Model Pengambilan Keputusan
-
Author
delphiano-azzis-hervian -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
Embed Size (px)
description
Transcript of Model Pengambilan Keputusan

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pengambilan keputusan merupakan pemilihan diantara beberapa alternatif
pemecahan masalah. Pada hakikatnya keputusan diambil jika pimpinan menghadapi
masalah atau untuk mencegah timbulnya masalah dalam organisasi yang bergerak
baik dalam bidang sosial maupun komersial. Ada dua kemungkinan sifat tujuan dari
pengambilan keputusan. Pertama adalah tujuan pengambilan keputusan yang bersifat
tunggal dalam arti bahwa sekali diputuskan tidak akan ada kaitannya dengan masalah
lain. Kemungkinan kedua adalah tujuan pengambilan keputusan dapat bersifat ganda
dalam arti bahwa satu keputusan yang diambil sekaligus memecahkan dua masalah
atau lebih.
Dalam setiap pengambilan keputusan para pengambil keputusan akan selalu
berhadapan dengan lingkungan, dimana salah satu karakteristiknya yang paling
menyulitkan dalam proses pengambilan keputusan adalah ketidakpastian
(Uncertainty), ini adalah salah satu sifat dimana tidak akan dapat diketahui dengan
pasti apa yang akan terjadi di masa yang datang.
Untuk itu maka model pengambilan keputusan sangatlah penting untuk
membantu para pengambil keputusan dan mengambil keputusan. Ada beberapa
macam model keputusan antara lain model simulasi computer, model pohon
keputusan, model probabilistik dan lain sebagainya. Dari model tersebut masing –
masing memiliki tipe kasus yang berbeda tapi memiliki fungsi yang sama. Maka dari
itu kami mengangkat suatu kasus dari model probabilistic untuk lebih memahami
model – model pengambilan keputusan tersebut.

BAB 11
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Model Pegambilan Keputusan
Model adalah percontohan yang mengandung unsure yang bersifat
penyederhanaan untuk dapat ditiru (jika perlu). Pengambilan keputusan itu sendiri
merupakan suatu proses berurutan yang memerlukan penggunaan model secara cepat
dan benar.
Pentingnya model dalam suatu pengambilan keputusan, antara lain sebagai
berikut:
- Untuk mengetahui apakah hubungan yang bersifat tunggal dari unsur-unsur itu
ada relevansinya terhadap masalah yang akan dipecahkan diselesaikan itu.
- Untuk memperjelas (secara eksplisit) mengenai hubungan signifikan diantara
unsur-unsur itu.
- Untuk merumuskan hipotesis mengenai hakikat hubungan-hubungan antar
variabel. Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk matematika.
- Untuk memberikan pengelolaan terhadap pengambilan keputusan.
Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau system
yang kompleks. Jadi dengan model, situasi atau sistem yang kompleks itu dapat
disederhanakan tanpa menghilangkan hal-hal yang esensial dengan tujuan
memudahkan pemahaman. Pembuatan dan penggunaan model dapat memberikan
kerangka pengelolaan dalam pengambilan keputusan.
Dalam analisis pengambilan keputusan ini ternyata semuanya menggunakan
model paling tidak secara implisit. Mengenai hal ini Hovey, memberikan contoh
mengenai pengecatan gedung sekolah.
1. Pengecatan gedung sekolah yang kotor dan tidak merata, secara tidak langsung
dapat berakibat kurangnya konsentrasi belajar para siswanya.
2. Pengecatan gedung sekolah yang tidak merata dan kotor pun, secara tidak
langsung dapat berakibat kurangnya konsentrasi mengajar para guru sekolah yang
bersangkutan.

