MODEL PENDUGAAN KEDALAMAN TEKAN RODA TRAKTOR … · The parameters used for the plate sinkage test...
Transcript of MODEL PENDUGAAN KEDALAMAN TEKAN RODA TRAKTOR … · The parameters used for the plate sinkage test...
MODEL PENDUGAAN KEDALAMAN TEKAN RODA
TRAKTOR RODA EMPAT BERBASIS
PLATE SINKAGE TEST
GUMILAR HISMAYA RAHMAN
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Model Pendugaan
Kedalaman Tekan Roda Traktor Roda Empat Berbasis Plate Sinkage Test adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Gumilar Hismaya Rahman
NIM F14090091
ABSTRAK
GUMILAR HISMAYA RAHMAN. Model Pendugaan Kedalaman Tekan Roda
Traktor Roda Empat Berbasis Plate Sinkage Test. Dibimbing oleh LENNY
SAULIA.
Kedalaman tekan roda traktor di lahan dapat mengakibatkan meningkatnya
tahanan gelinding yang menurunkan kemampuan traksi roda traktor sehingga nilai
efisiensi kerja traktor menurun. Penelitian bertujuan untuk menduga kedalaman
tekan (sinkage) roda traktor roda empat pada suatu lahan kering berbasis plate
sinkage test. Parameter yang digunakan untuk plate sinkage test adalah tekanan,
sifat fisik dan mekanik tanah (kadar air, densitas, dan tahanan penetrasi) serta
ukuran plat (luas plat dan indeks rasio bentuk plat). Metode yang digunakan yaitu
dengan melakukan pendugaan sinkage plat dan membandingkan dengan model
pendugaan sinkage Bekker (1960). Berdasarkan uji di lapangan, parameter yang
berpengaruh cukup kuat dalam plate sinkage test adalah kadar air dan tekanan plat.
Model yang memiliki nilai hubungan terbaik dengan sinkage traktor adalah model
k2 yaitu 7 6 6 69 .
Kata kunci: indeks rasio bentuk, plate sinkage, sinkage, traktor
ABSTRACT
GUMILAR HISMAYA RAHMAN. Sinkage Prediction Model of a Four-Wheel
Tractor Based on Plate Sinkage Test. Supervised by LENNY SAULIA.
Sinkage of a tractor on a field will cause motion resistance which reduces its
traction. This will lead to the reduction of tractor’s efficiency. This study was
conducted to predict the sinkage of a four-wheel tractor based on plate sinkage
test. The parameters used for the plate sinkage test were load, physical and
mechanical properties of soil (water content, bulk density and penetration
resistance) and the dimensional parameters of the plate (the plate area and contact
shape ratio). The method used were predicting sinkage using plate sinkage test
with special consideration on contact shape ratio and comparing the model with
Bekker’s sinkage model (1960). The test resulted that water content and load on
area of plate were significantly affect the depth of sinkage as a parameters. The
model which is has the best correlation to the sinkage of tractor is k2 model i.e.
7 6 6 69 .
Keywords: plate sinkage, shape ratio index, sinkage, tractor
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
MODEL PENDUGAAN KEDALAMAN TEKAN RODA
TRAKTOR RODA EMPAT BERBASIS
PLATE SINKAGE TEST
GUMILAR HISMAYA RAHMAN
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Model Pendugaan Kedalaman Tekan Roda Traktor Roda Empat
Berbasis Plate Sinkage Test
Nama : Gumilar Hismaya Rahman
NIM : F140090091
Disetujui oleh
Dr Lenny Saulia, STP M.Si
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Desrial, M.Eng
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah yang
telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul “MODEL PENDUGAAN KEDALAMAN TEKAN RODA TRAKTOR
RODA EMPAT BERBASIS PLATE SINKAGE TEST”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Lenny Saulia, S.TP,
M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan
bimbingan, arahan, serta motivasi kepada penulis juga. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Tineke Mandang, MS dan Dr. Ir. Gatot
Pramuhadi, M.Si selaku penguji ujian skripsi yang telah membantu dalam
mensukseskan perampungan karya ilmiah ini. Terima kasih kepada seluruh
teman-teman ORION yang telah membantu dalam melakukan penelitian
khususnya teman satu bimbingan Robi, Hairunniasa, Andika, dan Adi. Terima
kasih juga kepada Acrodia, Darksieg, blackqnight, papajahat, dan Animarelix
yang telah memperlambat pengerjaan skripsi ini. Tidak lupa ucapan terima kasih
untuk adik-adik yang telah membantu dalam memberikan dukungan moril dan
semua pihak yang memberikan bantuannya dalam penyelesaian karya ilmiah.
