MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan...

154
i MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL YOHANES 13: 1-20 SEBAGAI TELADAN KEPEMIMPINAN PARA SUSTER CONGREGATION RELIGIOUS OF THE VIRGIN MARY DI ZAMAN SEKARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Maria Monika Seran NIM: 021124002 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

Transcript of MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan...

Page 1: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

i

MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL YOHANES 13: 1-20 SEBAGAI TELADAN KEPEMIMPINAN

PARA SUSTER CONGREGATION RELIGIOUS OF THE VIRGIN MARY DI ZAMAN SEKARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Maria Monika Seran

NIM: 021124002

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2007

Page 2: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan
Page 3: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan
Page 4: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

iv

PERSEMBAHAN

Sripsi ini kupersembahkan kepada :

Para suster terkasih dalam Kongregasi Religious of the Virgin Mary

atas cinta dan doa serta dukungan materil maupun moril kepada saya.

Khusus buat rekan-rekan Suster komunitas Trimargo, Yogyakarta.

Sahabat, teman-teman seperjuangan

juga kepada Mama dan keempat saudaraku

atas cinta dan perhatiannya yang meneguhkan

Page 5: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

v

MOTTO

“Cukuplah kasih karuniaKu bagimu sebab justru dalam kelemahanmulah

kasihKu menjadi sempurna.”

(2 Korintus 12: 9)

Page 6: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan
Page 7: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

vii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL YOHANES 13:1-20 SEBAGAI TELADAN KEPEMIMPINAN PARA SUSTER CONGREGATION RELIGIOUS OF THE VIRGIN MARY DI ZAMAN SEKARANG. Tujuan penulisan skripsi ini adalah memberikan sumbangan pemikiran kepada para suster RVM khususnya bagi mereka yang menjalankan fungsi kepemimpinan dalam tarekat agar semakin memahami dan menghayati makna kepemimpinan yang sejati seturut teladan Yesus Kristus. Permasalahan pokok yang diangkat penulis dalam skripsi adalah: kepemimpinan Yesus yang bagaimanakah yang mau dihayati para suster RVM di zaman sekarang. Bertolak dari kepemimpinan Yesus, model kepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang.

Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan mengkaji dari berbagai sumber referensi untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang ada, yaitu bahwa kedatangan Yesus ke dunia ini adalah mengemban misi Bapa mewartakan dan menghadirkan kerajaan Allah di tengah-tengah manusia. Kuasa yang diterimanya adalah kuasa untuk melayani manusia. Ia menjalankan kepemimpinanNya sebagai hamba dalam semangat kerendahan hati dan lewat keteladanan hidupNya sendiri.

Bertolak dari kepemimpinan pelayanan Yesus, penulis mengusulkan suatu model kepemimpinan yang perlu dihidupi para suster saat ini. Model kepemimpinan yang dimaksud yaitu kepemimpinan yang transformatif. Pemimpin menjadi motivator bagi anggotanya untuk mengalami perubahan dan pembaharuan hidup ke arah yang positip. Dalam rangka mewujudkan kepemimpinan yang transformatif salah satu pendekatannya melalui kegiatan katekese model Shared Christian Praxis. Katekese sebagai pembinaan iman bertujuan mendorong para suster untuk mencapai transformasi diri.

Page 8: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

viii

ABSTRACT

The thesis entitled THE LEADERSHIP MODEL OF THE JESUS’ SERVING IN JOHN 13: 1-20 AS LEADERSHIP MODEL FOR ALL SISTERS IN THE CONGREGATION OF THE VIRGIN MARY IN THE PRESENT DAY The purpose of this thesis writing to give opinion contribution to all Virgin Mary’s sisters. Especially for those who take the responsibility the leadership functional in the congregation in order to understand to comprehend fully the meaning of true leadership from Jesus Christ.

The mean matter which is lifted by the writer is which kind of leadership from Jesus will be experiencing for Virgin Mary’ sister in present day. Based on the leadership of Jesus, which kind of leadership model that Virgin Mary’s sister want in the present day. Writer used the approach of books study with studying from various reference source to find the answer for the existing problems, that in present of Jesus in this world is carry on the mission of God and proclaim His Kingdom among His people. The power that He had is a power to serve all man kind. He took the leadership responsibility as a servant in spirit of humility and through His own way of life.

Based on leadership of Jesus’ servicing, writer suggest this such leadership model should Virgin Mary’s sister revive in present day. Leadership model which mean by writer is transformative leadership. A leader capable to become a good motivator for all members to experience of the changing and renewing live up which is positive. In order to realizing transformative leadership of one its approach through a catechesis model of Shared Christian Praxis. Catechesis as a founding of faith to support the sisters to reach the personal transfomation.

Page 9: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

ix

KATA PENGANTAR

Syukur dan terima kasih yang dalam kepada Bapa dan PutraNya Yesus Kristus

serta Roh Kudus atas berkat dan kasih setiaNya yang berlimpah kepada penulis mulai

dari awal perencanaan, penulisan hingga selesainya penyusunan skripsi dengan judul

“MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL

YOHANES 13:1-20 SEBAGAI TELADAN KEPEMIMPINAN PARA SUSTER

CONGREGATION RELIGIOUS OF THE VIRGIN MARY DI ZAMAN

SEKARANG” . Skripsi ini diajukan untuk memberikan sumbangan pemikiran atau

gagasan untuk memperkaya wawasan dan pemahaman kepada para suster yang diberi

kepercayaan menjalankan fungsi kepemimpinan dalam kongregasi RVM khususnya

yang ada di Indonesia.

Selama dalam proses penulisan skripsi ini, dari awal hingga selesai, penulis

banyak menerima bantuan, dukungan, doa dan perhatian yang meneguhkan dan

membangun dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk

itu penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih yang tulus kepada :

1. Dr. Antonius Hari Kustono, Pr., sebagai dosen pembimbing yang telah

membimbing, mengarahkan, dan mengoreksi penyusunan skrispsi ini.

2. Fransiskus Xaverius Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed., sebagai panitia penguji.

3. Yoseph Kristianto, SFK., selaku dosen wali sekaligus sebagai panitia penguji.

4. Para dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama

Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta yang telah memberikan banyak pengetahuan, ketrampilan, perhatian

dan cinta serta pelayanan kepada penulis selama menjalani masa studi sampai

selesai.

5. Para karyawan/ti di kampus IPPAK yang telah memberi perhatian dan dukungan

dengan caranya masing-masing.

6. Suster pimpinan kongregasi RVM khususnya distrik Indonesia yang telah

memberi kepercayaan dan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di

Yogyakarta.

Page 10: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

x

7. Rekan-rekan komunitas Tri margo, Yogyakarta untuk segala cinta, perhatian dan

persaudaraan yang baik selama menjalani tugas studi.

8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2002, untuk segala persahabatan dan

kebersamaan yang penuh suka dan duka.

9. Mama dan saudara-saudara terkasih yang turut mendukung dan mendoakan

penulis.

10. Akhirnya kepada siapa saja yang tidak sempat penulis sebutkan namanya di sini

satu per satu yang telah membantu, mendukung dan berbagi pengalaman hidup

dengan penulis selama menjalani studi. Dan tidak lupa penulis menghaturkan maaf

kepada semua saja atas segala kekhilafan dan kelemahan penulis baik lewat tutur

kata, sikap maupun tindakan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak sempurna oleh karena itu penulis

terbuka menerima kritikan, masukan atau saran yang membangun dari para pembaca.

Selanjutnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan

sumbangan ide atau gagasan baru bagi peningkatan kualitas kepemimpinan pelayan

para suster RVM di Indonesia.

Yogyakarta, 23 Februari 2007

Penulis

Maria Monika Seran

Page 11: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................. vi

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

ABSTRACT.................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR..................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN................................................................................. xiv

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Permasalahan............................................................. 1

B. Rumusan Permasalahan ...................................................................... 5

C. Tujuan Penulisan................................................................................. 5

D. Manfaat Penulisan............................................................................... 6

E. Metode Penulisan................................................................................ 7

F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 7

BAB II. SEKILAS TENTANG CONGREGATION RELIGIOUS OF THE VIRGIN MARY (RVM)..................................................................... 8

A. Sejarah Berdirinya Kongregasi RVM ................................................ 8

B. Spiritualitas Kongregasi RVM ........................................................... 16

C. Kekuatan dan kelemahan Kepemimpinan .......................................... 19

1. Kualitas kepemimpinan Mother Ignacia ........................................ 20

2. Kekuatan dan Kelemahan Kepemimpinan RVM ........................... 21

BAB III. TAFSIR INJIL YOHANES 13 : 1-20 ............................................. 24

A. Konteks Injil Yohanes 13:1-20 .......................................................... 26

B. Struktur Injil Yohanes 13:1-2 ............................................................. 29

C. Tafsir Injil Yohanes 13:1-20............................................................... 29

Page 12: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

xii

D. Pesan Injil Yohanes 13:1-20 bagi para Suster Pemimpin

Kongregasi RVM ................................................................................ 34

BAB IV. SITUASI UMUM KEPEMIMPINAN RELIGIUS INDONESIA DI ZAMAN SEKARANG ....................................................................... 40

A. Pengertian Kepemimpinan.................................................................. 41

1. Kepemimpinan Menurut para Ahli ................................................. 41

2. Kepemimpinan Religius.................................................................. 42

a. Menurut KHK No. 618.............................................................. 43

b. Menurut KHK No. 619.............................................................. 45

3. Kepemimpinan dalam Kongregasi RVM........................................ 48

a. Menurut Semangat Mother Ignacia........................................... 48

b. Menurut Konstitusi RVM ......................................................... 50

B. Karakteristik kepemimpinan............................................................... 53

C. Situasi dan Tantangan Kepemimpinan Religius ................................. 59

1. Tantangan Arus Besar zaman ini .................................................... 59

2. Tantangan dari Anggota sebagai Anak Zaman ............................... 60

3. Tantangan yang berkaitan dengan Pemimpin Religius Masa Kini ........................................................................................ 62

4. Tantangan dalam Kongregasi RVM................................................ 67

D. Yesus Kristus Teladan Utama Kepemimpinan di Zaman Sekarang... 68

BAB V USULAN MODEL KEPEMIMPINAN YANG DICITA-CITAKAN KONGREGASI RVM DI ZAMAN SEKARANG ................................... 73

A. Model-model Kepemimpinan .............................................................. 74

B. Kepemimpinan Transformatif sebagai Model Kepemimpinan Kongregasi RVM................................................................................. 76

1. Kepemimpinan Transformatif ......................................................... 76

2. Kemampuan Dasar Kepemimpinan Transformatif ......................... 79

3. Spiritualitas Kepemimpinan Transformatif..................................... 81

C. Kepemimpinan Transformatif dalam Praksis di Kongregasi RVM Indonesia.................................................................................... 85

a. Transformasi Diri dari Sisi Gelap Kepemimpinan.......................... 85

b. Transformasi dalam Komunitas ...................................................... 87

c. Transformasi dalam Karya Kerasulan ............................................. 88

Page 13: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

xiii

D. Katekese sebagai Salah Satu Upaya Mewujudkankan Pola Kepemimpinan yang Transformatif para Suster RVM ....................... 90

1. Hakikat-Tujuan dan Alasan Pemilihan Katekese sebagai Upaya Perwujudan Pola Kepemimpinan Transformatif para Suster RVM................................................................................................ 90

a. Hakikat Katekese dan Tujuan...................................................... 90

b. Alasan Pemilihan Katekese......................................................... 94

2. Pemilihan Shared Christian Praxis sebagai Model Berkatekese.... 99 a. Alasan Pemilihan Shared Christian Praxis sebagai Model

Berkatekese ................................................................................. 99

b. Tiga Komponen Shared Christian Praxis ................................... 103

c. Langkah-langkah dalam Shared Christian Praxis ...................... 106

3. Usulan Kegiatan Katekese .............................................................. 110

a. Latar belakang ............................................................................. 110

b. Tema dan Sub Tema Katekese .................................................... 112

c. Bentuk Kegiatan Katekese .......................................................... 114

4. Contoh Persiapan Katekese............................................................. 115

a. Identitas Katekese ....................................................................... 115

b. Pemikiran Dasar .......................................................................... 116

c. Pengembangan Lima Langkah Shared Christian Praxis ............ 118

BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 129

A. Kesimpulan..................................................................................... 129

B. Saran............................................................................................... 133

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 135

LAMPIRAN.................................................................................................... 137

1. Lampiran 1: Matriks Kegiatan Katekese............................................. (1)

2. Lampiran 2: Jadwal Rekoleksi ........................................................... (4)

3. Mars RVM .......................................................................................... (5)

Page 14: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

xiv

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Singkatan-singkatan Kitab Suci dalam Direktorat Jenderal Bimas Katolik

Departemen Agama Republik Indonesia, edisi khusus Kitab Suci Perjanjian

Lama dan Perjanjian Baru dengan pengantar dan catatan singkat (Ende:

Arnoldus 1995/1996, hal. 8).

B. Singkatan Resmi Dokumen Gereja

CT : Catechesi Tradendae

PC : Perfectae Caritatis

VC : Vita Concecrata

KHK : Kitab Hukum Kanonik

C. Singkatan Lain

OP : Ordo Dominikan

RVM : Religious of the Virgin Mary

SJ : Societas Jesu

SCP : Shared Christian Praxis

PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia

KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia

VCD : Video Compact Disk

LR : Latihan Rohani

NO : Nomor

Bdk : Bandingkan

Page 15: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Dalam beberapa dekade terakhir ini bangsa Indonesia mengalami berbagai

macam krisis yang berkepanjangan, salah satunya adalah masalah krisis

kepemimpinan. Kenyataan menunjukkan bahwa kinerja dari sebagian pemimpin,

para pejabat politik bangsa ini tidak serius dalam menegakkan hukum dan keadilan,

bahkan justru mereka ada yang terlibat dalam praktik korupsi, kolusi dan nepotisme

(KKN). Perbuatan para pemimpin publik ini telah menimbulkan “luka” bagi

masyarakat Indonesia, penderitaan yang tak kunjung berakhir tanpa penyelesaian

yang berarti dan akibatnya para pejabat pemerintahan semakin kehilangan

kepercayaan dan simpati dari masyarakat Indonesia.

Para pemimpin pemerintahan atau para elite politik di negeri ini memahami

makna kepemimpinan pertama-tama dan terutama hanya sebagai sebuah jabatan

elitis dan oleh karenanya dengan segala macam cara mereka berusaha

mendapatkannya (Harefa, 2003: 29). Sebagai contoh kita bisa melihat kenyataan

yang sungguh ironi, yakni pada masa pemerintahan Orde Baru, bagaimana para

elite politik dan pejabat pemerintahan berusaha menduduki jabatan tertentu dan

mempertahankannya dengan menggunakan kekerasan senjata, intimidasi, teror dan

sebagainya (Harefa, 2003:103). Orang-orang yang dianggap vokal dan kritis dalam

menanggapi ketidakadilan ini justru menjadi korban dan dibungkam selama-

lamanya. Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Yesus, “Kamu tahu, bahwa

pemerintah memimpin dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan

Page 16: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

2

kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu.

Barangsiapa yang ingin menjadi yang terbesar hendaklah ia menjadi pelayanmu”

(Mat.20: 25-26). Melalui ajaran ini Yesus mau menunjukkan kepada para

muridNya bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil bukan sebagai

diktator yang haus akan kekuasaan melainkan berperan sebagai seorang pelayan

yang rendah hati, mendahulukan kepentingan dan kesejahteraan orang banyak. Ia

harus rela meninggalkan semua ambisi dan keinginannya sendiri demi melayani

Tuhan dan sesama dengan sepenuh hati dan tanpa pamrih (Manz, 2004: 109-110).

Kata pelayan dan pelayanan telah menjadi klise di zaman ini. Istilah

tersebut hanya menjadi ungkapan yang kosong, tanpa taring, ompong melompong

apabila pelaksanaannya tidak dijiwai oleh roh kerelaan untuk mengosongkan diri,

merendahkan diri bahkan sampai mati demi orang yang dilayani. Makna pelayanan

yang sesungguhnya seperti yang digambarkan di atas juga telah hilang di

lingkungan Gereja, komunitas, bangsa dan di tempat kita bekerja (Martasudjita,

2003: 42). Pernyataan ini mengusik batin penulis untuk lebih jauh bertanya apakah

makna pelayanan yang sejati ini juga telah hilang dalam lingkungan kehidupan

religius yang pada hakikatnya menjadi “pelayan Allah”.

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam hidup membiara pun ada persoalan-

persoalan yang menyangkut posisi, jabatan, pangkat dan status pelayanan. Hal ini

terungkap dalam tindakan senior atau pemimpin yang sewenang-wenang terhadap

anggotanya sehingga menimbulkan ketidaknyamanan dalam hidup bersama,

akibatnya orang lebih betah dan merasa nyaman berada di luar biara. Seringkali

orang melayani dengan baik di luar biara karena merasa lebih diterima dan dihargai

daripada melayani saudara-saudaranya dalam komunitas. Dalam posisi ini

Page 17: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

3

pemimpin menjadi sumber masalah karena cara ia memimpin yang tidak bermutu,

tidak mampu berkomunikasi dengan anggotanya dan tidak mampu membuat

komunitas menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi seluruh anggotanya

(Mulyono, 2005: 14).

Kepemimpinan dalam kongregasi RVM sejauh pengamatan penulis dan

sesuai hasil kapitel umum kongregasi RVM ke-17 di Manila, tahun 2001

ditegaskan bahwa ada keprihatinan dalam penghayatan kepemimpinan sebagai

hamba Tuhan di zaman ini, masih ada suster yang memiliki sikap kelekatan

terhadap kemapanan baik itu terhadap lingkungan, jabatan, maupun kelekatan

terhadap materi (Hasil Kapitel Umum Kongregasi RVM, 200: 10). Kelekatan ini

bisa menyebabkan orang menjadi susah untuk melayani dengan bebas bahkan sulit

untuk berkarya di tempat lain.

Sementara itu di lain pihak gaya hidup materialisme, sekularisme,

hedonisme, instan dan sebagainya telah menjadi sesuatu yang memprihatinkan

kehidupan masyarakat kita zaman ini. Penawaran gaya hidup materialisme, hedonis

dan konsumerisme juga merasuk dalam kehidupan kaum religius. Dalam

realitasnya masih ada religius yang belum berani mengatakan “cukup” untuk

membatasi diri dari kecenderungan atau keinginannya memiliki barang atau materi

yang bukan menjadi kebutuhan pokoknya (Hasil Kapitel Umum RVM, ke-17 2001:

10). Kecenderungan ini menyebabkan penghayatan akan kaul kemiskinan menjadi

kabur.

Melalui beberapa gambaran keprihatinan yang menyangkut kepemimpinan

baik itu di kalangan lembaga pemerintahan maupun dalam lingkup kepemimpinan

religius di zaman sekarang yang mulai kehilangan makna kepemimpinan yang

Page 18: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

4

sejati yakni pemimpin yang melayani, maka perlu adanya suatu model atau gaya

kepemimpinan yang sungguh-sungguh murah hati dan menjadikan orang-orang

yang dilayaninya dapat bertumbuh dengan “sehat, bebas dan bijaksana” (Manz,

2004: 106), dan tokoh yang patut diteladani adalah Yesus dan segala

keteladananNya. Ia berada di tengah-tengah manusia sebagai pemimpin yang

melayani bukannya dilayani. Dalam amanat perpisahanNya dengan para murid

sebelum sengsaraNya Yesus menunjukkan keagunganNya lewat pelayananNya

membasuh kaki para murid. Peristiwa ini menunjukkan keseluruhan pelayanan

Yesus di dunia ini adalah pelayanan bagi Bapa di surga, dan bukannya berupaya

mencari posisi atau jabatan. Pelayanan misiNya adalah pelayanan bagi para

pengikutNya dan kepada semua orang yang Ia cintai (Wilkes, 2005: 126).

Teladan kepemimpinan pelayan Yesus harus menjadi “roh” yang

menggerakkan setiap pemimpin membantu para anggotanya mencapai kedewasaan

iman dan cinta pada Tuhan dan sesamaya serta mengalami transformasi hidup ke

arah yang positip. Dalam kepemimpinannya pemimpin tidak mengukur segala

sesuatu dengan kacamatanya sendiri tetapi ia menempatkan diri sebagai bagian

integral dari dari seluruh proses yang menghidupkan dan mengembangkan

anggotanya. Sebaliknya para anggota pun mau terbuka dan membantu

pemimpinnya dalam menjalankan tugas kepemimpinannya dengan menciptakan

suatu dialog yang sehat antar pemimpin dan anggota, dan di antara anggota sendiri

saling terbuka sehingga semangat saling melayani tumbuh dan berkembang dalam

komunitas.

Berdasarkan keprihatinan kepemimpinan di zaman sekarang dan bagaimana

upaya para suster RVM menjawab persoalan-persoalan yang muncul dalam

Page 19: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

5

kepemimpinan tarekat maka penulis memilih judul skripsi “Model Kepemimpinan

Pelayanan Yesus dalam Injil Yohanes 13:1-20 sebagai Teladan Kepemimpinan

para Suster Congregation Religious of the Virgin Mary di Zaman Sekarang”.

B. Rumusan Permasalahan

Dari latar belakang pemilihan tema di atas maka dapat dirumuskan pokok

permasalahan sebagai berikut :

1. Model Kepemimpinan Pelayanan Yesus yang bagaimanakah yang dapat

menjadi teladan kepemimpinan bagi para Suster RVM Distrik Indonesia

dewasa ini ?

2. Gambaran atau profil pemimpin religius seperti apa yang diharapkan oleh para

suster RVM di zaman sekarang ?

3. Bagaimanakah seharusnya kepemimpinan pelayanan itu dihayati oleh para

suster RVM pada zaman ini ?

C. Tujuan Penulisan

Yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah :

1. Membantu pembaca agar semakin mengetahui dan memahami secara

mendalam model kepemimpinan pelayanan Yesus Kristus yang terdapat dalam

Yohanes 13:1-18 dan relevansinya bagi kepemimpinan Religius di zaman ini.

2. Membantu para suster RVM mewujudkan nilai-nilai kepemimpinan pelayanan

Yesus dalam kepemimpinannya sehari-hari.

Page 20: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

6

3. Memotivasi para pembaca khususnya para suster RVM untuk mengusahakan

pembaharuan hidup pribadi, komunitas dan kongregasi ke arah yang lebih baik

sesuai dengan visi misi tarekat.

4. Penulisan skripsi dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan

Sarjana Strata 1 Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan

Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Pendidikan Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Memperkaya pemahaman penulis akan teladan kepemimpinan Pelayanan

Yesus.

2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para pembaca secara khusus bagi para

pemimpin dalam tarekat RVM agar menjadikan kepemimpinan pelayanan

Yesus sebagai teladan dalam menghayati tugas-tugas kepemimpinannya di

zaman sekarang.

3. Membangun kesadaran para pembaca khususnya para suster RVM untuk

menghadirkan nilai-nilai kepemimpinan Yesus dalam hidup sebagai gerakan

pembaharuan di tengah-tengah kehidupan yang dipenuhi arus budaya

sekularisme.

Page 21: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

7

E. Metode Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif-analitis

atas sebuah studi pustaka dari berbagai buku referensi, karangan ilmiah yang

berkaitan dengan tema yang diangkat penulis.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut BAB I merupakan bagian

Pendahuluan yang meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II membahas tentang sejarah singkat, spiritualitas Kongregasi RVM, dan

kekuatan serta kelemahan kepemimpinan dalam Kongregasi RVM.

BAB III membahas tentang konteks Injil Yohanes 13:1-20, struktur Injil

Yohanes 13:1-20 serta tafsir Injil Yohanes 13:1-20, dan pesan Injil Yohnes 13:

1-20 bagi para suster RVM.

BAB IV tentang situasi umum kepemimpinan religius di zaman sekarang.

Bab ini lebih jauh akan menggali tentang pengertian kepemimpinan religius,

tantangan dan keprihatinan kepemimpinan religius zaman sekarang,

karakteristik kepemimpinan religius dan Yesus Kristus sebagai teladan utama

kepemimpinan .

BAB V tentang usulan model kepemimpinan yang dicita-citakan kongregasi

RVM di zaman sekarang yakni, kepemimpinan yang transformatif dan

sumbangan katekese bagi terwujudnya pola kepemimpinan yang transformatif.

BAB VI adalah bagian penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Page 22: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

8

BAB II

SEKILAS TENTANG

CONGREGATION RELIGIOUS OF THE VIRGIN MARY (RVM)

A. Sejarah Berdirinya Kongregasi RVM

Ignacia del Espiritu Santo dilahirkan di Binondo, Filipina pada tanggal 1

Februari 1663. Ia dibaptis pada tanggal 4 Maret 1663 oleh seorang misionaris

Dominikan, yakni P. Alberto Collares, OP, di Gereja Holy Kings Parian. Ayahnya

bernama Jusepe Iuco, seorang pengusaha kain yang kaya berasal dari Amoy, Cina.

Ibunya bernama Maria Jeronima asli Filipina. Ignacia memiliki tiga orang adik

yakni Rafael, Santiago dan Juana de la Conseption, namun ketiga orang saudaranya

ini kemudian meninggal ketika masih berusia balita.

Sebagai pengikut Kristus yang setia, Ignacia dididik dalam iman kristiani,

dan orang yang berperan dalam membina pertumbuhan iman Ignacia adalah Maria

Jeronima, ibunya. Ignacia belajar tentang dasar-dasar iman, doa dan keutamaan-

keutamaan kristiani yang terdapat dalam buku katekismus yang diterjemahkan

dalam bahasa China dan Tagalog. Selain belajar tentang pengetahuan iman

kristiani, Ignacia juga selalu diajak orang tuanya untuk mengikuti kegiatan doa

bersama, misalnya doa rosario, devosi kepada orang kudus, menjadi misdinar

dalam perayaan ekaristi, selalu menerima komunio kudus dan menerima sakramen

pengakuan dosa (Anicia Co, 1998:12 ).

Sejak masih dalam kandungan hingga masa kecilnya, Ignacia dan

keluarganya harus melalui kehidupan dengan penuh perjuangan. Ia dan orang

tuanya terjebak dalam suatu konflik yang rumit. Konflik tersebut bermula dari

Page 23: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

9

tahun 1662 ketika Ia masih dalam kandungan Ibunya, para pembajak dari China

yang dipimpin oleh Koxinga menyerang Manila. Peristiwa itu menimbulkan

dampak buruk bagi orang-orang China yang berada di Manila. Di mana-mana

muncul kerusuhan anti China dan akibatnya banyak orang China yang mati

terbunuh. Gubernur Jenderal Spanyol mengeluarkan perintah untuk mengusir

orang-orang China. Hal ini membuat keluarga Jusepe mengalami penderitaan,

karena mereka termasuk yang dicari. Sebagai warga keturunan, keluarga mereka

mengalami diskriminasi rasial, dikejar-kejar dan terus diancam. Namun Tuhan

memberikan penolong, lewat para imam Jesuit mereka dilindungi dari kejaran

tentara Spanyol, dan diberi kenyamanan sehingga tetap bertahan di Manila (Anicia

Co, 1998: 8-9).

Pada tahun 1682, ketika Ignacia berusia sembilan belas tahun, Pater Paul

Klein, SJ tiba di Manila. Ia adalah seorang imam misionaris Yesuit, ahli bahasa dan

ekonom. Kehadirannya membawa angin segar bagi warga China khususnya

keluarga Jusepe. Pater Paul menjalin kerjasama dengan mereka untuk

mengembangkan perekonomian di daerah itu. Melalui Pater Paul, Ignacia belajar

tentang pengetahuan iman Kristiani terlebih ia mulai mengenal Serikat Yesus.

Ketika berumur dua puluh satu tahun Ignacia dijodohkan dengan seorang

pemuda pilihan orang tuanya namun Ignacia menolak perjodohan itu karena ia

merasa dipanggil Tuhan untuk melayani kaum miskin yang menderita dan tertindas

oleh pemerintahan Spanyol yang menjajah Filipina pada waktu itu, tahun 1684.

Berhadapan dengan keinginan orang tuanya untuk menikah, Ignacia tetap teguh

pada pendiriannya untuk memberi diri dalam pelayanan kepada sesamanya yang

menderita. Dengan keberaniannya yang kokoh dan ketekunannya berdevosi kepada

Page 24: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

10

Bunda Maria, ia mendapat kekuatan dan peneguhan agar kehendak Tuhanlah yang

terjadi dalam hidupnya

Di tengah kemelut yang ada dalam dirinya, Ignacia memutuskan untuk

menemui Pater Paul Klein, SJ pembimbing rohaninya untuk mengungkapkan

segala keresahan hatinya antara memilih perjodohan orang tuanya ataukah

menjawab panggilan Tuhan. Akhirnya Pater Paul Klein, SJ menganjurkan agar

Ignacia mengadakan retret dengan menggunakan latihan rohani St. Ignatius dari

Loyola, agar ia mampu mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan kehendak

Tuhan sendiri (Anicia Co, 1998: 26)

Melalui retret selama delapan hari, Ignacia kemudian mendapatkan suatu

pencerahan, yaitu keputusan untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada “Sang

Raja Kemuliaan Kekal”. Hidupnya hanya untuk kemuliaan Allah yang lebih besar

(Ad Maiorem Dei Gloriam). Dengan demikian Ignacia menolak keinginan orang

tuanya dan semua harta warisan yang diberikan oleh ayahnya. Ignacia kemudian

pergi meninggalkan rumahnya hanya berbekal gunting, jarum dan benang sebagai

simbol dari solidaritasnya dengan kaum miskin dan menderita. Dalam

kemiskinannya ia mau melayani mereka dengan usahanya sendiri meskipun ia tahu

bahwa orang tuanya dapat memenuhi segala kebutuhannya dan memberikan

bantuan tetapi hal itu tidak dikehendakinya (Anicia Co, 1998: 14). Di sini nampak

bahwa ia adalah pribadi yang tidak tergantung pada materi tetapi justru ia

mengandalkan kasih dan kemurahan Tuhan yang akan membuka jalan baginya

untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ignacia memulai lembaran hidupnya yang baru. Ia tinggal sendirian dalam

keheningan di sebuah rumah yang diberi oleh para imam Jesuit di mana rumah

Page 25: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

11

tersebut merupakan rumah kosong milik para suster “Mother of Congregation”

dari Jepang yang diasingkan ke Manila pada tahun 1614 (Anicia Co, 1998: 14).

Pada awal ia tinggal di rumah tersebut ia mengalami tantangan, ada orang yang

menaruh curiga dan prasangka atas cara hidup yang ia pilih ini. Tetapi Ignacia

hanya bisa berpasrah pada Tuhan dan semakin tekun berdoa dalam menghadapi

kesulitan hidupnya itu. Satelah beberapa saat hidup dalam kesendirian dan

keheningan dan berkat iman dan kesalehannya, misinya mulai membuahkan hasil.

Beberapa perempuan mulai tertarik akan cara hidup Ignacia. Orang pertama yang

bergabung dengannya adalah Christina Gonzalez, kemenakannya. Selanjutnya

jumlah anggota komunitas Ignacia ini semakin bertambah menjadi empat orang,

sembilan dan kemudian menjadi tiga puluh tiga orang sampai pada akhirnya pada

tahun 1685 komunitas ini dibentuk dan diberi nama “The Beatas de la Compañía

de Jesùs” dengan Ignacia sebagai pemimpinnya. Namun demikian komunitas ini

belum dinyatakan sebagai sebuah institusi komunitas religius yang resmi karena

belum disahkan oleh takhta Suci di Roma.

Kegiatan Ignacia dan para Beatas pada awalnya hanya terbatas di dalam

komunitas saja yakni mengikuti perayaan misa, menerima sakramen pengakuan

dosa, melakukan latihan rohani (LR. St. Ignatius), doa dan devosi (komunitas

kontemplatif). Setelah cara hidup ini berlangsung beberapa waktu. Akhirnya

Ignacia dan para beatasnya mulai berpikir untuk terbuka dengan dunia luar dan

terlibat dalam kegiatan apostolis. Di luar tembok biara begitu banyak orang yang

membutuhkan uluran tangan dan cinta dari mereka, maka langkah pertama yang

dilakukan adalah mengajak beberapa orang perempuan untuk dilatih menjahit

pakaian. Selanjutnya para beatas mengajar dan mendampingi kaum remaja putri

Page 26: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

12

untuk mengerjakan pekerjaan harian di rumah, pengetahuan tentang membangun

hidup berkeluarga, mengajar pengetahuan iman kristiani dan memberikan latihan-

latihan rohani (LR. St.Ignatius Loyola) bagi kaum perempuan yang membutuhkan

pendampingan rohani (Anicia Co, 1998: 16,18). Usaha Ignacia dan para beatanya

ini didukung dan dibimbing oleh para imam Yesuit yang merupakan pembimbing

rohani mereka pada waktu itu.

Tahun 1697, Uskup Diego Camacho datang ke Manila dalam rangka

mengadakan visitasi kanonikal bagi komunitas-komunitas religius yang ada di

Manila. Dalam visitasi itu Uskup Diego menemukan bahwa Ignacia dan

Beaterionya belum resmi menjadi sebuah institusi yang sah, dan ia memberi

peringatan bahwa akan menggabungkan Beaterio dengan komunitas St. Potenciana

dari ordo Dominikan. Hal ini menimbulkan kebingungan bagi Ignacia dan

komunitasnya. Di satu sisi mereka bukan di bawah kuasa Jesuit tapi di di sisi lain

mereka selalu dilayani oleh Yesuit dalam hal bimbingan rohani dan sakramen

pengakuan. Di sini mereka diajak untuk berpikir mengenai masa depan komunitas,

yakni sebuah Beaterio yang independen dan punya kekhasan sebagai komunitas

religius perempuan yang sah (Anicia Co, 1998: 18-19).

