MODDEEL KKA AUUSSAALLIITTASS CRRI ITTICCAALL...
Transcript of MODDEEL KKA AUUSSAALLIITTASS CRRI ITTICCAALL...
-
-- PPaaggee 11 ooff 3333 --
MMOODDEELL KKAAUUSSAALLIITTAASS CCRRIITTIICCAALL SSUUCCCCEESSSS FFAACCTTOORRSS DDAALLAAMM IIMMPPLLEEMMEENNTTAASSII
SSIISSTTEEMM EENNTTEERRPPRRIISSEE RREESSOOUURRCCEE PPLLAANNNNIINNGG GGUUNNAA MMEEMMBBEERRIIKKAANN NNEETT
BBEENNEEFFIITT BBAAGGII PPEERRUUSSAAHHAAAANN DDEENNGGAANN MMEENNGGGGUUNNAAKKAANN PPAARRTTIIAALL LLEEAASSTT
SSQQUUAARREE
FF..XX.. KKUURRNNIIAAWWAANN TTJJAAKKRRAAWWAALLAA 1
AANNDDRREEAASS LLUUKKIITTAA 2
Universitas Tarumanagara
Abstract
Enterprise Resource Planning (ERP) systems are highly complex information systems.
ERP implementation is a very difficult and expensive project an organization can ever take. The
purpose of this study is to examine the effect of critical success factors such as top management
support, effective project management, business process reengineering education and training,
and vendor support to successful implementation of ERP systems, as well to examine the effect
of successful implementation of ERP systems to net benefit for enterprise. This study is an
adaptation of the previous studies conducted by Zhang, et al. (2002) & Ramirez and Garcia
(2005). A conceptual model for ERP implementation success has been developed. Primary data
collection is done by releasing 525 sets of questionnaires and addressed at the managerial level
of respondents who work in manufacturing companies with the response rate of 19,05%.
Collected data are analyzed using Partial Least Squares (PLS) technique of SmatPlS-v. The
results obtained are critical succes factors such as effective project management and education
and training have an effect on successful implementation of ERP systems Other critical success
factors such as top management support, business process reengineering and vendor, however
support have no effect on successful implementation of ERP systems.
Keywords: enterprises resources planning, critical success factors, implementation of ERP
systems, net-benefit for enterprise, partial least square
1. PENDAHULUAN
Sistem Perusahaan dapat disusun dengan sebuah paket software standar yang
menyediakan sarana sistem yang terintegrasi dan sumber informasi untuk proses manajemen
dan operasional di seluruh aktivitas bisnis yang luas. Perkiraan yang disediakan pada enterprise
system telah berkembang diantaranya adalah Enterprise Resource Planning (ERP), Customer
Relationship Management (CRM) dan Supply Chain Management (SCM). ERP adalah suatu
paket aplikasi software yang terintegrasi untuk digunakan secara luas di organisasi yang
mendukung otomatisasi di seluruh proses bisnis yang ada dalam organisasi. Dahulu hanya
perusahaan-perusahaan yang berskala besar saja yang dapat mengimplementasikan sistem ERP
1 Staf pengajar tetap FE-Universitas Tarumanagara, Jakarta; email korespondensi: [email protected] 2 Alumnus FE-Universitas Tarumanagara, Jakarta; berkarir sebagai Auditor pada PT PwC Indonesia Advisory,
Jakarta
-
-- PPaaggee 22 ooff 3333 --
karena harganya yang sangat mahal. Akan tetapi sekarang ini banyak perusahaan berskala
menengah telah mulai menerapkan sistem ERP karena jika sistem ERP dapat
diimplementasikan dengan sukses, manfaat yang signifikan seperti perbaikan layanan
pelanggan, jadwal produksi yang lebih baik, dan pengurangan biaya produksi akan dirasakan
oleh perusahaan.
Bagaimanapun juga tingkat keberhasilan implementasi sistem ERP masih rendah dan
banyak perusahaan yang telah mengimplementasikan sistem ERP tetapi masih belum
memanfaatkan potensi sistem ERP secara keseluruhan dalam organisasi mereka. Tingkat
kegagalan proyek teknologi informasi dilaporkan berkisar antara 30-70% (Krigsman, 2010a).
Beberapa diantaranya merupakan kegagalan implementasi High-profile Enterprise Resource
Planning yang menghabiskan biaya ratusan juta dolar (Kanaracus, 2010; Kimberling, 2011).
Hasil survei tahun 2010 yang dilaporkan oleh Krigsman (2010b) mengindikasikan bahwa 57%
dari implementasi sistem ERP memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan, 54% melebihi
anggaran mereka, 41% gagal untuk menyadari 50% manfaat, dan 40% mengalami gangguan
dalam operasionalnya. 32% eksekutif dan 39% pekerja tidak puas dengan implementasi sistem
ERP ini.
Kesuksesan dan kegagalan dalam mengimplementasikan sistem ERP telah
didokumentasikan di dalam beberapa literatur sistem (Umble, E.J., et al. 2003). Pencapaian
keberhasilan implementasi sistem ERP dipengaruhi oleh banyak faktor, penelitian yang
dilakukan oleh Zhang, et al. (2002) menemukan dukungan manajemen puncak, manajemen
proyek yang efektif, kesesuaian software dan hardware, keikutsertaan pengguna, akurasi data,
pendidikan dan pelatihan, dan dukungan pemasok sebagai faktor yang berpengaruh, sedangkan
business process reengineering dan budaya organisasi di Cina sebagai faktor yang tidak
berpengaruh.
Ji dan Min (2005) mendapatkan faktor yang berpengaruh yakni : business process
reengineering, manajemen proyek yang efektif, pergantian manajemen. Sedangkan dukungan
eksternal dan dukungan manajemen puncak sebagai faktor yang tidak berpengaruh. Sedangkan
penelitian Rasmy, M. H., et al. (2005) mengemukakan faktor kesuksesan implementasi sistem
-
-- PPaaggee 33 ooff 3333 --
ERP antara lain kesesuaian organisasi dengan sistem ERP, dukungan manajemen puncak dan
manajemen proyek yang efektif. Akan tetapi komitmen perusahaan, keikutsertaan dan pelatihan
pengguna, dukungan eksternal dan budaya organisasi di Mesir tidak berpengaruh.
Bhatti and Jayaraman (2008) mengemukakan bahwa manajemen proyek yang efektif,
business process reengineering, pelatihan pengguna, infrastruktur teknologi, pergantian
manajemen, dukungan manajamen puncak, komunikasi yang efektif, tim yang seimbang,
keikutsertaan pengguna, keikutsertaan konsultan serta sasaran dan tujuan yang jelas sebagai
faktor yang menpengaruhi keberhasilan implementasi sistem ERP. Penelitian lain Ganesh dan
Mehta (2010) menyatakan keberhasilan implementasi sistem ERP ditentukan oleh 30 faktor
diantaranya dukungan manajemen puncak, manajemen proyek yang efektif, business process
reengineering, kesesuaian software dan hardware, pendidikan dan pelatihan dan dukungan
pemasok.
Rendahnya tingkat kesuksesan dalam implementasi sistem ERP dan banyaknya faktor-
faktor penentu keberhasilan dalam implementasi ERP yang amat luas untuk dapat dijadikan
petunjuk yang berarti dan bermanfaat untuk implementasi sistem ERP membuat peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian atas hal ini. Penelitian terhadap faktor-faktor penentu keberhasilan
pada implementasi sistem ERP yang masih sangat terbatas khususnya di Indonesia dan sebagian
besar penelitian terdahulu hanya mendefinisikan faktor-faktor penentu keberhasilan berupa hasil
survey tetapi tidak menjelaskan secara terperinci pengaruh faktor-faktor penentu keberhasilan
(dukungan manajemen puncak, manajemen proyek yang efektif, business process reenginering,
pendidikan dan pelatihan, dukungan pemasok) terhadap keberhasilan implementasi sistem ERP.
Berpijak pada uraian di atas, memotivasi peneliti untuk memberikan sumbangsih model
penelitian yang daoat memberika manfaat bagi pengembangan ilmu akuntansi khususnya SIA,
mengingat masih terbatasnya literatur terkait dengan kompleksitas dan dinamika implementasi
sistem ERP. Dalam hal ini, peneliti melakukan penelitian yang merupakan adaptasi dari
penelitian yang dilakukan oleh Zhang, et al. (2002) untuk melihat lebih jauh bagaimana
pengaruh faktor-faktor penentu keberhasilan implementasi ERP terhadap kesuksesan
implementasi ERP guna memberikan manfaat bagi perusahaan. Sehingga diharapkan
-
-- PPaaggee 44 ooff 3333 --
banyaknya perbedaan faktor-faktor penentu keberhasilan yang telah diuraikan oleh para
peneliti sebelumnya yaitu dukungan manajemen puncak menjadi faktor penentu
keberhasilan dalam penelitian yang dilakukan oleh Zhang, Liang et al.(2002); Rasmy,
M. H. et al.(2005); Bhatti dan Jayaraman.(2008); Ganesh dan Mehta.(2010); Moohebat
et al.(2011) tetapi tidak menjadi faktor penentu keberhasilan dalam penelitian Ji dan
Min.(2005), business process reengineering yang menjadi faktor penentu keberhasilan
dalam penelitian yang dilakukan oleh Ji dan Min.(2005); Rasmy, M. H. et al.(2005);
Bhatti dan Jayaraman.(2008); Ganesh dan Mehta, (2010). tetapi tidak menjadi faktor
penentu keberhasilan dalam penelitian Zhang, Liang et al.(2002); Moohebat et
al.(2011), Dezdar dan Ainin.(2011), serta dukungan pemasok yang menjadi faktor
penentu keberhasilan dalam penelitian yang dilakukan oleh Zhang, Liang et al.(2002);
Ganesh dan Mehta.(2010) tetapi tidak menjadi faktor penentu keberhasilan dalam
penelitian Rasmy, M. H. et al.(2005) dapat teratasi, dan melengkapi penelitian tentang
faktor penentu keberhasilan implementasi sistem ERP yang ada di Indonesia.
