MOCHAMAD IQBAL GOZALI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK MOCHAMAD IQBAL GOZALI. Evaluasi Indeks...
Transcript of MOCHAMAD IQBAL GOZALI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK MOCHAMAD IQBAL GOZALI. Evaluasi Indeks...
MOCHAMAD IQBAL GOZALI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
EVALUASI INDEKS TEKANAN INTRAOKULAR AKIBAT IMPLANTASI
DRAINAGE DEVICE BERBAHAN PMMA (POLYMETHYL
METHACRYLATE) PADA KELINCI NEW ZEALAND WHITE
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Indeks
Tekanan Intraokular Akibat Implantasi Drainage Device Berbahan PMMA
(Polymethyl Methacrylate) pada Kelinci New Zealand White adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Mochamad Iqbal Gozali
NIM B04120102
ABSTRAK
MOCHAMAD IQBAL GOZALI. Evaluasi Indeks Tekanan Intra Okular Akibat
Implantasi Drainage Device Berbahan PMMA (Polymethyl Methacrylate) pada
Kelinci New Zealand White. Dibimbing oleh DENI NOVIANA dan HERA
MAHESHWARI.
Tekanan intraokular mata dapat diukur menggunakan alat bernama tonometer.
Salah satu penanganan untuk menurunkan tekanan intraokular adalah dengan
melakukan pemasangan implan glaucoma drainage device. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui indeks tekanan intraokular sebelum dan sesudah operasi
implantasi glaucoma drainage device berbahan dasar PMMA (polymethyl
methacrylate) pada mata hewan coba kelinci dengan kondisi hewan tidak
mengalami gangguan. Penelitian dilakukan pada hewan coba kelinci ras New
Zealand White. Kelinci yang digunakan berjumlah 12 ekor dengan jenis kelamin
jantan dan bobot kelinci 2.5-3 kg. Bahan implan yang digunakan adalah polimer
PMMA. Pemasangan implan dilakukan pada mata kanan dan pengamatan tekanan
intra okular pada hari ke-0 (pre operasi), ke-5, 30, dan 60. Implan di data hasil
pengukuran tekanan intraokular dianalisa dengan sistem analisis One Way
Analysis of Variance (One Way ANOVA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terjadi penurunan yang signifikan pada hari ke-30 dan ke-60 (P<0.05). Penurunan
terjadi dikarenakan efek dari pemasangan implan glaucoma drainage device. Pada
hari ke-0 (pre operasi) dan ke-5 mengalami penurunan namun tidak signifikan
(P>0.05). Pada hari ke-0 (pre operasi) TIO tinggi dikarenakan penggunaan
ketamin. Efek implan mulai terlihat pada hari ke-30. Pemasangan implan
glaukoma berbahan dasar polymethyl methacrylate mampu menurunkan indeks
tekanan intraokular mata kelinci.
Kata kunci: tekanan intraokular, drainage device, implan glaukoma, polymethyl
methacrylate
ABSTRACT
MOCHAMAD IQBAL GOZALI. Evaluation of Intraocular Pressure Index Due
To The Implantation Drainage Device Made From Basic Material PMMA
(Polymethil Methacrylate) On Rabbit New Zealand White. Supervised by DENI
NOVIANA and HERA MAHESHWARI.
Intraocular pressure can be measured by using a simple device called a
tonometer. One of the treatments to reduce intraocular pressure is glaucoma
drainage implant device. The purpose of this research is to determine the index of
intraocular pressure before and after implantation surgery of glaucoma drainage
device made from PMMA (polymethil methacrylate) on healthy rabbit. The
research used New Zealand White rabbits as experimental animal. Twelve male
rabbits with 2.5 – 3 kg of body weight were used in this study. Basic material
composition of implant is PMMA polymer. The surgery is purposed with insertion
the implant in the conjunctiva of right eye and observing the intraocular pressure
at day 0, 5, 30, and 60. Intraocular pressure measurement data are analyzed with
analysis One Way Analysis of Variance (One Way ANOVA) system. The results
of this study showed there was a significant decreasing on the 30th and 60th day
(P<0.05). The decrease occured due to the effects of glaucoma drainage implant
devices. On day 0 (pre-surgery) and day 5 decreased but not significantly
(P>0.05). On day 0 (pre-surgery) IOP is high due to the use of ketamine.
