Miopia

download Miopia

of 19

description

rabun jauh

Transcript of Miopia

Pendahuluan

Pendahuluan

Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina. Secara umum, terjadi ketidak seimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata. Ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi sehingga pada mata yang dalam keadaan istirahat memberikan fokus yang tidak terletak pada retina. Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk kelainan miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmat.

Gangguan refraksi dapat mengganggu penglihatan seseorang dan itu bisa berdampak pada kehidupan sehari-seharinya, karir atau sekolah seseorang. Oleh karena itu topik gangguan refraksi ini dirasa penting oleh penulis untuk dibahas dan ditemukan solusinya.1

Anamnesis

Keluhan utama digolongkan menurut lama , frekuensi, hilang-timbul dan cepat timbulnya gejala, lokasi, berat, dan keadaan lingkungan saat timbulnya keluhan harus diperhatikan, demikian pula setiap gejala yang berkaitan. Obat-obat mata yang dipakai maupun pernah dipakai harus dicatat. Riwayat kesehatan terdahulu berpusat pada kondisi kesehatan pasien secara umum dan, bila ada, penyakit sistemik yang penting. Gangguan vaskular yang biasanya menyertai kelainan mata, seperti diabetes dan hipertensi, harus ditanyakan secara spesifik. Alergi obat juga harus dicatat.

Riwayat keluarga brhubungan dengan sejumlah gangguan mata seperti strabismus, ambliopia, glaukoma atau katarak, serta kelainan retina. Penyakit medis seperti diabetes juga mungkin diperlukan.2Pemeriksaan Fisik

Periksa visus

Visus adalah ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan untuk melihat ketajaman penglihatan.

Cara memeriksa visus ada beberapa tahap:

1. Menggunakan 'chart' => yaitu membaca 'chart' dari jarak yang ditentukan, biasanya 5 atau 6 meter. Digunakan jarak sepanjang itu karena pada jarak tersebut mata normal akan relaksasi dan tidak berakomodasi.Kartu yang digunakan ada beberapa macam :

Snellen chart => kartu bertuliskan beberapa huruf dengan ukuran yang berbeda => untuk pasien yang bisa membaca.

Gambar No.1 Snellen Chart

E chart => kartu yang bertuliskan huruf E semua, tapi arah kakinya berbeda-beda.

Gambar No.2 E chart

Cincin Landolt => Kartu dengan tulisan berbentuk huruf 'c', tapi dengan arah cincin yang berbeda-beda.

Gambar No.3 Cincin Landolt Chart

2. Cara memeriksa :

Kartu diletakkan pada jarak 5 atau 6 meter dari pasien dengan posisi lebih tinggi atau sejajar dengan mata pasien.Bila jarak 5 meter, maka visus normal akan bernilai 5/5 artinya mata normal dapat melihat pada jarak 5 meter, pasien juga dapat melihat pada jarak 5 meter. Bila berjarak 6 m, berarti visus normalnya 6/6. Satuan selain meter ada kaki = 20/20, ada juga log (logaritma).

Pastikan cahaya harus cukup

Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri harus ditutup dan pasien diminta membaca kartu. (periksa mata kanan terlebih dahulu)

Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :

Bila pasien dapat membaca kartu secara berurutan pada baris dengan visus 5/5 atau 6/6, maka tidak usah membaca pada baris berikutnya => visus normal

Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di atas visus normal, cek pada 1 baris tersebut

Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya terletak pada baris tersebut dengan false 1.

Bila tidak dapat membaca 2, berarti visusnya terletak pada baris tersebut dengan false 2.

Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah huruf yang ada, berarti visusnya berada di baris tepat di atas baris yang tidak dapat dibaca.

Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti visusnya terdapat pada baris di atasnya.

Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan menggunakan pinhole (alat untuk memfokuskan titik pada penglihatan pasien)

Bila visus tetap berkurang => berarti bukan kelainan refraksi

Bila visus menjadi lebih baik dari sebelumnya => berarti merupakan kelainan refraksi

Contoh: membaca Snelleen chart

Snelleen chart yang yang digunakan dalam ukuran kaki = normalnya 20/20.Misal, pasien dapat membaca semua huruf pada baris ke 8. Berarti visusnya normal

Bila hanya membaca huruf E, D, F, C pada baris ke 6 => visusnya 20/30 dengan false 2.Artinya, orang normal dapat membaca pada jarak 30 kaki sedangkan pasien hanya dapat membacanya pada jarak 20 kaki.

Bila pasien membaca huruf Z, P pada baris ke 6 => visusnya 20/40

Bila tidak dapat membaca huruf pada baris ke 6, cek baris ke 5 dengan ketentuan seperti di atas.

Cara pemeriksaan berlaku untuk E chart dan cincin Landolt.

3. Bila tidak bisa membaca kartu, maka dilakukan penghitungan jari.

Penghitungan jari di mulai pada jarak tepat di depan Snellen Chart => 5 atau 6 m

Dapat menghitung jari pada jarak 6 m => visusnya 6/60

Bila tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, mka maju 1 m dan lakukan penghitungan jari. Bila pasien dapat membaca, visusnya 5/60.

Begitu seterusnya, bila tidak dapat menghitung jari 5 m, di majukan jadi 4 m, 3 m, sampai 1 m di depan pasien.

4. Bila tidak bisa menghitung jari pada jarak tertentu, maka dilakukan pemeriksaan penglihatan dengan lambaian tangan.

Lambaian tangan dilakukan tepat 1 m di depan pasien.Dapat berupa lambaian ke kiri dan kanan, atau atas bawah. Bila pasien dapat menyebutkan arah lambaian, berarti visusnya 1/300

5. Bila tidak bisa melihat lambaian tangan, maka dilakukan penyinaran, dapat menggunakan 'pen light'Bila dapat melihat sinar, berarti visusnya 1/~. Tentukan arah proyeksi :

Bila pasien dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang datang,berarti visusnya 1/~ dengan proyeksi baikProyeksi sinar ini di cek dari 4 arah. Hal tersebut untuk mengetahui apakah tangkapan retina masih bagus pada 4 sisinya, temporal, nasal, superior, dan inferior.

Bila tak dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang datang, berarti visusnya 1/~ dengan proyeksi salah.

6. Bila tidak dapat melihat cahaya, maka dikatakan visusnya = 0

Uji Pinhole

Untuk membedakan gangguan penglihatan akibat kelainan refraksi atau media refraksi bisa menggunakan uji pinhole. Penglihatan kabur akibat refraksi (miopia, hiperopia, astigma) disebabkan oleh banyaknya berkas sinar tak terfokus yang masuk ke pupil dan mencapai retina. Ini mengakibatkan terbentuknya bayangan yang tidak terfokus tajam. Melihat kartu snellen melalui sebuah plakat dengan lubang kecil mencegah sebagian besar cahaya tidak terfokus untuk memasuki mata. Hanya sejumlah kecil berkas cahaya yg lebih fokus yang bisa mencapai retina sehingga menghasilkan bayangan yang lebih tajam. Sehingga pasien bisa membaca huruf pada satu atau dua baris dibawah barisan terakhir saat tanpa menggunakan pinhole.2Pemeriksaan Penunjang Secara umum Pemeriksaan refraksi terdiri dari 2 yaitu refraksi subyektif dan refraksi obyektif. Refraksi subyektif tergantung respon pasien untuk mendapatkan koreksi refraksi yang memberikan tajam penglihatan terbaik. Refraksi subjektif bisa dilakukan dengan menggunakan Snellen Refraksi obyektif dilakukan dengan mesin autorefraktor.Mesin autorefraktor adalah mesin yang digunakan untuk mengukur kelainan refrakrif pasien secara cepat untuk pembuatan kacamata dan kontak lens. Cara kerjanya adalah mengukur berapa cahaya masuk kedalam retina. Pemeriksaan ini cepat, simpel, dan tidak sakit.1

Working Diagnosis

Miopia Miopia disebut rabun jauh karena berkurangnya kemampuan melihat jauh tapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Miopia terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa (kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga titik fokus sinar yang dibiaskan akan terletak di depan retina.

