Model Pembelajaran Saintifik Mapel pai
-
Upload
sakit-bertabib -
Category
Education
-
view
2.851 -
download
4
description
Transcript of Model Pembelajaran Saintifik Mapel pai
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami panjatkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat kemurahan-Nya naskah Pendukung pembelajaran Kurikulum 2013 ini
dapat diselesaikan. Naskah ini kami beri judul “Pembelajaran Berbasis
Kompetensi Mata Pelajaran dengan Pendekatan Saintifik”. Hal ini disesuaikan
dengan tuntutan Kurikulum 2013 yang menekankan pada pembelajaran
dengan pendekatan ilmiah (saintifik) dan penilaian autentik.
pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mengandung terjadinya proses
penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap oleh subjek yang sedang
belajar. Pelaksanaan pembelajaran akan berjalan efektif apabila didahului
dengan penyiapan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang
mengacu pada Silabus. Sehubungan hal tersebut, maka naskah ini disusun
dalam rangka memenuhi kebutuhan guru yang terkait dengan pengembangan
persiapan pembelajaran.
Semoga naskah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, untuk
memfasilitasi guru secara individual dan kelompok dalam mengembangkan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan melaksanakan pembelajaran
dalam berbagai modus, strategi, dan model untuk muatan dan/atau mata
pelajaran yang diampunya.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih
kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan naskah ini, yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
membalas semua kebaikan dan jerih payah saudara-saudara sekalian.
Dalam penyusunan naskah ini, kami akui masih jauh dari sempurna. Untuk itu
saran dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan naskah Pendukung
pembelajaran Kurikulum 2013 ini kami terima dengan tangan terbuka.
Akhirnya, mudah-mudahan naskah ini dapat berguna dan membantu siapa
saja yang membaca dan membutuhkan khususnya guru mata pelajaran dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan melalui kegiatan pembelajaran.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARDAFTAR ISI
Iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ............................................
2. Tujuan..........................................................
3. Ruang Lingkup.............................................
4. Landasan Hukum....... .................................
1
2
3
3
BAB II PEMBELAJARAN KOMPETENSI
1. Pendekatan Pembelajaran Saintifik.............
2. Penilaian Autentik........................................
5
22
BAB III ANALISIS KOMPETENSI
BAB IV
1. Prosedur Analisis.. .........................................
2. Hasil Analisis Kompetensi..............................
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
30
38
52
54
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya dalam
rangka mencapai tujuan tersebut disusun standar pendidikan nasional,
terdiri atas: standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses,
standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun
2013 tentang Standar Proses disebutkan bahwa setiap pendidik pada
satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan perlu melakukan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses
pembelajaran dengan strategi yang benar untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A
Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum
Pembelajaran, menyebutkan bahwa Strategi pembelajaran sangat
diperlukan dalam menunjang terwujudnya seluruh kompetensi yang dimuat
dalam Kurikulum 2013. Kurikulum memuat apa yang seharusnya diajarkan
kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran merupakan cara
bagaimana apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta didik. 1
Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan RPP yang
dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang
mengacu pada Silabus.
Sedangkan Strategi penilaian disiapkan untuk memfasilitasi guru dalam
mengembangkan pendekatan, teknik dan instrumen penilaian hasil
belajar dengan pendekatan autentik. Penilaian memungkinkan para
pendidik mampu menerapkan program remedial bagi peserta didik yang
tergolong pebelajar lambat dan program pengayaan bagi peserta didik
yang termasuk kategori pebelajar cepat.
Pemerintah telah menetapkan pelaksanaan kurikulum 2013 secara
terbatas pada 1.270 SMA di 33 provinsi pada 295 kabupaten/kota mulai
tahun pelajaran 2013/2014 untuk kelas X. Untuk mendukung implementasi
pelaksanaan kurikulum tersebut pemerintah telah melatih instruktur
nasional (master teacher), guru inti dan guru sasaran serta menyediakan
silabus, buku guru, dan buku siswa untuk mata pelajaran Matematika,
Bahasa Indonesia, dan Sejarah. Sedangkan untuk mata pelajaran lainnya
diharapkan dapat memanfaatkan buku-buku yang ada (dari kurikulum
2006 dan buku sebelumnya), mulai menerapkan kurikulum 2013 mengacu
pada silabus yang telah disediakan.
Untuk menyiapkan kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan
pembelajaran saintifik serta melakukan penilaiain autentik dan
menggunakan silabus sebagai acuan, perlu penjabaran operasional antara
lain dalam mengembangkan materi pembelajaran, mengembangkan
langkah pembelajaran serta merancang dan melaksanakan penilaian
autentik. Oleh karena itu diperlukan rambu-rambu yang bisa memfasilitasi
guru secara individual dan kelompok dalam mengembangkan dan
melaksanakan pembelajaran dalam berbagai modus, strategi, dan model
untuk muatan dan/atau mata pelajaran yang diampunya.
B. Tujuan
Secara umum tujuan penulisan naskah ini adalah membantu guru mata
pelajaran dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan
memafaatkan buku sumber yang ada. Secara khusus naskah ini bertujuan:
2
Memberikan rambu-rambu bagi guru dalam menganalisis kompetensi inti
dan kompetensi dasar
1. Mengembangkan materi pembelajaran berdasarkan materi pokok dari
silabus mata pelajaran
2. Mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
3. Mengembangkan indikator pencapaian dan penilaian
4. Merancang penilaian autentik
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup naskah ini terdiri atas:
1. Penjelasan dan langkah-langkah pembelajaran saintifik
2. Langkah-langkah analisis kompetensi;
3. Penilaian autentik; dan
4. Hasil analisis kompetensi untuk membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013
tentang Standar Kompetensi Lulusan
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013
tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013
tentang Standar Penilaian
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013
tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA-MA
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A tentang
Implementasi Kurikulum
3
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor …. Tentang
Silabus
BAB II
PEMBELAJARAN KOMPETENSI
Pembelajaran kurikulum 2013 adalah pembelajaran kompetensi dengan
memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penguatan proses
pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang
mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya,
mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan
mengomunikasikan.
Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat
pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi
Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran
yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang
kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi
dan ruang lingkup materi.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup
pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi
tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda.
Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya,
4
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Karaktersitik kompetensi
beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi
karakteristik standar proses. Penguatan pendekatan saintifik perlu
diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya
kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya
berbasis pemecahan masalah (project based learning).
Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan perubahan
paradigma: (1) peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu;
(2) guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka
sumber belajar; (3) pendekatan tekstual menjadi pendekatan proses
sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran
berbasis konten menjadi pembelajaran berbasis kompetensi; (5)
pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu; (6) pembelajaran yang
menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran dengan jawaban yang
kebenarannya multi dimensi; (7) pembelajaran verbalisme menjadi
keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara
keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); (9)
pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang
menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung
tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut
wuri handayani); (11) pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah,
dan di masyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa
saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas; (13)
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan
individual dan latar belakang budaya peserta didik.
Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif
untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output)
pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penilaian autentik menilai kesiapan siswa, serta proses dan hasil belajar
secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input – proses – output)
5
tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta
didik, bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect)
dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.
A. Pendekatan Pembelajaran saintifik
Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi
langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode
ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan
terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of
inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa (Alfred De Vito, 1989).
Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan
kemampuan untuk belajar (Joice & Weil: 1996), bukan saja diperolehnya
sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting
adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh
peserta didik (Zamroni, 2000; & Semiawan, 1998).
Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara
akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena
itu pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model
pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah
model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke
dalam sistem penyajian materi secara terpadu (Beyer, 1991). Model ini
menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer
pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu
dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang
fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar.
Dalam model ini peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian
pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai
aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan (scientist)
dalam melakukan penyelidikan ilmiah (Nur: 1998), dengan demikian
peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta,
membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk
kehidupannya. Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan
keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan, menemukan dan
6
mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan
(Semiawan: 1992).
Model ini juga tercakup penemuan makna (meanings), organisasi, dan
struktur dari ide atau gagasan, sehingga secara bertahap siswa belajar
bagaimana mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran
berbasis keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan peserta
didik dalam menemukan sendiri (discover) pengetahuan yang didasarkan
atas pengalaman belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan generalisasi,
sehingga lebih memberikan kesempatan bagi berkembangnya
keterampilan berpikir tingkat tinggi (Houston, 1988). Dengan demikian
peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus
berperan aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan
guru lebih berperan sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran.
Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi
membangun kompetensi dasar hidup siswa melalui pengembangan
keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan proses konstruksi
pengetahuan secara bertahap. Keterampilan proses sains pada hakikatnya
adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tools) yaitu
kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap
individu dalam mengembangkan diri (Chain and Evans: 1990).
1. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Ilmu-ilmu sosial
(social science)
Sebelum membicarakan mengenai pendekatan ilmiah (scientific), perlu
dipahami terlebih dahulu mengenai metode ilmiah. Pada umumnya
seseorang selalu ingin memperoleh pengetahuan. Pengetahuan dapat
merupakan pengetahuan ilmiah dan pengetahuan tidak ilmiah.
Suatu pengetahuan ilmiah hanya dapat diperoleh dari metode ilmiah.
Metode ilmiah pada dasarnya memandang fenomena khusus (unik)
dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan pada
simpulan. Dengan demikian diperlukan adanya penalaran dalam
rangka pencarian (penemuan). Untuk dapat disebut ilmiah, metode
pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari
objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-
prinsip penalaran yang spesifik.
7
Metode ilmiah umumnya memuat rangkaian kegiatan koleksi data atau
fakta melalui observasi dan eksperimen, kemudian memformulasi dan
menguji hipotesis. Sebenarnya apa yang kita bicarakan dengan
metode ilmiah merujuk pada: (1) adanya fakta, (2) sifat bebas
prasangka, (3) sifat objektif, dan (4) adanya analisa. Selanjutnya
secara sederhana pendekatan ilmiah merupakan suatu cara atau
mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang
didasarkan pada suatu metode ilmiah. Ada juga yang mengartikan
pendekatan ilmiah sebagai mekanisme untuk memperoleh
pengetahuan yang didasarkan pada struktur logis. Pendekatan ilmiah
ini memerlukan langkah-langkah pokok:
a) Mengamati
b) Menanya
c) Menalar
d) Mencoba
e) Membentuk jejaring
Langkah-langkah di atas boleh dikatakan sebagai pembelajaran
terhadap pengetahuan ilmiah yang diatur oleh pertimbangan-
pertimbangan logis dalam ilmu-ilmu sosial. Karena yang dikehendaki
adalah jawaban mengenai fakta-fakta sosial, maka pendekatan dengan
langkah-langkah tersebut dikatakan sangat erat dengan metode
ilmiah.
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 dilaksanakan
menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran menyentuh
tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses
pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu
mengapa.” Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi
atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah
pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalah peningkatan dan
keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang
baik(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan
8
pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik
yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.
1) Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki
keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara
9
nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah
pelaksanaannya. Dalam pembelajaran ilmu-ilmu sosial,
pengamatan dapat dilakukan terhadap hal- hal sebagai berikut,
contoh:
Proses terbentuknya negara
interaksi sosial
Situs sejarah
Sedangkan dalam pembelajaran di kelas, mengamati dapat
dilakukan melalui berbagai media yang dapat diamati siswa,
misalnya: video, gambar, grafik, bagan, dsb.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan
menempuh langkah-langkah seperti berikut ini.
Menentukan objek apa yang akan diobservasi
Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek
yang akan diobservasi
Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu
diobservasi, baik primer maupun sekunder
Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan
untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil
observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape
recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam
melakukan observasi, dapat berupa daftar cek (checklist), skala
rentang (rating scale), catatan anekdot (anecdotal record), catatan
berkala, dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek dapat
berupa suatu daftar yang berisikan nama-nama subjek, objek, atau
faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang , berupa alat
untuk mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya.
Catatan anekdot dapat berupa catatan yang dibuat oleh peserta
didik dan guru mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang
ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi. Alat mekanik
dapat berupa berupa alat mekanik yang dapat dipakai untuk
10
memotret atau merekam peristiwa-peristiwa tertentu yang
ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.
2) Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk
meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan,
dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula
dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan
baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika
itu pula dia mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan
pembelajar yang baik. Artinya guru dapat menumbuhkan sikap
ingin tahu siswa, yang diekspresikan dalam bentuk pertanyaan.
Misalnya: Mengapa terjadi kasus pelanggaran HAM? Apakah seni
bangun candi itu asli Indonesia atau ada pengaruh dari luar?
Dalam hukum permintaan dinyatakan ketika harga naik maka
jumlah barang yang diminta akan turun, namun kenyataannya
setiap menjelang hari raya walaupun harga cenderung naik tetapi
permintaan juga ikut naik. Mengapa demikian?, dsb. Diusahakan
setelah ada pengamatan, yang bertanya bukan guru, tetapi yang
bertanya peserta didik. Berikut manfaat / fungsi bertanya:
Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta
didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar,
serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya
sendiri.
Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus
menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.
Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan,
dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang
diberikan.
Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara,
mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis,
sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
11
Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi,
berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan
menarik simpulan.
Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan
menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata,
serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup
berkelompok.
Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta
sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan
kemampuan berempati satu sama lain.
Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang
lebih rendah hingga yang lebih tinggi disajikan berikut ini.
Tingkatan Subtingkatan Kata-kata kunci pertanyaan
Kognitif yang lebih rendah
Pengetahuan (knowledge)
Apa...
Siapa...
Kapan...
Di mana...
Sebutkan...
Jodohkan atau pasangkan...
