Model Pendekatan

32
BAB III MODEL, PENDEKATAN, DAN TEKNIK- TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN Bab ini membahas model, pendekatan dan teknik supervisi. Pokok utama yang dibahas meliputi : A. Pengembangan model supervisi 1 Model Konvensional 2 Model Ilmiah 3 Model Klinis 4 Model Artistik B. Pendekatan supervisi yang disajikan adalah 1 Pendekatan direktif 2 Pendekatan non- direktif 3 Pendekatan kolaboratif C. Teknik-teknik supervisi yang dibahas mencakup : 1 Supervisi yang bersifat individual. 2 Teknik supervisi yang bersifat kelompok. A. Pengembangan Model Supervisi Yang dimaksud dengan model dalam uraian ini ialah suatu pola, contoh : acuan dari supervisi yang diterapkan. Ada berbagai model yang berkembang. (1) Model supervisi yang konvesional (tradisional) Model ini tidak alin dari refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat. Pada saat kekuasaan

description

makalah

Transcript of Model Pendekatan

BAB III

MODEL, PENDEKATAN, DAN TEKNIK-

TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN

Bab ini membahas model, pendekatan dan teknik supervisi. Pokok utama yang

dibahas meliputi :

A. Pengembangan model supervisi

1 Model Konvensional

2 Model Ilmiah

3 Model Klinis

4 Model Artistik

B. Pendekatan supervisi yang disajikan adalah

1 Pendekatan direktif

2 Pendekatan non- direktif

3 Pendekatan kolaboratif

C. Teknik-teknik supervisi yang dibahas mencakup :

1 Supervisi yang bersifat individual.

2 Teknik supervisi yang bersifat kelompok.

A. Pengembangan Model Supervisi

Yang dimaksud dengan model dalam uraian ini ialah suatu pola, contoh :

acuan dari supervisi yang diterapkan. Ada berbagai model yang berkembang.

(1) Model supervisi yang konvesional (tradisional)

Model ini tidak alin dari refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat.

Pada saat kekuasaan yang otoriter dan feodal, akan berpengaruh pada

sikap pemimpin yang otokrat dan korektif. Pemimpin cenderung untuk

mencari-cari kesalahan. Perilaku supevisi ialah mengsdakan inspeksi

untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan. Kadang-kadang

bersifat memata-matai. Perilaku seperti ini oleh Oliva P.F. (1984: 7)

disebut snoopervision (memata-matai). Sering disebut supervisi yang

korektif. Memang sangat mudah untuk mengkoreksi kesalahan orang

lain, tetapi lebih sulit lagi unuk melihat segi-segi positif hubungan

dengan hal-hal yang baik. Pekerjaan seorang supervisor yang bermaksud

hanya untuk mencari kesalahan dalam membimbing sanga bertentangan

dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan. akibatnya guru merasa

tidak puas dan ada dua sikap yang tampak dalam kinerja guru:

(1) Acuh tak acuh (masa bodoh)

(2) Menantang (agresif)

Praktek mencari kesalahan dan menekan bawahan ini masih tampak

sampai saat ini. Para pengawas datang ke sekolah dan menanyakan mana

satuan pelajaran. Inio salah dan seharusnya begini. Praktek-praktek

supervisi seperti ini adalah cara memberi supervisi yang konvensional.

Ini bukan berarti bahwa tidak boleh menunjukkan kesalahan. Masalahnya

ialah bagaimana car akita mengkomunikasikan bahwa dia harus

memperbaiki kesalahan. Para guru akan dengan senang hati melihat dan

menerima bahwa ada yang harus diperbaiki. Caranya harus secara taktis

pedagogis atau dengan perkataan lain, memakai bahasa penerimaan

bukan bahasa penolakan (Thomas Gordon, 1988).

(2) Mmodel supervisi yangbersifat ilmiah.

Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Dilaksanakan secara berencana dan kontinu.

Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu.

Menggunakan instrument pengumpulan data.

Ada data yang obyektif yang diperoleh dari kesalahan yang riil.

Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian atau check list para

siswa atau mahasiswa menilai proses kegiatan belajar-mengajar

guru/dosen di kelas. Hasil penelitian diberikan kepada gury-guru sebagai

balikan terhadap penampilan mengajar guru pada cawu atau semester

yang lalu. Data ini tidak berbicara kepada guru dan guru yang

mengadakan perbaikan. Penggunaan alat perekam data ini berhubungan

erat dengan penelitian. Walaupun demikian, hasil perekam data secara

ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang

lebih manusiawi.

(3) Model Supervisi Klinis.

3.1 Beberapa Pembatasan tentang Supervisi Klinis.

Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada

peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam

perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat

tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan

mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. (R. Willem

dalam Archeson dan Gall, 1980 : 1 / terjemahan S.L.L Sulo, 1985).

K.A. Archeson dan M.D. Gall (1980 : 25) terjemahan S.L.L Sulo,

1985 : 5, mengemukakan supervisi klinis adalah proses membantu

guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar

yang nyata dengan dengan tingkah laku mengajar yang ideal.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

supervisi klinis adalah suatu proses pembimbing dalam pendidikan

yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam

pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara

objektif, teliti sebagai dasar untuk usaha mengubah perilaku

mengajar guru. Ungkapan supervisi klinis (Clinical supervision)

sebenarnya digunakan oleh Morries Cogan, Robber Education.

Tekanan dalam pendekatan di Havard School of bersifat khusus

melalui tatap muka dengan guru pengajar. Inti bantuan terpusat pada

perbaikan penampilan dan perilaku mengajar guru (Archeson dan

Gall, 1980 :8).

3.2 Mengapa Perlu Dikembangkan Supervisi Klinis di Lingkungan Guru-

guru ?

Ada berbagai faktor yang mendorong dikembangkannya supervisi

klinis bagi guru-guru.

a. Dalam kenyataannya yang dikerjakan supervisi ialah mengadakan

evaluasi guru-guru semata. Di akhir satu semester guru-guru

mengisi skala penilaian yang diisi peserta didik mengenai cara

mengajar guru. Hasil penilaian diberikan kepada guru-guru dalam

mengajar hanya mencapai tingkat penampilan seperti itu. Cara ini

menyebabkan ketidakpuasan guru secara tersembunyi.

b. Pusat pelaksanaan superisi adalah supervisor, bukan berpusat

pada apa yang dibutuhkan guru, baik kebutuhan profesional

sehingga guru-guru tidak merasa memperoleh sesuatu yang

berguna bagi pertumbuhan profesinya.

c. Dengan menggunakan merit rating (alat penilaian kemampuan

guru), maka aspek-aspek yang diukur terlalu umum. Sukar sekali

untuk mendeskripsikan tingkah laku guru yang paling mendasar

seperti yang mereka rasakan, karena diagnosisnya tidak

mendalam, tapi sangat bersifat umum dan abstrak.

d. Umpan balik diperoleh dari hasil pendekatan, sifatnya memberi

arahan, petunjuk , instruksi, tidak menyentuh masalah manusia

yang terdalam yang dirasakan guru-guru, sehingga hanya bersifat

dipermukaan.

e. Tidak diciptakan hubungan identifikasi dan analisis diri, sehingga

guru-guru melihat konsep dirinya. Seperti yang dikemukakan P.

Winggens bahwa dalam diri seseorang ada 3 konsep diri, yaitu :

(1). Saya dengan self concept saya sendiri.

(2). Saya dengan self idea saya sendiri.

(3). Saya dengan self reality saya sendiri. supervisi selamanya

dapat menemukan dirinya sendiri dan menjadi diri sendiri.

f. Melalui diagnosis dan analisis dirinya sendiri guru menemukan

dirinya. Ia sadar akan kemampuan dirinya dengan menerima

dirinya dan timbul motivasi dari dalam dirinya sendiri untuk

memperbaiki dirinya sendiri. praktek-praktek supervisi yang tidak

manusiawi itu menyebabkan kegagalan dalam pemberian

supervisi kepada guru-guru, itulah sebabnya perlu supervisi

klinis.

