modul.mercubuana.ac.idah+... · Web viewPenafsiran ini dapat diketahui dari dokumen pada waktu...

22

Click here to load reader

Transcript of modul.mercubuana.ac.idah+... · Web viewPenafsiran ini dapat diketahui dari dokumen pada waktu...

Page 1: modul.mercubuana.ac.idah+... · Web viewPenafsiran ini dapat diketahui dari dokumen pada waktu proses dibuatnya undang udang . misalnya dokumen rapat tim penyusun , dokumen rapat

MODUL PERKULIAHAN

Perpajakan I

Pengantar Perpajakan

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Ekonomi dan Bisnis Manajemen 01 MK10230 Dra. Muti’ah, M. Si.

Abstract KompetensiPajak adalah Kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Kemampuan komunikasi dan argumentasi sesuai konsep teori

Page 2: modul.mercubuana.ac.idah+... · Web viewPenafsiran ini dapat diketahui dari dokumen pada waktu proses dibuatnya undang udang . misalnya dokumen rapat tim penyusun , dokumen rapat

Pengantar Perpajakan

Pengertian Pajak “Pajak (menurut Rochmat Soemitro) adalah iuran rakyat kepada kas negara

berdasarkan undang – undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat

jasa timbale (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan

untuk membayar pengeluaran umum”

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur yang melekat pada

pengertian pajak yaitu :

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaanya.

2. Sifatnya dapat dipaksakan.

3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditnjukan adanya kontraprestasi secara

langsung oleh pemerintahan.

4. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

5. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran – pengeluaran pemerintah.

Pajak (Menurut UU KUP) : Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU, dengan tidak

mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

PUNGUTAN LAINRetribusi : Retribusi pada umumnya mempunyai hubungan langsung dengan

kembalinya prestasi (ada kontraprestasi secara langsung) karena pembayaran

tersebut ditujukan semata-mata untuk mendapatkan suatu prestasi tertentu dari

pemerintah,misalnya pembayaran uang kuliah, karcis masuk terminal, kartu

langganan, karcis masuk tol dan lain-lain.

Sumbangan : Pengertian sumbangan ini tidak boleh dicampuradukan dengan

retribusi. Dalam retribusi dapat ditunjuk seseorang yang menikmati kontraprestasi

secara langsung yaitu pembayaran retribusi, sedangkan pada sumbangan, yang

‘13 2 Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDra. Muti’ah, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id

Page 3: modul.mercubuana.ac.idah+... · Web viewPenafsiran ini dapat diketahui dari dokumen pada waktu proses dibuatnya undang udang . misalnya dokumen rapat tim penyusun , dokumen rapat

mendapatkan atau merasakan imbalan/manfaat langsung adalah penerima

sumbangan. Misalnya sumbangan bencana alam, dan sumbangan pengungsi.

Fungsi Pajak ada 2 :1. Fungsi Penerimaan (Budgetair); Pajak sebagai sumber dana yang

diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran pemerintah, baik pengeluaran rutin

maupun pengeluaran pembangunan.

2. Fungsi Mengatur (Reguleren); pajak sebagai alat untuk mengatur atau

melaksanakan kebijakan dibidang social dan ekonomi.

contoh yaitu dikenakannya pajak yang tinggi terhadap minuman keras, sehingga

kinsumsi minuman keras dapat ditekan. Demikian pula terhadap barang mewah

dan rokok.

ASAS PEMUNGUTAN PAJAKAzas pemungutan pajak menurut Adam Smith dalam buku An Inquir into the

Nature and Causes of the Wealth of Nations menyatakan bahwa pemungutan

pajak hendaknya didasarkan pada asas :

a. Equality : Pemungutan pajak harus bersifat final adil dan merata, yaitu dikenakan

kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar

pajak (Ability to pay) dan seusai dengan manfaat yang diterima.

Adil dimaksudkan bahwa setiap wajib pajak menyubangkan uang untuk

pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan manfaat yang

diminta. Asas keadilan dalam prinsip perundang – undangan perpajakan maupun

dalam hal pelaksanaannya harus dipegang teguh, walaupun keadilan itu sangat

relative.

b. Certainty : Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang – wenang. Oleh

karena itu wajib pajak harus mengetahuisecara jelas dan pasti pajak yang

terutang. Kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.

c. Convenience : Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai

dengan saat – saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak misalnya pada saat Wajib

Pajak memperoleh penghasilan. System pemungutan ini disebut Pay as You

Earn.

