Modul 14 Kewarganegaraan

17
Politik serta Strategi Pertahanan Keamanan Politik dan strategi pertahanan dan keamanan (Hankam) merupakan bagian integral dari politik dan Strategi Nasional (Polstranas). Polstra Hankam bersifat saling mengisi, saling mendukung dan saling memperkuat (Sinergi) dengan politik dan strategi bidang-bidang kehidupan lainnya dalam Polstranas. A. DASAR-DASAR KONSEP PERTAHANAN KEAMANAN NASIONAL Dengan adanya UU RI Pokok Hankamnas No. 20 Tahun 1982, sekarang disempurnakan dengan UU RI No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan dan Keamanan negara dan UU No. 2 tentang Kepolisian Negara maka baik politik maupun konsep pertahanan keamanan bangsa Indonesia serta semua doktrinnya telah mempunyai landasan yang kokoh. Politik dan konsep hankamnas telah lahir, dikembangkan dan dilaksanakan sejak bangsa Indonesia dituntut untuk mempertahankan dan mengamankan negara Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. 1. Falsafah Dalam kehidupan negara, aspek pertahanan keamanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara itu. Tanpa kemampuan mempertahankan diri dari ancaman dari luar dan dalam negeri, negara tidak dapat mempertahankan hidupnya. Bangsa Indonesia yang memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 bertekad bulat untuk membela serta mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan serta kedaulatan negara dan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pandangan bangsa Indonesia tentang pertahanan dan keamanan negara sebagaimana ditentukan dalam Pembukaan dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 adalah sebagai berikut. a. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengna perikemanusiaan dan perikeadilan. b. Pemerintahan negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. c. Adalah hak dan kewajiban setiap warga untuk ikut serta dalam usaha pembelaan negara. d. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnua dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 2. Asas-asas Dari pandangan hidup (falsafah) yang diuraikan bangsa Indonesia menemukan asas-asas atau prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan pertahanan keamanan seperti tersebut dibawah ini. a. Bangsa Indonesia berhak dan wajib membela serta mempertahankan kemerdekaan negara yang telah diperjuangkan, meliputi segenap rakyat Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia yang tidak boleh jatuh ke tangan bangsa asing, termasuk segala kekayaan yang terkandung di dalamnya serta yang tercakup dalam yurisdiksi nasional. b. Upaya pertahanan keamanan negara merupakan tanggung jawab dan kehormatan setiap warga negara. Oleh sebab itu tidak seorang warga negara pun boleh menghindarkan diri dari kewajiban ikut serta dalam pembelaan negara, kecuali ditentukan dengan undang-undang. Selain itu, dalam prinsip ini terkandung pula pengertian bahwa upaya pertahanan keamanan

description

Bljr Kwn

Transcript of Modul 14 Kewarganegaraan

Page 1: Modul 14 Kewarganegaraan

Politik serta Strategi Pertahanan Keamanan Politik dan strategi pertahanan dan keamanan (Hankam) merupakan bagian integral dari

politik dan Strategi Nasional (Polstranas). Polstra Hankam bersifat saling mengisi, saling

mendukung dan saling memperkuat (Sinergi) dengan politik dan strategi bidang-bidang

kehidupan lainnya dalam Polstranas.

A. DASAR-DASAR KONSEP PERTAHANAN KEAMANAN NASIONAL Dengan adanya UU RI Pokok Hankamnas No. 20 Tahun 1982, sekarang disempurnakan

dengan UU RI No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan dan Keamanan negara dan UU No. 2

tentang Kepolisian Negara maka baik politik maupun konsep pertahanan keamanan bangsa

Indonesia serta semua doktrinnya telah mempunyai landasan yang kokoh. Politik dan konsep

hankamnas telah lahir, dikembangkan dan dilaksanakan sejak bangsa Indonesia dituntut untuk

mempertahankan dan mengamankan negara Republik Indonesia yang diproklamasikan pada

tanggal 17 Agustus 1945.

1. Falsafah

Dalam kehidupan negara, aspek pertahanan keamanan merupakan faktor yang sangat hakiki

dalam menjamin kelangsungan hidup negara itu. Tanpa kemampuan mempertahankan diri dari

ancaman dari luar dan dalam negeri, negara tidak dapat mempertahankan hidupnya.

Bangsa Indonesia yang memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945

bertekad bulat untuk membela serta mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan serta

kedaulatan negara dan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pandangan bangsa

Indonesia tentang pertahanan dan keamanan negara sebagaimana ditentukan dalam Pembukaan

dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 adalah sebagai berikut.

a. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus

dihapuskan karena tidak sesuai dengna perikemanusiaan dan perikeadilan.

b. Pemerintahan negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan

keadilan sosial.

c. Adalah hak dan kewajiban setiap warga untuk ikut serta dalam usaha pembelaan negara.

d. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnua dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Asas-asas

Dari pandangan hidup (falsafah) yang diuraikan bangsa Indonesia menemukan asas-asas atau

prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan pertahanan keamanan seperti tersebut dibawah ini.

a. Bangsa Indonesia berhak dan wajib membela serta mempertahankan kemerdekaan negara

yang telah diperjuangkan, meliputi segenap rakyat Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia yang tidak boleh jatuh ke tangan bangsa asing, termasuk segala kekayaan yang

terkandung di dalamnya serta yang tercakup dalam yurisdiksi nasional.

b. Upaya pertahanan keamanan negara merupakan tanggung jawab dan kehormatan setiap

warga negara. Oleh sebab itu tidak seorang warga negara pun boleh menghindarkan diri dari

kewajiban ikut serta dalam pembelaan negara, kecuali ditentukan dengan undang-undang.

Selain itu, dalam prinsip ini terkandung pula pengertian bahwa upaya pertahanan keamanan

Page 2: Modul 14 Kewarganegaraan

negara harus dilakukan berdasarkan asas keyakinan akan kekuatan sendiri dan tidak kenal

menyerah, serta tidak mengandalkan bantuan atau perlindungan negara atau kekuatan asing.

c. Bangsa Indonesia cinta perdamaian, tetapi lebih cinta kepada kemerdekaan dan kedaulatan.

Bagi bangsa Indonesia, perang adalah tindakan tidak berperikemanusiaan, tidak sesuai

dengan martabat manusia. Walaupun demikian, bangsa Indonesia menyadari bahwa struktur

politik dunia dengan berbagai kepentingan nasional dan ideologi yang saling bertentangan,

tidak sanggup secara pasti dan berlanjut untuk mencegah pecahnya perang, setidak-tidaknya

untuk jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, bangsa Indonesia menyadari hak dan

kewajiban untuk ikut serta dalam setiap usaha perdamaian. Dalam hubungan itu,

penyelesaian pertikaian atau pertentangan yang mungkin timbul antara Indonesia dan bangsa

lain akan selalu diusahakan melalui cara-cara damai. Bagi bangsa Indonesia perang adalah

jalur terakhir dan hanya dilakukan apabila semua usaha penyelesaian cara damai telah

ditempuh dan tenyata tidak membawa hasil. Perang hanya dilakukan dalam keadaan terpaksa

untuk mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan serta kepentingan nasional dan sedapat

mungkin diusahakan agar wilayah nasional tidak menjadi ajang perang. Prinsip ini sekaligus

member gambaran tentang pandangan bangsa Indonesia tentang perang dan damai

d. Bangsa Indonesia menentang segala macam penjajahan dalam berbagai bentuk dan

penampilan, menganut politik bebas aktif. Oleh karena itu, pertahanan keamanan negara ke

luar bersifat defensif aktif yang berartitidak agresif dan tidak ekspansif dan sejauh

kepentingan nasional tidak terancam, tidak akan mulai menyerang, sedangkan ke dalam

bersifat prevensif aktif yang berarti sedini mungkin mengambil langkah dan tindakan guna

mencegah dan mengatasi setiap kemungkinan timbulnya ancaman dalam bentuk apa pun dari

dalam negeri. Atas dasar sikap dan pandangan ini bangsa Indonesia tidak membiarkan

dirinya terikat atau ikut serta dalam suatu ikatan pertahanan keamanan dengan negara lain.

