Modul Farmakologi Untuk Praktikan

download Modul Farmakologi Untuk Praktikan

of 26

Transcript of Modul Farmakologi Untuk Praktikan

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    1/26

     

    2015

    Author : Asisten Farmakologi 2010

    Editor : Asisten Farmakologi 2012

    Laboratorium Farmakologi FK Universitas

    Jenderal Soedirman

    MODUL PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

    BLOK NEFROURINARIA

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    2/26

      Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman

    1

    DIURETIK

    I.  Definisi

    Diuretik adalah obat yang bekerja pada ginjal dengan menambah kecepatan

     pembentukan urin. Diuretika meningkatkan ekskresi air dan natrium klorida.

    II. Fisiologi ginjal

    Fungsi Ginjal :

      mengekskresi produk hasil metabolisme seperti urea, asam urat, dan

    kreatinin

     

    mengatur homeostasis

      mengatur regulasi elektrolit dan volum ekstraseluler

      mengatur keseimbangan asam basa

      meregulasi kadar garam dan cairan tubuh

    Ginjal merupakan organ terpenting dalam pengaturan homeostasis, yaitu

    keseimbangan dinamis antara cairan intrasel dan ekstrasel, serta pemeliharaan

    volume total dan susunan cairan ekstrasel. Homeostasis sangat dipengaruhi oleh

     jumlah ion Na+, yang sebagian besar terdapat di luar sel, di cairan intrasel, dan

    di plasma darah. Kadar Na+ di cairan ekstrasel diregulasi oleh sekresi ADH di

    neurohipofisis. Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah kedalam

    glumeruli, yang terletak di bagian korteks ginjal. Dinding glumeruli inilah yang

     berkerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air, garam, dan

    glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung banyak air serta

    elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap glomerulus seperti

    corong (kapsul bowman) dan disalurkan ke pipa kecil. Tubuli ini terdiri dari

     bagian proksimal dan distal, yang dihubungi oleh sebuah lengkungan (Henle’s

    loop). Air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan

    garam-garam, antara lain ion Na+, ditarik kembali secara aktif di ginjal. Zat-zat

    tersebut dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli.

    Sisanya yang tidak berguna seperti perombakan metabolism protein untuk

    sebagian besar tidak diserap kembali. Filtrate dari semua tubuli ditampung

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    3/26

      Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman

    2

    disuatu saluran pengumpul (ductuscolligens), dimana air di serap kembali.

    Filtrate akhir disalurkan kekandung kemih dan ditimbun sebagai urine.

    III. 

    Klasifikasi diuretik

    1.  Diuretik kuat

    2.  Thiazid

    3.  Diuretik hemat kalium

    4.  Diuretik osmotik

    5.  Inhibitor karbonik anhidrase

    6.  Antagonis ADH

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    4/26

      Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman

    3

    A.  Loop Diuretic (Diuretik Kuat/High-ceiling diuretics)

    1.  Farmakodinamik

    Loop dieuretik   terutama bekerja dengan menghambat

    reabsorbsi elektrolit Na+/K+/2Cl- di ansa henle ascenden bagian

    epitel tebal; tempat kerjanya di permukaan sel epitel bagian luminal

    (yang menghadap ke lumen tubuli). Pada pemberian IV obat ini

    cenderung menigkatkan aliran darah ginjal tanpa disertai

     peningkatan filtrasi glomerulus. Dengan berkurangnya cairan ekstra

    sel akibat dieresis, maka aliran darah ginjal menurun dan hal ini akan

    mengakibatkan meningkatnya reabsorpsi cairan dan elektrolit di

    tubuli proksimal. Hal terakhir ini merupakan suatu mekanisme

    kompensasi yang membatasi jumlah zat terlarut yang mencapai

     bagian epitel tebal Henle ascendens sehingga mengurangi diuresis.

    2.  Farmakokinetik

    a.  Absorbsi

    Loop diu retic  mudah diserap melelui saluran cerna, dengan

    derajat yang berbeda-beda. Bioavalabilitas furosemid 65%,

    sedangkan bumetenid hampir 100%.

     b.  Distribusi

    Obat golongan ini terikat pada protein plasma secara ekstensif,

    sehingga tidak difiltrasi glomerulus tetapi cepat sekali disekresi

    melalui system transport asam organic di tubulus proksimal.

    c.  Metabolisme

    Obat terakumulasi di cairan tubuli dan mungkin sekali di tempat

    kerja didaerah yang lebih distal lagi.d.  Eksresi

    Kira-kira 2/3 dari asam etakrinat yang diberikan IV diekskresi

    melalui ginjal dalam bentuk utuh dan dalam konjugasi dengan

    senyawa sulfhidil terutama sistein dan N-asetil sistein.

