Modul Akuntansi Keuangan Kelas 11 semester 3 (ganjil)
-
Upload
dela-pandu-asworo -
Category
Economy & Finance
-
view
1.082 -
download
306
Transcript of Modul Akuntansi Keuangan Kelas 11 semester 3 (ganjil)
MODUL
AKUNTANSI KEUANGAN
Disusun Oleh :
XI-Akuntansi 1
SMKN 10 JAKARTA
TAHUN AJARAN 2014-2015
DAFTAR ISI
Daftar Isi…………………………………………………………………………..i
1. Akuntansi Piutang…………………….…………………………………………..1
a. Pengertian dan Ciri-Ciri Piutang…………………………………………………..1
b. Jenis Piutang……………………………………………………………………..1
c. Pencatatan Data Mutasi ke Kartu Pelanggan………………………………………3
d. Surat Konfirmasi Saldo Piutang…………………………………………………..4
e. Pelaporan Rekapitulasi Piutang…………………………………………………..7
2. Penghapusan Piutang…………………………………………………………….9
a. Metode Langsung………………………………………………………………..9
b. Metode Cadangan……………………………………………………………...10
c. Contoh Penghapusan Piutang……………………………………………………11
d. Metode Pencatatan……………………………………………………………..12
3. Taksiran Piutang Tidak Tertagih……………………………………………….14
a. Penaksiran Kerugian Piutang…………………………………………………….14
b. Pengertian Piutang Wesel……………………………………………………….18
c. Pihak yang Terlibat dalam Wesel Tagih…………………………………………19
4. Pendiskontoan Wesel…………………………………………………………..23
a. Pengertian Pendiskontoan Wesel……………………………………………….23
b. Pengertian Diskonto……………………………………………………………23
c. Perhitungan Diskonto Wesel......................................................................23
d. Hubungan Dalam Pendiskontoan Wesel………………………………………..24
e. Contoh Kasus…………………………………………………………………..25
Daftar Pustaka…………………………………………………………………..28
1. Akuntansi Piutang
a. Pengertian Piutang Dagang
Pengertian piutang menurut S.Hadibroto adalah : Piutang merupakan klaim
terhadap pihak lain, apakah klaim tersebut berupa uang, barang atau jasa, untuk maksud
akuntansi istilah dipergunakan dalam arti yang lebih sempit yaitu merupakan klaim yang diharapkan akan diselesaikan dengan uang. Penjelasan definisi di atas diketahui bahwa piutang secara luas diartikan sebagai tagihan atas segala sesuatu hak perusahaan baik berupa uang, barang maupun jasa atas pihak ketiga setelah perusahaan melaksanakan
kewajibannya, sedangkan secara sempit piutang diartikan sebagai tagihan yang hanya dapat diselesaikan dengan diterimanya uang di masa yang akan datang.
Pada umumnya piutang timbul ketika sebuah perusahaan menjual barang atau jasa secara kredit dan berhak atas penerimaan kas di masa mendatang.
Piutang dapat juga timbul ketika perusahaan memberikan pinjaman uang kepada perusahaan lain dan menerima promes atau wesel, melakukan suatu jasa atau transaksi lain
yang menciptakan suatu hubungan dimana satu pihak berutang kepada yang lain seperti pinjaman kepada pimpinan atau karyawan
b. Jenis- jenis Piutang
1. Piutang Dagang (Account Receivables) yaitu piutang yang timbul dari penjualan kredit barang atau Jasa yang merupakan usaha pokok perusahaan. Bila piutang timbul dari penjualan asset perusahaan,
pemberian pinjaman kepada pihak tertentu maka piutang tersebut tidak termasuk golongan piutang dagang.
Piutang dagang merupakan suatu perluasan kredit jangka pendek kepada pelanggan. Pembayaran-pembayarannya biasanya jatuh tempo dalam tiga puluh
sampai sembilan puluh hari. Perjanjian kreditnya merupakan persetujuan informal antara penjual dan pembeli yang didukung oleh dokumen-dokumen perusahaan
yaitu faktur dan kontrak-kontrak penyerahan. Biasanya piutang dagang tidak mencakup bunga, meskipun bunga atau biaya jasa dapat saja ditambahkan bilamana
pembayaran tidak dilakukan dalam periode tertentu, dengan kata lain piutang dagang merupakan tipe piutang paling besar.
2. Piutang Wesel
i
Pengertian piutang wesel adalah piutang atau tagihan yang timbul dari penjualan
barang atau jasa secara tertulis, disertai dengan janji tertulis Piutang wesel mempunyai kekuatan hukum yang lebih mengikat karena disertai janji tertulis berupa surat wesel atau surat promes.
Surat wesel dan surat promes adalah istilah untuk perjanjian tertulis dalam jual beli barang atau jasa secara kredit.
Surat wesel adalah surat perintah yang dibuat oleh kreditur yang ditujukan kepada debitur untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu sebagaimana disebutkan dalam surat wesel tersebut.
Pembuat surat wesel = Penarik wesel akan menerima sejumlah uang yang
disebutkan dalam surat wesel tersebut dari debitur ( pihak yang tertarik wesel ) pada tanggal yang telah ditentukan dalam surat wesel tersebut ( tanggal jatuh tempo wesel
) Jika penarik wesel membutuhkan uang sebelum tanggal jatuh tempo maka surat wesel tadi dapat dipindah tangankan ( dijual = didiskontokan ) kepada pihak lain / bank , asal saja surat wesel tersebut sudah ditandatangani oleh pihak tertarik (debitur)
Penandatananan / persetujuan dari debitur terhadap surat wesel yang bersangkutan disebut = AKSEPTASI
Surat promes = surat kesanggupan untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu sebagaimana disebutkan dalam surat promes tersebut. Jenis piutang wesel : 1. Piutang wesel tidak berbunga = piutang wesel yang tidak membebani bunga kepada pihak debitur, pada tanggal jatuh tempo jumlah uang yang diterima oleh pemegang wesel adalah sebesar nilai nominal ( nilai yang dinyatakan dalam surat wesel)
2. piutang wesel berbunga = jumlah uang yang diterima oleh pemegang wesel / promes pada tanggal jatuh tempo adalah sebesar nilai nominal ditambah dengan
bunga . Bunga piutang wesel biasanya dinyatakan dalam prosentase ( % ) dari nilai nominal piutang wesel.
3. Piutang Bukan Dagang
Piutang bukan dagang ini meliputi seluruh tipe piutang lainnya dan mempunyai beberapa transaksi-transaksi yaitu :
1) Penjualan surat berharga atau pemilik selain barang dan jasa.
2) Uang muka kepada pemegang saham, para direktur, pejabat, karyawan Dan perusahaan-perusahaan affiliasi.
