Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan
description
Transcript of Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan
-
5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan
1/17
MODUL 7
HAK ASASI MANUSIA
Kegiatan Belajar 1
Perkembangan Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia (HAM) bisa didefinisikan berbeda-beda, misalnya dalam
UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, HAM adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakikatnya dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerah yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia . Berdasar definisi ini terdapat empat halyang penting terkait dengan HAM yaitu :
1. HAM bersifat melekat pada manusia2. HAM merupakan anugerah Tuhan3. HAM wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah, dan setiap orang
4. HAM bertujuan melindungi kehormatan dan menjunjung tinggi harkat dan martabatmanusia
Sekitar tahun 1780 SM, Kerajaan Babilonia sudah mengenal Hukum
Hammurabi. Dimana Raja Babilonia keenam, Hammurabi (1792-1750 SM), membuat
kode, dan salinan parsial ada di batu seukuran manusia, prasasti dan berbagai tablet
tanah liat. Pada tahun 1901 Egyptologist Gustave Jquier , seorang anggota ekspedisi
yang dipimpin oleh Jacques de Morgan , menemukan prasasti yang berisi Kode
Hammurabi di tempat yang sekarang Khuzestan, Iran (kuno Susa, Elam). Kode
Hammurabi adalah kode hukum Babilonia. Dalam Hukum Hammurabi memuat
tindakan-tindakan yang dianggap masuk kategori kejahatan beserta bentuk-bentuk
hukumnya, berisi ketentuan-ketentuan yang menyangkut mekanisme penyelesaian
konflik serta petunjuk bagaimana berperilaku bagi masyarakat, dan juga
mencantumkan ketentuan-ketentuan HAM seperti hak-hak kaum perempuan, hak
anak-anak, hak-hak kaum budak dan hak-hak perkawinan.
Kitab perjanjian lama dan perjanjian baru adalah kitab suci bagi para pemeluk
agama kristen dan katolik. Dalam kitab perjanjian lama, diungkapkan bahwa orang-
orang Israel pada zaman kuno juga dianggap sudah mengenal HAM.
Sedangkan dalam kitab perjanjian baru diungkapkan berbagai ajaran Yesus
-
5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan
2/17
kepada muridnya maupun sesama manusia yang dinilai banyak berkaitan dengan
persoalan HAM. Kitab Suci juga mengajarkan bahwa Allah membuat manusia
menurut citra-Nya sendiri. Maksudnya, Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk
yang berdaulat. Karenanya, semua hak manusia adalah hak mengembangkan diri
sebagai citra Allah.
1. ConfuciusConfucius (atau lebih dikenal dengan nama Kong Hu Cu / KongCu) lahir pada
tahun 551 SM479 SM, merupakan seorang guru besar yang tersohor hingga saat ini.
Pada masa hidupnya, Confucius hidup sebagai seorang guru yang mengajarkan
moralitas, filsafat, kebijaksanaan, norma norma dan etika kehidupan, hingga ilmu
ketata-negaraan. Salah satu ajaran penting yang diperkenalkan adalah Jen (kebajikan).
Bahkan namanya diabadikan sebagai nama salah satu agama kepercayaan turuntemurun di china, yaitu agama Kong Hu Cu.
2. Asoka AgungAshoka adalah salah seorang raja yang pernah memerintah kerajaan Maurya
pada masa India Kuno. Pada periode kekuasaannya, HAM sudah dikenal dan
dihormati, hal ini dengan dicanangkannya kebijakan Ahimsa (tanpa
kekerasan/dilarang membunuh) oleh Ashoka. Kebijakan ini identik dengan jaminan
hak untuk hidup. Hak-hak ini tertuang dalam Maklumat Ashoka.
3. Piagam MadinahKehadiran Islam, terutama pada periode 610-661 Masehi membawa
konsekuensi positif bagi perkembangan HAM. Hal ini ditandai dengan
dicanangkannya Piagam Madinah pada tahun 662 Masehi yang berisi ketentuan-
ketentuan penting tentang HAM. Adapun Piagam Madinah itu mempunyai arti
tersendiri bagi semua penduduk Madinah dari masing-masing golongan yang berbeda.
Madinah sendiri adalah sebuah kota kurang lebih berjarak 400 kilometer di sebelah
utara kota Makkah. Penduduk kota Yatsrib terdiri dari beberapa suku Arab dan Yahudi.
Suku Yahudi terdiri Bani Nadzir, Bani Qainuna, dan Bani Quraidzah yang mempunyai
kitab suci sendiri, lebih terpelajar dibandingkan penduduk Yatsrib yang lain.
Sedangkjan suku Arabnya terdiri dari suku Aus, dan Khazraj, di mana kedua suku itu
selalu bertempur dengan sengitnya dan sukar untuk didamaikan.
4. Magna ChartaSistem konstitusional yang kita kenal dewasa ini banyak dipengaruhi oleh
Magna Charta yang ditandatangani di Inggris tahun 1215. Magna Charta
ditandatangani sebagai konsekuensi perundingan antara raja John, Paus, dan para
-
5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan
3/17
bangsawan. Magna Charta dibuat dengan maksud mengembangkan sistem hukum
yang tidak lagi didasarkan pada sistem hukum individual (kepentingan penguasa).