Perjuangan Ignacia dan para Beatanya untuk menjadikan komunitasnya sah

sebagai sebuah institusi bukanlah hal yang mudah. Banyak tantangan dan kesulitan

menghambat mereka, di antaranya pecahnya konflik antara pemerintah dan Gereja

dalam waktu yang lama (1717-1721). Konflik belum selesai Ignacia dan para

beatas harus kehilangan pembimbing rohani mereka, Pater Paul Klein, SJ yang

meninggal dunia, padahal saat-saat seperti itu mereka sangat membutuhkan

bantuan Pater Paul.

Page 27: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

13

Pada tahun 1723 Ignacia mulai menulis peraturan-peraturan yang mengatur

cara hidup dan kebiasaan Beaterionya. Dalam upaya penulisan ini Ignacia dibantu

oleh Pater Pedro Murillo Velarde, SJ sejarawan dan ahli hukum kanonik. Akhirnya

pada tahun 1726 konstitusi ini selesai dibuat dan disahkan oleh Uskup setempat dan

selanjutnya Beaterio ini sah menjadi sebuah institusi komunitas religius lokal.

Setelah sekian tahun memimpin komunitas Beaterio (1684-1737), pada

tahun 1737, Ignacia meletakkan jabatannya sebagai superior kepada salah satu

anggotanya. Ia memilih untuk hidup sebagai anggota biasa sampai meninggal pada

tanggal 10 September 1748 setelah menerima komuni kudus dalam perayaan

ekaristi.

Beaterio ini mengalami beberapa kali pergantian nama mulai dari “Beaterio

de la Compañía de Jesùs” pada tahun 1685, kemudian pada tahun 1902 sampai

dengan 1932 menjadi “Compañía de Beatas de la Virgen Maria” dan selanjutnya

menjadi “Congregacion de Religiosas de la Virgen Maria” yang dalam bahasa

Inggris disebut “Congregation of the Religious of the Virgin Mary” (Anicia Co,

1998: 120). Nama terakhir inilah yang digunakan hingga saat ini sebagai nama

kongregasi RVM. Pada tanggal 17 Maret tahun 1907 Paus Pius X, menetapkan

secara defenitif bahwa kongregasi RVM adalah kongregasi di bawah wewenang

Serikat Kepausan sekaligus mengesahkan konstitusinya (Ferraris, 2004: 41).

1. Pribadi Ignacia Del Espiritu Santo

Berkat pendidikan iman yang baik dari kedua orang tuanya Ignacia tumbuh

menjadi seorang pribadi yang rendah hati dan sederhana dalam hidupnya. Ignacia

tidak bersikap angkuh meskipun ia tahu bahwa orang tuanya adalah pengusaha kain

Page 28: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

14

terkaya di kotanya (Binondo), yang tentunya hidup berkecukupan dan

berkelimpahan materi. Ignacia tidak silau oleh harta yang dimilikinya, justru

sebaliknya dengan sikap imannya yang dewasa dan didukung oleh keberaniannya

ia menunjukkan rasa solider dan empatinya yang besar kepada orang miskin

dengan meninggalkan keinginan dan semua harta warisan orang tuanya. Ia rela

menjadi seorang hamba hina Tuhan yang berjuang untuk mengangkat derajat kaum

wanita pribumi Filipina pada waktu itu.

Pribadi Ignacia yang bersahaja ini sungguh berakar dari kehidupan relasinya

yang mendalam dengan Tuhan melalui doa-doanya yang tak kunjung putus. Di

tengah kehidupannya yang sulit dan berkekurangan serta penuh tekanan dari

pemerintahan kolonial Spanyol, ia dan para susternya tetap setia melakukan mati

raga dan terus menerus berdoa dengan tiarap dan merentangkan tangan di atas

tanah untuk memohon rahmat Allah bagi penyilihan dosa-dosa umat manusia

(Anicia Co, 1998: 17)

Kisah hidup dari Ignacia dan para beaterionya dalam kongregasi adalah

sebuah kisah yang tidak lepas dari keseluruhan pengalaman hidup mereka baik itu

pertumbuhan, konflik maupun pengalaman yang bersifat ambigu. Pribadi Ignacia

dapat menjadi sumber inspirasi dan semangat bagi para perempuan maupun laki-

laki, tua maupun muda dalam hal iman maupun kesaksian hidup. Semangat

hidupnya masih sangat relevan di zaman sekarang. Dalam bukunya yang berjudul A

Lamp To Our Path, (Anicia Co, 1998: 89-94), menuliskan beberapa sikap dasar

yang menunjukkan kepribadiannya itu, yaitu sebagai berikut:

Page 29: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

15

a. Terbuka terhadap Roh Kudus (Opennes to the Holy Spirit)

Salah satu aspek dasar dari pribadinya adalah keterbukaannya terhadap Roh

Kudus. Ia perlahan-lahan tumbuh dalam keberanian dan kepekaan hati sehingga ia

dapat melihat dan menemukan kelemahannya. Pemberian dirinya untuk dipimpin

oleh Roh Kudus membuat ia mampu menemukan makna terdalam dari setiap

pengalaman suka dan duka, pergulatan dan perjuanggan hidupnya, perjumpaannya

dengan orang lain dan alam ciptaan yang lain. Selain itu hidup dalam Roh Kudus

membuat ia semakin bertumbuh dalam iman akan Kristus dan mampu menemukan

kehendak Tuhan dalam hidupnya .

b. Merenungkan dalam Hati seperti Maria (Pondering Heart of Mary)

Ignacia sering mengalami keresahan dalam hatinya salah satunya karena ia

melihat masa depan kehidupan sosial yang tidak adil dan semena-mena. Ia

mengalami kesulitan untuk keluar dari kemelut ini, untuk itu ia berusaha meminta

saran dari seseorang yang dapat membantunya menemukan jalan keluar dari

persoalan yang sedang dihadapinya. Ia menemukan sosok yang tepat yaitu Bunda

Maria. Ignacia terinspirasi dari teladan Maria yang menyimpan segala sesuatu

dalam hatinya dan merenungkannya (Luk. 2:19, 51), dengan meneladan sikap

Maria ini, Ignacia menemukan jawaban atas segala keresahan hatinya. Ia menjadi

lebih sadar akan perasaannya dan suasana hatinya. Ignacia memupuk sikap

dicernmen sebagai usahanya memelihara semangat Maria tersebut.

c. Relasi yang Intim dengan Yesus Kristus (Intimacy With Christ)

Sikap belas kasih Ignacia berakar dari cinta Kristus sendiri. Relasinya yang

akrab dengan Kristus menjadi dasar hidupnya. Ia tidak menunggu untuk menerima,

tetapi dia bebas untuk memberi dari hatinya apa yang dimilikinya, dengan kata lain

Page 30: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

16

ia memberi seluruh dirinya untuk orang lain. Ia tidak menunggu untuk dicintai

tetapi ia keluar untuk berbagi cinta dan perhatian kepada orang lain. Lebih dari itu

berkat keintimannya dengan Kristus membuat ia semakin menyatu denganNya, dan

lebih bersikap reflektif dalam tingkah laku dan gerak-geriknya. Kemurnian hatinya

diungkapkan dalam tutur kata yang santun dan dalam pelayanan kasihnya.

B. Spiritualitas Kongregasi RVM

Kongregasi Religious Of the Virgin Mary (RVM) berakar dari kharisma

pendiri “pelayanan yang total demi kerajaan Allah” dan spiritualitas “Hamba hina”

yang diwariskan kepada para pengikutnya turun temurun. Panggilan hidup Ignacia

berciri khas Maria dan berkarakter St. Ignatius Loyola. Ignacia menjawab

panggilan Tuhan berkat inspirasi dari pribadi Maria yang terbuka dan rendah hati

pada sapaan Allah untuk menjadi Bunda PutraNya, ia juga didorong oleh semangat

pelayanan St. Ignatius yang melakukan segala hal demi kemuliaan Allah. Dua

aspek ini dinyatakan dalam satu kesatuan yang tak terpisahkan yakni kontemplasi

dalam aksi. Dalam semangat dicernmen setiap RVM mencari dan menemukan

kehendak Allah dan menanggapiNya dengan penuh iman melalui suatu keterlibatan

yang mendalam yang berdaya kreasi dalam misi Kristus di dunia ini (Hasil Kapitel

Umum Biasa, 2001, hal.2).

Benih panggilan yang tumbuh dalam diri Ignacia menjadi nyata setelah ia

mengikuti latihan rohani St. Ignatius. Dalam retret itu Ignacia dibimbing oleh P.

Paul Klein, SJ. Ignacia diarahkan untuk menemukan kehendak Tuhan dan berani

menjawab panggilanNya untuk mengabdi kekuasaan tertinggiNya (Anicia Co,

Page 31: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

17

1998: 26). Roh pembeda yaitu latihan rohani St. Ignatius inilah yang kemudian

menjadi bagian dari hidup kongregasi RVM hingga saat ini.

Sifat apostolik dari kongregasi yang “melakukan segala sesuatu demi

kemuliaan Tuhan” adalah bukti bahwa pengaruh semangat santo Ignatius dalam

perjalanan hidup panggilan Ignacia sangat besar. Dalam karya apostoliknya Ignacia

terus bekerja sama dengan para imam Yesuit dalam membangun dan memajukan

orang-orang pribumi khususnya kaum perempuan Filipina. Dalam pelayanan

Ignacia dan para susternya selalu mencari dan menemukan kehendak Tuhan.

Mereka melayani dengan tulus dan memberikan pendidikan iman serta ketrampilan

bagi orang-orang pribumi yang pada saat itu mengalami penderitaan akibat

penjajahan dari bangsa asing.

Bunda Maria adalah sosok pribadi yang begitu dekat dan lekat dengan

kehidupan Ignacia dan teristimewa jawaban Ignacia terhadap panggilan Tuhan

terinspirasi dari sikap keterbukaan Maria yang radikal. Keberanian Ignacia yang

secara tegas menjawab panggilan Tuhan merupakan suatu pancaran keberanian dari

Bunda Maria yang menjawab “ya” atas panggilan Allah untuk menjadi Ibu Tuhan

(Constitution of the RVM Revised, 2002, no.1)

Melalui latihan rohani St. Ignatius Loyola, Ignacia mengkontemplasikan

panggilan Tuhan dalam keheningan, dan mempersatukan diri dengan Tuhan dan

kehendak penciptaNya. Dengan mengambil Maria sebagai ibu, model dan sahabat

maka Ignacia mengenakan spiritualitas Maria sebagai hamba Tuhan yang bersedia

dan taat menerima panggilan Tuhan untuk mengambil bagian dalam karya

penyelamatan Allah di dunia ini.

Page 32: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

18

Spiritualitas sebagai hamba Tuhan ini lalu diwariskan Ignacia kepada pengikutnya sebagaimana tercantum dalam Constitution of the RVM Revised 2002, No. 4, yakni :

Dijiwai oleh fiat Maria “aku ini hamba Tuhan”, setiap suster RVM mampu mewujudnyatakan sikap-sikap dasar dari BundaNya menurut perkembangan zaman. Seperti Bunda Maria setiap suster harus memiliki iman yang mendalam, kerendahan hati, dan taat pada Kristus sang Mempelai Ilahi Usaha dalam mengejawantahkan spritualitas Maria ini menjadi sebuah

komitmen yang harus menjadi milik setiap suster RVM dalam kehidupannya setiap

hari, karena itu para suster perlu menyadari beberapa hal sebagaimana yang

tercantum dalam konstitusi kongregasi RVM (2002: 2-3) yaitu: Pertama, menyadari

keberadaannya sebagai pribadi yang diciptakan Allah secara unik dan yang dipilih

oleh Allah untuk menjadi instrumen cinta kasihNya. Kesadaran ini menghantar

para suster untuk membuka diri secara utuh terhadap cinta Ilahi dan kemudian

dengan bebas dan rela berbagi cinta kepada sesama.

Kedua, mempunyai sumbangan kepada dunia sebagai seorang wanita

melalui kontemplasi, doa, kelembutan, kemurnian, kepekaan, kesabaran, belas

kasih dan penghormatan atas hidup. Cinta penuh pengorbanan, kesetiaan dan

melayani dengan semangat yang besar demi kerajaan Allah menjadi dasar hidup

panggilan para suster.

Ketiga, terlibat dalam tradisinya sendiri dan menghargai warisan

budayanya. Dia harus memiliki sikap hormat dan cinta akan negaranya dalam

kepedulian sosial dan budaya serta memberikan dirinya bagi perkembangan

negaranya, dengan kata lain RVM terlibat dalam memberikan suatu pandangan atau

aksi nyata demi perkembangan Gereja dan masyarakat. Dalam hal ini setiap RVM

harus meneladan pribadi Maria yang sangat menghormati tradisi Yahudi serta

Page 33: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

19

mempersembahkan dirinya bagi orang-orang pada zamannya (bdk. Luk.1: 56).

Kelembutan dan kepekaan hati Maria serta kesetiaannya di kaki salib Yesus

Puteranya menjadi dasar bagi setiap suster RVM dalam membangun hidup pribadi,

komunitas dan karya kerasulan.

Keempat, mampu melakukan disermen dalam mencari dan menemukan

kehendak Allah serta berani melaksanakannnya. Selanjutnya secara pribadi maupun

bersama membangun persahabatan yang otentik dengan Bunda Maria sebagai

pribadi yang hidup.

C. Kekuatan dan Kelemahan Kepemimpinan RVM

Pada tanggal 3 April-20 Mei 2001 diadakan kapitel umum biasa RVM yang

ke-17 di Tagaytay, Filipina. Dalam kapitel ini para peserta mengadakan evaluasi

dan refleksi atas penghayatan hidup bakti dan perkembangan kongregasi selama

lima tahun. Salah satu pokok penting yang dibahas adalah tentang sejauh mana para

pemimpin dalam tarekat RVM telah bertumbuh dalam pemahaman, pengungkapan

dan perwujudan makna kepemimpinan yang sesuai dengan kepemimpinan Yesus

dan semangat Ignacia, yakni kepemimpinan sebagai hamba Tuhan.

Dalam evaluasi dan refleksi tersebut ditemukan beberapa kekuatan dan

kelemahan dari kepemimpinan baik secara lokal maupun internasional. Namun

sebelum memaparkan hal itu, terlebih dahulu penulis memaparkan kualitas

kepemimpinan Mother Ignacia sebagai peletak dasar kepemimpinan kongregasi

RVM.

Page 34: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

20

1. Kualitas Kepemimpinan Mother Ignacia

Ignacia adalah perempuan yang memiliki kedalaman iman dan menaruh

kepercayaan penuh pada penyelenggaraan Ilahi. Dalam kepemimpinannya ia tidak

mengandalkan kekuatannya semata, ia mengandalkan kekuatan Kristus. Mother

Ignacia menyadari bahwa segala yang dimilikinya, bakat, talenta, hidup bahkan

seluruh dirinya adalah anugerah Tuhan yang diberikan secara cuma-cuma. Oleh

karena itu dalam rangka menjalankan tugas kepemimpinannya Ignacia

menghayatinya sebagai suatu bentuk pengabdian pada Allah dan sesama. Semua

yang dimilikinya dikembalikan kepada Allah lewat doa, pujian dan pelayanan

apostolisnya.

Cintanya akan salib Kristus dan demi keselamatan jiwa-jiwa, membuat ia

rela berbagi dan memilih hidup miskin dan sederhana dalam kesetiakawanan

dengan yang menderita. Dia teguh dan berani dalam menjawab kebutuhan

zamannya berjuang mengangkat derajat kaum perempuan yang tertindas.

Ignacia memiliki relasi yang mendalam dengan Tuhan. Sebagai pemimpin

ia selalu melakukan dicernmen demi mengetahui kehendak Tuhan dalam hidupnya.

Apapun keputusan yang diambilnya adalah yang baik di hadapan Tuhan dan

komunitasnya. Pengabdiannya sebagai pemimpin disadari sebagai suatu bentuk

penghayatan akan teladan kepemimpinan Yesus sendiri yang datang untuk

melayani bukannya dilayani. Yesus membuka tanganNya, memberikan hatiNya

untuk mencintai manusia terutama yang miskin dan tersingkir. Yesus melintasi

jarak, waktu, sekat-sekat, batas wilayah hanya untuk melayani manusia (Zaluchu,

2005: 40). Ignacia belajar dari sang Guru untuk menjadi pemimpin yang sejati, ia

mendatangi orang-orang yang dilayaninya bukan dengan kekuasaan dan kekuatan

Page 35: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

21

tetapi dengan kerendahan hati, kelembutan dan keberadaan dirinya yang hanya

sebagai alat di tanganNya.

Popularitas dan jabatan bukan menjadi tujuan kepemimpinannya, meskipun

ia masih diharapkan oleh anggotanya untuk memimpin ia malah meletakkan

jabatannya kepada anggota yang lain. Ignacia memilih untuk memberikan

kesempatan kepada para anggotanya untuk mengalami pengalaman baru lewat

kepemimpinan orang lain. Ia memilih menjadi anggota biasa sampai akhir

hidupnya. Ia bersikap lepas bebas terhadap jabatan sebagai pemimpin, karena ia

sadar bahwa semua yang ada padanya saat ini adalah anugerah Tuhan semata, jadi

ia tidak berhak untuk menguasai semuanya itu termasuk kedudukannya sebagai

pemimpin.

2. Kekuatan dan Kelemahan Kepemimpinan para Suster RVM berdasarkan Hasil

Kapitel Umum Biasa RVM ke-17 tahun 2001.

Para suster RVM dalam kepemimpinannya menampakkan penghayatan

hidup doa yang dalam, berbelaskasih dan memiliki dedikasi yang tinggi terhadap

visi misi kongregasi. Dalam kehidupan berkomunitas mereka telah berusaha

menciptakan suasana yang fleksibel, terbuka, mengedepankan unsur dialog dan

partisipasi yang luas kepada para anggotanya dalam usaha mencapai konsensus

bersama, meskipun kadang keputusan akhir ada pada pemimpin. Namun yang

bernilai di sini adalah bahwa adanya proses disermen bersama untuk menemukan

kehendak Allah. Baik pemimpin maupun anggota meninggalkan egonya,

kepentingannya sendiri ataupun keinginan-keinginan pribadi dan berusaha

Page 36: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

22

mendengarkan, memberi gagasan-gagasan atau pandangan yang berharga demi

menemukan keputusan yang sesuai dengan kehendak Allah.

Para pemimpin sering mengadakan kunjungan-kunjungan ke setiap

komunitas, mengadakan pertemuan-pertemuan, seminar-seminar, rekoleksi, retret

dan pembagian sirkular demi membangun persekutuan kasih dalam komunitas.

Kehadiran para pemimpin di tengah-tengah anggotanya ini dirasakan oleh setiap

suster sebagai berkat, dukungan dan kekuatan yang membangkitkan semangat

untuk semakin setia padaNya. Namun demikian dalam kunjungan tersebut

dirasakan waktunya terlalu singkat bagi pemimpin untuk mengenal lebih dalam

setiap pribadi dan mendengarkan sharing perjuangan dan pergulatan para

anggotanya.

Para pemimpin telah berusaha menghayati hidup sederhana dan mau

melayani sesama dengan tulus. Meskipun demikian masih ada pemimpin yang

tidak berani lepas bebas dari kelekatannya, dari rasa aman, dan kemapanannya

entah itu lingkungan yang menyenangkan, jabatan, atau orang-orang di sekitarnya.

Di tengah-tengah gaya hidup materialisme, konsumerisme dan hedonisme ini ada

yang tidak mampu mengatakan “cukup” untuk membatasi keinginannya (Hasil

Kapitel Umum Biasa ke-17, 2001, no.6)

Para pemimpin telah mengulurkan tangan kepada orang lain dengan

memberi yang terbaik sebagaimana nampak dalam kualitas pelayanan yang

disumbangkan, namun demikian masih ada kecenderungan yang berorientasi pada

fungsi seperti lebih fokus pada kerja dan ambisi untuk berhasil daripada

mengutamakan Kristus dan nilai-nilai Kerajaan Allah, dengan kata lain masih ada

Page 37: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

23

keinginan kuat untuk berkuasa (Hasil Kapitel Umum Biasa RVM ke-17, 2001,

no.3).

Pada taraf tertentu, para suster telah mengalami kepemimpinan kolaboratif

dan partisipatif. Para suster dalam kepemimpinannya membagi tanggung jawab

bersama dengan tingkat kepemimpinan yang paling bawah. Namun demikian ada

beberapa di antara mereka tidak dengan sungguh-sungguh bekerjasama dan kurang

Bertanggung jawab dalam tugasnya karena kurang memahami prinsip-prinsip

kepemimpinan (Hasil Kapitel Umum Biasa ke-17, 2001: 64).

Page 38: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

24

BAB III

TAFSIR INJIL YOHANES 13:1-20

Yohanes 13 hingga 20 lebih memusatkan perhatian pada bagaimana Yesus

akan kembali kepada BapaNya dan dampaknya bagi para murid. Bila pada bab-bab

sebelumnya Yesus sudah mengisyaratkan datangnya “saat”, kini saat itu sudah

dekat dan membawa penentuan bagi Yesus dan para muridNya. “Saat” itu

didahului dengan peristiwa perpisahan antara Yesus dengan para muridNya dan

dalam peristiwa tersebut Yesus mewariskan sebuah teladan kasih lewat

pembasuhan kaki para muridNya. Untuk lebih memahaminya maka pada Bab III

ini akan dibahas mengenai konteks, struktur, tafsir dan pesan Injil Yohanes 13:1-

20. Selanjutnya di bawah ini dikutip kisah lengkap teks tentang “Yesus Membasuh

Kaki Para MuridNya” (Yoh. 13:1-20) berdasarkan Kitab Suci Perjanjian Baru,

terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, tahun 1995.

Teks Injil Yohanes 13:1-20 sebagai berikut :

Yesus Membasuh Kaki Para MuridNya

(Yohanes 13:1-20)

1 Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saatNya telah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi Murid-muridNya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai pada kesudahannya. 2 Mereka sedang makan bersama, dan iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia. 3 Yesus tahu bahwa, BapaNya telah menyerahkan segala sesuatu kepadaNya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. 4 Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubahNya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pada pinggangNya, 5 kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan

Page 39: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

25

mulai membasuh kaki murid-muridNya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggangNya itu. 6 Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepadaNya: “Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?” 7 Jawab Yesus kepadanya: “apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.” 8 Kata Petrus kepadaNya: “Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya.” Jawab Yesus: “ jikalau Aku tidak membasuh engkau, engaku tidak mendapat bagian dalam Aku.” 9 Kata Simon Petrus kepadaNya: “Tuhan jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!” 10 Kata Yesus kepadanya: “barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua.” 11 Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: ‘tidak semua kamu bersih.” 12 Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaianNya dan kembali ke tempatNya. Lalu Ia berkata kepada mereka: “mengertikah apa yang telah Kuperbuat kepadamu? 13 Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. 14 Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; 15 sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah kuperbuat kepadamu. 16 Aku berkata kepadamu: sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya, ataupun seorang utusan daripada dia yang mengutusnya. 17 Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya. 18 Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: “orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku. 19 Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia. 20 Aku berkata kepadamu: “Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku.”

Page 40: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

26

A. Konteks Injil Yohanes 13:1-20

Penginjil Yohanes melukiskan kisah pembasuhan kaki para murid terjadi

sebelum hari raya paskah Yahudi (13:1). Menurut Yohanes hari raya Paskah

Yahudi jatuh pada hari kelima belas bulan Nisan, dimulai sejak Jumat malam pada

saat matahari terbenam; karena itu perjamuan pada hari Kamis malam dan kisah

Jumat Agung terjadi pada tanggal empat belas bulan Nisan (Brown, 1960: 66).

Tindakan yang cukup penting menyangkut pewahyuan diriNya ditempatkan

dalam latar belakang hari raya Paskah Yahudi. Pada saat hari raya tersebut, suasana

kota menjadi ramai, kegembiraan meluap-luap, kenangan akan peristiwa

pembebasan bangsa Israel pada zaman dulu dan pengharapan pada saat ini tentang

pengorbanan dan devosi yang tinggi begitu memenuhi pikiran dan hati orang-orang

Yahudi. Di tengah kesibukan orang-orang Yahudi tersebut, Yesus sang Anak

Domba Allah, mempersiapkan dengan tenang segala sesuatu untuk memenuhi

suatu perjamuan yang lain (White, 1993:115), sebuah perjamuan kasih bersama

dengan sahabat-sahabat yang dikasihiNya.

Pewahyuan diriNya ditempatkan berhadapan dengan saat-saat terakhir

kehidupanNya di dunia (12:23; 13:1). Seluruh kehidupan Yesus dan misi yang

diembanNya dari Bapa hampir selesai, dan sekarang, saat yang ditetapkan bagiNya

perlahan tapi pasti mendekati puncaknya. Yesus sadar sepenuhnya bahwa Ia akan

segera kembali kepada Bapa yang mengutusNya dan tentang ini bukanlah

kehendak manusia yang mengaturNya, melainkan kehendak Bapa sendiri yang

terjadi, dan Yesus telah siap untuk menghadapi dan menjalani rencana Bapa itu.

Pewahyuan diriNya juga ditempatkan dalam latar belakang cintaNya yang

kekal kepada para muridNya (ayat 1). Ia mencintai milikNya sama seperti dunia

Page 41: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

27

mencintai miliknya (15:19), tetapi yang tak tergantikan ialah betapa Ia tidak

mengutamakan diriNya sendiri, sampai kapan pun, sampai kepenuhanNya.

Hubungan pribadi tersebut, yang dipenuhi oleh suasana kesedihan, semakin

menambah ketegangan dalam kisah malam itu. Tentu saja ada sebuah pengecualian

di sana: rencana pengkhianatan Yudas (ayat 2) yang sangat mengejutkan para

murid. Kesetiaan yang diimplikasikan dalam makan bersama rupanya tidak mampu

mengikat kesatuan di antara mereka semua. Setan menawarkan pikiran jahat, dan

berhasil memenangkan Yudas untuk menyetujui tindakan pengkhianatan terhadap

Sang Guru dan Tuhan yang selama ini selalu bersamanya.

Latar belakang kosmis tersebut (kontradiksi antara yang baik dan jahat

(ayat 2)), bertentangan dengan penyingkapan diri Kristus. Seraya mengelilingi meja

perjamuan di Yerusalem, beberapa isu mulai dipersoalkan. Yudas mungkin saja

menjadi agen yang memainkan peran kecil; sumber asli tentang oposisi/perlawanan

terhadap maksud Allah ialah konflik yang amat lama antara Allah dan “lawan atau

musuhNya” (satan dalam bahasa Ibrani), konflik antara terang dan gelap (1:5),

antara yang baik dan yang jahat. Dan sekarang, dalam perjamuan malam terakhir

ini, pertempuran antara dua hal tersebut berlangsung: “pemerintah”

(setan/kejahatan) dunia melawan Penyelamat dunia, dan ini tentang penghakiman

(12:31). Ia (penguasa dunia) datang dan melawan Yesus, tetapi tak berkuasa

apapun atas Yesus (14:30) (White, 1993: 115).

Pewahyuan diri Kristus ditempatkan, atau diperhadapkan dengan latar

belakang keTuhananNya atas segala sesuatu dimana Bapa telah menyerahkan

segalanya ke dalam tanganNya (ayat 3). Yesus mengetahui bahwa Bapa memiliki

kuasa terhadap seluruh misiNya di dunia, dan untuk itu apa yang menjadi karya dan

Page 42: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

28

pewartaanNya adalah sesuai dengan kehendak Bapa. Ketika pada perjamuan

malam terakhir bersama murid-muridNya Yesus mengetahui bahwa kuasa yang

diberikan Bapa kepadaNya sebagai penyelamat dunia hampir usai. Ia telah datang

dari Bapa dan akan kembali kepada Bapa. Dan untuk mengakhiri semuanya itu Ia

akan melewatinya dengan penderitaan dan pengorbanan yang besar namun Ia tidak

gentar dan mundur sebab Bapa telah mengaruniakan kepadaNya kemampuan untuk

menghadapi semuanya itu.

Akhirnya, dan sungguh mengagumkan, pengungkapan diri Yesus pada

malam perjamuan ini ditempatkan dalam latar belakang seluruh peristiwa

penebusan yang dibawa oleh Kristus dari kemuliaan yang Ia miliki bersama Allah

sendiri sebelum dunia dijadikan. Ia masuk ke dunia dengan seluruh penghinaan,

kerendahan, penolakan dan berpuncak pada kematian (White, 1993: 116) dan pada

hari ketiga Ia bangkit dari maut. KebangkitanNya mengalahkan kuasa setan atas

manusia dan menghantar manusia kembali kepada Bapa. Dengan demikian

membawaNya kembali menuju kemuliaan bersama Bapa di surga.

Demikianlah Penginjil Yohanes menggambarkan sebuah moment yang

agung menjelang akhir misi penyelamatan Yesus dengan sebuah peristiwa yang

sederhana tapi syarat makna, kasih sampai sehabis-habisnya. Sebuah kenangan

terakhir dari Sang Guru yang sangat indah menjadi warisan teladan cinta kasih dan

kerendahan hati bagi para pengikutNya (White, 1993: 116).

Page 43: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

29

B. Struktur Injil Yohanes 13:1-20

Injil Yohanes 13:1-20 dibagi dalam susunan sebagai berikut:

Ayat 1 dan 3 : Pengantar yang menunjukkan apa yang terjadi padaYesus.

Ayat 2 : Kisah pengkhianatan Yudas Iskariot yang juga menjadi bagian

dari kesadaran Yesus.

Ayat 4-5 : Kisah pembasuhan kaki para murid oleh Yesus.

Ayat 6-10a : Tafsiran atas kisah pembasuhan kaki serta para tokoh dalam

kisah tersebut. Soal yang diumumkan adalah soal “bersih”.

Ayat 10b-11 : Siapa yang “tidak bersih”.

Ayat 12-15 : Tafsiran dan penerapan bagi para murid (para murid harus

mengikuti teladan Yesus).

Ayat 16 : Sabda Yesus yang mirip dengan Matius 10:24; Lukas 6:40 dan

Yohanes 15:20.

Ayat 17 : Lanjutan tafsiran dengan nada ajakan.

Ayat 18 : Yesus menunjukkan pada Yudas yang “tidak melakukan”.

Ayat 19-20 : Pesan Yesus kepada para murid dan ditutup dengan sabda yang

mirip pada Matius 10:40; Markus 9:37; Lukas 9:48, 10:16

C. Tafsir Injil Yohanes 13:1-20

Lukas 22:24-28 mengungkapkan para murid yang mempersoalkan siapa

yang terbesar, dan Yesus pun mengatakan, “Biarlah yang terbesar di antara kalian

menjadi yang termuda, dan seorang pemimpin berlaku sebagai seorang yang

melayani … Aku ada di antara kalian sebagai seorang yang melayani”. Penginjil

Yohanes mengabaikan perkataan ini, namun justru ia melukiskan suatu tindakan

Page 44: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

30

Yesus (pembasuhan kaki) yang dramatis yang memang mengungkapkan seluruh

makna dari perkataan dalam Injil Lukas tersebut.

Tindakan Yesus selama pembasuhan kaki menyimbolkan kesengsaraan dan

kematianNya kelak yang menyelamatkan dunia. Penanggalan jubahNya (13:4)

merefleksikan penanggalan seluruh hidupNya, penanggalan atas kemuliaanNya

dengan mengambil rupa seorang hamba dan yang memberikan hidupNya sendiri

demi sahabat-sahabatNya (Yoh.10:17; 15:13). Pembasuhan kaki (13:5) menunjuk

pada pembasuhan dengan air yang membuat seseorang menjadi anak Allah (Yoh.

3:5; 13:10). Bahkan lebih dari itu tindakanNya ini menjadi isyarat dari sikap patuh

dan setia pada kehendak BapaNya dan memang untuk itulah Ia datang ke dunia.

Perlu diketahui bahwa, sistem hukum Yahudi tidak menghargai seorang budak

sebagai harta milik dari seorang Yahudi, sampai sang budak menunjukkan

beberapa tindakan pelayanan pribadi bagi tuannya. Dengan demikian melalui

pembasuhan kaki para murid, Yesus menjadikan diriNya sendiri sebagai hamba

mereka yang sesungguhnya. Ia menjadi hamba mereka bukan sebagai seseorang

yang merasa rendah diri, melainkan sebagai seseorang yang berbagi kasih dengan

orang yang dilayani, dengan bebas Ia menerima semua tuntutan dan konsekuensi

dari pelayanan itu. PelayananNya itu bukanlah sebuah tindakan penghindaran diri

dari berbagai kesusahan, melainkan lahir dari komitmen serta kesadaran sebagai

seorang Mesias yang menderita demi menyelamatkan manusia dari belenggu dosa

(Wijngaards, 1986: 236).

Pembasuhan kaki oleh Yesus juga menyimbolkan ambil bagian dalam karya

keselamatan Kristus (ay. 6-11). Yesus digambarkan sebagai seorang hamba atau

abdi yang memberikan nyawaNya kepada manusia (Filipi 2:7-8) agar manusia

Page 45: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

31

memperoleh keselamatan dan kemerdekaan sejati sebagai anak-anak Allah.

Mengambil bagian dalam karya keselamatan Kristus tidak serta merta terjadi begitu

saja namun melalui suatu proses dan perjuangan yang besar yakni melalui suatu

jalan “pertobatan atau metanoia” yang terus menerus (Darmawijaya, 988: 95).