3) Setoran-setoran kepada kreditur, perusahaan kebutuhan umum dan instansi – instansi lainnya
4) Pembayaran dimuka pembelian-pembelian. 5) Setoran-setoran untuk menjamin pelaksanaan kontrak atau pembayaran biaya.
6) Tuntutan atas kerugian atau kerusakan. 7) Saham yang masih harus disetor.
1
8) Piutang deviden dan bunga.
Piutang bukan dagang umumnya didukung dengan persetujuan-persetujuan formal dan
secara tertulis. Piutang bukan dagang harus diikhtisarkan dalam perkiraan-perkiraan yang berjudul sesuai dan dilaporkan secara terpisah dalam laporan keuangan.
4. Piutang Tak Tertagih
Piutang memiliki resiko tidak tertagih sehingga timbul kerugian. Terdapat dua metode dalam akuntansi untuk menangani kerugian piutang tak tertagih, yaitu:
1) Metode Langsung Jika metode ini yang digunakan, perusahaan tidak membentuk cadangan. Jika ada
piutang yang dihapus, Kerugian Piutang didebet, dan rekening Piutang dikredit. Saldo rekening Kerugian Piutang pada akhir tahun disajikan dalam Laporan Laba
Rugi.
2) Metode Cadangan/Penyisihan
Jika metode ini yang digunakan perusahaan pertama-tama membentuk cadangan atau penyisihan kerugian piutang dengan mendebet Beban Kerugian Piutang dan
mengkredit Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang. Pada akhir tahun, saldo
rekening Beban Kerugian Piutang disajikan dalam Laporan Laba Rugi, sedangkan saldo rekening Penyisihan disajikan di neraca sebagai pengurang Piutang.
Jika ada piutang yang dihapus, perusahaan tidak mengakui kerugian, sebab kerugian sudah diakui pada saat membentuk cadangan. Perusahaan mengurangi Cadangan dengan mendebet rekening
Cadangan dan mengkredit rekening Piutang. Jika banyak penghapusan piutang, saldo Cadangan dapat habis, oleh karena itu setiap akhir tahun
Cadangan disesuaikan. Jadi pencatatan kerugian piutang dilakukan pada saat: pembentukan Cadangan; dan
penyesuaian saldo Cadangan
c. Prosedur Pencatatan Piutang Pernyataan piutang adalah formulir piutang yang menyajikan jumlah kewajiban debitur pad atanggal tertentu dan (dalam pernyataan piutang bentuk tertentu) disertai dengan rinciannya. Pernyataan piutang dapat berbentuk berikut ini:
1) Pernyataan Saldo Akhir Bulan, pernyataan ini tidak memberikan informasi apapun
kepada debitur untuk dasar rekonsiliasi dengan catatanya, jika saldo yang tercantum dalam pernyataan piutang berbeda dengan saldo yang tercantum
dalam catatannya 2) Pernyataan Satuan, pernyataan piutang ini berisi: (1) saldo kewajiban debitur pada
awal bulan, (2) mutasi debit dan kredit selama sebulan beserta penjelasan rinci setiap transaksi, dan (3) saldo kewajiban debitur pada akhir bulan. Prosedur
3) Pembuatan pernyataan piutang dilakukan sebagai berikut:
2
a. Pada awal bulan, diambil formulir pernyataan piutang 2 lembar. Lembar pertama akan
berfungsi sebagai pernyataan piutang, sedangkan lembar kedua akan berfungsi sebagai catatan piutang (pengganti kartu piutang)
b. Saldo piutang kepada debitur pada akhir bulan yang lalu (dari arsip tembusan pernyataan piutang bulan sebelumnya) dicantumkan dalam formulir pernyataan piutang tersebut.
c. Semua transaksi pendebitan dan pengkeditan ke rekening debitur tersebut di catat dalam formulir pernyataan piutang (2 lembar) tersebut.
d. Pada akhir bulan, lembar pertama formulir pernyataan piutang tersebut dipisahkan dari
lembar kedua, dan kemudian dikirimkan kepada debitur yang bersangkutan. Lembar
pertama formulir tersebut berfungsi sebagai pernyataan piutang. Lembar kedua kemudian disimpan dalam arsip menurut nama debitur, dan berfungsi sebagai catatan piutang (buku pembantu piutang)
e. Pada awal bulan berikutnya, satu set formulir pernyataan piutang yang baru (2 lembar)
diambil disisi dengan saldo piutang kepada debitur yang bersangkutan pada akhir bulan
yang sebelumnya (diambilkan dari arsip tembusan pernyataan piutang) f. Pernyataan Saldo Berjalan Dengan Rekening Konvensional (Running Balance Statement
With Conventional Account). Perbedaan diantara pernyataan satuan dengan pernyataan saldo berjalan dengan rekening konvensional adalah terletak pada cara posting dan isi
catatan piutangnya. Prosedur pembuatan pernyataan piutang saldo berjalan dengan rekening konvensional adalah ebaqgai berikut:
a) Pada Awal Bulan, diambil formulir pencatatan piutang 1 lembar. b) Semua transaksi pendebitan dan pengkreditan ke rekening debitur tersebut dicatat
dalam formulir pernyataan piutang yang sebagai tembusannya adalah kartu piutang. c) Pada akhir bulan, pernyataan piutang dikirim kepada debitur yang bersangkutan. d) Pada awal blan berikutnya diambil formulir pernyataan piutang baru sebanyak 1 lembar
dan selama kartu piutang debitur yang bersangkutan belum penuh, pendebitan dan pengkreditan kerekening debitur tersebut kedalam pernyataan piutang yang dipakai dalam bulan sebelumnya sebagai tembusannya. Dengan demikian kartu piutang dalam bentuk pernyataan piutang ini dapat berisi informasi sekaligus. Hal ini tidak akan terjadi
dalam bentuk pernyataan piutang satuan, yang catat piutangnya hanya berisi mutasi tiap bulannya.
