MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf ·...

80
MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS MEGALITIKUM GUNUNG PADANG, CIANJUR, JAWA BARAT (Kajian Resepsi dan Semiotika) Laporan Penelitian Individual Mendapat Bantuan Dana dari DIPA-BOPTAN UIN SGD Bandung Tahun Anggaran 2015 Sesuai dengan Kontrak No: Un.05/V.2/PP.00.9/126c-20/2015 Oleh: Dr. Dedi Supriadi, M.Hum. NIP 197011061998031003 Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2015

Transcript of MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf ·...

Page 1: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR

DI SITUS MEGALITIKUM GUNUNG PADANG, CIANJUR, JAWA BARAT

(Kajian Resepsi dan Semiotika)

Laporan Penelitian Individual

Mendapat Bantuan Dana dari DIPA-BOPTAN UIN SGD Bandung

Tahun Anggaran 2015

Sesuai dengan Kontrak No: Un.05/V.2/PP.00.9/126c-20/2015

Oleh:

Dr. Dedi Supriadi, M.Hum.

NIP 197011061998031003

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

UIN Sunan Gunung Djati Bandung

2015

Page 2: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, saya ucapkan kepada Allah Swt. Dengan petunjuk-Nya, saya

dapat menyelesaikan laporan penelitian individual berjudul “Mitos Jabal Nur Sebagai

Folklor di Situs Megalitikum Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat (Kajian Resepsi Dan

Semiotika)” ini. Laporan ini diselesaikan dengan mendapat bantuan dana dari DIPA-

BOPTAN UIN SGD Bandung tahun anggaran 2015.

Laporan penelitian ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan bantuan

beberapa pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Oleh karena itu, saya

mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah membantu

diselesaikannya laporan penelitian ini.

Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan

pengembangan penelitian ini di kemudian hari. Semoga hasil penelitian ini memberikan

banyak manfaat, khususnya dalam khazanah ilmu kesusastraan Islam.

Bandung, 7 Agustus 2015

Dr. Dedi Supriadi, M.Hum.

Page 3: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Dengan ini, saya menyatakan bahwa laporan penelitian individual berjudul “Mitos

Jabal Nur Sebagai Folklor di Situs Megalitikum Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat

(Kajian Resepsi Dan Semiotika)” ini adalah asli dan merupakan hasil penelitian saya

sendiri. Laporan penelitian ini belum pernah dipublikasikan di media apapun dengan

tujuan apapun. Di dalam laporan penelitian ini, terdapat kutipan dan pendapat orang lain

yang cara pengutipannya telah sesuai dengan etika keilmuan dan kaidah akademik yang

berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila terdapat

pelanggaran terhadap etika keilmuan, termasuk klaim yang menyatakan bahwa terdapat

unsur plagiasi di dalam laporan penelitian ini, saya siap menerima sanksi sesuai

peraturan yang berlaku.

Bandung, 7 Agustus 2015

Pembuat pernyataan,

Dr. Dedi Supriadi, M.Hum.

Page 4: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

PEDOMAN TRANSLITERASI

Di dalam penelitian ini, transliterasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Konsonan

Arab Latin Arab Latin

th ط Tidak Dilambangkan ا

zh ظ b ب

„ ع t ت

gh غ ts ث

f ف j ج

q ق h ح

k ك kh خ

l ل d د

m م dz ذ

n ن r ر

w و z ز

h ه s س

` ء sy ش

y ي sh ص

dh ض

2. Vokal Pendek

Arab Latin

a ـــَـ

i ـــِـ

u ـــُـ

3. Vokal Panjang

Arab Latin

â ـــا

î ـــي

û ـــو

Page 5: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

ABSTRAK

Penelitian ini berfokus pada mitos Jabal Nur yang berkembang di sekitar situs

megalitikum Gunung Padang, Campaka, Cianjur. Mitos tersebut berupa keterkaitan

antara Jabal Nur yang merupakan tempat diturunkannya wahyu bagi Nabi Muhammad

Saw. dengan Gunung Padang. Mitos tersebut berkembang menjadi folklor yang

dipegang teguh oleh sebagian besar masyarakat.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan resepsi sastra dan

semiotika. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik lapangan dan kepustakaan.

Pendekatan resepsi sastra digunakan untuk menganalisis tanggapan masyarakat terhadap

mitos Jabal Nur yang berkembang di situs megalitikum Gunung Padang. Adapun

pendekatan semiotika digunakan untuk menganalisis fungsi mitos Jabal Nur tersebut

bagi masyarakat berdasarkan resepsi yang telah didapatkan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa masyarakat meresepsi mitos Jabal Nur secara

beragam. Berdasarkan kemunculannya, mitos Jabal Nur dipahami masyarakat karena

persamaan struktur, nama, dan fungsi. Pengaruh mitos tersebut bagi masyarakat antara

lain menjaga tauhid, meningkatkan ketakwaan, memperbaiki akhlak, dan memperkaya

khazanah kebudayaan. Kemudian fungsi mitos Jabal Nur bagi masyarakat di antaranya

adalah mitos sebagai mistik, mitos sebagai sarana sosial, serta mitos sebagai sarana

pendidikan dan moral.

Kata kunci: mitos, folklor, situs megalitikum, Gunung Padang, resepsi sastra, dan

semiotika.

Page 6: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

ABSTRACT

The research focuses on the myth of Jabal Nur which is growing around Gunung

Padang megalithic site, Campaka, Cianjur. The myth is about linkages between Jabal

Nur, the place of Muhammad’s first revelation, and Gunung Padang. The myth evolved

into a folklore which is strongly held by most people.

The research is conducted by using reception theory and semiotics. Data are

collected by field and library research method. Reception theory is used to analyze

public response to Jabal Nur myth which is growing around Gunung Padang megalithic

site. While semiotics is used to analyze the function of Jabal Nur myth for people based

on responses obtained.

The result shows that people responded Jabal Nur myth in various way.

According to its appearance, Jabal Nur myth is known by people as its similarity of

structures, names, and functions as Gunung Padang. The influence of the myth is to

keep monotheism (tauhid), to increase devotion (takwa), to improve morals, and to

enrich culture treasure. There are four functions of Jabal Nur myth: myth as a mystic,

myth as social facilities, and myth as means of education and moral.

Key words: myth, folklore, megalithic site, Gunung Padang, Jabal Nur, reception

theory, and semiotics.

Page 7: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ............................................................. ii

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................................... iii

ABSTRAK .................................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Batasan dan Perumusan Masalah ............................................................. 3

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

D. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 4

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................... 5

A. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 5

B. Kerangka Berpikir .................................................................................... 7

1. Folklor ................................................................................................ 7

2. Mitos ................................................................................................... 10

3. Teori Resepsi Sastra ........................................................................... 12

4. Teori Semiotika .................................................................................. 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 15

A. Metode Penelitian ..................................................................................... 15

B. Sumber Data ............................................................................................. 16

C. Jenis Data ................................................................................................. 16

D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 17

E. Pengolahan dan Analisis Data .................................................................. 19

BAB IV MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS MEGALITIKUM

GUNUNG PADANG .................................................................................... 20

A. Kondisi Umum ......................................................................................... 20

B. Hasil Wawancara ...................................................................................... 22

C. Resepsi Masyarakat terhadap Mitos Jabal Nur di Situs Megalitikum

Gunung Padang ........................................................................................ 46

Page 8: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

1. Kemunculan Mitos Jabal Nur ............................................................. 45

2. Pengaruh Mitos Jabal Nur terhadap Masyarakat ................................ 55

3. Mitos Jabal Nur sebagai Folklor Masyarakat Gunung Padang .......... 60

D. Fungsi Mitos Jabal Nur ............................................................................ 62

1. Mitos Sebagai Mistik ......................................................................... 63

2. Mitos Sebagai Sarana Sosial .............................................................. 64

3. Mitos Sebagai Sarana Pendidikan dan Moral .................................... 65

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 67

A. Kesimpulan ............................................................................................... 67

B. Saran ......................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 70

LAMPIRAN .................................................................................................................. 72

Page 9: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Kabupaten Cianjur ................................................................................ 20

Gambar 2 Peta Arah Gunung Padang dari Kota Bandung ............................................ 21

Page 10: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Situs megalitikum Gunung Padang saat ini semakin dikenal luas masyarakat.

Sejak dilakukan penelitian oleh Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) pada kurun tahun

2010-2014, popularitas Gunung Padang sebagai cagar budaya meluas hingga ke

pengujung negeri bahkan internasional. Para arkeolog dan geolog, dalam kapasitas

keilmuannya, terus melakukan ekskavasi untuk memperbarui temuan-temuannya.

Dalam laporan riset terbarunya, TTRM (2014) menyebut bahwa Gunung Padang adalah

bangunan raksasa yang unik dan merupakan warisan leluhur Nusantara yang telah ada

sejak ribuan tahun sebelum masehi.

Terlepas dari temuan arkeologis yang terus dimutakhirkan dari waktu ke waktu,

Gunung Padang sebagai sebuah gejala alam telah ada dan dikenal sejak lama oleh

masyarakat Dusun Gunungpadang, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten

Cianjur. Sebelum dikenal secara luas, masyarakat sekitar telah mengenal Gunung

Padang sebagai sebuah peninggalan masa lalu yang memiliki banyak cerita lisan

(folklor). Di antaranya adalah cerita mengenai harta karun terpendam, atlantis yang

hilang, piramida, legenda Prabu Siliwangi, dan beberapa mitos lain yang berkaitan

dengan makhluk-makhluk gaib.

Salah satu folklor yang berkembang di masyarakat sekitar Gunung Padang adalah

cerita asal-usul nama Gunung Padang yang dikaitkan dengan Jabal Nur di Mekah, Arab

Saudi. Menurut Nanang, juru pelihara Gunung Padang, sebagaimana dikutip dalam

www.liputan6.com, kata padang berarti terang atau cahaya dalam bahasa Sunda. Nama

tersebut berasal dari Nagara Siang Padang. Oleh karena itu, nama tersebut diasosiasikan

dengan Jabal Nur, yang terletak di Arab Saudi karena kata padang dan nur memiliki

makna leksikal yang sama.

Dalam sejarah Islam, Jabal Nur merupakan nama gunung tempat diturunkannya

wahyu pertama bagi Muhammad Saw., yaitu Quran Surah Al-„Alaq: 1-5. Wahyu

tersebut diturunkan di sebuah gua yang terletak di puncak Jabal Nur, yaitu gua Hira.

Sebelum menerima wahyu, Muhammad Saw. sering mengasingkan diri (khalwat) di gua

tersebut. Sebagaimana dijelaskan Al-Buthi (2009: 73) bahwa Muhammad Saw.

Page 11: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

2

memiliki kebiasaan menyendiri (ikhtila`) di gua Hira mendekati usia empat puluh tahun.

Di dalam gua Hira tersebut, Muhammad Saw. beribadah selama beberapa malam dan

hanya pulang ke rumah saat mengambil bekal.

Berkaitan dengan hal tersebut, Gunung Padang yang memiliki asal-usul nama

yang sama dengan Jabal Nur diyakini masyarakat sekitar memiliki fungsi yang sama

dengan Jabal Nur. Struktur Gunung Padang terdiri atas punden berundak dengan tinggi

885 meter di atas permukaan laut. Punden tersebut terbagi menjadi lima teras. Menurut

Nanang, keberadaan lima teras tersebut dianggap memiliki makna spiritual. Masing-

masing teras memiliki nama dan fungsinya. Teras yang paling tinggi merupakan tempat

yang dianggap suci dan dipercaya masyarakat sebagai singgasana Prabu Siliwangi.

Masyarakat sekitar, lanjut Nanang, percaya bahwa tingkat tertinggi yang dianggap

sebagai singgasana Prabu Siliwangi merupakan tempat tersuci di antara teras-teras

Gunung Padang. Tempat yang paling tinggi dari Gunung Padang tersebut dianggap

sebagai tempat berhening setelah melalui empat tingkatan terdahulu. Di tempat tersebut,

orang-orang pada masa lalu menjauhkan diri dari keramaian dan memohon ketenangan

dari Zat yang Maha Agung.

Dengan demikian, dapat dilihat bahwa Gunung Padang dan Jabal Nur tidak hanya

memiliki persamaan arti dalam asal-usul namanya. Namun juga, keduanya memiliki

persamaan fungsi, yaitu untuk mengasingkan diri dari keramaian untuk memperoleh

ketenangan. Kata padang dan nur tidak sekadar merujuk pada makna leksikal, tapi juga

memiliki makna semantis yang lebih dalam. Maka dari itu, masyarakat percaya bahwa

Jabal Nur yang dikenal dalam sejarah Islam sebagai tempat Muhammad Saw. menerima

wahyu memiliki keterkaitan yang erat dengan keberadaan Gunung Padang.

Meskipun secara geografis Jabal Nur terletak di Mekah, Arab Saudi, masyarakat

beranggapan bahwa keterkaitan Jabal Nur dengan Gunung Padang bukanlah bentuk

ketidaksengajaan. Cerita tersebut demikian mengakar dan berkembang menjadi sebuah

mitos, yaitu kebenaran yang telah hadir sejak masa lalu (Minsarwati, 2002: 35). Van

Baal, sebagaimana dijelaskan oleh Minsarwati, menambahkan bahwa mitos tersebut

hadir melalui bahasa simbolis untuk merepresentasikan konsep-konsep tertentu,

termasuk “Yang Kudus” atau Ilahi.

Dalam khazanah ilmu kesusastraan, mitos tersebut merupakan bentuk dari cerita

lisan (folklor) yang berkembang di wilayah Cianjur, Jawa Barat. Keberadaannya perlu

Page 12: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

3

mendapat perhatian besar, terutama dalam upaya mengodifikasi folklor-folklor Sunda

agar dapat disusun secara sistematis. Maka, pada penelitian ini, masalah utama yang

akan dibahas adalah mitos Jabal Nur sebagai bagian dari folklor Sunda yang akan

dianalisis secara komprehensif menggunakan beberapa pendekatan ilmu sastra, yaitu

resepsi dan semiotika.

Pendekatan resepsi berfokus pada peranan masyarakat sekitar Gunung Padang

dalam membentuk estetika pada pemaknaan mitos Jabal Nur tersebut, sedangkan

makna-makna di balik mitos tersebut selanjutnya dianalisis dengan pendekatan

semiotika. Makna-makna yang diungkap secara semiotis tersebut kemudian akan

menjawab fungsi mitos tersebut bagi masyarakat sekitar Gunung Padang pada

khususnya dan masyarakat lain pada umumnya.

B. Batasan dan Perumusan Masalah

Penelitian ini berfokus pada resepsi masyarakat sekitar situs megalitikum Gunung

Padang, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, terhadap mitos

Jabal Nur yang dikaitkan dengan keberadaan Gunung Padang. Setelah resepsi tersebut

dijelaskan, penelitian akan mengungkapkan fungsi mitos tersebut bagi masyarakat

sekitar Gunung Padang pada khususnya dan masyarakat lain pada umumnya.

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini

terdiri atas beberapa pertanyaan berikut:

1. Bagaimana mitos Jabal Nur diresepsi oleh masyarakat sekitar Gunung Padang?

2. Apa fungsi mitos Jabal Nur bagi masyarakat sekitar Gunung Padang pada khususnya

dan masyarakat lain pada umumnya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang diajukan dalam rumusan masalah, tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengungkapkan resepsi masyarakat sekitar Gunung Padang terhadap mitos Jabal

Nur.

2. Menjelaskan fungsi mitos Jabal Nur bagi masyarakat sekitar Gunung Padang pada

khususnya dan masyarakat lain pada umumnya.

Page 13: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

4

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan beberapa manfaat, baik manfaat

teoretis maupun manfaat praktis. Manfaat teoretis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menerapkan teori-teori penelitian folklor terhadap folklor yang berkembang di

wilayah Tatar Sunda, khususnya Kabupaten Cianjur;

2. Mengungkapkan nilai-nilai religius yang terkandung dalam folklor-folklor Sunda,

khususnya mitos Jabal Nur yang berkembang di masyarakat sekitar Gunung Padang.

Adapun manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengodifikasi folklor-folkor Sunda sebagai upaya melestarikan kebudayaan lokal,

khususnya dalam bidang kesusastraan;

2. Mengenalkan dan menyebarluaskan folklor-folklor Sunda agar masyarakat

mendapatkan nila-nilai positif yang diperoleh dari folklor tersebut.

Page 14: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Sebagaimana disebutkan dalam latar belakang bahwa penelitian terhadap Gunung

Padang masih berlangsung hingga sekarang. Namun, penelitian yang dilakukan lebih

banyak mengungkapkan “misteri” Gunung Padang dari perspektif arkeologis dan

geologis. Sejauh pengamatan yang dilakukan, belum banyak penelitian yang secara

khusus menyentuh permasalahan sastra-sastra lisan yang berkembang sekitar Gunung

Padang dan signifikansinya bagi perkembangan keilmuan kesusastraan dan masyarakat

pada umumnya.

Pembicaraan mengenai Gunung Padang yang paling komprehensif dapat

ditemukan dalam buku Gunung Padang, Penelitian Situs dan Temuan Menakjubkan

yang ditulis Hermawan Aksan (2015). Buku tersebut merupakan catatan jurnalistik yang

mengungkapkan perjalanan tim peneliti Gunung Padang. Dalam buku tersebut,

dijelaskan temuan-temuan termutakhir mengenai situs Gunung Padang dari perspektif

arkeologis. Dalam beberapa bagian disebutkan bahwa kehadiran Gunung Padang tidak

terlepas dari berbagai mitos, legenda, dan dongeng seputar Gunung Padang tersebut.

Namun demikian, sebagaimana disebutkan sebelumnya, bahwa belum ada penjelasan

khusus mengenai folklor yang berkembang tersebut.

Buku lainnya yang merupakan informasi termutakhir dari penelitian geologis

Gunung Padang adalah Situs Gunung Padang Misteri dan Arkeologi yang ditulis Ali

Akbar, ketua Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM). Buku tersebut merupakan bagian

dari hasil penelitian terbaru yang dilakukan dalam kurun 2012-2013. Selain pandangan

arkeologis yang menjadi fokus utama penelitian, dalam buku tersebut juga dijelaskan

beberapa cerita lisan, termasuk mitos, yang meliputi sejarah Gunung Padang. Di

antaranya adalah kepercayaan masyarakat terhadap keterkaitan Gunung Padang dengan

Jabal Nur di Mekah. Dalam buku tersebut, secara sekilas Ali membahas satu per satu

mitos di sekitar Gunung Padang lainnya.

Sementara itu, folklor-folklor yang ditemukan di sekitar Gunung Padang diketahui

melalui pemaparan langsung masyarakat Desa Karyamukti, Kecmatan Campaka,

Kabupaten Cianjur (wawancara) dan pengumpulan data-data melalui literatur yang

Page 15: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

6

tersebar di internet. Beberapa artikel yang ditemukan dalam laman-laman daring

menunjukkan bahwa situs Gunung Padang memiliki banyak folklor. Di antaranya

artikel “Misteri dan Mitos Gunung Padang Cianjur” yang diunduh dari laman

www.rajawow.com yang menjelaskan beragam cerita yang berkembang di tengah

masyarakat Gunungpadang. Senada dengan artikel tersebut, Nugroho dalam artikel

daringnya “Situs Gunung Padang: „Jabal Nur‟ Indonesia” yang diunduh dari

www.intisari-online.com menjelaskan lebih khusus mengenai cerita Jabal Nur yang

diyakini masyarakat memiliki keterkaitan dengan situs Gunung Padang.

Kedua artikel daring tersebut menjelaskan secara singkat mengenai beberapa

folklor yang berkembang di sekitar situs Gunung Padang. Sebagai tulisan populer,

artikel tersebut tidak membahas secara komprehensif resepsi masyarakat terhadap

berbagai folklor yang berkembang tersebut, termasuk mitos Jabal Nur. Selain itu, mitos-

mitos tersebut juga tidak dibahas dalam kerangka penelitian ilmiah karena hanya

bersifat deksriptif. Pada penelitian inilah, hal-hal yang tidak dibahas tersebut akan

dijelaskan secara mendalam.

Sebagai perbandingan penelitian folklor yang telah dilakukan, salah satu

penelitian yang dapat dijadikan tinjauan pustaka adalah artikel “Folklor Indonesia dan

Jepang: Suatu Studi Perbandingan” yang ditulis James Danandjaya (1991). Dalam

artikel tersebut, Danandjaya membandingkan folklor dan penelitiannya di Indonesia dan

Jepang. Menurutnya, terdapat persamaan antara folklor Indonesia dan Jepang. Di

antaranya, folklor di kedua negara sama-sama biasa dijadikan objek kajian dalam ilmu

kesusastraan, meski mulai dilakukan dalam rentang waktu yang berbeda. Menurut

Danandjaya, teori dan metode penelitian folklor di Jepang berkembang lebih baik

daripada di Indonesia yang masih bergantung pada perkembangan teori di Eropa dan

Amerika Serikat.