Kerja sama di bidang pertahanan keamanan guna meningkatkan kemampuan dan

keterampilan serta operasi keamanan perbatasan tidak merupakan suatu ikatan pertahanan

keamanan (Persekutuan Militer).

e. Bentuk perlawann rakyat Indonesia dalam rangka membela serta mempertahankan

kemerdekaan bersifat kerakyatan dan kesemestaan, yang berarti melibatkan seluruh rakyat

dan segenap sumber daya nasional serta prasarana nasional yang bersifat kewilayahan, dalam

arti seluruh wilayah negara merupakan tumpuan perlawanan. Perlawanan rakyat semesta

dilaksanakan sesuai dengan perkembangan zaman.

3. Tujuan dan Fungsi Hankamnas

Pertahanan Keamanan Nasional bertujuan menjamin tetap tegaknya Negara Kesatuan

Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 terhadap segala ancaman baik dari

luar negeri maupun dari dalam negeri dan tercapainya tujuan nasional.

Pertahanan Keamanan Nasional berfungsi untuk berikut ini.

a. Memelihara dan meningkatkan tannas dengan menanamkaan serta memupuk kecintaan

kepada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, penghayatan dan

pengamalan Pancasila dan UUD 1945 sehingga bangsa Indonesia memiliki sikap mental

yang meyakini hak dan kewajiban serta tanggung jawab sebagai warga negara yang rala

berkorban untuk membela bangsa dan negara serta kepentingannya.

b. Membangun, memelihara, dan mengembangkan secara terpadu dan terarah segenap

komponen kekuatan Hankamnas, dengan memantapkan kemanunggalan segenap komponen

kekuatan Hankamnas dengan seluruh rakyat Indonesia.

Page 3: Modul 14 Kewarganegaraan

c. Mewujudkan seluruh Kepulauan Nusantara beserta yurisdiksi nasional sebagai suatu

kesatuan pertahanan keamanan nasional dalam rangka perwujudan Wasantara.

4. Sistem Pertahanan Keamanan Nasional

a. Upaya pertahanan keamanan negara

Upaya pertahanan negara diselenggarakan melalui berikut ini.

1) Upaya pertahanan, yaitu untuk menghadapi kemungkinan serangan atau invasi dari luar,

dilakukan dengan membangun serta membina daya dan kekuatan tangkal negara dan bangsa

yang mampu meniadakan setiap ancaman dari luar negeri dalam bentuk dan wujud apa pun.

2) Untuk menghadapi kemungkinan gangguan keamanan dari dalam negeri. Upayanya

ditujukan dalam bentuk memperkuat daya dan kekuatan tangkal negera dan bangsa yang

mampu meniadakan setiap ancaman dari dalam negeri dalam bentuk dan wujud apa pun.

Upaya pertahanan keamanan tersebut diwujudkan dalam sishankamrata dengan

mendayagunakan sumber daya nasional dan prasaranan nasional secara menyeluruh, terpadu

dan terarah, adil dan merata serta dipersiapkan sedini mungkin.

b. Hakikat hankamnas kita adalah perlawanan rakyat semesta

Hakikat Hankamnas kita adalah perlawanan rakyat semesta. Sifat-sifat utama sistem ini adalah

sebagai berikut.

1) Kerakyatan

Dengan pengertian, yaitu keikutsertaan seluruh rakyat warga negera sesuai dengan

kemampuan dan keahlian dalam komponen kekuatan pertahanan keamanan nasional.

2) Kesemestaan

Dengan pengertian, yaitu seluruh bangsa dan negara mampu memobilisasikan diri dan

lingkungan guna menanggulangi setiap bentuk ancaman yang datang dari dalam negeri dan

luar negeri.

3) Kewilayahan

Dengan pengertian, yaitu seluruh wilayah negara merupakan titik tumpuan perlawanan

(benteng) dan setiap lingkungan didayagunakan untuk mendukung setiap bentuk perlawanan

secara berlanjut.

Cara mewujudkan perlawanan rakyat semesta adalah dengan mempersenjatai rakyat secara

psikis dengan ideologi Pancasila dan secara fisik dengan keterampilan bela negara yang

diselenggarakan oleh pemerintah. Di samping itu, kemanunggalan ABRI – rakyat yang

merupakan “Conditio Sine qua non” (syarat mutlak).

c. Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 1998

Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 1998 tentang Pokok Pertahanan dan Kekuatan Hankamnas

dikelompokkan dalam 4 komponen, yaitu sebagai berikut.

1) Rakyat terlatih

Rakyat terlatih merupakan salah satu bentuk keikutsertaan warga negara dalam upaya bela

negara secara wajib yang menunjukkan sifat kesemestaan dan keserbagunaan dalam

penyelenggaraan pertahanan keamanan negara. Pengikutsertaannya dilakukan secara bergilir

dan berkala guna menuaikan Wajib Prabakti dan Wajib Bakti. Setelah seseorang warga

negara selesai melakukan Wajib Prabakti (latihan), ia dimasukkan dalam organisasi yang

Page 4: Modul 14 Kewarganegaraan

disebut Kesatuan Rakyat Terlatih. Rakyat terlatih ini dibina menurut lingkungan pendidikan,

lingkungan pemukiman atau lingkungan pekerjaan. Seorang anggota kesatuan Rakyat

Terlatih tetap berstatus sipil yang berhak tetap di dalam bidang pengabdian atau pekerjaan di

samping aktivitasnya sebagai anggota Rakyat Terlatih. Kesatuan Rakyat Terlatih ini

merupakan sumber personalia ABRI, untuk menjadi anggota militer suka rela atau militer

wajib (cq cadangan nasional). Rakyat Terlatih sebagai komponen dasar bagi kesemestaan dan

keserbagunaan penyelenggaraan pertahanan keamanan negara mempunyai fungsi-fungsi

sebagai berikut.

a) Ketertiban umum, yaitu memelihara ketertiban masyarakat, kelancaran roda

pemerintahan dan segenap perangkatnya serta kelancaran kegiatan masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan hidup.

b) Perlindungan rakyat, yaitu menanggulangi gangguan ketertiban hukum atau gangguan

ketenteraman masyarakat.

c) Keamanan rakyat, yaitu menaggulangi dan atau meniadakan gangguan keamanan

masyarakat atau subversi yang dapat mengakibatkan terganggunya stabilitas keamanan.

d) Perlawanan rakyat, yaitu menghadapi dan menghancurkan musuh yang hendak

menduduki atau menguasai wilayah atau sebagian wilayah Republik Indonesia.