Ketamine causes the increased IOP through its sympathomimetic effects. The
effect of implant has seen at 30 days. The insertion of glaucoma implant made of
polymethyl methacrylate can lowered intraocular pressure index of rabbit eye.
Keyword : intraocular pressure, drainage device, glaucoma implant, polymethil
methacrylate
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan
di
Fakultas Kedokteran Hewan
EVALUASI INDEKS TEKANAN INTRAOKULAR AKIBAT
IMPLANTASI DRAINAGE DEVICE BERBAHAN PMMA
(POLYMETHYL METHACRYLATE) PADA KELINCI NEW
ZEALAND WHITE
MOCHAMAD IQBAL GOZALI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Evaluasi Indeks Tekanan Intraokular Akibat Implantasi Drainage Device
Berbahan PMMA (Polymethyl Methacrylate) pada Kelinci New Zealand White”.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan dalam memperoleh
gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Penulisan karya ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik tanpa
bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penulisan karya ini:
1 Prof Drh Deni Noviana, PhD dan Dr Drh Hera Maheswari, MSc selaku
pembimbing I dan pembimbing II atas kesabaran, kebaikannya dalam
membimbing dan memberikan pengarahan, kritik, dan saran kepada
penulis selama penelitian dalam penulisan karya tulis ini.
2 Seluruh Staf Divisi Bedah dan Radiologi Departemen Klinik,
Reproduksi, dan Patologi FKH IPB.
3 Dr Virna Oktaviani SpM yang telah mengijinkan penulis untuk menjadi
bagian dari penelitian ini,
4 Dr Drh Gunanti Soedjono, MS selaku pembimbing akademik yang
menjadi orang tua selama penulis menimba ilmu di IPB.
5 Orangtua beserta seluruh keluarga, atas segala doa nasehat dan kasih
sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6 Teman–teman senasib seperjuangan dalam penelitian (Putri dan Dena) atas
kebersamaan dan kerjasamanya
7 Keluarga besar Astrocyte FKH 49 dan Himpro Hewan Kesayangan dan
Satwa Akuatik yang telah mewarnai kehidupan kampus.
8 Teman-teman seperjuangan baik dalam sulit maupun senang (Tholat,
Elisabeth, Dewi, Sonya, Teguh, Irma dan Aditia).
9 Keluarga Majelis Balebak yang telah bersama selama 3 tahun terakhir.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca. Penulis berharap kiranya skripsi ini dapat berguna khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi para pembaca serta kemajuan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang kedokteran hewan dan kesehatan masyarakat veteriner.
Bogor, Agustus 2016
Mochamad Iqbal Gozali
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 1
TINJAUAN PUSTAKA
Kelinci 2
Glaukoma Drainage Device 2
Implan Glaukoma 2
Tonometer 3
Glaukoma 4
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat 4
Alat dan Bahan 4
Tahap Persiapan 5
Tahap Perlakuan 5
Tahap Pengukuran Tekanan Intraokular 5
Analisis Data 5
PEMBAHASAN 6
SIMPULAN DAN SARAN 8
DAFTAR PUSTAKA 8
RIWAYAT HIDUP 11
i
DAFTAR TABEL
1 Rataan dan Simpangan Baku Indeks Tekanan Intra Okuler Kelinci
Sehat pada Perlakuan Mata Kiri (Kontrol) dan Mata Kanan (Implan)
Drainage Device dengan Bahan Dasar PMMA (Polymethyl
Methacrylate) dalam mmHg 6
DAFTAR GAMBAR
1 Material Polymethyl Methacrylate 3 2 Tonometer Schiotz 3 3 Grafik Tekanan Intraokuler Mata Kelinci 7
ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tekanan intraokular merupakan salah satu faktor yang meningkat apabila
terjadi glaukoma selain faktor usia (Nageeb and Kulkarni 2015). Reduksi tekanan
intraokular (TIO) diketahui bermanfaat dalam terapi glaukoma (Morgan et al.
2016). Tekanan intraokular dapat diukur menggunakan alat bernama tonometer.