3. Begitu pula pengecatan gedung sekolah yang tidak merata dan kotor, akhirnya
justru akan menyebabkan sekolah terpaksa mengeluarkan biaya yang lebih
banyak lagi.
4. Pengecatan yang baik dan benar, perlu dilakukkan dengan perubahan warna setiap
dua tahun sekali. Pengecatan dengan cara demikian itu akan meningkatkan
konsentrasi belajar para siswa dan mengajar para guru sekolah yang
bersangkutan.
5. Pengecatan gedung sekolah itu ada dalam keadaan baik dan tepat, apabila
dilakukan setiap dua tahun sekali.
Dari uraian tersebut, empat butir pertama masing-masing mendasarkan diri
pada model yang berbeda, tetapi secara implisit menunjukkan adanya hubungan
antara pengecatan dan pendidikan atau pelaksanaan pendidikan. Model kelima
merupakan praktik pengecatan itu sendiri (sebaiknya dilakukan dua tahun sekali).
Alasan-alasan yang dikemukakan pada butir (1) dan (2) dapat dibenarkan oleh
yayasan sekolah. Butir (3) merupakan model penarikan kesimpulan secara teknis
mengenai hubungan antara pengecatan dan struktur, jadi diluar prinsip-prinsip
keahlian. Butir (1) dan (2) menghubungkan antara pengecatan dengan pelaksanaan
kegiatan siswa dan kegiatan guru.
Pada umumnya, semua model itu mempunyai aspek-aspek tertentu masing-
masing adalah idealisasi, atau abstraksi dari bagian dunia nyata (praktik nyata), atau
dengan kata yang lebih tepat dan jelas imitasi dari kenyataan, mengenai hal ini Olaf
Helmer menyatakan bahwa: karakteristik dari konstruksi. Model adalah abstraksi;
elemen-elemen tertentu dari situasi yang mungkin dapat membantu seseorang
menganalisis keputusan dan memahaminya dengan lebih baik. Untuk mengadakan
abstraksi, maka pembuatan model sering kali dapat meliputi perubahan konseptual.
Setiap unsure dari situasi nyata merupakan tiruan dengan menggunakan sasaran
matematika atau sasaran fisik.
Hubungannya dengan unsur lain mencerminkan adanya kekayaan atau
peralatan dan hubungan lain berupa tiruan. Sebagai contoh, system lalu lintas kota
dapat dibuat tiruannya dengan membuat miniature yang menggambarkan adanya

jaringan-jaringan, jalan-jalan, rambu-rambu lalu lintas, beserta kendaraan persis
seperti sesungguhnya.
Jika para analis membuat model, mereka biasanya melakukan hal itu supaya
dapat menetapkan tindakan yang paling tepat dalam situasi tertentu. Kemudian
digunakan untuk memberikan saran bagi pembuat keputusan. Dengan demikian pada
hakikatnya model itu merupakan pengganti hal yang nyata, mewakili kejadian
sesungguhnya, dengan harapan agar dapat mengatasi masalah apabila timbul masalah
yang sesungguhnya. Model ini sendiri dibuat dengan menyesuaikan pada situasi
dimana model itu akan dibuat. Di samping itu, model pun dibuat sesuai dengan tujuan
penggunaan model itu sendiri.
Pembuatan dan penggunaan model menurut Kast, memberikan kerangka
pengelolaan. Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau
system yang kompleks. Jadi dengan menggunakan model situasi yang kompleks
disederhanakan tanpa penghilangan hal-hal yang esensial dengan tujuan untuk
memudahkan pemahaman.
Berdasarkan pendekatan ilmu manajemen untuk memecahkan masalah
digunakan model matematika dalam menyajikan system menjadi lebih sederhana dan
lebih mudah dipahaminya. Pada umumnya model itu memberikan sarana abstrak
untuk membantu komunikasi. Bahasa itu sendiri merupakan proses abstraksi,
sedangkan matematika merupakan bahasa simbolik khusus.
2.2 Klasifikasi Model Pengambilan Keputusan
Mengingat begitu banyaknya cara untuk mengadakan klasifikasi model,
dibawah ini disampaikan beberapa klasifikasi saja. Klasifikasi model dapat dilakukan
berdasarkan sebagai berikut:
1. Tujuannya : model latihan, model penelitian, model keputusan, model
perencanaan, dan lain sebagainya. Pengertian tujuan disini adalah dalam arti
purpose.

