Modul Dasel 2012
-
Upload
neas-ginting -
Category
Documents
-
view
44 -
download
4
description
Transcript of Modul Dasel 2012
MODUL
PRAKTIKUM DASAR ELEKTRONIKA
LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
LTE
MODUL DASEL 2012
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Mahasiswa yang diizinkan mengikuti praktikum adalah yang telah terdaftar dan
memenuhi syarat yang ditentukan.
2. Praktikum dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan praktikan harus hadir 5 menit
sebelum praktikum dimulai. Bagi praktikan yang tidak hadir pada waktu tersebut
dianggap mengundurkan diri dari praktikum. Praktikan harus mengisi daftar hadir
pada setiap pelaksanaan percobaan.
3. Praktikan harus membawa kertas milimeter blok dan wajib menyerahkan laporan
pendahuluan sebagai syarat wajib mengikuti praktikum.
4. Praktikan harus mengikuti pretest yang dilaksanakan sebelum praktikum
keseluruhan.
5. Praktikan harus mengikuti postest yang dilaksanakan setelah praktikum.
6. Penilaian praktikum didasarkan atas:
a. Tugas Pendahuluan : 5 %
b. Pretest : 5 %
c. Postest : 5 %
d. Keaktifan : 5 %
e. Laporan : 40 %
f. Asistensi : 10 %
g. Alat : 30 %
7. Praktikan dilarang merokok, makan dan minum selama berada di dalam
laboratorium.
8. Praktikan harus berpakaian rapih dan memakai sepatu, tidak diperkenankan
memakai kaos oblong dan sandal.
9. Praktikan dilarang ribut selama berada di dalam laboratorium dan wajib menjaga
kebersihan di dalam maupun di luar laboratorium.
10. Bagi yang melanggar akan mendapat sanksi dikeluarkan dari ruang laboratorium
dan dianggap tidak mengikuti praktikum.
Bandar lampung, April 2012
Ka. Lab. Teknik Elektronika
Muhamad Komarudin,S.T.,M.T.
NIP. 132175596
MODUL DASEL 2012
DIAGRAM ALIR PELAKSANAAN PRAKTIKUM
MODUL DASEL 2012
PROSES PELAKSANAAN PRAKTIKUM DASAR ELEKTRONIKA
1. Mahasiswa wajib mendaftarkan diri dengan memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan.
2. Mengikuti pretest Praktikum Dasar Elektronika dengan materi yang mencakup
keseluruhan percobaan. Jadwal pelaksanaan pretest sebelum pelaksanaan
praktikum.
3. Hasil dari pretest harus lebih dari atau sama dengan 60. Mahasiswa yang
mendapatkan hasil pretest kurang dari 60, maka diwajibkan mengerjakan ulang
seluruh soal-soal pretest dengan hasil tidak kurang dari 70.
4. Mahasiswa diwajibkan menulis laporan pendahuluan yang berisi:
Judul Percobaan
Tujuan Percobaan
Teori Dasar
Alat dan Bahan
Rangkaian Percobaan
Prosedur Percobaan
5. Mahasiswa yang telah melakukan percobaan diwajibkan untuk melakukan
Asistensi dengan asisten yang bersangkutan, sampai laporan tersebut di Acc oleh
asisten yang bersangkutan. Jika belum di Acc maka tidak dapat melakukan
penjilidan laporan secara keseluruhan.
6. Mahasiswa yang telah melakukan seluruh percobaan dan laporannya telah di Acc
oleh asisten maka diwajibkan untuk menjilid seluruh Laporan tersebut dengan
sampul warna yang ditentukan kemudian.
7. Batas waktu pengumpulan laporan keseluruhan akan diumumkan kemudian.
8. Mahasiswa diwajibkan untuk membuat Tugas Alat yang merupakan salah satu
syarat penilaian praktikum.
Kegiatan di atas seperti ditunjukan pada diagram alir yang dilampirkan pada lembaran
berikutnya.
Catatan: Bagi yang tidak melakukan asistensi untuk setiap percobaan tidak dapat
mengumpulkan laporan akhir.
MODUL DASEL 2012
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM
1. Laporan ditulis pada kertas putih ukuran A4
2. Margin untuk penulisan laporan adalah :
Batas Kiri 4 cm, Batas Kanan 3 cm, Batas Atas 3 cm, dan Batas Bawah 3 cm.
3. Bila ada grafik dari data-data percobaan, penggambaran dilakukan pada kertas
grafik (millimeter block).
4. Sampul untuk penjilidan keseluruhan diberitahu kemudian.
5. Pada Halaman muka masing-masing perocbaan diberikan sampul berwarna sesuai
dengan ketentuan yang berisi : Nama, NPM, Kelompok, Logo Unila, Tahun, dan
tulisan lainnya yang dianggap perlu.
6. Pada sampul muka dituliskan minimal kata:
Laboratorium Teknik Elektronika
Jurusan Teknik Elektro
Universitas Lampung
Tahun
Nama
NPM
Kelompok
Logo Unila
4 cm 3 cm
3 cm
3 cm
MODUL DASEL 2012
LABORATORIUM TEKNIK ELETRONIKA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
LEMBAR ASISTENSI PRAKTIKUM DASAR ELEKTRONIKA
Judul Percobaan :
Nama Praktikan (NPM) :
Nama Asistensi (NPM) :
Kelompok :
No Catatan Tanggal TTD
Bandar Lampung, 2012
Asisten,
NPM.
MODUL DASEL 2012
DAFTAR ISI
1. DIODA, SCR, DIAC, DAN LED
2. OPERATIONAL AMPLIFIER
3. TRANSISTOR BIPOLAR, FIELD EFFECT TRANSISTOR (FET), DAN
TRANSISTOR SEBAGAI SWITCH
MODUL DASEL 2012
PRAKTIKUM DASAR ELEKTRONIKA
PERCOBAAN I DIODA, SCR, DIAC, DAN LED
Asisten :
1. Ayub Luhung Wisesa
2. Rudi H. Hutabarat
MODUL DASEL 2012
I. JUDUL PERCOBAAN
DIODA SCR, DIAC, dan LED
II. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Memahami fungsi dan pengaruh arus gate sebagai penyaklaran pada SCR
dengan masukan tegangan DC
2. Memahami fungsi dan pengaruh arus gate sebagai penyaklaran pada SCR
dengan masukan tegangan AC
3. Memahami dan mengamati bentuk gelombang gelombang pada masing –
masing komponen Thyristor
4. Mampu mengaplikasikan sifat sifat atau karakteristik Thyristor menjadi
sebuah alat elektronika yang bermanfaat.
III. TEORI DASAR
DIODA adalah sambungan bahan p-n yang berfungsi terutama sebagai penyearah.
Bahan tipe-p akan menjadi sisi anode sedangkan bahan tipe-n akan menjadi
katode. Bergantung pada polaritas tegangan yang diberikan kepadanya, diode bisa
berlaku sebagai sebuah saklar tertutup (apabila bagian anode mendapatkan
tegangan positif sedangkan katodenya mendapatkan tegangan negatif) dan berlaku
sebagi saklar terbuka (apabila bagian anode mendapatkan tegangan negatif
sedangkan katode mendapatkan tegangan positif). Kondisi tersebut terjadi hanya
pada diode ideal-konseptual. Pada diode faktual (riil), perlu tegangan lebih besar
dari 0,7V (untuk diode yang terbuat dari bahan silikon) pada anode terhadap
katode agar diode dapat menghantarkan arus listrik. Tegangan sebesar 0,7V ini
disebut sebagai tegangan halang (barrier voltage). Diode yang terbuat dari bahan
Germanium memiliki tegangan halang kira-kira 0,3V.
Sifat kesearahan yang dimiliki sebagian besar jenis dioda seringkali disebut
karakteristik menyearahkan. Fungsi paling umum dari dioda adalah untuk
memperbolehkan arus listrik mengalir dalam suatu arah (disebut kondisi panjar
maju) dan untuk menahan arus dari arah sebaliknya (disebut kondisi panjar
mundur). Karenanya, dioda dapat dianggap sebagai versi elektronik dari katup
pada transmisi cairan.
Dioda sebenarnya tidak menunjukkan kesearahan hidup-mati yang sempurna
(benar-benar menghantar saat panjar maju dan menyumbat pada panjar mundur),
tetapi mempunyai karakteristik listrik tegangan-arus taklinier kompleks yang
MODUL DASEL 2012
bergantung pada teknologi yang digunakan dan kondisi penggunaan. Beberapa
jenis dioda juga mempunyai fungsi yang tidak ditujukan untuk penggunaan
penyearahan.
Awal mula dari dioda adalah peranti kristal Cat's Whisker dan tabung hampa (juga
disebut katup termionik). Saat ini dioda yang paling umum dibuat dari bahan
semikonduktor seperti silikon atau germanium.
3.1. KARAKTERISTIK DIODA
Kita dapat menyelidiki karakteristik static dioda, dengan cara memasang diode
seri dengan sebuah catu daya dc dan sebuah resistor. Kurva karakteristik static
diode merupakan merukan fungsi dari arus ID, arus yang melalui diode terhadap
tegangan VD, beda tegangan antara titik a dan b ( lihat gambar 1).
