MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG … · dari ukuran dimensi rangka beton bertulang...

20
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS 2010) Bandung, 26 Mei 2010, ISBN 978-979-16225-5-4 MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP KEKUATAN DINDING BATA MERAH DALAM MENAHAN BEBAN LATERAL SIKLIK Herlina Setiyaningsih 1 , Iman Satyarno 2 dan Suprapto Siswosukarto 3 1 Alumni Pasca Sarjana Teknik Sipil S2, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada/Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra, Email: [email protected] 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Email: [email protected] 3 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Email: [email protected] ABSTRAK Keberadaan dinding sebagai elemen non-struktural tidak dapat dipisahkan dari elemen struktural yang berupa rangka beton bertulang. Dari hasil survei di lapangan pasca gempa di DIY tahun 2006 diketahui permasalahan kerusakan yang secara umum terjadi adalah kerusakan pada dinding bata merah karena tidak adanya elemen pengikat yang berupa rangka beton bertulang (sloof, kolom, dan balok ring) pada tepi-tepinya. Walaupun ada tetapi dimensinya terlalu kecil, sehingga tidak mampu bekerja dalam menahan beban gempa yang terjadi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui pengaruh dari ukuran dimensi rangka beton bertulang terhadap kekuatan dinding bata merah dalam menahan beban lateral siklik. Pada penelitian eksperimental ini digunakan dua buah benda uji dinding bata merah berukuran 3000 mm x 3000 mm. Benda uji 1 menggunakan kolom berdimensi 150 mm x 150 mm, balok ring dengan lebar 120 mm, tinggi 150 mm dan tulangan berdiameter 10 mm, sedangkan benda uji 2 mempunyai kolom berdimensi 150 mm x 150 mm, balok ring dengan lebar 150 mm, tinggi 200 mm dan diameter tulangan berukuran 12 mm. Kedua benda uji dinding ini selanjutnya diuji dengan menggunakan beban lateral siklik terhadap sumbu kuat dinding, untuk mensimulasikan beban gempa yang terjadi, sehingga dapat diketahui karakteristik perilaku dari kedua benda uji dalam menahan beban lateral siklik dan pola kerusakan yang terjadi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa benda uji 2 mengalami peningkatan kekuatan dalam menahan beban lateral siklik jika dibandingkan dengan benda uji 1. Kerusakan yang terjadi pada benda uji 1 adalah shear failure, sedangkan pada benda uji 2 adalah sliding failure dan shear failure. Kata kunci: dimensi rangka, kekuatan, dinding bata merah, beban lateral siklik 1. PENDAHULUAN Letak Indonesia yang berada di antara pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik serta berada di posisi Ring of fire menjadikan Indonesia kerap kali diterpa bencana gempa bumi (tektonik) dan letusan gunung berapi (vulkanik). Rangkaian gempa bumi terjadi di Indonesia adalah gempa di Sumatra pada 28 Maret 2005 menewaskan 361 orang serta gempa bumi dan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004 yang menewaskan 129.498 orang dan 37.606 lainnya hilang, serta salah satu gempa besar terjadi pada 27 Mei 2006 di Yogyakarta, menghancurkan 300.000-600.000 rumah, 6.736 orang meninggal dunia dan 45.201 orang terluka (WHO, 2006). Berdasarkan hasil survei di lapangan pasca gempa bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sekitarnya diketahui permasalahan kerusakan yang secara umum terjadi adalah kerusakan pada A – 1

Transcript of MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG … · dari ukuran dimensi rangka beton bertulang...

Page 1: MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG … · dari ukuran dimensi rangka beton bertulang terhadap kekuatan dinding bata merah dalam menahan beban lateral siklik. Pada penelitian

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS 2010) Bandung, 26 Mei 2010, ISBN 978-979-16225-5-4

MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP KEKUATAN DINDING BATA MERAH DALAM

MENAHAN BEBAN LATERAL SIKLIK

Herlina Setiyaningsih1, Iman Satyarno2 dan Suprapto Siswosukarto3

1Alumni Pasca Sarjana Teknik Sipil S2, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada/Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra, Email: [email protected]

2Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Email: [email protected]

3Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Email: [email protected]

ABSTRAK Keberadaan dinding sebagai elemen non-struktural tidak dapat dipisahkan dari elemen struktural yang berupa rangka beton bertulang. Dari hasil survei di lapangan pasca gempa di DIY tahun 2006 diketahui permasalahan kerusakan yang secara umum terjadi adalah kerusakan pada dinding bata merah karena tidak adanya elemen pengikat yang berupa rangka beton bertulang (sloof, kolom, dan balok ring) pada tepi-tepinya. Walaupun ada tetapi dimensinya terlalu kecil, sehingga tidak mampu bekerja dalam menahan beban gempa yang terjadi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui pengaruh dari ukuran dimensi rangka beton bertulang terhadap kekuatan dinding bata merah dalam menahan beban lateral siklik. Pada penelitian eksperimental ini digunakan dua buah benda uji dinding bata merah berukuran 3000 mm x 3000 mm. Benda uji 1 menggunakan kolom berdimensi 150 mm x 150 mm, balok ring dengan lebar 120 mm, tinggi 150 mm dan tulangan berdiameter 10 mm, sedangkan benda uji 2 mempunyai kolom berdimensi 150 mm x 150 mm, balok ring dengan lebar 150 mm, tinggi 200 mm dan diameter tulangan berukuran 12 mm. Kedua benda uji dinding ini selanjutnya diuji dengan menggunakan beban lateral siklik terhadap sumbu kuat dinding, untuk mensimulasikan beban gempa yang terjadi, sehingga dapat diketahui karakteristik perilaku dari kedua benda uji dalam menahan beban lateral siklik dan pola kerusakan yang terjadi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa benda uji 2 mengalami peningkatan kekuatan dalam menahan beban lateral siklik jika dibandingkan dengan benda uji 1. Kerusakan yang terjadi pada benda uji 1 adalah shear failure, sedangkan pada benda uji 2 adalah sliding failure dan shear failure.

Kata kunci: dimensi rangka, kekuatan, dinding bata merah, beban lateral siklik

1. PENDAHULUAN Letak Indonesia yang berada di antara pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik serta berada di posisi Ring of fire menjadikan Indonesia kerap kali diterpa bencana gempa bumi (tektonik) dan letusan gunung berapi (vulkanik). Rangkaian gempa bumi terjadi di Indonesia adalah gempa di Sumatra pada 28 Maret 2005 menewaskan 361 orang serta gempa bumi dan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004 yang menewaskan 129.498 orang dan 37.606 lainnya hilang, serta salah satu gempa besar terjadi pada 27 Mei 2006 di Yogyakarta, menghancurkan 300.000-600.000 rumah, 6.736 orang meninggal dunia dan 45.201 orang terluka (WHO, 2006).

Berdasarkan hasil survei di lapangan pasca gempa bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sekitarnya diketahui permasalahan kerusakan yang secara umum terjadi adalah kerusakan pada

A – 1

Page 2: MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG … · dari ukuran dimensi rangka beton bertulang terhadap kekuatan dinding bata merah dalam menahan beban lateral siklik. Pada penelitian

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS 2010) Bandung, 26 Mei 2010, ISBN 978-979-16225-5-4

ANALISA PERILAKU SAMBUNGAN BALOK BAJA DENGAN KOLOM CRUCIFORM MENGGUNAKAN EXTENDED ENDPLATE

Anis Saggaff1, dan Imon Fikri Astira2 1Dosen, Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Sriwijaya, Email: [email protected]

2Dosen, Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Sriwijaya

ABSTRAK Baja merupakan material konstruksi yang memiliki kekuatan tinggi yang memberikan dampak design bangunan struktur yang terbuat dari baja shingga menghasilkan ukuran penampang yang relatif kecil. Keuntungan lain adalah struktur cukup ringan, sekalipun berat jenis baja tinggi dan pondasi yang dihasilkan hemat, secara tidak langsung akan menghemat biaya konstruksi secara keseluruhan. Pada struktur bangunan baja, sambungan merupakan komponen yang sangat penting karena sambungan berperan sebagai penyangga kekuatan diantara masing – masing element utama, hal ini mengharuskan komponen tersebut dapat berfungsi dengan baik, oleh karena itu diperlukan detail yang akurat, kelakuan dan spesifikasi sambungan untuk manjamin kestabilan dan keamanan bangunan. Sambungan extended endplate adalah salah satu tipe sambungan dari jenis sambungan semirigid. Sambungan semirigid memiliki kekakuan mendekati sambungan rigid akan tetapi tetap mempunyai fleksibelitas seperti halnya pada sambungan simple atau pin. Perilaku sambungan dapat dilihat dari kurva moment-rotasi (m-φ curve). Kurva moment – rotasi menggambarkan rigidity, strength dan ductility dari sambungan. Pada penlitian ini analisa perilaku sambungan balok baja dengan kolom cruciform menggunakan software komputer yaitu SOLIDWORKS sebagai input data kemudian dianalisa dengan menggunakan program COSMOSWORKS yang berbasis finete element anaysis sehingga akan menghasilkan output data berupa tegangan, regangan dan defleksi. Finete Elemet Analysis pada struktur sambungan tiga dimensi dengan program cosmoswork memberikan nilai moment capacity (Mc) yang berbeda dengan Mc pada perhitungan rigorous methode. Kedua metode ini menghasilkan persentasi perbedaan sebesar 26.7 % - 77.2.

