Modul 3 Blok Gg Indera Khusus (Mata) - PENILAIAN VISUS

24
PENILAIAN VISUS Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui visus seseorang dan memberikan penilaian menurut ukuran baku yang ada. Visus harus diperiksa walaupun secara kasar untuk membandingkan visus kedua mata. Kedua mata diperiksa sendiri-sendiri, karena dengan diperiksa binokuler tidak dapat diketahui adanya kekaburan pada satu mata. Pada bayi dan anak preverbal, pemeriksaan visus sentral dapat dilakukan dengan melihat reflek cahaya di kornea dan kemampuannya dalam fiksasi dan mengikuti obyek yang digunakan untuk pemeriksaan. Bila reflek cahaya terletak di sentral kornea, yang berarti terjadi fiksasi di fovea, dan ketika obyek digerakkan penderita mampu mengikuti dengan baik, maka disebut “kemampuan fiksasi dan mengikuti obyek adalah baik”, yang berarti kemungkinan anak tersebut mempunyai visus normal. Pada umur 2½ – 3 tahun, anak sudah mampu mengenali dan mengerjakan uji gambar-gambar kecil (kartu Allen). Pada anak umur 3 – 4 tahun umumnya sudah dapat melakukan permainan “E” ( “E” games), yaitu dengan kartu Snellen konvensional dengan huruf E yang kakinya mengarah ke berbagai arah, dan si anak diminta menunjukkan arah kaki huruf E tersebut dengan jarinya. Pada anak umur 5 – 6 tahun keatas, umumnya sudah dapat dilakukan pemeriksaan seperti pada orang dewasa. Metode pengukuran visus yang umum adalah menggunakan optotipe Snellen (Snellen chart). Penderita menghadap optotipe pada jarak 6 meter (20 feet). Mata diperiksa satu persatu dimulai mata kanan lebih dulu, mata yang tidak diperiksa ditutup tanpa menekan bola mata. Penderita diminta membaca huruf-huruf pada optotipe mulai dari huruf yang paling besar pada deret paling atas berturut- turut ke deretan-deretan di bawahnya. Jika mampu membaca huruf terkecil yang dipinggirnya ada angka kecil 20 atau 6, berarti visusnya adalah 20/20 atau 6/6. ini dicatat, dan dengan urutan kerja yang sama dilakukan pula pemeriksaan untuk mata kiri Bila penderita mampu membaca huruf-huruf deretan paling atas tetapi tidak dapat membaca sampai deret 6/6 (20/20), maka nilai

description

school work

Transcript of Modul 3 Blok Gg Indera Khusus (Mata) - PENILAIAN VISUS

Page 1: Modul 3 Blok Gg Indera Khusus (Mata) - PENILAIAN VISUS

PENILAIAN VISUSTujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui visus seseorang dan memberikan

penilaian menurut ukuran baku yang ada. Visus harus diperiksa walaupun secara kasar untuk membandingkan visus kedua mata. Kedua mata diperiksa sendiri-sendiri, karena dengan diperiksa binokuler tidak dapat diketahui adanya kekaburan pada satu mata.

Pada bayi dan anak preverbal, pemeriksaan visus sentral dapat dilakukan dengan melihat reflek cahaya di kornea dan kemampuannya dalam fiksasi dan mengikuti obyek yang digunakan untuk pemeriksaan. Bila reflek cahaya terletak di sentral kornea, yang berarti terjadi fiksasi di fovea, dan ketika obyek digerakkan penderita mampu mengikuti dengan baik, maka disebut “kemampuan fiksasi dan mengikuti obyek adalah baik”, yang berarti kemungkinan anak tersebut mempunyai visus normal.

Pada umur 2½ – 3 tahun, anak sudah mampu mengenali dan mengerjakan uji gambar-gambar kecil (kartu Allen). Pada anak umur 3 – 4 tahun umumnya sudah dapat melakukan permainan “E” (“E” games), yaitu dengan kartu Snellen konvensional dengan huruf E yang kakinya mengarah ke berbagai arah, dan si anak diminta menunjukkan arah kaki huruf E tersebut dengan jarinya. Pada anak umur 5 – 6 tahun keatas, umumnya sudah dapat dilakukan pemeriksaan seperti pada orang dewasa.

