MODELING DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR …repository.radenintan.ac.id/3856/1/SKRIPSI LENGKAP...
Transcript of MODELING DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR …repository.radenintan.ac.id/3856/1/SKRIPSI LENGKAP...
EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA
DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Bidang Bimbingan dan Konseling
Oleh TIKA EGA FABELLA
NPM :1311080044
Jurusan : Bimbingan dan Konseling
Pembimbing I : Dr. Rifda El Fiah, M.Pd Pembimbing II : Hardiyansyah Masya, M.Pd
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1438 H/ 2017 M
EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA
DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Bidang Bimbingan dan Konseling
Oleh TIKA EGA FABELLA
NPM :1311080044
Jurusan : Bimbingan dan Konseling
Pembimbing I : Dr. Rifda El Fiah, M.Pd Pembimbing II : Hardiyansyah Masya, M.Pd
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1438 H/ 2017 M
ABSTRAK
EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA
DIDIK KELAS VIII SMPN 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Oleh :
TIKA EGA FABELLA
Kedisiplinan belajar adalah kadar atau derajat kepatuhan peserta didik
terhadap peraturan-peraturan dan tata tertib sekolah untuk memperoleh kondisi yang lebih baik dengan menjadikan disiplin sebagai kontrol penguasaan diri yang dilakukan tanpa adanya paksaan. Dapat dilihat dari permasalahan tersebut terdapat peserta didik yang mempunyai disiplin belajar rendah kelas VIII SMPN 3 Bandar Lampung, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan disiplin belajar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas layanan konseling kelompok teknik modeling dalam meningkatkan disiplin belajar pada peserta didik kelas VIII SMPN 3 Bandar Lampung.
Penelitian menggunakan metode kuantitatif dan menggunakan desain penelitian Nonequivalent Control Group Design . Sampel dalam penelitian berjumlah 20 peserta didik kelas VIII SMPN 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2017/2018 yang memiliki disiplin belajar dalam kategori rendah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket disiplin belajar wawancara dan dokumentasi sebagai teknik pendukung.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui terdapat peningkatan disiplin peserta didik setelah melakukan layanan konseling kelompok dengan teknik modeling. Hasil dari analisis data pretest pada peserta didik setelah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank. , berdasarkan test statistik dari uji Wilcoxon Signed Ranks diperoleh Zhitung ≤ Ztabel (52.5 ≤ 2807), nilai asymptotik sig.(2-tailed) untuk uji dua arah sebesar 005 karena sig ≤ 0.005, ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, dari hasil data tersebut disiplin belajar peserta didik kelas VIII SMPN 3 Bandar Lampung dapat ditingkatkan melalui layanan konseling kelompok. Artinya layanan konseling kelompok teknik modeling efektif dalam meningkatkan disipin belajar.
Kata kunci : layanan konseling kelompok teknik modeling, disiplin belajar.
MOTTO
ن إال ما سعى وأن لیس لإل ٣٩نس
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya,
(Q.S An-Najm ayat 39)1
1 Al-Quran dan Terjemahannya, Departemen Agama, Syaamil Qur’an, Bandung, 2007,
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah. Dengan penuh rasa bangga ku persembahkan skripsi ini kepada:
1. Kedua Orang tuaku tercinta Ayah F. Kasmanto dan Ibu Maria Agustina yang
telah memberikan dukungan moril dan materi untuk kesuksesan anaknya, yang
tak pernah patah semangat memberikan cinta kasih sayang dan pengorbanan,
serta senantiasa mendoakan anaknya, karena tiada do’a yang paling khusuk
selain do’a yang terucap dari orang tua demi keberhasilan dan kebahagian
untuk anak-anaknya, karena itu terimalah persembahan bakti dan cintaku untuk
kalian ayah ibuku.
2. Kanda tercinta Desfran Faltian, dan adik-adikku Gilang Rahmat Fassa dan
Echa Qhodila Asyiffa. yang sangat aku sayangi dan banggakan yang selalu
memberikan semangat, senyum, dan do’anya untuk menantikan
keberhasilanku, terimakasih dan sayang ku untuk kalian.
3. Almamater tercinta UIN Raden Intan Lampung, yang telah mendewasakan
dalam berfikir dan bertindak, semoga ini menjadi awal kesuksesan dalam
hidupku.
RIWAYAT HIDUP
Peneliti bernama lengkap Tika Ega Fabella, lahir Di Kalianda, Kabupaten
Lampung Selatan pada tanggal 25 Agustus 1995, dan Tinggal di Jl. Pratu M. Amin,
Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan. yang merupakan anak Kedua
dari Empat bersaudara dari pasangan suami istri Bapak F. Kasmanto dan Ibu Maria
Agustina.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh peneliti antara lain pendidikan
di SD TPI Perkemas, lulus pada tahun 2007. Kemudian peneliti melanjutkan
pendidikan di MTs Negeri 01 Lampung Selatan, lulus pada tahun 2010. Setelah itu
peneliti kembali melanjutkan pendidikan di SMAN 2 Kalianda Kabupaten Lampung
Selatan, dan lulus pada tahun 2013.
Pada tahun 2013 peneliti terdaftar sebagai Mahasiswa Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung, yang saat ini sudah bertransformasi menjadi
Unversitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung melalui Jalur UM-PTKIN
pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Bimbingan dan Konseling.
Pada tahun 2016 peneliti melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Sakti Buana, Kecamatan Seputih Banyak, Kabupaten Lampung Tengah, kemudian
melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMPN 3 Bandar Lampung.
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Layanan Konseling Kelompok
Dengan Teknik Modeling Dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Peserta Didik
Kelas VIII Di SMPN 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018”.
Shalawat beriring salam peneliti sanjungkan kepada tambatan hati panutan
cinta kasih yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua dari alam
kegelapan menuju kepada alam yang terang benderang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana
pendidikan pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Raden Intan Lampung beserta jajarannya;
2. Andi Thahir, MA, Ed.D selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling beserta
Ahmad Fauzan M.Pd selaku Sekertaris Jurusan Bimbingan dan Konseling yang
telah banyak memberikan masukan dan pengarahan tentang skripsi ini sehingga
peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik;
3. Dr. Rifda El Fiah, M.Pd selaku pembimbing I yang telah membimbing dan
memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini, ditengah kesibukan beliau telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam menyelesaikan skripsi ini
4. Hardiyansyah Masya, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga terwujud karya ilmiah ini
seperti yang diharapkan;
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan selama menuntut ilmu di Jurusan Bimbingan dan
Konseling UIN Raden Intan Lampung. Terimakasih atas ilmunya yang sangat
bermanfaat;
6. Seluruh staf karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung,
khususnya Jurusan Bimbingan dan Konseling, terimakasih atas ketulusan dan
kesediannya membantu peneliti dalam menyelesaikan syarat-syarat administrasi;
7. Sahabat-sahabat dan rekan-rekan terutama untuk Rori Gumintang Rivelly,
Fernanda, Anggi Arya, Furqon Priyadi, Kevin Ferdialdo, Fepbrina, Yunita Uni,
Siti Maisyaroh , Maya Puspa, Ayu iswara, Musdariah, Iqromatul, Resty, Sischa,
Vaulia, Nadia, Uswatun, Isnatun, Ririn, Putri, Yunita Verawati, dan semuanya
terimakasih atas bantuan, do’a, dan motivasinya;
8. Semua pihak yang turut serta membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak
bisa saya sebutkan satu per satu. Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini
masih banyak kekurangan, hal ini disebabkan masih terbatasnya ilmu dan teori
penelitian yang peneliti kuasai. Oleh karena itu kepada pembaca kiranya dapat
memberikan masukan dan saran-saran yang bersifat membangun.
Bandar Lampung, 2017 Peneliti,
Tika Ega Fabella NPM. 1311080044
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i ABSTRAK .................................................................................................................. ...................................................................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iv MOTTO ...................................................................................................................... v PERSEMBAHAN ...................................................................................................... vi RIWAYAT HIDUP ................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ............................................................................................... ix DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xvi BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
2. Identifikasi Masalah ................................................................................. 9
3. Batasan Masalah ....................................................................................... 10
4. Rumusan Masalah .................................................................................... 10
5. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 10
6. Manfaat dan Kegunaan Penelitian .......................................................... 11
7. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konseling Kelompok ............................................................................... 14
1. Pengertian Konseling Kelompok ...................................................... 14
2. Tujuan Konseling Kelompok ............................................................ 16
3. Tahapan Penyelenggara Konseling Kelompok ................................ 17
B. Teknik Modeling ...................................................................................... 20
1. Pengertian Teknik Modeling .............................................................. 20
2. Macam-macam Modeling .................................................................. 21
3. Karakteristik Live Model .................................................................... 21
4. Pengaruh Modeling ............................................................................. 22
C. Disiplin Belajar ........................................................................................ 24
1. Pengertian Disiplin Belajar .............................................................. 24
2. Tujuan Disiplin ................................................................................. 28
3. Manfaat Disiplin ............................................................................... 30
4. Bentuk-bentuk Masalah Ketidakdisiplinan Di Sekolah .................. 30
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Di Sekolah ................ 31
6. Unsur-unsur Disiplin Belajar ........................................................... 33
7. Indikator Disiplin Belajar ................................................................. 35
D. Penelitian Relevan .................................................................................... 36
E. Kerangka Berfikir..................................................................................... 37
F. Hipotesis .................................................................................................. 40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian....................................................................................... 42
B. Desain Penelitian ................................................................................... 42
C. Variabel Penelitian ................................................................................ 44
D. Definisi Oprasional ................................................................................ 45
E. Populasi dan Sampel .............................................................................. 47
1. Populasi ........................................................................................... 47
2. Sampel dan Teknik Sampling ........................................................ 48
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 49
G. Pengembangan Instrumen Penelitian ................................................... 54
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................................ 62
1. Drskripsi Data .................................................................................... 63
2. Efektifitas Layanan Konseling Kelompok dengan Menggunakan
Teknik Modeling Dalam Meningkatkan Disiplin Belajar
Peserta Didik ..................................................................................... 69 B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................... 79
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................... 82
B. Saran-Saran ............................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan
yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat
membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas kehidupannya sendiri. Unsur-
unsur yang terdapat dalam pendidikan dalam hal ini adalah: (a) usaha (kegiatan),
usaha itu bersifat bimbingan (pertolongan) dan dilakukan secara sadar; (b) ada
pendidik, pembimbing atau penolong; (c) ada yang didik atau si terdidik; dan (d)
bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan.2
Dari pengertian pendidikan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah salah satu bentuk pertolongan atau bimbingan yang diberikan orang-orang
yang mampu, dewasa dan memiliki ilmu terhadap perkembangan orang lain untuk
mencapai kedewasaan dengan tujuan supaya pribadinya memiliki kecakapan yang
cukup dalam melaksanakan segala kebutuhan hidupnya secara mandiri. Seorang
peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari
berbagai peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya, dan setiap peserta
didik juga dituntut supaya bisa berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang
ada di sekolah.
2 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, RajaGrafindo Persada, Jakarta, cetakan ke 9,
2011, h.2-3
Dalam hal ini perkembangan kognitif peserta didik dipengaruhi faktor
lingkungan, kemudian kognitif yang terbentuk memiliki hubungan dengan tingkah
laku yang terbentuk pada setiap remaja, khususnya peserta didik. Faktor lingkungan
yang berpengaruh tersebut adalah pertama disiplin (tata tertib), tata tertib ini diajukan
untuk membentuk sikap dan tingkah laku disiplin peserta didik, namun dalam hal ini
disiplin yang digunakan adalah disiplin demokratis, dimana disiplin demokratis
cenderung mengembangkan perasaan berharga, bahagia, tenang, dan sikap bekerja
sama.3 Faktor lingkungan yang kedua adalah teman sebaya, peserta didik yang
diterima oleh teman-temannya dia akan mengembangkan sikap positif terhadap
dirinya, dan juga orang lain. Dia merasa menjadi orang yang berharga.
Berdasarkan penjelasan tersebut, lingkungan dan pendidikan berpengaruh
terhadap perkembangan kognitif peserta didik, maka disiplin dalam mematuhi
peraturan atau tata tertib yang ada di sekolah pun menjadi penting keberadaannya.
Kedisiplinan merupakan bagian penting dalam pendidikan, baik dalam konteks
formal, non formal, maupun dalam pendidikan informal. Permasalahan mengenai
kedisiplinan merupakan hal yang sudah umum dan seringkali terjadi baik di dalam
lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan sekolah. Hal tersebut cukup
meresahkan karena suatu kedisiplinan merupakan awal dari sebuah kesuksesan.
Disiplin dalam pengertian bebas berarti ketaatan atau kepatuhan seseorang terhadap
peraturan/tata tertib yang telah dibuat dan disepakati.
3Syamsu Yusuf & Juntika Nurikhsan, Teori Kepribadian, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
2013, h. 32
Menurut Prijodarminto mengartikan kedisiplinan sebagai suatu kondisi yang
tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan
nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Karena sudah
menyatu dengannya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama
sekali tidak dirasakan sebegai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya
bila mana ia tidak berbuat sebagai mana lazimnya.4
Sedangkan menurut Moenir ”indikator yang digunakan untuk mengukur
tingkat disiplin belajar peserta didik berdasarkan ketentuan disiplin waktu disiplin
perbuatan, yaitu: 1. Disiplin waktu, meliputi (a) tepat waktu dalam belajar, mencakup
datang dan pulang sekolah tepat waktu; (b) tidak keluar kelas saat jam pelajaran; dan
(c) mengumpulkan dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. 2. Disiplin
perbuatan meliputi; (a) patuh dan tidak menentang peraturan; (b) tidak malas belajar;
(c) tidak menyuruh orang lain bekerja untuk dirinya; (d) tidak suka berbohong; dan
(e) melakukan tingkah laku yang menyenangkan, mencakup tidak mencontek, tidak
membuat keributan dan tidak mengganggu orang lain saat belajar.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah suatu
sikap dan perilaku yang mencerminkan ketaatan dan ketepatan terhadap peraturan,
tata tertib, norma-norma yang berlaku baik tertulis maupun yang tidak tertulis. Pada
hakikatnya disiplin bukan hanya merupakan kepatuhan pada norma yg dipaksakan
dari luar, melainkan merupakan kemampuan mengendalikan diri yang didasarkan
4 Hanif Aftiani, penerapan konseling kelompok behavior untuk meningkatkan kedisiplinan
siswa, tersedia On-line: ejournal.unesa.ac.id/article/6219/13/article.pdf.(13april2017).
pada keinginan untuk menciptakan keteraturan dan ketertiban didalam kehidupan.
Dalam surat Huud ayat 112, Allah berfirman:
فاستقم أمرتكما ومن تاب معك وال ◌تطغوا إنھ بما تعملون بصیر
Artinya: Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS. Huud : 112).5
Berdasakan surat Huud ayat 112, dijelaskan bahwa sudah seharusnya peserta
didik selalu disiplin dan jangan melampui batas yang sudah sekolah tetapkan atau
aturan yang ada di sekolah.
Fenomena ketidakdisiplinan cukup menghawatirkan dan apabila hal tersebut
dibiarkan akan membawa dampak yang kurang menguntungkan terhadap prestasi
belajar maupun sikap mental peserta didik, ketidakdisiplinan akan mengganggu
pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap kurang berkembangnya prestasi belajar
peserta didik. Oleh karena itu, agar proses belajar mengajar berjalan lancar salah satu
upaya yaitu dengan meningkatkan kedisiplinan pada peserta didik khususnya
kedisiplinan dalam belajar.
Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian upaya meningkatkan kedisiplinan siswa
menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 2
Majalengka Tahun Pelajaran 2012/2013, yang dilakukan oleh Danang P, Nanda Dwi
P, dan Shinta Lailasari, hasil risetnya menyatakan bahwa disiplin belajar yang
5 Alqur’an dan terjemahan, Bandung, CV penerbit J-ART
dimaksut adalah keseluruhan sikap dan perbuatan yang timbul dari kesadaran diri
nya untuk belajar, dengan mentaati dan melaksanakan sebagai siswa dalam berbagai
kegiatan belajarnya disekolah, sesuai dengan peraturan yang ada. Dengan demikian
disiplin belajar yang dimaksud oleh peneliti ada relevansinya dengan yang penulis
buat yaitu pengaruh disiplin sekolah terhadap prestasi belajar siswa.6
Permasalahan yang sering terjadi adalah terdapat peserta didik yang terlambat
masuk dalam kelas, bolos, tidak pernah mencatat, suka mengobrol dengan teman,
peserta didik tidak mendengarkan dan tidak memperhatikan penjelasan guru dan
lambat dalam mengumpulkan tugas maupun PR. Hal serupa terjadi di SMP Negeri 3
Bandar Lampung khususnya kelas VIII dari pengamatan yang dilakukan selama
melaksanakan praktek pengalaman lapangan (PPL) tahun pelajaran 2016/2017.
