mklah_DHDT
-
Upload
novika-sri-wardani -
Category
Documents
-
view
342 -
download
3
Transcript of mklah_DHDT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Sejarah Pertamina Unit Pengolahan II Dumai
Saat ini, Pertamina UP II dumai mengoperasikan 2 buah kilang, dengan
kapasitas total sekitar 180 MBSD, yaitu :
1. Kilang Minyak Putri Tujuh Dumai, dengan kapasitas 130 MBSD
2. kilang Minyak Sei Pakning dengan kapasitas 50 MBSD
Pembangunan kilang Pertamina UP II Dumai dilaksanakan mulai bulan
April 1969 dan yang merupakan hasil kerjasama Pertamina dengan Far East
Sumitomo Japan. Pembangunan kilang dikukuhkan dalam SK direktur utama
Pertamina No.334/Kpts/DM/1967. Pelaksanaan teknis pembangunan
dilaksanakan oleh kontraktor asing, yaitu :
1. IHHI ( Ishikawajima-Harima Heavy Industries) untuk pembangunan mesin
dan instalasi.
2. TAESEI construction, Co., untuk pembangunan konstruksi kilang.
Unit yang pertama didirikan adalah Crude Distilation Unit ( CDU/100 ) yang
selesai pada bulan Juni 1971. Unit ini dirancang untuk mengolah minyak mentah
jenis Sumatera Light Crude (SLC) dengan kapasitas 100.000 barrel/hari. Tetapi
saat ini, Pertamina UP II Dumai beroperasi dengan menggunakan bahan baku
SLC 85 % dan Duri Crude Oil 15 %, dengan kapasitas produksi rata-rata
127.000 barrel/hari. Kilang ini diresmikan Presiden Soeharto pada tanggal 8
September 1971 dengan nama Kilang Putri Tujuh. Dari proses pengolahan
tersebut dihasilkan beberapa jenis produk BBM di antaranya adalah:
Nafta
Kerosin
Solar/Automotive Diesel Oil (ADO)
1
Produk bawah berupa 55 % volume Low Sulphur Wax Residu (LSWR) yang
diekspor ke Jepang dan Amerika Serikat.
Pada tahun 1972 dilakukan proses perluasan Kilang Putri Tujuh untuk
mengolah produk bawah menjadi bensin premium dan komponen mogas. Unit-
unit baru yang didirikan yaitu:
1. Platforming Unit.
2. Naphtha Rerun Unit.
3. Hydrobon Unit.
4. Mogas Component Blending Plant.
Dalam rangka perluasan kilang, pada tanggal 2 April 1980 ditandatangani
persetujuan pertjanjian kerjasama antara Pertamina dengan Universal Oil
Product (UOP) dari Amerika Serikat, dengan kontraktor utama Technidas
Reunidas Centunion dari Spanyol dengan menggunakan lisensi proses dari
UOP.
Pelaksanaan pembangunan proyek-proyek dilaksanakan dengan tahapan-
tahapan sebagai berikut :
1. Survei tanah dilaksanakan oleh SOFOCO (Indonesia) dan dievaluasi oleh
HASKONING (Belanda).
2. Penimbunan area dilaksanakan oleh PT. SAC Nusantara (Indonesia). Pasir
timbunan diambil dari laut di sekitar Pulau Jentilik kira-kira 8 km area proyek
dengan menggunakan cutter section dredger.
3. Pemancangan tiang pertama dilaksanakan oleh PT. Jaya Sumpiles Indonesia
dengan jumlah tiang pancang 18.000 dan panjangnya 706 km.
4. Pembangunan konstruksi unit-unit proses beserta fasilitas penunjang
dikerjakan oleh kontraktor utama Technidas Reunmidas Centunion Spanyol
yang bekerjaama dengan Pembangunan Jaya Group, dengan subkontraktor :
a. DAELIM (Korea) untuk pengerjaan konstruksi : High Vacuum Unit, HC
Unibon Unit, Hydrogen Plant Unit, Naphtha Hydrotreater Unit, CCR
2
Platformer Unit, Delayed Coker Unit, Distillate Hydrotreater Unit, dan
Amine & LPG Recovery Unit.
b. HYUNDAI (Korea) untuk pengerjaan konstruksi unit penunjang dan
offsite fasilitas yang meliputi Power Plant, Boiler Unit, Coke Calciner
Unit, Water Treated Boile, Waste Water Treatment Unit, Tank Inter
Connection dan Sewer System.
c. Pembangunan tangki-tangki penyimpanan oleh Toro Kanetsu
Indonesia.
d. Pembangunan fasilitas jetty oleh PT. Jaya Sumpiles Indonesia.
e. Pembangunan sarana penunjang seperti pipa penghubung kilang lama
dan baru, gedung laboratorium, gudang Fire & Safety, perkantoran
dan perumahan karyawan dikerjakan oleh kontraktor-kontraktor
Indonesia.
f. Pengawasan proyek dilakukan oleh TRC dan Pertamina dibantu oleh
konsultan CF Braun dari Amerika Serikat.