Proses ini dapat ditemukan dalam pribadi Petrus yang terlibat dalam kisah

pembasuhan kaki pada malam perjamuan itu. Ketika tiba giliran Yesus membasuh

kakinya. Petrus mempertanyakan tindakan Yesus tersebut “Tuhan, Engkau hendak

membasuh kakiku?” (ay.6). Petrus tidak ingin Yesus melakukan pekerjaan yang

hanya boleh dilakukan oleh seorang budak pada tuannya. Yesus tidak terpengaruh

oleh reaksi Petrus, Ia mengatakan bahwa apa yang dilakukanNya saat ini tidak

dipahaminya sekarang tetapi kelak mereka akan mengerti. Jawaban Yesus ini

mengingatkan para pembaca Yohanes pada kisah lainnya, yakni perkataan Yesus

tentang kenisah ataupun perjalananNya masuk Yerusalem, para murid tidak

mengerti sampai mereka “mengingat kembali” semuanya setelah kematian dan

kebangkitanNya (2:22; 12:16) (Brown, Cs, 2000: 973).

Pada ayat 9, Petrus kembali meminta kepada Yesus untuk tidak hanya

membasuh kakinya saja melainkan tangan dan kepalanya juga, namun ayat 10

memberikan petunjuk bahwa pembasuhan penuh oleh Yesus sudah dilaksanakan

bagi para murid. Dengan demikian pembasuhan kaki oleh Yesus sebagai “tanda”

sudah cukup. Pembasuhan yang sesungguhnya dalam arti pembasuhan yang

sempurna atau penuh kiranya dimaknai dalam pembasuhan oleh darah Yesus

Kristus sang Anak Domba Allah yang dikurbankan di kayu salib (1 Yoh. 1:7).

Pandangan ini yang kemudian dirumuskan oleh Gereja awal dengan istilah

“baptisan” atau kelahiran baru (bdk. Yoh 3:1-7). Maka jawaban Yesus kepada

Page 46: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

32

Petrus bahwa “sudah mandi” (ay.10) tidak perlu lagi dibasuh seluruhnya menunjuk

pada baptisan itu sendiri. Selanjutnya Penginjil Yohanes juga tidak begitu saja

mengabaikan kata “bersih” dari para murid. Menurut Darmawijaya (1988: 95) para

murid memang belum dibaptis, tetapi bagi Yesus mereka sudah bersih karena iman

akan sabda Yesus yang mereka dengar (Yoh. 15:3). Melalui perlawananNya atas

dosa, memikul dosa dan mati karena dosa umat manusia, Yesus telah membasuh

sampai bersih semua yang berdosa.

Baptisan yang dilambangkan dengan pembasuhan memiliki makna yang

sangat penting sebab melalui baptisan para murid mengambil bagian dalam tugas

“pengabdian” Yesus (bdk.13:8), yakni tugas pelayanan kepada sesama.

Mengambil bagian dalam misi Kristus itu, Yesus memberi catatan tersendiri bagi

Yudas “kamu sudah bersih, namun tidak semua” (ay. 10d-11). Yudas memang

menjadi bilangan dari kedua belas murid Yesus yang setiap saat selalu berada di

dekat Yesus, mendengarkan sabda Yesus, melihat karya-karya Yesus, tetapi Ia

sendiri tidak mau terlibat dalam karya Yesus bahkan ia bersekutu dengan pikiran

jahat iblis dan melakukan pengkhianatan terhadap Gurunya sendiri. Yudas

memutuskan tali persaudaraannya dengan Yesus dan para murid yang lain, ia lebih

memilih berada di pihak setan, dan menolak pewahyuan kasih Allah dalam diri

Yesus Kristus (Yoh. 6:70-71).

Yesus menyelesaikan tugasNya membasuh kaki para murid, lalu

mengenakan lagi jubahNya dan kembali ke meja perjamuan. Tak seorang pun

berani menawarkan diri untuk membasuh kakiNya. Dalam saat hening ini Yesus

bertanya kepada para muridNya “mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat

padamu?” (ayat 12). Mereka telah melihat, namun apakah mereka menangkap

Page 47: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

33

maksudnya? Yesus perlahan-lahan membuka hati dan pikiran para murid akan

tugas dan misi yang akan mereka emban sesudah kematianNya, bahwa yang

pertama-tama adalah mereka harus saling melayani satu sama lain dalam kasih

(ayat 13-14). Ia telah menunjukkan teladan kasih yang sempurna sebagai seorang

pemimpin dan inilah pola tingkah laku Kristiani yang sejati yang harus dihayati

yakni melayani dalam kasih dan penuh kerendahan hati. Melalui pembasuhan ini

juga Yesus mendidik para murid bahwa yang terutama bukanlah sekedar mengikuti

Yesus secara moral, melainkan lebih dari itu mampu menerima Dia sebagai pribadi

Ilahi (bdk. 13:38) yang bersatu dengan Bapa. Mengikuti Kristus bukanlah terbatas

pada sikap dan hal-hal lahiriah tetapi lebih berlandaskan pada motivasi untuk

mengalami persatuan batiniah yang dalam dengan Allah dan ketaatan yang penuh

pada Bapa sebagaimana telah diteladankan oleh Yesus sendiri.

Setelah Yesus menjelaskan arti pembasuhan kepada para muridNya, kini

pada ayat 18-20 Yesus kembali berbicara tentang apa yang akan terjadi dengan

diriNya yakni piala penderitaan yang sesaat lagi akan diminumNya. Dengan

demikian Yesus menyiapkan para murid untuk menghadapi pengkhianatan yang

mengejutkan terhadap diriNya. Isyarat pada ayat 10 “tidak semua kamu bersih”

secara samar mempersiapkan para murid pada peringatan di ayat 18 “…orang yang

duduk dan makan bersamaKu telah bangkit melawan Aku”, sebelum kesaksianNya

pada ayat 21 “… sesungguhnya seorang dari kamu akan mengkhianati Aku”

(White, 1993: 120). Hal ini senada dengan apa yang tertulis dalam Kitab Mazmur

“Malah sahabatku yang paling karib, yang dengannya aku berbagi makan telah

mengangkat tumitnya melawan aku” (Mzm 41: 9).

Page 48: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

34

Yesus secara jujur dan terbuka, berbicara di hadapan murid-murid bahwa Ia

sudah tahu apa yang akan menimpa diriNya pada keesokan hari (dalam jalan

salibNya). Yesus mengungkapkan bahwa pengkhianatan atas diriNya dilakukan

oleh orang terdekatNya (ayat 18, 21). Ia memilih mereka semua (ayat 18; 6:70),

dan Ia begitu mengenal mereka (2:25). Dalam memilih Yudas, Ia tidaklah membuat

suatu kesalahan, dan tentunya tidak menempatkan Yudas dalam posisi yang salah.

Yudas memang memiliki kualitas yang mungkin bisa membuatnya menjadi

seorang murid, dan kepadanya diberikan kesempatan dan keistimewaan yang sama

sebagaimana kepada para pengikutNya yang lain. Namun penyesalannya yang

terakhir setelah peristiwa pengkhianatan itu menunjukkan apakah ia layak menjadi

murid atau tidak! (White, 1993: 120).

Yudas pergi ke jalan yang salah. Ia memilih menjadi agen dari kekuatan

yang lebih hebat dari dirinya sendiri yakni terjerat dalam kuasa iblis (Mrk 14:10-

11), semua itu terjadi dengan kemauannya juga; ia merencanakan, menerima

pembayaran tiga puluh keping perak, dan ia berkhianat hanya dengan sebuah

ciuman! Kisah ini menjadi peringatan bagi mereka semua (ayat 20), bahwa untuk

menerima atau menolak Yesus sama saja dengan menerima atau menolak Allah.

Dan Yudas telah membuktikan itu bahwa penyesalannya dengan mengakhiri

hidupnya sendiri menunjukkan ia telah menolak cinta kasih Allah.

D. Pesan Injil Yohanes 13:1-20 bagi Para Suster Pemimpin dalam

Kongregasi RVM

Peristiwa pembasuhan yang dilakukan oleh Yesus sebelum perayaan Paskah

Yahudi merupakan sebuah peristiwa agung dan mulia. Tindakan pembasuhan yang

Page 49: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

35

lazim hanya dilakukan oleh seorang hamba kepada tuannya, dengan rendah hati

dan penuh kasih dilakukan oleh Yesus kepada para muridNya. Ia yang adalah

seorang Mesias, Guru dan Tuhan rela berlutut, dan membasuh kaki para murid

yang kotor penuh debu mungkin juga aromanya tidak sedap. Tapi mengapa Yesus

mau melakukan pekerjaan yang hina itu? Yesus memang tidak sedang melakukan

sebuah sandiwara di hadapan para muridNya, melainkan Yesus menunjukkan

sebuah teladan hidup bagaimana mencintai sampai sehabis-habisnya dan sekaligus

memberi teladan bagaimana seharusnya menjadi seorang pemimpin yang sejati

(13:14-15). Peristiwa pembasuhan kaki merupakan suatu teladan sekaligus

pendidikan kepemimpinan para murid yang sangat mulia dan menyentuh hati para

murid. Yesus mau menunjukkan bahwa menjadi pemimpin yang sejati berarti

“melayani dengan penuh kasih dan ketulusan hati, kejujuran dan penuh

kebijaksanaan” (Sardi, 2005: 223).

Ketika Yesus meninggalkan meja perjamuan, menanggalkan jubah,

mengambil serbet dan baskom berisi air lalu membasuh kaki para murid, Yesus

menghadirkan sebuah realitas kehidupan dari misiNya di dunia, yakni “Aku datang

bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani” (Mark. 10:45). Sebuah

konsekuensi diterimanya dari misi tersebut, “Ia turun dari kemuliaanNya yang

setara dengan Allah ke posisi yang rendah sebagai seorang hamba sejajar dengan

turunNya Ia dari surga ke kayu salib” (Wilkes, 2005: 186). Dengan demikian Yesus

mengajak para murid untuk menemukan makna kerendahan hati sebagai pelayan

yang mengambil bagian dalam misi Kristus sebagaimana yang Ia ajarkan kepada

mereka “Barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Luk. 14:11).

Page 50: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

36

Misi Yesus adalah melaksanakan kehendak Bapa dan menjadi hamba yang

melayani. Dalam Injil banyak ditemukan kisah yang menunjukkan bahwa Yesus

mengoreksi dan meluruskan berbagai persepsi pengikutNya mengenai siapakah

Dia. Lima ribu orang yang setelah mengalami mukjizat pergandaan roti

menginginkan Dia menjadi raja mereka (bdk. Yoh. 6:14-15). Sedangkan murid

yang lainnya Yakobus dan Yohanes menginginkan Dia menjadi Mesias yang akan

membangun sebuah kerajaan duniawi dan mereka diperbolehkan mengambil

bagian di dalamnya (Mark.10:35-40). Simon orang Zelot dan para murid yang lain

bahkan menginginkan Yesus menjadi Mesias yang mampu menghalau para

penindas Romawi (Wilkes, 2005: 186). Demikianlah gambaran para pengikut

Yesus yang menginginkan Ia hadir sebagai pemimpin yang memiliki kuasa untuk

membangun sebuah pemerintahan duniawi demi memenuhi sebuah tujuan politis

tertentu. Namun Yesus secara tegas menolak ide atau keinginan banyak orang

untuk menjadikan Dia sebagai raja atau pemimpin publik.

Yesus adalah Mesias, hamba yang menderita. Misi yang diembannya dari

Bapa adalah untuk menggenapkan nubuat nabi Yesaya mengenai Mesias yang

diutus untuk membebaskan mereka yang tertawan, tertindas, menyembuhkan yang

sakit dan memberikan penghiburan bagi yang menderita (Yes 61:1-2; Luk. 4:18).

Jelas bahwa sebagai seorang Mesias Ia menjadi hamba yang datang untuk

menderita dan “sesudah kesusahan jiwaNya ia akan menemukan terang dan

memperoleh pengetahuan yang sempurna ...” (Yes, 53:11) yakni mahkota

kemuliaan kekal bersama Bapa di surga. Misi Yesus bukan untuk memenuhi

keinginan dari siapapun. Sebaliknya misiNya adalah melaksanakan kehendak

Bapa; menghadirkan kerajaan Allah di dunia ini dan membebaskan manusia dari

Page 51: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

37

belenggu dosa melalui pengorbananNya di salib serta menghantar manusia kembali

ke dalam kesatuan dengan Bapa di surga.

Kenyataan menunjukkan bahwa seringkali para pemimpin entah itu

pemimpin pemerintahan, maupun pemimpin religius termasuk dalam kongregasi

RVM tidak sempurna dalam menjalankan misi Kristus melalui tugas yang

diembannya dari tarekat. Misi itu terkadang gagal tidak sesuai harapan banyak

orang dan tujuan tarekat karena masih ada kecenderungan berorientasi pada fungsi

dan ambisi untuk berhasil daripada mengutamakan Kristus dan nilai-nilai Kerajaan

Allah, kurang melibatkan unsur disermen komunal dalam membuat keputusan

(Hasil Kapitel Umum Biasa RVM ke-17, 2001, no.3).

Yesus adalah pribadi yang konsisten, apa yang dikatakan atau diajarkan

itulah yang dilaksanakanNya dalam hidup, dengan kata lain antara perkataan dan

perbuatan sejalan. Maka ketika Ia berkata “Aku datang untuk melayani” benar-

benar Ia tunjukkan dalam pembasuhan kaki para murid. Yesus tidak merasa

terbebani dengan pekerjaan itu karena Ia melakukannya dengan sukarela, penuh

ketulusan hati dan karena kasihNya yang besar kepada Bapa dan para murid yang

dikasihiNya, “…jangan dengan terpaksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan

kehendak Allah” (1 Ptr. 5:2).

Yesus mau mengajak para pemimpin agar mereka mau menunjukkan sikap

sukarela atau keikhlasan hati dalam menjalankan tugas kepemimpinanya. Untuk itu

pertama-tama yang harus disadari adalah bahwa jabatan yang diterima sebagai

seorang pemimpin religius atas tugas tertentu entah sebagai provinsial, pemimpin

pada rumah-rumah pembinaan (formatio), atau sebagai pemimpin komunitas

merupakan anugerah panggilan Tuhan untuk menjadi “abdiNya”. Dengan demikian

Page 52: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

38

ia tidak akan merasa sombong dan berkuasa atau sebaliknya ia merasa rendah diri,

menghindar, merasa tidak mampu, dan sebagainya. Ada dua unsur penting sebagai

jalan tengah agar kedua hal tersebut tidak terjadi dalam diri pemimpin, yaitu

pertama pengosongan diri. Pemimpin harus sadar bahwa dirinya tidak berarti apa-

apa bila tanpa campur tangan Allah. Ia harus terbuka mengakui kelemahan dan

kerapuhan dirinya dan mengundang Allah untuk menopang dirinya (Soenarja,

1984: 29), hal ini senada dengan apa yang dialami oleh Paulus dalam pewartaannya

“Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu

menjadi sempurna” (2 Kor. 12:9). Ketika seorang pemimpin membiarkan Allah

menyempurnakan kelemahannya maka ia akan semakin bergantung pada

penyelenggaraan Allah semata dan pelayanannya akan bermakna bagi para

anggotanya juga orang lain.

Unsur yang kedua adalah sikap rendah hati. Pemimpin yang rendah hati,

berarti ia akan tampil apa adanya, bersikap wajar atau tidak dibuat-buat untuk

mendapat simpati dari orang lain atau anggotanya. Ia sadar bahwa semua bakat dan

kemampuan yang ada padanya merupakan anugerah dari Tuhan secara cuma-cuma

sehingga tidak alasan apapun untuk menyombongkan dirinya (Syukur, 2005: 58-

59). Apa yang menjadi kelebihan pada dirinya diberikan dengan senang hati demi

kemajuan orang lain sedangkan apa yang menjadi kelemahannya diperbaiki

sehingga kelemahannya tidak menghambat pelayanannya atau menjadi batu

sandungan bagi orang lain.

Para murid mengetahui dan mengenal Yesus dan karya-karyaNya tidak

hanya lewat FirmanNya yang mereka dengar, namun lebih dari itu karena mereka

melihat dan mengalami sendiri kesaksian hidupNya yang diteladankan kepada

Page 53: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

39

mereka, “Aku memberikan suatu teladan kepadamu, supaya kamu pun berbuat

sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh.13:15). Pembasuhan kaki

merupakan teladan hidup yang agung dan mulia. Melalui teladan hidupNya itu

Yesus mengubah pola pikir, cara pandang yang lama dan keliru tentang seorang

pemimpin (Mesias) yang dinanti-nantikan untuk membebaskan mereka dari

penjajahan bangsa asing, melainkan mereka dibentuk oleh Yesus untuk menjadi

murid yang dewasa dan saling berbagi kasih satu sama lain melalui pelayanan yang

tulus dan membebaskan bukannya menunggu untuk dilayani.

Para pemimpin religius adalah orang-orang yang dipilih oleh Tuhan untuk

menjadi pemimpin atas anggotanya. Mereka (pemimpin) ibaratnya tukang periuk

yang diserahi tanggung jawab untuk membentuk tanah liat (anggotanya) menurut

pola yang diberikan Tuhan. Proses pembentukan dilakukan “bukan dengan

paksaan, bukan dengan penerapan peraturan yang kaku dan ketat” (Soenarja, 83:

30-31), bukan dengan teori-teori yang hebat, melainkan terutama dengan

menampilkan teladan seluruh kehidupannya. Kesaksian hidup yang diteladankan

bukan palsu, atau direkayasa tetapi sungguh lahir dari kesadaran batiniah dan

penghayatan imannya akan kasih Tuhan. Dengan demikian teladan hidupnya itu

akan membantu para anggotanya atau orang di sekitarnya, Gereja bahkan

masyarakat luas semakin menemukan kehadiran Tuhan dan bertambah dewasa

dalam iman, harap dan kasih pada Allah.

Page 54: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

40

BAB IV

SITUASI UMUM KEPEMIMPINAN RELIGIUS INDONESIA

DI ZAMAN SEKARANG

Situasi dan kondisi zaman sekarang ini banyak mengalami perubahan dan

perkembangan yang pesat. Hal ini ditandai dengan perubahan sosial yang cepat

yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, dan informasi serta transportasi yang

penyebarannya ditunjang oleh derasnya arus globalisasi di berbagai aspek

kehidupan manusia menurut Darminta (2003: 233). Arus perubahan sosial ini juga

mempengaruhi gaya kepemimpinan dewasa ini. Dalam dunia bisnis berbagai

macam tuntutan harus dipenuhi oleh seorang pemimpin profan agar organisasi atau

lembaga yang dipimpinnya tetap eksis dan berkembang di tengah arus gelombang

zaman ini. Sudiarja, (2004: 2) mengungkapkan bahwa seorang pemimpin harus

berwibawa namun tetap dicintai, mampu mengelola sumber daya yang dimiliki

oleh organisasinya. Mampu mengendalikan dan mengarahkan anggotanya, ia juga

dituntut memiliki kecerdasan baik personal maupun sosial yang matang dan

ketrampilan yang mendukung, punya visi-misi yang jelas, optimistik serta mampu

menyatukan seluruh organisasinya dalam satu semangat yang besar.

Gambaran kepemimpinan profan di atas juga dituntut dalam kepemimpinan

religius saat ini, namun demikian dalam kepemimpinan religius ada kekhasan

tertentu yang membedakannya atau bahkan berlawanan dengan kepemimpinan

profan. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah: Apakah ciri khas kepemimpinan

religius? Apakah kepemimpinan religius itu dekat dengan kepemimpinan Yesus?

Bagaimanakah profil atau gambaran kepemimpinan religius di masa kini? Apa

Page 55: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

41

tantangan dan keprihatinan kepemimpinan religius di zaman sekarang ini? Apakah

yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin agar lembaga hidup bakti tetap

berkembang dan memenuhi tuntutan zaman ini?

Pada BAB IV ini akan diuraikan tentang arti kepemimpinan secara umum

dan arti kepemimpinan religius. Selanjutnya akan dipaparkan tentang situasi dan

keprihatinan kepemimpinan religius dewasa ini. Dan beberapa karakteristik atau

ciri-ciri kepemimpinan religius yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin. Pada

bagian akhir membahas tentang kepemimpinan Yesus yang merupakan perintis dan

teladan kepemimpinan (religius) di zaman modern ini.

A. Pengertian Kepemimpinan

1. Kepemimpinan menurut para Ahli

Kata pemimpin dalam bahasa Inggris, yaitu Leader. Akar katanya To Lead

yang berarti: bergerak lebih awal, berjalan ke depan, mengambil langkah pertama,

memelopori, membimbing, menuntun, dan menggerakkan orang lain melalui

pengaruhnya. Dengan demikian arti dari pemimpin adalah:

Orang yang bergerak lebih awal, berjalan di depan, mengambil langkah pertama, mengarahkan pikiran, pendapat dan tindakan orang lain. Ia membimbing, menuntun, dan menggerakkan orang lain, melalui pengaruhnya (Mangun Hardjana, 1991: 11).

Antara pemimpin dan kepemimpinan keduanya tidak dapat dipisahkan karena

saling berkaitan erat dalam kehidupan manusia. Kata kepemimpinan berkaitan

dengan fungsi atau tugas sebagai pemimpin sedangkan pemimpin adalah orang

yang menjalankan fungsi kepemimpinan. Berikut ini akan diberikan beberapa

pengertian tentang kepemimpinan menurut tiga orang ahli yang menulis tentang

Page 56: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

42

teori kepemimpinan yang dikutip oleh Sudarwan (2004: 55-56) sebagai berikut:

Kepemimpinan menurut Pfiffner adalah “suatu proses seni mengkoordinasi dan

memberi arah kepada individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang

diinginkan bersama”. Farland mengemukakan bahwa Kepemimpinan adalah:

“suatu proses di mana pemimpin dilukiskan akan memberi perintah atau pengaruh,

bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan arti kepemimpinan menurut

Oteng Sutisna, “Kemampuan mengambil inisiatif dalam situasi sosial untuk

menciptakan bentuk dan prosedur baru, merancang dan mengatur perbuatan,

dengan berbuat begitu pemimpin membangkitkan kerjasama ke arah tercapainya

tujuan”.

2. Kepemimpinan Religius

Kepemimpinan dalam hidup religius pada hakikatnya mengacu pada tujuan

hidup religius itu sendiri, yakni mencapai kesempurnaan hidup Injili. Dasar dari

setiap pelayanan seorang pemimpin adalah melayani Allah dan sesama, dengan

kata lain pelayanan pemimpin religius didasarkan pada kecintaannya terhadap

Allah menurut Francino (2005: 148). Dengan demikian pelayanannya dalam tugas

perutusan akan semakin manusiawi. Pemimpin religius yang manusiawi akan

terbuka dan berempati terhadap kepentingan dan kebutuhan para anggotanya juga

orang-orang yang berada di sekitarnya, sekaligus juga ia memberi ruang bagi

mereka untuk bertumbuh dan berkembang menuju kematangan hidup.

Hidup, karya dan pewartaan Kristus yang selalu ada di tengah-tengah kaum

miskin, berdosa dan tersingkir kiranya menjadi inspirasi dan semangat bagi para

Page 57: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

43

pemimpin untuk masuk dalam suatu keprihatinan Kristus yang demikian demi

keselamatan umat manusia. Sebab fungsi kepemimpinan yang dilaksanakannya

merupakan kepemimpinan untuk melayani sesamanya terlebih bagi mereka yang

lemah dan menderita.

a. Menurut KHK Kanon 618.

Kitab Hukum Kanonik, Bab II, tentang kepemimpinan tarekat khususnya

dalam kanon 618 mengungkapkan gambaran tentang kepemimpinan religius

sebagai berikut:

Para pemimpin hendaknya melaksanakan kuasa yang diterima dari Allah lewat pelayan Gereja dalam semangat pengabdian. Maka dalam melaksanakan tugasnya hendaklah peka terhadap kehendak Allah, memimpin bawahannya selaku putera-putera Allah, serta mengusahakan ketaatan sukarela mereka dengan menghargai kepribadian manusiawi mereka, dengan senang hati mendengarkan mereka serta mengajukan peran serta mereka demi kebaikan tarekat dan Gereja, tetapi dengan tetap memelihara wewenang mereka sendiri untuk memutuskan serta memerintahkan apa-apa yang harus dilaksanakan (KHK, no. 618, 1999: 193).

Sebagaimana Kristus yang datang demi melaksanakan kehendak Bapa

demikian pula pemimpin religius dalam tugasnya sudah selayaknya menyerahkan

seluruh hidup dan karyanya dalam penyelenggaraan Ilahi karena ia menyadari

bahwa kuasa yang diembannya itu adalah kuasa dari Allah sendiri melalui

pelayanan atau pengabdian seutuhnya terhadap Gereja dan tarekat demi kemuliaan

kerajaan Allah. Kepemimpinan religius yang mengemban kuasa dari Allah

merupakan amanat suci dari Allah sehingga semua yang dilakukan dalam

kepemimpinannya harus bermuara pada kesucian menurut Sardi (2005: 96).

Apabila seorang pemimpin religius dalam tugasnya sudah mulai menyimpang dari

Page 58: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

44

hidup religius dan tidak lagi menampakkan unsur kesucian tetapi lebih

mengutamakan hal-hal duniawi maka ia telah keliru dan berlawanan dengan

kehendak Allah.

Seorang pemimpin yang melayani hendaknya memiliki kepekaan hati untuk

melihat dan menemukan kehendak Tuhan “Dalam memimpin bawahannya

(anggota-anggotanya) selaku putera-putera Allah”. Tuntutan ini harus dilaksanakan

oleh pemimpin religius sebab kekhasan dari kepemimpinan religius adalah

mengarah pada kehendak Allah. Peka terhadap kehendak Allah berarti “mampu

membaca tanda-tanda zaman dan bisa mengartikannya dalam terang cahaya Tuhan”

(Sardi, 2005: 97).

Berhadapan dengan para anggotanya pemimpin religius harus

“mengusahakan ketaatan sukarela mereka dengan menghargai kepribadian

manusiawi mereka, dengan senang hati mendengarkan mereka serta mengajukan

peranserta mereka demi kebaikan tarekat dan Gereja, tetapi dengan tetap

memelihara wewenang mereka sendiri untuk memutuskan serta memerintahkan

apa-apa yang harus dilaksanakan”. Konteks zaman sekarang khususnya dalam

hidup membiara ketaatan sedikit banyak telah mengalami perubahan bukan lagi

ketaatan buta terhadap pemimpin melainkan suatu ketaatan yang dipenuhi dengan

unsur dialog, kesetaraan, partisipasi, dan demokrasi serta kesadaran akan hak asasi

(Oscar, 2004: 6-7) dan lebih dari itu ditopang oleh unsur descretio untuk

menemukan kehendak Tuhan.

Salah satu contoh ketaatan yang sering kali terjadi adalah ketaatan yang

menyangkut penerimaan atas sebuah tugas perutusan. Di sini baik dari pihak

pemimpin maupun anggota perlu mengadakan dialog. Dalam dialog pemimpin

Page 59: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

45

memberi kesempatan kepada anggota untuk memberikan pertimbangan, ide-ide,

ataupun curahan hatinya secara jujur dan terbuka sedangkan pemimpin dengan

senang hati dan penuh rasa empati mendengarkan dan kemudian memberi

“pertimbangan dari berbagai segi dengan bijaksana dan adil kepada anggotanya”,

(Oscar, 2004: 6). Melalui dialog ini pula kedua belah pihak diberi ruang untuk

berdiskresi demi mencari dan menemukan kehendak Tuhan dan kemudian

melaksanakannya dalam hidup. Keduanya menghayati ketaatan religius yang mau

meneladani Kristus dan berpartisipasi dalam perutusanNya.

Para anggota diharapkan untuk berani menerima dan menanggung segala

konsekuensinya secara Bertanggung jawab. Dan hal ini butuh sebuah pengorbanan,

kerendahan hati dan kerelaan untuk melepaskan keinginan dan rencana pribadi

demi melaksanakan apa yang dikehendaki oleh Tuhan sendiri. Demikianlah dalam

Perfaecta Caritatis No. 14 yang dinyatakan bahwa “ketaatan sukarela tidak

menjadikan seorang religius berkurang martabat pribadinya, melainkan

membawanya kepada kematangan hidup karena dikembangkannya kebebasan

putera-puteri Allah”.

b. Kanon 619 dalam KHK secara tegas menyatakan apa yang menjadi tugas

pelayanan para pemimpin religius:

Para pemimpin hendaknya menunaikan tugas mereka dengan tekun dan bersama dengan anggota yang dipercayakan kepada dirinya berusaha membentuk komunitas persaudaraan dalam Kristus, di mana Allah dicari dan dicintai melebihi segala sesuatu. Maka mereka hendaknya kerapkali memberi santapan rohani kepada para anggota dengan sabda Allah dan mengajak mereka merayakan ibadat suci. Hendaknya memberi teladan kepada mereka dalam membina keutamaan-keutamaan serta dalam menaati peraturan-peraturan dan tradisi tarekatnya sendiri; membantu secara layak dalam hal kebutuhan-kebutuhan pribadi mereka, memperhatikan dan

Page 60: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

46

mengunjungi yang sakit, menegur yang rewel, menghibur yang kecil hati, sabar terhadap semuanya (KHK, no. 619, 1991: 194). Pemimpin religius adalah orang yang dipercaya oleh tarekat untuk

mengemban tugas suci dari Allah, karena itu pemimpin hendaknya melaksanakan

tugasnya dengan sungguh-sungguh, tekun dan penuh tanggung jawab. Dalam

menjalankan tugas kepemimpinannya, ia tidak seorang diri melainkan “Bersama

dengan para anggota yang dipercayakan kepada dirinya membentuk komunitas

persaudaraan dalam Kristus, di mana Allah dicari dan dicintai melebihi segala

sesuatu”. Sardi (2005: 102) mengungkapkan bahwa pemimpin selain sebagai tali

pemersatu hidup religius, juga diharapkan mampu membangun suatu komunitas

persekutuan beriman yang berpusatkan pada Kristus. Ia menjadi satu-satunya jalan,

kebenaran dan hidup yang dituju oleh setiap orang. Bila Kristus menjadi satu-

satunya yang dicari dan menjadi andalan maka hidup berkomunitas akan menjadi

suatu komunitas yang hidup, komunitas kasih dimana para anggotanya merasakan

“kesatuan hati, pikiran dan jiwa, ada pengampunan dan cinta kasih” (Hasil Kapitel

Umum RVM ke-17, 2001: 12).

Salah satu tugas penting dari seorang pemimpin religius adalah

mengarahkan dan mendorong anggotanya untuk menjalin relasi yang intim dengan

Allah. Dalam rangka itu pemimpin hendaknya “kerapkali memberi santapan rohani

kepada para anggota dengan Sabda Allah dan mengajak mereka merayakan Ibdat

Suci”. Dalam menumbuhkan dan menyuburkan iman atau kerohanian para

anggotanya tugas ini harus dilaksanakan dengan baik. Bila suatu komunitas mau

mencapai kekudusan dan kesempurnaan hidup maka Sabda Allah haruslah

dikumandangkan dan dihayati pertama-tama oleh pemimpin sendiri. Selanjutnya

Page 61: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

47

pemimpin mengajak anggotanya untuk mendengarkan dan menghidupi Sabda

Tuhan di dalam komunitas-komunitas di mana ia berada, selain itu anggota

diperkaya oleh ibadat suci yang dilaksanakan setiap hari sebagai ungkapan syukur

atas hidup yang dianugerahkan Tuhan kepada komunitas (Sardi, 2005: 104).

Kitab Hukum Kanonik dalam kanon 619, menganjurkan agar para

pemimpin hendaknya mampu memberi teladan kepada mereka dalam membina

keutamaan-keutamaan serta dalam menaati peraturan-peraturan dan tradisi

tarekatnya sendiri. Pemimpin religius haruslah menjadi teladan keutamaan dan

kebijaksanaan, serta ketaatan dalam menghayati tradisi warisan tarekat. Tuntutan

yang demikian ini menjadi suatu tantangan tersendiri dalam hidup religius karena

kerapkali masih ada pemimpin religius yang dari cara hidup, sikap dan tutur

katanya kurang menunjukkan keutamaan-keutamaan dan teladan hidup

spiritualitasnya sehingga para anggota kurang menaruh penghargaan dan hormat

kepada pemimpinnya karena antara perkataan dan perbuatan tidak sejalan dan

menimbulkan pertanyaan bagi anggotanya.

Seorang pemimpin religius ibaratnya sebagai seorang ibu atau ayah dalam

keluarga yang sungguh-sungguh: membantu secara layak dalam hal kebutuhan-

kebutuhan pribadi mereka, menegur yang rewel, menghibur yang kecil hati, sabar

terhadap semuanya. Perhatian dan empati yang dalam terhadap segi kemanusiaan

yang menyentuh hati dan menyemangati ini sangat penting untuk diperhatikan oleh

pemimpin religius, untuk itu seorang pemimpin perlu “mencintai seperti hati

Kristus sendiri” yang mencintai dengan lembut dan penuh kasih terhadap setiap

orang terlebih mereka yang sangat menderita dan membutuhkan pertolongannya.

Pelaksanaan tugas “ini memberi arah pedoman yang jelas bahwa hidup religius

Page 62: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

48

sangat penting untuk mengejar kesempurnaan Injili dalam pengabdian demi

kerajaan Allah” (Sardi, 2005: 104-105).