Peneliti mengamati banyaknya peserta didik yang tidak disiplin dalam
belajar. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peserta didik yang tidak patuh dan taat
saat belajar berlangsung.7 Berdasarkan hasil wawancara Ibu Desi Ferli Yanti S.Pd di
SMP Negeri 3 Bandar Lampung, terdapat peserta didik yang terkesan tidak serius
saat belajar, berbicara dengan teman saat pelajaran berlangsung, bahkan tidak
mengikuti pelajaran. Peneliti sering menjumpai peserta didik yang kurang
memperhatikan adanya peserta didik yang datang terlambat masuk kelas, berbicara
dengan teman saat pelajaran berlangsung.
6 Angga Eka Yuda Wibawa, Pengembangan model konseling kelompok behaviour dengan teknik modelling untuk meningkatkan kedisiplinan siswa SMA Kabupaten Lamongan.
Tersedia on-line:http://journal,unnes.ac.id/sju/index.php/jubk.(13 april 2017) 7 Hasil Observasi di SMP Negeri 3 Bandar Lampung
Hal serupa diperkuat dengan adanya catatan kasus guru bimbingan konseling
di sekolah yang menyatakan beberapa peserta didik melakukan hal serupa pada jam
pelajaran berlangsung, terlihat pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1 Ketidakdisiplinan Belajar Kelas VIII di SMP Negeri 3 Bandar Lampung
T.A 2017/2018 NO
KASUS Jumlah peserta didik
Presentase
1. Datang dan pulang sekolah tidak tepat waktu
13 36,11%
2. Keluar kelas saat jam pelajaran 11 30,56% 3. Tidak mengumpulkan dan
menyelesaikan tugas tepat pada waktunya
7 19,44%
4. Tidsk patuh dan menentang peraturan 5 13,89% Jumlah 36 100%
Sumber: Data Dokumentasi Disiplin Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 3 Bandar Lampung.8
Berdasarkan tabel tersebut peserta didik mengalami ketidadisiplinan dalam
belajar, terdapat 36,11% datang dan pulang sekolah tidak tepat waktu , 30,56%
keluar kelas saat jam pelajaran, 19,44% tidak mengumpulkan dan menyelesaikan
tugas tepat pada waktunya, 13,89% tidak patuh dan menentang peraturan.
Peneliti menyimpulkan apabila hal ini dibiarkan maka akan menyebabkan
kegagalan dalam proses belajar dan pengembangan peserta didik. Dampak
ketidakdisiplinan belajar yaitu ketinggalan pelajaran dan nilai akademik rendah.
Untuk menanggulangi hal tersebut maka diperlukan bantuan dari konselor dan guru
pembimbing untuk dapat meningkatkan kedisiplinan peserta didik terhadap tata tertib
sekolah tersebut, upaya penanggulangan yang dapat dilakukan yaitu dengan
8 Dokumentasi data, peserta didik kelas VIII SMP N 3 Bandar Lampung tahun ajaran 2016/2017.
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling. Salah satu bantuan yang dapat
diberikan adalah konseling kelompok dengan teknik modeling. Menurut W.S Winkel
dan Sri Hastuti, konseling kelompok berlangsung dalam kelompok, dimana terjadi
interaksi antara konselor dengan beberapa konseli dan antara konseli yang satu
dengan yang lain. Namun tujuan utama bukan mengembangkan kesatuan kelompok,
melainkan membantu masing-masing anggota kelompok itu untuk menemukan
penyelesaian terhadap masalah yang memberatkan dirinya.9 Alasan penggunaan
konseling kelompok untuk mengurangi tingkat pelanggaran peserta didik terhadap
tata tertib sekolah yaitu karena fungsi dari konseling kelompok itu sendiri adalah
kuratif atau penyembuhan sehingga diharapkan peserta didik yang memiliki tingkat
kedisiplinan terhadap tata tertib rendah mampu untuk berubah dan termotivasi untuk
lebih mematuhi tata tertib sekolah sehingga dapat merubah perilakunya sendiri
menjadi lebih disiplin.
Menurut Jamal Ma’mur Asmani teknik modeling merupakan teknik yang digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk.10 Sedangkan menurut Rosjidan modeling adalah suatu komponen dari suatu strategi dimana konselor menyediakan demonstrasi tentang tingkah laku yang menjadi tujuan, teknik modeling ini sesuai diterapkan pada konseli yang mempunyai kesulitan untuk belajar tanpa contoh, sehingga konseli
9 Hanif Aftiani, penerapan konseling kelompok behavior untuk meningkatkan kedisiplinan
siswa, tersedia On-line: ejournal.unesa.ac.id/article/6219/13/article.pdf.(13april2017)
10 Subardi, upaya menigkatkan konsep diri siswa dalam belajar melalui teknik modeling dalam bimbingan kelompok, tersedia on-line:ejournal.ikip-veteran.ac.id(13juni2017)
memerlukan contoh atau model perilaku secara konkret untuk dilihat atau diamati sebagai pembelajaran pembentukan tingkah laku konseli.11
Dalam hal ini intervensi melalui konseling kelompok, dapat dilakukan dengan
teknik modeling, peneliti memilih konseling kelompok dengan teknik modeling
karena sesuai dengan tujuan umum terapi tingkah laku yakni menciptakan kondisi-
kondisi baru bagi proses belajar, dasar alasannya bahwa segenap tingkah laku adalah
dipelajari dan ditiru termasuk tingkah laku yang maladaptif. Dalam hal ini perilaku
melanggar atau tidak disiplin dapat dianggap sebagai perilaku maladaptive dan
perilaku tersebut dapat dihapus serta dirubah menjadi efektif atau adaptif sesuai yang
diinginkan yakni disiplin dan patuh terhadap tata tertib.
Berdasarkan hal tersebut maka, peserta didik membutuhkan pemahaman diri
agar mereka sadar dan bisa bertanggung jawab serta merubah perilakunya agar dapat
disiplin belajar. Guru bimbingan konseling sangat berperan penting dalam membantu
peserta didik merubah perilaku nya agar dapat disiplin dalam belajar. Dalam hal ini
dibutuhkan satu layanan yang intensis yaitu peneliti akan menggunakan layanan
konseling kelompok dengan teknik modelling untuk meningkatkan disiplin belajar
peserta didik.
Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa layanan konseling kelompok
dengan teknik modeling adalah upaya membantu peserta didik dalam menyelesaikan
permasalahannya, khususnya pada ketidakdisiplinan belajar peserta didik.
11 Ayu Sri Junarsih Mandala, Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling Untuk
Meningkatkan Emotional Inteligence Siswa Pada Kelas XAP1 SMK Negeri 1 Seririt Kabupaten Buleleng, tersedia Online: ejoernal.undiksa.ac.id.s
Berdasarkan pertimbangan bahwa konseling kelompok dengan teknik
modeling dapat dipergunakan untuk mencegah ketidakdisiplinan belajar peserta
didik, maka peneliti membatasi masalah umum sebagai berikut: “Efektivitas
Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik Modeling Dalam Meningkatkan
Kedisiplinan Belajar Pada Peserta Didik Kelas VIII Di SMP Negeri 3 Bandar
Lampung Pelajaran 2017/2018”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pra penelitian, maka peneliti
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Terdapat peserta didik kelas VIII Di SMP Negeri 3 Bandar Lampung datang
dan pulang sekolah tidak tepat waktu;
2. Terdapat peserta didik kelas VIII Di SMP Negeri 3 Bandar Lampung keluar
kelas saat jam pelajaran;
3. Terdapat peserta didik kelas VIII Di SMP Negeri 3 Bandar Lampung tidak
mengumpulkan dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya;
4. Terdapat peserta didik kelas VIII Di SMP Negeri 3 Bandar Lampung tidak
patuh dan menentang peraturan;
C. Batasan Masalahs
Agar pembahasan pada penelitian ini terarah dan tidak keluar dari
permasalahan yang ada, maka peneliti hanya membahas: “Efektivitas layanan
konseling kelompok dengan teknik modeling dalam meningkatkan disiplin
belajar peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 3 Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2017/2018”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang dirumuskan
adalah sebagai berikut: “Apakah Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik
Modeling Efektif Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Pada Pese
rta Didik Kelas VIII Di SMP Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2017/2018”?
E. Tujuan Peneliitian
Tujuan dari penelitian adalah mengetahui efektivitas layanan konseling
kelompok dengan teknik modeling dalam meningkatkan kedisiplinan belajar pada
peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2017/2018.
F. Manfaat dan Kegunaan Penelitian
1) Teoritis
Diharapkan penelitian ini mampu memberikan sumbangan ilmu dalam
bidang pendidikan khususnya bimbingan dan konseling yaitu membantu
peserta didik dalam meningkatkan kedisiplinan belajar.
2) Praktis
a. Bagi Peserta Didik
Dapat menambah pengetahuan tentang kedisiplinan belajar serta
dampaknya, sehingga dapat mengurangi ketidakdisiplinan belajar pada
peserta didik.
b. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan positif bagi sekolah,
khususnya dalam meningkatkan kedisiplinan belajar sehingga peserta
didik dapat berkembang secara optimal, dapat dijadikan sebagai tolak
ukur atas pelaksanaan dan pemanfaatan layanan konseling kelompok
dengan teknik modeling secara optimal.
c. Bagi guru bimbingan dan konseling
Dapat menambah pengetahuan guru pembimbing dalam melaksanakan
konseling kelompok dengan teknik modeling di sekolah terkait dengan
kedisiplinan belajar, serta dapat dijadikan sebagai bahan masukan guru
pembimbing dalam memberikan layanan yang tepat terhadap peserta
didik sehingga konseling kelompok dengan teknik modeling dapat
digunakan dalam mencegah ketidakdisiplinan belajar.
d. Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan, memberikan pengalaman yang sangat
besar berupa pengalaman yang menjadi calon konselor profesional dan
menjadi pedoman bagi penulis dalam membimbing peserta didik
nantinya.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar lebih jelas dan tidak
menyimpang dari tujuan yang ditetapkan, diantaranya adalah:
1. Ruang Lingkup Objek
Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah sejauh mana konseling
kelompok dengan teknik modeling dapat meningkatkan pengetahuan
tentang kedisiplinan belajar.
2. Ruang Lingkup Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII di SMP Negeri
3 Bandar Lampung.
3. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 3 Bandar
Lampung.
4. Ruang Lingkup Waktu
Waktu penelitian, penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun
pelajaran 2017/2018.s
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konseling Kelompok 1. Pengertian Konseling Kelompok
Konseling berasal dari bahasa inggris “Counseling” yang dikaitkan
dengaan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasehat (to obtain
counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel).
Berdasarkan arti diatas, konseling secara etimologis berati pemberian nasihat,
anjuran dan pembicaraan dengan tukar pikiran.12 Sedangkan menurut jones,
shertzer dan stone dalam buku dasar-dasar bimbingan dan konseling oleh
prayitno mengemukakan bahwa:
Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman peserta didik difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan dimana ia diberikan bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah tersebut. Konselor tidak memecahkan masalah untuk peserta didik. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.13
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konseling adalah suatu
bantuan yang diberikan oleh konselor kepada peserta didik dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya dengan bertukar pikiran dan cara yang sesuai dengan
kemampuannya sendiri. Konseling kelompok adalah suatu bentuk konseling
12 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 21. 13 Prayitno dan Erman A, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h. 100.
yang dilakukan oleh konselor untuk memberikan bantuan dalam menyelesaikan
permasalahan kepada sekelompok yang di dalamnya terhadap hubungan timbal
balik antara konselor dengan kelompok.Menurut Latipun konseling kelompok
adalah:
merupakan salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik dan pengalaman belajar.14 Menurut Dewa Ketut Sukardi konseling kelompok adalah: konseling yang diselenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjadi di dalam kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan (bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir).
Dengan demikian Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
konseling kelompok merupakan suatu pemberian bantuan dengan memanfaatkan
dinamika kelompok oleh konselor kepada beberapa peserta didik yang tergabung
dalam suatu kelompok untuk memecahkan masalah kelompok.
2. Tujuan Konseling Kelompok
Menurut Dewa Ketut Sukardi, tujuan konseling kelompJok meliputi:
a. melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak;
b. melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman
sebayanya;
c. dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota
kelompok; dan
d. mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok. 14 Latipun, Psikologi Konseling (Malang: UMM Press, 2010), h. 149.
Menurut Prayitno, tujuan umum konseling kelompok adalah
mengembangkan kepribadian siswa untuk mengembangkan kemampuan sosial,
komunikasi, kepercayaan diri, kepribadian, dan mampu memecahkan masalah
yang berlandaskan ilmu dan agama. Sedangkan tujuan khusus konseling
kelompok, yaitu:
a. membahas topik yang mengandung masalah aktual, hangat, dan menarik
perhatian anggota kelompok;
b. terkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap terarah
kepada tingkah laku dalam bersosialisasi atau komunikasi;
c. terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya
imbasan pemecahan masalah bagi individu peserta konseling kelompok
yang lain; dan
d. individu dapat mengatasi masalahnya dengan cepat dan tidak menimbulkan
emosi.15
3. Tahapan Penyelenggara Konseling Kelompok
Sebelum diselenggarakan konseling kelompok, ada beberapa tahapan
yang perlu dilaksanakan terlebih dahulu. Tahapan penyelenggaraan konseling
kelompok menjadi 4 tahapan, yaitu:
1. Tahap Pembentukan
15 Uswatun Sa’diah, Pengaruh Konseling kelompok menggunakan teknik behavioristik positiven reinforcement terhadap disiplin belajar peserta didik kelas V 1 Way Dadi Bandar Lampung, tersedia on-line:http://repository.radenintan.ac.id/576/1/sudah_digabung.pdf ( 10 mei 2017).
Tahap pembentukan merupakan tahap persiapan pelaksanaan konseling
pada tahap ini terutama saat pembentukan kelompok, dilakukan dengan
seleksi angggota. Ketentuan penting yang mendasari pada tahap ini adalah:16
a) adanya minat bersama (Common Interest), dikatakan demikian jika
secara potensial anggota itu memiliki kesamaan masalah dan perhatian
yang akan dibahas;
b) suka rela atau inisiatifnya sendiri, karena hal ini berhubungan dengan hak
pribadi siswa;
c) adanya kemauman berpartisipasi di dalam proses kelompok; dan
d) mampu berpartisipasi di dalam kelompok.
Proses utama tahap awal adalah orientasi dan eksplorasi. Pada
awalnya tahap ini diwarnai keraguan dan kekhawatiran tetapi juga
harapan dari peserta konseling. Namun apabila konselor mampu
memfasilitasi kondisi tersebut tahap ini memunculkan kepercayaan
terhadap kelompok. Langkah-langkah pada tahap awal kelompok adalah:
a. pembukaan pada awal proses konseling adalah pengenalan, perlibatan
diri dan pemasukan diri;
b. pada tahap ini konselor memberikan rangkaian penjelasan yang
diperlukan, mulai dari pengertian mengapa diadakan konseling
kelompok sampai prosedur atau aturan yang akan dilaksanakan pada
kelompok; dan 16 Ibid, h. 125.
c. kemudian konselor mempersilahkan para siswa untuk mengutarakan
masalah yang mereka alami berkaitan tentang materi pokok yang
menjadi bahan diskusi.
2. Tahap Transisi
Tujuan tahap ini adalah membangun rasa saling percaya yang
mendorong anggota menghadapi rasa takut yang muncul pada tahap awal.
Konselor perlu memahami karakteristik dan dinamika kelompok yang
terjadi pada tahap transisi. Peran konselor pada tahap ini adalah:
a) menjelaskan kembali kegiatan konseling kelompok;
b) tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk kegiatan lebih lanjut; dan
c) mengenali suasana apabila anggota secara keseluruhan atau sebagian
belum siap untuk memasuki tahap berikutnya dan mengatasi suasana
tersebut.
3. Tahap Kegiatan.
Tahap ini mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok. Kegiatan ini
meliputi setiap kelompok mengemukakan masalah pribadi yang perlu
mendapatkan bantuan untuk pengentasannya. Klien menjelaskan lebih rinci
masalah yang dialami. Semua anggota ikut merespon apa yang disampaikan
anggota yang lain.
