Modul 1 Stress Dan Stressor

10
NAMA : RAMILYA ELVERA SILABAN NIM : 41090001 1. Stresor : penghalang/kesukaran yang dapat menimbulkan stress. Sumber stressor : a. Internal. Faktor internal stress bersumber dari diri sendiri, suatu sifat atau ciri yang terlalu menonjol, misalnya terlalu lekas marah, terlalu bersih atau kotor, terlalu disiplin atau sembrono, obsesif, dsb. b. Eksternal. Faktor eksternal stress dapat bersumber dari keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Stressor yang berasal dari keluarga disebabkan oleh adanya perselisihan dalam keluarga, perpisahan orang tua, adanya anggota keluarga yang mengalami kecanduan narkoba, dsb. Sumber stressor masyarakat dan lingkungan dapat berasal dari lingkungan pekerjaan, lingkungan sosial, atau lingkungan fisik. Menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan menjadi 2 yaitu: a. Penyebab makro. Menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti: kematian, perceraian, pensiun, luka batin dan kebangkrutan. b. Penyebab mikro. Menyangkut peristiwa kecil dalam kehidupan sehari-hari, seperti: pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan dan antri. Stres : usaha penyesuaian diri untuk mengembalikan keseimbangan badan dan/ jiwa yang terganggu. Stres adalah keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang, mengancam atau merusak keseimbangan kehidupan seseorang. Seringkali stres didefinisikan dengan hanya melihat dari stimulus atau respon yang dialami seseorang (Lazarus & Folkman, 1984). Jenis-jenis stress : a. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik. b. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormone, atau gas. Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit. c. Stres psikologis, yang dapat menimbulkan keadaan : - Frustasi, timbul bila ada stressor antara kita dan tujuan kita. - Konflik, timbul bila kita tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam kebutuhan atau tujuan. - Tekanan, timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar individu, misalnya orang tua menuntut anaknya agar disekolahkan selalu rangking satu.

Transcript of Modul 1 Stress Dan Stressor

Page 1: Modul 1 Stress Dan Stressor

NAMA : RAMILYA ELVERA SILABAN

NIM : 41090001

1. Stresor : penghalang/kesukaran yang dapat menimbulkan stress.Sumber stressor :a. Internal. Faktor internal stress bersumber dari diri sendiri, suatu sifat atau ciri yang terlalu menonjol,

misalnya terlalu lekas marah, terlalu bersih atau kotor, terlalu disiplin atau sembrono, obsesif, dsb.b. Eksternal. Faktor eksternal stress dapat bersumber dari keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Stressor

yang berasal dari keluarga disebabkan oleh adanya perselisihan dalam keluarga, perpisahan orang tua, adanya anggota keluarga yang mengalami kecanduan narkoba, dsb. Sumber stressor masyarakat dan lingkungan dapat berasal dari lingkungan pekerjaan, lingkungan sosial, atau lingkungan fisik.

Menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan menjadi 2 yaitu:a. Penyebab makro. Menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti: kematian, perceraian, pensiun,

luka batin dan kebangkrutan.b. Penyebab mikro. Menyangkut peristiwa kecil dalam kehidupan sehari-hari, seperti: pertengkaran rumah

tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan dan antri.

Stres : usaha penyesuaian diri untuk mengembalikan keseimbangan badan dan/ jiwa yang terganggu.Stres adalah keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang, mengancam atau merusak keseimbangan kehidupan seseorang. Seringkali stres didefinisikan dengan hanya melihat dari stimulus atau respon yang dialami seseorang (Lazarus & Folkman, 1984).Jenis-jenis stress :a. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar

yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.b. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormone, atau gas. Stres

mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit.c. Stres psikologis, yang dapat menimbulkan keadaan :

- Frustasi, timbul bila ada stressor antara kita dan tujuan kita. - Konflik, timbul bila kita tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam kebutuhan atau tujuan.- Tekanan, timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri

individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar individu, misalnya orang tua menuntut anaknya agar disekolahkan selalu rangking satu.

- Krisis, timbul karena stresor mendadak dan besar yang menimbulkan stress pada individu ataupun kelompok.