3. Kepemimpinan dalam Kongregasi RVM

a. Menurut Semangat Mother Ignacia del Espiritu Santo

Murillo Velarde, SJ, seorang sejarawan Yesuit dalam salah satu tulisannya

tentang kepemimpinan Mother Ignacia, melukiskan bahwa Ignacia adalah seorang

pribadi yang sangat kuat yang mampu menghadapi dan mengatasi berbagai macam

tantangan dan kesulitan dalam usahanya membangun kongregasi RVM. Dikatakan

bahwa pengabdian dalam kepemimpinannya adalah tanda kerendahan hatinya yang

besar akan tugas pelayanan. Ia tidak memiliki keinginan untuk melekat pada

kekuasaan, atau keinginan untuk memerintah atau mengontrol anggotanya, sebab

keinginan yang demikian hanya akan menimbulkan penderitaan pada orang lain,

seperti “penyakit kanker yang perlahan-lahan menggerogoti tubuh manusia dan

merusak organ-organnya sehingga manusia tidak dapat berkembang dengan baik”

(Anicia Co, 1998: 23.)

Kepemimpinan yang Ignacia hayati dalam hidupnya adalah kepemimpinan

sebagai “Hamba hina Tuhan” seturut teladan Maria yang memiliki sikap terbuka

dan rendah hati terhadap kehendak Bapa “aku ini hamba Tuhan, tejadilah padaku

menurut perkataanMu” (Luk. 2:38). Melalui sikap Bunda Maria inilah, Ignacia

belajar untuk menjadi pemimpin yang peka terhadap tanda-tanda zaman. Ia selalu

mengedepankan kepemimpinan yang demokratis (Anicia Co,1998: 69) dengan

menciptakan suasana bebas penuh persaudaraan, ia memberi ruang untuk

anggotanya bisa membangun suasana komunikasi yang sehat, terbuka dan

Page 63: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

49

mendorong mereka untuk bersikap spontan dan jujur dalam memberikan

pandangan, ide, gagasan, serta pendapat mereka demi kebaikan bersama. Ignacia

menghayati kepemimpinannya sebagai hamba yang mengabdi kepada Allah dan

kepada sesamanya.

Berdasarkan inspirasi dari kharisma kepemimpinan yang melayani dan

kehambaan yang hina dari Mother Ignacia maka hasil kapitel umum kongregasi

RVM ke-17, tahun 2001 menegaskan kembali tugas para pemimpin dalam

kongregasi, yaitu para pemimpin dipanggil untuk menjadi wanita-wanita yang

memiliki visi, berani memimpin kongregasi menuju sebuah komunitas profetis di

zaman ini. Dalam milenium ketiga ini para pemimpin harus menunjukkan secara

jelas wajah Kristus yang baru dan berani menghadapi setiap tantangan, syukur bisa

memberikan solusi baru sebagai pemecahannya sehingga membantu perkembangan

Gereja dan dunia khususnya dalam mewujudkan visi-misi kongregasi (Hasil

Kapitel Umum RVM ke-17, tahun 2001: 62).

Menjadi komunitas profetis di zaman ini berarti para suster yang telah

dipilih dan dipanggil oleh Allah dan dikaruniai Roh Kudus harus melaksanakan

pelayanan kenabian yang otentik dengan berbicara atas nama Allah kepada semua

orang. Kenabian yang sejati bersumber pada Allah, pada relasi yang intim dengan

Dia, pada sikap mendengarkan dan menghayati sabdaNya dalam setiap situasi dan

peristiwa hidup sehari-hari. Para suster sebagai pribadi maupun sebagai komunitas

perlu mewartakan sabda Allah melalui hidup, mulut, dan tindakan mereka. Sebagai

orang-orang pilihan yang mengambil bagian dalam tugas kenabian di zaman

sekarang para suster hendaknya berbicara demi perkara Allah dalam melawan

kejahatan dan dosa.

Page 64: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

50

Kesaksian kenabian memerlukan usaha dan perjuangan yang terus menerus

dan penuh semangat mencari kehendak Allah, menyerahkan diri sepenuhnya pada

kehendak Allah, hidup dalam persekutuan dalam Gereja, melakukan penegasan

rohani, mencintai kebenaran (VC. No. 84), mengikuti dan meneladani Kristus yang

murni, miskin dan taat, yang sepenuhnya dikuduskan demi kemuliaan Allah yang

lebih besar dan demi cintakasih terhadap sesama. Hidup persaudaraan dalam

komunitas bersifat kenabian dalam masyarakat yang mempunyai kerinduan

mendalam akan persaudaraan yang sejati. Selanjutnya para suster tampil membawa

wajah Kristus harus memberikan kesaksian di mana pun juga dengan keberanian

seorang nabi yang tidak takut menghadapi resiko-resiko dan tantangan dalam

hidupnya (VC. No. 85).

b. Menurut Konstitusi RVM

Kepemimpinan menurut konstitusi RVM no. 94 (Constitution of RVM

Revised, 2002: 49) tentang kekuasaan atau kepemimpinan adalah sebagai berikut:

Kekuasaan di semua tingkatan dalam kongregasi kita jalani dalam semangat pelayanan yang sejati dan kerendahan hati seturut teladan Yesus Kristus yang datang untuk melayani dan bukan untuk dilayani. Mereka yang memegang kekuasaan dalam kongregasi kita harus menjalani tugasnya dalam semangat ini, memperhatikan prinsip-prinsip subsidiaritas, tanggung jawab, dan kepercayaan, selalu mencari dan melaksanakan kehendak Tuhan dalam segala hal. Para pemimpin hendaknya melakukan dicernmen bersama dengan para suster demi kesejahteraan bersama, kebaikan kongregasi, dan demi membangun kerajaan Allah.

Para suster yang dipercaya menjadi pemimpin baik dari tingkat tertinggi hingga

terendah dalam kongregasi harus menjalankan tugas pelayanannya seturut teladan

Kristus. Jabatannya sebagai pemimpin adalah bentuk pengabdian yang tulus kepada

dan demi kemuliaan Allah yang besar. Para pemimpin diharapkan tidak bekerja

Page 65: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

51

sendirian dalam tugasnya tetapi hendaknya melibatkan para suster yang lain

sehingga tidak terkesan ia adalah pemimpin yang single fighter segala sesuatu

dikerjakan sendiri. Namun sebaliknya mengedepankan unsur partisipasi dan prinsip

subsidiaritas yang melibatkan anggotanya dalam mengambil keputusan untuk

kepentingan bersama.

(1) Pemimpin Umum

Konstitusi RVM, no.100 (2002: 52) tentang pemimpin umum menegaskan

tugas seorang pemimpin umum, sebagai berikut:

Pemimpin Umum memimpin kongregasi sesuai dengan hukum Gereja universal, konstitusi RVM, dan keputusan-keputusan kapitel umum. Sebagai seorang pemimpin yang setia kepada semangat pendiri, ia menyemangati, membimbing, dan mempersatukan seluruh anggota kongregasi. Ia terbuka terhadap Roh Kudus, ia berpikir bersama Gereja, ia melakukan dicernmen, dan tanggap terhadap tanda-tanda zaman dan berani menghadapi tantangan zaman”.

Pemimpin Umum ibaratnya sebagai seorang nakhoda yang memegang kendali

dalam kongregasi, maju-mundurnya kongregasi ada dalam kepemimpinannya,

karena itu dalam menjalankan tugasnya ia harus taat dan setia kepada hukum

Gereja universal, konstitusi dan keputusan kapitel. Ia hadir sebagai pribadi yang

memberi inspirasi dan memberi semangat, membimbing dan mempersatukan

semua anggota. Ia terbuka terhadap tuntunan Roh Kudus, ia ikut terlibat dalam

segala suka duka dan keprihatinan Gereja saat ini. Ia terbuka terhadap tanda-tanda

zaman dan berani menghadapi setiap tantangan arus zaman ini.

Page 66: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

52

(2) Pemimpin Distrik

Konstitusi RVM no. 121 mengungkapkan bagaimana tugas pelayanan

seorang pemimpin Distrik, bahwa:

Pemimpin Regio/Distrik memegang pendelegasian kuasa dari pemimpin umum atas semua komunitas lokal yang berada dalam wilayah regio/distrik. Ia mengunjungi semua rumah dan memelihara komunikasi di antara para suster dengan demikian memperkuat ikatan cinta bersama dalam kesaksian akan cinta Kristus dan pelayanan dalam Gereja. Ia Bertanggung jawab dalam daya hidup rohani dan pelayanan dari regio atau distriknya. Ia menjalankan fungsinya dalam semangat pelayanan dan memberi perhatian bagi setiap suster dan menghargai keunikan kepribadiannya (Constitution of the RVM Revised 2002, no. 121). Pemimpin distrik yang bertanggung jawab dalam sebuah wilayah atau regio

tertentu dalam kepemimpinannya menjadi sosok yang cinta perdamaian dan

mempersatukan setiap komunitas yang tersebar di wilayahnya dalam ikatan kasih

dan persaudaraan. Perhatiannya menyeluruh dan menaruh penghargaan yang tinggi

terhadap setiap keunikan anggotanya.

Pemimpin umum maupun pemimpin distrik keduanya sama-sama

menjalankan sebuah tugas pengabdian kepada Allah dan sesama. Ada pun

kualifikasi yang kiranya harus dimiliki oleh keduanya dalam rangka menjalankan

tugas pengabdiannya sebagaimana yang tercantum dalam konstitusi RVM, no.101

(2002: 53), bahwa “Ia harus berkepribadian dicerning, dan tegas. Ia menjadi

teladan dalam penghayatan akan spiritualitas hamba hina dan aktif-kontemplatif,

memiliki relasi yang mendalam dengan Tuhan dalam doa dan karya, ia

menunjukkan kualitas kepemimpinan yang visioner dan profetis dari seorang

pemimpin wanita dalam Gereja. Ia berani, rendah hati, berbelaskasih, dan

bersemangat melayani, serta mampu mendengarkan dan berdialog dengan para

susternya secara jujur dan terbuka demi mencapai tujuan bersama.

Page 67: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

53

B. Karakteristik Kepemimpinan Religius

Tuntutan-tuntutan dalam kepemimpinan religius dalam banyak hal sama

dengan apa yang menjadi tuntutan kepemimpinan profan. Namun demikian ada

hal-hal khusus dalam kepemimpinan religius yang mendasar yang menjadi

kekhasan dari kepemimpinan religius. Berikut akan diuraikan tentang karakteristik

atau ciri-ciri pelayanan pemimpin religius yang harus diberikan kepada para

anggotanya sebagaimana yang diungkap oleh Darminta (2005: 28-34), yaitu

sebagai berikut:

1. Melindungi kharisma pendiri

Pemimpin religius adalah orang yang dipercaya atau Bertanggung jawab

terhadap perkembangan tarekat religius khususnya dan Gereja pada umumnya.

Tidak dapat disangkal bahwa zaman telah berubah dan kemajuan telah memenuhi

setiap aspek kehidupan manusia. Namun dalam perkembangan itu satu hal yang

tidak boleh dilupakan atau ditinggalkan adalah “kembali kepada kharisma dan

semangat pendiri” hal ini bukan merupakan suatu langkah mundur atau kekunoan

dari hidup membiara melainkan kharisma dan semangat pendiri sebagai “api” dan

“roh” yang memberikan semangat sekaligus menjadi pedoman langkah setiap

tarekat religius. Dari sanalah mengalir semangat asli yang harus dipertahankan

dalam situasi dan kondisi apapun, supaya setiap tarekat religius tidak salah arah,

tanpa mengabaikan konteks zaman ini. Kharisma dan semangat pendiri merupakan

api yang mampu memurnikan hidup religius dan sekaligus memberi suluh

semangat bagi pengabdian kaum religius saat ini. Yang perlu diperhatikan adalah

bahwa dalam aktualisasinya para pemimpin hendaknya berusaha menerjemahkan

dan menyesuaikan kharisma dan semangat pendiri itu dengan tuntutan zaman.

Page 68: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

54

2. Memajukan kesatuan dan persatuan

Persaudaraan dalam ikatan kasih menjadi sesuatu yang mendesak untuk

dibangun dalam penghayatan hidup bersama sebagai komunitas religius.

Persaudaraan yang dibangun hendaknya berdasar pada “kesadaran yang tinggi akan

nilai pribadi, nilai perbedaan aspirasi dan gerak-gerak batin yang hidup. Dalam

membangun persaudaraan ini pemimpin hendaknya mendorong dan mengarahkan

anggotanya untuk menciptakan suatu komunitas yang harmonis dan memberi

kesempatan kepada anggotanya untuk saling berbagi dan melengkapi bersama dari

segala kelebihan dan kekurangan rekan-rekannya yang lain.

3. Hormat terhadap pribadi

Seorang pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinannya harus

mengedepankan sikap penghormatan terhadap pribadi anggota-anggotanya. Ia

memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan kepribadian masing-masing

anggota. Hormat terhadap pribadi didasarkan pada pemahaman bahwa hak-hak

pribadi adalah sesuatu yang luhur dan mulia. Hormat terhadap pribadi juga berarti

berusaha mengenal dan menghargai ide-ide dan perasaan-perasaan orang lain,

menemukan dan memperkembangkan kualitas-kualitas atau sifat positif yang ada

pada pribadi orang lain dalam hal ini anggota yang dipimpinnya.

4. Kasih dan percaya

Salah satu ciri dari kepemimpinan religius adalah menyatakan dan

menunjukkan kasih Allah dalam hidupnya kepada para anggota. Kasih dan

kepercayaan merupakan tanda apakah relasi pribadi antara pemimpin dan anggota

benar-benar otentik atau tidak. Bila tidak ada kasih dan kepercayaan dalam suatu

relasi diantara kedua bela pihak maka hubungan antara keduanya akan ditandai

Page 69: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

55

dengan ketakutan, hambar, kaku, penuh ketegangan dan saling curiga. Hubungan

ini hanya akan membekukan hubungan antar pribadi dan mematikan daya rasuli.

Sebaliknya jika kasih dan percaya itu diciptakan dalam relasi pemimpin dan

anggotanya maka akan nampak keharmonisan saling penghargaan dan percaya,

serta menimbulkan kedekatan dan meningkatkan semangat melayani.

5. Menafsir tanda-tanda zaman

Hidup di dunia zaman sekarang disadari bahwa tidak hanya Roh Kudus yang

berkarya saja tetapi roh-roh jahat yang merusak dunia pun turut bekerja di dunia

ini. Karena itu, seorang pemimpin religius perlu mengembangkan kemampuan

pembedaan roh dan meningkatkan kualitas relasinya dengan yang Ilahi. Sangat

penting diketahui bagaimana seorang pemimpin menemukan gejala-gejala ataupun

kecenderungan yang terjadi dalam hidup sehingga membawa ia ke dalam suatu

pengarahan yang bijaksana dan seturut kehendak Allah. Tanda-tanda zaman

memang sering bersifat mendua dan misteri, maka itu perlu diteliti dan dicermati

sehingga membawa kebaikan bagi hidup. Cara yang tepat untuk membaca tanda-

tanda zaman adalah pemimpin selalu mengarahkan hidupnya kepada Kristus dan

melihat dengan mata Kristus tanda-tanda zaman tersebut kemudian menemukan

nilai positif untuk dikembangkan dalam hidup harian.

6. Menyesuaikan unsur-unsur positif

Tidak perlu diragukan lagi bahwa tanda-tanda zaman selalu mengandung

nilai-nilai positip. Dengan kata lain mengandung janji serta undangan Allah untuk

hidup secara baru dan bernilai. Semuanya itu perlu diterjemahkan dalam hidup

sehari-hari dan dalam hidup kelembagaan. Dialog, tanggung jawab, prinsip

subsidiaritas, komunikasi antar pribadi, dan sebagainya memberi kesempatan

Page 70: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

56

kepada komunitas dan pribadi-pribadi untuk memperoleh inspirasi serta cara-cara

baru dalam menghayati panggilan dan perutusannya.

7. Memberi inspirasi.

Pemimpin yang hidup di tengah-tengah situasi dunia yang dipenuhi dengan

ketakutan, keraguan, ketidakpastian, bahkan ketidakberdayaan yang sering

membawa kerapuhan, yang memunculkan sikap pesimistis dan putus asa perlu

memberi inspirasi dan daya hidup bagi orang di sekitarnya terutama para anggota.

Untuk itu seorang pemimpin perlu memiliki iman yang mendalam akan cinta kasih

Allah. Ia juga perlu memiliki kebesaran jiwa dan kedewasaan yang menjadikannya

benar-benar siap dan tulus menerima anggota-anggota dengan segala kelebihan dan

keterbatasannya.

Pemimpin hendaknya juga memiliki kepekaan dan keterbukaan terhadap Roh

Kudus. Dengan demikian ia akan memiliki keberanian untuk maju, visi yang luas

dan membangun, semangat dan keteguhan untuk berjuang tanpa henti melawan

berbagai macam ketakutan, ketidakpastian, kemapanan, kecemasan ataupun

kesuraman hidup.

8. Orang yang memperbaharui diri terus menerus.

Hal ini menjadi tuntutan dasar untuk menjadi pemimpin sejati di zaman

sekarang. Pada dasarnya gambaran seorang pemimpin religius adalah orang yang

selalu sadar akan terjadinya perubahan terus-menerus dalam lingkungannya. Dia

mau menerima kenyataan apapun bentuknya, bukannya merasa mapan dan puas

dengan apa yang dicapainya saat ini. Pemimpin religius adalah orang yang terbuka

dan bersedia melakukan pembaharuan terus-menerus.

Page 71: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

57

Berikut ini beberapa hal yang menunjukkan pembaharuan dari seorang

pemimpin Religius menurut Darminta (2005: 36-44).

a. Mengatasi rutinitas

Rutinitas sering membawa kejenuhan dalam hidup maupun dalam karya.

Karena itu pemimpin perlu berjuang untuk tidak terikat dengan dengan kebiasaan-

kebiasaannya sendiri. Ia perlu memupuk semangat untuk mempersembahkan

pelayanan yang lebih dan terbuka mendengarkan pendapat orang lain ataupun

koreksi untuk memperbaharui diri.

b. Menerima resiko berbuat salah

Seorang pemimpin harus berani melakukan percobaan-percobaan atau

menempuh jalan-jalan baru dalam kepemimpinannya. Tetapi ia juga harus berani

dan siap menghadapi dan menanggung segala risikonya. Bila itu terjadi maka

pemimpin tidak takut akan adanya penilaian dan kritikan yang dilontarkan

kepadanya. Ia tidak menjadi orang yang keras kepala atau keras hati namun

sebaliknya menjadi semakin terbuka dan rendah hati mengakui segala

kelemahannya. Ia juga akan memiliki daya tahan untuk tidak menyerah dan berani

memulai lagi. Seorang pemimpin yang selalu merasa diri benar tidak akan mampu

mendorong dan mengundang kepercayaan dari anggotanya.

c. Terus-menerus mempelajari sasaran rasuli.

Pembaharuan yang memiliki dasar kuat memerlukan analisis-refleksi yang

dalam dan terus-menerus atas bidang-bidang apostolis serta tujuan yang mau

dicapai dalam kerasulan. Menentukan prioritas disertai dengan kreativitas yang

tinggi sangat diperlukan oleh pemimpin di zaman sekarang .

Page 72: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

58

d. Menyesuaikan cara memimpin

Pembaharuan struktur organisasi yang ada dalam konstitusi harus sungguh

dipahami dan dimengerti oleh seorang pemimpin. Sebagai gerakan, jiwa dan

semangat, hidup religius hendaknya membentuk struktur-struktur baru yang lebih

manusiawi yang menopang penghayatan hidup religius dan perkembangan tarekat.

Unsur-unsur baru seperti dialog, komunikasi, prinsip subsidiaritas, dicernmen dan

sebagainya merupakan unsur-unsur penting yang perlu dalam mengembangkan

relasi horisontal antara pemimpin dengan anggotanya, sehingga nampak bahwa

relasinya tidak melulu bersifat vertikal atau atasan-bawahan. Namun sebaliknya

suatu relasi yang horisontal yang mengutamakan kesederajatan dan menjunjung

tinggi martabat sebagai makhluk yang sama-sama citra Allah.

e. Memajukan komunikasi yang sehat

Pemimpin yang sadar akan perlunya pembaharuan diri terus menerus juga

akan tahu nilai komunikasi. Komunikasi bukan sekadar saling menyampaikan

gagasan serta perasaan emosi. Lebih dalam lagi komunikasi berarti pemberian diri

dalam cinta. Tugas seorang pemimpin adalah mempermudah komunikasi antar

anggotanya, ia berusaha mengikis sekat-sekat yang menghalangi perkembangan

pribadi dan rohani anggota. Hubungan dan komunikasi yang sehat antara pemimpin

dan anggota akan menumbuhkan saling pengertian, pengakuan dan hormat satu

sama lain.

Page 73: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

59

C. Situasi dan Tantangan Kepemimpinan Religius Zaman Sekarang

1. Tantangan Arus Besar di Zaman ini

Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran Apostoliknya tentang Hidup Bakti

(VC. 2002, no. 89: 135) menegaskan bahwa tantangan di zaman ini adalah :

Adanya gaya hidup materialisme yang haus akan harta milik, tanpa mengindahkan keperluan-keperluan dan penderitaan-penderitaan rakyat yang paling lemah, dan tanpa kepedulian mana pun terhadap keseimbangan sumber-sumber daya alam. Gaya hidup materialisme yang tentunya tidak terpisahkan dari sekularisme

dan hedonisme sudah menjadi sesuatu yang menggejala dan bahkan merasuk dalam

hidup manusia entah itu dalam sistem nilai, mentalitas maupun gaya hidup

manusia zaman sekarang. Penawaran akan gaya hidup materialisme, sekularisme,

hedonisme, dan konsumerisme banyak dipengaruhi oleh layanan iklan di televisi,

internet, majalah atau Koran-koran, baliho-baliho di tepi jalan dan sebagainya.

Iklan-iklan tersebut menawarkan barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari

misalnya berbagai jenis produk makanan, minuman, perumahan, tempat-tempat

rekreasi atau hiburan.

Manusia tidak perlu bekerja keras untuk mendapatkan informasinya. Cukup

hanya duduk di depan TV, membaca artikel dan mengaksesnya di program internet

maka semuanya akan dengan mudah diperoleh. Manusia bukan lagi menjadi

pemburu barang tetapi sebaliknya produk-produk itulah yang menjadi pemburu

manusia. Ke mana pun dan di mana pun sudah tersedia tawaran-tawaran itu,

sehingga terkadang membuat manusia tak berdaya untuk menolaknya meskipun

barang-barang itu bukan menjadi kebutuhan pokoknya. Manusia sudah

terperangkap di dalam gaya hidup yang demikian sehingga “ruang gerak dan

Page 74: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

60

pilihan hidup yang bijaksana menjadi sempit” (Darminta, 2006: 3), hati nurani

menjadi tumpul dan manusia merasa tidak cukup atau puas karena tidak mampu

mengendalikan nafsu manusiawinya terhadap tawaran-tawaran yang datang silih

berganti.

2. Tantangan dari Anggota sebagai Anak Zaman

Kenyataan sehari-hari banyak ditemukan berbagai macam hal yang yang

bersifat instant, misalnya dalam produk makanan ada mie instant, kopi dan susu

instant (Darminta, 2003: 237), dan masih banyak lagi barang-barang yang

dirancang khusus oleh produsen untuk sekali pakai saja setelah itu dibuang demi

alasan agar lebih praktis dan nyaman, tidak perlu banyak mengeluarkan tenaga,

waktu ataupun biaya yang besar. Tidak dapat dipungkiri bahwa barang-barang

tersebut telah tersebar di seluruh tanah air mulai dari daerah perkotaan hingga ke

pelosok-pelosok dan siapa saja bisa menikmatinya dari anak-anak hingga orang

dewasa. Dengan kata lain orang-orang zaman sekarang hidup di alam dan iklim

yang serba instant. Mereka menjadi konsumen yang menikmati produk-produk

instant tersebut.

Dalam kehidupan membiara dewasa ini cukup banyak kaum muda yang

masuk sebagai calon anggota dalam tarekat religius tergolong dalam generasi

instant. Mereka dikatakan generasi instant. Menurut Darminta, (2003: 237) hal ini

bisa nampak dari sikap dan perilaku atau gaya hidup yang tidak memiliki

kesabaran, dan daya tahan yang kuat untuk merangkak dari bawah, maunya

langsung jadi tanpa harus bekerja keras atau mengalami rasa sakit dan

pengorbanan. Lebih lanjut Darminta mengatakan bahwa mereka memiliki banyak

Page 75: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

61

keinginan dan harapan tetapi motivasi atau kemauan untuk mewujudkan itu

seringkali sangat kurang. Ada kecenderungan untuk cepat menyerah, putus asa bila

mengalami kesulitan dan tantangan di tengah perjalanan hidup panggilannya.

Selain itu ada cukup banyak subjek bina dalam tarekat religius masa kini

yang tergolong dalam generasi sansate atau penikmat. Banyak waktu dan

kesempatan dapat dihabiskan untuk menonton acara-acara hiburan di televisi,

misalnya sinetron, telenovela, film-film berbau mistis atau hantu dan sebagainya.

Memberi banyak waktu untuk bercanda dengan teman, rekreasi atau tidur. Secara

positip kecenderungan ini bisa membuat orang senang, ceria, optimis, penuh gairah

hidup, mudah bercanda dan ketawa. Tetapi secara negatif hal ini bisa saja

menimbulkan alergi terhadap hal-hal yang menuntut keseriusan, disiplin dan

penyangkalan diri (Darminta, 2003: 238).

Kecenderungan konsumeristik juga menggejala dalam kehidupan kaum

muda anggota religius zaman sekarang karena dorongan menikmati hidup cukup

tinggi ditambah ada banyak tawaran dari iklan yang menggiurkan; iklan shampoo,

pemutih kulit, parfum, menurunkan berat badan dan sebagainya, maka

kecenderungan untuk membeli dan mencoba produk tersebut cukup besar

meskipun barang tersebut bukanlah menjadi suatu kebutuhan yang pokok. Dengan

demikian semangat hidup sederhana dan miskin yang diikrarkan dalam kaul-kaul

kebiaraan menjadi sesuatu yang semakin sulit dihayati.

Beberapa hal di atas merupakan gambaran tentang kenyataan yang menjadi

tantangan yang perlu dihadapi dan ditanggapi oleh para pemimpin religius juga

tarekat RVM dalam menjalankan tugas pelayanannya entah itu sebagai formator di

rumah-rumah pembinaan maupun sebagai pimpinan komunitas, yakni dengan cara

Page 76: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

62

sejak awal masa pembinaan memupuk semangat untuk membaca, menulis, mencari

dan memanfaatkan informasi yang berguna dari berbagai sumber, dari buku-buku

dan media komunikasi lainnya, belajar dari pengalaman hidup orang lain.

Anggota juga perlu dibekali dengan sikap hidup yang mengutamakan nilai-

nilai kerajaan Allah seperti kasih, kesabaran damai dan sukacita. Ketrampilan dan

kecakapan rohani perlu diberikan dan dikembangkan kepada mereka yakni dengan

melakukan penegasan rohani atau spiritual dicernment baik secara pribadi maupun

komunal demi menghadapi berbagai macam tawaran hidup yang tidak

mencerminkan penghayatan hidup religius sebagaimana seperti yang digambarkan

di atas.

3. Tantangan yang Berkaitan dengan Pemimpin Religius masa kini

a. Pemimpin Religius Pembawa Otoritas Kristus

Kata otoritas dalam bahasa Latin, yaitu, auctor (yang menumbuhkan, dari

kata augere: menumbuhkan). Dengan demikian pemimpin dengan otoritas berarti

pemimpin yang menumbuhkan baik dirinya maupun orang lain yang dipimpinnya

(Samosir, 2004: 14).

Gereja dan hidup religius pada zaman dahulu (pra konsili vatikan II)

memiliki kecenderungan kuat akan sosok dan gaya kepemimpinan pada suasana

sentralisasi dan hirarkis dimana gaya kepemimpinannya lebih menekankan

pemerintahan dengan relasi atasan-bawahan bahkan bersifat otoriter. Namun

menurut Darminta (2005: 22-23) mulai awal abad dua puluh setelah konsili vatikan

II, penghayatan kepemimpinan dalam Gereja khususnya dalam hidup religius mulai

berubah yakni peralihan dari kepemimpinan otoritas yang otoritarian menuju ke

Page 77: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

63

otoritas yang oritatif, artinya bahwa kuasa yang ada menuntut adanya wibawa yang

tidak melulu karena jabatan tetapi terutama karena kuasa (kepemimpinan)

dilandaskan pada iman kristiani dan religius yang diharapkan tetap setia kepada

tugas pokok yakni pembawa otoritas Kristus “…Dan segala sesuatu yang kamu

lakukan dengan perkataan dan perbuatan lakukanlah semua itu dalam nama Tuhan

Yesus” (Kol. 3: 13).

Pemimpin sebagai pembawa otoritas Kristus di zaman sekarang harus

melihat bahkan menghayati otoritasnya sebagai suatu pelayanan bukan sebagai

jabatan yang berada di puncak menara gading yang tidak tersentuh. Otoritas

seorang pemimpin harus berdasarkan pada otoritas Kristus yang datang untuk

melayani bukan untuk dilayani (Mat. 20: 28), karena Aku berada di antara kamu

sebagai pelayan (Luk. 22: 27). Dalam konteks ini bukan berarti lalu membuat

seorang pemimpin menjadi budak dalam komunitasnya karena mau melayani

anggotanya dengan sebaik-baiknya ia melaksanakan semuanya sampai ke hal-hal

yang kecil. Namun yang dimaksudkan otoritas sebagai pelayan di sini lebih

menekankan pada sebuah relasi yang tidak melulu vertikal tetapi kepemimpinan

dihayati dalam kerangka relasi horisontal yang memberi tempat pada nilai

kesetaraan, partisipasi, demokrasi dan berbagi tanggung jawab (Samosir, 2004: 14).

Kepemimpinan horisontal berarti pemimpin tidak menggunakan

otoritasnya pertama-tama sebagai kuasa atas orang lain melainkan sebagai kekuatan

bersama orang lain. Pemimpin mengakui bahwa orang yang dipimpinnya juga

memiliki otoritas, ini tidak berarti bahwa pemimpin membuang otoritasnya

sebagai seorang pemimpin. Sebaliknya ia mengintegrasikan otoritas jabatannya

dengan otoritas setiap pribadi yang dipimpinnya. Demi mencapai otoritas semacam

Page 78: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

64

itu baik pemimpin maupun anggota harus menghayati semangat kepemimpinan

dalam Kristus yaitu “pengosongan diri” dalam wujud pelayanan satu sama lain,

sebagaimana yang terdapat dalam surat St. Paulus kepada umat di Filipi 2:13 :

…Dan janganlah tiap-tiap orang dari kamu hanya memperhatikan kepentingannya sendiri-sendiri, melainkan kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai pemilik yang harus dipertahankan melainkan mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib.

Otoritas atau kekuatan bersama orang lain (power with), menegaskan sebuah

relasi yang dinamis sehingga baik pemimpin maupun yang dipimpin dapat

memberikan kontribusi bagi pertumbuhan dan perkembangan hidup orang lain

sesuai dengan perannya, juga kemampuannya masing-masing. Sehingga nampak

adanya relasi yang saling menghargai otoritas masing-masing yang memungkinkan

lahirnya sebuah kesadaran akan ketaatan yang bebas namun Bertanggung jawab.

Selain itu dalam konsep ini pemimpin tidak menganggap dirinya berada di atas

komunitasnya tetapi di dalam komunitasnya. Ia tidak menganggap dirinya sebagai

pribadi yang independen dari komunitas tetapi ia menempatkan dirinya sebagai

bagian integral dari seluruh proses yang menghidupkan dan mencapai konsensus

dalam kebersamaan (Samosir, 2004: 15).

Demikianlah tantangan kepemimpinan zaman sekarang adalah bagaimana

mewujudkan otoritas Kristus sebagai pelayan dalam sebuah komunitas untuk saling

mengisi sehingga bersama-sama dapat menemukan kehendak Allah dan dapat

tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang dewasa.

Page 79: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

65

b. Unsur Keteladanan Pemimpin

Tantangan lain yang dirasakan cukup besar saat ini adalah soal keteladanan

hidup atau kesaksian hidup. Tugas kepemimpinan menjadi sulit dilaksanakan

ketika para anggota menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa nilai-nilai dan

sikap serta gaya hidup yang diajarkan oleh pemimpinnya kepada mereka ternyata

tidak dihayati atau dilanggar. Hal ini justru akan memperlemah semangat para

anggota yang masih muda dan dalam tahap pembinaan. Mereka bisa saja

kehilangan daya dorong dan teladan yang memberi semangat untuk berjuang

menghayati panggilan hidup ini. Akibatnya terkadang muncul apa yang oleh

Darminta (2003: 243) disebut tunnel syindrome atau sindrom selokan bawah tanah,

yakni sikap mematuhi aturan selama masih dalam masa pembinaan tetapi setelah

lepas masa pembinaan ia merasa bebas melakukan apa saja. Dengan demikian bisa

dikatakan bahwa seluruh proses pembinaan hanya berhenti pada kulit luarnya saja

tidak sampai terjadi proses internalisasi nilai dan pembentukan sikap batin yang

mendalam karena hanya sekedar melakukan sesuatu yang nampak baik di luar dan

membuat dirinya selamat atau tidak dinilai jelek oleh pimpinannya.