4. Tahap Pengakhiran.
Tahap ini biasa disebut juga dengan tahap tendensi /ending dimana pada
tahap ini semua kegiatan akan diakhiri namun tidak dalam artian kegiatan
akan berakhir begitu saja. Namun masih ada kegiatan selanjutnya yang bias
dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut :17
a) Frekuensi pertemuan
Berkenaan dengan kegiatan ini hal yang Paling urgen dilihat
adalah berkaitan dengan frekuensi pertemuan yang akan dilakukan
selanjutnya. Karena untuk mendapatkan hasil yang memuaskan tentunya
tidaklah bias dilakukan dengan hanya sekali pertemuan akan tetapi hasil
yang sempurna akan dicapai jika itu dilakukan jika pertemuan itu
dilakukan lebih dari 1 kali.
b) Pembahasan keberhasilan kelompok
Pada kegiatan ini semua kegiatan kelompok harus dipusatkan
pada pembahasan dan penerapan hal-hal yang telah mereka dapatkan dan
pelajari mulai dari awal kegiatan sampai dengan akhir kegiatan agar
mereka dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
B. TEKNIK MODELING
1. Pengertian teknik modeling
Modeling (penokohan) adalah istilah yang menunjukkan terjadinya
proses belajar melalui pengamatan (observational learning) terhadap orang
lain dan perubahan terjadi melalui peniruan. Peniruan (imitation)
menunjukkan bahwa perilaku orang lain yang diamati, ditiru lebih
17 Prayitno, Dasar-dasar bimbingan dan konseling, penerbit: rineka cipta
merupakan peniruan terhadap apa yang dilihat dan diamati. Proses belajar
melalui pengamatan menunjukkan terjadinya proses belajar setelah
mengamati perilaku pada orang lain.18Menurut Jamal Ma’mur Asmani
teknik modeling adalah:
teknik yang digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien
dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk.19Sedangkan
menurut Perry dan Furukawa modeling adalah:
proses belajar melalui observasi dimana tingkah laku dari seorang
individu atau kelompok, sebagai model, berperan sebagai
rangsangan bagi pikiran-pikiran, sikap-sikap, atau tingkah laku
sebagai bagian dari individu yang lain yang mengobservasi model
yang ditampilkan.20
Penggunaan teknik modelling digunakan karena menurut Bandura
dalam Friedman, menyatakan bahwa dalam teknik modeling menggunakan 4
jenis informasi yaitu (1) pengalaman kita dalam melakukan perilaku yang
serupa (kesuksesan dan kegagalan dimasa lalu); (2) melihat orang lain
melakukan perilaku yang kurang lebih sama; (3) persuasi verbal (bujukan
18 Komalasari Gantina, dan Wahyuni Eka., Teori dan Teknik Konseling, PT. Indeks, Jakarta,2011, h, 176
19 Subardi, upaya menigkatkan konsep diri siswa dalam belajar melalui teknik modeling dalam bimbingan kelompok, tersedia on-line:ejournal.ikip-veteran.ac.id(13juni2017) 20 Ayu Sri Junarsih Mandala, Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling Untuk Meningkatkan Emotional Inteligence Siswa Pada Kelas XAP1 SMK Negeri 1 Seririt Kabupaten Buleleng, tersedia Online: ejoernal.undiksa.ac.id.s
orang lain yang menyemangati atau menjatuhkan); (4) apa perasaan kita
tentang perilaku yang dimaksud (reaksi emosional).21
2. Macam-macam Modeling
a. Penokohan nyataa (live model) adalah model hidup yang
diperoleh klien dari konselor atau orang lain dalam bentuk
tingkah laku yang sesuai, pengaruh sikap, dan nilai-nilai keahlian
kemasyarakatan.22 seperti: terapis, guru, anggota keluarga atau
tokoh yang dikagumi dijadikan model oleh konselsi.
b. Penokohan simbolik (symbolik model) seperti: tokoh yang dilihat
melalui film, tokoh, video, atau media lain.sss
c. Penokohan ganda (multipel model) seperti: terjadi dalam
kelompok, seorang anggota mengubah sikap dan mempelajari
sikap baru setelah mengamati anggota lain bersikap.23
3. Karakteristik Live Model
a. Karakter peduli sosial, terwujud dalam sikap dan tindakan yang
selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat
yang membutuhkan. Karakter ini mencerminkan sikap kegotong-
royongan, kepedulian sosial menghindarkan seseorang dari sifat
dan sikap egois yang cenderung “cuek” pada keadaan di
sekitarnya. Kepedulian sosial membuat seseorang senantiasa
peduli pada dinamika sosial yang terjadi disekitarnya. Kepedulian
21 Sofwan Adiputra, “Penggunaan Teknik Modeling Terhadap Perencanaan Karir Siswa”, (On-line) tersedia On-line: http:ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus/article/view/9935.(10mei2017) 22 Ayu Sri Juniariasih Mandala, penerapan konseling behavioral dengan teknik modeling untuk meningkatkat emotional intelligence siswa, tersedia on-line: ejournal.undiksha.ac.id(10 mei 2017) 23 Komalasari Gantina, Op,Cit, h179
sosial juga mendorong seseorang untuk tidak tahan jika ada
orang-orang disekitarnya menghadapi kesulitan.
b. Karakter tanggung jawab, terwujud dalam sikap dan perilaku
seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, nilai nilai
tercermin dari sikap dan perilaku seseorang saat diberi amanah
yang selalu menunjukkan kesungguhan untuk melaksanakan apa
yang dipercayakan, serta berusaha secara optimal menyelesaikan
beban tugas dengan hasil yang baik.
c. Karakter bersahabat/komunikatif, terwujud dalam sikap dan
tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.24
4. Pengaruh Modeling
a. Pengambilan respon atau keterampilan baru dan
memperlihatkannya dalam perilaku baru.
b. Hilangnya respon takut setelah melihat tokoh melakukan sesuatu
yang menimbulkan rasa takut konseli, tidak berakibat buruk
bahkan berakibat positif.
c. Melalui pengamatan terhadap tokoh, seseorang terdorong untuk
melakukan sesuatu yang mungkin sudah diketahui atau dipelajari
dan tidak ada hambatan.25
24 Santoso, Life Model dalam Internalisasi Nilai-nilai Karakter Peduli Sosial Tanggung Jawab dan Bersahabat pada Siswa, tersedia di On-line: Ralat_-_konselor_Altruis_-_untuk_SEMNAS_UNIPA.Pdf. 25 Ibid, h 178
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan modelling.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan
penokohan (modelling) adalah sebagai berikut:
a. Ciri model seperti; usia, status sosial, jenis kelamin, keramahan,
dan kemampuan, penting dalam meningkatkan imitasi;
b. Anak lebih suka meniru model yang standar prestasinya dalam
jangkauannya; dan
c. Anak cenderung mengimitasi orang tuanya yang hangat dan
terbuka. Gadis lebih mengimitasi ibunya.26
Dalam teknik modelling ada beberapa tahapan yang dapat
digunakan dalam memberikan layanan kepada individu atau kelompok
agar dalam proses pemberian layanan dapat berjalan dengan baik.
Bandura dalam Dede Rahmat Hidayat, “menemukan tahapan dalam
proses yang mengatur pembelajaran melalui modelling, yaitu:
a. Proses Memperhatikan
Beberapa variabel yang turut berpengaruh terhadap proses
belajar diantaranya berkaitan dengan karakteristik model, sifat
kegiatan, dan orang yang menjadi subjek. Model yang sangat
menarik lebih diperhatikan dibandingkan dengan model yang
memiliki daya tarik interperonal yang rendah.
b. Proses Retensi
26 Ibid, h 177
Ketika mengamati perilaku seseorang dan segera
menirunya, maka kita akan menggunakannya sebagai panduan
untuk bertindak pada kesempatan lain. Ada dua bentuk sistem
simbol atau representasi yang membantu belajar observasional,
yaitu imaginatif dan verbal.
Representasi modelling dapat mengarahkan pada pola
respon yang baru harus dapat direpresentasikan secara simpolis
dalam ingatan. Representasi perlu disimbolisasikan dalam bentuk
verbal, karena beberapa observasi dipertahankan dalam bentuk
gambaran dan alat dimunculkan tanpa adanya model secara fisik.
c. Proses Reproduksi Motorik
Dalam rangka meniru model, seorang individu harus
mengubah representasi simbolis dari pengamatan kebentuk
tindakan. Perilaku yang muncul harus memiliki kesamaan
dengan perilaku asal.
Proses reproduksi motorik harus melibatkan empat sub
tahapan, yaitu organisasi respon kognitif, inisiasi respons,
pemantauan respons, dan penyempurnaan respons. Setelah
memperhatikan model dan mempertahankan apa yang telah
diobservasi, kemudian kita memproduksi dengan perilaku
baru.
d. Motivasi
Pembelajaran melalui observasi paling efektif terjadi
apabila pihak yang belajar termotivasi untuk melakukan
perilaku yang ditiru. Perhatian dan representasi dapat
berakibat dapat berakibat pada pengumpulan informasi untuk
belajar, namun pertama difasilitasi oleh motivasi untuk
melakukan perlaku tertentu.27
C. Disiplin Belajar
1. Pengertian Disiplin Belajar
Secara umum diakui, dalam rangka mencapai tujuan organisasi
termasuk organisasi sekolah diperlukan banyak faktor, salah satunya adalah
disiplin. Disiplin berarti ketaatan, kepatuhan pada peraturan atau tata tertib dan
sebagainya.
Menurut Harbangun Siagian, disiplin adalah kadar atau derajar
kepatuhan peserta didik terhadap aturan atau ketentuan yang ada disekolah.
Menurut Amir Danien Indrakusuma, disiplin berarti adanya kesediaan
untuk memenuhi peraturan-peraturan dan larangan-larangan tanpa adanya
paksaan.
Kemudian pengertian belajar menurut Slameto adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku
27 Sofwan Adiputra, Op.Cit
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.28
Dari beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa
kedisiplinan belajar adalah kadar atau derajat kepatuhan peserta didik terhadap
peraturan-peraturan dan tata tertib sekolah untuk memperoleh kondisi yang
lebih baik dengan menjadikan disiplin sebagai kontrol penguasaan diri yang
dilakukan tanpa adanya paksaan.
Disiplin sangat penting bagi peserta didik, oleh karena itu kedisiplian
harus ditanamkan secara terus-menerus kepada peserta didik, jika disiplin
ditanamkan secara terus-menerus maka disiplin tersebut akan menjadi
kebiasaan bagi peserta didik. Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya
masing-masing umumnya memiliki kedisiplinan yang tinggi, sehingga
kedisiplina menduduki tempat penting bagi dunia pendidikan dan perlu
ditanamkan pada diri anak sejak dini. Melalui kedisiplinan, sekolah tidak hanya
sekedar mengembangkan kemampuan intelektual para peserta didik, melainkan
juga memberikan sumbangan dasar bagi persiapan moral anak didik dalam
kehidupan. Menurut widodo, bentuk indisipliner siswa antara lain: perilaku
membolos, terlambat masuk sekolah, ribut dikelas, ngobrol dikelas saat guru
28 Retmono Jazib Prasojo, pengaruh perhatian orang tua dan kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS, tersedia On-line: http://e-journal.ikip-veteran.ac.id/index.php/EKONOMI/article/view/347(10mei2017)
sedang menjelaskan mata pelajaran, tidak mengenakan atribut sekolah secara
lengkap, dan menyontek.29
Perilaku indisiplin peserta didik tersebut apabila dibiarkan akan
membawa dampak yang kurang menguntungkan terhadap prestasi belajar
maupun sikap mental para peserta didik, ketidakdisiplinan akan mengganggu
pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap kurang berkembangnya prestasi
belajar peserta didik. Oleh karena itu, agar proses belajar mengajar berjalan
lancar salah satu upaya yaitu, dengan meningkatkan disiplin belajar pada
peserta didik.
Menurut Atmosurdirjo “disiplin adalah suatu bentuk ketaatan dan
pengendalian diri erat hubungannya dengan rasionalisme, sadar dan
emosional”.30 Selain akan membuat seseorang akan memiliki kecakapan
mengenai cara belajar yang baik juga merupakan proses pembentukan watak
yang baik dalam diri seseorang. Gie memberikan pengertian disiplin sebagai
berikut “disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang
tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah
ada dengan rasa senang hati”.31
29 Lilik Widosari, upaya meningkatkan kedisiplinan melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik behavior pada siswa, tersedia online:http://download.portalgaruda.org/article.php?article=267439&val=upaya%20meningkatkan%20kedisiplinan%20melalui%20layanan%20bimbingan%20kelompok%20dengan%20teknik%20pada%20siswa.(16 maret 2017) 30 Atmodiwiro, S. Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT Ardadizya, 2000), h.232 31 Imron, A. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta:Bumi Aksara, 2011), h.172
Seorang peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah
tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di
sekolahnya, dan setiap peserta didik dituntut untuk dapat berperilaku sesuai
dengan aturan dan tata tertib yang berlaku disekolahnya. Disiplin sekolah
adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku peserta didik agar tidak
menyimpang dan dapat mendorong peserta didik untuk perilaku sesuai dengan
norma, peraturan, dan tata tertib yang berlaku disekolah.
Imron menyatakan “disiplin peserta didik sebagai suatu sikap tertib
dan teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada pelanggaran-
pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan”.32 Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan peserta didik
merupakan suatu sikap yang teratur tanpa adanya pelanggaran yang dapat
merugikan pihak manapun. Sehingga tercipta suatu keteraturan di dalam
sekolah yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran dan kegiatan akademik
berjalan dengan lancar.
Hal ini senada dengan pendapat Sofan Amri yang menyatakan
bahwa “disiplin belajar merupakan suatu bentuk kesadaran tindakan
untuk belajar seperti disiplin mengikuti pelajaran, ketepatan dalam
menyelesaikan tugas, kedisiplinan dalam mengikuti ujian, kedisiplinan
dalam menepati jadwal, belajar, kedisiplinan dalam menaati tata tertib 32Ibid, h.173
yang berpengaruh langsung terhadap cara dan teknik siswa dalam
belajar yang hasilnya dapat dilihat dari prestasi belajar yang
dicapai”.33 Sofan juga mengungkapkan bahwa ”disiplin belajar
merupakan sikap yang terbentuk melalui proses dari serangkaian
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai individu ketaatan dan ketentuan
berdasarkan acuan nilai moral individu untuk memperoleh perubahan
tingkah laku yang mencakup perubahan berfikir, sikap, dan tindakan
yang sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan
seseorang dalam belajar secara konsisten dan konsekuen dalam usaha
untuk mendapatkan kepandaian ilmu”.34
Pembiasaan diri dalam belajar merupakan hal yang penting,
karena dengan membiasakan diri secara teratur dalam belajar peserta didik dapat
meningkatkan pengetahuannya di dalam pembelajaran dan akan membentuk pribadi
dan watak individu yang lebih baik.
2. Tujuan Disiplin
Penanaman dan penerapan sikap disiplin dalam pendidikan tidak
dimunculkan sebagai suatu tindakan pengekangan atau pembatasan kebebasan
peserta didik dalam melakukan perbuatan sekehendaknya, akan tetapi hal itu
tidak lebih sebagai tindakan pengarahan kepada sikap yang bertanggung jawab
33Sofan Amri, pengembangan dan model pembelajaran dalam kurikulum 2013, Jakarta, PT.
Prestasi Pustakaraya, 2013, h,168 34 Ibid, h 171
dan mempunyai cara hidup yang baik dan teratur sehingga peserta didik tidak
merasakan bahwa disiplin merupakan beban, tetapi disiplin merupakan suatu
kebutuhan bagi dirinya dalam menjalankan tugas sehari-hari. Adapun tujuan
disiplin menurut Charles adalah:35
a. tujuan jangka pendek yaitu supaya anak terlatih dan terkontrol dengan
ajaran yang pantas; dan
b. tujuan jangka panjang yaitu untuk mengembangkan dan pengendalian
diri anak tanpa pengaruh pengendalian diri luar.
Sedangkan menurut Rimm tujuan disiplin adalah mengarahkan
anak agar mereka belajar mengenal hak-hak baik yang merupakan
persiapan bagi masadewasa, saat mereka sangat bergantung pada disiplin
diri. Diharapkan, kelak disiplin diri mereka akan membuat hidup mereka
bahagia, berhasil, dan penuh kasih sayang.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan
memiliki tujuan diantaranya adalah megarahkan anak untuk belajar hal-
hal yang baik bagi persiapan masa dewasa dan agar anak terlatih dengan
ajaran yang pantas, selain itu terdapat tujuan jangka panjang yaitu
megembangkan dan mengendalikan diri anak terhadap pengaruh
pengendalian dari luar.
35 Charles, S. Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, (Jakarta:Mitra Utama, 1980), h.88
3. Manfaat Disiplin
Kedisiplinan merupakan suatu yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. Soetjiningsih mengemukakan bahwa
disiplin harus dilatihkan kepada anak sejak awal agar anak mempunyai
kebiasaan-kebiasaan berperilaku yang baik dan tertib yang akan sangat
berguna dalam mendukung perkembangan aspek-aspek lainnya dan
untuk kehidupannnya kelak. Soetjinigsih menambahkan manfaat disiplin
adalah antara lain:
a. anak merasa aman karena ia tahu mana yang boleh dan mana yang
tidak boleh dilakukannya;
b. membantu anak menghindari perasaan bersalah dan malu akibat
perbuatan salah;
c. memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok
social;
d. merasa disayang dan diterima karena dalam proses disiplin anak
mendapat pujian bila melakukan hal baik; dan
e. membantu anak dalam mengembangkan hati nuraninya.
