MODEL - Kemdikbud

70

Transcript of MODEL - Kemdikbud

Page 1: MODEL - Kemdikbud
Page 2: MODEL - Kemdikbud

i

MODEL “ASSISOMPUNGENG”

(Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Drs. Asdinop.

Juwanita Sahid, S.Sos., M.Si.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI NONFORMAL DAN INFORMAL

(BPPAUDNI) REGIONAL III

2 0 1 2

Page 3: MODEL - Kemdikbud

ii

MODEL “ASSISOMPUNGENG”

(Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Penanggungjawab : DR. H. Muhammad Hasbi, S.Sos.,M.Pd. Pakar/Akademisi : DR. Ruslan Ketua : Dra. Andi Ratni AM., M.Pd. Sekretaris : Syaiful Asmar, S.KM. Anggota : Rusdiana, S.Pd., M.Pd. Dra. Hj. Halmiah Z., M.Pd. Muh. As’ad, SE., M.Si., Ak. Dra. Hj. Jumrah Hud Dra. Maryam, MM.

Page 4: MODEL - Kemdikbud

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan

berkah-Nya kepada kita semua, sehingga Model “Assisompungeng”

(Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga) dapat

diselesaikan sebagaimana adanya.

Model ini merupakan hasil akhir setelah melalui beberapa

tahapan, studi eksplorasi, validasi teoritik, validasi empiris di lapangan

dan validasi ahli yang dilakukan oleh tim pengembang model dari

BPPAUDNI Regional III.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

atas bantuan dan dukungannya, serta kritik perbaikannya dalam rangka

penyempurnaan model ini.

Semoga Model ini bermanfaat, baik pada pengembangan Program

PAUD maupun pembangunan pendidikan pada umumnya. Terima kasih.

Makassar, Desember 2012

Pengembang

Page 5: MODEL - Kemdikbud

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................. iv

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................... 1

B. Tujuan Model ………………………………………………….. 5

C. Hasil yang Diharapkan ……………………………………… 5

D. Manfaat Model . ......................................................... 6

E. Pengguna .................................................................. 6

BAB II: LANDASAN

A. Landasan Hukum ...................................................... 7

B. Landasan Konseptual ……………………………………….. 8

1. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. ........... . 8

2. Konsep Dasar Pendidikan Keluarga………………….. 12

3. Orangtua dalam Keluarga ……………………………… 16

BAB III: KARAKTERISTIK MODEL

A. Gambaran Model ...... ……………………………………….. 28

B. Komponen Model ………………………………………………. 32

C. Indikator Keberhasilan Model ………………..……………. 49

BAB IV: PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Page 6: MODEL - Kemdikbud

1

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak adalah amanah yang harus dijaga, dirawat dan dididik

semaksimal mungkin, supaya mereka berbudi pekerti yang luhur,

berguna bagi masyarakat, bangsa, negara dan keluarga. Keluarga

merupakan unit terkecil dalam masyarakat tetapi sangat besar

peranannya bagi maju-mundurnya suatu bangsa

Dalam dunia pendidikan, peranan keluarga memegang peranan

penting. Ki Hadjar Dewantara secara tegas menyatakan bahwa

keluarga adalah lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi

anak. Demikian pula dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 27 ayat 1 menyatakan

adanya jalur pendidikan informal yang diselenggarakan keluarga dan

lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar

merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan

kehidupan manusia, yang akan menentukan perkembangan anak

selanjutnya. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakkan

dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik, bahasa, sosial-

emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai-nilai agama.

Page 7: MODEL - Kemdikbud

2

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

Pengembangan seluruh potensi anak harus dimulai agar pertumbuhan

dan perkembangan anak tercapai secara optimal.

Pendidikan di lingkungan keluarga sangat ditentukan oleh

peran orangtua dan orang yang dituakan dalam keluarga. Karena

anak sejak kecil berada dalam asuhan keluarga, maka pendidikan

keluarga menjadi landasan utama bagi keberhasilan pendidikan anak

usia dini, terutama dalam pembentukan sikap dan prilaku yang

berkaitan dengan proses pembudayaan maupun pembinaan iman dan

taqwa (imtaq). Atas dasar pemikiran itu, orangtua harus punya

pemahaman tentang pendidikan keluarga dan arti pentingnya bagi

perkembangan anak. Lingkungan keluarga akan mendasari bagi

perkembangan anak. Jadi tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kunci

pembangunan bangsa terletak pada bagaimana keluarga/para orang

tua bisa mendidik anaknya sesuai dengan kebutuhan dan tahap

perkembangan anak. Namun, sebagian besar orang tua belum

memiliki pengetahuan, keterampilan dan dukungan dalam tugas

mengasuh dan mendidik anak.

Selain itu, banyak juga orang tua dan masyarakat yang

mempunyai pola pikir bahwa pendidikan sepenuhnya menjadi

tanggung jawab sekolah/lembaga pendidikan saja. Padahal

sesungguhnya keluarga/orang tua mempunyai peran penting dalam

pendidikan anak, antara lain sebagai pembentuk konsep diri, teladan,

dan pemberi rangsangan terhadap pertumbuhan dan perkembangan

Page 8: MODEL - Kemdikbud

3

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

anak. Orang tua juga memiliki kedekatan fisik dan psikis dengan

anaknya, selain karena kodrat juga karena sebagian besar waktu anak

usia dini dihabiskan di lingkungan keluarga. Oleh karena itu diperlukan

adanya program kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan orangtua agar anak dapat tumbuh dan berkembang

secara optimal sesuai dengan potensinya.

Mengingat sangat strategisnya posisi orangtua sebagai

pendidik utama dan pertama dalam tumbuh kembang anak maka

sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan

kesadaran orangtua agar mampu mewujudkan lingkungan keluarga

yang positif, yang dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan

anak secara optimal sesuai dengan perkembangan anak baik dalam

aspek fisik, mental dan intelektual sosial maupun emosional anak.

Agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal,

pelayanan bagi anak tidak hanya terbatas dari sisi pendidikannya,

tetapi harus dilakukan secara terpadu (holistik) dengan aspek lain yang

mempunyai kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak

dalam (pendidikan, pengasuhan, perawatan, kesehatan dan gizi).

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu upaya

agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar dan

kehidupan tahap berikutnya. Pengembangan anak usia dini perlu

dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah untuk membantu anak usia

dini dalam mengembang kan potensinya secara holistik baik aspek

Page 9: MODEL - Kemdikbud

4

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

pendidikan, gizi, maupun kesehatan.

PAUD sangat menentukan derajat kualitas inteligensi,

kesehatan, kematangan emosional dan produktivitas manusia di masa

depan. Usia dini merupakan masa keemasan (the golden age). Jika

pada masa tersebut anak kurang memperoleh perhatian (pendidikan,

perawatan, pengasuhan, dan layanan kesehatan serta gizi yang tepat,

maka dikhawatirkan tidak dapat tumbuh dan berkembang secara

optimal.

Dalam sehari anak rata-rata menghabiskan waktunya di

lembaga PAUD hanya sekitar tiga jam. Selebihnya anak

menghabiskan waktu bersama dengan orangtua dan keluarga. Waktu

bersama keluarga tersebut tentulah sangat mewarnai pertumbuhan

dan perkembangan anak. Kebersamaan tersebut merupakan peluang

emas untuk digunakan dalam memberikan stimulasi kepada anak yang

berkelanjutan dari lembaga PAUD.

Selama ini kegiatan belajar anak yang didapatkan di lembaga

PAUD berhenti saat anak pulang ke rumah. Jika pun kegiatan belajar

anak lakukan di rumah namun seringkali bukan merupakan lanjutan

atau tidak berkaitan dengan apa yang telah anak dapatkan di lembaga

PAUD sebelumnya. Oleh sebab itu Balai Pengembangan Pendidikan

Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (BP-PAUDNI) Regional III pada

tahun 2012 ini mengembangkan Model Assisompungeng (Pola

Kesinambungan Lembaga APUD dan Keluarga). Model

Page 10: MODEL - Kemdikbud

5

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

Assisompungeng merupakan sebuah model yang melibatkan orangtua

dalam pembelajaran sehingga dapat menjembatani pembelajaran di

lembaga PAUD dan pembelajaran di rumah.

B. TUJUAN

1.Tujuan Umum

Melibatkan orangtua dalam pendidikan anak usia din, baik di

lembaga PAUD maupun di rumah.

2. Tujuan Khusus

a. Terwujudnya kesinambungan pendidikan di lembaga PAUD

dan keluarga.

b. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran orangtua akan

pentingnya PAUD.

c. Meningkatkan dukungan orangtua/keluarga dalam proses

pendidikan anak usia dini di lembaga PAUD maupun di

lingkungan keluarga/ masyarakat.

C. Hasil yang Diharapkan

1. Meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan orang tua

yang memiliki anak usia dini dalam menstimulasi tumbuh kembang

anak usia dini dalam keluarga .

2. Adanya kesinambungan dan keselarasan pendidikan anak yang

dilakukan di lembaga PAUD dan keluarga.

Page 11: MODEL - Kemdikbud

6

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

3. Adanya dukungan orangtua/keluarga dalam proses pendidikan

anak usia dini di lembaga PAUD maupun di lingkungan keluarga/

masyarakat.

D. Manfaat

1. Terciptanya kesinambungan antara pendidikan di lembaga PAUD

dan keluarga.

2. Wawasan dan keterampilan orangtua tentang tumbuh kembang

anak usia dini bertambah

3. Peran keluarga sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan

utama bagi anak usia dini menjadi optimal.

4. Kesempatan kedekatan dan kasih sayang antara anak dan

orangtua dalam pembinaan dan pengasuhan anak usia dini di

lingkungan keluarga dapat lebih optimal.

E. Pengguna Model

a. Pendidik PAUD

b. Penyelenggara/Pengelola PAUD

c. Orangtua/masyarakat yang peduli PAUD

d. Pemerintah sebagai penentu kebijakan

Page 12: MODEL - Kemdikbud

7

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

BAB II

LANDASAN

A. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

2. Peraturan Pemerintah tentang:

a. Nomor 27 tahun 1990 Pendidikan Pra-Sekolah

b. Nomor 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah

3. Instruksi Presiden

a. Nomor 22 tahun 1989 tentang Pembinaan Kesejahteraan Anak

b. Nomor 3 tahun 1987 tentang Penyelenggaraan Pembina an

Kualitas Anak.

4. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor:

018/O/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan pada Kelompok

Bermain dan Penitipan Anak.

5. Surat Keputusan Kepala Balai Pengembangan Pendidikan Non

Formal dan Informal (BPPNFI) Regional V Makassar, No.

352/B10/KP/2012, Tanggal 8 Februari 2012 tentang Susunan Tim

Pengembang Model PAUDNI pada BPPNFI Reg V.

