Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

17
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH PEMBELAJARAN INOVATIF DOSEN 1. Dr. Agus Suyatna, M.Si. 2. Dr. Dwi Yuliyanti, M.Pd OLEH KELOMPOK 1. ABDUL KHOLID 2. I MADE SULATRA 3. SOBIRIN 4. MARWANSYAH 5. SUHARYANTO 6. SUMINTO 7. SRI HAPSARI 8. SUDARMANI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG TAHUN 2009

description

Model pembelajaran kooperatif

Transcript of Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Page 1: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH PEMBELAJARAN INOVATIF

DOSEN

1. Dr. Agus Suyatna, M.Si. 2. Dr. Dwi Yuliyanti, M.Pd

OLEH

KELOMPOK

1. ABDUL KHOLID

2. I MADE SULATRA

3. SOBIRIN

4. MARWANSYAH

5. SUHARYANTO

6. SUMINTO

7. SRI HAPSARI

8. SUDARMANI

MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG TAHUN 2009

Page 2: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

PENGANTAR

Menurut UNESCO, pendidikan pada abad ini harus diorientasikan

terhadap pencapaian 4 pilar pembelajaran yaitu : (1) Learning to know

(belajar untuk tahu), (2) learning to do (belajar untuk melakukan) , (3)

Lerning to be (belajar untuk menjadi diri sendiri) (4) learning to live

together (belajar bersama dengan orang lain). Bila seorang guru dapat

membekali siswanya dan memberi pondasi agar 4 pilar tadi dapat berdiri

kokoh, betapa bahagianya siswa yang memp unyai guru atau pendidik

yang berkualitas seperti itu. Dan betapa bangganya bangsa dan negara ini

bila pendidikan bisa menjadi tonggak berdirinya suatu negara yang kokoh.

Untuk mendapatkan hasil dari proses pendidikan yang maksimal tentunya

diperlukan pemikiran yang kreatif dan inovatif serta didukung dengan

faktor pendanaan yang mencukupi. Inovasi pendidikan tidak hanya pada

inovasi sarana dan prasarana pendidikan serta kurikulum saja melainkan

juga proses pendidikan itu sendiri.

Inovasi dalam proses pembelajaran sangat diperlukan guna meningkatkan

prestasi kearah yang maksimal. Inovasi ini dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran

dan metode pembelajaran.

Kewajiban sebagai pendidik atau guru , tidak hanya transfer of Knowlegde

tapi juga dapat mengubah prilaku, memberikan dorongan yang positif

sehingga siswa termotivasi, memberi suasana belajar yang

Page 3: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

menyenangkan, agar mereka bisa berkembang semaksimal mungkin.

Guru tidak hanya mengolah otak siswanya tapi juga mengolah jiwa anak

didiknya, bila seorang guru hanya mengolah otak tampa mempedulikan

jiwa anak didiknya, alhasil mereka tumbuh menjadi manusia robot yang

tidak berhati.

Anak yang cerdas, bukan saja anak yang nilai ulangannya baik, nilai

rapornya tinggi, tapi emosional dan fungsi motoriknya berjalan dengan

baik hingga tugas guru adalah menciptakan iklim belajar dalam

pembelajaran yang sehat dan menyenangkan, memberikan dorongan

kepada para siswanya agar mempunyai motivasi yang tinggi. Karenanya

guru harus mengetahui model-model pembelajaran sebagai bagian dalam

perencanaan mengajarnya, agar siswa dapat memahami yang berikan

oleh gurunya secara seksama

Metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru mempunyai peranan yang

sangat penting dalam keberhasilan pendidikan. Penggunaan metode

yang tepat akan menentukan keefektifan dan keefisienan dalam proses

pembelajaran. Guru harus senantiasa mampu memilih dan menerapkan

metode yang tepat sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan.

Terdapat beberapa metode yang telah lama digunakan oleh para guru

antara lain ; meode ceramah, metode tanya jawab, dan metode resitasi.

Serentetan metode tersebut bisa dikatakan metode konvensional.

Page 4: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan oleh

sebagian besar guru yang tidak sesuai dengan tuntutan jaman, karena

pembelajaran yang dilakukan kurang memberikan kesempatan seluas-

luasnya bagi siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuannya.

