Model Model Pembelajaran

28
Model-Model Pembelajaran April 22, 2008 · & Komentar Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru. Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat. Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam- macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar. Metode Role Playing Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini 1 | Page

Transcript of Model Model Pembelajaran

Page 1: Model Model Pembelajaran

Model-Model Pembelajaran

April 22, 2008 · & Komentar

Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat

penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih

dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa

kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam

kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya

dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan.

Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan

kontra diberikan kepada guru.

Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan

materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif

siswa terlibat dalam prosedur debat.

Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan

pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang

memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar

materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan

tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus

dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok.

Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat

ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin

bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder),

pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau

fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.

Metode Role   Playing

Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran

melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan

imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai

tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih

dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan

metode Role Playing:

Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk

memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.

1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.

1 | P a g e

Page 2: Model Model Pembelajaran

2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan

dalam situasi dan waktu yang berbeda.

3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan

pada waktu melakukan permainan.

4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi

anak.

Metode Pemecahan Masalah (Problem   Solving)

Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode

dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi

berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah

kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.

Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada

dasarnya adalah pemecahan masalah.

Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:

1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.

2. Berpikir dan bertindak kreatif.

3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis

4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.

5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.

7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,

khususnya dunia kerja.

Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:

1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini.

Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk

melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian

atau konsep tersebut.

2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan

metode pembelajaran yang lain.

Pembelajaran Berdasarkan   Masalah

Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya

yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan

pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.

2 | P a g e

Page 3: Model Model Pembelajaran

Langkah-langkah:

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang

dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan

masalah yang dipilih.

2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan

topik, tugas, jadwal, dll.)

3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan

pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan

masalah.

4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya

yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas

dengan temannya.

5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka

gunakan.

Kelebihan:

1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya

benar-benar diserapnya dengan baik.

2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.

3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.

Kekurangan:

1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat

tercapai.

2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.

3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini

Cooperative   Script

Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan

dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

Langkah-langkah:

1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.

2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan

membuat ringkasan.

3 | P a g e

Page 4: Model Model Pembelajaran

3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai

pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan

memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara

pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang

kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok

dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi

lainnya.

5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar

dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.

6. Kesimpulan guru.

7. Penutup.

Kelebihan:

Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.

Setiap siswa mendapat peran.

Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.

Kekurangan:

Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu

Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga

koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).

Picture and   Picture

Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar

dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.

Langkah-langkah:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Menyajikan materi sebagai pengantar.

3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan

dengan materi.

4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang /

mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep /

materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

7. Kesimpulan / rangkuman.

4 | P a g e

Page 5: Model Model Pembelajaran

Kebaikan:

1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.

2. Melatih berpikir logis dan sistematis.

Kekurangan:Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.

Numbered Heads   Together

Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa

diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru

memanggil nomor dari siswa.

Langkah-langkah:

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok

mendapat nomor.

2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok

mengerjakannya.

3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap

anggota kelompok dapat mengerjakannya.

4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil

melaporkan hasil kerjasama mereka.

5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor

yang lain.

6. Kesimpulan.

Kelebihan:

Setiap siswa menjadi siap semua.

Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

Kelemahan:

Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.

Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Metode Investigasi Kelompok (Group   Investigation)

Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling

kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif.

Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik

maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut

para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi

maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru

yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas

5 | P a g e

Page 6: Model Model Pembelajaran

menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan

karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan

atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik

tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi

mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian

menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara

keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi

kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Seleksi topik

Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum

yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya

diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas

(task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi

kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan

akademik.

b. Merencanakan kerjasama

Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus,

tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan

subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.

c. Implementasi

Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b).

Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan

variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai

sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara

terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan

bantuan jika diperlukan.

d. Analisis dan sintesis

Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh

pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu

penyajian yang menarik di depan kelas.

e. Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai

topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan

mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi

kelompok dikoordinir oleh guru.

f. Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok

6 | P a g e

Page 7: Model Model Pembelajaran

terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat

mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

Metode   Jigsaw

Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar

menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke

dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa

sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap

komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari

masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang

sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau

tiga orang.

Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya

dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b)

merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota

kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok

masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi

penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik

lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab

untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan

oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai

topik secara keseluruhan.