2. Bidang penerapannya (field of application) : model tentang transportasi, model
tentang persediaan barang, model tentang pendidikan, model tentang kesehatan,
dan sebagainya.
3. Tingkatannya (level) : model tingkat manajemen kantor, tingkat kebijakan
nasional, kebijakan regional, kebijakan local, dan sebagainya.
4. Ciri waktunya (time character) : model statis dan model dinamis.
5. Bentuknya (form) : model dua sisi, satu sisi, tiga dimensi, model konflik, model
non konflik, dan sebagainya.
6. Pengembangan analitik (analytic development) : tingkat dimana matematika perlu
digunakan; lain-lain.
7. Kompleksitas (complexity) : model sangat terinci, model sederhana, model global,
model keseluruhan, dan lain-lain.
8. Formalisasi (formalization) : model mengenai tingkat dimana interaksi itu telah
direncanakan dan hasilnya sudah dapat diramalkan, namun secara formal perlu
dibicarakan juga.
Quade membedakan model ke dalam dua tipe, yakni model kuantitatif dan model
kualitatif.
1. Model kuantitatif
Model kuantitatif (dalam hal ini adalah model matematika) adalah
serangkaian asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian hubungan
matematis yang pasti. Ini dapat berupa persamaan, atau analisis lainnya, atau
merupakan instruksi bagi computer, yang berupa program-program untuk
computer. Adapun ciri-ciri pokok model ini ditetapkan secara lengkap melalui
asumsi-asumsi, dan kesimpulan berupa konsekuensi logis dari asumsi-asumsi
tanpa menggunakan pertimbangan atau intuisi mengenai proses dunia nyata
(praktik) atau permasalahan yang dibuat model untuk pemecahannya.
2. Model kualitatif
Model kualitatif didasarkan atas asumsi-asumsi yang ketepatannya agak
kurang jika dibandingkan dengan model kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan
melalui kombinasi dari deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dan dengan

pertimbangan yang lebih bersifat subjektif mengenai proses atau masalah yang
pemecahannya dibuatkan model.
Gullet dan Hicks memberikan beberapa klasifikasi model pengambilan
keputusan yang kerapkali digunakan untuk memecahkan masalah seperti itu (yang
hasilnya kurang diketahui dengan pasti).
3. Model Probabilitas
Model probabilitas, umumnya model-model keputusannya merupakan
konsep probabilitas dan konsep nilai harapan member hasil tertentu (the concept
of probability and expected value).
Adapun yang dimaksud dengan probabilitas adalah kemungkinan yang
dapat terjadi dalam suatu peristiwa tertentu (the chance of particular event
occuring). Misalnya kartu bridge terdiri atas 52 buah kartu; berarti tiap-tiap kartu
hanya memiliki kemungkinan 1/52. Kartu heart 1 (jantung merah 1) hanya
memiliki kemungkinan 1/52. Begitu pula halnya dengan dadu berisi 6, masing-
masing sisi hanya memiliki kesempatan atau kemungkinan 1/6 untuk menang.
Demikian juga halnya dengan probabilitas statistic atau proporsi statistic
dikembangkan melalui pengamatan langsung terhadap populasi atau melalui
sampel dari populasi tersebut. Sampel itu sendiri merupakan sebagian yang
dianggap mewakili keseluruhan (populasi).
Kemungkinan yang dimiliki oleh setiap kartu bridge adalah 1/52 dan dadu
adalah 1/6 itu merupakan sebagian dari seluruh kemungkinan masing-masing
(untuk kartu adalah 52 dan untuk dadu adalah 6).
Banyak kemungkinan dalam rangka pengambilan keputusan dalam organisasi,
yang semuanya bertujuan mendapatkan sesuatu yang diharapkan masa
mendatang, misalnya agar nantinya dapat menanggulangi terhadap kesulitan-
kesulitan dalam masa resesi, untuk dapat menaikkan tingkatan pendapatan
masyarakat, lain sebagainya.
4. Konsep tentang nilai-nilai harapan (the Concept of Expectedvalue)
Konsep tentang nilai harapan ini khususnya dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan yang akan diambilnya nanti menyangkut kemungkinan-