Kata kunci: sambungan baja, extended end plate, crucifrom column

1. PENDAHULUAN Struktur konstruksi suatu bangunan terdiri dari struktur pondasi, struktur rangka yaitu balok dan kolom, struktur plat serta struktur penutup yaitu atap. Struktur konstruksi tersebut dapat terbuat dari material kayu, batu, baja, beton bertulang ataupun gabungan beton dan baja (composite). Perkembangan pembangunan yang cukup besar membuat kebutuhan material meningkat padahal material seperti kayu berasal dari alam dan terbatas.

Baja merupakan salah satu alternatif material konstruksi yang memiliki keuntungan berdasarkan faktor fleksibelitas, durabilitas, kualitas dan ekonomis. Baja merupakan suatu jenis baja yang berdasarkan pertimbangan ekonomi, kekuatan dan sifatnya, cocok untuk pemikul beban. Baja struktur banyak dipakai untuk kolom serta balok bangunan bertingkat, sistem penyangga atap, hanggar, jembatan, menara antena, penahan tanah, fondasi tiang pancang, dan lain – lain.

Beberapa keuntungan yang diperoleh dari baja sebagai bahan struktur adalah baja mempunyai kekuatan cukup tinggi serta merata, kekuatan baja terhadap tarik ataupun tekan tidak banyak berbeda dan bervariasi dari 300 MPa sampai 2000 MPa.

A – 9

Page 3: MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG … · dari ukuran dimensi rangka beton bertulang terhadap kekuatan dinding bata merah dalam menahan beban lateral siklik. Pada penelitian

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS 2010) Bandung, 26 Mei 2010, ISBN 978-979-16225-5-4

BEHAVIOR OF FLUSH END-PLATE ON TRAPEZOID WEB PROFILED STEEL BEAM WITH PARTIAL STRENGTH

CONNECTIONS

Anis Saggaff1, Mahmood Md. Tahir2 dan Arizu Sulaiman3 1Lecturer, Civil Engineering Department, Faculty of Enginering, Sriwijaya University, E-mail: [email protected].

2Professor, Steeel Technology Centre, Faculty of Civil Engineering, University Teknologi Malaysia. 3 Lecturer, Faculty of Civil Engineering, Universiti Teknologi Malaysia

ABSTRAK In steel structures, the connections will be designed whether simple, semi-continuous, or continuous construction. Many constructions are usually designed as simple which associated with simple construction or rigid which is associated with continuous construction. However, the actual behaviour between these two extreme cases took placed between simple and rigid, which is semi-rigid connection. The use of partial strength or semi-rigid connections has been encouraged by codes and studies on the matter known as semi-continuous construction have proven that substantial savings in steel weight of the overall construction. The objective of this paper is to present the behaviour of flush endplate of steel beam with partial strength connections using Trapezoid Web Profiled (TWP) steel sections and Universal Beam (UB). The TWP steel section is a built up section where the flange is designed using S355 steel section and the web is designed using S275 steel section. Some tests have been carried out for beam with flush endplate connections as partial strength connections. The use of partial strength will also reduce the deflection of the beam as suggested by the Steel Construction Institute (SCI). The moment resistances and the deflection of the beam presented in this paper, and the behaviour of endplate connections have shown good agreement between experimental values and the predicted values. The results have shown that the partial restrained of the connections has contributed to the reduction in the deflection and the increasing in the moment resistance of the beam. The results also showed that the flush endplate failure mode has formed similar to the failure mode stated in the codes. It can be concluded that the use of partial strength connections has contributed to significant reduction to the deflection and significant increase to the moment resistance of the design of TWP steel section as a beam.

Keywords: Behaviour, Flush End-Plate, Trapezoid Web Profiled Section, Partial Strength Connections

1. PENDAHULUAN Steel building structures are widely used right now. The technology for using steel is also broadening. The study of using the connection between the beam and column in a frame is also studied significantly. The connections either assumed as pinned, where only nominal moment from the beam is transferred to the column, or rigid or full strength, where full continuity of moment transfer exists. Alternatively, EC 3 (ENV 1993-1-1: 2002) allows building frames to be designed as semi-rigid using the partial strength connection. When incorporated into the construction of a whole frame, the type of construction that uses the partial strength connection is referred to as a semi-continuous construction. Unlike the conventional design approaches (simple and rigid), semi-rigid design requires the moment-rotation relationships of partial strength connection, which includes the moment resistance and rotational stiffness (rigidity), to be

A – 19

Page 4: MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG … · dari ukuran dimensi rangka beton bertulang terhadap kekuatan dinding bata merah dalam menahan beban lateral siklik. Pada penelitian

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS 2010) Bandung, 26 Mei 2010, ISBN 978-979-16225-5-4

PEMODELAN GERAK DINAMIK STRUKTUR YANG BERINTERAKSI DENGAN TANAH NONLINIEAR

PADA ARAH HORIZONTAL

Resmi Bestari Muin1, I Wayan Sengara2 1Alumni Program Doktor Institut Teknologi Bandung, Staf Pengajar Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Universitas

Mercu Buana, Jakarta, Email: [email protected] Pengajar Fakultas Teknik Sipil & Lingkungan Institut Teknologi Bandung

ABSTRAK Kajian-kajian tentang pemodelan sistem interaksi struktur tanah fundasi pada kondisi pembebanan statik telah banyak dilakukan, baik secara ekperimental maupun secara numerik. Pengembangan model nonlinear tanah kondisi statik ke dalam model nonlinear tanah siklik serta dilanjutkan ke penerapannya untuk struktur Gravitasi merupakan kajian penelitian ini. Penelitian ini membahas dan mengembangkan model yang terabaikan selama ini dalam menganalisis sistem interaksi struktur dengan tanah, yakni efek sifat nonlinear tanah pada pergerakan arah horizontal. Pada tahap akhir penelitian ini diperoleh model matematik dan numerik sistem interakasi struktur Gravitasi-fundasi-tanah. Validasi dari sistem model yang diperoleh, dilakukan dengan membandingkan hasil simulasi model dengan sistem ideal secara bertahap.

Kata-kata kunci: model sistem interakasi, nonlinear tanah

1. PENDAHULUAN Secara statik terbukti bahwa sesungguhnya tanah bersifat nonlinear. Kajian-kajian ini sudah banyak dilakukan peneliti-peneliti terdahulu baik secara ekperimental maupun secara numerik. Namun penelitian-penelitian tersebut masih terbatas pada kondisi pembebanan statik. Mengingat belum adanya kajian perilaku nonliniear tanah pada arah rocking yang dapat mendukung, maka pada penelitian ini ketidaklinearan tanah hanya diperhitungkan pada arah horizontal saja.

Penelitian ini dilakukan secara analitik dan numerik. Pada tahap akhir penelitian ini diperoleh model matematik dan numerik sistem interkasi struktur Gravitasi-fundasi-tanah. Validasi dari sistem model yang diperoleh, dilakukan dengan membandingkan hasil simulasi model dengan sistem ideal secara bertahap. Simulasi model sistim Interaksi Struktur Fundasi Tanah (ISFT) pada kasus struktur Gravitasi yang diberi beban siklik memperlihatkan, bahwa pengaruh sifat nonliear tanah cukup berarti terhadap respons perpindahan horizontal fundasi. Namun terhadap respon struktur atas sistim ISFT Gravitasi, pengaruh sifat nonliear hampir tidak terlihat, karena efeknya sangat kecil sekali.

2. TINJAUAN PUSTAKA Pemodelan Tanah pada Pembebanan Dinamik

Mengingat kompleksnya sifat tanah yang sesungguhnya, tidaklah mudah memformulasikan perilaku tanah dalam merespon beban dinamik dengan model teori yang sederhana. Formula-formula dan grafik-grafik yang disediakan Gazetas (1991) merupakan rangkuman dari penelitian-penelitian Gazetas sebelumnya untuk masing-masing kasus gerak dinamik fundasi, mulai dari

A – 29

Page 5: MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG … · dari ukuran dimensi rangka beton bertulang terhadap kekuatan dinding bata merah dalam menahan beban lateral siklik. Pada penelitian

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS 2010) Bandung, 26 Mei 2010, ISBN 978-979-16225-5-4

GERUSAN SEKITAR PILAR JEMBATAN DI TIKUNGAN SUNGAI (KAJIAN LABORATORIUM)

Tri Nugraha Adikesuma1, Agung Wiyono H. S.2, Joko Nugroho3

1Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkunan, Institut Teknologi Bandung, Email: [email protected]

2Staf Pengajar, Institut Teknologi Bandung, Email: [email protected] 3Staf Pengajar, Institut Teknologi Bandung, Email: [email protected]

ABSTRAK Sungai merupakan salah satu bagian dari sumber daya air yang sangat penting bagi manusia dan memiliki fungsi penting dalam peradaban manusia. Khususnya di Indonesia, sungai tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakatnya. Dalam perkembangannya, sungai bisa berbentuk sebuah meander. Meander mempunyai ciri khusus yaitu terbentuknya erosi di bagian luar tikungan, dan sedimentasi di bagian dalam tikungan. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh penempatan pilar jembatan pada tikungan saluran terhadap gerusan lokal yang terjadi. Penelitian dilakukan dengan membangun model fisik pada flume di laboratorium. Dalam penelitian ini digunakan tiga model pilar tersusun dari grup pilar pada tiga lokasi tinjau dalam tikungan pada flume yang telah ditentukan (60°, 90°, dan 180°). Kondisi gerusan pada penelitian ini ditentukan bersifat clear water scour, yang berarti tidak ada angkutan sedimen dari hulu. Kedalaman gerusan lokal yang terjadi diamati untuk tiga aliran debit berbeda. Hasil dari studi yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh posisi penempatan pilar di tikungan pada pembentukan gerusan lokal. Posisi pilar pada titik 180° memberikan laju pertambahan kedalaman gerusan pada pilar di tengah bentang lebih kecil dari titik 60° atau 90°. Kedalaman gerusan yang diamati kemudian dibandingkan dengan hasil perkiraan dengan persamaan Colorado State University (CSU). Dari perbandingan hasil pengukuran terhadap perhitungan dengan persamaan CSU, dibuat penambahan koreksi terhadap posisi penempatan pilar di tikungan.

