MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

66
LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN PENDAMPINGAN PMBA USIA 6-24 BULAN DI DESA PAGELARAN KECAMATAN PAGELARAN PANDEGLANG, BANTEN TIM PENGUSUL Ketua Peneliti : AHMAD FARIDI, SP, MKM NIDN. 0307077101 Anggota Peneliti : MOHAMMAD FURQAN, MKM NIDN. 0315097906 ARIF SETYAWAN, SKM, MKM NIDN. 0313127002 Surat Kontrak Nomor : 770/F.03.07/2019 Nilai Kontrak : Rp. 15.000.000,- PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA 2020

Transcript of MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

Page 1: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

LAPORAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS

MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN

PENDAMPINGAN PMBA USIA 6-24 BULAN DI DESA PAGELARAN

KECAMATAN PAGELARAN PANDEGLANG, BANTEN

TIM PENGUSUL

Ketua Peneliti : AHMAD FARIDI, SP, MKM NIDN. 0307077101

Anggota Peneliti : MOHAMMAD FURQAN, MKM NIDN. 0315097906

ARIF SETYAWAN, SKM, MKM NIDN. 0313127002

Surat Kontrak Nomor : 770/F.03.07/2019

Nilai Kontrak : Rp. 15.000.000,-

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA

2020

Page 2: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...
Page 3: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...
Page 4: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...
Page 5: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

ABSTRAK

Prevalensi balita pendek menurut laporan Riskesdas 2013 yaitu stunting sebesar 37,2% dan

menurun menjadi 30,8% pada Riskesdas 2018. Angka prevalensi di Banten untuk gizi

kurang masih di atas 15% dan angka stunting di atas 27,8%. Salah satu determinan

terjadinya stunting adalah pemberian makanan bayi dan anak yang tidakmemenuhi

kecukupan gizi, hal ini dapat terkait dengan pola pengasuhan, keragaman dalam pemberian

pangan, pengetahuan ibu atau pengasuh mengenai makanan dengan gizi seimbang dan juga

peran kader posyandu untuk memotivasi dan mendukung ibu untuk melakukan praktek

pemberian makanan bayi dan anak dengan benar. Tujuan dalam penelitian ini

mengidentifikasi peran kader dalam mendukung ibu untuk mempraktekkan PMBA. Desain

dalam penelitian ini menggunakan pendekatan crossectional Study untuk melihat tingkat

keberhasilan PMBA. Data keberhasilan dan peran kader dilakukan dengan mengggunakan

uji khai-kuadrat. Hasil pada penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kader

berpendidikan rendah ( SD, SMP) sebesar 73% dan tinggi (SMA dan PT) sebesar 27%,

pekerjaan kader sebagian sebasar tidak bekerja (IRT) sebesar 80% dan bekerja (guru)

sebesar 20%, untuk lama menjadi kader posyandu rata-rata kader > 5 tahun sebesar 83% dan

< 5 tahun sebesar 17%, sebagian besar kader posyandu pernah mengikuti pelatihan kader

sebesar 93% dan 7% tidak mengikuti pelatihan kader dikarenakan baru aktif sebagai kader,

100% kader posyandu mendapatkan insentif dari puskesmas setiap bulannya sebesar Rp.

100.000,- yang dibayarkan setiap 3 bulan sekali, untuk kegiatan lain yang dilakukan oleh

kader sebagian besar hanya mengikuti kegiatan kader sebesar 83% dan sisa merangkap

kegiatan selain sebagai kader sebesar 17%. Tingkat pengetahuan kader tentang PMBA

sebagian besar pengetahuan baik yakni 63% dan kurang sebesar 37%, untuk peran serta

kader dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada bayi atau balita baik sebesar 90% dan

kurang sebesar 10%, dalam memberikan penyuluhan sebagian besar memberikan

penyuluhan kesehatan yakni 77% memberikan dan 23% tidak memberikan penyuluhan saat

di posyandu, untuk peran kader dalam memberikan pergerakan dan pemberdayaan

masyarakat didapatkan bahwa sebagian besar melaksanakan pemberdayaan sebesar 70%

dan 30% tidak melaksanakan pemberdayaan masyarakat, untuk peran kader dalam

memantau kehadiran bayi/balita ke posyandu dipantau kader yakni sebesar 53% dan yang

tidak dipantau sebesar 47% sedangkan peran kader dalam melakukan pendampingan PMBA

sebagian besar 93% melaksanakan pendampingan dan 7% tidak melaksanakan

pendampingan PMBA.

Kata Kunci : Model peran serta, Kader Posyandu, PMBA, Status Gizi

iii

Page 6: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN PENGESAHAN i

SURAT KONTRAK PENELITIAN ii

ABSTRAK iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

BAB 1. PENDAHULUAN 1

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 7

BAB 3. METODE PENELITIAN 30

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 31

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 35

BAB 6 LUARAN YANG DICAPAI 36

BAB 7 RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI 37

DAFTAR PUSTAKA 38

LAMPIRAN (buktiluaran yang didapatkan) 40

- Artikelilmiah (draft, status submission atau reprint)

- HKI, publikasi dan produkpenelitianlainnya

iv

Page 7: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Pola Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA)………………… 10

Tabel 2. Karakteristik Kader Posyandu………………………………………. 31

Tabel 3. Lama Menjadi Kader, Mengikuti Pelatihan Kader, Pemberian

Insentif………………………………………………………………. 32

Tabel 4. Pengetahuan Kader Posyandu Tentang PMBA, Peran Serta Kader

Pemberian Penyuluhan Kesehatan………………………………….. 32

Tabel 5. Peran Kader Memantau Kesehatan Balita, Melakukan Pendampingan

PMBA ………………………………………………………………. 33

v

Page 8: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian Peran Serta Kader Posyandu…… 30

vi

Page 9: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...
Page 10: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

5

BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier ditandai dengan Panjang atau

tinggi badan tidaksesuai dengan umurnya. Stunting dapat mengakibatkan anak tidak

mampu mencapai potensi genetik,mengindikasikan kejadian jangka panjang dan

dampak kumulatif dari ketidakcukupan konsumsi zat gizi, kondisi kesehatan dan

pengasuhan yang tidak memadai.

Prevalensi balita pendek menurut laporan Riskesdas 2013 yaitu stunting sebesar

37,2% dan menurun menjadi 30,8% pada Riskesdas 2018. Angka prevalensi di Banten

untuk gizi kurang di wilayah Banten masih di atas 15% dan angka stunting di atas

27,8%. Salah satu determinan terjadinya stunting adalah pemberian makanan bayi dan

anak yang tidakmemenuhi kecukupan gizi, hal ini dapat terkait dengan pola

pengasuhan, keragaman dalam pemberian pangan, pengetahuan ibu atau pengasuh

mengenai makanan dengan gizi seimbang dan juga peran kader posyandu untuk

memotivasi dan mendukung ibu untuk melakukan praktek pemberian makanan bayi dan

anak dengan benar.

Berdasarkan hasil penelitian Lina Nurbaiti (2017), pelaksanaan program PMBA

dan pelatihan kader masih belum maksimal. Hal tersebut terjadi karena petugas gizi

yang sudah mendapatkan pelatihan lengkap PMBA hanya 1 orang dari tiap puskesmas.

Di tingkat desa, dari masing-masing desa hanya 1 kader yang telah mengikuti pelatihan

PMBA. Kelima informan menyatakan kurangnya SDM ini menyebabkan petugas tidak

bisa mencakup seluruh balita di wilayah kerja Puskesmas masing-masing.

Upaya untuk meningkatkan kesehatan dan gizi anak sebagaimana diamanatkan

oleh Undang Undang Dasar Tahun 1945 dan Perjanjian Internasional seperti

KonvensiHak Anak (Komisi Hak Azasi Anak PBB, 1989,Pasal 24), yakni memberikan

makanan yang terbaik bagianak usia di bawah 2 tahun. Untuk mencapai hal

tersebut,Strategi Nasional Peningkatan Pemberian ASI dan MP-ASI merekomendasikan

pemberian makanan yangbaik dan tepat bagi bayi dan anak 0-24 bulan adalah:

(1)inisiasi menyusu dini segera setelah lahir minimal selama1 jam; (2) pemberian ASI

eksklusif sampai usia 6bulan; (3) memberikan Makanan Pendamping ASI

(MPASI)mulai usia 6 bulan; (4) meneruskan pemberian ASIsampai usia 2 tahun atau

lebih (Liman, 2014)

Page 11: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

6

Dalam upaya mendukung keberhasilan program pembangunan kesehatan maka

telah ditetapkan arah dan strategi pembangunan dalam upaya peningkatan status pangan

dan gizi masyarakat seperti yang tercantum dalam Peraturan Presiden no. 43 tentang

Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015. Kebijakan dan strategi itu diantaranya melalui

peningkatan pembinaan dan pendidikan gizi masyarakat. Kegiatan yang dilakukan

diantaranya adalah peningkatan pemantauan pertumbuhan balita secara rutin di

posyandu, peningkatan integrasi pesan pendidikan tentang perbaikan gizi dalam

gerakan 1000 hari pertama kehidupan seperti Pemberian Makan Bayi dan Anak (

Noviati, Susanto JC, Selina H, Mexitalia M, 2006)

B. Perumusan Masalah

Program PMBA kepanjangan dari Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak.

Dalam praktik PMBA, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: Usia anak,

Frekuensi pemberian makanan dalam sehari, Jumlah pemberian makanan atau porsi

untuk sekali makan, Tekstur makanan, Variasi makanan, Selalu menjaga kebersihan.

PMBA berfokus pada dua tahun pertama kehidupan seorang anak karena: gangguan

terhadap tumbuh kembang dan perkembangan anak tidak dapat diperbaiki setelah usia

dua tahun, efek kurang gizi (termasuk pendek/stunting) tidak dapat diperbaiki setelah

usia dua tahun, memberikan makanan secara aktif kepada anak (WVI, 2013). Desa

Pagelaran kader posyandunya sebagian besar aktif namun masih belum menjalankan

program PMBA walaupun telah mendapatkan pelatihan.

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui Model Peran Serta Kader Posyandu Dalam Melakukan Pendampingan

PMBA Usia 6-24 Bulan Di Desa Pagelaran Kecamatan Pagelaran Pandeglang, Banten

D. Manfaat Penelitian

Program PMBA yang telah disosialisasikan oleh Puskesmas Pagelaran dapat

dimanfaatkan oleh para kader posyandu dan masyarakat terutama ibu-ibu dapat

diterapkan dalam pemberian makan sesuai dengan usia anak.

Page 12: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)

1. Pengertian PMBA

PMBA merupakan kepanjangan dari Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak.

Dalam praktik PMBA, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: Usia anak,

Frekuensi pemberian makanan dalam sehari, Jumlah pemberian makanan atau porsi

untuk sekali makan, Tekstur makanan, Variasi makanan, Selalu menjaga kebersihan

dan Memberikan makanan secara aktif kepada anak (Wijaya, dkk, 2013).

Pemberian Makanan Bayi dan Anak mengacu kepada beberapa aspek, yaitu

Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Memberikan ASI Eksklusif, Memberikan

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia 6 bulan dan Melanjutkan menyusui

sampai dua tahun atau lebih, menjaga kesehatan anak, Berinteraksi dengan anak

dengan penuh kasih sayang lewat berbagai kegiatan yang sesuai dengan anak, orang

tua dapat memberikan belaian, senyuman, dekapan, penghargaan dan bermain,

mendongeng, menyenyi serta memberikan contoh-contoh tingkah laku sehari-hari

yang baik dan benar kepada anak.

2. Ruang Lingkup PMBA

Ruang lingkup PMBA yang telah disepakati secara nasional maupun global

meliputi:

a. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

IMD adalah memberikan kesempatan pada bayi untuk menyusu sendiri

segera setelah lahir dengan cara bayi di tengkurapkan pada perut ibu dan

dibiarkan selama kurang lebih 1 jam agar menemukan sendiri puting susu ibunya.

Cara ini akan memberikan kehangatan pada bayi karena adanya kontak kulit ibu

dan bayi (skin to skin contact).Dengan IMD bayi mendapat kolostrum pertama.

Pemberian kolostrum yaitu ASI yang keluar pada minggu pertama sangat penting

karena kolostrum mengandung zat kekebalan dan menjadi makanan bayi yang

utama.