Menurut Kozier & Erb, 1983 dikutip Keliat B.A., 1999, dampak stressor dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:a. Sifat stressor . Pengetahuan individu tentang bagaimana cara mengatasi dan darimana sumber stressor

tersebut serta besarnya pengaruh stressor pada individu tersebut, membuat dampak stress yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda.

b. Jumlah stressor yaitu banyaknya stressor yang diterima individu dalam waktu bersamaan. Jika individu tersebut tidak siap menerima akan menimbulkan perilaku yang tidak baik. Misalnya marah pada hal-hal yang kecil.

c. Lama stressor, maksudnya seberapa sering individu menerima stressor yang sama. Semakin sering individu mengalami hal yang sama maka akan timbul kelelahan dalam mengatasi masalah tersebut.

d. Pengalaman masa lalu, yaitu pengalaman individu yang terdahulu mempengaruhi cara individu menghadapi masalahnya.

e. Tingkat perkembangan, artimya tiap individu memiliki tingkat perkembangan yang berbeda.Selain itu adapula beberapa faktor yang juga ikut mempengaruhi stress, yaitu :a. Faktor biologis-herediter, kondisi fisik, neurofisiologik dan neurohormonal.b. Faktor psikoedukatif/ sosio cultural, perkembangan kepribadian, pengalaman dan kondisi lain yang

memengaruhinya.

Page 2: Modul 1 Stress Dan Stressor

2. Koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu (Lazarus & Folkman, 1984).Penggolongan mekanisme koping menurut Folkman dan Lazarus:a. Planful problem solving (Problem-focused). Individu berusaha menganalisa situasi untuk memperoleh

solusi dan kemudian mengambil tindakan langsung untuk menyelesaikan masalah.b. Confrontative koping (Problem focus). Individu mengambil tindakan asertif yang sering melibatkan

kemarahan atau mengambil resiko untuk merubah situasi.c. Seeking social support (Problem or emotion- focused). Usaha individu untuk memperoleh dukungan

emosional atau dukungan informasional.d. Distancing (Emotion – focused). Usaha kognitif untuk menjauhkan diri sendiri dari situasi untuk

menciptakan pandangan yang positif terhadap masalah yang dihadapi.e. Escape – Avoidanceting (Emotion – focused). Menghindari masalah dengan cara berkhayal atau berfikir

dengan penuh harapan tentang situasi yang dihadapi atau mengambil tindakan untuk menjauhi masalah yang dihadapi.

f. Self Control (Emotion – focused). Usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan perasaan apapun dalam hubungannya dengan masalah.

g. Accepting Responcibility (Emotion – Focused). Mengakui peran diri sendiri dalam masalah dan berusaha untuk memperbaikinya.

h. Possitive Reappraisal (Emotion – focused). Usaha individu untuk menciptakan arti yang positif dari masalah yang dihadapi.

Menurut Lazarus & Folkman (1984), penanganan stres atau koping terdiri dari dua bentuk, yaitu :a. Koping yang berfokus pada masalah (problem-focused koping) adalah istilah Lazarus untuk strategi

kognitif untuk penanganan stres atau koping dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress.

b. Koping yang berfokus pada emosi (emotion-focused koping) adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.

Penggolongan mekanisme koping menurut Vaillant:a. Mekanisme pertahanan pathologis. Mekanisme ini membuat seseorang mengatur pengalaman eksternal

agar dapat menghindari realita yang sebenarnya. Individu yang menampakkan mekanisme ini tampak irasional atau gila di mata orang lain, misalnya : - Proyeksi (Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan,

perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi). Contoh : seseorang menyangkal bahwa ia menyukai temannya, berbalik menuduh bahwa temannya itu berusaha merayunya.

- Penyangkalan/denial (Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut).

- Pemisahan/splitting (Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di dalam diri sendiri).

b. Mekanisme pertahanan immature. Mekanisme ini sering tampak pada orang dewasa dan lebih sering remaja. Mekanisme ini mengurangi penderitaan dan kekhawatiran yang dipicu karena realita yang tidak menyenangkan. Biasanya individu tersebut tidak menyenangkan secara social karena masih immature, sulit berdamai dengan realita yang ada, misalnya :- Fantasi- Acting out- Idealisasi- Proyeksi

c. Mekanisme pertahanan neurotic. Mekanisme ini sering pada orang dewasa. Mekanisme ini dapat menimbulkan masalah jangka panjang, misalnya :- Pemisahan/Displacement (Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang/benda lain yang

biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya). - Dissosiasi (Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya).- Isolasi

Page 3: Modul 1 Stress Dan Stressor

- Undoing (Tindakan/ perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/ perilaku atau komunikasi sebelumnya; merupakan mekanisme pertahanan primitive).