2) Angkatan bersenjata/TNI

ABRI (sekarang TNI) merupakan komponen utama kekuatan pertahanan keamanan, dituntut

kesiapsiagaannya dan ketanggapannya dalam menyelenggarakan pertahanan keamanan

negara. ABRI/TNI berfungsi menyelenggarakan pertahanan keamanan negara. ABRI/TNI

berfungsi selaku penindakdan penyaggah awal terhadap setiap ancaman yang selaku

penindak dan penyanggah awal terhadap setiap ancaman yang datang dari dalam dan atau

luar negeri, dan berkewajiban untuk melatih rakyat bagi pelaksanaan tugas pertahanan

keamanan. Sumber ABRI/TNI adalah Rakyat Terlatih yang masuk menjadi anggota

ABRI/TNI secara suka rela atau wajib.

3) Perlindungan masyarakat (LINMAS)

Perlindungan masyarakat merupakan komponen khusus kekuatan pertahanan keamanan

negara yang anggotanya adalah warga negera yang secara suka rela memilih lingkungan ini

sebagai tempat berbaktinya. Mereka itu tidak digabungkan dalam komponen Rakyat Terlatih

(Ratih), ABRI atau cadangna tentaran nasional.

Fungsi-fungsi Linmas adlaah menanggulangi akibat bencana perang, bencana alam dan

bencana-bencana lainnya serta memperkecil akibat malapetaka yang menimbulkan kerugian

jiwa dan harta benda.

4) Sumber daya alam, sumber daya buatan, dan prasarana nasional

Unsur-unsur yang nonmanusia ini merupakan komponen pendukung kekuatan pertahanan

keamanan negara yang harus didayagunakan bagi peningkatan daya dan hasil guna serta

kelancaran dan kelangsungan upaya pertahanan keamanan.

Berdasarkan UU No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, kekuatan pertahanan negara

terdiri dari 3 komponen, yaitu:

a) Komponen Utama adalah TNI yang siap digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas

pertahanan.

b) Komponen cadangan adalah sumber daya nasional yang disiapkan untuk dikerahkan

melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan

komponen utama.

Page 5: Modul 14 Kewarganegaraan

c) Komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan.

Dalam konteks Undang-undang No. 3 Tahun 2002 ini, kepolisian negara yang merupakan

alat negara yang berperan memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan

hukum, member pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat tetap berperan dalam sistem

Hankam dan dapat dimasukkan ke dalam komponen cadangan. TNI dan kepolisian dapat

saling memberikan bantuan satu sama lain sesuai dengan ketetapan MPR No. VII/MPR 2000.

Hakikat Hankamnas adalah perlawanan rakyat semesta, dengan pengertian bahwa seluruh

rakyat sesuai dengan bidang, kodrat, dan kemampuannya masing-masing diikutsertakan dalam

penyelenggaraan pertahanan keamanan. Di bawah pimpinan pemerintah, seluruh potensi

nasional dikerahkan dan digerakkan secara terpimpin, terkoordinasi dan teritegrasi untuk

menghadapi dan mengatasi segala macam dan segala bentuk ancaman, baik yang datang dari

dalam maupun dari luar. Ada dua bentuk konsep dasar dalam mengimplementasikan

Hankamnas, yaitu Konsep pertahanan dan konsep keamanan nasional.

a. Konsep pertahanan nasional

Konsep ini ditujukan kepada menggagalkan usaha rencana agresi dan subversi dini musuh

dengan jalan:

1) Menghancurkan dan melumpuhkan musuh diwilayahnya (kandangnya) sendiri.

2) Menghancurkan atau melumpuhkan musuh dalam perjalanan menuju Indonesia.

3) Menghancurkan atau melumpuhkan musuh di ambang pintu masuk wilayah perairan dan

udara Indonesia.

4) Menghancurkan atau melumpuhkan musuh jika musuh berhasil masuk wilayah perairan dan

udara Inodnesia.

5) Menghancurkan atau melumpuhkan musuh jika musuh berhasil mengadakan aksi-aksi

pendaratan.

6) Menghancurkan atau melumpuhkan musuh jika musuh berhasil menduduki sebagian daratan

kita dengan serangan balas yang menentukan.

b. Konsep keamanan nasional

Konsep ini ditujukan kepada menggagalkan usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan musuh dalam

bentuk-bentuk infiltasi dan subversi di bidang-bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya

dan militer dalam negeri, baik yang ditimbulkan oleh kekuatan-kekuatan asing maupun oleh

kekuatan-kekuatan dalam negeri sendiri dengan jalan melancarkan operasi-operasi keamanan

secara gabungan.

Bangsa Indonesia melaksanakan Hankamnas atas dasar sishankamrata dengan menggunakan

sistasos secara serasi dan terpadu serta cara berperang yang bersifat konvensional dan tidak

konvensional.

Dengan terbitnya UU RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI maka konsep

keamanan berada di bawah kewenangan PORLI.

Keamanan dan ketertiban masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses

pembangunan dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai dengan terjaminnya

keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum serta terbinanya ketenteraman yang mengandung

kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam

Page 6: Modul 14 Kewarganegaraan

menangkal, mencegah dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk

gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.

B. POLITIK HANKAM Politik hankam ialah asas haluan, usaha, serta kebijaksanaan tindakan negara dalam bidang

Hankam tentang pembinaan (perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, dan pengendalian),

serta penggunaan secara totalitas potensi nasional untuk mencapai tujuan nasional. Untuk

menjamin jalannya bangnas dalam rangka mencapai tujuan nasional maka diperlukan jaminan

keamanan nasional. Keamanan nasional (memelihara suasana aman dan damai) merupakan

prasyarat bagi kelancaran dan keberhasilan bangnas. Tujuan pertahanan dan keamanan

nasional (Hankamnas) ialah menjamin tercegah atau teratasinya hal-hal yang langsung atau tidak

langsung “mengancam” keamanan jalannya dan keberhasilan bangnas. Ancaman tersebut dapat

berupa gangguan keamanan dalam negeri, ancaman terhadap kemerdekaan, kedaulatan dan

integritas wilayah nasional, sedangkan ancaman yang tidak langsung ialah “keamanan Asia

Tenggara atau negara tetangga lainnya yang dapat berimplikasi terhadap keamanan dan

kestabilan dalam negeri Indonesia”.

Bangsa Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa kelangsungan hidup bangsa dan negara

Indonesia ditentukan oleh keberhasilan bangnas termasuk bidang hankam. Sehubungan dengan

itu, dalam pertimbangan-pertimbangan menentukan upaya dan cara mencapai tujuan Hankamnas

digunakan landasan pemikiran atau prinsip-prinsip yang dapat menjamin kelangsungan hidup

bangsa dan negara, yaitu sebagai berikut.

1. Jaminan terhadap Ketidakpastian

2. Bersandar Kepada Kemampuan Sendiri

3. Politik Bebas Aktif

4. Perdamaian Dunia

5. Wawasan Nusantara (Wasantara)

6. Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Hankamrata)

C. KEBIJAKSANAAN HANKAMNAS Dengan berpangkal tolak pada prinsip-prinsip penentuan tersebut sebagai landasan dalam

pertimbangan strategi maka kebijaksanaan Hankamnas harus didasarkan pada upaya mencegah

perang melalui usaha-usaha dalam negeri dan melalui usaha-usaha politik. Usaha-usaha tersebut

harus didukung oleh daya tangkal terhadap perang terbatas dan perang revolusioners. Daya

tangkal pada hakikatnya adalah suatu sarana guna memaksa pihak lain untuk tidak memerangi

Indonesia, dengan menunjukkan kesungguhan kita dalam menangani masalah Hankamnas

disertai pameran kekuatan dan kemampuan Hankamnas sedemikian rupa sehingga lawan-lawan

potensial akan kehilangan kemampuan atau enggan untuk memerangi Indonesia.