Dalam penjelasan diatas dapat diketahui bahwa
kedisiplinan sangat diperlukan dan harus ditanamkan kepada anak sedini
mungkin agar anak terbiasa melakukan perbuatan yang baik dan sesuai
dengan standar lingkungan sosialnya. Disiplin juga memiliki beberapa
manfaat bagi kehidupan anak, sehingga disiplin tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia.
4. Bentuk-bentuk masalah ketidak disiplinan di sekolah
Bentuk masalah ketidakdisiplinan umumnya adalah perilaku
yang melanggar peraturan atau tata tertib yang telah dibuat. Namun Aqib
mengemukakan bentuk-bentuk masalah ketidakdisiplinan dikelas atau
disekolah secara lebih khusus lagi, yaitu : a) makan dikelas; b) membuat
suara gaduh; c) kurang tepat waku; d) mengganggu peserta didik lain; e)
agresif; f) mengejek teman lain; g) tidak memperhatikan;dan h) membaca
materi lain.36
Hurlock menambahkan pelanggaran yang umum dilakukan
anak-anak di sekolah adalah seperi mencuri, menipu, berbohong,
menggunakan kata-kata kasar, merusak milik sekolah, membolos,
mengganggu teman lain dengan mengejek, menggertak, menciptakan
gangguan, membaca komik atau mengunyah permen saat pelajaran
berlangsung, berbuat gaduh dikelas, dan berkelahi dengan teman kelas.37
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin di sekolah
Terlaksananya disiplin di sekolah sangatlah penting karena
dengan disiplin peserta didik dapat belajar dengan teratur dan dapat
mengikuti peraturan atau tata tertib di sekolah sehingga kegiatan
36 Aqib, Z, Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa, (Bandung:Yrama Widya, 2006 ), h.117 37 Hurlock, perkembangan jilid 1 edisi ke 6, edisi revisi(Jakarta,erlangga), h.166
pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan kondusif. Terlaksananya
penanaman disiplin disekolah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
faktor intern maupun faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang
datang dari dalam diri peserta didik sedangkan faktor ekstern adalah faktor
dari luar diri peserta didik.
Menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
disiplin peserta di sekolah adalah sebagai berikut :38
1. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu.
a) Kesehatan peserta didik
Kesehatan peserta didik sangat mempengaruhi peserta didik dalam
mengikuti proses belajar di sekolah. Karena kondisi kesehatan yang sehat,
peserta didik dapat lebih berkonsentrasi dalam belajar dan dapat mematuhi
segala peraturan di sekolah.
b) Minat peserta didik
Minat adalah kecendrungan dalam individu untuk tertarik pada suatu
objek atau aktifitas dan merasa senang terlibat dalam aktifitas tersebut.
Minat sangat penting pengaruhnya terhadap belajar, karena bila peserta
didik kurang berminat pada materi pelajaran yang diberikan oleh guru
maka dapat dipastikan peserta didik kurang dapat menerima pelajaran
dengan sebaik-baiknya, tetapi sebaliknya bila bahan pelajaran dapat
38 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta:Rineka Cipta, 1995), h.56
menarik peserta didik maka bahan pelajaran itu akan mudah dipelajari dan
diingat karena minat peserta didik dapat menambah kegiatan belajar.
c) Motivasi belajar peserta didik
Motivasi adalah dorongan dari dalam diri peserta didik untuk
melakukan kegiatan belajar. Motivasi sangat penting pengaruhnya
terhadap belajar, karena bila seorang peserta didik memiliki motivasi
belajar yang baik sudah dapat dipastikan ia akan berhasil dalam belajar
dan dapat melaksanakan disiplin di sekolah dengan baik.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar individu
itu sendiri. Faktor eksternal meliputi: lingkungan tempat tinggal peserta
didik, perhatian orang tua, dan keadaan sekolah.
7. Unsur-Unsur Disiplin Belajar
Terdapat unsur-unsur yang penting dalam perilaku disiplin, menurut
Hurlock dalam Sofan unsur pokok disiplin yaitu:
a. Peraturan sebagai pedoman perilaku
Peraturan digunakan untuk membentuk perilaku individu, peraturan
memperkenalkan individu pada perilaku yang di setujui lingkungan
sekitar. Seperti pada sekolah peserta didik diperkenalkan perilaku disiplin
yang harus diterapkan di lingkungan sekolah, sehingga nantinya akan
membuat peserta didik terbiasa dalam disiplin.
b. Konsistensi dalam peraturan dan dalam cara yang digunakan
mengajarkannya.
Konsistensi merupakan tingkat keseragaman atau stabilitas terhadap
peraturan yang digunakan dalam pedoman perilaku. Seperti konsistensi
dalam hukuman yang diberikan kepada peserta didik yang berperilaku
tidak sesuai dengan standar, dan dalam penghargaan bagi mereka yang
menyesuaikan.
c. Hukuman untuk pelanggaran peraturan.
Hukuman berasal dari kata kerja latin, punire yang berarti
menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan,
perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.
Hukuman dapat menghalangi terulangnya tindakan yang tidak diinginkan,
hukuman juga dapat digunakan untuk mendidik, dalam hal ini agar
individu dapat mengetahui perbuatan mana yang baik untuk dilakukan
dan perbuatan yang tidak baik untuk dilakukan (perbuatan yang
melanggar peraturan).
d. Penghargaan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan peraturan
yang berlaku.
Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-
kata pujian, senyuman dan tepukan di punggung. Penghargaan akan
diterima setelah individu dapat menyelesaikan kewajibannya.39
Sedangkan menurut Sofan “unsur pokok yang membentuk disiplin yaitu,
sikap yang telah ada pada diri manusia dan sistem nilai budaya yang ada di
dalam masyarakat. Sikap atau attitude merupakan unsur yang hidup di dalam
jiwa manusia yang harus mampu bereaksi terhadap lingkungannya, dapat
berupa tingkah laku atau pemikiran. Sedangkan sistem nilai budaya
merupakan bagian dari budaya yang berfungsi sebagai petunjuk atau
pedoman dan penuntun bagi kelakuan manusia”.40
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut unsur-unsur disiplin belajar yaitu,
peraturan, konsistensi dalam peraturan, hukuman, penghargaan terhadap peserta
didik yang dapat meningkatkan disiplin belajar. Peserta didik yang memiliki sikap
yang baik dalam ketaatan berperilaku, maka dengan mudah dapat menyesuaikan diri
terhadap peraturan yang sudah ditetapkan.
8. Indikator Disiplin Belajar
39 Daryanto dan suryati, pendidikan karakter di sekolah. Jakarta : PT Bumi Aksara 2013. h 50.
40 Sofan Amri, pengembangan dan model pembelajaran dalam kurikulum, jakarta:PT.prestasi pustakaraya 2013 h 165.
Menurut Moenir “indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat
disiplin belajar peserta didik berdasarkan ketentuan disiplin waktu dan
disiplin perbuatan, yaitu:
1. Disiplin waktu, meliputi: (a) tepat waktu dalam belajar, mencakup datang
dan pulang sekolah tepat waktu; (b) tidak keluar kelas saat jam pelajaran;
dan (c) mengumpulkan dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
2. Disiplin Perbuatan, meliputi: (a) patuh dan tidak menentang peraturan;
(b) tidak malas belajar; (c) tidak menyuruh orang lain bekerja demi
dirinya; (d) tidak suka berbohong; dan (e) melakukan tingkah laku yang
menyenangkan, mencakup tidak mencontek, tidak membuat keributan dan
tidak mengangggu orang lain saat belajar”.41
Berdasarkan indikator tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa peserta
didik yang memiliki disiplin belajar yang tinggi merupakan peserta didik yang
memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas-tugas dan
pembelajaran yang diberikan oleh guru seperti datang ke sekolah tepat waktu, tidak
mengobrol saat jam pelajaran, tidak mencontek, dan tidak merokok dilingkungan
sekolah.
41 Khusnalia Dian Maharani, Pengaruh Disiplin Belajar dan Keaktifan Kegiatan
Ekstrakulikuler Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi danKomunikasi di SMK 1 Sentolo,tersedia online: Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta, Tersedia:http://eprints.uny.ac.id/9742/3/bab%202%2008520244045.pdf, ( 01 Juni 2017)h 10-11.
D. Penelitian Relevan
Berdasarkan telaan pustaka dan kajian penulis ditemukan penelitian yang
relevan dengan penelitian penulis yaitu:
a. Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti yang bernama Ita
Roshita, meningatkan kedisiplinan siswa melalui layanan konselinng
kelompok dengan teknik modeling pada siswa kelas VIII di SMP
Negeri 2 Majalengka Tahun Pelajaran 2012/2013, hasil risetnya
menyatakan bahwa disiplin belajar yang dimaksut adalah keseluruhan
sikap dan perbuatan yang timbul dari kesadaran diri nya untuk belajar,
dengan mentaati dan melaksanakan sebagai siswa dalam berbagai
kegiatan belajarnya disekolah, sesuai dengan peraturan yang ada.
Dengan demikian disiplin belajar yang dimaksud oleh peneliti ada
relevansi nya dengan yang penulis buat yaitu pengaruh disiplin
sekolah terhadap prestasi belajar.42
b. Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Gede Sedanayasa dkk,
Efektivias Konseling Kelompok dengan Teknik Modeling dan Teknik
Asertif untuk Meningktkan Disiplin Belajar siswa kelas X SMK Negeri
2 Singajara tahun pelajaran 2012/2013, hasil penelitian ini
42 Ita Roshita, menigkatkan kedisiplinan siswa memalui layanan konseling kelompok teknik modeling, pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Majalengka tersedia on-line:http://i-rpp.com/index.php/didaktikum/article/view/142
diharapkan peserta didik dapat melihat tingkah laku yang baik yang
berhubungan dengan kedisip;inan belajarnya.43
Dari beberapa hasil peneitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa layanan
konseling kelompok dengan teknik modelling dapat membantu meningkatkan
disiplin belajar peserta didik, dan mempermudah guru BK dalam menjalankan fungsi
serta program layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
E. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan sintesis tentang hubungan antara dua
variable yang disusun dari berbagai teori yang telah diseskripsikan . menutut
Sugiyono “kerangka pemikiran merupakan sintesa tentang hubungan antara
dua variabel yang di susun dari berbagai teori yang dideskripsikan.”44
Kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah layanan
konseling kelompok dengan teknik modelling dalam meningkatkan disiplin
belajar peserta didik kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3
Bandar Lampung diharapkan dapat membantu peserta didik, untuk
memahami dampak dari ketidakdisiplinan belajar peserta didik dan mencapai
perubahan yang positif setelah mengikuti konseling kelompok. Apabila
peserta didik memahami dampak dari disiplin belajar maka peserta didik akan
43Gede Sedanayasa dkk, Efektifias Konseling Kelompok dengan Teknik Modeling dan Teknik Asertif untuk Meningktkan Disiplin Belajar siswa kelas X SMK Negeri 2Singajara,tersedia die journal.undiksha.ac.id/index.php
menjadi generasi muda yang memiliki batasan dalam berperilaku, membantu
peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi dan dapat
mengembangkan kemampuannya dalam disiplin belajar.
Berikut adalah kerangka berfikir dalam penelitian ini:
D Disiplin Belajar Rendah
Ll Layanan konseling kelompokk dengan teknik modeling
Disipin Belajar Meningkat
111.mengobrol pada saat guru menerangkan di dalam kelas, berjalan-jalan dan membuat suara gaduh saat pelajaran berlangsung.
222. Makan dan minum saat jam pelajaran berlangsung.
333. Tidak segera masuk kelas ketika bel berbunyi.
444. Membolos keluar kelas saat jam pelajaran berlangsung.
555. Mengganggu teman dan bersifat kurang sopan terhadap guru.
666. Terlambat mengumpulkan PR dan mengerjakan tugas.
111. Pre-test untuk mengetahui tingkat disiplin belajar peserta didik sebelum diberikan layanan.
322. Proses pemberian layanan konseling kelompok tehnik modeling dalam hal ini ada empat tahapan yang dilakukan yaitu: (a) taha pembetukan; (b) tahap peralihan; (c) tahap kegatan; (d) tahap pengakhiran.
333. Post-test merupakan kegiatan untuk mengetahui perubahan tingkat disiplin belajar peserta didik setelah melakukan.
3
Gambar I KERANGKA BERFIKIR
F. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang
kebenarannya harus diuji empiris.45 Dengan demikian hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap rumusan masalah dan hipotesis yang akan diuji dinamakan
hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (H0). Sementara yang dimaksud
hipotesis alternatif (Ha) adalah menyatakan saling berhubungan antara dua
variabel atau lebih, atau menyatakan adanya perbedaan dalam hal tertentu pada
kelompok-keloompok yang dibedakan. Sementara yang dimaksud hipotesis nol
(H0) adalah hipotesis yang menunjukan tidak adanya saling hubungan antara
kelompok satu dengan kelompok lain.46
Rumus uji hipotesis sebagai berikut:
H0 = kedisiplinan belajar peserta didik di sekolah tidak dapat ditingkatkan
menggunakan layanan konseling kelompok dengan teknik modelling.
Ha = kedisiplinan belajar peserta didik di sekolah dapat ditingkatkan
menggunakan layanan konseling kelompok dengan teknik modelling.
Berikut hipotesis statistiknya:
H0 : µ1 = µ2
45 Abdurrahman Fatoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta Rineka Cipta, 2011, h. 20
46Abdurrahman Fatoni, Ibid, h. 22
Ha : µ1 ≠ µ2
Dimana:
µ1: disiplin belajar sebelum diberikan teratment layanan konseling kelompok
dengan teknik modeling.
µ2 : disiplin belajar setelah diberikan teratment layanan konseling kelompok
dengan teknik modeling.
Untuk menguji hipotesis, selanjutnya nilai t(thitung) dibandingkan dengan
nilai-t dari tabel distribusi t(ttabel). Cara penentuan nilai t tabel berdasarkan pada taraf
signifikan tertentu (misal α = 0,05) dan dk = n-1. Kriteria pengujian hipotesis untuk
uji yaitu:
Tolak Ha, jika thitung ≥ttabel dan
Terima H0, jika thitung ≤ ttabel
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian quasi
experimental. Alasan peneliti menggunakan metode ini karena, dalam rancangan
metode quasi experimental, terdapat kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.47
B. Desain Penelitian
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non-equivalent
Control Group Design. Pada dua kelompok tersebut, sama-sama dilakukan pre-test
dan post-test. Namun hanya kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan
(treatment). Desain eksperimen ini digunakan karena, pada penelitian ini terdapat
kelompok eksperimen yang akan diberikan perlakuan dan kelompok kontrol sebagai
pembanding, pada dua kelompok tersebut akan dilakukan pengukuran sebanyak dua
kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan. Pertama dilakukan pengukuran (pre-test),
kemudian pada kelompok eksperimen diberi perlakuan menggunakan konseling
kelompok dengan teknik modeling, namun pada kelompok kontrol tidak diberikan
perlakuan sepenuhnya seperti pada kelompok eksperimen, selanjutnya dilakukan
pengukuran kembali (post-test) guna melihat ada atau tidaknya pengaruh perlakuan
47 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung, Alfabeta, h.77
yang telah diberikan terhadap subyek yang diteliti. Desain penelitian dapat dilihat
sebagai berikut:
Pengukuran Pengukuran
(Pretest) Perlakuan (Post-test)
Gambar 2 : Pola Non-equivalent Control Group Design
Keterangan :
E : Kelompok Eksperimen
K : Kelompok Kontrol
O1 dan O3 : Pengukuran disiplin belajar pada peserta didik, sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan konseling kelompok akan diberikan pretest. Pre-test merupakan pengumpulan data peserta didik yang memiliki kecenderungan tidak disiplin dalam belajar dan belum mendapat perlakuan.
O2 : Pemberian post-test untuk mengukur tingkat disiplin belajar pada kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan. Di dalam post-test akan didapatkan data hasil dari pemberian perlakuan, dimana disiplin belajar pada peserta didik menjadi menurun atau tidak menurun sama sekali.
O4 : Pemberian post-test untuk mengukur perilaku disiplin belajar pada kelompok kontrol, tanpa diberikan perlakuan menggunakan layanan BK berupa layanan konseling kelompok .
X : Pemberian perlakuan dengan menggunakan layanan BK melalui konseling kelompok untuk mengurangi ketidakdisiplinan terhadap peserta didik.48
48 Sugiyono, Op.Cit, 2009, h 79.
E O1 X O2
K O3 O4
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian
eksperimen merupakan penelitian untuk mencari pengaruh saat sebelum diberikan
perlakuan tindakan dan saat sesudah diberikan perlakukan tindakan.