Page 13: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

8

Kolostrum tersebut meskipun jumlahnya sedikit namun telah dapat memenuhi

kebutuhan gizi bayi untuk hari-hari pertama kelahirannya. IMD tidak dilakukan

hanya pada keadaan dimana ibu dan anak dalam kondisi umum yang buruk dan

tidak stabil

b. ASI Ekslusif

ASI eksklusif adalah pemberianASI saja tanpa ditambah apapun. ASI

diberikan sesering mungkin tanpa dijadwal sampai bayi usia 6 bulan. Telah

terbukti bahwa ASI saja tanpa ditambah apapun, telah memenuhi kebutuhan bayi

sampai usia 6 bulan. Bagi ibu yang harus segera kembali bekerja bayi harus tetap

mendapat ASI. Bayi tetap dapat menyusu ketika ibu dirumah.Ibu bekerja dapat

memerah ASI nya kemudian disimpan dalam kulkas dan diberikan kepada bayinya

dengan gelas ketika ibu sedang bekerja, setelah ASI tersebut lebih dulu

dihangatkan. Ibu juga dapat menyusui atau memerah ASI di tempat kerja. Untuk

itu perusahaan/kantor perlu menyediakan fasilitas untuk memerah, menyimpan ASI

atau tempat menyusui. ASI eksklusif akan memberikan perlindungan pada bayi dan

memperkecil risiko terhadap berbagai penyakit antara lain diare, ISPA dan

penyakit alergi. Dengan ASI eksklusif perkembangan fisik, mental dan emosional

bayi akan lebih optimal. Pemberian ASI eksklusif pada masa bayi juga terbukti

memiliki dampak jangka panjang, contohnya penurunan resiko obesitas

(kegemukan), diabetes, dan penyakit jantung pada masa dewasa.

c. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

MP-ASI mulai diberikan setelah bayi berusia 6 bulan. Setelah 6 bulan ASI

saja tidak cukup memenuhi kebutuhan bayi, sehingga perlu ditambah makanan

lumat (bubur) sebagai makanan pendamping ASI. MP-ASI selain harus diberikan

tepat waktu juga harus adekuat yakni cukup energi, protein, lemak, vitamin dan

mineral. Untuk usia 6–8 bulan diberikan 2–3 kali makan perhari ditambah 1–2 kali

camilan. Setiap kali makan diberikan dengan takaran 2 atau 3 sendok makan.

Untuk usia 9–11 bulan diberikan 3–4 kali sehari dengan takaran setiap kali makan

½ gelas (250 ml), ditambah 1–2 kali camilan. MP-ASI harus pula dipersiapkan

secara higienis dan menggunakan alat serta tangan yang bersih.Disamping tepat

waktu, adekuat dan aman, MP-ASI juga harus diberikan sesuai selera dan tingkat

kekenyangan bayi. Cara penyiapan dan pemberian harus mendorong secara aktif

agar anak mau makan meskipun anak sedang sakit. Selanjutnya setelah usia 1

tahun anak mulai diberi makan makanan keluarga. ASI dapat terus diberikan

Page 14: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

9

sampai anak usia 2 tahun atau lebih. Meskipun telah ada MP-ASI produk pabrik,

disarankan menggunakan bahan makanan lokal/alami yang tersedia di masing-

masing daerah dengan menambahkan zat gizi mikro.

3. Tujuan dan Manfaat PMBA

PMBA di Indonesia dilakukan bertujuan untuk meningkatkan status gizi dan

kesehatan anak, dan meningkatkan tumbuh kembang serta kelangsungan hidup anak

di Indonesia, khususnya untuk meningkatkan cakupan pemberian MP-ASI pada anak

usia 6-24 bulan (Kemenkes RI, 2010). PMBA merupakan salah satu program

pemerintah untuk menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kualitas hidup

ibu sesuai dengan Suitanable Developments Goals yang ke empat dan ke lima. Selain

itu, program PMBA juga bertujuan meningkatkan status gizi dan kesehatan, tumbuh

kembang dan kelangsungan hidup anak di Indonesia (Depkes, 2010).

Hal-hal yang harus diperhatikan terkait pemberian makanan bayi yaitu ketepatan

waktu pemberian, frekuensi, jenis, jumlah bahan makanan, dan cara pembuatannya.

Kebiasaan pemberian makanan bayi yang tidak tepat, seperti pemberian makanan

yang terlalu cepat atau terlambat, makanan yang diberikan tidak cukup dan frekuensi

yang kurang berdampak terhadap pertumbuhan bayi (Sakti, 2013).

Pemberian variasi makanan pada anak sangat dibutuhkan karena anak

memerlukan asupan zat gizi yang berbeda-beda. Selain praktek yang kurang tepat

dalam pemberian makanan, kebiasaan masyarakat juga sangat berpengaruh. Adapun

hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian makan pada bayi dan anak yang

meliputi usia anak, frekuensi pemberian makanan dalam sehari, jumlah pemberian

makanan atau porsi untuk sekali makan, tekstur makanan, variasi makanan,

memberikan makanan secara

aktif/responsive pada anak dan selalu menjaga kebersihan (Sakti, 2013).

Page 15: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

10

4. Pola Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA)

Tabel 1. Pola Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA)

Usia

6-9 bulan 9-12 bulan 12-24 bulan

Jenis ASI,sumber

karbohidrat, protein

hewani, protein

nabati, sayuran,

buah dan taburia

ASI,sumber

karbohidrat,

protein hewani,

protein nabati,

sayuran, buah dan

taburia

ASI,sumber

karbohidrat, protein

hewani, protein

nabati, sayuran,

buah dan taburia.

Frekuensi 2 - 3 kali makan

ditambah ASI

1-2 kali makanan

selingan

3 - 4 kali makan

ditambah ASI

1-2 kali makanan

selingan

3 - 4 kali makan

ditambah ASI

1-2 kali makanan

selingan

Jumlah 2-3 sendok makan

penuh setiap kali

makan

Tingkatkan secara

perlahan smapai ½

(setengah) mangkuk

berukuran 250 ml

½ (setengah)

smapai ¾ (tiga

perempat)

mangkuk

berukuran 250 ml

¾ (tiga perempat)

sampai 1 (satu)

mangkuk ukuran

259 ml

Tekstur Bubur

kental/makanan

keluarga yang

dilumatkan

Makanan keluarga

yang dicincang

/dicacah. Makanan

dengan potongan

kecil yang dapat

dipegang.

Makanan yang

diiris-iris

Makanan keluarga

yang diiris-iris

Makanan keluarga

Variasi

ASI (bayi disusui

sesering yang

diinginkan) +

makanan hewani

(makanan lokal) +

makanan pokok

(beras, makanan

lokal lainnya) +

kacang (makanan

lokal) + buah-

buahan/sayuran

(makanan lokal) +

bubuk tabur

gizi/Taburia

ASI (bayi disusui

sesering yang

diinginkan) +

makanan hewani

(makanan lokal) +

makanan pokok

(beras, makanan

lokal lainnya) +

kacang (makanan

lokal) + buah-

buahan/sayuran

(makanan lokal) +

bubuk tabur

gizi/Taburia

ASI (bayi disusui

sesering yang

diinginkan) +

makanan hewani

(makanan lokal) +

makanan pokok

(beras, makanan

lokal lainnya) +

kacang (makanan

lokal) + buah-

buahan/sayuran

(makanan lokal) +

bubuk tabur

gizi/Taburia + 1

sampai 2 gelas susu

per hari

Pemberian

makanan

aktif/responsif

• Bersabarlah dan dorong terus bayi anda untuk makan lebih

banyak

• Jika bayi anda menolak untuk makan, terus dorong untuk

makan; pangkuhlah bayi anda sewaktu ia diberi makan atau

menghadap ke dia kalau ia dipangku orang lain

• Tawarkan makanan baru berkali-kali, anak-anak mungkin tidak

suka (tidak mau menerima) makanan baru pada awalnya

• Waktu pemberian makan adalah masa-masa bagi anak untuk

Page 16: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

11

belajar dan mencintai. Berinteraksilah dengannya dan kurangi

gangguan waktu ia diberi makan

• Jangan paksa anak untuk makan

• Bantu anak yang lebih tua untuk makan

Kebersihan • Berikan makan kepada bayi dalam mangkuk/piring yang

bersih; jangan gunakan botol karena susah dibersihkan dan

dapat menyebabkan bayi mengalami diare

• Cuci tangan anda dengan sabun sebelum menyiapkan makanan

• Cuci tangan anak anda dengan sabun sebelum ia makan Sumber: (Buku Panduan Konseling: Modul Pelatihan Konseling: Pemberian Makan dan Bayi, 2017)

5. Strategi PMBA

Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dan mempertimbangkan perkembangan

situasi dan kondisi berkaitan dengan PMBA, maka Strategi PMBA ditetapkan

menurut (Kemenkes RI, 2010) adalah sebagai berikut:

a. Menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap perilaku menyusui peraturan

perundang-undangan dan kebijakan.

b. Penguatan fasilitas pelayanan kesehatan dalam menerapkan 10 langkah menuju

keberhasilan menyusui.

c. Peningkatan komitmen dan kapasitas stakeholder dalam meningkatkan, melindungi

dan mendukung PMBA.

d. Pemberdayaan ibu, keluarga, dan masyarakat dalam praktek PMBA.

6. Keberhasilan PMBA

Keberhasilan PMBA menurut (WHO dan UNICEF, 2003) dalam Global Strategy

for Infant and Young Child Feeding, merekomendasikan empat hal penting yang

harus dilakukan dalam praktik PMBA yaitu memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada

bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, memberikan ASI saja atau

pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan

makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24

bulan serta meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.

Sedangkan indikator keberhasilan pelaksanaan Strategi PMBA, menurut (Kemenkes

RI, 2010) meliputi:

a. Peningkatan cakupan bayi yang mendapat ASI dalam 1 jam pertama (IMD).

b. Peningkatan cakupan menyusui ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan.

c. Peningkatan cakupan anak usia 6–24 bulan yang mengkonsumsi lebih dari 4

kelompok bahan makanan 24 jam sebelumnya.

Page 17: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

12

d. Peningkatan cakupan anak usia 6–8 bulan yang mengkonsumsi makanan lumat dan

lembek 24 jam sebelumnya.

e. Peningkatan cakupan bayi yang diberi MP-ASI sesuai frekuensi yang dianjurkan.

f. Rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya melaksanakan 10 langkah

menuju keberhasilan menyusui.

g. Menurunnya angka kematian bayi dan balita.

h. Menurunnya angka prevalensi gizi kurang.

B. Kader

1. Pengertian Kader

Kader adalah tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat.

Departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai pelatihan untuk kader yang

dimaksud untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan

angka kematian bayi. Para kader kesehatan masyarakat itu memiliki latar belakang

pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis, dan

menghitung secara sederhana (Meilani dkk, 2009).

Kader Posyandu adalah anggota masyarakarat yang dipilih dari dan oleh

masyarakat, mau dan mampu bekerja bersama dalam kegiatan kemasyarakatan secara

sukarela (Kemenkes, 2017). Kegiatan bulanan di Posyandu merupakan kegiatan rutin

yang bertujuan antara lain untuk memantau pertumbuhan berat badan balita dengan

menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS), memberikan konseling gizi, serta

memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar terdapat beberapa syarat menjadi

Kader, antara lain :

a. Dipilih dari dan oleh masyarakat setempat

b. Bersedia dan mampu bekerja bersama masyarakat secara suka

c. Bisa membaca dan menulis huruf latin

d. Sabar dan memahami usia lanjut

2. Karakteristik kader

Karakteristik adalah ciri khusus yang mempunyai perwatakan tertentu. Ciri khusus

ini dapat berupa fisik seperti pekerjaan, pemilikan serta pendapatan maupun non fisik

seperti pengalaman dan kebutuhan yang beraneka ragam. Variabel-variabel yang

termasuk dalam karakteristik biografik ini cukup banyak dan bisa berisikan sejumlah

konsep yang kompleks. Data karakteristik biografik dapat diperoleh melalui responden

Page 18: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

13

sendiri mulai dari usia, pendidikan, pekerjaan, lama menjadi kader, dan pelatihan

(wahyutomo, 2010).

a) Umur

Umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang

yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang pada orang yang belum cukup

tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan

jiwanya. Produktivitas menurun dengan bertambahnya umur, hal ini disebabkan

karena keterampilan-keterampilan fisik seperti kecepatan, kelenturan, kekuatan dan

koordinasi akan menurun dengan bertambahnya usia. Dalam suatu lembaga,

karyawan yang sudah lama bekerja disebuah sistem artinya sudah bertambah tua,

bisa mengalami peningkatan karena pengalaman dan lebih bijaksana dalam

pengambilan keputusan.

b) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Pendidikan dapat

menuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai

keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi

misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidup.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang

akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk siap berperan serta dalam

pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah

menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki,

sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangannya sikap

seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Tingkat pendidikan

seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon yang datang dari luar. Orang

yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap

informasi yang datang dan akan berfikir sejauhmana keuntungan yang mungkin

mereka peroleh dari gagasan tersebut (Kuncoroningrat, 1997)

c) Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kegiatan hal yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupanya dan kehidupan keluarganya. Pakerjaan bukanlah sumber

Page 19: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

14

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cari nafkah yang membosankan,

berulang, dan banyak tantangan (Wahit iqbal, 2006). Bekerja umumnya merupakan

kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh

terhadap kehidupan keluarga. Semakin banyak waktu yang tersita untuk melakukan

pekerjaan maka semakin sempit untuk menjadi kader.

d) Lama menjadi kader

Banyak studi tentang hubungan antara senioritas karyawan dan produktivitas.

