Modul 6 · 2012. 4. 2. · Turunan pertama (first order conditions) 4. Turunan kedua (second order...
Transcript of Modul 6 · 2012. 4. 2. · Turunan pertama (first order conditions) 4. Turunan kedua (second order...
Modul 6
Ekonomi Produksi Pertanian
Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
Ekonomi Produksi Pertanian: Pendekatan Neoklasik
Transliterasi, Interpretasi dan Penulisan Kembali dari Agricultural Production Economics dengan Penyesuaian dan Pengayaan Materi DAVID L.DEBERTIN – TATIEK KOERNIAWATI
VI-2
VI. MAKSIMALISASI PADA KASUS DUA INPUT
Deskripsi Materi Pembelajaran:
Bab ini menjelaskan konsep dasar maksimalisasi dan minimalisasi fungsi dengan dua atau
lebih input untuk menghasilkan satu output secara matematis. Syarat keharusan (necessary
condition) dan syarat kecukupan (sufficient condition) untuk maksimalisasi atau
minimalisasi fungsi produksi diturunkan secara rinci. Selain itu juga akan dijelaskan
mengapa pada kondisi tertentu fungsi produksi dapat dimaksimalkan atau sebaliknya,
diminimalkan. Contoh fungsi dan penerapan aturan maksimalisasi dan minimalisasi juga
dipelajari pada kegiatan belajar ini.
Tujuan Pembelajaran:
Kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta ajar setelah mengikuti satu kali tatap muka
di kelas selama 2X50 menit, membaca modul,melakukan kajian pustaka selama 2X60
menit dan mengerjakan tugas terstruktur mandiri selama 2X60 menit, adalah menjelaskan
kembali kata kunci dan definisi serta memahami, menggambarkan grafik dan menghitung
berdasarkan formula matematis, konsep-konsep sebagai berikut:
1. Maksimalisasi
2. Minimalisasi
3. Turunan pertama (first order conditions)
4. Turunan kedua (second order conditions)
5. Teorema Young
6. Syarat keharusan (necessary conditions)
7. Syarat kecukupan (sufficient conditions)
8. Matriks
9. Matriks dari turunan parsial
10. Prinsip minor
11. Maksimum lokal
12. Maksimum global
13. Saddle point
14. Determinan
15. Nilai kritis (critical value)
16. Maksimalisasi dan minimalisasi tak terkendala
17. Maksimalisasi dan minimalisasi terkendala
Ekonomi Produksi Pertanian: Pendekatan Neoklasik
Transliterasi, Interpretasi dan Penulisan Kembali dari Agricultural Production Economics dengan Penyesuaian dan Pengayaan Materi DAVID L.DEBERTIN – TATIEK KOERNIAWATI
VI-3
Materi Pembelajaran
6.1. Konsep Dasar Maksimalisasi
Peta isokuan dapat diilustrasikan seperti kontur peta suatu bukit atau pegunungan. Tinggi
pegunungan pada suatu titik dapat diukur dari jumlah output yang diproduksinya. Sebuah
isokuan menghubungkan semua titik-titik yang memproduksi sejumlah input yang sama,
atau dengan kata lain memiliki elevasi (ketinggian bukit) yang sama.Pada dasarnya,
isokuan terdiri dari sejumlah cincin konsentrik (bayangkan cincin-cincin konsentrik
tersebut sebagai peta kontur sebuah pegunungan yang menghubungkan titik-titik sudut
elevasi atau ketinggian bukit yang sama).
Beberapa isokuan infinit dapat digambarkan, di mana setiap isokuan menunjukkan level
perbedaan output yang sedikit berbeda. Isokuan tidak berpotongan satu sama lain. Hal ini
mengimplikasikan bahwa kombinasi dua input yang sama tidak dapat menghasilkan level
output yang berbeda. Kuantitas output yang diproduksi dari setiap kombinasi dua input
bersifat unik.