Penelitian ini dilakukan disebabkan adanya kendala yang terjadi di lapangan
dalam penggunaan traktor, di mana mobilitas traktor mengalami penurunan akibat
adanya tahanan gelinding antara tanah dengan roda traktor. Hal tersebut terjadi
karena tidak ada pendugaan sebelumnya mengenai sinkage roda traktor yang
mungkin terjadi di lahan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Gumilar Hismaya Rahman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Bahan 3
Alat 3
Rancangan Penelitian 5
Metode Penelitian 6
Prosedur Analisis Data 11
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Deskripsi Lahan Penelitian 11
Pengaruh Parameter Terhadap Kedalaman Tekan (Sinkage) Plat 13
Model Plate Sinkage 21
Verifikasi Model 22
SIMPULAN DAN SARAN 26
Simpulan 26
Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 28
RIWAYAT HIDUP 29
DAFTAR TABEL
1 Pengaruh sinkage (z) terhadap efisiensi lapang 1 2 Perbandingan ukuran panjang dan lebar (cm) plat tes dengan luasan 36
cm2 3
3 Perbandingan ukuran panjang dan lebar (cm) plat tes dengan luasan 50
cm2 3
4 Sifat fisik dan mekanik tanah 11 5 Indeks plastisitas dan ukuran fraksi tanah Laboratorium Lapangan
Siswadhi Soepardjo 12 6 Model plat sinkage 22 7 Koefisien hubungan antara sinkage observasi dengan sinkage model 22 8 Besar error sinkage model terhadap sinkage observasi traktor statis 23 9 Besar error sinkage model terhadap sinkage observasi traktor dinamis 24
10 Karakteristik roda traktor Kubota L3608 pada platform 25
DAFTAR GAMBAR
1 Instrumen plate sinkage test 4 2 Plat sinkage dengan indeks rasio bentuk berbeda 4 3 Diagram skematik rancangan penelitian 5 4 Diagram alir prosedur penelitian 6 5 Denah petakan sampel lapangan pengujian 7 6 Pengukuran (a) batas cair (b) batas plastis 9 7 Ilustrasi teori sinkage Bekker dan tahanan gelinding 10 8 Pengukuran besarnya nilai sinkage (a) traktor (b) plat 11
9 Klasifikasi tektsur tanah UCSC 12 10 Tahanan penetrasi menurut kedalaman pada berbagai kadar air 13 11 Hubungan sinkage terhadap luas plat pada ka 29.16% 14
12 Hubungan sinkage terhadap luas plat pada ka 29.93% 15 13 Hubungan sinkage terhadap luas plat pada ka 34.18% 16 14 Hubungan sinkage terhadap kadar air pada plat 36 cm
2 17
15 Hubungan sinkage terhadap kadar air pada plat 50 cm2 18
16 Hubungan sinkage terhadap indeks rasio bentuk plat 20
17 Perbandingan sinkage observasi dengan sinkage model 25
DAFTAR LAMPIRAN
1 Koefisien hubungan antara z observasi dan z model 28
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Traktor memiliki fungsi sebagai penggerak utama dan sebagai penarik
implemen yang memerlukan tenaga agak besar. Berdasarkan fungsi tersebut,
traktor dirancang dengan traksi tinggi dan kecepatan yang rendah. Pada umumnya
traktor lebih sering digunakan untuk kegiatan pertanian pada lahan cukup luas
untuk tujuan efisiensi kerja. Kemampuan traksi traktor adalah kemampuan roda
traktor untuk melakukan tarikan melawan medan lintasannya, dalam hal ini adalah
tanah. Menurut Armansyah (2002), roda traktor yang menggelinding pada
permukaan tanah akan mengalami gaya traksi (traction), gaya tahanan gelinding
(rolling/motion resistance), gaya akibat berat roda (dynamic load), dan reaksi
tanah terhadap roda (surface reaction force).
Tahanan gelinding merupakan besarnya tahanan yang harus diatasi traktor
untuk dapat bergerak melalui rodanya (Sembiring et al. 1991). Tahanan gelinding
timbul akibat adanya kedalaman tekan (sinkage) roda traktor di lahan. Traktor
yang masuk ke lahan akan menaikkan tahanan gelinding dan menurunkan traksi
karena pembebanan dari traktor akan mengakibatkan sinkage di lahan. Sinkage
roda yang besar akan mengakibatkan tahanan gelinding yang besar pula.
Berdasarkan hasil penelitian Armansyah (2002), peningkatan beban dengan
kondisi kadar air tanah dan kepadatan yang tetap tidak akan meningkatkan nilai
coefficient rolling resistance. Nilai tahanan gelinding pada roda traktor akan
bertambah disebabkan karena peningkatan sinkage. Semakin besar sinkage maka
nilai coefficient rolling resistance juga semakin tinggi. Besarnya tahanan
gelinding dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah dan ukuran roda.
Meningkatnya sinkage akibat pembebanan yang diberikan akan
meningkatkan besarnya tahanan gelinding yang berpengaruh terhadap
menurunnya kemampuan traksi traktor sehingga nilai efisiensi kerja traktor akan
lebih kecil dan konsumsi bahan bakar akan lebih besar. Pengaruh besarnya nilai
sinkage terhadap efisiensi kerja traktor dapat dilihat pada Tabel 1. Besarnya nilai
sinkage traktor bisa diduga menggunakan plate sinkage test. Penggunaan plat
untuk melakukan pengujian sinkage dan pembuatan model matematika telah
dilakukan sebelumnya di antaranya oleh Bekker (1960) juga Meirion-Griffith dan
Spenko (2011). Penelitian ini dilakukan untuk menduga besarnya sinkage roda
traktor roda empat di lahan berbasis plate sinkage test.
Tabel 1 Pengaruh sinkage (z) terhadap efisiensi lapang
z1 (cm) z2 (cm) Efisiensi lapang (%)
7.620 7.417 89.38
7.569 7.417 90.11
8.382 7.620 89.28
9.042 9.093 79.16
Sumber: Surbakti AA (2012)
2
Perumusan Masalah
Sinkage pada traktor roda empat merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi mobilitas traktor. Sinkage traktor roda empat dapat diduga dengan
pendekatan plate sinkage test. Pengujian ini erat hubungannya dengan sifat fisik
dan mekanik tanah sebagai media uji. Oleh karena itu ada beberapa parameter
yang perlu diperhatikan dalam menentukan karakteristik tanah yaitu densitas
tanah, kadar air tanah, dan indeks plastisitas. Parameter yang digunakan dalam
plate sinkage test meliputi pemberian tekanan, luas plat, dan indeks rasio bentuk
plat.
Tujuan Penelitian
1. Menentukan pengaruh parameter tekanan, dimensi plat, dan sifat fisik dan
mekanik pada plate sinkage test
2. Membuat model sinkage
3. Melakukan verifikasi model sinkage terhadap sinkage traktor
Manfaat Penelitian
Model sinkage yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan
desain alat plate sinkage test dan desain roda traktor.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini meliputi uji lapangan dan uji laboratorium. Pengambilan tanah
contoh dan pengukuran sinkage dilakukan di lapangan dengan parameter luasan
plat dan indeks rasio bentuk plat yang berbeda dan pengujian sifat fisik dan
mekanik tanah dilakukan di laboratorium dengan parameter yang digunakan yaitu
kadar air tanah, densitas tanah, dan tahanan penetrasi.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan selama empat bulan di mulai bulan Agustus 2013
sampai dengan November 2013 di Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo di
Leuwikopo dan pengujian sifat fisik dan mekanik tanah dilakukan di
Laboratorium Fisika dan Mekanika Tanah. Keduanya merupakan laboratorium
dari Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Kampus Dramaga.