Persamaan kata...
Golongkan...
Berilah nama...
Dll.
Pemahaman (comprehension)
Terangkahlah...
Bedakanlah...
Terjemahkanlah...
Simpulkan...
Bandingkan...
Ubahlah...
Berikanlah interpretasi...
Penerapan (application
Gunakanlah...
Tunjukkanlah...
12
Tingkatan Subtingkatan Kata-kata kunci pertanyaan
Buatlah...
Demonstrasikanlah...
Carilah hubungan...
Tulislah contoh...
Siapkanlah...
Klasifikasikanlah...
Kognitif yang lebih tinggi
Analisis (analysis)
Analisislah...
Kemukakan bukti-bukti…
Mengapa…
Identifikasikan…
Tunjukkanlah sebabnya…
Berilah alasan-alasan…
Sintesis (synthesis)
Ramalkanlah…
Bentuk…
Ciptakanlah…
Susunlah…
Rancanglah...
Tulislah…
Bagaimana kita dapat memecahkan…
Apa yang terjadi seaindainya…
Bagaimana kita dapat memperbaiki…
Kembangkan…
Evaluasi (evaluation)
Berilah pendapat…
Alternatif mana yang lebih baik…
Setujukah anda…
Kritiklah…
Berilah alasan…
Nilailah…
Bandingkan…
Bedakanlah…
13
3) Menalar
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan
pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk
menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku
aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta
didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses
berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang
dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah,
meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
3.1Cara menalar
Seperti telah dijelaskan di muka, terdapat dua cara menalar, yaitu
penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif
merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena
atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum.
Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada
observasi inderawi atau pengalaman empirik.
Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik
simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat
umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Pola penalaran
deduktif dikenal dengan pola silogisme. Cara kerja menalar secara
deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu
untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya yang
khusus.
Ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme
hipotesis, silogisme alternatif. Pada penalaran deduktif tedapat
premis, sebagai proposisi menarik simpulan. Penarikan simpulan
14
dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu langsung dan tidak
langsung. Simpulan secara langsung ditarik dari satu premis,
sedangkan simpulan tidak langsung ditarik dari dua premis.
Contoh:
Akuntan publik adalah akuntan yang kegiatannya memberikan
jasa untuk kepentingan perusahaan dengan sejumlah
pembayaran tertentu, atau disebut juga akuntan ekstern.
Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja sebagai
pemeriksa atau auditor untuk pemerintah atau negara.
Akuntan pendidik adalah akuntan yang bekerja sebagai pengajar
atau dosen di perguruan tinggi.
Akuntan Intern atau Akuntan Perusahaan adalah akuntan yang
bekerja dalam perusahaan dan bertugas khusus di bidang
akuntansi intern untuk membantu pengelola perusahaan.
Simpulan Akuntan publik, Akuntan pemerintah, Akuntan
pendidik, Akuntan Intern merupakan jabatan-jabatan dalam
lapangan akuntansi pada berbagai lingkup kegiatan dan bidang
garapannya.
3.2Analogi dalam Pembelajaran
Selama proses pembelajaran, guru dan peserta didik sering kali
menemukan fenomena yang bersifat analog atau memiliki
persamaan. Dengan demikian, guru dan peserta didik adakalanya
menalar secara analogis. Analogi adalah suatu proses penalaran
dalam pembelajaran dengan cara membandingkan sifat esensial
yang mempunyai kesamaan atau persamaan.
Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran ilmu-ilmu
sosial, karena hal itu akan mempertajam daya nalar peserta didik.
Seperti halnya penalaran, analogi terdiri dari dua jenis, yaitu
analogi induktif dan analogi deklaratif. Kedua analogi itu dijelaskan
berikut ini.
15
Analogi induktif disusun berdasarkan persamaan yang ada pada
dua fenomena atau gejala. Atas dasar persamaan dua gejala atau
fenomena itu ditarik simpulan bahwa apa yang ada pada fenomena
atau gejala pertama terjadi juga pada fenomena atau gejala kedua.
Analogi induktif merupakan suatu “metode menalar” yang sangat
bermanfaat untuk membuat suatu simpulan yang dapat diterima
berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua
fenomena atau gejala khusus yang diperbandingkan
Contoh:
Hakekat Pergerakan Nasional bagi peserta didik adalah jiwa
nasionalisme dan ketekunan dalam belajar. Peserta didik adalah
generasi muda yang harus memiliki jiwa nasionalisme dan harus
giat belajar.
Analogi deklaratif merupakan suatu “metode menalar” untuk
menjelaskan atau menegaskan sesuatu fenomena atau gejala yang
belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah
dikenal. Analogi deklaratif ini sangat bermanfaat karena ide-ide
baru, fenomena, atau gejala menjadi dikenal atau dapat diterima
apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah diketahui secara
nyata dan dipercayai.
Contoh:
Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dapat dilaksanakan
karena adanya sinergitas, saling menghargai, sikap pantang
menyerah antara golongan muda dan golongan tua. Begitu pula
tercapainya suatu prestasi disekolah tidak terlepas dari sinergitas,
saling menghargai, sikap pantang menyerah dari dewan guru,
peserta didik, dan seluruh stake holder sekolah.
3.3Hubungan Antarfenomena
Seperti halnya penalaran dan analogi, kemampuan
menghubungkan antarfenomena atau gejala sangat penting dalam
proses pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam daya nalar
peserta didik. Disinilah esensi bahwa guru dan peserta didik
16
dituntut mampu memaknai hubungan antarfenomena atau gejala,
khususnya hubungan sebab-akibat.
Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau
beberapa fakta yang satu dengan satu atau beberapa fakta yang
lain. Suatu simpulan yang menjadi sebab dari satu atau beberapa
fakta itu atau dapat juga menjadi akibat dari satu atau beberapa
fakta tersebut.
Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif,
yang disebut dengan penalaran induktif sebab-akibat. Penalaran
induktif sebab akibat terdiri dari tiga jenis.
Hubungan sebab–akibat. Pada penalaran hubungan sebab-akibat,
hal-hal yang menjadi sebab dikemukakan terlebih dahulu,
kemudian ditarik simpulan yang berupa akibat.
Contoh:
Sehubungan adanya pembuatan jalan oleh Belanda yang
melewati makam leluhur Diponegoro, maka pecahlah perang
Diponegoro melawan Belanda 1825 – 1830 (mapel Sejarah).
Nilai suatu barang ditentukan jumlah biaya yang dikeluarkan
untuk menghasilkan barang itu kembali (biaya reproduksi).
Oleh karena untuk menentukan nilai suatu barang tidak berasal
pada biaya produksi yang pertama kali, tetapi pada biaya
produksi yang dikeluarkan sekarang (mapel Ekonomi).
Hubungan akibat–sebab. Pada penalaran hubungan akibat-sebab,
hal-hal yang menjadi akibat dikemukakan terlebih dahulu,
selanjutnya ditarik simpulan yang merupakan penyebabnya.
Contoh (Mata pelajaran Sejarah):
Perang Diponegoro 1825 – 1830 melawan Belanda, sampai-
sampai Belanda mengalami kerugian besar, dan nyaris
dikalahkan, disebabkan Belanda membuat jalan yang melewati
makam leluhur Diponegoro.
Perjuang bangsa Indonesia melalui Pergerakan Nasional,
mengakibatkan diproklasikan kemerdekaan. Akibat proklamasi
17
kemerdekaan datanglah Sekutu yaitu Inggris dan Belanda
datang ke Indonesia . Kedatangan Sekutu yang berkeinginan
menjaga status quo, tentu tidak diharapkan oleh pemuda
Indonesia, terjadilah perang.
Contoh (Mata pelajaranEkonomi)
Nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan oleh produsen untuk membuat barang tersebut.
Semakin tinggi nilai pakai suatu barang, nilai tukarnya akan
semakin tinggi.
Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, hidupnya terisolasi.
Keterisolasian itu menyebabkan mereka kehilangan akses untuk
melakukan aktivitas ekonomi, sehingga muncullah kemiskinan
keluarga yang akut. Kemiskinan keluarga yang akut
menyebabkan anak-anak mereka tidak berkesempatan
menempuh pendidikan yang baik. Dampak lanjutannya, bukan
tidak mungkin terjadi kemiskinan yang terus berlangsung secara
siklikal.
Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2. Pada penalaran hubungan
sebab-akibat 1 –akibat 2, suatu penyebab dapat menimbulkan
serangkaian akibat. Akibat yang pertama menjadi penyebab,
sehingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi
penyebab sehingga menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya.
3.4Mencoba/mengeksplorasi
Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui
peningkatan pemahaman atas suatu fenomena. Strategi yang
digunakan adalah memperluas dan memperdalam pengetahuan
yang menerapkan strategi belajar aktif. Pendekatan pembelajaran
yang berkembang saat ini secara empirik telah melahirkan disiplin
baru pada proses belajar. Tidak hanya berfokus pada apa yang
dapat peserta didik temukan, namun sampai pada bagaimana cara
mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Istilah yang populer untuk
menggambarkan kegiatan ini adalah “explorative learning”.
18
Pendekatan belajar yang eksploratif tidak hanya berfokus pada
bagaimana mentransfer ilmu pengetahuan, pemahaman, dan
interpretasi, namun harus diimbangi dengan peningkatan mutu
materi ajar. Informasi tidak hanya disusun oleh guru. Perlu ada
keterlibatan peserta didik untuk memperluas, memperdalam, atau
menyusun informasi atas inisiatifnya. Dalam hal ini peserta didik
menyusun dan memvalidasi informasi sebagai input bagi kegiatan
belajar. Peta Konsep yang dikembangkan menunjukan
kompleksitas kegiatan eksplorasi dalam proses pembelajaran yang
mengharuskan adanya proses dialog yang : (1) interaktif (2)
adaptif, interaktif dan reflektif (3) menggambarkan tingkat-tingkat
penguasaan pokok bahasan (4) menggambarkan level kegiatan
yang berkaitan dengan meningkatkan keterampilan menyelesaikan
tugas sehingga memperoleh pengalaman yang bermakna.
Mengintegrasikan pendekatan ini dengan lima faktor yang
menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna,
yaitu belajar aktif, belajar konstruktif, belajar intens, belajar
autentik, dan kolaboratif yang menegaskan pernyataan bahwa
pembelajaran eksploratif lebih menekankan pada pengalaman
belajar dari pada pada materi pelajaran.
Eksplorasi merupakan proses kerja dalam memfasilitasi proses
belajar peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu. Peserta didik
menghubungkan pikiran yang terdahulu dengan pengalaman
belajarnya. Mereka menggambarkan pemahaman yang mendalam
untuk memberikan respon yang mendalam juga. Bagaimana
membedakan peran masing-masing dalam kegiatan belajar
bersama. Mereka melakukan pembagian tugas seperti dalam tugas
merekam, mencari informasi melalui internet serta memberikan
respon kreatif dalam berdialog. Di samping itu peserta didik
menindaklanjuti penelusuran informasi dengan membandingkan
hasil telaah. Secara kolektif, mereka juga dapat mengembangkan
hasil penelusuran informasi dalam bentuk grafik, tabel, diagram
serta mempresentasikan gagasan yang dimiliki.
Pelaksanaan kegiatan mencoba/eksplorasi pada mata pelajaran
ilmu-ilmu sosial dapat dilakukan melalui kerja sama dalam
19
kelompok kecil. Bersama teman sekelompoknya peserta didik
dalam menelusuri informasi yang mereka butuhkan, merumuskan
masalah dalam kehidupan nyata, berpikir kritis untuk menerapkan
ilmu yang dimiliki dalam kehidupan yang nyata dan bermakna.
Melalui kegiatan mencoba/eksplorasi peserta didik dapat
mengembangkan pengalaman belajar, meningkatkan penguasaan
ilmu-ilmu sosial, serta menerapkannya untuk menjawab fenomena
yang ada. Peserta didik juga dapat mengeksploitasi informasi
untuk memperoleh manfaat tertentu sebagai produk belajar.
3.5 Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih
dari sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi
esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia
yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur
interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja untuk
memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan
bersama.
Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru lebih bersifat
direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang
harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai
satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas
peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi
dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta
didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan
menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan
cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkin
peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar
secara bersama-sama.
Tantangan baru dinamika kehidupan yang makin kompleks
menuntut aktivitas pembelajaran bukan sekedar mengulang fakta
dan fenomena keseharian yang dapat diduga melainkan mampu
menjangkau pada situasi baru yang tak terduga. Dengan dukungan
kemajuan teknologi dan seni, pembelajaran diharapkan
20
mendorong kemampuan berpikir siswa hingga situasi baru yang
tak terduga.
Agar pembelajaran terus menerus membangkitkan kreativitas dan
keingintahuan siswa, kegiatan pembelajaran kompetensi dilakukan
dengan langkah sebagai berikut:
1. Menyajikan atau mengajak siswa mengamati fakta atau
fenomena baik secara langsung dan/ atau rekonstruksi
sehingga siswa mencari informasi, membaca, melihat,
mendengar, atau menyimak fakta/fenomena tersebut
2. Memfasilitasi diskusi dan Tanya jawab dalam menemukan
konsep, prinsip, hukum, dan teori
3. Mendorong siswa aktif mencoba melalui kegiatan eksperimen
4. Memaksimalkan pemanfaatan tekonologi dalam mengolah
data, mengembangkan penalaran dan memprediksi fenomena
5. Memberi kebebasan dan tantangan kreativitas dalam
presentasi dengan aplikasi baru yang terduga sampai tak
terduga
Macam-macam Pembelajaran Kolaboratif
Banyak metode yang dipakai dalam pembelajaran atau kelas
kolaboratif. Beberapa di antaranya dijelaskan berikut ini:
JP = Jigsaw Proscedure.