Setelah proyek perluasan kilang Dumai selesai dibangun, kilang baru ini
diresmikan presiden RI, Soeharto, pada tanggal 16 Februari 1984. Proyek ini
mencakup beberapa proses dengan teknologi tinggi yang terdiri dari unit-unit
proses sebagai berikut :
1. High Vacuum Distillation Unit (110)
2. Delayed Coking Unit (140)
3. Coke Calciner Unit (170)
4. Naphtha Hydrotreating Unit (200)
5. Hydrocracker Unibon (211/212)
6. Distillate Hydrotreating Unit (220)
7. Continous Catalyst Regeneration-Platforming Unit (300-310)
8. Hydrobon Platforming Unit/PL-1 (301)
9. Amine-LPG Recovery Unit (410)
10.Hydrogen Plant (701/702)
11.Sour Water Stripper Unit (840)
12.Nitrogen Plant (940)
3
13.Fasilitas penunjang operasi kilang (Utilities)
14.Fasilitas tangki penimbun dan dermaga baru.
Beberapa jenis Bahan Bakar Minyak yang telah diproduksi oleh Kilang
Pertamina UP II Dumai saat ini adalah :
1. Premium
2. Jet Petroleum Grade
3. Aviation Turbin Fuel (avtur)
4. Kerosin
5. Automotive Diesel Oil (ADO)
Sedangkan produk non-BBM antara lain :
1. LPG
2. Green Coke
Saat ini, Pertamina UP II Dumai berencana untuk menghasilkan produk
baru dengan nama solar plus untuk bahan bakar busway.
Kontribusi kilang Pertamina UP II Dumai dan Sei Pakning terhadap kebutuhan
bahan bakar nasional adalah 22-24 %. Desain dan konstruksi Kilang Pertamina
UP II Dumai telah menggunakan teknologi tinggi sehingga aspek keselamatan
kerja karyawan dan peralatan produksi, serta unit pengolahan limbah untuk
program perlindungan lingkungan telah dibuat secara memadai dengan
mengikuti standar internasional. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan
Pertamina UP II Dumai memperoleh sertifikat ISO 14001
B. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas yang telah
diberikan pada mata kuliah “Pengilangan Minyak Bumi dan Nabati”.
C. Ruang Lingkup Permasalahan
Makalah ini akan membahas proses pengolahan minyak bumi secara umum
dan proses yang terjadi didalam Unit Distillate Hydrotreating (DHDT).
4
BAB II
PROSES PENGOLAHAN MINYAK BUMI SECARA UMUM
Pengolahan minyak bumi berfungsi untuk mengubah atau mengkonversikan
minyak mentah dengan berbagai proses menjadi suatu produk yang ekonomis dan dapat
dipasarkan. Proses pengolahan dalam kilang minyak bumi dapat dikategorikan sebagai
berikut:
Primary Processing
Secondary Processing
Treating Process
Proses pemisahan dan perlakuan secara fisis pada umumnya merupakan
proses pengolahan pertama (Primary Processing), sedangkan proses konversi
dan perlakuan yang disertai dengan perubahan kimia dari senyawa-senyawa
merupakan proses lanjutan (Secondary Processing).
A. Pengolahan Pertama (Primary Processing)
Pengolahan pertama yang utama adalah:
Distilasi atmosferik
Tahapan pemisahan yang sangat penting adalah pada proses distilasi
atmosferik. Proses ini didasarkan atas volatilitas komponen-komponennya yang
menggunakan suplai panas pada tekanan atmosferik, yang pada akhirnya
komponen yang lebih volatil (komponen ringan) akan terpisah dan terbawa pada
destilat sedangkan komponen yang kurang volatil (komponen berat) akan
tertinggal di dasar (bottom). Pemisahan dilakukan pada temperatur 300-350oC.
Distilasi vakum
Pada distilasi vakum pengoperasiannya dengan menurunkan tekanan
operasi hingga vakum agar temperature didih masing – masing fraksi minyak
5
bumi turun. Tekanan vakum dihasilkan oleh sistem ejektor yang menurunkan
tekanan menjadi sekitar 40 mmHg.