Dalam artikel tersebut, Danandjaya menitikberatkan kajiannya pada teori dan

metode yang digunakan dalam penelitian folklor. Danandjaya menyebutkan beberapa

contoh folkor di Indonesia dan Jepang sebagai pelengkap kajiannya. Artikel tersebut

memberikan gambaran mengenai metode penelitian folklor yang sesuai dengan kondisi

kebudayaan masing-masing daerah. Hal tersebut memberikan signifikansi terhadap

metodologi penelitian ini. Namun demikian, penelitian ini tetap diarahkan pada

penelitian yang melibatkan salah satu folklor sebagai objek kajiannya secara mendalam.

Page 16: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

7

B. Kerangka Berpikir

Sebagaimana diungkapkan dalam subbab sebelumnya, penelitian ini berfokus

pada masalah folklor masyarakat sekitar situs Gunung Padang, yaitu mitos Jabal Nur.

Mitos tersebut akan dianalisis dengan menggunakan teori resepsi dan semiotika. Maka

dari itu, pada kerangka berpikir ini akan dibahas konsep-konsep penting dalam

penelitian ini, yaitu teori mengenai folklor, mitos, resepsi, dan semiotika.

1. Folklor

Menurut Dundes, sebagaimana dijelaskan Danandjaya (2007: 1-2), kata folklor

berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore yang terdiri atas dua kata, yaitu folk dan lore.

Folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan

kebudayaan. Adapun lore adalah tradisi yang dimiliki folk, yaitu kebudayaan yang

diwariskan secara turun-temurun secara lisan atau melalui contoh gerak isyarat dan alat

pembantu pengingat (mnemonic device). Berdasarkan definisi tersebut, maka folklor

dapat disebut sebagai kebudayaan sekelompok masyarakat tertentu yang diwariskan

secara turun-temurun melalui lisan atau perangkat pendukung komunikasi lisan lainnya.

Senada dengan definisi tersebut, Endraswara (2010: 3) menambahkan bahwa

folklor disebarkan dengan cara yang khas, yaitu diwariskan dari mulut ke mulut dan

oleh tradisi dan praktik adat istiadat. Dengan cara demikian, folklor akan tetap bertahan

dan berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat di suatu daerah tempat

folklor tersebut lahir. Hal tersebut yang disebut Danandjaya (2007: 3) bahwa folklor

bersifat tradisional karena relatif tetap dan memiliki bentuk yang standar meski telah

penerimanya telah berganti generasi.

Namun, meski cenderung tetap, folklor biasanya memiliki versi yang berbeda-

beda dari setiap masyarakat penuturnya. Hal tersebut, menurut Danandjaya (2007: 3-4)

disebabkan cara penyebarannya yang dilakukan secara lisan, bukan tulisan apalagi

rekaman. Maka, sangat dimungkinkan terjadinya perubahan penerimaan antara satu

orang kepada orang yang lainnya. Akan tetapi, perubahan tersebut biasanya hanya

bagian-bagian luar cerita, seperti bahasa dan susunan redaksi. Adapun isi dan bentuk

dasar folklor tersebut tetap memiliki persamaan.

Page 17: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

8

Karakteristik folklor lainnya adalah anonimitasnya. Nama pengarang folklor

biasanya tidak diketahui. Selain, itu folklor juga bersifa pralogis, yaitu memiliki logika

sendiri yang berlainan degan logika umum yang dikenal masyarakat dalam kehidupan

sehari-hari. Namun demikian, folklor memiliki kegunaan bagi masyarakat penerimanya,

seperti pegangan untuk bertindak. Anonimitas folklor juga menjadikan folklor menjadi

milik kolektif dan diakui sebagai kekayaan bersama (Danandjaya, 2007: 3-4).

Berdasarkan tipenya, Brunvand, sebagaimana dijelaskan Danandjaya (2007: 21),

menyebutkan bahwa folklor dapat dibedakan menjadi tiga kelompok. Pertama, folklor

lisan (verbal folklore), yaitu folklor yang murni berbentuk bahasa lisan. Bentuk folklor

lisan antara lain: bahasa rakyat (folk speech), ungkapan tradisional, teka-teki, puisi

rakyat, dan prosa rakyat. Kedua, folklor sebagian lisan (partly verbal folklore), yaitu

folklor yang menggabungkan unsur lisan dengan unsur bukan lisan, seperti gerak isyarat

dan adat istiadat. Permainan rakyat merupakan salah satu contoh bentuk folkor ini.

Ketiga, folklor bukan lisan (nonverbal folklore), yaitu folklor yang bentuknya bukan

lisan meski pembuatannya diajarkan secara lisan, seperti adat istiadat, rumah adat, dan

obat tradisional.

Kategorisasi folklor lainnya juga dilakukan oleh Dundes. Sebagaimana dikutip

Endraswara (2009: 30), Dundes menyebutkan jenis-jenis folklor sebagai berikut:,

legenda (legends), dongeng (folktales), lelucon (jokes), peribahasa (provebs), teka-teki

(riddles), nyanyian doa (chants), jimat (charms), hinaan (insults), celaan (taunts),

godaan (teases), dan mitos (myths).

Semua jenis folklor tersebut dapat ditemui di dalam masyarakat Indonesia. Namun

demikian, penelitian terhadap folklor belum mencapai titik yang memuaskan, baik

secara kualitas maupun kuantitas. Menurut Endraswara (2009: 23), kurangnya

penelitian folklor disebabkan folklor belum menjadi program khusus dalam kajian

akademik. Folklor seringkali masih “menempel” pada bidang ilmu lain. Hal tersebut

menjadikan pemanfaatan keilmuan folklor belum dilakukan secara optimal.

Namun, hal tersebut dapat diupayakan dengan terus melakukan penelitian yang

komprehensif terhadap banyaknya folklor yang ada di Indonesia. Hal terpenting adalah

melakukan penelitian folklor dengan metode dan pendekatan yang tepat. Finnegan

sebagaimana dijelaskan oleh Endraswara (2009: 26) menyebutkan bahwa penelitian

folklor harus bertolak dari folklor sebagai suatu tradisi yang menurutnya

Page 18: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

9

berkarakteristik: (a) verbal, (b) tanpa tulisan, (c) milik kolektif rakyat, (d) memiliki

makna fundamental, dan (e) dapat ditransmisikan dari generasi ke generasi.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan terhadap folklor-folklor tersebut juga

memiliki langkah-langkah yang berbeda. Endraswara (2009: 31) menyebutkan bahwa

teknik penelitian tersebut dibedakan berdasarkan pesan dan nuansa folklor yang

menurut Dorson dikelompokkan menjadi: (a) oral literature, (b) social folk custome, (c)

material culture, dan (d) folk arts. Namun demikian, penelitian terhadap semua genre

folklor tersebut pada intinya dilakukan dengan studi lapangan, arsip, sumber tertulis,

dan pemetaan.

Klasifikasi folklor lainnya yang perlu dibahas dalam penelitian adalah klasifikasi

Jansen. Menurutnya sebagaimana dijelaskan Endraswara (2009: 34), folklor terdiri atas

folklor esoterik dan folklor eksoterik. Folklor esoterik adalah folklor yang dimengerti

oleh sejumlah orang saja, sedangkan folklor eksoterik adalah folklor yang dimengerti

oleh umum dan tidak terbatas pada kolektif tertentu.

Suatu masyarakat memiliki folklor, baik esoterik maupun eksoterik, disebabkan

tiga hal (Yadnya, 1984: 31). Pertama disebabkan keterpisahan. Jika suatu kelompok

sangat berbeda dengan kelompok yang lain, seperti berbeda keyakinan dan adat istiadat,

maka folklor yang dihasilkan pun seringkali berbeda. Semakin suatu kelompok menutup

diri, maka folklor yang dihasilkan pun kian esoterik.

Kedua, adanya kekhususan pengalaman atau tingkat pendidikan. Sebagian orang

dalam kelompok masyarakat tertentu biasanya memiliki tingkat ilmu (ngelmu) yang

berbeda dari yang lain. Misalnya, para tukang santet dan ahli tenung biasanya memiliki

folklor esoterik yang sulit dipahami oleh orang-orang awam pada umumnya.

Ketiga, adanya kekhususan dalam pemberian pujian, harapan, dan kegemaraan

seseorang biasanya memunculkan folklor yang khas. Ada beberapa tokoh atau figur

yang amat disanjungi atau dihormati oleh suatu kelompok. Hal tersebut biasanya

menjadikan kelompok tersebut menciptakan cerita mengenai figur secara berlebihan

sehingga dapat dikategorikan sebagai folklor.

Berdasarkan teori-teori yang dipaparkan tersebut, penelitian ini akan dilakukan

dengan mengacu pada beberapa konsep penting dari folklor, seperti genre, karakteristik,

dan langkah penelitian yang relevan dengan objek penelitian dalam penelitian ini.

Page 19: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

10

Selanjutnya, akan dibahas teori mengenai mitos sebagai bagian dari folklor

sebagaimana telah disebutkan terdahulu.

2. Mitos

Pada subbab sebelumnya dijelaskan batasan folklor dan karakteristikanya.

Sebagaimana disebutkan di awal bahwa kisah Jabal Nur yang dikaitkan dengan Gunung

Padang merupakan mitos yang lahir seiring keberadaan Gunung Padang itu sendiri.

Mitos tersebut berkembang di sekitar masyarakat Gunungpadang dan menjadi bagian

dari tatanan hidup sehari-hari.

Bascon, sebagaimana dijelaskan Danandjaya (2007: 50), menyebutkan bahwa

mitos (myth) merupakan salah satu dari tiga macam folklor yang berupa prosa rakyat,

selain legenda (legend), dan dongeng (folktale). Mitos adalah cerita yang dianggap

benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh si empunya cerita. Berdasarkan definisi ini,

kepercayaan bahwa Gunung Padang dianggap sebagai Jabal Nur merupakan mitos bagi

masyarakat sekitar situs megalitikum tersebut.

Mitos diyakini sebagai suatu peristiwa di masa lampau mengenai asal mula segala

sesuatu yang memberikan sebuah makna bagi kehidupan di masa kini dan menentukan

hasil yang akan diperoleh di masa datang (Minsarwati, 2002: 8). Berdasarkan definisi

tersebut, mitos dimaknai sebagai pelajaran yang didapatkan dari cerita di masa lampau

yang mampu memberikan petunjuk demi memperoleh kebaikan di masa depan.

Van Baal, sebagaimana dijelaskan Minsarwati (2002: 35), menyebutkan bahwa

mitos adalah sebuah cerita dalam suatu sistem kerangka agama. Cerita tersebut

kemudian dianggap sebagai sebuah kebenaran yang berlaku di masa lalu dan masa

sekarang. Cerita tersebut hadir dalam bahasa simbolis yang merepresentasikan konsep-

konsep seperti “Yang Kudus” atau Ilahi.

Dalam kaitannya dengan folklor, Endraswara (2010: 89-91) menjelaskan bahwa

mitos menjadikan seseorang memiliki hubungan yang erat kepada Sang Pencipta. Mitos

menghadirkan nilai-nilai suci yang hanya dikenal dalam konsep agama. Nilai-nilai

tersebut ditransformasikan menjadi sebuah cerita yang secara turun-temurun

disebarluaskan dan diterima menjadi sebuah ajaran yang tidak tertuang dalam ajaran

agama.

Page 20: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

11

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa mitos hanyalah cerita

yang kebenarannya berupa anggapan belaka. Kebenaran tersebut merupakan

kepercayaan kepada Sang Pencipta yang dimanifestasikan dalam bentuk ajaran-ajaran

moral yang dianggap sebagai petunjuk. Petunjuk tersebut diikuti sebagai bagian dari

penerimaan masyarakat terhadap mitos yang berada di sekitarnya.

Berdasarkan bentuknya, Endraswara (2006: 194-195) mengemukakan empat

macam mitos sebagai berikut:

a. Mitos yang berupa gugon tuhon, yaitu larangan-larangan tertentu yang

mengakibatkan seseorang menerima dampak buruk jika melanggarnya;

b. Mitos yang berupa bayangan asosiatif, yaitu mitos yang berhubungan dengan mimpi,

misalnya mimpi buruk pertanda datangnya musibah atau sebaliknya;

c. Mitos yang berupa sirikan (larangan) yang harus dihindari, mitos ini masih bersifat

asosiatif, tetapi penekanan utamanya adalah pada aspek ora ilok (tidak baik) jika

dilakukan. Dalam arti jika melanggar hal-hal yang telah disirik (dilarang), maka

dipercaya akan mendapat akibat yang tidak menyenangkan;

d. Mitos yang berupa dongeng, legenda, dan cerita-cerita. Hal ini biasanya diyakini

karena memiliki legitimasi yang kuat didalam pikiran orang Jawa. Misalnya mitos

terhadap Kanjeng Ratu Kidul, Dewi Sri, dan sebagainya.

Namun demikian, mitos tidak sekadar cerita kosong yang tidak memiliki makna.

Campbell (1988: 3-10), seorang mitologis Amerika, menyebutkan bahwa mitos

setidaknya memiliki empat fungsi. Pertama, fungsi mistis. Menurut Campbell, mitos

menunjukkan kebesaran alam semesta dan manusia. Berdasarkan fungsi ini, mitos

sejatinya membuka sebuah dunia yang disebut dengan realitas misteri. Realitas misteri

tersebut mendasari semua aspek kehidupan manusia. Maka dari itu, mitos perlu

disingkapkan karena memiliki nilai-nilai transenden dari setiap aspek tersebut.

Kedua, fungsi kosmologis. Berdasarkan fungsi ini, mitos menghadirkan gambaran

kosmos dan segala sesuatu yang berada di sekitarnya. Maka, mitos ada untuk

menjelaskan segala hal yang menjadi pertanyaan manusia mengenai segala macam

penciptaan.

Ketiga, fungsi sosiologis. Menurut fungsi ini, mitos berfungsi untuk mendukung

atau mengesahkan tatanan sosial tertentu. Mitos yang berkembang di suatu daerah tentu

berbeda dengan daerah lain. Maka, mitos di setiap daerah mengandung suatu legitimasi

Page 21: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

12

terhadap kerangka sosial yang berlaku di daerah tersebut. Mitos dapat menjadi hukum

tidak tertulis dan etika bagi masyarakat. Dengan demikian, mitos berkembang menjadi

hukum adat atau tradisional.

Keempat, funsgi psikologis. Berdasarkan fungsi ini, mitos yang berkembang dapat

menuntun manusia untuk menjalani hidupnya, sejak lahir hingga mati. Mitos yang

mengiringi kehidupan manusia akan mengajarinya tentang alam semesta dan segala

misteri. Dengan perkataan lain, mitos bersifat pedagogis karena mengarahkan manusia

sejak lahir ke arah dewasa dengan nilai-nilai pendidikan.

Keempat fungsi mitos menurut Campbell tersebut tentu relevan untuk dibicarakan

dalam meneliti mitos Jabal Nur yang berkembang di sekitar masyarakat Gunung

Padang, Campaka, Cianjur. Dengan mengacu pada fungsi ini, maka akan diketahui

fungsi apa saja yang ditunjukkan oleh mitos Jabal Nur tersebut.

3. Teori Resepsi Sastra

Teori resepsi adalah salah satu pendekatan yang digunakan dalam meneliti karya

sastra. Teori ini menekankan pada peranan pembaca dalam membentuk estetika dalam

sebuah teks (Klarer, 2004: 92). Pendekatan ini berfokus pada dampak yang timbul,

senang tidaknya pembaca, dan latar belakang penilaian pembaca. Selain itu, Adi (2011:

174-184) menambahkan bahwa resepsi melibatkan pembaca dalam membangun makna

pada suatu teks.

Namun demikin, cara pembaca dalam membangun makna tersebut tentu akan

berbeda. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan horizon of expectation yang dimiliki

setiap orang dalam menanggapi suatu teks. Horizon of expectation itulah yang disebut

Hans Robert Jauss sebagai harapan-harapan pembaca yang timbul sebelum membaca

sebuah teks sastra. Horizon tersebut ditentukan oleh tingkat pendidikan, pengalaman,

pengetahuan, dan kemampuan dalam menanggapi sebuah karya sastra (Pradopo, 2007:

208).

Selain itu, perbedaan cara pembacaan tersebut juga disebabkan adanya

kesenjangan antara teks dengan pembacanya. Kesenjangan tersebut dikenal dengan

konsep efek (wirkung) yang diperkenalkan Wolfgang Iser. Kesenjangan yang dimaksud

adalah adanya tempat terbuka (open plak) antara teks dengan pembaca yang

Page 22: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

13

memungkinkan pembaca mengisi tempat tersebut dengan beragam pemaknaan (Adi,

2011: 178).

Sehubungan dengan hal tersebut, mitos Jabal Nur yang dikaitkan masyarakat

Gunung Padang dengan keberadaan situs Gunung Padang tentu memiliki resepsi yang

beragam dari masyarakat. Resepsi tersebut dapat diteliti melalui respons yang muncul

disertai pemaknaan yang mereka miliki terhadap keberadaan mitos tersebut.

4. Teori Semiotika

Semiotika Barthes merupakan pengembangan dari teori Saussure yang membagi

dua unsur tanda, yaitu signifiant dan signifie. Menurut Barthes, sistem signifikansi tanda

terdiri atas relasi antara tanda dan maknanya. Sistem signifikansi tanda tersebut dibagi

menjadi sistem pertama (primer) yang disebut sistem denotatif dan sistem kedua

(sekunder) yang dibagi lagi menjadi dua yaitu sistem konotatif dan sistem metabahasa

(Barthes, 2009: 158-162).

Bagi Barthes, relasi antara tanda dan maknanya terjadi pada kognisi manusia

dalam lebih dari satu tahap. Tahap pertama adalah dasar (disebut sistem primer) yang

terjadi pada saat tanda diserap untuk pertama kalinya, yakni adanya relasi pertama

antara tanda pertama dan makna pertama. Inilah yang disebut dengan denotasi, yakni

pemaknaan yang secara umum diterima dalam konvensi dasar sebuah masyarakat.

Piliang, sebagaimana dikutip Christommy (2004: 94-95), menjelaskan bahwa

denotasi adalah tingkat penandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan

petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna

yang eksplisit, langsung dan pasti. Denotasi adalah tanda yang penandaannya

mempunyai tingkat konvensi atau kesepakatan yang tinggi.

Namun, pemaknaan tanda tidak pernah terjadi hanya pada tahap primer. Proses itu

akan dilanjutkan dengan pengembangannya pada sistem sekunder, yakni relasi kedua

antara tanda kedua dan makna kedua. Proses penandaan ini yang disebut dengan

penandaan tahap kedua (sekunder). Penandaan tahap kedua ini disebut sebagai konotasi

(Hoed, 2011: 84-85).

Konotasi yang mantap, menurut Barthes, dapat berkembang menjadi mitos, yaitu

makna tersembunyi yang secara sadar disepakati oleh komunitas. Mitos yang mantap

dapat berkembang menjadi sebuah ideologi, yaitu sesuatu yang mendasari pemikiran

Page 23: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

14

sebuah komunitas sehingga secara tidak sadar pandangan mereka dipengaruhi oleh

ideologi tersebut (Barthes, 2009: 109).

Sehubungan dengan itu, Piliang, sebagaimana dikutip Christommy (2004: 94-95)

menyebutkan bahwa konotasi adalah tingkat penandaan yang menjelaskan hubungan

antara penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit,

tidak langsung, dan tidak pasti (terbuka terhadap berbagai kemungkinan). Konotasi

menciptakan makna lapis kedua, yang terbentuk ketika penanda dikaitkan dengan

berbagai aspek psikologis, seperti perasaan, emosi atau keyakinan (Christommy, 2004:

94-95).

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka teori semiotika Barthes relevan untuk

mengungkapkan penciptaan mitos Jabal Nur dan fungsinya bagi masyarakat pemilik

mitos tersebut, yaitu masyarakat Gunungpadang. Pertama, proses penandaan dilakukan

dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang ditunjukkan di situs Gunung Padang

dengan resepsi masyarakat terhadap pemaknaan gejala alam tersebut. Kedua, hubungan

antara gejala alam dan resepsi masyarakat yang disebut sebagai pemaknaan lapis

pertama dihubungkan dengan nilai-nilai religius yang dapat diambil dari mitos tersebut.

Dengan demikian, akan diperoleh fungsi mitos tersebut bagi masyarakat sekitar pada

khususnya dan masyarakat lain pada umumnya.

Page 24: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

15

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik,

yaitu dengan mendeskripsikan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan kemudian

menganalisis fakta-fakta tersebut (Ratna, 2011: 34). Fakta tersebut dianalisis dengan

pendekatan yang sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini,

pendekatan yang digunakan untuk menganalisis data adalah pendekatan resepsi dan

semiotika yang keduanya telah dijelaskan dalam subbab Kerangka Berpikir.

Berdasarkan pengumpulan datanya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian

kepustakaan (library research) dan lapangan (field research). Penelitian kepustakan

dilakukan dengan mengumpulkan data-data kepustakaan berupa literatur mengenai situs

megalitikum Gunung Padang dan mitos-mitos yang berkembang di masyarakat

sekitarnya. Selain itu, dikumpulkan pula buku-buku teori yang relevan dengan

penelitian ini, seperti buku-buku folklor, penelitian folklor, teoeri sastra, dan buku-buku

yang berkaitan dengan nilai-nilai Islam, khususnya tauhid, untuk dikomparasikan

dengan nilai-nilai yang terkandung dalam mitos yang diteliti dalam penelitian ini.