Gambar 1 Rangkaian Mengukur Karakteristik Dioda dan Karakteristiknya
Karakteristik ststik diode dapat diperoleh dengan mengukur tegangan diode (Vab)
dan arus yang melalui diode yaitu ID. Dapat diubah dengan dua cara yaitu
mengubah VDD. Bila arus diode ID kita plotkan terhadap tegangan diode Vab,
kita peroleh karakteristik diode.
Bila anoda berada pada tegangan lebih tinggi daripada tegangan katoda (VD
positif) diode dikatakan mendapatkan bias forward.Bila VD negative disebut bias
reverse atau bias mundur. Pada gambar 2 Vc disebut cut in voltage, Is arus
saturasi dan VPIV adalah peak inverse voltage.
3.2. PENYEARAH
3.2.1. Penyearah Stengah Gelombang
Untuk memperoleh tegangan peyearah yang cukup konstan pada suatu harga,kita
dapat membuat penyearah tegangan dengan menggunakan diode. Kita dapat
a b
MODUL DASEL 2012
membuat berbagai macam rangkaian penyearah tegangan dengan menggunakan
diode. Kita dapat membuat berbagai macam rangkaian penyearah, misalnya
rangkaian penyearah setengah gelombang dengan menggunakan satu diode. Yang
dihasilkan dari penyearah ini adalah sebuah gelombang DC yang berdenyut.
Gambar 2 Penyearah Setengah Gelombang
3.2.2. Penyearah Gelombang Penuh
Efisisiensi yang lebih baik dapat diperoleh dengan menyearahkan sebuah titik
gelombang dari sinyal AC masukan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan dua diode ataupun empat diode yang dikenal dengan Bridge Dioda.
Gambar 3 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh (Dua Dioda)
Gambar 4 Rangakain Penyearah Gelombang Penuh dengan empat dioda
MODUL DASEL 2012
3.3. PENAPIS KAPASITOR MASUKAN
Keluaran penyearah adalah tegangan dc yang berdenyut. Sedangkan yang kita
perlukan adalah tegangan dc murni atau bersifat tetap atau sama dengan tegangan
yang keluar dari batere. Untuk merubah sinyal – sinyal stengah gelombang dan
gelombang penuh dc yang tetap, kita membutuhkan sebuah penapis ( kapasitor).
Gambar 5 Blok diagram dari Regulator Tegangan AC
3.4. MACAM MACAM DIODA
Light Emmiting Dioda atau lebih dikenal dengan sebutan LED (light-emitting
diode) adalah suatu semikonduktor yang memancarkan cahaya monokromatik
yang tidak koheren ketika diberi tegangan maju. Gejala ini termasuk bentuk
elektroluminesensi. Warna yang dihasilkan bergantung pada bahan semikonduktor
yang dipakai, dan bisa juga dekat ultraviolet, tampak, atau inframerah.
Gambar 6 Simbol dan Bentuk Fisik LED
Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan
dioda biasa, komponen elektronika ini akan mengubah cahaya menjadi arus
listrik. Cahaya yang dapat dideteksi oleh dioda foto ini mulai dari cahaya infra
merah, cahaya tampak, ultra ungu sampai dengan sinar-X. Aplikasi dioda foto
mulai dari penghitung kendaraan di jalan umum secara otomatis, pengukur cahaya
pada kamera serta beberapa peralatan di bidang medis.
Alat yang mirip dengan Dioda foto adalah Transistor foto (Phototransistor).
MODUL DASEL 2012
Transistor foto ini pada dasarnya adalah jenis transistor bipolar yang
menggunakan kontak (junction) base-collector untuk menerima cahaya.
Komponen ini mempunyai sensitivitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan
Dioda Foto. Hal ini disebabkan karena elektron yang ditimbulkan oleh foton
cahaya pada junction ini di-injeksikan di bagian Base dan diperkuat di bagian
Kolektornya. Namun demikian, waktu respons dari Transistor-foto secara umum
akan lebih lambat dari pada Dioda-Foto.
Dioda laser adalah sejenis laser di mana media aktifnya sebuah semikonduktor
persimpangan p-n yang mirip dengan yang terdapat pada dioda pemancar
cahaya. Dioda laser kadang juga disingkat LD atau ILD.Dioda laser baru
ditemukan pada akhir abad ini oleh ilmuwan Universitas Harvard. Prinsip kerja
dioda ini sama seperti dioda lainnya yaitu melalui sirkuit dari rangkaian
elektronika, yang terdiri dari jenis p dan n. Pada kedua jenis ini sering dihasilkan
2 tegangan, yaitu:
1. biased forward, arus dihasilkan searah dengan nilai 0,707 utk pembagian v
puncak, bentuk gelombang di atas ( + ).
2. backforward biased, ini merupakan tegangan berbalik yang dapat merusak
suatu komponen elektronika.
Dioda Zener Sebuah dioda biasanya dianggap sebagai alat yang menyalurkan
listrik ke satu arah, namun Dioda Zener dibuat sedemikian rupa sehingga arus
dapat mengalir ke arah yang berlawanan jika tegangan yang diberikan melampaui
batas “tegangan rusak” (breakdown voltage) atau “tegangan Zener”.
Dioda yang biasa tidak akan mengijinkan arus listrik untuk mengalir secara
berlawanan jika dicatu-balik (reverse-biased) di bawah tegangan rusaknya. Jika
melampaui batas tegangan rusaknya, dioda biasa akan menjadi rusak karena
kelebihan arus listrik yang menyebabkan panas. Namun proses ini adalah
reversibel jika dilakukan dalam batas kemampuan. Dalam kasus pencatuan-maju
(sesuai dengan arah gambar panah), dioda ini akan memberikan tegangan jatuh
(drop voltage) sekitar 0.6 Volt yang biasa untuk dioda silikon. Tegangan jatuh ini
tergantung dari jenis dioda yang dipakai.
Sebuah dioda Zener memiliki sifat yang hampir sama dengan dioda biasa, kecuali
bahwa alat ini sengaja dibuat dengan tengangan rusak yang jauh dikurangi,
disebut tegangan Zener. Sebuah dioda Zener memiliki p-n junction yang memiliki
doping berat, yang memungkinkan elektron untuk tembus (tunnel) dari pita
valensi material tipe-p ke dalam pita konduksi material tipe-n. Sebuah dioda zener
yang dicatu-balik akan menunjukan perilaku rusak yang terkontrol dan akan
melewatkan arus listrik untuk menjaga tegangan jatuh supaya tetap pada tegangan
zener. Sebagai contoh, sebuah diode zener 3.2 Volt akan menunjukan tegangan
MODUL DASEL 2012
jatuh pada 3.2 Volt jika diberi catu-balik. Namun, karena arusnya tidak terbatasi,
sehingga dioda zener biasanya digunakan untuk membangkitkan tegangan
referensi, atau untuk menstabilisasi tegangan untuk aplikasi-aplikasi arus kecil.
Tegangan rusaknya dapat dikontrol secara tepat dalam proses doping. Toleransi
dalam 0.05% bisa dicapai walaupun toleransi yang paling biasa adalah 5% dan
10%. Efek ini ditemukan oleh seorang fisikawan Amerika, Clarence Melvin
Zener. Mekanisme lainnya yang menghasilkan efek yang sama adalah efek
avalanche, seperti di dalam dioda avalanche. Kedua tipe dioda ini sebenarnya
dibentuk melalui proses yang sama dan kedua efek sebenarnya terjadi di kedua
tipe dioda ini. Dalam dioda silikon, sampai dengan 5.6 Volt, efek zener adalah
efek utama dan efek ini menunjukan koefisiensi temperatur yang negatif. Di atas
5.6 Volt, efek avalanche menjadi efek utama dan juga menunjukan sifat koefisien
temperatur positif.
Dalam dioda zener 5.6 Volt, kedua efek tersebut muncul bersamaan dan kedua
koefisien temperatur membatalkan satu sama lainnya. Sehingga, dioda 5.6 Volt
menjadi pilihan utama di aplikasi temperatur yang sensitif. Teknik-teknik
manufaktur yang modern telah memungkinkan untuk membuat dioda-dioda yang
memiliki tegangan jauh lebih rendah dari 5.6 Volt dengan koefisien temperatur
yang sangat kecil. Namun dengan munculnya pemakai tegangan tinggi, koefisien
temperatur muncul dengan singkat pula. Sebuah dioda untuk 75 Volt memiliki
koefisien panas yang 10 kali lipatnya koefisien sebuah dioda 12 Volt. Semua
dioda di atas, tidak perduli berapapun tenganan rusaknya, biasanya dijual
dinamakan dioda Zener.
Gambar 7 Dioda Zener dan Karakteristiknya
Dioda SCR singkatan dari Silicon Control Rectifier. Adalah Dioda yang
mempunyai fungsi sebagai pengendali. SCR atau Tyristor masih termasuk
keluarga semikonduktor dengan karateristik yang serupa dengan tabung thiratron.