3.3 Ada Beberapa Ciri Supervisi Klinis

a. Dalam supervisi klinis, bantuan yang diberikan bukan bersifat

instruksi atau memerintah. Tetapi tercipta hubungan manusiawi,

sehingga guru-guru memiliki rasa aman. Dengan timbulnya rasa

aman diharapkan adanya kesediaan untuk menerima perbaikan.

b. Apa saja yang akan disupervisi itu timbul dari harapan dan

dorongan dari guru sendiri karena dia memang membutuhkan

bantuan itu.

c. Satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki guru merupakan

satuan yang terintegrasi. Harus dianalisis sehingga terlihat

kemampuan apa, ketrampilan apa yang spesifik yang harus

diperbaiki.

d. Suasana dalam pemberian supervisi adalah suasana yang penuh

kehangatan, kedekatan dan keterbukaan.

e. Supervisi yang diberikan tidak saja pada keterampilan mengajar

tapi juga mengenai aspek-aspek kepribadian guru, misalnya

motivasi terhadap gairah mengajar.

f. Instrument yang digunakan untuk observasi disusun atas dasar

kesepakatan antara supervisor dan guru.

g. Balikan yang diberikan harus secepat mungkin dan sifatnya

obyektif.

h. Dalam percakapan balikan sehausnya datang dari pihak guru lebih

dulu, bukan dari supervisor.

3.4 Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis

a. Supervisi klinis yang dilaksanakan harus berdasarkan inisiatif dari

para guru lebih dahulu. Perilaku supervisor harus sedemikian

taktis sehingga guru-guru terdorong untuk berusaha memintan

bantuan dari supervisor.

b. Ciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa

kesejawatan.

c. Ciptakan suasana bebas di mana setiap orang bebas

mengemukakan apa yang dialaminya. Supervisor berusaha untuk

apa yang diharapkan guru.

d. Objek kaitan adalah kebutuhan profesional guru yang riil yang

mereka sungguh alami.

e. Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus

diangkat untuk diperbaiki.

3.5 Langkah-Langkah dalam Pelaksanaan Supervisi Klinis

Langkah-langkah dalam supervisi klinis melalui tiga tahap

pelaksanaan sebagai berikut :

(1). Pertemuan awal

(2). Observasi

(3). Pertemuan akhir

Perlu dijelaskan apa yang seharusnya dikerjakan oleh supervisor dan

apa yang seharusnya dikerjakan guru.

01 Tahap Awal Supervisi

Dalam percakapan awal, seorang guru mengeluh, bahwa pada saat

dia mengajar ada 3 orang siswa yang selalu mengganggu ketertiban

di kelas. Guru sudah berusaha memperbaiki tapi ketiga siswa itu

tetap membandel. Melalui percakapan awal ini guru mengharapkan

agar supervisor sendiri melihat situasi pada saat dia mengajar. Dan

guru sudah melakukan, supervisor setuju untuk mengikuti guru

waktu mengajar.

02 Observasi

Pada tahap observasi menggunakan alat observasi check list

sebagai berikut :

Perilaku Siswa

Cara mengisinya :

Pengamat melihat seorang siswa pada saat pelajaran berlangsung

melakukan sesuatu yang agak lain. Ia mencatata apa yang dilihatnya.

Pada 5 menit awal ia memberi tanda (x ) pada kolom perhatian pada

tugas. Pada 10 menit berikutnya ia mencatat ada salah seorang siswa

yang tidur melamun dan kepalanya diletakkan di atas meja. Ia

memberi tanda (x ) pada kolom tidak ada perhatian (pasif). Pada

menit ke-20 ia melihat siswa keluar dari tempat duduk. Ia mencatat

pada kolom tidak ada perhatian (aktif).

Analisis Data dan Interpretasi Data

WaktuPerhatian PadaTugas

Tidak AdaPerhatianPasif

Tidak adaPerhatianAktif

8.10 xxx x8.15 xx xxx xx8.20 xx8.25 xxx8.30 xxx8.35 x xxxx Xxxx8.40

WaktuPerhatian PadaTugas

Tidak AdaPerhatianPasif

Tidak adaPerhatianAktif

8.108.158.208.258.30

8.45

Berdasarkan data dfiatas ternyata pada sepuluh menit pertama siswa

itu berpartisipasi dan menaruh perhatian aktif sebanyak 6 kali dari 30

kesempatan yang disediakan atau

= 20 % dari seluruh waktu.

