Minyak Atsiri Kelompok 8

download Minyak Atsiri Kelompok 8

of 42

Transcript of Minyak Atsiri Kelompok 8

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    1/42

    LABORATORIUM

    TEKNOLOGIBIOFUEL, ATSIRI, DAN NABATI

    PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    SURABAYA2016 

    Modul Percobaan  : Minyak Atsiri Jahe Emprit

    Kelompok  : 8 A

    1. Rizka Amalia K. Putri NRP. 2313 030 073

    2. Dias Faradisah Putri NRP. 2313 030 048

    3. Daniatus Syahr Hajj NRP. 2313 030 023

    4. Brima Dewantoro NRP. 2313 030 085

    TanggalPercobaan  : 7 April 2016 

    Asisten Laboratorium : Lia Wisnu Sri Pamungkas 

    DosenPembimbing  : Ir. Sri Murwanti M.T. 

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    2/42

    i

     ABSTRAK

    Percobaan minyak atsiri yang dilakukan bertujuan untuk mempelajari proses pembuatan

    minyak atsiri dari jahe emprit dengan metode ekstraksi pelarut. Kemudian membandingkan

    karakteristik minyak atsiri jahe emprit yang dihasilkan dengan variasi volume pelarut etanol.

    Sekaligus membandingkan karakteristik minyak jahe hasil dari ekstraksi dengan Standar

     Internasional ISO 7355.

    Prosedur percobaan dibagi atas tiga tahap. Tahap pertama adalah tahap persiapan yang

    dilakukan dengan menimbang 1500 gram jahe emprit, kemudian mencuci jahe emprit hingga bersih.

     Memotong jahe emprit hingga berukuran kecil, dan mengeringkannya. Kemudian menganalisa kadar

    air jahe. Tahap kedua adalah tahap percoaan dengan prosedur pertama menimbang jahe emprit

    kering sebanyak 100 gram. Membungkus potongan kecil jahe emprit yang telah ditimbang dengan

    kertas saring. Memasukkan potongan kecil jahe emprit yang telah dibungkus dengan kertas saring ke

    dalam soxhlet. Memasukkan pelarut ke dalam labu soxhlet sebanyak 250 ml. Memasang soxhlet pada

    alat ekstraksi soxhlet. Mengalirkan air dalam kondensor. Memanaskan dengan menggunakan

     pemanas elektrik selama 8 siklus dengan menjaga temperatur antara 70-80

    °

    C. Menampung cairanhasil ekstraksi di dalam labu distilasi, lalu melakukan distilasi pada campuran minyak dan pelarut

    dalam labu distilat pada temperatur 70-800C hingga pelarut tidak menetes kembali. Hasil dari

    distilasi tersebut adalah minyak jahe emprit yang tertampung dalam labu distilasi dan etanol di

    dalam erlenmeyer. Tahap ketiga adalah tahap analisa, dimana pada tahap ini minyak hasil distilasi

    akan dianalisa indeks bias, densitas, viskositas, bau, warna, kelarutan dalam alkohol, angka asam,

    dan rendemen.

     Dari hasil percobaan didapatkan hasil dari analisa minyak jahe adalah. semakin banyak

     pelarut maka nilai densitas, viskositas, dan rendemen akan semakin besar, sedangkan nilai kelarutan

    dalam alkohol akan semakin kecil. Dari keempat variabel volume pelarut yaitu 250 mL; 300 mL; 350

    mL; dan 400 mL maka didapatkan bahwa variabel 2 (volume pelarut 300 mL) adalah yang paling

    optimum dengan hasil analisa sebagai berikut densitas (0,93 gr/mL), viskositas (1,1452 cP), indeks

    bias (1,345), kelarutan dalam alkohol (1 : 20), bialngan asam (0,72) dan rendemen (68 %), sertaorganoleptik warna (kuning) dan bau (khas jahe). 

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    3/42

    ii

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK .................................................................................................................................. i

    DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iiDAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iii

    DAFTAR GRAFIK ................................................................................................................. iv

    DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... v

    BAB I PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang ........................................................................................................ I-1

    I.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... I-1

    I.3 Tujuan Percobaan .................................................................................................... I-1

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Dasar Teori .......................................................................................................... II-1

    II.2 Jurnal Aplikasi Industri ........................................................................................ II-8

    BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

    III.1 Variabel Percobaan ........................................................................................... III-1

    III.2 Bahan yang Digunakan ..................................................................................... III-1

    III.3 Alat yang Digunakan ......................................................................................... III-1

    III.4 Prosedur ............................................................................................................. III-1

    III.5 Diagram Alir Percobaan .................................................................................... III-4

    III.6 Gambar Percobaan ............................................................................................ III-8

    BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

    IV.1 Hasil Percobaan ................................................................................................. IV-1

    IV.2 Hasil Perhitungan dan Pembahasan .................................................................. IV-1

    BAB V KESIMPULAN ........................................................................................................ V-1

    DAFTAR NOTASI .................................................................................................................. vi

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. vii

    APPENDIKS .......................................................................................................................... viii

    LAMPIRAN :

    - Laporan sementara

    - Jurnal

    - Lembar revisi

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    4/42

    iii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar III.1  Gambar Alat Percobaan .............................................................................. III-7

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    5/42

    iv

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik IV.1  Hubungan antara Volume Pelarut dan Densitas Minyak ............................... IV-2

    Grafik IV.2  Hubungan antara Volume Pelarut dan Viskositas Minyak ............................ IV-3Grafik IV.3  Hubungan antara Volume Pelarut dan Indeks Bias ....................................... IV-3

    Grafik IV.4  Hubungan antara Volume Pelarut dan Kelarutan dalam Alkohol ................. IV-4

    Grafik IV.5  Hubungan antara Volume Pelarut dan Bilangan Asam ................................. IV-4

    Grafik IV.6  Hubungan antara Volume Pelarut dan Rendemen Minyak ........................... IV-5

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    6/42

    v

    DAFTAR TABEL 

    Tabel II.1  Karakteristik Minyak Jahe ................................................................................ II-7

    Tabel II.2  Perbedaan Minyak Atsiri dan Nabati ................................................................ II-7Tabel IV.1  Tabel hasil analisa minyak jahe ....................................................................... IV-2

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    7/42

    I-1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Sejak jaman dahulu jahe sudah dimanfaatkan untuk memasak, minuman penghangat

    tubuh dan sebagai bahan untuk membuat jamu/obat tradisional. Digunakannya jahe sebagai

     bahan obat tradisional dikarenakan di dalam ubi/rimpang jahe terdapat senyawa aktif yang

     bisa digunakan untuk mengobati beberapa macam penyakit seperti batuk, penghilang rasa

    sakit (antipyretic) dan sebagainya (Budi, 2009). 

    Indonesia sendiri merupakan salah satu dari lima besar negara pengekspor jahe di

    dunia. Ekspor Indonesia akan komoditas jahe rata-rata meningkat 32.75 % per tahun.

    Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) data tahun 2002 menunjukkan volume ekspor jahe

    mencapai 43.193 ton. Walaupun volume ekspor jahe cukup tinggi, sebagian besar ekspor

     jahe masih dalam bentuk bahan mentah (rimpang jahe segar) dan setengah jadi (jahe asinan

    dan jahe kering). Hingga saat ini Indonesia belum banyak memanfaatkan peluang ekspor

    minyak jahe. Ekspor jahe dalam bentuk olahan (minyak jahe, oleoresin jahe) masih kecil.

    Data eksport minyak jahe hanya 0,4 % dari total eksport minyak atsiri Indonesia.

    Jahe adalah salah satu rempah-rempah yang banyak digunakan untuk konsumsi dan

     juga untuk kesehatan. Selain itu, kandungan minyak atsiri jahe juga merupakan salah satu

     peluang usaha peningkatan nilai ekonomis jahe. Minyak jahe diketahui memiliki berbagai

    fungsi, diantaranya digunakan dalam industri kosmetik, makanan, aromaterapi dan farmasi.

    Oleh karenanya minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman jahe mempunyai nilai yang

    cukup tinggi di pasar dunia (Kurniasari, 2008).

    Minyak jahe memiliki berbagai manfaat dalam dunia industri. Oleh karena itu

    dilakukan praktikum ekstraksi minyak atsiri dari jahe untuk mendapatkan minyaknya

    sehingga dapat dimanfaatkan pada kedepannya. Serta dapat diketahui kualitas minyak jahe

    yang dihasilkan dari proses ekstraksi.

    I.2 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dari pembuatan minyak atsiri adalah :

    1. 

    Bagaimana proses pembuatan minyak atsiri dari jahe emprit dengan menggunakan

    metode ekstraksi pelarut etanol sebesar 250 mL; 300 mL; 350 mL dan 400 mL?

