MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DAN...
Transcript of MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DAN...
MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI
Candra Nuri Megawati
Prodi Pendidikan Geografi, Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang 5 Malang
Email: [email protected]
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
model pembelajaran group investigation (GI) terhadap kemampuan
berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran geografi. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan
subjek penelitian siswa kelas X SMA Negeri 1 Batu yaitu X4 sebagai
kelas kontrol dan X6 sebagai kelas eksperimen. Instrumen penelitian
berupa soal tes berbentuk uraian yang sudah diujicobakan terlebih
dahulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model
pembelajaran GI terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.
Kemampuan berpikir kreatif siswa yang proses pembelajarannya
menggunakan model GI lebih baik daripada siswa yang proses
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran klasikal.
Kata kunci: model pembelajaran group investigation, kemampuan
berpikir kreatif
Perkembangan globalisasi yang sangat cepat baik di bidang IPTEK maupun
informasi akan menuntut para siswa untuk beradaptasi terhadap tantangan masa depan
yang selalu berubah dan mengundang persaingan yang semakin ketat. Untuk
menghadapi hal tersebut diperlukan keluaran pendidikan yang memiliki keterampilan
tinggi yang melibatkan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, dan mampu bekerjasama
yang efektif. Namun keterampilan yang seharusnya dimiliki oleh keluaran pendidikan
tersebut tidak hanya terampil dalam satu bidang, tetapi juga kreatif dalam
mengembangkan bidang yang ditekuni. Hal tersebut dapat diimplementasikan dalam
setiap mata pelajaran di sekolah, termasuk geografi.
Salah satu kemampuan yang menjadi aspek penting dalam pembelajaran
geografi adalah kemampuan berpikir kreatif. Menurut munandar (1999:46) kemampuan
berpikir kreatif siswa perlu dilatih, karena dapat membuat siswa lancar dan luwes dalam
berpikir, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, dan mampu
mengemukakan banyak gagasan. Namun dalam pendidikan formal di sekolah,
kemampuan berpikir kreatif siswa sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian
(Munandar, 1999: 45). Kemampuan utama yang dilatih adalah kemampuan ingatan dan
berpikir logis dalam suatu penalaran. Guru sebagai seorang pendidik harus selalu
mengembangkan pembelajaran yang dilakukan di kelas sehingga dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa, karena pada hakekatnya kreativitas individu tidak
lahir dengan sendirinya, tetapi dilahirkan dari tatanan kehidupan masyarakat.
Guru memiliki peranan yang penting untuk mengelola proses pembelajaran yang
berlangsung di kelas sehingga materi yang disajikannya dapat dicerna oleh siswa serta
mampu menumbuhkan pola pikir yang kritis dan kreatif pada diri siswa. Namun,
praktek pembelajaran di bangku sekolah belum secara serius dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip yang benar untuk memberikan peluang siswa belajar cerdas,
kritis, kreatif, dan memecahkan masalah. Menurut Purwanto (2010) pembelajaran
geografi yang berlangsung dewasa ini belum mampu memenuhi harapan. Pembelajaran
masih cenderung berpusat pada materi, teoritis dan abstrak, berfokus di kelas dengan
prosedur ketat, penggunaan media yang kurang, dan penilaian dengan norma. Hal ini
menyebabkan kurang termotivasinya siswa dalam mengembangkan kemampuan
berpikirnya.
Menurut Arnyana (2009) salah satu penyebab rendahnya kemampuan berpikir
siswa adalah penggunaan model pembelajaran yang kurang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memberdayakan kemampuan berpikirnya dan terlibat aktif dalam
pembelajaran. Geografi merupakan mata pelajaran yang membutuhkan penguasaan
konsep karena materi-materi geografi mengandung konsep-konsep yang sifatnya
kongkret dan abstrak, maka guru harus mengadakan inovasi-inovasi dalam
melaksanakan pembelajaran secara berkesinambungan. Hal ini berarti bahwa guru harus
menggunakan model-model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang dapat dilakukan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif adalah model pembelajaran Group Investigation (GI) .
