MODDEEL KKA AUUSSAALLIITTASS CRRI ITTICCAALL...

download MODDEEL KKA AUUSSAALLIITTASS CRRI ITTICCAALL …sna.akuntansi.unikal.ac.id/makalah/108-SIPE-54.pdf · penelitian yang daoat memberika manfaat bagi pengembangan ilmu akuntansi ...

If you can't read please download the document

Transcript of MODDEEL KKA AUUSSAALLIITTASS CRRI ITTICCAALL...

  • -- PPaaggee 11 ooff 3333 --

    MMOODDEELL KKAAUUSSAALLIITTAASS CCRRIITTIICCAALL SSUUCCCCEESSSS FFAACCTTOORRSS DDAALLAAMM IIMMPPLLEEMMEENNTTAASSII

    SSIISSTTEEMM EENNTTEERRPPRRIISSEE RREESSOOUURRCCEE PPLLAANNNNIINNGG GGUUNNAA MMEEMMBBEERRIIKKAANN NNEETT

    BBEENNEEFFIITT BBAAGGII PPEERRUUSSAAHHAAAANN DDEENNGGAANN MMEENNGGGGUUNNAAKKAANN PPAARRTTIIAALL LLEEAASSTT

    SSQQUUAARREE

    FF..XX.. KKUURRNNIIAAWWAANN TTJJAAKKRRAAWWAALLAA 1

    AANNDDRREEAASS LLUUKKIITTAA 2

    Universitas Tarumanagara

    Abstract

    Enterprise Resource Planning (ERP) systems are highly complex information systems.

    ERP implementation is a very difficult and expensive project an organization can ever take. The

    purpose of this study is to examine the effect of critical success factors such as top management

    support, effective project management, business process reengineering education and training,

    and vendor support to successful implementation of ERP systems, as well to examine the effect

    of successful implementation of ERP systems to net benefit for enterprise. This study is an

    adaptation of the previous studies conducted by Zhang, et al. (2002) & Ramirez and Garcia

    (2005). A conceptual model for ERP implementation success has been developed. Primary data

    collection is done by releasing 525 sets of questionnaires and addressed at the managerial level

    of respondents who work in manufacturing companies with the response rate of 19,05%.

    Collected data are analyzed using Partial Least Squares (PLS) technique of SmatPlS-v. The

    results obtained are critical succes factors such as effective project management and education

    and training have an effect on successful implementation of ERP systems Other critical success

    factors such as top management support, business process reengineering and vendor, however

    support have no effect on successful implementation of ERP systems.

    Keywords: enterprises resources planning, critical success factors, implementation of ERP

    systems, net-benefit for enterprise, partial least square

    1. PENDAHULUAN

    Sistem Perusahaan dapat disusun dengan sebuah paket software standar yang

    menyediakan sarana sistem yang terintegrasi dan sumber informasi untuk proses manajemen

    dan operasional di seluruh aktivitas bisnis yang luas. Perkiraan yang disediakan pada enterprise

    system telah berkembang diantaranya adalah Enterprise Resource Planning (ERP), Customer

    Relationship Management (CRM) dan Supply Chain Management (SCM). ERP adalah suatu

    paket aplikasi software yang terintegrasi untuk digunakan secara luas di organisasi yang

    mendukung otomatisasi di seluruh proses bisnis yang ada dalam organisasi. Dahulu hanya

    perusahaan-perusahaan yang berskala besar saja yang dapat mengimplementasikan sistem ERP

    1 Staf pengajar tetap FE-Universitas Tarumanagara, Jakarta; email korespondensi: [email protected] 2 Alumnus FE-Universitas Tarumanagara, Jakarta; berkarir sebagai Auditor pada PT PwC Indonesia Advisory,

    Jakarta

  • -- PPaaggee 22 ooff 3333 --

    karena harganya yang sangat mahal. Akan tetapi sekarang ini banyak perusahaan berskala

    menengah telah mulai menerapkan sistem ERP karena jika sistem ERP dapat

    diimplementasikan dengan sukses, manfaat yang signifikan seperti perbaikan layanan

    pelanggan, jadwal produksi yang lebih baik, dan pengurangan biaya produksi akan dirasakan

    oleh perusahaan.

    Bagaimanapun juga tingkat keberhasilan implementasi sistem ERP masih rendah dan

    banyak perusahaan yang telah mengimplementasikan sistem ERP tetapi masih belum

    memanfaatkan potensi sistem ERP secara keseluruhan dalam organisasi mereka. Tingkat

    kegagalan proyek teknologi informasi dilaporkan berkisar antara 30-70% (Krigsman, 2010a).

    Beberapa diantaranya merupakan kegagalan implementasi High-profile Enterprise Resource

    Planning yang menghabiskan biaya ratusan juta dolar (Kanaracus, 2010; Kimberling, 2011).

    Hasil survei tahun 2010 yang dilaporkan oleh Krigsman (2010b) mengindikasikan bahwa 57%

    dari implementasi sistem ERP memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan, 54% melebihi

    anggaran mereka, 41% gagal untuk menyadari 50% manfaat, dan 40% mengalami gangguan

    dalam operasionalnya. 32% eksekutif dan 39% pekerja tidak puas dengan implementasi sistem

    ERP ini.

    Kesuksesan dan kegagalan dalam mengimplementasikan sistem ERP telah

    didokumentasikan di dalam beberapa literatur sistem (Umble, E.J., et al. 2003). Pencapaian

    keberhasilan implementasi sistem ERP dipengaruhi oleh banyak faktor, penelitian yang

    dilakukan oleh Zhang, et al. (2002) menemukan dukungan manajemen puncak, manajemen

    proyek yang efektif, kesesuaian software dan hardware, keikutsertaan pengguna, akurasi data,

    pendidikan dan pelatihan, dan dukungan pemasok sebagai faktor yang berpengaruh, sedangkan

    business process reengineering dan budaya organisasi di Cina sebagai faktor yang tidak

    berpengaruh.

    Ji dan Min (2005) mendapatkan faktor yang berpengaruh yakni : business process

    reengineering, manajemen proyek yang efektif, pergantian manajemen. Sedangkan dukungan

    eksternal dan dukungan manajemen puncak sebagai faktor yang tidak berpengaruh. Sedangkan

    penelitian Rasmy, M. H., et al. (2005) mengemukakan faktor kesuksesan implementasi sistem

  • -- PPaaggee 33 ooff 3333 --

    ERP antara lain kesesuaian organisasi dengan sistem ERP, dukungan manajemen puncak dan

    manajemen proyek yang efektif. Akan tetapi komitmen perusahaan, keikutsertaan dan pelatihan

    pengguna, dukungan eksternal dan budaya organisasi di Mesir tidak berpengaruh.

    Bhatti and Jayaraman (2008) mengemukakan bahwa manajemen proyek yang efektif,

    business process reengineering, pelatihan pengguna, infrastruktur teknologi, pergantian

    manajemen, dukungan manajamen puncak, komunikasi yang efektif, tim yang seimbang,

    keikutsertaan pengguna, keikutsertaan konsultan serta sasaran dan tujuan yang jelas sebagai

    faktor yang menpengaruhi keberhasilan implementasi sistem ERP. Penelitian lain Ganesh dan

    Mehta (2010) menyatakan keberhasilan implementasi sistem ERP ditentukan oleh 30 faktor

    diantaranya dukungan manajemen puncak, manajemen proyek yang efektif, business process

    reengineering, kesesuaian software dan hardware, pendidikan dan pelatihan dan dukungan

    pemasok.

    Rendahnya tingkat kesuksesan dalam implementasi sistem ERP dan banyaknya faktor-

    faktor penentu keberhasilan dalam implementasi ERP yang amat luas untuk dapat dijadikan

    petunjuk yang berarti dan bermanfaat untuk implementasi sistem ERP membuat peneliti tertarik

    untuk melakukan penelitian atas hal ini. Penelitian terhadap faktor-faktor penentu keberhasilan

    pada implementasi sistem ERP yang masih sangat terbatas khususnya di Indonesia dan sebagian

    besar penelitian terdahulu hanya mendefinisikan faktor-faktor penentu keberhasilan berupa hasil

    survey tetapi tidak menjelaskan secara terperinci pengaruh faktor-faktor penentu keberhasilan

    (dukungan manajemen puncak, manajemen proyek yang efektif, business process reenginering,

    pendidikan dan pelatihan, dukungan pemasok) terhadap keberhasilan implementasi sistem ERP.

