Mini Project Edit Di Pkm Fixxxx

85
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Masalah yang terdapat dalam kesehatan reproduksi salah satunya kanker sistem reproduksi. Kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan wanita di Indonesia sampai saat ini sehubungan dengan tingginya angka kejadian dan angka kematian pada wanita. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana serta derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita. Secara umum kanker serviks masih menempati posisi kedua terbanyak pada keganasan wanita di dunia dengan sekitar 500.000 kasus baru dan 250.000 kematian setiap tahun. Kurang lebih 80% kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Di negara maju angka kejadian dan angka kematian kanker serviks telah menurun karena suksesnya program deteksi dini. Hampir semua kasus kanker serviks (99%) terkait dengan infeksi human papillomavirus (HPV) yang merupakan infeksi virus yang paling umum pada saluran reproduksi.

description

asd

Transcript of Mini Project Edit Di Pkm Fixxxx

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Masalah yang terdapat dalam kesehatan reproduksi salah satunya kanker sistem reproduksi.

Kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan wanita di Indonesia sampai saat ini sehubungan dengan tingginya angka kejadian dan angka kematian pada wanita. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana serta derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita.

Secara umum kanker serviks masih menempati posisi kedua terbanyak pada keganasan wanita di dunia dengan sekitar 500.000 kasus baru dan 250.000 kematian setiap tahun. Kurang lebih 80% kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Di negara maju angka kejadian dan angka kematian kanker serviks telah menurun karena suksesnya program deteksi dini. Hampir semua kasus kanker serviks (99%) terkait dengan infeksi human papillomavirus (HPV) yang merupakan infeksi virus yang paling umum pada saluran reproduksi.

Insidensi kanker di Indonesia masih belum diketahui secara pasti karena belum ada registrasi kanker berbasis populasi yang dilaksanakan. Berdasarkan data dari Badan Registrasi Kanker Ikatan Dokter Ahli Patologi Indonesia (IAPI) tahun 1998 di 13 rumah sakit di Indonesia, kanker serviks menduduki peringkat pertama dari seluruh kasus kanker sebesar 17,2 % sedangkan dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia tahun 2007 diketahui bahwa kanker serviks menempati urutan kedua pada pasien rawat inap (11,78%) dan pasien rawat jalan (17%).4 Berdasarkan data dari IARC (International Agency For Research On Cancer) GLOBOCAN 2008, didapatkan insidensi kanker serviks di Indonesia sebesar 12,1 per 100.000 perempuan.

Di tingkat dunia kanker serviks menyerang kaum wanita yang tidak mendapatkan deteksi dini yang memadai. Menurut prinsip pengendalian kanker dari WHO, deteksi dini dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas sebanyak 60%. Di China deteksi dini pap smear dan DNA HPV merupakan upaya pencegahan terpadu yang dapat menurunkan mortalitas kanker serviks dari 10,28/100.000 pada 1970-an menjadi 3,25/100.000 pada 1990-an.

Untuk wilayah ASEAN, insidensi kanker serviks di Singapore sebesar 25,0 pada ras China;17,8 pada ras Melayu; dan Thailand sebesar 23,7 per 100.000 penduduk. Insidens dan angka kematian kanker serviks menurun selama beberapa dekade terakhir di AS. Hal ini karena skrining Pap menjadi lebih populer dan lesi serviks pre-invasif lebih sering dideteksi daripada kanker invasif. Diperkirakan terdapat 3.700 kematian akibat kanker serviks pada 2006.

Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40 ribu kasus baru kanker mulut rahim setiap tahunnya. Menurut data kanker berbasis patologi di 13 pusat laboratorium patologi, kanker serviks merupakan penyakit kanker yang memiliki jumlah penderita terbanyak di Indonesia, yaitu lebih kurang 36%. Dari data 17 rumah sakit di Jakarta 1977, kanker serviks menduduki urutan pertama, yaitu 432 kasus di antara 918 kanker pada perempuan.

Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, frekuensi kanker serviks sebesar 76,2% di antara kanker ginekologi. Terbanyak pasien datang pada stadium lanjut, yaitu stadium IIB-IVB, sebanyak 66,4%. Kasus dengan stadium IIIB, yaitu stadium dengan gangguan fungsi ginjal, sebanyak 37,3% atau lebih dari sepertiga kasus.

Sementara itu, di lingkup yang lebih sempit, provinsi NTB, sejak tahun 2006 sampai 2009 tercatat 1.045 kasus kanker serviks dari 4.500.212 penduduk dan 30% diantaranya meninggal dunia. Jika dipilah lagi, 72,89% ditemukan sudah dalam stadium lanjut, 14,07% ditemukan dalam stadium IB-IIA, dan sisanya ditemukan pada kondisi pra kanker melalui pemeriksaan PAP smear (Data Kejadian Penyakit DIKES NTB).Relative survival pada wanita dengan lesi pre-invasif hampir 100%. Relative 1 dan 5 years survival masing-masing sebesar 88% dan 73%. Apabila dideteksi pada stadium awal, kanker serviks invasif merupakan kanker yang paling berhasil diterapi, dengan 5 YSR sebesar 92% untuk kanker lokal.

Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis histopatologi, dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita.

