Mini Project Dr.damar Sajiwo

56
LAPORAN MINI PROYEK ANALISIS KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PUSKESMAS JETIS I MENURUT INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT Untuk Memenuhi Tugas Dokter Internship Periode April 2014- Agustus 2014 Disusun oleh: dr. Damar Sajiwo PUSKESMAS JETIS I BANTUL 2014 1

description

dasd

Transcript of Mini Project Dr.damar Sajiwo

LAPORAN MINI PROYEK

ANALISIS KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PUSKESMAS JETIS I MENURUT INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT

Untuk Memenuhi Tugas Dokter Internship

Periode April 2014- Agustus 2014

Disusun oleh:

dr. Damar Sajiwo

PUSKESMAS JETIS I

BANTUL

2014

1

ANALISIS KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PUSKESMAS JETIS I

Disusun oleh:

dr. Damar Sajiwo

Telah dipresentasikan di hadapan dokter pendamping

pada 23 July 2014

Dokter Pendamping Program Internship Dokter Indonesia

Dr. Wahyu Pamungkasih

NIP. 198008052006042019

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan Karya Tulis Ilmiah berjudul “Analisi kepuasan pasien rawat jalan

puskesmas jetis I menurut indeks kepuasan masyarakat”sebagai tugas mini proyek

program dokter internsip periode April 2014 – Agustus 2014 di Puskesmas Jetis I,

Bantul.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas

terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini kepada :

1. Dr. Wahyu Pamungkasih selaku Kepala Puskesmas Jetis I dan dokter

pendamping program dokter internsip periode April 2014 – Agustus 2014.

2. Dr. Fitriana Yudi U dan Dr. Dian Kumalasari selaku dokter di Puskesmas

Jetis I.

3. Semua bidan, perawat, dan segenap karyawan Puskesmas Jetis 1 yang telah

banyak membantu penulis dalam penelitian ini.

4. Kepala Dusun Desa Sumberagung dan Trimulyo Kecamatan Jetis, Bantul

atas kerjasama dalam menyampaikan informasi.

5. Kader Posyandu balita Desa Sumberagung dan Trimulyo yang telah

membantu penelitian dengan menjadi subyek penelitian.

6. Keluarga yang telah mendukung dan mendoakan selama penelitian ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi Puskesmas danpembacadalam meningkatkan kinerja dan keaktifan

kader Posyandu.

Bantul, Juli 2014

Dokter internsip periode April 2014 – Agustus 2014

3

DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan ……………………………………………… i

Halaman Judul ……………………………………………………….. ii

Halaman Pengesahan ………………………………………………… iii

Kata Pengantar ……………………………………………………….. iv

Daftar Isi ……………………………………………………………... v

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar |Belakang …………………………………………... 1

I.2. Rumusan Masalah ………………………………………... 2

I.3. Tujuan Penelitian ………………………………………… 2

I.4. Manfaat Penelitian ……………………………………….. 2

I.5. Ruang lingkup penelitian ……………………….............. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengertian jasa …………………………...................…… 4

II.2. Kualitas pelayanan …………………………………..... 5

II.3. Kepuasan Pelanggan atau Konsumen ………..………. 6

II.4 Dimensi Kualitas Pelayanan........................................... 7

II.5 Persepsi dan Harapan Pelanggan.................................... 9

II.6 Gap Kualitas Jasa........................................................... 9

BAB III METODE PENELITIAN

III.. I Pengertian Indeks Kepuasan Masyarakat...................... 11

III.2 Unsur Indeks Kepuasan Masyarakat. ……………........ 12

III.3 Langkah-Langkah Pelaksanaan ................... ........... 13

BAB IV HASI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

L PENELITIAN

IV.1. Profil puskesmas jetis I ……………………………… 15

IV.8. Hasil penelitian …………………………………....... 24

IV.9. Pembahasan..........................................……………... 24

4

IV.4. Pembahasan ……………………………………………… 27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan ……………………………………………….. 32

V.2. Saran ……………………………………………………… 32

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… ix

LAMPIRAN

5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak. Tidak hanya oleh

orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan masyarakat. Dalam

rangka mewujudkan status kesehatan masyarakat yang optimal, maka berbagai upaya

harus dilaksanakan, salah satu di antaranya ialah menyelenggarakan pelayanan

kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk masyarakat di tingkat dasar

di Indonesia adalah melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang

merupakan unit organisasi fungsional Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kotamadya dan

diberi tanggung jawab sebagai pengelola kesehatan bagi masyarakat tiap wilayah

kecamatan dari kabupaten/ kotamadya bersangkutan.

Pada era globalisasi, dinamika kehidupan dunia usaha semakin keras dan

ketat termasuk di bidang pelayanan kesehatan dalam hal ini puskesmas. Dengan

makin tingginya tingkat pendidikan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat, maka

kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan kesehatan tampak makin meningkat pula.

Untuk dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan tersebut, tidak ada upaya lain yang

dapat dilakukan, kecuali menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik -

baiknya. Sebagai lembaga kesehatan yang bermisi meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, Puskesmas kini telah berperan dalam memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat. Kepercayaan yang diberikan masyarakat dan

pemerintah terhadap Puskesmas tersebut adalah sebuah kehormatan sekaligus

amanat dan tugas berat yang harus dipikul dengan sungguh-sungguh dan hati penuh

keikhlasan, lebih-lebih dengan perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang

kesehatan maka Puskesmas kini dituntut lebih keras lagi berusaha dan meningkatkan

profesionalisme dalam bekerja khususnya dalam memberikan pelayanan kesehatan

kepada para pasiennya. Pelayanan yang telah diterapkan di Puskesmas ini yaitu

dengan memberikan senyum, salam, sapa, sopan dan santun (5 S) kepada setiap

pasien yang datang ke puskesmas, memberikan pelayanan pemeriksaan yang baik

pada setiap pasien yang datang berobat sehingga memberikan kesan yang akrab dan

nyaman serta tidak menimbulkan rasa kekhawatiran bagi pasien terhadap penyakit

yang diderita serta berusaha memberikan pengobatan yang terbaik terhadap penyakit

pasien, memberi pelayanan secara tepat dan cepat kepada setiap pasien Adanya

bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas ini diharapkan pasien

akan dapat memberikan penilaian tersendiri terhadap Puskesmas tersebut. Jika

6

pelayanan yang diberikan sesuai dengan yang dikehendaki, maka pasien akan puas,

jika yang terjadi sebaliknya maka akan menyebabkan kehilangan minat pasien untuk

berobat dan ini akan menyebabkan pasien mempunyai image negatif terhadap

Puskesmas tersebut, yang akan mengakibatkan menurunnya jumlah pasien akhirnya

akan menyebabkan pengurangan keuntungan.

Dalam lingkungan global yang semakin ketat dengan masuknya pelayanan

yang inovatif di pasaran disatu sisi dan kondisi pasar yang jenuh untuk pelayanan-

pelayanan yang monoton disisi lain mengelola loyalitas pasien menjadi tantangan

manajerial Puskesmas. Kualitas tingkat pelayanan terhadap kepuasan pasien

merupakan suatu proses yang komplet, sehingga pada akhirnya akan menyangkut

manajemen puskesmas secara keseluruhan. Maka konsep puskesmas perlu untuk

selalu diperbaharui dan disempurnakan, sehingga dapat terwujud pelayanan

kesehatan yang bermutu, terjangkau, efektif, dan efisien, merata serta

berkesinambungan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada era globalisasi ini

pemikiran ilmuwan dan praktisi tertuju pada bagaimana memberikan pelayanan yang

berkualitas.

Fungsi pelayanan kepada masyarakat terkait dengan peran pemerintah

sebagai katalisator dalam pemenuhan kepentingan masyarakat. Pelayanan yang

berkualitas merupakan tuntutan baik eksternal maupun internal. Secara eksternal

pelayanan merupakan kemutlakan didalam arus globalisasi yang kuasa

menenggelamkan elemen-elemen yang tidak mampu tampil bersaing karena

kapasitas yang tidak memenuhi kualifikasi persaingan global (Purnaweni, 2003).