‘13 3 Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDra. Muti’ah, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id

Page 4: modul.mercubuana.ac.idah+... · Web viewPenafsiran ini dapat diketahui dari dokumen pada waktu proses dibuatnya undang udang . misalnya dokumen rapat tim penyusun , dokumen rapat

d. Economy : Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan kewajiban pajak bagi wajib

pajak diharapkan seminimal mungkin, demikian pula beban yang dipikul wajib

pajak.

DASAR TEORI PEMUNGUTAN PAJAKTeori yang menjadi dasar bagi Negara untuk memungut pajak, antara lain :

A. Teori Asuransi Dalam perjanjian asuransi diperlukan premi. Premi tersebut dimaksudkan

sebagai pembayaran atas usaha melindungi orang dari segala kepentingannya

misalnya keselamatan atau kemanan harta bendanya. Masyarakat seakan

mempertanggungjawabkan keselamatan dan keamanan jiwanya kepada Negara

sehingga masyarakat harus membayar “premi” kepada Negara. Teori akuntansi

ini menyamakan pembayaran premi dengan pembayaran pajak. Pada

kenyataannya menyamakan pajak dengan premi tidaklah tepat, karena jika

masyarakat mengalami kerugian, Negara tidak dapat memberikan penggantian

layaknya perusahaan asuransi.

B. Teori Kepentingan Teori kepentingan diarrtikan bahwa Negara yang melindungi kepentingan harta

dan jiwa warga Negara dengan memperhatikan pembagian beban yang harus di

pungut dari masyarakat . pembebanan ini didasarkan pada kepentingan setiap

orang termasuk perlindungan jiwa dan hartanya. Oleh karena itu, pengeluaran

Negara untuk melindunginya dibebankan pada masyarakat. Warga Negara yang

memilik harta lebih banyak akan membayar pajak yang lebih besar dan

sebaliknya yang memiliki harta lebih sedikit membayar pajak lebih kecil untuk

melindungi kepentingannya.

C. Teori Gaya PikulTeori ini berpangkal dari azaz keadilan yaitu bahwa tiap orang dikenakan pajak

dengan bobot sama. Pajak yang dibayar adalah menurut gaya pikul dengan

ukuran besarnya penghasilan dan pengeluaran seseorang. Kekuatan(gaya pikul)

untuk membayar pajak baru ada setelah terpenuhinya kebutuhan primer

seseorang. Dalam pajak penghasilan kita kenal konsep Penghasilan Tidak Kena

Pajak (PTKP). Bila seseorang berpenghasilan dibawah PTKP berarti gaya

pikulnya tidak ada sehingga ia tidak harus membayar pajak. Teori ini lebih

menekankan unsure kemampuan sesorang dan rasa keadilan.

‘13 4 Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDra. Muti’ah, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id

Page 5: modul.mercubuana.ac.idah+... · Web viewPenafsiran ini dapat diketahui dari dokumen pada waktu proses dibuatnya undang udang . misalnya dokumen rapat tim penyusun , dokumen rapat

D. Teori Bakti Teori ini disebut juga teori kewajiban pajak mutlak. Teori ini mendasarkan bahwa

Negara mempunyai hak mutlak untukmemungut pajak. Di lain pihak,

masyarakay menyadari bahwa membayar pajak sebagai suatu kewajiban untuk

membuktikan tanda baktinya terhadap Negara kareba negaralah yang bertugas

menyelenggarakan kepentingan masyarakatnya. Dengan demikian dasar hokum

pajak terletak pada hubungan masyarakat Negara.

E. Teori Gaya BeliPembayaran pajak diamksudkan untuk memelihara masyarakatnya.

Pembayaran pajak yang dilakukan kepada Negara lebih ditekankan pada fungsi

mengatur dari pajak agar masyarakat tetap eksis. Teori ini mendasarkan pada

penyelenggaraan kepentingan masyarakat yang dianggap sebagai dasar

keadilan pemungutan pajak, bukan kepentingan individu atau Negara, sehingga

pajak lebih menitikberatkan pada fungsi mengatur. Dalam teori in kemaslahatan

masyarakat akan tetap terjamin dengan pembayaran pajak.