Ternyata pada menit ke-15 ketiga siswa telah menunjuukkan tidak ada

perhatian secara pasif dan kemudian menjadi tidak ada perhatian

secara aktif. Data ini membuktyikan bahwa ada masalah pada anak-

anak itu.

Percakapan sesudagh analisis

Terjadi percakapan antara supervisor dengan guru. Dalam percakapan

itu terungkap bahwa para siswa tidak menaruh perhatian, karena guru

hanya melarang tapi tidak berusaha memecahkan masalah. Waktu

berikut diadakan analisis dan seperti pada alat pencatat data. Oleh

karena guru yang tidak berusaha memecahkan masalah 9yaitu ketiga

siswa menunjukkan tidak ada perhatian pada saat guru mengajar).

Lalu diadakan diskusi bagaimana cara memperbaiki perilaku guru

waktu mengajar. Selama percakapan berlangsung supervisor dapat

menggunakan pendekatan direktif, non-direktif atau kolaboratif

dengan perilaku seperti yang diharapkan.

4. Model Supervisi Artistik

Mengajar adalah suatu pengethauan (Knowledge), mengajar itu

suatu keterampilan (Skill), tapi mengajar juga suatu kiat (art). Sejalan dengan

tugas mengajar supervisi juga sebagai kegiatan mendidik. Dapat dikatakan

bahwa supervisi adalah suatu pengetahuan, suatu keterampilan dan juga suatu

kiat.

Supervisi itu menyangkut bekerja untuk orang lain (working for the

others), bekerja dengan orang lain (working with the others), bekerja melalui

orang lain (working though the others). Dalam hubungan bekerja dengan

orang lain maka suatu rantai hubungan kemanusiaan adalah unsur utama.

Hubungan manusia dapat tercipta bila ada kerelaan untuk menerima orang

lain sebagaimana adanya hubungan itu dapat tercipta bila ada unsur

kepercayaan. Saling percaya saling mengerti, saling menghormati, saling

mengakui, saling menerima seseorang sebagaimana adanya. Hubungan

tampak melalui pengungkapan bahasa, yaitu supervisi lebih banyak

menggunakan bahasa penerimaan ketimbang bahasa penolakan (Thomas

Gordon, 1985). Supervisor yang mengembangkan model artistik akan

menampak dirinya dalam relasi dengan guru-guru yang dibimbing

sedemikian baiknya sehingga para guru merasa diterima. Adanya perasaan

aman dan dorongan positif untuk berusahauntuk maju. Sikap seperti mau

belajar mendengarkan perasaan orang lain., mengerti orang lain dengan

problema-problema yang dikemukakan, menerima orang lain sebagaimana

adanya, sehingga orang dapat menjadi dirinya sendiri. itulah supervisi artistik.

Dalam bukunya Supervision of Teaching, Sergiovani Th.J menyamakan

beberapa ciri yang khas tentang model supervisi yang artistik, antara lain :

(1). Supervisi yang artistik memerlukan perhatian agar lebih banyak

mendengarkan daripada banyak berbicara.

(2). Supervisi yang artistik sangat mengutamakan sumbangan yang unik dari

guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi muda.

(3). Model artistik terhadap supervisi, menuntut untuk memberi perhatian lebih

banyak terhadap proses kehidupan kelas dan peristiwa-peristiwa yang

signifikan yang dapat ditempatkan dalam konteks waktu tertentu.

(4). Model artistik terhadap supervisi, menuntut untuk memberi perhatian lebih

banyak proses kehidupan kelas dan proses itu diobservasi sepanjang waktu

tertentu, sehingga diperoleh peristiwa-peristiwa yang signifikan yang dapat

ditempatkan dalam konteks waktu tertentu.

(5). Model artistik terhadap supervisi memerlukan laoran yang menunjukkan

bahwa dialog antara supervisor yang supervisi dilaksanakan atas dasar

kepemimpinan yang dilakukan oleh kedua belah pihak.

(6). Model artistik terhadap supervisi memerlukan suatu kemampuan

berbahasa dalam cara mengungkapkan apa yang dimiliki terhadap orang

lain yang dapat membuat orang lain dapat menangkap dengan jelas ciri

ekspresi yang diungkapkan itu.

(7). Model artistik terhadap supervisi memerlukan kemampuan untuk menafsir

makna dari peristiwa yang diungkapkan, sehingga orang lain memperoleh

pengalaman dan membuat mereka mengappreciate yang dipelajarinya.

