MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN -...

43
0 MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN PRODI AKUNTANSI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

Transcript of MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN -...

Page 1: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

0

MODUL

AKUNTANSI LINGKUNGAN

PRODI AKUNTANSI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

Page 2: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

1

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan modul Akuntansi Lingkungan ini.

Modul ini berisikan materi dan kumpulan soal terpilih untuk Mata Kuliah Akuntansi Lingkungan.

Penyusun berharap modul ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat membantu untuk lebih memahami materi Akuntansi Lingkungan serta dapat menambah kemahiran dan keahlian dalam menyelesaikan beberapa variasi soal dan permasalahan akuntansi lingkungan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa modul ini tentu punya banyak kekurangan. Untuk itu penyusun dengan berlapang dada menerima masukan dan kritikan konstruktif dari berbagai pihak demi kesempurnaannya di masa yang akan datang.

Selamat Mencoba,

Penyusun

Page 3: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

2

AKUNTANSI LINGKUNGAN

Akuntansi lingkungan merupakan istilah yang berkaitan dengan kebijakan

memasukkan biaya lingkungan ke dalam praktik akuntansi perusahaan atau lembaga

pemerintah. Biaya lingkungan adalah dampak yang timbul dari sisi keuangan maupun non

keuangan. Biaya lingkungan harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan yang memengaruhi

kualitas lingkungan. (Ikhsan, 2008).

Penggunaan konsep akuntansi lingkungan bagi perusahaan dapat mendorong

kemampuan untuk meminimalisasi persoalan – persoalan lingkungan yang dihadapinya.

Banyak perusahaan besar industry dan jasa yang kini menerapkan akuntansi lingkungan,

supaya dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan dengan melakukan penilaian

kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya dan manfaat atau efek.

SEJARAH AKUNTANSI LINGKUNGAN

Lingkungan akuntansi mulai menerima perhatian selama krisis energi pada 1970-an.

Meskipun isu tersebut diberikan pertimbangan untuk sementara waktu, krisis energi berakhir

dan 1980-an diantar di era baru kemakmuran ekonomi. Praktek akuntansi lingkungan

memudar ke latar belakang sebelum standar untuk mengukur dampak ekonomi

dikembangkan. Perundang-undangan dan kesepakatan tentang bagaimana menghitung

faktor lingkungan dan faktor-faktor apa harus dihitung sulit didapat. Pada 1990-an, suatu

kenaikan besar dalam aktivitas perlindungan lingkungan membawa akuntansi lingkungan ke

dalam kesadaran konsumen dan bisnis. Secara bertahap beberapa standar akuntansi

lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh organisasi akuntansi terkemuka seperti Dewan

Standar Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi Komite Eksekutif American Institute of

CPA.

ASPEK – ASPEK AKUNTANSI LINGKUNGAN

Aspek – aspek akuntansi lingkungan adalah sebagai berikut:

1. Pengakuan identifikasi pengaruh negatif aktivitas bisnis perusahaan terhadap

lingkungan dalam praktik akuntansi konvensional.

2. Identifikasi, mencari, dan memerikasa persoalan bidang akuntansi konvensional yang

bertentangan dengan kriteria lingkungan serta memberikan solusi.

3. Melaksanakan langkah – langkah proaktif dalam menyusun inisiatif untuk memperbaiki

lingkungan pada praktik akuntansi konvesional.

4. Pengembangan format baru sistem akuntansi keuangan dan non keuangan serta

sistem pengendalian pendukung keputusan manajemen ramah lingkungan.

Page 4: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

3

5. Identifikasi biaya – biaya dan pendapatan apabila perusahaan lebih peduli terhadap

lingkungan dari berbagai program perbaikan lingkungan.

6. Pengembangan format kerja, penilaian, serta pelaporan internal dan eksternal

perusahaan.

TUJUAN AKUNTANSI LINGKUNGAN

Tujuan akuntansi lingkungan (Pramanik, et.al., 2007) antara lain adalah untuk:

1. Mendorong pertanggungjawaban entitas dan meningkatkan transparansi

lingkungan.

2. Membantu entitas dalam menetapkan strategi untuk menanggapi isu lingkungan

hidup dalam konteks hubungan entitas dengan masyarakat dan terlebih dengan

kelompok-kelompok penggiat (activist) atau penekan (pressure group) terkait isu

lingkungan.

3. Memberikan citra yang lebih positif sehingga entitas dapat memperoleh dana dari

kelompok dan individu ’hijau’, seiring dengan tuntutan etis dari investor yang

semakin meningkat.

4. Mendorong konsumen untuk membeli produk hijau dan dengan demikian

membuat entitas memiliki keunggulan pemasaran yang lebih kompetitif

dibandingkan entitas yang tidak melakukan pengungkapan.

5. Menunjukkan komitmen entitas terhadap usaha perbaikan lingkungan hidup.

6. Mencegah opini negatif publik mengingat perusahaan yang berusaha pada area

yang berisiko tidak ramah lingkungan pada umumnya akan menerima tentangan

dari masyarakat.

FUNGSI DAN PERAN AKUNTANSI LINGKUNGAN

Fungsi dan peran akuntansi lingkungan dibagi ke dalam dua bentuk, yaitu fungsi internal dan

fungsi eksternal (Gunawan Wibisono, 2011) :

1. Fungsi Internal

Fungsi internal merupakan fungsi yang berkaitan dengan pihak internal perusahaan

sendiri. Pihak internal adalah pihak yang menyelenggarakan usaha, seperti konsumen

dan rumah tangga produksi maupun jasa lainnya. Adapun yang menjadi actor dan

faktor dominan pada fungsi ini adalah pimpinan perusahaan. Sebab pimpinan

perusahaan merupakan faktor yang bertanggung jawab dalam setiap pengambilan

keputusan maupun penentuan setiap kebijakan internal perusahaan. Fungsi internal

memungkinkan untuk mengatur biaya konservasi lingkungan dan menganalisis biaya

dari kegiatan – kegiatan konservasi lingkungan yang efektif dan efisien serta sesuai

Page 5: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

4

dengan pengambilan keputusan. Dalam fungsi internal ini diharapkan akuntansi

lingkungan berfungsi sebagai alat manajemen bisnis yang dapat digunakan oleh

manajer ketika berhubungan dengan unit – unit bisnis.

2. Fungsi Eksternal

Fungsi eksternal merupakan fungsi yang berkaitan dengan aspek pelaporan

keuangan. Pada fungsi ini faktor penting yang perlu diperhatikan perusahaan adalah

pengungkapan hasil dari kegiatan konservasi lingkungan dalam bentuk data

akuntansi. Informasi yang diungkapkan merupakan hasil yang diukur secara kuantitatif

dari kegiatan konservasi lingkungan. Termasuk di dalamnya adalah informasi tentang

sumber – sumber ekonomi suatu perusahaan, klaim terhadap sumber – sumber

tersebut dan pengaruh transaksi peristiwa dan kondisi yang mengubah sumber –

sumber ekonomi dan klaim terhadap sumber tersebut.

Fungsi eksternal member kewenangan bagi perusahaan untuk mempengaruhi

pengambilan keputusan stakeholders, seperti pelanggan, rekan bisnis, investor,

penduduk lokal maupun bagian administrasi. Oleh karena itu, perusahaan harus

memberikan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan

mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik atas pemakaian sumber

ekonomi yang dipercayakan kepadanya.

PERTIMBANGAN AKUNTANSI LINGKUNGAN

Meskipun akuntansi lingkungan memiliki banyak manfaat dan merupakan ide yang baik dalam

teori, mungkin sulit untuk dimasukkan ke dalam praktek. Ketika melembagakan praktek

akuntansi lingkungan dan sosial, perlu untuk mengingat bahwa banyak biaya dihitung dalam

akuntansi lingkungan tidak berwujud dan sulit diukur. Perusahaan harus memastikan

menerapkan standar yang sama dan memberikan nilai yang sama ke sumber daya di seluruh

organisasi. Beberapa nilai bersifat subyektif dan berbeda dengan individu, sehingga dapat

menjadi sulit untuk datang ke sebuah konsensus tentang apa yang harus mengukur dan

bagaimana. akuntansi sosial juga dapat menantang, sebagai nilai-nilai sosial kadang-kadang

berubah dengan cepat.

POTENSI AKUNTANSI LINGKUNGAN

Akuntansi lingkungan dan sosial memiliki potensi untuk meningkatkan kesadaran tentang

keprihatinan publik. Hal ini dapat membantu kita secara substansial mengurangi polusi,

melindungi habitat satwa liar dan menyelamatkan lahan pertanian dari pembangunan. Biaya

Page 6: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

5

lingkungan dan sosial juga dapat membantu perusahaan untuk menetapkan harga produk

dan jasa pada tingkat yang memperhitungkan biaya yang sebenarnya. Ini berarti bahwa

konsumen harus membayar lebih untuk produk yang produksinya menghasilkan banyak

polusi udara atau yang memproduksi diperlukan pembangunan fasilitas pabrik pada lahan

pertanian. Jika harga ditetapkan dengan cara ini, akuntansi lingkungan mungkin bisa

membantu membuat produk ramah lingkungan mahal lebih mahal untuk membeli dan produk

hijau kurang begitu. Tujuannya adalah untuk membuat merusak lingkungan lebih mahal dan

dengan demikian kurang menguntungkan sambil meningkatkan kesadaran tentang dampak

lingkungan dan sosial dari produk yang kami produksi dan konsumsi.

Akuntansi lingkungan dapat diterapkan oleh perusahaan besar maupun perusahaan kecil

hampir di setiap skala industri dalam sektor manufaktur dan jasa. Pada lingkup skala,

akuntansi lingkungan dapat diterapkan oleh perusahaan besar dan kecil di mana penerapan

yang dilakukan harus secara sistematis atau didasarkan pada kebutuhan dasar

perusahaan. Bentuk yang diambil harus mencerminkan tujuan-tujuan dan kebutuhan-

kebutuhan dari pengguna perusahaan. Bagaimanapun juga, pada setiap aspek bisnis,

dukungan tim manajemen puncak dan tim fungsional yang bersebrangan menjadi poin

penting dalam mencapai keberhasilan implementasi dari akuntansi lingkungan disebabkan:

a. Akuntansi lingkungan memerlukan suatu cara baru dalam memperhatikan biaya

lingkungan perusahaan, kinerja dan pengambilan keputusan. Komitmen manajemen

puncak mampu menetapkan nada positif dan penghitungan insentif bagi organisasi

selama mengadopsi akuntansi lingkungan.

b. Perusahaan mungkin ingin memasang tim fungsional untuk menerapkan akuntansi

lingkungan, termasuk di dalamnya desain, ahli kimia, ahli mesin, manajer produksi,

operator, staf keuangan,manajer lingkungan, personel, dan para akuntan yang tidak

mempunyai pekerjaan bersama sebelumnya. Karena akuntansi lingkungan bukan hanya

suatu isu akuntansi, dan informasi penting untuk dibagi kepada seluruh anggota

kelompok, orang-orang butuh untuk berbicara dengan orang lainnya dalam

mengembangkan pandangan umum dan bahasa serta memuat pandangan lebih nyata.