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    5/26

      Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman

    4

    3.  Indikasi atau Penggunaan klinik

    a.  Gagal jantung

     b. Edema refrakter 

    c.Asites dan edema akibat gagal ginjal 

    d.Gagal ginjal akut 

    e.Menurunkan kadar kalsium plasma 

    4.  Cara pemberian dan dosis

    Sebaiknya diberikan secara oral, kecuali bila diperlukan

    untuk dieresis segera, maka dapat diberikan IM atau IV. Bila ada

    nefrosis atau gagal ginjal kronik maka diperlukan dosis furosemid

     jauh lebih besar daripada dosis biasa. Hal ini disebabkan oleh

     banyaknya protein dalam cairan tubuli yang akan mengikat

    furosemid sehingga menghambat dieresis. Selain itu pada pasien

    dengan uremia, sekresi furosemid melalui tubuli menurun.

    5.  Efek samping

    a.  Gangguan cairan elektrolit

    Sebagian efek berkaitan dengan gangguan keseimbangan

    elektrolit dan cairan antara lain: hipotensi, hiponatremia,

    hipokalemia, hipokloremia, hipokalsemia, dan hipomagnesia 

    b. Ototoksisitas

    Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian  sementara

    maupun menetap, dan ini merupakan efek samping serius.

    Ketulian sementara juga dapat terjadi pada furosemid dan jarang

     pada butenamid.

    c. 

    Efek metabolikHiperuresemia, hiperglikemia, penigkatan kolesterol LDL dan

    trigliserida serta penurunan HDL.

    d. Reaksi alergi

    Berkaitan dengan struktur model yang menyerupai sulfonamide,

    sehingga dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat alergi

    sulfonamide.

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    6/26

      Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman

    5

    e.  Nefritis intersisialis alergik

    Furosemid dapt menyebabkan nefritis intersisialis alergik yang

    menyebabkan gagal ginjal reversible.

    6. 

    Kontraindikasi

    Gagal ginjal yang disertai anuria, Hati-hati pada pasien yang

    dicurigai hipokalemia, gout, hiperkalsemia, pengguna

    digitalis dan sirosis hepatik Tidak dianjurkan pada wanita

    hamil. 

     Nama Ketersediaan

    oral

    Waktu paruh

    (jam)

    Rute eliminasi Dosis (1-2

    kali/hari)

    Furosemid ~60% ~1,5 ~65%R,

    ~35% M

    20-80 mg

    Bumetamid ~80% ~0,8 ~62% R,

    ~38% M

    0,5-2 mg

    Asam etakrinat ~100% ~1 ~67% R,

    ~33%M

    50-200 mg

    Torsemid ~80% ~3,5 ~20% R,

    ~80% M

    2,5-20 mg

    Singkatan: R, ekskresi obat utuh di ginjal; M, metabolisme; B,

    eksresi obat utuh ke empedu; U, jalur eliminasi belum diketahui

    B.  Thiazid atau Benzotiazid

    Penelitian menunjukkan bahwa tiazid berefek langsung

    terhadap transport Na+ dan Cl- di tubuli ginjal, lepas dari efek

     penghambatannnya terhadap enzim karbonik anhidrase.

    1.  Farmakodinamik

    Diuretic tiazid bekerja dengan menghambat simporter

    Na+ dan Cl- di hulu tubulus distal. System transport ini dalam

    keadaan normal berfungsi membawa Na+ dan Cl- dari lumen ke

    dalam sel epitel tubulus. Na+ selanjutya dipompakan ke luar

    tubulus dan ditukar dengan K+ , sedangkan Cl- dikeluarkan

    melalui kanal klorida.

    Efek farmakodinamik tiazid yang utama adalah

    meningkatkan sekresi natrium, klorida dan sejumlah air. Efek

    natrieresis dan klouresis ini disebabkan oleh penghambatan

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    7/26

      Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman

    6

    mekanisme reabsorpsi elektrolit ada hulu tubuli distal (early

    distal tubule).

    2.  Farmakokinetik

    a. 

    Absorpsi

    Absorpsi tiazid melalui saluran cerna baik.  Umumnya efek

    obat tampak setelah 1 jam.

    b. Distribusi

    Klortiazid didistribusikan ke seluruh ruang intrasel dan dapat

    melewati sawar uri, tetapi obat ini hanya ditimbun dalam

     jaringan ginjal saja.

    c. 

    Metabolisme dan Ekskresi

    Dengan suatu proses aktif, tiazid diekskresi oleh sel tubuli

     proksimal ke dalam cairan tubuli. Jadi klirens ginjal obat ini besar

    sekali, biasanya dalam 3-6 jam sudah diekskresi dari tubuh.

    3.  Indikasi

    a.  Hipertensi.

    b. Gagal jantung.

    c. 

    Hiperkalsiuria.

    4.  Efek samping

    a.  Gangguan elektrolit.

    Hipokalemia, hipovolumia, hipokloremia,

    hipomagnesia.

     b.  Gejala insufisiensi ginjal dapat diperberat oleh tiazid langsung

    mengurangi aliran darah ginjal, suatu reaksi idiosinkrasi yang

     jarang sekali timbul sperti hepatitis kloestatik.c.  Hiperkalsemia.