C. Variabel Penelitian
Variabel pada dasarnya adalah segala sesuatu yang membentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut yang kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan permasalahan efektifitas
konseling kelompok dengan teknik modeling untuk meningkatkan disiplin belajar
peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2017/2018 terdiri dari dua variabel, yaitu: (a) variabel independen merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat); dan (b) variabel dependen adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. 49
Dalam penelitian ini, layanan konseling kelompok merupakan variabel bebas
yang diberi simbol X. Sementara disiplin belajar pada peserta didik merupakan
variabel terikat yang diberi simbol Y. Jadi, korelasi antara dua variabel tersebut dapat
digambar sebagai berikut:
49 Sugiyono, Ibid, h, 39.
Gambar 3 Variabel Penelitian
D. Definisi Operasional
Variabel bebas penelitian adalah intervensi yang diberikan kepada peserta
didik melalui modeling. Variabel bebas disebut juga variabel eksperimen. Adapun
variabel terikat penelitian ini adalah disipin belajar. Berikut dikemukakan penjelasan
mengenai variabel-variabel secara operasional:
Konseling Kelompok dengan teknik Modeling
X
Disiplin Belajar
Y
Tabel 2 Definisi Oprasional layanan Konseling Kelompok dengan teknik modeling
untuk meningkatkan disiplin belajar
No Variable Definisi Operasional
Hasil Ukur
Alat Ukur Skala Ukur
1 Variabel bebas (X) konseling kelompok dengan teknik modeling
Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk membahas dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui teknik modeling yang menunjukkan terjadinya proses belajar melalui pengamatan terhadap orang lain dan perubahan terjadi melalui peniruan.
- Observasi
Dokumentasi
-
2 Variabel terikat (Y) disiplin belajar
Disiplin belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
Menggunakan skala disiplin belajar
Skala penilaian disiplin belajar
Nominal
seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
yag terdiri dari 27 pertanyaan dengan kriteria pernyataan positif dan negatif, sangat sering, sering, kadang-kadang, tidak pernah.
dengan kategori: rendah tinggi adalah 27-108
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.50 Populasi merupakan
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas
dan karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.51Berdasarkan pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh peserta didik kelas VIII Di SMP
N 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 36 peserta
50 Suharsimi Arikunto. Op. Cit. h.173 51Sugiyono. Op Cit. h.80
didik, dengan pertimbangan yaitu dari hasil kuisioner pada saat survey pra
penelitian.
1. Sampel dan Teknik Sampling
a. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dijadikan objek dalam
penelitian, dan dianggap dapat mewakili seluruh populasi hal ini sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Sugiyono bahwa Sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.52 Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa sampel merupakan sebagian dari populasi
yang diambil dengan teknik tertentu sebagai sumber data yang dianggap dapat
mewakili populasi.
b. Teknik sampling
Teknik yang peneliti gunakan dalam pengambilan sampel adalah Purposive
sampling yaitu, sesuatu cara penarikan sample yang dilakukan memilih subjek
berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneiti. Dari populasi yang telah
ditentukan yakni kelas VIII SMP Negeri 3 Bandar lampung, peneliti telah
memilih kelas VIII sebanyak 20 peserta didik Sebagai sample dengan
kriteria dan langkah-langkah sebagai berikut :(a) peserta didik kelas VIII SMP
Negeri 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2017/2018; (b) peserta didik
52 Sugiyono, Ibid, h, 81.
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Kelas ini ditetapkan dan
diambil sebagai sampel yang diyakini mampu bersifat representatif. Karena
kelas tersebut dianggap memiliki kecendrungan memiliki disiplin belajar
rendah dibandingkan kelas yang lainnya berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukakan pada pra penelitian sebelumnya.
2. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Kuisioner/Angket
Kuesioner atau angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian
pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti, untuk
memperoleh informasi yang relevan sesuai dengan tujuan penelitian.53 Kuisioner
yang digunakan peneliti adalah kuisioner langsung.
Adapun untuk mempermudah responden dalam menjawab suatu pertanyaan
dalam angket peneliti mengunakan bentuk jawaban skala likert. Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.54
Metode ini digunakan pada saat pree-test untuk mengukur sejauh mana
tingkat disiplin belajar peserta didik, sebelum diberikan perlakuan menggunakan
konseling kelompok teknik modeling. Selain itu metode ini juga dilakukan pada
saat post-test, yang berguna untuk mengukur sejauh mana keberhasilan dalam
53 Cholid Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, PT Bumi Aksara, 2015, hal, 76-
77. 54 Sugiono, Op.Cit, 2009, hal, 93.
menggunakan layanan konseling kelompok teknik modeling, dalam meningkatkan
disiplin belajar peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 3 Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2017/2018.
Alternatif jawaban skala likert yang digunakan hanya 1-4 dengan tidak
menggunakan alternatif netral agar tidak menimbulkan keraguan responden dalam
menjawab pertanyaan. Adapun skor alternatif jawaban dapat dilihat pada tabel 4
sebagai berikut:
Tabel 3 Skor Alternatif Jawaban
Alternatif Jawaban
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Favorable 4 3 2 1 (pertanyaan positif) Unfavorable 1 2 3 4 (pertanyaan negatif)
Penilaian disiplin belajar dalam penelitian ini menggunakan rentang skor dari
1-4 dengan banyaknya item 27.
Sehingga interval kriteria tersebut dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
a. menentukan skor maksimal ideal yang diperoleh sampel: skor maksimal ideal = jumlah soal x skor tertinggi
b. menentukan skor terendah ideal yang diperoleh sampel: skor minimal ideal = jumlah soal x skor terendah
c. mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel: rentang skor = skor maksimal ideal – skor minimal ideal
d. mencari interval skor:
interval skor = rentang skor/3. Dari langkah-langkah tersebut, kemudian menurut Sudjana didapat kriteria sebagai berikut:55
Tabel 4
Kriteria Gambaran Umum Variabel
Kreteria Rentang
Tinggi X > Min Ideal + 2. Interval
Sedang Min Ideal + Interval < X ≤ Min Ideal + 2. Interval
Rendah X≤ Min Ideal + Interval
Berdasarkan pendapat tersebut maka interval kriteria disiplin belajar dapat
ditentukan sebagai berikut:
a. Skor maksimal ideal : 27 x 4 = 108
b. Skor minimal ideal : 27 x 1 = 27
c. Rentang skor : 108 - 27 = 81
d. Interval : 81/3 = 27
55 Sudjana, Metoda Statistika, Bandung, Tarsito, 2005, hal, 47-48.
Berdasarkan keterangan tersebut maka kreteria disiplin belajar adalah sebagai berikut:
Tabel 5 Kriteria Disiplin Belajar
Interval Kriteria
Deskripsi
≥81-108 Tinggi Pespeserta didik yang masuk dalam kategori tinggi telah menunjukkan perilaku disiplin belajar yang ditandai dengan: (a) peserta didik mampu menunjukkan sikap disiplin terhadap waktu sehingga peserta didik memiliki ketegasan dan kemauan untuk tertib mengikuti pelajaran dan belajar tepat pada waktunya, mengumpulkan dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya; (b) peserta didik mampu dan memiliki sikap disiplin perbuatan, sehingga mampu patuh dan tidak menentang peraturan, tidak malas dalam belajar, tidak menyuruh orang lain bekerja demi dirinya, tidak berbohong demi keuntungan dirinya, melakukan tingkah laku yang menyenangkan.
≥54- 81 Sedang Pespeserta didik yang masuk dalam kategori sedang telah menunjukkan disiplin belajar namun belum sepenuhnya/terus menerus dilakukan yang ditandai dengan: (a) peserta didik sudah mampu menjalankan perilaku disiplin terhadap waktu sehingga peserta didik memiliki ketegasan dan kemauan untuk tertib mengikuti pelajaran dan belajar tepat pada waktunya; (b) peserta didik mampu dan memiliki sikap disiplin terhadap waktu sehingga peserta didik memiliki ketegasan dan kemauan untuk tertib mengikuti pelajaran dan belajar tepat pada waktunya, mengumpulkan dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya; (b) peserta didik sudah mampu dan memiliki sikap disiplin perbuatan, peserta didik akan merasa bersalah apabila melaakukan pelanggaran disiplin belajar, Sehingga sudah mampu patuh dan tidak menentang peraturan, tidak malas dalam belajar, tidak menyuruh orang lain bekerja demi dirinya, tidak berbohong demi keuntungan dirinya,
melakukan tingkah laku yang menyenangkan. 27-54 Rendah Peserta didik yang masuk dalam kategori rendah
belum menunjukkan kemampuan disiplin belajar secara optimal, yang ditandai dengan: (a) peserta didik belum mampu mengelola waktu dengan baik; (b) peserta didik belum merasa mampu melaksanakan disiplin perbuatan, bersikap tegas terhadap perbuatannya; (c) peserta didik belum menunjukkan kesadaran akan pentingnya disiplin.
1. Metode Observasi
Mengutip dari Anwar Sutoyo pengertian “observasi adalah metode
pengamatan dan perhatian yang dilakuakan secara langsung maupun tidak langsung
terhadap obyek yang sedang diteliti, dilakukan secara sistematis dan memiliki tujuan
tertentu”.56 Jenis observasi yang peneliti gunakan adalah observasi kuasi-
partisipan yaitu peneliti terlibat langsung dalam memberikan layanan. Dalam
memberikan layanan untuk mengurangi ketidakdisiplinan belajar ini sasaran nya
merupakan peserta didik kelas VIII karena dalam hal ini kelas VIII mendominasi
dalam ketidakdisiplinan belajar diantara kelas lainnya.
2. Metode Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab
lisan yang dilakukan secara sistematis guna mencapai tujuan penelitian.57 Peneliti
dalam hal ini menggunakan jenis interview bebas terpimpin, guna memperoleh data
56 Anwar Sutoyo, Pemahaman Individu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 85.
57 Anwar Sutoyo, Ibid. h. 152.
yang valid, yaitu: peneliti membawa kerangka pertanyaan-pertanyaan untuk
disajikan, tetapi bagaimana cara pertanyaan-pertanyaan itu diberikan tidak secara
sistematis, atau pemberian pertanyaan secara fleksibel sesuai dengan keadaan.
Metode ini digunakan sebagai metode untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan sehingga data-data yang akurat dapat diperoleh. Metode interview ini
peneliti tujukan kepada responden dari kepala SMP, guru pembimbing dan peserta
didik, untuk mengetahui apakah layanan konseling kelompok dengan teknik
modeling dapat meningkatkan disiplin belajar pada peserta didik.
3. Pengembangan Instumen Penelitian
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode
angket/kuisioner, tes, metode wawancara (interview), dan metode dokumentasi.
Berdasarkan metode pengumpulan data, maka instrumen pegumpulan data yang
cocok untuk mengetahui tingkat ketidakdisiplinan belajar adalah dengan lembar
angket.
Dasar teori pengembangan instrumen ditinjau dari pengertian dari indikator
disiplin belajar menurut Moenir dapat dilihat dari beberapa aspek berikut ini: (1)
disiplin waktu; dan (2) disiplin perbuatan.
Adapun kisi-kisi pengembangan instrument sebagai berikut:
Tabel 6
Kisi-kisi Pengembangan Instrumen Penelitian
No
Variabel Indikator ciri-ciri disiplin belajar
Deskriptor
Item
Ket
1.
Disiplin Belajar
Disiplin waktu
a. Datang dan pulang sekolah tepat waktu
b. Tidak keluar kelas saat
jam pelajaran
c. Mengumpulkan dan
menyelesaikan tugas tepat pada waktunya
1. Saya suka terlambat datang ke sekolah
2. Saya suka datang ke sekolah tepat waktu
3. Saat bel berbunyi saya tidak segera masuk ke kelas
4. Saat bel berbunyi saya segera masuk kelas
5. Saya mengikuti pelajaran sampai selesai jam pelajaran
6. Saat jam pelajaran saya
pergi ketempat lain
7. Saya mengumpulkan tugas tepat pada waktunya
8. Saya terlambat dalam mengumpulkan tugas
-
+
-
+
+
-
+
+
+
Disiplin perbuatan
a. Patuh dan tidak menentang peraturan
9. Saya mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru
10. Saya tidak mengerjakan tugas yang diberikan oeh guru
11. Saya mencatat materi
yang diberikan oleh guru
12. Saya tidak mencatat materi yang diberikan oleh guru
13. Saat guru tidak ada saya
membaca buku pelajaran / mengulang materi yang sudah pernah diberikan
14. Saya mengerjakan
sendiri tugas yang diberikan oleh guru
15. Saya berkata dengan
alasan yang jujur saat tidak mengerjakan tugas
16. Saat pelajaran
berlangsung saya jalan-jalan dikelas dan mengganggu teman
17. Saya menggunakan seragam sekolah lengkap dengan atribut sekolah setiap hari
18. Saya tidak menggunakan
atribut sekolah (seperti dasi, tanda lokasi sekolah, dan ikat pinggang)
-
+
-
+
+
+
-
+
-
+
-
-
Sebelum angket tersebut digunakan maka peneliti menguji validitas dan
realibilitas angket tersebut untuk mengetahui angket tersebut layak untuk digunakan,
berikut ini dijelaskan sebagai berikut:
19. Saat guru menjelaskan
saya memperhatikan guru
20. Saat guru tidak ada saya ribut dikelas
21. Saya menyuruh orang
lain untuk mengerjakan tugas saya
22. Saya mencontek jawaban
teman saya
23. Saya mengerjakan sendiri tugas yang diberikan oleh guru
24. Saya melihat pekerjaan
teman, saat saya tida bisa mengerjakan soal yang diberikan oleh gru
25. Saya menanyakan materi
yang belum saya mengerti
26. Saya tidak bertanya
mengenai materi yang belum saya mengerti
27. Saya berbohong saat tidak mengerjakan tugas, karna takut dihukum
-
+
-
+
-
-
1. Uji Validitas Instrumen
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek
penelitian dengan daya yang dilaporkan peneliti.58 Uji validitas digunakan untuk
menguji validitas angket, untuk keperluan ini diuji teknik korelasi jawaban pada
setiap item dikorelasikan dengan total skor. Dengan mengunakan bantuan
program SPSS.
Rumus :
�� ��∑�� �� � �∑����∑���
��� ∑��� � �∑������� ∑��� � �∑�����
Keterangan: ri = angka indeks korelasi “r” n = number of Casses ∑X�Y� = jumlah perkalian antara skor X dan skor Y ∑X�
� = jumlah seluruh skor X ∑Y�� = jumlah seluruh skor Y59
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau
temuan Suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek
yang sama menghasilkan data yang sama.60 Pengujian relibilitas dengan
58 Sugiono, Op.Cit, 2009. h, 267. 59 Ibid . h, 183. 60 Ibid, h, 268.
mengunakan program SPSS for widows reliase. Kategori Koefisien Reliabilitas
menurut Guilford adalah sebagai berikut61 :
Rumus Reliabel
R1 = �.������
Keterangan: R1 = reliabel Rb = data yang valid62 Adapun untuk mempermudah responden dalam menjawab suatu pertanyaan
dalam angket peneliti mengunakan bentuk jawaban skala likert. Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial.63
4. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan data
Menurut Notoadmojo setelah data-data terkumpul, dapat dilakukan pengolahan
data dengan menggunakan editing, coding, procesing, dan cleaning.
a. Editing (pengeditan data), adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan
perbaikan isian formulir atau kuisoner. Apakah semua pertanyaan sudah terisi,
apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas atau terbaca,
61 BAPM November 2008, Instrumen Penelitian, [online]: makalah, Tersedia: http://
https://id.scribd.com/doc/249404104/Makalah-November-2008, [diakses tanggal 22 april 2017, h, 9. 62 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Raja Grapindo, Jakarta, 2008, h. 206. 63 Sugiono, Op.Cit, 2009, h, 93.
apakah jawabannya relevan dengan pertanyaannya, dan apakah jawaban-
jawaban pertanyaan konsisten dengan jawaban pertanyaan lainnya.
b. Coding (pengkodean), setelah melakukan editing, selanjutnya dilakukan
pengkodean atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan.
c. Data Entry (Pemasukan Data), yakni jawaban-jawaban dari masing-masing
responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam
program “software” SPSS for widows reliase 16 yang sering digunakan untuk
“entri data” penelitian.
d. Cleaning Data (Pembersihan Data), apabila semua data dari setiap sumber data
atau responden selesai dimasukkan perlu dicek kembali untuk melihat
kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode dan ketidak
lengkapan, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.64
2. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mengelola data penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Oleh karena itu,
setelah data terkumpul harus segera dilakukan analisis data karena apabila data
tersebut tidak dianalisis data tersebut tidak bisa menjawab permasalahan yang sudah
dirumuskan.
64 Herlia Wati, “Metode Penelitian” (online) blogspot, tersedia:
Http://herliamer.blogspot.com/2012/05/babIV.html, (diakses tgl 04 juli 2017 jam. 20.21)
Karena data yang diperoleh peneliti kurang dari 25 sampel penelitian, maka
peneliti menggunakan analisis data dengan statistik non parametrik, statistik non
parametrik adalah uji yang dilakukan terhadap data yang terdistribusi normal.
