Modul 1 Blok 3 Kelompok 2

19
1 LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL BLOK 3 KEDOKTERAN DASAR 2 MODUL 1 SISTEM UROGENETALIA Disusun oleh : Kelompok 2 Andre Kusuma Ruslim NIM. 1310015116 Dera Armedita Dini Sylvana Irmawati Madherisa Paulita Marini Andriyana Raisa Debrina Comma Siti Nur Azizah Shalahuddin Al Amin Betrik Sefyana M NIM. 1310015101 NIM. 1310015107 NIM. 1310015091 NIM. 1310015099 NIM. 1310015092 NIM. 1310015109 NIM. 1310015113 NIM. 1310015120 Tutor : drg. Listiyawati FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2013

description

uhuy

Transcript of Modul 1 Blok 3 Kelompok 2

Page 1: Modul 1 Blok 3 Kelompok 2

1

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK 3 KEDOKTERAN DASAR 2

MODUL 1 SISTEM UROGENETALIA

Disusun oleh : Kelompok 2

Andre Kusuma Ruslim NIM. 1310015116

Dera Armedita

Dini Sylvana

Irmawati

Madherisa Paulita

Marini Andriyana

Raisa Debrina Comma

Siti Nur Azizah

Shalahuddin Al Amin

Betrik Sefyana M

NIM. 1310015101

NIM. 1310015107

NIM. 1310015091

NIM. 1310015099

NIM. 1310015092

NIM. 1310015109

NIM. 1310015113

NIM. 1310015120

Tutor : drg. Listiyawati

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2013

Page 2: Modul 1 Blok 3 Kelompok 2

2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

terselesaikannya laporan DKK (Diskusi Kelompok Kecil) mengenai Sistem Urogenetalia.

Laporan ini dibuat sesuai dengan gambaran jalannya proses DKK kami, lengkap dengan

pertanyaan pertanyaan dan jawaban yang disepakati oleh kelompok kami.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami

dalam proses pembuatan laporan DKK ini. Pertama, kami berterima kasih kepada drg.

Listiyawati selaku tutor kami yang telah dengan sabar menuntun kami selama proses

DKK.Terima kasih pula kami ucapkan atas kerja sama rekan sekelompok di Kelompok 2.

Tidak lupa juga kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam

mencari informasi maupun membuat laporan DKK.

Akhir kata, kami sadar bahwa kesempuranaan tidak ada pada manusia oleh sebab itu,

kami mohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga

laporan ini bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai referensi atau perkembangan

pengetahuan.

Samarinda , November 2013

Kelompok 2

Page 3: Modul 1 Blok 3 Kelompok 2

3

DAFTAR ISI

Kata pengantar .......................................................................................................... i

Daftar isi..................................................................................................................... ii

BAB 1 Pendahuluan

1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2. Tujuan ............................................................................................................ 1

1.3. Manfaat .......................................................................................................... 1

BAB 2 Pembahasan

2.1 Step 1 : Identifikasi Istilah Asing ................................................................... 2

2.2 Step 2 : Identifikasi Masalah .......................................................................... 2

2.3 Step 3 : Curah Pendapat ................................................................................. 3

2.4 Step 4 : Peta Konsep ...................................................................................... 6

2.5 Step 5 : Learning Objective............................................................................ 7

2.6 Step 6 : Belajar Mandiri…………………………………………………… . 7

2.7 Step 7 : Sintesis .............................................................................................. 7

BAB 3 Penutup

3.1. Kesimpulan ................................................................................................... 15

3.2. Saran ............................................................................................................... 15

Daftar Pustaka ........................................................................................................... 16

Page 4: Modul 1 Blok 3 Kelompok 2

4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sistem uropoetika sangat penting bagi kehidupn manusia. Kelangsungan hidup dan

fungsi normal sel bergantung pada pemeliharaan stabilitas konsentrasi garam, asam, dan

elektrolit lain dalam lingkungan cairan internal . kelangsungan hidup sel juga bergantung

pada pengeluaran zat sisa metabolisme yang toksik secara terus menerus.