Page 13: MODEL - Kemdikbud

8

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

B. Landasan Konseptual

1. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini merupakan bagian integral dalam

sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) yang saat ini mendapat

perhatian yang besar dari pemerintah, terbukti dengan diangkatnya

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada bagian tersendiri yaitu

pada bagian tujuh pasal 28 dalam Undang- Undang Nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD), sebagai konsep gerakan nasional menjadi lebih

memiliki kepastian hukum pada tingkat Undang - Undang, baik dari

segi keberadaan dan program – programnya maupun dari segi

namanya.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk

penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan

dasar ke arah pertumbuhan, perkembangan anak baik jasmani

maupun rohani. Dalam rangka mengoptimalkan pertumbuhan dan

perkembangan anak melalui pendidikan anak usia dini, Jamaris

(2006: 149) menyatakan bahwa langkah-langkah yang seharusnya

dilaksanakan dalam proses pendidikan anak usia dini mencakup:

(1) pengembangan fisik (koordinasi motorik kasar dan motorik

halus), (2) pengembangan kognitif (daya pikir, daya cipta), (3)

pengembangan social emosional (sikap, perilaku, moral dan

agama), (4) pengembangan bahasa dan komunikasi dan (5)

Page 14: MODEL - Kemdikbud

9

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

pengembangan kecerdasan jamak, sehingga dapat menjadi

kemampuan aktual yang ditunjukkan dalam berbagai perilaku yang

ditampilkan oleh anak.

Pengertian pendidikan anak usia dini sebagaimana

digariskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

Tahun 2003 pada Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa “Pendidikan

anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani

agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih

lanjut”. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa batasan

anak usia dini di Indonesia adalah dari lahir sampai dengan usia

enam tahun.

Para ahli menerangkan bahwa usia dini meliputi anak usia

0-8 tahun yang disebut sebagai masa kritis (golden age) dalam

perkembangan anak. Usia dini merupakan fase yang sangat

fundamental bagi setiap individu, karena pada fase ini terjadi

pertumbuhan otak dan perkembangan kecerdasan yang sangat

pesat, oleh karena itu pendidikan anak sudah seharusnya dimulai

pada usia dini. Berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa usia

dini merupakan masa emas sekaligus merupakan masa kritis bagi

Page 15: MODEL - Kemdikbud

10

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

anak, dimana perkembangan yang didapat pada masa ini sangat

berpengaruh terhadap perkembangan pada masa selanjutnya.

Usia dini merupakan fase yang sangat fundamental bagi

setiap individu, karena pada fase ini terjadi pertumbuhan otak dan

perkembangan kecerdasan yang sangat pesat, oleh karena itu

pendidikan anak sudah seharusnya dimulai pada usia dini.

Berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa usia dini merupakan

masa emas sekaligus merupakan masa kritis bagi anak, dimana

perkembangan yang didapat pada masa ini sangat berpengaruh

terhadap perkembangan pada masa selanjutnya. Pada masa kritis

ini anak memerlukan berbagai asupan terutama yang mencakup

asupan gizi, kesehatan dan pendidikan.

Teori menyebutkan bahwa sekitar 50% potensi kecerdasan

manusia terjadi ketika anak berusia 4 tahun, 80% telah terjadi

ketika anak berusia 8 tahun dan mencapai puncaknya ketika anak

berumur sekitar 18 tahun. Kapasitas kecerdasan anak sangat pesat

terjadi dalam kurun waktu empat tahun pertama, dimana sama

besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14

tahun berikutnya dan selanjutnya perkembangan otak akan

mengalami stagnasi.

Pendidikan anak usia menjadi sangat penting mengingat

potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk

Page 16: MODEL - Kemdikbud

11

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

pada rentang usia.sehingga usia dini sering disebut sebagai usia

emas ( golden age).

Berbagai penelitian juga menyimpulkan, perkembangan

yang diperoleh pada masa usia dini sangat memengaruhi

perkembangan anak pada tahap berikutnya dan meningkatkan

produktivitas kerja di masa dewasanya. Pendidikan dini bukan

hanya memiliki fungsi strategis, tetapi juga mendasar dan memiliki

andil memberi dasar kepribadian anak dalam sikap, perilaku, daya

cipta dan kreativitas, serta kecerdasan kepada calon-calon SDM

masa depan. Para ahli teori perkembangan menyebut usia dini

sebagai the golden age (masa emas).

Pendidikan anak usia dini harus dilakukan secara terpadu

dengan melibatkan seluruh pihak atau elemen masyarakat sebagai

tanggung jawab bersama tanpa ada diskriminasi dan perbedaan.

Memberikan pendidikan pada anak usia dini setidaknya

memperhatikan perpaduan antara intervensi pendidikan, intervensi

gizi dan kesehatan anak. Mengintervensi pendidikan, gizi, dan

kesehatan bagi anak usia dini berarti turut memberi dukungan

terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan secara optimal

bagi anak usia dini. Inilah arti penting bagi pendidikan anak usia

dini yang harus memperhatikan perpaduan intervensi tersebut.

Semua pihak yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak

dapat memberi kesempatan yang luas bagi anak untuk

Page 17: MODEL - Kemdikbud

12

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

bereksplorasi dan belajar secara menyenangkan, juga diberikan

pengasuhan dan bimbingan untuk memahami potensi dirinya dan

berperan aktif dalam keluarga dan masyarakat.

Melatih anak untuk menerima dan memberi sesuai dengan

etika perlu diperkenalkan. Kearifan-kearifan lokal yang berkembang

di masyarakat dapat dijadikan landasan dalam pembelajaran PAUD

berbasis keluarga..

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berfungsi membina,

menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi anak usia

dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan

dasar sesuai dengan tahap perkembangan nya agar memiliki

kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya dalam rangka

mencapai tujuan pendidikan nasional.

2. Konsep Dasar Pendidikan Keluarga

Keluarga merupakan akar bagi terbentuknya masyarakat,

bangsa, dan bahkan sebuah peradaban. Kesinambungan dalam

suatu masyarakat atau bangsa dapat mempengaruhi

keseimbangan keluarga-keluarga yang menjadi anggotanya. Jika

keseimbangan keluarga di dalam sebuah masyarakat itu baik, akan

baiklah masyarakat itu; sebaliknya, jika keseimbangan masyarakat

itu buruk, akan menjadi buruk pula masyarakat tersebut. Dalam

sebuah keluarga, pelajaran pertama yang diperoleh oleh seorang

Page 18: MODEL - Kemdikbud

13

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

manusia adalah mencintai, menghormati, mengabdi, menaruh

perhatian dan taat, serta melaksanakan nilai-nilai moral. Semuanya

itu merupakan bunga-bungan yang mekar dari sebuah keluarga,

yang akan menciptakan keindahan dan keserasian dalam

masyarakat, dan yang memungkinkan manusia berjalan seiring

dengan manusia-manusia lainnya di dalam jagat raya ini. Jika

pelajaran-pelajaran semacam itu tidak diperoleh dari sebuah

keluarga, muncullah manusia-manusia yang kontradiktif, saling

mencurigai, dan saling menjatuhkan.

Menurut Montessori, anak adalah individu-individu yang unik

dan akan berkembang sesuai dengan kemampuan anak. Tugas

sebagai orangtua dan pendidik adalah memberikan sarana

dorongan belajar dan memfasilitasi anak untuk siap mempelajari

sesuatu. Pendapat Montessori mendapat dukungan dari tokoh

pendidikan Taman Siswa Ki Hadjar Dewantara, menyakini bahwa

suasana pendidikan yang baik dan tepat adalah suasana

kekeluargaan dan dengan prinsip Asih (mengasihi), Asah

(memahirkan), Asuh (membimbing) dengan menganjurkan agar

dalam pendidikan anak memperoleh pendidikan untuk

mencerdaskan (mengembangkan) pikiran, hati dan meningkatkan

keterampilan dan anak yang mengalami pendidikan secara

kekeluargaan.

Page 19: MODEL - Kemdikbud

14

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

Keluarga mempunyai tanggung jawab yang paling besar,

terutama dalam mendidik generasinya dan generasi-generasi

berikutnya untuk mampu menghindarkan dari perbudakan materi.

Karena lingkup masyarakat yang lebih luas telah terjebak dalam

pola hidup materialisme, dan secara tidak disadari bahwa sebagian

besar keluarga juga telah tercemari olehnya, dan ini merupakan

kendala, maka keluarga-keluarga yang sadar wajib membina

generasi penerusnya untuk di didik menjadi manusia berakhlak dan

perilaku disiplin dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam membangun keluarga sebagai salah satu institusi

pendidikan yang kuat dan mendasar, peran kedua orang tua sangat

menentukan. Yaitu, terutama menjadi contoh dan suri teladan bagi

anak-anaknya. Bahasa teladan dan amal perbuatan ternyata jauh

lebih efektif daripada bahasa lisan serta suruhan yang bersifat

verbal. Anak-anak melihat apa yang dilakukan, bukan semata-mata

mendengar apa yang diperintahkan. Karena itu, keluarga adalah

lembaga pendidikan pertama dan utama dalam membangun dan

membentuk kepribadian anak. Baik buruknya akhlak anak di masa

dewasa sangat ditentukan pendidikan dalam keluarga.. Lingkungan

pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak, baik

berupa fisik maupun non fisik yang secara langsung atau tidak

langsung mempengaruhi proses pendidikan. Dengan demikian

keluarga sebagai lingkugan pendidikan mencakup lingkungan fisik

Page 20: MODEL - Kemdikbud

15

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

dan non fisik. Lingkungan fisik terdiri dari manusia yang berada di

lingkungan keluarga atau rumah dengan segala perlengkapannya

sebagai tempat tinggal. Sedang lingkungan non fisik seperti;

suasana hubungan sosial, suasana psikologis, dan suasana

religius.

Pendidikan keluarga mempunyai pengaruh besar terhadap

perkembangan jiwa anak. Ini disebabkan karena keluargalah

tempat pertama dan utama bagi anak-anak dalam memperoleh

pendidikan. Keluarga merupakan tempat anak-anak diasuh,

tumbuh dan berkembang. Keluarga sebagai lingkungan awal

pertumbuhan anak harus diisi dengan hal-hal yang bersifat positif

sehingga menjadi awal yang baik bagi pertumbuhannya.

Pengalaman sukses bagi anak di awal pertumbuhannya terus

diusahakan, sebab pengalaman seperti itu akan membuka

peluang demi kemajuan yang lebih tinggi lagi. Akan tetapi

sebaliknya, pengalaman gagal di awal pertumbuhan

mengakibatkan penghambatan dalam pertumbuhan dan

perkembangan anak pada fase berikutnya. Yang penting juga

harus diperhatikan dalam kehidupan keluarga adalah terciptanya

kasih sayang bersama. Bila dalam suatu keluarga senantiasa

didasari oleh rasa kasih sayang di antara semua anggota keluarga

terutama oleh kedua orang tua terhadap anak-anaknya, maka

Page 21: MODEL - Kemdikbud

16

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

seluruh anggota keluarga akan merasakan betapa nikmatnya

hidup dalam naungan keluarga yang bahagia.

3. Orang Tua dalam Keluarga

a. Peran Orangtua dalam keluarga

Anak yang merupakan karunia dari Allah Subhanahu

Wataala sekaligus sebagai amanah yang keberadaannya di

dunia melalui kedua orang tua (ayah dan ibu). Gusnawirta Fasli

dalam Kaum Ibu Penyelamat Bangsa mengatakan bahwa anak

adalah karunia dari Allah Yang Maha Esa. Karena anak

merupakan karunia, maka anak harus didik dan dipelihara

dengan baik termasuk pemenuhan kebutuhan sandang dan

pangan.

