Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

53
LAPORAN TUTORIAL MODUL 2 SESAK NAPAS BLOK KEGAWATDARURATAN DAN TRAUMATOLOGI KELOMPOK 8 HARRY MURDY ABBAS 10542016410 SUPRAPTO 10542015410 AZHAR FAUZAN 10542017710 IIN ALFRIANI AMRAN 10542018710 ANDI WISDAWATI 10542020510 DIANSRI PRATIWI SYAM 10542028810 SITI PRATIWI TUNA 10542024310 RISTON 10542024410 FARIDA 10542008009 NURAINI DHARMAYANTI ULUPUTTY 10542010709 SARI RAHAYU 1102090136 NUR ASIA 1102090141

Transcript of Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

Page 1: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

LAPORAN TUTORIAL MODUL 2

SESAK NAPAS

BLOK KEGAWATDARURATAN DAN TRAUMATOLOGI

KELOMPOK 8

HARRY MURDY ABBAS 10542016410

SUPRAPTO 10542015410

AZHAR FAUZAN 10542017710

IIN ALFRIANI AMRAN 10542018710

ANDI WISDAWATI 10542020510

DIANSRI PRATIWI SYAM 10542028810

SITI PRATIWI TUNA 10542024310

RISTON 10542024410

FARIDA 10542008009

NURAINI DHARMAYANTI ULUPUTTY 10542010709

SARI RAHAYU 1102090136

NUR ASIA 1102090141

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2013

Page 2: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya

sehingga laporan hasil TUTORIAL MODUL SESAK NAPAS dari kelompok 8

ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tak lupa kami kirimkan salam dan

shalawat kepada nabi junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW. yang telah

membawa kita dari alam yang gelap menuju ke alam yang terang benderang.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah

membantu dalam pembuatan laporan ini dan yang telah membantu selama masa

TUTORIAL khususnya kepada dokter pembimbing yang telah banyak membantu

selama proses PBL berlangsung. Dan kami juga mengucapkan permohonan maaf

kepada setiap pihak jika dalam proses PBL telah berbuat salah baik disengaja

maupun tidak disengaja.

Semoga Laporan hasil TUTORIAL ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak

yang telah membaca laporan ini dan khusunya bagi tim penyusun sendiri.

Diharapkan setelah membaca laporan ini dapat memperluas pengetahuan

pembaca,dan kami mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki laporan

hasil diskusi kami berikutnya.

Makassar, April 2013

Kelompok 8

Page 3: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

KASUS

Skenar io 2: Sesak Napas

Seorang perempuan usia 4 tahun dibawa ke Puskesmas dengan keluhan

sesak napas penderita terlihat pucat dan kebiruan. Nadi teraba cepat dan lemah.

KATA KUNCI

Perempuan usia 4 tahun

Sesak napas

Terlihat pucat dan kebiruan

Nadi teraba cepat dan lemah

PERTANYAAN

1. Anatomi dan fisiologi saluran pencernaan

2. Perbedaan sesak napas trauma dan non trauma

3. Penanganan awal ( primary survey,secondery survey,dan disability)

Page 4: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

JAWABAN

1. Anatomi dan fisiologi sistem pernafasan

Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :

Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara

darah dan udara.

Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran

darah ke sel-sel tubuh.

Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara

dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu :

1. Respirasi / Pernapasan Dada

Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut

Tulang rusuk terangkat ke atas

Page 5: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada

kecil sehingga udara masuk ke dalam badan.

2. Respirasi / Pernapasan Perut

Otot difragma pada perut mengalami kontraksi

Diafragma datar

Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara

pada dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.

Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam

keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun

menjadi berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kalilipat. Ketika

oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen yang

banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.

Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapat 100 mmHg

dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya

hanya 40 milimeter air raksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita

hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter darah

mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan akan

keluar dari jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah.

Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :

Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2

Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2

Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O2

Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 +

CO2

Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen

dan mengeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida dan uap air.

Tujuan proses pernapasan yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa

bernapas terjadi pelepasan energy.

Sistem Pernapasan pada Manusia terdiri atas:

1. Hidung

2. Faring

Page 6: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

3. Trakea

4. Bronkus

5. Bronkiouls

6. paru-paru

Kapasitas Paru-Paru

Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan pernapasan

biasa disebut udara pernapasan (udara tidal). Volume udara pernapasan pada

orang dewasa lebih kurang 500 ml. Volume udara tidal orang dewasa pada

pernapasan biasa kira-kira 500 ml.  ketika menarik napas dalam-dalam maka

volume udara yang dapat kita tarik mencapai 1500 ml.  Udara ini dinamakan

udara komplementer. Ketika kita menarik napas sekuat-kuatnya, volume

udara yang dapat diembuskan juga sekitar 1500 ml. Udara ini dinamakan

udara suplementer. Meskipun telah mengeluarkan napas sekuat-kuatnya,

tetapi masih ada sisa udara dalam paru-paru yang volumenya kira-kira 1500

mL. Udara sisa ini dinamakan udara residu. Jadi, Kapasitas paru-paru total  =

kapasitas vital + volume residu =4500 ml/wanita dan 5500 ml/pria.

Pertukaran Gas dalam Alveolus

Oksigen yang diperlukan untuk oksidasi diambil dari udara yang kita hirup

pada waktu kita bernapas. Pada waktu bernapas udara masuk melalu saluran

pernapasan dan akhirnyan masuk ke dalam alveolus. Oksigen yang terdapat

dalam alveolus berdifusi menembus dinding sel alveolus. Akhirnya masuk ke

dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat dalam darah

menjadi oksihemoglobin. Selanjutnya diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.

Oksigennya dilepaskan ke dalam sel-sel tubuh sehingga oksihemoglobin

kembali menjadi hemoglobin. Karbondioksida yang dihasilkan dari

pernapasan diangkut oleh darah melalui pembuluh darah yang akhirnya

sampai pada alveolus Dari alveolus karbon dioksida dikeluarkan melalui

Page 7: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

saluran pernapasan pada waktu kita mengeluarkan napas.Dengan demikian

dalam alveolus terjadi pertukaran gas yaitu oksigen masuk dan

karnbondioksida keluar.

Proses Pernafasan

Proses pernapasan meliputi dua proses, yaitu menarik napas atau inspirasi

serta mengeluarkan napas atau ekspirasi. Sewaktu menarik napas, otot

diafragma berkontraksi, dari posisi melengkung ke atas menjadi lurus.