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    8/42

     

    BAB I Pendahuluan

    I-2 LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI, DAN NABATIPROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    2.  Bagaimana perbandingan karakteristik minyak atsiri jahe emprit dengan perbedaan

    volume pelarut etanol sebesar 250 mL; 300 mL; 350 mL dan 400 mL?

    3. 

    Bagaimana karakteristik minyak jahe hasil ekstraksi jika dibandingkan dengan

    Standar Internasional ISO 7355?

    I.3 Tujuan Percobaan

    Tujuan Percobaan dari pembuatan minyak atsiri adalah :

    1.  Untuk mengetahui proses pembuatan minyak atsiri dari jahe emprit dengan

    menggunakan metode ekstraksi pelarut etanol sebesar 250 mL; 300 mL; 350 mL dan

    400 mL.

    2. 

    Untuk mengetahui perbandingan karakteristik minyak atsiri jahe emprit dengan

     perbedaan volume pelarut etanol sebesar 250 mL; 300 mL; 350 mL dan 400 mL.

    3.  Untuk membandingkan karakteristik minyak jahe hasil ekstraksi dengan Standar

    Internasional ISO 7355.

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    9/42

    II-1 

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Dasar Teori

    Minyak Atsiri

    Minyak atsiri atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial,

    minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud

    cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang

    khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk

     pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan minyak atsiri dikenal sebagai bibit

    minyak wangi (Bustaman, 2008). 

    Minyak atsiri umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut air. Minyak atsiri

    ini merupakan salah satu dalam hasil sisa dari proses metabolisme dalam tanaman yang

    terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air. Minyak

    tersebut disintesa dalam sel glanular pada jaringan tanaman dan ada juga yang terbentuk

    dalam pembuluh resin, misalnya minyak terpenting dari pohon pinus (Ketaren, 1981).

    II.1.1 Ciri-ciri Minyak Atsiri

    Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan

    senyawa komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga

    seringkali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat). Setiap senyawa penyusun

    memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda. Secara

    kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu

    senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Sebagian besar

    minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat

    larut dalam minyak/lipofil (Handini, 2012). 

    II.1.2 Penghasil Minyak AtsiriJenis minyak atsiri yang telah dikenal dalam dunia perdagangan berjumlah sekitar 70

     jenis, yang bersumber dari tanaman, antara lain dari akar, batang, daun, bunga dan buah.

    Khususnya di Indonesia telah dikenal sekitar 40 jenis tanaman penghasil minyak atsiri, namun

     baru sebagian dari jenis tersebut telah digunakan sebagai sumber minyak atsiri secara

    komersial, yaitu minyak sereh wangi, nilam, kenanga, pala, daun cengkeh, cendana, kayu

     putih, akar wangi, jahe dan kemukus (Ketaren,1985).

    Secara garis besar arti minyak atsiri mengandung 3 hal kunci, yaitu merupakan

    senyawa organik, bersifat mudah menguap, dan berasal dari tumbuhan. Tidak semua

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    10/42

     

    Bab II Tinjauan Pustaka

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    II-2

    tumbuhan bisa menghasilkan minyak atsiri. Hanya tumbuhan yang mempunyai sel glandula

    saja yang mampu menghasilkan minyak atsiri. Famili tumbuhan  Lauraceae, Myrtaceae,

     Rutaceae, Myristicaceae, Astereaceae, Apocynaceae, Umbeliferae, Pinaceae, Rosaceae, dan

     Labiateae dikenal sebagai kelompok tumbuhan penghasil minyak atsiri. Minyak atsiri sendiri

    sebenarnya merupakan salah satu produk metabolisme yang tergolong sebagai metabolit

    sekunder. Biasanya metabolit sekunder dibentuk dalam jumlah sedikit dan salah satu

    fungsinya adalah sebagai pertahanan tanaman terhadap adanya serangan dari luar seperti

    serangga atau mikroorganisme. Terkait dengan sifat mudah menguap, minyak atsiri yang

    dihasilkan tumbuhan akan menyebarkan aroma-aroma tertentu dari tumbuhan tersebut

    sehingga berpengaruh terhadap perilaku organisme di sekitar tumbuhan tersebut. Perilaku

    tersebut dapat bersifat negatif bagi tumbuhan, artinya organisme tertentu akan menyukai

    hidup pada tumbuhan yang mengeluarkan aroma tertentu atau bersifat positif yang

    menyebabkan organisme tertentu tidak menyukai atau hidup di sekitar tumbuhan tersebut

    (Darmawan, 2011). 

    II.1.3 Sifat – Sifat Minyak Atsiri

    Menurut Gunawan dan Mulyani (2004) sifat-sifat minyak atsiri ialah: Tersusun oleh

     bermacam macam komponen senyawa, Memiliki bau khas, umumnya bau ini mewakili bau

    tanaman asalnya. Mempunyai rasa getir, kadang kadang berasa tajam, menggigit, memberi

    kesan hangat sampai panas, atau dingin ketika terasa dibunga, tergantung dari jenis komponen

     penyusunnya. Dalam keadaan murni (belum tercemar oleh senyawa lain) mudah menguap

     pada suhu kamar, Bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah menjadi

    tengik (rancid ), Bersifat tidak stabil pada pengaruh lingkungan, baik berupa oksigen udara,

    sinar matahari dan panas, Indeks biasnya tinggi. Pada umumnya bersifat optis aktif dan

    memutar bidang polarisasi dengan rotasi yang spesifik dan tidak dapat bercampur dengan air,

    tetapi cukup larut hingga dapat memberikan baunya kepada air walaupun kelarutannya sangat

    kecil, Sangat mudah larut dalam pelarut organik . 

    II.1.4 Proses Produksi Minyak Atsiri

    Proses produksi minyak atsiri dapat ditempuh melalui 4 cara, yaitu:

    (1) Pengepresan ( pressing)

    (2) Ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction) 

    (3) Penyulingan (distillation)

    (4) Adsorbsi oleh lemak padat (enfleurasi)

    (Ketaren,1985) 

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    11/42

     

    Bab II Tinjauan Pustaka

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    II-3

    Penyulingan merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk mendapatkan

    minyak atsiri. Penyulingan dilakukan dengan mendidihkan bahan baku di dalam ketel suling

    sehingga terdapat uap yang diperlukan untuk memisahkan minyak atsiri dengan cara

    mengalirkan uap jenuh dari ketel pendidih air (boiler ) ke dalam ketel penyulingan

    (Ketaren,1985). 

    Penyulingan adalah metoda ekstraksi yang tertua dalam pengolahan minyak atsiri.

    Metoda ini cocok untuk minyak atsiri yang tidak mudah rusak oleh panas, misalnya minyak

    cengkeh, nilam, sereh wangi, pala, akar wangi dan jahe.

    Dalam industri minyak atisiri dikenal 3 macam metode penyulingan yaitu :

    (1) Penyulingan dengan air (water distillation)

    (2) Penyulingan dengan air-uap (water and steam distillation)

    (3) Penyulingan dengan uap langsung (steam distillation)

    (Ketaren,1985) 

    Pada proses penyulingan ini, tekanan, suhu, laju alir, dan lama penyulingan diatur

     berdasarkan jenis komoditi. Lama penyulingan sangat bervariasi mulai dari 3-5 jam untuk

    sereh wangi, 5 –  8 jam untuk minyak nilam dan cengkeh, 10 –  14 jam untuk minyak pala, dan

    10-16 jam untuk minyak akar wangi bergantung kepada jenis bahan baku (basah / kering),

     penggunaan tekanan dan suhu penyulingan. Tekanan uap yang tinggi dapat menyebabkan

    dekomposisi pada minyak, oleh karena itu penyulingan lebih baik dimulai dengan tekanan

    rendah, kemudian meningkat secara bertahap sampai pada akhir proses. Selama proses

     penyulingan, uap air yang terkondensasi dan turun ke dasar ketel harus dibuang secara

     periodik melalui keran pembuangan air untuk mencegah pipa uap berpori terendam, karena

    hal ini dapat menghambat aliran uap dari boiler ke ketel suling Pada permulaan penyulingan,

    hasil sulingan sebagian besar terdiri dari komponen minyak yang bertitik didih rendah,

    selanjutnya disusul dengan komponen yang bertitik didih lebih tinggi dan pada saat mendekati

    akhir penyulingan jumlah minyak dalam hasil sulingan akan bertambah kecil. Proses

     penyulingan minyak dapat dipercepat dengan menaikkan suhu dan tekanan atau menggunakan

    sistim “superheated steam”.

    Akan tetapi hal ini hanya dapat dilakukan terhadap minyak atsiri yang sukar

    mengalami dekomposisi pada suhu yang lebih tinggi. Ekstraksi minyak atsiri dengan cara

     penyulingan mempunyai beberapa kelemahan, yaitu :

      Tidak baik digunakan terhadap beberapa jenis minyak yang mengalami kerusakan

    oleh adanya panas dan air.