kemungkinan yang telah diperhitungkan bagi situasi dan kondisi yang akan
datang. Adapun nilai yang diharapkan dari setiap peristiwabyang terjadi
merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa itu dikalikan dengan nilai
kondisional. Sedangkan nilai kondisionalnya adalah nilai dimana terjadinya
peristiwa yang diharapkan masih diragukan.
Sebagai contoh; pemerintah mengeluarkan undian social berhadiah Rp
400 juta. Jumlah undian yang dijual sebanyak dua juta lembar dengan nilai
nominal harga tiap lembarnya Rp 500,-. Kalau undian sebanyak dua juta lembar
itu laku semuanya, maka pendapatan pemerintah dari hasil penjualan sebesar Rp 1
milyar. Pendapatan bersih sebesar Rp 600 juta. Kemungkinan memenangkan
hadiah dari tiap lembar undian adalah seperdua juta. Nilai harapannya sebetulnya
hanyalah ½ juta x 400 juta = Rp 200 juta.
5. Model matriks
Selain model probabilitas dan nilai harapan (probability and expected
value), ada juga model lainnya. Model lain tersebut misalnya adalah model
matriks (the payoff matrix model).Model matriks merupakan model khusus yang
menyajikan kombinasi antara strategi yang digunakan dan hasil yang diharapkan.
Dalam hal ini Gullett dan Hicks mengatakan : The payoff matrix is a
particularly convenient method of displaying and summarizing the expected
values alternative strategics.Model matriks terdiri atas dua hal, yakni baris dan
lajur. Baris (row) bentuknya mendatar, sedangkan lajur (column) bentuknya
menegak (vertikal). Pada sisi baris berisi macam alternative strategi yang
digelarkan oleh pengambil keputusan, sedangkan pada sisi lajur berisi kondisi dan
nilai harapan dalam kondisi dan situasi yang berlainan.
Contoh dibawah ini menggambarkan adanya strategi ya ng berbeda-beda
dalam konsep atau pandangan eko nomi yang bervariasi.
Jika menggunakan strategi investasi yang sifatnya agresif (berani) sebesar
Rp 100 juta, hasil yang dimungkinkan dari investasi tersebut akan berkisar antara
5-25%-nya, tergantung apakah keadaan ekonomi saat itu baru mengalami resesi,
atau dalam keadaan normal, atau malahan baru dalam keadaan baik sekali

(boom). Apakah hal kedua yang dilakukan yakni dengan menggunakan strategi
penanaman modal yang termasuk moderat sebesar Rp 50 juta diharapkan akan
mendapat keuntungan sekitar 2-15%, tergantung dari keadaan ekonomi saat itu.
Yang ketiga adalah apabila kebijakan investasi yang ditempuh secara minimal
dengan dana Rp 10 juta dan itu digunakan untuk penggantian bagian mesin
beserta pemeliharaannya pada keadaan ekonomi yang sedang membaik,
diperkirakan dapat member keuntungan 1%, tetapi apabila dalam keadaan resesi
atau dalam keadaan normal diperkirakan tidak akan member keuntungan.
6. Model pohon keputusan (Decision Tree Model)
Model ini merupakan suatu diagram yang cukup sederhana yang
menunjukkan suatu proses untuk merinci masalah-masalah yang dihadapinya
kedalam komponen-komponen, kemudian dibuatkan alternatif-alternatif
pemecahan beserta konsekuensi masing-masing.
Dengan demikian, maka pimpinan tinggal memilih alternative mana yang
sekiranya paling tepat untuk dijadikan keputusan.
Pohon keputusan ini biasanya dipergunakan untuk memecahkan masalah-
masalah yang timbul dalam proyek yang sedang ditangani. Selanjutnya Welch
dan Comer memberikan definisi mengenai pohon keputusan (decision tree)
sebagai berikut:
“The decision tree is a simple diagram showing the possible consequences of
alternative decisions. The tree includes the decision nodes chance modes, pay offs
for each combination, and the probabilities of each event.”
Menurut Welch, ada 4 komponen dari pohon keputusan yakni : simpul
keputusan, simpul kesempatan, hasil dari kombinasi, dan kemungkinan-
kemungkinan akibat dari setiap peristiwa yang terjadi. Hal yang kiranya penting
dalam pohon keputusan adalah pengambil keputusan itu haruslah secara aktif
memilih dan mempertimbangkanbetul-betul alternative mana yang akan dijadikan
keputusan
Tipe analisis pembuatan keputusan mana yang akan digunakan sangat
tergantung pada kemungkinan-kemungkinan yang rasional dapat dikemukakan