Model pembelajaran GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif
yang menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil, kemudian siswa
merencanakan sendiri topik yang akan diselidiki dari tema umum yang diberikan oleh
guru dan selanjutnya siswa merencanakan dan melaksanakan sendiri penyelidikannya.
Dengan demikian, penggunaan model GI diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif melalui tahapan-tahapan yang dilakukan oleh siswa.
Kelebihan model pembelajaran GI dibandingkan model pembelajaran kooperatif
lainnya adalah memungkinkan siswa menggunakan keterampilan inkuiri yang mampu
mempersiapkan masa depan siswa, lebih percaya pada kemampuan sendiri untuk
berpikir, mencari informasi dari sumber lain, dan dapat belajar dari siswa lain (Sharan
1990). Dengan demikian, model pembelajaran GI dapat mendorong siswa belajar lebih
aktif dan lebih bermakna. Artinya, siswa dituntut berpikir suatu persoalan dan mencari
cara penyelesaiannya sendiri. Oleh karena itu, siswa lebih terlatih untuk menggunakan
keterampilan pengetahuannya sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar siswa
dapat tertanam untuk jangka waktu yang lama.
Penelitian model pembelajaran GI telah diimplementasikan pada semua
tingkatan sekolah. Model pembelajaran GI dapat meningkatkan prestasi akademik dan
motivasi siswa (Sharan & Hertz-Lazarowitz, 1980; Sharan et al., 1985; Sharan &
Shachar, 1988; Lazarowitz & Karsenty, 1990; Sharan & Shaulov, 1990; Shachar &
Sharan, 1994; Akcay, 2012; Simsek, 2012). Selain itu, Model pembelajaran GI juga
mempunyai pengaruh yang positif terhadap kemampuan berpikir (thinking skill) siswa
(Sharan & Hertz-Lazarowitz, 1981; Sharan et al, 1984; Tsoi, 2000, 2001; Lazarowitz,
2007).
Penelitian lain dilakukan oleh Prastiwi (2011) hasil analisis data menunjukkan
bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II. Penelitian
lain juga dilakukan oleh Alamarumi (2012) yang menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran GI berpengaruh terhadap hasil belajar geografi siswa kelas XI. Selain itu,
penelitian yang dilakukan Nasrudin (2010) menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran GI dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan sikap ilmiah siswa.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran GI terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran
geografi kelas X SMA Negeri 1 Batu. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara
teoritis dan praktis. 1) Manfaat teoritis, diharapkan dapat memberikan masukan dan
sebagai bahan referensi model pembelajaran alternatif bagi guru geografi untuk
meningkatkan kualitas proses dan kemampuan berpikir kreatif siswa yang lebih baik. 2)
Manfaat praktis, sebagai bahan referensi sekolah dan diharapkan dapat memberikan
sumbangan dalam rangka perbaikan cara pembelajaran geografi dan peningkatan mutu
pada khususnya, dan bagi guru agar dapat mengetahui langkah-langkah dalam
penerapan pembelajaran geografi dengan model pembelajaran group investigation
secara tepat sehingga dapat menjadi alternatif atau pilihan model dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam quasi eksperimen. Penelitian ini mengambil 2
kelas yang memiliki kemampuan akademik relatif sama (setara) dan jumlah siswa yang
relatif sama. Selanjutnya untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol
ditentukan secara acak. Desain penelitian ini adalah pretest–postest control group.
Masing-masing kelompok baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol sebelum
pembelajaran berlangsung diberi prates yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan
awal siswa, selanjutnya penyampaian materi dimana dalam penyampaian materi kelas
eksperimen menggunakan model pembelajaran Group Investigation, sedangkan pada
kelas kontrol guru menggunakan model pembelajaran konvensional dalam penyampaian
materi. Selanjutnya pada akhir pembelajaran guru memberikan postes pada kedua
kelompok tersebut.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Batu, semester
genap tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 12 kelas. Dari 12 kelas diambil satu
kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas X-6 yang mendapat perlakuan penggunaan
model pembelajaran Group Investigation dan satu kelas lain yaitu X-4 sebagai kelas
kontrol.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif
siswa yang diambil dengan cara melakukan tes atau ujian tulis. Instrumen dalam
penelitian ini menggunakan soal tes. Tes untuk prates dan postes berupa tes subjektif
dengan pertimbangan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa. Pengujian
instrumen penelitian ini meliputi: tingkat kesukaran, daya beda item tes, validitas, dan
reliabilitas instrumen yang pengujiannya menggunakan bantuan komputer program
SPSS 16.0 for Windows.
