MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

26
MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN KREDITUR (Studi Kasus pada Lembaga Keuangan BUMN / BUMD di Kabupaten Klaten) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Hukum Oleh : LILIK WARSITO NIM : R100 080 060 PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Transcript of MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

Page 1: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG

DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN KREDITUR

(Studi Kasus pada Lembaga Keuangan BUMN / BUMD

di Kabupaten Klaten)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Hukum

Oleh :

LILIK WARSITO

NIM : R100 080 060

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Page 2: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...
Page 3: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

Grosse Model Deed of recognition Debt Creditor Protection in prespective ( A Case study on Financial Intitutions

in the District of Klaten)

ABSTRACT

Lilik Warsito. R. 100 080. 060. Grosse Model Deed of recognition Debt Creditor Protection in prespective ( A Case study on Financial Intitutions in the District of Klaten). Thesis. Study Program of Master Law PostGraduate Program. Muhammadiyah Surakarta University. 2012. The puposes of this study are (1). To know the Implementation of payable Agreement on financial institutions in the District of Klaten; (2). To find out the Guarantee agreement on the implementation of financial institutions in the District of Klaten; (3). To the determine the settlement of debts and receivables if the debtor default on financial institutions in the District of Klaten; (4). To analyze the most Appropriate models for the Grosse Deed of Recognition to protect the interest payable creditors. This research is juridical empiric. Research site is in PT. BRI (Persero) Tbk. Cawas Unit office, the National Credit District Pedan, Klaten Market Bank, Gondangwinangun Pawnshop. Data collection methods used was interviews and Literature study. Analysis of the data used is a qualitative analysis. The result of this study are (1). The implementation of agreements on the lending financial institutions in the District of Klaten with various titles agreements, Namely the Credit Agreement, the Agreement debt and claims, recognition of debt And claims, recognition of debt under the hand, but the essence is the lending agreement, (2). The conduct of the agreement guarantees to financial institutions in the District of Klaten is done the deed and mortgage deed granting fiduciary, but still found that the guarantee agreement is no longer valid, the agreement to transfer ownership of trust (fiduciary / fiduciare). (3). Settlement of payables and receivables if the debtor default on financial institutions in the District of Klaten is still much to be resolved in accordance with the laws do not guarantee/execution of the applicable law, with sales under the hand, re-scheduling, insurance claims, (4). Grosse Model Deed of Acknowledgement of debt to protect the interest of creditors, consisting of two models those are guaranteed to move, and secured with no moving objects. Keyword : the lending agreement, recognition of debt Acknowledgement deed grosse.

Page 4: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG

DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN KREDITUR

(Studi Kasus pada Lembaga Keuangan BUMN/ BUMD di Kabupaten Klaten)

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan asas peradilan sebagaimana ditentukan dalam Undang-

Undang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman bahwa peradilan

dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan. Pada kenyataannya

penyelesaian perkara melalui jalur pengadilan sangat panjang dan banyak tahapan

yang dimungkinkan untuk ditempuh, ini dapat digambarkan sebagai berikut

persidangan di pengadilan negeri, banding di pengadilan tinggi, kasasi dan

peninjauan kembali di Mahkamah Agung, perlawanan di pengadilan negeri.

Pada asasnya penyelesaian sengketa diawali dengan gugatan, akan tetapi

dalam beberapa hal undang-undang menentukan pengecualiannya, dalam arti suatu

sengketa langsung dapat dieksekusi seperti putusan hakim yang telah berkekuatan

hukum tetap, di antaranya adalah grosse akta pengakuan hutang.

Adapun yang menjadi dasar bahwa grosse akta pengakuan hutang dapat

langsung dieksekusi oleh ketua pengadilan negeri, adalah:

1. Perjanjian hutang-piutangnya dibuat dalam bentuk pengakuan sepihak debitur,

karena pengakuan merupakan salah satu alat bukti dalam perkara perdata;

2. Pengakuan hutangnya dinyatakan dalam akta notaris, yang dalam perkara

perdata merupakan bukti wajib bagi hakim, karena akta otentik mempunyai

kekuatan bukti lahir, bukti formil, dan bukti materiil;

Page 5: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

2

3. Akta notaris tersebut dibuat dalam bentuk grosse, yang berkepala “Demi

Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” yang dalam hukum acara

perdata ditentukan mempunyai kekuatan eksekutorial.

Dalam praktek apabila ternyata debitur melakukan wanprestasi,

pengajuan eksekusi oleh kreditur kepada ketua pengadilan negeri dengan

mendasarkan pada grosse akta pengakuan hutang mengalami banyak kendala. Hal

ini terjadi karena adanya perbedaan penafsiran antara pejabat yang berwenang

membuat grosse akta pengakuan hutang (notaris) dengan pejabat yang berwenang

melakukan eksekusi (ketua pengadilan negeri). Keadaan yang demikian itu

berlangsung terus hingga kini, di mana dalam praktek lembaga grosse akta

pengakuan hutang belum mendapat tempat yang semestinya.

Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian ini akan dikaji hal-hal yang

berkaitan dengan perjanjian hutang-piutang dan pada akhirnya akan menawarkan

suatu model grosse akta pengakuan hutang yang mempunyai derajad eksekutorial.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian hutang-piutang pada lembaga keuangan

BUMN / BUMD di Kabupaten Klaten?

2. Bagaimana pelaksanaan perjanjian penjaminan pada lembaga keuangan BUMN

/ BUMD di Kabupaten Klaten?

3. Bagaimana penyelesaian hutang-piutang apabila debitur cidera janji pada

lembaga keuangan BUMN / BUMD di Kabupaten Klaten?

4. Bagaimana model grosse akta pengakuan hutang yang dapat melindungi

kepentingan kreditur?