Bersamaan dengan itu, otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi. Akibat dari

berkontraksinya kedua jenis otot tersebut adalah mengembangnya rongga

dada sehingga tekanan dalam rongga dada berkurang dan udara masuk. Saat

mengeluarkan napas, otot diafragma dan otot-otot tulang rusuk melemas.

Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paru-paru naik

sehingga udara keluar. Jadi,  udara mengalir dari tempat yang bertekanan

besar ke tempat yang bertekanan lebih kecil.

Jenis Pernapasan berdasarkan organ yang terlibat dalam peristiwa inspirasi

dan ekspirasi, orang sering menyebut pernapasan dada dan pernapasan perut.

Sebenarnya pernapasan dada dan pernapasan perut terjadi secara bersamaan.

(1) Pernapasan dada terjadi karena kontraksi otot antar tulang rusuk, sehingga

tulang rusuk terangkat dan volume rongga dada membesar serta  tekanan

udara menurun (inhalasi).Relaksasi otot antar tulang rusuk, costa menurun,

volume kecil, tekanan membesar (e kshalasi). (2) Pernapasan perut terjadi

karena kontraksi /relaksasi otot diafragma ( datar dan melengkung), volume

rongga dada membesar , paru-paru mengembang tekanan mengecil

(inhalasi).Melengkung volume rongga dada mengecil, paru-paru mengecil,

tekanan besar/ekshalasi.

Page 8: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

Mekanisme Pernafasan Manusia.

Pernafasan pada manusia dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:

A. Pernafasan dada

Pada pernafasan dada otot yang erperan penting adalah otot antar tulang

rusuk. Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang

rusuk luar yang berperan dalam mengangkat tulang-tulang rusuk dan

tulang rusuk dalam yang berfungsi menurunkan atau mengembalikan

tulang rusuk ke posisi semula. Bila otot antar tulang rusuk luar

berkontraksi, maka tulang rusuk akan terangkat sehingga volume dada

bertanbah besar. Bertambah besarnya akan menybabkan tekanan dalam

rongga dada lebih kecil dari pada tekanan rongga dada luar. Karena

tekanan uada kecil pada rongga dada menyebabkan aliran udara mengalir

dari luar tubuh dan masuk ke dalam tubuh, proses ini disebut proses

’inspirasi’

Sedangkan pada proses espirasi terjadi apabila kontraksi dari otot

dalam, tulang rusuk kembali ke posisi semuladan menyebabkan tekanan

udara didalam tubuh meningkat. Sehingga udara dalam paru-paru tertekan

dalam rongga dada, dan aliran udara terdorong ke luar tubuh, proses ini

disebut ’espirasi’.

B. Pernafasan perut

Pada pernafasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma dan

otot dinding rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi, posisi

diafragma akan mendatar. Hal itu menyebabkan volume rongga dada

bertambah besar sehingga tekanan udaranya semakin kecil. Penurunan

tekanan udara menyebabkan mengembangnya paru-paru, sehingga udara

mengalir masuk ke paru- paru(inspirasi).

Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau

dalam keadaan tertidur sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi

Page 9: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

oleh susunan saraf otonom. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas

maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan

pernapasan dalam.

Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara

dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam

adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel

tubuh.

Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan

tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika

tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk.

Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara

akan keluar.

Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara

(inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan

dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.

Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.

2.Perbedaan sesak napas trauma dan non trauma

Sesak napas Pucat dan kebiruan Nadi cepat dan lemah

TRAUMA

Gangguan jalan napas

Tersedak Trauma

jatuh/pukulan dada

Keracunan CO2

NON TRAUMA

Asma Alergi

Page 10: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

3. Penanganan pada pasien

Penanganan awal dengan primary survey

A. AIRWAY

1. Penilaian

a. Tanda-tanda objektif – sumbatan airway

Look (lihat)melihat gerakan nafas/ pengembangan dada dan adanya

retraksi sela iga.

Listen (dengar) mendengar aliran udara pernapasan

Feel (Raba) merasakan adanya aliran udara pernapasan

b. Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi

2. Pengelolaan airway bila terdapat obstruksi

1. OBSTRUKSI PARSIAL

I. Suara mendengkur (snoring)

a. Tanpa alat secara manual

Page 11: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

Sumbatan jalan nafas karena pangkal lidah jatuh kebelakang, terdengar

suara snooring atau mendengkur. Lakukan pertolongan dengan cara :

Head-tilt/chin lift

Bila tidak ada cedera kepala dengan cara head tilt atau chin lift

Cara melakukan:

1. Letakkan satu tangan pada dahi tekan perlahan ke posterior,

sehingga kemiringan kepala menjadi normal atau sedikit ekstensi

(hindari hiperekstensi karena dapat menyumbat jalan napas).

2. Letakkan jari (bukan ibu jari) tangan yang lain pada tulang rahang

bawah tepat di ujung dagu dan dorong ke luar atas, sambil

mempertahankan cara 1.

Jaw thrust

Bila tidak sadar dan ada cedera kepala dengan cara jaw thrust

Cara melakukannya:

1. Posisi penolong di sisi atau di arah kepala

2. Letakkan 2-3 jari (tangan kiri dan kanan) pada masing-masing

sudut posterior bawah kemudian angkat dan dorong keluar.

3. Bila posisi penolong diatas kepala. Kedua siku penolong

diletakkan pada lantai atau alas dimana korban diletakkan.

4. Bila upaya ini belum membuka jalan napas, kombinasi dengan

head tilt dan membuka mulut (metode gerak triple)

Untuk cedera kepala/ leher lakukan jaw thrust dengan immobilisasi

leher.

Page 12: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

(A) (B)

Gambar 1. (A) Head-tilt dan Chin-lift. (B) Jaw thrust

b. Dengan menggunakan alat

Pipa orofaring

Cara pemasangan :

1. Pakai sarung tangan

2. Buka mulut pasien dengan cara chin lift atau gunakan ibu jari dan

telunjuk

3. Siapkan pipa orofaring yang tepat ukurannya

4. Bersihkan dan basahi pipa orofaring agar licin dan mudah

dimasukkan

5. Arahkan lengkungan menghadap ke langit-langit (ke palatal)

6. Masukkan separuh, putar lengkungan mengarah ke bawah lidah.

7. Dorong pelan-pelan sampai posisi tepat.

8. Yakinkan lidah sudah tertopang dengan pipa orofaring dengan

melihat pola napas, rasakan dan dengarkan suara napas pasca

pemasangan.