Meskipun prestasi kerja seseorang itu bisa ditelusuri dari prestasi kerja sebelumnya.

Tetapi sampai saat ini belum dapat diambil kesimpulan yang meyakinkan antara

kedua variabel tersebut. Yang jelas yaitu, karyawan-karyawan senior ini lebih kecil

angka absen kerjanya dan angka pindah kerja.

3. Fungsi Kader

Menurut Depkes RI (2010), fungsi kader adalah :

a. Melakukan pencatatan, memantau dan evaluasi kegiatan Poskesdes bersama Bidan.

b. Mengembangkan dan mengelola UKBM (PHBS, Kesling, KIBB, Balita, Kadarzi,

Dana Sehat, TOGA, dll).

c. Mengidentifikasi dan melaporkan kejadian masyarakat yang berdampak terhadap

kesehatan masyarakat (surveilance ber-basis masyarakat).

C. Pengetahuan Kader tentang PMBA

1.Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Pada waktu pengindraan sampai hasil pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek (Notoatmodjo,

2014). Sedangkan menurut (Mahmud, 2011)Pengetahuan merupakan sesuatu yang

tertinggal dari hasil pengindraan manusia terhadap dunia luar. Selain itu, pengetahuan

merupakan deskripsi arsip informasi konsep dan kenyataan tentang alam semesta, baik

yang ada dalam memori perseorangan maupun tertulis.

Tingkat Pengetahuan Kader menurut (Notoatmodjo, 2014), dalam domain kognitif

berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir berintraksi,

analisa, memecahkan masalah dan lain-lain) yang berjenjang sebagai berikut :

a. Tahu (Knowledge)

Page 20: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

15

Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa adanya. Termasuk

dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali atau mengingat kembali hal-hal

atau keterangan yang pernah berhasil dihimpun atau dikenali (recall of facts).

b. Memahami (Comprehension)

Pemahaman diartikan dicapainya pengertian (understanding) tentang hal yang

sudah kita kenali. Karena sudah memahami hal yang bersangkutan maka juga sudah

mampu mengenali hal tadi meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam jenjang

kognitif ini misalnya menterjemahkan, menginterpretasikan, dan eksplorasikan.

c. Menerapkan (Aplication)

Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang sudah dipahami

ke dalam situasi dan kondisi yang sesuai.

d. Analisa (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi rincian yang

terdiri unsur-unsur atau komponen-komponen yang berhubungan antara yang satu

dengan lainnya dalam suatu bentuk susunan berarti.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun kembali bagian-bagian atau unsur-

unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang mengandung arti tertentu.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal yang

bersangkutan dengan hal-hal serupa ataupun setara lainnya, sehingga diperoleh

kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang hal yang sedang dinilainya.

g. Pentingnya pengetahuan gizi terhadap konsumsi terhadap konsumsi

didasari atas tiga kenyataan:

1) Status gizi yang cukup adalah berkaitan penting bagi kesehatan dan

kesejahteraan.

2) Setiap orang hanya akan cukup gizi yang diperlukan jika makanan yang dimakan

mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang

optimal, pemeliharaan, dan energi.

3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar

menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.

Page 21: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

16

2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut (Notoadmojo, 2010), ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan,

yaitu sebagai berikut:

a. Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara coba-salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba

kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba

dengan kemungkinan ketiga dan seterusnya, dan apabila kemungkinan ketiga gagal

dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat

dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error

(gagal atau salah) atau metode coba salah coba-coba.

b. Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak sengaja oleh orang

yang bersangkutan.

c. Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan

tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang

dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan

turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya.

d. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini

mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau

pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.

e. Cara Akal Sehat (Common Sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau

kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu

agar anaknya mau menuruti nasehat orang tuanya, atau agar anak disiplin

menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer

telinganya atau dicubit.

Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang berkembang menjadi teori

kebenaran bahwa hukuman merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik)

bagi pendidikan anak.

Page 22: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

17

f. Kebenaran Melalui Wahyu

Ajaran dan digma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan

melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-

pengikut agama yang bersangkutan.

g. Kebenaran Secara Intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses

diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang

diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan

cara-cara yang rasional dan yang sistematis.

h. Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembnagan umat manusia, crara berpikir manusia pun ikut

berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan penalarannya dalam

memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikiranya, baik melalui induksi

maupun deduksi.

1) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-

pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam

berfikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman

empiris yang ditangkap oleh indra.

2) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyatan umum ke khusus.

Silogisme yaitu suatu bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk

dapat mencapai kesimpulan yang lebih baik.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

a. Faktor internal

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya

hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

Menurut Notoatmodjo (2014), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang

Page 23: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

18

termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi

untuk berperan serta dalam pembangunan, pada umumnya makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

2) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai

pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

3) Umur

Umur didefinisikan umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan

masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum

tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan

jiwa.

b. Faktor eksternal

1) Lingkungan

Lingkunganmerupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok.

2) Sosial budaya

Sistem sosial yang ada pada masyarakat yang mempengaruhi dari sikap

dalam menerima informasi.

4. Pengukuran Pengetahuan

Menurut Arikunto (2010), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari

subyek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ukur atau kita

ketahui dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya. Adapun pertanyaan yang

dapat digunakan utuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan

menjadi dua jenis yaitu :

Page 24: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

19

a. Pertanyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan essay.

Pertanyaan essay disebut pertanyaan subyektif karena penilaian untuk

pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari penilai, sehingga nilainya akan

berbeda dari seseorang penilai satu dibandingkan dengan yang lain dari satu waktu

ke waktu yang lainnya.

b. Pertanyaan obyektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choise), betul

salah dan pertanyaan menjodohkan.

Disini peneliti melakukan pengukuran pengetahuan menggunakan kuesioner

dengan skala Guttman. Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat jawaban yang

tegas, yaitu ya atau tidak, benar atau salah, pernah atau tidak, positif atau negatif, dan

lainlain. Bila pertanyaan dalam bentuk positif maka jawaban benar diberi nilai 1 dan

salah diberi nilai 0, sedangkan bila pertanyaan dalam bentuk negatif maka jawaban

benar diberi nilai 0 dan salah diberi nilai 1

Menurut (Budiman dan Riyanto, 2013) tingkat pengetahuan dikelompokkan

menjadi dua kelompok apabila respondennya adalah

masyarakat umum, yaitu :

a. Kurang, jika subjek mampu menjawab dengan benar ≤ 50 %

b. Baik, jika subjek mampu memjawab dengan benar > 50%

D. Peran Serta Kader tentang PMBA

1. Pengertian Peran Serta

Peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang di

harapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu

dalam keluarga di harap bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi

dan lain-lain.

Unsur-unsur dalam peran merupakan pola prilaku yang dikatakan dengan status

atau kedudukan peran ini dapat di ibaratkan dengan yang ada di dalam sandiwara

yang pemainnya mendapatkan peranan dalam suatu cerita, yaitu:

1. Peranan ideal yang di harapkan oleh masyarakat terhadap status tertentu, peranan

yang ideal merumuskan hak-hak dan kewjiban yang terkait dalam status tertentu.

2. Peranan yang di anggap diri sendiri ialah merupakan hal yang oleh individu pada

saat tertentu, artinya situasi tertentu seorang individu harus melaksanakan hal

tertentu.

Page 25: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

20

3. Peranan yang harus di kerjakan ialah peran yang sesungguhnya harus

dilaksanakan oleh individu dalam kenyataan. (Sagita, 2017).

Peran tidak lepas hubungannya dengan tugas yang diemban seseorang. Dengan

demikian peran adalah bagian utama yang harus dijalankan. Manusia sebagai

makhluk sosial memiliki kecenderungan untuk hidup berkelompok. Dalam

kehidupan berkelompok terjadi interaksi antara anggota masyarakat yang satu

dengan anggota masyarakat yang lainnya. Tumbuhnya interaksi diantara mereka

menciptakan hubungan saling ketergantungan.

Dalam kehidupan bermasyarakat itu munculah apa yang dinamakan peran

(role). Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang, apabila

seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya

maka orang yang bersangkutan menjalankan suatu peranan (Purikasari, 2010).

2. Peran kader Posyandu

a. Pelayanan kesehatan

Pelayanan di posyandu meliputi kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita,

pelayanan kesehatan ibu dan anak seperti imunisasi untuk pencegahan penyakit,

penanggulangan diare, penyuluhan dan konseling/rujukan konseling bila diperlukan

(Paridah, 2013).

Sebelum pelaksanaan posyandu, kader memastikan sasaran seperti jumlah bayi

baru lahir, anak, ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas. Selan itu menurut (Pusat

Promosi Kesehatan, 2012) peran serta kader, meliputi:

1) Sebelum Hari Buka Posyandu.

a) Melakukan persiapan penyelenggaraan kegiatan posyandu.

b) Menyebarluaskan informasi tentang hari buka posyandu melalui pertemuan

warga setempat atau surat edaran. Kader dapat mengajak sasaran untuk datang

ke posyandu dengan bantuan tokoh masyarakat.

c) Melakukan pembagian tugas antar kader, meliputi pendaftaran, penimbangan,

pencatatan, penyuluhan, pemberian makanan tambahan, serta pelayanan yang

dapat dilakukan oleh kader.

d) Melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya terkait

dengan jenis layanan yang akan diselenggarakan. Jenis kegiatan ini merupakan

tindak lanjut dari kegiatan posyandu sebelumnya atau rencana kegiatan yang

telah ditetapkan berikutnya.

Page 26: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

21

e) Menyiapkan bahan penyuluhan dan pemberian makanan tambahan. Bahan-

bahan penyuluhan sesuai permasalahan yang di dihadapi para orang tua serta

disesuaikan dengan metode penyuluhan, misalnya: menyiapkan bahan-bahan

makanan apabila ingin melakukan demo masak, lembar balik untuk kegiatan

konseling, kaset atau CD, buku KIA, sarana stimulasi balita.

f) Menyiapkan buku-buku catatan kegiatan posyandu.

2) Saat Hari Buka Posyandu

a) Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu

menyusui, dan sasaran lainnya.

b) Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan kesehatan anak pada

posyandu, dilakukan penimbangan, pengukuran tinggi badan, pengukuran

lingkar kepala anak, pemantauan aktifitas anak, pemantauan status imunisasi

anak, pemantauan terhadap tindakan orangtua tentang pola asuh yang

dilakukan pada anak, pemantauan tentang permasalahan anak balita, dan lain

sebagainya.

c) Membimbing orangtua melakukan pencatatan terhadap berbagai hasil

pengukuran dan pemantauan kondisi anak balita.

d) Melakukan penyuluhan tentang pola asuh anak balita. Dalam kegiatan ini,

kader bisa memberikan layanan konsultasi, diskusi kelompok dan demonstrasi

dengan orangtua/keluarga anak balita.

e) Memotivasi orang tua balita agar terus melakukan pola asuh yang baik pada

anaknya, dengan menerapkan prinsip asih-asah-asuh.

f) Menyampaikan penghargaan kepada orang tua yang telah datang ke posyandu

dan minta mereka untuk kembali pada hari posyandu berikutnya.

g) Menyampaikan informasi pada orangtua agar menghubungi kader apabila ada

permasalahan terkait dengan anak balitanya.

h) Melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan pada hari buka posyandu.

3) Sesudah Hari Buka Posyandu

a) Melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari buka

posyandu, anak yang kurang gizi, atau anak yang mengalami gizi buruk rawat

jalan, dan lain-lain.

b) Memotivasi masyarakat, misalnya untuk memanfaatkan pekarangan dalam

rangka meningkatkan gizi keluarga, menanam tanaman obat keluarga,

Page 27: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

22

membuat tempat bermain anak yang aman dan nyaman. Selain itu, memberikan

penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

c) Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, pimpinan wilayah untuk

menyampaikan hasil kegiatan posyandu serta mengusulkan dukungan agar

posyandu terus berjalan dengan baik.

d) Menyelenggarakan pertemuan, diskusi dengan masyarakat, untuk membahas

kegiatan posyandu. Usulan dari masyarakat digunakan sebagai bahan

menyusun rencana tindak lanjut kegiatan berikutnya.

e) Mempelajari sistem informasi posyandu (SIP). SIP adalah sistem pencatatan

data atau informasi tentang pelayanan yang diselenggarakan di posyandu.