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    12/42

     

    Bab II Tinjauan Pustaka

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    II-4

      Minyak atsiri yang mengandung fraksi ester akan terhidrolisa karena adanya air dan

     panas.

      Komponen minyak yang larut dalam air tidak dapat diekstrak.

     

    Komponen minyak yang bertitik didih tinggi yang menentukan bau wangi danmempunyai daya fiksasi terhadap bau sebagian tidak ikut tersuling dan tetap tertinggal

    dalam bahan.

      Bau wangi minyak yang dihasilkan sedikit berubah dari bau wangi alamiah.

    Pengepresan dilakukan dengan memberikan tekanan pada bahan menggunakan suatu

    alat yang disebut hydraulic  atau expeller pressing. Beberapa jenis minyak yang dapat

    dipisahkan dengan cara pengepresan adalah minyak almond, lemon, kulit jeruk, dan jenis

    minyak atsiri lainnya.

    Ekstraksi minyak atsiri menggunakan pelarut, cocok untuk mengambil minyak bunga

    yang kurang stabil dan dapat rusak oleh panas. Pelarut yang dapat digunakan untuk

    mengekstraksi minyak atsiri antara lain kloroform, alkohol, aseton, eter, serta lemak.

    Sedangkan enfleurasi digunakan khusus untuk memisahkan minyak bunga-bungaan, untuk

    mendapatkan mutu dan rendemen minyak yang tinggi.

    Untuk mempermudah proses penyulingan minyak atsiri dapat dilakukan perlakuan

     pendahuluan (penanganan bahan baku) dengan beberapa cara seperti :

    Pengeringan

    Pengeringan dapat mempercepat proses ekstraksi dan memperbaiki mutu minyak,

    namun selama pengeringan kemungkingan sebagian minyak akan hilang karena penguapan

    dan oksidasi oleh udara. Beberapa jenis bahan baku tidak perlu dikeringkan, seperti jahe,

    lajagoan, dan bahan lain yang disuling dalam keadaan segar untuk mencegah kehilangan

    aroma yang diinginkan.

    Pencucian

    Pencucian biasanya dilakukan untuk bahan-bahan yang berasal dari tanah seperti akar

    wangi dan rimpang. Tujuannya adalah untuk membersihkan bahan dari kotoran yang

    menempel, mencegah hasil minyak agar tidak kotor, dan efisiensi pemuatan bahan dalam

    ketel suling.

    Perajangan

    Perajangan bertujuan untuk memudahkan penguapan minyak atsiri dari bahan,

    memperluas permukaan suling dari bahan dan mengurangi sifat kamba. Pada umumnya

     perajangan dilakukan pada ukuran 20  –   30 cm. Perlakuan ini mempunyai komponen yang

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    13/42

     

    Bab II Tinjauan Pustaka

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    II-5

    sama yang berbeda adalah kadar atsiri yang dihasilkan dan rendemen pada minyak pala

    (Ketaren,1985). 

    II.1.5 Minyak Atsiri Jahe

    Jahe (Zingiber officinale (L.) Rosc.) mempunyai kegunaan yang cukup beragam,

    antara lain sebagai rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun sebagai obat (Bartley dan

    Jacobs 2000). Secara tradisional, kegunaannya antara lain untuk mengobati penyakit rematik,

    asma, stroke, sakit gigi, diabetes, sakit otot, tenggorokan, kram, hipertensi, mual, demam dan

    infeksi (Hernani, 2011) . 

    Berdasarkan bentuk, warna, dan ukuran rimpang, ada 3 jenis jahe yang dikenal, yaitu

     jahe putih besar/jahe badak, jahe putih kecil atau emprit dan jahe sunti atau jahe merah.

    Secara umum, ketiga jenis jahe tersebut mengandung pati, minyak atsiri, serat, sejumlah kecil

     protein, vitamin, mineral, dan enzim proteolitik yang disebut zingibain (Hernani, 2011). 

    Menurut penelitian Hernani dan Hayani (2001), jahe merah mempunyai kandungan

     pati (52,9%), minyak atsiri (3,9%) dan ekstrak yang larut dalam alkohol (9,93%) lebih tinggi

    dibandingkan jahe emprit (41,48, 3,5 dan 7,29%) dan jahe gajah (44,25, 2,5 dan 5,81%). Nilai

    nutrisi dari 100 g jahe kering dengan kadar air 15% mempunyai komposisi 7,2-8,7 g, lemak

    5,5-7,3 g, abu 2,5-5,7 g, abu (4,53 g), besi (9,41 mg), kalsium (104,02 mg) dan fosfor (204,75

    mg).

    Komposisi kimia jahe sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain waktu

     panen, lingkungan tumbuh (ketinggian tempat, curah hujan, jenis tanah), keadaan rimpang

    (segar atau kering) dan geografi (Hernani, 2011).

    Rasa pedas dari jahe segar berasal dari kelompok senyawa gingerol, yaitu senyawa

    turunan fenol. Limpahan/komponen tertinggi dari gingerol adalah gingerol. Rasa 126 Status

    Teknologi Hasil Penelitian Jahe dari jahe kering berasal dari senyawa shogaol yang

    merupakan hasil dehidrasi dari gingerol. Di dalam jahe merah Indonesia senyawa gingerol

    dan shogaol yang ditemukaan adalah gingerol dan shogaol. Komponen kimia utama pemberi

    rasa pedas adalah keton aromatik yang disebut gingerol terdiri dari 6, 8 dan 10 gingerol. Jahe

    kering mempunyai kadar air 7-12%, minyak atsiri 1-3%, oleoresin 5-10%, pati 50-55% dan

    sejumlah kecil protein, serat, lemak sampai 7% (Hernani, 2011). 

    Adanya variasi komponen kimia dalam minyak atsiri jahe bukan saja dikarenakan

    varitasnya, tetapi kondisi agroklimat (iklim, musim, geografi) lingkungan, tingkat ketuaan,

    adaptasi metabolit dari tanaman, kondisi destilasi dan bagian yang dianalisa (Hernani, 2011).

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    14/42

     

    Bab II Tinjauan Pustaka

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    II-6

    Beberapa komponen kimia jahe, seperti gingerol, shogaol dan zingerone memberi efek

    farmakologi dan fisiologi seperti antioksidan, antiimflammasi, analgesik, antikarsinogenik,

    non-toksik dan non-mutagenik meskipun pada konsentrasi (Hernani, 2011).

    Minyak dalam ekstrak mengandung seskuiterpen, terutama zingiberen, monoterpen

    dan terpen teroksidasi. Oleoresin jahe mengandung lemak, lilin, karbohidrat, vitamin dan

    mineral. Oleoresin memberikan kepedasan aroma yang berkisar antara 4-7% dan sangat

     berpotensi sebagai antioksidan (Hernani, 2011).

    Hasil penelitian Puengphian dan Sirichote (2008), menunjukkan bahwa jahe segar

    (kadar air 94%), 17%-nya mempunyai kandungan gingerol 21,15 mg/g. Adanya pengeringan

     pada suhu 55 ± 2° C selama 11 jam 127 Status Teknologi Hasil Penelitian Jahe menghasilkan

    kadar air 11,54 ± 0,29% dengan kadar gingerol 18,81 mg/g (Hernani, 2011).

    II.1.6 Ekstraksi

    Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan

     bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan

    tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi

    komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang

     bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa

    mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang

    diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila

     padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang

    larut karena efektivitasnya (Utami, 2009).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:

     

    Tipe persiapan sampel

      Waktu ekstraksi

      Kuantitas pelarut

     

    Suhu pelarut

      Tipe pelarut

    Minyak dapat diekstraksi dengan perkolasi, imersi, dan gabungan perkolasi-imersi. Dengan

    metode perkolasi, pelarut jatuh membasahi bahan tanpa merendam dan berkontak dengan

    seluruh spasi diantara partikel. Sementara imersi terjadi saat bahan benar-benar terendam oleh

     pelarut yang bersirkulasi di dalam ekstraktor. Sehingga dapat disimpulkan:

     

    Dalam proses perkolasi, laju di saat pelarut berkontak dengan permukaan bahan selalu

    tinggi dan pelarut mengalir dengan cepat membasahi bahan karena pengaruh gravitasi.

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    15/42

     

    Bab II Tinjauan Pustaka

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    II-7

      Dalam proses imersi, bahan berkontak dengan pelarut secara periodeik sampai bahan

     benar-banar terendam oleh pelarut. Oleh karena itu pelarut mengalir perlahan pada

     permukaan bahan, bahkan saat sirkulasinya cepat.