Ginjal berperan besar dalam mempertahankan homeostasis dengan mengatur banyak

konstituen dari volume plasma , khusunya elektrolit dan air, dan membuang semua zat

sisa metabolisme yang toksik( kecuali CO2 oleh paru ). Sewaktu berulang-ulang tersaring

oleh ginjal , plasma mempertahankan konstituen yang digunakan oleh tubuh dan

mengeluarkan bahan yang tidak berguna melalui urin. Ginjal juga berperan dalam

pengaturan pH dengan mengendalikan pengeluaran asam melalui urin.

Dalam laporan ini akan dijabarkan tentang bagaimana mekanisme sistem uropoetika

yang banyak membantu bagi kelangsungan hidup manusia dalam menjaga homeostasis.

1.2 TUJUAN

Tujuan kami adalah agar laporan ini berguna dalam pembelajaran tentang sistem

uropoetika dan sebagai referensi bagi mahasiswa pada khususnya dan bagi pembaca

pada umumnya.

1.3 MANFAAT

Pada pembahasan ini, mahasiswa akan memahami dan lebih mengerti bagaimana cara

organ-organ sistem uropoetika melakukan tugasnya dalam mekanisme pembentukan urin

serta miksi , untuk menjadi bekal bagi mahasiswa sebagai calon dokter gigi.

Page 5: Modul 1 Blok 3 Kelompok 2

5

BAB 2

PEMBAHASAN

SKENARIO

Mimpi Yang Tak Indah

Si Udin sudah dua hari ini diare yang menyebabkan badan lemas akibat terjadinya

dehidrasi dan hiponatremia. Udin sudah minum oralit dan air yang banyak sehingga pada

malam hari udin terbangun ketika sedang tidur nyenyak dan mimpi yang indah karena

ngompol!!!

2.1 IDENTIFIKASI ISTILAH ASING

1. Diare : Keadaan dimana keluar feses lunak/cari yang berulang kali dan abnormal.

Feses keluar dari 200 gr perhari ditandai dengan rasa mulas.

2. Dehidrasi : Keadaan dimana tubuh kekurangan cairan dalam 1 periode waktu yang

tidak dapat diganti mekanisme.

3. Hiponatremia : Rendahnya kadar konsentrasi natrium plasma yang disebabkan

kurangnya natrium.

4. Oralit : Larutan yang mengandung cairan elektrolit untuk mencegah kekurangan

cairan.

2.2 STEP 2 (IDENTIFIKASI MASALAH)

Sesuai teks yang disajikan pada skenario, kami dapat mengidentifikasikan beberapa

masalah yang timbul dalam kasus tersebut sebagai berikut.

1. Apa fungsi umum dari sistem uropetika?

2. Mekanisme pembentukan urin?

3. Mengapa Udin dapat mengalami ngompol? Bagaimana mekanismenya?

4. Apa hubungan Udin minum banyak air dengan mengalami ngompol?

5. Apa saja komposisi urin?

6. Mengapa saat diare tubuh mengalami lemas?

7. Apa hubungan diare, dehidrasi, dengan hiponatremia?

Page 6: Modul 1 Blok 3 Kelompok 2

6

8. Bagaimana tubuh menjaga keseimbangan cairan?

2.3 STEP 3 (CURAH PENDAPAT)

1. Fungsi umum Sistem Uropetika

Sistem terjadinya penyaringan darah sehingga darah terbebas dari zat-zat yang

tidak diperlukan tubuh.

Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.

Pengeluaran toksin/racun.

Mempertahankan keseimbangan garam dan zat-zat lain.

Mengeluarkan hasil metabolism.

Menghasilkan renin pada ginjal.

Pada sistem uropetika ini juga melibatkan organ-organ penyusun, yaitu:

Ginjal

- Kelenjar dibelakang cavum abdomenilais.

