Model Pembelajaran NHT

35
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DITINJAU DARI JENIS KELAMIN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN KELAS VIII SMPN 1 LANGSA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 A. Latar Belakang Masalah Kemampuan Dalam upaya menyiapkan generasi yang siap menghadapi tantangan jaman, maka sudah saatnya disusun pembelajaran yang dapat mengaktifkan minat serta melatih berpikir bagi siswa. Salah satu cara berpikir yang harus dikembangkan adalah cara berpikir kooperatif. Karena pada cara berpikir ini, pikiran seseorang dipusatkan pada keputusannya terhadap sesuatu yang harus dipercayai atau yang harus dilakukan. Apalagi pada zaman informasi ini diperlukan kepandaian untuk menganalisis masalah yang terjadi disekitarnya dan dapat menerima pendapat orang lain. Hal ini dapat dicapai salah satunya melalui model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk semua jenjang pendidikan di berbagai bidang ilmu. 1

description

Numbered Head Together

Transcript of Model Pembelajaran NHT

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN KELAS VIII SMPN 1

LANGSA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan Dalam upaya menyiapkan generasi yang siap menghadapi tantangan

jaman, maka sudah saatnya disusun pembelajaran yang dapat mengaktifkan minat

serta melatih berpikir bagi siswa. Salah satu cara berpikir yang harus dikembangkan

adalah cara berpikir kooperatif. Karena pada cara berpikir ini, pikiran seseorang

dipusatkan pada keputusannya terhadap sesuatu yang harus dipercayai atau yang

harus dilakukan. Apalagi pada zaman informasi ini diperlukan kepandaian untuk

menganalisis masalah yang terjadi disekitarnya dan dapat menerima pendapat orang

lain. Hal ini dapat dicapai salah satunya melalui model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk semua jenjang pendidikan di

berbagai bidang ilmu.

Pada SMPN 1 Langsa, ada beberapa permasalahan yang diketemukan para guru

pada saat proses pembelajaran berlangsung yang menyebabkan nilai prestasi

Permasalahan- permasalahan tersebut adalah: tingkat kemampuan siswa dalam

menganalisis masalah masih rendah, masih kurangnya kemampuan berinteraksi

antar siswa pada saat proses pembelajaran, minat belajar dan rasa ingin tahu siswa

rendah. Dalam proses pembelajaran guru sulit melibatkan siswa secara aktif

dikarenakan metode atau pendekatan dan media pembelajaran yang digunakan guru

kurang bervariasi sehingga proses pembelajarannya kurang memuaskan. Selain itu

1

kebanyakan siswa di SMPN 1 Langsa menganggap mata pelajaran IPA sulit untuk

dimengerti, dipahami dan dihafal. Masalah-masalah tersebut dapat diatasi salah

satunya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model

pembelajaran yang saat ini banyak digunakan dalam mewujudkan kegiatan belajar

mengajar yang berpusat pada siswa (student centre). Dan terutama untuk mengatasi

masalah–masalah yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa seperti: siswa

yang kurang memiliki kemampuan sosial, siswa yang tidak dapat bekerja sama

dengan siswa lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada siswa lain.

Pembelajaran IPA menuntut adanya peran aktif siswa, karena IPA berdasarkan

proses ilmiah yang didasarkan pada cara berfikir logis berdasarkan faktor–faktor

yang mendukung. Dan cara berfikir kooperatif untuk memecahkan permasalahan–

permasalahan dalam pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam

pembelajaran IPA perlu penerapan model pembelajaran kooperatif. Adapun

beberapa model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan antara lain Jigsaw,

STAD, TGT, Numbered Heads Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS).

Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu model pengelompokan siswa

yang setiap kelompoknya melaporkan diskusi mereka. Menurut Lie (2005:60) setiap

siswa dalam kelompok diberi nomor lalu guru memberikan tugas untuk dikerjakan

masing–masing kelompok dan kemudian guru memanggil salah satu nomor untuk

melaporkan hasil kerja sama mereka. Dalam metode ini siswa diharapkan dapat

bekerja sama dengan anggota kelompok lainnya. Serta diharapkan semua siswa

2

memiliki kesiapan untuk menerangkan hasil diskusi dan menjawab pertanyaan–

pertanyaan dari guru karena semua siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk

ditunjuk. Sehingga semua siswa akan memahami materi serta mempersiapkan diri

agar bisa menerangkan hasil diskusi dan menjawab pertanyaan–pertanyaan dari

guru. Dengan metode ini diharapkan dapat menumbuhkan jiwa tanggung jawab

dalam diri setiap siswa khususnya sebagai anggota kelompok.