terhadap masalah yang dihadapinya. Untuk keperluan tersebut dibutuhkan
informasi yang lengkap,upto-date dan dap;at dipercaya kebenarannya, sehingga
memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil keputusan dengan baik.
Pohon keputusan itu dinamakan juga diagram pohon karena bentuknya
berupa diagram. Diagram ini bentuknya seperti pohon roboh. Diagram pohon ini
merupakan salah satu langkah yang diperlukan, misalnya dalam pengambilan
rancangan bangun proyek. Konsep proses ini pada dasarnya mengikuti teori
system, dimana antara komponen yang satu dengan komponen yang lain
merupakan mata rantai proses yang berkesinambungan, yang saling bergantung.
Adapun langkah-langkah yang sekiranya perlu dilakukan secara berturut-
turut sebagai berikut:
1. Mengadakan identifikasi jaringan hubungan komponen-komponen yang ada
yang secara bersama-sama membentuk masalah tertentu yang nantinya harus
dipecahkan melalui diagram keputusan. Masalah tertentu itulah yang
merupakan masalah utama.
2. Masalah utama itu kemudian dirinci kedalam masalah yang lebih kecil.
3. Masalah yang sudah mulai terinci itu kemudian dirinci lagi kedalam masalah
yang lebih kecil lagi. Begitu seterusnya, sehingga merupakan diagram pohon
yang bercabang-cabang.
Itulah sebabnya mengapa keputusan atau proses pengambilan keputusan
yang dilakukan semacam itu dinamakan diagram pohon. Diagram pohon itu
sangat bermanfaat bagi tim yang mengadakan analisi masalah untuk kemudian
dipecahkan bersama-sama dalam tim itu karena masalahnya dan pemecahaanya
saling berkaitan. Tanpa bantuan anggota tim lainnya masalah yang begitu
kompleks tidak akan dapat dipecahkan.
7. Model Kurva Indiferen (Kurva Tak Acuh).
Kurva Indeferen merupakan kurva berbentuk garis dimana setiap titik
yang berada pada garis kurva tersebut mempunyai tingkat kepuasan atau
kemanfaatan yang sama. Misalnya, penggunaan barang A dan B meskipun

kombinasi jumlah masing-masing berbeda, namun apabila semuanya itu berada
pada titik kurva indiferen, kepuasa sama.
Kurva Indeferen mempunyai 4 ciri penting, yakni sebagai berikut.
1. Kurva indeferen membentuk lereng yang negatif. Kemiringan yang negatif
menunjukan fakta atau asumsi bahwa satu komoditas dapat diganti dengan
komoditas lainnya sedemikian rupa sehingga konsumen mempunyai tingkat
kepuasan yang tetap sama.
2. Jika ada dua kurva indiferen dalam suatu keadaan atau lingkupan maka
keduanya tidak akan saling berpotongan.
3. Hasil yang diperoleh dari asumsi ialah bahwa kurva indiferen ditarik melalui
setiap titik sehingga membentuk garis kurva.
4. Kurva indeferen di butuhkan bagi pengorbanan tertentu untuk mendapatkan
kepuasan yang optimal.
8. Model Simulasi Komputer.
Menurut model ini, pengambilan keputusan diperlukan rancang bangun
(design) yang biasanya menggunakan komputer yang mampu menirukan apa-apa
yang dilakukan oleh organisasi. Karena dengan menggunakan komputer, hal ini
lebih mudah dihitung dan diketahui besarnya pengaruh variable terhadap
dependen. Sebab dengan menggunakan komputer jangkauan pikiran dan
pemikirannya secara secara operasional menjadi lebih luas dan panjang serta
mampu memecahkan masalah yang kompleks karena komputer dapat
menciptakan simulasi (permainan,tiruan) yang dapat menggambarkan dengan
tepat seperti kegiatan yang sesungguhnya.
Sebagai contoh,setiap pilot pesawat terbang harus dapat memberi keputusan
dengan tepat dan cepat apa yang herus segera dilakukan jika menghadapi situasi
yang cukup riskan dalam atau selama penerbangan. Apabila keputusan dan
tindakan itu tepat maka selamatlah pesawat terbang dengan segala isinya tetapi
apabila ternyata keputusan dan tindakan yang diambil keliru maka akan fatallah
penerbangan itu dan pilot bertanggung jawab atas musibah yang dialaminya. Oleh