Kata kunci: Gerusan, grup pile, tikungan saluran

1. PENDAHULUAN Fungsi jembatan dalam transportasi cukup penting, mengingat adanya daerah-daerah tertentu yang dipisahkan oleh sungai. Untuk bisa menghubungkan daerah-daerah tersebut, dibangunlah jembatan. Namun permasalahan yang biasa dihadapi pada pembangunan jembatan di antaranya adalah kegagalan struktur. Kegagalan struktur yang terjadi bisa disebabkan: (1) Beban yang dipikul jembatan melebihi batas beban maksimum yang diizinkan untuk jembatan tersebut; (2) Bencana alam seperti gempa atau banjir; (3) Perubahan morfologi sungai akibat adanya upaya sungai untuk mencapai kestabilan.

Dalam tulisan ini akan dibahas fenomena perubahan morfologi sungai dalam bentuk gerusan lokal dan akibatnya pada bangunan penyeberangan.

Kajian yang akan dibuat dibatasi pada proses gerusan lokal yang terjadi pada pilar jembatan di wilayah tikungan sungai. Pada tikungan sungai, terjadi dua proses sekaligus, penggerusan dan pengendapan sedimen. Pada tikungan luar, terjadi penggerusan, sedangkan pada tikungan dalam, terjadi pengendapan. Bila pada dua posisi ini diberikan tahanan berupa pilar jembatan (multiple pile type) akan dihasilkan penggerusan yang berbeda pula.

A – 41

Page 6: MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG … · dari ukuran dimensi rangka beton bertulang terhadap kekuatan dinding bata merah dalam menahan beban lateral siklik. Pada penelitian

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS 2010) Bandung, 26 Mei 2010, ISBN 978-979-16225-5-4

KAJIAN EFISIENSI LAHAN PADI PADI (ORYZA SATIVA) SEBAGAI PROSES PENGOLAHAN PENDAHULUAN

SUATU SUMBER AIR BAKU

M. Cahyono1, Ratna Hidayat2, dan Briliyan Parmawati3

1Dosen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email: [email protected]

2Peneliti Balai Lingkung Keairan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Air, Kementerian Pekerjaan Umum

3Mahasiswa Program Studi Magister Pengelolaan Sumber Daya Air, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email: [email protected]

ABSTRAK Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji kemampuan lahan pertanian dengan tanaman padi (Oryza sativa) dalam menurunkan beberapa parameter kualitas air dengan tujuan memanfaatkannya sebagai sarana pengolahan pendahuluan air irigasi, sehingga diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif teknologi yang cukup sederhana dan murah. Air irigasi dengan debit tertentu dialirkan ke lahan padi, yang di sekitarnya ditebarkan tanaman kiapu (Pistia stratiotes).secara acak. Sampel air dari pipa inlet dan outlet diuji secara laboratorium untuk mengukur kekeruhan, besi, dan warna, kemudian dihitung efisiensi penurunannya serta dihitung kemampuan lahan dalam menurunkan parameter-parameter tersebut. Identifikasi awal sumber air menunjukkan tiga parameter yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan untuk persyaratan kualitas air bersih berdasarkan Permenkes RI No 416/Menkes/Per/IX/1990, yaitu kekeruhan sebesar 62,7 NTU, warna 28,4 PtCo, Besi (Fe) 5,066 mg/l. Dari hasil pengukuran sampling awal, terdapat penurunan tingkat kekeruhan, besi dan warna pada sempel air. Hasil perhitungan sampel seri menunjukkan efisiensi penurunan kekeruhan berkisar antara 67,01 – 88 %. Nilai kekeruhan pada sampel outlet berkisar 2,4 – 7,39 NTU.

Kata kunci: pengolahan pendahuluan, padi, kekeruhan

1. PENDAHULUAN Di jaman yang sarat akan teknologi ini, masih banyak masyarakat yang belum dapat menikmati air bersih, terutama di daerah pedesaan dengan tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat rendah, yang belum terjangkau layanan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Masih banyak masyarakat yang memanfaatkan sumber air permukaan secara langsung tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu untuk kebutuhan mandi, cuci, kakus. Masyarakat membuat kolam untuk menampung air guna kebutuhan mandi, cuci dan kakus (MCK) mereka.

Salah satu contohnya adalah masyarakat di desa Cigedug, kecamatan Bayongbong, kabupaten Garut. Masyarakat mayoritas bermata pencaharian sebagai petani, dengan tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah. Dari segi kuantitas air permukaan yang biasanya dimanfaatkan untuk irigasi pertanian cukup memadai. Namun, mereka cukup sulit untuk mendapatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari karena air tanah yang biasanya dapat dimanfaatkan sulit didapatkan karena akuifer yang sangat dalam. Untuk kebutuhan air minum mereka harus mencari air dari mata air yang jumlahnya terbatas dan jarak yang cukup jauh. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk MCK mereka memanfaatkan air permukaan secara langsung, tanpa pengolahan, sehingga secara kualitas tidak dapat terpenuhi.

A – 49

Page 7: MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG … · dari ukuran dimensi rangka beton bertulang terhadap kekuatan dinding bata merah dalam menahan beban lateral siklik. Pada penelitian

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS 2010) Bandung, 26 Mei 2010, ISBN 978-979-16225-5-4

KINERJA LABORATORIUM PENGGUNAAN FOAMED BITUMEN (EXPANDED ASPHALT) UNTUK CAMPURAN DAUR ULANG BASE

BERASPAL DINGIN

Desy Yofianti1, Bambang Sugeng Subagio2, Harmein Rahman3 dan Sri Hendarto4 1Program Studi Magister Sistem dan Teknik Jalan Raya, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi

Bandung, Email: [email protected] 2Guru Besar Ilmu Perkerasan Jalan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email:

[email protected] 3Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email: [email protected] Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email: [email protected]

ABSTRAK Untuk meningkatkan daya dukung struktur perkerasan jalan yang telah mengalami kerusakan dapat dilakukan dengan pelapisan ulang (overlay) atau restrukturisasi lapisan perkerasan yang lama. Stabilisasi menggunakan foamed bitumen tetap akan menghasilkan material yang lebih fleksibel, bila dibandingkan dengan stabilisasi menggunakan jenis stabilizer yang lain. Keuntungan dari daur ulang dengan foamed bitumen yaitu: ekonomis (menghemat pekerjaan 25–40%), tidak memerlukan energi pemanasan, memanfaatkan kembali material aspal, aspal lama tidak terbuang, ramah lingkungan, cepat (waktu konstruksi singkat dan penutupan traffic singkat/pendek), mengurangi pengangkutan (> 90%), dan juga mengurangi biaya umur (umur lebih panjang daripada overlay).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi properties aspal dan agregat yang berasal dari bahan garukan perkerasan lama (Reclaimed Asphalt Pavement); mengevaluasi properties aspal baru yang digunakan untuk pembuatan foamed bitumen (expanded asphalt); mengevaluasi karakteristik waktu paruh (half life) dan rasio ekspansi (expansion ratio) dari foamed bitumen (expanded asphalt); mengevaluasi nilai ITS (Indirect Tensile Strength) dan Kuat Tarik menggunakan rumus Kennedy dari hasil pengujian di laboratorium. Perencanaan penggunaan foamed bitumen (expanded asphalt) untuk campuran daur ulang base beraspal dingin adalah dengan penambahan filler 1% PC dan 1,5% PC. Setiap tipe campuran disiapkan dengan 4(empat) variasi kadar foamed bitumen, yaitu: 2%, 2,5%, 3%, dan 3,5%. Agregat yang berasal dari RAP dapat digunakan kembali sebagai bahan campuran daur ulang. Pengujian aspal RAP menghasilkan nilai penetrasi yang sangat rendah, yaitu sebesar 29. Hal ini disebabkan aspal RAP mengalami proses ageing dan oksidasi akibat proses pelaksanaan maupun operasional jalan. Hasil pengujian titik lembek sebesar 55,8°C masih memenuhi persyaratan spesifikasi (48°C sampai dengan 58°C). Foamed yang berkualitas dapat dilihat dari nilai half life yang lebih lama dan expansion ratio yang lebih besar sehingga foamed yang diproduksi mampu terdispersi dengan sempurna terhadap agregat dan akan menghasilkan campuran daur ulang base beraspal dingin menggunakan foamed bitumen (expanded asphalt) dengan strength yang lebih tinggi.

Kinerja laboratorium penggunaan foamed bitumen (expanded asphalt)untuk campuran daur ulang base beraspal dingin dengan 1% PC lebih baik dibandingkan terhadap 1,5% PC. Hal ini dapat dilihat dari nilai ITSdry sebesar 483,54 kPa dan ITSsoaked sebesar 430,75 kPa pada campuran daur ulang base beraspal dingin untuk 1% PC. Sedangkan campuran daur ulang base beraspal dingin untuk 1,5% PC diperoleh nilai ITSdry 467,74 kPa, dan ITSsoaked 426,19 kPa.