Page 6: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

3

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pelaksanaan perjanjian hutang-piutang pada lembaga keuangan

BUMN / BUMD di Kabupaten Klaten;

2. Mengetahui pelaksanaan perjanjian penjaminan pada lembaga keuangan BUMN

/ BUMD di Kabupaten Klaten;

3. Mengetahui penyelesaian hutang-piutang apabila debitur cidera janji pada

lembaga keuangan BUMN / BUMD di Kabupaten Klaten;

4. Membuat model grosse akta pengakuan hutang yang dapat melindungi

kepentingan kreditur.

D. Kerangka Teoretis

Menurut Jhering, hukum itu fusi kepentingan, hukum harus berfungsi

ganda, di satu sisi bertugas menjamin kebebasan individu untuk meraih tujuan

dirinya, yakni mengejar kemanfaatan dan menghindari kerugian, di pihak lain,

hukum memikul tugas untuk mengorganisir tujuan dan kepentingan individu agar

terkait serasi dengan kepentingan orang lain. Instansi penyatu kepentingan berupa

perdagangan, masyarakat, dan negara, yang dapat diandalkan membawa keadilan

dan kedamaian (Bernard, 2010: 109).

E. Tinjauan Pustaka

1. Perjanjian Pinjam Meminjam

Menurut pasal 1754 KUH Perdata, perjanjian pinjam-meminjam adalah

perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain

suatu jumlah tertentu barang yang habis karena pemakaian, dengan syarat

Page 7: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

4

bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari

jenis dan mutu yang sama pula. Objeknya adalah barang yang habis karena

pemakaian, dan barang diserahkan dalam kepemilikan peminjam. Dalam

peminjaman uang (hutang-piutang) dapat diperjanjikan dengan bunga.

2. Perjanjian Kredit

Menurut pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perbankan, kredit adalah penyediaan uang, atau tagihan-tagihan, atau

yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain, dalam hal mana pihak

peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu

dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan.

3. Pengakuan Hutang

Pada perjanjian hutang-piutang, debitur telah menerima seluruh uang

pada saat perjanjian disepakati, sedangkan pada perjanjian kredit walaupun

perjanjian telah disepakati akan tetapi debitur baru menerima sebagian saja dari

hutangnya. Sehingga pada perjanjian hutang-piutang, saat itu juga debitur dapat

menuangkan pernyataannya dalam bentuk pengakuan hutang. Hal yang

demikian itu tidak dapat dilakukan pada perjanjian kredit, karena jumlah hutang

saat itu belum sejumlah plafon kredit.

4. Grosse Akta Pengakuan Hutang

Menurut pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004

tentang Jabatan Notaris, grosse akta adalah salah satu salinan akta untuk

pengakuan hutang dengan kepala akta “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa”, yang mempunyai kekuatan eksekutorial. Menurut pasal 55

Page 8: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

5

ayat (2), grosse akta pengakuan hutang yang dibuat di hadapan notaris adalah

salinan akta yang mempunyai kekuatan eksekutorial.

Menurut pasal 224 RIB, surat grosse dari akta hipotik dan surat hutang

yang dibuat di hadapan notaris yang kepalanya memakai irah-irah “Demi

Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” berkekuatan sama dengan

keputusan hakim. Jika surat demikian itu tidak ditepati dengan jalan damai,

maka perihal menjalankannya dilakukan dengan perintah dan pimpinan ketua

pengadilan negeri di mana orang yang berhutang itu bertempat tinggal.

Menurut surat dari Ketua Muda Mahkamah Agung Urusan Lingkungan

Peradilan Umum Bidang Hukum Tertulis nomor 213/299/05/II/Um-Tu/Pdt

tanggal 16 April 1985, nomor 133/154/86/II/Um-Tu/Pdt tanggal 18 Maret 1986,

dan nomor 147/168/86/II/Um-Tu/Pdt tanggal 1 April 1986, perihal fatwa grosse

akta adalah sebagai berikut:

a. Akta pengakuan hutang seperti yang dimaksudkan oleh pasal 224 RIB hanya

dapat dikeluarkan dengan rumusan / isi pengakuan hutang dengan kewajiban

untuk membayar / melunaskan suatu jumlah uang yang tertentu (pasti);

b. Dengan judul Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa;

c. Perjanjian kredit tidak dapat dibuat dalam bentuk pengakuan hutang.

Sehingga pengertian grosse akta adalah salinan akta notaris yang diberi

judul eksekutorial dengan mencantumkan di atas judul akta irah-irah “Demi

Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” dan setelah akhir akta

ditutup dengan kalimat “Diberikan sebagai grosse pertama oleh saya ................

notaris di ................. kepada dan atas permintaan dari ................ pada hari ini

............... tanggal ...............” kemudian ditandatangani notaris.

Page 9: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

6

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah yuridis empiris, yaitu mengkaji pelaksanaan

ketentuan hukum positif pada peristiwa hukum tertentu yang ada di masyarakat.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan studi kasus. Dimana kasus

hukum tersebut dikonsepsikan sebagai peristiwa hukum (perjanjian hutang-

piutang) dan produk hukum (naskah perjanjiannya).

3. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari responden sebagai subjek penelitian, dan didukung

buku referensi, peraturan perundang-undangan.

4. Metode Penentuan Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah lembaga keuangan BUMN / BUMD di

Kabupaten Klaten, meliputi PT. BRI (Persero) Tbk. Kantor Unit Cawas, Badan

Kredit Kecamatan Pedan, Bank Pasar Klaten, Perum Pegadaian

Gondangwinangun.

5. Metode Pengumpulan Data

a. Wawancara, dilakukan kepada pimpinan lembaga keuangan tersebut di atas.

b. Studi Pustaka, berupa buku literatur, majalah, surat kabar, peraturan-

peraturan yang berkaitan.