Sebagai pengendalinya adalah gate (G). SCR sering disebut Therystor. SCR
sebetulnya dari bahan campuran P dan N. Isi SCR terdiri dari PNPN (Positif
Negatif Positif Negatif) dan biasanya disebut PNPN Trioda.
MODUL DASEL 2012
Dioda adalah bentuk sederhana dari semikonduktor. Semikonduktor digunakan
untuk mengendalikan arah elektron. Dioda mempunyai dua buah terminal yaitu
Anoda dan Katoda. Resistansi untuk arah arus dari Anoda ke Katoda sangat kecil,
sedangkan untuk arah arus dari Katoda ke Anoda sangat besar. Sehingga dioda
dapat digunakan sebagai katup elektron searah. Elektron dapat melewati dioda
pada satu arah (Anoda ke Katoda) tetapi tidak pada arah sebaliknya.
Gambar 8 simbol SCR
DIAC merupakan salah satu jenis dioda SCR, namun memiliki dua terminal
(elektroda) saja, berbeda dengan "saudaranya" yang memiliki tiga terminal,
TRIAC.
Simbol DIAC pada skema elektronik:
Pada diagram menunjukkan ada lima lapisan dalam DIAC, memiliki dua terminal
yaitu terminal 1 (T1) and terminal 2 (T2).
Gambar 9 struktur dalam pada DIAC.
IV. PERALATAN
MODUL DASEL 2012
1. Labtech Base Sation (EFT-LBS-1)
2. Kit Sistem Latih Elektronik EFT-ETS-FE
3. Kit Sistem Latih Elektronik EFT-ETS-OE
4. Multimeter
5. Osiloskop
6. Kabel Hubung
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Karakteristik Dioda
a. Pasang rangkaian seperti pada rangkaian 10
b. Atur resistor variable untuk mendapatkan nilai tegangan sebesar 0.2 V, 0.4
V, 0.6 V, 0.8 V, 1 V, 1.2 V, 1.4 V, 1.6 V, 1.8 V,dan 2 V. Ukur dan catat
arus yang mengalir pada rangkaian diode untuk setiap tegangan yang
diberikan. Buat grafik atas fenomena tersebut.
c. Posisikan resistor variable sehingga didapat nilai tegangan sebesar 0 Volt.
Pasangan Voltmeter pada diode. Naikkan perlahan nilai tegangan dengan
merubah resistor variable hingga nilai maksimum yang didapat. Amati
perubahan nilai tegangan jatuh pada diode. Tarik kesimpulan dari fenomena
tersebut.
d. Kembalikan semua saklar pada posisi OFF.
2. Penyearah Setengah Gelombang
a. Hubungkan kabel AC ke sumber Ac, perhatikan kit bekerja pada 220
Volt/50Hz.
b. Setting rangakaian seperti pada gambar 11
MODUL DASEL 2012
c. Beritahukan kepada asisten pada saat memulai praktikum.
d. Nyalakan sumber AC
e. Ukur tegangan Sumber AC, tampilkan sinyal sumber pada layar osiloskop
dengan menghubungkan positif osiloskop ke titik A dan Ground Osiloskop
ke titik C, gambarkanlah.
f. Ukur tegangan pada beban 250 Ohm/5W, hubungkan positif osiloskop ke
titik B dan ground osiloskop ke titik C, gambarlah tampilan osiloskop
g. Kembalikan semua saklar pada posisi OFF.
3. Penyearah Gelombang Penuh (Center Tap Trafo)
a. Hubungkan kabel AC ke sumber Ac, perhatikan kit bekerja pada 220
Volt/50Hz.
b. Setting rangkain seperti gambar 12
c. Beritahukan kepada asisten pada saat memulai pratikum.
d. Nyalakan Sumber AC dengan kondisi S1 dan S2 terbuka.
e. Ukur tegangan sumber AC, amati sinyal sumber pada layar osiloskop
dengan menghubungkan positif osiloskop ke titik A dan Ground Osiloskop
ke titik ke titik B, gambarlah.
f. Tutup S1, gambar sinyal pada beban.
g. Buka S1 dan tutup S2, gambar sinyal pada beban
h. Tutup S1 dan S2, ukur tegangan pada beban, amati sinyal keluaran pada
osiloskop, gambarlah.
i. Kembalikan semua semua saklar pada posisi OFF.
MODUL DASEL 2012
4. Penyearah Gelombang Penuh dengan Jembatan diode
a. Hubungkan kabel AC ke sumber Ac, perhatikan kit bekerja pada 220
Volt/50Hz.
b. Setting rangkaian seperti gambar 13
c. Beritahuakan kepada asisten pada saat memuali praktikum.
d. Nyalakan sumber AC
e. Ukur tegangan sumber AC, amati sinyal sumber pada layar osiloskop,
gambarlah
f. Ukur tegangan beban, amati sinyal keluaran pada layar osiloskop dan
gambarlah
g. Kembalikan semua saklar pada posisi OFF
5. Kapasitor Perata
a. Hubungkan kabel AC ke sumber Ac, perhatikan kit bekerja pada 220
Volt/50Hz.
b. Setting rangkaian seperti pada gambar 14
c. Beritahukan kepada asisten pada saat memulai praktikum
d. Rangkaikan kapasitor 100uf, ukur tegangan di beban, amati sinyal keluaran
dari beban , lalu gambarkan.
e. Ganti kapasitor dengan nilai 25uF, ukur tegangan di beban, amati sinyal
keluaran dari beban, lalu gambarkan
f. Kembalikan semua saklar pada posisi OFF.
MODUL DASEL 2012
6. Dioda Zener
a. Hubungkan kabel AC ke sumber Ac, perhatikan kit bekerja pada 220
Volt/50Hz.
b. Setting rangkaian seperti pada gambar 15
c. Beritahukan kepada asisten pada saat memulai praktikum
d. Atur nilai Vdc pada nilai 4 Volt, tutup saklar. Ukur nilai arus yang mengalir
dan tegangan pada diode zener, catat harga yang didapat
e. Ulangi prosedur percobaan diatas untuk nilai 8 Volt, 10 Volt, 12 Volt, 16
Volt, dan 20 Volt, catat harga yang didapat.
f. Balik polaritas dari diode zener, ukur arus dan tegangan zener untuk nilai
sumer 5 Volt dan 10 Volt.
g. Kembalikan semua saklar pada posisi OFF
7. LED
a. Hubungkan kabel AC ke sumber Ac, perhatikan kit bekerja pada 220
Volt/50Hz.
b. Setting rangkaian seperti pada gambar 16
c. Beritahukan kepada asisten pada saat memulai praktikum
d. Biarkan S1 dalam posisi terbuka, naikan perlahan nilai V Ac variable (pada
posisi R2 minimum), amati perubahan kecemerlangan dari LED merah.
Buat kesimpulan atas pengamatan tersebut.
e. Setting V Ac sebesar 6 Volt, naikan perlahan nilai resistor variable (R2),
amati perubahan kecemerlangan dari LED merah. Buat kesimpulan atas
fenomena tersebut dan amati fenomena yang terjadi. Pada V Ac 6 Volt ini,
balik polaritas dari LED Merah, ulangin prosedur e dan amati fenomena
yang terjadi. Kembalikan pada posisi semula.
f. Tutup saklar S1, lakukan prosedur d dan e. Amati kecemerlangan dari kedua
LED tersebut.
MODUL DASEL 2012
g. Kembaliakn semua saklar pada posisi OFF.