Perusahaan dengan sistem manajemen lingkungan fungsional formal perlu

melembagakan akuntansi lingkungan karena akuntansi lingkungan merupakan suatu alat

logis untuk mendukung keputusan sistem ini. Sama halnya dengan beberapa alat manajemen

perusahaan lainnya, penggabungan pendekatan manajemen bisnis yang ada sebelumnya

sangat sesuai dengan konsep akuntansi lingkungan bagi perusahaan, antara lain meliputi:

1. Biaya Berdasarkan Kegiatan/Management Berdasarkan Kegiatan

2. Total Manajemen Kualitas/Total Kualitas Lingkungan

3. Proses Bisnis Re-Engerineering/Pengurangan Biaya

Page 7: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

6

4. Model Kualitas Biaya/Model Kualitas Lingkungan Biaya

5. Desain untuk Lingkungan/Desain Siklus Hidup

Semua pendekatan di atas sesuai diterapkan dalam akuntansi lingkungan disebabkan

karena kemampuannya untuk memperbaiki racangan serta dapat mengintegrasikan informasi

lingkungan ke dalam keputusan bisnis. Perusahaan-perusahaan yang ingin

mempertimbangkan secara eksplisit pengadopsian akuntansi lingkungan sebagai bagian dari

sistem perusahaan dalam penggunaannya terlebih dahulu melakukan evaluasi pendekatan

sistem ini. Berbeda hanya dengan perusahaan kecil yang tidak mempunyai sistem

manajemen lingkungan formal, atau tidak menggunakan pendekatan-pendekatan seperti

yang dijelaskan di atas, akan tetapi perusahaan kecil juga dapat menerapkan akuntansi

lingkungan dengan sukses. Kunci utamanya terletak pada komitmen manajemen dan

keterlibatan fungsional. Oleh karena itu diperlukan tanggungjawab semua pihak yang ada

pada perusahaan.

Dengan adanya akuntansi lingkungan maka menciptakan masyarakat yang lebih kritis

terhadap lingkungan sekitar serta masyarakat dapat berperan langsung dalam pengawasan

perusahaan terhadap limbah yang dihasilkan. Pemerintah juga berperan akitf dalam

pengawasan lingkungan. Pengukuran kualitas terhadap environmental performance di

Indonesia dibuat dalam bentuk peringat oleh suatu lembaga lingkungan hidup yang disebut

PROPER. PROPER merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementrian

Lingkungan Hidup untuk membantu penataan perusahaan di bidang lingkungan. Terdapat

lima indikator warna sebagai peringkat kinerja perusahaan, diantaranya adalah emas, hijau,

biru, merah dan hitam. Berikut adalah masing – masing keterangan dari peringkat kinerja

perusahaan :

a. Emas adalah untuk perusahaan yang secara konsisten telah menunjukkan

keunggulan lingkungan dalam proses produksi atau jasa, melaksanakan bisnis yang

beretika dan bertanggung jawab terhadap masyarakat.

b. Hijau adalah untuk perusahaan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih

dari yang dipersyaratkan dalam peraturan (beyond compliance) melalui pelaksanaan

sistem pengelolaan lingkungan, pemanfaatan sumber daya secara efisien dan

melakukan tanggung jawab sosial dengan baik.

c. Biru adalah untuk perusahaan yang telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan

yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan atau peraturan perundang – undangan

yang berlaku.

d. Merah adalah untuk perusahaan yang upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan

belum sesuai dengan persyaratan sebagaimana telah diatur dalam perundang –

undangan.

Page 8: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

7

e. Hitam adalah untuk perusahaan yang sengaja melakukan perbuatan atau melakukan

kelalaian yang mengakibatkan pencemaran atau kerusakan lingkungan serta

pelanggaran terhadap peraturan perundang – undangan yang berlaku atau tidak

melaksanakan sanksi administrasi.

Menurut Arja Sadjiarto (2011) isu lingkungan hidup bukan isu di tingkat nasional, namun

merupakan isu international. Investor dan kreditur internasional merupakan hal yang jamak

ketika perpindahan arus modal antar negara menjadi hal yang sangat wajar terjadi seiring

dengan adanya tren globalisasi. Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di level global

dengan sendirinya menghadapi isu lingkungan hidup, mengingat perilaku organisasi dalam

perbaikan lingkungan hidup semakin menjadi sorotan.

IASB tidak membuat satu standar khusus mengenai akuntansi lingkungan. Beberapa

standar yang telah diterbitkan oleh IASB terkait dengan akuntansi lingkungan. Contohnya

adalah IFRIC 3 yang membahas mengenai ‘Emission Rights’. Berdasarkan IFRIC 3, emission

rights (atau juga sebagai emission allowances) dicatat sebagai aset tidak berwujud (intangible

assets). IFRIC 3 tidak sempat diadopsi oleh Indonesia mengingat pada bulan Juni 2005 IFRIC

3 sudah ditarik kembali. Dalam konteks Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia – melalui Dewan

Standar Akuntansi Keuangan – telah melakukan revisi Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) dengan mengadopsi International Accounting Standards (IAS). Standar

yang pada umumnya dipandang sebagai terkait dengan aktivitas lingkungan adalah PSAK

No. 1 mengenai penyajian laporan keuangan, PSAK No. 57 tentang provisi, liabilitas

kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi, perubahan

estimasi akuntansi dan kesalahan, PSAK dan No. 5 tentang segmen operasi. Exposure Draft

(ED) yang juga terkait dengan aktivitas lingkungan dan sedang dalam proses untuk disahkan

menjadi standar adalah ED PSAK No. 33 tentang akuntansi pertambangan umum dan ED

PSAK No. 64 tentang eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral.

PSAK No. 1 yang direvisi pada tahun 2009 diadopsi dari IAS 1: Presentation of Financial

Statement. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi

keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas atau organisasi yang bermanfaat bagi

sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan

ekonomi. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari 1) laporan posisi keuangan atau neraca,

2) laporan laba rugi komprehensif, 3) laporan perubahan ekuitas, 4) laporan arus kas, 5)

catatan atas laporan keuangan – yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi dan informasi

penjelasan, 6) laporan posisi keuangan komparatif yang disajikan jika entitas menerapkan

kebijakan yang berlaku retrospektif atau terjadi reklasifikasi pos-pos laporan keuangan.

Page 9: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

8

Terpisah dari laporan keuangan, entitas menyampaikan kajian keuangan oleh manajemen

yang menjelaskan kinerja keuangan dan posisi keuangan serta kondisi ketidakpastian utama

yang dihadapi. Salah satu kajian yang bisa disampaikan adalah faktor yang memberikan

pengaruh utama dalam pencapaian kinerja keuangan seperti perubahan lingkungan tempat

entitas beroperasi. Entitas dapat pula menyajikan laporan mengenai lingkungan hidup

khususnya untuk industri yang sangat terkait erat dengan faktor lingkungan hidup.

PSAK No. 57 yang diadopsi dari IAS 37: Provisions, Contingent Liabilities and Contingent

Assets menunjukkan contoh transaksi atau kejadian yang sangat erat kaitannnya dengan

aktivitas lingkungan. Misalnya suatu entitas yang bergerak dalam industri pertambangan

minyak di sebuah negara telah melakukan pencemaran lingkungan selama bertahun-tahun.

Negara tersebut sudah lama tidak memiliki regulasi mengenai pembersihan pencemaran

lingkungan, namun pada tahun akhir tahun ini akan diterbitkan regulasi tentang pembersihan

tersebut. Dalam hal ini,entitas harus mencatat adanya provisi sebesar estimasi terbaik biaya

pembersihan. Estimasi terbaik adalah jumlah kini dengan dampak nilai waktu uang yang

signifikan atau material. Hal yang sama akan dilakukan oleh entitas, jika, meskipun tidak ada

regulasi yang mengatur mengenai pembersihan pencemaran lingkungan, namun entitas

memiliki kebijakan pemeliharaan lingkungan hidup yang dipublikasikan luas dan entitas

dikenal memiliki reputasi untuk menghormati kebijakan yang dipublikasikan tersebut. Dalam

hal ini provisi yang diakui digolongkan sebagai kewajiban konstruktif. Kewajiban konstruktif

adalah kewajiban yang timbul dari tindakan entitas yang 1) bedasarkan praktek baku di masa

lalu, entitas memberikan indikasi kepada pihak lain bahwa entitas akan menerima tanggung

jawab tertentu melalui publikasi atau pernyataan spesifik, dan 2) entitas menciptakan

ekspektasi kepada pihak lain bahwa entitas akan melaksanakan kewajiban tersebut.

Provisi diakui hanya untuk kewajiban yang timbul dari peristiwa di tahun sebelumnya. Ini

terpisah dari aktivitas entitas di tahun-tahun berikutnya. Seperti contoh di atas, biaya yang

harus dikeluarkan untuk pembersihan atau pemulihan pencemaran lingkungan

mengakibatkan keluarnya sumber daya entitas untuk menyelesaikan kewajiban di masa lalu.

Peristiwa masa lali yang menimbulkan kewajiban di masa kini disebut sebagai peristiwa

mengikat. Dalam peristiwa mengikat, entitas tidak punya pilihan lain selain menyelesaikan

kewajiban tersebut, baik karena dipaksakan oleh hukum, atau merupakan kewajiban

konstruktif. Provisi dibedakan dari kewajiban lain karena dalam provisi terdapat ketidakpastian

mengenai waktu dan jumlah yang dikeluarkan di masa depan untuk menyelesaikan provisi

tersebut.

Paragraf 10 dalam Exposure Draft PSAK No. 64, yang diadopsi dari IFRS 6 Exploration

for and Evaluation of Mineral Resources, memuat bahwa sesuai dengan PSAK 57, suatu

entitas mengakui setiap kewajiban untuk pemindahan dan restorasi yang terjadi selama

periode tertentu sebagai konsekuensi dari eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral.

Page 10: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

9

PSAK No. 25 membahas mengenai kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi

dan kesalahan. PSAK ini diadopsi dari IAS 8: Accounting Policies, Changes in Accounting and

Errors. Sebagai akibat adanya ketidakpastian yang melekat dalam aktivitas bisnis, banyak

pos dalam laporan keuangan yang tidak dapat diukur dengan tepat, tetapi hanya dapat

diestimasi. Estimasi ini tentunya melibatkan pertimbangan berdasarkan informasi terkini yang

tersedia dan andal (reliable). Firoz dan Ansari (2010) memberikan contoh estimasi terkait

dengan biaya lingkungan antara lain adalah :

a. Provisi biaya pembersihan (cleanup costs)

b. Provisi rehabilitasi di industri pertambangan

c. Provisi klaim atas kontinjensi

d. Provisi biaya lingkungan seperti penanggulangan polusi udara, polusi suara, gas dan

limbah berbahaya.

e. Provisi pembelian peralatan untuk mengendalikan polusi.

Sementara dalam PSAK No. 5 tentang Segmen Operasi, entitas perlu mengungkapkan

informasi untuk memungkinkan pengguna laporan keuangan mengevaluasi sifat dan dampak

keuangan atas aktivitas bisnis yang melibatkan entitas dan lingkungan ekonomi tempat entitas

beroperasi. Adanya segmen operasi yang dilaporkan berdasarkan wilayah geografis atau

negara akan menampakkan adanya perbedaan lingkungan peraturan yang bisa saja terkait

dengan regulasi di bidang lingkungan hidup. Hal ini sinkron dengan informasi yang

disyaratkan oleh GRI yaitu informasi mengenai Negara atau wilayah yang memberikan (i)

kontribusi pendapatan minimal 5% dari total pendapatan, (ii) kontribusi beban minimal 5% dari

total pendapatan. Dalam PSAK No 5 prosentase yang dianggap signifikan adalah 10%. PSAK

No. 5 ini diadopsi dari IFRS 8: Operating Segment.

Definisi mengenai lingkungan hidup dan biaya pengelolaan lingkungan hidup tercantum

dalam ED PSAK No. 33 tentang akuntansi pertambangan umum. Lingkungan hidup adalah

kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk di

dalamnya manusia dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia, serta mahluk hidup lainnya. Biaya pengelolaan lingkungan hidup

diartikan khusus dalam konteks pertambangan sebagai biaya yang timbul atas usaha

mengurangi dan mengendalikan dampak negatif kegiatan pertambangan, dan biaya rutin

lainnya.