6. Analisis Data

Berhubung data yang diperoleh berupa data kualitatif yang hampir tidak dapat

diklasifikasikan ke dalam kategori kuantitas, maka analisis datanya

menggunakan analisis kualitatif.

Page 10: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

7

G. Pembahasan

1. Pelaksanaan Perjanjian Hutang-Piutang / Perjanjian Kredit

a. PT. BRI (Persero) Tbk. Kantor Unit Cawas

Setelah penandatanganan perjanjian, uang seluruhnya diserahkan

kepada debitur, perjanjian dibuat di bawah tangan dengan judul Surat

Pengakuan Hutang yang diwaarmerking / dilegalisasi oleh notaris.

Dari hasil analisis atas perjanjian hutang-piutangnya, ditemukan

bahwa perjanjiannya sebagai perjanjian pinjam-meminjam, hak milik atas

objek perjanjian (uang) telah beralih kepada debitur, memenuhi unsur

perjanjian riel, kreditur telah melaksanakan seluruh kewajibannya, debitur

telah menerima seluruh haknya, selanjutnya debitur mempunyai kewajiban

untuk memenuhi seluruh prestasinya. Namun demikian hakikat yang

dikandung dalam pengakuan hutang tersebut masih berupa perjanjian bukan

merupakan pengakuan sepihak dari debitur.

b. Badan Kredit Kecamatan Pedan

Setelah penandatanganan perjanjian, uang seluruhnya diserahkan

kepada debitur, perjanjian dibuat di bawah tangan dengan judul Perjanjian

Kredit yang diwaarmerking oleh notaris.

Dari hasil analisis atas perjanjian hutang-piutangnya, ditemukan

bahwa perjanjiannya sebagai perjanjian pinjam-meminjam, hak milik atas

objek perjanjian (uang) telah beralih kepada debitur, memenuhi unsur

perjanjian riel, kreditur telah melaksanakan seluruh kewajibannya, debitur

telah menerima seluruh haknya, selanjutnya debitur mempunyai kewajiban

Page 11: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

8

untuk memenuhi seluruh prestasinya. Walaupun judul perjanjiannya adalah

perjanjian kredit namun hakikatnya adalah perjanjian hutang-piutang.

c. Bank Pasar Klaten

Setelah penandatangan perjanjian, uang seluruhnya diserahkan kepada

debitur, perjanjian dibuat di bawah tangan dengan judul Perjanjian Kredit

yang dilegalisasi oleh notaris.

Dari hasil analisis atas perjanjian hutang-piutangnya, ditemukan

bahwa perjanjiannya sebagai perjanjian pinjam-meminjam, hak milik atas

objek perjanjian (uang) telah beralih kepada debitur, memenuhi unsur

perjanjian riel, kreditur telah melaksanakan seluruh kewajibannya, debitur

telah menerima seluruh haknya, selanjutnya debitur mempunyai kewajiban

untuk memenuhi seluruh prestasinya. Walaupun judul perjanjiannya adalah

perjanjian kredit namun hakikatnya adalah perjanjian hutang-piutang.

d. Perum Pegadaian Gondangwinangun

Setelah penandatanganan perjanjian, uang seluruhnya diserahkan

kepada debitur, perjanjiannya dibuat di bawah tangan dengan judul

Perjanjian Utang-Piutang Dengan Kuasa Menjual dilegalisasi oleh notaris.

Dari hasil analisis atas perjanjian hutang-piutangnya, ditemukan

bahwa perjanjiannya sebagai perjanjian pinjam-meminjam, hak milik atas

objek perjanjian (uang) telah beralih kepada debitur, memenuhi unsur

perjanjian riel, kreditur telah melaksanakan seluruh kewajibannya, debitur

telah menerima seluruh haknya, selanjutnya debitur mempunyai kewajiban

untuk memenuhi seluruh prestasinya.

Page 12: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

9

2. Pelaksanaan Perjanjian Penjaminan

a. PT. BRI (Persero) Tbk. Kantor Unit Cawas

Penjaminan atas benda bergerak dilakukan dengan Perjanjian

Penyerahan Hak Milik Atas Kepercayaan (Fiducia) dan dibuat Surat Kuasa

Menjual atas benda jaminan, belum dibuat Akta Jaminan Fidusia.

Untuk benda tidak bergerak (hutang sampai dengan Rp. 5.000.000,-

dibuat Surat Kuasa Menjual, hutang lebih dari Rp. 5.000.000,- sampai

dengan Rp. 25.000.000,- dibuat Surat Kuasa Menjual, hutang lebih dari Rp.

25.000.000,- sampai dengan Rp. 50.000.000,- dibuat Surat Kuasa

Membebankan Hak Tanggungan, hutang lebih dari Rp. 50.000.000,- sampai

dengan Rp. 100.000.000,- dibuat Akta Pemberian Hak Tanggungan).

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pembebanan atas benda

bergerak sudah tidak bisa lagi digunakan Perjanjian Penyerahan Hak Milik

Atas Kepercayaan (Fiducia) sehingga harus dengan Akta Jaminan Fidusia.

b. Badan Kredit Kecamatan Pedan

Penjaminan atas benda bergerak dilakukan dengan Perjanjian

Fiduciaire dan dibuat Surat Kuasa Menjual. Untuk benda tidak bergerak

(hutang sampai dengan Rp. 10.000.000,- hanya dibuat Surat Kuasa Menjual,

hutang lebih dari Rp. 10.000.000,- sampai dengan Rp. 30.000.000,- dibuat

Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan, hutang lebih dari Rp.

30.000.000,- dibuat Akta Pemberian Hak Tanggungan).