    Berpijak pada uraian di atas, memotivasi peneliti untuk memberikan sumbangsih model

    penelitian yang daoat memberika manfaat bagi pengembangan ilmu akuntansi khususnya SIA,

    mengingat masih terbatasnya literatur terkait dengan kompleksitas dan dinamika implementasi

    sistem ERP. Dalam hal ini, peneliti melakukan penelitian yang merupakan adaptasi dari

    penelitian yang dilakukan oleh Zhang, et al. (2002) untuk melihat lebih jauh bagaimana

    pengaruh faktor-faktor penentu keberhasilan implementasi ERP terhadap kesuksesan

    implementasi ERP guna memberikan manfaat bagi perusahaan. Sehingga diharapkan

  • -- PPaaggee 44 ooff 3333 --

    banyaknya perbedaan faktor-faktor penentu keberhasilan yang telah diuraikan oleh para

    peneliti sebelumnya yaitu dukungan manajemen puncak menjadi faktor penentu

    keberhasilan dalam penelitian yang dilakukan oleh Zhang, Liang et al.(2002); Rasmy,

    M. H. et al.(2005); Bhatti dan Jayaraman.(2008); Ganesh dan Mehta.(2010); Moohebat

    et al.(2011) tetapi tidak menjadi faktor penentu keberhasilan dalam penelitian Ji dan

    Min.(2005), business process reengineering yang menjadi faktor penentu keberhasilan

    dalam penelitian yang dilakukan oleh Ji dan Min.(2005); Rasmy, M. H. et al.(2005);

    Bhatti dan Jayaraman.(2008); Ganesh dan Mehta, (2010). tetapi tidak menjadi faktor

    penentu keberhasilan dalam penelitian Zhang, Liang et al.(2002); Moohebat et

    al.(2011), Dezdar dan Ainin.(2011), serta dukungan pemasok yang menjadi faktor

    penentu keberhasilan dalam penelitian yang dilakukan oleh Zhang, Liang et al.(2002);

    Ganesh dan Mehta.(2010) tetapi tidak menjadi faktor penentu keberhasilan dalam

    penelitian Rasmy, M. H. et al.(2005) dapat teratasi, dan melengkapi penelitian tentang

    faktor penentu keberhasilan implementasi sistem ERP yang ada di Indonesia.

    2. TINJAUAN PUSTAKA & PENGEMBANGAN HIPOTESIS

    2.1. Delone & Mcleans Informations System Success Model

    DeLone and McLean (1992) mengembangkan suatu model parsimoni (model yang

    lengkap tetapi sederhana) yang mereka sebut dengan nama model kesuksesan sistem informasi

    DeLone dan McLean (D&M IS Success Model). Mereka mendefinisikan enam dimensi utama

    dari kesuksesan sistem informasi System Quality, Information Quality, Use, User Satisfaction,

    Individual Impact, dan Organizational Impact. Keenam dimensi dalam model yang diusulkan

    untuk menjadi saling terkait dan bukan independen. Dimensi ini didefinisikan sebagai berikut:

    System Quality, Information Quality, Use, User Satisfaction, Individual Impact, Organizational

    Impact (Delone and McLean, 1992). Bersandar dari kontribusi sejumlah penelitian sebelumnya

    dan akibat perubahan peran dan penanganan sistem informasi yang telah berkembang, maka

    DeLone and McLean (2003) memperbarui modelnya dan menyebutnya sebagai Updated D&M

    IS Success Model. Dalam model yang diperbarui ini, DeLone dan McLean menambahkan

  • -- PPaaggee 55 ooff 3333 --

    Service Quality dan menggabungkan Individual Impact serta Organizational Impact menjadi

    Net Benefit, agar tidak mempersulit model dan demi menjaga model parsimoni.

    2.2. Technology Acceptance Model (TAM)

    Technology Acceptance Model sebenarnya diadopsi dari model Theory of Reasoned

    Action yaitu teori tindakan yang beralasan dengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi

    seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Reaksi dan

    persepsi pengguna Teknologi Informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan

    terhadap teknologi tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya adalah persepsi

    pengguna terhadap kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang

    beralasan dalam konteks pengguna teknologi, sehingga alasan seseorang dalam melihat manfaat

    dan kemudahan penggunaan TI menjadikan tindakan/perilaku orang tersebut sebagai tolok ukur

    dalam penerimaan sebuah teknologi (Davis, 1989). Model TAM yang dikembangkan dari teori

    psikologis, menjelaskan perilaku pengguna komputer yaitu berlandaskan pada kepercayaan

    (belief), sikap (attitude), keinginan (intention), dan hubungan perilaku pengguna (user

    behaviour relationship). Model ini menempatkan faktor sikap dari tiap-tiap perilaku pengguna

    dengan dua variabel yaitu : kemudahan penggunaan (ease of use) dan kemanfaatan (usefulness).

    Kedua variabel ini dapat menjelaskan aspek keperilakuan pengguna. Secara singkat, model ini

    menggambarkan bahwa penerimaan penggunaan TI dipengaruhi oleh komponen pengukuran

    sebagai berikut: Perceived Ease of Use, Perceived Usefulness. Attitude Toward Using,

    Behavioral Intention to Use, Actual System Use.

    2.3. Enterprise Resource Planning

    Sistem komputer yang menjadikan seluruh proses bisnis perusahaan kedalam sistem

    informasi yang terintegrasi dikenal sebagai Enterprise Resource Planning system. Sistem

    tersebut dapat membantu perusahaan di dalam fungsi akuntansi, pemasaran, sumberdaya

    manusia, operasional, manufaktur, dan perencanaan (Jones and Rama, 2006). Adapun Hall

    (2011) mendefinisikan sistem Enterprise Resource Planning sebagai beberapa modul paket

    perangkat lunak yang berevolusi terutama dari sistem MRP II (Manufacturing Resource

    Planning). Dua aplikasi utama Enterprise Resource Planning yaitu : Core applications dikenal

  • -- PPaaggee 66 ooff 3333 --

    juga sebagai On-line Transaction Processing (OLAP; Business analysis aplications dikenal

    juga sebagai On-line analytical processing (OLAP). Gelinas and Dull (2008) mendeskripsikan

    beberapa modul utama Enterprise Resource Planning mencakup: Sales and Distribution,

    Materials Management, Financial Accounting,Controlling and Profitability Analysis, Human

    Resources

    2.4. Pengaruh Dukungan Manajemen Puncak terhadap Keberhasilan Implementasi

    Sistem Enterprise Resource Planning

    Dukungan manajemen puncak telah diidentifikasi sebagai faktor keberhasilan yang paling

    penting dalam proyek implementasi sistem ERP. Peran manajemen puncak dalam implementasi

    ERP tersebut terdiri dari mengembangkan pemahaman tentang kemampuan dan keterbatasan,

    menetapkan tujuan yang wajar untuk sistem ERP, menunjukkan komitmen, dan

    mengkomunikasikan strategi perusahaan untuk semua karyawan (Umble, et al. 2003). Al-

    Mashari, et al. (2003) berpendapat bahwa dukungan manajemen puncak tidak berakhir dengan

    inisiasi dan fasilitasi, tetapi harus mencakup implementasi penuh dari sistem ERP. Selain itu,

    dukungan manajemen puncak harus memberikan arahan kepada tim implementasi dan

    memantau kemajuan proyek.

    Banyak penelitian telah menekankan pentingnya dukungan manajemen puncak sebagai

    salah satu faktor yang diperlukan dalam keberhasilan implementasi sistem Enterprise Resource

    Planning (Zhang et al (2002); Ji dan Min (2005); Bhatti dan Jayaraman (2008)). Karena sistem

    Enterprise Resource Planning adalah suatu sistem informasi yang sangat terintegrasi, design,

    implementasi, dan operasi sistem ini memerlukan kerjasama antara anggota lini dan staf dari

    semua segmen bisnis. Dukungan manajemen puncak dapat memainkan peran yang berguna

    dalam pengaturan perselisihan dan dapat memberikan penyelesaian yang jelas untuk setiap

    keraguan.(Zhang et al, 2002). Penelitian terhadap kegagalan sistem Enterprise Resource

    Planning menunjukkan bahwa pembatalan proyek terjadi ketika manajemen senior

    mendelegasikan pemantauan kemajuan dan keputusan pada saat-saat kritis dari proyek kepada

    ahli teknis (Motwani, 2002). Dukungan manajemen memastikan bahwa proyek ini akan

    menerima dana dan sumberdaya yang cukup untuk menjadi sukses. Selain itu sistem Enterprise

  • -- PPaaggee 77 ooff 3333 --

    Resource Planning menyebabkan perubahan radikal dalam kebiasaan kerja dan prosedur yang

    memerlukan penyelarasan yang cukup besar di dalam perusahaan. Hal ini tidak akan tercapai

    kecuali jika manajer puncak terlibat dalam setiap langkah implementasi sistem ini (Rao, 2000).

    Argumen Zhang, et al (2002) menyatakan bahwa dukungan manajemen puncak dalam

    implementasi sistem Enterprise Resource Planning mempunyai dua segi utama, yaitu memiliki

    jiwa kepemimpinan dan menyediakan sumber daya yang diperlukan. Manajemen puncak harus

    mampu menunjukkan suatu sikap kepemimpinan. Seorang pemimpin memegang peranan

    penting, karena keberadaanya dapat menentukan maju atau tidaknya suatu perusahaan itu.

    Kesediaan untuk memberikan sumberdaya adalah indikator lain dari komitmen manajemen

    puncak untuk proyek Enterprise Resource Planning. Implementasi sistem Enterprise Resource

    Planning bisa gagal jika sebagian dari sumber daya kritis seperti karyawan, dana dan alat-alat

    yang diperlukan tidak tersedia. Uraian diatas mendasari pengembangan hipotesis pertama

    sebagai berikut:

    H1. Dukungan manajemen puncak berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan implementasi sistem Enterprise Resource Planning.

    2.5. Pengaruh Manajemen Proyek yang Efektif terhadap Keberhasilan Implementasi

    Sistem Enterprise Resource Planning

    Aktifitas manajemen proyek berlangsung dari tahap awal siklus hidup ERP hingga ERP selesai

    (terminated). Perencanaan dan pengendalian proyek adalah fungsi dari karakteristik proyek

    seperti ukuran proyek, pengalaman dengan teknologi, dan struktur proyek (Somers and Nelson,

    2004). Manajemen proyek mengkoordinasikan penggunaan keterampilan dan pengetahuan.