3
Bahan
Tanah contoh yang berasal dari areal tanah kering di Laboratorium
Lapangan Siswadhi Soepardjo
Alat
Peralatan uji sinkage
1. Traktor roda empat
2. Mistar
3. Jangka sorong
4. Pita ukur
5. Instrumen plate sinkage test (Gambar 1)
Instrumen plate sinkage test meliputi batang penekan, handle, portable
electronic scale, dan plat
6. Plat sinkage (Gambar 2)
Plat sinkage menggunakan tujuh nilai indeks rasio bentuk (k) berbeda
berdasarkan persamaan (1):
⁄ (1)
Variabel: k adalah indeks rasio bentuk; adalah panjang plat; dan adalah
lebar plat
Plat sinkage yang digunakan yaitu dengan luasan 36 cm2 dan 50 cm
2 dengan
tebal 5 mm yang terdapat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2 Perbandingan ukuran panjang dan lebar (cm) plat dengan luasan 36 cm2
k = 1 k = 2 k = 3 k = 4 k = 5 k = 6 k = 7
𝑙 6.00 8.48 10.40 12.00 13.40 14.69 15.87
𝑏 6.00 4.24 3.46 3.00 2.68 2.45 2.26
Tabel 3 Perbandingan ukuran panjang dan lebar (cm) plat dengan luasan 50 cm2
k = 1 k = 2 k = 3 k = 4 k = 5 k = 6 k = 7
𝑙 7.07 10.00 12.24 14.14 15.81 17.32 18.70
𝑏 7.07 5.00 4.08 3.53 3.16 2.88 2.67
4
Gambar 1 Instrumen plate sinkage test
Gambar 2 Plat sinkage dengan indeks rasio bentuk berbeda
Perlengkapan pengukuran kondisi tanah contoh
1. Ring sample
2. Oven
3. Neraca
4. Cone penetrometer
5. Index plasticity apparatus
6. Particle size distribution apparatus
5
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian mengenai pembuatan model pendugaan sinkage roda
traktor roda empat dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Diagram skematik rancangan penelitian
Parameter plate sinkage test
Parameter
uji laboratorium
Parameter
Sinkage traktor
6
Metode Penelitian
Prosedur mengenai penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Diagram alir prosedur penelitian
Analisis data (regresi linear)
dan pembuatan model sinkage
Model sinkage
Mulai
Persiapan lahan dan persiapan peralatan
plate sinkage test beserta peralatan uji
sifat fisik dan mekanik tanah
Uji tanah contoh di Laboratorium
Mekanika Tanah (particle size
distribution, indeks plastisitas, kadar air,
densitas tanah)
Pengambilan data di lapangan (z,A,k,i)
Selesai
Verifikasi model
i = i+1
i = 3?
ya
tidak
7
Persiapan lahan
Pengujian di lapangan mengenai sinkage dilakukan dengan beberapa
sampel. Sampel berupa petakan-petakan tanah yang diuji dengan masing-masing
dimensi 2.5 × 4 meter dengan jumlah petakan enam petak (Gambar 5) yang
dilakukan sebanyak tiga ulangan. Banyaknya petakan sampel mempengaruhi nilai
error dari hasil pengujian, semakin banyak sampel maka nilai hasil pengujian
akan semakin memiliki error yang kecil.
Dalil Tchebysheff menyatakan bahwa paling sedikit sebanyak (1 - 1/k2)
dari seluruh hasil pengukuran data observasi (x) akan berada dalam jarak (k)
simpangan baku (σ) dari rata-ratanya.
Berdasarkan dalil tersebut dapat disimpulkan
± 68% hasil pengukuran x akan berada pada interval 1σ dari rata-ratanya
± 94% hasil pengukuran x akan berada pada interval 2σ dari rata-ratanya
± 99% hasil pengukuran x akan berada pada interval 3σ dari rata-ratanya
Dalil Tchebysheff ini sangat penting dan dapat mendekati kebenaran kalau
hasil pengukuran yang ditunjukan oleh variabel x mendekati normal. Pentingnya
dalil ini terutama untuk membuat kesimpulan mengenai pemerkira dari sampel,
apabila sampel cukup besar yaitu apabila n menuju tak terhingga (Supranto 2007).
Pengujian tanah contoh
Tanah pada tiap petak sampel diambil contoh tanah dengan menggunakan
ring sample yang kemudian akan diuji di Laboratorium Fisika dan Mekanika
Tanah untuk mengetahui sifat fisik dan mekanik tanah. Contoh tanah yang
digunakan yaitu contoh tanah tidak terganggu dengan menggunakan ring sample.
Contoh tanah diambil dengan menggunakan ring sample yaitu pada kedalaman 0–
10 cm. contoh tanah tersebut kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilakukan
pengujian. Pengujian tanah contoh dilakukan sebanyak tiga kali.
1) Pengukuran wet bulk density (Db)
Nilai bulk density atau densitas tanah dapat dihitung dengan persamaan (2):
Gambar 5 Denah petakan sampel lapangan pengujian
8
(2)
dengan: = densitas tanah basah (g/cm3)
= massa partikel tanah basah (g)
= volume total (cm3)
2) Pengukuran kadar air (ka)
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Kadar
air diukur dengan mengambil sampel tanah, lalu ditimbang beratnya. Tanah
tersebut kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 105 °C
selama 24 jam untuk menghilangkan kadar airnya, kemudian ditimbang kembali.
Besarnya nilai kadar air dapat dihitung menggunakan persaman (3):
(3)
`dengan: = kadar air (%)
= massa awal(g)
= massa akhir (g)
3) Pengukuran tahanan penetrasi tanah
Pengukuran dilakukan untuk memperoleh nilai ketahanan terhadap
penetrasi, atau disebut juga indeks penetrometer (Qc). Nilai hasil pengukuran
indeks penetrometer dipengaruhi oleh sifat tanah juga sifat dan bahan dari jarum
penetrometer. Besaran nilai indeks penetrometer yang diperoleh dari pengukuran
dengan penetrometer yang digunakan dalam penelitian ini, dihitung dengan
persamaan (4):
(4)
dengan: Z = nilai pembacaan pada dial gauge
A = luas kerucut (cm2)
W = berat alat penetometer (kg)
Qc = indeks penetrometer (kgf/cm2)
Menurut Islami (1995), ketahanan penetrasi akan dipengaruhi oleh tekstur
tanah, kandungan dan jenis liat, bobot volume tanah, dan kandungan air tanah.
Nilai indeks penetrometer juga meningkat dengan bertambahnya kedalaman
sampai suatu nilai maksimum, kemudian relatif konstan.