      Untuk perkolasi yang baik, partikel bahan harus sama besar untuk mempermudah

     pelarut bergerak melalui bahan.

      Dalam kedua prosedur, pelarut disirkulasikan secara counter-current terhadap bahan.

    Sehingga bahan dengan kandungan minyak paling sedikit harus berkontak dengan

     pelarut yang kosentrasinya paling rendah.

    (Utami, 2009) 

    Metode perkolasi biasa digunakan untuk mengekstraksi bahan yang kandungan

    minyaknya lebih mudah terekstraksi. Sementara metode imersi lebih cocok digunakan untuk

    mengekstraksi minyak yang berdifusi lambat. Ekstraksi bahan makanan biasa dilakukan untuk

    mengambil senyawa pembentuk rasa bahan tersebut. Misalnya senyawa yang menimbulkan

     bau dan/atau rasa tertentu (Utami, 2009). 

    Gambar II.1.2 Ekstraksi soxhlet

    II.1.6.1 Ekstraksi Soxhlet

    Ada dua jenis ekstraktor yang lazim digunakan pada skala laboratorium, yaitu

    ekstraktor Soxhlet dan ekstraktor Butt. Pada ekstraktor Soxhlet, pelarut dipanaskan dalam

    labu didih sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian masuk ke kondensor melalui

     pipa kecil dan keluar dalam fasa cair. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong berisi

     padatan. Pelarut akan membasahi sampel dan tertahan di dalam selongsong sampai tinggi

     pelarut dalam pipa sifon sama dengan tinggi pelarut di selongsong. Kemudian pelarut

    seluruhnya akan menggejorok masuk kembali ke dalam labu didih dan begitu seterusnya.

    Peristiwa ini disebut dengan efek sifon (Utami, 2009). 

    Prinsip kerja ekstraktor Butt mirip dengan ekstraktor Soxhlet. Namun pada ekstraktorButt, uap pelarut naik ke kondensor melalui annulus di antara selongsong dan dinding dalam

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    16/42

     

    Bab II Tinjauan Pustaka

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    II-8

    tabung Butt. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong langsung lalu keluar dan masuk

    kembali ke dalam labu didih tanpa efek sifon. Hal ini menyebabkan ekstraksi Butt

     berlangsung lebih cepat dan berkelanjutan (rapid). Selain itu ekstraksinya juga lebih merata.

    Ekstraktor Butt dinilai lebih efektif daripada ekstraktor Soxhlet. Hal ini didasari oleh faktor

     berikut:

      Pada ekstraktor Soxhlet cairan akan menggejorok ke dalam labu setelah tinggi pelarut

    dalam selongsong sama dengan pipa sifon. Hal ini menyebabkan ada bagian sampel

    yang berkontak lebih lama dengan cairan daripada bagian lainnya. Sehingga sampel

    yang berada di bawah akan terekstraksi lebih banyak daripada bagian atas. Akibatnya

    ekstraksi menjadi tidak merata. Sementara pada ekstraktor Butt, pelarut langsung

    keluar menuju labu didih. Sampel berkontak dengan pelarut dalam waktu yang sama.

      Pada ekstraktor Soxhlet terdapat pipa sifon yang berkontak langsung dengan udara

    ruangan. Maka akan terjadi perpindahan panas dari pelarut panas di dalam pipa ke

    ruangan. Akibatnya suhu di dalam Soxhlet tidak merata. Sedangkan pada ekstraktor

    Butt, pelarut seluruhnya dilindungi oleh jaket uap yang mencegah perpindahan panas

     pelarut ke udara dalam ruangan.

    (Utami, 2009).

    II.1.7 Meningkatkan Rendemen

    Rendemen merupakan perbandingan jumlah (kuantitas) minyak yang dihasilkan dari

    ekstraksi tanaman aromatik. Adapun satuan yang digunakan adalah persen (%). Semakin

    tinggi nilai rendemen menunjukkan bahwa minyak atsiri yang dihasilkan semakin besar.

    Dengan semakin besarnya jumlah minyak, pendapatan sebuah pengusaha minyak atsiri pun

    akan semakin besar. Peningkatan rendemen minyak yang dihasilkan dapat dilakukan dari dua

     pendekatan, yaitu dari proses budi daya dan proses pembuatan minyak. Sementara faktor yang

    harus diperhatikan untuk mendapatkan nilai tinggi setelah proses ekstraksi adalah

    mempertahankan mutu (kualitas) minyak, bukan lagi masalah rendemen. Semakin tinggi

    rendemen, biasanya minyak belum memenuhi syarat mutu yang baik. Sementara minyak

     bermutu baik biasanya ditandai dengan jumlah rendemen yang sedikit (Najib, 2011).

    II.1.8 Menjaga Mutu Minyak Atsiri

    Untuk mengetahui karakteristik minyak asiri yang dihasilkan terdapat beberapa uji

    yang dapat dilakukan, yaitu berat jenis (densitas), indeks bias, putaran optik, bilangan asam,

    dan kelarutan dalam alkohol. Uji inilah yang akan menentukan tingkat kelayakan minyak

    untuk menyandang gelar “minyak murni (asli)” atau sebaliknya. Beberapa Uji yang bisa dilakukan adalah :

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    17/42

     

    Bab II Tinjauan Pustaka

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    II-9

    1.  Berat jenis

     Nilai berat jenis (densitas) minyak atsiri merupakan perbandingan antara berat minyak

    dengan berat berat air pada volume air yang sama dengan volume minyak. Semakin

     besar fraksi berat yang terkandung dalam minyak, semakin besar pula nilai

    densitasnya.

    2.  Indeks bias

    Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan

    kecepatan cahaya di dalam zat tersebut pada suhu tertentu. Minyak atsiri dengan

    indeks bias besar lebih bagus dibandingkan minyak atsiri dengan nilai indeks bias

    kecil.

    3. 

    Putaran optik

    Sifat optik minyak atsiri ditentukan dengan menggunakan alat polarimeter.

    Pengukuran parameter ini sangat menentukan kriteria kemurnian suatu minyak atsiri.

    4. 

    Bilangan asam

    Bilangan asam menunjukkan kadar asam bebas dalam minyak atsiri. Bilangan asam

    yang semakin besar dapat mempengaruhi kualitas, di antaranya mengubah bau khas

    minyak atsiri.

    5.  Kelarutan dalam alkohol

    Alkohol dapat larut dalam minyak atsiri maka pada komposisi minyak atsiri yang

    dihasilkan tersebut terdapat komponen-komponen terpen teroksigenasi. Semakin kecil

    kelarutan minyak atsiri pada alkohol (biasanya alkohol 90%) maka kualitas minyak

    atsirinya semakin baik.

    (Marwati, 2010)

    II.1.9 Pemurnian minyak atsiri

    Proses pemurnian bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, yaitu secara

    fisika dan kimia. Hal ini terkait dengan sifat minyak atsiri yang terdiri dari berbagai

    komponen kimia dan secara alami terbentuk pada tanaman sesuai dengan tipe komponen yang

     berbeda dari setiap tanaman. Proses pemurnian secara fisika bisa dilakukan dengan

    mendistilasi ulang minyak atsiri yang dihasilkan (redestillation) dan distilasi fraksinasi

    dengan pengurangan tekanan. Untuk proses secara kimia dengan 1) adsorpsi menggunakan

    adsorben tertentu seperti bentonit, arang aktif, zeolit, 2) menghilangkan senyawa terpen

    (terpeneless) untuk meningkatkan efek flavoring, sifat kelarutan dalam alkohol encer,

    kestabilan dan daya simpan dari minyak, dan 3 ) larutan senyawa pembentuk kompleksseperti asam sitrat, asam tartarat .

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    18/42

     

    Bab II Tinjauan Pustaka

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    II-10

    Dalam proses secara fisika, yaitu metode redestilasi adalah menyuling ulang minyak

    atsiri dengan menambahkan air pada perbandingan minyak dan air sekitar 1:5 dalam labu

    destilasi, kemudian campuran didestilasi. Minyak yang dihasilkan akan terlihat lebih jernih.

    Hasil penyulingan ulang terhadap minyak nilam dengan metode redestilasi, ternyata dapat

    meningkatkan nilai transmisi (kejernihan) dari 4 % menjadi 83,4 %, dan menurunkan kadar

    Fe dari 509,2 ppm menjadi 19,60 ppm. Untuk distilasi fraksinasi akan jauh lebih baik karena

    komponen kimia dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Komponen kimia yang

    terpisah sesuai dengan golongannya (Darmawan, 2011). 

    II.1.10 Penyimpanan

    Minyak atsiri disimpan di dalam botol kaca yang berwarna gelap dan kering. Botol ini

    harus ditutup rapat. Jerigen plastik yang berkualitas tinggi juga dapat digunakan sebagai

    wadah penyimpan minyak atsiri (Sinaga, 2010). 