Metode analisis data dari bentuk penelitian eksperimen semu ini adalah dengan
menggunakan metode uji statistik. Data yang harus dianalisis yaitu data tentang
kemampuan awal siswa, data tentang kemampuan akhir siswa, dan data tentang gain
score siswa. Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah uji hipotesis. Uji
hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui apakah hipiotesis diterima atau ditolak. Maka
dalam tes signifikasinya digunakan uji t dengan taraf signifikasinya 5%. Analisis data
dengan uji t 2 sampel tidak berpasangan menggunakan bantuan komputer program
SPSS 16.0 for Windows. Sebelum dilakukan uji hipotesis perlu dilakukan uji prasyarat
data yaitu uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji
homogenitas dengan menggunakan uji Levene’s. Adapun uji normalitas dan uji
homogenitas dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0 for Windows.
HASIL PENELITIAN
Data Kemampuan Awal
Data kemampuan awal diperoleh dari skor hasil tes kelas kontrol dan kelas
eksperimen sebelum diberi perlakuan (pretest). Analisis statistik deskriptif data
kemampuan awal berpikir kreatif siswa dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Analisis Statistik Deskriptif Data Kemampuan Awal (Pretest)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Kelas Kontrol 25 38 57 44.24 4.530 20.523
Kelas Eksperimen 25 33 53 43.44 5.538 30.673
Valid N (listwise) 25
Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui bahwa kemampuan awal kedua kelas
mempunyai rata-rata yang tidak jauh berbeda, dimana kelas kontrol mempunyai rata-
rata sebesar 44,24 dengan skor minimum 38 dan skor minimum 57 sedangkan kelas
eksperimen mempunyai rata-rata sebesar 43,44 dengan skor minimum 33 dan skor
maksimum 53. Perbedaan rata-rata yang kecil menunjukkan bahwa kemampuan awal
kedua kelas adalah setara.
Data Kemampuan Akhir
Data kemampuan akhir diperoleh dari skor hasil tes kelas kontrol dan kelas
eksperimen setelah diberi perlakuan (postest). Analisis statistik deskriptif data
kemampuan akhir berpikir kreatif siswa dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 3. Analisis Statistik Deskriptif Data Kemampuan Akhir (Postest)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Kelas Kontrol 25 46 72 58.72 7.104 50.460
Kelas Eksperimen 25 45 80 67.04 8.374 70.123
Valid N (listwise) 25
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kemampuan akhir kedua kelas
mempunyai rata-rata yang berbeda, dimana kelas kontrol mempunyai rata-rata sebesar
58,72 dengan skor minimum 46 dan skor maksimum 72 sedangkan kelas eksperimen
mempunyai rata-rata sebesar 67,04 dengan skor minimum 45 dan skor maksimum 80.
Perbedaan rata-rata yang cukup besar menunjukkan bahwa kemampuan akhir kedua
kelas adalah berbeda. Hal ini dikarenakan pada kegiatan pembelajaran kelas eksperimen
menggunakan model pembelajaran GI, sedangkan kelas kontrol menggunakan model
pembelajaran klasikal
Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa (Gain Score)
Data kemampuan berpikir kreatif siswa diperoleh dari selisih skor siswa yaitu
skor kemampuan akhir (postest) dikurangi skor kemampuan awal (pretest). Analisis
statistik deskriptif data kemampuan berpikir kreatif siswa (gain score) dapat dilihat pada
tabel 3
Tabel 4.3 Analisis Statistik Deskriptif Data Kemampuan Berpikir Kreatif (Gain Score)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Kelas Kontrol 25 2 29 14.48 7.189 51.677
Kelas Eksperimen 25 1 47 23.60 10.124 102.500
Valid N (listwise) 25
Berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui bahwa gain score kedua kelas mempunyai
rata-rata yang berbeda, dimana kelas kontrol mempunyai rata-rata sebesar 14,48 dengan
skor minimum 2 dan skor maksimum 29 sedangkan kelas eksperimen mempunyai rata-
rata sebesar 23,06 dengan skor minimum 1 dan skor maksimum 47. Perbedaan rata-rata
yang cukup besar menunjukkan bahwa gain score kedua kelas adalah berbeda.