Materi-materi yang ada dalam pembelajaran IPA di SMP kelas VIII antara lain

pertumbuhan dan perkembangan, sistem gerak, sistem respirasi, sistem pencernaan,

sistem peredaran darah, dan sistem ekskresi. Semua materi bisa menerapkan model

pembelajaran kooperatif, tetapi akan memilih salah satu materi saja.Materi yang dipilih

pada penelitian ini adalah sistem pencernaan karena materi sistem pencernaan juga

dianggap penting karena dengan siswa mempelajarinya siswa akan memahami dan

mengetahui perjalanan makanan dalam tubuh mereka. Siswa juga menjadi mengerti

proses–proses yang diterima makanan selama didalam tubuh. Selain itu materi ini

dianggap paling sukar, karena banyak melibatkan organ–organ di dalam tubuh

manusia sehingga siswa merasa kesulitan dalam memahami nama-nama latin dari

organ-organ tersebut. Nama-nama latin tersebut mungkin akan lebih mudah diterima

oleh siswa dengan cara saling bertukar pendapat dan saling memberi masukan maka

dipilih model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT)

Perbedaan perempuan dan laki-laki hampir terjadi dalam berbagai bidang.

Perbedaan tersebut terjadi dalam bidang pendidikan, pekerjaan, politik dan

sebagainya. Perempuan hampir selalu mempunyai prestasi belajar yang lebih rendah

3

daripada laki-laki, ialah satu studi dilakukan oleh Meighan (2000) pada hasil

General Certificate of Education (GCE) di Amerika, menghasilkan data. Pertama,

sampai usia 11 tahun, laki-laki dan perempuan pada umumnya mempunyai tingkat

prestasi yang sama. Kedua, perbandingan jumlah siswa laki-laki dan perempuan

yang memperoleh nilai “A”, pada beberapa mata pelajaran, menunjukkan hasil:

Fisika: 6:1; Matematika: 4:1; Kimia: 3:1; Biologi: 9:8; Menggambar: 200:1; Bahasa:

1:2. Secara lebih spesifik studi ini berupaya melihat perbedaan gender antara

perempuan dan laki-laki di SMP/SMU dalam perolehan prestasi belajar.

Permasalahan gender dalam pendidikan merupakan salah satu isu yang cukup

krusial. Isu gender dalam pendidikan merupakan implikasi tidak langsung dari

budaya patriarkhi yang berkembang di masyarakat. Budaya patriarkhi

membedakan posisi laki-laki dan perempuan. Perbedaan posisi dan peran

tersebut juga menyebabkan perbedaan prestasi belajar antara laki-laki dan

perempuan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk 

mengetahui hasil belajar Biologi melalui metode Numbered Heads Together (NHT)

pada pokok bahasan sistem pencernaan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Langsa

dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Heads

Together (NHT) Ditinjau dari Jenis Kelamin Terhadap Hasil Belajar Siswa

pada Materi Sistem Pencernaan Kelas VIII SMPN 1 Langsa Tahun Pelajaran

2015/2016”.

4

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan paparan pada latar belakang sebelumnya, rumusan masalahnya

adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh penggunaan model Numbered Heads Together (NHT)

ditinjau dari jenis kelamin siswa pada materi sistem pencernaan terhadap

hasil belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Langsa tahun pelajaran

2015/2016?

2. Seberapa besar pengaruh penggunaan model Numbered Heads Together

(NHT) ditinjau dari jenis kelamin siswa pada materi sistem pencernaan

terhadap hasil belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Langsa tahun

pelajaran 2015/2016?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai oleh penulis sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan model Numbered Heads

Together (NHT) ditinjau dari jenis kelamin siswa pada materi sistem

pencernaan terhadap hasil belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Langsa

tahun pelajaran 2015/2016.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan model Numbered

Heads Together (NHT) ditinjau dari jenis kelamin siswa pada materi sistem

pencernaan terhadap hasil belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Langsa

tahun pelajaran 2015/2016 .