Apabila syarat tersebut tidak dipenuhi maka akan terjadi penyimpangan dan hasil
analisisnya tidak valid. Peneliti dapat menggunakan uji non parametrik yang
memiliki persyaratan yang lebih longgar.Data tidak harus berstribusi normal, oleh
karena itu uji ini sering disebut uji bebasa distribusi.65
Untuk menguji keefektifan layanan konseling kelompok dengan teknik
modeling untuk meningkatkan disiplin belajar peserta didik, maka teknik analisis
data dalam penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank yang digunakan
untuk menguji hipotesis kompratif dua sampel independen.Penelitian ini akan
menguji Pretest dan posttest. Dengan demikian peneliti dapat melihat perbedaan nilai
antara pretest dan posttest melalui uji Wilcoxon ini.Analisis data ini menggunakan
bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 16.
65 C.Trihendradi, 7 langkah mudah melakukan analisis ststistik menggunakan SPSS17,
(Yogyakarta, 2009). hlm 155
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2017/2018 dari tanggal 8September sampai 9 Oktober, jadwal dalam penelitian ini sesuai
dengan jadwal yang telah disepakati dengan sasaran/subjek penelitian.Hasil penelitian ini
memiliki dua fokus penjabaran yang terdiri dari profil/gambaran disiplin belajar dan
efektivitas layanan konseling kelompok teknik modeling.
Hasil penelitian diperoleh melalui penyebaran instrumen yang bertujuan untuk
memperoleh data mengenai profil/gambaran disiplin belajar peserta didik sekaligus
sebagai dasar penyesuaian isi layanan konselingkelompok dengan teknik modeling dalam
meningkatkan disiplin belajar peserta didik.Hasil penyebaran instrumen dijadikan analisis
awal untuk perumusan layanan konseling kelompok dengan teknik modelingdalam
meningkatkan disiplin belajar peserta didik yang kemudian diujicobakan guna
memperoleh keefektivan.
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMPN Bandar
Lampung yang berjumlah 96 (sembilan puluh enam) peserta didik. sampel penelitian
sebanyak 20 peserta didik. Dalam sampel tersebut dibagi dua kelompok yaitu 10 kelompok
eksperimen dan 10 kelompok kontrol.
1. Deskripsi Data
a. Hasil Angket Pretest Disiplin Belajar Peserta Didik
Pretest dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kondisi awal disiplin
belajar peserta didik dikelas VIII di SMPN 3 Bandar Lampung. Berikut disajikan hasil
atau kondisi pretest disiplin belajar peserta didik:
Tabel 7
Hasil Pretest Disiplin Belajar Rendah Peserta Didik Kelompok Eksperimen
NO Nama Peserta Didik Hasil Pretest Kriteria
1 FP 28 Rendah
2 AM 35 Rendah
3 TW 39 Rendah
4 HF 27 Rendah
5 AV 41 Rendah
6 SM 40 Rendah
7 FNA 38 Rendah
8 NSS 32 Rendah
9 MP 37 Rendah
10 YV 42 Rendah
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan hasil pretest peserta didik kelompok
eksperimen dengan jumlah responden 10 peserta didik kelas VIII SMPN 3 Bandar
Lampung yang memiliki disiplin belajar rendah dan peneliti juga mengambil sampel 10
peserta didik sebagai kelompok kontrol yang mempunyai disiplin belajar rendah. Berikut
disajikan hasil pretest kelompok kontrol sebagai berikut:
Tabel 8
Hasil Pretest Disiplin Belajar Rendah Peserta Didik Kelompok Kontrol
No Nama Peserta Didik Hasil Pretest Kriteria
1 HJ 34 Rendah
2 YS 39 Rendah
3 HAS 29 Rendah
4 ER 43 Rendah
5 IH 50 Rendah
6 RKP 48 Rendah
7 RGR 36 Rendah
8 THW 42 Rendah
9 MJ 45 Rendah
10 UK 41 Rendah
Berdasarkan tabel diatas kelompok kontrol dengan kriteria rendah. Setelah peneliti
mengetahui hasil tersebut, peneliti memberikan layanan konselingkelompok dengan
menggunakan teknik modelingdalam meningkatkan disiplin belajar peserta didik disekolah.
b. Hasil Angket Posttest Disiplin Belajar Peserta Didik
Setelah memberikan perlakuan (treatment) layanan konseling kelompok, maka
peneliti mengukur kembali disiplin belajar peserta didik di SMPN 3 Bandar Lampung,
adapun hasil Posttest disiplin belajar peserta didik kelompok eksperimen sebagai berikut:
Tabel 9
Hasil Posttest Disiplin Belajar Rendah Peserta Didik Kelompok Eksperimen
NO Nama Peserta Didik Hasil Posttest Kriteria
1 FP 92 Tinggi
2 AM 82 Tinggi
3 TW 81 Sedang
4 HF 90 Tinggi
5 AV 97 Tinggi
6 SM 96 Tinggi
7 FNA 81 Sedang
8 NSS 86 Tinggi
9 MP 87 Tinggi
10 YV 92 Tinggi
Dan pada tabel tesebut hasil posttest disiplin belajar peserta didik kelompok kontrol
sebagai berikut:
Tabel 10
Hasil Posttest Disiplin Belajar Rendah Peserta Didik Kelompok Kontrol
NO Nama Peserta Didik Hasil Posttest Kriteria
1 HJ 79 Sedang
2 YS 80 Sedang
3 HAS 82 Tinggi
S4 ER 74 Sedang
5 IH 79 Sedang
6 RKP 85 Tinggi
7 RGR 87 Tinggi
8 THW 84 Tinggi
9 MJ 71 Sedang
10 UK 90 Tinggi
Berdasarkan tabel 9 dan 10 tersebut terdapat hasil posttest setelah diberikan treatment
berupa layanan konseling kelompok menggunakan teknik modeling, terjadi peningkatan
disiplin belajar peserta didik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa layanan konseling
kelompok dengan menggunakan teknik modeling efektif untuks meningkatan disiplin belajar
peserta didik.
c. Hasil Pretest, Posttest, dan Gain Score Perubahan Disiplin Belajar Peserta Didik
Setelah dilakukan layanan konselingkelompok tentang layanan bimbimgan dan
konseling di sekolah didapat hasil pretest, posttest, dan gain score dapat dilihat pada
tabel 11 sebagai berikut:
Tabel 11 Hasil Perbandingan Pretest, Posttest dan Gain Score
Kelompok Eksperimen Gain score
Kelompok Kontrol Gain score
No Pretest Posttest No Pretest Posttest
1 28 92 64 1 34 79 45
2 35 82 47 2 39 80 41
3 39 81 42 3 29 82 53
4 27 90 63 4 43 74 31
5 41 97 56 5 50 79 29
6 40 96 56 6 48 85 37
7 38 81 43 7 36 87 51
8 32 86 54 8 42 84 42
9 37 87 50 9 45 71 26
10 42 92 50 10 41 90 49
∑ 359 884 525 ∑ 407 811 404
Rata-rata
35.9
88.4
52.5
Rata-rata
40.7
81.1
40.4
Berdasarkan hasil penghitungan rata-rata pretest dan posttest pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol sama-sama mengalami peningkatan. Pada kelompok
eksperimen (35.9<88.4) dan kelompok kontrol (40.7<81.1). Namun, meskipun kedua
kelompok mengalami peningkatan, akan tetapi nilai kelompok eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai kontrol (88.4>81.1). maka dapat disimpulkan bahwa setelah
pemberian layanan konseling kelompok dengan menggunakan teknik modeling peserta
didik mengalami peningkatan disiplin belajar. Peningkatan ini dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 4
Grafik Peningkatan Disiplin Belajar
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Eksperimen
Kontrol
Sedangkan untuk mengetahui kelompok mana yang lebih efektif dalam pemeberian
treatment dapat dilihat dengan membandingakan rata-rata gain score. Gain score
kelompok eksperimen lebih tinggi dari rata-rata gain score kelompok kontrol
(52.5>40.4). Sehingga dapat dikatakan bahwa layanan konseling kelompok dengan
menggunakan teknik modeling efektif untuk meningkatkan disiplin belajar.
2. Efektifitas Layanan Konseling Kelompok dengan Menggunakan Teknik Modeling
Dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMPN 3 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018
a. Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok dengan Teknik Modelingdalam
Meningkatkan Disiplin Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMPN 3 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018
Pelaksanan Layanan konselingkelompok teknikmodelingdilaksanakan pada
kelompok eksperimen yang berjumlah 10 peserta didik.Kegiatan dilakukan di
kelas.Gambaran pelaksanaan kegiatan layanan konselingkelompok
teknikmodelingadalah sebagai berikut:
1. Tahap pertama
Pretest diberikan kepada seluruh siswa kelas VIIISMPN 3 Bandar Lampung
yaitu 96 peserta didik, Pada tahap ini merupakan tahap pengenalan dan upaya dalam
menumbuhkan sikap kebersamaan serta saling menerima dalam kelompok,
memperkenalkan tujuan atau garis besar sesi konseling pada konseli dan
mengidentifikasi kondisi awal konseli sebelum menerima perlakuan berupa layanan
konselingkelompok teknik modelingdalam meningkatkan disipin belajar.
Kemudian menjelaskan secara singkat mengenai tujuan dalam kegiatan layanan
dan petunjuk pengisian instrumen, disiplin belajar mayoritas peserta didik memahami
dan memberikan informasi disiplin belajar yang dilakukannya.Hasil dari Pretest
kemudian dianalisis dan dikategorikan berdasarkan tingkat disiplin belajar.Hal ini
dilakukan untuk memperoleh gambaran disiplin belajar yang terjadi pada peserta
didik.untuk menentukan subjek penelitian berdasarkan tujuan penelitian yaitu peserta
didik yang memiliki karateristik disiplin belajaryang rendah.
Berdasarkan hasil pengamatan, pelaksanaan pretest dapat dikatakan cukup lancar
ditunjukkan dengan peserta didik yang memberikan informasi disiplin belajar dalam
seluruh item instrumen dapat terisi sesuai dengan petunjuk pengisian.Kegiatan
diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
2. Tahap kedua
Pada tahap ini peneliti telah menentukan kelompok eksperimen dan kontrol
berdasarkan karakteristik peseta didik. Kemudian, peneliti menjelaskan kegiatan
layanan yang akan dilakukan. Tujuan dari tahap ini untuk memfasilitasi peserta didik
agar dapat mengidentifikan disiplin belajaryang terjadi pada dirinya. Berdasarkan hasil
pengamatan pada tahap ini berjalan dengan baik, namun pada awalnya tidak sedikit dari
peserta didik berprasangka buruk terhadap kegiatan ini karena menganggap akan
dihukum karena perilaku kurang baik disekolah. Namun setelah peneliti memberi
penjelesan dan menunjukkan penerimaan yang hangat motivasi, peserta didik lebih
paham mengenai tujuan dilaksanakan.Setelah melakukan kegiatan konselingrata-rata
peserta didik mengagap kegiatan ini bermanfaat untuk mereka.Dengan menjelaskan
kepada peserta didik tentang aturan selama mengikuti tahap bimbingan konseling dan
mendorong peserta didik untuk mantap dalam mengikuti seluruh kegiatan bimbingan
konseling, peserta didik mulai terdorong untuk antusias dalam melakukan konseling
berikutnya.Hal ini diketahui sebagian besar peserta didik menjalani kegiatan ini dengan
semangat karena kegiatan bimbingan konseling tersebut menjadi seru dan
menyenangkan.Tahap diakhiri dengan pemberian komitmen peserta didik terhadap
bimbingan selanjutnya. Peserta didik tidak keberatan untuk menyepakati hal tersebut.
3. Tahap ketiga sampai ketujuh
Tahap ini merupakan tahap inti kegiatan diskusi kelompok. Dalam tahap ini
pemimpin kelompok dan para anggota kelompok membahas topik yang sudah
ditentukan, yaitu pada pertemuan pertama membahas mengenai peraturan dalam
disiplin, kemudian tentang tepat waktu dalam belajar, pada pertemuan selanjutnya
mengenai tanggung jawab sebagai seorang pelajar, pertemuan keempat bersikap
tegas, dan pertemuan terakhir membahas topik optimis dalam belajar (percaya diri).
Sedangkan pada kelompok kontrol pertemuan pertama membahas tentang peraturan
dalam disiplin, dan tepat waktu dalam belajar. Pimpinan kelompok dalam kegiatan ini
hanya berperan sebagai pengatur jalannya konseling kelompok yang bersahabat,
terbuka, aktif namun pimpinan kelompok tidak banyak bicara, karena anggota
kelompok seharusnya lebih aktif.
Adapun deskripsi gambaran disetiap pertemuan dalam tahap layanan
konseling kelompok, mengutamakan membahas aspek yang dapat meningkatkan
disiplin belajar peserta didik, diantaranya:
a. Tepat waktu dalam belajar
Langkah ini bertujuan memberikan pemahaman terhadap masalah dsiplin
belajar dari masing-masing peserta didik. (RPL terlampir). Beberapa peserta didik
awalnya enggan dalam berinteraksi secara terbuka dengan teman-temannya, namun
dengan adanya pengarahan yang diberikan pembimbing peserta didik menjadi lebih
terbuka menyatakan hal yang ingin diungkapkan mengenai topik yang diberikan.
Setelah suasana yang lebih kondusif berhasil diciptakan, masing-masing peserta didik
diminta untuk mengungkapkan mengenai pentingnya tepat waktu dalam kehidupan
sehari-hari terutama didalam belajar.
Guna tercapainya tujuan dari langkah ini peneliti meminta masing-masing
anggota kelompok untuk mengidentifikasi masalah ketepatan waktu. Dengan
identifikasi ini, peserta didik dengan sendirinya mengerti apa yang harus dilakukan.
Selanjutnya dalam pelaksanaan tehnik modeling terdapat 2 orang peserta didik yang
mempunyai disiplin belajar tinggi di antaranya Penyelesaian tugas tepat waktu
Tahap ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap masalah
penyelesaian tugas tepat waktu (RPL terlampir). Sebelum membahas topik yang telah
ditentukan peserta didik melakukan game terlebih dahulu agar suasana lebih hidup
dan terbuka, setelah itu barulah peserta didik diminta secara suka rela menceritakan
pengalaman atau hal yang ingin diungkapkan mengenai topik yang diberikan.
Berdasarkan hal tersebut diketahui peserta didik kurang memiliki rasa tanggung
jawab sebagai seorang pelajar seperti, tidak mengumpulkan tugas tepat pada
waktunya dan tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Guna tercapainya tujuan dari langkah ini peserta didik diminta untuk melihat
dan mencontoh peserta didik yang mempunyai disiplin belajar dengan tujuan kalimat
ini tertanam dalam dirinya masing-masing dan melaksanakannya dalam kehidupan
sehari-sehari.
b. Bersikap tegas
Tahap ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap masalah
penyelesaian tugas tepat waktu (RPL terlampir). Sebelum membahas topik yang telah
ditentukan peserta didik melakukan game terlebih dahulu agar suasana lebih hidup
dan terbuka, setelah itu barulah peserta didik diminta secara suka rela menceritakan
pengalaman atau hal yang ingin diungkapkan mengenai topik yang diberikan.
Dalam tahap ini diketahui bahwa peserta didik kurang memiliki sikap
ketegasan diri, dengan adanya beberapa peserta didik yang melanggar peraturan
sekolah karena mengikuti ajakan teman dengan alasan takut dibilang tidak gaul, tidak
mengikuti trend, tidak solidaritas antar teman dan sebagainya.
Guna tercapainya tujuan dari langkah ini peserta didik diminta untuk
mencontoh teman yang disiplin belajarnya tinggidimana seorang peserta didik
berperan sebagai seorang yang tidak suka tepat waktu dan selalu pernah melanggar
peraturan yang mengakibatkan ia tidak disukai oleh teman-temannya, sedangkan
salah satu peserta didik yanag lain berberan sebagai seorang suka tepat waktu dan
tidak pernah melanggar peraturan yang mengkibatkan ia disayangi oleh teman-teman
dan gurunya.
Selanjutnya peserta didik mengungkapkan apa yang ia ketahui dari peran
yang dipraktekan tadi dan mereka mengetahui mana sikap yang baik dan tidak,
sehingga mereka menyadari apa yang harus ia lakukan yaitu memiliki ketegasan
dalam dirinya untuk tidak menentang peraturan dalam belajar.
4. Tahap Kedelapan
Setelah diskusi kelompok diakhiri peserta didik diajak untuk mengisi instrumen
disiplin belajarsebagai bentuk Posttest.Pelaksanaan posttest pada kelas VIII SMPN 3
Bandar Lampung tahun pelajaran 2017/2018 dapat dikatakan lancar dengan rata-rata
peserta didik mampu memberikan informasi tentang disipin belajarsetelah layanan
konselingkelompok modelingdengan seluruh item instrument dapat terisi sesuai dengan
petunjuk pengisian serta kegiatan ini selesai pada waktu yang telah ditentukan.