Pelayanan prima menjadi tuntutan masyarakat, sejalan dengan peningkatan

kebutuhan dan kesadaran dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat sebagai

imbas dari kemajuan teknologi informasi. Kualitas yang tinggi merupakan tuntutan,

tidak hanya dalam kegiatan bisnis namun juga dalam kegiatan pelayanan lembaga

pemerintahan resisten terhadap tuntutan kualitas pelayanan publik. Pada peneliti ini

masalah yang akan diteliti tentang tingkat kualitas pelayanan jasa puskesmas, disini

peneliti untuk membuktikan kepuasan atau ketidakpuasan pasien atas kualitas

pelayanan yang diberikan oleh puskesmas dapat dibuktikan dengan kuesioner yang

akan dibagikan langsung kepada pasien puskesmas.

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.2.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kepuasan berdasarkan persepsi dan

harapan pasien menggunakan 14 unsur pelayanan menurut Keputusan

Menteri Pendayaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.Pan/2/2004.

1.2.2 Manfaat Penelitian

7

1. Bagi Puskesmas

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi

manajemen puskesmas dalam meningkatkan kualitas pelayanan yang

di berikan untuk memenuhi kepuasan pasien yang lebih baik di masa

yang akan datang.

2. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta

mempelajari masalah-masalah yang berhubungan dengan kualitas

pelayanan jasa di Puskesmas.

I.3 Ruang lingkup penelitian

Meskipun peneliti ruang lingkupnya hanya puskesmas, tetapi sangat

mempunyai potensi yang baik meliputi potensi Sumber Daya Manusia, Manajemen

Puskesmas dan Pelayanannya, sehingga potensi yang dimiliki oleh Puskesmas Jetis I

dapat diterima oleh semua pasien yang berkunjung di Puskesmas tersebut. Indikator

ketidakpuasan dari pasien ditunjukkan dengan adanya keluhan pasien.

Tehnik pengumpulan data dilakukan berdasarkan :

a. Studi kepustakaan

Merupakan suatu tehnik pengumpulan data sekunder dengan cara menelusuri dan

mengkaji dokumen-dokumen dan literatur yang ada hubungannya dengan penelitian

b. Wawancara

Merupakan tehnik pengumpulan data dengan cara tanya jawab menggunakan

pedoman wawancara 14 unsur pelayanan menurut Keputusan Menteri

Pendayaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.Pan/2/2004..

Pengambilan data primer dan sekunder dilaksanakan di Puskesmas Jetis I pada

Bulan Juni – Juli 2014 Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian jasa

Setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak pada pihak

lain dan pada dasarnya tidak terwujud, serta tidak menghasilkan kepemilikan

sesuatu” (Kotler, 1994). Berdasarkan definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

jasa atau pelayanan merupakan suatu kinerja yang tidak berwujud dan cepat hilang,

tetapi tidak dirasakan daripada dimiliki, dimana pelanggan lebih dapat berpartisipasi

aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. Namun kondisi cepat atau

lambatnya pertumbuhan jasa sangat tergantung pada penilaian pelanggan terhadap

kinerja atau penampilan yang ditawarkan oleh pihak produsen (perusahaan barang

atau jasa).

Menurut Fandy Tjipto (1995), jasa mempunyai 4 karakteristik yaitu :

1. Intangibility (tidak dapat dilihat, dirasakan).

Jasa bersifat intengibility artinya jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba,

dicium atau didengar sebelum pelanggan mencoba atau membeli. Karena sifat jasa

ini tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa dan sesuatu yang tidak mudah

didefinisikan, diinformasikan atau dipahami secara rohani. Maka dalam hal ini

perusahaan jasa menghadapi tantangan untuk memberikan bukti-bukti fisik dan

perbandingan pada penawaran abstraknya.

2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan)

Jasa pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari penyedia. Hal ini bisa dilihat

dari faktor-faktor pendukung yang tidak kalah pentingnya dalam pemberian

perhatian khususnya pada tingkat partisipasi atau keterlibatan pelanggan dalam

proses jasa misalnya aktivitas dan peran serta pelajar atau mahasiswa dalam

pendidikan disekolah maupun di perguruan tinggi.

Barang biasanya diproduksi kemudian dijual, lalu dikonsumsi sedangkan jasa

biasanya dijual terlebih dahulu kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara

bersamaan. Interaksi antara penyedia dan pelanggan merupakan ciri khusus dalam

pemasaran jasa.

3. Variability (keragaman)

9

Jasa bersifat sangat variable karena merupakan nonstandardized output

artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan dan

dimana jasa tersebut dihasilkan. Ada tiga factor yang menyebabkan variabilitas

kualitas jasa yaitu kerja sama atau partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa,

moral/motivasi karyawan dalam melayani pelanggan dan beban kerja perusahaan.

Dalam hal ini penyedia jasa dapat menggunakan 3 pendekatan dalam pengendalian

kualitas jasa yaitu:

a. Melakukan investasi dalam seleksi dan pelatihan personalia yang baik.

b. Melakukan standarisasi proses pelaksanaan jasa. Dalam hal ini dapat dilakukan

dalam diagram jalur dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor potensial yang

dapat menyebabkan kegagalan dalam jasa.

c. Memantau kepuasan pelanggan melalui sistem sarana dan keluhan survey

pelanggan sehingga pelayanan yang kurang baik dapat dideteksi dan dikoreksi.

4. Perishability (tidak tahan lama)

Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan,

dengan demikian bila suatu jasa tidak digunakan, maka jasa tersebut akan berlalu

begitu saja. Kondisi diatas tidak menjadi masalah bila permintaan konstan. Produk

jasa tidak ada yang benar-benar mirip antara satu dengan yang lain . Oleh karena itu

untuk memahami sektor ini, ada beberapa cara pengklasifikasian produk jasa ini.

Pertama, didasarkan atas tingkat kontak konsumen dengan pemberi jasa sebagai

bagian dari sistem saat jasa tersebut dihasilkan. Kedua, jasa juga bisa

diklasifikasikan berdasarkan kesamaannya dengan operasi manufaktur. Jasa

merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan dan jasa sangat

bervariasi dalam melakukan pemasaran jasa yang di pengaruhi faktor musiman.

Kualitas memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan konsumen kualitas dalam

organisasi jasa tertentu bukanlah sesuatu yang mudah didifinisikan karena hal

tersebut sangat berhubungan erat dengan pandangan konsumen.

2.2 Kualitas Pelayanan

Kualitas adalah keseluruhan ciri dan sifat dari suatu produk atau pelayanan

yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang

dinyatakan atau yang tersirat (Kotler, 2005).

Menurut Azwar (1996) kualitas pelayanan bersifat multidimensional, yaitu

kualitas menurut pemakai pelayanan kesehatan dan menurut penyedia jasa layanan

kesehatan.

10

a. Dari segi pemakai jasa pelayanan, kualitas pelayanan terutama berhubungan

dengan ketanggapan dan kemampuan petugas puskesmas dalam memenuhi

kebutuhan pasar dan komunikasi pasien termasuk di dalamnya sifat ramah dan

kesungguhan.

b. Dari pihak penyedia jasa dalam hal ini puskesmas, kualitas pelayanan terkait pada

pemakaian yang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Menurut Azwar

(1996) secara umum dapat dirumuskan bahwa batasan pelayanan kesehatan yang

bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa

sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai

kode etik dan standar yang telah ditetapkan. Kualitas pelayanan kesehatan di

puskesmas merupakan suatu fenomena unik, sebab dimensi dan indikatornya dapat

berbeda diantara orang-orang yang terlibat dalam pelayanan kesehatan. Untuk

mengatasi perbedaan dipakai suatu pedoman yaitu hakikat dasar dari

penyelenggaraan pelayanan kesehatan, yaitu memenuhi kebutuhan dan tuntutan para

pemakai jasa pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan dapat dicapai dengan

menetapkan dan mengendalikan karakteristik mutu pelayanan serta karakteristik

penghantaran pelayanan. Karakteristik mutu pelayanan adalah ciri pelayanan yang

dapat diidentifikasi, yang diperlukan untuk mencapai kepuasan konsumen. Ciri

tersebut dapat berupa psikologis, orientasi waktu, etika dan teknologi (Siregar,

2004). Dalam usaha meningkatkan kualitas pelayanan, perusahaan juga harus

meningkatkan komitmen dan kesadaran serta kemampuan para pekerja, terutama

mereka yang langsung berhubungan dengan konsumen. Meskipun sistem dan teknik

kualitas sudah bagus tetapi jika orang yang melaksanakan dan alat-alat yang

digunakan tidak dengan cara yang benar maka kualitas pelayanan yang diharapkan

tidak akan terwujud.