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pembebanan atas benda

bergerak sudah tidak bisa lagi digunakan Perjanjian Fiduciaire, seharusnya

Page 13: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

10

dengan Akta Jaminan Fidusia. Adanya surat kuasa menjual tersebut tidak

dapat digunakan untuk melakukan penjualan manakala debitur wanprestasi.

c. Bank Pasar Klaten

Untuk benda bergerak (hutang sampai dengan Rp. 10.000.000,

dilakukan dengan Perjanjian Penyerahan Hak Milik Atas Kepercayaan

(Fiducia) dan dibuat Surat Kuasa Menjual, hutang lebih dari Rp. 10.000.000

dilakukan dengan Akta Jaminan Fidusia).

Untuk benda tidak bergerak (hutang sampai dengan Rp. 10.000.000,-

hanya dibuat Surat Kuasa Menjual, hutang lebih dari Rp. 10.000.000,-

sampai dengan Rp. 50.000.000,- dibuat Surat Kuasa Membebankan Hak

Tanggungan, hutang lebih dari Rp. 50.000.000,- dibuat Akta Pemberian Hak

Tanggungan).

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pembebanan atas benda

bergerak sudah tidak bisa lagi digunakan Perjanjian Fiducia, seharusnya

dengan Akta Jaminan Fidusia. Adanya surat kuasa menjual atas tanah

jaminan tersebut tidak dapat digunakan untuk melakukan penjualan

manakala debitur wanprestasi.

d. Perum Pegadaian Gondangwinangun

Untuk hutang sampai dengan Rp. 10.000.000,- dibuat Surat Kuasa

Menjual, hutang lebih dari Rp. 10.000.000,- sampai dengan Rp.

25.000.000,- dibuat Akta Jaminan Fidusia, hutang lebih dari Rp.

25.000.000,- dibuat Akta Jaminan Fidusia dan langsung didaftarkan.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pembebanan atas benda

bergerak masih ditambah surat kuasa menjual, adanya surat kuasa menjual

Page 14: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

11

tersebut tidak dapat digunakan untuk melakukan penjualan manakala debitur

wanprestasi.

3. Penyelesaian Utang-Piutang Apabila Debitur Cidera Janji

a. PT. BRI (Persero) Tbk. Kantor Unit Cawas

Untuk benda bergerak hanya melakukan penagihan saja, tidak

pernah dilakukan penjadwalan ulang. Adanya Surat Kuasa Menjual atas

benda jaminan tidak bisa untuk melakukan penjualan.

Untuk benda tidak bergerak, dalam hal hutang sampai dengan Rp.

5.000.000,- hanya menunggu sampai saat debitur membayar hutangnya

karena Surat Kuasa Menjual tidak bisa untuk melakukan penjualan. Untuk

hutang lebih dari Rp. 5.000.000,- sampai dengan Rp. 25.000.000,- hanya

menunggu sampai saat debitur membayar hutangnya karena Surat Kuasa

Menjual tidak bisa untuk melakukan penjualan. Untuk hutang lebih dari Rp.

25.000.000,- sampai dengan Rp. 50.000.000,- menindaklanjuti SKMHT

pembuatan APHT, sehingga terbit Sertipikat Hak Tanggungan dan hutang

lebih dari Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 100.000.000,- untuk

selanjutnya mengajukan permohonan lelang ke Kantor Pelayanan Kekayaan

Negara dan Lelang Surakarta dengan mendasarkan pada Sertipikat HT.

b. Badan Kredit Kecamatan Pedan

Untuk benda bergerak hanya melakukan penagihan saja, tidak

pernah dilakukan penjadwalan ulang. Adanya Surat Kuasa Menjual tidak bisa

untuk melakukan penjualan.

Untuk benda tidak bergerak, dalam hal hutang sampai dengan Rp.

10.000.000,- hanya menunggu sampai saat debitur membayar hutangnya

Page 15: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

12

karena Surat Kuasa Menjual tidak bisa untuk melakukan penjualan. Untuk

hutang lebih dari Rp. 10.000.000,- sampai dengan Rp. 30.000.000,- tidak

menindaklanjuti Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan ke pembuatan

Akta Pemberian Hak Tanggungan, namun menyarankan agar debitur menjual

tanah jaminan kepada calon pembeli yang disepakati debitur. Untuk hutang

lebih dari Rp. 30.000.000,- walaupun ada Sertipikat Hak Tanggungan, namun

tidak menindaklanjuti dengan pengajuan pelelangan, tetapi menyarankan

agar debitur menjual tanah jaminan kepada calon pembeli yang disepakati

debitur.

c. Bank Pasar Klaten

Untuk benda bergerak, tidak menindaklanjuti Akta Jaminan Fidusia

dan Sertipikat Jaminan Fidusia dan Surat Kuasa Menjual, akan tetapi hanya

menunggu sampai debitur melunasi hutangnya.

Untuk benda tidak bergerak, dalam hal hutang sampai dengan Rp.

10.000.000,- hanya menunggu sampai saat debitur membayar hutangnya

karena Surat Kuasa Menjual tidak bisa untuk melakukan penjualan. Untuk

hutang lebih dari Rp. 10.000.000,- sampai dengan Rp. 50.000.000,- dan

hutang lebih dari Rp. 50.000.000,- menindaklanjuti SKMHT ke pembuatan

APHT, sehingga terbit Sertipikat Hak Tanggungan, selanjutnya mengajukan

pelelangan ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Surakarta.

d. Perum Pegadaian Gondangwinangun

Apabila debitur wanprestasi akan dilakukan klaim asuransi kredit ke

PT. Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo). Sampai saat ini belum pernah

melakukan eksekusi / pelelangan benda jaminan.