Jika isokuan merupakan cincin-cincin konsentrik, maka setiap isokuan yang digambarkan
di dalam isokuan lain menunjukkan level output yang sedikit lebih tinggi dibandingkan
isokuan yang terletak di bagian luar cincin konsentrik tersebut (lihat gambar 5.1.). Jika
isokuan tidak berbentuk cincin, maka level output tertinggi biasanya digambarkan oleh
isokuan yang jaraknya terjauh dari titik pusat (origin). Setiap isokuan mewakili kuantitas
output yang berbeda.
Sedangkan bila peta isokuan digambarkan sebagai sekelompok cincin konsentrik, maka
cincin-cincin ini akan menjadi semakin mengecil ke arah pusat diagram. Semakin tinggi
level output yang dihasilkan, akan semakin kecil cincin isokuan. Hal ini menunjukkan
bahwa pilihan kombinasi dua input untuk menghasilkan output tersebut semakin terbatas.
Cincin-cincin konsentris tersebut pada akhirnya akan menjadi satu titik yang disebut titik
global output maksimum dan merupakan posisi di mana petani hanya akan berproduksi
bila input diperoleh secara gratis atau tidak terdapat kendala utilitasi input lainnya. Titik
tunggal tersebut juga merupakan perpotongan antara dua ridge lines. MRS isokuan dari
satu titik tunggal tidak didefinisikan, namun titik ini merepresentasikan jumlah output
maksimum yang dapat diproduksi dengan mengombinasikan dua input x1 dan x2.
Nilai maksimum dan minimum keduanya memiliki nilai nol. Dengan demikian adalah
tidak mungkin membedakan nilai minimum dan maksimum hanya dari slopenya. Dalam
hal ini aturan matematika memungkinkan dibedakannya nilai minimum dan maksimum
melalui turunan kedua (second order conditions).
6.2. Fungsi Maksimum
Bagaimana kombinasi input x1 dan x2 dari fungsi produksi dua input menghasilkan output
maksimum merupakan persamaan matematika yang terdiri dari dua prosedur sebagai
berikut:
Untuk fungsi produksi .)1.6...().........,( 21 xxfy turunan pertama atau syarat keharusan
untuk maksimalisasi output adalah 01 xy atau f1 =0 ….(6.2.) dan 02 xy atau
Ekonomi Produksi Pertanian: Pendekatan Neoklasik
Transliterasi, Interpretasi dan Penulisan Kembali dari Agricultural Production Economics dengan Penyesuaian dan Pengayaan Materi DAVID L.DEBERTIN – TATIEK KOERNIAWATI
VI-4
f2=0…..(6.3.). Persamaan (6.2.) dan (6.3.) memastikan bahwa tititik tersebut adalah
tingkatan relatif aksis x1 dan x2.
Turunan kedua maksimalisasi output mensyaratkan turunan parsial dari turunan pertama.
Terdapat empat alternatif turunan kedua dari derivasi turunan pertama terhadap x1 dan x2
yaitu:
.)4.6.(....................11
2
1
2
11 fxyxxy
.)5.6.......(..........1221
2
21 fxxyxxy
.)6.6.......(..........2112
2
12 fxxyxxy
.)7.6.(....................22
2
2
2
22 fxyxxy
Teorema Young menyatakan bahwa urutan dari diferensiasi parsial tidak berbeda sehingga
f12=f21.
Maksimalisasi turunan kedua mensyaratkan f11>0 ..............(6.8.) dan f11f22>f12f21....(6.9.)
Karena f12f21 non negatif maka syarat f11f22 positif untuk persamaan (6.9) terpenuhi dan
f11f22 bernilai positif hanya bila f22 negatif. Turunan pertama dan kedua ini merupakan
syarat keharusan dan kecukupan untuk maksimalisasi fungsi produksi dua input.
6.3. Beberapa Contoh Ilustratif
Misal .)10.6(..........1010 2
2
2
121 xxxxy
Turunan pertama atau syarat keharusan tercapainya maksimalisasi adalah:
.)11.6......(..........0210 11 xf
.)12.6...(..............................51 x
.)13.6.....(..........0210 22 xf
.)14.6..(..............................52 x
Nilai kritik dari fungsi adalah titik di mana slope fungsi sama dengan nol. Nilai kritik dari
fungsi tersebut di atas tercapai pada saat x1=5 dan x2=5. Titik ini dapat merupakan posisi
maksimum, minimum atau titik tengah (saddle point).