    Selanjutnya memonitor kemajuan dan pencapaian tujuan proyek ERP. Rencana implementasi

    proyek formal mendefinisikan kejadian penting seperti kegiatan proyek, rencana kegiatan

    proyek personil dan mengatur proses proyek ERP (Bhatti, 2005; Zhang, et al., 2002).

    Implementasi sistem ERP adalah proyek yang kompleks yang melibatkan kemungkinan

    kejadian-kejadian yang tak terduga. Oleh karena itu manajemen risiko dibutuhkan untuk

    meminimalkan dampak dari insiden yang tidak direncanakan dengan mengidentifikasi risiko

    potensial sebelum konsekuensi yang merugikan terjadi (Bhatti, 2005; Alleman, 2002).

  • -- PPaaggee 88 ooff 3333 --

    Implementasi sistem Enterprise Resource Planning adalah serangkaian aktivitas

    kompleks, yang melibatkan semua fungsi bisnis dan seringkali membutuhkan waktu antara satu

    sampai dua tahun usaha, sehingga perusahaan harus memiliki proyek manajemen yang efektif

    untuk mengendalikan proses implementasi, menghindari biaya yang melebihi anggaran dan

    memastikan implementasi sesuai jadwal. Jika target penyelesaian jadwal waktu singkat, tekanan

    untuk melakukannya dengan terburu-buru akan menghasilkan proses implementasi yang tidak

    teratur. Di sisi lain, jika pelaksanaan tertunda telalu lama, orang akan cenderung kehilangan

    kesabaran yang juga akan menghasilkan penolakan terhadap proses implementasi. Memilih

    pemimpin proyek yang tepat juga merupakan hal yang penting untuk keberhasilan

    implementasi. Uraian diatas mendasari pengembangan hipotesis kedua sebagai berikut:

    H2. Manajemen proyek yang efektif berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan implementasi sistem Enterprise Resource Planning.

    2.6. Pengaruh Business Process Reengineering terhadap Keberhasilan Implementasi

    Sistem Enterprises Resources Planning

    Hammer and Champy (2001) mendefinisikan business process reengineering sebagai pemikiran

    ulang fundamental dan mendesign ulang secara radikal proses bisnis untuk mencapai perbaikan,

    tindakan kontemporer kinerja, seperti biaya, kualitas layanan, dan kecepatan. Somers dan

    Nelson (2004) menyatakan bahwa business process reengineering memainkan peran penting

    dalam tahap awal implementasi. Selanjutnya, penting dalam tahap penerimaan dan cenderung

    kurang penting ketika teknologi menjadi rutin. Menurut Somers and Nelson (2004) model bisnis

    yang baru dan rekayasa ulang yang mendorong pilihan teknologi merupakan faktor yang

    memungkinkan yang dapat memberikan keberhasilan ERP. Nah, et al. (2003).menyebutkan

    bahwa rekayasa ulang harus melanjutkan dengan ide-ide baru dan update untuk mengambil

    keuntungan penuh dari sistem ERP ketika sistem sedang digunakan.

    Banyak organisasi telah membuat hal yang tidak perlu dan/atau kustomisasi kompleks

    untuk software ERP karena pelaksana perubahan itu tidak sepenuhnya memahami praktek bisnis

    organisasi (Nah, et al. 2003). Menerapkan sistem Enterprise Resource Planning melibatkan

    rekayasa ulang proses bisnis yang ada untuk standar proses bisnis yang terbaik (Motwani, et al,

    2002). Salah satu alasan pokok mengapa Enterprise Resource Planning dan sistem canggih

  • -- PPaaggee 99 ooff 3333 --

    lainnya gagal adalah bahwa organisasi tidak memperdulikan sejauh mana mereka harus berubah

    dan rekayasa ulang proses bisnis yang ada dalam rangka untuk mengakomodasi pembelian

    mereka. Sistem Enterprise Resource Planning dibangun atas dasar praktek-praktek terbaik yang

    diikuti dalam industri. Semua proses dalam perusahaan harus sesuai dengan model Enterprise

    Resource Planning.

    Dimensi tentang business process reengineering adalah: (1) kesediaan perusahaan untuk

    rekayasa ulang; (2) kesiapan perusahaan untuk perubahan; (3) kemampuan perusahaan untuk

    rekayasa ulang dan (4) komunikasi. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa semakin siapnya

    suatu organiasi untuk berubah, semakin berhasil implementasinya. Motwani et al, (2002)

    menyarankan bahwa organisasi harus disiapkan dan siap untuk perubahan mendasar untuk

    memastikan keberhasilan business process reengineering. Sementara itu komunikasi merupakan

    faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan business process reengineering yang merupakan

    aktivitas mendesain ulang budaya, struktur, dan proses perusahaan saat ini. Jika orang-orang

    didalam perusahaan tidak diberikan cukup informasi tentang tujuan business process

    reengineering, mereka akan merasa tidak pasti tentang pekerjaan mereka yang dapat

    menghambat kemajuan rekayasa ulang. Uraian diatas mendasari pengembangan hipotesis

    ketiga sebagai berikut:

    H3. Business process reengineering berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan implementasi sistem Enterprise Resource Planning.

    2.7. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Keberhasilan Implementasi Sistem

    Enterprise Resource Planning

    Pendidikan dan pelatihan pengguna untuk menggunakan ERP penting karena ERP bukan

    sebuah sistem yang mudah digunakan, bahkan dengan kemampuan teknologi informasi yang

    baik (Woo, 2007). Nah, et al. (2003) berargumen bahwa pelatihan yang memadai dapat

    membantu meningkatkan keberhasilan untuk sistem ERP. Manfaat penuh dari ERP tidak dapat

    direalisasikan sampai pengguna akhir menggunakan sistem tersebut dengan benar. Untuk

    membuat pelatihan pengguna akhir berhasil, pelatihan harus dimulai sejak dini, sebaiknya jauh

    sebelum implementasi dimulai (Umble, et al. 2003). Umble, et al. (2003) juga menyebutkan

    bahwa terlalu sering, karyawan diharapkan untuk dapat menggunakan sistem baru secara efektif

  • -- PPaaggee 1100 ooff 3333 --

    hanya didasarkan pada pendidikan dan pelatihan, namun pada kenyataannya banyak proses

    pembelajaran yang berasal dari penggunaan di bawah kondisi normal operasi. Dengan demikian

    individu yang ditunjuk sebagai pemimpin proyek sebaiknya harus menjaga keberlangsungan

    komunikasi dengan semua pengguna sistem dan memonitor kegunaan sistem, masalah dengan

    sistem dan sistem yang baru, serta kebutuhan akan pelatihan pasca implementasi.

    Zhang et al, (2002) berargumen alasan utama untuk pendidikan dan pelatihan adalah

    untuk meningkatkan tingkat keahlian dan pengetahuan pengguna dalam perusahaan. Pendidikan

    dan pelatihan mengacu pada proses menyediakan suatu pemahaman tentang logika dan

    keseluruhan konsep sistem Enterprise Resource Planning. Jadi setiap orang dapat memiliki

    pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana pekerjaan mereka terkait dengan bidang

    fungsional lainnya dalam perusahaan. Alasan utama untuk pendidikan dan pelatihan adalah

    untuk meningkatkan tingkat keahlian dan pengetahuan orang-orang dalam perusahaan. Tiga

    aspek tetang isi dari pelatihan adalah : (1) Logika dan konsep Enterprise Resource Planning; (2)

    Fitur daru perangkat lunak Enterprise Resource Planning dan (3) Hands-on training. Konsep

    pelatihan menunjukkan kepada orang-orang mengapa sistem Enterprise Resource Planning

    diimplementasikan dan mengapa perubahan untuk sistem Enterprise Resource Planning

    diperlukan, sementara hands-on training membantu mengatasi rasa takut untuk sistem komputer

    karena para manajemen takut bahwa mereka tidak mengerti tentang komputer dan mereka akan

    kehilangan kekuasaan jika tenaga kerja berkurang karena komputerisasi, dan pendidikan dapat

    mengatasi rasa takut. Uraian diatas mendasari pengembangan hipotesis keempat sebagai

    berikut:

    H4. Pendidikan dan pelatihan berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan implementasi sistem Enterprise Resource Planning.

    2.8. Pengaruh Dukungan Pemasok Terhadap Keberhasilan Implementasi Sistem

    Enterprise Resource Planning

    Sistem ERP memerlukan investasi yang terus menerus dalam hal penambahan modul baru dan

    upgrade untuk menambahkan fungsionalitas, mencapai kecocokan yang lebih baik antara bisnis

    dengan sistem, dan menyadari nilai strategis mereka. Akibatnya, dukungan pemasok dalam

    bentuk bantuan teknis, pemeliharaan darurat, pembaruan, dan pelatihan pengguna khusus,

  • -- PPaaggee 1111 ooff 3333 --

    merupakan faktor penting yang dikemas dengan perangkat lunak ERP pada tahap implementasi

    (Dezdar and Ainin, 2010). Kebutuhan dukungan pemasok dalam implementasi ERP lebih besar

    daripada proyek sistem informasi yang lainnya karena implementasi proyek ERP memerlukan

    berbagai keterampilan dan pengetahuan teknis implementasi. Dezdan and Ainin (2010) juga

    menyebutkan bahwa organisasi yang mengimplementasi ERP memiliki semua pengetahuan

    tentang sistem. Oleh karena itu sangat penting bila pemasok ERP mendukung organisasi yang

    mengimplementasikan ERP baik selama maupun setelah implementasi.

    Rasmy, et al. (2005) dan Zhang et al, (2002) menguraikan tiga dimensi dukungan vendor

    yaitu : (1) Waktu respons layanan dari software vendor; (2) konsultan berkualitas dengan

    pengetahuan baik proses bisnis dan teknologi informasi termasuk sistem Enterprise Resource

    Planning pemasok; (3) Partisipasi pemasok dalam implementasi. Sangat penting bagi staff

    vendor untuk memiliki pengetahuan dalam proses bisnis dan fungsi sistem Enterprise Resource

    Planning dan konsultan juga harus memiliki keterampilan interpersonal dan mampu bekerja

    dengan orang lain. Pemasok perangkat lunak harus dipilih dengan hati-hati karena mereka yang

    memegang bagian penting dalam membentuk hasil akhir dari pelaksanaan. Uraian diatas

    mendasari pengembangan hipotesis kelima yakni:

    H5. Dukungan pemasok berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan implementasi sistem Enterprise Resource Planning.

    2.9. Keberhasilan Implementasi Sistem Enterprise Resource Planning Berpengaruh

    Signifikan terhadap Net-Benefit bagi Perusahaan

    Markus, et al (2000), mendefinisikan sukses Enterprise Resource Planning dari beberapa

    aspek, termasuk keberhasilan yang dilihat dari aspek teknis, operasional, orang, ekonomi,

    keuangan atau istilah bisnis strategis. Gable et al. (2003) memvalidasi sebuah model untuk

    mengukur keberhasilan dalam empat dimensi: individual impact, organizational impact,

    imformation quality dan system quality. Ji dan Min, (2005) menyatakan untuk beberapa

    perusahaan sangatlah sulit untuk mengukur keberhasilan implementasi sistem Enterprise

    Resource Planning dengan menggunakan sebuah ukuran seperti manfaat keuangan. Dalam

    penelitian ini peniliti mencoba mengusulkan untuk mengukur keberhasilan sistem Enterprise

    Resource Planning dalam tiga kategori yaitu: system quality, information quality, service

  • -- PPaaggee 1122 ooff 3333 --

    quality. Menurut Bhatti dan Jayaraman (2008) sistem Enterprise Resource Planning

    menawarkan manfaat yang besar kepada organisasi. Sistem Enterprise Resource Planning

    menawarkan tiga manfaat utama: (1) Otomatisasi proses bisnis; (2) Akses tepat waktu terhadap

    informasi manajemen; (3) Peningkatan dalam rantai pasokan melalui e-commerce dan e-

    communication.

    Markus, et al (2000) telah meringkas manfaat bagi perusahaan kecil maupun besar dari

    implementasi sistem Enterprise Resource Planning dari sudut pandang teknis maupun sudut

    pandang bisnis. Shang dan Seddon (2002) telah menciptakan kerangka untuk meringkas

    manfaat dari sistem perusahaan (termasuk Sistem Enterprise Resource Planning). Manfaat dari

    sistem Enterprise Resource Planning dapat diklasifikasikan ke dalam lima dimensi yang

    berbeda yakni: Operational benefits, Managerial benefits, Strategic benefits, IT Infrastructure

    benefits, Organizational benefits. Delone and McLean (2002) menyatakan net benefit sebagai

    suatu ukuran untuk mengukur efek positif dari sistem informasi. Delone and Mclean (2003)

    menunjukkan bahwa masing-masing subjek studi harus menentukan dimana manfaat ini akan

    terjadi atau siapa yang menerima manfaatnya. Uraian diatas mendasari pengembangan hipotesis

    keenam, yakni::

    H6. Keberhasilan implementasi berpengaruh signifikan terhadap Net-Benefit sistem Enterprise Resource Planning bagi perusahaan.

    3. METODE PENELITIAN

    3.1. Desain penelitian dan Teknik Sampling

    Penelitian ini menggunakan data primer dengan menerapkan metode survei melalui

    pengiriman sejumlah kuesioner kepada sejumlah responden dengan teknik purposive sampling

    yang. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun

    2007-2010. Data populasi diperoleh dari ICMD 2010 serta IDX Factbook 2011. Kriteria

    penarikan sampel yang menjadi subyek penelitian ini adalah responden dengan jabatan

    supervisor, manajer/setara dan direktur yang bekerja di perusahaan manufaktur yang terdaftar di

    BEI pada tahun 2007 hingga 2010. Besarnya sampel ditentukan berdasarkan jumlah responden

    yang mengembalikan daftar pertanyaan. Jumlah kuesioner yang dikirimkan sebesar 525

    kuesioner yang disebar melalui pos, email, maupun pengiriman langsung oleh peneliti.

  • -- PPaaggee 1133 ooff 3333 --

    Sebanyak 110 yang kembali, namun 10 buah diantaranya tidak terisi lengkap, sehingga hanya

    100 kuesioner yang dapat diolah (19,05%).

    3.2. Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel

    Penelitian ini memuat lima konstruk eksogen (dukungan manajemen puncak; manajemen

    proyek yang efektif; business process reengineering; pendidikan dan pelatihan; dukungan

    pemasok) serta dua konsstruk endogen (keberhasilan implementasi sistem ERP dan net-benefit

    sistem ERP bagi perusahaan). Kausalitas antar konstruk dimodelkan dalam Model Penelitian

    sebagaimana dapat disimak pada Gambar 1 (dalam Lampiran 4). Baik konstruk eksogen

    maupun endogen diukur dengan skala ordinal menggunakan lima skala Likert (1= sangat tidak

    setuju hingga 5 = sangat setuju). Dalam menentukan item-item pertanyaan indikator refleksif

    atas konstruk eksogen maupun endogen, peneliti mengacu pada DeLone and McLean (1992,

    2003); Ehie and Madsen (2005); Gable, et al.(2003); Ifinedo (2008); Ifinedo and Nahar (2006);

    Lee, et al. (2010); Sedera, et al. (2003); Wen and Tsaur. (2007), serta Zhang, et al. (2002).

    Adapun operasionalisasi variabel dalam penelitian ini secara lengkap dapat disimak pada Tabel

    1 dalam Lampiran 1.

    3.3. Analisis Data

    Penelitian ini menerapkan latent-path modeling dengan pendekatan Partial Least Square

    (PLS). Mengacu pada Ghozali (2011), PLS hanya digunakan jika data yang dimiliki tidak dapat

    diselesaikan dengan Covariance Based SEM. PLS menjadi metode analisis yang powerful oleh

    karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu. Oleh karena

    pendekatan PLS adalah distribution free (tidak mengasumsikan data berdistribusi tertentu) maka

    pendekatan PLS tidak mengasumsikan uji normalitas. Besar sampel minimal yang

    direkomendasikan untuk PLS berkisar dari 30-100 kasus. Untuk tujuan prediksi, pendekatan

    PLS lebih cocok karena dengan pendekatan ini diasumsikan bahwa semua ukuran variance

    adalah variance yang berguna untuk dijelaskan. Penelitian ini menerapkan reflective indikator

    guna menjelaskan konstruk eksogen maupun endogen.

    Reflective indicator adalah indikator yang dianggap dipengaruhi oleh konstruk laten, atau

    indikator yang dianggap merefleksikan/merepresentasikan konstruk. Reflective indicator

  • -- PPaaggee 1144 ooff 3333 --

    mengamati akibat yang ditimbulkan oleh variabel laten (arah hubungan kausalitas dari konstruk

    ke indikator atau manifes)(Ghozali, 2011). Aplikasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah

    SmartPLS versi 2.0. Dalam program ini terdapat metode bootstrap yang merupakan metode

    berbasis resampling data yang digunakan untuk menentukan nilai t-statistic. Setiap kali

    melakukan bootstrap nilai T-statistic akan berbeda-beda karena menggunakan iterasi yang

    dilakukan secara random, tetapi tidak demikian dengan bootstrapping 500 kali. Adapun tahapan

    pengujian dalam PLS diawali dengan pengujian model pengukuran (Outer Model) dan

    dilanjutkan dengan pengujian Model Struktural (Inner Model).

    Uji Model Pengukuran (Outer Model). Mengacu pada Ghozali (2011), Outer model sering

    juga disebut (outer relation) yang mendefinisikan hubungan setiap variabel indikator dengan

    variabel latennya. Guna menilai outer model pada penelitian dengan indikator refleksif

    digunakan kriteria convergent validity untuk uji validitas, serta composite reliability untuk uji

    reliabilitas.

    Uji Validitas. Uji validitas dilakukan untuk mengukur seberapa jauh sebuah indikator dapat

    menggambarkan konstruk/latent teoritisnya atau dengan kata lain seberapa jauh sebuah sampel

    dapat mewakili populasinya. Convergent Validity diukur dengan melihat korelasi antara item

    score/component score dengan construct score yang dihitung dengan PLS, dan teramati sebagai

    loading factor. Idealnya, indikator individu dianggap valid jika memiliki nilai korelasi > 0.70 .

    Namun pada tahap pengembangan skala, loading 0.50 0.60 masih dapat diterima. (Chin, 1998

    dalam Ghozali, 2011).

    Uji Reliabilitas. Uji reliabilitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah jawaban

    responden konsisten dari waktu ke waktu. Banyak yang menggunakan cronbach alpha ntuk

    menguji reliabilitas ini, namun SEM menggunakan composite reliability. Suatu konstruk

    memliki tingkat reliabilitas yang baik jika nilai Composite Reliability 0,70; nilai CR yang

    berada di antara 0,60 0,70 masih dapat diterima dengan syarat validitas indikator dalam model

    baik (Ghozali, 2011).

    Uji Signifikansi Indikator Konstruk. Uji signifikansi dilakukan untuk melihat tingkat

    signifikansi setiap indikator konstruk dalam model penelitian. Nilai signifikansi menyatakan

  • -- PPaaggee 1155 ooff 3333 --

    tingkat signifikansi setiap konstruk dalam model penelitian yang ditunjukkan dengan nilai T-

    Statistik yang dilakukan dengan prosedur bootstraping . Setiap konstruk dinyatakan signifikan

    jika nilai outer T-statistic > 1.64 (T-tabel) untuk p < 0.10; > 1.96 untuk p < 0.05; atau > 2.58

    untuk p < 0.01 (Ghozali, 2011).

    Uji Model Struktural (Inner Model). Model Struktural dievaluasi dengan menggunakan R2

    untuk menjelaskan variabilitas konstruk endogen oleh konstruk eksogen, dengan menggunakan

    ukuran Stone-Geisser Q2 Test. serta signifikansi inner t-statisticdengan prosedur

    bootstrapingdari koefisien parameter jalur struktural, yang ditunjukkan oleh nilai original

    sampel (Ghozali, 2011).

    Analisis Pengujian Hipotesis. Pengambilan keputusan atas penerimaan atau penolakan

    hipotesis dilakukan dengan melihat signifikansi inner t-statistic yakni > 1.64 untuk p < 0.10; >

    1.96 untuk p < 0.05; atau > 2.58 untuk p < 0.01.

    4. HASIL ANALISIS & PEMBAHASAN

    4.1. Karakteristik Demografi Responden dan Statistik Deskriptif

    Hasil olah statistik demografi responden maupun statistik deskriptif tersaji masing-masing pada

    Tabel 2 dan Tabel 3 (dalam Lampiran 2).

    4.2. Pengujian Model Pengukuran (Outer Model)

    Uji Validitas. Convergent validity berdasarkan hasil olahan PLS algoritma untuk konstruk

    eksogen dan endogen dapat diamati pada nilai loading factor-nya, yang dapat dismak pada

    Gambar 2 (dalam Lampiran 4). Tampak pada Gambar 2, bahwa seluruh nilai loading factor

    setiap indikator terhadap konstruk eksogen maupun endogen memiliki hasil > 0,50, kecuali pada

    indikator dengan DMP2 yang merupakan indikator untuk konstruk Dukungan Manajemen

    Puncak. Oleh karena nilai loading factor DMP2 sebesar 0,413 (< 0,50), maka indikator DMP2

    harus dikeluarkan dari model. Kemudian dilakukan penghitungan kembali dengan PLS

    algoritma. Nilai loading factor setiap indikator konstruk eksogen dan endogen setelah eliminasi

    DMP2, ternyata tidak lagi menunjukkan adanya nilai loading factor yang < 0,50. Dan hal ini

    dapat diamati pada Tabel 4 (dalam Lampiran 3) ataupun pada Gambar 3 (dalam Lampiran

    5). Dengan demikian seluruh konstruk penelitian memiliki validitas yang baik.

  • -- PPaaggee 1166 ooff 3333 --

    Uji Reliabilitas. Nilai Composite Reliability setiap konstruk eksogen dan endogen dapat dilihat

    pada Tabel 4 (dalam Lampiran 3). Berdasarkan Tabel 4 tersebut diketahui nilai composite

    reliability setiap konstruk memiliki nilai 0,70 berarti dapat disimpulkan bahwa konstruk

    eksogen dukungan manajemen puncak, konstruk eksogen manajemen proyek yang efektif,

    konstruk eksogen Business Process Reengineering, konstruk eksogen pendidikan dan pelatihan,

    konstruk eksogen dukungan pemasok, kostruk endogen keberhasilan implementasi sistem ERP

    dan konstruk endogen net-benefit ERP bagi perusahaan semuanya memiliki reliabilitas yang

    baik.

    Uji Signifikansi Indikator Konstruk. Hasil bootstraping untuk seluruh indikator setelah

    eliminasi indikator DMP2, menunjukkan signifikansi setiap indikator konstruk, dengan

    membandingkan nilai T-statistik terhadap T-tabel. Peneliti mengasumsikan tingkat keyakinan

    pada penelitian ini berada pada = 0.05. Oleh karena nilai T-statistik setiap indikator konstruk

    > T-tabel (1,96), dengan demikian, tampak bahwa seluruh indikator signifikan merefleksikan

    konstruk yang relevan. Penjabaran ini dapat diamati pada Tabel 4 (dalam Lampiran 3),

    ataupun pada Gambar 4 (dalam Lampiran 5).

    4.3. Pengujian Model Struktural (Inner Model)

    Stone-Geisser Q2 Test. Uji ini dilakukan dengan modul PLS algoritma (dalam SmartPLS-v.2)

    guna mendapatkan nilai R2 yang berperan menjelaskan variabilitas konstruk endogen yang

    mampu dijelaskan oleh konstruk eksogen. Nilai R2 dalam model penelitian dapat dilihat pada

    Tabel 4 (dalam Lampiran 3) serta Gambar 3 (dalam Lampiran 5). Hasil olahan data

    menyajikan bahwa pada konstruk endogen Keberhasilan Implementasi Sistem ERP (KIS)

    memiliki nilai R2 sebesar 0,6102. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas konstruk

    Keberhasilan Implementasi Sistem ERP yang dapat dijelaskan oleh konstruk eksogen Dukungan

    Manajemen Puncak, Manajemen Proyek yang Efektif, Business Process Reengineering,

    Pendidikan dan Pelatihan, serta Dukungan Pemasok, adalah sebesar 61,02% sedangkan sekitar

    38,98% lainnya dijelaskan oleh variabel lain diluar dari variabel yang diteliti. Sementara itu,

    konstruk endogen Net-Benefit ERP bagi Perusahaan (MBP) memiliki nilai R2 sebesar 0,4315,

    hal ini dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas konstruk Net-Benefit ERP bagi Perusahaan

  • -- PPaaggee 1177 ooff 3333 --

    yang dapat dijelaskan oleh konstruk endogen keberhasilan implementasi sistem ERP sebesar

    43,15%, sedangkan 56,85% lainnya dijelaskan oleh variabel lain diluar dari konstruk yang

    diteliti.

    Signifikansi Pengaruh antar Konstruk. Tahap berikutnya adalah melihat pengaruh yang

    terjadi antar konstruk yang ada. Pengaruh antar konstruk dapat dinilai dari hasil path coefficient

    yang dihasilkan dari PLS. Hasil path coefficient yang ditunjukkan oleh nilai original

    sampletersaji pada Tabel 5 (dalam Lampiran 3) dan Gambar 3 (dalam Lampiram 5).

    Signifikansi pengaruh dari path coefficient ditunjukkan oleh nilai T-statisik, yang dihasilkan

    melalui prosedur bootstraping, tersaji pada Tabel 5 (dalam Lampiran 3) serta Gambar 4

    (dalam Lampiram 5). Perbedaan angka yang tertera, semata dikarenakan pembulatan yang

    dilakukan secara otomatis oleh aplikasi SmartPLS.

    Analisis Pengujian Hipotesis. Hasil uji enam hipotesis penelitian tersaji pada Tabel 5 (dalam

    Lampiran 3), yang juga dapat ditelusuri pada Lampiram 5 yakni Gambar 3terkait dengan

    nilai original sample/path coefficientdan Gambar 4 yang menampilkan nilai T-statistik dari

    original sample/path coefficient.

    Hipotesis 1. H1 menyatakan bahwa Dukungan manajemen puncak berpengaruh signifikan

    terhadap keberhasilan implementasi sistem Enterprise Resource Planning. Nilai original sample

    adalah positif yaitu sebesar 0,0627, hal ini menyatakan bahwa hubungan antara Dukungan

    Manajemen Puncak dan Keberhasilan Implementasi Sistem Enterprise Resource Planning

    adalah positif. Hasil pengujian terhadap path coefficient menunjukkan bahwa Dukungan

    Manajemen Puncak tidak berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan Implementasi Sistem

    Enterprise Resource Planning dengan nilai T Statistik sebesar 0,6799 (< 1,96 pada =0,05).

    Oleh karena H0 tidak berhasil ditolak, dengan demikian, Hipotesis Pertama ditolak. Hasil

    ini tidak konsisten dengan penelitian Zhang, et al. (2002), Rasmy, et al. (2005), Bhatti and

    Jayaraman (2008), Ganesh and Mehta (2010) dan Moohebat , et al. (2011). Tetapi konsisten

    dengan hasil penelitian Ji and Min (2005). Temuan ini menunjukkan bahwa Dukungan

    Manajemen Puncak tidak memiliki pengaruh terhadap keberhasilan implementasi sistem ERP.

