miopia astigmatikus kompositus

50
BAB I PENDAHULUAN Gangguan refraksi atau ametropia merupakan gangguan yang banyak diderita populasi di dunia. Gangguan ini dapat berupa miopia, hiperopia, astigmatisma, dan presbiopia. Miopia merupakan gangguan refraksi yang paling banyak diderita dan prevalensinya semakin meningkat dari waktu ke waktu. Prevalensi miopia diperkirakan sekitar 9% pada anak-anak berusia 5 sampai 17 tahun di Amerika Serikat. Penelitian tentang miopia pada populasi yang berusia muda (antara 15-19 tahun) pernah dilakukan di Singapura. Didapati bahwa prevalensi miopia lebih tinggi dibanding Amerika Serikat yaitu 56%. Di Taiwan prevalensinya adalah 84% pada populasi berusia 16-18 tahun. Sebuah penelitian serial dengan metodologi sama pada anak berusia 7-15 tahun menyebutkan bahwa terdapat variasi prevalensi miopia antara negara dan etnis yang berbeda. Empat persen di India, 10%-34% di Malaysia, 5%-17% di Cina selatan, 9%-40% di Malaysia dan Singapura. Di Indonesia sendiri Saw et al pernah melakukan penelitian yang menemukan bahwa prevalensi miopia adalah 26%. 1,2,3 1

description

laporan kasus miopia astigmatikus kompositus

Transcript of miopia astigmatikus kompositus

Page 1: miopia astigmatikus kompositus

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan refraksi atau ametropia merupakan gangguan yang banyak diderita

populasi di dunia. Gangguan ini dapat berupa miopia, hiperopia, astigmatisma, dan

presbiopia. Miopia merupakan gangguan refraksi yang paling banyak diderita dan

prevalensinya semakin meningkat dari waktu ke waktu. Prevalensi miopia

diperkirakan sekitar 9% pada anak-anak berusia 5 sampai 17 tahun di Amerika

Serikat. Penelitian tentang miopia pada populasi yang berusia muda (antara 15-19

tahun) pernah dilakukan di Singapura. Didapati bahwa prevalensi miopia lebih tinggi

dibanding Amerika Serikat yaitu 56%. Di Taiwan prevalensinya adalah 84% pada

populasi berusia 16-18 tahun. Sebuah penelitian serial dengan metodologi sama pada

anak berusia 7-15 tahun menyebutkan bahwa terdapat variasi prevalensi miopia

antara negara dan etnis yang berbeda. Empat persen di India, 10%-34% di Malaysia,

5%-17% di Cina selatan, 9%-40% di Malaysia dan Singapura. Di Indonesia sendiri

Saw et al pernah melakukan penelitian yang menemukan bahwa prevalensi miopia

adalah 26%.1,2,3

Data epidemiologi mengenai astigmatisma dan hiperopia lebih sedikit

dibanding miopia. Kleinstein et al yang meneliti astigmatisma pada anak-anak dan

remaja menemukan bahwa prevalensi astigmatisma sedikitnya 1.0 D adalah 28%

pada populasi berusia 5-17 tahun di Amerika Serikat. Penelitian serial pada populasi

antara 5-17 tahun di beberapa negara menemukan bahwa prevalensi astigmatisma

juga bervariasi. Di India prevalensinya antara 3%-7%, di Cina 6%, dan di Australia

5%. Di Amerika prevalensi astigmatisma pada populasi dewasa sekitar 20% dan lebih

tinggi pada pria. Prevalensi hiperopia sekitar 10% pada penduduk Amerika Serikat

dan meningkat seiring bertambahnya usia. 1,2,3

Individu dengan kelainan refraksi tinggi lebih besar kemungkinannya untuk

menderita kelaianan okular patologis. Pada pasien dengan miopia tinggi terjadi

peningkatan insiden penipisan retina, degenerasi retina perifer, retinal detachment,

1

Page 2: miopia astigmatikus kompositus

dan glaukoma.1 Karena banyaknya kejadian gangguan refraksi dan kemungkinan

terjadinya gangguan okular patologis maka perlu dibahas lebih lanjut mengenai

kelainan refraksi dengan contoh kasus miopia astigmatisma compositus ODS.

2

Page 3: miopia astigmatikus kompositus

BAB II

LAPORAN KASUS

II.1. Identifikasi

Nama : Ny. Y

Umur : 38 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Kotabaru, Jambi

MRS : 23 Maret 2013

II.2. Anamnesis (Autoanamnesis, 23 maret 2013)

Keluhan Utama:

Penglihatan mata kanan dan mata kiri kabur

Riwayat Perjalanan Penyakit: ± 3 bulan yang lalu penderita mengeluh penglihatan mata kanan dan mata kiri

kabur, hal ini dirasakan pertama kali oleh penderita pada saat melihat tulisan

di televisi. Mata kabur juga dirasakan pada saat melihat jauh. Penderita juga

mengeluh pusing setelah membaca tulisan di televisi dan melihat jauh.