Kata kunci: RAP, recycling, foamed bitumen, base, ITS

A – 57

Page 8: MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG … · dari ukuran dimensi rangka beton bertulang terhadap kekuatan dinding bata merah dalam menahan beban lateral siklik. Pada penelitian

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS 2010) Bandung, 26 Mei 2010, ISBN 978-979-16225-5-4

PENGARUH SEMEN TERHADAP KUAT TEKAN BEBAS PADA KONSTRUKSI CEMENT TREATED RECYCLING BASE (CTRB)

RUAS JALAN SEMARANG – DEMAK

Sudarno1 dan Pratikso2 1Alumni Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Islam Sultan Agung, Staf Pengajar, Fakultas

Teknik, Universitas Islam Sultan Agung, Email: [email protected] 2Staf Pengajar, Fakultas Teknik, Universitas Islam Sultan Agung, Email: [email protected]

ABSTRAK Sumber daya alam yang berupa material alam seperti batu, pasir, aspal yang telah lama digunakan manusia untuk konstruksi jalan mengalami keterbatasan karena berbenturan dengan pelestarian lingkungan sehingga pekerjaan pembangunan prasarana jalan mengalami hambatan dan pada akhirnya dapat menyebabkan pekerjaan prasarana jalan terhenti. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan teknologi pelaksanaan pembangunan prasarana jalan dengan menggunakan metode daur ulang (recycling). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar semen yang dapat digunakan untuk Lapis Pondasi Atas (base course) dengan bahan daur ulang aspal dicampur semen/Cement Treated Recycling Base(CTRB) pada rehabilitasi jalan Semarang – Demak dan untuk mengetahui besarnya kuat tekan bebas yang terjadi sehingga bahan tersebut dapat digunakan kembali sebagai bahan konstruksi lapis perkerasan jalan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental di laboratorium dengan benda uji berbentuk silinder ukuran diameter 7 cm tinggi 14 cm terbuat dari bahan garukan perkerasan aspal ruas jalan Semarang-Demak dengan variasi kadar semen 0%, 1,5%, 3%, 4,5%, 6% dan 7,5% digunakan untuk uji kuat tekan bebas /Unconfined Compressive Strenght Test (UCS) pada umur 7 hari, 21 hari, 14 hari dan 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kadar semen akan meningkatkan nilai berat isi kering yang kurang berarti tetapi akan memberikan kenaikan nilai UCS yang cukup signifikan dan pemanfaatan bahan garukan aspal dengan bahan tambah semen dari percobaan laboratorium ini dapat meningkatkan daya dukung konstruksi CTRB. Kadar semen yang memenuhi persyaratan Unconfined Compressive Strenght (UCS) untuk konstruksi Cement Treated Recycling Base (CTRB) adalah antara 6% sampai dengan 7,5%. Sesuai hasil penelitian maka secara ekonomis digunakan kadar semen 6,75% untuk pekerjaan rehabilitasi ruas jalan Semarang-Demak telah memenuhi uji UCS yang disyaratkan.

Kata kunci: recycling, kuat tekan bebas, semen

1. PENDAHULUAN Sumber daya alam dari hasil penambangan yang telah lama digunakan manusia untuk konstruksi jalan mengalami keterbatasan karena setiap matrial yang diambil akan berbenturan dengan pelestarian lingkungan sehingga pekerjaan pembangunan prasarana jalan mengalami hambatan dan pada akhirnya dapat menyebabkan pekerjaan prasarana jalan terhenti. Untuk mengatasi permasalahan yang telah disebutkan di atas maka diperlukan teknologi pembangunan prasarana jalan dengan menggunakan metode daur ulang (recycling).

Cement Treated Recycling Base (CTRB) adalah teknologi stabilisasi pondasi jalan raya dengan sistem daur ulang material perkerasan eksisting dengan bahan campuran semen. Material daur ulang dengan campuran semen ini umumnya dimanfaatkan dari material yang sudah ada pada

A – 69

Page 9: MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG … · dari ukuran dimensi rangka beton bertulang terhadap kekuatan dinding bata merah dalam menahan beban lateral siklik. Pada penelitian

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS 2010) Bandung, 26 Mei 2010, ISBN 978-979-16225-5-4

PENDEKATAN ANALISIS MULTI KRITERIA DALAM PEMILIHAN TRASE JALAN PADA KAWASAN TERISOLIR ARALLE

TABULAHAN MAMBI (ATM) PROVINSI SULAWESI BARAT

Fadly Ibrahim1, Lawalenna Samang2

1Alumni Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar, Email: [email protected]

2Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar

ABSTRAK Sebagai upaya peningkatan aksessibilitas kawasan dan mereduksi konflik yang terjadi di Kawasan Aralle Tabulahan Mambi (ATM) akibat keterisolasian wilayah yang cukup berkepanjangan, Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat mengusulkankan tiga alternatif trase jalan yang dapat menghubungkan kecamatan-kecamatan di Kawasan ATM dengan pusat pemerintahan provinsi dan pusat-pusat pemasaran hasil produksi pertanian yang terkonsentrasi di Ibukota Kabupaten. Pemilihan trase yang efektif dan efesien harus didasari atas pertimbangan multikriteria dan melibatkan kelompok stakeholders sebagai bagian dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Analisis Multi Kriteri (AMK). Untuk menilai kriteria dan subkriteria pemilhan trase jalan, dilakukan wawancara dengan kelompok stakeholders. Tahapan wawancara dimulai dari penyeleksian kriteria dan subkriteria yang dianggap penting dalam pemilihan trase menggunakan Skala Likert, selanjutnya melakukan wawancara untuk mengetahui tingkat kepentingan antarkriteria dengan menggunakan Skala Saaty. Untuk menentukan bobot prioritas atas tiga alternatif trase yang diusulkan, dilakukan dengan analisis secara proposional. Berdasarkan hasil interaksi antar bobot setiap kriteria yang terpilih dengan bobot setiap trase dapat disimpulkan bahwa trase yang memiliki prioritas tertinggi adalah alternatif trase 1 dengan bobot prioritas 8,146, kemudian alternatif trase 2 dengan bobot prioritas 7,641, dan yang terakhir adalah alternatif trase 3 dengan bobot prioritas 7,023.

Kata kunci: Pemilihan Trase, AMK, trase 1

1. PENDAHULUAN Provinsi Sulawesi Barat memiliki luas wilayah 16.937,16 km² dengan jumlah penduduk 962.713 jiwa dan terbagi ke dalam 5 Kabupaten, 51 kecamatan dan 482 desa. Secara goeografis wilayah Provinsi Sulawesi Barat dipolarisasi menjadi 2 (dua) wilayah, yakni wilayah pegunungan dan pesisir. Dengan mencermati polarisasi tersebut, maka sebagian besar kecamatan di Sulawesi Barat berada di wilayah pegunungan. Kecamatan-kecamatan tersebut, umunya merupakan daerah-daerah yang terisolir dengan aksessibilitas yang terbatas. Diantara kecamatan tersebut, Kecamatan Aralle, Tabulahan dan Mambi (ATM) merupakan salah satu kawasan yang paling terisolir namun memiliki potensi perkebunan yang besar.

Selama ini, untuk menghubungkan Kawasan ATM dengan Ibukota Provinsi, masyarakat harus berjalan kaki atau naik kuda sekitar 3 jam, kemudian memanfaatkan jalur jalan provinsi yakni Ruas Polewali – Tabone - Mamasa dengan panjang 91 Km dan lebar 3 - 4,5 meter dengan rata-rata waktu tempuh 5 jam. Selanjutnya adalah melewati jalan nasional (Trans Sulawesi) dengan panjang 253 Km. Karakteristik ruas jalan tersebut, sebagian besar melewati daerah pergunungan dengan kelandaian berkisar antara 5% - 18% dan sangat rawan potensi longsor.

A – 79

Page 10: MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG … · dari ukuran dimensi rangka beton bertulang terhadap kekuatan dinding bata merah dalam menahan beban lateral siklik. Pada penelitian

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS 2010) Bandung, 26 Mei 2010, ISBN 978-979-16225-5-4

KAJIAN PENANGANAN GEOMETRIK JALAN PADA KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BABUL

PROVINSI SULAWESI SELATAN

Fadly Ibrahim1

1Alumni Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar, Email: [email protected]

ABSTRAK Terdapat 3 (tiga) alternatif penanganan yang diusulkan pada ruas Maros - Watampone khusunya pada segmen yang melintasi Kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TN Babul) yakni 1) metode cut-fill, 2) elevated bridge dan 3) terowongan. Dengan menggunakan pendekatan Analisis Hirarki Proses (AHP), masing-masing alternatif dinilai tingkat keterpilihannya berdasarkan kriteria manfaat, aspek lingkungan, ekonomis, biaya pemeliharaan, keindahan bentuk, kemudahan pelaksanaan, dan waktu pelaksanaan. Selanjutnya untuk menilai sensivitas ekonomi terhadap penanganan Ruas Maros – Watampone berdasarkan alternatif terpilih, dilakukan kajian ekonomi berdasarkan komponen biaya manfaat dari selisih nilai waktu, biaya operasional kendaraan (BOK) dan biaya kecelakaan. Hasil analisis AHP menunjukkan bahwa alternatif penanganan geometrik yang terpilih adalah sistem elevated bridge. Analisis ekonomi proyek juga menunjukkan bahwa dengan alternatif tersebut, akan didapatkan biaya manfaat dari pengurangan nilai waktu, BOK dan biaya kecelakaan sebesar Rp. 12.251 Milyar dengan nilai investasi sebesar Rp. 820 Milyar. Hasil analisis sensivitas ekonomi menunjukkan bahwa pada kondisi optimis (+25%) didapatkan nilai IRR 20,36% dan NPV Rp. 1.078 Milyar, sedangkan pada kondisi pesimis didapatkan nilai IRR 18,06% dan NPV Rp. 563,881 Milyar.