5

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk siswa, dapat memahami konsep biologi dengan menggunakan model

Numbered Heads Together (NHT).

2. Untuk guru, sebagai masukan dalam menentukan berbagai langkah

penanganan terhadap siswa sesuai dengan jenis kelamin siswa dalam

peningkataan hasil belajar biologi baik di sekolah maupun di luar sekolah.

3. Untuk akademisi atau lembaga, menjadi bahan informasi dalam

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang pendidikan biologi.

4. Untuk peneliti, menjadi masukan dan acuan dalam mengembangkan

penelitian di masa mendatang serta menjadi referensi sebagai calon pendidik.

E. Landasan Teori

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dapat menghindari

permusuhan menurut pendapat Nurhadi (2004: 112)“pembelajaran yang secara sadar

dan sengaja mengembangkan interaksi yang berkesinambungan untuk menghindari

ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai

latihan hidup dalam bermasyarakat”. Dan juga dapat menjalin pembelajaran verbal

antar peserta didik sesuai dengan pendapat Chen (2006: 201) menyatakan bahwa

”pembelajaran kooperatif (CL) memfasilitasi pembelajaran kedua bahasa asing pada

peserta didik” (CL facilitates the learning of second/foreign language learners).

Penelitian ini berhasil menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan cooperative

6

learning telah berhasil membantu siswa dalam pembelajaran bahasa asing dan

pendekatan ini merupakan pendekatan instruksional yang efektif (CL is an effective

instructional approach).

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang sangat efektif, sesuai

dengan pendapat Zakaria & Iksan (2007: 35) menyatakan:

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang sangat efektif, ini bisa dilihat ketika para siswa sedang berdiskusi untuk membicarakan suatu masalah semua anggota kelompok aktif mengemukakan dan membahas ide-ide. Dari pembelajaran kooperatif ini juga terlihat suatu pengerjaan secara kelompok untuk melengkapi tes akademik. (Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effective when students are actively involved in sharing ideas and work cooperatively to complete academic tasks).

Pembelajaran Kooperatif juga merupakan pembelajaran yang didasarkan pada

pohon konstruktivisme sesuai pernyataan Bahri (2003: 88):

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pengajaran/pembelajaran yang didasarkan pada pohon konstruktivisme. Dalam teori konstruktivisme bahwa siswa harus menemukan sendiri dan memecahkan informasi baru dengan aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi dalam pandangan teori konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Landasan berpikir konstruktivisme lebih menekankan pada hasil pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh

siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam pembelajaran kooperatif ada empat elemen penting yang saling terkait yaitu

saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual dan

keterampilan menjalin hubungan antar probadi.

7

b. Model Numbered Heads Together (NHT)

Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-

ide dan mempertimbangkan jawaban paling tepat. Selain itu, teknik ini juga

mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Model ini

dikembangkan oleh Spencer Kagan dengan melibatkan para siswa dalam melihat

kembali bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa

pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Teknik ini juga menggunakan

struktur dan langkah yang dilakukan guru di dalam kelas, sesuai dengan pendapat

Nurhadi (2004: 121):

Sebagai pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat langkah sebagai berikut: a. langkah pertama–penomeran (numbering): guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam tim memiliki nomor yang berbeda. b. langkah kedua-pengajuan pertanyaan (questioning): guru mengajukan pertanyaan pada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik hingga bersifat umum. c. langkah ketiga–berpikir bersama (head together): para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan menyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut. d. langkah keempat–pemberian jawaban (answering): guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas .

Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu model pembelajaran

kooperatif yang menggunakan teknik penomoran. Dalam pembelajarannya

menggunakan beberapa langkah yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, kegiatan

berpikir bersama atau berdiskusi, selanjutnya pemberian jawaban oleh siswa sesuai

dengan nomor yang dipanggil oleh guru. Dan proses akhir dalam pembelajaran

adalah pembahasan hasil diskusi oleh guru bersama-sama dengan siswa.