TINJAUAN ASPEK HUKUMKEDUDUKAN HUKUM PAJAK

Berdasarkan pasal 23A Amandemen Undang – Undang Dasar 1945 yang

berbunyi “ Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara

di atur dengan Undang-Undang”. Atas dasar Undang-Undang dimaksudkan bahwa

pajak merupakan peralihan kekayaan dari masyarakat ke pemerintah, untuk

membiayai pengeluaran Negara dengan tidak mendapatkan kontraprestasi

langsung. Oleh karena itu, segala tindakan yang menempatkan beban kepada

rakyat, sebagai contoh pajak, harus di tetapkan denga undang-undang yang telah

mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

Keseluruhan peraturan yang meliputi kewenangan pemerintah untuk

mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkan kembali kepada masyarakat

melalui kas Negara termasuk dalam ruang lingkup hukum pajak. Mengingat

pengaturan ini menyangkut hubungan hukum antara Negara dengan orang pribadi

atau badan yang mempunyai kewajiban membayar pajak, maka hukum pajak

merupakan bagian hukum public.

Hubungan hukum pajak dengan hukum pidana dapat dilihat dengan adanya

sanksi pidana atas kealpalan dan kesengajaan terhadap Wajib Pajak yang

‘13 5 Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDra. Muti’ah, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id

Page 6: modul.mercubuana.ac.idah+... · Web viewPenafsiran ini dapat diketahui dari dokumen pada waktu proses dibuatnya undang udang . misalnya dokumen rapat tim penyusun , dokumen rapat

melanggar ketentuan perpajakan. Hukum pajak mempunyai ruang lingkup yang luas,

tidak hanya menelaah keadaan-keadaan dalam masyarakat yang dihubungkan

dengan pengenaan pajak dan merumuskan serta menafsirkan peraturan hukum

dengan memperhatikan ekonomi dan keadaan masyarakat, tetapi hukum pajak juga

memuat unsure hukum pidana dan peradilan seperti yang termuat dalam Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang pengadilan Pajak.

Sedangkan hubungan pajak dengan hukum perdata adalah bahwa hukum

pajak mencari dasar kemungkinan pemungutannya atas kejadian-kejadian,

keadaan-keadaan, dan perbuatan-perbuatan hukum yang bergerak dalam

lingkungan perdata, sperti penghasilan, kekayaan, perjanjian penyerahan hak dan

sebagainya.

Hukum Pajak Materil dan Hukum Pajak formalHukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah ( fisikus ) selaku pemungutan

pajak dengan Wajib Pajak .

Hukum pajak dibedakan menjadi :A. Hukum Pajak Materil , memuat norma norma yang menerangkan

keadaan , perbuatan , peristiwa hukum yang dikenakan pajak ( objek pajak ) ,

siapa yang dikenakan pajak ( subjek pajak ) , berapa besar pajak yang

dikenakan , segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak , dan

hubungan hukum antara pemerintah dan Wajib Pajak .

Hukum pajak materil meliputi :1. UU Pajak Penghasilan

2. UU Pajak Pertambahan Nilai

3. UU Pajak Bumi dan Bangunan

4. UU Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau bangunan

5. UU Bea Materai

B. Hukum Pajak Formal , memuat bentuk atau tata cara untuk mewujudkan

hukum materil menjadi kenyataan . Hukum pajak formal ini memuat,antara

lain :

1. Tata cara penetapan utang pajak

2. Hak hak fiskus untuk mengawasi Wajib Pajak mengenai keadaan , perbuatan

dan peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak .

‘13 6 Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDra. Muti’ah, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id

Page 7: modul.mercubuana.ac.idah+... · Web viewPenafsiran ini dapat diketahui dari dokumen pada waktu proses dibuatnya undang udang . misalnya dokumen rapat tim penyusun , dokumen rapat

3. Kewajiban Wajib Pajak , misalnya penyelenggaraan pembukaan atau

pencatatan , dan hak hak Wajib Pajak mengajukan keberatan dan banding .