Kadang-kadang pada saat melihat benda penderita merasakan adanya

bayangan. Penderita juga tidak bisa melihat garis lurus. Mata berair tidak ada,

mata nyeri tidak ada, melihat pelangi (-) dan penglihatan berasap (-)

3

Page 4: miopia astigmatikus kompositus

Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat memakai kacamata (-)

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat diabetes melitus disangkal

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga:

Riwayat kedua orang tua memakai kacamata (+)

Status Gizi :

Berat Badan : 60 kg

Tinggi Badan : 160cm

Status Ekonomi:

Cukup

II.3. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Keadaan sakit : sakit ringan

Kesadaran : compos mentis

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,7oC

4

Page 5: miopia astigmatikus kompositus

Status Oftalmologikus

OD OS

Visus 5/20

PH : 6/6

5/20

PH : 6/6

Kedudukan Bola

Mata

Orthoforia

Gerakan Bola Mata

Segmen Anterior

silia

Palpebra superior

Palpebra inferior

Konjungtiva tarsus

superior

Konjungtiva tarsus

inferior

Konjungtiva bulbi

Kornea

Bilik Mata Depan

Trichiasis (-)

Hiperemis (-) edema (-)

Hiperemis (-) edema (-)

Papil (-) folikel (-)

Papil (-) folikel (-)

Injeksi (-)

Jernih

Sedang, jernih

Trichiasis (-)

Hiperemis (-) edema (-)

Hiperemis (-) edema (-)

Papil (-) folikel (-)

Papil (-) folikel (-)

Injeksi (-)

Sedang,jernih

sedang

5

Page 6: miopia astigmatikus kompositus

Iris

Pupil

Lensa

Kripta iris normal

Bulat, RC (+)

Jernih

kripta iris normal

bulat, RC (+)

jernih

Koreksi kacamata pada pemeriksaan Objektif

leftt ; right :

S : - 2.50 S : -2.75

C : - 1.50 C : - 2.62

A : 120” A : 94”

Pemeriksaan subjektif

Dextra : Sinistra :

S : - 3.00 S : - 3.00

C : - 0,75 axis 900 C : - 0,75 axis 900

II.4 Diagnosis Kerja

Miopia astigmatisma compositum ODS

II.5 Penatalaksanaan

Resep kacamata menggunakan lensa konveks dan silindris

Dextra : Sinistra :

S : - 3.00 S : - 3.00

C : - 0,75 axis 900 C : - 0,75 axis 900

Pupil distance: 60 / 62

6

Page 7: miopia astigmatikus kompositus

II.6 Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

7

Page 8: miopia astigmatikus kompositus

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Anatomi Mata

Bola mata (bulbus oculi terdapat di dalam rongga orbita yang

melindungi bola mata. Bola mata digerakkan oleh otot okular. Struktur lain

yang berhubungan dengan mata yaitu otot, fasia, alis mata, kelopak mata,

konjungtiva, dan apparatus lacrimal.4,5

Bola mata diselubungi oleh lemak, tetapi terdapat selubung

membranosa yang memisahkan bola mata dari lemak yaitu fascia bulbi. Mata

terbagi menjadi dua segmen yaitu segmen anterior yang transparan dan

merupakan 1/6 bagian bola mata dan segmen posterior yang merupakan 5/6

bagian bola mata. 4,5

Struktur yang terdapat pada mata dari anterior ke posterior yaitu

konjungtiva, kornea, sklera, iris, aquaeus humor, lensa, uvea, badan siliar,

vitreus humor, choroid, retina, dan saraf optik. 4,5

Gambar 1

Bola mata

8

Page 9: miopia astigmatikus kompositus

Gambar 2

Anatomi mata, potongan melintang.

www.merck.com

II.2. Kelainan Refraksi

II.2.1. Definisi

Gangguan refraksi (ametropia) merupakan gangguan yang terjadi

dimana sinar paralel yang masuk pada mata yang tidak berakomodasi tidak

terfokus pada retina. Yang termasuk gangguan refraksi yaitu miopia,

hiperopia, astigmatisma, dan presbiopia. Miopia terjadi karena cahaya yang

datang berfokus di depan retina sedang hiperopia terjadi karena cahaya

berfokus di belakang retina. Astigmatisma terjadi jika cahaya yang masuk ke

mata tidak disokuskan pada satu titik fokus. Astigmatisma dapat terjadi karena

gangguan pada kornea, lensa, atau retina. Namun yang paling sering adalah

karena gangguan pada kornea. Presbiopia adalah kondisi penurunan daya

akomodasi karena usia tua. Gangguan refraksi yang dikatakan ringan sampai

sedang adalah miopia yang kurang dari 6.0 D, hiperopia yang kurang dari 3.0

D, dan astigmatisma regular yang kurang dari 3.0 D. jika lebih dari batasan

tersebut dikelompokkan sebagai gangguan refraktif berat. 1,4,5

9

Page 10: miopia astigmatikus kompositus

II.2.2. Pembagian Kelainan Refraksi

Miopia atau rabun dekat, titik fokus berada di depan retina karena

korneanya terlalu cembung, panjang sumbu axial terlalu panjang, atau

keduanya. Objek yang jauh tampak kabur, tapi pederita dapat melihat objek

dekat dengan jelas. Untuk mengoreksi miopia digunakan lensa cekung.

Hiperopia atau rabun jauh, titik fokus berada di belakang retina karena

korneanya terlalu datar, sumbu axial terlalu pendek, atau keduanya. Objek

yang jauh tampak kabur, tapi pederita dapat melihat objek dekat dengan jelas.