4) Pengukuran indeks plastisitas
Keplastisan merupakan derajat yang menggambarkan kemampuan tanah
untuk melakukan perubahan bentuk tanpa menimbulkan retakan ketika diberikan
gaya dari manapun. Keplastisan merupakan keadaan di mana kadar air tanah
berada di atas batas plastis maksimum namun berada di bawah kelengketan.
Determinasi batas plastis tanah (Gambar 6a) dilakukan dengan mengatur kadar air
9
pada tanah sehingga tanah dapat digulung dengan diameter 3 mm tanpa terjadinya
retakan.
Batas cair didefinisikan sebagai keadaan di mana kadar air tanah berada di
antara batas keadaan cair dan keadaan plastis. Tanah contoh yang digunakan
untuk pengujian (Gambar 6b) yaitu tanah yang lolos saringan 0.84 mm sebanyak
100 gram yang telah dicampur air lalu dimasukan ke dalam cawan yang kemudian
diratakan dengan spatula sejajar dengan alas dengan tinggi kira-kira 10 mm. Alat
pembuat alur (grooving tool) digunakan untuk membuat alur garis tengah pada
cawan dengan posisi tegak lurus permukaan cawan. Tuas kemudian diputar
dengan kecepatan dua putaran perdetik sampai kedua sisi bersinggungan,
kemudian diambil sampel untuk uji kadar air.
Jika nilai indeks plastisitas tinggi, maka tanah tersebut banyak mengandung
butiran lempung, sedangkan jika nilai indeks plastisitas rendah, maka dengan
sedikit saja pengurangan air tanah menjadi kering (Hardiyatmo 2010). Nilai
indeks plastisitas dapat dihitung menggunakan persamaan (5):
(5)
dengan: PI : indeks plastisitas (plasticity index)
LL : batas cair (liquid limit)
PL : batas plastis (plastic limit)
(a) (b)
Gambar 6 Pengukuran (a) batas cair (b) batas plastis
Pengukuran sinkage traktor
Pengukuran sinkage traktor (Gambar 8a) dilakukan pada tapak bekas
lintasan traktor yang melintas dengan kecepatan konstan di setiap petak sampel
dengan menggunakan jangka sorong. Tiga petak dengan traktor dalam keadaan
dinamis dan tiga lainnya dalam keadaan statis. Selain pengukuran sinkage juga
dilakukan pengukuran luas kontak roda traktor di lahan dalam keadaan statis.
Plate sinkage test
Bekker (1960) telah mengembangkan suatu pendekatan untuk
mengestimasikan kedalaman bekas roda kaku pada tanah lunak yang ditunjukan
pada Gambar 7. Penerapan pada model ini diperlukan dua luasan plat yang
10
berbeda yang bertujuan untuk memperoleh nilai konstanta kc, k, dan n.
Berdasarkan McKeys and Fan (1985), penggunaan dimensi plat yang lebih banyak,
, memberikan nilai yang lebih akurat dalam penentuan konstanta kc, k, dan n.
Bekker model ditunjukan menggunakan persamaan (6) sebagai berikut:
(
) (6)
dengan: = rata-rata tekanan kontak vertikal (kPa)
= lebar plat (cm)
= modulus kohesi tanah (kPa/mn-1
)
= modulus sudut gesekan dalam (kPa/mn)
= kedalaman sinkage (m)
= eksponensial
Gambar 7 Ilustrasi teori sinkage Bekker dan tahanan gelinding (Bekker 1960)
Tahapan plate sinkage test (Gambar 8b) dapat dilihat sebagai berikut:
1. Plat dengan berbagai dimensi diukur kedalaman tekannya dengan
menggunakan instrumen plate sinkage test.
2. Plat dengan tujuh nilai variabel k yang berbeda diletakan di setiap petakan
sampel.
3. Prinsip kerja instrumen plate sinkage test mempunyai mekanisme penekanan
plat ke tanah. Mekanisme ini dihubungkan dengan sensor gaya dan gerak
linear untuk mendeteksi tekanan dan besarnya sinkage yang terjadi pada plat.
4. Pembacaan pada display pada setiap kedalaman observasi.
5. Ketujuh plat diuji pada setiap petak sampel yang juga dilintasi oleh traktor
roda empat.
6. Kegiatan 1-4 diulangi hingga tiga kali ulangan pada waktu yang berbeda untuk
memperoleh sifat fisik dan mekanik tanah yang berbeda.
7. Hasil dari plate sinkage test dianalisis dengan metode analisis statistik (regresi
linear).
8. Hasil plate sinkage test dibandingkan dengan hasil pengamatan sinkage traktor
menggunakan model regresi.
11
(a) (b)
Gambar 8 Pengukuran besarnya sinkage (a) traktor (b) plat
Prosedur Analisis Data
Data hasil pengujian baik di lapangan maupun di laboratorium diolah
menggunakan perangkat lunak Microsoft excel 2010. Data tersebut diolah untuk
memperoleh besarnya sinkage plat dengan menggunakan pendekatan teori Bekker
(1960). Hasil pengolahan data menggunakan Microsoft excel dianalisis secara
statistik untuk mengetahui korelasi antar parameter yang digunakan menggunakan
SPSS17. Pemodelan untuk sinkage dibuat dengan analisis regresi linear
menggunakan SPSS17. Verifikasi model sinkage hasil pendugaan model dengan
sinkage traktor dilakukan dengan perbandingan model regresi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Lahan Penelitian
Pengambilan contoh tanah dan uji sinkage dilakukan selama tiga hari di
Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo dimulai dari pukul enam pagi sampai
dengan selesai. Tabel 4 memberikan memberikan informasi berupa sifat fisik dan
mekanik tanah.
Tabel 4 Sifat fisik dan mekanik tanah
Hari ka 0-5 cm
(%)
ka 5-10 cm
(%)
Db 0-5 cm
(g/cm3)
Db 5-10 cm
(g/cm3)
Suhu
(°C)
RH
(%)
1 29.93 30.28 2.11 2.26 29.9 64.3
2 34.18 34.19 2.15 2.31 25.3 78.3
3 29.16 31.15 2.03 2.20 25.9 72.1
12
Tanah terbagi menjadi tiga fraksi yaitu pasir, debu dan liat. Penentuan
klasifikasi tanah dapat dilakukan dengan melakukan proporsi presentasi dari
masing-masing fraksi. Penentuan klasifikasi tanah juga dapat ditentukan
berdasarkan indeks plastisitasnya. Berdasarkan sistem klasifikasi tanah USCS
(Unified Soil Clasification System) (Gambar 9), maka tanah di Laboratorium
Lapangan Siswadhi Soepardjo dapat ditentukan jenis tanahnya. Tabel 5
memberikan informasi mengenai fraksi tanah di Laboratorium Lapangan Siswadhi
Sopardjo dengan indeks plastisitas sebesar 17.83%, dengan begitu maka dapat
ditentukan jenis tanah tersebut berada antara garis-A dan garis-U yang merupakan
jenis tanah lempung berliat dengan symbol CL/OL.