Kata Kunci: Perbaikan geometrik, AHP, elevated bridge, Sensivitas Ekonomi

1. PENDAHULUAN Ruas Maros – Watampone yang dibangun di masa Pemerintahan Belanda, pada kondisi sekarang telah mengalami penurunan kinerja akibat volume kendaraan yang cenderung mengalami trend pertumbuhan yang signifikan setiap tahunnya. Disamping itu tingginya kecelakaan lalu-lintas dan rendahnya kenyamanan berlalu-lintas pada ruas tersebut, menjadi salah satu permasalahan yang harus segera diatasi, karena hal ini tidak hanya berdampak pada terlambatnya proses dinamika ekonomi wilayah, tapi lebih dari itu mengancam keselamatan jiwa pengguna jalan yang tentunya tidak dapat diukur secara finansial (unlimited value). Berdasarkan data Ditlantas Polres Kabupaten Maros, pada tahun 2007 s/d 2008 jumlah kecelakaan meninggal mencapai 50 orang.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja sekaligus meningkatkan kenyamanan dan keamanan berlalu lintas pada ruas tersebut, akan dilakukan perbaikan geometrik jalan dengan menyesuaikan standar-standar yang ada. Untuk tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Bina Marga telah melakukan serangkaian studi dan diskusi sejak tahun 2007 s/d 2009 dengan merekomendasikan 3 (tiga) alternatif konstruksi pada ruas tersebut, yakni melakukan perbaikan geometrik dengan metode konvensional (cut fill), elevated bridge dan terowongan.

Namun untuk mengimplementasikan alternatif pilihan tersebut terkendala sejumlah permasalahan, diantaranya adanya potensi dampak terhadap lingkungan sekitar, dimana pada salah satu segmen ruasnya berada pada kawasan konservasi Kawasan Taman Nasional dan Kawasan Cagar Budaya

A – 89

Page 11: MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG … · dari ukuran dimensi rangka beton bertulang terhadap kekuatan dinding bata merah dalam menahan beban lateral siklik. Pada penelitian

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS 2010) Bandung, 26 Mei 2010, ISBN 978-979-16225-5-4

PENGARUH RESOLUSI SISTEM JARINGAN PADA MODEL PEMBEBANAN LALULINTAS FUZZY

Nindyo Cahyo Kresnanto1, Ofyar Z. Tamin2 dan Russ Bona Frazila3 1 Staf Pengajar, Program Studi Teknik Sipil, Fak. Teknik, Universitas Janabadra, Jl. Tentara Rakyat Mataram 57

Yogyakarta Telp/Fax: (0274)543676, email: [email protected] 2 Staf Pengajar, Sekolah Pascasarjana, Program Studi Teknik Sipil, Fak. Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut

Teknologi Bandung, Jl. Ganesa No.10 Bandung Telp/Fax: (022) 2502350, email: [email protected] 3 Staf Pengajar, Sekolah Pascasarjana, Program Studi Teknik Sipil, Fak. Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut

Teknologi Bandung, Jl. Ganesa No.10 Bandung Telp/Fax: (022) 2502350, email: [email protected]

ABSTRAK Dalam metode pembebanan lalulintas yang mempertimbangkan perbedaan persepsi (efek stokastik) tentang biaya perjalanan, metode lama banyak menggunakan pendekatan probabilistik (Model Burrell, Kusdian, Keseimbangan Stokatik). Disisi lain metode fuzzy yang memliki kemampuan dalam menterjemahkan informasi yang bersifat informasi linguistik juga mulai banyak dikembangkan untuk mengatasi masalah perbedaan persepsi ini. Permasalahan selanjutnya adalah model manakah yang lebih dapat merepresentasikan kondisi nyata. Atau dengan kata lain, model manakah yang dapat dikatakan terbaik dari model-model yang telah banyak diterapkan Pada penelitian ini dicoba mengukur kinerja model pembebanan stokastik dengan pendekatan sistem fuzzy. Kinerja diukur dengan cara membandingkan dengan model yang sudah biasa digunakan yaitu AON (All-or-Nothing) dan model stokastik Burrell. Setiap model pembebanan akan dianalisis melalui pembebanan MAT pada beberapa tingkat resolusi sistem jaringan. Analisis dilakukan dengan tujuan untuk melihat besarnya pengaruh setiap metode pembebanan terhadap hasil pembebanan pada setiap tingkat resolusi. Sistem jaringan menggunakan sistem jaringan Kota Bandung dengan ruas yang ditinjau adalah ruas arteri primer dan kolektor primer yang ada pada setiap tingkat resolusi. Hasil yang diperoleh dari pemangkasan sistem jaringan menyebabkan bertambahnya nilai arus rata-rata dan semakin besarnya penyimpangan arus rata-rata relatif terhadap tingkat resolusi terhalus. Secara umum, dengan metode stokastik murni, perubahan nilai arus rata-rata dan penyimpangan arus rata-rata relatif cenderung tidak begitu besar. Artinya rute-rute yang dilewati akan selalu diarahkan pada rute-rute utama (arteri). Dan dengan pemberian standar deviasi 30%, rute akan selalu diarahkan pada rute termurah karena selisih antara rute terbaik dan alternatifnya sangat besar. Pada metode fuzzy, penyimpangan terbesar pada resolusi 4 (resolusi terjarang) karena sebagian pelaku perjalanan masih ragu akan rute terbaik tersebut sehingga rute alternatif juga masih banyak terpilih sesuai dengan perkiraan derajat keanggotaan terhadap rute terbaik..

Kata kunci: Model Pembebanan Lalulintas Fuzzy, Resolusi Sistem Jaringan

1. PENDAHULUAN Faktor utama yang sangat berpengaruh dan menentukan hasil dari pemodelan pemilihan rute adalah persepsi pelaku pergerakan/perjalanan terhadap biaya perjalanan (biaya perjalanan dapat dinyatakan sebagai waktu tempuh, jarak, atau gabungan keduanya). Beberapa model pemilihan rute mengabaikan perbedaan persepsi pelaku pergerakan ini untuk penyederhanaan dalam proses pemodelannya, seperti: Model All-Or-Nothing (AON) dan Model Keseimbangan Wardrop. Model lain yang berusaha mempertimbangkan perbedaan persepsi pelaku pergerakan terhadap biaya perjalanan ini, seperti: Model Dial, Burrell, Kusdian dan Model Keseimbangan Stokastik. Model

A – 99

Page 12: MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG … · dari ukuran dimensi rangka beton bertulang terhadap kekuatan dinding bata merah dalam menahan beban lateral siklik. Pada penelitian

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS 2010) Bandung, 26 Mei 2010, ISBN 978-979-16225-5-4

EVALUASI INVESTASI PROYEK PENGEMBANG PERUMAHAN MEMAKAI MEKANISME ALIRAN DANA TAHUNAN

Sentosa Limanto1 1 Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra,Surabaya,

Email:[email protected]

ABSTRAK Mekanisme Aliran Dana Tahunan adalah salah satu metode evaluasi investasi pengembang perumahan berdasarkan konsep yang memperhatikan nilai waktu dari uang dengan menggunakan prinsip dari nilai Net Present Worth (NPW). Makalah ini membahas penerapan konsep aliran dana pada tabel aliran dana tahunan, yang bertujuan agar pihak pengembang dapat mengantisipasi jumlah tahun yang sesuai untuk investasi dananya sehingga diperoleh keuntungan pada masa yang akan datang. Penggunaan metode evaluasi aliran dana yang tercermin di tabel aliran dana tahunan dan berdasarkan tarif diskonto yang ditentukan untuk mendapatkan hasil perhitungan NPW yang nilai rupiahnya positif, adalah menandakan bahwa proyek tersebut dapat dilanjutkan/dilaksanakan. Sebaliknya, hasil analisis aliran dana tahunan tersebut perlu dire-evaluasi apabila mendapatkan nilai besaran NPW yang negatif.

Kata kunci: aliran dana, investasi, NPW, pengembang perumahan, tarif diskonto

1. PENDAHULUAN Perumahan adalah sebidang tanah yang pemanfaatannya untuk tempat tinggal. Pengembang adalah kegiatan untuk mendirikan bangunan dengan tujuan untuk dijual kepada masyarakat yang berminat menghuni rumah tersebut. Usaha membangun rumah kemudian akan dibeli oleh pihak konsumen adalah sebuah usaha investasi yang bergerak dibidang perumahan. Pelakunya disebut dengan pengembang perumahan. Perkembangan dari usaha pengembang perumahan memerlukan lahan yang luas dan dilanjutkan dengan pekrjaan konstruksinya. Tingkat pertumbuhan penduduk di Jawa timur menunjukkan pertumbuhan khusus pada Kotamadya Surabaya adalah 1,62 % pertahun (Kompas, 2008). Peningkatan pertumbuhan penduduk akan diikuti oleh kenaikan kebutuhan rumah tinggal. Pangsa pasar untuk konsumen rumah bertambah beerarti kebutuhan akan rumah juga naik sehinggapengembang rumah akan memperhatikan peluang ini (Samiadji & Ringgi, 2003). Minat masyarakat untuk membeli rumah cukup besar dan membuat para pengembang berusaha untuk meraih peluang yang menggiurkan ini. Gerbangkertosusila merupakan wilayah yang meliputi Gersik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo dan Lamongan, merupakan wilayah-wilayah penunjang terhadap Surabaya. Kotamadya Surabaya merupakan kota yang cukup padat sehingga pengembang perumahan melihat peluang bisnis ini dan menganggap peluang ini akan menguntungkan.