Berdasarkan gambaran di atas ternyata unsur keteladanan dari pemimpin

sangat diperlukan dalam hidup religius pada masa sekarang. Sebagaimana halnya

komunitas para rasul yang semakin didewasakan oleh Yesus berkat

keteladananNya, demikian halnya para pemimpin religius hendaknya menjadi

teladan hidup bagi para anggotanya dalam menghayati panggilannya.

Yesus dalam peristiwa pembasuhan kaki para murid (Yoh.1-20) telah

memberikan keteladanan bagaimana menjadi seorang pemimpin yang sejati.

Seorang pemimpin religius diharapkan selalu siap untuk melepaskan diri dari

Page 80: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

66

kemapanan, serta kenyamanan sebagai seorang pemimpin, dan sebaliknya ia berani

mengenakan sabuk kerendahan hati untuk melayani para anggota komunitasnya

dengan tulus hati. Selain itu para pemimpin juga harus belajar dari Yesus soal

membangun “relasi hati”, relasi persaudaraan yang sampai pada sikap empati.

Ketika Ia menampakkan diri kepada para muridNya di pantai danau Tiberias (Yoh.

21: 1-14). Yesus datang tepat pada saat murid-muriNya putus asa, kelelahan, dan

membutuhkan bantuan. Di sini Yesus melihat kebutuhan dasar manusia di dalam

komunitasnya; dan perbuatan yang manusiawi ini memampukan Yohanes sanggup

untuk melihat dan mengenal Yesus. Keteladanan dapat menggugah seseorang

sampai pada sumber kebaikan, yakni Tuhan sendiri. Dalam menghayati tugas

kepemimpinan, sentuhan-sentuhan kemanusiaan berupa perhatian, sapaan,

dukungan, senyuman ataupun kehadiran dari seorang pemimpin dapat memberi

daya dan semangat hidup tersendiri bagi anggota komunitas dan dapat

menghangatkan relasi persaudaraan di antara mereka.

4. Tantangan dalam Kongregasi

Hasil kapitel umum Kongregasi RVM ke-17 di Tagaytay, Filiphina tahun

2002 mengungkapkan bahwa salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh para

pemimpin dalam tarekat adalah soal memahami hubungan antara komunitas

perdanan dengan kehidupan kita sekarang, sebagaimana tercermin dalam hasil

kapitel, sebagai berikut:

Dalam proses meninjau, melihat, dan mengangkat kembali asal-usul kita, kita perlu memahami secara mendalam hubungan antara komunitas perdana dan kehidupan kita di zaman ini. Kita ditantang untuk mengangkat kembali unsur-unsur atau nilai dasar dari komunitas perdana dan belajar dari

Page 81: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

67

kepemimpinan Mother Ignacia del Espiritu Santo. (Hasil Kapitel Umum Kongregasi RVM ke-17, 2002: 11). Mencermati hasil kapitel tersebut di atas benar adanya bahwa Kongregasi

RVM perlu melihat kembali sejauh mana para suster menghayati nilai-nilai luhur

dari komunitas perdana dalam kehidupan setiap hari yaitu unsur kesatuan hati,

pikiran, cinta kasih dalam perkataan dan perbuatan, pengampunan, dan memberi

perhatian kepada sesama yang miskin dan menderita. Pusat hidup persekutuan

mereka adalah Yesus Kristus sendiri yang telah mereka ikuti dan yang mereka

imani. Komunitas perdana memupuk kebersamaan dan kedalaman hidup dalam

kesetiaan melakukan devosi dan doa bersama demi menjalin relasi yang dalam

dengan Bapa.

Selain belajar dari komunitas perdana, para pemimpin perlu belajar juga

dari kualitas kepemimpinan Mother Ignacia sebagai “Hamba hina Tuhan” yang

memiliki kedalaman iman dan kepercayaan penuh pada penyelenggaraan Ilahi serta

berpusat pada Kristus. Ia taat kepada kehendak Allah dan senantiasa terbuka

terhadap setiap gerakan Roh Kudus di dalam kehidupannya.

Kedua hal di atas merupakan tantangan bagi kongregasi RVM karena dalam

situasi zaman sekarang, bagaimana para pemimpin bersama anggotanya lewat cara,

gaya hidup dan kesaksian hidup serta karya-karya pelayanannya menghadirkan

nilai-nilai atau keutamaan hidup dari komunitas perdana dan kualitas

kepemimpinan Mother Ignacia dalam situasi dan keprihatinan zaman sekarang.

Page 82: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

68

D. Yesus Kristus Teladan Utama Kepemimpinan di Zaman Sekarang.

Yesus merupakan tokoh teladan kepemimpinan sepanjang masa.

Keteladanan kepemimpinan selama hidupNya di dunia dan yang Ia wariskan

kepada para murid tetap relevan di setiap zaman. Apa yang kiranya menarik dari

gaya kepemimpinan Yesus ini sehingga dikatakan sebagai model dan teladan

kepemimpinan (Religius) dewasa ini? Berikut akan diuraikan beberapa gaya

kepemimpinan Yesus yang kiranya menjadi model kepemimpinan pelayanan para

pemimpin zaman sekarang Sardi (2005: 219):

1. Yesus Mengemban Misi dari Bapa

Inti pewartaan Yesus di dunia adalah mewartakan Kerajaan Allah yang

nampak dalam ajaran dan karyaNya. Kepemimpinan Yesus pertama-tama adalah

berdasarkan pada amanat akan datangnya Kerajaan Allah di dunia. Yesus

menjalankan kuasaNya bukan untuk mencari popularitas diri atau untuk mencari

pendukung massa yang banyak tetapi justru Ia taat kepada kehendak Bapa untuk

membawa manusia kepada keselamatan. Ia menghadirkan situasi shaloom di

tengah dunia ini. Melalui hidup, ajaran dan karyaNya Yesus menyingkapkan

kerajaan Bapa kepada manusia dan tuntutan yang diberikan kepada manusia adalah

percaya pada Allah dan bertobat dari dosa untuk pada akhirnya kembali kepada

kesatuan dengan Allah.

2. Bukan hanya berbicara tetapi juga berbuat

Yesus mengkritik sikap orang Farisi yang hanya berbicara atau mengajar

tetapi tidak melaksanakannya dalam perbuatan. Sikap yang demikian bukanlah

sikap dari pemimpin yang sejati. Sikap pemimpin yang sejati adalah memberikan

Page 83: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

69

contoh atau teladan hidup yang baik yaitu melaksanakan hukum kasih dalam hidup

setiap hari. Hal ini dilakukan oleh Yesus dengan peristiwa pembasuhan kaki para

murid pada malam sebelum perjamuan paskah (Yoh. 13:1-20), Yesus mendobrak

cara pandang dan kedegilan hati para muridNya tentang makna pelayanan sejati.

Yesus menunjukkan teladan sempurna bahwa menjadi seorang pemimpin adalah

menjadi teladan dalam melakukan pelayanan yang penuh kasih dan rendah hati,

bukannya menjadi pemimpin yang hanya memerintah dan menunggu dilayani dan

dihormati, atau hanya pandai merangkai kata-kata indah untuk memikat orang lain

supaya dianggap baik tetapi dalam perbuatan sama sekali kosong.

3. Pemimpin yang Adil

Sikap Yesus di dalam pewartaanNya memperlihatkan betapa Ia sungguh

berpihak pada manusia teristimewa mereka yang sakit, menderita, tersingkir dan

berdosa. Dalam hal keadilan Yesus dihadapkan pada suatu pilihan yang tegas. Ia

tidak takut dan mundur ketika mendapat ancaman dan tuduhan macam-macam dari

para ahli Taurat dan orang Farisi yang hendak menjatuhkan Dia, misalnya soal

pembayaran pajak kepada kaisar atau kepada Allah (Mark. 12:14-17). Sikap adil

yang ditunjukkan Yesus kepada para seterunya ini dilengkapi dengan dengan sikap

yang penuh kasih sehingga jawaban ataun tindakan yang diberikan Yesus bukan

sesuatu yang mematikan atau menyombongkan diri tetapi sebaliknya agar orang

menjadi sadar dan menemukan kebenaran yang sejati yang ditawarkan oleh Yesus.

Page 84: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

70

4. Saling Melayani

Menjelang perjamuan malam terakhir, Yesus membasuh kaki para

muridNya. Yesus menunjukkan bagaimanakah menjadi pemimpin yang baik itu,

yakni harus berani saling melayani, bersedia menjadi pelayan Tuhan, mengabdi

demi kebahagiaan orang lain. Melalui pembasuhan kaki inilah Yesus mengajarkan

makna pemimpin yang dikehendaki Allah yaitu diwujudkan dalam pelayanan yang

murah hati, dan saling melayani satu sama lain tanpa memandang pangkat,

kedudukan, ras dan sebagainya. Dalam pelayanan itulah Yesus mengajarkan

ketulusan hati, kejujuran, dan kebijaksanaan yang harus diperjuangkan oleh setiap

orang zaman sekarang terlebih para pemimpin religius dewasa ini.

5. Ketabahan dan keteguhan hati Yesus

Berawal dari kisah di taman Zaitun hingga proses pengadilan Yesus sampai

dengan sengsara dan kematianNya Yesus menunjukkan bagaimana sikap hati

seorang pemimpin sejati, yakni mengenai kesabaran dan keteguhan hatiNya

menghadapi saat-saat paling mengerikan, menegangkan dan mencekam. Yesus tahu

bahwa kerajaanNya bukan dari dunia ini dan kebenaran sejati yang berasal dari

Bapa harus ditegakkan.

Keadilan dan kasih yang selama ini Ia perjuangkan telah diinjak-injak oleh

orang yang tidak suka akan kehadiran Yesus dan seluruh pewartaanNya. Siksaan

demi siksaan, hujatan, makian dan penderitaan ditanggungNya dengan penuh

kesabaran dan kepercayaan penuh pada Bapa. Ia tidak mundur selangkah pun

dengan perutusan yang telah Ia terima dari Bapa, Ia rela menanggung semuanya

supaya Kerajaan Bapa menjadi nyata di dunia ini.

Page 85: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

71

6. Mendobrak Kemapanan

Yesus datang bukannya untuk melenyapkan hukum Taurat melainkan untuk

menggenapinya. Ia berani mendobrak segala bentuk kebiasaan dan pandangan

yang telah mapan di tengah masyarakat juga di tengah para muridNya. Yesus

mengungkapkan bahwa adat atau kebiasaan hanyalah berfungsi sebagai sarana saja

bukan tujuan dan apabila adat itu sampai menghambat orang untuk menjalin relasi

dengan Allah maka seharusnya tidak boleh diberlakukan, misalnya Yesus

melakukan pengusiran di rumah ibadat yang dijadikan pasar dan tempat berjudi.

Yesus melakukan pendobrakan ini karena pertama-tama yang diperjuangkan Yesus

adalah soal kepentingan Allah dan bukan pada kepentingan manusia karena meski

bagaimanapun kepentingan yang suci haruslah menjadi yang utama dari yang

lainnya demikian menurut Sardi (2005: 219).

Beberapa hal di atas menggambarkan sosok pribadi Yesus yang telah

memberikan teladan kepemimpinan kepada para pengikutNya hingga saat ini.

Kekuatan kepemimpinan Yesus justru terletak pada melayani dan melaksanakan

kehendak Bapa. Semuanya terpusat pada pelayanan. Gaya kepemimpinan Yesus

sungguh menampilkan dimensi pelayanan demi kerajaan Allah dan kebahagiaan

manusia. Oleh karena itu sangatlah tidak tepat bila para pemimpin religius dewasa

ini yang menyebut dirinya pengikut Kristus tidak meneladan model kepemimpinan

Kristus di atas dalam kehidupannya setiap hari. Kepemimpinan Yesus akan tetap

relevan sepanjang masa. Kepemimpinan Yesus menjadi sumber inspirasi bagi kita

untuk melayani orang-orang di sekitar kita.

Page 86: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

72

BAB V

USULAN MODEL KEPEMIMPINAN YANG DICITA-CITAKAN

KONGREGASI RVM DI ZAMAN SEKARANG

Kepemimpinan yang melayani sangat erat kaitannya dengan pemimpin

yang transformatif. Bila seorang pemimpin adalah seorang yang mampu

menggerakkan dan mentransformasi maka pemimpin yang “melayani adalah orang

yang menggerakkan dan sekaligus mentransformasikan hidupnya juga hidup orang

lain” (Candra, 2004: 59).

Pemimpin yang transformatif hanya dapat melakukan semua tugasnya bila

ia menghayati makna perannya sebagai orang yang melayani. Ia sadar dan percaya

sebab dengan melayani anggotanya ia membuka kesempatan kepada mereka untuk

memiliki kebebasan yang lebih luas agar dapat berkembang dengan mengalami

pembaharuan dan perubahan hidup ke arah yang lebih baik. Dengan kata lain

menjadi pemimpin yang transformatif berarti, pemimpin memiliki hati yang mau

melayani sebagaimana yang diteladankan oleh Yesus sendiri yang melayani para

muridNya dengan penuh kasih dan rendah hati dalam peristiwa pembasuhan kaki

(Yoh. 13:1-20).

Memiliki hati yang melayani berarti seorang pemimpin meletakkan

kebutuhan dan minat orang lain atas minat dan kebutuhan dirinya. Seorang

pemimpin yang melayani sekaligus transformatif sangat peduli pada pertumbuhan

dan dinamika kehidupan anggotanya, dirinya serta komunitasnya sendiri. Dalam

kepemimpinannya ia akan mendahulukan kepentingan umum daripada pencapaian

Page 87: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

73

ambisi pribadi atau pola dan keinginannya saja. Impian yang ingin ia capai adalah

agar orang-orang yang ia layani kelak menjadi pemimpin yang melayani juga.

Pada Bab V ini penulis mengusulkan sebuah model kepemimpinan yang

kiranya menurut pendapat penulis sangat relevan dan inspiratif untuk dihayati oleh

para suster RVM di zaman sekarang dalam menjalankan tugas pengabdiannya

sebagai pemimpin dalam tarekat. Model kepemimpinan yang diusulkan adalah

“Model Kepemimpinan yang Transformatif”.

Menurut hemat penulis model ini merupakan pengembangan atau penghayatan

dari model kepemimpinan pelayanan Yesus sendiri. Yesus menjadi sumber

inspirasi sekaligus teladan bagi penghayatan kepemimpinan yang transformatif.

Sebagaimana Kristus sendiri lewat teladan kepemimpinanNya telah membawa

manusia mengalami perubahan hidup secara total yakni mengalami anugerah

keselamatan atas dosa. Lewat kepemimpinanNya Yesus “mengubah manusia lama

kita menjadi manusia baru” dengan demikian teladan kepemimpinannya sebagai

hamba yang melayani telah membawa keselamatan bagi seluruh hidup manusia

yaitu manusia mengalami kemerdekaan sejati sebagai anak-anak Allah.

A. Model-model Kepemimpinan

Dewasa ini ada banyak teori yang muncul mengenai kepemimpinan. Model

atau gaya kepemimpinan sangat tergantung pada jenis atau macam orang yang

memimpin. Menurut Martasudjita (2001: 30), gaya kepemimpinan tergantung pada

tiga hal yaitu : pada jenis atau macam orang yang dipimpin, tingkat kemampuan

atau ketrampilan (skills) dan tergantung pada kemauan atau semangat hidup (etos).

Page 88: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

74

Berikut ini ada beberapa model kepmimpinan yang sesuai dengan ketiga hal

tersebut di atas menurut Martasudjita (2001: 31) :

1. Kepemimpinan yang directing (memerintah)

Kepemimpinan ini sifatnya mengarahkan, memberi petunjuk dan perintah

secara jelas dan pasti. Model ini nampak otoriter dan mendikte tetapi model ini

juga perlu untuk diterapkan kepada para anggota yang rendah kemampuan dan

kemauannya. Gaya kepemimpinan ini tidak cocok untuk diterapkan bila

berhadapan dengan orang yang terpelajar yang memiliki kemauan dan

kemampuan yang tinggi.

2. Kepemimpinan yang coaching (melatih)

Model coaching bisa digunakan pemimpin bila menghadapi anggota yang

tinggi kemauan dan semangatnya tetapi dari segi kemampuan atau skills sangat

rendah. Kepemimpinan coaching di sini berusaha memberi kesempatan kepada

anggotanya untuk misalnya mengikuti pelatihan, kursus atau bisa menempuh

pendidikan formal untuk meningkatkan kemampuannya.

3. Kepemimpinan yang counseling (menasihati)

Bila berhadapan dengan anggota komunitas yang trampil dan pandai serta

menguasai bidang karya tertentu tetapi anggota tersebut tidak bersemangat atau

lesu bahkan hasil karyanya tidak memuaskan maka gaya konseling bisa

diterapkan yaitu dengan mengadakan pendekatan secara pribadi, mendengarkan

dengan penuh empati apa yang menjadi persoalannya. Pemimpin hadir sebagai

Page 89: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

75

sahabat yang membangkitkan semangat atau mengarahkan anggota tersebut

untuk menemukan pencerahan menemukan solusi terbaik bagi dirinya.

4. Kepemimpinan yang delegating (memberi wewenang)

Kepemimpinan yang delegating sangat cocok untuk diterapkan kepada anggota

yang memiliki motivasi atau etos kerja yang tinggi, pandai dan menyenangkan

serta trampil. Pemimpin hendaknya memberikan delegasi atau wewenang

kepada anggotanya untuk bekerja dengan membuat keputusan sesuai dengan

bidangnya yang telah disepakati bersama. Yang penting di sini adalah bahwa

keduabelah pihak baik anggota maupun pemimpin mampu menjalin relasi dan

komunikasi yang sehat, menciptakan suasana nyaman yang membuat semua

merasa at home. Pemimpin membangun sikap percaya dan menghargai

pendapat anggota.

B. Kepemimpinan Transformatif sebagai Model Kepemimpinan yang di

harapkan Kongregasi RVM di Zaman Sekarang

1. Kepemimpinan Transformatif

a. Pengertian Transformatif

Istilah transformasi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata trans yang

berarti “di seberang” atau “menyeberang” atau “melintasi” dan kata formatio (dari

kata benda forma = bentuk, rupa, wujud) yang berkaitan dengan kata kerja formare

yang berarti “memberi bentuk kepada”, “membentuk”. Dengan demikian istilah

transformasi ini memiliki arti “suatu perubahan bentuk yang selalu terjadi dalam

suatu proses” (Martasudjita, 2001: 5).

Page 90: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

76

b. Pengertian Kepemimpinan Transformatif

Kepemimpinan transformatif menurut Darminta (2005: 50) adalah

“kepemimpinan yang mampu memotivasi untuk mengadakan pembaharuan atau

perubahan hidup secara positip”. Kepemimpinan religius merupakan salah satu

bentuk nyata dari pelayanan tarekat religius yang dalam prosesnya memerlukan

suatu perubahan terus menerus dalam menggapai cita-cita serta tujuan hidup

religius. Baik pemimpin maupun anggota harus memiliki kemauan dan

kebersamaan untuk mengambil langkah pembaharuan yang merupakan kunci

pertumbuhan, sebab tanpa ada pembaharuan maka hidup religius atau pun karya-

karya pelayanan tarekat akan mengalami kemandekan atau bahkan bisa mati.

Transformasi atau pembaharuan menurut Darminta (2005: 47) adalah “kelahiran

cara hidup baru dengan menerima gagasan serta pandangan baru, cara kerja dan

kerasulan baru ataupun juga yang dapat tumbuh dan berkembang dalam hidup

religius secara positip”. Lebih lanjut Romo Darminta menyatakan tumbuh menjadi

baru berarti bahwa “hidup religius tetap bermakna baik bagi kaum religius itu

sendiri maupun bagi orang lain yang menerima pelayanan kaum religius”.

Pemimpin yang memotivasi anggotanya, pertama-tama haruslah

mengembangkan sikap seperasaan dan sepenanggungan dengan orang yang

dipimpinnya, atau dengan kata lain pemimpin itu sehati sejiwa dengan apa yang

menjadi pergulatan dan perjuangan serta kebahagiaan anggotanya. Selain itu

pemimpin perlu mengenali apa yang menjadi kebutuhan dari kongregasi, sesuai

dengan konteks zamannya. Baik tingkat kongregasi sampai komunitas yang kecil

sudah pasti membutuhkan kejelasan arah, tujuan dan sasaran. Bagaimana semuanya

itu dicapai lewat langkah-langkah yang konkret, maka peran pemimpin dalam

Page 91: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

77

menjalankan kepemimpinannya untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan kongregasi

menjadi sesuatu yang penting untuk dilaksanakan.

Pelayanan kepemimpinan yang transformatif tidak hanya sekedar

memelihara dan menjaga supaya anggotanya tetap setia pada panggilan tetapi juga

untuk mengembangkan panggilan bersama-sama dengan anggotanya. Untuk itu

beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemimpin sebagaimana yang

dikemukakan oleh Darminta (2005: 50) adalah sebagai berikut :

1) Seorang pemimpin harus mengusahakan terjadinya kepemimpinan yang

mendukung. Hal ini dicapai melalui dialog dan keterlibatan semua anggota baik

secara pribadi maupun bersama demi menemukan kekuatan yang ada pada

kelompok untuk masuk ke dalam suatu proses pembaharuan serta perubahan

dalam pelayanan kepada Tuhan dan sesama.

2) Pemimpin harus membantu atau mengajak kelompok menemukan sarana-

sarana yang mau dicapai bersama demi suatu perubahan cara hidup, atau cara

kerja, atau penciptaan karya-karya baru yang tepat guna atau sesuai kebutuhan

bahkan peningkatan karya yang sudah ada.

3) Pemimpin harus menumbuhkan keyakinan dan kemampuan anggota atau

kelompok untuk bertindak dan mengambil langkah yang tepat dan bijaksana.

Pemimpin mengajak seluruh anggotanya untuk mengusahakan suatu kemajuan

meskipun dalam prosesnya ada ketidakberdayaan, tantangan atau penderitaan

tetapi pemimpin dan anggotanya perlu memiliki keyakinan yang teguh bahwa

penderitaan dalam mencapai suatu pembaharuan itu berharga dan bermakna

oleh karena itu pemimpin dituntut untuk memiliki kesabaran dan ketegaran.

Page 92: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

78

4) Pemimpin perlu menempatkan bakat dan ketrampilan seseorang menurut

kebutuhan sehingga mereka dapat memberikan pengaruh positip bagi

pertumbuhan dan perkembangan kongregasi ke arah yang lebih baik lagi.

5) Seorang pemimpin perlu mengembangkan team dan kerjasama dengan orang

lain yang dipercayakan untuk membantunya dalam menjalankan suatu

tanggung jawab sehingga pelayanan kepemimpinannya dapat efektif dan

efisien.

Kepemimpinan pelayanan yang transformatif dapat dikatakan sebagai

kepemimpinan yang efektif dan efisien artinya kepemimpinan yang mampu

langkah demi langkah membawa kelompok atau anggotanya untuk mengadakan

pembaharuan hidup yang sesuai dengan tuntutan zaman. Kepemimpinan membawa

ke proses reorientasi atau pertobatan terus-menerus bagi pemimpin itu sendiri

maupun bagi anggotanya.

2. Kemampuan Dasar Kepemimpinan Transformatif

Menjadi pemimpin yang membawa pembaharuan memang tidak mudah.

Pemimpin haruslah memiliki kemampuan dasar dalam dirinya yang memampukan

dia untuk berani dan siap melakukan transformasi yang perlu bagi perkembangan

tarekat. Kemampuan dasar itu antara lain yang disebutkan oleh Martasudjita (2001:

36-40) sebagai berikut :

a. Menjadi pemimpin yang belajar seumur hidup yakni belajar untuk mampu

mendengarkan, membaca, menangkap masalah, menganalisa, memilah-milah

dan mempertimbangkan berbagai mcam hal, berwawasan luas, mampu

berdialog, peka terhadap tanda-tanda zaman.

Page 93: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

79

b. Menjadi komunikator yang baik yang mampu menyampaikan pesan dengan

jelas, bijaksana, dan mampu membangkitkan semangat anggotanya untuk giat

bekerja dan hidup baik.

c. Menjadi pemersatu, yang mampu memadukan aneka macam kekayaan dan

keunikan masing-masing angota bagi kebaikan bersama. Ia menciptakan

suasana yang harmonis, tidak berpihak pada anggota tertentu tetapi merangkul

semua anggota sehingga dalam komunitas ada rasa kesatuan dan persaudaraan.

d. Mampu membuat keputusan yang tepat dan bijaksana bagi kebaikan semua

warga komunitas dan sekaligus berani untuk menerima dan menanggung segala

akibat dari keputusannya.

e. Menjadi orang yang bersemangat dalam proses transformasi komunitas, Gereja

dan masyarakat. Proses transformasi itu juga meliputi pemberdayaan anggota

yang lain atau regenerasi kepemimpinan. Ini berarti bahwa pemimpin mampu

mengubah hidup yang terpusat dari diri sendiri kepada hidup yang altruis yaitu

hidup untuk orang lain dan terbuka kepada suka-duka kehidupan orang-orang di

sekitarnya.

f. Menjadi pemimpin pendoa. Ia memiliki kedekatan relasi dengan Tuhan dalam

doa-doanya, ia matang dalam hidup rohani, sehingga orang lain merasakan

kedamaian berada bersamanya dan bisa menemukan Tuhan dalam diri

pemimpin. Dengan kata lain buah kedalaman relasinya dengan Tuhan akan

memancar ke luar lewat sikap tutur kata dan tindakannya sehari-hari.

Page 94: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

80

3. Spiritualitas Kepemimpinan Transformatif

Selain mengerti dan menguasai ketrampilan kepemimpinan transformatif

seorang pemimpin dalam tarekat RVM juga sangat penting memperdalam

spritualitas kepemimpinan transformatif yang menyangkut inti batin atau roh yang

menggerakkan sang pemimpin menghayati tugas kepemimpinannya. Martasudjita

(2001: 45) menguraikan bahwa kepemimpinan yang transformatif menghayati

spiritualitas kepemimpinan Injili artinya, “suatu kepemimpinan yang tidak pernah

mengganti posisi sentral Tuhan dengan dirinya sendiri”. Pemimpin rela untuk tidak

menjadi pusat perhatian tetapi dengan tulus membiarkan anggota atau orang lain

tetap hanya memiliki satu fokus perhatian yakni Tuhan sendiri. Seorang pemimpin

transfomatif menurut semangat Injil akan rela dilupakan, diabaikan tidak dianggap

penting. Yang penting baginya adalah bahwa Tuhanlah yang harus diabdi dan

dilayani. Kiranya hal ini menjadi semangat santo Yohanes Pembaptis yang berkata,

“Ia harus semakin besar, tetapi aku harus semakin kecil” (Yoh.3:30).

Ada tiga spritualitas kepemimpinan transformatif yang ditawarkan dalam

Injil menurut Martasudjita (2001: 45) yang kiranya perlu dihayati dan dimiliki para

suster RVM dalam usahanya menghayati kepemimpinan transformatif yaitu

sebagai berikut :

a. Spiritualitas sebagai Gembala

Dalam perumpamaanNya tentang gembala yang baik Yesus

mengungkapkan tentang ciri-ciri gembala yang baik di antaranya gembala yang

baik selalu mengenal domba-dombanya (Yoh. 10 :14). Gembala yang baik juga

berani menyerahkan nyawanya bagi domba-dombanya (Yoh.10:11). Dan akhirnya

gembala yang baik selalu mencari dombaNya yang tersesat; ia meninggalkan yang

Page 95: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

81

sembilan puluh sembilan ekor untuk mencari domba yang tersesat (bdk. Luk. 15: 4-

7). Mengenal domba-dombanya dalam arti biblis berarti berkaitan dengan

“mempunyai relasi atau hubungan yang personal dan mendalam”.

Semangat kegembalaan seorang pemimpin transformatif dalam praksisnya

nampak dalam bagaimana seorang suster pemimpin menjalin hubungan yang

mendalam dan personal serta saling meneguhkan dengan para anggotanya. Segala

suka-duka anggotanya ada dalam doa dan hati pemimpin. Hal ini tentunya

mengandaikan bahwa suster tersebut telah memiliki relasi yang mendalam juga

dengan Allah sendiri sehingga memampukan ia sendiri untuk terbuka menjalin

relasi yang baik dengan sesamanya. Lalu seorang gembala juga berani

menyerahkan nyawanya bagi domba-dombanya. Pemimpin harus berani

memberikan hidupnya untuk melayani anggotanya. Seluruh tenaga, pikiran

kemampuan, bakat-bakat dicurahkan untuk memperkembangkan hidup mereka

yang dilayaninya. Sedangkan seorang gembala meninggalkan yang sembilan puluh

sembilan ekor dan mencari satu yang hilang, artinya seorang suster sebagai

pemimpin harus mencintai setiap anggotanya dengan segala kelebihan dan

kekurangannya. Ia juga mencintai anggota yang kadang menyakiti hatinya, yang

memberontak dan menentang dirinya, sebab baginya setiap anggota adalah harta

bernilai dan berharga yang dipercayakan Tuhan kepadanya yang harus dipelihara

dan dijaganya seperti biji mata (Ul. 32:10).

b. Spiritualitas Kepemimpinan sebagai Pelayan

Hamba dalam pengertian biblis ialah mereka yang menjadi budak. Budak

itu tanpa hak, statusnya rendah di mata masyarakat. Ia harus melayani majikannya,

Page 96: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

82

ia siap sedia setiap saat bila dibutuhkan. Seorang budak tidak mempunyai kuasa

apa-apa atas hidupnya sendiri. Ia hanya sebagai pelayan yang melaksanakan

perintah tuannya. Inti spritualitas hamba ada pada hidup dan pribadi Yesus,

“…yang mengosongkan diri, menjadi hamba dan bahkan mati di salib…” (bdk.

2:5-11). Kerelaan untuk mengosongkan diri, dan merendahkan diri menjadi serupa

dengan manusia dan kemudian mati di kayu salib, inilah yang penting dalam

spiritualitas kepemimpinan seorang pelayan.

Setiap pemimpin memiliki majikan atau tuan yang utama yakni Tuhan

sendiri. Namun Tuhan juga hadir dan harus dilayani melalui diri para anggotanya.

Oleh karena itu hidup dan pengabdiannya diarahkan bagi mereka yang dilayaninya.

Sukacita, kecemasan ataupun harapan anggotanya menjadi miliknya juga, dalam

arti ia merasa hati dan sejiwa dengan apa yang dirasakan dan dialami oleh anggota

komunitasnya. Singkatnya semangat kepemimpinan pelayanan seorang pemimpin

ada dalam hatinya yang terbuka, rendah hati dalam pelayanan, dan mencintai

tugasnya, anggotanya serta tidak mencari ketenaran diri atau keuntungan diri dalam

pelayanannya.

c. Spiritualitas Kepemimpinan sebagai Pengurus Rumah Tangga

Spiritualitas kepemimpinan sebagai pengurus rumah tangga ini sangat

inspiratif dan menantang. Semangat pengurus rumah tangga ini memadukan unsur

kekuasaan dan pelayanan, wewenang dan ketergantungan. Pengurus rumah tangga

adalah orang yang mengawasi tata tertib rumah tangga, adat istiadat, aturan, dan

kesepakatan bersama. Dalam Injil Perjanjian Baru kata pengurus rumah tangga

muncul hanya dua kali yakni dalam Lukas 12:42 tentang “… jadi siapakah

Page 97: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

83

pengurus rumah tangga yang setia dan bijaksana yang diangkat oleh tuannya

menjadi kepala atas ...” dan Lukas 16:1-2 tentang “bendahara yang tidak jujur”

dalam kedua teks ini ditampilkan dua ciri atau sifat pengurus rumah tangga, yaitu:

1) Pengurus rumah tangga bertindak sebagai pelayan bukan pemilik atau

majikan.

Seorang pemimpin sebagai pengurus rumah tangga perlu menyadari bahwa

dirinya bukanlah pemilik komunitas atau karya. Sebab semuanya itu adalah milik

Tuhan, milik kongregsi. Ia menyadari bahwa tugas ini adalah anugerah dari Tuhan

untuk itu ia sudah sepantasnya mempertanggung jawabkan kepada Tuhan sang

pemilik segalanya. Tugas itu hanya sementara dan suatu saat pasti akan diambil

alih atau dipercayakan kepada orang lain. Oleh karena itu kelekatan pada jabatan

atau posisi tertentu dalam tarekat tidak boleh ada dalam hidupnya, sebaliknya sikap

lepas bebas menjadi prinsip hidup seorang pemimpin. Ia siap sedia diganti dan

dipindah ke tempat yang lain kapan saja.

2) Kekuatan dan keutamaan pengurus rumah tangga ada pada perpaduan antara

sifat bijaksana dan bisa dipercaya, antara bisa diandalkan dan

berpengalaman.

Seorang pemimpin sebagai pengurus rumah tangga memiliki kemampuan

atau kompetensi di bidangnya sekaligus ia bisa dipercaya karena kepribadian,

kejujuran dan komitmennya. Komitmen ini menjadi api dan penggerak seluruh

aktivitas dalam hidupnya yang merupakan dorongan dari Roh Kudus sendiri.

Page 98: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

84

3) Konteks kepemimpinan rumah tangga adalah ketidakhadiran majikan

Tuhan memberikan wewenang kepada pemimpin untuk mengambil bagian

dalam wewenangnya atas diri para anggota. Tetapi wewenang itu hanya pinzaman

dan pemberian Tuhan. Dan lagi wewenang itu menuntut tanggung jawab sang

pemimpin kepada “majikan” yaitu Tuhan sendiri, apakah tugas yang diberikan itu

dilaksanakan sesuai dengan kehendakNya atau malah dalam pelaksanaannya

menyimpang dari jalan Tuhan.