Page 16: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

13

4. Model Grosse Akta Pengakuan Hutang Yang Dapat Melindungi Kepentingan

Kreditur

Dengan mendasarkan hasil penelitian tersebut di atas, peneliti

mengajukan dan menawarkan suatu model grosse akta pengakuan hutang yang

mempunyai kekuatan eksekutorial, yang dapat melindungi kepentingan kreditur.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

------------------------------------- Pengakuan Hutang ----------------------------------

----------------------------------------- Nomor:01 ------------------------------------------

Pada hari ini, Kamis, tanggal 26-05-2011 (dua puluh enam Mei dua ribu

sebelas), pukul 11:00 (sebelas) waktu Indonesia bagian barat, menghadap kepada

saya, WASKITHO WICAKSONO, Sarjana Hukum, notaris di Klaten, dengan

dihadiri oleh para saksi yang saya, notaris, kenal dan akan disebutkan pada

bagian akhir akta ini:------------------------------------------------------------------------

I. Tuan Haji ABDULLAH, Sarjana Hukum, lahir di Klaten, pada tanggal 08-

12-1966 (delapan Desember seribu sembilan ratus enam puluh enam), Warga

Negara Indonesia, Wiraswasta, bertempat tinggal di Kabupaten Klaten

(Jantirejo Rukun Tetangga 012 Rukun Warga 006, Desa Sidowayah,

Kecamatan Polanharjo)-----------------------------------------------------------------

dalam melakukan perbuatan hukum ini telah mendapat persetujuan dan

bertindak bersama isterinya, yaitu:-------------------------------------------------

Nyonya Hajjah ISTIQOMAH, Sarjana Ekonomi, lahir di Klaten, pada

tanggal 18-11-1969 (delapan belas November seribu sembilan ratus enam

puluh sembilan), Warga Negara Indonesia, Ibu rumah tangga, bertempat

tinggal di Kabupaten Klaten (Jantirejo Rukun Tetangga 012 Rukun Warga

Page 17: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

14

006, Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo),--------------------------------

Untuk selanjutnya disebut Pihak Pertama atau Debitur.---------------------------

II. Nyonya ERNI INDRAYANI, Sarjana Hukum, lahir di Klaten, pada tanggal

18-10-1970 (delapan belas Oktober seribu sembilan ratus tujuh puluh),

Warga Negara Indonesia, Karyawati, bertempat tinggal di Kabupaten Klaten

(Tambakboyo Rukun Tetangga 010 Rukun Warga 002, Desa Tambakboyo,

Kecamatan Pedan)----------------------------------------------------------------------

menurut keterangannya dalam hal ini bertindak dalam jabatannya sebagai

Direktur Perusahaan Daerah yang akan disebut, dan berdasarkan ketentuan

pasal 11 ayat (6) juncto pasal 11 ayat (4) butir a Anggaran Dasarnya, untuk

dan atas nama Direksi, serta sah mewakili PERUSAHAAN DAERAH

BADAN KREDIT KECAMATAN KARANGDOWO berkedudukan di

Kecamatan Karangdowo, Kabupaten Klaten, dan berkantor pusat di Jalan

Patimura nomor 3.-----------------------------------------------------------------------

Untuk selanjutnya disebut Pihak Kedua atau Kreditur. ---------------------------

Para penghadap saya, notaris, kenal.-------------------------------------------------

Pihak Pertama sebagai Debitur secara tanggung renteng menerangkan dengan

ini mengaku telah berhutang kepada PERUSAHAAN DAERAH BADAN

KREDIT KECAMATAN KARANGDOWO tersebut di atas (untuk

selanjutnya cukup disebut BKK) uang sejumlah Rp.30.000.000,- (tiga puluh

juta rupiah) yaitu berdasarkan uang yang dipinjam dan diterimanya dari

BKK, untuk keperluan menambah modal kerja perusahaannya.-----------------

Pihak Pertama sebagai Debitur secara tanggung renteng berjanji serta

sanggup untuk:---------------------------------------------------------------------------

Page 18: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

15

a. Membayar kembali kepada BKK, hutang pokok yakni jumlah uang yang

dipinjamnya itu, dengan angsuran bulanan yang banyaknya, besarnya,

waktu, cara, dan tempat pembayaran ditentukan lebih lanjut sebagaimana

tercantum di bawah ini; -----------------------------------------------------------

b. Membayar kepada BKK, bunga sebesar 2,5% (dua koma lima prosen)

tiap bulannya dari hutang pokok tersebut, terhitung mulai hari ini dan

harus dibayar bersama-sama dengan pembayaran hutang pokok tersebut;

c. Membayar kepada BKK, provisi sebesar Rp.300.000,- (tiga ratus ribu

rupiah) dan harus dibayar secara tunai dan seketika pada saat pengakuan

hutang ini ditandatangani.---------------------------------------------------------

Terhadap pengakuan hutang ini dilangsungkan dengan syarat-syarat dan

ketentuan-ketentuan sebagai berikut: -----------------------------------------------

----------------------------------------------- Pasal 1 -----------------------------------

Semua pembayaran berdasarkan Pengakuan Hutang ini yang meliputi

hutang pokok, bungannya, atau biaya-biaya lainnya yang wajib dibayar

debitur kepada BKK, harus dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: --

a. Pembayaran dilakukan dengan angsuran bulanan selama 12 (dua belas)

kali angsuran secara berturut-turut, dan tiap-tiap angsuran sebesar

Rp.2.750.000,- (dua juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) tiap

bulannya dan harus dibayar sebelum atau selambat-lambatnya pada

tanggal 26 (dua puluh enam) tiap bulannya, dan untuk pertama kali

sebelum atau selambat-lambatnya pada tanggal 26-06-2011 (dua puluh

enam Juni dua ribu sebelas) dan begitu selanjutnya sebulan kemudian,

sampai lunas; ----------------------------------------------------------------------