Perbandingan rata-rata pretest, postest, dan gain score antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol digambarkan pada gambar 1.
Gambar 1. Diagram Perbandingan Nilai Rata-rata Pretest, Postest, dan Gain Score Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen
Gambar 1. menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir
kreatif siswa baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Hal ini terlihat dari rata-rata
kelas kontrol dari 44,24 meningkat menjadi 58,72, sedangkan rata-rata kelas eksperimen
dari 43,44 menjadi 67,08. Jika dilihat dari rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa
(gain score), rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi 9,12 dari pada rata-rata kelas
kontrol. Dengan demikian antara kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki
rentangan kemampuan berpikir kreatif siswa yang berbeda.
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan langkah atau prosedur untuk menentukan apakah
hipotesis diterima atau ditolak. Data yang digunakan untuk uji hipotesis adalah data
gain score. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu data di uji prasyarat. Hasil
uji prasyarat analisis untuk hasil belajar siswa (uji normalitas dan uji homogenitas)
diketahui bahwa data hasil belajar kedua kelas terdistribusi secara normal dan kedua
sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama (homogen). Karena
data normal dan homogen, maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistik
0
20
40
60
80
Pretest Postest Gain Score
44.24
58.72
14.48
43.44
67.04
23.6
Perbandingan Rata-rata Pretest, Postest, dan Gain Score Kelas kontrol dan Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol Kelas Eksperiman
parametrik yaitu dengan uji-t (Independent Sample T Test) dengan bantuan SPSS 16.0
for Windows.
Dari analisis uji t, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir
kreatif siswa (gain score) pada kelas eksperimen sebesar 23,60, sedangkan pada kelas
kontrol 14,48, dengan taraf signifikasi 5% atau tingkat kepercayaan 95% dapat dilihat
nilai sig (2-tailed) 0,001 < 0,05, maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran group investigation berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kreatif siswa pada mata pelajaran geografi kelas X SMA Negeri 1 Batu.
PEMBAHASAN
Temuan dalam penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh signifikan dari
kemampuan berpikir kreatif siswa yang belajar dengan menggunakan model
pembelajaran group investigation (GI) dengan siswa yang hanya belajar dengan model
pembelajaran klasikal. Di samping itu dapat dikemukakan pula bahwa penggunaan
model pembelajaran GI lebih efektik dari pada model pembelajaran klasikal khususnya
pada materi pedosfer untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal ini
dapat dilihat dari rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen lebih
tinggi daripada siswa kelas kontrol. Rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelas
eksperimen adalah 23,6 sedangkan rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol adalah
14,44.
Pada kelas kontrol proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
klasikal, menunjukkan kemampuan berpikir kreatif siswa yang cenderung lebih rendah
daripada kelas eksperimen. Hal ini dikarenakan pembelajaran klasikal proses
pembelajaran di kelas menjadi sepenuhnya berpusat pada guru (teacher centered)
sehingga siswa cenderung sebagai pendengar yang pasif. Selain itu, jumlah siswa dalam
kelas tidak memungkinkan untuk diberikan perhatian dan bimbingan secara menyeluruh
kepada setiap siswa. Oleh karena itu, pola pembelajaran seperti ini kurang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Pada kelas eksperimen, model pembelajaran yang digunakan adalah group
investigation. Model pembelajaran GI dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa karena dalam pembelajaran ini, siswa dilatih untuk mampu menentukan masalah,
menganalisis masalah berdasarkan data yang diperoleh, serta mengatasi masalah dengan
memunculkan kemungkinan-kemungkinan solusi yang sesuai dengan masalah. Dalam
model pembelajaan GI siswa lebih banyak berdiskusi dan bekerja sama dengan
kelompoknya dibandingkan dengan mendengarkan penjelasan dari guru. Siswa menjadi
terlibat secara aktif dalam diskusi, berpikir untuk menemukan pengetahuannya sendiri
secara kreatif, berani dan mau mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka
sendiri.