karena itu,setiap calon pilot harus banyak latihan memecahkan masalah
penerbangan melalui cockpit tiruan yang bentuk,besar,dan juga instrumennya
persis sama dengan cockpit pesawat sungguhan.
Dari hasil latihan simulasi itu calon pilot mendapat instruksi-instruksi yang
harus dikerjakan dengan tepat dan cepat untuk menyelamatkan pesawatnya. Jika
ia telah cukup mahir menjalankan instruksi, kemudian keteranpilan ditingkatkan
dengan memberi masalah kepada calon pilot untuk segera dipecahkan dengan
cepat dan tepat. Simulasi penerbangan tersebut semacam video game. Dengan
melalui latihan bersimulasi yang intensif calon pilot akan mahir mengemudikan
pesawat terbang sungguhan dan barulah di coba dengan pesawat sesungguhnya.
Selanjutnya Robert D.Spech mengelompokkan model dalam rangka analisis
kebijakan pengambilan keputusan ke dalam 5 kategori yakni sebagai berikut.
1. Model Matematika
Model matematika ini menggunakan teknik seperti misalnya linear
programming, teori jaringan kerja, dsb. komputer dapat digunakan begitu pula
dengan kalkulator yang dapat digunakan sebagai alat perhitungan saja bukan
sebagai simulator.
2. Model Simulasi Komputer
Model ini merupakan tiruan dari kasus yang sesungguhnya. Ada yang
dibuat dengan peralatan dan ukuran yang sama persis dengan yang
sesungguhnya misalnya cockpit pesawat dimana calon pilot melatih diri
melalui cockpit tiruan tersebut.
3. Model Permainan Operasional
Dalam model ini manusia dijadikan objek yang harus mengambil
keputusan. Informasi diperoleh dari komputer atau video game yang
menyajikan masalahnya. Misalnya seperti pada permainan perang-perangan
(war games),video memberikan informasi dan menyajikan masalah yang
berupa datangnya musuh yang akan menyerang kita dengan macam-macam

cara penyerangan. Kita diminta mempertahankan diri dan menghancurkan
musuh dengan peralatan yang telah disediakan pada video games tersebut.
4. Model verbal
Model verbal adalah model pengambilan keputusan berdasarkan
analogi yang lebih bersifat bukan kuantitatif. Dari analog itu kemudian dibuat
dalilnya yang kemudian diterapkan untuk menyimpulkan dan mengambil
keputusan yang nonkuantitatif.
Anthony down memberikan contoh model verbal yang berupa atau
menyangkut birokrasi. Down memandang birokrasi sebagai organisasi yang
memiliki 4 ciri,sebagai berikut.
a. Birokrasi mempunyai lingkungan yang cukup luas dimana peringkat
tertinggi hanya mengetahui kurang dari setengah dari seluruh anggotanya
secara pribadi. Ini berarti bahwa birokrasi itu menghadapi masalah
administratif substansial.
b. Bagian terbesar dari anggotanya adalah karyawan penuh yang sangat
menggantungkan dari pada kesempatan kerja dan gajinya pada organisasi
itu. Ini berarti bahwa pada anggotanya sangat terikat pada pekerjaannya.
c. Upahnya, kenaikan pangkatnya, dan sebagainya itu sangat tergantung
pada prestasinya dalam organisasi itu atau ketentuan-ketentuan yang
dibuat oleh organisasi tersebut.
d. Sebagian besar dari hasil itu secara tidak langsung dinilai dalam pasaran.
Prestasi kerja para anggota atau karyawan secara tidak langsung juga ikut
menentukan pasaran hasil organisasinya/perusahaannya.
Dengan demikian, maka faktor intern (fungsi) dan faktor ekstern
(lingkungan) ikut berperan dan oleh karena itu perlu mendapat perhatian.
Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pimpinan, maka analogi
terhadap berlakunya dalil dan faktor-faktor tersebut harus juga menjadi bahan
pertimbangan.

5. Model fisik
Dalam menjalankan kebijakan pemerintah model fisik ini tidak begitu
penting untuk dianalisis. Model ini,misalnya model dalam rangka pembuatan
bangunan atau tata kota. Dalam model pengambilan bangunan misalnya
berlaku model perencanaan jaringan kerja atau model PERT dan yang
sejenisnya. Model ini merupakan serangkaian keputusan dalam program
pembangunan dan pengembangan yang cukup kompleks. Bagian-bagian mana
yang dapat dilakukan secara serentak, dalam arti tidak usah berurutan dan
bagian-bagian mana yang mengerjakan bagian berikutnya. Ini lebih
merupakan tugas dan pengambilan keputusan seorang insinyur daripada
policy maker.
CONTOH KASUS : MASALAH GROSIR
Salah satu permasalahan yang sering dihadapi grosir adalah bagaimana
menentukan tingkat persediaan (stock) barang agar permintaan konsumen terpenuhi
dan biaya gudang (tempat penyimpanan barang) tersebut tidak terlalu mahal. Hal ini
selalu menjadi tujuan karena ketidakmampuan memberikan solusi yang optimal akan
menghasilkan dua jenis kerugian dalam usaha grosir. Sebagai contoh khusus, diambil
masalah grosir buah yang menjual buah strawbarry. Buah ini mempunyai masa
(waktu) jual yang terbatas, dalam arti jika tidak terjual pada hari pengiriman, maka
tidak akan laku dijual pada hari berikutnya. Jika diandaikan harga pengambilan satu
keranjang strawberry adalah $20, dan grosir akan menjualnya dengan harga $50 satu
keranjang. Berapa keranjangkah persediaan yang perlu diambil setiap hari oleh grosir
agar mendapat resiko kerugian minimum, atau agar mendapat keuntungan maximum?
Hal ini dapat diselesaikan dengan konsep peluang jika informasi tentang jumlah data
penjualan
beberapa hari yang lalu ada dicatat. Untuk membahas kasus ini selanjutnya
diandaikan data penjualan selama 100 hari yang lalu tercatat sebagai berikut:

Tabel 1. Data Penjualan
Jumlah Strawbary terjual Jumlah Hari (Dalam Satuan Keranjang)
Penjualan
10 15 11 20 12 40 13 25 Jumlah 100
ANALISIS KEPUTUSAN Analisis keputusan yang dimaksud disini adalah suatu rangkaian proses dalam
membahas permasalahan yang dikemukakan di atas. Hal ini dapat dilakukan dengan
memperkenalkan konsep jenis kerugian yang ditimbulkan, pemakaian konsep
peluang, dan perhitungan ekspektasi kerugian.
Pendefinisian Jenis Kerugian
Bila dalam membahas permasalahan di atas kita fokuskan terhadap minimisasi
kerugian maka perlu didefinisikan dua jenis kerugian yang akan ditimbulkan dalam
kasus tersebut. Jenis kerugian yang pertama dikenal dengan obsolescence looses.
Jenis kerugian ini disebabkan oleh persediaan yang terlalu banyak sehingga harus
dibuang pada hari berikutnya, (jenis ini hampir sama dengan biaya gudang akibat
terlalu lama penyimpanan). Misalnya dari kasus tersebut di atas, jika jumlah
strawberry yang disediakan oleh grosir adalah 12 keranjang namun permintaan pada
hari itu hanya 10 keranjang, maka grosir akan mengalami kerugian sebesar $40 (yaitu
dari harga pembelian 2 keranjang strawberry yang tidak terjual). Jenis kerugian yang
kedua adalah opportunity looses. Jenis kerugian ini disebabkan oleh kurangnya
persediaan sehingga ada pembeli yang tidak terlayani.
Dengan kata lain, kerugian ini timbul akibat keuntungan yang seharusnya
diperoleh tetapi tidak jadi diperoleh karena kekurangan stock. Misalnya dari kasus di

atas, jika jumlah strawberry yang disediakan oleh grosir adalah 10 keranjang
sedangkan permintaan pada hari itu mencapai 12 keranjang, maka grosir akan
mengalami kerugian sebesar $60 (yaitu keuntungan yang tidak diterima dari hasil
penjualan 2 keranjang strawberry bila stock ada).
Tabel.2 Tabel Kerugian Bersyarat
Kemungkinan Jumlah Yang diminta (X)
Kemungkinan Persediaan yang Dilakukan(X) 10 11 12 13
10 $0 $20 $40 $60 11 30 0 20 40 12 60 30 0 20 13 90 60 30 0
Adopsi Konsep Peluang
Konsep peluang yang sudah didefinisikan sebelumnya dapat diadopsi untuk
data persoalan tersebut di atas. Jika tujuan grosir adalah untuk menentukan
persediaan jumlah strawberry dalam satuan keranjang pada hari tersebut, dimisalkan
dengan X, maka berdasarkan data di atas X adalah peubah acak diskrit yang dapat
mengambil nilai 1O, 11, 12, dan 13. Dan distribusi Peluang X (jumlah keranjang
strawberry) dapat dinyatakan sebagai berikut:
Tabel 3. Distribusi Peluang X
Jumlah Strawbary terjual Dalam Satuan Keranjang (X)
Jumlah Hari Penjualan (f)
Frekwensi Relatif (fr) P(X=x)
10 15 0.15 11 20 0.20 12 40 0.40 13 25 0.25 Jumlah 100 1.00
Perhitungan Ekspektasi Kerugian
Mengingat tujuan utama dari analisis ini adalah untuk menentukan jumlah
stock strawberry agar resiko (kerugian) minimum, maka analisis dilakukan dengan