Page 19: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

16

b. Pembayaran dilakukan dengan cara menyerahkan uang tunai di

kantornya BKK atau kuasanya dengan menerima bukti pembayaran dari

BKK. -------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------- Pasal 2 -----------------------------------

Apabila debitur tidak membayar hutangnya, bunganya, biaya-biaya lainya

pada waktu, tempat, dan cara yang ditetapkan sebagaimana tersebut di atas,

maka dianggap debitur telah cidera janji (wanprestasi) disebabkan melampui

waktu yang telah ditetapkan di atas, sedangkan kealpaan itu tidak perlu

dinyatakan lebih lanjut baik dengan surat juru sita maupun cara lain yang

semacam itu. ---------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------ Pasal 3 ---------------------------------

Hutang ini seluruhnya termasuk bunganya dapat ditagih dengan seketika dan

harus dibayar pada waktu itu juga dengan sekaligus, apabila: ------------------

(1). Debitur mengalpakan untuk membayar hutangnya termasuk bunganya

dengan angsuran bulanan pada waktu, tempat, dan cara tersebut di atas;

(2). Debitur digugat / dituntut untuk membayar kepada pihak lain di depan

pengadilan; -----------------------------------------------------------------------

(3). Barang-barang debitur disita oleh pengadilan atau instansi lainnnya; ----

(4). Debitur dinyatakan pailit, jatuh di bawah pengampuan, atau meninggal

dunia; ------------------------------------------------------------------------------

(5). Debitur tidak memenuhi salah satu atau lebih dari syarat-syarat dan

ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Pengakuan Hutang ini. -----

-------------------------------------------------- Pasal 4 --------------------------------

Page 20: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

17

Biaya penagihan yang akan dikeluarkan oleh karena debitur tidak membayar

hutangnya dan atau bunganya dengan betul termasuk biaya untuk teguran

(somasi), biaya kuasa dari BKK yang diserahi penagihan itu harus dipikul

dan dibayar oleh debitur. -------------------------------------------------------------

----------------------------------------------- Pasal 5 ----------------------------------

Sebagai jaminan untuk pembayaran sebagaimana mestinya dari segala apa

yang berdasarkan Pengakuan Hutang ini dihutang oleh debitur, baik hutang

pokok, bunganya, termasuk biaya penagihan, dan denda-dendanya apabila

debitur tidak membayar hutangnya dengan benar, maka Debitur selaku

Penjamin: -------------------------------------------------------------------------------

akan memberikan Jaminan Fidusia sebagaimana yang dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, sampai

jumlah penjaminan yang akan ditetapkan BKK dan dengan syarat-syarat

serta ketentuan-ketentuan yang lazim dibuat untuk jaminan fidusia, atas

sebuah sepeda motor / mobil: --------------------------------------------------------

Nomor polisi: AD 4838 SV, Nomor rangka: MH1NFG00VVK464030,

Nomor mesin: NFGE-1466226, Merk / tipe : Honda / Accord Cielo,

Warna: Hitam, Tahun pembuatan: 1997, Nomor Buku Pemilik

Kendaraan Bermotor: 6258910 -----------------------------------------------

akan menyetujui dibuat Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan dan

atau Akta Pemberian Hak Tanggungan yang akan dibuat di hadapan notaris

dan atau Pejabat Pembuat Akta Tanah sebagaimana yang dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah

Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, atas sebidang tanah: -

Page 21: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

18

Hak Milik Nomor: 1342/Tambak, Surat Ukur Nomor:

00237/Tambak/1995, Tanggal 06-01-1995 (enam Januari seribu

sembilan ratus sembilan puluh lima), Luas: 200 M2 (dua ratus meter

persegi), Pemegang hak atas nama: Tuan Haji ABDULLAH, Sarjana

Hukum, tersebut di atas, Terletak di: Propinsi Jawa Tengah,

Kabupaten Klaten, Kecamatan Karangdowo, Desa Tambak. ------------

Demikian berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang sekarang

sudah ada atau di kemudian hari akan didirikan / ditanam di atas tanah

tersebut, yang menurut sifatnya, tujuannya, atau ketentuan undang-

undang dianggap sebagai benda tidak bergerak. ---------------------------

----------------------------------------------- Pasal 6 -----------------------------------

Apabila debitur terlambat untuk membayar lunas seluruh kewajibannya

kepada BKK selambat-lambatnya pada tanggal 26-06-2012 (dua puluh enam

Juni dua ribu dua belas) maka debitur dikenakan denda sebagai kerugian

yang tidak dapat dikurangkan sebesar 50% (lima puluh prosen) dari suku

bunga untuk tiap hari terlambatnya pembayaran, denda mana harus dibayar

dengan seketika dan sekaligus hanya oleh karena debitur tidak membayar

hutangnya pada tanggal tersebut, dengan tidak perlu menyatakan kesalahan

debitur lebih lanjut baik dengan surat jurusita maupun dengan cara lain yang

semacam itu. ---------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------- Pasal 7 --------------------------------

Biaya-biaya yang akan timbul berkaitan dengan Pengakuan Hutang ini wajib

dipikul dan dibayar oleh debitur. ----------------------------------------------------

-------------------------------------------------- Pasal 8 --------------------------------

Page 22: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

19

Sebagai akibat dari pengakuan hutang ini para pihak memilih domisili

hukum di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Kabupaten Klaten,

namun demikian tidak menutup kewenangan pengadilan negeri lain yang

mempunyai yurisdiksi terhadap barang jaminan, maupun terhadap diri

debitur. ----------------------------------------------------------------------------------

BKK menerangkan dengan ini menerima Pengakuan Hutang debitur dengan

syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan tersebut. -----------------------------------