II. Berkumur (gurgling)

Sapuan jari (finger sweep)

Cara :

a. Pasang sarung tangan

b. Buka mulut pasien dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah

Page 13: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

c. Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah yang bersih atau dibungkus

dengan sarung tangan /kassa untuk membersihkan dan mengorek semua

benda asing dalam mulut.

Cross finger

Dengan suction

2. OBSTRUKSI TOTAL

a. Tanpa alat secara manual

Back blows (kalau pasien sadar)

Pukulan punggung dilakukan 5 kali dengan pangkal tangan diatas tulang

belakang diantara kedua tulang belikat.Jika memungkinkan rendahkan

kepala di bawah dada.

Heimlich maneuver (pasien sadar)

Penolong berdiri di belakang korban, lingkarkan kedua lengan mengitari

pinggang, peganglah satu sama lain pergelangan atau kepalan tangan

(penolong).

Abdominal thrust(kalau pasien tidak sadar)

Letakkkan kedua tangan (penolong) pada perut antara pusat dan prosessus

sifoideus, tekanlah ke arah abdomen atas dengan hentakan cepat 3-5 kali.

b. Dengan menggunakan alat

ETT (Endotrakhea tube)

B. B REATHING

Breating dilakukan apabila pemeriksaan airway telah dilaksanakan.Atau

apabila tidak terdapat tanda-tanda obstruksi.

a. Tanpa menggunakan alat:

Mouth to mouth

Sambil mempertahankan posisi kepala (jalan nafas) lakukan tiupan nafas

buatan dengan mulut dengan cara tarik nafas dalam, tiup dan liat

pengembangan dada. Dengan konsentrasi oksigen 16%.

Mouth to mask

Page 14: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

Caranya :

a. Pasang sungkup dengan ukuran sesuai umur sehingga menutup mulut

dan hidung, lalu rapatkan

b. Sambil mempertahankan posisi kepala (jalan nafas) lakukan tiupan

nafas dengan menggunakan :

Kanula oksigen : dengan oksigen 2-3 liter/menit, konsentrasi

30%

Sungkup sederhana : dengan oksigen 6-8 liter/menit, konsentrasi

60%

Sungkup berbalon : dengan oksigen >10 liter/menit, konsentrasi

100%

c. Kemudian liat pengembangan dada.

d. Evaluasi pernapasan, nadi dan warna kulit.

Bernapas

Nadi > 100

Sianosis

Nadi < 100

Sianosis menetap

Ventilasi efektif

Nadi > 100

Nadi < 60 nadi > 60

Nadi < 60 nadi < 60

Evaluasi pernapasan, nadi dan warna kulit

Perawatan observasi

Beri tambahan O2

Berikan VTPPerawatan pasca

resusitasi

Berikan VTP Lakukan kompresi dada

Berikan epinfrin

Page 15: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

Pemberian Ventilasi Tekanan positif

1. Pilih ukuran masker yang cocok dengan wajah penderita

2. Pastikan jalan napas penderita bebas.

3. Tangan kiri memegang masker sedemikian rupa sehingga masker rapat ke

wajah penderita dan pastikan tidak ada udara yang keluar dari sisi masker

pada saat dipompa. Tangan kanan memegang bag dan memompa sampai

dada penderita terlihat mengembang.

4. Kecukupan ventilasi dinilai dengan melihat gerakan dada penderita.

C. CIRCULATION

Indikasi pijat jantung : bradikardia ( <60x/m atau henti jantung )

Lokasi pemijatan : 1/3 bagian bawah tulang dada (sternum) dengan kedalaman

pijatan 1/3 tebal dada. Metode kompressi yaitu 1 pangkal telapak tangan

dengan frekuensi pemijatan± 100x/menit. Koordinasi antara pijat jantung dan

nafas buatan yaitu 5 : 1 dengan 20 siklus

D. D ISABILITY (Neurologic Evaluation)

1. Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/PTS

2. Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi tanda-tanda

lateralisasi

3. Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi, ventilasi dan circulation.

E. E XPOSURE / KONTROL LINGKUNGAN

1. Buka pakaian penderita

2. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan

yangcukup hangat

Page 16: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

1. Penanganan pada kasus asma

Terapi

1. Albuterol, 1 sampai 2 semprotan dengan inhaler “dosis terukur”, atau 0,15

sampai 0,3 mg/kg dalam beberapa ml salin dengan nebulasi, atau pada kasus

berat dengan tekanan positif. Terapi boleh diulang jika diperlukan dengan

pemantauan frekuensi jantung. Dosis yang pasti tidak diperlukan karena

banyak albuterol dari nebuizer tersebut tidak diperlukan karena banyak

albuterol dan nebulizer tersebut tidak terhirup. Anak yang lebih muda dapat

menerima 0,25 ml larutan 0,5% (1,25mg) dalam 2,5 ml NS, dan anak yang

lebih besar dan remaja 0,5 ml (2,5 mg) dalam 2,5 ml NS. Albuterol kontinu

dapat juga yang diberikan dengan kecepatan 0,5 mg /kg/jam (maksimum 7,5

mg/jam).

2. Meskipun biasanya tidak perlu, pada kasus berat, epinefrin dalam air

(1:1000) dapat diberikan, 0,01 ml/kg, perdosis subkutan (maksimum dosis

tunggal tidak lebih dari 0,5 ml). onset kerja berlangsung cepat, durasi

kerjanya mendekati 20 menit. Suntikan boleh diulang setiap 15 sampai 20

menit sampai total tiga dosis.

3. Pemberian peroral atau cairan IV untuk mengencerkan mucus pada saat

yang bersamaan cukup menguntungkan dan amat penting jika anak tersebut

mengalami dehidrasi.

4. Pada kasus signifikan, steroid boleh diberikan UGD, prednisolon 1 sampai 2

mg/kg PO (prelone) atau IV (SoluMedrol).

5. Jika langkah-langkah yang disebut diatas tidak mengurangi serangan, pasien

harus dirawat di rumah sakit.

6. Jika serangan asma member respons terhadap terapi, anak boleh

dipulangkan. Bronkodilator inhalasi harus dilanjutkan, dan setiap serangan

yang signifikan harus diobati dengan pemberian singkat steroid. Berbagai

regimen telah digunakan, misalnya prednisone atau prednisolon, 1 sampai 2

mg/kg/hari dalam dosis terbagi untuk 3 hari atau dikurangi bertahap dalam

10 hari.