Metode Team Games Tournament   (TGT)

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model

pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh

siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai

tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran

kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks

disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan

keterlibatan belajar.

Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:

1. Penyajian kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian

kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan

ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa

harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang

7 | P a g e

Page 8: Model Model Pembelajaran

disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada

saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan

menentukan skor kelompok.

2. Kelompok (team)

Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya

heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik.

Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman

kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok

agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.

3. Game

Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji

pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar

kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana

bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab

pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar

pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan

siswa untuk turnamen mingguan.

4. Turnamen

Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit

setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan

lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa

meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja

I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.

5. Team recognize (penghargaan kelompok)

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing

team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor

memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team”

jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai

40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40

Model Student Teams – Achievement Divisions   (STAD)

Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai

menjelaskan anggota lain sampai mengerti.

Langkah-langkah:

1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen

(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).

8 | P a g e

Page 9: Model Model Pembelajaran

2. Guru menyajikan pelajaran.

3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota

kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya

sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat

menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

5. Memberi evaluasi.

6. Penutup.

Kelebihan:

1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.

2. Melatih kerjasama dengan baik.

Kekurangan:

1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.

2. Membedakan siswa.

Model Examples Non   Examples

Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-

contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.

Langkah-langkah:

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.

3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk

memperhatikan / menganalisa gambar.

4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa

gambar tersebut dicatat pada kertas.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan

materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

7. KKesimpulan.

Kebaikan:

1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.

2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.

3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

9 | P a g e

Page 10: Model Model Pembelajaran

Kekurangan:

1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.

2. Memakan waktu yang lama.

Model Lesson   Study

Lesson Study adalah suatu metode yang dikembankan di Jepang yang dalam

bahasa Jepangnyadisebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri

diciptakan oleh Makoto Yoshida.

Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas

guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar

mereka agar menjadi lebih efektif.

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini

meliputi:

a. Perencanaan.

b. Praktek mengajar.

c. Observasi.

d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.

2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan

yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan

dasar-dasar teori yang menunjang.

3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian

mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar

terlaksana.

4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran

sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti

tahap observasi terlalui.

5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar

kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap

pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap

refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan

untuk pembelajaran berikutnya.

6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran

berikutnya dan seterusnya kembali ke (2).

Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:

- Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika

dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.

10 | P a g e

Page 11: Model Model Pembelajaran

- Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.

http://gurupkn.wordpress.com/category/pembelajaran/model-model/page/3/

Model Pembelajaran   ARIAS

Abstrak. Model pembelajaran ARIAS dikembangkan sebagai salah satu

alternatif yang dapat digunakan oleh guru sebagai dasar melaksanakan

kegiatan pembelajaran dengan baik. Model pembelajaran ARIAS berisi lima

komponen yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan

pembelajaran yaitu assurance, relevance, interest, assessment, dan

satisfaction yang dikembangkan berdasarkan teori-teori belajar.

Model ini sudah dicobakan di dua sekolah yang berbeda yaitu salah satu SD

negeri di Kota Palembang (percobaan pertama) dan satu SD negeri di Sekayu,

Kabupaten Musi Banyu Asin (percobaan kedua). Hasil percobaan di lapangan

menunjukkan bahwa model pembelajaran ARIAS memberi pengaruh yang

positif terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa. Berdasarkan

hasil percobaan tersebut model pembelajaran ARIAS dapat digunakan oleh

para guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam usaha

meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa.

Kata kunci: motivasi berprestasi, hasil belajar siswa, ARIAS, kegiatan

pembelajaran

1. Pendahuluan

Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil

belajar siswa. Suatu tes terhadap sejumlah siswa SD dari berbagai kabupaten

dan propinsi menunjukkan hasil belajar siswa sangat rendah (Lastri 1993:12).

Nilai Ebtanas siswa SD dalam kurun waktu lima tahun terakhir (1993/1994

sampai dengan 1997/1998) menunjukkan hasil belajar yang kurang

menggembirakan (Depdikbud, 1998).

Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam (internal)

maupun faktor dari luar (eksternal). Menurut Suryabrata (1982: 27) yang

termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya

kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif), sedangkan yang

termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental

(misalnya guru, kurikulum, dan model pembelajaran). Bloom (1982: 11)

mengemukakan tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu

kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan kualitas pembelajaran. Kualitas

pembelajaran adalah kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan ini

menyangkut model pembelajaran yang digunakan.