-------------------------------------- DEMIKIAN AKTA INI -----------------------

dibuat dan diselesaikan di Klaten, pada hari, tanggal, dan jam seperti

tersebut pada bagian awal akta ini, dengan dihadiri oleh: -----------------------

1. Tuan AMIR MUKMININ, lahir di Klaten, pada tanggal 19-03-1970

(sembilan belas Maret seribu sembilan ratus tujuh puluh), karyawan,

bertempat tinggal di Kabupaten Klaten (Jambon Rukun Tetangga 20

Rukun Warga 10, Desa Sabranglor, Kecamatan Trucuk); ------------------

2. Tuan ICHSAN MUSLIMIN, lahir di Klaten, pada tanggal 17-02-1970

(tujuh belas Februari seribu sembilan ratus tujuh puluh), karyawan,

bertempat tinggal di Kabupaten Klaten (Kriyan Rukun Tetangga 20

Rukun Warga 10, Desa Babadan, Kecamatan Karangdowo), --------------

sebagai saksi-saksi. --------------------------------------------------------------------

Setelah saya, notaris membacakan akta ini kepada para penghadap dan para

saksi, maka segera para penghadap, para saksi, dan saya, notaris

menandatangani akta ini.--------------------------------------------------------------

Dibuat tanpa ada perubahan.---------------------------------------------------------

Minuta akta ini telah ditandatangani sebagaimana mestinya.--------------------

Page 23: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

20

Diberikan sebagai grosse pertama kepada dan atas permintaan

PERUSAHAAN DAERAH BADAN KREDIT KECAMATAN

KARANGDOWO berkedudukan di Kecamatan Karangdowo, Kabupaten

Klaten, pada tanggal 26-05-2011 (dua puluh enam Mei dua ribu sebelas).----

Notaris di Klaten

(meterai, tanda tangan, tanggal, stempel)

WASKITHO WICAKSONO, S.H.

H. Simpulan

1. Pelaksanaan perjanjian hutang-piutang pada lembaga keuangan BUMN /

BUMD di Kabupaten Klaten dengan berbagai judul perjanjian yaitu Perjanjian

Kredit, Perjanjian Utang-Piutang, Pengakuan Hutang dibuat di bawah tangan,

namun hakikatnya tetap sebagai perjanjian hutang-piutang.

2. Pelaksanaan perjanjian penjaminan pada lembaga keuangan BUMN / BUMD di

Kabupaten Klaten dilakukan dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan / Surat

Kuasa Membebankan Hak Tanggungan dan Akta Jaminan Fidusia. Akan tetapi

masih ditemukan perjanjian penjaminan yang tidak sesuai dengan hukum yang

berlaku, yaitu masih ada yang dilakukan dengan perjanjian penyerahan hak

milik secara kepercayaan (fiducia / fiduciaire) yang sudah tidak berlaku lagi.

3. Penyelesaian hutang-piutang apabila debitur wanprestasi pada lembaga

keuangan BUMN / BUMD di Kabupaten Klaten masih banyak yang

diselesaikan tidak sesuai dengan hukum yang berlaku (hukum eksekusi dan

hukum lelang), yakni dengan penjualan di bawah tangan, klaim asuransi, dan

penjadwalan ulang.

Page 24: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

21

4. Ditawarkan suatu Model Grosse Akta Pengakuan Hutang yang dapat

melindungi kepentingan kreditur, karena mempunyai kekuatan eksekutorial.

I. Saran

1. Kepada pimpinan lembaga keuangan BUMN / BUMD di Kabupaten Klaten,

dalam membuat perjanjian hutang piutang dapat dilakukan dengan Pengakuan

Hutang yang dibuat secara otentik di hadapan notaris.

2. Kepada pimpinan lembaga keuangan BUMN / BUMD di Kabupaten Klaten,

dalam membuat perjanjian penjaminan seharusnya dilakukan dengan Akta

Pemberian Hak Tanggungan / Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan dan

Akta Jaminan Fidusia di hadapan PPAT / notaris.

3. Kepada pimpinan lembaga keuangan BUMN / BUMD di Kabupaten Klaten,

apabila menghadapi debitur yang wanprestasi seharusnya diselesaikan sesuai

dengan hukum yang berlaku yakni melakukan pelelangan benda jaminan

melalui Pengadilan Negeri, KPKNL Surakarta, maupun penjualan di bawah

tangan dalam kerangka pelaksanaan eksekusi.

4. Kepada para notaris apabila diminta oleh para pihak untuk dibuatkan Grosse

Akta Pengakuan Hutang, dapat mencontoh model yang ditawarkan oleh peneliti.

J. Daftar Pustaka

Andasasmita, Komar, 1987, Hukum Harta Perkawinan dan Waris menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Teori dan Praktek), Bandung, Ikatan Notaris Indonesia Komisariat Daerah Jawa Barat.

Bharath, Sreedhar T, 2009, “Lending Relationship and Loan Contract Terms” Stephen M. Ross School of Business, University Of Michigan, P 1-68.

Dja’is, Mochammad, 2000, Hukum Harta Kekayaan Dalam Perkawinan, Semarang, Seksi Hukum Perdata Fakultas Hukum UNDIP.

Fuady, Munir, 2003, Jaminan Fidusia, Bandung, PT Citra Aditya Bakti. Gandasubrata, Purwoto S, 1988, “Penerapan Hukum Jaminan Dalam Praktek di

Indonesia”, Varia Peradilan, Nomor 28. Hadi, Mudofir, 1986, “Grosse Akta”, Varia Peradilan, Nomor 11. Harahap, M. Yahya, 1992, “Permasalahan Eksekusi”, Varia Peradilan, Nomor 85.

Page 25: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

22

--------------------------, 1993, “Informasi Kompilasi Hukum Islam”, Varia Peradilan, Nomor 89.