2.3 Kepuasan Pelanggan atau Konsumen

Kepuasan dalam melakukan suatu pembelian kadangkala terbentuk oleh rasa

tidak puas dan puas. Meskipun demikian tidaklah gampang untuk menjadikan

kepuasan pelanggan secara menyeluruh, oleh karena itu dapatlah dipahami bahwa

ada kalangan pakar pemasaran berpendapat bahwa tidak realistik bila suatu

perusahaan mengharapkan tidak ada pelanggan yang tidak puas. Dibawah ini

dijelaskan beberapa pengertian kepuasan pelanggan oleh beberapa ahli:

a. Day (Dalam Tse dan Wilton, 1988) dan Fandy Tjiptono (1996):

Kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap

evaluasi ketidaksesuaian atau dikonfirmasikan yang disesuaikan antara harapan

11

sebelumnya (Norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan

setelah pemakaiannya.

b. Kotler (1994)

Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja

atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya.

c. Engel, ef al (1990) dalam Fandy Tjiptono (1996)

Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif yang

dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (Out Come) sama atau melampaui

harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh

tidak memenuhi harapan pelanggan.

d. Willkie (1990) dalam Fandy Tjiptono (1996)

Kepuasan pelanggan adalah suatu tanggapan emosional pada evaluasi

terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa. Dari definisi diatas terdapat

kesamaan yaitu menyangkut komponen kepuasan atau harapan dari kinerja.

Umumnya harapan pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan

tentang apa yang akan diterimanya bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu

produk, sedang kinerja yang dirasakan adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang

ia terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli.

2.4 Dimensi Kualitas Pelayanan

Menurut Lupioadi (2006) menyatakan ada lima dimensi kualitas pelayanan. Kelima

dimensi pokok tersebut meliputi :

1. Keandalan (reliability), kemampuan rumah sakit memberikan pelayanan sesuai

dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan

harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua

pasien tanpa kesalahan, sikap yang simpatik dan dengan akurasi yang tinggi.

2. Daya Tanggap (responsiveness), yaitu suatu kebijakan untuk membantu dan

memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pasien ,dengan penyampaian

informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu tanpa ada alasan yang jelas

menyebabkan persepsi negatif dalam kualitas pelayanan.

3. Jaminan (assurance), yaitu pengetahuan, kesopansantuanan dan kemampuan para

pegawai rumah sakit menumbuhkan rasa percaya para pasien. Hal ini meliputi

beberapa komponen antara lain komunikasi (communication), kredibilitas

12

(credibility), keamanan (security), kompetensi (competence) , dan sopan santun

(courtesy).

4. Bukti langsung (tangibles), yaitu kemampuan rumah sakit menunjukkan

eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan

prasarana fisik rumah sakit yang dapat diandalkan keadaan lingkungan sekitarnya

merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini

meliputi fasilitas fisik Contoh gedung, gudang, perlengkapan dan tehnologi

kedokteran yang digunakan serta penampilan pegawainya.

5. Empati (empathy), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual

atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami

keinginan pasien. Dimana suatu perusahaan maupun rumah sakit diharapkan

memiliki pengetahuan dan pengertian tentang pelanggan secara spesifik, serta

memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pasien.

Menurut Gronroos dalam Tjiptono (2006) merumuskan dimensi atau faktor faktor

yang dipergunakan konsumen dalam menilai kualitas jasa dinyatakan dalam tiga

kriteria pokok, yaitu outcome-related, process-related, dan image-related criteria.

Ketiga kriteria tersebut masih dapat dijabarkan menjadi enam unsur, yaitu :

1. Professionalism and skill

Kriteria yang pertama ini merupakan outcome-related criteria, dimana pelanggan

menyadari bahwa penyedia jasa , karyawan, sistem operasional, dan sumber daya

fisik memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan

masalah pelanggan secara profesional.

2. Attitudes and behavior

Kriteria ini adalah process-related criteria. pelanggan merasa bahwa karyawan

perusahaan menaruh perhatian terhadap mereka dan berusaha membantu dalam

memecahkan masalah mereka secara spontan dan senang hati.

3. Accessibility and flexibility

Kriteria ini termasuk dalam process-related criteria. pelanggan merasa bahwa

penyedia jasa, lokasi, jam kerja, karyawan dan sistem operasionalnya dirancang dan

dioperasikan sedekian rupa sehingga pelanggan dapat melakukan akses dengan

mudah. Slain itu juga dirancang dengan maksud agar dapat bersifat fleksibel dalam

menyesuaikan permintaan dan keinginan pelanggan.

13

4. Reliability and trustworthiness

Kriteria ini termasuk dalam process-related criteria. pelanggan memahami bahwa

apapun yang terjadi, mereka bisa mempercayakan segala sesuatunya kepada

penyedia jasa beserta karyawan dan sistemnya.

5. Recovery

Recovery termasuk dalam process-related criteria. Pelanggan menyadari bahwa bila

ada kesalahan atau bila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, maka penyedia jasa

akan mengambil tindakan untuk mengendalikan situasi dan mencari pemecahan yang

tepat.

6. Reputation and credibility

Kriteria ini termasuk dalam image-related criteria. Pelanggan menyakini bahwa

operasi dari peyedia jasa dapat dipercaya dan memberikan nilai atau imbalan yang

sesuai dengan pengorbanannya.

2.5 Persepsi dan Harapan Pelanggan

Kotler dan Keller (2011) mendefinisikan persepsi adalah proses bagaimana

seseorang menyeleksi, mengatur dan mengintepretasikan masukan informasi untuk

menciptakan gambaran umum keseluruhan yang berarti. Harapan menurut Tjiptono

(1997) merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan

diterimanya. Harapan pelanggan merupalan tolok ukur dalam menentukan kualitas

suatu produk.

2.6 Gap Kualitas Jasa

Model kualitas jasa yang paling populer dan hingga kini banyak dijadikan acuan

dalam riset dan kepuasan pelanggan adalah model servqual (singkatan dari service

quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry. Dalam model

Service quality (Servqual) meliputi analisis terhadap 5 gap, yaitu.

1. Gap antara harapan pelanggan dan persepsi perusahaan , manajemen tidak

mengerti harapan pasien. (knowledge gap)

2. Gap antara persepsi perusahaan terhadap harapan konsumen dan spesifikasi

kualitas jasa, spesifikasi yang di tetapkan manajemen tidak sesuai dengan harapan

pelanggan (standard gap)

3. Gap antara spesifikasi kualitas jasa serta penyampaian jasa, layanan yang

diberikan tidak sesuai dengan spesifikasi (delivery gap)

14

4. Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi serta interaksi eksternal, promosi

atau komunikasi yang disampaikan tidak sesuai dengan pelayanan dan spesifikasi

(communications gap)

5. Gap antara jasa yang dipersepsikan dan jasa yang diharapkan, layanan yang

diterima pelanggan tidak seusai dengan harapan pelanggan (service gap)

Penelitian ini hanya fokus pada pengukuran gap kelima, yaitu persepsi jasa yang

dirasakan dan jasa yang diharapkan oleh pelanggan yang memanfaatkan pelayanan.

15

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian observational dengan teknik cross sectional

yang menganalisis tingkat kepuasan berdasarkan persepsi dan harapan pasien

menggunakan Indeks kepuasan masyarakat (IKM) 14 unsur pelayanan menurut

Keputusan Menteri Pendayaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.Pan/2/2004.