Penderita dengan hiperopia ringan masih dapat melihat jelas karena

kemampuan berakomodasinya. Untuk mengoreksi hiperopia digunakan lensa

cembung. Astigmatisma disebabkan karena sinar dari arah berbeda-beda

difokuskan pada titik yang berbeda. Hal ini disebabkan karena perbedaan

kelengkungan kornea yang bervariasi. Lensa silindris digunakan untuk

mengoreksi astigmatisma. Presbiopia adalah hilangnya kemampuan lensa

untuk mengubah bentuk dalam memfokuskan bayangan karena usia. Biasanya

mulai dikeluhkan pada usia 40 tahun ke atas. Lensa yang dipakai untuk

mengoreksi kelainan ini adalah lensa bifokal. 1,4,5

Anisometropia adalah kelainan dimana perbedaan dioptri antara kedua

mata signifikan (biasanya lebih dari 3 dioptri). Jika dikoreksi dengan

kacamata maka terjadi kesulitan fusi bayangan atau supresi salah satu

bayangan. 1,6

10

Page 11: miopia astigmatikus kompositus

Gambar 3

Fokus bayangan pada A. mata normal, B. miopia, C. hiperopia, dan D.

astigmatisma

www.merck.com

II.2.3. Miopia

Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan

pembiasan sinar yang berlebihan atau kerusakan refraksi mata sehingga sinar

sejajar yang datang dibiaskan di depan retina dimana sistem akomodasi

berkurang. Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat lebih jelas bila

dekat sedangkan melihat jauh kabur atau pasien adalah rabun jauh. Pasien

miopia mempunyai punctum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas)

yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang

akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini

menetap maka penderita akan terlihat juling ke dalam atau esotropia.1,4,6

11

Page 12: miopia astigmatikus kompositus

Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat kelainan pada fundus

okuli seperti degenerasi makula, degenerasi retina bagian perifer,dengan

miopik kresen pada papil saraf optik. Pengobatan pasien dengan miopia

adalah dengan memberikan kaca mata sferis negative terkecil yang

memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Bila pasien dikoreksi dengan -

3.0 memberikan tajam penglihatan 6/6, dan demikian juga bila diberi -3.25,

maka sebaiknya diberikan lensa koreksi -3.0 agar untuk memberikan istirahat

mata dengan baik sesudah dikoreksi.1,4

Miopia dapat diklasifikasikan berdasarkan klinis, derajat, dan usia

ketika terjadi.3

Berdasarkan klinis miopia dibedakan menjadi miopia simpleks,

nokturnal, pseudomiopia, degeneratif, atau terinduksi. Miopia simpleks terjadi

karena gangguan pada kekuatan optik kornea atau lensa ataupun yang lebih

jarang karena panjang aksial bola mata yang berlebihan. Miopia simpleks

merupakan bentuk yang paling sering dan biasanya kurang dari 6 dioptri.

Miopia nokturnal terjadi karena kurangnya cahaya sehingga mata

berakomodasi lebih kuat dan terjadi gangguan kontras untuk stimulus

akomodasi pada keadaan gelap tersebut. Pseudomiopia terjadi karena

peningkatan kemampuan refraktif akibat overstimulasi akomodasi mata atau

spasme otot siliar. Miopia degeneratif terjadi karena perubahan degeneratif

segmen posterior biasanya sering akibat sekuela retinal detachment atau

glaukoma. Miopia induksi terjadi akibat paparan obat, gula darah, atau

sklerosis nuklear lensa yang biasanya reversibel. 1,3

Berdasarkan derajat miopia dibagi menjadi ringan (1-3 dioptri),

sedang (3-6 dioptri), atau berat (lebih dari -6 dioptri).3,5

Berdasarkan onset terjadinya miopia dibedakan menjadi kongenital

(terjadi pada bayi), miopia onset muda (pada pasien <20 tahun), onset waktu

dewasa muda (20-40 tahun), dan dewasa lanjut (>40 tahun).5

12

Page 13: miopia astigmatikus kompositus

Faktor resiko terjadinya miopia adalah terdapat riwayat keluarga yang

menderita miopia, terdapat miopia waktu retinoskopi nonsikloplegik pada

bayi, penurunan emetropia waktu masuk sekolah, esoforia dekat, gangguan

kurvatura kornea, aksis yang terlalu panjang, dan gangguan temporer retina

waktu anak-anak. 1,5,6

Etiologi yang mungkin untuk miopia simpleks adalah diturunkan dari

orang tua atau melihat dekat yang terlalu sering, untuk miopia nokturnal

karena level signifikan untuk akomodasi fokus gelap, pada pseudomiopia

karena gangguan akomodasi, eksoforia berat, atau agen agonis kolinergik.