Anak yang merupakan belahan jiwa dan tetesan darah

daging orang tua, berarti mengasuh, membimbing dan

mendidiknya secara kodrati/alami terpundak di atas bahu kedua

orang tuanya untuk dapat tumbuh dan berkembang secara

optimal sekaligus dapat menjadi qurratun ain bagi ayah-ibunya

(Dimas:1999).

Aristoteles (Rajih, 2005:32) seorang filusuf pendidikan

yang beraliran empirisme mengemukakan bahwa anak yang

baru lahir adalah laksana kertas putih tanpa noda sedikitpun

(tabularasa). Sejalan dengan John Lock, (Dimas, 1999:4)

Page 22: MODEL - Kemdikbud

17

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

mengatakan bahwa ”akal anak merupakan lembaran putih yang

dapat anda tulisi dengan kebaikan melalui proses belajar”.

Memperkuat pendapat tersebut Sabda Rasulullah S.A.W.

mengemukakan (Rajih, 2005: 24) bahwa setiap anak dilahirkan

dalam keadaan fitrah, kedua orangtuanyalah yang menjadikan ia

Yahudi, Nasrani atau Majusi. Oleh karena itu, orang tua sebagai

pemeran utama yang membentuk karakter, jiwa, tata cara ibadah

dan menanamkan nilai moral bagi anak, berkewajiban

memberikan bimbingan dan tuntunan yang mengarah kepada

pembentukan perilaku disiplin dalam kehidupan bermasyarakat

kelak hingga seumur hidup (dalam Netty Herawati, 2005:5).

Berdasarkan mitologi, semasih bayi berada dalam

kandungan, orangtua diharapkan melakukan pengendalian diri,

fisik maupun secara psikologis. Hal ini dimaksudkan untuk

memberikan perkembangan yang baik terhadap anak. Karena

diyakini, keadaan emosi orangtua dapat mempengaruhi

perkembangan anak semasih dalam kandungan maupun

sesudah lahir. Sikap dan peran orangtua harus menumbuhkan

watak dan akhlak atau budi pekerti yang baik dan kuat pada

anak sebagai dasar untuk meraih berbagai kemampuan dan

prestasi dalam kehidupan. Dalam kehidupan keluarga pulalah

dasar-dasar kehidupan beragama anak diletakkan dan

Page 23: MODEL - Kemdikbud

18

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

ditumbuhkembangkan. Rasa cinta tanah air akan sendirinya lahir

dari proses pendidikan di keluarga.

Sikap dan peran orangtua harus menumbuhkan watak

dan akhlak atau budi pekerti yang baik dan kuat pada anak

sebagai dasar untuk meraih berbagai kemampuan dan prestasi

dalam kehidupan. Dalam kehidupan keluarga pulalah dasar-

dasar kehidupan beragama anak diletakkan dan

ditumbuhkembangkan. Rasa cinta tanah air akan sendirinya lahir

dari proses pendidikan di keluarga

b. Peran Orangtua Sebagai Pendidik Yang Utama dan Pertama

Pendidikan yang utama berada dalam lingkungan

keluarga .Pendidikan orangtua terhadap anak akan sangat

berpengaruh terhadap perkembangan anak.Oleh sebab itu

untuk mencetak anak yang dapat menjadi penyejuk mata dan

pembahagia jiwa, orangtua harus memberi perhatian optimal

sejak dini dan yang lebih penting adalah orang tua harus

menjadikan dirinya sebagai teladan selaku orang yang paling

dekat dengan kehidupan anak.

Keberhasilan suatu pendidikan sering dikaitkan dengan

kemampuan para orang tua dalam hal memahami anak sebagai

individu yang unik, dimana setiap anak dilihat sebagai individu

yang memiliki potensi-potensi yang berbeda satu sama lain

namun saling melengkapi dan berharga. Mungkin dapat

Page 24: MODEL - Kemdikbud

19

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

diibaratkan sebagai bunga-bunga aneka warna di suatu taman

yang indah, mereka akan tumbuh dan merekah bersama.

Selama rentang usia dini seorang anak memerlukan

pembinaan/ pendidikan yang sangat bijak, bukan karena mereka

merupakan harapan seluruh anggota keluarga melainkan lebih

cenderung kepada pertimbangan bahwa usia dini merupakan

puncak peniruan segala bentuk perilaku dan tutur kata yang

terjadi di sekelilingnya. Itulah sebabnya mengapa segenap

anggota keluarga khususnya orang tua (ayah dan ibu) berperan

membentuk moral dan perilaku (akhlak) anak.Yang paling

penting adalah keteladanan kedua orang tua dalam bertutur dan

berperilaku santun serta berperilaku disiplin sesuai dengan

norma-norma kehidupan dalam masyarakat menjadi contoh

nyata bagi putra-putri mereka. Perhatian yang optimal dari orang

tua terhadap gerak-gerik dan aktivitas anak sangat

dibutuhkan.Peran orang tua sebagai peletak dasar-dasar

kedisiplinan dalam jiwa anak adalah sesuatu yang bersifat

mutlak dan tak tergantikan, sehingga orangtua harus menjadi

guru dan pembimbing yang penuh kasih sayang bagi anak-anak

(dalam Rimm, 2003).

Para pakar mengingatkan, bahwa pendidikan yang salah

pada usia dini akan berdampak negatif terhadap perkembangan

anak di masa depan. Orangtua adalah ujung tombak dalam

Page 25: MODEL - Kemdikbud

20

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

pendidikan anak di usia emasnya, karena mereka jauh lebih

dekat, punya waktu cukup dan mengenali karakter anak.

Keluarga mesti paham, perkembangan anak masing-masing

tidak selalu sama. Anak berkembang secara bertahap, anak

bukan produk "instan". Anak berkembang dari waktu ke waktu,

baik segi fisik, psikologi, sosial, maupun spiritual.

Suatu kenyataan bahwa orang tua merupakan guru dan

perpustakaan yang pertama dan utama bagi anaknya (dalam

Sumiarti:123). Jika anak telah masuk ke dalam suatu lembaga

pendidikan maka orang tua merupakan mitra kerja terdekat bagi

guru. Bahkan sebagai orang tua masih banyak lagi peran yang

lain yang mau atau tidak peran itu harus dilakukan walaupun

tidak secara optimal.

Peran yang dimaksud antara lain sebagai guru, teman

main, kakak, adik, bahkan juga sebagai dokter juga sebagai ahli

gizi. Peran-peran tersebut yang dilakukan baik secara langsung

maupun tidak langsung kesemuanya dapat membantu stimulasi

pertumbuhan dan perkembangan awal bagi anak walaupun

belum tentu dilakukan secara optimal tetapi minimal dapat

menjadi dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan awal anak

menuju pada tahap berikutnya.

Pendidikan dan Pengasuhan menjadi sangat penting

karena hubungan sosial yang dibangun orangtua akan

Page 26: MODEL - Kemdikbud

21

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

membentuk sudut pandang terhadap dirinya sendiri dan

lingkungannya.. Pendidikan dan pengasuhan yang baik berfokus

pada pemberian bantuan kepada anak untuk dapat terintegrasi

dengan baik di lingkungan rumah maupun sekolahnya dengan

membantu mengajarkan anak akan tanggung jawab sosial yang

harus diembannya (Hughoghi, 2004).

Orangtua, memegang peran penting untuk menciptakan

lingkungan tersebut guna merangsang segenap potensi anak

agar dapat berkembang secara maksimal. Pada dasarnya anak-

anak sebagai generasi yang unggul tidak akan tumbuh dengan

sendirinya.anak senang meniru, karena salah satu proses

pembentukan tingkah laku anak adalah diperoleh dengan cara

meniru. maka orang tua dan guru dituntut untuk bisa

memberikan contoh-contoh keteladanan yang nyata akan hal-hal

yang baik, termasuk perilaku bersemangat dalam mempelajari

hal-hal baru.. Anak memerlukan lingkungan yang subur yang

sengaja diciptakan untuk memungkinkan potensi yang dimiliki

dapat tumbuh dengan optimal. Orang tua, hendaknya tidak

selalu hanya memaksakan kehendaknya terhadap anak-anak,

namun secara rendah hati tetap harus menerima gagasan-

gagasan anak yang tampaknya aneh dan tak lazim. Anak-anak

yang dihargai cenderung akan terhindar dari berbagai masalah

psikologis serta akan tumbuh dan berkembang secara lebih

Page 27: MODEL - Kemdikbud

22

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

optimal sehingga pada akhirnya nanti mereka akan lebih siap

dalam menghadapi berbagai masalah dan tantangan-tantangan

di masa depannya kelak.

Setiap orangtua adalah guru pertama bagi anak –

anaknya yang berarti orang tua sangat memegang peranan

penting dalam kehidupan anak baik di dunia juga di akhirat kelak.

c. Keterlibatan Orangtua di Lembaga PAUD

Henderson dan Berla dalam Brewer menemukan bahwa

ketika orangtua terlibat dalam kegiatan sekolah anak mereka,

anak mendapatkan nilai yang lebih tinggi, kehadiran yang lebih

baik, memiliki sikap dan tingkah laku yang lebih positif,

menyelesaikan sekolah di tingkat lanjutan dengan rangking yang

lebih tinggi, dan lebih mungkin untuk diterima di perguruan tinggi.

Implikasi keterlibatan orangtua di lembaga PAUD

terhadap pendidik merupakan satu dari aturan bagi pendidik

yang ingin membangun hubungan yang baik dengan orangtua

anak. Orangtua yang telah diberi label “sulit dijangkau” –

biasanya mereka yang memiliki pendidikan formal yang terbatas

– sering diasumsikan memiliki perhatian yang sedikit terhadap

pendidikan anaknya.

Swick dan McKnight (1989) menemukan sejumlah ciri-ciri

pada guru TK yang sangat mendukung keterlibatan orangtua,

termasuk menjadi anggota perkumpulan profesional dan

Page 28: MODEL - Kemdikbud

23

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

mengikuti filosofi yang berorientasi pada perkembangan; mereka

juga menemukan bahwa dukungan tenaga kependidikan

terhadap keterlibatan orangtua adalah penting. Galinsky (1988)

menemukan bahwa pendidik yang memiliki pendidikan lebih

tinggi dan juga adalah orangtua. Maka itu lebih memungkinkan

untuk memiliki persepsi positif terhadap orangtua, juga

menjelaskan bahwa bukanlah menjadi orangtua yang mengantar

pada persepsi positif tapi “kemampuan menempatkan diri

pendidik pada posisi/tempat orangtua dan kemampuan untuk

bersikap empati”. Jika pendidik merasa keterlibatan orangtua

adalah penting, maka akan bekerja untuk mengatasi kendala-

kendala yang dianggap dapat membuat orangtua untuk terlibat.

Beberapa orang percaya bahwa tugas pendidik untuk

melibatkan orangtua dalam kegiatan di sekolah, meskipun

orangtua anak sudah tertarik terhadap pengalaman sekolah anak

itu sendiri. Sehingga beberapa orangtua secara total sangat

bertanggungjawab terhadap pendidikan anaknya dan membuat

komitmen untuk mendidik anak mereka di rumah.