    Merupakan efek samping yang menguntungkan terutama untuk

    orang tua dengan resiko osteoporosis karena dapat mengurangi

    risiko fraktur.

    d. Hiperuresemia.

    e.  Penurunan toleransi glukosa dan efektivitas obat

    hipoglikemik oral.

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    8/26

      Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman

    7

    Hal ini terjadi karena kurangnya sekresi insulin terhadap

     peniggian kadar glukosa plasma, meningkatnya glikogenolisis

    dan berkurangnya glikogenesis.

    5. 

    Kontraindikasi

    Hati-hati pada pasien yang dicurigai hipokalemia, gout,

    hiperkalsemia, pengguna digitalis dan sirosis hepatik

    Nama Ketersediaanoral

    Waktu paruh(jam)

    Ruteeliminasi

    Dosis

    Bendroflumetiazid ~100% 3-3,9 ~30%R,

    ~70% M

    2,5-0 mg

    tunggal

    Klorotiazid 9-56% ~1,5 R 0,5-1 g

    Dibagi 2dosis

    Hidroklorotiazid ~70% ~2,5 R 25-100mgtunggal

    Hidroflumetiazid ~50% ~17 40%-80% R,20%-60% M

    25-100mgDibagi 2dosis

    Politiazid ~100% ~25 ~25% R,~75% U

    1-4 mgTunggal

    Klortalidon (mirip

    tiazid)

    ~65% ~47 ~65%R,

    ~10%B,~25% U

    50-100

    mgtunggal

    Singkatan: R, ekskresi obat utuh di ginjal; M, metabolisme; B,

    ekskresi obat utuh ke empedu; U, jalur eliminasi belum diketahui

    C.  Diuretik Hemat kalium

    Yang tergolong dalam kelompok ini ialah antagonis aldosteron,

    triamteren dan amilorid. Efek diuretiknya tidak sekuat golongan

    diuretik kuat.

    1.  Antagonis aldosteron

    Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling

    kuat. Peranan utama aldosteron ialah memperbesar reabsorbsi

    natrium dan klorida di tubuli distal serta memperbesar ekskresi

    kalium. Saat ini dikenal dua macam antagonis aldosteron, yaitu

    spironolakton dan eplerenon. 

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    9/26

      Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman

    8

    a.  Spironolakton

    dikenal dengan nama dagang Aldactone, Carpiaton,

    Letonal, Spirola, Spiralacton serta Aldazid yang

    merupakan kombinasi spironolakton dengan thiabutazid.

    i.  Farmakodinamik

    Spironolakton menghambat pengaruh aldosteron

    secara kompetitif pada reseptor aldosteron intraseluler

    di duktus koligentes. Hal ini menyebabkan penurunan

    reabsorpsi natrium dan air, sehingga sekresi kalium juga

    berkurang.

    ii. 

    Farmakokinetik

      Absorbsi: pada pemberian oral, 70% diserap di

    saluran cerna 

      Distribusi : Ikatan dengan protein cukup tinggi

      Metabolisme : mengalami metabolisme sirkulasi dihati.

    enterohepatik Metabolit dan first pass utamanya,

    kanrenon, memperlihatkan aktivitas antagonis aldosteron

    dan turut berperan dalam aktivitas biologik spironolakton.

    Kanrenon mengalami interkonversi enzimatik menjadi

    kanrenoat yang tidak aktif. Spironolakton menginduksi

    CP450 hati.

      ekskresi: melalui urin dan cairan empedu. 

    iii.  Indikasi

    Digunakan secara luas untuk pengbatan hipertensi

    dan edema yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai

     bersama diuretik lain dengan maksud mengurangi sekresi

    kalium, di samping memperbesar diuresis. Pada gagal

     jantung kronik spironolakton digunakan untuk mencegah

    remodeling (pembentukan jaringan fibrosis di miokard).

    Spironolakton merupakan obat pilihan untuk hipertensi

    hiperaldosteronisme primer dan sangat bermanfaat pada

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    10/26

      Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman

    9

    kondisi-kondisi yang disertai hiperaldosteronisme sekunder

    seperti asites pada sirosis hepatik dan sindrom nefrotik.

    iv.  Kontraindikasi

    Insufisiensi ginjal akut, anuria, hiperkalemia, kehamilan.

    v.  Efek samping

    Efek toksik yang utama dari spironolakton adalah

    hiperkalemia  yang sering terjadi bila obat ini diberikan

     bersama-sama dengan asupan kalium yang berlebihan.

    Tetapi efek toksik ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa

    diberikan bersama dengan tiazid pada pasien dengan

    gangguan fungsi ginjal yang berat.

    vi.  Sediaan Tersedia

    Sediaan ada dalam bentuk tablet 25mg, 50mg, dan

    100mg. Sediaan kombinasi tetap antara spironolakton 25mg

    dan hidrochlorothiazid 25mg, serta antara spironolakton

    25mg dan tiabutazid 2,5mg (Aldazide tab 100mg)

    vii.  Dosis

    Pada dewasa diberikan 25-200 mg/hari, tetapi dosis

    efektif sehari rata-rata 100mg dalam dosis tunggal atau

    terbagi. Perhatian Pemakaian bersama dengan suplemen

    kalium, ibu menyusui, kerusakan fungsi ginjal.

    b. Epleron

    i. Farmakodinamik

    Epleron memiliki cara kerja yang sama dengan

    spironolakton. Namun dibandingkan dengan spironolakton,eplerenon memiliki afinitas yang lebih lemah terhadap reseptor

    meniralokortikoid, androgen, dan progesteron. Obat ini dipasarkan

    khusus untuk mengurangi resiko kardiovaskular pada pasien

    infark miokard. 