Hankamrata kurang memenuhi kebutuhan Hankamnas. Hal itu disebabkan:

1. Tidak semua daerah dalam wilayah Republik Indonesia berpenduduk cukup untuk

memungkinkan perlawanan rakyat yang memadai.

2. Perlawanan rakyat baru diselenggarakan apabila musuh sudah berada di dalam wilayah

Indonesia beberapa waktu lamanya, jadi tidak dapat menghancurkan atau menguasai musuh

dengan segera sehingga rakyat akan menderita akibat pendudukan musuh.

3. Dari segi pertahanan secara konvensional perlawanan rakyat kurang bernilai, sebab harus

melepaskan banyak wilayah ke tangan musuh dengan segala akibatnya.

Page 7: Modul 14 Kewarganegaraan

4. Hankamrata memang ditujukan untuk mengalahkan musuh yang lebih kuat melalui agresi

yang akan memakan waktu beserta akibatnya.

Oleh karena itu, strategi yang ditempuh untuk mencapai tujuan Hankamnas barulah dapat

mewujudkan daya tangkal terhadap gangguan keamanan dalam negeri. Ancaman perang dari luar

negeri dihadapi dengan membangun kemampuan Hankamrata serta meniadakan kerawanannya

dan membangun TNI dengan kekuatan siap yang kecil, tetapi efektif dalam pertempuran (small

and effective Combat war) dan cadangan yang cukup, serta Polri yang memandai.

D. STRATEGI PERTAHANAN DAN KEAMANAN Pada hakikatnya strategi Hankamnas ialah tata cara, pembinaan, dan penggunaan kekuatan-

kekuatan serta saranan Hankamnas untuk mewujudkan politik Hankamnas, yaitu sebagai berikut.

1. Pengamanan terhadap sasaran dan tujuan nasional.

2. Penyempurnaan keefektifan dan integrasi ABRI sehingga dapat menjadi inti kekuatan

Hankamnas yang kokoh dan disegani pihak lain.

3. Penyusunan kekuatan Hankamnas yang ditujukan untuk stabilitas keamanan dan perdamaian

di Asia Tenggara khususnya dan dunia pada umumnya.

Untuk melaksanakan politik Hankamnas tersebut maka strategi yang ditempuh adalah

membangun kekuatan “penangkalan” untuk menghadapi gangguan keamanan dalam negeri dan

ancaman invasi dari luar.

Dalam upaya penyusunan strategi tersebut (pembuatan rencana strategi) dengan

mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Prinsip Ekonomis dan Politis

2. Mencukupu Kebutuhan Sendiri

3. Dislokasi Kekuatan

4. Undang-undang dan Doktrin

5. Penelitan, Pengembangan, dan Teknologi

6. Dwifungsi ABRI

7. Manajemen

8. Pemanfaatan Peluang

E. PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN KEKUATAN Tujuan pembangunan Hankamnas berpangkal pada strategi Hankamnas, Seperti yang telah

diuraikan pada bab sebelumnya, pertahanan keamanan harus dibangun pertama-tama untuk

mewujudkan daya tangkal, yaitu kekuatan yang memberikan keyakinan kepada setiap pihak yang

mempunyai maksud memusuhi bangsa Indonesia dan merencanakan melakukan agresi dengan

cara apa pun juga, tidak dapat mencapai tujuan atau maksudnya. Daya tangkal demikian

terutama harus bersandar pada kekuatan rakyat Indonesia seluruhnya harus memiliki ketahanan

ideologi dan mental yang tangguh untuk menolak serta melawan setiap usaha atau gejala atau

musuh dari dalam maupun dari luar negeri yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa

Indonesia ideologi Pancasila, nilai-nilai nasional lainya, serta integritas wilayah negera Republik

Indonesia.

Daya tangkal ini kemudian harus dibulatkan dengan membangun kekuatan-kekuatan nyata

maupun potensial yang secara integrative mewujudkan kemampuan-kemampuan yang sanggup

Page 8: Modul 14 Kewarganegaraan

melaksanakan tugas umum yang terkandung dalam strategi pertahanan keamanan, dan yang

sekaligus melaksanakan hak serta kedaulatan negara atas wilayahnya berdasarkan Wasantara.

1. Sasaran Kekuatan

Kekuatan rakyat di bidang pertahanan keamanan yang merata di seluruh wilayah negara dan

nyata dapat dirasakan, yang terwujud oleh masa rakyat yang militant, spontan, didasari

ketahanan ideologi Pancasila dan rasa cinta terhadap tanah air, untuk menentang setiap usaha

atau gejala yang membahayakan atau melawan musuh yang mengancam kelangsungan hidup

bangsa Indonesia tanpa mengenal menyerah.

a. ABRI sebagai kekuatan Hankam

Angkatan perang atau ABRI dengan kekuatan siap yang kecil dan cadangan yang cukup,

yang sanggup menghadapi situasi yang bisa timbul di masa depan dan menjalankan berbagai

tugas lainnya yang bisa dibebankan kepadanya termasuk pelaksanaan hak serta kedaulatan

negara atas seluruh wilayahnya. Polri yang cukup dan mampu menjalankan ketertiban

masyarakat, menyelenggarakan penyelamatan.

b. ABRI sebagai kekuatan sosial

ABRI yang mampu merupakan penjelmaan jiwa dan semangat pengabdian ABRI sebagai

kekuatan sosial, yang bersama-sama kekuatan sosial lainnya dapat melaksanakan kegiatan-

kegiatan yang menunjang usaha peningkatan stabilitas nasional, perwujudan cita-cita

kemerdekaan dan pencapaian tannas yang menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.

2. Sasaran Kemampuan Hankamnas

Sasaran kemampuan Hankamnas adalah sebagai berikut.

a. Kemampuan intelijen strategik

b. Kemampuan pembinaan wilayah

c. Kemampuan lawan subversi

d. Kemampuan lawan berusuhan massal

e. Kemampuan lawan teror

f. Kemampuan pengamatan laut

g. Kemampuan pengintaian dan perondaan lepas pantai

h. Kemampuan peperangan laut

i. Kemampuan peperangan darat

j. Kemampuan pengamatan udara

k. Kemampuan pertahanan udara

l. Kemampuan penyerangan udara

m. Kemampuan peperangan amfibi

n. Kemampuan penyerbuan lintas udara

o. Kemampuan peperangan lawan gerilya

p. Kemampuan pemindahan strategi

q. Kemampuan penertiban masyarakat

r. Kemampuan penyelamatan masyarakat

s. Kemampuan peperangan hukum

t. Kemampuan peperangan wilayah

Page 9: Modul 14 Kewarganegaraan

3. Sasaran Program

Sektor Hankamnas dibagi 4 subsektor, yaitu:

a. Subsektor kekuatan pertahanan.

b. Subsektor kekuatan keamanan.

c. Subsektor dukungan umum.

d. Subsektor bakti ABRI.

Setiap subsector terdiri dari program-program dengan sasaran-sasaran programnya sebagai

yang diutarakan berikut ini.

a. Subsektor kekuatan pertahanan

Subsektor ini, meliputi program-program berikut ini.