(8). Model artistik terhadap supervisi menunjukkan fakta bahwa supervisi yang

bersifat individual, dengan kekhasannya, sensitivitas dan pengalaman

merupakan instrument yang utama yang digunakan dimana situasi

pendidikan itu diterima dan bermakna bagi orang yang disupervisi.

B. Pendekatan Supervisi Pendidikan

Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan

pada prinsi-prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau teknik pemberian

supervisi, sangat bergantung kepada prototipe guru. Ada satu paradigma yang

dikemukakan Glickman untuk memilah-milah guru dalam empat prototipe

guru. Ia mengemukakan setiap guru memiliki dua kemampuan dasar, yaitu

berpikir abstrak dan komitmen serta kepedulian. Kalau kedua kemampuan itu

digambarkan secara bersilang seperti gambar di bawah ini :

Akan terdapat em[pat kuadran (sisi). Ada 4 sisi : Sisis I, II, III, IV. Tiap

sisi terdapat dua kemampuan yang disingkat A (daya abstrak), K

(Komitmen). Uraian jkuncinya sebagai berikut :

I

IV

II

III

Daya abstrak

Komitmen

(1). Tiap sisi yang terdapat di sebelah kanan garis abstrak (sebelah kanan

garis tegak lurus). Komitmennya K tinggi (+).

Setiap sisi yang terdapat di atas garis komitmen (garis horisontal0 daya

abstraknya (A)positif. Sisa semuanya rendah (-), sehingga sisi II K -, sisi III

A-, sisi IV A-, dan K-. dengan demikian kita menemukan :

I. Pada sisi I daya A+ K+. Guru semacam ini disebut gur yang profesional.

II. Pada sisi II daya abstrak tinggi A+, tetapi komitmen (K-) disebut guru

yang tukang kritik.

III. Pada sisi III daya abstrak rendah (A-), tetapi komitmen tinggi (K+)

disebut guru yang terlalu sibuk.

IV. Pada sisi IV daya abstrak rendah (A-) dan juga komitemen rendah (K-)

disebut guru yang tidak bermutu.

Pendekatan dan perilaku serta teknik yang diterapkan dalam memberi

supervisi kepada guru-guru berdasarkan prototipe guru seperti yang disebut di

atas. Bila guru profesional maka pendekatan yang digunakan adalah non-

direktif.

I

IV

II

III

Profesional

A K+ +

A K+ -

A K- +

A K- -

Perilaku supervisor (1) mendengarkan, (2) memberanikan, (3)

menjelaskan, (4) mmnyajikan, (5) memecahkan masalah. Teknik yang

diterapkan dialog dan mendengarkan aktif.

Bila gurunya tukang kritik atau terlalu sibuk, maka pendekatan yang

diterapkan adalah kolaboratif. Perilaku supervisi (1) menyajikan, (2)

menjelaskan, (3) mendengarkan, (4) memecahkan masalah, (50 negosiasi.

Teknik yang digunakan percakapan pribadi , dialog menjelaskan.

Bila gurunya tidak bermutu, maka pendekatan yang digunakan adalah

derektif. Perilaku supervisor (1) menjelaskan, (2) menyajikan, (3)

mengarahkan, (4) memberi contoh, (5) menetapkan tolak ukur, dan (6)

menguatkan.

Berdasarkan uraian singkat tentang paradigma kategori di atas, maka

dapat diterapkan berbagai pendekatan teknik dan perilaku supervisi berdasdar

data mengenai guru yang sebenarnya yang memerlukan pelayanan supervisi.

Berikut ini akan disajikan beberapa pendekatan supervisor.

(1) Pendekatan Langsung (Direktif)

Yang dimaksudkan dengan pendekatan direktif adalah cara pendekatan

terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan

langsung. Sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan.

Pendekatan direktif ini berdasarkan pemahaman terhadap psikologi

behaviorisme. Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal

dari refleks, yaitu respons terhadap rangsangan/stimulus. Oleh karena

guru ini mengalami kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia

bisa bereaksi. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement)

atau hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan

dengan perilaku supervisor seperti berikut ini.