Pembelajaran dilakukan dengan cara peserta didik sebagai
anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda
mengenai suatu pokok bahasan. Agar masing-masing peserta
didik anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan,
tes diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian
didasari pada rata-rata skor tes kelompok.
STAD = Student Team Achievement Divisions.
Peserta didik dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa
kelompok kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok
bertindak saling membelajarkan. Fokusnya adalah keberhasilan
seorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok
dan demikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh
21
terhadap keberhasilan individu peserta didik lainnya. Penilaian
didasari pada pencapaian hasil belajar individual maupun
kelompok peserta didik
CI = Complex Instruction
Titik tekan metode ini adalam pelaksanaan suatu proyek yang
berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains,
matematika, dan ilmu pengetahuan sosial. Fokusnya adalah
menumbuhkembangkan ketertarikan semua peserta didik
sebagai anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode
ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang bersifat
bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di antara para
peserta didik yang sangat heterogen. Penilaian didasari pada
proses dan hasil kerja kelompok.
TAI = Team Accelerated Instruction.
Metode ini merupakan kombinasi antara pembelajaran
kooperatif/kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara
bertahap, setiap peserta didik sebagai anggota kelompok
diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih
dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam
kelompok. Jika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan
benar, setiap peserta didik mengerjakan soal-soal berikutnya.
Namun jika seorang peserta didik belum dapat menyelesaikan
soal tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal
lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun
berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasari pada
hasil belajar individual maupun kelompok.
CLS = Cooperative Learning Stuctures.
Pada penerapan metode pembelajaran ini setiap kelompok
dibentuk dengan anggota dua peserta didik (berpasangan).
Seorang peserta didik bertindak sebagai tutor dan yang lain
menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus
dijawab oleh tutee. Bila jawaban tutee benar, ia memperoleh
poin atau skor yang telah ditetapkan terlebih dulu. Dalam
22
selang waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua
peserta didik yang saling berpasangan itu berganti peran.
LT = Learning Together.
Pada metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan
peserta didik yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok
bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
guru. Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu
set lembar tugas. Penilaian didasarkan pada hasil kerja
kelompok.
TGT = Teams-Games-Tournament.
Pada metode ini, setelah belajar bersama kelompoknya sendiri,
para anggota suatu kelompok akan berlomba dengan anggota
kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuan masing-
masing. Penilaian didasari pada jumlah nilai yang diperoleh
kelompok peserta didik.
GI = Group Investigation.
Pada metode ini semua anggota kelompok dituntut untuk
merencanakan suatu penelitian beserta perencanaan
pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok menentukan
apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan
melaksanakannya berikut bagaimana perencanaan
penyajiannya di depan forum kelas. Penilaian didasari pada
proses dan hasil kerja kelompok.
AC = Academic-Constructive Controversy.
Pada metode ini setiap anggota kelompok dituntut
kemampuannya untuk berada dalam situasi konflik intelektual
yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing,
baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota
kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan
pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan masalah,
pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan antarpribadi,
kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan pada
23
kemampuan setiap anggota maupun kelompok
mempertahankan posisi yang dipilihnya.
CIRC = Cooperative Integrated Reading and Composition.
Pada metode pembelajaran ini mirip dengan TAI. Metode
pembelajaran ini menekankan pembelajaran membaca,
menulis dan tata bahasa. Dalam pembelajaran ini, para peserta
didik saling menilai kemampuan membaca, menulis dan tata
bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam
kelompoknya
Siswa dapat membentuk jejaring yang lebih luas dengan
menginformasikan/ berbagi tentang hasil penugasan, proyek atau
makalah melalui berbagai media.
B. Penilaian Autentik
Penilaian autentik (authentic assessment) menurut beberapa sumber
sebagaimana tertulis dalam Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum
2013 adalah sebagai berikut: (1) American Library Association
mendefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi,
motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam
pembelajaran; (2) Newton Public School, mengartikan penilaian autentik
sebagai penilaian atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan
pengalaman kehidupan nyata peserta didik; dan (3) Wiggins
mendefinisikan penilaian autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada
peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan
dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi
dan membahas artikel, memberikan analisis oral terhadap peristiwa,
berkolaborasi dengan antar sesama melalui debat, dan sebagainya.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah
(scientific approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan
Kurikulum 2013. Karena penilaian semacam ini mampu menggambarkan
peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi,
menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian autentik
cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual,
24
memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka yang
meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Karenanya, penilaian
autentik sangat relevan dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
di SMA.
Penilaian autentik merupakan pendekatan dan instrumen asesmen yang
memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk
menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sudah dimilikinya
dalam bentuk tugas: membaca dan meringkasnya, eksperimen,
mengamati, survei, projek, makalah, membuat multi media, membuat
karangan, dan diskusi kelas.
Penilaian autentik adalah penilaian kinerja, termasuk di dalamnya penilaian
portofolio dan penilaian projek. Penilaian autentik disebut juga penilaian
responsif, suatu metode untuk menilai proses dan hasil belajar peserta
didik yang memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami
kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius.
Penilaian autentik dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu seperti
seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya
pada proses dan hasil pembelajaran.
Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk
merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment),
atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat
digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang
memenuhi Standar Penilaian Pendidikan.
Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara
komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan
keluaran (output) pembelajaran mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Penilaian sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan
menggunakan jurnal, penilaian diri, dan/atau penilaian antar teman.
Penilaian pengetahuan melalui tes tertulis, tes lisan, dan/atau penugasan.
Penilaian keterampilan melalui tes praktik, penilaian proyek, dan penilaian
portofolio.
1. Pengamatan Sikap
Penilaian sikap melalui pengamatan dapat menggunakan jurnal,
penilaian diri, dan penilaian antar teman. Jurnal adalah catatan
25
pendidik yang sistematis di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi
hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik
berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal dapat memuat penilaian
siswa terhadap aspek tertentu secara kronologis. Kriteria penilaian
jurnal adalah sbb:
Mengukur capaian kompetensi sikap yang penting.
Sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator.
Menggunakan format yang sederhana dan mudah diisi/digunakan.
Dapat dibuat rekapitulasi tampilan sikap peserta didik secara
kronologis.
Memungkinkan untuk dilakukannya pencatatan yang sistematis,
jelas dan komunikatif.
Format pencatatan memudahkan dalam pemaknaan terhadap
tampilan sikap peserta didik
menuntun guru untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan
peserta didik.
Penilaian-diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian
kinerja. Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta
didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan
status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya
dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan
untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian
ranah sikap Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan curahan
perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau
acuan yang telah disiapkan; Penilaian ranah keterampilan
Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai kecakapan atau
keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria
atau acuan yang telah disiapkan; Penilaian ranah
pengetahuan Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai penguasaan
pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu
mata pelajaran tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah
disiapkan.
Teknik penilaian-diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif.
Pertama, menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta
didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong,
26
membiasakan, dan melatih peserta didik berperilaku jujur. Keempat,
menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.
Penilaian antar teman adalah penilaian yang dilakukan terhadap
sikap seorang peserta didik oleh seorang (atau lebih) peserta didik
lainnya dalam suatu kelas atau rombongan belajar. Penilaian ini
merupakan bentuk penilaian untuk melatih peserta didik penilai menjadi
pembelajar yang baik. Instrumen sesuai dengan kompetensi dan
indikator yang akan diukur. Kriteria penilaian antar teman adalah sbb:
• Indikator dapat dilakukan melalui pengamatan oleh peserta didik
• Kriteria penilaian dirumuskan secara simpel atau sederhana
• Menggunakan bahasa lugas dan dapat dipahami peserta didik
• Menggunakan format penilaian sederhana dan mudah digunakan
oleh peserta didik
• Kriteria penilaian yang digunakan jelas, tidak berpotensi munculnya
penafsiran makna ganda/berbeda
• Indikator menunjukkan sikap peserta didik dalam situasi yang nyata
atau sebenarnya
• Instrumen dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur
(valid)
• memuat indikator kunci atau esensial yang menunjukkan
penguasaan satu kompetensi peserta didik
• Indikator menunjukkan sikap yang dapat diukur
• Mampu memetakan sikap peserta didik dari kemampuan pada level
terendah sampai kemampuan tertinggi.
2. Tes tertulis.
Penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes
tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih
jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak,
menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian
atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu
mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan,
menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi
yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin
27
bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan
memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-
temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Tes
tersulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu
jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas
(restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang
diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru
untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang
lebih tinggi atau kompleks.
3. Tes Lisan.
Tes lisan adalah tes yang menuntut siswa memberikan jawaban secara
lisan. Pelaksanaan Tes lisan dilakukan dengan mengadakan tanya jawab
secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Kriteria Tes lisan
adalah sbb:
Tes lisan dapat digunakan jika sesuai dengan kompetensi pada taraf
pengetahuan yang hendak dinilai.
Pertanyaan tidak boleh keluar dari bahan ajar yang ada.
Pertanyaan diharapkan dapat mendorong siswa dalam
mengkontruksi jawabannya sendiri.
disusun dari pertanyaan yang sederhana ke pertanyaan yang
komplek.
4. Penilaian Melalui Penugasan.
Instrumen penugasan dapat berupa pekerjaan rumah dan/atau projek
yang harus dikerjakan oleh peserta didik, baik secara individu atau
kelompok, sesuai dengan karakteristik tugas. Kriteria penugasan adalah
sbb:
Tugas mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar.
Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik.
Tugas dapat dikerjakan selama proses pembelajaran atau
merupakan bagian dari pembelajaran mandiri.
Pemberian tugas disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta
didik.
Materi penugasan harus sesuai dengan cakupan kurikulum.
28
Penugasan ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menunjukkan kompetensi individualnya
meskipun tugas diberikan secara kelompok.
Untuk tugas kelompok, perlu dijelaskan rincian tugas setiap
anggota.
Tugas harus bersifat adil (tidak bias gender atau latar belakang
sosial ekonomi).
Tampilan kualitas hasil tugas yang diharapkan disampaikan secara
jelas.
Penugasan harus mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.
5. Tes Praktik.
Tes praktik dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam
melakukan sesuatu. Penilaian digunakan untuk menilai ketercapaian
kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu
seperti: praktik di laboratorium, praktik salat, praktik olahraga, bermain
peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi,
dan sebagainya. (Juknis PHB PPMP Kemdikbud, 2013). Kriteria Tes
Praktik adalah sbb:
Tugas mengarahkan peserta didik untuk menunjukkan capaian hasil
belajar.
Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik.
Mencantumkan waktu/kurun waktu pengerjaan tugas.
Sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik,
Sesuai dengan konten/cakupan kurikulum
Tugas bersifat adil (tidak bias gender dan latar belakang sosial
ekonomi)
Task untuk Tes Praktik, diperlukan penyusunan rubrik penilaian, rubrik
tersebut harus memenuhi syarat sbb:
Rubrik dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur
(valid).
Rubrik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diamati (observasi).
Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diukur.
Rubrik dapat memetakan kemampuan peserta didik.
Rubrik menilai aspek-aspek penting pada proyek peserta didik.
29
6. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut
periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa
investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan
penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan
dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-
lain.
Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik
memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan,
dan pengetahuannya. Karena itu, pada setiap penilaian proyek,
setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru.
Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna
atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan
pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
dibutuhkan oleh peserta didik.
Orisinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang
dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, danproduk
proyek. Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru
meliputi penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan
data, analisis data, dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat
menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi.
Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian
khusus. Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk
menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara holistik dan
analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan
peserta didik menghasilkan produk. Penilaian secara analitik merujuk
pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk
tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan
secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.
30
7. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang
menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia
nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik
secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan
refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan
kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi
tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran
yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang
releban dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut
oleh topik atau mata pelajaran tertentu.Fokus penilaian portofolio
adalahkumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok
pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama dilakukan
oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Memalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau
kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam
menyusun atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi musik,
gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan penelitian,
sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta
didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah
seperti berikut ini.
Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio
yang akan dibuat.
Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah
bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada
tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama
dokumen portofolio yang dihasilkan.
31
Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian
portofolio.
BAB III
ANALISIS KOMPETENSI
A. Prosedur Analisis
Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada pencapaian
kompetensi yang dirumuskan dalam standar kompetensi lulusan,
32
komptensi inti dan kompetensi dasar. Oleh karena itu fokus pertama
dan utama bagi guru dalam menyiapkan pembelajaran adalah
melakukan analisis pada ketiga kompetensi itu. Dari analisis itulah akan
diperoleh penjabaran materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
penilaian yang diperlukan.
Standar kompetensi lulusan adalah muara utama pencapaian
yang dituju semua mata pelajaran pada jenjang tertentu. Sedangkan
kompetensi inti adalah pijakan pertama pencapaian yang dituju semua
mata pelajaran pada tingkat kompetensi tertentu. Penjabaran
kompetensi inti untuk tiap mata pelajaran tersaji dalam rumusan
kompetensi dasar.
Rumusan standar kompetensi lulusan seperti yang tercantum
pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun
2013 untuk tingkat SMA adalah sebagai berikut.
Dimensi Kualifikasi Kemampuan
Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.
Keterampilan
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.
Kompetensi inti tingkat SMA terdiri atas dua tingkatan, yaitu
tingkat kompetensi ke lima yang mencakup kelas X dan kelas XI, dan
tingkat kompetensi ke enam untuk kelas XII. Rumusan kompetensi yang
relelevan bagi kelas X sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi adalah sebagai
berikut.