1) Program bala pertahanan wilayah. Program ini menangani pembinaan kekuatan TNI-AD,

TNI-AL, TNI-AU yang menitikberatkan pada kemampuan-kemampuan wilayah masing-

masing.

2) Program bala pertahanan terpusat. Program ini menangani pembinaan kekuatan TNI-AD,

TNI-AL, dan TNI-AU yang menitikberatkan pada peningkatan kemampuan masing-masing

secara nasional.

3) Program bala cadangan. Program ini menangani pembinaan kekuatan cadangan dengan titik

berat pada pembentukan satuan tempur, angkutan, dan personalia militer cadangan golongan

perwira.

4) Program intelijen dan komunikasi terpusat. Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan

kemampuan intelijen strategi dan komunikasi strategi.

5) Program angkutan terpusat. Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan

pemindahan-pemindahan strategik.

b. Subsektor kekuatan keamanan

Subsektor ini, meliputi program-program berikut ini.

1) Program kepolisian daerah. Program ini melaksanakan pembinaan kemampuan kepolisian

daerah.

2) Program kepolisian pusat. Program ini untuk membina kepolisian pusat.

3) Program angkutan terpusat. Program ini untuk peningkatan angkutan strategik Polisi.

4) Program bantuan keamanan masyarakat. Program ini untuk pembinaan kekuatan bantuan

keamanan masyarakat pada peningkatan pembentukan berbagai jenis kepolisian khusus baik

pemerintah maupun swasta.

5) Program intelijen kepolisian. Program ini untuk meningkatkan kemampuan intelijen

kepolisian.

c. Subsektor dukungan umum

Subsektor ini meliputi program-program sebagai berikut.

1) Program penelitian dan pengembangan. Program ini, dimaksudkan untuk meningkatkan

penelitian dan pengembangan, antara lain penyempurnaan doktrin Hankamnas serta kerja

sama dengan lembaga-lembaga penelitian lain.

2) Program pembekalan dan pemeriharaan terpusat. Program ini dimaksudkan untuk

meningkatkan pembekalan dan pemeliharaan terpusat, seperti produksi senjata ringan,

amunisi, bahan-bahan peledak, alat-alat perhubungan, bekal perang, perbaikan berat, dan

modifikasi alat tempur.

Page 10: Modul 14 Kewarganegaraan

3) Program pendidikan, kesehatan dan kegiatan umum personalia. Program ini untuk

meningkatkan kemampuan personalia melalui pendidikan kejuruan/keahlian, pendidikan

pembentukan personalia, demiliterisasikan pegawai sipil, pendidikan perawatan personalia,

penyaluran personalia.

4) Program administrasi dan manajemen. Program ini untuk meningkatkan kemampuan

administrasi dan manajemen.

d. Subsektor Bakto ABRI

Subsektor ini terdiri dari program bakti ABRI yang mencakup peningkatan operasi bakti.

F. PENGGUNAAN KEKUATAN Pola dasar penggunaan kekuatan Hankamnas secara umum diperlukan untuk suatu operasi

tentang tepatnya kekuatan dan kelemahan. Segi yang kuat dijadikan pancangan kaki dan

dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan memberikan kekuatan kepada segi yang lemah untuk

diperbaiki dan diperkuat sehingga lambat laun dapat diperoleh kekuatan nasional yang seimbang

dan serasi. Dengan demikian, politik dan strategi Hankamnas akan memperhatikan dan berpijak

kepada situasi dan kondisi kekuatan yang riil.

Pola dasar penggunaan kekuatan Hankamnas yang ditujukan ke dalam mencakup kegiatan

sebagai berikut.

1. Persuasi

2. Ancaman Langsung

3. Penghancuran

Page 11: Modul 14 Kewarganegaraan

RANGKUMAN

Politik Hankamnas ialah asas, haluan, usaha serta kebijaksanaan tindakan negara dalam

bidan hankam tentang pembinaan (perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, dan

pengendalian) serta penggunaan secara totalitas dari potensi nasional untuk mencapai tujuan

Hankamnas dalam rangka mencapai tujuan nasional.

Strategi Hankamnas ialah tata cara untuk melaksanakan politik nasional untuk mencapai

tujuan Hankamnas.

Pertahanan dan keamanan nasional bertujuan menjamin tetap tegaknya negara kesatuan

Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 terhadap segala ancaman baik yang

datang dari luar negeri maupun dari dalam negeri dalma rangka mencapai tujuan nasional.

Upaya pertahanan dan keamanan nasional tersebut diwujudkan dalam Sishankamrata

yang bersifat kerakyatan, kesemestaan dan kewilayahan.

Dalam upaya mencapai tujuan Hankamnas, yang dapat menjamin kelangsungan hidup

bangsa dan negara digunakan landasan pemeliharaan atau prinsip dasar yaitu jaminan terhadap

ketidakpastian masa depan, bersandar kepada kemampuan diri sendiri, politik bebas aktif,

perdamaian dunia, Wasantara dan sishankamrata saling memperkuat (sinergi) dengan politik

strategi bidang-bidang kehidupan lainnya (yang berhubungan dengan masalah-masalah

kesejahteraan).

Polstra Hankamnas merupakan bagian integral politik strategi Nasional, Polstra

Hankamnas bersifat saling mengisi, saling mendukung dengan Polstra bidang lainnya. Polstra

Hankamnas dilandasi oleh ideologi Pancasila dan UUD 1945. Oleh karenanya mengandung

prinsip-prinsip, perlindungan seluruh bangsa Indonesia yang berpijak kepada kemampuan diri

sendiri. Bangsa Indonesia cinta kepada perdamaian, tetapi lebih cinta kepada kemerdekaan dan

kedaulatan.

Perang adalah tindakan yang tidak sesuai dengan Pancasila (tidak berperikemanusiaan).

Oleh karena itu, bagi bangsa Indonesia merupakan jalan terakhir, sejauh mungkin

konflik/pertentangan diselesaikan dengan cara damai. Kendatipun demikian upaya pertahanan

dan keamanan Nasional, harus dibina dan ditingkatkan untuk menghadapi ketidakpastian

ancaman yang mungkin timbul yang datang dari dalam atau dari luar.

Oleh karena kita menganut politik luar negeri “bebas aktif” dan berakar pada falsafah

Pancasila, maka sistem pertahanan dan keamanan negara keluar bersifat defensif-aktif yang

berarti tidak agresif dan ekspansif, dan ke dalam bersifat preventif-aktif yang berarti sedini

mungkin mengambil langkah-langkah dan tindakan guna mencegah dan mengatasi setiap

kemungkinan timbulnya ancaman. Untuk melaksanakan politik hankamnas maka strategi yang

ditempuh ialah membangun kekuatan “penangkalan” untuk menghadapi gangguan keamanan

dalam negeri. Dalam upaya menyusun strategi tersebut dengan mempertimbangkan prinsip-

prinsip; ekonomis dan politis, mencukupi kebutuhan sendiri, dislokasi kekuatan, undang-undang

dan doktrin, penelitian pengembangan dan teknologi, dwifungsi ABRI, manajemen dan

pemanfaatan peluang.

Page 12: Modul 14 Kewarganegaraan

Dwi Fungsi ABRI dalam Kenangan

Dwi fungsi ABRI, mempunyai pengertian bahwa ABRI pengemban fungsi kekuatan Hankam

dan sekaligus fungsi sebagai kekuatan sosial politik. Oleh karena ABRI mengemban fungsi

Hankam dan fungsi sosial politik maka disebut sebagai Dwi Fungsi ABRI.