Selanjutnya prinsip maksimalisasi mensyaratkan kondisi turunan kedua sebagai berikut:
.)15.6......(..........dan 0 2112221111 fffff
Untuk persamaan (6.10.) :
.)16.6........(..............................0211 f
.)17.6....(........................................222 f
.)18.6.......(..............................02112 ff
Dengan demikian .)19.6.(..........0421122211 ffff
Syarat keharusan dan kecukupan untuk memaksimalkan persamaan (6.10.) pada x1=5.
x2=5, terpenuhi. Fungsi ini diilustrasikan pada diagram A gambar 6.1.
Ekonomi Produksi Pertanian: Pendekatan Neoklasik
Transliterasi, Interpretasi dan Penulisan Kembali dari Agricultural Production Economics dengan Penyesuaian dan Pengayaan Materi DAVID L.DEBERTIN – TATIEK KOERNIAWATI
VI-5
Gambar 6.1. A. Alternatif Second Order Condition (Debertin, 1986)
Pada fungsi .)20.6......(..........1010 2
2
2
121 xxxxy
Turunan pertama adalah: .)21.6....(....................0210 11 xf .)22.6........(51 x
.)23.6.........(..........0210 22 xf .)24.6........(..........52 x
Syarat minimum turunan kedua adalah .)25.6........(....................011 f
.)26.6.(..............................21122211 ffff
Untuk persamaan (6.20.) kondisi orde kedua (turunan kedua) adalah:
.)28.6........(....................2
.)27.6..(....................02
22
11
f
f
Sehingga terbukti .)29.6...(....................0421122211 ffff
Syarat keharusan dan kecukupan untuk minimalisasi persamaan (6.20) terpenuhi pada
x1=5, x2=5. Fungsi ini diilustrasikan pada diagram B gambar 6.1.
Gambar 6.1.B. Alternatif Second Order Condition (Debertin, 1986)
Ekonomi Produksi Pertanian: Pendekatan Neoklasik
Transliterasi, Interpretasi dan Penulisan Kembali dari Agricultural Production Economics dengan Penyesuaian dan Pengayaan Materi DAVID L.DEBERTIN – TATIEK KOERNIAWATI
VI-6
Pada fungsi .)30.6......(..........1010 2
2
2
121 xxxxy turunan pertama adalah
.)31.6.....(..........0210 11 xf , .)32.6..(..........51 x
.)34.6.........(..........5.),33.6......(....................0210 222 xxf
Untuk persamaan (6.30.) turunan kedua adalah:
.)36.6(....................2.);35.6.......(..........02 2211 ff
.)37.6..(........................................0421122211 ffff
Syarat keharusan dan syarat kecukupan maksimalisasi dan minimalisasi untuk persamaan
(6.30.) tidak terpenuhi pada x1=5;x2=5. Fungsi ini memiliki titik tengah (saddle point)
yang unik sebagaimana diilustrasikan pada diagram C gambar 6.1. yang menunjukkan nilai
maksimum dengan arah paralel terhadap aksis x1 namum bernilai minimum dengan arah
paralel terhadap aksis x2.
Gambar 6.1.C Alternatif Second Order Condition (Debertin, 1986)
Fungsi .)38.6......(....................1010 2
2
2
121 xxxxy juga memiliki titik tengah
(saddle point) serupa dengan aksis yang berkebalikan di mana nilai minimum paralae
dengan aksis x1 sedangkan nilai maksimum paralel dengan aksis x2. Permukaan fungsi ini
ditunjukkan pada diagram D gambar 6.1.