Page 17: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

PulangPengobatan dilanjutkan dengan inhalasi agonis beta-2Membutuhkan kortikosteroid oralEdukasi pasienMemakai obat yang benarIkuti rencana pengobatan selanjutnya

Dirawat di RSInhalasi agonis beta-2 + anti—kolinergikKortikosteroid sistemikAminofilin dripTerapi Oksigen pertimbangkan kanul nasal atau masker venturiPantau APE, Sat O2, Nadi, kadar teofilin

Dirawat di ICUInhalasi agonis beta-2 + anti kolinergikKortikosteroid IVPertimbangkan agonis beta-2 injeksi SC/IM/IVAminofilin dripMungkin perlu intubasi dan ventilasi mekanik

Penilaian AwalRiwayat dan pemeriksaan fisik

(auskultasi, otot bantu napas, denyut jantung, frekuensi napas) dan bila mungkin faal paru (APE atau VEP1, saturasi O2), AGDA dan pemeriksaan lain atas indikasi

Penilaian Ulang setelah 1 jamPem.fisis, saturasi O2, dan pemeriksaan lain atas indikasi

Respons baikRespons baik dan stabil dalam 60 menitPem.fisi normalAPE >70% prediksi/nilai terbaik

Respons Tidak SempurnaResiko tinggi distressPem.fisis : gejala ringan – sedangAPE > 50% terapi < 70%Saturasi O2 tidak perbaikan

Respons buruk dalam 1 jamResiko tinggi distressPem.fisis : berat, gelisah dan kesadaran menurunAPE < 30%PaCO2 < 45 mmHgPaCO2 < 60 mmHg

Serangan Asma Ringan Serangan Asma Sedang/Berat Serangan Asma Mengancam Jiwa

Pengobatan AwalOksigenasi dengan kanul nasalInhalasi agonis beta-2 kerja singkat (nebulisasi), setiap 20 menit dalam satu jam) atau agonis beta-2 injeksi (Terbutalin 0,5 ml subkutan atau Adrenalin 1/1000 0,3 ml subkutan)Kortikosteroid sistemik : - serangan asma berat- tidak ada respons segera dengan pengobatan bronkodilator- dalam kortikosterois oral

Perbaikan Tidak Perbaikan

PulangBila APE > 60% prediksi / terbaik. Tetap berikan pengobatan oral atau inhalasi

Dirawat di ICUBila tidak perbaikan dalam 6-12 jam

7. Epinefrin lepas lambat (Sus-Phrine), 0,005 ml/kg, kadang-kadang diberikan

secara subkutan sebelum anak dipulangkan, meskipun penggunaannya sudah

menurun pada tahun-tahun belakangan.

Page 18: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

2. Penanganan untuk alergi

Terapi :

Hentikan kontak dengan allergen

Perhatikan tanda-tanda vital dan jalan napas; bila perlu dilakukan

resusitasi dan pemberian oksigen.

Epinefrin 1/1000 (obat terpilih) 0,5-1 ml sk/im, dapat diulang 5-10 menit

kemudian.

Dapat diberikan pula :

- Antihistamin-difenhidramin (benadryl) 10-20 mg iv

- Kortikosteroid-hidrokortison (Solu-Cortef) 100-250 mg iv

lambat (dalam 30 detik).

- Aminofilin 250-500 mg iv lambat, bila spasme bronkioli

nyata.

Syok anafilaktik

Adrenalin/epinephrin 0,3-0,5 IM (0,01 mg/kg

BB)

Oksigen 100% 8 L/m

Berikan cairan IV

Antihistamin 10-20 mg IM

atau IV

Inhalasi beta-2 agonist

Perbaikan

Tidak ada perbaikan

Evaluasi, stabilisasi,

rujukan

Page 19: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

Pada bayi atau anak dengan riwayat spel hipoksia harus diberikan

Propranolol peroral sampai dilakukan operasi. Dengan obat ini diharapkan spasme

otot infundibuler berkurang dan frekwensi spel menurun. Selain itu keadaan

umum pasien harus diperbaiki, misalnya koreksi anemia, dehidrasi atau infeksi

yang semuanya akan meningkatkan frekwensi spel. Bila spel hipoksia tak teratasi

dengan pemberian propranolol dan keadaan umumnya memburuk, maka harus

secepatnya dilakukan operasi paliatif Blalock-Tausig Shunt (BTS).

3. Penanganan untuk tetralogi fallot

Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk

memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :

Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah

Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat

pernafasan dan mengatasi takipneu.

Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis

Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat

karena permasalahan bukan karena kekuranganoksigen, tetapi karena

aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak

lagi takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini

tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian:

Propanolol 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut

jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10

ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila

serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit

berikutnya.

Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja

meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedatif

penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam

penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat

meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan

aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.

Page 20: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

Lakukan selanjutnya

1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik

2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi

3. Hindari dehidrasi

4. Penanganan untuk intoksikasi makanan

1. Stabilisasi

Penatalaksanan keracunan pada waktu pertama kali berupa tindakan

resusitasi kardiopulmonal yang dilakukan dengan cepat dan tepat

berupa:

Pembebasan jalan nafas

Perbaikan fungsi pernapasan (Ventilasi dan okigenasi)

Perbaikan sistem sirkulasi darah

TOF

oksigenasi

Propanolol 0,01-0,25 mg/kg IV

Ketamin 1-3 mg/kg IV

Resusitasi cairan

Evaluasi, stabilisasi,

rujukan

Baik Buruk

Page 21: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

2. Dekontaminasi GI

Dekomtaminasi merupakan terapi intervensi yang bertujuan untuk

menurunkan pemaparan terhadap racun mengurangi absorpsi dan

mengurangi kerusakan. Tindakan dekontaminasi tergantung pada

loksi tubuh yang terkena racun. Pada GI, penelanan makanan

merupakan rute pemaparan yang tersering sehingga tindakan

pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran atau

mengeluarkan isis ambung dengan cara induksi muntah atau

aspirasi dan kumbah lambung dapat mengurangi jumlah paparan

bahan toksik.

3. Eliminasi

Tindakan mempercepat pengeuaran racun yang sedang beredar

dalam darah atau dalam sal.GI setelah lebih dari 4 jam. Apabila

masih dalam sal.cerna dapat digunakn pemberian arang aktif yang

diberikan berulang dengan dosis 30-50 gr (0,5-1 gr/kgBB) setiap 4

jam per orl atau enteral. Tinadakan ini dapat bermanfaat pada

keracunan obat seperti karbamazepin,dll.