4) Pernyataan Faktur Yang Belum Dillunasi (Open Item Statement). Pernyataan piutang berisi daftar faktur-faktur yang belum dilunasi oleh debiturnya pada tanggal tertentu disertai dengan tanggal faktur danjumlah rupiahnya. Pengunaan bentuk pernyataan piutang ini dimungkinkan jika para pelanggan diharuskan membayar jumlah yang tercantum dalam faktur.
d. Membukukan Data Piutang ke masing-masing Kartu Piutang
Pengelolaan Kartu Piutang dilakukanoleh bagian kertu piutang yang berada di bawah bagian akunting. Tugas harian bagian ini adalah mencatat mutasi piutang untuk
stiap debitur. Dari Kegiatan tersebut, secara periodeik harus dapat menghasilkan hal -hal berikut :
3
a) Surat Pernyataan Piutang
Surat pernyataan utang untuk dikirim kepada debitur (konfirmasi piutang). Pengiriman surat pernyataan piutang bertujuan untuk mengonfirmasi piutang
kepada debitur, dalam arti untuk penegasan apakah besarnya piutang menurut catatan perusahaan sama dengan besarnya piutang menurut catatan debitur sehingga berfungsi juga sebagai alat pengawasan.
b) Daftar saldo Piutang Daftar saldo piutang yang memuat informasi mengenai saldo piutang tiap debitur pada tanggal tertentu. Bertujuan untuk mengetahui saldo piutang tiap
debitur, juga untuk menguji ketelitianpencatatan piutang, yaitu dengan pengecekan atas kesamaan total saldo piutang menurut kartu piutang dengan saldo akun piutang pada tanggal tsb.
c) Daftar Umur Piutang Daftar Umur piutang yang memuat informasi mengenai piutang tiap debitur yang dikelompokkan berdasarkan usia piutang. Daftar umur piutang sangat diperlukan untuk menganalisis bonafiditas tiap debitur sehingga status kredit
masing-masing dapat diketahui.
Contoh Kartu Piutang :
4
e. Melakukan Konfirmasi Saldo Piutang
Konfirmasi adalah surat pernyataan yang berasal dari perusahaan kepada debitur, untuk memberitahukan secara langsung kepada akuntan public yang mememriksa ikhtisar
keuangannya, mengenai benar atau tidaknyasaldo piutang pada tanggal tertentu sperti yang disebutkan dalam surat tersebut. Terdapat dua jenis surat konfirmasi, yaitu :
5
1) Konfirmasi positif
Adalah surat konfirmasi yang dikirim oleh akuntan public kepada debitur untuk
kemudian diminta mengirim balasannya kepada akuntan publik. Ciri-ciri debitur yang perlu dikirim surat konfirmasi adalah : a. Jika tidak ada kepastian tentang kesalahan dari akibat hasil penilaian sistem
pengendalian intern atau SPI yang lemah. b. Jika debitur merupakan perusahaan, bukan orang pribadi. c. Jika jumlah saldo debitur sangat besar dibandingankan dengan total piutang.
2) Konfirmasi negative
Adalah surat konfirmasi yang dikirim oleh akuntan public kepada debitur untuk
kemudian pihak debitur diminta mengirim balasannya langsung kepada akuntan public jika tidak setuju atas saldo surat konfirmasi. Cirri-ciri debitur yang perlu
dikirim surat konfirmasi negative adalah: a. Jika hasil penilaian sistem pengendalian intern sangat baik b. Jika debitur banyak jumlahnya, tetapi saldonya relatif kecil c. Jika debitur terdiri atas orang pribadi.
Jenis-jenis surat konfirmasi piutang :
Konfirmasi piutang akhir bulan. Yang diinformasikan kepada debitur hanya saldo akhir bulan tertentu saja.
Konfirmasi saldo satuan piutang yang diinformasikan kepada debitur adalah saldo awal satu bulan.
Konfirmasi elemen terbuka (konfirmasi faktur yang belum terbayar). Yang dikonfirmasikan kepada debitur hanya faktur yang belum dibayar.
1. Konfirmasi piutang akhir bulan
6
2. Konfirmasi saldo satuan piutang
3. Surat konfirmasi elemen terbuka
7
2. PENGHAPUSAN PIUTANG
Penghapusan piutang adalah suatu kerugian yang timbul karena adanya piutang yang tak
tertagih oleh perusahaan. Piutang kurang terjamin pelunasannya, karena tidak dibuat dalam suatu
perjanjian khusus seperti yang diatur oleh peraturan hukum. Oleh sebab itu, maka piutang inilah
yang biasanya mengandung penghapusan piutang (bad debt). Adakalanya telah dapat dipastikan
bahwa piutang kepada seorang pelanggan tertentu tidak akan dapat ditagih. Sebabnya macam-
macam, yaitu karena pelanggan yang bersangkutan telah dinyatakan pailit, bangkrut, meninggal
dunia, atau lari ke luar negri.
Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat penghapusan piutang ini adalah sebagai berikut:
Penyisihan piutang tak tertagih xxx
Piutang dagang xxx
Untuk itu membukukan penghapusan piutang, dikenal dua metode, yaitu :
a. Metode Langsung (Direct Write Off Method)
Metode ini biasanya digunakan pada perusahaan-perusahaan yang berskala kecil atau dapat juga diterapkan pada perusahaan yang tidak dapat menaksirkan kerugian piutang usaha dengan
8
tepat. Pada akhir periode akuntansi tidak dilakukan perhitungan taksiran kerugian piutang, tetapi
kerugian piutang baru dicatat apabila telah pasti tidak dapat ditagih. Sehingga piutang tersebut akan dihapuskan dan dibebankan pada perkiraan kerugian piutang dan mengkreditkan piutang
usaha.
Apabila pelanggan membayar kembali piutang yang telah dihapus oleh perusahaan sebelum tutup buku, maka piutang yang telah dikreditkan sebelumnya didebetkan kembali dan beban pada
kerugian piutang dikreditkan oleh perusahaan. Sehingga nilai piutang pelanggan tersebut muncul dan akan dikreditkan kembali pada saat pembayaran piutang tersebut.
Lain halnya jika pelanggan membayar piutang yang telah dihapuskan oleh perusahaan setelah tutup buku. Perusahaan akan mendebetkan piutang pelanggan tersebut dan mengkreditkan nilai piutang tersebut sebagai pendapatan lain-lain. Pada saat pembayaran piutang oleh pelanggan maka piutang tersebut akan dikreditkan kembali.
Metode ini digunakan apabila :
1. Perusahaan kesulitan dalam menaksir jumlah piutang tak tertagih secara wajar
2. Sebagian besar penjualan dilakukan dengan tunai
3. Jumlah piutang merupakan bagian yang relatif kecil dalam Aktiva Lancar
4. Jumlah pelanggan sedikit, dan berdasarkan pengalaman dari tahun-tahun sebelumnya, tidak
ada piutang yang tak tertagih.
b. Metode Cadangan (Allowance Method)
Metode ini digunakan oleh perusahaan berskala besar, dimana perusahaan sudah membuat estimasi atau perkiraan mengenai kerugian piutang yang akan diterima akibat tidak dapat ditagih
seluruhnya. Suatu estimasi dibuat menyangkut perkiraan piutang tak tertagih dari semua penjualan kredit atau dari total piutang yang beredar. Estimasi ini dicatat sebagai beban dan pengurangan
tidak langsung pada piutang usaha melalui kenaikan akun penyisihan dalam periode dimana penjualan itu dicatat. Metode penghapusan tidak langsung mencatat beban atas dasar estimasi
dalam periode akuntansi dimana penjualan kredit dilakukan atau pada saat munculnya nilai piutang di neraca.