11 | P a g e

Page 12: Model Model Pembelajaran

Sering ditemukan di lapangan bahwa guru menguasai materi suatu subjek

dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan

baik. Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada model

pembelajaran tertentu sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah.

Timbul pertanyaan apakah mungkin dikembangkan suatu model pembelajaran

yang sederhana, sistematik, bermakna dan dapat digunakan oleh para guru

sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik

sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil

belajar. Berkenaan dengan hal itu, maka dengan memperhatikan berbagai

konsep dan teori belajar dikembangkanlah suatu model pembelajaran yang

disebut dengan model pembelajaran ARIAS. Untuk mengetahui bagaimana

pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi berprestasi dan hasil

belajar siswa, telah dicobakan pada sejumlah siswa di dua sekolah yang

berbeda. Hasil percobaan di lapangan menunjukkan bahwa model

pembelajaran ARIAS memberi pengaruh yang positif terhadap motivasi

berprestasi dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran

ARIAS ini dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar melaksanakan

kegiatan pembelajaran dengan baik, dan sebagai suatu alternatif dalam usaha

meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa. Tujuan percobaan

lapangan ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran

ARIAS terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar.

2. Kajian Teori dan Pembahasan

2.1 Model Pembelajaran ARIAS

Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model

ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh

Keller dan Kopp (1987: 2-9) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana

merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi

dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori

nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen

yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy)

agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller

dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model

pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction

dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289-319).

Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-

teori belajar dan pengalaman nyata para instruktur (Bohlin, 1987: 11-14).

Namun demikian, pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi

12 | P a g e

Page 13: Model Model Pembelajaran

(assessment), padahal evaluasi merupakan komponen yang tidak dapat

dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan tidak

hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan selama

proses kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui

sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang

diperoleh siswa (DeCecco, 1968: 610). Evaluasi yang dilaksanakan selama

proses pembelajaran menurut Saunders et al. seperti yang dikutip Beard

dan Senior (1980: 72) dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat

pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan

menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut.

Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan

mengandung lima komponen yaitu: attention (minat/perhatian); relevance

(relevansi); confidence (percaya/yakin); satisfaction (kepuasan/bangga),

dan assessment (evaluasi). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian

nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest.

Penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi assurance, karena

kata assurance sinonim dengan kata self-confidence (Morris, 1981: 80).

Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan

mampu dan berhasil, melainkan juga sangat penting menanamkan rasa

percaya diri siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil.

Demikian juga penggantian kata attention menjadi interest, karena pada

kata interest (minat) sudah terkandung pengertian attention (perhatian).

Dengan kata interest tidak hanya sekedar menarik minat/perhatian siswa

pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara minat/perhatian tersebut

selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh akronim

yang lebih baik dan lebih bermakna maka urutannya pun dimodifikasi

menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan satisfaction. Makna

dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran

untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran

ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan

memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan

menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan

(reinforcement). Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing

komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu,

model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model

pembelajaran ARIAS.

2.2 Komponen Model Pembelajaran ARIAS

13 | P a g e

Page 14: Model Model Pembelajaran

Seperti yang telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima

komponen (assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction)

yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut

merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

Deskripsi singkat masing-masing komponen dan beberapa contoh yang

dapat dilakukan untuk membangkitkan dan meningkatkannya kegiatan

pembelajaran adalah sebagai berikut.

Komponen pertama model pembelajaran ARIAS adalah assurance (percaya

diri), yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau

yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil (Keller, 1987: 2-9).

Menurut Bandura seperti dikutip oleh Gagne dan Driscoll (1988: 70)

seseorang yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil

bagaimana pun kemampuan yang ia miliki. Sikap di mana seseorang

merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan

mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan

tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga

perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja. Sikap

percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu bertingkah

laku untuk mencapai suatu keberhasilan (Petri, 1986: 218). Siswa yang

memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya

cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus

(Prayitno, 1989: 42). Sikap percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu

ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan

maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal. Dengan sikap yakin,

penuh percaya diri dan merasa mampu dapat melakukan sesuatu dengan

berhasil, siswa terdorong untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan

sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik dari

sebelumnya atau dapat melebihi orang lain. Beberapa cara yang dapat

digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri adalah:

- Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta

menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri.