Terapi gejaa penyerta

Gangguan cairan, elektrolit dan asam basa.

Kebutuhan dasar cairan harian adalah 30-35 ml/kgBB hari,

Natrium 1-1,5 mmol/kgBB/hari., kalium 1 mmol/kgBB/hari.

Apabila ada gangguan elektrolit dan asam basa harus dikoreksi

sesuai derajat bert ringannya.

Page 22: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

SECONDARY SURVEY

A. Anamnesis

Anamnesis yang harus diingat :

A : Alergi

M : Mekanisme dan sebab trauma

M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)

P : Past illness

L : Last meal (makan minum terakhir)

E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.

B. PemeriksaanFisik

1. Kepala dan Maksilofasial

a) Penilaian

Inspeksi dan palpasi seluruh kepala dan wajah untuk adanya laserasi,

kontusi, fraktur dan luka termal

Intoksikasi

makanandekontami

nasi

Evaluasi, stabilisasi,

rujukan

Pasang NGT

Aspirasi dan kumbah lambung

Resusitasi

cairan

Baik Buruk

Page 23: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

Re-evaluasi pupil

Re-evaluasi tingkat kesadaran dengan skor GCS

Penilaian mata untuk perdarahan, luka tembus, ketajaman penglihatan,

dislokasi lensa, dan adanya lensa kontak

Evaluasi syaraf kranial

Periksa telinga dan hidung akan adanya kebocoran cairan serebro-

spinal

Periksa mulut untuk adanya perdarahan dan kebocoran cairan serebro-

spinal, perlukaan jaringan lunak dan gigi goyang.

b) Pengelolaan

Jaga airway, pernafasan dan oksigenasi

Cegah kerusakan otak sekunder

2. Vertebra servikalis dan leher

Penilaian

Periksa adanya cedera tumpul atau tajam, deviasi trakea, dan pemakaian

otot pernafasan tambahan

Palpasi untuk adanya nyeri, deformitas, pembengkakan, emfisema

subkutan, deviasi trakea, simetri pulsasi.

3. Toraks

Penilaian

Penilaian dinding dada bagian depan, samping dan belakang untuk

adanya trauma tumpul ataupun tajam, pemakaian otot pernafasan

tambahan dan ekspansi toraks bilateral.

Auskultasi pada bagian depan dan basal untuk bising nafas (bilateral)

dan bising jantung.

Palpasi seluruh dinding dada untuk adanya trauma tajam/tumpul,

emfisema subkutan, nyeri tekan dan krepitasi.

Perkusi untuk adanya hipersonor atau keredupan.

Page 24: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

c. Abdomen

Penilaian :

Inspeksi abdomen bagian depan dan belakang untuk adanya trauma

tajam/tumpul dan adanya perdarahan internal.

Auskultasi bising usus

Perkusi abdomen untuk menemukan nyeri lepas (ringan)

Palpasi abdomen untuk nyeri tekan.

d. Perineum/rectum/penis

Penilaian :

Penilaian perineum : perdarahan uretra, laserasi, dsb

Penilaian rektum : perdarahan rektum

Tonus sfinkter ani

Utuhnya dinding rectum

Fragmen tulang

Posisi prostat

e. Muskuloskeletal

Penilaian :

Inspeksi lengan dan tungkai akan adanya trauma tumpul/tajam, termasuk

adanya laserasi kontusio dan deformitas

Palpasi lengan dan tungkai akan adanya nyeri tekan, krepitasi,

pergerakan abnormal, dan sensorik

Palpasi semua arteri perifer untuk kuatnya pulsasi dan ekualitas

Nilai pelvis untuk adanya fraktur dan perdarahan

Inspeksi dan palpasi vertebra torakalis dan lumbalis untuk adanya

trauma tajam/ tumpul, termasuk adanya kontusio, laserasi, nyeri tekan,

deformitas, dan sensorik

f. Neurologis

Penilaian :

Re-evaluasi pupil dan tingkat kesadaran

Page 25: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

Tentukan skor GCS

Evaluasi motoric dan sensorik dari keempat ekstremitas

Tentukan adanya tanda lateralisasi

C. Tambahan pada secondary survey

Dalam melakukan secondary survey, mungkin akan dilakukan

pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik yaitu pemeriksaan radiologi dan

laboratorium.Seringkali ini membutuhkan transportasi penderita ke ruangan

yang lain harus tersedia perlengkapan untuk resusitasi.Dengan demikian

semua prosedur di atas jangan dilakukan sebelum hemodinamik penderita

stabil dan telah diperiksa secara teliti.

MEKANISME RUJUKAN DAN TRANSPORTASI PADA SKENARIO

A. Syarat Rujukan

Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien karena

keterbatasan SDM maupun fasilitas serta keadaan pasien yang masih

memungkinkan untuk dirujuk.

Keadaan yang mengancam jiwa harus tertangani terlebih dahulu

(A,B,C,D,E)

Dokter yang merujuk menyertakan dokumen mengenai identitas

pasien,hasil anamnesis dan kondisi pasien

Tersedia layanan rujukan seperti transportasi dan perawat yang

berpengalaman untuk ikut serta

Dokter dan rumah sakit yang menerima pasien bersedia dan dapat

memberikan penanganan kepada pasien

B. Transportasi

1. Syarat Transportasi Penderita

Page 26: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

Memenuhi syarat :

- Gangguan Pernapasan & CV telah ditanggulangi; Resusitasi bila perlu

Selama Tranportasi Monitor:

- Kesadaran

- Pernapasan

- Tekanan Darah dan Denyut nadi

2. Syarat Alat Transportasi

Kendaraan

Darat (Ambulance,Pick up, truck,gerobak,dll)

Laut (perahu,rakit,kapal,perahu motor dll)

Udara (Pesawat terbang,helikopter)

Yang terpenting adalah:

Penderita dapat terlentang

Cukup luas minimal untuk 2 penderita & petugas dapat bergerak leluasa

Cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri dan infus dapat jala

ETIOLOGI SESAK NAPAS

Trauma

Gangguan jalan nafas (obstruksi benda asing)

Trauma thorax (trauma jatuh atau pukulan di dada)

Trauma inhalasi (keracunan gas)

Non-trauma

Syok anafilaktik (misalnya karena alergi)

Gangguan paru (misalnya asma, bronchitis, dll)

Gangguan kardiovaskuler (misalnya Atrial septal defect (ASD), penyakit

jantung bawaan, dll)