Fungsi sebagai kekuatan Hankam sudah banyak dibahas pada modul-modul terdahulu di

mana ABRI merupakan komponen utama dalam kekuatan Hankam

A. SEJARAH DWI FUNGSI ABRI (FUNGSI SOSIAL POLITIK) Dalam perkembangannya organisasi militer yang dilakukan dari kancah perjuangan rakyat

mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan, tidak hanya bertanggung jawab atas

pertahanan dan keamanan negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila tetapi juga bertanggung

jawab atas kemakmuran (kesejahteraan) masyarakat. Oleh Karen itu, wajar dalma periode

perjuangan kemerdekaan melawan Belanda, Panglima Besar Jenderal Sudirman sering

menyampaikan pendapat TNI kepada pemerintah, baik diminta ataupun tidak diminta untuk

menjamin tercapainya kemerdekaan. Pendapat dan sikap TNI seperti itu belumlah dapat

dikatakan tegas “campur tangan” militer di dalam pemerintah karena suatu perjuangan

kemerdekaan adalah biasa digunakan strategi campuran (Mix-strategies) yakni dengan

memanfaatkan cara-cara diplomasi digabung dengan cara militer.

Istilah dwi fungsi ABRI baru secara jelas lahir pada tahun 1960, setelah Jenderal A.H.

Nasution selaku kepala staf TNI Angkatan Darat berceramah dalam acara Dies Natalis Akademi

Militer di Magelang tanggal 11 November 1958. Nasution mengemukakan apa yang disebutnya

sebagai “jalan tengah TNI”. Hakikat dari “jalan tengah TNI” tersebut ialah ABRI bukanlah alat

mempertahankan kemederkaan semata, tetapi juga sebagai kekuatan politik. Pada tahun 1948-1949 Agresi Militer Belanda II, pemimpin politik sipil ditangkap Belanda,

peran ABRI menjadi meningkat. Pada tahun 1957-1959 ketika pemimpin sipil juga tidak mampu

mengatasi “pemberontak daerah” ABRI bersama rakyat tampil menyelamatkan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Pada Pemberontakan G 30 S/PKI tahun 1965 di mana kepemimpinan sipil, gagal

menyelamatkan Pancasila dari rongrongan Partai Komunis Indonesia, lagi-lagi ABRI tampil

menyelamatkan Republik yang tercinta ini. Dengan adanya legalitas fungsi-fungsi sosial politik

ABRI ini, secara bertahap mempercepat pernyataan ABRI berperan lebih besar di bidang sosial

politik. Setelah G 30 S/PKI gagal, tampak pengaruh ABRI semakin besar sehingga

memungkinkan ABRI turun menentukan kebijaksanaan nasional dalam pembangunan. Berbagai

macam konsep dan strategi dikembangkan dan dibangun dalam mengisi bangnas dan

kelangsungan hidup bangsa dan negara. Diantaranya yang terkenal ialah Wasantara, tannas dam

Strategi Perjuangan Rakyat Semesta (Sishankamrata). Ketiga konsep ini menuntut hubungan

yang erat dan saling menguntungkan antara militer dan rakyat. Implikasi dari hal ini memperluas

keterlibatan militer dalam aspek sosial politik masyarakat. Perluasan ini ditunjukkan oleh

masukknya para perwira ABRI ke dalam berbagai bidang, lembaga pemerintahan. Meskipun

demikian tidak berarti militer menggantikan orang-orang sipil. Perluasan peran ABRI biasanya

pada posisi-posisi kunci, diminta oleh departemen/instansi/lembaga yang terkait, serta dengan

memperhatikan tahap-tahap pembangunan dan perkembangan kemajuan bangsa. Konsep

penempatan inilah yang melahirkan “konsep kekaryaan” ABRI dengan memegang prinsip-

prinsip tersebut. Konsep dwi fungsi tidak sama dengan konsep kekaryaan. Kekaryaan itu lebih

ditentukan oleh pihak luar, bukan oleh ABRI. ABRI hanya menyiapkan sumber daya. Dengan

Page 13: Modul 14 Kewarganegaraan

demikian “kekaryaan” bersifat menjembatani antara dwi fungsi dengan kebutuhan pembangunan.

Undang-undang No. 20 Tahun 1982 tentang Pertahanan dan Keamanan Negara ada Pasal 28

menggambarkan ABRI sebagai kekuatan dinamisator dan stabilisator bergandengan dengan

kekuatan-kekuatan sosial lain yang mengamankan keberhasilan perjuangan nasional, dalam

mengisi kemerdekaan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Undang-undang No. 20 Tahun

1982 tersebut memberikan kesempatan kepada ABRI mengaktualisasikan perannya. Struktur

organisasinya sejalan dengan struktur pemerintahan sipil, di mana pada tingkat provinsi

komando dan pengendalian teritorial dilakukan oleh Panglima Daerah Militer (Kodam), pada

tingkat Karesidenan dilakukan oleh Komandan Korem, pada tingkat Kabupaten oleh Komandan

Kodim, pada tingkat Kecamatan dilakukan oleh Koramil dan pada tingkat Desa/Kelurahan oleh

Babinsa (Bintara Pembina Desa). Pengorganisasian disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi

daerah, khususnya diluar Pulau Jawa. Dengan kata lain, provinsi tidak selalu berpasangan

dengna Kodam, begitu juga Karesidenan dan Kabupaten tidak selalu berpasangan dengan Korem

dan Kodim, dan seterusnya.

B. HAKIKAT ABRI SEBAGAI KEKUATAN SOSIAL POLITIK

1. Hakikat Sosial Politik ABRI

Hakikat Sospol ABRI adalah jiwa, tekad, dan semangat pengabdian ABRI sebagai kekuatan

sospol untuk secar aktif berperan serta bersama-sama dengan segenap kekuatan sosial lainnya,

memikul tugas dan tanggung jawab perjuangan bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan

dan kedaulatannya.

2. Sikap dan Tekad Sosial Politik

Berdasarkan hakikat ABRI sebagai kekuatan sosial politik disertai landasan pengalaman

sejarah perjuangan ABRI sejak tahun 1945 dan dengan mewaspadai kondisi lingkungan strategis

yang dihadapi nusa dan bangsa maka sikap dan tekad sosial politik ABRI adalah sebagai berikut.

a. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 harus diamankan, dipertahankan, serta

dilaksanakan secara murni dan konsekuen.

b. Peran ABRI sebagai kekuatan sosial politik adalah konsep politik yang bersifat tetap dan

merupakan tata nilai yang berlanjut serta melekat pada setiap generasi ABRI.

c. Peranan ABRI sebagai kekuatan sosial politik tetap berpegang teguh pada Sapta Marga dan

Sumpah Prajurit.

d. Sosial politik ABRI mengutamakan asas musyawarah untuk mufakat dan menolak paham

politik adu kekuatan karena dapat menimbulkan perpecahan serta merongrong persatuan dan

kesatuan bangsa. Sosial politik ABRI tidak akan menjurus kepada militerisme, diktatorisme,

ataupun totaliterisme, serta menolak paham-paham lain yang tidak sesuai dengan nilai luhur

Pancasila.