    Ada dua kemungkinan alasan untuk hasil ini yaitu pertama motivasi dan perilaku manajemen

  • -- PPaaggee 1188 ooff 3333 --

    puncak tidak konsisten dengan tujuan bisnis. Banyak keputusan dan pelaksanaan teknologi

    informasi yang dibuat atas dasar keputusan politik dan belum tentu berhubungan dengan bisnis.

    Dalam banyak kasus, proyek ERP diperlakukan sama seperti proyek teknologi informasi pada

    umumnya, dimana manajemen puncak tetapi tidak secara aktif berpartisipasi didalamnya.

    Alasan yang kedua yaitu manajer puncak di perusahaan biasanya tidak mengandalkan informasi

    yang sistematis untuk membuat keputusan meskipun sistem informasi telah dilaksanakan. Jadi,

    meskipun manajemen puncak memulai proyek ERP untuk beberapa alasan seperti alasan politik,

    mereka tetap tidak akan memberikan banyak perhatian atas proyek ERP ini.

    Hipotesis 2. H2 menyatakan bahwa Manajemen proyek yang efektif berpengaruh signifikan

    terhadap keberhasilan implementasi sistem Enterprise Resource Planning. Nilai original sample

    adalah positif yaitu sebesar 0,3275, hal ini menyatakan bahwa hubungan antara Manajemen

    Proyek yang Efektif dan Keberhasilan Implementasi Sistem Enterprise Resource Planning

    adalah positif. Hasil pengujian terhadap path coefficient menunjukkan bahwa Manajemen

    Proyek yang Efektif berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan Implementasi Sistem

    Enterprise Resource Planning dengan nilai T Statistik sebesar 3,9542 (>1,96 pada =0,05).

    Oleh karena H0 berhasil ditolak, dengan demikian, Hipotesis kedua diterima. Hasil ini

    konsisten dengan penelitian Zhang, et al. (2002), Ji and Min (2005), Rasmy, et al. (2005),

    Bhatti and Jayaraman (2008), Ganesh and Mehta (2010), Dezdar and Ainin (2011) dan

    Moohebat , et al. (2011). Temuan ini menunjukkan bahwa Manajemen Proyek yang Efektif

    memiliki pengaruh terhadap keberhasilan implementasi sistem ERP. Perusahaan yang

    mengimplementasikan ERP harus memiliki manajemen proyek yang efektif untuk mengawasi

    proses implementasi ERP untuk menghindari pengeluaran yang berlebihan dan menjamin

    pelaksanaan sesuai dengan jadwal. Mengimplementasikan sistem ERP adalah seperangkat

    tindakan yang sulit yang sering waktu membutuhkan sekitar dua tahun usaha yang terus

    menerus dan melibatkan semua unit bisnis. Jika perusaha pengimplementasi ERP tidak

    memahami dasar-dasar dari manajemen proyek yang efektif, mereka akan menghadapi resiko.

    Dalam sebuah proyek implementasi ERP, ada beberapa bagian yang perlu pertimbangan, seperti

    ruang lingkup, rencana integrasi, waktu, kualitas, biaya, sumber daya manusia, risiko,

  • -- PPaaggee 1199 ooff 3333 --

    komunikasi, dan pengadaan. Proyek implementasi ERP akan berhasil jika manajemen proyek

    dapat mengatur dan menyeimbangkan semua faktor dengan benar. Dezdar and Ainin (2010).

    Hipotesis 3. H3 menyatakan bahwa Business process reengineering berpengaruh signifikan

    terhadap keberhasilan implementasi sistem Enterprise Resource Planning. Nilai original sample

    adalah positif yaitu sebesar 0,1851, hal ini menyatakan bahwa hubungan antara Business

    Process Reengineering dan Keberhasilan Implementasi Sistem Enterprise Resource Planning

    adalah positif. Hasil pengujian terhadap path coefficient menunjukkan bahwa Business Process

    Reengineering tidak berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan Implementasi Sistem

    Enterprise Resource Planning dengan nilai T Statistik sebesar 1,7255 (< 1,96 pada =0,05).

    Oleh karena H0 tidak berhasil ditolak, dengan demikian, Hipotesis ketiga ditolak. Hasil ini

    konsisten dengan penelitian Zhang, et al. (2002), Dezdar and Ainin (2011), Moohebat, et al.

    (2011). Tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian Ji and Min (2005), Rasmy, et al. (2005),

    Bhatti and Jayaraman (2008), Ganesh and Mehta (2010). Temuan ini menunjukkan bahwa

    Business Process Reengineering tidak memiliki pengaruh terhadap keberhasilan implementasi

    sistem ERP. Alasan orang melakukan penolakan terhadap perubahan teknologi karena takut

    kehilangan keleluasaan dan wibawa, takut akan standar yang baru dan tindakan pengendalian,

    kekhawatiran tentang hilangnya keamanan kerja, takut membayar kenaikan biaya serta bonus,

    dan takut akan belajar sesuatu yang baru. Mungkin salah satu alasan utama untuk perbedaan ini

    adalah praktek-praktek sosial dan nilai budaya berbeda dari praktek-praktek barat. Banyak

    organisasi yang mengadopsi business process reengineering untuk menyesuaikan proses bisnis

    mereka dengan persyaratan ERP. Namun karena kurangnya pengalaman mereka dalam kegiatan

    business process reengineering sehingga menyebabkan sistem menjadi gagal.

    Hipotesis 4. H4 menyatakan bahwa Pendidikan dan pelatihan berpengaruh signifikan terhadap

    keberhasilan implementasi sistem Enterprise Resource Planning. Nilai original sample adalah

    positif yaitu sebesar 0,2525, hal ini menyatakan bahwa hubungan antara Pendidikan dan

    Pelatihan dan Keberhasilan Implementasi Sistem Enterprise Resource Planning adalah positif.

    Hasil pengujian terhadap path coefficient menunjukkan bahwa Pendidikan dan Pelatihan

    berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan Implementasi Sistem Enterprise Resource

  • -- PPaaggee 2200 ooff 3333 --

    Planning dengan nilai T Statistik sebesar 2,6854 (>1,96 pada =0,05). Oleh karena H0

    berhasil ditolak, dengan demikian, Hipotesis keempat diterima. Hasil ini konsisten dengan

    penelitian Zhang, et al. (2002), Bhatti and Jayaraman (2008), Ganesh and Mehta (2010),

    Dezdar and Ainin (2011). Tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian Rasmy, et al. (2005).

    Temuan ini menunjukkan bahwa Pendidikan dan Pelatihan memiliki pengaruh terhadap

    keberhasilan implementasi sistem ERP. Semua pengguna harus dilatih untuk mengambil

    keuntungan penuh dari kemampuan sistem. Pelatihan harus dimulai dengan pendidikan tim

    proyek dalam sistem, lini, dan manajemen proyek, serta berakhir dengan pengguna sistem.

    Hipotesis 5. H5 menyatakan bahwa Dukungan pemasok berpengaruh signifikan terhadap

    keberhasilan implementasi sistem Enterprise Resource Planning. Nilai original sample adalah

    positif yaitu sebesar 0,1342, hal ini menyatakan bahwa hubungan antara Dukungan Pemasok

    dan Keberhasilan Implementasi Sistem Enterprise Resource Planning adalah positif. Hasil

    pengujian terhadap path coefficient menunjukkan bahwa Dukungan Pemasok tidak berpengaruh

    signifikan terhadap Keberhasilan Implementasi Sistem Enterprise Resource Planning dengan

    nilai T Statistik sebesar 1,4057 (< 1,96 pada =0,05). Oleh karena H0 tidak berhasil ditolak,

    dengan demikian, Hipotesis kelima ditolak. Hasil ini konsisten dengan penelitian Rasmy, et

    al. (2005). Tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian Zhang, et al. (2002), Ganesh and

    Mehta (2010), Dezdar and Ainin (2011), serta Ifinedo (2008). Temuan ini menunjukkan bahwa

    Dukungan Pemasok tidak memiliki pengaruh terhadap keberhasilan implementasi sistem ERP.

    Ada beberapa kemungkinan alasan untuk hasil ini: 1) kemungkinan adanya salah koordinasi

    antara pihak luar seperti pemasok, mitra dan konsultan yang menyebabkan tidak adanya peran

    aktif dalam pelaksanannya; 2) kemungkinan para pemasok tidak memberikan dukungan teknis

    yang memadai serta kurangnya pelatihan dan pelayanan yang diberikan.

    Hipotesis 6. H6 menyatakan bahwa Keberhasilan implementasi berpengaruh signifikan terhadap

    Net-Benefit sistem Enterprise Resource Planning bagi perusahaan. Nilai original sample adalah

    positif yaitu sebesar 0,6569, hal ini menyatakan bahwa hubungan antara Keberhasilan

    Implementasi Sistem ERP dan net-benefit sistem ERP bagi perusahaan adalah positif. Hasil

    pengujian terhadap path coefficient menunjukkan bahwa Keberhasilan Implementasi Sistem

  • -- PPaaggee 2211 ooff 3333 --

    ERP berpengaruh signifikan terhadap net-benefit sistem ERP bagi perusahaa dengan nilai T

    Statistik sebesar 12,179 (>1,96 pada =0,05). Oleh karena H0 berhasil ditolak, dengan

    demikian, Hipotesis keenam diterima. Hasil ini konsisten dengan sebagian penelitian Ramirez

    dan Garcia (2005). Temuan ini menunjukkan bahwa Keberhasilan Implementasi Sistem

    Enterprise Resource Planning memiliki pengaruh terhadap terhadap net-benefit sistem ERP

    bagi perusahaan. Net-benefit mengukur efek positif dari sistem informasi (Delone and Mclean,

    2002). Selanjutnya Delone and Mclean (2003) menunjukkan bahwa masing-masing subyek

    studi harus menentukan di mana manfaat ini akan terjadi atau siapa penerima manfaatnya.