Keterlibatan orangtua di sekolah dapat memberikan

keuntungan bagi anak mereka. Sehingga pendidik perlu

memberikan informasi khusus tentang mengapa keterlibatan

orangtua itu penting. Sebagai contoh, pendidik sering

menyarankan orangtua untuk senantiasa membacakan sesuatu

Page 29: MODEL - Kemdikbud

24

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

kepada anak mereka tapi tidak menjelaskan kepada orangtua

mengapa membaca akan membantu anak mengenal aksara

dengan lebih mudah. Orangtua yang memiliki informasi tersebut

jauh lebih memungkinkan untuk terlibat.

Salah satu tanggungjawab pendidik adalah menjaga

hubungan dengan orangtua anak. Sebagian besar pendidik

menginginkan orangtua terlibat, tapi sebagian mungkin memiliki

pandangan yang sempit tentang bagaimana keterlibatan

orangtua tersebut. Karr dan Landerholm (1991) dalam Brewer

menyatakan dengan baik tujuan keterlibatan orangtua, yaitu

“program tersebut harus memenuhi kebutuhan orangtua yang

mereka layani daripada menuntut orangtua memenuhi

kebutuhan program”. Akan tetapi melibatkan orangtua dan

lembaga PAUD secara kreatif untuk menjalankan program.

Seorang pendidik dapat merencanakan berbagai

pertemuan dan kegiatan untuk orangtua, kemudian

mengantisipasi kendala-kendala yang mungkin membuat

orangtua sulit untuk berpartisipasi. Dengan memberikan

orangtua berupa kartu laporan, dimana orangtua melaporkan

kegiatan anak di rumah (seperti menulis surat ke keluarga,

membantu menyiapkan hidangan, belajar bagaimana

menggunakan suatu alat, dan merencanakan kegiatan pada

waktu dan hari yang berbeda, atau pertemuan di ruangan yang

Page 30: MODEL - Kemdikbud

25

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

kondusif untuk berkomunikasi, menggunakan anak sebagai tuan

rumah, melaksanakan program penghargaan sehingga setiap

anak mendapatkan perghargaan untuk sesuatu hal.

Pendidik mempersiapkan pedoman observasi bagi

orangtua yang dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan

orangtua itu sendiri sehingga dapat melihat beberapa aspek

penting yang terkait pada program kegiatan observasi/kunjungan

mereka dan pertemuan orangtua dan pendidik menjadi jauh lebih

sukses setelah orangtua telah melihat program berjalan.

Orangtua yang datang untuk mengamati program dan

partisipasi anak mereka haruslah diundang untuk menjadwalkan

sebuah pertemuan sehingga bakat atau minat dan perhatian

terhada anak dapat didiskusikan.

Terkadang, orangtua yang tak dapat datang ke sekolah

pada pagi atau siang hari, pendidik atau orangtua dapat

diundang untuk berkunjung sore harinya.Dan anakpun dapat

datang juga dan terlibat dalam beberapa kegiatan yang biasa

dilakukan oleh sekolah sehingga orangtua dapat belajar lebih

banyak tentang apa yang anak mereka lakukan di sekolah.

Benson dan Martin (Brewer, 2007) merekomendasikan

tujuh prinsip dalam mendorong keterlibatan orangtua:

1. Fokus pada kesuksesan dan unjuk kerja (prestasi) anak

Page 31: MODEL - Kemdikbud

26

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

2. Mengirimkan informasi personal kepada orangtua, yaitu

informasi khusus tentang anak mereka yang terkait dengan

orangtua.

3. Ketika memungkinkan, libatkan keluarga besarnya (di luar

keluarga inti) untuk mendukung anak.

4. Selalu memberikan undangan kepada orangtua

5. Melibatkan staf lembaga PAUD dan relawan dari orangtua

secara kreatif untuk menjalankan program

6. Mengkoordinasikan rencana dengan staf, orangtua, dan

pendidik.

7. Memikirkan cara lain untuk membuat orangtua merasa

diterima dalam kelas, seperti menyajikan makanan,

menyiapkan kartu nama, penggantian biaya transportasi,

pertemuan di tempat lain yang mudah diakses seperti pusat

masyarakat, merencanakan kegiatan pada waktu dan hari

yang berbeda, pertemuan di ruangan yang kondusif untuk

berkomunikasi, menggunakan anak sebagai tuan rumah.

Merupakan tanggungjawab bagi pendidik untuk menjaga jalur komunikasi

dengan orangtua tetap terbuka. Komunikasi dengan orangtua dapat dibagi

menjadi dua kategori:

1. Komunikasi tentang program

2. Komunikasi tentang individu anak.

Page 32: MODEL - Kemdikbud

27

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

Pertemuan orangtua, buletin, dan telepon adalah jalan

komunikasi, tapi hal tersebut dipakai lebih kepada membicarakan

tentang individu anak daripada tentang program. Kunjungan

rumah, orangtua berkunjung ke sekolah, buku pegangan

sekolah, surat dan catatan, dan seorang pendidik yang siap

dengan informasi tertulis tentang sumber masyarakat akan

memenuhi metode komunikasi yang disebutkan di atas dan

menjaga orangtua untuk tetap mendapatkan informasi tentang

program sekolah. Keller (2004) melaporkan bahwa pendidik

menghabiskan sekitar dua jam setiap minggu untuk

berkomunikasi dengan orangtua.

Cattermole dan Robinson (1985) bertanya pada orangtua

tentang apa yang mereka pertimbangkan sebagai bentuk

komunikasi paling efektif yang mereka terima dari sekolah.

Pilihan pertama mereka adalah informasi yang mereka terima

dari anak-anak mereka – diikuti oleh buletin sekolah, kartu

laporan, konferensi/pertemuan orangtua dan pendidik,

berkunjung ke sekolah, catatan atau telepon dari pendidik, dan

pertemuan resmi serta kontak informal dengan teman.

Page 33: MODEL - Kemdikbud

28

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

BAB III

KARAKTERISTIK MODEL

A. Gambaran Model

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD

dan Keluarga) adalah merupakan model pendidikan keorangtuaan,

yang menyinambungkan pendidikan di lembaga PAUD dengan

pendidikan anak usai dini dalam keluarga. Orangtua anak diberikan

pembekalan dan kegiatan mengenai PAUD sehingga pembelajaran

yang diterima anak di lembaga PAUD dapat pula dilanjutkan oleh

orangtua di rumah sehingga terjadi sinkronisasi antara program di

lembaga PAUD dengan pembinaan yang diterima anak di keluarganya

masing-masing.

Kata “Assisompungeng” itu sendiri berasal dari bahasa Bugis

yang berarti “kesinambungan”.

Dengan adanya program yang diselenggarakan untuk orangtua

anak - baik berupa kegiatan di rumah maupun kegiatan orangtua di

lembaga PAUD -maka diharapkan akan terjadi kesamaan persepsi

antara orangtua dan pendidik dalam menghadapi dan mendidik anak.

Kesinambungan ini diharapkan dapat menyatukan persepsi

pendidik/pengelola PAUD dan orangtua (keluarga) tentang konsep

pendidikan anak usia dini, pertumbuhan/perkembangan dan stimulasi

Page 34: MODEL - Kemdikbud

29

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

anak usia dini, komunikasi dan pengasuhan anak usia dini, serta

kesehatan dan gizi anak usia dini, sehingga pendidikan anak usia dini

dapat dilaksanakan dengan baik, di lembaga PAUD maupun dalam

keluarga.

Orangtua yang dimaksud dalam lingkungan keluarga anak

adalah orang-orang dewasa yang ada di sekitar anak yaitu mencakup

orangtua anak itu sendiri, pengasuh, kakek dan nenek, serta orang

dewasa lainnya yang serumah dengan anak.

Selama ini orangtua dan lembaga PAUD adalah dua institusi

yang terpisah dalam mendidik anak. Orangtua menyerahkan anaknya

untuk dibina di lembaga PAUD pada pagi hari dan pada siang hari

pendidik melepaskan anak kepada orangtuanya. Di lembaga PAUD,

anak dididik berdasarkan kebijakan dan filosofi yang dianut oleh

lembaga PAUD, di sisi lain, anak pun dididik di rumah oleh keluarganya

dengan caranya masing-masing. Hal ini sering kali menyebabkan anak

mendapatkan pembelajaran yang berbeda antara apa yang anak

dapatkan di lembaga PAUD dan apa yang anak dapatkan dalam

keluarga. Maka model ini mencoba untuk menjembatani antara

pembinaan orangtua dengan pembinaan lembaga PAUD dalam

mendidik anak, dengan cara melibatkan orangtua dalam kegiatan di

lembaga PAUD sehingga terjadi kesinambungan program antara

lembaga PAUD dan keluarga.

Page 35: MODEL - Kemdikbud

30

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

Keunggulan yang dimiliki oleh model ini diantaranya, yaitu:

1. Menyinambungkan program pembinaan anak di lembaga PAUD

dan di keluarga.

2. Menyelaraskan program pembinaan anak di lembaga PAUD dan di

keluarga.

3. Melibatkan orangtua dalam program pembinaan anak di lembaga

PAUD sehingga orangtua turut merasa bertanggungjawab dan

dilibatkan dalam menyukseskan tujuan pembinaan anak usia dini.

Adapun model secara ringkas dapat dilihat seperti

digambarkan pada halaman sebelah.

Page 36: MODEL - Kemdikbud

31

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

B. Komponen Model

MODEL PENDIDIKAN KEORANGTUAAN YANG

MENYINAMBUNGKAN PENDIDIKAN DI LEMBAGA PAUD DAN

KELUARGA

- Observasi Kegiatan

- Sudut/Sentra Orangtua

- Pertemuan Berkala

- Surat dan Catatan

Kunjungan Pendidik di

Rumah

Program Anak Usia

Dini yg

Berkesinambungan

& Selaras

ANAK USIA

DINI YANG:

SEHAT

CERDAS

KOMPETITIF

RUMAH

- Orangtua

- Kakek & nenek

- Kakak

- Pengasuh, dll

LEMBAGA PAUD

- Pendidik

- Pengelola

Page 37: MODEL - Kemdikbud

32

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

B. Komponen Model

Komponen dalam pengembangan model ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Peserta

Peserta pada model ini adalah orangtua yang memiliki anak yang

sedang mengikuti program pendidikan pada kelompok bermain.

2. Pendidik/Pendamping

Dalam menerapkan model ini maka pendidik PAUD lebih berfungsi

sebagai mitra pendamping bagi orangtua dalam mendidik dan

menghadapi anak. Pendidik PAUD merencanakan dan

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan orangtua anak.