- Sejajar dengan pinggang, berbentuk seperti kacang, memiliki sistem fungsional

yang disebut nefron.

- Terdapat arteri renalis dan bercanang arterioli.

Ureter

- Sebagai saluran urin dari pelvis ginjal ke vesica urinaria.

Vesica Urania (Kandung Kemih)

- Kantung elastis sebagai penampung urin terdiri dari otot polos untuk berkontraksi.

Uretera

- Saluran keluarnya urin dari kandung kemih (vesica urinaria) ke luar tubuh.

Teradapat dua uretera yang berbeda pada pria dan wanita:

- Pada Pria

Panjang ± 20 𝑐𝑚, terbentang dari vesica urinaria sampai ujung uretera

- Pada Wanita

Panjang ± 3,8 𝑐𝑚, terbentang dari vesica urinaria sampai vestibulum

2. Pembentukan Urin

Pembentukan urin berhubungan dengan fungsi ginjal dalam proses:

Page 7: Modul 1 Blok 3 Kelompok 2

7

Filtrasi yang terjadi di glomerulus, pada saat filtrasi darah mengalir melalui

glomerulus, plasma bebas protein tersaring melalui kapiler glomerulus ke dalam

kapsul Bowman. Dalam keadaan normal, 20% plasma yang masuk ke glomerulus

tersaring.

Reabsorbsi yang terjadi di tubulus. Sewaktu filtrate mengalir melalui tubulus,

bahan-bahan yang bermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler

peritubulus. Perpindahan selektif bahan-bahan dari bagian dalam tubulus (lumen

tubulus) ke dalam darah darah.

Sekresi yang pada proses ini terjadi pemindahan selektif bahan-bahan dari kapiler

peritubulus ke dalam lumen tubulus. Sekresi tubulus merupakan mekanisme untuk

mengeluarkan bahan dari plasma secara cepat dengan mengekstraksi sejumlah

tertentu bahan dari 80% plasma yang tidak terfiltrasi di kapiler peritubulus dan

memindahkannya ke bahan yang sudah ada di tubulus sebagai hasil filtrasi.

3. Penyebab Ngompol

Selama kandung kemih terisi banyak dan menyertai kontraksi

berkemih, keadaan ini disebabkan oleh reflex peregangan yang dimulai oleh reseptor

regang sensorik pada dinding kandung kemih. Sinyal sensorik dari reseptor kandung

kemih dihantarkan ke segmen sacral medulla spinalis kemudian secara reflex

kembali lagi ke kandung kemih melalui saraf parasimpatis. Akibatnya akan terjadi

reflex kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi

sfingter internus, segera diikuti oleh relaksasi sfingter eksternus, akhirnya terjadi

pengosongan kandung kemih.

Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan

relaksasi sfingter internus dihantarkan melalui serabut-serabut saraf parasimpatis.

Kontraksi sfingter eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau

menghentikan miksi. Kontrol volunter ini hanya mungkin bila saraf-saraf yang

menangani kandung kemih uretra, medulla spinalis dan otak, masih utuh. Bila tidak

ada saraf-saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urine (kencing keluar terus

menerus tanpa disadari). Terutama pada anak kecil yang belum terlatih dengan baik

refleksnya.

4. Meminum banyak air akan menyebabkan tubuh kita kelebihan air. Hal ini akan

mengikutsertakan ginjal yang berfungsi dalam homeostasis dari kadar air bila terjadi

Page 8: Modul 1 Blok 3 Kelompok 2

8

peningkatan air dalam cairan plasma, ginjal akan mensekresikan lebih banyak air

sehingga akan menyebabkan pengisian pada kandung kemih lebih cepat dan pada

akhirnya merangsang reseptor regang pada dinding kandung kemih.