Tabel 5 Indeks plastisitas dan ukuran fraksi tanah Laboratorium Lapangan
Siswadhi Soepardjo
Fraksi tanah
Presentase (%)
Fraksi kasar (partikel>0.075 mm) 76.96
Fraksi halus (partikel<0.075 mm) 23.04
Batas cair 36.65
Batas plastis 18.82
Indeks plastisitas 17.83
Gambar 9 Klasifikasi tektsur tanah UCSC (Muntohar 2007)
13
Pengaruh Parameter Terhadap Kedalaman Tekan (Sinkage) Plat
Besarnya sinkage roda traktor di lahan dapat diduga dengan menggunakan
plate sinkage test, besarnya sinkage di lahan dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik dan
mekanik tanah. Parameter yang digunakan untuk menduga besarnya sinkage di
antaranya tahanan penetrasi tanah, kadar air tanah, densitas tanah, luas plat, dan
indeks rasio bentuk plat.
Kekuatan tanah adalah kemampuan dari suatu tanah pada kondisi tertentu
untuk melawan gaya yang bekerja. Kekuatan tanah dapat juga dikatakan sebagai
kemampuan suatu tanah untuk mempertahankan diri dari deformasi atau regangan.
Kekuatan tanah (soil strength) bervariasi secara sistematik menurut kadar air dan
kerapatan tanah, selain dapat juga berubah karena tekstur tanah (Mandang dan
Nishimura 1991).
Uji penetrasi tanah sering digunakan untuk mempelajari sifat-sifat tanah
terhadap gaya yang diberikan. Uji penetrasi juga dilakukan untuk mengetahui
besarnya tahanan penetrasi tanah yang merupakan kekuatan tanah terhadap gaya-
gaya dari luar. Berdasarkan pada Gambar 10, hubungan antara kadar air dengan
tahanan penetrasi yaitu berbanding terbalik, di mana semakin meningkatnya kadar
air tanah justru menurunkan tahanan penetrasi tanah begitu juga sebaliknya.
Berdasarkan data tersebut pula, dapat dilihat bahwa semakin dalam penetrasi yang
dilakukan, maka tahanan penetrasi yang ditimbulkan semakin besar. Semakin
dalam suatu lapisan tanah, besarnya kepadatan tanah itu sendiri semakin besar.
Berdasarkan hasil penelitian Bontong (2009) mengenai pengaruh kepadatan dan
kadar air tanah terhadap penetrasi pada tanah pasir, untuk tanah pasir maupun
tanah lanau semakin tinggi kepadatan tanah, maka tahanan penetrasi akan semakin
tinggi. Begitu juga dengan kadar air, pada tanah lanau semakin rendah kadar air
maka tahanan penetrasi akan semakin tinggi. Berdasarkan data tersebut maka
hubungan antara tahanan penetrasi terhadap kadar air tanah memiliki pola yang
mudah dibaca sehingga penggunaan parameter kadar air saja sudah dapat terkait
dengan tahanan penetrasi secara tidak langsung. Selain itu, nilai kadar air dapat
diperoleh dengan mudah menggunakan beberapa metode baik di lahan maupun di
laboratorium.
Gambar 10 Tahanan penetrasi menurut kedalaman pada berbagai kadar air
19
Pengaruh luasan plat terhadap sinkage plat tersaji pada Gambar 11, 12, dan
13. Grafik pada Gambar 11 menunjukan besarnya sinkage plat pada tanah dengan
kadar air 29.16%. Plat dengan luasan yang lebih kecil yaitu plat dengan ukuran 36
cm2, menghasilkan sinkage yang lebih besar bila dibandingkan dengan plat 50
cm2 pada pemberian gaya tekan yang sama hampir pada setiap indeks rasio bentuk
kontak. Data pada Gambar 12 menunjukan perbedaan sinkage plat pada kedua
luasan plat hanya terdapat pada beberapa indeks rasio kontak, yaitu pada k1, k5,
k6 dan k7. Plat dengan konstanta selain yang disebutkan tadi memiliki besarnya
sinkage yang tidak terlalu berbeda. Grafik pada Gambar 13 justru tidak terlihat
adanya perbedaan sinkage yang signifikan antara plat 36 cm2 dengan plat 50 cm
2,
perbedaan hanya terjadi pada beberapa plat saja, sisanya memiliki sinkage yang
hampir sama. Perbedaan sinkage hanya terjadi pada plat dengan k2 dan k6, itupun
tidak memiliki perbedaan yang terlalu besar.
Secara signifikan hampir pada setiap parameter (kadar air dan indeks rasio
bentuk), sinkage plat pada luas yang lebih kecil memiliki nilai yang lebih besar
pada pemberian tekanan yang sama. Awalnya kedua plat memiliki sinkage plat
yang hampir sama pada kedalaman rendah, namun perbedaan sinkage mulai
terlihat pada kedalaman 6 cm dan seterusnya. Bila diperhatikan, besarnya
perbedaan sinkage antara plat dengan luasan yang berbeda semakin tidak terlihat
seiring meningkatnya kadar air. Berdasarkan data tersebut, pada sinkage yang
sama, gaya yang diberikan pada luasan plat yang lebih kecil akan lebih rendah
bila dibandingkan dengan plat yang lebih besar. Penggunaan plat dengan luas
yang berbeda juga mempengaruhi penetrasi ke dalam tanah. Berdasarkan teori
yang ada di mana semakin kecil luas penampang suatu benda, maka dengan gaya
tekan yang sama tekanan yang dihasilkan akan semakin besar. Data di atas juga
menunjukan hal yang sama, yaitu dengan semakin kecilnya luas penampang maka
tekanan yang dibutuhkan untuk mencapai kedalaman plat yang sama akan
semakin besar. Data tersebut juga sesuai dengan hasil dari penelitian Gotteland
and Benoit (2006) yaitu nilai rata-rata tekanan yang dihasilkan meningkat seiring
dengan kecilnya luasan plat pada kedalaman yang sama.