3. Penyelenggara/Pengelola

Penyelenggara/pengelola pada model ini diharapkan dari unsur:

- UPTD/SKB

- Lembaga PAUD yang berminat

- Organisasi/lembaga kompeten lainnya

4. Sarana Prasarana

a. Bahan ajar yang diberikan kepada orangtua tentang:

- Konsep dasar PAUD

- Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini

- Pengasuhan anak dalam keluarga

- Komunikasi anak usia dini

- Perawatan, gizi, dan kesehatan anak usia dini

Page 38: MODEL - Kemdikbud

33

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

b. Media/alat peraga yang dapat mengembangkan kemampuan

dan keterampilan orangtua dalam menumbuhkembangkan

kemampuan anak, sesuai dengan kebutuhan tema yang

sedang berlangsung.

c. Buku-buku dengan berbagai topik tentang anak usia dini,

panduan cara membuat APE, dan lain-lain yang ditempatkan di

sentra orangtua.

d. Tempat belajar adalah lembaga PAUD yang menerapkan

model ini atau tempat lainnya yang menjadi kesepakatan

antara pendidik/pengelola dan orangtua anak, serta rumah

para orangtua yang menjadi sasaran model.

5. Program

Kegiatan-kegiatan yang dapat melibatkan orangtua, di antaranya:

a. Profil lembaga PAUD

b. Pertemuan berkala

c. Kunjungan rumah

d. Pengamatan/Observasi

e. Sentra orangtua

f. Surat dan catatan (kartu penghubung)

Ketujuh kegiatan tersebut diuraikan sebagaimana di bawah ini.

Page 39: MODEL - Kemdikbud

34

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

a. Profil Lembaga Paud

Profil lembaga PAUD khususnya berguna dalam

memberikan informasi dasar tentang program di lembaga

PAUD. Profil tersebut hendaknya memuat (Bundy 1991):

- Kalender pendidikan

- Jadwal belajar setiap hari

- Sentra yang disediakan

- Daftar nama pendidik dan pengelola (mungkin dengan profil

singkat dari setiap staf)

- Aturan perayaan ulang tahun di lembaga PAUD

- Prosedur dalam menghadapi keadaan darurat

- Pernyataan filosofi lembaga PAUD

- Tata tertib

- Informasi lainnya yang bermanfaat bagi orangtua.

Profil lembaga PAUD ini dapat diberikan secara gratis kepada

orangtua yang berminat mendaftarkan anaknya ke lembaga

PAUD. Profil tersebut utamanya disediakan pada saat tahun

ajaran baru.

b. Pertemuan Berkala

Page 40: MODEL - Kemdikbud

35

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

- Pertemuan berkala dimulai dengan pertemuan umum antara

pihak lembaga PAUD dan orangtua. Undangan atau

penyampaian informasi tentang pertemuan tersebut

diberikan pada saat orangtua mengembalikan formulir

pendaftaran.

- Pada pertemuan umum tersebut dijelaskan mengenai

rencana-rencana pembelajaran yang akan diberikan kepada

anak selama satu tahun ke depan atau setidaknya selama

satu semester ke depan.

- Sosialisasi tentang adanya program yang diselenggarakan

oleh lembaga PAUD yang melibatkan orangtua dalam

pembinaan anak di lembaga PAUD, seperti pertemuan

berkala para orangtua, kunjungan rumah pendidik ke

rumah anak, mengobservasi kegiatan anak di lembaga

PAUD, sentra orangtua, surat dan catatan (kartu

penghubung) pendidik kepada orangtua, serta penggunaan

telekomunikasi dalam berkomunikasi dengan orangtua

anak.

- Pertemuan berkala dilakukan secara periodik sekali dalam

sebulan atau sesuai kesepakatan dengan orangtua.

Pertemuan berkala diisi dengan sharing informasi/materi

bahan ajar kepada orangtua tentang: (1) Konsep dasar

PAUD; (2) Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini;

Page 41: MODEL - Kemdikbud

36

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

(3) Pengasuhan anak dalam keluarga; (4) Komunikasi anak

usia dini; (5) Perawatan, gizi, dan kesehatan anak usia dini;

serta Tingkat pencapaian perkembangan anak

- Materi-materi bahan ajar tersebut diberikan secara bertahap,

untuk menambah wawasan mereka tentang PAUD. Dengan

demikian diharapkan ada persamaan persepsi tentang

bagaimana mendidik dan menghadapi anak sehingga tak

terjadi pertentangan antara didikan di lembaga PAUD dan di

rumah.

- Sharing informasi mengenai materi bahan ajar dapat

dilakukan oleh pamong belajar atau sumber lainnya yang

berkompeten.

- Dalam pertemuan tersebut dapat dibahas mengenai apa

yang akan dan telah diberikan pada anak, serta apa yang

diharapkan orangtua lakukan di rumah.

c. Kunjungan Rumah

Meskipun tidak umum, kunjungan rumah masih

merupakan alat yang penting untuk menjalin hubungan yang

solid antara orangtua dan pendidik. Beberapa orangtua jauh

lebih nyaman di rumah sendiri daripada di sekolah. Akan tetapi,

pendidik haruslah sensitif terhadap kenyataan bahwa beberapa

orangtua mungkin merasa tidak nyaman dan terganggu

menerima kunjungan rumah dari pendidik, untuk sejumlah

Page 42: MODEL - Kemdikbud

37

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

alasan. Dalam kunjungan rumah dapat diperoleh informasi

mengenai anak, orangtua, dan lingkungan rumah anak.

Konsekuensinya adalah kunjungan rumah membutuhkan

investasi waktu dan tenaga. Kunjungan rumah ini dapat

dilakukan minimal sekali selama anak menjadi peserta didik di

lembaga PAUD.

Jika kunjungan rumah dapat diatur sebelum sekolah

dimulai, anak dan pendidik dapat saling kenal secara

perseorangan sebelum memiliki hubungan satu sama lain

dalam bentuk kelompok. Orangtua juga akan menghargai

pertemuan dengan pendidik sebelum sekolah dimulai dan

memiliki suatu kesempatan untuk bertanya tentang program di

lembaga PAUD dan mendiskusikan harapannya bagi anak-

anak mereka.

Kunjungan rumah dapat berjalan efektif jika pendidik

merencanakan dan menyiapkannya. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam kunjungan rumah adalah:

1. Jadwalkan kunjungan rumah dengan baik sebelumnya.

Kirimkan surat untuk mengingatkan tentang jadwal

kunjungan rumah. Informasikan kepada orangtua berapa

lama kunjungan yang ingin dilakukan oleh pendidik.

Upayakan datang dan pulang tepat waktu.

Page 43: MODEL - Kemdikbud

38

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

2. Yakinkan bahwa orangtua mengetahui tujuan kunjungan

rumah dan orangtua untuk tidak perlu memberikan persiapan

khusus untuk kunjungan rumah pendidik.

3. Jadilah tamu yang ramah. Jika orangtua menawarkan

makanan dan minuman, terimalah dengan sopan. Hormatilah

orangtua sebagai tuan rumah.

4. Janganlah membuat penilaian yang cepat terhadap

lingkungan rumah anak. Jika lingkungan fisik tidak sesuai

dengan bayangan pendidik tentang sebuah rumah,

janganlah langsung menyimpulkan bahwa rumah tersebut

bukanlah lingkungan yang baik buat anak.

5. Bersiaplah untuk membicarakan program dan rencana

pendidik terhadap anak dalam sikap informal. Pendidik

hendaknya mendengarkan, bertanya, dan mendengar lebih

banyak.

Pendidik dapat membawa sesuatu saat mereka

berkunjung, seperti bahan untuk membuat papan nama anak,

kamera untuk memfoto anak, album foto kegiatan tahun-tahun

sebelumnya, boneka, puzzle kayu, buku yang dapat

dikembalikan ke kelas nantinya, atau kertas dan krayon untuk

menggambar. Membawa sesuatu yang dapat membuka

kegiatan berbagi informasi dan peluang untuk observasi

(Johnston dan Mermin 1995).

Page 44: MODEL - Kemdikbud

39

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

Juga berguna bagi pendidik untuk membawa lembar

informasi untuk orangtua yang berisi nama dan nomor telepon

pendidik, kalender pendidikan yang telah diberi tanda pada hari

libur dan kegiatan khusus, informasi tentang makanan ringan

jika orangtua akan memberikannya kepada anak, dan daftar

peraturan tentang perayaan ulangtahun dan tentang membawa

sesuatu untuk dibagikan ke sekolah.

Pendidik dapat juga membawa daftar bahan-bahan

atau barang-barang bekas yang dibutuhkkan di lembaga PAUD

seperti karton, kotak makanan, berbagai macam mor dan baut,

tempat makan bayi, kuas cat bekas, potongan kayu, tutup botol,

majalah bekas, dan lain sebagainya.

Selama kunjungan rumah, pendidik dapat

mendiskusikan minat dan kebutuhan khusus anak, masalah

kesehatan atau alergi yang pendidik perlu waspadai, dan

harapan orangtua terhadap anak di lembaga PAUD. Jika

memungkinkan, pendidik dapat pula berdiskusi tentang

bagaimana orangtua dapat terlibat dalam program. Orangtua

mungkin ingin tahu mengenai latar belakang, diklat, dan

pengalaman pendidik. Pendidik seharusnya bersiap untuk

mendiskusikan program, bagaimana keputusan dibuat dalam

hal apa yang akan dipelajari anak, dan bagaimana ia

merencanakan untuk menegakkan masalah disiplin.

Page 45: MODEL - Kemdikbud

40

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

Jika pendidik tak dapat mengunjungi dua atau tiga

orangtua di rumah, maka pendidik dapat mengundang mereka

dalam pertemuan khusus di lembaga PAUD, dimana ia berbagi

informasi apa yang ingin disampaikan pada kunjungan rumah.

Kieff (1990) menemukan bahwa orangtua lebih menyukai

pertemuan dengan pendidik dalam kelompok kecil. Orangtua ini

tak merasa nyaman dalam pertemuan orangtua dalam jumlah

banyak dan formal.

Hubungan yang nyata antara lembaga PAUD dan

orangtua adalah sangat mungkin jika kedua belah pihak

percaya bahwa pihak lain memiliki sesuatu yang berharga

untuk dibawa ke dalam hubungan tersebut, bahwa tujuan

umumnya adalah untuk kepentingan anak, dan bahwa ada rasa

untuk berbagi tanggungjawab (Workman dan Gage, 1997).

d. Observasi Orangtua

Orangtua dapat dilibatkan dalam mengamati anak

mereka dalam berkegiatan di lembaga PAUD. Lembaga PAUD

dapat mengirimkan undangan khusus kepada setiap orangtua

untuk datang ke sekolah pada hari yang telah ditentukan.

Undangan diberikan beberapa minggu sebelum pertemuan

dimulai. Dalam undangan dijelaskan bahwa jika orangtua tak

dapat datang pada hari tersebut, maka mereka dapat datang

kapan saja.

Page 46: MODEL - Kemdikbud

41

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

Orangtua dapat diundang untuk berkunjung saat anak

terlibat dalam kegiatan kelompok sehingga mereka dapat

mengamati tingkah anak mereka dalam kegiatan berkelompok.

Daripada melihat anak dalam pertunjukan, disarankan untuk

meminta orangtua berkunjung saat anak terlibat dalam kegiatan

formal di kelas, seperti menyanyi, memainkan alat musik, atau

bermain peran. Kegiatan ini tak menuntut anak untuk berlatih

akan tetapi sangat memungkinkan bagi orangtua untuk merasa

nyaman akan kemampuan anak-anak mereka.