Perusahaan akan mendebetkan kerugian piutang tak tertagih pada cadangan piutang tak
tertagih. Dan apabila piutang tersebut sudah dipastikan tidak dapat ditagih kembali maka perusahaan akan membebankan cadangan piutang tak tertagih pada piutang usaha.
9
Beban piutang tak tertagih harus dicatat pada periode yang sama seperti penjualan untuk mendapatkan perbandingan yang tepat atas beban dan pendapatan serta untuk mendapatkan nilai yang tepat atas piutang. Walaupun menggunakan estimasi, persentase piutang yang tidak akan tertagih dapat diramalkan dari pengalaman masa lalu, kondisi penjualan berjalan dan an alisis saldo piutang yang beredar.
Banyak perusahan membuat kebijakan kreditnya dengan menciptakan piutang tak tertagih dalam presentase tertentu. Karena ketidak tertagihan piutang dipandang sebagai kontijensi
kerugian, maka metode penyisihan hanya tepat dalam situasi dimana terdapat kemungkinan bahwa nilai aktiva telah menurun dan jumlah penurunan atau kerugian tersebut dapat diestimasi
secara layak. Estimasi ini biasanya dibuat atas dasar presentase penjualan atau piutang yang beredar.
Apabila piutang yang sudah dihapus diterima kembali pembayarannya, maka piutang yang sudah dihapus dimunculkan kembali di debet dan mengkreditkan cadangan kerugian piutang. Pada saat penerimaan piutang dari pelanggan maka perusahaan kembali mengkreditkan piutang tersebut
sesuai dengan nilai nominal yang diterima.
c. Contoh Penghapusan Piutang
1) PT. Kurnia memiliki penjualan kredit bersihnya selama tahun 2009 sebesar Rp.
320.000.000.-, berdasarkan dari pengalaman tahun sebelumnya, pihak manajemen
menetapkan bahwa 0,5 % dari penjualan kredit bersihnya akan tidak dapat tertagih.
Saldo piutang setelah disesuaikan pada tanggal 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp.
22.300.000.-. Hitung besarnya taksiram piutang yang tak tertagih dan buat jurnalnya !
Jawab:
Besarnya taksiran piutang tak tertagih:
Rp. 22.300.000 x 0,5% = Rp. 111.500
Jurnalnya :
Beban Kerugian Piutang Rp. 111.500
Cadangan Kerugian Piutang Rp. 111.500
2) Tanggal 10 Januari 2010, salah satu debitur PT Kurnia, yaitu PT. Angkasa dengan jumlah
piutang Rp. 50.000.000, diputuskan untuk dihapuskan dikarenakan PT. Angkasa telah
dinyatakan bangkrut. Buatlah Jurnal Penghapusan Piutangnya !
10
Apabila diketahui pada tanggal 15 Januari 2010, ternyata PT Angkasa kemudian dapat
melunasi hutangnya, buatlah jurnalnya !
Jawab :
Jurnalnya:
Beban Kerugian Piutang Rp. 50.000.000
Cadangan Kerugian Piutang Rp. 50.000.000
3) Pada tanggal 20 Desember 2008, salah satu debitur PT. Dermaga Tua Motor, yaitu PD.
Honda Redbull memiliki piutang yang telah dihapuskan pada bulan oktober 2008
sebesar Rp 24.000.000. Ternyata sekarang ia dapat melunasi kembali piutangnya
sebesar 50% dari saldo piutang. Buatlah jurnalnya !
Jawab :
Jurnalnya :
Kas Rp 12.000.000
Cadangan Kerugian Piutang Rp 12.000.000
d. METODE PENCATATAN PENGHAPUSAN PIUTANG DAN PENERIMAAN KEMBALI PIUTANG
YANG TELAH DI HAPUS
METODE LANGSUNG
(DIRECT METHOD)
METODE TIDAK LANGSUNG
(INDIRECT METHOD)
Kerugian piutang tak tertagih dicatat pada
periode penerimaan piutang, berdasrkan
jumlah piutang yang dihapuskan.
Kerugian Piutang Tak Tertagih dicatat pada
periode terjadinya piutang / penjualan,
berdasarkan taksiran melalui jurnal
penyesuaian. :
Kerugian Piutang xxx
Cadangan Kerugian Piutang xxx
11
Setiap Penghapusan piutang, langsung
dicatat pada rekening kerugian piutang ,
dengan jurnal :
Kerugian Piutang xxx
Piutang xxx
Setiap penghapusan piutang , dibebankan
kerekening Cadangan Kerugian Piutang ,
dengan jurnal :
Cadangan Kerugian Piutang xxx
Piutang xxx
Pernyataan Kesanggupan Debitur untuk
membayar atas piutang yang sudah
dihapuskan : tidak ada jurnal
Pernyataan kesanggupan debitur untuk
membayar atas piutang yang sudah
dihapuskan dicatat dengan jurnal :
Piutang xxx
Cadangan Kerugian Piutang xxx
Waktu menerima pembayaran dari debitur
yang menyatakan kesanggupan membayar
, dicatat dengan jurnal :
Kas xxx
Kerugian Piutang xxx
Waktu menerima pembayran dari debitur
yang menyatakan kesanggupan membayar
, dicatat dengan jurnal :
Kas xxx
Piutang xxx
Jika debitur yang sudah dihapuskan datang
dan langsung membayar dicatat dengan
jurnal :
Kas xxx
Kerugian Piutang xxx
Jika debitur yang sudah dihapuskan datang
dan langsung membayar dicatat dengan
jurnal :
Kas xxx
Cadangan Kerugian Piutang xxx
12
3. TAKSIRAN PIUTANG DAN WESEL TAGIH
a. Penaksiran Kerugian Piutang
Taksiran kerugian piutang ditentukan pada setiap akhir periode dan diakui sebagai
pertambahan biaya dan cadangan kerugian piutang. Ada beberapa dasar atau
pendekatan untuk menentukan jumlah tersebut. Untuk menentukan dasar atau
pendekatan mana yang akan dipakai tergantung kehendak manajemen terhadap biaya dan
pendapatan, serta terhadap nilai realisasai bersih dari piutang.
Dasar atau pendekeatan yang digunakan untuk menentukan kerugian piutang yaitu sebagai
berikut.