C. Kepemimpinan Transformatif dalam Praksis di Kongregasi RVM

Indonesia

1. Transformasi Diri dari Sisi Gelap Kepemimpinan

Seorang pemimpin yang transformatif adalah seseorang yang

menggerakkan dan mengubah orang lain agar rencana Tuhan terwujud, hal itu

hanya dapat dilakukan dengan efektif dan efisien bila ia sendiri mengalami

hidupnya terlebih dahulu digerakkan dan diubah oleh Allah sendiri. Transformasi

diri seorang pemimpin membutuhkan proses maka seorang pemimpin harus mau

bersabar dan terus belajar dan berubah sepanjang hidupnya selama itu

mengarahkan dirinya kepada kedewasaan dan kematangan hidup.

Ada tiga proses transformasi diri yang harus dilakukan oleh seorang

pemimpin menurut Candra (2004: 24-25) yang kiranya menurut penulis baik untuk

dikembangkan oleh para pemimpin dalam tarekat RVM demi meningkatkan

kualitas kepemimpinan pelayan yakni :

Pertama, pemimpin belajar menyempurnakan pengertian tentang siapa dirinya

sendiri, kelemahan dan kelebihannya dengan begitu ia akan semakin memahami

Page 99: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

85

riwayat pribadinya. Selanjutnya dengan penghayatan tentang makna hidup ini, ia

akan mengalami rekonsiliasi atas luka-luka atau peristiwa yang menyakitkan dalam

hidupnya. Melalui rekonsiliasi maka ia akan menerima diri dan pengalaman

hidupnya dan mampu bersyukur atas semuanya itu.

Kedua, seorang pemimpin berubah dalam hal-hal yang pada awalnya

dianggap bernilai menurut dirinya padahal sebenarnya itu tidak bernilai. Ia

melakukan transformasi dengan hal lain yang memiliki kualitas atau nilai sejati,

sebagaimana yang ditunjukkan oleh santo Paulus “Tetapi apa yang dulu kuanggap

keuntungan bagiku kini kuanggap rugi karena Kristus … malahan segala sesuatu

kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus Tuhanku, lebih mulia dari

pada semuanya” (Filipi 3: 7, 8a).

Ketiga, akibat dari transformasi di atas, maka akan terjadi suatu perubahan

dalam membangun impian, visi-misi, atau arah dan tujuan hidupnya. Artinya,

karena seorang pemimpin mengenali dirinya berharga di hadapan Tuhan dan

merasakan kebaikan Tuhan pada dirinya, ia mampu pula memuji dan mensyukuri

semua anugerah yang diterimanya dari Tuhan. Dengan demikian ia akan tahu dan

mengerti dengan baik arah hidup yang mau ia tuju.

Integrasi dari ketiga transformasi diri tersebut akan membuahkan kesediaan

untuk menghasilkan sikap dan kemampuan kepemimpinan. Integrasi tersebut juga

membuat pemimpin akan berani menghadapi tantangan dan berani pula mengambil

risiko. Namun demikian satu hal yang perlu ditegaskan bahwa tranformasi diri dari

sisi gelap masa lalu merupakan suatu proses yang tidak mudah; membutuhkan

waktu, pengorbanan kesabaran dan usaha yang terus menerus dalam hidup dan

Page 100: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

86

terlebih keterbukaan di hadapan Allah untuk membiarkan Allah sendiri yang dapat

merubah semua sisi gelap hidup sang pemimpin.

2. Transformasi dalam Komunitas

Seorang pemimpin yang telah mengalami suatu transformasi diri tentunya

akan menularkan kebaikan kepada orang lain, artinya ia akan mengupayakan agar

sebanyak mungkin orang lain (anggota komunitasnya) turut mengalami perubahan

(Candra, 2004: 55). Salah satu tugas pemimpin adalah membangun suatu

komunitas transformatif yaitu komunitas yang mengalami gerakan perubahan dari

komunitas yang mungkin dulunya “kacau” atau “kering” menuju suatu komunitas

yang penuh kasih. Yang menjadi esensi dari transformasi adalah “suatu pertobatan

batin dari komunitas yang diwarnai budaya kasih dengan meletakkan seluruh hidup

hanya pada Allah dan penyelenggaraanNya” (Martasudjita, 2001: 63).

Para suster RVM dalam hidup berkomunitas dipanggil untuk membangun

komunitas yang transformatif sebagaimana yang digambarkan dalam konstitusi no.

52 (2002: 26) bahwa “komunitas yang dibangun adalah komunitas yang

mengampuni saling menerima kekhilafan, membantu yang lemah untuk bangkit

dari kelemahannya”. Menjadi tanggung jawab setiap orang (tidak hanya pemimpin)

untuk saling menjaga dan mendukung kesetiaan dalam panggilan dan lain

sebagainya. Komunitas yang mau hidup dalam kasih dan pertobatan haruslah

memupuk:

Sikap saling mengampuni dengan penuh keterbukaan, kerendahan hati, dan rasa syukur kepada Tuhan, serta membawa semua persoalan yang dihadapi ke dalam rahmat dan kuasa Allah sehingga hanya Dia sendirilah yang dapat merubah seturut kehendakNya (Constitution of the RVM Revised, 2002, No. 53).

Page 101: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

87

Salah satu tuntutan mendasar yang diberikan kepada para pemimpin dalam

kongregasi RVM untuk menanggapi situasi zaman ini adalah para suster yang

mengemban tugas sebagai pemimpin dipanggil untuk mengabdikan diri melayani

anggota dengan mengembangkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang transformatif

sehingga dalam komunitasnya nampak ada pembaharuan yakni menjadi semakin

tanggap, kreatif, memiliki kredibilitas di hadapan Tuhan dan sesama dalam

penghayatan spiritualitas Ignacia (Hasil Kapitel Umum RVM, 2001: 15).

Berkaitan dengan pemimpin sebagai pelayan atau abdi Allah, seorang

pemimpin RVM dipanggil untuk memimpin, memberi inspirasi, dan menciptakan

sebuah komunitas cinta penuh persaudaraan dan mempermudah penghayatan

ketaatan bagi anggotanya. Dalam menjalin relasi dengan anggotanya, ia memupuk

“Rasa kepercayaan, ketulusan, kesederhanaan dan penghormatan terhadap setiap

pribadi yang dilayaninya” (Constitution of the RVM Revised, 2002, No. 50).

3. Transformasi dalam Karya kerasulan

Kepemimpinan yang transformatif adalah juga pribadi yang dinamis, ia

tidak cepat merasa puas akan apa yang dicapainya saat ini melainkan ia memiliki

semangat untuk terus berubah dan mencari peluang untuk bisa melakukan gerakan

pembaharuan di segala bidang, termasuk dalam bidang karya pelayanan apostolis.

Pemimpin tansformatif juga harus mampu membaca tanda-tanda zaman dan

segala perubahannya. Ia juga harus pandai untuk melihat kebutuhan-kebutuhan

Gereja dan masyarakat luas agar karya pelayanan tetap relevan dan kontekstual.

Visi dari kongregasi RVM sesuai hasil kapitel umum RVM ke-18, tahun

2006 adalah: “Kita, Religious of the Virgin Mary, penerus warisan Mother Ignacia

Page 102: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

88

del Espiritu Santo, berani menempuh jalan baru dan melalui kehidupan dan

pelayanan kita menyumbangkan kepada pembaharuan masyarakat”.

Berdasarkan visi ini maka setiap suster, komunitas maupun kongregasi

RVM dipanggil untuk tidak hanya mengarahkan hidup ke dalam saja tetapi harus

mengarah ke luar. Kehadiran dan karya merupakan sebuah pewartaan, pelayanan

dan sebuah kesaksian profetis di tengah masyarakat luas yang menampakkan

kehadiran Kristus di tengah manusia terutama melayani mereka yang menderita.

Para suster yang telah mengalami suasana transformatif dalam diri juga

dalam komunitas dengan penuh kegembiraan dan sukacita membagikan buah-buah

kebaikan kepada orang di sekitarnya. Mereka menjadi garam dan terang dunia di

tengah-tengah sesamanya yang membutuhkan uluran tangan, cinta dan perhatian.

Dengan kata lain para suster membangun semangat :

Solider dengan kaum miskin, mereka yang tertindas, dilecehkan, anak-anak yang tidak diperhatikan. Terhadap mereka ini kita melihat dengan mata Kristus dan mencintai dan melayani mereka dengan hatiNya ... kita mengambil bagian dalam pembebasan manusia dari situasi yang tertekan, membela martabat mereka terutama kaum perempuan, menantang dan memberdayakan mereka … dan pada akhirnya kita melayani untuk suatu dunia yang berubah untuk menikmati kepenuhan hidup dalam Kristus (Constitution of he RVM Revised, 2002, no. 87).

Demikianlah ketiga hal di atas yakni diri pemimpin, hidup komunitas dan

karya kerasulan menjadi bagian dalam tarekat yang perlu mengalami transformasi

yang terus menerus, tanpa mengabaikan bidang-bidang yang lain karena pada

dasarnya transformasi itu harus menyeluruh di semua aspek kehidupan sebuah

kongregasi di zaman sekarang. Peran kepemimpinan transformatif sangat besar

demi membawa baik itu anggota, komunitas, bidang-bidang karya dan sebagainya

Page 103: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

89

mengarah kepada suatu perubahan menuju kesempurnaan hidup yakni menemukan

Allah sendiri.

D. Katekese Sebagai Salah Satu Upaya Mewujudkan Pola Kepemimpinan

Yang Transformatif Para Suster RVM

1. Hakikat-Tujuan Katekese dan Alasan Pemilihan Katekese sebagai Upaya

Perwujudan Pola Kepemimpinan Transformatif para Suster RVM.

a. Hakikat dan Tujuan Katekese

Pada Pertemuan Komisi Kateketik Indonesia (PKKI) kedua tahun 1980 di

Klender, para peserta pertemuan merumuskan arti katekese umat sebagai berikut:

“Komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antar anggota jemaat atau

kelompok. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa

sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati semakin sempurna”

(Yoseph Lalu; 2005: 5).

Dalam katekese, umat memiliki tempat yang sentral. Umat menjadi subyek

atau pelaku utama dalam katekese. Yang dimaksud umat di sini berarti semua

orang beriman yang secara pribadi memilih dan meyakini Kristus sebagai pola

hidup beriman baik secara pribadi maupun bersama. Seluruh hidup Yesus Kristus

mulai dari peristiwa inkarnasi, sabda dan karyaNya hingga puncaknya pada misteri

Paskah menjadi isi katekese yang harus disampaikan secara utuh sehingga

membantu peserta untuk semakin mengenal, mencintai dan mengikuti Kristus.

Dengan kata lain seluruh pribadi Kristus menjadi jantung katekese. Katekese perlu

mengusahakan dan membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi jemaat untuk

Page 104: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

90

mengenal dan mencintai serta mengikuti Yesus sebab Dia yang diimani adalah

jalan, kebenaran dan hidup bagi umat manusia.

Isi katekese yang menyangkut hidup, karya, dan pewartaan Yesus Kristus

menjadi kabar gembira yang membebaskan dan menyelamatkan manusia dari

segala bentuk penderitaan akibat dosa. Dengan kata lain kabar gembira Kristus

harus menjadi inti iman, harapan dan kekuatan hidup bagi setiap jemaat, karena itu

jemaat perlu menanggapinya dengan iman dan menghayatinya dalam kehidupan

konkret setiap hari baik secara pribadi maupun komunal. Setiap jemaat harus berani

menjadi saksi pewarta kabar gembira Kristus di tengah-tengah dunia ini.

Selain berpusat pada Kristus, katekese sebagai komunikasi iman

menekankan bahwa pengalaman hidup konkret peserta menjadi awal dan tujuan

dalam proses katekese (Heryatno, 2005: 1). Pengalaman iman tersebut lahir dari

pergulatan dan perjuangan umat dalam suka maupun duka; keberhasilan,

kebahagiaan, harapan, penderitaan, sakit, atau kegagalan. Katekese membantu

peserta untuk menyadari pengalaman hidup mereka lalu merefleksikan secara kritis

dalam terang iman, selanjutnya diharapkan pengalaman-pengalaman tersebut

dimaknai dengan menemukan praksis baru yang membangkitkan semangat umat

beriman untuk semakin terlibat mewujudkan nilai-nilai kerajaan Allah dalam

kehidupan menggereja juga di tengah-tengah masyarakat luas.

Katekese yang menekankan peranan umat sebagai pelaku atau subyek

utama dalam katekese amat tepat dengan gambaran Gereja sebagai persekutuan

umat beriman yang dihidupi dan disatukan oleh Yesus Kristus, “Kristus menjadi

kepala tubuh dan Gereja adalah anggota-anggotanya”. Dengan demikian katekese

harus bertujuan bagi pembangunan hidup beriman secara pribadi dan bersama

Page 105: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

91

berdasarkan nilai-nilai Injil. Iman yang dewasa dan sungguh dihayati dalam

kehidupan menggerakkan setiap anggota umat beriman untuk terlibat dalam

mewujudkan nilai-nilai kerajaan Allah seperti kasih, sukacita, damai, keadilan, dan

kebenaran.

Situasi dan kondisi dunia saat ini ditandai dengan munculnya hal-hal yang

memprihatinkan. Arus globalisasi yang cepat dan kuat membuat orang kadang

hanyut di dalamnya. Gaya hidup konsumerisme dan hedonisme yang menawarkan

kenikmatan sesaat membuat orang lupa akan nilai-nilai hidup yang bersifat hakiki

yang harusnya diperjuangkan. Sementara itu di mana-mana terjadi tindakan

ketidakadilan, pelanggaran atas hak-hak asasi manusia dan lain-lain (Yoseph Lalu,

2005: 25). Dalam suasana yang demikian muncul pertanyaan, “umat macam apa

yang mau dibangun atau jemaat seperti apa yang dicita-citakan saat ini”. Dalam

PKKI ke- VI di Wisma Samadi, tahun 1996, peserta pertemuan menemukan suatu

gambaran hidup umat yang dicita-citakan yaitu “Jemaat yang berorientasi pada

kerajaan Allah”, artinya sebagaimana Yesus sendiri menjadikan kerajaan Allah

sebagai pusat pewartaanNya, maka jemaat pada masa kini dipanggil untuk

menghayati dan mewujudkan nilai-nilai kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan

masyarakat zaman sekarang (Yoseph Lalu, 2005: 25). Dalam usaha membangun

jemaat seperti itu maka katekese mendapat tempatnya. Katekese harus bertujuan

membangun jemaat yang berorientasi pada kerajaan Allah. Setiap umat beriman

dipanggil untuk menyuarakan kebenaran, berani membela nilai-nilai kemanusiaan

yang kini seringkali dilecehkan. Jemaat juga dipanggil untuk bersikap solider

dengan mereka yang miskin, lemah, dan tertindas, dan jemaat harus mampu

membangkitkan harapan dan sukacita bagi mereka yang menderita dan sakit.

Page 106: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

92

Keterlibatan jemaat dalam keprihatinan masyarakat merupakan wujudnyata dari

kehadiran kerajaan Allah di dunia ini. Untuk menumbuhkan nilai-nilai kerajaan

Allah tersebut jemaat dipanggil untuk mampu berdialog, berkomunikasi,

bekerjasama dengan semua pihak yang berkendak baik apa pun keyakinannya atau

budayanya (Yoseph Lalu, 2005: 25-27).

Demi kelancaran katekese dan demi tercapainya tujuan katekese, maka

proses katekese harus mengutamakan unsur dialog partisipatif dan didukung oleh

suasana nyaman dan penuh persaudaraan. Komunikasi iman tidak hanya terjadi

antara peserta dengan pendamping tetapi juga terjadi dialog iman antar peserta juga

dialog dengan “teks” dalam hal ini komunikasi peserta dengan pribadi Yesus

sebagai pola hidup dan pusat hidup jemaat beriman, sehingga peserta semakin

mengenal, mencintai dan mengikutiNya. Katekese harus disadari sebagai

“komunikasi iman antar peserta sebagai saudara seiman yang sederajat” (Yoseph

Lalu, 2005: 5).

Jemaat beriman dalam suasana persaudaraan bersaksi tentang pengalaman

penghayatan iman mereka. Baik peserta maupun pendamping menyadari kehadiran

setiap pribadi sebagai kelompok yang setia kawan dan bersaudara yang memiliki

komitmen untuk bersama berjalan menuju kepenuhan hidup dalam Kristus. Jemaat

beriman membangun relasi dari hati ke hati yang saling menghargai dan

menghormati, mendengarkan dengan empati, saling meneguhkan sehingga setiap

pribadi merasa nyaman, diterima dan berani untuk mengkomunikasikan

pengalaman imannya. Dalam katekese setiap jemaat beriman memiliki rasa

tanggung jawab untuk saling menolong memperkembangkan imannya dengan

Page 107: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

93

saling mengkomunikasikan iman mereka pada Kristus. Dengan kata lain setiap

jemaat beriman menjadi “katekis” bagi jemaat yang lain (Heryatno, 2005:1).

Suasana yang dilandasi oleh semangat persaudaraan dan relasi kesalingan

mendorong jemaat beriman untuk tidak hanya menjalin persaudaraan di antara

mereka (relasi horisontal) saja tetapi diharapkan relasi itu dapat berkembang lebih

dalam dengan Yesus Kristus (relasi vertikal). Perjumpaan dengan pribadi Yesus

Kristus inilah yang akan memperkembangkan hidup jemaat beriman,

mempersatukan mereka dan mendorong mereka untuk menghadirkan kerajaan

Allah kepada dunia dan sesamanya yang lain (Heryatno, 2005: 8).

b. Alasan Pemilihan Katekese

Kepemimpinan yang transformatif merupakan salah satu model

kepemimpinan yang mau dicapai oleh para suster RVM dalam rangka menghayati

pola kepemimpinan Yesus yang melayani. Kepemimpinan transformatif adalah

“Suatu pola kepemimpinan yang memotivasi anggotanya untuk mengadakan

perubahan dan pembaharuan hidup secara positif” (Darminta, 2005: 50). Seorang

pemimpin dengan segala kemampuan, kekuatan serta ketrampilan yang dimilikinya

diharapkan menjadi seorang penggerak dan motivator bagi anggotanya juga orang

lain untuk mengalami suatu “kelahiran baru” atau pembaharuan hidup yang

menghasilkan buah-buah kebaikan bagi perkembangan pribadi juga orang-orang di

sekitarnya.

Kelahiran baru oleh Darminta (2005: 47) disebutkan sebagai pembaharuan

dalam menerima dan menanggapi gagasan atau pandangan baru, cara kerja dan

kerasulan baru, atau apa pun juga yang dapat tumbuh dan berkembang dalam hidup

Page 108: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

94

religius secara positip. Kelahiran baru mengarah pada perkembangan hidup religius

secara positip yang bisa mendukung perwujudan kerajaan Allah dalam karya dan

kesaksian hidup para religius kapan saja dan di mana saja berada. Dalam rangka

mewujudkan kepemimpinan transformatif tersebut para suster belajar dan menimba

inspirasi dari pola kepemimpinan Yesus Kristus yang datang untuk melayani

manusia. Lewat hidup, sabda dan karyaNya di tengah-tengah manusia, Ia

memotivasi dan menghantar orang untuk sampai pada pengalaman transformasi

hidup. SabdaNya yang penuh daya menghidupkan, menyejukkan hati dan

membangkitkan harapan para pendengarNya untuk bertahan dalam setiap bentuk

pergulatan hidup.

Kesaksian hidupNya tentang kerajaan Bapa yang menampakkan nilai

keadilan, damai, penghargaan, dan pendekatan yang penuh empati, peduli pada

yang miskin lemah dan berdosa mampu mengerakan hati dan mengubah hidup

orang-orang disekitarNya untuk berbalik arah (bertobat) kembali kepada jalan

Allah. Pengorbanan Yesus yang terbesar berpuncak pada misteri Paskah, Ia

merendahkan diri sebagai seorang hamba bahkan mati di kayu salib demi

menyelamatkan dan membebaskan manusia dari belenggu dosa. Lewat

pengorbanan ini, manusia mengalami transformasi hidup dari anak-anak kegelapan

menjadi anak-anak terang yang “merdeka” sehingga memiliki martabat mulia

sebagai anak-anak yang dikasihi Bapa.

Yesus adalah guru terbaik yang mengajarkan pola kepemimpinan yang

sejati. KedatanganNya ke dunia yang mengemban misi Bapa mewartakan kerajaan

Allah di tengah-tengah dunia, dilakukan dengan pelayanan yang tulus dan penuh

kerendahan hati serta ketaatan penuh pada kehendak Bapa. Hal ini diteladankan

Page 109: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

95

oleh Yesus dalam peristiwa pembasuhan kaki para murid saat perjamuan terakhir.

Dengan penuh kerendahan hati Yesus membasuh kaki para muridNya. Sebagai

Tuhan dan Guru, Yesus mengungkapkan kasih sampai sehabis-habisnya kepada

para murid dengan melayani mereka satu per satu. Inilah teladan kepemimpinan

yang diwariskan Yesus kepada para pengikutNya. Oleh karena itu setiap orang

termasuk para suster RVM di zaman sekarang hendaknya menghayati dan

menghidupi teladan Yesus tersebut dalam hidup karya dan pelayanan kepada

sesamanya.

Usaha untuk mewujudkan pola kepemimpinan yang transformatif disadari

sebagai suatu proses yang membutuhkan kesabaran dan perjuangan serta pertobatan

yang terus menerus dari para suster baik pemimpin maupun anggota untuk

mengakarkan nilai-nilai kerajaan Allah; kasih, sukacita, damai, dan sebagainya

dalam hidup sebagai kekuatan dalam menghadapi tantangan zaman. Proses

transformasi dapat dicapai melalui refleksi kritis dan kontemplasi atas semua

pengalaman atau peristiwa hidup manusia. Dalam pengolahan itu orang berjumpa

dengan Allah dan membiarkan Allah merubah dari dalam segala apa yang

menghambat pertumbuhan pribadi dan imannya.

Salah satu upaya yang mau dilakukan oleh para suster RVM adalah lewat

katekese. Menurut penulis, katekese sebagai pembinaan iman menjadi media bagi

para suster untuk bertemu, berdialog atau mengkomunikasikan pengalaman

pergulatan dan perjuangan hidupnya sehari-hari. Dalam perjumpaan itu para suster

baik secara pribadi maupun bersama saling belajar dari realitas hidup rekan-

rekannya yang lain, mereka saling memperkaya dan meneguhkan serta

Page 110: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

96

memperkembangkan iman dan harapan masing-masing sehingga bisa menemukan

suatu pengalaman hidup baru yang membangkitkan keterlibatan baru pula.

Katekese yang berpola pada Kristus membantu para suster untuk

mempertemukan pengalaman konkretnya dengan kekayaan tradisi-tradisi iman

Gereja sehingga setiap suster dihantar untuk bertemu, bersatu dan berdialog dengan

Kristus yang merupakan pusat dan tujuan hidup setiap pribadi. Pengalaman

perjumpaan dengan Kristus ini peserta diharapkan semakin mengenal, mencintai

dan mengikuti Yesus yang telah memanggil dan memilih mereka untuk menjadi

abdiNya. Selain itu mereka juga diharapkan semakin menyerupai Kristus artinya,

berpikir seperti Kristus memandang dan menilai seperti Dia, dan bertindak seturut

perintah-perintahNya serta melakukan segala sesuatu sesuai kehendakNya” (CT,

no. 20). Mengikuti Kristus harus sampai pada menghayati sabda, karya dan hidup

Kristus dalam tindakan nyata yakni terlibat dalam memperjuangkan dan

mewujudkan nilai-nilai kerajaan Allah di dunia ini. Seorang suster pemimpin

diharapkan menjadi sabda yang hidup yang memberi sukacita dan kedamaian bagi

anggotanya, ia harus menjadi perpanjangan tangan Kristus untuk melayani dan

mencintai seperti hati Kristus sendiri. Dengan kata lain ia menjadi alter Kristus

bagi orang lain.

Dalam proses katekese suasana yang dibangun oleh peserta adalah suatu

relasi persaudaraan dan persahabatan yang saling menghargai, menghormati,

mendengarkan dengan empati, bebas tanpa paksaan untuk mengungkapkan

pengalaman hidupnya. Proses katekese yang demikian menurut penulis menjadi

pembelajaran sekaligus sebagai sumber kekuatan dan inspirasi bagi para suster

terutama bagi seorang pemimpin yang menjadi orang pertama yang dengan segala

Page 111: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

97

cara dan dayanya berusaha untuk mengarahkan komunitasnya demi suatu

transformasi. Sebagai religius para suster RVM hidup bersama dalam sebuah

komunitas yang terdiri dari pribadi-pribadi dengan latar belakang budaya, bahasa,

karakter atau sikap yang berbeda-beda. Keunikan-keunikan ini kadang

menimbulkan gesekan-gesekan atau konflik dalam komunitas antara pemimpin

dengan anggota maupun antar anggota komunitas sehingga relasi hidup

berkomunitas menjadi tidak harmonis, beku dan kacau. Relasi dari hati ke hati

tidak terjadi dalam komunitas.

Melalui katekese para suster diajak untuk membangun hidup berkomunitas

yang bergerak dari komunitas yang awalnya kacau, tidak rukun dan tidak damai

menuju komunitas transformatif yang memiliki semangat pertobatan dan

menampakkan budaya kasih demi tercipta suatu relasi dengan ikatan persaudaraan,

relasi dari hati ke hati yang saling memperhatikan, mendukung satu sama lain.

Dalam membangun persaudaraan ini pemimpin hendaknya mendorong dan

mengarahkan anggotanya untuk menciptakan suatu komunitas yang harmonis dan

memberi kesempatan kepada anggotanya untuk saling berbagi dan melengkapi

segala kelebihan dan kekurangan rekan-rekannya yang lain.

Seorang pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinannya

mengedepankan sikap penghormatan terhadap pribadi anggota-anggotanya. Ia

memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan kepribadian masing-masing

anggota dan berusaha mengenal dan menghargai ide-ide dan perasaan-perasaan

orang lain, menemukan dan memperkembangkan kualitas-kualitas atau sifat positif

yang ada pada pribadi mereka yang dilayaninya. Pemimpin harus memiliki sikap

kasih dan kepercayaan terhadap para anggota komunitasnya. Sebab kasih dan

Page 112: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

98

kepercayaan dalam relasi pemimpin dan anggotanya akan menciptakan

keharmonisan, saling penghargaan dan percaya, serta menimbulkan kedekatan dan

meningkatkan semangat melayani, saling menghargai dan menghormati perbedaan.

Sebagaimana diungkapkan pada pada pembahasan sebelumnya tentang

tujuan katekese yaitu membangun jemaat yang berorientasi pada kerajaan Allah

maka komunitas kasih yang dibangun oleh para suster merupakan salah satu bentuk

kesaksian hidup yang mewartakan dan menghadirkan nilai-nilai kerajaan Allah di

dunia ini. Sebagai komunitas yang hidup para suster bersatu dalam komunitas dan

saling berinteraksi dalam satu ikatan kasih persaudaraan dan bergerak menuju

kepenuhan dalam Kristus (Martasudjita, 2001: 37), sehingga menjadi nyata bahwa

keberadaan para suster menjadi tanda kebaikan Tuhan dan berkat bagi sesamanya.

2. Pemilihan Shared Christian Praxis sebagai Model Berkatekese

a. Alasan Pemilihan Shared Christian Praxis sebagai Model Berkatekese

Shared Christian Praxis (SCP) merupakan salah model berkatekese. Model

ini menggunakan pendekatan dasar teologis yang kuat, menggunakan model

pendidikan yang progresif serta bertolak dari keprihatinan pelayanan pastoral yang

aktual. Selain itu model ini juga menekankan proses berkatekese yang bersifat

dialogis partisipatif yaitu proses katekese yang menekankan relasi subyek dengan

subyek. Suatu relasi yang menuntut adanya kebersamaan dan kesederajatan. Peserta

tidak hanya diam dan mendengarkan pemandu yang berbicara menyampaikan

informasi tetapi sebaliknya dalam proses katekese ini baik peserta maupun

pendamping dapat menjadi nara sumber, artinya setiap pribadi sesuai dengan

gayanya, pengalaman hidupnya dan kepentingannya saling memberikan

Page 113: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

99

sumbangan yang khas dan berarti bagi peserta lain. Masing-masing pribadi

dihargai, dihormati keberadaan dan perannya sebagai subyek yang unik, bebas, dan

Bertanggung jawab. Setiap peserta harus mengembangkan sikap mendengarkan

dengan empati tidak hanya dengan telinga tetapi mendengarkan dengan hati apa

yang disharingkan oleh peserta lain (Heryatno, 1997: 4).

Hubungan antar subyek yang sederajat dalam perjumpaan tersebut akan

memunculkan suatu kesadaran baru tentang pentingnya rasa solidaritas dan

kesetiakawanan karena peserta merasa “sehati sejiwa” memiliki perjuangan dan

visi yang sama. Semua peserta menjadi partner atau saudara dan saudari dalam

Kristus yang dengan segala daya dan kemampuannya aktif terlibat dan secara kritis

mengolah pengalaman konkret mereka dan pengalaman dalam masyarakat

kemudian mempertemukannya dengan tradisi kristiani. Selanjutnya dengan

kesadaran yang kritis-reflektif dan didukung oleh suasana dialogis peserta tergerak

untuk membuat suatu penegasan, penilaian, serta mengambil keputusan yang tepat

yang mendorong peserta pada keterlibatan baru yakni mewujudkan nilai-nilai

Kerajaan Allah di dunia ini (Heryatno, 1997: 4).

Perwujudan nilai-nilai kerajaan Allah dalam kehidupan pribadi, masyarakat

dan Gereja merupakan orientasi utama dari model ini. Sebab dengan keterlibatan

yang konkret dalam menghadirkan kerajaan Allah di dunia ini jemaat menghayati

imannya kepada Allah yang telah mewahyukan dirinya kepada manusia. Selain itu

mereka juga terbantu untuk semakin dekat dan bersatu dengan Allah, mengenal

kehendakNya, semakin mencintaiNya serta semakin merasakan kehadiran dan

campur tangan Allah dalam hidupnya. Keterlibatan dalam mewujudkan kerajaan

Allah mengandaikan bahwa jemaat beriman (peserta) baik pribadi maupun bersama

Page 114: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

100

mengalami proses metanoia atau pertobatan yang terus menerus. Pertobatan ini

menghantar peserta pada integritas pribadi sebagai subyek dan mendorong mereka

untuk selalu penuh perhatian atau peka pada apa yang terjadi dalam dirinya sendiri

juga dalam kehidupan masyarakatnya sehingga dengan tegas mengambil keputusan

yang tepat demi terwujudnya kerajaan Allah (Heryatno, 1997: 36).

Berangkat dari pokok-pokok pendekatan model SCP di atas maka penulis

tertarik untuk memilih SCP sebagai model berkatekese dalam skripsi ini, dimana

katekese dapat memberikan sumbangan bagi upaya terwujudnya pola

kepemimpinan yang transformatif bagi kongregasi RVM. Model ini diharapkan

membantu para pemimpin untuk sampai pada penemuan sikap dan kesadaran baru

yang mendorong terwujudnya pola kepemimpinan yang transformatif yang

mendukung keterlibatan para suster menghadirkan kerajaan Allah dalam hidup

karya dan pelayanan tarekat.

Katekese dengan pendekatan Shared Christian Praxis ini menjadi sarana

untuk para suster dapat berjumpa dan mengolah pengalaman konkretnya juga

pengalaman dalam masyarakat yang direfleksikan secara kritis, dikonfrontasikan

dengan tradisi dan visi kristiani lalu dikomunikasikan kepada peserta yang lain

sehingga para suster dapat menemukan suatu praksis baru yang mendorong para

suster untuk hadir sebagai pemimpin yang mampu melayani dengan rendah hati,

memimpin dengan bijaksana dan adil, mencintai dengan tulus serta berkorban demi

kepentingan banyak orang terutama melakukan segala sesuatu demi kemuliaan

nama Tuhan bukannya untuk mencari popularitas atau ketenaran diri.

Melalui refleksi kritis, perjumpaan dengan tradisi dan visi kristiani yang

tidak lain adalah perjumpaan dengan pribadi dan hidup Yesus sampai pada

Page 115: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

101

membuat keputusan demi keterlibatan baru kiranya membantu proses transformasi

kepemimpinan yang meliputi semangat, sikap dan tindakan baru demi terwujudnya

nilai-nilai kerajaan Allah. Dalam hal ini muncul suatu kesadaran baru dalam diri

suster untuk tampil sebagai pemimpin yang mampu menolong, memberdayakan

dan mendampingi anggotanya dengan penuh kasih dan tanpa pamrih sehingga

pemimpin dan anggotanya dapat bergerak menuju kedewasaan iman dan terlebih

mengalami kepenuhan hidup dalam Kristus Yesus. Kepenuhan hidup kristiani

menurut Heryatno (2005: 6) meliputi tiga hal yaitu visi Allah, keutamaan dalam

Yesus Kristus dan panggilan Roh kudus.

1) Visi Allah

Berkembang dalam visi Allah yang hidup artinya memandang realitas hidup

berdasarkan mata Ilahi. Peserta katekese mampu melihat dan merasakan dengan

penuh belaskasih, penuh hormat, dengan kemurahan hati dan solider terhadap

mereka yang lemah miskin dan menderita. Dengan kata lain hidup menurut visi

Allah dapat menghantar para suster masuk dalam misteri Ilahi yang senantiasa

mengasihi manusia dan berpihak pada kehidupan.