Pada miopia degenerasi karena diturunkan, retinopati, dan gangguan cahaya

ketika melewati media okular. Pada miopia terinduksi karena katarak yang

berhubungan dengan ketuaan, kadar gula adrah yang tinggi, atau paparan obat

seperti sulfonamide. 1,5,6

Gejala yang banyak dikeluhkan adalah pandangan kabur. Penglihatan

untuk jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas. Jika derajat miopianya terlalu

tinggi, sehingga letak pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, maka

kedua mata selalu harus melihat dalam posisi kovergensi, dan hal ini mungkin

menimbulkan keluhan (astenovergen) . Mungkin juga posisi konvergensi itu

menetap, sehingga terjadi strabismus konvergen (estropia). Apabila terdapat

myopia pada satu mata jauh lebih tinggi dari mata yang lain dapat terjadi

ambliopia pada mata yang myopianya lebih tinggi. Mata ambliopia akan

bergulir ke temporal yang disebut strabismus divergen (eksotropia).5

Tanda yang dijumpai pada pemeriksaan untuk miopia simpleks adalah

pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif

lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol dan pada

segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai

kresen myopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik. Pada

miopia patologik dapat dijumpai gambaran pada segmen anterior serupa

13

Page 14: miopia astigmatikus kompositus

dengan myopia simpleks sedang gambaran yang ditemukan pada segmen

posterior berupa kelainan-kelainan pada

Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau

degenarasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang

mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan

kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan myopia

Papil saraf optic: terlihat pigmentasi peripapil, kresen myopia, papil

terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen

myopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi

oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur

Makula: berupa pigmentasi, kadang-kadang ditemukan pendarahan

subretina pada daerah makula

Retina bagian perifer: berupa degenersi kista retina bagian perifer

Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan

retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan

disebut sebagai fundus tigroid.1,3,5

Untuk mengoreksi miopia digunakan lensa cekung agar sinar jatuh

tepat pada retina.

Gambar 4

Koreksi dengan lensa cekung

http://www.allaboutvision.com/contacts

II.2.4. Hiperopia

14

Page 15: miopia astigmatikus kompositus

Hiperopia atau rabun jauh, titik fokus berada di belakang retina karena

korneanya terlalu datar, sumbu axial terlalu pendek, atau keduanya. Objek

yang jauh tampak kabur, tapi pederita dapat melihat objek dekat dengan jelas.

Penderita dengan hiperopia ringan masih dapat melihat jelas karena

kemampuan berakomodasinya. 1,3,5

Mata hiperopik lebih pendek daripada normal. Cahaya dari objek jarak

dekat (misalnya ketika membaca buku), tidak dapat terfokus secara jelas pada

retina.5

Gambar 5

Koreksi dengan lensa cembung

http://www.allaboutvision.com/contacts

Bayi dan anak-anak cenderung mengalami hipermetropia ringan.

Sejalan dengan pertumbuhan dan bertambah panjangnya mata, hipermetropia

semakin berkurang.1,5

II.2.5. Astigmatisma

Astigmatisma adalah keadaan dimana terjadi penglihatan yang kabur

karena sinar dari arah berbeda-beda difokuskan pada titik yang berbeda. Hal

ini disebabkan karena perbedaan kelengkungan kornea yang bervariasi.

Astigmatisma ringan dapat atnpa gejala namun astigmatisma yang berat dapat

menyebabkan penglihatan kabur, mata lelah, dan sakit kepala.1,7

15

Page 16: miopia astigmatikus kompositus

Gambar 6

Gambaran yang dilihat oleh penderita astigmatisma

http://www.aoa.org/

Gambar 7

Kipas astigmat

http://www.aoa.org/

Penyebabnya mungkin herediter dan dapat memburuk seiring

berjalannya waktu. 1,7

II.2.6. Presbiopia

Pada usia muda, lensa mata masih lunak dan lentur, sehingga

bentuknya bisa berubah-ubah guna memfokuskan objek dekat dan objek jauh.

16

Page 17: miopia astigmatikus kompositus

Setelah berusia 40 tahun, lensa menjadi lebih kaku. Lensa tidak dapat dengan

mudah merubah bentuknya sehingga lebih sulit untuk membaca pada jarak

dekat. Hal ini merupakan suatu keadaan yang normal, yang disebut dengan

presbiopia. Presbiopia bisa terjadi bersamaan dengan miopia, hiperopia

maupun astigmatisma.1,5

II.3. Gejala dan Tanda

Gejala utama gangguan refraksi adalah penglihatan yang kabur

melihat objek jauh, dekat, atau keduanya. Terkadang tonus musculus ciliaris

yang terlalu kuat dapat menyebabkan sakit kepala. Mata yang dipaksa untuk

melihat dapat menyebabkan terjadinya ocular surface desiccation, iritasi mata,

gatal, mata lelah, sensasi terdapat benda asing, dan kemerahan. Menyipitkan

mata ketika membaca dan sering berkedip atau menggosok mata merupakan

gejala gangguan refraksi pada anak. Penglihatan kabur harus didiagnosis

banding dengan kelainan mata lainnya. Penting untuk dibedakan apakah mata

kabur mengenai satu atau dua mata, apakah pupil normal, bagaimana afferent

pupillary defect (APD), apakah lensa koreksi atau pinhole meningkatkan

penglihatan. Penglihatan kabur monookuler dengan APD dapat diduga optic

neuritis, neuropati, atau atrophi. Penglihatan kabur binokular dengan

perbaikan jika melihat memakai lensa atau pinhole menunjukkan kelainan

refraksi.1,5

II.4. Diagnosis Banding

Mata tenang visus turun perlahan didiagnosis banding dengan katarak,

glaukoma kronik, retinopati, ambliopia, retinoblastoma, dan toxoplasmosis.5

II.5. Pemeriksaan

Untuk kelainan refraksi, pemeriksaan yang dilakukan adalah

pemeriksaan visus, pengukuran koreksi terbaik untuk visus, dan keratometri

17

Page 18: miopia astigmatikus kompositus

untuk mengukur kelengkungan kornea yang biasanya dilakuka untuk koreksi

penglihatan dengan lensa kontak.1,5,8

Pemeriksaan rutin seperti pemeriksaan bagian eksternal mata,

kedudukan dan gerakan bola mata, segmen anterior dan posterior hendaknya

tetap dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan-kelainan lain. 1,5,8

II.5.1. Pemeriksaan Visus

Dilakukan di ruangan dengan pencahayaan cukup memakai kartu

Snellen. Caranya:

1. Pasien duduk dengan dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen. Pemeriksan

dilakukan bergantian mata kanan dan kiri.

2. Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu,mulai dari baris

paling atas kebawah,dan tentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca

seluruhnya dengan benar.

3. Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas (terbesar) maka

dilakuan uji hitung jari dari jarak 6 meter

4. Jika pasien tidak dapat menghitung jari dari jarak 6 meter maka jarak

dapat dikurangi satu meter sampai maksimal jarak penguji dengan

pasien 1 meter.

5. Jika pasien tetap tidak bisa melihat dilakukan uji lambaian tangan dan jika

masih tidak dapat dilakukan uji dengan arah sinar.

6. Jika pengelihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka

dikatakan pengelihatanya adalah 0 (nol) atau buta total.

Nilai tajam pengelihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat

membaca seluruh huruf dalam kartu Snellen dengan benar. Bila baris yang

dapat dibaca selurunya bertanda 30 maka dikatakan tajam pengelihatan 6/30.

Berarti ia hanya dapat melihat pada jarak 6 meter yang oleh orang normal

huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 30 meter. Bila dalam uji hitung jari

pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan

18

Page 19: miopia astigmatikus kompositus

pad jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam pengelihatan 3/60. Jari terpisah

dapat dilihat orang normal pada jarak 60 meter.5,8

Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak

300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter,

berarti tajam pengelihatan adalah 1/300. 1,5,8

Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja tapi tidak dapat melihat

lambaian tangan, maka dikatakan sebagai satu per minus. Orang normal dapat

melihat adanya sinar pada jarak tidak terhingga. 1,5,8

Pemeriksaan visus secara objektif dapat dilakukan dengan automated

refraction yaitu mesin yang mendeteksi kelainan refraksi dengan mengukur

bagaimana perubahan sinar ketika memasuki mata. Penderita duduk di depan

autorefractor, cahaya dihasilkan oleh alat dan respon mata terhadap cahaya

diukur. Alat ini mengukur berapa besar kelainan refraksi yang harus dikoreksi

dan pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik.6

Gambar 8

Automated refractometer

www.shin-nippon.jp

19

Page 20: miopia astigmatikus kompositus

Gambar 9

Hasil automated refractometer

www.shin-nippon.jp

II.5.2. Koreksi Visus

Dilakukan pada satu mata secara bergantian, bisanya dimulai mata

kanan kemudian mata kiri, dilakukan setelah tajam pengelihatan diperiksa dan

diketahui terdapat kelainan refraksi. Dengan cara:

1. Pasien duduk dengan jarak 6 meter dari kartu snellen

2. Satu mata ditutup,dengan mata yang terbuka pasien diminta membaca

baris terkecil yang masih dapat dibaca

3. Pada mata yang terbuka diletakkan lensa positif +0,50 untuk

menghilangkan akomodasi pada saat pemeriksaan

4. Kemudian diletakan lensa positif tambahan,dikaji:

a. Bila penglihatan tidak bertambah baik,berarti pasien tidak

hipermetropia

b. Bila bertambah jelas dan dengan kekuatan lensa yang ditambah

perlahan-lahan bertambah baik,berarti pasien menderita

hipermetropia.Lensa positif terkuat yang masih memberikan

ketajaman terbaik merupakan ukuran lensa koreksi untuk mata

hipermetropia tersebut.

20

Page 21: miopia astigmatikus kompositus

5. Bila penglihatan tidak bertambah baik,maka diletakan lensa negative.bila

menjadi jelas,berarti pasien menderita miopi.Ukuran lensa koreksi adalah

lensa negative teringan yang memberikan ketajaman penglihatan

maksimal

6. Bila baik dengan lensa positif maupun negative penglihatan tidak

maksimal (penglihatan tidak dapat mencapai 6/6)maka dilakukan uji

pinhole.Letakan pinhole didepan mata yang sedang diuji dan diminta

membaca baris terakhir yang masih dapat dibaca sebelumnya. Bila:

a. Pinhole tidak memberikan perbaikan,berarti mata tidak dapat

dikoreksi lebih lanjut karena media penglihatan kruh,terdapat

kelainan pada retina atau saraf optik

b. Terjadi perbaikan penglihatan,maka berarti terdapat astigmatisma

atau silinder pada mata tersebut yang belum mendapat koreksi.