Glaukoma adalah penyebab kebutaan pada manusia dengan prevalensi
yang semakin meningkat. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan di dunia
setelah katarak dan kelainan refraksi. Kebutaan pada penderita glaukoma terjadi
akibat kerusakan saraf optik akibat tekanan intraokular yang tinggi dan adanya
iskemia sel akson saraf. Iskemia pada sel akson akibat tekanan intraokular
maupun insufisiensi vaskular yang selanjutnya memengaruhi progresifitas
penyakit (McMonnies 2015).
Penanganan glaukoma yang tepat adalah menurunkan tekanan intraokular
dengan beberapa cara seperti terapi obat sebagai tindakan pertama yang dapat
dilakukan diikuti dengan laser dan pembedahan (Babic 2015). Salah satu alternatif
operasi penanganan glaukoma yang semakin berkembang adalah implantasi
glaucoma drainage device untuk kasus yang telah terjadi komplikasi atau tindak
lanjut terapi yang telah dilakukan sebelumnya namun mengalami kegagalan.
Implan ini didesain untuk mengalirkan akuos humor sehingga dapat menurunkan
tekanan intra okular (Schoenberg et al. 2015).
Penelitian mengenai implantasi glaucoma drainage device membutuhkan
hewan coba untuk dilakukan pengamatan TIO sebagai nilai yang diamati. Hewan
yang dapat digunakan sebagai hewan coba adalah monyet, anjing, kucing, babi,
rodensia, dan kelinci (Bouhenni et al. 2012).
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui indeks tekanan intraokular
sebelum dan sesudah operasi implantasi glaucoma drainage device berbahan
dasar PMMA (polymethyl methacrylate) pada hewan coba kelinci sehat.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pengaruh operasi
implantasi glaucoma drainage device berbahan dasar polymethyl methacrylate
(PMMA) terhadap tekanan intraokular mata kelinci sebagai referensi untuk
penelitian lanjutan yang akan dilakukan.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Kelinci
Kelinci merupakan hewan coba yang digunakan dalam penelitian-penelitian
biologis maupun biomedis. New Zealand White (albino) merupakan jenis paling
umum digunakan untuk penelitian. Kelinci yang mengalami glaukoma kongenital
pertama kali ditemukan pada 1886. Fenotip antara kelinci dan manusia yang
menderita glaukoma kongenital memiliki kemiripan gejala awal, elevasi TIO, dan
buphthalmia (Bouhenni et al. 2012). Kelinci digunakan sebagai hewan model
karena populasi yang banyak dengan harga yang relatif murah serta kelinci mudah
untuk diberi perlakuan (Chen et al. 2016). Selain itu, ukuran mata kelinci
berukuran besar sehingga menjadi model yang baik untuk penelitian mata
(Bouhenni et al. 2012).
Glaucoma Drainage Device
Glaucoma drainage device atau glaucoma implant atau anti-glaucomatous
tube shunt merupakan perangkat drainase buatan digunakan untuk menurunkan
tekanan bola mata (IOP), mengontrol rasa sakit, dan mencegah kebutaan. Saat ini
umum digunakan untuk operasi alternatif pada kasus-kasus glaukoma yang sudah
tidak dapat ditangani oleh terapi-terapi lain atau yang telah komplikasi
(Schoenberg et al. 2015).
Glaucoma drainage device terdiri dari piringan (plate) dan selang (tube).
Implan ini akan dipasang tepat dibawah konjungtiva kemudian selang dimasukan
ke bilik anterior mata, di depan iris. Selang (tube) memiliki fungsi menyalurkan
cairan mata keluar dari mata dan menuju kapilari dan sistem limfatik yang
mengreabsorbsi cairan kembali (Sano et al. 2015).
Dalam prosesnya implantasi ini membantu pengaliran cairan mata. Namun
cairan mata mengandung sitokin dan mediator kimia yang bisa memberi pengaruh
pada respon seluler selain itu cairan mata juga memiliki potensi proliferasi
fibroblast (Sano et al. 2015).
Implan Glaukoma
Polymethyl methacrylate (PMMA) pertama kali digunakan dalam klinik
sebagai perangkat gigi, untuk pembuatan basis gigi tiruan lengkap. Polymethyl
methacrylate memiliki karakteristik biokompatibel, mudah dimanipulasi, dan
toksisitas rendah. Penggunaan PMMA pada medis lainnya seperti semen tulang,
lensa kontak dan lensa intraokular, sekrup untuk fiksasi tulang, stabilisasi untuk
pasien osteoporosis, reparasi cacat tengkorak, dan rekonstruksi mandibula.