Pendidik dapat mempersiapkan pedoman observasi

untuk orangtua (terlampir) sehingga mereka dapat melihat

beberapa aspek penting terkait program selama kunjungan

mereka.

Hal-hal yang perlu menjadi perhatian pendidik dalam

pengamatan orangtua ini adalah:

- Mengumpulkan semua informasi (seperti penilaian, contoh

pekerjaan anak, portofolio, catatan anekdot, ceklis, dan lain

sebagainya)

- Mengundang orangtua untuk mengemukakan perubahan-

perubahan yang teramati sejak pertemuan terakhir; catatlah

komentar-komentar tersebut.

- Bagilah informasi yang terkumpul kepada orangtua

Page 47: MODEL - Kemdikbud

42

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

- Mintalah masukan dari orangtua terkait dengan tujuan

pembelajaran untuk periode pembelajaran berikutnya.

- Berterimakasih kepada orangtua untuk perhatian dan

pengamatannya

e. Sentra Orangtua

Sentra orangtua merupakan tempat berkumpulnya

orangtua anak selama menunggu anaknya mengikuti kegiatan

di lembaga PAUD. Sebuah sentra orangtua di sudut ruang

kelas dapat membantu orangtua untuk merasa bahwa mereka

penting dan dibutuhkan.

Sebuah meja dan papan tulis kecil di dinding juga perlu

untuk disiapkan di sentra orangtua tersebut. Orangtua dapat

menggunakan papan tulis tersebut untuk saling berkomunikasi.

Pendidik dapat memajang foto orangtua saat bekerjasama

dengan anak atau saat membuat sesuatu atau permainan di

kelas, mengumumkan kegiatan-kegiatan yang diminati

keluarga, menulis benda-benda/bahan-bahan yang dibutuhkan

di kelas, dan lain sebagainya.

Menyediakan buku-buku sebagai perpustakaan mini

untuk orangtua, fotokopi artikel dan buku yang mungkin

berguna bagi orangtua, pamflet, majalah, dan brosur berbagai

topik, dan bahan bacaan lainnya, dapat disediakan di sentra

orangtua. Epstein (1991) menyatakan bahwa membuat ruang

Page 48: MODEL - Kemdikbud

43

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

untuk orangtua merupakan komponen penting dalam program

keterlibatan orangtua.

f. Surat dan Catatan (Kartu Penghubung)

Surat, catatan, maupun kartu penghubung antara

pendidik dan orangtua merupakan salah satu komunikasi yang

dapat dilakukan. Orangtua akan menghargai surat yang

memberikan informasi tentang program sekolah dan khususnya

tentang anak mereka. Pendidik dapat mengirimkan surat yang

isinya diantaranya dapat berupa saran kepada orangtua yang

dapat mereka lakukan di rumah untuk melengkapi apa yang

telah dipelajari anak di sekolah. Menambahkan catatan pribadi

tentang anak pada catatan kaki surat membuat hal ini bahkan

lebih efektif. Catatan singkat yang memberikan informasi

tentang kemajuan anak adalah cara penting untuk membiarkan

orangtua mengetahui apa yang menjadi perhatian pendidik

terhadap anak-anak mereka.

Setiap hari (atau waktu-waktu tertentu) pendidik

memberikan catatan kepada orangtua melalui anak yang berisi

catatan tentang tema dan kegiatan yang diberikan kepada anak

pada hari itu dan orangtua diharapkan untuk memberikan

stimulasi kepada anak terkait dengan kegiatan anak hari itu

sehingga terjadi kesinambungan pembelajaran di lembaga

PAUD dan di rumah.

Page 49: MODEL - Kemdikbud

44

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

Catatan haruslah selalu positif. Sebuah catatan yang

menyatakan “Dino berhasil mengikat tali sepatunya hari ini”

atau “Nina berhasil membaca buku hingga selesai secara

mandiri” akan membantu orangtua merasa bahwa pendidik

tetap berkomunikasi dengan mereka. Hendaknya pendidik

mencatat daftar orangtua dan tanggal berapa mereka

mengirimkan catatan kepada masing-masing orangtua. Jika

memungkinkan lembaga PAUD dapat memiliki kertas catatan

yang sudah tercetak dengan kalimat seperti “Berita Gembira”.

Contoh kartu penghubung seperti terlampir.

Di samping itu, buku catatan – atau “buku penghubung”

- tersebut dapat pula diisi dengan gambaran kegiatan yang

dilakukan anak di lembaga PAUD, dan orangtua diharapkan

meneruskan stimulasi di rumah yang selaras dengan apa yang

diterima anak di lembaga PAUD hari itu.

Berikut petunjuk untuk mempersiapkan komunikasi

tertulis yang efektif untuk orangtua (D’Angelo dan Adler, 1991):

1. Tulislah kalimat yang pendek. Cobalah menuliskan

sepuluh kata atau kurang dari sepuluh, dan janganlah

pernah membiarkan mereka untuk menuliskan lebih dari

dua puluh kata.

2. Tulislah paragraf pendek. Cobalah menuliskan paragraf

sekitar enam baris saja.

Page 50: MODEL - Kemdikbud

45

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

3. Gunakan kata-kata yang mudah. Jadikan kata-kata yang

pendek, familiar menjadi kata-kata yang mewakili maksud

pendidik. Gunakan kata-kata atau istilah teknis hanya

ketika kata-kata tersebut yang akan dapat

menggambarkan pesan secara akurat.

4. Langsung ke tujuan. Nyatakan langsung tujuan pesan

Anda dan hindari informasi yang tak relevan.

5. Tulislah sesuatu dengan urutan yang logis. Formula

“siapa, apa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana”

akan sangat membantu.

6. Jelas dan berhati-hatilah dengan kata-kata seperti

kelihatannya, mungkin, barangkali, umumnya, dan

biasanya. Berikan gambaran yang jelas tentang apa yang

pendidik ingin katakan.

7. Langsung. Berbicaralah kepada setiap pembaca.

Katakanlah “Anda diharapkan” atau “mohon lakukan”

daripada “orangtua seharusnya”.

8. Gunakanlah kalimat aktif lebih sering daripada kalimat

pasif, tempatkanlah subyek di awal kalimat. Contoh,

tulislah “Mohon ditandatangani dan kembalikan surat

persetujuan jika Anda ingin anak Anda pergi ke kebun

binatang” daripada “Surat persetujuan harus

Page 51: MODEL - Kemdikbud

46

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

ditandatangani oleh orangtua agar anak dapat mengikuti

perjalanan ke kebun binatang”.

9. Pendidik supaya mengenali audiens. Pendidik agar

bertanya pada dirinya, untuk siapakah catatan/surat itu

ditulis, dan seberapa baikkah pembaca memahaminya?

Jika pendidik tak yakin, ujikan surat/catatan tersebut

kepada beberapa orang yang mewakili target pembaca

pendidik. Jika ragu, asumsikan bahwa setidaknya terdapat

beberapa pembaca yang kurang bisa memahaminya.

10. Pendidik supaya mengenali diri sendiri. Pendidik agar

menjadi dirinya sendiri. Tulislah sebagaimana pendidik

berbicara, dan tulislah untuk mengekspresikan – bukan

untuk menarik kesan.

11. Tulislah dan tulislah kembali. Tulislah sebuah konsep,

kemudian bacalah lagi. Seberapa panjangkah kalimatnya?

Seberapa banyakkah kata-kata yang pendidik gunakan?

Adakah istilah teknis yang tak dijelaskan? Apakah

pendidik menggunakan jargon atau singkatan yang

pembaca mungkin tak mengerti? Dapatkah pendidik

mengatakan hal yang sama dengan lebih jelas, lebih

singkat dan jelas, atau lebih menarik? Minta pula pada

orang lain untuk membaca apa yang pendidik tulis.

Kemudian tulislah kembali.

Page 52: MODEL - Kemdikbud

47

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

Pembelajaran bagi Anak

Kegiatan di lembaga PAUD dilaksanakan setiap hari

melalui kegiatan belajar melalui bermain, pembelajaran tetap

mengacu pada standar tingkat pencapaian anak yang

tercantum pada Permen No. 58 tahun 2009. Kemudian

kegiatan dilanjutkan di rumah oleh orangtua (keluarga),

menyesuaikan tema yang sedang berlangsung di lembaga

PAUD. Secara umum program pembelajaran, yaitu:

a) Pengembangan bidang pembentukan perilaku

Nilai moral agama (mengenal ciptaan Tuhan, sikap,

moral)

Sosio emosional (sosial bermasyarakat, disiplin, suka

dan duka)

b) Pengembangan bidang kemampuan dasar

Kognitif (pengenalan lingkungan, kebutuhan)

Bahasa (komunikasi, identitas diri, konsep bentuk,

bilangan, warna dan letak)

Fisik/motorik kasar dan halus (gerakan jasmani dan

keterampilan, keseimbangan, kelincahan, kecepatan,

kelenturan, koordinasi mata dan tangan dan ketepatan,

melipat, menggambar/melukis, menggenggam,

menggunting dan menjahit).

Page 53: MODEL - Kemdikbud

48

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

6. Evaluasi

Evaluasi terhadap program keterlibatan orangtua dalam

PAUD dilakukan bersama oleh pendidik, pengelola serta orangtua

anak. Evaluasi dapat dilakukan pada pertemuan berkala orangtua

dengan mendengar masukan-masukan dari orangtua.

Adapun evaluasi terhadap anak seperti biasa dilakukan

oleh pendidik.

7. Pendanaan

Biaya-biaya yang dibutuhkan untuk menerapkan model ini

adalah biaya untuk:

a. Honor narasumber

b. Honor penyelenggara

c. Biaya operasional

d. Dan lain-lain

8. Hasil Belajar

Setelah orangtua anak terlibat dalam program PAUD maka

diharapkan orangtua dapat:

a. Memahami tentang:

Konsep dasar PAUD

Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini

Pengasuhan anak dalam keluarga

Komunikasi anak usia dini

Perawatan, gizi, dan kesehatan anak usia dini

Page 54: MODEL - Kemdikbud

49

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

b. Semakin menumbuhkan kesadaran akan pentingnya

keterlibatan mereka dalam pendidikan anak mereka.

C. Indikator Keberhasilan Model

Indikator keberhasilan pada pengembangan model ini dalam

bentuk: keterlibatan orang tua yang ditujukan untuk menjalin

kesinambungan pendidikan dan pengasuhan terhadap pengelola dan

pendidik PAUD di lembaga PAUD dan orangtua di lingkungan

keluarga, adalah:

a. Terciptanya kesinambungan pendidikan di lembaga PAUD dan

keluarga.

b. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan orangtua tentang

PAUD

c. Meningkatnya keinginan orangtua untuk terlibat dalam program

PAUD di lembaga PAUD.

d. Adanya dukungan orangtua dan peran keluarga sebagai lembaga

pendidikan yang pertama dan utama bagi anak usia dini yang

berkualitas

Page 55: MODEL - Kemdikbud

50

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

BAB IV

P E N U T U P

Tujuan utama Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yaitu

membentuk anak Indonesia yang berkualitas, hal ini dapat terwujud

jika semua pihak, pemerintah dan masyarakat serta pemangku

kepentingan lainnya ikut terlibat.