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    19/42

    III-1 

    BAB III

    METODOLOGI PERCOBAAN

    III.1 Variabel Percobaan

    1. 

    Variabel Kontrol : Ekstraksi 8 siklus, pelarut etanol, jahe emprit 100 gram

    2.  Variabel Manipulasi : Volume pelarut etanol 250 mL; 300 mL; 350 mL dan 400 mL

    3.  Variabel Terikat : Volume minyak dan kualitas minyak jahe

    III.2 Bahan yang Digunakan

    1.  NaOH 0,1 N

    2. 

    Etanol 96%

    3. 

    Etanol 70%

    4.  Indikator PP

    III.3 Alat yang Digunakan

    1.   Beaker Glass

    2.  Corong

    3. 

    Erlenmeyer

    4. 

    Gelas Ukur

    5.  Piknometer

    6. 

    Pipet

    7.  Refraktometer

    8.  Seperangkat alat distilasi

    9.  Seperangkat alat ekstraksi

    10. Tabung reaksi

    11. 

    Termometer12. Viskometer Ostwald

    III.4 Prosedur Percobaan

    III.4.1 Tahap Persiapan

    III.4.1.1 Tahap Pre Treatment 

    1.  Menimbang jahe emprit sebanyak 1500 gram

    2.  Mencuci bersih jahe emprit 1500 gram dengan air bersih.

    3. 

    Memotong jahe emprit hingga berukuran kecil

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    20/42

     

    Bab II Metodologi Percobaan

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    III-2

    4.  Mengeringkan jahe emprit yang telah dipotong

    5.  Menimbang jahe emprit yang telah kering.

    III.4.1.2 Tahap Analisa Kadar Air

    1.  Menimbang jahe emprit yang masih basah.

    2.  Mengeringkan jahe emprit.

    3.  Menimbang berat jahe emprit setelah dikeringkan.

    4.  Menghitung kadar air jahe emprit.

    Kadar air  100% basahBerat

    keringBerat- basahBerat  

    III.4.2 Tahap Percobaan

    III.4.2.1 Proses Ekstraksi Soxhlet

    1. 

    Menimbang jahe emprit kering sebanyak 100 gram.

    2.  Membungkus potongan kecil jahe emprit kering yang telah ditimbang dengan kertas

    saring.

    3.  Memasukkan potongan kecil jahe emprit kering yang telah dibungkus dengan kertas

    saring ke dalam soxhlet.

    4.  Memasukkan pelarut ke dalam labu soxhlet sebanyak 300 mL.

    5.  Memasang soxhlet pada alat ekstraksi soxhlet.

    6. 

    Mengalirkan air dalam kondensor.

    7.  Memanaskan dengan menggunakan pemanas elektrik hingga proses ekstraksi berjalan

    8 siklus dan menjaga temperatur antara 70-80°C.

    8. 

    Mengulangi langkah 1 sampai 8 dengan variabel volume etanol 400 mL.

    III.4.2.2 Proses Distilasi

    1.  Mengambil campuran pelarut dengan minyak yang ada dalam labu soxhlet dan

    memindahkannya ke dalam labu destilat.

    2. 

    Melakukan distilasi sampai pelarut tidak menetes.3.  Mengukur volume minyak yang tertinggal didalam labu distilasi dengan menggunakan

    gelas ukur.

    III.4.3 Tahap Analisa Produk 

    III.4.3.1. Analisa Densitas

    1.  Menimbang piknometer kosong 5 mL menggunakan timbangan elektrik.

    2.  Memasukkan minyak hasil distilasi ke dalam piknometer 5 mL.

    3. 

    Menimbang minyak menggunakan timbangan elektrik.4.  Menghitung densitas minyak.

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    21/42

     

    Bab II Metodologi Percobaan

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    III-3

    ρVolume

     kosong piknoBerat-isi piknoBerat  

    III.4.3.2. Analisa Viskositas

    1.  Memasukkan minyak atsiri yang dihasilkan ke dalam viscometer ostwald sebanyak 5

    mL.

    2. 

    Menghisap cairan menggunakan pipa hisap hingga melewati batas atas pada

    viscometer Ostwald.

    3.  Membiarkan cairan mengalir kebawah hingga tepat pada batas atas.

    4.  Mencatat waktu yang diperlukan larutan untuk mengalir dari batas atas ke batas bawah

    dengan stopwatch. 

    5.  Menghitung viskositas minyak.

    minyak tminyakρ

    air tairρ

    minyak η

    air η

     

    III.4.3.3 Analisa Indeks bias

    1.  Mengalirkan air melalui refraktometer agar alat ini berada pada suhu pembacaan akan

    dilakukan.

    2. 

    Menstabilkan suhu minyak sebelum dan sesudah pengukuran.

    3.  Melakukan pengukuran bila suhu sudah stabil dengan menggunakan refraktometer.

    4. 

    Mencatat hasil.

    III.4.3.4 Analisa Bilangan asam

    1.  Mengambil 10 gram minyak jahe emprit dalam erlenmeyer.

    2.  Menambahkan 50 mL alkohol dan memanaskan hingga pada suhu 60oC.

    3. 

    Menambahkan 2 tetes Indikator PP.

    4.  Menitrasi dengan larutan NaOH 0,1N hingga berubah warna menjadi merah muda.

    5.  Mencatat volume NaOH dan menghitung bilangan asam.

    %100W

      NaOHBMx NxvasamBilangan  

    III.4.3.5 Analisa Kelarutan Minyak dalam Alkohol

    1.  Mengambil 1 mL minyak jahe emprit ke dalam tabung reaksi.

    2.  Menambahkan alkohol 70% dan kocok sebentar.

    3.  Mengamati perubahan minyak.

    4.  Menambahkan sedikit demi sedikit alkohol 70% hingga minyak berubah menjadi

     jernih.

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    22/42

     

    Bab II Metodologi Percobaan

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    III-4

    III.4.3.6 Menghitung Rendemen

    Menghitung rendemen dengan menggunakan rumus :

    %100diolahsebelum bahan jumlah

    dihasilkanyangminyak jumlah(%)Rendemen

     

    III.5 Diagram Alir

    III.5.1 Tahap Persiapan

    Mencuci bersih jahe emprit 1500 gram dengan air bersih

    Mulai

    Selesai

    Memotong jahe emprit hingga berukuran kecil

    Mengeringkan jahe emprit yang telah dipotong

    Menimbang jahe emprit sebanyak 1500 gram

    Menimbang jahe emprit yang telah kering

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    23/42

     

    Bab II Metodologi Percobaan

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    III-5

    III.5.2 Tahap Ekstraksi

    Menimbang jahe emprit kering sebanyak 100 gram 

    Membungkus potongan kecil jahe emprit kering yang telah ditimbang dengan

    kertas saring 

    Memasukkan potongan kecil jahe emprit kering yang telah dibungkus dengankertas saring ke dalam soxhlet.

    Mulai

    Memasukkan pelarut ke dalam labu soxhlet sebanyak 250 mL

    Selesai

    Memasang soxhlet pada alat ekstraksi soxhlet

    Memanaskan dengan menggunakan pemanas elektrik hingga proses ekstraksi

     berjalan 8 siklus dan menjaga temperatur antara 70-80°C.

    Mengalirkan air dalam kondensor.

    Mengulangi langkah 1 sampai 8 dengan variabel volume etanol 300,350, dan

    400 mL.

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    24/42

     

    Bab II Metodologi Percobaan

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    III-6

    III.5.3 Tahap Distilasi

    III.5.3.4 Tahap Analisa

    1.  Analisa densitas minyak

    Mengambil campuran pelarut dengan minyak yang ada dalam labu soxhlet

    dan memindahkannya ke dalam labu destilat.

    Mulai

    Melakukan distilasi sampai pelarut tidak menetes.

    Mengukur volume minyak yang tertinggal didalam labu distilasi dengan

    menggunakan gelas ukur.

    Selesai

    Menimbang piknometer kosong 5 mL menggunakan timbangan elektrik.

    Memasukkan minyak hasil distilasi ke dalam piknometer 5 mL.

    Menimbang minyak menggunakan timbangan elektrik.

    Mulai

    Selesai

    Menghitung densitas minyak.

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    25/42

     

    Bab II Metodologi Percobaan

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    III-7

    2.  Analisa Viskositas

    3.  Analisa Indeks Bias

    Memasukkan minyak atsiri yang dihasilkan ke dalam viscometer

    ostwald seban ak 5 mL.

    Menghisap cairan menggunakan pipa hisap hingga melewati batas atas

     pada viscometer Ostwald.

    Membiarkan cairan men alir kebawah hin a te at ada batas atas.