Manfaat SIP adalah sebagai panduan bagi kader untuk memahami

permasalahan yang ada, sehingga dapat mengembangkan jenis kegiatan yang

tepat dan sesuai dengan kebutuhan sasaran.

Sedangkan peran kader dalam kesehatan ibu dan anak adalah kader melakukan

deteksi dini masalah kesehatan ibu dan anak dengan menggunakan buku KIA, kader

harus selalu siap mengantar dan menjaga apabila ada ibu atau anak yang

memerlukan pertolongan dan perawatan tenaga kesehatan (akan dirujuk). Selain itu

juga, kader diharapkan mampu membantu keluarga ibu atau anak yang akan dirujuk

dalam hal apa saja yang harus dibawa. Tahapan peran kader posyandu menganut

sistem 5 meja, yaitu:

1) Meja 1: pendaftaran balita dan pendaftaran ibu hamil serta ibu nifas.

2) Meja 2: penimbangan balita.

3) Meja 3: pencatatan hasil penimbangan.

4) Meja 4: penyuluhan perorangan seperti menyuluh ibu berdasarkan hasil

penimbangan anaknya. Memberikan pelayanan gizi kepada ibu balita serta ibu

hamil.

5) Meja 5: pelayanan kesehatan.

b. Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan adalah penyampaian informasi dari sumber informasi kepada

seseorang atau sekelompok ornag mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan

suatu program. Posyandu, penyuluhan yang diberikan biasanya berkaitan dengan

kesehatan ibu dan anak.

Penyuluhan dapat dilakukan secara perorangan atau kelompok, seperti:

Page 28: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

23

1) Penyuluhan perorangan atau tatap muka, yaitu dapat dilakukan di posyandu

ataupun pada saat kunjungan rumah, serta dapat juga menggunakan buku KIA,

contoh makanan dan lain-lain.

2) Penyuluhan kelompok, yaitu penyuluhan yang dilakukan kader ke sekelompok

masyarakat, dan kader menjelaskan materi, dilanjutkan dengan tanya jawab.

3) Penyuluhan disertai peragaan, yaitu kader membantu petugas

untukmengadakan penyuluhan disertai peragaan seperti demo masak resep

makanan sendiri, atau demo mempersiapkan MP -ASI.

Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penyuluhan, yaitu informasi

yang diberikan sesuai dengan keadaan atau permasalahan peserta yang datang ke

posyandu, dapat menggunakan berbagai jenis media, penjelasan diberikan dengan

bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh masyarakat, saran yang

diberikan harus praktis sengga bisa langsung dilaksanakan oleh sasaran dan beri

kesempatan untuk bertanya. Berdasarkan hal tersebut kader harus memiliki sikap

sabar, mendengarkan dan tidak mendominasi, menghargai pendapat, bersikap

sederajat, ramah dan akrab, tidak memihak, menilai dan mengkritik serta bersikap

terbuka.

Materi penyuluhan, meliputi:

a) Cara mengetahui tumbuh dan kembang anak.

Pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dipantau dengan menimbang

berat badan anak setiap bulan. Hasil penimbangan balita diterjemahkan kedalam

KMS/buku KIA yang menghasilkan status pertumbuhan balita (naik/tidak naik).

Bagi kader KMS digunakan untuk mencatat berat badan anak dan pemberian

kapsul vitamin A serta hasil penimbangan. Hasil penentuan status pertumbuhan

anak dalam KMS dapat digunakan oleh kader sebagai dasar untuk melakukan

rujukan bila anak diketahui mengalami gangguan pertumbuhan. KMS juga dapat

digunakan kader untuk memberikan pujian pada ibu yang berat badannya naik,

serta untuk mengingatkan ibu agar menimbangkan anaknya di posyandu pada

bulan berikutnya.

b) Makanan yang sehat untuk pertumbuhan dan perkembanga anak.

c) Penjelasan mengenai peran posyandu dalam memenuhi kesehatan dasar ibu dan

anak.

Page 29: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

24

c. Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat

Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses

pengorganisasian masyarakat yang dimulai dari mengidentifikasi masalah yang

dihadapi di masyarakat, kemudian menyusun urutan prioritas masalah. Setelah

prioritas masalah diperoleh, lalu masyarakat mencari sumber daya baik yang ada di

masyarakat itu sendiri maupun di luar lingkungan masyarakat yang bersangkutan.

Sumber daya tersebut diharapakn dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah

yang ada melalui tindakan-tindakan yang dengan cara kerjasama dengan anggota

masyarakat lainnya.

Jadi pada dasarnya penggerakan dan pemberdayaan masyarakat adalah suatu

proses kegiatan masyarakat yang bersifat setempat yang ditujukan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberian pengalaman belajar dan

secara bertahap dikembangkan pendekatan yang besifat partisipatif dalam bentuk

pendelegasian wewenang dan pemberian peran yang semakin besar kepada

masyarakat.

Dilakukan program pendampimgan pada masyarakat. Pelaksanaan program

pemberdayaan masyarakat adalah pembangunan yang bertumpu pada masyarakat,

dimana pola pendekatan yang akan digunakan adalah bot tom up, dari masyarakat,

oleh masyarakat dan untuk masyarakat itu sendiri. Tim pendamping bertugas untuk

melakukan pengamatan terhadap kesehatan ibu dan anak, memfasilitasi pelaksanaan

posyandu, memberikan teknis pelatihan terkait program kerja posyandu serta

mendampingi masyarakat jika ada anak atau ibu yang kesehatannya terganggu dan

harus dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit.

Fungsi dan peran kader dalam melakukan penggerakan dan pemberdayaan

masyarakat:

1) Peran sebagai pelaku penggerakan masyarakat

a) Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

b) Pengamatan terhadap masalah kesehatan di desa

c) Upaya penyehatan limgkungan

d) Peningkatan kesehatan ibu dan anak

2) Peran tambahan dalam hal:

a) Membantu petugas kesehatan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan

sehari-hari.

Page 30: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

25

b) Membantu petugas kesehatan dalam penyiapan masyarakat dalam menghadapi

bencana.

Untuk menjalankan peranannya sebagai pengembang desa, maka fungsi kader

yaitu:

1) Membantu tenaga kesehatan dalam pengelola desa melalui kegiatan upaya

kesehatan bersumberdaya manusia (UKBM).

2) Membantu memantau kegiatan dan evaluasi desa, seperti mengisi register ibu

dan anak, mengisi kartu menuju sehat (KMS) dan lain-lain.

3) Membantu mengembangkan dan mengelola UKBM serta hal-hal yang terkait

lainnya, seperti PHBS, pengamatan kesehatan berbasis masyarakat, penyehatan

lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta keluarga sadar gizi.

d. Pemantauan

Adapun bentuk kegiatan yang dilakukan melalui proses pemantauan antara lain:

1) Kunjungan rumah

Setelah kegiatan di dalam posyandu selesai, maka rumah ibu-ibu yang akan

dikunjungi ditentukan bersama. Mereka yang dikunjungi, yaitu ibu yang selama

2 bulan tidak hadir berturut-turut tidak hadir ke posyandu, ibu yang anak

balitanya belum mendapatkan vitamin A serta ibu yang anak balitanya pada

bulan lalu di kirim ke puskesmas karena 2 bulan berturut-turut berta badannya

tidak naik, berat badannya di bawah garis merah, sakit dan anak kegemukan.

2) Pemeriksaan jentik

Pemeriksaan jentik dilakukan oleh kader dengan mengunjungi rumah ke

rumah.

E. Posyandu

1. Pengertian Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna

memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam

memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka

kematian ibu dan bayi (Kemenkes RI, 2011).

Posyandu adalah kegiatam kesehatan dasar yang diselenggarakan dari oleh, dan

untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu wilayah kerja

Page 31: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

26

puskesmas, dimana program ini dapat dilaksanakan dibalai dusun, balai kelurahan

dan tempat lainnya yang mudah diakses oleh masyarakat (Sulistyorini dkk, 2010).

Jadi Posyandu merupakan suatu wadah untuk membangun derajat kesehatan yang

lebih baik dan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak yang dikelola

dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat melalui bimbingan

petugas kesehatan. dengan mengembangkan sumber daya yang dimiliki.

2. Tujuan Posyandu

Tujuan dari menyelenggarakan posyandu yaitu:

a. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Ibu (ibu hamil,

melahirkan, dan nifas). Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi

(AKB) masih cukup tinggi meskipun dari tahun ketahun sudah dapat diturunkan.

b. Membudayakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera).

c. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat untuk mengembangkan

kegiatan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB) serta kegiatan lainnya yang

menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.

d. Menghimpun potensi masyarakat untuk berperan serta secara aktif meningkatkan

kesehatan dan kesejahteraan ibu, bayi, balita dan keluarga serta mempercepat

penurunan angka kematian ibu, bayi dan balita.

3. Sasaran Posyandu

Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:

a. Bayi

b. Anak balita

c. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui

d. Pasangan Usia Subur (PUS) (Kemenkes RI, 2011).

4. Fungsi Posyandu

a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi a. dan

keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat

dalam rangka mempercepat penurunan AKI, AKB, dan AKBA.

b. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama

berkaitan dengan penurunan AKI, AKB, dan AKBA.

Page 32: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

27

5. Manfaat Posyandu

a. Bagi Masyarakat

1) Memperoleh kemudahan untuk men dapatkan informasi dan pelayanan

kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan pe nurunan AKI, AKB, dan

AKBA.

2) Memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan

terutama terkait kesehatan ibu, bayi, dan balita.

3) Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan

pelayanan sosial dasar sektor lain terkait.

b. Bagi kader dan tokoh masyarakat

1) Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan yang terkait

dengan penurunan AKI, AKB, dan AKBA.

2) Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat

menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan pe nurunan AKI, AKB, dan

AKBA.

c. Bagi Puskesmas

1) Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan

berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan

kesehatan perorangan primer, dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat

primer.

2) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan

masalah kesehatan sesuai kondisi setempat.

3) Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat. d.

d. Bagi sektor lain

1) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam memecahkan masalah

kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait dengan upaya

penurunan AKI, AKB, dan AKBA sesuai kondisi setempat.

2) Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayana secara terpadu sesuai

dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing sektor

6. Pengorganisasian

a. Struktur organisasi

Struktur organisasi Posyandu ditetapkan oleh musyawarah masyarakat pada saat

pembentukan Posyandu. Struktur organisasi minimal terdiri dari ketua, sekretaris,

Page 33: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

28

dan bendahara serta kader Posyandu yang me rangkap sebagai anggota. Struktur

organisasi bersifat fleksibel sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan, kondisi, permasalahan, dan kemampuan sumber daya.

b. Pengelola Posyandu

Pengelola Posyandu adalah unsur masyarakat, lembaga kemasyarakatan,

organisasi ke masyarakatan, lembaga swadaya masya rakat, lembaga mitra

pemerintah, dan dunia usaha yang dipilih, bersedia, mampu, dan memiliki waktu

dan kepedulian terhadap pelayanan sosial dasar masyarakat di Posyandu. Kriteria

pengelola Posyandu antara lain:

1) sukarelawan dan tokoh masyarakat setempat,

2) memiliki semangat pengabdian, ber inisiatif tinggi dan mampu memotivasi

masyarakat,

3) bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.

c. Kader Posyandu

Kader Posyandu adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu, memiliki

waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela.

7. Pembentukan

Pembentukan Posyandu bersifat fleksibel, dikembangkan sesuai dengan kebutuhan,

permasalahan dan kemampuan sumber daya. Langkah-langkah pembentukan

Posyandu dapat dilakukan dengan tahapan berikut.

a. Pendekatan internal

Tujuannya adalah mempersiapkan para petugas sehingga bersedia dan

memiliki kemampuan mengelola Posyandu melalui berbagai orientasi dan

pelatihan dengan melibatkan seluruh petugas Puskesmas.

b. Pendekatan eksternal

Tujuannya adalah mempersiapkan masyarakat, khususnya tokoh masyarakat

sehingga ber sedia mendukung penyelenggaraan Posyandu melalui berbagai

pendekatan dengan tokoh masyarakat setempat.

c. Survei mawas diri (SMD)

Tujuannya adalah menimbulkan rasa memiliki masyarakat (sense of

belonging) melalui penemuan sendiri masalah yang dihadapi serta potensi yang

dimiliki dengan bimbingan petugas Puskesmas, aparat pemerintahan desa

kelurahan dan forum peduli Kesehatan Kecamatan (jika sudah terbentuk).

