Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
-
Upload
izamhammandeno -
Category
Documents
-
view
22 -
download
2
description
Transcript of Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
![Page 1: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022110214/5695d0ca1a28ab9b0293e491/html5/thumbnails/1.jpg)
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
TUGAS KELOMPOK
MATA KULIAH PEMBELAJARAN INOVATIF
DOSEN
1. Dr. Agus Suyatna, M.Si. 2. Dr. Dwi Yuliyanti, M.Pd
OLEH
KELOMPOK
1. ABDUL KHOLID
2. I MADE SULATRA
3. SOBIRIN
4. MARWANSYAH
5. SUHARYANTO
6. SUMINTO
7. SRI HAPSARI
8. SUDARMANI
MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG TAHUN 2009
![Page 2: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022110214/5695d0ca1a28ab9b0293e491/html5/thumbnails/2.jpg)
PENGANTAR
Menurut UNESCO, pendidikan pada abad ini harus diorientasikan
terhadap pencapaian 4 pilar pembelajaran yaitu : (1) Learning to know
(belajar untuk tahu), (2) learning to do (belajar untuk melakukan) , (3)
Lerning to be (belajar untuk menjadi diri sendiri) (4) learning to live
together (belajar bersama dengan orang lain). Bila seorang guru dapat
membekali siswanya dan memberi pondasi agar 4 pilar tadi dapat berdiri
kokoh, betapa bahagianya siswa yang memp unyai guru atau pendidik
yang berkualitas seperti itu. Dan betapa bangganya bangsa dan negara ini
bila pendidikan bisa menjadi tonggak berdirinya suatu negara yang kokoh.
Untuk mendapatkan hasil dari proses pendidikan yang maksimal tentunya
diperlukan pemikiran yang kreatif dan inovatif serta didukung dengan
faktor pendanaan yang mencukupi. Inovasi pendidikan tidak hanya pada
inovasi sarana dan prasarana pendidikan serta kurikulum saja melainkan
juga proses pendidikan itu sendiri.
Inovasi dalam proses pembelajaran sangat diperlukan guna meningkatkan
prestasi kearah yang maksimal. Inovasi ini dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran
dan metode pembelajaran.
Kewajiban sebagai pendidik atau guru , tidak hanya transfer of Knowlegde
tapi juga dapat mengubah prilaku, memberikan dorongan yang positif
sehingga siswa termotivasi, memberi suasana belajar yang
![Page 3: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022110214/5695d0ca1a28ab9b0293e491/html5/thumbnails/3.jpg)
menyenangkan, agar mereka bisa berkembang semaksimal mungkin.
Guru tidak hanya mengolah otak siswanya tapi juga mengolah jiwa anak
didiknya, bila seorang guru hanya mengolah otak tampa mempedulikan
jiwa anak didiknya, alhasil mereka tumbuh menjadi manusia robot yang
tidak berhati.
Anak yang cerdas, bukan saja anak yang nilai ulangannya baik, nilai
rapornya tinggi, tapi emosional dan fungsi motoriknya berjalan dengan
baik hingga tugas guru adalah menciptakan iklim belajar dalam
pembelajaran yang sehat dan menyenangkan, memberikan dorongan
kepada para siswanya agar mempunyai motivasi yang tinggi. Karenanya
guru harus mengetahui model-model pembelajaran sebagai bagian dalam
perencanaan mengajarnya, agar siswa dapat memahami yang berikan
oleh gurunya secara seksama
Metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru mempunyai peranan yang
sangat penting dalam keberhasilan pendidikan. Penggunaan metode
yang tepat akan menentukan keefektifan dan keefisienan dalam proses
pembelajaran. Guru harus senantiasa mampu memilih dan menerapkan
metode yang tepat sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan.
Terdapat beberapa metode yang telah lama digunakan oleh para guru
antara lain ; meode ceramah, metode tanya jawab, dan metode resitasi.
Serentetan metode tersebut bisa dikatakan metode konvensional.
![Page 4: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022110214/5695d0ca1a28ab9b0293e491/html5/thumbnails/4.jpg)
Model pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan oleh
sebagian besar guru yang tidak sesuai dengan tuntutan jaman, karena
pembelajaran yang dilakukan kurang memberikan kesempatan seluas-
luasnya bagi siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuannya.