Adanya kegiatan penambangan pada suatu daerah tertentu akan menimbulkan dampak

terhadap lingkungan hidup di sekitar lokasi penambangan yaitu pencemaran lingkungan dan

perusakan lingkungan. Pencemaran lingkungan terjadi karena masuknya atau dimasukannya

mahluk hidup, zat, energi, dan komponen lain ke dalam lingkungan dan/atau berubahnya

tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan

Page 11: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

10

sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat

berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Perusakan lingkungan merupakan tindakan

yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap perubahan sifat-sifat

dan/atau hayati lingkungan yang mengakibatkan lingkungan itu kurang berfungsi lagi dalam

menunjang pembangunan berkesinambungan. Untuk mengurangi dan mengendalikan

dampak negatif kegiatan usaha penambangan, maka perlu dilakukan pengelolaan lingkungan

hidup yang meliputi upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan,

pengawasan, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup.

Aktivitas pengelolaan lingkungan hidup dengan sendirinya akan menimbulkan provisi

pengelolaan lingkungan hidup, yang harus diakui jika 1) terdapat petunjuk yang kuat bahwa

telah timbul kewajiban pada tanggal pelaporan keuangan akibat kegiatan yang telah

dilakukan, dan 2) terdapat dasar yang wajar untuk menghitung jumlah kewajiban yang timbul.

Pada tanggal pelaporan, jumlah provisi pengelolaan lingkungan hidup harus dievaluasi

kembali untuk menentukan apakah jumlahnya telah memadai.

Definisi Umum Akuntansi Lingkungan Menurut AICPA (American Institute of Certified

Public Accounting) dalam buletinnya, Akuntansi didefinisikan sebagai berikut : Accounting is

the art of recording, classifying and summarizing in a significant manner and in the term of

money, transaction and event which are and part, at least of financial character and

interpreting the result there of (1998). Dimana akuntansi merupakan sebuah seni untuk

mencatat, mengklasifikan, dan menjumlahkan nilai dari transaksi yang sudah dilakukan oleh

perusahaan sebagai bagian dari pertanggungjawaban keuangan yang disajikan dalam bentuk

sistematis. Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Standar

Akuntansi Keuangan (IAI, paragraf 12 2009) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan

adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan

posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

mengambil keputusan ekonomi. Sedangkan lingkungan hidup berdasarkan Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Pasal

1 angka 1 adalah : ...”kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk

hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan

peri kehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya”. Akuntansi lingkungan

atau Environmental Accounting merupakan istilah yang berkaitan dengan dimasukkannya

biaya lingkungan ke dalam praktek akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah. Biaya

lingkungan adalah dampak (impact) baik moneter maupun non moneter yang harus dipikul

sebagai akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas lingkungan (Winarno, 2008:76). 10

Berdasarkan pendapat diatas bisa dijelaskan bahwa akuntansi lingkungan adalah aktivitas

Page 12: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

11

jasa yang memiliki peranan untuk menyediakan informasi akuntansi yang dapat dipengaruhi

oleh respon perusahaan terhadap masalah yang mengancam tempat kelangsungan hidup

manusia dan mahkluk hidup lainnya dalam rangka mengukur posisi perusahaan dalam

lingkungan, mengembangkan dan menerapkan kebijaksanaan serta strategi untuk

memperbaiki posisi tersebut dalam mengubah sistem manajemen untuk menjamin perbaikan

yang terus menerus dan manajemen yang efektif.

Tujuan Penerapan Akuntansi Lingkungan

Tujuan akuntansi lingkungan adalah untuk meningkatkan jumlah informasi relevan yang

dibuat bagi mereka yang memerlukan atau dapat menggunakannya (Hadi, 2012). Tujuan lain

dari pengungkapan akuntansi lingkungan berkaitan dengan kegiatan konservasi lingkungan

oleh perusahaan maupun organisasi lainnya yaitu mencakup kepentingan organisasi publik

dan perusahan-perusahaan publik yang bersifat lokal. Menurut Ikhsan (2008) tujuan dan

maksud dikembangkannya akuntansi lingkungan yaitu sebagai berikut :

a. Akuntansi lingkungan merupakan alat manajemen lingkungan, sebagai alat

manajemen lingkungan. Akuntansi lingkungan digunakan untuk menilai keefektifan

kegiatan konservasi lingkungan. Data akuntansi lingkungan juga digunakan untuk

menentukan biaya fasilitas pengelolaan lingkungan, biaya keseluruhan konservasi

lingkungan dan juga investasi yang diperlukan untuk kegiatan pengelolaan lingkungan.

b. Akuntansi lingkungan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat, sebagai alat

komunikasi publik, akuntansi lingkungan digunakan untuk menyampaikan dampak

negatif lingkungan, kegiatan konservasi lingkungan dan hasilnya kepada publik.

Tanggapan dan pandangan masyarakat digunakan sebagai umpan balik untuk

mengubah pendekatan perusahaan dalam pelestarian atau pengelolaan lingkungan.

Pentingnya Akuntansi Lingkungan

Biaya lingkungan merupakan salah satu beberapa tipe biaya yang dikorbankan seperti halnya

perusahaan memberikan barang dan jasa kepada konsumen (pelanggannya). Kinerja

lingkungan merupakan salah satu dari beberapa ukuran penting tentang keberhasilan

perusahaan. Beberapa alasan manajemen perlu memperhatikan biaya lingkungan dan kinerja

lingkungan menurut Sudarno (2008) antara lain :

1. Beberapa biaya lingkungan dapat dikurangi dan dieliminasi secara signifikan sebagai

hasil dari keputusan bisnis, mulai dari operasi perubahan pergudangan, ke investasi

dalam teknologi pemrosesan yang lebih hijau, meredesain proses / produk.

2. Biaya lingkungan (misalnya penghematan biaya lingkungan secara potensial) dapat

dikaburkan dalam akun biaya overhead atau bahkan diabaikan.

Page 13: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

12

3. Beberapa perusahaan telah menemukan bahwa biaya lingkungan dapat di offset

dengan perolehan pendapatan melalui penjualan limbah, produk sampingan atau

cadangan polusi yang dipindahkan atau lisensi teknologi untuk penjumlahan.

4. Manajemen biaya lingkungan yang lebih baik dapat dihasilkan dengan

mengembangkan kinerja lingkungan dan memperoleh manfaat yang signifikan

terhadap kesehatan manusia seperti halnya dalam keberhasilan bisnis.

5. Dengan biaya lingkungan dan kinerja lingkungan, pemrosesan dan produk dapat

memperbaiki penetapan biaya produk dan penetapan harga yang lebih tepat dan

dapat membantu perusahaan dalam mendesain pemrosesan, produk dan jasa yang

lebih ramah lingkungan dimasa depan.

6. Keunggulan kompetitif terhadap pelanggan dapat dihasilkan dari pemrosesan, produk

jasa yang dapat dijelaskan dengan lingkungan yang lebih baik.

7. Akuntansi biaya dan kinerja lingkungan dapat mendukung pengembangan

perusahaan dan operasi sistem manajemen lingkungan secara menyeluruh. Sistem

seperti itu perlu segera diberlakukan untuk perusahaan yang ikut perjanjian

perdagangan internasional guna memenuhi standar konsensus internasional ISO

14001.

Peranan Akuntan dalam Masalah Lingkungan

Masalah lingkungan saat ini tidak lagi merupakan masalah yang hanya

diperhatikan oleh pakar lingkungan melainkan telah menjadi masalah ekonomi

(Sudarno, 2004). Secara tidak langsung, akuntan dan akuntansi lingkungan dapat

berperan dalam membantu masalah penanganan lingkungan. Peranan akuntan dalam

membantu manajemen mengatasi masalah lingkungan melalui lima tahap, yaitu (Gray

1993 dalam Akbar, 2011) :

1. Sistem akuntansi yang ada saat ini dapat dimodifikasi untuk mengidentifikasi masalah

lingkungan dalam hubungannya dengan masalah pengeluaran seperti biaya kemasan,

biaya hukum, biaya sanitasi dan biaya lain-lain yang berkenaan dengan efek

lingkungan.

2. Hal-hal yang negatif dari sistem akuntansi saat ini perlu diidentifikasikan, seperti

masalah penilaian investasi yang belum mempertimbangkan masalah lingkungan.

3. Sistem akuntansi perlu memandang jauh kedepan dan lebih peka terhadap munculnya

isu-isu lingkungan yang selalu berkembang.

4. Pelaporan keuangan untuk pihak eksternal dalam proses berubah, seperti misalnya

berubah ukuran kerja perusahaan di masyarakat.

5. Akuntansi yang baru dari sistem informasi memerlukan pengembangan seperti

pemikiran tentang kemungkinan adanya “eco balance sheet”.

Page 14: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

13

Biaya Lingkungan

Biaya lingkungan dapat diartikan sebagai biaya yang muncul dalam usaha untuk

mencapai tujuan seperti pengurangan biaya lingkungan yang meningkatkan

pendapatan, meningkatkan kinerja lingkungan yang perlu dipertimbangkan saat ini

dan yang akan datang (Irawan, Lintasan Ekonomi: 2001). Biaya lingkungan juga

didefinisikan oleh Susenohaji (2003 dalam Roosje, 2006 dalam Hadi, 2012) sebagai

biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan berhubungan dengan kerusakan lingkungan

yang ditimbulkan dan perlindungan yang dilakukan. Sebelum informasi biaya

lingkungan dapat disediakan bagi manajemen, biaya-biaya lingkungan harus

didefinisikan. Ada berbagai macam kemungkinan, akan tetapi pendekatan yang

menarik adalah dengan mengadopsi definisi dengan model kualitas lingkungan total.

Dalam model kualitas lingkungan total, keadaan yang ideal adalah tidak ada

kerusakan lingkungan (sama dengan cacat nol pada manajemen kualitas total).

Kerusakan didefinisikan sebagai degradasi langsung dari lingkungan, seperti emisi

residu benda padat, cair, atau gas kedalam lingkungan (misalnya pencemaran air dan

pencemaran udara), atau degradasi tidak langsung seperti penggunaan bahan baku

dan energi yang tidak perlu (Hansen dan Mowen, 2005).

Dengan demikian biaya lingkungan dapat disebut sebagai biaya kualitas lingkungan

total (Environmental Quality Cost). Sama halnya dengan biaya kualitas, biaya

lingkungan adalah biaya-biaya yang terjadi karena adanya kualitas yang buruk. Maka,

biaya lingkungan berhubungan dengan kreasi, deteksi, perbaikan, dan pencegahan

degradasi lingkungan (Hansen dan Mowen, 2005).

Tahap-Tahap Perlakuan Alokasi Biaya Lingkungan

Sebelum mengalokasikan pembiayaan untuk pengelolaan dampak lingkungan

seperti pengelolaan limbah, pencemaran lingkungan, pencemaran udara, pencemaran

suara dan efek sosial lainnya, perusahaan perlu merencanakan tahap pencatatan

pembiayaan tersebut. Tahap-tahap ini dilakukan agar dalam pengalokasian anggaran yang

telah direncanakan untuk satu periode akuntansi dapat diterapkan dengan efektif dan

efisien.

Pencatatan pembiayaan untuk mengelola sampah-sampah yang dikeluarkan dari

hasil sisa produksi suatu usaha dialokasikan dalam tahap-tahap tertentu yang masing-

masing tahap memerlukan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan, dan tahap-tahap

pencatatan itu dapat dilakukan sebelum periode akuntansi berjalan sesuai dengan proses

produksi yang dilakukan perusahaan tersebut (Munn dalam Haryanto dalam Hadi, 2012).

Page 15: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

14

Pencatatan untuk mengelola segala macam yang berkaitan dengan limbah sebuah

perusahaan didahului dengan perencanaan yang akan dikelompokkan dalam pos-pos

tertentu sehingga dapat diketahui kebutuhan riil setiap tahunnya.