2. TINJAUAN PUSTAKA & PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Delone & Mcleans Informations System Success Model
DeLone and McLean (1992) mengembangkan suatu model parsimoni (model yang
lengkap tetapi sederhana) yang mereka sebut dengan nama model kesuksesan sistem informasi
DeLone dan McLean (D&M IS Success Model). Mereka mendefinisikan enam dimensi utama
dari kesuksesan sistem informasi System Quality, Information Quality, Use, User Satisfaction,
Individual Impact, dan Organizational Impact. Keenam dimensi dalam model yang diusulkan
untuk menjadi saling terkait dan bukan independen. Dimensi ini didefinisikan sebagai berikut:
System Quality, Information Quality, Use, User Satisfaction, Individual Impact, Organizational
Impact (Delone and McLean, 1992). Bersandar dari kontribusi sejumlah penelitian sebelumnya
dan akibat perubahan peran dan penanganan sistem informasi yang telah berkembang, maka
DeLone and McLean (2003) memperbarui modelnya dan menyebutnya sebagai Updated D&M
IS Success Model. Dalam model yang diperbarui ini, DeLone dan McLean menambahkan
-
-- PPaaggee 55 ooff 3333 --
Service Quality dan menggabungkan Individual Impact serta Organizational Impact menjadi
Net Benefit, agar tidak mempersulit model dan demi menjaga model parsimoni.
2.2. Technology Acceptance Model (TAM)
Technology Acceptance Model sebenarnya diadopsi dari model Theory of Reasoned
Action yaitu teori tindakan yang beralasan dengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi
seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Reaksi dan
persepsi pengguna Teknologi Informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan
terhadap teknologi tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya adalah persepsi
pengguna terhadap kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang
beralasan dalam konteks pengguna teknologi, sehingga alasan seseorang dalam melihat manfaat
dan kemudahan penggunaan TI menjadikan tindakan/perilaku orang tersebut sebagai tolok ukur
dalam penerimaan sebuah teknologi (Davis, 1989). Model TAM yang dikembangkan dari teori
psikologis, menjelaskan perilaku pengguna komputer yaitu berlandaskan pada kepercayaan
(belief), sikap (attitude), keinginan (intention), dan hubungan perilaku pengguna (user
behaviour relationship). Model ini menempatkan faktor sikap dari tiap-tiap perilaku pengguna
dengan dua variabel yaitu : kemudahan penggunaan (ease of use) dan kemanfaatan (usefulness).
Kedua variabel ini dapat menjelaskan aspek keperilakuan pengguna. Secara singkat, model ini
menggambarkan bahwa penerimaan penggunaan TI dipengaruhi oleh komponen pengukuran
sebagai berikut: Perceived Ease of Use, Perceived Usefulness. Attitude Toward Using,
Behavioral Intention to Use, Actual System Use.
2.3. Enterprise Resource Planning
Sistem komputer yang menjadikan seluruh proses bisnis perusahaan kedalam sistem
informasi yang terintegrasi dikenal sebagai Enterprise Resource Planning system. Sistem
tersebut dapat membantu perusahaan di dalam fungsi akuntansi, pemasaran, sumberdaya
manusia, operasional, manufaktur, dan perencanaan (Jones and Rama, 2006). Adapun Hall
(2011) mendefinisikan sistem Enterprise Resource Planning sebagai beberapa modul paket
perangkat lunak yang berevolusi terutama dari sistem MRP II (Manufacturing Resource
Planning). Dua aplikasi utama Enterprise Resource Planning yaitu : Core applications dikenal
-
-- PPaaggee 66 ooff 3333 --
juga sebagai On-line Transaction Processing (OLAP; Business analysis aplications dikenal
juga sebagai On-line analytical processing (OLAP). Gelinas and Dull (2008) mendeskripsikan
beberapa modul utama Enterprise Resource Planning mencakup: Sales and Distribution,
Materials Management, Financial Accounting,Controlling and Profitability Analysis, Human
Resources
2.4. Pengaruh Dukungan Manajemen Puncak terhadap Keberhasilan Implementasi
Sistem Enterprise Resource Planning
Dukungan manajemen puncak telah diidentifikasi sebagai faktor keberhasilan yang paling
penting dalam proyek implementasi sistem ERP. Peran manajemen puncak dalam implementasi
ERP tersebut terdiri dari mengembangkan pemahaman tentang kemampuan dan keterbatasan,
menetapkan tujuan yang wajar untuk sistem ERP, menunjukkan komitmen, dan
mengkomunikasikan strategi perusahaan untuk semua karyawan (Umble, et al. 2003). Al-
Mashari, et al. (2003) berpendapat bahwa dukungan manajemen puncak tidak berakhir dengan
inisiasi dan fasilitasi, tetapi harus mencakup implementasi penuh dari sistem ERP. Selain itu,
dukungan manajemen puncak harus memberikan arahan kepada tim implementasi dan
memantau kemajuan proyek.
Banyak penelitian telah menekankan pentingnya dukungan manajemen puncak sebagai
salah satu faktor yang diperlukan dalam keberhasilan implementasi sistem Enterprise Resource
Planning (Zhang et al (2002); Ji dan Min (2005); Bhatti dan Jayaraman (2008)). Karena sistem
Enterprise Resource Planning adalah suatu sistem informasi yang sangat terintegrasi, design,
implementasi, dan operasi sistem ini memerlukan kerjasama antara anggota lini dan staf dari
semua segmen bisnis. Dukungan manajemen puncak dapat memainkan peran yang berguna
dalam pengaturan perselisihan dan dapat memberikan penyelesaian yang jelas untuk setiap
keraguan.(Zhang et al, 2002). Penelitian terhadap kegagalan sistem Enterprise Resource
Planning menunjukkan bahwa pembatalan proyek terjadi ketika manajemen senior
mendelegasikan pemantauan kemajuan dan keputusan pada saat-saat kritis dari proyek kepada
ahli teknis (Motwani, 2002). Dukungan manajemen memastikan bahwa proyek ini akan
menerima dana dan sumberdaya yang cukup untuk menjadi sukses. Selain itu sistem Enterprise
-
-- PPaaggee 77 ooff 3333 --
Resource Planning menyebabkan perubahan radikal dalam kebiasaan kerja dan prosedur yang
memerlukan penyelarasan yang cukup besar di dalam perusahaan. Hal ini tidak akan tercapai
kecuali jika manajer puncak terlibat dalam setiap langkah implementasi sistem ini (Rao, 2000).
Argumen Zhang, et al (2002) menyatakan bahwa dukungan manajemen puncak dalam
implementasi sistem Enterprise Resource Planning mempunyai dua segi utama, yaitu memiliki
jiwa kepemimpinan dan menyediakan sumber daya yang diperlukan. Manajemen puncak harus
mampu menunjukkan suatu sikap kepemimpinan. Seorang pemimpin memegang peranan
penting, karena keberadaanya dapat menentukan maju atau tidaknya suatu perusahaan itu.
Kesediaan untuk memberikan sumberdaya adalah indikator lain dari komitmen manajemen
puncak untuk proyek Enterprise Resource Planning. Implementasi sistem Enterprise Resource
Planning bisa gagal jika sebagian dari sumber daya kritis seperti karyawan, dana dan alat-alat
yang diperlukan tidak tersedia. Uraian diatas mendasari pengembangan hipotesis pertama
sebagai berikut:
H1. Dukungan manajemen puncak berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan implementasi sistem Enterprise Resource Planning.
2.5. Pengaruh Manajemen Proyek yang Efektif terhadap Keberhasilan Implementasi
Sistem Enterprise Resource Planning
Aktifitas manajemen proyek berlangsung dari tahap awal siklus hidup ERP hingga ERP selesai
(terminated). Perencanaan dan pengendalian proyek adalah fungsi dari karakteristik proyek
seperti ukuran proyek, pengalaman dengan teknologi, dan struktur proyek (Somers and Nelson,
2004). Manajemen proyek mengkoordinasikan penggunaan keterampilan dan pengetahuan.