Salah satu model pembelajaran yang dimungkinkan mampu

mengantisipasi kelemahan model pembelajaran konvensional adalah

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Pembelajaran model ini lebih meningkatkan kerja sama antar siswa. Kelas

dibagi menjadi kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari siswa-siswa

yang bekerja sama dalam suatu perencanaan kegiatan. Dalam

pembelajaran ini setiap anggota kelompok diharapkan dapat saling

bekerja sama dan bertanggung jawab baik kepada dirinya sendiri maupun

pada kelompoknya.

Dalam makalah ini akan dipaparkan pengertian pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw, bagaimana langkah-langkah menerapkannya, kelebihan dan

kelemahan model pembelajaran ini, serta bagaimana mengatasi

kelemahan-kelemahan dalam menerapkan model sehingga mengarah

pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang inovatif.

Page 5: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

BAHASAN

Dalam era global, teknologi telah menyentuh segala aspek pendidikan

sehingga, informasi lebih mudah diperloleh, hendaknya siswa aktif

berpartisipasi sedemikian sehingga melibatkan intelektual dan emosional

siswa didalam proses belajar. Keaktifan disini berarti keaktifan mental

walaupun untuk maksud ini sedapat mungkin dipersyaratkan keterlibatan

langsung keaktifan fisik dan tidak nya berfokus pada satu sumber

informasi yaitu guru yang hanya mengandalakan satu sumber komunikasi.

Seringnya rasa malu siswa yang muncul untuk melakukan komunikasi

dengan guru, membuat kondisi kelas yang tidak aktif sehingga berpulang

pada rendahnya prestasi belajar siswa. Maka perlu adanya usaha untuk

menimbulkan keaktifan dengan mengadakan komunikasi yaitu guru

dengan siswa dan siswa dengan rekannya. Salah satu pembelajaran yang

ditawarkan adalah kooperatif tipe jigsaw.

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh

Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan

rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga

pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang

diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan materi tersebut

kepada kelompoknya. Sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun

sosial siswa sangat diperlukan.

Page 6: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1)

kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2)

pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan

dunianya; 3) interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh

dalam hubungannya dengan lingkungan social, dan 4) ekullibrasi, yaitu

adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar dia

selalu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap

lingkungannya. Hal ini juga diperkuat oleh teori belajar kognitif lainnya

yaitu oleh Teori Vygotsky yang dikenal dengan “scaffolding“. Scaffolding

adalah memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan

selama tahap - tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi

bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut

mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia

mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa

petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk

lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.

Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya yaitu 1)

menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling

berinteraksi dan saling memunculkan strategi - strategi pemecahan

masalah yang efektif dalam masing - masing zone of proximal

development mereka; 2) Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran

menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu

teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran

Page 7: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif

sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan

guru dalam usaha menemukan konsep - konsep dan pemecahan

masalah.

Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dilandasi oleh

teori belajar humanis. Alasannya adalah bahwa teori belajar humanistik

menjelaskan bahwa pada hakekatnya setiap diri manusia adalah unik,

memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan

menentukan perilakunya. Menurut Carl Rogers seorang psikolog

humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan

tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu

mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa

klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya

dan tugas terapi hanya membimbing klien menemukan jawaban yang

benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para

terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada

klien.

Unsur-Unsur Penting Dalam Belajar Kooperatif

Menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (1992) terdapat lima unsur

penting dalam belajar kooperatif, yaitu seperti berikut ini.

1. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar

kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk

Page 8: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak

akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa

akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang

juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.

2. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat Belajar kooperatif akan

meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang

siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota

kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara

alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi

suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang

membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman sekelompoknya.

Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar

menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.

3. Tanggung jawab individual Tanggung jawab individual dalam belajar

kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal (a) membantu

siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya

sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dalam hal

(a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak

dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman

sekelompoknya.

4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil Dalam belajar

kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan

Page 9: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan

siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai

anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan

menuntut keterampilan khusus.

5. Proses kelompok Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa

proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok

mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik

dan membuat hubungan kerja yang baik.

Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin (1995) adalah

sebagai berikut. 1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika

kelompok mencapai kriteria yang ditentukan. 2. Tanggung jawab

individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar

individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam

usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota

kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain. 3.

Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah

membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.

Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang dan

rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa

kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai. Tabel berikut ini

memberikan ilustrasi tentang pola pembelajaran kooperatif dibandingkan

Page 10: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

dengan pola pembelajaran konvensional di dalam kelas . Tabel

Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar

Konvensional Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar

Konvensional Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu,

dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif. Guru

sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau

menggantungkan diri pada kelompok. Adanya akuntabilitas individual

yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan

kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya

sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan

siapa yang dapat memberikan bantuan. Akuntabilitas individual sering

diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang

anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya

“mendompleng” keberhasilan “pemborong”. Kelompok belajar heterogen,

baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan

sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan

bantuan dan siapa yang memberikan bantuan. Kelompok belajar biasanya

homogen. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk

memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok

Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan

untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing. Keterampilan

sosial yang diperlukan dalam kerja gotong-royong seperti kepemimpinan,

kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola

Page 11: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

konflik secara langsung diajarkan. Keterampilan sosial sering tidak secara

langsung diajarkan. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru

terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi

jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.

Pemantauan melalui onservasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh

guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Guru

memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-

kelompok belajar. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok

yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya

pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan

antar pribadi yang saling menghargai)

Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Menurut Ibrahim dkk (2000) menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat

mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik

antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa.

Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka dalam belajar kooperatif

dari pada dari guru. Ratumanan (2002) menyatakan bahwa interaksi yang

terjadi dalam belajar kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan

memperkaya perkembangan intelektual siswa. Menurut Kardi & Nur

(2000) belajar kooperatif sangat efektif untuk memperbaiki hubungan

antar suku dan etnis dalam kelas multibudaya dan memperbaiki hubungan

antara siswa normal dan siswa penyandang cacat. Davidson (1991)

Page 12: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

memberikan sejumlah implikasi positif dalam belajar matematika dengan

menggunakan strategi belajar kooperatif, yaitu sebagai berikut.

1. Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar matematika.

Kelompok kecil membentuk suatu forum dimana siswa menanyakan

pertanyaan, mendiskusikan pendapat, belajar dari pendapat orang lain,

memberikan kritik yang membangun dan menyimpulkan penemuan

mereka dalam bentuk tulisan.

2. Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua

siswa dalam matematika. Interaksi dalam kelompok dirancang untuk

semua anggota mempelajari konsep dan strategi pemecahan masalah.

3. Masalah matematika idealnya cocok untuk diskusi kelompok, sebab

memiliki solusi yang dapat didemonstrasikan secara objektif. Seorang

siswa dapat mempengaruhi siswa lain dengan argumentasi yang logis.

4. Siswa dalam kelompok dapat membantu siswa lain untuk menguasai

masalah-masalah dasar dan prosedur perhitungan yang perlu dalam

konteks permainan, teka-teki, atau pembahasan masalah-masalah

yang bermanfaat.

5. Ruang lingkup matematika dipenuhi oleh ide-ide menarik dan

menantang yang bermanfaat bila didiskusikan. Belajar kooperatif dapat

berbeda dalam banyak cara, tetapi dapat dikategorikan sesuai dengan

sifat berikut (1) tujuan kelompok, (2) tanggung jawab individual, (3)

kesempatan yang sama untuk sukses, (4) kompetisi kelompok, (5)

Page 13: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

spesialisasi tugas, dan (6) adaptasi untuk kebutuhan individu (Slavin,

1995).

Kelelemahan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Beberapa hal yang mengkin bisa menjadi ‘pengganjal’ aplikasi metode ini

dilapangan yang harus kita cari jalan keluar atau solusinya, menurut (Roy

Killen, 1996) adalah:

1. Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah “peer teaching”,

pembelajaran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena

perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan di

diskusiskan bersama dengan siswa lain. Dalam hal ini pengawasan

guru menjadi hal mutlak di perlukan, agar jangan sampai terjadi

“missconception”.

2. Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan

meteri pada teman, jika siswa tidak punya rasa percaya diri. Pendidik

harus mempu memainkan perannya mengorkestrasikan metode ini.

3. Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah

dimiliki oleh pendidik dan ini biasanya membutuhkan waktu yang cukup

lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.

4. Awal penggunaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya

butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model

pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.

Page 14: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

5. Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa)

sangatlah sulit. Tapi bisa diatasi dengan model “team teaching”.

Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju

mundur seperti gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkah

penerapan model pembelajaran Jigsaw dalam matematika, yaitu:

1. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang

2. Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk

membahas topik, wakil ini disebut dengan kelompok ahli

3. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan

saling membantu untuk menguasai topik tersebut

4. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke

kelompok masing-masing (kelompok asal), kemudian menjelaskan

materi kepada rekan kelompoknya

5. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang

materi yang telah didiskusikan

Kunci pembelajaran ini adalah interpedensi setiap siswa terhadap anggota

kelompok untuk memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan

agar dapat mengerjakan tes dengan baik.

Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model

pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan,

Page 15: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

berdasarkan uraian di atas, dapat di sederhanakan baik kelebihan

maupun kelemahan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw yaitu:

1. Guru berperan sebagai pedamping, penolong, dan mengarahkan siswa

dalam dalam mem[elajari materi pada kelompok ahli yang bertugas

menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.

2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih

singkat.

3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam

berbicara dan berpendapat.

Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan atau

kelemahan-kelemahan yaitu :

1. Pembagian kelompok yang tidak heterogen, dimungkinkan kelompok

yang anggotanya lemah semuanya.

2. Penugasan anggota kelompok untuk menjadi ahli sering tidak sesuai

antara kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.

3. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung

mengontrol jalannya diskusi.

4. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan

mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi ketika sebagai tenaga

ahli sehinggan dimungkinkan terjadinya kesalahan (miskonsepsi)

Page 16: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Solusi Untuk Mengatasi Kelemahan

Diskusi dalam kelompok ini, untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang

muncul dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini

dapat dilakukan cara sebagai berikut.

1. Pengelompokan dilakukan dengan terlebih dahulu mengurutkan

kemampuan matematika siswa dalam kelas (siswa tidak perlu tahu),

misalnya jumlah siswa dalam kelas 32 orang, kita bagi dalam bagi

25% (Rangking 1 - 8) kelompok sangat baik, 25% (rangking 9-16)

kelompok baik, 25% selanjutnya (rangking 17-24) kelompok sedang,

25% (rangking 25-32) Rendah. Selanjutnya kita akan mermbaginya

menjadi 8 group (A – H) yang isi tiap-tiap groupnya hiterogen dalam

kemampuan matematika, berilah indek 1 untuk siswa dalam kelompok

sangat baik, indek 2 untuk kelompok, baik indek 3 untuk kelompok

sedang dan indek 4 untuk kelompok rendah. Misalkan (A1 berarti

group A dari kelompok sangat baik, ,A4 group A dari kelompok

rendah). Tiap group akan berisi Group A {A1, A2, A3, A4} Group B

{B1, B2, B3, B4} Group C {C1, C2, C3, C4} Group D {D1, D2, D3, D4}

Group E {E1, E2, E3, E4}, dan seterusnya.

2. Sebelum tim ahli, misalnya ahli materi pertama {A1, B1, C1, D1, E1,

F1, G1, H1} kembali ke kelompok asal yang akan bertugas sebagai

tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi yang menjadi

tugas mereka. Bila ditemukan ada anggota ahli yang belum tuntas,

maka dilakukan remedial yang dilakukan oleh teman satu tim.

Page 17: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dikemukanan, maka dapat disimpulkan

beberapa hal yaitu:

1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat mendorong

siswa untuk menjadi pebelajar yang mandiri dan otonom.

2. Pergeseran peran guru selama pembelajaran sehingga mendorong

adanya pembelajaran yang berpusat pada siswa.

SARAN

1. Dalam menerapakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw harus

memperhatikan tingkat heterogenitas masing-masing

kelompok,asal dan pemberian tugas yang akan menjadi tim ahli

sesuai dengan kemampuan siswa.

2. Guru harus selalu memupuk tanggung jawab individu dan kelompok

dalam pembelajaran.