    Dalam penelitian ini, konteks ini adalah individual dan organisasi yang secara khusus bertujuan

    untuk mencapai tujuan bisnis dan meningkatkan kemampuan operasional setelah implementasi

    sistem ERP.

    5. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI

    5.1. Kesimpulan

    Walaupun dukungan manajemen puncak telah diidentifikasi sebagai faktor keberhasilan

    yang paling penting dalam proyek implementasi sistem ERP akan tetapi faktor ini tidak

    memiliki pengaruh dalam penelitian ini. Kemungkinan penyebabnya adalah bahwa manajemen

    puncak tidak ikut secara aktif berpartisipasi dan tidak memberikan banyak perhatian atas proyek

    ERP. Penolakan terhadap perubahan teknologi biasanya dikarenakan hal-hal seperti

    kekhawatiran yang tidak beralasan terhadap hilangnya keleluasaan dan wibawa; standar yang

    baru; tindakan pengendalian; hilangnya keamanan kerja; kenaikan biaya; belajar sesuatu yang

    baru. Dengan adanya rasa ketakutan ini maka business process reengineering tidak memiliki

    pengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan implementasi sistem ERP. Dukungan

    pemasok terhadap aspek teknis maupun layanan dan pelatihan yang tidak memadai serta salah

    koordinasi dengan konsultan sistem informasi mengganggu keberhasilan implementasi sistem

    ERP.

    Proyek implementasi akan berhasil jika manajemen proyek dapat mengatur dan

    menyeimbangkan hal-hal seperti ruang lingkup proyek ERP, rencana implementasi, waktu,

    kualitas, biaya, sumber daya manusia, risiko, komunikasi dan pengadaan. Pendidikan dan

  • -- PPaaggee 2222 ooff 3333 --

    pelatihan yang memadai dapat membantu keberhasilan implementasi sistem ERP karena ERP

    bukanlah sebuah sistem yang mudah digunakan. Pendidikan dan pelatihan tidak hanya

    dilakukan selama proses implementasi tetapi harus dilakukan juga setelah proses implementasi.

    Dalam penelitian ini, net-benefit sistem ERP bagi perusahaan dapat dirasakan secara individual

    dan organisasi yang secara khusus bertujuan untuk mencapai tujuan bisnis dan meningkatkan

    kemampuan operasional setelah implementasi sistem ERP.

    5.2. Keterbatasan Penelitian

    Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner sehingga jawaban responden

    cenderung subjektif dan sangat sulit untuk mengetahui apakah kuesioner diisi oleh responden

    yang ditetapkan pada awal penelitian karena penulis tidak dapat mensupervisi secara langsung

    setiap pengisian kuesioner yang dilaksanakan. Oleh karenanya, hasil penelitian ini terfokus pada

    industri objek penelitian. Aspek generalisasi hasil penelitian ini terkait jumlah sampel yang

    kecil dari 100 sampel yang diolah (hanya terdiri dari 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar

    di Bursa Efek Indonesia tahun 2011) yang menerapkan sistem ERP dikarenakan pengumpulan

    data dilakukan dengan penyebaran kuesioner yang membutuhkan waktu cukup lama untuk

    mendapatkan jawaban dari para responden. Dengan demikian hasil ini belum dapat

    digeneralisasi. Key success factor keberhasilan implementasi sistem ERP sejatinya demikian

    kompleks, sementara dalam penelitian ini hanya menggunakan lima variabel independen dalam

    menguji keberhasilan implementasi sistem ERP.

    Relatif tingginya investasi sistem ERP menjadi penyebab belum banyak perusahaan di

    Indonesia yang concern dengan implementasi sistem ERP.

    5.3. Implikasi

    In-depth case-studies dapat dilakukan guna mendapatkan gambaran yang relatif lengkap terkait

    dengan implementasi sistem ERP. Studi triangulasi, sebagai suatu pendekatan yang

    menggabungkan penelitian kuantitatif dan kualitatif, kiranya dapat diterapkan untuk penelitian

    selanjutnya. Penelitian selanjutnya hendaknya memperluas obyek penelitian sehingga tidak

    terbatas hanya pada perusahaan manufaktur tetapi juga pada industri lain seperti agrikultur,

    pertambangan, infrastruktur, keuangan dan lain-lain sehingga industri menjadi beragam.

  • -- PPaaggee 2233 ooff 3333 --

    Penelitian selanjutnya dapat menambah maupun memodifikasi konstruk laten yang diteliti.

    Sebagaimana juga disarankan oleh Rasmy, et al., (2005), Neuro-fuzzy dan Bayesian Belief

    Network (BBN) dapat diterapkan guna pemodelan hubungan kausalitas. Penelitian selanjutnya

    seyogyanya memperbanyak jumlah sampel.

    DAFTAR PUSTAKA

    Al-Mashari, et al. (2003). Enterprise resource planning: A taxonomy of critical factors.

    European Journal of Operational Research (146). hal 352-364.

    Alleman, G. B. (2002). Agile Project Management Methods for ERP: How to Apply Agile

    Processes to Complex COTS Projects and Live to Tell About It. in Extreme Programming

    and Agile Methods: XP/Agile Universe. hal 70-88.

    Bhatti, T.R. (2005). Critical success factors for the implementation of enterprise resource

    planning (ERP): empirical validation. The Second International Conference on Innovation

    in Information Technology (IIT05). hal 1-10.

    _______, and Veerappan Jayaraman. (2008). An Empirical Validation of The Critical Success

    Factors for The Implementation of ERP Systems. European and Mediterranean

    Conference on Information Systems.

    Davis, F. D. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of

    Information Technology. MIS Quarterly, Society for Management Information Systems

    13(3). hal 319-340.

    _______, Bagozzi, R. P. and Warshaw, P. R. (1989). User Acceptance of Computer

    Technology: A Comparison of Two Theoretical Models. Management Science, INFORMS

    35(8). hal 982-1003.

    DeLone, W. H. and E. R. McLean. (1992). Information Systems Success: The Quest for the

    Dependent Variable. Information Systems Research 3 (1). hal 60-95.

    _______.(2002). Information Systems Success Revisited. Proceedings of the 35th Hawaii

    International Conference on System Sciences.

    _______.(2003). DeLone and McLean Model of Information Systems Success: A Ten-Year

    Update. Journal of Management Information Systems 19 (4). hal 9-30.

    Dezdar, Shahin., and Sulaiman Ainin. (2011). ERP Implementation Success in Iran: Examining

    the Role of System Environment Factors. World Academy of Science, Engineering and

    technology (66).

    Ehie, Ike C. and Mogens Madsen. (2005). Identifying Critical Issues in Enterprise Resource

    Planning (ERP) Implementation. Computer in Industry (56). hal. 545-557.

    Gable, et al. (2003). Enterprise systems success: A measurement model. Proceedings of the

    Twenty-Fourth International Conference on Information Systems. hal 576-591.

    Ganesh, L. and Arpita Mehta. (2010). Critical Success Factors for Successful Enterprise

    Resource Planning Implementation at Indian SMEs. International Journal of Business,

    Management and Social Sciences (1). hal. 65-78.

    Gelinas, Ulric J. and Dull, Richard B. (2008). Accounting Information Systems 7th ed. Thomson

    South-Western.

    Ghozali, Imam. (2008). Model Persamaan Struktural: Konsep and Aplikasi dengan Program

    AMOS 16.0. Semarang: Baand Penerbit Universitas Diponegoro.

  • -- PPaaggee 2244 ooff 3333 --

    _______. (2011). Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Leasts

    Square Edisi 3 Semarang: Baand Penerbit Universitas Diponegoro.

    Hall, James A. (2011). Accounting Information System 7th ed. South-Western College.

    Hammer, Michael and James Champy. (2001). Reengineering the Corporation: A Manifesto for

    Business Revolution. Harper Business. New York, NY, USA.

    Ifinedo, Princely. (2008). Impacts of Business Vision, Top Management Support, and External

    Expertise on ERP Success. Business Process Management Journal (14). hal. 551-568.

    _______, and Nazmun Nahar (2006). Quality, Impact and Success of ERP Systems: A study

    Involving Some Firms in the Nordic-Baltic Region. Journal of Information Technology

    Impact (6). hal. 19-46.

    Ji, Shaobo and Qingfei Min. (2005). Managing ERP Implementation: A Cultural and

    Organizational Context Issue. Proceedings of the Annual Conference of the

    Administratice Sciences Association of Canada (ASAC).