Hukum pajak formal meliputi :

1. UU Ketentuan Umum dan Tata Cara perpajakan

2. UU Penagihan Pajak dengan Surat paksa

3. UU Pengadilan Pajak

Penafsiran Dalam Hukum Pajak Penafsiran ( interpretasi ) yang sering digunakan dalam lapangan hukum

perdata untuk memahami peraturan , juga dapat digunakan dalam lapangan hukum

publik , termasuk didalamnya hukum pajak .

A. Penafsiran Historis Penafsiran historis adalah penafsiran undang undang dengan melihat sejarah

dibuatnya undang undang tersebut. Penafsiran ini dapat diketahui dari dokumen

pada waktu proses dibuatnya undang udang . misalnya dokumen rapat tim

penyusun , dokumen rapat pembahasan antara pemerintah dengan DPR dan

dokumen surat surat lainnya yang dibuat secara resmi . dengan penafsiran

historis dapat diketahui maksud penyusun suatu undang undang .

B. Penafsiran sosiologis Adalah penafsiran atas ketentuan undang undang yang disesuaikan dengan

kehidupan masyarakat yang selalu berkembang . karena itu perlu penyesuaian

antara undang undang dengan perkembangan kehidupan masyarakat .

C. Penafsiran sistematik Adalah penafsiran ketentuan dengan mengaitkannya dengan ketentuan ( pasal

pasal ) lain dalam undang undang tersebut atau dari undang undang lainnya .

ketentuan yang tidak jelas dapat diketahui dengan melihat atau mengaitkan

dengan pasal lainnya .

D. Penafsiran OtentikAdalah penafsiran ketentuan dalam undang undang dengan melihat hal hal yang

telah dijelaskan dalam undang undang tersebut . dalam suatu undang undang ,

biasanya terdapat pasal mengenai ketentuan umum , sering disebut terminology ,

untuk menjelaskan hal hal yang dianggap perlu . terminologi merupakan

‘13 7 Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDra. Muti’ah, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id

Page 8: modul.mercubuana.ac.idah+... · Web viewPenafsiran ini dapat diketahui dari dokumen pada waktu proses dibuatnya undang udang . misalnya dokumen rapat tim penyusun , dokumen rapat

penafsiran otentik . penjelasan suatu pasal yang dimuat dalam tambahan

lembaran negara bukanlah merupakan penafsiran otentik .

E. Penafsiran Tata BahasaAdalah penafsiran ketentuan dalam undang undang berdasarkan bunyi kata kata

secara keseluruhan dalam kalimat kalimat yang disusun . penafsiran menurut tata

bahasa merupakan penafsiran yang paling penting , sebab apabila kata kata

dalam kalimat suatu pasal telah jelas maksudnya , maka tidak boleh lagi

dipergunakan cara penafsiran lainnya .

F. Penafsiran Analogis Adalah penafsiran ketentuan dengan cara memberi kiasan pada kata kata yang

tercantum dalam undang undang , sehimgga suatu peristiwa yang sesungguhnya

tidak termasuk dalam ketentuan menjadi termasuk berdasarkan analog yang

dibuat . contoh penafsiran analogis “ penjualan “ menjadi “ pemindahan ketangan

lain “ ( dari peraturan yang ada ditarik keperaturan yang bersifat umum ) , yang

selanjutnya disimpulkan juga termasuk hibah , pemasukan harta ( inbreng ) dan

wasiat . ( R Santoso Brotodihardjo S.H. dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum

Pajak ) . penafsiran ini dalam hukum pajak tidak diperbolehkan karena akan

menimbulkan ketidakpastian hukum .

G.Penfsiran A Contrario Adalah penafsiran ketentuan undang undang didasarkan pada perlawanan

pengertian antara masalah yang diatur dalam undang undang . diambil suatu

kesimpulan bahwa atas masalah yang dihadapi yang tidak diatur dalam undang

undangnya berada diluar ketentuan ( tidak diatur ) . penafsiran ini dalam hukum

pajak juga tidak diperbolehkan karena akan menimbulkan ketidakpastian hukum .