Salah satu model pembelajaran yang dimungkinkan mampu
mengantisipasi kelemahan model pembelajaran konvensional adalah
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Pembelajaran model ini lebih meningkatkan kerja sama antar siswa. Kelas
dibagi menjadi kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari siswa-siswa
yang bekerja sama dalam suatu perencanaan kegiatan. Dalam
pembelajaran ini setiap anggota kelompok diharapkan dapat saling
bekerja sama dan bertanggung jawab baik kepada dirinya sendiri maupun
pada kelompoknya.
Dalam makalah ini akan dipaparkan pengertian pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw, bagaimana langkah-langkah menerapkannya, kelebihan dan
kelemahan model pembelajaran ini, serta bagaimana mengatasi
kelemahan-kelemahan dalam menerapkan model sehingga mengarah
pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang inovatif.
![Page 5: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022110214/5695d0ca1a28ab9b0293e491/html5/thumbnails/5.jpg)
BAHASAN
Dalam era global, teknologi telah menyentuh segala aspek pendidikan
sehingga, informasi lebih mudah diperloleh, hendaknya siswa aktif
berpartisipasi sedemikian sehingga melibatkan intelektual dan emosional
siswa didalam proses belajar. Keaktifan disini berarti keaktifan mental
walaupun untuk maksud ini sedapat mungkin dipersyaratkan keterlibatan
langsung keaktifan fisik dan tidak nya berfokus pada satu sumber
informasi yaitu guru yang hanya mengandalakan satu sumber komunikasi.
Seringnya rasa malu siswa yang muncul untuk melakukan komunikasi
dengan guru, membuat kondisi kelas yang tidak aktif sehingga berpulang
pada rendahnya prestasi belajar siswa. Maka perlu adanya usaha untuk
menimbulkan keaktifan dengan mengadakan komunikasi yaitu guru
dengan siswa dan siswa dengan rekannya. Salah satu pembelajaran yang
ditawarkan adalah kooperatif tipe jigsaw.
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh
Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan
rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan materi tersebut
kepada kelompoknya. Sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun
sosial siswa sangat diperlukan.
![Page 6: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022110214/5695d0ca1a28ab9b0293e491/html5/thumbnails/6.jpg)
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1)
kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2)
pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan
dunianya; 3) interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh
dalam hubungannya dengan lingkungan social, dan 4) ekullibrasi, yaitu
adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar dia
selalu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap
lingkungannya. Hal ini juga diperkuat oleh teori belajar kognitif lainnya
yaitu oleh Teori Vygotsky yang dikenal dengan “scaffolding“. Scaffolding
adalah memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan
selama tahap - tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi
bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut
mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia
mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa
petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk
lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya yaitu 1)
menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling
berinteraksi dan saling memunculkan strategi - strategi pemecahan
masalah yang efektif dalam masing - masing zone of proximal
development mereka; 2) Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran
menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu
teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran
![Page 7: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022110214/5695d0ca1a28ab9b0293e491/html5/thumbnails/7.jpg)
kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif
sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan
guru dalam usaha menemukan konsep - konsep dan pemecahan
masalah.
Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dilandasi oleh
teori belajar humanis. Alasannya adalah bahwa teori belajar humanistik
menjelaskan bahwa pada hakekatnya setiap diri manusia adalah unik,
memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan
menentukan perilakunya. Menurut Carl Rogers seorang psikolog
humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan
tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu
mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa
klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya
dan tugas terapi hanya membimbing klien menemukan jawaban yang
benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para
terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada
klien.
Unsur-Unsur Penting Dalam Belajar Kooperatif
Menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (1992) terdapat lima unsur
penting dalam belajar kooperatif, yaitu seperti berikut ini.
1. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar
kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk
![Page 8: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022110214/5695d0ca1a28ab9b0293e491/html5/thumbnails/8.jpg)
mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak
akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa
akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang
juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.
2. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat Belajar kooperatif akan
meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang
siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota
kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara
alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi
suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang
membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman sekelompoknya.
Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar
menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.
3. Tanggung jawab individual Tanggung jawab individual dalam belajar
kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal (a) membantu
siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya
sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dalam hal
(a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak
dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman
sekelompoknya.
4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil Dalam belajar
kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan
![Page 9: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022110214/5695d0ca1a28ab9b0293e491/html5/thumbnails/9.jpg)
seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan
siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai
anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan
menuntut keterampilan khusus.
5. Proses kelompok Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa
proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok
mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik
dan membuat hubungan kerja yang baik.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin (1995) adalah
sebagai berikut. 1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika
kelompok mencapai kriteria yang ditentukan. 2. Tanggung jawab
individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar
individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam
usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota
kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain. 3.
Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah
membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.
Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang dan
rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa
kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai. Tabel berikut ini
memberikan ilustrasi tentang pola pembelajaran kooperatif dibandingkan
![Page 10: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022110214/5695d0ca1a28ab9b0293e491/html5/thumbnails/10.jpg)
dengan pola pembelajaran konvensional di dalam kelas . Tabel
Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar
Konvensional Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar
Konvensional Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu,
dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif. Guru
sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau
menggantungkan diri pada kelompok. Adanya akuntabilitas individual
yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan
kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya
sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan
siapa yang dapat memberikan bantuan. Akuntabilitas individual sering
diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang
anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya
“mendompleng” keberhasilan “pemborong”. Kelompok belajar heterogen,
baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan
sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan
bantuan dan siapa yang memberikan bantuan. Kelompok belajar biasanya
homogen. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk
memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan
untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing. Keterampilan
sosial yang diperlukan dalam kerja gotong-royong seperti kepemimpinan,
kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola
![Page 11: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022110214/5695d0ca1a28ab9b0293e491/html5/thumbnails/11.jpg)
konflik secara langsung diajarkan. Keterampilan sosial sering tidak secara
langsung diajarkan. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru
terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi
jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.
Pemantauan melalui onservasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh
guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Guru
memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-
kelompok belajar. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok
yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya
pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan
antar pribadi yang saling menghargai)
Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Menurut Ibrahim dkk (2000) menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat
mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik
antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa.
Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka dalam belajar kooperatif
dari pada dari guru. Ratumanan (2002) menyatakan bahwa interaksi yang
terjadi dalam belajar kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan
memperkaya perkembangan intelektual siswa. Menurut Kardi & Nur
(2000) belajar kooperatif sangat efektif untuk memperbaiki hubungan
antar suku dan etnis dalam kelas multibudaya dan memperbaiki hubungan
antara siswa normal dan siswa penyandang cacat. Davidson (1991)
![Page 12: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022110214/5695d0ca1a28ab9b0293e491/html5/thumbnails/12.jpg)
memberikan sejumlah implikasi positif dalam belajar matematika dengan
menggunakan strategi belajar kooperatif, yaitu sebagai berikut.
1. Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar matematika.
Kelompok kecil membentuk suatu forum dimana siswa menanyakan
pertanyaan, mendiskusikan pendapat, belajar dari pendapat orang lain,
memberikan kritik yang membangun dan menyimpulkan penemuan
mereka dalam bentuk tulisan.
2. Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua
siswa dalam matematika. Interaksi dalam kelompok dirancang untuk
semua anggota mempelajari konsep dan strategi pemecahan masalah.
3. Masalah matematika idealnya cocok untuk diskusi kelompok, sebab
memiliki solusi yang dapat didemonstrasikan secara objektif. Seorang
siswa dapat mempengaruhi siswa lain dengan argumentasi yang logis.
4. Siswa dalam kelompok dapat membantu siswa lain untuk menguasai
masalah-masalah dasar dan prosedur perhitungan yang perlu dalam
konteks permainan, teka-teki, atau pembahasan masalah-masalah
yang bermanfaat.
5. Ruang lingkup matematika dipenuhi oleh ide-ide menarik dan
menantang yang bermanfaat bila didiskusikan. Belajar kooperatif dapat
berbeda dalam banyak cara, tetapi dapat dikategorikan sesuai dengan
sifat berikut (1) tujuan kelompok, (2) tanggung jawab individual, (3)
kesempatan yang sama untuk sukses, (4) kompetisi kelompok, (5)
![Page 13: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022110214/5695d0ca1a28ab9b0293e491/html5/thumbnails/13.jpg)
spesialisasi tugas, dan (6) adaptasi untuk kebutuhan individu (Slavin,
1995).
Kelelemahan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Beberapa hal yang mengkin bisa menjadi ‘pengganjal’ aplikasi metode ini
dilapangan yang harus kita cari jalan keluar atau solusinya, menurut (Roy
Killen, 1996) adalah:
1. Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah “peer teaching”,
pembelajaran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena
perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan di
diskusiskan bersama dengan siswa lain. Dalam hal ini pengawasan
guru menjadi hal mutlak di perlukan, agar jangan sampai terjadi
“missconception”.
2. Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan
meteri pada teman, jika siswa tidak punya rasa percaya diri. Pendidik
harus mempu memainkan perannya mengorkestrasikan metode ini.
3. Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah
dimiliki oleh pendidik dan ini biasanya membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
4. Awal penggunaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya
butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model
pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
![Page 14: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022110214/5695d0ca1a28ab9b0293e491/html5/thumbnails/14.jpg)
5. Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa)
sangatlah sulit. Tapi bisa diatasi dengan model “team teaching”.
Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju
mundur seperti gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkah
penerapan model pembelajaran Jigsaw dalam matematika, yaitu:
1. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang
2. Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk
membahas topik, wakil ini disebut dengan kelompok ahli
3. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan
saling membantu untuk menguasai topik tersebut
4. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke
kelompok masing-masing (kelompok asal), kemudian menjelaskan
materi kepada rekan kelompoknya
5. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang
materi yang telah didiskusikan
Kunci pembelajaran ini adalah interpedensi setiap siswa terhadap anggota
kelompok untuk memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan
agar dapat mengerjakan tes dengan baik.
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model
pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan,
![Page 15: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022110214/5695d0ca1a28ab9b0293e491/html5/thumbnails/15.jpg)
berdasarkan uraian di atas, dapat di sederhanakan baik kelebihan
maupun kelemahan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw yaitu:
1. Guru berperan sebagai pedamping, penolong, dan mengarahkan siswa
dalam dalam mem[elajari materi pada kelompok ahli yang bertugas
menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih
singkat.
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam
berbicara dan berpendapat.
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan atau
kelemahan-kelemahan yaitu :
1. Pembagian kelompok yang tidak heterogen, dimungkinkan kelompok
yang anggotanya lemah semuanya.
2. Penugasan anggota kelompok untuk menjadi ahli sering tidak sesuai
antara kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.
3. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung
mengontrol jalannya diskusi.
4. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi ketika sebagai tenaga
ahli sehinggan dimungkinkan terjadinya kesalahan (miskonsepsi)
![Page 16: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022110214/5695d0ca1a28ab9b0293e491/html5/thumbnails/16.jpg)
Solusi Untuk Mengatasi Kelemahan
Diskusi dalam kelompok ini, untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang
muncul dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini
dapat dilakukan cara sebagai berikut.
1. Pengelompokan dilakukan dengan terlebih dahulu mengurutkan
kemampuan matematika siswa dalam kelas (siswa tidak perlu tahu),
misalnya jumlah siswa dalam kelas 32 orang, kita bagi dalam bagi
25% (Rangking 1 - 8) kelompok sangat baik, 25% (rangking 9-16)
kelompok baik, 25% selanjutnya (rangking 17-24) kelompok sedang,
25% (rangking 25-32) Rendah. Selanjutnya kita akan mermbaginya
menjadi 8 group (A – H) yang isi tiap-tiap groupnya hiterogen dalam
kemampuan matematika, berilah indek 1 untuk siswa dalam kelompok
sangat baik, indek 2 untuk kelompok, baik indek 3 untuk kelompok
sedang dan indek 4 untuk kelompok rendah. Misalkan (A1 berarti
group A dari kelompok sangat baik, ,A4 group A dari kelompok
rendah). Tiap group akan berisi Group A {A1, A2, A3, A4} Group B
{B1, B2, B3, B4} Group C {C1, C2, C3, C4} Group D {D1, D2, D3, D4}
Group E {E1, E2, E3, E4}, dan seterusnya.
2. Sebelum tim ahli, misalnya ahli materi pertama {A1, B1, C1, D1, E1,
F1, G1, H1} kembali ke kelompok asal yang akan bertugas sebagai
tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi yang menjadi
tugas mereka. Bila ditemukan ada anggota ahli yang belum tuntas,
maka dilakukan remedial yang dilakukan oleh teman satu tim.
![Page 17: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022110214/5695d0ca1a28ab9b0293e491/html5/thumbnails/17.jpg)
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dikemukanan, maka dapat disimpulkan
beberapa hal yaitu:
1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat mendorong
siswa untuk menjadi pebelajar yang mandiri dan otonom.
2. Pergeseran peran guru selama pembelajaran sehingga mendorong
adanya pembelajaran yang berpusat pada siswa.
SARAN
1. Dalam menerapakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw harus
memperhatikan tingkat heterogenitas masing-masing
kelompok,asal dan pemberian tugas yang akan menjadi tim ahli
sesuai dengan kemampuan siswa.
2. Guru harus selalu memupuk tanggung jawab individu dan kelompok
dalam pembelajaran.