C. TUJUAN ABRI SEBAGAI KEKUATAN SOSIAL POLITIK Tujuan ABRI sebagai kekuatan sosial politik ialah untuk mewujudkan stabilitas nasional

yang mantap dan dinamik di segenap aspek kehidupan bangsa dalam rangka pemantapan tannas

untuk mewujudkan tujuan nasional berdasarkan Pancasila. Untuk mencapai tujuan tersebut maka

pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan adalah dengan ikut serta secara aktif dalam segala

usaha dan kegiatan rakyat dan negara dalam bidang ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya

dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kemantapan dalam kehidupan bermasyarakat,

Page 14: Modul 14 Kewarganegaraan

berbangsa dan bernegara untuk memperkokoh tannas dalam rangka mencapai tujuan-tujuan

nasional.

D. TUGAS DAN FUNGSI ABRI SEBAGAI KEKUATAN SOSIAL POLITIK

1. Tujuan ABRI sebagai Kekuatan Sosial Politik

a. Bersama-sama dengan organisasi kekuatan sosial lainnya mengamankan dan menyukseskan

perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan serta mendorong setiap upaya meningkatkan

kesejahteraan bagi seluruh rakyat Inodnesia dalam rangka memantapkan tannas guna

mewujudkan tujuan nasional.

b. Mendorong dan mendiamisasikan pengembangan kehidupan demokrasi Pancasila dan

kehidupan konstitusional berdasarkan UUD 1945 dalma segala usaha dan kegiatan bangnas.

2. Fungsi ABRI sebagai Kekuatan Sosial

ABRI sebagai kekuatan sosial politik berperan sebagai pelopor, stabilisator dan dinamisator,

serta mengemban fungsi-fungsi sebagai berikut.

a. Mengamankan, mengawal dan mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

secara murni dan konsekuen.

b. Berperan serta dalam pengambilan keputusan yang menyangkut masalah kenegaraan dan

pemerintahan dalam rangka menjamin pengembangan kehidupan demokrasi Pancasila dan

kehidupan konstitusional berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.

c. Mengamankan dan menyukseskan bangnas sesuai dengan GBHN.

d. Memelihara dan mengembangkan persatuan dan kesatuan bangsa serta memelihara dan

mengembangkan stabilitas nasional yang mantap dan dinamik demik berhasilnya bangnas.

e. Melaksanakan komunikasi sosial dengan organisasi kemasyarakatan dan kekuatan sosial

politik lainnya untuk menjalin saling pengertian, dan keterpaduan upaya penanggulangan

hakikat masalah sospol.

f. Membina kemampuan dan kekuatan sosial politik dalam rangka membina penyelenggaraan

sosial politik negara.

E. POLA OPERASI SOSIAL POLITIK ABRI 1. Pola operasi sospol adalah suatu rangkaian konsepsi operasi penyelesaian masalah sospol

dengan menciptakan situasi dan kondisi sospol yang mantap dan dinamis dengna

menggunakan kekuatan ABRI sebagai kekuatan sospol bersama kekuatan sosial lainnya

untuk mencegah dan menetrlisasi ancaman terhadap pembangunan dan stabilitas nasional

yang dapat mengganggu dan menghambat tercapainya tujuan nasional. Masalah sospol dapat

berupa perbedaan persepsi yang mendasar tentang Pancasila sebagai ideologi negara,

kerasahan sosial (dalam arti luas) yang dapat berkembang menjadi ancaman yang dapat

membahayakan keselamatan bangsa dan negara serta anasir-anasir subversi yang dapat

menghambat dan mengganggu keberhasilan dan kesinambungan Bangnas. Dengan mengkaji

hakikat ancaman politik tersebut maka rangkaian konsepsi operasi yang dilaksanakan adalah

sebagai berikut.

a. Operasi penciptaan kondisi sosial politik yang menjamin stabilitas nasional dengan

meningkatkan kepekaan pengamatan kondisi sosial politik agar dapat menemukan

keresahan sosial secara dini.

Page 15: Modul 14 Kewarganegaraan

b. Operasi pengendalian sosial politik dengan mengupayakan keterpaduan cara dan usaha

antara ABRI, Pemerintah, dan kekuatan sosial lain mulai dari tingkat pusat sampai daerah

dalma rangka menanggulangi hakikat permasalahan sosial politik.

c. Operasi pemantapan kondisi sosial politik dengan menggiatkan semua upaya pembinaan

sosial politik secara terpadu dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat yang

stabil dan dinamis serta meningkatkan tannas.

2. Di dalam penyelenggaraannya, pola operasi sosial politik dapat dilaksanakan secara berdiri

sendiri atau merupakan pola operasi yang terkait dengan pola operasi pertahanan ataupun

pola operasi keamanan dalam negeri.

3. Sebagai landasan pelaksanaan operasi sospol digunakan pedoman penjabaran yang bersifat

konseptual operatif, pada strata Doktrin Pelaksanaan yang disusun secara tersendiri dan

dinamakan Doktrin Operasi Sospol.

F. BERBAGAI PENDAPAT TENTANG DWI FUNGSI ABRI (FUNGSI

SOSIAL POLITIK) Sejarah telah mencatat bahwa dwi fungsi ABRI membawa ABRI cukup berperan dalam

kehidupan politik nasional secara bertahap. Tujuannya ialah ikut serta secara aktif dalam segala

usaha kegiatan bangsa dan negara dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya

dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kemantapan dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara untuk memperkokoh Tannas dalam rangka mencapai tujuan nasional.

Peran sosial politik ABRI dengan intensitas yang tinggi dan cakupan yang luas di segenap aspek

kehidupan bangsa dan negara, dapat menggeser peran kelompok nonmiliter, dan menjadi adu

silang pendapat pro dan kontra tentang dwi fungsi ABRI tersebut. Sebagai suatu kajian yang

bersifat ilmiah dan bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan Anda dapat mengkaji beberapa

pendapat yang bertentangan terhadap fungsi sosial politik ABRI untuk dapat mempertajam

penalaran anda sebagai berikut ini

1. Dukungan terhadap Dwi Fungsi ABRI (Fungsi Sospol) Presiden Soeharto (1970)

Menyatakan bahwa dwi fungsi ABRI adalah salah satu aspek-aspek implementasi demokrasi

Pancasila dalam sistem negara kita. Sistem inilah yang telah dibangun bangsa Indonesia dan

yang telah kita terima bersama.

2. Kritik terhadap Dwi Fungsi ABRI

Jenderal Abdul Haris Nasution sebagai orang pertama kali mengusulkan “peran sosial politik

ABRI” termasuk kelompok orang yang “risau” melihat cara menafsirkan dan

mengimplementasikan dwi fungsi ABRI selama Orde Baru. Menurut Nasution, seandainya

ABRI akan memainkan peran politik, seharusnya peran itu ada di MPR, bukan dalam politik

negera sehari-hari. Mengenai hubungan ABRI dengan Partai politik juga dikritik karena

kedekatan ABRI dengan Golkar mengakibatkan ABRI tidak lagi berada di atas segala paham dan

golongan rakyat. Sehubungan dengan bidang-bidang nonmiliter, Nasution mengkritik

peningkatan partisipasi ABRI dalam bidang-bidang nonmiliter tersebut.

3. Dwi Fungsi ABRI di Masa Depan

Konsep dwi fungsi ABRI (cq. fungsi sospol) apakah masih relevan atau tidak?

Mempertanyakan bahkan memperdebatkan hanya menghabiskan waktu dan energi saja.

Kenyataan sejarah dan budaya bangsa Indonesia dapat menerima konsep dwi fungsi ABRI ini.