Gambar 14 dan Gambar 15 menampilkan hubungan kadar air terhadap
sinkage plat, di mana dengan meningkatnya kadar air maka kedalaman yang bisa
dicapai oleh plat akan lebih besar pada tekanan yang sama. Sinkage plat pada
kadar air 29.16% pada kedua gambar bernilai lebih kecil dibanding kadar air yang
34.18% pada tekanan yang sama. Secara umum perbedaan sinkage plat terjadi
pada kedalaman di bawah 4 cm. Grafik pada Gambar 14 menunjukan sinkage plat
ukuran 36 cm2 pada perbedaan kadar air di mana sinkage plat lebih besar terjadi
pada tanah dengan kadar air lebih tinggi atau pada kadar air 34.18% pada tekanan
yang sama. Grafik pada plat 36 cm2 terlihat besarnya sinkage yang semakin
merenggang seiring besarnya tekanan yang diberikan. Hal ini karena penambahan
kandungan air pada tanah kering tidak selalu diikuti dengan penambahan volume.
Gas di dalam ruang pori pada tanah berpasir dan berdebu dapat digantikan oleh
cairan tanpa harus mengalami peningkatan volume (Mandang dan Nishimura
1991).
Secara umum kadar air yang lebih tinggi menghasilkan sinkage yang lebih
tinggi. Hal ini karena semakin tinggi tingkat kadar air maka kepadatan tanah akan
semakin rendah karena pori-pori dalam tanah semakin besar. Pada tanah dengan
kadar air yang rendah pori-pori tersebut akan kosong sehingga tanah akan lebih
20
mudah terjadi pemadatan ketika diberikan gaya dari luar. Besarnya kadar air
dalam tanah juga dipengaruhi oleh banyaknya fraksi yang terkandung dalam tanah,
jika terdapat banyak liat pori-pori tanah akan kecil karena fraksi liat memiliki
ukuran partikel yang seragam sehingga sedikitnya pori yang yang ada di dalam
tanah.
Gambar 16 Hubungan sinkage terhadap indeks rasio bentuk plat
21
Indeks rasio bentuk digunakan sebagai salah pendekatan dalam pembuatan
model sinkage. McKeys and Fan (1985) menunjukan bahwa menggunakan
dimensi plat yang lebih banyak, , memberikan nilai yang lebih akurat dalam
penentuan konstanta kc, k, dan n pada teori Bekker (1960). Gambar 16
menunjukan hubungan antara sinkage terhadap indeks rasio bentuk. Grafik pada
plat 36 cm2 memiliki grafik yang menyebar, di mana semakin besar tekanan yang
diberikan maka perbedaan sinkage antar indeks rasio bentuk semakin signifikan.
Plat dengan indeks rasio bentuk yang semakin besar memiliki sinkage yang
rendah pada tekanan yang sama. Berbeda dengan plat 36 cm2, plat 50 cm
2 justru
tidak terlihat adanya perbedaan yang signifikan antar indeks rasio bentuk.
Berdasarkan Gambar 16, plat dengan k7 memiliki tekanan terbesar di antara
indeks rasio bentuk lainnya, hal ini karena semakin besar nilai k maka semakin
kecil lebar (b) dari plat yang digunakan sesuai Tabel 2 dan 3. Gotteland and
Benoit (2006) menyatakan tekanan yang dihasilkan akan meningkat seiring
dengan menurunnya lebar plat pada tingkat kedalaman yang sama.
Sinkage atau kedalaman tekan merupakan terjadinya penurunan permukaan
pada tanah akibat pembebanan yang diberikan. Pembebanan terjadi akibat gaya
dari luar dengan mengabaikan distribusi dalam tanah. Penurunan pada permukaan
tanah akan terus terjadi hingga tercapainya nilai keseimbangan antara gaya
penahanan tanah dengan beban yang diberikan.
Sinkage pada plat dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik dan mekanik tanah oleh
karena itu diperlukan data-data mengenai sifat fisik dan mekanik tanah yang mana
telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Setiap sifat fisik dan mekanik tanah
memiliki korelasi yang berbeda dan memiliki pengaruhnya terhadap sinkage plat,
masing-masing parameter tidak bisa dipisahkan salah satunya karena pengaruh
pada kondisi asli lapangan terjadi secara bersamaan.
Model Plate Sinkage
Model plate sinkage diperoleh dengan menggunakan analisis statistik
regresi linear SPSS17. Menurut Wahyono (2009) analisis regresi linear pada
SPSS17 dapat digunakan untuk menentukan model yang paling sesuai untuk
pasangan data serta dapat digunakan untuk membuat model dan menyelidiki
hubungan antara dua variabel atau lebih.
Pemodelan sinkage dilakukan agar mempermudah dalam penerapan
pendugaan nilai sinkage traktor di lahan. Parameter yang perlu diinput pada model
matematika ini (Tabel 6) yaitu banyaknya kadar air tanah dan besarnya tekanan
penetrasi. Hal ini karena kadar air dan tekanan penetrasi sangat memiliki
pengaruh terhadap besarnya nilai sinkage plat yang dihasilkan. Model ini
digunakan untuk melakukan pendugaan nilai sinkage pada plat dengan variasi
indeks rasio bentuk kontak.
22
Verifikasi Model
Tabel 7 menunjukan nilai koefiseien antara sinkage dari model dengan
sinkage plat observasi. Masing-masing model memiliki nilai koefisien yang
berbeda pada tiap indeks rasio bentuk. Model-model tersebut memiliki nilai
koefisien yang mendekati 1 yang berarti besarnya nilai sinkage model mendekati
nilai observasinya, sehingga model z1 hingga z7 dapat digunakan untuk
memprediksi sinkage traktor berbasis plat. Model z1 adalah model dengan nilai
koefisien sebesar yaitu 1.0272 yang berarti besarnya nilai sinkage model z1
memiliki nilai yang paling mendekati nilai sinkage observasi di antara model
dengan indeks rasio bentuk lainnya. Grafik mengenai hubungan nilai koefisien
tersebut dapat dilihat pada lampiran 1.