Literatur yang menunjang tersebut sebagian telah dijelaskan dalam subbab Tinjauan

Pustaka.

Adapun penelitian lapangan dilakukan dengan melakukan pengumpulan data di

lapangan. Pengumpulan data berupa pengamatan langsung (observasi) dan wawancara.

Pengamatan langsung dilakukan di lokasi situs megalitikum Gunung Padang dan dusun-

dusun sekitar situs tersebut. Pengamatan bertujuan untuk melihat gambaran umum

mengenai lokasi penelitian, kondisi masyarakat, dan cerita-cerita lisan yang

berkembang di sekitar masyarakat tersebut.

Pengumpulan data berikutnya yaitu berupa wawancara (interview). Wawancara

dilakukan untuk mengetahui secara lebih detail kondisi masyarakat langsung dari

masyarakat sekitar. Wawancara juga bermaksud untuk mengetahui cerita-cerita lisan

yang mereka percayai seputar Gunung Padang serta tanggapan mereka terhadap mitos

Jabal Nur yang dikaitkan dengan keberadaan Gunung Padang. Wawancara dilakukan

dengan tatap muka di lokasi penelitian terhadap beberapa informan. Informan yang

Page 25: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

16

terlibat antara lain juru kunci situs Gunung Padang, pengelola (juru pelihara) situs

Gunung Padang, Kepala Desa Karyamukti, dan beberapa warga yang tinggal di sekitar

situs Gunung Padang.

Berdasarkan objek kajian yang dipilih, yaitu folklor, penelitian ini memiliki

langkah-langkah tertentu yang relevan. Sebagaimana disebutkan Soeratno (2012: 18)

bahwa metode yang dilakukan dalam penelitian telah diatur agar tepat guna berdasarkan

karakteristik objek penelitiannya. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam

penelitian ini berdasarkan rumusan Danandjaya (2007: 193) adalah sebagai berikut:

1. Tahap prapenelitian di tempat, yaitu memahami objek penelitian sebelum dilakukan

pengumpulan data di lapangan;

2. Tahap penelitian di tempat, yaitu menggali data-data dari informan di lokasi

penelitian;

3. Tahap pembuatan naskah folklor sebagai arsip, yaitu pengumpulan hasil analisis

menjadi sebuah folklor tertulis yang utuh.

Namun demikian, penelitian ini dilakukan hingga tahap kedua, yaitu penelitian di

tempat. Data-data yang telah dikumpulkan akan dianalisis sesuai rumusan masalah yang

ditentukan, yaitu resepsi masyarakat sekitar Gunung Padang terhadap mitos Jabal Nur

dan fungsi mitos tersebut dalam kehidupan masyarakat sekitar. Penelitian ini telah

mencakup pembahasan yang luas dan memiliki signifikansi yang komprehensif

sehingga tahapan pengarsipan dapat dilakukan dalam penelitian khusus lanjutan.

B. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah cerita-cerita lisan yang dikenal masyarakat

sekitar situs megalitikum Gunung Padang, termasuk mitos Jabal Nur yang dipercaya

memiliki keterkaitan dengan keberadaan Gunung Padang. Dalam sejarah Islam, Jabal

Nur merupakan tempat Nabi Muhammad Saw. memperoleh wahyu.

C. Jenis Data

Jenis data penelitian ini adalah mitos Jabal Nur yang merupakan bagian dari cerita

lisan yang dimiliki masyarakat sekitar Gunung Padang, Kecamatan Campaka,

Kabupaten Cianjur. Mitos tersebut dikumpulkan melalui sumber tertulis dan sumber

lisan. Sumber tertulis berupa literatur yang membahas mitos tersebut Jabal Nur

Page 26: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

17

sedangkan sumber lisan merupakan mitos yang diceritakan oleh beberapa informan

yang relevan dan kompeten dengan penelitian ini. Jenis data lainnya adalah tanggapan

masyarakat terhadap mitos Jabal Nur tersebut.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa penelitian ini merupakan penelitian

kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Pada penelitian

kepustakaan, pengambilan data dilakukan dengan menginvetarisasi mitos Jabal Nur

yang diperoleh dari berbagai literatur, baik berupa buku-buku mengenai Gunung

Padang maupun artikel daring. Artikel daring yang diperoleh di antaranya berupa berita

dan catatan perjalanan yang diunggah di portal berita dan blog.

Adapun pada penelitian lapangan, pengambilan data dilakukan dengan

menginventarisasi mitos Jabal Nur yang diperoleh dengan cara mewawancarai beberapa

informan yang relevan dan kompeten dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan

sebagai tahapan prapenelitian, yaitu mengumpulkan data sebanyak mungkin mengenai

mitos Jabal Nur yang diyakini masyarakat berkaitan erat dengan keberadaan Gunung

Padang serta resepsi terhadap keberadaan mitos tersebut.

Wawancara dilakukan dengan dua teknik, yaitu wawancara langsung dan

wawancara tertulis. Wawancara langsung dilakukan dengan beberapa orang informan

yang tinggal atau berada di sekitar situs Gunung Padang. Adapun wawancara tertulis

melalui surat elektronik (surel) dilakukan kepada beberapa informan yang pernah

mengunjungi situs Gunung Padang atau melakukan penelitian di sana. Berikut rincian

data informan:

1. Nama : Asep

Pekerjaan : Juru Kunci Gunung Padang

Alamat : Kampung Gunungpadang

Usia : -

2. Nama : Ujang Sutarna

Pekerjaan : Kepala Desa Karyamukti periode 2003-2014

Alamat : Kampung Tugu, Karyamukti

Usia : -

3. Nama : Usman

Page 27: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

18

Pekerjaan : Pengelola Situs Gunung Padang

Alamat : Kampung Empang

Usia : -

4. Nama : Heru Hermawan

Pekerjaan : Wiraswasta, Aktivis Kebudayaan

Alamat : Campaka, Cianjur

Usia : 27 Tahun

Pendidikan : S-1

5. Nama : Agus

Pekerjaan : Tukang Ojeg

Alamat : Kampung Gunungpadang

Usia : 18 Tahun

6. Nama : Deden

Pekerjaan : Tukang Ojeg

Alamat : Kampung Lampegan

Usia : 25 Tahun

7. Nama : Erma Nurnita

Pekerjaan : Guru IPS

Alamat : Jalan Balakang, Cipanas, Cianjur

Usia : 27 Tahun

Pendidikan : S-1

8. Nama : Novan S. Sahputra

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Serang, Banten

Usia : 29

Pendidikan : S-1

9. Nama : Oji Luthpiansyah Fajrin

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Palmerah, Jakarta Barat

Usia : 23 Tahun

Pendidikan : S-1

Page 28: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

19

E. Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data-data prapenelitian dikumpulkan, selanjutnya dilakukan analisis

terhadap data-data tersebut. Pertama, data berupa mitos Jabal Nur dideskripsikan

berdasarkan beberapa versi yang diperoleh saat pengambilan data. Kedua, data tersebut

dianalisis dengan pendekatan resepsi dan semiotika. Pendekatan resepsi digunakan

untuk melihat tanggapan masyarakat sekitar situs Gunung Padang terhadap mitos Jabal

Nur, sedangkan pendekatan semiotika berguna untuk mengungkapkan aspek-aspek

struktur, fungsi, dan nilai religius dari mitos tersebut.

Page 29: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

20

BAB IV

MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS MEGALITIKUM

GUNUNG PADANG

Pada bab ini dijelaskan hasil penelitian yang mencakup kondisi umum lapangan

tempat penelitian, hasil atau temuan penelitian, dan pembahasan hasil temuan tersebut.

Terlebih dahulu dijelaskan kondisi umum agar diperoleh gambaran mengenai kondisi

situs megalitikum Gunung Padang dan masyarakat sekitar desa Karyamukti, Kecamatan

Campaka, Kabupaten Cianjur.

A. Kondisi Umum

Secara administratif, situs megalitikum Gunung Padang terletak di desa

Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Situs tersebut dikelilingi oleh

beberapa dusun, di antaranya dusun Gunungpadang dan Cipanggulaan yang paling

banyak penduduknya. Letaknya sekitar 30 km dari kota Cianjur, 91 km dari kota

Bandung, dan 137 km dari ibukota Jakarta. Situs ini terletak pada ketinggian 989 m² di

atas permukaan laut (Aksan, 2015: 17).

(Gambar 1 : Peta Kabupaten Cianjur, sumber: www.geospasial.bnpb.go.id)

Page 30: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

21

Situs ini dikenal masyarakat secara luas, baik nasional bahkan internasional,

setelah dilakukan penelitian arkeologis yang komprehensif sejak 2010 oleh Tim

Terpadu Riset Mandiri (TTRM). Luas situs ini mencapai 3 Ha dengan bentuk punden

berundak yang terdiri atas beberapa teras. Setiap teras tersusun atas ribuan batu yang

meliputi menhir (batu tegak), tiang-tiang batu yang menyerupai kursi, alat musik, altar,

dan mahkota, hingga batu-batu lainnya yang bertebaran di seluruh area situs.

(Gambar 2 : Peta Arah Gunung Padang dari Kota Bandung, sumber: Google Maps)

Setelah dilakukan ekskavasi besar-besaran oleh TTRM, situs Gunung Padang

banyak dikunjungi wisatawan sehingga sekeliling area situs tampak sebagaimana

tempat wisata lainnya. Di gerbang utama yang terletak di kaki gunung terdapat lahan

parkir (yang masih termasuk area situs), loket karcis, pusat informasi, dan tempat

peristirahatan. Dari gerbang utama, pengunjung perlu mendaki sekitar 400 anak tangga

dengan sudut kemiringan sampai 45 derajat.

Pada anak tangga pertama, terdapat sumur Cikahuripan yang dipercaya

masyarakat sekitar sebagai “air kehidupan” karena sebagian meyakini air tersebut

memiliki khasiat luar biasa. Namun, fungsi pokoknya adalah menyucikan diri sebelum

masuk ke area situs yang dahulu dipercaya sebagai tempat bermeditasinya para leluhur

dan wali.

Page 31: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

22

Situs Gunung Padang terletak di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka.

Kecamatan Campaka adalah salah satu kecamatan yang secara geografis terletak di

bagian tengah Kabupaten Cianjur dengan luas 135,47 km² dan jumlah penduduk 62.650

jiwa. Ketinggian Campaka mencapai 475-700 meter di atas permukaan laut sehingga

cuaca di sana begitu sejuk dan berangin. Campaka memiliki kontur berbukit-bukit

dengan tebing yang tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan beberapa wilayah Campaka

sering terkena musibah longsor (www.cianjurkab.go.id).

Setelah situs Gunung Padang ramai dikunjungi, masyarakat merasakan kondisi

yang berbeda, terutama di bidang ekonomi. Pembukaan situs Gunung Padang ditambah

pembukaan kembali jalur kereta api Bogor-Sukabumi-Cianjur yang melewati stasiun

Lampegan membuat kawasan daerah Gunung Padang ramai dikunjungi wisatawan

lokal, bahkan mancanegara. Stasiun Lampegan adalah stasiun kereta api yang memiliki

nilai historis dan budaya yang kental di kawasan tersebut.

Menurut Ujang Sutarna, Kepala Desa Karyamukti periode 2003-2014, kondisi

ekonomi warga sekitar Gunung Padang meningkat setelah Gunung Padang dikenal

masyarakat. Bantuan dari pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata (yang dulu

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) dan pemerintah daerah Kabupaten

Cianjur menjadikan warga memperoleh kesejahteraan melalui program-program

kepariwisataan, seperti pembinaan pemandu wisata, pengelolaan penginapan dan

kawasan kuliner, serta pengembangan seni budaya Sunda.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat beberapa warga sekitar yang menjadi

informan penelitian. Deden (25 tahun), seorang tukang ojeg di sekitar Gunung Padang,

menyebutkan bahwa kawasan Gunung Padang termasuk dusun-dusun sekitar Desa

Karyamukti terdampak secara signifikan setelah situs megalitikum tersebut dibuka

untuk umum. Warga-warga sekitar diberdayakan untuk menjadi pengantar wisatawan

yang tidak membawa kendaraan umum, pedagang makanan, pengelola penginapan, dan

pemandu wisata (tour guide).

B. Hasil Wawancara

Sebagaimana disebutkan pada subbab sebelumnya bahwa pada tahapan

prapenelitian dilakukan wawancara terhadap beberapa informan yang relevan dan

kompeten dengan masalah pada penelitian ini. Adapun data para informan telah

Page 32: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

23

disebutkan pada subbab Teknik Pengumpulan Data. Oleh karena itu, pada subbab ini

akan dijelaskan terlebih dahulu hasil wawancara dengan para informan sebagai temuan

penelitian. Temuan penelitian ini akan dibahas sesuai dengan metodologi penelitian

yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

Wawancara dilakukan dengan dua teknik, yaitu wawancara langsung dan

wawancara tertulis. Wawancara langsung dilakukan dengan beberapa informan yang

tinggal dan berada di area situs Gunung Padang, di antaranya: kepala desa, juru pelihara

situs Gunung Padang, dan masyarakat sekitar. Wawancara langsung dilakukan dengan

bahasa Sunda sehingga perlu dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia saat proses

transkripsi. Transkripsi hasil wawancara langsung juga mengalami beberapa suntingan

tanpa mengubah substansi topik yang dibicarakan.

Adapun wawancara tertulis dilakukan dengan beberapa informan yang pernah

mengunjungi situs Gunung Padang atau melakukan penelitian di sana. Wawancara

dilakukan secara tertulis melalui surat elektronik (surel) dan Google Doc, layanan

pengolah data dalam jaringan (daring) dari Google. Informan yang dipilih sebagai

narasumber ditentukan berdasarkan relevansi dan kompetensinya dengan masalah yang

dibahas dalam penelitian ini, di antaranya: peneliti, guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),

mahasiswa, dan penjelajah (traveler).

Transkripsi hasil wawancara dengan para informan dapat dilihat sebagai berikut:

1. Ujang Sutarna (Kepala Desa Karyamukti periode 2003-2014)

Tanya : Saat ini, situs Gunung Padang sudah terkenal di tingkat nasional

bahkan internasional, bagaimana Bapak melihat hal tersebut?

Jawab : Sebelumnya, perlu diketahui bahwa saya sudah lengser dari posisi

Kepala Desa akhir tahun lalu (Desember 2014). Hanya saja, hingga

saat ini belum dilakukan pemilihan Kepala Desa selanjutnya karena

menunggu Pemilihan Bupati akhir tahun ini (2015). Maka, secara

administratif, desa dipimpin seorang pelaksana tugas. Namun, untuk

urusan kedesaan, saya masih banyak dilibatkan.

Mengenai masalah Gunung Padang, saya menyambut baik seluruh

proses ekskavasi yang dilakukan sejak 2010. Hal tersebut membuat

Gunung Padang, kecamatan Campaka pada khususnya, lebih dikenal

Page 33: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

24

masyarakat luas. Dengan demikian, wilayah Campaka semakin banyak

dikunjungi wisatawan. Pemerintah pun memberikan perhatian besar,

seperti perbaikan infrastruktur menuju situs Gunung Padang,

masyarakat juga dilibatkan dalam seluruh proses termasuk disiapkan

untuk jadi sumber daya manusia yang menunjang situs Gunung Padang

sebagai tempat wisata.

Tanya : Bagaimana respons masyarakat terhadap proses ekskavasi tersebut?

Jawab : Hingga saat ini, respons masyarakat relatif bagus. Secara umum,

masyarakat tidak berkeberatan dengan proses ekskavasi yang

dilakukan. Apalagi, masyarakat mulai merasakan dampak positif dari

pembukaan Gunung Padang ini. Masyarakat mulai bersentuhan dengan

pendatang. Itu artinya, pergaulan mereka pun semakin luas. Hal itu

membuat mereka lebih banyak mengenal kebiasaan-kebiasaan yang

dibawa oleh pengunjung.

Pada awalnya, memang masih ada beberapa lapisan masyarakat yang

berkeberatan dengan penelitian Gunung Padang (ekskavasi oleh

arkeolog). Keberatan yang dirasakan utamanya karena kekhawatiran

proses penelitian merusak alam karena Gunung Padang dianggap

sebagai tempat “keramat” sejak dulu sehingga seharusnya tidak begitu

saja masyarakat luar dapat “merusak” Gunung Padang seperti

melakukan penggalian dan penelitian. Tindakan itu yang

dikhawatirkan oleh beberapa orang, terutama sesepuh yang tinggal di

sekitar Gunung Padang.

Namun, seiring berjalannya waktu, masyarakat pun mulai terbuka

dengan penelitian. Sikap ini terutama datang dari anak-anak muda

yang mulai merasakan banyak dampak positif dari (proses penelitian)

Gunung Padang ini. Apalagi saat ini, banyak pengunjung yang datang,

masyarakat merasakan dampaknya langsung. Itu juga ditambah dengan

pembukaan jalur kereta api Bogor-Cianjur yang semakin bertambah .

(Contoh dampak positif tersebut di antaranya) banyaknya anak-anak

muda yang tidak memiliki pekerjaan kini menjadi tukang ojeg yang

menjajakan jasanya untuk para wisatawan yang datang. Apalagi akses

Page 34: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

25

menuju Gunung Padang ini masih cukup sulit ditempuh dengan

kendaraan umum. Jadi, masyarakat banyak yang menjadi tukang ojek

dan bersiap menyambut wisatawan dari Stasiun Lampegan. Selain itu,

banyaknya pengunjung juga membuat warga untuk berdagang

makanan dan membuka lahan parkir di area situs. Bahkan, ada juga

penginapan yang disediakan untuk wisatawan yang ingin menginap.

Jadi, masyarakat saat ini mulai merasakan bahwa pembukaan Gunung

Padang dapat mendapat mendatangkan rezeki bagi mereka.

Tanya : Tadi Anda mengatakan bahwa Gunung Padang mulanya dianggap

sebagai tempat keramat. Seberapa sakral keberadaan Gunung Padang

dirasakan oleh masyarakat setempat, terutama para sesepuh tersebut?

Jawab : Gunung Padang dari dulu juga sudah ada. Orang-orang juga sudah

mengenal keberadaan Gunung Padang. Dulu, orang mengenal Gunung

Padang sebagai tempat yang suci, tempat orang-orang mengasingkan

diri (dari keramaian). (Orang-orang yang hendak datang ke Gunung

Padang) harus dalam keadaan bersih. Makanya, di bagian utama ada

sumur kahuripan yang fungsinya menyucikan diri. Jadi, ketika

mendaki Gunung Padang, orang tersebut dalam keadaan bersih.

Perkara kebutuhan orang-orang yang datang itu bermacam-macam.

Ada yang benar-benar mengunjungi sekadar untuk jalan-jalan,

beribadah, atau memiliki keperluan lain sesuai keinginannya. Yang

jelas, orang-orang yang datang harus memperhatikan perilakunya saat

datang ke Gunung Padang. Mereka harus bersih hati dan bersih

jasmani.

Tanya : Di antara kesakralan Gunung Padang tersebut, apakah ada mitos yang

dipercaya masyarakat yang berhubungan dengan keberadaan Gunung

Padang?

Jawab : Orang-orang dulu mengenal Gunung Padang sebagai tempat yang

dianggap suci. Itu masih berlaku hingga sekarang. Yang dimaksud suci

di situ adalah bahwa Gunung Padang sebagai alam ciptaan (Allah

Swt.) harus dijaga kelestariaannya. Orang-orang harus memperlakukan

Gunung Padang dengan baik, jangan sembarangan. Tapi, di balik itu

Page 35: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

26

semua, masih banyak orang yang memiliki kepercayaan lain yang

dianggap orang sebagai mitos-mitos. Dulu, Gunung Padang dianggap

tempat untuk orang-orang yang bertapa dan meminta keahlian tertentu,

khususnya dalam bidang seni. Orang-orang yang ingin pandai

bersinden, vokalis, dalang, semuanya datang ke Gunung Padang untuk

mendapatkan keahlian tersebut. Hal itu masih terjadi hingga saat ini,

meski dengan jumlah yang lebih sedikit. Tapi, masih saja ada yang

percaya hal-hal yang bersifat mitos itu. Tidak jarang, orang sengaja

jauh-jauh dari kota lain, seperti Jakarta atau kota-kota besar lain yang

sengaja datang untuk memperoleh keahlian di bidang seni tersebut.

Mereka yang datang tinggal menemui sesepuh (Gunung Padang)

sehingga nanti ditunjukkan cara dan tempat mana saja yang perlu

mereka lalui. Selain itu, masih banyak lagi cerita-cerita (mitos) yang

berkembang di tengah masyarakat. Selebihnya, Juru Pelihara Gunung

Padang dapat menjelaskannya lebih rinci.

Tanya : Terkait nama Gunung Padang itu sendiri, apakah ada mitos yang

berkembang?