01 Menjelaskan

02 Menyajikan

03 Mengarahkan

04 Memberi contoh

05 Menetapkan tolak ukur

06 Menguatkan

(2) Pendekatan Tidak Langsung (Non-direktif)

Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah

cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung.

Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan,

tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan

guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk

mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non-

drektif ini berdasarkan pemahaman psikologis humanistik. Psikologi

humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena

pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak

mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru-guru. Guru

mengemukakan masalahnya supervisor mencoba mendengarkan,

memahami, apa yang dialami guru-guru. Perilaku supervisor dalam

pendekatan non-direktif adalah sebagai berikut.

(1). Mendengarkan

(2). Memberi penguatan

(3). Menjelaskan

(4). Menyajikan

(5). Memecahkan masalah

(3) Pendekatan Kolaboratif

Yang dimaksud dengan pendekata koplaboratif adalah cara pendekatan

yang memadukan cara pendekatan direktif dan non–direktif menjadi

pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru

bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria

dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi

guru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi

kognitif beranggapan bahwa belajar adalah hasil panduan antara kegiatan

individu dengan lingkungan pada gilirannya nantui berpengaruh dalam

pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian pendekatan dalam

supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah

ke atas. Perilaku supervisor adalah sebagai berikut:

(1). Menyajikan

(2). Menjelaskan

(3). Mendengarkan

(4). Memecahkan masalah

(5). Negosiasi

Ketiga macam pendekatan sudah dikemukakan, yaitu pendekatan

langsung (direktif), pendekatan tidak langsung (non-direktif), dan

pendekatan kolaboratif. Sudah rentu pendekatan itu diterapkan melalui

tahap-tahap kegiatan pemberian supervisi sebagai berikut:

a. Percakapan awal (pre –conference)

b. Observasi

c. Analisis / interpretasi

d. Percakapan akhir (past conference)

e. Analisis akhir

f. Diskusi

a. Percakapan Awal :Supervisor bertemu dengan guru atau sebaliknya.

Mereka membicarakan masalah yang dihadapi guru.

b. Observasi :

Dalam percakapan awal supervisor berjanji akan

mengobservasi kelas atau sebaliknya guru

mengundang supervisi untuk mengadakan observasi

di kelas.

c. Analisis/Interpretasi :Dalam observasi digunakan alat pencatatan data.

Data dianalisis dan ditafsir.

d. Percakapan akhir (past conference) :Setelah data dianalisis lalu dibahas bersama dalam

suatu percakapan.

e. Analisis data :Hasil percakapan yang dibahas bersama untuk

ditindaklanjuti.

f. Diskusi : Tahap akhir diadakan diskusi.

Dalam proses pemberian supervisi, ingatlah pendekatan, perilaku supervisor dan

teknik pemberian supervisi yang dikemukakan dapat diterapkan.

C. Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan

Usaha untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi sumber

daya guru dapat dilaksanakan dengan berbagai alat (device) dan teknik supervisi.

Umumnya alat dan teknik supervisi dapat dibedakan dalam dua macam

alat/teknik. (John Minor Gwyn, 1963: 326-327, untuk seorang guru secara

individual, yaitu teknik yang dilaksankan untuk melayani lebih dari satu orang.

1. Teknik yang bersifat individual

a. Perkunjungan kelas

b. Observasi kelas

c. Percakapan pribadi

d. Inter-visitasi

e. Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar

f. Menilai diri sendiri

Tiap-tiap teknik ini akan diuraikan secara rinci.

a. Perkunjungan kelas

- Pengertian

Kepala sekolah atau supervisor datang ke kelas untuk melihat cara guru

mengajar di kelas.

- Tujuannya

Perkunjungan ke kelas bertujuan memperoleh data mengenai keadaan

sebenarnya selama guru mengajar. Dengan data itu supervisor dapat

berbincang-bincang dengan guru tentang kesulitan yang dihadapi guru-

guru. Pada kesempatan itu guru-guru dapat mengemukakan pengalaman –

pengalaman yang berhasil dan hambatan-hambatan yang dihadapi serta

meminta bantuan, dorongan dan mengikutsertakan. Oleh karena sifatnya

mengadakan peninjauan dan mempelajari sesuatu yang dilihat sementara

guru mengajar, maka sering disebut observasi kelas.