Menghadirkan seseorang yang terkenal dalam suatu bidang sebagai

pembicara, memperlihatkan video tapes atau potret seseorang yang telah

berhasil (sebagai model), misalnya merupakan salah satu cara

menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri dan kepada siswa.

Menurut Martin dan Briggs (1986: 427-433) penggunaan model seseorang

yang berhasil dapat mengubah sikap dan tingkah laku individu mendapat

14 | P a g e

Page 15: Model Model Pembelajaran

dukungan luas dari para ahli. Menggunakan seseorang sebagai model

untuk menanamkan sikap percaya diri menurut Bandura seperti dikutip

Gagne dan Briggs (1979: 88) sudah dilakukan secara luas di sekolah-

sekolah.

- Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat

mencapai keberhasilan (misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu

dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku).

- Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan/sesuai

dengan kemampuan siswa (misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai

dari yang mudah berangsur sampai ke tugas yang sukar). Menyajikan

materi secara bertahap sesuai dengan urutan dan tingkat kesukarannya

menurut Keller dan Dodge seperti dikutip Reigeluth dan Curtis dalam

Gagne (1987: 175-202) merupakan salah satu usaha menanamkan rasa

percaya diri pada siswa.

- Memberi kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam

belajar dan melatih suatu keterampilan.

Komponen kedua model pembelajaran ARIAS, relevance, yaitu

berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang

atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan

karir sekarang atau yang akan datang (Keller, 1987: 2-9). Siswa merasa

kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan

berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari

sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan

mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan,

dan sasaran yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan

akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan

yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki

dan pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan mengetahui

kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan

baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan

dihilangkan sama sekali (Gagne dan Driscoll, 1988: 140).

Dalam kegiatan pembelajaran, para guru perlu memperhatikan unsur

relevansi ini. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan

relevansi dalam pembelajaran adalah:

- Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas akan

memberikan harapan yang jelas (konkrit) pada siswa dan mendorong

15 | P a g e

Page 16: Model Model Pembelajaran

mereka untuk mencapai tujuan tersebut (DeCecco,1968: 162). Hal ini akan

mempengaruhi hasil belajar mereka.

- Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa

sekarang dan/atau untuk berbagai aktivitas di masa mendatang.

- Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada

hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai- nilai yang dimiliki

siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa.

Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung dialami siswa dapat

menjembataninya ke hal-hal baru. Pengalaman selain memberi keasyikan

bagi siswa, juga diperlukan secara esensial sebagai jembatan mengarah

kepada titik tolak yang sama dalam melibatkan siswa secara mental,

emosional, sosial dan fisik, sekaligus merupakan usaha melihat lingkup

permasalahan yang sedang dibicarakan (Semiawan, 1991). (4)

Menggunakan berbagai alternatif strategi dan media pembelajaran yang

cocok untuk pencapaian tujuan. Dengan demikian dimungkinkan

menggunakan bermacam-macam strategi dan/atau media pembelajaran

pada setiap kegiatan pembelajaran.

Komponen ketiga model pembelajaran ARIAS, interest, adalah yang

berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Menurut Woodruff seperti

dikutip oleh Callahan (1966: 23) bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi

tanpa ada minat/perhatian. Keller seperti dikutip Reigeluth (1987: 383-430)

menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak

hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan

pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan

berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan

pembelajaran. Herndon (1987:11-14) menunjukkan bahwa adanya

minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong

siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu

yang menarik sesuai dengan minat/perhatian mereka. Membangkitkan dan

memelihara minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan

keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha

mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa cara yang dapat digunakan

untuk membangkitkan dan menjaga minat/perhatian siswa antara lain

adalah:

- Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu

yang lain/aneh yang berbeda dari biasa dalam pembelajaran.

16 | P a g e

Page 17: Model Model Pembelajaran

- Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif

dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak diskusi untuk memilih

topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan

masalah yang perlu dipecahkan.

- Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya menurut

Lesser seperti dikutip Gagne dan Driscoll (1988: 69) variasi dari serius ke

humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang sedang, dan

mengubah gaya mengajar.

- Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti

demonstrasi dan simulasi yang menurut Gagne dan Briggs (1979: 157)

dapat dilakukan untuk menarik minat/perhatian siswa.