Unit analisis penelitian ini adalah Puskesmas Jetis I Bantul. Data diambil dari

responden pasien yang berkunjung ke Puskesmas Jetis I Bantul yaitu 150 orang.

III.1 Pengertian Indeks Kepuasan Masyarakat

1. Indeks kepuasan Masyarakat (IKM)

Adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang

diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas

pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur

penyelenggara pelayanan public dengan membandingkan antara harapan

dan kebutuhannya.

2. Penyelanggara pelayanan public adalah instansi pemerintah

3. Instansi pemerintah adalah Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah termasuk BUMN/BUMD dan BHMN.

4. Pelayanan public adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh

penyelenggara public sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima

pelayanan, maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

5. Unit pelayanan public adalah unit kerja/kantor pelayanan pada instansi

pemerintah termasuk BUMN/BUMD dan BHMN, yang secara langsung

maupun tidak langsung memberikan pelayanan kepada penerima pelayanan.

6. Pemberi pelayanan public adalah pegawai instansi pemerintah yang

melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan public sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

7. Penerima pelayanan public adalah orang, masyarakat, lembaga instansi

pemerintah dan dunia usaha, yang menerima pelayanan dari aparatur

penyelenggara pelayanan publik.

16

8. Kepuasan pelayanan adalah hasil pendapat dan penilaian masyarakat

terhadap kinerja pelayanan yang diberikan oleh aparatur peynyelenggara

pelayanan public.

9. Biaya pelayanan public adalah segala biaya (dengan nama atau sebutan

apapun) sebagai imbal jasa atas pemberi pelayanan public, yang besaran dan

tatacara pembayarannya ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Unsur pelayanan adalah factor atau aspek yang terdapat dalam

penyelenggara pelayanan kepada masyarakat sebagai variable penyusunan

indeks kepuasan masyarakat untuk mengetahui kinerja unit pelayanan.

11. Responden adalah penerima pelayanan public yang pada saat pencacahan

sedang berada di lokasi unit pelayanan, atau yang pernah menerima

pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan.

III.2 Unsur Indeks Kepuasan Masyarakat

Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan

Men.PAN Nomor : 63/KEP/M.PAN/7/2003, yahng kemudian dikembangkan

menjadi 14 unsur yang “relevan, valid dan reliable”, sebagai unsure minimal yang

harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat adalah sebagai

berikut:

1. Prosedur pelayanan

Yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari

sisi kesederhanaan alur pelayanan.

2. Persyaratan pelayanan

Yaitu persyaratan teknis dan administrative yang diperlukan untuk mendapatkan

pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.

3. Kejelasn petugas pelayanan

Yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan

serta kewenangan dan tanggung jawab).

4. Kedisiplinan petugas pelayanan

Yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan teruatama terhadap

konsistensi waktu kerja sesuai ketentuannyang berlaku.

5. Tanggung jawab petugas pelayanan

Yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan

penyelesaian pelayanan.

6. Kemampuan petugas pelayanan

17

Yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki petugas dalam rangka

memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat.

7. Kecepatan pelayanan

Yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan

oleh unit penyelenggara pelayanan.

8. Keadilan mendapatkan pelayanan

Yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat

yang dilayani.

9. Kesopanan dan keramahan petugas

Yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati.

10. Kewajaran biaya pelayanan

Yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit

pelayanan.

11. Kepastian biaya pelayanan

Yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan.

12. Kepastian jadwal pelayanan

Yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

13. Kenyamanan lingkungan

Yaitu kondisi saranan dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga

dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan.

14. Keamanan pelayanan

Yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelaynan

ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk

mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan

pelayanan.

III.3 Langkah-Langkah Pelaksanaan IKM

1. Persiapan

Pada tahap ini yang dilaksakan oleh Puskesmas Jetis I meliputi:

a. Penyiapan kuesioner serta alat yang digunakan untuk survey.

b. Penetapan responden, jumlah responden minimal 150 orang dari jumlah

populasi penerimaam layanan dengan dasar (“Jumlah Unsur”+1)X10 =

Jumlah. Jadi responden (14+1) x 10 = 150 orang.

c. Penentuan lokasi survey yaitu di puskesmas induk dan puskesmas

pembantu.

d. Penyusunan jadwal kegiatan.

18

2. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Meliputi pengumpulan data terhadap 14 unsur pelayanan yang telah

ditetapkan, kemudian melakukan pengisian kuesioner oleh unit pelayanan

kemudian dikumpulkan untuk diedit.

3. Pengumpulan Data

Metode pengolahan yaitu:

1) Bobot nilai rata-rata tertimbang

= Jumlah BobotJumlahUnsur

= 1

14 = 0.071

2) IKM = total nilai persepsi per unsure x nilai penimbang / total unsure

yang terisi.

3) Interpretasi nilai IKM yaitu antara 25-100 maka hasil penilaian

dikonversikan dengan nilai dasar 25, dengan rumus =

IKM unit pelayanan x 25 atau IKM unit pelayanan = nilai IKM/4 x 100

Tabel 3. Nilai Persepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM, Mutu Pelayanan dan

Kinerja Unit Pelayanan

Nilai

Persepsi

Nilai Interval IKM Nilai Interval

Konversi IKM

Mutu

Pelayanan

Kinerja Unit

Pelayanan

1 1,00 – 1,75 25 – 43,75 D Tidak baik

2 1,76 – 2,50 43,76 -62,50 C Kurang baik

3 2,51 – 3,25 62,51 – 81,25 B Baik

4 3,26 – 4,00 81,26 – 100,00 A Sangat baik

19

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 VISI PUSKESMAS

BERSAMA PUSKESMAS MENUJU JETIS SEHAT YANG MANDIRI

DAN BERKEADILAN

IV.2 MISI PUSKESMAS

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang profesional

2. Pemberdayaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan

IV.3 WILAYAH KERJA

Kecamatan Jetis merupakan salah satu dari 17 Kecamatan yang ada di

Kabupaten Bantul. Kecamatan Jetis terdiri dari 4 Desa yaitu : Desa Patalan,

Canden, Sumberagung dan Trimulyo.

Puskesmas Jetis I terletak di Desa Trimulyo dengan wilayah kerja 2 Desa

yaitu Desa Sumberagung dan Trimulyo. Luas wilayah kerja kedua Desa keseluruhan

13,05 Km2. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Jetis I terlihat di Tabel 2.1. Desa

Sumberagung terdiri dari 17 dusun, 5199 KK sedangkan Desa Trimulyo terdiri dari

12 Dusun, 6099 KK.

Tabel 2.1

Batas Wilayah Kerja Puskesmas Jetis I

No BATAS WILAYAH

1 Utara Kecamatan Sewon dan Kecamatan Pleret

2 Timur Kecamatan Pleret dan Kecamatan Imogiri

3 Selatan Desa Canden dan Desa Patalan

4 Barat Kecamatan Bantul

Sumber Data : Statistik Kecamatan Jetis

20

IV.4 DEMOGRAFI

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Jetis I (Desa Sumberagung dan

Trimulyo) tahun 2013 sebesar 32.524 jiwa. Jumlah penduduk lebih banyak di Desa

Trimulyo.

Jumlah Kepala Keluarga di Desa Trimulyo sebesar 6.097 dan Desa

Sumberagung sebesar 5.199 .