Model pembelajaran GI merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif
yang dilandasi oleh teori pembelajaran kontruktivisme. Paradigma pembelajaran
kontruktivisme telah dikenal sejak tahun 1710, tetapi pada kenyataannya paradigma
pembelajaran yang dikembangkan di sekolah lebih didominasi oleh pembelajaran
behavioristik hal ini dapat dilihat pada kegiatan pembelajaran di kelas kontrol. Atas
dasar beberapa kajian ternyata pembelajaran behavioristik memiliki beberapa
kelemahan antara lain terlalu mekanistik dan kurang mampu mengembangkan potensi
siswa secara optimal. Sehingga sebagai jawaban atas kelemahan tersebut maka diskusi
dan kajian pembelajaran konstruktivisme seperti yang ada di kelas eksperimen menjadi
semakin sering digunakan karena dianggap lebih baik daripada pembelajaran
behavioristik dalam mengembangkan potensi siswa.
Eggen (dalam Hitipiew, 2009:86) menyatakan bahwa teori kontruktivisme
merupakan satu pandangan belajar yang menyatakan bahwa siswa menggunakan
pengalaman-pengalamannya untuk membangun pemahamannya secara aktif agar masuk
akal baginya dan bukannya memperoleh pemahaman melalui penyajian informasi dalam
bentuk yang sudah jadi. Dengan adanya siswa membentuk pemahamannya sendiri maka
secara tidak langsung siswa juga mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Kemampuan berpikir yang baik, lebih penting daripada mempunyai jawaban yang benar
atas suatu persoalan yang sedang dipelajari. Siswa yang mempunyai cara berpikir yang
baik, akan dapat menemukan pemecahan dalam menghadapi persoalan yang lain.
Sementara itu, siswa yang sekedar menemukan jawaban benar belum pasti dapat
memecahkan persoalan yang baru karena mungkin siswa tidak mengerti bagaimana
menemukan jawaban itu.
Pada sintaks model pembelajaran GI siswa mulai menggunakan kemampuan
berpikir kreatif untuk menggali pengetahuannya sendiri. Hal ini didukung oleh pendapat
dari Lee dan Baylor (dalam Sutama, 2007) bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa
harus dilatih untuk menuntun siswa belajar dan menemukan pengetahuan sendiri. Siswa
yang memiliki tingkatan atau kemampuan berpikir kreatif yang tinggi akan
menunjukkan keterampilan yang baik seperti mengemukakan banyak ide atau gagasan,
jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-
beda untuk menyelesaikannya, dapat merinci ide-ide yang dikemukakan, dan lain
sebagainya.
Pada model pembelajaran GI, sumber informasi siswa tidak hanya guru dan
siswa tetapi melalui sumber-sumber yang mendukung materi yang dipelajari seperti
lingkungan sekitar siswa, buku-buku pelajaran, koran, artikel atau jurnal di internet, dan
lain sebagainya. Pernyataan ini didukung oleh Sharan & Sharan (1989) bahwa siswa
dapat mencari sumber belajar tidak hanya dari guru namun siswa bisa mencari dari film,
berbagai bacaan, buku-buku gambar, artikel dll. Dengan adanya banyak sumber yang
dimiliki siswa maka proses berpikir kreatif siswa akan lebih lancar, luwes, dan
terperinci.