Magna Charta dicetuskan pada 15 Juni 1215 yang prinsip dasarnya memuat pembatasan
kekuasaan raja dan hak asasi manusia lebih penting daripada kedaulatan raja.
Pada awal abad XII Raja Richard yang dikenal adil dan bijaksana telah diganti
oleh Raja John Lackland yang bertindak sewenangwenang terhadap rakyat dan para
bangsawan. Tindakan sewenang-wenang Raja John tersebut mengakibatkan rasa tidak
puas dari para bangsawan yang akhirnya berhasil mengajak Raja John untuk membuat
suatu perjanjian yang disebut Magna Charta atau Piagam Agung.
Meletusnya Perang Dunia II pada 1939 menjadi titik balik bagi HAM. Bebagai
pengalaman Perang Dunia II mencapai titik klimaksnya berupa pembunuhan massal
umat Yahudi oleh NAZI dan membiarkan pemenang perang menghilangkan jalan bagijaminan HAM dan kebebasan. Hal ini memunculkan kesadaran akan pentingnya
menciptakan struktur yang menegakkan perdamaian antar negara di garis akhir.
Rentang sejarah HAM kemudian ditandai dengan terbentuknya Komisi HAM
PBB pada 16 Februari 1946. Komisi ini mengajukan usulan kepada Dewan Umum PBB
tentang pentingnya suatu Deklarasi Universal HAM, Konvensi tentang kebebasan sipil,
status perempuan, kebebasan informasi, perlindungan warga minoritas dan pencegahan
diskriminasi. Sebagai hasilnya, pada 1948, lahirlah Universal Declaration of Human
Rights (UDHR) yang merupakan tonggak paling penting bagi pengakuan dan
perlindungan HAM internasional. UDHR diyakini mampu memberikan definisi paling
sahih mengenai kewajiban menghormati HAM bagi sebuah negara yang ingin
bergabung dengan PBB.
Menyusul disetujuinya UDHR, PBB kemudian mengundangkanInternational
Covenan on Civil and Political Rights (ICCPR) dan International Covenan on
Economic, Social and Cultural Rights (ICESCR) pada 1966, yang kemudian diikuti
dengan dua Protokol Fakultatif pada Hak Sipil dan Politik. UDHR dan dua Kovenan ini
kemudian lazim disebut sebagai International Bill of Rights (Undang-undang HAM
Internasional). Ditinjau dari perspektif hukum, dengan adanya International Bill of
Rights ini, maka HAM memiliki kekuatan hukum mengikat, khususnya bagi negara-
negara penanda tangan.
-
5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan
4/17
Kegiatan Belajar 2
Hak Asasi Dalam Kontitusi
Pandangan para ahli pikir barat mengenai hak Asasi Manusia, yakni:
1. Thomas Hobbes, berpendapat bahwa pada masa keadaan ilmiah (state of nature)yakni keadaan dimana masyarakat dan Negara belum terbentuk, individu sudah
memiliki hak asasi namun demikian dalam menikmati hak-haknya tadi yaitu
kebebasan, individu menikmatinya secara mutlak dan tentu saja berlebih-lebihan.
2. John Locke memiliki pandangan yang berlainan, individu tidak seburuk yangdigambarkan Hobbes, individu bersifat rasional dan dalam menikmati hak
haknya,individu tidaklah semena-mena. Kekacauan dalam hubungan individu yang
digambarkan oleh Locke tidaklah seburuk hubungan antar individu yang
digambarkan oleh Hobbes. Hak hak yang dimiliki individu menurut Lockeadalah hak untuk hidup kebebasan dan memiliki harta benda.
3. Rousseau Hak yang bersifat individual dan alamiah seperti yang dikemukakanLocke yakni kebebasan dan memiliki harta benda memiliki posisi yang lemah dan
sukar dipertahankan. Hanya hak hak yang ditentukan dan dimiliki secara
bersama sama yang kemudian yang disebut dengan hak hak komunal atau
kolektif seperti inilah yang dianggap kuat dan dapat dipertahankan.
4. Karl Marx mempunyai pikiran yang berbeda lagi, individu menurut Marxmerupakan makhluk yang egois dan mementingkan kepentingannya sendiri. Hak
asasi yang dimiliki individu adalah hak yang menyebabkan orang lain hidup dalam
kesengsaraan dan kemiskinan, hak asasi yang dimiliki individu hanya membawa
keuntungan bagi yang kuat saja.
Ada tiga aliran pemikir dari masyarakat internasional mengenai HAM yaitu :
1. Aliran pertama merupakan pemikir dari negaranegara maju atau sering disebut jugasebagai kelompok utara. Dalam pandangan kelompok ini hak asasi manusia dianggap
bersifat universal dalam artian bahwa hak yang dimiliki oleh siapa saja, dimana saja,
kapan saja adalah sama, Perbedaan kebangsaan, latar belakang sejarah, lokasi geografis
maupun sistem politik tidak boleh dipakai sebagai alat untuk menjadikan hak hak
mereka berbeda satu sama lain. Hak asasi muncul bukan karena pemberian dari negara
ataupun sebagai konsekuensi adanya persaudaraan maupun cinta kasih diantara sesama
manusia, untuk memiliki hak hak tadi tidak ada persyaratan lain kecuali terlahir
sebagai manusia.
2. Aliran kedua merupakan pemikir dari negara negara sedang berkembang ataukelompok selatan seperti Asia dan Afrika. Pemikir aliran kedua ini banyak yang
-
5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan
5/17
berbeda bahkan bertentangan dengan aliran pertama, berikut pokok pikiran aliran
kedua mengenai hak asasi manusia terlalu sulit bagi kelompok negara ini untuk
menyepakati bahwa hak asasi manusia itu bersifat universal. Dalam pikiran mereka
perbedaan status sosial-ekonomi, sistem politik dan ideologi, kebudayaan dan latar
belakang sejarah akan memungkinkan terjadinya perbedaan perbedaan hak asasi
dalam diri manusia.
3. Aliran ketiga yang esensinya menengahi perbedaan aliran lainnya, merupakan hasilpemikiran Perserikatan Bangsa-Bangsa, menganggap bahwa hak asasi manusia pada
dasarnya bersifat universal, natural dan individual. Kewajiban untuk mewujudkan hak
asasi manusia menurut aliran ini terutama terletak pada pihak negara walaupun setiap
individu juga kena, sedangkan hak sipil dan politik memiliki kedudukan yang sama dan
sederajat dengan hak ekonomi sosial dan budaya.Hak asasi Manusia bagi bangsa Indonesia bukanlah suatu yang asing, Hak asasi
sudah dikenal oleh penduduk diberbagai tempat di nusantara. Masyarakat Jawa pada jaman
dahulu sudah mengenal hak pepe (hak untuk menyampaikan protes kepada raja), dalam
kitab lontara yang ditulis pada abad XV disebutkan bahwa masyarakat Bugis telah
mengenal apa yang disebut dengan hak atas kebebasan, masyarakat Minangkabau juga
sudah lama mengenal hak asasi.
Pada masa kebangkitan nasional perkumpulan Boedi Oetomo pernah menuntut
penguasa kolonial untuk disahkannya hak untuk berorganisasi dan hak atas kemerdekaan.
Anggota Volksraad juga pernah menuntut pemerintah jajahan untuk mengakui adanya hak
untuk memperoleh pendidikan dan hak berpartisipasi dalam pemerintah. Pembicaraan yang
jauh lebih serius mengenai hak asasi manusia terjadi menjelang kemerdekaan nasional
ketika menyusun UUD 1945 Panitia Penyidik Persiapan Kemerdekaan Indonesia
membicarakan masalah pencantuman hal tersebut di dalamnya yang mempunyai
pertimbangan antara lain bahwa hal ini akan mempermudah warga negara mengetahui hak
hak apa sajalah yang mereka miliki.
Karena adanya perdebatan dan perbedaan pendapat maka akhirnya dicapai kompromi
pasal pasal mengenai hak asasi tidak begitu banyak dan digunakan istilah hak warga
negara dan bukan hak asasi manusia. UUD 1945 mengalami perubahan (amandemen)
yakni setelah mundurnya Soeharto dari jabatan pemerintahan tahun 1998 dan munculnya
era reformasi, amandemen UUD 1945 yang disahkan tanggal 18 Agustus 2000 membawa
konsekuensi pada perubahan menyangkut hak asasi manusia yang tercantum di dalamnya.
-
5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan
6/17
MODUL 8
SANKSI DAN ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM
Kegiatan Belajar 1
Sanksi Dalam Hukum Tata Pemerintahan / Tata Usaha Negara
Dalam kehidupan bernegara dan pemerintahan, hukum menjadi instrumen kebijakan
untuk menuntut kepatuhan terhadap warga negara dan masyarakat. Hukum yang baik
adalah hukum yang dapat membumi dan mampu mencerminkan nilai-nilai masyarakat
dimana hukum tersebut diterapkan. Oleh karena itulah, hukum harus bersifat dinamis dan
tidak statis.
Hukum bergerak sangat dinamis menyusup dalam berbagai aspek kehidupan manusiadan membawa konsekuensi konsekuensi yang sangat beragam dalam masing masing
aspek kehidupan tersebut. Namun selalu ada kesamaan yang dikembangkan dalam hukum
yaitu bahwa apapun itu haruslah mengandung nilai nilai keadilan, kemanfaatan dan
kepastian hukum. Dalam praktek hukum di Indonesia hukum tata pemerintahan / hukum
tata usaha negara memperoleh tempat yang khas semenjak diundangkannya UU No.5
tahun 1986, dengan UU tersebut lebih memberikan kepastian bagaimana melakukan
penyelesaian sengketa yang terjadi antara warga dengan alat alat perlengkapan negara di
bidang administrasi pemerintahan.
Sanksi berperan penting di dalam hukum juga dalam hukum tata pemerintahan /tata
usaha negara, yaitu pada pemberian sanksi dalam hukum administrasi memenuhi hukum
pidana. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan hukum tata pemerintahan /tata usaha negara
bilamana terdapat suatu ikatan hukum antara alat perlengkapan hukum tata usaha negara /
pemerintah dengan warga dimana warga terikat oleh suatu kewajiban untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu. Sanksi yang diberikan pemerintah terhadap warga negara
sering terjadi dan dalam pemberian sanksi ini kadang kadang ada campur tangan
pengadilan (khususnya hukum pidana
Wewenang hakim pidana dalam hal ini adalah menentukan apakah ada pelanggaran
terhadap suatu aturan hukum, dan ada sanksi mama yang akan dijatuhkan, sehingga dapat
dikatakan bahwa hukum pidana menjadi hukum pembantu dalam hukum tata pemerintahan
/ tata usaha negara. Menurut Soehino disamping kemungkinan pemberian sanksi yang
bersifat pidana melalui bantuan hukum pidana, dalam hukum tata pemerintahan /tata usaha
negara terhadap pelanggaran dapat pula diberi ancaman dengan tindakan administrasi yang
-
5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan
7/17
menyerupai hukum yang dilakukan sendiri oleh alat perlengkapan tata usaha
negara/pemerintah tersebut
Adapun sanksisanksi tersebut dapat berupa :
1. Denda Administrasi2. Pencabutan hakhak tertentu3. Perampasan barangbarang tertentu4. Diumumkannya putusan hakim ( biasanya melalui media masa)Sanksi yang bersifat administrasi tentu saja merupakan sanksi yang diutamakan dalam
pelaksanaan hukum Tata usaha negara / tata pemerintahan. Adapun sanksi sanksi
tersebut yang khas dalam hukum administrasi adalah :
1. Paksaan pemerintah ( bestuurdwang)Paksaan pemerintah ( bestuurdwang) dapat dijelaskan sebagai tindakantindakan yangnyata dari penguasa guna mengakhiri suatu keadaan yang dilarang oleh suatu kaidah
hukum administrasi atau bila masih melakukan apa yang seharusnya ditinggalkan oleh
warga karena bertentangan dengan Undangundang.
2. Penarikan kembali keputusan (izin, pembayaran, subsidi)Penarikan kembali keputusan yang menguntungkan tidak perlu didasarkan pada
perundang-undangan dan tidak dapat dilakukan berlaku surut karena akan
bertentangan dengan asas umum.
3. Pengenaan denda administrasiPengenaan denda administrasi sangat dikenal dalam hukum perpajakan. Dalam
UndangUndang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan menyebutkan secara sederhana terhadap sanksi yang demikian sebagai
sanksi administrasi, Sanksi administrasi dalam perpajakan dimuat dalam Surat
ketetapan pajak, Surat tagihan pajak dan Surat ketetapan pajak tambahan.
4. Pengenaan uang paksa oleh pemerintah (dwangsom)Pengenaan uang paksa pada umumnya dilakukan apabila terhadap suatu tindakan yang
dinilai melanggar ketentuan, ternyata secara praktis agak sulit untuk dilakukan
tindakan yang bersifat paksaan pemerintah dan paksaan pemerintah tersebut akan
dirasakan menjadi sanksi yang terlalu berat. Uang paksa ini adalah sebagai pengganti
dari paksaan pemerintah, dan uang tersebut akan hilang untuk tiap kali suatu
pelanggaran diulangi atau untuk tiap hari ia (sesudah waktu yang ditetapkan)masih
berlanjut.
-
5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan
8/17
Kegiatan Belajar 2
Aspek Perlindungan Hukum
Sejalan dengan prinsip negara hukum maka setiap tindakan para penguasa
maupun warga negara haruslah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Hukum
memiliki kedudukan yang penting dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat
karena hukum diciptakan sebagai standar prilaku dan petunjuk prilaku baik bagi
masyarakat maupun para penguasa negara.
Sampai saat ini kita masih dapat menemukan begitu banyak pelanggaran
pelanggaran hukum dilakukan oleh pemerintah atas nama pembangunan dan
kepentingan umum, bahkan terjadi pelanggaran yang cukup berat karena menyangkut
hak asasi manusia demi stabilitas dan mempertahankan kekuasaan. Keadaan yangdemikian tentu menyalahi dari prinsip prinsip negara hukum yang mencakup
keharusan adanya tiga pilar penting yaitu :
1. Pengakuan dan perlindungan atas hakhak asasi manusia.2. Peradilan yang bebas dari pengaruh sesuatu kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak
memihak
3. Legalitas dalam arti hukum dan segala bentuk.Kedudukan hukum yang sama baik warga negara maupun pengasa mengandung
arti lebih jauh bahwa para penguasa negara dalam tindakannya juga terikat oleh
ketentuan hukum. Peraturan perundangan baik privat maupun publik hendaknya
memperhatikan fungsi dan tujuan hukum yaitu :
1. Memberikan proteksi terhadap individu dan masyarakat dalam berbagai aspekkepentingan.
2. Sebagai peraturan normatif bagi penyelesaian konflik.Bung hatta juga menyatakan bahwa yang ingin dibangun dari negara yang
bernama Indonesia ini adalah negara kesejahteraan bukan negara kekuasaan. Hukum
dengan kekuasaan haruslah seiring dimana hukum harus ada untuk mengendalikan
kekuasaan, bukan sebagai alat kekuasaan. Untuk melaksanakan hukum memang
diperlukan otoritas yang mempunyai kekuasaan memaksa yaitu negara dengan alat
alat perlengkapannya.
Hukum dengan kekuasaan haruslah berjalan beriringan, dimana hukum
sebagai pengendali kekuasaan, bukan kekuasaan yang mengendalikan hukum. Mochtar
Kusumaatmaja menyebutkan bahwa ada enam faktor yang melatarbelakangi ketidak-
puasan masyarakat terhadap proses peradilan, yakni :
-
5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan
9/17
1) Lambatnya penyelesaian perkara
2) Hakim yang kurang berusaha menyelesaikan perkara dengan sungguh-sungguh
3) Kasus penyuapan terhadap hakim
4) Perkara yang diperiksa diluar pengetahuan hakim
5) Pengacara yang tidak profesional
6) Pencari keadilan yang masih memiliki persepsi bahwa pengadilan bukan
untuk mencari keadilan, tapi sarana memenangkan perkara.
Setiap negara hukum tentu menghendaki adanya peradilan yang berkualitas baik,
untuk mewujudkan hal tersebut salah satu hal pokok yang harus dipenuhi adalah
adanya kedudukan hakim yang tidak tergantung pada suatu badan dengar lain manapun
yang bisa mengarahkan hakim untuk memutuskan perkara sesuai keinginan badan
tersebut .Kedudukan hakim yang bebas diartikan sebagai hakim yang mampumemutuskan sendiri atas dasar kewenangan dan hanya terikat oleh hukum.
UUD 1945 tidak mengatur dan menjelaskan secara terperinci mengenai
kemerdekaan kekuasaan kehakiman hanya memuat dalam dua pasal yaitu pasal 24 dan
25.Untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan pasal 24 dan 25 UUD 1945 tersebut
maka dikeluarkan UU No. 14 tahun 1970 tentang ketentuan pokok kekuasaan
kehakiman yang dijelaskan bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan peradilan
berdasarkan Pancasila dan demi terselenggarakannya Negara hukum RI.
Untuk melaksanakan peradilan lebih jauh UU No. 14 tahun 1970 mengatur
tentang badan badan hukum untuk melaksanakan peradilan yang menurut pasal 10
ayat 1 kekuasaan kehakiman dilakukan oleh empat lingkungan peradilan yaitu :
1. Peradilan umum2. Peradilan agama3. Peradilan militer4. Peradilan Tata Usaha Negara.
Keempat peradilan ini mempunyai lingkungan wewenang mengadili tertentu dan
meliputi badan peradilan tingkat pertama dan banding. Peradilan umum merupakan
peradilan bagi rakyat pada umumnya yang menangani baik perkara perdata maupun
pidana, sedangkan peradilan agama, militer dan tata usaha negara merupakan
peradilan khusus karena menyelidiki perkara perkara tertentu dan menyelidiki
golongan rakyat tertentu.
Dalam praktiknya, terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan
ketidakmandirian lembaga peradilan, yakni :
-
5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan
10/17
a) Faktor struktur organisasi yang masih berada di bawah organisasi lain
b) Faktor Hakim
c) Faktor Peraturan Hukum
d) Faktor Administrasi Peradilan
e) Faktor Kekuasaan
f) Faktor Politik
g) Faktor Kesadaran Hukum Masyarakat
Dalam negara hukum baik penguasa maupun warga negara terikat oleh hukum,
keduanya terikat oleh normanorma hukum dalam melakukan tindakantindakannya,
masalahnya tidak mudah menentukan suatu perbuatan pemerintah adalah melanggar
hukum karena untuk menjaga kewibawaan negara maka untuk membawa penguasa
kehadapan pengadilan tidaklah sama dengan ketika kita menghadapkan warga negarabiasa. Karena jabatannya penguasa negara memang mempunyai kedudukan yang
istimewa dalam menjalankan tugastugasnya.
Oleh karena itu dalam melakukan tindakannya dibatasi berbagai peraturan agar
tidak terjerumus pada perbuatan yang melanggar hukum dan menimbulkan kerugian
bagi masyarakat. Perbuatan melanggar hukum oleh penguasa pada mulanya hanya
dinilai dari perbuatannya tersebut apakah melanggar peraturan perundangundangan.
Dalam praktik hukum tata usaha negara di Belanda, pengertian perbuatan
melanggar hukum oleh penguasa mencakup :
1) Perbuatan melawan hukum undang-undang dengan mempedulikan peraturan
yang dilanggar
2) Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban penguasa itu sendiri
3) Perbuatan yang bertentangan dengan sikap hati-hati atau kecermatan yang
seharusnya dilaksanakan oleh penguasa
4) Perbuatan yang bertentangan dengan kepatutan atau kelayakan dalam
hidup bermasyarakat
Di Indonesia hukum administrasi/tata pemerintahan mengikuti pengertian yang
luas dalam menilai perbuatan melanggar hukum oleh penguasa sesuai dengan
yurisprudensi putusan Mahkamah Agung No.838/K/SIP/70 yang menyatakan bahwa
soal perbuatan melanggar hukum oleh penguasa harus diukur dengan undang
undang dan peraturan peraturan formal yang berlaku dan kepatutan dalam
masyarakat. Dengan demikian, asas mengenai kepatutan dapat dipergunakan
untuk menilai tindakan pemerintah sebagai tindakan yang dapat dipersalahkan.
-
5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan
11/17
MODUL 9
PERADILAN TATA USAHA NEGARA
Kegiatan Belajar 1
Peradilan Tata Usaha Negara
Istilah Hukum TUN secara resmi ditemukan dalam UU No. 14 Tahun 1970 dan
Tap MPR No. II/1983 serta UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara. Istilah TUN sesuai UU No. 5 Tahun 1986 adalah administrasi negara yang
menyelenggarakan urusan pemerintah, baik di pusat maupun di daerah. Pada Pasal
144 dari UU o. 5 Tahun 1986 dapat disebut UU Peradilan Administrasi Negara.
Terdapat dua pengertian TUN, yakni :A. Arti Luas : PTUN adalah peradilan yang menyangkut pejabat dan instansi TUN,
baik yang bersifat perkara pidana, perdata, adat, maupun administrasi negara
murni.
B. Arti Sempit : PTUN adalah peradilan yang menyangkut perkara-perkaraadministrasi negara murni.
Dalam ketentuan Umum Bagian Pertama pada UU No 5 Tahun 1986 terdiri dari 8
pengertianpengertian ,yaitu.
1. TUN adalah Administrasi Negara yang melaksanakan fungsi untukmenyelenggarakan urusan pemerintah yang baik di pusat maupun daerah.
2. Badan dan Pejabat TUN adalah badan atau Pejabat yang melaksanakan urusanPemerintahan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
3. Keputusan TUN adalah suatu penetapan tertulis dikeluarkan oleh Badan danPejabat TUN yang berisi tindakan hukum TUN yang berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku.
4. Sengketa TUN adalah sengketa yang timbul dalam bidang TUN antara atau orangbadan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat TUN, baik di pusat maupun di
daerah sebagai akibat dikeluarkannya keputusan TUN.
5. Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan- tuntutan terhadap pengadilanuntuk mendapatkan keputusan.
6. Tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha yang mengeluarkan keputusanberdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya .
7. Pengadilan adalah pengadian TUN dan atau pengadilan tinggi TUN di lingkunganperadilan TUN
-
5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan
12/17
8. Hakim atau hakim pada pengadilan TUN dan atau hakim pada pengadilan tinggiTUN.
Asas Hukum Acara PTUN
1. Asas praduga rechtmatiq: Menurut asas ini setiap tindakan pemerintahan selalu
dianggap rechtmatiqsampai ada pembatalan ( lihat pasal 67 ayat (1) UU PTUN2. Asas gugatan: Pada dasarnya tidak dapat menunda pelaksanaan keputusan TUN
(TUN ) yang dipersengketakan ,kecuali ada kepentingan yang mendesak dari
penggugat . ( pasal 67 ayat (1) dan ayat( 4) huruf a)
3. Asas pihak harus didengar : Para pihak mempunyai kedudukan yang sama dan
harus diperlakukan dan diperhatikan secara adil.
4. Asas kesatuan beracara dalam perkara sejenis, baik dalam pemeriksaan di
pengadilan , maupun kasasi dengan Mahkamah Agung sebagai puncak .
5. Asas penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka dan bebas dari segala
macam campur tangan kekuasaan yang lain, baik secara langsung maupun tidak
langsung bermaksud tidak untuk mempengaruhi keobjektifan putusan pengadilan (
pasal 24 UUD 1945 jo pasal 4UU No 14 tahun 1970
6. Asas peradilan dilakukan dengan sederhana cepat dan biaya ringan.( Pasal 4 UU
No 14 Tahun 1970
7. asas hakim aktif
8. Asas sidang terbuka untuk umum
9. Asas peradilan berjenjang
10. Asas objektivitas
Kompetensi dari suatu pengadilan untuk memeriksa, mengadili dan memutus
suatu perkara berkaitan dengan jenis dan tingkatan pengadilan yang ada berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pembentukan PTUN dan pengadilan
Tinggi TUN (PTTUN) dilakukan secara bertahap karena memerlukan perencanaan
dan persiapan yang baik yakni yang menyangkut masalah teknis maupun nonteknik ,
PTUN dibentuk pertama kali berdasarkan keppres No 52 Tahun 1990 adapun untuk
PTTUN berdasarkan keppres No 10 Tahun 1990.
-
5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan
13/17
Kegiatan Belajar 2
Urgensi Adanya Peradilan Tata Usaha Negara
Mengikuti alur pikiran kontrol sosial dan teori kedaulatan rakyat untuk mencegah
agar penguasa tidak bertindak sewenang wenang , rakyat tetap mempertahankan
kedaulatan sebagai supreme power yang mampu mengatasi kekuasaan yang dimiliki
pemerintah.
Hukum acara menurut Sjachran Basaah merupakan hukum formal, demikian
pula dengan materialnya. Pada umumnya cara pengaturan hukum formal dapat
digolongkan menjadi :
1) Ketentuan prosedur berperkara diatur bersama-sama dengan hukum materialnya
atau dengan susunan, kompetensi dari badan yang melakukan peradilan dalambentuk undang-undang atau peradilan lainnya. UU NO. 5 Tahun 1986
mengikuti penggolongan ini.
2) Ketentuan prosedur berperkara diatur sendiri masing-masing dalam bentuk
undang-undang atau peraturan lainnya.
Secara teoritis menunjukkan dengan adanya PTUN maka masyarakat akan dapat
menggugat setiap pejabat pemerintah yang dianggapnya telah merugikan masyarakat
dengan menyalahgunakan kekuasaan yang dimilikinya .Gugatan ini jelas merupakan
suatu bentuk kontrol sosial yang menjadi pernyataan , seberapa jauh kontrol sosial
semacam ini efektif dalam mengatasi kekuasaan yang dijadikan dalam masyarakat .
Untuk itu ada tiga (3 ) faktor yang perlu diperhatikan
1. Pendayagunaan kekuasaan legislatif sebagai alat kontrol yang paling efektif terhadapperilaku eksekutif.
2. Faktor yang berkaitan secara langsung dengan kehadiran PTUN dalam sistem politikIndonesia , di mana di dalamnya terdapat sejumlah tantangan yang cukup rawan, apa
bilah ditinjau dari segi politik kepentingan kepentingan politik sudah tentu akan
mewarnai proses peradilan , bilamana politisi mendapat kesempatan untuk itu
sementara aparat peradilan tidak terlindungi dari mereka.
3. Faktor keberadaan mekanisme control sosial dalam sistem politik ,di samping saranakontrol sosial lain seperti media masa ,organisasi organisasi dan kelompok
kelompok kepentingan.
-
5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan
14/17
Ada dua hal menyangkut persoalan PTUN
Pertama : PTUN dapat berfungsi sebagai sarana kontrol sosial karena lembaga peradilan
ini memang mencerminkan gugatan masyarakat terhadap aparat pemerintah.
Kedua : Penataan-penataan yang diperlukan menuju arah itu, tidak hanya meliputi satu
bidang melainkan ketiga aspek yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Menurut Lidle terdapat dua pembelahan/pengkotakan utama, yaitu pembelahan
vertical dan pembelaha horizontal (Lidle, 1970)
Pembelahan Vertikal, bertumpu pada tingkat kesenjangan yang ada, baik bersandar
kepada kesenjangan ekonomi juga kesenjangan sosial, misalnya
perbedaan tingkat pendidikan (desa-kota) menyangkut aspek-aspek
politik yang disebabkan oleh tindakan aparatur pemerintah.Pembelahan Horizontal : disebabkan oleh sangat beranekanya ras, agama, suku/etnik
maupun kelompok-kelompok masyarakat. Jika isu sentimen
antar pengkotakan ini berkembang, hal ini akan menumbuhkan
kecemburuan sosial dan ketidak puasan sosial serta anarkhi,
yang dapat mengancam keberlangsungan proses demokrasi.
Konsep keadilan atas tindakan administratif aparatur pemerintah yang ada di
masyarakat, umumnya dikonstruksi oleh oleh nilai-nilai yang berkembang dalam
masyarakat. Persepsi keadilan berhubungan dengan kultur hukum yang ada di
masyarakat. Apabila dikaitkan dengan Negara Indonesia maka yang tidak dapat
dilepaskan adalah tentang pluralisme hukum yang berada pada masyarakat yang
majemuk.
Menurut Lev, konsep keadilan secara analisis dapat dibagi menjadi komponen
prosodural dan komponen subtansial. Komponen itu berhubungan dengan gaya suatu
sistem, misalnya rule of low, Negara hukum, sedangkan komponen subtansial
menyangkut hak-hak sosia (Yahya Muhaimin dan Colin Mc. Andrew). Dalam kultur
hukum Indonesia konsep petrernalistik yang melekat pada aparatur pemerintah tampak
dari para pemimpin yang memiliki kualitas kebijakan yang memihak satu kepentingan.
-
5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan
15/17
Kegiatan Belajar 3
Peraturan dan Pelaksanaan Peradilan Tata Usaha Negara
Peradilan TUN sebagaimana ditegaskan dalam UU No.14 Tahun 1970.
Dalam pelaksanaannya diberikan kemudahan-kemudahan kepada masyarakat yang
dirugikan oleh tindakan alat perlengkapan Negara untuk mencari keadilan antara lain :
1. Bagi masyarakat yang tidak dapat membaca dan menulis Panitera Pengadilan TUNmerumuskan materi gugatannya, dan khusus bagi warga yang tidak mampu diberi
kesempatan mengajukan gugatan secara cuma-cuma.
2. Apabila terdapat kepentingan warga masyarakat kedudukannya sebagai penggugat dandiperkirakan kepentingannya cukup mendesak misalnya terkena gusuran tempat
tinggal, setelah diajukan permohonan oleh penggugat maka Ketua Pengadilan TingkatPertama PTUN mengambil kebijaksanaan dan melakukan pemeriksaan dengan cepat.
Dasar Hukum Pembentukan Lembaga Peradilan TUN ini, yaitu :
1. Landasan Dasar Pembentukan PERATURAN ialah pasal 24 UUD 1945 dan UUNo.14 Tahun 1970, dalam Undang-undang Kekuasaan Kehakiman Nomor 14 Tahun
1970 pasal 10 menentukan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan dengan :
a. Peradilan Umumb. Peradilan Agamac. Peradilan Militerd. Peradilan Tata Usaha Negara
2. Berdasrkan ketentuan pasal 145 UU Nomor 5 Tahun 1986 yang berlaku sejak tanggaldiundangkan dalam lembaran Negara, penerapannya, yaitu pada saat tanggal 14
Januari 1991 berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1991 Lembaran Negara No.8 Tahun
1991.
3. Semenjak itu pula telah terbentuk 5 (lima) buah Peradilan Tinggi Tata Usaha Negara,di Jakarta, Surabaya dan Ujung Pandang mulai menjalankan tugasnya, ada 3 (tiga)
buah Peradilan TUN tersebut, meskipun akomodasinya dan sarana tidak, memadai
karena anggaran yang masih terbatas telah dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
4. Dengan telah terbentuknya Lembaga Peradilan TUN ini dengan UU No.5 Tahun 1986dan diterapkan oleh PP No.7 Tahun 1991 makan Negara Indonesia merupakan Negara
Hukum Modern. Hukum yang belaku yaitu dengan memberikan :
a. Perlindungan terhadap HAM
-
5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan
16/17
b. Terpenuhinya pembagian kekuasaan dan pemisah kekuasaan dilingkungan TataHukum Kekuasaan Kehakiman
c. Tindakan penguasa didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang digariskan olehPerundang-undangan yang berlaku
d. Adanya Peradilan Kekuasaan Kehakiman yang menganut Dual System of Courtsdisamping terdapat peradilan agama, umum, militer telah terdapat satu peradilan
TUN. Seperti Negara Perancis dan Jerman
Berdasarkan pasal 8-11 UU No.5 Tahun 1986, maka bahwa kedudukan Peradilan
TUN terdiri dari :
1. Peradilan TUN Tingkat Pertama2. Peradilan TUN pada Tingkat Banding3.
Peradilan Kasasi dan Peninjauan Kembali pada tingkat Mahkaman Agung RI
4. Peradilan TUN dibentuk dengan Kepres5. Peradilan TUN dibentuk dengan Undang-undang No.5 Tahun19866. Susunan Peradilan TUN ditentukan berdasarkan pasal 11 UU No.5 Tahun 1986 terdiri
dari :
a. Pimpinan terdiri dari Ketua dan Wakil Ketua Peradilan Hukum TUNb. Hakim-hakim anggota Peradilan TUNc. Panitera-panitera Peradilan Hukum TUNd. Sekretaris Peradilan Hukum TUNPenetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan-badan atau pejabat TUN adalah
merupakan Keputusan-keputusan Hukum TUN yang berdasarkan atas unsur :
Peraturan perundang-undangan yang berlaku;
1. Bersifat konkret;2. Individual;3. Final;4. Berisi tindakan hukum TUN;5. Sesuai penetapan tertulis;6. Dikeluarkan oleh badan/pejabat TUN
Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang/badan hukum perdata. Negara yang
merupakan Keputusan Peradilan TUN, yakni berupa;
1. Keputusan TUN yang merupakan perbuatan hukum perdata;2. Keputusan yang memerlukan merupakan pengaturan yang bersifat umum;3. Keputusan yang masih memerlukan persetujuan;
-
5/26/2018 Modul 7-9 Hukum Tata Pemerintahan
17/17
4. Keputusan TUN berdasarkan ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Pidana ataukitab Undang-undang Hukum Acara Pidana atau peraturan-peraturan lain yang bersifat
hukum pidana;
5. Keputusan TUN yang dikeluarkan atas dasar pemeriksaan badan peradilanberdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
6. Keputusan TUN mengenai Tata Usaha ABRI7. Keputusan Panitia Pemilihan, baik di pusat dan di daerah mengenai hasil pemilu.
Keputusan TUN yang mana Pengadilan TUN tidak berwenang memeriksa dan
memutus, yaitu yang dikeluarkan :
1. Dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam atau keadaan luar biasayang membahayakan, berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku
2.
Dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan peraturanperundangan yang berlaku
Pelaksanaan PTUN Di Indonesia
1. Kewenangan Peradilan TUN2. Ketua, Wakil Ketua, Hakim, dan Panitera Pengadilan3. Penyelesaian Sengketa TUN4. Pembuktian5. Pemeriksaan dengan Acara Cepat6. Putusan Pengadilan7. Banding8. Pemeriksaan Kasasi9. Pemeriksaan Peninjauan Kembali