    Mencatat waktu yang diperlukan larutan untuk mengalir dari batas atas

    ke batas bawah dengan stopwatch.

    Mulai

    Selesai

    Menghitung viskositas minyak.

    Mengalirkan air melalui refraktometer agar alat ini berada pada suhu

     pembacaan akan dilakukan.

    Menstabilkan suhu minyak sebelum dan sesudah pengukuran.

    Melakukan pengukuran bila suhu sudah stabil dengan menggunakan

    refraktometer.

    Mencatat hasil.

    Mulai

    Selesai

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    26/42

     

    Bab II Metodologi Percobaan

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    III-8

    4. Analisa Bilangan Asam

    5. Analisa Kelarutan Minyak dalam Alkohol

    Mengambil 10 gram minyak jahe emprit dalam erlenmeyer.

    Menambahkan 50 mL alkohol 70% dan dan memanaskan hingga pada

    suhu 60oC.

    Menambahkan 2 tetes Indikator PP.

    Menitrasi dengan larutan NaOH 0,1N hingga berubah warna menjadi

    merah muda.

    Mulai

    Selesai

    Mencatat volume NaOH dan menghitung bilangan asam. 

    Mulai

    Mengambil 1 mL minyak jahe emprit ke dalam tabung reaksi.

    Menambahkan alkohol 70% dan kocok sebentar.

    Mengamati perubahan minyak.

    Selesai

    Menambahkan sedikit demi sedikit alkohol 70% hingga minyak

     berubah menjadi jernih.

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    27/42

     

    Bab II Metodologi Percobaan

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    III-9

    III.6 Gambar Alat

    III.6.1 Tahap Pre Treatment 

    III.6.2 Tahap Ekstraksi

    Jahe sebelum dicuci

    Mencuci JaheMen erin kan Jahe

    Memotong Jahe

     pada ukuran kecil

    Menyiapkan Labu

    destilat

    Memasang Termometer

    dan memasukkan pelarut

    Memasukan bahan dalam prosesdan mengekstraksi bahan.

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    28/42

     

    Bab II Metodologi Percobaan

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    III-10

    III.6.2 Tahap Distilasi

    III.6.3 Tahap Analisa Viskositas

    III.6.4 Tahap Analisa Densitas

    Mengambil minyak jahe

    dan memasukkannya

    kedalam viskometer

    Menarik minyak jahe hingga ke batas atas garis,

    kemudian membiarkannya turun dan mencatat

    waktunya

    Menimbang piknometer

    kosong

    Mengambil minyak jahe

    dan memasukkannya ke

    dalam piknometer

    Menimbang kembali

     piknometer yang telah

    diisi oleh minyak jahe

    Melakukan proses disitilasi pada minyak hasil ekstraksi hingga pelarut tidak

    menetes dengan menjaga suhu sebesar 70-800C

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    29/42

     

    Bab II Metodologi Percobaan

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    III-11

    III.6.4 Tahap Analisa Angka Asam

    III.6.4 Tahap Analisa Kelarutan dalam Alkohol

    Menimbang hasil

    ekstraksi Jahe sebanyak

    10 gram

    Menambahkan etanol 50 ml

    dan memanaskannya hingga

    suhu 600C selama 10 menit.

    Menambahkan 2 tetes PP

    kedalam larutan.

    Melakukan titrasi dengan

    menggunakan larutan NaOH 0,1 N

    hingga berubah menjadi merah muda

    Menyiapkan 1 ml minyak kedalam tabung reaksi

    Menambahkan etanol 70%sedikit demi sedikit

    Menambahkan etanol 70%hinnga menjadi bening

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    30/42

    IV-1 

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    IV.1 Hasil Percobaan

    Tabel IV.1 Hasil Analisa Minyak Jahe 

    KarakteristikVolume Pelarut Etanol (mL)

    ISO 7355250 300 350 400

    Bau Bau jahe masih

    menyengat

    Bau jahe masih

    menyengat

    Bau jahe masih

    menyengat

    Bau jahe masih

    menyengat-

    Warna Kuning keruh kuning Kuning keruh Kuning -

    Berat Jenis 0,98 0,93 0,99 0,96 0.870-0.890

    Viskositas 1,4986 1,1452 1,6732 1,3485 -

    Indeks Bias 1,343 1,345 1,344 1,347 1.480-1.490

    Kelarutan dalam

    Etanol 70%

    1:30 1:20 1:40 1:30 Larut 1:4 (90%

    alkohol)

    Bilangan Asam 0,8 0,72 1,8 14,6 2.00-5.00

    Rendemen 39% 68% 50% 61% -

    IV.2 Pembahasan

    IV.2.1 Uji Bau

    Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan untuk bau jahe dominan pada hasil

    ekstraksi untuk semua variasi volume pelarut etanol yang digunakan baik 250, 300, 350,

    maupun 450 mL etanol. Bau jahe yang berasal dari hasil distilasi cenderung memiliki bau jahe

    emprit yang kuat dan pedas. Hasil ini sesuai dengan literatur yang menyatakan minyak atsiri

     jahe berbentuk cairan kental berwarna kehijauan sampai kuning dan berbau harum khas jahe

    (Hakim, 2015).

    IV.2.2 Warna

    Warna dari minyak jahe yang dihasilkan dengan menggunakan pelarut etanol 300 mL

    dan 400 mL adalah cenderung jernih dan terlihat berwarna kuning kecoklatan. Untuk pelarut

    etanol 250 mL dan 350 mL dihasilkan yang kuning kecoklatan dan keruh. Hal ini tidak sesuai

    dengan literatur yang menyebutkan bahwa minyak jahe hasil ekstraksi seharusnya memiliki

    warna bening hingga kuning tua (Kurniasari, 2008).

    Ketidaksesuaian ini terjadi dikarenakan penggunaan pelarut etanol yang dapat melarutkan

     pigmen-pigmen serta sari yang terdapat dalam jahe emprit kering sehingga membuat warna dari

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    31/42

     

    Bab II Metodologi Percobaan

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    IV-2

    minyak atsiri jahe yang dihasilkan dari proses ekstraksi dan destilasi menjadi berwarna kuning

    keruh dan kuning kecoklatan.

    Gambar IV.1 Hasil Ekstraksi Jahe untuk volume pelarut 250 mL (A), 300 mL (B), 350 mL (C)

    dan 400 mL (D)

    IV.2.3 Densitas

    Dari hasil percobaan analisa densitas minyak atsiri jahe, didapatkan grafik hubungan

    antara pelarut etanol dengan densitas minyak sebagai berikut :

    Grafik IV.1 Hubungan antara Volume Pelarut Etanol dan Densitas Minyak Atsiri Jahe

    Berdasarkan hasil percobaan didapatkan densitas dari minyak atsiri jahe dengan variabel

    volume pelarut etanol dari 250 mL; 300 mL; 350 mL dan 400 mL berturut-turut adalah 0,98

    gram/mL; 0,93 gram/mL; 0,99 gram/mL dan 0,96 gram/mL. Dari grafik IV.1 didapatkan hasil

    grafik hubungan antara volume pelarut etanol dan densitas minyak atsiri jahe yang mengalami

    fluktuatif. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa nilai berat jenis dan

     persen rendemen cenderung naik dengan bertambahnya volume pelarut (Aziz, 2009).

    Ketidaksesuaian ini dikarenakan pada proses destilasi suhu yang digunakan sekitar 65 – 69oC,

    sehingga masih terdapat kandungan pelarut etanol di dalam minyak. Serta lama proses destilasi

    yang dilakukan kurang maksimal.

    0,92

    0,93

    0,94

    0,95

    0,96

    0,97

    0,98

    0,99

    1

    200 250 300 350 400 450

       D  e  n  s   i   t  a  s   (  g  r   /  m   L   )

    Volume Pelarut (mL)

    B DCA

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    32/42

     

    Bab II Metodologi Percobaan

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    IV-3

     Nilai densitas minyak atsiri jahe yang dihasilkan dengan variabel pelarut etanol 250 mL;

    300 mL; 350 mL dan 400 mL tidak sesuai dengan standar ISO 7355 yang menyatakan bahwa

    nilai densitas dari minyak atsiri jahe yaitu sebesar 0,87-0,89 gram/mL. Ketidaksesuaian ini

    dapat disebabkan kandungan pelarut etanol yang masih terikut di dalam minyak serta sifat

    etanol yang dapat mengikat air sehingga mengakibatkan nilai densitas yang dihasilkan berada

    di atas standar yang telah ditentukan.