Kompetensi Deskripsi Kompetensi
Sikap Spiritual
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
Sikap Sosial 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
33
Kompetensi Deskripsi Kompetensi
tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
Pengetahuan 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
Keterampilan
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan
Hubungan empat kompetensi inti dalam lingkup standar
kompetensi lulusan adalah sebagai berikut:
Prosedur analisis kompetensi inti (KI) dilakukan dengan langkah sebagai
berikut:
34
1) Melakukan linierisasi kompetensi dasar dari KI 3 dan KI 4 sesuai
materi pokok.
2) Mengembangkan kompetensi dasar dari KI 3 dan materi pokok
(silabus) menjadi materi pembelajaran yang terdiri atas: fakta,
konsep, prinsip, dan prosedur
3) Mengembangkan kompetensi dasar dari KI 4 menjadi indicator
keterampilan yang terkait dengan fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur. Tahapan penyusunan indikator dari tingkat yang
terendah sampai tertinggi, yaitu mengamati, menanya, mencoba,
menalar, menyaji, dan mencipta.
4) Mengembangkan alternatif pembelajaran mulai dari mengamati,
menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan yang
diperlukan untuk mengembangkan sikap sosial dan sikap religius.
5) Menyusun indikator sikap dari KI 2 dan KI 1 yang relevan
6) Merancang penilaian yang diperlukan
Prosedur analisis dapat diilustrasikan dengan diagram berikut ini.
1. Mengembangkan Materi Pembelajaran
Pengembangan materi pembelajaran merujuk pada materi pokok dalam
silabus dan kompetensi dasar yang termuat dalam kompetensi inti ke
35
Lulusan yang :
Cerdas, Kreatif,
Produktif, dan
Bertanggung jawab
Penillaian (Silabus)
Indikator Sikap,
Pengethuan, dan
Keterampilan untuk
Penilaian
Pembelajaran (Silabus)
Alternatif Kegiatan
Pembelajaran:
Mengamati, Menanya, Mencoba,
Mengasosiasi, dan
Mengomunikasikan
Materi Pembelajara
nFakta,
Konsep, Prinsip, dan
Prosedur
Materi Pokok
(Silabus)
tiga (pengetahuan). Dalam penjabaran materi pembelajaran tetap
diperlukan untuk melihat linierisasi dengan kompetensi inti ke empat
(keterampilan).
Hasil pengembangan materi pembelajaran dikelompokan dalam empat
kategori, yaitu:
a) Fakta, yaitu kejadian atau peristiwa yang dapat dilihat, didengar,
dibaca, disentuh, atau diamati. Yang merupakan materi fakta
misalnya ketika guru akan mengajarkan materi tentang kontrol diri,
maka materi faktanya adalah kegiatan-kegiatan yang
menggambarkan sikap kontrol diri atau sebaliknya seperti maraknya
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah (fakta positif) atau masih adanya
kegiatan perkelahian pelajar (fakta negatif).
b) Konsep, merupakan ide yang mempersatukan fakta-fakta atau
dengan kata lain konsep merupakan suatu penghubung antara fakta-
fakta yang saling berhubungan. Contoh konsep tentang sholat
sunnah (kelompok sholat seperti sholat rawatib, sholat tahajud,
sholat dhuha, sholat sunah fajar) adalah sholat yang apabila
dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak
berdoa.Konsep adalah kristalisasi dari fakta yang telah didefinisikan.
c) Prinsip, merupakan generalisasi tentang hubungan antara konsep-
konsep yang berkaitan.. Contoh yang merupakan prinsip adalah jika
manusia bersyukur maka akan ditambah ni’mat. Prinsip yang
menghubungkan adalah konsep manusia, konsep syukur, dan konsep
bertambah ni’mat. Termasuk ke dalam kategori prinsip adalah
hokum, teori, dan azas.
d) Prosedur, merupkan sederatan langkah yang bertahap dan sistematis
dalam menerapkan prinsip. Langkah prosedural merupakan bagian
dari kompetensi pada aspek keterampilan. Contoh yang merupakan
materi prosedur adalah kaifiyat wudhu, kaifiyat sholat, kaifiyat haji,
kaifiyat pengurusan jenazah dsb. Yang kesemuanya memiliki urut-
urutan sudah baku dan tidak bisa diubah-ubah.
2. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dikembangkan dengan pendekatan saintifik yaitu
mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan
36
a) Mengamati (Observasi) adalah kegiatan yang dilakukan dengan
memaksimalkan pancaindra dengan cara melihat, mendengar,
membaca, menyentuh, atau menyimak. Yang diamati adalah materi
yang berbentuk fakta, yaitu fenomena atau beristiwa dalam bentuk
gambar, video, rekaman suara, atau fakta langsung yang bisa
disentuh, dilihat, dan sebagainya.
Kegiatan observasi dalam proses pembelajaran mendorong
keterlibatan peserta didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru
harus memahami bentuk keterlibatan peserta didik dalam observasi
tersebut.
Observasi biasa (common observation). Pada observasi biasa
untuk kepentingan pembelajaran, peserta didik merupakan
subjek yang sepenuhnya melakukan observasi (complete
observer). Di sini peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri
dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.
Observasi terkendali (controlled observation). Seperti halnya
observasi biasa, pada observasi terkendali untuk kepentingan
pembelajaran, peserta didiksama sekali tidak melibatkan diri
dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.Mereka juga
tidak memiliki hubungan apa pun dengan pelaku, objek, atau
situasi yang diamati. Namun demikian, berbeda dengan observasi
biasa, pada observasi terkendali pelaku atau objek yang diamati
ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan. Karena
itu, pada pembelajaran dengan observasi terkendali termuat
nilai-nilai percobaan atau eksperimen atas diri pelaku atau objek
yang diobservasi.
Observasi partisipatif (participant observation). Pada observasi
partisipatif, peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan
pelaku atau objek yang diamati. Observasi semacam ini
mengharuskan peserta didik melibatkan diri pada pelaku,
komunitas, atau objek yang diamati.
b) Menanya adalah proses mengkonstruksi pengetahuan berupa
konsep, prinsip dan prosedur melalui diskusi kelompok atau diskusi
kelas. Dalam kegiatan menanya, siswa mengembangkan
keterampilan lisan dan tertulis dalam merumuskan pertanyaan,
37
mulai pertanyaan sederhana dan pendek hingga pertanyaan
kompleks dan kritis. Untuk mendorong hasil yang efektif dan efisien
proses menanya dalam diskusi harus disiapkan oleh guru, antara
lain: tujuan dan hasil kegiatan dirumuskan dengan jelas; prosedur
dan alokasi waktu diskusi ditentukan; jika diperlukan tersedia lembar
kerja diskusi; diberikan apresiasi yang cukup kepada siswa yang
aktif berpartisipasi.
c) Mencoba adalah proses kegiatan memperkuat pemahaman faktual,
konseptual, dan prosedural melalui kegiatan langsung
mengumpulkan data. Kegiatan mencoba dapat dilakukan dalam dua
jenis, yaitu mencoba prinsip/prosedur seperti yang diperoleh melalui
diskusi, dan mencoba mengaplikasikan prinsip/prosedur pada situasi
baru. Kegiatan mencoba dapat dilakukan dalam bentuk ekperimen,
tugas projek, atau tugas produk.
Pada kegiatan mencoba jenis pertama, data yang diperoleh
digunakan untuk memverifikasi prinsip/prosedur yang dipelajari.
Kegiatan ini akan meningkatkan kebermaknaan belajar (meaningfull
learning) bagi siswa. Mereka menjadi lebih yakin dengan
pengetahuan yang dimiliki yang dibuktikan melalui data-data yang
diperoleh.Pada kegiatan mencoba jenis ke dua merupakan
kelanjutan dari jenis yang pertama. Setelah proses mencoba yang
pertama merupakan bagian dari kegiatan membangun pengetahuan
konseptual dan prosedural dapat dilanjutkan dengan kegiatan
mencoba jenis kedua untuk mengaplikasikannya dalam situasi baru.
Data baru yang diperoleh mendorong pemikiran lebih tinggi karena
bukan sekedar membuktikan prinsip/prosedur yang diketahui
melainkan mencoba menerapkan dalam situasi baru. Untuk kegiatan
jenis kedua diperlukan kreativitas dan inovasi guru merancang dan
mendesainya, serta mencobanya agar prosedur dan data yang
diharapkan dapat diterima (acceptable) secara keilmuan.
d) Mengasosiasi atau menalar adalah kegiatan berpikir tingkat tinggi
terhadap data yang didapat melalui kegiatan mencoba. Termasuk
dalam kategori mengasosiasi adalah menyajikan data secara
sistematis, memilah, mengelompokkan, menghubungkan,
38
merumuskan, menyimpulkan dan menafsirkan. Kegiatan
mengasosiasi dapat dirancang dan didesain dengan menggunakan
lembar kerja ekperimen sehingga lebih terbimbing dan terarah
sesuai dengan tujuan dan sasaran pembelajaran. Pada kegiatan
tugas proyek dan tugas produk umumnya tidak memerlukan lembar
kerja karena siswa lebih bebas dalam berkreasi dan berinovasi.
e) Mengomunikasikan adalah hasil akhir dari kegiatan pembelajaran
dimana siswa mampu mengekpresikan sikap, pengetahuan, dan
keterampilannya dalam bentuk lisan, tulisan, atau karya yang
relevan. Kegiatan ini menjadi sarana agar siswa terbiasa berbicara,
menulis, atau membuat karya tertentu untuk menyampaikan
gagasan/ide, pengalaman, dan kesan dan lain sebagainya termasuk
dengan melibatkan emosi dan idealismenya. Untuk mengurangi
kendala waktu terutama jika bentuk kegiatan presentasi yang
digunakan, guru harus menjadwalkan secara efektif dengan
membagi peran dan alokasi waktu kegiatan dalam satu
semester/satu tahun, sehingga setiap siswa mendapat kesempatan
yang proporsional.
Kegiatan mengomunikasikan juga membuka ruang bagi siswa
mengungkapkannya dalam struktur tidak formal sehingga mereka
bebas berekpresi menuangkan inovasi dan kreativitasnya.Membuat
blog, membuat laporan deskriptif, dan membuat video kegaitan
dengan memanfaatkan website dan internet adalah bentuk
komunikasi dengan struktur yang tidak terlalu formal.
3. Merumuskan indikator pencapaian
Dalam penyusunan indikator pencapaian perlu diperhatikan hal-hal
berikut ini
(1) Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional yang terukur,
didalamnya terdapat dua unsur, yiatu tingkat kompetensi dan
konten (pengetahuan dan keterampilan)
(2) Penyusunan indikator mengacu pada kompetensi inti, kompetensi
dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam
silabus
39
(3) Tingkat kompetensi indikator harus mencapai tingkat kompetensi
minimal yang tercantum pada kompetensi dasar maupun
kompetensi inti dan dapat dikembangkan hingga ke tingkat yang
paling tinggi untuk mencapai target pencapaian kompetensi sesuai
dengan karakteristik dan daya dukung sekolah dan lingkungannya
(4) Tingkat kompetensi pada aspek sikap adalah menerima,
menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan
(5) Tingkat kompetensi pada aspek pengetahuan adalah mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevalasi, dan
mengkreasi
(6) Tingkat kompetensi pada aspek keterampilan adalah mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta
(7) Keseluruhan indikator yang disusun memadai untuk mencapai
kompetensi dasar, kompetensi inti, dan standar kompetensi lulusan
4. Mengembangkan alternatif penilaian (Penilaian Autentik)
a) Aspek sikap melalui pengamatan, yaltu penilaian diri, penilaian
sebaya, jurnal
Penilaian sikap melalui pengematan dengan menggunakan lembar
pengamatan atau daftar cheklist pengamatan yang memuat aspek
sikap yang daiamati.Rincian aspek sikap yang diamati merujuk pada
indikator sikap yang dijabarkan dari KI-1 dan KI-2 pada saat dilakukan
analisis kompetensi.Penilaian sikap dilakukan sebagai upaya
mengembangkan sikap sosial dan sikap religius dalam rangka
pengembangan nilai karakter bangsa.
Pemilihan aspek sikap yang diamati pada setiap materi pokok harus
menjadi bagian dari keseluruhan pencapaian sikap yang bermuara
pada pencapaian standar kopetensi lulusan tentang sikap, yaitu “
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya” dan
“Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”.
40
Oleh karena itu, pengembangan sikap pada mata pelajaran
pendidikan agama dan budi pekerti dengan fokus utama
pengembangan sikap religius (hablum minallah) dan sikap social
(hablum minannas). Guru pendidikan agama dan budi pekerti perlu
memetakan sikap yang dikembangkan pada setiap materi pokok
sesuai dengan relevansi dan karakteristik yang tersirat dari rumusan
KD-3 dan KD-4.
Penilaian sikap juga berkaitan erat dengan aktivitas siswa pada saat
pengamatan dilakukan.Pengamatan sikap dapat dilakukan pada saat
diskusi kelompok, kegiatan presentasi, atau kegiatan praktik dan
tugas projek. Berikut ini contoh aspek pengamatan sikap sesuai
dengan aktivitas siswa
Asp
ek
Sik
ap
Yan
g D
iam
ati
Aktivitas Siswa
Diskusi
KelompokPresentasi Tugas Projek
Kerjasama
Komunikasi
Kedisiplinan
Ketelitian
Kejujuran
Kepedulian
Tanggungjawa
b
b) Aspek pengetahuan melalui tes tulis, tes lesan, penugasan
c) Aspek keterampilan melalui tes praktik, kinerja dan portofolio
B. Hasil Analisis Kompetensi1. Hasil Linierisasi Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar (KD 3)
Kompetensi Dasar (KD 4)
Materi Pokok (Dalam Silabus)
41
3.1 Menganalisis Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S. Al-Hujurat (49) : 12; dan QS Al-Hujurat (49) : 10; serta hadits tentang kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan), dan persaudaraan (ukhuwah).