Ekonomi Produksi Pertanian: Pendekatan Neoklasik
Transliterasi, Interpretasi dan Penulisan Kembali dari Agricultural Production Economics dengan Penyesuaian dan Pengayaan Materi DAVID L.DEBERTIN – TATIEK KOERNIAWATI
VI-7
Gambar 6.1.D Alternatif Second Order Condition (Debertin, 1986)
Selanjutnya untuk fungsi )39.6(....................1022 21
2
2
2
121 xxxxxxy
Turunan pertama fungsi tersebut adalah:
.)41.6.....(....................01022
.)40.6.....(....................01022
122
211
xxf
xxf
Dengan menyelesaikan persamaan untuk nilai x2 diperoleh:
.)42.6.......(..............................1022 12 xx
.)43.6....(........................................15 12 xx
Persamaan (6.43.) dimasukkan ke persamaan (6.40.) untuk mencari 1f pada x1=0,25
(6.44.). Dan x2=5x1-5 x2=0,25
Sehingga turunan kedua fungsi adalah:
.)46.6..(....................02
.)45.6..(....................02
22
11
f
f
.)47.6(....................102112 ff
Jadi .)48.6(....................096100421122211 ffff
Walaupun syarat keharusan untuk maksimum pada x1=x2=0,25 terpenuhi, namun syarat
kecukupan (turunan kedua) tidak terpenuhi. Pada perhitungan di atas, turunan parsial
kedua 1211 ff kurang dari hasil turunan parsial silang yang kedua ( 2112 ff ) sehingga
021121211 ffff .
Pada kasus ini, titik tengah (saddle point) berbentuk seperti burung yang sedang
mengembangkan sayapnya (lihat diagram E gambar 6.1.) di mana nilai minimum berada di
satu sisi dan nilai maksimum pada sisi lain (x1,x2 =0,25). Meski demikian saddle point tak
lagi paralel terhadap aksis namum bergerak di antara kedua aksis. Hal ini merupakan
dampak dari penurunan parsial silang kedua yang hasilnya lebih besar dari penurunan
langsung yang kedua.
Ekonomi Produksi Pertanian: Pendekatan Neoklasik
Transliterasi, Interpretasi dan Penulisan Kembali dari Agricultural Production Economics dengan Penyesuaian dan Pengayaan Materi DAVID L.DEBERTIN – TATIEK KOERNIAWATI
VI-8
Gambar 6.1.E Alternatif Second Order Condition (Debertin, 1986)
Pada contoh sebelumnya dijelaskan bahwa fungsi polinomial berpotensi memiliki nilai
maksima dan minima pada level x1 dan x2 positif dan finit. Jika nilai maksimum tercapai,
resultan peta isokuan akan terdiri dari sejumlah cincin konsentris yang berpusat pada titik
maksimum di mana ridge lines berpotongan pada titik maksimum tersebut.
Contoh:
.)49.6......(..........10 5,0
2
5,0
1 xxy
.)50.6......(..........5 5,0
2
5,0
11 xxf
.)51.6.....(..........5 5,0
2
5,0
12
xxf
Turunan pertama dari persamaan (6.49.) sama dengan nol, bila masing-masing nilai x1 dan
x2 diasumsikan sama dengan nol. Namun tidak terdapat kemungkinan nilai 1f dan 2f
sama dengan nol pada kombinasi x1 dan x2 yang bernilai positif. Oleh karena itu fungsi
tersebut tidak memiliki nilai maksimum.
6.4. Prinsip-Prinsip Aljabar Matriks
Aljabar matriks adalah perangkat matematika yang sangat efektif untuk menetapkan
apakan suatu fungsi memiliki nilai maksimum atau minimum. Sebuah matriks terdiri dari
sejumlah angka yang disebut nilai atau elemen serta diatur dalam baris dan kolom sebagai
berikut:
333231
232221
131211
aaa
aaa
aaa
....................(6.52.)