Model-model yang telah dideterminasi ini kemudian diverifikasi dengan
cara membandingkan hasil pendugaan sinkage menggunakan model dengan
sinkage hasil observasi traktor dengan menginput data parameter traktor. Tabel 8
dan Tabel 9 menyajikan data besarnya nilai error antara sinkage observasi traktor
baik itu dalam keadaan statis maupun dinamis terhadap sinkage traktor hasil
pendugaan melalui model. Nilai error model terhadap nilai sinkage observasi
memiliki nilai yang lebih kecil pada kondisi statis dibanding kondisi dinamis. Hal
Tabel 6 Model plat sinkage
Indeks rasio bentuk Persamaan
k1 𝑧 4 4 9 𝑃 59 𝑘𝑎
k2 𝑧 7 6 6 𝑃 69 𝑘𝑎
k3 𝑧 5 6 7 8 𝑃 9 𝑘𝑎
k4 𝑧4 7 7 88 𝑃 7 𝑘𝑎
k5 𝑧5 6 4 8 𝑃 8 𝑘𝑎
k6 𝑧6 8 𝑃 94 𝑘𝑎
k7 𝑧7 4 68 9 𝑃 4 𝑘𝑎
Tabel 7 Koefisien hubungan antara sinkage observasi dengan sinkage model
Model Nilai koefisien
Model z1 1.0272
Model z2 1.0482
Model z3 1.0386
Model z4 1.0425
Model z5 1.0495
Model z6 1.0355
Model z7 1.0471
23
ini karena mekanisme pembebanan pada pengukuran nilai sinkage dengan
menggunakan metode plat sama dengan mekanisme yang terjadi pada
pembebanan statis traktor. Traktor dalam kondisi dinamis, memiliki nilai sinkage
yang lebih tinggi dari pada dalam kondisi statis. Suatu pemikiran yang timbul
apabila pendugaan sinkage traktor pada kondisi dinamis didekati dengan metode
plate sinkage test, maka perlu ada suatu pertimbangan dengan memberikan faktor
koreksi tertentu.
Model yang diderivasi dari metode plat sinkage ini lebih baik bila
digunakan untuk menduga sinkage traktor pada kondisi statis. Jika diperhatikan,
nilai error terkecil antara nilai sinkage hasil observasi dengan nilai sinkage hasil
pendugaan menggunakan model regresi terdapat pada model z2, baik untuk
kondisi statis maupun dinamis.
Tabel 8 Besar error sinkage model terhadap sinkage observasi traktor statis
ka 29.16% ka 29.93% ka 34.18%
Model regresi z1 (1.71) (4.89) (4.11)
z2 (1.67) (4.76) (3.51)
z3 (1.65) (4.79) (3.80)
z4 (1.73) (4.82) (3.58)
z5 (1.96) (5.19) (4.74)
z6 (2.22) (5.29) (3.94)
z7 (1.85) (5.23) (5.57)
Model Bekker
roda depan
z1 (5.94) (5.66) (-)
z2 (3.04) (6.25) (-)
z3 (4.87) (1.38) (-)
z4 (22.90) (-) (19.59)
z5 (6.78) (9.20) (-)
z6 (6.47) (-) (7.34)
z7 (0.66) (7.65) (-)
Model Bekker
roda belakang
z1 (6.19) (5.98) (-)
z2 (3.05) (6.50) (-)
z3 (4.98) (1.15) (-)
z4 (86.08) (-) (33.40)
z5 (6.84) (9.31) (-)
z6 (6.53) (-) (7.45)
z7 (0.40) (7.76) (-)
24
Jika dibandingkan dengan model Bekker, nilai error yang terdapat pada
model Bekker ada yang tidak memiliki nilai, hal ini karena pada perhitungan
menggunakaan persamaan Bekker hasil yang diperoleh merupakan nilai yang
tidak teridentifikasi, sehingga tidak ada nilai error yang dapat diperoleh. Hal
tersebut juga membuktikan bahwa terdapat kelemahan pada persamaan Bekker.
Gambar 17 menyajikan perbandingan antara sinkage observasi traktor
terhadap sinkage model pada perbedaan kadar air tanah. Pada gambar tersebut
hanya digunakan dua model saja yaitu model z1 dan z2, karena model tersebut
memiliki nilai yang paling mendekati sinkage observasi traktor. Hal ini diduga
karena indeks rasio bentuk plat yang digunakan untuk menderivasi model tersebut
adalah mendekati indeks rasio roda traktor (Tabel 10). Bila diamati dari grafik
tersebut perbedaan antara model z1 dengan z2 tidak terlalu terlihat, namun
besarnya nilai error pada model z2 memiliki nilai yang lebih kecil bila
dibandingkan dengan model z1.
Tabel 9 Besar error sinkage model terhadap sinkage observasi traktor dinamis
ka 29.16% ka 29.93% ka 34.18%
Model regresi z1 (2.02) (6.33) (5.08)
z2 (1.97) (6.20) (4.48)
z3 (1.95) (6.23) (4.77)
z4 (2.04) (6.27) (4.54)
z5 (2.26) (6.64) (5.70)
z6 (2.52) (6.74) (4.91)
z7 (2.16) (6.68) (6.54)
Model Bekker
roda depan
z1 (6.25) (7.10) (-)
z2 (3.34) (7.70) (-)
z3 (5.17) (2.83) (-)
z4 (22.60) (-) (18.62)
z5 (7.08) (10.65) (-)
z6 (6.77) (-) (8.31)
z7 (0.97) (9.10) (-)
Model Bekker
roda belakang
z1 (6.49) (7.43) (-)
z2 (3.35) (7.95) (-)
z3 (5.29) (2.60) (-)
z4 (85.78) (-) (32.43)
z5 (7.14) (10.75) (-)
z6 (6.83) (-) (8.42)
z7 (0.70) (9.21) (-)
25
Gambar 17 Perbandingan sinkage observasi dengan sinkage model
0
2
4
6
8
10
12
14
ka 29.16% ka 29.93% ka 34.18%
Sin
kag
e (c
m)
Model z1
z observasi statis
z observasi dinamis
z model regresi
z Bekker roda depan
z Bekker roda belakang
0
2
4
6
8
10
12
14
ka 29.16% ka 29.93% ka 34.18%
Sin
kag
e (c
m)
Model z2
z observasi statis
z observasi dinamis
z model regresi
z Bekker roda depan
z Bekker roda belakang
Tabel 10 Karakteristik roda traktor Kubota L3608 pada platform
Dimensi roda traktor Roda depan Roda belakang
d vertikal (cm) 74.7 112.7
d horizontal (cm) 77.4 114.3
b (cm) 17.3 27.8
l (cm) 24.3 28.8
k (l/b) 1.40 1.03
26
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Tanah di lapangan Siswadhi Soepardjo merupakan tanah lempung berliat
dengan indeks plastisitas 17.83%
2. Parameter yang digunakan (kadar air tanah, densitas tanah, tahanan
penetrasi, tekanan, luas plat, indeks rasio bentuk) pada penelitian memiliki
pengaruh masing-masing terhadap sinkage plat, parameter yang
berpengaruh secara signifikan di antaranya kadar air tanah, luas plat dan
tekanan.