Miopia ditentukan dengan ukuran lensa negatif dalam Dioptri. Klasifikasi miopia antara lain: ringan (3D), sedang (3 6D), berat (6 9D), dan sangat berat (>9D).

Dikenal beberapa bentuk miopia seperti:

a. miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media seperti pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat

b. miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal

menurut perjalanan miopia dikenal bentuk:

a. miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa

b. miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata

c. miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang menyebabkan ablasi retina dan kebutaan

miopia degeneratif atau miopia maligna biasanya bila miopia lebih dari 6 dioptri diserati kelainan pada fundus okuli dan pada pada panjangnya bola mata sampai terbentuknya stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi korioretina. Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi ruptur membran bruch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada pemeriksaan funduskopi terdapat miopik kresen yaitu gambaran bulan sabit yang terlihat pada polus posterior fudud mata miopa. Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat pula kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi makula dan degenerasi bagian perifer.

Gambar No.4 Kelainan refraksi miopia dan hipermetropia Pasien dengan miopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai juling dan celah kelopak yang sempit. Seseorang miopia mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk member efek pinhole. Pasien dengan miopia mempunyai pungtum remotum yang dekat segingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka mata penderita aka terlihat juling ke dalam.

Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan miopia adalah terjadinya ablasi retina. Pada mata dengan minus tinggi (baik salah satu mata maupun kedua mata) bisa menyebabkan ambliopia.3Etiologi

Beberapa faktor resiko terjadinya miopia diantaranya adalah:

1. Genetis. Cara pewarisannya kompleks karena melibatkan banyak variabel. Kelainan refraksi, walaupun diwariskan tidak harus ada sejak lahir; berbeda dengan sifat jangkung yang juga diwariskan dan harus ada saat lahir2. Ras. Ternyata, orang Asia memiliki kecenderungan miopia yang lebih besar (70% - 90%) dari pada orang Eropa dan Amerika (30% - 40%). Paling kecil adalah Afrika (10% - 20%).

3. Kekurangan makanan bergizi pada masa pertumbuhan hingga usia 12 tahun.

4. pemberian Ketegangan berlebihan pada otot mata. Ketika Anda fokus pada sebuah objek yang dekat untuk waktu yang lama, otot mata menjadi tegang. Bila hal ini terus terjadi terus menerus dapat menyebabkan masalah dengan relaksasi mata. Akhirnya, bisa mengakibatkan rabun jauh karena regangan berlebihan pada mata. Beberapa kegiatan yang bisa membuat ketegangan pada mata adalah membaca pada ruangan yang kurang cahaya, menonton TV, bermain video game, dll.2Tata Laksana Koreksi mata miopia dengan memakai lensa minus/negatif ukuran teringan yang sesuai untuk mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam mata.3Kacamata dan lensa kontak

Kaca mata merupakan alat koreksi yang paling banyak dipergunakan karena mudah merawatnya dan murah. Lensa gelas dan plastik pada kaca mata atau lensa kontak akan mempengaruhi pengaliran sinar. Warna akan lebih kuat terlihat dengan mata telanjang dibanding dengan kaca mata. Lensa cekung kuat akan memberikan kesan pada benda yang dilihat menjadi lebih kecil, sedangkan lensa cembung akan memberikan kesan lebih besar. Keluhan memakai kaca mata diantaranya, kaca mata tidak selalu bersih, coating kaca mata mengurangkan kecerahan warna benda yang dilihat, mudah turun dari pangkal hidung, sakit pada telinga dan kepala.