8. Percobaan SCR Tegangan DC
a. Siapkan semua peraltan yang dibutuhkan pada saat praktikum
b. Susun rangkaian seperti pada gambar 17
c. Hubungi asisten sebelum anda melanjukan praktikum
d. Set semua alat ukur sesuai fungsinya, awas perhatikan AC dan DC nya
e. Hubungkan steket sumber AC 220 Volt 50 Hz
f. Set potensio meter pada tahanan yang paling kecil
g. Hidupkan power pada kit percobaan
h. Putar potensiometer sehingga multimeter menunjukan perubahan angka
i. Catat hasilnya dalam table
j. Hubungkan Osiloskop kutub positif pada positif R1, dan negatifnya pada
negative R1, atur semua tombol pengatur hingga grafik gelombang tegangan
pada osiloskop dapat dimengerti, dengan minta bantuan asisten
k. Gambar grafiknya
l. Tanyakan pada asisten apabila ada yang tidak dimengerti
m. Catat masalah yang anda alami pada saat praktikum
9. Percobaan SCR Tegngaan AC
a. Siapkan semua peraltan yang dibutuhkan pada saat praktikum
b. Susun rangkaian seperti pada gambar 18
MODUL DASEL 2012
c. Hubungi asisten sebelum anda melanjukan praktikum
d. Set semua alat ukur sesuai fungsinya, awas perhatikan AC dan DC nya
e. Hubungkan steket sumber AC 220 Volt 50 Hz
f. Set potensio meter pada tahanan yang paling kecil
g. Hidupkan power pada kit percobaan
h. Putar potensiometer sehingga multimeter menunjukan perubahan angka
i. Catat hasilnya dalam table
j. Hubungkan Osiloskop kutub positif pada positif R1, dan negatifnya pada
negative R1, atur semua tombol pengatur hingga grafik gelombang tegangan
pada osiloskop dapat dimengerti, dengan minta bantuan asisten
k. Gambar grafiknya
l. Tanyakan pada asisten apabila ada yang tidak dimengerti
m. Catat masalah yang anda alami pada saat praktikum
10. Percobaan Triac dan Diac
a. Siapkan semua peraltan yang dibutuhkan pada saat praktikum
b. Susun rangkaian seperti pada gambar 19
c. Hubungi asisten sebelum anda melanjukan praktikum
d. Set semua alat ukur sesuai fungsinya, awas perhatikan AC dan DC nya
Q4004
MODUL DASEL 2012
e. Hubungkan steket sumber AC 220 Volt 50 Hz
f. Set potensio meter pada tahanan yang paling kecil
g. Hidupkan power pada kit percobaan
h. Putar potensiometer sehingga multimeter menunjukan perubahan angka
i. Catat hasilnya dalam table
j. Hubungkan Osiloskop kutub positif pada positif R1, dan negatifnya pada
negative R1, atur semua tombol pengatur hingga grafik gelombang tegangan
pada osiloskop dapat dimengerti, dengan minta bantuan asisten
k. Gambar grafiknya
l. Tanyakan pada asisten apabila ada yang tidak dimengerti
m. Catat masalah yang anda alami pada saat praktikum
MODUL DASEL 2012
VI. TUGAS PENDAHULUAN
1. Buatlah simulasi dari percobaan 1 tentang karakteristik dioda menggunakan
software simulasi di komputer, gambarkan grafiknya, dan analisa hasilnya.
2. Buatlah simulasi dari percobaan menggunkaan software simulasi di
komputer,gambarkan grafiknya,dan analisa hasilnya.
Kelompok 1 percobaan 2
Kelompok 2 percobaan 3
Kelompok 3 percobaan 4
Kelompok 4 percobaan 5
Kelompok 5 percobaan 6
Kelompok 6 percobaan 7
Kelompok 7 percobaan 2
Kelompok 8 percobaan 3
Kelompok 9 percobaan 4
Kelompok 10 percobaan 5
Catatan:
Rangkaian simulasi dan Grafiknya Printing
Analisa Hand Writing
MODUL DASEL 2012
PRAKTIKUM DASAR ELEKTRONIKA
PERCOBAAN II OPERATIONAL AMPLIFIER
Asisten :
1. Annisa Ulya Darajat
2. Palupi Indah S.
3. Layla Febri
MODUL DASEL 2012
I. JUDUL PRAKTIKUM
OPERATIONAL AMPLIFIER
II. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dari praktikum ini ialah :
1. Memahami fungsi op-amp sebagai penguat inverting dan non-inverting.
2. Memahami fungsi op-amp sebagai komparator.
3. Memahami salah satu fungsi op-amp sebagai rangkaian filter aktif.
4. Mengetahui dan memahami jenis-jenis filter aktif, yaitu Low Pass Filter
(LPF), Band Pass Filter (BPF) dan High Pass Filter (HPF).
III. TEORI DASAR
3.1. OP-AMP SECARA UMUM
Operational Amplifier atau disingkat op-amp merupakan salah satu komponen
analog yang popular digunakan dalam berbagai aplikasi rangkaian elektronika.
Aplikasi op-amp yang paling sering dijumpai ialah sebagai penguat dan penapis
(filter). Secara umum penguatan diartikan sebagai rasio antara tegangan keluaran
dari op-amp (Vout) dibandingkan dengan besar tegangan masukan pada op-amp
(Vinp). Op-amp pada dasarnya adalah sebuah penguat diferensial yang memiliki
dua masukan, yaitu input inverting (V+) dan non-inverting (V-).
Gambar 1. Simbol Op-Amp
Op-amp ideal memiliki open loop gain (penguatan loop terbuka) yang tak
terhingga besarnya. Seperti op-amp tipe 741 yang sering dipakai secara praktis,
memiliki karakteristik open loop gain sebesar 104 sampai 10
5. Penguatan yang
sebesar ini membuat op-amp menjadi tidak stabil dan penguatannya menjadi tidak
terukur (infinite). Disinilah peran rangkaian negative feedback (umpan balik
negative) diperlukan. Sehingga op-amp dapat dirangkai menjadi aplikasi dengan
nilai penguatan yang terukur (finite). Impedansi input op-amp ideal mestinya
adalah tak terhingga, sehingga mestinya arus input pada tiap masukannya adalah
0. Sebagai perbandingan praktis, op-amp tipe 741 memiliki impedansi input (Zin)
sebesar 106 Ω. Nilai impedansi ini masih relative sangat besar sehingga arus input
op-amp 741 mestinya sangat kecil.
MODUL DASEL 2012
3.2. NON-INVERTING AMPLIFIER
Prinsip utama rangkaian penguat non-inverting adalah seperti yang diperlihatkan
pada gambar 2 berikut ini. Seperti namanya, penguat ini memiliki masukan yang
dibuat melalui input non-inverting. Dengan demikian tegangan keluaran rangkaian
ini akan satu fasa dengan tegangan inputnya. Untuk menganalisa rangkaian
penguat op-amp non inverting, caranya sama seperti menganalisa rangkaian
inverting.
Gambar 2 : penguat non-inverter
Dengan menggunakan aturan 1 dan aturan 2, kita uraikan dulu beberapa fakta
yang ada, antara lain :
vin = v+
v+ = v- = vin ..... lihat aturan 1.
Dari sini ketahui tegangan jepit pada R2 adalah vout – v- = vout – vin, atau iout
= (vout-vin)/R2. Lalu tegangan jepit pada R1 adalah v- = vin, yang berarti arus
iR1 = vin/R1.
Hukum kirchof pada titik input inverting merupakan fakta yang mengatakan
bahwa :
iout + i(-) = iR1
Aturan 2 mengatakan bahwa i(-) = 0 dan jika disubsitusi ke rumus yang
sebelumnya, maka diperoleh
iout = iR1 dan Jika ditulis dengan tegangan jepit masing-masing maka
diperoleh
(vout – vin)/R2 = vin/R1 yang kemudian dapat disederhanakan menjadi :
vout = vin (1 + R2/R1)
Jika penguatan G adalah perbandingan tegangan keluaran terhadap
tegangan masukan, maka didapat penguatan op-amp non-inverting :
Impendasi untuk rangkaian Op-amp non inverting adalah impedansi dari
input non-inverting op-amp tersebut. Dari datasheet, LM741 diketahui
memiliki impedansi input Zin = 108 to 10
12 Ohm.
MODUL DASEL 2012
3.3. INVERTING AMPLIFIER
Rangkaian dasar penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar
3, dimana sinyal masukannya dibuat melalui input inverting. Seperti tersirat pada
namanya, pembaca tentu sudah menduga bahwa fase keluaran dari penguat
inverting ini akan selalu berbalikan dengan inputnya. Pada rangkaian ini,
umpanbalik negatif di bangun melalui resistor R2
gambar 3 : penguat inverter
Input non-inverting pada rangkaian ini dihubungkan ke ground, atau v+ = 0.
Dengan mengingat dan menimbang aturan 1 (lihat aturan 1), maka akan dipenuhi
v- = v+ = 0. Karena nilainya = 0 namun tidak terhubung langsung ke ground, input
op-amp v- pada rangkaian ini dinamakan virtual ground. Dengan fakta ini, dapat
dihitung tegangan jepit pada R1 adalah vin – v- = vin dan tegangan jepit pada
reistor R2 adalah vout – v- = vout. Kemudian dengan menggunakan aturan 2, di
ketahui bahwa :
iin + iout = i- = 0, karena menurut aturan 2, arus masukan op-amp adalah 0.
iin + iout = vin/R1 + vout/R2 = 0
Selanjutnya
vout/R2 = - vin/R1 .... atau
vout/vin = - R2/R1
Jika penguatan G didefenisikan sebagai perbandingan tegangan keluaran terhadap
tegangan masukan, maka dapat ditulis
Impedansi rangkaian inverting didefenisikan sebagai impedansi input dari sinyal
masukan terhadap ground. Karena input inverting (-) pada rangkaian ini diketahui
adalah 0 (virtual ground) maka impendasi rangkaian ini tentu saja adalah Zin = R1.
3.4. OP-AMP SEBAGAI FILTER
Tapis (filter) ialah rangkaian-rangkaian elektronika yang memiliki karakteristik
meloloskan (pass), menolak (reject), dan melemahkan (attenuate) sinyal pada
frekuensi tertentu.
Filter secara penguatan terbagi menjadi 2 jenis, yaitu passive filter dan active
filter. Secara umum, suatu filter dapat digolongkan menjadi tipe pasif jika :
a.) Gain / penguatan yang terjadi tidak akan pernah lebih besar dari 1.