Material baru telah muncul tetapi PMMA masih menjadi bahan yang paling
banyak digunakan. Polymethyl methacrylate memiliki kekurangan berupa
lemahnya interaksi dengan jaringan sel, yang dapat menyebabkan pembentukan
jaringan fibrosis. Pembentukan jaringan fibrosis disekitar implan menjadi salah
satu penyebab paling umum untuk kegagalan integrasi implan, yang berlangsung
cukup lama (Punet et al. 2015). Hasil penelitian Riau et al. (2015)
biokompabilitas PMMA sebagai lensa okular memiliki kelebihan dibanding bahan
3
lainnya seperti silikon yaitu mengurangi adhesi fibroblas pada sclera. Segi respon
inflamasi, tidak terdapat perbedaan bermakna yang mempengaruhi kualitas
keluaran bahan-bahan tersebut .
Gambar 1. Material Polymethyl Methacrylate
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Tonometer
Tonometer adalah alat untuk mengukur tekanan intraokular (TIO).
Tonometer Schiotz merupakan salah satu jenis tonometer. Tonometer Schiotz
kurang tepat dalam mengukur tekanan intraokular dibandingkan dengan jenis
tonometer jenis lain, tetapi tonometer Schiotz adalah jenis tonometer yang murah,
mudah digunakan, tahan lama, perawatan mudah, tidak berbentuk elektronik,
tidak memerlukan baterai, dan dapat disimpan selama bertahun-tahun. Tonometer
Schiotz terdiri dari barrel berongga dengan piringan cekung dan pemegang/holder.
Tonometer Schiotz juga memiliki pemberat dengan bobot 5,5g, 7,5g, 10g. Dalam
pengukuran tonometer Schiotz tidak mengukur tekanan secara langsung tetapi
dengan tabel konversi untuk menerjemahkan skala bacaan tekanan intraokular
(TIO) dalam mmHg (Cordero 2014).
Gambar 2.Tonometer Schiotz
Sumber : Cordero 2014
4
Glaukoma
Kebutaan merupakan masalah serius dan glaukoma merupakan penyebab
kedua kebutaan di seluruh dunia. Glaukoma diperkirakan menjangkit 60,5 juta
orang di seluruh dunia pada tahun 2010 (Nageeb and Kulkarni 2015). Glaukoma
sering dianggap sebagai pencuri penglihatan karena kebutaan sering disertai
dengan gejala tidak disadari oleh penderita dan dianggap sebagai penyakit lain.
Kebutaan pada penderita glaukoma terjadi akibat kerusakan saraf optik akibat
tekanan intraokular yang tinggi dan adanya iskemia sel akson saraf akibat tekanan
intraokular maupun insufisiensi vaskular yang selanjutnya mempengaruhi
progresifitas penyakit (McMonnies 2015).
Glaukoma diklasifikasikan menjadi glaukoma primer, sekunder dan
kongenital. Glaukoma primer berdasarkan etiologinya terbagi menjadi dua yakni
glaukoma primer sudut terbuka (primary open angle glaucoma) dan glaukoma
primer sudut tertutup (primary angle closure glaucoma). Cairan mata diproduksi
dari korpus siliaris, kemudian mengalir melalui pupil ke kamar mata belakang
sekitar lensa menuju kamar mata depan melalui pupil. Cairan mata keluar dari
kamar mata depan melalui jalinan trabekula menuju kanal Schlemm’s dan
disalurkan ke dalam sistem vena (Faal H 2012)
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Mei 2015.
Operasi penanaman implant dilakukan di Laboratorium Bedah Divisi Bedah dan
Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor. Kelinci dipelihara di Unit Pengelolaan Hewan
Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan (UPHL-FKH).
Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan hewan coba kelinci New Zealand White
berjumlah 12 ekor dengan jenis kelamin jantan dan bobot badan 2.5-3.0 kg. Alat
dan bahan yang digunakan selama operasi implantasi dan pasca operasi adalah
timbangan, kandang kelinci, pisau cukur, syringe 1 ml dan 3 ml, ketamin 10%
(Ilium ketamil®, Troy), xylazin 2% (Ilium xylazil®, Troy), alat bedah mata, meja
operasi, material implan, iodine, alkohol 70%. Peralatan yang digunakan untuk
mengukur tekanan intraokular mata adalah Tonometer Schiotz.