Grafik 2.1

Komposisi Penduduk Puskesmas Jetis I Tahun 2013

Sumber agungTrimulyo

Jumlah

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

5782 8854

146367066

10822

1788812,848

19,676

32,524

Laki-lakiPerempuanJumlah

Grafik 2.2

Jumlah Penduduk, Jumlah Kelahiran dan Jumlah Kematian

Di Puskesmas Jetis I Tahun 2013

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 20130

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

179 284 477 314 367 328 422 426412

69 530 94 92 119 107 1 7

28390

28754

29255

29519

29991

30440

30558 3099232524

jumlah kelahiran

jumlah kematian

jumlah penduduk

21

Sedangkan komposisi penduduk laki-laki dan perempuan tahun 2013 adalah

sebagai berikut :

Grafik 2.3

Komposisi Penduduk Laki-laki dan Perempuan

15.396 Jiwa15.596

JiwaLaki-lakiPerempuan

Sumber: Registrasi Desa

Grafik 2.4

Jumlah Jiwa Miskin Puskesmas Jetis I Tahun 2013

22

Sumber-agung

Trimulyo0

2000400060008000

100001200014000160001800020000

7390 6953

12848

19676

Jumlah jiwa miskin

Jumlah penduduk

Sumber: SIK & Register rujukan

IV.5 FASILITAS UMUM

Fasilitas umum terdapat pasar sebanyak 1 buah terletak di Dusun Barongan

Desa Sumberagung dimana di lokasi ini didirikan Pos UKK (Usaha Kesehatan

Kerja) dengan pelayanan kesehatan satu minggu sekali. TK sebanyak 18, SD

sebanyak 12, SLTP ada 2 dan SLTA sebanyak 1 buah.

IV.6 SUMBER DAYA PUSKESMAS

Secara umum jumlah dan kualifikasi ketenagaan untuk Rawat Inap di

Puskesmas Jetis I belum cukup. Jadwal pelayanan Pustu Trimulyo buka setiap hari

kerja dengan karyawan 2 orang dan Pustu Sumberagung 2 orang. Di setiap desa

ditempatkan tenaga bidan desa dan berdomisili di tempat.

Puskesmas Pembantu di Desa Trimulyo sejak awal tahun 2007 sudah

menempati gedung baru yang berlokasi di Pedukuhan Kembangsongo, sedangkan

gedung Puskesmas Pembantu Sumberagung berlokasi di Pedukuhan Balakan dan

telah digunakan pada akhir tahun 2008.

Dalam menjalankan kegiatannya Puskesmas Jetis I dilengkapi dengan sarana

transportasi berupa kendaraan dinas Mobil Puskesmas Keliling dan sepeda Motor.

Pelayanan Rawat inap Puskesmas Jetis I sejak bulan Nopember 2007 sudah mulai

dioperasionalkan, sedangkan kegiatan Yandu dilaksanakan oleh kader yandu

masing-masing dan pemantauannya diserahkan oleh petugas masing-masing

Gasbinsun. Jumlah kendaraan roda dua ada 7 buah dan dipergunakan untuk

membantu kegiatan operasional di luar gedung.

23

Tabel 2.2

Jenis Ketenagaan Di Puskesmas Jetis I Tahun 2012

NO JENIS TENAGA JUMLAH

1 Ka.Puskesmas 1

2 Ka.Sub.Bag.TU 1

3 Dokter Umum 2

4 Dokter Gigi 1

5 SKM 0

6 Bidan 7

7 Bidan Desa 1

8 Perawat umum 7

9 Perawat Gigi 3

10 Analis Kesehatan 1

11 Apoteker 1

12 Asisten Apoteker 1

13 D3 Gizi 2

14 Fisioteraphi 1

15 Rekam Medis 1

16 Sanitarian 1

17 Pekarya Kesehatan 0

18 Tata Usaha 1

19 Sopir 1

20 Penjaga Puskesmas 1

21 Juru Kebersihan 1

22 Juru Masak 1

24

23 Juru Cuci 1

24 JUMLAH 36

Sumber Data : Kepeg.Pusk.Jetis I

Tabel 2.3

Daftar Nama Pegawai & Karyawan Puskesmas Jetis I

Tahun 2013

NO NAMA KET NO NAMA KET

1 dr. Wahyu

Pamungkasih

Kepala Puskesmas 19 Siti Muslimah Perawat Umum

2 Umi Salamatun Jz Ka.Sub.Bag.TU 20 Eksi Sukarti Perawat Umum

3 dr.Fitriana Yudiutami Dokter Umum. 21 Dien Emawati Perawat Umum

4 dr.Dian Kumalasari Dokter Umum 22 Siti Fatimah Perawat umum

5 Drg.Budi Setyowati Dokter Gigi 23 Yulita Astriani Perawat umum

6 Nurlia Wijayanti Apoteker 24 Istiqomah Wijiastuti Analis Kes

7 Umi Atiningsih Asisten Apoteker 25 Sri Nurus Staniati Sanitarian /

PKL

8 Wahyu Lestari Bidan 26 Daimatukhayati Perawat Gigi

9 Siti Lestari Bidan 27 Dalinah Perawat Gigi

10 Tatik Suprihatin Bidan 28 Ninda Ari

Cahyaningrum

Perawat Gigi

11 MT Eny Setyowati Bidan 29 Samiyem Perawat Umum

12 Erna Purwaningsih Bidan 30 Moh Syahid Sopir

13 Suratmi Bidan 31 Bambang Sulistyo Penjaga Pusk.

14 Wiji Sulistyowati Bidan Desa 32 Sumaryati Juru Masak

25

15 Sri Widaryanti Staf TU 33 Tumilah Juru

Kebersihan

16 Nurul Azizah Alfitri Fisioterapi 34 Dasiyanti Juru Cuci

17 Anisya Nur Istikfari Rekam Medis 35 Ismiranti Petugas Gizi

18 Ragiyem Perawat Umum 36 Dina Setyaningrum Petugas Gizi

Sumber Data : Kepeg.Puskesmas Jetis

Tabel 2.4

Inventaris Kendaraan Puskesmas Jetis I Tahun 2012

NO

JENIS

KENDARAAN

NOMOR

POLISI

TAHUN

PENGADAAN

PENANGGUNG

JAWAB

1

Mobil Puskesling

(Toyota Kijang ) AB. 1210 UB 1991 Moh Syahid

2 Honda Win AB. 647 BB 1991 Bambang Sulistyo

3 Yamaha Force One AB. 726 BB 1993 Eksi Sukarti

4 Honda Star AB. 753 TA 1997 Sri Nurus Staniati

5 Yamaha Vega AB. 501 FB 2006 Umi Salamatun Jz

6 Honda Supra Fit AB. 571 FB 2007 Sri Widaryanti

7 Suzuki Shogun 125 AB. 2022 IB 2007 dr.Fitriana Yudiutami

8 Honda Supra X 125 AB.2487 UB 2009 Siti Lestari

9 Mobil Puskesling AB. 1015 UB 2008 Moh Syahid

10 Honda Supra X 125 AB. 2102 UB 2009 dr. Wahyu Pamungkasih

26

IV.7. PENDANAAN

Anggaran kesehatan Puskesmas Jetis I bersumber dari APBD kab/kota,

APBD Provinsi, APBN, dan sumber pemerintah lain. Adapun rincian sumber

anggaran kesehatan adalah sebagai berikut .

NO SUMBER BIAYA

ALOKASI ANGGARAN

KESEHATAN

RupiahPersentase

(%)

1 APBD KOTA/KAB 88,96

a. Belanja Langsung 517.469.240

b. Belanja Tidak

Langsung

2 APBD PROVINSI

3 APBN

-Dana Dekonsentrasi

-Dana Alokasi Khusus

-ASKESKIN

4 SUMBER PEMERINTAH

LAIN (BOK)

64.200.000 11,04

NO SUMBER BIAYA

ALOKASI ANGGARAN

KESEHATAN

RupiahPersentase

(%)

TOTAL ANGGARAN

KESEHATAN

581.669.240 100

27

Dari tabel diatas dapat dihitung anggaran kesehatan perkapita Puskesmas

Jetis I dengan rumus total anggaran kesehatan dibagi dengan jumlah penduduk di

wilayah kesehatan Puskesmas Jetis I. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas

Jetis 1 adalah 32.524 jiwa sehingga didapatkan hasil anggaran kesehatan perkapita

Rp 17.884,00.

