Model Dinamik Pengaturan Hasil Hutan Tidak Seumur...

13
METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran pengaturan hasil dalam pengelolaan hutan alam dapat dilihat pada Gambar 3. Kelestarian hasil, baik pengusahaan hutan seumur maupun tidak seumur adalah tercapainya suatu kondisi tertentu dari suatu tegakan hutan sehingga dapat diperoleh hasil secara lestari dengan cara pengaturan produktifitas hutan, baik pertumbuhan maupun pemungutan hasil. Hutan yang memiliki manfaat ganda (multiple use) baik secara ekonomi maupun ekologis merupakan ekosistem yang kompleks dan dinamik. Hutan tersebut dikelola berdasarkan unit-unit yang sesuai dengan tujuan pengelolaan. Pengelolaan hutan sebagai suatu ekosistem harus menyesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar hutan (adaptif) sehingga diperoleh preskripsi spesifik yang memungkinkan keseimbangan dinamis ekosistem secara optimal (Purnomo et al. 2003; Purnomo, 2004). Oleh sebab itu pembagian unit-unit pengelolaan hutan ini harus berdasarkan karakteristik ekosistem wilayah setempat yang bersifat spesifik. Pada setiap unit pengelolaan hutan terdapat kegiatan perencanaan, pemanenan dan pembinaan. Kegiatan perencanaan pangaturan hasil seperti penentuan preskripsi penebangan (intensitas penebangan dan siklus tebang) hutan yang optimal dilakukan berdasarkan kondisi tegakan awal, informasi biaya dan manfaat serta perilaku dinamika struktur tegakan. Intensitas dan siklus tebang optimal berimplikasi terhadap penerimaan pemerintah daerah dan penerimaan masyarakat adat dari kompensasi, yang didasarkan atas informasi biaya dan manfaat pengelolaan hutan. Perilaku dinamika struktur tegakan berdasarkan informasi pertumbuhan dan hasil yang diperoleh dari Petak Ukur Permanen (PUP). Pemahaman terhadap struktur tegakan tidak terlepas dari informasi keanekaragaman jenis pohon dalam PUP dan hutan primer. Untuk menentukan preskripsi penebangan (intensitas dan siklus tebang) yang optimal dikembangkan model dinamika sistem yang terdiri dari model dinamika struktur tegakan, model pengembalian ekonomi dan model pengaturan hasil serta model penerimaan masyarakat adat. Sedangkan keanekaragaman jenis pohon merupakan informasi yang mendukung model dinamika struktur tegakan. Berbagai model simulasi yang berkaitan dengan intensitas penebangan dan siklus tebang dilakukan untuk menentukan preskripsi pengaturan hasil yang optimal dipandang dari aspek kelestarian produksi dan aspek ekonomi.

Transcript of Model Dinamik Pengaturan Hasil Hutan Tidak Seumur...

Page 1: Model Dinamik Pengaturan Hasil Hutan Tidak Seumur …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4616...Analisis sistem sebagai model holistik dapat memberikan skenario dampak

METODOLOGI PENELITIAN

Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka pemikiran pengaturan hasil dalam pengelolaan hutan alam dapat

dilihat pada Gambar 3. Kelestarian hasil, baik pengusahaan hutan seumur maupun

tidak seumur adalah tercapainya suatu kondisi tertentu dari suatu tegakan hutan

sehingga dapat diperoleh hasil secara lestari dengan cara pengaturan produktifitas

hutan, baik pertumbuhan maupun pemungutan hasil. Hutan yang memiliki manfaat

ganda (multiple use) baik secara ekonomi maupun ekologis merupakan ekosistem

yang kompleks dan dinamik. Hutan tersebut dikelola berdasarkan unit-unit yang

sesuai dengan tujuan pengelolaan. Pengelolaan hutan sebagai suatu ekosistem harus

menyesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar hutan (adaptif) sehingga diperoleh

preskripsi spesifik yang memungkinkan keseimbangan dinamis ekosistem secara

optimal (Purnomo et al. 2003; Purnomo, 2004). Oleh sebab itu pembagian unit-unit

pengelolaan hutan ini harus berdasarkan karakteristik ekosistem wilayah setempat

yang bersifat spesifik.