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    11/26

      Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman

    10

    ii. Farmakokinetik

      Absorbsi : diabsorbsi di saluran cerna  dan mencapai

    konsentrasi puncak 1,5 jam setelam pemberian oral.

    Bioavailabilitas absolut sekitar 69%.

      Distribusi: terikat dengan protein plasma sekitar 50%.

      Metabolisme: mengalami metabolisme dihati, yang dimediasi

    oleh enzim CYP3A4

      Ekskresi : di ekskresi melalui urin (67%) dan feses (32%).

    Waktu paruh 4-6 jam.

    iii. Indikasi

    Eplerenon digunakan sebagai antihipertensi dan sebagai

    terapi tambahan pada gagal jantung.  Eplerenone khusus

    diindikasikan untuk mengurangi risiko kematian

    kardiovaskular pada pasien dengan gagal jantung dan disfungsi

    ventrikel kiri dalam waktu 3-14 hari dari serangan infark miokard

    akut.

    iv. Kontraindikasi

    Dikontraindikasikan pada pasien dengan hiperkalemia, gagal

    ginjal berat (creatinin klirens < 30 ml/menit), atau kerusakan

    hati yang berat (skor ChildPugh C), pengobatan bersamaan

    dengan diuretik hemat kalium ketoconazole, itraconazole atau

    lainnya (kontraindikasi relatif)

    v.Efek samping

    Efek samping penggunaan eplerenone meliputi:. hiperkalemia,

    hipotensi, pusing, perubahan fungsi ginjal, dan peningkatan

    kadar kreatinin 

    vii. Sediaan Tablet

    salut film 25 mg dan 50 mg, namun belum beredar di Indonesia

    viii. Dosis Eplerenon

    diberikan dalam dosis50-100mg/hari.

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    12/26

      Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman

    11

    2.Triamteren dan Amilorid

    a. Triamteren

    i. Farmakodinamik

    Meningkatkan ekskresi natrium dan klorida sedangkan

    ekskresi kalium berkurang den eksresi bikarbonat tidak

    mengalami perubahan. Efek hambatan reabsorbsi

    natrium dan klorida oleh triamteren agaknya suatu efek

    langsung, tidak melalui penghambatan aldosteron karena

    obat ini memperlihatkan efek obat yang sama baik pada

    keadaan normal, maupun setelah adrenalektomi.

    Triamteren menurunkan ekskresi kalium dengan

    menghambat sekresi kalium di sel tubuli distal.

    Berkurangnya reabsorbsi natrium di tempat tersebut

    mengakibatkan turunnya perbedaan potensial listrik

    transtubular, sedangkan hal ini diperlukan untuk

    berlangsungnya proses sekresi kalium oleh sel tubuli

    distal.

    ii. Farmakokinetik  

      Absorbsi : triamterene dengan cepat diserap di saluran

    cerna dan mencapai onset of action 2-4jam setelah

    pemberian oral. Pada keadaan normal, kadar puncak rata-

    rata serum 30 ng/mL pada 3 jam. Rata-rata persentase obat

    yang terkumpul dalam urin (0 sampai 48 jam) adalah 21%.

      Distribusi : lebih dari 50% dari pemberian oral ditemukan

    di urin  Metabolisme: triamterene terutama dimetabolisme menjadi

    konjugasi sulfat-hydroxytriamterene. Ekskresi: diekskresi

    melalui urin.

      Masa Kerja: Kebanyakan pasien akan merespon Dyrenium

    (triamterene) selama hari pertama pengobatan. Maksimum

    efek terapi, kadang-kadang, tidak dapat dilihat selama

     beberapa hari. Durasi diuresis tergantung pada beberapa

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    13/26

      Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman

    12

    faktor, terutama fungsi ginjal, tetapi umumnya menurun

    sekitar 7-9 jam setelah pemberian.

    iii. Indikasi

    Triamteren ditujukan sebagai pengobatan terhadap edema

    yang berkaitan dengan gagal jantung kongestif, sirosis hati dan

    sindrom nefrotik; juga di steroid-induced edema, edema

    idiopatik dan edema akibat hyperaldosteronism sekunder.

    iv. Kontraindikasi 

    Obat ini dikontraindikasikan pada pasien yang mengalami

    anuria, penyakit ginjal yang berat atau progresif, penyakit

    hati yang berat, hipersensitivitas terhadap obat tersebut.

