease serta ibu hamil dan menyusui.
e. Efek samping
Efek samping yang umum dari penggunaan obat ini
termasuk mati rasa dan kesemutan pada jari tangan dan kaki,
dan perubahan rasa (parageusia), terutama untuk minuman
berkarbonasi. Beberapa juga mungkin mengalami penglihatan
kabur tetapi ini biasanya hilang segera setelah menghentikan
obat. Asetazolamide juga meningkatkan risiko pembentukan batu
ginjal kalsium oksalat dan kalsium fosfat.
f. Dosis
Dosis umum antara 250-500 mg/kali,
Chronic simple glaucoma : 250-1.000 mg/ hari,
Acute mountain sickness : 2 kali sehari 250 mg, dimulai 3-4 hari
sebelum mencapai ketinggian 3.000m atau lebih, dan dilanjutkan
untuk beberapa waktu sampai sesudah dicapai ketinggian
tersebut,
Paralisis periodik familial : 250-750 mg sehari dibagi dalam 2-3
dosis; sedangkan untuk anak-anak 2 atau 3 kali sehari 125 mg.
g. Sediaan
Glauseta tab 250mg, Diamox capsul 500mg (tidak beredar di
Indonesia)
h.
KontraindikasiBatu ginjal, obstruksi paru, emfisema, kehamilan dan laktasi
Nama Ketersediaan
oral
Waktu paruh
(jam)
Rute eliminasi Dosis
(1-4 kali/hari)
Asetazolamid ~100% 6-9 R 250 mg
diklorfenamid ID ID ID 50 mg
Metazolamid ~100% ~14 ~25% R, ~75%
M
Singkatan: R, ekskresi obat utuh di ginjal; M, metabolisme; B, ekskresi obat utuh
ke empedu; U, jalur eliminasi belum diketahui
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
22/26
Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman
21
6. Antagonis ADH
ADH meningkatkan reabsorpsi air di tubulus ginjal dengan
akibat berkurangnya produksi urin. Penghambatan pada ADH
akan menignkatkan volume urin. Obat antagonis ADH tersedia
hanya untuk keperluan penelitian dan tidak digunakan secara
umum dalam praktek klinik sebagai diuretik. Dua macam obat
antagonis ADH adalah lithium dan demeclocycline (turunan
tetracycline).
a. Lithium
1) Farmakodinamik
Menghambat efek ADH pada duktus kolektivus dengan
menurunkan pembentukan cyclic adenosine monophospate
(cAMP) sebagai respon ADH dan berinterferensi dengan
kerja cAMP pada sel tubulus kolektivus. Efek untuk
mengatasi gangguan maniak depresi melalui transport ion
dan elektrolit, pelepasan neurotransmiter, second messenger
dan enzim intraseluler.
2) Farmakokinetik
Absorbsi : diabsorpsi oleh usus dengan bioavailabilitas
100%. Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 30 menit-
2 jam.
Distribusi : distribusi pada cairan tubuh dan sedikit masuk ke
kompartemen intraseluler. Terikat dengan protein 0%.
Volum distribusi 0,5 L/kg. Dapat ditimbun dalam tulang
Metabolisme : tidak dimetabolisme.
Ekskresi : diekskresikan ginjal 95%. Waktu paruh 20-22 jam.
3) Indikasi
Syndrome of Inappropiate ADH Secretion (SIADH) dan
penyakit lain yang menngkatkan ADH seperti gagal jantung
atau penyakit hati. Obat antagonis ADH diberikan pada
penyakit-penyakit tersebut jika terapi restriksi cairan gagal.
Gangguan manik depresi.
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
23/26
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
24/26
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
25/26
Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman
24
PRAKTIKUM
Alat dan Bahan
A.
Alat
1. Beakerglass
2.
Papan Lilin
3. Kapas
4. Sonde tikus
5.
Spuit 3cc
B. Bahan
1.
Furosemid tab 40 mg
2. HCT tab 25mg
3. Extract daun teh
4. Air perasan kulit bagian dalam (putih) buah semangka
5.
Aquabides
6. Alkohol
7. Prokain penicillin G
C.
Probandus/hewan percobaan
Hewan: tikus ( Rattus norvegicus)
Rencana Kerja
Percobaan ini dilakukan tanpa pembiusan binatang dan apabila dilakukan secara
legeartis tidak akan menimbulkan nyeri dan melukai.
1. Timbang setiap tikus
2.
Kosongkan kandung kencing dengan menekan abdomen bagian bawahsecara perlahan.
3. Tampung urin dan hitung volumenya dalam beaker glass 50cc/ pipet
4. Masukkan tikus ke dalam beaker glass 1000cc
5.
Berilah pada masing-masing tikus, asumsi BB tikus 200gr
a. HCT
Dosis tikus: 2,25mg/kg per oral melalui sonde (pada manusia 1x25mg)
b.
Furosemide
-
8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan
26/26
c. Ekstrak daun teh (1mL) dan air perasan kulit dalam semangka (1mL)
per oral dengan sonde.
d.
Aquabiddes 2mL
6. Tampung dan catat pengeluaran urin 3 kali setalah: 3 jam, 6 jam, 9 jam
7. Buatlah grafik jumlah urin yang keluar dalam cc/kgBB terhadap waktu.
Hitunglah pengeluaran urin oleh masing-masing obat bila dibandingkan
dengan control.
8. Suntiklah masing-masing tikus dengan prokain-penicilin G sesudah
percobaan.
Evaluasi
1. Bagaimana mekanisme kerja HCT dan furosemide dalam menimbulkan
diuresis
2. Sebutkan gejala-gejala toksik loop diuretic!
3.
Sebutkan kegunaan diuretic thiazide dan golongan acarbose
4. Sebutkan klasifikasi diuretic dan cara kerjanya serta berilah contohnya
masing-masing 2
5.
Jelaskan efek pemberian ekstrak daun the dengan perasaan kulit
seangka