5. Komposisi urin

Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air, zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolism

protein asam urea, amoniak dan kreatinin, elektrolit (natrium, kalsium, NH3,

bikarbonat, fosfat, dan sulfat), pigmen (bilirubin, urobilin), toksin, hormone.

6. Saat kita diare, kita akan kekurangan cairan elektrolit dalam tubuh sehingga akan

menyebabkan tubuh kita menjadi lemas.

7. Hubungan diare, dehidrasi, dan hiponatremia:

diare mengeluarkan banyak cairan, sedangkan dehidrasi ini sendiri kehilangan

banyak cairan akibat diare, apabila cairan CES kekurangan cairan otomatis ion

Natrium juga rendah pada CES.

8. Keseimbangan cairan tubuh

Rata-rata cairan tubuh membentuk 60% dari berat tubuh, komposisinya

adalah 2/3 H2O tubuh terdapat di CIS , 1/3 nya di CES.

Konstituen pada plasma dapat dipertukarkan secara bebas dengan cairan

intertitium melalui dinding kapiler, oleh karena itu cairan intertitium dan

plasma memiliki komposisi yang identik kecuali protein plasma Tetapi CES

dan CIS memiliki komposisi yang berbeda akibat dari pertukaran bahan

antara CES dan CIS melalui membran yang selektif.

Komponen dari keseimbangan cairan harus mengontrol volume CES dengan

garam yang seimbang dan kontrol osmolaritas CES dengan menjaga

keeimbangan H2O. Dan untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh

merupakan regulasi dari ginjal.

Page 9: Modul 1 Blok 3 Kelompok 2

9

2.4 Kerangka Konsep

GINJAL

URETER

URETRA

VESIKA URINARIA

URIN

PEMBENTUKAN URIN

KESEMBANGAN CAIRAN

TUBUH

MIKSI

Page 10: Modul 1 Blok 3 Kelompok 2

10

2.5 Learning Objective

1. Anatomi, fisiologi sistem uropoetika

2. Regulasi fungsi ginjal

3. Mekanisme miksi dan pembentukan urin

4. Keseimbangan cairan tubuh

2.6 Belajar Mandiri

Pada tahap ini kami melakukan belajar mandiri sesuai dengan learning objectives yang

telah dirumuskan.

2.7 STEP 7 SINTESIS

1. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Uropoetika

a. Ginjal

Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang berwarna merah tua. Ginjal

dilapisi jaringan ikat pembungkus, yaitu :

i. Fasia renal yang merupakan pembungkus terluar dari ginjal,

ii. Perirenal (merupakan jaringan adipose yang terbungkus oleh jaringan fasia),

iii. Kapsul fibrosa merupakan membrane halus yang transparan yang

membungkus ginjal

Setiap ginjal di dalamnya mengandung 1 sampai dengan 4 juta unit yang

bertugas membentuk urine yang disebut dengan nefron. Nefron memiliki satu

komponen vaskuler dan satu komponen tubular. Nefron inilah yang membagi area

ginjal menjadi kortek dan medula ginjal (berbentuk piramid pada bagian dalam

ginjal). Ginjal memiliki tempat mengumpulan urine yaitu pelvis ginjal.

Komponen-komponen vaskular dari ginjal, yaitu :

i. Glomerulus merupakan anyaman kapiler yang diselubungi epitel berdinding

ganda yang disebut dengan kapsul bowman.

ii. ginjal mendapat sirkulasi dari aorta abdominalis yang mempunyai

percabangan arteri ,arteri renalis. Arteri ini berpasangan kiri dan kanan.