    Triamterene tidak boleh digunakan pada pasien hiperkalemi,

    seperti yang kadang-kadang terlihat pada pasien dengan

    gangguan fungsi ginjal atau azotemia. Tidak boleh diberikan

    kepada pasien yang menerima agen potassium-sparing lain

    seperti spironolakton, amilorid hidroklorida atau formula lain

    yang mengandung triamterene.

    v. Efek samping

    Hiperkalemia, reaksi hipersensitifitas, azotemia,

    peningkatan BUN dan kreatinin, batu ginjal, gagal ginjal

    akut, gangguan saluran cerna, pusing, kelemahan, sakit

    kepala.

    vi. Dosis

    Dosis awal 100mg, 2 kali/hari setelah makan. Maksimal

    300mg/hari.vii.Sediaan

    Dyrenium kapsul 50 mg dan 100 mg, Maxzide (Triamteren-

    hidroklorotiazid) 25 mg dan 50 mg, dan Dyazide (Triamteren-

    hidroklorotiazid) kapsul 25mg. Namun obat-obat ini belum

     beredar di Indonesia.

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    14/26

      Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman

    13

    b. Amilorid

    i. Farmakodinamik

    Amilorid bekerja dengan langsung memblokir saluran

    natrium epitel (ENaC) sehingga menghambat reabsorpsi

    natrium di akhir tubulus distal, tubulus conectivus, dan

    ductus colecticus pada ginjal (mekanisme ini adalah sama

    untuk triamterene).Hal ini mendorong hilangnya natrium

    dan air dari tubuh, tetapi tanpa menghabiskan kalium.

    ii. Farmakokinetik

      Absorbsi : diabsorbsi di saluran cerna, dengan onset

    kerja dalam waktu 2 jam setelah dosis oral. Kadar plasma

     puncak diperoleh dalam 3 sampai 4 jam dan waktu paruh

     bervariasi 6-9 jam. Efek dari kenaikan elektrolit dengan

    dosis tunggal amiloride HCl sampai kira-kira 15 mg.

      Distribusi: didistribusi ke hati dan ginjal.

      Metabolisme: tidak mengalami metabolisme dihati

      Ekskresi: diekskresi melalui ginjal dalam bentuk yang

    tidak berubah, 50% dari dosis 20mg diekskresikan dalam

    urin dan 40% pada feses dalam waktu 72 jam

    iii. Indikasi

    Diindikasikan sebagai pengobatan tambahan bersama

    diuretik thiazide atau agen kaliuretic-diuretik lain pada

    gagal jantung kongestif atau hipertensi.

    iv. Kontraindikasi

    Dikontraindikasikan pada keadaan hiperkalemia, pasien

    yang mendapat terapi antikaliuretik ataupun supllemen

    potasium, gangguan fungsi ginjal dan hipersensitifitas.

    v. Efek samping

    Amilorid biasanya ditoleransi dengan baik dan, kecuali

    untuk hiperkalemia, mual/anoreksia, nyeri perut, perut

    kembung, dan ruam kulit  ringan telah dilaporkan dan

    mungkin berhubungan dengan amiloride.

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    15/26

      Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman

    14

    Nama Ketersediaan

    oral

    Waktu

     paruh

    (jam)

    Rute

    eliminasi

    Dosis

    Amilorid ~15-25% ~21 R 5-10mg

    Triamteren ~50% ~4,2 M 37,5-75

    mg

    spironolakton ~70% ~2,5 R 25-100

    mg

    Singkatan: R, ekskresi obat utuh di ginjal; M, metabolisme; B,

    ekskresi obat utuh ke empedu; U, jalur eliminasi belum diketahui

    D.  Diuretik osmotik

    Diuretik osmotik bekerja dengan memanfaatkan prinsip

    perbedaan tekanan osmotik antara cairan lumen dan plasma

    darah.

    a.  Manitol

    1)  Farmakodinamik

    Manitol difiltrasi secara bebas di glomerolus ke dalam

    lumen saluran kemih. Manitol kemudian akan meningkatkan

    tekanan osmotik cairan lumen sehingga akan menarik air

    dari plasma darah ke dalam lumen saluran kemih. Manitol

    memberikan efek osmotik di sepanjang nefron tetapi

    terutama pada tubulus kontortus proksimal dan duktus

    kolektivus.

    2)  Farmakokinetik

     

    Absorbsi : manitol harus diberikan secara IV, jika diberikan

    secara oral dapat menyebabkan diare osmotik. Onset kerja 30-

    60 menit.

      Distribusi : distribusi di seluruh cairan tubuh tetapi tidak

    menembus sawar darah otak.

      Metabolisme: manitol tidak dimetabolisme. Durasi kerja 6-8

     jam.

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    16/26

      Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman

    15

      Ekskresi: 80% diekskresikan melalui ginjal dan 20% sisanya

    dimetabolisme di hati dan diekskresikan melalui empedu.

    Waktu paruh ¼ jam dan 1,7 jam pada gagal ginjal

    3) 

    Indikasi

    Sering digunakan untuk mengurangi tekanan

    intrakranial dan intraokuler dan gagal ginjal akut.

