Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

53
MODIFIKASI DESAIN STRUKTUR DENGAN DESAIN PERMUKAAN (ikat celup & sulam) MOEKARTO MOELIONO

Transcript of Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Page 1: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

MODIFIKASI DESAIN STRUKTUR DENGAN DESAIN

PERMUKAAN(ikat celup & sulam)

MOEKARTO MOELIONO

Page 2: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

DESAIN TEKSTIL

Proses desain adalah usaha kreatif untuk menghasilkan sebuah karya yang memiliki nilai lebih. Untuk memenuhi kriteria tersebut terdapat pertimbangan-pertimbangan desain, yaitu :

1.Dapat dipakai atau digunakan yang berkaitan dengan fungsi teknis dan fisik; nyaman, andal, aman, praktis.

Page 3: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

DESAIN TEKSTIL

2. Dapat dinilai estetis, menyangkut aspek teknologi, bahan baku,ketrampilan, keahlian,manajemen.Daya tarik estetis berkaitan dengan tampilan visual

3. Dapat dipasarkan, hal ini berhubungan dengan permintaan dan selera pasar, ekonomi, daya beli, persaingan, kondisi produk, dll.

Page 4: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

DESAIN TEKSTIL

a. Aspek Estetika, pertimbangan gagasan dan sumber gagas, tema, olahan ragam hias, warna, proporsi, komposisi dan teknis (unsur dan prinsip desain)

b. Aspek Fungsi, pemikiran yang berhubungan dengan pertimbangan pemilihan teknik, pengguna, tingkat golongan

c. Aspek Bahan, pertimbangan pemilihan serat, benang, struktur tenun, daya serap

Page 5: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

DESAIN TEKSTIL

d. Aspek Proses, mempertimbangkan berbagai kemungkinan eksplorasi yang dapat dilakukan berikut kendala-kendalanya

e. Aspek Mode, mempertimbangkan kecenderungan gaya (style) yang diselaraskan dengan waktu.

Page 6: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

DESAIN STRUKTUR DAN DESAIN PERMUKAAN

• DESAIN STRUKTUR : yaitu desain yang dibuat pada saat pembuatan kain dengan cara mengnolah faktor-faktor konstruksi kain dari benang lusi dan pakan

• DESAIN PERMUKAAN : yaitu desain yang dikerjakan setelah proses pembuatan kain selesai atau pada permukaan kain jadi

Page 7: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

IKAT CELUP & SULAM

IKAT CELUP : ikat celup atau tie dye adalah hasil dari proses perintangan warna dengan cara menutup atau mengikat pada bagian-bagian tertentu agar tidak terkena warna.

Terdapat nama lain dari teknik ikat celup antara lain ; jumputan, tritik, pelangi, sasirangan, dan cinde.

Page 8: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

IKAT CELUPKain Tritik

Dikatakan tritik karena motifnya berupa titik-titik yang membentuk corak gambar tertentu.

Seni kain tritik terdapat di daerah seperti Bali, Palembang, dan Banjarmasin. Kain tritik memiliki warna yang sederhana dengan satu warna latar ; biru tua, hitam, dan merah mengkudu. Saat ini warna menjadi lebih bervariasi dengan warna yang kontras, lembut, dan cerah yang dipadukan dengan warna tua.

Page 9: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Corak tritik

Corak kain tritik diperoleh dengan cara menjelujur kain menurut pola yang diinginkan. Kain yang telah dijelulur menggunakan benang ditarik sehingga menjadi rapat dalam satu gumpalan. Kain yang telah diberi warna dan benang dicabut, maka akan didapat ragam hias berwarna putih sesuai dengan jelujur yang dibuat.

Page 10: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Tritik

Page 11: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Kain Jumputan

• Kata jumputan muncul karena proses pembuatan kain dilakukan dengan cara mengambil sedikit – sedikit atau njumput (bhs Jawa), untuk kemudian diikat dengan tali. Bagian yang dijumput dan diikat ketika telah diberi warna dan dilepas talinya akan tetap berwarna putih.

Page 12: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

jumputan

Page 13: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Kain Pelangi

Pada dasarnya jenis kain tritik, pelangi, dan jumputan adalah sama. Kain pelangi memiliki tatawarna yang lebih beragam dan pengerjaannya lebih rumit dibandingkan dengan kain jumputan. Karena memiliki aneka ragam warna kain ini disebut kain pelangi. Kain jumputan dan pelangi ditemui di Jawa, Bali, Lombok, Palembang, Kalimantan, Sulawesi yang dipadukan dengan corak tritik dan corak-corak lainnya.