MEKANISME SESAK NAPAS

Kebutuhan ventilasi meningkat

- orang normal atau penyakit paru

Page 27: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

- respiratory motor output meningkat sense of effort

- hipoksemia rangsang kemoreseptor meningkatkan aktiviti

motor pernpasan

- dekonditioning (pasien penyakit kardiopumoner) asam laktat

lebih cepat meningkat rangsang pernapasan meningkat

ventilasi sesak nafas

Kelainan otot pernapasan

- Kelemahan / tidak efisien mekanik otot pernapasan

mismatch antara output motor pernapasan dan ventilsi sesak

nafas

Misal pada penyakit neuromuskular, kelemahan otot

- PPOK : inflasi paru-ekspansi toraksKRF meningkat otot

inspirasi memendeklength-tension inappropriateness

menurunkan kapasiti

Kelainan tahanan ventilasi

- Penyempitan jalan nafas (asma, PPOK) tahanan jalan nafas

meningkat

- Penyakit paru parenkim (interstisial pneumonitis, fibrosis

paru) elastik paru tahanan jalan nafas

- Tahanan ventilasi meningkat – output moto pernapasan

effort sesak nafas

Kelainan pola bernafas

- Misal pada penyakit parenkim paru nafas cepat : refleks dar

respon rangsangan reseptor vagus di paru.

Kelainan asam basa

- Hipokesemia rangsang kemoreseptor aktiviti motor

pernpasan meningkat

- Hiperkapnia output motor pernapasan meningkat

ventilasi

Page 28: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

- Hiperkapnia kronik : kompensasi metabolik mengurangi

perubahan konsentrasi ion hidrogen mengurangi respon

ventilasi mengubah sensasi pernapasan

OBAT – OBATAN YANG DAPAT DIGUNAKAN

Obat-Obat Bronkodilator

Tipe utama bronkodilator :

1. Adrenergik

2. Antikolinergik

3. Xanthin

1. Adrenergika

Yang digunakan adalah b2-simpatomimetika (singkatnya b2-mimetika) yang

berikut : salbutamol, terbulatin, tretoquinol, fenoterol, rimiterol, prokaterol

(Meptin), dan klenbuterol (Spriropent). Lagi pula, obat long-acting yang agak

baru, yaitu salmoterol dan formoterol (dorudil).

Zat-zat ini bekerja lebih kurang selektif terhadap reseptor b2 adrenergis dan

praktis tidak terhadap reseptor- b1 (stimulasi jantung). Obat dengan efek terhadap

kedua reseptor sebaiknya jangan digunakan lagi berhubung efeknya terhadap

jantung, seperti efedrin, inprenalin, orsiprenalin dan heksoprenalin. Pengecualian

adalah adrenalin (reseptor dan b) yang sangat efektif pada keadaan kemelut.

Mekanisme kerjanya adalah melalui stimulasi reseptor b2 di trachea

(batang tenggorok) dan bronchi, yang menyebabkan aktivasi dari

adenilsiklase. Enzim ini memperkuat pengubahan adenosintrifosat (ATP)

yang kaya energi menjadi cyclic-adenosin monophosphat (cAMP) dengan

pembebasan energi yang digunakan untuk proses-proses dalam sel.

Meningkatnya kadar cAMP di dalam sel menghasilkan beberapa efek

bronchodilatasi dan penghambatan pelepasan mediator oleh mast cells.

Page 29: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

Penggunaannya semula sebagai monoterapi kontinu, yang ternyata secara

berangsur meningkatkan HRB dan akhirnya memperburuk fungsi paru,

karena tidak menanggulangi peradangan dan peningkatan kepekaan bagi

alergen pada pasien alergis. Oleh karena itu, sejak beberapa tahun hanya

digunakan untuk melawan serangan atau sebagai pemeliharaan dalam

kombinasi dengan obat pencegah, seperti kortikosteroid dan kromoglikat.

Kehamilan dan laktasi. Salbutamol dan terbutalin dapat digunakan oleh

wanita hamil, begitu pula fenoterol dan heksoprenalin setelah minggu ke-

16. salbutamol. Terbutalin, dan salmeterol mencapai air susu ibu. Dari

obat lainnya belum terdapat cukup data untuk menilai keamanannya; pada

binatang percobaan, salmoterol ternyata merugikan janin.

Obat-obat adrenergik yang sering digunakan sebagai bronchodilator :

Adrenalin epinefrin Lidonest 2%.

Zat adrenergik ini dengan efek alfa + beta adalah bronchodilator terkuat

dengan kerja cepat tetapi singkat dan digunakan untuk serangan asma yang hebat.

Sering kali senyawa ini dikombinasi dengan tranquillizer peroral guna melawan

rasa takut dan cemas yang menyertai serangan. Secara oral, adrenalin tidak aktif.

Efek samping berupa efek sentral (gelisah, tremor, nyeri kepala) dan

terhadap jantung palpitasi, aritmia), terutama pada dosis lebih tinggi. Timbul pula

hyperglikemia, karena efek antidiabetika oral diperlemah.

Dosis pada serangan asma i.v. 0,3 ml dari larutan 1 : 1.000 yang dapat

diulang dua kali setiap 20 meter (tartrat).

Efedrin : *Asmadex, * Asmasolon, * Bronchicum”

Derivat – adrenalin ini memiliki efek sentral lebih kuat dengan efek

bronchodilatasi lebih ringan dan bertahan lebih lama (4 jam). Efedrin dapat

Page 30: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

diberikan secara oral maka banyak digunakan sebagai obat asma (bebas berbatas

tanpa resep) dalam berbagai sediaan populer, walaupun efek sampingnya dapat

membahayakan.

Reasorbsinya baik dan dalam waktu ¼ – 1 jam sudah terjadi

bronchodilatasi. Di dalam hati, sebagian zat dirombak ekskresinya terutama lewat

urin secara utuh. Plasma ½-nya 3-6 jam.

Efek samping, pada orang yang peka, efedrin dalam dosis rendah sudah

dapat menimbulkan kesulitan tidur, tremor, gelisah dan gangguan berkemih. Pada

overdose, timbul efek berbahaya terhadap SSP dan jantung (palpitasi) (3,4).

Isoprenalin : Isuprel Aleudrin

Derivat ini mempunyai efek b1 + b2 adrenergis dan memiliki daya

bronchodilatasi baik tetapi resorpsinya di usus buruk dan tidak teratur.