Peluang bisnis pada investasi pengembang perumahan sangat menggiurkan tetapi juga mengandung risiko investasi yang cukup besar.Investasi pengembang perumahan membutuhkan permodalan yang besar dan waktu pengembalian yang tidak dapat dengan segera didapat artinya memerlukan waktu lama. Disamping itu juga sangat terpengaruh dengan fluktuasi harga material bangunan serta kondisi politik saat itu ataupun issue lingkungan sekitarnya. Investasi pada bidang usaha perumahan sangat menjanjikan namun juga mempunyai risiko yang tinggi. Hal ini dikarenakan modal yang ter-invest adalah cukup besar disamping itu harus memperhatikan

A – 111

Page 13: MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG … · dari ukuran dimensi rangka beton bertulang terhadap kekuatan dinding bata merah dalam menahan beban lateral siklik. Pada penelitian

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS 2010) Bandung, 26 Mei 2010, ISBN 978-979-16225-5-4

KAJIAN PELAKSANAAN PENGADAAN JASA PEMBORONGAN PEMERINTAH BERDASARKAN KEPPRES 80/2003

(STUDI KASUS PADA PEMDA KAB. PANDEGLANG)

Nasril1, Bernadette M. Waluyo2, dan Yohanes L.D. Adianto3 1Mahasiswa Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi Universitas Katolik Parahyangan

Bandung, email: [email protected] 2Staf Pengajar Mahasiswa Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi Universitas Katolik

Parahyangan Bandung, email: [email protected], 3Staf Pengajar Mahasiswa Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi Universitas Katolik

Parahyangan Bandung, email: [email protected]

ABSTRAK Pengadaan jasa pemborongan pemerintah merupakan tahapan penting dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan oleh pemerintah, namun pelaksanaan pengadaan jasa pemborongan pemerintah masih banyak mendapatkan sorotan negatif. Untuk menjawab hal tersebut, perlu dilakukan evaluasi secara objektif dengan melakukan penilaian terhadap kinerja pelaksanaan pengadaan jasa pemborongan pemerintah dangan memakai variabel dan indikator sesuai prinsip dasar pengadaan jasa pemborongan pemerintah yaitu efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel. Penelitian dilakukan di Kabupaten Pandeglang, persepsi dikumpulkan dari 23 responden panitia pengadaan dan 49 responden penyedia jasa pemborongan pemerintah. Data kualitatif dari responden dianalisis dengan metode analisis kuantitatif dengan uji statistik parametris menggunakan skala Likert. Rata-rata tingkat kinerja pelaksanaan pengadaan jasa pemborongan pemerintah di lingkungan Pemda Kabupaten Pandeglang berada pada tingkat kinerja baik, panitia pengadaan memberikan opini sebesar 77,52%, sedangkan kontraktor 66,79%, namun masih ada 9 indikator variabel yang mendapatkan penilaian kinerja kurang baik. Secara umum, panitia pengadaan memberikan opini yang lebih baik dibandingkan kontraktor. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja pelaksanaan pengadaan jasa pemborongan pemerintah, aturan Keppres 80/2003 yang bersifat umum, kurangnya pemahaman pihak yang terlibat dalam pengadaan, kurangnya integritas dan komitmen penyedia jasa dan sulitnya panitia pengadaan mengantisipasi dan menindak praktek persaingan usaha tidak sehat dalam proses pengadaan.

Kata kunci: Pengadaan, Jasa Pemborongan Pemerintah, Keppres 80/2003, Kinerja Pelaksanaan

1. PENDAHULUAN Dalam rangka menjalankan tugas-tugas kepemerintahan, khususnya dalam memberikan pelayanan dan pembangunan infrastruktur untuk mengembangkan perekonomian masyarakat, pemerintah memerlukan sumber daya pendukung, baik berupa dana, sarana dan prasarana, barang maupun sumber daya manusia. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah memerlukan suatu kegiatan yang disebut dengan pengadaan (procurement) barang/jasa. Pengadaan barang/jasa pemerintah memiliki pengaruh yang sangat besar dalam penyerapan APBN/APBD. Menurut mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi dan Keuangan Dorojatun Kuncoro Jakti dalam (Sutedi 2008), bahwa nilai uang dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di Indonesia sangat besar, yaitu mencapai 25% dari total APBN/APBD.

A – 117

Page 14: MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG … · dari ukuran dimensi rangka beton bertulang terhadap kekuatan dinding bata merah dalam menahan beban lateral siklik. Pada penelitian

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS 2010) Bandung, 26 Mei 2010, ISBN 978-979-16225-5-4

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENTING DALAM STUDI KELAYAKAN PENYELENGGARAAN JEMBATAN ULTRA

PANJANG DI INDONESIA

Mukoddas Syuhada1 dan Manlian Ronald A. Simanjuntak2 1Alumni Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Desain dan Teknik Perencanaan,Universitas Pelita Harapan,

Tangerang, Email: [email protected] 2Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Desain dan Teknik Perencanaan,Universitas Pelita Harapan,

Tangerang, Email: [email protected]

ABSTRAK Penyelenggaraan jembatan ultra panjang di Indonesia memiliki proses yang kompleks dan mengkolaborasikan berbagai aspek multi dimensi yang membutuhkan suatu metodologi desain dan implementasi teknologi yang tinggi, mengandung risiko yang tinggi, menggunakan peralatan yang didesain khusus, serta membutuhkan material dan biaya yang sangat tidak sedikit. Mengacu kepada usulan desain jembatan ultra panjang yang sudah diajukan dan semangat untuk merealisasikan kebanggaan akan kondisi geografis Indonesia, menjadikan Indonesia berpotensi untuk menjadi negara dengan jembatan ultra panjang terbanyak di dunia di masa depan. Sebagai konsekuensi logisnya, maka di dalam proses penyelenggaraan jembatan ultra panjang mulai dari pra studi kelayakan sampai dengan operasional dan pemeliharaannya akan melibatkan para pakar yang memiliki komitmen dan semangat tinggi untuk menghasilkan kajian yang berkualitas. Mengingat banyaknya pertimbangan-pertimbangan tertentu dan aspek-aspek penting di dalam studi kelayakan untuk jembatan ultra panjang di Indonesia, maka masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor penting kelayakan aspek teknis serta rekomendasinya mengenai penyelenggaraan jembatan ultra panjang di Indonesia. Penelitian ini yang menggunakan studi kasus terpilih akan menganalisis dengan metodologi kualitatif dari sejumlah data-data yang telah dikumpulkan, baik primer maupun sekunder yang meliputi 12 faktor penelitian. Hasil kajian dalam penelitian ini kiranya dapat menjadi masukan yang baik bagi penyelenggara kebijakan serta stakeholder yang terkait untuk mempertimbangkan dan menganalisis lebih lanjut mengenai kelayakan penyelenggaraan jembatan ultra panjang di Indonesia di masa depan.

Kata kunci: studi kelayakan, jembatan, ultra panjang, penyelenggaraan

1. PENDAHULUAN Penyelenggaraan jembatan ultra panjang, baik yang sudah dibangun di dunia maupun yang sedang direncanakan di Indonesia, akan mengalami suatu proses pembangunan yang kompleks dan mengkolaborasikan berbagai aspek multi dimensi. Proses tersebut akan membutuhkan suatu metodologi desain dan implementasi teknologi modern, mengandung risiko yang tinggi, menggunakan peralatan yang didesain khusus, serta membutuhkan material dan biaya yang sangat besar.

Mengacu kepada usulan desain jembatan ultra panjang yang sudah diajukan dan semangat untuk merealisasikan kebanggaan akan kondisi geografis Indonesia, menjadikan Indonesia berpotensi untuk menjadi negara dengan jembatan ultra panjang terbanyak di dunia di masa depan. Sebagai konsekuensi logisnya, maka di dalam proses penyelenggaraan jembatan ultra panjang mulai dari pra studi kelayakan sampai dengan operasional dan pemeliharaannya akan melibatkan para pakar

A – 127

Page 15: MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG … · dari ukuran dimensi rangka beton bertulang terhadap kekuatan dinding bata merah dalam menahan beban lateral siklik. Pada penelitian

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS 2010) Bandung, 26 Mei 2010, ISBN 978-979-16225-5-4

STUDI PRAKTEK ESTIMASI KOMPONEN BIAYA TIDAK LANGSUNG PROYEK KONSTRUKSI PADA PERUSAHAAAN

KONTRAKTOR DI BANDUNG DAN JAKARTA

Dony Rahadian1, Diana Yusuf2 1Alumni Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung,

Email: [email protected] 2Alumni Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung,

Email: [email protected]

ABSTRAK Biaya tidak langsung adalah komponen biaya yang paling sulit untuk ditetapkan besarnya. Sementara estimasi biaya langsung dapat dilakukan secara cukup akurat dengan merujuk pada gambar dan spesifikasi teknis, penetapan biaya tidak langsung sering kali dilakukan tanpa kejelasan rujukannya. Di Indonesia, sejauh ini belum ada informasi bagaimana mekanisme kontraktor dalam menetapkan besarnya biaya tidak langsung. Mekanisme yang biasanya pada umumnya hanya didasarkan suatu ketetapan proporsi dari biaya langsung, yang penetapannya hanya didasarkan pada pengalaman dalam mengerjakan proyek sebelumnya. Makalah ini membahas hasil penelitian perilaku kontraktor di Indonesia dalam menetapkan biaya tidak langsung pada proyek-proyek konstruksi di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui survei dalam bentuk kuisioner, wawancara dan pengumpulan data biaya kepada perusahaan kontraktor kualifikasi kecil, menengah, dan besar yang berada di wilayah Bandung dan Jakarta.