- Fungsinya

Perkunjungan kelas ini berfungsi sebagai alat untuk mendorong guru agar

meningkatkan cara mengajar guru dan cara belajar siswa. Perkunjungan ini

dapat memberi kesempatan guru-guru untuk mengungkap pengalamannya

sekaligus sebagai usaha untuk memberikan rasa mampu pada guru-guru.

Karena guru dapat belajar dan memperoleh pengertian secara moral bagi

pertumbuhan kariernya.

Jenis-jenis Perkunjungan

Ada tiga macam perkunjungan kelas

- Perkunjungan tanpa diberitahu (unannounced visitation). Supervisor tiba-

tiba datang ke kelas tanpa diberitahukan lebih dulu.

Segi positifnya : Ia dapat melihat keadaan yang sebnarnya, tanpa dibuat-

buat. Hal seperti ini dapat membiasakan guru agar selalu mempersiapkan

diri sebaik-baiknya.

Segi negatifnya : Guru menjadi gugup, karena tiba-tiba didatangi. Tentu

timbul prasangka bahwa ia dinilai dan pasti hasilnya tidak memuaskan. Ada

sebagian guru yang tidak senang bila tiba-tiba dikunjungi tanpa diberitahu

lebih dulu.

- Perkunjungan dengnan cara memberi tahu lebih dulu (announced visition).

Biasanya supervisor telah memberikan jadwal perkunjungan sehingga guru-

guru memberikan jadwal perkunjungan sehingga guru-guru tahu pada hari

dan jam berapa ia akan dikunjungi.

Segi positif : Bagi supervisor perkunjungan direncanakan ini sangat tepat

dan ia punya konsep pengembangan yang kontinu danterencana. Guru-guru

pun dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya karena ia sadar bahwa

perkunungan itu akan membantu dia untuk dinilai. Tentu saja penilaian yang

baik yang diharapkan. Guru dengan sengaja mempersiapkan diri sehingga

ada kemungkinan timbul hal-hal yang dibuat-buat dan serba berlebih-

lebihan.

- Perkunjungan atas undangan guru (Visit upon invitation).

Perkunjungan seperti ini akan lebih baik. Oleh karena itu guru punya usaha

dan motivasi untuk mempersiapkan diri dan membuka diri agar dia dapat

memperoleh balikan dan pengalaman baru dari hal perjumpaannya dengan

supervisor. Pada sisi lain sifat keterbukaan dan merasa memiliki otonomi

dalam jabatannya. Aktualisasi kemampuannya terwujud sehingga ia selalu

belajar untuk mengembangkan dirinya. Sikap dan dorongan untuk

mengembangkan diri ini merupakan alat untuk mencapai tingkat

profesional.

Segi positif : Bagi supervisor, ia sendiri dapat belajar berbagai pengalaman

dalam berdialog dengan berbagai pengalaman dalam berdialog dengan guru

sedangkan guru akan lebih mudah untuk memperbaiki dan meningkatkan

kemampuannya, karena motivasi untuk belajar dari pengalaman dan

bimbingan dari supervisor tumbuh dari dalam dirinya sendiri.

Segi negatif : Ada kemungkinan timbul sikap manipulasi, yaitu dengan

dibuat-buat untuk menonjolkan diri, padahal waktu-waktu biasa ia tidak

berbuat seperti itu.

Perlunya kelas yang baik bila dipersiapkan secara matang. Tujuan-tujuan

ditentukan dengan jelas. Rancangan yang berisi hal-hal yang harus

diperoleh dalam perkunjungan sudah disusun lebih dahulu. Yang perlu

dikaji ialah situasi belajat mengajar di kelas dan faktor-faktor yang melatar

belakangi situasi belajar-mengajar itu.

b. Observasi kelas

Melalui perkunjungan kelas, supervisordapat mengobservasi situasi belajar-

mengajar yang sebenarnya. Ada dua macam observasi kelas.

b.1 Jenis Observasi

- Observasi langsung (direct observation)

Dengan menggunakan alat observasi, supervisor mencatat absen

yang dilihat pada saat guru sedang mengajar.