Resorpsinya dari mulut (oromukosal sebagai tablet atau larutan agak lebih baik

dan cepat, dan efeknya sudah timbul setelah beberapa menit dan bertahan sampai

1 jamn.

Penggunaannya sebagai obat asma sudah terdesak oleh adrenergika dengan

khasiat spesifik tanpa efek beta-1 (jantung), sehingga lebih jarang menimbulkan

efek samping. Begitu pula turunnya, seperti yang tersebut di bawah ini, sebaiknya

jangan digunakan lagi.

Orsiprenalin (Metaproterenol, Alupent, Silomat comp)

Adalah isomer isoprenalin dengan resorpsi lebih baik, yang efeknya dimulai

lebih lambat (oral sesudah 15-20 menit tetapi bertahan lebih lama, sampai 4 jam.

Mulai kerjanya melalui inhalasi atau injeksi adalah setelah 10 menit.

Dosis 4 dd 20 mg (sulfat), i.m. atau s.c. 0,5 mg yang dapat diulang setelah ½

jam, inhalasi 3 – 4 dd 2 semprotan.

Page 31: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

Salbutamol: ventolin, salbuven

Derivat isoprenalin ini merupakan adrenergikan pertama (1986) yang pada

dosis biasa memiliki daya kerja yang lebih kurang spesifik terhadap reseptor b2.

selain berdaya bronchodilatasi baik, salbutamol juga memiliki efek lemah

terhadap stabilisasi mastcell, maka sangat efektif mencegah maupun meniadakan

serangan asma. Dewasa ini obat ini sudah lazim digunakan dalam bentuk dosis-

aerosol berhubung efeknya pesat dengan efek samping yang lebih ringan daripada

penggunaan per oral. Pada saat inhalasi seruk halsu atau larutan, kira-kira 80%

mencapai trachea, tetapi hanya 7 -8% dari bagian terhalus (1-5 mikron) tiba di

bronchioli dan paru-paru.

Efek samping jarang terjadi dan biasanya berupa nyeri kepala, pusing-

pusing, mual, dan tremor tangan. Pada overdose dapat terjadi stimulasi reseptor b-

1 dengan efek kardiovaskuler: tachycardia, palpitasi, aritmia, dan hipotensi. Oleh

karena itu sangat penting untuk memberikan instruksi yang cermat agar jangan

mengulang inhalasi dalam waktu yang terlalu singkat, karena dapat terjadi

tachyfylaxis (efek obat menurun dengan pesat pada penggunaan yang terlalu

sering).

Dosis 3-4 dd 2-4 mg (sulfat) inhalasi 3-4 dd 2 semprotan dari 100 mcg, pada

serangan akut 2 puff yang dapat diulang sesudah 15 menit. Pada serangan hebat

i.m. atau s.c. 250-500 mcg, yang dapat diulang sesudah 4 jam.

Terbutalin : Bricasma, Bricanyl

Derivat metil dari orsiprenalin (1970) ini juga berkhasiat b2 selektif. Secara

oral, mulai kerjanya sesudah 1-2 jam, sedangkan lama kerjnya ca 6 jam. Lebih

sering mengakibatkan tachycardia.

Dosis 2-3 dd 2,5-5 mg (sulfat) inhalasi 3-4 dd 1-2 semprotan dari 250 mcg,

maksimum 16 puff sehari, s.c. 250 mcg, maksimum 4 kali sehari (3,4).

Page 32: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

Fenoterol (berotec)

Adalah derivat terbutalin dengan daya kerja dan penggunaan yang sama.

Efeknya lebih kuat dan bertahan ca 6 jam, lebih lama daripada salbutamol (ca 4

jam).Dosis : 3 dd 2,5-5 mg (bromida), suppositoria malam hari 15 mg, dan

inhalasi 3-4 dd 1-2 semprotan dari 200 mcg.

2. Antikolinergika

Di dalam sel-sel otot polos terdapat keseimbangan antara sistem adrenergis

dan sistem kolinergis. Bila karena sesuatu sebab reseptor b2 dari sistem adrenergis

terhambat, maka sistem kolinergis akan berkuasa dengan akibat

bronchokonstriksi. Antikolimengika memblok reseptor muskarin dari saraf-saraf

kolinergis di otot polos bronchi, hingga aktivitas saraf adrenergis menjadi

dominan dengan efek bronchodilatasi.

Penggunaan terutama untuk terapi pemeliharaan HRB, tetapi juga berguna

untuk meniadakan serangan asma akut (melalui inhalasi dengan efek pesat).

Efek samping yang tidak dikehendaki adalah sifatnya yang mengentalkan

dahak dan tachycardia, yang tidak jarang mengganggu terapi. Yang terkenal pula

adalah efek atropin, seperti mulut kering, obstipasi, sukar berkemih, dan

penglihatan buram akibat gangguan akomodasi. Penggunaanya sebagai inhalasi

meringankan efek samping ini.

Contoh obat antikolinergik yang sering digunakan sebagai bronchodilator :

Ipratropium : Atrovent

Derivat-N-propil dari atropin ini (1974) berkhasiat bronchodilatasi, karena

melawan pembentukan cGMP yang menimbulkan konstriksi. Ipratropin berdaya

mengurangi hipersekresi di bronchi, yakni efek mengeringkan dari obat

antikolinergika, maka amat efektif pada pasien yang mengeluarkan banyak dahak.

Khususnya digunakan sebaga inhalasi, efeknya dimulai lebih lambat (15 menit)

Page 33: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

dari pada b2-mimetika. Efek maksimalnya dicapai setelah 1-2 jam dan bertahan

rata-rata 6 jam. Sangat efektif sebagai obat pencegah dan pemeliharaan, terutama

pada bronchitis kronis. Kini, zat ini tidak digunakan (lagi) sebagai monoterapi

(pemeliharaan), melainkan selalu bersama kortikosteroida-inhalasi. Kombinasinya

dengan b2-mimetika memperkuat efeknya (adisi).

Resorpsinya secara oral buruk (seperti semua senyawa amonium kwaterner).

Secara tracheal hanya bekerja setempat dan praktis tidak diserap. Keuntungannya

ialah zat ini juga dapat digunakan oleh pasien jantung yang tidak tahan terhadap

adrenergika. Efek sampingnya jarang terjadi dan biasanya berupa mulut kering,

mual, nyeri kepala, dan pusing.

Dosis inhalasi 3-4 dd 2 semprotan dari 20 mcg (bromida).