3.2 Memahami manfaat dan hikmah kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan) dan persaudaraan (ukhuwah), dan menerapkannya dalam kehidupan.
4.1.1 Membaca Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S. Al-Hujurat (49) : 12; dan Q.S. Al-Hujurat (49) : 10 sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf.
4.1.2 Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S. Al-Hujurat (49) : 12; QS Al-Hujurat (49) : 10, dengan lancar.
1. Q.S. Al-Anfal (8): 72; Q.S. Al-Hujurat (49): 12 dan 10 serta hadits terkait perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan), dan persaudaraan (ukhuwah)
3.3 Menganalisis Q.S. Al-Isra’ (17) : 32, dan Q.S. An-Nur (24) : 2, serta hadits tentang larangan pergaulan bebas dan perbuatan zina.
3.4 Memahami manfaat dan hikmah larangan pergaulan bebas dan perbuatan zina.
4.2.1 Membaca Q.S. Al-Isra’ (17) : 32, dan Q.S. An-Nur (24) : 2 sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf.
4.2.2 Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Al-Isra’ (17) : 32, dan Q.S. An-Nur (24) : 2 dengan lancar.
2. Perilaku menghindarkan diri dari pergaulan bebas dan perbuatan zina.
3.5 Memahami makna Asmaul Husna: (al-Kariim, al-Mu’min, al-Wakiil, al-Matiin, al-Jaami’, al-‘Adl, dan al-Akhiir).
4.3 Berperilaku yang mencontohkan keluhuran budi, kokoh pendirian, pemberi rasa aman, tawakal dan perilaku adil sebagai implementasi dari pemahaman makna Asmaul Husna (al-Kariim, al-Mu’min, al-Wakiil, al-Matiin, al-Jaami’, al-‘Adl, dan al-Akhiir)
3. Iman kepada Allah SWT (Asmaul Husna: al-Kariim, al-Mu’min, al-Wakiil, al-Matiin, al-Jaami’, al-‘Adl, dan al-Akhiir)
3.6 Memahami makna beriman kepada malaikat-malaikat Allah SWT.
4.4 Berperilaku yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Malaikat-
4. Iman kepada Malaikat
42
malaikat Allah SWT
3.7 Memahami Q.S. At-Taubah (9) : 122 dan hadits terkait tentang semangat menuntut ilmu, menerapkan dan menyampaikan nya kepada sesama.
4.5 Menceritakan tokoh-tokoh teladan dalam semangat mencari ilmu
5. Semangat menuntut ilmu dan menyampaikannya kepada sesama
3.8 Memahami kedudukan Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam.
4.6 Menyajikan macam-macam sumber hukum Islam.
6. Sumber Hukum Islam
3.9 Memahami pengelolaan wakaf.
4.7.1 Menyajikan dalil tentang ketentuan waqaf.4.7.2 Menyajikan pengelolaan wakaf.
7. Pengelolaan wakaf
3.10 Memahami substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Mekah.
4.8. Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Mekah.
8. Meneladani Perjuangan Rasulullah SAW di Mekah
3.11 Memahami substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Madinah.
4.9 Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Madinah.
9. Meneladani Perjuangan Rasulullah SAW di Madinah
43
Contoh Hasil Analisis Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar Materi Pokok
Materi Pembelajaran Kegiatan
Pembelajaran
Aspek
Sikap Pengetahuan Keterampilan
Indikator Penilaian Indikator Penilaian Indikator Penilaian
4.1.1 Membaca Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S. Al-Hujurat (49) : 12; dan Q.S. Al-Hujurat (49) : 10 sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf.
4.1.2 Mendemons-trasikan hafalan Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S. Al-Hujurat (49) : 12; QS Al-Hujurat (49) : 10, dengan lancar.
3.1 Menganalisis Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S. Al-Hujurat (49) : 12; dan QS Al-Hujurat (49) : 10; serta hadits tentang kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan),
10. Q.S. Al-Anfal (8): 72; Q.S. Al-Hujurat (49): 12 dan 10 serta hadits terkait perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan), dan persaudaraan (ukhuwah)
Fakta:- Adanya
radikalisme, ekstrimisme dan eksklusivisme. (Kontrol diri)
- Adanya perkelahian pelajar dan anarkisme (kontrol diri)
- Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah (kontrol diri)
- Kisah husnuzhon
- Kisah yahudi buta yang menghina Nabi (husnuzhon)
Konsep:- kontrol diri
(mujahadah an-nafs
- prasangka baik (husnuzzhan)
- persaudaraan (ukhuwah)
Prinsip- Manfaat
Mengamati- Menyimak bacaan,
membaca, mengidentifikasi hukum bacaan (tajwid), dan mencermati kandungan Q.S. Al-Anfal (8): 72; Q.S. Al-Hujurat (49):12; dan Q.S. Al-Hujurat (49):10 serta hadits terkait.
- Mencermati manfaat dan hikmah kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan) dan persaudaraan (ukhuwah) melalui tayangan video atau media lainnya.
Menanya- Menanyakan cara
membaca Q.S. Al-Anfal (8): 72; Q.S. Al-Hujurat (49): 12 dan 10,
- Mengajukan pertanyaan terkait hukum tajwid, asbabun nuzul, dan isi kandungan Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S. Al-Hujurat (49) : 12; dan Q.S. Al-Hujurat (49) : 10, serta hadits terkait.
1.Menunjukan sikap ilmiah pada saat berdiskusi
2.Menunjukan sikap positif dalam diskusi kelompok
3.menampilkan perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan), dan persaudaraan (ukhuwah dalam kehidupan sehari-hari.
Observasi
- Kegiatan DiskusiAspek yang dinilai: sikap ilmiah1.Objektif2.Kritis
- Presentasi hasil diskusi. aspek yang dinilai sikap individu :- Tanggung
jawab- Peduli- Responsif- Santun- kerjasama- cinta
damai- memberi
solusi
- Mengidentifikasi tajwid Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S. Al-Hujurat (49) : 12; dan Q.S. Al-Hujurat (49) : 10 dengan benar
- Menyimpulkan intisari Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S. Al-Hujurat (49) : 12; dan Q.S. Al-Hujurat (49) : 10
- Mengidentifikasi hikmah dan manfat perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan), dan persaudaraan (ukhuwah)
Tes tulisUraian
1.Menyalin Q.S. Al-Anfal (8): 72); Q.S. Al-Hujurat (49):12; dan Q.S. Al-Hujurat (49):10
2.Membaca Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S. Al-Hujurat (49) : 12; dan Q.S. Al-Hujurat (49) : 10 sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf
3.Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S. Al-Hujurat (49) : 12; QS Al-Hujurat (49) : 10, dengan lancar.
4.Membuat
Tes Lisan, aspek yang dinilai: makharijul huruf dan tajwid
Portofolio- Hasil
Menyalin- Hasil tulisan
berupa makalah, aspek yang dinilai:- Latar
belakang masalah
- Rumusan Masalah
- Deskripsi- Simpulan
Performance :Presentasi makalah, aspek yang dinilai :- penguasaa
n materi
44
dan persaudaraan (ukhuwah).3.2 Memahami manfaat dan hikmah kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan) dan persaudaraan (ukhuwah), dan menerapkannya dalam kehidupan
mujahadah, husnuzhon dan ukhuwah
- Hikmah mujahadah, husnuzhon dan ukhuwah
Mengumpulkan data/eksplorasi
- Mendiskusikan cara membaca Q.S. Al-Anfal (8): 72; Q.S. Al-Hujurat (49): 12 dan 10 sesuai dengan hukum bacaan tajwid;
- Menterjemahkan Q.S. Al-Anfal (8): 72; Q.S. Al-Hujurat (49): 12 dan 10 serta hadits terkait;
- Menganalisis asbabun nuzul/wurud dan kandungan Q.S. Al-Anfal (8): 72); Q.S. Al-Hujurat (49):12; dan Q.S. Al-Hujurat (49):10 serta hadits terkait.
Mengasosiasi- Membuat kesimpulan
dari kandungan Q.S. Al-Anfal (8): 72); Q.S. Al-Hujurat (49):12; dan Q.S. Al-Hujurat (49):10 serta hadits terkait.
Mengkomunikasikan:
- Mendemonstrasikan bacaan (hafalan), menyampaikan hasil diskusi tentang Q.S. Al-Anfal (8): 72; Q.S. Al-Hujurat (49): 12 dan 10 serta hadits terkait secara individu maupun kelompok
makalah tentang perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan), dan persaudaraan (ukhuwah)
5.Mempresenta-sikan makalah tentang perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan), dan persaudaraan (ukhuwah)
- sistematika- penyampai
an- penggunaa
n bahasa- kemampua
n memanfaatkan media presentasi
- kemampuan mempertahankan dan menanggapi pertanyaan atau sanggahan
4.2.1 Membaca Q.S. Al-Isra’ (17) : 32, dan Q.S. An-Nur (24): 2 sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf.4.2.2
11. Perilaku menghindarkan diri dari pergaulan bebas dan perbuatan zina.
Fakta:- Kebiasaan
Pergaulan bebas di sebagian kalangan remaja
Konsep:
Mengamati- Menyimak bacaan,
mengidentifikasi hukum bacaan (tajwid), dan mencermati kandungan Q.S. Al-Isra’ (17): 32, dan Q.S. An-Nur (24):
1. Menunjukan sikap ilmiah pada saat berdiskusi
2. Menunjukan sikap positif dalam
Observasi
- Kegiatan DiskusiAspek yang dinilai: sikap ilmiah1.Objektif
- Mengidentifikasi tajwid Q.S. Al-Isra’ (17) : 32, dan Q.S. An-Nur (24) : 2 dengan benar
- Menyimpulkan intisari Q.S. Al-Isra’ (17) : 32,
Tes tulisUraian
1. Menyalin Q.S. Al-Isra’ (17) : 32, dan Q.S. An-Nur (24) : 2
2. Membaca
Tes Lisan, aspek yang dinilai: makharijul huruf dan tajwid
Portofolio
45
Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Al-Isra’ (17) : 32, dan Q.S. An-Nur (24) : 2 dengan lancar.3.3 Menganalisis Q.S. Al-Isra’ (17) : 32, dan Q.S. An-Nur (24) : 2, serta hadits tentang larangan pergaulan bebas dan perbuatan zina.3.4 Memahami manfaat dan hikmah larangan pergaulan bebas dan perbuatan zina.
- pergaulan bebas
- perilaku berzina
Prinsip- Manfaat
larangan pergaulan bebas dan perbuatan zina
- Hikmah larangan pergaulan bebas dan perbuatan zina
2, serta hadits terkait.
- Mencermati manfaat dan hikmah larangan pergaulan bebas dan perbuatan zina melalui tayangan video atau media lainnya.
Menanya Menanyakan cara
membaca hukum tajwid, asbabun nuzul, dan isi kandungan Q.S. Al-Isra’ (17): 32, dan Q.S. An-Nur (24): 2, serta hadits terkait
Mengumpulkan data/eksplorasiMendiskusikan cara membaca sesuai dengan tajwid, menganalisis asbabun nuzul/wurud dan kandungan Q.S. Al-Isra’ (17): 32, dan Q.S. An-Nur (24): 2, serta hadits terkait
MengasosiasiMembuat kesimpulan dari kandungan Q.S. Al-Isra’ (17): 32, dan Q.S. An-Nur (24): 2, serta hadits terkait
Mengkomunikasikan:Mendemonstrasikan bacaan (hafalan), menyampaikan hasil diskusi tentang Q.S. Al-Isra’ (17): 32, dan
diskusi kelompok
3. menampilkan perilaku menghindarkan diri dari pergaulan bebas dan perbuatan zina.
2.Kritis- Presentasi
hasil diskusi aspek yang dinilai sikap individu :- Santun- peduli- kerjasama- memberi
solusi
dan Q.S. An-Nur (24) : 2
- Mengidentifikasi perilaku menghindarkan diri dari pergaulan bebas dan perbuatan zina sesuai dengan Q.S. Al-Isra’ (17) : 32, dan Q.S. An-Nur (24) : 2
Q.S. Al-Isra’ (17) : 32, dan Q.S. An-Nur (24): 2 sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf
3. Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Al-Isra’ (17) : 32, dan Q.S. An-Nur (24) : 2 dengan lancar
4. Menganalisis Q.S. Al-Isra’ (17) : 32, dan Q.S. An-Nur (24) : 2
5. Membuat makalah tentang pergaulan bebas dan perbuatan zina
6. Mempresenta-sikan makalah tentang pergaulan bebas dan perbuatan zina
- Hasil Menyalin
- Hasil tulisan berupa makalah, aspek yang dinilai:- Latar
belakang masalah
- Rumusan Masalah
- Deskripsi- Simpulan
Performance :Presentasi makalah, aspek yang dinilai :- penguasaa
n materi- sistematika- penyampai
an- penggunaa
n bahasa- kemampua
n memanfaatkan media presentasi
- kemampuan mempertahankan dan menanggapi pertanyaan atau
46
Q.S. An-Nur (24): 2, serta hadits terkait secara individu maupun kelompok
sanggahan
3.5 Memahami makna Asmaul Husna: (al-Kariim, al-Mu’min, al-Wakiil, al-Matiin, al-Jaami’, al-‘Adl, dan al-Akhiir).
4.3 Berperilaku yang mencontohkan keluhuran budi, kokoh pendirian, pemberi rasa aman, tawakal dan perilaku adil sebagai implementasi dari pemahaman makna Asmaul Husna (al-Kariim, al-Mu’min, al-Wakiil, al-Matiin, al-Jaami’, al-‘Adl, dan al-Akhiir)
12. Iman kepada Allah SWT (Asmaul Husna: al-Kariim, al-Mu’min, al-Wakiil, al-Matiin, al-Jaami’, al-‘Adl, dan al-Akhiir)
Fakta:- Kisah
Keteguhan iman Bilal
- film dukun dan paranormal.