Ekstraksi
Ekstraksi dengan pelarut merupakan salah satu proses yang tertua dalam
pengilangan minyak bumi. Pada awalnya, ekstraksi terutama untuk
meningkatkan kualitas kerosen, akan tetapi pada perkembangannya lebih
banyak digunakan untuk peningkatan kualitas minyak pelumas.
Absorpsi
Proses ini merupakan proses pemisahan campuran gas dengan
menyerapnya dan melarutkannya ke dalam cairan atau gas pelarut.. Absorpsi
biasanya dilakukan untuk mendaur ulang uap yang mengkondensir dari gas
basah.
Contoh reaksi:
K2CO3 + CO2 + H2O 2 KHCO3
Kristalisasi
Proses ini merupakan suatu proses pemisahan berdasarkan titik leleh,
contohnya adalah dewaxing dari minyak pelumas, pembuatan lilin (wax).
B. Pengolahan Lanjut (Secondary Processing)
Proses pengolahan lanjut yang utama adalah:
Perengkahan termis dan katalitis (thermal / catalytic cracking)
Pada minyak yang berantai panjang mempunyai nilai oktan yang rendah.
Oleh karena itu dilakukan perengkahan (cracking) supaya diperoleh minyak
beroktan tinggi. Perengkahan ini dilakukan untuk memecah/memutus rantai
panjang molekul hidrokarbon menjadi rantai yang lebih pendek dengan
menggunakan panas dan katalis.
Hydrocracking
6
Hydrocracker merupakan unit perengkahan minyak bumi (umpan berupa
gas oil yang merupakan hidrokarbon berantai panjang) menjadi hidrokarbon
berantai pendek menggunakan gas hidrogen dan katalis.
Contoh reaksi: katalis
C10H22 + H2 C6H14 + C4H10
n-dekana hidrogen heksana butane
Pengubahan termis dan katalitis (thermal/catalytic reforming)
Proses pengubahan (reforming) merupakan proses up-grading naphta
oktan rendah menjadi naphta oktan tinggi (reformate/platformate) melalui
penataan ulang struktur molekul hidrokarbon dengan menggunakan panas dan
katalis tanpa terjadi perengkahan hidrokarbon.
Contoh reaksi:
Polimerisasi
Pada polimerisasi, hidrokarbon dengan berat molekul kecil ditransformasi
menjadi hidrokarbon dengan berat molekul besar tanpa merubah komposisi
hidrokarbon tersebut. Hal ini dapat dilakukan secara thermal maupun katalitik.
Contoh reaksi:
2C2H4 C4H8
2C3H6 C6H12
Alkilasi
7
Pada alkilasi, dilakukan penggabungan olefin atau parafin dengan isobutan
sehingga menghasilkan produk alkylate. Alkylate merupakan parafin bercabang
yang memiliki nilai oktan tinggi.
Contoh reaksi:
C. Proses Treating
Proses Treating yang utama adalah:
Hydrotreating
Hydrotreating bertujuan untuk menghilangkan pengotor yang terdapat pada
umpan. Pada umumnya umpan masih banyak mengandung sulfur, nitrogen dan
oksigen. Dalam reaktor hydrotreating ini, kandungan sulfur dihilangkan dengan
cara membentuk H2S, senyawa yang mengandung nitrogen diubah menjadi
amonia, fenol diubah menjadi senyawa aromatik dan air.
Mercaptan oxidation
Mercaptan Oxidation bertujuan untuk menghilangkan kandungan
merkaptan. Umpan berupa kerosen masuk ke reaktor bersama udara. Di dalam
reaktor, merkaptan dioksidasi oleh udara menjadi disulfida dengan bantuan
katalis.
Acid/caustic treating
Doctor treating
Amine treating
BAB III
8
Distillate Hydrotreating Unit (DHDT)
A. Fungsi Alat
Unit ini berfungsi untuk mengolah Light Coker Gas Oil (LCGO) dari delayed
coker unit (DCU) dengan menjenuhkan material yang tidak stabil dari hasil
cracking dan membuang impurities seperti sulfur dan nitrogen dengan bantuan
gas hidrogen bertekanan. Proses ini menggunakan bantuan katalis UOP S-12.
Reaksi yang terjadi di dalam reaktor adalah penjenuhan olefin, penghilangan
sulfur, penghilangan nitrogen, penghilangan oksigen, penghilangan logam, dan
penghilangan halida. Campuran produk hasil reaksi dipisahkan di kolom stripper
dan splitter.