3.   Derivat Xanthin: teofilin, aminofilin

Daya bronchorelaksasinya diperkirakan berdasarkan blokade reseptor

adenosin. Selain itu, teofilin seperti kromoglikat mencegah meningkatnya

hiperektivitas dan berdasarkan ini bekerja profilaksi. Resorpsi dari turunan teofilin

amat berbeda-beda, yang terbaik adalah teofilin microfine (particle size 1-5

micron) dan garam-garamnya aminofilin dan kolinteofilinat. Penggunaanya secara

terus-menerus pada terapi pemeliharaan ternyata efektif mengurangi frekuensi

serta hebatnya serangan. Pada keadaan akut (infeksi aminofilin) dapat

dikombinasi dengan obat asam lainnya, tetapi kombinasi dengan b2-mimetika

hendaknya digunakan dengan hati-hati berhubungan kedua jenis obat saling

memperkuat efek terhadap jantung. Kombinasinya dengan efedrin (Asmadex,

Asmasolon) praktis tidak memperbesar efek bronchodilatasi, sedangkan efeknya

terhadap jantung dan efek sentralnya amat diperkuat. Oleh karena ini, sediaan

kombinasi demikian tidak dianjurkan, terutama bagi para manula.

Tablet sustanined release (Euphyllin retard 125-250 mg) adalah efketif

untuk memperoleh kadar darah yang konstan, khususnya pada waktu tidur dan

dengan demikian mencegah serangan tengah malam dan morning dip.

Page 34: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

Kehamilan dan laktasi

Teofilin aman bagi wanita hamil. Karena dapat mencapai air susu ibu,

sebaiknya ibu menyusui bayinya sebelum menelan obat ini.

Obat-obat golongan xanthin yang sering digunakan sebagai bronchodilator :

Teofilin : 1,3 dimryilkdsnyin, Quibron-T/SR Theobron.

Alkaloida ini (1908) terdapat bersama kofein (trimetilksantin) pada daun teh

(Yuntheos = Allah, phykllon = daun) dan memiliki sejumlah khasiat antara lain

berdaya spasmolitis terhadap otot polos, khususnya otot bronchi, menstimulasi

jantung (efek inotrop positif) dan mendilatasinya. Teofilin juga menstimulasi SSP

dan pernafasan, serta bekerja diuretis lemah dan singat. Kofein juga memiliki

semua khasiat ini meski lebih lemah, kecuali efek stimulasi sentralnya yang lebih

kuat. Kini, obat ini banyak digunakan sebagai obat prevensi dan terapi serangan

asma.

Efek bronchodilatasinya tidak berkorelasi baik dengan dosis, tetapi

memperlihatkan hubungan jelas dengan kadar darahnya dan kadar di air liur. Luas

terapeutisnya sempit, artinya dosis efektifnya terletak berdekatan dengan dosis

toksisnya. Untuk efek optimal diperlukan kadar dalam darah dari 10-15 mcg/ml,

sedangkan pada 20 mcg/ml sudah terjadi efek toksis. Oleh karena itu, dianjurkan

untuk menetapkan dosis secara individual berdasarkan tuntutan kadar dalam

darah. Hal ini terutama perlu pada anak-anak di bawah usia 2 tahun dan pada

manula diatas 60 tahun, yang sangat peka terhadap overdose, juga pada pasien

gangguan hati dan ginjal. Terapi dengan teofilin harus dipandu dengan penentuan

kadar dalam darah.

Resorpsinya di usus buruk dan tidak teratur. Itulah sebabnya mengapa

bronchodilator tua ini (1935) dahulu jarang digunakan. Baru pada tahun 1970-an,

diketahui bahwa resorpsi dapat menjadi lengkap bila digunakan dalam bentuk

seruk microfine. (besarnya partikel 5-10 mikron) begitu juga pada penggunaan

Page 35: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

sebagai larutan, yang seperlunya ditambahkan alkohol 20%. Plasma-t ½ nya 3-7

jam, ekskresinya berlangsung sebagai asam metilurat lewat kemih dan hanya 10%

dalam keadaan utuh. Teofilin sebaiknya digunakan sebagai sediaan ‘sutanined

release’ yang memberikan resorpsi konstan dan kadar dalam darah yang lebih

teratur.

Efek sampingnya yang terpenting berupa mual dan muntah, baik pada

penggunaan oral maupun rektal atau parenteral. Pada overdose terjadi efek sentral

(gelisah, sukar tidur, tremor, dan konvulsi) serta gangguan pernafasan, juga efek

kardiovaskuler, seperti tachycardia, aritmia, dan hipotensi. Anak kecil sangat peka

terhadap efek samping teofilin.

Dosis 3-4 dd 125 – 250 mg microfine (retard). 1 mg teofilin 0 aq = 1,1 g

teofilin 1 aq = 1,17 g aminofilin 0 aq = 1,23 g aminofilin 1 aq.

 Aminofilin (teofilin-etilendiamin, Phyllocomtin continus, Euphylllin)

Adalah garam yang dalam darah membebaskan teofilin kembali. Garam ini

bersifat basa dan sangat merangsang selaput lendir, sehingga secara oral sering

mengakibatkan gangguan lambung (mual, muntah), juga pada penggunaan dalam

suppositoria dan injeksi intramuskuler (nyeri). Pada serangan asma, obat ini

digunakan sebagai injeksi i.v.

Page 36: Modul 2 sesak napas emergency dan traumatology

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku ajar

a. American college of surgeons. 2004. Advance Trauma Life

Support Program for Doctors, 7th edition. USA (Diterjemahan dan

dicetak oleh komisi trauma IKABI)

b. Tambunan, Karmel L, dkk. 2003. Buku Panduan Penatalaksanaan

Gawat Darurat, Jilid 1. Jakarta. FKUI

c. Alsagaff, Hood dan Mukty Abdul H.2006. Dasar-dasar Ilmu

Penyakit Paru. Airlangga University Press : Surabaya.

d. PDSPDI. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Pusat Penerbitan

FKUI: Jakarta.

e. Davey, Patrick. 2006. At a Glance Medicine. Airlangga: Jakarta.

f. Modul Departemen Kesehatan RI (DIT YANMED GIGI DASAR

– PUSDIKLAT KESEHATAN)

g. Stead Latha G. : First Aid For the Emergency Medicine clerkship,

McGraw Hill Companies,Inc, 2003.

2. Tim Dosen UNHAS : Diktat kuliah Sistem Gawat Darurat dan Traumatologi, UNHAS, 2010.

3. www.emedicine.com

4. www.medlinux.blogspot.com