Kata kunci: estimasi biaya tidak langsung, proyek konstruksi

1. PENDAHULUAN Dalam proses penawaran suatu proyek konstruksi, kontraktor biasanya memasukan alokasi biaya tidak langsung dalam setiap jenis pekerjaan. Kontraktor nasional di Indonesia pada umumnya tidak melakukan identifikasi biaya tidak langsung secara detail sebelumnya. Kontraktor juga tidak memiliki model yang akurat dalam menentukan besarnya masing-masing variabel biaya tidak langsung. Penentuan alokasi biaya tidak langsung yang biasa dilakukan adalah melalui prosentase, dimana besarnya berbeda-beda tergantung pengalaman kontraktor. Besarnya prosentase juga berbeda untuk tiap jenis proyek karena setiap proyek memiliki karakteristik tertentu dan ketidakpastian yang berbeda. Kontraktor nasional di Indonesia cenderung tidak terlalu memperhatikan komponen biaya tidak langsung secara komprehensif dalam mengestimasi biaya konstruksi.

Suatu survei pendahuluan yang melibatkan beberapa responden kontraktor di kota Bandung menunjukan bahwa meskipun mengakui besarnya peran biaya tidak langsung dalam keberhasilan pelelangan, hampir seluruhnya menyatakan mereka tidak mempunyai mekanisme atau kiat-kiat khusus dalam melakukan estimasi biaya tidak langsung tersebut. Pada umumnya besarnya biaya tidak langsung ditetapkan sebagai proporsi (prosentase) dari biaya langsung keseluruhan. Informasi mengenai bagaimana proporsi tersebut ditetapkan dan faktor apa saja yang dipertimbangkan tidak dapat dijelaskan.

Berbagai kajian di atas perlu ditindaklanjuti dengan penelitian yang lebih mendalam dan lengkap untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap dan akurat tentang praktek estimasi biaya tidak

A – 141

Page 16: MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG … · dari ukuran dimensi rangka beton bertulang terhadap kekuatan dinding bata merah dalam menahan beban lateral siklik. Pada penelitian

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS 2010) Bandung, 26 Mei 2010, ISBN 978-979-16225-5-4

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI

GEDUNG DI PALANGKA RAYA

Lendra Leman1 dan Jermias Tjakra2 1 Alumni Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra

Surabaya, Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya, Email: [email protected]

2Alumni Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Surabaya, Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado, Email:

[email protected]

ABSTRAK Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek terpenting dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi, hal tersebut dikarenakan suatu proyek konstruksi melibatkan berbagai macam sumber daya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sudut pandang kontraktor konstruksi gedung di Palangka Raya mengenai keselamatan dan kesehatan kerja serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja. Obyek penelitian adalah kontraktor di kota Palangka Raya bidang Arsitektur subbidang Bangunan-bangunan non perumahan lainnya. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada kontraktor. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan nilai indeks dan varian (untuk mengetahui peringkat masing-masing faktor) selanjutnya diuji dengan Chi-Square (analisa statistik). Hasil penelitian menunjukan bahwa peringkat untuk masing-masing faktor secara keseluruhan adalah peringkat pertama diduduki oleh faktor tidak ada penerapan pelaksanaan K3 oleh manajemen perusahaan dengan indeks 62,821 dan varian 3778,677. Peringkat kedua diduduki oleh faktor tidak tersedia alat keselamatan dalam penggunaan peralatan dengan indeks 51,282 dan varian 2169,366. Peringkat ketiga diduduki oleh faktor perilaku ceroboh dengan indeks 51,282 dan varian 2300,945. Sedangkan peringkat keempat diduduki oleh faktor tidak tersedianya perlengkapan K3 oleh perusahaan dengan indeks 51,282 dan varian 3353,576.

Kata kunci: Faktor K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), kontraktor konstruksi gedung, Palangka Raya

1. PENDAHULUAN Pada setiap proyek, khususnya proyek konstruksi selalu ditandai dengan keterlibatan berbagai sumber daya. Sumber daya itu meliputi material dengan berbagai macam jenis dan beratnya, peralatan dengan berbagai tipe dan kapasitasnya, serta tenaga kerja dengan berbagai macam latar belakang sosial, tingkat pendidikan, dan karakter kepribadiannya. Sangatlah mungkin dan wajar di proyek konstruksi, jika terjadi kesalahan – kesalahan yang bisa mengganggu keselamatan dan kesehatan kerja. Menurut ILO (International Labour Organization) kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh dua hal utama yaitu tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman. Perasaan tidak bebas dalam melaksanakan pekerjaan merupakan faktor manusia yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, sedangkan faktor lainnya berupa kejadian - kejadian tak terduga. Di Kalimantan Tengah sendiri banyak sekali terjadi kecelakaan kerja yang masih belum bisa ditangani. Sepintas jika ditelaah lebih lanjut, ditemukan bahwa kebijakan perusahaan tidak menjamin adanya

A – 149

Page 17: MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG … · dari ukuran dimensi rangka beton bertulang terhadap kekuatan dinding bata merah dalam menahan beban lateral siklik. Pada penelitian

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS 2010) Bandung, 26 Mei 2010, ISBN 978-979-16225-5-4

MODEL SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN (SPK) TENTANG STRATEGI BISNIS KONTRAKTOR BUMN INDONESIA

Kartono Wibowo1 1Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil, Universitas Diponegoro Semarang, Email:

[email protected]

ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh Kondisi persaingan bisnis kontraktor Indonesia saat ini semakin ketat dengan dimulainya era globalisasi dan tidak seimbangnya jumlah nilai proyek dengan jumlah perusahaan yang ada. Persaingan bisnis konstruksi di Indonesia yang semakin ketat dapat dilihat dari semakin terbukanya persaingan dengan dimulainya era globalisasi. Penelitian yang diadakan pada Kontraktor Indonesia, khususnya yang berhubungan dengan strategi bisnis kontraktor Indonesia masih sangat terbatas. Tujuan penelitian ini adalah Menyusun Sistem Penunjang Keputusan – SPK (Dessision Support System-DSS) tentang Strategi Pengembangan Daya Saing Kontraktor. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada beberapa kontraktor BUMN di Indonesia. Analisis data hubungan antar variabel dilakukan dengan Model persamaan struktural (Structural Equation Modelling-SEM) dengan program Smart PLS, sedangkan Model Sistem Penunjang Keputusan – SPK (Dessision Support System-DSS) tentang Strategi Pengembangan Daya Saing Kontraktor dibuat dengan program Visual Basic. Variabel-variabel daya saing kontraktor dapat dikatagorikan dalam 4 kelompok, yaitu : 1). Variabel faktor Eksternal, 2). Variabel Faktor Internal, 3). Variabel Strategi Pengembangan, 4). Variabel Daya Saing (Keunggulan Bersaing). Hubungan antar variabel memberikan pengaruh yang signifikan, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pembuatan sistem penunjang keputusan (Dessision Suport System – DSS). DSS yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengetahui Nilai dan kriteria Daya Saing Perusahaan serta menunjukkan berbagai alternatif strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya saing perusahaan kontraktor.

Kata kunci: Keputusan, Strategi, Kontraktor, Daya saing

1. PENDAHULUAN Kondisi persaingan bisnis kontraktor Indonesia saat ini semakin ketat dengan dimulainya era globalisasi dan tidak seimbangnya jumlah nilai proyek dengan jumlah perusahaan yang ada. Persaingan bisnis konstruksi di Indonesia yang semakin ketat dapat dilihat dari semakin terbukanya persaingan dengan dimulainya era globalisasi. Hal tersebut dimulai dengan bergabungnya Indonesia dalam AFTA, yang menetapkan dimulainya sistem perdagangan bebas (diantaranya bidang jasa konstruksi) di lingkungan ASEAN pada tahun 2002 (Budiwibowo,2005). Kondisi persaingan bisnis konstruksi akan semakin terbuka dengan diberlakukannya perdagangan bebas APEC di lingkungan Asia Pasifik pada tahun 2010, dan WTO untuk perdaganan tingkat dunia pada tahun 2020 (Djatnika, dkk,2005).

Beberapa penelitian telah diadakan oleh beberapa peneliti untuk mendukung kemajuan Kontraktor di berbagai negara, baik sebagai bagian dari Industri konstruksi, maupun sebagai individu. Hasil tersebut tentu saja dimaksudkan untuk kepentingan pengembangan Kontraktor di negara yang bersangkutan. Bagaimana dengan penelitian yang diadakan pada kontraktor Indonesia ? Penelitian yang diadakan pada Kontraktor Indonesia, khususnya yang berhubungan dengan strategi bisnis

A – 159

Page 18: MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG … · dari ukuran dimensi rangka beton bertulang terhadap kekuatan dinding bata merah dalam menahan beban lateral siklik. Pada penelitian

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS 2010) Bandung, 26 Mei 2010, ISBN 978-979-16225-5-4

PERHITUNGAN RISIKO PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI BERBASIS METODE CHASTE (CONSTRUCTION HAZARD

ASSESSMENT WITH SPATIAL AND TEMPORAL EXPOSURE) (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Pusat Belanja Balubur, Bandung)

Latifa Dinar1 dan Indah Rachmatiah S Salami2 1Mahasiswi Program Studi Magister Teknik Lingkungan, Bidang Pengutamaan Keselamatan & Kesehatan Lingkungan,

Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email: [email protected] 2 Dosen Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email:

[email protected]