Diperlukan kesadaran serta program terpadu yang melibatkan

masyarakat/keluarga dan pemerintah untuk menjadikan pelaksanaan

PAUD sebagai gerakan nasional.

Mengingar sangat strategisnya posisi orangtua sebagai

pendidik utama dan pertama dalam tumbuh kembangnya anak, maka

dianggap perlu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan

kesadaran orangtua agar mampu mewujudkan lingkungan keluarga

yang positif yang dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan

anak secara optimal sesuai dengan perkembangan anak baik dalam

aspek fisik, mental, intelektual, sosial maupun emosional anak.

Pendidikan Anak Usia Dini yang menyinambungkan pendidikan

di lembaga PAUD dan orangtua di lingkungan keluarga, diharapkan

dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

Page 56: MODEL - Kemdikbud

51

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Andri Priyatna. (2011). Parenting for Character Building, penerbit PT Elex

Media komputindo, Jakarta

Andyda Meliala. (2012). Successful Parenting. Penerbit By Pass, Bogor.

Buletin PADU Edisi 02. (2002), Otak Anak dan Pendidikan Budi Pekerti, Proyek Pengembangan Anak Usia Dini Pusat

Corel Seefeldt & Barbara A Wasik. (2008). Pendidikan Anak Usia Dini

Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat dan Lima Tahun Masuk Sekolah, penerbit PT Indeks, Jakarta.

Diah Ayuningsih. (2010). Psikologi Perkembangan Anak Pola Pendidikan

Sesuai Karakter & Kepribadian Anak . Jakarta

Depdikbud. (1991). Bina Keluarga Balita. Proyek Peningkatan Peranan Wanita , Jakarta

Depdiknas. (2003). Buletin PAUD: Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini. Jakarta:

Dirjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.

Direktorat Pengembangan Ketahanan Keluarga Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional. (2004). Pemberdayaan Keluarga melalui Bina Keluarga Balita. Bagian Proyek Keserasian Kebijakan PADU. Jakarta

Feeney, Stephanie. dkk. 2006. Who Am I in the Lives of Children?

Pearson Education, Inc. New Jersey Iva Noorleila. (2010). Panduan Lengkap Mengajar PAUD. Kreatif Mendidik

dan Bermain Bersama Anak, Penerbit Pinus Book Publisher, Yogyakarta.

Ratih Zimmer Ganda Setiawan. (2011). Mendesain Karakter Anak Melalui

Sensorimotor. Penerbit Libri, Jakarta.

Tim Canesa Sains Bandung. (2001). Kamus Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Penerbit Penabur Ilmu, Bandung.

Page 57: MODEL - Kemdikbud

52

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga)

Tahun 2012

Umi Kultum. (2011). Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis PAIKEM. Penerbit Gena Pratama Pustaka, Surabaya.

Page 58: MODEL - Kemdikbud

53

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga) Tahun 2012

Lampiran 1

TINGKAT PENCAPAIAN PERKEMBANGAN KELOMPOK USIA 2 – ≤ 4 TAHUN

Kurikulum yang digunakan mengacu pada Permen No.58 tahun 2009 dengan

memperhatikan lingkup pencapaian perkembangan anak yang sesuai dengan tingkat usia

anak.

No Lingkup

Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan

2 – <3 tahun 3 – <4 tahun

I

Nilai-nilai

Agama dan

Moral

Merespons hal-

hal yang terkait

dengan nilai

agama dan moral.

1. Mulai meniru gerakan

berdoa/ sembah- yang

sesuai dengan agamanya.

2. Mulai meniru doa pendek

sesuai dengan agamanya.

3. Mulai memahami kapan

mengucapkan salam,

terima kasih, maaf, dsb.

1. Mulai memahami

pengertian

2. perilaku yang berlawanan

meskipun belum selalu

dilakukan seperti

pemahaman perilaku baik-

buruk, benar salah, sopan-

tidak sopan.

3. Mulai memahami arti

kasihan

4. dan sayang kepada

ciptaanTuhan.

II.

Motorik

A. Motorik Kasar

1. Berjalan sambil berjinjit.

2. Melompat ke depan dan

kebelakang dengan dua

kaki.

3. Melempar dan menangkap

bola.

4. Menari mengikuti irama.

5. Naik-turun tangga atau

tempat yang lebih tinggi/

rendah dengan

berpegangan.

1. Berlari sambil membawa

sesuatu yang ringan (bola).

2. Naik-turun tangga atau

tempat yang lebih tinggi

dengan kaki bergantian.

3. Meniti di atas papan

yangcukup lebar.

4. Melompat turun dari

ketinggian kurang lebih

20cm(di bawah tinggi lutut

anak).

5. Meniru gerakan senam

sederhana seperti

menirukan gerakan pohon,

kelinci melompat).

B. Motorik Halus

1. Meremas kertas atau kain

dengan menggerakkan

lima jari.

1. Menuang air, pasir, atau

bijibijian

2. ke dalam tempat

Page 59: MODEL - Kemdikbud

54

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga) Tahun 2012

2. Melipat kertas meskipun

belum rapi/ lurus.

3. Menggunting kertas tanpa

pola.

4. Koordinasi jari tangan

cukup baik untuk

5. memegang benda pipih

seperti sikat gigi, sendok

penampung

(mangkuk,ember).

3. Memasukkan benda kecil

ke dalam botol (potongan

lidi, kerikil, biji-bijian).

4. Meronce manik-manik yang

tidak terlalu kecil dengan

benang yang agak kaku.

5. Menggunting kertas

mengikuti pola garis lurus.

III.

Kognitif

A. Mengenal

pengetahuan

umum.

1. Menyebut bagian-bagian

suatu gambar seperti

gambar wajah orang,

mobil,

2. binatang, dsb.

3. Mengenal bagian-bagian

tubuh (lima bagian).

1. Menemukan/mengenali

bagian yang hilang dari

suatu pola gambar seperti

pada gambar wajah orang,

mobil, dsb.

2. Menyebutkan berbagai

nama makanan dan rasanya

(garam, gula atau cabai).

3. Memahami perbedaan

antara dua hal dari jenis

yang sama seperti membeda

kan antara buah rambutan

dan pisang;

4. perbedaan antara ayam dan

kucing.

B. Mengenal

konsep ukuran,

bentuk, dan pola

1. Memahami konsep ukuran

(besar-kecil,

panjangpendek).

2. Mengenal tiga macam

bentuk ( , , ).

3. Mulai mengenal pola.

1. Menempatkan benda dalam

urutan ukuran (paling

kecilpaling besar).

2. Mulai mengikuti pola tepuk

tangan.

3. Mengenal konsep banyak

dan sedikit

IV.

Bahasa

A. Menerima

Bahasa

1. Hafal beberapa lagu anak

sederhana.

2. Memahami cerita/dongeng

sederhana.

3. Memahami perintah

sederhana seperti letakkan

mainan di atas meja, ambil

mainan dari dalam kotak.

1. Pura-pura membaca cerita

bergambar dalam buku

2. dengan kata-kata sendiri.

3. Mulai memahami dua

perintah yang diberikan

bersamaan contoh: ambil

4. mainan di atas meja lalu

berikan kepada ibu

Page 60: MODEL - Kemdikbud

55

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga) Tahun 2012

pengasuh atau pendidik.

B.

Mengungkapkan

Bahasa.

Menggunakan kata Tanya

dengan tepat (apa, siapa,

bagaimana, mengapa,

dimana).

1. Mulai menyatakan

keinginan dengan

mengucapkan kalimat

sederhana (saya ingin main

bola)

2. Mulai menceritakan

pengalaman yang dialami

dengan cerita sederhana.

V.

Sosial-Emosional

Mampu

mengendalikan

emosi

1. Mulai bisa

mengungkapkan ketika

ingin buang air kecil dan

buang air besar.

2. Mulai memahami hak

orang lain (harus antri,

menunggu giliran).

3. Mulai menunjukkansikap

berbagi, membantu ,

bekerja bersama.

4. Menyatakan perasaan

terhadap anak lain (suka

dengan teman karena baik

hati, tidak suka karena

nakal, dsb.).

5. Berbagi peran dalam suatu

permainan (menjadi

dokter, perawat, pasien

penjaga toko atau

pembeli).

1. Mulai bisa melakukan

buang air kecil tanpa

bantuan.

2. Bersabar menunggu giliran.

3. Mulai menunjukkan sikap

toleran sehingga dapat

bekerja dalam kelompok.

4. Mulai menghargai orang

lain.

5. Bereaksi terhadap hal-hal

yang dianggap tidak benar

(marah apabila diganggu

atau

diperlakukan berbeda).

6. Mulai menunjukkan

ekspresi menyesal ketika

melakukan kesalahan.

Page 61: MODEL - Kemdikbud

56

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga) Tahun 2012

TINGKAT PENCAPAIAN PERKEMBANGAN KELOMPOK USIA 4 – ≤ 6 TAHUN

No Lingkup

Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan

Usia 4 - <5 tahun Usia 5 - ≤6 tahun

I.

Nilai-nilai

Agama dan

Moral

1. Mengenal Tuhan melalui

agama yang dianutnya.

2. Meniru gerakan

beribadah.

3. Mengucapkan doa

sebelum dan/atau sesudah

melakukan sesuatu.

4. Mengenal perilaku

baik/sopan dan buruk.

5. Membiasakan diri

berperilaku baik.

6. Mengucapkan salam dan

membalas salam.

1. Mengenal agama yang

dianut.

2. Membiasakan diri

beribadah.

3. Memahami perilaku mulia

(jujur, penolong, sopan,

4. hormat, dsb).

5. Membedakan perilaku baik

dan buruk.

6. Mengenal ritual dan hari

besar agama.

7. Menghormati agama orang

lain.

II.

Fisik

A. Motorik

Kasar

1. Menirukan gerakan

binatang,pohon tertiup

angin, pesawat terbang,

dsb.

2. Melakukan gerakan

menggantung

(bergelayut).

3. Melakukan gerakan

melompat, meloncat, dan

berlari secara

terkoordinasi

4. Melempar sesuatu secara

terarah

5. Menangkap sesuatu secara

tepat

6. Melakukan gerakan

antisipasi

7. Menendang sesuatu secara

terarah

8. Memanfaatkan alat

permainan di luar kelas,

keseimbangan, dan

kelincahan.

1. Melakukan gerakan tubuh

secara terkoordinasi untuk

melatih kelenturan,

2. Melakukan koordinasi

gerakan kaki-tangan-kepala

dalam menirukan tarian

atau senam.

3. Melakukan permainan fisik

dengan aturan.

4. Terampil menggunakan

tangan kanan dan kiri.

5. Melakukan kegiatan

kebersihan diri.

Page 62: MODEL - Kemdikbud

57

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga) Tahun 2012

B. Motorik

Halus

1. Membuat garis vertikal,

horizontal, lengkung

2. kiri/kanan, miring

kiri/kanan, dan lingkaran.

3. Menjiplak bentuk.

4. Mengkoordinasikan mata

dan tangan untuk

melakukan gerakan yang

rumit.

5. Melakukan gerakan

manipulatif untuk

menghasil kan suatu bentuk

dengan menggunakan

berbagai media.