    Kanaracus, C. (2010) Biggest ERP Failures of 2010, InfoWorld, 12/28/2010, diakses pada

    tanggal 30/11/2011 di http://www.infoworld.com/print/146741

    Kimberling, E. (2011) ERP Failures and Lawsuits: Its Not Just For the Tier I ERP Vendors,

    diakses pada tanggal 30/11/2011 di http://panorama-consulting.com/erp-failures-and-

    lawsuits-its-not-just-for-the-tier-i-erp-vendors

    Krigsman,M. (2010a). Early warnings: The IT Project Failure Dilemma (part 1), March 29,

    2010, diakses pada tanggal 30/11/2011 di

    http://www.zdnet.com/blog/projectfailures/early-warnings-the-it-project-failure-dilemma-

    part-1/9086

    Krigsman, M. (2010b) ERP failure: New research and statistics, February 3, 2010, diakses pada

    tanggal 30/11/2011 di http://www.zdnet.com/blog/projectfailures/erp-failure-new-

    research-and-statistics/8253

    Lee, et al. (2010). The Effect of Organizational Support on ERP Implementation. Industrial

    Management & Data Systems (110). hal 269-283.

    Markus, et al. (2000). Learning from the Adopters Experiences with ERP: Problems

    Encountered and Success Achieved. Journal of Information Technology (15). hal. 245-

    265.

    Moohebat, et al. (2011). Evaluation of the ERP Implementation at Esfahan Steel Company

    Based on Five Critical Success Factors: A Case Study. International Journal of Business

    and Management (6).

    Motwani, et al. (2002). Successful Implementation of ERP Projects: Evidence from Two Case

    Studies. International Journal of Production Economics (75). hal. 83-96.

    Nah, F.F-H., et al. (2003). ERP implementation: chief information officers perceptions of

    critical success factors. International Journal of Human-Computer Interaction 16(1). hal

    522.

    Rama, Dasaratha V., and Frederick L Jones. (2006). Accounting Information Systems 1th

    ed.

    Canada : Thomson South-Western.

    Ramirez, Patricio., and Rosario Garcia. (2005). Success of ERP Systems in Chile: An Empirical

    Study. Americas Conference on Information Systems (AMCIS).

    Rao, Siriginidi Subba. (2000). Enterprise Resource Planning: business needs and technologies.

    Industrial Managmement and Data Systems (100). hal. 81-88.

    Rasmy, et al. (2005). Enterprise Resource Planning (ERP) Implementation in the Egyptian

    Organizational Context. European and Mediterranean Conference on Information

    Systems.

    http://www.zdnet.com/blog/projectfailures/early-warnings-the-it-project-failure-dilemma-part-1/9086http://www.zdnet.com/blog/projectfailures/early-warnings-the-it-project-failure-dilemma-part-1/9086

  • -- PPaaggee 2255 ooff 3333 --

    Rockart, John F. (1979). Chief Executives Define Their Own Data Needs. Harvard Business

    Review (2). hal 81-93.

    Sedera, et al. (2003). Measuring Enterprise System Success: A Preliminary Model. In

    Proceedings of the 9th Americas Conference on Information Systems (AMCIS).

    Shang, S and P. B. Seddon. (2002). Assessing and Managing the Benefits of Enterprise

    Systems: the business managers perspective. Information Systems Journal (12). hal 271-

    299.

    Somers Toni M. and Klara G. Nelson. (2004). A taxonomy of players and activities across the

    ERP project life cycle. Information and Management, 41(3). hal 257278.

    Umble, et al. (2003). Enterprise Resources Planning: Implementation Procedures and Critical

    Success Factors. Europen Journal of Operation Research 146. hal 241-257.

    Wen C.,Shih and Shu Ming Tsaur. (2007). Investigating the Success of ERP Systems: Case

    Studies in Three Taiwanese High-Tech Industries. Computer in Industry (58). hal 783-

    793.

    Woo, Hong Seng. (2007). Critical success factors for implementing ERP: the case of a Chinese

    electronics manufacturer. Journal of Manufacturing Technology Management 18 (4). hal

    431-442.

    Zhang, et al. (2002). Critical Success Factors of Enterprise Resource Planning Systems

    Implementation Success in China. In Proceedings on the 36th Hawaii International

    Conference on System Science.

  • -- PPaaggee 2266 ooff 3333 --

    LAMPIRAN 1

    Tabel 1. Operasionalisasi Konstruk-Indikator

  • -- PPaaggee 2277 ooff 3333 --

    LAMPIRAN 2

    Tabel 2. Karakteristik Demografi Responden

    Tabel 3. Statistik Deskriptif Konstruk Penelitian

  • -- PPaaggee 2288 ooff 3333 --

    LAMPIRAN 3

    Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Signifikansi Indikator, Nilai R-Square

    Tabel 5. Signifikansi Estimasi Inner-Model untuk Uji Hipotesis

  • -- PPaaggee 2299 ooff 3333 --

    LAMPIRAN 4

    BUSINESS

    PROCESS

    REENGINEERING

    (BPR)

    H6

    H1

    H2

    H3

    H4

    H5

    MANAJEMEN

    PROYEK YANG

    EFEKTIF

    (MPE)

    DUKUNGAN

    MANAJEMEN

    PUNCAK

    (DMP)

    PENDIDIKAN &

    PELATIHAN

    (PP)

    DUKUNGAN

    PEMASOK

    (DP)

    KEBERHASILAN

    IMPLEMENTASI

    SISTEM ERP

    (KIS)

    NET BENEFIT

    ERP BAGI

    PERUSAHAAN

    (MBP)

    Gambar 1. Model Penelitian

    (Sumber: adaptasi dari Zhang, et al, 2002; Ramirez & Garcia, 2005)

    Gambar 2. Output PLS Algoritma dengan SmartPLS v.2 (Sebelum Eliminasi Indikator)

  • -- PPaaggee 3300 ooff 3333 --

    LAMPIRAN 5

    Gambar 3. Output PLS Algoritma dengan SmartPLS v.2 (Setelah Eliminasi Indikator)

    Gambar 4. Output Bootstrapping dengan SmartPLS v.2

  • -- PPaaggee 3311 ooff 3333 --

    IINNDDEENNTTIITTAASS PPEEMMAAKKAALLAAHH

    NAMA PEMAKALAH :

    1) F.X. KURNIAWAN TJAKRAWALA (Staf Pengajar Tetap FEUNIVERSITAS TARUMANAGARA, Jakarta)

    2) ANDREAS LUKITA (Alumnus FEUNIVERSITAS TARUMANAGARA, Jakarta; Auditor pada

    PT PricewaterhouseCoopers Indonesia Advisory/KAP Tanudiredja, Wibisana &

    Rekan, Jakarta)

    JUDUL MAKALAH :

    MMOODDEELL KKAAUUSSAALLIITTAASS CCRRIITTIICCAALL SSUUCCCCEESSSS FFAACCTTOORRSS DDAALLAAMM

    IIMMPPLLEEMMEENNTTAASSII SSIISSTTEEMM EENNTTEERRPPRRIISSEE RREESSOOUURRCCEE PPLLAANNNNIINNGG

    GGUUNNAA MMEEMMBBEERRIIKKAANN NNEETT BBEENNEEFFIITT BBAAGGII PPEERRUUSSAAHHAAAANN

    DDEENNGGAANN MMEENNGGGGUUNNAAKKAANN PPAARRTTIIAALL LLEEAASSTT SSQQUUAARREE

    BIDANG KAJIAN : SEKTOR PRIVATSISTEM INFORMASI

    Catatan: BIODATA PEMAKALAH terlampir pada halaman berikut

  • -- PPaaggee 3322 ooff 3333 --

    BIODATA PEMAKALAH 1

    Data Diri

    Nama Lengkap : F.X. KURNIAWAN TJAKRAWALA.

    Tempat/Tgl. Lahir : Bandar Lampung/31 Januari 1970

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Agama : Katholik

    Alamat Rumah : Cluster Graha Indira, Blok K30, No.3, CitraRayaTangerang

    15710

    Contact Phone : 08128162103

    Email [email protected]

    [email protected]

    Pekerjaan : Staf Pengajar Tetap FE-Universitas Tarumanagara, Jakarta

    Jabatan Fungsional : Lektor (300)

    Alamat Kantor : Kampus 2 Universitas Tarumanagara, Jl. Tanjung Duren Utara

    No.1, Jakarta Barat, 11470

    Telpon/Faks. Kantor : 021-5655536/021-5655521

    Pendidikan

    Jenjang Nama Perguruan Tinggi Departemen Gelar

    S2 Universitas Gadjah MadaYogyakarta Ilmu Akuntansi M.Si.

    S1 Universitas Gadjah MadaYogyakarta Akuntansi S.E., Ak.

    mailto:[email protected]

  • 33

    BIODATA PEMAKALAH 2

    Data Diri

    Nama Lengkap : ANDREAS LUKITA

    Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta/ 31 January 1990

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Agama : Kristen Protestan

    Alamat Rumah : Pluit Karang Permai II blok L 9 Barat no. 7 Jakarta Utara -14450

    Contact Phone : 021-6678981/08988099768

    Email : [email protected]

    Pekerjaan : Auditor pada PT PricewaterhouseCoopers Indonesia Advisory/

    KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan, Jakarta

    Alamat Kantor : Plaza 89, JI H R Rasuna Said Kav X-7 No. 6, Jakarta 12940

    Telpon/Faks. Kantor : 021-5212901

    Pendidikan

    Jenjang Nama Perguruan Tinggi Departemen Gelar

    S1 Universitas TarumanagaraJakarta Akuntansi S.E.

    mailto:[email protected]