A. Hasil Uji Efektivitas Konseling Kelompok Dengan Teknik Modeling dalam
Meningkatkan Disiplin BelajarPeserta Didik Kelas VIII SMPN 3Bandar
Lampung Tahun 2017/2018
Efektivitas layanan konseling kelompok dengan menggunakan teknik modeling
dalam meningkatkan disiplin belajarpeserta didik dapat dilihat dari perbandingan
hasilgainscore pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah
pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan teknik modeling. Setelah dilakukan
perbandingan gainscore, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji z untuk
mengetahui pengaruh layanan konseling kelompok.
1) Uji Asumsi Statistik
Sebelum data mengenai disiplin belajar diolah lebih lanjut, terlebih dahulu dilakukan
uji normalitas dengan statistik uji kolmogorov smirnov jika sig > 0.05 ( berdistribusi
normal), jika sig < 0.05 (berdistribusi tidak normal). Hasil uji normalitas menunjukkan
bahwa data disiplin belajarpeserta didik memiliki distribusi normal dengan hasil sebagai
berikut:
Tabel 12
Uji Normalitas Data Kolmogorov Smirnov Disiplin BelajarPeserta Didik
Kelompok N Sig(2-tailed) Keterangan
Eksperimen 10 0.813 Normal
Kontrol 10 0.962 Normal
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa semua data berdistribusi normal
karena sig > 0.05.
2) Uji Efektivitas Layanan Konseling Kelompok Teknik Modeling dalam
Meningkatkan Disiplin Belajar Peserta Didik Secara Keseluruhan
Ho = layanan konseling kelompok dengan menggunakan teknik modelingtidak efektif
dalam meningkatkan disiplin belajar peserta didik.
Ha =layanan konseling kelompok dengan menggunakan tenik modeling efektif dalam
meningkatkan disiplin belajar peserta didik.
Berikut hipotesis statistiknya:
H0 : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
Dimana :
µ1 : disiplin belajarpeserta didik sebelum pemeberian layanan konseling
kelompok teknik modeling
µ2 : disiplin belajarpeserta didik sesudah pemeberian layanan konseling
kelompok teknik modeling.
Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui nilai sebelum dan sesudah
diberikannya treatment. Berikut adalah nilai Uji Wilcoxom menggunakan
SPSS Versi 16:
tabel 13
Hasil Nilai Uji Wilcoxom Signed Ranks Disiplin Belajar Peserta Didik VIII di SMPN 3 Bandar Lampig Tahun Ajaran 2017/2018
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Sesudah - Sebelum
Negative Ranks 0a ,00 ,00
Positive Ranks 10b 5,50 55,00
Ties 0c
Total 10
a. Sesudah < Sebelum
b. Sesudah > Sebelum
c. Sesudah = Sebelum
Dari tabel 13 diatas, dijelaskan bahwa data hasil uji Wilcoxom Signed Ranks
terdapat perubahan nilai sebelum dan sesudah diberikannya treatment. Positive Ranks
dengan nilai N 10 artinya seluruh sampel tersebut mengalami peningkatan hasil nilai dari
pretest ke posttest. Mean Ranks atau rata-rata peningkatannya sebesar 5.50 dan Sum of
Ranks atau jumlah ranking positif nya sebesar 55.0 serta nilai Ties adalah 0 berarti tidak
adanya kesamaan nilai pretest dan posttest.
3) Uji Statistik
Uji statistik ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pada nilai Zhitung setelah
diberikan treatment, kemudian dibandingkan dengan nilai Ztabel. Berikut adalah nilai statistik
menggunakan SPSS Versi 16:
TABEL 14
Hasil Uji Statistik Disiplin Belajar Peserta Didik Kelas VIII di SMPN 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018.
Test Statisticsb
posttest – pretest
Z
2.807a
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dari tabel 14, berdasarkan test statistik dari uji Wilcoxon Signed Ranks diperoleh
Zhitung � Ztabel (52.5 � 2807), nilai asymptotik sig.(2-tailed) untuk uji dua arah sebesar 005
karena sig � 0.005, ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara
kelompok eksperimen yang mendapatkan layanan konseling kelompok dengan
menggunakan teknik modeling berkenaan dengan bimbingan dan konseling, yang
diberikan sebanyak 6 kali pertemuan, dan kelompok kontrol yang diberikan perlakuan
sebanyak 2 kali pertemuan. Hasil penelitian layanan konseling kelompok berkenaan
dengan layanan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan disipin belajar peserta
didik kelompok eksperimen setelah mendapatkan perlakuan meningkat dibandingkan
sebelum mendapatkan layanan konseling kelompok. Adapun, terdapat 2 peserta didik
yang memiliki disiplin belajar tinggi kelas VIII yang bernama Ayu dan Diki diambil
menjadi sampel teknik modeling untuk memberi contoh kepada peserta didik yang
memiliki disiplin belajar rendah, dengan kriteria model yang bersahabat atau teman
sebaya yang memiiki kesamaa seperti; usia, status ekonomi, dan penampilan fisik.
Tujuan dalam penelitian ini adalah membantu peserta didik meningkatkan
disiplin belajar. Layanan konseling yang dilakukan dalam suasana kelompok dapat
dijadikan media penyampaian informasi, berbagi pengalaman dan bertukar ide/pemikiran
serta membantu peserta didik melakukan perilaku yang dapat meningkatkan disiplin
belajar, serta dapat membantu peserta didik membuat keputusan yang tepat sehingga
diharapkan akan berdampak positif bagi peserta didik dalam meningkatkan disiplin
belajar.
Tercapainya suatu layanan konseling yang dilakukan oleh peneliti yaitu
konseling kelompok dengan teknik modeling membuat peserta didik berubah menjadi
lebih baik dari sebelumnya, dan juga disiplin belajar dapat membantu keberhasilan
peserta didik dalam proses belajar sehingga hasil belajar dapat berubah menjadi lebih
baik. Dalam pelaksanaan konseling pun peserta didik yang terlibat antusias dalam
pelaksanaan yang dilakukan. Sehingga dalam waktu yang cukup singkat peserta didik
dapat mengubah disiplin belajarnya menjadi lebih baik.
Pembahasan hasil penelitian diawali dengan profil disiplin belajar, dilanjutkan
dengan menganalisis layanan yang tepat. Adapun pembahasan keefektifan layanan
konselingkelompok dengan teknik modelingdalam meningkatkan disiplin belajarpeserta
didik adalah sebagai berikut:
1. Pembahasan Profil/Gambaran Umum Disiplin BelajarPeserta Didik Kelas VIII
SMPN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa disipin
belajarpeserta didik kelas VIII di SMPN 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2017/2018
terdapat peserta didik yang berada pada kategori rendah. Apabila disiplin beajarl peserta
didik yang rendah dibiarkan maka akan dapat menghambat proses belajar bagi peserta
didik tersebut,serta dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Hal ini berarti
kesempatan belajar makin banyak dan optimal jika peserta didik tersebut menunjukkan
keseriuasannya dalam belajarsehingga dapat meningkatkan prestasi dalam belajar.
2. Efektivitas Layanan Konseling Kelompok Teknik Modeling dalam Meningkatkan
Disiplin Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMPN3 Bandar Lampung
Uji efektivitas layanan konseling kelompok diperoleh dengan membandingkan
perilaku disiplin belajar peserta didik sebelum dilakukan layanan konseling kelompok
teknik modelingdan setelah dilakukan layanan konseling kelompok teknikmodeling yang
menunjukan adanya pengaruh layanan konselingkelompok teknik modelingterhadap
disiplin belajar peserta didik.
C. Keterbatasan Penelitian
Meskipun penelitian ini telah dilaksanakan dengan sebaik mungkin, namun peneliti
menyadari betul bahwa masih banyak kekurangannya. Peneliti sebagai pemimpin
kelompok dalam kegiatan layanan konseling kelompok mengalami beberapa hambatan.
Pada awal pertemuan, pemimpin kelompok mengalami kesulitan dalam membangun
keaktifan kelompok. Hal itu dikarenakan anggota kelompok masih terlihat ragu-ragu
dan malu, namun hal tersebut dapat diatasi oleh pemimpin kelompok dengan cara
perkenalan dan permainan.Selain itu, keterbatasan ini berkaitan dengan waktu
pelaksanaan proses dalam layanan konseling kelompok yang dilakukan. Layanan
konseling kelompok dilakukan pada saat jam-jam tertentu atau disaat tidak ada jam
pelajaran (jam kosong). Meskipun demikian, proses konseling kelompok berjalan
dengan lancar selama lebih kurang 45 menit dalam setiap pertemuan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di SMPN 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran
2017/2018, maka dapat di ambil kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa layanan konseling kelompok
dengan teknik modeling efektif untuk meningkatkan disiplin belajar pada peserta didik
kelas VIII di SMPN 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya perbedaan skor disiplin belajar pada subjek sebelum diberi
layanan konseling kelompok dengan teknik modeling dan sesudah diberi layanan
konseling kelompokdengan teknik modeling.
Berdasarkan hasil uji t paired sample t test, diketahui bahwa sig. = 0,000 <
0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.Layanan konseling kelompok dengan teknik
modeling efektif dalam meningkatkan disiplin belajar peserta didik kelas VIII SMPN
3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018. Hal ini ditunjukkan ada peningkatan
skor disiplin belajar pada 10 peserta didik setelah diberikan perlakuan layanan
konseling kelompok dengan teknik modeling.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil pembahasan, penulis memberikan saran-saran kepada
beberapa pihak yaitu :
1. Peserta didik perlu menindak lanjuti dan meningkatkan disiplin belajar
sehingga dapat mencapai tujuan belajar dan prestasi belajar yang lebih baik.
2. Guru bimbingan dan konseling agar dapat memprogramkan dan
melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling secara optimal untuk
membantu mengembangkan perilaku disiplin belajar peserta didik.Didalam
proses konseling, konselordiharapkanmampumenggunakanteknik yang
sesuaidenganpermaasalahandantidakmenutupkemungkinanuntukmenggabung
kanteknik yang digunakandenganteknik yang laiansebagaiteknikpendukung.
3. Kepalasekolah agar dapatmerumuskankebijakandalammemberikandua jam
pelajaranefektifmasukkelasuntuklayananbimbingandankonselinguntuk
membantu perkembangan peserta didik.
4. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian mengenai disiplin
belajar hendaknya dapat bekerjasama dengan pihak lain seperti orang tua
maupun guru wali kelas/mata pelajaran, sertase belum diadakan konseling
kelompok diharapkan dapat memberikan layanan konseling individu untuk
mengetahui masalah-masalah terkaitdisiplin belajarpeserta didik
secaramendalam.
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, Sofwan. Penggunaan Teknik Modeling Terhadap Perencanaan Karir Siswa”, tersedia On-line: http:ejournal.stkipmpringsewulpg.ac.id/index.php/fokus/article/view/9935.
Aftiani, Hanif. penerapan konseling kelompok behavior untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa, tersedia On-line: ejournal.unesa.ac.id/article/6219/13/article.pdf.
Alqur’an dan terjemahan, Bandung, CV penerbit J-ART. Amri, Sofan. 2013. pengembangan dan model pembelajaran dalam kurikulum,
jakarta:PT.prestasi pustakaraya. Aqib, Z, 2006. Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa,
Bandung:Yrama Widya.
Atmodiwiro, S. 2000. Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: PT Ardadizya.
Charles, S. 1980. Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Jakarta:Mitra
Utama.
Daryanto dan suryati. 2013. pendidikan karakter di sekolah. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Eman A, & Prayitno. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Fatoni, Abdurrahman. 2011. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta Rineka Cipta.
Gantina Komalasari & Wahyuni Eka..2011. Teori dan Teknik Konseling, PT. Indeks, Jakarta.
Hasbullah, 2011. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Hurlock, perkembangan jilid 1 edisi ke 6, edisi revisi Jakarta,erlangga.,
Imron, A. 2011.Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Jakarta:Bumi Aksara.
Kusumawati, Diah, Ayu. hubungan antara disiplin belajar siswa dengan prestasi belajar pada aspek kognitif pada mata pelajaran PKN kelas VIII di SMP N 1 ngadirejo, universitas kristen satya wacana.
Latipun, 2010. Psikologi Konseling Malang: UMM Press, 2010.
Lilik Widosari, upaya meningkatkan kedisiplinan melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik behavior pada siswa, tersedia online:http://download.portalgaruda.org/article.php?article=267439&val=upaya%20meningkatkan%20kedisiplinan%20melalui%20layanan%20bimbingan%20kelompok%20dengan%20teknik%20pada%20siswa.
Maharani Khusnalia Dian. Pengaruh Disiplin Belajar dan Keaktifan Kegiatan
Ekstrakulikuler Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi danKomunikasi di SMK 1 Sentolo,tersedia online: Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta, Tersedia:http://eprints.uny.ac.id/9742/3/bab%202%2008520244045.pdf.
Mandala Ayu Sri Juniariasih. Penerapan konseling behavioral dengan teknik
modeling untuk meningkatkat emotional intelligence siswa, tersedia on-line: ejournal.undiksha.ac.id.
Narbuko Cholid & Abu Achmadi, 2015. Metodologi Penelitian, PT Bumi Aksara. Noviani, Putri. meningkatkan kedisiplinan belajar dengan konseling kelompok pada
siswa, tersedia di on-line: jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/.../2753. Prasojo Retmono Jazib. pengaruh perhatian orang tua dan kedisiplinan belajar
terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS, tersedia On-line: http://e-journal.ikip-veteran.ac.id/index.php/EKONOMI/article/view/347.
Prayitno, Dasar-dasar bimbingan dan konseling, penerbit: rineka cipta.
Sadiah Uswatun, Pengaruh Konseling kelompok menggunakan teknik behavioristik positiven reinforcement terhadap disiplin belajar peserta didik kelas V 1 Way Dadi Bandar Lampung, tersedia on-line:http://repository.radenintan.ac.id/576/1/sudah_digabung.pdf.
Santoso, Life Model dalam Internalisasi Nilai-nilai Karakter Peduli Sosial Tanggung
Jawab dan Bersahabat pada Siswa, tersedia di On-line: Ralat_-_konselor_Altruis_-_untuk_SEMNAS_UNIPA.Pdf
Slameto, 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jakarta:Rineka Cipta.
Subardi, upaya menigkatkan konsep diri siswa dalam belajar melalui teknik modeling dalam bimbingan kelompok, tersedia on-line:ejournal.ikip-veteran.ac.id.
Sudijono, Anas. 2008 Pengantar Statistik Pendidikan Raja Grapindo, Jakarta.
Sudjana,, 2005. Metoda Statistika, Bandung, Tarsito.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D) Alfabeta. Bandung.
Sugiyono, 2011. Statistik untuk Penelitian Bandung: Alfabetha..
Sutoyo, Anwar. 2012. Pemahaman Individu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wati, Herlia. “Metode Penelitian” (online) blogspot, tersedia: Http://herliamer.blogspot.com/2012/05/babIV.html.
Wibawa Angga Eka Yuda. Pengembangan model konseling kelompok behaviour
dengan teknik modelling untuk meningkatkan kedisiplinan siswa SMA Kabupaten Lamongan. Tersedia on-line:http://journal,unnes.ac.id/sju/index.php/jubk.
Yusuf Syamsu & Juntika Nurikhsan. 2013. Teori Kepribadian, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
INSTRUMEN DISIPLIN BELAJAR
NAMA :
KELAS :
Pengantar :
Angket ini bukan merupakan suatu tes dan tidak berpengaruh terhadap hasil belajar
anda. Isilah angket ini tanpa perasaan khawatir, serta tidak ada jawaban yang benar
dan salah. Anda diharapkan menjawab dengan jujur dan teliti sesuai dengan keadaan
anda yang sebenarnya. Jawaban anda bersifat pribadi dan dijaga kerahasiaannya.
Oleh karena itu, kerjakan angket ini secara jujur dan sungguh-sungguh dengan
petunjuk di bawah ini.
Petunjuk :
1. Tulislah identitas anda pada tempat yang tersedia;
2. Bacalah pernyataan-pertanyaan dalam angket di bawah ini dengan teliti dan
cermat;
3. Jawablah sesuai dengan kenyataan yang ada pada diri anda, sehingga kesimpulan
yang diambil dari data ini bisa benar;
4. Periksa kembali nomer pernyataan, jangan sampai ada yang terlewatkan; dan
5. Kerahasiaan setiap jawaban terjamin.
Keterangan :
SS (Sangat Sering), S (Sering), KK (Kadang-Kadang), J (Jarang), TP (Tidak Pernah).