Arteri renalis bercabang pada saat berada didalam ginjal menjadi arteriole

aferen yang mengalirkan darah ke glomelurus, kapiler pada glomelurus

Page 11: Modul 1 Blok 3 Kelompok 2

11

menyatu menjadi arteriole eferen yang mengalirkan darah meninggalkan

glomelurus. Arteriole eferen bercabang-cabang menjadi kapiler-kapiler yang

disebut kapiler peritubular, kapiler ini mengelilingi dari komponen tubular

yang berfungsi dalam pemasokan darah ke ginjal dan pertukaran zat antara

tubular dan darah. Dari kapiler peritubular selanjutnya kapiler ini menyatu

menjadi venula yang kemudian venula menyatu menjadi vena renalis dan

meninggalkan ginjal. (Sherwood, 2009)

komponen-komponen tubular ginjal :

i. kapsul bowman

ii. Tubulus proksimal berbentuk sangat berliku dan permukaan yang

menghadap lumen tubukus terdapat sel-sel epitel kuboid.

iii. Ansa Henle, membentuk lengkungan tajam yang masuk ke dalam ginjal,

tungkai desenden yang masuk ke dalam medulla sedangkan tungkai asenden

yang membalik ke atas.

iv. Tubulus kontortus distal, bersentuhan dengan dinding arteriol aferen yang

disebut macula densa yang berfungsi sebagai kemoreseptor peka terhadap

rangsang kimia.

v. Tubulus dan Duktus, tubulus membentuk duktus pengumpul yang besar dan

duktus pengumpul membentuk lubang. (Sherwood, 2009)

Fisiologi ginjal,

i. Mengatur volume air (cairan dalam tubuh). Kelebihan air dalam tubuh akan

diekskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam jumlah

besar, kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang

diekskresi berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan

volume cairan tubuh dapat dipertahankan relatif normal.

ii. Mengatur keseimbangan osmitik dan mempertahankan keseimbangan ion

yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit).

iii. Mengatur keseimbangan asam-basa cairan tubuh.

iv. Ekskresi sisa hasil metabolism (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik,

obat-obatan, hasil metabolism hemoglobin dan bahan kimia asing

(pestisida).

Page 12: Modul 1 Blok 3 Kelompok 2

12

v. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormon renin yang

mempunyai peranan penting mengatur tekanan darah (sistem renin

angiotensin aldesteron) membentuk eritripoiesis mempunyai peranan

penting untuk memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).

b. Ureter

Ureter merupakan perpanjangan dari tubulus ginjal. Ureter memiliki 3

lapisan dinding, yaitu :

i. Lapisan fibrosa (luar)

ii. Mukularis longitudinal

iii. Epithelium mukosa

Terdiri dari 2 saluran muskuler berbentuk silindris, masing–masing bersambung

dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria), panjangnya ± 25-30 cm, dengan

penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan

sebagian terletak dalam rongga pelvis

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik sekali untuk

mendorong urine masuk ke dalam kandung kamih (vesika urinaria). Gerakan

peristaltik mendorong urine melalui ureter yang diekskresikan oleh ginjal dan

disemprotkan dalam bentuk pancaran.

c. Kandung kemih (vesika urinaria).

Kandung kemih merupakan organ muscular yang berongga yang berfungsi

sebagai tempat penyimpanan urin. Dinding dari kandung kemih terdiri dari 4

lapisan, yaitu :

i. Serosa (luar)

ii. Otot detrusor, merupakan otot polos yang memastikan kandung kemih

berkontraksi ke segala arah.dipersarafi oleh saraf parasimpatis untuk

melakukan kontraksi.

iii. Submukosa, merupakan jaringan ikat

iv. Mukosa, merupakan jaringan ikat transisi.

Page 13: Modul 1 Blok 3 Kelompok 2

13

d. Uretra

Uretra berfungsi mengalirkan urin dari kandung kemih ke bagian luar dari tubuh.. di

jaga oleh dua sfingter yaitu sfingter uretra internus yang involunter dan sfingter

uretra eksternus yang volunter karena tersusun dari otot rangka. Utertra pada wanita

terletak dibawah uterus sedangakan pada pria terletak di bawah kelenjar prostat.