Pengelompokkan dalam tahap analisis lingkungan sebagaimana yang ditentukan

dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) tahun 2009 antara lain sebagai

berikut:

1. Identifikasi Pertama kali perusahaan akan menentukan biaya untuk pengelolaan biaya

penanggulangan eksternality yang mungkin terjadi dalam kegiatan operasional

usahanya adalah dengan mengidentifikasi dampak negatif tersebut. Sebagai contoh

misalkan sebuah Rumah Sakit yang diperkirakan akan menghasilkan limbah

berbahaya sehingga memerlukan penanganan khusus untuk hal tersebut

mengidentifikasi limbah yang mungkin ditimbulkan antara lain : limbah padat, cair,

maupun radioaktif yang berasal dari kegiatan instalasi rumah sakit atau kegiatan

karyawan maupun pasien (Sudigyo dalam Hariyanto dalam Hadi, 2012). Dalam

akuntansi lingkungan pada umumnya menggunakan kata-kata seperti penuh (full),

total (total), dan siklus hidup (life cycle). Istilah tersebut lebih cenderung menggunakan

pendekatan tradisional dimana lingkup biaya melebihi biaya-biaya lingkungan.

Menurut Susenohaji dalam Amalia (2011) menyebutkan bahwa biaya lingkungan

sebagai berikut :

- Biaya pemeliharaan dan penggantian dampak akibat limbah dan gas buangan

- Biaya pencegahan dan pengelolaan lingkungan

- Biaya pembelian bahan bukan hasil produksi

- Biaya pengoahan untuk produk

- Penghematan biaya lingkungan

Setiap biaya-biaya lingkungan yang ada, diklasifikan oleh perusahaan secara

berbeda. Jadi setiap perusahaan masih memiliki pandangan berbeda dari penentuan

biaya akuntansi lingkungan. Hal ini dikarenakan akan lebih memudahkan manajemen

untuk lebih fokus dalam menentukan keputusan.

2. Pengakuan Apabila sudah diidentifikasi selanjutnya diakui sebagai akun atau rekening

biaya pada saat penerimaan manfaat dari sejumlah nilai yang telah dikeluarkan untuk

pembiayaan lingkungan tersebut. Menurut Anne dalam Artikel the Greening

Accounting (dalam Winarno, 2008) mengemukakan pandangannya bahwa

pengalokasian pembiayaan untuk biaya pengelolaan lingkungan dialokasikan pada

awal periode akuntansi untuk digunakan selama satu periode akuntansi tersebut.

Misalnya saja Perusahaan XYZ memiliki emisi limbah yang memerlukan pengelolaan

dan pembiayaan yang material, pada saat dilakukan penganalisaan dan estimasi

Page 16: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

15

biaya maka jumlah seluruh biaya yang akan dikeluarkan dalam satu tahun periode

akuntansi tersebut dikategorikan kedalam akun atau rekening biaya lingkungan

dibayar dimuka pada biaya lingkungan. Nilai biaya yang dibayar dimuka selama satu

tahun tersebut akan dikredit setiap bulan untuk pengalokasian secara kontinyu yang

dipergunakan untuk pembiayaan masing-masing unit untuk rekening biaya lingkungan

tersebut (Jain, R.K dalam Winarno, 2008).

Nilai atau jumlah biaya yang dipersiapkan pada periode tertentu akan berkurang

sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan setiap unit biaya yang memerlukannya (Whaley

dalam Akbar, 2011). Singkatnya, biaya yang digunakan oleh perusahaan setiap

bulannya untuk mengelola limbah perusahaan dengan cara mengambil dari biaya

yang sudah dicadangkan (dianggarkan) sebelumnya yakni melalui pembiayaan

dibayar dimuka.

3. Pengukuran Menurut Suwardjono pengukuran (measurement) adalah penentuan

angka atau satuan pengukur terhadap suatu objek untuk menunjukkan makna tertentu

dari objek tersebut. Pada umumnya, perusahaan mengukur biaya-biaya yang

dikeluarkan oleh perusahaan untuk pengelolaan lingkungan dengan menggunakan

satuan moneter yang sudah ditetapkan sebelumnya dan sebesar yang dikeluarkan.

Sehingga akan diperoleh jumlah dan nilai yang tepat sesuai kebutuhan riil perusahaan

setiap periode. Dalam hal ini, pengukuran dilakukan untuk menentukan kebutuhan

pengalokasian pembiayaan tersebut sesuai dengan kondisi perusahaan yang

bersangkutan masing-masing perusahaan memiliki standar pengukuran yang

berbeda-beda karena dalam SAK dan teori-teori masih belum ada yang mengatur

khusus tentang pengukuran biaya lingkungan. Dalam melakukan pengukuran terdapat

beberapa kendala yang harus diperhatikan oleh perusahaan, menurut Hendriksen

(1999) kendalanya adalah sebagai berikut :

a. Ketidakpastian, hal ini timbul dari dua sumber utama yaitu : pertama informasi

akuntansi umumnya berhubungan dengan kesatuan yang diharapkan akan tetap

hidup pada masa depan karena alokasi sering dilakukan antara periode masa

lalu dengan periode di masa yang akan datan. Masa asumsi harus dibuat

mengenai logika alokasi ini berdasarkan alokasi masa depan. Kedua,

pengukuran akuntansi sering diasumsikan menggambarkan ungkapan

kekayaan dalam nilai uang yang dapat diketahui secara pasti. Jadi pegukuran

manapun yang didasarkan pada estimasi hanya bersifat sementara saja.

b. Obyektivitas dan verifibilitas, agar pengukuran dapat se-terandal mungkin dalam

menyajikan informasi yang relevan untuk peramalan dan pengambilan

keputusan oleh para investor dan oleh para pemakai laporan keuangan yang

Page 17: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

16

lain, maka para akuntan harus menetapkan atribut apa yang sedang diukur dan

kemudian memilih prosedur pengukuran yang dapat menjelaskan atribut itu

secara akurat.

c. Bebas dari bias, istilah ini telah digunakan untuk mengartikan bahwa informasi

yang disajikan bersifat netral dan wajar. Jadi berdasarkan standar netralitas ini

“bebas dari bias” merupakan kemampuan pengukuran untuk memberikan

deskripsi yang akurat atas atribut yang sedang diteliti.

d. Keterbatasan unit moneter, walaupun data akuntansi tidak dibatasi dalam unit

moneter, naun laporan akuntansi secara tradisional mencakup yang utamanya

laporan keuangan. Dan dalam banyak kasus, unit moneter merupakan unit

pengukuran yang paling baik, khususnya bila penggabungan diinginkan atau

diperlukan. Akan tetapi, unit moneter mempunyai keterbatasan sebagai metode

pengkomunikasian informasi. Batasan atau kendala yang paling serius adalah

disebabkan oleh fakta bahwa nilai unit moneter tidak stabil dengan berjalannya

waktu.

e. Konservatisme, kendala umum, yaitu ketidakpastian telah berfungsi sebagai

dasar konsep akuntansi tradisional, yaitu konservatisme. Sebagaimana

umumnya dinyataan konsep konservatisme bukanlah postulan akuntansi, juga

bukan kendala. Tetapi secara operasional, konsep itu berfungsi sebagai kendala

dalam penyajian data yang sebaliknya mungkin terandal dan relevan. Istilah

konservatisme digunakan untuk mengartikan bahwa para akuntan harus

melaporkan niai yang terendah dari beberapa nilai yang mungkin untuk aktiva

dan pendapatan serta nilai yang tertinggi dari beberapa nilai yang mungkin untuk

kewajiban dan beban.

4. Penyajian Penyajian menetapkan tentang cara-cara melaporkan elemen atau pos

dalam seperangkat laporan keuangan agar elemen atau pos tersebut cukup informatif,

standar akuntansi biasanya memuat ketentuan tentang apakah suatu informasi objek

harus disajikan secara terpisah dari laporan utama, apakah suatu informasi harus

disajikan digabung dengan akun laporan keuangan yang lain, apakah suatu pos perlu

dirinci, atau apakah suatu informasi cukup disajikan dalam bentuk catatan kaki

(Suwardjono, 2005). Perusahaan dapat meyajikan kepedulian lingkungan dalam

laporan keuangan guna membantu menciptakan kesan positif terhadap perusahaan

dimata pemodal, pemerintah, dan masyarakat. Model komprehensif yang dapat

dijadikan sebagai alternatif model pelaporan keuangan lingkungan secara garis besar

dapat dikategorikan dalam 4 (empat) macam model, antara lain (Haryono, 2003):

Page 18: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

17

a. Model Normatif Model ini berawal dari premis bahwa perusahaan akan

membayar segalanya. Model normatif mengakui dan mencatat biaya-biaya

lingkungan secara keseluruhan yakni dalam lingkup satu ruang rekening

secara umum bersama rekening lain yang serumpun. Biayabiaya serumpun

tersebut disisipkan dalam sub-sub unit rekening biaya tertentu dalam laporan

keuangannya.

b. Model Hijau Model hijau menetapkan biaya dan manfaat tertentu atas

lingkungan bersih. Selama suatu perusahaan menggunakan sumber daya,

perusahaan tersebut harus mengeluarkan biaya sebesar konsumsi atas biaya

sumber daya. Proses tersebut memaksa perusahaan 19 menginternalisasikan

biaya pemakaian sumber daya meskipun mekanisme pengakuan dan

pengungkapan belum memadai dan kemudian melaporkan biaya tersebut

dalam laporan keuangan yang terpisah dari laporan keuangan induk untuk

memberikan penjelasan mengenai pembiayaan lingkungan di perusahaannya.

c. Model Intensif Lingkungan Model pelaporan ini mengharuskan adanya

pelaksanaan kapitalisasi atas biaya perlindungan dan reklamasi lingkungan.

Pengeluaran akan disajikan sebagai investasi atas lingkungan sedangkan

aktiva terkait lingkungan tidak didepresiasi dengan sehingga dalam laporan

keuangan selain pembiayaan yang diungkapkan secara terpisah, juga memuat

mengenai catatan-catatan aktiva tetap yang berhubungan dengan lingkungan

yang dianggap sebagai inverstasi untuk lingkungan.

d. Model Aset Nasional Model aset nasional mengubah sudut pandang akuntansi

dari tingkat perusahaan (skala mikro) ke tingkat nasional (skala makro),

sehingga dimungkinkan untuk meningkatkan tekanan terhadap akuntansi

untuk persediaan dan arus sumber daya alam. Dalam model ini dapat

ditekankan bahwa selain memperdulikan lingkungan dalam pengungkapannya

secara akuntansi, perusahaan juga memiliki kewajiban untuk

menginterpretasikan pembiayaan lingkungan tersebut sebagai aset nasional

yang dipandang sebagai tanggung jawab secara nasional. Variasi alternatif

model dalam perbedaan materi yang diungkap antara perusahaan satu dengan

perusahaan yang menganut model lainnya lebih banyak disebabkan oleh faktor

tingkat kompleksitas dan tingkat kebutuhan masingmasing operasional usaha.

Perusahaan dapat memilih alternatif model varian dalam menentukan sikap

dan bentuk tanggungjawab sosialnya sesuai dengan 20 proporsional masing

masing, namun secara substansial bahwa pertanggungjawaban lingkungan

tetap menjadi pertimbangan utama setiap perusahaan.

Page 19: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

18

e. Pengungkapan Pengungkapan (disclosure) memilik arti tidak menutupi atau

tidak menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan data, pengungkapan

diartikan sebagai memberikan data yang bermanfaat karena apabila tidak

bermanfaat, tujuan dari pengungkapan tidak akan tercapai (Ikhsan, 2008).