Matriks (6.52.) adalah matriks bujur sangkar 3X3, sebab memiliki tiga kolom dan tiga
baris. Untuk setiap elemen, notasi subscript menunjukkan posisi elemen berdasarkan
urutan baris dan kolom. Setiap matriks bujur sangkat memiliki determinan. Untuk matriks
1X1 misalnya, determinannya adlaah a11. Untuk matriks bujur sangkar 2X2,
determinannya adalah a11a22-a12a21. Sedangkan determinan untuk matriks bujur sangkar
Ekonomi Produksi Pertanian: Pendekatan Neoklasik
Transliterasi, Interpretasi dan Penulisan Kembali dari Agricultural Production Economics dengan Penyesuaian dan Pengayaan Materi DAVID L.DEBERTIN – TATIEK KOERNIAWATI
VI-9
3X3 adalah a11a22a33+a12a23a31+a21a32a13-a31a22a13-a11a32a23-a33a21a12. Determinan matriks
yang lebih besar dari 3X3 sangat sulit dihitung secara manual dan umumnya untuk
menghitung digunakan programasi komputer.
Prinsip minor matriks dapat diperoleh dengan menghapus seluruh baris dan kolom pertama
dari matriks selain elemen yang berlokasi di baris dan kolom pertama (a11) dan mencari
resultan determinan. Dalam contoh berikut ini, baris dan kolom pertama dihapus dan
determinan matriks 2X2 yang tersisa kemudian dihitung. Pada contoh di atas, prinsip
minor yang kedua adalah 21122211 aaaa . Prinsip minor yang ketiga dapat dihitung dengan
menghapus seluruh baris dan kolom dengan baris atau kolom bernotasi lebih besar dari 3
sehingga resultan determinan diperoleh.
Second order condition, atau turunan kedua dapat dengan lebih mudah dijelaskan melalui
pendekatan aljabar matriks. Turunan langsung dan silang kedua dari dua input fungsi
produksi adalah matriks bujursangkar 2X2:
2221
1211
ff
ff ....................................(6.53)
Persamaan minor dari persamaan (6.53) adalah:
231222112
111
ffffH
fH
..................................................(6.54)
Dengan mengasumsikan turunan orde pertama terpenuhi, maksimalisasi turunan orde
kedua mensyaratkan prinsip minor H1 dan H2 bertanda negatif sehingga H1<01 dan H2>0.
Sedangkan minimalisasi mensyaratkan prinsip minor positif, H1 dan H2 >0.
Saddle point menghasilkan kondisi :
0;0 21 HH atau 0;0 21 HH
6.5. Contoh Ilustratif
Ilustrasi kondisi orde kedua dapat dipelajari dari dua input polinomial sebagai berikut:
)55.6........(..........03,02,1124003.02,11240 4
2
3
2
2
22
4
1
2
1
2
11 xxxxxxxxy
Fungsi ini memiliki sembilan nilai dengan turunan pertama sama dengan nol. Setiap nilai
tersebut adalah nilai kritis (critical values) yang menunjukkan maksimum, minimum dan
saddle point. Gambar 6.1 mengilustrasikan kondisi orde kedua:
211212112111 , ffffHfH .
Fungsi ini berbeda dari fungsi sebelumnya di mana terdapat beberapa kombinasi x1 dan x2
yang menghasilkan nilai kritis dengan slope fungsi sama dengan nol. Ada satu titik
maksimum global untuk fungsi tersebut meski terdapat beberapa local maxima. Kondisi
maksimum global dapat dibayangkan sebagai puncak gunung tertinggi di mana local
maximum sebagai puncak-puncak gunung di sekitamya. Terdapat sejumlah saddle point .
Kondisi orde kedua dapat diverifikasi dengan mencermati gambar 6.2.