B. Seputar Alat
Kapasitas : 90 m3/jam 12.000 BPSD
Feed : LCGO dari DCU
Produk :
Gas, untuk umpan Amine dan LPG Recovery ; sebagai fuel gas
Naphtha, digunakan sebagai umpan NHDT
Light Kerosene digunakan sebagai komponen campuran kerosene dan diesel
(ADO)
Heavy kerosene digunakan sebagai komponen campuran kerosene dan
diesel (ADO)
Peralatan utama:
Hydrotreating Reactor (V-2 dan V-3), Stripper (V-8), Splitter (V-10).
Peralatan pendukung :
feed surge drum (V-1), heater (H-1, H-2, H-3), vessel (V-7), suction drum
(V-5, V-6), separator (V-4,V-9, V-11)
C. Aliran proses :
9
LCGO dari Delayed Coking Unit ditampung sementara di V-1 dan fase
cairnya dipompa dengan P-1 masuk ke charge heater H-1, kemudian
diumpankan ke dalam reaktor pertama V-2. Dari reaktor pertama dicampur
dengan recycle dari kompresor C-1 masuk reaktor ke dua V-3 dari bagian atas.
Keluar reaktor kedua didinginkan dengan diinjeksi air sebanyak 20% umpan.
Campuran ini didinginkan di E-2 dan masuk pemisah tekanan tinggi V-4. Air yang
terkumpul di boot dikeluarkan, gas dialirkan ke V-5 untuk mengambil butiran
minyak yang ikut sebelum dimampatkan di kompresor C-1 dan dikembalikan ke
reaktor, sedang butiran minyak yang terambil dimasukkan ke aliran minyak dari
pemisah V-4.
Aliran cair ini diumpankan ke stripper V-8. Uap atas stripper didinginkan di
E-7 dan diembunkan di E-8 sebelum masuk penampungan V-9 untuk dipisahkan
antara gas dan cairan. Gas dialirkan ke unit Amine dan LPG Recovery. Cairan
dialirkan ke unit HC Unibon. Hasil bawah stripper dialirkan ke reboiler stripper
sebagian lagi diumpankan ke splitter V-10 setelah didinginkan di E-6. hasil
bawah splitter dikembalikan melalui H-3, sebagian diambil sebagai produk Heavy
Kerosene setelah didinginkan di E-5, E-11, dan E-12. Uap atas diembunkan dan
masuk penampung V-11, kemudian sebagian diambil sebagai produk Light
Kerosene setelah didinginkan di E-9.
Tabel 1 Peralatan Utama Pada Distillate Hydritreating Unit
Alat Utama Fungsi Kondisi Operasi
Reactor (V-2 &
3)
Tempat terjadinya reaksi
hydritreating
T = 400 oC
Stripper (V-8) Memisahkan naphta dan
komponrn yang lebih ringan dari
kerosene
T top = 163 oC
T bottom = 322 oC
Splitter (V-10) Memisahkan kerosene menjadi
light dan heavy kerosene
T top = 228 oC
T bottom = 260 oC
BAB IV
10
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengolahan minyak bumi secara umum ada 3 :
Primary Processing
Secondary Processing
Treating Process
1. Primary Processing
Destilasi atmosferik
Destilasi Vakum
Ekstraksi
Absorpsi
Kristalisasi
2. Secondary Processing
Perengkahan thermis dan
katalitis
Hydrocracking
Pengubahan thermis dan
katalitis
Polimerisasi
Alkilasi
3. Treating Processing
Hydrotreating
Mercaptan oxidation
Acid/caustic treating
Doctor treating
Amine treating
Distillate Hydrotreating Unit (DHDT) adalah unit yang mengolah Light Coker
Gas Oil (LCGO) dari CDU untuk menghilangkan pengotor serta senyawa –
senyawa yang tidak diinginkan dengan cara Hydrotreating. Produk yang
dihasilkan dari unit DHDT ini adalah Light Kerosene, Heavy Kerosene , Gas, dan
Naphtha.
B. Saran
11
Daftar Pustaka
12
Nazwir. 2004. Evaluasi Kinerja Heater HCC Unibon Unit 212 H-3 di UP II Dumai.
Program Studi D3 Teknik Kimia UNRI : Pekanbaru
Jalil,Abdul. 2007. Evaluasi Data Desain Heat Exchanger E-1 dan E-2 High
Vacuum Distilation Unit UP II Dumai. Program Studi D3 Teknik Kimia UNRI :
Pekanbaru
Junita. Evaluasi Performance Furnace Reformer 702 di Hidrogen Plant. Program
Studi S1 Teknik Kimia UNRI : Pekanbaru
Lampiran
13