2) Keutamaan Kristus

Hidup dalam keutaman Kristus berarti para suster dipanggil untuk semakin

mengarahkan hidup menjadi alter Kristus (Kristus yang lain). Ini berarti bahwa

setiap pribadi berusaha secara terus menerus mengenakan cara, sikap dan semangat

Yesus dalam menjalin relasi dengan Bapa dan dalam pelayanannya kepada sesama.

Relasi yang terjalin di sini adalah berdasarkan ikatan batin, sikap dan cinta yang

terpancar dari kedalaman hati sehingga apa yang keluar dari hati menunjukkan

Page 116: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

102

ketulusan dan kemurahan hati untuk melayani Allah dan manusia. Singkatnya

transformasi yang mau dicapai adalah bahwa baik pemimpin dan anggota semakin

berkembang menjadi pribadi yang lebih manusiawi yang memiliki hati yang lembut

seperti hati Kristus sendiri dalam pelayanan, perilaku dan tutur kata.

3) Panggilan Roh Kudus

Berkembang dalam panggilan Roh Kudus berarti para suster semakin setia

dan terbuka untuk mengambil bagian dalam karya penyelamatan Allah yang

membebaskan dan menyejahterakan hidupnya juga hidup sesamanya. Panggilan

yang dimaksud adalah panggilan untuk mengabdi Allah melalui cinta terhadap

sesama dan menghormati dan menghargai makluk ciptaan Allah yang lain.

Konteks dari katekese transformatif ini adalah hidup peserta yang memiliki

hati dan kesadaran mendalam bahwa panggilan mereka sebagai religius pada

hakikatnya adalah demi mengusahakan kebudayaan baru, yaitu persekutuan kasih

sebagai murid-murid Tuhan. Dan apa yang kiranya telah ditemukan dalam refleksi

maupun praksis baru diharapkan menjadi nilai yang terinternalisasi dalam diri

sehingga menjadi suatu pola hidup yang tetap bertahan sampai kapan pun dan di

mana saja para suster berada.

b. Tiga Komponen Pokok Shared Christian Praxis

Berikut ini penulis memaparkan 3 komponen dasar Shared Christian Praxis

yang disadur oleh Heryatno dari tulisan Groome “Sharing Faith: Comprehensive

Approach to Religius Education and Pastoral Ministry” (1997: 2-7), sebagai

berikut:

Page 117: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

103

1) Praxis

Praxis mengacu pada tindakan manusia demi tercapainya suatu transformasi

kehidupan yang di dalamnya terkandung proses kesatuan dialektis antara antara

praktik dan teori yang nantinya akan menghasilkan kreativitas, serta antara

pengalaman hidup dan refleksi kritis yang membangkitkan suatu semangat dasar

yaitu keterlibatan baru dalam praxis hidup setiap hari. Ada tiga komponen dalam

praxis yaitu :

(a) Aktivitas Manusia

Aktivitas ini berkaitan dengan kegiatan mental dan fisik, kesadaran, tindakan

personal dan sosial, hidup pribadi dan kegiatan publik yang semuanya merupakan

medan dimana terjadi perwujudan diri manusia tersebut sebagai subyek agar

keberadaan dirinya dapat bermakna bagi diri sendiri juga orang lain.

(b) Refleksi Kritis

Demi mencapai suatu transformasi hidup, maka refleksi kritis terhadap

pengalaman pribadi juga sosial masyarakat serta tradisi dan visi iman kristiani

sangat diperlukan, sebab dengan refleksi kritis peserta dapat menganalisa dan

memahami tempat juga peran mereka dalam masyarakat dan Gereja serta

menghantar mereka untuk berjumpa dan berdialog dengan kekayaan iman kristiani

serta menghayatinya di dalam kehidupan setiap hari.

(c) Kreativitas

Kreativitas merupakan perpaduan antara aktivitas dan refleksi manusia.

Pengolahan batin dalam terang sabda atas kegiatan hidup sehari-hari akan

menghasilkan suatu pengalaman hidup baru yang tentunya akan semakin

memperkaya hidup serta menambah kedewasaan iman peserta juga orang lain.

Page 118: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

104

2) Kristiani

Katekese dengan pendekatan Shared Christian Praxis mengusahakan agar

kekayaan iman kristiani dan visinya dapat terjangkau dan semakin relevan dalam

kehidupan umat beriman pada zaman sekarang. Kekayaan iman kristiani memiliki

dua unsur pokok yaitu pengalaman hidup iman kristiani (tradisi) dan visi kristiani.

Tradisi kristiani menyangkut pengalaman iman jemaat yang sungguh

dihayati dalam kehidupan setiap hari. Inilah tanggapan manusia atas pewahyuan

diri Allah yang terlaksana dalam diri Kristus di tengah-tengah hidup manusia.

Dalam konteks ini tradisi dipahami sebagai medan perjumpaan antara rahmat Allah

yang nyata dalam diri Kristus dan tanggapan manusia atas rahmat Allah tersebut.

Tradisi kristiani berupa Kitab Suci, spiritualitas, refleksi teologis, sakramen, liturgi,

nyanyian rohani, kepemimpinan jemaat dan sebagainya.

Visi kristiani menggarisbawahi adanya tanggung jawab dan pengutusan

orang kristiani sebagai jalan untuk menghidupi sikap dan semangat kemuridan

Kristus. Visi kristiani yang paling mendasar adalah tanggung jawab untuk

mewujudkan nilai-nilai kerajaan Allah dalam praksis hidup konkret. Visi kristiani

menunjuk pada proses sejarah kehidupan manusia yang berkesinambungan dan

dinamis, mengundang penilaian, penegasan, membuat pilihan, dan keputusan yang

tepat.

Dengan demikian antara tradisi dan visi kristiani keduanya tidak

terpisahkan dalam sejarah hidup jemaat beriman. Keduanya mengusahakan adanya

penyingkapan nilai-nilai kerajaan Allah di tengah realitas hidup manusia. Oleh

karena itu keduanya harus diinterpretasikan berdasarkan kepentingan, nilai dan

budaya umat setempat. Keduanya harus menjadi sarana untuk berdialog,

Page 119: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

105

menumbuhkan rasa “memiliki” dan kesatuan sebagai jemaat beriman, sekaligus

meneguhkan identitas kristiani mereka.

3) Shared

Shared menunjuk pada pengertian komunikasi timbal balik antara peserta

dan pendamping maupun antar peserta juga menunjuk pada partisipasi aktif peserta,

adanya sikap egalitarian, terbuka terhadap diri sendiri, orang lain maupun terhadap

rahmat Tuhan. Istilah ini juga menekankan aspek dialog dalam proses katekese,

persaudaraan, keterlibatan, dan solidaritas dari setiap peserta. Selanjutnya dalam

sharing semua peserta diharapkan dapat terbuka mengungkapkan pengalaman

imannya dan siap pula mendengar dengan empati kesaksian iman peserta lain.

Selanjutnya sharing juga terkandung hubungan dialektis antara pengalaman hidup

faktual peserta dengan tradisi dan visi kristiani.

c. Langkah-langkah dalam Shared Christian Praxis

Ada lima langkah dalam proses pelaksanaan katekese model Shared

Christian Praxis. Kelima langkah tersebut dimaksudkan untuk menghantar peserta

mengungkapkan pengalaman suka cita, pergulatan dan perjuangan hidup dan

merefleksikannya dalam terang Injil sampai pada akhirnya menemukan suatu

prakis baru yang mendorong jemaat beriman terlibat dalam mewujudkan nilai-nilai

kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan bersama. Kelima langkah SCP dalam

prosesnya bisa mengalami penggabungan sesuai dengan kebutuhan atau kreativitas

dari pendamping yang memandu jalannya kegiatan katekese.

Page 120: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

106

Lima langkah dalam SCP menurut Heryatno (1997:8) diawali dengan

sebuah langkah pendahuluan atau disebut langkah nol yaitu pemusatan aktivitas

dalam proses Shared Christian Praxis. Dalam langkah nol ini pendamping

mengajak peserta untuk bertolak dari pengalaman konkrit baik secara pribadi

maupun pengalaman masyarakat saat itu yang menjadi sumber utama untuk

mentukan topik atau pokok-pokok berkatekese. Maksud dari tahap ini adalah

membangun kesadaran dan minat bersama, serta visi bersama sebagai medan

perjumpaan, kebersamaan dan komunikasi antar sejajar subjek.

Berikut ini uraian dari kelima langkah model SCP (Heryatno, 1997: 9-35):

1) Langkah Pertama : Pengungkapan Pengalaman Faktual

Langkah pertama ini mengajak peserta untuk mengungkapkan pengalaman

hidup dan keterlibatan mereka melalui cerita, puisi, tarian, nyanyian, drama

singkat, simbol dan sebagainya menurut kreativitas mereka. Dalam proses ini

peserta dapat menggunakan perasaan, menjelaskan nilai, sikap dan kepercayaan,

yang melatarbelakanginya, sehingga diharapkan peserta dapat menjadi semakin

sadar dan bersikap kritis terhadap pengalaman hidupnya sendiri juga pengalaman

orang lain atau keadaan masyarakatnya. Melalui pengungkapan pengalaman

konkret ini diharapkan dapat memunculkan tema-tema dasar yang akan

direfleksikan secara kritis pada langkah berikutnya. Langkah pertama ini sifatnya

obyektif, yaitu mengungkapkan apa yang sesungguhnya terjadi.

Page 121: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

107

2) Langkah Kedua: Refleksi Kritis Terhadap Praksis Faktual

Langkah kedua ini membantu peserta untuk lebih aktif, kritis dan kreatif

dalam memahami serta mengolah keterlibatan hidup mereka sendiri juga

masyarakat.

Tujuan dari langkah ini adalah memperdalam refleksi, dan mengantar peserta

sampai pada kesadaran kritis akan keterlibatan mereka, akan asumsi dan alasan

(pemahaman), motivasi, sumber historis (pengenangan), kepentingan dan

konsekuensi baik pribadi maupun sosial yang hendak diwujudkan dalam praksis

hidup (imajinasi). Dengan refleksi kritis terhadap pengalaman konkret peserta

semakin sampai pada nilai dan visinya yang pada langkah keempat akan

dikonfrontasikan dengan pengalaman iman Gereja sepanjang sejarah (tradisi) dan

visi kristiani. Langkah kedua ini bersifat analitis yang kritis.

3) Langkah Ketiga: Mengusahakan Tradisi Dan Visi Kristiani Terjangkau

Orientasi dari langkah ini adalah mengusahakan supaya tradisi dan visi

kristiani menjadi terjangkau; lebih dekat dan relevan bagi hidup peserta di zaman

sekarang. Pada langkah ini peran pendamping mendapatkan tempatnya. Ia memberi

kesempatan seluas-luasnya kepada peserta, menghilangkan segala macam

hambatan sehingga semua peserta mendapat peluang yang besar untuk menemukan

nilai-nilai dari tradisi dan visi kristiani.

Tradisi adalah iman kristiani yang sungguh dihidupi dan diperkembangkan

Gereja dalam sejarahnya. Tradisi kristiani hadir dalam Kitab Suci, liturgi, doa,

devosi, kepemimpinan, spiritualitas, dll. Sedangkan visi kristiani merefleksikan

harapan dan janji, tugas dan tanggung jawab yang muncul dari tradisi suci yang

Page 122: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

108

bertujuan untuk mendorong dan meneguhkan iman peserta dalam keterlibatannya

untuk mewujudkan nilai-nilai kerajaan Allah. Agar hal ini dapat terwujud maka

tradisidisi dan visi kristiani perlu dijelaskan dan diinterpretasikan. Untuk

membantu penerapan langkah ini maka pendamping dapat menggunakan salah satu

bentuk interpretasi baik yang bersifat meneguhkan, mempertanyakan atau yang

mengundang keterlibatan kreatif.

4) Langkah Keempat : Interpretasi Dialektis Antara Praksis dan Visi Peserta

dengan Tradisi dan Visi Kristiani

Langkah ini mengajak peserta supaya dapat saling meneguhkan,

mempertanyakan dan memperkembangkan pokok-pokok penting yang telah

ditemukan peserta pada langkah pertama dan kedua. Selanjutnya pada langkah

keempat pokok-pokok tersebut dikonfrontasikan dengan buah-buah interpretasi

terhadap tradisi dan visi kristiani yang ditemukan dalam langkah ketiga, sehingga

diharapkan peserta dapat meneguhkan sikapnya yang sudah positip,

mempertanyakan praksisnya yang negatif dan terutama peserta dapat menemukan

sikap-sikap baru yang menghantar peserta untuk mengambil keputusan dan

mewujudkan iman secara konkrit supaya nilai-nilai kerajaan Allah semakin

dirasakan di tengah-tengah kehidupan bersama.

Interpretasi dialektis ini memampukan peserta menginternalisasikan dan

mensosialisasi nilai dari tradisi dan visi kristiani sehingga menjadi bagian dari

hidup peserta. Hidup dan praksis faktual peserta diintegrasikan ke dalam tradisi

kristiani dan sebaliknya peserta mempersonalisasi tradisi dan visi kristiani menjadi

milik peserta sendiri. Yang menjadi tujuan pada langkah ini adalah munculnya

Page 123: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

109

kesadaran iman yang baru yakni hidup iman peserta yang aktif, dewasa dan

semakin misioner.

5) Langkah Kelima: Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah

Keprihatinan utama model Shared Christian Praxis adalah keterlibatan baru

dalam rangka mewujudkan nilai-nilai kerjaan Allah, maka langkah kelima ini

bertujuan mendorong peserta agar sampai pada keputusan konkret baik secara

pribadi maupun bersama bagaimana mewujudkan iman kristiani pada konteks

hidup yang telah dianalisa dan dipahami, direfleksi secara kritis, dinilai secara

kreatif dan Bertanggung jawab.

Secara teologis langkah ini mengungkapkan suatu harapan bahwa berkat

rahmat Allah dan iman manusia pada Allah maka segala sesuatu akan berlangsung

lebih baik. Selain itu langkah ini bertujuan membantu peserta untuk mengambil

keputusan secara moral, konseptual, sosial, dan politis yang sesuai dengan iman

kristiani demi mewujudkan imannya yang hidup.

3. Usulan Kegiatan Katekese

a. Latar belakang

Salah satu point penting yang dibahas para suster RVM dalam kapitel

umum ke- 17 di Filipina adalah tentang sejauhmana pemahaman, pengungkapan

dan perwujudan kepemimpinan yang sesuai dengan pola kepemimpinan Yesus dan

seturut semangat Mother Ignacia, yakni “sebagai hamba Tuhan”. Kenyataan

menunjukkan bahwa di tengah-tengah berkembangnya gaya hidup instant,

materialisme, konsumerisme, dan hedonisme, ada suster yang belum mampu

Page 124: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

110

mengatakan “cukup” untuk membatasi keinginan atau kecenderungan menikmati

tawaran-tawaran yang menggiurkan misalnya berupa barang atau materi yang bila

dicermati hal itu bukan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi.

Tantangan lain yang juga menjadi keprihatinan kepemimpinan para suster

RVM yakni, masih ada suster yang belum berani lepas bebas dari kelekatan

terhadap rasa aman, kemapanan entah itu dengan lingkungan, orang, materi, atau

jabatan tertentu. Sementara di pihak lain dalam pelayanan, ada yang berorientasi

pada fungsi, seperti lebih fokus pada kerja dan ambisi untuk berhasil daripada

mengutamakan pelayanan pada Kristus dan nilai-nilai kerajaan Allah. Dengan kata

lain dalam pelayanan masih ada suster yang mengejar prestasi, dan prestise.

Kepemimpinan dalam kongregasi RVM adalah kepemimpinan yang

bersemangatkan “Hamba hina Tuhan” yang dilaksanakan dalam semangat

pelayanan yang sejati, penuh kerendahan hati seturut teladan Yesus Kristus yang

datang untuk melayani dan bukan untuk dilayani” (Konstitusi RVM, no. 94).

Kepemimpinan sebagai hamba hina Tuhan menunjuk pada kepemimpinan

sebagai “Pelayan”. Pengertian pelayan dalam Kitab Suci pada dasarnya menunjuk

pada mereka yang menjadi budak. Budak itu tanpa hak. Hidup dan pengabdiannya

demi majikan, apa pun yang diinginkan atau diminta majikan, ia akan lakukan

dengan penuh ketaatan. Dengan demikian inti spiritualitas dalam pengertian hamba

ini adalah menunjuk pada hidup dan pribadi Yesus sendiri yang rela mengosongkan

diri menjadi hamba dan bahkan mati di kayu salib (Fil. 2:5-11).

Kerelaan untuk mengosongkan diri dan merendahkan diri dalam gerakan

menurun inilah yang penting dalam spritualitas pelayanan seorang pemimpin. Bila

ada suster yang dalam kepemimpinannya masih memiliki kelekatan terhadap

Page 125: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

111

jabatan, kemapanan dan sebagainya, harus belajar dan menghayati semangat

kepemimpinan sebagai hamba. Ia harus berani mengosongkan diri dari semua

keinginan-keinginan dan ambisinya untuk mencapai popularitas, prestasi dan

prestise. Ia perlu melebur semua keinginan-keinginan yang tak teratur dalam

semangat kemiskinan dan kerendahan hati, bahwa kuasa kepemimpinan dan segala

fasilitas atau sarana yang dimilikinya adalah kuasa dan anugrah dari Tuhan. Ia

hanyalah seorang abdi yang melakukan segala sesuatu hanya untuk kemuliaan

nama Allah yang lebih besar, untuk itu ia bebas melayani orang lain di mana saja

dan kapan saja dibutuhkan.

Dalam mewujudkan kepemimpinan sebagai pelayan, pertama-tama yang mau

di bangun adalah kesadaran dan kesediaan untuk melakukan pembaharuan dan

perubahanan melalui metanoia yang terus menerus dari segala kelekatan dan

keinginan yang tidak teratur. Kesadaran inilah yang kiranya mendorong para suster

untuk semakin terlibat dalam mewujudkan makna kepemimpinan sebagai pelayan

dalam hidup dan karya mereka setiap hari, untuk itu katekese sebagai pembinaan

iman diharapkan mendorong para suster untuk melakukan pembaharuan dan

perubahan baik cara hidup, pemahaman maupun cara pandang dalam

kepemimpinan mereka.

b. Tema dan Sub Tema Katekese

Tema umum yang diusulkan penulis dalam kegiatan katekese adalah

“Menghayati semangat pelayanan sebagai hamba demi terwujudnya kepemimpinan

transformatif” . Tema umum ini dijabarkan dalam 3 sub tema dan masing-masing

Page 126: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

112

tema akan dijabarkan dalam 4 judul pertemuan katekese (Lih. Matriks kegiatan

katekese terlampir). Berikut ini penjabaran sub tema, tujuan dan judul katekese :

Tema umum : Menghayati semangat pelayanan sebagai hamba demi

terwujudnya kepemimpinan transformatif

Tujuan : Agar pendamping dan peserta semakin berkembang dalam

pemahaman akan semangat pelayanan sebagai hamba dan

mampu mengusahakan terwujudnya suatu kepemimpinan yang

transformatif.

Sub Tema 1 : Belajar dari Pola Kepemimpinan Pelayanan Yesus

Tujuan : Agar peserta semakin mengenal dan memahami pola

kepemimpinan Yesus sebagai teladan utama kepemimpinan.

Judul 1 : Yesus raja yang melayani sebagai hamba

Tujuan : Agar bersama-sama menghayati makna kepemimpinan yang

melayani sebagai hamba

Sub Tema 2 : Memahami semangat pelayanan hamba yang murah hati

Tujuan : Agar pendamping dan peserta dapat menghidupi semangat

pelayanan yang murah hati dalam praksis hidup sehari-hari

Judul 1 : Melayani dengan penuh pengabdian

Tujuan : Bersama semakin sadar akan kuasa kepemimpinan merupakan

suatu bentuk pengabdian kepada Allah dan sesama.

Judul 2 : Melayani dengan memberi teladan bukan dengan menguasai.

Tujuan : Bersama tergerak untuk melayani dengan perbuatan, kesaksian

hidup.

Sub tema 3 : Pola kepemimpinan Transformatif

Page 127: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

113

Tujuan : Peserta dan pendamping semakin memahami makna

kepemimpinan yang transformatif.

Judul : Pembaharuan mulai dari diri sendiri

Tujuan : Bersama semakin terbuka dan bersedia melakukan pembaharuan

dan perubahan mulai dari dalam diri sendiri.

c. Bentuk Kegiatan Katekese

Katekese merupakan kegiatan pembinaan iman yang terus menerus dan

terencana, maka penulis bermaksud melaksanakan katekese ini dalam 4 kali

pertemuan sesuai dengan sub tema yang telah diuraikan di atas.

Kegiatan pembinaan ini ditujukan kepada para suster sebagai bentuk

pembinaan iman dalam tarekat RVM. Mengingat pembinaan iman ini cukup

penting demi membantu pengembangan pembinaan para suster dalam tahap on

going formation maka diharapkan para suster terlibat aktif dan rela mengikuti

katekese ini, meskipun penulis sadar bahwa waktu, kesibukan dan jadwal yang

padat serta berbeda-beda bisa menjadi kendala tersendiri.

Kegiatan ini ditujukan kepada para suster RVM yang berada di wilayah

kabupaten Timor Tengah Selatan, dilaksanakan pada akhir pekan; hari Sabtu dan

Minggu dengan menggunakan 5 langkah model Shared Chirstian Praxis (SCP)

yang dikemas dalam bentuk rekoleksi. Lima langkah model SCP ini dalam

pelaksanaannya dapat digabungkan, yaitu langkah I digabungkan dengan langkah

II, langkah IV digabungkan dengan langkah V sedangkan langkah III menjadi

langkah yang berdiri sendiri (tidak digabungkan dengan langkah yang lain).

Page 128: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

114

Dalam menjalankan kegiatan pembinaan ini, penulis terbuka untuk

bekerjasama dengan para suster RVM yang lain baik itu sebagai pendamping atau

fasilitator katekese maupun sebagai nara sumber yang diundang untuk memberikan

materi atau sharing pengalaman hidup berkaitan dengan tema yang ada.

4. Contoh Persiapan Katekese Model SCP dalam Bentuk Rekoleksi

a. Identitas Katekese Shared Christian Praxis

Judul Pertemuan : “Yesus Raja yang melayani sebagai Hamba”

Tujuan : Agar bersama-sama memahami makna kepemimpinan yang

melayani sebagai hamba

Sarana : 1. VCD “Ignacia Ang Uliran” dan Player

2. Teks Kitab Suci Yohanes 13 :1-20

3. Teks lagu

4. Gitar, kaset instrumen, tape recorder

Metode : Rekoleksi dengan 5 langkah Shared Christian Praxis

Peserta : Para suster RVM wilayah Timor Tengah Selatan

Waktu Pelaksanaan : Hari Sabtu tanggal 5 sampai dengan Minggu, 6 Mei 2007

Sumber Bahan :

1. Wilkes, Gene. 2005. Jesus On Leadership, Temukan

Rahasia kepemimpinan Pelayanan dari kehidupan

Kristus. Jakarta : Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer.

2. Darminta, J. 1993. Mengabdi dalam Kepemimpinan.

Yogyakarta: Kanisius

Page 129: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

115

3. Martasudjita, E. 2001, Kepemimpinan Transformatif.

Yogyakarta: Kanisius

4. Soenarja, A. 1983. Kepemimpinan Biara dari hari ke

hari, Yogyakarta: Kanisius.

b. Pemikiran Dasar

Jika kita mengamati dan merenungkan kehidupan dewasa ini baik dalam

masyarakat, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ada begitu banyak orang

yang sangat lekat dan berambisi dengan yang namanya jabatan, kedudukan,

kekuasaan, bahkan sering terjadi perebutan kekuasaan atau jabatan tertentu dengan

jalan yang licik; saling jegal menjegal, penuh intrik, teror atau intimidasi, suap,

manipulasi suara dan sebagainya (Martasudjita, 2001: 17). Cara-cara yang

demikian kiranya telah menjadi pilihan tersendiri bagi mereka yang punya tujuan

tertentu, sebab yang ada dibenak dan pikiran mereka hanyalah kuasa, kedudukan,

harta kekayaan, nama baik ataupun popularitas diri. Sementara rakyat yang

seharusnya dilayani, dibuat sejahtera malah semakin menderita, miskin dan

tertindas.

Dalam lingkup tata kehidupan Gereja khususnya dalam kehidupan religius

adanya “suasana yang tidak sehat mengenai kepemimpinan” (Martasudjita, 2001:

17). Ada pemimpin yang cenderung lebih mengutamakan kerja dan terdorong

untuk mencari prestasi dan prestise dari pada mengutamakan Kristus dan nilai-nilai

kerajaan Allah. Selain itu masih ada keinginan untuk berkuasa. Kelekatan pada

jabatan atau lingkungan yang mapan, materi dan sebagainya. Sementara dalam

hidup berkomunitas sering dirasakan adanya ketidakharmonisan, komunikasi dan

Page 130: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

116

relasi yang tidak sampai menyentuh hati, dan kurangnya pengampunan terhadap

satu sama lain baik antara pemimpin dengan anggota maupun antara komunitas

anggota sendiri (Hasil Kapitel Umum RVM ke-17, 2001: 9)

Penyalahgunaan jabatan atau kedudukan akan menghancurkan nama baik

lembaga dan pribadi yang bersangkutan. Begitupun kesaksian hidup dalam

komunitas yang kurang menampakkan kesatuan dan kerukunan satu sama lain

menjadi masalah tersendiri dalam dalam kehidupan religius. Kita semua tentu tahu

bahwa dalam visi misi setiap tarekat memiliki tujuan yang luhur, yakni melayani

Tuhan dan sesama, memberi teladan kepada para anggotanya dan masyarakat pada

umumnya, dengan kata lain kehadiran dan kesaksian kaum religius menjadi tanda

kehadiran Allah dalam Gereja dan dunia. Jika persoalan-persoalan di atas masih

ada dalam kehidupan kaum religius dan tidak diatasi, maka tujuan dan cita-cita

luhur para religius yang pada hakikatnya menjadi saksi cinta kasih dan tanda

kehadiran Allah di dunia ini hanya menjadi slogan yang terukir indah dalam kata

belum sampai pada praktik hidup yang nyata.

Demi menjaga kemurnian hidup, tujuan dan cita-cita hidup religius yang

luhur, maka kaum religius perlu kembali menimba kekuatan dan inspirasi dari

hidup dan pribadi Yesus Kristus. Dia menghayati kepemimpinan dalam sebuah

kesederhanaan, kerendahan hati sebagai seorang “hamba” yang melayani apa yang

menjadi kehendak Bapa. Meski Yesus adalah Putra Allah yang memiliki mahkota

kemuliaan kekal “Raja semesta alam” tetapi Ia datang dalam kerendahan sebagai

hamba yang rela mengosongkan diriNya dan menyerahkan nyawaNya untuk

menebus dosa manusia. Ketika malam perjamuan terakhir Yesus menghadirkan

realitas kepemimpinan sebagai hamba “Ia turun dari kursi kepemimpinanNya”,

Page 131: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

117

berlutut di hadapan para murid dan melayani mereka. Ia menjadi seorang pemimpin

yang melayani dengan seluruh diri, hati dan cinta kasih kepada Bapa dan para

muridNya.

Kongregasi RVM sebagai salah satu lembaga religius hendaknya

meneladan warisan kepemimpinan Yesus yang melayani dengan penuh kecintaan

kepada manusia sebagai citra Allah. Memandang fungsi kepemimpinan sebagai

panggilan dan jabatan itu merupakan kuasa yang diberikan oleh Allah kepada kita

untuk melayani manusia dan ciptaanNya yang lain. Pengabdian tersebut

dilaksanakan dalam semangat kerendahan hati sebagaimana juga yang telah

diwariskan oleh Mother Ignacia dalam kepemimpinannya “melayani dengan cinta

yang besar demi kemuliaan Allah yang lebih besar.

c. Pengembangan Lima Langkah Shared Christian Praxis

1. Langkah I-II: Pengungkapan Pengalaman Faktual dan Refleksi Kristis

Terhadap Praksis Faktual.

Pengantar Umum

Para suster yang terkasih dalam Kristus,

Tema rekoleksi yang akan kita renungkan malam hari ini hingga esok

adalah tentang “Yesus Raja yang melayani sebagai hamba”. Meskipun berwujud

Allah dan memiliki kuasa sebagai Raja semesta alam, Yesus tidak bermegah

melainkan ia mengambil rupa seorang hamba dan melayani manusia.

Kepemimpinan Yesus bukan terletak pada kehebatan dan kekuasaanNya tetapi

pada kerendahan hatinya, solidaritasnya dengan mereka yang menderita, sakit dan

Page 132: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

118

tersingkir, lewat kepemimpinannya yang manusiawi, Ia membangkitkan iman

harapan dan cinta manusia kepada Bapa.

Sebelum mendalami lebih jauh tentang hidup dan pribadi Yesus pada

kesempatan malam hari ini saya mengajak kita semua untuk menyaksikan tayangan

kisah hidup Mother Ignacia yang kita yakini bahwa hidupnya sungguh-sungguh

mencerminkan penghayatan hidup Yesus sendiri. Untuk itu kita akan menyaksikan

perjalanan dan perjuangan Mother Ignacia mulai dari awal membangun beaterio,

memimpin para suster, melayani orang-orang di sekitarnya, perjuangannya

menghadapi tantangan dan penderitaan, hingga sampai pada akhir hidupnya.

Melalui kisah hidup Mother Ignacia ini kita diajak untuk merefleksikan dan

menemukan makna hidup dan perjuangannya sebagai perintis berdirinya

Kongregasi RVM. Kita semua berharap semoga teladan hidup yang diwariskan

Mother Ignacia menjadi kekuatan bagi kita untuk meneruskan cita-cita dan

karyanya demi membangun kerajaan Allah di dunia ini.

Mengawali rekoleksi kita pada malam hari ini marilah terlebih dahulu kita

bersama-sama berdoa mohon terang Roh Kudus untuk hadir dan memberi kekuatan

kepada kita semua.

• Tanda salib dan lagu pembuka “Utuslah RohMu ya Tuhan” PS 448.

• Doa Pembuka:

Kupersembahkan tanganku agar dapat Engkau pakai untuk melaksanakan karyaMu, menyebarkan benih sabdaMu kepada sesama. Kupersembahkan kakiku agar dapat berjalan di jalanMu. Kepersembahkan mataku agar dapat menyinarkan kelembutanMu. Kupersembahkan budikau agar dapat berpikir dengan pikiranMu Kupersembahkan mulutku agar dapat mengucapkan kata-kata kebijaksanaanMu. Kupersembahkan jiwaku agar menjadi tempat yang kudus bagimu

Page 133: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

119

Kupersembahkan hatiku padaMu, agar dengan hati ini aku dapat mencintai dengan tulus dan lembut seperti hatiMu sendiri. Yesusku……… Buatlah agar aku semakin kecil dan Engkau semakin besar di dalam diriku, Sehingga bukan lagi aku yang hidup bukan lagi aku yang berdoa, bukan lagi aku yang bekerja melainkan Engkau sendirilah yang menguasai seluruh hidupku saat ini dan selama-lamanya, sebab Engkaulah yang hidup dan berkuasa kini dan selama-lamanya. AMIN.

• Lagu penutup : Mars RVM (terlampir)

• Peserta menonton VCD “Mother Ignacia Ang Uliran” (45 menit)

• Setelah nonton kegiatan dilanjutkan dengan pengolahan langkah I-II SCP

• Pengantar sebelum nonton VCD “Mother Ignacia Ang Uliran”

Para suster yang terkasih, pada malam hari ini, kita patut bersyukur karena

kita telah menerima anugerah hidup dari Tuhan Yesus sang pemimpin sejati.

Dalam VCD “ Mother Ignacia Ang Uliran” kita menyaksikan perjalanan hidup dan

penghayatan kepemimpinan Mother Ignacia. Saya yakin kisah mother Ignacia

tersebut tentu berbicara banyak di hati dan pikiran kita masing-masing yang sedikit

banyak mungkin menyentuh pengalaman hidup kita masing-masing. Untuk itu pada

malam hari ini, agar itu semua tidak hanya tinggal dalam hati dan pikiran kita saja,

maka pada kesempatan ini saya mengajak para suster untuk kita bersama-sama,

menggali, mengolah dan menemukan apa yang kita rasakan dan kemudian bagikan

bersama lewat sharing dan refleksi dalam perjumpaan ini. Marilah kita membangun

suasana yang penuh keterbukaan, persaudaraan, dan empati yang dalam agar tema

“Yesus Raja yang Melayani sebagai Hamba” dapat kita dalami bersama pada

rekoleksi kita saat ini sampai esok hari. Dan kita boleh berharap semoga kita dapat

Page 134: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

120

menemukan pengalaman baru yang mendorong kita untuk mewujudkannya dalam

tindakan konkrit hidup sehari-hari.

Selanjutnya pemandu mengajak peserta untuk sejenak mengingat dan

merenungkan kembali kisah perjalanan hidup Mother Ignacia juga pengalaman

hidup peserta sendiri. Untuk membantu peserta dalam langkah pertama dan kedua

ini pendamping menyediakan pertanyaan panduan sebagai berikut:

1) Kisah atau peristiwa mana yang berkesan bagimu berkaitan dengan

kepemimpinan Mother Ignacia ?

2) Bagaimana anda melihat realitas sekarang tentang kepemimpinan di negara

kita juga kepemimpinan religius saat ini?

3) Mengapa sering terjadi krisis kepemimpinan, penyalahgunaan jabatan atau

kekuasaan dalam lingkungan pemerintah maupun dalam lembaga hidup

religius kita?