Akuntansi lingkungan menuntut adanya alokasi pos khusus dalam pencatatan

rekening pada laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan sehingga dalam

pelaporan akuntansi keuangan akan muncul bahwa pertangggungjawaban

sosial yang dilakukan oleh perusahaan tidak sebataas pada retorika namun

telah sesuai dengan praktis pengelolaan sisa hasil operasional perusahaan.

Biaya yang dicatat dalam jurnal penjelas dapat diartikan bahwa biaya yang

sebelumnya dicatat dalam pos gabungan seperti biaya umum atau overhead

perlu untuk dibuatkan pos khusus yang memuat daftar alokasi biaya khusus

untuk pengelolaan eksternalitiy sebagai sisa hasil operasional usaha (Munn

dalam Akbar, 2011). Kemungkinan untuk memuat seluruh biaya yang telah

dikeluarkan dalam pos khusus menjadi sebuah neraca khusus tetap ada,

namun meski demikian minimal dalam sebuah laporan keuangan adanya

rekening khusus yang dapat menjelaskan alokasi biaya lingkungan tersebut

menjadi satu kesatuan pos rekening yang utuh dan secara rinci pengeluaran

biaya tersebut sejak awal perencanaan proses akuntansi lingkungan sampai

pada saat penyajian pemakaian biaya tersebut (Purnomo, 2000 dalam

Winarno, 2007). Mengacu pada PSAK 33 tentang Akuntansi Pertambangan

Umum yang juga mengatur tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH),

maka hal-hal 21 yang wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan

adalah sebagai berikut :

1. Kebijakan akuntansi sehubungan dengan : - Perlakuan

akuntansi atas pembebanan biaya limbah - Metode penyusutan

prasarana pengelolaan limbah

2. Kegiatan PLH yang telah dan yang sedang berjalan

3. Adanya kewajiban bersyarat sehubungan dengan PLH 2.7

Penelitian Terdahulu

Page 20: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

19

TUGAS 1 : ANALISA PENERAPAN AKUNTANSI BIAYA LINGKUNGAN

Buatlah Analisa Penerapan Akuntansi Biaya Lingkungan pada salah satu Perusahaan yang

menjadi objek analisa anda, dengan mengikuti ketentuan format sebagai berikut :

Gambaran Umum Perusahaan

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Visi, Misi, dan Kebijakan

Struktur Organisasi Perusahaan

Jenis Produk yang dihasilkan

Jelaskan gambaran umum perusahaan, bidang bisnis dan lokasi

beroperasinya perusahaan

Jelaskan berdiri dan beroperasinya perusahaan sampai dengan saat ini.

- Visi

- Misi

- Kebijakan Mutu

Ketenagakerjaan Perusahaan berdasarkan status kepegawaian : - Pegawai : xx Orang - Pekerja Pelaksana : xx Orang - Tenaga Outsorcing : xx Orang

Bagan Struktur Organisasi

Produk yang dihasilkan oleh perusahaan

Page 21: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

20

Bahan Baku dan Bahan Pembantu

Proses Produksi

Limbah Produksi dan Pengolahannya

Hasil Produksi dan Pemasaran

Penerapan Akuntansi Biaya Lingkungan Pengukuran

Cukup jelas

Proses awal pembuatan sampai dengan dihasilkannya produk jadi

Limbah Cair

Limbah Padat

Limbah Gas

Cukup jelas

Biaya lingkungan: biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat kerusakan lingkungan.

Page 22: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

21

Identifikasi Biaya Lingkungan dan Komponen yang Termasuk di Dalamnya

Pengukuran Biaya Lingkungan

Penyajian Biaya Lingkungan Standar Akuntansi Keuangan

Pengungkapan Biaya Lingkungan

Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan

- biaya gaji - biaya bahan penolong - biaya listrik - biaya pengangkutan limbah padat ke tempat penampungan - biaya tuang/bongkar limbah, biaya penyimpanan produk, biaya packing

Bagaimana pencatatan dan pengungkapan di Laporan Keuangan Perusahaan

Kesimpulan yang dapat diberikan kepada Perusahaan

Page 23: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

22

PEDOMAN PENULISAN

1.1 JENIS DAN UKURAN KERTAS Tugas diketik dengan menggunakan kertas HVS ukuran A4 (21,0 cm x 29,7 cm atau 8.27

inci × 11.69 inci) dengan berat 80 gram.

1.2 ATURAN PENGETIKAN Tugas diketik menggunakan komputer dengan ketentuan sebagai berikut:

1.2.1 Jenis Huruf

Naskah tugas diketik dengan menggunakan huruf Times New Roman 12

atau Arial 11.

1.2.2 Margin

a. Bidang pengetikan dibatasi dengan margin sebagai berikut:

Margin

Atas 3 cm

Bawah 3 cm

Kiri 4 cm

Kanan 4 cm

b. Pengetikan dilakukan rata kanan dan rata kiri (justified) untuk narasi

dengan tetap memenuhi kaidah penulisan sesuai Ejaan Yang

Disempurnakan.

c. Nomor halaman diletakkan di bagian kanan bawah

d. Spasi 1.5

1.3 JUMLAH HALAMAN

Minimal jumlah halaman : 10 lembar

1.4 PENULISAN DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka berisikan semua pustaka atau bahan rujukan yang digunakan

mahasiswa untuk menyiapkan, menyelesaikan, membahas dan menyimpulkan hasil

Page 24: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

23

penelitian atau tugas akhir. Pustaka yang digunakan harus memiliki derajat validasi

yang tinggi dari nilai kode etik ilmiah/ilmuwan, keabsahan sumber pustaka, kandungan

informasi imliah dan nilai-nilai bidang kepakaran serta reputasi penulis pustaka,

relevansi dan kemutakhiran informasi.

Sumber informasi yang digunakan dalam skripsi atau tugas akhir selayaknya diperiksa

dan dibaca secara langsung (bukan hasil kutipan penulis lain), serta relevan dengan

masalah penelitian. Daftar pustaka yang dapat digunakan sebagai acuan dalam skripsi

atau tugas akhir adalah informasi yang berasal dari:

a. Buku, atau bagian dari buku

b. Monograf

c. Makalah dalam majalah ilmiah, proceeding atau pertemuan ilmiah lainnya.

d. Laporan atau naskah penerbitan suatu lembaga/badan resmi, seperti BPS.

e. Media elektronik, seperti e-journal ilmiah.

Penulisan daftar pustaka tidak menggunakan nomor urut atau pointers, namun

disusun berdasarkan abjad sesuai dengan nama pengarang buku/sumber informasi

lainnya.

Cara Penulisan Daftar Pustaka:

1.4.1.1 Buku

Tipe Pustaka Contoh Penulisan dalam

Daftar Pustaka

Satu pengarang

Berman, Rhonda I. (2010). Finding it faster: How to find good data.

Harper Publishing, London: UK.

Dua pengarang

Morin, Anne T., dan Jennel, Dwayne S. (2010). Good things: The

Real Difference Between Men and Women. Mandarin

Publisher, Shanghai: China.

Lebih dari tiga pengarang

Behnson, Larry, Louis K. Peterson, Harry Y. Monton, dan Bruce B.

Morgan. (2010). How Good is Far? McMillanny Publishing

Company, London: UK.

Kutip nama belakang pengarang pertama diikuti nama depan

pengarang pertama kemudian diikuti hingga pengarang

keenam dengan cara penulisan seperti diatas. Pengarang

ketujuh dan selanjutnya ditulis et al. Lihat contoh berikut ini.

Behnson, Larry, Louis K. Peterson, Harry Y. Monton, Bruce B.

Morgan, et al. (2010). How Good is Far? McMillanny Publishing

Company, London: UK.

1.4.1.2 Makalah dalam Konferensi/Seminar

Tipe Pustaka Contoh Penulisan dalam Daftar Pustaka

Makalah dalam

konferensi/seminar yang

Bohnrerr, Scott, Tom T. Zielkenn, dan Valerie V. Freibuurg.

(2010). “Integrated obstacle detection framework”. Makalah

Page 25: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

24

Tipe Pustaka Contoh Penulisan dalam Daftar Pustaka

dipublikasikan dipresentasikan di acara IEEW Intelligent Symposium.

Piscataway, Detroit, Michigan: USA.

1.4.1.3 Artikel Jurnal

Tipe Pustaka Contoh Penulisan dalam Daftar Pustaka

Artikel jurnal-satu

pengarang

Mellerson, Beverly A. (2010). “Choice Pleasure of

Consequences”. Periodical Psychological Bulletin, 59 (2),

49-72.

Artikel jurnal-dua

pengarang

Schhafer, John L. dan Jackson Z. Khang. (2010). “Average

effects from randomized studies: A practical guide and

simulated example”. Psychological Methods, 93, 279-313.

Artikel jurnal-lebih dari

dua pengarang

Skender, James K., Jeff T. Sigel, Woody D. Cran, Eryn E. Alvro,

dan Ethan A. Lacgy. (2010). “Expectancy Adolescents'

Intentions to Use Things”. Psychology of Addictive

Behaviors Journal, 28, 469-567.

Gallea, Louise A., Katherine A. Ubran, Junior R. Propp, Steve F.

Bruml, Chuck W. Barham, White L Wilxon, et al. (2010).

“Endocrine Regulation of Neuroplasticity: Our Pursuit to

Unveil the Complex Interaction”. London Journal of

Experimental Psychology, 62, 277-290.

Tulis enam pengarang pertama kemudian diikuti et al. jika

masih ada pengarang ketujuh dan seterusnya.

1.4.1.4 Artikel Surat Kabar/Majalah

Tipe Pustaka Contoh Penulisan dalam Daftar Pustaka

Artikel suratkabar dengan

pengarang

Crook, Daniel S. (2010, January 28). “All In The Mind”. The Age

Daily, p. 28.

Artikel suratkabar tanpa

pengarang

“Meeting The Needs of Consumers”. (2010, May 15). The Courier

Mail Daily, p. 12.

1.4.1.5 Webpage

Tipe Pustaka Contoh Penulisan dalam Daftar Pustaka

Web page dengan

pengarang

Anherton, Jack P. (2010). Behaviour Modification Methods.

Diunduh pada tanggal 5 Februari 2011 dari

http://www.learniyryngandteaching.info/learning/

behaviour_mod.htm

Web page tanpa pengarang Behaviour modification methods. (2010). Diunduh pada tanggal 15

Februari 2011 dari http://www.edudjhhdjcational-

psychologist.org.uk/behaviour.html.

Page 26: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

25

1.4.1.6 Laporan Publikasi Pemerintah/Instansi Resmi lainnya

Tipe Pustaka Contoh Penulisan dalam Daftar Pustaka

Laporan publikasi lembaga

pemerintahan

Queensland Health. (2010). Health Review Report. Brisbane:

Pemerintah provinsi Queensland, Australia.

Page 27: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

26

AUDIT LINGKUNGAN Audit Lingkungan adalah suatu atau manajemen yang meliputi evaluasi secara sistematik,

terdokumentasi, periodik dan objektif tentangbagaimana suatu kinerja organisasi, sistem

manajemen dan peralatandengan tujuan memfasilitasi kontrol manajemen terhadap

pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan dan pengkajian pentaatan kebijakan

usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang undangantentang pengelolaan

lingkungan.

Audit Lingkungan suatu usaha atau kegiatan merupakan perangkatmanajemen yang

dilakukan secara internal oleh suatu usaha ataukegiatan sebagai tanggung jawab

pengelolaan dan pemantauan lingkungannya.