memperhitungkan ekspektasi kerugian. Analisis perhitungan ekspektasi ini akan
disajikan dalam tabel, dengan memperhitungkan semua kemungkinan yang dapat
terjadi, dimulai dari tabel ekspektasi kerugian bila persediaan 10 keranjang sampai
dengan tabel ekspaktasi kerugian bila persediaan 13 keranjang.
Tabel 4. Ekspektasi kerugian dari Persediaan 10 Keranjang
Jumlah Kemungkinan Permintaan (X)
Kerugian Bersyarat
Peluang X P (X)
Ekspektasi Kerugian X.P (X)
10 $0 0.15 $0.00 11 30 0.20 6.00 12 60 0.40 24.00 13 90 0.25 22.50 Jumlah 1.00 $52.50
Kolom kerugian bersyarat pada Tabel 4 di alas diambil, dari tabel 2 untuk
kasus persediaan 10 keranjang. Kolom ke empat dari Tabel 4 menyatakan bahwa jika
10 keranjang disediakan setiap hari selama masa yang panjang (long period), maka
kerugian secara rata-rata (ekspektasi kerugian) adalah $52.50. Tentu tidak ada
jaminan bahwa jika besok diambil persediaan 10 keranjang maka sudah pasti akan
rugi %52.50. Dengan cara yang sama tabel 5, 6, dan 7 dapat dibentuk dan
diinterpretasikan.
Tabel 5. Ekspektasi Kerugian Dari Persediaan 11 Keranjang
Jumlah Kemungkinan Permintaan (X)
Kerugian Bersyarat
Peluang X P (X)
Ekspektasi Kerugian X.P (X)
10 $20 0.15 $3.00 11 0 0.20 0.00 12 30 0.40 12.00 13 60 0.25 15.00 Jumlah 1.00 $30.00
Hasil analisis ekspektasi kerugian yang disajikan dalam tabel 4 sampai dengan
7 dapat digunakan untuk mengambit keputusan. Dapat dilihat bahwa minimum
kerugian yang terjadi adalah $17.50. Hal ini terjadi pada tingkat persediaan 12

keranjang Strawberry. Ini berarti grosir lebih baik menyediakan 12 keranjang setiap
harinya, untuk kasus tersebut di atas.
Seandainya untuk membahas permasalahan di atas dilakukan anatisis dengan
mempertimbangkan keuntungan yang maksimum, maka hasilnya tidak akan berbeda
yaitu dengan jumlah persediaan 12 keranjang perharinya.
Tabel 6. Ekspektasi Kerugian Dari Persediaan 12 Keranjang
Jumlah Kemungkinan Permintaan (X)
Kerugian Bersyarat
Peluang X P (X)
Ekspektasi Kerugian X.P (X)
10 $40 0.15 $6.00 11 20 0.20 4.00 12 0 0.40 0.00 13 30 0.25 7.50 Jumlah 1.00 $17.50
Tabel 7. Ekspektasi Kerugian Dari Persediaan 13 Keranjang
Jumlah Kemungkinan Permintaan (X)
Kerugian Bersyarat
Peluang X P (X)
Ekspektasi Kerugian X.P (X)
10 $60 0.15 $9.00 11 40 0.20 8.00 12 20 0.40 8.00 13 0 0.25 0.00 Jumlah 1.00 $52.50 KESIMPULAN DARI KASUS DI ATAS
Pemakaian Teori Peluang untuk membahas persoalan ketidakpastian dapat
dilakukan bilamana dimiliki suatu informasi yang dapat dimodifikasi menjadi
frekwensi relatif. Contoh kasus masalah grosir buah tetah menunjukkan bagaimana
penggunaan konsep teori peluang dan ekspektasi digunakan untuk mengambii
keputusan. Dan perhitungan dapat diperoleh bahwa nilai minimum kerugian adalah
$17.50, dengan jumlah persediaan perharinya 12 keranjang.

DAFTAR PUSTAKA
M. Iqbal Ansam, Teori Pengambilan Keputusan
Darnius, Open, 2004 Pemakaian Peluang Dalam Membuat Keputusan,Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara