Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan

download Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan

of 17

description

MODUL 7 HAK ASASI MANUSIAMODUL 8 SANKSI DAN ASPEK PERLINDUNGAN HUKUMMODUL 9 PERADILAN TATA USAHA NEGARA

Transcript of Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan

  • 5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan

    1/17

    MODUL 7

    HAK ASASI MANUSIA

    Kegiatan Belajar 1

    Perkembangan Hak Asasi Manusia

    Hak Asasi Manusia (HAM) bisa didefinisikan berbeda-beda, misalnya dalam

    UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, HAM adalah seperangkat hak

    yang melekat pada hakikatnya dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang

    Maha Esa dan merupakan anugerah yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan

    dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta

    perlindungan harkat dan martabat manusia . Berdasar definisi ini terdapat empat halyang penting terkait dengan HAM yaitu :

    1. HAM bersifat melekat pada manusia2. HAM merupakan anugerah Tuhan3. HAM wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,

    pemerintah, dan setiap orang

    4. HAM bertujuan melindungi kehormatan dan menjunjung tinggi harkat dan martabatmanusia

    Sekitar tahun 1780 SM, Kerajaan Babilonia sudah mengenal Hukum

    Hammurabi. Dimana Raja Babilonia keenam, Hammurabi (1792-1750 SM), membuat

    kode, dan salinan parsial ada di batu seukuran manusia, prasasti dan berbagai tablet

    tanah liat. Pada tahun 1901 Egyptologist Gustave Jquier , seorang anggota ekspedisi

    yang dipimpin oleh Jacques de Morgan , menemukan prasasti yang berisi Kode

    Hammurabi di tempat yang sekarang Khuzestan, Iran (kuno Susa, Elam). Kode

    Hammurabi adalah kode hukum Babilonia. Dalam Hukum Hammurabi memuat

    tindakan-tindakan yang dianggap masuk kategori kejahatan beserta bentuk-bentuk

    hukumnya, berisi ketentuan-ketentuan yang menyangkut mekanisme penyelesaian

    konflik serta petunjuk bagaimana berperilaku bagi masyarakat, dan juga

    mencantumkan ketentuan-ketentuan HAM seperti hak-hak kaum perempuan, hak

    anak-anak, hak-hak kaum budak dan hak-hak perkawinan.

    Kitab perjanjian lama dan perjanjian baru adalah kitab suci bagi para pemeluk

    agama kristen dan katolik. Dalam kitab perjanjian lama, diungkapkan bahwa orang-

    orang Israel pada zaman kuno juga dianggap sudah mengenal HAM.

    Sedangkan dalam kitab perjanjian baru diungkapkan berbagai ajaran Yesus

  • 5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan

    2/17

    kepada muridnya maupun sesama manusia yang dinilai banyak berkaitan dengan

    persoalan HAM. Kitab Suci juga mengajarkan bahwa Allah membuat manusia

    menurut citra-Nya sendiri. Maksudnya, Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk

    yang berdaulat. Karenanya, semua hak manusia adalah hak mengembangkan diri

    sebagai citra Allah.

    1. ConfuciusConfucius (atau lebih dikenal dengan nama Kong Hu Cu / KongCu) lahir pada

    tahun 551 SM479 SM, merupakan seorang guru besar yang tersohor hingga saat ini.

    Pada masa hidupnya, Confucius hidup sebagai seorang guru yang mengajarkan

    moralitas, filsafat, kebijaksanaan, norma norma dan etika kehidupan, hingga ilmu

    ketata-negaraan. Salah satu ajaran penting yang diperkenalkan adalah Jen (kebajikan).

    Bahkan namanya diabadikan sebagai nama salah satu agama kepercayaan turuntemurun di china, yaitu agama Kong Hu Cu.

    2. Asoka AgungAshoka adalah salah seorang raja yang pernah memerintah kerajaan Maurya

    pada masa India Kuno. Pada periode kekuasaannya, HAM sudah dikenal dan

    dihormati, hal ini dengan dicanangkannya kebijakan Ahimsa (tanpa

    kekerasan/dilarang membunuh) oleh Ashoka. Kebijakan ini identik dengan jaminan

    hak untuk hidup. Hak-hak ini tertuang dalam Maklumat Ashoka.

    3. Piagam MadinahKehadiran Islam, terutama pada periode 610-661 Masehi membawa

    konsekuensi positif bagi perkembangan HAM. Hal ini ditandai dengan

    dicanangkannya Piagam Madinah pada tahun 662 Masehi yang berisi ketentuan-

    ketentuan penting tentang HAM. Adapun Piagam Madinah itu mempunyai arti

    tersendiri bagi semua penduduk Madinah dari masing-masing golongan yang berbeda.

    Madinah sendiri adalah sebuah kota kurang lebih berjarak 400 kilometer di sebelah

    utara kota Makkah. Penduduk kota Yatsrib terdiri dari beberapa suku Arab dan Yahudi.

    Suku Yahudi terdiri Bani Nadzir, Bani Qainuna, dan Bani Quraidzah yang mempunyai

    kitab suci sendiri, lebih terpelajar dibandingkan penduduk Yatsrib yang lain.

    Sedangkjan suku Arabnya terdiri dari suku Aus, dan Khazraj, di mana kedua suku itu

    selalu bertempur dengan sengitnya dan sukar untuk didamaikan.

    4. Magna ChartaSistem konstitusional yang kita kenal dewasa ini banyak dipengaruhi oleh

    Magna Charta yang ditandatangani di Inggris tahun 1215. Magna Charta

    ditandatangani sebagai konsekuensi perundingan antara raja John, Paus, dan para

  • 5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan

    3/17

    bangsawan. Magna Charta dibuat dengan maksud mengembangkan sistem hukum

    yang tidak lagi didasarkan pada sistem hukum individual (kepentingan penguasa).

    Magna Charta dicetuskan pada 15 Juni 1215 yang prinsip dasarnya memuat pembatasan

    kekuasaan raja dan hak asasi manusia lebih penting daripada kedaulatan raja.

    Pada awal abad XII Raja Richard yang dikenal adil dan bijaksana telah diganti

    oleh Raja John Lackland yang bertindak sewenangwenang terhadap rakyat dan para

    bangsawan. Tindakan sewenang-wenang Raja John tersebut mengakibatkan rasa tidak

    puas dari para bangsawan yang akhirnya berhasil mengajak Raja John untuk membuat

    suatu perjanjian yang disebut Magna Charta atau Piagam Agung.

    Meletusnya Perang Dunia II pada 1939 menjadi titik balik bagi HAM. Bebagai

    pengalaman Perang Dunia II mencapai titik klimaksnya berupa pembunuhan massal

    umat Yahudi oleh NAZI dan membiarkan pemenang perang menghilangkan jalan bagijaminan HAM dan kebebasan. Hal ini memunculkan kesadaran akan pentingnya

    menciptakan struktur yang menegakkan perdamaian antar negara di garis akhir.

    Rentang sejarah HAM kemudian ditandai dengan terbentuknya Komisi HAM

    PBB pada 16 Februari 1946. Komisi ini mengajukan usulan kepada Dewan Umum PBB

    tentang pentingnya suatu Deklarasi Universal HAM, Konvensi tentang kebebasan sipil,

    status perempuan, kebebasan informasi, perlindungan warga minoritas dan pencegahan

    diskriminasi. Sebagai hasilnya, pada 1948, lahirlah Universal Declaration of Human

    Rights (UDHR) yang merupakan tonggak paling penting bagi pengakuan dan

    perlindungan HAM internasional. UDHR diyakini mampu memberikan definisi paling

    sahih mengenai kewajiban menghormati HAM bagi sebuah negara yang ingin

    bergabung dengan PBB.

    Menyusul disetujuinya UDHR, PBB kemudian mengundangkanInternational

    Covenan on Civil and Political Rights (ICCPR) dan International Covenan on

    Economic, Social and Cultural Rights (ICESCR) pada 1966, yang kemudian diikuti

    dengan dua Protokol Fakultatif pada Hak Sipil dan Politik. UDHR dan dua Kovenan ini

    kemudian lazim disebut sebagai International Bill of Rights (Undang-undang HAM

    Internasional). Ditinjau dari perspektif hukum, dengan adanya International Bill of

    Rights ini, maka HAM memiliki kekuatan hukum mengikat, khususnya bagi negara-

    negara penanda tangan.

  • 5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan

    4/17

    Kegiatan Belajar 2

    Hak Asasi Dalam Kontitusi

    Pandangan para ahli pikir barat mengenai hak Asasi Manusia, yakni:

    1. Thomas Hobbes, berpendapat bahwa pada masa keadaan ilmiah (state of nature)yakni keadaan dimana masyarakat dan Negara belum terbentuk, individu sudah

    memiliki hak asasi namun demikian dalam menikmati hak-haknya tadi yaitu

    kebebasan, individu menikmatinya secara mutlak dan tentu saja berlebih-lebihan.

    2. John Locke memiliki pandangan yang berlainan, individu tidak seburuk yangdigambarkan Hobbes, individu bersifat rasional dan dalam menikmati hak

    haknya,individu tidaklah semena-mena. Kekacauan dalam hubungan individu yang

    digambarkan oleh Locke tidaklah seburuk hubungan antar individu yang

    digambarkan oleh Hobbes. Hak hak yang dimiliki individu menurut Lockeadalah hak untuk hidup kebebasan dan memiliki harta benda.

    3. Rousseau Hak yang bersifat individual dan alamiah seperti yang dikemukakanLocke yakni kebebasan dan memiliki harta benda memiliki posisi yang lemah dan

    sukar dipertahankan. Hanya hak hak yang ditentukan dan dimiliki secara

    bersama sama yang kemudian yang disebut dengan hak hak komunal atau

    kolektif seperti inilah yang dianggap kuat dan dapat dipertahankan.

    4. Karl Marx mempunyai pikiran yang berbeda lagi, individu menurut Marxmerupakan makhluk yang egois dan mementingkan kepentingannya sendiri. Hak

    asasi yang dimiliki individu adalah hak yang menyebabkan orang lain hidup dalam

    kesengsaraan dan kemiskinan, hak asasi yang dimiliki individu hanya membawa

    keuntungan bagi yang kuat saja.

    Ada tiga aliran pemikir dari masyarakat internasional mengenai HAM yaitu :

    1. Aliran pertama merupakan pemikir dari negaranegara maju atau sering disebut jugasebagai kelompok utara. Dalam pandangan kelompok ini hak asasi manusia dianggap

    bersifat universal dalam artian bahwa hak yang dimiliki oleh siapa saja, dimana saja,

    kapan saja adalah sama, Perbedaan kebangsaan, latar belakang sejarah, lokasi geografis

    maupun sistem politik tidak boleh dipakai sebagai alat untuk menjadikan hak hak

    mereka berbeda satu sama lain. Hak asasi muncul bukan karena pemberian dari negara

    ataupun sebagai konsekuensi adanya persaudaraan maupun cinta kasih diantara sesama

    manusia, untuk memiliki hak hak tadi tidak ada persyaratan lain kecuali terlahir

    sebagai manusia.

    2. Aliran kedua merupakan pemikir dari negara negara sedang berkembang ataukelompok selatan seperti Asia dan Afrika. Pemikir aliran kedua ini banyak yang

  • 5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan

    5/17

    berbeda bahkan bertentangan dengan aliran pertama, berikut pokok pikiran aliran

    kedua mengenai hak asasi manusia terlalu sulit bagi kelompok negara ini untuk

    menyepakati bahwa hak asasi manusia itu bersifat universal. Dalam pikiran mereka

    perbedaan status sosial-ekonomi, sistem politik dan ideologi, kebudayaan dan latar

    belakang sejarah akan memungkinkan terjadinya perbedaan perbedaan hak asasi

    dalam diri manusia.

    3. Aliran ketiga yang esensinya menengahi perbedaan aliran lainnya, merupakan hasilpemikiran Perserikatan Bangsa-Bangsa, menganggap bahwa hak asasi manusia pada

    dasarnya bersifat universal, natural dan individual. Kewajiban untuk mewujudkan hak

    asasi manusia menurut aliran ini terutama terletak pada pihak negara walaupun setiap

    individu juga kena, sedangkan hak sipil dan politik memiliki kedudukan yang sama dan

    sederajat dengan hak ekonomi sosial dan budaya.Hak asasi Manusia bagi bangsa Indonesia bukanlah suatu yang asing, Hak asasi

    sudah dikenal oleh penduduk diberbagai tempat di nusantara. Masyarakat Jawa pada jaman

    dahulu sudah mengenal hak pepe (hak untuk menyampaikan protes kepada raja), dalam

    kitab lontara yang ditulis pada abad XV disebutkan bahwa masyarakat Bugis telah

    mengenal apa yang disebut dengan hak atas kebebasan, masyarakat Minangkabau juga

    sudah lama mengenal hak asasi.

    Pada masa kebangkitan nasional perkumpulan Boedi Oetomo pernah menuntut

    penguasa kolonial untuk disahkannya hak untuk berorganisasi dan hak atas kemerdekaan.

    Anggota Volksraad juga pernah menuntut pemerintah jajahan untuk mengakui adanya hak

    untuk memperoleh pendidikan dan hak berpartisipasi dalam pemerintah. Pembicaraan yang

    jauh lebih serius mengenai hak asasi manusia terjadi menjelang kemerdekaan nasional

    ketika menyusun UUD 1945 Panitia Penyidik Persiapan Kemerdekaan Indonesia

    membicarakan masalah pencantuman hal tersebut di dalamnya yang mempunyai

    pertimbangan antara lain bahwa hal ini akan mempermudah warga negara mengetahui hak

    hak apa sajalah yang mereka miliki.

    Karena adanya perdebatan dan perbedaan pendapat maka akhirnya dicapai kompromi

    pasal pasal mengenai hak asasi tidak begitu banyak dan digunakan istilah hak warga

    negara dan bukan hak asasi manusia. UUD 1945 mengalami perubahan (amandemen)

    yakni setelah mundurnya Soeharto dari jabatan pemerintahan tahun 1998 dan munculnya

    era reformasi, amandemen UUD 1945 yang disahkan tanggal 18 Agustus 2000 membawa

    konsekuensi pada perubahan menyangkut hak asasi manusia yang tercantum di dalamnya.

  • 5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan

    6/17

    MODUL 8

    SANKSI DAN ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM

    Kegiatan Belajar 1

    Sanksi Dalam Hukum Tata Pemerintahan / Tata Usaha Negara

    Dalam kehidupan bernegara dan pemerintahan, hukum menjadi instrumen kebijakan

    untuk menuntut kepatuhan terhadap warga negara dan masyarakat. Hukum yang baik

    adalah hukum yang dapat membumi dan mampu mencerminkan nilai-nilai masyarakat

    dimana hukum tersebut diterapkan. Oleh karena itulah, hukum harus bersifat dinamis dan

    tidak statis.

    Hukum bergerak sangat dinamis menyusup dalam berbagai aspek kehidupan manusiadan membawa konsekuensi konsekuensi yang sangat beragam dalam masing masing

    aspek kehidupan tersebut. Namun selalu ada kesamaan yang dikembangkan dalam hukum

    yaitu bahwa apapun itu haruslah mengandung nilai nilai keadilan, kemanfaatan dan

    kepastian hukum. Dalam praktek hukum di Indonesia hukum tata pemerintahan / hukum

    tata usaha negara memperoleh tempat yang khas semenjak diundangkannya UU No.5

    tahun 1986, dengan UU tersebut lebih memberikan kepastian bagaimana melakukan

    penyelesaian sengketa yang terjadi antara warga dengan alat alat perlengkapan negara di

    bidang administrasi pemerintahan.

    Sanksi berperan penting di dalam hukum juga dalam hukum tata pemerintahan /tata

    usaha negara, yaitu pada pemberian sanksi dalam hukum administrasi memenuhi hukum

    pidana. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan hukum tata pemerintahan /tata usaha negara

    bilamana terdapat suatu ikatan hukum antara alat perlengkapan hukum tata usaha negara /

    pemerintah dengan warga dimana warga terikat oleh suatu kewajiban untuk melakukan

    atau tidak melakukan sesuatu. Sanksi yang diberikan pemerintah terhadap warga negara

    sering terjadi dan dalam pemberian sanksi ini kadang kadang ada campur tangan

    pengadilan (khususnya hukum pidana

    Wewenang hakim pidana dalam hal ini adalah menentukan apakah ada pelanggaran

    terhadap suatu aturan hukum, dan ada sanksi mama yang akan dijatuhkan, sehingga dapat

    dikatakan bahwa hukum pidana menjadi hukum pembantu dalam hukum tata pemerintahan

    / tata usaha negara. Menurut Soehino disamping kemungkinan pemberian sanksi yang

    bersifat pidana melalui bantuan hukum pidana, dalam hukum tata pemerintahan /tata usaha

    negara terhadap pelanggaran dapat pula diberi ancaman dengan tindakan administrasi yang

  • 5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan

    7/17

    menyerupai hukum yang dilakukan sendiri oleh alat perlengkapan tata usaha

    negara/pemerintah tersebut

    Adapun sanksisanksi tersebut dapat berupa :

    1. Denda Administrasi2. Pencabutan hakhak tertentu3. Perampasan barangbarang tertentu4. Diumumkannya putusan hakim ( biasanya melalui media masa)Sanksi yang bersifat administrasi tentu saja merupakan sanksi yang diutamakan dalam

    pelaksanaan hukum Tata usaha negara / tata pemerintahan. Adapun sanksi sanksi

    tersebut yang khas dalam hukum administrasi adalah :

    1. Paksaan pemerintah ( bestuurdwang)Paksaan pemerintah ( bestuurdwang) dapat dijelaskan sebagai tindakantindakan yangnyata dari penguasa guna mengakhiri suatu keadaan yang dilarang oleh suatu kaidah

    hukum administrasi atau bila masih melakukan apa yang seharusnya ditinggalkan oleh

    warga karena bertentangan dengan Undangundang.

    2. Penarikan kembali keputusan (izin, pembayaran, subsidi)Penarikan kembali keputusan yang menguntungkan tidak perlu didasarkan pada

    perundang-undangan dan tidak dapat dilakukan berlaku surut karena akan

    bertentangan dengan asas umum.

    3. Pengenaan denda administrasiPengenaan denda administrasi sangat dikenal dalam hukum perpajakan. Dalam

    UndangUndang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara

    perpajakan menyebutkan secara sederhana terhadap sanksi yang demikian sebagai

    sanksi administrasi, Sanksi administrasi dalam perpajakan dimuat dalam Surat

    ketetapan pajak, Surat tagihan pajak dan Surat ketetapan pajak tambahan.

    4. Pengenaan uang paksa oleh pemerintah (dwangsom)Pengenaan uang paksa pada umumnya dilakukan apabila terhadap suatu tindakan yang

    dinilai melanggar ketentuan, ternyata secara praktis agak sulit untuk dilakukan

    tindakan yang bersifat paksaan pemerintah dan paksaan pemerintah tersebut akan

    dirasakan menjadi sanksi yang terlalu berat. Uang paksa ini adalah sebagai pengganti

    dari paksaan pemerintah, dan uang tersebut akan hilang untuk tiap kali suatu

    pelanggaran diulangi atau untuk tiap hari ia (sesudah waktu yang ditetapkan)masih

    berlanjut.

  • 5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan

    8/17

    Kegiatan Belajar 2

    Aspek Perlindungan Hukum

    Sejalan dengan prinsip negara hukum maka setiap tindakan para penguasa

    maupun warga negara haruslah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Hukum

    memiliki kedudukan yang penting dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat

    karena hukum diciptakan sebagai standar prilaku dan petunjuk prilaku baik bagi

    masyarakat maupun para penguasa negara.

    Sampai saat ini kita masih dapat menemukan begitu banyak pelanggaran

    pelanggaran hukum dilakukan oleh pemerintah atas nama pembangunan dan

    kepentingan umum, bahkan terjadi pelanggaran yang cukup berat karena menyangkut

    hak asasi manusia demi stabilitas dan mempertahankan kekuasaan. Keadaan yangdemikian tentu menyalahi dari prinsip prinsip negara hukum yang mencakup

    keharusan adanya tiga pilar penting yaitu :

    1. Pengakuan dan perlindungan atas hakhak asasi manusia.2. Peradilan yang bebas dari pengaruh sesuatu kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak

    memihak

    3. Legalitas dalam arti hukum dan segala bentuk.Kedudukan hukum yang sama baik warga negara maupun pengasa mengandung

    arti lebih jauh bahwa para penguasa negara dalam tindakannya juga terikat oleh

    ketentuan hukum. Peraturan perundangan baik privat maupun publik hendaknya

    memperhatikan fungsi dan tujuan hukum yaitu :

    1. Memberikan proteksi terhadap individu dan masyarakat dalam berbagai aspekkepentingan.

    2. Sebagai peraturan normatif bagi penyelesaian konflik.Bung hatta juga menyatakan bahwa yang ingin dibangun dari negara yang

    bernama Indonesia ini adalah negara kesejahteraan bukan negara kekuasaan. Hukum

    dengan kekuasaan haruslah seiring dimana hukum harus ada untuk mengendalikan

    kekuasaan, bukan sebagai alat kekuasaan. Untuk melaksanakan hukum memang

    diperlukan otoritas yang mempunyai kekuasaan memaksa yaitu negara dengan alat

    alat perlengkapannya.

    Hukum dengan kekuasaan haruslah berjalan beriringan, dimana hukum

    sebagai pengendali kekuasaan, bukan kekuasaan yang mengendalikan hukum. Mochtar

    Kusumaatmaja menyebutkan bahwa ada enam faktor yang melatarbelakangi ketidak-

    puasan masyarakat terhadap proses peradilan, yakni :

  • 5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan

    9/17

    1) Lambatnya penyelesaian perkara

    2) Hakim yang kurang berusaha menyelesaikan perkara dengan sungguh-sungguh

    3) Kasus penyuapan terhadap hakim

    4) Perkara yang diperiksa diluar pengetahuan hakim

    5) Pengacara yang tidak profesional

    6) Pencari keadilan yang masih memiliki persepsi bahwa pengadilan bukan

    untuk mencari keadilan, tapi sarana memenangkan perkara.

    Setiap negara hukum tentu menghendaki adanya peradilan yang berkualitas baik,

    untuk mewujudkan hal tersebut salah satu hal pokok yang harus dipenuhi adalah

    adanya kedudukan hakim yang tidak tergantung pada suatu badan dengar lain manapun

    yang bisa mengarahkan hakim untuk memutuskan perkara sesuai keinginan badan

    tersebut .Kedudukan hakim yang bebas diartikan sebagai hakim yang mampumemutuskan sendiri atas dasar kewenangan dan hanya terikat oleh hukum.

    UUD 1945 tidak mengatur dan menjelaskan secara terperinci mengenai

    kemerdekaan kekuasaan kehakiman hanya memuat dalam dua pasal yaitu pasal 24 dan

    25.Untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan pasal 24 dan 25 UUD 1945 tersebut

    maka dikeluarkan UU No. 14 tahun 1970 tentang ketentuan pokok kekuasaan

    kehakiman yang dijelaskan bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang

    merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan peradilan

    berdasarkan Pancasila dan demi terselenggarakannya Negara hukum RI.

    Untuk melaksanakan peradilan lebih jauh UU No. 14 tahun 1970 mengatur

    tentang badan badan hukum untuk melaksanakan peradilan yang menurut pasal 10

    ayat 1 kekuasaan kehakiman dilakukan oleh empat lingkungan peradilan yaitu :

    1. Peradilan umum2. Peradilan agama3. Peradilan militer4. Peradilan Tata Usaha Negara.

    Keempat peradilan ini mempunyai lingkungan wewenang mengadili tertentu dan

    meliputi badan peradilan tingkat pertama dan banding. Peradilan umum merupakan

    peradilan bagi rakyat pada umumnya yang menangani baik perkara perdata maupun

    pidana, sedangkan peradilan agama, militer dan tata usaha negara merupakan

    peradilan khusus karena menyelidiki perkara perkara tertentu dan menyelidiki

    golongan rakyat tertentu.

    Dalam praktiknya, terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan

    ketidakmandirian lembaga peradilan, yakni :

  • 5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan

    10/17

    a) Faktor struktur organisasi yang masih berada di bawah organisasi lain

    b) Faktor Hakim

    c) Faktor Peraturan Hukum

    d) Faktor Administrasi Peradilan

    e) Faktor Kekuasaan

    f) Faktor Politik

    g) Faktor Kesadaran Hukum Masyarakat

    Dalam negara hukum baik penguasa maupun warga negara terikat oleh hukum,

    keduanya terikat oleh normanorma hukum dalam melakukan tindakantindakannya,

    masalahnya tidak mudah menentukan suatu perbuatan pemerintah adalah melanggar

    hukum karena untuk menjaga kewibawaan negara maka untuk membawa penguasa

    kehadapan pengadilan tidaklah sama dengan ketika kita menghadapkan warga negarabiasa. Karena jabatannya penguasa negara memang mempunyai kedudukan yang

    istimewa dalam menjalankan tugastugasnya.

    Oleh karena itu dalam melakukan tindakannya dibatasi berbagai peraturan agar

    tidak terjerumus pada perbuatan yang melanggar hukum dan menimbulkan kerugian

    bagi masyarakat. Perbuatan melanggar hukum oleh penguasa pada mulanya hanya

    dinilai dari perbuatannya tersebut apakah melanggar peraturan perundangundangan.

    Dalam praktik hukum tata usaha negara di Belanda, pengertian perbuatan

    melanggar hukum oleh penguasa mencakup :

    1) Perbuatan melawan hukum undang-undang dengan mempedulikan peraturan

    yang dilanggar

    2) Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban penguasa itu sendiri

    3) Perbuatan yang bertentangan dengan sikap hati-hati atau kecermatan yang

    seharusnya dilaksanakan oleh penguasa

    4) Perbuatan yang bertentangan dengan kepatutan atau kelayakan dalam

    hidup bermasyarakat

    Di Indonesia hukum administrasi/tata pemerintahan mengikuti pengertian yang

    luas dalam menilai perbuatan melanggar hukum oleh penguasa sesuai dengan

    yurisprudensi putusan Mahkamah Agung No.838/K/SIP/70 yang menyatakan bahwa

    soal perbuatan melanggar hukum oleh penguasa harus diukur dengan undang

    undang dan peraturan peraturan formal yang berlaku dan kepatutan dalam

    masyarakat. Dengan demikian, asas mengenai kepatutan dapat dipergunakan

    untuk menilai tindakan pemerintah sebagai tindakan yang dapat dipersalahkan.

  • 5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan

    11/17

    MODUL 9

    PERADILAN TATA USAHA NEGARA

    Kegiatan Belajar 1

    Peradilan Tata Usaha Negara

    Istilah Hukum TUN secara resmi ditemukan dalam UU No. 14 Tahun 1970 dan

    Tap MPR No. II/1983 serta UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

    Negara. Istilah TUN sesuai UU No. 5 Tahun 1986 adalah administrasi negara yang

    menyelenggarakan urusan pemerintah, baik di pusat maupun di daerah. Pada Pasal

    144 dari UU o. 5 Tahun 1986 dapat disebut UU Peradilan Administrasi Negara.

    Terdapat dua pengertian TUN, yakni :A. Arti Luas : PTUN adalah peradilan yang menyangkut pejabat dan instansi TUN,

    baik yang bersifat perkara pidana, perdata, adat, maupun administrasi negara

    murni.

    B. Arti Sempit : PTUN adalah peradilan yang menyangkut perkara-perkaraadministrasi negara murni.

    Dalam ketentuan Umum Bagian Pertama pada UU No 5 Tahun 1986 terdiri dari 8

    pengertianpengertian ,yaitu.

    1. TUN adalah Administrasi Negara yang melaksanakan fungsi untukmenyelenggarakan urusan pemerintah yang baik di pusat maupun daerah.

    2. Badan dan Pejabat TUN adalah badan atau Pejabat yang melaksanakan urusanPemerintahan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.

    3. Keputusan TUN adalah suatu penetapan tertulis dikeluarkan oleh Badan danPejabat TUN yang berisi tindakan hukum TUN yang berdasarkan peraturan

    perundangan yang berlaku.

    4. Sengketa TUN adalah sengketa yang timbul dalam bidang TUN antara atau orangbadan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat TUN, baik di pusat maupun di

    daerah sebagai akibat dikeluarkannya keputusan TUN.

    5. Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan- tuntutan terhadap pengadilanuntuk mendapatkan keputusan.

    6. Tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha yang mengeluarkan keputusanberdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya .

    7. Pengadilan adalah pengadian TUN dan atau pengadilan tinggi TUN di lingkunganperadilan TUN

  • 5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan

    12/17

    8. Hakim atau hakim pada pengadilan TUN dan atau hakim pada pengadilan tinggiTUN.

    Asas Hukum Acara PTUN

    1. Asas praduga rechtmatiq: Menurut asas ini setiap tindakan pemerintahan selalu

    dianggap rechtmatiqsampai ada pembatalan ( lihat pasal 67 ayat (1) UU PTUN2. Asas gugatan: Pada dasarnya tidak dapat menunda pelaksanaan keputusan TUN

    (TUN ) yang dipersengketakan ,kecuali ada kepentingan yang mendesak dari

    penggugat . ( pasal 67 ayat (1) dan ayat( 4) huruf a)

    3. Asas pihak harus didengar : Para pihak mempunyai kedudukan yang sama dan

    harus diperlakukan dan diperhatikan secara adil.

    4. Asas kesatuan beracara dalam perkara sejenis, baik dalam pemeriksaan di

    pengadilan , maupun kasasi dengan Mahkamah Agung sebagai puncak .

    5. Asas penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka dan bebas dari segala

    macam campur tangan kekuasaan yang lain, baik secara langsung maupun tidak

    langsung bermaksud tidak untuk mempengaruhi keobjektifan putusan pengadilan (

    pasal 24 UUD 1945 jo pasal 4UU No 14 tahun 1970

    6. Asas peradilan dilakukan dengan sederhana cepat dan biaya ringan.( Pasal 4 UU

    No 14 Tahun 1970

    7. asas hakim aktif

    8. Asas sidang terbuka untuk umum

    9. Asas peradilan berjenjang

    10. Asas objektivitas

    Kompetensi dari suatu pengadilan untuk memeriksa, mengadili dan memutus

    suatu perkara berkaitan dengan jenis dan tingkatan pengadilan yang ada berdasarkan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pembentukan PTUN dan pengadilan

    Tinggi TUN (PTTUN) dilakukan secara bertahap karena memerlukan perencanaan

    dan persiapan yang baik yakni yang menyangkut masalah teknis maupun nonteknik ,

    PTUN dibentuk pertama kali berdasarkan keppres No 52 Tahun 1990 adapun untuk

    PTTUN berdasarkan keppres No 10 Tahun 1990.

  • 5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan

    13/17

    Kegiatan Belajar 2

    Urgensi Adanya Peradilan Tata Usaha Negara

    Mengikuti alur pikiran kontrol sosial dan teori kedaulatan rakyat untuk mencegah

    agar penguasa tidak bertindak sewenang wenang , rakyat tetap mempertahankan

    kedaulatan sebagai supreme power yang mampu mengatasi kekuasaan yang dimiliki

    pemerintah.

    Hukum acara menurut Sjachran Basaah merupakan hukum formal, demikian

    pula dengan materialnya. Pada umumnya cara pengaturan hukum formal dapat

    digolongkan menjadi :

    1) Ketentuan prosedur berperkara diatur bersama-sama dengan hukum materialnya

    atau dengan susunan, kompetensi dari badan yang melakukan peradilan dalambentuk undang-undang atau peradilan lainnya. UU NO. 5 Tahun 1986

    mengikuti penggolongan ini.

    2) Ketentuan prosedur berperkara diatur sendiri masing-masing dalam bentuk

    undang-undang atau peraturan lainnya.

    Secara teoritis menunjukkan dengan adanya PTUN maka masyarakat akan dapat

    menggugat setiap pejabat pemerintah yang dianggapnya telah merugikan masyarakat

    dengan menyalahgunakan kekuasaan yang dimilikinya .Gugatan ini jelas merupakan

    suatu bentuk kontrol sosial yang menjadi pernyataan , seberapa jauh kontrol sosial

    semacam ini efektif dalam mengatasi kekuasaan yang dijadikan dalam masyarakat .

    Untuk itu ada tiga (3 ) faktor yang perlu diperhatikan

    1. Pendayagunaan kekuasaan legislatif sebagai alat kontrol yang paling efektif terhadapperilaku eksekutif.

    2. Faktor yang berkaitan secara langsung dengan kehadiran PTUN dalam sistem politikIndonesia , di mana di dalamnya terdapat sejumlah tantangan yang cukup rawan, apa

    bilah ditinjau dari segi politik kepentingan kepentingan politik sudah tentu akan

    mewarnai proses peradilan , bilamana politisi mendapat kesempatan untuk itu

    sementara aparat peradilan tidak terlindungi dari mereka.

    3. Faktor keberadaan mekanisme control sosial dalam sistem politik ,di samping saranakontrol sosial lain seperti media masa ,organisasi organisasi dan kelompok

    kelompok kepentingan.

  • 5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan

    14/17

    Ada dua hal menyangkut persoalan PTUN

    Pertama : PTUN dapat berfungsi sebagai sarana kontrol sosial karena lembaga peradilan

    ini memang mencerminkan gugatan masyarakat terhadap aparat pemerintah.

    Kedua : Penataan-penataan yang diperlukan menuju arah itu, tidak hanya meliputi satu

    bidang melainkan ketiga aspek yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif.

    Menurut Lidle terdapat dua pembelahan/pengkotakan utama, yaitu pembelahan

    vertical dan pembelaha horizontal (Lidle, 1970)

    Pembelahan Vertikal, bertumpu pada tingkat kesenjangan yang ada, baik bersandar

    kepada kesenjangan ekonomi juga kesenjangan sosial, misalnya

    perbedaan tingkat pendidikan (desa-kota) menyangkut aspek-aspek

    politik yang disebabkan oleh tindakan aparatur pemerintah.Pembelahan Horizontal : disebabkan oleh sangat beranekanya ras, agama, suku/etnik

    maupun kelompok-kelompok masyarakat. Jika isu sentimen

    antar pengkotakan ini berkembang, hal ini akan menumbuhkan

    kecemburuan sosial dan ketidak puasan sosial serta anarkhi,

    yang dapat mengancam keberlangsungan proses demokrasi.

    Konsep keadilan atas tindakan administratif aparatur pemerintah yang ada di

    masyarakat, umumnya dikonstruksi oleh oleh nilai-nilai yang berkembang dalam

    masyarakat. Persepsi keadilan berhubungan dengan kultur hukum yang ada di

    masyarakat. Apabila dikaitkan dengan Negara Indonesia maka yang tidak dapat

    dilepaskan adalah tentang pluralisme hukum yang berada pada masyarakat yang

    majemuk.

    Menurut Lev, konsep keadilan secara analisis dapat dibagi menjadi komponen

    prosodural dan komponen subtansial. Komponen itu berhubungan dengan gaya suatu

    sistem, misalnya rule of low, Negara hukum, sedangkan komponen subtansial

    menyangkut hak-hak sosia (Yahya Muhaimin dan Colin Mc. Andrew). Dalam kultur

    hukum Indonesia konsep petrernalistik yang melekat pada aparatur pemerintah tampak

    dari para pemimpin yang memiliki kualitas kebijakan yang memihak satu kepentingan.

  • 5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan

    15/17

    Kegiatan Belajar 3

    Peraturan dan Pelaksanaan Peradilan Tata Usaha Negara

    Peradilan TUN sebagaimana ditegaskan dalam UU No.14 Tahun 1970.

    Dalam pelaksanaannya diberikan kemudahan-kemudahan kepada masyarakat yang

    dirugikan oleh tindakan alat perlengkapan Negara untuk mencari keadilan antara lain :

    1. Bagi masyarakat yang tidak dapat membaca dan menulis Panitera Pengadilan TUNmerumuskan materi gugatannya, dan khusus bagi warga yang tidak mampu diberi

    kesempatan mengajukan gugatan secara cuma-cuma.