- Menjamurnya kelompok majelis ta’lim
- Kisahkisah tentang keluhuran budi, kokoh pendirian, pemberi rasa aman, tawakal dan perilaku adil.
Konsep:- Iman kepada
Allah (Tauhid Rububiyah , Uluhiyah dan Ubudiyah)
- Asmaul Husna : (al-Kariim, al-Mu’min, al-Wakiil, al-Matiin, al-Jaami’, al-‘Adl, dan al-Akhiir)
Prinsip :- Contoh-
contoh Perilaku keluhuran budi, kokoh pendirian, pemberi rasa
Mengamati:- Mencermati bacaan
teks tentang Asmaul Husna (al-Kariim, al-Mu’min, al-Wakiil, al-Matiin, al-Jaami’, al-‘Adl, dan al-Akhiir)
- Meyimak penjelasan materi di atas melalui tayangan video atau media lainnya.
Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya) :
- Mengapa Allah memiliki nama yang begitu banyak?
- Apa yang harus dilakukan oleh umat Islam terkait nama-nama Allah yang indah itu?
Mengumpulkan data/eksplorasi
- Peserta didik mendiskusikan makna dan contoh perilaku keluhuran budi, kokoh pendirian, pemberi rasa aman, tawakal dan perilaku adil sebagai implementasi dari pemahaman makna Asmaul Husna (al-Kariim, al-Mu’min, al-Wakiil, al-Matiin, al-Jaami’, al-‘Adl, dan al-Akhiir)
1.Menunjukan sikap ilmiah pada saat berdiskusi
2.Menunjukan sikap positif dalam diskusi kelompok
3.menampilkan perilaku keluhuran budi, kokoh pendirian, pemberi rasa aman, tawakal dan perilaku adil sebagai implementasi dari pemahaman makna Asmaul Husna (al-Kariim, al-Mu’min, al-Wakiil, al-Matiin, al-Jaami’, al-‘Adl, dan al-Akhiir).
Observasi
- Kegiatan DiskusiAspek yang dinilai: sikap ilmiah1.Objektif2.Kritis
- Presentasi hasil diskusi aspek yang dinilai sikap individu :- Santun- peduli- kerjasama- cinta
damai- proaktif- responsif
- kegiatan selama disekolah, aspek yang dinilai:- keluhuran
budi- Kokoh
pendirian- Pemberi
rasa aman- Tawakal- adil
Menjelaskan pengertian iman kepada Allah.
Menjelaskan pengertian tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah
Membedakan tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah
Menjelaskan arti 7 sifat Allah dalam Asmaul Husna.
Tes tulis
- Soal Uraian
1.Membuat makalah tentang asmaul husna
2.Mempresenta-sikan makalah tentang asmaul husna
PortofolioHasil tulisan berupa makalah, aspek yang dinilai:- Latar
belakang masalah
- Rumusan Masalah
- Deskripsi- Simpulan
Performance :Presentasi makalah, aspek yang dinilai :- penguasaa
n materi- sistematika- penyampai
an- penggunaa
n bahasa- kemampua
n memanfaatkan media presentasi
- kemampuan mempertahankan dan menanggapi
47
aman, tawakal dan perilaku adil sebagai implementasi dari pemahaman makna Asmaul Husna
- Guru mengamati perilaku keluhuran budi, kokoh pendirian, pemberi rasa aman, tawakal dan perilaku adil melalui lembar pengamatan di sekolah.
- Guru berkolaborasi dengan orang tua untuk mengamati perilaku keluhuran budi, kokoh pendirian, pemberi rasa aman, tawakal dan perilaku adil di rumah.
MengasosiasiMembuat kesimpulan materi di atas.
MengkomunikasikanMempresentasikan /menyampaikan hasil diskusi tentang materi di atas.
pertanyaan atau sanggahan
3.6 Memahami makna beriman kepada malaikat-malaikat Allah SWT.4.3 Berperilaku yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Malaikat-malaikat Allah SWT
13. Iman kepada Malaikat
Fakta:- Kisah suyatno
(suami yang mengurus istri belasan tahun)
- Kebiasaan menjaga hutan, laut, sungai.
- Kisah tentang kejujuran
- Kisah tentang kedisiplinan
- Kisah tentang tanggung jawab
Konsep:
Mengamati- Mencermati bacaan
teks tentang makna dan contoh perilaku beriman kepada malaikat-malaikat Allah SWT
- Meyimak penjelasan materi di atas melalui tayangan vidio atau media lainnya.
Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya)
- Mengapa kita harus beriman kepada malaikat?
1.Menunjukan sikap ilmiah pada saat berdiskusi
2.Menunjukan sikap positif dalam diskusi kelompok
3.menampilkan perilaku yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Malaikat-malaikat
Observasi
- Kegiatan DiskusiAspek yang dinilai: sikap ilmiah1.Objektif2.Kritis
- Presentasi hasil diskusi aspek yang dinilai sikap individu :- Jujur- Disiplin
- Menjelaskan pengertian beriman kepada Malaikat
- Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Malaikat.
- Menjelaskan contoh-contoh perilaku beriman kepada Malaikat
- Menampilkan contoh-contoh perilaku beriman kepada malaikat.
- Membedakan orang yang beriman dan
Tes tulis
Soal Uraian
1.Membuat makalah tentang perilaku yang mencermin-kan kesadaran beriman kepada Malaikat-malaikat Allah SWT
2.Mempresenta-sikan makalah tentang perilaku yang
PortofolioHasil tulisan berupa makalah, aspek yang dinilai:- Latar
belakang masalah
- Rumusan Masalah
- Deskripsi- Simpulan
Performance :Presentasi makalah,
48
- Iman- Malaikat- Pengertian
Iman kepada Malaikat
Prinsip- Contoh-
contoh perilaku yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Malaikat-malaikat Allah.
- Apa yang harus dilakukan oleh orang yang beriman kepada malaikat?
Mengumpulkan data/eksplorasi
- Peserta didik mendiskusikan makna dan contoh perilaku beriman kepada Malaikat.
- Guru mengamati perilaku beriman kepada Malaikat melalui lembar pengamatan di sekolah.
- Guru berkolaborasi dengan orang tua untuk mengamati perilaku beriman kepada Malaikat di rumah.
MengasosiasiMembuat kesimpulan tentang makna beriman kepada malaikat-malaikat Allah SWT.
MengkomunikasikanMempresentasikan /menyampaikan hasil diskusi tentang beriman kepada malaikat-malaikat Allah SWT.
Allah SWT - Tanggung jawab
- Responsif- Santun- peduli- kerjasama- mengharg
ai
tidak beriman kepada Malaikat
mencermin-kan kesadaran beriman kepada Malaikat-malaikat Allah SWT
aspek yang dinilai :- penguasaa
n materi- sistematika- penyampai
an- penggunaa
n bahasa- kemampua
n memanfaatkan media presentasi
- kemampuan mempertahankan dan menanggapi pertanyaan atau sanggahan
3.7 Memahami Q.S. At-Taubah (9) : 122 dan hadits terkait tentang semangat menuntut ilmu, menerapkan
14. Semangat menuntut ilmu dan menyampaikannya kepada sesama
Fakta:- Semangat
menuntut ilmu di kalangan pelajar.
- Banyaknya pelajar
Mengamati- Mencermati bacaan
teks tentang Q.S. At-Taubah (9) : 122 dan hadits terkait tentang semangat menuntut ilmu, menerapkan dan
1.Menunjukan sikap ilmiah pada saat berdiskusi
2.Menunjukan sikap positif dalam diskusi
Observasi
- Kegiatan DiskusiAspek yang dinilai: sikap
- Menyalin Q.S. At-Taubah (9) : 122 dan hadits terkait tentang semangat menuntut ilmu, menerapkan dan
Tes tulis
Soal Uraian
1. Membuat makalah tentang semangat menuntut ilmu, menerapkan dan
PortofolioHasil tulisan berupa makalah, aspek yang dinilai:- Latar
49
dan menyampaikan nya kepada sesama.4.5 Menceritakan tokoh-tokoh teladan dalam semangat mencari ilmu
Indonesia yang mendapat Prestasi di tingkat Internasional
- Anak desa yang berprestasi (walaupun banyak rintangan)
- Kisah tentang tokoh-tokoh teladan dalam semangat mencari ilmu.
Konsep:- Semangat- Ilmu- Semangat
menuntut ilmu
Prinsip- Nama-nama
tokoh-tokoh teladan dalam semangat mencari ilmu
menyampaikan nya kepada sesama
- Meyimak penjelasan materi di atas melalui tayangan vidio atau media lainnya.
Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya)
- Mengapa harus menuntut ilmu?
- Bagaimana cara menyampaikan ilmu kepada sesama?
Mengumpulkan data/eksplorasi
- Peserta didik mendiskusikan makna dan contoh semangat menuntut ilmu, menerapkan dan menyampaikannya kepada sesama sebagai implementasi pemahaman kandungan Q.S. at-Taubah (9) : 122 dan hadits terkait.
- Guru mengamati perilaku contoh semangat menuntut ilmu, menerapkan dan menyaampaikannya kepada sesama melalui lembar pengamatan di sekolah.
- Guru berkolaborasi dengan orang tua untuk mengamati
kelompok3.menampilka
n perilaku semangat menuntut ilmu, menerapkan dan menyampaikan nya kepada sesama
ilmiah1.Objektif2.Kritis
- Presentasi hasil diskusi aspek yang dinilai sikap individu :- Jujur- Disiplin- Tanggung
jawab- Proaktif
menyampaikan nya kepada sesama
- Mengidentifikasi tajwid Q.S. At-Taubah (9) : 122
- Menyimpulkan intisari Q.S. At-Taubah (9) : 122
menyampaikan nya kepada sesama.
2. Mempresenta-sikan makalah tentang semangat menuntut ilmu, menerapkan dan menyampaikan nya kepada sesama.
belakang masalah
- Rumusan Masalah
- Deskripsi- Simpulan
Performance :Presentasi makalah, aspek yang dinilai :- penguasaa
n materi- sistematika- penyampai
an- penggunaa
n bahasa- kemampua
n memanfaatkan media presentasi
- kemampuan mempertahankan dan menanggapi pertanyaan atau sanggahan
50
perilaku semangat menuntut ilmu, menerapkan dan menyaampaikannya kepada sesama di rumah.
MengasosiasiMembuat kesimpulan tentang semangat menuntut ilmu dan menyampaikannya kepada sesama.
MengkomunikasikanMempresentasikan /menyampaikan hasil diskusi tentang semangat menuntut ilmu dan menyampaikannya kepada sesama.
3.8 Memahami kedudukan Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam.
4.6 Menyajikan macam-macam sumber hukum Islam
15. Sumber Hukum Islam
Fakta:- Maraknya
lembaga tahfidz quran
- Penerapan syariat Islam di Aceh
- Banyaknya daerah yang memberlakukan Perda sesuai hukum Islam
Konsep:- Sumber
hukum Islam- Al-Qur’an- Hadits- Ijtihad
Prinsip- macam-
Mengamati- Mencermati bacaan
teks tentang kedudukan al-Quran, al-Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam
- Meyimak penjelasan materi tersebut di atas melalui tayangan video atau media lainnya.
Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya)
- Mengapa Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam?
- Apa yang anda pahami tenang Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad ?
Mengumpulkan
1.Menunjukan sikap ilmiah pada saat berdiskusi
2.Menunjukan sikap positif dalam diskusi kelompok
Observasi
- Kegiatan DiskusiAspek yang dinilai: sikap ilmiah1.Objektif2.Kritis
- Presentasi hasil diskusi aspek yang dinilai sikap individu :- Disiplin- Tanggung
jawab- Santun- peduli- kerjasama
Menjelaskan pengertian Al-Quran, Al-Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam
Menjelaskan kedudukan Al-Quran, Al-Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam
Menjelaskan fungsi Al-Quran, Al-Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam.
Menjelaskan fungsi Al-Hadits terhadap Al-Quran.
Menjelaskan macam-macam
Tes tulis
- Soal Uraian
1. Membuat makalah tentang macam-macam sumber hukum Islam.
2. Mempresen-tasikan makalah tentang macam-macam sumber hukum Islam.
PortofolioHasil tulisan berupa makalah, aspek yang dinilai:- Latar
belakang masalah
- Rumusan Masalah
- Deskripsi- Simpulan
Performance :Presentasi makalah, aspek yang dinilai :- penguasaa
n materi
51
macam sumber hukum Islam
data/eksplorasi- Peserta didik
mendiskusikan makna Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam
- Guru mengamati perilaku berpegang teguh kepada Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam
- Guru berkolaborasi dengan orang tua untuk mengamati perilaku berpegang teguh kepada Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad di rumah.
Mengasosiasi- Membuat kesimpulan
tentang sumber hukum Islam.
Mengkomunikasikan:
- Mempresentasikan /menyampaikan hasil diskusi tentang sumber hukum Islam.
Al-Hadits. Menunjukkan
contoh-contoh perilaku sesuai hukum taklifi.