Jawab : Nama Gunung Padang itu, kan, dari bahasa Sunda. Padang itu artinya

terang atau cahaya. Itu karena di Gunung Padang, kita bisa

menyaksikan bintang-bintang di malam hari, apalagi jika langit dalam

keadaan cerah. Kita dapat melihat bintang dari segala penjuru dan juga

gunung-gunung yang mengelilingi Gunung Padang.

Tanya : Apakah Anda pernah mendengar keterkaitan Gunung Padang dengan

Jabal Nur (ditekankan: Gunung Nur di Mekah, tempat Nabi

Muhammad Saw. menerima wayu)?

Jawab : Ya, beberapa orang pernah berkata demikian.

Tanya : Apakah Anda melihat adanya persamaan antara Gunung Padang

dengan Jabal Nur?

Jawab : Mungkin karena keduanya sama-sama gunung. Dari segi arti saja,

keduanya memiliki arti yang sama. Padang dan nur sama-sama

memiliki arti terang atau cahaya. Di puncak Gunung Padang, kita dapat

melihat ke seluruh penjuru, terutama saat langit sedang terang. Pasti di

Page 36: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

27

Jabal Nur juga demikian. Atau, bisa jadi keduanya dikaitkan karena

sama-sama dijadikan tempat yang suci. Jabal Nur dijadikan tempat

Nabi (Muhammad Saw.) memperoleh wahyu, sedangkan Gunung

Padang dijadikan tempat memperoleh ilham bagi orang-orang

terdahulu, bahkan hingga saat ini masih ada yang percaya itu. Namun,

ada yang melakukannya dengan cara-cara yang tidak baik. Tentu itu

tergantung pada orangnya masing-masing.

Tanya : Bagaimana tanggapan Anda terhadap mitos tersebut?

Jawab : Menurut saya, sah-sah saja jika orang memiliki pendapat. Apalagi

pendapat itu tidak dapat disalahkan seratus persen. Cerita itu kan

diperoleh dari orang-orang tua dulu. Cerita orang-orang tua dulu,

meskipun sulit dibuktikan kebenarannya, selalu mengandung pelajaran

dan kebenarannya. Asalkan, cerita itu tidak membuat masyarakat

melupakan ajaran yang semestinya. Terus juga, asal mitos itu hanya

dianggap sebagai cerita belaka yang dapat diambil sebagai suatu

pelajaran, saya rasa tidak menjadi masalah.

Tanya : Apa pengaruh mitos tersebut terhadap masyarakat?

Jawab : Sebetulnya orang-orang tahu cerita itu dari dulu. Dan, orang-orang

dulu lebih peduli dengan cerita tersebut (mitos Jabal Nur) sehingga

orang dulu lebih bisa menjaga perilaku dan tata kramanya. Terutama

jika mendekat atau datang ke Gunung Padang. Secara tidak langsung,

orang-orang menyadari bahwa perilakunya harus dijaga. Di bawah

Gunung Padang itu ada sumur kahuripan. Orang-orang akan senantiasa

bersuci, berwudu di sumur itu sebelum naik ke Gunung Padang. Hal

itu menunjukkan bahwa masyarakat sangat peduli dengan kebersihan

diri, baik jasmani maupun rohani. Kita jangan melihat mitosnya yang

merupakan cerita yang dibuat-buat belaka, tapi nilai positifnya adalah

bahwa masyarakat secara sadar harus menjaga diri agar selalu bersih.

Mereka menyucikan badan juga menyucikan diri dari perilku yang

buruk. Namun, lain halnya dengan sekarang, orang-orang semakin

melepas kebiasaan itu. Biasanya orang-orang tua yang masih

memegang teguh (mitos) itu. Sedangkan anak-anak muda tidak begitu

Page 37: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

28

memperhatikan hal-hal seperti itu.

Tanya : Apa yang membuat pergeseran perilaku tersebut, terutama di kalangan

anak muda?

Jawab : Banyak hal yang membuat masyarakat sekarang tidak lagi seperti dulu,

terutama anak-anak muda. Anak-anak muda lebih banyak fokus

mencari uang, bekerja sehingga menganggap hal-hal tersebut tidak

perlu dipikirkan. Apalagi sekarang situs Gunung Padang sudah dibuka

sehingga fokus orang-orang adalah mengembangkan pariwisata

Gunung Padang. Jadi, cerita-cerita (mitos) itu tidak lagi banyak

dipegang. Selain itu, anak-anak muda sekarang lebih senang bermain

dan bergaul dengan pergaulan kota sehingga mengabaikan hal-hal yang

sifatnya sakral.

Tanya : Jadi, dapat dikatakan bahwa itu adalah salah satu dampak negatif dari

dibukanya situs Gunung Padang sehingga perilaku anak-anak muda

cenderung berubah?

Jawab : Tidak juga sebetulnya. Kami menyambut baik (dibukanya situs

Gunung Padang sebagai tempat wisata). Itu justru membuat

masyarakat kian terbuka dengan para wisatawan yang datang. Namun,

maksud saya, fokus orang lebih banyak terarah pada bagaimana

menyambut para wisatawan, bagaimana agar para pengunjung yang

datang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka sehingga mereka

tidak terlalu memperhatikan cerita-cerita (mitos) yang berkembang

tadi.

Tanya : Apakah mitos itu perlu disebarluaskan, bahkan dikumpulkan jadi cerita

rakyat agar orang-orang mengetahuinya?

Jawab : Untuk hal-hal yang positif sebetulnya perlu. Jangan jadi mitos, tapi jadi

cerita yang harus diketahui oleh semua orang bahwa Gunung Padang

adalah tempat suci yang memiliki persamaan dengan Gunung (Jabal)

Nur di Mekah. Itu membuat orang kembali seperti dulu, menjaga

perilakunya, menjaga etikanya, menyebarkannya pada pengunjung

yang datang sehingga Gunung Padang ini dapat selalu terpelihara

dengan baik, tidak rusak dan orang-orang tidak berlaku sembarangan

Page 38: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

29

di sana.

Tanya : Apakah ada upaya dari pihak desa agar masyarakat dapat tetap

menjaga perilaku baiknya (sebagaimana saat mereka memegang mitos

Gunung Padang yang memiliki persamaan dengan Jabal Nur)?

Jawab : Pihak desa terus berupaya agar masyarakat, khususnya masyarakat

Desa Karyamukti, terus melestarikan Gunung Padang sebagai alam

ciptaan Allah Swt. Saat ini, masyarakat bergembira dengan banyaknya

manfaat yang mereka dapatkan dari Gunung Padang. Jalan-jalan

diperbaiki, masyarakat diberdayakan untuk ikut terlibat dengan

kegiatan menjaga Gunung Padang. Namun, itu jangan sampai

membuat masyatakat hanya berharap apa yang mereka dapat dari

Gunung Padang, tapi juga berpikir apa yang mereka berikan untuk

Gunung Padang. Kesadaran itulah yang selalu ditanamkan.

Tanya : Bagaimana tanggapan para ulama setempat terhadap mitos Jabal Nur?

Jawab : Mereka tentu sangat berharap bahwa masyarakat jangan terjebak

dengan mitos. (Para ulama) terus berupaya menjauhkan masyarakat

dari kepercayaan terhadap mitos. Hanya saja, mereka terus

menyebarkan palajaran-pelajaran positif yang diperoleh dari

kepercayaan masyarakat mengenai Gunung Padang. Bahwa kita harus

selalu menjaga tata krama dan sopan santun, serta melindungi

kelestarian Gunung Padang.

Tanya : Terkait dengan kesejahteraan masyarakat yang meningkat, apa saja

upaya yang dilakukan pemerintah dalam mendukung upaya tersebut?

Jawab : Pemerintah sangat mendukung seluruh kegiatan peningkatan

kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar area situs Gunung

Padang, umumnya masyarakat Campaka, Cianjur, ini. Bantuan datang,

baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah Cianjur dan

Jawa Barat. Bukti kongkretnya, akses menuju Gunung Padang

diperbaiki, jalan-jalan semakin bagus seiring bertambahnya

pengunjung yang berminat mengunjungi situs. Pemerintah, melalui

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (sekarang Kementerian

Pariwisata) melibatkan seluruh masyarakat untuk menghidupkan

Page 39: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

30

ekonomi masyarakat di sini. Salah satunya dengan dibentuknya Forum

Masyarakat Peduli Situs Megalit Gunung Padang (FMPSM). Forum

tersebut memiliki lima program pokok yang diberi nama baraya

kaleukeun (bidang kerajinan), baraya goah (bidang kuliner), baraya

seni (bidang kesenian), baraya paguneman (bidang pemandu wisata),

baraya pakuleman (bidang pengelolaan home stay). Semua memiliki

program kerja dan anggaran yang jelas, meskipun belum dilakukan

secara maksimal. Dengan dikenalnya Gunung Padang juga, masyarakat

luar semakin mengenal kecamatan Campaka. Karena sebelumnya tidak

banyak yang tahu bahwa di Kabupaten Cianjur, ada daerah bernama

Campaka.

Tanya : Apa harapan Anda dengan penelitian-penelitian yang dilakukan

akademisi lainnya selain penelitian arkeologis yang saat ini masih

dilakukan?

Jawab : Saya berharap para akademisi dan peneliti dapat menyumbangkan

ilmunya demi kemajuan masyarakat (Gunung Padang dan Campaka)

pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Jika ada penelitian

yang dilakukan, saya harap memberikan sumbangan ilmu dan manfaat

bagi masyarakat.

2. Usman (Juru Pelihara Situs Gunung Padang)

Tanya : Bisakah Anda jelaskan gambaran umum situs Gunung Padang?

Jawab : Gunung Padang sebetulnya adalah bukit (pasir, dalam bahasa Sunda)

yang berbentuk punden berundak. Bukit ini terdiri atas banyak batuan

andesit berukuran besar dan sedang dengan diameter rata-rata 20 cm.

Bukit ini terdiri atas beberapa teras-teras. Di bagian paling depan

(pintu masuk) terdapat sumur kahuripan (kehidupan, dalam bahasa

Indonesia). Sumur itu digunakan sebagai tempat bersuci, sebelum

masuk ke area Gunung Padang dan mendaki ke teras pertama.

Teras pertama menggambarkan pintu gerbang utama atau pamuka

lawang. Di teras ini terdapat batu masigit (masjid). Di sini juga

terdapat batu gamelan, yaitu batu-batu yang dapat mengeluarkan nada

Page 40: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

31

seperti gamelan jika diketuk. Batu-batu pada teras pertama ini

merupakan lambang dari hubungan manusia dengan Zat Maha Esa

(hablu min Allaah).

Teras kedua lebih tinggi daripada terasa pertama. Teras kedua

menghadap utara-barat laut. Di teras ini, terdapat batu mahkota dunia

dan batu lumbung. Batu lumbung merupakan simbol kemakmuran dan

kesejahteraan. Batu-batu pada teras dua ini merupakan lambang dari

hubungan antarmanusia (hablu min an-naas). Dari batu mahkota dunia,

pengunjung dapat melihat Gunung Gede dan Pangrango di sebelah

utara.

Teras ketiga berukuran lebih kecil daripada teras kedua. Teras ini juga

menghadap arah utara-barat laut. Di teras ini, terdapat sekumpulan

batu-batu tegak. Sebagian batu tersebut masih berdiri dan sebagian

lainnya sudah roboh. Di teras ketiga ini terdapat batu kujang, yaitu

batu yang berukiran kujang (senjata khas masyarakat Sunda) di

tengahnya. Ada juga batu tapak maung di ujung timur. Maung di sini

bukan harimau atau macan, tapi manusia unggul. Di batu tersebut

terdapat cekungan yang mirip dengan tempat duduk, tapak tangan,

tapak kaki, dan lubang bekas tongkat. Ada pula masyarakat sekitar

yang percaya bahwa itu jejak Prabu Siliwangi.

Teras keempat terletak lebih tinggi dari teras ketiga. Pada teras tersebut

terdapat batu kanuragan. Masyarakat sekitar mengenalnya sebagai

batu gendong. Ada kepercayaan bahwa siapa saja yang dapat

mengangkat batu kanuragan ini, permintaannya dapat terkabul. Tentu

ini sebagai lambang belaka. Hanya “orang-orang dulu” yang dapat

melakukannya meski tanpa melakukan usaha apa-apa, kecuali berbekal

doa. Sekarang, batu tersebut diamankan di rumah pengelola Gunung

Padang karena seringkali dijadikan “ritual” oleh masyarakat. Di bagian

barat teras keempat juga terdapat sebidang tanah kosong yang konon

dijadikan sebagai tempat melakukan ritual atau upacara.

Teras kelima dianggap sebagai teras yang paling suci.Di teras ini

terdapat bangunan yang terdiri atas beberapa tumpukan batu monolit.

Page 41: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

32

Di teras ini juga terdapat batu singgasana raja. Teras ini merupakan

tempat peristirahatan setelah orang melalui teras-teras sebelumnya. Di

teras ini, “orang-orang dulu” dan leluhur melakukan semedi. Sebagian

orang percaya bahwa di sini (teras kelima), tempat bersemedinya

Sunan Rama dan Sunan Ambu (Adam dan Hawa). Bahkan, ada pula

yang percaya bahwa di teras ini, Prabu Siliwangi beristirahat.

Tanya : Apa saja mitos-mitos yang berkembang di sekitar situs Gunung

Padang?

Jawab : Banyak sekali mitos yang dipercaya masyarakat terkait Gunung

Padang ini. Misalnya, mitos bahwa Prabu Siliwangi berdiam di sini.

Padahal, itu belum dapat dibuktikan secara ilmiah oleh para arkeolog.

Bahkan, ada juga yang percaya bahwa Gunung Padang dulu hancur

oleh Prabu Siliwangi yang marah karena istananya belum selesai

dibangun. Ada juga kepercayaan bahwa di sini adalah tempat

bermukimnya para wali yang dapat hilir-mudik melakukan haji ke

Baitullah. Bahkan, sebagian orang mengaitkan Gunung Padang ini

dengan Jabal Nur dan Gua Hira. Selain itu, Gunung Padang dikenal

orang sebagai tempat memohon bagi orang-orang yang memiliki hajat

tertentu, terutama para sinden yang ingin memiliki suara bagus.

Bahkan, batu gamelan di sana (teras pertama) dipercaya sebagian

orang sering mengeluarkan bunyi-bunyi pada malam-malam tertentu.

Intinya, mitos yang berkembang sangat banyak.

Tanya : Apakah mitos tersebut masih dipercaya hingga sekarang?

Jawab : Saya kira, yang namanya mitos, ada saja orang yang mempercayainya.

Memang, kita terus menjaga bahwa akidah masyarakat jangan sampai

dirusak oleh mitos-mitos tersebut. Tapi, masih saja ada orang yang

percaya bahwa hajat mereka dapat terpenuhi jika telah berkunjung ke

Gunung Padang. Meskipun tidak sebanyak dulu, tapi ada saja orang

yang pada malam-malam tertentu perlu ditemani untuk dengan

“maksud tertentu” (maksud agar keinginannya tercapai).

Tanya : Bagaimana tanggapan masyarakat sekitar terhadap mitos tersebut?

Jawab : Seperti yang saya katakan tadi bahwa mitos tersebut masih saja ada

Page 42: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

33

yang percaya, meski tidak sekuat dulu. Kebanyakan yang datang tidak

hanya dari masyarakat sekitar, melainkan datang dari tempat yang

jauh. Misalnya, orang yang ingin jadi sinden atau dalang, masih saja

ada yang percaya bahwa setelah datang ke Gunung Padang, mereka

akan memiliki keahlian. Masyarakat sendiri tidak pernah

mempermasalahkan itu. Yang penting adalah masyarakat itu sendiri

selalu menjaga akidahnya agar tidak tercampur dengan hal-hal

demikian (mitos). Tapi masih ada sebagian yang memahami itu

sebagai bagian dari kesaktian orang-orang pada zaman dahulu.

Kesaktian itu memang ada tapi sulit dipahami oleh orang-orang yang

hidup di zaman sekarang. Hal terpenting dari itu adalah bahwa orang-

orang dulu memiliki keuatan doa yang berbeda dengan orang pada

zaman sekarang. Dan, itu tidak bisa dinafikan (oleh orang-orang pada

zaman sekarang).

Tanya : Apa pandangan Anda mengenai keterkaitan Gunung Padang dengan

Jabal Nur di Mekah?

Jawab : Sah-sah saja orang memiliki pendapat demikian. Seperti tadi saya

katakan, kepercayaan orang tidak menjadi masalah selama itu tidak

merusak akidahnya. Kalau dikatakan memiliki keterkaitan, keduanya

sama-sama berupa gunung, keduanya sama-sama merupakan tempat

mengasingkan diri, keduanya sama-sama memiliki puncak yang terang

benderang jika malam hari. Jadi, jika disebut memiliki persamaan,

tentu bisa-bisa saja. Bedanya, Jabal Nur terletak di Mekah dan Gunung

Padang di Cianjur. Gunung Padang ini juga terdiri atas banyak teras

yang memiliki nila-nilai kearifan yang tinggi, yang intinya adalah

menggambarkan kehidupan manusia. Dimulai dari tingkatan paling

dasar, yaitu hubungan manusia dengan Tuhannya (hablu min Allaah),

hubungan sosial (hablu min an-naas), taat pada pemimpin, menjaga

lingkungan dan alam, kesejahteraan dan kemakmuran, serta perlunya

menenangkan jiwa sebagai tujuan akhir dari hidup.

Tanya : Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap keterkaitan Gunung

Padang dengan Jabal Nur di Mekah?

Page 43: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

34

Jawab : Ada beberapa masyarakat yang mempercayai cerita itu (keterkaitan

Jabal Nur dengan Gunung Padang). Itu sah-sah saja. Mereka

menganggap bahwa Gunung Padang adalah tempat yang sakral, tidak

boleh dirusak, dan perlu dijaga dengan baik, sebagaimana mereka

menganggap bahwa ini adalah Jabal Nur. Tapi, hal pokok yang dapat

kita ambil dari situ adalah bahwa Gunung Padang ini, kan, bagian dari

alam. Tentu, harus selalu dijaga dan dilestarikan, jangan dirusak

seenaknya begitu saja.

Tanya : Apa pengaruh mitos tersebut bagi masyarakat, termasuk Anda?

Jawab : Sejauh masyarakat mengenal mitos di Gunung Padang ini, yang paling

penting adalah jangan sampai akidahnya rusak karena kepercayaan

pada mitos. Cerita-cerita yang diyakini dulu memang belum bisa jadi

mengandung kebenaran, hanya saja perlu diambil nilai-nilai kearifan

dari setiap cerita itu. Kalau masyarakat memiliki kepercayaan bahwa

Gunung Padang ini terkait dengan Jabal Nur di Mekah, maka nilai

baiknya adalah orang-orang akan menjaga Gunung Padang dengan

baik. Tidak berperilku buruk, tidak berbuat semena-mena, bahkan

merusak Gunung Padang sebagai bagian dari alam.

Tanya : Apakah mitos tersebut perlu disebarluaskan, bahkan dijadikan cerita

rakyat?

Jawab : Saya kira perlu, dalam arti pelajaran yang kita peroleh dari cerita-cerita

leluhur dan orang tua dulu seharusnya dipegang teguh. Orang dulu

biasanya memiliki logika yang berbeda dengan kita. Atau, dalam

bahasa kita menyebutnya “tidak masuk akal” atau mitos belaka. Tapi,

dari cerita itu sesungguhnya terdapat kearifan yang seharusnya

dipegang teguh. Jadi, tidak masalah cerita-cerita tersebut dijadikan

(cerita yang mengandung) pelajaran yang baik bagi masyarakat.

3. Heru Hermawan (Wiraswasta, Aktivis Kebudayaan, Masyarakat Sekitar)

Tanya : Apa yang Anda pahami tentang Gunung Padang?

Jawab : Dari penelitian yang telah dilakukan sampai saat ini, Gunung Padang

disebut sebagai situs megalitikum yang bisa jadi menjadi bukti

Page 44: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

35

peradaban Nusantara. Karena penelitian dilakukan oleh arkeolog

dengan kapasitas keilmuan mereka, saya kira anggapan itu perlu

dipercaya. Tapi dulu, orang menganggap Gunung Padang adalah

tempat keramat belaka, tempat orang melakukan pemujaan atau

bersemedi meminta keinginan tertentu.

Tanya : Apa yang Anda ketahui tentang asal-usul nama Gunung Padang?

Jawab : Nama padang itu sendiri artinya terang benderang atau cahaya. Ada

pula yang menganggap bahwa padang di situ artinya gunung yang

terdiri dari padang rumput yang luas.

Tanya : Apakah Anda mengetahui mitos-mitos yang berkembang di sekitar

Gunung Padang? Jika ya, apa saja mitos yang Anda ketahui?

Jawab : Banyak sekali mitos yang beredar di masyarakat tentang Gunung

Padang. Dulu, Gunung Padang dianggap sebagai gunung yang

angker. Orang-orang jarang mau mendekati gunung tersebut karena

gunung tersebut adalah tempat orang bersemedi. Biasanya orang

yang bersemedi di situ adalah orang yang ingin memiliki suara

bagus, sinden, dalang, dan orang-orang yang ingin memiliki keahlian

di bidang seni.