Page 34: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

29

d. Musyawarah masyarakat desa (MMD)

Inisiatif penyelenggaraan MMD adalah para tokoh masyarakat yang

mendukung pembentukan Posyandu atau forum peduli ke sehatan kecamatan.

8. Tingkat Perkembangan Posyandu

Tingkat perkembangan Posyandu dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut:

a. Posyandu pratama, adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh

kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader

sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang.

b. Posyandu madya, adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih

dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau

lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari

50%.

c. Posyandu purnama, adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan

lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang

atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu

menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber

pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih

terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu.

d. Posyandu mandiri, adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan

lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang

atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu

menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber

pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih

dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu (Kemenkes RI,

2011).

Page 35: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

30

BAB 3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan desain cross sectional yang

dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pagelaran dengan pertimbangan puskesmas tersebut

telah mendapatkan pelatihan tentang PMBA. Sampel dalam penelitian ini adalah kader

posyandu yang telah mendapatkan pelatihan PMBA atau telah mendapatkan pelatihan

pengelolaan posyandu serta cara pemberian makanan tambahan pada anak dengan jumlah

sampel sebanyak 30 kader posyandu.

Variabel yang diteliti adalah karakteristik kader, pengetahuan kader , pendidikan, lama

menjadi kader, pemberdayaan masyarakat dan melaksanakan kegiatan pendampingan PMBA.

Data yang dikumpulkan kemudian di analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat

untuk mendeskripsikan data kategorik semua variabel yang diteliti dan analisis bivariat untuk

mengetahui Hubungan model peran serta kader posyandu dengan karakteristik, pengetahuan

kader, pendidikan, lama menjadi kader serta kegiatan pendampingan PMBA menggunakan

uji Khai-Kuadrat (p<0,05) (Riyanto, 2011). Pengolahan data dengan software SPSS 16.0.

Untuk memberikan gambaran yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat pada gambar

bagan kerangka konsep di bawah ini

Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian Peran Serta Kader Posyandu

Page 36: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

31

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Kader

Karakteristik kader yang diteliti adalah usia dan pendidikan kader. Berdasarkan

hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kader berpendidikan rendah ( SD, SMP)

sebesar 73% dan tinggi (SMA dan PT) sebesar 27%, sedangkan usia berkisar antara 24 – 55

tahun. Pendidikan kader yang rendah seperti pendidikan dasar dapat mempengaruhi

tingkat pemahaman tentang pengetahuan. Hal tersebut disebabkan karena pendidikan dan

pengetahuan gizi ibu yang rendah, dimana pendidikan ibu yang tinggi dapat

meningkatkan pengetahuan gizi menjadi lebih baik. Perhatian kader posyandu yang

kurang pada saat melaksanakan pendampingan akan mempunyai efek terhadap ibu balita

yang tidak memahami dalam hal pemberian makan anak sesuai dengan usia (PMBA).

Hal-hal tersebut berawal dari rendahnya pendidikan dan pengetahuan gizi kader

(Octadiana, 2014).

Tabel 2. Karakteristik Kader Posyandu

Variabel N %

Usia

< 28 tahun

> 28 tahun

5

25

16,7

83,3

Pendidikan

Rendah (SD-SMP)

Tinggi ( SMA-PT)

22

8

73,3

26,7

Pekerjaan kader

Bekerja

Tidak Bekerja (IRT)

24

6

80

20

Untuk pekerjaan kader posyandu terlihat sebagian besar kader tidak bekerja yani

80% sedangkan yang bekerja sebesar 20%, hal ini menunjukkan bahwa kader

berkonsentrasi membantu Puskesmas untuk dapat menjalankan pelayanan kesehatan di

posyandu dimana sebagian masyarakat berpartisipasi dalam rangka melakukan

penimbangan dan pemeriksaan anak dan bayi.

Page 37: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

32

Tabel 3.

Lama Menjadi Kader , Mengikuti Pelatihan Kader dan Pemberian Insentif Kader

Variabel n %

Lama Menjadi Kader

< 5 tahun

> 5 tahun

5

25

17

83

Mengikuti Pelatihan Kader

Ya

Tidak

28

3

93

7

Pemberian Insentif Kader

Ya

Tidak

30

0

100

0

Dalam penelitian didapatkan bahwa lama menjadi kader posyandu di wilayah pagelaran

sebagian besar lebih dari 5 tahun yakni 83%, hal ini menunjukkan bahwa kader telah

menjalankan tugas dengan baik dan penuh tanggungjawab sehingga kader merasakan bahwa

memberikan pelayanan kesehatan memerlukan waktu yang lama agar didapatkan hasil kerja

yang maksimal. Jika dilihat dari pelatihan yang diikuti oleh kader sebagian besar telah

mengikuti pelatihan kader yakni 93% berarti kader telah mendapatkan keterampilan sesuai

dengan standar yang ada di pelayanan kesehatan (Puskesmas) selain itu juga pemberian

insentif kader juga dapat meningkatkan kehadiran kader di kegiatan posyandu walaupun

pemberian insentif masih dilakukan 3 bulan sekali.

Tabel 4

Pengetahuan Kader Tentang PMBA, Peran Serta Kader Memberikan Pelayanan

Kesehatan , Memberikan Penyuluhan Kesehatan

Variabel n %

Pengetahuan Kader

Baik

Kurang

Peran Serta Kader

Baik

Kurang

Kader Memberikan Penyuluhan

Ya

Tidak

19

11

27

3

23

7

63

37

90

10

77

23

Pengetahuan kader tentang PMBA menunjukkan bahwa sebagian besar memahami

PMBA yakni 63%, sehingga peran kader dalam pemberian pelayanan kesehatan secara tidak

langsung juga menjadi tinggi yakni 90% dengan demikian dalam setiap kegiatan posyandu

kader sebagian besar memberikan penyuluhan tentang kesehatan yakni 77%. Ibu menilai

Page 38: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

33

praktek pendampingan yang dilakukan oleh kader bermanfaat untuk menambah pengetahuan

ibu. Kader menggunakan media buku catatan pada saat melakukan tindakan dan memberikan

catatan kepada ibu di akhir saat berkunjung. Pada akhir kunjungan, kader kembali

menanyakan pemahaman ibu dan mendorong ibu untuk melakukan tindakan perbaikan

praktik pemberian makan pada bayi dan anaknya. Seharusnya kegiatan pendampingan tidak

cukup dilakukan hanya sekali, perubahan praktik PMBA yang terjadi mungkin masih sebatas

mencoba perilaku baru, perlu konseling lebih lanjut sampai ibu dapat melestarikan perilaku

baru dalam hidupnya (Kemenkes, 2014)

Tabel 5.

Peran Kader Memantau Kehadiran Balita dan Melakukan Pendampingan PMBA

Variabel n %

Peran Kader Memantau

Dipantau

Tidak dipantau

Pendampingan PMBA

Ya

Tidak

16

14

28

2

53

47

93%

7%

Peran kader dalam memantau kegiatan posyandu terutama balita yang harus datang saat

diadakannya kegiatan posyandu atau sering disebut partisipasi dari ibu balita (D/S) dilakukan

oleh kader sebesar 53%, masih belum tingginya masyarakat memahami tentang pentingnya

kesehatan terutama pada balita terlihat dari kehadiran di posyandu saat penimbangan. Namun

demikian model peran serta kader posyandu terlihat saat kader melakukan pendampingan

PMBA, sebagian besar kader di desa pagelaran melakukan pendampingan PMBA yakni

sebesar 93% dengan melakukan kunjungan ke rumah saat balita atau bayi diberikan makan

sejak pagi, siang dan sore, hal ini menunjukkan bahwa peran serta kader membantu

mengingatkan ibu untuk memberikan makan sesuai dengan usia dan jenis makanan yang

harus diberikan.

Pada saat memberikan makan pendamping ASI, ada beberapa faktor yang harus

diperhatikan oleh ibu, yaitu usia bayi /anak, frekuensi pemberian, jumlah porsi,

bentuk/kekentalan/tekstur, variasi, respon aktif dan kebersihan.10 Semakin bertambah usia

maka kebutuhan gizi bayi dan anak semakin meningkat sehingga jumlah makan pun harus

bertambah sesuai usia. Hampir separuh ibu bayi dan anak memberikan jumlah makanan yang

tidak sesuai dengan usia dan pemberian konseling belum bisa meningkatkan praktik PMBA

khususnya jumlah porsi. Jika jumlah porsi makanan kurang dari kebutuhan maka dapat

Page 39: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

34

berdampak pada pertumbuhan bayi dan anak yaitu berat badan tidak naik. Masalah tersebut

dikemukakan oleh Patil et al. (2016) bahwa frekuensi, jumlah dan konsistensi/bentuk

makanan masih bermasalah sehingga penting diberikan edukasi kepada ibu yang memiliki

bayi diatas 6 bulan tentang pengetahuan pemberian makan bayi dan anak (Patil, 2016)

Pelatihan PMBA untuk kader merupakan pelatihan pertama kali yang diterima oleh

kader yang telah dilakukan oleh mahasiswa praktek kerja lapangan yang didampingi oleh

puskesmas Pagelaran. Kegiatan pelathan yang diberikan oleh puskesmas dan mahasiswa

kepada kader posyandu kemudian kader mengkomunikasikan dua arah secara interpersonal

dengan suasana tenang, sehingga Ibu menjadi lebih terbuka untuk menceritakan

permasalahan gizi dan kesehatan anaknya. Konsep pelatihan melalui komunikasi dua arah

juga dapat meningkatkan pengetahuan ibu sebagai dasar proses perubahan perilaku. Proses

dalam pembeian pelatihan menggunakan 3 langkah yaitu 1) kader sebagai pendamping

berusaha menggali informasi sebanyak mungkin dari ibu 2) kader menganalisa informasi

yang disampaikan ibu dan menyimpulkan sehingga diketahui permasalahannya,3) kader

melakukan tindakan dengan memberikan informasi/pengetahuan dan saran sesuai dengan

permasalahan ibu (PERSAGI, 2013)

Berdasarkan uji statistik chi square diketahui bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan pengetahuan kader (p=0,218), lama menjadi kader (p=0,522) dan peran kader saat

pendampingan (p=0,571) pada ibu balita yang memberikan makan pada anaknnya. Walaupun

tidak terdapat hubungan, tetapi masih terlihat sebagian besar ibu memberikan makan pada

bayi tidak sesuai usianya baik dari jenis maupun bentuknya.

Page 40: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

35

BAB. 5 KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara pendampingan ibu

dengan prilaku ibu dalam memberikan makan pada bayi. Namun demikian dalam

penelitian ini disimpulkan bahwa peran serta kader posyandu dalam melakukan

pendampingan menunjukkan adanya perubahan prilaku ibu yang mempunyai bayi dan

anak untuk dapat memberikan makanan utama sesuai dengan usianya dan pola

pemberian makan bayi dan anak.

B. SARAN

Perlu dilakukan pelatihan dan penyuluhan ulang terkait pemahaman kader

posyandu tentang PMBA dengan metode konseling (face to face) agar didapatkan

kedekatan secara personal sehingga kader dapat mentransfer ulang ke ibu balita dengan

lebih baik. Hal ini perlu dilakukan untuk mendapatkan peningkatan perubahan prilaku

makan pada anak terutama bayi sesuai dengan usianya.