Perlawanan terhadap pajak1. Perlawana pasif berupa hambatan yang mempersulit pemungutan pajak dan

mempunyai hubungan erat dengan struktur ekonomi suatu negara , dengan

perkembangan intelektual dan moral penduduk , dan dengan tekhnik pemungutan

pajak itu sendirir .

2. Perlawanan aktif secara nyata terlihat pada semua usaha dan perbuatan yang

secara langsung ditujukan kepada pemerintah ( fiskus ) dengan tujuan untuk

menghindari pajak . diantaranya dapat dibedakan cara cara sebagai berikut :

‘13 8 Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDra. Muti’ah, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id

Page 9: modul.mercubuana.ac.idah+... · Web viewPenafsiran ini dapat diketahui dari dokumen pada waktu proses dibuatnya undang udang . misalnya dokumen rapat tim penyusun , dokumen rapat

a. Penghindaran Diri dari Pajak ( Tax Avoidance )Dilakukan dengan tidak melakukan perbuatan yang memberi alasan untuk

dikenakan pajak . penghindaran yang dilakukan Wajib Pajak masih dalam

kerangka peraturan perpajakan . Misalnya : Rokok putih diganti dengan rokok

tingwe supaya tidak kena pajak rokok .

b. Pengelakan diri dari pajak ( Tax Evasion )Dilakukan dengan cara cara yang melanggar undang undang dengan maksud

melepaskan diri dari pajak atau mengurangi dasar pengenaannya . Misalnya :

Wajib Pajak melakukan manipulasi pajak dengan melakukan pembukuan

ganda .

c. Melalaikan PajakDilakukan dengan cara menolak membayar pajak yang telah ditetapkan dan

menolak memenuhi formalitas yang harus dipenuhi . Misal : menghalangi

penyitaan dengan menyembunyikan barang barang yang akan disita .

SISTEM , JENIS DAN TARIF PAJAKPembagian Jenis Pajak

Secara umum pajak yang diberlakukan di indonesia dapat dibedakan dengan

klasifikasi sebagai berikut :

A. Menurut Sifatnya1. Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan

kepada pihak lain , tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang

bersangkutan . Contohnya : Pajak Penghasilan

2. Pajak tidak Langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat

dilimpahkan kepihak lain . Contoh : Pajak Pertambahan Nilai

B. Menurut sasaran atau objeknya1. Pajak Subjektif , adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya , dalam arti

memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak . Contoh : Pajak Penghasilan

2. Pajak objektif , adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

objeknya , tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak . Contoh : Pajak

Bumi dan Bangunan , pajak pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah .

C. Menurut pemungutannya

‘13 9 Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDra. Muti’ah, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id

Page 10: modul.mercubuana.ac.idah+... · Web viewPenafsiran ini dapat diketahui dari dokumen pada waktu proses dibuatnya undang udang . misalnya dokumen rapat tim penyusun , dokumen rapat

1. Pajak Pusat , adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara . Contoh : Pajak

Penghasilan , Pajak Pertambahan nilai dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah , Pajak Bumi dan Bangunan , dan Bea Materai

2. Pajak Daerah , adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah . Contoh : Pajak Reklame ,

Pajak Hiburan .

Cara Pemungutan Pajak

A. Stelsel PajakCara pemungutan pajak dilakukan berdasrakan 3 stelsel :

1. Stelsel Nyata ( riil stelsel )Pengenaan pajak didasarkan pada objek ( penghasilan ) yang nyata ,

sehingga pemungutan baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak , yakni

setelah penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui . Kelebihan

stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis . Kelemahannya adalah

pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode ( setelah penghasilan rill

diketahui )

2. Stelsel FiktifPengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang teratur oleh undang

undang , misalnya , penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun

sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya

pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan . Kelebihan stelsel ini adalah

pajak dapat dibayar selama tahun berjalan , tanpa harus menunggu pada

akhir tahun . Kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan

pada keadaan yang sesungguhnya .