MODUL DASEL 2012
b.) Hanya terdiri dari komponen – komponen pasif (komponen yang tidak dapat
melakukan penguatan), yaitu resistor (R), kapasitor (C), dan induktor (L).
Gambar 4. Rangkaian LPF pasif
Sedangkan, suatu filter dapat digolongkan dalam filter aktif jika :
a. Gain / penguatan yang terjadi lebih besar dari 1.
b. Filter tersebut memakai satu atau lebih komponen yang dapat melakukan
penguatan (contohnya transistor dan IC).
Filter secara karakteristik penapisannya terbagi menjadi 4 jenis, yaitu :
a. Low Pass Filter (LPF).
b. High Pass Filter (HPF).
c. Band Pass Filter (BPF).
d. Band Stop Filter (BSF).
Untuk praktikum kali ini kita hanya akan membahas tentang filter aktif saja.
3.4.1. Aktif Low Pass Filter (LPF)
Prinsip kerja LPF aktif dan respon frekuensinya sama dengan cara kerja filter
pasif, perbedaanya hanya pada penggunaan komponen op-amp untuk penguatan
dan kendali gain (gain control) nya.
Gambar 5. Rangkaian LPF aktif.
MODUL DASEL 2012
Perhatikanlah bahwa rangkaian LPF ini terdiri dari dua bagian, yaitu penapis RC
seri dan sebuah penguat non-inverting.
Gambar 6. Penapis RC seri
Sebagai langkah awal, kita tentukan dulu nilai cut frekuensi (pada nilai frekuensi
berapa suatu sinyal mulai dilemahkan). Cut frekuensi (fc) pada LPF seperti
gambar di atas dapat dirumuskan dengan :
Kemudian kita mencari besar tegangan di rangkaian seri RC (Vout RC), yang
dirumuskan dengan :
Nilai Vout RC ini yang kemudian akan dijadikan input bagi rangkaian non-inverting
amplifier.
Selanjutnya kita mencari besar penguatan dari rangkaian non-inverting amplifier
yang dirumuskan dengan :
Seluruh rumus tadi setelah mengalami penurunan, maka akan didapatkan nilai
Vout (nilai tegangan setelah di tapis dan dikuatkan), yaitu :
MODUL DASEL 2012
Dimana :
AF = besar penguatan op-amp.
f = frekuensi dari sinyal input (Hz).
fc = frekuensi cut-off (Hz)
3.4.2. Aktif High Pass Filter (HPF)
Prinsip kerja HPF aktif dan respon frekuensinya sama dengan cara kerja filter
pasif, perbedaanya hanya pada penggunaan komponen op-amp untuk penguatan
dan kendali gain (gain control) nya.
Gambar 7. Rangkaian HPF aktif
Perhatikanlah bahwa rangkaian HPF ini terdiri dari dua bagian, yaitu penapis CR
(kebalikan dari RC seri pada LPF) dan sebuah penguat non-inverting.
Gambar 8. Penapis CR seri
MODUL DASEL 2012
Sebagai langkah awal, kita tentukan dulu nilai cut frekuensi (pada nilai frekuensi
berapa suatu sinyal mulai dilemahkan). Cut frekuensi (fc) pada HPF seperti
gambar di atas dapat dirumuskan dengan :
Kemudian kita mencari besar tegangan di rangkaian seri CR (Vout CR), yang
dirumuskan dengan :
Nilai Vout CR ini yang kemudian akan dijadikan input bagi rangkaian non-inverting
amplifier.
Selanjutnya kita mencari besar penguatan dari rangkaian non-inverting amplifier
yang dirumuskan dengan :
Seluruh rumus tadi setelah mengalami penurunan, maka akan didapatkan nilai
Vout (nilai tegangan setelah di tapis dan di kuatkan), yaitu :
Dimana :
AF = besar penguatan op-amp.
f = frekuensi dari sinyal input (Hz).
fc = frekuensi cut-off (Hz)
3.4.3. Aktif Band Pass Filter (BPF)
Prinsip kerja BPF tidak jauh berbeda dengan prinsip kerja LPF dan HPF
sebelumnya. Sedikit perbedaan pada BPF ialah filter ini frekuensi yang diloloskan
ialah terletak pada dua buah cut frekuensi, yaitu frekuensi lower (fL) dan frekuensi
higher (fH). Frekuensi yang dibawah nilai fL ataupun yang di atas fH akan
dilemahkan amplitudonya oleh filter jenis ini.
Sebuah BPF aktif yang sederhana dapat dibuat dengan mudah dengan cara meng-
kaskad (cascade) kan sebuah LPF dengan sebuah HPF.
MODUL DASEL 2012
Gambar 9. Rangkaian BPF aktif
Cara mencari frekuensi cut pada masing-masing filter (LPF dan HPF) nya sama
dengan mencari frekuensi cut pada teori LPF dan HPF. Frekuensi cut pada LPF
kita sebut dengan fL dan frekuensi cut pada HPF kita sebut dengan fH.
Pada BPF terdapat frekuensi resonansi (fR), yaitu titik dimana suatu nilai frekuensi
paling tinggi nilai amplitudonya.Dirumuskan dengan :
Dimana :
fR = Frekuensi resonansi (frekuensi tengah)
fL = Frekuensi cut LPF
fH = Frekuensi cut HPF
Semua filter, nilai gain-nya dapat dijadikan dalam satuan decibel (dB)
IV. ALAT PERCOBAAN
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah :
1. Satu set generator fungsi.
2. Oscilloscope.
3. Power supply.
MODUL DASEL 2012
4. Multimeter.
5. Project board.
6. IC 741.
7. Resistor.
8. Kapasitor.
9. Kabel.
10. Form table data (telah disertakan pada modul percobaan ini)
V. GAMBAR RANGKAIAN
5.1. Non Inverting Amplifier
Gambar 10. Rangkaian Non-Inverting Amplifier
5.2. Inverting Amplifier
MODUL DASEL 2012
Gambar 11. Rangkaian Inverting Amplifier
5.3. LPF
Gambar 11. Rangkaian LPF aktif
5.4. HPF
MODUL DASEL 2012
Gambar 12. Rangkaian HPF aktif
5.5. BPF
Gambar 13. Rangkaian BPF aktif
VI. PROSEDUR PERCOBAAN.
6.1. NON-INVERTING AMPLIFIER
1. Menyiapkan alat dan bahan yaitu, Kabel penghubung, modul op-amp,
multimeter digital, dan power supply.
2. Memasang rangkaian seperti pada gambar rangkaian.
3. Menggunakan kabel penghubung untuk merangkai komponen.
4. Menghubungkan Rangkaian Pada Sumber DC dengan nilai tegangan Vin =
5 volt.
5. Mengeset tegangan refrensi sebesar +15 volt dan -15 volt.
6. Set nilai RF sebesar 10 KΩ.
MODUL DASEL 2012
7. set nilai RI sebesar 10 KΩ.
8. Hitung Nilai Penguatan dengan rumus A=𝑅𝐹+𝑅𝐼
𝑅𝐼 atau A = 1+
𝑅𝐹
𝑅𝐼.
9. Ukur nilai Vout dengan Menggunakan Multimeter Digital.
10. Hitung Nilai Vout dengan rumus Vo= Vin . A .
11. Menguangi Langkah 1 sampai 8 dengan mengganti nilai masing-masing RI,
sesuai yang tertera pada table dibawah ini
12. Mengembalikan Saklar pada posisi off.
Tabel Hasil Percobaan Non-Inverting Amplifier
No Vin
(Volt)
RF
(KΩ)
RI
(KΩ)
A Vout
(Teori)
(Volt)
Vout(Praktik)
(Volt)
1 5 10 10
2 5 10 6.8
3 5 10 4.7
4 5 10 3.3
5 5 10 2.4
6.2. INVERTING AMPLIFIER
1. Menyiapkan alat dan bahan yaitu, Kabel penghubung, modul op-amp,
multimeter digital, dan power supply.
2. Memasang rangkaian seperti pada gambar dibawah ini.
3. Menggunakan kabel penghubung untuk merangkai komponen.
4. Menghubungkan Rangkaian Pada Sumber DC dengan nilai tegangan Vin =
5 volt.
5. Mengeset tegangan refrensi sebesar +15 volt dan -15 volt.
6. Set nilai RF sebesar 10 KΩ.
7. Set nilai RI sebesar 10 KΩ.
8. Hitung Nilai Penguatan dengan rumus A=−𝑅𝐹
𝑅𝐼 .
9. Ukur nilai Vout dengan Menggunakan Multimeter Digital.
10. Hitung Nilai Vout dengan rumus Vo= Vin . A .
11. Menguangi Langkah 1 sampai 8 dengan mengganti nilai masing-masing RI,
sesuai yang tertera pada table dibawah ini.
12. Mengembalikan Saklar pada posisi off.
Tabel Hasil Percobaan Inverting Amplifier
MODUL DASEL 2012
No Vin
(Volt)
RF
(KΩ)
RI
(KΩ)
A Vout
(Teori)
(Volt)
Vout(Praktik)
(Volt)
1 5 10 10
2 5 10 6.8
3 5 10 4.7
4 5 10 3.3
5 5 10 2.4
6.3. LOW PASS FILTER (LPF).
1. Merangkai rangkaian seperti pada gambar 10.
2. Menentukan nilai resistor (R) dan kapasitor (C) guna menentukan nilai cut
frekuensi (fc) yang diinginkan (tanyakan pada asisten).