Komponen keempat model pembelajaran ARIAS adalah assessment, yaitu

yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan

suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan

bagi guru dan murid (Lefrancois, 1982: 336). Bagi guru menurut Deale

seperti dikutip Lefrancois (1982: 336) evaluasi merupakan alat untuk

mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa; untuk

memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok;

untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa

dalam belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang

kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik

dan meningkatkan motivasi berprestasi (Hopkins dan Antes, 1990:31).

Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana

kemajuan yang telah mereka capai. Apakah siswa telah memiliki

kemampuan seperti yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran (Gagne

dan Briggs, 1979:157). Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga

oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assessment) atau

evaluasi diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka

sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa

untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang

maksimal. Mereka akan merasa malu kalau kelemahan dan kekurangan

yang dimiliki diketahui oleh teman mereka sendiri. Evaluasi terhadap diri

sendiri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta

membantu siswa meningkatkan keberhasilannya (Soekamto, 1994). Hal ini

sejalan dengan yang dikemukakan Martin dan Briggs seperti dikutip Bohlin

(1987: 11-14) bahwa evaluasi diri secara luas sangat membantu dalam

pengembangan belajar atas inisiatif sendiri. Dengan demikian, evaluasi diri

17 | P a g e

Page 18: Model Model Pembelajaran

dapat mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang ingin mereka capai.

Ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan Morton dan Macbeth seperti

dikutip Beard dan Senior (1980: 76) bahwa evaluasi diri dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk mempengaruhi

hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan

pembelajaran. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan

evaluasi antara lain adalah:

Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja

siswa.

Memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera

menginformasikan hasil evaluasi kepada siswa.

Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri

sendiri.

Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap

teman.

Komponen kelima model pembelajaran ARIAS adalah satisfaction yaitu

yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai.

Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa

yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa

bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu

menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan

berikutnya (Gagne dan Driscoll, 1988: 70). Reinforcement atau penguatan

yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting

dan perlu dalam kegiatan pembelajaran (Hilgard dan Bower, 1975:561).

Menurut Keller berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari

dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana

individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai

atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul

karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan

yang disebut kebanggaan ekstrinsik (Keller dan Kopp, 1987: 2-9).

Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan

dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal

dari orang lain atau lingkungan. Memberikan penghargaan (reward)

menurut Thorndike seperti dikutip oleh Gagne dan Briggs (1979:

http://wijayalabs.multiply.com

18 | P a g e

Page 19: Model Model Pembelajaran

Jumat, 2008 April 18

Model-Model Pembelajaran Terpadu

Prabowo (2000:3) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu

proses mempunyai beberapa ciri yaitu : (1) berpusat pada siswa (student

centered), (2) proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman

langsung, serta (3) pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas. Dari

beberapa ciri pembelajaran terpadu di atas, menunjukkan bahwa model

pembelajaran terpadu adalah sejalan dengan beberapa aliran pendidikan

modern yaitu termasuk dalam aliran pendidikan progresivisme. Aliran

pendidikan progresivisme memandang pendidikan yang mengutamakan

penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child-centered),

sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada

guru dan pada bahan ajar. Tujuan utama sekolah adalah untuk meningkatkan

kecerdasan praktis, serta untuk membuat anak lebih efektif dalam

memecahkan berbagai problem yang disajikan dalam konteks pengalaman

(experience) pada umumnya (William F. O’neill, 1981).

Tujuan pendidikan aliran progresivisme adalah melatih anak agar kelak dapat

bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak

dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan seharusnya dapat

mengembangkan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak. Kurikulum

19 | P a g e

Page 20: Model Model Pembelajaran

pendidikan progresif adalah kurikulum yang mengakomodasi pengalaman-

pengalaman (atau kegiatan) belajar yang diminati oleh setiap siswa

(experience curriculum). Sedangkan metode pendidikan progresif lebih berupa

penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya

proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat

dan minatnya (Mudyaharjo,2001).