Selain kacamata, lensa kontak juga alat koreksi yang cukup banyak dipergunakan. Lensa kontak merupakan lensa tipis yang diletakkan di dataran depan kornea untuk memperbaiki kelainan refraksi dan pengobatan. Lensa ini mempunyai diameter 8-10 mm, nyaman dipakai karena terapung pada kornea seperti kertas yang terapung pada air. Agar lensa kontak terapung baik pada permukaan kornea maka permukaan belakang berbentuk sama dengan permukaan kornea. Permukaan belakang lensa atau base curve dibuat steep (cembung kuat), flat (agak datar) ataupun normal untuk dapat menempel secara longgar sesuai dengan kecembungan kornea. Perlekatan longgar ini akan memberikan kesempatan air mata dengan mudah masuk diantara lensa kontak dan kornea. Air mata ini diperlukan untuk membawa makanan seperti oksigen.1

Keuntungan dibandingkan dengan kaca mata biasa antara lain:

1. Pembesaran yang terjadi tidak banyak berbeda dibanding bayangan normal

2. Lapang pandangan menjadi lebih luas karena tidak banyak terdapat gangguan tepi bingkai pada kaca mata.

Pemakai kontak lens beresiko terkena konjungtivitis, terlebih pada orang yang dengan hygiene yang buruk, karena penyebab konjungtivitis tersering adalah kontaminasi pada tempat kontak lensa tersebut. Pemakai lensa kontak harus mencuci tangan mereka sebelum dan setelah mereka memasukkan dan melepaskan lensa mereka untuk membantu mengurangi risiko infeksi. Selain itu, tempat lensa harus dicuci dalam air hangat bersabun dan dibiarkan kering di udara.4Lasik

Laser in situ keratomileusis adalah salah satu metode terpopuler untuk mengoreksi kelainan refraktif seperti miopia, hipemetropia, dan astigma. Namun penyeleksian pasien sangat penting untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Pasien harus menjalani syarat-syarat yang ada sebelum melakukan lasik.

Indikasi lasik

Indikasi lasik yang paling umum saat ini adalah myopia selain hipermetropia dan astigma. Indikasi lain adalah anisometropia yang disebabkan prosedur operatif seperti penetrating keratoplasty, radial keratotomi atau operasi katarak. Bahkan baru-baru ini lasik juga digunakan untuk mengobati presbiopi juga.

Myopia

Lasik telah digunakan untuk mengobati myopia dari -1 sampe -29 dioptri. Namun koreksi maksimal hanya bisa sampai pada -12 dioptri (tergantung ketebalan kornea; pasien dengan ketebalan kornea dibawah 500 mikrometer tidak bisa sampai -12) karena jika lebih dari -12 dioptri memerlukan pemotongan bagian stroma yang luas sehingga beresiko menyebabkan cornea ectasia.

HipermetropiaLasik bisa mengkoreksi +0.50 sampai +8.0 dioptri, namun hasilnya lebih dapat diprediksi untuk mengkoreksi hipermetropias yang lebih dari +4 dioptri.

Astigma

Sekarang juga sudah dimungkinkan penggunaan lasik untuk mengobati miopia atau hipermetropia astigma. Lasik bisa mengkoreksi astigma dari 0,5 sampai 10 dioptri. Mata dengan kelainan astigma campuran biasanya memerlukan tindakan lasik lebih dari sekali.

Tabel No.1 Syarat Pasien ideal untuk lasik

diatas 18 tahun, sebaiknya diatas 21 tahun

lebih memilih tindakan operatif daripada menggunakan lensa kontak atau kacamata

memiliki kelainan refraksi yang stabil

tidak ada penyakit di bagian luar dari mata, kornea, segmen posterior, san kelopak mata

tidak sedang hamil atau berencana memiliki anak dalam setahun kedepan

tidak ada penyakit autoimun

memiliki kemampuan finansial yang memadai

mau mengikuti instruksi post-operasi

optimis dengan hasil lasik yang akan dilaksanakan

telah mengetahui dan mengerti komplikasi yang mungkin terjadi

Kontraindikasi Lasik

Tidak boleh dilakukan pada orang dengan Instabilitas refraksi, karena menyebabkan hasil lasik tidak dapat diprediksi dan biasanya pasien tetap harus menggunakan kacamata setelah operasi lasik. Pasien dengan Kondisi seperti penyakit cornea ectasis juga tidak juga tidak diperbolehkan untuk lasik karena bisa memperburuk penyakitnya.

Orang yang memiliki kornea yang tipis (kurang dari