Ada juga mitos mengenai Nyi Sadeah, sinden yang hilang setelah

peresmian stasiun Lampegan pada masa Belanda dulu. Nyi Sadeah

dipercaya merupakan tumbal yang hilang dan tidak diketahui

jasadnya. Orang percaya, Nyi Sadeah masih bergentayangan di

sekitar stasiun Lampegan hingga ke Gunung Padang.

Tapi yang paling banyak dipercaya adalah bahwa Gunung Padang

ini tempat bersemayamnya Prabu Siliwangi. Bahkan, ada yang

bilang Gunung Padang hancur karena gempa tektonik yang besar.

Gempa itu disebabkan Prabu Siliwangi marah karena istananya

belum selesai dibangun pada masa itu.

Tanya : Apakah Anda pernah mendengar mitos mengenai persamaan

Gunung Padang dengan Jabal Nur di Mekah?

Jawab : Pernah

Tanya : Apakah Anda melihat adanya persamaan antara Gunung Padang

Page 45: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

36

dengan Jabal Nur? (Baik nama, fungsi, maupun hal lainnya)

Jawab : Ya, ada.

Tanya : Bagaimana tanggapan Anda terhadap mitos (persamaan Gunung

Padang dengan Jabal Nur) tersebut?

Jawab : Saya kira, sebagai sebuah mitos, kepercayaan itu tidak dapat

dihindari untuk berkembang di masyarakat. Hanya saja, masyarakat

perlu paham bahwa mitos sekadar cerita yang tidak atau belum dapat

dibuktikan secara ilmiah atau empirik. Masih perlu dilakukan

penelitian yang untuk dapat membuktikan mitos. Kalau mitos

mengenai keterkaitan Gunung Padang dan Jabal Nur itu, saya kira

bisa diambil jalan tengannya bahwa keduanya sama-sama gunung.

Perbedaannya, Jabal Nur adalah murni ciptaan Allah Swt.,

sedangkan Gunung Padang, sejauh ini, diklaim sebagai buatan

manusia, sebagai bukti peradaban manusia Nusantara yang maju

pada masanya. Jadi, kalau ada mitos yang mengatakan Gunung

Padang terkait dengan Jabal Nur, kita ambil nilai-nilai positifnya

saja. Karena masyarakat kita masih lekat dengan mitos, kita jadikan

mitos itu sebagai pembelajaran dan pencerdasan terhadap

masyarakat kita. Paling tidak untuk membedakan mana yang ilmiah,

mana yang sekadar rekaan, serta apa yang bisa kita ambil dari cerita

rekaan itu.

Tanya : Apa pengaruh mitos tersebut terhadap masyarakat pada umumnya,

termasuk Anda?

Jawab : Saya tidak tahu sejauh mana masyarakat sekitar percaya terhadap

mitos tersebut. Sebagian memang menganggap demikian (percaya

dengan mitos Jabal Nur terkait dengan Gunung Padang). Tapi

sebagian lagi tidak tahu akan hal itu. Pengaruh mitos tersebut bagi

orang-orang yang mempercayainya adalah selalu berpikir untuk

senantiasa melestarikan Gunung Padang sebagai bukti peradaban

yang masih perlu dilakukan penelitian yang berkesinambungan. Oleh

karena itu, orang-orang perlu memiliki kesadaran untuk menjaganya

dari perilaku merusak. Hubungannya dengan mitos itu, justru orang-

Page 46: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

37

orang yang percaya mitos itu lebih dapat menjaga perilakunya

daripada orang yang sudah abai terhadap mitos tersebut.

Tanya : Apakah mitos tersebut perlu disebarluaskan kepada masyarakat,

bahkan dikumpulkan menjadi cerita rakyat?

Jawab : Sebagai suatu media pembelajaran, saya kira tidak menjadi masalah

dan akan menjadi baik. Cerita-cerita yang beredar di masyarakat

dapat dijadikan suatu cerita yang menarik bagi anak-anak,

khususnya. Dari cerita tersebut, anak-anak akan mengambil hikmah

dan pelajaran sehingga mereka bisa berperilaku bijak saat dewasa

kelak. Kita bisa mengambil mitos sebagai hal yang positif, tentu

dalam kerangka kebudayaan dan proses pendidikan. Jika dikaitkan

dengan agama, saya kira selama itu tidak merusak keyakinan

individual seseorang, tidak mencampuradukkan hal yang sifatnya

wahyu dengan budaya atau tradisi. Jika mitos itu dijadikan cerita

rakyat juga dapat menambah kekayaan khazanah kebudayaan

Cianjur. Cianjur juga dapat dikenal lebih luas lagi.

4. Agus (Tukang Ojeg, Masyarakat Sekitar)

Tanya : Apa yang Anda ketahui tentang Gunung Padang?

Jawab : Dulu, orang tahunya Gunung Padang adalah gunung biasa yang suka

dijadikan tempat bersemedi, tempat orang meminta kekuatan atau

kebutuhan tertentu. Khususnya, orang-orang yang suka bernyanyi,

sinden, atau dalang. Sekarang, Gunung Padang jadi tempat wisata.

Katanya, ada piramida besar yang lebih besar daripada Candi

Borobudur di sana, seperti penelitian yang dilakukan selama ini.

Tanya : Apa Anda tahu asal mula nama Gunung Padang?

Jawab : Tidak tahu.

Tanya : Apakah Anda pernah mendengar cerita-cerita mitos sekitar Gunung

Padang?

Jawab : Di sekeliling Gunung Padang banyak sekali mitos. (Misalnya) mitos

hilangnya Nyi Sadeah yang dulu sinden terkenal di sana. Sampai

sekarang Nyi Sadeah ditemukan dan konon hingga saat ini

Page 47: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

38

gentayangan di stasiun Lampegan. Terus juga, dulu Gunung Padang

biasanya dijadikan tempat memuja dan orang-orang memiliki

kebutuhan (hajat). Gunung Padang dulu itu tertutup dan orang-orang

rata-rata takut untuk mendekat, kecuali ada keperluan. Itu pun

diantarkan oleh juru kunci.

Tanya : Apa Anda tahu bahwa Gunung Padang dikaitkan dengan Jabal Nur di

Mekah?

Jawab : Jabal Nur itu apa?

Tanya : Jabal Nur adalah tempat Nabi Muhammad Saw. menerima wahyu.

Jabal Nur artinya gunung cahaya atau gunung padang, dalam bahasa

Sunda. Gunung itu biasa dijadikan tempat oleh Nabi Muhammad Saw.

untuk bertapa (khalwat) memohon petunjuk sampai akhirnya

mendapatkan petunjuk berupa wahyu. Menurut Anda, apakah cerita

tersebut sama dengan Gunung Padang?

Jawab : Kalau begitu, Gunung Padang punya kemiripan. Di Gunung Padang

juga, orang suka bertapa. Hanya saja, yang bertapa adalah orang-orang

kita, bukan nabi kayak di Mekah. Mereka biasanya bertapa untuk

mendapat kekuatan dan sengaja diam di sana, tidak turun gunung

(sebelum kebutuhannya terwujud). Jadi, mungkin gunungnya sama-

sama tempat mencari cahaya petunjuk.

Tanya : Bagaimana tanggapan Anda mengenai mitos tersebut?

Jawab : Namanya saja mirip, kebetulan sama. Tapi, itu bisa membuat orang

semakin kenal dengan Gunung Padang. Jika disebut mirip (dengan

Jabal Nur), orang-orang akan menjaga sikapnya seperti menganggap

itu adalah gunung tempat Nabi mendapatkan wahyu.

Tanya : Apakah pengaruh mitos tersebut terhadap masyarakat, termasuk Anda?

Jawab : Itu bisa membuat orang-orang semakin menjaga sikapnya seperti

halnya dulu. Dulu, orang-orang takut meski sekadar lewat di depan

Gunung Padang. Lain halnya dengan sekarang, orang-orang semakin

berani bahkan tidak ada rasa takut sama sekali. Bahkan, untuk

melakukan hal-hal yang tidak terpuji sekali pun, seperti: berpacaran,

berfoto, dan lain-lain.

Page 48: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

39

Tanya : Apakah mitos tersebut perlu disebarluaskan kepada masyarakat,

bahkan dikumpulkan jadi cerita rakyat?

Jawab : Kalau untuk kebaikan, tentunya tidak menjadi masalah. Cerita yang

bagus-bagus tentang Gunung Padang seperti tadi bisa jadi pelajaran

bagi orang-orang di sekitar agar bisa menjaga sikapnya. Apalagi

sekarang Gunung Padang terbuka untuk umum. Banyak pengunjung

yang harusnya bisa menjaga sikapnya. Jadi, kalau cerita (mitos Jabal

Nur) itu (disebarluaskan) bisa menjadi pelajaran bagi setiap orang

untuk memahami Gunung Padang lebih dalam lagi.

5. Deden (Tukang Ojeg, Masyarakat Sekitar)

Tanya : Apa yang Anda ketahui tentang Gunung Padang?

Jawab : Gunung Padang adalah tempat yang sudah ada sejak lama sekali.

Kami sudah tahu sejak kecil. Sejak kecil, kami tahu Gunung Padang

sebagai tempat yang keramat, tempat petilasan orang-orang sakti dan

raja zaman dahulu. Maka, dulu orang-orang sebetulnya takut ke

Gunung Padang, karena Gunung Padang biasanya digunakan orang

untuk “meminta sesuatu” hingga sekarang. Banyak orang yang

memiliki maksud tertentu, misalnya ingin suaranya bagus atau pandai

bernyanyi.

Tanya : Apa pengaruh keberadaan Gunung Padang terhadap pemberdayaan

ekonomi masyarakat sekitar?

Jawab : Sangat berpengaruh. Banyak lapangan kerja baru, seperti tukang ojek

atau penjual makanan di sekitar Gunung Padang. Terutama sejak

Stasiun Lampegan dibuka kembali, banyak pengunjung dari Jakarta

yang datang ke sini menggunakan kereta. Mereka berwisata ke

Stasiun Lampegan untuk melihat terowongan yang dibuat sejak

zaman penjajahan Belanda kemudian melanjutkan kunjungan ke

Gunung Padang. Turis asing pun tak sedikit yang datang ke sini.

Gunung Padang yang dulunya sepi sekarang sudah sangat ramai. Ada

pos ojek dan warung-warung makanan di sekitar pintu masuk.

Namun sangat disayangkan, pengunjung dari luar memandang

Page 49: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

40

Gunung Padang hanya sebatas situs purbakala biasa, sehingga mereka

masuk ke Gunung Padang tanpa ada rasa takut atau hormat sedikit

pun.

Tanya : Apakah Anda tahu asal-mula Gunung Padang?

Jawab : Gunung Padang artinya cahaya (dalam bahasa Sunda).

Tanya : Apakah Anda pernah mendengar bahwa Gunung Padang terkait

dengan Jabal Nur di Mekah?

Jawab : Tidak pernah. Maksudnya bagaimana?

Tanya : Jabal Nur adalah tempat diturunkannya wahyu pertama kepada Nabi

Muhammad. Di sana ada Gua Hira. Apa menurut Anda Jabal Nur

memiliki persamaan dengan Gunung Padang?

Jawab : Betul sekali. Sejak lama sudah banyak orang yang datang ke Gunung

Padang untuk bersemedi, bertapa, mencari ketenangan, wangsit, atau

mencari ilham. Mereka datang terutama pada malam hari. Juga

banyak wanita yang ingin menjadi sinden, atau sekarang penyanyi,

yang bertapa agar mendapatkan suara yang bagus. Percaya atau tidak,

ketika bulan purnama, Gunung Padang ini terlihat sangat terang dari

sekelilingnya. Itu juga yang membuat kami yakin bahwa Gunung

Padang memiliki keistimewaan dibanding gunung-gunung lain di

sekitarnya.

Tanya : Apa pengaruh mitos tersebut terhadap masyarakat sekitar, termasuk

Anda?

Jawab : Dulu itu berpengaruh sekali. Orang masih menganggap kalau Gunung

Padang itu keramat seperti cerita tadi (bahwa Gunung Padang

memiliki persamaan dengan Jabal Nur). Sekitar sepuluh tahun lalu

orang masih sangat takut jika melewati Gunung Padang. Banyak

sekali pantangan yang masyarakat percaya, seperti tidak boleh

berbicara kasar atau bersikap tidak sopan ketika berada di Gunung

Padang. Untuk naik ke puncak Gunung Padang, masyarakat harus

menemui kuncen terlebih dahulu untuk memohon izin, bahkan

masyarakat tidak berani untuk naik seorang diri. Saat ini sudah

berbeda kondisinya. Anak-anak muda di sekitar Gunung Padang dan

Page 50: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

41

juga pengunjung dari luar sudah tidak takut lagi dengan cerita-cerita

keramat (mitos) Gunung Padang. Mereka dapat naik begitu saja

hanya dengan membayar retribusi di pintu masuk. Tak jarang mereka

datang berdua dengan pasangannya untuk berpacaran di puncak

Gunung Padang. Masyarakat juga kerap membuang sampah

sembarangan dan tidak takut lagi bercanda dan berteriak-teriak di

puncak Gunung Padang. Padahal kira-kira sepuluh tahun lalu,

rasanya hal itu tidak mungkin dilakukan. Masyarakat sangat percaya

bahwa perilaku negatif di sekitar Gunung Padang akan membawa

pengaruh buruk pada kehidupan sehari-hari.

Tanya : Apakah mitos tersebut perlu disebarluaskan, bahkan dikumpulkan

jadi cerita rakyat?

Jawab : Namanya mitos, kan, sebetulnya sekadar cerita bohongan. Tapi kalau

itu baik bagi masyarakat, kenapa tidak. Kalau mitos itu (persamaan

Jabal Nur dan Gunung Padang) dijadikan cerita, bisa jadi orang-orang

yang membacanya akan bisa bersikap baik seperti dulu lagi. Orang-

orang akan menjaga sikapnya menjadi tidak sembarangan. Soalnya

orang akan menganggap bahwa Gunung Padang itu tempat yang

benar-benar suci seperti gunung (Jabal Nur) tadi.

6. Erma Nurnita (Mahasiwa, Peneliti)

Tanya : Apa tujuan Anda datang ke Gunung Padang?

Jawab : Wisata edukasi dan penelitian.

Tanya : Dari mana Anda mengetahui informasi mengenai Gunung Padang?

Jawab : Dari dosen sewaktu kuliah dan dari teman yang tinggal di sekitar

situs Gunung Padang.

Tanya : Apa yang Anda ketahui tentang Gunung Padang?

Jawab : Bila dikaitkan dengan cerita Sunda bahwasannya orang Sunda

adalah bangsa matahari atau bangsa yang memuja surya. Zaman

dahulu kala saat manusia masih bersatu dalam satu pulau (sebelum

terbentuk benua dan pulau), pusat peradaban Sunda ada di Gunung

Sunda. Sebelum meletus, dipastikan orang-orang Sunda melakukan

Page 51: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

42

ritual penyembahan di puncak gunung (sembah hyang raya agung).

Gunung berupa puncak dataran bumi yang dekat dengan langit, di

mana langit adalah tempat bersemayamnya dewa. Semenjak gunung

Sunda meletus dan seiring berjalannya waktu, umat manusia

berpencar ke segala penjuru. Mereka mulai memindahkan konsep

gunung ke dalam bentuk bangunan untuk sarana sembahyang,

bangunan yang menjulang ke atas seperti candi, pura, piramida,

machu pichu, dan lain-lain.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Gunung Padang dahulu dibangun di

atas bukit dan batu yang tersusun rapi sebagai pijakan yang

memudahkan untuk naik ke puncaknya serta di atasnya terdapat

batu-batu juga yang menurut saya adalah sekat untuk memisahkan

antara tempat pemimpin agama dan rakyat yang melakukan

pemujaan.

Tanya : Apa yang Anda ketahui tentang asal-usul nama Gunung Padang?

Jawab : Gunung Padang adalah gunung yang memiliki puncak yang

menghampar luas, terdiri dari batuan dan padang rumput.

Tanya : Apakah Anda mengetahui mitos-mitos yang berkembang di sekitar

Gunung Padang? Jika ya, apa saja mitos yang Anda ketahui?

Jawab : Pertama, Gunung Padang dikenal sebagai tempat bersemayamnya

Prabu Siliwangi. Kedua, Gunung Padang sebagai tempat para wali

untuk pergi ke baitullah dalam waktu sekejap.

Tanya : Apakah Anda pernah mendengar mitos mengenai persamaan

Gunung Padang dengan Jabal Nur (Gunung Nur, tempat Gua Hira

berada) di Mekah?

Jawab : Ya

Tanya : Apakah Anda melihat adanya persamaan antara Gunung Padang

dengan Jabal Nur? (Baik nama, fungsi, maupun hal lainnya)

Jawab : Ya

Tanya : Bagaimana tanggapan Anda terhadap mitos (persamaan Gunung

Padang dengan Jabal Nur) tersebut?

Jawab : Entah kapan munculnya dugaan persamaan Gunung Padang dengan

Page 52: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

43

Jabal Nur. Yang pasti, dugaan tersebut muncul dari masyarakat

sekitar yang awam. Persamaan secara fisik perlu diakui

kebenarannya, yakni berupa gunung yang berbatu dan di puncaknya

menghampar luas terang benderang (padang yaitu luas dan terang,

sedangkan nur yaitu cahaya). Mungkin dari definisi inilah

masyarakat mengaitkan dan membuat presuposisi. Penerimaan

masyarakat yang membenarkan hal tersebut dapat diakui secara

universal tanpa ada bukti empirik.

Tanya : Apa pengaruh mitos tersebut terhadap masyarakat pada umumnya,

termasuk Anda?

Jawab : Kondisi masyarakat sekitar situs Gunung Padang masih percaya

dengan hal-hal yang bersifat gaib. Jadi, sulit untuk meluruskan

sejarah yang sebenarnya. Selain itu, sebetulnya mitos sangat

bertentangan dengan syariat. Di sana malah dicampuradukkan

karena kurangnya pengetahuan. Pengaruhnya untuk saya sebagai

orang Sejarah dan belajar hal-hal yang bersifat empiris, maka tugas

bersama untuk meluruskan dan membuktikan fakta yang sebenarnya.

Tanya : Apakah mitos tersebut perlu disebarluaskan kepada masyarakat,

bahkan dikumpulkan menjadi cerita rakyat? Sebutkan alasannya.

Jawab : Tidak perlu dan tidak penting karena kita hidup di zaman yang maju

dan segala sesuatu harus dibuktikan secara empiris dan masuk

logika.

7. Novan S. Sahputra (Wiraswasta, Penjelajah)

Tanya : Apa tujuan Anda datang ke Gunung Padang?

Jawab : Berwisata dan mencari informasi langsung mengenai sejarah

Gunung Padang.

Tanya : Dari mana Anda mengetahui informasi mengenai Gunung Padang?

Jawab : Sebagai traveler, Gunung Padang sedang menjadi trending topic

lokasi tujuan wisata sejarah yang letaknya mudah diakses karena

tidak jauh dari Jakarta. Informasi Gunung Padang juga saya

dapatkan dari kuncen situs megalitikum serupa di Arca Domas,

Page 53: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

44

Bogor, Jawa Barat.

Tanya : Apa yang Anda ketahui tentang Gunung Padang?

Jawab : Gunung Padang adalah situs megalitikum yang konon usianya lebih

tua dari Piramida di Mesir. Gunung Padang juga merupakan tempat

petilasan raja-raja Sunda terutama Siliwangi.

Tanya : Apa yang Anda ketahui tentang asal-usul nama Gunung Padang?

Jawab : Masyarakat awam mengira Gunung Padang berarti gunung yang

berbentuk padang rumput yang sangat luas.

Tanya : Apakah Anda mengetahui mitos-mitos yang berkembang di sekitar

Gunung Padang? Jika ya, apa saja mitos yang Anda ketahui?

Jawab : Pertama, mitos dilarang berbicara dan bersikap tidak sopan di

wilayah Gunung Padang. Jika dilakukan maka akan terkena sial

sepulangnya dari Gunung Padang. Kedua, di kalangan peminat UFO,

konon Gunung Padang adalah salah satu bangunan yang dibuat oleh

makhluk terestrial luar angkasa (alien).

Tanya : Apakah Anda pernah mendengar mitos mengenai persamaan

Gunung Padang dengan Jabal Nur (Gunung Nur, tempat Gua Hira

berada) di Mekah?

Jawab : Ya

Tanya : Apakah Anda melihat adanya persamaan antara Gunung Padang

dengan Jabal Nur? (Baik nama, fungsi, maupun hal lainnya)

Jawab : Ya

Tanya : Bagaimana tanggapan Anda terhadap mitos (persamaan Gunung

Padang dengan Jabal Nur) tersebut?

Jawab : Keduanya adalah gunung tempat menyepi dan mencari ilham.

Tanya : Apa pengaruh mitos tersebut terhadap masyarakat pada umumnya,

termasuk Anda?

Jawab : Keberadaan mitos tersebut dapat menjaga kesakralan Gunung

Padang.

Tanya : Apakah mitos tersebut perlu disebarluaskan kepada masyarakat,

bahkan dikumpulkan menjadi cerita rakyat? Sebutkan alasannya.