28

IV. 8 HASIL PENELITIAN

Dari 150 responden yang di survey

Karakteristik Responden

1. Jenis kelamin

Tabel 4. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah responden %

Laki-laki 45 30%

Perempuan 105 70%

Yang Tidak Mengisi 0 0%

Jumlah 150 100%

2. Umur

Tabel 5. Karakteristik Responden Menurut Umur

Umur Jumlah %

< 15 Tahun 1 0.6

15 – 35 Tahun 85 56.7

36 – 55 Tahun 58 38.7

>55 Tahun 6 4

Tidak Mengisi Umur 0 0

Jumlah 150 100

3. Pendidikan

Tabel 6. Karakteristik Responden Menurut Pendidikan

Pendidikan Jumlah Responden %

SD Kebawah 40 27

SLTP 58 39

SLTA 46 31

D1, D2, D3, D4 1 0.6

S1 5 3.3

S2 Keatas 0 0

Tidak Mengisi 0 0

Jumlah 150 100%

29

4. Pekerjaan

Tabel 7. Karakteristik responden Menurut Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Responden %

PNS/TNI/Polri 2 1.3

Pegawai Swasta 11 7.3

Wiraswasta / Usahawan 26 17.3

Pelajar / Mahasiswa 17 11.3

Lainnya 86 57.3

IRT 8 5.3

Tidak Mengisi

Jumlah 150 100%

A. Hasil Penilaian indeks Kepuasan Masyarakat Tentang Pelayanan Kesehatan

Dasar Kep. Menpan No 25 Tahun 2004

Tabel 8. Hasil Penilaian Indeks kepuasan Masyarakat Puskesmas Jetis 1 Tahun

2014 Semester II

No Unsur PelayananNilai Rata-

Rata

Mutu Pelayana

n

Kinerja Unit

Pelayanan1 Prosedur Pelayanan 3,1 B Baik

2 Persyaratan Pelayanan 3,053 B Baik

3 Kejelasan petugas pelayanan 3.033 B Baik

4 Kedisiplinan petugas pelayanan 2,82 B Baik

5 Tanggung jawab petugas pelayanan 3.040 B Baik

6 Kemampuan petugas pelayanan 3.033 B Baik

7 Kecepatan pelayanan 3,113 B Baik

8 Keadilan mendapatkan pelayanan 2,787 B Baik

9 Kesopanan dan keramahan petugas 3,007 B Baik

10 Kewajaran biaya pelayanan 3,073 B Baik

11 Kepastian biaya pelayanan 3,14 B Baik

12 Kepastian jadwal pelayanan 3,207 B Baik

13 Kenyamanan lingkungan 2,873 B Baik

14 Keamanan pelayanan 3,047 B Baik

30

Tabel 9. Pengolahan Indeks Kepuasan Masyarakat Per Responden dan Unsur Pelayanan

Berdasarkan pengukuran terhadap kualitas 14 unsur pelayanan tersebut diperoleh hasil indeks

Kepuasan Masyarakat (IKM) = 75,32142857 menunjukkan bahwa kinerja Puskesmas Jetis I

dalam Mutu Pelayanan B dengan Kinerja Unit Pelayanan katagori Baik (interval IKM dalam mutu

baik antara 62,51-81,25). Namun demikian angka tersebut mengalami penurunan dari tahun lalu

(2013 semester II) yang besarnya 75,559

Sedangkan penilaian masyarakat terhadap setiap jenis unsure pelayanan menunjukkan mutu

pelayanan yang baik dengan angka rata-rata diatas 2,51.

Tiga Unsur pelayanan yang mendapat nilai tertinggi adalah :

Kepastian Biaya Pelayanan 3,207

Kewajaran Biaya Pelayanan 3,140

Kemampuan Petugas Pelayanan 3,113

Tiga unsur pelayanan yang mendapat nilai terendah adalah :

Kecepatan Pelayanan 2,787Kedisiplinan Petugas Pelayanan 2,820Kenyamanan Lingkungan 2,873

Mini Project Puskesmas Jetis I , Damar SajiwoPage 31

NILAI UNSUR PELAYANAN

U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U1

0

U1

1

U1

2

U1

3

U1

4

∑ Nilai

Unsur 465

458

455 423 455 467 418 451 461 471 481 434 431 457

NRRUnsur

3,13,053

3,033

2,82

3,033

3,113

2,787

3,007

3,073

3,14

3,207

2,893

2,873

3,047

NRR TertimbangUnsur 0,2

210,218

0,217

0,201

0,217

0,222

0,199

0,215

0,22

0,224

0,229

0,207

0,205

0,218

3.022

IKM Unit Pelayanan 75,32142857 75.55

9

IV.9 PEMBAHASAN

IV. 9. 1 Analisis Terhadap Prosedur Pelayanan

Menurut KEP/25/MEN.PAN/2004 tentang pedoman umum penyusunan indeks

kepuasan masyarakat (IKM), prosedur pelayanan adalah kemudahan tahapan-tahapan atau alur

pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari kemudahan dalam memberikan

pelayanan. Unsur prosedur pelayanan yang meliputi alur pelayanan mudah dan sederhana serta

alur mudah dimengerti dan jelas. Menurut Ratminto & Winarsih (2005) prosedur pelayanan

yang mudah berarti telah memenuhi prinsip penyelenggaraan pelayanan publik dalam hal

kesederhanaan alur pelayannan yang tidak berbelit-belit. Dalam meningkatkan upaya

peningkatan kualitas pelayanan, prosedur pelayanan harus dipertahankan atau kalau perlu

ditingkatkan lagi. Dalam wawancara mendalam kepada responden terdapat beberapa pendapat

seperti, sistem antrian di pendaftaran yang terkadang menyulitkan dan membingungkan,

terkadang nomor duluan tapi belakangan dapat giliran dsb.

IV. 9. 2 Analisis Persyaratan Pelayanan

Persyaratan pelayanan menurut KEP/25/MEN.PAN/2004 adalah persyaratan teknis

dan administrasi yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis

pelayanannya. Unsur persyaratan pelayanan meliputi kemudahan mengurus/memenuhi

persyaratan pelayanan dan kejelasan mengenai persyaratan pelayanan. Menurut Ratminto dan

Winarsih (2005) dalam menentukan persyaratan baik teknis maupun administratif harus

seminimal mungkin dikaji terlebih dahulu agar relevan dengan jenis pelayanan yang diberikan

dan harus dihilangkan segala persyaratan yang bersifat duplikasi dari instansi terkait dengan

proses pelayanan.

IV. 9. 3 Analisis Petugas Pelayanan

Unsur kejelasan petugas meliputi dokter memberikan informasi yang jelas mudah

dimengerti dan tidak membingungkan, dokter cepat tanggap dalam merespon kondisi pasien,

perawat dapat memberikan bantuan pasien, penjelasan petugas administrasi yang memberikan

pelayanan jelas, penjelasan petugas administrasi yang memberikan pelayanan jelas, pasien

mendapatkan penjelasan mengenai informasi obat yang akan diberikan termasuk bagaimana

dosis konsumsinya, setiap petugas mengenakan id card dengan benar, yang mencantumkan

nama dan jabatan yang tertera dengan jelas. Kecepat tanggapan petugas terhadap keluhan

Mini Project Puskesmas Jetis I , Damar SajiwoPage 32

pasien merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan

(Muninjaya,2004). Kejelasan petugas menurut KEP/25/MEN.PAN/2004 adalah keberadaan

dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan

tanggung jawabnya). Dalam wawancara mendalam kepada responden didapatkan masalah

yang dirasakan pasien seperti kesulitan mengenal petugas di masing-masing unit, beserta

kewenangan berdasarkan jabatan.

IV. 9. 4 Analisis Terhadap Kedisiplinan Petugas Pelayanan

Menurut KEP/25/MEN.PAN/2004 kedisiplinan petugas pelayanan adalah petugas

dalam memberikan pelayanan bersungguh-sungguh terutama terhadap konsistensi waktu kerja

sesuai ketentuan yang berlaku. Unsur kedisiplinan petugas meliputi dokter datang tepat waktu

sesuai dengan jadwal praktek, kehadiran petugas yang memberikan pelayanan tepat waktu,

keberadaan petugas saat jam pelayanan selalu ada . Menurut Ratminto & Winarsih (2005)

kedisiplinan merupakan kesungguhan dalam memberikan pelayanan terutama terkait

konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku. Di lapangan peneliti menemukan

pasien mengharapkan dokter datang saat jam operasional puskesmas dibuka, sehingga pasien

tidak perlu menunggu dokter datang. Berdasarkan hasil pengukuran IKM di puskesmas Jetis I

pada semester II 2014 didapatkan hasil 2,820 pada kedisiplinan pelayanan, dan menjadi nilai

kedua terendah.