- Intelektualisasi (Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya).

- Represi (Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, dari kesadaran seseorang; merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme lain).

d. Mekanisme pertahanan mature. Mekanisme ini meningkatkan rasa senang dan mengontrol. Mekanisme ini membantu kita mengintergrasikan pemikiran dan emosi, namun tetap terkontrol, misalnya :- Altruism (tindakan sukarela untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan dalam bentuk

apapun atau disebut juga tindakan tanpa pamrih).- Antisipasi- Indentifikasi (Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan

mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut).Mekanisme pembelaan ego untuk melunakkan kegagalan, menghilangkan kecemasan, mengurangi perasaan menyakitkan karena pengalaman tidak enak serta untuk mempertahankan perasaan layak juga harga diri. Berbagai macam mekanisme pembelaan ego:a. Fantasi, memuaskan keinginan yang terhalang, dengan prestasi dalam khayalan.b. Penyangkalan, melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak menyenangkan dengan menolak

menghadapi hal tersebut.c. Rasionalisasi, berusaha membuktikan bahwa perbuatannya benar dan dapat disetujui oleh dirinya dan

orang lain.d. Identifikasi, menambah rasa harga diri dengan menyamakan dirinya dengan orang atau hal yang

dikagumi.e. Introyeksi, menyatukan nilai dan norma luar dengan struktur egonya sehingga individu tidak tergantung

pada belas kasihan dari luar yang dirasakan sebagai ancaman.f. Represi, mendorong pikiran yang menyakitkan atau berbahaya masuk ke alam sadar.g. Regresi, mundur ke tingkat perkembangan yang kurang matang, dengan respon yang kurang matang dan

biasanya juga dengan aspirasi yang kurang.h. Proyeksi, menyalahkan orang lain mengenai kesukaran atau keinginannya yang tidak baik.i. Penyusunan reaksi, mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan

sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai tantangan.j. Sublimasi, mencari pemuasan atau menghilangkan keinginan seksual dalam kegiatan nonseksual.k. Kompensasi, menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang diinginkan atau pemuasan secara

berlebihan dalam satu bidang karena mengalami frustasi dalam bidang lain.l. Salah pindah (displacement), melepaskan perasaan terkekang, biasanya permusuhan, pada objek yang

tidak begitu berbahaya.m. Pelepasan (undoing), meniadakan atau membatalkan suatu pikiran, kecenderungan atau tindakan yang

tidak disetujui.n. Penyekatan emosional (emotional insulation), mengurangi keterlibatan ego dan menarik diri menjadi pasif

pasif untuk melindungi diri sendiri dari rasa sakit.o. Isolasi (intelektualisasi, disosiasi), memutuskan pelepasan afektif karena keadaan yang menyakitkan atau

memisahkan sikap-sikap yang bertentangan dengan tembok tahan logika.p. Simpatisme, berusaha memperoleh simpati dengan menceritakan berbagai kesukarannya.q. Pemeranan (acting out), mengurangi kecemasan yang dibangkitkan oleh keinginan terlarang dengan

memberikan ekspresinya.

3. Gejala-gejala gangguan jiwa pada umumnya dapat dipahami dari dua segi,yaitu:a. Deskriptif, hanya melukiskan bagaimana gejala itu terjadi tanpa menerangkan makna dan dinamikanya.

Misal: terjadi halusinasi berulang-ulang atau pada saat-saat tertentu (pagi hari) tanpa menerangkan halusinasi apa dan sebagainya.

Page 4: Modul 1 Stress Dan Stressor

b. Psikodinamik, tidak hanya menerangkan tentang bagaimana gejala itu terjadi tetapi juga dinamikanya. Misal : kapankah terjadinya, tentang apa gangguannya, bagaimana prosesnya, reaksi psikologis yang ditampilkan kemudian, dan sebagainya.