8

c. Jenis Kelamin Siswa

Pada dasarnya ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor-

faktor tersebut antara lain adalah faktor intern yang merupakan faktor yang

timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam

faktor intern yaitu kecedersan atau intelegensi, bakat, minat dan motivasi.

Faktor berikutnya adalah faktor ekstern yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar yang sifatnya di luar diri individu, yaitu beberapa pengalaman-

pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.

Ada beberapa argumentasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan

perbedaan prestasi belajar antara laki-laki dan perempuan. Perempuan dalam hal

ini diposisikan sebagai individu yang memiliki prestasi belajar yang lebih baik

daripada laki-laki. Perempuan pada beberapa waktu terakhir mengalami kemajuan

dalam hal prestasi belajar, perempuan juga dipandang memiliki kesempatan

yang lebih banyak dalam bidang publik. Perkembangan masyarakat industri

memberikan peluang yang lebih banyak dalam sektor publik. Perempuan dalam

bursa pasar kerja, mendapat kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan

karirnya, terlebih lagi bagi perempuan yang belum menikah. Kondisi ini sangat

berbeda dengan masa sebelum era industri berkembang dengan pesat. Pada saat

sekarang ini perempuan juga bisa memiliki kesempatan mengembangkan

kemampuannya, sesuai dengan pendapat Haralambos dan Horlborn (2004) :

Perempuan pada masa itu hampir tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya di sektor publik. Perubahan tersebut merefleksikan perubahan sikap di antara perempuan Ketika perempuan

9

diberikan kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk mengembangkan kemampuannya di sektor publik maka perempuan berupaya untuk mencapai tingkat pendidikan setinggi mungkin.

Perempuan lebih semngat dan lebih termotivasi dalam bekerja, sesuai pendapat

Mitsos dan Browne (dalam Haralambos dan Horlborn, 2004) menjelaskan

bahwa:

Terdapat bukti yang dapat menjelaskan bahwa perempuan memiliki tingkat prestasi belajar yang lebih baik daripada laki-laki. Menurut mereka perempuan lebih termotivasi dan bekerja lebih rajin daripada laki-laki dalam mengerjakan pekerjaan sekolah. Motivasi dan keterampilan organisasi yang lebih tinggi pada perempuan memberi mereka keuntungan dalam pekerjaan yang ikut diperhitungkan dalam ujian selanjutnya daripada kemampuan perempuan pada masa lalu.

Laki-laki sering membuat keributan di kelas. Mereka lebih suka membolos

daripada perempuan, yang kemudian menyebabkan laki-laki banyak kehilangan

waktu belajarnya di kelas. Budaya maskulinitas mendorong laki-laki untuk

berpenampilan macho dan keras. Mereka kemudian lebih bersifat

“antipendidikan” dan “antibelajar”, bersekolah kemudian dilihat sebagai kegiatan

yang tidak macho (unmacho)”. Kemunduran hasil pekerjaan tangan laki-laki

disebabkan oleh kurangnya motivasi laki-laki dalam mengerjakan pekerjaan di

kelas. Berkurangnya kesempatan bagi sekelompok laki-laki memungkinkan

rendahnya kepercayaan dan penghargaan diri laki-laki dalam kelompoknya.

Kepercayaan diri perempuan yang lebih baik daripada laki-laki dalam

menyelesaikan tugas-tugas belajarnya, turut mendukung prestasi pendidikannya.

Mitsos dan Browne mengatakan bahwa secara singkat dan umum ketika laki-

laki menyukai sepak bola, permainan olahraga atau game dalam komputer dan

10

menarik diri dari aktivitas “perempuan”, perempuan lebih suka membaca atau

berdiam diri.