Metode pengukuran visus yang umum adalah menggunakan optotipe Snellen (Snellen chart). Penderita menghadap optotipe pada jarak 6 meter (20 feet). Mata diperiksa satu persatu dimulai mata kanan lebih dulu, mata yang tidak diperiksa ditutup tanpa menekan bola mata. Penderita diminta membaca huruf-huruf pada optotipe mulai dari huruf yang paling besar pada deret paling atas berturut-turut ke deretan-deretan di bawahnya. Jika mampu membaca huruf terkecil yang dipinggirnya ada angka kecil 20 atau 6, berarti visusnya adalah 20/20 atau 6/6. ini dicatat, dan dengan urutan kerja yang sama dilakukan pula pemeriksaan untuk mata kiri

Bila penderita mampu membaca huruf-huruf deretan paling atas tetapi tidak dapat membaca sampai deret 6/6 (20/20), maka nilai yang tercantum dipinggir deretan huruf terkecil yang masih dibaca dicatat. Jika huruf yang paling besarpun tidak dapat dibaca, penderita disuruh maju sampai huruf terbesar tadi dapat dibaca dan kemudian jarak tersebut dicatat.

Penurunan visus dapat terjadi karena 3 hal, yaitu :1. gangguan pada media refrakta,2. Refraksi anomali, dan3. gangguan pada sistem saraf

Page 2: Modul 3 Blok Gg Indera Khusus (Mata) - PENILAIAN VISUS

FisikaKedokteran

Page 3: Modul 3 Blok Gg Indera Khusus (Mata) - PENILAIAN VISUS

Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem Persarafan

Page 4: Modul 3 Blok Gg Indera Khusus (Mata) - PENILAIAN VISUS
Page 5: Modul 3 Blok Gg Indera Khusus (Mata) - PENILAIAN VISUS

Ilmu Bedah Saraf Satyanegara

Page 6: Modul 3 Blok Gg Indera Khusus (Mata) - PENILAIAN VISUS

Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan

Page 7: Modul 3 Blok Gg Indera Khusus (Mata) - PENILAIAN VISUS

Visus (Visual Acuity): Kemampuan mata untuk melihat obyek secara detil.

Tujuan: Untuk mengetahui kelainan refraksi : Myopia, Hipermetropia, astigmat

Klasifikasi berdasarkan jarak baca :

1. Visus jauh : Jarak min. 20 feet (6 meter)

2. Visus jarak sedang/intermediate

3. Visus dekat : Jarak baca (1/3 meter)

Pemeriksaan Visus jauh

Sinonim : visus sentral

Alat :

1. Reading chart (obyek baca)

a. Snellen chart (huruf, nomor)

b. E chart (bentuk huruf E)

c. Allen chart (gambar benda2 yg mudah dikenali)

2. Jarak min 5 meter

3.Iluminasi ruangan cukup

Prosedur Pemeriksaan1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan 2. Pasien diminta untuk duduk 5-6 m dari optotip Snellen 3. Pasien diminta untuk menutup 1 mata tanpa menekan bola mata 4. Pasien diminta untuk melihat kedepan, santai tanpa melirik ke arah lain, atau menyipitkan mata 5. Pasien diminta untuk menyebut huruf, nomor ataupun symbol yang ditunjuk 6. Tunjuk huruf, nomor atau symbol optotip Snellen dari atas ke bawah 7. Bila obyek terbesar pada chart tidak terlihat à counting finger à Hand movement à Light Persepsion 8. Tetapkan visus pasien berdasarkan hasil pemeriksaan

9. Jika visus tidak optimal, lakukan koreksi menggunakan lensa coba sampai didapatkan visus maksimal. Lensa yang digunakan untuk koreksi menunjukkan derajat kelainan refraksi

10. Lakukan secara bergantian pada mata kanan dan kiri

Page 8: Modul 3 Blok Gg Indera Khusus (Mata) - PENILAIAN VISUS

Penggantian obyek baca : berturut-tururt :1. Counting Finger (CF) ; hitung jari-jari nilai baca : /602. Hand movement/hand motion (HM) ; gerakan/ lambaian tangan, nilai baca /3003. Light perception (LP) ; sinar lampu senter, nilai baca /~ ( bila tak terbaca nilai 0)

Hasil pemeriksaan visus jauh :- bentuk angka pecahan (5/40, 1/60, 1/300, dll)- bentuk desimal ( 1,0 ; 0,5 ; 0,1)

Contoh : VOD : 1/60 artinya visus mata kanan pasien hanya mampu melihat obyek sejauh 1 meter dimana orang normal melihat dalam 60 meter.