IV. 9. 5 Terhadap Tanggung Jawab Petugas Pelayanan

Tanggung jawab petugas pelayanan menurut KEP/25/MEN.PAN/2004 adalah petugas

dituntut untuk bertanggung jawab dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan. Unsur

tanggung jawab petugas pelayanan meliputi dokter tepat dalam memberikan pengobatan,

petugas melaksanakan pelayanan dengan penuh tanggung jawab, petugas selalu memberikan

pelayanan secara konsisten (tidak berubah-ubah), petugas tepat dalam memasukkan data /

informasi kondisi pasien. Kesembuhan atau berkurangnya rasa sakit merupakan hasil akhir

yang sangat diharapkan oleh pasien sehingga kemanjuran pengobatan merupakna aspek

penting untuk diteliti. Menurut Ratminto & Winarsih (2005) tanggung jawab merupakan

kesedian untuk menanggung sesuatu yang apabila salah wajib memperbaiki atau bersedia

dituntut.

IV. 9. 6 Terhadap Kemampuan Petugas Pelayanan

Menurut KEP/25/MEN.PAN/2004 kemampuan petugas pelayanan adalah tingkat

keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan atau menyelesaikan

pelayanan kepada masyarakat. Unsur kemampuan petugas pelayanan meliputi dokter tepat

Mini Project Puskesmas Jetis I , Damar SajiwoPage 33

mendiagnosis penyakit, dokter memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam bekerja, perawat

memiliki tingkat ketrampilan dan kemampuan yang baik, petugas memiliki tingkat

ketrampilan dan kemampuan yang baik. Menurut hasil survei Graham(1978) yang dikutip

Suryawan (2008) tentang perbandingan pelaynan perawat dan dokter disuatu pelayanan

kesehatan dasar yang didalammnya menyangkut pengawasan pada pasien, kesempurnaan

penampilan, pencatatan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik, pembicaraan tentang tndakan

preventif serta cara penjelasan kepada pasien, ternyata berdasrkan skoring didapat bahwa

pelayanan perawat lebih unggul di mata pasien. Dengan demikian,perawat dalam pelayanan

kesehatan juga mempunyai andil yang cukup besar bagi kepuasan pasien terhadap pelayanan

yang diberikan. Maka dari itu, ketrampilan dan pengetahuan petugas juga penting untuk

melihat kemampuan mereka dalam memberikan pelayanan yang tepat dan dapat diandalkan.

Menurut Ratminto & Winarsih (2005) kemampuan petugas pelayanan adalah tingkat keahlian

dan ketrampilan yang harus dimiliki petugas dalam memberikan pelayanan.

IV. 9. 7 Analisis Terhadap Kecepatan Pelayanan

Menurut KEP/25/MEN.PAN/2004 kecepatan pelayanan adalah pelayanan yang

diberikan puskesmas terselesaikan sesuai dengan target waktu yang telah ditentukan oleh unit

penyelenggara pelayanan. Unsur kecepatan pelayanan meliputi petugas menyelesaikan

tugasnya dengan cepat dan tepat waktu, sistem antrian yang ada berjalan dengan cepat dan

lancar. Kecepatan pelayanan tergantung dari waktu tunggu untuk mendapatkan pelayanan

terutama untuk pelayanan medis turut mempengaruhi pengambilan keputusan pengobatan.

Suryawan (2008), dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa baik buruknya pelayanan bagi

pasien juga tergantung dari waktu yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan, pelayanan

kesehatan dipandang baik sebab mereka dapat dilayani dengan cepat tanpa menunggu terlalu

lama, sebaliknya pelayanan dianggap kurang baik karena mereka menunggu terlalu lama.

Berdasarkan hasil pengukuran IKM di puskesmas Jetis I pada semester II 2014 didapatkan

hasil 2,787 pada kecepatan pelayanan, dan menjadi nilai terendah.

IV. 9. 8 Analisis Terhadap Keadilan Mendapatkan Pelayanan

Keadilan mendapatkan pelayanan menurut KEP/25/MEN.PAN/2004 pelayanan yang

terbaik bagi pelanggan tidak membedakan golongan atau status masyarakat yang dilayani.

Unsur keadilan mendapatkan pelayanan meliputi dokter memberikan perawatan tanpa

memandang status sosial, perawat memberikan pelayanan terhadap semua pasien tanpa pilih-

pilih, petugas memberikan pelayanan terhadap semua pasien tanpa pilih-pilih. Persepsi

responden yang sebagian menilai bahwa pelayanan sudah adil berdasarkan alasan bahwa

Mini Project Puskesmas Jetis I , Damar SajiwoPage 34

selama mengadakan kontak baik dengan dokter, perawat, maupun petugas tidak pernah merasa

dibedakan status mereka sebagai pasien.

IV. 9. 9 Analisis Terhadap Kesopanan Dan Keramahan Pelayanan

Menurut KEP/25/MEN.PAN/2004 kesopanan dan keramahan pertugas adalah sikap

dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan

ramah serta saling menghargai dan menghormati. Unsur kesopanan dan keramahan pelayanan

meliputi dokter dapat memahami keluhan dan kondisi pasien, dokter selalu memberi senyum

dan salam dalam melayani pasien, perawat selalu memberi senyum dan salam dalam melayani

pasien, perawat mengerti dan mengetahui keinginan pasien, petugas selalu memberi senyum

dan salam dalam melayani pasien, petugas administrasi sopan kepada pasien dan keluarga,

petugas administrasi sabar dalam melayani pasien dan keluarga pasien. Menurut Ratminto &

Winarsih (2005) pemberi pelayanan harus bersikap sopan dan santun, ramah, serta

memberikan pelayanan dengan ikhlas. Hasil penelitian Suryadi (1991) yang dikutip dari

Suryawan (2008), mengatakan bahwa baik buruknya suatu pelayanan kesehatan menurut

pasien diantaranya adalah dari sikap petugas kesehatan. Pelayanan kesehatan dipandang baik

karena petugasnya ramah, bersahabat, sabar dan komunikatif. Sebaliknya jika pelayanan

kesehatan dianggap buruk karena petugasnya kasar, berbicara dengan ketus sehingga mereka

takut mengemukakan masalahnya..

IV. 9. 10 Analisis Terhadap Kewajaran Biaya Pelayanan

Unsur kewajaran biaya pelayanan meliputi biaya yang dikeluarkan oleh pasien untuk

pelayanan yang didapatkan sesuai, biaya yang dikeluarkan oleh pasien untuk mendapat

pelayanan terjangkau. Menurut KEP/25/MEN.PAN/2004 kewajaran biaya adalah

keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.

Dalam hal ini keterjangkauan masyarakat sebagai konsumen kesehatan terhadap besarnya

biaya pengobatan yang telah ditentukan oleh puskesmas.

IV. 9. 11 Analisis Terhadap Kepastian Biaya Pelayanan

Unsur kepastian biaya pelayanan meliputi biaya yang dibayarkan dengan biaya yang

ditetapkan sesuai, adanya rincian biaya yang jelas dan pasti. Menurut

KEP/25/MEN.PAN/2004 kepastian biaya pelayanan adalah kesesuaian antara biaya yang

dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan.

IV. 9. 12 Analisis Terhadap Kepastian Jadwal Pelayanan

Mini Project Puskesmas Jetis I , Damar SajiwoPage 35

Kepastian jadwal pelayanan menurut KEP/25/MEN.PAN/2004 adalah kepastian

pelaksanaan waktru pelayanan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Unsur kepastian jadwal

pelayanan yaitu pelayanan selalu tepat waktu sesuai dengan jadwal yang dijanjikan. Menurut

Ratminto & Winarsih (2005) dalam arti waktu, kuantitas dan kualitas sesuai yang dibutuhkan.