6. Mengekspresikan diri

dengan berkarya seni

menggunakan berbagai

media

1. Menggambar sesuai

gagasannya.

2. Meniru bentuk.

3. Melakukan eksplorasi

dengan berbagai media dan

kegiatan.

4. Menggunakan alat tulis

dengan benar.

5. Menggunting sesuai dengan

pola.

6. Menempel gambar dengan

tepat.

7. Mengekspresikan diri

melalui gerakan

menggambar secara detail.

C. Kesehatan

Fisik

1. Memiliki kesesuaian antara

usia dengan berat badan.

2. Memiliki kesesuaian antara

usia dengan tinggi badan.

3. Memiliki kesesuaian antara

tinggi dengan berat badan.

1. Memiliki kesesuaian antara

usia dengan berat badan.

2. Memiliki kesesuaian antara

usia dengan tinggi badan.

3. Memiliki kesesuaian antara

tinggi dengan berat badan.

III

Kognitif

A. Pengetahuan

umum dan sains

1. Mengenal benda

berdasarkan fungsi (pisau

2. untuk memotong, pensil

untuk menulis).

3. Menggunakan benda-benda

sebagai permainan

simbolik (kursi sebagai

mobil).

4. Mengenal gejala

sebabakibat yang terkait

dengan dirinya.

5. Mengenal konsep

sederhana dalam kehidupan

sehari-hari (gerimis, hujan,

gelap, terang, temaram,

dsb).

6. Mengkreasikan sesuatu

1. Mengklasifikasi benda

berdasarkan fungsi.

2. Menunjukkan aktivitas

yang bersifat eksploratif

dan menyelidik (seperti: apa

yang terjadi ketika air

ditumpahkan).

3. Menyusun perencanaan

kegiatan yang akan

dilakukan.

4. Mengenal sebab-akibat

tentang lingkungannya

(angin bertiup

menyebabkan daun

bergerak, air dapat

menyebabkan sesuatu

menjadi basah.)

Page 63: MODEL - Kemdikbud

58

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga) Tahun 2012

sesuai dengan idenya

7. sendiri. sederhana dalam

kehidupan sehari-hari.

5. Menunjukkan inisiatif

dalam memilih tema

permainan (seperti: ”ayo

kita bermain pura-pura

seperti burung”).

6. Memecahkan masalah

B. Konsep

bentuk,

warna, ukuran

dan

pola

1. Mengklasifikasikan benda

berdasarkan bentuk atau

warna atau ukuran.

2. Mengklasiifikasikan benda

ke dalam kelompok yang

sama atau kelompok yang

sejenis atau kelompok

yang berpasangan dengan

2 variasi.

3. Mengenal pola AB-AB

dan ABC-ABC.

4. Mengurutkan benda

berdasarkan 5 seriasi

ukuran atau warna.

1. Mengenal perbedaan

berdasarkan ukuran: “lebih

2. dari”; “kurang dari”; dan

“paling/ter”.

3. Mengklasifikasikan benda

berdasarkan warna, bentuk,

dan ukuran (3 variasi)

4. Mengklasifikasikan benda

yang lebih banyak ke dalam

kelpk yg sama atau kelpk

yg sejenis, atau kelompok

berpasangan yang lebih dari

2 variasi.

5. Mengenal polABCDABCD.

6. Mengurutkan benda

berdasarkan ukuran dari

7. paling kecil ke paling besar

atau sebaliknya.

C. Konsep

bilangan,

lambang

bilangan

dan huruf

1. Mengetahui konsep

banyak dan sedikit.

2. Membilang banyak benda

satu sampai sepuluh.

3. Mengenal konsep

bilangan.

4. Mengenal lambang

bilangan.

5. Mengenal lambang huruf.

1. Menyebutkan lambing

bilangan 1-10.

2. Mencocokkan bilangan

dengan lambang bilangan.

3. Mengenal berbagai macam

lambang huruf vokal

4. dan konsonan.

IV

Bahasa

A. Menerima

bahasa

1. Menyimak perkataan

orang lain (bahasa ibu

atau bahasa lainnya).

2. Mengerti dua perintah

yang diberikan

bersamaan.

1. Mengerti beberapa perintah

secara bersamaan.

2. Mengulang kalimat yang

lebih kompleks.

3. Memahami aturan dalam

suatu permainan.

Page 64: MODEL - Kemdikbud

59

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga) Tahun 2012

3. Memahami cerita yang

dibacakan

4. Mengenal perbendaharaan

kata mengenai kata sifat

(nakal, pelit, baik hati,

berani, baik, jelek, dsb.).

B.

Mengungkapkan

Bahasa

1. Mengulang kalimat

sederhana.

2. Menjawab pertanyaan

sederhana.

3. Mengungkapkan perasaan

dengan kata sifat (baik,

4. senang, nakal, pelit, baik

hati, berani, baik, jelek,

dsb.).

5. Menyebutkan kata-kata

yang dikenal.

6. Mengutarakan pendapat

kepada orang lain.

7. Menyatakan alasan

terhadap sesuatu yang

diinginkan atau

ketidaksetujuan.

8. Menceritakan kembali

cerita/dongeng yang

pernah didengar.

1. Menjawab pertanyaan yang

lebih kompleks.

2. Menyebutkan kelompok

gambar yang memiliki

bunyi yang sama.

3. Berkomunikasi secara lisan,

memiliki perbenda haraan

kata, serta mengenal

simbol-simbol untuk

persiapan membaca,

menulis dan berhitung.

4. Menyusun kalimat

sederhana dalam struktur

lengkap (pokok kalimat-

predikat-keterangan).

5. Memiliki lebih banyak

katakata untuk mengeks

presikan ide pada orang

lain.

6. Melanjutkan sebagian

cerita/dongeng yang telah

diperdengarkan.

C. Keaksaraan

1. Mengenal simbol-simbol.

2. Mengenal suara–suara

hewan/benda yang ada di

3. sekitarnya.

4. Membuat coretan yang

bermakna.

5. Meniru huruf.

1. Menyebutkan simbol-

simbol huruf yang dikenal.

2. Mengenal suara huruf awal

dari nama benda-benda

yang ada di sekitarnya.

3. Menyebutkan kelompok

gambar yang memiliki

4. bunyi/huruf awal yang

sama.

5. Memahami hubungan

antara bunyi dan bentuk

huruf.

6. Membaca nama sendiri.

Page 65: MODEL - Kemdikbud

60

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga) Tahun 2012

7. Menuliskan nama sendiri.

V

Sosial emosional

1. Menunjukkan sikap

mandiri dalam memilih

kegiatan.

2. Mau berbagi, menolong,

dan membantu teman.

3. Menunjukan antusiasme

dalam melakukan

permainan kompetitif

secara positif.

4. Mengendalikan perasaan.

5. Menaati aturan yang

berlaku dalam suatu

permainan.

6. Menunjukkan rasa

percaya diri.

7. Menjaga diri sendiri dari

lingkungannya.

8. Menghargai orang lain.

1. Bersikap kooperatif dengan

teman.

2. Menunjukkan sikap toleran.

3. Mengekspresikan emosi

yang sesuai dengan kondisi

yang ada (senang-sedih-

antusias dsb.)

4. Mengenal tata krama dan

sopan santun sesuai dengan

nilai sosial budaya

setempat.

5. Memahami peraturan dan

disiplin.

6. Menunjukkan rasa empati.

7. Memiliki sikap gigih (tidak

mudah menyerah).

8. Bangga terhadap hasil karya

sendiri.

9. Menghargai keunggulan

orang lain.

Page 66: MODEL - Kemdikbud

61

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga) Tahun 2012

Lampiran 2

PEDOMAN OBSERVASI UNTUK ORANGTUA

Nama Orangtua:

Nama Anak :

Selamat Datang di KB Melati

Kami selalu merasa senang mendapatkan kunjungan orangtua dalam program kami. Lembaran ini

dapat menjadi panduan untuk mengamati anak Anda saat ia berinteraksi dengan yang lainnya di

lembaga PAUD. Kami mengharapkan Anda menjadwalkan kesepekatan dengan pendidik untuk

berdiskusi tentang kunjungan Anda. Anda dapat menggunakan bagian manapun dalam format ini,

atau Anda dapat menuliskan di balik lembaran ini beberapa pertanyaan yang ingin Anda tanyakan

pada pendidik nantinya. Silahkan melakukan apapun yang dapat membuat Anda nyaman.

Nikmatilah kunjungan Anda.

Isilah titik-titik di bawah ini dengan apa yang Anda amati.

BAGAIMANA MENURUT ANDA MENGENAI:

Penataan Lingkungan

Di dalam ruangan: …………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………………………...

Di luar ruangan: ……………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………………………………

Kegiatan

Pemilihan waktu kegiatan: ………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………………

Kelompok besar (seluruh anak): ……………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

Kelompok kecil yang dipandu pendidik: ……………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

Page 67: MODEL - Kemdikbud

62

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga) Tahun 2012

Interaksi Sosial

Anak Anda dengan anak lainnya: ……………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………..

Anak Anda dengan orang dewasa …………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………………………………..

Bahan, Peralatan, atau Kegiatan yang Dipilih Anak Anda

…………………………………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………………………………..

Apakah anak Anda menggunakan bahan atau peralatan yang telah diatur/ditentukan untuk dipakai? Atau apakah ia menggunakan bahan atau peralatan tersebut untuk melakukan sebuah permainan? …………………………………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………………………………..

Waktu yang Digunakan Anak Anda dalam Setiap Kegiatan:

………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………….

Jenis Interaksi

Saat Anak Anda berkegiatan sendiri (dimainkan sendiri): ………………………………………...

…………………………………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………………………………..

Saat Anak Anda berkegiatan dalam kelompok kecil (bergabung atau membentuk kelompok

kecil): …………………………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………………………….

Saran

…………………………………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………………………………..…

………………………………………………………………………………………………………..

Pertanyaan

…………………………………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………………………………..

Page 68: MODEL - Kemdikbud

63

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga) Tahun 2012

Lampiran 3

KARTU PENGHUBUNG

Nama Anak: Tanggal:

LAPORAN/ PENGUMUMAN PENDIDIK KESAN/PESAN ORANGTUA

----------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------------------

Paraf Pendidik Paraf Orangtua

( ……………………….) ( ……………………….)

----------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------

Paraf Pendidik Paraf Orang Tua

( ……………………….) ( ……………………….)

Page 69: MODEL - Kemdikbud

64

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga) Tahun 2012

Lampiran 4

LAPORAN PERKEMBANGAN ANAK

(Selama Di Lembaga PAUD)

Semester : ……………………………………………………….

Tema : ……………………………………………………….

Sub Tema : ...........................................................................

Hari/Tgl Perkembangan Anak B C BS Keterangan

Paraf Guru Paraf Orang Tua

Page 70: MODEL - Kemdikbud

65

Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga) Tahun 2012

Lampiran 5

LAPORAN PERKEMBANGAN ANAK

(Selama di Rumah)

Semester : ……………………………………………………….

Tema : ……………………………………………………….

Sub Tema : ...........................................................................

Hari/Tgl Perkembangan Anak B C BS Keterangan

Paraf Guru Paraf Orang Tua