Page 9: Modul 3 Blok Gg Indera Khusus (Mata) - PENILAIAN VISUS

Pemeriksaan Visus Mata 

Tidak semua orang mempunyai visus yang sama. Visus dipergunakan untuk menentukan penggunaan kacamata. Visus penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya (kaca mata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan tentang baik buruknya fungsi mata secara keseluruhan.

Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya visus. Visus perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata.

Pemeriksaan visus dapat dilakukan dengan menggunakan Optotype Snellen, kartu Cincin Landolt, kartu uji E, dan kartu uji Sheridan/Gardiner. Optotype Snellen terdiri atas sederetan huruf dengan ukuran yang berbeda dan bertingkat serta disusun dalam baris mendatar. Huruf yang teratas adalah yang besar, makin ke bawah makin kecil.

Penderita membaca Optotype Snellen dari jarak 6 m, karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi. Pembacaan mula-mula dilakukan oleh mata kanan dengan terlebih dahulu menutup mata kiri. Lalu dilakukan secara bergantian. Tajam penglihatan dinyatakan dalam pecahan. Pembilang menunjukkan jarak pasien dengan kartu, sedangkan penyebut adalah jarak pasien yang penglihatannya masih normal bisa membaca baris yang sama pada kartu. Dengan demikian dapat ditulis rumus:      V =D/dKeterangan:     V = ketajaman penglihatan (visus)     d = jarak yang dilihat oleh penderita     D = jarak yang dapat dilihat oleh mata normal Pada tabel di bawah ini terlihat visus yang dinyatakan dalam sistem desimal, Snellen dalam meter dan kaki. 1.   Data Penggolongan Visus dalam Desimal 2.   Data Penggolongan VisusDengan Optotype Snellen dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat seseorang, seperti : 1. Bila visus 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang

normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter.2.  Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30, berarti

tajam penglihatan pasien adalah 6/30.3. Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka 50, berarti

tajam penglihatan pasien adalah 6/50.4. Bila visus adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang oleh orang

normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.5. Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka dilakukan uji

hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter.

Page 10: Modul 3 Blok Gg Indera Khusus (Mata) - PENILAIAN VISUS

6. Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.

7. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan visus pasien yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti visus adalah 1/300.

8. Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.

9. Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta total. Visus dan penglihatan kurang dibagi dalam tujuh kategori. Adapun penggolongannya adalah sebagai berikut:

   1. Penglihatan normal

Pada keadaan ini penglihatan mata adalah normal dan sehat.

2. Penglihatan hampir normalTidak menimbulkan masalah yang gawat, akan tetapi perlu diketahui penyebabnya. Mungkin suatu penyakit masih dapat diperbaiki.

3. Low vision sedangDengan kacamata kuat atau kaca pembesar masih dapat membaca dengan cepat.

4. Low vision beratMasih mungkin orientasi dan mobilitas umum akan tetapi mendapat kesukaran pada lalu lintas dan melihat nomor mobil. Untuk membaca diperlukan lensa pembesar kuat. Membaca menjadi lambat.

5. Low vision nyataBertambahnya masalah orientasi dan mobilisasi. Diperlukan tongkat putih untuk mengenal lingkungan. Hanya minat yang kuat masih mungkin membaca dengan kaca pembesar, umumnya memerlukan Braille, radio, pustaka kaset.

6.  Hampir butaPenglihatan kurang dari 4 kaki untuk menghitung jari. Penglihatan tidak bermanfaat, kecuali pada keadaan tertentu. Harus mempergunakan alat nonvisual.

7.  Buta totalTidak mengenal rangsangan sinar sama sekali. Seluruhnya tergantung pada alat indera lainnya atau tidak mata. Di bawah ini ditunjukkan tabel penggolongan keadaan tajam penglihatan normal, tajam penglihatan kurang (low vision) dan tajam penglihatan dalam keadaan buta.