Pada setiap unit pengelolaan hutan terdapat kegiatan perencanaan, pemanenan

dan pembinaan. Kegiatan perencanaan pangaturan hasil seperti penentuan preskripsi

penebangan (intensitas penebangan dan siklus tebang) hutan yang optimal dilakukan

berdasarkan kondisi tegakan awal, informasi biaya dan manfaat serta perilaku

dinamika struktur tegakan. Intensitas dan siklus tebang optimal berimplikasi

terhadap penerimaan pemerintah daerah dan penerimaan masyarakat adat dari

kompensasi, yang didasarkan atas informasi biaya dan manfaat pengelolaan hutan.

Perilaku dinamika struktur tegakan berdasarkan informasi pertumbuhan dan hasil

yang diperoleh dari Petak Ukur Permanen (PUP). Pemahaman terhadap struktur

tegakan tidak terlepas dari informasi keanekaragaman jenis pohon dalam PUP dan

hutan primer.

Untuk menentukan preskripsi penebangan (intensitas dan siklus tebang) yang

optimal dikembangkan model dinamika sistem yang terdiri dari model dinamika

struktur tegakan, model pengembalian ekonomi dan model pengaturan hasil serta

model penerimaan masyarakat adat. Sedangkan keanekaragaman jenis pohon

merupakan informasi yang mendukung model dinamika struktur tegakan. Berbagai

model simulasi yang berkaitan dengan intensitas penebangan dan siklus tebang

dilakukan untuk menentukan preskripsi pengaturan hasil yang optimal dipandang

dari aspek kelestarian produksi dan aspek ekonomi.

Page 2: Model Dinamik Pengaturan Hasil Hutan Tidak Seumur …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4616...Analisis sistem sebagai model holistik dapat memberikan skenario dampak

30

Hutan memiliki kompleksitas dan ketidakpastian, sehingga pemanfaatan hasil

hutan kayu pada unit manajemen tidak dapat dilakukan secara parsial (terpisah)

melainkan secara holistik. Salah satu pendekatan yang dapat mengakomodasi

kompleksitas pengelolaan hutan adalah pendekatan analisis sistem dinamik

(Grant et al. 997). Analisis sistem sebagai model holistik dapat memberikan skenario

dampak dari setiap alternatif kebijakan dengan spektrum yang luas sehingga

memudahkan pemilihan alternatif terbaik yang dapat diambil (Purnomo, et al 2003;

Grant et al. 1997).

Page 3: Model Dinamik Pengaturan Hasil Hutan Tidak Seumur …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4616...Analisis sistem sebagai model holistik dapat memberikan skenario dampak

31

InformasiKeanekaragaman

Jenis

Petak UkurPermanen

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Model Dinamik Pengaturan Hasil Tidak Seumur

Pemanenan

InventarisasiTegakan Awal

InformasiPertumbuhan &

Hasil

Simulasi Model Dinamik

ManfaatEkonomi

ManfaatEkologis

PerencanaanPembinaan

Pengaturan Hasil

Penentuan Intensitas Penebangan dansiklus Penebangan yang optimal

Model PengembalianEkonomi

Informasi Biaya danManfaat

Unit Manajemen Hutan(Kerakteristik Ekosistem)

Petak UkurPermanen

Model DinamikaStruktur Tegakan

Model PengaturanHasil

Kelestarian Hasil

Kontribusiterhadap Ekonomimasyarakat adat

dan daerah

Page 4: Model Dinamik Pengaturan Hasil Hutan Tidak Seumur …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4616...Analisis sistem sebagai model holistik dapat memberikan skenario dampak

32

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada pada hutan hujan tropis dataran rendah, pada

lokasi contoh hutan alam produksi pada wilayah konsesi IUPHHK PT. Bina

Balantak Utama (BBU) Kabupaten Sarmi Propinsi Papua. Secara geografis

kelompok hutan ini terletak di antara 138005’ - 139000’ Bujur Timur dan 01030’ -

02030’ Lintang Selatan, dengan luas 325.300 ha. Pengumpulan data dilakukan

pada bulan maret sampai dengan mei 2008 di lokasi PUP petak 56 KK RKT

2000/2001.

Gambar 4 Lokasi penelitian hutan alam produksi PT. BBU Kabupaten Sarmi

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah data primer pada tegakan

hutan alam bekas tebangan dan tegakan hutan primer. Tegakan hutan alam bekas

tebangan diambil dari Petak Ukur Permanen (PUP) yang terletak di blok-blok

bekas tebangan yang telah dilakukan pengukuran dan pengamatan selama 5 tahun.

Sedangkan data tegakan hutan primer diperoleh dari kawasan hutan primer yang

berada dalam areal konsesi.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : pita ukur, kompas,

meteran, haga, tambang plastik, tally sheet, alat-alat tulis serta seperangkat

Personal Computer dengan program-program aplikasi : Microsof Excel, dan Stella

Research 9.0.2.

Page 5: Model Dinamik Pengaturan Hasil Hutan Tidak Seumur …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4616...Analisis sistem sebagai model holistik dapat memberikan skenario dampak

33

Metode Penelitian

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi : data pertumbuhan dan hasil tegakan, serta

data struktur tegakan hutan primer. Data pertumbuhan tegakan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah hasil pengukuran PUP-PUP pada Blok RKT yang

merupakan areal bekas tebangan 1-2 tahun dan hutan primer.

Data-data lain yang dikumpulkan berkaitan dengan aspek ekonomi adalah :

produksi kayu bulat, pendapatan daerah, biaya -biaya TPTI, kompensasi bagi

masyarakat lokal, penerimaan perusahaan dan pengeluaran untuk negara .

Data pendukung penelitian ini adalah data risalah PUP, data Laporan Hasil

Produksi (LHP), data iklim, buku Rencana Karya Tahunan (RKT), Rencana

Karya Lima Tahunan (RKL), dan Rencana Karya Pengusahaan Hutan (RKPM),

peta-peta, laporan keuangan dan laporan TPTI serta sumber-sumber lain yang

menunjang penelitian. Data tersebut bersumber dari pencatatan di lapangan (Base

Camp), dan informasi dari instansi terkait.

Teknik Pengumpulan Data

Data primer yang dikumpulkan meliputi : data pertumbuhan tegakan, data

struktur tegakan hutan primer. Data pertumbuhan tegakan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah hasil pengukuran PUP-PUP pada Blok RKT 1999/2000 yang

merupakan areal bekas tebangan 2 tahun. Pengukuran dilakukan pada tahun 2001

sampai dengan tahun 2005. Pengukuran dilakukan ulang setiap satu tahun sekali.

Data struktur tegakan yang diperoleh dari PUP dan hutan primer dipresentasikan

dalam beberapa Kelas Diameter (Phn_D) menurut kelompok jenis dengan interval

10 cm ke atas, diameter terkecil (Phn_D15) berukuran 10-20 cm. Pembagian

menurut kelompok jenis dilakukan dengan mengelompokan ke dalam jenis

dipterocarpaceae, non dipterocarpaceae dan non komersil. Pembagian kelompok

jenis ini berdasarkan pengelompokan yang dilakukan oleh PT. BBU dengan

pertimbangan bahwa kelompok jenis ini mepakan jenis komersil utama yang

diperdagangkan.

Page 6: Model Dinamik Pengaturan Hasil Hutan Tidak Seumur …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4616...Analisis sistem sebagai model holistik dapat memberikan skenario dampak

34

Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif sebagai berikut:

1. Dinamika Struktur Tegakan

Komponen penyusun dinamika struktur tegakan terdiri dari jumlah pohon

pada berbagai kelas diameter dan kelompok jenis, dengan melibatkan unsur

dinamika tegakan seperti alih tumbuh ( ingrowth), tambah tumbuh ( upgrowth),

dan kematian (Mortality).

Model umum struktur tegakan didekati dengan persamaan

eksponensial negatif yang dirumuskan sebagai berikut (Meyer 1961 dalam Davis

et al. 2001) :

N = N0e-kd

dimana:

N = jumlah pohon pada setiap kelas diameterNo = kostanta, yang menunjukan besarnya kerapatan tegakan pada kelas

diameter terkecile = bilangan eksponensial (2,71828182)k = laju penurunan jumlah pohon pada setiap kenaikan diameter pohonD = titik tengah kelas diameter

2. Ukuran Kelestarian Hasil Pengelolaan Hutan

Ukuran kelestarian hasil kayu diukur berdasarkan ukuran fisik dan

finansial. Apabila besarnya hasil pada tahun ke-t dilambangkan dengan Vt,

maka kelestarian hasil dapat dinyatakan dengan persamaan : Vt AAC, untuk t

= 1,2,3......r, r+1....

AAC (Annual Allowable Cut) merupakan jatah tebang tahunan yang

dibenarkan agar kelestarian hasil dapat dicapai, r melambangkan rotasi tebang

yang menyatakan rentang waktu antar penebangan. Apabila AAC pada rotasi

tebang ke t dinyatakan dengan AACt dan AAC pada siklus tebang selajutnya

sebagai AACt+1 maka kelestarian hasil dapat dicapai pada saat qt 1. Apabila riap

dinyatakan dengan I ( m3/ha/tahun), maka qt = 1 akan dicapai pada saat It x rt =

AACt+1. Besar kecilnya nilai q menggambarkan kemungkinan dicapai tidaknya

kelestarian hasil.

Page 7: Model Dinamik Pengaturan Hasil Hutan Tidak Seumur …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4616...Analisis sistem sebagai model holistik dapat memberikan skenario dampak

35

3. Perhitungan Biomassa Tegakan

Rumus Allometric yang digunakan untuk menghitung biomassa tegakan

hutan adalah rumus pendugaan biomassa secara umum yang dikemukakan oleh

Brown (1997), yaitu :

Y = 42.69 -12.8D + 1.24D2

Dimana : Y = Biomassa pohon (Kg / pohon)

D = Diameter setinggi dada 1,3 m (m)

Penggunaan rumus ini didasarkan pada pertimbangan tempat tumbuh

dengan curah hujan 1500 –4000 mm/tahun, jumlah sampel pohon 172 serta

kisaran diameter 5-148 cm.

Diasumsikan dalam penelitian bahwa karbon yang diserap adalah 50% dari

keseluruhan bagian tumbuhan yang menjadi biomassa (Motagnini dan Poras

1998).

Pendekatan yang digunakan dalam menduga perubahan karbon berdasarkan

stock –difference method (IPCC 2006) yaitu ∆CB = (Ct2 –Ct1)/(t2-t1), dimana

∆CB adalah perubahan stok carbon tahunan, Ct1 merupakan perubahan stok

karbon pada tahun t1 (Ton C), Ct2 perubahan stok karbon pada tahun t2 (Ton C).

Analisis Sistem dan Simulasi

Berdasarkan perumusan masalah dan untuk memperoleh hasil sesuai tujuan

penelitian ini maka penyusunan model dilakukan dengan membagi model dalam sub

model : sub model dinamika tegakan yang terdiri dari dinamika tegakan

dipterocarpacea, non dipterocarpaceae dan tegakan non komersil, dan tegakan

total, sub model pengembalian ekonomi terdiri dari biaya produksi dan sub model

pengembalian ekonomi, sub model pengaturan hasil, sub model penerimaan

masyarakat adat dan Sub model usaha karbon

Tahap- tahap analisis dan simulasi yang dilakukan adalah sebagai berikut

(Grant et al. 1997; Purnomo 2004) :

Identifikasi Isu, Tujuan dan Batasan

Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi isu-isu sehingga permasalahan

dapat dilihat dengan tepat. Selanjutnya menentukan tujuan pemodelan tersebut.

Page 8: Model Dinamik Pengaturan Hasil Hutan Tidak Seumur …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4616...Analisis sistem sebagai model holistik dapat memberikan skenario dampak

36

Kemudian isu yang diangkat dan tujuan yang ditetapkan dinyatakan secara

eksplisit.

Setelah itu ditentukan komponen-komponen sistem yang berkaitan dengan

pencapaian tujuan model tersebut. Komponen-komponen tersebut diidentifikasi

keterkaitannya dan merepresentasikan model tersebut dalam diagram kotak-panah

(box-arrow). Pembatasan dan defenisi komponen-komponen dalam sistem sebagai

berikut :

1. Siklus tebang adalah interval waktu (dalam tahun) antara dua penebangan

yang berurutan di tempat yang sama dalam sistem silvikultur polisiklik.

2. Ingrowth didefinisikan sebagai besarnya tambahan terhadap banyaknya pohon

per hektar pada kelas diameter terkecil selama periode waktu tertentu.

3. Upgrowth adalah besarnya tambahan jumlah pohon per hektar terhadap kelas

diameter tertentu yang berasal dari kelas diameter dibawahnya dalam periode

waktu tertentu.

4. Mortality adalah banyaknya pohon per hektar yang mati pada setiap kelas

diameter dalam periode waktu tertentu.

5. Efek penebangan merupakan kematian/kerusakan tegakan yang terjadi akibat

kegiatan penebangan kayu.

6. Masyarakat adat adalah masyarakat yang secara tradisional tergantung dan

memiliki ikatan sosio-kultural dan religius erat dengan lingkungan lokalnya

Perumusan Model Konseptual dan Spesifikasi Model Kuantitatif

Tahapan ini bertujuan untuk membangun pemahaman terhadap sistem yang

diamati ke dalam sebuah konsep untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh

tentang model yang akan dibuat, serta untuk membentuk model kuantitatif dari

konsep model yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil eksekusi yang dicoba

dibuat daftar yang lebih ringkas dari skenario yang memenuhi tujuan pemodelan.

1. Sub Model Dinamika Struktur Tegakan

a. Ingrowth

Ingrowth didefinisikan sebagai besarnya tambahan terhadap banyaknya

pohon per hektar pada kelas diameter terkecil selama periode waktu tertentu

(dalam penelitian ini 1 tahun). Dalam menyusun model penduga ingrowth,

Page 9: Model Dinamik Pengaturan Hasil Hutan Tidak Seumur …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4616...Analisis sistem sebagai model holistik dapat memberikan skenario dampak

37

ingrowth dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

XjIj =

T

Kemudian ingrowth dapat dinyatakan dalam bentuk proporsi sebagai berikut :

Ij

Inrate =Njt

dimana :

Ij = ingrowth pada jenis pohon ke-i (pohon/ha)Xj = Jumlah pohon dari jenis ke-i yang masuk ke Phn_D15

t = Selang waktu pengukuran (tahun)Inrate = Proporsi pohon yang ingrowthNjt = Jumlah pohon yang ingrowth selama periode pengukuran

b. Upgrowth

Upgrowth adalah besarnya tambahan jumlah pohon per hektar terhadap kelas

diameter tertentu yang berasal dari kelas diameter dibawahnya dalam periode

waktu setahun. Upgrowth diduga dari rataan riap untuk setiap kelas diameter.

Untuk mencari riap diameter rata-rata tahunan digunakan rumus sebagai berikut:

D dimana : MAI = Mean Annual IncreamentMAI = D = Selisih diameter antar pengukuran

t t = Jangka waktu pengukuranW = Interval kelas (10)

Untuk memprediksi perilaku tegakan yang akan datang pada setiap kelas

diameter digunakan rumus :

Riap rata-rata tahunan (MAI)Uprate =

Interval kelas (W)

c. Mortality

Mortality (kematian) dalam penelitian ini adalah banyaknya pohon per hektar

yang mati pada setiap kelas diameter dalam periode waktu satu tahun. Dalam

penyusunan model penduga kematian pohon, kematian pohon dinyatakan dalam

proporsi, dengan rumus sebagai berikut:

m(i )jt

m(i )j = x 100 %

N(i)jt

Page 10: Model Dinamik Pengaturan Hasil Hutan Tidak Seumur …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4616...Analisis sistem sebagai model holistik dapat memberikan skenario dampak

38

dimana :m(i )

j = Laju mortality jenis pohon ke-i pada kelas diameter ke-j (%/tahun)m(i )

jt = Banyaknya pohon yang mati pada jenis pohon ke-i kelas diameterke-j pada tahun ke-t (pohon/ha)

N(i)jt = Jumlah pohon yang ada di jenis pohon ke-i kelas diameter ke-j pada

tahun ke-t (pohon/ha)

2. Sub Model Pengembalian Ekonomi

Model ini dibuat untuk menggambarkan potensi ekonomis dari hutan.

Model ini terdiri dari dua sub model yaitu sub model biaya produksi dan

submodel pengembalian ekonomi. Metode ini merupakan bentuk lain dari

metode analisis ekonomi yang biasanya dilakukan secara matematis sebagai

berikut (Zobritst et al. 2006; Davis et al. 2001; Lin et al. 1996) :

a. Nilai Harapan Lahan/Land Expectation Value (LEV)

dimana : LEV = Nilai harapan lahan (Rp/ha)Yt = Penerimaan pada tahun ke-t (Rp/ha)Ct = Pengeluaran pada tahun ke-t (Rp/ha)r = Siklus tebang (tahun)t = Tahun kegiatan (tahun)e =Biaya tahunan (administrasi dan umum, perlindungan hutan,

PBB, bina desa hutan dan penyusutan)i = suku bunga dalam angka desimal

b. Nilai Kini Bersih/Net Present Value (NPV)

dimana :

NPV := Net Present Value (Rp/ha)Yt = penerimaan pada tahun ke-t (Rp/ha)Ct = pengeluaran pada tahun ke-t (Rp/ha)r = siklus tebangt = tahun kegiatani = Suku bunga dalam angka desimal

r rYt (1 + i)r-t - Ct (1 + i)r-t

t=0 t=0

LEV= - e/i(1 + i)r - 1

r yt r CtNPV = -

t = 0 (1 + i)t t = 0 (1 + i)t

Page 11: Model Dinamik Pengaturan Hasil Hutan Tidak Seumur …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4616...Analisis sistem sebagai model holistik dapat memberikan skenario dampak

C. Rasio Manfaat Biaya (BCR)r Yt r Ct

BCR = : t = 0 (1 + i)t

t = 0 (1 + i)t

dimana :

BCR = rasio manfaat biayaYt = penerimaan pada tahun ke-l (Rp/ha)Ct = pengeluaran pada tahun ke-t (Rp/ha)r = siklus tebangt = tahun kegiatani = suku bunga dalam angka desimal

d. Internal Rate of Return (IRR)

dimana : i1 = adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1

i2 = adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2

Komponen-kompone model pengembalian ekonomi terdiri dari manfaat dan

biaya. Manfaat yang berasal total penerimaan perusahaan merupakan hasil

penerimaan kayu (perubahan harga kayu x volume tebangan). Sedangkan biaya

terdiri dari biaya perencanaan hutan, pemanenan, pembinaan hutan, dan pengeluaran

untuk pemerintah.

3. Sub Model Pengaturan Hasil

Sub model ini dilakukan untuk memberikan gambaran berbagai alternatif

pengaturan hasil hutan kayu oleh HPH dengan mengatur auxilary seperti intensitas

penebangan, lamanya siklus tebang, limit diameter penebangan dan proporsi

jumlah batang yang ditebang. Pengaturan hasil yang digunakan digolongkan

berdasarkan siklus tebang (konvensional). Teknik konvensional dilakukan dengan

menyusun skenario siklus tebang, dan berdasarkan siklus tebang tersebut dipilih

berbagai intensitas tebang yang memberikan hasil lestari.

4. Sub Model Penerimaan Masyarakat Adat

Sub model ini menjelaskan keuntungan masyarakat adat yang diperoleh

sebagai kompensasi terhadap pemanfaatan sumberdaya hutan yang berada di

NPV1

IRR = i1 + (i2–i1)NPV1 - NPV2

39

Page 12: Model Dinamik Pengaturan Hasil Hutan Tidak Seumur …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4616...Analisis sistem sebagai model holistik dapat memberikan skenario dampak

40

wilayah kepemilikannya, baik yang dilakukan oleh perusahaan maupun non

perusahaan (pribadi dan kelompok). Sub model ini memiliki keterkaitan dengan

model dinamika tegakan dan pengaturan hasil. Auxilary variable penerimaan

kompensasi dipengaruhi oleh driving variable jumlah penerima. Jumlah penerima

merujuk kepada banyaknya marga-marga yang menerima kompensasi pada

wilayah adatnya. Tidak semua masyarakat yang berada pada wilayah-wilayah

yang terkena dampak HPH menerima kompensasi, sehingga dalam penelitian ini

digunakan angka random (acak). Besarnya penerimaan kompensasi merupakan

hasil perkalian antara jumlah volume dan besarnya standar kompensasi.

Pembuatan sub model ini dilakukan dengan membagi jenis kayu ke dalam

tiga kelompok besar berdasarkan standar kompensasi yang ditetapkan yaitu jenis

kayu merbau, non merbau serta kayu indah. Persentase jumlah masing-masing

jenis diperoleh berdasarkan hasil produksi kayu selama tahun 2007, dengan

persentase merbau (60%), non merbau (39%) dan kayu indah (1%). Sedangkan

auxilary variable pendapatan tebang milik merupakan selisih antara biaya

penebangan dan hasil penjualan kayu. Pendapatan tebang milik selanjuntnya

didistribusikan kepada pemilik kayu (20%) dan penebang kayu (80%).

5. Sub model REDD

Secara umum pertimbangan ekonomi lebih kuat dibandingkan hal-hal lain

seperti mengurangi erosi dan koservasi keaneragaman spesis (Hartley 2002), oleh

sebab itu sub model REDD dalam penelitian disimulasikan untuk menganalisis

keadaan finansial pengelolaan hutan oleh IUPHHK PT. BBU apabila dialihkan

untuk tujuan penyerapan karbon, namun hanya berfokus pada upaya mengurangi

degradasi. Pendapatan usaha karbon adalah selisih pemasukan karbon dengan

pengeluaran usaha karbon. Pemasukan usaha karbon didapat dari penjualan jasa

penyerapan karbon dalam satuan ton (tC) per hektar.

Harga karbon dalam perdagangan karbon sangat bervariasi. Pada awal

sistem perdagangan dan pertukaran karbon, nilai kredit pengurangan emisi karbon

berkisar antara US$2,5 sampai US$5 (Niles, John O et al. 2002). Nilai yang

dipakai dalam penelitian ini adalah nilai US$5, dengan nilai tukar rupiah

diasumsikan Rp 9.500. Simulasi dilakukan untuk menentukan besarnya

penerimaan apabila penebangan dilakukan dengan intensitas rendah (20%).

Page 13: Model Dinamik Pengaturan Hasil Hutan Tidak Seumur …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4616...Analisis sistem sebagai model holistik dapat memberikan skenario dampak

41

Evaluasi Model

Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengetahui keterandalan model yang dibuat

untuk mendiskripsikan keadaan sebenarnya. Proses pengujian dilakukan dengan

mengamati kelogisan model dan membandingkan dengan dunia nyata atau model andal

yang serupa jika tersedia. Perbandingan dilakukan dengan uji Khi Kuadrat (x2)

(Walpole 1995) dengan rumus berikut :

(yaktual–ymodel)2

2hitung =

y model

Dengan hipotesis Ho : Ymodel = Yaktual

H1 : Y modelYaktual

Dengan kriteria uji : 2hitung< 2

tabel : terima Ho

: 2hitung> 2

tabel: tolak Ho

Penggunaan Model

Model yang telah dibentuk digunakan untuk mencapai tujuan

pembentukannya. Kegiatan pertama adalah membuat daftar terhadap semua

skenario yang mungkin dapat dibuat dari model yang dikembangkan. Semua

skenario tersebut dijalankan, kemudian hasil tersebut coba untuk dipahami.