Page 41: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

36

BAB 6. LUARAN YANG DICAPAI

Jurnal

IDENTITAS JURNAL

1 Nama Jurnal Media Gizi Indonesia

2 Website Jurnal https://e-journal.unair.ac.id/MGI/index

3 Status Makalah Submitted/Review/Accepted

4 Jenis Jurnal Jurnal Nasional Terakreditasi Sinta-2

4 Tanggal Submit 13-04-2020

5 Bukti Screenshot submit

LUARAN TAMBAHAN

IDENTITAS HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL 1 Nama Karya Monografi Buku Panduan PMBA

2 Jenis HKI Hak Cipta/ Hak Paten.

3 Status HKI Draft/Submitted/Granted

Page 42: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

37

BAB 7. RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI

Hasil Penelitian Bahwa peran serta kader posyandu dalam melakukan

pendampingan menunjukkan adanya perubahan prilaku ibu

yang mempunyai bayi dan anak untuk dapat memberikan

makanan utama sesuai dengan usianya dan pola pemberian

makan bayi dan anak. Ibu menilai praktek pendampingan

yang dilakukan oleh kader bermanfaat untuk menambah

pengetahuan ibu. Kader menggunakan media buku catatan

pada saat melakukan tindakan dan memberikan catatan

kepada ibu di akhir saat berkunjung. Pada akhir kunjungan,

kader kembali menanyakan pemahaman ibu dan mendorong

ibu untuk melakukan tindakan perbaikan praktik pemberian

makan pada bayi dan anaknya. Seharusnya kegiatan

pendampingan tidak cukup dilakukan hanya sekali,

perubahan praktik PMBA yang terjadi mungkin masih

sebatas mencoba perilaku baru, perlu konseling lebih lanjut

sampai ibu dapat melestarikan perilaku baru dalam hidupnya

Rencana Tindak Lanjut Rencana hasil penelitian ini akan dikembangkan oleh

peneliti untuk memberikan pelatihan konseling PMBA

dengan cara melaksanakan pengabdian masyarakat

memanfaatkan hasil penelitian yang telah ditemukan, yakni

masih rendahnya pengetahuan ibu tentang PMBA, masih

banyaknya ibu yang memberikan asupan makan yang tidak

sesuai dengan usianya, dengan melihat kondisi seperti ini

rencana tindak lanjutnya adalah dilaksanakannya pelatihan

konseling PMBA tentang cara membuat makanan anak/bayi

sesuai dengan usia serta memberikan penambahan

pengetahuan gizi terkait dengan PMBA. Melakukan

kerjasama dengan puskesmas Pagelaran untuk

mengembangkan program yang telah diluncurkan

Pemerintah agar kader posyandu di desa pagelaran dapat

meningkatkan pendampingan PMBA kepada para ibu,

sehingga ibu dapat memberikan asupan makannya sesuai

dengan usia anaknya.

Page 43: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

38

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad A. (2018), Efektifitas model edukasi gizi dengan kartu monitoring makanan dan

biscuit MP-ASI terhadap pertumbuhan dan status anemia pada anak gizi kurang usia 6-23

bulan di Aceh. [Disertasi]. Bogor (ID); Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ambarwati R, Muis SF, Susantini P. (2013). Pengaruh konseling laktasi intensif terhadap

pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif sampai 3 bulan. Gizi Indo.; 2(1): 15-23.

Anis, Choiriah. 2013. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan

Spiritual, dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor Dalam Kantor Akuntan Publik. Skripsi

: Fakultas ekonomi Universitas Padang

Arfah Sagita (2017). Peran Kader Posyandu Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ibu dan

Anak di Dusun Lamasariang Kelurahan Balanipa Kecamatan Balanipa Kabupaten Poliwali

Mandar. Skripsi. Fakultas Dawah dan Komuniasi UIN Alaudin Makasar

Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2014. Panduan Fasilitator Modul Pelatihan

Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak. Jakarta Dikertur Jenderal Bina Gizi dan

Kesehatan Ibu dan Anak

Fatmawati. 2012. Hubungan Motivasi Kader dengan Pelaksanaan Peran Kader Posyandu di

Kelurahan Sumbersari Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Skripsi: S1 Keperawatan

Universitas Jember.

Hardyta C. 2013. Tingkat Pengetahuan Kader tentang Peran dan Fungsi Kader di Kelurahan

Kadipiro Surakarta Tahun 2013. Surakarta: Karya Tulis Ilmiah D-III Kebidanan STIKes

Kusuma Husada Surakarta.

Hidayat AA. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Pradigma. Kuantitatif, Jakarta: Health

Books.

Limawan (2014), Inisiasi Menyusui Dini dan Pemberian ASI Secara Eksklusif. Klaten: Kabid

Kesmas Dinkes Klaten.

Lina Nurbaiti (2017), Studi Kasus Kualitatif Pelaksanaan Program Pemberian Makan Bayi

dan Anak Lima Puskesmas di Lombok Tengah, Jurnal Kedokteran Unram 2017, 6 (4): 1-6

ISSN 2301-5977, e-ISSN 2527-7154

Nurwulansari F, Sunjaya D, Gurnida DA (2018). Analisis hasil jangka pendek pelaksanaan

konseling pemberian makan bayi dan anak menggunakan pemodelan RASCH. Gizi

Indon.;41(2):85-96

Kementerian Kesehatan RI (2014), Modul Pelatihan Pemberian Makan Bayi dan Anak untuk

Petugas Kesehatan dan Kader.Jakarta (ID): Direktorat Bina Gizi, Direktorat Jenderal Bina

Gizi dan KIA

Patil N, Bawa R, Patil RR. (2016) Study of complementary feeding practices in mothers of

infants age 6-12 months. International Journal of Pediatric Research.;3. ISSN 2349-5499.

Page 44: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

39

Persatuan Ahli Gizi (PERSAGI), (2013) Konseling Gizi.Jakarta(ID): Penebar plus

Septiana, R. (2010). Hubungan Antara Pola Asuh Pemberian Makanan Pendamping ASI

dengan Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Gedongtengen

Yogyakarta. jurnal kesehatan masyarakat vol 4 no 2.

Setyowati, H.,Sofiyanti, I.,Widayanti,H. (2018). Penyusunan Media Informasi Tentang

Praktek Pemberian Maklan Untuk Mencegah Stunting Pada Anak Baduta. Indinesian Jurnal

Of Midwivery. Vol 1. No 2 september 2018. Hal 112. Diakses pada tangga 4 november 2018.

Wardani, Y. (2017). Hubungan Antara Asupan Makanan dengan Status Gizi Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Sewo I Bantul. Diakses pada tanggal 4 oktober 2019.

Zulaikha, Siti (2012). Efektivitas Gizi Dengan Media Booklat Terhadap Pengetahuan Gizi.

Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 7. No 2 Januari 2012. Hal 121-128. Diakses pada tanggal

7 November 2018.

Page 45: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

40

LAMPIRAN

Jurnal Media Gizi Indonesia (Submission)

MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN

PENDAMPINGAN PMBA USIA 6-24 BULAN DI DESA PAGELARAN

KECAMATAN PAGELARAN PANDEGLANG, BANTEN

Role Model As Well as Posyandu cadre in Conducting PMBA 6-24 Months in pagelaran

village, Pageleran Pandeglang, Banten

Ahmad Faridi1, Mohammad Furqan1, Arif Setyawan2, Falah Indriawati Barokah3

1 Prodi Gizi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka 2 Prodi Kesmas Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka 3 Prodi Gizi STIKes Pertamedika Jakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Prevalensi balita pendek menurut laporan Riskesdas 2013 yaitu stunting sebesar 37,2% dan

menurun menjadi 30,8% pada Riskesdas 2018. Angka prevalensi di Banten untuk gizi kurang masih

di atas 15% dan angka stunting di atas 27,8%. Salah satu determinan terjadinya stunting adalah

pemberian makanan bayi dan anak yang tidakmemenuhi kecukupan gizi, hal ini dapat terkait dengan

pola pengasuhan, keragaman dalam pemberian pangan, pengetahuan ibu atau pengasuh mengenai

makanan dengan gizi seimbang dan juga peran kader posyandu untuk memotivasi dan mendukung ibu

untuk melakukan praktek pemberian makanan bayi dan anak dengan benar. Tujuan dalam penelitian

ini mengidentifikasi peran kader dalam mendukung ibu untuk mempraktekkan PMBA. Desain dalam

penelitian ini menggunakan pendekatan crossectional Study untuk melihat tingkat keberhasilan

PMBA. Data keberhasilan dan peran kader dilakukan dengan mengggunakan uji khai-kuadrat.

Namun demikian dalam penelitian ini disimpulkan bahwa peran serta kader posyandu dalam

melakukan pendampingan menunjukkan adanya perubahan prilaku ibu yang mempunyai bayi

dan anak untuk dapat memberikan makanan utama sesuai dengan usianya dan pola pemberian

makan bayi dan anak.

Kata Kunci : Model peran serta, Kader Posyandu, PMBA, Status Gizi

ABSTRACT

Prevalence of short toddlers according to the 2013 Riskesdas report is stunting by 37.2% and

decreased to 30.8% in Riskesdas 2018. The prevalence rate in Banten for undernutrition is

still above 15% and the stunting rate is above 27.8%. One of the determinants of stunting is

infant and child feeding which does not meet nutritional adequacy, this can be related to

parenting patterns, diversity in feeding, maternal or caregiver knowledge about food with

balanced nutrition and also the role of posyandu cadres to motivate and support mothers to

carry out practice feeding your baby and child properly. Purpose of this study is to identify

the role of cadres in supporting mothers to practice PMBA. The design in this study uses a

cross-sectional study approach to see the level of PMBA success. Data on the success and

role of cadres is done by using the khai-squared test. However, in this study it was concluded

Page 46: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

41

that the role of posyandu cadres in providing assistance showed a change in the behavior of

mothers who have babies and children to be able to provide main food according to their age

and feeding patterns of infants and children. Keywords: Participatory models, Posyandu cadres, PMBA, Nutrition Status

PENDAHULUAN

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier ditandai dengan Panjang atau tinggi

badan tidaksesuai dengan umurnya. Stunting dapat mengakibatkan anak tidak mampu

mencapai potensi genetik,mengindikasikan kejadian jangka panjang dan dampak kumulatif

dari ketidakcukupan konsumsi zat gizi, kondisi kesehatan dan pengasuhan yang tidak

memadai.

Prevalensi balita pendek menurut laporan Riskesdas 2013 yaitu stunting sebesar 37,2%

dan menurun menjadi 30,8% pada Riskesdas 2018. Angka prevalensi di Banten untuk gizi

kurang di wilayah Banten masih di atas 15% dan angka stunting di atas 27,8%. Salah satu

determinan terjadinya stunting adalah pemberian makanan bayi dan anak yang

tidakmemenuhi kecukupan gizi, hal ini dapat terkait dengan pola pengasuhan, keragaman

dalam pemberian pangan, pengetahuan ibu atau pengasuh mengenai makanan dengan gizi

seimbang dan juga peran kader posyandu untuk memotivasi dan mendukung ibu untuk

melakukan praktek pemberian makanan bayi dan anak dengan benar.

Berdasarkan hasil penelitian Lina Nurbaiti (2017), pelaksanaan program PMBA dan

pelatihan kader masih belum maksimal. Hal tersebut terjadi karena petugas gizi yang sudah

mendapatkan pelatihan lengkap PMBA hanya 1 orang dari tiap puskesmas. Di tingkat desa,

dari masing-masing desa hanya 1 kader yang telah mengikuti pelatihan PMBA. Kelima

informan menyatakan kurangnya SDM ini menyebabkan petugas tidak bisa mencakup

seluruh balita di wilayah kerja Puskesmas masing-masing.

Upaya untuk meningkatkan kesehatan dan gizi anak sebagaimana diamanatkan oleh

Undang Undang Dasar Tahun 1945 dan Perjanjian Internasional seperti KonvensiHak Anak

(Komisi Hak Azasi Anak PBB, 1989,Pasal 24), yakni memberikan makanan yang terbaik

bagianak usia di bawah 2 tahun. Untuk mencapai hal tersebut,Strategi Nasional Peningkatan

Pemberian ASI dan MP-ASI merekomendasikan pemberian makanan yangbaik dan tepat bagi

bayi dan anak 0-24 bulan adalah: (1)inisiasi menyusu dini segera setelah lahir minimal

selama1 jam; (2) pemberian ASI eksklusif sampai usia 6bulan; (3) memberikan Makanan

Pendamping ASI (MPASI)mulai usia 6 bulan; (4) meneruskan pemberian ASIsampai usia 2

tahun atau lebih (Liman, 2014)

Page 47: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

42

Dalam upaya mendukung keberhasilan program pembangunan kesehatan maka telah

ditetapkan arah dan strategi pembangunan dalam upaya peningkatan status pangan dan gizi

masyarakat seperti yang tercantum dalam Peraturan Presiden no. 43 tentang Rencana Kerja

Pemerintah Tahun 2015. Kebijakan dan strategi itu diantaranya melalui peningkatan

pembinaan dan pendidikan gizi masyarakat. Kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah

peningkatan pemantauan pertumbuhan balita secara rutin di posyandu, peningkatan integrasi

pesan pendidikan tentang perbaikan gizi dalam gerakan 1000 hari pertama kehidupan seperti

Pemberian Makan Bayi dan Anak ( Noviati, Susanto JC, Selina H, Mexitalia M, 2006)

METODE

Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan desain cross sectional yang

dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pagelaran dengan pertimbangan puskesmas tersebut

telah mendapatkan pelatihan tentang PMBA. Sampel dalam penelitian ini adalah kader

posyandu yang telah mendapatkan pelatihan PMBA atau telah mendapatkan pelatihan

pengelolaan posyandu serta cara pemberian makanan tambahan pada anak dengan jumlah

sampel sebanyak 30 kader posyandu.