7. Bila pasien astigmatisma,maka pada mata tersebut dipasang lensa positif

yang cukup besar untuk membuat pasien menderita kelainan refraksi

astigmatisma miopikus

8. Pasien diminta melihat kartu kipas astigmat dan ditanya garis pada kipas

yang paling jelas terlihat

9. Bila perbedaan tidak terlihat,lensa positive lensa positif diperlemah sedikit

demi sedikit hingga pasien dapat melihat garis yang terjelas dan kabur

10. Dipasang lensa silinder negative dengan sumbu sesuai dengan garis

terkabur pada kipas astigmat

11. Lensa silinder negative diperkuat sedikit demi sedikit pada sumbu tersebut

hingga sama jelasnya dengan garis lainnya

12. Bila sama jelasnya,dilakukan tes kartu snellen kembali

Bila tidak didapatkan hasil 6/6 mungkin lensa positif yang diberikan

terlalu berat, harus dikurangi perlahan-lahan atau ditambah lensa negative

perlahan-lahan sampai tajam penglihatan menjadi 6/6. Derajat astigmat adalah

21

Page 22: miopia astigmatikus kompositus

ukuran lensa silinder negatif yang dipakai hingga gambar kipas astigmat

tampak sama jelas.5,8

Pemeriksaan penglihatan jauh dilakukan tanpa akomodasi. Dengan

teknik nonsikloplegik agar kekuatan koreksi lensa negatifnya tidak terlalu

eksesif. Pada beberapa kasus dimana mata tetap berakomodasi, terutama pada

pasien usia muda dipakai sikloplegik. Penglihatan dekat harus diperiksa

sebelum pasien diberi agen sikloplegik. Uji refraksi dengan sikloplegik

diindikasikan jika akomodasinya tidak bisa relaksasi dan pada pasien dimana

gejalanya tidak konsisten dengan kesalahan refraksi manifes (nonsikloplegik)

atau pada pasien yang membutuhkan koreksi refraksi yang akurat. Biasanya

agen yang dipakai adalah tropikainamid dan siklopentolat. Tropikainamid

memiliki onset cepat dan durasi kerja pendek namun siklopentolat memberi

efek sikloplegik yang lebih kuat sehingga pemeriksaan lebih akurat.

Perbedaan signifikan antara refraksi manifes dan sikloplegik sering terjadi

pada anak-anak yang kemampuan akomodasinya masih kuat. Pada orang

dewasa bila ada perbedaan signifikan maka dilakukan uji refraksi post-

sikloplegik beberapa hari kemudian untuk menentukan koreksi akhir yang

tepat. 5,8

Uji koreksi visus dapat dilakuakn dengan frame dan trial lenses atau

dengan foropter yaitu alat dimana terdapat sejumlah lensa korektif sehingga

pasien dapat membandingkan level koreksi yang berbeda ketika melihat

Snellen chart.6

22

Page 23: miopia astigmatikus kompositus

Gambar 10

Pemeriksaan dengan foropter

www.aoa.org

II.6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mengoreksi kelainan

refraksi adalah penggunaan kacamata, lensa kontak, bedah refraktif, ataupun

penggunaan obat-obatan tertentu.

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa kualitas hidup paling buruk adalah

pada pengguna kacamata lalu pengguna lensa kontak dan yang paling baik

adalah pasien yang menjalani bedah refraktif untuk koreksi penglihatannya.9

II.6.1. Kacamata

Kacamata merupakan alat yang paling sederhana dan aman untuk

mengoreksi kelainan refraksi. Kacamata harus dikoreksi dalam jangka waktu

tertentu jika terjadi perubahan visus. Biasanya dilakukan pemeriksaan ulang

setiap 1-2 tahun. Mata miopia dikoreksi dengan lensa cekung atau negatif,

hiperopia dikoreksi dengan lensa cembung atau positif, dan astigmatisma

dikoreksi dengan lensa silindris. Mata presbiopia dikoreksi dengan lensa

bifokal.1,3,6

23

Page 24: miopia astigmatikus kompositus

II.6.2. Lensa Kontak

Lensa kontak merupakan suatu lensa tipis dari bahan fleksibel (soft

contact lens) atau rigid (rigid gas permeable lens) yang berkontak dengan

kornea. Lensa kontak menmberikan koreksi penglihatan yang lebih baik

dibanding kacamata. Lensa kontak dapat diresepkan untuk mengoreksi

miopia, hiperopia, astigmatisma, anisometropia, anisokonia, afakia, setelah

operasi katarak, atau pada keratokonus. Soft contact lens atau rigid gas

permeable lens dapat mengoreksi miopia, hiperopia, dan presbiopia. Lensa

kontak toric yang memiliki kirvatura berbeda yang disatukan pada permukaan

depan lensa dapat diresepkan untuk mengoreksi astigmatisma. 1,6

Gambar 11

Perbedaan soft contact lens dan RGP

http://www.allaboutvision.com/contacts/

Lensa kontak dapat digunakan untuk pasien yang tidak mau memakai

kacamata. banyak pasien yang menyatakan bahwa ia merasa lebih nyaman

dan penglihatannya lebih baik dengan koreksi lensa kontak. Kontraindikasi

relatif untuk pemakaian lensa kontak adalah gangguan kelopak mata, adanya

film air mata berlebihan atau abnormalitas permukaan okular misalnya karena

keratokonjungtivitis, sicca, blepharoconjunctivitis, acne rosacea, conjunctival

cicatrization, corneal exposure, neurotrophic keratitis, atauabnormalitas

corneal lainnya. Kontraindikasi relatif lainnya adalah penggunaan topical

corticosteroids, inflamasi segmen anterior, filtering bleb, hygiene buruk,

24

Page 25: miopia astigmatikus kompositus

lingkungan sekitar kotor, riwayat komplikasi kornea karena lensa kontak, dan

pasien yang tidak mengerti resiko pemakiannya. 1,6

Komplikasi yang dapat terjadi adalah microbial keratitis yang dapat

menyebabkan hilangnya penglihtan. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah

tarsal papillary conjunctivitis dan perubahan bulbar conjunctival, epithelial

keratopathy, corneal neovascularization, nonmicrobial infiltrates, dan corneal

warpage. Perubahan endotel dapat terjadi termasuk polymegethism,

pleomorphism, dan jarang berupa reduksi densitas sel endotelial. Stromal

edema sering terjadi, penipisan kornea juga pernah dilaporkan. Gejala

klinisnya dapat bermacam-macam. Asupan oksigen ke kornea penting

diperhatikan terutama pada pasien dengan kelainan refraksi tinggi akibatnya

lensa kontak yang dipakai lebih tebal dan lebih berpotensi menimbulkan

masalah.1

1. Soft Contact Lens

Soft contact lens terbuat dari poly-2-hydroxyethyl methacrylate

dan plastik fleksibel serta 30-79% air. Diameternya sekitar 13-15 mm dan

menutupi seluruh kornea. lensa ini dapat digunakan untuk miopia dan

hiperopia. Karena lensa ini mengikuti lengkung kornea maka tidak dapat

dipakai untuk mengoreksi astigmatisma yang lebih dari astigmatisma

minimal. Karena ukurannya yang lebih besar soft contact lens lebih

gampang dipakai dan jarang kemasukan benda asing antara pada ruang

lensa dan kornea serta adaptasinya juga cepat. 1,6

Gambar 12

25

Page 26: miopia astigmatikus kompositus

soft contact lens

http://www.davidorf.com/los-angeles/latest-news.htm

Gambar 13

Lensa kontak bifokus

http://www.allaboutvision.com/

2. RGP (rigid gas permeable) lens

Lensa RGP terbuat dari fluorocarbon dan campuran polymethyl

methacrylate. Diameternya 6.5-10 mm in diameter dan hanya menutupi

sebagian kornea mengapung di atas lapisan air mata.

Lensa RGP memberikan penglihatan yang lebih tajam dibanding

soft contact lens, pertukaran oksigen yang lebih baik sehingga dapat

mencegah infeksi dan gangguan mata lain. Durasi pemakaian lensa RGP

dapat lebih lama dibanding soft contact lens. Lensa RGP disesuaikan

ukurannya pada setiap mata dengan lebih tepat dan teliti. Kerugiaannya

adalah lensa RGP kurang nyaman dibanding soft contact lens dan masa

adaptasinya yang lebih lama. Lensa RGP dapat mengoreksi kelainan

seperti keratoconus dimana terdapat irregularitas bentuk kornea yang tidak

dapat dikoreksi soft contact lens. 1,6

Lensa kontak toric dipakai untuk mengoreksi astigmat. Lensa ini

memiliki dua power untuk sferis dan silindris. Agar berada pada posisi

yang tepat dan stabil biasanya lensa ini lebih berat dan memiliki penanda

di bawah. 1,6

26

Page 27: miopia astigmatikus kompositus

Gambar 14

Lensa kontak toric

http://www.davidorf.com/los-angeles/latest-news.htm

3. Gabungan

Terdapat pula lensa kontak yang merupakan gabungan soft contact

lens dan RGP yang memadukan keuntungan keduanya yakni lebih mudah

dipakai dan pertukaran oksigen yang baik.

Gambar 15

Lensa kontak gabungan soft contact lens dan RGP

http://ads.allaboutvision.com/

27

Page 28: miopia astigmatikus kompositus

II.6.3. Operasi

Pembedahan dan terapi laser bisa digunakan untuk memperbaiki

miopia, hiperopia dan astigmata. Tetapi prosedur tersebut biasanya tidak

mampu memperbaiki penglihatan sebaik kacamata dan lensa kontak. Sebelum

menjalani prosedur tersebut, sebaiknya penderita mendiskusikannya dengan

seorang ahli mata dan mempertimbangkan keuntungan serta kerugiannya.

Pembedahan refraktif biasanya dijalani oleh penderita yang penglihatannya

tidak dapat dikoreksi dengan kacamata atau lensa kontak dan penderita yang

tidak dapat menggunakan kacamata atau lensa kontak.6,10

Beberapa operasi untuk memperbaiki kelainan refraksi adalah laser in

situ keratomileusis (LASIK), photorefractive keratectomy (PRK), intracorneal

ring segments (INTACS), conductive keratoplasty (CK), phakic intraocular

lenses, clear lensectomy, radial dan astigmatic keratotomy. 6,10

28

Page 29: miopia astigmatikus kompositus

BAB IV

ANALISIS KASUS

Seorang perempuan berumur 38 tahun, PNS berkebangsaan Indonesia datang

dengan keluhan penglihatan mata kanan dan mata kiri kabur terutama saat melihat

tulisan ditelevisi dan melihat jauh disertai pusing, merasakan ada bayangan saat

melihat benda dan tidak bisa melihat garis lurus. Pada penderita ini tidak ditemukan

mata berair, mata nyeri, melihat seperti asap dan melihat seperti pelangi. Riwayat

penyakit dahulu yaitu riwayat kacamata disangkal,. Terdapat riwayat penyakit dalam

keluarga dari kedua orang tuanya.

