Modul 6
-
Upload
thompson-nainggolan -
Category
Documents
-
view
45 -
download
0
description
Transcript of Modul 6
MODUL 6
PENGANTAR PRINSIP KERJA OBAT:
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS
Menjelaskan prinsip kerja obat dengan benar
MATERI
Pendahuluan
Farmakologi adalah ilmu mengenai zat-zat kimia (obat) yang berinteraksi dengan tubuh
sedangkan obat adalah senyawa kimia unik yang dapat berinteraksi secara selektif dengan
tubuh.
Interaksi-interaksi antara obat dengan tubuh ini terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Farmakokinetik yaitu bagaimana tubuh mempengaruhi obat
2. Farmakodinamik yaitu bagaimana efek obat terhadap tubuh
B. Farmakokinetik
Untuk dapat menghasilkan efek, obat melewati berbagai proses farmakokinetik yang
menentukan dalam tubuh, yaitu:
1. Absorpsi
2. Distribusi
3. Metabolisme
4. Eliminasi
C. Farmakodinamik
Obat juga harus dapat mencapai target kerjanya untuk menghasilkan efek farmakologi yang
diharapkan.
1. Kerja Obat Nonspesifik
Sebagian kecil obat bekerja menggunakan sifat fisikokimianya. Obat yang demikian
memiliki kerja yang nonspesifik.
Contoh: karbon aktif (adsorben), magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida
(menetralkan kelebihan asam lambung).
2. Kerja Obat Spesifik
Sebagian besar obat untuk menghasilkan efek bekerja secara spesifik.
Obat dapat bekerja dengan beberapa cara yaitu:
a. memicu suatu sistem
b. menekan suatu sistem
c. berinteraksi secara tidak langsung dengan suatu sistem dengan memodulasi efek dari
obat lain
Gambar 6.1. Prinsip kerja obat (Neal, M.J., 2005).
Obat yang bekerja spesifik dapat bekerja sebagai (seperti ditunjukkan pada Gambar 1):
a. Obat bekerja sebagai inhibitor (penghambat) sistem transpor pada kanal ion atau
pada proses transpor aktif:
Contoh:
- inhibitor kanal Ca2+
(antiepilepsi: etosuksimid)
- inhibitor kanal Na+
(anestetik lokal: kokain, lidokain, prokain)
- inhibitor Na+/K
+-ATPase (glikosida jantung: digoksin)
- inhibitor H+/K
+ -ATPase (penghambat pompa proton: omeprazol, lasoprazol)
- inhibitor transpor Na+ dan/atau Cl- pada ginjal (diuretik: amilorid, triamteren)
b. Obat bekerja sebagai inhibitor enzim:
Contoh:
- antikolinesterase (untuk memperkuat kerja asetilkolin)
- inhibitor karbonat anhidrase (suatu diuretik, meningkatkan aliran urin)
- monoamin oksidase inhibitor (MAOI, suatu antidepresan)
- inhibitor siklooksigenase (analgesik)
c. Obat memblok inaktivasi transmiter (neurotransmiter):
- Bloker ambilan (uptake): antidepresan trisiklik
- Inhibitor enzim: antikolinesterase
d. Obat yang mengaktivasi (agonis) atau memblok (antagonis) reseptor (suatu molekul
protein spesifik, yang biasanya terletak di membran sel)
e. Obat menghambat proses ambilan prekursor untuk transmiter atau hormon, dan
menghambat sintesis, penyimpanan, serta pelepasan transmiter atau hormon
f. Obat meningkatkan pelepasan transmiter atau hormon
3. Target Kerja Obat
Ada beberapa target kerja obat seperti ditunjukkan pada Gambar 2, yaitu:
a. kanal ion
b. protein pembawa (carrier atau transporter)
c. enzim
d. reseptor
Gambar 6.2. Diagram skematik suatu sel dengan perkiraan lokasi
beberapa target untuk kerja obat (Ikawati, 2006).
Sebagian besar obat bekerja pada membran sel (reseptor membran, kanal ion, dan
pembawa).
Target kerja yang lain berada di dalam sel (enzim dan reseptor intraseluler).
Reseptor merupakan target kerja obat yang utama dan paling banyak. Reseptor adalah
makromolekul seluler yang secara spesifik dan langsung berikatan dengan ligan (obat,
hormon, neurotransmiter) untuk memicu proses biokimia di antara dan di dalam sel yang
akhirnya menimbulkan efek.
Senyawa/ligan dapat bekerja sebagai:
a. agonis yaitu ligan yang dapat berikatan (memiliki afinitas) dengan reseptor dan
menghasilkan efek/respons (memiliki efikasi)
b. antagonis yaitu ligan yang dapat berikatan (memiliki afinitas) dengan reseptor tanpa
menghasilkan efek (tidak memiliki efikasi)
Aktivasi reseptor oleh suatu agonis atau ligan akan diikuti oleh respons biokimia atau
fisiologi yang sering (namun tidak selalu) melibatkan molekul-molekul “pembawa
pesan“ (second messengers). Ikatan antara ligan/obat dengan reseptornya tergantung
pada kesesuaian antara dua molekul tersebut. Semakin sesuai dan semakin besar
afinitasnya maka semakin kuat interaksi yang terbentuk.