- Observasi Tidak Langsung

Orang yang diobservasi dibatasi oleh ruang kaca di mana murid-

murid tidak mengetahui (biasanya dilakukan dalam laboratorium

untuk pengajaran mikro.

b.2 Tujuan Observasi

- Untuk memperoleh data yang seobyektif mungkin sehingga bahan

yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan-

kesulitan yang dihadapi guru-guru dalam usaha memperbaiki hal

belajar-mengajar.

- Bagi guru sendiri data yang dianalisis akan dapat membantu untuk

mengubah cara-cara mengajar ke arah yang lebih baik.

- Bagi murid-murid sudah tentu akan dapat menimbulkan pengaruih

positif terhadap kemajuan belajar mereka.

b.3 Apa yang di observasi

- Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka supervisor haus

mengetahui dengan jelas apa yang harus diobservasi.

Hal-hal yang perlu diobservasi antara lain :

- Usaha serta kegiatan guru dan murid.

- Usaha dan kegiatan antara guru dan murid dalam hubungan dengan

penggunaan bahan dan alat pelajar.

- Usaha dan kegiatan guru dan murid dalam memperoleh pengalam

belajar.

- Lingkungan sosial, fisik sekolah, baik di dalam maupun di luar ruang

kelas dan faktor-faktor penunjang lainnya.

b.4 Syarat-syarat untuk memperoleh data dalam observasi

Hal ini tergantung dari sikap dan cara si pengamat itu sendiri sewaktu

mengadakan observasi antara lain :

- Menciptakan situasi yang wajar (cara masuk kelas), mengambil

tempat di dalam kelas yang tidak menjadi pusat perhatian anak-anak,

tidak mencampuri guru yang sedang mengajar, sikap waktu mencatat

tidak akan menimbulkan prasangka dari pihak guru.

- Harus dapat membedakan mana yang penting untuk mencatat tidak

akan menimbulkan prasangka dari pihak guru.

- Bukan melihat kelemahan, melainkan melihat bagaimana

memperbaikinya.

- Harus diperhatikan kegiatan atau reaksi murid-murid tentang proses

belajar.

b.5 Kriteria yang dipakai dalam observasi

Segala sesuatu yang dikumpulkan dan dicatat haruslah :

(1). Bersifat obyektif-maksudnya ialah bahwa segala sesuatu yang

dicatat adalah data yang sebenarnya tanpa ada pengaruh unsur

subjektif dari supervisor.

(2). Apa yang dicatat harus dapat kena sasaran seperti apa yang

dimaksud. Sering terjadi orang mencatat sesuatu bukan berdasarkan

apa yang dilihatnya tetapi apa yang dipikirkannya. Data yang

demikian biasanya valid (tepat).

(3). Oleh karena itu pencatatan yang tidak tepat seperti yang

dimaksudkan, maka data yang diperoleh dengan sendirinya tidak

dapat dipercaya. Padahal data yang diperoleh haruslah data yang

dapat dipercaya. Dalam observasi kelas sebaiknya hanya mencatat

apa yang dilihat bukan apa yang dipikirkannya. Data dari catatan-

catatan itu akan “berkata” dan memberikan kencederungan tafsiran

terhadap situasi belajar dan mengajar.

b.6 Alat-alat Observasi

Untuk memperoleh data tentang situasi belajar mengajar dipergunakan

beberapa alat anatara lain :

1. Check List

Check List adalah suatu alat untuk mengumpulkan data dalam

memperlengkapi keterangan-keterangan yang lebih obyektif terhadap

situasi belajar dan mengajar di dalam kelas. Bentuk dari check list

item yang sudah disediakan lebih dahulu dan si penjawab hanya

tinggal mengecek tiap item tersebut.

a. Evaluative Check List

Evaluative Check List adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-

pertanyaan yang disusun secara berkelompok dan merupakan

standar beserta skla penilaiannya. Misalnya, pertanyaan tentang

keaktifan antara guru dan murid perhatian murid-murid sewaktu

guru memberikan pelajarannya, dinamika kelas dan sebagainya.

Susunannya dapat berupa pertanyaan (statement) atau item-item

yang dijawab dengan “ya” atau “tidak”.

b. Activity Check List

Activity Check List

c. Percakapan pribadi

d. Inter-visitasi

e. Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar

f. Menilai diri sendiri

D. D

E. dff