    Mengatasi sindrom dialisis disequilibrium. Mengurangi

    edema serebral sebelum dan setelah operasi otak . Memicu

    diuresis pada pencegahan dan terapi fase oliguri gagal ginjal akut.

    4)  Kontraindikasi

    Tidak boleh diberikan pada pasien perdarahan intrakranial

    aktif. Hipersensitivitas, gangguan elektrolit, dehidrasi berat,

    dan anuria.

    5)  Efek samping

    Hipovolemia, hipernatremia (nyeri kepala, mual, muntah),

    dan dapat menyebabkan edema pulmoner  karena cepat

    memasuki kompartemen ekstraselular dan menarik air keluar sel.

    Penglihatan kabur, diare.

    6)  Peringatan

    Pasien dengan gagal jantung atau kongesti pulmoner dapat

    mengakibatkan edema pulmoner.

    7)  Dosis dan sediaan

    Untuk meningkatkan volum urin 50-200 g/24 jam IV atau 12,5-

    25 gram tiap 1-2 jam. Untuk penurunan tekanan intraokuler dan

    intrakranial 1,5-2 g/kgBB IV. Sediaan injeksi (Osmitrol) 5, 10,15, 20, 25%. (3; 4)

    b. Urea

    1)  Farmakodinamik

    Urea diekskresikan seluruhnya oleh glomerolus dan

    meningkatkan osmolaritas cairan ultrafiltrat sehingga

    menarik air ke lumen saluran kencing

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    17/26

      Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman

    16

    2)  Farmakokinetik

      Absorbsi:  tidak ada sediaan oral. Diberikan melalui

    injeksi intravena. Onset kerja 30-45 menit.

     

    Distribusi : tidak terikat protein plasma.

      Metabolisme : tidak dimetabolisme, durasi kerja 5-6 jam.

      Ekskresi: diekskresikan seluruhnya melalui ginjal.

    3)  Indikasi

    Mengatasi sindrom dialisis disequilibrium. Mengurangi

    edema serebral sebelum dan setelah operasi otak .

    Menurunkan tekanan intraokuler pada glaukoma.

    4) 

    Kontraindikasi

    Penderita gangguan hati  karena akan meningkatkan kadar

    amonia darah. Tidak boleh diberikan pada pasien perdarahan

    intrakranial aktif.

    5)  Peringatan

    Kehamilan kategori C. Gangguan ginjal dan gangguan elektrolit

    diberikan dengan hati-hati.

    6) 

    Efek samping

    Trombosis dan nyeri jika terjadi ekstravasasi. Hipovolemia,

    hipernatremia (nyeri kepala, mual, muntah),

    7)  Dosis dan sediaan

    Sampai dengan 120 g/hari IV. Sediaan injeksi (Ureaphil)

    c. Gliserin

    1) Farmakodinamik

    Gliserin meningkatkan osmolaritas cairan lumen saluran

    kemih sehingga menarik air ke dalam lumen dan

    meningkatkan jumlah urin.

    2) Farmakokinetik

      Absorbsi: diabsorpsi di usus.

      Distribusi :tidak berikatan dengan protein plasma

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    18/26

      Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman

    17

      Metabolisme : dimetabolisme di hati oleh enzim gliserol

    kinase dan diubah menjadi glukosa, dimetabolisme di sel

    lemak untuk sintesis triasilgliserol dan fosfolipid.

     

    Ekskresi : bentuk utuh diekskresikan melalui ginjal.

    3) Indikasi

    Menurunkan tekanan intraokuler pada glaukoma dan sebelum

    atau setelah operasi mata.

    4) Peringatan

    Gangguan ginjal dan gangguan elektrolit diberikan dengan hati-

    hati.

    5) Efek samping

    Hiperglikemia. Hipovolemia, hipernatremia (nyeri kepala,

    mual, muntah),

    6) Dosis dan sediaan 1-2 g/kgBB peroral.

    Sediaan oral (Osmoglyn)

    d. Isosorbid

    1) Farmakodinamik

    Isosorbid meningkatkan osmolaritas cairan lumen saluran

    kemih sehingga menarik air ke dalam lumen dan

    meningkatkan jumlah urin

    2) Farmakokinetik

     Absorbsi : diabsorpsi di usus.

     Distribusi : tidak berikatan dengan protein plasma.

     Metabolsime: tidak dimetabolisme.

     

    Ekskresi : diekskresikan seluruhnya melalui ginjal. Waktu paruh

    obat 5-9,5 jam.

    3) Indikasi

    Menurunkan tekanan intraokuler pada glaukoma dan

    sebelum atau setelah operasi mata.

    4) Peringatan

    Gangguan ginjal  dan gangguan elektrolit  diberikan dengan

    hati-hati.

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    19/26

      Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman

    18

    5)  Efek samping

    Hipovolemia, hipernatremia (nyeri kepala, mual, muntah)

    6) 

    Interaksi obat

    Peningkatan efek hipotensi jika diberikan bersama obat

    antihipertensi atau nitrat.