3. Menentukan nilai R1 dan R2 guna menentukan nilai gain yang diinginkan
(tanyakan pada asisten).
4. Memasang voltmeter pada titik Vout1.
5. Memasang voltmeter pada titik Vout2.
6. Memasang generator sinyal pada titik Vin.
7. Memasang sumber tegangan pada IC op-amp (konfigurasi pin op-amp dan
besarnya tegangan yang diberikan dapat dilihat pada datasheet atau
tanyakan pada asisten).
8. Mengaktifkan generator sinyal dan mulai memvariasikan nilai frekuensinya
dari yang terendah sampai yang tertinggi (tanyakan pada asisten).
9. Mencatat perubahan nilai pada Vout1 dan Vout2 untuk tiap-tiap perubahan
nilai frekuensi yang terjadi pada tabel.
6.4. HIGH PASS FILTER (HPF).
1. Merangkai rangkaian seperti pada gambar 11.
2. Menentukan nilai resistor (R) dan kapasitor (C) guna menentukan nilai cut
frekuensi (fc) yang diinginkan (tanyakan pada asisten).
3. Menentukan nilai R1 dan R2 guna menentukan nilai gain yang diinginkan
(tanyakan pada asisten).
4. Memasang voltmeter pada titik Vout1.
5. Memasang voltmeter pada titik Vout2.
6. Memasang generator sinyal pada titik Vin.
MODUL DASEL 2012
7. Memasang sumber tegangan pada IC op-amp (konfigurasi pin op-amp dan
besarnya tegangan yang diberikan dapat dilihat pada datasheet atau
tanyakan pada asisten).
8. Mengaktifkan generator sinyal dan mulai memvariasikan nilai frekuensinya
dari yang terendah sampai yang tertinggi (tanyakan pada asisten).
9. Mencatat perubahan nilai pada Vout1 dan Vout2 untuk tiap-tiap perubahan
nilai frekuensi yang terjadi pada tabel.
6.5. BAND PASS FILTER (BPF).
1. Merangkai rangkaian seperti pada gambar 12.
2. Menentukan nilai resistor (R1 dan R2) dan kapasitor (C1 dan C2) guna
menentukan nilai cut frekuensi low (fL) dan cut frekuensi high (fH)yang
diinginkan (tanyakan pada asisten).
3. Menentukan nilai R3 dan R4 guna menentukan nilai gain yang diinginkan.
4. Memasang voltmeter pada titik Vout1.
5. Memasang voltmeter pada titik Vout2.
6. Memasang voltmeter pada titik Vout3.
7. Memasang generator sinyal pada titik Vin.
8. Memasang sumber tegangan pada IC op-amp (konfigurasi pin op-amp dan
besarnya tegangan yang diberikan dapat dilihat pada datasheet atau
tanyakan pada asisten).
9. Mengaktifkan generator sinyal dan mulai memvariasikan nilai frekuensinya
dari yang terendah sampai yang tertinggi (tanyakan pada asisten).
10. Mencatat perubahan nilai pada Vout1 dan Vout2 untuk tiap-tiap perubahan
nilai frekuensi yang terjadi pada tabel.
MODUL DASEL 2012
TUGAS PENDAHULUAN
1. Cari Datasheet 741
2. Tuliskan yang anda ketahui tentang op-amp (print)
MODUL DASEL 2012
PRAKTIKUM DASAR ELEKTRONIKA
PERCOBAAN III TRANSISTOR BIPOLAR, FIELD EFFECT
TRANSISTOR (FET), DAN TRANSISTOR
SEBAGAI SWITCH
Asisten :
1. Ridho Audli
2. Rahmat Hidayat
MODUL DASEL 2012
I. JUDUL PRAKTIKUM
TRANSISTOR BIPOLAR, FIELD EFFECT TRANSISTOR (FET), DAN
TRANSISTOR SEBAGAI SWITCH
II. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mengetahui karakteristik transistor bipolar
2. Menentukan pengaruh bias maju dan bias balik pada junction basis-emiter
pada transistor bipolar dalam keadaaan konduksi.
3. Menguji dan mengukur penguatan arus pada transistor NPN dan PNP
4. Memahami perbedaan karakteristik FET dengan transistor bipolar
5. Memahami prinsip kerja MOSFET n-channel dan p-channel
6. Mengetahui dan mempelajari fungsi transistor sebagai switch
7. Mengetahui dan mempelajari karakteristik kerja Bipolar Juntion Transistor
ketika beroperasi sebagai saklar
8. Mengetahui dan mempelajari karakteristik kerja MOS Field-effect
Transistor baik tipe n-MOS maupun CMOS ketika beroperasi sebagai saklar
III. TEORI DASAR
3.1. TRANSISTOR BIPOLAR
3.1.1. Karakteristik Transistor
Salah satu cara untuk membayangkan bagaimana transistor bekerja, yaitu dengan
membuat grafik yang menghubungkan arus dan tegangan transistor. Dapat
diperoleh kurva kolektor CE dengan membentuk suatu rangkaian seperti gambar
3.1, yaitu dengan mengubah-ubah tegangan VBB dan VCC untuk memperoleh
tegangan dan arus transistor yang berbeda-beda.
MODUL DASEL 2012
Gambar 3.1 Rangkaian untuk mengatur arus dan
tegangan kolektor
Untuk mendapatkan hasil yang baik, prosedur yang biasa digunakan yaitu dengan
menentukan suatu nilai dari IB dan menjaganya tetap stabil sambil VCC diubah.
Dengan mengukur IC dan VCE, diperoleh data untuk menggambar grafik IC dan
VCE. Misalkan seperti gambar 3.1, kita tentukan IB konstan sebesar 10 uA.
Kemudian dengan mengubah VCC, dapat terukur hasil IC dan VCE seperti kurva
tergambar pada gambar 3.2.
Gambar 3.2 Kurva transistor dengan IB = 10 Ua
Kurva pada gambar 3.2 menggambarkan penjelasan tentang kerja transistor. Jika
VCE = 0, dioda kolektor tidak terbias balik, karena itu arus koletor sangat kecil.
Untuk VCE antara 0 dan mendekati 1 V, arus kolektor naik dengan cepat dan
kemudian menjadi hampir konstan. Ini berhubungan dengan gagasan membias
balik dioda kolektor. Dibutuhkan kira-kira 0,7 V untuk membias dioda kolektor.
Jika digambarkan beberapa kurva untuk IB yang berbeda-beda, diperoleh grafik
seperti gambar 3.3. Karena menggunakan transistor dengan βdc kira-kira 100,
maka arus kolektor 100 kali lebih besar daripada arus basis. Kurva ini seringkali
disebut kurva kolektor statik karena yang digambarkan arus dan tegangan DC.
MODUL DASEL 2012
Gambar 3.3 Kurva transistor dengan IB variabel
Juga diperhatikan tegangan breakdown, tegangan breakdown menjadi lebih kecil
pada arus yang lebih besar. Ini berarti bahwa voltage compliance dari transistor
berkurang untuk arus yang lebih besar. Semuanya ini dibutuhkan untuk mencegah
breakdown pada segala keadaan. Ini menjamin bahwa transistor akan bekerja pada
daerah aktif.
3.1.2. Bias Transistor
Prinsip dasar transistor bipolar merupakan pengembangan dari dioda, yakni
rangkaian sambungan dua buah dioda. Pada transistor NPN, pembiasan maju
dioda emiter mengendalikan jumlah elektron-elektron bebas yang diinjeksikan ke
basis. Makin besar VBE, maka makin banyak jumlah elektron yang diinjeksikan
sehingga arus yang dapat dihantarkan akan lebih besar.
Bias balik pada dioda kolektor mempunyai pengaruh yang kecil pada jumlah
elektron yang memasuki kolektor. Memperbesar VBE akan mempertinggi arus
kolektor, namun jumlah elektron yang tiba pada lapisan pengosongan kolektor
akan tetap.
Gambar 3.4 Rangkaian dasar transistor NPN
MODUL DASEL 2012
Transistor PNP dan arah aliran konvensional diperlihatkan pada gambar 3.5.
Karena dioda emiter dan kolektor menunjuk ke arah berlainan, semua arus dan
tegangan dibalik.
Gambar 3.5 Transistor PNP dan aliran konvensional
Transistor PNP dikatakan komplemen dari transistor NPN. Kata “komplemen”
menandakan bahwa semua tegangan dan arusnya berlawanan dengan yang
dimiliki transistor NPN. Semua rangkaian NPN mempunyai rangkaian
komplementer. Untuk mendapatkan trasnsistor PNP komplementer:
1. Gantilah transistor NPN dengan transistor PNP
2. Baliklah semua tegangan dan arusnya
Gambar 3.6 memperlihatkan rangkaian transistor PNP komplementer, yang
dilakukan adalah mengkomplemenkan tegangan dan arusnya serta mengganti
transistor NPN dengan PNP.