3. Stelsel CampuranStelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan .

Pada awal tahun , besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan ,

kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan

yang sebenarnya . Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar

daripada pajak menurut anggapan , maka Wajib Pajak harus menambah

‘13 10 Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDra. Muti’ah, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id

Page 11: modul.mercubuana.ac.idah+... · Web viewPenafsiran ini dapat diketahui dari dokumen pada waktu proses dibuatnya undang udang . misalnya dokumen rapat tim penyusun , dokumen rapat

kekurangannya . demikian pula sebaliknya , apabila lebih kecil maka

kelebihannya dapat diminta kembali .

B. Sistem pemungutan Pajak 1. Official Assesment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus ) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang .

Ciri cir Official Assessment System :1). Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada

fiskus .

2). Wajib pajak bersifat pasif .

3). Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh

fiskus .

2. Seif Assessment SystemAdalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang,

kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib pajak untuk menghitung,

memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang

harus dibayar.

3. Withholding SystemAdalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang

oleh Wajib Pajak.

YURISDIKSI PEMUNGUTAN PAJAK Terdapat tiga hal yang digunakan sebagai dasar untuk memungut pajak:

1. Tempat tinggalNegara mempunyai hak untuk memungut pajak atas seluruh penghasila Wajib

Pajak tanpa memperthatikan apakah ia sebagai warga negaranya atau warga

negara asing. Wajib Pajak yang bertempat tinggal di Indonesia dikenakan

pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh berasal dari Indonesia

atau berasal dari luar negeri (Pasal 4 Undang-undang Pajak Penghasilan).

2. Kebangsaan Pengenaan pajaknya dihubungkan dengan kebangsaan dengan suatu negara.

Suatu negara memungut pajak atas orang yang mempunyai kebangsaan

negara tersebut tanpa memperhatikan dimana ia tinggal.

‘13 11 Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDra. Muti’ah, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id

Page 12: modul.mercubuana.ac.idah+... · Web viewPenafsiran ini dapat diketahui dari dokumen pada waktu proses dibuatnya undang udang . misalnya dokumen rapat tim penyusun , dokumen rapat

3. Sumber PenghasilanNegara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan yang

bersumber dari suatu negara. Dengan demikian orang atau badan yang

menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia dikenakan pajak di

Indonesia tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

TARIF PAJAK Besarnya Tarif Pajak dapat dinyatakan dalam persentase. Dalam Pajak

Penghasilan persentase tarifnya dibedakan:

1. Tarif Marginal Persentase tariff ini berlaku untuk suatu kenaikan dasar pengenaan pajak.

Sebagai contoh, menghitung PPh orang pribadi,

0 s/d 50.000.000 5%

di atas 50.000.000 s/d 250.000.000 15%

di atas 250.000.000 s/d 500.000.000 25%

di atas 500.000.000 s/d ... 30%

2. Tarif EfektifPersentase tarif pajak yang efektif berlaku atau harus diterapkan atas dasar pengenaan pajak tertentu.Sebagai contoh apabila Penghasilan kena pajak sebesar Rp 80.000.000,00 PPh

terutang dihutang:

5% x Rp 50.000.000,00 =Rp 2.500.000,00

15% x Rp 30.000.000,00 =Rp 4.500.000,00

Total =Rp 7.000.000,00

Tarif efektifnya =Rp 7 . 0 00.000,00 x 100% =8,75%

=Rp 80.000.000,00

Struktur tarif yang berhubungan dengan pola persentase tariff pajak dikenai 4 (empat) macam tariff, yaitu : 1. Tarif Proporsional/Sebanding

Tarif pajak proporsional yaitu tarif berupa persentase tetap terhadap jumlah

berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak. Sering disebut tariff tunggal

karena hanya menggunakan satu tarif dengan persentase tetap.

‘13 12 Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDra. Muti’ah, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id

Page 13: modul.mercubuana.ac.idah+... · Web viewPenafsiran ini dapat diketahui dari dokumen pada waktu proses dibuatnya undang udang . misalnya dokumen rapat tim penyusun , dokumen rapat

2. Tarif ProgresifTarif Pajak Progresif adalah taif pajak yang persentasenya menjadi lebih

besar apabila yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar. Misalnya

Tarif Pajak Penghasilan di Indonesia, yaitu :

Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi 0 s/d 50.000.000 5%

di atas 50.000.000 s/d 250.000.000 15%

di atas 250.000.000 s/d 500.000.000 25%

di atas 500.000.000 s/d ... 30%

Untuk Wajib Pajak Badan dan BUT:0 Sampai dengan Rp 50.000.000,00 sampai dengan Rp 100.000.000,00

sifatnya 15%

diatas Rp 100.000.000,00 sifatnya 30%

Untuk tahun pajak 2009 dikenakan tarif tunggal yaitu: 28%

3. Tarif DegresifTarif Pajak Degresif adalah persentase tariff pajak yang semakin menurun

apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak menjadi semakin besar.