ABSTRAK Industri konstruksi memiliki potensi bahaya yang tinggi berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Kecelakaan di konstruksi berkaitan dengan pekerjaan pada lingkungan yang dinamis sehingga manajemen keselamatan lebih sulit dibandingkan pada lingkungan kerja yang stabil seperti di manufaktur. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan manajemen keselamatan yang berbeda dalam mengidentifikasi bahaya, menganalisis risiko, meningkatkan keselamatan dan mencegah kecelakaan. Untuk itu dikembangkanlah metode analisis bahaya dengan CJSA (Construction Job Safety Analysis) yang kemudian diaplikasikan dalam metode identifikasi risiko CHASTE (Construction Hazard Assessment With Spatial and Temporal Exposure) oleh Sacks, et.al. (2007). Metode ini dikembangkan dalam kerangka pendekatan konstruksi ramping untuk pihak manajemen yang memerlukan kemampuan memprediksi level risiko dalam rangka mendukung perencanaan konstruksi dan menarik usaha-usaha manajemen keselamatan pada waktu dan lokasi yang membutuhkan tindakan pengendalian. Metode ini diaplikasikan pada proyek Pusat Belanja Balubur dengan objek penelitian pada 13 kegiatan. Lokasi konstruksi memiliki level risiko yang berfluktuasi bergantung dengan waktu dan ruang. Dengan memisahkan potensi kejadian kehilangan kendali berdasarkan keberadaan korban, faktor paparan pekerja di lokasi, diperoleh analisis yang lebih akurat dibandingkan dengan metode lain saat ini. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 918 kejadian kehilangan kendali yang terdiri dari 621 kejadian karena paparan sendiri, 32 karena paparan rekan, dan 265 karena paparan overlap. Kejadian kehilangan kendali yang paling sering terjadi adalah terpeleset, kontak dengan peralatan kerja, terhirup material dan jatuh dari ketinggian. Hasil perhitungan menunjukkan pekerjaan yang paling berbahaya dan berisiko adalah pekerjaan di lokasi ketinggian dan perimeter bangunan seperti pekerjaan balok dan pelat.

Kata Kunci: Bahaya, Exposure, Kejadian kehilangan kendali, Konstruksi, Risiko

1. PENDAHULUAN Industri jasa konstruksi memiliki potensi bahaya yang tinggi berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Data statistik Depnakertrans RI tahun 2007, menunjukkan bahwa kecelakaan konstruksi menempati urutan pertama dibandingkan dengan data kecelakaan bidang sektor lainnya, yaitu sebesar 31.9%. Departemen Tenaga Kerja tahun 1999 juga melaporkan terdapat 27.297 kasus kecelakaan kerja di konstruksi dengan jumlah korban mencapai 60.975 pekerja yang terdiri dari 1.125 pekerja tewas, 5.290 cacat seumur hidup dan 54.103 pekerja yang untuk sementara tidak bisa bekerja akibat unsafe act pekerja dan unsafe condition yang pada intinya dipengaruhi oleh faktor manajemen di konstruksi (Zaini, 2009). Kecelakaan konstruksi berkaitan dengan pekerjaan

A – 169

Page 19: MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG … · dari ukuran dimensi rangka beton bertulang terhadap kekuatan dinding bata merah dalam menahan beban lateral siklik. Pada penelitian

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS 2010) Bandung, 26 Mei 2010, ISBN 978-979-16225-5-4

MEMBANGUN BUDAYA KUALITAS DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASI KONSTRUKSI

(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN INTERNATIONAL CONSULTING ENGINEER DI JAKARTA)

Dewi Sulityaningsih1, Krishna, S. Pribadi2

1Mahasiswa S2, Program Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email: [email protected]

2Associate Professor, Kelompok Keahlian Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung

ABSTRAK Mutu adalah penggerak dari manajemen berkualitas (Deming, 1986). Rita (2003) merumuskan bahwa budaya merupakan suatu pola dan mekanisme sosial yang dijalankan oleh suatu organisasi untuk mengurus anggotanya dan dapat dijadikan dasar yang tegas untuk menggerakan anggotanya dalam melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Salah satu upaya dalam meningkatkan kinerja organisai konstruksi adalah dengan menciptakan budaya mutu/ budaya berkualitas oleh perusahaan penyedia jasa konstruksi. Hal tersebut bisa dilaksanakan dengan lebih memperhatikan faktor-faktor pendukung transformasi budaya yang menuju budaya mutu yaitu faktor struktur organisasi, komunikasi, motivasi, kepemimpinan, kerja kelompok, sistem penghargaan, pendidikan dan latihan, pemberian kuasa. Dalam makalah ini, dilakukan survey penerapan faktor-faktor pendukung transformasi budaya berkualitas terhadap sebuah perusahaan International Consulting Engineer (Perusahan X) di Jakarta dengan cara pengisian kuisioner oleh pekerja pada perusahaan X tersebut.Setelah diolah, hasil kuisioner diharapkan menjadi tolak ukur kemajuan budaya kualitas pada perusahaan tersebut. Hal ini dilakukan dengan pengurutan nilai hasil kuisioner berdasarkan Relatifitas Indeks masing-masing faktor sehingga nantinya akan didapatkan faktor terendah dengan nilai yang kurang baik sehingga faktor tersebut harus harus diperbaiki guna mencapai budaya kualitas. Dari hasil studi dapat ditangkap bahwa faktor pembentuk budaya kualitas yang ada pada perusahaan tersebut adalah permasalah kepemimpinan, motivasi, sistem penghargaan, serta pendidikan dan pelatihan. Sehingga solusi akan permasalahan tersebut berupa peningkatanan kepemimpinan, pemberian motivasi, membenahi sistem penilaian karyawan sehingga penghargaan yang diterima pekerja bukan hanya materi namun non materi serta lebih memperhatikan peningkatan skill pekerjanya dengan melakukan pelatihan dan pendidikan untuk pekerjanya.

Kata kunci: risiko, perankingan, konsesi, infrastruktur air minum, multi kriteria

1. PENDAHULUAN Konsultan adalah seorang tenaga profesional yang menyediakan jasa nasehat ahli dalam bidang keahliannya, Perbedaan antara seorang konsultan dengan ahli 'biasa' adalah sang konsultan bukan merupakan karyawan di perusahaan sang klien, melainkan seseorang yang menjalankan usahanya sendiri atau bekerja di sebuah firma konsultasi, serta berurusan dengan berbagai klien dalam satu waktu. Sementara sebuah perusahaan konsultan adalah sebuah badan usaha yang menyediakan layanan jasa konsultasi, dalam hal ini konsultasi teknik. Dalam industri konstruksi, biasanya konsultan dipilih guna untuk menyeimbangkan peranan kontraktor. Konsultan biasanya menjadi representative owner yang bertugas sebagai wakil owner dalam mengendalikan proyek.

A – 179

Page 20: MODEL PENGARUH DIMENSI RANGKA BETON BERTULANG … · dari ukuran dimensi rangka beton bertulang terhadap kekuatan dinding bata merah dalam menahan beban lateral siklik. Pada penelitian

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS 2010) Bandung, 26 Mei 2010, ISBN 978-979-16225-5-4

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI, KEPUASAN KERJA DAN LOYALITAS KERJA

PADA KARYAWAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI

Fajar Susilowati1 dan Krishna, S. Pribadi2

1Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email: [email protected]

2Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung

ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif yang menjelaskan hubungan korelasional antara pengaruh kepemimpinan terhadap komitmen organisasi, kepuasan kerja dan loyalitas karyawan pada perusahaan konstruksi di Indonesia. Penelitian ini dilakukan terhadap 62 karyawan perusahaan konstruksi yang tersebar di beberapa kota di Indonesia. Dari hasil yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifkan antara kepemimpinan dengan komitmen terhadap organisasi, kepuasan kerja, dan loyalitas kerja pada karyawan perusahaan konstruksi, dimana jika kepemimpinan ditingkatkan maka komitmen terhadap organisasi, kepuasan kerja, dan loyalitas kerja karyawan juga akan meningkat. Dari hasil perhitungan prosentase pengaruh kepemimpinan terhadap ketiga aspek tersebut pengaruh paling besar adalah terhadap kepuasan kerja karyawan yaitu sebesar 16.2%. Namun demikian faktor kepeminpinan di sini tetap merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya peningkatan komitmen organisasi, kepuasan kerja dan loyalitas kerja karyawan pada perusahaan konstruksi.

Kata Kunci : Kepemimpinan, Komitmen Organisasi, Kepuasan Kerja, Loyalitas Kerja

1. PENDAHULUAN Industri konstruksi merupakan salah satu bidang industri yang memiliki banyak tantangan dalam pengelolaan sumber daya terutama sumber daya manusia yang terlibat didalamnya. Sumber daya manusia adalah aset paling penting, karena merupakan faktor kunci keberhasilan usaha khususnya bidang konstruksi dimana sebagian besar pekerjaan yang ada didalamnya dikerjakan dengan tenaga manusia. Oleh karena itu sumber daya manusia perlu dikelola dan dikembangkan secara terus menerus agar diperoleh sumber daya manusia yang berkualitas dalam arti bahwa pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu tepat mutu, waktu, dan biaya.

Dalam upaya untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat mempengaruhi kualitas kerja mereka. Selain itu proses pengembangan sumber daya manusia dalam suatu organisasi dapat dilakukan untuk mendorong nilai, pola kepercayaan dan perilaku yang sesuai dengan budaya dalam organisasi tersebut. Setiap organisasi maupun perusahaan pasti akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawannya melalui berbagai cara antara lain dengan memberikan motivasi dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif. Selain itu kepuasan karyawan terhadap pemimpin dalam menggerakkan dan memberdayakan karyawannya juga sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Pada umumnya untuk menciptakan daya saing yang handal pada suatu organisasi dapat dilakukan dengan memaksimalkan kinerja masing-masing individu yang ada dalam organisasi karena pada dasarnya kinerja dari masing-masing individu tersebut dapat mempengaruhi kinerja tim atau kelompok kerja, dan pada akhirnya mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan.

A – 187