5
Tahap Persiapan
Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 ekor kelinci
New Zealand White jantan dewasa dengan berat badan 2.5-3.0 kg. Kelinci yang
digunakan sehat. Selama percobaan dilakukan, hewan dipelihara di dalam
kandang yang memiliki pencahayaan yang cukup dan temperatur yang relatif
stabil. Pemeliharaan kelinci dilakukan selama 7 hari sebelum perlakuan hingga 90
hari setelah pemasangan implan glaukoma. Hewan kemudian dipilih secara acak
untuk keperluan pengamatan penelitian. Pernyataan ini telah disetujui oleh komisi
etik hewan.
Tahap Perlakuan
Kelinci dianestesi sebelum dioperasi dengan kombinasi xylazin 2% dosis 5
mg/kgBB dan ketamin HCl 10% dosis 10 mg/kgBB melalui rute intramuskular
musculus semimebranosus/semitendinosus. Rambut di daerah sekitar mata kelinci
dicukur, dibersihkan, dan didesinfeksi dengan alkohol 70% dan iodine tincture 3%.
Kelinci dilakukan pemasangan implan glaucoma drainage device di sebelah bilik
anterior mata kanan dengan diseksi konjungtiva kemudian dimasukkan implan di
bawah konjungtiva ke dalam supertemporal fornix dengan selang mengalirkan
akuos humor dari limbus menuju bilik anterior melalui insisi dengan 25-gauge.
Implan difiksasi dengan nilon ukuran 10/0 USP ke sklera untuk mengalirkan
akuos humor ke subkonjungtiva (Nguyen et al. 2012).
Kelinci kemudian diletakan di dalam kandang individual. Kelinci diberi
prednisolon asetat dan kloramfenikol selama 2 minggu setelah operasi
pemasangan implan. Kelinci diberi obat secara lokal dengan dosis 1 tetes mata
tiap 2 jam sekali pada pukul 06.00 hingga pukul 18.00.
Tahap Pengukuran Tekanan Intraokular
Mata ditetesi anestesi lokal satu atau dua tetes. Tonometer Schiotz
disiapkan dan dibersihkan. Pemberat 5,5 gr diletakkan pada tonometer untuk
melakukan pemeriksaan tekanan intraokular. Hewan diposisikan rebah lateral
sehingga permukaan kornea mata dalam posisi horizontal. Kelopak mata dibuka
dengan jari telunjuk dan ibu jari, bola mata jangan tertekan. Alat tonometer
diletakkan dengan hati-hati pada permukaan kornea. Setelah jarum tonometer
stabil, maka dilakukan pencatatan. Pemberat diganti dengan bobot 7,5 gr dan 10
gr sebagai pembanding. Data yang didapat kemudian dikonversikan dengan
menggunakan tabel kalibrasi untuk tonometri. Pemeriksaan dilakukan pada mata
kanan dan kiri.
Analisis Data
Data hasil pengukuran tekanan intraokular dianalisa dengan aplikasi
stastical Products dan Solution Services Version 20.0 dengan menggunakan
sistem analisis One Way Analysis of Variance (One Way ANOVA). Data dianalisa
pada taraf nyata (P<0.05).
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Implan yang digunakan pada penelitian ini adalah implan drainage device
berbahan dasar polymethyl methacrylate (PMMA). Polymethyl methacrylate
(PMMA) pertama kali digunakan dalam klinik sebagai perangkat gigi, untuk
pembuatan basis gigi tiruan lengkap. Polymethyl methacrylate memiliki
karakteristik biokompatibel, mudah dimanipulasi, dan toksisitas rendah.
Penggunaan implan drainage device dapat menurunkan tekanan intraokuler (TIO)
pada kelinci (Punet et al. 2015). Bahan dasar polymethyl methacrylate (PMMA)
sudah sering digunakan pada implan-implan seperti pada gigi dan tulang (Punet et
al. 2015). Bahan polymethyl methacrylate dapat menimbulkan dampak seperti
adanya fibrosis dikarenakan tidak adanya interaksi antara implan dengan jaringan.