Variabel yang diteliti adalah karakteristik kader, pengetahuan kader , pendidikan, lama

menjadi kader, pemberdayaan masyarakat dan melaksanakan kegiatan pendampingan PMBA.

Data yang dikumpulkan kemudian di analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat untuk

mendeskripsikan data kategorik semua variabel yang diteliti dan analisis bivariat untuk mengetahui

Hubungan model peran serta kader posyandu dengan karakteristik, pengetahuan kader, pendidikan,

lama menjadi kader serta kegiatan pendampingan PMBA menggunakan uji Khai-Kuadrat (p<0,05)

(Riyanto, 2011). Pengolahan data dengan software SPSS 16.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik kader

Karakteristik kader yang diteliti adalah usia dan pendidikan kader. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kader berpendidikan rendah ( SD, SMP) sebesar

73% dan tinggi (SMA dan PT) sebesar 27%, sedangkan usia berkisar antara 24 – 55 tahun.

Pendidikan kader yang rendah seperti pendidikan dasar dapat mempengaruhi tingkat

pemahaman tentang pengetahuan. Hal tersebut disebabkan karena pendidikan dan

pengetahuan gizi ibu yang rendah, dimana pendidikan ibu yang tinggi dapat meningkatkan

pengetahuan gizi menjadi lebih baik. Perhatian kader posyandu yang kurang pada saat

Page 48: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

43

melaksanakan pendampingan akan mempunyai efek terhadap ibu balita yang tidak

memahami dalam hal pemberian makan anak sesuai dengan usia (PMBA).

Tabel 1. Karakteristik Kader Posyandu

Variabel n %

Usia

< 28 tahun

> 28 tahun

5

25

16,7

83,3

Pendidikan

Rendah (SD-SMP)

Tinggi ( SMA-PT)

22

8

73,3

26,7

Pekerjaan kader

Bekerja

Tidak Bekerja (IRT)

24

6

80

20

Untuk pekerjaan kader posyandu terlihat sebagian besar kader tidak bekerja yani 80%

sedangkan yang bekerja sebesar 20%, hal ini menunjukkan bahwa kader berkonsentrasi

membantu Puskesmas untuk dapat menjalankan pelayanan kesehatan di posyandu dimana

sebagian masyarakat berpartisipasi dalam rangka melakukan penimbangan dan pemeriksaan

anak dan bayi.

Tabel 2.

Lama Menjadi Kader , Mengikuti Pelatihan Kader dan Pemberian Insentif Kader

Variabel n %

Lama Menjadi Kader

< 5 tahun

> 5 tahun

5

25

17

83

Mengikuti Pelatihan Kader

Ya

Tidak

28

3

93

7

Pemberian Insentif Kader

Ya

Tidak

30

0

100

0

Dalam penelitian didapatkan bahwa lama menjadi kader posyandu di wilayah pagelaran

sebagian besar lebih dari 5 tahun yakni 83%, hal ini menunjukkan bahwa kader telah

menjalankan tugas dengan baik dan penuh tanggungjawab sehingga kader merasakan bahwa

memberikan pelayanan kesehatan memerlukan waktu yang lama agar didapatkan hasil kerja

yang maksimal. Jika dilihat dari pelatihan yang diikuti oleh kader sebagian besar telah

mengikuti pelatihan kader yakni 93% berarti kader telah mendapatkan keterampilan sesuai

dengan standar yang ada di pelayanan kesehatan (Puskesmas) selain itu juga pemberian

Page 49: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

44

insentif kader juga dapat meningkatkan kehadiran kader di kegiatan posyandu walaupun

pemberian insentif masih dilakukan 3 bulan sekali. Peran kader posyandu merupakan bagian

vital dalam meningkatkan partisipasi ibu dan anak balita untuk ikut imunisasi di posyandu

seperti, peran kader posyandu ada 3 (tiga) yakni peran kader posyandu pertama, sosialisasi,

kedua, penyuluhan, ketiga, pendampingan yang menjelaskan secara terinci peran kader

posyandu (Arfah S, 2017)

Tabel 3

Pengetahuan Kader Tentang PMBA, Peran Serta Kader Memberikan Pelayanan

Kesehatan , Memberikan Penyuluhan Kesehatan

Variabel n %

Pengetahuan Kader

Baik

Kurang

Peran Serta Kader

Baik

Kurang

Kader Memberikan Penyuluhan

Ya

Tidak

19

11

27

3

23

7

63

37

90

10

77

23

Pengetahuan kader tentang PMBA menunjukkan bahwa sebagian besar memahami

PMBA yakni 63%, sehingga peran kader dalam pemberian pelayanan kesehatan secara tidak

langsung juga menjadi tinggi yakni 90% dengan demikian dalam setiap kegiatan posyandu

kader sebagian besar memberikan penyuluhan tentang kesehatan yakni 77%. Ibu menilai

praktek pendampingan yang dilakukan oleh kader bermanfaat untuk menambah pengetahuan

ibu. Kader menggunakan media buku catatan pada saat melakukan tindakan dan memberikan

catatan kepada ibu di akhir saat berkunjung. Pada akhir kunjungan, kader kembali

menanyakan pemahaman ibu dan mendorong ibu untuk melakukan tindakan perbaikan

praktik pemberian makan pada bayi dan anaknya. Seharusnya kegiatan pendampingan tidak

cukup dilakukan hanya sekali, perubahan praktik PMBA yang terjadi mungkin masih sebatas

mencoba perilaku baru, perlu konseling lebih lanjut sampai ibu dapat melestarikan perilaku

baru dalam hidupnya (Kemenkes, 2014)

Page 50: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

45

Tabel 4.

Peran Kader Memantau Kehadiran Balita dan Melakukan Pendampingan PMBA

Variabel n %

Peran Kader Memantau

Dipantau

Tidak dipantau

Pendampingan PMBA

Ya

Tidak

16

14

28

2

53

47

93%

7%

Peran kader dalam memantau kegiatan posyandu terutama balita yang harus datang saat

diadakannya kegiatan posyandu atau sering disebut partisipasi dari ibu balita (D/S) dilakukan

oleh kader sebesar 53%, masih belum tingginya masyarakat memahami tentang pentingnya

kesehatan terutama pada balita terlihat dari kehadiran di posyandu saat penimbangan. Namun

demikian model peran serta kader posyandu terlihat saat kader melakukan pendampingan

PMBA, sebagian besar kader di desa pagelaran melakukan pendampingan PMBA yakni

sebesar 93% dengan melakukan kunjungan ke rumah saat balita atau bayi diberikan makan

sejak pagi, siang dan sore, hal ini menunjukkan bahwa peran serta kader membantu

mengingatkan ibu untuk memberikan makan sesuai dengan usia dan jenis makanan yang

harus diberikan.

Pada saat memberikan makan pendamping ASI, ada beberapa faktor yang harus

diperhatikan oleh ibu, yaitu usia bayi /anak, frekuensi pemberian, jumlah porsi,

bentuk/kekentalan/tekstur, variasi, respon aktif dan kebersihan.10 Semakin bertambah usia

maka kebutuhan gizi bayi dan anak semakin meningkat sehingga jumlah makan pun harus

bertambah sesuai usia. Hampir separuh ibu bayi dan anak memberikan jumlah makanan yang

tidak sesuai dengan usia dan pemberian konseling belum bisa meningkatkan praktik PMBA

khususnya jumlah porsi. Jika jumlah porsi makanan kurang dari kebutuhan maka dapat

berdampak pada pertumbuhan bayi dan anak yaitu berat badan tidak naik. Masalah tersebut

dikemukakan oleh Patil et al. (2016) bahwa frekuensi, jumlah dan konsistensi/bentuk

makanan masih bermasalah sehingga penting diberikan edukasi kepada ibu yang memiliki

bayi diatas 6 bulan tentang pengetahuan pemberian makan bayi dan anak (Patil, 2016)

Pelatihan PMBA untuk kader merupakan pelatihan pertama kali yang diterima oleh

kader yang telah dilakukan oleh mahasiswa praktek kerja lapangan yang didampingi oleh

puskesmas Pagelaran. Kegiatan pelathan yang diberikan oleh puskesmas dan mahasiswa

kepada kader posyandu kemudian kader mengkomunikasikan dua arah secara interpersonal

dengan suasana tenang, sehingga Ibu menjadi lebih terbuka untuk menceritakan

Page 51: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

46

permasalahan gizi dan kesehatan anaknya. Konsep pelatihan melalui komunikasi dua arah

juga dapat meningkatkan pengetahuan ibu sebagai dasar proses perubahan perilaku. Proses

dalam pembeian pelatihan menggunakan 3 langkah yaitu 1) kader sebagai pendamping

berusaha menggali informasi sebanyak mungkin dari ibu 2) kader menganalisa informasi

yang disampaikan ibu dan menyimpulkan sehingga diketahui permasalahannya,3) kader

melakukan tindakan dengan memberikan informasi/pengetahuan dan saran sesuai dengan

permasalahan ibu (PERSAGI, 2013)

Berdasarkan uji statistik chi square diketahui bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan pengetahuan kader (p=0,218), lama menjadi kader (p=0,522) dan peran kader saat

pendampingan (p=0,571) pada ibu balita yang memberikan makan pada anaknnya. Walaupun

tidak terdapat hubungan, tetapi masih terlihat sebagian besar ibu memberikan makan pada

bayi tidak sesuai usianya baik dari jenis maupun bentuknya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara pendampingan ibu dengan

prilaku ibu dalam memberikan makan pada bayi. Namun demikian dalam penelitian ini

disimpulkan bahwa peran serta kader posyandu dalam melakukan pendampingan

menunjukkan adanya perubahan prilaku ibu yang mempunyai bayi dan anak untuk dapat

memberikan makanan utama sesuai dengan usianya dan pola pemberian makan bayi dan

anak.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad A. (2018), Efektifitas model edukasi gizi dengan kartu monitoring makanan dan

biscuit MP-ASI terhadap pertumbuhan dan status anemia pada anak gizi kurang usia 6-23

bulan di Aceh. [Disertasi]. Bogor (ID); Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ambarwati R, Muis SF, Susantini P. (2013). Pengaruh konseling laktasi intensif terhadap

pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif sampai 3 bulan. Gizi Indo.; 2(1): 15-23.

Arfah Sagita (2017). Peran Kader Posyandu Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ibu dan

Anak di Dusun Lamasariang Kelurahan Balanipa Kecamatan Balanipa Kabupaten Poliwali

Mandar. Skripsi. Fakultas Dawah dan Komuniasi UIN Alaudin Makasar

Limawan (2014), Inisiasi Menyusui Dini dan Pemberian ASI Secara Eksklusif. Klaten: Kabid

Kesmas Dinkes Klaten.

Lina Nurbaiti (2017), Studi Kasus Kualitatif Pelaksanaan Program Pemberian Makan Bayi

dan Anak Lima Puskesmas di Lombok Tengah, Jurnal Kedokteran Unram 2017, 6 (4): 1-6

ISSN 2301-5977, e-ISSN 2527-7154

Page 52: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

47

Nurwulansari F, Sunjaya D, Gurnida DA (2018). Analisis hasil jangka pendek pelaksanaan

konseling pemberian makan bayi dan anak menggunakan pemodelan RASCH. Gizi

Indon.;41(2):85-96

Kementerian Kesehatan RI (2014), Modul Pelatihan Pemberian Makan Bayi dan Anak untuk

Petugas Kesehatan dan Kader.Jakarta (ID): Direktorat Bina Gizi, Direktorat Jenderal Bina

Gizi dan KIA

Patil N, Bawa R, Patil RR. (2016) Study of complementary feeding practices in mothers of

infants age 6-12 months. International Journal of Pediatric Research.;3. ISSN 2349-5499.

Persatuan Ahli Gizi (PERSAGI), (2013) Konseling Gizi.Jakarta(ID): Penebar plus

Septiana, R. (2010). Hubungan Antara Pola Asuh Pemberian Makanan Pendamping ASI

dengan Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Gedongtengen

Yogyakarta. jurnal kesehatan masyarakat vol 4 no 2.

Setyowati, H.,Sofiyanti, I.,Widayanti,H. (2018). Penyusunan Media Informasi Tentang

Praktek Pemberian Maklan Untuk Mencegah Stunting Pada Anak Baduta. Indinesian Jurnal

Of Midwivery. Vol 1. No 2 september 2018. Hal 112. Diakses pada tangga 4 november 2018.