Jawab : Perlu, agar masyarakat tetap menghormati dan menjaga kesakralan

Page 54: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

45

Gunung Padang. Selain itu, cerita rakyat juga dapat menjadi

khazanah dan kekayaan budaya bangsa.

8. Oji Luthpiansyah Fajrin (Mahasiswa, Penjelajah)

Tanya : Apa tujuan Anda datang ke Gunung Padang?

Jawab : Berwisata

Tanya : Dari mana Anda mengetahui informasi mengenai Gunung Padang?

Jawab : Teman

Tanya : Apa yang Anda ketahui tentang Gunung Padang?

Jawab : Gunung atau situs purbakala peninggalan Prabu Siliwangi, katanya.

Tanya : Apa yang Anda ketahui tentang asal-usul nama Gunung Padang?

Jawab : Padang dalam bahasa Sunda artinya terang atau sinar.

Tanya : Apakah Anda mengetahui mitos-mitos yang berkembang di sekitar

Gunung Padang? Jika ya, apa saja mitos yang Anda ketahui?

Jawab : Katanya, tempat meminta "pesugihan" tapi tidak tahu kebenarannya.

Sempat waktu berkunjung ke sana, ada sekelompok orang sedang

melaksanakan ritual membaca doa, namun entah apa tujuannya.

Tanya : Apakah Anda pernah mendengar mitos mengenai persamaan

Gunung Padang dengan Jabal Nur (Gunung Nur, tempat Gua Hira

berada) di Mekah?

Jawab : Ya

Tanya : Apakah Anda melihat adanya persamaan antara Gunung Padang

dengan Jabal Nur? (Baik nama, fungsi, maupun hal lainnya)

Jawab : Tidak

Tanya : Bagaimana tanggapan Anda terhadap mitos (persamaan Gunung

Padang dengan Jabal Nur) tersebut?

Jawab : Mungkin ada persamaan antara arti dari kata padang itu sendiri

dengan kata nur yang memiliki arti yang sama, yaitu terang atau

sinar.

Tanya : Apa pengaruh mitos tersebut terhadap masyarakat pada umumnya,

termasuk Anda?

Jawab : Bergantung pada masyarakat itu sendiri dalam menyikapi mitos

Page 55: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

46

tersebut. Saya menanggapinya biasa saja. Hal itu adalah hal wajar

karena kebanyakan orang Indonesia masih percaya dengan mitos.

Namun juga tetap harus berhati-hati atas mitos-mitos yang ada

tersebut.

Tanya : Apakah mitos tersebut perlu disebarluaskan kepada masyarakat,

bahkan dikumpulkan menjadi cerita rakyat? Sebutkan alasannya.

Jawab : Perlu, sebagai bahan informasi. Asalkan, info yang disebarluaskan

bersifat positif bagi masyarakat. Lahir, kecil, dan besar di Indonesia.

Jadi, wajar saja percaya mitos. Yang penting, dalam hidup tidak

merugikan orang lain dan selalu berada di jalan Allah Swt,

insyaallah berkah

Demikian transkripsi hasil wawancara dengan beberapa informan. Hasil

wawancara tersebut merupakan data penelitian yang akan dianalisis dengan pendekatan

resepsi dan semiotika. Dengan pendekatan resepsi, akan diperoleh tanggapan

masyarakat terhadap mitos Jabal Nur di situs megalitikum Gunung Padang. Tanggapan

tersebut akan dijelaskan secara komprehensif dalam subbbab berikutnya.

C. Resepsi Masyarakat terhadap Mitos Jabal Nur di Situs Megalitikum Gunung

Padang

Setelah diperoleh temuan penelitian berupa hasil wawancara dengan para

informan yang relevan dan kompeten dengan masalah penelitian ini, maka selanjutnya

adalah pembahasan mengenai resepsi masyarakat terhadap mitos Jabal Nur di situs

megalitikum Gunung Padang. Dalam teori resepsi (Iser, 971: 21), hal pokok yang perlu

dilihat adalah hubungan antara teks dengan pembaca. Di antara teks dengan pembaca

terdapat suatu jarak yang berisi ruang kosong yang disebut wirkung (kesenjangan).

Kesenjangan itulah yang menurut Iser, sebagaimana dijelaskan Adi (2011: 178),

memiliki suatu tempat terbuka (open plak) yang berpotensi untuk diisi dengan beragam

macam pemaknaan. Pemaknaan itu yang kemudian menjadi dialog antara pembaca

dengan beragam unsur teks tersebut. Dalam penelitian ini, teks merupakan mitos Jabal

Nur yang berkembang di masyarakat sekitar situs Gunung Padang yang dimaknai secara

Page 56: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

47

beragam oleh para pembacanya yang dalam penelitian ini dimaksudkan kepada

masyarakat yang menanggapi atau mempercayai mitos tersebut.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan, baik secara langsung maupun tertulis,

diperoleh tanggapan yang beragam dari masyarakat mengenai mitos Jabal Nur yang

dikaitkan dengan keberadaan Gunung Padang. Dari data-data yang diperoleh, resepsi

masyarakat terhadap mitos Jabal Nur di situs megalitikum Gunung Padang terbagi

menjadi beberapa tanggapan berikut:

1. Kemunculan Mitos Jabal Nur

Menurut Minsarwati (2002: 8), mitos merupakan suatu peristiwa di masa lampau

yang diyakini sebagai asal mula terjadinya sesuatu yang memberikan sebuah makna

bagi kehidupan di masa kini. Namun demikian, kebenaran mengenai peristiwa tersebut

tidak dapat dipastikan. Oleh karena itu, mitos berkembang menjadi cerita yang berupa

keyakinan belaka tanpa ada bukti-bukti empirik yang dapat menunjukkan kebenarannya.

Sebagai suatu mitos, asal mula cerita mengenai Jabal Nur yang dikaitkan dengan

keberadaan Gunung Padang tidak dapat diketahui secara pasti. Masyarakat sekitar

menganggap bahwa mitos tersebut merupakan bagian dari kepercayaan mereka yang

seiring waktu dilupakan oleh sebagian masyarakat lainnya, terutama oleh generasi

muda. Mitos tersebut diyakini sebagai salah satu di antara banyak mitos yang

berkembang di sekitar Gunung Padang hingga kini.

Sebagaimana disebutkan Usman, juru pelihara situs Gunung Padang, mitos

tersebut muncul begitu saja dan dipercaya oleh sebagian masyarakat sekitar Gunung

Padang. Keterkaitan antara Jabal Nur dengan Gunung Padang paling tidak dapat dilihat

dari beberapa aspek berikut:

a. Persamaan Struktur

Jabal Nur adalah nama gunung atau bukit yang terletak sekitar 6 Km sebelah

utara Masjid al-Haram, Mekah, Arab Saudi. Gunung tersebut memiliki ketinggian

200 meter. Gunung tersebut memiliki kontur berupa batu-batuan dan dikelilingi oleh

gunung-gunung lainnya. Pengunjung perlu mendaki melewati batu-batuan terjal

untuk sampai di puncak Jabal Nur.

Page 57: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

48

Sekitar 5 meter dari puncak Jabal Nur terdapat lubang kecil yang dikenal

dengan nama Gua Hira. Gua Hira adalah tempat Muhammad Saw. menerima wahyu

pertamanya. Di dalam gua Hira tersebut, Muhammad Saw. biasanya mengasingkan

diri dari keramaian (khalwat) dan bertafakur. Gua Hira terletak di antara dua buah

batu besar yang dalam dan sempit. Panjang gua tersebut sekitar 3 meter dengan lebar

sekitar 1,5 meter. Adapun ketinggian hanya mencapai 2 meter. Dengan luas

demikian, gua ini hanya cukup digunakan untuk shalat bagi dua orang.

Berdasarkan penjelasan tersebut, diketahui bahwa Jabal Nur memiliki struktur

yang mirip dengan Gunung Padang. Meskipun secara geografis berbeda—Jabal Nur

di kawasan gurun, Gunung Padang di kawasan hutan tropis—keduanya menunjukkan

beberapa persamaan struktur. Sebagaimana telah dijelaskan dalam subbab Gambaran

Umum, Gunung Padang memiliki struktur bukit dengan bentuk punden berundak.

Bukit tersebut terdiri atas batu-batuan yang membuat pengunjung tidak mudah

melaluinya.

Gunung Padang memiliki tingkatan-tingkatan yang disebut dengan teras. Teras

paling atas adalah tempat yang dianggap paling sakral. Tempat tersebut dipercaya

masyarakat setempat sebagai persemayaman Prabu Siliwangi atau tempat

bersemedinya para wali dan leluhur. Salah satu cirinya dengan adanya batu

singgasana raja, yaitu batu yang dipercaya sebagai tempat memohon dan memuja.

Dengan demikian, kemiripan struktur tersebut dapat dijadikan argumentasi

pertama mengapa Jabal Nur di Mekah dikaitkan dengan keberadaan Gunung Padang

di Cianjur. Namun, perlu ditegaskan bahwa keduanya merupakan dua gejala alam

yang berbeda. Jabal Nur secara alamiah merupakan gejala alam yang telah ada dan

dikenal sejak zaman dahulu, sedangkan Gunung Padang hingga kini, berdasarkan

penelitian arkeologis yang dilakukan, diyakini sebagai hasil peradaban buatan

manusia nusantara pada masa lampau.

b. Persamaan Nama

Masyarakat sekitar Gunung Padang memiliki pendapat yang berbeda mengenai

asal-usul nama Gunung Padang dan maknanya. Menurut Usman, dahulu kala orang-

orang mengenal Gunung Padang dengan nama Nagara Siang Padang. Dengan nama

demikian, Usman meyakini bahwa Gunung Padang bukan sekadar bukit atau

Page 58: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

49

gunung. Apalagi Gunung Padang dianggap sebagai tempat sakral sehingga tempat

tersebut memiliki arti yang luas dan dalam.

Menurut Usman, salah satu rujukan yang paling banyak dipegang terkait asal-

usul nama Gunung Padang itu adalah pesan sesepuh yang merupakan kakek dari juru

kunci saat ini, Nanang. Menurutnya, penamaan Nagara Gunung Padang tidak pernah

dijelaskan hingga dia wafat. Alasan tidak dijelaskannya asal-usul nama Nagara Siang

Padang adalah agar generasi setelahnya kelak berpikir dan terur belajar. Menurut

Nanang, sebagaimana dikutip oleh Usman, hal tersebut terbukti dengan adanya

penelitian besar-besara yang dilakukan beberapa tahun terakhir.

Namun, menurut Usman, masyarakat meyakini bahwa kata padang dalam

Gunung Padang berarti terang benderang. Makna “terang benderang” tersebut dapat

dimaknai secara lugas atau dipahami secara mendalam (kiasan). Usman mengiaskan

bahwa “terang benderang” tersebut bermakna penuh dengan cahaya ilmu, baik ilmu-

ilmu dunia atau ilmu akhirat. Maka, tidak mengherankan jika saat ini Gunung

Padang dijadikan sumber ilmu setelah dilakukan ekskavasi.

Senada dengan pendapat tersebut, Ujang menuturkan bahwa padang berarti

terang atau cahaya. Hal tersebut disebabkan orang-orang dapat menyaksikan terang

bintang pada malam hari di atas Gunung Padang. Selain itu, posisi Gunung Padang

yang berada di tengah-tengah impitan gunung (dalam bahasa Sunda „pasir‟)

membuat pemandangan sekitar Gunung Padang terlihat indah pada malam hari di

saat langit dalam kondisi cerah.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dilihat bahwa nama padang

(bahasa Sunda) yang berarti “terang atau cahaya” dalam bahasa Indonesia memiliki

persamaan arti dengan kata nûr pada Jabal Nur. Kata nûr dalam bahasa Arab berarti

cahaya.

Kata nûr juga disebut dalam Al-Quran sebanyak 43 kali. Bahkan, di dalam Al-

Quran terdapat surah yang secara khusus dinamai An-Nûr. Hal tersebut menunjukkan

bahwa eksistensi nûr memiliki makna tertentu yang tidak sekadar bermakna

“cahaya” belaka. Menurut Anis (1972) dalam al-Mu’jam al-Wasth, nûr adalah

cahaya yang membuat mata dapat melihat. Adapun menurut at-Thabathaba‟i, secara

leksikal nûr adalah sesuatu yang tampak dengan sendirinya dan menyebabkan

sesuatu yang lain terlihat dengan indah.

Page 59: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

50

Dua definisi tersebut kemudian berkembang lebih luas. At-Thabathaba‟i,

sebagaimana dijelaskan Muftisani (2015), menjelaskan bahwa nûr juga merujuk

kepada setiap alat indera. Hal tersebut, menurutnya, disebabkan cakupan nûr yang

tidak sekadar mencakup hal-hal yang bersifat sensual. Nûr juga dapat menyingkap

hal-hal yang bersifat nonsensual (abstrak), seperti ilmu dan hati. Dengan demikian,

nûr dipadang memiliki makna semantis yang lebih luas.

Muftisani juga menjelaskan bahwa pengertian nûr dalam Q.S. An-Nûr ayat 35,

sebagaimana pendapat Ibnu Sina, memiliki dua makna, yaitu esensial dan metaforis.

Makna esensial nûr adalah kesempurnaan dan keheningan karena nûr itu sendiri

memiliki makna bening atau bersih. Adapun makna metaforis nûr perlu dipahami

dengan dua cara, yaitu sesuatu yang baik atau sesuatu yang mengarahkan pada

kebaikan.

Mengenai dua pengertian yang dimiliki nûr, Al-Quran telah menunjukkan

makna nûr secara leksikal dalam QS. Yûnus ayat 5 berikut:

Artinya:

Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan memiliki cahaya dan

ditetapkan-Nya tempat-tempat bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui

bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu

melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada

orang-orang yang mengetahui.

Pada ayat tersebut disebutkan kata nûr memiliki makna denotatif, yaitu cahaya.

Lain halnya dengan pengertian nûr yang ditunjukkan dalam QS. Al-Hadîd ayat 9

berikut:

Page 60: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

51

Artinya:

Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-

Quran) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan

sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang

terhadapmu.

Dalam ayat tersebut, disebutkan bahwa Al-Quran diturunkan untuk membawa

manusia dari kegelapan kepada nûr atau cahaya. Kata nûr dalam ayat tersebut

bermakna Al-Quran sebagai petunjuk yang menerangi manusia agar tidak terlarut

dalam kebodohan. Hal tersebut diperkuat oleh beberapa ayat lain yang memiliki

konteks yang hampir sama, misalnya pada Q.S. Taghâbun ayat 8 berikut:

Artinya:

Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-

Quran) yang telah Kami turunkan. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu

kerjakan.

Pada ayat tersebut disebutkan bahwa nûr adalah Al-Quran yang diturunkan

Allah Swt. Al-Ghazali dalam Misykât al-Anwâr, sebagaimana dijelaskan Muftisani

(2015), menyebutkan bahwa kedudukan Al-Quran bagi mata akal sama dengan

kedudukan cahaya matahari bagi mata lahiriah karena kedua cahaya itu

menyebabkan sempurnanya penglihatan. Maka dari itu, Al-Quran disebut nûr karena

sama-sama menunjukkan cahaya untuk berjalan di jalan yang benar.

Merujuk pada definisi tersebut, maka kata nûr dalam nama Jabal Nur memiliki

makna beragam yang bermuara pada satu persamaan, cahaya sebagai petunjuk

kebenaran. Hal tersebut didukung dengan keberadaan Jabal Nur yang merupakan

tempat diturunkannya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Saw.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dilihat bahwa kata nûr dalam Jabal

Nur memiliki makna yang sama dengan padang dalam Gunung Padang. Kedua kata

tersebut tidak hanya memiliki makna leksikal yang sama, yaitu cahaya, tapi juga

memiliki makna yang lebih luas. Makna tersebut di antaranya ilmu, penerang

kehidupan, dan petunjuk kepada kebenaran. Persamaan tersebut tidak terlepas dari

Page 61: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

52

persamaan fungsi kedua gunung tersebut yang akan dijelaskan pada subbab

selanjutnya.

c. Persamaan Fungsi

Setelah diuraikan persamaan makna pada Jabal Nur dan Gunung Padang,

selanjutnya adalah mengumpulkan resepsi masyarakat terhadap persamaan fungsi

yang dimiliki oleh kedua gejala alam tersebut. Mitos Jabal Nur yang diyakini

melekat pada keberadaan Gunung Padang tidak terlepas dari sejarah kedua gunung

tersebut yang dinilai memiliki beberapa persamaan. Namun demikian, hanya

masyarakat tertentu yang mengenali adanya persamaan fungsi secara signifikan.

Beberapa orang, baik masyarakat sekitar Gunung Padang maupun pengunjung,

menganggap bahwa persamaan Jabal Nur dan Gunung Padang paling menonjol

adalah persamaan nama. Hal tersebut terbukti dari penjelasan beberapa informan

yang menyatakan bahwa mereka tidak tahu fungsi Jabal Nur selain hanya tempat

pertama Nabi Muhammad Saw. menerima wahyu. Bahkan, beberapa di antaranya

tidak mengetahui Jabal Nur kecuali setelah diberikan informasi oleh peneliti (lihat

hasil wawancara hlm. 38, 40, dan 45).

Beberapa informan yang mengetahui Jabal Nur dan fungsinya adalah informan

dengan tingkat pendidikan minimal sarjana, penjelajah (traveller), juru pelihara, dan

(mantan) kepala desa yang tentu memiliki pengetahuan lebih luas daripada

masyarakat awam. Dari informan tersebut diperoleh tanggapan mengenai adanya

persamaan fungsi antara Jabal Nur dan Gunung Padang.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam subbab sebelumnya bahwa Jabal Nur dan

Gunung Padang memiliki nama, asal-usul, dan makna yang sama. Hal tersebut

didukung oleh adanya persamaan fungsi kedua gunung. Menurut Ujang, misalnya,

Gunung Padang sejak dahulu sering dijadikan tempat bermeditasi bagi sebagian

orang. Selain itu, beberapa orang biasanya memiliki keperluan (hajat) tertentu.

Keperluan tersebut didominasi oleh orang-orang yang bergiat dalam kesenian, seperti

sinden dan dalang.

Banyaknya sinden dan dalang yang datang ke Gunung Padang menunjukkan

bahwa Gunung Padang memiliki keterkaitan dengan dunia kesenian. Disengaja atau

tidak, hal tersebut mengingatkan pada beberapa batu peninggalan zaman

Page 62: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

53

megalitikum yang berbentuk alat musik gamelan (lihat hlm. 30). Batu tersebut

dinamakan batu bonang dan batu kacapi. Para seniman konon sering melakukan doa

di depan batu tersebut sebelum melakukan pertunjukkan. Selain itu, para pesinden

yang datang juga biasanya meminum air yang berada di sumur kahuripan karena

dianggap berkhasiat sebagai gurah yang dapat memperbagus suara.

Selain itu, Gunung Padang juga biasa digunakan sebagai tempat menenangkan

diri dari kehidupan dunia. Beberapa orang sengaja datang untuk bermeditasi dengan

bantuan juru kunci. Kemudian, juru kunci akan menunjukkan tempat-tempat tertentu

yang biasa digunakan sebagai tempat bermeditasi. Hal tersebut, menurut Usman,

masih berlangsung hingga saat ini. Meskipun demikian, Usman menyatakan bahwa

sebaiknya niat untuk mengunjungi Gunung Padang harus dijaga agar tetap baik,

bersih, dan menghindari hal-hal yang termasuk syirik kepada Allah Swt.

Demikian pula dengan Ujang yang menyebutkan bahwa masyarakat sekitar

menganggap Gunung Padang sebagai tempat yang sakral. Pada masa lampau, orang

sekitar mengenal Gunung Padang sebagai tempat yang suci. Maka, banyak orang

yang secara sengaja mengunjungi Gunung Padang untuk mengasingkan diri dari

keramaian. Di Gunung Padang, mereka melakukan meditasi agar dapat menenangkan

diri dan mendapatkan petunjuk sesuai dengan keinginannya.

Digunakannya Gunung Padang sebagai tempat meditas tidak terlepas dari

mitos bersemayamnya Raja Sunda, Prabu Siliwangi, di tingkatan tertinggi Gunung

Padang. Masyarakat percaya bahwa Prabu Siliwangi sering melakukan meditasi di

tingkat tertinggi Gunung Padang. Meditasi dilakukan untuk menenangkan diri dan

mendapatkan petunjuk dari Zat Maha Agung. Hal tersebut yang kemudian dijadikan

alasan orang-orang kemudian mengikuti mitos bahwa Gunung Padang adalah tempat

yang tepat untuk melakukan meditasi.

Hal tersebut memiliki persamaan dengan fungsi Jabal Nur. Jabal Nur

merupakan tempat yang dipilih Nabi Muhammad Saw. untuk ber-khalwat atau

mengasingkan diri dari keramaian. Sebagaimana dijelas Chalil (2001: 105), Nabi

Muhammad Saw. terbiasa menyendiri sejak kanak-kanak. Dia tidak biasa bergaul

dengan orang banyak dalam suatu keramaian. Hal tersebut membuat akhlak Nabi

Muhammad tidak dipengaruhi oleh pergaulan di sekitarnya sampai dewasa.