Ekonomi Produksi Pertanian: Pendekatan Neoklasik
Transliterasi, Interpretasi dan Penulisan Kembali dari Agricultural Production Economics dengan Penyesuaian dan Pengayaan Materi DAVID L.DEBERTIN – TATIEK KOERNIAWATI
VI-10
Gambar 6.2. Polinomial Tiga Dimensi
4
2
3
2
2
22
4
1
2
1
2
11 03,02,1124003.02,11240 xxxxxxxxy
Tabel 6.1. Nilai Kritis untuk Polinomial 4
2
3
2
2
22
4
1
2
1
2
11 03,02,1124003.02,11240 xxxxxxxxy
2x 1x
2.54 6,93 16,24
16,24
Lokal Saddle Global
Maksimum: Titik: Maksimum:
y=232,3 y=209,5 y=379,8
H1<0 H1>0 H1<0
H2>0 H2<0 H2>0
6,93
Saddle Lokal Saddle
Titik: Minimum: Titik:
y=61,9 y=39,1 y=209,5
H1<0 H1>0 H1<0
H2<0 H2>0 H2<0
2,54
Lokal Saddle Lokal
Maksimum: Titik: Maksimum:
y=84,8 y=61,9 y=232,3
H1<0 H1>0 H1<0
H2>0 H2<0 H2>0
6.6. Maksimalisasi Fungsi Profit dengan Dua Input
Kegunaan kriteria maksimalisasi fungsi produksi juga dapat dijelaskan melalui aplikasi
fungsi profit usahatani jagung, sebagai berikut:
)56.6...(..........).........,( 21 xxfy
di mana:
y : Panen jangung dalam bu/acre
1x : Jumlah pupuk K
2x : Jumlah pupuk P
Ekonomi Produksi Pertanian: Pendekatan Neoklasik
Transliterasi, Interpretasi dan Penulisan Kembali dari Agricultural Production Economics dengan Penyesuaian dan Pengayaan Materi DAVID L.DEBERTIN – TATIEK KOERNIAWATI
VI-11
Semua input lain diasumsikan tidak berubah, atau sudah dimiliki oleh petani. Keputusan
yang harus diambil petani adalah mengalokasikan dua jenis pupuk N dan P untuk
memaksimalkan keuntungan usahatani.
Jumlah penerimaan atau nilai produk total yang diperoleh dari penjualan jagung dari 1 acre
lahan adalah: TVP=py.........................................................(6.57)
Di mana:
p : Harga jagung per bu
y : Hasil panen jagung bu/acre
Total biaya input adalah:
)58.6......(........................................2211 xvxvTFC
Fungsi keuntungan usahatani:
)59.6.........(........................................TFCTVP
)60.6...(........................................2211 xvxvpy
)61.6.(..............................),( 221121 xvxvxxpf
Turunan pertama untuk kondisi maksimalisasi dapat disusun sebagai berikut:
)63.6.......(........................................0
)62.6........(........................................0
222
111
vpf
vpf
Persamaan (6.62) dan (6.63) mensyaratkan slope fungsi TVP terhadap kedua input sama
dengan slope fungsi TFC masing-masing input pupuk P dan K yang digunakan.
)65.6.....(..................................................
)64.6......(..................................................
22
11
vpf
vpf
Nilai produk marginal sama dengan biaya marginal masing-masing input. Bila petani dapat
membeli pupuk K dan P pada harga pasar, biaya marginal akan sama dengan harga input
yaitu v1 dan v2, sehingga:
)68.6...(........................................//
)67.6.........(..............................//
)66.6..(..............................1//
2121
2121
2211
vvff
vvpfpf
vpfvpf
Karena f1 adalah MPP x1 dan f2 adalah MPP x2 maka rasio produk marginal adalah MRTS
x1 untuk x2 atau MRTSx1x2. Oleh sebab itu titik maksimalisasi keuntungan adalah:
)70.6..(..............................//
)69.6.(............................../
2112
2121
vvdxdx
vvxMRSx
Kondisi turunan kedua juga memegang peranan penting, dengan mengasumsikan harga
input adalah v1 dan v2 maka turunan kedua fungsi profit adalah:
..(6.73).................... Young) (teorema
)72.6.(..............................
)71.6..(..............................
21122112
2222
1111
pfpf
pf
pf
Atau dalam bentuk matriks:
)74.6....(..............................2221
1211
pfpf
pfpf
Ekonomi Produksi Pertanian: Pendekatan Neoklasik
Transliterasi, Interpretasi dan Penulisan Kembali dari Agricultural Production Economics dengan Penyesuaian dan Pengayaan Materi DAVID L.DEBERTIN – TATIEK KOERNIAWATI
VI-12
Kondisi maksimalisasi:
)76.6(....................0
)75.6.(..............................0
21122211
11
pfpfpfpf
pf
Prinsip minor harus dimulai dengan tanda minus. Persamaan (6.75) dan (6.76)
mensyaratkan fungsi VMP untuk x1 dan x2 berslope negatif. Dengan harga input tetap,
fungsi biaya input memiliki slope konstan sehingga MFC sama dengan nol. Pemenuhan
atas kedua persyaratan ini menghasilkan satu titik maksimalisasi profit global. Dengan
demikian pada titik maksimalisasi ini, bila petani akan menambah alokasi salah satu input,
ia harus mengurangi alokasi input lainnya, kecuali kedua input tersebut gratis.