Audit lingkungan bukan merupakan pemeriksaan resmi yang diharuskan oleh suatu peraturan

perundang-undangan, melainkansuatu usaha proaktif yang dilaksanakan secara

sadar untukmengindentifikasi permasalahan lingkungan yang akan timbul

sehinggadapat dilakukan upaya-upaya pencegahannya.

a. FungsiFungsi audit lingkungan adalah sebagai:

Upaya peningkatan pentaatan suatu usaha atau kegiatan terhadapperaturan

perundang-undangan lingkungan, misalnya : standaremisi udara, limbah cair,

penanganan limbah dan standar operasilainnya;

b. Dokumen suatu usaha atau kegiatan tentang pelaksanaan standaroperasi, prosedur

pengelolaan dan pemantauan lingkungantermasuk rencana tangggap darurat,

pemantauan dan pelaporanserta rencana perubahan pada proses dan peraturan;

c. Jaminan untuk rnenghindari perusakan atau kecenderungankerusakan lingkungan;

d. Bukti keabsahan prakiraan dampak dan penerapan rekomendasiyang tercantum

dalam dokurnen AMDAL, yang berguna dalampenyempurnaan proses AMDAL;

e. Upaya perbaikan penggunaan sumberdaya melalui penghematanpenggunaan

bagan, minimisasi limbah dan identifikasikemungkinan proses daur ulang;

f. Upaya untuk meningkatkan tindakan yang telah dilaksanakan atauyang perlu

dilaksanakan oleh suatu usaha atau kegiatan untukmemenuhi kepentingan

lingkungan, misalnya pembangunan yangberkelanjutan, proses daur ulang dan

efisiensi penggunaansumberdaya.

Page 28: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

27

3. Manfaat Audit Lingkungan bermanfaat untuk:

a. Mengindentifikasi risiko lingkungan;

b. Menjadi dasar bagi pelaksanaan kebijaksanaan pengelolaanlingkungan atau upaya

penyempurnaan rencana yang ada;

c. Menghindari kerugian finansial seperti penutupan /pemberhentiansuatu usaha atau

kegiatan atau pembatasan oleh pemerintah,atau publikasi yang merugikan akibat

pengelolaan danpemantauan lingkungan yang tidak baik;

d. Mencegah tekanan sanksi hukum terhadap suatu usaha ataukegiatan atau terhadap

pimpinannya berdasarkan pada peraturanperundang-undangan yang berlaku;

e. Membuktikan pelaksanaan pengelolaan lingkungan apabiladibutuhkan dalam proses

pengadilan;

f. Meningkatkan kepedulian pimpinan/penanggung jawab dan staf suatu badan usaha

atau kegiatan tentang pelaksanaankegiatannya terhadap kebijakan dan tanggung

jawab lingkungan;

g. Mengidentifikasi kemungkinan penghematan biaya melalui upayakonservasi energi,

dan pengurangan, pemakaian ulang dan daurulang limbah;

h. Menyediakan laporan audit lingkungan bagi keperluan usaha ataukegiatan yang

bersangkutan, atau bagi keperluan kelompokpemerhati lingkungan, pemerintah, dan

media massa;

i. Menyediakan informasi yang memadai bagi kepentingan usahausaha atau kegiatan

asuransi, lembaga keuangan, danpemegang saham.

C. RUANG LINGKUP

Lingkungan perlu disusun sedemikian rupa, sehingga dapat memberikan informasi

mengenai:

1. Sejarah atau rangkaian suatu usaha atau kegiatan, rona dan kerusakan lingkungan

di tempat usaha atau kegiatan tersebut, pengelolaan danpemantauan yang

dilakukan, serta isu lingkungan yang terkait

2. Perubahan rona lingkungan sejak usaha atau kegiatan tersebutdidirikan sampai

waktu terakhir pelaksanaan audit

3. Penggunaan input dan sumberdaya alam, proses bahan dasar, bahan jadi, dan

limbah termasuk limbahB3

4. Identifikasi penanganan dan penyimpanan bahan kimia, B3 serta potensikerusakan

yang mungkin timbul;

Page 29: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

28

5. Kajian resiko lingkungan;

6. Sistem kontrol manajemen, rute pengangkutan bahan dan pembuanganlimbah,

termasuk fasilitas untuk meminimumkan dampak buangan dankecelakaan;

7. Effektifitas alat pengendalian pencemaran seperti ditunjukkan dalamlaporan inspeksi,

perawatan, uji emisi, uji rutin, dll;

8. Catatan tentang lisensi pembuangan limbah dan pentaatan terhadapperaturan

perundang-undangan termasuk standar dan baku mutu lingkungan;

9. Pentaatan terhadap hasil dan rekomendasi AMDAL (RencanaPengelolaan

Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan);

10. Perencanaan dan prosedur standar operasi keadaan darurat;

11. Rencana minimalisasi limbah dan pengendalian pencemaran lingkungan;

12. Penggunaan energi, air dan sumberdaya alam lainnya;

13. Program daur ulang, konsiderasi product life cycle;

14. Peningkatan kemampuan sumberdaya manusia dan kepedulianlingkungan.Ruang

lingkup audit lingkungan sangat luwes, tergantung pada kebutuhan ataukegiatan

yang bersangkutan.

D. PRINSIP-PRINSIP DASAR

D.1. Karakteristik dasar

Audit Lingkungan mempunyai ciri khas sebagai berikut :

a. Metodologi yang komprehensif; Audit lingkungan memerlukan tata laksana dan

metodologi yang rinci. Audit lingkungan harus dilaksanakan dengan metodologi

yang komprehensif dan prosedur yang telah ditentukan, untuk menjamin

pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan serta dokumentasi dan

pengujian informasi tersebut. Metodologi tersebut harus fleksibel sehingga tim

auditor dapat menerapkan teknik-teknik yang tepat. Audit lingkungan harus

berpedoman kepada penggunaan rencana yang sistematik dan sesuai dengan

prosedur pelaksanaan audit lapangan dan penyusunan laporan.

b. Konsep pembuktian dan pengujian; Konsep pembuktian dan pengujian terhadap

penyimpangan pengelolaan lingkungan adalah hal yang pokok dalam audit

Page 30: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

29

lingkungan. Tim audit harus rnengkonfirmasikan semua data dan informasi yang

diperolehnya melalui pemeriksaan lapangan secara langsung.

c. Pengukuran dan standar yang sesuai; Penetapan standar dan pengukuran

terhadap kinerja lingkungan harus sesuai dengan usaha atau kegiatan dan proses

produksi. yang diaudit. Audit lingkungan tidak akan berarti kecuali bila kinerja usaha

atau kegiatan dapat dibandingkan dengan standar yang digunakan.

d. Laporan tertulis. Laporan harus memuat hasil pengamatan dan fakta-fakta

penunjang, serta dokumentasi terhadap proses produksi. Seluruh data dan hasil

temuan harus disajikan dengan jelas dan akurat, serta dilandasi dengan bukti yang

sahih dan terdokumentasi.

D.2. Kunci keberhasilan

a. Dukungan pihak pimpinan Pelaksanaan audit lingkungan harus diawali dengan

adanya itikad pimpinan usaha atau kegiatan. Usaha atau kegiatan dan proses audit

dapat menjadi sangat kompleks dan pelaksanaan audit lingkungan menjadi tidak

efektif bila tidak ada dukungan yang kuat dari pimpinan usaha atau kegiatan. Selain

itu tim auditor harus pula diberi keleluasaan untuk mengkaji hal-hal yang sensitif

dan berpotensi menimbulkan dampak lingkungan.

b. Keikutsertaan semua pihak Keberhasilan audit lingkungan ditentukan pula oleh

keikutsertaan dan kerjasama yang baik dari semua pihak dalam usaha atau

kegiatan yang bersangkutan, mengingat kajian terhadap kinerja lingkungan akan

meliputi semua aspek dan pelaksanaan tugas secara luas.

c. Kemandirian dan obyektifitas auditor Tim audit lingkungan harus mandiri dan tidak

ada keterikatan dengan usaha atau kegiatan yang diaudit. Apabila tidak, maka

obyektifitas dan kredibilitas akan diragukan. Pada umumnya, kemandirian auditor

diartikan bahwa tim auditor harus dilaksanakan oleh orang di luar usaha atau

kegiatan yang diaudit.

d. Kesepakatan tentang tata laksana dan lingkup audit Harus ada kesepakatan awal

antara pimpinan usaha atau kegiatan dengan tim auditor tentang lingkup audit

lingkungan yang akan dilaksanakan.

E. PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN AUDIT LINGKUNGAN

1. Tata laksana Pelaksanaan audit lingkungan perlu mengikuti suatu tata laksana

audit. Tata laksana audit merupakan suatu rencana yang harus diikuti olah auditor

untuk dapat mencapai tujuan audit yang diharapkan. Dengan mengacu pada tata

laksana tersebut maka diharapkan adanya konsistensi dalam pelaksanaan audit

dan pelaporan hasil audit. Tata laksana audit sangat beragam dan tergantung pada

Page 31: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

30

jenis usaha dan karakteristik lingkungan. Berikut ini adalah beberapa tata laksana

audit yang umum dilaksanakan :

a. Daftar Isian. Bentuk pelaksanaan audit yang paling sederhana adalah

mempergunakan daftar isian dari laporan yang akan dihasilkan sebagai acuan

audit.

b. Checklist. Jenis ini merupakan cara yang umum digunakan, yaitu dengan

mempergunakan daftar yang rinci mengenai isu yang akan diaudit.

c. Daftar pertanyaaan. Daftar pertanyaan seringkali digunakan dalam pelaksanaan

audit, dan daftar pertanyaan tersebut harus dijawab secara lengkap oleh auditor.

Pada umumnya, auditor telah mempersiapkan format baku untuk melaksanakan

audit dan menyusun laporan akhir.

d. Pedoman. Audit dengan menggunakan pedoman merupakan jenis tata laksana

yang paling rinci. Pedoman ini memuat instruksi-instruksi dan petunjuk

pelaksanaan yang harus dilaksanakan oleh auditor, serta aspek yang harus diteliti.

F. TAHAPAN PELAKSANAAN AUDIT LINGKUNGAN :

a. Pendahuluan Penerapan audit lingkungan akan tergantung kepada jenis audit

yang dilaksanakan, jenis usaha atau kegiatan dan pelaksanaan oleh tim auditor.

b. Pra-audit

Kegiatan pra-audit merupakan bagian yang penting dalam prosedur audit

lingkungan. Perencanaan yang baik pada tahap ini akan menentukan keberhasilan

pelaksanaan audit dan tindak lanjut audit tersebut. Informasi yanq diperlukan pada

tahap ini meliputi informasi rinci mengenai aktifitas di lapangan, status hukum,

struktur organisasi, dan lingkup usaha atau kegiatan yang akan diaudit. Aktifitas

pra-audit juga meliputi pemilihan tata laksana audit, penentuan tim auditor, dan

pendanaan pelaksanaan kegiatan audit. Pada saat ini, tujuan dan ruang lingkup

audit harus telah disepakati.

c. Kegiatan Lapangan

1. Pertemuan pendahuluan Tahap awal yang harus dilaksanakan oleh tim audit

adalah mengadakan pertemuan dengan pimpinan usaha atau kegiatan untuk

mengkaji tujuan audit, tata laksana, dan jadwal kegiatan audit.

2. Pemeriksaan lapangan Pemeriksaan di lapangan dilaksanakan setelah

pertemuan pendahuluan. Tim audit akan mendapatkan gambaran tentang

kegiatan usaha atau kegiatan yang akan menjadi dasar penetapan areal

kegiatan yang memerlukan perhatian secara khusus. Dengan melaksanakan

Page 32: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

31

pemeriksaan lapangan, tim auditor dapat menemukan hal-hal yang terkait

erat dengan kegiatan audit namun belum teridentifikasi dalam perencanaan.