Dalam model pembelajaran GI, siswa pada saat belajar dalam kelompok akan
berkembang suasana belajar yang terbuka dalam hubungan pribadi yang saling
membutuhkan serta demokrasi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, sehingga
lebih memungkinkan pengembangan nilai, sikap moral dan kemampuan berpikir kreatif
siswa. Selain itu keterbukaan yang terjalin akan menambahkan pemahaman siswa
terhadap materi yang sedang dipelajari sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa
dapat diperoleh secara maksimal. Hal ini juga dijelaskan dalam penelitian-penelitian
sebelumnya bahwa model pembelajaran GI dapat meningkatkan hasil belajar dan
prestasi, kemampuan sosial dan keterampilan berpikir siswa (Sharan & Hertz-
Lazarowitz, 1980; Sharan et al., 1985; Sharan & Shachar, 1988; Lazarowitz &
Karsenty, 1990; Sharan & Shaulov, 1990; Shachar & Sharan, 1994; Tsoi, 2000, 2001;
Akcay, 2012; Simsek, 2012).
Pada model pembelajaran GI, sumber informasi siswa tidak hanya guru dan
siswa tetapi melalui sumber-sumber yang mendukung materi yang dipelajari seperti
lingkungan sekitar siswa, buku-buku pelajaran, koran, artikel atau jurnal di internet, dan
lain sebagainya. Pernyataan ini didukung oleh Sharan & Sharan (1989) bahwa siswa
dapat mencari sumber belajar tidak hanya dari guru namun siswa bisa mencari dari film,
berbagai bacaan, buku-buku gambar, artikel dll. Sumber belajar tersebut dapat dipelajari
siswa untuk mempersiapkan ujian yang akan diberikan oleh guru.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Sutama (2007)
dalam penelitiannya yang berjudul “Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation untuk Pengembangan Kreativitas Mahasiswa” menyimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran GI dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
mahasiswa. Selain kemampuan berfikir kreatif, prestasi akademik mahasiswa juga
meningkat.
Berdasarkan teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan,
penelitian ini dimaksudkan untuk menggali lebih dalam mengenai penerapan model
pembelajaran GI terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa SMA. Dimana pada
penelitian sebelumnya telah menerapkan model pembelajaran GI terhadap hasil belajar,
prestasi, kemampuan berpikir kritis, dan kreativitas baik siswa SMP, SMA, pendidikan
tinggi, dan jenjang lainnya. Oleh karena itu, penelitian ini relevan dan dapat mendukung
penelitian sebelumnya tentang penerapan model pembelajaran GI.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan
maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran group investigation berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran geografi kelas X SMA
Negeri 1 Batu. Rata-rata skor kemampuan berpikir kreatif siswa yang proses
pembelajarannya menggunakan model group investigation lebih tinggi daripada siswa
yang proses pembelajaran klasikal.
Berdasarakan hasil penelitian yang telah dipaparkan, penulis menyarankan
beberapa hal sebagai berikut (1) Bagi sekolah disarankan agar menganjurkan kepada
guru-guru untuk menerapkan pembelajaran kooperatif misalnya dengan penerapan
model pembelajaran Group Investigation untuk mengembangkan kemampuan berpikir
siswa dengan cara memberikan pengetahuan kepada guru-guru tentang model
pembelajaran kooperatif misalnya melalui pelatihan atau seminar, dan lesson study. (2)
Pembelajaran dengan menggunakan model group investigation perlu diterapkan oleh
guru bidang studi geografi sebagai variasi model pembelajaran karena dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. (3) untuk penelitian selanjutnya, perlu
adanya pengelolaan waktu yang baik agar model pembelajaran GI dapat terlaksana
dengan baik. Pengelolaan tersebut dapat dilakukan dengan merencanakan waktu yang
ada dalam RPP dengan cermat, dan dalam pelaksanaan peneliti harus mampu mengatur
waktu pelaksanaan model pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Akçay, Nilüfer Okur & Kemal Doymuş. 2012. Effect of Group Investigation and
Cooperative Learning Technique Applied in Teaching Force and Motion
Subjects on Student’ Academic Achievement. Journal of Educational Science
Research 2 (1): 109-123
Almarumi, A. Fais Aziz. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI SMA
Laboratorium UM. Skripsi Jurusan Geografi Universitas Negeri Malang: Tidak
Diterbitkan
Arnyana, Ida Bagus Putu. 2009. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif
Pada Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA.