Tekanan intraokuler sangat penting karena peningkatan TIO dapat merusak
ganglion sel dan berakibat rusaknya pupil dan lapangan pandang sehingga
menimbulkan kebutaan (Tanjung 2003).
Tabel 1. Rataan dan Simpangan Baku Indeks Tekanan Intra Okuler Kelinci
Sehat pada Perlakuan Mata Kiri (Kontrol) dan Mata Kanan (Implan)
Drainage Device dengan Bahan Dasar PMMA (Polymethyl
Methacrylate) dalam mmHg
Perlakuan Preoperasi Post Operasi
H+5
Post Operasi
H+30
Post Operasi
H+60
Mata Kiri
(Kontrol) 21.55 ± 2.75a
14.90 ± 7.31a
19.10 ± 0.66a
17.22 ± 0.49a
Mata
Kanan
(Implan) 18.20 ± 0.89a
17.55 ± 0.41a
14.15 ± 0.21b
5.58 ± 1.53c
a,b,c Superscript yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata (P<0.05)
Tabel 1 memperlihatkan hasil pengukuran tekanan intraokuler (TIO) pada
kelinci yang diberi perlakuan implan dan tidak dipasang implan. Berdasarkan
pada analisa menggunakan ANOVA menunjukkan bahwa diantara mata kiri
(kontrol) dan mata kanan (implan) ada perbedaan yang nyata pada waktu
pengamatan H+30 sampai H+60 post operasi (P<0.05). Waktu pengamatan pre
operasi dan H+5 post operasi tidak ada perbedaan yang nyata (P>0.05) karena
pada waktu pengamatan pre operasi belum diberi perlakuan dan H+5 post operasi
belum ada pengaruh yang signifikan. Pre operasi TIO cenderung lebih tinggi
dikarenakan penggunaan ketamin. Ketamin dapat menyebabkan peningkatan TIO
melalui efek simpatometiknya, selain itu ketamin menimbulkan nistagmus dan
blefarospasmus (Santosa 2005). Waktu pengamatan H+30 post operasi terjadi
perbedaan yang nyata (P<0.05) antara mata kiri (kontrol) dengan nilai TIO 19.10
± 0.66 dan mata kanan (implan) dengan nilai TIO 14.15 ± 0.21. Puncak terjadinya
perbedaan yang nyata (P<0.05) terjadi pada waktu pengamatan H+60 post operasi
antara mata kiri (kontrol) dengan nilai TIO 17.22 ± 0.49 dan mata kanan (implan)
dengan nilai TIO 5.58 ± 1.53. Menurut Schoenberg et al. (2015) waktu ideal
7
terlihatnya pengaruh dari pemasangan implan drainage device adalah 30 hari. Hal
itu terjadi karena pada waktu 30 hari setelah pemasangan implan drainage device
baru terjadi periode kritis maksimum fibrosis pasca operasi sehingga sistem aliran
akuos humor menjadi optimal (Schoenberg et al. 2015). Hambatan terhadap efek
sedasi oleh xylazin tidak selalu efektif karena masih terjadi peningkatan TIO.
Pemberian prednisolon bertujuan untuk mengurangi inflamasi pada daerah yang
dilakukan operasi pemasangan implan, karena prednisolon kurang berpengaruh
pada TIO sehingga tidak menyebabkan elevasi TIO.
Gambar 3 Grafik Indeks Tekanan Intraokular Mata Kelinci yang
Dilakukan Pemasangan Implan (Kanan) dan Kontrol (Kiri)
Hasil TIO pada penelitian ini mulai pre operasi dan post operasi hari ke-5,
30, dan 60 dalam grafik membentuk grafik yang menurun, namun hasil TIO masih
dalam kisaran normal. Tekanan intraokular normal pada kelinci berkisar dari 5-23
mmHg (Harcourt-Brown 2007). Dinamika akuos humor termasuk diantaranya
produksi akuos humor, aliran cairan dan tekanan vena episklera (EVP) menjadi
faktor yang mengatur tekanan intraokular (Rasyidah and Setyandriana 2011).
Akuos humor memiliki fungsi sebagai media refraksi, pemberi nutrisi dan juga
mempengaruhi tekanan hidrostatik untuk stabilitas bola mata (Sativa 2003).