Simptomatologi dalam gangguan jiwa:

1) Gangguan kesadaran/consciousnessBila kesadaran itu baik, maka akan terjadi orientasi (waktu, tempat, dan orang) serta pengertian yang baik dan pemakaian secara efektif informasi yang masuk (melalui ingatan dan pertimbangan). Bila kesadaran menurun, kemampuan persepsi, perhatian, dan pemikiran yang berkurang secara keseluruhan. Penilaian kesadaran :a. Kuantitatif :- Kompos mentis, kesadaran dengan respon yang meninggi terhadap rangsang, suara-suara terdengar

lebih keras (normal)- Apatis, kesadarannya baik, bisa berkomunikasi dengan baik tetapi memerlukan intensitas yang tinggi.- Somnolen, kesadarannya seperti orang tidur, tidak acuh terhadapsekelilingnya, apatis, tetapi masih

dapat memberikan jawaban dan reaksi.- Stupor, kesadarannya seperti orang yang tidur lelap, dimana ingatan,orientasi, dan pertimbangannya

sudah hilang. Kalau dirangsang hanya sedikit memberikan respon, dengan tidak acuh atau dengan membuka mata sebentar kemudian tidur lagi.

- Koma, keadaan pingsan, tidak memberikan respon sedikitpun terhadaprangsang dari luar. Refleksi pupil sudah tidak ada.

- Delirium, gangguan kesadaran yang berasal dari reaksi organic akut dengan tanda gelisah, bingung, disorientasi.

b. Kualitatif/ disorientasi : pasien tidak mengenal orang, wakti, tempat, dan situasi

2) Gangguan afek dan emosiAfek : nada perasaan, menyenangkan/tidak, yang menyertai suatu pikiran dan berlangsung lama, kurang disertai fisiologik. Ekspresi emosi yang terlihat mungkin tidak konsisten dengan emosi yang dikatakan.- Inappropiate, yaitu gangguan emosi ditandai dengan jelas adanya perbedaan antara sifat emosi yang

ditunjukkan dengan situasi yang menimbulkannya.- Afek tumpul, manifestasi dalam intensitas menurun/ekspresi mengurang.- Afek datar, tidak ada ekspresi dari perasaan/monoton wajah dan suara.- Restricted, yaitu terbatas/menyempit.- Depresi, yaitu perasaan sedih tertekan.Emosi : suatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatic dan perilaku yang berhubungan dengan afek dan mood. Sering disertai perubahan fisiologis yang mendorong untuk bertindak.- Ansietas, perasaan takut terjadi sesuatu yang disebabkan konflik bawah sadar, sumber bahaya yang

tidak diketahui.- Fear/takut, respon fisiologi dan emosiaonal terhadap sumber bahaya yang diketahui.- Fobia, ketakutan yang obsesif persisten hebat, tidak realistis terhadap suatu benda/keadaan.Mood : keadaan suasana hati yang menetap dan subjektif, yang dilaporkan pasien dan terlihat oleh orang lain.- Euphoria, perasaan sejahtera fisik maupun emosional yang meningkat, berasal dari factor psikologis;

gembira palsu. Sering terjadi pada gangguan jiwa manic.- Elasi, eufori, percaya diri disertai kenaikan aktivitas motorik.- Eksaltasi, elasi yang kuat dan perasaan kebesaran, agung, mulia- Ekstase, emosi senang disertai dengan rasa hati yanhg aneh, penuhkegairahan, perasaan aman,

damai, dan tenang. Merasa hidup baru kembali.- Anhedonia, ketidakmampuan merasakan kesenangan, tidak timbul senang dengan aktivitas yang

biasanya menyenangkan.

Page 5: Modul 1 Stress Dan Stressor

3) Gangguan PsikomotorPsikomotor: efek kombinasi dari aktivitas fisik dan emosional.- Agitasi, aktivitas motorik berlebihan, biasanya tak bertujuan, ada hubungan dengan ketegangan

dalam dirinya.- Agresivitas, tingkah laku yang kuast, bertujuan bias fisik/verbal.- Stupor katatonik, reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang, gerakan danaktivitas menjadi sangat

lambat.- Katalepsi, mempertahankan secara kaku posisi badan tertentu,sekalipun hendak diubah orang lain.- Flexibilitas serea, kelenturan dalam menggerakkan anggota badantetapi masih ada hambatan.- Grimas, mimic yang aneh dan berulang-ulang- Manerisme, pergerakan/lagak yang stereotipik dan teatral.- Otomatisme, tingkah laku otomatis, nyata tidak terarah dan tidak terkontrol secara sadar.- Negativism, menentang nasehat/permintaan orang lain/melakukan gerakan yang berlawanan dengan

perintah.- Bizare, aneh.- Ekopraxia, menirukan gerakan orang lain pada saat dilihatnya.- Ekolali, menirukan apa yang diucapkan orang lain.Pada gangguan depresi gejala: hipoaktif dan hipokenesis akan muncul.Pada gangguan manic gejala: hiperaktif, agresif, eksaltasi akan muncul.