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. No. 3 TH. XXXIX
Juli 2009: 496-515
Munandar, S.C. Utami. 1999. Kreativitas dan keberbakatan: strategi mewujudkan
potensi kreatif dan bakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Munandar, S.C. Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Rineka Cipta.
Narudin, David. 2009. Pembelajaran Metode Group Investigation. Diskusi
Pendidikan,(Online) http://akhmadsudrajat09.wordpress.com/2009/06/20/
pembelajaran-metode), diakses 26 Desember 2012.
Nasrudin, Harun & Utiya Azizah. 2010. Improvement Thinking Skills and Scientific
Attitude Using the Implementation of ”Group-Investigation Cooperative
Learning” Contextual Oriented at Acid, Base, and Salt Topic in Junior High
School. Proceedings of of the 4th International Conference on Teacher
Education (hlm 763-772). Indonesia: Universitas Pendidikan Indonesia
Prastiwi, Reny Budi. 2011. Peningkatan Aktifitas dan Hasil Belajar Siswa dengan
Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation Kelas X-E SMA Islam
Malang Pada Mata Pelajaran Geografi Pokok Bahasan Litosfer dan Pedosfer.
Skripsi Jurusan Geografi Universitas Negeri Malang: Tidak Diterbitkan
Purwanto, Edy. 2010. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Disajikan dalam rapat senat
terbuka di Universitas Negeri Malang pada 6 Mei 2010
Sharan, S. & Hertz-Lazarowitz, R. 1980. A group investigation method of cooperative
learning in the classroom. In S. Sharan, P. Hare, C. Webb and R. Hertz-
Lazarowitz (Eds.), Cooperation in education (pp. 14-46). Provo, UT: Brigham
Young University Press.
Sharan. 1980. The Group-Investigation Model (GI). (Online),
(www.user.muohio.edu/shermalw/honors_2001_fall/honors_paper_2000/edpgro
up_pedagogy.html-16k) diakses tanggal 20 Desember 2012.
Sharan, S., Kussell, P., Bejarano, Y., Raviv, S., Hertz-Lazarowitz, R. & Sharan, Y.
1985. Cooperative learning effects on ethnic relations and achievement in Israeli
junior high-school classrooms. In R. Slavin, S. Sharan, S. Kagan, C. Webb, R.
Hertz-Lazarowitz & R. Schmuck (Eds.), Learning to cooperate, cooperating to
learn (pp. 313-344). New York: Plenum Press.
Sharan, S. & Shachar, H. 1988. Language and Learning in the Cooperative Classroom.
New york: Springer Verlag.
Sharan, Yael and Shlomo Sharan. 1989. Group Investigation Expands Cooperative
Learning. Educational Leadership 47(4):17–21
Sharan, S. 1995. Group Investigation Theoretical Foundations. In J.E. Pedersen & A.D.
Digby (Eds.), Secondary schools and cooperative learning (hlm. 251-277). New
York: Garland.
Slavin, Robert. E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa Media
Sriartha, I Putu. 2006. Aneka Widya STKIP Singaraja. No 2 TH. XXXI April 2006: 39-
48
Sumaatmadja, Nursid. 2001. Metodologi Pembelajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara
Sutama. 2007. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk
Pengembangan Kreativitas Mahasiswa. Varidika, 19 (1), 1-14.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Thanh, Pham Thi Hong, Robyn Gillies, & Peter Renshaw. Cooperative Learning (CL)
and Academic Achievement of Asian Student: A True Story. International
Education Studies 1(3): 82-88
Tsoi, M.F., Goh, N.K., & Chia, L.S. 2000. Modeling of Group Investigation in Science
Teacher Education. In C. Lertchalolarn et al. (Eds.), Proceedings of
International Conference on Reforming Teacher Education for the New
Millennium: Searching for the New Dimension (hlm 428-433). Thailand:
Chulalongkorn University Printing House.
Tsoi, M.F., Goh, N.K., & Chia, L.S. 2001. Modeling of Group Investigation for
effective e-learning in educational technology program. In Chul-Hwan Lee et
al. (Eds.), Enhancement of Quality Learning through Information &
Communication Technology (hlm. 694-697). Korea: Incheon National
University of Education.