Perbedaan gender lain mempengaruhi pria dan wanita bereaksi di kelas dapat

dilihat dari gaya belajar, kepekaan indra dll, seperti pendapat Muthukrisna (2010)

Faktor yang mempengaruhi siswa laki-laki dan perempuan adalah:

a) Wanita memiliki pendengaran lebih teliti daripada laki-laki dan lebih sensitif terhadap suara keras

b) Pria memiliki visi lebih teliti daripada perempuan walaupun mereka lebih cenderung buta warna.

c) Wanita lebih mampu membaca wajah dan bahasa tubuh.

d) Pria lebih baik dalam kegiatan belajar kinestetik, dan perempuan mungkin merasa puas untuk hanya mengamati.

e) Wanita dan laki-laki cenderung tidak mampu belajar matematika.

f) Pria memiliki kebutuhan yang lebih besar untuk kegiatan, lebih impulsif, dan mengembangkan keterampilan motorik daripada perempuan.

g) Wanita lebih baik dalam kecepatan persepsi

h) Laki-laki lebih mampu mengingat isyarat visual sedangkan perempuan lebih mampu mengingat penempatan objek dan kata-kata.

i) Pria mengatasi stres melalui "tindakan," sedangkan perempuan melalui "sharing"

d. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan suatu

pembelajaran. Pengenalan terhadap faktor–faktor yang mempengaruhi hasil belajar

11

penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi

belajar yang sebaik–baiknya seperti pendapat Ridwan (2008) menyatakan bahwa:

prestasi belajar siswa dipengaruhi faktor intern dan ekstern siswa itu sendiri. Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat, gaya belajar dan motivasi. Motivasi dalam hal ini ada dua yaitu motivasi untuk belajar dan motivasi untuk berprestasi. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya diluar diri siswa. Faktor–faktor tersebut yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan lain sebagainya.

Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan

paksaan kepada individu. Faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah

keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.Dalam hasil belajar

diperlukan kemampuan siswa dalam 3 ranah seperti pendapat Sagala (2003: 12)

menyatakan bahwa untuk menangkap isi dan pesan belajar maka dalam belajar

tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah diantaranya adalah

ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

e. Sistem Pencernaan

Secara umum, proses pencernaan dibedakan menjadi 3 cara, yaitu:

pencernaan mekanis, bertujuan untuk mengubah bentuk makanan menjadi kecil

(halus agar mudah ditelan dan dicerna lebih lanjut. Pencernaan kimiawi, dilakukan

dengan bantuan enzim pencernaan untuk menguraikan makanan mejadi bentuk yang

lebih halus sehingga mudah diserap oleh sel-sel tubuh. Pencernaan biologis,

dilakukan dengan bantuan organisme lain untuk menguraikan dan membusukkan

makanan. Kelenjar pencernaan meliputi kelenjar ludah (glandula salivaris), hati

12

(hepar), kelenjar dinding lambung, dan pankreas. Sistem pencernaan makanan

terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Sistem pencernaan

makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ, antara lain adalah:

1. Rongga Mulut

Di dalam mulut terdapat gigi, lidah, dan kelenjar pencernaan yaitu kelenjar air

liur. Jadi, di dalam mulut terjadi pencernaan secara mekanis dan kimiawi.

Berdasarkan bentuk dan fungsinya, gigi manusia dibedakan menjadi: gigi seri untuk

memotong-motong atau menggigit makanan. Gigi taring merobek dan mengoyak

makanan. Gigi geraham muka dan geraham belakang bentuk rata pada permukaan,

untuk menggilas atau menghaluskan makanan. Bagian-bagian yang terdapat pada

struktur gigi yaitu: a. email, merupakan lapisan keras sebagai pelindung gigi; b.

dentin, bagian gigi yang berupa tulang yang tersusun dari kalsium karbonat; c.

rongga gigi (pulpa gigi), berisi pembuluh darah dan sel saraf; d. semen, sebagai

pelekat gigi dengan tulang rahang; e. gusi, sebagai penutup dan pelindung gigi; f.

pembuluh darah dan sel saraf, pengantar sari makanan ke gigi; g. saraf sebagai indra

perasa. Gigi anak-anak berjumlah 20 buah, sedangkan orang dewasa berjumlah 32

buah. Lidah menghasilkan ludah atau saliva sebanyak 2,5 liter per hari. Fungsi lidah,

yaitu: sebagai pengecap, sebagai alat pemindah makanan, sebagai alat bantu menelan

makanan. Kelenjar ludah menghasilkan air ludah atau air liur. Air ludah berupa

cairan yang pekat dan licin karena mengandung lendir (musin) dan enzim ptyalin.