Gambar 3.6 Rangkaian dasar transistor PNP
MODUL DASEL 2012
3.1.3. Penguatan DC
Lebih dari 95 persen dari elektron-elektron yang diinjeksikan mencapai kolektor,
sama saja dengan berkata bahwa arus kolektor hampir sama dengan arus emiter.
Alfa DC dari sebuah transistor didefinisikan sebagai:
E
C
I
I
Seperti diketahui ada tiga jenis rangkaian penguatan dengan transistor, yaitu
common emiter (CE), common base (CB), dan common colector (CC), jenis CE
yang paling banyak dipakai. Perhatikan pada jenis CE, hanya diperlukan sedikit
arus basis untuk mengendalikan besarnya arus kolektor. Bila arus keluaran lebih
besar dari arus masukan, kita akan memperoleh penguatan. Penguatan ini
dinamakan beta(β). Dinyatakan sebagai :
B
C
I
I
, (VCE constan )
Persamaan diatas mengandung arti penguatan beta adalah besarnya arus kolektor
dibagi arus basis, dengan tegangan kolektor–emiter dijaga konstan.
3.2. FIELD EFFECT TRANSISTOR (FET)
FET adalah jenis transistor khusus. Tidak seperti transistor biasa (bipolar) yang
menghantar bila diberi arus basis, FET akan menghantar bila diberi tegangan. FET
terdapat dua macam, yakni: JFET (Junction Field Effect Transistor) dan MOSFET
(Metal-Oxide Semiconductor Field Effect Transistor).
MOSFET tersusun dari logam, oksida, dan semikonduktor. Ada dua tipe
semikonduktor untuk MOSFET ini yaitu tipe NPN (Negative Positive Negative)
dan PNP (Positive Negative Positive). Tipe NPN disebut juga dengan N-channel,
sedangkan tipe PNP disebut P-channel. Oksida film dimasukkan ke
semikonduktor NPN atau PNP sedangkan logam dimasukkan ke gate atau
gerbang. Jika NPN, bagian dari ”N” adalah kutub source (sumber) dan drain
(saluran). Jika PNP, bagian dari ”P” adalah kutub source (sumber) dan drain
(saluran).
Gambar 3.7 Lambang skematik MOSFET
MODUL DASEL 2012
Pada transistor bipolar yang terjadi ialah mengontrol arus hasil (arus antara kutub
kolektor menuju emitter) dengan arus masukan (arus basis). Akan tetapi, pada
MOSFET yang dilakukan ialah mengontrol arus hasil (arus antara kutub drain dan
source) dengan masukan tegangan (tegangan pada gate).
3.2.1. Prinsip Kerja MOSFET
Bagian semikonduktor dari MOSFET terdiri dari NPN dan PNP. Jadi, bila tidak
ada tegangan di gate, arus elektrik tidak akan mengalir di antara drain dan source.
Bila tegangan positif diberikan ke gerbang N-channel MOSFET, elektron-elektron
N-channel yaitu source dan drain tertarik ke gerbang dan memasuki
semikonduktor P-channel yang ada di antaranya. Dengan memindahkan elektron
ini, menjadi kondisi seperti jembatan untuk elektron-elektron di antara drain dan
source. Ukuran jembatan ini dikendalikan oleh tegangan jatuh di gate.
Pada MOSFET P-channel, tegangannya berkebalikan tetapi mirip cara kerjanya.
Bila tegangan negatif dikenakan pada gerbang P-channel MOSFET, hole P-
channel source dab drain tertarik ke gate dan memasuki semikonduktor N-
channel diantara keduanya. Dengan memindahkan dari hole ini, jembatan untuk
hole dapat dan arus listrik mengalir diantara drain dan source.
Beberapa kelebihan FET dibandingkan dengan transistor biasa ialah antara lain
penguatannya yang besar, serta noise yang rendah. Karena harga FET yang lebih
tinggi dari transistor bipolar, maka hanya digunakan pada bagian-bagian yang
memang memerlukan. Wujud fisik FET ada berbagai macam yang serupa dengan
transistor.
3.3. TRANSISTOR SEBAGAI SWITCH
3.3.1. Transistor BJT Sebagai Switch
Komponen transistor dapat berfungsi sebagai switch, walaupun bukan sebagai
switch ideal. Untuk dapat berfungsi sebagai switch, maka titik kerja transistor
harus dapat berpindah‐ pindah dari daerah saturasi (switch dalam keadaan “on”)
ke daerah cut‐off (switch dalam keadaan “off”). Untuk jelasnya lihat gambar di
bawah ini.
MODUL DASEL 2012
Gambar 3.8 Respon Transistor Sebagai Switch
3.3.2. Mosfet Sebagai Switch
Selain BJT, MOSFET juga dapat berfungsi sebagai switch. Dibandingkan
dengan BJT, sifat switch dari MOSFET juga lebih unggul karena membutuhkan
arus yang sangat kecil untuk operasinya.
Ada dua tipe MOSFET menurut tegangan kerjanya yaitu n‐Channel MOSFET
(n‐MOS) dan p‐ Channel MOSFET (p‐MOS). Dimana n‐MOS bekerja dengan
memberikan tegangan positif pada gate, dan sebaliknya, p‐MOS bekerja dengan
memberikan tegangan negatif di gate.
n‐MOS berlaku sebagai switch dengan membuatnya bekerja di sekitar daerah
saturasinya. Daerah kerja dari n‐MOS dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 3.9 Daerah Kerja pada n-MOS
MODUL DASEL 2012
3.4. RANGKAIAN CMOS
Jika n‐MOS dan p‐MOS digabungkan, akan dihasilkan rangkaian CMOS
(Complementary MOS) yang ditunjukkan oleh gambar berikut ini.
Gambar 3.10 Rangkaian CMOS
Untuk memperlakukan CMOS supaya bekerja sebagai switch, kita harus
mengubah‐ubah daerah kerjanya antara cut‐off dan saturasi.
IV. PERALATAN
4.1. TRANSISTOR BIPOLAR
1. Modul dasar sistem latih elektronik EFT-ETS-BS
2. Kit sistem latih elektronik EFT- ETS – FE
3. Multimeter digital
4. Kabel penghubung secukupnya.
4.2. FIELD EFFECT TRANSISTOR (FET)
1. Modul dasar sistem latih elektronik EFT-ETS-BS
2. Kit sistem latih elektronik EFT- ETS – FE
3. Multimeter digital
4. Kabel penghubung secukupnya.
4.3. TRANSISTOR SEBAGAI SWITCH
1. Sumber tegangan DC
2. Osiloskop
3. Kit transistor sebagai switch
4. Multimeter analog dan digital
MODUL DASEL 2012
5. Kabel penghubung secukupnya
V. PROSEDUR PERCOBAAN
5.1. TRANSISTOR BIPOLAR
5.1.1. Karakteristik Transistor
6. Membentuk rangkaian seperti Gambar 3.11 berikut. VBB = 5 V (variabel);
VCC = 5 V.
Gambar 3.11 Rangkaian karateristik transistor
7. Mengatur VBB sebesar 0 V dengan membuka S2
8. Mengatur RC bernilai 5 kΩ. Menutup S1.
9. Mencatat IB, IC, VRC, VBE, VCE pada Tabel 3.1. Membuka S1
10. Menutup S2, mengatur VBB=0,5 V
11. Mengatur RC bernilai 5 kΩ. Menutup S1.
12. Mencatat IB, IC, VRC, VBE, VCE pada Tabel 3.1. Membuka S1
13. Mengulangi langkah 6-7, nilai RC diubah secara berturut-turut 4 kΩ, 3 kΩ,
dan 2 kΩ. Masing-masing data IB, IC, VRC, VBE, VCE dicatat pada Tabel
3.1.
14. Mengulangi langkah 5-8, namun mengatur VBB secara berturut-turut 4 V
dan 5 V.
15. Mengembalikan semua saklar pada posisi OFF
16. Membuat grafik karakteristik transistor IC terhadap VCE dengan masing-
masing IB konstan
RC
5k ohm
RB
4,7k ohm
RC
5k ohm
MODUL DASEL 2012
Tabel 3.1
VBB
konstan
(V)
RC (kΩ) IB (µA) IC(µA) VBE (V) VRC VCE
0 5
0,5 5
4
3
2
4 5
4
3
2
5 5
4
3
2
Analisa Percobaan!
1. Dari data IC dan VCE yang diperoleh, gambarkan kurva karakteristik
transistor dengan nilai IB konstan!
2. Menganalisa grafik berdasarkan data-data yang diperoleh.
16.1.1. Transistor NPN
1. Membentuk rangkaian seperti Gambar 3.8 berikut. VBB = 1,5 V; VCC = 5 V.
2. Menutup S2, mengatur RB hingga IB bernilai 10 uA.
3. Mengatur RC hingga bernilai 0,5 kΩ
4. Menutup S1, mengamati nilai VRC, IC, VCE, IE, dan VBE. Mencatat data pada
Tabel 3.2.