4) Profil pemimpin macam apakah yang anda inginkan/harapkan dari seorang

pemimpin perintah juga religius ?

Arah rangkuman :

Para suster yang terkasih dalam Kristus,

Mother Ignacia adalah sosok pemimpin yang mengagumkan kita semua,

bukan karena kuasanya, kehebatannya atau karena kepandaiannya, melainkan

karena sikap kesederhanaannya, kerendahan hatinya, keberaniannya dan imannya

yang dalam pada Allah. Sebagai pemimpin, ia tidak terpengaruh pada harta

kekayaan dan kehormatan. Ia menghayati kepemimpinannya sebagai seorang abdi

yang menjalankan kuasa kepemimpinan yang dianugerahkan Tuhan kepada dirinya.

Ia bersikap lepas bebas dari semua kelekatan terhadap semua materi dan

Page 135: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

121

kemapanan hidup dalam keluarganya dan ia memilih pergi dari rumah, hidup

miskin dan sederhana sebagai wujud solidaritasnya dengan orang-orang miskin

pada zamannya. Satu hal yang membuat ia bisa menghadapi dan melewati dan

tantangan dan pendertiaan dalam hidupnya, karena relasinya yang dalam dengan

Allah. Ia menyerahkan seluruh dirinya, komunitasnya, dan orang-orang yang

dilayaninya untuk dibentuk dan dikembangkan oleh Allah sendiri.

Jika kita melihat kepemimpinan dalam lembaga pemerintahan tidak sedikit

keprihatinan yang muncul soal kepemimpinan. Saat ini ada banyak kasus

penyalahgunaan kekuasaan, memperoleh jabatan dengan cara yang licik,

melakukan praktik KKN. Sementara di kalangan religius kepemimpinan bagi

sebagian orang menjadi alat untuk mencapai prestasi dan prestise, sedangkan unsur

pelayanan dan pengabdian menjadi kabur dan kurang dihayati dalam menjalankan

tugas-tugasnya. Melihat keprihatinan ini kita semua tentu menginginkan sosok

pemimpin yang seharusnya melayani kepentingan banyak orang, memikirkan

kesejahteraan orang yang dilayaninya. Dan kepemimpinannya haruslah manusiawi

penuh belaskasih, hormat dan menaruh penghargaan atas hak-hak asasi setiap

pribadi. Kekuasaannya hanyalah sebagai media untuk menghantar orang lain

sampai kepada tujuan hidup yang sebenarnya, yakni Tuhan sendiri.

2. Langkah III : Mengusahakan supaya tradisi dan visi kristiani terjangkau

Pendamping meminta dua orang suster membacakan teks Kitab Suci dari

Injil Yohanes 13:1-20. Setelah pembacaan Injil, mendengarkan lagu “Hati sebagai

Hamba” (kaset). Selanjutnya pendamping memberikan pertanyaan panduan kepada

peserta.

Page 136: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

122

Pertanyaan penuntun :

1) Mengapa Yesus mau melakukan pembasuhan kaki para Rasul?

2) Apa makna yang Anda peroleh dari peristiwa pembasuhan kaki tersebut?

Interpretasi teks Yohanes 13: 1-20

Pada malam perjamuan terakhir bersama para murid, Yesus mengetahui

bahwa saatNya hampir tiba untuk beralih dari dunia ini menuju Bapa. Kuasa yang

diberikan Bapa kepadaNya hampir usai. Sebelum mengakhiri semua tugasNya di

dunia ini Yesus mengadakan perjamuan makan perpisahan bersama dengan para

muridNya. “Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-muridNya demikianlah

sekarang Ia mengasihi mereka sampai pada kesudahannya” (ay.1).

Ungkapan ini mau menunjukkan bahwa para murid sangat berharga di

mataNya. Sebagai pemimpin atas para rasul, Yesus tidak memandang mereka

sebagai hamba atau orang-orang yang tidak berguna, tetapi sebaliknya Ia

menjadikan para murid sebagai saudara dan sahabatNya. Ia memperlakukan

mereka secara manusiawi, mengajar dan mendidik mereka dengan ajaranNya,

dengan kebijaksanaan dan dengan keteladanan hidupNya, Ia melibatkan para murid

dalam karya perutusanNya menghadirkan kerajaan Bapa di tengah dunia.

Yesus memandang para murid sebagai saudara dan sahabatNya, karena itu

Ia yang adalah Guru dan Tuhan rela berlutut, dan membasuh kaki para murid yang

lalu menyekanya (ay. 4-5). Yesus menunjukkan sebuah teladan hidup bagaimana

mencintai sampai sehabis-habisnya dan sekaligus memberi teladan bagaimana

seharusnya menjadi seorang pemimpin yang sejati. Peristiwa pembasuhan kaki

merupakan pendidikan kepemimpinan bagi para murid menjadi pemimpin yang

sejati, yakni melayani dengan penuh kasih, rendah hati, dan mendahulukan

Page 137: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

123

kepentingan orang-orang yang dilayani. Ia menjadi orang pertama yang melakukan

pekerjaan melayani para pengikutNya tanpa merasa malu dan terpaksa tetapi penuh

kerelaan dan ketulusan hati.

Yesus mau mengajak kita untuk pertama-tama yang harus disadari adalah

bahwa jabatan yang diterima sebagai seorang pemimpin religius atas tugas tertentu

entah sebagai provinsial, pemimpin pada rumah-rumah pembinaan (formatio), atau

sebagai pemimpin komunitas merupakan anugerah panggilan Tuhan untuk menjadi

“abdiNya”. Dengan demikian seorang pemimpin tidak akan merasa sombong dan

berkuasa atau sebaliknya ia merasa rendah diri, menghindar, merasa tidak mampu,

dan sebagainya. Ada dua unsur penting sebagai jalan tengah agar kedua hal tersebut

tidak terjadi dalam diri pemimpin, yaitu pertama: pengosongan diri. Pemimpin

harus sadar bahwa dirinya tidak berarti apa-apa bila tanpa campur tangan Allah. Ia

harus terbuka mengakui kelemahan dan kerapuhan dirinya dan mengundang Allah

untuk menopang dirinya (Soenarja, 1984: 29), hal ini senada dengan apa yang

dialami oleh Paulus dalam pewartaannya “Cukuplah kasih karuniaKu bagimu,

sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna” (2 Kor. 12: 9).

Ketika seorang pemimpin membiarkan Allah menyempurnakan kelemahannya

maka ia akan semakin bergantung pada penyelenggaraan Allah semata dan

pelayanannya akan bermakna bagi para anggotanya juga orang lain.

Unsur yang kedua adalah sikap rendah hati. Pemimpin yang rendah hati,

berarti ia akan tampil apa adanya, bersikap wajar atau tidak dibuat-buat untuk

mendapat simpati dari orang lain atau anggotanya. Ia sadar bahwa semua bakat dan

kemampuan yang ada padanya merupakan anugerah dari Tuhan secara cuma-cuma

sehingga tidak alasan apapun untuk untuk menyombongkan dirinya, (Syukur, 2005:

Page 138: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

124

59). Apa yang menjadi kelebihan pada dirinya diberikan dengan senang hati demi

kemajuan orang lain sedangkan apa yang menjadi kelemahannya diperbaiki

sehingga kelemahannya tidak menghambat pelayanannya atau menjadi batu

sandungan bagi orang lain.

Para murid mengetahui dan mengenal Yesus dan karya-karyaNya tidak

hanya lewat sabda yang mereka dengar namun lebih dari itu karena mereka melihat

dan mengalami sendiri kesaksian hidupNya “Aku memberikan suatu teladan

kepadamu, supaya kamu pun berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat

kepadamu“ (Yoh.13:15). Melalui teladan hidupNya itu Yesus mengajarkan kepada

kita bahwa sebagai suatu komunitas religius hendaknya membangun persaudaraan

dengan saling melayani. Menjadi pemimpin berarti harus membuat anggota atau

orang lain merasa dihargai, dihormati dan diistimewakan. Perhatian dan sentuhan

yang tulus dari pemimpin menghidupkan dan memberi peneguhan bagi para

anggota sehingga tetap tegar dan kuat menghadapi setiap persoalan dan tantangan

hidup yang datang.

Para pemimpin religius adalah orang-orang yang dipilih oleh Tuhan untuk

menjadi pemimpin atas anggotanya. Pemimpin ibaratnya tukang periuk yang

diserahi tanggung jawab untuk membentuk tanah liat (anggotanya) menurut pola

yang diberikan Tuhan. Proses pembentukan dilakukan bukan dengan paksaan,

bukan dengan penerapan peraturan yang kaku dan ketat (Soenarja, 1983:30-31),

bukan dengan teori-teori yang hebat, melainkan terutama dengan menampilkan

teladan seluruh kehidupannya. Kesaksian hidup yang diteladankan bukan palsu,

atau direkayasa tetapi sungguh lahir dari kesadaran batiniah dan penghayatan

imannya akan kasih Tuhan. Dengan demikian teladan hidupnya itu akan

Page 139: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

125

membantu para anggotanya atau orang di sekitarnya, Gereja bahkan masyarakat

luas semakin menemukan kehadiran Tuhan dan bertambah dewasa dalam iman,

harap dan kasih pada Allah.

3. Langkah IV-V: Interpretasi dialektis antara tradisi dan visi kristiani dengan

tradisi dan visi peserta dan Keterlibatan baru demi terwujudnya nilai-nilai

Kerajaan Allah

Pendamping mengajak peserta untuk menafsirkan pengalaman hidup peserta

dengan pertanyaan penuntun :

1) Bagaimana usaha Anda untuk menghayati warisan teladan Kristus tersebut

dalam kehidupan sehari-hari sebagai seorang pemimpin?

2) Sikap dan tindakan mana dalam dirimu yang mau diteguhkan oleh Yesus?

3) Apa yang mau Anda lakukan sebagai wujudnyata dari usahamu menghayati

teladan kepemimpinan Yesus? (bisa dengan symbol, puisi, lagu dll. Tergantung

kreativitas peserta).

4) Bagaimana Anda mewujudkan niat-niat itu secara konkrit?

Peneguhan Langkah IV-V : Keterlibatan baru demi terwujudnya kerajaan Allah

di dunia

Para Suster yang terkasih dalam Kristus,

Sejak tadi malam hingga siang ini kita telah bersama-sama melewati

rangkaian proses rekoleksi di mana dalam proses ini kita mencari, menemukan dan

mengolah baik secara pribadi maupun bersama pengalaman hidup kita berkaitan

dengan tema “Yesus Raja yang melayani sebagai hamba”. Kita juga dipertemukan

dengan sosok Yesus yang begitu mempesona dan sangat inspiratif bagi kita dalam

Page 140: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

126

memberi teladan bagaimana menjadi pemimpin yang sejati yakni sebagai hamba

yang melayani dengan hati dan cinta yang utuh.

Yesus mengajarkan kepada kita bagaimana menghayati tugas

kepemimpinan kita bukan dengan teori yang hebat, bukan dengan mengandalkan

kekuatan diri kita tetapi sebaliknya Ia mengajak kita untuk melayani dengan

semangat kerendahan hati, mengosongkan diri dari ambisi pribadi, sikap lepas

bebas dari segala kelekatan dan nafsu duniawi. Kita melayani bukan dengan kata

tetapi juga dengan kesaksian hidup kita yang benar. Singkatnya di mana dan

kepada siapa kita melayani, kita lakukan dengan hati dan penuh cinta hanya demi

kemuliaan Allah yang lebih besar seturut semangat dan kharisma Mother Ignacia.

Kita juga patut bersyukur kepada Tuhan karena kita boleh menemukan

mutiara-mutiara yang indah sebagai buah dari refleksi pengalaman iman rekan-

rekan suster yang telah dibagikan pada rekoleksi ini. Semoga apa yang telah kita

beri dan kita terima menjadi kekuatan dan semangat baru untuk melangkah maju

dan terlebih membuat kita semakin mencintai Dia, setia mengikutiNya dan siap

sedia untuk melayani dan membawa orang lain semakin dekat pada Kristus serta

merasakan kehadiranNya dalam hidup mereka.

Sebelum mengakhiri rekoleksi ini saya mengajak para suster untuk tidak

hanya berhenti pada refleksi atau sharing yang tertinggal di hati dan pikiran kita

saja tetapi lebih dari itu kita perlu mewujudkan itu semua dalam tindakan nyata

untuk bisa mengaktualisasikan buah-buah dari pengalaman iman perjumpaan kita

selama rekoleksi ini. Sebab untuk saat ini dan seterusnya Yesus membutuhkan hati

kita untuk mencintai dengan tulus, Yesus butuh tangan kita yang terbuka dan

Page 141: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

127

terulur memberi, Dia butuh mata kita untuk menemukan keprihatinan orang lain

dan menanggapinya.

Setelah itu pendamping mengajak peserta untuk hening dan merenung

beberapa saat diiringi musik Instrumen.

Selanjutnya ditutup dengan doa penutup yang didoakan secara spontan oleh

pendamping. Seluruh rangkaian kegiatan rekoleksi selesai dan ditutup dengan

perayaan Ekaristi bersama.

Page 142: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

128

BAB VI

PENUTUP

Pada Bab VI ini penulis membuat kesimpulan atas apa yang sudah dibahas

dalam skripsi ini. Penulis juga menyampaikan saran yang perlu bagi para suster

RVM dalam upaya meningkatkan kualitas kepemimpinan pelayan demi

memperkembangkan manusia sekaligus mewartakan Kabar Gembira Kerajaan

Allah di dunia ini.

A. Kesimpulan

1. Dalam tata kehidupan kaum religius, ada orang yang diberi kepercayaan atau

tanggung jawab oleh tarekatnya untuk menjadi pemimpin yang bertugas

menjalankan kepemimpinan. Kepemimpinan religius pada hakikatnya

menjalankan fungsi pengabdian atau pelayanan yang dilandasi oleh cinta kasih

kepada Tuhan dan sesama manusia khususnya kepada para anggota yang

dipercayakan kepadanya.

Bagi kongregasi RVM kepemimpinan itu sendiri harus dilaksanakan dalam

semangat pelayanan sejati dan penuh kerendahan hati, sebagaimana yang

diteladankan oleh Kristus sendiri yang datang untuk melayani. Namun kadang

kenyataan sering berbicara lain, bahwa kepemimpinan yang dikemukakan di

atas dalam pelaksanaannya sering menyimpang dari apa yang menjadi tujuan

sebenarnya, bahwa masih ada suster yang dalam kepemimpinannya cenderung

masih mencari popularitas diri sendiri, masih ada unsur kelekatan terhadap

tugas, mengabaikan unsur partisipatif, kurangnya disermen komunitas serta

Page 143: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

129

kurangnya sikap mendengarkan. Berangkat dari keprihatinan yang ada, maka

para suster RVM perlu melihat kembali Roh atau semangat kepemimpinan

sejati dari sang Guru “Yesus Kristus” yang merupakan mentor terbaik dalam

hal kepemimpinan pelayan. Yesus meskipun putra Allah yang memiliki kuasa

atas dunia ini, tetapi Ia rela menjadi seorang hamba yang melayani manusia

dengan penuh kerendahan hati. Dalam pelayananNya, Yesus menjalankan misi

Bapa yaitu menghadirkan dan mewartakan kerajaan Allah di tengah-tengah

umat manusia, sampai pada akhirnya Ia harus menderita, sengsara dan mati di

kayu salib demi menyelamatkan manusia dari dosa dan kematian kekal.

2. Pada peristiwa pembasuhan kaki para murid sebelum hari raya Paskah Yahudi

(Yoh. 13:1-20) Yesus menunjukkan sebuah teladan hidup tentang bagaimana

mencintai sampai sehabis-habisnya, sekaligus Ia juga menunjukkan makna

kepemimpinan yang sejati, bahwa menjadi pemimpin itu bukan hanya memberi

perintah, menjadi mandor atau menunggu untuk dilayani, dihormati, dan

dihargai tetapi sebaliknya menjadi pemimpin yang sejati berarti “lebih dahulu

memberi diri untuk melayani orang bukan hanya dengan kata-kata tetapi

terutama dengan melakukan tindakan yang penuh kasih dan ketulusan, dijiwai

semangat kerendahan hati serta kejujuran dan kebijaksanaan” sebagaimana

Yesus yang bersedia menunduk dan membasuh kaki para muridNya.

3. Perkembangan arus zaman ini yang ditandai dengan berkembangnya budaya

konsumerisme, hedonisme, sekuralisme, budaya instant dan sebagainya

merupakan tantangan bagi penghayatan hidup religius dewasa ini khususnya

dalam hal kepemimpinan. Tantangan yang pertama dari para anggota sebagai

calon atau yunior muda yang kebanyakan sebagai generasi yang hidup di zaman

Page 144: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

130

ini. Mereka hidup di alam budaya yang penuh dengan tawaran-tawaran yang

menarik seperti hal-hal yang bersifat instant, hedonis, konsumeris, free sex, dan

sebagainya. Berkembangnya budaya seperti di atas dirasa sangat mempengaruhi

gaya hidup, perilaku, atau pola pikir kaum muda sekarang termasuk mereka

yang menjadi calon atau pun para yunior muda dalam kehidupan membiara.

Oleh karena itu menjadi tantangan yang besar bagi para pemimpin dan para

formator dalam rumah-rumah pembinaan, untuk bagaimana mendampingi dan

mempersiapkan hidup para religius muda ini, agar mereka tidak terlena dan

terseret ke dalam arus zaman ini. Tetapi sebaliknya, melalui kepemimpinan

yang baik, serta pola pembinaaan yang matang dan kontekstual dapat

meneguhkan dan menguatkan hidup mereka untuk bertahan dan teguh

menghadapi berbagai macam tantangan dan tawaran yang menarik di zaman

ini. Tantangan yang kedua datangnya dalam diri pemimpin sendiri, yaitu bahwa

di zaman sekarang keteladanan atau kesaksian hidup yang baik dari seorang

pemimpin sangat penting untuk dihayati. Namun terkadang hal itu tidak

terwujud karena ada pemimpin yang antara perkataan, apa yang diajarkan

berbeda dengan sikap dan perilaku seorang pemimpin. Unsur keteladanan atau

kesaksian menjadi kabur ketika hidup religius hanya sebatas kata dan ajaran

saja, tidak diaktualisasikan dalam tindakan dan perilaku yang baik. Kesaksian

hidup religius menjadi tawar ketika anggotanya tidak dapat menemukan teladan

hidup yang baik yang dapat mendorong dan memotivasi para anggota untuk

terus maju dan berjuang mengikuti panggilanNya.

4. Kepemimpinan transformatif sebagai salah satu model kepemimpinan yang

mau dihidupi oleh para suster RVM di zaman sekarang merupakan model

Page 145: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

131

kepemimpinan yang mengutamakan unsur pelayanan yang murah hati dari

seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang transformatif selalu berusaha

menjadi penggerak bagi orang-orang yang dilayaninya untuk mengalami suatu

perubahan dan pembaharuan hidup ke arah yang lebih baik. Sebagai pemimpin

yang menghendaki adanya “kelahiran baru” atau pertumbuhan yang terus

menerus, perlu mengembangkan sikap sehati sejiwa dengan anggotanya. Ia

selalu peka akan apa yang menjadi kebutuhan orang-orang yang dilayaninya

juga a yang menjadi kebutuhan tarekat di zaman sekarang. Seorang pemimpin

yang transformatif dalam hidupnya menghayati suatu spiritualitas

kepemimpinan Injili, artinya pusat dan tujuan pelayanannya hanya untuk Tuhan

dan sesamanya.

5. Katekese sebagai pembinaan iman membantu para suster RVM dalam usahanya

mewujudkan pola kepemimpinan yang transformatif. Melalui refleksi kritis,

perjumpaan dengan tradisi dan visi kristiani yang tidak lain adalah perjumpaan

dengan pribadi dan hidup Yesus sampai pada membuat keputusan demi

keterlibatan baru kiranya membantu proses transformasi kepemimpinan yang

meliputi semangat, sikap dan tindakan baru demi terwujudnya nilai-nilai

kerajaan Allah. Dengan kata lain katekese sebagai pembinaan iman bertujuan

membangkitkan kesadaran baru dalam diri para suster untuk tampil sebagai

pemimpin yang mampu menolong, memberdayakan dan mendampingi

anggotanya dengan penuh kasih dan tanpa pamrih sehingga pemimpin dan

anggotanya dapat bergerak menuju kedewasaan iman dan terlebih mengalami

kepenuhan hidup dalam Kristus Yesus.

Page 146: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

132

B. Saran

Agar model kepemimpinan pelayan ini sungguh-sungguh dihayati oleh para

suster RVM dalam menjalankan kepemimpinannya, maka berikut ini penulis ingin

memberikan bebarapa saran, yaitu sebagai berikut :

1. Para suster perlu belajar dan mengupayakan pertobatan yang terus-menerus

untuk memperbaharui diri demi mematangkan iman dan meningkatkan mutu

hidup.

2. Mengadakan dicernmen komunitas demi tercapainya tujuan bersama yang

berdasarkan visi dan misi kongregasi.

3. Bersikap lepas bebas atau tidak melekat pada tugas atau tanggung jawab yang

dipercayakan padanya. Kapan saja dipindahkan selalu siap untuk pergi dengan

senang hati.

4. Para suster terbuka untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta

ketrampilan dengan mengikuti kursus-kursus, seminar atau pelatihan yang

berkaitan dengan kepemimpinan dan sebagainya, banyak membaca buku-buku,

majalah dan sejenisnya yang dapat memperkaya pemahaman dan pola pikir.

Belajar dari pengalaman orang lain dengan mengadakan share pengalaman

hidup dalam suatu wadah atau perkumpulan kaum religius yang ada.

5. Mengembangkan prinsip partisipatif dan transformatif dalam komunitas

sehingga antara pemimpin dan anggota tercipta suatu relasi yang sederajat, dan

dapat membawa kepada suatu perubahan hidup baik pribadi dan komunitas ke

arah yang lebih baik.

6. Membangun dialog yang jujur dan terbuka antar pemimpin dan anggotanya.

Page 147: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

133

7. Mengembangkan sikap empati dan penghargaan yang tinggi terhadap

anggotanya.

8. Bersikap rendah hati dan terbuka menerima masukan atau kritikan dari anggota

atau orang lain demi memperkembangkan hidup.

Page 148: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

134

Daftar Pustaka

Brown, R.E. 1960. The Gospel of St. John and the Johannine Epistles. Minnesota,

USA: The liturgical Press-Collegeville Brown, R.E, Fritzmyer, J.A, Murphy, R.E. (editor), 2000. The Gospel According to

John: 973). London: Geoffrey Champman. Chandra, R. 2005. Bahan Bakar Sang Pemimpin. Yogyakarta : Gloria Graffa. -------------- 2004. Landasan Pacu Pemimpin. Yogyakarta : Gloria Graffa. Co, Anicia, RVM. 1998. Mother Ignacia Del Espiritu Santo, A Lamp To Our Path.

Philipines : MIDES Center For Spirituality Danim, S. Prof. Dr. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektifitas Kelompok.

Jakarta: PT Rineka Cipta Darmawijaya, St, Pr. 1988. Pesan Injil Yohanes. Yogyakarta : Kanisius Darminta, J. SJ. 2005. Kepemimpinan Religius dalam Peziarahan Hidup.

Yogyakarta : Kanisius -------------- 1997. Religius dan Evangelisasi. Yogyakarta : Kanisius -------------- 1993. Mengabdi dalam Kepemimpinan. Yogyakarta: Kanisius. Ferraris, R. RVM. 2005. “Digitus Dei est Hic” This is the Finger of God. RVM

Publication: Manila Groome, T.H., 1990. Shared Christian Praxis, Suatu Model Berkatekese. Seri

Puskat 356. (Disadur oleh Heryatno, F.X. W.W. SJ). (Buku Asli Sharing Faith: A Comprehensive Approach to Religious Education and Pastoral Ministry). New York: Harper Collins

Harefa, A. 2004. Kepemimpinan Visioner,. Yogyakarta: Gloria Graffa Heryatno, F.X. 2005. Manuskrip PAK III, Katekese Umat, “Dari, Oleh dan Untuk

Umat. ------------ 2005. Manuskrip PAK III, “Katekese demi Pembangunan Komunitas

Umat Beriman” Hasil Kapitel Umum RVM ke- 17, 2001, Filipina Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), 1991. Sekretariat KWI, Jakarta:

Obor Landas Constitution of the RVM, Revised 2002. Philipines Lalu Yoseph., 2005. Katekese Umat. Komisi Kateketik KWI: Jakarta Manz, C. 2004. The Leadership Wisdom Of Jesus. Jakarta : Penerbit PT Bhuana

Ilmu Populer. Martasudjita, E, Pr. 2001. Kepemimpinan Transformatif. Yogyakarta: Kanisius. ----------- 2003. Pelayanan Yang Murah Hati. Yogyakarta : Kanisius. Mulyono, E, SJ. Kepemimpinan yang Melayani. Majalah Rohani. 2005. No.10,

tahun ke-52 Oscar, S, Pr. Ketaatan Religius. Majalah Rohani. 2004. No.10, tahun ke-51 Roosijami, F, OSF. Kepemimpinan Religius, Perantau. Tahun XXVIII. No. 4, Juli-

Agustus 2005. Samosir, B. Kepemimpinan Horisontal. Majalah Rohani. 2004. No.10, tahun ke-51 Sardi, M. Profil Kepemimpinan dalam Lembaga Hidup Bakti, Perantau,

XXVIII, No.3, Mei-Juni 2005 ------------- Gaya Kepemimpinan Yesus. Perantau XXVIII, No. 6, 2005.

Page 149: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

135

Soenarja, A. SJ. 1984. Kepemimpinan Biara dari hari ke hari. Yogyakarta: Kanisius.

Sudiarja, A, SJ. Keprihatinan Pemimpin Religius. Majalah Rohani. 2004. No. 10, tahun ke-52

Sudiarja, A. SJ dan Bagus, L. SJ, 2003. (editor). Berenang di Arus Zaman Tantangan Hidup Religius di Indonesia Kini. Yogyakarta: Kanisius

Syukur. N.D. Aspek-aspek Dasar Kepemimpinan. Perantau. Tahun XXVIII. No. 2, Maret-April 2005

White, R.E.O 1993. Enjoying The Gospel of John, Oxford: The Bible Reading Fellowship.

Wijngaards, J.M.H.M, 1986. The Gospel of John and His Letters, Wilmington, Delaware: Michael Glazier

Wilkes, G. 2005. Jesus On Leadership, Temukan Rahasia kepemimpinan Pelayanan dari kehidupan Kristus. Jakarta : Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer.

Wofford, J. 1999. Kepemimpinan Kristen Yang Mengubahkan. Yogyakarta: Penerbit Yayasan Andi.

Yohanes Paulus II, 1997. Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese) Anjuran Apostolik. Depertemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. Seri Dokumen Gerejawi

-------------- 2002. Vita Consecrata (Hidup Bakti). Anjuran Apostolik. Depertemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. Seri Dokumen Gerejawi no. 51

Zaluchu, F. 2005. Kepemimpinan dalam Tuhan. Yogyakarta : Gloria Graffa.

Page 150: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

(1)

Lampiran 1: Matriks Kegiatan Katekese

MATRIKS KEGIATAN KATEKESE BAGI PARA SUSTER RVM

Tema Umum : Menghayati semangat kepemimpinan pelayan sebagai hamba demi terwujudnya kepemimpinan yang transformatif Tujuan : Agar pendamping dan peserta semakin bertumbuh dan berkembang dalam pemahaman akan semangat pelayan sebagai

hamba dan mampu mengusahakan terwujudnya suatu kepemimpinan yang transformatif dalam kehidupan sehari-hari. No. Sub Tema Tujuan Judul

Pertemuan Tujuan Pertemuan

Materi Metode Sarana Sumber Bahan

1 Belajar dari pola kepemimpinan Yesus

Agar peserta mengenal dan memahami pola kepemimpinanYesus sebagai teladan utama kepemimpinan

Yesus Raja yang melayani sebagai hamba

Bersama-sama menghayati makna kepemimpinan yang melayani sebagai hamba.

• Kisah pembasuhan kaki para Rasul • Aku datang

untuk melayani

• Informasi • Nonton vcd • Diskusi klp. • Sharing • Refleksi • Pleno

• Vcd Ignacia ang uliran • Vcd player • Teks Yoh. 13:1-20 • Teks lagu • Kertas flap • Spidol

• Wilkes, 2005, Jesus on leadership, Jakarta: BIP • Sardi, Gaya kepemimpinan Yesus, Perantau, th. xxviii. No. 6, Nov-Des, 2005 • Darminta, J, SJ.1993. mengabdi dalam kepemimpinan. Yogyakarta: Kanisius. • Martasudjita, E. 2001.

Page 151: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

(2)

kepemimpinan Transformatif Yogyakarta:Kanisius • Soenarja, A, SJ. 1983. kepemimpinan Biara dari hari ke hari. Yogyakarta: Kanisius

2 Memahami semangat pelayanan hamba yang murah hati

Agar perserta dan pendamping dapat menghidupi semangat pelayanan yang murah hati dalam praksis hidup sehari-hari

1. Melayani dengan penuh pengabdian

2. Melayani dengan memberi teladan bukan dengan menguasai

Bersama-bersama semakin sadar akan kuasa kepemimpinan sebagai suatu bentuk pengabdian kepada Allah dan sesama. • Bersama tergerak untuk melayani dengan perbuatan dan kesaksian hidup yang baik

- 1 Kor. 9:13-27.

• Mark. 10:35-45.

- Cerita - Sharing pengalaman iman

- dialog - informasi • Sharing pengalaman iman • Dialog • Informasi

- Kitab Suci - Gitar - Gerak dan lagu

- Teks Gerak dan lagu

• Kitab Suci • teks lagu • gitar • Cerita Arman

dan Anto

- Martasudjita, E. 2003. pelayanan yg Murah hati. Yogyakarta: Kanisius

- Darminta, J, SJ.1993. mengabdi dalam kepemimpinanYogyakarta: Kanisius

• Martasudjita, E. Pr, 2003. pelayanan yg Murah hati. Yogyakarta: Kanisius • Soenarja, A, SJ. 1983. kepemimpinan

Page 152: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

(3)

Biara dari hari ke hari. Yogyakarta: Kanisius

3. PolaKepemimpinan pelayan transformatif

Peserta dan pendamping semakin memahami makna kepemimpinan yang transformasi

Pembaharuan mulai dari diri sendiri

Bersama-sama semakin terbuka dan bersedia melakukan pembaharuan dan perubahan mulai dari dalam diri sendiri

- Kepemimpinan transformatif sebagai pola gerakan baru.

- Spritualitas kepemimpinan transformatif

- Kemampuan dasar kepemimpinan transformatif

- Cerita, - Sharing pengalaman iman

- Refleksi - Pleno - Peneguhan

- Teks Luk. 4:1-20

- Kisah suster Renata

- Gitar dan teks lagu

- Tape recorder

- Stefan Leks Tafsir Injil Lukas, 2005, kanisius : Yogyakarta

- Rohani no.10 th. ke-52. Oktober 2005

- Landas RVM edisi revisi, 2002

- Kpemimpinan Kristen yang mengubahkan

- Rohani no.10 th. ke-52. Okbr 2005

- Yesus Kristus teladan utama kepemimpinan, Perantau th. XXVIII, No. 6, November-Desember 2005

Page 153: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

(4)

Lampiran 2: Jadwal Rekoleksi para Suster RVM

JADWAL REKOLEKSI (Sabtu, 5- Minggu, 6 2007)

A. Hari Sabtu, 5 Mei 2007 :

1. 19.15-19.30 : Pembukaan

2. 19.30-20.15 : Nonton VCD “Mother Ignacia Ang Uliran”

3. 20.15-22.00 : Penerapan Langkah I-II model SCP

4. 22.00 : Istirahat

B. Hari Minggu, 6 Mei 2007 :

1. 05.00 : Bangun tidur plus mandi

2. 06.00-07.00 : Doa pagi bersama

3. 07.00-07.30 : Sarapan

4. 08.00-8.30 : Pengantar dan informasi untuk pertemuan berikut

5. 08.30-09.00 : Ice Breaker dengan permainan dan gerak lagu

6. 09.00-10.00 : Langkah III model SCP

7. 10.00-10.15 : Mamiri

8. 10.15-11.30 : Langkah IV-V model SCP

9. 11.30-12.30 : Perayaan ekaristi

10. 12.30-selesai : makan siang

Page 154: MODEL KEPEMIMPINAN PELAYANAN YESUS DALAM INJIL … filekepemimpinan macam apa yang dicita-citakan suster RVM di zaman sekarang. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka dengan

(5)

Lampiran 3 : Lagu Mars RVM

ONE FAITH ONE MISSION

We are bearers of Ignacian legacy by our life and ministry to God

We give the glory with faith and courage, we chart our destiny

Venturing into new paths sharing Christ’s saving mistery

Reff One God we have one faith one mission one life

One Ignacian legacy a Marian family humbly and gently

We lead others the way to Jesus with Mary the RVM way

We respond to God’s call to care for His people,

Our life giving forces we share and live them to the full,

appreciating each other’s gifts as we do our role in leading them to Jesus

the Lord of us all (REFF)

A home of Gods’s grace we live in community

Decerning praying together as one family with the heart of the poor

So humble and so free graciously growing in letting God be (REFF)

Surely Christ’s love moves beyond imagining seeking to embody,

In the hearts of the lowly a challenge so great averyone’s call to Magis,

Sharing His love in haste and in boldness (REFF)

Yes, moved by Christ’s love and compassion,

We proclaim the Good News to all nations,

Shout joyfully for His greater honor and glory

For this is the way live our Ignacian legacy (REFF)