Harsono, Boedi, 1999, Hukum Agraria Indonesia : Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta, Djambatan.

Loudoe, John Z, 1989, “Dewasa dan Belum Dewasa”, Varia Peradilan, Nomor 44. Mertokusumo, Sudikno, 2002, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta,

Liberty. Muhammad, Abdulkadir, 1992, Hukum Acara Perdata Indonesia, Bandung, PT.

Citra Aditya Bakti. ------------------------------, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, PT. Citra

Aditya Bakti. Mulyadi, 1996, Hukum Perkawinan Indonesia, Semarang, Fakultas Hukum UNDIP. Prayudi, Guse, 2008, Pengetahuan Yuridis Praktis Jaminan Dalam Perjanjian

Utang-Piutang, Yogyakarta, Merkid Press. Purnamasari, Irma Devita, 2011, Hukum Jaminan Perbankan, Bandung, Penerbit

Kaifa. Purwadi, Ari, 1988, “Persoalan Sahnya Perkawinan Dikaitkan Dengan Kedudukan

Anak dan Perkawinan Antar Golongan”, Varia Peradilan, Nomor 29. ----------------, 1988, “Perjanjian Kawin sebagai upaya untuk mengatur Harta

Kekayaan dalam Perkawinan”, Varia Peradilan Nomor 31. Robb, DJ; Silver EA, 2006, “Inventory Management order date-terms supplier trade

credit with stochastic demand and leadtime”, Journal of the Operational Research Society, 57, P 692-702.

Qian, Jun; Strahan, Philip E, 2005, “How Law & Institutions Shape Financial Contract: The Case of Bank Loans”, Wharton Financial Institutiones Center [email protected], P 1-43.

Samolyk, Khatherine, 1990, “In Search of the Elusive Credit View, Testing For a Credit Channel In Modern Great Britain, Economic Review-Federal Reserve Bank of Cleveland, Second Quarter, 1990, 26, 2: P.16

Setiawan, 1989, “Kekuatan Hukum Akta Notaris Sebagai Alat Bukti”, Varia Peradilan, Nomor 48.

Siou, Tan A, 1986, Notaris, Semarang, Fakultas Hukum UNDIP. Siregar, Bismar, 1988, “Hubungan KUH Perdata dengan Undang-Undang No. 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Penerapannya dalam Praktek Notaris”, Varia Peradilan, Nomor 35.

Situmorang, Victor M; Sitanggang, Cormentyna, 1993, Grosse Akta dalam Pembuktian dan Eksekusi, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta.

Sofwan, Sri Soedewi M., tanpa tahun, Hukum Badan Pribadi, Yogyakarta, Liberty. -----------------------------, 1981, Hukum Perdata: Hukum Benda, Yogyakarta,

Liberty. Sondjaja, H.A., 1989, “Grosse Akta Pengakuan Hutang dan Geldschieters

Ordonnantie 1938”, Varia Peradilan, Nomor 49. Subekti, R, 1975, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta, Intermasa. Sudiono, Abdul Wahab, 1993, “Grosse Akta Pengakuan Hutang Dalam Teori dan

Praktek”, Varia Peradilan, Nomor 94. Suharjono, 1995, “Sekilas Tinjauan Akta Menurut Hukum”, Varia Peradilan,

Nomor 123.

Page 26: MODEL GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG DALAM ...

23

Sullivan, Cromwell, 2010, “Commercial Credit Agreements”, WWW, Sullecom. Com. July, 27, 2010

Sumiyati, 1982, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, Yogyakarta, Liberty.

Supardjie, Moelyono, 1989, “Tinjauan Yuridis Terhadap Grosse Akta Pengakuan Hutang yang Berkepala Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, Varia Peradilan, Nomor 41.

Supratignyo,P.J., 1997, Metode dan Teknik Pembuatan Akta Kontrak, Semarang, Penerbit Unika Soegijapranata.

Suryodiningrat, 1985, Azas-Azas Hukum Perikatan, Bandung, Tarsito Susanto, Dedi, 2011, Kupas Tuntas Masalah Harta Gono-Gini, Yogyakarta,

Pustaka Yustisia. Sutantio, Retnowulan, 1987, “Beberapa Masalah Yang Berhubungan Dengan

Jaminan Kredit dan Pelaksanaan Eksekusi, Varia Peradilan, Nomor 19. --------------------------, 1989, “Sita Jaminan dan Perbuatan Melanggar Hukum”,

Varia Peradilan, Nomor 49. Syahrani, Riduan, 1992, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung,

Alumni. Syawali, Husni, 2009, Pengurusan (Bestuur) Atas Harta Kekayaan Perkawinan

Menurut KUH Perdata, UU No. 1 Th. 1974, Hukum Islam, Yogyakarta, Graha Ilmu.

Tanya, Bernard L; Simanjuntak, Yoan N; Hage, Markus G, 2010, Teori Hukum, Yogyakarta, Genta Publishing.

Tobing, G.H.S. Lumban, 1996, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta, Erlangga. Vasilescu, Andra Maria; Dima, Alina Mihaela; Vasilache, Simona, 2009, “Credit

Analysis Policies In Construction Project Finance”, Management dan Marketing, Vol 4, Num. 2, p.79-94.

Weng, Lee A., 1988, “Perjanjian Perkawinan”, Varia Peradilan, Nomor 37. Zakaria, Amiruddin, 1986, “Kapan Seseorang Dipandang Dewasa Menurut Hukum

Di Indonesia”, Varia Peradilan, Nomor 14. Ziraluo, Pastra Joseph, 1993, “Perjanjian Perkawinan sebelum dan sesudah

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974”, Varia Peradilan, Nomor 98.