3. Model plat z1 memiliki nilai yang paling mendekati sinkage observasi
plat di antara model lainnya dengan nilai koefisien sebesar 1.0272 dengan
model 4 4 9 59 , model ini hanya terbatas
pada kondisi jenis tanah lempung berliat dengan kadar air 29% - 34%
4. Model plat yang memiliki pendekatan terbaik terhadap sinkage traktor
adalah model z2 dengan nilai error terkecil dengan model 7 6 6 69 ), model ini hanya terbatas pada kondisi jenis tanah
lempung berliat dengan kadar air 29% - 34%
Saran
1. Perlu dilakukan percobaan lanjutan dengan alat yang lebih presisi,
penggunaan alat secara manual memiliki tingkat keakuratan yang minim.
2. Kegiatan pengujian sebaiknya dilakukan pada cuaca yang stabil sehingga
tidak mempengaruhi sifat fisik dan mekanik tanah, seperti kadar air yang
mudah berubah tergantung suhu lingkungan.
3. Pendugaan besarnya nilai sinkage traktor berbasis plate sinkage test
merupakan uji dengan pembebanan statis terhadap tanah. Hasil
pendugaannya memiliki perbedaan dengan hasil observasi kondisi statis
dan dinamis, sehingga dirasakan perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk
mencari faktor koreksi antara sinkage akibat pembebanan statis dan
dinamis.
DAFTAR PUSTAKA
Armansyah. 2002. Analisis tahanan gelinding (rolling resistance) roda traksi
dengan metode uji roda tunggal pada bak tanah (soil bin) [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Bekker MG. 1960. Off-the-road Locomotion. Michigan (US). Univ Michigan Pr.
Bontong B. 2010. Pengaruh Kepadatan dan Kadar Air Terhadap Hambatan
Penetrasi Sondir pada Tanah Pasir. Palu (ID): Mektek.
Gotteland Ph, Benoit O. 2006. Sinkage tests for mobility study, modelling and
experimental validation. J Terramech. 43(2006):451-467.
27
Hardiyatmo HC. 2010. Mekanika Tanah 1-edisi kelima. Yogyakarta (ID): Gadjah
Mada University Press.
Islami T. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Semarang (ID): IKIP
Semarang Press.
Mandang T, Nishimura I. 1992. Hubungan Tanah dan Alat Pertanian. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
McKyes E, Fan T. 1985. Multiple penetration test to determine soil stiffness
moduli. J Terramech. 22(3):157-62.
Meirion-Griffith G, Spenko M. 2011. A modified pressure-sinkage model for
small, rigid wheels on deformable terrains. J Terramech. 48(2011):149-155.
doi:10.1016/j.jterra.2011.1.001.
Muntohar AS. 2007. Pengantar Rekayasa Geoteknik. Yogyakarta (ID):
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Sembiring EN, Suastawa IN, Desrial. 1991. Sumber Tenaga Tarik di Bidang
Budidaya Pertanian. Bogor (ID). Intitut Pertanian Bogor.
Supranto J. 2007. Teknik Sampling untuk Survey & Eksperimen. Jakarta (ID):
Rineka Cipta.
Surbakti AA. 2012. Analisis hubungan efisiensi lapang dan sinkage pada kegiatan
pengolahan tanah di PT Laju Perdana Indah, Sumatera Selatan [Skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogot.
Wahyono T. 2009. 25 Model Analisis Statistik dengan SPSS17. Jakarta (ID): PT
Elex Media Komputindo.
28
Lampiran 1 Koefisien hubungan antara z observasi dan z model
02468
101214
- 2 4 6 8 10 12 14
z o
bse
rvas
i (c
m)
z model (cm)
k1
y = 1.0272x
02468
101214
- 2 4 6 8 10 12 14
z o
bse
rvas
i (c
m)
z model (cm)
k2
y = 1.0482x
02468
101214
- 2 4 6 8 10 12 14
z o
bse
rvas
i (c
m)
z model (cm)
k3
y = 1.0386x
02468
101214
- 2 4 6 8 10 12 14
z o
bse
rvas
i (c
m)
z model (cm)
k4
y = 1.0425x
02468
101214
- 2 4 6 8 10 12 14
z o
bse
rvas
i (c
m)
z model (cm)
k5
y = 1.0495x
02468
101214
- 2 4 6 8 10 12 14
z o
bse
rvas
i (c
m)
z model (cm)
k6
y = 1.0355x
02468
101214
- 2 4 6 8 10 12 14
z o
bse
rvas
i (c
m)
z model (cm)
k7
y = 1.0471x
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Sukabumi, 29 Juni 1991 sebagai anak kedua dari empat
bersaudara, dari pasangan Bapak Maman dan Ibu Sumi. Pendidikan yang telah
ditempuh oleh penulis yaitu SDN Harjasari I pada tahun 1997-2003, lalu
melanjutkan ke SMPN 1 Ciawi pada tahun 2003-2006. Tahun 2006 penulis
kemudian melanjukan ke SMAN 3 Bogor dan pada tahun 2009 penulis diterima di
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)
sebagai mahasiswa Departemen Teknik Pertanian yang sekarang berganti nama
menjadi Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum
Fisika (2010-2011) dan asisten praktikum Gambar Teknik (2012-2013). Bulan
Juni-Agustus tahun 2012 penulis melakukan Praktek Lapangan di Pabrik Gula
Ngadirejo PTPN X Kediri dengan judul Aspek Ergonomika pada Pengangkutan
Tebu di PG. Ngadirejo. Adapun pencapaian berharga selama menjadi mahasiswa
yaitu sebagai pemenang medali emas tim PKM (Program Kreatifitas Mahasiswa)
bidang penelitian pada PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) ke 26 di
Lombok.