6.7. Perbandingan Kriteria Maksimalisasi Output
Sebagai perbandingan kriteria maksimalisasi keuntungan dengan kriteria maksimalisasi
output dapat diikuti langkah-langkah sebagai berikut:
)80.6.......(..............................0
)79.6.........(....................0
)78.6.........(....................0
)77.6....(....................).........,(
21
22
1
21
1
ff
MPPxf
MPPxf
xxfy
Turunan kedua pada kondisi maksimalisasi mensyaratkan f11<0 dan f11f22>f12f21. MPP
untuk kedua input berslope negatif. Turunan pertama dan kedua merupakan syarat
keharusan dan syarat kecukupan matematik yang menentukan pusat peta isokuan dari
rangkaian cincin konsentris sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
)84.6.........(..........1//
)83.6.........(....................0
)82.6........(....................0
2211
22
11
vpfvpf
vpf
vpf
Kondisi orde kedua maksimalisasi profit mensyaratkan:
)87.6...(........................................0)(
)86.6.........(..............................0
)85.6........(....................0
21122211
2
22122211
11
ffffp
pfpfpfpf
pf
Karena p2 bernilai positif, syarat tanda turunan kedua baik untuk maksimalisasi profit dan
output sama.
6.8. Latihan Soal
Kerjakan soal-soal berikut ini:
1. Apakah fungsi 21xxy memiliki titik maksimum? Jelaskan!
2. Apakah fungsi 2
2
2
1 2xxy memiliki titik maksimum? Jelaskan!
3. Apakah fungsi 3
2
2
22
3
1
2
11 05,01,005,01,0 xxxxxxy memiliki titik
maksimum? Jika berapa level penggunaan input yang memaksimalkan nilai
produk?
4. Misal harga output adalah Rp 3 dan masing harga input x1=Rp 5 dan harga input
x2=Rp4. Mungkinkah produksi usahatani yang dilakukan petani memperoleh
keuntungan? Jelaskan syarat keharusan dan syarat kecukupan yang harus dipenuhi!
Ekonomi Produksi Pertanian: Pendekatan Neoklasik
Transliterasi, Interpretasi dan Penulisan Kembali dari Agricultural Production Economics dengan Penyesuaian dan Pengayaan Materi DAVID L.DEBERTIN – TATIEK KOERNIAWATI
VI-13
Rancangan Tugas
Tujuan Tugas :
Menjelaskan kembali definisi dan memahami konsep teoritis bahan kajian pada modul 6.
Uraian Tugas:
1. Obyek garapan:
a. Latihan soal pada modul 6
b. Simulasi presentasi kelompok dengan menggunakan alat bantu flipchart
2. Batasan tugas:
a. Tugas yang diberikan pada modul 6 adalah tugas individual
(dikumpulkan dalam waktu satu minggu jadual menyesuaikan)
dan tugas kelompok
b. Mahasiswa wajib mendiskusikan jawaban tugas dengan anggota
kelompok yang lain
c. Mahasiswa diwajibkan menghimpun seluruh materi perkuliahan
baik print out modul, hand out, catatan kuliah dan tugas-tugas yang
diberikan selama satu semester dengan format kertas yang sama
yaitu ukuran folio. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
penjilidan di akhir semester.
d. Menghimpun informasi dalam urutan yang logik dan mengelola
informasi agar dapat menjadi sumber pembelajaran yang baik adalah
salah satu learning skill yang harus dimiliki oleh mahasiswa. Oleh
karena itu seluruh materi belajar yang telah dihimpun akan
dievaluasi oleh tim dosen sebagai indikator proses belajar Anda.