Page 63: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

54

Kebiasaan tersebut berlangsung hingga dewasa. Sebelum diangkat menjadi

Rasul, Muhammad juga tidak bisa bergaul dengan orang banyak, termasuk dengan

keluarganya sendiri. Apalagi, saat itu pemuda di kota Mekah sangat mengagungkan

kesenangan duniawi. Hingga akhirnya, Muhammad pun menikahi Khadijah dan

sukses membantu perniagaan yang dimiliki Khadijah sebelum menikah.

Menurut Chalil (2001:106), para ahli pikir Arab pada masa jahiliyah telah

memiliki kebiasaan menenangkan pikiran dan membesihkan hati. Hal tersebut

mereka lakukan dengan menyembunyikan diri atau khalwat di suatu tempat yang

jauh dari keramaian. Di tempat tersebut, mereka biasanya mengheningkan cipta,

menenangkan pikiran, dan mendekatkan diri kepada Tuhan atau dewa-dewa agar

mereka memperoleh kebaikan dan kebahagiaan. Hal demikian disebut juga tahannuf

(memegang teguh agama yang dipeluk) atau tahannuts (menyembah Tuhan).

Hal tersebut juga dilakukan oleh Muhammad sebelum diangkat menjadi Rasul.

Saat berusia 40 tahun, keinginan Muhammad untuk menjauhkan diri dari keramaian

semakin besar. Saat itulah, Muhammad sering melakukan khalwat di sebuah gua

yang sunyi. Gua tersebut terletak di sebuah gunung berbatu yang curam bernama

Gua Hira. Gua tersebut dianggap paling baik untuk menenangkan diri dan menjauhi

keramaian karena letaknya yang jauh dan curam.

Muhammad terus ber-tahanuts di dalam gua Hira hingga berbulan-bulan.

Namun, di sela-sela waktu, dia menyempatkan diri untuk pulang membawa

perbekalan. Hingga pada suatu malam, Muhammad menerima wahyu dari Jibril,

yaitu Q.S. Al-„Alaq ayat 1-5. Wahyu tersebut menandakan bahwa Muhammad

adalah seorang nabi dan rasul.

Chalil (2001: 105-108) menyebutkan bahwa asal-usul nama Jabal Nur terkait

dengan mimpi Nabi Muhammad Saw. melihat cahaya. Padahal, gua Hira tempat

Nabi Muhammad ber-khalwat merupakan gua yang gelap. Cahaya sulit menembus

gua tersebut. Maka, penyebutan nûr untuk Jabal Nur tidak sekadar bermakna cahaya

dalam arti sebenarnya, melainkan nûr sebagai cahaya petunjuk (lihat subbab

sebelumnya).

Atas dasar itulah, Jabal Nur berkaitan dengan Gunung Padang dalam hal

fungsi. Jabal Nur dan Gunung Padang dianggap masyarakat memiliki fungsi yang

sama, yaitu untuk menenangkan diri dan mendapatkan petunjuk. Meskipun

Page 64: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

55

demikian, keterkaitan tersebut masih perlu diuraikan secara mendalam dengan

melihat fungsi mitos tersebut bagi masyarakat. Fungsi tersebut akan dibahas pada

subbab tersendiri.

2. Pengaruh Mitos Jabal Nur terhadap Masyarakat

Setelah menjelaskan resepsi masyarakat terkait dengan kemunculan mitos Jabal

Nur yang meliputi persamaan struktur, persamaan arti, dan persamaan fungsi,

selanjutnya akan dibahas pengaruh mitos tersebut bagi masyarakat. Hal ini merupakan

resepsi masyarakat terkait dampak mitos bagi keberlangsungkan hidup mereka.

Secara umum, masyarakat yang mengenal mitos Jabal Nur beranggapan bahwa

cerita tersebut sekadar cerita leluhur yang secara turun-temurun berkembang. Sebagai

sebuah cerita yang belum dapat diklarifikasi kebenarannya, mereka menganggap bahwa

mitos tersebut hanya perlu diambil nilai-nilai baiknya. Mitos yang berkembang tersebut

dapat menjadi sarana pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai luhur yang menyentuh

berbagai aspek kehidupan, seperti agama, sosial, dan budaya.

Nilai-nilai luhur itulah yang kemudian terinternalisasi dalam kehidupan sehari-

hari masyarakat, baik yang memegang atau percaya terhadap mitos Jabal Nur maupun

tidak. Maka, pengaruh mitos Jabal Nur terhadap masyarakat sekitar adalah sebagai

berikut:

a. Menjaga Tauhid

Menurut Taher (2002: 13), iman kepada Allah merupakan pokok utama

keimanan yang harus dimiliki manusia. Iman kepada Allah yakni meyakini bahwa

Allah sebagai satu-satunya rabb, pecipta dan pengatur segala sesuatu yang ada di

bumi. Maka, dari itu hanya Allah yang layak disembah. Hal tersebut sebagaimana

tertuang dalam Q.S. Al-A‟raf ayat 54 berikut ini:

Artinya:

Page 65: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

56

Artinya:

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan

bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam

kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari,

bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,

menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta

alam.

Taher juga melanjutkan bahwa iman kepada Allah berarti memahami

kekhususan Allah Swt. Kekhususan tersebut mencakup tiga hal, yaitu kekhususan

dalam rubûbiyah, ulûhiyyah, dan asmâ Allah. Rubûbiyah adalah sifat yang ada pada

zat Pencipta, seperti menciptakan makhluk, memberi rezeki, dan mengatur alam

semesta. Maka, iman kepada Allah tidak akan menjadikan seseorang percaya kepada

kekuatan lain selain Allah.

Ulûhiyyah adalah sifat khusus yang melekat pada Allah Swt. bahwa Dialah

satu-satunya zat yang pantas disembah. Maka, semua bentuk ibadah harus ditujukan

kepada Allahn Swt. Termasuk di antaranya adalah berdoa atau memanjatkan

keinginan hanyalah kepada Allah Swt., bukan kepada zat lain selain-Nya. Adapun

asmâ Allah yaitu nama-nama Allah dan sifat yang melekat di dalamnya. Hal tersebut

menunjukkan bahwa tidak ada satu pun makhluk yang layak disamakan dengan

Allah, baik nama maupun sifat yang melekat padanya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, masyarakat sekitar Gunung Padang percaya

bahwa mitos Jabal Nur yang dikaitkan dengan Gunung Padang sekadar cerita yang

belum dapat diklarifikasi kebenarannya. Cerita tersebut dianggap sebagai sebuah

cerita dari leluhur yang tidak perlu dirisaukan akan merusak tauhid. Peran ulama

setempat, sebagaimana penjelasan Ujang, cukup berpengaruh terhadap kesadaran

masyarakat tersebut.

Ulama setempat, lanjut Ujang, terus menyadarkan masyarakat bahwa banyak

mitos yang harus diluruskan di sekitar Gunung Padang. Misalnya, terkait dengan

fungsi Gunung Padang sebagai tempat pesugihan. Maka, mitos-mitos yang mereka

sebut “mitos negatif” tersebut kian disadari sebagai suatu hal yang mendekati pada

perbuatan syirik. Namun, Ujang tidak menampik jika masih ada orang di luar

Page 66: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

57

Gunung Padang yang datang dengan memiliki “maksud” khusus seperti yang

dijelaskan di subbab sebelumnya.

Hal terpenting bagi masyarakat adalah keterkaitan Gunung Padang dengan

Jabal Nur harus dianggap sebagai kebesaran Allah. Allah telah menciptakan alam

semesta, termasuk di antaranya Gunung Padang dan Jabal Nur yang memiliki

kemiripan dalam beberapa segi. Meskipun berdasarkan penemuan arkeologis

termutakhir, disebutkan bahwa Gunung Padang adalah budaya di masa lampau,

namun masih banyak “misteri” yang tidak dapat dijelaskan dari sisi ilmiah, seperti

keterkaitan banyak hal antara Jabal Nur dengan Gunung Padang. Itu merupakan

kecanggihan yang tidak akan bisa dijangkau oleh akal manusia. Hal tersebut yang

dijadikan landasan untuk meningkatkan keimanan kepada Allah Swt.

b. Meningkatkan Ketakwaan kepada Allah Swt.

Menurut Farid (2008: 17), takwa berarti “menjaga”. Menurut tinjauan syar‟i,

terdapat beragam definisi takwa yang semuanya bermuara pada satu makan, yaitu

sikap seorang hamba dalam menjaga diri dari kemurkaan Allah dan siksa-Nya

dengan melaksanakan semua perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Hal

tersebut sebagaimana tertulis dalam Q.S. Al-Hasyr ayat 18 berikut ini:

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah

Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);

dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang

kamu kerjakan.

Masyarakat sekitar Gunung Padang meyakini bahwa mitos Jabal Nur yang

dianggap memiliki keterkaitan dengan Gunung Padang bukanlah kebenaran mutlak.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, keberadaan mitos dianggap masyarakat sebagai

Page 67: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

58

cerita yang belum dapat diklarifikasi kebenarannya. Namun demikian, mereka

menanggapi keberadaan mitos tersebut secara positif.

Di antaranya adalah adanya kesadaran untuk senantiasa menjaga perilaku,

terutama menjauhi perilaku-perilaku buruk, seperti maksiat, merusak lingkungan,

dan melakukan perbuatan tercela di sekitar area situs Gunung Padang. Mereka

menganggap bahwa hal-hal tersebut bukan sekadar pamali yang tidak berdasar.

Anggapan bahwa Gunung Padang memiliki nilai sakral yang menyerupai Jabal Nur

adalah salah satu landasan mengapa perilaku tersebut perlu dijaga.

Masyarakat sekitar menganggap bahwa keberadaan Gunung Padang bukan

sekadar gejala alam semata. Namun, terdapat banyak pembelajaran yang mereka

dapatkan. Selain ilmu pengetahuan yang mereka dapat dari penelitian arkeologis

yang dilakukan beberapa tahun terakhir, mereka juga percaya bahwa Gunung Padang

dapat dijadikan sarana bagi mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Menjaga perilaku baik sebagaimana dilakukan masyarakat di atas merupakan

salah satu perwujudan konsep takwa kepada Allah Swt. Namun demikian, kesadaran

tersebut belum sepenuhnya dimiliki oleh pengunjung yang berasal dari luar daerah.

Terutama setelah situs Gunung Padang dibuka untuk umum sebagai salah satu

destinasi wisata. Hal tersebut merupakan salah satu dilema yang dialami masyarakat.

Di satu sisi, terbukanya situs Gunung Padang mendatangkan banyak keuntungan,

namun di sisi lain menimbulkan ekses yang tidak dapat dihindari.

c. Memperbaiki Akhlak

Menurut Ath-Tharsyah (2006: 332), akhlak berasal dari kata khuluq dan khlaq.

Dalam bahasa Arab, kedua kata tersebut dapat digunakan secara bersamaan. Khuluq

yaitu bentuk luar yang lahiriah, sedangkan khalq adalah bentuk dalam yang bersifat

batin. Definisi akhlak secara istilah adalah perbuatan atau sifat yang diketahui akal

sehat dan semua manusia, baik berupa kebaikan atau keburukan.

Akhlak manusia yang terbaik adalah Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu,

semua manusia harus mengikuti teladan yang ditunjukkan olehnya. Hal tersebut

sebagaimana difirmankan oleh Allah Swt. dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 21 berikut ini:

Page 68: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

59

Artinya:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari

kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.

Pada penjelasan sebelumnya telah disebutkan bahwa mitos Jabal Nur

memberikan pengaruh positif di antara menjaga tauhid dan meningkatkan ketakwaan

kepada Allah Swt. Manifestasi dari kedua sikap tersebut adalah perilaku baik yang

dijaga oleh masyarakat sekitar situs Gunung Padang. Akhlak tersebut berkaitan

dengan cara mereka bersikap terhadap sesama dan lingkungan sekitar.

Menurut beberapa informan, adanya mitos Jabal Nur membuat masyarakat

menganggap bahwa Gunung Padang adalah tempat sakral. Maka, setiap orang perlu

menjaga perilaku saat mengunjungi Gunung Padang. Di antaranya, dengan

mengucapkan salam saat memasuki area situs, menjaga lisan agar tidak berbicara

tinggi dan kotor, menjaga tangan agar tidak merusak, menjaga kaki agar melangkah

dengan niat yang baik, dan menjaga seluruh anggota tubuh lainnya.

Hal ini pada awalnya merupakan tradisi yang dipegang oleh leluhur masyarakat

sekitar Gunung Padang. Sumur kahuripan (lihat hlm. 21) yang berada di gerbang

utama Gunung Padang biasa digunakan untuk bersuci atau menghilangkan hadats

kecil. Itu menandakan bahwa orang yang memasuki area situs harus dalam keadaan

yang suci, baik lahir maupun batin. Hingga saat ini, keberadaan sumur tersebut masih

dijaga. Juru pelihara meyakinkan masyarakat lain bahwa air di dalam sumur tidak

memiliki kandungan “khusus”, kecuali bermanfaat untuk membersihkan dan

menyegarkan. Hal tersebut dilakukan untuk membantah kepercayaan sebagian

kalangan bahwa air tersebut memiliki khasiat luar biasa, seperti mengabulkan segala

macam permintaan.

Setelah memasukin area dalam keadaan suci, pengunjung, baik masyarakat

sekitar atau pendatang, harus selalu menjaga perilakunya agar senantiasa dalam

kebaikan. Selain menjaga perilaku terhadap sesama, hal yang paling penting adalah

tidak merusak alam sekitar. Larangan tersebut tidak hanya berlaku untuk kepentingan

proses ekskavasi, melainkan kearifan yang harus selalu dijaga agar Gunung Padang

menjadi bagian dari keseimbangan alam yang tidak rusak.

Page 69: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

60

Maka dari itu, masyarakat sekitar menganggap bahwa mitos Jabal Nur

membawa pengaruh yang baik terhadap akhlak masyarakat skeitar, khususnya untuk

berperilaku di area situs Gunung Padang. Meskipun demikian, sebagian informan

menyayangkan bahwa perilaku baik tersebut seringkali dijaga di area situs saja,

namun tidak diaplikasikan di luar area situs. Bahkan, beberapa pengunjung yang

datang dari luar kota seringkali tidak mengindahkan pentingnya menjaga akhlak di

sekitar situs.

d. Menambah Khazanah Sastra Lisan

Selain berpengaruh pada aspek kehidupan agama dan sosial, mitos Jabal Nur

juga ditanggapi masyarakat sebagai cerita rakyat biasa yang turun secara turun

temurun. Mitos tersebut merupakan salah satu kekayaan cerita lisan yang dimiliki

oleh masyarakat sekitar Gunung Padang, khususnya masyarakat Campaka, Cianjur.

Ujang menganggap adanya mitos tersebut menambah banyak alternatif untuk

bercerita kepada anak-cucu.

Beberapa informan yang menyatakan tidak melihat adanya “pengaruh positif”

dari mitos Jabal Nur ini juga menganggap bahwa mitos ini sekadar cerita pengibur

belakan. Namun, disadari atau tidak, hal tersebut merupakan pengaruh dampak yang

baik, khususnya dalam menambah khazanah sastra lisan sebagai bagian dari

kebudayaan masyarakat Gunung Padang, Campaka, Cianjur. Adapun tanggapan

masyarakat terhadap perkembangan mitos ini dan signifikansinya bagi kehidupan

dijelaskan pada subbab selanjutnya.

3. Mitos Jabal Nur sebagai Folklor Masyarakat Gunung Padang

Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan (lihat hlm. 21), mitos Jabal Nur

diresepsi secara beragam oleh masyarakat. Namun, pada intinya, mitos tersebut tetap

masih hidup, dipegang teguh oleh sebagian kalangan, dan bahkan terus berkembang

hingga saat ini. Hal tersebut menjadikan mitos tersebut tumbuh menjadi bagian dari

kekayaan cerita rakyat masyarakat setempat. Maka, resepsi selanjutnya diarahkan pada

tanggapan masyarakat terhadap perlunya mitos Jabal Nur disosialisasikan lebih luas

menjadi folklor yang dimiliki masyarakat Gunung Padang.

Page 70: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

61

Sebagaimana telah dijelaskan pada subbab sebelumnya, mitos tersebut

memberikan beberapa pengaruh positif terhadap masyarakat sekitar. Atas dasar itu,

maka mitos Jabal Nur perlu secara khusus dikumpulkan menjadi folklor yang kemudian

disosialisasikan kepada masyarakat lainnya. Masyarakat yang dimaksud adalah

masyarakat sekitar yang belum mengetahui atau pendatang yang semakin banyak

mengunjungi situs Gunung Padang. Di antara beberapa resepsi masyarakat yang sudah

dikumpulkan, terdapat beberapa alasan mengapa mitos ini perlu dikumpulkan dan

dikembangkan menjadi sebuah folklor.

Pertama, sebagai folkor, mitos Jabal Nur dapat dijadikan karya sastra yang

memiliki nilai-nilai pendidikan dan pengajaran. Dari mitos Jabal Nur dapat diperoleh

banyak nilai-nilai positif sebagaimana telah dijelaskan dalam subbab sebelumnya. Nilai-

nilai tersebut tentu berguna bagi media pengajaran, khususnya bagi generasi muda dan

anak-anak.

Kedua, mitos tersebut menjadi tameng bagi masyarakat untuk melakukan

perbuatan buruk. Pada subbab sebelumnya dijelaskan bahwa mitos ini berdampak

terhadap perbaikan akhlak masyarakat sekitar. Akan tetapi, sejauh ini, dampak baik

tersebut belum tampak secara signifikan, khususnya bagi masyarakat yang tidak

mengetahui mitos Jabal Nur dan para pengunjung yang berdatangan dari luar kota. Oleh

karena itu, dikembangkannya mitos ini menjadi folklor dapat menjadi sosialiasi nilai-

nilai kearifan lokal kepada masyarakat secara luas sehingga diharapkan pentingnya

menjaga akhlak dihayati secara merata oleh seluruh kalangan.

Namun demikian, ada beberapa catatan yang dikumpulkan sebagai bagian dari

resepsi masyarakat terhadap perlunya pengembangan mitos ini. Catatan tersebut muncul

karena adanya perbedaan latar belakang keilmuan dan wawasan para informan.

Perbedaan tersebut menimbulkan anggapan yang berbeda dari setiap informan. Hal

tersebut adalah hal yang wajar dalam penelitian resepsi.

Perbedaan latar belakang keilmuan dan wawasan tersebut sebagaimana disebut

Jauss sebagai horizon of expectation „horizon harapan‟ secara alamiah muncul pada

setiap orang, termasuk pembaca dalam penelitian resepsi. Informan yang diposisikan

sebagai “pembaca” memiliki harapan-harapan tersendiri yang bisa jadi memiliki

perspektif berbeda dengan latar belakang keilmuan yang dijadikan dasar penelitian,

yaitu ilmu sastra.

Page 71: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

62

Beberapa informan menilai bahwa mitos adalah cerita fiktif yang dianggap

sebagai dokrin agama, bahkan tercampur pada aspek ibadah. Maka, sebagian

menyatakan bahwa mitos Jabal Nur tidak perlu dikembangkan karena “merusak”

kemurnian ajaran agama. Selain itu, kata mitos itu sendiri juga dimaknai sebagian orang

sebagai cerita buruk yang berbahaya dan berdosa (pamali). Maka, kepada informan

tersebut diinformasikan batasan-batasan mengenai konsep mitos, khususnya dalam

tataran ilmu sastra (lihat hlm. 10).

Berdasarkan semua penjelasan tersebut, diketahui resepsi masyarakat terhadap

mitos Jabal Nur yang berkembang di masyarakat Gunung Padang dimulai dengan

mengidentifikasi beberapa persamaan Jabal Nur dengan Gunung, antara lain: persamaan

struktur, nama, dan fungsi. Setelah itu, resepsi dilanjutkan pada pengaruh mitos Jabal

Nur terhadap masyarakat sekitar yang mencakup aspek religus (tauhid dan ketakwaan),

sosial (perbaikan akhlak), dan budaya (kekayaan khazanah kebudayaan). Kemudian,

resepsi selanjutnya pada perlunya mitos Jabal Nur dikumpulkan menjadi folklor milik

masyarakat Gunung Padang, Campaka, Cianjur.

D. Fungsi Mitos Jabal Nur

Pada subbab sebelumnya telah dijelaskan resepsi masyarakat terhadap mitos Jabal

Nur yang berkembang di sekitar situs megalitikum Gunung Padang. Resepsi tersebut

menunjukkan mitos Jabal Nur hidup sebagai bagian dari kearifan lokal yang dijaga

bahkan dikembangkan oleh sebagian masyarakat sekitar. Berdasarkan resepsi tersebut,

selanjutnya akan dijelaskan fungsi keberadaan mitos Jabal Nur bagi masyarakat, baik

masyarakat sekitar Gunung Padang maupun masyarakat umum lainnya.