2. Regulasi fungsi ginjal

Di ginjal terdapat beberapa hormon yang bekerja dan dihasilkan oleh ginjal, yaitu :

o Hormon Aldosteron, yaitu mengatur unsur-unsur mineral, yakni terutama mengatur

reabsorpsi Na+ dan sekresi K+. Dalam hal ini apabila aldosteron meningkat,

menyebabkan reabsorpsi Na+ bertambah dan sekresi K+ bertambah pula. Aldosteron

membantu ginjal mengatur volume plasma atau cairan ekstra sel.

o Anti Diuretic Hormon (ADH) Vasopresin, mempuyai fungsi sebagai pengaturan

volume cairan ekstra sel dan konsentrasi Na+ dan membantu ginjal mengatur tekanan

osmotik plasma dalam reabsorbsi. ADH bekerja pada duktus pengumpul, ADH

meningkatkan reabsorpsi air.

o Eritropoiein, hormon yang merangsang produksi sel darah merah oleh sumsum

tulang. Fungsi ini berperan dalam homeostasis dengan membantu mempertahankan

kandungan O2 yang optimal di dalam darah lebih dari 98 % O2 dalam darah terikat ke

hemoglobin di dalam sel darah merah.

o Renin adalah enzim proteolitik yang berperan sebagai katalis dalam pengubahan

angiotensinogen. Angiotensinogen 1 kemudian berubah menjadi enzim lain yang aktif

yaitu angiotensinogen 2. Hormon ini bekerja pada sel-sel adrenal kortek untuk

melepaskan hormon aldosteron dan meyebabkan arteriol dalam sistem sirkulasi

berkonstriksi kemudian membantu menigkatkan tekanan darah dengan meningkatkan

tahanan atas aliran darah,

3. Mekanisme pembentukan urin

- Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana terdapat jaringan kapiler yang digunakan

untuk menahan nutrient dengan molekul-molekul besar ke dalam sistem vaskuler,

Page 14: Modul 1 Blok 3 Kelompok 2

14

menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan komposisi air. Proses

filtrasi terjadi akibat mengkerut dan mengembangnya arteriol afferent dan arteriol

efferent yang masuk dan meninggalkan glomerulus (Guyton, 2008).

Selama terjadi filtrasi sel-sel darah dan molekul protein tidak dapat disaring,

sedangkan molekul-molekul yang berukuran lebih kecil seperti: garam, asam amino

dan gula dapat disaring sehingga menjadi bagian dari filtrat glomerulus atau urin

primer.Cairan ini disebut filtrate glomerular. Tumpukan glomerulus dibungkus

didalam lapisan sel epithelium yang disebut kapsula bowman. Area antara glomerulus

dan kapsula bowman disebut bowman space dan merupakan bagian yang

mengumpulkan filtrate glomerular, yang menyalurkan ke tubulus proksimal (Guyton,

2008).

Dinding kapiler glomerular membuat saringan untuk pergerakan air dan plasma yang

menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah didalam kapiler dan

tekanan kapsul bowman dari cairan di dalam bowman space merupakan kekuatan

untuk proses filtrasi. Normalnya tekanan kapsula bowman di bowman space tidak ada

karena molekul protein yang medium-besar tidak tersaring. Selain itu beban listirk

(electric charged) dari sretiap molekul juga mempengaruhi filtrasi. Kation (positive)

lebih mudah tersaring dari pada anion. Bahan-bahan kecil yang dapat terlarut dalam

plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam

lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan

di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa

dengan darah tetapi tidak mengandung protein (Guyton, 2008).

- Reabsorbsi

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali zat yang berguna oleh dinding tubulus,

lalu masuk ke pembuluh darah yang mengelilingi tubulus.Tubulus proksimal

bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian terbesar. Paling tidak 60% kandungan

yang tersaring di reabsorbsi sebelum cairan meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus

proksimal tersusun dan mempunyai hubungan dengan kapiler peritubular yang

memfasilitasi pergerakan dari komponen cairan tubulus (Sherwood, 2009).

Filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan

terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi

Page 15: Modul 1 Blok 3 Kelompok 2

15

yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa

sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrate dikeluarkan dalam urin.

Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang

komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang

masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Gula dan asam mino meresap melalui

peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Urine akan masuk ke

lengkung Henle menuju tubulus kontortus distal. Pada saat melewati lengkung Henle

desenden, air berosmosis keluar sehingga volume urin sekunder menurun dan menjadi

pekat. Saat melewati lengkung Henle asenden, garam (Na+) dipompa keluar, sehingga

kepekatan urin berkurang tetapi volume urin tetap. Dengan demikian konsentrasi

garam di luar tubulus meningkat(Sherwood, 2009).

- Sekresi dimana terjadi penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus

kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5%

garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi

memberi warna dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran

zat makanan. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NH3, zat warna empedu, dan

asam urat (Cuningham, 2002).

Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang

berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya bila

kadarnya tidak berlebihan. Pengeluaran (H+) ini membantu menjaga pH yang tetap dalam

darah.Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai

pelarut (Sherwood, 2009).

Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun

bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika

untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang

kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil

perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong

empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi warna

pada tinja dan urin.

Selama melewati tubulus distal dan tubulus kolektifus, urin kehilangan banyak air (H2O)

sehingga konsentrasi urin semakin pekat. Setelah itu urin memasuki pelvis renalis dan

Page 16: Modul 1 Blok 3 Kelompok 2

16

menuju ureter, kemudian dialirkan ke vesica urinaria untuk ditampung sementara

(Sherwood, 2009).

4. Mekanisme Miksi

Miksi atau berkemih adalah proses pengosongan kandung kemih, diatur oleh dua

mekanisme, yaitu refleks berkemih dan kontrol volunter.

Refleks berkemih terpicu ketika reseptor regan di dalam kandung kemih terangsang.

Kandungkemih pada orang dewasa dapat menampung 250-400 ml urin. Semakin besar

tegangan, semakin besar tingkat pengaktifan reseptor.Serat-serat aferen dari reseptor regang

membawa impuls ke medula spinalis dan akhirnya, melalui antarneuron, merangsang saraf

parasimpatis kandung kemih dan menghambat neuron motorik di sfingter eksternus.

Stimulasi saraf parasimpatis kandung kemih menyebabkan organ ini berkontraksi. Kontraksi

pada kandung kemih akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk sehingga sfingter

internus terbuka. Secara bersamaan, sfingter eksternus membuka karena penghambatan

neuron-neuron motorik di sfingter tersebut. Setelah kedua sfingter uretra terbuka, maka urin

akan terdorong oleh gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi kandung kemih.

Kontrol Volunter Berkemih, selain memicu dari timbulnya refleks berkemih,

pengisian kandung kemih juga menyadarkan yang berssangkutan akan keinginan untuk

berkemih. Penuhnya kandung kemih sebelum sfingter eksternus melemas , memberikan

rangsangan bahwa miksi akan terjadi. Akibatnya ada kontrol volunter berkemih, yang

dipelajari masa pertumbuhan individu. Kontrol volunter ini dapat mengalahkan refleks

berkemih sehingga pengosongan kandung kemih/ berkemih dapat dikontrol sesuai keinginan

yang bersangkutan. Impuls disampaikan ke korteks serebri, segera diproses dan

menghantarkan sinyal yang sifatnya eksitatorik mengalahkan sinyal inhibitorik dari reseptor

regang pada refleks berkemih.Berkemih tidak dapat ditaan selamanya. Karena kandung

kemih selalu terisi, maka sinyal inhibitorik dari reseptor regan semakin bertambah dan

mengalahkan dari kontrol volunter dan mengakibatkan kandung kemih secara refleks

mengeluarkan isinya (Sherwood, 2009).