IVA memiliki banyak kelebihan yang signifikan dibandingkan Pap Smear untuk kondisi dengan sarana dan prasarana terbatas, terutama dari segi peningkatan jangkauan skrining, perbaikan dalam perawatan dan follow up, serta kualitas program secara umum. Pemeriksaan IVA dengan tingkat kebutuhan personil, pelatihan, infrastruktur, dan peralatannya yang rendah, menjadikan sistem pelayanan kesehatan masyarakat dapat menyediakan program skrining kanker serviks pada tempat yang terpencil dengan peralatan terbatas sehingga dapat meliputi cakupan area yang lebih luas. Selain itu, penyedia layanan kesehatan dapat mendiskusikan hasil pemeriksaan IVA dengan pasien secara langsung sehingga memungkinkan untuk melakukan skrining sekaligus pengobatan dalam satu kali kunjungan.B. Rumusan Masalah

Sesuai latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran faktor risiko kanker serviks pada perempuan usia 30-55 tahun di Kecamatan Sumbawa?2. Berapa insidens lesi pra kanker (+) pada pemeriksaan IVA perempuan usia 30-55 tahun di Kecamatan Sumbawa? C. Hipotesis

1. Terdapat faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian kanker serviks

2. Terdapat kasus lesi pra kanker (+) pada pemeriksaan IVAD. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran faktor risiko kanker serviks pada perempuan usia 30-55 tahun di Kecamatan Sumbawa Tujuan Khusus

a. Diketahuinya angka kejadian ditemukannya lesi pra kanker positif pada pemeriksaan IVA

b. Diketahuinya hubungan faktor risiko kanker serviks dengan angka kejadian IVA positif

E. Manfaat Penelitian

Bagi akademik/ilmiah

Memberi informasi dan data dasar untuk penelitian selanjutnya tentang deteksi dini kanker serviks di Kecamatan Sumbawa yang kegiatannya dilaksanakan di UPT puskesmas Kecamatan Unter Iwes.Bagi masyarakat

Institusi yang terkait dapat melakukan upaya promotif dan preventif dengan memberikan informasi dan program-program tentang upaya meningkatkan kondisi kesehatan yang berhubungan dengan deteksi dini kanker serviks.Bagi peneliti

Peneliti dapat menerapkan ilmu yang didapat selama penelitian serta menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah dan menambah pengetahuan mengenai deteksi dini kanker serviks.BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GAMBARAN UMUM KANKER SERVIKS DAN FAKTOR RESIKONYA

2.1.1. Definisi

Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering ditemukan di kalangan wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu epitelium yang normal sampai menjadi karsinoma invasif yang memberikan gejala dan merupakan proses yang perlahan-lahan dan mengambil waktu bertahun-tahun.1

Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara bertahap, tetapi progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi karsinoma in-situ (KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan KIS dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari displasia menjadi karsinoma in-situ diperlukan waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in-situ menjadi karsinoma invasif berkisar 3-20 tahun.

Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang serviks. Berawal terjadi pada serviks, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh penderita. 1,32.1.2. Gejala Klinis Kanker Serviks

Tidak khas pada stadium dini. Sering hanya sebagai fluor dengan sedikit darah, perdarahan post-koital atau perdarahan pervagina yang disangka sebagai perpanjangan waktu haid. Pada stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang lebih khas, baik berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam bentuk eksofitik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang sangat hebat. Pada fase pra kanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :

Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan

Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.

Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.

Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah.

Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.

Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.

Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.2.1.3. Faktor Penyebab Dan Faktor Resiko Kanker Serviks

a. Faktor Penyebab

Penyebab utama kanker serviks adalah virus yang disebut Human Papilloma (HPV). HPV tersebar luas, dapat menginfeksi kulit dan mukosa epitel. HPV dapat menyebabkan manifestasi klinis baik lesi yang jinak maupun lesi kanker. Tumor jinak yang disebabkan infeksi HPV yaitu veruka dan kondiloma akuminata sedangkan tumor ganas anogenital adalah kanker serviks, vulva, vagina, anus dan penis. Sifat onkogenik HPV dikaitkan dengan protein virus E6 dan E7 yang menyebabkan peningkatan proliferasi sel sehingga terjadi lesi pre kanker yang kemudian dapat berkembang menjadi kanker. 3b. Faktor Resiko Pola hubungan seksual.

Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko terjangkit kanker serviks meningkat seiring meningkatnya jumlah pasangan. Aktifitas seksual yang dimulai pada usia dini, yaitu kurang dari 20 tahun juga dapat dijadikan sebagai faktor resiko terjadinya kanker serviks. Hal ini diduga ada hubungannya dengan belum matangnya daerah transformasi pada usia tesebut bila sering terekspos. Frekuensi hubungan seksual juga berpengaruh pada lebih tingginya resiko pada usia tersebut, tetapi tidak pada kelompok usia lebih tua. (Schiffman,1996). Faktor keturunan

Sama seperti jenis kanker lainnya, kanker serviks juga terpengaruh faktor keturunan. Seorang wanita dengan riwayat keluarga pernah terkena kanker memiliki risiko hingga 3 kali lebih besar terserang kanker yang sama.3 Menstruasi pertama di usia dini

Normalnya wanita mengalami menstruasi pertama di usia 12-13 tahun. Wanita muda yang mengalami menstruasi pertama di usia kurang dari 12 tahun cenderung memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi. Kadar estrogen yang lebih tinggi dari normal ini memiliki resiko terhadap kanker serviks. Obesitas

Wanita dengan masa tubuh yang lebih tinggi dimana memiliki kadar lemak yang tinggi telah terbukti meningkatkan kadar estrogen, yang mengarah ke perkembangan kanker endometrium dan serviks. Indeks masa tubuh atau body mass index, dapat dihitung dengan cara berikut ini:

Keterangan:

Underweight =