5. Membuka S1, mengatur RC hingga bernilai 2,5 kΩ
6. Menutup S1, mengamati nilai VRC, IC, VCE, IE, dan VBE. Mencatat data pada
Tabel 3.2.
MODUL DASEL 2012
Gambar 3.12 Rangkaian transistor NPN
7. Membuka S1 dan S2.
8. Menutup S1, mengamati dan mengukur ICBO dan VCE. Mencatat data pada
Tabel 3.2.
9. Mengembalikan semua saklar pada posisi OFF.
Tabel 3.2
RC IE IC IB VBE VCE VRC
0,5 k
2,5 k
Saklar S1 tertutup dan S2 terbuka.
2,5 k
Analisa Percobaan!
1. Menggambarkan grafik IB terhadap IC, VCE terhadap IB, dan VCE terhadap
IC
2. Menganalisa grafik berdasarkan data-data yang diperoleh.
3. Jelaskan pengaruh tegangan bias maju pada junction basis-emiter (VBE)
terhadap sifat konduksi transistor NPN!
16.1.2. Transistor PNP
1. Membentuk rangkaian seperti Gambar 3.9 berikut. VBB = -1,5 V; VCC = -5
V..
MODUL DASEL 2012
Gambar 3.13 Rangkaian transistor PNP
2. Mengatur RC hingga bernilai 0,5 kΩ
3. Menutup S1 dan S2, mengatur RB hingga IB bernilai 10 uA.
4. Mengamati nilai VRC, IC, VCE, IE, dan VBE. Mencatat data pada Tabel 3.3.
5. Membuka S1, mengatur RC hingga bernilai 2,5 kΩ
6. Menutup S1, mengamati nilai VRC, IC, VCE, IE, dan VBE. Mencatat data pada
Tabel 3.3.
7. Membuka S1 dan S2.
8. Menutup S1, mengamati dan mengukur ICBO dan VCE. Mencatat data pada
Tabel 3.3.
9. Mengembalikan semua saklar pada posisi OFF.
Tabel 3.3
RC IE IC IB VBE VCE VRC
0,5 k
2,5 k
Saklar S1 tertutup dan S2 terbuka.
2,5 k
Analisa Percobaan!
1. Menggambarkan grafik IB terhadap IC, VCE terhadap IB, dan VCE terhadap IC.
2. Menganalisa grafik berdasarkan data-data yang diperoleh.
3. Jelaskan pengaruh tegangan bias balik pada junction basis-emiter (VBE)
terhadap sifat konduksi transistor NPN!
MODUL DASEL 2012
16.1.3. Penguatan DC
1. Menggunakan Gambar 3.10 dibawah ini sebagai acuan percobaan.
VBB = 1,5 V; VCC = 5 V.
Gambar 3.14 Rangkaian penguatan DC
2. Mengatur RC = 5 kΩ
3. Menutup S2
4. Mengatur RB hingga IB = 10 uA
5. Menutup S1, mengamati nilai VCE, IC, IE, dan IB. Mencatat pada Tabel 3.4.
6. Membuka S1
7. Mengulangi langkah 4-6, dengan nilai IB berturut-turut 20 uA, 30 uA, 40
uA, dan 50 uA
8. Kembalikan semua saklar pada posisi OFF
9. Menghitung dan mencatat nilai β dan nilai ά menggunakan nilai terukur
pada Tabel 3.4. 12
12
BB
CC
B
C
II
II
I
I
;
12
12
EE
CC
E
C
II
II
I
I
Tabel 3.4
VCE IB IC IE β Ά
Analisa Percobaan!
MODUL DASEL 2012
1. Menghitung masing-masing β dan ά berdasarkan rumus.
2. Jelaskan pengaruh IB terhadap IC yang diperoleh!
3. Dari data yang diperoleh, seharusnya semakin besar IB maka nilai penguatan
β akan semakin besar, kecil, atau cenderung konstan? Jelaskan!
4. Bagaimana nilai IC terhadap IE, apakah nilainya hampir sama besar?
Jelaskan!
Tugas Akhir!
1. Apa yang terjadi pada arus kolektor (IC) jika arus emitter ditambah ?
2. Bandingkan dan jelaskan perbedaan IC dan ICBO ?
3. Sebutkan dan jelaskan macam – macam cara membias transistor, dan
gambarkan rangkaiannya?
4. Apakah β sama artinya dengan hfe ? mengapa ?
5. Berdasarkan gambar rangkaian hitung β jika VCE = 5 Volt ; IB1 = 50uA ; IC1
= 4,5 mA ; IB2 = 75 uA ; IC2 = 9,5mA.
5.2. FIELD EFFECT TRANSISTOR (FET)
5.2.1. N-channel MOSFET
1. Menggunakan gambar 3.11 sebagai rangkaian percobaan
VGS
IRF540N
Gambar 3.11 Rangkaian N-channel MOSFET
2. Mengatur tegangan VGS, lalu catat ID yang dihasilkan sesuai dengan tabel
berikut ini:
VGS(V) ID(A)
0
1,5
2
2,5
3
MODUL DASEL 2012
4
5
7,5
Tabel 4.1. Hubungan VGS dan ID
3. Buatlah plot kurva karakteristik ID dan VGS
5.2.2. P-channel MOSFET
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar di bawah ini. Gunakan dua sumber
tegangan DC.
Gambar 3.12 Rangkaian N-channel MOSFET
2. Aturlah tegangan VDS, lalu catat ID yang dihasilkan untuk setiap VGS sesuai
dengan tabel berikut ini:
VDS ID (mA)
VGS= 2V VGS= 2,5V VGS= 3V VGS= 4V VGS= 5V VGS= 7V VGS= 9V
0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06
2 0 0,07 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08
4 0 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11
5 0 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12
7 0 0,16 0,16 0,16 0,17 0,17 0,17
9 0 0,19 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24
3. Buatlah plot kurva karakteristik ID dan VDS untuk setiap VGS
MODUL DASEL 2012
5.3. TRANSISTOR SEBAGAI SWITCH
5.3.1. Transistor BJT Sebagai Switch
1. Susun rangkaian seperti pada gambar berikut ini dengan VCC = 12 Vdc.
2. Posisikan Rvar pada nilai minimum (VBE=0). Catat harga VCE awal.
3. Naikan tegangan di Base (dengan memutar Rvar) perlahan‐lahan
hingga terlihat lampu menyala (relay bekerja).
4. Tepat pada saat lampu menyala, catat harga: IB, IC, VBE dan VCE.
5. Naikkan tegangan di Base (dengan memutar Rvar), catat IB dan IC.
Tentukan tiga nilai pengukuran antara saat lampu menyala sampai
potensiometer Rvar maksimum.
6. Kemudian turunkan tegangan catu perlahan‐lahan hingga lampu padam
kembali. Catat harga‐harga IB, IC, VBE dan VCE yang menyebabkan
lampu padam.
7. Ulangi langkah 3 sampai 7 dengan beberapa VCC lain (11, 10, 9 VDC, dll).
8. Gambarkan kurva yang menunjukkan VBE minimum yang
menyebabkan Saturasi, VBE maksimum yang menyebabkan Cut‐Off, dan
beberapa nilai VCC & VCE yang berbeda‐beda dalam satu grafik.
MODUL DASEL 2012
5.3.2. Mosfet Sebagai Switch
1. NMOS
Cara Multimeter
1. „Buat rangkaian seperti pada gambar berikut ini dengan VDD = 5 Vdc.
2. Posisikan Rvar pada nilai minimum (Va=0). Catat harga VDS dan ID awal.
3. Naikan tegangan di Gate (dengan memutar Rvar) perlahan‐lahan hingga
terlihat ada arus di Drain (ID).
4. Tepat pada saat ada arus di Drain (ID), catat harga: IG, ID, VGS dan VDS
5. Ulangi langkah 2 sampai 4 dengan beberapa VDD lain: 6, 7.5, 9,
VDC (jangan melebihi 12V).
6. Gambarkan kurva hubungan VGS – ID.
Tabel N – Mos Sebagai Switch
MODUL DASEL 2012
2. Inverter CMOS
Cara Multimeter
1. Buat rangkaian seperti pada gambar berikut ini dengan VCC = 5 VDC.
2. Posisikan Rvar pada nilai minimum (Va=0). Catat harga Vout, IS dan ID
awal.
3. Naikan tegangan di Gate (dengan memutar Rvar) perlahan‐lahan hingga
terlihat ada arus di Drain (ID).
4. Tepat pada saat ada arus di Drain (ID), catat harga: IG, IS, ID, VGS dan
VDS.
5. Naikkan terus Va (=VGS) untuk beberapa nilai, kemudian catat IG,
IS, ID, VGS dan VDS dan gambarkan kurva Va‐Vout.
6. Ulangi langkah 2 sampai 5 untuk VCC = 10 VDC.
Tabel Hasil:
MODUL DASEL 2012
VI. TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan maksud/tujuan dari seluruh rangkaian percobaan pada percobaan
Transistor!
Catatan:
Tulis tangan.