Adapun model-model pembelajaran terpadu sebagaimana yang dikemukakan

oleh Fogarty, R (1991 : 61– 65) yaitu sebanyak sepuluh model pembelajaran

terpadu. Kesepuluh model pembelajaran terpadu tersebut adalah :

1) the fragmented model ( Model Fragmen )

2) the connected model ( Model Terhubung )

3) the nested model ( Model Tersarang )

4) the sequenced model ( Model Terurut )

5) the shared model ( Model Terbagi )

6) the webbed model ( Model Jaring Laba-Laba )

7) the threaded model ( Model Pasang Benang )

8) the integrated model ( Model Integrasi )

9) the immersed model ( Model Terbenam ), dan

10) the networked model ( Model Jaringan )

Dari kesepuluh model pembelajaran terpadu di atas dipilih tiga model

pembelajaran yang dipandang layak dan sesuai untuk dapat dikembangkan

dan mudah dilaksanakan di pendidikan dasar (Prabowo, 2000:7). Ketiga model

pembelajaran terpadu yang dimaksud adalah model terhubung (connected),

model jaring laba-laba (webbed), model keterpaduan (integrated ).

Berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing model

pembelajaran tersebut, maka model pembelajaran yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah model terhubung (the connected model), karena

model terhubung ini penekanannya terletak pada perlu adanya integrasi inter

bidang studi itu sendiri. Selain itu, Model terhubung ini juga secara nyata

menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik

lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas yang dilakukan dalam

satu hari dengan tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, serta ide-ide

yang dipelajari pada satu semester dengan semester berikutnya.

Pemanfaatan penerapan model terhubung (connected) ini sangat relevan

20 | P a g e

Page 21: Model Model Pembelajaran

dengan konsep Cahaya (dalam fisika) dan konsep Sistem Indera pada manusia

(dalam biologi), agar dapat terwujud pemampatan/ pengurangan waktu dalam

pembelajaran pada konsep-konsep tersebut (Reduce Instructional Time). Hal

ini terkait dengan upaya menghindari terjadinya penjejalan kurikulum dalam

proses pembelajaran, sebagai akibat dari mengejar target kurikulum.

Beberapa kelebihan dari model terhubung (connected) adalah sebagai berikut

: (1) dampak positif dari mengaitkan ide-ide dalam satu bidang studi adalah

siswa memperoleh gambaran yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang

terfokus pada suatu aspek tertentu. (2) siswa dapat mengembangkan konsep-

konsep kunci secara terus menerus, sehingga terjadilah proses internalisasi.

(3) menghubungkan ide-ide dalam suatu bidang studi sangat memungkinkan

bagi siswa untuk mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta

mengasimilasi ide-ide secara terus menerus sehingga memudahkan untuk

terjadinya proses transfer ide-ide dalam memecahkan masalah.

Di samping mempunyai kelebihan, model terhubung ini juga mempunyai

kekurangan sebagai berikut : (1) masih kelihatan terpisahnya antar bidang

studi, (2) tidak mendorong guru untuk bekerja secara tim, sehingga isi dari

pelajaran tetap saja terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep serta ide-

ide antar bidang studi, dan (3) dalam memadukan ide-ide dalam satu bidang

studi, maka usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang studi

menjadi terabaikan.

Sintaks (pola urutan) dari model pembelajaran terpadu tipe connected

(terhubung) menurut Prabowo (2000:11 – 14) sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan :

1.1. menentukan tujuan pembelajaran umum

1.2. menentukan tujuan pembelajaran khusus

2. Langkah-langkah yang ditempuh oleh guru :

2.1. menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa.

(materi prasyarat)

2.2. menyampaikan konsep-konsep yang hendak dikuasai oleh siswa

2.3. menyampaikan keterampilan proses yang dapat dikembangkan

2.4. menyampaikan alat dan bahan yang akan digunakan / dibutuhkan

2.5. menyampaikan pertanyaan kunci

21 | P a g e

Page 22: Model Model Pembelajaran

3. Tahap Pelaksanaan, meliputi :

3.1. pengelolaan kelas; dengan membagi kelas kedalam beberapa kelompok

3.2. kegiatan proses

3.3. kegiatan pencatatan data

3.4. diskusi secara klasikal

4. Evaluasi, meliputi :

4.1. evaluasi proses , berupa :

- ketepatan hasil pengamatan

- ketepatan dalam penyusunan alat dan bahan

- ketepatan siswa saat menganalisis data

4.2. evaluasi produk :

- penguasaan siswa terhadap konsep-konsep / materi sesuai dengan tujuan

pembelajaran khusus yang telah ditetapkan.

4.3. evaluasi psikomotor :

- kemampuan penguasaan siswa terhadap penggunaan alat ukur.

http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/model-model-pembelajaran-terpadu.html

22 | P a g e