     Nilai densitas yang paling optimum atau mendekati dengan standar ISO 7355 pada

     percobaan adalah pada penggunaan variabel volume pelarut etanol 300 mL dengan nilai

    densitas yang mendekati standar yaitu 0,93 gram/mL, hal ini dapat disebabkan karena volume

    etanol yang terkandung dalam minyak jahe sedikit serta air yang terikat tidak terlalu banyak,

    hal ini dapat terlihat dari warna minyak jahe yang sesuai dengan warna minyak jahe yang

    sesungguhnya yaitu berwarna bening hingga kuning tua.

    IV.2.4 Viskositas

    Dari hasil percobaan analisa viskositas minyak atsiri jahe, didapatkan grafik hubungan

    antara pelarut etanol dengan densitas minyak sebagai berikut : 

    Grafik IV.2 Hubungan antara Volume Pelarut Etanol dan Viskositas Minyak Atsiri Jahe

    Berdasarkan hasil percobaan didapatkan densitas dari minyak atsiri jahe dengan variabel

    volume pelarut etanol dari 250 mL; 300 mL; 350 mL dan 400 mL berturut-turut adalah 1,4986

    cP; 1,1452 cP; 1,6732 cP dan 1,3485 cP. Dari grafik IV.2 didapatkan hasil grafik hubungan

    antara volume pelarut etanol dan viskositas minyak atsiri jahe mengalami fluktuatif. Hubungan

    antara viskositas dan densitas adalah berbanding lurus sehingga hal ini tidak sesuai dengan

    literatur yang menyebutkan bahwa bahwa nilai berat jenis dan persen rendemen cenderung

    naik dengan bertambahnya volume pelarut (Aziz, 2009). Hal ini disebabkan oleh proses destilasi

    1

    1,1

    1,2

    1,3

    1,4

    1,5

    1,6

    1,7

    1,8

    200 250 300 350 400 450

       V   i  s   k  o  s   i   t  a  s   (  c  p   )

    Volume Pelarut (mL)

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    33/42

     

    Bab II Metodologi Percobaan

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    IV-4

    suhu yang digunakan sekitar 65 – 69oC, sehingga masih terdapat kandungan pelarut etanol di

    dalam minyak. Serta lama proses destilasi yang dilakukan kurang maksimal.

     Nilai viskositas yang paling optimum pada percobaan adalah pada penggunaan variabel

    volume pelarut etanol 300 mL dengan nilai sebesar 1,1452 cP. Hal ini dapat disebabkan karena

    volume etanol yang terkandung dalam minyak jahe sedikit serta air yang terikat tidak terlalu

     banyak, hal ini dapat terlihat dari warna minyak jahe yang sesuai dengan warna minyak jahe

    yang sesungguhnya yaitu berwarna bening hingga kuning tua. 

    IV.2.5 Indeks bias

    Dari hasil percobaan analisa indeks bias minyak atsiri jahe, didapatkan grafik hubungan

    antara pelarut etanol dengan densitas minyak sebagai berikut : 

    Grafik IV.3 Hubungan antara Volume Pelarut Etanol dan Indeks Bias Minyak Atsiri Jahe

    Berdasarkan hasil percobaan didapatkan densitas dari minyak atsiri jahe dengan variabel

    volume pelarut etanol dari 250 mL; 300 mL; 350 mL dan 400 mL berturut-turut adalah 1,343;

    1,345; 1,344; 1,347. Dari grafik IV.3 didapatkan hasil grafik hubungan antara volume pelarut

    etanol dan indeks bias minyak atsiri jahe yang mengalami kenaikan seiring dengan penambahan

     pelarut etanol. Indeks bias berguna untuk identifikasi suatu zat dan deteksi ketidakmurnian

    suatu minyak. Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indeks biasnya.

    Hal ini disebabkan karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang.

    Sehingga minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih memiliki kualitas yang baik

    dibandingkan dengan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil (Silalahi, 2010). 

     Nilai indeks bias minyak atsiri jahe yang dihasilkan dengan variabel pelarut etanol 250

    mL; 300 mL; 350 mL dan 400 mL tidak sesuai dengan standar ISO 7355 yang menyatakan bahwa nilai indeks bias dari minyak atsiri jahe yaitu sebesar 1,48-1,49. Ketidaksesuaian ini

    1,3

    1,31

    1,32

    1,33

    1,34

    1,35

    1,36

    1,37

    1,38

    1,39

    1,4

    200 250 300 350 400 450

       I  n   d  e   k  s   B   i  a  s

    Volume Pelarut (mL)

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    34/42

     

    Bab II Metodologi Percobaan

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    IV-5

    dapat disebabkan kandungan air yang berada di dalam minyak cukup banyak. Kandungan air

    tersebut didapatkan pada saat proses ekstraksi, dimana pelarut yang digunakan bersifat

    mengikat air sehingga hal tersebut mengakibatkan nilai indeks bias yang dihasilkan lebih kecil

    dari standar yang telah ditetapkan.

     Nilai indeks bias yang paling optimum pada percobaan atau yang mendekati dengan

    standar ISO 7355 adalah pada penggunaan variabel volume pelarut etanol 400 mL dengan nilai

    sebesar 1,347. Hal ini dapat disebabkan karena kandungan air yang terkandung dalam minyak

     jahe sedikit sehingga indeks bias atau kemurnian dari minyak atsiri yang dihasilkan lebih baik.

    IV.2.6 Kelarutan dalam Etanol 70%

    Dari hasil percobaan analisa kelarutan minyak atsiri jahe dalam alkohol, didapatkan

    grafik hubungan antara volume pelarut etanol dengan kelarutan minyak dalam alkohol sebagai

     berikut : 

    Grafik IV.4 Hubungan antara Volume Pelarut Etanol dan Kelarutan Minyak Atsiri Jahe dalam

    Alkohol 70%

    Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa kelarutan minyak dalam alkohol untuk berbaagai

    varian volume pelarut etanol dari 250 mL hingga 400 mL berturut-turut adalah 1:30; 1:20; 1:40;

    1:30. Hasil tersebut menunjukan bahwa kelarutan minyak jahe dalam etanol 70% cenderung

    mengalami fluktuatif. Nilai kelarutan dalam alkohol mengalami penurunan yaitu pada volume

     pelarut 300 mL sebesar 20 mL dan pada volume pelarut 400 mL sebesar 30 mL. Hal ini seuai

    dengan literatur Aziz (2009), yang menjelaskan bahwa nilai kelarutan dalam alkohol cenderung

    naik dengan bertambahnya volume pelarut.

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    200 250 300 350 400 450

       V   o    l   u   m   e

       E   t    h   a   n   o    l   7   0   %

        (   m   L    )

    Volume Pelarut (mL)

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    35/42

     

    Bab II Metodologi Percobaan

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    IV-6

    Jika kelarutan dalam alkohol dari percobaan dibandingkan dengan standar yaitu ISO 7355

    didapatkan hasil percobaan tidak sesuai dengan standar yang menyatakan kelarutan dalam

    alkohol minyak jahe yaitu, 1:5 mL. Namun, kelarutan dalam alkohol hasil percobaan memiliki

    nilai yang mendekati standar yaitu kelarutan dalam alkohol minyak jahe dengan volume pelarut

    300 mL yaitu 1:20.

    Hasil dari analisa minyak jahe belum sesuai dengan standar yang ditetapkan. Hal ini dapat

    disebabkan karena etanol merupakan pelarut yang ikut melarutkan pigmen-pigmen yang

    terkandung pada jahe emprit. Hal tersebut mengakibatkan hasil analisa kelarutan dalam alkohol

    yang didapatkan belum sesuai standar.

     Namun, untuk volume pelarut etanol 300 mL memiliki kelarutan dalam alkohol yang

    mendekati standar yaitu 1:20, hal ini dapat disebabkan karena warna minyak jahe ini cenderung

    sesuai dengan warna minyak jahe yang sesungguhnya yaitu berwarna bening hingga kuning

    tua. Sedangkan, warna minyak jahe yang dihasilkan pada volume pelarut 300 mL berwarna

    kuning kecoklatan yang menunjukan bahwa pigmen dari jahe emprit yang terlarut oleh pelarut

    etanol tidak berjumlah besar sehingga hasil kelarutan dalam alkohol yang dihasilkan mendekati

    standar yang ada.

    IV.2.7 Angka Asam

    Grafik IV.5 Hubungan antara Volume Pelarut dan Angka Asam

    Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa angka asam untuk berbagai variansi volume

     pelarut etanol dari 250 mL hingga 400 mL berturut-turut adalah 0,8; 0,72; 1,8; 14,6. Hasil

    tersebut menunjukan bahwa angka asam minyak jahe yang dihasilkan cenderung meningkat.

     Namun, angka asam minyak mengalami penurunan pada volume 300 mL sebesar 0,72. Hal ini

    tidak sesuai dengan literatur Sastroamidjojo (2004), yang menjelaskan bahwa bilangan asam

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    200 250 300 350 400 450

       A   n   g    k   a   A   s   a   m

    Volume Pelarut (mL)

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    36/42

     

    Bab II Metodologi Percobaan

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    IV-7

     pada saat penggunaan pelarut pada minyak atsiri lebih besar dari pada tanpa menggunakan

     pelarut. 