3. Pengumpulan data Data dan informasi yang dikumpullkan selama audit

lingkungan akan mencakup tata laksana audit, dokumentasi yang diberikan

oleh pemilik usaha atau kegiatan, catatan dan hasil pengamatan tim auditor,

hasil sampling den pemantauan, foto-foto, rencana, peta, diagram, kertas

kerja dan hal-hal lain yang berkaitan, Informasi tersebut harus terdokumentasi

dengan baik agar mudah ditelusuri kembali. Tujuan utama pengumpulan data

adalah untuk menunjang dan merupakan dasar bagi pengujian hasil temuan

audit lingkungan,

4. Pengujian Prinsip utama audit lingkungan adalah bahwa informasi yang

disajikan oleh tim auditor telah diuji dan dikonfirmasikan. Dokumentasi yang

dihasilkan oleh tim auditor harus menunjang semua pernyataan, atau telah

teruji melalui pengamatan langsung oleh tim auditor. Dalam menguji hasil

temuan audit, tim auditor harus menjamin bahwa dokumen yang dihasilkan

merupakan dokumen yang asli dan sah. Oleh karena itu tata laksana audit

harus menentukan tingkat pengujian data yang dibutuhkan, atau harus

ditentukan oleh tim auditor.

5. Evaluasi hasil temuan Hasil temuan audit harus dievaluasi sesuai dengan

tujuan audit dan tata laksana yang telah disetujui untuk menjamin bahwa

semua isu/masalah telah dikaji. Dokumentasi penunjang harus dikaji secara

teliti sehingga semua hasil temuan telah ditunjang oleh data dan diuji secara

tepat.

6. Pertemuan akhir

7. Setelah penelitian lapangan selesai, tim auditor harus memaparkan hasil

temuan pendahuluan dalam suatu pertemuan akhir secara resmi. Pertemuan

ini akan mendiskusikan berbagai hal yang belum terpecahkan atau informasi

yang belum tersedia. Tim auditor harus mengkaji hasil temuannya secara

garis besar dan menentukan waktu penyelesaian laporan akhir. Seluruh

dakumentasi selama penelitian harus dikembalikan kepada penanggung

jawab usaha atau kegiatan.

d. Pasca Audit Tim auditor akan menyusun laporan tertulis secara lengkap

sebagai hasil pelaksanaan audit lingkungan. Laporan tersebut juga

Page 33: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

32

mencakup pemaparan tentang rencana tindak lanjut terhadap isu-isu

lingkungan yang telah diidentifikasi.

G. SIFAT KERAHASIAAN

Laporan hasil audit lingkungan merupakan milik usaha atau kegiatan yang diaudit dan

bersifat rahasia. Namun demikian, dunia usaha atau kegiatan sesuai dengan

kebebasannya dapat menyampaikan laporan audit lingkungan kepada pemerintah,

masyarakat luas atau organisasi lainnya dengan tujuan sebagai berikut:

a. Publikasi terhadap upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang telah

dilakukan. Pemerintah dapat memberikan verifikasi atas hasil audit;

b. Antisipasi kebutuhan penilaian peringkat kinerja usaha atau kegiatan lainnya;

c. Tujuan lainnya yang ditetapkan oleh usaha atau kegiatan tersebut.

Kebijakan audit lingkungan dalam hal ini tidak membatasi hal-hal sebagai berikut

a. Hak pemerintah untuk melaksanakan pemeriksaan secara rutin pada suatu

usaha atau kegiatan;

b. Hak pemerintah untuk melakukan pemeriksaan terhadap suatu kegiatan yang

dicurigai sebagai kelalaian, penghindaran kewajiban dan pelanggaran

terhadap pentaatan hukum dan peraturan;

c. Hak pemerintah untuk meminta sesuatu informasi khusus sebagai dasar

penentuan peringkat kinerja lingkungan suatu usaha atau kegiatan;

d. Tanggung jawab dunia usaha atau kegiatan untuk menyediakan data hasil

pengelolaan dan pemantauan kepada pemerintah sesuai ketentuan Undang-

undang Nomor 4 Tahun 1982, Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993

dan peraturan pelaksanaan lainnya.

H. PENGAWASAN MUTU HASIL AUDIT

Dalam rangka menjamin bahwa audit lingkungan akan dilaksanakan secara baik dan

profesional, maka usaha atau kegiatan atau organisasi (non pemerintah) dianjurkan untuk

membuat dan melaksanakan kode etik serta sertifikasi auditor lingkungan.

Auditor lingkungan harus mempunyai pendidikan yang sesuai dan memiliki pengalaman

profesional untuk dapat melaksanakan tugasnya. Kemampuan yang harus dimiliki oleh tim

auditor adalah meliputi pengetahuan tentang:

a. Proses, prosedur dan teknis audit

Page 34: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

33

b. Karakteristik dan analisis tentang sistem manajemen

c. Peraturan perundangan-undangan dan kebijaksanaan lingkungan

d. Sistim dan teknologi pengelolaan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja

e. Fasilitas usaha atau kegiatan yang akan diaudit

f. Potensi dampak lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja serta resiko bahaya

Auditor juga perlu mendapatakan pelatihan dan peningkatan kemampuan dalam

bidang yang dibutuhkan dalam audit, meliputi :

- Kemampuan berkomunikasi

- Kemampuan perencanaan dan penjadualan kerja

- Kemampuan untuk menganalisa data dan hasil temuan

- Kemampuan untuk menulis laporan audit Auditor lingkungan harus terlatih secara

profesional untuk menjamin ketepatan, konsistensi dan objekfitas dalam

pelaksanaan audit.

- Auditor harus mengikuti kode etik auditor yang ada.

Page 35: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

34

TUGAS 2 : Buatlah Makalah dan Presentasi dalam bentuk PPT dengan tema :

“AUDIT LINGKUNGAN”

Format Makalah dan Presentasi :

Bagian I a. Latar Belakang Audit Lingkungan

Latar belakang audit lingkungan menurut Kep. Men.LH 42/1994 :

b. Prinsip Dasar Audit Lingkungan

c. Tujuan Audit Lingkungan

d. Definisi dan Sifat Audit Lingkungan

e. Definisi Audit Lingkungan

f. Sifat Audit Lingkungan

g. Auditor Lingkungan

h. Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan

i. Tahapan Pelaksanaan Audit Lingkungan

Aktivitas Pra Audit

Aktivitas setelah audit (post audit activities)

j. Audit lingkungan di Indonesia berdasarkan Peraturan Nasional

Bagian II (STUDI KASUS) Mencari perusahaan yang telah melaksanakan Audit Lingkungan atau telah memperoleh

akreditasi ISO 14001. Penjelasan kasus mengikuti format sebagai berikut :

a. Latar Belakang Perusahaan

b. Prosedur pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan perusahaan dalam rangka

memperoleh ISO 14001

c. Pelaksanaan Audit Lingkungan :

- Oleh siapa?

- Kapan?

- Apa yang diperiksa?

- Hasil temuan audit

- Rekomendasi oleh auditor

d. Perbandingan antara pelaksanaan audit dengan ketentuan yang berlaku

Page 36: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

35

PEDOMAN PENULISAN

1.5 JENIS DAN UKURAN KERTAS Tugas diketik dengan menggunakan kertas HVS ukuran A4 (21,0 cm x 29,7 cm atau 8.27

inci × 11.69 inci) dengan berat 80 gram.

1.6 ATURAN PENGETIKAN Tugas diketik menggunakan komputer dengan ketentuan sebagai berikut:

1.6.1 Jenis Huruf

Naskah tugas diketik dengan menggunakan huruf Times New Roman 12

atau Arial 11.

1.6.2 Margin

e. Bidang pengetikan dibatasi dengan margin sebagai berikut:

Margin Halaman

Atas 3 cm

Bawah 3 cm

Kiri 4 cm

Kanan 4 cm

f. Pengetikan dilakukan rata kanan dan rata kiri (justified) untuk narasi

dengan tetap memenuhi kaidah penulisan sesuai Ejaan Yang

Disempurnakan.

g. Nomor halaman diletakkan di bagian kanan bawah

1.7 JUMLAH HALAMAN

Minimal jumlah halaman : 10 lembar

1.8 PENULISAN DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka berisikan semua pustaka atau bahan rujukan yang digunakan

mahasiswa untuk menyiapkan, menyelesaikan, membahas dan menyimpulkan hasil

penelitian atau tugas akhir. Pustaka yang digunakan harus memiliki derajat validasi

yang tinggi dari nilai kode etik ilmiah/ilmuwan, keabsahan sumber pustaka, kandungan

informasi imliah dan nilai-nilai bidang kepakaran serta reputasi penulis pustaka,

relevansi dan kemutakhiran informasi.

Page 37: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

36

Sumber informasi yang digunakan dalam skripsi atau tugas akhir selayaknya diperiksa

dan dibaca secara langsung (bukan hasil kutipan penulis lain), serta relevan dengan

masalah penelitian. Daftar pustaka yang dapat digunakan sebagai acuan dalam skripsi

atau tugas akhir adalah informasi yang berasal dari:

f. Buku, atau bagian dari buku

g. Monograf

h. Makalah dalam majalah ilmiah, proceeding atau pertemuan ilmiah lainnya.

i. Laporan atau naskah penerbitan suatu lembaga/badan resmi, seperti BPS.

j. Media elektronik, seperti e-journal ilmiah.

Penulisan daftar pustaka tidak menggunakan nomor urut atau pointers, namun

disusun berdasarkan abjad sesuai dengan nama pengarang buku/sumber informasi

lainnya.

Cara Penulisan Daftar Pustaka:

1.8.1.1 Buku

Tipe Pustaka Contoh Penulisan dalam

Daftar Pustaka

Satu pengarang

Berman, Rhonda I. (2010). Finding it faster: How to find good data.

Harper Publishing, London: UK.

Dua pengarang

Morin, Anne T., dan Jennel, Dwayne S. (2010). Good things: The

Real Difference Between Men and Women. Mandarin

Publisher, Shanghai: China.

Lebih dari tiga pengarang

Behnson, Larry, Louis K. Peterson, Harry Y. Monton, dan Bruce B.

Morgan. (2010). How Good is Far? McMillanny Publishing

Company, London: UK.

Kutip nama belakang pengarang pertama diikuti nama depan

pengarang pertama kemudian diikuti hingga pengarang

keenam dengan cara penulisan seperti diatas. Pengarang

ketujuh dan selanjutnya ditulis et al. Lihat contoh berikut ini.

Behnson, Larry, Louis K. Peterson, Harry Y. Monton, Bruce B.

Morgan, et al. (2010). How Good is Far? McMillanny Publishing

Company, London: UK.

1.8.1.2 Makalah dalam Konferensi/Seminar

Tipe Pustaka Contoh Penulisan dalam Daftar Pustaka

Makalah dalam

konferensi/seminar yang

dipublikasikan

Bohnrerr, Scott, Tom T. Zielkenn, dan Valerie V. Freibuurg.

(2010). “Integrated obstacle detection framework”. Makalah

dipresentasikan di acara IEEW Intelligent Symposium.

Piscataway, Detroit, Michigan: USA.

1.8.1.3 Artikel Jurnal

Tipe Pustaka Contoh Penulisan dalam Daftar Pustaka

Artikel jurnal-satu Mellerson, Beverly A. (2010). “Choice Pleasure of

Page 38: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

37

Tipe Pustaka Contoh Penulisan dalam Daftar Pustaka

pengarang Consequences”. Periodical Psychological Bulletin, 59 (2),

49-72.

Artikel jurnal-dua

pengarang

Schhafer, John L. dan Jackson Z. Khang. (2010). “Average

effects from randomized studies: A practical guide and

simulated example”. Psychological Methods, 93, 279-313.

Artikel jurnal-lebih dari

dua pengarang

Skender, James K., Jeff T. Sigel, Woody D. Cran, Eryn E. Alvro,

dan Ethan A. Lacgy. (2010). “Expectancy Adolescents'

Intentions to Use Things”. Psychology of Addictive

Behaviors Journal, 28, 469-567.