IV. 9. 13 Analisis Terhadap Kenyamanan Lingkungan

Menurut KEP/25/MEN.PAN/2004 kenyamanan lingkungan adalah kondisi sarana dan

prasarana pelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman

kepada penerima pelayanan. Unsur kenyamanan lingkungan meliputi ruang pelayanan (poli)

bersih nyaman dan terang, ruang tunggu bersih dan nyaman, toilet bersih, nyaman dan tidak

bau, ruangan di puskesmas tertata rapi, area parkir luas. Kenyamanan lingkungan yang

merupakan lingkungan fisik menurut Rangkuti (2006) merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan atas suatu jasa. Secara psikologis kenyamanan

lingkungan dapat juga membantu mempercepat kesembuhan pasien. Lingkungan yang bersih

dan rapi selau sedap dipandang mata. Hasil studi Suryawan (2008), bahwa kebersihan

puskesmas salah satu aspek yang mempengaruhi pasien. Berdasarkan hasil pengukuran IKM

di puskesmas Jetis I pada semester II 2014 didapatkan hasil 2,873 pada kenyamanan

lingkungan, dan menjadi nilai ketiga terendah

IV. 9. 14 Analisis Terhadap Keamanan Pelayanan

Unsur keamanan pelayanan meliputi ruang tunggu dan ruang pelayanan aman, area

parkir yang aman. Menurut KEP/25/MEN.PAN/2004 itu terjaminnya tingkat keamanan

lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga

masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang

diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

Mini Project Puskesmas Jetis I , Damar SajiwoPage 36

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

1) Komposisi responden IKM di Puskesmas Jetis I semester II 2014 sebagai berikut:

pengunjung

a) terbanyak kelompok usia 15-35 Tahun 56.7%,

b) jenis kelamin perempuan 70%,

c) tingkat pendidikan SLTP 39%.

2) Kepuasan Masyarakat (IKM) = 75,32142857 menunjukkan bahwa kinerja Puskesmas Jetis

I dalam Mutu Pelayanan B dengan Kinerja Unit Pelayanan katagori Baik (interval IKM

dalam mutu baik antara (62,51-81,25).

3) Tiga Unsur pelayanan yang mendapat nilai tertinggi adalah :

Kepastian Biaya Pelayanan 3,207

Kewajaran Biaya Pelayanan 3,140

Kemampuan Petugas Pelayanan 3,113

Tiga unsur pelayanan yang mendapat nilai terendah adalah :

Kecepatan Pelayanan 2,787Kedisiplinan Petugas Pelayanan 2,820Kenyamanan Lingkungan 2,873

. V.2 Saran

a) Melakukan evaluasi kinerja (performance evaluation) dan pemantauan keluhan serta

kepuasan pelanggan dalam meningkatkan kepuasan pelanggan dan masyarakat.

b) Meningkatkan peran pihak manajemen puskesmas dalam upaya peningkatkan

kemampuan petugas melalui pendidikan dan pelatihan yang berorientasi kepada

kepuasan pelanggan (customer service), dan juga standarisasi yang menyeluruh dari

unsur SDM Puskesmas Jetis I agar terciptanya konsistensi pelayanan sehingga mutu

pelayanan dapat terjaga.

c) Penerapan prinsip customer care dalam setiap kegiatan pelayanan dengan

memperhatikan dan memenuhi setiap kebutuhan pelanggan dan memperlakukan

pelanggan dengan baik.

Mini Project Puskesmas Jetis I , Damar SajiwoPage 37

d) Penetapan kebijakan pemberian insentif untuk petugas kesehatan yang

berprestasi/berkinerja baik (reward and punishment)

e) Mengembangkan kapasitas bangunan (capacity building) yang diperlukan untuk

melakukan perbaikan kualitas pelayanan.

f) Hospitality in hospital

g) Employee as a marketer

h) Build customer loyalty

i) Mengalisis kesesuaian penempatan SDM yang menjabat pada unit tertentu dengan

menggunakan analisa Tipologi.

j) Mengkaji kembali aspek tata graha yang sesuai demi terciptanya kenyamanan dalam

pelayanan yang dirasakan pasien masih kurang

k) Memfasilitasi keluhan internal agar munculnya issue & trend terbaru yang dapat

menjadi kajian manajemen dalam menetapkan tujuan-tujuan berdasarkan issue &

trend terbaru tersebut.

l) Perlunya pengkajian internal external promotion agar terhindari dari Gap dalam

pelayanan jasa.

Bagi Dinas kesehatan sebagai regulator pada unit pelaksana teknisnya :

a. Agar dapat mengevaluasi mutu layanan puskesmas secara berkala dan dapat melakukan

pembinaan terhadap mutu pelayanan puskesmas.

b. Penetapan kebijakan yang mendukung upaya pengembangan mutu pelayanan di puskesmas

menyangkut pendanaan, sumber daya manusia.

Mini Project Puskesmas Jetis I , Damar SajiwoPage 38

DAFTAR PUSTAKA

1. Barata, K.S., 2010. Laporan Survey Indeks Kepuasan Masyarakat RSU Haji

Surabaya. Laporan Penelitian. Surabaya.

2. Cassel, C.M.; Eklof, J.A. 2001. Modelling customer satisfaction and loyalty on

aggregate levels: Experience from the ECSI pilot study. Total Quality Management.

12(7&8) : 834–841.

3. Depkes, RI. 2004. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI.

4. Fornell, C. 1992. A National Customer Satisfaction Barometer: The Swedish

Experience. Journal of Marketing .Vol. 56, No.1: 6-21.

5. Fornell; Ittner; and Larcker. 1995. Understanding and Using the American Customer

Satisfaction Index (ACSI).

6. Gaspersz. V. 2005. Total Quality Management. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Undang-undang Nomor 36 Tahun

2009 Tentang Kesehatan, Sitasi 06 Desember 2011

8. Kepmen PAN No. 25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.

9. Kotler, P.; Armstrong, G. 2011. Principles of Marketing. New jersey: Prentice hall.

10. Kotler, P. 1999. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi dan

Kontrol . Edisi 11, Jilid 1. Terjemahan oleh Hendra Teguh dan Rusli. Jakarta:

Prenhalindo.

11. Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran, Edisi Bahasa Indonesia. Jilid I dan II 2002.

Jakarta. PT. Prenhanllindo.

12. Loughlin; and Coender. 2002. Application of the European Customer Satisfaction

Index to Postal Services Structual Equation Models versus Partial Least Squares.

13. Muninjaya, A.A.G. 2004. Manajemen Kesehatan Edisi II. Jakarta: EGC.

14. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

15. Rangkuti, F. 2006. Measuring Customer Satisfaction. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

16. Ratminto; Atik S.W. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

17. Serenko.A; Turel,O. 2004. Proceedings of the Third Inteernational Conference on

Mobile Business, M-Business.

Mini Project Puskesmas Jetis I , Damar SajiwoPage 39

18. Supriyanto, S., dan Ernawaty. 2009. Pemasaran Industri Jasa Kesehatan. Sidoarjo:

Masmedia Buana Pustaka.

19. Supriyanto, S. 2006. Pemasaran Jasa Industri Pelayanan Kesehatan. AKK-FKM,

Universitas Airlangga.

20. Tjiptono, F. 2006. Pemasaran Jasa Edisi Kedua, Yogyakarta: Penerbit Andi.

21. Tjiptono, F. 2001. Total Quality Manajemen. Edisi Revisi. Cetakan IV. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

22. Tjiptono, F. 1997. Strategi Pemasaran Edisi Kedua, Yogyakarta: Penerbit Andi.

23. Tjiptono, F. 2000. Perspektif Manajemen dan Pemasaran Konterporer. Edisi 1.

Yogyakarta: Penerbit Andi.

24. Turklymaz; Ozkan. 2007. Development of customer satisfaction index model.

25. Zeithaml, VA., Bitner, MJ. 1996. Service Marketing. International Edition. Singapore:

McGraw-Hill companies, Inc.

Mini Project Puskesmas Jetis I , Damar SajiwoPage 40