Page 11: Modul 3 Blok Gg Indera Khusus (Mata) - PENILAIAN VISUS

SOP PEMERIKSAAN VISUS Definisi :Prosedur ini digunakan untuk mengukur ketajaman penglihatan individu. Prosedur Pemeriksaan Mata ini dilakukan dengan menggunakan Kartu Snellen dan Pinhole. Alat :1. Kartu snellen2. Buku pencatat

 Tahap I. Pengamatan:Pemeriksa memegang senter perhatikan:1. Posisi bolamata: apakah ada juling2. Konjungtiva: ada pterigium atau tidak3. Kornea: ada parut atau tidak4. Lensa: jernih atau keruh/ warna putih

 Tahap II. Pemeriksaan Tajam Penglihatan Tanpa Pinhole:1. Pemeriksaan dilakukan di pekarangan rumah (tempat yang cukup terang), responden tidak

boleh menentang sinar matahari.2. Gantungkan kartu Snellen atau kartu E yang sejajar mata responden dengan jarak 6 meter

(sesuai pedoman tali).3. Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan.4. Mata kiri responden ditutup dengan telapak tangannya tanpa menekan bolamata.5. Responden disuruh baca huruf dari kiri-ke kanan setiap baris kartu Snellen atau

memperagakan posisi huruf E pada kartu E dimulai baris teratas atau huruf yang paling besar sampai huruf terkecil (baris yang tertera angka 20/20).

6. Penglihatan normal bila responden dapat membaca sampai huruf terkecil (20/20).7. Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca huruf atau memperagakan posisi huruf

E KURANG dari setengah baris maka yang dicatat ialah baris yang tertera angka di atasnya.8. Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca huruf atau memperagakan posisi huruf

E SETENGAH baris atau LEBIH dari setengah baris maka yang dicatat ialah baris yang tertera angka tersebut. Pemeriksaan Tajam Penglihatan dengan HITUNG JARI:

9. Bila responden belum dapat melihat huruf teratas atau terbesar dari kartu Snellen atau kartu E maka mulai HITUNG JARI pada jarak 3 meter (tulis 03/060).

10. Hitung jari 3 meter belum bisa terlihat maka maju 2 meter (tulis 02/060), bila belum terlihat maju 1 meter (tulis 01/060).

11. Bila belum juga terlihat maka lakukan GOYANGAN TANGAN pada jarak 1 meter (tulis 01/300).

12. Goyangan tangan belum terlihat maka senter mata responden dan tanyakan apakah responden dapat melihat SINAR SENTER (tulis 01/888).

13. Bila tidak dapat melihat sinar disebut BUTA TOTAL (tulis 00/000). Tahap III, Pemeriksaan Tajam Penglihatan dengan PINHOLE:

Page 12: Modul 3 Blok Gg Indera Khusus (Mata) - PENILAIAN VISUS

1. Bila responden tidak dapat melanjutkan lagi bacaan huruf di kartu Snellen atau kartu E atau hitung jari maka pada mata tersebut dipasang PINHOLE.

2. Hasil pemeriksaan pinhole ditulis dalam kotak dengan pinhole. Cara penulisan huruf yang terbaca sama dengan cara pemeriksaan tanpa pinhole.

3. Dengan pinhole responden dapat melanjutkan bacaannya sampai baris paling bawah (normal, 20/20) berarti responden tersebut GANGGUAN REFRAKSI.

4. Dengan pinhole responden dapat melanjutkan bacaannya tetapi tidak sampai baris normal (20/20) pada usia anak sampai dewasa berarti responden tersebut GANGGUAN REFRAKSI dengan mata malas.

5. Bila dengan pinhole responden tidak dapat melanjutkan bacaan huruf atau memperagakan posisi huruf E maka disebut KATARAK.

GAMBARAN UMUM KELAINAN REFRAKSI

Page 13: Modul 3 Blok Gg Indera Khusus (Mata) - PENILAIAN VISUS

I. MIOPIAMiopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekutan pembiasan sinar yang berlebihan,sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan didepan retina.

1. Miopia axial:kekuatan retraktif mata normal, tetapi diameter anterior-posterior bola ata lebih panjang. Mata biasanya lebih besar dari normal. Pada tipe miopia ini bias dijumpai myopic cresent dan stafiloma posterior

2. Miopia kurvatura: Bessar bola mata normal, tapi kurvatura kornea dan lensa lebih besar dari normal

3. Miopia indeks refraksi: perubahan indeks refraksi sering terlihat pada pasien Diabetes yang kadar gula darahnya tak terkontrol.

4. Perubahan posisi lensa: perubahan lensa kearah depan sering terjadi sesudah tindakan bedah, terutama glaukoma

Gejala miopia1. Gejala paling penting yaitu melihat menjadi buram2. Sakit kepala3. Kecenderungan terjadinya juling saat melihat jauh4. asien lebih jelas melihat dekat

PenatalaksanaanPengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan koreksi sferis negatip terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal.