4) Gangguan proses pikirProses pikir : suatu proses penggabungan ide dengan ide yang lain dengan cara imajinasi, perhatian, pendapat.Bentuk pikir:- Autistic, adanya kegagalan untuk membedakan batas antara kenyataan dengan fantasi; hidup dalam

pikirannya sendiri. Sering terjadi pada schizophrenia.

- Dereistik, ketidaksesuaian antara proses mental individu dengan pengalamannya yang sedang berjalan. Ide-ide yang seakan-akancemerlang tetapi tidak mungkin realistis.

- Non-realistik, bentuk pikiran yang sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan.Isi pikir:- Waham/delusi, kesalahan dalam menilai diri sendiri, atau keyakinantentang isi pikirannya padahal

tidak sesuai dengan kenyataan.Macam waham : w.diancam, w.kejar, w.kebesaran, w.bizzare, w.bersalah/berdosa.

- Fantasi, isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yangdiharapkan atau diinginkan, tetapi sebenarnya tidak nyata.

- Obsesi, isi pikiran yang kukuh/persisten dan datang berulang-ulang, biarpun tak dikehendaki dan diketahui tidak wajar atau tidak mungkin terjadi.

Alur/arus pikir:- Inkoherensi, keadaan jalan pikiran yang kacau, sehingga satu ide bercampur dengan ide yang lain.- Irelevansi, isi piker/ucapan tidak ada hubungan dengan pertanyaan.- Flight of idea, pikiran yang melayang atau melompat-lompat.- Logore, banyak bicara tanpa control, mungkin konheren/inkoheren.- Bloking, jalan pikirannya tiba-tiba terhenti, tidak tahu kenapa berhenti.- Neologisme, membuat kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum.- Tangensial, pembicaraan semakin jauh dari pokok permasalahan.- Sirkumstansial, pikiran yang berbelit-belit, ngomong berputar- putar tidak sampai isi.- Mutisme, menolak untuk bicara- Remming, hambatan dalam mengucapkan kata-kata.- Afasia motorik, gangguan bicara oleh karena gangguan organic otak, pengertian masih utuh.- Depersonalisasi, perasaan aneh tentang dirinya/pribadinya tidak seperti biasa lag, tidak menurut

kenyataan.- Perseverasi, pengulangan perkataan/ide yang sama.- Verbigerasi, pengulangan katan yang tidak berarti.

Page 6: Modul 1 Stress Dan Stressor

5) Gangguan PersepsiPersepsi : proses mental dimana asal-usul objek dikenal dengan cara melewati hubungan berbagai kualitas ingatan.- Halusinasi, persepsi sensorik yang salah, tidak ada hubungan dengan stimuli eksternal. Missal:

akusitik (bisikan), penglihatan, perabaan, pengecapan,perabaan.- Ilusi, persepsi sendorik yang salah dari stimuli eksternal yang nyata (ada objeknya).- Derealisasi, perasaan aneh tentang lingkungannya dan tidak menurut kenyataan.- Depersonalisasi, yaitu perasaan aneh tentang dirinya atau perasaan bahwadirinya sudah tidak seperti

dulu lagi.- Makropsia, keadaan, dimana objek nampak lebih besar dari sebenarnya.- Mikropsia, keadaan objek lebih kecil dari sebenarnya.

6) Gangguan Daya IngatTiga proses utama daya ingat : pencatatan/registrasi, penahanan/retensi, pemanggilan kembali/recall.- Amnesia, yaitu keadaan seseorang kehilangan ingatan, mungkin sebagian atau seluruhnya. Ada dua

macam amnesia, yaitu anterograde (meliputi pengalaman sesudah gangguan terjadi) dan retrograde (meliputi pengalaman sebelum gangguan terjadi).

- Hipoamnesia, penurunan derajat menyimpan dan mendapatkan kembali informasi ynag sudah disimpan.