- sistematika- penyampai
an- penggunaa
n bahasa- kemampua
n memanfaatkan media presentasi
- kemampuan mempertahankan dan menanggapi pertanyaan atau sanggahan
3.9 Memahami pengelolaan wakaf.4.7.1 Menyajikan dalil tentang ketentuan waqaf.4.7.2 Menyajikan pengelolaan wakaf.
16. Pengelolaan wakaf
Fakta:- Banyaknya
mesjid yang dibangun di atas tanah wakaf
- Tanah wakaf yang digunakan untuk tempat pemakaman
- Maraknya lembaga dan perorangan yang mewakafkan
Mengamati- Mencermati bacaan
teks tentang pengertian, ketentuan dan hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan wakaf.
- Meyimak penjelasan materi di atas melalui tayangan vidio atau media lainnya.
Menanya (memberi stimulus agar peserta didik
1.Menunjukan sikap ilmiah pada saat berdiskusi
2.Menunjukan sikap positif dalam diskusi kelompok
3.menampilkan perilaku wakaf dalam kehidupan sehari-hari.
Observasi
- Kegiatan DiskusiAspek yang dinilai: sikap ilmiah1.Objektif2.Kritis
- Presentasi hasil diskusi aspek yang dinilai sikap individu :
Menjelaskan perundang-undangan tentang pengelolaan wakaf.
Menjelaskan ketentuan syar’i wakaf.
Mampu menyebutkan contoh pengelolaan wakaf
Mampu menerapkan
Tes tulis
Soal Uraian
1.Membuat makalah tentang pengelolaan wakaf
2.Mempresen-tasikan makalah tentang pengelolaan wakaf
PortofolioHasil tulisan berupa makalah, aspek yang dinilai:- Latar
belakang masalah
- Rumusan Masalah
- Deskripsi- Simpulan
52
hartanya- Kegiatan aksi
wakaf al-Quran
Konsep:- Pengertian
wakaf- Dalil
ketentuan wakaf
Prinsip:- Pengelolaan
wakaf
Prosedur :- Tatacara
Pengelolaan wakaf
bertanya)- Mengapa waqaf
harus dikelola?- Bagaimana cara
mengelola wakaf? Mengumpulkan
data/eksplorasi- Peserta didik
mendiskusikan makna dan ketentuan wakaf serta pengeloalaannya.
Mengasosiasi- Membuat
kesimpulan materi pengelolaan wakaf.
Mengkomunikasikan
- Mempresentasikan /menyampaikan hasil diskusi tentang materi pengelolaan wakaf.
- Santun- peduli- kerjasama- responsif- proaktif
ketentuan perundang-undangan tentang wakaf.
Performance :Presentasi makalah, aspek yang dinilai :- penguasaa
n materi- sistematika- penyampai
an- penggunaa
n bahasa- kemampua
n memanfaatkan media presentasi
- kemampuan mempertahankan dan menanggapi pertanyaan atau sanggahan
3.10 Memahami substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Mekah.4.8. Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Mekah.
17. Meneladani Perjuangan Rasulullah SAW di Mekah
Fakta:- Film sejarah
perjuangan Rasulullah periode mekkah
Konsep:- Dakwah- Mekkah- Dakwah
Rasulullah di Mekkah
Prinsip- substansi
Mengamati- Mencermati bacaan
teks tentang substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW
- Meyimak penjelasan materi tersebut di atas melalui tayangan vidio atau media lainnya.
Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya)
1.Menunjukan sikap ilmiah pada saat berdiskusi
2.Menunjukan sikap positif dalam diskusi kelompok
3.menampilkan sikap tangguh dan semangat menegakkan kebenaran dalam
Observasi
- Kegiatan DiskusiAspek yang dinilai: sikap ilmiah1.Objektif2.Kritis
- Presentasi hasil diskusi aspek yang dinilai sikap individu :
Menceritakan sejarah dakwah Rasulullah pada periode Mekkah.
Menjelaskan pengaruh dakwah Rasulullah SAW terhadap umat.
Menjelaskan substansi dakwah Rasulullah periode Makkah.
Tes tulis
- Soal Uraian
1.Membuat makalah tentang substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Mekah
2.Mempresen-tasikan makalah tentang substansi dan strategi dakwah
PortofolioHasil tulisan berupa makalah, aspek yang dinilai:- Latar
belakang masalah
- Rumusan Masalah
- Deskripsi- Simpulan
53
dakwah Rasullullah SAW di Mekah.
- strategi dakwah Rasullullah SAW di Mekah.
- Apa substansi dakwah Rasulullah di Mekah?
- Apa strategi dakwah Rasulullah di Mekah?
Mengumpulkan data/eksplorasi
- Peserta didik mendiskusikan substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Mekah.
- Guru mengamati perilaku tangguh dan semangat menegakkan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Guru berkolaborasi dengan orang tua untuk mengamati perilaku tangguh dan semangat menegakkan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari di rumah.
Mengasosiasi- Membuat
kesimpulan tentang substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Mekah.
Mengkomunikasikan
- Mempresentasikan /menyampaikan hasil diskusi tentang substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Mekah.
kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari pemahaman tentang strategi dakwah Rasulullah SAW di Mekah.
- Peduli- Santun- Cinta
damai- Peduli- Responsif- proaktif
Menjelaskan strategi dakwah Rasulullah periode Makkah.
Rasullullah SAW di Mekah
Performance :Presentasi makalah, aspek yang dinilai :- penguasaa
n materi- sistematika- penyampai
an- penggunaa
n bahasa- kemampua
n memanfaatkan media presentasi
- kemampuan mempertahankan dan menanggapi pertanyaan atau sanggahan
54
3.11 Memahami substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Madinah.4.9 Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Madinah.
18. Meneladani Perjuangan Rasulullah SAW di Madinah
Fakta:- Fil sejarah
perjuangan Rasulullah periode madinah
Konsep:- Dakwah- Madinah- Dakwah
Rasulullah di Madinah
Prinsip- substansi
dakwah Rasullullah SAW di Madinah.
- strategi dakwah Rasullullah SAW di Madinah.
Mengamati- Mencermati bacaan
teks tentang substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Madinah
- Meyimak penjelasan materi tersebut di atas melalui tayangan vidio atau media lainnya.
Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya)
- Apa substansi dakwah Rasulullah di Madinah?
- Apa strategi dakwah Rasulullah di Madinah?
Mengumpulkan data/eksplorasi
- Peserta didik mendiskusikan substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Madinah.
- Guru mengamati perilaku semangat ukhuwah sebagai implementasi dari pemahaman strategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah.
- Guru berkolaborasi dengan orang tua untuk mengamati perilaku semangat ukhuwah sebagai implementasi dari pemahaman
1.Menunjukan sikap ilmiah pada saat berdiskusi
2.Menunjukan sikap positif dalam diskusi kelompok
3.menampilkan sikap semangat ukhuwah sebagai implementasi dari pemahaman strategi dakwah Rasulullah.
Observasi
- Kegiatan DiskusiAspek yang dinilai: sikap ilmiah1.Objektif2.Kritis
- Presentasi hasil diskusi aspek yang dinilai sikap individu :- Peduli- Santun- Cinta
damai- Peduli- Responsif- proaktif
Menjelaskan latar belakang hijrah Rasulullah ke Madinah.
Menjelaskan sejarah dakwah Rasulullah pada periode Madinah.
Menunjukkan profil dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah.
Menjelaskan strategi dakwah Rasulullah periode Madinah..
Menjelaskan keberhasilan yang diperoleh Rasulullah dakwahnya pada periode Madinah
Tes tulisSoal Uraian
1.Membuat makalah tentang substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Madinah.
2.Mempresen-tasikan makalah tentang substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Madinah.
PortofolioHasil tulisan berupa makalah, aspek yang dinilai:- Latar
belakang masalah
- Rumusan Masalah
- Deskripsi- Simpulan
Performance :Presentasi makalah, aspek yang dinilai :- penguasaa
n materi- sistematika- penyampai
an- penggunaa
n bahasa- kemampua
n memanfaatkan media presentasi
- kemampuan mempertahankan dan menanggapi pertanyaan atau sanggahan
55
strategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah.
Mengasosiasi- Membuat
kesimpulan materi substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Madinah.
Mengkomunikasikan
- Mempresentasikan /menyampaikan hasil diskusi tentang materi substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Madinah.
56
BAB IV
PENUTUP
Efektifitas pembelajaran merupakana indikator keberhasilan belajar, artinya
bahwa semakin efektifitasnya tinggi dalam kegiatan pembelajaran maka hasil
belajar semakin berkualitas dan sebaliknya semakin tidak efektifnya
pembelajaran maka berdampak hasil belajar yang tidak optimal.
Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu
proses pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung.
Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik
mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan
psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang
dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran.
Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan belajar
dengan pendekatan saintifik yaitu melalui mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan
mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis.
Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam menyiapkan
pembelajaran adalah melakukan analisis pada ketiga kompetensi itu. Dari
analisis itulah akan diperoleh penjabaran materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan penilaian yang diperlukan
Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama
proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus.
Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan
sikap. Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung
terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung
berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan
dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu
proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-
1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pembelajaran
yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI-2.
52
Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang dikembangkan oleh guru baik secara individual
maupun kelompok yang mengacu pada Silabus.
Dalam hal ini, strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang
terwujudnya seluruh kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013 agar KI-
1, KI-2, KI-3, dan KI-4 dapat tercapai secara terintegrasi.
Untuk menyiapkan kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan
pembelajaran saintifik serta melakukan penilaiain autentik menggunakan
silabus sebagai acuan, perlu penjabaran operasional antara lain dalam
mengembangkan materi pembelajaran yang memuat fakta, konsep, prinsip
dan prosedur. Selanjutnya mengembangkan langkah alternatif pembelajaran
serta merancang dan melaksanakan penilaian autentik. Sedangkan Strategi
penilaian disiapkan untuk memfasilitasi guru dalam mengembangkan
pendekatan, teknik dan instrumen penilaian hasil belajar dengan pendekatan
autentik.
53
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Le.W. dan Kreathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy For Learning, Teaching, And Assesssing: A Revision of Bloom,s Taxonomy of Educational Objectives. New York. Longman.
Bruner, J. (1996). The Culture of Education. Cambridge, MA: Harvard University Press.
Harding, S. (1998). Is Science Multicultural? Postcolonialisms, Feminisms, and Epistemologies. Bloomington: Indiana University Press.
Calabrese Barton, A. (1998). Reframing “science for all” through the politics of poverty. Educational Policy, 12, 525-541.
http://www.ase.org.uk/documents/principles-and-big-ideas-of-science-education
Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang perubahan atas PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan (Lembar Negara RI Tahun 2013 No.71, Tambahan Lembar Negara)
Permendikbud No.54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
Permendikbud No.64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar proses Pendidkan Dasar dan Menengah.
Permendikbud No.66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah.
Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
UU No 20 tahun 2003 tentang Sisten Pendidikan Nasional (lembar Negara RI tahun 2003 No. 78, Tambahan lembar Negara RI No. 4301),
Young, Jolee. And Elaine Chapman (2010). Generic Competency Frameworks: a Brief Historical Overview. Education Research and Perspectives, Vol.37. No.1. The University of Western Australia.
54
Lampiran: Contoh RPP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMAKelas/Semester : X/IProgram : IPA/IPSMata Pelajaran : Pendidikan Agama IslamMateri Pokok : Q.S. Al-Anfal ayat: 72 tentang kontrol diri
(mujahadah an-nafs) Alokasi Waktu : 45 x 3 Jam Pelajaran (Pertemuan Pertama)
A. Kompetensi Inti:(KI-1) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya;(KI-2) Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli,
santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia;
(KI-3) Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah;
(KI-4) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian:2.3 Menunjukkan perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka
baik (husnuzzhan), dan persaudaraan (ukhuwah) sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-Anfal(8): 72; Q.S. Al-Hujurat (49): 12 dan 10 serta hadits terkait
3.1 Menganalisis Q.S. Al-Anfal (8) : 72; Q.S. Al-Hujurat (49) : 12; dan QS Al-Hujurat (49): 10; serta hadits tentang kontrol diri (mujahadah an-
55
nafs), prasangka baik (husnuzzhan), dan persaudaraan (ukhuwah)Indikator:- Mampu mengidentifikasi hukum tajwid Q.S. Al-Anfal: 72 dengan
benar- Mampu menjelaskan asbabun nuzul Q.S. Al-Anfal: 72- Mampu menyimpulkan kandungan Q.S. Al-Anfal: 72
3.2 Memahami manfaat dan hikmah kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan) dan persaudaraan (ukhuwah), dan menerapkannya dalam kehidupanIndikator:- Mampu menjelaskan pengertian kontrol diri (mujahadah an-nafs)- Mampu mengidentifikasi hikmah dan manfaat perilaku kontrol diri
(mujahadah an-nafs).- Mampu menunjukkan perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs) seperti
yang terkandung dalam Q.S. Al-Anfal: 724.1 Membaca Q.S. Al-Anfal (8): 72; Q.S. Al-Hujurat (49): 12; dan Q.S. Al-
Hujurat (49) : 10 sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf.