II. HIPERMETROPIAMata hipermetropia mempunyai kekuatan refraksi yang lemah, sinar sejajar yang dating dari obyek terletak jauh tak terhingga dibiaskan dibelakang retina.Berasarkan struktur bola mata hipermetropia dibedakan menjadi beberapa tipe,yaitu: 1. Hipermetropia axial: Kekuatan refraksi mata normal, tetapi diameter anterior-posterior bola mata lebih pendek dari normal2. Hipermetropia kurvatura: Kelengkungan kornea dan lensa lebih lemah dari normal3. Hipermetropia indeks refraksi:Indeks refraksi lebih rendah dari normal4. Perubahan posisi lensa: Hipermetropia dapat disebabkan perubahan posisi lensa ke belakang

Berdasarkan akomodasi hipermetropia dibedakan secara klinis menjadi: 1. Hipermetropia manifest: didapatkan tanpa sikloplegik, merupakan hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan lensa positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri dari hipermetropia absolut ditambah dengan hipermetropia fakultatif.

2. Hipermetropia manifes absolut : merupakan bagian hipermetropia yang tidak dapat diimbangi dengan akomodasi

Page 14: Modul 3 Blok Gg Indera Khusus (Mata) - PENILAIAN VISUS

3. Hipermetropi fakultatif: merupakan bagian hipermetropia yang dapat diukur dengan dikoreksi dengan lensa positif,tetapi dapat juga dikoreksi dengan akomodasi tanpa lensa koreksi.pasien yang hanya mempunyai hipermetropia fakultatif akan dapat melihat normal tanpa koreksi, tapi bila diberikan koreksi lensa positif yang memberikan penglihatan normal maka otot akomodasinya akan istirahat.4. Hipermetropia laten: merupakan bagian hipermetropia yang dapat diatasi sepenuhnya dengan akomodasi, tanpa sikloplegik, merupakan perbedaan antara hipemetropia total dengan manifest. hipermetropia laten iniakan diatasi pasien dengan akomodasi trus menerus.Hipermetropia laten hsnys dspst diukur bila diberikan sikloplrgik. Makin muda seseorang makin besar komponen hipermetropi laten. Dengan bertambahnya usia maka kemampuan akomodasi menjadi berkurang, sehingga hipermetropia laten menjadi fakultatif dan kemudian menjadi hipermetropia absolut.5. Hipermetropi total, yaitu seluruh jumlah hipermetropia laten dan manifest yang didapatkan setelah pemeriksaan dengan sikloplegik.

Gejala hipermetropia1. Bila hipermetropia 3 dioptri atau lebih, atau pada usia tua, pasien mengeluh penglihatan jauh kabur.turunnya tajam penglihatan jauh pada pasien usia tua disebabkan menurunnya amplitude akomodasi, sehingga tidak dapat lagi mengkompensasi kelainan hipermetropia nya.2. penglihatan dekat lebih cepat buram. Karena kemampuan akmodasi menurun dengan bertambahnya usia, sehingga akomodasi tidak cukup adekuat lagi untuk penglihatan dekat.Penglihatan dekat yang buram akan lebih terasa lagi pada keadaan kelelahan, atau penerangan yang kurang3. sakit kepala biasanya pada daerah frontaldan dipacu oleh kegiatan melihat dekat jangka panjang.jarang terjadi pada pagi hari.cenderung terjadi pada siang hari dan bias membaik spontan kegiatan melihat dekat dihentikan.4. eyestrain5. Sensitif terhadap cahaya.6. spasme akomodasi; yaitu terjadinya cramp m.cilliaris diikuti penglihatan buram intermiten. Over aksi akomodasi dapat menyebabkan pseudomiopia.sehingga penglihatan lebih jelas saat diberikan koreksi lensa negatip

PenatalaksanaanApabila disertai esopohria, hipermeropia dikoreksi penuhApabila disertai strabismus konvergen, koreksi hipermetropia total, sebaliknya apabila disertai exophoria diberikan under koreksi.

III. ASTIGMATISMAAdalah keadaan dimana sinar sejajar tidak dibiaskan secara seimbang pada seluruh meridian. Pada astigmatisma regular,terdapat dua meridian utama yang terletak saling tegak lurus.