Selanjutnya memonitor kemajuan dan pencapaian tujuan proyek ERP. Rencana implementasi
proyek formal mendefinisikan kejadian penting seperti kegiatan proyek, rencana kegiatan
proyek personil dan mengatur proses proyek ERP (Bhatti, 2005; Zhang, et al., 2002).
Implementasi sistem ERP adalah proyek yang kompleks yang melibatkan kemungkinan
kejadian-kejadian yang tak terduga. Oleh karena itu manajemen risiko dibutuhkan untuk
meminimalkan dampak dari insiden yang tidak direncanakan dengan mengidentifikasi risiko
potensial sebelum konsekuensi yang merugikan terjadi (Bhatti, 2005; Alleman, 2002).
-
-- PPaaggee 88 ooff 3333 --
Implementasi sistem Enterprise Resource Planning adalah serangkaian aktivitas
kompleks, yang melibatkan semua fungsi bisnis dan seringkali membutuhkan waktu antara satu
sampai dua tahun usaha, sehingga perusahaan harus memiliki proyek manajemen yang efektif
untuk mengendalikan proses implementasi, menghindari biaya yang melebihi anggaran dan
memastikan implementasi sesuai jadwal. Jika target penyelesaian jadwal waktu singkat, tekanan
untuk melakukannya dengan terburu-buru akan menghasilkan proses implementasi yang tidak
teratur. Di sisi lain, jika pelaksanaan tertunda telalu lama, orang akan cenderung kehilangan
kesabaran yang juga akan menghasilkan penolakan terhadap proses implementasi. Memilih
pemimpin proyek yang tepat juga merupakan hal yang penting untuk keberhasilan
implementasi. Uraian diatas mendasari pengembangan hipotesis kedua sebagai berikut:
H2. Manajemen proyek yang efektif berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan implementasi sistem Enterprise Resource Planning.
2.6. Pengaruh Business Process Reengineering terhadap Keberhasilan Implementasi
Sistem Enterprises Resources Planning
Hammer and Champy (2001) mendefinisikan business process reengineering sebagai pemikiran
ulang fundamental dan mendesign ulang secara radikal proses bisnis untuk mencapai perbaikan,
tindakan kontemporer kinerja, seperti biaya, kualitas layanan, dan kecepatan. Somers dan
Nelson (2004) menyatakan bahwa business process reengineering memainkan peran penting
dalam tahap awal implementasi. Selanjutnya, penting dalam tahap penerimaan dan cenderung
kurang penting ketika teknologi menjadi rutin. Menurut Somers and Nelson (2004) model bisnis
yang baru dan rekayasa ulang yang mendorong pilihan teknologi merupakan faktor yang
memungkinkan yang dapat memberikan keberhasilan ERP. Nah, et al. (2003).menyebutkan
bahwa rekayasa ulang harus melanjutkan dengan ide-ide baru dan update untuk mengambil
keuntungan penuh dari sistem ERP ketika sistem sedang digunakan.
Banyak organisasi telah membuat hal yang tidak perlu dan/atau kustomisasi kompleks
untuk software ERP karena pelaksana perubahan itu tidak sepenuhnya memahami praktek bisnis
organisasi (Nah, et al. 2003). Menerapkan sistem Enterprise Resource Planning melibatkan
rekayasa ulang proses bisnis yang ada untuk standar proses bisnis yang terbaik (Motwani, et al,
2002). Salah satu alasan pokok mengapa Enterprise Resource Planning dan sistem canggih
-
-- PPaaggee 99 ooff 3333 --
lainnya gagal adalah bahwa organisasi tidak memperdulikan sejauh mana mereka harus berubah
dan rekayasa ulang proses bisnis yang ada dalam rangka untuk mengakomodasi pembelian
mereka. Sistem Enterprise Resource Planning dibangun atas dasar praktek-praktek terbaik yang
diikuti dalam industri. Semua proses dalam perusahaan harus sesuai dengan model Enterprise
Resource Planning.
Dimensi tentang business process reengineering adalah: (1) kesediaan perusahaan untuk
rekayasa ulang; (2) kesiapan perusahaan untuk perubahan; (3) kemampuan perusahaan untuk
rekayasa ulang dan (4) komunikasi. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa semakin siapnya
suatu organiasi untuk berubah, semakin berhasil implementasinya. Motwani et al, (2002)
menyarankan bahwa organisasi harus disiapkan dan siap untuk perubahan mendasar untuk
memastikan keberhasilan business process reengineering. Sementara itu komunikasi merupakan
faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan business process reengineering yang merupakan
aktivitas mendesain ulang budaya, struktur, dan proses perusahaan saat ini. Jika orang-orang
didalam perusahaan tidak diberikan cukup informasi tentang tujuan business process
reengineering, mereka akan merasa tidak pasti tentang pekerjaan mereka yang dapat
menghambat kemajuan rekayasa ulang. Uraian diatas mendasari pengembangan hipotesis
ketiga sebagai berikut:
H3. Business process reengineering berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan implementasi sistem Enterprise Resource Planning.
2.7. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Keberhasilan Implementasi Sistem
Enterprise Resource Planning
Pendidikan dan pelatihan pengguna untuk menggunakan ERP penting karena ERP bukan
sebuah sistem yang mudah digunakan, bahkan dengan kemampuan teknologi informasi yang
baik (Woo, 2007). Nah, et al. (2003) berargumen bahwa pelatihan yang memadai dapat
membantu meningkatkan keberhasilan untuk sistem ERP. Manfaat penuh dari ERP tidak dapat
direalisasikan sampai pengguna akhir menggunakan sistem tersebut dengan benar. Untuk
membuat pelatihan pengguna akhir berhasil, pelatihan harus dimulai sejak dini, sebaiknya jauh
sebelum implementasi dimulai (Umble, et al. 2003). Umble, et al. (2003) juga menyebutkan
bahwa terlalu sering, karyawan diharapkan untuk dapat menggunakan sistem baru secara efektif
-
-- PPaaggee 1100 ooff 3333 --
hanya didasarkan pada pendidikan dan pelatihan, namun pada kenyataannya banyak proses
pembelajaran yang berasal dari penggunaan di bawah kondisi normal operasi. Dengan demikian
individu yang ditunjuk sebagai pemimpin proyek sebaiknya harus menjaga keberlangsungan
komunikasi dengan semua pengguna sistem dan memonitor kegunaan sistem, masalah dengan
sistem dan sistem yang baru, serta kebutuhan akan pelatihan pasca implementasi.
Zhang et al, (2002) berargumen alasan utama untuk pendidikan dan pelatihan adalah
untuk meningkatkan tingkat keahlian dan pengetahuan pengguna dalam perusahaan. Pendidikan
dan pelatihan mengacu pada proses menyediakan suatu pemahaman tentang logika dan
keseluruhan konsep sistem Enterprise Resource Planning. Jadi setiap orang dapat memiliki
pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana pekerjaan mereka terkait dengan bidang
fungsional lainnya dalam perusahaan. Alasan utama untuk pendidikan dan pelatihan adalah
untuk meningkatkan tingkat keahlian dan pengetahuan orang-orang dalam perusahaan. Tiga
aspek tetang isi dari pelatihan adalah : (1) Logika dan konsep Enterprise Resource Planning; (2)
Fitur daru perangkat lunak Enterprise Resource Planning dan (3) Hands-on training. Konsep
pelatihan menunjukkan kepada orang-orang mengapa sistem Enterprise Resource Planning
diimplementasikan dan mengapa perubahan untuk sistem Enterprise Resource Planning
diperlukan, sementara hands-on training membantu mengatasi rasa takut untuk sistem komputer
karena para manajemen takut bahwa mereka tidak mengerti tentang komputer dan mereka akan
kehilangan kekuasaan jika tenaga kerja berkurang karena komputerisasi, dan pendidikan dapat
mengatasi rasa takut. Uraian diatas mendasari pengembangan hipotesis keempat sebagai
berikut:
H4. Pendidikan dan pelatihan berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan implementasi sistem Enterprise Resource Planning.
2.8. Pengaruh Dukungan Pemasok Terhadap Keberhasilan Implementasi Sistem
Enterprise Resource Planning
Sistem ERP memerlukan investasi yang terus menerus dalam hal penambahan modul baru dan
upgrade untuk menambahkan fungsionalitas, mencapai kecocokan yang lebih baik antara bisnis
dengan sistem, dan menyadari nilai strategis mereka. Akibatnya, dukungan pemasok dalam
bentuk bantuan teknis, pemeliharaan darurat, pembaruan, dan pelatihan pengguna khusus,
-
-- PPaaggee 1111 ooff 3333 --
merupakan faktor penting yang dikemas dengan perangkat lunak ERP pada tahap implementasi
(Dezdar and Ainin, 2010). Kebutuhan dukungan pemasok dalam implementasi ERP lebih besar
daripada proyek sistem informasi yang lainnya karena implementasi proyek ERP memerlukan
berbagai keterampilan dan pengetahuan teknis implementasi. Dezdan and Ainin (2010) juga
menyebutkan bahwa organisasi yang mengimplementasi ERP memiliki semua pengetahuan
tentang sistem. Oleh karena itu sangat penting bila pemasok ERP mendukung organisasi yang
mengimplementasikan ERP baik selama maupun setelah implementasi.
Rasmy, et al. (2005) dan Zhang et al, (2002) menguraikan tiga dimensi dukungan vendor
yaitu : (1) Waktu respons layanan dari software vendor; (2) konsultan berkualitas dengan
pengetahuan baik proses bisnis dan teknologi informasi termasuk sistem Enterprise Resource
Planning pemasok; (3) Partisipasi pemasok dalam implementasi. Sangat penting bagi staff
vendor untuk memiliki pengetahuan dalam proses bisnis dan fungsi sistem Enterprise Resource
Planning dan konsultan juga harus memiliki keterampilan interpersonal dan mampu bekerja
dengan orang lain. Pemasok perangkat lunak harus dipilih dengan hati-hati karena mereka yang
memegang bagian penting dalam membentuk hasil akhir dari pelaksanaan. Uraian diatas
mendasari pengembangan hipotesis kelima yakni:
H5. Dukungan pemasok berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan implementasi sistem Enterprise Resource Planning.
2.9. Keberhasilan Implementasi Sistem Enterprise Resource Planning Berpengaruh
Signifikan terhadap Net-Benefit bagi Perusahaan
Markus, et al (2000), mendefinisikan sukses Enterprise Resource Planning dari beberapa
aspek, termasuk keberhasilan yang dilihat dari aspek teknis, operasional, orang, ekonomi,
keuangan atau istilah bisnis strategis. Gable et al. (2003) memvalidasi sebuah model untuk
mengukur keberhasilan dalam empat dimensi: individual impact, organizational impact,
imformation quality dan system quality. Ji dan Min, (2005) menyatakan untuk beberapa
perusahaan sangatlah sulit untuk mengukur keberhasilan implementasi sistem Enterprise
Resource Planning dengan menggunakan sebuah ukuran seperti manfaat keuangan. Dalam
penelitian ini peniliti mencoba mengusulkan untuk mengukur keberhasilan sistem Enterprise
Resource Planning dalam tiga kategori yaitu: system quality, information quality, service
-
-- PPaaggee 1122 ooff 3333 --
quality. Menurut Bhatti dan Jayaraman (2008) sistem Enterprise Resource Planning
menawarkan manfaat yang besar kepada organisasi. Sistem Enterprise Resource Planning
menawarkan tiga manfaat utama: (1) Otomatisasi proses bisnis; (2) Akses tepat waktu terhadap
informasi manajemen; (3) Peningkatan dalam rantai pasokan melalui e-commerce dan e-
communication.
Markus, et al (2000) telah meringkas manfaat bagi perusahaan kecil maupun besar dari
implementasi sistem Enterprise Resource Planning dari sudut pandang teknis maupun sudut
pandang bisnis. Shang dan Seddon (2002) telah menciptakan kerangka untuk meringkas
manfaat dari sistem perusahaan (termasuk Sistem Enterprise Resource Planning). Manfaat dari
sistem Enterprise Resource Planning dapat diklasifikasikan ke dalam lima dimensi yang
berbeda yakni: Operational benefits, Managerial benefits, Strategic benefits, IT Infrastructure
benefits, Organizational benefits. Delone and McLean (2002) menyatakan net benefit sebagai
suatu ukuran untuk mengukur efek positif dari sistem informasi. Delone and Mclean (2003)
menunjukkan bahwa masing-masing subjek studi harus menentukan dimana manfaat ini akan
terjadi atau siapa yang menerima manfaatnya. Uraian diatas mendasari pengembangan hipotesis
keenam, yakni::
H6. Keberhasilan implementasi berpengaruh signifikan terhadap Net-Benefit sistem Enterprise Resource Planning bagi perusahaan.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Desain penelitian dan Teknik Sampling
Penelitian ini menggunakan data primer dengan menerapkan metode survei melalui
pengiriman sejumlah kuesioner kepada sejumlah responden dengan teknik purposive sampling
yang. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2007-2010. Data populasi diperoleh dari ICMD 2010 serta IDX Factbook 2011. Kriteria
penarikan sampel yang menjadi subyek penelitian ini adalah responden dengan jabatan
supervisor, manajer/setara dan direktur yang bekerja di perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI pada tahun 2007 hingga 2010. Besarnya sampel ditentukan berdasarkan jumlah responden
yang mengembalikan daftar pertanyaan. Jumlah kuesioner yang dikirimkan sebesar 525
kuesioner yang disebar melalui pos, email, maupun pengiriman langsung oleh peneliti.
-
-- PPaaggee 1133 ooff 3333 --
Sebanyak 110 yang kembali, namun 10 buah diantaranya tidak terisi lengkap, sehingga hanya
100 kuesioner yang dapat diolah (19,05%).
3.2. Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini memuat lima konstruk eksogen (dukungan manajemen puncak; manajemen
proyek yang efektif; business process reengineering; pendidikan dan pelatihan; dukungan
pemasok) serta dua konsstruk endogen (keberhasilan implementasi sistem ERP dan net-benefit
sistem ERP bagi perusahaan). Kausalitas antar konstruk dimodelkan dalam Model Penelitian
sebagaimana dapat disimak pada Gambar 1 (dalam Lampiran 4). Baik konstruk eksogen
maupun endogen diukur dengan skala ordinal menggunakan lima skala Likert (1= sangat tidak
setuju hingga 5 = sangat setuju). Dalam menentukan item-item pertanyaan indikator refleksif
atas konstruk eksogen maupun endogen, peneliti mengacu pada DeLone and McLean (1992,
2003); Ehie and Madsen (2005); Gable, et al.(2003); Ifinedo (2008); Ifinedo and Nahar (2006);
Lee, et al. (2010); Sedera, et al. (2003); Wen and Tsaur. (2007), serta Zhang, et al. (2002).
Adapun operasionalisasi variabel dalam penelitian ini secara lengkap dapat disimak pada Tabel
1 dalam Lampiran 1.
3.3. Analisis Data
Penelitian ini menerapkan latent-path modeling dengan pendekatan Partial Least Square
(PLS). Mengacu pada Ghozali (2011), PLS hanya digunakan jika data yang dimiliki tidak dapat
diselesaikan dengan Covariance Based SEM. PLS menjadi metode analisis yang powerful oleh
karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu. Oleh karena
pendekatan PLS adalah distribution free (tidak mengasumsikan data berdistribusi tertentu) maka
pendekatan PLS tidak mengasumsikan uji normalitas. Besar sampel minimal yang
direkomendasikan untuk PLS berkisar dari 30-100 kasus. Untuk tujuan prediksi, pendekatan
PLS lebih cocok karena dengan pendekatan ini diasumsikan bahwa semua ukuran variance
adalah variance yang berguna untuk dijelaskan. Penelitian ini menerapkan reflective indikator
guna menjelaskan konstruk eksogen maupun endogen.
Reflective indicator adalah indikator yang dianggap dipengaruhi oleh konstruk laten, atau
indikator yang dianggap merefleksikan/merepresentasikan konstruk. Reflective indicator
-
-- PPaaggee 1144 ooff 3333 --
mengamati akibat yang ditimbulkan oleh variabel laten (arah hubungan kausalitas dari konstruk
ke indikator atau manifes)(Ghozali, 2011). Aplikasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah
SmartPLS versi 2.0. Dalam program ini terdapat metode bootstrap yang merupakan metode
berbasis resampling data yang digunakan untuk menentukan nilai t-statistic. Setiap kali
melakukan bootstrap nilai T-statistic akan berbeda-beda karena menggunakan iterasi yang
dilakukan secara random, tetapi tidak demikian dengan bootstrapping 500 kali. Adapun tahapan
pengujian dalam PLS diawali dengan pengujian model pengukuran (Outer Model) dan
dilanjutkan dengan pengujian Model Struktural (Inner Model).
Uji Model Pengukuran (Outer Model). Mengacu pada Ghozali (2011), Outer model sering
juga disebut (outer relation) yang mendefinisikan hubungan setiap variabel indikator dengan
variabel latennya. Guna menilai outer model pada penelitian dengan indikator refleksif
digunakan kriteria convergent validity untuk uji validitas, serta composite reliability untuk uji
reliabilitas.
Uji Validitas. Uji validitas dilakukan untuk mengukur seberapa jauh sebuah indikator dapat
menggambarkan konstruk/latent teoritisnya atau dengan kata lain seberapa jauh sebuah sampel
dapat mewakili populasinya. Convergent Validity diukur dengan melihat korelasi antara item
score/component score dengan construct score yang dihitung dengan PLS, dan teramati sebagai
loading factor. Idealnya, indikator individu dianggap valid jika memiliki nilai korelasi > 0.70 .
Namun pada tahap pengembangan skala, loading 0.50 0.60 masih dapat diterima. (Chin, 1998
dalam Ghozali, 2011).
Uji Reliabilitas. Uji reliabilitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah jawaban
responden konsisten dari waktu ke waktu. Banyak yang menggunakan cronbach alpha ntuk
menguji reliabilitas ini, namun SEM menggunakan composite reliability. Suatu konstruk
memliki tingkat reliabilitas yang baik jika nilai Composite Reliability 0,70; nilai CR yang
berada di antara 0,60 0,70 masih dapat diterima dengan syarat validitas indikator dalam model
baik (Ghozali, 2011).
Uji Signifikansi Indikator Konstruk. Uji signifikansi dilakukan untuk melihat tingkat
signifikansi setiap indikator konstruk dalam model penelitian. Nilai signifikansi menyatakan
-
-- PPaaggee 1155 ooff 3333 --
tingkat signifikansi setiap konstruk dalam model penelitian yang ditunjukkan dengan nilai T-
Statistik yang dilakukan dengan prosedur bootstraping . Setiap konstruk dinyatakan signifikan
jika nilai outer T-statistic > 1.64 (T-tabel) untuk p < 0.10; > 1.96 untuk p < 0.05; atau > 2.58
untuk p < 0.01 (Ghozali, 2011).
Uji Model Struktural (Inner Model). Model Struktural dievaluasi dengan menggunakan R2
untuk menjelaskan variabilitas konstruk endogen oleh konstruk eksogen, dengan menggunakan
ukuran Stone-Geisser Q2 Test. serta signifikansi inner t-statisticdengan prosedur
bootstrapingdari koefisien parameter jalur struktural, yang ditunjukkan oleh nilai original
sampel (Ghozali, 2011).
Analisis Pengujian Hipotesis. Pengambilan keputusan atas penerimaan atau penolakan
hipotesis dilakukan dengan melihat signifikansi inner t-statistic yakni > 1.64 untuk p < 0.10; >
1.96 untuk p < 0.05; atau > 2.58 untuk p < 0.01.
4. HASIL ANALISIS & PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Demografi Responden dan Statistik Deskriptif
Hasil olah statistik demografi responden maupun statistik deskriptif tersaji masing-masing pada
Tabel 2 dan Tabel 3 (dalam Lampiran 2).
4.2. Pengujian Model Pengukuran (Outer Model)
Uji Validitas. Convergent validity berdasarkan hasil olahan PLS algoritma untuk konstruk
eksogen dan endogen dapat diamati pada nilai loading factor-nya, yang dapat dismak pada
Gambar 2 (dalam Lampiran 4). Tampak pada Gambar 2, bahwa seluruh nilai loading factor
setiap indikator terhadap konstruk eksogen maupun endogen memiliki hasil > 0,50, kecuali pada
indikator dengan DMP2 yang merupakan indikator untuk konstruk Dukungan Manajemen
Puncak. Oleh karena nilai loading factor DMP2 sebesar 0,413 (< 0,50), maka indikator DMP2
harus dikeluarkan dari model. Kemudian dilakukan penghitungan kembali dengan PLS
algoritma. Nilai loading factor setiap indikator konstruk eksogen dan endogen setelah eliminasi
DMP2, ternyata tidak lagi menunjukkan adanya nilai loading factor yang < 0,50. Dan hal ini
dapat diamati pada Tabel 4 (dalam Lampiran 3) ataupun pada Gambar 3 (dalam Lampiran
5). Dengan demikian seluruh konstruk penelitian memiliki validitas yang baik.
-
-- PPaaggee 1166 ooff 3333 --
Uji Reliabilitas. Nilai Composite Reliability setiap konstruk eksogen dan endogen dapat dilihat
pada Tabel 4 (dalam Lampiran 3). Berdasarkan Tabel 4 tersebut diketahui nilai composite
reliability setiap konstruk memiliki nilai 0,70 berarti dapat disimpulkan bahwa konstruk
eksogen dukungan manajemen puncak, konstruk eksogen manajemen proyek yang efektif,
konstruk eksogen Business Process Reengineering, konstruk eksogen pendidikan dan pelatihan,
konstruk eksogen dukungan pemasok, kostruk endogen keberhasilan implementasi sistem ERP
dan konstruk endogen net-benefit ERP bagi perusahaan semuanya memiliki reliabilitas yang
baik.
Uji Signifikansi Indikator Konstruk. Hasil bootstraping untuk seluruh indikator setelah
eliminasi indikator DMP2, menunjukkan signifikansi setiap indikator konstruk, dengan
membandingkan nilai T-statistik terhadap T-tabel. Peneliti mengasumsikan tingkat keyakinan
pada penelitian ini berada pada = 0.05. Oleh karena nilai T-statistik setiap indikator konstruk
> T-tabel (1,96), dengan demikian, tampak bahwa seluruh indikator signifikan merefleksikan
konstruk yang relevan. Penjabaran ini dapat diamati pada Tabel 4 (dalam Lampiran 3),
ataupun pada Gambar 4 (dalam Lampiran 5).
4.3. Pengujian Model Struktural (Inner Model)
Stone-Geisser Q2 Test. Uji ini dilakukan dengan modul PLS algoritma (dalam SmartPLS-v.2)
guna mendapatkan nilai R2 yang berperan menjelaskan variabilitas konstruk endogen yang
mampu dijelaskan oleh konstruk eksogen. Nilai R2 dalam model penelitian dapat dilihat pada
Tabel 4 (dalam Lampiran 3) serta Gambar 3 (dalam Lampiran 5). Hasil olahan data
menyajikan bahwa pada konstruk endogen Keberhasilan Implementasi Sistem ERP (KIS)
memiliki nilai R2 sebesar 0,6102. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas konstruk
Keberhasilan Implementasi Sistem ERP yang dapat dijelaskan oleh konstruk eksogen Dukungan
Manajemen Puncak, Manajemen Proyek yang Efektif, Business Process Reengineering,
Pendidikan dan Pelatihan, serta Dukungan Pemasok, adalah sebesar 61,02% sedangkan sekitar
38,98% lainnya dijelaskan oleh variabel lain diluar dari variabel yang diteliti. Sementara itu,
konstruk endogen Net-Benefit ERP bagi Perusahaan (MBP) memiliki nilai R2 sebesar 0,4315,
hal ini dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas konstruk Net-Benefit ERP bagi Perusahaan
-
-- PPaaggee 1177 ooff 3333 --
yang dapat dijelaskan oleh konstruk endogen keberhasilan implementasi sistem ERP sebesar
43,15%, sedangkan 56,85% lainnya dijelaskan oleh variabel lain diluar dari konstruk yang
diteliti.
Signifikansi Pengaruh antar Konstruk. Tahap berikutnya adalah melihat pengaruh yang
terjadi antar konstruk yang ada. Pengaruh antar konstruk dapat dinilai dari hasil path coefficient
yang dihasilkan dari PLS. Hasil path coefficient yang ditunjukkan oleh nilai original
sampletersaji pada Tabel 5 (dalam Lampiran 3) dan Gambar 3 (dalam Lampiram 5).
Signifikansi pengaruh dari path coefficient ditunjukkan oleh nilai T-statisik, yang dihasilkan
melalui prosedur bootstraping, tersaji pada Tabel 5 (dalam Lampiran 3) serta Gambar 4
(dalam Lampiram 5). Perbedaan angka yang tertera, semata dikarenakan pembulatan yang
dilakukan secara otomatis oleh aplikasi SmartPLS.
Analisis Pengujian Hipotesis. Hasil uji enam hipotesis penelitian tersaji pada Tabel 5 (dalam
Lampiran 3), yang juga dapat ditelusuri pada Lampiram 5 yakni Gambar 3terkait dengan
nilai original sample/path coefficientdan Gambar 4 yang menampilkan nilai T-statistik dari
original sample/path coefficient.
Hipotesis 1. H1 menyatakan bahwa Dukungan manajemen puncak berpengaruh signifikan
terhadap keberhasilan implementasi sistem Enterprise Resource Planning. Nilai original sample
adalah positif yaitu sebesar 0,0627, hal ini menyatakan bahwa hubungan antara Dukungan
Manajemen Puncak dan Keberhasilan Implementasi Sistem Enterprise Resource Planning
adalah positif. Hasil pengujian terhadap path coefficient menunjukkan bahwa Dukungan
Manajemen Puncak tidak berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan Implementasi Sistem
Enterprise Resource Planning dengan nilai T Statistik sebesar 0,6799 (< 1,96 pada =0,05).
Oleh karena H0 tidak berhasil ditolak, dengan demikian, Hipotesis Pertama ditolak. Hasil
ini tidak konsisten dengan penelitian Zhang, et al. (2002), Rasmy, et al. (2005), Bhatti and
Jayaraman (2008), Ganesh and Mehta (2010) dan Moohebat , et al. (2011). Tetapi konsisten
dengan hasil penelitian Ji and Min (2005). Temuan ini menunjukkan bahwa Dukungan
Manajemen Puncak tidak memiliki pengaruh terhadap keberhasilan implementasi sistem ERP.
Ada dua kemungkinan alasan untuk hasil ini yaitu pertama motivasi dan perilaku manajemen
-
-- PPaaggee 1188 ooff 3333 --
puncak tidak konsisten dengan tujuan bisnis. Banyak keputusan dan pelaksanaan teknologi
informasi yang dibuat atas dasar keputusan politik dan belum tentu berhubungan dengan bisnis.
Dalam banyak kasus, proyek ERP diperlakukan sama seperti proyek teknologi informasi pada
umumnya, dimana manajemen puncak tetapi tidak secara aktif berpartisipasi didalamnya.
Alasan yang kedua yaitu manajer puncak di perusahaan biasanya tidak mengandalkan informasi
yang sistematis untuk membuat keputusan meskipun sistem informasi telah dilaksanakan. Jadi,
meskipun manajemen puncak memulai proyek ERP untuk beberapa alasan seperti alasan politik,
mereka tetap tidak akan memberikan banyak perhatian atas proyek ERP ini.
Hipotesis 2. H2 menyatakan bahwa Manajemen proyek yang efektif berpengaruh signifikan
terhadap keberhasilan implementasi sistem Enterprise Resource Planning. Nilai original sample
adalah positif yaitu sebesar 0,3275, hal ini menyatakan bahwa hubungan antara Manajemen
Proyek yang Efektif dan Keberhasilan Implementasi Sistem Enterprise Resource Planning
adalah positif. Hasil pengujian terhadap path coefficient menunjukkan bahwa Manajemen
Proyek yang Efektif berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan Implementasi Sistem
Enterprise Resource Planning dengan nilai T Statistik sebesar 3,9542 (>1,96 pada =0,05).
Oleh karena H0 berhasil ditolak, dengan demikian, Hipotesis kedua diterima. Hasil ini
konsisten dengan penelitian Zhang, et al. (2002), Ji and Min (2005), Rasmy, et al. (2005),
Bhatti and Jayaraman (2008), Ganesh and Mehta (2010), Dezdar and Ainin (2011) dan
Moohebat , et al. (2011). Temuan ini menunjukkan bahwa Manajemen Proyek yang Efektif
memiliki pengaruh terhadap keberhasilan implementasi sistem ERP. Perusahaan yang
mengimplementasikan ERP harus memiliki manajemen proyek yang efektif untuk mengawasi
proses implementasi ERP untuk menghindari pengeluaran yang berlebihan dan menjamin
pelaksanaan sesuai dengan jadwal. Mengimplementasikan sistem ERP adalah seperangkat
tindakan yang sulit yang sering waktu membutuhkan sekitar dua tahun usaha yang terus
menerus dan melibatkan semua unit bisnis. Jika perusaha pengimplementasi ERP tidak
memahami dasar-dasar dari manajemen proyek yang efektif, mereka akan menghadapi resiko.
Dalam sebuah proyek implementasi ERP, ada beberapa bagian yang perlu pertimbangan, seperti
ruang lingkup, rencana integrasi, waktu, kualitas, biaya, sumber daya manusia, risiko,
-
-- PPaaggee 1199 ooff 3333 --
komunikasi, dan pengadaan. Proyek implementasi ERP akan berhasil jika manajemen proyek
dapat mengatur dan menyeimbangkan semua faktor dengan benar. Dezdar and Ainin (2010).
Hipotesis 3. H3 menyatakan bahwa Business process reengineering berpengaruh signifikan
terhadap keberhasilan implementasi sistem Enterprise Resource Planning. Nilai original sample
adalah positif yaitu sebesar 0,1851, hal ini menyatakan bahwa hubungan antara Business
Process Reengineering dan Keberhasilan Implementasi Sistem Enterprise Resource Planning
adalah positif. Hasil pengujian terhadap path coefficient menunjukkan bahwa Business Process
Reengineering tidak berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan Implementasi Sistem
Enterprise Resource Planning dengan nilai T Statistik sebesar 1,7255 (< 1,96 pada =0,05).
Oleh karena H0 tidak berhasil ditolak, dengan demikian, Hipotesis ketiga ditolak. Hasil ini
konsisten dengan penelitian Zhang, et al. (2002), Dezdar and Ainin (2011), Moohebat, et al.
(2011). Tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian Ji and Min (2005), Rasmy, et al. (2005),
Bhatti and Jayaraman (2008), Ganesh and Mehta (2010). Temuan ini menunjukkan bahwa
Business Process Reengineering tidak memiliki pengaruh terhadap keberhasilan implementasi
sistem ERP. Alasan orang melakukan penolakan terhadap perubahan teknologi karena takut
kehilangan keleluasaan dan wibawa, takut akan standar yang baru dan tindakan pengendalian,
kekhawatiran tentang hilangnya keamanan kerja, takut membayar kenaikan biaya serta bonus,
dan takut akan belajar sesuatu yang baru. Mungkin salah satu alasan utama untuk perbedaan ini
adalah praktek-praktek sosial dan nilai budaya berbeda dari praktek-praktek barat. Banyak
organisasi yang mengadopsi business process reengineering untuk menyesuaikan proses bisnis
mereka dengan persyaratan ERP. Namun karena kurangnya pengalaman mereka dalam kegiatan
business process reengineering sehingga menyebabkan sistem menjadi gagal.
Hipotesis 4. H4 menyatakan bahwa Pendidikan dan pelatihan berpengaruh signifikan terhadap
keberhasilan implementasi sistem Enterprise Resource Planning. Nilai original sample adalah
positif yaitu sebesar 0,2525, hal ini menyatakan bahwa hubungan antara Pendidikan dan
Pelatihan dan Keberhasilan Implementasi Sistem Enterprise Resource Planning adalah positif.
Hasil pengujian terhadap path coefficient menunjukkan bahwa Pendidikan dan Pelatihan
berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan Implementasi Sistem Enterprise Resource
-
-- PPaaggee 2200 ooff 3333 --
Planning dengan nilai T Statistik sebesar 2,6854 (>1,96 pada =0,05). Oleh karena H0
berhasil ditolak, dengan demikian, Hipotesis keempat diterima. Hasil ini konsisten dengan
penelitian Zhang, et al. (2002), Bhatti and Jayaraman (2008), Ganesh and Mehta (2010),
Dezdar and Ainin (2011). Tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian Rasmy, et al. (2005).
Temuan ini menunjukkan bahwa Pendidikan dan Pelatihan memiliki pengaruh terhadap
keberhasilan implementasi sistem ERP. Semua pengguna harus dilatih untuk mengambil
keuntungan penuh dari kemampuan sistem. Pelatihan harus dimulai dengan pendidikan tim
proyek dalam sistem, lini, dan manajemen proyek, serta berakhir dengan pengguna sistem.
Hipotesis 5. H5 menyatakan bahwa Dukungan pemasok berpengaruh signifikan terhadap
keberhasilan implementasi sistem Enterprise Resource Planning. Nilai original sample adalah
positif yaitu sebesar 0,1342, hal ini menyatakan bahwa hubungan antara Dukungan Pemasok
dan Keberhasilan Implementasi Sistem Enterprise Resource Planning adalah positif. Hasil
pengujian terhadap path coefficient menunjukkan bahwa Dukungan Pemasok tidak berpengaruh
signifikan terhadap Keberhasilan Implementasi Sistem Enterprise Resource Planning dengan
nilai T Statistik sebesar 1,4057 (< 1,96 pada =0,05). Oleh karena H0 tidak berhasil ditolak,
dengan demikian, Hipotesis kelima ditolak. Hasil ini konsisten dengan penelitian Rasmy, et
al. (2005). Tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian Zhang, et al. (2002), Ganesh and
Mehta (2010), Dezdar and Ainin (2011), serta Ifinedo (2008). Temuan ini menunjukkan bahwa
Dukungan Pemasok tidak memiliki pengaruh terhadap keberhasilan implementasi sistem ERP.
Ada beberapa kemungkinan alasan untuk hasil ini: 1) kemungkinan adanya salah koordinasi
antara pihak luar seperti pemasok, mitra dan konsultan yang menyebabkan tidak adanya peran
aktif dalam pelaksanannya; 2) kemungkinan para pemasok tidak memberikan dukungan teknis
yang memadai serta kurangnya pelatihan dan pelayanan yang diberikan.
Hipotesis 6. H6 menyatakan bahwa Keberhasilan implementasi berpengaruh signifikan terhadap
Net-Benefit sistem Enterprise Resource Planning bagi perusahaan. Nilai original sample adalah
positif yaitu sebesar 0,6569, hal ini menyatakan bahwa hubungan antara Keberhasilan
Implementasi Sistem ERP dan net-benefit sistem ERP bagi perusahaan adalah positif. Hasil
pengujian terhadap path coefficient menunjukkan bahwa Keberhasilan Implementasi Sistem
-
-- PPaaggee 2211 ooff 3333 --
ERP berpengaruh signifikan terhadap net-benefit sistem ERP bagi perusahaa dengan nilai T
Statistik sebesar 12,179 (>1,96 pada =0,05). Oleh karena H0 berhasil ditolak, dengan
demikian, Hipotesis keenam diterima. Hasil ini konsisten dengan sebagian penelitian Ramirez
dan Garcia (2005). Temuan ini menunjukkan bahwa Keberhasilan Implementasi Sistem
Enterprise Resource Planning memiliki pengaruh terhadap terhadap net-benefit sistem ERP
bagi perusahaan. Net-benefit mengukur efek positif dari sistem informasi (Delone and Mclean,
2002). Selanjutnya Delone and Mclean (2003) menunjukkan bahwa masing-masing subyek
studi harus menentukan di mana manfaat ini akan terjadi atau siapa penerima manfaatnya.
Dalam penelitian ini, konteks ini adalah individual dan organisasi yang secara khusus bertujuan
untuk mencapai tujuan bisnis dan meningkatkan kemampuan operasional setelah implementasi
sistem ERP.
5. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI
5.1. Kesimpulan
Walaupun dukungan manajemen puncak telah diidentifikasi sebagai faktor keberhasilan
yang paling penting dalam proyek implementasi sistem ERP akan tetapi faktor ini tidak
memiliki pengaruh dalam penelitian ini. Kemungkinan penyebabnya adalah bahwa manajemen
puncak tidak ikut secara aktif berpartisipasi dan tidak memberikan banyak perhatian atas proyek
ERP. Penolakan terhadap perubahan teknologi biasanya dikarenakan hal-hal seperti
kekhawatiran yang tidak beralasan terhadap hilangnya keleluasaan dan wibawa; standar yang
baru; tindakan pengendalian; hilangnya keamanan kerja; kenaikan biaya; belajar sesuatu yang
baru. Dengan adanya rasa ketakutan ini maka business process reengineering tidak memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan implementasi sistem ERP. Dukungan
pemasok terhadap aspek teknis maupun layanan dan pelatihan yang tidak memadai serta salah
koordinasi dengan konsultan sistem informasi mengganggu keberhasilan implementasi sistem
ERP.
Proyek implementasi akan berhasil jika manajemen proyek dapat mengatur dan
menyeimbangkan hal-hal seperti ruang lingkup proyek ERP, rencana implementasi, waktu,
kualitas, biaya, sumber daya manusia, risiko, komunikasi dan pengadaan. Pendidikan dan
-
-- PPaaggee 2222 ooff 3333 --
pelatihan yang memadai dapat membantu keberhasilan implementasi sistem ERP karena ERP
bukanlah sebuah sistem yang mudah digunakan. Pendidikan dan pelatihan tidak hanya
dilakukan selama proses implementasi tetapi harus dilakukan juga setelah proses implementasi.
Dalam penelitian ini, net-benefit sistem ERP bagi perusahaan dapat dirasakan secara individual
dan organisasi yang secara khusus bertujuan untuk mencapai tujuan bisnis dan meningkatkan
kemampuan operasional setelah implementasi sistem ERP.
5.2. Keterbatasan Penelitian
Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner sehingga jawaban responden
cenderung subjektif dan sangat sulit untuk mengetahui apakah kuesioner diisi oleh responden
yang ditetapkan pada awal penelitian karena penulis tidak dapat mensupervisi secara langsung
setiap pengisian kuesioner yang dilaksanakan. Oleh karenanya, hasil penelitian ini terfokus pada
industri objek penelitian. Aspek generalisasi hasil penelitian ini terkait jumlah sampel yang
kecil dari 100 sampel yang diolah (hanya terdiri dari 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2011) yang menerapkan sistem ERP dikarenakan pengumpulan
data dilakukan dengan penyebaran kuesioner yang membutuhkan waktu cukup lama untuk
mendapatkan jawaban dari para responden. Dengan demikian hasil ini belum dapat
digeneralisasi. Key success factor keberhasilan implementasi sistem ERP sejatinya demikian
kompleks, sementara dalam penelitian ini hanya menggunakan lima variabel independen dalam
menguji keberhasilan implementasi sistem ERP.
Relatif tingginya investasi sistem ERP menjadi penyebab belum banyak perusahaan di
Indonesia yang concern dengan implementasi sistem ERP.
5.3. Implikasi
In-depth case-studies dapat dilakukan guna mendapatkan gambaran yang relatif lengkap terkait
dengan implementasi sistem ERP. Studi triangulasi, sebagai suatu pendekatan yang
menggabungkan penelitian kuantitatif dan kualitatif, kiranya dapat diterapkan untuk penelitian
selanjutnya. Penelitian selanjutnya hendaknya memperluas obyek penelitian sehingga tidak
terbatas hanya pada perusahaan manufaktur tetapi juga pada industri lain seperti agrikultur,
pertambangan, infrastruktur, keuangan dan lain-lain sehingga industri menjadi beragam.
-
-- PPaaggee 2233 ooff 3333 --
Penelitian selanjutnya dapat menambah maupun memodifikasi konstruk laten yang diteliti.
Sebagaimana juga disarankan oleh Rasmy, et al., (2005), Neuro-fuzzy dan Bayesian Belief
Network (BBN) dapat diterapkan guna pemodelan hubungan kausalitas. Penelitian selanjutnya
seyogyanya memperbanyak jumlah sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mashari, et al. (2003). Enterprise resource planning: A taxonomy of critical factors.
European Journal of Operational Research (146). hal 352-364.
Alleman, G. B. (2002). Agile Project Management Methods for ERP: How to Apply Agile
Processes to Complex COTS Projects and Live to Tell About It. in Extreme Programming
and Agile Methods: XP/Agile Universe. hal 70-88.
Bhatti, T.R. (2005). Critical success factors for the implementation of enterprise resource
planning (ERP): empirical validation. The Second International Conference on Innovation
in Information Technology (IIT05). hal 1-10.
_______, and Veerappan Jayaraman. (2008). An Empirical Validation of The Critical Success
Factors for The Implementation of ERP Systems. European and Mediterranean
Conference on Information Systems.
Davis, F. D. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of
Information Technology. MIS Quarterly, Society for Management Information Systems
13(3). hal 319-340.
_______, Bagozzi, R. P. and Warshaw, P. R. (1989). User Acceptance of Computer
Technology: A Comparison of Two Theoretical Models. Management Science, INFORMS
35(8). hal 982-1003.
DeLone, W. H. and E. R. McLean. (1992). Information Systems Success: The Quest for the
Dependent Variable. Information Systems Research 3 (1). hal 60-95.
_______.(2002). Information Systems Success Revisited. Proceedings of the 35th Hawaii
International Conference on System Sciences.
_______.(2003). DeLone and McLean Model of Information Systems Success: A Ten-Year
Update. Journal of Management Information Systems 19 (4). hal 9-30.
Dezdar, Shahin., and Sulaiman Ainin. (2011). ERP Implementation Success in Iran: Examining
the Role of System Environment Factors. World Academy of Science, Engineering and
technology (66).
Ehie, Ike C. and Mogens Madsen. (2005). Identifying Critical Issues in Enterprise Resource
Planning (ERP) Implementation. Computer in Industry (56). hal. 545-557.
Gable, et al. (2003). Enterprise systems success: A measurement model. Proceedings of the
Twenty-Fourth International Conference on Information Systems. hal 576-591.
Ganesh, L. and Arpita Mehta. (2010). Critical Success Factors for Successful Enterprise
Resource Planning Implementation at Indian SMEs. International Journal of Business,
Management and Social Sciences (1). hal. 65-78.
Gelinas, Ulric J. and Dull, Richard B. (2008). Accounting Information Systems 7th ed. Thomson
South-Western.
Ghozali, Imam. (2008). Model Persamaan Struktural: Konsep and Aplikasi dengan Program
AMOS 16.0. Semarang: Baand Penerbit Universitas Diponegoro.
-
-- PPaaggee 2244 ooff 3333 --
_______. (2011). Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Leasts
Square Edisi 3 Semarang: Baand Penerbit Universitas Diponegoro.
Hall, James A. (2011). Accounting Information System 7th ed. South-Western College.
Hammer, Michael and James Champy. (2001). Reengineering the Corporation: A Manifesto for
Business Revolution. Harper Business. New York, NY, USA.
Ifinedo, Princely. (2008). Impacts of Business Vision, Top Management Support, and External
Expertise on ERP Success. Business Process Management Journal (14). hal. 551-568.
_______, and Nazmun Nahar (2006). Quality, Impact and Success of ERP Systems: A study
Involving Some Firms in the Nordic-Baltic Region. Journal of Information Technology
Impact (6). hal. 19-46.
Ji, Shaobo and Qingfei Min. (2005). Managing ERP Implementation: A Cultural and
Organizational Context Issue. Proceedings of the Annual Conference of the
Administratice Sciences Association of Canada (ASAC).
Kanaracus, C. (2010) Biggest ERP Failures of 2010, InfoWorld, 12/28/2010, diakses pada
tanggal 30/11/2011 di http://www.infoworld.com/print/146741
Kimberling, E. (2011) ERP Failures and Lawsuits: Its Not Just For the Tier I ERP Vendors,
diakses pada tanggal 30/11/2011 di http://panorama-consulting.com/erp-failures-and-
lawsuits-its-not-just-for-the-tier-i-erp-vendors
Krigsman,M. (2010a). Early warnings: The IT Project Failure Dilemma (part 1), March 29,
2010, diakses pada tanggal 30/11/2011 di
http://www.zdnet.com/blog/projectfailures/early-warnings-the-it-project-failure-dilemma-
part-1/9086
Krigsman, M. (2010b) ERP failure: New research and statistics, February 3, 2010, diakses pada
tanggal 30/11/2011 di http://www.zdnet.com/blog/projectfailures/erp-failure-new-
research-and-statistics/8253
Lee, et al. (2010). The Effect of Organizational Support on ERP Implementation. Industrial
Management & Data Systems (110). hal 269-283.
Markus, et al. (2000). Learning from the Adopters Experiences with ERP: Problems
Encountered and Success Achieved. Journal of Information Technology (15). hal. 245-
265.
Moohebat, et al. (2011). Evaluation of the ERP Implementation at Esfahan Steel Company
Based on Five Critical Success Factors: A Case Study. International Journal of Business
and Management (6).
Motwani, et al. (2002). Successful Implementation of ERP Projects: Evidence from Two Case
Studies. International Journal of Production Economics (75). hal. 83-96.
Nah, F.F-H., et al. (2003). ERP implementation: chief information officers perceptions of
critical success factors. International Journal of Human-Computer Interaction 16(1). hal
522.
Rama, Dasaratha V., and Frederick L Jones. (2006). Accounting Information Systems 1th
ed.
Canada : Thomson South-Western.
Ramirez, Patricio., and Rosario Garcia. (2005). Success of ERP Systems in Chile: An Empirical
Study. Americas Conference on Information Systems (AMCIS).
Rao, Siriginidi Subba. (2000). Enterprise Resource Planning: business needs and technologies.
Industrial Managmement and Data Systems (100). hal. 81-88.
Rasmy, et al. (2005). Enterprise Resource Planning (ERP) Implementation in the Egyptian
Organizational Context. European and Mediterranean Conference on Information
Systems.
http://www.zdnet.com/blog/projectfailures/early-warnings-the-it-project-failure-dilemma-part-1/9086http://www.zdnet.com/blog/projectfailures/early-warnings-the-it-project-failure-dilemma-part-1/9086
-
-- PPaaggee 2255 ooff 3333 --
Rockart, John F. (1979). Chief Executives Define Their Own Data Needs. Harvard Business
Review (2). hal 81-93.
Sedera, et al. (2003). Measuring Enterprise System Success: A Preliminary Model. In
Proceedings of the 9th Americas Conference on Information Systems (AMCIS).
Shang, S and P. B. Seddon. (2002). Assessing and Managing the Benefits of Enterprise
Systems: the business managers perspective. Information Systems Journal (12). hal 271-
299.
Somers Toni M. and Klara G. Nelson. (2004). A taxonomy of players and activities across the
ERP project life cycle. Information and Management, 41(3). hal 257278.
Umble, et al. (2003). Enterprise Resources Planning: Implementation Procedures and Critical
Success Factors. Europen Journal of Operation Research 146. hal 241-257.
Wen C.,Shih and Shu Ming Tsaur. (2007). Investigating the Success of ERP Systems: Case
Studies in Three Taiwanese High-Tech Industries. Computer in Industry (58). hal 783-
793.
Woo, Hong Seng. (2007). Critical success factors for implementing ERP: the case of a Chinese
electronics manufacturer. Journal of Manufacturing Technology Management 18 (4). hal
431-442.
Zhang, et al. (2002). Critical Success Factors of Enterprise Resource Planning Systems
Implementation Success in China. In Proceedings on the 36th Hawaii International
Conference on System Science.
-
-- PPaaggee 2266 ooff 3333 --
LAMPIRAN 1
Tabel 1. Operasionalisasi Konstruk-Indikator
-
-- PPaaggee 2277 ooff 3333 --
LAMPIRAN 2
Tabel 2. Karakteristik Demografi Responden
Tabel 3. Statistik Deskriptif Konstruk Penelitian
-
-- PPaaggee 2288 ooff 3333 --
LAMPIRAN 3
Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Signifikansi Indikator, Nilai R-Square
Tabel 5. Signifikansi Estimasi Inner-Model untuk Uji Hipotesis
-
-- PPaaggee 2299 ooff 3333 --
LAMPIRAN 4
BUSINESS
PROCESS
REENGINEERING
(BPR)
H6
H1
H2
H3
H4
H5
MANAJEMEN
PROYEK YANG
EFEKTIF
(MPE)
DUKUNGAN
MANAJEMEN
PUNCAK
(DMP)
PENDIDIKAN &
PELATIHAN
(PP)
DUKUNGAN
PEMASOK
(DP)
KEBERHASILAN
IMPLEMENTASI
SISTEM ERP
(KIS)
NET BENEFIT
ERP BAGI
PERUSAHAAN
(MBP)
Gambar 1. Model Penelitian
(Sumber: adaptasi dari Zhang, et al, 2002; Ramirez & Garcia, 2005)
Gambar 2. Output PLS Algoritma dengan SmartPLS v.2 (Sebelum Eliminasi Indikator)
-
-- PPaaggee 3300 ooff 3333 --
LAMPIRAN 5
Gambar 3. Output PLS Algoritma dengan SmartPLS v.2 (Setelah Eliminasi Indikator)
Gambar 4. Output Bootstrapping dengan SmartPLS v.2
-
-- PPaaggee 3311 ooff 3333 --
IINNDDEENNTTIITTAASS PPEEMMAAKKAALLAAHH
NAMA PEMAKALAH :
1) F.X. KURNIAWAN TJAKRAWALA (Staf Pengajar Tetap FEUNIVERSITAS TARUMANAGARA, Jakarta)
2) ANDREAS LUKITA (Alumnus FEUNIVERSITAS TARUMANAGARA, Jakarta; Auditor pada
PT PricewaterhouseCoopers Indonesia Advisory/KAP Tanudiredja, Wibisana &
Rekan, Jakarta)
JUDUL MAKALAH :
MMOODDEELL KKAAUUSSAALLIITTAASS CCRRIITTIICCAALL SSUUCCCCEESSSS FFAACCTTOORRSS DDAALLAAMM
IIMMPPLLEEMMEENNTTAASSII SSIISSTTEEMM EENNTTEERRPPRRIISSEE RREESSOOUURRCCEE PPLLAANNNNIINNGG
GGUUNNAA MMEEMMBBEERRIIKKAANN NNEETT BBEENNEEFFIITT BBAAGGII PPEERRUUSSAAHHAAAANN
DDEENNGGAANN MMEENNGGGGUUNNAAKKAANN PPAARRTTIIAALL LLEEAASSTT SSQQUUAARREE
BIDANG KAJIAN : SEKTOR PRIVATSISTEM INFORMASI
Catatan: BIODATA PEMAKALAH terlampir pada halaman berikut
-
-- PPaaggee 3322 ooff 3333 --
BIODATA PEMAKALAH 1
Data Diri
Nama Lengkap : F.X. KURNIAWAN TJAKRAWALA.
Tempat/Tgl. Lahir : Bandar Lampung/31 Januari 1970
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Katholik
Alamat Rumah : Cluster Graha Indira, Blok K30, No.3, CitraRayaTangerang
15710
Contact Phone : 08128162103
Email [email protected]
Pekerjaan : Staf Pengajar Tetap FE-Universitas Tarumanagara, Jakarta
Jabatan Fungsional : Lektor (300)
Alamat Kantor : Kampus 2 Universitas Tarumanagara, Jl. Tanjung Duren Utara
No.1, Jakarta Barat, 11470
Telpon/Faks. Kantor : 021-5655536/021-5655521
Pendidikan
Jenjang Nama Perguruan Tinggi Departemen Gelar
S2 Universitas Gadjah MadaYogyakarta Ilmu Akuntansi M.Si.
S1 Universitas Gadjah MadaYogyakarta Akuntansi S.E., Ak.
mailto:[email protected]
-
33
BIODATA PEMAKALAH 2
Data Diri
Nama Lengkap : ANDREAS LUKITA
Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta/ 31 January 1990
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Alamat Rumah : Pluit Karang Permai II blok L 9 Barat no. 7 Jakarta Utara -14450
Contact Phone : 021-6678981/08988099768
Email : [email protected]
Pekerjaan : Auditor pada PT PricewaterhouseCoopers Indonesia Advisory/
KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan, Jakarta
Alamat Kantor : Plaza 89, JI H R Rasuna Said Kav X-7 No. 6, Jakarta 12940
Telpon/Faks. Kantor : 021-5212901
Pendidikan
Jenjang Nama Perguruan Tinggi Departemen Gelar
S1 Universitas TarumanagaraJakarta Akuntansi S.E.
mailto:[email protected]