Indikator:- Mampu membaca Q.S. Al-Anfal: 72 dengan baik dan benar,- Mampu menyalin Q.S. Al-Anfal: 72 dengan baik dan benar
4.2 Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Al-Anfal (8) : 72; Q.S. Al-Hujurat (49) : 12; QS Al-Hujurat (49) : 10 dengan lancar.Indikator:- Mampu mendemonstrasikan hafalan Q.S. Al-Anfal: 72 dengan baik dan
benar
C. Tujuan Pembelajaran:Melalui kegiatan mengamati, menanya, mendiskusikan, menyimpulkan dan mengomunikasikan, peserta didik diharapkan:1. Mampu menyalin Q.S. Al-Anfal: 72 dengan baik dan benar2. Mampu membaca Q.S. Al-Anfal: 72 dengan baik dan benar3. Mampu mengidentifikasi tajwid Q.S. Al-Anfal: 72 dengan benar4. Mampu menjelaskan asbabun nuzul Q.S. Al-Anfal: 725. Mampu menyimpulkan kandungan Q.S. Al-Anfal: 726. Mampu menjelaskan pengertian kontrol diri (mujahadah an-nafs)7. Mampu mengidentifikasi hikmah dan manfat perilaku kontrol diri (mujahadah
an-nafs).8. Mampu menampilkan perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs) seperti yang
terkandung dalam Q.S. Al-Anfal: 729. Mampu mendemonstrasikan hafalan Q.S. Al-Anfal: 72 dengan baik dan benar
(dilaksanakan diluar jam pelajaran)
D. Materi Pembelajaran:1. Fakta:
- Adanya perilaku menyimpang seperti; radikalisme, ekstrimisme, dan selalu menganggap paling benar (ekslusivisme),
- Kegiatan ekstrakurikuler sekolah2. Konsep:
- Kontrol diri (mujahadah an-nafs/ pengertian jihad yang benar), 3. Prinsip
- Manfaat mujahadah/ jihad yang sesuai dengan ajaran Islam yang benar, - Hikmah mujahadah/ jihad yang sesuai dengan ajaran Islam yang benar.
4. Prosedur- (tidak ada)
56
E. Metode Pembelajaran1. Discovery Learning,2. Ceramah,3. Diskusi dan kerja kelompok,4. Tanya jawab, dan 5. Praktik.
F. Media, Alat, dan Sumber Belajar1. Media
Film tentang perkelahian pelajar dan kegiatan ekstrakurikuler2. Alat/ Bahan
LCD Proyektor3. Sumber Belajar
a. Tafsir Al-Qur’anb. Kitab Hadits Sembilan Imamc. Buku pegangan siswa PAI kelas X
G. Langkah-langkah Pembelajarana. Pendahuluan (20 menit):
1. Memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan basmalah dan kemudian berdoa bersama. Memeriksa kerapian dan kebersihan ruang kelas
2. Peserta didik menyiapkan kitab suci al-Qur’an3. Secara bersama bertadarus al-Qur’an (selama 5 menit)4. Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang harus dicapai5. Menanyakan materi yang pernah diajarkan sebelumnya yang terkait
dengan materi ajar hari ini (Appersepsi).6. Pembagian kelompok
b. Kegiatan inti: (100 menit)1. Mengamati
- Guru memberikan tugas kepada kelompok siswa untuk menyimak bacaan, membaca, mengidentifikasi hukum bacaan (tajwid), dan mencermati kandungan Q.S. Al-Anfal ayat 72.
- Siswa mencermati manfaat dan hikmah kontrol diri (mujahadah an-nafs) melalui tayangan video.
2. Menanya- Siswa menanyakan tentang cara membaca Q.S. Al-Anfal ayat 72.- Kemudian mengajukan pertanyaan terkait hukum tajwid, asbabun
nuzul, dan isi kandungan Q.S. Al-Anfal ayat 72. 3. Menalar
- Mendiskusikan cara membaca Q.S. Al-Anfal ayat 72 sesuai dengan hukum bacaan tajwid; Dalam kegiatan diskusi guru dan siswa memperlihatkan sikap demokratis, kerja sama, serta sopan santun dalam menyampaikan pendapat dan tidak memaksakan kehendak pada orang lain (Sikap).
- Menterjemahkan Q.S. Al-Anfal ayat 72 - Menganalisis asbabun nuzul/wurud dan kandungan Q.S. Al-Anfal
ayat - Setiap kelompok mencatat informasi yang mereka dapatkan dari
hasil diskusi.4. Mengasosiasi
57
Setelah mengumpulkan informasi yang didapat siswa selanjutnya menganalisis semua informasi yang ada pada Q.S. Al-Anfal ayat 72 dan dibuat kesimpulan dalam bentuk makalah/laporan tertulis.
5. Mengomunikasikan:- Setelah selesai mengerjakan tugasnya, guru meminta masing-masing
perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi tentang Q.S. Al-Anfal ayat 72.
- Siswa mendemonstrasikan hafalan QS. Al-Anfal ayat 72. Jika tidak selesai dilanjutkan di luar jam pelajaran.
c. Kegiatan Penutup (15 menit)1. Guru memberikan penguatan terhadap materi yang didiskusikan (kegiatan
konfirmasi).2. Menyiapkan masalah untuk pertemuan selanjutnya.
H. Penilaian hasil PembelajaranA. Evaluasi Afektif
1. Observasi (mengamati perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs) terhadap teman sejawat atau orang lain
Lembar Pengamatan Kegiatan Diskusi (Penilaian Sikap Selama Diskusi):
No.Nama Siswa
A s p e k P e n g a m a t a n
JmlSkor
Nilai Ket.Kerja sama
Meng-komun
ikasikan pen-
dapat
Toleransi
Keaktifan
Menghargai pendapat
teman
Keterangan Skor :Masing-masing kolom diisi dengan kriteria4 = Baik Sekali3 = Baik2 = Cukup1 = Kurang
∑ Skor perolehan Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai 58
A = 80 – 100 : Baik SekaliB = 70 – 79 : BaikC = 60 – 69 : CukupD = ‹60 : Kurang
B. Evaluasi Psikomotor 1. Tes praktik
a) Tes Menulis teks QS. Al-Anfal ayat 72b) Tes bacaan QS. Al-Anfal ayat 72c) Tes hafalan QS. Al-Anfal ayat 72
Format penilaian bacaan al-Quran dan demonstrasi hafalanNama Siswa : ………………Tanggal : ………………Kelas : ………………
No. Aspek yang dinilaiTingkat Kemampuan
1.
2.
Makharijul Huruf
Tajwid
Jumlah
Kriteria Penskoran Kriteria Penilaian
Baik Sekali 4 10 – 12 ABaik 3 7 – 9 BCukup 2 4 – 6 CKurang 1 ≤ 3 D
2. Portofolio
Format Penilaian Makalah
Struktur Makalah
Indikator Nilai
Pendahuluan
Menunjukkan dengan tepat isi : Latar belakang
59
Struktur Makalah
Indikator Nilai
Rumusan masalah Tujuan penulisan.
Isi Ketepatan pemilihan gambar Orisinalitas makalah Mendeskripsikan isi materi Struktur/logika penulisan disusun dengan
jelas sesuai metode yang dipakai Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan
komunikatif Daftar pustaka yang dapat
dipertanggungjawabkan (Ilmiah)Penutup Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah
Saran relevan dengan kajianJumlah
Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:
Sangat sesuai 4Sesuai 3Cukup 2Kurang 1
∑ Skor perolehanNilai = X 100
Skor Maksimal (48)
3. Presentasi
RUBRIK PENILAIAN PRESENTASI
NAMA /KELOMPOK : .............................................................
KELAS : .............................................................
TANGGAL PENILAIAN : .............................................................
60
N0
INDIKATOR DESKRIPTOR SKOR
1 Penguasaan materi yang dipresentasikan
4. Menunjukkan penguasaan materi presentasi dengan sangat baik
3. Menunjukkan penguasaan materi presentasi dengan cukup baik
2. Menunjukkan penguasaan materi presentasi dengan kurang baik
1. Menunjukkan penguasaan materi presentasi dengan sangat kurang baik
2 Sistematika presentasi
4. Materi presentasi disajikan secara runtut dan sistematis
3. Materi presentasi disajikan secara runtut tetapi kurang sistematis
2. Materi presentasi disajikan secara kurang runtut dan tidak sistematis
1. Materi presentasi disajikan secara tidak runtut dan tidak sistematis
3 Penggunaan bahasa
4. Bahasa yang digunakan sangat mudah dipahami
3. Bahasa yang digunakan cukup mudah dipahami
2. Bahasa yang digunakan agak sulit dipahami
1. Bahasa yang digunakan sangat sulit dipahami
4 Ketepatan intonasi dan kejelasan artikulasi
4. Penyampaian materi disajikan dengan intonasi yang tepat dan artikulasi/lafal yang jelas
3. Penyampaian materi disajikan dengan intonasi yang agak tepat dan artikulasi/lafal yang agak jelas
2. Penyampaian materi disajikan dengan intonasi yang kurang tepat dan artikulasi/lafal yang kurang jelas
1. Penyampaian materi disajikan dengan intonasi yang tidak tepat dan artikulasi/lafal yangtidak jelas
5 Kemampuan memanfaatkan media presentasi
4. Media yang dimanfaatkan sangat jelas, menarik, dan menunjang seluruh sajian
3. Media yang dimanfaatkan jelas tetapi kurang menarik
2. Media yang dimanfaatkan kurang jelas dan tidak menarik
1. Media yang dimanfaatkan tidak jelas dan tidak menarik
6 Kemampuan mempertahankan
4. Mampu mempertahankan dan menanggapi pertanyaan/sanggahan dengan arif dan bijaksana
61
dan menanggapi pertanyaan atau sanggahan
3. Mampu mempertahankan dan menanggapi pertanyaan/sanggahan dengan cukup baik
2. Kurang mampu mempertahankan dan menanggapi pertanyaan atau sanggahan dengan baik
1. Sangat kurang mampu mempertahankan dan menanggapi pertanyaan atau sanggahan
TOTAL SKOR
, ……………, ……...……………
-
C. Tes Tulis (Evaluasi Kognitif) Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!C. Salin surah QS. Al-Anfal ayat 72 dengan baik dan benar!
Kunci:
D. Tulis semua lafal yang yang mengandung hukum tajwid dari QS. Al-Anfal ayat 72
meliputi masalah hukum nun sukun atau tanwin, Mim sukun, dan Mad beserta alasan masing-masing!
Kunci:
Kata/LafalHukum Bacaan
Alasan Kata/LafalHukum Bacaan
Alasan
Al Syamsiya
Al diikuti huruf Lam
Idgam Mimi
Mim sukun diikuti huruf
62
Total Skor
Nilai = -------------------- X 100
h Mim
Mad Badal Hamzah berfathah diikuti huruf Alif
Ikhfa Nun sukun diikuti huruf Syin
Mad Tabi’i Harakat dammah diikuti huruf Wawu
Ikhfa Nun sukun diikuti huruf Sad
Mad Tabi’i Fathah diikuti Alif
Aliflam Syamsiyah
Al diikuti huruf Dal
Izhar Syafawi
Mim sukun diikuti huruf Wawu
Iqlab Tanwin sukun diikuti huruf Ba
Ikhfa Nun sukun diikuti huruf Fa
Izhar Syafawi
Mim sukun diikuti huruf Wawu
Izhar Syafawi
Mim sukun diikuti huruf Hamzah
Idgam Mimi
Mim sukun diikuti huruf Mim
Mad Wajib
Mutasil
Mad Tabi’I diikuti
Hamzah dalam satu
kata
Mad ‘Arid Lissukun
Mad Tabi’I dibaca waqaf
E. Jelaskan asbabun nuzul QS. Al-Anfal ayat 72!Kunci:Menurut Ibnu Mundzir, ayat ini turun sebagai jawaban dari pertanyaan kaum muslim, “ bagaimana kalau kami memberi dan menerima harta waris dari saudara kami yang musyrik?”. Turunlah ayat 72-73 ini sebagai penjelasan bahwa antara mukmin dan kafir tidak saling mewarisi harta.
F. Sebutkan isi kandungan surah QS. Al-Anfal ayat 72!Kunci:QS. Al-Anfal ayat 72 berbicara tentang kontrol diri (mujahadah an nafs)
G. Jelaskan pengertian kontrol diri (mujahadah an nafs)!Kunci:Mujahadah an Nafs adalah upaya sungguh-sngguh untuk melawan segala keinginan yang berlebihan, yang dikenal dengan sebutan “hawa nafsu”. Oleh karena itu, dalam istilah yang lebih populer dikenal dengan “kontrol diri”
H. Sebutkan 3 contoh hikmah dan manfaat dari sikap kontrol diri dalam kehidupan bermasyarakat!
Kunci:A. Tingginya derajat orang yang mampu mengendalikan nafsu/diri
ketika marah, karena dianggap sebagai orang yang kuat secara batiniah. Kekuatan batin yang tercermin dalam perilaku tentu saja merupakan indikasi ketakwaan seseorang, sedangkan taqwa adalah derajat tertinggi di hadapan Allah SWT .;
B. Terjaganya ucapan dan perilaku dalam kesantunan. Meskipun dalam keadaan marah, orang yang mampu mengontrol diri akan tetap santun dalam ucapan dan tindakan;
63
C. Motivasi untuk berlaku sabar, karena hanya orang yang sabarlah yang mampu menahan dan mengendalikan emosi pada saat marah.
I. Sebutkan 5 contoh perilaku seseorang yang yang memiliki sifat kontrol diri (mujahadah an nafs)!
Kunci:a. Bersungguh-sungguh dalam berjuang untuk menegakkan agama,
meskipun harus mengorbankan harta bahkan jiwa;b. Membantu sesama muslim yang teraniaya dengan segenap
kemampuan.c. Berusaha untuk tidak mudah marah hanya karena masalah-masalah
yang kecil;d. Berusaha mengontrol kata-kata dan perilaku pada saat marah;e. Berusaha untuk tidak berbicara atau bertindak yang dapat membuat
orang lain marah.
Mengetahui, Bandung, .............2013Kepala Sekolah, Pendidik PAI
...................... ...........................NIP. NIP.
64