3. Metodologi dan acuan tugas:
a. Baca modul, dan rujukan pustaka yang dianjurkan.
b. Agendakan kegiatan belajar kelompok dan konsultasikan jadual
kegiatan belajar kelompok kepada asisten.
c. Tugas individu ditulis tangan pada kertas folio bergaris dengan margin
kiri dan kanan masing-masing 3 cm. Tuliskan nama, NIM dan nama
kelompok pada sudut kanan atas. Berikan nomor halaman pada lembar
kerja Anda di sudut kanan bawah. Jangan lupa menuliskan keterangan
tugas yang Anda kerjakan dan pengerjaan harus berurutan dari tugas
nomor 1,2 dan seterusnya.
Ekonomi Produksi Pertanian: Pendekatan Neoklasik
Transliterasi, Interpretasi dan Penulisan Kembali dari Agricultural Production Economics dengan Penyesuaian dan Pengayaan Materi DAVID L.DEBERTIN – TATIEK KOERNIAWATI
VI-14
d. Tugas individu dikumpulkan tiap minggu, pengaturan jadual
pengumpulan tugas diatur oleh asisten.
e. Dokumen portofolio materi pembelajaran (print out modul, hand out
dan catatan) serta dokumen tugas dan latihan dilengkapi dengan print
out cover, lembar evaluasi dan daftar isi.
4. Keluaran tugas:
a. Masing-masing mahasiswa mengumpulkan satu dokumen tugas
individu.
b. Laporan kegiatan kelompok yang ditulis pada buku kelompok
c. Mahasiswa melakukan presentasi kelompok dengan alat bantu flip chart
yang sudah dibuat minggu lalu.
Kriteria Penilaian:
1. Kejelasan dan kelengkapan penguasaan konsep-konsep utama modul 6.
2. Kemampuan mengomunikasikan gagasan kreatif dan kerja sama tim
assesment dilakukan oleh asisten selama berlangsungnya proses diskusi dan
praktikum dalam kelas
Tabel 5.5 Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis Laporan
Kriteria SKOR INDIKATOR KINERJA
Sangat kurang <20 Tidak ada ide yang jelas untuk menyelesaikan masalah
(tugas dan latihan yang diberikan)
Kurang 21–40 Ada ide yang dikemukakan, namun kurang sesuai dengan
permasalahan
Cukup 41– 60 Ide yang dikemukakan jelas dan sesuai, namun kurang
inovatif
Baik 61- 80 Ide yang dikemukakan jelas, mampu menyelesaikan
masalah, inovatif, cakupan tidak terlalu luas
Sangat Baik >81 Ide, jelas, inovatif, dan mampu menyelesaikan masalah
dengan cakupan luas
Ekonomi Produksi Pertanian: Pendekatan Neoklasik
Transliterasi, Interpretasi dan Penulisan Kembali dari Agricultural Production Economics dengan Penyesuaian dan Pengayaan Materi DAVID L.DEBERTIN – TATIEK KOERNIAWATI
VI-15
Tabel 5.6 Kriteria Penilaian Kerja Sama Kelompok oleh Sesama Anggota dan Asisten
Kriteria dan
Dimensi
Penilaian
Luar Biasa Baik Di bawah harapan
Kontribusi
Pada Tugas
Sangat berkontribusi dalam
hasil kerja tim.
Berkontribusi secara
“adil” dalam hasil kerja
tim.
Membuat beberapa
kontribusi nyata dalam hasil
kerja tim.
Kepemimpinan
Secara rutin melakukan
kepemimpinan yang baik.
Menerima ”pembagian
yang adil” dari tanggung
jawab kepemimpinan.
Jarang atau tidak pernah
berlatih tentang memimpin.
Kolaborasi
Menghargai pendapat
orang lain dan
berkontribusi besar dalam
diskusi kelompok.
Menghargai pendapat
orang lain dan
berkontribusi dalam
diskusi kelompok.
Tidak berkontribusi pada
diskusi kelompok atau
sering gagal berpartisipasi.