Page 14: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Pelangi

Page 15: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Kain Sasirangan

Kain sasirangan merupakan kain yang pada mulanya dibuat berdasarkan pesanan atau permintaan yang disebut sebagai kain pamintan dan dikerjakan dengan cara calapan (celupan). Kata sasirangan berasal dari kata sirang (bhs. Banjar) berarti jahit atau jelujur. Proses pembuatannya sama seperti kain tritik dan jumputan yang dikenal dengan nama jajumputan.

Page 16: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Sasirangan

Page 17: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Ikat Celup dan nilai sakral

Di Jawa kain tritik, jumputan, atau pelangi memiliki makna spiritual dan menunjukkan status sosial pemakainya. Sementara di daerah lain kain ini.digunakan pada upacara-upacara adat. Di Rongkong Toraja Sulawesi Selatan kain roto yang di buat dengan teknik ikat celup dengan ragam hias yang menggambarkan matahari dan tatasurya melambangkan kehidupan. Pada upacara potong gigi dan ngaben di Bali, kain pelangi digunakan sebagai hiasan dan panji. Kain sasirangan dipercaya memiliki kekuatan sebagai penyembuh. Ragam bintang bahambur yang digunakan pada ikat kepala (laung) dan kakamban (kerudung) dipercaya dapat menyembuhkan sakit kepala, sakit telingan dan kerontokan rambut.

Page 18: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Bahan Baku Ikat Celup

Bahan baku dalam pembuatan tekstil ikat celup dapat digolongkan dalam:

• Bahan baku kain

• Bahan perintang

• Bahan pewarna

Page 19: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Kain

Kain digolongkan sebagai bahan baku utama pada proses pembuatan ikat celup. Pada umumnya pembuatan ikat celup menggunakan kain yang berbahan serat kapas dan modifikasi serat kapas, serat rayon, serat protein dari binatang, dan serat lainnya dengan berbagai macam kualitas.

Page 20: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Jenis kain

Bahan baku kain yang dapat digunakan untuk pembuatan ikat celup antara lain yaitu

kain yang berbahan serat kapas, seperti ; kain mori primisima, blacu (grey), voilisima

(tipis), berkolin. Kain saten dan santung berbahan serat rayon, dan kain yang berasal

dari binatang (serat protein) seperti ; kain sutera, dan wool

Page 21: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Perintang warna IKAT CELUP

Perintang warna pada proses ikat celup, mempunyai persyaratan sebagai

berikut:1.Tidak dapat terwarnai oleh zat warna,

sehingga mampu untuk merintangi zat warna.

2. Bahan mempunyai konstruksi anyaman maupun twist benang

yang padat.3. Mempunyai kuat tarik yang tinggi.

Page 22: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Bahan Perintang Warna

Bahan perintang/pengikat dapat berupa:– Benang kapas– Benang polyester– Rafia– Benang ban– Karet gelang– Serat agel/serat nenas.– Dll

Page 23: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Bahan Pendukung KAT CELUP

Dalam teknik ikat celup dapat digunakan cara-cara lain untuk memperoleh corak

tanpa harus mengikat kainnya yang dikenal dengan isian atau bundelan.

Adapun bahan-bahan untuk isian dapat digunakan biji-bijian yang tidak mudah

hancur ketika dilakukan proses pewarnaan

Page 24: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Bahan Isian

• Kacang ijo• Biji Jagung• Kerikil• Koin uang• Beras• Kelereng• Kerang• Manik-manik• Dan lainnya sehingga diperoleh corak yang khas

Page 25: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Pewarna

Penggunaan warna pada proses ikat celup dapat dilakukan dengan jenis warna yang berbahan sintetis maupun berbahan alam.

• Pewarna sintetis : Naphtol, indigosol dan reaktif untuk golongan serat kapas dan rayon.

• Zat warna dispersi untuk kain polyester dan georgette

Page 26: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Zat Warna Reaktif

• Zat warna reaktif berbentuk bubuk, jenis warnanya cukup lengkap dan dapat mengisi/melengkapi arah warna yang tidak dapat dihasilkan pada pewarna dengan zat Naphtol maupun Indigosol, seperti Turkish blue/biru Turki.

• Zat warna reaktif dapat digunakan untuk pewarnaan secara celupan maupun coletan.

• Untuk pewarnaan, obat pembantu yang digunakan adalah soda abu dan garam dapur. Dalam pengerjaan dibedakan menjadi zat warna reaktif panas dan zat warna reaktif dingin.