Tipe-tipe astigmatisma

Page 15: Modul 3 Blok Gg Indera Khusus (Mata) - PENILAIAN VISUS

1. Astigmatisma hipermetropikus simpleks: satu meridian utamanya emetropik, meridian yang lainnya hipermetropik.2. Astigmatisma myopikus simpleks: satu meridian utamanya emetropik, meridian lainnya miopik.3. Astigmatisma hipermetropikus kompositus: kedua meridian utama hipermetropik dengan derajat yang berbeda.4. Astigmatisma miopikus kompositus: kedua meridian utamanya miopik dengan derajat yang berbeda5. Astigmatisma mikstus: satu meridian utamanya hipermetropik, meridian yang lain miopik.

Bentuk-bentuk Astigmatisma1. Astigmatisma regular2. Astigmatisma irregular3. Astigmatisma oblik4. Astigmatisma simetrik5. Astigmatisma asimetrik6. Astigmatisma with the rule7. Astigmatisma against the rule

Gejala Astigmatisma1. Penglihatan kabur2. Head tilting3. Menengok untuk melihat jelas4. Mempersempit palpebra5. Memegang bahan bacaan lebih dekat

Penatalaksanaan AstigmatismaKoreksi dengan lensa silinder, bersama dengan sferis, kalau ada

IV. ANISOMETROPIA

Pemeriksaan tajam penglihatan1. Ditingkat pelayanan kesehatan mata primer.

a. Pemeriksaan menggunakan kartu snellen Dengan penerangan ruangan yang cukup. Pasien diperiksa pada jarak 6meter atau paling sedikit 5 meter dari kartu snellen. Apabila tidak tersedia ruangan yang cukup, maka pemeriksaan dapat dilakukan pada jarak 3 meter,dengan cara meletakkan kartu snellen diatas kepala pasien dan pasien melihat objek melalui bayangan dicermin yang diletakkan didepan pasien. Pemeriksaan dilakukan satu persatu mata dengan mata yang tidak diperiksa ditutup menggunakan okluder.Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan terlebih dahulu, kecuali bila pasien mengeluh mata kiri melihat lebih buram, dapat diperiksa mata kiri terlebih dahulu. Pasien disuruh membaca huruf atau angka pada kartu snellens dari baris atas ke paling bawah, kemudian diulangi untuk

Page 16: Modul 3 Blok Gg Indera Khusus (Mata) - PENILAIAN VISUS

mata sebelahnya.Keemudian kedua mata diperiksa secara bersamaan. Apabila tajam penglihatan kedua mata seimbang, maka biasanya kedua mata akan saling memperkuat,sehingga didapatkan tajam penglihatan menggunakan dua mata sedikit lebih baik dibandingkan satu per satu mata. Hasil pemeriksaan kemudian dicatat, sebagai berikut:

VOD :6/6 → VOU :6/5

VOS :6/6

Karena pemeriksaan bias dilakukan dengan atau tanpa kaca mata, maka hasil hasil pemeriksaan dicatat dengan notasi s(sine= tanpa koreksi) dan c(cum= dengan koreksi) missal 6/6c, atau 6/12s.Hasil pemeriksaan yang dicatat adalah baris terakhir yang dapat terbaca seluruhnya atau sebagian oleh pasien ,misalnya

V :6/9 berarti pasien dapat membaca semua huruf / angka pada baris 6/9

V :6/9+ berarti pasien dapat membaca pada baris 6/9 ditambah beberapa pada baris dibawahnya.

V :6/18 – atau lebih dijelaskan 6/18 (-2 huruf) berarti pasien dapat membaca pada baris 6/18 dengan 2 huruf salah