1) Penaksiran Kerugian Piutang Dengan Pendekatan Neraca
Taksiran kerugian piutang berdasarkan saldo piutang dapat ditentukan secara komposit,
yaitu dengan suatu persentase tertentu dari jumlah saldo piutang. Dapat pula dengan
menganalisa saldo piutang menurut status masing-masing umur piutang bagi masing-
masing debitur, atau yang disebut dengan analisa umur piutang.
13
Persentase Saldo Piutang
Menaksir besarnya kerugian piutang berdasarkan persentase tertentu dari saldo
piutang pada akhir periode. Penentuan besarnya persentase ini didasarkan pada
pengalaman pada tahun-tahun yang lalu. Pendekatan ini menekankan pada nilai realisasi
kas bersih yang dapat diterima dari piutang.
Contoh :
PT NIRWANA mulai tahun 2004 memutuskan untuk menggunakan metode cadangan yang
ditentukan berdasarkan persentase dari saldo piutang. Adapun data kerugian piutang selama 5
tahun terakhir yang akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan besarnya cadangan kerugian
piutang adalah sebagai berikut. Tahun Saldo piutang usaha
per 31 Desember
Jumlah kerugian
piutang
Diperoleh
kembali
1999 Rp 13.600.000 Rp 400.000 20.000
2000 Rp 14.000.000 Rp 350.000 25.000
2001 Rp 15.400.000 Rp 450.000 25.000
2002 Rp 17.000.000 Rp 500.000 30.000
2003 Rp 20.000.000 Rp 650.000 20.000
Jumlah Rp 80.000.000 Rp 2.350.000 120.000
Rata-rata kerugian piutang per tahun adalah :
{(2.350.000 – 120.000) : 80.000} x 100% = 3% (pembulatan)
Jika pada akhir tahun 2004 saldo rekening piutang usaha berjumlah Rp 25.000.000 maka besarnya
taksiran kerugian piutang pada tahun 2004 adalah :
3% x 25.000.000 = Rp 75.000
Analisis Umur Piutang
Kerugian piutang dapat pula ditaksir dengan cara menganalisa umur dari saldo piutang debitur-
debitur perusahaan. Umur piutang masing-masing debitur digolongkan, baik yang belum dan yang
suda jatuh tempo.
Bagi piutang yang sudah jatuh tempo, makin lama jaraknya dengan jatuh tempo, makin besar
pula kemungkinan tak tertagihnya. Dengan demikian, dalam menaksir besarnya kerugian piutang,
masing-masing kelompok umur piutang ditentukan besarnya persentase kerugian.
Analisis piutang selain digunakan untuk menentukan jumlah piutang yang benar -benar tak
tertagih, juga dapat berguna untuk pertimbangan pengambilan keputusan tentang penjualan
kredit oleh bagian penjualan.
14
Contoh :
Saldo piutang usaha CV MAKMUR per 31 Desember 2004 adalah sebesar Rp 30.000.000 yang
terdiri atas : Nama debitur Saldo piutang per 31
Desember 2004
Tanggal jatuh tempo
Ali Rp 4.000.000 19 November 2004
Budi Rp 1.000.000 5 Desember 2004
Candra Rp 3.750.000 3 Juli 2004
Djumai Rp 1.250.000 23 Desember 2004
Edy Rp 1.750.000 20 November 2004
Farida Rp 5.000.000 23 Januari 2004
Gunadi Rp 2.250.000 7 Februari 2004
Hardono Rp 6.250.000 15 Desember 2004
Irawan Rp 1.500.000 5 Agustus 2004
Yusuf Rp 3.250.000 13 Oktober 2004 Jumlah Rp 30.000.000
Adapun penggolongan umur piutang dan besarnya persentase kerugian masing -masing
umur tersebut adalah sebagai berikut : Golongan Umur Piutang % kerugian
a. Belum jatuh tempo 0,5% b. Telah jatuh tempo
(1) Lewat dari 1-30 hari 2,0% (2) Lewat dari 31-60 hari 5%
(3) Lewat dari 61-90 hari 10% (4) Lewat dari 90 hari 20%
Berdasarkan data di atas, besarnya kerugian piutang dapat dihitung dengan langkah -langkah
sebagai berikut :
a. Membuat tabel analisa umur piutang
Langkah pertama dalam menaksir besarnya kerugian piutang dengan analisia umur piutang
adalah membuat tabel analisa umur piutang. Dalam tabel tersebut piutang dari masing -masing
debitur perusahaan dikelompokkan menurut umurnya. Umur piutang dihitung dengan cara
membandingkan tanggal jatuh tempo piutang dengan tanggal saat dilakukan penaksiran kerugian
piutang.
CV MAKMUR
ANALISIS UMUR PIUTANG
15
31 DESEMBER 2004 (Dalam Ribuan Rupiah) Nama
debitur
Saldo
piutang
Belum
jatuh tempo
Lewat jatuh tempo
1-30 31-60 61-90 >90
Ali 4.000.000 - - 4.000.000 - -
Budi 1.000.000 - 1.000.000 - - -
Candra 3.750.000 - - - - 3.750.000
Djumai 1.250.000 - 1.250.000 - - -
Edy 1.750.000 - - 1.750.000 - -
Farida 5.000.000 5.000.000 - - - - Gunadi 2.250.000 2.250.000 - - - -
Hardono 6.250.000 - 6.250.000 - -
Irawan 1.500.000 - - - - 1.500.000
Yusuf 3.250.000 - - - 3.250.000 -
Jumlah 30.000.000 7.250.000 8.500.000 5.750.000 3.250.000 5.250.000
b. Menghitung besarnya taksiran kerugian piutang
Setelah saldo umur piutang masing-masing debitur digolong-golongkan, maka besarnya
taksiran kerugian piutang dapat dihitung dengan cara sebgai berikut:
0,5% x Rp 7.250.000= Rp 36.250
2,0% x Rp 8.500.000= Rp 170.000
5,0% x Rp 3.250.000= Rp 287.500
10% x Rp 3.500.000= Rp 325.000
20% x Rp 5.250.000= Rp 1.050.000
Rp 1.868.750
1) Penaksiran Kerugian Piutang Dengan Pendekatan Laba-Rugi
Dengan pendekatan laba-rugi, taksiran kerugian piutang dihitung berdasarkan persentase jumlah
penjualan kredit. Taksiran kerugian piutang dinyatakan dalam persentase tertentu dari penjualan
kredit bersih setelah potongan dan retur penjualan berdasar pengalaman periode yang lalu.
Pendekatan ini menitikberatkan pada masalah pembebanan biaya pada periode terjadinya
pendapatan (matching). Contoh :
PT JATI LUHUR menggunakan metode penghapusan cadangan dalam mencatat transaksi kerugian
piutangnya. Di dalam menaksir besarnya kerugian piutang digunakan persentase dari hasil
penjualan kredit bersih. Untuk menentukan persentase kerugian piutang, digunakan data 5 tahun
terakhir sebagai berikut.