13

Enzim ptyalin atau amylase berfungsi mengubah zat tepung atau amilum menjadi

zat gula sederhana

2. Kerongkongan

Dalam kerongkangan terdapat dua kelenjar:

a.       Kelenjar esophagus

Terdapat sepanjang kerongkongan, pada lapisan submucosa, dibawah tunica

muscularis-mucosa.Terdiri dari jenis tubulo-alveolar yang bercabang banyak.

b.      Kelenjar cardia

Terdapat pada bagan ujung kerongongan.Berasal dari kelenjar lambung, terletak

pada lamina propria tunica mucosa, dari kenis tubuler yang bercabang-cabang.

Bergeraknya bolus dari mulut ke lambung melalui kerongkongan disebabkan

adanya gerak peristaltik pada otot dinding kerongkongan.Gerak ini mendorong

dengan cepat gumpalan makanan ke lambung kurang lebih selama 6 detik. Gerak

peristaltik dapat terjadi karena adanya kontraksi otot secara bergantian pada lapisan

otot yang tersusun secara memanjang dan melingkar.

3. Lambung

Lambung merupakan kantung besar dibawah kiri rusuk terakhir, terdiri atas tiga

bagian, bagian atas yang berdekatan dengan hati disebut kardiak, di tengah membulat

disebut fundus, dan bagian bawah dekat usus disebut pilorus. Seluruh bagian dalam

lambung menghasilkan asam chlorida.Akibat gerak peristaltik makanan diubah

menjadi seperti bubur getah lambung dinamakan chym.

Lingkungan asam dalam lambung dapat membunuh kuman-kuman yang turut

masuk ke dalam, sihingga menggiatkan kerja getah lambung.Getah lambung

14

mengandung pepsinongen yang belum aktif bekerja, oleh asam cholrida pepsinogen

tersebut diaktifkan menjadi pepsin. Pepsin merupakan enzim yang dapat mengubah

protein menjadi molekul-molekul yang lebih kecil disebut peptor.Selain itu berfungsi

mengatur pengeluaran makanan dari lambung masuk ke dalam usus.Pengturan

dimungkinkan oleh kedua bagian otot pilorus.

Otot pilorus bagian lambung akan mengendur apabila kena rangsangan asam,

berarti protein telah dicernakan. Otot pilorus bagian usus dua belas jari akan

mengerut bila kena asam sebaliknya mengendur apabila kena rangsang basa. Dengan

demikian makanan dapat masuk ke usus dua belas jari sedikit demi sedikit.

4. Usus halus

Panjangnya kira-kira 8,5 meter terdiri dari tiga bagian usus dua belas jari,

(duodenum), yoyenum (intestinum yoyenum) atau pangkal usus halus dan ileum

(interstimun ileum), atau ujung usus halus panjangnya ± 1 m. Makanan masuk

kedalam usus melalui pilorus, dangan demikian HCl ikut masuk dan merangsang

kelenjar di diding sel usus untuk menghasilkan sekretin yang merupakan suatu

hormon yang merangsang pankreas untuk mengeluarkan getahnya. Kelenjar

pencernaan adalah hati yang mengeluarkan empedu dan juga kelenjar pangkreas,

Empedu tidak mengandung enzim tetapi mengandung zat warna empedu (bilirubin)

dan garam empedu. Pankreas menghasilkan cairan (getah) pankreas yang

mengandung enzim lipase, amilase dan tripsinogen yang belum aktif. Enzim amilase

berguna untuk mengubah amilum menjadi gula (maltosa), lipase mengubah lemak

menjadi asam lemak dan gliserol, dan enzim tripsin yang mengubah protein dan

pepton menjadi asam amino dan peptida.

15

Enzim-enzim tersebut diatas mempunyai peranan yang penting untuk mengubah

zat makanan sehingga menjadi bentuk yang dapat diserap oleh usus.Di dalam usus

halus terjadi pelumatan dan penyerapan sari makanan, dinding usus ini berlipat-lipat

dan berjonjot, sari makanan menembus dinding jonjot sampai ke penbuluh darah.

5. Usus Besar

Didalam usus tebal (kolon) sisa-sisa makanan yang tidak dapat dicerna, bersama

dengan lendir dan sisa-sisa sel mati dari dinding usus dibusukkan menjadi feses.