Gallea, Louise A., Katherine A. Ubran, Junior R. Propp, Steve F.

Bruml, Chuck W. Barham, White L Wilxon, et al. (2010).

“Endocrine Regulation of Neuroplasticity: Our Pursuit to

Unveil the Complex Interaction”. London Journal of

Experimental Psychology, 62, 277-290.

Tulis enam pengarang pertama kemudian diikuti et al. jika

masih ada pengarang ketujuh dan seterusnya.

1.8.1.4 Artikel Surat Kabar/Majalah

Tipe Pustaka Contoh Penulisan dalam Daftar Pustaka

Artikel suratkabar dengan

pengarang

Crook, Daniel S. (2010, January 28). “All In The Mind”. The Age

Daily, p. 28.

Artikel suratkabar tanpa

pengarang

“Meeting The Needs of Consumers”. (2010, May 15). The Courier

Mail Daily, p. 12.

1.8.1.5 Webpage

Tipe Pustaka Contoh Penulisan dalam Daftar Pustaka

Web page dengan

pengarang

Anherton, Jack P. (2010). Behaviour Modification Methods.

Diunduh pada tanggal 5 Februari 2011 dari

http://www.learniyryngandteaching.info/learning/

behaviour_mod.htm

Web page tanpa pengarang Behaviour modification methods. (2010). Diunduh pada tanggal 15

Februari 2011 dari http://www.edudjhhdjcational-

psychologist.org.uk/behaviour.html.

1.8.1.6 Laporan Publikasi Pemerintah/Instansi Resmi lainnya

Tipe Pustaka Contoh Penulisan dalam Daftar Pustaka

Laporan publikasi lembaga

pemerintahan

Queensland Health. (2010). Health Review Report. Brisbane:

Pemerintah provinsi Queensland, Australia.

Page 39: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

38

TUGAS 3

TRANSFORM YOUR COMPANY INTO A GREEN COMPANY

PENGANTAR

Dibanyak media baik surat kabar, majalah, televisi dan company profile bahkan

dimedia sosial, perusahaan mengkomunikasikan dirinya sebagai perusahaan yang

ramah lingkungan atau perusahaan hijau (Green Company). Ada perusahaan yang

mengkomunikasikannya karena mendapatkan sertifikat ISO 14001, mendapatkan

PROPER Hijau atau Emas, menggunakan bahan-bahan Non B3, konsumsi energi

produknya yang kecil, emisi kendaraan distribusi produk yang memenuhi standar,

menanam jutaan pohon, dll.

Tidak ada yang salah dengan komunikasi perusahaan tersebut, tetapi pahamkah

perusahaan, pelanggan dan stakeholders lainnya mengenai klaim Green Company

tersebut? Pada posisi diametral tidak sedikit kampanye negatif oleh berbagai

stakeholders yang terkait dengan pencemaran dan perusakan lingkungan baik

terhadap perusahaan maupun terhadap produk atau jasa.

Green Company saat ini adalah sebuah keharusan bagi perusahaan karena terkait

dengan keberlanjutan bisnis, dengan mengelola faktor lingkungan sehingga tidak

mencemari dan merusak lingkungan baik pada saat diproduksi ataupun pada saat

produk atau jasa tersebut digunakan oleh pelanggan bahkan sampai ketika dibuang

(disposal).

Anda adalah Konsultan yang di rekrut oleh sebuah perusahaan dengan tujuan

untuk :

“Membangun Perusahaan Hijau (Green Company) untuk Daya Saing Bisnis”

Page 40: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

39

Format Pelaporan dan Presentasi :

Bagian I (As is Condition of The Company) e. Latar Belakang Perusahaan

- Proses Produksi Perusahaan

- Permasalahan proses produksi yang berdampak pada lingkungan

- Tindakan perusahaan dalam menyikapi permasalahan tersebut

Bagian II ( To be – Green Company)

1. Buatlah SWOT Analisis Perusahaan secara keseluruhan dan kaitkan hal tersebut dengan penerapan Green Business

2. Langkah awal untuk membangun Green Company bisa menggunakan berbagai tolok ukur, misalnya: PROPER, ISO 26000 (khususnya yang terkait dengan lingkungan), Green Industry untuk Manufaktur, Indikator Ramah Lingkungan untuk Tambang Batubara (PerMen LH 04/2012), Bangunan Ramah Lingkungan (PerMen LH 08/2010), dan lain-lain, Indonesia Green Company Awards 2013

3. Penjelasan konsep Green Company, Tentukan pilihan dan tahapan penerapannya yang tepat bagi perusahaan yang ingin anda rebuild

4. Identifikasi faktor lingkungan yang dapat dijadikan daya saing untuk perusahaan dan produk & jasa

5. Lakukan Benchmarking Green Company pada perusahaan sejenis untuk Membangun Daya Saing Bisnis

6. Buatlah rencana Green Company dan mengkomunikasikannya kepada stakeholders, aspek yang dipresentasikan , antara lain:

Pengembangan produk, kemasan dan sistem operasi sesuai dengan

sumber daya alam yang tersedia

Pemilihan lokasi fasilitas produksi yang dapat meminimumkan

tranportasi dalam setiap aktivitasnya serta mengupayakan

penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable).

Penggunaan teknologi yang dapat menggunakan sumber daya alam

setempat dan hemat energi serta seminimal mungkin menghasilkan

limbah

Buatlah Laporan Biaya Lingkungan sesuai dengan usulan anda

Penerapan standar lingkungan, keselamatan kerja dan kesehatan yang

biasa digunakan secara internasional maupun lokal.

Cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam rangka

menyebarluaskan dan memberikan kesadaran atas teknologi dan

manajemen berwawasan lingkungan pada seluruh komponen

perusahaan

Langkah-langhkah untuk menciptakan “safety zone” yang dilengkapi

dengan fasilitas infrastruktur untuk mendukung operasi perusahaan

Hal-hal lain yang dapat anda sarankan kepada perusahaan dengan

mempertimbangkan SWOT analisis yang telah Anda buat

Page 41: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

40

REFERENSI

Contoh-contoh perusahaan yang telah memperoleh predikat “bisnis hijau”

1. The Body Shop

Perusahaan telah menyadari perlunya proteksi lingkungan dan

kesinambungan yang berwawasan lingkungan, oleh sebab itu kedua hal

tersebut menjadi bagian dari misi dan visi perusahaan.

Adanya konsistensi yang tinggi terhadap nilai-nilai lingkungan yang meliputi

seluruh aspek yang ada dalam perusahaan(pengembangan produk, produksi,

pengelolaan energi dan limbah, proteksi konsumen, kebijakan lingkungan dan

sosial).

Komitmen dari setiap karyawan akan tanggung jawab lingkungan harus terus

menerus didukung oleh pimpinan yang karismatik.

Keuntungan perusahaan dialihkan menjadi program-program sosial

lingkungan.

Menggunakan teknologi sederhana yang menggunakan sumber daya yang

dapat diperbaharui.

“bisnis hijau” merupakan keunggulan bersaing yang efektif dan telah

menjadikan perusahaan sukses secara global.

2. Procter & Gamble, Inc.

Strategi perusahaan untuk menjadi “bisnis hijau” melalui “total system

approach” yaitu melakukan perubahan sistem pada seluruh bagian yang ada

meliputi penggunaan sumber daya alam, desain produk, kemasan, produksi,

transportasi dan pengolahan limbah. Filosofi yang digunakan adalah “Total

Quality Environment Management”; dan hal ini menjadi kerangka kerja yang

terintegrasi pada seluruh asosiasi perusahaan.

Kunci sukses dalam penyelesaian masalah lingkungan adalah melakukan

inovasi teknologi dan penelitian ilmiah mengenai perencanaan produk,

kemasan dan proses produksi.

Untuk memulai program lingkungan, perusahaan memberikan kesempatan,

insentif dan penghargaan pada setiap karyawannya yang melakukan upaya

pengelolaan lingkungan. Mulai dari karyawan terendah sampai dengan top

manajemen bertanggung jawab atas keberhasilan program lingkungan.

“Kunci sukses dalam penyelesaian masalah lingkungan adalah melakukan

inovasi teknologi dan penelitian ilmiah mengenai perencanaan produk,

kemasan dan proses produksi”

Page 42: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

41

Secara terus menerus berupaya menetapkan standar dan sistematika operasi

untuk meningkatkan efisiensi dalam kaitannya dengan penyelesaian masalah

lingkungan.

Melibatkan seluruh “stakeholder” dalam upaya pengelolaan lingkungan yang

meliputi konsumen, supplier, distributor dan pemerintah.

Menetapkan sasaran “zero pollution” dengan melakukan peningkatan kinerja

dalam hal pengelolaan lingkungan dan selalu mengukur setiap kemajuan

kinerja.

3. Loblow International Merchants

Sebagai suatu perusahaan “retail”, maka strategi yang digunakan untuk

membangun “bisnis hijau” melalui pendekatan “product line” yaitu perusahaan

menetapkan sejumlah produk yang ramah lingkungan, sebanyak 15 % dari

total produk yang di pasarkan. Strategi ini berdampak langsung terhadap

peningkatan keuntungan dan “market share” dalam bisnis “retail”.

Atribut lingkungan pada produk dan kemasan merupakan keunggulan dalam

strategi bersaing.

Secara umum variabel-variabel marketing (produk, kemasan, harga, promosi,

distribusi) dan jenis manajemen yang dipakai merupakan suatu alat yang

unggul dalam mengimplementasikan program lingkungan.

Mengupayakan “suppliers” menciptakan produk dan kemasan yang ramah

lingkungan.

Mengembangkan orientasi “vendor” agar memiliki kebijakan yang

berwawasan lingkungan, sehingga kebijaksanaan-kebijaksanaannya dapat

mempengaruhi antara lain: penggunaan sumber daya energi, spesifikasi

produk dan kemasan serta program pengelolaan limbah.

Untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata konsumen, diadakan

diskusi interaktif dengan masyarakat.

4. The 3M Company

Tema “cost effective green technology’ menjembatani perusahaan untuk

berwawasan lingkungan. Perusahaan mengembangkan teknologi baru yang

dapat meminimalkan penggunaan sumber daya alam, mengurangi polusi,

minimisasi limbah dan daur ulang limbah.

Memperkenalkan program 3P (Pollution Prevention Pays) yaitu mencegah

polusi pada sumbernya, untuk menghindari biaya pengelolaan limbah yang

relatif besar. Dalam 15 tahun pertama, perusahaan berhasil mengurangi

123.000 ton limbah ke udara, 16.400 ton limbah cair, 409.000 ton limbah

padat dan hal ini identik dengan perusahaan dapat menghemat biaya sebesar

$500 juta. Perusahaan memotivasi seluruh karyawannya untuk terlibat dalam

pengelolaan lingkungan dan memberikan penghargaan bagi karyawan yang

berprestasi.

Page 43: MODUL AKUNTANSI LINGKUNGAN - ocw.upj.ac.idocw.upj.ac.id/files/GBPP-LSE-204-Modul-Akuntansi-Lingkungan.pdf · kontinjensi dan aset kontinjensi, PSAK No. 25 tentang kebijakan akuntansi,

42

Mendirikan 2 divisi yang terpisah untuk menangani masalah pengelolaan

lingkungan yaitu “Environmental engineering division” dan “Pollution control

division”.

Referensi lain :

1. PT Indonesia Power UBP Perak Grati

2. PT Holcim Indonesia Tbk

3. PT Martina Berto Tbk

4. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI)

5. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

6. PT Bio Farma (Persero)

7. PT Summarecon Agung Tbk

8. PT Gajah Tunggal Tbk