No PERNYATAAN S
S
S K
K
T
P
1. Saya suka terlambat datang ke sekolah
2. Saya suka datang ke sekolah tepat waktu
3. Saat bel berbunyi saya tidak segera masuk melainkan menunggu guru masuk kelas
4. Saat bel berbunyi saya segera masuk kelas
5. Saya mengikuti pelajaran sampai selesai jam pelajaran
6. Saat jam pelajaran saya pergi ketempat lain
7. Saya mengumoulkan tugas tepat pada waktunya
8. Saya terlambat dalam mengumpulkan tugas
9. Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
10. Saya tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
11. Saat pelajaran berlangsung saya jalan-jalan di kelas dan mengganggu teman
12. Saya menggunakan seragam sekolah lengkap dengan atribut
sekolah setiap hari
13. Saya tidak menggunakan atribut sekolah (seperti dasi, tanda
lokasi sekolah, dan ikat pinggang)
14. Saat guru menjelaskan saya memperhatikan guru
15. Saya mencatat materi yang dijelaskan guru
16. Saya tidak mencatat materi yang guru jelaskan
17. Saat guru tidak ada saya membaca buku pelajaran /
mengulang materi yang sudah pernah diberikan
18. Saat guru tidak ada saya ribut dikelas
19. Saya mengerjakan sendiri tugas yang diberikan oleh guru
20. Saya menyuruh orang lain untuk mengerjakan tugas saya
21. Saya mengerjakan ulangan sendiri sesuai sesuaidengan
kemampuan saya
22. Saya mencontek jawaban teman saya
23. Saya melihat pekerjaan teman, saat saya tidak bisa
mengerjakan soal yang diberikan oleh guru
24. Saya meanyakan materi yang belum saya mengerti
25. Saya tidak bertanya mengenai materi yang belum saya
mengerti
26. Saya berkata dengan alasan yang jujur saat tidak
mengerjakan tugas
27. Saya bebohong saat tidak mengerjakan tugas, karena takut
dihukum
LAMPIRAN 2
SATUAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING
Tugas Perkembangan
Mencapai Kematangan dalam Disiplin Belajar Peserta Didik
Sekolah : SMPN 3 Bandar Lampung Kelas/Semester : VIII / 1(Ganjil) Tahun : 2017/2018 1. Materi /TopikBahasan ;
Meningkatkandisiplinbelajarpadapesertadidik
2. Bidang Bimbingan : Pribadi - Sosial 3. Jenis Layanan : Konseling Kelompok 4. TujuanLayanan :agar semua peserta didikdapat belajar
dengan disiplin 5. Fungsi Layanan : Pemahaman 6. Sasaran Layanan/Semester : Kelas VIII/ Ganjil 7. Tempat Penyelenggaraan : RuangKelas 8. Waktu Penyelenggaraan : 1 X 40 menit 9. Penyelenggara Layanan : Guru BK
10. Pihak-pihak yang Dilibatkan : - 11. Metode : Ceramah 12. Media danAlat : Power point, LCD, Laptop
Bandar Lampung, September 2017 Guru pembimbing Mahasiswa Praktikan
Desi Ferli Yanti,S.Pd Tika Ega Fabella
Mengetahui, Kepala SMPN 3 Bandar Lampung
Dra.Hj. Haria Etty, SM. MM.
SATUAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING
Tugas Perkembangan
Mencapai Kematangan dalam Disiplin Belajar Peserta Didik
Sekolah : SMPN 3 Bandar Lampung Kelas/Semester : VIII / 1(Ganjil) Tahun : 2017/2018 1. Materi /TopikBahasan :TepatWaktuDalamBelajar 2. Bidang Bimbingan : Pribadi-Sosial 3. Jenis Layanan : Konseling Kelompok 4. TujuanLayanan :SebagaiPemahamankepadaSiswa
Agar DapatMempergunakanWaktudenganBaikdanBermanfaat
5. Fungsi Layanan : Pemahaman 6. Sasaran Layanan/Semester : Kelas VIII/Ganjil 7. Tempat Penyelenggaraan : RuangKelas 8. Waktu Penyelenggaraan : 1 X 40 menit 9. Penyelenggara Layanan : Guru BK
10. Pihak-pihak yang Dilibatkan : - 11. Metode : Ceramah 12. Media danAlat : Power point, LCD, Laptop
Bandar Lampung, September 2017
Guru pembimbing Mahasiswa Praktikan
Desi Ferli Yanti,S.Pd Tika Ega Fabella
Mengetahui, Kepala SMPN 3 Bandar Lampung
Dra.Hj. Haria Etty, SM. M
SATUAN LAYANAN
BIMBINGAN KONSELING
Tugas Perkembangan Mencapai Kematangan dalam Disiplin Belajar Peserta Didik
Sekolah : SMPN 3 Bandar Lampung Kelas/Semester : VIII / 1(Ganjil) Tahun : 2017/2018 1. Materi /TopikBahasan : Bersikap Tegas 2. Bidang Bimbingan : Pribadi-Sosial 3. Jenis Layanan : Konseling Kelompok 4. TujuanLayanan
:SiswaDapatMenghargaiDiriSendiridan Orang Lain
5. Fungsi Layanan : Pemahaman 6. Sasaran Layanan/Semester : Kelas VIII/ Ganjil 7. Tempat Penyelenggaraan : RuangKelas 8. Waktu Penyelenggaraan : 1 X 40 menit 9. Penyelenggara Layanan : Guru BK
10. Pihak-pihak yang Dilibatkan : - 11. Metode : Ceramah 12. Media danAlat : Power point, LCD, Laptop
Bandar Lampung, September 2017
Guru pembimbing Mahasiswa Praktikan
Desi FerliYanti,S.Pd TikaEgaFabella
Mengetahui, Kepala SMPN 3 Bandar Lampung
Dra.Hj. Haria Etty, SM. MM
SATUAN LAYANAN
BIMBINGAN KONSELING
Tugas Perkembangan Mencapai Kematangan dalam Disiplin Belajar Peserta Didik
Sekolah : SMPN 3 Bandar Lampung Kelas/Semester : VIII / 1(Ganjil) Tahun : 2017/2018 1. Materi /TopikBahasan : Percaya Diri 2. Bidang Bimbingan : Pribadi-Sosial 3. Jenis Layanan : Konseling Kelompok 4. TujuanLayanan : Memahami Pentingnya Percaya Diri 5. Fungsi Layanan : Pemahaman 6. Sasaran Layanan/Semester : Kelas VIII/ Ganjil 7. Tempat Penyelenggaraan : RuangKelas 8. Waktu Penyelenggaraan : 1 X 40 menit 9. Penyelenggara Layanan : Guru BK
10. Pihak-pihak yang Dilibatkan : - 11. Metode : Ceramah 12. Media danAlat : Power point, LCD, Laptop
Bandar Lampung, September 2017
Guru pembimbing MahasiswaPraktikan
Desi FerliYanti,S.Pd TikaEgaFabella
Mengetahui, Kepala SMPN 3 Bandar Lampung
Dra.Hj. HariaEtty, SM. MM
SATUAN LAYANAN
BIMBINGAN KONSELING
Tugas Perkembangan Mencapai Kematangan dalam Disiplin BelajarPeserta Didik
Sekolah : SMPN 3 Bandar Lampung Kelas/Semester : VIII / 1(Ganjil) Tahun : 2017/2018 1. Materi /TopikBahasan : Motivasi Diri 2. Bidang Bimbingan : Pribadi-Sosial 3. Jenis Layanan : Konseling Kelompok 4. TujuanLayanan : Agar Siswa Mampu Menerapkan
dan Mengembangkan Motivasi Dalam Diri di Kehidupan Sehar-hari
5. Fungsi Layanan : Pemahaman 6. Sasaran Layanan/Semester : Kelas VIII/ Ganjil 7. Tempat Penyelenggaraan : RuangKelas 8. Waktu Penyelenggaraan : 1 X 40 menit 9. Penyelenggara Layanan : Guru BK
10. Pihak-pihak yang Dilibatkan : - 11. Metode : Ceramah 12. Media danAlat : Power point, LCD, Laptop
Bandar Lampung, September 2017
Guru pembimbing Mahasiswa Praktikan Desi Ferli Yanti,S.Pd Tika Ega Fabella
Mengetahui, Kepala SMPN 3Bandar Lampung
Dra.Hj. Haria Etty, SM. MM
LAMPIRAN 3
Lembar Pernyataan Persetujuan oleh Responden
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
NAMA :
ALAMAT :
UMUR :
JABATAN :
Dengan secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun bersedia untuk
diwawancarai sebagai pertisipan dan berperan serta dari awal hingga selesai dalam
penelitian saudari:
NAMA : Tika Ega Fabella
JUDUL PENELITIAN : Efektifitas Layanan Konseling Kelompok dengan
Teknik modeling Dalam Meningkatkan Peserta Didik Kelas VIII SMPN 3 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018.
Dengan persyaratan:
1. Peneliti menjelaskan tentang penelitian ini beserta tujuan dan manfaat
penelitiannya.
2. Menjaga kerahasiaan dari identitas diri dan informasi yang diberikan dan
hanya untuk tujuan penelitian saja.
Demikianlah surat persetujuan saya setujui dalam keadaan sadar dan tanpa tekanan
dan paksaan dari pihak manapun. Semoga surat ini dapat dipergunakan sebaik-
baiknya.
Bandar Lampung, September 2017
Responden. Peneliti,
( ) TIKA EGA FABELLA NPM. 1311080044
LAMIRAN 4 Uji normalitas kelompok eksperimen
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 10
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 5.27241565
Most Extreme Differences Absolute .201
Positive .141
Negative -.201
Kolmogorov-Smirnov Z .636
Asymp. Sig. (2-tailed) .813
a. Test distribution is Normal.
Uji Normalitas kelompok kontrol
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 10
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 6.30092341
Most Extreme Differences Absolute .159
Positive .159
Negative -.146
Kolmogorov-Smirnov Z .503
Asymp. Sig. (2-tailed) .962
a. Test distribution is Normal.
LAMPIRAN 6
Tabel T
d.f. TINGKAT SIGNIFIKANSI
dua sisi 20% 10% 5% 2% 1% 0,2% 0,1%
satu sisi
10% 5% 2,5% 1% 0,5% 0,1% 0,05%
1 3,078 6,314 12,706 31,821 63,657 318,309 636,619
2 1,886 2,920 4,303 6,965 9,925 22,327 31,599
3 1,638 2,353 3,182 4,541 5,841 10,215 12,924
4 1,533 2,132 2,776 3,747 4,604 7,173 8,610
5 1,476 2,015 2,571 3,365 4,032 5,893 6,869
6 1,440 1,943 2,447 3,143 3,707 5,208 5,959
7 1,415 1,895 2,365 2,998 3,499 4,785 5,408
8 1,397 1,860 2,306 2,896 3,355 4,501 5,041
9 1,383 1,833 2,262 2,821 3,250 4,297 4,781
10 1,372 1,812 2,228 2,764 3,169 4,144 4,587
11 1,363 1,796 2,201 2,718 3,106 4,025 4,437
12 1,356 1,782 2,179 2,681 3,055 3,930 4,318
13 1,350 1,771 2,160 2,650 3,012 3,852 4,221
14 1,345 1,761 2,145 2,624 2,977 3,787 4,140
15 1,341 1,753 2,131 2,602 2,947 3,733 4,073
16 1,337 1,746 2,120 2,583 2,921 3,686 4,015
17 1,333 1,740 2,110 2,567 2,898 3,646 3,965
18 1,330 1,734 2,101 2,552 2,878 3,610 3,922
19 1,328 1,729 2,093 2,539 2,861 3,579 3,883
20 1,325 1,725 2,086 2,528 2,845 3,552 3,850
21 1,323 1,721 2,080 2,518 2,831 3,527 3,819
22 1,321 1,717 2,074 2,508 2,819 3,505 3,792
23 1,319 1,714 2,069 2,500 2,807 3,485 3,768
24 1,318 1,711 2,064 2,492 2,797 3,467 3,745
25 1,316 1,708 2,060 2,485 2,787 3,450 3,725
26 1,315 1,706 2,056 2,479 2,779 3,435 3,707
27 1,314 1,703 2,052 2,473 2,771 3,421 3,690
28 1,313 1,701 2,048 2,467 2,763 3,408 3,674
29 1,311 1,699 2,045 2,462 2,756 3,396 3,659
30 1,310 1,697 2,042 2,457 2,750 3,385 3,646
31 1,309 1,696 2,040 2,453 2,744 3,375 3,633
32 1,309 1,694 2,037 2,449 2,738 3,365 3,622
33 1,308 1,692 2,035 2,445 2,733 3,356 3,611
34 1,307 1,691 2,032 2,441 2,728 3,348 3,601
35 1,306 1,690 2,030 2,438 2,724 3,340 3,591
36 1,306 1,688 2,028 2,434 2,719 3,333 3,582
37 1,305 1,687 2,026 2,431 2,715 3,326 3,574
38 1,304 1,686 2,024 2,429 2,712 3,319 3,566
39 1,304 1,685 2,023 2,426 2,708 3,313 3,558
40 1,303 1,684 2,021 2,423 2,704 3,307 3,551
41 1,303 1,683 2,020 2,421 2,701 3,301 3,544
42 1,302 1,682 2,018 2,418 2,698 3,296 3,538
43 1,302 1,681 2,017 2,416 2,695 3,291 3,532
44 1,301 1,680 2,015 2,414 2,692 3,286 3,526
45 1,301 1,679 2,014 2,412 2,690 3,281 3,520
46 1,300 1,679 2,013 2,410 2,687 3,277 3,515
47 1,300 1,678 2,012 2,408 2,685 3,273 3,510
48 1,299 1,677 2,011 2,407 2,682 3,269 3,505
49 1,299 1,677 2,010 2,405 2,680 3,265 3,500
50 1,299 1,676 2,009 2,403 2,678 3,261 3,496
51 1,298 1,675 2,008 2,402 2,676 3,258 3,492
52 1,298 1,675 2,007 2,400 2,674 3,255 3,488
53 1,298 1,674 2,006 2,399 2,672 3,251 3,484
54 1,297 1,674 2,005 2,397 2,670 3,248 3,480
55 1,297 1,673 2,004 2,396 2,668 3,245 3,476
56 1,297 1,673 2,003 2,395 2,667 3,242 3,473
57 1,297 1,672 2,002 2,394 2,665 3,239 3,470
58 1,296 1,672 2,002 2,392 2,663 3,237 3,466
59 1,296 1,671 2,001 2,391 2,662 3,234 3,463
60 1,296 1,671 2,000 2,390 2,660 3,232 3,460
61 1,296 1,670 2,000 2,389 2,659 3,229 3,457
62 1,295 1,670 1,999 2,388 2,657 3,227 3,454
63 1,295 1,669 1,998 2,387 2,656 3,225 3,452
64 1,295 1,669 1,998 2,386 2,655 3,223 3,449
65 1,295 1,669 1,997 2,385 2,654 3,220 3,447
66 1,295 1,668 1,997 2,384 2,652 3,218 3,444
67 1,294 1,668 1,996 2,383 2,651 3,216 3,442
68 1,294 1,668 1,995 2,382 2,650 3,214 3,439
69 1,294 1,667 1,995 2,382 2,649 3,213 3,437
70 1,294 1,667 1,994 2,381 2,648 3,211 3,435
71 1,294 1,667 1,994 2,380 2,647 3,209 3,433
72 1,293 1,666 1,993 2,379 2,646 3,207 3,431
73 1,293 1,666 1,993 2,379 2,645 3,206 3,429
74 1,293 1,666 1,993 2,378 2,644 3,204 3,427
75 1,293 1,665 1,992 2,377 2,643 3,202 3,425
76 1,293 1,665 1,992 2,376 2,642 3,201 3,423
77 1,293 1,665 1,991 2,376 2,641 3,199 3,421
78 1,292 1,665 1,991 2,375 2,640 3,198 3,420
79 1,292 1,664 1,990 2,374 2,640 3,197 3,418
80 1,292 1,664 1,990 2,374 2,639 3,195 3,416
81 1,292 1,664 1,990 2,373 2,638 3,194 3,415
82 1,292 1,664 1,989 2,373 2,637 3,193 3,413
83 1,292 1,663 1,989 2,372 2,636 3,191 3,412
84 1,292 1,663 1,989 2,372 2,636 3,190 3,410
85 1,292 1,663 1,988 2,371 2,635 3,189 3,409
86 1,291 1,663 1,988 2,370 2,634 3,188 3,407
87 1,291 1,663 1,988 2,370 2,634 3,187 3,406
88 1,291 1,662 1,987 2,369 2,633 3,185 3,405
89 1,291 1,662 1,987 2,369 2,632 3,184 3,403
90 1,291 1,662 1,987 2,368 2,632 3,183 3,402
91 1,291 1,662 1,986 2,368 2,631 3,182 3,401
92 1,291 1,662 1,986 2,368 2,630 3,181 3,399
93 1,291 1,661 1,986 2,367 2,630 3,180 3,398
94 1,291 1,661 1,986 2,367 2,629 3,179 3,397
95 1,291 1,661 1,985 2,366 2,629 3,178 3,396
96 1,290 1,661 1,985 2,366 2,628 3,177 3,395
97 1,290 1,661 1,985 2,365 2,627 3,176 3,394
98 1,290 1,661 1,984 2,365 2,627 3,175 3,393