Apabila pasien tidak dapat membaca huruf terbesar pada kartu snelen, pasien bias diminta mendekat kearah snelen, sehingga pada jarak yang lebih dekat mungkin pasien bias membaca huruf terbesar.Misal pasien bias membaca huruf terbesar pada jarak 2 meter , maka V:2/60,apabila hal tersebut tidak memungkinkan maka pemeriksaan kita lakukan dengan hitung jari.pasien diminta menyebutkan berapa jari pemeriksa yang diperlihatkan dengan latar belakang gelap. Tajam penglihatan dicatat pada jarak berapa pasien bisa menghitung jari. V:1/60. berarti pasien dapat mengitung jari pada jarak 1 meter (CF= counts Finger).Apabila hitung jari tidak bisa, maka dilakukan pemeriksan dengan gerakan tangan didepan pasien dengan latar belakang terang, missal jendela. Tajam penglihatan dicatat sebagai V:1/300 atau HM(hand movement).Apabila pasien tetap tidak dapat maka ruangan digelapkan dan kita sinari engan senter kearah mata pasien. Apabila pasien bisa mengenali perbedaan saat disinari dan saat tidak disinari, yajam penglihatannya adalah V:1/~ atau PL (Perception of light). Sebaliknya bila sinar tidak bisa dikenali oleh pasien, maka V:no ,atau PL= nol. Pada tajam penglihatan PL maka harus diperiksa proyeksinya, yaitu dari arah mana sinar datang dapat dikenali(nasal, temporal, atas , bawah)

b. Pemeriksaan RefraksiDilakukan dengan cara memeriksa tajam penglihatan mata satu persatu. Dengan satu mata ditutup pasien diminta untuk membaca huruf pada kartu snellen,apabila pasien

Page 17: Modul 3 Blok Gg Indera Khusus (Mata) - PENILAIAN VISUS

mampu membaca pada baris yang menunjukkan angka 20, maka dicatat tajam penglihatan tanpa kaca mata 6/20, selanjutnya ditambah lensa S+0,50 D untuk menghilangkan akomodasi pasien. Bila akibat penambahan lensa tadi penglihatan bertambah jelas, maka kemungkinan pasien menderita hipermetropia. Kemudian koreksi dengan lensa sferis positif diteruskan dengan ditambah perlahan-lahan sampai dicapai tajam penglihatan terbaik. Koreksi diteruskan dengan menambah lensa positif.sampai pada satu saat pasien mengatakan tajam penglihatannya berkurang. Pada pasien hipermetropia tersebut kita berikan koreksi lensa positif terbesar/ terkuat yang masi memberiksn tajam penglihatan 6/6. Bila ditambah lensa S+0,50D tadi penglihatan menjadi bertambah kabur, maka kemungkinan pasien menderita miopia. Pada mata tersebut kita berikan lensa sferis negatip yang makin dikurangi secara perlahan-lahan sampai terlihat huruf pada baris 6/6.Apabila setelah prosedur diatas tetap belum dicapai tajam penglihatan maksimal, maka kemungkinan ada astigmatisma.

Page 18: Modul 3 Blok Gg Indera Khusus (Mata) - PENILAIAN VISUS

Pemeriksaan visual acuity dan koreksi dengan refraksi subjektif

SOP:

1. Pasien duduk2. Lakukan anamnese3. Lakukan pemeriksaan segment anterior apakah ada kelainan4. Kalau ada kacamata lama, periksa ukurannya5. Tentukan PD6. Pemeriksaaan dilakukan pada jarak 5m atau 6m7. Pasang trial frame sesuai PD8. Mata kiri tutup dengan occluder9. Pasien disuruh melihat optotip, kemudiam membaca huruf/ angka mulai dari atas sampai

bawah10. Tentukan visus awal11. Beri lensa koreksi plus lebih dahulu dan tanyakan apakah makin kabur atau makin terang,

bila makin kabur ganti dengan lensa minus, dan cari koreksi sampai visus terbaik12. Bila visus terbaik kurang dari 6/6 maka beri pinhole. Jika dengan pinhole visus tidak maju

maka pasien dirujuk ke spesialis. Tetapi bila dengan pemberian pinhole visus maju minimal dua baris ke bawah maka pasien kemungkinan astigmat, maka perlu dilakukan “fogging tehnik” untuk mengetahui aksisnya. Setelah aksis dapat di berikan koreksi lensa silinder sampai visus menjadi 6/6.

13. Kemudian lakukan pemeriksaan untuk mata kanan dengan cara yang sama14. Setelah ukuran kedua mata didapat, lakukan tes duke alder untuk mengetahui ketepatan

koreksi15. Setelah koreksi tepat, pasien suruh adaptasi kurang lebih 10 menit dan tanyakan apakah

pasien pusing atau tidak, kalau tidak ada keluhan berarti koreksi tepatKalau pasien presbiopi berikan kaca mata baca sesui dengan umur

http://diskes.sumutprov.go.id/hal-standar-operasional-prosedur-kim.html

Page 19: Modul 3 Blok Gg Indera Khusus (Mata) - PENILAIAN VISUS