Tekanan intraokular yang meningkat akan mendorong perbatasan antara
saraf optikus dan retina di bagian belakang mata yang merupakan daerah paling
lemah. Mekanisme peningkatan TIO melalui peningkatan EVP karena kongesti
orbital, peningkatan tekanan retrobular, pembatasan dan kompresi dari bola mata
karena kontraksi otot-otot ekstraokular, dan deposisi mukopolisakarida di
meshwork trabecular (struktur seperti jerami di persimpangan iris dengan sklera
dari sudut ruang anterior) (Jae Hoon Jeong et al. 2016). Akibatnya pasokan darah
ke saraf optikus berkurang sehingga sel-sel saraf mati. Terjadi pelebaran bintik
buta pada lapang pandang mata, karena saraf optikus mengalami kemunduran
akibat sel-sel saraf yang mati. Lapang pandang perifer menjadi yang terkena
paling awal, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral, selanjutnya terjadi glaukoma
yang pada akhirnya dapat menyebabkan kebutaan (Yudaniayanti et al. 2012).
0
5
10
15
20
25
Preoperasi Post OperasiH+5
Post OperasiH+30
Post OperasiH+60
Satu
an d
alam
mm
Hg
MATA KIRI (Kontrol)
MATA KANAN (Implan)
MATA KIRI (Kontrol)
MATA KANAN (Implan)
8
Penurunan TIO pada H+30 sampai H+60 post operasi mata kanan lebih
rendah dari TIO pada mata kiri, dikarenakan pengaruh pemasangan dari implan
drainage device. Implan drainage device dapat menurunkan TIO karena implan
drainage device dapat mengalirkan obat ke dalam organ mata dalam pengobatan
glaukoma (Schoenberg et al. 2015). Waktu ideal terjadi pengaruh yang signifikan
sekitar 1 bulan atau 30 hari karena pada saat itu periode kritis fibrosis post operasi
dan terurai. Maka terjadi penurunan pada grafik tekanan intraokuler dari hari ke-30
dan ke-60 disebabkan karena efek dari implan drainage device terjadi setelah hari
ke-30. Menurut Schoenberg et al. (2015) fibrosis terjadi setelah dilakukan
pembedahan untuk pemasangan implan drainage device. Fibrosis post operasi
adalah penyebab utama kegagalan bedah glaukoma. Resiko kegagalan dari implan
drainage device sekitar 10% per tahun. Penurunan fibrosis post operasi tidak
hanya memiliki potensi untuk meningkatkan keberhasilan operasi, tetapi juga
berpotensi untuk menurunkan TIO menjadi lebih rendah.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemasangan implan glaukoma
berbahan dasar polymethyl methacrylate mampu menurunkan indeks tekanan
intraokular mata kelinci.
Saran
Perlunya penerapan sistem implan ini pada manusia sebagai salah satu
alternatif penanganan glaukoma pada manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Babic N. 2015. Fixed combinations of glaucoma medications. Srp Arh Celok Lek.
143(9-10):626-631.
Bouhenni RA, Dunmire J, Sewell A, and Edward DP. 2012. Animal models of
glaucoma. J Biomed Biotechnol.
Chen Y, Zhu Y, Zhang Y, Zhang Z, Lian J, Luo F, Deng X, and Wong KKL.
2016. Ultrasound guided double injection of blood into cisterna magna: a rabbit
model for treatment of cerebral vasospasm. BioMed Eng Online. 15:19. Doi:
10.1186/s12938-016-0123-z
Cordero I. 2014. Understanding and caring for a schiotz tonometer. J CEH.
27(87):57.
Faal H. 2012. Primary open-angle glaucoma: everyone’s business. J CEH. 25(79-
80):1-3.
9
Harcourt-Brown F.2007. Textbook of Rabbit Medicine. London (UK). Reed
Educational and Professional Publishing.
Jae Hoon Jeong, Jeong Kyu Lee, Dong Ik Lee, Yeoun Sook Chun, Bo Youn Cho.
2016. Clinical factor affecting intraocular pressure change after orbital
decompression surgery in thyroid-associated ophthalmopathy. J Clin
Ophthalmol. 10: 145-150.
McMonnies CW. 2015. Intraocular pressure and glaucoma: is physical exercise
beneficial or a risk?. J Optom. 170:4.