    Jika angka asam dari percobaan dibandingkan dengan standar yaitu ISO 7355 didapatkan

    hasil percobaan tidak sesuai dengan standar yang menyatakan angka asam minyak jahe yaitu,

    2-5. Namun, angka asam hasil percobaan memiliki nilai yang mendekati standar yaitu angka

    asam dari minyak jahe dengan volume pelarut 350 mL yaitu 1,8.

    Hasil dari analisa minyak jahe belum sesuai dengan standar yang ditetapkan. Hal ini dapat

    disebabkan karena minyak masih mengandung volume etanol yang masih belum menguap,

    selain itu etanol adalah pelarut yang mengikat air. Etanol juga merupakan pelarut yang ikut

    melarutkan pigmen-pigmen yang terkandung pada jahe emprit. Hal tersebut mengakibatkan

    distilat yang dihasilkan tidak sepenuhnya minyak sehingga hasil analisa angka asam yang

    didapatkan belum sesuai standar.

    IV.2.8 Rendemen

    Grafik IV.4 Hubungan Antara Volume Pelarut Dan Rendemen

    Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa rendemen minyak jahe hasil dari percobaan

    mengalami fluktuasi. Data di atas menunjukkan bahwa rendemen yang dihasilkan dari

     percobaan yang dilakukan relatif tinggi, hal ini tidak sesuai dari literatur yang menyatakan

     bahwa kandungan minyak pada jahe emprit sebesar 1.5-3% (Kurniasari, 2008).

    Hasil dari analisa minyak jahe belum sesuai dengan literatur yang ada. Hal ini dapat

    disebabkan karena minyak masih mengandung volume etanol yang masih belum menguap,

    selain itu etanol adalah pelarut yang mengikat air. Hal tersebut mengakibatkan distilat yang

    dihasilkan tidak sepenuhnya minyak sehingga hasil analisa densitas yang didapatkan belum

    sesuai standar.

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    200 250 300 350 400 450

       R   e   n    d   e   m   e

       n    (   %    )

    Volume Pelarut (mL)

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    37/42

     

    Bab II Metodologi Percobaan

    LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOFUEL, ATSIRI DAN NABATIPROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIAFTI - ITS

    IV-8

    IV.2.9 Variabel Optimum

    Dari keempat variabel volume pelarut yaitu 250 mL; 300 mL; 350 mL; dan 400 mL

    maka didapatkan bahwa variabel 2 (volume pelarut 300 mL) adalah yang paling optimum

    dengan hasil analisa sebagai berikut densitas (0,93 gr/mL), viskositas (1,1452 cP), indeks bias

    (1,345), kelarutan dalam alkohol (1 : 20), bialngan asam (0,72) dan rendemen (68 %), serta

    organoleptik warna (kuning) dan bau (khas jahe).

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    38/42

    V-1

    BAB V

    KESIMPULAN

    V.1 Kesimpulan

    1.  Semakin banyak pelarut maka nilai densitas, viskositas, dan rendemen akan

    semakin besar, sedangkan nilai kelarutan dalam alkohol akan semakin kecil. 

    2.  Dari keempat variabel volume pelarut yaitu 250 mL; 300 mL; 350 mL; dan 400

    mL maka didapatkan bahwa variabel 2 (volume pelarut 300 mL) adalah yang

     paling optimum dengan hasil analisa sebagai berikut densitas (0,93 gr/mL),

    viskositas (1,1452 cP), indeks bias (1,345), kelarutan dalam alkohol (1 : 20),

     bialngan asam (0,72) dan rendemen (68 %), serta organoleptik warna (kuning)

    dan bau (khas jahe). 

    V.2 Saran

    1.  Proses  pre-treatment   yang kurang dalam proses pengeringan bahan baku jahe,

    sehingga kandungan air yang berada di dalam jahe masih cukup banyak.

    2.  Proses analisa minyak yang tidak dilakukan tidak dilakukan pada saat tepat

    setelah proses destilasi, melainkan 1 hari sesudah sehingga hasil analisa minyak

    yang didapatkan kurang sesuai.3.  Penggunaan pelarut etanol yang bersifat polar sehingga sari-sari serta air yang

    terkandung dalam jahe terikut larut dan menghasilkan rendemen yang tinggi,

    sehingga sebaiknya pada proses ekstraksi menggunakan pelarut n-heksan.

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    39/42

    vi

    DAFTAR PUSTAKA

    Armando, R. (2009).  Memproduksi 15 Jenis Minyak Atsiri Berkualitas.  Jakarta: Penebar

    Swadaya.

    Bashendra, Z. (2013). BAB II. Semarang: Universitas Diponegoro.

    Fransiska, E. (2010). Bab II. Universitas Sumatera Utara.

    Gani, E. H. (2002). METODA PENYULINGAN DAN ANALISIS MINYAK ATSIRI :

    MINYAK CENGKEH DAN MINYAK NILAM. Temu Feknis Fungsional Non Peneliti.

    Gunawan, W. (2004). KUALITAS DAN NILAI MINYAK ATSIRI, IMPLIKASI PADA

    PENGEMBANGAN TURUNANNYA*). Dewan Atsiri Indonesia.

    Hidayati. (2012). Tinjauan Pustaka. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.

    Ir. Agus Kardinan, M. A. (2007). Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta.

    Kurniasari, L. (2008). Kajian Ekstraksi Minyak Jahe Kadar Zingiberene Tinggi Dengan MAE.

     Momentum, Vol. 4, No. 2, , 47 - 52.

    Martsiano. (17 Desember, 2014). Cerita tentang atsiri. Retrieved 28 Maret, 2015, from

    http://ano.web.id/peluang-usaha-minyak-atsiri/

    Prasetyawati, A. E. (2010). POTENSI MINYAK ATSIRI MAWAR.  Yogyakarta: SEKOLAH

    TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA AMIKOM.Sari, I. D. (2005). Penentuan Waktu Penyulingan dari Sereh Wangi untuk Memperoleh Kadar

    Maksimal Minyak Atsiri. Media Litbang Kesehatan Volume XV nomor 4 , 20-25.

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    40/42

    vii

    DAFTAR NOTASI

    No. Simbol Keterangan Satuan

    1 W Berat gram

    2 μ  Viskositas gram/ml

    4 ρ  Densitas gram/ml

    5 V Volume ml

    6 W0  Berat cawan kosong gram

    7 W1  Berat isi + cawan sebelum di oven gram

    8 W2  Berat isi + cawan setelah di oven gram

    9 t Waktu s

    10. T Suhu oC 

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    41/42

    viii

    APPENDIKS

    1.  Perhitungan kadar air

    Kadar air = Berat basah –  Berat kering × 100%

    Berat basah

    = 1850 –  1000 × 100%

    1850

    = 45,95%

    2.  Perhitungan rendemen minyak

    Massa minyak = Volume Minyak x Densitas Minyak

    = 39 mL x 0,98 gram/mL

    = 38,22 gram

    Kadar air = Massa bahan basah –  Massa bahan kering x 100%

    Massa bahan basah

    45,95% = Massa bahan basah –  100 x 100%

    Massa bahan basah

    Massa bahan basah =100

    1-0,4595 

    Massa bahan basah = 185,0139 gram

    Perhitungan yang sama dilakukan untuk menghitung rendemen minyak pada variabel

    volume pelarut etanol yang lain.

    3.  Perhitungan densitas minyak

    Rendemen = Massa minyak x 100 %

    Massa bahan

    = 38,22 x 100%

    185,0139

    = 20,66%

      = massa

    volume

    = 9,8

    10

    = 0 ,98 gram/mL

  • 8/16/2019 Minyak Atsiri Kelompok 8

    42/42

    Perhitungan yang sama dilakukan untuk menghitung densitas minyak pada variabel

    volume pelarut etanol yang lain.

    4. 

    Perhitungan angka asam

    Angka asam = N × V × BM NaOH

    W

    = 0,1 × 2 × 40

    10000

    = 0,0008

    Perhitungan yang sama dilakukan untuk menghitung angka asam minyak pada variabel

    volume pelarut etanol yang lain.

    5. 

    Viskositas

    viskositas air 

    viskositas minyak  

    =ρ air ×t air 

    ρ minyak ×t minyak  

    0,8007

    viskositas minyak  =

    0,99568 × 4,62

    0,96 × 8,07 

    Viskositas minyak = 1,3485 cp

    Perhitungan yang sama dilakukan untuk menghitung viskositas minyak pada variabel

    volume pelarut etanol yang lain.