Page 27: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Warna Reaktif Celupan Dingin

- Zat warna reaktif : 10-30 g/liter

- Soda abu : 2-5 g/liter

- Obat pembasah : 3-5 g/liter

- Garam dapur : 30 g/liter

- Water glass

300 - 500 Be : secukupnya

Page 28: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Cara Melarutkan

– Zat warna reaktif dipasta dengan obat pembasah, kemudian dilarutkan dengan air panas sambil diaduk-aduk sehingga larut.

– Soda abu dimasukkan dalam larutan zat warna sampai larut semua.

– Ditambah air dingin yang ditentukan.– Masukkan garam dapur sambil diaduk sampai

larut semua.

Page 29: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Cara Mencelup

– Kain dimasukkan ke dalam larutan zat warna, dibolak-balik sampai rata dan direndam selama 30 menit pada suhu kamar.

– Diatuskan dan dikeringkan di tempat yang teduh. Untuk menambah ketuaan warna, dapat dilakukan 2-3 kali pengerjaan.

– Setelah kering dikuas dengan water glass 300 -500 C Be kemudian dibiarkan satu malam.

– Dicuci

Page 30: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Cara Coletan

- Zat warna reaktif : 5 g/100 cc - Natrium silikat 300 -500 Be : secukupnya

Cara melarutkan: – Kain yang akan dicolet, diletakkan dalam keadaan

datar di atas sebuah alas– Dicolet pada bidang-bidang tertentu yang

dikehendaki (biasanya dibolak-balik).– Dikeringkan.– Difiksasi dengan water glass dengan jalan

dicoletkan.– Dibiarkan 1 atau 2 jam atau 1 malam.– Dicuci

Page 31: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Peralatan• Dalam pembuatan kain ikat celup peralatan yang dibutuhkan

sebagai berikut:• Alat tulis• Jarum jahit• Berbagai macam tali, benang• Kuas cat• Sarung tangan• plastik• Cangkir• Ember plastik• Pengaduk• Panci• Pemanas• Penjepit• Gunting• dll

Page 32: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Teknik IKATAN

• Teknik ikatan dapat digolongkan atas ikatan dasar dan ikatan kombinasi.

• Teknik Ikatan Dasar

Teknik ikatan dasar ini dibagi dalam:– ikatan tunggal– ikatan ganda– ikatan silang

Page 33: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Teknik LIPATAN dan GULUNGAN

Dalam ikat celup dapat dilakukan teknik melipat kain bahkan menggulung untuk memperoleh efek-efek tertentu. Cara melipat dapat dilakukan dengan arah diagonal, mendatar, dan sebagainya dengan variasi ukuran lipatan yang

beragam. Prinsipnya dalam teknik ini adalah mengkombinasikan antara efek-efek yang timbul karena ikatan dengan

efek-efek dari cara lipatan

Page 34: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Nama-nama corak ikat celup

• Untu walang• Gaden• Tapak dara• Slimpet• Regulon• Ceplikan• Kembang jeruk

Page 35: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Nama corak ikat celup

• Praneman

• Plangen

• Ombak banyu

• buluh

Page 36: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan
Page 37: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan
Page 38: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan
Page 39: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan
Page 40: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan
Page 41: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan
Page 42: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan
Page 43: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan
Page 44: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Produk Tekstil Ikat Celup

Page 45: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Sulam

Sulaman berasal dari kata ‘sulam’ yang berarti bordir, suji/tekat. Embroidery berasal dari bahasa Anglo-Saxon yang berarti pinggir atau batas.

Sulam adalah salah satu teknik pemberian hiasan pada permukaan kain yang menggunakan jarum dan benang. Sulam terdiri dari sulam tangan dan sulam mesin

Page 46: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Sulam

Sulam tangan dan sulam mesin dibedakan pada penggunaan jarumnya. Ukuran jarum untuk menyulam harus disesuaikan dengan ketebalan bahan dan besarnya benang sulam yang dipakai. Terdapat bermacam tusuk sulam atau stik, yaitu variasi penyusunan turun naiknya benang atau jahitan pada permukaan kain.

Page 47: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Jenis Tusukan/setik

• Setik datar• Setik putar (setik balik)• Setik rantai• Setik simpul• dll

Page 48: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Jenis Tusuk/setik

Tusuk jelujur dan tusuk balik

Page 49: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Tusuk ikat &tusuk balik kombinasi

Page 50: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Tusuk alis-bulumata & tusuk pipih

Page 51: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Produk Tekstil Sulam

Page 52: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

Sulam Payet

Page 53: Modifikasi Desain Struktur Dengan Desain Permukaan

T e r i m a k a s i h