Wardani, Y. (2017). Hubungan Antara Asupan Makanan dengan Status Gizi Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Sewo I Bantul. Diakses pada tanggal 4 oktober 2019.

Zulaikha, Siti (2012). Efektivitas Gizi Dengan Media Booklat Terhadap Pengetahuan Gizi.

Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 7. No 2 Januari 2012. Hal 121-128. Diakses pada tanggal

7 November 2018.

LUARAN TAMBAHAN

Monograf Buku Panduan PMBA (draft)

Page 53: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) Dan Pendampingan Kader Posyandu

Ahmad Faridi, SP, MKM Mohammad Furqan, SKM, MKM

Page 54: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

Daftar Isi

1. Pengertian PMBA 1

2. Tujuan PMBA 1

3. Persyaratan PMBA 2

4. Prinsip PMBA 3

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi PMBA 5

6. Faktor penghambat PMBA 6

7. Dampak masalah PMBA 7

8. Kriteria PMBA yang Baik 8

9. Macam-macam MP-ASI 9

10. Macam-macam bentuk MP-ASI 10

11. PMBA anak usia 6 bulan 11

12. PMBA anak usia 6-9 bulan 13

13. PMBA anak usia 9-12 bulan 14

14. PMBA anak usia 12-24 bulan 15

15. Contoh menu makan bayi dan anak 17

Page 55: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

Apa Itu

PMBA?

PMBA atau Pemberian Makanan Bayi

dan Anak menurut Kamus Kesehatan yaitu Melakukan

Inisiasi Menyusui Dini (IMD), melakukan ASI

Ekslusif, memberikan MP ASI mulai usia 6 bulan dan

melanjutkan menyusui sampai 2 tahun atau lebih.

Tujuan PMBA

1. Memenuhi kebutuhan gizi bayi 2. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima

berbagai macam makanan dengan berbagai rasa dan

teskstur yang pada akhirnya mampu menerima makanan

keluarga. 3. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan

menelan.

Persyaratan PMBA

1. Tepat Waktu: Mulai diberikan saat anak berusia 6

bulan. 2. Adekuat: PMBA harus mengandung cukup energi,

protein, dan vitamin & mineral. 3. Aman: Penyimpanan, penyiapan, dan pengolahan

harus diperhatikan kebersihannya. 4. Tepat cara pemberian: PMBA diberikan dengan tanda

lapar dan ada nafsu makan yang ditunjukkan bayi serta

frekuensi dan cara pemberiannya sesuai dengan umur

bayi.

1 2

Page 56: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

Prinsip PMBA

1. Inisiasi menyusui dini

Bayi diletakkan di dada ibu lalu bayi secara

spontan akan mencari sendiri puting ibu untuk menyusui.

Dari proses IMD, bayi mendapatkan manfaat dari kontak

kulit pertama dengan ibu, yaitu terpapar bakteri baik dari

ibu.

2. ASI Eksklusif sejak lahir hingga 6 bulan (Pemberian ASI

tanpa diberikan cairan dan makanan lain).

3

3. Makanan Pendamping ASI

MP-ASI diberikan mulai usia 6 bulan. Makanan buatan

rumah yang memenuhi kebutuhan energi & nutrisi bayi,

dari bahan baku lokal & harga terjangkau.

4. ASI diteruskan sampai minimal 2 tahun.

4

Page 57: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi PMBA

1. Pengetahuan ibu, Semakin baik pengetahuan gizi ibu

maka akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah

makanan yang dikonsumsi oleh bayinya. 2. Sikap ibu, Sikap yang baik terhadap pemberian MP-ASI

akan menyebabkan seorang ibu mampu menyusun

menu yang baik untuk dikonsumsi oleh bayinya. 3. Dukungan keluarga, dapat mempengaruhi asupan

makan anak . 4. Lingkungan.

5

Apa Saja Faktor Penghambat PMBA

1. Pemahaman, sikap dan praktek petugas kesehatan belum sepenuhnya mendukung peningkatan

pemberian ASI dan MPASI. 2. Belum adanya perlindungan atas hak-hak ibu bekerja

serta fasilitas yang mendukung pemberian ASI

eksklusif. 3. Pemahaman Ibu kurang 4. Beredarnya Iklan Susu Formula 5. Kondisi Darurat Bencana

6

Page 58: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

Dampak masalah yang Terjadi Jika Tidak Tepat dalam Memberikan PMBA

1. Anak mengalami malnutrisi. 2. Mengalami gizi buruk. 3. Menurunkan daya tahan tubuh. 4. Menghambat pertumbuhan dan

perkembangan anak.

Kriteria PMBA yang Baik

1. Padat energi, protein, dan zat gizi mikro (Fe, Zinc,

Kalsium, Vit A, V it C, dan Folat). 2. Tidak berbumbu tajam, tidak menggunakan gula,

garam, penyedap rasa, pewarna, dan pengawet. 3. Mudah ditelan dan disukai anak. 4. Pangan lokal dan harga terjangkau.

7 8

Page 59: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

Macam-macam makanan pendamping ASI

1. Makanan pendamping ASI dari bahan

makanan lokal yang dibuat sendiri. 2. Makanan pendamping ASI pabrikan yang

difortifikasi dalam bentuk, kaleng atau botol.

9

Macam-macam Bentuk

Makanan Pendamping ASI

1. Makanan Lumat, Diberikan mulai umur 6 bulan, seperti

bubur, biscuit yang dilumatkan, bubur kacang hijau,

pisang lumat dan tomat saring. 2. Makanan Lembik, Diberikan setelah makanan lumat

sampai usia 9 bulan seperti nasi tim bayi, bubur

campur, biscuit, bubur kacang hijau, pisang, pepaya,

jeruk dll. 3. Makanan Keluarga, Diberikan umur 12 bulan ke atas,

makanan sama dengan makanan keluarga tetapi dipilih

dari jenis makanan yang lunak dan tidak pedas.

10

Page 60: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)

A. Mulai memberikan makanan tambahan saat bayi berusia 6 bulan

Dimulai saat usia 6 bulan, bayi memerlukan

tambahan makanan selain ASI. Berikan ASI sesering

mungkin dan berikan ASI terlebih dahulu sebelum

memberikan makanan lain. Saat memberikan makanan,

ingatlah mengenai: Frekuensi, Jumlah, Kepekatan,

Variasi, Pemberian makan secara aktif dan Kebersihan.

11

1. Frekuensi: 2-3 kali sehari. 2. Jumlah: Berikan 2 sampai 3 sendok setiap makan

(sebagai pengenal rasa). 3. Bentuk : Cukup Kental 4. Variasi: Mulai dengan makanan pokok (jagung,

gandum, nasi, padi-padian, kentang, ubi, pisang

atau kentang yang dilumatkan). 5. Pemberian makan secara aktif: 6. Bayi mungkin perlu waktu untuk terbiasa dengan

makanan lain selain ASI.

o Jangan memaksa bayi untuk makan. o Gunakan piring tersendiri untuk memberi

makan bayi untuk memastikan ia makan seluruh makanan yang diberikan.

7. Kebersihan: Kebersihan yang baik penting untuk

menghindari diare dan penyakit lain. o Cuci tangan ibu dengan sabun sebelum

menyiapkan makanan/memberikan makan bayi.

o Cuci tangan ibu dan bayi sebelum makan.

12

Page 61: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

B. Pemberian makan bayi dan anak usia 6-9 bulan

1. Frekuensi : 2-3 kali sehari. 2. Jumlah : Meningkatkan jumlahnya secara perlahan

menjadi setengah cangkir 250 ml 3. Bentuk : Makanan lumat. 4. Variasi : makanan hewani kaya zat besi (daging,

telur dan produk-produk susu), makanan pokok,

kacang-kacangan, buah-buahan, dan sayuran. 5. Tambahkan tabur gizi diberikan 2 hari satu kali. 6. Pemberian makan secara aktif

o Bersabarlah dan terus berusaha agar bayi

mau makan. o Jangan memaksa bayi untuk makan.

7. Kebersihan : PHBS sangat penting untuk

menghindari diare dan penyakit lainnya.

13

C. Pemberian makan bayi dan anak usia 9-12 bulan

1. Frekuensi : 3-4 kali sehari. 2. Jumlah : Tingkatkan jumlahnya secara perlahan

menjadi setengah cangkir 250 ml. 3. Bentuk : Berikan makan keluarga yang dipotong-

potong, makanan yang bisa ia pegang, dan makanan

yang diiris-iris. 4. Variasi : makanan hewani kaya zat besi (daging,

telur dan produk-produk susu), makanan pokok,

kacang-kacangan, buah-buahan, dan sayuran. 5. Tambahkan tabur gizi diberikan 2 hari satu kali. 6. Pemberian makan secara aktif. 7. Kebersihan : PHBS yang baik adalah penting untuk

menghindari diare dan penyakit lainnya.

14

Page 62: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

D. Pemberian makan bayi dan anak usia 12-24

bulan

1. Frekuensi : 3-4 kali sehari. 2. Jumlah : Tingkatkan jumlahnya secara

perlahan menjadi tiga perempat (3/4)

cangkir 250 ml. 3. Bentuk : Berikan makan keluarga yang

telah dipotong-potong, makanan yang bisa

ia pegang, dan makanan yang diiris-iris. 4. Variasi : makanan hewani kaya zat besi

(daging, telur dan produk-produk susu),

makanan pokok, kacang-kacangan, buah-

buahan, dan sayuran kaya vitamin A. 5. Tambahkan tabur gizi diberikan 2 hari satu

kali. 6. Pemberian makan secara aktif. 7. Kebersihan: Kebersihan yang baik adalah

penting untuk menghindari diare dan

penyakit lainnya.

15 16

Page 63: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

Contoh Menu Makanan Pendamping ASI

1. Makan pendamping ASI untuk usia 6 bulan

Bubur Pisang

Bahan : Pisang Ambon 50 gr ASI 100 ml

Cara Membuat :

o Pisang ambon di kupas dan dipotong-potong

o Blender potongan pisang ambon dengan ASI yang sudah diperas.

Kandungan Gizi : Energi : 74,25 kkal Karbohidrat : 19,35 gr Protein : 0,9 gr Lemak : 0,15 gr

17

2. Makan Pendamping ASI Untuk Usia 6-9

Bulan

Bubur Kentang Daging Sapi Bahan : Kentang 50 gr Daging 30 gr Kubis 30 gr Tomat 30 gr Air : 30 ml

Cara Membuat : 1. Masukkan kentang dan daging sapi sampai hampir

matang. 2. Masukkan tomat kubis kemudian aduk sampai

matang.

Kandungan Gizi : Energi : 103,9 kkal Karbohidrat : 9,07 gr Protein : 7,27 gr Lemak : 4,43 gr

18

Page 64: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

3. Makan Pendamping ASI Untuk Usia 9-12 Bulan

Nasi Tim Kacang Merah Nila

Bahan : Beras putih 30 gr Fillet ikan nila 35 gr Kacang merah 5 gr Lobak 25 gr Air 150 ml Cara membuat :

Beras kacang merah, dan ikan nila dimasak dengan cara di tim.

Setelah hampir matang, masukkan lobak dan aduk sampai matang.

Kandungan Gizi : Energi :150 kkal Karbohidrat : 27,53 gr Protein : 7,37 gr Lemak : 0,8 gr

19

4. Makan pendamping ASI untuk usia 12-24

bulan Nasi Tim ayam isi telur

Bahan : 20 gr beras, cuci bersih 625 cc air 25 gr hati ayam 50 gr tahu 25 gr tomat 25 gr daun kangkung yang muda, iris halus 1 sdt margarin / mentega

Cara membuat :

Rebus beras dengan air, hati ayam, dan tahu sambil terus diaduk hingga menjadi bubur.

Masukan kangkung dan tomat, masak sampai sayuran matang.

Tambahkan margarin/mentega. Angkat

20

Page 65: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...

Daftar Pustaka

1. Anonim. (2013). Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Dinas Pemerintah

Kabupaten Dairi. 2. Direktorat Bina Gizi. (2014). Panduan

Penyelenggaraan Pelatihan Konseling

Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak .

Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 3. Diastiti, N. (2015). Kumpulan resep MP-

ASI. Yogyakarta. 4. Kemenkes RI. (2014). Pedoman Gizi

Seimbang. Jakarta: Bina Gizi dan KIA. 5. [WHO/FA2]. (2002). Globaly strategy for

infan and young child feeding. 6. [UNICEF]. Booklet Pesan Utama. Diakses

pada tanggal 10 November 2018.

https://www.unicef.org/indonesia/id/PaketK

onseling-3Logos.pdf.

Page 66: MODEL PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MELAKUKAN ...