Morgan WH, House PH, Hazelton ML, Betz-Stable BD, Chauhan BC,
Viswanathan A, Yi Yu D. 2016. Intraocular pressure reduction is associated
with reduced venous pulsation pressure. J PLos ONE. 11(1):1-9.
Nageeb N, and Kulkarin UD. 2015. Glaucoma awareness and self-care practices
among the health professionals in a medical college hospital. J Clin Diagn Res.
9(12):1-4.
Nguyen DQ, Ross CM, Li YQ, Pandav S, Gardiner B, Smith D, How AC,
Crowston JG, and Coote MA. 2012. A model to measure fluid outflow in rabbti
capsules post glaucoma implant surgery. Invest Opthalmol Vis Sci. 53: 6914-
6919. Punet X, Mauchaffe R, Rodriguez-Cabello JC, Alonso M, Engel E, and Mateos-
Timoneda MA. 2015. Biomolecular functionalization for enchanced cell-
material interactions of polymethyl methacrylate. Regenerative Biomater. 167-
175.
Rasyidah M and Setyandriana Y. 2011. Pengukuran tekanan intraokular pada
mata normal dibandingkan dengan mata penderita miop sebagai faktor risiko
glaukoma. J Res. 11(3): 189-194.
Riau AK, Mondal D, Yam GH, Setiawan M, Liedberg, Venkatraman SS, and
Mehta JS. 2015.Surface modification of PMMA to improve adhesion to
corneal substitutes in a synthetic sore-skirt keratoprosthesis. ACS Appl Mater
Interfaces. 7(39):21690-702.
Sano I, Tanito M, Uchida K, Katsube T, Kitagaki H, and Ohira A. 2015.
Assesment of filtration bleb and endplate positioning using magnetic resonance
imaging in eyes implanted with long tube glaucoma drainage devices. J Plos
ONE. 10(12):1-12.
Santosa W. 2005. Pengaruh terhadap tekanan intraokuler perbandingan antara
pretreatment rokuronium-suksinilkolin dengan rokuronium [Disertasi].
Semarang (ID). Universitas Diponegoro Semarang.
Sativa O. 2003. Tekanan intraokular pada penderita myopia ringan dan sedang
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. J Res. 1(1)1.
Schoenberg ED, Blake DA, Swann FB, Parlin AW, Zurakowski D, Margo CE,
Ponnusamy T, John VT, and Ayyala RS. 2015. Effect of two novel sustained-
release drug delivery systems on bleb fibrosis: an in vivo glaucoma drainage
device study in a rabbit model. J Translation Vis Sci Technol. 4(3):4.
Tanjung H. 2003. Perbedaan rata-rata pada miopia dan hipermetropia di RSUPH.
Adam Malik Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Yudaniayanti IS, Yusuf D, Setyono H, Arifin MZ, Tehupuring BChr, Tjitro H.
2012. Profil tekanan intra okuler penggunaan kombinasi ketamin-xylazin dan
ketain midazolam pada kelinci. VetMedika J Klin Vet. 1(1)37.
10
Zanetti FR, Fulco EAM, Chaves FRP, da Costa Pinto AP, Arieta CEL, and Lira
RPC. 2012. Effect of preoperative use of topical prednisolone acetate,
ketolorac tromethamine, nepafenac, and placebo, on the maintenance of
intraoperative mydriasi during cataract surgery: a randomized trial. Indian J
Ophtalmol. 60(4): 277
11
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 21 Juli 1994 dari pasangan Suhermanto dan
Yuyum Rasaningrum di Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat. Penulis
merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara. Penulis menyelesaikan sekolah dasar di
SD Negeri 3 Hegarsari lulus tahun 2006. Kemudian penulis melanjutkan ke SMP
Negeri 1 Kota Banjar lulus tahun 2009. Penulis melanjutkan sekolah menengah
atas di SMA Negeri 1 Kota Banjar lulus tahun 2012. Penulis diterima sebagai
mahasiswa Institut Pertanian Bogor di Fakultas Kedokteran Hewan pada
bulan Juni 2012 melalui jalur SNMPTN Undangan.
Selama kegiatan perkuliahan penulis aktif di beberapa organisasi, yaitu
Himpunan Minat Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik 2013-2015,
BEM FKH IPB tahun 2013.