Pada keluhan utama didapatkan beberapa kemungkinan diagnosis banding

mata tenang visus turun antara lain kelainan refraksi, katarak, ambliopia, glaukoma

kronis, retinoblastoma. Dari identifikasi dan riwayat perjalanan penyakit beberapa

diagnosis banding tersebut dapat disingkirkan antara lain katarak dengan tidak adanya

29

Page 30: miopia astigmatikus kompositus

keluhan melihat seperti asap, untuk glaukoma tidak adanya nyeri pada mata dan

melihat seperti pelangi, retinoblastoma dapat disingkirkan dari umur penderita,

ambliopia dengan tidak adanya riwayat penglihatan kabur dan kacamata sebelumnya.

Pada status oftalmologikus, visus mata kanan 5/20, PH 6/6 dan visus mata

kiri 5/20, PH 6/6 . Tekanan Intraokuler dan segmen anterior pada kedua mata dalam

batas normal. Jadi pada penderita ini dapat ditegakkan diagnosis berupa kelainan

refraksi.

Untuk menunjang diagnosis, dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang,

yaitu pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif. Pada pemeriksaan subjektif

dengan menggunakan trial lens, didapatkan pada mata kanan spheris -3,00; cylindris

–0,75; axis 90º, dan mata kiri berupa spheris -3.00; cylindris-0,75; axis 90º.

Sedangkan pemeriksaan objektif dengan menggunakan autorefraktor didapatkan pada

mata kanan spheris -2,75; cylindris –2,62; axis 94º, dan mata kiri berupa spheris -

2.50; cylindris-1,5; axis 120º. Dengan adanya pemeriksaan penunjang, maka

beberapa kelainan refraksi dapat dipersempit. Spheris yang bernilai negative dan

didapatkan nilai pada cylindris serta axis, dapat disimpulkan penderita ini mengalami

myopia astigmatisma compositus ODS. Penatalaksanaannya diberikan kacamata

dengan lensa konveks dan kacamata silindris yang sesuai dengan pemeriksaan

subjektif agar keluhan penderita dapat dikoreksi. Prognosis penderita secara vitam

dan functionam adalah bonam.

30

Page 31: miopia astigmatikus kompositus

DAFTAR PUSTAKA

1. McLeod SD, et al. Preferred Practice Patterns American Academy of

Ophthalmology. American Academy of Ophthalmology Refractive Management

[cited on 2013 Maret 24]. Available from:

http://one.aao.org/CE/PracticeGuidelines

2. Edward MH, Lam CSY. The epidemiology of myopia in hongkong. Ann Acad

Med Singapore. 2004;33:34-8. [cited on 2013 Maret 24]. Available from:

www.annals.edu.sg

3. Goss DA, et al. Optometric clinical practice guidelines: Myopia. American

Optometric Association. 1997. [cited on 2013 Maret 24]. Available from:

www.aoa.org

4. Riordan-Eva P, White OW. Optik dan refraksi. In: Vaughan DG, Asbury T,

Riordan-Eva P, editor.Oftalmologi Umum. 14ed. Jakarta: EGC; 2000.389-406.

31

Page 32: miopia astigmatikus kompositus

5. Sidarta I. Ilmu penyakit mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2005.

6. Eye Disorder. Merck manual. [cited on 2013 Maret 24]. Available from:

www.merck.com

7. Astigmatism. American Optometric Association. [cited on 2013 Maret 24].

Available from: www.aoa.org

8. Sidarta I. Dasar-teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. 2nd ed. Jakarta:

Balai Penerbit FKUI. 2006.

9. Pesudovs K, Garamendi E, Elliott DB. A quality of life comparison of people

wearing spectacles or contact lenses or having undergone refractive surgery. J

Refract Surg.  2006; 22(1):19-27. [cited on 2013 Maret 24]. Available from:

www.medscape.com

10. Bower KS, Weichel ED, Kim TJ. Overview of refractive surgery. American

Academy of Family Physician. October 2001. [cited on 2013 Maret 24].

Available from: www.aafp.org

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL................................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 3

BAB III LAPORAN KASUS...................................................................... 24

BAB III ANALISIS KASUS....................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 31

32

Page 33: miopia astigmatikus kompositus

LAPORAN KASUS

SENIN, 25 MARET 2012

MIOP ASTIGMATISMA KOMPOSITUS

33

Page 34: miopia astigmatikus kompositus

Oleh

Titia Rahmania, S. Ked

G1A107066

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

SMF/BAGIAN MATA RSUD RADEN MATTAHER / FKIK UNJA

2013

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis panjatukan kepada Allah SWT atas berkat rahmatNya

penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “MIOP ASTIGMATISMA

KOMPOSITUS” ini

Penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang dalam kepada

pembimbing dr. H.Kuswaya W, Sp.M , dr. Djarizal,Sp.M,MPH serta dr.

M.Ikhsan,Sp.M atas bimbingan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan

referat ini, serta kepada berbagai pihak yang telah membantu

Penulis sangat menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, penulis

mengharapkan adanya kritik dan saran membangun dari pembaca. Atas perhatiannya,

penulis ucapkan terima kasih

Wassalamualaikum Wr.Wb

34

Page 35: miopia astigmatikus kompositus

Jambi, Maret 2013

Penulis

35