- Hiperamnesia, kenaikan derajat menyimpan dan mendapatkan informasi.- Paramnesia, ngatan yang keliru (ilusi ingatan) karena distorsi pemanggilan kembali (recall), meliputi:

konfabulasi, deja vu, jamais vu,fausse reconnaissance.- Déjà vu, sensasi ilusi bahwa penderita pernah melihat sebelumnya; ilusi/pengenalan visual dimana

situasi baru secara salah dianggap sebagai ulangan.- Jamais vu, perasaan salah yang terjadi bahwa situasi yang belum pernah dialami seperti sudah

dialami.- Demensia, gangguan mental organik dimana terjadi kemunduran intelektual yang sudah didapat

sebelumnya, cukup berat mengganggu fungsi.7) Gangguan Tidur

- Insomnia, perubahan pola tidur yang nyata dan dirasa mengganggu.Insomnia inisial : sulit untuk masuk tidur.Middle insomnia : bangun tengah malam dan susah untuk tidur lagi.Insomnia terminal : bangun terlalu pagi dan tidak dapat tidur lagi.

- Hipersomnia, jumlah tidur yang berlebihan dengan keadaan bingung pada waktu bangun.- Somnambulisme/sleepwalking, gangguan tidur terjadi aktivitas motorik.

8) Gangguan intelegensiIntelegensi : kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang baru melalui pemikiran dan pertimbangan.Berbagai hal yang dapat menghambat kemampuan intelegensi, misalnya: kerusakan otak (prenatal,perinatal, ataupun postnasal berupa keturunan, keracunan, neoplasma, gangguan pembuluh darah), karena psikosis (skizofrenia, bipolar, ataupun sindroma otak organic). Retardasi mental adalah kekurangan intelegensi sehingga daya guna social dan pekerjaan menjadi terganggu. Dementia adalah kemunduran intelegensi, karena kerusakan otak yang ireversibel.Pembagian tingkat intelegensi:- Sangat superior (IQ >130) : jenius- Superior (IQ 110-130) : dapat berfungsi biasa- Normal (IQ 86-109) : dapat berfungsi biasa- Keadaan bodoh (IQ 65-85) : tidak sanggup bersaing dalam mencari nafkah- Debilitas (IQ 52-85) : retardasi mental ringan- Imbesilitas (IQ 36-51) : retardasi mental sedang

Imbesilitas (IQ 20-35) : retardasi mental berat- Idiosi (IQ <20) : retardasi mental sangat berat

9) Insight/Tillikan diriTilikan adalah derajat kesadaran dan pemahaman pasien terhadap sakitnya.

Page 7: Modul 1 Stress Dan Stressor

- Tilikan intelektual, mengerti kenyataan objektif tentang suatu keadaan tanpa kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang berguna untuk mengatasi situasi.

- Tilikan sesungguhnya, mengerti kenyataan objektif tentang situasi, disertai daya pendorong motivasi dan emosional untuk mengatasu situasi.

- Tilikan terganggu, menghilangnya kemampuan untuk mengerti kenyataan objektif dari suatu situasi.Ada 6 derajat tilikan:a. Sama sekali denial terhadap sakitnyab. Sedikit menyadari keadaan sakitnya dan membutuhkan pertolongan tetapi pada saat yang sama

denial dan masih menolaknyac. Menyadari keadaan sakitnya tetapi menyalahkan orang lain atau factor luar lainnya sebagai

penyebabnyad. Menyadari keadaan sakitnya disebabkan karena sesuatu yang tidak diketahuie. Tilikan intelektuan (intellectual insight), menyadari sakitnya dan gejalanya dan kegagalan dalam

penyesuaian social karena perasaan irasional tertentu atau gangguan dalam diri pasien, tetapi tidak menerapkan kesadaran ini pada pengalamannya

f. Tilikan emosional sejati (true emotional insight), kesadaran emosional dari perasaan dalam diri pasien dan orang-orang penting dalam diri pasien di mana dapat mengubah perilaku pasien.

Insight jelek pada penderita psikotik.

Sumber :Coleman, J.C. 1976. Abnormal psychology and modern life. Taraporevala Sons&Co : BombayKaplan dan Sadock.2009. Sinopsis Psikiatri, Edisi 7, Jilid 1 dan 2, Bina Rupa Aksara: JakartaLazarus RS, Folkman S. 1984. Stress Appraisal and Coping. Springer Publishing Company. New York. Maramis,W.F dan A. A. Maramis. 2009.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa edisi 2, Airlangga University Press: Surabaya