4. Tarif TetapDalam tarif pajak tetap ini adalah tarif berupa jumlah yang tetap ( sama besarnya)

terhadap berapapun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak. Oleh karena itu

besarnya pajak yang terutang tetap. Bea meterai menggunakan struktur tarif ini yakni

Rp 3.000 dan Rp 6.000.

5. Tarif Pajak AdvoleremMerupakan tariff dengan presentase tertentu atas harga barang atau nilai suatu

barang . Misalnya tarif Bea Masuk sebesar 10% dari nilai impor.

6. Tarif SpesifikMerupakan tarif dengan jumlah tertentu atas suatu jenis atau satuan jenis barang

tertentu , Misal tarif Bea Masuk yang besar rupiahnya ditetapkan atas suatu barang

yang di impor.

UTANG PAJAK

Hapusnya utang pajak disebabkan:

1. Pembayaran

‘13 13 Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDra. Muti’ah, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id

Page 14: modul.mercubuana.ac.idah+... · Web viewPenafsiran ini dapat diketahui dari dokumen pada waktu proses dibuatnya undang udang . misalnya dokumen rapat tim penyusun , dokumen rapat

Utang pajak yang melekat pada Wajib Pajak akan hapus karena pembayaran yang dilakukan ke Kas Negara.

2. KompensasiKeputusan yang ditujukan kepada kompensasi utang pajak dengan tagihan seseorang diluar pajak tidak diperkenankan. Oleh karena itu kompensasi terjadi apabila Wajib Pajak mempunyai tagihan berupa kelebihan pembayaran pajak. Jumlah kelebihan pembayaran pajak yang diterima Wajib Pajak sebelumnya harus dikompensasikan dengan pajak-pajak lainnya yang terutang.

3. DaluwarsaDaluwarsa diartikan sebagai Daluwarsa penagihan.Hak untuk melakukan penagihan pajak, daluwarsa setelah lampau waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang bersangkutan . Hal ini untuk memberikan kepastian hokum kapan utang pajak tidak dapat ditagih lagi. Namun kadaluwarsa penagihan pajak tertangguh, antara lain apabila diterbitkan Surat teguran dan Surat Paksa.

4. PembebasanUtang pajak tidak berakhir dalam arti yang semestinya tetapi karena ditiadakan. Pembebasan umumnya tidak diberikan terhadap pokok pajaknya, tetapi terhadap sanksi administrasi.

5. PenghapusanPenghapusan utang pajak ini sama sifatnya dengan pembebasan, tetapi diberikannya karena keadaan keuangan Wajib Pajak.

‘13 14 Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDra. Muti’ah, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id

Page 15: modul.mercubuana.ac.idah+... · Web viewPenafsiran ini dapat diketahui dari dokumen pada waktu proses dibuatnya undang udang . misalnya dokumen rapat tim penyusun , dokumen rapat

Daftar PustakaMardiasmo, 2011, Perpajakan, Edisi Revisi, Andi, Jogyakarta.

Primandita Fitriandi, Yuda Aryanto, Agus Puji Priyono, Kompilasi Undang-undang Perpajakan Terlengkap, 2011, Edisi terbaru, Salemba Empat, Jakarta.

Siti Resmi, 2014, Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 8, Salemba Empat, Jakarta.

Teguh Hadi Wardoyo, Amin Subiyakto, Sapto Windi Argo, 2011, Pajak Terapan Brevet A & B, Edisi Revisi, TaxSys Center.

Waluyo, 2013, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat Jakarta.

Wirawan B, dan Richard Burton, 2007, Hukum Pajak, Edisi Lima, Salemba Empat, Jakarta.

‘13 15 Perpajakan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningDra. Muti’ah, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id