16
Tahun Penjualan
bersih
Penjualan
Kredit bersih
Yang dinyatakan
sebagai kerugian
Diperoleh
kembali
1999 60.000.000 48.000.000 300.000 20.000
2000 68.000.000 56.000.000 320.000 25.000
2001 80.000.000 60.000.000 325.000 25.000
2002 100.000.000 75.000.000 350.000 30.000
2003 122.000.000 81.000.000 345.000 20.000
Jumlah 430.000.000 320.000.000 1.640.000 120.000
Persentase dari hasil penjualan bersih :
{(1.640.000.000 - 120.000) : 430.000.000 x 100%} = 0,4% (pembulatan)
Persentase dari hasil penjualan kredit bersih :
{(1.640.000 - 120.000) : 320.000.000} x 100% = 0,5% (pembulatan)
Adapun data mengenai hasil penjualan tahun 2004 adalah sebagai berikut.
Jumlah penjualan bersih Rp 125.000.000
Jumlah penjualan kredit bersih Rp 85.000.000
Berdasarkan data di atas, jurnal penyesuaian yang dibuat oleh PT JATI LUHUR pada akhir 2004
adalah sebagai berikut.
Jika kerugian piutang dari hasil penjualan bersih, maka besarnya laba-rugi piutang adalah :
0,4% x 125.000.000 = Rp 500.000
Jika kerugian piutang dari hasil penjualan kredit bersih, maka besarnya laba-rugi piutang adalah :
0,5 x 85.000.000 = Rp 425.000
b. Pengertian Piutang Wesel Piutang Wesel adalah janji tertulis yang tidak bersyarat dari satu pihak ke pihak lain untuk membayar sejumlah uang pada tanggal tertentu di masa yang akan datang. Definisi lain piutang wesel merupakan perintah membayar dan janji membayar
sejumlah uang tertentu.
Piutang Wesel ini yang dinamakan surat aksep atau surat sanggup. Dalam dunia bisnis Piutang Wesel juga bisa disebut sebagai Wesel Tagih, promes,
Aksep dan Promisionary Notes atau Notes receivable.
Piutang wesel dapat dipisahkan menjadi : - Piutang wesel tidak berbunga (non interest bearing) – yaitu piutang wesel yang mempunyai nilai jatuh tempo sebesar nilai nominal.
- Piutang wesel berbunga (interest bearing) – yaitu piutang wesel yang nilai jatuh temponya sebesar nominal ditambah dengan bunga.
Piutang Wesel dapat dipindahtangankan dan ada yang tidak dapat dipindahtangankan.
17
Jika wesel dapat dipindahtangankan artinya adalah yang membuat wesel akan
membayar pada orang (badan) yang memegang wesel tersebut pada saat jatuh tempo. Wesel yang dapat dipindahtangankan dapat didiskontokan ke bank sebelum jatuh
temponya.
c. Perbedaan Wesel Tagih dan Wesel Bayar
Wesel tagih (notes receivable) yang diterima oleh perusahaan adalah untuk mengganti
utang dagang yang sudah jatuh tempo oleh debitur dan diasumsikan setahun 360 hari.
Wesel Bayar (notes payable) yaitu janji tertulis tanpa syarat yang ditandatangani oleh
seseorang untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal yang telah ditetapkan
dalam surat wesel tersebut.
d. Pihak - Pihak yang Terlibat dalam Wesel Tagih
Dalam wesel tagih ada 2 pihak :
Penarik wesel, yaitu pihak yang memerintahkan pihak untuk membayar. penarik kemudian
menjual wesel ke pihak ketiga, maka penarik tersebut disebut endosan.
Tertarik, yaitu pihak yang diperintah untuk membayar (pengaksep) Ada 2 Macam Wesel
Tagih :
1) Wesel Tagih Tidak Berbunga
Tidak mencantumkan bunga, dengan demikian nilai nominal wesel = nilai nominal pada
jatuh temponya
2) Wesel Tagih Berbunga
Pada hari jatuh tempo nilai wesel = harga nominal wesel + bunga mulai tanggal penarikan
s/d jatuh tempo
Dalam hukum wesel, dikenal beberapa personil wesel, yaitu orang-orang yang terlibat
dalam lalu lintas pembayaran dengan surat wesel.
1. Penerbit, adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda trekker, bahasa
Inggrisnya drawee, yaitu orang yang mengeluarkan surat wesel.
2. Tersangkut, adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda betrokkene,
yaitu orang diberi perintah tanpa syarat untuk membayar.
3. Akseptan, adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda acceptant, bahasa
Inggrisnya acceptor, yaitu tersangkut yang telah menyetujui untuk membayar surat wesel
pada hari bayar, dengan memberikan tanga tangannya.
18
4. Pemegang Pertama. Adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda nomor,
bahasa Inggrisnya holder, yaitu orang yang menerima surat wesel pertama kali dari
penerbit.
5. Pengganti, adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda geendosseerde,
bahasa Inggrisnya indorsee, yaitu orang yang menerima peralihan surat wesel dari
pemegang sebelumnya.
6. Endosan, berasal dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda endosant, bahasa Inggrisnya
indorser, yaitu orang yang memperalihkan surat wesel kepada pemegang berikutnya.
e. Menentukan Nilai Jatuh Tempo Wesel Tagih yang Berbunga dan Tidak Berbunga
Kasus 1 Pendiskontoan Piutang Wesel Tidak Berbunga
Anda asumsikan bahwa di antara wesel-wesel tagih yang dimiliki PT. ASMARA
terdapat wesel tagih tak berbunga yang berjangka waktu 90 hari, tertanggal 21 Agustus 2002 sebesar Rp. 1.350.000,00. Pada tanggal 20 September 2002 wesel
tersebut didiskontokan ke Bank RAKA KENCANA, dengan tingkat diskonto sebesar 8%.
a. Hitunglah berapa uang yang diterima PT. ASMARA dari pendiskontoan wesel ini? b. Catatlah transaksi tersebut dalam jurnal umum!