Perjalanan makanan dari mulut ke usus halus berlangsung kira-kira 4,5 jam, tetapi

disimpan di dalam kolon sampai kira-kira 24 jam, selama itu bakteri-bakteri pengurai

akan membusukkannya.

6. Anus

Anus mempunyai dua otot gelang, yaitu otot sadar, sedang yang lainnya berupa

otot tak sadar.

Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian rektum akibat

suatu rangsang yang disebut refleks gastrokolik. Kemudian akibat adanya aktivitas

kontraksi rektum dan otot sfinkter yang berhubungan mengakibatkan terjadinya

defekasi. Di dalam usus besar ini semua proses pencernaan telah selesai dengan

sempurna.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

16

1. Dengan menggunakan model Numbered Heads Together (NHT) menjadikan

siswa lebih aktif, kreatif, inovatif dan bersemangat dalam proses belajar

mengajar pada materi sistem pencernaan ditinjau dari jenis kelamin siswa.

2. Proses pembelajaran dengan Numbered Heads Together (NHT) sangat

berkorelasi pada kurikulum yang diterapkan. Hal ini berkaitan erat dengan

sukses atau tidaknya sebuah proses pembelajaran dalam pendidikan. Guru

sebagai pelaksana dan bagian dari proses pembelajaran sangat berperan pada

keberhasilan proses pembelajaran tersebut.

3. Materi sistem pencernaan dapat menggunakan model Numbered Heads

Together (NHT) untuk mengoptimalkan siswa menyerap setiap informasi

yang disampaikan oleh guru sesuai dengan jenis kelamin siswa.

G. Hipotesis

Hipotesis penulis dalam penelitian ini adalah

1. Ada pengaruh model Numbered Heads Together (NHT) pada model

kooperatif terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari jenis kelamin siswa pada

materi sistem pencernaan kelas VIII SMPN 1 Langsa

2. Pengaruh model Numbered Heads Together (NHT) pada metode kooperatif

terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari jenis kelamin pada materi sistem

pencernaan kelas VIII SMPN 1 Langsa sebesar 75%

H. Metodologi Penelitian

A. Metode Penelitian dan Variabel

17

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan satu kelas

kontrol dan satu kelas eksperimen. Kelas kontrol adalah kelas VIII B sedangkan

kelas eksperimen adalah kelas VIII E.

Variabel penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas : Penangganan kelas dalam metode Numbered Heads

Together (NHT)

2. Variabel terikat :

Penggunaan metode kooperatif model Numbered Heads Together

(NHT) ditinjau dari jenis kelamin siswa

Hasil belajar siswa

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh siswa di SMP Negeri 1 Langsa kelas VIII

yang terdiri atas 6 kelas dengan jumlah total 180 Siswa/i.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil 2 kelas yang diambil

secara acak dengan masing-masing kelas berjumlah 30 orang. Penentuan kelas

dilakukan dengan pengundian menggunakan kartu. Pengundian tersebut bertujuan

untuk menentukan kelas kontrol dan kelas ekperimen.

C. Instrumen Penelitian

18

Instrumen ini digunakan untuk proses pembelajaran, yang berupa Silabus dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Silabus adalah rencana pembelajaran

pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu mencakup standar

kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator pembelajaran, alokasi

waktu dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.

Silabus yang digunakan pada standar kompetensi 1. memahami berbagai sistem

dalam kehidupan manusia, dengan kompetensi dasar 1.4 mendeskripsikan sistem

pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. RPP adalah rencana

yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu

atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam

silabus.

Instrumen ini juga mengunakan tes , tes tersebut diberikan pada awal (pre test)

dan akhir (post test). Soal terdiri atas 20 soal dalam bentuk choice dengan 5 pilihan

alternatif jawaban. Instrumen ini akan diuji dengan uji validitas dan reabilitas.

D. Langkah-Langkah Penelitian

Melakukan observasi ke SMP Negeri 1 Langsa. Observasi ini dilakukan dengan

cara dokumentasi, wawancara meliputi izin sekolah dan orientasi kelas.

Setelah itu memilih kelas yang akan dijadikan kelas eksperiemen dan kelas

kontrol dengan teknik sampel acak

1. Menyiapkan instrument penelitian berupa tes hasil belajar berbentuk tes

objektif dalam bentuk choice sebanyak 20 soal dengan 5 alternatif jawaban.