    2. Apabila terdapat kepentingan warga masyarakat kedudukannya sebagai penggugat dandiperkirakan kepentingannya cukup mendesak misalnya terkena gusuran tempat

    tinggal, setelah diajukan permohonan oleh penggugat maka Ketua Pengadilan TingkatPertama PTUN mengambil kebijaksanaan dan melakukan pemeriksaan dengan cepat.

    Dasar Hukum Pembentukan Lembaga Peradilan TUN ini, yaitu :

    1. Landasan Dasar Pembentukan PERATURAN ialah pasal 24 UUD 1945 dan UUNo.14 Tahun 1970, dalam Undang-undang Kekuasaan Kehakiman Nomor 14 Tahun

    1970 pasal 10 menentukan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan dengan :

    a. Peradilan Umumb. Peradilan Agamac. Peradilan Militerd. Peradilan Tata Usaha Negara

    2. Berdasrkan ketentuan pasal 145 UU Nomor 5 Tahun 1986 yang berlaku sejak tanggaldiundangkan dalam lembaran Negara, penerapannya, yaitu pada saat tanggal 14

    Januari 1991 berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1991 Lembaran Negara No.8 Tahun

    1991.

    3. Semenjak itu pula telah terbentuk 5 (lima) buah Peradilan Tinggi Tata Usaha Negara,di Jakarta, Surabaya dan Ujung Pandang mulai menjalankan tugasnya, ada 3 (tiga)

    buah Peradilan TUN tersebut, meskipun akomodasinya dan sarana tidak, memadai

    karena anggaran yang masih terbatas telah dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

    4. Dengan telah terbentuknya Lembaga Peradilan TUN ini dengan UU No.5 Tahun 1986dan diterapkan oleh PP No.7 Tahun 1991 makan Negara Indonesia merupakan Negara

    Hukum Modern. Hukum yang belaku yaitu dengan memberikan :

    a. Perlindungan terhadap HAM

  • 5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan

    16/17

    b. Terpenuhinya pembagian kekuasaan dan pemisah kekuasaan dilingkungan TataHukum Kekuasaan Kehakiman

    c. Tindakan penguasa didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang digariskan olehPerundang-undangan yang berlaku

    d. Adanya Peradilan Kekuasaan Kehakiman yang menganut Dual System of Courtsdisamping terdapat peradilan agama, umum, militer telah terdapat satu peradilan

    TUN. Seperti Negara Perancis dan Jerman

    Berdasarkan pasal 8-11 UU No.5 Tahun 1986, maka bahwa kedudukan Peradilan

    TUN terdiri dari :

    1. Peradilan TUN Tingkat Pertama2. Peradilan TUN pada Tingkat Banding3.

    Peradilan Kasasi dan Peninjauan Kembali pada tingkat Mahkaman Agung RI

    4. Peradilan TUN dibentuk dengan Kepres5. Peradilan TUN dibentuk dengan Undang-undang No.5 Tahun19866. Susunan Peradilan TUN ditentukan berdasarkan pasal 11 UU No.5 Tahun 1986 terdiri

    dari :

    a. Pimpinan terdiri dari Ketua dan Wakil Ketua Peradilan Hukum TUNb. Hakim-hakim anggota Peradilan TUNc. Panitera-panitera Peradilan Hukum TUNd. Sekretaris Peradilan Hukum TUNPenetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan-badan atau pejabat TUN adalah

    merupakan Keputusan-keputusan Hukum TUN yang berdasarkan atas unsur :

    Peraturan perundang-undangan yang berlaku;

    1. Bersifat konkret;2. Individual;3. Final;4. Berisi tindakan hukum TUN;5. Sesuai penetapan tertulis;6. Dikeluarkan oleh badan/pejabat TUN

    Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang/badan hukum perdata. Negara yang

    merupakan Keputusan Peradilan TUN, yakni berupa;

    1. Keputusan TUN yang merupakan perbuatan hukum perdata;2. Keputusan yang memerlukan merupakan pengaturan yang bersifat umum;3. Keputusan yang masih memerlukan persetujuan;

  • 5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan

    17/17

    4. Keputusan TUN berdasarkan ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Pidana ataukitab Undang-undang Hukum Acara Pidana atau peraturan-peraturan lain yang bersifat

    hukum pidana;

    5. Keputusan TUN yang dikeluarkan atas dasar pemeriksaan badan peradilanberdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

    6. Keputusan TUN mengenai Tata Usaha ABRI7. Keputusan Panitia Pemilihan, baik di pusat dan di daerah mengenai hasil pemilu.

    Keputusan TUN yang mana Pengadilan TUN tidak berwenang memeriksa dan

    memutus, yaitu yang dikeluarkan :

    1. Dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam atau keadaan luar biasayang membahayakan, berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku

    2.

    Dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan peraturanperundangan yang berlaku

    Pelaksanaan PTUN Di Indonesia

    1. Kewenangan Peradilan TUN2. Ketua, Wakil Ketua, Hakim, dan Panitera Pengadilan3. Penyelesaian Sengketa TUN4. Pembuktian5. Pemeriksaan dengan Acara Cepat6. Putusan Pengadilan7. Banding8. Pemeriksaan Kasasi9. Pemeriksaan Peninjauan Kembali