Spesifisitas adalah kemampuan suatu ligan untuk berikatan dengan satu jenis reseptor
tertentu. Tidak ada obat yang benar-benar spesifik tetapi banyak obat yang bekerja relatif
spesifik (selektif) pada satu jenis reseptor. Ligan dinyatakan kurang spesifik jika dapat
berikatan dengan beberapa tipe reseptor.
Spesifisitas dapat bersifat:
a. kimiawi: perubahan struktur kimia atau stereoisomerisasi dapat menyebabkan
perbedaan kekuatan ikatan ligan-reseptor yang pada gilirannya mempengaruhi efek
farmakologinya.
b. biologi: efek yang dihasilkan oleh interaksi ligan dan reseptor yang sama dapat
berbeda kekuatannya jika terdapat pada jaringan yang berbeda.
Fungsi reseptor adalah untuk mengenal dan mengikat suatu ligan/obat dengan spesifisitas
yang tinggi dan meneruskan sinyal tersebut ke dalam sel melalui beberapa cara:
a. perubahan permeabilitas membran
b. pembentukan second messenger
c. mempengaruhi transkripsi gen
Tabel 6.1. Lokasi, Efektor, Coupling dan Contoh Reseptor
4. Neurotransmiter
Neurotransmiter (zat transmiter) adalah zat-zat kimia yang dilepaskan dari ujung saraf
kemudian berdifusi sepanjang celah sinaps dan terikat pada reseptor. Ikatan ini
mengaktivasi reseptor dengan mengubah konformasinya dan memicu serangkaian
peristiwa pascasinaps yang menghasilkan misalnya kontraksi otot atau sekresi kelenjar.
Neurotransmiter penting untuk diketahui karena semua obat yang bekerja pada otak
(saraf) menghasilkan efeknya dengan memodifikasi transmisi sinaps.
Neurotransmiter terdiri dari senyawa berikut:
a. asam amino, contoh: glutamat, aspartat, GABA, glisin;
Reseptor
Kanal ion
Reseptor
Tergandeng
Protein G
Reseptor
Tirosin Kinase
Reseptor
Intraseluler
Lokasi Membran Membran Membran Intraseluler, nukleus
Efektor Kanal Enzim atau kanal enzim Transkripsi gen
Coupling Langsung Protein G Langsung atau
tidak langsung
Melalui DNA
Contoh Reseptor
asetilkolin
nikotinik,
Reseptor
asetilkolin
muskarinik
Reseptor growth
factor
Reseptor steroid
Reseptor GABAA Adrenoreseptor Reseptor sitokin Reseptor estrogen
Reseptor glutamat Reseptor dopamin Reseptor insulin Reseptor PPARg
Reseptor serotonin
(5HT3)
Reseptor serotonin
selain 5HT3
Reseptor GABAB
b. monoamin, contoh: dopamin, noradrenalin, adrenalin (epinefrin), serotonin (5HT),
asetilkolin (efek muskarinik), asetilkolin (efek nikotinik):
Neurotransmiter memiliki sifat berikut:
a. eksitatori (merangsang), contoh: glutamat
b. inhibitori (menghambat), contoh: GABA, glisin
Gambar 6.3. Zat-zat transmiter sentral.
5. Hormon
Hormon adalah zat-zat kimia yang dilepaskan ke dalam peredaran darah. Hormon
menghasilkan efek fisiologis pada jaringan yang memiliki reseptor hormon tersebut.
Obat dapat berinteraksi dengan sistem endokrin dengan cara:
a. menghambat pelepasan hormon, misalnya obat antitiroid
b. meningkatkan pelepasan hormon, misalnya obat antidiabetik oral
Obat lain berinteraksi dengan reseptor hormon dengan cara memblok reseptor, misalnya
antagonis estrogen.
Hormon lokal (autakoid) seperti histamin, serotonin, kinin, dan prostaglandin dilepaskan
pada proses patologis. Kadang-kadang efek histamin dapat diblok dengan antihistamin
sedangkan sintesis prostaglandin dapat diblok dengan obat-obat antiinflamasi misalnya
aspirin.
DAFTAR PUSTAKA
Benjamin, C., 2003, InterActive Physiology: 8 System Suite/IP Web, Pearson Education,
Inc., Boston.
Gilman, A.G., Rall, T.W., Nies, A.S., Taylor, P., 2006, The pharmacological Basis of
Therapeutics, 11th
ed., McGraw-Hill Companies, Inc., New York.
Ikawati, Z., 2006, Pengantar Farmakologi Molekuler, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Katzung, B.G., 2004, Basic & Clinical Pharmacology, ninth edition, McGraw-Hill
Companies, Inc., Boston.
Mutschler, E., 1999, Dinamika Obat: Farmakologi dan Toksikologi, Edisi kelima, Penerbit
ITB, Bandung.
Neal, M.J., 2005, At a Glance Farmakologi Medis, Edisi kelima, Surapsari, J. (Penerjemah),
Penerbit Erlangga, Jakarta.