5. Keseimbangan Cairan Tubuh

Rata-rata cairan tubuh membentuk 60% dari berat tubuh, komposisinya adalah

2/3 H2O tubuh terdapat di CIS , 1/3 nya di CES.

Page 17: Modul 1 Blok 3 Kelompok 2

17

Konstituen pada plasma dapat dipertukarkan secara bebas dengan cairan

intertitium melalui dinding kapiler, oleh karena itu cairan intertitium dan

plasma memiliki komposisi yang identik kecuali protein plasma Tetapi CES

dan CIS memiliki komposisi yang berbeda akibat dari pertukaran bahan antara

CES dan CIS melalui membran yang selektif. (Sherwood, 2009)

Komponen dari keseimbangan cairan harus mengontrol volume CES dengan

garam yang seimbang dan kontrol osmolaritas CES dengan menjaga

keeimbangan H2O. Dan untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh

merupakan regulasi dari ginjal. (Sherwood, 2009)

Kation utama CES adalah ion natrium yang memiliki kekuatan osmotik yang

besar. Apabila ada penurunan ion natrium total menyebabkan perubahan setara

dalam volume CES, termasuk volume plasma yang menyebabkan tekanan

arteri menurun. Mekanisme pengaturan tekanan darah dapat mengubah LFG (

laju filtrat glomelurus ) dan karena itu ion natrium yang di filtrat glomelurus

dapat di atur. Secara bersamaan ini dapat mengubah sekresi aldosteron untuk

menyesuaikan reabsorbsi ion natrium di tubulusginjal. Dengan mengatur

jumlah ion natrium yang direabsorbsi , ginjal dapat mengatur ekresi

pengeluaran ion natrium di urine untuk mengatur volume plasma dan tekanan

pada arteri. (Sherwood, 2009)

Osmolaritas CES harus dijaga dengan menyeimbangkan H2O untuk mencegah

perpindahan osmotik H2O antara CES dan CIS. Apabila ada perpindahan

osmotik antara CES dan CIS maka akan menyebabkan

hipotonisitas/mengencerkan cairan di dalam CIS apabila H2O dalam CES

berlebih menyebabkan pembengkakan sel, dan defisit/ memekatkan cairan

CIS apabila CES kekurangan H2O menyebabkan penciutan sel. (Sherwood,

2009)

Keseimbangan H2O di atur oleh hormon ADH vasopresin , hormon ini

mengatur tingkat reabsorbsi H2O oleh tubulus ginjal dan menentukan volume

urine yang dikeluarkan. Hormon ini bekerja melawan peningkatan pengeluaran

urin, oleh karena itu hormon ini dirangsang dari hipofisis posterior apabila ada

defisit/kekurangan H2O dan dihambat apabila ada kelebihan H2O. (Sherwood,

2009)

Page 18: Modul 1 Blok 3 Kelompok 2

18

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil DKK kami simpulkan bahwa, Sistem uripoetika adalah suatu sistem tempat

terjadinya proses penyaringan darah sehingga dara bebas dari zat-zat yang tidak

dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh.

Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh larutan dalam air dan dikeluarkan berupa urine

(air kemih). Sistem ini juga berguna dalam regulasi keseimbangan cairan ,asam dan

basa tubuh.

Sistem urinaria terdiri atas:

a. Ginjal, yang mengeluarkan sekret urine.

b. Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke vesika urinaria.

c. vesika urinaria, yang bekerja sebagai penampung.

d. Uretra, yang menyalurkan urine dari vesika urinaria.

3.2 Saran

Agar mahasiswa memahami lebih dalam tentang sistem uropoetika yang berfungsi untuk

menyaring plasma sehingga tubuh bebas dari zat-zat yang tidak diinginkan dan menyerap

zat-zat yang masih digunakan untuk tubuh.

Page 19: Modul 1 Blok 3 Kelompok 2

19

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A. C. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Sherwood, L. ( 2009). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Sloane, E. (2003). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta, indonesia: EGC.