Jawaban Kasus 1: Data-data: - nominal wesel Rp. 1.350.000 - umur wesel 90 hari
- tgl wesel 21 Agustus 2002
Langkah 1: Mencari tanggal jatuh tempo wesel: Jumlah hari dalam bulan Agustus 2002 = 31 -21 = 10
September = 30 Oktober = 31 November = 19 90 hari Tanggal jatuh tempo : 19 November 2002
Langkah 2: Menghitung nilai wesel pada saat jatuh tempo:
1) Nilai nominal wesel = Rp. 1.350.000
2) Nilai pada saat jatuh tempo (19 November 2002) = Rp. 1.350.000
3) Jangka waktu diskonto (20 Sept 2002 sampai dengan 19 Nov 2002 = 60 hari)
4) Diskonto yang dibebankan oleh Bank:
Rp. 1.350.000 x 8% x 60/360 = (Rp. 18.000)
5) Hasil (proceed) yang diterima = Rp. 1.332.000
19
Jangka waktu diskonto 60 hari dihitung sebagai berikut:
Jumlah hari dalam Sept 2002 = 30 Tanggal wesel didiskontokan = (20)
Jangka waktu diskonto Sept 2002 = 10 Jumlah hari dalam Oktober 2002 = 31 Jangka waktu diskonto selama Nov 2002 = 19
= 60 hari Jurnal umum untuk mencatat pendiskontoan wesel: Kas 1.332.000 Beban Diskonto 18.000
Piutang Wesel 1.350.000
Kasus 2
Pendiskontoan Piutang Wesel Berbunga
Anggaplah bahwa sebuah wesel berjangka waktu 90 hari dengan nominal Rp.
1.800.000,00 tertanggal 8 Nopember, berbunga 5% per tahun, didiskontokan pada tanggal 3 Desember dengan tingkat diskonto sebesar 7%.
a. Hitunglah berapa uang yang diterima dari pendiskontoan wesel tagih berbunga
ini? b. Catatlah transaksi tersebut dalam jurnal umum!
Jawaban Kasus 2 : Data-data: - nominal wesel Rp. 1.800.000
- umur wesel 90 hari - tgl wesel 8 November 2005 - bunga wesel 5% per tahun
Langkah 1:
Mencari tanggal jatuh tempo wesel Jumlah hari dalam bulan November 2005 = 30 - 8 = 22
Desember = 31 Januari 2006 = 31 Februari = 6 90 hari
Tanggal jatuh tempo : 6 Februari 2005
Langkah 2:
Menghitung nilai wesel pada saat jatuh tempo:
20
1) Nilai nominal wesel = Rp. 1.800.000
2) Nilai pada saat jatuh tempo (19 November 2002)
a) nilai nominal Rp. 1.800.000
b) bunga selama jangka waktu wesel
1,800,000 x 5% x 90/360) = 22.500 = Rp. 1.822.500
3) Jangka waktu diskonto (3 Des 2005 sampai dengan 6 Feb 2006 = 65 hari)
4) Diskonto yang dibebankan oleh Bank:
Rp. 1.800.000 x 7% x 65/360 = (Rp. 22.750)
5) Hasil (proceed) yang diterima = Rp. 1.779.750
Jangka waktu diskonto 65 hari dihitung sebagai berikut:
Jumlah hari dalam Des 2005 = 31
Tanggal wesel didiskontokan = ( 3 )
Jangka waktu diskonto Des 2005 = 28
Jumlah hari dalam Januari 2006 = 31
Jangka waktu diskonto selama Feb 2006 = 6
= 65 hari
Jurnal umum untuk mencatat pendiskontoan wesel:
Kas 1.799.750
Beban Diskonto 22.750
Piutang Wesel 1.800.000
Pendapatan Bunga Wesel 22.500
21
4. PENDISKONTOAN WESEL
a. Pengertian Pendiskontoan Wesel
Mendiskontokan wesel adalah meminjam uang ke bank dengan menggunakan wesel sebagai jaminan. Bank akan memberikan pinjaman tetapi dikurangi dengan bunga yang diperhitungkan dengan selama jangka waktu diskonto, bunga yang diperhitungkan ini disebut juga diskonto.
Syarat pendiskontoan wesel :
Jika pembuat wesel tidak melunasi weselnya pada tanggal jatuh tempo maka pihak yang mendiskontokan bertanggung jawab untuk melunasi wesel tersebut.
Bunga (diskonto) wesel dihitung dengan cara sebagai berikut :
BUNGA (DISKONTO )= NILAI JATUH TEMPO X TARIF DISKONTO X PERIODE DISKONTO
CONTOH:
22
Wesel dengan nominal Rp. 5.000.000,00, jangka waktu 2 bulan, tertanggal 1 Maret 1991
didiskontokan pada tanggal 26 Maret dengan diskonto 10%
Periode diskonto dihitung sebagai berikut :
26 –31 Maret = 5 hari
April = 30 hari
Mei (tanggal jatuh tempo) = 1 hari
Periode diskonto = 36 hari
b. Pengertian Diskonto Diskonto adalah bunga yang dibayar dimuka pada saat penerimaan pinjaman. Perbedaan diskonto dan bunga tunggal yaitu kalau diskonto bunga dibayar dimuka pada saat penerimaan pinjaman, sedangkan bunga tunggal yaitu bunga dibayar setelah jangka waktu tertentu.
c. Perhitungan Pendiskontoan Wesel 1) Wesel tidak berbunga
Jumlah uang yang diterima pada tanggal 26 Maret 1991 adalah : Nilai jatuh tempo wesel Rp. 5.000.000,00
Diskonto : Rp. 5.000.000,00x10%x36/360 50.000,00 Uang yang diterima Rp. 4.950.000,00
Jurnal yang dibuat pihak yang mendiskontokan wesel untuk mencatat pendiskontoan wesel di atas adalah :
Kas Rp. 4.500.000,00 Biaya Bunga 50.000,00
Piutang Wesel Rp. 5.000.000,00 (Piutang wesel didiskontokan)
2) Wesel Berbunga
Misalnya wesel di atas berbunga sebesar 12% setahun dan diskontokan dengan diskonto sebesar 10% setahun. Jumlah yang diterima pada tanggal 26 Maret 1991 adalah:
Nilai nominal wesel Rp. 5.000.000,00 Bunga : 12% x 2/12 x Rp. 5.000.000,00 = Rp 100.000,00 Nilai Jatuh tempo wesel Rp. 5.100.000,00 Diskonto : Rp. 5.100.000,00 x 10% x 36/360 = Rp 51.000,00 Uang yang diterima Rp. 5.049.000,00 Jurnal yang dibuat pihak yang mendiskontokan wesel untuk mencatat pendiskontoan wesel di atas adalah : Kas Rp. 5.049.000,00
Piutang Wesel Rp. 5.000.000,00 (Piutang wesel didiskontokan) Pendapatan Bunga 49.000,00
23
d. Hubungan Dalam Pendiskontoan Wesel
Apabila pembuat wesel melunasi weselnya pada tanggal jatuh tempo maka pihak yang mendiskontokan wesel menutup rekening Piutang Wesel dan Piutang Wesel didiskontokan.