19

2. Menentukan RPP untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dan soal yang

layak digunakan.

3. Uji coba instrumen untuk mengetahui tingkat validasi dan realibilitas soal yang

layak digunakan.

4. Memberikan tes awal (pre test) kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

5. Menerapkan metode Numbered Heads Together (NHT) di kelas eksperimen

sesuai langkah-langkah pada metode tersebut disertai dengan pembagian

kelompok berdasarkan jenis kelamin

6. Setelah itu menerapkan metode belajar biasa atau konvensional pada kelas

kontrol.

7. Memberikan tes akhir (post test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

8. Analisis data yang telah didapat melalui tes tersebut dengan rumus kolerasi

9. Mendeskripsikan hasil pengolahan dan menyimpulkannya.

10. Peneliti melanjutkan data dalam bentuk skripsi.

E. Analisis Data

Analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif, teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Korelasi. Untuk mencari titik nilai korelasi

antara variabel bebas dan Variabel terikat maka penulis menggunakan rumus “r”

Product moment untuk mengetahui apakah hubungan variabel penelitian termasuk

hubungan positif (erat), cukup, atau lemah .

Rumus “r” merupakan teknik mencari hubungan antar variabel, sesuai

pendapat Anwar (2011), “Produc moment correlation adalah salah satu teknik untuk

20

mencari korelasi antara dua variabel, dan disebut Produc moment correlation karena

koefisien korelasi diperoleh dengan cara mencari hasil perkalian dari momen

variabel yang dikorelasikan”.

rx1

2

y= ∑ xy

√(∑x

2 y2)

Kemudian korelasi antara 3 variabel x1, x2, dan y menggunakan rumus :

r y. x1 x2=

r yx 2−r y x1r x1 y2

√1−r2x1 x 2 .√1−r2

yx 2

Keterangan :

rxy = Angka Indeks Korelasi “r” product moment

x1 = Jenis kelamin siswa

x2 = Hasil belajar siswa

y = Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

I. Sistematika Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:

BAB I. Merupakan Bab Pendahuluan yang berisi tentang Latar Belakang

Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Anggapan Dasar, dan Hipotesis.

BAB II. Merupakan Bab Tinjauan Teoritis yang membahas tentang pengertian

pembelajaran kooperatif, pengertian model pembelajaran Numbered

21

Heads Together (NHT), jenis kelamin siswa, faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam pembelajaran, kekurangan dan kelebihan model

yang digunakan, hasil belajar siswa dan materi sistem pencernaan.

BAB III. Merupakan Bab Metodologi Penelitian yang membahas tentang Waktu

dan Tempat Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian, Langkah-

langkah Penelitian, Metode dan Variabel Penelitian, dan Teknik Analisis

Data.

BAB IV. Merupakan Bab hasil Penelitian dan Pembahasan yang berisi tentang

Hasil Penelitian, Pengujian Hipotesis dan Pembahasan.

BAB V. Merupakan bagian Penutup dari Skripsi yang berisi tentang Kesimpulan

dan Saran-saran tentang hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Sanusi. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta : Gramedia.

Bahri, Syaiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Chen, Hsiu-chuan .2006. Cooperative Learning on Second Foreign Language Education: Theory and Practice. Lecturer, Department of Applied Foreign Languages, Kang-Ning Junior College of Medical Care and Management, 199-216.

Haralambos dan Horlborn .2004. Gender Differences of Elementary ProspectiveTeachers in Mathematical Beliefs and Mathematics Teaching Anxiety. Virginia Community College System

Lie, Anita .2005. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : Grasindo

Meighan. 2000. General Certificate of Education (GCE) .Amerika : Scolarship of University

22

Muthukrishna, Nithi. 2010. Gender Differences In Mathematics Achievement. An Exploratory Study At A Primary School In Kwazulu-Natal

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan jawaban). Jakarta : Grasindo

Ridwan. 2008. Ketercapaian Prestasi Belajar . Bandung: Wacana Prima.

Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfa Beta

Zakaria and Iksan. 2007. Promoting Cooperative Learning in Science and Mathematics Education: A Malaysian Perspective. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 3(1), 35-39.

23