Dalam teori Semiotika Barthes, resepsi masyarakat terhadap mitos Jabal Nur

dapat dikembangkan menjadi sebuah sistem penandaan. Sistem penandaan tersebut

terdiri atas relasi tanda dengan maknanya. Relasi antara tanda dengan maknanya, dalam

perspektif Barthes, memiliki dua lapis penandaan yang disebut sebagai penandaan

denotatif dan konotatif (Barthes, 2009: 158-162).

Pada tataran denotatif, situs megalitikum Gunung Padang dengan segala gejala

yang melingkupinya diresepsi masyarakat sebagai situs yang terkait dengan Jabal Nur di

Mekah. Resepsi tersebut antara lain mencakup kemunculan mitos Jabal Nur tersebut,

pengaruhnya terhadap masyarakat, dan perlunya mitos tersebut dikukuhnya menjadi

Page 72: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

63

folklor. Dengan perkataan lain, resepsi tersebut merupakan penandaan tahap pertama,

yaitu Gunung Padang dan keterkaitannya dengan Jabal Nur sebagai signifiant dan

resepsi masyarakat sebagai signifie.

Penandaan yang disebut juga dengan penandaan primer ini menghasilkan tanda

berupa mitos Jabal Nur yang masih dipegang oleh sebagian masyarakat, bahkan

berkembang hingga saat ini. Mitos tersebut selanjutnya dimaknai pada penandaan tahap

kedua, yaitu penandaan konotatif. Penandaan ini merupakan pengembangan tanda pada

tahap denotatif yang menjadi signifiant. Adapun signifie pada proses penandaan kedua

ini adalah teori mitos yang dicetuskan oleh Campbell yang menguraikan fungsi mitos

menjadi beberapa macam.

Mengacu pada teori Campbell tentang mitos (2004: 3-10), diperoleh beberapa

fungsi mitos Jabal Nur bagi masyarakat sekitar sebagai berikut:

1. Mitos Sebagai Mistik

Fungsi pertama mitos Jabal Nur disebut Campbell sebagai fungsi mistis, yaitu

untuk membangkitkan rasa bersyukur individu atas segala macam misteri alam semesta.

Berdasarkan fungsi ini, mitos Jabal Nur menjadi cerita rakyat yang menjelaskan banyak

keagungan penciptaan Allah Swt. Sebagaimana dijelaskan pada subbab resepsi

masyarakat terhadap mitos Jabal Nur (lihat hlm. 55), mitos tersebut menunjukkan

bahwa Allah Swt. telah menciptakan Gunung Padang (melalui tangan manusia pada

masa megalitikum) dengan segala keluarbiasaannya, yaitu memiliki persamaan dengan

Jabal Nur.

Mitos Jabal Nur yang terkait dengan Gunung Padang muncul untuk

menggambarkan alam semesta (kosmos) serta segala sesuatu yang berada di dalam dan

sekitarnya. Dengan perkataan lain, mitos ini muncul untuk membangun kekaguman

manusia atas penciptaan alam semesta. Selain itu, mitos ini juga menjelaskan segala hal

yang berkaitan dengan interaksi manusia dengan alam, yaitu jalinan antara masyarakat

dengan Gunung Padang.

Hadirnya mitos ini membangkitkan rasa bersyukur yang dimiliki masyarakat

terhadap adanya Gunung Padang yang hingga saat ini kian dikenal masyarakat luas.

Melalui penelitian arkeologis, masyarakat mengenal banyak ilmu pengetahuan

mengenai gejala alam di masa lampau, yaitu Gunung Padang sebagai punden berundak

Page 73: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

64

yang diduga kuat sudah diciptakan pada masa zaman megalitikum. Punden berundak itu

menjadi hasil peradaban manusia nusantara yang canggih pada masanya.

Hasil penelitian tersebut tidak kontradiktif terhadap kearifan lokal setempat,

termasuk adanya mitos Jabal Nur. Penelitian ilmiah yang saat ini dikenal luas oleh

masyarakat setempat menjadi pemicu untuk mempelajari banyak hal secara lebih luas

dan dalam. Jika penelitian arkeologis hingga saat ini masih berusaha menggali lebih

banyak bangunan-bangunan peninggalan purbakala, masyarakat mulai mempertanyakan

banyak hal, termasuk keterkaitan Gunung Padang dengan Jabal Nur.

Bagi banyak kalangan, keterkaitan antara Gunung Padang dengan Jabal Nur tentu

hanya kebetulan yang tak disengaja. Namun, bagi masyarakat yang masih memegang

mitos tersebut, kebetulan itu justru adalah misteri yang tidak belum terpecahkan oleh

penelitian ilmiah mana pun. Misteri itu yang kemudian menjadi sarana untuk

meningkatkan keimanan kepada Allah sebagai suatu bentuk iman pada hal gaib. Dengan

perkataan lain, mitos tersebut muncul sebagai sarana untuk mengimani banyak misteri

alam semesta yang belum terjangkau oleh akal.

2. Mitos Sebagai Sarana Sosial

Fungsi mitos Jabal Nur berikutnya adalah fungsi sosiologis. Barthes (1972)

menyebutkan bahwa mitos dibuat sebagai sarana komunikasi yang memiliki proses

signifikansi sehingga dapat diterima oleh akal. Dengan perkataan lain, dalam suatu

sistem sosial, mitos bukan suatu konsep yang stagnan, melainkan terus bergerak secara

dinamis menuju pemikiran yang baru. Hal tersebut yang disebuat Barthes sebagai proses

signifikansi.

Berdasarkan fungsi tersebut, mitos Jabal Nur yang dipegang oleh masyarakat

Gunung Padang berkembang secara dinamis. Mitos tidak sekadar dimaknai dengan arti

sempit, yaitu cerita yang tidak berdasar saja. Mitos diterima masyarakat untuk terus

memperbarui tatanan sosial yang berlaku di masyarakat Gunung Padang. Salah satu

bentuknya adalah kontekstualisasi mitos tersebut oleh pemuka agama dan pejabat

berwenang seperti Kepala Desa. Wujud kontekstualiasi itu di antaranya dengan

menjadikan mitos tersebut sebagai landasan untuk menjaga perilaku di antara sesama

anggota masyarakat dan menjaga lingkungan.

Page 74: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

65

Kontekstualisasi mitos Jabal Nur tersebut diterima masyarakat sebagai sesuatu

yang positif. Terlepas dari perbedaan perspektif dalam memandang kata mitos, namun

sebagian besar masyarakat menganggap bahwa mitos Jabal Nur adalah bagian dari

cerita leluhur yang harus dijaga. Disadari atau tidak, mitos tersebut terinternalisasi

dalam hidup masyarakat sekitar Gunung Padang sebagai suatu sistem sosial.

Mitos Jabal Nur melahirkan banyak pamali yang secara tidak langsung

mengarahkan perilaku masyarakat kepada hal-hal yang benar, layak, dan berterima

dalam kehidupan sosial. Sebaliknya, mitos tersebut juga secara tidak langsung

menunjukkan hal-hal yang dianggap keliru, ganjil, dan tabu dalam kehidupan

bermasayarakat.

Dengan demikian, mitos Jabal Nur berperan penting dalam kehidupan sosial

masyarakat sekitar Gunung Padang. Hanya saja, tidak semua masyarakat menyadari,

bahkan sebagian lain tidak mengetahui mitos tersebut. Namun, berdasarkan resepsi

masyarakat yang telah dijelaskan sebelumnya, mitos tersebut jelas menunjukkan fungsi

sosiologis sebagaimana dijelaskan di atas.

3. Mitos Sebagai Pendidikan dan Moral

Fungsi terakhir mitos Jabal Nur adalah sebagai sarana pendidikan dan moral.

Fungsi ini berkaitan erat dengan aspek psikologis dari setiap individu di dalam

masyarakat. Berdasarkan fungsi ini, mitos berfungsi untuk mengarahkan hidup

seseorang kepada norma-normal moral yang berlaku dalam masyarakat. Mitos akan

dijadikan sebagai pegangan hidup yang lagi-lagi, disadari atau tidak, terinternalisasi

dalam kehidupan seseorang.

Pada masa lampau, Gunung Padang dianggap sebagai tempat yang sakral

sehingga setiap orang harus menjaga perilakunya dari hal-hal yang maksiat atau buruk.

Hal tersebut didukung dengan adanya mitos Jabal Nur yang dikaitkan dengan Gunung

Padang. Masyarakat sekitar semakin meyakini bahwa menjaga perilaku saat berkunjung

ke Gunung Padang adalah suatu kewajiban.

Kesadaran menghindari perilaku buruk itu masih berlaku hingga sekarang,

meskipun masyarakat merepsi mitos Jabal Nur secara beragam. Sebagian di antaranya

menganggap hal tersebut adalah suatu cerita fiktif yang tidak berdasar sehingga harus

diabaikan. Namun demikian, kesadaran untuk menjaga perilaku saat berkunjung ke

Page 75: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

66

Gunung Padang masih dimiliki oleh masyarakat. Hal tersebut secara tidak langsung

menunjukkan bahwa mitos Jabal Nur sebagai penjaga moralitas terinternalisasi dalam

kehidupan masyarakat.

Hanya saja, kesadaran tersebut semakin menurun, terutama setelah banyaknya

pengunjung yang berasal dari luar daerah Gunung Padang. Hal tersebut yang menjadi

alasan terkuat bahwa mitos Jabal Nur harus dikumpulkan menjadi folklor dan

disosialisasikan kepada masyarakat luas. Di sinilah letak mitos Jabal Nur yang

berfungsi sebagai sarana pendidikan dan moral.

Selain itu, keinginan masyarakat agar mitos Jabal Nur dikembangkan menjadi

folklor juga bertujuan untuk dijadikan alternatif cerita kepada anak-cucu kelak. Cerita

rakyat ternyata masih relevan untuk dijadikan media pembelajaran terhadap anak.

Begitu pula dengan mitos Jabal Nur yang dapat dijadikan cerita rakyat yang memuat

banyak nilai-nilai pendidikan dan moral sebagaimana karya sastra pada umumnya.

Dengan demikian, penjelasan di atas menunjukkan bahwa mitos Jabal Nur yang

dikaitkan dengan keberadaan situs megalitikum Gunung Padang memiliki beberapa

fungsi bagi masyarakat Gunung Padang dan masyarakat umum lainnya, yaitu fungsi

mistik, sarana sosial, serta sarana pendidikan dan moral. Fungsi tersebut dikumpulkan

berdasarkan resepsi masyarakat terhadap mitos Jabal Nur di situs megalitikum Gunung

Padang.

Page 76: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mitos Jabal Nur yang berkembang di situs megalitikum Gunung Padang

merupakan salah satu khazanah kebudayaan Sunda yang dimiliki masyarakat dusun

Gunung Padang, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Mitos tersebut lahir secara

turun-temurun dan masih dipegang hingga saat ini. Bahkan, mitos tersebut terus

berkembang hingga menjadi folklor yang belum dikumpulkan secara serius dengan

penelitian yang memadai, yaitu penelitian sastra.

Penelitian ini berfokus pada resepsi masyarakat sekitar terhadap mitos Jabal Nur

yang berkembang di situs Gunung Padang. Resepsi yang dikumpulkan mencakup

kemunculan mitos Jabal Nur, pengaruh mitos tersebut, dan perlunya sosialisasi mitos

tersebut sebagai folklor. Berdasarkan kemunculannya, masyarakat memahami mitos

Jabal Nur muncul karena adanya persamaan struktur, nama, dan fungsi antara Gunung

Padang di Cianjur dengan Jabal Nur di Mekah, Arab Saudi.

Adapun berdasarkan pengaruhnya, masyarakat Gunung Padang menyatakan

bahwa mitos Jabal Nur setidaknya banyak memberikan pengaruh positif. Pengaruh

tersebut antara lain terlihat pada upaya menjaga tauhid yang dilakukan masyarakat.

Selain itu, mitos tersebut juga berpengaruh pada peningkatan ketakwaan masyarakat

kepada Allah Swt. Selain aspek religiusitas, mitos tersebut juga berdampak pada aspek

sosial, yaitu dengan kesadaran untuk memperbaiki akhlak. Terakhir, dalam aspek

budaya, mitos tersebut menambah khazanah sastra lisan yang dimiliki masyarakat.

Banyaknya pengaruh mitos terhadap masyarakat menjadikan sebagian besar dari

mereka menginginkan agar mitos Jabal Nur dikumpulkan dan disosialisasikan sebagai

folklor milik masyarakat Gunung Padang, Campaka, Cianjur. Tujuannya agar folklor

tersebut diketahui masyarakat secara luas dan memberikan pelajaran kepada mereka,

khususnya kepada para wisatawan yang belum memahami sepenuhnya kearifan lokal

yang berlaku di sekitar area situs Gunung Padang.

Dalam perspektif semiotis, resepsi masyarakat terhadap mitos Jabal Nur tersebut

merupakan suatu sistem penandaan yang menunjukkan suatu makna. Makna tersebut

dianalisis berdasarkan sistem penandaan Barthes dan teori Campbell mengenai fungsi

Page 77: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

68

mitos. Hasil analisis menunjukkan bahwa mitos Jabal Nur yang diresepsi secara

beragam oleh masyarakat sekitar memiliki tiga fungsi.

Pertama, mitos Jabal Nur sebagai mistik. Berdasarkan fungsi ini, mitos Jabal Nur

merupakan cerita yang dapat membangkitkan rasa syukur individu terhadap penciptaan

alam semesta. Selain itu, fungsi mistik pada mitos Jabal Nur menjadikan masyarakat

beriman kepada Allah Swt. melalui banyak misteri mengenai keberadaan Gunung

Padang yang belum terungkap dan terjangkau oleh akal.

Kedua, mitos Jabal Nur sebagai sarana sosial. Mitos Jabal Nur yang berkembang

di sekitar Gunung Padang berfungsi sebagai suatu sistem sosial yang disadari atau tidak

telah terinternalisasi dalam kehidupan masyarakat. Meskipun sebagaian masyarakat

mengaku tidak terpengaruh oleh mitos tersebut, namun tanpa disadari mengikuti

beberapa hal yang menjadi bagian dari kontekstualisasi mitos. Misalnya, selalu menjaga

perilaku baik saat berada di area situs Gunung Padang.

Terakhir, mitos sebagai sarana pendidikan dan moral. Berdasarkan fungsi ini,

mitos Jabal Nur menjadi pegangan masyarakat saat berperilaku di area situs atau dalam

kehidupan sehari-hari. Mitos tersebut juga berfungsi sebagai sarana pembelajaran bagi

anak-anak untuk senantiasa menjaga akhlak, baik dengan sesama atau dengan

lingkungan hidupnya.

Mitos Jabal Nur dengan segala fungsinya masih perlu dikembangkan. Resepsi

masyarakat yang dikumpulkan dalam penelitian ini hendaknya dijadikan acuan untuk

melakukan penelitian lanjutan. Dalam konteks ilmu kesusastraan, mitos tersebut dapat

dijadikan folklor yang memiliki banyak manfaat. Dalam perspektif Islam, folklor seperti

mitos Jabal Nur dapat dijadikan sarana dakwah melalui bentuk karya sastra agar

masyarakat meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Swt. Dengan

catatan, pemahaman masyarakat terhadap makna kata mitos perlu disesuaikan dengan

konteks kebudayaan dan ilmu kesusastraan.

B. Saran

Penelitian ini tentu masih dapat dikembangkan menjadi beberapa penelitian

lanjutan. Maka dari itu, berikut beberapa saran untuk dipertimbangkan terkait penelitian

ini:

Page 78: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

69

1. Saran untuk Penyelenggara Perguruan Tinggi

a. Diharapkan penyelenggara perguruan tinggi meningkatkan penelitian di bidang

folklor sebagai upaya memperkaya khazanah kesusastaan yang dimiliki oleh

Nusantara, terutama folklor yang berkaitan dengan nilai-nilai keislaman;

b. Diharapkan penyelenggara perguruan tinggi menyediakan sarana dan prasarana

yang lebih luas bagi peneliti yang berminat melakukan kajian folklor, terutama

folklor yang berkaitan dengan nilai-nilai keislaman.

2. Saran untuk Peneliti

a. Diharapkan peneliti lain dapat mengembangkan penelitian ini secara

komprehensif, terutama mengenai pengumpulan folklor di wilayah Tatar Sunda,

khususnya folklor yang memiliki nilai-nilai keislaman;

b. Diharapkan peneliti dapat memberikan perspektif lain dari penelitian ini,

misalnya perspektif ilmu agama Islam, sosial, sains, atau budaya untuk

memperkaya khazanah intelektual.

3. Saran untuk Masyarakat

a. Diharapkan masyarakat dapat memperluas wawasan mengenai mitos yang

berkembang di daerahnya sebagai bagian dari khazanah kebudayaan yang

mengandung nilai-nilai positif bagi kehidupan;

b. Diharapakna masyarakat dapat menjadikan penelitian ini sebagai tolok ukur

dalam kehidupan bermasyarakat, terutama dalam menanggapi mitos yang

berkembang di daerahnya.

Page 79: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

70

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Ida Rochani. 2011. Fiksi Populer Teori dan Metode Kajian. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Akbar, Ali. 2013. Situs Gunung Padang Misteri dan Arkeologi. Jakarta: Change

Publication.

Aksan, Hermawan. 2015. Gunung Padang, Penelitian Situs dan Temuan Menakjubkan.

Bandung: Nuansa Cendekia.

Althusser, Louis. 2008. Tentang Ideologi: Marxisme Strukturalis, Psikoanalisis,

Cultural Studies. Yogyakarta: Jalasutra.

Amir, Adriyetti. 2013. Sastra Lisan Indonesia. Yogyakarta: Andi.

Anis, Ibrahim. 1972. Al-Mu’jam Al-Wasîth. Kairo: Dâr Ihyâ at-Turâts al-„Arabi.

Barthes, Roland. 2009. Mitologi. Jogjakarta: Kreasi Wacana.

Al-Buthy, Said Ramadhan. 2009. Fikih Sirah Hikmah Tersirat dalam Lintas Sejarah

Hidup Rasulullah Saw. Jakarta: Hikmah.

Campbell, Joseph. 2004. Pathways to Bliss Mythology and Personal Tranformation.

California: New World Library.

Chalil, Munawwar. 2001. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw. Jakarta: Gema

Insani Press.

Christommy, Tommy. 2004. Semiotika Budaya. Depok: PPKB UI.

Danandjaya, James. 2007. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain.

Jakarta: Temprint.

Endraswara, Suwardi. 2009. Metodologi Penelitian Foklor. Yogyakarta: Media

Pressindo.

Farid, Ahmad. 2008. Quantum Takwa Hakikat, Keutamaan, dan Karakter Orang-orang

Bertakwa. Solo: Pustaka Arafah.

Faruk. 2012. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hoed, Benny H. 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas

Bambu.

http://news.liputan6.com/read/2107990/makna-tersirat-dari-mitos-di-5-teras-gunung-

padang, diunduh pada 31 Mei 2015 pukul 20.32 WIB.

Page 80: MITOS JABAL NUR SEBAGAI FOLKLOR DI SITUS …fah.uinsgd.ac.id/web/public/pdf/file_1510801912.pdf · Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan ...

71

http://intisari-online.com/read/situs-gunung-padang-4-jabal-nur-indonesia, diunduh

pada 31 Mei 2015 pukul 20.35 WIB.

http://www.rajawow.com/2014/12/misteri-dan-mitos-gunung-padang-cianjur.html,

diunduh pada 31 Mei 2015 pukul 20.51 WIB.

Iser, Wolfgang. 1971. The Act of Reading A Theory of Aesthetic Response. Baltimore:

John Hopkins University.

Jabrohim (ed.). 2012. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Klarer, Mario. 2004. An Introduction to Literary Studies. London: Routledge.

Minsarwati, Wisnu. 2002. Mitos Merapi dan Kearifan Ekologi. Yogyakarta: Kreasi

Wacana.

Muftisani, Hafidz. Artikel “Apa Makna Nur yang Dibahas Al-Quran?” pada Harian

Republika, 4 Februrai 2015.

Natawidjaya, Hilman Dani. 2014. Laporan Kegiatan Penelitian Tim Terpadu Riset

Mandiri/Tim Nasional Pelestarian dan Pengelolaan Gunung Padang Bersama

Karya Bakti Ini (Bidang Geologi), Oktober, 2014.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan

Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari

Strukturalisme hingga Poststrukturalisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rosidi, Ajip. 1995. Sastera dan Budaya Kedaerahan dalam Keindonesiaan. Bandung:

Pustaka Jaya.

__________. 2013. Mengenal Kesusasteraan Sunda. Bandung: Pustaka Jaya.

Ryan, Michael. 2011. Teori Sastra Sebuah Pengantar Praktis. Yogyakarta: Jalasutra.

Santosa, Puji. 1990. Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra. Bandung: Angkasa.

Taher, Tarmizi. 2002. Menyegarkan Akidah Tauhid Insani Mati di Era Klenik. Jakarta:

Gema Insani Press.

Ath-Tharsyah, Adnan. 2006. Yang Disenangi Nabi Saw dan yang Tidak Disukai.

Jakarta: Gema Insani Press.

Van Zoest, Aart. 1993. Semiotika Tentang Tanda, Cara Kerjanya, dan Apa yang Kita

Lakukan Dengannya. Jakarta: Yayasan Sumber Agung.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.