Secara skematis ditunjukkan dalam gambar dibawah ini: A B C Pembeli Penjual 2 Bank 1 3 Keterangan : 1) Pembeli menyerahkan wesel pada penjual 2) Penjual mendiskontokan wesel ke Bank dan menerima uang 3) Bank menagih pada pembuat wesel pada tanggal jatuh tempo Apabila pembuat wesel tidak melunasi weselnya pada tanggal jatuh tempo maka bank akan menagih pada pihak yang mendiskontokan wesel (penjual). Penjual akan menagih
sebesar yang dibayarkannya ke Bank pada pembeli (mungkin ditambah bunga). Secara skematis ditunjukkan dalam gambar dibawah ini: A B C Pembeli Penjual Bank 1 2 4 3 Keterangan:
1) Pembeli (A) menyerahkan wesel pada penjual (B) 2) Penjual (B) mendiskontokan wesel ke Bank (C) dan menerima uang
3) Karena A tidak membayar, maka Bank (C) menagih pada B 4) B menagih A sebesar yang dibayarkannya ke bank (mungkin ditambah bunga)
e. Contoh Kasus 1
Pendiskontoan Piutang Wesel Tidak Berbunga Anda asumsikan bahwa di antara wesel-wesel tagih yang dimiliki PT. ASMARA terdapat
wesel tagih tak berbunga yang berjangka waktu 90 hari, tertanggal 21 Agustus 2002 sebesar Rp. 1.350.000,00. Pada tanggal 20 September 2002 wesel tersebut didiskontokan ke Bank
RAKA KENCANA, dengan tingkat diskonto sebesar 8%. a) Hitunglah berapa uang yang diterima PT. ASMARA dari pendiskontoan wesel ini? b) Catatlah transaksi tersebut dalam jurnal umum!
Jawaban:
Data-data:
- nominal wesel Rp. 1.350.000
24
- umur wesel 90 hari
- tgl wesel 21 Agustus 2002
Langkah 1:
Mencari tanggal jatuh tempo wesel:
Jumlah hari dalam bulan Agustus 2002 = 31 -21 = 10
September = 30 Oktober = 31
November = 19
90 hari Tanggal jatuh tempo : 19 November 2002
Langkah 2:
Menghitung nilai wesel pada saat jatuh tempo:
1. Nilai nominal wesel = Rp. 1.350.000
2. Nilai pada saat jatuh tempo (19 November 2002) = Rp. 1.350.000
3. Jangka waktu diskonto (20 Sept 2002 sampai dengan 19 Nov 2002 = 60 hari)
4.Diskonto yang dibebankan oleh Bank: Rp. 1.350.000 x 8% x 60/360 = (Rp. 18.000)
5. Hasil (proceed) yang diterima = Rp. 1.332.000
Jangka waktu diskonto 60 hari dihitung sebagai berikut:
Jumlah hari dalam Sept 2002 = 30
Tanggal wesel didiskontokan = (20)
Jangka waktu diskonto Sept 2002 = 10
Jumlah hari dalam Oktober 2002 = 31 Jangka waktu diskonto selama Nov 2002 = 19
= 60 hari
Jurnal umum untuk mencatat pendiskontoan wesel:
Kas 1.332.000
Beban Diskonto 18.000
Piutang Wesel 1.350.000
Contoh Kasus 2
Pendiskontoan Piutang Wesel Berbunga
25
Anggaplah bahwa sebuah wesel berjangka waktu 90 hari dengan nominal Rp. 1.800.000,00
tertanggal 8 Nopember, berbunga 5% per tahun, didiskontokan pada tanggal 3 Desember dengan tingkat diskonto sebesar 7%.
a.Hitunglah berapa uang yang diterima dari pendiskontoan wesel tagih berbunga ini?
b.Catatlah transaksi tersebut dalam jurnal umum!
Jawaban:
Data-data:
- nominal wesel Rp. 1.800.000
- umur wesel 90 hari
- tgl wesel 8 November 2005
- bunga wesel 5% per tahun
Langkah 1:
Mencari tanggal jatuh tempo wesel
1. Jumlah hari dalam bulan November 2005 = 30 - 8 = 22
Desember = 31
Januari 2006 = 31
Februari = 6
90 hari . Tanggal jatuh tempo : 6 Februari 2005
Langkah 2:
Menghitung nilai wesel pada saat jatuh tempo:
1. Nilai nominal wesel = Rp. 1.800.000
2. Nilai pada saat jatuh tempo (19 November 2002)
a. nilai nominal Rp. 1.800.000
b. bunga selama jangka waktu wesel
(1.800.000 x 5 % x 90/360) = 22.500 = Rp. 1.822.500
3. Jangka waktu diskonto (3 Des 2005 sampai dengan 6 Feb 2006 = 65 hari)
4.Diskonto yang dibebankan oleh Bank: Rp. 1.800.000 x 7% x 65/360 = (Rp. 22.750)
5. Hasil (proceed) yang diterima = Rp. 1.779.750
Jangka waktu diskonto 65 hari dihitung sebagai berikut:
26
Jumlah hari dalam Des 2005 = 31
Tanggal wesel didiskontokan = ( 3 )
Jangka waktu diskonto Des 2005 = 28 Jumlah hari dalam Januari 2006 = 31
Jangka waktu diskonto selama Feb 2006 = 6
= 65 hari
Jurnal umum untuk mencatat pendiskontoan wesel:
Kas 1.799.750
Beban Diskonto 22.750
Piutang Wesel 1.800.000
Pendapatan Bunga Wesel 22.500
DAFTAR PUSTAKA
http://aryapermana234.blogspot.com/2012/10/10-pengertian-dan-kelasifikasi-piutang.html
http://sistem-akuntansi1000.blogspot.com/2012/09/sistem-akuntansi-piutang.html
http://lukasnetwork.blogspot.com/2011/01/penghapusan-piutang.html
http://renia.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/22430/PIUTANG+DAGANG.doc
http://annisadevani.blogspot.com/2012/10/metode-pencatatan-penghapusan-piutang.html
lana.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/.../bab-8a-piutang-wesel.pdf
http://niahaji.blogspot.com/2013/02/penaksiran-kerugian-piutang_5.html
http://alifahtifanijuliaputri.blogspot.com/2013/01/wesel-tagih.html
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&ved=0CD0QFjAF&url=http
%3A%2F%2Flana.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F36590%2Fbab-8a-piutang-
27
wesel.pdf&ei=VkY3VKDLGtCWuQTb6IKoCQ&usg=AFQjCNFqWDMj3N6vhndsycOYSxZW7CtKSw&si
g2=Tq8gOojbkjoxQZlfAgv_aw&bvm=bv.77161500,d.c2E
Harti, Dwi. 2011. Modul Akuntansi 2A untuk SMK dan SMA. Semarang: Penerbit Erlangga
28
28