    7) 

    Dosis dan sediaan

    1-3 mg/kgBB peroral. Sediaan oral (Ismotic)

    Nama Ketersediaan

    oral

    Waktu

     paruh

    (jam)

    Rute

    eliminasi

    Dosis

    Gliserin Aktif secaraoral

    0,5-0,75 ~80% M,~20% U

    isosorbid Aktif secara

    oral

    5-9,5 R

    Manitol Dapat

    diabaikan

    0,5-1,7 ~80% R,

    20% M+B

    12,5-25g

    iv

    Urea Dapat

    diabaikan

    R

    Singkatan: R, ekskresi obat utuh di ginjal; M, metabolisme; B,

    ekskresi obat utuh ke empedu; U, jalur eliminasi belum diketahui

    E.  Pengahambat karbonik anhidrase

    Karbonik anhidrase adalah enzim yang terdapat antara lain

    dalam sel korteks renalis, pankreas, mukosa lambung, mata,

    eritrosit dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam plasma. Enzim ini

    Dalam tubuh, H2CO3 berada dalam keseimbangan dengan ion H+

    dan HCO3- yang sangat penting dalam sistem buffer darah. Ion ini

     juga penting pada proses reabsorbsi ion tetap (fixed ion) dalam

    tubuli ginjal, sekresi asam lambung dan beberapa proses lain

    dalam tubuh.

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    20/26

      Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman

    19

    1. Asetazolamid

    a.  Farmakodinamik

    Efek farmakodinamik yang utama dari asetazolamid

    adalah penghambatan karbonik anhidrase secara

    nonkompetitif. Akibatnya terjadi perubahan sistemik dan

    perubahan terbatas pada organ tempat enzim tersebut

    berada.

    b. Farmakokinetik

      Absorbsi : asetazolamid mudah diserap melalui saluran cerna,

    kadar maksimal dalam darah dicapai dalam 2 jam dan.

     

    Distribusi : asetazolamid terikat kuat pada karbonik anhidrase,

    sehingga terakumulasi dalam sel yang banyak mengandung

    enzim ini, terutama sel eritrosit dan korteks ginjal. Obat

     penghambat karbonik anhidrase tidak dapat masuk ke dalam

    eritrosit, jadi efeknya hanya terbatas pada ginjal saja.

    Distribusi penghambat karbonik anhidrase dalam tubuh

    ditentukan oleh ada tidaknya enzim karbonik anhidrsi dalam

    sel yang bersangkutan dan dapat tidaknya obat itu masuk ke

    dalam sel

      Metabolisme : asetazolamid tidak dimetabolisme 

      Ekskresi : ekskresi melalui ginjal sudah sempurna dalam

    24 jam. Obat ini mengalami proses ekskresi aktif melalui

    tubuli dan sebagian direabsorbsi secara pasif. Waktu paruh 3-

    9 jam

    c. 

    Indikasi

    Penggunaan asetazolamid yang utama ialah untuk

    menurunkan tekanan intraokular pada penyakit glaukoma,

    mengatasi paralisis periodik bahkan yang disertai

    hipokalemia.  mengurangi gejala acute mountain sickness,

    sebagai diuretik, penghambat karbonik anhidrase bermanfaat

    untuk mengatasi alkalosis metabolik terutama yang disebabkan

    oleh ekskresi H+ berlebihan karena pemberian diuretik.

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    21/26

      Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman

    20

    d. Kontraindikasi

    Dikontraindikasikan pada pasein dengan sickle cell anemia,

    alergi terhadap obat sulfa, penyakit hati dan ginjal,

    Addison‟s disease serta ibu hamil dan menyusui.

    e.  Efek samping

    Efek samping yang umum dari penggunaan obat ini

    termasuk mati rasa dan kesemutan pada jari tangan dan kaki,

    dan perubahan rasa (parageusia), terutama untuk minuman

    berkarbonasi. Beberapa juga mungkin mengalami penglihatan

    kabur tetapi ini biasanya hilang segera setelah menghentikan

    obat. Asetazolamide juga meningkatkan risiko pembentukan batu

    ginjal kalsium oksalat dan kalsium fosfat.

    f.  Dosis

    Dosis umum antara 250-500 mg/kali,

    Chronic simple glaucoma : 250-1.000 mg/ hari,

    Acute mountain sickness : 2 kali sehari 250 mg, dimulai 3-4 hari

    sebelum mencapai ketinggian 3.000m atau lebih, dan dilanjutkan

    untuk beberapa waktu sampai sesudah dicapai ketinggian

    tersebut,

    Paralisis periodik familial : 250-750 mg sehari dibagi dalam 2-3

    dosis; sedangkan untuk anak-anak 2 atau 3 kali sehari 125 mg.

    g.  Sediaan

    Glauseta tab 250mg, Diamox capsul 500mg (tidak beredar di

    Indonesia)

    h. 

    KontraindikasiBatu ginjal, obstruksi paru, emfisema, kehamilan dan laktasi

    Nama Ketersediaan

    oral

    Waktu paruh

    (jam)

    Rute eliminasi Dosis

    (1-4 kali/hari)

    Asetazolamid ~100% 6-9 R 250 mg

    diklorfenamid ID ID ID 50 mg

    Metazolamid ~100% ~14 ~25% R, ~75%

    M

    Singkatan: R, ekskresi obat utuh di ginjal; M, metabolisme; B, ekskresi obat utuh

    ke empedu; U, jalur eliminasi belum diketahui

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    22/26

      Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman

    21

    6. Antagonis ADH

    ADH meningkatkan reabsorpsi air di tubulus ginjal dengan

    akibat berkurangnya produksi urin. Penghambatan pada ADH

    akan menignkatkan volume urin. Obat antagonis ADH tersedia

    hanya untuk keperluan penelitian dan tidak digunakan secara

    umum dalam praktek klinik sebagai diuretik. Dua macam obat

    antagonis ADH adalah lithium dan demeclocycline (turunan

    tetracycline).

    a. Lithium

    1) Farmakodinamik

    Menghambat efek ADH pada duktus kolektivus dengan

    menurunkan pembentukan cyclic adenosine monophospate

    (cAMP) sebagai respon ADH dan berinterferensi dengan

    kerja cAMP pada sel tubulus kolektivus. Efek untuk

    mengatasi gangguan maniak depresi melalui transport ion

    dan elektrolit, pelepasan neurotransmiter, second messenger

    dan enzim intraseluler.

    2) Farmakokinetik

     Absorbsi : diabsorpsi oleh usus dengan bioavailabilitas

    100%. Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 30 menit-

    2 jam.

     Distribusi : distribusi pada cairan tubuh dan sedikit masuk ke

    kompartemen intraseluler. Terikat dengan protein 0%.

    Volum distribusi 0,5 L/kg. Dapat ditimbun dalam tulang

     

    Metabolisme : tidak dimetabolisme.

     Ekskresi : diekskresikan ginjal 95%. Waktu paruh 20-22 jam.

    3) Indikasi

    Syndrome of Inappropiate ADH Secretion (SIADH) dan

     penyakit lain yang menngkatkan ADH seperti gagal jantung

    atau penyakit hati. Obat antagonis ADH diberikan pada

     penyakit-penyakit tersebut jika terapi restriksi cairan gagal.

    Gangguan manik depresi.

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    23/26

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    24/26

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    25/26

      Laboratorium Farmakologi Universitas Jenderal Soedirman

    24

    PRAKTIKUM

    Alat dan Bahan

    A. 

    Alat

    1.  Beakerglass

    2. 

    Papan Lilin

    3.  Kapas

    4.  Sonde tikus

    5. 

    Spuit 3cc

    B.  Bahan

    1. 

    Furosemid tab 40 mg

    2.  HCT tab 25mg

    3.  Extract daun teh

    4.  Air perasan kulit bagian dalam (putih) buah semangka

    5. 

    Aquabides

    6.  Alkohol

    7.  Prokain penicillin G

    C. 

    Probandus/hewan percobaan

    Hewan: tikus ( Rattus norvegicus)

    Rencana Kerja

    Percobaan ini dilakukan tanpa pembiusan binatang dan apabila dilakukan secara

    legeartis tidak akan menimbulkan nyeri dan melukai.

    1.  Timbang setiap tikus

    2. 

    Kosongkan kandung kencing dengan menekan abdomen bagian bawahsecara perlahan.

    3.  Tampung urin dan hitung volumenya dalam beaker glass 50cc/ pipet

    4.  Masukkan tikus ke dalam beaker glass 1000cc

    5. 

    Berilah pada masing-masing tikus, asumsi BB tikus 200gr

    a.  HCT

    Dosis tikus: 2,25mg/kg per oral melalui sonde (pada manusia 1x25mg)

     b. 

    Furosemide

  • 8/18/2019 Modul Farmakologi Untuk Praktikan

    26/26

     

    c.  Ekstrak daun teh (1mL) dan air perasan kulit dalam semangka (1mL)

     per oral dengan sonde.

    d. 

    Aquabiddes 2mL

    6. Tampung dan catat pengeluaran urin 3 kali setalah: 3 jam, 6 jam, 9 jam

    7. Buatlah grafik jumlah urin yang keluar dalam cc/kgBB terhadap waktu.

    Hitunglah pengeluaran urin oleh masing-masing obat bila dibandingkan

    dengan control.

    8. Suntiklah masing-masing tikus dengan prokain-penicilin G sesudah

     percobaan.

    Evaluasi

    1.  Bagaimana mekanisme kerja HCT dan furosemide dalam menimbulkan

    diuresis

    2.  Sebutkan gejala-gejala toksik loop diuretic!

    3. 

    Sebutkan kegunaan diuretic thiazide dan golongan acarbose

    4.  Sebutkan klasifikasi diuretic dan cara kerjanya serta berilah contohnya

    masing-masing 2

    5. 

    Jelaskan efek pemberian ekstrak daun the dengan perasaan kulit

    seangka