Page 16: Modul 14 Kewarganegaraan

Sejalan dengan perkembangan kemajuan bangsa khususnya semakin meningkatnya taraf

pendidikan dan kesejahteraan rakyat maka perlu dipertanyakan dan berusaha untuk dijawab ialah

bagaimana dwi fungsi ABRI diaktualisasikan di masa depan yang situasinya serba baru.

Jawabannya tergantung pada bagaimana ABRI melihat dirinya sendiri, dan bagaimana pula

tanggapan masyarakat sipit terhadap ABRI.

G. ORDE BARU DIGANTIKAN ORDE REFORMASI Dalam tahun 1998 situasi perekonomian semakin memburuk, krisis moneter berubah menjadi

krisis ekonomi, pelarian modal dan anjloknya nilai rupiah ($US 1 = Rp 17.000,00) dengan

berbagai implikasinya menimbulkan keresahan sosial.

Setelah terpilihnya Soeharto menjadi Presiden kembali dengan suarah bulat lebih

menyuburkan KKN (Kolusi, Korupso, dan Nepotisme). Aspirasi masyarakat yang disampaikan

melalui demonstrasi mahasiswa tidak pernah digubris. Bersama dengan para mahasiswa para

pemimpin oposisi di antaranya seperti Amin Rais, Megawati dan Abdulrahman Wahid

menyuarakan tuntutan reformasi.

H. TNI DALAM NEGARA DEMOKRASI TNI sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Republik Indonesia dan sebagai pembela

Pancasila sebagai Dasar Negara, dengan sendirinya selalu mendukung dan berpartisipasi dalam

perwujudan demokrasi sebagai sistem politik, sistem ekonomi dan sistem sosial. Untuk itu, TNI

harus menjadi lembaga yang relevan dengan perkembangan RI sebagai negara demokrasi yaitu

TNI harus merupakan satu organisasi militer yang sepenuhnya sesuai dengan kepentingan rakyat.

Hal ini, meliputi syarat-syarat yang harus dipenuhi TNI, antara lain berikut ini.

1. TNI merupaka organisasi militer yang teraturm berdisiplin, dan taat menjalankan semua

ketentuan hukum undang-undang dan peraturan yang berlaku.

2. TNI menempatkan diri di bawah kekuasaan Pemerintah, menjalankan segala kehendak

Pemerintah sepenuhnya, tanpa ada politik TNI sendiri. Kebijaksanaan yang dibuat TNI

adalah kebijaksanaan untuk melaksanakan kehendak Pemerintah dengan sebaik-baiknya.

3. TNI menjalankan semua fungsi yang ditetapkan undang-undang, khususnya yang

bersangkutan kemampuan yang setinggi-tingginya untuk melaksanakan itu yang sekurang-

kurangnya sama dengan kemampuan militer yang ada pada negara-negara di sekitar

Indonesia.

4. TNI harus merupakan organisasi yang dicintai dan dipercaya rakyat Indonesia serta

mewujudkan perpaduan harmonis antara kekuatan militer profesional dan kekuatan rakyat.

5. TNI memimpin dan mendidik anggotanya menjadi warga negara yang menyadari pentingnya

Pancasila Dasar Negara dan menjadi anggota TNI yang senantiasa mengusahakan yang

terbaik bagi RI dan TNI.

Page 17: Modul 14 Kewarganegaraan

RANGKUMAN

Dwi fungsi ABRI mengandung pengertian bahwa ABRI mengemban dua fungsi, yaitu

fungsi sebagai kekuatan Hankam dan fungsi sebagai kekuatan sosial poliik.

Fungsi sebagai kekuatan sosial politik hakikatnya adalah tekad dan semangat pengabdian

ABRI untuk ikut secara aktif berperan serta bersama-sama dengan segenap kekuatan sosial

politik lainnya memikul tugas dan tanggung jawab perjuangan bangsa Indonesia dalam mengisi

kemerdekaan dan kedaulatannya.

Tujuannya ialah untuk mewujudkan stabilitas nasional yang mantap dan dinamik di

segenap aspek kehidupan bangsa dalam rangka memantapkan tannas untuk mewujudkan tujuan

nasional berdasarkan Pancasila.

Lahirnya ABRI sebagai kekuatan sosial politik di Indonesia berangkat dari perjalanan

sejarah bangsa Indonesia merebut kemerdekaan yang mempertahankan kemerdekaan RI.

Pengalaman sejarah itu mengakibatkan bagaimanan ABRI memandang dirinya yakni sebagai alat

revolusi dan alat negara, juga sebagai pejuang yang terpanggil untuk memberikan jasanya

kepada semua aspek kehidupan dan pembangunan bangsa. Ketertiabannya dalam memerankan

funsi sosial politik ini, didorong oleh kondisi internal (ABRI) dan kondisi eksternal termasuk

lingkungan strategik internasional.

Pada tahun 1948-1949 (Agresi Militer Belanda II) pemimpin-pemimpin politik ditangkap

Belanda, peran ABRI menjadi meningkat. Pada tahun 1957-1959 ketika pemimpin politik sipil

juga tidak mampu mengatasi pemberontakan daerah, ABRI tampil menyelamatkan negara

Kesatuan Republik Indonesia. Pada saat pemberontakan G 30 S/PKI di mana kepemimpinan sipil

gagal menyelamatkan Pancasila dari rongrongan Partai Komunis, lagi-lagi ABRI tampil di depan

menyelamatkan Republik ini. Secara historis dan budaya dwi fungsi ABRI dapat diterima rakyat

Indonesia kendatipun harus disesuaikan dengan perkembangan masyarakat.

Peran serta politik tersebut semakin besar setelah penumpasan G 30 S/PKI sehingga

memungkinkan ABRI turut menentukan kebijaksanaan nasional dalam pembangunan. Hal itu

ditunjukkan oleh masuknya para perwira ABRI ke dalam berbagai bidang; lembaga

pemerintahan, lembaga legislatif, lembaga ekonomi kemasyarakatan. Meskipun demikian tidak

berarti militer menggantikan peranan sipil. Perluasan peran biasanya pada posisi-posisi kunci

dengan cara penempatan (kekaryaan) dan yang diminta oleh lembaga instansi terkait, serta

dengan memperhatikan perkembangan pembangunan dan kehidupan bangsa.

Luasnya penempatan personil militer tersebut pada instansi/lembaga pemerintahan dan

lembaga masyarakat menimbulkan silang pendapat yang menuntut perlunya aktualisasi dwi

fungsi ABRI (fungsi sospol) di masa depan.

Aktualisasi dwi fungsi ABRI di masa depan ini akan efektif apabila ada keseimbangan

kepentingan, yaitu keharmonian antara kepentingan militer dan kepentingan sipil. Konsensus

selalu dapat dibuat atas dasar tidak satu pun pihak boleh mendominasi pihak yang lain.

Kecurigaan terhadap golongan lain harus dihindari, kearifan harus ditumbuhkan agar konflik

internal tentang hal ini tidak merebak menjadi perpecahan yang mengganggu tannas.

Runtuhnya rezim orde baru diganti dengan orde reformasi mengeliminasi peran TNI

(militer) dalam negara secara bertahap. TNI diharapkan menjadi kekuatan, pertahanan yang

profesional sebagaimana layaknya kekuatan pertahanan di negara-negara yang sudah maju untuk

itu segala keperluannya harus didukung oleh pemerintah dan pengelolaan yang profesional.